Jurnal Ilmiah SCRIPTURA ISSN 1978-385X
Vol. 1 No.2 Juli 2007
Presiden SBY dan Politik Pencitraan : Analisis Teks Pidato Presiden SBY dengan Pendekatan Retorika Aristoteles Di situs http://www.presidensby.info/index.php/pidato/) Marsefio S. Luhukay1
Abstract System atically rhetoric knowledge was firstly developed in Greece. The first system atic elucidation on speech cleverness in Greek is well known as Techne Rhetorike, it m eans knowledge on speaking arts. In world history, speech cleverness was a prim ary instrum ent to influence m asses. Language was used to convince others. Such capability is generally owned by prom inent figures or statesmen such as presidents. In view of rhetoric im portance as part of knowledge that include in discipline of com m unication knowledge, so the researcher was interested in observing and analyzing speeches by the incum bent president, Susilo Bam bang Yudhoyono (SBY), that was well known as im aging politics, he has freq uently displayed it while speaking before publics through addresses or other agendas in front of m ass media or publics. Findings on exam ination of President SBY’ Speech Texts that the m ost influential one for audiences was ETHOS. The ethos side was really reflected from the introductory section aim ed at substantiating com m unicator’s credibility. There were three aspects in Ethos nam ely Intelligence, Character, and Goodwill. The three aspects were contained in speeches of President SBY and the m ost dom inant and strong one was Character aspect. It was reflected by sentences in his speeches that strove to portray him self as a personage, who is honest and trustworthy, that has empathy to societies. Keywords: speech text, imaging Latar Belakang Salah satu ke giatan PR yang sangat pe nting bagi suatu organisasi adalah ke giatan me mbangun dan me mpe rtahankan citra positif me lalui pe mbe ntukan opini. Opini publik dapat dibe ntuk me lalui pesan‐pesan yang disampaikan ole h para pe tugas PR (Public Re lations Office r‐PRO). Pesan‐ pe san yang disampaikan ole h Public Re lations Office r dapat mempengaruhi 1 Marsef io S.Luhukay,S.Sos.. Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi, sedang menempuh studi S2 Ilmu Komunikasi pada P rogram P ascasarjana (P P s) Unair Surabaya.
51
Jurnal Ilmiah SCRIPTURA ISSN 1978-385X
Vol. 1 No.2 Juli 2007
pe ndapat dan pe rilaku publik (inte rnal dan e kste rnal) baik pada aspe k kognitif, afe ktif maupun konatif. Untuk me nunjang pe nyampaian pesan ini, Public Re lations Office r me lakukan ke giatan me dia relations yang terencana, te ratur dan be rke sinambungan. Lalu di mana urge nsinya de ngan suatu pe me rintahan? Dapat kita katakan, bahwa me lalui PR, pe mahaman masyarakat te ntang suatu pe me rintahan bisa dibe ntuk me lalui pe mbe rian informasi yang tepat dengan pe san‐pe san yang te pat pula. Kare na itu ne gara adalah organisasi (institusi) yang tidak be rdiri se ndiri dalam suatu kotak hampa se hingga se lalu me me rlukan dukungan publik. Di sinilah pe rlu dipahami bagaimana teori pe san dan te ori me nyampaikan pe san yang banyak dige luti ole h Public Re lations. Ole h kare nanya pe mahaman masyarakat me nge nai suatu pe me rintahan dan pre side nnya tidak luput dari ke giatan komunikasi yang dilakukan ole h pe me rintahan te rse but (baca : pre side n dan seluruh jajaran me nte ri di kabine t). Se cara siste matis ilmu re torika me mang pe rtama ‐tama di ke mbangkan di Yunani. Pe mbe be ran siste matis yang pe rtama me nge nai ke pandaian be rbicara dalam bahasa Yunani di ke nal de ngan nama : Techne Rhetorike, yang be rarti Ilmu te ntang se ni be rbicara. Dalam se jarah dunia, justru ke pandaian be rbicara atau be rpidato me rupakan instrume n utama untuk me mpe ngaruhi massa. Bahasa dipe rgunakan untuk meyakinkan orang lain. Dan ke mampuan ini umumnya dimiliki ole h tokoh pe nting atau ne garawan se pe rti para Pre side n. Me lihat pe ntingnya re torika se bagai suatu bagian ilmu yang masuk dalam disiplin ilmu komunikasi, maka pe ne liti te rtarik untuk me lihat dan me nganalisis pidato yang dilakukan ole h Pre side n Indone sia saat ini Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang te rke nal de ngan politik pe ncitraan yang se ring ia tampilkan ke tika be rbicara dide pan publik me lalui pidato ataupun acara lainnya dide pan me dia massa dan publik. Perumusan Masalah Be rangkat dari pe nje lasan yang te lah dike mukakan, maka pe rumusan masalah dalam pe ne litian ini adalah : Bagaimana Politik Pe ncitraan yang dibangun Pre side n Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) me lalui Te ks Pidato dalam situs http://www.pre side nsby.info/inde x.php/pidato/ Te rle bih khusus de ngan me ngambil contoh te ks pidato presiden SBY dalam pe re smian pe mbukaan Pe re ncanaan Pe mbangunan Nasional (MUSRENBANGNAS) 2007 di Bidakara, 3 Me i 2007 lalu T injauan Pustaka Pengertian Public Relations
52
Jurnal Ilmiah SCRIPTURA ISSN 1978-385X
Vol. 1 No.2 Juli 2007
Istilah Public Re lations (PR) pe rtama kali diluncurkan Thomas Je ffe rson tahun 1807 di de pan Kongre s Ame rika Se rikat. Tahun 1882, istilah PR juga diucapkan dalam se buah sambutan pada hari sarjana di Yale Law School. Sambutan yang be rjudul The Public Re lations and Duties of the Legal Profe ssion ini dicantumkan dalam The Ye ar Book of Railway Litte rature tahun 1987 yang pe nggunaannya dihubungkan de ngan pe rke re taapian di Ame rika Se rikat. Tahun 1921, Ivy Le e se cara re gule r me ne rbutkan bulletin yang be rjudul Public Re lations di Ne w York Tahun 1923, Edward L Bernays me mpopule rkan istilah PR dalam bukunya Crystalazing Public opinion. Public Relations sebagai suatu ilmu Awal abad 20, pe lopor PR yang me mulai karirnya di bidang publisistik Ivy Le e me mbuka biro advice and counce ll dalam bidang public re lations. Hampir be rsamaan waktunya, pimpinan industri Ame rican Te le phone and Te le graph, Arthur Page se cara khusus menerapkan PR yang ditujukan untuk me me lihara dan me ningkatkan hubungan baik berusahaan baik de ngan pe gawai, langganan maupun publik se kitar perusahaan seperti lazimnya prakte k PR saat ini. Se me ntara di se ctor pe me rintahan, profe si Public Re lations Officer mulai dite rapkan Ge orge Cre e l di masa pe me rintahan presiden Wilson. Saat itu Cre e l me miliki tugas di bidang Public Information. Di masa selanjutnya, Ge orge Cre e l; dibantu Edwa rd L Be nays. Be rnays se ndiri diakui se bagai pe lopor PR yang pe rtama kali me mbe rikan mate ri kuliah PR, yakni di Unive rsitas Ne w York. Se iring de ngan se ma kin diakuinya PR se bagai suatu hal pe nting dalam pe me rintahan dan pe rusahaan, makan dari hari ke hari eksistensi PRO se makin dibutuhkan. Dampaknya makin banyak pula insitusi yang me nye diakan pe ndidikan khusus di bidang public re lations. Bahlkan untuk bidang‐bidang social khususnya, public re lations dijadikan mata kuliah wajib. Dari be rbagai rise t me nge nai istilah, ruang lingkup dan aplikasi public re lations dalam ke se harian, de finisi public re lations itu adalah ilmu, suatu syste m, fungsi, prose s, profe si, me tode , prkate k, aktivitas, dsb. 2.3. Defenisi public relations Ada banyak de finisi me nge nai Public Re lations, diantaranya adalah sebagai be rikut : “Public Relations is the art of bringing about better public understanding which breeds greater public confidence for any individual or organization.‐ Howard Bonham “Public Relations practise is deliberate, planned and sustain effort to establish and m aintain m utual understanding between an organizational and its public”._ (T he British Institute of Public Relations).
53
Jurnal Ilmiah SCRIPTURA ISSN 1978-385X
Vol. 1 No.2 Juli 2007
“Public Relations is the continuing process by which m anagem ent endeavour to obtain goodwill and understanding of its custom ers, its em ployee and the public at large, inwardly through self analysis and correction, outwardly, through all means of expression”. ‐(JC Seidel). Dari se jumlah de finisi te rse but, jika kita te laah, te rdapat beberapa unsur pe nting dalam public re lations,yakni : Hubungan yang te rjadi adalah hubungan dua arah (two way symetrical communication), ini diindikasikan de ngan pe nggunaan kata “relations”, dan bukannya “re lation”. Aktivitas, fungsi manaje me n, prose s, usaha, individu atau organisasi untuk me mpe role h dan atau me ningkatkan ke samaam pe nge rtian dengan publiknya, baik individu maupun organisasi. Adanya usaha, fungsi manaje me n atau prose s me ncapai hubungan harmonis de ngan komunikannya. Komunikan/publik dalam public relations te rdiri dari publik dalam (inte rnal public) dan publik luar (e xte rnal public). Se hingga aktivitas dalam public re lations ada dua be ntuk, yakni Inte rna l Public Re lations dan Exte rnal Public Re lations. Se cara umum, dapat dide finisikan bahwa Public Relations adalah sebagai bentuk usaha/kegiatan/fungsi manajemen yang dilakukan untuk mempertahankan/meningkatkan citra positif serta kepercayaan dan pengertian dari publik dalam (internal public) maupun publik luar (external publik). (Grunig and Hunt, 1984) Yang dimaksud publik dalam adalah karyawan, pe me gang saham. Se me ntara publik luar me ncakup masyarakat se kitar, klie n, pe me rintahan dan me dia massa. Sejarah Retorika Se jarah Re torika dimulai pada tahun 467 se be lum Mase hi, Korax se orang Yunani dan muridnya Te isios (ke duanya be rasal dari Syra kuse – Sisilia) me ne rbitkan se buah buku yang pe rtama te ntang Re torika. Te tapi re torika se bagai se ni dan ke pandaian be rbicara, sudah ada dalam sejarah jauh le bih dahulu. Misalnya dalam ke suste raan Yunani kuno, Homerus dalam Ilias dan Odysse e me nulis pidato yang panjang. Juga bangsa‐bangsa seperti Mesir, India dan Cina sudah me nge mbangkan se ni be rbicara jauh hari sebelumnya. Plato, me njadikan Gorgias dan Socrate s se bagai contoh retorika yang be nar, atau re torika yang be rdasarkan pada Sophisme dan re torika yang be rdasar pada filsafat. Sophisme me ngajarkan ke benaran yang relatif. Filsafat me mbawa orang ke pada pe nge tahuan yang se jati. Ke tika me rumuskan re torika yang be nar‐be nar me mbawa orang pada hakikat – Plato membahas organisasi gaya, dan pe nyampaian pe san. Dalam karyanya, Dialog, Plato me nganjurkan para pe mbicara untuk me nganal ”jiwa” pe nde ngarnya.
54
Jurnal Ilmiah SCRIPTURA ISSN 1978-385X
Vol. 1 No.2 Juli 2007
De ngan de mikian, Plato me le takkan dasar‐dasar re torika ilmiah dan psikologi khalayak. Ia te lah me ngubah re torika se bagai se kumpulan teknik (sophisme ) me njadi se buah wacana ilmiah. Pengertian Retorika Dalam buku The orie s of Human Communication karangan Little John, dikatakan bahwa studi re torika se sungguhnya adalah bagian dari disiplin ilmu komunikasi. Me ngapa ? kare na di dalam re torika te rdapat pe nggunaan simbol‐simbol yang dilakukan ole h manusia. Kare na itu Re torika be rhubungan e rat de ngan komunikasi Pe rsuasi. Sehingga dikatakan re torika adalah suatu se ni dari me ngkonstruksikan argumen dan pembuatan pidato. Little John me ngatakan re torika adalah ” adjusting ideas to people and people to ideas” (Little John, 2004,p.50) Se lanjutnya dikatakan bahwa Re torika adalah seni untuk berbicara baik, yang dipe rgunakan dalam prose s komunikasi antarmanusia (Hendrikus, 1991,p.14) Se dangkan ole h se jarawan dan ne garawan Ge orge Ke nne dy me nde finisikan re torika se bagai ...” the energy inherent in emotion and thought, transm itted through a system of signs, including language to other to influence their decisions or actions” (dikutip dalam Puspa, 2005:p.10) atau kalau dite rje mahkan dalam bahasa Indone sia me njadi Re torika adalah...”suatu e ne rgi yang inhe re n de ngan e mosi dan pe mikiran, yang dipancarkan melalui se buah siste m dari tanda‐tanda, te rmasuk didalamnya bahsa yang ditujukan pada orang lain untuk me mpe ngaruhi pe ndapat me re ka atau aksi mereka” Lima Hukum Retorika (the Five Canons of Rhetoric). Aristote le s, murid Plato yang paling ce rdas me lanjutkan kajian re torika ilmiah. Ia me nulis tiga jilid buku yang be rjudul De Arte Rhetorica. Dari Aristote le s dan ahli re torika klasik, kita me mpe role h lima tahap pe nyusunan pidato : te rke nal se bagai Lima Hukum Re torika (the Five Canons of Rhetoric), yakni : Inventio (penemuan) Pada tahap ini, pe mbicara me nggali topik dan me ne liti khalayak untuk me nge tahui me tode pe rsuasi yang paling te pat. Bagi Aristote le s, re torika tidak lain dari ke mampuan untuk me ne ntukan, dalam ke jadian tertentu dan situasi te rte ntu, me tode pe rsuasi yang ada”. Dalam tahap ini juga, pembicara me rumuskan tujuan dan me ngumpulkan bahan (argume n) yang se suai de ngan ke butuhan khalayak. Dispositio (penyusunan).
55
Jurnal Ilmiah SCRIPTURA ISSN 1978-385X
Vol. 1 No.2 Juli 2007
Pada tahap ini, pe mbicara me nyusun pidato atau me ngorganisasikan pesan. Aristote le s me nye butnya Taxis yang be rarti pe mbagian. Pe san harus dibagi ke dalam be be rapa bagian yang be rkaitan se cara logis. Susunan berikut ini me ngikuti ke biasaan be rpikir manusia : pe ngantar, pernyataan, argumen, dan e pilog. Me nurut Aristote le s, pe ngantar be rfungsi me narik pe rhatian, me numbuhkan kre dibilitas (e thos), dan me nje laskan tujuan Elocutio (gaya). Pada tahap ini pe mbicara me milih kata ‐kata dan menggunakan bahasa yang te pat untuk “me nge mas”pe sannya. Aristote le s me ngatakan agar me nggunakan bahasa yang te pat, be nar dan dapat dite rima, pilih kata‐kata yang je las dan langsung, sampaikan kalimat yang indah, mulia, dan hidup, dan se suaikan bahasa de ngan pe san, khalayak dan pe mbicara Memoria (memori) Pada tahap ini pe mbicara harus me ngingat apa yang ingin disampaikannya, de ngan me ngatur bahan‐bahan pe mbicaraannya. Aristote le s menyarankan “je mbatan ke le dai” untuk me mudahkan ingatan. Pronuntiatio (penyampaian) Pada tahap ini, pe mbicara me nyampaikan pe sannya se cara lisan. Disini akting sangat be rpe ran. Pe mbicara harus me mpe rhatikan suara (vocis) dan ge rakan‐ge rakan anggota badan. (ge stus mode ratio cum ve nustate ) Rhetorical Analysis Aristote le s me nye but bahwa ada tiga cara untuk me mpe ngaruhi manusia. Pertam a, pe mbicara harus sa nggup me nunjukkan ke pada khalayak bahwa ia me miliki pe nge tahuan yang luas, ke pribadian yang te rpe rcaya, dan status yang te rhormat (e thos). Kedua, pe mbicara harus me nye ntuh hati khalayak, pe rasaan, e mosi, harapan, ke be ncian, dan kasih sayang mereka (pathos) yang ke mudian ole h para ahli re torika mode rn dise but sebagai imbauan emosional atau e mostional appe als. Ketiga, pe mbicara me yakinkan pendengar/khalayak de ngan me ngajukan bukti atau yang ke lihatan se bagai bukti. Disini pe nde katan yang dipakai adalah me lalui otak dari khalayak (logos). Selain ke tiga hal tadi, Aristote le s juga me nye butkan dua hal lain yang efektif untuk me mpe ngaruhi pe nde ngar. Yakni Entime m (e nthyme me ) dan Contoh (e xample ) (Griffin, 2006 : p, 321). Entime m adalah be rasal dari bahasa Yunani : “e n” artinya di dalam dan “thymos” artinya pikiran. Ini adalah se je nis sylogisme yang tidak le ngkap, tidak untuk me nghasilkan pembuktian ilmiah, tetapi untuk me nimbulkan ke yakinan. Dalam bukunya, Em Griffin me ngatakan Enthyme me as “the strongest of the proofs”. Dise but tidak le ngkap kare na se bagian pre mis dihilangkan. Se lain e ntime m, Contoh adalah cara lainnya. Disampaikan de ngan
56
Jurnal Ilmiah SCRIPTURA ISSN 1978-385X
Vol. 1 No.2 Juli 2007
me nge mukakan be be rapa contoh. Se cara induktif pe mbicara me mbuat ke simpulan umum. Kajian me nge nai re torika me njadi pe nting dalam kajian mengenai public re lations kare na me nurut para ilmuwan, Re torika ke giatan Public Re lations sarat de ngan apa yang dise but ole h He ath (1992) sebagai “Perilaku‐ pe rilaku simbolik yang be rtujuan atau bisa digunakan untuk be rbagi dan me nge valuasi informasi, me mbe ntuk ke yakinan, se rta me mbangun norma‐ norma untuk aksi kole ktif yang te rkoordinasi. (dikutip dalam Puspa, 2005 : p.8). Pe ne litian‐pe ne litian Re torika di bidang Public Re lations banyak me ngilustrasikan bagaimana “symbolic strate gy” ini te lah banyak dimanfaatkan te rutama untuk hal‐hal yang be rkaitan de ngan “corporate advocacy” dan “issue s manage me nt”. Pe ne litian‐pe ne litian yang dilakukan ole h Crable dan Vibbe rt (1985), Vibbe rt (1987) dan He ath dan ne lson (1986) me mbuktikan bahwa “issues can be created by institutional rhetors, and that through the use of sym bolic strategies, com m unication can influence the public policy debate (dikutip dari Puspa, 2005: p.9). Rhetorical Analysis sebagai salah satu bentuk Analisis T eks Media Me dhurst dan Be nson (1984) dalam buku Rhe torical Dime nsions of Me dia me nyatakan bahwa ada 9 e le me n re torika yang bisa ditemukan pada me dia massa (Be rge r, 2000 : p.57) a. Inte ntional pe rsuasion b. Social value s and e ffe ct of symbolic forms found in te xts c. Te chnique s by which the arts communicate to audie nce s d. Pe rsuasion te chnique s use d by characte rs on one another in dramatic or narrative works e. Cice ro’s five rhe torical practice s found in te xts f. Study of ge nre s or type s of te xts g. Implicit the orie s about human symblic inte raction implied by authors of symbolic works h. An ide al for the conduct of communication among humans i. Study of what make s form e ffe ctive Se lanjutnya, Robe rt L. Root Jr dalam bukunya the Rhe torics of Popular Culture : Adve rtising, Advocacy and Ente rtainme nt me ngatakan kita bisa me ngaplikasikan Rhe torical Analysis pada me dia massa de ngan me mpe rtanyakan hal‐hal se bagai be rikut : What is the m ode of presentation ? How does the m ode affect the presentation ? what is the purpose of the discourse ? who is the audience for the discourse ? How is the discourse directed at the audience ? What person is created, how is it created, and why is it created ? What is the argum ent of the discourse ? How is it arranged ? Upon what is it based ?
57
Jurnal Ilmiah SCRIPTURA ISSN 1978-385X
Vol. 1 No.2 Juli 2007
Pe nje lasannya dalam bagan be rikut ini : T ERM Definition Ethos Character of speaker helps convince Pathos Appeal to em otions in listener (audience) Logos Proof based on reason, logical argum ent Aim Purpose of discourse Mode Medium used (talk, radio, TV, film , etc)
Me nurut Be rge r (2000) ada be be rap majas bahasa yang biasa digunakan dalam ke giatan re torika. Antara lain : 1. Ale gori (Alle gory) 2. Alite rasi (Allite ration) 3. De finisi (de finition) 4. Enkomium (Encomium) 5. Ekse mplifikasi (Exe mplification) 6. Ironi (Irony) 7. Me tonimi (Me tonymy) 8. Rhime (Rhyme ) 9. Ritme (Rhythm) 10. Simile 11. Syne cdoche Me nurut A.R Sjahab, dalam Rachmat, 2000:p.26, ada e nam te knik pe nge mbangan pe san dalam suatu isi pidato, yang me nunjang pencapaian nilai komunikasi yang e fe ktif. Antara lain : 1. Pe nje lasan. 2. Contoh. 3. Analogi. 4. Te stimoni. 5. Statistik 6. Pe rulangan. Dalam pe ne litian ini, pe ne liti me nggunakan prinsip‐prinsip analisis retorika unive rsal dari Aristote le s yakni Ethos, Pathos, Logos, Aim dan Mode . Analisis dan Pembahasan Konse kue nsi dari pe milihan pre side n dan wapre s se cara langsung ole h rakyat adalah ke tidakpastian di tingkat e le ktoral. Pemenang ditentukan ole h pilihan para pe milih ya ng tidak stabil dan mudah be rubah lantaran te rgantung pe rse psi me re ka te rhadap kandidat. Untuk me ngantisipasi ke tidakpastian itu, disamping adanya fakta tre n menurunnya kekuatan mesin politik partai, para pe mimpin politik te rse but ce nde rung tak terhindar untuk me njadikan diri me re ka se bagai dem agogue yang te rus me mpe rsuasi rakyat
58
Jurnal Ilmiah SCRIPTURA ISSN 1978-385X
Vol. 1 No.2 Juli 2007
untuk me ngamankan popularitas se rta me mpre se rvasi ke kuasaan politik me re ka. Kare nanya, kampanye tidak te rhe nti setelah pemilu, melainkan terus be rlangsung se kalipun me re ka be rada dalam ke kuasaan. Politik pre se ntasi, ke pribadian dan citra atau yang akhir‐akhir ini akrab dise but ʹpolitik tebar pesonaʹ me njadi sangat pe nting dan dorongan yang jauh le bih kuat dari pada me ngutamakan ke rja ‐ke rja konkre t untuk pe nye le saian pe rsoalan masyarakat yang me nde sak untuk ditangani seperti masalah ke miskinan, korupsi dan pe ngangguran. Para pemimpin cenderung manipulatif se bab tindakan maupun ke bijakan populis le bih diperuntukkan de mi politik pe ncitraan me lalui me dia massa. Akibatnya se makin sukar me ngharapkan ke tulusan dari para pe mimpin. Dalam logika ini de ngan mudah dibaca ʹpolitik e mpatiʹ Jusuf Kalla te rhadap para korban tidak bisa te rpisahkan se bagai bagian strate gi kampanye , yakni de ngan me mpe rtontonkan citra positifnya ke pada publik le wat me dia untuk ke pe rluan me nghadapi SBY dalam Pilpre s 2009. Dalam bahasa pe rspe ktif konstruksi sosial se bagaimana be rakar dalam te ori fe nome nologi ole h Alfre d Schultz (1967) se rta te ori inte raksionisme simboliknya Ge orge He rbe rt Me ad (1934) baik SBY maupun JK sama‐sama te ngah me lakukan konstruksi re alitas politik yang mendukung ke pe ntingan politik me re ka masing‐masing Itika d, ke mauan dan re torika politik para politisi se lama ini sudah me mbuktikan bahwa mereka memiliki ke pe ntingan yang be rbe da de ngan ke pe tingan rakyat banyak. Pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Pidato re smi Prse ide n Susilo Bambang Yudhoyono dike mas dalam situs re smi ke pre side nan. Didalamnya se lain be risi pidato, juga berisi profil, foto ke giatan, ruang pe rs, wawancara dan kolom, kliping, Topik pilihan, be rita utama,dan pe rspe ktif lain. Me nurut Aristote le s, Komposisi pidato yang baik be risi tiga hal yakni; Ke satuan (Unity), Pe rtautan (cohe re nce ), Titik be rat (e mphasis). Ke satuan be rarti satunya isi , tujuan dan sifat, ke mudian pertautan antara isi dan gagasan, se te lah itu be be rapa gagasan harus ditonjolkan, beberapa lagi dike be lakangkan, se bagian lagi dite kankan, se bagian lagi diuraikan sambil lalu. Me nurut Aristote le s, pe san harus dibagi dalam be be rapa bagian yang be rkaitan se cara logis. Yang diatur me nurut susunan be rpikir manusia.: pe ngantar, pe rnyataan, argume n dan e pilog. Pe ngantar fungsinya untuk me narik pe rhatian, me numbuhkan kre dibilitas (e thos) dan me nje laskan tujuan Isi pidato dari segi Ethos
59
Jurnal Ilmiah SCRIPTURA ISSN 1978-385X
Vol. 1 No.2 Juli 2007
Sisi Ethos, me nurut Aristote le s te rdapat didalam bagian pe ngantar yang be rtujuan untuk me numbuhkan kre dibilitas si komunikator (dalam penelitian ini adalah Pre side n SBY). Aristote le s me ngatakan bahwa tindakan retorika tidak hanya cukup be rbe kal argume n yang me yakinkan be laka melainkan juga harus mampu me nampilkan sosok komunikator se bagai komunikator yang kre dibe l dan te rpe rcaya. Le bih lanjut ia me ngatakan bahwa kredibilitas komunikator bisa dipe role h de ngan me nampilkan tiga karakteristik yaitu : (a) inte llige nce (b) characte r dan (c) Goodwill. Yang dimaksud ole h Aristoteles se bagai inte le ge nsia bukan dalam arti ke ce rdasan otak atau ke pintaran, me lainkan diartikan se bagai pe rse psi audie ns te rhadap ada tidaknya ke samaan pandangan antara komunikator de ngan khalayaknya terhadap isu yang te ngah disampaikan. Se makin komunikator mampu me nampilkan ke san bahwa pandangannya atau pe ndapatnya akan suatu isu te rte ntu se dikit banyak sama de ngan apa yang dirasakan oleh khalayaknya, semakin argume n itu akan le bih mudah dite rima. Aspe k yang ke dua yakni Karakter. Me nurut Aristote le s, karakte r adalah upaya komunikator me mbangun citra te ntang dirinya se bagai sosok yang jujur, be rmoral dan dapat dipercaya. Jika dalam pe rse psi khalayak se orang komunikator me miliki citra yang positif, maka se makin be sar pe luang komunikator te rsebut untuk memenangkan hati khalayaknya. Aspe k yang ke tiga, yakni niat baik (goodwill). Yang me rupakan pe rse psi khalayak bahwa komunikator yang te ngah be re torika memang benar‐benar me miliki niat yang tulusuntuk be rbuat “ke baikan’ (good inte ntions) se rta tidak dicurigai me miliki age nda‐age nda te rse mbunyi (hidde n age nda) (Griffin, 1997 : 303 – 311). yakni Pada pidato Pre side n SBY te rmuat kalimat se pe rti ini : .....Setahun yang lalu tepat tanggal 17 April 2006 kita berada diruangan ini sebagian besar dari kita untuk m elakukan kegiatan yang sam a. Kepada saudara‐saudara yang setelah itu m engem ban tugas didaerah saudara‐saudara sem ua diseluruh tanah air, yang saya tahu penuh dengan perm asalahan dan tantangan dan yang saya tahu sebagian besar tugas itu telah dilaksanakan dengan baik. Atas nama pemerintah saya m engucapkan terim a kasih dan penghargaan yang setinggi‐tingginya. Saya bersama Wakil Presiden melakukan evaluasi atas kinerja saudara setahun sejak Musrenbangnas tahun lalu hingga sekarang ini. Saya katakan tadi sebagian besar dapat dicapai karena kerja keras saudara. Saya berterima kasih sebagian lagi belum dapat dicapai karena keadaan m em ang tidak semudah yang kita bayangkan tetapi saya juga m elihat ada upaya dan langkah‐langkah saudara yang belum optim al. Saya berharap tahun m endatang ini saudara bekerja lebih keras lagi sehingga hasilnya tahun depan ketika kita insya Allah bertem u kembali di ruangan
60
Jurnal Ilmiah SCRIPTURA ISSN 1978-385X
Vol. 1 No.2 Juli 2007
ini hasilnya lebih baik. Saya katakan berkali‐kali bahwa bangun ekonom i, ideologi ekonom i, yang kita kejar bukanlah kapitalism e apalagi yang hanya m erujuk pada logika dan teori pasar, tapi ekonom i yang berkeadilan sosial. Keadilan sosial ini m enjadi ciri khas, karakter dari ekonom i dan pem bangunan di negeri kita.......... Jadi ini harus kita teruskan diwaktu yang akan datang. Ada pikiran‐pikiran bahkan rapat‐rapat yang m engatakan saatnya kita melakukan revolusi sosial, pem erintahan kita ganti dan kita akan m em bentuk pem erintahan sem entara, juga bukan langkah‐langkah yang konstitusional. Mari kita bangun, kita semua, diri kita sendiri untuk m enjadi bangsa yang dem okratis, yang m enjunjung tinggi kostitusionalism e, aturan m ain dan etika perpolitikan. Muncul belakangan ini suara‐suara di berbagai lem baga, juga ada di kalangan masyarakat politik, di daerah‐daerah dem okrasi kita dianggap kebablasan. Ini m asalah penghem atan biaya perjalanan. Saya kaget m ungkin 2 minggu yang lalu tiba‐tiba di koran biaya perjalanan Presiden m ahal. Ada ke daerah sam pai m engeluarkan 1,5 m ilyar. Saya kaget sekali, coba dicek. Ternyata laporan yang m asuk kepada saya ada sebuah perencanaan di sebuah kabupaten, apabila ada kunjungan Presiden ke tem pat itu dalam rangka ini m aka direncanakan atau katakanlah dianggarkan sejum lah biaya, ada m enyebut‐nyebut 1,5 m ilyar. Kunjungan itu belum terjadi bahkan barangkali belum ada rencana untuk berkunjung ke tem pat itu. Jadi headline, boros, untuk apa, ini itu dan sebagainya. Saudara‐saudara, Dari dulu saya ingin kita m elakukan efisiensi, sem ua, kunjungan saya, kunjungan Wakil Presiden, kunjungan Menteri, kunjungan DPR ke daerah‐daerah termasuk kunjungan ke luar negeri kita sem ua. Oleh karena itulah kemarin saya mengeluarkan instruksi Presiden bahwa kunjungan pejabat ke daerah Presiden, Wakil Presiden, para Menteri dan pejabat‐pejabat negera ke daerah dilakukan seefisien m ungkin, tegas. Kegiatan‐kegiatan protokoler, kegiatan‐kegiatan yang tidak relevan yang m engakibatkan pem borosan, kegiatan adat yang tidak boros barangkali suatu tradisi baik, tapi kegiatan protokoler yang tidak perlu, tidak perlu dilakukan. Kem udian kalau ada fasilitas akom odasi, m es, penginapan, wisma, gunakan. Kemarin saya 2 m alam tidur di wism a Gubernur, waktu ke Manggarai saya di mesnya Bupati, bagus, nyam an, nyenyak juga tidurnya. ...... Ajukan kepada pusat. Saya itu tegas. Urusan teken Panglim a TNI, Kapolri, sem ua. Biaya‐biaya pusat. Daerah itu ya biaya yang apa yang dihadapkan. Kalau sekarang m engundang saya dan Wakil Presiden, ya saya datang. Ada acara disitu saya diundang ya saya datang. Ada program‐ program pemerintah pusat ya saya datang. Tapi dengan efisiensi yang setinggi‐tingginya.
61
Jurnal Ilmiah SCRIPTURA ISSN 1978-385X
Vol. 1 No.2 Juli 2007
Saudara‐saudara, Kita ingin berhemat. Saya hanya ingin m engatakan, saya pun keras ke dalam . Tahun 2005 dana bisa dihem at dan tidak perlu berham buran, saya kem balikan anggaran kepresidenan 50 m ily ar. Tahun 2006 saya kem balikan 68 m ilyar. Jadi terbalik kalau seolah‐olah pem borosan. Mari kita belajar berhem at sesuai dengan kepantasan dan kepentingan kita. Saudara‐saudara, Saya ingatkan dulu sedikit saja aspirasi rakyat, pangan, sandang, papan, pendidikan, kesehatan, rasa am an dan lain‐lain pada saat ini untuk m engingatkan sekali lagi. Rakyat m em ilih pem im pinnya, ini kem bali m em ilih kita semua. Saudara kan dipilih langsung sekarang? Para Bupati, Walikota, Gubernur tentu untuk m ewujudkan aspirasi m ereka yang m em ilih kita sem ua. Oleh karena itu kita bertanggung jawab, kita menunjukan semangat dan kerja keras dan yang ketiga sangat penting. Kita, pemimpin yang dipilih rakyat untuk memimpin eksekusi, pemimpin pemberontakan. Ini harus betul‐betul bertanggung jawab kepada rakyat bukan kepada partai politik, kawan dan keluarga atau ikatan identitas yang lain, suku, agama, etnik dan ke daerahan. Ada ikatan emosional kita, ada komunikasi kita, ada hubungan kita tetapi akhirnya kepentingan rakyat diatas segalanya. Kalau ada konflik kepentingan utama kepentingan rakyat karena yang memilih kita, yang memilih saudara‐ saudara adalah rakyat. Saudara‐saudara, Terakhir, saya ingin m enyam paikan arahan khusus. Arahan ini saya m inta dijalankan. Saya mengemban tugas dalam tatanan sistem pemerintahan. Saya Kepala Pem erintahan, Bapak Jusuf Kalla, Wakil saya untuk m enjalankan roda pem erintahan. Dalam sistem pem erintahan kita ada Gubernur, Bupati, Walikota. Mari kita jalankan disiplin dalam tata pem erintahan ini sehingga hasilnya baik, m encapai sem ua sasaran yang kita harapkan, sasaran tingkat nasional, sasaran tingkat provinsi, sasaran tingkat kabupaten atau kota. Dari segi Pathos Aristote le s me ngatakan bahwa Aspe k Pathos digunakan dalam re torika jika komunikator ingin me mbangkitkan pe rasaan‐pe rasaan atau e mosi te rte ntu dalam diri khalayak. Ada dua be las (12) je nis e mosi yang me nurut Aristote le s dapat digunakan dalam se buah prose s retorika yaitu (1) Anger (versus Mildness), (2) Love or friendship (versus hatred), (3) Fear (versus Confidence), (4) Sham e (versus sham elessness) (5) Indignation (versus Pity) dan (6) Adm iration (versus Envy) (Griffin, 1997 : 308 – 309) Dalam pidato Pre side n SBY ini aspe k Pathos te rlihat dalam hal berikut ini :
62
Jurnal Ilmiah SCRIPTURA ISSN 1978-385X
Vol. 1 No.2 Juli 2007
Bagi saudara‐saudara yang tahun lalu belum ada ditem pat ini yang terpilih menjadi pim pinan daerah apakah Gubernur, Bupati dan Walikota saya ucapkan selamat, selamat bertugas, selamat berkarya. Lakukan tugas dan kewajiban saudara dengan penuh rasa tanggung jawab sebagaim ana rakyat di daerah saudara yang m em ilih dalam pem ilihan kepala daerah berharap agar nasib dan m asa depannya bertam bah baik dan m ari kita teruskan kerja keras kita, am anah yang diberikan oleh rakyat kepada kita dengan sebaik‐baiknya. Saya yakin ham pir sem ua di penghujung hari ketika saudara mengakhiri masa bhakti apakah sebagai m enteri, apakah sebagai gubernur, sebagai bupati, sebagai walikota atau saya sebagai Presiden, Bapak Jusuf Kalla dan semua tentu ingin menulis sebuah biografi. Harapan kita bisa dibaca anak cucu. Tentu saudara ingin biografinya berisi, m akin banyak yang saudara lakukan m eskipun saya tahu tidak selalu m ulus, tidak selalu m enghasilkan yang dicita‐citakan tetapi saudara akan bangga dan m erasa tidak berdosa karena saudara bekerja penuh untuk m encapai tujuan dan sasaran yang dikehendaki. Mari kita cicil, kita tabung apa yang kita tulis nanti dengan dem ikian buku itu layak dibaca, paling tidak oleh diri sendiri yang disaksikan oleh Allah SWT dan anak cucu kita, syukur‐syukur oleh generasi yang akan datang. Saya senang, saya bersyukur kem arin 3 hari saya berada di Sulawesi Tengah term asuk di Poso, Poso pesisir, Tentena dan tem pat‐tem pat yang lain. Keadaannya m akin baik, ham pir norm al m eskipun belum boleh dikatakan am an benar, bersifat awal dan kita tuntaskan. Kejahatan diperangi term asuk terorism e dan kejahatan transnasional. Harm oni dan integrasi sosial diperkokoh. Toleransi kehidupan beragama diperkuat. Mari kita rasakan satu persatu sem uanya itu. Kalau keadaannya m akin baik berarti apa yang kita lakukan m enghasilkan sesuatu m eskipun saya m au m engajak m asih harus bekerja lebih keras lagi. Indonesia yang lebih adil, justice yang kita tuju dan kita bangun adalah keadilan sosial diperkuat. Te rlihat ada unsur me mbangkitkan pe rasan atau e mosi dari audie ns. Yang keenam saudara‐saudara. Saya ingin ham pir sem ua waktu untuk Gubernur dan juga Bupati dan Walikota harus berada di tem pat m asing‐m asing. Tolong dicam kan ini. Batasi kegiatan di Jakarta dan di tem pat‐tem pat yang lain. Saudara tentu harus datang ke Jakarta, m ungkin ada urusan yang penting untuk pem bangunan daerahnya tetapi ingat saudara diaudit oleh rakyat, diaudit oleh Yang Maha Kuasa, apakah keberadaan di Jakarta yang sangat sering, sekali datang berhari‐hari dengan biaya yang tentu tidak sedikit untuk pem bangunan daerahnya, untuk rakyat, untuk yang lain. Sebab kita harus mulai apa namanya transparan dalam hal ini. Batasi kunjungan ke luar negeri kecuali m em beri m anfaat yang tinggi untuk kepentingan tugas. Lakukan penghem atan biaya perjalanan, studi banding‐studi banding yang
63
Jurnal Ilmiah SCRIPTURA ISSN 1978-385X
Vol. 1 No.2 Juli 2007
dicari‐cari saya kira tidak perlulah. Tapi m elakukan kerjasam a‐kontrak ini diikuti dengan langkah‐langkah nyata, bagus, karena sekali lagi m enggerakan investasi, m enggerakan ekonom i dan lain‐lain. Sekali lagi saudara sudah diaudit oleh rakyatnya, oleh DPRDnya, oleh sem ua. Pim pinan DPRD ada ndak? Ok, terim a kasih. Jadi sam a‐sama kita, saya tadi belum sebut m inta m aaf ke para pim pinan DPRD, provinsi, kabupaten dan kota juga hadir, terim a kasih. Yang kedelapan, tingkatkan kom unikasi langsung dengan rakyat, pecahkan m asalahnya dan ukur kem ajuan m enyangkut taraf hidup mereka. Saya sedih saudara kalau ada Gubernur atau Bupati, Walikota sudah tahun kelima, sudah tahun ketujuh ada yang belum dijangkau. Saya tanya yang sudah kesini siapa saja? Baru Bapak, Pak. Yang dulu‐dulu belum , ya m ungkin sibuk tetapi rasanya kalau lebih dari 3 tahun, 5 tahun itu kita ndak m ugkinlah tidak turun ke lapangan, sebanyak m ungkinlah bertem u dengan rakyat. Dengan dem ikian bisa diselami pikiran‐pikiran m ereka.Yang kesem bilan, lakukan langkah‐langkah antisipatif dan proaktif untuk m encegah m em besar dan m eluasnya m asalah di daerah m isalnya konflik sosial dan gangguan keam anan. Dari segi Logos Pe nde katan yang digunakan ole h Pre side n SBY adalah pada analogi.Kita lihat dibawah ini se buah analogi yang cukup panjang untuk menjelaskan uapaya pe ncapaian program jangka me ne ngah nasional 2004 sampai dengan tahun 2009 : ‘Saudara‐saudara, Mengapa yang pertam a dan kedua ini perlu saya ingatkan kem bali? Gampangnya beginilah, kalau saya berkali‐kali ingat lim a tahun ini 2004‐2009 ini, ........ Ada plus dan m inusnya. Kalau m au lihat keindahan m ungkin lewat Puncak‐Cipanas, ingin cepat barangkali lewat Cipularang. Naik pesawat atau naik kereta api atau naik kendaraan darat. Kalau m odal kita kuat, usaha m aju barangkali naik pesawat, tetapi kalau biaya kita belum sam pai barangkali kita jalan darat. Apapun yang terjadi karena apakah saudara lewat Jonggol, lewat Cipanas, lewat Cipularang bisa m ulus, lancar, ........ dirum uskan tentu segaris dengan rencana pem bangunan jangka m enengah nasional kita 2004‐2009. Berikutnya lagi adalah, saya ingin cuplik, ingin garisbawahi pokok‐pokok pengarahan saya .......... Ingat saudara m em im pin, harus m em aham i sistem , m enggunakan m anajem en, m enggunakan kepem im pinan, pengawasan dan lain‐lain’ Terlalu besar taruhannya, ratusan ribu bagi kita di kota, jutaan bagi Gubernur, Menteri dan term asuk saya dan Wakil Presiden. ........ Output‐nya adalah saya
64
Jurnal Ilmiah SCRIPTURA ISSN 1978-385X
Vol. 1 No.2 Juli 2007
katakan rencana yang definitif, yang integrated, yang com prehensive dan yang consolidated tidak boleh, tidak ada sinkronisasinya satu sam a lain. Se lanjutnya, dari sisi Logos juga me ngacu pada apa yang dikatakan ole h Aristote le s bahwa se mua angka ‐angka, grafik dan klaim, bahwa semua itu me rupakan hasil pe ne litian ilmiah adalah me rupakan elemen dari Logos dalam prose s re torika. Se mua bukti‐bukti’ te rse but harus disampaikan pada Audie ns agar me re ka dapat me lihat argume n ini se bagai argumen yang logis dan masuk akal, kare na itu dapat dite rima ke be narannya. (Griffin, 1997 : p.305) ”Jika insya Allah tahun ini kita m encapai pertum buhan 6 % m aka sesungguhnya jerih payah kita sejak tahun 1998 ingat dulu sebelum krisis pertumbuhan kita 6‐7 %, krisis drop m inus 13 %, konstraksi sekitar 21 % collapse. Kita m enyatukan tekad m eskipun suasana tidak m udah, sam a‐sam a kita m erasakan waktu itu. Bangkit perlahan, akhirnya m ulai m endekati 6 % dan apabila tahun ini atau tahun depan kita capai kem bali pertum buhan 6 % dan lebih m aka kita sungguh bersyukur yang tentunya dengan didistribusikan secara adil, pem erataan itu akan m engangkat banyak hal bahkan pengangguran, m engurangi kem iskinan, m eningkatkan daya beli rakyat dan lain‐lainnya”. Dari segi Aim Ke gunaan dari wacana atau discourse ini adalah se bagai Informative Speech atau pidato informatif, yang be rtujuan me nyampaikan informasi. Khalayak diharapkan me nge tahui, me nge rti dan me ne rima informasi tersebut. Tujuan pidato informatif ini adalah me nanmkan pe nge rtian. Kare na itu se cara ke se luruhan, pidato informatif harus je las, logis dan siste matis. Yang me njadi audie ns dalam ke giatan ini adalah Para Me nteri Koordinator, Me nte ri Ne gara Pe re ncanaan Pe mbangunan Nasional/Kepala Bappenas dan Para Me nte ri Kabine t Indone sia Be rsatu, Wakil Ke tua De wan Perwakilan Dae rah Re publik Indone sia dan para pimpinan DPR RI dan DPD RI, Gube rnur Bank Indone sia dan para Pimpinan Le mbaga Pe me rintah Non De parte me n, para Pimpinan BUMN, Gube rnur, Bupati, Walikota, para pimpinan le mbaga ‐le mbaga swadaya masyarakat atau sociosociety, para pimpinan dunia usaha 3.6. Dari segi Mode Te ks Pidato Pre side n Susilo Bambang Yudhoyono yang dianalisis terdapat dalam Me dium Inte rne t. Inte rne t se bagai ne w me dia, se karang be rke mbang pesat untuk menyajikan informasi se lain me dia TV, Radio dan ce tak. Te ks ini te rdapat dalam situs re smi Ke pre side nan : http://www.pre side nsby.info/inde x.php/pidato/)
65
Jurnal Ilmiah SCRIPTURA ISSN 1978-385X
Vol. 1 No.2 Juli 2007
Ke mudian ada 6 pe nge mbangan gagasan yang dilakukan oleh Presiden SBY dalam pidato nya ini : PENJELASAN Proses dalam penegakan hukum pun harus proper, kadang‐kadang bukan pengadilan (court), trail by the court, sekarang trail by the press, trail by sm s, tidak boleh. Kita akan terus lakukan hal‐hal yang tepat, penegak hukum yang m engemban tugasnya cerm at, kita sendiri harus cerm at untuk tidak m elakukan hal yang berkaitan dengan korupsi dan KKN ini. CONT OH Sebagai contoh belum ‐belum di surat kabar, ditelevisi, dim ana‐mana seseorang yang belum tentu dinyatakan bersalah oleh pengadilan langsung Gubernur ini korupsi 50 m ilyar, Bupati ini korupsi 20 m ilyar, itu m elawan asas praduga tidak bersalah, itu m erusak (kaset dibalik).... pengadilan m em buktikan yang bersangkutan bersalah atau tidak bersalah, begitu tidak bersalah for swing bahwa hak‐haknya dikembalikan dan tidak ada catatan apapun bagi yang bersalah. Sebab di negara m anapun juga m endapatkan sanksi. Proses dalam penegakan hukum pun harus proper, kadang‐kadang bukan pengadilan (court), trail by the court, sekarang trail by the press, trail by sm s, tidak boleh. Kita akan terus lakukan hal‐hal yang tepat, penegak hukum yang m engemban tugasnya cerm at, kita sendiri harus cerm at untuk tidak m elakukan hal yang berkaitan dengan korupsi dan KKN ini. ANALOGI : Saudara sebagai orang tua, sebagai seorang ayah, ibu m enasihati anak‐anaknya yang rajin belajar, ndak m ungkin yang rajin m em bolos, jauhi narkoba, jauhi pergaulan bebas. Jadi kalau saudara sebagai Gubernur m enekankan kepada rakyatnya, kepada para Bupati, Walikota hal‐hal yang esensial dan m em ang harus diingatkan terus. Dem ikian juga para Bupati, Walikota m elakukan hal yang sama karena memang itu penting, penting untuk kita sendiri m elaksanakan, penting bagi sem ua untuk juga m ensukseskan program ‐program itu. Saudara sebagai orang tua, sebagai seorang ayah, ibu m enasihati anak‐anaknya yang rajin belajar, ndak m ungkin yang rajin m em bolos, jauhi narkoba, jauhi pergaulan bebas. kemudian : Saudara‐saudara, Mengapa yang pertam a dan kedua ini perlu saya ingatkan kem bali? Gampangnya beginilah, kalau saya berkali‐kali ingat lim a tahun ini 2004‐2009 ini, dalam arti apa yang kita lakukan pada m asa bhakti pem erintahan yang saya pimpin ini kita memiliki tujuan dan sasaran yang m esti kita upayakan untuk pencapaiannya. Gampangnya
66
Jurnal Ilmiah SCRIPTURA ISSN 1978-385X
Vol. 1 No.2 Juli 2007
diantara kita satu group begitu akan bepergian ke Bandung untuk m enghadiri katakanlah sebuah konferensi tentu dalam waktu yang tidak terlalu lama, dalam 4 jam sam pai di Bandung, tujuannya, sasarannya ke Bandung. Pilihannya ada beberapa, apakah lewat jalan klasik, Jakarta‐Bogor‐Puncak‐Cipanas‐Cianjur‐Bandung satu pilihan, atau rute sebelahnya Jakarta‐Jonggol‐Cianjur‐Bandung atau rute yang satu lagi Jakarta‐Kerawang‐Purwakarta‐Padalarang‐Bandung, tetangganya lagi Jakarta‐Purwakarta‐Subang‐Ciater‐Bandung atau yang paling cepat sekarang Jakarta lewat jalan tol Cipularang‐Bandung. Ada plus dan m inusnya. Kalau m au lihat keindahan m ungkin lewat Puncak‐Cipanas, ingin cepat barangkali lewat Cipularang. Naik pesawat atau naik kereta api atau naik kendaraan darat. Kalau modal kita kuat, usaha m aju barangkali naik pesawat, tetapi kalau biaya kita belum sampai barangkali kita jalan darat. Apapun yang terjadi karena apakah saudara lewat Jonggol, lewat Cipanas, lewat Cipularang bisa m ulus, lancar, bisa ada ham batan di jalan, ...... menuju tujuan dan sasaran pada tahun 2009. Dem ikian juga pada tingkat daerah saudara punya tujuan dan sasaran yang dirum uskan tentu segaris dengan rencana pem bangunan jangka m enengah nasional kita 2004‐2009. T EST IMONI Saya ingin m engatakan bahwa sejak awal ada 7 hal yang saudara tidak boleh lupakan, m asih berlaku juga bagaim ana terus m enerus saudara m elakukan pengurangan kem iskinan, pengangguran, peningkatan pendidikan, kesehatan, infrastruktur, pelayanan publik, reform asi birokrasi dan pem berantasan korupsi. Kemudian tahun lalu, 2006 itu ada 9 prioritas dan 8 tujuan MDGs (Millennium Development Goals). Sekarang jadi 8 ya. RKP tahun 2008 itu 8. RKP 2007 itu 9. kalau saya rasa sebetulnya intinya sam a hanya pengelom pokannya saja yang ditata kembali. Nah, yang kedua m engapa 8 tujuan Millennium Developm ent Goals itu adalah kewajiban sem ua negara di dunia untuk m encapai MDGs pada tahun 2015. ST AT IST IK Yang keem pat atau yang terakhir tujuan kita adalah m em bangun Indonesia yang lebih sejahtera, prosperity. Pertum buhan ekonom i terus didorong m eskipun growth atau pertum buhan ekonom i bukan satu‐satunya indikator dan pertumbuhan itupun harus disertai dengan pem erataan growth with eq uity. Jika insya Allah tahun ini kita m encapai pertum buhan 6 % maka sesungguhnya jerih payah kita sejak tahun 1998 ingat dulu sebelum krisis pertumbuhan kita 6‐7 %, krisis drop m inus 13 %, konstraksi sekitar 21 % collapse. Kita menyatukan tekad meskipun suasana tidak m udah, sam a‐sam a kita m erasakan waktu itu. Bangkit perlahan, akhirnya m ulai m endekati 6 % dan apabila tahun ini atau tahun depan kita capai
67
Jurnal Ilmiah SCRIPTURA ISSN 1978-385X
Vol. 1 No.2 Juli 2007
kem bali pertum buhan 6 % dan lebih m aka kita sungguh bersyukur yang tentunya dengan didistribusikan secara adil, pem erataan itu akan m engangkat banyak hal bahkan pengangguran, m engurangi kem iskinan, m eningkatkan daya beli rakyat dan lain‐lainnya. PERULANGAN Dalam pidatonya, Pre side n SBY ce nde rung me nggunakan 2 bahasa pe rulangan, yakni yang be rbahasa Inggris, yang biasanya muncul diakhir suatu kalimat dan yang be rbahasa Indone sia yang muncul di awal atau di te ngah kalimat. Yang be rbahasa Inggris : ‘Keterbatasan pilihan dan resources yang ada pada pem erintah, potensi kita, modal kita tidak m elim pah ruah sebagai negara berkem bang, developing country’. ‘saya gunakan istilah yang m udah diingat pertam a adalah peace (perdamaian), justice (keadilan), dem ocracy, dan yang keem pat kesejahteraan (prosperity)’. ‘Output‐nya adalah saya katakan rencana yang definitif, yang integrated, yang com prehensive dan yang consolidated tidak boleh, tidak ada sinkronisasinya satu sam a lain’. ‘Kem udian yang dapat diwujudkan workable’. Yang be rbahasa Indone sia : Dengan dem ikian kalau sering saya ingatkan kem bali, ingat kita punya RAPBN lima tahunan, ingat apa yang saya arahkan dulu, dua hal penting itu, dua agenda penting ini tujuannya sekali‐kali supaya kita tidak disoriented, kehilangan arah, kehilangan tujuan dan apabila ada m asalah kita atasi tetap m enuju kesasaran itu. Analogi ini, logika ini m ari kita pakai di dalam kita sem ua m engem ban tugas mencapi tujuan dan sasaran yang kita kehendaki. Dalam kaitan ini saya akan m asuk kepada yang pertam a, saya cuplik, saya garis bawahi, saya angkat kem bali pokok‐pokok pengarahan saya kepada para Menteri dan Gubernur pada bulan Oktober 2004 yang lalu. Ini ...... Selalu saya tutup dengan direction ataupun instruksi saya. Saudara‐saudara, Pertanyaannya adalah dapatkah sasaran dan prioritas itu kita capai? Kalau saya m endengar yang saudara sam paikan banyak m asalah, banyak rintangan, banyak ham batan, berat. Saya tahu, karena saya juga m erasakan. Pak Jusuf Kalla juga m erasakan. Tapi kita yakin sem ua itu bisa kita capai asalkan kita semua bertanggung jawab, jangan saling m elem par. Gubernur m elem par kepada Bupati, kepada Presiden, Presiden m elem par kepada Gubernur, kepada Bupati, terus Bupati melempar kepada Gubernur dan lain‐lain. Ayo sam a‐sam a kita pikul, kita lakukan bersam a‐sam a, kita sem ua bekerja keras, jangan sekedarnya saja, jangan business as usual. Bagaimana mau bekerja keras kalau dalam sebulan, dua m inggu ada pejabat negara di daerah yang ada di Jakarta. Ini
68
Jurnal Ilmiah SCRIPTURA ISSN 1978-385X
Vol. 1 No.2 Juli 2007
susah untuk m engatakan saudara bekerja keras. Itu m enurut saya tidak keras. Kita sem ua sering turun ke lapangan dan bertem u rakyat untuk m em ecahkan masalah m ereka, wajib. Dan yang terakhir saya ulangi lagi, ayolah kita cari akal terus berikhtiar, ini sewaktu‐waktu cari akal lagi, ini masih ada lagi, cari akal lagi, sampai ketemu. Pak Paskah Suzeta, Kepala Bappenas tadi m engingatkan 8 prioritas pem bangunan nasional, silahkan dibaca sendiri, supaya ingat. Terbaca tidak dari belakang ini? kem bali just do it, let’s do it, m ari kita kerjakan bersam a‐sam a karena sudah kita rem bukan, sudah kita pikirkan, pertim bangkan, kita olah, jadilah ini 8 prioritas. Kesimpulan Dari 5 (lima) hukum Re torika yang dike mukakan ole h Aristote les, Yang paling dominan dalam Te ks pidato Pre side n SBY dalam Pembukaan Musyawarah Ke bangsaan 2007 adalah Elocutio (gaya). Pada tahap ini pe mbicara me milih kata ‐kata dan menggunakan bahasa yang te pat untuk “me nge mas”pe sannya. Aristote le s me ngatakan agar me nggunakan bahasa yang te pat, be nar dan dapat dite rima, pilih kata‐kata yang je las dan langsung, sampaikan kalimat yang indah, mulia, dan hidup, dan se suaikan bahasa de ngan pe san, khalayak dan pe mbicara. Isi pidato Pre side n SBY sangat sarat de ngan kata ‐kata yang me mang dipilih be nar‐ be nar untuk me ncitrakan siapa dirinya. Pre side n banyak me nggunakan kata ‐kata berbahasa asing, walaupun se be narnya bahasa inggris yang se de rhana, te tapi digunakan se bagai pe ne gasan atas kalimat te rse but. Se lain itu dalam te ks pidato nya, banyak be risi Pe rtautan, antara paragraf yang satu de ngan paragraf yang lain me miliki hubungan. Yang se muanya se be narnya me ngandung makna yang sama, me nje laskan atau me mbe ri informasi atas se tiap pe ncapaian targe t dan program yang telah be liau laksanakan. Te tapi banyak juga te rjadi perulangan kata (misal : semakin baik, sem akin sering dan sem akin harus kita lakukan....) yang se be narnya ingin me ne gaskan suatu kalimat te tapi yang te rjadi justru se baliknya te rke san be rte le ‐te le dan tidak langsung pada sasaran. Ini dikaitkan de ngan image masyarakat pada Pre side n Sby yakni se bagai sosok yang te rlalu hati‐hati dalam me ngambil ke putusa n dan te rke san ragu‐ragu dalam be rtindak. Disini saya me ncoba me nganalisis bahwa be liau ”dibesarkan’ oleh me dia massa. Dan be liau tahu hal itu. Istilah SBY muncul dari media massa, ke mudian se tiap tampilan be liau di me dia di sambut de ngan begitu antusias ole h re kan‐re kan pe rs. Ini me mbuat be liau se makin be rusaha mencitrakan diri me njadi sosok yang ”ide al” dalam pandangan publik.
69
Jurnal Ilmiah SCRIPTURA ISSN 1978-385X
Vol. 1 No.2 Juli 2007
Se lain itu gaya bicara dan pandangan be liau yang ce nde rung berputar‐putar te rlihat dari banyak pidatonya yakni 15 le mbar. Padahal pokok pikiran yang disampaikan dapat dipadatkan lagi me njadi kalimat‐kalimat yang le bih e fisie n se hingga tidak akan me le bihi 10 le mbar, misalnya. Dari Te ks Pidato Pre side n SBY ini, sisi yang paling diangkat untuk me mpe ngaruhi audie ns adalah ET HOS. Sisi Ethos, me nurut Aristote le s te rdapat didalam bagian pe ngantar yang be rtujuan untuk me numbuhkan kre dibilitas si komunikator. Ada 3 aspe k dalam Ethos yakni Inte le ge nsia, Karakte r dan Goodwill. Daftar Pustaka Be rge r AA.2000. Media And Com m unication Research Methods : An Introduction To Qualitative And Quantitative Approaches, Thousand Oaks, CA Sage Publication Dozie r,D Grunig L, Grunig J. 1995. The m anager’s guide To Excellence In Public Relations and Com m unication Managem ent , Ne w Je rse y : Lawre nce Erlbaum Griffin E. 2000. A First Look at Com m unication Theory (3 rd e dition) New York : Mc Grow Hill Grunig and Hunt. 1984. The Managing of Public Relations, Ne w York : Holt, Rhine hart and Wilson He ath, RL . 2001. Handbook Of Public Relations, Thousand Oak, CA, Sage Publication Little John, S.W. 2000. Theories of Hum an Com m unication (7th e d) Be lmont, CA Wadsworth Publishing Company Rakhmat, J . 2000. Retorika Modern e disi ke 6, Bandung: PT Re maja Rosdakarya, Wuwur , H. 2003. Retorika, e disi ke 9, Yogyakarta: KANISIUS , Non Buku Puspa, Ratih, dkk 2005. Laporan Pe ne litian “Argume n Pe me rintah dalam Ke bijakan Ke naikan Harga BBM. http://www.pre side nsby.info/inde x.php/pidato/)
70