Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.1 No. 1 Januari 2015
PREDIKSI MODEL CONSERN FOR INFORMATIAN PRIVACY (CFIP) DAN INTERNET USER FOR INFORMATION PRIVACY CONCERN (IUIPC) DI INDONESIA Katen Lumbanbatu Staf Pengajar FMIPA STMIK Kaputama Binjai ABSTRAK Menimak terhadap hasil uji nomological menunjukkan bahwa model CPIP berlevel medium-fit dan Model IUIPC berlevel lower-fit, maka meniratkan bahwa kedua model tersebut tidak sesuai dengan keperilakuan privacy informasi di Indonesia. Ketidaksesuaian kedua model tersebut juga ditunjukkan dengan hubungan antar dimensi pengukuran yang tidak signifikan secara statistik, khususnya hubungan antara IUIPC terhadap keyakinan kepercayaan. Hubungan antara IUIPC terhadap keyakinan kepercayaan. Kondisi tersebur dapat dipandang pengguna internet di Indonesia besituasi kontingensial maksudnya hubungan antara pengguna internet di Indonesia dan perusahaan pengkoneksi informasi personal tercermin ke dalam dua model yang seharusnya berposisi kuat ke dalam IUIPC sebagai model yang bersifat dinamis. Untuk itu, perumusan model baru dapat dilakukan guna memperoleh model yang paling sesuai dengan kejadian privasi informasi di Indonesia. Struktur model memiliki determinasi pengaruh hubungan secara positip ataupun secara negatip, dapat dibuktikan dari hasil uji koefisien regressi untuk masing-masing variable; Model CFIP kecemasan berkomputer berpengaruh secara positip terhadap CFIP. Demikian juga CFIP berpengaruh secara positi terhadap intense Keperilakuan. Model IUIPC; IUIPC mempengaruhi keyakinan kepercayaan secara negatip dan mempengaruhi keyakinan resiko secara positip. Keyakinan kepercayaan mempengaruhi keyakinan resiko secara negatip dan mempengaruhi intense keperilakuan secara negatip. I. Pendaluan Latar belakang Selama dua dasawarsa terakhir ini, pengguna internet merasakan kecemasan dan kegalauan yang mendalam. Seorang pengguna internet dengan seketika mendapatkan penawaran berbagai macam barang dari situs-situs tertentu. Demikian juga mendapatkan email tertentu untuk berkoneksi atau membuka situs tertentu. Padahal, seorang tersebut belum pernah menginformasikan identitas personalnya ke perusahaan penjual barang dalam sistem
internet tersebut. Tidak dapat disangkal lagi bahwa sistem internet memerankan suatu ancaman dalam bentuk yang unik terhadap privasi informasi (Smith et al, 1996). Sehingga, masalah privasi informasi telah menjadi perhatian bagi hukum, perilaku keorganisasian, kebijakan dan sistem informasi. Kondisi tersebut, para pengguna internet merespon secara kritis. Pemahaman yang akurat bagi para pengguna internet menyatakan bahwa privasi informasi personalnya telah dilanggar (Malhotra, Kim
Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.1 No. 1 Januari 2015 & Agarwal, 2004). Penelitian-penelitian terdahulu telah mengkerangkakan terhadap kejadian yang terkait dengan privasi informasi personal ini. Diantaranya, Sheehan & Hoy (2000), Miyazaki & Fernandez (2000) Smith, Milberg & Burke (1996), Stewart & Seagaras (2002), dan (Malhotra, Kim & Agarwal, 2004). Formulasi terhadap privasi informasi personal untuk pertama kalinya dikemukakan oleh Smith, Milberg & Burke (1996) dengan model global information privacy concern (GIPC). Di dalam model privasi ini informasi masih sangat umum. Tidak lama kemudian, GIPC ini dikembangkan dan disempurnakan ileh Stewart & Segars (2002) dengan model concern for information privacy (CFIP). Model ini memasalahkan secara inti dengan merujuk ke dalam konteks pandangan subyektif kewajaran bagi setiap individu atas privasi informasi personal (Campbell, 1997). CFIP memformulasikan dimensi pembentuk atas privasi informasi personal dengan pengkoleksian (collection), kesalahan (errors), penggunaan pihak sekunder tak terotorisasi (unauthorized secondary used) dan akses tidak sah (improper access). Sementara itu, Malhotra, Kim & Agarwal (2004) menentang terhadap model CFIP dengan mengemukakan formulasi model baru yang lebih modern, yakni internet user for information privaacy concern (IUIPC). Formulasi dimensinya dikerangkakan terhadap praktik privasi (awarenes of privacy practices). Model ini juga memasalahkan secara inti dengan merujuk ke dalam konteks pandangan subyektif kewajaran bagi setiap individu
atau pivasi informasi personal dan praktik yang berjalan bagi setiap perusahaan. Secara lebih spesifik, model IUIPC ini mendasarkan pada teori kontrak sosial yang merumuskan bahwa pengkoleksian yang dilakukan oleh perusahaan dapat dikendalikan olehnya. Pertentangan atas kedua model ini masih belanjut sampai masa sekarang ini. Dalam arti, kedua model tersebut masih mampu menjelaskan secara reliabel dan valid bahwa masalah privasi informasi terjawab untuk setiap model. Untuk itu, penelitian ini mengargumentasikan bahwa paradigma penalaran bagi individu di Indonesia dapat terwujud dalam bentuk perbedaan yang cukup tajam sebagaimana dalam bandingannya dengan individu di Amerika. Sementara keduanya masih reliabel dan valid, maka individu di Amerika sebenarnya masih mempertimbangkan praktik privasi informasi yang dikandung oleh CFIP dan juga masih mempertimbangkan kewajaran dalam praktik privasi informasi yang dikandung oleh IUIPC. 1.1. Tujuan Penelitian Penelitian ini menginvestigasikan perilaku terhadap praktik privasi informasi di Indonesia. Dua model yang ada digunakan untuk menguji kecenderungan perilaku individu terhadap praktik privasi informasi yang mengarah ke praktik privasi informasi yang statik atau mengarah ke praktik privasi informasi yang berkewajaran. Penelitian menganalisis dengan mengkomparasi kedua model tersebut. Selanjutnya, penelitian ini mengidentifikasikan kesesuaian masyarakat pengguna internet di Indonesua terhadap
Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.1 No. 1 Januari 2015 salah satu model yang lebih cocok, atau model kombinasian dari kedua model tersebut. 1.2. Tujuan Penelitian Penelitian ini menginvestigasikan perilaku terhadap praktik privasi informasi Indonesia. Dua model yang ada digunakan untuk menguji kecenderungan perilaku individu terhadap praktik privasi informasi yang mengarah ke praktik privasi informasi yang statik atau mengarah ke praktik privasi informasi yang berkewajaran. Penelitian menganalisis dengan mengkomparasi kedua model tersebut. Selanjutnya, penelitian ini mengidentifikasikan kesesuaian masyarakat pengguna internet di Indonesua terhadap salah satu model yang lebih cocok, atau model kombinasian dari kedua model tersebut. 1.3. Manfaat Penelitian Penelitian ini mampu mengidentifikasi salah satu model yang sesuai bagi pengguna internet di Indonesia atau merumuskan model kombinasian dari kedua model tersebut. Dari hasil pengidentifikasian terhadap model, penelitian ini merumuskan hasil konsekuesi dari model yang paling sesuai dengan masyarakat pengguna internet di Indonesia yang selanjutnya memanfaatkan konsekuensi dari kesesuaian model tersebut. Konsekuensinya bermanfaat bagi para manajer teknologi sistem informasi khususnya dalam manajamen sistem database. Keberpautan dimensi nilainilai yang terkandung dalam model berkonsekuensi terhadap penyelarasan pengelolaan sistem manajamen database perusahaan.
II. Kajian pustaka 2.1. Model Penelitian dan Pengembangan Hipotesis Bagian ini membahas kedua model, yakni CFIP dan IUIPC. Oleh karena dimensi pengukuran kadang-kadang sama untuk kedua model tersebut, maka pembahasan dilakukan dengan membahas per dimensi yang dimiliki oleh kedua model tersebut. Pelekatan kode CFIP dan IUIPC membantu memperjelas identifikasi untuk model penelitian dan pengembangan hipotesis. Berikut pembahasan dimensi-dimensi rincinya. 2.2. Dimensi-dimensi Dimensi-dimensi ini merupakan konstruk tingkat pertama untuk CFIP maupun IUIPC. Terdapat enam dimensi, empat dimensi mengkonstruksikan CFIP dan tiga dimensi mengkonstruksikan IUIPC. Sementara, satu dimensi mengkonstruksikan CFIP maupun IUIPC. Berikut pembahasan rincinya terhadap keenam dimensi. 2.2.1 Pengkoleksian Dimensi pengkoleksian merupakan dimensinya CFIP dan IUIPC yang memasalahkan terhadap perhatian seseorang atas data yang dikoleksi oleh perusahaan penyaji jasa. Dalam pengkoleksian ini, individu mengharapkan adanya fungsi dan manfaat berkelanjutan. Pemberian informasi personal yang disajikan oleh individu mempertimbangkan asas kos dan kemanfaatan yang dikaitkan dengan transaksi tertentu. Sehingga, individu dapat segera menyajikan informasi personal apabila manfaat secara pasti diperoleh, Demikian juga, pengkoleksian informasi personal menjadi sumber yang penting bagi masalah privasi para pengguna internet.
Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.1 No. 1 Januari 2015 Oleh karena itu, Malhotra, Kim & Agarwal (2004) juga memaktubkan dimensi pengkoleksian ini sebagai faktor IUIPC. 2.2.2 Penggunaan Pihak Kedua Takterotorisasi Informasi personal yang telah terkoleksi oleh sebuah perusahaan sering digunakan untuk maksud dan tujuan tertentu oleh perusahaan tanpa sepengetahuan yang memberikan informasi personalnya. Pemanfaatan pengkoleksian informasi tersebut tentunya tidak mendapatkan ijin atau otorisasi dari pemilik informasi personal, saehingga disebut sebagai penggunaan pihak kedua takterotorisasi (Smith et.al, 1996). Oleh karena itu, tidak adanya otorisasi dari pemilik informasi personal menjadikan dimensi ini sebagai perhatian terhadap privasi personal. Alasan yang dikemukakan adalah tidak terantisipasinya informasi personal ini untuk sesuai dengan tujuan pemilik inform 2.2.3. Akses Tidak Sah Keamanan database tidak dapat dipastikan untuk selalu aman. Alasannya adalah bukan hanya disebabkan oleh kemajuan teknologi untuk mengakses database yang semakin maju, tetapi juga oleh kebijakan perusahaan dalam penanganan data (Linowes, 1989). Dalam kenyataannya, kebijakan manajemen yang berkaitan dengan penggunaan data privasi personal hanya menjadi pertimbangannya manajemen sendiri. Konsekuensi dari masalah ini, maka akses tidak sah menjadi salah satu faktor yang terkait dengan perhatian masalah privasi informasi. 2.2.4 Kesalahan
Masalah terhadap kesalahan data yang telah masuk ke dalam sistem database sering tidak pernah dikoreksi ataupun diperiksa. Kesalahan ini menjadi tidak pernah benar karena tidak hanya tindakan untuk pembenarannya karena perusahaan harus mengeluarkan biaya tambahan (Smith et al., 1996). Dengan kata lain, perusahaan enggan untuk melakukan pembenaran terhadap kesalahan data yang sudah terlanjur salah. Dampaknya data menjadi bersifat statis atau tidak dinamis. Kondisi yang demikian ini menyebabkan kesalahan dimasukkan sebagai salah satu faktor di dalam pengukuran CFIP. Alasannya sebagaimana di dalam alasan akses tidak sah bahwa individu tidak memiliki kemampuan lagi untuk memonitor data personalnya. Demikian juga, kesalahan selalu diasumsikan sebagai tindakan yang tidak dapat dihindari. 2.2.5
Pengendalian Pengendalian menganut asas teori sosial kontrak sosial yang merumuskan bahwa individu memandang bahwa prosedurnya dilakukan secara wajar dan ketika itu juga individu memiliki kepentingan dengan prosedur (Thibaut & Walker, 1975; Tyler, 1994). Pengendalian menjadi sangat penting di dalam konteks privasi informasia karena individu tetap memiliki resiko yang tinggi dengan memasukkan data personalnya ke dalam situs perusahaan. Perhatian individu terhadap masalah privasi personalnya teratasi ketika individu memiliki hak pengendalian terhadap informasi personalnya untuk memyetujui,
Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.1 No. 1 Januari 2015 memodifikasi atau bahkan keluar dari situs (Caudill & Murphy, 2000
2.2.6 Kesadaran Terhadap Praktik Privasi Pengendalian merupakan dimensi aktif mengaguermentasi bahwa privasi personal dapat dikendalikan oleh setiap individu dan dapat menginformasikan untuk pengguna lain. Demikian halnya dengan kemampuan individu untuk menyetujui, memodifikasi, dan kebebasan untuk keluar masuk. Sebaliknya, kesadaran terhadap praktik privasi merupakan komponen pasif. Individu hanya dapat mengestimasi praktik terhadap data privasi personal yang berjalan dalam sebuah organisasi (Foxman & Kilcoyne, 1993). Enam dimensi yang telah dibahas di atas, tidak semua dimensinya masuk ke dalam kedua model tersebut, CFIP dan IUIPC. Masing-masing model mengkonstruksikan dengan CFIP memformulasikan dimensi pembentuk atas privasi informasi personal dengan pengkoleksian, kesalahan, penggunaan pihak sekunder takterotorisasi dan akses tidak sah. Sementara itu, IUIPC berdimensi pengkoleksian, pengendalian dan kesadarn terhadap praktik privasi. 2.2.
Konstruk Tingkat Pengaruh Dimensi pembentuk tingkat pertama bagi CFIP dan IUIPC dierangkakan selanjutnya ke dalam konstruk tingkat kedua. Stewart & Segars (2002) mengkonstruksikan tingkat kedua bagi pihak CFIP yang mengkaitkan keempat dimensi dengan kecemasan berkomputer dan intensi
keperilakuan. Sedangkan, Malhotra, Kim & Agarawal (2004) mengkonstruksikan tingkat kedua bagi IUIPC yang mengakaitkan ketiga dimensi dengan keyakinan kepercayaan, keyakinan resiko dan intensi perilaku. Masing-masing dimensi konstruk tingkat kedua dibahas sebagai berikut:
2.2.1
Kecemasan Berkomputer Kecemasan berkomputer mendenotasikan kecenderungan individu untuk tidak secara mudah, secara lemas, atau ketakutan terhadap penggunaan komputer untuk masa sekarang dan masa mendatang. Sekalipun perkembangan penggunaan komputer individu-individu menghindari kecemasan dalam penggunaan komputer di dalam sistem internet (Heinsein et al, 1987). Namun demikian, individu yang masih berpengalaman rendah di dalam penggunaan komputer di dalam sistem internet, maka kecemasannya juga tinggi (Parasuraman & Iqbal, 1990). Kecemasan berkomputer memiliki konsekuensi terhadap CFIP. Alasan pemasukkan konsekuensinya adalag dengan adanya kecemasan yang tinggi bagi individu-individu berdampak tingginya CFIP serta sebaliknya. Berbasis pada hubungan antara CFIP dan kecemasan, maka penelitian ini menghipotesiskan sebagai berikut: H.1 (CFIP):Kecemasan berkomputer berpengaruh secara positif terhadap CFIP (pengkoleksian, akses pihak kedua takterotorisasi, akses tidak sah dan kesalahan) 2.2.2 Keyakinan Kepercayaan Keyakinan kepercayaan didefenisikan sebagai tingkat kepercayaan seseorang terhdap ketergantungan dalam
Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.1 No. 1 Januari 2015 perlindungan informasi personalnya (Grazioli & Javernpa, 2000). Kepercayaan ini muncul sebagai akibat dari kecemasan terhadap privasi informasi. Malhotra, individu yang tingkat perhatian privasi informasi personalnya tinggi cenderung untuk rendah di dalam ukuran keyakinan kepercayaan. Hubungan yang berkebalikan ini dinyatakan dalam statemen hipotesis sebagai berikut:H.2 (IUIPC): IUIPC (pengkoleksian, pengendalian dan kewajaran praktik informasi) berpengaruh secara negatif terhadap keyakinan kepercayaan. 2.2.3. Keyakinan Resiko Keyakinan resiko didefenisikan sebagai tingkat ekspektasi seseorang terhadap hilangnya informasi personalnya yang telah diungkapkan dalam sistem internet (Dowling & Staelin, 1994). Resiko ini muncul sebagai akibat dari kecemasan terhadap privasi informasi. Malhotra, Kim & Agarawal, (2004) mengkonstruksikan hubungan antara perhatian privasi informasi dan keyakinan resiko secara linear. Artinya, individu yang tingkat perhatian privasi informasi personalnya tinggi cenderung untuk tinggi di dalam ukuran keyakinan resiko. Hubungan yang linear ini dinyatakan dalam statemen hipotesis sebagai berikut: H.3 (IUIPC): IUIPC (pengkoleksian, pengendalian dan kewajaran praktik informasi) berpengaruh secara positif terhadap keyakinan resiko. Keyakinan kepercayaan (subbagian 2.3.2) juga berkaitan dengan keyakinan resiko. Alasan yang dikemukakan oleh peneliti tersebut adalah keyakinan kepercayaan berkemampuan untuk mengurangi keyakinan resiko. Sehingga dapat
dihipotesiskan dalam pernyataan sebagai berikut: H.4 (IUIPC): Keyakinan kepercayaan berpengaruh secara negatif terhdap keyakinan resiko. 2.2.4 Intensi Keprilakuan Intensi keprilakuan dimaksudkan sebagai tindakan yang dinalar oleh seseroang untuk bertindak secara aktual dalam sistem internet (Fishbein & Ajzen, 1975). Ajzen (1991) mengemukakan bahwa individu-individu berkehendak untuk mengungkapkan informasai personalnya yang dalam ari individu tersebut memiliki intensi keprilakuan. Konstruk pertama yang diajukan oleh Smith et al, (1996) yang menyatakan bahwa CFIP berpengaruh terhadap intensi keprilakukan. Selanjutnya, peneliti tersebut juga mengemukakan bahwa tingginya tingkat CFIP memprediksikan tingginya intensi keprilakuan. Sehingga dihipotesiskan dalam statemen sebagai berikut: H.5 (CFIP): CFIP (pengkoleksian, pengendalian dan kewajaran praktik informasi) berpengaruh secara positif terhadap intrensi keprilakuan. Keyakinan kepercayaan di samping berasosiasi dengan keyakinan resiko juga beraosiasi bahwa keyakinan kepercayaan berasosiasi secara langsung terhadap intensi kepercayaan yang dalam arti intensi keprilakukan. Alasan yang dikemukakan oleh peneliti tersebut adalah keyakinan kepercayaan menguatkan intensi keprilakukan seseorang untuk mengungkapkan privasi informasi poersonalnya ke dalam sistem internet. Sehingga dapat dihipotesiskan dalam pernyataan sebagai berikut: H.6 (IUIPC):
Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.1 No. 1 Januari 2015 Keyakinan kepercayaan berpengaruh secara 2.2.5. Model CFIP dan IUIPC positif terhadap intensi keprilakuan Smith et al, (1996) telah keyakinan resiko berhubungan dengan memodelkan ke dalam CFIP dengan dua intensi keprilakuan. Hal ini memiliki arti dari tujuh hipotesus yang ada diatas. juga bahwa seseorang berkehendak untuk Demikian juga, Malhotra, Kim & Agarawal mengungkapkan privasi informasi (2004) juga telah memodelkan ke dalam personalnya ke dalam sistem internet. IUIPC dengan lima dari tujuh hipotesis di Sehingga dapat dihipotesiskan dalam atas. Bentuk bentuk model CFIP dan IUIPC pernyataan sebagai berikut: H.7(IUIPC): yang dikaitkan dengan dimensi-dimensi Keyakinan resiko berpengaruh secara pembentuk CFIP dan IUIPC tergambar negatif terhadap intensi keprilakuan. kedam gambar 1 sebagai berikut; Gambar 1. Model CFIP dan IUIPC 1. Model CFIP Kecemasan Berkomputer
Pengkoleksian H1 User tak terotorisasi
CFIP H5
Akses tak Sak
Intensi Keprilakuan
Kesalahan
2.Model IUIPC
Pengkoleksian
H2
IUIPC Pengendalian Kesalahan Praktek Privasi
Keyakinan Kepercayaan n H4
H6 Intensi Keperilakua H7 n
H3 Keyakinan Resiko
Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.1 No. 1 Januari 2015 III. 3.1.
Pembahasan Statistik Deskriptif Hasil uji deskriptif menunjukkan bahwa nilai bervariasi penuh dari nilai terendah (1: Sangat Tidak setuju) dan nilai tertinggi (5: Sangat Setuju) untuk semua variabel kecuali variabel pengendalian dam keyakinan kepercayaan, yang nilai terendahnya sebesar dua dan nilai tertingginya sebesar lima. Variabel-variabel tersebut merupakan hasil rata-rata dari dimensi-dimensi pembentuknya. Oleh sebab direratakan, maka berakibat bahwa beberapa variabel berjarak kecil, yakni variabel Tabel 2. Statistik Deskriptif Variabel
pengendalian dengan jarak minimum dan maksimum 2, 33 serta variabel keyakinan kepercayaan dengan jarak maksimum dan minimum 3,00 secara skala ordinal. Standar devisiasi terbesar dimiliki oleh variabel pengkoleksian dengan nilai 0,81 serta terkecil dimiliki oleh keyakinan kepercayaan senilai 0,52. Variabel akses tidak sah memiliki mean tertinggi senilai 4,35 dan median 4,33. Sementara itu, variabel kecemasan berkomputer memiliki mean terendah senilai 2,84 dan median 2,80. Tabel 2 mendeskripsikan data hasil dari 491 responden dalam uraian data lengkap.
Mean
Media
Std.Dev
Min
Mak
Pengkoleksian
3,31
3,50
0,81
1,40
5,53
Penggunaan Pihak kedua Takteroterisasi
4,27
4,45
0,58
1,25
5,03
Akses tidak sah Kesalahan Pengendalian Kesadaran Praktek Privasi Kecemasan Berkomputer Keyakinan Kepercayaan Keyakinan Risiko Intensi Keperilakuan
4,35 3,90 3,50 3,95 2,92 3,50 3,28 3,09
4,33 3,75 3,36 4,00 2,80 3,50 3,25 3,00
0,39 0,35 0,03 0,53 0,45 0,52 0,04 0,35
1,40 1,75 2,60 1,35 1,40 2,40 2,25 1,40
5,30 3,33 4,33 3,00 5,00 5,10 5,40 5,01
& Argawal, 2004). Terbukti bahwa besaran Hasil Uji Reliabilitas dab Validitas Reabilitas konsistensi internal Cronbach’s alpha untuk masing-masing berbatas 0,60 sebagai titik potong terendah variabel pengukur serendah-rendahnya tetap (Malhotra, & Galleta, 2005, Malhotra, Kim di atas 0,60 .sebagaimana disajikan Tabel 3. Uji Reabilitas (Cronbach’s Alpha) 3.2.
Pengkoleksian
0,842
Penggunaan Pihak kedua Takteroterisasi
0,829
Akses tidak sah
0,794
Kesalahan
0.660
Pengendalian
0,681
Kesadaran Praktek Privasi
0,648
Kecemasan Berkomputer
0,700
Keyakinan Kepercayaan
0,769
Keyakinan Risiko
0,769
Intensi Keperilakuan
0,749
Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.1 No. 1 Januari 2015 Hasil ringkasan Conbrach’s Alpha di atas menghasilkan uji konsistensi internal yang mengharuskan beberapa item pertanyaan tidak dimasukkan ke dalam validitas konstruk penelitian berikutnya. Pengeliminasian item-item pertanyaan tersebut berdasarkan pada hasil nilai Conbrach’s Alpha item terleminasi yang lebih besar dari nilai Conbrach’s Alpha secara variabel statistik. Yang terhapuskan adalah item-item pertanyaan keyakinan kepercayaan nomor (1) perusahaan online seharusnya dapat dipercaya secara penuh dalam penanganan informasi dan nomor (2) perusahaan online seharusnya menyatakan secara jujur dan memenuhi janji yang terkait dengan informasi yang disajikan oleh user. Keyakinan resiko dengan menghapuskan item pertanyaan nomor (5) kepercayaan resiko seorang individu terhadap rasa yang sangat nyaman dengan memberikan informasi personal kepada perusahaan online, serta intensi keprilakuan dengan menghaspuskan item pertanyaan nomor (3) kehendak di antara untuk tidak memakai dan memakai. Uji analisis faktor pengkonfirmasian (CFA:confirmatory factor analysis) juga membuktikan bahwa telah tergumpal menjadi satu konstruksi, dengan metoda varimax, yang sesuai dengan diproposisikan di dalam penelitian ini. Terbukti bahwa, telah sesuai dengan kriteria yang lazim, penggumpalan angka faktor di atas 0,40. Sehingga dapat disimpulkan bahwa validits diskriminan dan kriteria validitasnya terbukti (Malhotra 7Galleta, 2005: Malhotra, Kim & Agarawal, 2004). Hasil uji CFA untuk item-item model CFIP membuktikan bahwa seluruh
item-item pertanyaan tergumpal ke dalam enam faktor variabel secara konsisten dan valid. Secara rinci menunjukkan bahwa keempat item pertanyaan pengkoleksian tergumpal menjadi satu dalam besaran angka yang terendah sebesar 0,749 dan teretinggi sebesar 0,876. Tiga item pertanyaan variabel penggunaan takterotorisasi terfaktorkan menjadi satu dalam kisaran angka terendah dan tertinggi (0,623-0,670). Empat item pertanyaan kesalahan terfaktorkan menjadi satu variabel dalam kisaran angka terendah dan tertinggi (0,700 -0,777). Lima item pertanyaan kecemasan berkomputer terfaktorkan menjadi satu variabel dalam kisaran angka terendah dan tertinggi (0,594-0745). Terakhir, tiga item pertanyaan intensi keprilakuan juga terfaktorkan menjadi asatu variabel dalam kisaran angka terendah dan tertinggi (0,788-0,830). Hasil uji CFA untuk item-item Model IUIPC juga membuktikan bahwa seluruh item-item pertanyaan tergumpal ke dalam enam faktor variabel secara konsisten dan valid. Secara rinci menunjukkan bahwa empat item pertanyaan pengkoleksian tergumpal menjadi satu dalam besaran angka yang terendah sebesar 0,755 dan tertinggi sebesar 0,877. Tiga item pertanyaan variabel pengendalian terfaktorkan menjadi satu dalam kisaran angka terendah dan teretinggi (0,677-0,917). Tiga item pertanyaan kesadaran praktik privasi tergumpal menjadi satu variabel dengan kisaran angka terendah dan tertinggi (0,756-0,773). Tiga item pertanyaan keyakinan kepercayaan terfaktorkan menjadi satu variabel dalam kisaran angka terendah dan tertinggi (0,803-0,850). Empat item
Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.1 No. 1 Januari 2015 pertanyaan keyakinan resiko terfaktorkan menjadi satu variabel dalam kisaran angka terendah dan tertinggi (0,729-0,814). Terakhir, tiga item pertanyaan intensi keprilakuan juga terfaktorkan menjadi satu variabel dalam kisaran angka terendah dan tertinggi (0,738-0,857). Hasil uji penggalian normatip atas pengkonstrusi CFIP terbukti benar dan valid bahwa ke empat dimensi ; Pengkoleksian, penggunaan takterotorisasi, akses tidak sah dan kesalahan terkonvergensi normative CFIP berkisar dalam angka terendah 0,627 sampai dengan angka tertinggi 0,791, serta dalam pengujian secara statistic signifikan. Disisi lain, Konvergensi normatif atas IUIPC tidak terbukti benar dan valid. Kesadaran praktek privasi tidak merumuskan konvergensi normative terhadap dimensi IUIPC dengan bukti secara statistic tidak signifikan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa dimensi-dimensi pembentuk IUIPC tidak sepenuhnya tersarang ke dalam satu konvergensian.
REFERENSI: Ajzen, I, (1991). The Theory of Planned Behaviour, Organization Behaviour Human Decision Processes, Vol. 50, pp.179-221 Bearden, W.O,R.G Netemeyer & M.F. Mobley. (1993). Handbook of Marketing Scales L Multi-item Measures for Marketing and Consumer Behaviour Research. Sage Publications, Newbury Park, CA. Marketing 12(1),pp106-119
Campbell, AJ, (1997). Relationship Marketing in Consumer Markets:A Comparison of Mangerial and Consumer Attitudes about Information Privacy, Journay of Direct Marketing, Vo. 11 (3), pp.47-57. Caudil,EM & Murphy,PE, (2000). Consumer Online Privacy: Legal and Ethiacl Issues, Journal of Public Policy Marketing, Vol1 19(1), pp 7-17. Cespedes, FV and Smith, HJ (1993). Database Marketing: New Rules for Marketing and Practice, Sloan Management Review, Vol.34, pp 7-22 Cohen,RL, (1987). Distributive Justice: Theory and Research, Social Justice Responsibility. Vol. 1 (1), pp 19-40. Dowling, GR and Staelin, R (1994). A Model of Perceived Risk and Instended RiskHandling Activity, Consumer Responsibility, Vol. 21 (June), pp.119-134. Fishbein, M. and Ajzen, I..(1975), Belief, Attitude, Intention and Behaviour: An Introduction to Theory and Research. Addison-Wesley, Reading, MA. Foxman, ER and Kilcoyne, P(1993). Information Technology, Marketing, Practice, and Consumer Privacy: Ethical Issues, Journal of Public Policy Marketing, Vol. 12 (1), pp. 106-119. Grazioli, S and Javernpa, SL (2000). Peril of Internet Fraud : AN. Empirical Investigation of Deception ant Trust with Experienced Internet Consumers, IEEE Transaction Systems, Management Cybernetics, Part A: Systems Humans, Vol. 30(4), pp.399-432.
Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.1 No. 1 Januari 2015 Heinssen, RK, Glasas, CR & Knight, LA (1987). Assesing Computer Anxiety: Development and Validation of The Computer Anxciety Rating Scale. Computers’ Hman Behaviour, Vol.3 (2), pp 49-59. Hu, L. and P. M Bentler. (1999). Cutoff Criteria For. T. Indexes In Covaiance Structure Analyis: Conventional Criteria Versus New Alternatives. Structural Equation Model, Vol. 6(1), pp.1-55.
Malhotra,N>K., Kim, Sung S., and Agarwal, J. (2004). Internet User’s Information Privacy Concerns (IUIPV): The Construct, the Scale, and the Causal Model. Information System Research, Vol. 15(4),pp.336-355.
Sewart, Kathy A., & Segar, AlbertH., An Empirical Examination of The Concerm for Information Privacy Intrument . Information Systems Ressearch, Vol. 13(1),pp.36-49.