ISBN: 978-979-8636-20-2
POTENSI SUMBERDAYA AIR KAWASAN DATARAN TINGGI DIENGBAGI PEMANFAATAN AIR IRIGASI I. Hadi S.1, Asep Mulyono2, Dyah Marganingrum1
1
Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI Kompleks LIPI, Jl. Sangkuriang Bandung 40135 Email :
[email protected] 2 UPT Loka Uji Teknik Penambangan dan Mitigasi Bencana, Liwa Pekon Padang Dalom, Kec. Balik Bukit, Liwa Lampung Barat
ABSTRAK Walaupun dikenal sebagai energi bersih, kegiatan eksplorasi dan pengembangan panas bumi selalu memiliki sejumlah dampak, salah satunya pada sumberdaya air setempat. Hal tersebut tentunya dapat berpengaruh terhadap lingkungan sekitar. Pada dataran tinggi Dieng, kegiatan panas bumi ternyata berdampingan dengan pemukiman yang mana penduduk yang ada juga memanfaatkan sumberdaya air yang ada, baik untuk kepentingan air bersih maupun untuk bercocok tanam. Guna pemenuhan kebutuhan irigasi, terutama untuk pertanian kentang, petani telah menggunakan anak-anak Sungai Serayu sebagai sumber air baku. Hal tersebut memerlukan pemompaan lebih dari 2 kali karena kondisi Dataran Tinggi Dieng berada diatas 1500 m dpl. Secara hitungan nominal, kondisi ini menjadi tidak ekonomis. Penelitian ini juga mencoba menggali potensi beberapa sumber airbaku yang layak untuk mengganti air Sungai Serayu guna memenuhi kebutuhan airbaku irigasi. Metode analisis dilakukan menggunakan nilai Sodium Absorption Ratio (SAR) dan diagram Wilcox. Hasil analisa kimia air berdasarkan diagram Piper menunjukkan bahwa sejumlah contoh air yang diambil dari daerah ini mayoritas bersifat bikarbonat dengan komponen dominan Cl. Beberapa diantaranya dapat bertipe Na-Cl dan Ca-SO4. Tingginya ion Cl dan nilai DHL juga dijumpai mata air di daerah selatan. Karakter tersebut tentunya berpengaruh terhadap pemanfaatannya bagi pemenuhan kebutuhan air bersih. Dari beberapa sampel yang diambil, terdapat beberapa sumber airbaku dengan kategori baik dan layak dipergunakan. Sumber air yang dimaksud antara lain Telaga Merdada, Telaga Pengilon, Telaga Cebong, dan Sungai Condong Campur. Yang perlu menjadi perhatian adalah air pembilasan irigasi dibuat sedapat mungkin tidak kembali mengkontaminasi sumber air di sekitarnya. Sumber air yang berasal dari air permukaan Telaga Pengilon, sungai dekat Kawah Sikidang, Telaga Cebong, Sumur penduduk wilayah Pasurenan dan Sungai Condong Campur dapat digunakan sebagai airbaku untuk keperluan irigasi pertanian. Sedangkan sumber air yang berasal dari air permukaan Telaga Warna, air permukaan dekat TPA dan mata air Watuliklik, mata air Segurgor sebaiknya tidak digunakan untuk keperluan irigasi pertanian. Kata Kunci: panas bumi, sumberdaya air, Dataran tinggi Dieng, diagram Piper, SAR, diagram Wilcox, irigasi
Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Puslit Geoteknologi – LIPI 2013
365
ISBN: 978-979-8636-20-2
ABSTRACT Although known as clean energy, exploration and development of geothermal always have some impacts, one of them is on water resources locally. It certainly could have an effect on the surrounding environment. On the Dieng plateau, geothermal activity turn out to be adjacent to the settlements where the people also make used of the existing water resources, both for the benefit of clean water as well as for farming. Being to the fullfillment of need irrigation, especially for potato agriculture, the famer have used tributary of the Serayu river as the raw water source. It is requires pumping more than 2 times because of the Dieng plateau condition that lies above 1500 m above sea level caused it is not economical. The research also to analysis some raw water having the potential worth to replace the Serayu river water to meet the water irrigation. We used the Sodium Absorption Ratio (SAR) and Wilcox diagram method to analysis. Result of the chemical analysis based on Diagram Piper point out that a number of water samples taken from these areas a majority are bicarbonate type with dominant component of Cl. Some of then can be of Na-Cl and Ca-SO4 type. The Cl ion and the high value of EC springs also be found in the south. The characters certainly have an effect on its utilization for fullfillment of the needs of water. The result was showed by the some water sampling there are some raw water sources with good category and should be used. They are Telaga Merdada, Telaga Pengilon, Telaga Cebong, and Condong Campur river. The important for giving attention is the water flushing from plantation area that return and contaminate to the water source surrounding. The result analysis of the water quality shows that telaga swiwi water had contaminated by nitrate. It is assumed because of fertilizer agriculture discharging. The source of water derived from surface water Telaga Pengilon, river near the Sikidang Crater, wells at Pasurenan disctrict and Condong Campur river can be used as raw water for agricultural irrigation purposes. While the source of the water that comes from surface water Telaga Warna, surface water near the landfill, Watuliklik and Segurgor springs should not be used for agricultural irrigation purposes. KeyWords: geothermal, water resources, Dieng plateau, Piper diagram, SAR, Wilcox diagram, irrigation
PENDAHULUAN Komoditas kentang adalah komoditas subsektor hortikultura yang merupakan salah satu komoditas sayuran yang memiliki peran penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat. Oleh sebab itu komoditas Kentang termasuk ke dalam 35 komoditas unggulan nasional yang mendapat prioritas pengembangan oleh pemerintah. Dataran tinggi Dieng merupakan salah satu wilayah di Jawa Tengah yang merupakan sentra penghasil kentang. Dataran Tinggi Dieng merupakan kawasan pegunungan yang secara administratif berada di dua wilayah kabupaten, yaitu Kabupaten Banjarnegara dan Wonosobo. Wilayah ini berada pada ketinggian rata-rata 2.000 meter di atas permukaan laut dengan suhu sekitar 10-20ºC sangat sesuai untuk budidaya kentang. Pola pertanian tanaman kentang yang dilakukan di dataran tinggi Dieng sangat memerlukan air. Sumber air yang digunakan oleh para petani kentang sebagian besar berasal dari mata air dan sungai. Kebutuhan air yang dimaksudkan disini adalah kebutuhan air untuk keperluan tanaman kentang yaitu pada saat penyiraman dan pengobataan yang dilakukan oleh masyarakat petani 366
Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Puslit Geoteknologi – LIPI 2013
ISBN: 978-979-8636-20-2
kentang. Kebutuhan air ini untuk tanaman kentang pada saat tanam – panen pada saat musim kemarau memerlukan waktu selama 80 hari = 105,663 lt/m2. Selain sumber air di atas, petani juga mencoba memanen air hujan pada saat musim hujan, namun pada musim kemarau kebutuhan air akan sangat sulit sehingga para petani akan mengeluarkan biaya tambahan (BBM, selang, pompa) untuk penyiraman karena harus menyedot sumber air yang jauh dari lahan dan menghabiskan biaya sampai 30% dari biaya total usaha taninya. Salah satu sumber air baku yang digunakan adalah air Sungai Serayu yang memerlukan pemompaan lebih dari 2 kali karena kondisi Dataran Tinggi Dieng berada diatas 1000 m dpl. Secara hitungan nominal, kondisi ini menjadi tidak ekonomis. Penelitian ini mencoba menggali potensi beberapa sumber airbaku yang layak untuk mengganti air Sungai Serayu guna memenuhi kebutuhan airbaku irigasi. Oleh sebab itu sangat penting untuk diketahui selain potensi kuantitas juga harus di ketahui kualitas dari sumberdaya air tersebut apakah layak untuk air baku irigasi.
TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar potensi beberapa sumber airbaku yang layak untuk mengganti air Sungai Serayu guna memenuhi kebutuhan airbaku irigasi.
METODE Untuk mengetahui kelayakan sumberdaya air yang sering digunakan bagi keperluan irigasi pertanian, dilakukan pendekatan yang didasarkan pada hubungan nilai serapan sodium (SAR) dengan nilai daya hantar listrik (DHL). Nilai SAR dihitung berdasarkan persamaan Richard (1954) dengan persamaan sebagai berikut :
Nilai SAR dan DHL kemudian diplot dalam diagram Wilcox dan dikelompokkan sebagai berikut : Klasifikasi sangat baik apabila termasuk kelompok C 1 – S1 Klasifikasi baik apabila termasuk kelompok C2 – S1 dan C2 – S2 Klasifikasi diperbolehkan apabila termasuk kelompok C3 – S1 dan C3 – S2 Klasifikasi meragukan apabila termasuk kelompok C4 – S1, C4 – S2 dan C3 – S3 Klasifikasi tidak layak apabila termasuk kelompok C 4 – S3, C3 – S4 dan C4 – S4 Nilai SAR dan DHL kemudian diplot dalam diagram Wilcox (Wilcox L.V., 1948) dan selanjutnya dikelompokkan menjadi beberapa klasifikasi, yaitu klasifikasi sangat baik, baik, diperbolehkan, meragukan dan tidak layak.
HASIL Kawasan Dieng terletak antara 70 7’ 4” – 70 35’ 2” LS dan 1090 59’ 53” – 1100 04’ 34” BT yang seluruhnya mempunyai luas kawasan sebesar 54974.24 Ha. Ha. Sebagian besar Kawasan Dieng secara administrasi masuk dalam wilayah Kabupaten Pekalongan dengan luas 18,786.04 Ha. Luas tersebut terdisitribusi ke dalam 7 kecamatan yang sebagian besar terdapat di Kecamatan Petung Kriono seluas 12,182.68 Ha dan Kecamatan Lebak Barang seluas 2,505.03 Ha. Kabupaten
Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Puslit Geoteknologi – LIPI 2013
367
ISBN: 978-979-8636-20-2
Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo juga merupakan wilayah yang relatif luas berada dalam Kawasan Dieng dengan luas masing-masing 11,795.34 Ha dan 11,647.98 Ha. Sedangkan Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Batang masing-masing hanya sekitar 5000 Ha. Namun untuk Kabupaten Kendal luasnya lebih kecil lagi yaitu 1,541.34 Ha. Wilayah penelitian yang berada di Dataran Tinggi Dieng hanya berada di 2 wilayah Kabupaten, yaitu Wonosobo dan banjarnegara. Pengambilan sampel air disajikan pada Gambar 1 di bawah ini.
Gambar 1. Titik minatan sampel air
Hasil analisis kimia air untuk perhitungan SAR unntuk unsur-unsur Na, Ca, Mg dan DHL disajikan pada Tabel 1, sedangkan diagram Wilcox ditunjukkan pada Gambar 2. Tabel 1. Hasil analisis kimia air
368
Kode
Lokasi
D13A05 D13A06 D13A14 D13A15 D13A16 D13A17 D13A18 D13A20 D13A21
Sungai dekat Kawah Sikidang Air permukaan Telaga Warna Air permukaan Telaga Pengilon Air permukaan dekat TPA Mata Air Watu Liklik Mata Air Segurgor Air permukaan Telaga Cebong Sumur Pasurenan Sungai Condong Campur
Na Mg/L 12.44 2.40 2.40 232.07 153.14 803.83 4.55 15.31 15.31
Ca 18.60 18.60 13.02 18.60 50.22 139.50 11.16 42.78 40.92
Mg
DHL
6.37 5.27 5.36 10.79 24.72 64.37 19.74 24.82 16.01
µS/cm 293 1243 122 1227 990 4520 252 387 350
Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Puslit Geoteknologi – LIPI 2013
SAR 3.52 0.69 0.79 60.54 25.02 79.62 1.16 2.63 2.87
ISBN: 978-979-8636-20-2
Gambar 2. Diagram Wilcox sampel air
ANALISIS DAN DISKUSI Analisis pada diagram Wilcox dilakukan pada beberapa sampel air yang diambil selama di lapangan. Hasil analisis diagram Wilcox (Gambar 1) menunjukkan adanya beberapa kelas dengan klasifikasi sebagai berikut : Kelas C1 – S1 : kategori sangat baik dengan resiko kegaraman yang rendah dan resiko sodium yang rendah ditunjukkan oleh sampel air D13A14. Kelas C2 – S1 : kategori baik dengan resiko kegaraman yang sedang dan resiko sodium yang rendah ditunjukkan oleh sampel air D13A05, D13A18, D13A20 dan D13A21. Kelas C3 – S3: kategori meragukan dengan resiko kegaraman yang tinggi dan resiko sodium yang tinggi ditunjukkan oleh sampel air D13A06. Kelas C3 – S4: kategori tidak layak untuk pemakaian air irigasi dikarenakan dengan resiko kegaraman yang tinggi dan resiko sodium yang sangat tinggi ditunjukkan oleh sampel air D13A15 dan D13A16. Kelas C4 – S4: kategori tidak layak untuk pemakaian air irigasi dikarenakan dengan resiko kegaraman yang sangat tinggi dan resiko sodium yang sangat tinggi ditunjukkan oleh sampel air D13A17 (SAR 79,62 dan DHL 4520 µS/cm). Hasil analisis menunjukkan bahwa sampel air D13A14 (air permukaan Telaga Pengilon), D13A05 (sungai dekat Kawah Sikidang), D13A18 (air permukaan Telaga Cebong), D13A20 (sumur Pasurenan) dan D13A21 (sungai Condong Campur) dikategorikan sangat baik sampai baik dan Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Puslit Geoteknologi – LIPI 2013
369
ISBN: 978-979-8636-20-2
layak untuk digunakan untuk keperluan pengairan. Sedangkan untuk sampel air D13A06 (air permukaan Telaga Warna), D13A15 (air permukaan dekat TPA) dan D13A16 (mata air Watuliklik), D13A17 (mata air Segurgor) di kategorikan meragukan sampai tidak layak. Beberapa sampel air D13A14, D13A05, D13A18, D13A20 dan D13A21 memiliki kandungan DHL berdasarkan klasifikasi USDA (1954) berada pada kategori salinitas yang rendah-sedang sehingga dapat digunakan untuk tanaman. Berdasarkan kandungan natrium pada sampel tersebut juga dikategorikan rendah-sedang (USDA, 1954). Kandungan Na + yang tinggi dalam air menyebabkan ketidakseimbangan ion dalam tanah karena komplek serapan tanah dipenuhi oleh ion Na+ sehingga meningkatkan persentase pertukaran Natrium dari tanah ke tanaman yang berakibat pada penurunan pertumbuhan tanaman (Serano dan Rodriguez 2002). Sampel air D13A06, D13A15 dan D13A16, D13A17 dikategorikan meragukan – tidak layak untuk digunakan karena berdasarkan Gambar 2 dan Tabel 1 ditunjukkan dengan kandungan DHL dan Natrium yang berdasarkan (USDA, 1954) dikategori tinggi-sangat tinggi. Salinitas menekan pertumbuhan tanaman yang disebabkan oleh defisiensi air, yaitu konsentrasi garam terlarut yang tinggi menyebabkan menurunnya potensial air tanah sehingga tanaman kekurangan air. Pertumbuhan tanaman banyak terhambat akibat kadar garam yang tinggi. Hambatan ini terjadi karena potensial air tanah lebih rendah dari pada tingkat yang memungkinkan tumbuhan menyerap air atau biasanya garam yang diserap bersifat toksik. Hal ini menjadi masalah utama pada tanah irigasi dimana akumulasi garam terjadi (Fitter dan Hay, 1991). Sedangkan menurut Tidale, dkk (1985), terdapat beberapa unsur hara menjadi tidak tersedia pada pH tinggi seperti posfat, besi, zeng dan mangan. Garam tersebut juga menyebabkan permeabilitas air menjadi rendah dan aerasi yang buruk dan Kadar garam tinggi mengganggu tanaman dalam penyerapan hara.
KESIMPULAN Sumber air yang berasal dari air permukaan Telaga Pengilon, Sungai dekat Kawah Sikidang, Telaga Cebong, Sumur penduduk wilayah Pasurenan dan Sungai Condong Campur dapat digunakan sebagai airbaku untuk keperluan irigasi pertanian. Sedangkan sumber air yang berasal dari air permukaan Telaga Warna, air permukaan dekat TPA dan mata air Watuliklik, mata air Segurgor sebaiknya tidak digunakan untuk keperluan irigasi pertanian.
UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Kepala Pusat Penelitian Geoteknologi yang telah memberikan kesempatan dalam berkontribusi di kegiatan penelitian wilayah Dataran Tinggi Dieng dan seluruh anggota tim penelitian yang telah bahu membahu di lapangan serta di studio.
370
Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Puslit Geoteknologi – LIPI 2013
ISBN: 978-979-8636-20-2
DAFTAR PUSTAKA Richard, L.A., 1954. Diagnosis and improvement of saline and alkali soils. Agric. handbook 60, Wash., USDA, DC, p. 160. Wilcox L.V., 1948. The Quality of Water irrigation. US. Dept. Of Agric. Tech. Bull. No. 962:140. Fitter, A.H. dan R.K. M. Hay, 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Gajah Mada University Press, Jogyakarta. Tisdale, S. L., Beaton, J. D., Nelson, W. L. and Havlin, J. L., 1985. Soil Fertility and Fertilizers. Fifth Edition. MacMillan Publishing Company, New York. Serrano R, Rodriguez, P.L., 2002. Plants, Genes and Ions. EMBO J. 3:116-119. USDA, 1954. Diagnosis and improvement of saline and alkali soils. U.S.Dept. of Agriculture Handbook no. 60. USDA, Washington, DC.
Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Puslit Geoteknologi – LIPI 2013
371