PREDIKTOR POLA CAREGIVING KELUARGA TERHADAP LANJUT USIA (Predictor of Caregiving Pattern of Family Toward Elderly) Ni Made Riasmini, Wandaningsih Parmono, Eska Riyanti Kariman, Netty S Sofyan Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Jakarta III Email :
[email protected]
ABSTRAK Tingginya jumlah penduduk lansia berdampak terhadap berbagai aspek kehidupan baik sosial, ekonomi dan kesehatan. Kondisi tersebut memerlukan dukungan dari berbagai pihak terutama keluarga (caregiver) yang mampu merawat lansia dan memenuhi kebutuhannya baik fisik maupun psikososial. Pola garegiving keluarga terhadap lansia meliputi pemenuhan kebutuhan aktivitas kehidupan sehari-hari; kebutuhan psikososial dan ekonomi Desain penelitian adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional menggunakan uji regresi logistik ganda. Jumlah sampel sebesar 165 caregiver. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan bermakna antara status pendidikan dengan pola caregiving keluarga terhadap lansia (p value=0.002 ), ada hubungan bermakna antara status kesehatan dengan pola caregiving keluarga terhadap lansia (p value=0.007) ada hubungan bermakna antara kemampuan koping dengan pola caregiving keluarga terhadap lansia (p value=0.000) dan ada hubungan bermakna antara dukungan sosial dengan pola caregiving keluarga terhadap lansia (p value=0.000). Faktor determinan pola caregiving adalah variabel jenis kelamin. Rekomendasi hasil penelitian yaitu gambaran tentang pola caregiving keluarga terhadap lansia, dapat dijadikan sebagai masukan dalam mengembangkan program pemberdayaan keluarga sehingga keluarga mampu memberikan perawatan kepada lansia secara optimal. Kata kunci : pola caregiving, caregiver, lansia
ABSTRACT The highest numbers in elderly population affects to several aspects of life such as social, economy and health status. Those conditions need support from particularly family members (care giver) whom take care of elderly people and fulfill the physial and pshychosocial needs. Caregiving pattern are fulfill need of elderly in maintaining daily activity, pshychosocial and financial needs. The design of this study was a descriptive analysis with cross sectional method and used Multiple Regression Linear test. The participants were 165 family members that whom elderly lived in and selected by purposive sampling method. The results of this study were: there is significant relation between education with caregiving pattern (p value=0.002), there is significant relation between health status with caregiving pattern (p value=0.007), there is significant relation between coping mechanism with caregiving pattern (p value=0.000) and there is significant relation between social support with caregiving pattern (p value=0.000). The determinant factor of caregiving pattern was gender. The recommendation of this study was the description of caregiving pattern to elderly could become an input for family empowering program for caring the elderly member in family. Keyword : Caregiving pattern, caregiver, elderly
57
58
JKep. Vol. 1 No. 1 Nopember 2013, hlm 57-66
(DepKes,
PENDAHULUAN Indonesia
termasuk
diakses
dari
yang
http://www.depkes.go.id., 24 Juli 2009).
memasuki era penduduk berstruktur lanjut
Kondisi tersebut memerlukan dukungan
usia
dari berbagai pihak terutama keluarga
dengan
negara
2008,
pertambahan
jumlah
penduduk yang tergolong cepat di dunia
yang
dan merupakan peringkat keempat dunia
memenuhi
setelah Cina, India dan Amerika (Suyono,
maupun psikososial.
2006). Pertambahan jumlah penduduk
mampu
merawat
kebutuhannya
lansia
dan
baik
fisik
Kebanyakan masyarakat
Indonesia
lansia di Indonesia dalam kurun waktu
memandang bahwa dukungan keluarga
1990-2010 tergolong sangat cepat. Pada
yang berupa pemberian bantuan dari anak
tahun 2000, jumlah penduduk lansia
kepada orang tua masih berperan sangat
sekitar 14,4 juta (7,18%), dengan Umur
besar. Jika dikaitkan dengan budaya
Harapan Hidup (UHH) 64,5 tahun; Antara
Indonesia dimana budaya keluarga besar
tahun
terjadi
(extended
lansia
memungkinkan
2006
peningkatan
sampai jumlah
2010 penduduk
family)
masih
lansia
berkembang,
untuk
tinggal
sebesar 4,9 juta (0,87%), sejalan dengan
bersama keluarga (anak, menantu, cucu
peningkatan UHH dari 66,2 tahun pada
atau anggota keluarga lain). Umumnya
tahun 2006 meningkat menjadi 67,4 tahun
lansia masih mempunyai kedudukan yang
pada tahun 2010; Sedangkan pada tahun
cukup tinggi sebagai orang tua yang harus
2020
dihormati dan dihargai,
jumlah
penduduk
lansia
karena lebih
diproyeksikan akan bertambah menjadi
banyak mempunyai pengalaman sehingga
28,8 juta atau sebesar 11,34 % dari 254
pendapatnya masih dibutuhkan dalam
juta jumlah penduduk, dengan UHH yaitu
pengambilan keputusan keluarga (Fitriani,
71,1 tahun (BPS, 2007).
2009). Adanya dukungan tersebut, akan
Tingginya jumlah penduduk lansia berdampak
terhadap
berbagai
memperkuat ikatan kekeluargaan sehingga
aspek
lansia merasa aman, puas dan merasa
kehidupan baik sosial, ekonomi dan
berguna serta mampu menjalani kehidupan
kesehatan karena semakin bertambahnya
dengan baik.
usia, maka fungsi organ tubuh akan
Beberapa studi menemukan bahwa
semakin menurun baik karena faktor
dukungan sosial informal dari keluarga,
alamiah maupun karena faktor risiko yang
teman
menyertai. Oleh karena itu, perlu disiapkan
meningkatkan
masa lansia sejak usia dini sehingga lansia
menyelesaikan
bisa tetap sehat, produktif dan mandiri
perilaku
dapat
mengurangi kemampuan
masalah, sehat,
stres, dalam
meningkatkan meningkatkan
59
Ni Made Riasmini, Prediktor Pola Caregiving Keluarga Terhadap Lanjut Usia
kesejahteraan, mengurangi stres dan beban
(Basic Activity Dalily Living/BADL) dan
keluarga
aktivitas
(caregiver)
(Kaufman
&
kehidupan
sehari-hari
yang
Kosberg, 2010). Keluarga merupakan
bersifat instrumental (Instrumental Activity
sumber pendukung utama bagi lansia di
Dalily
masyarakat. Efektifitas dukungan keluarga
kebutuhan psikososial dan pemenuhan
merupakan komponen
terhadap
kebutuhan ekonomi (Laubunjong, 2008).
penelitian
Stuifbergen (2008) mengungkapkan bahwa
kesejahteraan Sahar
lansia.
(2002)
kunci Hasil
menggambarkan
bahwa
peran
Living/IADL);
anak
pemenuhan
sangat
penting
dukungan
dan
dalam
mayoritas family carers berusia 20-39
memberikan
tahun dan 96,7% adalah perempuan.
kepada lansia.
Sedangkan
(2005)
kepada lansia dikaitkan dengan kesehatan
menemukan bahwa mayoritas caregiver
mental lansia yang positif dibandingkan
adalah pasangan dan anak usia dewasa.
dengan dukungan yang diberikan oleh
Karlikaya,
et.al.
Hasil penelitian Laubunjong (2008)
diberikan
ditemukan
mayoritas
berkelanjutan
menginginkan
dirawat
perempuannya.
Lansia
mendapat
oleh
anak
mengharapkan
perawatan,
dicintai
serta
mendapat bantuan finansial dan pelayanan
Dukungan dari anak
pasangan dan teman. Perawatan yang
tentang pola caregiving pada lansia, lansia
bantuan
keluarga dan
dilakukan ditujukan
secara kepada
anggota keluarga yang tergantung atau memerlukan
bantuan
dalam
aktivitas
kehidupan sehari-hari (Waldrop, 2003 dalam Kaakinen, et.al.,2010).
kesehatan yang bisa dipenuhi oleh anak
Penelitian ini dilakukan di DKI
mereka. Hal ini sesuai dengan fungsi
Jakarta mengingat DKI Jakarta mengalami
keluarga yaitu memberikan kasih sayang
permasalahan
dan rasa
peningkatan jumlah penduduk lansia dari
aman, memberikan perhatian,
memenuhi
kebutuhan
mempertahankan
berkaitan
dengan
finansial,
tahun ke tahun yang sangat pesat. Jumlah
dengan
penduduk lansia tahun 2010 sebesar
hubungan
anggota keluarga dan masyarakat serta
9.61%.
memberikan perawatan jika lansia sakit
Riasmini (2011) di DKI Jakarta (Jakarta
(Friedmann, Bowden & Jones, 2003). Pola
Timur dan Selatan) ditemukan sebanyak
garegiving
lansia
43% keluarga mengalami beban tingkat
meliputi : pemenuhan kebutuhan aktivitas
sedang dalam merawat lansia dan sekitar
kehidupan
Daily
62.7% lansia berisiko mengalami tindakan
aktivitas
kekerasan yang dilakukan oleh keluarga.
Living)
keluarga
sehari-hari yang
terhadap
(Activity
mencakup
kehidupan sehari-hari yang bersifat dasar
Namun
Hasil
belum
penelitian
diketahui
Wati
dan
bagaimana
60
JKep. Vol. 1 No. 1 Nopember 2013, hlm 57-66
gambaran pola caregiving yang diberikan
Pengumpulan
oleh keluarga terhadap lansia dan faktor-
melakukan
faktor apa sajakah yang berpengaruh
keluarga (caregiver utama). Alat ukur
terhadap pola caregiving. Oleh karena itu
menggunakan modifikasi dari instrumen
peneliti
yang sudah baku.
tertarik
tentang
melakukan
“Faktor
caregiving Tujuan
determinan
keluarga
penelitian
penelitian
terhadap untuk
pola lansia”.
memperoleh
reliabilitas
data
dilakukan
kunjungan
rumah
dengan pada
Uji validitas dan
instrumen
menggunakan
pearson product moment dengan hasil : instrumen
status kesehatan dengan r
gambaran tentang faktor determinan pola
Alpha (0.721), pola caregiving degan r
cergiving keluarga terhadap lansia.
Alpha (0.797), kemampuan koping dengan r Alpha (0.795), dukungan sosial dengan r
METODE
Alpha (0.751), masalah kesehatan kronis
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif cross
analitik sectional
dengan
pendekatan
bertujuan
dengan r Alpha (0.814), tingkat fungsi kognitif dengan r Alpha (0.828).
untuk
mendapatkan gambaran hubungan diantara
HASIL DAN PEMBAHASAN
variabel independen terhadap variabel
Hasil penelitiam diperoleh gambaran
dependen. Penelitian dilakukan di wilayah
karakteristik keluarga yaitu sebagian besar
DKI Jakarta yaitu di
wilayah kerja
keluarga berjenis kelamin perempuan,
Puskesmas Kecamatan Jatinegara, Jakarta
rata-rata berusia 39.44 tahun, berstatus
Timur
pada periode bulan Juli sampai
menikah, memiliki tingkat pendidikan
dengan November 2012. Jumlah sampel
menengah, bekerja, memiliki hubungan
165 orang dengan kriteria : keluarga yang
dengan lansia sebagai orang tua, dengan
mempunyai lansia tinggal bersama dalam
lama waktu merawat lansia rata-rata 13.33
satu rumah (lansia berusia 60 tahun ke
tahun.
atas), bertanggung jawab merawat lansia
Hasil analisis bivariat menggunakan
(sebagai caregiver utama), berusia 21-59
uji korelasi Pearson, independent t-test dan
tahun, serta mampu membaca dan menulis.
uji Anova digambarkan pada tabel 1 berikut ini :
61
Ni Made Riasmini, Prediktor Pola Caregiving Keluarga Terhadap Lanjut Usia
Tabel 1. Hubungan variabel independen dengan pola caregiving keluarga terhadap lansia di wilayah Jakarta Timur, Tahun 2012 No
Variabel Independen
P-value
1
Usia
0.223
2
Jenis kelamin
0.206
3
Status perkawinan
0.677
4
Tingkat pendidikan
0.002
5
Status pekerjaan
0.813
6
Lama merawat
0.341
7
Hubungan dengan lansia
0.072
8
Status kesehatan
0.007
9
Kemampuan koping
0.000
10
Dukungan sosial
0.000
11
Fungsi kognitif lansia
0.302
12
Masalah kesehatan lansia
0.468
Tabel 1. Menunjukkan ada 4 variabel
yang
independen
secara
untuk mampu mengakses informasi terkait
bermakna dengan pola caregiving keluarga
dengan perawatan pada lanisa sehingga
terhadap lansia
kemampuannya akan meningkat dan pada
yang
pendidikan
berhubungan
yaitu variabel tingkat
mereka
akhirnya mampu memberikan perawatan
kesehatan (nilai p=0.007), kemampuan
secara optimal kepada lansia. Hal ini
koping (nilai p=0.000) dan dukungan
sejalan
sosial (nilai p=0.000).
(2003), bahwa pengetahuan menimbulkan
penelitian
bahwa tingkat
p=0.002),
memungkinkan
status
Hasil
(nilai
dimiliki
ini
dengan
pendapat
Notoatmojo
menemukan
kesadaran yang akhirnya menyebabkan
pendidikan berhubungan
orang berperilaku sesuai pengetahuan yang
secara bermakna dengan pola pemberian perawatan keluarga terhadap lansia. Status
dimiliki. Status
kesehatan
juga
dengan
pola
pendidikan seseorang akan berpengaruh
berhubungan
terhadap pengetahuan serta informasi yang
caregiving
diperolehnya.
Responden
Dalam hal ini kondisi kesehatan keluarga
berpendidikan
menengah
mayoritas (SMP
bermakna
caregiver
keluarga
terhadap
lansia.
dan
itu sendiri akan berdampak terhadap
SMA), dimana dengan tingkat pendidikan
respon mereka dalam merawat lansia
62
JKep. Vol. 1 No. 1 Nopember 2013, hlm 57-66
karena
tersitanya
waktu,
tenaga
dan
secara efektif atau meminimalkan tekanan
pikiran dalam merawat lansia tersebut.
yang
Demikian juga dari hasil penelitian Bell,
Sedangkan
et.al (2001) dalam Mc Conaghy (2005)
menimbulkan tekanan bagi individu dan
yang mengungkapkan bahwa merawat
orang lain yang terkait dengan individu
lansia berhubungan dengan penurunan
atau peristiwa stres (Kozier, et.al., 2004).
kesehatan fisik dan psikologis keluarga.
Keluarga sering menggunakan strategi
Faktor
dengan
koping yang berfokus pada masalah dan
beban
berfokus pada emosi. Keluarga yang
yang
kebosanan
dihubungkan
yang
meningkatkan
keluarga merawat lansia
yaitu masalah
terkait
dengan koping
mengalami
peristiwa
stres.
maladaptif
dapat
tingkat stres
tinggi dalam
kesehatan yang dialami keluarga, dan
merawat lansia cenderung menggunakan
jumlah waktu yang dihabiskan merawat
strategi koping yang berfokus pada emosi
lansia. Selaras dengan hasil penelitian
dan keluarga yang mengalami tingkat stres
Asniar (2007) ditemukan bahwa beban
rendah akan menggunakan strategi koping
fisik keluarga dalam merawat lansia yang
yang berfokus pada masalah (Baker &
berpengaruh terhadap status kesehatannya
Robertson, 2008). Hal ini didukung dari
dilihat dari ekspresi wajah kelelahan,
hasil penelitian Resnayati, Riasmini dan
ungkapan rasa lelah, jenuh dan capek,
Maryam (2010) menemukan bahwa koping
selain
keluarga
adaptif yang sering digunakan keluarga
merawat klien terutama membagi waktu
untuk mengatasi masalah dalam merawat
antara merawat klien dan peran lainnya.
lansia
Sedangkan hasil penelitian Karlikaya,
kontrol diri, pengalihan aktivitas dan
et.al. (2005)
menggambarkan insiden
keyakinan spiritual. Sedangkan koping
depresi pada keluarga 18-47%. Ozge, e.al.
maladaptif akibat berbagai tekanan yang
(2009)
caregiver
dialami dalam merawat lansia. Hal ini
mengalami anxietas dan 14,6% mengalami
menunjukkan beban yang dialami keluarga
depresi.
terutama
itu
karena
melaporkan
kesulitan
86%
adalah
penyelesaian
beban
psikologis
masalah,
akibat
Hasil analisis bivariat menunjukkan
perubahan emosi lansia seperti sering
bahwa kemampuan koping berhubungan
marah, cerewet, suka ngambek dan sikap
dengan pola caregiving keluarga terhadap
lansia
lansia. Koping caregiver dalam merawat
Bargeron (2001), stres dan beban dalam
lansia tergambar dari koping adaptif dan
memberikan perawatan dapat membuat
makadaptif. Koping adaptif membantu
keluarga melakukan tindakan kekerasan
individu untuk mengatasi peristiwa stres
kepada lansia.
yang
susah
diatur.
Menurut
63
Ni Made Riasmini, Prediktor Pola Caregiving Keluarga Terhadap Lanjut Usia
Dukungan
sosial
khususnya
dari
yang adekuat dapat meningkatkan status
keluarga sangat penting bagi lansia. Hasil
kesehatan,
analisis
kemampuan
bivariat
menggunakan
kompetensi
personal,
koping, perasaan sejahtera,
menggambarkan ada hubungan bermakna
penurunan ansietas dan depresi pada
antara
caregiver (Peterson & Brewdow, 2004).
dukungan
caregiving
sosial
keluarga
dengan
terhadap
pola lansia.
Sedangkan
tidak adekuatnya dukungan
Dukungan sosial informal terdiri atas
sosial dan kurangnya pelatihan tentang
hubungan
perawatan berkontribusi terhadap perilaku
keluarga
dengan
anggota
keluarga, saudara, teman, tetangga dan
kekerasan
orang lain
kepada lansia (Wang, 2009).
yang berinteraksi
dengan
keluarga. Dukungan sosial ini dapat meningkatkan
kesehatan
yang
Analisis
psikologis
dengan
menggunakan uji regresi linier ganda dilakukan
untuk
secara optimal (Chappell & Reid, 2002,
determinan
pola
dalam
terhadap
2007).
caregiver
multivariat
keluarga sehingga mampu merawat lansia
Majerovitz,
dilakukan
Dengan
lansia.
memperoleh
faktor
caregiving
keluarga
Variabel
kandidat
memperluas jaringan sosial sebagai sistem
multivariat berdasarkan nilai p (< 0.250)
pendukung
yaitu
dapat menurunkan beban
usia,
jenis
kelamin,
tingkat
merawat dan meningkatkan ketersediaan
pendidikan, hubungan keluarga dengan
dukungan emosional dan penghargaan
lansia,
sehingga berdampak terhadap kualitas
koping, dan dukungan sosial. Hasil analisis
kesehatan caregiver dan kemampuannya
dengan
dalam merawat lansia. Dukungan sosial
digambarkan pada tabel berikut ini :
status
kesehatan,
pemodelan
kemampuan
akhir
Tabel 2. Hasil Analisis Multivariat : Pemodelan Akhir Faktor Determinan Pola Caregiving Keluarga terhadap Lansia Variabel Mekanisme Koping Dukungan Sosial Jenis Kelamin Tk. Pendidikan Constanta
Β 0.327 0.335 2.980 2.938 5.779
R
p-value
0.389
0.015 0.000 0.028 0.003 0.000
dapat
64
JKep. Vol. 1 No. 1 Nopember 2013, hlm 57-66
Tabel 2. menunjukkan pemodelan akhir
menemukan
dengan nilai R = 0.389 artinya model yg
menginginkan
dirawat
diperoleh dapat menjelaskan 38.9 %
perempuannya.
Lansia
variasi variabel dependen pola caregiving
mendapat
keluarga terhadap lansia pada nilai p=
mendapat bantuan finansial dan pelayanan
0.000.
Faktor yang paling berhubungan
kesehatan yang bisa dipenuhi oleh anak
dengan pola caregiving keluarga terhadap
mereka. Hal ini sesuai dengan fungsi
lansia adalah jenis kelamin artinya skor
keluarga yaitu memberikan kasih sayang
pola caregiving akan naik (berubah)
dan rasa
sebesar 2.980 bila caregiver berjenis
memenuhi
kelamin
mempertahankan
perempuan
setelah
dikontrol
mayoritas
lansia oleh
anak
mengharapkan
perawatan,
dicintai
serta
aman, memberikan perhatian, kebutuhan
finansial,
hubungan
dengan
variabel tingkat pendidikan, mekanisme
anggota keluarga dan masyarakat serta
koping dan dukungan sosial.
memberikan perawatan jika lansia sakit.
Hasil penelitian menunjukkan jenis kelamin merupakan faktor determinan pola caregiving keluarga terhadap lansia. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Hong dan Kim (2008) bahwa mayoritas peran keluarga dilakukan oleh anak perempuan dimana sebagai caregiver utama mereka merawat
lansia
dalam
memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Tugas merawat orang
tua
dalam
budaya
Indonesia
dipandang merupakan tanggung jawab seorang anak terhadap orang tuanya sebagai bentuk bakti, rasa sayang dan menghormati orang tua. Apalagi dari hasil penelitian
ini
ditemukan
hubungan
keluarga dengan lansia mayoritas sebagai orang tua dengan sebagian besar keluarga
Senada
dengan
Laubunjong
(2008)
tentang
perawatan
pada
pemberian
Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa faktor determinan pola caregiving keluarga terhadap lansia adalah jenis kelamin, dimana ditemukan mayoritas caregiver berjenis kelamin perempuan dengan usia rata-rata 39.44 tahun. Hal ini menunjukkan
bahwa
dalam
budaya
Indonesia, peran anak khususnya anak perempuan
sangat
penting
memberikan
dukungan
dan
dalam bantuan
kepada lansia. Hasil
penelitian
ini
memberikan
masukan kepada pemangku kebijakan dalam
mengembangkan
program
pemberdayaan keluarga melalui pelatihan yang diberikan kepada keluarga tentang
berjenis kelamin perempuan. hasil
SIMPULAN
penelitian pola lansia,
cara perawatan lansia dengan berbagai masalah akibat proses menua serta strategi penyelesaian masalah,
sehingga akan
Ni Made Riasmini, Prediktor Pola Caregiving Keluarga Terhadap Lanjut Usia
meningkatkan
penge
tahuan
dan
keterampilan keluarga dalam merawat lansia di rumah. Disamping itu dapat dikembangkan kelompok swabantu (self helf group) bagi keluarga di masyarakat dimana keluarga bisa saling berbagi pengalaman dalam merawat lansia serta menemukan strategi penyelesaian masalah yang
adaptif
terhadap
yang
peningkatan
akan
berdampak kemampuan
keluarga dalam merawat lansia di rumah. DAFTAR RUJUKAN Asniar. 2007. Studi fenomenologi tentang pengalaman keluarga merawat anggota keluarga paska stroke di rumah di Kelurahan Depok, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok Jawa Barat. Tesis tidak dipublikasikan. Badan Pusat Statistik. 2007. Statistik Indonesia. Jakarta Departemen Kesehatan RI. 2008. Jumlah Penduduk Lansia Meningkat. (Online) (www.depkes.go.id.) diakses 24 September 2009. Fitriani, E. 2009. Lansia dalam Keluarga dan Masyarakat. diakses 17 Mei 2010. Friedman, M. M., Bowden, V.R., & Jones, E.G. 2003. Family Nursing : Research, Theory & Practice. 5th ed. New Jersey : Pearson Education, Inc.. Kaakinen, J. R. et.al. 2010. Family Health Care Nursing : Theory, Practice and Research. 4rd ed. Philadelphia : F.A. Davis Company.
65
Karlikaya, G. et.al. 2005. Caregiver Burden in Dementia: A Study in The Turkish Population. The Internet Journal of Neurology, Volume 4 Number 2. Kaufman, A.V., et.al. 2010. Sosial Support, Caregiver Burden & Life Satisfaction in a Sample of Rural African American and White Caregiver of Older Persons with Dementia. Journal of Geronto logical Sosial Work, 53, 251-269. Kozier,
et.al. 2004. Fundamental of Nursing : Concepts, Process and Practice. 7th ed. Upper Saddle River : Pearson Education, Inc.
Laubunjong, et.al. 2008. The Pattern of Caregiving to the Elderly by Their Families in Rural Communities of Suratthani Province. ABAC Journal, Vol.28,No.2,64-74. McCusker, J.,et.al. 2009. The Nature of Informal Caregiving for Medically Ill Older People with and without Depression. Int.J.Geriatr Psychiatry, 24 : 239-346 Peterson, S.J., & Brewdow, T.S. 2004. Middle Range Theories : Application to Nursing Research. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins. Resnayati, Y., Riasmini, M., Maryam. 2011. Pengalaman Keluarga dan Tenaga Kesehatan dalam Perawatan Lanjut Usia. Risbinakes. Jakarta. Sahar, J. 2002. Supporting Family Carers in Caring for Older People in the Community in Indonesia. Queensland University of Technology, School of Nursing. Centre for Nursing research. Disertasi. Tidak dipublikasikan.
JKep. Vol. 1 No. 1 Nopember 2013, hlm 57-66
Stuifbergen, M.C., Vandelden, J.J.M., & Dykstra, P.A. 2008. The Implications of Today’s Family Structure for Support Giving to Older Parents. Ageing and Society, 28, 413-434. Suyono, H. 2006. Mengantisipasi Lansia di Kota Besar. (Online) (http://www.haryono.com), diakses 24 September 2009.
66 Wang, J., et. al. 2009. Caregiver Burden Factors Contributing to Psycholo gical Elder Abuse Behavior in Long Term Facilities : A Structural Equa tion Model Approach. International Psychogeriatrics, 21, 2, 314-320