PRAJURIT WANITA JAWA DALAM ISTANA MANGKUNEGARA I SURAKARTA
Fika Hidayani Peneliti dan ahli naskah kuno di Keraton Kacirebonan, Cirebon
[email protected] Abstract: The discovery of an ancient manuscript with the title Koninklijk Instituut vor Taal, Land-en Volkenkunde Oriental (KITLV Or) was a very significant discovery, because it can be revised the status of women in ancient times. Previously, women were seen as a restrained and restricted, so their figures were known as the housewives and being satisfied the sexual needs of men. However, with the script KITLV Or, suggested that women in ancient times had played an important role in the government as female bodyguards of King Mangkunagara I and they also followed a country's political development.
Keywords: ancient manuscript, female bodyguards, Mangkunegara I Abstrak: Penemuan naskah kuno dengan judul Koninklijk Instituut vor Taal-, Land- en Volkenkunde Oriental (KITLV Or) merupakan sebuah penemuan yang sangat berarti, karena dapat merevisi ulang keduduan wanita pada zaman dahulu, yang semula hanya dianggap sebagai kaum yang dikekang, dibatasi, dan gampang menyerah, sehingga sosoknya terkenal dengan figur ibu di dapur dan sebagai pemuas kebutuhan seksua pria. Namun dengan adanya naskah KITLV Or ini, menunjukkan bahwa wanita pada zaman dahulu pernah memainkan peranan penting di dalam pemerintahan, yaitu sebagai korps prajurit wanita pengawal Raja Mangkunegara I dan turut mengikuti perkembangan politik suatu negara.
Kata Kunci: Naskah kuno, Prajurit wanita, Mangkunegara I menggunakan
Pendahuluan
senjata,
menembakkan
kita
salvo, memantikkan api pada meriam,
ketahui selalu diidentikkan dengan dunia
menggelindingkan tubuh di bawah kawat
lelaki. Biasanya para prajurit ini mahir
berduri, dan bela diri. Namun, jika kita
Dunia
keprajuritan
seperti
Prajurit Wanita Jawa dalam Istana Mangkunegara I Surakarta (Fika Hidayani)
| 33
menengok ke catatan-catatan masa lalu,
Belanda
maka anggapan itu akan tergantikan oleh
Naskah kuno ini berbentuk buku harian
kenyataan yang selama ini tidak kita
yang melukiskan secara gamblang dan
ketahui.
menjadi
detail mengenai kehidupan penulis dan
prajurit yang maju ke medan pertempuran
para wanita lainnya sebagai prajurit
atau menjadi pengawal Raja-Raja tempo
wanita, mencatat perkembangan politik di
dahulu. Fakta ini tentu membuat kita
Keraton,serta mencatat ekonomi dan tata
mempertanyakan
Wanita
Nusantara
yang
bernama
Dr.
Pigeud.
kembali,
bagaimana
buku keraton. Naskah kuno ini ditulis oleh
wanita
Indonesia
abdi dalem Kerajaan Mangkunegara I,
sesungguhnya pada zaman dahulu di
yang juga menjadi salah satu anggota
tengah masyarakat yang patriarki?
korps wanita Kerajaan Mangkunegara I.
kedudukan
sosial
Harus diakui, hampir tak ada
Sebuah kisah rekam sejarah yang
catatan sejarah, bahkan sekelas mitologi,
sangat berarti sekali bagi kaum wanita di
yang mengisahkan sedikit saja mengenai
Indonesia khususnya wanita di Jawa,
keberadaan prajurit wanita di Indonesia
karena biasanya para wanita di zaman
di masa-masa kuno, kecuali bila kita
dahulu hanya dijadikan sebagai figur ibu
menganggap Srikandi, istri Arjuna, yang
di dapur atau geisha untuk pemuas para
ikut bertempur melawan Resi Bhisma
pria. Namun dengan adanya naskah
dalam
KITLV Or ini, menunjukkan bahwa
Bharatayudha,
adalah
salah
satunya. Catatan paling tua yang kita
wanita
miliki yaitu mengenai keberadaan wanita
memainkan peranan penting di dalam
berasal dari abad ke-17, di mana catatan-
pemerintahan, yaitu dengan melibatkan
catatan tersebut ditulis oleh orang Eropa,
prajurit estri ini untuk turut membela
kebanyakan adalah negara Belanda, yang
negara dan mengikuti
berkunjung
politik suatu negara, dalam hal ini adalah
ke
istana
Raja-Raja
di
Nusantara seperti Aceh dan Mataram.
pada
zaman
dahulu
pernah
perkembangan
keraton.
Salah satu tulisan dari masa lampau yang menceritakan tentang prajurit wanita
Metode Penelitian
yaitu naskah kuno dengan judul Koninklijk
1. Penyajian Dan Interpretasi Teks
Instituut vor Taal-, Land- en Volkenkunde
Sastra Indonesia Klasik
Oriental (KITLV Or) yang terdiri atas 606
Karya sastra Indonesia terdiri dari
halaman. Naskah ini diberikan oleh Raja
karya sastra lisan dan karya sastra tulis.
Mangkunegara VII kepada peneliti dari
Karya sastra tulis terdiri dari dua bentuk,
34 |
MUWÂZÂH, Volume 5, Nomor 1, Juli 2013
yaitu karya sastra tulis berbentuk tulisan
2. Penyajian Teks Sastra Indonesia
tangan, dan karya sastra tulis berbentuk
Klasik
cetakan. Karya sastra yang berbentu
Penyajian teks sastra Indonesia
tulisan tangan atau teks tulisan tangan
klasik dapat dilakukan setelah naskahnya
(manuskrip) sering disebut sebagai karya
ditangani secara filologis, yaitu dengan
sastra Indonesia klasik atau lama atau
menggunakan teori dan metode filologi.
tradisional (Sangidu, 2005:74-75).
Setelah itu akan dilakukan transliterasi
Adapun karya sastra Indonesia klasik
merupakan
objek
dan
penerjemahan.
Di
dalam
naskah
perlu
material
penyuntingan
penelitian Filologi, karena di dalamnya
ditransliterasi
menyimpan berbagai ungkapan pikiran
dilakukan
alih
dan perasaan sebagai hasil budaya bangsa
dilakukan
penerjemahan
masa lampau (Baried, 1994:55). Karya
Indonesia, karena biasanya naskahnya
sastra klasik
menggunakan
ditandai dengan keunikan
ini, terlebih
dahulu
aksara.
bahasa
atau
Setelah ke
daerah,
itu
bahasa seperti
sendiri-sendiri. Keunikan itu diantaranya
bahasa Sunda, Jawa, Aceh, Madura atau
bahwa
secara
berbahasa asing seperti bahasa Arab. Hal
istimewa dan terdapat kesulitan-kesulitan
ini dilakukan untu mendapatkan bahasa
yang tidak sedikit bagi peminat yang ingin
teks yang baik dan benar, sehingga
membacanya. Kesulitan tersebut dapat
pembaca dapat membaca dan memahami
berupa wujud naskah itu sendiri yang
teks dengan mudah (Sangidu, 2005:76).
teks
tersebut
ditulis
telah rapuh dan lapuk dimakan zaman, atau teksnya ditulis dengan suatu huruf, bahasa
yang
Filologi berasal dari kata philos
penyajiannya belum atau tidak dikenal
yang berarti cinta, dan logos yang berarti
oleh masyarakat luas, sehingga membuat
kata. Jadi filologi berarti cinta kata atau
frustasi bagi orang yang tertarik untuk
senang bertutur (Shipley, 1961). Atau
membacanya (Sangidu, 2005:75). Untuk
secara istilah, filologi adalah suatu ilmu
menghadapi dan memecahkan kesulitan-
pengetahuan tentang sastra-sastra dalam
kesulitan
arti
mampu
dan
idiom
tersebut, mengatasi
tertentu
3. Teori Filologi
Filologilah hal
tersebut
yang dan
menjelaskan kata-kata yang dipandang sulit untu dibaca dan dipahami (Robson, 1988:11-12).
yang
luas,
yang
mencakup
kebahasaan, kesusastraan, dan kebudayaan (Baried, 1994:1). Filologi dikenal dengan ilmu yang berhubungan dengan karya masa lampau
Prajurit Wanita Jawa dalam Istana Mangkunegara I Surakarta (Fika Hidayani)
| 35
yang berupa tulisan. Studi terhadap karya
Metode edisi naskah tunggal, yaitu
tulis masa lampau dilakukan karena
naskah yang akan dijadikan penelitian
adanya
dalam
tersebut teridentifikasi unikum, yaitu
peninggalan tulisan terkandung nilai-nilai
berjumlah satu, sehingga pengkajiannya
yang masih relevan dengan kehidupan
difokuskan
masa kini. Karya tulisan masa lampau
penyuntingan naskah tunggal yang kritis.
merupakan peninggalan yang mampu
Ada dua cara dalam metode edisi naskah
menginformasikan buah pikiran, buah
tunggal, yaitu edisi diplomatik dan edisi
perasaan,
standar.
anggapan
dan
bahwa
informasi
mengenai
pada
pokok-pokok
Edisi
diplomatik
kerja
yaitu
berbagai segi kehidupan yang pernah ada
menerbitkan satu naskah yang seteliti-
(Baried, 1994: 1).
telitinya tanpa mengadakan perubahan.
Kandungan teks yang tersimpan dalam
karya
tulisan
masa
Edisi diplomatik adalah naskah asli
lampau
diproduksi secara fotografis/ faksimile.
menyimpan informasi berbagai bidang,
Penyunting dapat membuat transliterasi
seperti sejarah, hukum, bahasa, sastra,
setepat-tepatnya
filsafat, moral, obat-obatan, dsb. Banyak
sesuatu dari segi teoritis, metode ini
pula di antaranya yang mengungkapkan
paling murni karena tidak ada campur
ajaran agama, seperti agama Islam,
tangan dari pihak editor. Namun dari segi
agama Kristen, agama Hindu, agama
praktis
Budha, dan sebagainya (Baried, 1994:
(Baried, 1994: 67-68).
10).
kurang
Kedua,
tanpa
membantu edisi
menerbitkan
menambahkan
pembaca
standar
naskah
yaitu dengan
membetulkan kesalahan-kesalahan kecil
4. Metode Filologi Di dalam penelitian naskah kuno,
dan ketidakajegan, sedangkan ejaannya
perlu diidentifikasi berapa naskah yang
disesuaikan
akan dilakukan suntingan naskahnya. Jika
berlaku. Diadakan pengelompokan kata,
diketahui hanya satu buah naskah, maka
pembagian kalimat, digunakan huruf
perlu menggunakan metode edisi naskah
besar, pungtuasi, dan diberikan pula
tunggal,
ada
komentar mengenai kesalahan-kesalahan
beberapa naskah yang perlu disunting,
teks. Pembetulan yang tepat dilakukan
maka
atas dasar pemahaman yang sempurna
namun perlu
landasan.
jika
diketahui
menggunakan
metode
sebagai
dengan
hasil
ketentuan
perbandingan
yang
dengan
naskah-naskah sejenis yang sezaman.
36 |
MUWÂZÂH, Volume 5, Nomor 1, Juli 2013
Semua perubahan yang diadakan dicatat
5. Transliterasi
di tempat yang khusus agar selalu dapat
Transliterasi adalah pemindahan
diperiksa dan diperbandingkan dengan
macam (jenis) tulisan (Robson, 1978:30).
bacaan naskah (Baried, 1994: 67-68).
Transliterasi dapat juga diartikan sebagai
Metode landasan adalah naskah
penggantian macam (jenis) tulisan, huruf
yang akan dijadikan penelitian tersebut
demi huruf dari abjad yang satu dengan
berjumlah lebih dari satu buah naskah,
abjad
sehingga
perbandingan
Transliterasi merupakan tahap yang sangat
sejumlah naskah yang telah dibaca.
penting dalam penyajian teks. Hal ini
Setelah
tersebut
karena aksara yang digunakan pada
dibandingkan dari aspek bahasa, sastra,
naskah kuno adalah aksara kuno, yaitu
sejarah, dan lainnya, maka dimanfaatkan
Pegon (Arab Melayu), Cacarakan, dan
metode landasan yang juga disebut
Sansekerta.
metode
dialihaksarakan menjadi tulisan latin.
dilakukan kedua
induk
naskah
atau
legger
(Baried,
yang
lain
(Baried,
Untuk
1994:64).
itu
perlu
1994:67). Ada empat langkah dalam penggunaan metode landasan ini, yaitu
6. Penerjemahan
sebagai berikut (Sangidu, 2005:80-81). - Membaca beberapa katalogus atau
-
Teks bahasa asing dan teks bahasa daerah
yang
belum
dikenal,
perlu
buku-buku yang memuat keterangan
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
tentang pernaskahan.
yang baik dan benar. Misalnya dari bahasa
Melacak sejumlah naskah salinan
Arab diterjemahkan ke dalam bahasa
yang
beberapa
Indonesia. Begitu pula dari bahasa daerah,
katalogus atau buku-buku yang telah
misalnya bahasa Jawa, Sumatera, Bali,
dibaca.
dan
ada
berdasarkan
- Membaca sejumlah naskah salinan yang didapat.
bahasa
daerah
lainnya,
perlu
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Kegiatan
penerjemahan
perlu
- Membandingkan naskah sejenis yang
dilakukan oleh filolog atau peneliti sastra
mempunyai lebih dari satu versi dari
klasik, dengan memanfaatkan teori dan
aspek bahasa, sastra, dan lainnya untu
metode penerjemahan yang sesuai dengan
dicari satu kelompok
naskah yang
kondisi teks yang dihadapi setelah teks
dipandang unggul kualitasnya sebagai
tersebut disunting dengan baik (Sangidu,
dasar suntingan.
2005: 98).
Prajurit Wanita Jawa dalam Istana Mangkunegara I Surakarta (Fika Hidayani)
| 37
walaupun rajanya masih keturunan raja
7. Interpretasi Teks Interpretasi teks merupakan tugas kedua filolog yang harus dikerjakan setelah
melakukan
penyajian
Mataram.
Setiap
Raja
Kasunanan
Surakarta bergelar Sunan. Raja Mangkunegara I yaitu R.M.
teks.
Interpretasi teks dapat berupa analisis isi
Said,
(kandungan) naskah kuno. Analisis isi
kemudian bergelar Pangeran Adipati
naskah dapat berupa analisis secara
Arya Mangkunagara Kartasura. Nama
linguistik
julukannya
maupun
sastra,
dengan
putra
dari
R.M.
Suro
adalah
yang
Pangeran
menggunakan teori dan metode linguistik
Sambernyawa, yaitu sebuah julukan yang
atau
membuat situasi penuh dengan aroma
sastra.
Dengan
demikian,
isi
kandungan naskah kuno dapat dibaca
seram dan sekaligus aroma kewibawaan. Sejak berumur 16 tahun, beliau
dengan mudah dan diketahui secara luas oleh generasi muda yang berminat dan
telah
berjuang
mempertahankan
para pembaca lainnya (Sangidu, 2005:
kerajaannya dari
101).
Belanda, Pakubuwana III, dan Pangeran
pasukan gabungan
Mangkubumi. Dengan gagah berani dan
C. Hasil
Penelitian
Dan
disertai dengan keahlian militernya, Raja Mangkunegara I berhasil menghadapi
Pembahasan
musuh-musuhnya. Sifatnya tidak suka didikte, dan berani bertindak tegas
1. Kerajaan Mangkunegara I Kerajaan Mangkunegara I adalah kerajaan
yang
terbentuk
dari
hasil
menghadapi
pihak yang bersengketa di Kesultanan Mataram, yaitu Sunan Pakubuwana III
dan Pangeran Mangkubumi, menyepakati bahwa Kesultanan Mataram dibagi dalam dua wilayah kekuasaan, yaitu Surakarta dan Yogyakarta. Kasunanan Surakarta umumnya pengganti
tidak
dianggap
Kesultanan
sebagai Mataram,
melainkan sebuah kerajaan tersendiri, 38 |
lain
yang
merongrong wibawa dan eksistensinya. Raja
Perjanjian Giyanti 13 Februari 1755. Perjanjian antara VOC dengan pihak-
kekuasaan Mangkunegara
I
adalah
sosok tokoh yang menghadirkan kembali figur
kekuatan
Jawa.
Dengan
Tri
Darmanya, R.M. Said mengajak kepada segenap lapisan masyarakat kerajaan, bahwa urusan negara bukan hanya milik sekelompok
golongan saja melainkan
siapa saja yang masih merasa memiliki keberadaan Mataram, hendaklah secara bersama-sama turut serta memikirkan dan memperjuangkannya.
MUWÂZÂH, Volume 5, Nomor 1, Juli 2013
Di dalam menghadapi musuh-
minyak wangi, dan pakaian-pakaian yang
musuhnya, Raja Mangkunegara I untuk
akan dipakai tamu yang disukai Raja; dan
pertama
Jawa
menjaga Raja dengan membawa tombak
melibatkan wanita di dalam angkatan
dan tulup di semua sisi Keraton (Kumar,
perangnya.
Ann, 2008:6).
kalinya
di
Tidak
kerajaan
tanggung-tanggung,
jumlahnya sekitar 144 wanita, terdiri dari
Kisah prajurit wanita ini menurut
satu peleton prajurit bersenjata karabijn
kesaksian beberapa orang Eropa, ternyata
(senapan), satu peleton bersenjata penuh,
tidak
dan satu peleton kavaleri (pasukan
Mangkunegara saja, tetapi juga terjadi di
berkuda). Raja Mangkunegara I ini
kerajaan Indonesia lainnya. Misalnya yang
mengajari wanita desa untuk mengangkat
terjadi
senjata dan menunggang kuda di medan
Laksamana
perang.
Beaulieu, yang pernah datang ke Aceh
hanya
di
terjadi
Kerajaan Perancis,
pada
Kerajaan
Aceh.
Menurut
Augustin
de
pada tahun 1620-1621, melaporkan bahwa 2. Kisah Prajurit Wanita (Estri) Di
3.000 prajurit perempuan yang bertugas
Kerajaan Mangkunegara I Manuskrip
KITLV
Sultan Aceh (Iskandar Muda) memiliki
ini
mengawal istana. Begitupun menurut
menceritakan tentang para wanita yang
Peter
menjadi
berkebangsaan
prajurit
pribadi
Raja
Mundi,
seorang Inggris
pengelana
yang
pernah
Mangkunegara I yaitu Kanjeng Gusti
singgah ke Aceh pada tahun 1637, pernah
Pangeran Adipati atau yang lebih dikenal
melihat sekumpulan pengawal wanita
dengan Pangeran Sambernyawa. Tidak
yang membawa busur dan panah. Namun
tanggung-tanggung,
prajurit
perbedaannya dengan pengawal wanita
wanita yang dipanggil dengan sebutan
lainnya, prajurit estri ini dirasa kelompok
prajurit estri ini menurut Rijklof van
yang paling terlatih dan diistimewakan
Goens,
dalam hierarki perempuan istana (Kumar,
yang
jumlah
pernah
mengunjungi
Mataram pada abad ke-17, berjumlah 150
Ann, 2008:7).
wanita muda. Tugas prajurit estri ini di
Pembentukan Prajurit estri ini
antaranya yaitu mengawal sang Raja
sebenarnya bukanlah sebuah inovasi dari
ketika muncul di depan orang banyak;
Raja Mangkunegara I, tetapi ia hanya
mengusung perkakas-perkakas sang Raja,
meneruskan adat yang sudah lama dianut.
seperti bejana air minum, sirih komplet,
Hal ini karena pembentukan koprs prajurit
pipa tembakau, keset, payung, kotak
wanita ini telah ada masa kejayaan Sultan
Prajurit Wanita Jawa dalam Istana Mangkunegara I Surakarta (Fika Hidayani)
| 39
Agung, di mana ketika itu Sultan Agung
mereka
telah dikawal oleh ajudan wanita.
prajurit, dan dengan serasi dan serentak,
melakukan
tembakan
salvo
Para prajurit ini selain mereka
mereka menembakkan senjata selama tiga
dilatih untuk memainkan senjata dan
kali. Setelah itu, para perempuan ini
menunggang kuda, juga mereka dilatih
menaiki kuda dan pergi meninggalkan
bernyanyi, menari, dan memainkan alat
penonton.
musik. Paras mereka haruslah cantik, sehingga
menjadi
prajurit
estri
Pertunjukan mereka tentu saja
ini
membuat kagum dan heran para penonton
merupakan pilihan dari para wanita cantik
yang menyaksikan atraksi tersebut. Hal ini
yang ada di kerajaan.
selain karena atraksinya menakjubkan,
Walaupun mereka berparas cantik, namun
Raja
hampir
tidak
juga
dilakukan
oleh
wanita-wanita
pernah
tangguh berparas cantik, sehingga bagi
mengambilnya sebagai istri, atau selalu
siapapun yang melihatnya pasti akan
dihadiahkan kepada bangsawan lain untuk
berdecak kagum.
dijadikan istri. Hal ini karena mereka
Perlu kita ketahui, bahwa skill para
dianggap lebih beruntung daripada selir
prajurit estri ini di masa itu sungguhlah
yang tidak boleh menerima tawaran
menakjubkan, karena pada zaman itu,
pernikahan selama Raja masih hidup dan
masih sedikit orang bahkan prajurit yang
kadang-kadang setelah Raja meninggal.
memiliki skill menggunakan senjata. Hal
Jadi para wanita yang terpilih menjadi
ini diutarakan oleh Jan Greeve, Gubernur
prajurit estri ini, mereka bangga dan
dari pesisir timur laut itu, di mana prajurit
bersemangat dalam menjalankan tugas
Jawa yang lainnya sangat tidak cekatan.
mulia ini.
Bahkan sempat melukai prajurit artileri
Di dalam naskah KITLV ini diceritakan ketika para prajurit estri ini menghadiri
sebuah
upacara
Eropa, karena senjata mereka meledak dengan tidak sengaja.
untuk
menyambut seorang Gubernur dari pesisir
Penutup
timur laut, mereka mengenakan baju
Naskah kuno berjudul Koninklijk
dengan keris seperti baju adat Bali, yang
Instituut vor Taal-, Land- en Volkenkunde
bajunya dihiasi bordiran daun-daun emas,
Oriental (KITLV Or) terdiri dari 606
dengan
pinggang
halaman. Naskah yang ditulis oleh abdi
berbordir emas. Mereka berjalan kaki
dalem keraton dan anggota korps prajurit
dengan membawa busur dan panah. Lalu
wanita
40 |
mengenakan
ikat
ini
berbentuk
buku
harian
MUWÂZÂH, Volume 5, Nomor 1, Juli 2013
mengenai kehidupan penulis dan para
Universitas
wanita lainnya sebagai prajurit wanita,
Yogyakarta.
perkembangan politik,serta ekonomi dan tata buku keraton.
Gadjah
Mada,
Kumar, Ann, 2008, Prajurit Perempuan Jawa: Kesaksian Ihwal Istana dan
Dikarenakan
saksi
sejarah
ini
berbentuk naskah kuno, maka perlu ditangani secara filologi. Aksara dan
Politik Jawa Akhir Abad ke-18, Depok : Komunitas Bambu, Sangidu,
2005,
Penelitian
Sastra:
bahasa yang digunakan menggunakan
Pendekatan, Teori, Metode, Teknik,
bahasa
perlu
dan Kiat, Seksi Penerbitan Sastra
kemudian
Asia Barat, Fakultas Ilmu Budaya
daerah,
ditransliterasi
sehingga dulu
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
UGM, Yogyakarta.
yang baik dan benar, sehingga dapat
Shipley, Joseph T (Ed), 1962, Dictionary
memudahkan pembaca untuk mengerti
of World Literature, Littlefield
dan memahami isi teks tersebut.
Adam & co, New Jersey. Internet : http://hum.uu.nl
DAFTAR PUSTAKA
http://wacananusantara.org Baried,
Siti
Baroroh,
dkk,
1994,
http://mangkoenagaran.blogspot.com
Pengantar Teori Filologi, Badan
http://id.wikipedia.org
Penelitian dan Publikasi Fakultas
http://anisavitri.wordpress.com
Seksi
Filologi
Fakultas
Sastra
Prajurit Wanita Jawa dalam Istana Mangkunegara I Surakarta (Fika Hidayani)
| 41