POTENSI PRODUKSI BENIH GALUR MANDUL JANTAN BARU TIPE WILD ABORTIVE, GAMBIACA DAN KALINGA Abstrak Padi merupakan tanaman menyerbuk sendiri, sehingga untuk perakitan dan produksi benih padi hibrida, diperlukan sistem mandul jantan. Produksi benih GMJ selama ini masih sangat rendah, sehingga harga benih hibrida maupun GMJ menjadi mahal. Guna mendukung peningkatan produksi benih dan menekan harga benih hibrida maupun GMJ, maka setiap pembentukan GMJ baru harus didukung dengan informasi mengenai potensi produksi benih galur tersebut. Tujuan percobaan ini adalah memperoleh informasi potensi hasil dalam produksi benih GMJ baru tipe Wild-Abortive, Gambiaca dan Kalinga, serta mempelajari pengaruh GA3 terhadap peningkatan kemampuan menyerbuk silang ketiga galur mandul jantan tersebut. Penelitian dilakukan menggunakan rancangan faktorial dengan tiga ulangan. Hasil analisis menunjukkan bahwa produktivitas tertinggi diperoleh galur mandul jantan tipe Wild Abortive (785,59 kg/ha), diikuti oleh GMJ tipe Kalinga dan Gambiaca yang berturutturut menghasilkan 628,29 dan 365,92 kg/ha, sedangkan galur pembanding, yaitu IR58025A menghasilkan 238,22 kg/ha. Tingginya bobot hasil benih galur mandul jantan baru dibandingkan galur pembanding disebabkan galur-galur tersebut memiliki karakter bunga yang mendukung kemampuan daya serbuk silang alami, seperti persentase eksersi stigma tinggi, sudut membuka bunga yang lebar dan reseptivitas stigma yang lama. Penyemprotan 200 ppm GA3 lebih meningkatkan bobot hasil panen karena dapat memperbaiki karakter pertumbuhan dan perilaku bunga yang mendukung kemampuan serbuk silang alami. Bobot hasil benih galur mandul jantan baru tipe Wild Abortive, Kalinga dan Gambiaca dengan aplikasi GA3 berturut-turut meningkat menjadi 1031,90 kg/ha (31,25%), 763,34 kg/ha (21,49%) dan 457,45 kg/ha (25,01%). Kata kunci: padi hibrida, galur mandul jantan, produksi benih, GA3
74
Abstract Rice is self pollinated plant, therefore male sterile lines are important in hybrid rice breeding and seed production. The price of hybrid and cytoplasmic male sterile lines (CMS) seeds are expensive due to the difficulty in producing high seed yield. Therefore the breeding of CMS sould be supported by information of the lines potensial on seed production. The aims of the research were to study yield potential of new CMS from Wild Abortive, Gambiaca and Kalinga types and to evaluate the effect of GA3 on outcrossing ability of new CMS. The research was done using randomized complete block with factorial design and three replications.The results showed that the highest yield was achieved by Wild Abortive male sterile lines (785.59 kg/ha), followed by Kalinga and Gambiaca male sterile lines which yielded 628.29 and 365.92 kg/ha, respectively. The check lines, IR58025A was yielded 238.22 kg/ha. The high seed yield of new CMS lines was achieved due to their good flowering characters which supported natural outcrossing ability. The characters were high stigma exsertion percentage, wide angle of opening glume and long duration of stigma receptivity. Moreover, the application of 200 ppm of GA3 could increase the seed yield due to better improvement on the growth characters and flowering behavior. By GA3 application, the seed yield of Wild Abortive, Kalinga and Gambiaca new male sterile lines increased up to 1031.90 kg/ha (31.25%), 763.34 kg/ha (21.49%) and 457.45 kg/ha (25.01%), respectively. Key words: hybrid rice, cytoplasmic male sterile line, seed production, GA3
75
Pendahuluan Padi merupakan tanaman menyerbuk sendiri, sehingga untuk memudahkan perakitan dan produksi padi hibrida system 3 galur, diperlukan mandul jantan. Saat ini, sistem mandul jantan pada padi yang paling populer adalah mandul jantan sitoplasmik. Pengembangan padi hibrida sistem tiga galur memerlukan tiga galur tetua, yaitu galur mandul jantan, galur pelestari dan galur pemulih kesuburan. Produksi benih galur mandul jantan dan produksi benih hibrida pada padi relatif kompleks. Banyak faktor yang mempengaruhi hasil dan kualitas benih yang dihasilkannya. Galur pelestari digunakan sebagai penyedia polen untuk galur mandul jantan dalam kegiatan perbanyakan benih galur mandul jantan, sedangkan galur pemulih kesuburan sebagai penyedia polen untuk galur mandul jantan ketika memproduksi benih F1 (padi hibrida). Produksi benih GMJ selama ini masih sangat rendah yaitu 600-1000 kg/ha (Badan Litbang 2007). Hal ini menyebabkan tingginya harga benih hibrida maupun GMJ. Guna mendukung peningkatan produksi benih dan menekan harga benih hibrida maupun GMJ, maka setiap pembentukan GMJ baru harus didukung dengan informasi/protokol produksi benihnya yang meliputi sejumlah teknik budidaya, pengaturan tata letak dan rasio galur-galur tetua, disamping hal-hal umum seperti dosis dan waktu pemupukan dan pembuangan off type (roguing). Galur mandul jantan baru yang dihasilkan dalam penelitian sebelumnya masih mempunyai skor eksersi malai ≥ 5 dengan skor keluarnya stigma >3 (Tabel 21). Rendahnya eksersi malai karena tertutupnya malai oleh pelepah daun bendera akan mengganggu proses perbanyakan benih galur mandul jantan maupun hibrida. Pelepah daun bendera yang menutupi sebagian atau seluruh bagian malai, akan menghambat terjadinya polinasi secara normal dan akan menurunkan persentase biji yang terbentuk (Gangashetti et al. 2006). Oleh karena itu, untuk meningkatkan produksi benih GMJ baru tersebut, masalah eksersi malai yang rendah tersebut harus diatasi terlebih dahulu. Tertutupnya malai diduga karena malai GMJ mempunyai kandungan bioaktif giberelin yang rendah.
Giberelin (GA3) merupakan zat pengatur tumbuh yang efektif
untuk menstimulasi perpanjangan sel.
Aplikasi GA3 pada GMJ dapat membantu
pemanjangan pangkal malai GMJ sehingga malai dapat memanjang dan keluar penuh dari pelepah daun bendera (Yin et al. 2007). Selain itu GA3 juga dilaporkan dapat meningkatkan eksersi stigma, mendorong anakan-anakan (tillers) yang kecil untuk
76
tumbuh lebih cepat sehingga pertumbuhan anakan dapat lebih seragam dan membantu dalam menyeragamkan tinggi tanaman dalam satu populasi (Yuan & Fu 1995). Sementara itu menurut Tiwari et al. (2011), aplikasi GA3 dalam konsentrasi optimum terutama diperlukan untuk meningkatkan kemampuan menyerbuk silang GMJ. Tujuan percobaan ini adalah (1) memperoleh informasi potensi produksi benih GMJ baru tipe Wild-Abortive, Gambiaca dan Kalinga, serta (2) mempelajari pengaruh GA3 terhadap peningkatan laju menyerbuk silang galur mandul jantan baru tipe WildAbortive, Gambiaca dan Kalinga. Bahan dan Metode Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan April – Juli 2010 di Kebun Percobaan Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), Muara-Bogor, Jawa Barat. Bahan dan Alat Dari 5 GMJ baru yang teridentifikasi memiliki sterilitas sempurna (100%) dan memiliki karakter dan perilaku bunga baik dari penelitian sebelumnya, dipilih masingmasing satu GMJ dan pelestarinya yang mewakili tipe sitoplasma yang berbeda. Bahan yang digunakan untuk studi potensi produksi benih GMJ adalah benih 3 GMJ (A) dan pelestarinya (B) yaitu BI485A/B (WA), BI855A/B (Gambiaca) dan BI639A/B (Kalinga).
Varietas pembanding yang digunakan adalah GMJ dan galur pelestari
komersial tipe WA introduksi dari IRRI (IR58025A/B). Alat penunjang lainnya adalah bambu untuk membantu penyebaran polen dan alat-alat pertanian lainnya. Prosedur Pelaksanaan Percobaan dilakukan dengan menggunakan Rancangan Faktorial yang diulang 3 kali. Faktor pertama berupa 2 taraf konsentrasi GA3 yaitu 0 dan 200 ppm, sedangkan faktor kedua berupa 4 pasang GMJ. Perbandingan jumlah baris antara tanaman A dan B digunakan perbandingan 2B : 4A, dimana B adalah galur pelestari dan A adalah galur mandul jantan. Jarak tanam digunakan 20 cm x 20 cm. Jarak tanam antar baris tanaman A terluar dengan baris tanaman B terluar adalah 30 cm (Badan Litbang 2007), sehingga luas petakan untuk 1 pasang GMJ adalah 2,5 x 3,4 m per perlakuan. Total luas petakan yang diperlukan dalam percobaan ini adalah 8,5 m2 x 2 konsentrasi GA3 x 4 GMJ x 3 ulangan yaitu 204 m2.
77
Keterangan: x = tanaman galur pelestari dan o = tanaman galur mandul jantan
Gambar 12 Petak percobaan produksi benih 1 pasang GMJ
A. Pengelolaan Tanaman Benih GMJ dan galur pelestari disemai di sawah dengan memperhitungkan umur berbunga masing-masing galur. Benih galur pelestari ditabur sebanyak dua kali yaitu bersamaan dengan tabur GMJ dan tiga hari setelah tabur pertama (ditentukan berdasarkan selisih umur berbunga antara GMJ dan pelestari). Benih ditabur dengan kepadatan 50-75 g/m2. Kemudian bibit yang telah berumur 15-18 hari dipindah ke sawah dengan jumlah bibit 1 bibit per lubang tanam. Pupuk diberikan dengan dosis yang sama yaitu 135 kg N, 45 kg P dan 45 kg K/ha (Badan Litbang 2007). Tanah dijaga dalam keadaan macak-macak sampai tanaman berumur 4-5 hari sejak tanam. Untuk menghindari terjadinya kontaminasi penyerbukan dari polen yang tidak diinginkan, areal pertanaman produksi benih diisolasi dari pertanaman padi lainnya. Isolasi yang digunakan pada penelitian ini berupa penghalang fisik, yaitu plastik mika setinggi 3 m yang dipasang di sekeliling petakan.
78
B. Roguing dan Penyebaran Polen dengan Bantuan Bambu Roguing atau membuang tanaman yang tidak diinginkan dilakukan 3 kali, yaitu pada saat pembentukan anakan maksimum, saat berbunga dan menjelang panen. Penyebaran polen dengan bantuan bambu dimaksudkan untuk meningkatkan terjadinya polinasi, sehingga persentase pengisian biji pada GMJ meningkat. Kegiatan ini dilakukan dengan menggoyang-goyangkan tanaman galur pelestari (B) ke arah tanaman GMJ (A) menggunakan bambu sepanjang ± 1,5 m yang dilakukan saat kedua galur berbunga, dari pukul 10.00 hingga pukul 14.00 dan dilakukan berulang-ulang setiap 30 menit. C. Aplikasi GA3 GA3 diberikan dengan metode penyemprotan. Perlakuan berupa konsentrasi GA3 yaitu 0 dan 200 ppm. Penyemprotan dilakukan mulai saat fase awal muncul bunga (emerged) hingga 5% pembungaan, dilanjutkan 2 kali penyemprotan lagi, dengan selang waktu 3 hari. Konsentrasi GA3 200 ppm diperoleh dengan melarutkan 2 g GA3 absolut ke dalam 10 liter air. Volume semprot per petak dihitung dari kebutuhan per ha (100 liter), sehingga untuk luasan 8,5 m2 dibutuhkan larutan GA3 sebanyak 0,085 liter. Total kebutuhan larutan GA3 untuk 4 GMJ sebanyak 1,02 liter. Pengamatan Peubah yang diamati meliputi karakter agromorfologi, karakter bunga dan perilaku bunga GMJ, sebagai berikut: A. Karakter agromorfologi tanaman, meliputi: 1. Tinggi tanaman, diukur dari permukaan tanah sampai ujung malai terpanjang (cm); diamati saat stadia masak susu atau menjelang panen. 2. Jumlah anakan produktif, diamati saat stadia menjelang panen. 3. Persentase eksersi malai, diukur berdasarkan posisi kedudukan leher malai terhadap daun bendera. 4. Panjang malai, diamati dari pangkal malai sampai ujung malai (cm). B. Karakter komponen hasil, meliputi: 1. Jumlah gabah per malai, dihitung total gabah dalam satu malai, baik hampa maupun bernas.
79
2. Jumlah gabah isi per malai, dihitung dari jumlah gabah yang bernas dalam satu malai. 3. Jumlah gabah hampa per malai, dihitung jumlah gabah kosong hampa dalam satu malai. C. Karakter bunga, meliputi: 1. Umur berbunga, diamati jumlah hari saat tanaman berbunga 50% 2. Persentase eksersi stigma, diukur berdasarkan jumlah bunga yang memiliki stigma keluar pada satu atau kedua sisi lemma palea saat bunga tersebut telah selesai anthesis. 3. Lama reseptif stigma, diamati dengan melakukan penyerbukan buatan terhadap 10 malai berbeda. Masing-masing malai diserbuki pada hari yang berbeda dan dilakukan berurutan dari hari pertama anthesis hingga hari ke-10 setelah anthesis. Reseptivitas stigma diamati berdasarkan jumlah biji yang terbentuk pada tiap malai. 4. Persentase sterilitas polen GMJ yang diproduksi berdasarkan terwarnainya polen oleh IKI. Sampel polen diambil dari 10 bunga yang dimasukkan ke dalam botol berisi alkohol 70%, kemudian antera dari minimal 5 bunga digerus di atas gelas preparat dan ditetesi larutan Iodine Potassium Iodide (IKI) 1%, kemudian ditutup menggunakan cover-glass. Selanjutnya terwarnai atau tidaknya polen diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 100 – 400x. D. Bobot hasil per petak, diamati dengan menimbang gabah kering panen per petak. Selanjutnya dikonversi ke dalam hektar dengan kadar air 14%. E. Data sekunder, meliputi curah hujan, arah dan kecepatan angin, suhu harian (suhu siang dan suhu malam) selama percobaan dilakukan. Data diambil dari hasil laporan stasiun klimatologi di tempat percobaan.
Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis secara statistika menggunakan analisis ragam dan uji lanjut DMRT. Data sekunder tidak diikutkan dalam analisis, hanya digunakan sebagai data pendukung saja.
80
Hasil dan Pembahasan Hasil percobaan menunjukkan bahwa karakter tinggi tanaman sangat dipengaruhi oleh aplikasi GA3 (Tabel 26). Ketiga GMJ baru maupun pembanding memiliki tinggi tanaman yang meningkat pada pemberian GA3 dengan konsentrasi 200 ppm. Tinggi tanaman GMJ baru, yaitu BI485A, BI639A dan BI855A berturut-turut meningkat sebesar 26,57, 38,97 dan 18,52%, sedangkan GMJ pembanding (IR58025A) meningkat paling banyak yaitu sebesar 48,19%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada karakter tinggi tanaman, GMJ baru tipe Kalinga (BI639A) merupakan galur yang paling responsif terhadap perlakuan GA3, diikuti oleh GMJ tipe WA (BI485A) dan GMJ tipe Gambiaca (BI855A). Peningkatan tinggi tanaman disebabkan meningkatnya aktivitas pembelahan sel, pembesaran dan pemanjangan sel yang membantu memperbaiki karakter pertumbuhan vegetatif. Pertumbuhan vegetatif yang lebih baik akan mendukung tercapainya bobot hasil yang lebih tinggi, karena jumlah area fotosintesis yang diinisiasi saat pertumbuhan awal lebih besar, seperti jumlah anakan dan jumlah daun (Tiwari et al. 2011).
Tabel 26 Karakter agromorfologi dan umur berbunga 50% tiga galur mandul jantan baru dan pembanding (IR58025A) pada dua konsentrasi GA3 selama produksi benih galur mandul jantan
Keterangan: Angka dalam satu kolom yang diikuti huruf yang sama, tidak berbeda secara statistika
Penyemprotan GA3 juga memberikan efek positif terhadap panjang malai. Peningkatan panjang malai ketiga GMJ mencapai 19,09 hingga 31,31%, nyata lebih tinggi dibandingkan dengan panjang malai tanpa perlakuan GA3. GA3 meningkatkan panjang malai melalui pemanjangan dan pembelahan sel (Yuan et al. 2003). Mu dan
81
Yamagishi (2001) menyatakan bahwa efek GA3 lebih kepada penambahan jumlah sel (pembelahan sel) dibandingkan dengan pembesaran sel. Efek GA3 telah diamati pada meristem tunas apikal yang meningkat tingginya karena bertambahnya jumlah sel. Selain memanjangkan sel-sel pada malai, GA3 juga mempengaruhi keserempakan keluarnya malai, sehingga dalam satu rumpun, ukuran dan stadia perkembangan malai relatif hampir sama. Bersamaan dengan penyemprotan GA3, dilakukan pengeringan petakan untuk menghentikan tumbuhnya malai-malai baru, sehingga semua rumpun memiliki malai-malai yang produktif. Hal tersebut menyebabkan bunga dapat mekar pada saat yang hampir bersamaan, sehingga proses penyerbukan alami lebih efektif dan tanaman menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi (Tiwari et al. 2011). Seluruh GMJ baru yang diuji memiliki sterilitas polen yang sempurna, yaitu mencapai 100%. Pada penelitian sebelumnya, GMJ baru dengan tiga tipe sitoplasma ini memang memiliki karakter dan perilaku bunga yang baik dan mendukung kemampuan GMJ tersebut untuk menyerbuk silang secara alami (Tabel 21 dan 27). Eksersi stigma memiliki korelasi fenotipik yang positif dan besar terhadap kemampuan menyerbuk silang alami dari GMJ dan meningkatkan kesempatan terjadinya penyerbukan (Singh & Sirisha 2003; Sidharthan et al. 2007). Eksersi stigma tiga GMJ baru yang telah lebih baik dibandingkan IR58025A, nyata mengalami peningkatan ketika disemprot menggunakan GA3 dengan konsentrasi 200 ppm (Tabel 27). Larutan GA3 200 ppm yang diaplikasikan pada GMJ tipe WA, Kalinga dan Gambiaca mampu meningkatkan persentase eksersi stigma berturut-turut dari 74,23% menjadi 79,23%, 67,57% menjadi 76,60% dan 71,13% menjadi 76,43%, sedangkan pada pembanding (IR58025A) meningkat dari 25,67% menjadi 40,93%. Peningkatan yang tinggi (11,26%) pada IR58025A menunjukkan bahwa GMJ ini lebih sensitif terhadap pemberian 200 ppm GA3 dibandingkan GMJ baru. Hasil pengamatan ini menunjukkan bahwa penyemprotan GA3 tidak mengubah potensi genetik GMJ pada karakter eksersi stigma. GA3 hanya meningkatkan ekspresi potensi genetik masing-masing GMJ, sehingga peningkatan eksersi stigma tetap mengikuti pola genetik setiap GMJ. Penyemprotan GA3 pada kanopi galur mandul jantan memberikan efek positif terhadap eksersi malai (Tabel 27). Eksersi malai diukur dari panjang malai yang tidak tertutup oleh pelepah daun bendera dibandingkan dengan panjang malai total. Persentase eksersi malai tanpa perlakuan GA3 (0 ppm) pada ketiga GMJ baru berkisar antara 78,35 hingga 81,03%, tetapi dengan perlakuan 200 ppm GA3 persentase eksersi malai meningkat yaitu berkisar antar 84,88 hingga 90,64%. Penyemprotan GA3
82
memicu peningkatan eksersi malai melalui pemanjangan dan pembelahan sel, sehingga hambatan polinasi oleh pelepah daun bendera berkurang (Yuan et al. 2003). Selanjutnya eksersi malai yang meningkat dan didukung dengan persentase eksersi stigma yang tinggi serta merata dari pangkal hingga ujung malai, nyata berpengaruh terhadap peningkatan seed set dan hasil benih ketiga galur mandul jantan baru (Tabel 27). Tabel 27 Sterilitas polen, eksersi stigma, eksersi malai, persentase pengisian biji (seed set) dan produktivitas benih galur mandul jantan baru dan pembanding (IR58025A) pada dua konsentrasi GA3 selama produksi benih galur mandul jantan
Keterangan: Angka dalam satu kolom yang diikuti huruf yang sama, tidak berbeda secara statistika
Reseptifitas stigma adalah lamanya stigma berfungsi dan mampu menerima polen sehingga dapat memfasilitasi fertilisasi. Pada masa reseptif, stigma akan terlihat segar dengan warna dan bentuk yang belum berubah (Gambar 13). Lama reseptif stigma ditunjukkan dengan terbentuknya biji hasil polinasi pada hari pertama bunga mekar hingga sepuluh hari setelah bunga menutup. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada galur mandul jantan tanpa perlakuan penyemprotan GA3, biji hasil fertilisasi masih terbentuk hingga 5 hari setelah anthesis, tetapi pada hari ke-6, tidak ada biji yang terbentuk dari hasil fertilisasi sehingga malai menjadi steril atau hampa. Hal tersebut menunjukkan bahwa stigma GMJ baru yang tetap berada di luar setelah anthesis masih mampu menerima polen hingga 5 hari, tetapi sudah tidak reseptif pada hari ke-6 (Gambar 14).
83
Gambar 13 Stigma GMJ selama reseptif
Aplikasi 200 ppm GA3 mampu mempertahankan kesegaran dan masa reseptif stigma galur mandul jantan baru, dari rata-rata 5 hari menjadi 7 hingga 8 hari (Gambar 14). Hasil pengamatan sejalan dengan hasil penelitian Gavino et al. (2008), yang menyatakan bahwa GA3 dapat mempertahankan kesegaran putik 2 hari lebih lama dan nyata meningkatkan reseptivitas stigma selama produksi benih padi hibrida Mestizo 1, 2 dan 3. Lama reseptif dan kesegaran stigma akan meningkatkan peluang stigma dalam menerima polen dari tetua jantan, sehingga akan meningkatkan jumlah gabah yang terbentuk pada tetua betina. Pemberian GA3 pada padi akan menstimulasi aktivitas beberapa enzim yang berbeda. Penyemprotan GA3 secara eksogen menyebabkan meningkatnya reduksi kandungan protein dan total N organik, P dan Fe pada organ padi tipe dwarf. Hal ini ditandai dengan meningkatnya kandungan karbohidrat
total
dan
pati
pada
tanaman
padi
sehingga
tanaman
mampu
mempertahankan kesegaran stigma dan meningkatkan masa reseptif stigma terhadap polen tetua jantan (Singh & Ram 1997). Rata-rata persentase pembentukan gabah per malai (seed set) pada galur mandul jantan yang tidak disemprot GA3 berkisar dari 3,05 hingga 8,14%. Aplikasi GA3 dengan konsentrasi 200 ppm nyata meningkatkan persentase seed set semua GMJ, walau masih di bawah 25%. Hal ini diduga akibat terjadinya hujan yang cukup lebat di lokasi penelitian saat fase anthesis bunga GMJ, sehingga antera tetua jantan (galur pelestari) tidak pecah dan terhambat untuk menyebarkan polen atau polen tidak dapat jatuh tepat di atas stigma karena terhalang dan tersapu air hujan. Rendahnya seed set yang
84
terbentuk pada galur BI855A terjadi karena galur pelestari pasangannya berbunga 6-7 hari lebih awal, sehingga polen kurang tersedia saat masa reseptif stigma GMJ. Tidak sinkronnya galur BI855A dengan BI855B (pelestari), menunjukkan bahwa hasil penelitian ini belum memberikan informasi yang akurat mengenai potensi produksi benih GMJ BI855A. Produktivitas BI855A yang lebih rendah dibandingkan dua GMJ lainnya, belum dapat digunakan untuk menarik kesimpulan bahwa GMJ ini lebih sulit proses produksi benihnya.
Gambar 14
Durasi reseptif putik tiga galur mandul jantan baru dan pembanding (IR58025A) pada 0 ppm GA3 (A) dan 200 ppm GA3 (B) selama produksi benih galur mandul jantan
Hasil Benih (kg/ha)
1200 1000 800 600 400 200 0 BI485A
BI639A 0 ppm
BI855A
IR58025A
200 ppm
Gambar 15 Bobot benih GMJ hasil produksi benih pada konsentrasi GA3 0 dan 200 ppm
85
Gambar 15 menampilkan produktivitas GMJ uji dan pembanding saat produksi benih dengan dan tanpa perlakuan GA3. Produktivitas benih GMJ tanpa penyemprotan GA3 nyata lebih rendah dibandingkan yang disemprot GA3. Pola ini terjadi baik pada produksi benih GMJ baru maupun GMJ pembanding. Bobot benih tertinggi diperoleh dari BI485A, diikuti oleh BI639A dan BI855A. Hasil benih pada BI485A dan BI639A yang tinggi menunjukkan bahwa masing-masing GMJnya memiliki kemampuan menyerbuk silang baik, sehingga dapat optimal menerima pollen dari galur pelestari pasangannya. Penyemprotan GA3 dengan konsentrasi 200 ppm pada BI485A, nyata meningkatkan seed set, dari 8,14% menjadi 22,20%. Peningkatan seed set juga diikuti dengan peningkatan hasil benih. BI485A, BI639A dan BI855A mengalami peningkatan hasil benih berturut-turut dari 785,59 kg/ha, 628,29 kg/ha dan 365,92 kg/ha menjadi 1031,90 kg/ha, 763,34 kg/ha dan 457,45 kg/ha. Ketiga GMJ yang diuji memang telah diidentifikasi lebih baik dibandingkan IR58025A dalam hal karakter dan perilaku bunganya (Tabel 21). Perlakuan GA3 mampu meningkatkan potensi produksi benih GMJ baru yang diuji dengan kisaran 21,49 – 31,35%.
Kesimpulan Semua GMJ baru yang diuji menghasilkan bobot benih yang lebih tinggi dibandingkan GMJ pembanding. Tingginya produksi benih dari galur mandul jantan baru dibandingkan galur pembanding disebabkan galur-galur tersebut sudah memiliki karakter bunga yang mendukung kemampuan daya serbuk silang alami, seperti persentase eksersi stigma tinggi dan reseptivitas stigma yang lama. Penyemprotan 200 ppm GA3 mampu meningkatkan produksi benih GMJ karena dapat memperbaiki karakter pertumbuhan dan perilaku bunga yang mendukung kemampuan serbuk silang alami. Produksi benih galur mandul jantan baru tipe Wild Abortive, Kalinga dan Gambiaca dapat lebih ditingkatkan hingga dengan aplikasi 200 ppm GA3.
lebih dari 20%