PPKn Non Reguler 2012 Nama : Desca Paridana Kelas : PPKn Non Reguler 2012 Tugas : Dasar-Dasar IPS (Rangkumam : Membangun Kembali Jati Diri Bangsa)
I.
PENDAHULUAN Hakikat perubahan seperti yang kita ketahui adalah dunia akan terus berubah, tidak ada yang kekal, yang kekal adalah perubahan itu sendiri. Bagi yang tidak mampu menyesuaikan dengan perubahan itu maka akan tertinggal atau terlindas oleh perubahan itu sendiri. Mengajak untuk memahami arti dan peran penting karakter sebagai komponen yang sangat menentukan dalam kehidupan kita. Dalam dunia pendidikan misalnya, contoh-contoh hilangnya karakter dalam diri pendidik dapat terlihat dari seseorang pendidik yang membocorkan bahan ujian, menanamkan angka atau nilai tidak sesuai dengan prestasi siswa-siswi, membuat sikripsi dengan meminta imbalan untuk anak didiknya, dan sebagainya. Lihat saja kejadian pada Ujian Nasional di Medan yang mencoreng harkat dan martabat pendidik. Hal tersebut telah membuktikan hilangnya karakter yang menjadi penyebab tindakan mereka.
II.
LATAR BELAKANG I. Kondisi Bangsa Kita tahu bahwa dalam membangun karakter sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, baik lingkungan kecil di dalam rumah, di dalam masyarakat, dan selannjutnya meluas di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara bahkan dalam kehidupn secara global. Keadaan bangsa Indonesia sejak tahun 1997/1998 dilanda krisis multidimensi yang dampaknya sedang kita alami hingga saat ini dan tak kunjung selesai. Krisis yang semula merupakan krisis identitas menjadi lebih dalam karena menyangkut masalah hati nurani yang mencerminkan adanya krisis karakter, terlebih lagi adanya krisis yang berkaitan dengan jati diri.
II.
Akar Permasalahan Akar permasalahan dari krisis multidimensi memang berawal dari munculnya factor eksternal, tetapi justru yang lebih menentukan keadaan bangsa berawal dari factor internal di mana masalah ideology, politik, ekonomi, sosial atau budaya, dan pertahanan keamanan, semuanya penting tetapi bermasalah. Sebenarnya, manusia Indonesia tidak kalah cerdas denagn bangsa lain. Penampilan manusia Indonesia yang cukup banyak ditemukan adalah sosok yang tidak tulus ikhlas (tidak sincere), tidak bersungguh-sungguh, senang yang semu, senag berbasa-basi, bahkan sempat melanggengkan budaya ABS (Asal Bapak Senang). Penampilan kerja semacam ini menunjukkan manusia Indonesia, rdup, pudar atau bhkan “kehilangan” jati dirinya yang memberi implikasi pada rusaknya karakter bangsa. Sebetulnya, banyak manusia Indonesia yang masih baik, tetapi yang baik itu tertutup oleh sesosok orang-orang yang menampilkan perilaku tidak terpuji. Sesuai dengan penjelasan mengenai kondisi bangsa yang diutarakan di atas, secara objektif
1
PPKn Non Reguler 2012 “terpuruk” juga dirasakan dalam kondisi yang berkaitan dengan ketahanan kita sebagai bangsa, kondisi yang adalah “hasil” dari konsepsi ketahanan nasional Indonesia yang sebetulnya sangat baik, bersifat makro, dan topdown ini ternyata memerlukan adanya suatu subsistem yang mendampinginya untuk mewujudkan pembinaan ketahanan yang justru menggunakan pendekatan bottom up atau dari bawah ke atas. Untuk mengatasi masalah secara efektif dan efisien, maka lebih dahulu kita memerlukan penyamaan persepsi tentang apa yang kita maksudkan dengan jati diri, karakter, dan hubungannya dengan membangun karakter bangsa, mewujudkan jati diri bangsa, dan mencanangkan wawasan kebangsaan kita. III.
KETERKAITAN JATI DIRI KARAKTER, JATI DIRI BANGSA, DAN WAWASAN KEBANGSAAN A. Penampilan Manusia Seutuhnya Penampilan seseorang secara utuh dapat digambarkan dengan suatu simbol yang berisi tiga lapis. Lapisan yang paling luar menunjukkan kepribadian yang ditampilkan keseharian (yang juga berisi identitas dan temperamen), lapisan kedua adalah karakter, dan lapisan paling dalam adalah jati diri. Keterkaitan diri jati diri, karakter, jati diri bangsa, dan wawasan kebangsaan dapat digambarkan dengan suatu bulatan yang berisi empat lingkaran. B. Jati Diri Jati diri berasal dari bahasa Jawa “Sejatining diri” yang berarti adalah siapa diri kita sesungguhnya, hakikat atau fitrah manusia, juga disebut “Nur Ilahi” yang berisikan sifat-sifat dasar manusia yang murni dari Tuhan yang berisikan percikan-percikan sifat Ilahiah dalam batas kemampuan insani yang dibawa sejak lahir. Pada pengembangannya, jati diri merupakan totalitas penampilan atau kepribadian seseorang yang akan mencerminkan secara utuh pemikiran, sikap, dan perilakunya. Sementara orang Indonesia sekarang baru mampu menampilkan cipta dan karsanya, sedangkan unsur rasa belum ditampilkan padahal di dalamnya justru terdapat karakter maupun jati diri seseorang. C. Karakter Karakter dapat diartikan sebagai kumpulan tata nilai yang mewujud dalam suatu sistem daya juang yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku. Pengertian karakter dalam agama Islam lebih dikenal istilah akhlak. Berawal dari jati diri yang merupakan fitrah manusia, yang mengandung sifat-sifat dasar yang diberikan oleh Tuhan dan merupakan potensi yang dapat memancar dan ditumbuh kembangkan, jati diri yang merupakan potensi itu diibaratkan sebagai sebuah batu permata yang belum terbentuk, yang perlu dipotong, diasah, dan digosok untuk dapat memancar sebagai permata yang bersinar. Perpaduan antara pengaruh lingkungan yang merupakan internalisasi nilainilai moral dari luar dan aktualisasi nilai-nilai dari dalam (potensi jati diri) akan menghasilkan karakter atau batu permata yang bersinar secara cemerlang. D. Jati Diri Bangsa Jati diri suatu bangsa merupakan tampilan dari adanya suatu bangsa. Jati diri bangsa adalah suatu pilihan, dan jati diri bangsa Indonesia merupakan pencerminan atau tampilan dari karakter bangsa Indonesia. Karakter bangsa Indonesia dirumuskan
2
PPKn Non Reguler 2012 dalam suatu tata nilai yang kita kenal sebagai Pancasila. Jati diri bangsa tampil dalam tiga fungsi, yaitu : 1. Pananda keberadaan atau eksistensinya(Bangsa yang tidak mempunyai jati diri tidak akan eksis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara). 2. Pencerminan kondisi bangsa yang menampilkan kematangan jiwa, daya juang, dan kekuatan bangsa (Ini akan tercermin dalam kondisi bangsa pada umumnya dan kondisi ketahanan bangsa pada khususnya). 3. Pembeda dengan bangsa lain di dunia (Di sinilah harus tampak makna Pancasila sebagai yang harus bisa kita banggakan dan unggulkan, yang merupakan pembeda dari bangsa-bangsa lain di dunia). E. Wawasan Kebangsaan Wawasan kebangsaan adalah cara pandang kita terhadap diri sendiri sebagai bangsa yang harus mencerminkan rasa dan semangat kebangsaan (karakter bangsa) dan mampu mempertahankan jati dirinya sebagai bangsa, yaitu Pancasila. Kalau wawasan kebangsaan dicanangkan oleh suatu bangsa yang belum mantap jati dirinya sebagai bangsa, wawasan kebangsaan hanya akan merupakan wacana belaka atau suatu intelektual exercise yang tentunya kurang bermanfaat, begitu pula sebaliknya. F. Peran Penting Karakter dalam Dunia Pendidikan Pada saat ini kita dapat merasakan bahwa pendidikan hanya mampu menghasilkan dan menampilkan banyak orang pandai, tetapi bermasalah dengan hati nuraninya dan yang tampak dalam penampilan dan kinerjanya (karakter dan jati dirinya). Di dunia pendidikan dikenal adanya kata bijak, “kita tak bisa mengajarkan apa yang kita inginkan, tetapi kita hanya bisa mengajarkan sebagaimana apa adanya diri kita”. Sebagai contoh kecil, bagi seorang pendidik ataupun seorang pemimpin, jangan sampai berbeda antara apa yang ia ajarkan atau perintahkan dengan apa yang ia katakana atau lakukan. G. Peran Penting Karakter dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara Bangsa yang maju dan jaya tidak semata-mata disebabkan oleh kompetensi, teknologi canggih ataupun kekayaan alamnya, tetapi utama dan terutamma karena dorongan semangat dan karakter bangsanya. Peran karakter bagi diri seseorang manusia adalah ibarat kemudi bagi sebuah kapal. Karakter adalah kemudi hidup yang akan menentukan arah yang benar bahtera kehidupan seorang manusia. Seperti dikatakan di atas bahwa masih banyak orang Indonesia yang baik, yang sebenarnya masih memiliki semangat dan karakter tersebut. Hal ini yang perlu ditumbuh kembangkan melalui upaya membangun kembali karakter dan jati diri bangsa. Bangsa yang didorong oleh semangat dan karakter bangsanya akan menjadi bangsa yang maju dan jaya, sedangkan bangsa yang kehilangan karekter bangsanya akan terhapus dari muka bumi. IV.
MEMBANGUN KARAKTER A. Empat Koridor Pembangun Karakter Kalau karakter itu tidak dapat kita beli, padahal sangat penting dan diperlukan dalam menentukan arah dan tujuan hidup kita, kita harus menumbuh kembangkannya
3
PPKn Non Reguler 2012 sendiri melalui pendidikan, pengalaman, percobaan, pengorbanan, dan pengaruh lingkungan. Dalam pembangunan karakter, paling tidak ada empat koridor yang perlu dilakukan, yaitu : 1. Internalisasi tata nilai 2. Menyadari mana yang boleh dan mana yang tidak boleh (the does and the dont’s) 3. Membentuk kebiasaan (habit forming) 4. Menjadi teladan (role model) sebagai pribadi berkarakter B. Puisi Law of The Harvest (Hukum Panen) Karakter adalah hasil dari kebiasaan yang kita tumbuh kembangkan. Empat koridor membangun karakter ini sangat sesuai dengan acuan yang dituliskan oleh Samuel Smiles dalam puisinya yang berjudul : Law of The Harvest Sow a thought Reap an action Sow an action Reap a habit Sow a habit Reap a character Sow a character Reap a Destiny Hukum Panen Tanamlah pemikiran Kamu akan menuai tindakan Tanamlah tindakan Kamu akan menuai kebiasaan Tanamlah kebiasaan Kamu akan menuai karakter Tanamlah karakter Kamu akan menuai nasibmu C. Potret Membangun Karakter yang Terabaikan Dalam kehidupan kita dapat dibagi empat tahapan pembangun karakter, yaitu : 1. Pada usia dini, kita sebut sebagai tahap pembentukan 2. Pada usia remaja, kita sebut tahap pengembangan 3. Pada usia dewasa, kita sebut tahap pemantapan 4. Pada usia tua, kita sebut tahap pembijaksanaan Dalam tahap pembentukan karakter, sangat diperlukan perhatian yang lebih pada pendidikan anak usia dini. Mari kita lihat dalam empat koridor, yang pertama adalah tata nilai : tata nilai yang semula berorientasi pada masalah idealism, harga diri dan rasa cinta pada tanah air (apalagi berbicara tentang tata nilai yang terkandung dalam Pancasila) telah berubah mengarah pada orientasi uang, materi, duniawi, dan pada hal-hal yang bersifat hedonis. Kedua, dalam koridor the does and the don’ts, belum terdapat adanya good governance dan good corporate governance, serta rendahnya mutu law enforcement, sehingga terdapat cukup banyak celah yang masih dimungkinkan untuk tidak menuju pembentukan karakter yang diharapkan.
4
PPKn Non Reguler 2012 Ketiga, dalam koridor pembentukan kebiasaan masih cukup banyak dikembangkan kebiasaan-kebiasaan yang salah, seperti kebiasaan tidak menepati waktu, tidak menepati janji, saling menyalahkan, mengelak dari tanggung jawab, dan sebagainya. Keempat, dalam koridor member tauladan, ternyata dalam kehidupan bermasyarakat kita sangat langka adanya teladan. Guru menjadi ujung tombak dari pengamanan kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara melalui membangun karakter anak didiknya sehingga diharapkan tampilnya guru yang mau kembali membangun karakter pribadinya dan siap menjadi teladan. D. Ketahanan Keluarga (Family Ties) Pentingnya transformasi tata nilai keluarga dapat diilustrasikan melalui sebuah sajak yang berjudul Familiy Ties : FAMILY TIES THE BEAUTY OF A FAMILY IS HARMONY THE SECURITY OF A FAMILY IS LOYALITY THE JOY OF A FAMILY IS LOVE THE RULE OF A FAMILY IS SERVICE THE COMFORT OF A FAMILY IS GOD HIM SELF KETAHANAN KELUARGA KEINDAHAN KEHIDUPAN KELUARGA DITANDAI ADANYA KESERASIAN (PERLU ADANYA KOMUNIKASI) KEAMANAN KEHIDUPAN KELUARGA DITANDAI ADANYA KESETIAAN (PERLU ADANYA KEJUJURAN DAN KETERBUKAAN) KEBAHAGIAAN KEHIDUPAN KELUARGA DITANDAI ADANYA KASIH SAYANG (PERLU DIUCAPKAN DAN DITUNJUKKAN) PERATURAN KEHIDUPAN KELUARGA DITANDAI ADANYA SALING MELAYANI (PERLU DIWUJUDKAN SECARA NYATA) KEDAMAIAN KEHIDUPAN KELUARGA DITANDAI ADANYA TUHAN DALAM KEHIDUPAN KELUARGA ITU SENDIRI (AGAMA DIJALANKAN SECARA SUNGGUH-SUNGGUH DAN KONSISTEN) V.
SOLUSI A. Hasrat untuk Berubah Dalam mewujudkan hasrat untuk berubah tentunya kita harus mulai dari diri kita sendiri, kita harus menemukenali diri sendiri sebagai cara terbaik untuk introspeksi, lalu membangun jati diri melalui membangun karakter. Langkah ini perlu dibarengi dengan langkah top down yang dilakukan melalui keteladanan dan adanya kebijaksanaan pemerintah yang mengatur tentang pembangun karakter. B. Rumus 5 + 3 + 3 5 sikap dasar, yaitu : 1. Membangun sikap jujur dan tulus dengan berani mengatakan apa yang benar adalah benar dan yang salah itu salah. 2. Sikap yang terbuka yang merefleksikan kebersihan luar dalam.
5
PPKn Non Reguler 2012 3. Berani mengambil resiko dan bertanggunggg jawab yang ditunjukkan dengan membela kebenaran dan keadilan. 4. Konsisten dengan komitmen dengan selalu menepati janji, perkataan harus sesuai dengan perbuatan. 5. Sikap bersedia berbagi (sharing) yang menampilkan mentalitas berkelimpahan (abundance mentality). 3 syarat, yaitu : 1. Dengan niat yang bersih untuk mengawali setiap pekerjaan (Nawaitu). 2. Tidak mendahului kehendak Tuhan agar apa yang kita rencanakan mendapat ridaNya (insya Allah). 3. Bersyukur kepada-Nya atas hasil apa pun yang kita dapat, baik yang kita senangi maupun yang tidak kita senangi dan inginkan (Alhamdulillah) 3 cara, yaitu : 1. Mancanangkan hasrat untuk berubah malalui doa atau ibadah karena hakikat dari doa adalah tuntunan terhadap diri sendiri untuk mewujudkan perubahan. 2. Mewujudkan perubahan dengan memanfaatkan empat anugerah Ilahi pada manusia (self awareness, consciousness, imagination, dan independent will), khususnya memanfaatkan anugerah independent will. 3. Siap menjadi suri teladan. Dalam menjalani amanah Tuhan, manusia menjadi khalifah di muka bumi. Menjadi khalifah tidak dimungkinkan tanpa memberi suri teladan. C. Disposisi Seorang Pemimpin Khususnya sebagai Seorang Guru Efektif Berikut ini lima disposisi guru efektif karena setiap individu harus bisa menampilkan dan memiliki kualifikasi sebagai guru efektif tersebut. 1. Empati. 2. Pandangan yang positif terhadap orang lain. 3. Pandanagn yang positif terhadap diri sendiri 4. Autentik. 5. Memiliki visi dan tujuan yang bermakna. VI.
PUISI “HASRAT UNTUK BERUBAH” Puisi ini ditulis oleh seorang Anglican Arch Bishop yang membahas konsep tentang perubahan. HASRAT UNTUK BERUBAH Ketika aku masih muda dan bebas berkhayal, Aku bermimpi ingin mengubah dunia. Seiring dengan bertambahnya usia dan kearifanku, Ku dapati bahwa dunia tidak kunjung berubah. Maka cita-cita itu pun agak kupersempit, Lalu ku putuskan untuk hanya mengubah negeriku. Namun tampaknya, hasrat itu pun tiada hasil Ketika usiaku semakin senja, Dengan semangatku yang masih tersisa, Kuputuskan untuk mengubah keluargaku, Orang-orang yang paling dekat denganku.
6
PPKn Non Reguler 2012 Tetapi malangnya, mereka pun tidak mau berubah. Dan kini, sementara aku berbaring saat ajal menjelang, tiba-tiba kusadari : Andaikan yang pertama-tama kuubah adalah diriku, Dan dengan menjadikan diriku sebagai teladan, Mungkin aku dapat mengubah keluargaku. Lalu berkat inspirasi dan dorongan mereka, Bisa jadi aku pun mampu memperbaiki negeriku. Kemudian siapa tahu Aku bahkan dapat mengubah dunia. VII.
KAPAN ? Bertanya mengenai kapan kita akan memulai perubahan, maka ada kata bijak : “Merencanakan pemikiran jangka panjang Adalah bukan berpikir apa yang akan kita lakukan besok, Melainkan berpikir Apa yang dapat diperbuat hari ini atau sekarang agar masih Memiliki hari esok.”
7