DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN Edisi I Bulan Februari 2008
Informasi kefarmasian dan alat kesehatan
Presiden Pimpin Rapat Terbatas Bidang Kesehatan Menkes Luncurkan Buku “Saatnya Dunia Berubah” Pelantikan Pejabat Eselon-II Depkes RI Jakarta
Dua Peneliti Badan Litbangkes Peroleh Gelar Profesor Riset Sambal Cegah Stroke & Impotensi Tips Menghindari Obat Palsu 02- 2008
DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN DEPARTEMEN KESEHATAN R. I. Departemen Kesehatan RI - Jl. Rasuna Said Kav. 4-9 SubBag Humas Lt. 8 R. 803 Telp.: 0215214869 / 5201590 #8176
DARI REDAKSI
EDISI I BULAN FEBRUARI 2008
SUSUNAN REDAKTUR PENASEHAT Direktur Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
PENANGGUNG JAWAB Sekretaris Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
KETUA REDAKSI Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat
Pengantar Puji Syukur kehadirat Allah SWT bahwa Redaksi dapat menyusun Buletin Infarkes untuk Edisi pertama ditahun 2008 ini. Berita yang redaksi tampilkan pada Topik utama kali ini mengenai rapat terbatas bidang kesehatan yang dipimpin langsung oleh Presiden RI bapak Susilo bambang Yudhoyono, serta keberhasilan Ibu menteri kesehatan menyusun serta meluncurkan buku yang bertajuk “Saatnya Dunia Berubah”.
SEKRETARIS REDAKSI Kepala Sub Bagian Hubungan Masyarakat
ANGGOTA REDAKSI: Drs. H. Purwadi,Apt, MM. Drs Riza Sultoni Apt, MM. Dra. Kuswati Ningsih, MM. Drs. Haryono. Drs Jenry W. Badjongga. H.T. Simanjuntak, Apt. M.Si Riani Trisnawati, SE, M.Kes Siti Nurhasanah, S.Si, Apt. Reffiandes, S.Si, Apt. Yulia Yuliarti Barkah, SH. Ikka Tjahyaningrum, S.Si,Apt. Elza Gustanti, S.Si, Apt. Radiman, Amd. Rudi, Amd. M.I TOPIK UTAMA
Liputan yang ditampilkan redaksi kali ini juga mengenai pemberian gelar profesor Riset kepada dua orang peneliti Depkes, serta [pelantikan Eselon II, III dan IV. Serta beberapa Info dan tips yang mungkin berguna bagi pembaca Buletin Infarkes Tidak lupa redaksi berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran penerbitan buletin Infarkes Edisi pertama bulan februari 2008 ini. Terima Kasih
Daftar Isi
P r e s i d e n P i n p i n R a p a t Te r b a t a s B i d a n g K e s e h a t a n . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . H a l . 0 3 LIPUTAN
Menkes Luncurkan Buku “Saatnya Dunia Berubah”............................................Hal. 04 Dua Peneliti Badan Litbangkes Peroleh Gelar Profesor Riset...........................Hal. 05 Pelantikan Pejabat Eselon II..........................................................................Hal. 06 INFO
Daftar Perizinan .........................................................................................Hal. 08 Sambal Cegah Stroke & impotensi................................,.............................Hal. 09 TIPS
Hindari Obat Sakit Kepala......................... ...............................................Hal. 11 Ta k a r a n O b a t & b e r a t B a d a n . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . H a l . 11 Ti p s M e n g h i n d a r i O b a t P a l s u . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . H a l . 11
ALAMAT REDAKSI: Sub Bagian Humas Lt. 8 R. 803 Departemen Kesehatan RI Jakarta Jl. Rasuna Said Kav. 4-9 Telp.: 0215214869 / 5201590 #8176
Hal. 02 l Buletin INFARKES l Februari 2008
Buletin Infarkes terbit dua bulan satu kali, dalam setiap edisinya akan ditampilkan berita liputan serta tulisan ilmiah yang berkaitan dengan bidang kefarmasian serta tulisan bertema kesehatan lainnya, karenanya Redaksi Buletin Infarkesm menerima masukan, saran dan tulisan ilmiah yang dapat dilayangkan kepada alamat redaksi. Terima Kasih
TOPIK UTAMA EDISI I BULAN FEBRUARI 2008
Presiden Pimpin Rapat Terbatas Bidang Kesehatan Jakarta, 20 Februari 2008 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memimpin rapat terbatas (Ratas) Bidang Kesehatan di Kantor Depkes, Jakarta. Ratas dihadiri para menteri di lingkungan Kementerian Kesejahteraan R a k y a t , b e b e r a p a M e n t e r i Koordinator, Kepala BKKBN, Kepala Badan POM, Kepala Badan Pusat Statistik, Pejabat Eselon I dan II Depkes serta Direktur RS Vertikal. Menkes Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K) dalam laporannya menyatakan prioritas Pembangunan Kesehatan pada tahun 2005 - 2009 diutamakan pada upayaupaya Kesehatan Ibu dan Anak, Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin, Pendayagunaan Tenaga Kesehatan, Penanggulangan Penyakit Menular, Gizi Buruk dan Krisis Kesehatan Akibat Bencana serta Peningkatan Pelayanan Kesehatan di Daerah Terpencil, Tertinggal, dan Daerah Perbatasan serta Pulau-Pulau Terluar.
untuk kesehatan juga terbatas. Pemanasan Bumi akan menyebabkan tempat perkembangbiakan vektor penyakit seperti Malaria, DBD, dll akan meningkat. Berbagai bencana baik karena alam ataupun ulah manusia, diperkirakan masih sering terjadi. Selain itu, kemiskinan juga masih menjadi masalah utama dalam upaya peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan. Selain itu, pemahaman demokratisasi masih dangkal dan pemahaman serta pelaksaan Desentralisasi termasuk didang kesehatan, masih jauh dari harapan. Tetapi dilihat dari APBN Depkes terlihat meningkat dari tahun ke tahun, yaitu Rp 11,1 triliun pada tahun 2005 menjadi Rp 13,9 triliun pada tahun 2006, Rp 18,7 triliun pada tahun 2007 dan Rp 19, 7 triliun pada tahun 2008. U p a y a terobosan yang dilaksanakan pada tahun 2008 adalah Desa Siaga, P4K, J a m i n a n Ketersediaan dan Stabilitas Harga Obat, Keberlangsung an Program J a m i n a n Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin/Askeskin, Reformasi WHO dan Save Papua. Dilengkapi peralatan kesehatan sesuai keperluan, tenaga dokter, bidan, perawat, tenaga laboratorium dan petugas lainnya yang mencakup seluruh penduduk dan merupakan kegiatan kunjungan rumah. Total alokasi anggaran bersumber dari APBN Depkes, Dana Perimbangan dan sumber lainnya dari hibah (National Petrolium dan GF-ATM) sebesar Rp 765,1 milyar.(rd)
Dalam Rapat Pembahasan tersebut mengagendakan pembahasan mengenai hasil kerja pada tahun 2007 dilihat dari : Pembangunan Kesehatan yang telah dicapai sampai tahun 2007; Pemanfaatan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin; Pelayanan Khusus untuk Pasien Miskin; Perkembangan Penanggulangan Penyakit Menular; Kejadian bencana tahun 2007; Pemenuhan kebutuhan tenaga kesehatan untuk daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan; Jumlah sarana pelayanan kesehatan tahun 2005-2007; Pelayanan kesehatan untuk daerah terpencil, tertinggal, perbatasan dan pulau terluar; Pelayanan kesehatan haji; Pelaksanaan Good Governance. Kemudian juga dibahas mengenai Rencana Tahun 2008, antara lain: Dalam rangka percepatan penurunan AKI; Dalam rangka percepatan penurunan AKB; Percepatan pemenuhan dokter spesialis; Empat kegiatan pokok dalam program penyakit menular; Program perbaikan gizi masyarakat; Program obat dan perbekalan. Agar perencanaan dapat berjalan dengan baik, maka dibicarakan pula kemungkinan permasalahan yang bisa timbul pada tahun 2008 dengan mempertimbangkan aspekaspek horisontal serta vertikal seperti terbatasnya Anggaran Pembangunan Kesehatan, dimana APBN Depkes tiap tahunnya hanya berkisar 2.5% dari APBN Nasional. Alokasi APBD
Buletin INFARKES l Februari 2008 l Hal. 03
TOPIK UTAMA EDISI I BULAN FEBRUARI 2008
Menkes Luncurkan Buku Saatnya Dunia Berubah 08 Feb 2008 Praktek virus sharing yang sudah berlaku lebih dari 50 tahun, ternyata banyak merugikan negara miskin dan negara berkembang asal virus. Sementara perusahan vaksin yang dimiliki negara maju dengan mudahnya mengambil virus tanpa seijin pemilik dan mengembangkannya menjadi vaksin dan produk diagnostik lainnya kemudian menjualnya ke negara miskin dan berkembang dengan harga yang sangat mahal. Hal ini terkuak ketika di Indonesia ditemukan kasus pertama virus Flu Burung(Avian Influenza =AI) pada manusia pertengahan tahun 2005, dimana untuk penentuan diagnosis Indonesia diwajibkan mengirim sampel virus ke WHO Collaborating Center di Hongkong. Hal ini berlangsung hingga Agustus 2006. Tetapi tanpa sepengetahuan Indonesia, sampel virus tersebut diberikan ke perusahaan pembuat vaksin di negara maju. Maka sejak itu, Menkes memutuskan untuk memeriksa spesimen Flu Burung cukup dilakukan 2 laboratorium di dalam negeri yakni Laboratorium Badan Litbangkes dan Laboratorium Eijkman. Hal ini sejalan dengan kemampuan yang dimiliki laboratorium Indonesia untuk memeriksa virus H5N1, yang terbukti selama kurang lebih 1 tahun hasilnya selalu sama dengan laboratorium AI di Hongkong. Tetapi Indonesia tetap membuka akses bagi para peneliti dunia dengan menempatkan data AI pada Gen Bank (public domain). “Demi kepentingan umat manusia, pemerintah Indonesia menyatakan bahwa data genom pada virus Flu Burung bisa diakses semua orang,” tegas Menkes saat itu (10/8/06). Majalah The Economist menulis, “Siti Fadilah Supari memulai suatu revolusi yang mungkin menyelamatkan dunia dari dampak buruk penyakit pandemi. Hal ini terucap karena Menteri Kesehatan Indonesia telah memilih senjata yang terbukti lebih berguna daripada vaksin terbaik dunia saat ini dalam menanggulangi ancaman virus Flu Burung: transpatansi.” Berbekal dari pengalaman itulah, Menkes Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K) tergerak hatinya untuk mengubah sistem virus sharing yang sangat merugikan negara berkembang tersebut dengan sitem yang lebih transparan, adil, dan setara. Ide tersebut kemudian terus diperjuangkan menjadi usulan Indonesia pada Sidang Majelis Kesehatan Dunia (WHA) di Jenewa Swiss. Pada akhir sidang, usulan Indonesia disepakati dan disahkan menjadi Resolusi WHA yang
Hal. 04 l Buletin INFARKES l Februari 2008
Foto: puskomblik
harus dipatuhi semua negara anggota. Perjuangan Menkes dalam mewujudkan ide tersebut dituangkan dalam sebuah buku berjudul Saatnya Dunia Berubah! Tangan Tuhan di Balik Virus Flu Burung. Buku ini dipenuhi rincian menarik tentang bagaimana Siti Fadilah Supari mulai tertarik ke dalam lingkaran pergulatan pertukaran virus sehingga kemudian maju menghadapi berbagai intrik dan tantangan yang berkaitan dengan pertukaran virus H5N1. Pergerakan ini kemudian ternyata menguak ketidakadilan mekanisme pertukaran virus yang telah berjalan selama 50 tahun, di mana negara-negara yang menyumbangkan virusnya tidak dapat meminta hasil penelitian dan tidak dapat mengetahui apa yang terjadi dengan virus yang Foto: puskomblik dikirimkannya. Di dalam buku ini, pembaca dapat mengerti alasan di balik keputusan-keputusan, ide-ide serta alternatif yang dikemukakan Menteri Kesehatan ini demi memperjuangkan hak memperoleh perlindungan dari ancaman virus bagi rakyat Indonesia. Melalui buku setebal 182 halaman inilah, Menkes mengharapkan dukungan rakyat untuk bersama-sama menyuarakan kepentingan masyarakat Indonesia ke seluruh warga dunia karena perjuangan belum selesai. Siti Fadilah Supari akan terus berjuang hingga tercipta pertukaran virus (virus sharing) yang adil, transparan, dan setara. Dalam kata pembukanya, Menkes menyampaikan maksud bahwa kiranya buku ini menjadi referensi bagi peneliti, praktisi, dan siapapun yang berusaha memperjuangkan, menegakkan martabat dan kedaulatan negara-negara berkembang agar setara dengan negara-negara maju. Peluncuran buku karangan Menkes wanita pertama di Indonesia ini digelar di Hotel Borobudur Jakarta, Rabu malam (6/1/2008). Acara ini dihadiri berbagai kalangan, diantaranya para menteri Kabinet Indonesia Bersatu, para anggota lembaga tinggi negara (DPR, DPD), para duta besar negara sahabat, para direktur rumah sakit, para direktur BUMN, Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Tengah, anggota Organisasi Profesi, para petinggi akademis dari perguruan tinggi, serta para pejabat di dalam Departemen Kesehatan sendiri.(rd)
TOPIK UTAMA EDISI I BULAN FEBRUARI 2008
Dua Peneliti Badan Litbangkes Peroleh Gelar Profesor Riset Jakarta,15 Januari 2008 Pengukuhan Profesor Riset ini baru pertama kali terjadi di Depkes. Dihadiri Menteri Kesehatan Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K), menurut Menkes, peristiwa ini menjadi kebanggaan bagi departemen yang dipimpinnya, karena berkaitan dengan peningkatan akreditasi dan pengakuan atas kemandirian Departemen Kesehatan dalam melakukan kegiatan penelitian. Menkes mengakui data dan informasi yang penting untuk input perumusan kebijakan dan program kesehatan masih lemah. Adanya Profesor Riset di lingkungan Depkes dapat memicu iklim ilmiah serta peningkatan kualitas penelitian dan pengembangan ilmu kesehatan, dengan demikian tersedia penelitian yang baik yang dapat dimanfaatkan sebagai dasar perumusan kebijakan dan program pembangunan kesehatan (evidence based policy). Kedua profesor tersebut adalah Dr. Herman Sudiman, SKM dan Dr. Mohammad Sudomo, peneliti pada Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Kepada kedua profesor tersebut Menkes berharap agar ke depan dapat lagi menghasilkan inovasi-inovasi baru yang bermanfaat bagi sektor kesehatan, serta dapat membina para peneliti lainnya. Dengan demikian, dalam waktu dekat dapat menyusul pengukuhan profesor-profesor riset lainnya di Departemen Kesehatan. Dalam orasi ilmiahnya yang berjudul Tantangan Litbang Lintas Disiplin dalam Penanggulangan Masalah Kemiskinan, Kelaparan dan Gizi Kurang di Indonesia, Prof. (riset) Dr. Herman Sudiman, SKM menyatakan kemiskinan, kelaparan dan gizi kurang merupakan masalah sebagian besar penduduk dunia, khususnya di negara berkembang termasuk Indonesia. Ketiganya merupakan masalah kemanusiaan dalam sejarah umat manusia. Banyak program pembangunan tidak berjalan optimal tanpa mengatasi masalah kemiskinan. Programprogram pembangunan seperti peningkatan kualitas
Foto: RD
dan pemerataan pendidikan, demokratisasi, kesehatan, gizi, sanitasi lingkungan, memerlukan penyelesaian masalah kemiskinan sebagai salah satu prasyarat penting. Meskipun, perbaikan gizi tidak harus menunggu penanggulangan kemiskinan tuntas. Menurut Dr. Herman Sudiman, menemukan dan mengenali penduduk sangat miskin (extreme poverty), sangat lapar dan gizi kurang tingkat berat (marasmus, kwashiorkor, busung lapar) sangatlah mudah karena kasat mata. Banyak pihak termasuk politisi lebih tertarik menangani kelompok ini karena jelas sasarannya dan secara kemanusiaan memang perlu ditolong, tetapi sebenarnya terlambat, mahal, tidak akan pernah selesai dan tingkat keberhasilannya relatif rendah. Untuk itu tidak terlalu perlu memfokuskan pada kelompok yang sudah terlanjur miskin, terlanjur sangat lapar dan gizi kurang atau bahkan gizi buruk (sangat miskin, sangat lapar, gizi buruk), karena upaya ini mirip dengan upaya kuratif yang tidak akan pernah selesai. Sementara Prof (riset) Dr. Mohammad Sudomo dalam orasi tentang disertasinya, Penyakit Parasitik yang Kurang Diperhatikan di Indonesia menyatakan bahwa meski penyakit tersebut tidak menyebabkan wabah, keberadaannya mengganggu kesehatan dan kesejahteraan masyarakat karena secara perlahan menggerogoti kesehatan manusia, menyebabkan kecacatan tetap, menurunkan intelegensia anak, dan menyebabkan kematian. Sejauh ini, penyakit parasitik ini telah menginfeksi kurang lebih 1 miliar orang atau seperenam dari penduduk dunia. Menutup orasinya Dr. Mohammad Sudomo menyatakan, pemberantasan penyakit parasitik harus melibatkan semua sektor terutama yang erat kaitannya dengan lingkungan, misalnya pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan dan pekerjaan umum. Pemberdayaan masyarakat sangat penting, karena tanpa kesadaran masyarakat akan adanya penyakit parasitik yang mengancam mereka, maka program pemberantasan penyakit parasitik tidak akan berhasil dengan baik.(rd)
Buletin INFARKES l DFebruari 2008 l Hal. 05
TOPIK UTAMA EDISI I BULAN FEBRUARI 2008
Pelantikan Pejabat Eselon-II Depkes RI Jakarta
Foto: RD
Bertempat di Ruang Johanes Leimena, Departemen Kesehatan, Menteri Kesehatan, pada pukul 10.30 (18/01/2008) Dr. Siti Fadilah Supari, Sp. JP (K) mengangkat, memindahkan dan memberhentikan beberapa pejabat struktural di lingkungan Departemen Kesehatan yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No.. 040-072/MENKES/SK/I/2008. Menkes memberhentikan dengan hormat 28 pejabat eselon, diantaranya adalah : dr. H.A CHALIK MASULILI, M.Sc sebagai Kepala Pusat Promosi Kesehatan Sekretariat Jenderal Depkes dan dr.Hedy B.Sampurno, mph sebagai Kepala Balai Kesehatan Paru Masyarakat Bandung. Pelantikan 33 pejabat struktural setingkat Eselon II di lingkungan Depkes Pusat (15 orang ) dan Unit Pelaksana Teknis Depkes di Daerah termasuk rumah sakit (18 orang). Sedangkan untuk Direktoral Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Drs. PURWADI, Apt, MM, ME diangkat sebagain Direktur Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Bagian Program dan Informasi Sekretariat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Dalam sambutannya Menkes mengatakan, mutasi jabatan dalam suatu organisasi adalah hal yang biasa. Hal ini merupakan upaya pengembangan karir Pegawai Negeri Sipil serta dalam rangka penyegaran Hal. 06 l Buletin INFARKES l Februari 2008
guna meningkatkan kinerja organisasi. Pejabat yang terlampau lama memegang jabatan, biasanya sudah menganggap tugasnya menjadi rutin sehingga kurang melakukan kegiatan-kegiatan yang dinamis dan inovatif dalam mencapai tujuan organisasinya. Dengan ditunjuknya pejabat baru, diharapkan akan ada Foto: RD berbagai perubahan ke arah yang lebih baik dalam meningkatkan kinerja organisasi. Menurut Menkes masalah dan tantangan di bidang kesehatan makin berat dan kompleks. Contohnya, masih rendahnya akses pelayanan kesehatan yang bermutu serta masih terbatasnya keterjangkauan obat meskipun harga obat, terutama obat generik dan obat esensial generik bermerk, telah diturunkan. Desentralisasi di bidang kesehatan pun belum baik, padahal telah berjalan lebih dari 5 tahun. Akibatnya, penggalian, pengalokasian, dan pemanfaatan sumberdaya kesehatan, baik sumberdaya manusia maupun sumberdaya biaya, tidak optimal. Di hadapan para pejabat baru tersebut, Menkes berharap agar dalam menjalankan tugas dapat menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinergisme, di lingkungan sendiri maupun antar organisasi di dalam dan luar Depkes sesuai dengan bidang tugas masing-masing. Khusus kepada pejabat Eselon II di RS, Menkes meminta agar senantiasa meningkatkan mutu pelayanan di RS serta memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin melalui Program Askeskin.
LIPUTAN EDISI I BULAN FEBRUARI 2008
1
<<<<<< Pelantikan Pejabat Eselon III & IV 1.
Sekretaris Jenderal Departemen Kesehatan, (Sjafii Ahmad, MPH) memberikan ucapan selamat setelah acara pelantikan pejabat eselon III & IV dilingkungan Departemen Kesehatan pada tanggal 18 Januari 2007 di Aula Departemen Kesehatan.
2. Direktur Jenderal Ditjen Binfar & Alkes (Richard Panjaitan, Apt, SKM) juga memberikan ucapan selamat kepada para pejabat yang dilantik.
2 Donor Darah
>>>>>>>
Dharma Wanita Unit Departemen Kesehatan Jakarta melaksanakan kegiatan Donor Darah pada tanggal 16 januari 2008 di ruangan Dharma wanita Blok A gedung Depkes Jakarta, lebih dari 150 orang sukarela menyumbangkan darahnya.
Serah Terima Jabatan >>> Direktur Jenderal Binfar & Alkes (Richard Panjaitan, Apt, SKM) beserta Sekertaris Direktorat Jenderal Ditjen Binfar & Alkes (Dra. Meinarwati, Apt, M.kes) menyaksikan penandatanganan serah terima jabatan Direktur Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan dari Bapak Drs. Bahron Arifin, Apt kepada Bpk. Drs. PURWADI, Apt, MM, ME, dilakukan pada tanggal 01 Februari 2008.
<<< Penyerahan DIPA 2008 Ibu Dra. Meinarwati, Apt, M.kes dan Bpk. Richard Panjaitan, Apt, SKM) dalam acara penyerahan DIPA tahun 2008 dari Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan kepada para Direktur dan Sekretaris di Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan pada tanggal 21 Januari 2008 bertempat di Ruang Rapat Ditjen Binfar dan Alkes.
Buletin INFARKES l Februari 2008 l Hal. 07
INFO EDISI I BULAN FEBRUARI 2008
LAPORAN PERIZINAN PBF, PBBBF, INDUSTRI FARMASI, INDUSTRI OBAT TRADISIONAL, DAN KOSMETIKA YANG DITERBITKAN DITJEN BINFAR & ALKES BULAN JANUARI - FEBRUARI 2008 No
NAMA PERUSAHAAN
No. IZIN
Tanggal Terbit
PROVINSI
JENIS IZIN
1
PT. INDEN BAKU PRIMA
YF.05.DJ.I.PBBBF. 013
17 Januari 2008
DKI Jakarta
Izin PBBBF
2
PT. PERMATA HATI BARU
YF.05.DJ.I.PBF. 014
17 Januari 2008
Jambi
Izin PBF
3
PT. SANTOSA JATISARI KUSUMAH
YF.05.DJ.I.PBF. 015
17 Januari 2008
Jawa Barat
Izin PBF
4
PT. SAMUDERA MAS ZENINDO
YF.05.DJ.I.PBF. 016
17 Januari 2008
Kalsel
Izin PBF
5
PT. PRAMBANAN KENCANA
YF.05.DJ.I.PBBBF. 017
18 Januari 2008
Banten
Izin PBBBF
6
PT. MERCK, Tbk
YF.05.DJ.I.PBBBF. 018
18 Januari 2008
DKI Jakarta
Izin PBBBF
7
PT. DEWISRI PIRISTIMAHKOTA
YF.05.DJ.I.PBF. 024
22 Januari 2008
Jawa Barat
Izin PBF
8
PT. CAHAYA PRIMA SENTOSA ABADI
YF.05.DJ.I.PBF. 025
22 Januari 2008
DKI Jakarta
Izin PBF
9
PT. SAVANNAH BALI PERSADA
YF.05.DJ.I.PBF. 026
22 Januari 2008
Bali
Izin PBF
10 PT. GLOBAL MITRA PEKANBARU
YF.05.DJ.I.PBF. 027
22 Januari 2008
Riau
Izin PBF
11 PT. SINAR KALIMAN SEHAT
YF.05.DJ.I.IOT. 028
22 Januari 2008
DKI Jakarta
Izin IOT
YF.05.DJ.I.PBBBF. 029
22 Januari 2008
DKI Jakarta
Izin PBBBF
12 PT. MULTIBUANA CIPTA SEJAHTERA 13 PT. GLAXO WELCOME INDONESIA
YF.05.DJ.I.IF. 050
28 Januari 2008
DKI Jakarta
Izin IF
14 PT. RIAU FARMA MANDIRI
YF.05.DJ.I.PBF. 051
28 Januari 2008
Riau
Izin PBF
15 PT. CAHYA WIRA BUANA
YF.05.DJ.I.PBF. 052
28 Januari 2008
Bali
Izin PBF
16 PT. INDOTAMA ANDALANKARYA
YF.05.DJ.I.PBF. 053
28 Januari 2008
DKI Jakarta
Izin PBF
17 PT. HERWIYUNDA BAKTI PERSADA
YF.05.DJ.I.PBF. 054
28 Januari 2008
Papua
Izin PBF
18 PT. ANUGERAH ARGON MEDICA
YF.05.DJ.I.PBF. 056
31 Januari 2008
Sumsel
Izin PBF
19 PT. KEMBAR MEDIKATAMA
YF.05.DJ.I.PBF. 057
31 Januari 2008
Jateng
Izin PBF
20 PT. DEMKA SAKTI
YF.05.DJ.I.PBF. 058
31 Januari 2008
DKI Jakarta
Izin PBF
YF.05.DJ.I.PBBBF. 069
06 Februari 2008
DKI Jakarta
Izin PBBBF
22 PT. SEKAR SARI ALAM
YF.05.DJ.I.PBF. 071
06 Februari 2008
Papua
Izin PBF
23 PT. MANGLAYANG MANDIRI MEDIKA
YF.05.DJ.I.PBF. 072
06 Februari 2008
Jawa Barat
Izin PBF
24 PT. KARTIKA HUSADA UTAMA
YF.05.DJ.I.PBF. 073
06 Februari 2008
Jawa Timur
Izin PBF
25 PT. FRESENIUS MEDICAL CARE INDONESIA
YF.05.DJ.I.PBF. 074
06 Februari 2008
DKI Jakarta
Izin PBF
26 PT. IDS MARKETING INDONESIA
YF.05.DJ.I.PBF. 093
19 Februari 2008
DKI Jakarta
Izin PBF
27 PT. CAKRAEMAS INDAH PHARMA
YF.05.DJ.I.PBF. 094
19 Februari 2008
Jateng
Izin PBF
28 PT. DHAINAKO PUTRA SEJAHTERA
YF.05.DJ.I.PBF. 095
19 Februari 2008
Yogyakarta
Izin PBF
29 PRIMER KOPERASI TNI AD LEMBAGA BIOMEDIS
YF.05.DJ.I.PBF. 096
19 Februari 2008
DKI Jakarta
Izin PBF
YF.05.DJ.I.PBBBF. 097
19 Februari 2008
DKI Jakarta
Izin PBBBF
YF.05.DJ.I.IKOS. 098
19 Februari 2008
Jawa Timur
Izin Kosmetika
32 PT. KARUNIA LESTARI SEJATI
YF.05.DJ.I.PBF. 099
22 Februari 2008
Jawa Barat
Izin PBF
33 PT. BUANA SARASWATI
YF.05.DJ.I.PBF. 100
22 Februari 2008
Bali
Izin PBF
34 PT. SEJAHTERA PHARMA JAYA
YF.05.DJ.I.PBF. 101
22 Februari 2008
DKI Jakarta
Izin PBF
35 PT. DAYA MANDIRI PUTRA
YF.05.DJ.I.PBF. 102
22 Februari 2008
Jawa Barat
Izin PBF
36 PT. HEKA SENTRA MEDIKA
YF.05.DJ.I.PBF. 103
22 Februari 2008
DKI Jakarta
Izin PBF
37 PT. MITRA PERMATA MECALINDO
YF.05.DJ.I.PBF. 104
22 Februari 2008
Kalbar
Izin PBF
38 PT. TEMPO NATURAL PRODUCTS
21 PT. INDOFARMA GLABAL MEDIKA
30 PT. PARIT PADANG 31 PT. USAHA SEKAWAN FARMASI INDONESIA
YF.05.DJ.I.IPOT. 105
26 Februari 2008
Kalbar
Izin IPOT
39 PT. KAPULAGA FARMA
YF.05.DJ.I.PBF. 106
26 Februari 2008
NAD
Izin PBF
40 PT. TARGETKEMBANG WIJAYAKESUMA
YF.05.DJ.I.PBF. 107
26 Februari 2008
Lampung
Izin PBF
41 PT. BINTANG RIAU PERKASA FARMA
YF.05.DJ.I.PBF. 108
26 Februari 2008
Riau
Izin PBF
42 PT. KHARISMA PURNAWIRA NUGRAHA
YF.05.DJ.I.PBF. 109
26 Februari 2008
DKI Jakarta
Izin PBF
Hal. 08 l Buletin INFARKES l Februari 2008
INFO EDISI I BULAN FEBRUARI 2008
mengungguli ikan segar.
Sambal tentu bukan merupakan makanan yang asing bagi kita. Bagi mereka yang menyukai rasa pedas, sambal menjadi menu favorit yang harus selalu ada di meja makan. Tanpa kehadiran sambal, beberapa jenis hidangan menjadi terasa hambar dan kehilangan makna. Bagi yang menyukainya, sambal dapat membuat selera makan meningkat. Masyarakat Padang menyebut sambal sebagai King of Food. Buat mereka, tanpa sambal layaknya makan nasi tanpa garam. Masyarakat Sunda juga merupakan salah satu penggemar sambal yang sering dicocol dengan lalapan. Bahan utama pembuatan sambal adalah cabai yang dihancurkan, sehingga keluar kandungan airnya dan ditambahkan dengan bahan-bahan lain seperti garam, cuka, dan terasi. Saat ini sambal sudah ada yang dijual dalam kemasan. Namun, masih banyak masyarakat yang lebih senang membuat sambal sendiri. Cara ini lebih sesuai dengan selera. Jenis Sambal Di Indonesia, ada bermacammacam Sambal yang berasal dari berbagai macam suku. Suku Padang biasanya lebih menyukai sambal yang sangat pedas, sedangkan suku Sunda lebih menyukai sambal yang manis. Suku Tionghoa keturunan Pontianak menyukai sambal yang merupakan kombinasi cabai rawit dan kecap asin. Sementara suku Tionghoa keturunan Bangka lebih menyukai sambal yang merupakan kombinasi cabai rawit dengan cuka makan. Masyarakat Sulawesi menyukai sambal yang dikombinasi dengan tomat hijau, sedangkan penduduk Sumatera Selatan sangat menyukai sambal lingkung. Sambal lingkung dibuat dari campuran cabai merah, kelapa parut yang telah disangrai, dan daging ikan giling.
Ada beberapa jenis sambal yang terkenal antara lain sambal asam, sambal balado, sambal sea food, sambal belacan, sambal sotong, dan banyak lagi lainnya. Sambal juga biasa dikombinasikan dengan rempahrempah asli Indonesia, seperti sambal
kemiri, sambal manis, sambal pencit, yaitu sambal yang dicampur dengan irisan buah mangga muda. Bagi yang sangat menyukai cabai, pasti mengenal sambal setan. Sambal ini sangat pedas karena menggunakan cabai Madame Jeanette. Cabai Madame Jeanette memiliki warna kuning atau hijau muda. Cabai ini terkenal memiliki rasanya sangat pedas dan bau wangi yang khas. Namun, dari semua jenis sambal, tampaknya sambal terasi merupakan sambal yang paling terkenal. Membangkitkan Sensasi Di luar dugaan kita, sambal sesungguhnya merupakan bahan makanan kaya zat gizi. Cabai rawit yang merupakan komponen utama pembuatan cabai banyak mengandung vitamin C dan betakaroten (provitamin A), mengalahkan buah-buahan populer seperti mangga, nanas, pepaya, atau semangka. Bahkan kadar mineralnya, terutama kalsium dan fosfor,
Sementara itu, kandungan vitamin C cabai hijau justru jauh lebih besar daripada cabai rawit. Meski demikian, asupan sambal dalam menu kita sehari-hari sangat kecil, sehingga asupan gizi yang didapat dari sambal juga sangat kecil. Unsur pedas pada cabai terdapat pada komponen kapsaisin yang tersimpan dalam urat putih Cabai, tempat melekatnya biji. Banyak orang membuat sambal dengan membuang biji cabai bersama uratnya untuk mengurangi rasa pedas. Padahal, khasiat terbesar pada cabai terletak pada komponen kapsaisinnya. Menurut Apriadji (2001), kapsaisin bersifat antikoagulan, dengan cara menjaga darah tetap encer dan mencegah terbentuknya kerak lemak pada pembuluh darah. Kegemaran makan sambal memperkecil kemungkinan menderita penyumbatan pembuluh darah (aterosklerosis), sehingga mencegah munculnya serangan stroke dan jantung koroner, serta impotensi. Kapsaisin juga baik dikonsumsi ketika sakit kepala menyerang. Rasa pedas dari kapsaisin dapat menghalangi aktivitas otak ketika menerima sinyal rasa sakit dari pusat sistem saraf. Terhambatnya perjalanan sinyal ini akan mengurangi rasa sakit. Pada saat yang sama kapsaisin akan mengencerkan lendir, sehingga dapat melonggarkan penyumbatan pada tenggorokan dan hidung, termasuk sinusitis. Kapsaisin juga bermanfaat sebagai antiradang dan mengobati bengkak dan bisul. Namun, menurut Irna (2005), konsumsi kapsaisin tidak boleh berlebihan karena dapat meningkatkan asam lambung sehingga menyebabkan sakit perut. Bila kita mengonsumsi makanan dengan sambal, biasanya selera makan meningkat. Hal itu disebabkan komponen kapsaisin pada cabai yang bersifat stomatik, yakni dapat meningkatkan gairah makan. Kapsaisin juga mempunyai
Buletin INFARKES l Februari 2008 l Hal. 09
INFO EDISI I BULAN FEBRUARI 2008
Sambal ....... kemampuan untuk merangsang produksi hormon endorfin, yang mampu membangkitkan sensasi kenikmatan, sehingga kita terus ingin mengonsumsinya. Cabai Sebagai Bahan Utama Cabai dikenal sejak jaman prasejarah. Para arkeolog di Ekuador menemukan bukti bahwa cabai telah digunakan dalam masakan lebih dari 6.000 tahun yang lalu. Berdasarkan publikasi pada majalah Science, orang-orang di daerah Ekuador merupakan orang pertama yang mengonsumsi cabai. Temuan itu mengindikasikan bahwa penduduk di zaman itu telah membuat sambal cabai yang dikombinasikan dengan jagung dan biji-bijian lainnya. Cabai terdiri dari bemacammacam jenis. Cabai yang dijual di pasar tradisional dapat digolongkan dalam dua kelompok, yaitu cabai kecil (Capsicum frustescen) dan cabai besar (Capsicum annuum). Kita biasa menyebut cabai kecil sebagai cabai rawit, sedangkan yang besar sebagai cabai merah. Karena rasanya yang pedas, dalam buku-buku masakan Barat, cabai ra wit dan cabai merah dimasukkan ke dalam kelompok cabai pedas (hot chilli pepper). Masyarakat Barat sendiri sangat menggemari cabai paprika. Cabal paprika termasuk dalam golongan cabai manis (sweet chili pepper) karena rasanya kurang pedas dan bercampur sedikit manis. Di Indonesia, cabal paprika biasa digunakan sebagai sayur. Cabai yang paling sering digunakan untuk pembuatan sambal adalah cabai rawit. Cabai rawit ketika muda berwarna hijau muda, lalu berangsur menjadi merah tua. Cabai rawit yang sering kita konsumsi adalah cabai rawit ceplik. Cabai rawit ceplik mempunyai bentuk yang montok dan berujung tumpul.
Cabai rawit yang paling-pedas adalah cabai jemprit. Kalau tidak hatihati, cabai ini ketika dikonsumsi dapat mengakibatkan tersedak, batukbatuk, bersin-bersin, atau cegukan. Cabai jemprit mempunyai bentuk kecil pendek, berujung runcing, berwarna hijau gelap dan merah setelah tua. Masyarakat Sunda menyebutnya sebagai cengek. Untuk teman makan gorengan biasanya digunakan cabai rawit yang masih muda sekali, sehingga tidak terlalu pedas rasanya. Selain itu, masih ada cabai putih. Cabai putih merupakan salah satu jenis cabai rawit yang bentuknya menyerupai cabai jemprit; tetapi warnanya kuning pucat. Setelah tua, cabai jemprit akan berwarna merah muda hingga jingga. Cabai putih memiliki rasa lumayan pedas. Cabai putih yang berukuran besar dikenal sebagai cabai manado karena banyak digunakan dalam masakan Manado seperti tinorangsak. Cabai merah yang berukuran besar juga sering dibuat sambal. Bentuknya ada bermacam-macam; mulai dari yang runcing mengerucut dan ada pula yang membulat. Kulit cabai merah tebal dan rasanya kurang pedas. Cabai merah, sering dinamakan cabai Bali karena lazim digunakan dalam masakan Bali. Jenis cabai lain yang sering digunakan untuk membuat sambal adalah cabai keriting. Cabai keriting sering disebut cabai padang karena lazim digunakan dalam masakan Padang. Sambal yang menggunakan cabai keriting jauh lebih pedas dibandingkan dengan sambal yang menggunakan cabai merah. Hal itu disebabkan cabai keriting mempunyai ukuran lebih kecil dan kadar airnya lebih sedikit, sehingga komponen penyebab rasa pedasnya, yaitu kapsaisin, menjadi relatif lebih banyak. Meskipun sangat jarang, beberapa orang juga membuat sambal dari cabai paprika. Terdapat dua jenis paprika, yaitu paprika manis yang bentuknya besar dan paprika pedas yang bentuknya lebih kecil. Paprika umumnya berwarna hijau, kemudian berubah menjadi merah.
Hal. 10 l Buletin INFARKES l Februari 2008
Ada pula paprika yang setelah tua berwarna jingga. Sambal yang terbuat dari paprika kurang pedas tetapi lebih renyah dengan aroma khas paprika yang harum. Untuk membuat sambal, cabai kering jauh lebih nikmat karena lebih pedas. Sebelum dibuat sambal, cabai sebaiknya dijemur terlebih dahulu. Setelah itu, cabai dipanggang atau dibakar hingga sedikit gosong. Cabai kering bisa digunakan utuh atau dipotong-potong. Kiat Hilangkan Rasa Pedas Salah satu sensasi makan sambal adalah rasa pedasnya. Orang sering berupaya menghilangkan rasa pedas dengan mengonsumsi air dingin, padahal cara tersebut kurang efektif. Untuk mengurangi rasa pedas, cobalah konsumsi susu atau yoghurt sebagai makanan penutup. Kasein susu akan melarutkan kapsaisin, sehingga rasa pedasnya secara berangsur-angsur menjadi berkurang. Rasa pedas juga dapat dihilangkan dengan mengunyah sekepal kecil nasi atau sepotong roti tawar hingga terasa manis. Mengonsumsi gorengan yang lembab, seperti tempe goreng atau bakwan goreng, perlahan-lahan juga dapat mengurangi rasa pedas di mulut. Minyak yang terkandung dalam gorengan akan melarutkan kapsaisin, sehingga rasa pedas berangsurangsur berkurang. Jika tidak ada gorengan, makanan penutup seperti kerupuk, rempeyek, atau rengginang, juga cukup membantu. Hindari mengambil minuman ringan bersoda (soft drink) di kala kepedasan, apalagi minuman hangat. Langkah tersebut justru akan makin menambah panas di bibir dan memperhebat rasa pedas.
Oleh: Prof. DR. Made Astawan Ahli Teknologi Pangan dan Gizi
TIPS EDISI I BULAN FEBRUARI 2008
Hindari Obat Sakit Kepala Penggunaan obat sakit kepala atau analgesika sebaiknya dihindari apabila tidak diperlukan. Obat sakit kepala seperti ini mungkin akan cepat meringankan rasa sakit, tetapi tidak menghilangkan penyebabnya. Oleh karena itu lebih baik kenali dulu penyebabnya, lalu menghindari penyebab, dan sedapat mungkin menghilangkannya. Untuk mengurangi rasa sakit saat sakit kepala kambuh, minum air hangat dan lakukan minum secara perlahan. (Idionline/dtkhealth)
Tips Menghindari Obat Palsu
Takaran Obat & Berat Badan Pemberian obat asumsinya diberikan berdasarkan usia penderita. Anak-anak akan mendapatkan takaran lebih rendah dibandingkan mereka yang dewasa. Tapi pada prinsipnya takaran obat ini diberikan sesuai berat badan penderita. Biasanya penjelasan mengenai takaran obat ini ditulis dalam tanda kurung, misal (100mg/kg/hari). Itu artinya, untuk perkilogram berat badan, perhari, diberikan 100mg obat. Contoh: Bila berat badan penderita adalah 50 kg, jika memperoleh takaran sesuai catatan di atas, maka si penderita harus memperoleh obat 100 mg x 50 = 5000 mg. Jumlah itu biasanya kan dibagi dalam beberapa kali asupan, agar efektif. (Idionline)
U
ntuk keamanan dan agar mendapatkan efektivitas obat secara optimal, sebaiknya pasien dapat menggali informasi tentang obat yang sedang diminumnya. Informasi itu dapat diperoleh dari dokter yang memberikan resep atau apoteker di apotek tempat membeli resep tersebut. Langkah awal untuk mencapai hasil yang optimal dari suatu pengobatan adalah membeli atau memperoleh obat di tempat yang benar. Beberapa tips membeli obat yang baik untuk menghindari obat palsu adalah : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Perhatikan nomor registrasi sebagai tanda sudah mendapat izin untuk dijual di Indonesia. Periksalah kualitas keamanan dan kualitas fisik produk obat tersebut. Periksalah nama dan alamat produsen, apakah tercantum dengan jelas. Teliti dan lihatlah tanggal kadaluwarsa. Untuk obat yang hanya dapat diperoleh dengan resep dokter (ethical/obat keras), belilah hanya di apotek berdasarkan resep dokter. Baca indikasi, aturan pakai, peringatan, kontra indikasi, efek samping, cara penyimpanan, dan semua informasi yang tercantum pada kemasan. Tanyakan informasi obat lebih lanjut pada apoteker di apotek.
Setelah membeli obat di tempat yang benar, penggunaan obat yang tepat merupakan faktor penting untuk memperoleh khasiat yang optimal dari suatu obat. Untuk itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan obat, yaitu : º Baca aturan pakai pada label/etiket setiap Anda akan menggunakan obat. º Untuk menghindari kesalahan, jangan menggunakan obat di tempat gelap. (Idionline/KlipPers) Buletin INFARKES l Februari 2008 l Hal. 11