PREFERENSI HABITAT DAN PERIODE HARIAN IKAN PADA TIPE KARANG MEJA DI PANTAI TAMPO KABUPATEN MUNA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana (S1)
OLEH:
IRMAN F1D112025
JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI APRIL 2016
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
a. Nama
: Irman
b. Tempat/tanggal lahir : Tampo, 1 Maret 1993 c. Alamat
: Jl. La Ode Hadi, By Pass Kendari
d. No tlp/Hp
: 085242435243
e. Email
:
[email protected]
f. Nama Ayah
: La Ode Fali
g. Nama ibu
: Wa Ode Salmia
h. Riwayat Pendidikan : 1. SD Negri 18 Napabalano tahun lulus 2005 2. SMP Terbuka 1 Napabalano tahun lulus 2008 3. SMA Negri 1 Napabalano tahun lulus 2011 i. Riwayat pekerjaan 1. Asisten ekologi tumbuhan, biologi dasar ekologi hewan, pengantar ekologi, biologi laut, dan pengetahuan lingkungan, dan biologi dasar di Laboratorium Biologi Lanjut FMIPA UHO tahun 2014.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik dan hidayah hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi yang berjudul “Preferensi Preferensi Habitat dan Periode Harian Ikan pada Tipe Karang Meja di Pantai Tampo Kabupaten Muna” Muna dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan untuk mencapai derajat Sarjana (S1)) pada Program Studi Biologi Fakultas matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Halu Oleo. leo. Berbagai kesulitan dan hambatan dalam penulisan Skripsi ini, namun atas rahmat Allah SWT serta dorongan, tekad dan kemauan yang keras terutama adanya bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan kerendahan hati penulis menghaturkan banyak terimakasih kepada Bapak Analuddin, S.Si., M.Si., M.Sc., Ph.D., selaku pembimbing I dan Ibu Wa Ode Harlis, S.Si., M.Si., selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam memberikan bimbingan ddan arahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi ini. Sembah sujud dan ucapan terimakasih yang tiada tara, terkhusus saya haturkan kepada Ayahanda La Ode Fali dan Ibunda Wa Ode Salmia,, yang telah memberikan motivasi dan do’a yang tulus ikhlas, kasih sayang serta materi selama penulis pengikuti studi di Universitas Halu Oleo, serta saudarasaudaraku saudara saudaraku : La Joni, La Ode Alianton, Alianton Irsan Hidayat, dan Muh. Arif,, juga seluruh kerabat yang selalu memberikan motivasi kepada penulis untu untukk menyelesaikan studi.
v
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Usman Rianse, M.S. selaku Rektor Universitas Halu Oleo yang telah memberikan kepercayaan untuk mengikuti proses studi di Universitas Halu Oleo. 2. Dekan FMIPA Universitas Halu Oleo beserta jajarannya, yang telah memberikan arahan dan kemudahankemudahan selama penulis menempuh studi. 3. Ketua Program Studi Biologi Universitas Halu Oleo. 4. Kepala Laboratorium Biologi FMIPA Universitas Halu Oleo. 5. Bapak Dr. Yusuf Sabilu, M.Si., selaku penasehat akademik, yang telah memberikan pengarahan
dan
bimbingan
dalam
memprogramkan mata
kuliah. 6. Dr. Jamili, M.Si., Dr. Amirullah, M.Si., Drs. Nasaruddin, M.Si., selaku dewan penguji. 7. Seluruh dosen Program Studi Biologi Halu Oleo yang telah banyak memberikan bekal keilmuan, arahan dan saran yang bermanfaat bagi penulis dalam menyelesaikan studi. 8. Laboran Jurusan Biologi FMIPA UHO. 9. Sahabat yang telah membantu dan berbagi pengalaman di Lapangan: La Rufina, La Sisi, dan Mardin atas segala dukungannya. 10. Kakak senior Alfirman, S.Si., M.P.W, dan Saban Rahim, S.Si., M.P.W., yang telah banyak memberikan masukan serta motivasi selama mengikuti studi.
vi
11. Temanteman Biologi angkatan 2012: Andi Nurhamsy, Saharuddin, Dafit Pratama, S.Si, Andi Hildayani, S.Si, Siti Feni Musdalifah, S.Si, Siti Surahmi, S.Si, Irmayanti Arief, S.Si, Muh. Azwar Syah, S.Si, Desti Triyaswati, S.Si, Rosmina, S.Si, M. Rajab Sutra Mijaya, Aditya Aminuddin, I Wayan Rustanto, LM. Muh. Yusuf, Rudi Harto, Euis Nurhiliya, Retno Wulan Saputri, Winda Astuti, Desyani Mantu, dan semua yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dan menghibur penulis selama penelitian. 12. Semua pihak yang telah turut membantu sejak proses awal hingga selesainya penulisan Skripsi ini yang penulis tidak dapat sebutkan satu persatu. 13. Teman sejawat : Misrawati M. Abdul, Idul Hakim, S.Pd, La Ode Husman, Sumarthon, Eti Martina, Nurhan, S.IP, Lestari, La Ode Hinggi dan semua yang tidak bisa disebutkan satu persatu terima kasih untuk keceriaan dan doanya. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu pada kesempatan ini penulis mohon kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan penyusunan di masamasa yang akan datang. Akhirnya penulis berharap semoga partisipasi dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapat imbalan yang setimpal dari Allah SWT. Amin Yaa Rabbal ‘Alaamin. Kendari,
April 2016
Penulis
vii
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... ii DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................... iii SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ............................................ iv KATA PENGANTAR ................................................................................. v DAFTAR ISI ............................................................................................... viii DAFTAR TABEL ....................................................................................... x DAFTAR GAMBAR................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xii ABSTRAK................................................................................................... xiii ABSTRACT ................................................................................................ xiv I.
PENDAHULUAN ................................................................................ 1 A. B. C. D.
Latar Belakang ................................................................................ Rumusan Masalah ........................................................................... Tujuan Penelitian ............................................................................ Manfaat Penelitian ..........................................................................
1 4 4 5
II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 6 A. B. C. D. E.
Ekosistem Terumbu Karang ............................................................ 6 Bentuk Pertumbuhan Karang dan JenisJenis Ikan Karang .............. 7 Morfologi Ikan Karang.................................................................... 9 Habitat Ikan Karang ........................................................................ 11 FaktorFaktor Fisik yang Mempengaruhi Keberadaan Ikan Karang ............................................................................................ 13
III. METODE PENELITIAN .................................................................... 16 A. B. C. D. E.
Waktu dan Tempat .......................................................................... 16 Alat dan Bahan................................................................................ 16 Jenis Penelitian............................................................................... 17 Populasi dan Sampel ....................................................................... 17 Variabel, Definisi Operasional, dan Indikator Penelitian.................. 17 1. Variabel Penelitian ..................................................................... 17 2. Definisi Operasional ................................................................... 18 3. Indikator Penelitian..................................................................... 18 F. Prosedur Penelitian.......................................................................... 19 G. Analisis Data ................................................................................... 19 viii
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 22 A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................ 22 B. Kondisi Lingkungan Fisik Karang Meja ......................................... 22 C. Kehadiran dan Kelimpahan Harian Jenis Ikan pada Tipe Karang Meja ................................................................................... 24 D. Periode Harian Ikan pada Tipe Karang Meja ................................... 30 1. Frekuensi kehadiran ikan pada pagi hari (07:00 – 09:00) ............ 30 2. Frekuensi kehadiran ikan pada siang hari (12:00 – 14:00) ........... 31 3. Frekuensi kehadiran ikan pada sore hari (16:00 – 18:00) ............. 32 E. Variasi Keanekaragaman (H') Harian Jenis Ikan Karang pada Tipe Karang Meja Berdasarkan Periode Harian ............................... 32 V. PENUTUP ............................................................................................ 35 A. Simpulan ......................................................................................... 35 B. Saran ............................................................................................... 35 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 36 LAMPIRAN ................................................................................................ 41
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Teks 1. 2. 3. 4. 5.
Halaman
Alat penelitian serta fungsinya
16
Bahan penelitian serta fungsinya
17
Hasil Pengukuran Parameter Lingkungan Karang Meja
23
Kehadiran dan Kelimpahan Jenis Ikan pada Tipe Karang Meja
25
Matriks Indeks Similaritas dan Disimilaritas Berdasarkan Periode Harian
34
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Teks
Halaman 8
1.
Acropora latistella (Allen & Steene, 1995)
2.
Salah Satu Jenis Ikan Karang (Abudefduf (Nelson 2006 dalam Zulfianti, 2014)
3.
Frekuensi kehadiran ikan pada pagi hari
4.
Frekuensi kehadiran ikan pada siang hari
5.
Frekuensi kehadiran ikan pada sore hari
6.
Indeks keanekaragaman ikan berdasarkan periode harian
xi
vaigiensis)
10
30 31 32 33
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Teks
Halaman
1.
Kehadiran dan Kelimpahan jenis ikan Berdasarkan Periode Harian
41
2.
Keanekaragaman Jenis Ikan pada Tipe Karang Meja Berdasarkan Periode Harian
45
3. 4.
Gambar JenisJenis Ikan Pada Tipe Karang Meja Peta Lokasi Penelitian
49 52
5.
Dokumentasi Penelitian
53
6.
Surat Izin Penelitian
57
xii
PREFERENSI HABITAT DAN PERIODE HARIAN IKAN PADA TIPE KARANG MEJA DI PANTAI TAMPO KABUPATEN MUNA Oleh: IRMAN F1D1 12 025 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mengetahui preferensi habitat dan periode harian ikan pada tipe karang meja di Pantai Tampo, Kabupaten Muna. Metode penelitian ini membuat plot kuadrat dari 5 x 5 meter yang ditempatkan pada tipe karang meja. Pengamatan ikan dilakukan pada waktu pagi, siang dan sore hari. Indikator dari penelitian yaitu kelimpahan dari tiap jenis ikan. Preferensi habitat ikan dijelaskan dengan menghitung frekuensi kehadiran selama pengamatan, sedangkan periode harian ikan yaitu kelimpahan dan indeks keanekaragaman, serta indeks kesamaan ikan menurut waktu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 16 jenis ikan pada tipe karang meja dengan frekuensi, kelimpahan dan keanekaragaman yang berbeda. Jenis ikan dengan frekuensi 100% yaitu Abudefduf septemfasciatus, Amphirion acellaris, Chaetodon trifascialis, dan Thalassoma lunare adalah ikan yang paling menyukai tipe karang meja, dan jenis ikan dengan frekuensi 80% 50% yaitu Pentapodus trivittatus, Chelmon rostratus, Halichoeres chloropterus, Acanthurus nigricans, dan Chaetodon triangulum. Jenis ikan lain yang menunjukkan frekuensi kurang dari 50% seperti, Plectorhinchus orientalis, Scolopsis margaritifera, Chaetodon melannotus, Plectorhinchus chaetodontoides, Chaetodon speculum, dan Scarus oviceps menunjukan menyukai tipe karang meja (tabulate). Jenis ikan Abudefduf septemfasciatus merupakan jenis ikan yang paling melimpah (133 individu), Thalassoma lunare (66 individu) dan Chaetodon trifascialis (50 individu.). Namun, jenis ikan dengan angka (kurang dari 10 individu.) yaitu Chaetodon speculum, Chaetodon melannotus, Scolopsis margaritifera, Plectorhinchus chaetodontoides, Forcipiger longirostris dan Plectorhinchus orientalis. Keanekaragaman ikan meningkat dari pagi H '= 1.601 ke sore H' = 2.294 kali, dan indeks kesamaan ikan tampak pada waktu siang dan sore hari. Kecenderungan ini menunjukkan bahwa periode harian ikan pada tipe karang meja bervariasi dengan waktu. Kata kunci : Habitat Preferensi ikan, Periode Harian ikan, keanekaragaman ikan, Karang Meja,
xiii
HABITAT PREFERENCE AND DAILY PERIOD OF FISHES IN TUBULATE CORAL TYPE AT TAMPO BEACH, MUNA DISTRICT By: IRMAN F1D1 12 025 ABSTRACT This study aimed to elucidate the habitat preferences and daily periods of fish on tabulate coral type in the Beach Tampo, Muna District. The plot quadrat of 25 m2 in wide was placed at tubulate coral type. Observation of fishes was done in the morning, afternoon and afternoon during five days. The fish indicators were observed including species and their abundance. The habitat preferred of fishes was elucidated by calculating their frequency during study periods, while the daily period of fishes was elucidating including their abundance and diversity as well as fish similarity index according to time observing. The results showed that there existed 16 species of fishes at tubulate coral type with different frequency, abundance and diversity. Four fishes showed relative frequency 100% including Abudefduf septemfasciatus, Amphirion acellaris, Chaetodon trifascialis, and Thalassoma lunare, which are the most preferend fishes to tubulate coral type. In addition, five fishes showed relative frequency of 80% 50% including Pentapodus trivittatus, Chelmon rostratus, Halichoeres chloropterus, Acanthurus nigricans, and Chaetodon Triangulum. However, other fishes showed relative frequency less than 50 % such as Forcipiger longirostris, Plectorhinchus orientalis, Scolopsis margaritifera, Chaetodon melannotus, Plectorhinchus chaetodontoides, Chaetodon speculum, and Scarus oviceps indicating less preferred to tubulate coral type. The Abudefduf septemfasciatus was the most abundance fishes (133 indiv.), while the moderate abundance of fishes was found for Thalassoma lunare (66 indiv.) and Chaetodon trifascialis (50 indiv.). However, the rare abundance of fishes (less than 10 indiv.) was found for Chaetodon speculum, Chaetodon melannotus, Scolopsis margaritifera, Plectorhinchus chaetodontoides, Forcipiger longirostris and Plectorhinchus orientalis. Diversity of fishes increased from in morning H' = 1.601 to H' = 2.294 evening times, and similarity index of fishes seemed to increased. These trends indicated that daily period of fishes at tubulate coral type vary with times. Keywords: Habitat Preference of fish, Daily Period of fish, Fish diversity, Tubulate Corals,
xiv
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Terumbu karang merupakan ekosistem yang khas pada struktur bawah air yang mempunyai produktifitas organik yang sangat tinggi, sehingga mampu mendukung keanekaragaman biota didalamnya. Terumbu karang tersusun dari endapan kalsium karbonat (CaCO3) yang membentuk polip, dimana dihasilkan oleh fauna karang dan berasosiasi dengan Zooxanthellae (Razak & Simatupang, 2005). Zooxanthellae berfungsi unmtuk melakukan proses fotosintesis yang kemudian digunakan oleh hewan karang untuk
mendapat nutrisi dari hasil
fotosintesis tersebut. Menurut Ikawati (2001), Zoxanthellae secara langsung akan mempengaruhi pertumbuhan dan kemampuan karang untuk
menghasilkan
kalsium karbonat (CaCO3) serta pembentukan terumbu karang secara optimal. Terumbu karang memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Hal ini ditandai dengan banyaknya biota laut yang menghuni ekosistem tersebut. Salah satu biota penghuni terumbu karang adalah ikan karang dengan berbagai jenis, ukuran, warna, dan kesukaan habitat yang berbedabeda. Ikan karang melakukan aktivitasnya setiap hari menggunakan
terumbu karang dengan
berbagai keperluan seperti tempat mencari makan, mengasuh, berlindung, dan sebagai tempat untuk memijah (Ninef & Risamasu, 2010). Umumnya ikan karang memiliki mobilitas yang rendah, karenanya hamparan karang dijadikan sebagai tempat bertahan hidup, berlindung, dan berkembang biak dari berbagai jenis ikan. Menurut Hartati & Edrus (2005), semua kebutuhan ikan karang telah disediakan oleh terumbu karang dan asosiasi 1
2
ikan karang dengan terumbu karang sangatlah erat, sehingga eksistensi ikan karang disuatu wilayah terumbu karang sangat ditentukan oleh kesehatan karang. Terumbu karang dijadikan sebagai habitat berbagai jenis ikan dan biota laut lainnya, mampu membentuk interaksi dalam suatu rantai makanan. Sebagai pendukung kehidupan berbagai jenis ikan dan biota laut, maka keberadaan terumbu karang tidak terlepas dari aktivitas manusia. Keberadaan terumbu karang sering mengalami tekanan secara terus menerus, terutama disebabkan oleh aktivitas manusia
yang seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan
kebutuhan, tanpa memperhatikan kelestariannya. Aktivitas manusia yang dapat mengancam kelestarian terumbu karang adalah pengambilan karang batu, penangkapan ikan dengan bahan peledak dan bahan kimia beracun (Marasabessy, 2010). Kondisi ekosistem terumbu karang saat ini diberbagai wilayah perairan Indonesia mengalami degradasi yang cukup cepat, salah satunya didaerah Sulawesi Tenggara sampai tahun 2008 telah mengalami kerusakan yang cukup serius, dimana sekitar 80% terumbu karang berada dalam kondisi rusak berat (Dinas Kelautan & Perikanan Provinsi Sultra, 2008). Perairan Selat Tiworo merupakan salah satu Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) di Kabupaten Muna dengan keanekaragaman terumbu karang yang cukup tinggi dan hasil survei yang dilakukan oleh Tim LIPI kerjasama dengan Kementerian Perikanan ditemukan sekitar 507 spesies terumbu karang, tetapi sekitar 80–85% ditemukan dalam kondisi rusak berat Selanjutnya (Sadarun dkk., 2013).
3
Pantai Tampo merupakan salah satu wilayah Pantai di Kecamatan Napabalano Kabupaten Muna yang merupakan kawasan Selat Tiworo, dan memiliki sumberdaya perikanan
yang cukup tinggi, dimana sekitar 35%
masyarakat didaerah ini berprofesi sebagai nelayan (Papan Informasi Kecamatan Napabalano, 2013). Berdasarkan hasil survei di Pantai Tampo teridentifikasi 4 bentuk pertumbuhan karang yaitu bentuk pertumbuhan bercabang, bentuk padat, bentuk submasif, dan bentuk meja. Bentuk pertumbuhan karang di Pantai Tampo tersebut, didominasi oleh bentuk karang meja yang masih dalam kondisi baik. Pemanfaatan berbagai bentuk pertumbuhan karang oleh ikan memiliki pola yang cukup bervariasi. Hal ini berkaitan dengan ketertarikan berbagai jenis ikan pada tipe karang meja tertentu yang menyediakan berbagai kebutuhan seperti mencari makan, perlindungan, perkembangbiakan, dan lainlain. Preferensi suatu jenis ikan terhadap tipe karang meja kemungkinan juga berkaitan dengan fluktuasi kondisi lingkungan fisik perairan. Berbagai jenis ikan yang berasosiasi dengan tipe karang tertentu akan menghasilkan sistem biologi dari pemanfaatan ikan pada tipe karang tertentu. Hal ini akan menciptakan pola harian tertentu dari kehadiran ikanikan karang pada habitatnya dan sampai saat ini belum ada informasi ilmiah mengenai prefesensi ikan pada bentuk pertumbuhan karang khususnya pada tipe karang meja di wilayah perairan Kabupaten Muna, khususnya di Pantai Tampo. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian dengan judul “ Preferensi Habitat dan Periode
4
Harian Ikan pada Tipe Karang Meja di Pantai Tampo Kabupaten Muna” untuk memahami periode kehidupan harian ikan– ikan karang dengan habitatnya. B. Rumusan Masalah Permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana preferensi habitat jenisjenis ikan pada tipe karang meja di Pantai Tampo Kabupaten Muna ? 2. Bagaimana periode harian jenis–jenis ikan pada tipe karang meja di Pantai Tampo Kabupaten Muna ? 3. Bagaimana variasi keanekaragaman (H') harian ikan pada tipe karang meja ? 4. Bagaimana kesamaan jenis ikan (IS) berdasarkan periode waktu ?
C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Mengetahui preferensi habitat jenis ikan pada tipe karang meja di pantai Tampo Kabupaten Muna. 2. Mengetahui periode harian jenis–jenis ikan pada tipe karang meja di Pantai Tampo Kabupaten Muna. 3. Mengetahui variasi keanekaragaman (H') harian ikan pada tipe karang meja. 4. Mengetahui kesamaan jenis ikan (IS) berdasarkan periode waktu.
5
D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Dapat dijadikan sebagai bahan acuan yang relevan untuk penelitian ikan. 2. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat maupun pemerintah setempat untuk mengelola terumbu karang.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Ekosistem Terumbu Karang Terumbu karang merupakan salah satu sumberdaya perairan yang sangat melimpah di Indonesia. Sebagai penghuni ekosistem laut, terumbu karang Indonesia menempati peringkat teratas dunia dengan luas lebih dari 75.000 km2 atau sebesar 14% dari luas total terumbu karang dunia (Dahuri, 2003). Sebagai salah satu ekosistem utama pada daerah pesisir dan laut, terumbu karang memiliki nilai ekologis dan ekonomis yang tinggi. Secara ekologis berfungsi sebagai habitat, tempat mencari makanan, pengasuhan, serta pemijahan bagi biota laut salah satunya yaitu ikan karang. Secara ekonomis, terumbu karang memiliki fungsi sebagai tempat penangkapan berbagai jenis biota laut, serta pilihan daerah wisata yang menarik (Diah, 2013). Secara biologis terumbu karang merupakan ekosistem yang paling produktif di perairan tropis dan bahkan mungkin diseluruh ekosistem baik di laut maupun di daratan, karena kemampuan terumbu karang untuk menahan nutrient yang berasal dari dalam maupun luar perairan. Selain itu terumbu karang yang sehat banyak dihuni oleh berbagai jenis biota. Tingginya produktivitas primer di perairan terumbu karang memungkinkan perairan ini dijadikan sebagai tempat pemijahan (Spawning ground), pengasuhan (Nursery ground), dan mencari makan (Feeding ground) dari berbagai jenis ikan. Oleh karena itu secara otomatis produksi ikan didaerah terumbu karang sangat tinggi (Supriharyono 2000 dalam Bakhtiar dkk., 2014).
6
7
Semakin bertambahnya nilai ekonomis maupun kebutuhan masyarakat akan sumberdaya yang ada di terumbu karang, maka aktivitas yang mendorong masyarakat untuk memanfaatkan potensi tersebut semakin besar pula dengan demikian, tekanan ekologis terhadap ekosistem terumbu karang juga akan semakin meningkat, yang tentunya akan dapat mengancam
keberadaan dan
kelangsungan hidup terumbu karang dan biota yang hidup didalamnya. Terumbu karang yang telah rusak memerlukan waktu yang lama untuk kembali kekeadaan semula (Nybakken 1997 dalam Prasetyanda, 2011). Beberapa laporan survei memperlihatkan bahwa sekitar 80% kondisi terumbu terumbu di Indonesia dalam keadaan rusak berat. Kerusakan terumbu karang tersebut tidak lepas dari aktivitas manusia. Salah satu penyebab utama kerusakan terumbu karang yaitu penggunaan bahan peledak dalam penangkapan ikan (Fox, et al., 2001 & Raymundo et al., 2007). Dampak paling penting dari penggunaan bahan peledak ini adalah hilangnya habitat alami ikan karang (Ketjulan, 2013). B. Bentuk Pertumbuhan Karang dan Jenis – Jenis Ikan Karang Karang memiliki variasi bentuk pertumbuhan yang berbedabeda. Berbagai jenis bentuk pertumbuhan karang dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari, gelombang arus, dan sedimen. Menurut English et al., (1994) bentuk pertumbuhan karang batu terbagi atas karang Acropora dan nonAcropora. Perbedaan Acropora dengan nonAcropora terletak pada struktur skeletonnya. Acropora memiliki bagian yang disebut Axia corallite dan Radial corallite, sedangkan nonAcropora hanya memiliki Radial corallite. Salah satu jenis karang
8
baru Acropora yaitu karang meja. Karang meja merupakan karang bercabang dengan arah mendatar dan rata seperti meja. Karang ini ditopang dengan batang yang berpusat atau bertumpu pada satu sisi yang membentuk sudut datar. Salah satu jenis karang meja yaitu Acropora latistella (Dedy, 2011).
Gambar 1. Acropora latistella (Allen & Steene, 1995). Kelimpahan jenis ikan karang yang ditemukan di Indonesia sangat tinggi yaitu sekitar 2057 spesies yang terbagi menjadi 113 famili. Ikan karang yang dapat ditemui di lautan Indonesia yaitu terdiri dari beberapa famili seperti Chaetodontidae,
Pomacanthidae,
Pomacentridae,
Labridae,
Scaridae,
dan
Acanthuridae (Allen et al., 2003). Jenis ikan karang tersebut tersebar di perairan Indonesia mulai dari barat sampai timur dengan berbagai macam jenis habitat yang berbeda, sehingga menyebabkan adanya perbedaan struktur komunitasnya. Karakteristik perairan dan habitat terumbu karang yang berbeda menjadikan tingkat keanekaragaman ikan karang di Indonesia menjadi tinggi (Tutus dkk., 2013). Choat & Bellwood (1991), menyatakan bahwa interaksi antara ikan karang dengan terumbu karang menyimpulkan tiga bentuk umum yang diperlihatkan
9
dalam
hubungan yaitu interaksi
langsung seperti tempat
berlindung
dari
serangan predator atau pemangsa, interaksi dalam mencari makanan meliputi hubungan antara ikan karang dan biota yang hidup pada karang terutama alga sedangkan interaksi tak langsung yaitu adanya struktur karang, kondisi hidrologi dan sedimen (Ahmad, 2013). C. Morfologi Ikan Karang Famili pomacentridae merupakan salah satu kelompok ikan karang tropis yang memiliki karakteristik menarik. Menurut Moyle & Cech (1998), ikan famili pomacentridae memiliki corak warna yang cerah dan berbentuk agak pipih. Ikan pomacentridae jenis ikan yang biasanya memakan plankton, memiliki bentuk tubuh yang pipih, mulut kecil, garis lateral tidak lengkap atau berselisih, dan memiliki sebuah sirip punggung dengan jumlah 8 17 buah duri keras dan 11 18 duri halus. Salah satu jenis ikan yang masuk pada famili pomacentridae yaitu Abudefduf vaigiensis. Abudefduf vaigiensis berwarna abuabu kehitaman dengan 5 garis biru biasa didapatkan warna kuning di atas punggung, biasanya membentuk kelompok makan di pertengahan air atau biasa menjaga sarang yang ada didalam celahcelah berbatu, biasa didapatkan di garis pantai dan lereng luar sampai 12 m (Nelson 2006 dalam Zulfianti, 2014 ).
10
Gambar 2. Salah Satu Jenis Ikan Karang (Abudefduf (Nelson 2006 dalam Zulfianti, 2014)
vaigiensis)
Berdasarkan fungsi pemanfaatan dan aspek ekologi, ikan karang dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu ikan target, ikan indikator, dan ikan utama (Mayor). Ikan target adalah kelompok jenisjenis ikan yang dapat dikonsumsi dan biasanya diburu oleh nelayan. Ikan indikator adalah jenisjenis ikan yang memiliki kehidupan asosiasi yang kuat sekali dengan habitat karang. Reese (1981) & Hourigan et al, (1998), menetapkan ikan famili Chaetodontidae sebagai indikator spesies untuk kesehatan karang. Ikan utama (Mayor) adalah kelompok dari jenisjenis tidak termasuk kelompok pertama dan kedua, dan pada umumnya belum banyak diketahui peranannya di alam, kecuali sebagai suplai makanan bagi pemangsa, namun beberapa jenis diantaranya memiliki keindahan warna tubuh sehingga berpotensi sebagai ikan hias. Ikanikan ini sepanjang hidupnya berada di terumbu karang yang diwakili oleh famili pomacentridae (Wibowo dkk., 2012). Secara ekonomis, ikan karang sangat penting bagi nelayan dan dunia pariwisata. Bagi masyarakat nelayan, ikan karang menjadi sumber pendapatan dan pemenuhan kebutukan seharihari. Estradivari et al., (2007), mengatakan bahwa bagi masyarakat pesisir ikan karang merupakan salah satu sumberdaya yang dapat
11
memenuhi kebutuhan hidup mereka. Bagi dunia pariwisata, terumbu karang dan ikan karang dijadikan sebagai objek wisata yang diburu oleh para wisatawan akibat warna dan bentuknya yang beranekaragam dan unik (Supriharyono dkk., 2013).
D. Habitat Ikan Karang Terumbu karang mempunyai berbagai fungsi, antara lain sebagai pelindung pantai dan habitat biota termasuk ikan. Sebagai habitat ikan, ekosistem ini merupakan tempat mencari makan (Feeding ground), pengasuhan (Nursery ground), berlindung, dan memijah (Spawning ground). Terumbu karang yang memiliki penutupan karang hidup yang masih baik akan menyediakan bentuk dan ukuran ruangan bagi ikan yang sangat beragam. Pada skala yang kecil terumbu karang menyediakan zona habitat yang berbedabeda diantaranya koloni karang dengan pecahan karang, pasir, dan beberapa jenis alga. Hal ini yang menyebabkan keanekaragaman jenis ikan di sekitar terumbu karang tinggi (Lissa, 2013). Komunitas ikan karang mempunyai hubungan yang erat dengan terumbu karang sebagai habitatnya. Struktur fisik dari karang batu berfungsi sebagai habitat dan tempat berlindung bagi ikan karang, dimana beberapa jenis ikan karang menggunakan habitat ini sebagai tempat berlindung dari predator sehingga merupakan tempat yang aman bagi ikan karang. Daerah ini digunakan sebagai tempat mencari makan dimana oleh sejumlah ikan karang (Bengen dkk., 2011). Menurut Odum (1993), biota yang hidup di terumbu karang merupakan suatu komunitas yang terdiri dari berbagai tingkatan tropik, dimana masing
12
masing komponen dalam komunitas ini saling tergantung satu sama lain, sehingga membentuk suatu ekosistem yang lengkap. Salah satu jenis biota yang hidup di terumbu karang adalah ikan karang yang umumnya memiliki tingkat keanekaragaman jenis yang tinggi. Selanjutnya Allen et al., (2003) menyatakan bahwa dari perkiraan 12.000 jenis ikan laut dunia, kurang lebih 7.000 spesies (58,3%) merupakan ikan yang hidup di daerah terumbu karang (Najamuddin dkk., 2012). Banyaknya jenis ikan yang menempati terumbu karang tergantung pada terumbu karang sebagai tempat berlindung dan sebagai sumber makanan. Kondisi alamiah terumbu karang juga mempengaruhi jumlah individu dan komposisi jenis ikan yang dapat hidup didaerah tersebut (Desmaulien, 2011). Kesukaan ikan terhadap habitat tertentu menyebabkan terjadinya perbedaan antara bentang terumbu karang selain itu perairan dangkal merupakan faktor utama keberadaan ikan di terumbu karang. Kelimpahan, keanekaragaman dan sebaran ikan sangat tergantung kompleksitas habitat dasarnya (Triana, 2004). Terumbu karang merupakan ekosistem yang sangat khas dan sangat sensitif terhadap berbagai gangguan baik yang ditimbulkan secara alamiah maupun akibat kegiatan manusia. ekosistem ini banyak dihuni oleh berbagai jenis biota laut salah satunya yaitu ikan karang Secara ekologis faktorfaktor yang mempengaruhi disribusi (penyebaran), keanekaragaman ikan karang
sangat
tergantung pada kondisi fisik, kimia dan biologi perairan (lingkungan) yang seringkali kondisinya berubah baik karena proses alami maupun karena gangguan
13
akibat aktivitas manusia secara langsung maupun tidak langsung. Faktorfaktor tersebut adalah cahaya, suhu, salinitas, dan arus (Haruddin, 2011). E. Faktor-Faktor Fisik yang Mempengaruhi Keberadaan Ikan Karang Keberadaan ikan karang dipengaruhi oleh beberapa faktor fisik yaitu : 1. Intensitas Cahaya Menurut Goldman & Horne (1983), ikan yang mendiami daerah air yang dalam pada siang hari akan bergerak menuju ke daerah yang lebih dangkal untuk mencari makanan dengan adanya rangsangan cahaya. Intensitas cahaya matahari ini sangat penting bagi ikan karang, sehingga intensitas cahaya menjadi salah satu faktor pembatas yang sangat berpengaruh pada siklus diurnal ikan karang. Perairan yang memiliki nilai kecerahan yang tinggi berarti intensitas cahaya pada perairan tersebut tinggi. Perairan yang dangkal dan jernih akan memiliki nilai kecerahan 100% yang berarti bahwa penyinaran terjadi hingga ke dasar perairan (Pandiangan, 2009). 2. Suhu Suhu merupakan salah satu sifat fisik
yang dapat mempengaruhi
metabolisme ikan. Tinggi rendahnya suhu dipengaruhi oleh musim, cuaca, kedalaman air, dan lain sebagainya. Semua jenis ikan mempunyai toleransi terhadap perubahan suhu. Kisaran suhu yang baik untuk ikan karang adalah antara 25 32°C. Kisaran suhu ini umumnya ditemukan di daerah beriklim tropis seperti Indonesia (Whitten et. al., 1984).
14
3. Salinitas Salinitas merupakan salah satu parameter yang berperan dalam lingkungan ekologi laut yaitu, dalam hal distribusi biota laut akuatik. Organisme laut termasuk ikan karang mempunyai kemampuan yang berbeda beda untuk menyesuaikan diri terhadap kisaran salinitas. Beberapa jenis organisme ada yang tahan terhadap perubahan salinitas yang besar adapula yang tahan terhadap perubahan salinitas yang kecil. Menurut Laevastu & Hayes (1982), kisaran optimal air laut yaitu 30‰ 40‰, dimana setiap jenis ikan memiliki kemampuan yang berbeda untuk beradaptasi dengan salinitas perairan laut (Aziz, 2004). 4. Arus Arus merupakan gerakan massa air permukaan yang ditimbulkan terutama karena pengaruh angin. Arus berfungsi sebagai pensuplai oksigen dari laut bebas dan makanan berupa plankton. Arus juga dapat membantu penyebaran larvalarva ikan. Koesobiono (1981), mengatakan bahwa arus menyebarkan telur dan larva berbagai hewan akuatik yang ada di perairan. Menurut Mariska (2007), mengelompokkan perairan berarus sangat cepat (>1m/dtk, cepat (0,5 – 1 m/dtk), sedang (0,25 – 0,5 m/dtk), lambat (0,1 – 0,2 m/dtk) dan sangat lambat (≥ 0,1 m/dtk). 5. Kedalaman Salah satu faktor yang mempengaruhi keberadaan ikan karang pada terumbu karang yaitu kedalaman. Semakin dalam suatu perairan maka semakin sedikit penetrasi cahaya yang masuk kedalam perairan. Cahaya
15
berperan penting dalam proses pematangan gonat bagi ikan. Dengan bertambahnya kedalaman intensitas cahaya akan mengalami perubahan yang signifikan baik secara kualitatif maupun kuantitatif (Arham, 2010).
III.
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari – Maret 2016. Lokasi pengambilan sampel bertempat di Pantai Tampo Kabupaten Muna. Identifikasi jenis ikan yang telah diketahui dilapangan dilakukan identifikasi secara langsung, sedangkan jenis ikan yang belum dikehui dilakukan identifikasi di Laboratorium Zoologi FMIPA Universitas Halu Oleo Kendari. B. Alat dan Bahan 1. Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini tercantum pada Tabel 1. Tabel 1. Alat penelitian serta fungsinya No Nama Alat Satuan 1.
Meteran roll
m
2.
Perahu/sampan
5. 6.
GPS (Global Posision System) Alat tulis bawah laut (Water Proof) Kamera bawah laut Hand refractometer
7.
Snokling
3. 4.
8. 9.
Termometer Current meter Buku identifikasi Ikan Karang Coral Reef Dr. 10. Gerald R. Allen & Roger Steene
Derajat ‰ 0
C
16
Fungsi Mengukur panjang garis transek dan luas plot Sebagai transportasi saat pengamatan Untuk menentukan koordinat lokasi penelitian Mencatat data hasil pengamatan Mengambil gambar dokumentasi Mengukur salinitas air laut Untuk berenang diatas permukaan air Untuk mengukur suhu air laut Untuk mengukur kecepatan arus Panduan identifikasi jenis ikan karang
17
2. Bahan Bahan yang digunakan pada penelitian ini tercantum pada Tabel 2. Tabel 2. Bahan penelitian serta fungsinya No Nama bahan Fungsi 1. Tali rafia Pembuatan plot pengamatan 2. Ikan karang Objek penelitian 3. Tipe karang meja Objek penelitian C. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif untuk melihat preferensi habitat dan periode harian ikan pada tipe karang meja di Pantai Tampo Kabupaten Muna. D. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah kumpulan individu suatu jenis ikan yang hidup pada tipe karang meja di Pantai Tampo, sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah semua jenis ikan karang yang terdapat dalam plot pengamatan. E. Variabel, Defenisi Operasional, dan Indikator Penelitian 1. Variabel Penelitian Variabel yang akan diamati dalam penelitian ini adalah preferensi habitat dan periode harian ikan pada tipe karang meja di Pantai Tampo Kabupaten Muna.
18
2. Definisi Operasional Untuk
menghindari adanya kekeliruan maka dijelaskan beberapa
definisi yang dianggap penting yaitu: 1. Preferensi habitat dan periode harian ikan yaitu frekuensi kehadiran ikan menurut waktu, keanekaragaman ikan menurut waktu, dan indeks kesamaan jenis ikan menurut waktu. 2. Tipe karang meja merupakan salah satu bentuk pertumbuhan karang dengan bentuk bercabang, dengan arah mendatar dan rata seperti meja. 3. Indikator Penelitian Indikator penelitian ini meliputi : 1. Indikator preferensi habitat yaitu: a. Kelimpahan tiap jenis ikan. b. Frekunensi kehadiran ikan menurut waktu 2. Indikator periode harian yaitu: a. Kehadiran tiap jenis ikan pada tiap pengamatan. b. Keanekaragaman (H') ikan menurut waktu. c. Indeks Similaritas (IS) jenis ikan menurut waktu
19
F. Prosedur Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksploratif dengan langkahlangkah sebagai berikut: 1. Pembuatan Plot Pengamatan Melakukan observasi lapangan untuk menetapkan area penempatan plot dan penganbilan sampel. Menentukan titik koordinat lokasi penelitian, dan meletakan plot quadrat 5 x 5 m. 2. Pengambilan Data Preferensi Habitat dan Periode Harian Ikan Pengambilan data preferensi habitat dan periode harian ikan dilakukan dengan cara melakukan pengukuran faktor fisik lingkungan seperti suhu, salinitas, kecepatan arus, dan kecerahan, melakukan snorkling diatas permukaan air, melakukan pengamatan ikan karang pada waktu pagi (07:00 – 09:00), siang (12:00 – 14:00), dan sore hari (16:00 – 18:00) WITA dengan lama pengamatan ± 10 menit, melakukan pencatatan jumlah dan jenis ikan pada plot pengamatan dengan menggunakan alat tulis bawah laut (Water proof).
melakukan
pengamatan
ikan
karang
selama
5
hari,
dan
mendokumentasikan gambar ikan karang yang ditemukan untuk dilakukan identifikasi.
G. Analisis Data Data yang terkumpul dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif data disajikan berupa gambar. Sedangkan secara kuantitatif dianalisis dengan rumus:
20
1. Indeks Keanekaragaman (H') Indeks keanekaragaman dilakukan untuk mengetahui kestabilan dari komunitas
organisme.
Indeks
keanekaragaman
ditentukan
dengan
menggunakan rumus Shannon – Wienner Ludwig & Reynolds (1988), dengan langkah – langkah sebagai berikut: a. Kerapatan
K=
b. Kerapatan relatif ( KR)
KR =
x 100
c. Frekuensi
F=
d. Frekuensi Relatif (FR) FR =
x 100%
e. Indeks Diversitas Shannon – Wienner (H') H' = Σ pi ln pi Dimana : H' = Indeks keanekaragaman pi = Proporsi kelimpahan dari jenis ikan kei (ni/N)
21
Menurut Odum (1996), kriteria nilai indeks keanekaragaman adalah sebagai berikut: H' < 1
= Keanekaragaman rendah
H' 1 – 3
= Keanekaragaman sedang
H' > 3
= Keanekaragaman tinggi
2. Indeks Similaritas (IS) dan Indeks Disimilaritas (ID) Indeks Similaritas (IS) dihitung dengan menggunakan rumus Sorenson dalam MuellerDombois (1974) yaitu : IS=
.
x 100%
Dimana: W = Jumlah nilai penting terendah dari jenis yang terdapat pada periode waktu A dan B A = Jumlah total nilai penting pada periode waktu A B = Jumlah total nilai penting pada periode waktu B Penentuan indeks Disimilaritas (ID) dihitung dengan rumus: ID = 100 – IS Dimana: ID = Indeks Disimilaritas IS = Indeks Similaritas
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Tampo merupakan salah satu daerah pesisir yang masuk dalam kecamatan Napabalano Kabupaten Muna. Pantai Tampo merupakan salah satu kawasan pantai yang penting bagi keberadaan berbagai biota laut, hal ini ditandai dengan keberadaan terumbu karang yang ada di Pantai Tampo yang dihuni oleh berbagai biota laut, salah satunya yaitu ikan karang yang memiliki berbagai bentuk, ukuran dan warna yang berbedabeda. Secara geografis Pantai Tampo Kecamatan Napabalano terletak di bagian selatan garis katulistiwa pada garis diantara 406 – 5015 LS dan 122,70 – 123,50 BB, sedangkan titik koordinat lokasi penelitian yaitu 040 36’42.5 LS dan 122041’20.2 BT dengan batas – batas wilayah administrasi sebagai berikut : 1. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Konawe 2. Sebelah timur berbatasan dengan selat buton 3. Sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan Lasalepa 4. Sebelah barat berbatasan dengan Selat Toworo
B. Kondisi Lingkungan Fisik Karang Meja Kondisi lingkungan fisik merupakan salah satu indikator yang sangat mempengaruhi kehidupan serta kelangsungan hidup berbagai biota. Kondisi karang didominasi oleh tipe karang meja, namun terdapat beberapa jenis karang yang berada pada komunitas karang meja yaitu berupa karang lunak. Parameter
22
23
lingkungan fisik pada tipe karang meja meliputi suhu, kecepatan arus. kedalam dan salinitas. Tabel 3. Hasil pengukuran parameter lingkungan karang meja Parameter No
Waktu
Suhu (0C)
Salinitas (‰)
Kedalaman (cm)
Kec. Arus (m/s)
1.
Pagi
30
30
161
0.1
2.
Siang
31
30
165
0.2
3.
Sore
31
30
189
0.4
1. Suhu dan Kedalaman Suhu air merupakan salah satu faktor penting yang menentukan kelangsungan hidup biota laut. Suhu perairan pada waktu pagi hari di kedalaman 161 cm sebesar 300C. Pada waktu siang hari dengan kedalaman 165 cm sebesar 310C, demikan halnya pada sore hari dengan kedalaman 189 cm sebesar 310C . Dengan demikian kondisi suhu air pantai pantai Tampo relatif stabil Walaupun terdapat perbedaan suhu, namun masih dalam kisaran yang optimal untuk kelangsungan hidup biota laut khususnya ikan karang. Whitten et. al., (1984) mengatakan bahwa kisaran suhu optimal
untuk
pertumbuhan dan kelangsungan hidup biota yang baik untuk ikan karang adalah antara 25 320C kisaran suhu ini umumnya ditemukan di daerah beriklim tropis seperti Indonesia. 2. Salinitas Salinitas air di pantai Tampo berkisar 30‰. Salinitas
merupakan
salah satu parameter yang berperan dalam lingkungan ekologi laut yaitu
24
dalam hal distribusi biota laut akuatik. Organisme laut termasuk ikan karang mempunyai kemampuan yang berbedabeda untuk menyesuaikan diri terhadap kisaran salinitas. Daya tahan setiap jenis ikan karang berbeda berbeda tergantung kondisi perairan laut setempat. Menurut Laevastu & Hayes (1982), kisaran optimal air laut yaitu 30‰ 40‰. 3. Kecepatan Arus Arus adalah gerakan massa air permukaan yang ditimbulkan terutama karena pengaruh angin, arus dibutuhkan untuk mendatangkan makanan berupa plankton. Hasil pengukuran kecepatan arus pada waktu pagi berkisar (0.1 m/s), siang (0.2 m/s) dan sore (0.4 m/s). Kecepatan arus pada waktu pagi dan siang dapat dikatakan berarus lambat, sedangkan pada sore hari berarus sedang. Menurut Mariska (2007), mengelompokkan perairan berarus sangat cepat (>1m/dtk, cepat (0.5 – 1 m/dtk), sedang (0.25 – 0,5 m/dtk), lambat (0.1 – 0.2 m/dtk) dan sangat lambat (<0.1 m/dtk). Arus dapat menyebarkan larva larva ikan dan menyebarkan makanan bagi ikan karang berupa plankton. Sesuai dengan pernyataan. Koesobiono (1981), mengatakan bahwa arus menyebarkan telur dan larva berbagai
hewan
akuatik
sehingga
dapat
mengurangi persaingan makanan dengan induk mereka. C. Kehadiran dan Kelimpahan Harian Jenis Ikan pada Tipe Karang Meja Kehadiran dan kelimpahan jenis ikan pada tipe karang meja memiliki pola yang bervariasi, dimana pada beberapa jenis ikan memiliki frekuensi kehadiran dan kelimpahan yang berbedabeda. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.
25 Tabel 4. Kehadiran dan kelimpahan jenis ikan pada tipe karang meja Kehadiran dan Kelimpahan Jenis Ikan Hari KeNo Nama Jenis 1 2 3 4 F F F F P Si Sr P Si Sr P Si Sr P Si Sr 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Abudefduf septemfasciatus Amphirion acellaris Chaetodon trifascialis Thalassoma lunare Chaetodon triangulum Halichoeres chloropterus Acanthurus nigricans Pentapodus trivittatus Chelmon rostratus Scarus oviceps Chaetodon speculum Scolopsis margaritifera Chaetodon melannotus Plectorhinchus chaetodontoides Forcipiger longirostris Plectorhinchus orientalis Jumlah Jenis Jumlah Individu
Dimana : F = Frekuensi Pi = Pagi Si = Siang Sr = Sore
P
5 Si
Sr
F
Total Individu
F
7
5
5
1
7
12
9
1
6
11
9
1
8
15
8
1
8
12
14
1
133
1
2 4 6
2 3 4 2 2 3 2
2 2 4 3
1 1 1 0.67 0.33 0.67 0.67 0.33 0.33
2 3 4
2 3 3 2 2 3 1
2 2 3 2 2 1
1 1 1 0.67 0.67 0.67 0.33 0.33 0.67 0.67 0.67
2 3 2
2 4 5 2 3 4 1 2 1
2 3 5 3 2 2 2
1 1 1 0.67 1 0.67 0.67 0.67 0.67
2 4 4 2
2 4 7 2 4 2 2 3 1
2 3 4 2 2 1 1 2
1 1 1 1 0.67 0.67 0.67 0.67 0.33
2 5 5 2 2 3
2 4 6 2 4 4 2 2 1 2 1
2 3 5 3 3 4 1 3
1 1 1 1 1 1 0.67 1 0.33 0.67 0.33 0.33
30 50 66 27 27 30 14 18 10 6 4 5
1 1 1 0.8 0.8 0.73 0.6 0.6 0.47 0.27 0.27 0.13
0.33
2
0.13
1 1
0.07 0.07
3 2 1 2
1 1 1 1
1 1 1
1
2
1
1 1 2
4 19
8 22
1
0.33
1 1 13 27
0.33 0.33
2
0.33
0.33
3 1
5 11 10 17 31 24
6 11 10 16 35 31
5 20
11 43
9 25
9 13 30 43
10 41
424
26
Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 4 yang dilakukan selama 5 hari dengan periode waktu yang berbeda yaitu pagi (07:00 09:00), siang (12:00 – 14:00), dan sore hari (17:00 – 18:00) pada tipe karang meja ditemukan 16 jenis ikan dengan frekuensi yang berbedabeda, dimana dari ke 16 jenis ikan tersebut terdapat 4 jenis ikan yang memiliki frekuensi kehadiran 100% yaitu Abudefduf septemfasciatus, Amphirion acellaris, Chaetodon trifascialis, dan Thalassoma lunare. Ke 4 jenis ikan tersebut diduga sangat menyukai tipe karang meja baik. Jenis ikan dengan frekuensi 50% 80% yaitu Pentapodus trivittatus, Chelmon rostratus, Halichoeres chloropterus, Acanthurus nigricans, dan Chaetodon triangulum jenisjenis ikan tersebut cukup menyukai tipe karang meja yaitu pada periode waktu siang dan sore hari, sedangkan jenis ikan dengan frekuensi kehadiran 6% 49% yaitu Forcipiger longirostris, Plectorhinchus orientalis, Scolopsis margaritifera, Chaetodon melannotus, Plectorhinchus chaetodontoides, Chaetodon speculum, dan Scarus oviceps kurang menyukai tipe karang meja. Hal ini ditandai dengan rendahnya frekuensi kehadiran ikan tersebut pada pada tiap periode waktu. Perbedaan kehadiran jenis ikan selain disebabkan oleh periode waktu, disebabkan pula adanya perbedaan keperluan atau aktivitas dari jenis ikan itu sendiri. Radiarta et al., (1999), mengatakan bahwa terumbu menyediakan
berbagai kebutuhan bagi ikan karang seperti tempat mencari
makan, daerah asuhan, dan daerah perlindungan. Dengan demikian terdapat 4 jenis ikan yang menyukai tipe karang meja yaitu Abudefduf septemfasciatus, Amphirion acellaris, Chaetodon trifascialis, dan Thalassoma lunare. Keberadaan 4 jenis ikan ini tentunya didukung oleh
27
ketersedian sumberdaya makanan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan ikan pada tipe karang tersebut. Menurut Dhahiyat dkk., (2003), keberadaan ikan karang pada suatu habitat karang yaitu didukung oleh ketersediaan sumber makanan pada terumbu karang. Selanjutnya Pereira (2000), mengatakan bahwa terumbu karang merupakan ekosistem yang penting dalam mendukung diversitas, produktivitas dan kelimpahan organisme. Jenis ikan Acanthurus nigricans dan Chaetodon triangulum merupakan jenis ikan yang memiliki frekuensi kehadiran yang tinggi yaitu (100%), dalam hal ini ke 2 jenis ikan tersebut menyukai tipe karang meja pada periode waktu siang dan sore hari. Jenis ikan Halichoeres chloropterus dan Pentapodus trivittatus hanya memiliki frekuensi kehadiran yang tinggi yaitu (100%) pada periode waktu siang hari, dalam hal ini jenis ikan tersebut menyukai tipe karang meja pada periode waktu siang hari. Sedangkan jenis ikan Chaetodon melannotus, Chaetodon speculum, Chelmon rostratus, Forcipiger longirostris, Plectorhinchus chaetodontoides, Plectorhinchus orientalis, Scarus oviceps, dan Scolopsis margaritifera merupakan jenis ikan yang kurang menyukai tipe karang meja baik pada periode waktu pagi, siang dan sore hari, dimana memiliki frekuensi kehadiran yang rendah. Berdasarkan Tabel 4 jenis ikan yang memiliki kelimpahan tertinggi yaitu Abudefduf septemfasciatus dengan jumlah individu (133). Kemudian Thalassoma lunare (66), Chaetodon trifascialis (50), Amphirion acellaris (30), Acanthurus nigricans (30), Halichoeres chloropterus (27), Chaetodon triangulum (27), Chelmon rostratus (18), Pentapodus trivittatus (14), Scarus oviceps (10),
28
Chaetodon speculum (6), Chaetodon melannotus (5), Scolopsis margaritifera (4), Plectorhinchus
chaetodontoides
(2),
Forcipiger
longirostris
(1),
dan
Plectorhinchus orientalis (1). Berdasarkan Tabel 4
terdapat perbedaan jumlah
jenis dan jumlah
individu pada setiap periode harian. Pada periode waktu siang dan sore hari memiliki kelimpahan yang tinggi, dibandingkan pada periode waktu pagi hari. Dimana pada periode waktu siang hari terdapat (13) jenis ikan dengan jumlah individu (174), dan sore hari (16) jenis ikan dengan jumlah invidu (148), sedangkan pada periode waktu pagi hari terdapat (9) jenis ikan dengan jumlah individu (102). Tingginya kelimpahan ikan pada periode waktu siang dan sore hari ini diduga kompleksitas struktus habitat komunitas ikan terjadi pada waktu siang dan sore. Chabanet et al., (1997), mengemukakan bahwa kompleksitas struktur habitat terumbu karang memegang peranan yang signifikan terhadap struktur komunitas
ikan
karang, serta lingkungan yang sangat kompleks
memungkinkan suatu habitat untuk digunakan secara bersama oleh banyak jenis. Pada tipe karang meja terdapat satu jenis ikan yang memiliki jumlah kelimpahan yang tinggi yaitu jenis ikan Abudefduf septemfasciatus. Abudefduf septemfasciatus merupakan jenis ikan yang paling banyak menggunakan tipe karang meja. Jenis ikan ini
dapat dikatakan sebagai penyusun utama yang
memberikan kontribusi paling besar terhadap kestabilan komunitas ikan pada tipe karang meja di pantai Tampo Kabupaten Muna. Menurut Barbour et al, (1999), dalam
Rahim (2011), apabila suatu jenis memiliki jumlah individu tertinggi
29
dalam suatu kominitas maka jenis tersebut memberikan kontribusi besar didalam komunitas tersebut. Selanjutnya Peristiwady (2009), mengatakan bahwa perbedaan dalam kekayaan jenis berhubungan erat dengan kompleksitas habitat sebagai tempat hidup ikan, baik ikan
yang hidup soliter
maupun yang
mengelompok, dimana keduanya merupakan penetap penting pada ekosistem terumbu karang. Selanjutnya Desmaulien (2011), mengatakan bahwa kondisi alamiah terumbu karang juga akan mempengaruhi kelimpahan jenis ikan yang terdapat pada daerah tersebut. Kesukaan ikan terhadap habitat tertentu menyebabkan terjadinya perbedaan antara bentang terumbu karang (Triana 2004). Lazuardi (2000), mengatakan bahwa hubungan antara kelimpahan, keanekaragaman, dan jumlah jenis ikan bergantung pada kesehatan dan presentase kondisi tutupan karang. Tingginya kelimpahan jenis ikan serta frekuensi kehadiran ikan karang diduga melimpahnya makro alga dan planton pada tipe karang meja yang dijadikan sebagai sumber makanan bagi ikan karang. Menurut Effendie (2002), makanan
merupakan
faktor pengendali yang penting dalam menghasilkan
sejumlah ikan disuatu perairan, karena makanan merupakan faktor yang menentukan bagi pertumbuhan populasi dan kondisi ikan disuatu perairan. Menurut Lee & Shin (2013), keberadaan dan ketahanan suatu jenis ikan pada satu atau lebih habitat, tergantung dari daya dukung habitat. Karakter morfologi dengan fungsi yang berbeda merupakan salah satu bentuk respon adaptif terhadap kondisi habitat yang berbeda (Blake, 1990). Karakter morfologis yang
30
khas atau berbeda dapat menjadi salah satu indikasi kecenderungan pemilihan habitat yang berbeda pula.
D. Periode Harian Ikan pada Tipe Karang Meja
Periode harian jenis ikan pada tipe karang meja memiliki frekuensi kehadiran jenis yang berbeda. 1. Frekuensi kehadiran ikan pada pagi hari (07:00 – 09:00 WITA) Hasil perhitungan frekuensi kehadiran ikan pada periode waktu pagi hari terdapat 4 jenis ikan dengan frekuensi kehadiran 100% yaitu Abudefduf septemfasciatus, Amphirion acellaris, Chaetodon trifascialis, dan Thalassoma lunare. Sedangkan jenis ikan yang memiliki frekuensi rendah yaitu Chelmon rostratus (60%), Chaetodon triangulum (40%), Acanthurus nigricans (20%), Chaetodon speculum (20%), dan Halichoeres chloropterus (20%). Frekuensi tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Frekuensi kehadiran ikan pada pagi hari
31
2. Frekuensi kehadiran ikan pada siang hari (12:00 – 14:00 WITA) Pada periode siang hari terdapat 8 jenis ikan dengan frekuensi kehadiran 100%
yaitu Abudefduf septemfasciatus, Amphirion acellaris,
Acanthurus nigricans, Chaetodon trifascialis, Chaetodon triangulum, Halichoeres chloropterus, Pentapodus trivittatus, dan Thalassoma lunare. Sedangkan jenis ikan dengan frekuensi rendah yaitu Scolopsis margaritifera (80%), Chelmon rostratus (60%), Scarus oviceps (60%), Chaetodon speculum (40%) dan Plectorhinchus chaetodontoides (20%). Hal ini dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Frekuensi kehadiran ikan pada siang hari
3. Frekuensi kehadiran ikan pada sore hari (16:00 – 18:00 WITA) Pada periode waktu sore hari terdapat 6 jenis ikan dengan frekuensi kehadiran 100%
yaitu Abudefduf septemfasciatus, Amphirion acellaris,
32
Acanthurus nigricans, Chaetodon trifascialis, Chaetodon triangulum, dan Thalassoma lunare. Jenis ikan Halichoeres chloropterus (80%) Chelmon rostratus (60%), Scarus oviceps (60%), Chaetodon melannotus (40%), Chaetodon speculum (20%), Forcipiger longirostris (20%), Plectorhinchus chaetodontoides (20%), Plectorhinchus orientalis (20%), dan Scolopsis margaritifera (20%) Pentapodus trivittatus (20%). Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Frekuensi kehadiran ikan pada sore hari
E. Variasi Keanekaragaman (H') Harian Jenis Ikan Karang pada Tipe Karang Meja Berdasarkan Periode Harian
Indeks keanekaragaman dan kesamaan menunjukkan keseimbangan dalam pembagian jumlah individu setiap jenis dan juga menunjukkan kekayaan jenis suatu komunitas (Odum, 1971). Hasil analisis data untuk indeks
33
keanekaragaman (H’), yang ditemukan selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Indeks keanekaragaman ikan berdasarkan periode harian Indeks keanekaragaman ikan berdasarkan periode waktu pagi, siang, dan sore hari pada Gambar 6 memiliki pola yang bervariasi, dimana pada periode waktu pagi diperoleh indeks keanekaragaman (1.601), siang (2.147), dan sore hari (2.294). Berdasarkan hasil tersebut, pada periode waktu siang dan sore hari memiliki keanekaraman ikan tertinggi dibanding pada periode waktu pagi hari. Tingginya keanekaragaman ikan pada periode waktu siang dan sore hari ini disebabkan bertambahnya jumlah jenis dan individu ikan. Menurut Odum (1996), menyatakan bahwa keanekaragaman tinggi merupakan indikator dari kemantapan atau kestabilan dari suatu komunitas. Barus (2004), mengatakan bahwa suatu komunitas memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi apabila terdapat banyak jenis dengan jumlah individu masingmasing jenis yang relatif merata.
34
Analisis Indeks Similaritas (IS) jenis ikan berdasarkan periode harian pada tipe karang meja di Pantai Tampo Kabupaten Muna dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Matriks Indeks Similaritas dan Disimilaritas Berdasarkan Periode Harian IS/ID Pagi Siang Sore 69.537 68.463 Pagi 30.462 87.803 Siang 31.536 12.196 Sore
Berdasarkan Tabel 5 indeks similaritas (IS) masingmasing pasangan periode waktu menunjukan nilai yang relatif sama. Hal ini berarti bahwa jenis penyusun antara periode harian memiliki banyak kesamaan jenis. Hasil penelitian menunjukan bahwa kombinasi periode harian yang memiliki indeks similaritas yang cukup tinggi terdapat pada periode waktu siang dan sore hari yaitu (87.803), sedangkan pada periode pagi dan siang serta pagi dan sore hari memiliki indeks similaritas yang relatif rendah, dimana pada periode waktu pagi dan siang yaitu (69.537), sedangkan pada periode pagi dan sore yaitu (68.463). Menurut Jufri dkk., (2005), perhitungan indeks similaritas bertujuan untuk membandingkan komposisi dan variasi nilai kuantitatif jenis pada suatu lokasi atau habitat. Dari hasil analisis indeks ketidaksamaan (ID) pada Tabel 5 terlihat bahwa pada periode waktu pagi dan siang hari serta pagi dan sore hari memiliki indeks ketidaksamaan (ID) yang tinggi dibanding pada periode waktu siang dan sore hari. Pada periode waktu pagi dan siang hari diperoleh indeks ketidaksamaan (30.462) dan pada periode waktu pagi dan sore hari (31.536), sedangkan pada periode waktu siang dan sore hari memiliki indeks ketidaksaaan yang rendah yaitu (12.196).
V.
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka diperoleh beberapa kesimpulan yaitu: 1. Preferensi habitat harian ikan pada tipe karang meja memiliki pola yang bervariasi, dimana pada periode waktu pagi, siang dan sore hari menunjukan perbedaan jumlah dan jenis ikan. 2. Kehadiran jenis ikan pada tipe karang berdasarkan periode harian memiliki pola yang cukup bervariasi, dimana pada periode waktu pagi, siang, dan sore hari terdapat perbedaan frekuensi kehadiran pada setiap jenis ikan. 3. Keanegaragaman jenis ikan pada tipe karang meja berdasarkan periode waktu terdapat perbedaan, dimana pada waktu pagi (1.601), siang (2.147), dan sore hari (2.294). 4. Indeks kesamaan (IS) pada berdasarkan periode waktu pula memiliki pola yang bervariasi, dimana pada periode waktu pagi dan siang hari diperoleh (69.537), pagi dan sore (68.463), sedangkan pada periode waktu siang dan sore hari yaitu (87.803).
B. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang perilaku harian ikan pada tipe karang meja.
35
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, 2013, Sebaran dan Keanekaragaman Ikan Target pada Kondisi dan Topografi Terumbu Karang di Pulau Samatellulompo Kabupaten Pangkep, Skripsi, Universitas Hasanuddin, Makassar. Allen, G. R., & Steene, R., 1995, Indo-Pasific Coral Reef Field Guide, Tropical Reef Research, Singapore. Allen, G. R., Steene, R., Humann, N. & Deloach, 2003, Reef Fish Identification Tropical Pacific, New World Publication, Inc. Jacksonville, Frorida USA. Arham, 2010, Sebaran dan Keragaman Ikan Karang di Pulau Barranglompo Kaitannya dengan Kondisi dan Kompleksitas Habitat, Skripsi, Universitas Hasanuddin, Makassar. Aziz, A. W., 2004, Studi Kelimpahan dan Keanekaragaman Ikan Karang Famili Pomacentridae dan Labridae pada Daerah Rataan Terumbu (Reef Flat) di Perairan Pulau Barrang Lompo, Skripsi, Universitas Hasunuddin, Makassar. Bakhtiar, D., Zamdial, T., & Wilopo, M. D., 2014, Struktur Komunitas Ekosistem Terumbu Karang di Pantai Barat Pulau Enggano, Skripsi, Universitas Bengkulu, Bengkulu. Bardour, M. G., Burk, J. H., & Pitts, W. D., 1999, Teresterial Plant Ecology, Third Edition, California, U.S.A. Barus, T. A., 2004, Pengantar Limnologi Studi tentang Ekosistem Air Daratan, USU Press, Medan. Bengen, D, G., Rembet, Unstain, N. W. J., Mennofatria, B., & Fahrudin, A., 2011, Struktur Komunitas Ikan Target di Terumbu Karang Pulau Hogow dan PutusPutus Sulawesi Utara, Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis, VII (2) : 61. Blake,
D.B. 1990. Adaptive Zones Of The Class Asteroidea (Echinodermata). J. Bulletin of Marine Science, 46 (3) : 701718.
Chabanet, P., Ralambondrainy, H., Amanieu, M.., Faure, G., & Galzin R.., 1997, Relationships Between Coral Reef Substrata And Fish. Coral Reefs, 16: 93 – 102. Choat, J. H., & Bellwood, D. R., 1991, The Ecology of Fishes on Coral Reefs.Reef Fishes: Their history and evolution. Sale PF., Eds. Department of Zoology University of New Hamshire Durham. 36
37
Dahuri, R.., 2003, Keanekaragaman Hayati Laut Sebagai Aset Pembangunan Indonesia Berkelanjutan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Dedy, K., 2011, Studi Pertumbuhan dan Tingkat Kelangsungan Hidup Karang Goniopora Stokesii Menggunakan Teknologi Biorock, Skripsi, Universitas Hasanuddin, Makassar. Desmaulien, 2011, Komunitas Ikan KepeKepe (Chaetodontidae) di Kawasan Terumbu Karang Pulau Pieh Propinsi Sumatra Barat, Skripsi, Universitas Andalas, Padang. Desmaulien, 2011, Komunitas Ikan Kepekepe (Chaetodontidae) di Kawasan Terumbu Karang Pulau Pieh Propinsi Sumatra Barat. Skripsi. Universitas Andalas, Padang. Dhahiyat, Y., Sinuhaji, D., & Hamdani, H., 2003, Struktur Komunitas Ikan Karang di Daerah Transplantasi Karang Pulau Pari, Kepulauan Seribu [Community Structure of Coral Reef Fish in the Coral Transplantation Area Pulau Pari, Kepulauan Seribu]. Jurnal Iktiologi Indonesia, 3 (2), 45. Diah, I. D. A., 2013, Potensi Terumbu Karang Indonesia“Tantangan dan Upaya Konservasinya, Jurnal INFO BPK Manado, 3 (2) : 148 – 149. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Tenggara, 2008, Survei Potensi Terumbu Karang di Sulawesi Tenggara, Kendari. Effendie, M. I., 2002, Biologi Perikanan Bagian I. Studi Natural Histori, Institut Pertanian Bogor, Bogor. English, S., Wilkinson, C., & Baker, V., 1994, Survey Manual for Tropical Marine Resources, ASEAN–Australia Marine Science Project Living Coastal Resources, Australia. Estradivari., Syahrir, N. M., Susilo, S., Yusri & S. Timotius, 2007, Terumbu Karang Jakarta: Pengamatan jangka panjang terumbu karang Kepulauan Seribu (2004-2005), Yayasan (Terangi), Jakarta. Fox, H. E., 2004, Coral Recruitment In Blasted and Unblasted Sites In Indonesi Assessing Rehabilitation Potential, Journal Marine Ecology, 269 : 1310139. Goldman, C. R. & Home, A. J., 1983, Limnology, Graw Hill, New York. Hartati, S. T., & Edrus, I. N., 2005, Komunitas Ikan Karang di Perairan Pantai Pulau Rakit dan Pulau Taikabo, Teluk Saleh, Nusa Tenggara Barat, Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. Edisi Sumber Daya dan penangkapan. 11(2) : 83.
38
Haruddin, A., Purwanto, E., & Budiastuti, S., 2011, Dampak Kerusakan Ekosistem Terumbu Karang Terhadap Hasil Penangkapan Ikan Oleh Nelayan Secara Tradisional di Pulau Siompu Kabupaten Buton Propinsi Sulawesi Tenggara, Jurnal Eko Sains, 3 (3) : 3132. Hourigan, T . F ., Tymothy, C., Tricas, & Reese, E. S., 1988, Coral reef fishes as indicators of environmental stress in coral reefs. In : Dorothty F. S. & G. S. Kleppel (Eds.). SpringerVerlag New York Inc., New York. Pp. 107135. Ikawati, Y. P. S., Hanggarawati, H., Parlan, H., Handini, B., Siswodiharjo, 2001, Terumbu Karang di Indonesia, MAPITEK Bekerjasama dengan Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, Jakarta. Ketjulan, R., 2013. Kelangsungan Hidup Karang (Acropora formosa) pada Area yang Telah Mengalami Kerusakan di Perairan Pulau Hari, Jurnal Mina Laut Indonesia, 1 (1) : 128. Koesoebiono, 1981, Biologi Laut, Fakultas Perikanan, IPB, Bogor. Laevastu, T., & Hayes, M., 1982, Fisheries Oceanography and Ecology, Fishing News Book, Ltd. Farnham, England. Lazuardi, M.E. 2000. Struktur Komunitas Ikan Karang (Famili haetodontidae) dan Keterkaitannya dengan Persentase Penutupan Karang Hidup di kosistem Terumbu Karang Perairan Nusa Penida, Bali, Skripsi, Institut Pertanian Bogor, Bogor Lee, T. and S. Shin. 2013. Echinoderm fauna of Kosrae, the Federation States of Micronesia. Journal Of Animal Systematics, Evolution And Diversity, 29 (1) : 117. Lissa, 2013, Keanekaragaman Ikan Karang di Terumbu Karang Kawasan Konservasi Pulau Biawak, Jurnal Wacana Didaktika, 3 (13) : 48. Ludwig, J. A., & Reynolds, J. F., 1988, Statistical Ecology, A Wiley Interscience, New York. Marasabessy, M. D., 2010, Keanekaragaman Jenis Ikan Karang di Perairan Pesisir Biak Timur, Papua, Jurnal Oseanologi dan Limnologi di Indonesia, 36 (1) : 64. MuellerDombois, & Ellenberg, H., 1974, Aims and Methods of Vegetation Ecology, John Wylei & Sons, New York. Moyle, P. B., & Cech, J., 1998, Fishes An Introduction to Ichthyology, 2 Nd Edition.Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.
39
Najamuddin., Samar, I., & Adityawan, A., 2012. Keragaman Ikan Karang di Perairan Pulau Makian Provinsi Maluku Utara, Jurnal Depik, 1 (2) : 114. Nelson, J. S., 2006, Fishes of The World, John and Wiley and Sons, Inc, Canada Ninef, J. S. R., & Risamasu, F. J. L., 2010, Analisis Strukur Komunitas Ikan Karang di Rumpon dan Bubu, Jurnal Media Exacta, 10 (2) : 104 Nybakken, J., 1997, Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis, PT. Gramedia, Jakarta. Odum, E. P., 1996, Dasar-dasar ekologi. Terjemahan: S. Samingan (Edisi Ketiga), Gadjah Mada University Press, Yogjakarta. Peristiwady, T. 2009. Komunitas ikan di padang lamun PulauPulau Derawan, Kalimantan Timur, Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, 15 (1) : 93 104. Pereira, M. A. M., 2000, A Review On The Ecology, Exploitation And Conservation Of Reef Fish Resources In Mozambique. Presented At The 2 Nd National Conference On Coastal Zones Research, Maputo 2729 September 2000. Prasetyanda, I. M., 2011. Korelasi Tutupan Terumbu Karang Dengan Kelimpahan Relatif Ikan Famili Chaetodontidae Di Perairan Pantai Pasir Putih, Situbondo, Skripsi, Institusi Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Rahim, S., 2011. Analisis Keanekaragaman Beta Karang di Perairan Pulau Koholifano Desa Oenggumora Kecamatan Pasir Putih Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara, Skripsi, Universitas Halu Oleo, Kendari. Raymundo, L. I., Maypa, E. D., Gomez & Cadiz, P., 2007, Can dynamite blasted reefs recover? A novel, lowtech approach to stimulating natural recovery in fish and coral populations. Marine Pollution Bulletin, 54: 10091019. Razak, T. B.& Simatupang, K. L. M. A., 2005, Buku Panduan Pelestarian Terumbu Karang; Selamatkan Terumbu Karang Indonesia, Yayasan Terangi, Jakarta. Reese E. S., 1981. Predation On Corals By Fishes Of The F Amily Chaetodontidae: Implications F Or Conservation and Management Of Coral Reef Ecosystems, Bull Mar Sci, 594604. Sadarun, B., Lalang., & Yasir, H. L. M., 2013. Kelimpahan Drupella dan Kondisi Terumbu Karang di Perairan Pulau Mandike Selat Tiworo Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara, Jurnal Mina Laut Indonesia, 1 (1) : 13.
40
Supriharyono, 2000, Pelestarian dan Pengelolaan Sumber Daya Alam di Wilayah Pesisir Tropis, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Supriharyono., Utomo, S. P. R., Churun, A., 2013, Keanekaragaman Jenis Ikan Karang di Daerah Rataan dan Tubir pada Ekosistem Terumbu Karang di Legon Boyo, Taman Nasional Karimunjawa, Jepara, Diponegoro Journal Of Maquares, 2 (4) : 89. Triana, Y. 2004. Kajian Struktur Komunitas dan Interaksi Substrat Dasar Terumbu Karang dengan Ikan Karang di Daerah Perlindungan Laut, Pulau Sibesi, Teluk Lampung, Kabupaten Lampung Selatan, Tahun 20022003, Skripsi, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Triana, Y., 2004, Kajian Struktur Komunitas dan Interaksi Substrat Dasar Terumbu Karang dengan Ikan Karang di Daerah Perlindungan Laut, Pulau Sibesi, Teluk Lampung, Kabupaten Lampung Selatan, Tahun 20022003, Skripsi, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Tutus, W., Munasik., & Ambariyanto, 2013, Komposisi Jenis dan Kelimpahan Ikan Karang di Perairan Pulau Parang Kepulauan Karimunjawa Jepara, Journal Of Marine Research, 2 (4), 47. Whitten, S. J., Anwar, J., Damanik, & Hisyam, N., 1984. Ekologi ekosistem Sumatera, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Wibowo, K., Syawaludin, A. H., & Adrim, M., 2012, Struktur Komunitas Ikan Karang di Perairan Kendari, Jurnal Ilmu Kelautan, 7 (3) : 155. Williams, S.T., and J.A.H. Benzie. 1993. Genetic Consequences Of Long Larval Life In The Starfish Linckia Laevigata (Echinodermata: Asteroidea) On The Great Barrier Reef. Journal Marine Biology, 117 (1) : 7177. Zulfianti, 2014, Distribusi Dan Keanekaragaman Jenis Ikan Karang (Famili Pomacentridae) untuk Rencana Referensi Daerah Perlindungan Laut (DPL) di Pulau Bonetambung Makassar, Skripsi, Universitas Hasanuddin, Makassar.
LAMPIRAN – LAMPIRAN
Lampiran 1. Kehadiran dan Kelimpahan jenis ikan Berdasarkan Periode Harian Tabel 1. Kehadiran dan kelimpahan jenis ikan berdasarkan periode harian No
Hari/Tgl
Jam
1
Kamis, 17 Maret 2016
07:0009:00
2
Kamis, 17 Maret 2016
12:0014:00
3
Kamis, 17 Maret 2016
16:0018:00
4
Jumat, 18 Maret 2016
07:0009:00
5
Jumat, 18 Maret 2016
12:0014:00
Nama Jenis Ikan Abudefduf septemfasciatus Amphirion acellaris Chaetodon trifascialis Thalassoma lunare Abudefduf septemfasciatus Acanthurus nigricans Amphirion acellaris Chaetodon trifascialis Chaetodon triangulum Halichoeres chloropterus Pentapodus trivittatus Thalassoma lunare Abudefduf septemfasciatus Acanthurus nigricans Amphirion acellaris Chaetodon trifascialis Chaetodon triangulum Chelmon rostratus Forcipiger longirostris Plectorhinchus chaetodontoides 9. Plectorhinchus orientalis 10. Pentapodus trivittatus 11. Scarus oviceps 12. Thalassoma lunare 1. Abudefduf septemfasciatus 2. Amphirion acellaris 3. Chaetodon trifascialis 4. Chelmon rostratus 5. Thalassoma lunare 1. Abudefduf septemfasciatus 2. Amphirion acellaris 3. Acanthurus nigricans 4. Chaetodon triangulum 5. Chaetodon trifascialis 6. Chaetodon speculum 1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
41
Jumlah Individu 7 2 4 5 5 3 2 3 2 2 2 4 5 3 2 2 3 1 1
Ket
Pagi
Siang
Sore
1 1 2 2 4 7 2 3 1 4 12 2 3 2 3 1
Pagi
Siang
42
6
Jumat, 18 Maret 2016
16:0018:00
7
Sabtu 19 Maret 2016
07:0009:00
8
Sabtu 19 Maret 2016
12:0014:00
9
Sabtu 19 Maret 20161
16:0018:00
10
Minggu, 20 Maret 2016
07:0009:00
7. Halichoeres chloropterus 8. Pentapodus trivittatus 9. Scolopsis margaritifera 10. Scarus oviceps 11. Thalassoma lunare 1. Abudefduf septemfasciatus 2. Amphirion acellaris 3. Acanthurus nigricans 4. Chaetodon triangulum 5. Chaetodon trifascialis 6. Chaetodon speculum 7. Halichoeres chloropterus 8. Scolopsis margaritifera 9. Scarus oviceps 10. Thalassoma lunare 1. Abudefduf septemfasciatus 2. Amphirion acellaris 3. Chaetodon trifascialis 4. Chelmon rostratus 5. Halichoeres chloropterus 6. Thalassoma lunare 1. Abudefduf septemfasciatus 2. Amphirion acellaris 3. Acanthurus nigricans 4. Chaetodon triangulum 5. Chaetodon trifascialis 6. Chelmon rostratus 7. Halichoeres chloropterus 8. Pentapodus trivittatus 9. Scarus oviceps 10. Thalassoma lunare 1. Abudefduf septemfasciatus 2. Amphirion acellaris 3. Acanthurus nigricans 4. Chaetodon melannotus 5. Chaetodon triangulum 6. Chaetodon trifascialis 7. Halichoeres chloropterus 8. Pentapodus trivittatus 9. Scarus oviceps 10. Thalassoma lunare 1. Abudefduf septemfasciatus 2. Amphirion acellaris 3. Chaetodon triangulum
2 1 1 1 3 6 2 1 2 2 1 2 1 1 3 6 2 3 2 1 2 11 2 4 2 4 2 3 1 1 5 9 2 2 2 3 3 2 2 1 5 8 2 2
Sore
Pagi
Siang
Sore
Pagi
43
11
Minggu, 20 Maret 2016
12
Minggu, 20 Maret 2016
13
Senin, 21 Maret 2016
07:0009:00
14
Senin, 21 Maret 2016
12:0014:00
12:0014:00
16:0018:00
4. Chaetodon trifascialis 5. Thalassoma lunare 1. Abudefduf septemfasciatus 2. Amphirion acellaris 3. Acanthurus nigricans 4. Chaetodon triangulum 5. Chelmon rostratus 6. Chaetodon trifascialis 7. Halichoeres chloropterus 8. Pentapodus trivittatus 9. Scarus oviceps 10. Scolopsis margaritifera 11. Thalassoma lunare 1. Abudefduf septemfasciatus 2. Amphirion acellaris 3. Acanthurus nigricans 4. Chaetodon triangulum 5. Chelmon rostratus 6. Chaetodon trifascialis 7. Halichoeres chloropterus 8. Pentapodus trivittatus 9. Thalassoma lunare 1. Abudefduf septemfasciatus 2. Amphirion acellaris 3. Acanthurus nigricans 4. Chaetodon triangulum 5. Chaetodon trifascialis 6. Chaetodon speculum 7. Chelmon rostratus 8. Halichoeres chloropterus 9. Thalassoma lunare 1. Abudefduf septemfasciatus 2. Amphirion acellaris 3. Acanthurus nigricans 4. Chaetodon triangulum 5. Chaetodon trifascialis 6. Chaetodon speculum 7. Chelmon rostratus 8. Halichoeres chloropterus 9. Pentapodus trivittatus 10. Plectorhinchus chaetodontoides 11. Scolopsis margaritifera 12. Scarus oviceps
4 4 15 2 2 2 3 4 4 2 1 1 7 8 2 1 2 2 3 2 1 4 8 2 3 2 5 1 2 2 5 12 2 4 2 4 2 2 4 2 1 1 1
Siang
Sore
Pagi
Siang
44
15
Senin, 21 Maret 2016
16:0018:00
13. Thalassoma lunare 1. Abudefduf septemfasciatus 2. Amphirion acellaris 3. Acanthurus nigricans 4. Chaetodon melannotus 5. Chaetodon triangulum 6. Chaetodon trifascialis 7. Chelmon rostratus 8. Halichoeres chloropterus 9. Pentapodus trivittatus 10. Thalassoma lunare
6 14 2 4 3 3 3 3 3 1 5
Sore
45
Lampiran 2. Keanekaragaman Jenis Ikan pada Tipe Karang Meja Berdasarkan Periode Harian Tabel 1. Keanekaragaman jenis ikan pada periode waktu pagi hari (07:00 – 09:00) Jumlah Luas Plot No Nama Jenis K KR F Individu (M2) 1 36 25 1.44 35.29 1 Abudefduf septemfasciatus 2 10 25 0.4 9.804 1 Amphirion acellaris 3 3 25 0.12 2.941 0.2 Acanthurus nigricans 4 2 25 0.08 1.961 0.2 Chaetodon speculum 5 19 25 0.76 18.63 1 Chaetodon trifascialis 6 4 25 0.16 3.922 0.4 Chaetodon triangulum 7 5 25 0.2 4.902 0.6 Chelmon rostratus 8 3 25 0.12 2.941 0.2 Halichoeres chloropterus 9 20 25 0.8 19.61 1 Thalassoma lunare 102 4.08 100 5.6 Total
FR
INP
Pi
Lnpi
H'
17.86 17.86 3.571 3.571 17.86 7.143 10.71 3.571 17.86 100
53.15 27.66 6.513 5.532 36.48 11.06 15.62 6.513 37.46 200
0.353 0.098 0.029 0.02 0.039 0.039 0.049 0.029 0.196
1.041 2.322 3.526 3.932 3.239 3.239 3.016 3.526 1.629
0.368 0.228 0.104 0.077 0.127 0.127 0.148 0.104 0.319 1.601
46
Tabel 2. Keanekaragaman jenis ikan pada periode waktu siang hari (12:00 – 14:00) Jumlah Luas Plot No Nama Jenis K KR F Individu (M2) 1 55 25 2.2 31.61 1 Abudefduf septemfasciatus 2 10 25 0.4 5.747 1 Amphirion acellaris 3 16 25 0.64 9.195 1 Acanthurus nigricans 4 18 25 0.72 10.34 1 Chaetodon trifascialis 5 10 25 0.4 5.747 1 Chaetodon triangulum 6 3 25 0.12 1.724 0.4 Chaetodon speculum 7 7 25 0.28 4.023 0.6 Chelmon rostratus 8 15 25 0.6 8.621 1 Halichoeres chloropterus 9 8 25 0.32 4.598 1 Pentapodus trivittatus 10 Plectorhinchus chaetodontoides 1 25 0.04 0.575 0.2 11 Scarus oviceps 3 25 0.12 1.724 0.6 12 Scolopsis margaritifera 3 25 0.12 1.724 0.8 13 Thalassoma lunare 25 25 1 14.37 1 174 6.96 100 10.6 Total
FR
Inp
Pi
Lnpi
H
9.434 9.434 9.434 9.434 9.434 3.7736 5.6604 9.434 9.434 1.8868 5.6604 7.5472 9.434 100
41.04 15.18 18.63 19.78 15.18 5.498 9.683 18.05 14.03 2.462 7.385 9.271 23.8 200
0.316 0.057 0.092 0.103 0.057 0.017 0.04 0.086 0.046 0.006 0.017 0.017 0.144
1.152 2.856 2.386 2.269 2.856 4.06 3.213 2.451 3.08 5.159 4.06 4.06 1.94
0.364 0.164 0.219 0.235 0.164 0.07 0.129 0.211 0.142 0.03 0.07 0.07 0.279 2.147
47
Tabel 3. Keanekaragaman jenis ikan pada periode waktu sore hari (16:00 – 18:00) Jumlah Luas Plot Nama Jenis K KR F No Individu (M2) 42 25 1.68 28.38 1 1 Abudefduf septemfasciatus 10 25 0.4 6.757 1 2 Amphirion acellaris 11 25 0.44 7.432 1 3 Acanthurus nigricans 5 25 0.2 3.378 0.4 4 Chaetodon melannotus 13 25 0.52 8.784 1 5 Chaetodon trifascialis 13 25 0.52 8.784 1 6 Chaetodon triangulum 1 25 0.04 0.676 0.2 7 Chaetodon speculum 6 25 0.24 4.054 0.6 8 Chelmon rostratus 1 25 0.04 0.676 0.2 9 Forcipiger longirostris 9 25 0.36 6.081 0.8 10 Halichoeres chloropterus 6 25 0.24 4.054 0.2 11 Pentapodus trivittatus 1 25 0.04 0.676 0.2 12 Plectorhinchus chaetodontoides 1 25 0.04 0.676 0.2 13 Plectorhinchus orientalis 7 25 0.28 4.73 0.6 14 Scarus oviceps 1 25 0.04 0.676 0.2 15 Scolopsis margaritifera 21 25 0.84 14.19 1 16 Thalassoma lunare 148 5.92 100 9.6 Total
FR
INP
Pi
Lnpi
H
10.42 10.42 10.42 4.167 10.42 10.42 2.083 6.25 2.083 8.333 2.083 2.083 2.083 6.25 2.083 10.42 100
38.8 17.17 17.85 7.545 19.2 19.2 2.759 10.3 2.759 14.41 6.137 2.759 2.759 10.98 2.759 24.61 200
0.284 0.068 0.074 0.034 0.088 0.088 0.007 0.041 0.007 0.061 0.041 0.007 0.007 0.047 0.007 0.142
1.26 2.69 2.6 3.39 2.43 2.43 5 3.21 5 2.8 3.21 5 5 3.05 5 1.95
0.357 0.182 0.193 0.114 0.214 0.214 0.034 0.13 0.034 0.17 0.13 0.034 0.034 0.144 0.034 0.277 2.295
48
Tabel 4. Keanekaragaman jenis ikan berdasarkan periode harian Jumlah Luas No Nama Jenis K Individu Plot 1 Abudefduf septemfasciatus 133 25 5.32 2 Amphirion acellaris 30 25 1.2 3 Acanthurus nigricans 30 25 1.2 4 Chaetodon melannotus 5 25 0.2 5 Chaetodon trifascialis 50 25 2 6 Chaetodon triangulum 27 25 1.08 7 Chaetodon speculum 6 25 0.24 8 Chelmon rostratus 18 25 0.72 9 Forcipiger longirostris 1 25 0.04 10 Halichoeres chloropterus 27 25 1.08 11 Pentapodus trivittatus 14 25 0.56 12 Plectorhinchus chaetodontoides 2 25 0.08 13 Plectorhinchus orientalis 1 25 0.04 14 Scarus oviceps 10 25 0.4 15 Scolopsis margaritifera 4 25 0.16 16 Thalassoma lunare 66 25 2.64 Total 424 16.96
KR
F
FR
INP
Pi
Lnpi
H'
31.37 7.075 7.075 1.179 11.79 6.368 1.415 4.245 0.236 6.368 3.302 0.472 0.236 2.358 0.943 15.57 100
1 1 0.733 0.8 1 0.8 0.267 0.6 0.067 0.733 0.533 0.133 0.067 0.467 0.267 1 9.467
10.563 10.563 7.7465 8.4507 10.563 8.4507 2.8169 6.338 0.7042 7.7465 5.6338 1.4085 0.7042 4.9296 2.8169 10.563 100
41.93 17.64 14.82 9.63 22.36 14.82 4.232 10.58 0.94 14.11 8.936 1.88 0.94 7.288 3.76 26.13 200
0.314 0.071 0.071 0.012 0.118 0.064 0.014 0.042 0.002 0.064 0.033 0.005 0.002 0.024 0.009 0.156
1.16 2.65 2.65 4.44 2.14 2.75 4.26 3.16 6.05 2.75 3.41 5.36 6.05 3.75 4.66 1.86
0.364 0.187 0.187 0.052 0.252 0.175 0.06 0.134 0.014 0.175 0.113 0.025 0.014 0.088 0.044 0.29 2.176
49
Lampiran 3. Gambar JenisJenis Ikan Pada Tipe Karang Meja
Chaetodon trifascialis
Abudefduf septemfasciatus
Thalassoma lunare
Forcipiger longirostris
Plectorhinchus orientalis
Plectorhinchus chaetodontoides
50
Pentapodus trivittatus
Chelmon rostratus
Scarus oviceps
Amphirion acellaris
Halichoeres chloropterus
Chaetodon speculum
51
Acanthurus nigricans
Scolopsis margaritifera
Chaetodon triangulum
Chaetodon melannotus
52
Lampiran 4. Peta Lokasi Penelitian
Sumber : Google maps
53
Lampiran 5. Dokementasi Penelitian
Gambar 1. Pembuatan dan penempatan plot pengamatan
Gambar 2. Pembuatan dan penempatan plot pengamatan
54
Gambar 3. Pembuatan penempatan plot pengamatan
Gambar 4. Tipe karang meja
55
Gambar 5. Tipe karang meja
Gambar 6. Pengamatan ikan karang
56
Gambar 7. Pengamatan ikan karang
Gambar 8. Pengamatan ikan karang
57
Lampiran 6. Surat Izin Penelitian