POTENSI PASAR BANK YANG BERBASIS AGRIBISNIS BAGI PENGEMBANGAN PT. BANK BUKOPIN, TBK CABANG KARAWANG DI WILAYAH KABUPATEN PURWAKARTA
SKRIPSI
EMMY WARDHANI A14102528
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010
RINGKASAN EMMY WARDHANI. Potensi Pasar Bank yang Berbasis Agribisnis bagi Pengembangan PT. Bank Bukopin, Tbk Cabang Karawang di Wilayah Kabupaten Purwakarta. Skripsi. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan NETTI TINAPRILLA). Prospek agribisnis dapat dilihat dari kecenderungan permintaan produk agribisnis dan kemampuan menghasilkan produk tersebut. Permintaan produk agribisnis dapat dilihat dari pasar domestik dan internasional. Indonesia merupakan pasar potensial produk agribisnis, dimana memiliki jumlah penduduk melebihi 200 juta jiwa dan pertumbuhan penduduk yang masih relatif cukup tinggi. Sedangkan untuk pasar internasional, dengan semakin terbukanya perdagangan dunia akan meningkatkan pasar internasional produk-produk agribisnis. Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah mengetahui seberapa besar potensi pasar bank yang berbasis agribisnis di Kabupaten Purwakarta dan menganalisis kelayakan usaha pembukaan Kantor Cabang Pembantu dari PT. Bank Bukopin, Tbk Cabang Karawang di Kabupaten Purwakarta. Lokasi penelitian dilakukan di PT. Bank Bukopin, Tbk Cabang Karawang yang berlokasi pada Jalan Ahmad Yani No.92 Kabupaten Karawang, Jawa Barat dan Kabupaten Purwakarta yang terdiri dari 17 Kecamatan. Lokasi pendirian Kantor Cabang Pembantu yang akan didirikan berada di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dikarenakan PT. Bank Bukopin, Tbk Cabang Karawang di dalam tahun anggarannya akan melaksanakan proyek pendirian satu unit kantor cabang pembantu. Penelitian dilakukan selama 2 bulan. Potensi agribisnis di Kabupaten Purwakarta meliputi sub sistem hulu, sub sistem usahatani, sub sistem hilir dan sub sistem penunjang. Salah satu bagian dalam sistem agribisnis yang berperan penting dalam kelancaran pengembangan bagi seluruh kegiatan agribisnis adalah sub sistem yang keempat yaitu sub sistem penunjang. Sub sistem penunjang ini mendukung semua kegiatan pada sub sistem lainnya. Lembaga keuangan merupakan salah satu bagian dari sub sistem penunjang. Semua kegiatan dari keseluruhan sistem agribisnis memerlukan permodalan untuk dapat menjalankan aktivitasnya. Permodalan ini dapat dipenuhi dengan keberadaan lembaga keuangan yang antara lain merupakan pihak perbankan. Studi kelayakan usaha yang dilakukan meliputi aspek pasar, aspek teknis dan manajemen, dan aspek keuangan. Berdasarkan analisis keuangan yang dilakukan diperoleh hasil NPV sebesar Rp.27.620.734.617,- Net B/C Ratio sebesar 10,22 IRR sebesar 82 persen dan Payback Periode selama 1,8 tahun. Keseluruhan aspek tersebut menyimpulkan bahwa rencana pendirian kantor cabang pembantu di Kabupaten Purwakarta layak untuk dilakukan.
POTENSI PASAR BANK YANG BERBASIS AGRIBISNIS BAGI PENGEMBANGAN PT. BANK BUKOPIN, TBK CABANG KARAWANG DI WILAYAH KABUPATEN PURWAKARTA
EMMY WARDHANI A14102528
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010
Judul Skripsi
: Potensi Pasar Bank yang Berbasis Agribisnis bagi Pengembangan PT. Bank Bukopin, Tbk Cabang Karawang di Wilayah Kabupaten Purwakarta
Nama
: Emmy Wardhani
NIM
: A 14102528
Disetujui, Dosen Pembimbing
Ir. Netti Tinaprilla, MM NIP 1969 0410 1995 122 001
Diketahui Dekan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP 195 71222 198203 1002
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Potensi Pasar Bank yang Berbasis Agribisnis bagi Pengembangan PT. Bank Bukopin, Tbk Cabang Karawang di Wilayah Kabupaten Purwakarta” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Januari 2010
Emmy Wardhani A 14102528
KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Potensi Pasar Bank yang Berbasis Agribisnis bagi Pengembangan PT. Bank Bukopin, Tbk Cabang Karawang di Wilayah Kabupaten Purwakarta”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi pasar bank yang berbasis agribisnis dan studi kelayakan usaha untuk pengembangan PT. Bank Bukopin, Tbk Cabang Karawang di Kabupaten Purwakarta. Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Januari 2010 Emmy Wardhani
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI ……………………………………………… ……..
i
DAFTAR TABEL ………………………………………………..
iv
DAFTAR GAMBAR …………………………………………….
v
DAFTAR LAMPIRAN ..…………………………………………
vi
I
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ………………………………………… 1.2. Perumusan Masalah …………………………………… 1.3. Tujuan Penelitian ……………………………………… 1.4. Kegunaan Penelitian ……………………………………
1 6 8 8
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Potensi Agribisnis …………………………………….. 2.2. Kelayakan Usaha ……………………………………… 2.3 Pengertian Bank ………………………………………. 2.4. Pengertian Kredit ………….……………………………. 2.5. Hasil Penelitian Terdahulu ………………………………
10 10 10 13 15
III.KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis …………………………. 3.1.1. Sistem Agribisnis …………………………. 3.1.2. Pentingnya Sub Sistem Penunjang …………….. 3.1.3. Studi KelayakanUsaha ………………………… 3.1.3.1 Aspek Pasar …………………………… 3.1.3.2. Aspek Teknis dan Manajemen ………… 3.1.3.3. Aspek Keuangan ………………………. 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ………………………..
18 18 19 20 22 23 26 29
IV.METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian …………………………. 4.2. Metode Pengambilan Data ……………………………. 4.3. Jenis dan Sumber Data ………………………………… 4.4. Pengolahan dan Analisis Data…………………………. 4.4.1. Analisis Data Potensi Bisnis ……………………. 4.4.2. Analisis Aspek Teknis ………………………….. 4.4.3. Analisis Keuangan ………………………............
31 31 31 32 32 32 33
V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran PT. Bank Bukopin, Tbk …………………… 5.1.1. Sejarah Berdirinya Bank Bukopin ……………… 5.1.2. Gambaran Umum Bank Bukopin Cab Karawang 5.1.3. Visi dan Misi Perusahaan ………………………. 5.1.4. Budaya Perusahaan …………………………….. 5.1.5. Struktur Organisasi …………………………….. 5.1.6. Produk ………………………………………….
36 36 37 38 39 40 43
i
5.1.6.1. Produk Dana (Funding) ………………. 5.1.6.2. Produk Kredit (Lending) ……………... 5.2. Gambaran Perekonomian Kabupaten Purwakarta ……. 5.2.1. Keadaan Geografis Purwakarta ………………….. 5.2.2. Demografi Purwakarta ………………………… 5.2.3. Sosial Ekonomi Purwakarta …………………… 5.2.4. Potensi Agribisnis Kabupaten Purwakarta …….. 5.2.4.1. Sub Sistem Hulu ……………………… 5.2.4.2. Sub Sistem Usahatani ………………… 5.2.4.3. Sub Sistem Hilir ……………………….
43 47 49 49 51 51 53 53 53 60
VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Studi Kelayakan Usaha …………………………………. 6.1.1. Aspek Pasar ……………………………………. 6.1.2. Aspek Teknis dan Manajemen ………………… 6.1.2.1. Lokasi dan Bangunan …………………. 6.1.2.2. Teknologi ……………………………… 6.1.2.3. Manajemen ……………………………. 6.1.3. Aspek Keuangan ………………………………. 6.1.3.1. Analisa Ekonomi ………………………
63 63 68 68 69 70 71 71
VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan …………………………………………….. 7.2. Saran ……………………………………………………
76 77
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………..
78
ii
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1.
Nilai Ekspor Indonesia menurut Sektor (Jan-mar 2007 dan 2008) .. 3
2.
Pangsa Aset Industri Jasa Keuangan per Agustus 2007 …………
5
3.
Perkembangan Kredit Bank Umum Berdasarkan Sektor Ekonomi
5
4.
Data Jumlah Keluarga yang Mengelola Produk Perkebunan dan Hasil Produksi Perkebunan Tahun 2008 …………………… 57
5.
Market Share Bank Bukopin Cabang Karawang Thn2007-2008... 63
6.
Market Share Bank Bukopin Cabang Karawang di Kabupaten Purwakarta Tahun 2008 ………………………………………… 64
7.
Perkembangan Sumber Dana Masyarakat Tahun 2004-2008 ….. 66
8.
Proyeksi Rata-rata Perkembangan Sumber Dana Masyarakat …. 67
9.
Perkiraan Biaya Investasi Pendirian Kantor Cabang Pembantu ..
10.
Rincian Biaya Tetap per Tahun …………………………………. 73
72
iii
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1.
Mata Rantai Kegiatan Agribisnis …………………………….
18
2.
Skema Pengertian Pasar Potensial dan Permintaan Industri
23
3.
Kurva NPV dan IRR ………………………………………
29
4.
Bagan Kerangka Pemikiran ……………………………….
30
5.
Diagram Produksi Tanaman Pangan Kab.Purwakarta 2008.
54
iv
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1.
Struktur Organisasi PT. Bank Bukopin, Tbk ……………….
81
2.
Struktur Organisasi PT. Bank Bukopin.Tbk Cabang Kelas C (Cabang Karawang) ……………………………………...
82
3.
Rincian Daftar Perusahaan Di Kab.Purwakarta ……………
83
4.
Cashflow Rencana Pendirian Kantor Cabang Pembantu …..
86
v
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada prinsipnya pengertian agribisnis adalah merupakan usaha komersial (bisnis) di bidang pertanian (dalam arti luas) dan bidang-bidang yang berkaitan langsung dengan pertanian tersebut. Bidang-bidang yang berkaian itu adalah sebagai berikut, yaitu 1) usaha produksi dan distribusi alat-alat / mesin pertanian, sarana produksi pertanian dan input pertanian lainnya (agroindustri hulu), 2) pengolahan dan manufakturing hasil pertanian serta pemasarannya (agroindustri hilir), 3) kegiatan penunjang seperti penyediaan kredit, asuransi pertanian, pelatihan, konsultasi dan transportasi. Pengertian ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Davis & Golberg mendefinisikan agribisnis sebagai penjumlahan semua kegiatan yang berkecimpung dalam pabrik dan distribusi alatalat maupun bahan untuk pertanian, kegiatan produksi pertanian, pengolahan, penyimpanan dan distribusi komoditas pertanian atau barang-barang yang dihasilkan (Masyuri 2002). Agribisnis sebagai suatu sistem dapat dibagi dalam beberapa subsistem yaitu subsistem input pertanian, usaha pertanian, pengolahan, pemasaran dan penunjang. Subsitem usahatani / pertanian sering disebut on farm dan subsistem lainnya disebut off-farm. Perekonomian di Indonesia, agribisnis mempunyai peranan yang sangat penting sehingga mempunyai nilai strategis. Hal ini disebabkan antara lainnya karena 1) mayoritas rumah tangga penduduk Indonesia yang mengusahakan agribisnis dan mayoritas angkatan kerja bekerja di bidang agribisnis, 2) kandungan impor dalam usaha agribisnis rendah, 3) agribisnis sebagai salah satu sumber devisa, 4) kegiatan agribisnis lebih bersifat ramah terhadap lingkungan,
1
5) agribisnis merupakan kegiatan usaha penghasil makanan pokok dan kebutuhan lainnya, 6) agribisnis bersifat padat karya. Selain itu agribisnis merupakan tumpuan utama dalam pemulihan ekonomi dari krisis ekonomi yang berkepanjangan ini. Prospek agribisnis dapat dilihat dari kecenderungan permintaan produk agribisnis dan kemampuan menghasilkan produk tersebut. Permintaan produk agribisnis dapat dilihat dari pasar domestik dan internasional. Indonesia merupakan pasar potensial produk agribisnis, dimana memiliki jumlah penduduk melebihi 200 juta jiwa dan pertumbuhan penduduk yang masih relatif cukup tinggi. Sedangkan untuk pasar internasional, dengan semakin terbukanya perdagangan dunia akan meningkatkan pasar internasional produk-produk agribisnis. Tahun 2003, perdagangan bebas di kawasan asia tenggara telah diberlakukan AFTA (Asia Pacific Economic Cooperation) dan di tingkat dunia sesuai dengan kesepakatan GATT (General Agreement on Trade and Tariff) secara bertahap akan diberlakukan tahun 2020. Adanya perdagangan bebas ini, proteksi terhadap semua usaha produksi dikurangi termasuk produk agribisnis, sehingga beberapa negara terutama negara pengimpor produk agribisnis akan semakin mengembangkan usaha non agribisnis, dengan demikian produksi agribisnis akan semakin menurun dan impor produk agribisnis akan semakin meningkat. Hal ini terjadi seperti di negara tetangga seperti Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Singapura dan Hongkong. Pasar ini cukup menjanjikan bagi para negara pemasok yang berada di sekitarnya, termasuk Indonesia. Sebagai gambaran, peranan dan perkembangan ekspor non migas Indonesia menurut sektor untuk periode Januari-Maret tahun 2008 dibandingkan tahun 2007 dapat
2
dilihat pada Tabel 1. Ekspor produk pertanian serta produk industri masingmasing meningkat 41,70 persen dan 30,48 persen, sementara produk pertambangan dan lainnya turun 10,02 persen. Dilihat dari kontribusinya tahun 2008, ekspor produk industri adalah sebesar 66,52 persen sedangkan produk pertanian sebesar 3,12 persen dan produk pertambangan sebesar 8,40 persen, sementara itu kontribusi ekspor migas adalah sebesar 21,96 persen. Tabel 1. Nilai Ekspor Indonesia menurut Sektor (Januari-Maret 2007 dan 2008) Nilai (Juta US $) Uraian
25.581,9
33.621,1
Perubahan Jan-Mar 2008 thd 2007 (%) 31,43
4.564,3
7.384,8
61,79
21,96
21.017,6
26.236,3
24,83
78,04
740,2
1.048,9
41,70
3,12
17.140,3
22.364,5
30,48
66,52
3.137,1
2.822,9
-10,02
8,40
Jan-Mar 2007
Total Ekspor Migas Non Migas - Pertanian - Industri - Pertambangan & lainnya
Jan-Mar 2008
% Peran thd Total JanMar 2008 (%) 100,00
Sumber : Berita Resmi Statistik No.22/05/Thn. XI, 2 Mei 2008
Indonesia memiliki kemampuan dari sisi menghasilkan produk agribisnis, karena mempunyai sumber daya yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari lahan yang luas dan subur, sumber daya perairan dan kelautan yang potensial, sumber daya manusia yang jumlahnya cukup besar dan mempunyai pengalaman dalam mengembangkan agribisnis, keadaan iklim yang cocok untuk pertanian dalam mendukung kegiatan agribisnis. Adanya lembaga-lembaga penelitian pertanian juga dapat menunjang peluang Indonesia mengembangkan komoditas-komoditas unggulan seperti kelapa sawit, kelapa, karet, dan coklat yang menjadi salah satu produsen terbesar di dunia.
3
Krisis ekonomi di Indonesia yang dipicu oleh gejolak nilai tukar mata uang rupiah pada pertengahan tahun 2007 telah berdampak sangat luas terhadap seluruh sendi perekonomian dan tatanan kehidupan nasional. Kegiatan ekonomi di Indonesia secara keseluruhan mengalami kemunduran yang drastis terutama pada kegiatan usaha berskala besar. Sementara itu terdapat sektor usaha yang relatif memiliki daya tahan terhadap krisis tersebut, yaitu usaha kecil dan mikro, seperti sektor usaha retail, perdagangan, termasuk sektor agribisnis. Sektor usaha ini tetap bertahan karena peranan dari campur tangan Lembaga Keuangan Perbankan sebagai salah satu bagian dalam sub sistem penunjang mendukung pengembangan potensi agribisnis yang juga mengalami gejolak. Kehadiran bank dalam menyokong dunia usaha tidak dapat diragukan lagi, dan akan memperbanyak pilihan investasi bagi para investor. Berkaitan dengan investasi maka hal tersebut erat kaitannya dengan lembaga perantara finansial yang merupakan sarana yang mempertemukan antara pihak yang memiliki dana dengan pihak yang memerlukan dana. Industri perbankan merupakan bisnis kepercayaan mengingat kegiatan usaha bank terkait dengan usaha penghimpunan dan penyaluran dana masyarakat. Saat ini, industri jasa keuangan di Indonesia masih terus tumbuh, hal ini ditandai dengan mulai meningkatnya sektor ekonomi yang diantaranya ditandai dengan meningkatnya pembangunan infrastruktur, properti, agribisnis dan perindustrian. Pangsa aset industri jasa keuangan dapat dilihat pada Tabel 2. Salah satu pangsa pasar industri jasa keuangan yang terbesar adalah perbankan 84,68 persen.
4
Tabel 2. Pangsa Aset Industri Jasa Keuangan per Agustus 2007 No. Perusahaan Jasa Keuangan 1 2 3 4 5 6 7
Nominal Asset (dlm Triliun Rp) 115,89 70,99 23,74 77,52 38,95 6,92 1.846,07 2.180,08
Perusahaan Pembiayaan a) Asuransi Jiwa b) Asuransi Umum b) Dana Pensiun b Perusahaan Sekuritas a **) Pegadaian a) Bank Total Aset Industri Jasa Keuangan
Keterangan
Sumber
: a) per Juni 2007
Persentase 5,32 3,26 1,09 3,56 1,79 0,32 84,68 100
b) per Desember 2006
: Biro Riset InfoBank (birl), 2007
Berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia (SPI) yang diterbitkan BI, total kredit bank umum yang dikucurkan ke sektor ekonomi sampai dengan Juli 2007 mencapai Rp. 871,99 Triliun, naik Rp.155,19 Triliun dibandingkan dengan Juli 2006. Pada Juli 2006, total kredit bank umum yang dikucurkan ke sektor ekonomi hanya sebesar
Rp.716,79 Triliun, yang mana sektor pertanian dan perindustrian
mengambil pangsa pasar yang cukup besar. Perkembangan kredit bank umum berdasarkan sektor ekonomi dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Perkembangan Kredit Bank Umum Berdasarkan Sektor Ekonomi (dalam Rp Triliun) N o
Sektor Ekonomi
Des 2005
Des 2006
1
Pertanian, Perburuan &Sarana Pertanian Pertambangan Perindustrian Listrik, Gas dan Air Konstruksi Perdagangan, Restoran, dan Hotel Pengangkutan,Pergudangan,Komunikasi Jasa Dunia Usaha Jasa Sosial / Masyarakat Lain-lain TOTAL
37,18
2 3 4 5 6 7
8 9 10
Sumber
Pang sa (%) 5,70
Juli 2006
Juli 2007
45,18
Grow th (%) 21,52
47,25
Grow th (%) 20,17
Pang sa (%) 5,42
39,32
8,13 171,3 5,37 26,99 135,8
14,09 184,0 7,22 33,09 163,4
73,32 7,43 34,60 22,61 20,32
1,78 23,23 0,91 4,18 20,63
9,65 168,8 5,59 30,17 149,5
20,20 185,6 6,97 38,54 185,9
118,3 9,95 24,68 27,74 24,36
2,32 21,29 0,80 4,42 21,32
19,83
27,07
36,51
3,42
20,54
28,64
39,46
3,28
72,63 10,03
78,46 12,04
8,02 20,05
9,90 1,52
69,30 9,76
92,82 12,18
33,94 24,78
10,64 1,40
208,4 695,6
227,7 792,3
9,27 13,9
28,7 100
214,2 716,8
253,8 871,9
18,49 21,65
29,11 100
: BI, diolah kembali oleh Biro Riset InfoBank (birl),2007
5
Semakin meningkatnya pengucuran kredit terhadap sektor ekonomi setiap tahunnya, mengakibatkan desakan kepada pihak perbankan untuk memperluas jangkauan pelayanannya ke berbagai daerah di Indonesia terutama ke daerahdaerah yang memiliki potensial lebih di bidang agribisnis dan perindustrian yang dianggap sebagai sektor usaha yang memiliki prospek dan pangsa pasar yang besar. Selain itu juga, dengan meningkatnya persaingan antar bank dalam melayani nasabahnya, mengakibatkan desakan pelayanan tersebut sangat diperlukan. PT. Bank Bukopin, Tbk merupakan salah satu bank yang ada dalam dunia perbankan Indonesia. Bank yang sudah berdiri sejak tahun 1970 juga berkembang pesat, dimana sudah tersebar di seluruh Indonesia dengan keberadaan 38 kantor cabang. PT. Bank Bukopin, Tbk besar dengan penyaluran kreditnya, baik itu kredit UMKM (Unit Mikro, Koperasi, dan Menengah) maupun kredit konsumsi. Penyaluran kredit-kredit dari pemerintah untuk membantu peningkatan sektor pertanian dan agribisnis juga dilaksanakan oleh Bank Bukopin seperti Kredit Ketahanan Pangan (KKP), Kredit Usaha Tani (KUT), Kredit Surat Utang 005 dan Kredit Usaha Rakyat. Salah satu cabang dari PT. Bank Bukopin,Tbk yang menyalurkan kredit UKMK cukup besar adalah Cabang Karawang. 1.2. Perumusan Masalah PT. Bank Bukopin, Tbk Cabang Karawang memiliki wilayah kerja yang meliputi Kabupaten Karawang, Kecamatan Cikampek, Kabupaten Purwakarta, dan Kabupaten Subang.
Wilayah ini didukung dengan fasilitas satu Kantor
Cabang Utama yang berada di Kabupaten Karawang dan dua Kantor Kas yang berada di Kabupaten Karawang dan Kecamatan Cikampek. Wilayah kerja yang
6
luas inilah yang menuntut keberadaan kantor cabang pembantu yang baru agar peningkatan volume usaha dapat tercapai dan kedekatan dengan konsumen dapat terlayani dengan baik. Kabupaten Purwakarta merupakan salah satu wilayah yang dianggap baik untuk pengembangan PT. Bank Bukopin, Tbk Cabang Karawang. Potensi pasar yang tersedia cukup menjanjikan, dimana jumlah Bank yang terdapat di Kabupaten Purwakarta sebanyak 11 Bank, dengan asumsi rata-rata simpanan masyarakat yang terdapat pada masing-masing bank adalah sebesar 83.45 Milliar Rupiah, dan market share yang dimiliki Bank Bukopin sampai dengan Bulan September 2008 sebesar 2.92 Milliar Rupiah (3.50 persen). Bank Bukopin Cabang Karawang masih memiliki potensi pasar yang sangat besar yakni 96.50 persen atau sebesar 80.53 Milliar Rupiah dari dana masyarakat yang tersebar. Kabupaten Purwakarta yang terletak pada titik temu dari tiga jalur utama lalu lintas yang sangat strategis yaitu jalur Jakarta, Bandung dan Cirebon. Luas wilayah yang dimiliki sebesar 971.72 Km2 atau sekitar 2,81 persen dari luas wilayah propinsi jawa barat dan kurang lebih 52 persen merupakan lahan pertanian. Hal ini menyebabkan potensi pasar yang cukup besar dicapai oleh sektor pertanian dan industri yang bergerak di bidang agribisnis, salah satunya produksi padi di Kabupaten Purwakarta tahun 2007 mencapai 226.987 ton Gabah Kering Giling (GKG), terjadi peningkatan produksi sebesar 11,25 persen dibandingkan dengan produksi tahun 2006. Sebelum melakukan pelaksanaan pendirian kantor cabang perlu dilakukan pengkajian-pengkajian dan pertimbangan yang matang, salah satunya dengan melakukan studi kelayakan terhadap rencana proyek pendirian kantor cabang
7
pembantu tersebut. Hal ini dikarenakan dalam pelaksanaan pendirian kantor cabang pembantu memerlukan perencanaan yang baik dan akan mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Berdasarkan hal tersebut, perumusan masalah yang dikaji adalah bagaimana potensi pasar bank yang berbasis agribisnis bagi pengembangan PT. Bank Bukopin, Tbk Cabang Karawang di wilayah Kabupaten Purwakarta dan bagaimana feasibility study (Studi Kelayakan Usaha) pembukaan Kantor Cabang Pembantu dari PT. Bank Bukopin, Tbk Cabang Karawang di Kabupaten Purwakarta, apakah layak didirikan atau tidak, meliputi besar keuntungan yang akan diperoleh, dengan melakukan investasi dibidang tersebut (Estimasi rugi/Laba), tingkat keuntungan yang diperoleh (Internal rate of Return/IRR) dan nilai uang yang akan kita peroleh sekarang dengan investasi yang cukup panjang tersebut (Net Present Value/NPV). 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang dikemukakan, maka tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah mengetahui seberapa besar potensi pasar bank yang berbasis agribisnis di Kabupaten Purwakarta dan menganalisis kelayakan usaha pembukaan Kantor Cabang Pembantu dari PT. Bank Bukopin, Tbk Cabang Karawang di Kabupaten Purwakarta. 1.4. Kegunaan Penelitian Kegunaan dari penelitian ini adalah untuk dapat membantu PT. Bank Bukopin, Tbk cabang karawang dalam mengetahui potensi pasar agribisnis yang dapat dikelola dan membantu dalam pemilihan lokasi pendirian kantor cabang pembantu yang tepat, pencapaian anggaran kerja dan peningkatan asset dari Bank
8
Bukopin Cabang Karawang tahun 2009-2010. Sedangkan bagi penulis adalah untuk melatih kemampuan analisis suatu masalah dan merupakan pengalaman belajar yang dapat menambah pengetahuan di bidang perekonomian perbankan. Lebih dari itu, kegunaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan volume bisnis PT. Bank Bukopin, Tbk Cabang Karawang dan sebagai bahan untuk penelitian selanjutnya.
9
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Potensi Agribisnis Pengertian potensi berdasarkan kamus besar Bahasa Indonesia adalah kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan ; kekuatan ; kesanggupan ; daya. Agribisnis adalah usaha yang berhubungan dengan (tanah) pertanian. Istilah potensi juga erat kaitannya dengan istilah prospek yang dapat juga berupa harapan. Arti dari potensi agribisnis merupakan kemampuan/kekuatan yang dimiliki oleh usaha yang berhubungan dengan kegiatan pertanian dalam arti luas yang mempunyai peluang untuk dikembangkan. 2.2. Kelayakan Usaha Studi Kelayakan Usaha atau juga dikenal sebagai Studi Kelayakan Proyek dapat diartikan sebagai penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi) dilaksanakan dengan berhasil. Studi kelayakan usaha membahas berbagai aspek yang berkaitan dengan adanya rencana investasi suatu usaha, antara lain meliputi aspek pasar, aspek teknis, dan aspek keuangan. 2.3. Pengertian Bank Definisi bank yang dapat diberlakukan di negara kita adalah sesuai dengan aturan yang ada yaitu tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan dan merupakan perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992. Menurut undang-undang tersebut definisi Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
10
dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Sedangkan perbankan menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998 adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksankan kegiatan usahanya. Lebih lanjut dalam undang-undang tersebut dijelaskan bahwa sektor perbankan memiliki posisi strategis sebagai lembaga intermediasi dan menunjang sistem pembayaran. Tujuan Perbankan Indonesia menurut Pasal 3 UU No.10 Tahun 1998 yaitu menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Adapun kegiatan atau aktivitas penyaluran dana yang dilakukan oleh perbankan adalah sebagai berikut : 1. Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat baik yang memberikan kredit maupun pembiayaan (prinsip syariah) dalam melakukan penyaluran dana tersebut diharuskan : a. Mempunyai keyakinan atas itikad debitur / peminjam. b. Melakukan analisis yang mendalam. c. Debitur/peminjam
sanggup
melunasi
hutangnya
atau
mengembalikan pembiayaannya sesuai dengan yang diperjanjikan. 2. Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat juga harus memiliki dan menerapkan pedoman perkreditan atau pedoman pembiayaan, dimana pedoman tersebut harus telah sesuai dengan ketentuan yang diterapkan oleh Bank Indonesia.
11
3. Dalam menerima agunan/jaminan, maka Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat harus : a. Menyelenggarakan kegiatan penitipan agunan/jaminan. b. Bertanggung jawab atas penitipan agunan tersebut. c. Memenuhi semua kewajiban sesuai dengan perjanjian (kontrak). d. Agunan tersebut harus dicatat secara tersendiri. e. Apabila bank mengalami kepailitan, agunan tersebut harus dikembalikan ke pemilik agunan. f. Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat dapat membeli sebahagian atau seluruh agunan apabila debitur/peminjam tidak dapat mengembalikan pinjaman sesuai perjanjian. Traksaksi jual beli agunan tersebut dapat dilakukan melalui pelelangan maupun diluar pelelangan berdasarkan penyerahan secara sukarela atau berdasarkan kuasa untuk menjual oleh pemilik agunan serta wajib dicairkan secepatnya. Pendirian lembaga keuangan perbankan di Indonesia diperkenankan oleh pemerintah dan sebelumnya mendapat ijin usaha sebagai Bank Umum atau Bank Perkreditan Rakyat dari pimpinan Bank Indonesia. Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat dapat memperoleh ijin usaha selama memenuhi persyaratan minimal sebagai berikut : 1. Mempunyai susunan organisasi dan kepengurusan. 2. Memiliki permodalan sesuai dengan ketentuan. 3. Adanya kepemilikan yang jelas.
12
4.
Pengurus memiliki keahlian di bidang perbankan, untuk menghindari berbagai resiko yang mungkin timbul akibat lemahnya pengetahuan di bidang tersebut.
5.
Mempunyai kelayakan rencana kerja baik dalam kebijakan maupun operasional.
2.4. Pengertian Kredit Kredit
berasal
dari
bahasa
Latin
yaitu
credere
yang
berarti
percaya/mempercayai. Definisi lainnya menurut UU No.10 tahun 1998 menyebutkan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Sedangkan menurut ensiklopedi umum, kredit dijelaskan sebagai sistem keuangan untuk memudahkan pemindahan modal dari pemilik kepada pemakai dengan pengharapan memperoleh keuntungan. Kredit diberikan berdasarkan kepercayaan kepada orang lain yang memberikannya terhadap kecakapan dan kejujuran si peminjam. Secara umum kredit terdiri dari beberapa jenis dilihat dari segi kriterianya antara lain : 1. Segi Kegunaan a. Kredit Investasi, merupakan kredit jangka panjang yang biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru. Kredit ini memerlukan masa pemakaian yang relatif lebih lama dan membutuhkan modal yang relative besar.
13
b. Kredit Modal Kerja, merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. 2. Segi Tujuan Kredit a. Kredit Produktif, merupakan kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa. b. Kredit Konsumtif, merupakan kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi, sehingga tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan. c. Kredit Perdagangan, merupakan kredit yang diberikan kepada pedagang
dan
digunakan
untuk
membiayai
aktivitas
perdagangannya. 3. Segi Jangka Waktu a. Kredit Jangka Pendek, merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari satu tahun atau paling lama satu tahun, dan biasanya digunakan untuk kredit modal kerja. b. Kredit Jangka Menengah, merupakan kredit yang memiliki jangka waktu sekitar satu sampai tiga tahun, dan biasanya digunakan untuk kredit investasi. c. Kredit Jangka Panjang, merupakan kredit yang memiliki jangka waktu lebih dari 3 tahun, dan biasanya digunakan untuk kredit investasi jangka panjang. 4. Segi Jaminan
14
a. Kredit dengan Jaminan, merupakan kredit yang diberikan dengan menggunakan jaminan. Jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud. b. Kredit tanpa Jaminan, merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit ini melihat prospek usaha, karakter, dan nama baik calon peminjam. 5. Segi Sektor Usaha a. Kredit Pertanian, membiayai usaha pertanian. b. Kredit Peternakan, membiayai usaha peternakan. c. Kredit Industri, membiayai usaha industri kecil maupun besar. d. Kredit Pertambangan, membiayai usaha tambang e. Kredit Pendidikan, membiayai sektor usaha pendidikan. f. Kredit Profesi, membiayai usaha yang terkait dengan profesi pekerjaan g. Dan sektor-sektor lainnya. 2.5. Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu mengenai sektor perbankan diantaranya dilakukan oleh Wicaksono (2007). Penelitiannya membahas mengenai analisis dari faktorfaktor yang mempengaruhi penyaluran kredit pertanian oleh Bank BRI di Indonesia. Faktor penting yang perlu diperhatikan dalam penyaluran kredit pertanian terdiri dari prinsip 5 C yaitu character (karakter), capasity (kapasitas), capital (modal), collateral (jaminan) dan condition (kondisi). Penelitian lainnya mengenai sektor perbankan dilakukan oleh Novitasari (2006) yang membahas mengenai analisis kinerja dan dampak kredit umum pedesaan terhadap
15
peningkatan pendapatan usaha kecil dengan studi kasus di Bank Rakyat Indonesia unit Kreo Tangerang, dimana dilakukan perbandingan tingkat pendapatan sebelum dan sesudah penyaluran kredit usaha kecil. Adapun penelitian mengenai studi kelayakan telah banyak dilakukan yang biasanya dilakukan untuk kelayakan usaha yang bergerak di bidang produksi (seperti pabrikasi dan pertanian). Ada beberapa penelitian studi kelayakan yang dilakukan untuk bidang jasa, salah satunya yang telah dilakukan oleh Tinton (2006) yang membahas mengenai evaluasi kelayakan usaha pada restoran mie kondang di Jakarta Selatan. Penelitian ini membahas kelayakan investasi yang meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek produksi, aspek hukum, aspek manajerial, dan aspek finansial. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini seperti analisis kualitatif yang meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek hukum dan aspek manajerial. Sedangkan analisis kuantitatifnya meliputi Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate Of Return (IRR), Payback Periode (PBP) dan analisis sensitivitas. Penelitian ini menyimpulkan bahwa investasi tersebut layak untuk dilakukan. Penelitian lainnya dilakukan oleh Andrie (2005) yang melakukan studi pendahuluan kelayakan finansial dan ekonomi proyek pengembangan pelabuhan perikanan nusantara (PPN) Pelabuhan Ratu di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Dari penelitian ini, Andie menyimpulkan bahwa proyek pengembangan terhadap pelabuhan tersebut tidak layak untuk dilakukan menurut kriteria investasinya dikarenakan kurangnya keuntungan yang akan diperoleh dan biaya yang dikeluarkan sangat besar. Peneliti menyarankan untuk melakukan perbaikan
16
fasilitas yang telah ada saja dan peningkatan pelayanan terhadap pengguna jasa pelabuhan. Berdasarkan hasil-hasil penelitian terdahulu dapat dilihat bahwa pada umumnya analisis kelayakan usaha dilakukan terhadap beberapa aspek penting yaitu Aspek Pasar dan Aspek Ekonomis (finansial / keuangan). Di dalam melakukan Studi Kelayakan tidak harus selalu mendapatkan hasil yang layak, karena banyaknya aspek yang harus benar-benar dijadikan perhatian dan bahan pertimbangan. Penelitian ini akan melakukan pendataan dari potensi pasar agribisnis yang dapat dijadikan peluang untuk meningkatkan volume usaha dan pengembangan PT. Bank Bukopin, Tbk cabang Karawang di wilayah Kabupaten Purwakarta dengan melakukan studi kelayakan untuk proyek pendirian kantor cabang pembantu dari salah satu perusahaan perbankan dengan alat-alat analisis yang sama untuk mengetahui kelayakan dari proyek tersebut, yang mana biasanya dilakukan secara internal perusahaan.
17
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Sistem Agribisnis Agribisnis sering diartikan secara sempit, yaitu perdagangan atau pemasaran hasil pertanian.Sistem agribisnis sebenarnya adalah suatu sistem yang utuh, mulai dari penyediaan sarana pertanian, proses produksi, mengolah hasil, pemasaran dan aktivitas lain yang berkaitan dengan kegiatan pertanian (penunjang). Menurut Arsyad dkk. (1985) dalam Soekartawi (1991), yang dimaksud dengan agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang ada hubungannya dengan pertanian dalam arti luas. Yang dimaksud dengan adanya hubungannya dengan pertanian dalam arti luas adalah kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian. Mata rantai kegiatan agribisnis ini dapat digambarkan seperti pada Gambar 1. AGRIBISNIS Kegiatan usaha yang menghasilkan/menyedi akan prasarana/sarana/input bagi kegiatan pertanian (industry pupuk, alatalat pertanian, pestisida,dsb)
Kegiatan pertanian
Kegiatan usaha yang menggunakan hasil pertanian sebagai input (industry pengolahan hasil pertanian, perdagangan, dsb)
Gambar 1. Mata Rantai Kegiatan Agribisnis Sumber : Soekartawi (1991)
18
Dapat dikatakan juga bahwa sistem agribisnis terdiri dari empat sub sistem, yaitu sub sistem hulu, sub sistem usahatani, sub sistem hilir dan sub sistem penunjang. Sub sistem hulu meliputi semua kegiatan untuk memproduksi dan menyalurkan input-input pertanian dalam arti luas, atau pengadaan sarana produksi. Sub sistem usahatani meliputi kegiatan mengelola input-input berupa lahan, tenaga kerja, modal, teknologi, dan manajemen untuk menghasilkan produk pertanian, atau budidaya. Sub sistem yang ketiga yaitu sub sistem hilir yang meliputi kegiatan pasca panen terhadap produk pertanian termasuk di dalamnya pengolahan terhadap produk pertanian tersebut dan distribusi pemasarannya. Sedangkan sub sistem yang keempat yaitu sub sistem penunjang yang meliputi lembaga-lembaga yang menunjang keberadaan dan kelangsungan hidup dari produk pertanian seperti adanya lembaga keuangan yang menunjang permodalan dari kegiatan pertanian dan lembaga penelitian yang menunjang peningkatan produk pertanian. Potensi merupakan kelebihan yang dimiliki berupa sumber daya yang dapat menciptakan peluang untuk dikembangkan dan dimanfaatkan. Sehingga potensi agribisnis menggambarkan kelebihan sumber daya yang dimiliki dari keseluruhan sub sistem untuk dikembangkan dan dimanfaatkan. Pemberdayaan potensi ini menciptakan banyak peluang yang dapat diambil untuk peningkatan perekonomian dan kesejahteraan penduduk setempat pada khususnya dan negara pada umumnya. 3.1.2. Pentingnya Sub Sistem Penunjang Salah satu bagian dalam sistem agribisnis yang berperan penting dalam kelancaran pengembangan bagi seluruh kegiatan agribisnis adalah sub sistem yang
19
keempat yaitu sub sistem penunjang. Sub sistem penunjang ini mendukung semua kegiatan pada sub sistem lainnya. Lembaga keuangan merupakan salah satu bagian dari sub sistem penunjang. Semua kegiatan dari keseluruhan sistem agribisnis memerlukan permodalan untuk dapat menjalankan aktivitasnya. Permodalan ini dapat dipenuhi dengan keberadaan lembaga keuangan yang antara lain merupakan pihak perbankan. 3.1.3. Studi Kelayakan Usaha Studi Kelayakan Usaha atau juga dikenal sebagai Studi Kelayakan Proyek dapat diartikan sebagai penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi) dilaksanakan dengan berhasil. Keberhasilan ini dapat diartikan dalam arti terbatas maupun arti luas. Artian terbatas biasanya dipergunakan oleh pihak swasta yang lebih berminat tentang manfaat ekonomis suatu investasi, sedangkan dalam artian luas dapat terjadi penyerapan tenaga kerja, pemanfaatan sumber daya yang melimpah pada suatu daerah, penghematan atau penambahan devisa yang diperlukan oleh pemerintah. Menurut Husnan & Suwarsono (1999), pada umumnya manfaat ekonomis suatu studi kelayakan proyek akan menyangkut tiga aspek, yaitu : 1. Manfaat ekonomis proyek tersebut bagi proyek itu sendiri (sering juga disebut sebagai manfaat finansial ). Yang berarti apakah proyek itu dipandang cukup menguntungkan apabila dibandingkan dengan resiko proyek tersebut. 2. Manfaat ekonomis proyek tersebut bagi negara tempat proyek itu dilaksanakan (sering juga disebut sebagai manfaat ekonomi nasional).
20
Yang menunjukkan manfaat proyek tersebut bagi ekonomi makro suatu Negara. 3. Manfaat sosial proyek tersebut bagi masyarakat sekitar proyek tersebut. Ini merupakan studi yang relatif paling sulit untuk dilakukan. Masih menurut Husnan & Suwarsono (1999), dalam studi kelayakan proyek tersebut, ada beberapa hal yang perlu diketahui adalah : 1. Ruang Lingkup Kegiatan Proyek. Disini perlu dijelaskan/ditentukan bidang-bidang apa proyek akan beroperasi, kalau misalnya proyeknya adalah pendirian usaha/pabrik tekstil, maka apakah pabrik tekstil ini merupakan tekstil yang terpadu, ataukah hanya tahapan tertentu saja. 2. Cara Kegiatan Proyek Dilakukan. Disini ditentukan apakah proyek akan ditangani sendiri, ataukah akan diserahkan pada (beberapa) pihak lain. Siapa yang akan menangani proyek tersebut? 3. Evaluasi terhadap Aspek-aspek yang Menentukan Berhasilnya Seluruh Proyek. Disini perlu diidentifikasikan faktor-faktor kunci keberhasilan usaha semacam ini. 4. Sarana yang Diperlukan oleh Proyek. Menyangkut bukan hanya kebutuhan seperti : material, tenaga kerja, dan sebagainya, tetapi termasuk juga fasilitas-fasilitas pendukung seperti : jalan raya, transportasi dan sebagainya.
21
5. Hasil Kegiatan Proyek tersebut, serta Biaya-biaya yang harus ditanggung untuk memperoleh hasil tersebut. 6. Akibat-akibat yang Bermanfaat maupun yang tidak dari adanya proyek tersebut. Hal ini sering disebut juga sebagai manfaat dan pengorbanan ekonomis dan sosial. 7. Langkah-langkah rencana untuk mendirikan proyek, beserta jadwal dari masing-masing kegiatan tersebut, sampai dengan proyek investasi siap berjalan. 3.1.3.1. Aspek Pasar Aspek pasar menempati prioritas pertama dan utama dari studi kelayakan proyek. Banyak dijumpai kegagalan proyek karena tidak tersedianya pasar potensial yang cukup terutama di negara sedang berkembang, karena itu perlu dipahami beberapa karakteristik pasar di negara sedang berkembang. Beberapa pertanyaan dasar yang perlu dipahami dari aspek pasar adalah berapa market potensial yang tersedia dan berapa bagian daripadanya yang dapat diraih oleh proyek yang diusulkan serta strategi pemasaran yang direncanakan untuk memperebutkan konsumen. Kedudukan produk, jangka waktu proyek dan daerah pemasaran merupakan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap jawaban yang diberikan terhadap pertanyaan-pertanyaan utama tersebut. Menurut Husnan & Suwarsono (1999), pasar potensial adalah keseluruhan jumlah produk atau sekelompok produk yang mungkin dapat dijual dalam pasar tertentu dalam satu periode tertentu di bawah pengaruh suatu kondisi tertentu meliputi variabel yang dapat dikontrol oleh calon investor yakni marketing mix
22
dan kemampuan manajemen lainnya serta variabel yang tidak dapat dikontrol oleh calon investor, yakni kondisi perekonomian pada umumnya, kondisi industri. Sedangkan pengertian sales potensial adalah proporsi (sebahagian) dari keseluruhan pasar potensial yang diharapkan dapat diraih oleh proyek yang bersangkutan. Pengertian lainnya, pasar potensial dapat diartikan dengan permintaan industri jika marketing efforts yang dilakukan oleh perusahaan dalam industri tersebut mencapai titik optimal, dan sales potensial adalah permintaan perusahaan tertentu di bawah marketing efforts yang dilakukan atau sering juga disebut market share perusahaan. Secara skematis dapat dilihat pada Gambar 2.
Pasar Potensial
Pasar Potensial
(denganasumsi tertentu)
Permintaan Industri
Peramalan Pasar Potensial
Marketing Efforts Industi
Total Marketing Efforts Industri
Gambar 2. Skema Pengertian Pasar Potensial dan Permintaan Industri. Sumber : Husnan & Suwarsono (1999)
3.1.3.2. Aspek Teknis dan Manajemen Aspek Teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan proyek secara teknis dan pengoperasiannya setelah proyek tersebut selesai dibangun. Berdasarkan analisa ini pula dapat diketahui rancangan awal
23
penaksiran biaya investasi termasuk biaya eksploitasinya. Menurut Husnan & Suwarsono (1999), terdapat beberapa pertanyaan utama yang perlu mendapatkan jawaban dari aspek teknis ini adalah : a. Lokasi Proyek, yakni dimana suatu proyek akan didirikan baik untuk pertimbangan lokasi dan lahan pabrik maupun lokasi bukan pabrik. b. Seberapa besar skala operasi/luas produksi ditetapkan untuk mencapai suatu tingkatan skala ekonomis. c. Kriteria pemilihan mesin dan equipment utama serta alat pembantu mesin dan equipment. d. Bagaimana proses produksi dilakukan dan layout pabrik yang dipilih, termasuk juga layout bangunan dan fasilitas lain. e. Apakah jenis teknologi yang diusulkan cukup tepat, termasuk didalamnya perimbangan variabel sosial. Beberapa variabel yang perlu diperhatikan untuk pemilihan lokasi proyek dibedakan dalam dua golongan besar, yaitu variabel utama (primer) dan variabel sekunder. Variabel primer tersebut antara lain adalah ketersediaan bahan mentah, letak pasar yang dituju, tenaga listrik dan air, supply tenaga kerja dan fasilitas transportasi. Sedangkan variabel sekunder antara lain adalah hukum dan peraturan yang berlaku di Indonesia maupun di tingkat lokasi pada rencana lokasi, iklim (keadaan tanah), sikap dari masyarakat setempat (adat-istiadat), dan rencana masa depan perusahaan dalam kaitannya untuk perluasan usaha. Luas produksi adalah jumlah produk yang seharusnya diproduksi untuk mencapai keuntungan yang optimal. Beberapa factor yang perlu diperhatikan dalam penentuan luas produksi ini adalah batasan permintaan (market share),
24
tersedianya kapasitas mesin-mesin yang dibatasi oleh kapasitas teknis atau kapasitas ekonomis, jumlah dan kemampuan tenaga kerja pengelola proses produksi, kemampuan finansial dan manajemen, serta kemungkinan adanya perubahan teknologi produksi di masa yang akan dating. Layout merupakan keseluruhan proses penentuan bentuk dan penempatan fasilitas-fasilitas yang dimiliki suatu perusahaan. Kriteria yang dapat digunakan untuk evaluasi layout pabrik antara lain adalah adanya konsistensi dengan teknologi produksi, adanya arus produk dalam proses yang lancer dari proses yang satu ke proses lainnya, penggunaan ruangan yang optimal, terdapat kemungkinan untuk dengan mudah melakukan penyesuaian maupun untuk ekspansi, dan meminimisasi biaya produksi dan memberikan jaminan yang cukup untuk keselamatan tenaga kerja. Sedangkan kriteria untuk pemilihan jenis teknologi dan equipment antara lain adalah ketepatan jenis teknologi yang dipilih dengan bahan mentah yang digunakan, keberhasilan penggunaan jenis teknologi tersebut di tempat lain yang memiliki ciri-ciri yang mendekati dengan lokasi proyek, kemampuan pengetahuan penduduk (tenaga kerja) setempat dan kemungkinan pengembangannya, serta pertimbangan kemungkinan adanya teknologi lanjutan sebagai salinan teknologi yang akan dipilih sebagai akibat keusangan. Aspek manajemen terkait dengan sumber daya manusia yang tersedia untuk dapat menjalankan usaha/proyek yang akan didirikan. Hal ini terkait dengan jumlah karyawan yang dibutuhkan, kemampuan manajerial dan keahlian yang dibutuhkan untuk menjalankan operasional dari pendirian proyek yang akan dilaksanakan.
25
3.1.3.3. Aspek Keuangan Aspek keuangan (finansial) menbahas hal-hal yang menyangkut dengan perkiraan biaya investasi, perkiraan biaya operasional dan pemeliharaan, kebutuhan modal kerja, sumber pembiayaan, perkiraan pendapatan dan perhitungan kriteria investasi. Masih menurut Husnan & Suwarsono (1999). Aktiva tetap yang diperlukan untuk investasi bisa diklasifikasikan sebagai berikut: a. Aktiva Tetap Berwujud, yang antara lain terdiri dari tanah dan pengembangan lokasi, bangunan dan perlengkapannya, pabrik dan mesinmesin, dan aktiva tetap lainnya seperti meubelair, perlengkapan kantor dan sebagainya. b. Aktiva Tetap Tidak Berwujud, yang antara lain terdiri dari Aktiva Tidak Berwujud seperti patent, dan lisensi. Selain itu terdapat biaya sebelum operasi, seperti biaya perekrutan tenaga kerja, biaya latihan, beban bunga, dan sebagainya. Pelaksanaan dari semua proyek diperlukan dana yang cukup besar, diantaranya sumber dana yang tersedia dapat berasal dari sebagai berikut : a. Modal sendiri yang disetor oleh pemilik perusahaan. b. Saham biasa atau saham luar biasa (yang juga merupakan modal sendiri) yang diperoleh dari emisi (penerbitan) saham di pasar modal. c. Oblogasi yang diterbitkan oleh perusahaan dan dijual di pasar modal. d. Kredit Bank, baik itu kredit investasi maupun kredit modal kerja. e. Leasing (Sewa Guna) dari lembaga keuangan non-bank, dan f. Project Finance, yaitu merupakan bentuk kredit yang pembayarannya didasarkan atas kemampuan proyek tersebut melunasi kewajiban
26
finansialnya, dimana perusahaan yang mensponsori proyek tersebut tidak akan diminta melunasi kewajiban financial dari proyek tersebut apabila terjadi gangguan cashflow dari proyek tersebut. Penilaian kelayakan usaha secara finansial menggunakan analisis finansial. Analisis finansial menggunakan empat kriteria untuk menguji kelayakan usaha yaitu : 1. Nilai Bersih Sekarang (Net Present Value = NPV) Net Present Value merupakan nilai sekarang dari selisih antara penerimaan dan biaya pada tingkat diskonto tertentu. Net Present Value menunjukkan keuntungan yang akan diperoleh selama umur investasi, merupakan jumlah nilai penerimaan arus tunai pada waktu sekarang dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan selama waktu waktu tertentu. Dengan kata lain, NPV menghitung keuntungan yang diperoleh berdasarkan nilai uang sekarang (Siegel,1993). Penggunaan kriteria NPV ditujukan untuk mengetahui gambaran nilai bersih suatu proyek. Suatu bisnis dikatakan layak bila NPV lebih besar dari nol dan semakin besar NPV menunjukkan semakin layak bisnis tersebut untuk dilaksanakan. Sebaliknya apabila NPV di bawah nol, maka menunjukkan bisnis tidak layak untuk diusahakan karena kegiatan usaha tersebut tidak menguntungkan. 2. Perbandingan Manfaat dan Biaya (Net Benefit Cost Ratio = Net B/C Ratio) Net B/C Ratio merupakan perbandingan antara jumlah NPV positif (sebagai pembilang) dengan NPV yang negative (sebagai penyebut). Angka ini menunjukkan tingkat besarnya tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu satuan (Husnan & Suwarsono,1999). Kriteria investasi Net B/C digunakan untuk mengetahui sampai sejauh mana manfaat yang diterima oleh
27
bisnis dapat menutup seluruh biaya yang dikeluarkan dan mempunyai modal lagi bagi kelanjutannya. Suatu bisnis dikatakan layak berdasarkan kriteria investasi ini, apabila nilai Net B/C > 1. Sebaliknya, nilai Net B/C <1, menunjukkan bahwa manfaat yang diperoleh adalah lebih kecil daripada biaya yang dikeluarkan. Net B/C = 1 berarti besarnya manfaat yang diperoleh adalah sama besarnya dengan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan manfaat tersebut. 3. Tingkat Hasil Pengembalian Internal (Internal Rate of Return = IRR) IRR menunjukkan persentase keuntungan yang akan diperoleh atau investasi bersih dari suatu usaha, atau tingkat diskonto yang dapat membuat arus penerimaan bersih sekarang dari investasi (NPV) sama dengan nol atau dengan kata lain merupakan tingkat diskonto pada saat NPV sama dengan nol. Perhitungan IRR dimaksudkan untuk mengetahui nilai tingkat suku bunga social yang membuat NPV proyek sama dengan nol. Tingkat suku bunga tersebut adalah tingkat suku bunga maksimum apabila modal yang digunakan didepositokan ke bank. Adapun pembanding yang digunakan untuk mengukur kelayakan berdasarkan IRR adalah tingkat suku bunga yang telah ditentukan. Suatu bisnis dikatakan layak bila dapat memberikan nilai IRR yang lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku. Sebaliknya suatu bisnis dinyatakan tidak layak bila nilai IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku. 4. Masa Pengembalian Investasi (Payback Periode = PBP) PBP merupakan kriteria tambahan dalam analisis kelayakan untuk melihat periode waktu yang diperlukan dalam melunasi seluruh pengeluaran investasi. Kriteria Payback Periode digunakan untuk mengetahui tingkat kecepatan modal investasi yang dikeluarkan dapat kembali. Semakin cepat modal dapat kembali,
28
semakin baik untuk membiayai kegiatan lain. Dalam kriteria ini, suatu bisnis dikatakan layak apabila bisnis tersebut dapat mengembalikan modal sebelum berakhirnya umur proyek tersebut. Sebaliknya, suatu bisnis dikatakan tidak layak jika bisnis tersebut tidak dapat mengembalikan modal sampai saat proyek berakhir.
NPV (Rp) (Rp) (Rp) IRR 0
6
7
8
10
i (rate %)
Gambar 3. Kurva NPV dan IRR
Sumber : Gittinger (1986)
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional Potensi agribisnis yang dimiliki oleh suatu daerah yang cukup baik, mendorong adanya rencana untuk perluasan pelayanan dengan pendirian kantor cabang. Untuk mewujudkan rencana pendirian kantor cabang memerlukan pertimbangan dan perencanaan yang baik, salah satunya dengan melakukan studi kelayakan usaha. Studi kelayakan usaha yang akan dilakukan meliputi beberapa aspek yang akan dikembangkan yaitu, aspek pasar, aspek teknis dan aspek keuangan. Ketiga aspek ini berperan sama penting. Hasil yang diperoleh dari penelusuran aspek-aspek tersebut dapat menghasilkan keputusan bahwa proyek pengembangan pendirian Kantor Cabang Pembantu di Kabupaten Purwakarta oleh
29
Bank Bukopin Cabang Karawang layak untuk dilaksanakan atau tidak. Secara skematis dapat dilihat pada Gambar 4.
Potensi Agribisnis Kab.Purwakarta
Rencana Pendirian Kantor Cabang Pembantu PT. Bank Bukopin Cab. Karawang
Studi Kelayakan
Aspek Pasar : - Dana Masyarakat Pasar : - Pasar Potensial Penyaluran Kredit
Aspek Teknis & Manajemen - Lokasi Strategis - Bangunan - Teknologi - SDM
Aspek Keuangan : - Modal - Keuntungan, analisis NPV, IRR, Net B/C dan PP
Pendirian Kantor Cabang Pembantu
Layak didirikan
Tidak Layak didirikan
Gambar 4. Bagan Kerangka Pemikiran
30
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di PT. Bank Bukopin, Tbk Cabang Karawang yang berlokasi pada Jalan Ahmad Yani No.92 Kabupaten Karawang, Jawa Barat dan Kabupaten Purwakarta yang terdiri dari 17 Kecamatan. Lokasi pendirian Kantor Cabang Pembantu yang akan didirikan berada di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dikarenakan PT. Bank Bukopin, Tbk Cabang Karawang di dalam tahun anggarannya akan melaksanakan proyek pendirian satu unit kantor cabang pembantu. Penelitian dilakukan selama 2 bulan periode (Desember 2008 sampai dengan Februari 2009). 4.2. Metode Pengambilan Data Pemilihan responden dilakukan dengan sistem sample non-probabilitas / non acak. Hal ini dikarenakan karena pengambilan data dilakukan secara sengaja yaitu dengan sudah menentukan responden yang akan dimintai data / keterangan secara struktural pengambil keputusan ialah pihak manajemen perusahaan Bank Bukopin Cabang Karawang dan data dari 17 Kantor Kecamatan yang ada di Kabupaten Purwakarta yang berasal dari dinas industri. 4.3. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Data primer diperoleh dari observasi yaitu pengumpulan informasi atau data-data dengan cara mengamati, mencatat, dan wawancara langsung terhadap pihak-pihak yang terkait di dalam perusahaan maupun dari pihak ekstern. Adapun pihak-pihak intern yang
31
terkait seperti Pimpinan Cabang Karawang, Ketua Tim anggaran Cabang Karawang, dan PO (Project Officer). Mereka merupakan orang-orang yang berkepentingan di dalam penentuan kebijakan untuk menjalankan perencanaan proyek pendirian kantor cabang pembantu tersebut dan pihak ekstern yang terkait adalah pihak kecamatan yang berada di Kabupaten Purwakarta. Data primer selanjutnya digunakan untuk menganalisis berbagai aspek yang diperlukan sebagai bahan pertimbangan untuk pendirian satu kantor cabang pembantu. Data sekunder diperoleh dari laporan-laporan perusahaan, dan literatur-literatur yang relevan. 4.4. Pengolahan dan Analisis Data 4.4.1. Analisis Data Potensi Bisnis Pendataan dilakukan untuk mengetahui seberapa besar potensi bisnis berdasarkan sistem agribisnis di Kabupaten Purwakarta dilakukan dengan pengumpulan data dari keberadaan konsumen (pemain pasar) baik dari pemain sektor industri, agribisnis, perdagangan, jasa maupun konsumtif perorangan. Data diperoleh dari dinas-dinas industri terkait per kecamatan yang berada di Kabupaten Purwakarta. 4.4.2. Analisis Aspek Teknis Metode Kualitatif Penilaian Alternatif Lokasi dapat digunakan dapat menentukan lokasi pendirian kantor Cabang Pembantu. Metode ini mendasarkan pada penilaian oleh tim yang dibentuk khusus untuk mempertimbangkan faktorfaktor berbagai alternatif lokasi yang tersedia. Penilaian ini biasanya bersifat subjektif, tetapi diharapkan dengan pemilihan yang dilakukan oleh tim, maka
32
dapat mengurangi kesubjektifan suatu lokasi. Penentuan faktor-faktor apa saja yang diperhatikan dalam penentuan lokasi memiliki bobot kepentingan masingmasing. Pengumpulan nilai tertinggi merupakan lokasi yang terpilih. Faktor-faktor yang diperhatikan terdiri dari ketersediaan tenaga kerja, biaya pendirian bangunan, dan fasilitas transportasi dan diberikan nilai kepentingannya. Masing-masing faktor diberikan bobot berdasarkan nilai kepentingan dalam pemilihan lokasi tersebut. Hasil yang tertinggi dari perkalian nilai kepentingan dan bobot merupakan hasil dari pendapat tim dan dapat menentukan lokasi yang akan dipilih. Metode lain yang dilakukan dalam menganalisa aspek teknis terkait dengan biaya dan pendapatan yang akan diperoleh. Hal ini dapat digunakan pendekatan Break Even Point (BEP). Memperhitungkan biaya yang dikeluarkan dalam pendirian kantor baru dan menghasilkan laba dalam kurun waktu tertentu. Pembuatan aliran keuangan (cashflow) merupakan salah satu cara untuk mengetahui perkiraan BEP yang akan diperoleh. 4.4.3. Analisis Keuangan Analisis finansial menggunakan empat kriteria untuk menguji kelayakan usaha yaitu : 1. Nilai Bersih Sekarang (Net Present Value = NPV) Secara sistematis dirumuskan sebagai berikut : n
NPV = ∑ t=1
Bt-Ct (1+i)t
Keterangan : Bt = Penerimaan yang diperoleh pada tahun ke-t (benefit tahunan)
33
Ct = Biaya yang dikeluarkan pada tahun ke-t (biaya tahunan) i = Tingkat diskonto/suku bunga (persen,discount rate) t = Umur proyek/usaha (tahun, 1,2,3,…n) n = Jumlah tahun. Kriteria kelayakan investasi berdasarkan nilai NPV adalah sebagai berikut : a. NPV > 0, maka usaha layak dilaksanakan. b. NPV = 0, manfaat yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya yang dikeluarkan sehingga pelaksanaan usaha berdasarkan penilaian subyektif pengambil keputusan (usaha mengembalikan sama besar dengan nilai uang yang ditanamkan). c. NPV < 0, maka usaha lebih baik untuk tidak dilaksanakan. 2. Perbandingan Manfaat dan Biaya (Net Benefit Cost Ratio = Net B/C Ratio) n
∑ Bt – Ct Net B/C =
t=1
(1+i)t
n
∑ Bt – Ct t=1
t
(1+i)
dimana untuk Bt – Ct > 0
dimana untuk Bt – Ct < 0
Keterangan : Bt = Penerimaan yang diperoleh pada tahun ke-t Ct = Biaya yang dikeluarkan pada tahun ke-t i = Tingkat diskonto/suku bunga (persen) t = Umur proyek/usaha (tahun) n = Jumlah tahun. Kriteria kelayakan investasi berdasarkan nilai Net B/C Ratio adalah jika diperoleh nilai Net B/C Ratio > 1, maka usaha layak untuk dilaksanakan. Sedangkan usaha tidak layak untuk dilaksanakan jika nilai Net B/C Ratio < 1 (Husnan & Suwarsono, 1999).
34
3. Tingkat Hasil Pengembalian Internal (Internal Rate of Return = IRR) Secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut :
IRR = i1 +
NPV1 NPV2 – NPV1
x (i2 – i1)
Keterangan : i1 = Tingkat diskonto yang menghasilkan NPV yang bernilai positif = Tingkat diskonto yang menghasilkan NPV yang bernilai negatif i2 NPV1 = Nilai bersih sekarang yang bernilai positif NPV2 = Nilai bersih sekarang yang bernilai negatif. Jika diperoleh nilai IRR lebih besar dari tingkat diskonto yang berlaku, maka usaha layak untuk dilaksanakan. Sebaliknya, jika nilai IRR lebih kecil dari tingkat diskonto yang berlaku, maka usaha tesebut tidak layak untuk dilaksanakan (Siegel,1993). 4. Masa Pengembalian Investasi (Payback Periode = PBP) Secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut : Payback Periode = Investasi Pendapatan Bersih per tahun
35
V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran PT. Bank Bukopin, Tbk 5.1.1. Sejarah Berdirinya Bank Bukopin Bank Bukopin pada awalnya didirikan dengan bentuk badan hukum koperasi oleh delapan Induk Koperasi Indonesia pada tanggal 10 Juli 1970 dengan nama Bank Umum Koperasi Indonesia dan disingkat menjadi BUKOPIN di Jakarta. Delapan koperasi tersebut terdiri dari Induk Koperasi Angkatan Laut (INKOPAL), Induk Koperasi Angkatan Udara (INKOPAU), Induk Koperasi Angkatan Darat (INKOPAD), Induk Koperasi Kepolisian Republik Indonesia (INKOPPOL), Induk Koperasi Karyawan Indonesia (INKOPKAR), Induk Koperasi Unit Desa (INKUD), Induk Koperasi Veteran Republik Indonesia (INKOVERI), dan Gabungan Koperasi Batik Indonesia (GKBI). Pada tahun 1989 untuk lebih mempertegas keberadaan BUKOPIN sebagai sebuah bank, maka sebutan BUKOPIN diubah menjadi Bank Bukopin dengan misi utamanya adalah mengembangkan koperasi dan usaha kecil. Perkembangan jaman membuat Bank Bukopin terus berkembang. Seiring dengan bertambahnya struktur permodalan Bank Bukopin yang semakin kokoh, Bank Bukopin mengubah status badan hukumnya dari koperasi menjadi Perseroan Terbatas (P.T.) melalui surat keputusan Menteri Kehakiman tanggal 29 juni 1993. Walaupun badan hukum Bank Bukopin sudah berubah menjadi P.T., namun komitmen bank ini untuk mengembangkan koperasi dan usaha kecil tidak pernah berubah. Peningkatan pelayanan terus dikembangkan dan agar Bank Bukopin dapat ikut serta dalam kegiatan pasar internasional, Bank Bukopin mendapatkan
36
ijin dari Bank Indonesia melalui surat tertanggal 5 Desember 1996 sebagai Bank Devisa yang efektif beroperasi per tanggal 1 Januari 1997. Bank Bukopin pada 28 Mei 1998 termasuk ke dalam salah satu dari sembilan bank yang mengikuti program rekapitalisasi. Prestasi Bank Bukopin yang membanggakan adalah dapat melakukan penurunan kebutuhan dana rekapitalisasi yang diterbitkan oleh auditor internasional dan dinyatakan sehat oleh Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) sehingga sebagai bank pertama yang keluar dari program rekapitalisasi dan berhasil menyelesaikan kredit bermasalahnya pada tahun 2001. Bank Bukopin terus berkembang dan dengan semakin kokohnya strukur permodalan yang dimiliki, Bank Bukopin pada bulan Juli 2006 melaksanakan Initial Public Offering (IPO) sehingga menjadi sebuah perseroan terbatas terbuka (go public) yang sekarang dikenal dengan nama PT. Bank Bukopin, Tbk. Kantor pertama Bank Bukopin adalah sebuah kantor kecil di Jalan Kramat Raya No.27 Jakarta, dan saat ini Bank Bukopin tumbuh menjadi 280 kantor yang tersebar di 22 provinsi di seluruh Indonesia yang terhubung secara real time on line. Bank Bukopin juga telah membangun jaringan micro banking yang diberi nama Swamitra yang sudah berdiri sebanyak 543 kantor (outlet), sebagai wujud program kemitraan dengan koperasi dan lembaga keuangan mikro. 5.1.2. Gambaran Umum PT. Bank Bukopin,Tbk Cabang Karawang PT. Bank Bukopin, Tbk Cabang Karawang berdiri sebagai kantor cabang ke-23 pada tanggal 27 Desember 1997 yang berlokasi di Teluk Jambe, Karawang dengan menyewa tempat pada Koperasi Perum Peruri. Pada bulan Maret 2000, PT. Bank Bukopin, Tbk Cabang Karawang dapat membangun dan memiliki 37
sebuah gedung sendiri yang terletak di tengah kota Karawang. Cabang ini terus berkembang, sehingga sampai saat ini sudah memiliki tiga buah kantor yang terdiri dari satu kantor cabang utama dan dua kantor kas. PT. Bank Bukopin, Tbk Cabang Karawang memiliki karyawan sebanyak 66 orang dengan rincian 19 orang karyawan bisnis (marketing funding & lending), 10 orang karyawan frontliner (Customer Service dan Teller), tiga orang karyawan backoffice, 10 orang karyawan support, 11 orang karyawan security dan sembilan orang karyawan pengemudi. PT. Bank Bukopin, Tbk Cabang Karawang memiliki asset aktiva sebesar Rp. 228,2 Milyar pada tahun 2008 dan Rp.187,8 Milyar pada tahun 2007, sehingga mengalami pertumbuhan sebesar Rp. 40,4 Milyar. Sedangkan dalam penyaluran kredit, PT. Bank Bukopin, Tbk Cabang Karawang pada tahun 2008 sebesar Rp. 104,2 Milyar dan tahun 2007 sebesar Rp. 86.9 Milyar, mengalami pertumbuhan sebesar Rp. 17,3 Milyar dan untuk perolehan laba pada tahun 2008 sebesar Rp.3,7 Milyar, mengalami pertumbuhan sebesar Rp.900 juta dari tahun 2007. Pengumpulan dana masyarakat mengalami peningkatan pada tahun 2008 sebesar Rp.21,7 Milyar dari tahun 2007 sebesar Rp.170,6 Milyar. 5.1.3. Visi dan Misi Perusahaan PT. Bank Bukopin, Tbk yang memiliki tiga pilar bisnis yaitu segmen usaha menengah, kecil, mikro dan koperasi (UMKMK), segmen komersil dan konsumer memiliki visi dan misi yang tetap konsisten dari awal pendiriannya. Adapun visi dari PT. Bank Bukopin, Tbk adalah menjadi bank yang terpercaya dalam pelayanan jasa keuangan. Visi yang dimiliki berkesinambungan dengan ketiga misi yang dijalankan oleh PT. Bank Bukopin, Tbk. Misi tersebut adalah : 38
1. Memberikan pelayanan yang terbaik kepada nasabah. 2. Turut berperan dalam pengembangan usaha menengah, kecil, mikro dan koperasi. 3. Serta meningkatkan nilai tambah investasi pemegang saham dan kesejahteraan karyawan. 5.1.4. Budaya Perusahaan Budaya perusahaan merupakan suatu cerminan aturan perilaku yang umum disebut dengan kode etik. PT. Bank Bukopin, Tbk didalam menjalankan kegiatan usahanya serta menimbang alam bisnis yang dijalankan erat dengan unsur Trust (kepercayaan), maka sebagai suatu organisasi PT. Bank Bukopin, Tbk dituntut untuk memiliki suatu aturan yang mengikat seluruh jajarannya dalam bertindak sesuai dengan standar tertinggi dalam integritas profesional dan personal di seluruh aspek kegiatan perusahaan, serta mematuhi seluruh undangundang, tata tertib, peraturan dan kebijakan perusahaan. Berkenaan dengan hal tersebut, PT. Bank Bukopin, Tbk telah mengembangkan nilai-nilai dasar yang menjadi inti dari pengembangan budaya perusahaan PT. Bank Bukopin, Tbk yang mencakup lima budaya perusahaan sebagai berikut : 1. Fokus pada nasabah. Memahami, mengembangkan, melayani, dan memenuhi kebutuhan serta keinginan bagi pihak yang membutuhkan, baik internal maupun eksternal. 2. Kerjasama. Saling membantu, melakukan koordinasi dan bekerjasama sehingga menghasilkan sinergi positif. 3. Disiplin. Mematuhi setiap peraturan, ketentuan dan memenuhi komitmen baik internal maupun eksternal. 39
4. Kompetensi.
Memiliki
pengetahuan,
ketrampilan,
wawasan
dan
pengalaman dalam bidang tugasnya serta senantiasa meningkatkannya. 5. Integritas. Memiliki, menjunjung tinggi, dan menjalankan nilai-nilai kejujuran,
ketulusan,
menghindari
benturan
kepentingan
dan
penyalahgunaan kewenangan. 5.1.5. Struktur Organisasi Kelancaran dan kontinuitas suatu perusahaan merupakan hal penting dan menjadi tujuan utama setiap perusahaan. Hal ini ditunjang dengan adanya struktur organisasi yang handal. Struktur organisasi mempunyai wewenang pada setiap perusahaan untuk melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya, juga mengatur sistem dan hubungan struktural antar fungsi atau orang-orang dalam hubungan satu dengan lainnya pada pelaksanaan fungsi mereka. Sejak pertama kali berdiri sampai sekarang, PT. Bank Bukopin, Tbk telah mengalami beberapa reorganisasi. Struktur organisasi yang berlaku saat ini adalah berdasarkan Surat Keputusan Direksi No.029/SKEP/DIR/II/08 tanggal 1 Februari 2008. Berdasarkan surat keputusan tersebut, PT. Bank Bukopin, Tbk memiliki hierarki dalam struktur organisasi adalah sebagai berikut : 1. Rapat Umum Pemegang Saham Rapat Umum Pemegang Saham dilakukan rutin satu tahun sekali yang dilaksanakan pada pertengahan tahun setelah acara ulang tahun PT. Bank Bukopin, Tbk yaitu pada Bulan Juli. Agenda rutin di dalam rapat umum pemegang saham adalah membahas kinerja PT. Bank Bukopin, Tbk setiap tahunnya. 2. Dewan Komisaris dan Dewan Pengawas Syariah 40
PT. Bank Bukopin, Tbk saat ini telah memiliki dua jenis pelayanan, yaitu konvensinal dan syariah. Dewan komisaris dan pengawas syariah berfungsi untuk mengawasi dan membimbing direktur utama dalam menjalankan pengoperasian PT. Bank Bukopin, Tbk. 3. Direktur Utama Direktur Utama membawahi enam direktur lain yang membawahi bidangnya masing-masing. Selain itu, direktur utama juga membawahi empat orang general manager yang bertanggung-jawab untuk wilayahwilayahnya. Setiap tahunnya, direktur utama mempertanggung-jawabkan hasil kinerjanya di dalam rapat umum pemegang saham. 4. Direktur Direktur terdiri dari enam orang yang menangani bidangnya masingmasing, yaitu direktur komersial, direktur usaha kecil menengah dan koperasi, direktur konsumer, direktur pelayanan dan distribusi, direktur keuangan dan perencanaan, dan direktur manajemen risiko, kepatuhan dan pengembangan SDM. 5. General Manager General Manager terbagi atas empat wilayah kerja, yaitu regional I, regional II, regional III dan regional IV. Wilayah ini dibagi dari wilayah Jawa Barat sebagai regional I, Sumatera & Kalimantan sebagai regional II, Jawa Tengah, Jawa Timur dan sebagian Sulawesi sebagai regional III, dan regional IV terdiri dari Bali, NTB, NTT dan Sulawesi. Keempat general manager memberikan pertanggung-jawaban utama kepada direktur utama
41
dan berkoordinasi dengan keenam direktur untuk menangani masalah sesuai bidangnya masing-masing. 6. Kepala Divisi atau Pemimpin Cabang Kepala divisi atau pemimpin cabang membawahi manajer dan koordinator setiap bagian. Kepala divisi berkedudukan di Jakarta (kantor pusat) sedangkan pemimpin cabang berkedudukan di setiap daerah yang memiliki kantor cabang utama. PT. Bank Bukopin, Tbk memiliki 32 kantor cabang utama yang tersebar di seluruh Indonesia. 7. Manajer Manajer di setiap cabang minimal terdiri dari dua bagian, manajer bisnis usaha kecil, mikro dan menengah serta manajer bisnis konsumer. Manajer membawahi minimal dua koordinator di setiap cabang yaitu koordinator account officer (AO) dan relationship officer (RO). 8. Koordinator Koordinator membawahi beberapa orang staf karyawan. Koordinator memimpin satu tim kecil yang berfungsi untuk lebih intensif memonitor dan mengkoordinir para staf yang dipimpinnya. 9. Staf Staf merupakan karyawan yang terdiri dari dua jenjang, yaitu clerical dan non clerical. Saat ini jumlah karyawan dari PT. Bank Bukopin, Tbk sebanyak kurang lebih 4.000 orang yang tersebar di seluruh cabang di Indonesia. Struktur organisasi PT. Bank Bukopin, Tbk secara bagan dapat dilihat pada Lampiran 1.
42
PT. Bank Bukopin, Tbk Cabang Karawang merupakan cabang utama kelas C. Pembagian kelas didasarkan atas jumlah kepemilikan asset. PT. Bank Bukopin, Tbk Cabang Karawang memiliki total asset sebesar Rp.228.228.753.870,07,- pada posisi akhir tahun 2008. Adapun struktur organisasi PT. Bank Bukopin, Tbk Cabang Karawang secara bagan dapat dilihat pada Lampiran 2. 5.1.6. Produk Setiap bank memiliki jenis produk yang beragam disesuaikan dengan kebutuhan dan segmentasinya masing-masing. PT. Bank Bukopin, Tbk memiliki dua bagian produk, yaitu produk dana (funding) dan produk kredit (lending). 5.1.6.1. Produk Dana (Funding) PT. Bank Bukopin, Tbk termasuk salah satu bank yang memiliki produk dana dengan jenis yang beragam dan lengkap sesuai dengan manfaatnya masingmasing. Adapun jenis-jenis dari produk dana PT. Bank Bukopin, Tbk sebagai berikut : 1.
Tabungan, adalah simpanan dalam mata uang rupiah dan mata uang asing, yang mana dapat dilakukan penyetoran dan penarikan kapan saja sesuai dengan syarat-syarat yang telah disepakati dengan bank. PT. Bank Bukopin, Tbk memiliki beberapa jenis tabungan dengan fungsi yang berbeda disesuaikan dengan peruntukannya masing-masing. Jenis tabungan tersebut sebagai berikut : a. Tabungan SiAga Bukopin Tabungan yang dapat dimiliki oleh perorangan, mendapatkan kartu ATM, fasilitas e-banking, pembayaran listrik, telepon, dan jasa layanan lainnya.
43
b. Tabungan SiAga Bukopin Bisnis Badan Usaha Tabungan yang dapat dimiliki oleh badan usaha berupa persero komanditer, perseroan terbatas dan koperasi dimana yang berhak menandatangi buku tabungan bisa lebih dari satu orang, rincian transaksi tercetak pada buku tabungan, mendapatkan kartu ATM, fasilitas ebanking, pembayaran tagihan listrik, telepon, dan jasa layanan lainnya. c. Tabungan SiAga Bukopin Bisnis Tabungan yang dapat dimiliki oleh perorangan dimana yang berhak menandatangi buku tabungan bisa lebih dari satu orang, rincian transaksi tercetak pada buku tabungan, mendapatkan kartu ATM, fasilitas ebanking, pembayaran tagihan listrik, telepon, dan jasa layanan lainnya. d. Tabungan Bukopin Premium Tabungan yang dapat dimiliki oleh perorangan dimana diperuntukkan bagi pengusaha yang melakukan transaksi per harinya dan mendapatkan bunga yang maksimal setara dengan deposito, mendapatkan kartu ATM, fasilitas e-banking, pembayaran tagihan listrik, telepon, dan jasa layanan lainnya. e. Tabungan Haji Tabungan yang dapat dimiliki oleh perorangan dimana dana yang disimpan diperuntukkan bagi pemberangkatan ibadah haji/umroh, tidak dibebankan biaya administrasi per bulan dan tidak mendapat bunga, tidak dapat dilakukan penarikan setiap saat. Kelebihan lainnya, PT. Bank Bukopin, Tbk memberikan bantuan dana talangan haji untuk pendaftaran pemberangkatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
44
f. Tabungan Sikosi Tabungan yang khusus diperuntukkan bagi badan hukum koperasi. Fungsi lainnya sama dengan jenis tabungan lainnya. g. Tabungan Rencana Tabungan
rencana
diperuntukkan
bagi
perorangan
yang
ingin
menginvestasikan dana sesuai dengan perjanjian jangka waktu yang disepakati dengan bank. Tabungan rencana bukopin terbagi atas dua jenis, yaitu tabungan rencana multiguna dan tabungan rencana pendidikan. Sesuai dengan namanya tabungan rencana multiguna dapat diatur jangka waktunya dari satu tahun sampai dengan 18 tahun dan dana dapat dipergunakan untuk apa saja dimana dana dapat diambil sesuai dengan jangka waktu yang disepakati, sedangkan tabungan rencana pendidikan diperuntukkan bagi perorangan untuk menyimpan dana bagi keperluan sekolah / pendidikan anak, jangka waktu penarikan disesuaikan dengan usia anak. 2.
Giro, adalah simpanan dalam mata uang rupiah atau mata uang lainnya yang dapat digunakan sebagai sarana pembayaran dan penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek atau sarana perintah pembayaran lainnya.
3.
Deposito, adalah Simpanan dalam mata uang rupiah atau mata uang lainnya yang pencairan dan pembayaran bunganya hanya dapat dilakukan pada saat jatuh tempo sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati sebelumnya. Bilamana deposito tersebut dicairkan sebelum tanggal jatuh tempo maka
45
akan dikenakan pinalti. PT. Bank Bukopin, Tbk memiliki beberapa jenis deposito sebagai berikut : a. Deposito Rupiah, merupakan deposito dalam bentuk mata uang rupiah, dapat dijadikan jaminan kredit, dan pembayaran bunga dapat disesuaikan dengan keinginan nasabah dengan cara menambah nominal deposito atau dibayarkan per bulannya sesuai jangka waktu yang disepakati satu, tiga, enam atau dua belas bulan. b. Deposito Merdeka, merupakan deposito dalam bentuk mata uang rupiah, bebas penalty, dapat dicairkan kapan saja, dapat dijadikan jaminan kredit, dan pembayaran bunga dapat disesuaikan dengan keinginan nasabah dengan cara menambah nominal deposito atau dibayarkan per bulannya sesuai jangka waktu yang disepakati satu, tiga, enam atau dua belas bulan. Produk ini merupakan salah satu produk unggulan dari PT. Bank Bukopin, Tbk. c. Deposito Dollar, merupakan deposito dalam bentuk mata uang selain rupiah, dapat dijadikan jaminan kredit, dan pembayaran bunga dapat disesuaikan dengan keinginan nasabah dengan cara menambah nominal deposito atau dibayarkan per bulannya sesuai jangka waktu yang disepakati satu, tiga, enam atau dua belas. d. Deposito On Call, merupakan deposito dalam bentuk mata uang rupiah atau mata uang asing, yang mana penempatan jangka waktunya hanya beberapa hari saja, tujuh hari atau empat belas hari. e. Deposito Investa, merupakan paket investasi antara deposito umum dengan reksadana, pendapatan tetap dari PT. Trimegah Sekuritas, Tbk.
46
5.1.6.2. Produk Kredit (Lending) PT. Bank Bukopin, Tbk membagi kreditnya ke dalam dua segmen, yaitu kredit usaha dan kredit konsumer. Kredit usaha berdasarkan penggunaannya terbagi menjadi dua jenis yaitu kredit investasi dan kredit modal kerja. Kredit Investasi merupakan kredit yang diberikan kepada debitur guna membiayai pengadaan aktiva tetap/sarana ataupun pembangunan suatu proyek yang dapat menunjang kelancaran usaha, mengolah/menghasilkan suatu barang atau jasa, dimana pengembalian kredit tersebut berasal dari operasionalisasi dan atau komersialisasi proyek tersebut. Sedangkan Kredit modal kerja merupakan kredit yang diberikan kepada debitur guna menunjang kegiatan operasional perusahaan untuk satu siklus usaha. Kredit usaha dari PT. Bank Bukopin, Tbk memiliki beragam jenis peruntukkan yang diatur dalam skim (aturan) tersendiri dimana dapat dibagi sebagai berikut : a.
Kredit Ketahanan Pangan (KKP), adalah kredit investasi atau modal kerja yang diberikan Bank Bukopin kepada petani, peternak, nelayan, petani ikan, kelompok (tani, peternak, nelayan dan petani ikan) dalam rangka : i.
Pembiayaan intensifikasi padi, jagung, kedelai, ubi kayu, dan ubi jalar.
ii. Pembiayaan pengembangan budidaya tanaman tebu. iii. Pembiayaan peternakan sapi potong, ayam buras dan itik. iv. Pembiayaan usaha penangkapan dan budidaya ikan. v.
Pembiayaan kepada koperasi dalam rangka pengadaan pangan berupa gabah, jagung dan kedelai.
47
Kredit ini bertujuan untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional dan peningkatan pendapatan petani, peternak, nelayan dan petani ikan melalui penyediaan kredit investasi dan atau modal kerja dengan tingkat suku bunga terjangkau. Sasaran produk ini adalah petani, peternak, nelayan, petani ikan yang bergabung dalam koperasi, kelompok tani atau perorangan. Ciri khas dari skim ini adalah adanya subsidi bunga pinjaman dari pemerintah. b.
Kredit Dana Penjaminan, dimana kredit ini merupakan kerjasama antara Bank Bukopin dan Kementerian UKKM. Sasarannya adalah UKM perorangan atau badan usaha, koperasi simpan pinjam, dan koperasi lainnya yang memiliki program unggulan/strategis. Besarnya pembiayaan maksimal Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah). Besarnya pemberian kredit sesuai dengan analisa Bank Bukopin dengan besar agunan minimal 35 persen dari plafond kredit yang
disetujui dan penjaminan sebesar 70 persen dari
plafond kreditnya. c.
Kredit Surat Utang 005, merupakan penyaluran kredit untuk usaha mikro, kecil dan menengah dengan sumber dana dari pemerintah dengan tingkat suku bunga yang disepakati antara pemerintah Republik Indonesia dengan PT. Bank Bukopin, Tbk. Rasio jaminan satu banding satu dengan plafond kreditnya.
d.
Kredit Kepemilikan Kendaraan untuk Usaha (KPKU), merupakan kredit yang
diberikan
kepada
perorangan
atau
badan
hukum
yang
direkomendasikan oleh dealer kendaraan untuk pembelian kendaraan yang diperuntukkan untuk usaha atau mendukung usaha yang bukan angkutan penumpang umum. Pembiayaan ini harus melalui dealer yang telah disetujui
48
oleh Bank Bukopin, dan dealer juga berfungsi sebagai avalis (penjamin) dan agunannya berupa kendaraan yang dibeli. e.
Kredit Usaha Rakyat (KUR), merupakan kredit yang diberikan kepada perorangan atau badan hukum untuk kredit investasi usaha ataupun modal kerjanya. Besaran kredit yang diberikan sampai dengan Rp.500.000.000,(lima ratus juta rupiah) dengan nilai rasio jaminan kurang dari 30 sampai 40 persen dan sisanya merupakan kerjasama PT. Bank Bukopin, Tbk dengan pihak penjaminan kredit yaitu PT. Askrindo.
f.
Kredit kepada Koperasi Karyawan untuk Anggota (K3A), merupakan kredit yang diberikan kepada koperasi karyawan dari suatu perusahaan atau pegawai negeri dengan metode pembayaran yang dipotong langsung dari gaji karyawan peminjam. Tujuan dari kredit ini untuk penggunaan kebutuhan konsumtif anggota koperasi karyawan. Adapun kredit konsumer terdiri dari Kredit Pemilikan Rumah (KPR),
Kredit Pemilikan Mobil (KPM), Kredit Serba Guna (KSG), Dana Talangan Haji, dan Kredit Jaminan Rumah (KPR refinancing). Kredit konsumer diperuntukkan hanya untuk perorangan dengan status pekerjaan sebagai karyawan dan atau pengusaha untuk keperluan konsumtifnya. 5.2. Gambaran Perekonomian Kabupaten Purwakarta 5.2.1. Keadaan Geografis Purwakarta Kabupaten Purwakarta merupakan bagian dari Wilayah Propinsi Jawa Barat yang terletak di antara 107°30’–107°40’ Bujur Timur dan 6°25’–6°45’ Lintang Selatan. Secara administratif, Kabupaten Purwakarta mempunyai batas wilayah sebagai berikut : 49
a. Bagian Barat dan sebagian wilayah Utara berbatasan dengan Kabupaten Karawang. b. Bagian Utara dan sebagian wilayah bagian Timur berbatasan dengan Kabupaten Subang. c. Bagian Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bandung. d. Bagian Barat Daya berbatasan dengan Kabupaten Cianjur. 2
Luas Wilayah Kabupaten Purwakarta tercatat 971,72 km atau sekitar 2,81 persen dari luas Wilayah Propinsi Jawa Barat. Sejak Januari 2001 Kabupaten Purwakarta mempunyai 17 Kecamatan dengan 192 desa/kelurahan. Jarak antar kecamatan bervariasi, dimana jarak terdekat sepanjang 4 km terdapat antara Kecamatan Sukatani dengan Kecamatan Plered. Sementara jarak terjauh adalah 60 km yang terdapat antara Kecamatan Bojong dengan Kecamatan Sukasari. Ditinjau dari aspek geografis, letak Kabupaten Purwakarta dapat dibagi atas beberapa wilayah, yaitu Bagian Utara, Barat, Selatan dan Timur. Wilayah Bagian Utara mencakup Kecamatan Campaka, Bungursari, Cibatu, Purwakarta, Babakancikao, Pasawahan, Pondoksalam, Wanayasa dan Kiarapedes dimana sebagian besar wilayahnya terletak pada ketinggian antara 25 – 500 m di atas permukaan laut (dpl). Wilayah Barat meliputi Kecamatan Jatiluhur dan Sukasari dimana bagian yang merupakan permukaan air Danau Ir. H. Juanda mempunyai ketinggian 107 m dpl, sedangkan tanah daratan di sekitarnya berada pada ketinggian sekitar 400 m dpl. Kabupaten Purwakarta Bagian Selatan dan Timur, wilayahnya meliputi Kecamatan Plered, Maniis, Tegalwaru, Sukatani, Darangdan dan Kecamatan Bojong, dengan ketinggian lebih dari 200 m dpl.
50
5.2.2. Demografi Purwakarta Kabupaten Purwakarta dengan luas wilayah sebesar 971,72 Km
2
2
mempunyai tingkat kepadatan penduduk 839 orang per Km , meningkat 2,19 persen dibandingkan tahun 2007. Kecamatan Purwakarta masih merupakan kecamatan yang memiliki kepadatan tertinggi dengan 5.989 orang per Km2, sedangkan Kecamatan Sukasari mempunyai kepadatan penduduk terendah yaitu 2
161 orang per Km . Sebagian besar penduduk Kabupaten Purwakarta (18,25 persen) tinggal di Kecamatan Purwakarta (BPS Kab. Purwakarta,2008). Hal ini disebabkan karena Kecamatan Purwakarta merupakan pusat kota dan pusat pemerintahan yang mempunyai banyak fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan masyarakat. Hasil Sensus Penduduk Tahun 2000 memberikan gambaran bahwa dalam kurun waktu sepuluh tahun (1990 – 2000), rata-rata laju pertumbuhan Penduduk Kabupaten Purwakarta adalah 2,28 persen per tahun. Berdasarkan hal tersebut, maka penduduk Kabupaten Purwakarta Tahun 2009 diproyeksikan menjadi 815.049 orang, terdiri dari 406.285 orang laki-laki dan 408.764 orang perempuan. Dilihat dari Komposisi Umur, ada sebanyak 26,96 persen penduduk berusia 0-14 tahun. Sedangkan penduduk usia 15-64 tahun mempunyai komposisi terbanyak yaitu 68,70 persen, dan sisanya 4,34 persen adalah penduduk usia 65 tahun ke atas. 5.2.3. Sosial Ekonomi Purwakarta Pada tahun 2008 jumlah pegawai negeri di Kabupaten Purwakarta secara keseluruhan mengalami peningkatan sebesar 14,76 persen jika dibandingkan
51
dengan keadaan tahun 2007. Untuk pegawai otonom terjadi kenaikan sebesar 18,24 persen. Jika ditelusuri lebih lanjut per golongan pegawai, pegawai negeri Golongan III mempunyai jumlah terbesar yaitu sebanyak 5.414 orang atau mencapai 62,53 persen. Sedangkan pegawai Golongan I hanya merupakan sebagian kecil, yaitu 86 orang atau sekitar 0,99 persen saja. Keadaan ini sejalan dengan kebijakan Pemerintah Daerah untuk senantiasa meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia di segala bidang. Perkembangan perekonomian Kabupaten Purwakarta pada tahun 2008 lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya, dengan struktur yang tidak mengalami banyak perubahan, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atau total nilai tambah bruto (NTB) yang dihitung atas dasar harga berlaku di Kabupaten Purwakarta mencapai Rp. 11,27 trilyun, atau mengalami peningkatan sebesar 16,21 persen dibandingkan tahun sebelumnya, yakni sebesar Rp. 9,69 trilyun. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 mengalami peningkatan sebesar 3,90 persen, yaitu dari Rp. 5,96 trilyun tahun 2007 naik menjadi Rp. 6,19 trilyun pada tahun 2008. Secara umum, pada tahun 2007 perekonomian Kabupaten Purwakarta mengalami pertumbuhan positif sebesar 3,90 persen. Sampai dengan tahun 2008 sektor industri pengolahan di Kabupaten Purwakarta mendominasi perekonomian dengan kontribusi yang diberikan lebih dari 40 persen yakni 46,90 persen. Pada tahun 2005, 2006 dan tahun 2007 menjadi 45,07 persen, 45,33 persen dan 46,56 persen. Kegiatan ekspor non migas yang merupakan salah satu andalan dalam mendatangkan devisa Negara, tahun ini mengalami peningkatan dari $188.971.936,48 US pada tahun 2006 menjadi $89.763.808,54. Nilai ekspor tertinggi tahun 2008 didapat dari Serat Rayon yang
52
mempunyai volume ekspor sebanyak 19.479.215,81 Kg dengan nilai produksi $60.080.255,21 US. Urutan kedua diperoleh dari Hino Vechiles dengan nilai produksinya mencapai $10.000.138,79 US. Diharapkan ekspor ini dapat dilaksanakan bukan saja oleh perusahaan-perusahaan besar, tetapi juga oleh industri kecil dan kerajinan rumah tangga yang banyak terdapat di Kabupaten Purwakarta. 5.2.4. Potensi Agribisnis Kabupaten Purwakarta 5.2.4.1. Sub Sistem Hulu Potensi agribisnis di bidang pengadaan sarana pertanian seperti bibit dan pupuk sebagian besar dikelola oleh koperasi-koperasi yang berada di daerah pertanian. Berdasarkan data dari BPS tahun 2008, jumlah koperasi yang tercatat sebanyak 20 unit. Daerah pertanian tersebar di beberapa kecamatan, diantaranya Kecamatan Darangdan, Kecamatan Tegalwaru, Kecamatan Maniis, Kecamatan Wanayasa, Kecamatan Bojong, dan Kecamatan Plered. Sampai dengan saat ini, PT. Bank Bukopin,Tbk Cabang Karawang belum ada memiliki satu nasabah pun untuk usaha agribisnis yang bergerak di bidang penyediaan prasarana pertanian. Hal ini dapat dijadikan potensi yang akan dikembangkan kemudian. Adapun produk yang dapat ditawarkan adalah penyaluran kredit untuk usaha tersebut, baik itu untuk simpan pinjam koperasi maupun modal kerjanya. 5.2.4.2. Sub Sistem Usahatani A. Pertanian Tanaman Pangan a. Padi dan Palawija Pada tahun 2008 produksi padi di Kabupaten Purwakarta mencapai 226.987 ton Gabah Kering giling (GKG). Hal ini menunjukkan bahwa 53
telah terjadi peningkatan produksi sebesar 11,25 persen bila dibandingkan dengan tahun 2007. Secara umum, peningkatan tersebut disebabkan meningkatnya luas panen disertai dengan peningkatan produktivitas. Apabila ditelusuri lebih lanjut, padi sawah mengalami peningkatan baik luas panen maupun produktivitasnya sedangkan padi ladang mengalami penurunan luas panen dan peningkatan produktivitas. Secara total pada tahun 2008 luas panen padi meningkat sebesar 3,9 persen dibandingkan tahun 2007. Pada tahun 2008, produksi palawija umumnya mengalami penurunan, yaitu kedelai, kacang tanah, Ubi Kayu dan Ubi Jalar. Penyebab utama dari penurunan tersebut adalah menurunnya luas panen. Perbandingan besarnya produksi tanaman pangan menurut jenisnya dapat dilihat pada Gambar 5.
pet sai/sawi 3% t omat kubis 3% 0%
cabe rawit 3% bawang daun 3% ubi jalar 4%
t erung 4%
Padi 51%
ubi kayu 24% kacang tanah 1%
kedelai kacang hijau 0% 0%
Jagung 4%
Gambar 5. Diagram Produksi Tanaman Pangan Kabupaten Purwakarta, 2008
Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Perkebunan Kab. Purwakarta, diolah (2008)
PT. Bank Bukopin, Tbk didalam penyaluran kreditnya untuk menangani usaha tanaman pangan ini diatur dalam skim Kredit Ketahanan Pangan (KKP). PT. Bank Bukopin, Tbk Cabang Karawang juga telah menjalin kerjasama dengan 54
Sub Divre Dolog Kabupaten Karawang di dalam hal pelayanan untuk proses pengadaan gabah dan beras. Kerjasama ini disertai dengan pemberian kredit bagi kelompok tani dan pengusaha perseorangan untuk membantu permodalan dalam proses pengadaan gabah dan beras tersebut. Potensi pasar Kabupaten Purwakarta sangat terbuka lebar, dimana dapat dilihat pada Gambar 4, bahwa produksi padi menguasai lebih dari 50 persen produksi tanaman pangan. b. Sayuran dan Buah-buahan Kondisi tahun 2008 untuk tanaman sayuran hampir sama dengan palawija, dimana hampir semua produksi tanaman sayur-sayuran mengalami penurunan bila dibandingkan dengan kondisi tahun 2007, kecuali bawang daun, kacang panjang dan terung. Penurunan tersebut sebagian besar terjadi akibat menurunnya luas panen yang disertai dengan penurunan pada produktivitas. Peningkatan produksi tertinggi terjadi pada tanaman kacang panjang dari 83.792 kwintal pada tahun 2007 menjadi 87.771 kwintal pada tahun 2008 atau naik sebesar 4,7 persen, sedangkan penurunan yang tertinggi terjadi pada cabe besar, yaitu dari 18.816 kwintal menjadi 16.153 kwintal atau turun sebesar 14,15 persen. Sementara itu produksi tanaman buah-buahan tahun 2008 sebagian besar mengalami penurunan dibandingkan tahun 2007. Adapun tanaman buah-buahan yang produksinya mengalami
peningkatan,
diantaranya
jambu
biji,
pepaya,
manggis,
nangka/cimpedak, melinjo, jeruk besar dan jambu air. Peningkatan tertinggi terjadi pada tanaman Manggis yang meningkat sebesar 438,57 persen dari 6.857 kwintal menjadi 36.941 kwintal. Sedangkan penurunan produksi yang tertinggi terjadi pada tanaman durian dari 93.184 kwintal menjadi 60.417 kwintal (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Perkebunan Kabupaten Purwakarta, 2008). 55
B. Perkebunan Pembangunan
di
bidang
perkebunan
terutama
ditujukan
untuk
meningkatkan mutu dan produksi hasil perkebunan. Dengan demikian, perkebunan akan mempunyai arti penting dalam pengembangan pertanian. Berdasarkan data dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Perkebunan Kabupaten Purwakarta tahun 2008, sebagian besar luas areal dan produksi tanaman perkebunan rakyat mengalami perubahan. Tanaman cengkeh, karet, kelapa, aren, kapulaga, vanili, melinjo, kapuk, kemiri, pala, nilam, jahe dan luas areal meningkat diikuti dengan peningkatan produksi, sedangkan tanaman lada dengan meningkatnya luas areal produksinya justru menurun. Tanaman kopi, kunir dan kencur tahun 2007 terjadi penurunan luas areal tetapi produksinya justru meningkat. Tanaman perkebunan rakyat yang potensial untuk tahun 2008 dalam arti produksinya tinggi adalah teh, kelapa, cengkeh, melinjo dan kunir. Pada tahun 2008 tercacat luas areal tanaman perkebunan teh adalah 4.252,75 hektar, kelapa 1.210,38 hektar, cengkeh 1.342,84 hektar, melinjo 305,67 hektar dan kunir 48,21 hektar. Produksi tertinggi dari komoditi tersebut adalah teh sebanyak 3.205,30 ton, kelapa 552,17 ton, cengkeh 302,87 ton, melinjo 146,95 ton dan kunir 142,84 ton (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Perkebunan Kabupaten Purwakarta, diolah, 2008). Data mengenai jumlah keluarga/pemilik yang mengelola tujuh produk perkebunan terbanyak dan hasil produksinya dapat dilihat pada Tabel 4.
56
Tabel.4. Data Jumlah Keluarga yang Mengelola Produk Perkebunan dan Hasil Produksi Perkebunan Tahun 2008. Jumlah
Hasil
Jenis No.
Pemilik
Lokasi Kecamatan
Produksi
Tanaman (KK) 1
Teh
2
Cengkeh
3
Karet
4
Kelapa
5
12.223 2.470
(Ton) Plered, Darangdan, Bojong, Kiarapedes, Pondoksalam
Wanayasa,
3.205,30
17 Kecamatan (semua)
302,87
Sukasari, Maniis, Tegalwaru, Plered
125,62
5.249
17 Kecamatan (semua)
552,17
Kopi
3.204
17 Kecamatan (semua)
107,29
6
Aren
1.321
Kecuali Purwakarta, Bungursari
7
Melinjo
2.411
17 Kecamatan (semua)
143
Babakancikao,
54,02 186,95
Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Perkebunan, 2008 (diolah)
Potensi untuk penyaluran kredit dan pengumpulan dana untuk usaha perkebunan masih terbuka lebar. Hal ini dapat dilihat dari jumlah pemilik dari usaha perkebunan dan hasil produksi yang besar. PT. Bank Bukopin, Tbk Cabang Karawang sampai dengan akhir tahun 2008, baru memiliki dua orang debitur dan nasabah dari pengusaha perkebunan di Kabupaten Purwakarta, yaitu pengusaha kelapa. C. Kehutanan Data mengenai kehutanan diperoleh dari PT Perhutani (Persero) Kesatuan Pemangku Hutan Wilayah Purwakarta. Pengamatan terhadap produksi kehutanan tahun 2008 menunjukkan bahwa hasil hutan yang potensial di Kabupaten Purwakarta adalah berupa kayu pertukangan, sedangkan kayu bakar untuk tahun 2008 berproduksi walaupun lebih rendah dibandingkan tahun 2007.
57
Komoditi kayu pertukangan, kayu jati untuk pertukangan merupakan yang paling dominan, terutama di wilayah KPH Sadang. Produksi kayu jati secara total 3
3
mengalami peningkatan dari 3.375 m pada tahun 2007 menjadi 7.270,69 m atau naik sebesar 115,40 persen, sedangkan kayu pertukangan jenis kayu rimba 3
mengalami penurunan sebesar 72,01 persen, yaitu dari 3.134 m tahun 2007 3
menjadi 877 m pada tahun 2008. Sampai saat ini, PT. Bank Bukopin, Tbk Cabang Karawang baru memiliki nasabah dan debitur sebanyak tiga orang di Kabupaten Purwakarta yang bergerak di bidang pengolahan kayu berupa palet dan meubelair/furniture kayu. D. Peternakan Tujuan pembangunan sub sektor peternakan antara lain berupaya meningkatkan populasi dan produksi ternak beserta hasil-hasilnya dalam rangka perbaikan gizi masyarakat dan juga meningkatkan pendapatan petani ternak. Jenis ternak dan unggas yang diusahakan di Kabupaten Purwakarta antara lain ternak besar (sapi potong, sapi perah, kerbau dan kuda), ternak kecil (domba dan kambing) serta unggas yang terdiri dari ayam buras, ayam ras pedaging, ayam ras petelur dan itik. Dari kelompok ternak besar pada tahun 2008, hampir semua populasi meningkat kecuali sapi potong dan sapi perah. Jika dibandingkan dengan tahun 2007, populasi sapi potong menurun sebesar 8,17 persen, sapi perah 19,04 persen, kerbau naik 4,23 persen dan kuda naik 248,25 persen. Pada ternak kecil, kenaikan yang terjadi pada domba sebesar 28,81 persen dan kambing sebesar 17,32 persen. Sementara itu pada kelompok unggas hampir semua populasi mengalami peningkatan pada tahun 2008 jika dibandingkan 58
dengan keadaan tahun 2007, kecuali ayam buras yang mengalami penurunan sebesar 33,37. Ternak yang dipotong pada tahun 2008 mengalami penurunan untuk jenis ternak besar sedangkan untuk ternak kecil terjadi peningkatan. Penurunan tertinggi untuk ternak besar yang dipotong terjadi pada ternak sapi yaitu sebesar 3,62 persen dan peningkatan tertinggi ternak kecil yang dipotong terjadi pada ternak domba sebesar 1,56 persen. Produksi peternakan selain daging adalah berupa kulit, susu dan telur. Kulit pada umumnya di tahun 2008 mengalami penurunan. Penurunan produksi kulit yang tertinggi terdapat pada kulit kebau sebesar 88,54 persen dan kulit kambing sebesar 43,97 persen, sedangkan kulit sapi mengalami penurunan sebesar 3,6 persen dan kulit domba mengalami kenaikan sebesar 1,56 persen. Pada tahun 2008 produksi susu mengalami penurunan sebesar 29,16 persen jika dibandingkan dengan keadaan tahun 2007. Produksi telur mengalami penurunan, baik telur ayam buras maupun telur itik. Apabila dibandingkan dengan tahun 2007 penurunannya berturut-turut adalah sebagai berikut : telur ayam buras 8,78 persen dan telur itik 1,20 persen (Dinas Peternakan dan Perikanan, diolah, 2008). PT. Bank Bukopin, Tbk Cabang Karawang sampai akhir tahun 2008, memiliki nasabah dan debitur di Kabupaten Purwakarta sebanyak tiga orang yang bergerak di bidang perternakan yaitu sapi potong dan ayam. Peluang pasar untuk penyaluran kredit dan menghimpunan dana masih terbuka lebar. Skim kredit yang dapat dipergunakan untuk pengusaha peternakan adalah Kredit Surat Utang 005, karena rasio jaminan yang diminta oleh PT. Bank Bukopin, Tbk berbanding sama dengan nilai kreditnya dan mendapat suku bunga pinjaman yang lebih rendah
59
kurang lebih dua persen dari suku bunga kredit komersil (sesuai dengan ketentuan dari pemerintah). E. Perikanan Pembangunan Sub sektor perikanan di Kabupaten Purwakarta belum dapat ditingkatkan sebagaimana yang diharapkan, keadaan ini terutama setelah terjadinya krisis moneter pada pertengahan tahun 1997 yang mengakibatkan harga pakan ikan semakin mahal begitu pula ongkos produksi lainnya sehingga produksi ikan semakin terpuruk disamping gangguan alam lainnya. Namun demikian, berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Purwakarta, secara umum total produksi ikan tahun 2007 di Kabupaten Purwakarta mengalami peningkatan sebesar 11,58 persen dari 61.655,6 ton pada tahun 2008 menjadi 68.799,03 ton. Jika ditelusuri lebih lanjut yang mengalami peningkatan produksi adalah ikan dari jari apung , air tenang, air deras dan perairan umum. Sedangkan ikan dari sawah mengalami penurunan. Peningkatan tertinggi terjadi pada produksi ikan yang dihasilkan dari jaring apung yaitu sebesar 11,54 persen, sedangkan penurunan tertinggi terjadi pada produksi ikan dari sawah yaitu sebesar 17,26 persen. Potensi untuk pasar perikanan juga masih terbuka lebar. PT. Bank Bukopin, Tbk Cabang Karawang baru memiliki tiga nasabah di Kabupaten Purwakarta yang bergerak di bidang perikanan. 5.2.4.3. Sub Sistem Hilir A. Industri Pengolahan Pada tahun 2008 perusahaan industri pengolahan yang termasuk kategori perusahaan industri Besar/Sedang berjumlah sekitar 176 perusahaan dengan jumlah tenaga kerja 51.101 orang. Secara populasi maupun jumlah tenaga kerja 60
mengalami penurunan jika dibandingkan dengan keadaan tahun 2007, dimana jumlah perusahaan mengalami penurunan sebesar 8,8 persen diiringi dengan penurunan jumlah tenaga kerja sebesar 13,28 persen. Industri Besar/Sedang di Kabupaten Purwakarta tersebar pada 14 Kecamatan dan terkonsentrasi pada sentra-sentra industri, seperti Kecamatan Tegalwaru dan Plered serta kawasan industri Kota Bukit Indah di Kecamatan Bungursari. Kecamatan Plered dan Tegalwaru merupakan sentra industri dimana sebagian besar industrinya tergolong ke dalam kategori Industri Sedang dengan jumlah tenaga kerja antara 20 hingga 99 orang. Sementara itu di Kecamatan Bungursari dan Jatiluhur sebagian besar adalah Industri Besar dengan tenaga kerja 100 orang atau lebih. Data industri kecil tahun 2008 yang diperoleh dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal Kabupaten Purwakarta memperlihatkan pada sektor formal terjadi peningkatan baik unit usaha maupun nilai produksi, begitu juga pada sektor non formal. Dibandingkan dengan tahun 2008, pada sektor formal terjadi peningkatan jumlah unit usaha sebesar 1,12 persen, jumlah tenaga kerja meningkat 0,83 persen, nilai investasi meningkat 1,74 persen dan nilai produksi meningkat 0,24 persen. Sedangkan pada sektor non formal jumlah unit usaha terjadi peningkatan sebesar 0,83 persen, jumlah tenaga kerja meningkat sebesar 0,30 persen, nilai investasi turun 0,37 persen dan nilai produksi turun sebesar 0,02 persen. Adapun jenis usaha pengolahan yang bergerak di bidang agribisnis diantaranya berupa industri pengolahan kayu (meubelair dan pallet), tahu, pencelupan kain, benang tenun, polyester, serat buatan, sepatu, kertas, dan penyulingan minyak pala. Adapun untuk rincian daftar perusahaannya dapat dilihat pada Lampiran 3.
61
PT. Bank Bukopin, Tbk Cabang Karawang sampai dengan akhir tahun 2008, baru memiliki satu nasabah dan debitur di Kabupaten Purwakarta yang bergerak di bidang usaha industri pengolahan. Minimnya nasabah dan debitur yang dimiliki terkait erat dengan tidak adanya sarana kantor dari PT. Bank Bukopin, Tbk di Kabupaten Purwakarta, dimana kantor terdekat berada di Kecamatan Cikampek, Kabupaten Karawang yang memiliki jarak tempuh lumayan jauh kurang lebih sekitar 20 kilometer. Hal inilah yang membuat adanya rencana pengembangan PT. Bank Bukopin, Tbk dengan mendirikan satu unit kantor di Kabupaten Purwakarta.
62
VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Studi Kelayakan Usaha 6.1.1. Aspek Pasar Kabupaten Purwakarta merupakan daerah yang sedang berkembang. Hal ini ditandai dengan mulai berkembangnya kawasan-kawasan (zona) industri. Perkembangan ini jelas akan membawa dampak yang positif bagi perkembangan perekonomian rakyat purwakarta. Perkembangan ini merupakan potensi/peluang bagi bisnis perbankan yang tak boleh disia-siakan. Adapun jumlah bank yang beroperasi didaerah ini berjumlah 11 kantor yang terdiri dari : Bank BPD Jabar, Bank Mandiri, Bank BRI, Bank BNI, Bank BTN, Bank btpn, Bank BCA, Bank Danamon, Bank Buana, Bank Syariah Mandiri dan Bank Jabar Syariah. Selain perbankan, lembaga keuangan BPR pun turut menyemarakan perkembangan perekonomian kota Purwakarta ini. Market share (pangsa pasar) yang sudah diraih Bank Bukopin dengan potensi yang ada di Kabupaten Purwakarta dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Market Share Bank Bukopin Cabang Karawang Tahun 2007 – 2008 Uraian
Tahun 2007 (Milyar Rupiah) Bukopin
Krw+Pwk
Share
+Sbg
(%)
Tahun 2008* (Milyar Rupiah) Bukopin
Krw+Pwk+
Share
Sbg
(%)
DPK
119.54
4,050.56
2.94
135.30
4,321.36
3.13
Giro
17.93
1,038.34
1.73
13.86
992.51
1.40
Tab.
34.69
1,749.03
1.98
35.62
1,836.34
1.94
Deposito
66.92
1,273.19
5.26
85.82
1,492.51
5.75
KYD
79.23
11,414.73
0.69
70.98
11,948.78
0.59
Sumber
: • Bank Bukopin Cabang Karawang, September 2008 dan Desember 2007. • BI Jawa Barat, Oktober 2008.
63
Berdasarkan analisa market share yang tertuang dalam Tabel 5 diatas, diketahui bahwa dari sumber dana masyarakat yang terdapat di Kab. Karawang, Purwakarta dan Subang, Bank Bukopin cabang Karawang baru menguasai pangsa pasar sebesar 3.13 persen di Bulan September 2008. Dari Tabel 5 di atas, diketahui bahwa sumber dana masyarakat yang tersimpan pada Bank umum pada tahun 2008 sebesar Rp. 4321.36 Milliar dengan komposisi masing-masing kabupaten adalah sebesar Kab. Karawang (60.29%); Kab. Purwakarta (21.24%) dan Kab. Subang (18.47). Secara detail mengenai sumber dana masyarakat yang terdapat di Kab. Purwakarta di sajikan pada Tabel 6 berikut : Tabel 6. Market Share Bank Bukopin Cabang Karawang di Kab. Purwakarta Tahun 2008. Uraian
Tahun 2008* (Milyar Rupiah) Dana Masy. Purwakarta
Dana Masyarakat
Share
di Bukopin
Purwakarta
(%)
DPK
2.92
917.98
0.32
Giro
0.56
223.24
0.25
Tab.
0.50
399.71
0.13
Deposito
1.85
295.03
0.63
KYD
6.90
4,417.02
0.16
Sumber : • Bank Bukopin Cabang Karawang, September 2008 (diolah). • BI Jawa Barat, Bulan Oktober 2008.
Apabila jumlah Bank yang terdapat di Kab. Purwakarta sebanyak 11 Bank, maka rata-rata simpanan masyarakat yang terdapat pada masing-masing bank adalah sebesar Rp. 917.98 Milliar dibagi 11 unit Bank sama dengan Rp. 83.45 Milliar.
Dengan demikian market share yang dimiliki Bank Bukopin sampai
dengan Bulan September 2008 sebesar Rp. 2.92 Milliar
dibagi
Rp. 83.45
64
Milliar sehingga memiliki bagian sebesar 0.035 atau 3.5 persen ,sehingga Bank Bukopin Cabang Karawang masih memiliki potensi pasar yang sangat besar yakni 96.50 perse atau sebesar Rp. 80.53 Milliar dari dana masyarakat yang tersebar dengan asumsi target sepersebelas bagian dari dana masyarakat yang beredar. Sedangkan untuk potensi lending dapat digambarkan sebagai berikut; apabila potensi lending (KYD) yang ada di Purwakarta sebesar 4,417.02 Milliar dengan 11 unit bank yang berada di Purwakarta, maka share KYD masing-masing bank adalah sebesar Rp. 4,417.02 Milliar dibagi 11 unit Bank sehingga memiliki bagian sebesar Rp. 401.55 Milliar, dengan demikian market share yang dimiliki Bank Bukopin sampai dengan Bulan September 2008 sebesar Rp. 6.90 Milliar dibagi Rp. 401.55 Milliar sehigga bagiannya sebesar 0.0172 atau 1.72 persen, dan Bank Bukopin Cabang Karawang masih memiliki potensi pasar lending (KYD) yang sangat besar yakni 98.28 persen atau sebesar Rp. 394.65 Milliar dari market yang ada berdasarkan rencana target yang direncanakan. Sebagai informasi prime customer yang berada di Purwakarta yang telah dimiliki oleh Bank Bukopin Cabang Karawang antara lain : Kopkar PLN UPJ Purwakarta, Kopegtel Purwakarta, PT. South Pasific Viscoce, PT. Bumelta Inti Bahagia dan PT. NSS Indonesia serta beberapa perusahaan di kawasan industri BIC. Sedangkan prospek yang sedang dijalankan antara lain : PT. Indorama Synthetic, RSUD Bayu Asih, Jamsostek Purwakarta, beberapa perusahaan di kawasan industri Jatiluhur, serta beberapa perusahaan retail dan home-industry yang berada di Purwakarta. Dalam melakukan investasi khususnya di bidang finance/perbankan, maka perkembangan sumber dana masyarakatnya amat sangat perlu diperhatikan.
65
Berdasarkan data dalam 5 (lima) tahun terakhir terhadap pangsa pasar Bank Bukopin Cabang Karawang disajikan dalam Tabel 7. berikut : Tabel 7. Perkembangan Sumber Dana Masyarakat Tahun 2004 – 2008 (dalam Milliar Rupiah) Tahun 2004 2005 2006 2007 2008* Average
DPK Masyarakat Krw+Pwk+Sbg 2,866.49 3,200.25 3,587.67 4,060.56 4,321.36 3,607.27
Nominal (Rp) 333.76 387.42 472.89 260.80 363.72
DPK Bank Bukopin Nominal Cabang Karawang (Rp) 107.77 102.71 (5.06) 112.49 9.78 119.54 7.05 135.30 15.76 115.56 6.88
Sumber : - Bank Bukopin Cabang Karawang, Desember 2004 - September 2008. - BI Jawa Barat, Oktober 2008.
Berdasarkan analisa perkembangan sumber dana masyarakat Kab. Karawang, Kab. Purwakarta dan Kab. Subang diatas, diketahui bahwa pertumbuhan dana masyarakat rata-rata per tahun mencapai Rp. 363.72 Milliar. Apabila diasumsikan sumber dana tersebut terserap oleh BPR dan lembaga keuangan non bank lainya sebesar 5 persen, maka pertumbuhan rata-rata bank yang terdapat di daerah tersebut adalah Rp. 363.72 Milliar dikali 95persen sama dengan Rp. 345.53 Milliar. Apabila jumlah Bank yang terdapat di Kab. Purwakarta sebanyak 10 Bank, maka rata-rata pertumbuhan simpanan masyarakat yang terdapat pada masingmasing bank adalah sebesar Rp. 345.53 Milliar dibagi 10 unit Bank
sama
dengan sebesar Rp. 34.55 Milliar. Apabila hal ini dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan rata-rata Bank Bukopin Cabang Karawang, maka besarnya potensi yang masih bisa diraih oleh Bank Bukopin adalah sebesar Rp. 34.55 Milliar dikurangi sebesar Rp. 6.88 Milliar sama dengan Rp. 27.67 Milliar.
66
Berdasarkan analisa pada tabel perkembangan sumber dana masyarakat tahun 2004–2008, dengan demikian diketahui bahwa rasio pertumbuhan dana masyarakat terhadap rata-rata dana masyarakat yang tersimpan di Bank Bukopin Cabang Karawang adalah sebesar 5.59 pertumbuhan
sebesar
5.59
persen,
persen. maka
Dengan rasio rata-rata dapat
diproyeksikan
pertumbuhan/perkembangan sumber dana masyarakat dalam lima tahun kedepan seperti digambarkan pada Tabel 8 berikut : Tabel 8. Proyeksi Rata-rata Perkembangan Sumber Dana Masyarakat (Dalam Milliar Rupiah) Tahun
DPK Masyarakat
DPK Bank Bukopin
Purwakarta
Cabang Karawang
2009
4,562.92
142.86
2010
4,817.99
150.85
2011
5,087.32
159.28
2012
5,371.70
169.19
2013
5,671.98
177.59
Average
5,102.38
159.75
Sumber : Bank Bukopin Cabang Karawang, Desember 2004 - September 2008.
PT. Bank Bukopin, Tbk dalam menghadapi para pesaingnya antar sesama bank memiliki strategi tersendiri. Produk Bank Bukopin dari segi perkreditan memiliki beberapa keuntungan, yaitu Bank Bukopin kebanyakan menyalurkan kredit dengan besaran sekitar Rp.150 juta sampai dengan Rp.500 juta, yang mana besaran kredit ini banyak diminati oleh usaha kecil dan menengah. Sebagai contoh, Bank Mandiri tidak memiliki produk kredit untuk kisaran nominal di bawah Rp.500 juta, kredit yang disalurkan dengan kisaran di di bawah Rp. 100 juta dan di atas Rp. 3 milyar. BRI banyak menyalurkan kredit mikro dan kredit sampai dengan Rp.250 juta. Sedangkan dari sisi produk dana, Bank Bukopin
67
memiliki keunggulan dari produk Deposito Merdeka, yang mana keunggulannya dapat dicairkan kapan saja dan bebas biaya denda pinalty. Produk dana Bank Bukopin termasuk lengkap dibandingkan produk bank lain, sehingga dapat membuat nasabah menikmati berbagai fasilitas sekaligus (one stop service). Dengan
demikian
berdasarkan
penilaian
aspek
pasar
dari
segi
pertumbuhan kredit dan dana yang beredar di Kabupaten Purwakarta, Bank Bukopin Cabang Karawang layak untuk merealisasikan rencana pendirian kantor cabang pembantu di Kabupaten Purwakarta. 6.1.2. Aspek Teknis dan Manajemen 6.1.2.1. Lokasi dan Bangunan Perencanaan dalam pendirian sebuah unit kantor memerlukan perhitungan yang matang. Pemilihan lokasi yang tepat untuk pendirian kantor cabang ini sudah melewati tahapan pertimbangan tersendiri oleh pihak manajemen, mengingat pangsa pasar dan pusat pemerintahan Kabupaten Purwakarta berada di Kecamatan Purwakarta, maka lokasi pendirian kantor cabang ini dilakukan di Kecamatan tersebut. Adapun lokasi yang akan dijadikan kantor Capem Bank Bukopin di Purwakarta terletak pada Jl. R.E. Marthadinata No. 15, Purwakarta. Saat ini bangunan digunakan sebagai rumah makan, dan harga penawaran penjualan yang diajukan Rp. 2 Milliar dan Rp.50 Juta per tahun apabila disewakan. Hal-hal yang menjadi pertimbangan kami dalam penentuan lokasi tersebut antara lain : 1) Lokasi dekat dengan pusat kota Purwakarta. 2) Lokasi berdekatan dengan Plaza Yogya dan kawasan perbankan lainnya. 3) Lokasi merupakan jalur hidup yang senantiasa dilalui masyarakat dan angkutan kota (angkot).
68
4) Lokasi merupakan daerah yang masih memiliki ruang parkir, sedangkan beberapa lokasi bisnis di Purwakarta tidak memiliki lahan parkir (Jl. Sudirman). Bangunan yang disewa akan direnovasi agar sesuai dengan standar gedung Bank Bukopin dari segi penampilan luar dan dalam bangunan. Bangunan tidak harus berbentuk ruko dapat berupa bangunan rumah satu lantai. Ruangan yang harus disediakan yaitu aula banking hall sebagai tempat teller dan customer service untuk melayani nasabah, dan ruangan belakang untuk bagian back office dan karyawan marketing. Sedangkan alternatif lokasi lain yang dimiliki adalah : 1) Ruko 2 (dua) laintai di Jl. Taman Pahlawan No 47, Purwakarta. Saat ini digunakan sebagai rumah tinggal dan toko seluler, dengan harga Penawaran sewa Rp. 60 Juta/tahun. 2) Ruko 1 (satu) lantai di Jl. Raya Veteran, Purwakarta. Saat ini digunakan sebagai sanggar senam, dengan penawaran harga sewa Rp. 45 Juta/tahun. 3) Ruko 2 (dua) lantai di Jl. Jend. Ibrahim Singadilaga, Purwakarta (arah lalu lintas bus luar kota/Bandung). Saat ini kosong, dengan penawaran harga sewa Rp. 70 Juta/tahun. 6.1.2.2. Teknologi Pengadaan teknologi dalam pengoperasian pendirian kantor cabang pembantu sangat diperlukan. Bank Bukopin telah menerapkan sistem Real Time On Line (RTOL) untuk transaksi perbankannya. Dana akan langsung tercatat setelah dilakukan transaksi dan dapat dilakukan di seluruh wilayah Indonesia.
69
Pengadaan teknologi ini cukup sederhana, cukup menyediakan fasilitas online melalui server komputer dan pemancar. Pengadaan alat tulis kantor dan keperluan lainnya masih berpusat ke cabang utama, yaitu Bank Bukopin Cabang Karawang. Pemesanan bisa dilakukan melalui telepon atau dapat diambil langsung ke cabang utama, sehingga kelancaran kegiatan operasional tidak akan terganggu.Pengurusan ijin untuk pendirian kantor cabang pembantu dilakukan dengan pengiriman permohonan ke Bank Indonesia. 6.1.2.3. Manajemen Ketersediaan sumber daya manusia yang memiliki keahlian yang dibutuhkan untuk pengoperasian kantor cabang pembantu cukup untuk beberapa bagian saja, karena secara struktural masih mengikuti kantor cabang utama, yaitu Bank Bukopin Cabang Karawang. Kantor cabang pembantu dipimpin oleh pemimpin cabang pembantu yang bertanggung-jawab atas kelancaran semua kegiatan operasional. Karyawan yang dibutuhkan minimal terdiri dari satu orang koordiantor, dua orang teller, satu orang customer service, satu orang back office, satu orang bagian support, dua orang security, satu orang supir dan beberapa karyawan bisnis marketing minimal tiga orang (kebutuhan tergantung cakupan luas wilayah sewaktu-waktu dapat ditambah). Berdasarkan penilaian dari aspek teknis, lokasi bangunan, teknologi dan manajemen, rencana pendirian kantor cabang pembantu dari Bank Bukopin Cabang Karawang di Kabupaten Purwakarta tidak didapati adanya masalah sehingga layak dilakukan.
70
6.1.3. Aspek Keuangan 6.1.3.1. Analisa Ekonomis Biaya investasi pada perencanaan pendirian kantor cabang pembantu ini yang diperlukan cukup besar dengan total biaya pengeluaran sebesar Rp. 904.500.000,-. Adapun peralatan dan perlengkapan yang dibeli
adalah
peralatan elektronik meliputi Air Conditioner (AC), mesin hitung uang, mesin fotocopy, faximili dan PABX, security alarm, televisi, mesin genset, server komputer,, printer, peralatan komunikasi, renovasi gedung, mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM), furniture dan peralatan kantor lainnya. Sedangkan komputer dan frame relay (peralatan komunikasi) dan kendaraan disewa yang pengadaannya sudah disediakan oleh suplier Bank Bukopin untuk seluruh pengadaan peralatan di seluruh Indonesia. Biaya lainnya merupakan biaya untuk ijin dan pemasangan instalasi telepon dan listrik. Rincian biaya investasi dapat dilihat pada Tabel 9. Umur teknis dari peralatan dan perlengkapan kantor yang dibeli diasumsikan selama lima tahun, sehingga apabila ingin memperpanjang umur usaha, pada tahun keenam harus membeli peralatan dan perlengkapan yang baru (re-investasi). Adapun modal yang digunakan dalam rencana pendirian kantor cabang pembantu ini berasal dari modal sendiri (dana dari kantor pusat Bank Bukopin), sehingga tidak perlu membayar bunga pinjaman terhadap bank ataupun pembayaran angsuran kepada pihak lain.Perhitungan yang dilakukan selama lima tahun dengan asumsi pada tahun keenam dilakukan pergantiaan peralatan dan perlengkapan kantor yang terkait, seperti peralatan elektronik, furniture, kendaraan, komputer dan mesin ATM.
71
Tabel 9. Perkiraan Biaya Investasi Pendirian Kantor Cabang Pembantu No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41
Jenis Investasi
Satuan
AC 1 PK Unit Mesin Hitung Uang Unit Mesin Fotocopi Unit TV 21 inci Unit Faximili Unit PABX Unit Security Alarm Unit Genset 27,5 KVA Unit UPS 5 KVA Pascal Unit Passbook Printer Unit Printer Epson LQ Unit Printer Canon Unit Scanner HP Scan Jet Unit CISCO 1760 V Series Unit Modem AT&T Unit Paradyn Mesin ATM Diebold Unit Meja CS & Pimpinan Unit Meja Marketing Unit Meja Tamu Unit Kursi Kerja Unit Kursi Tunggu Unit Kursi Tamu Unit Lukisan Unit Jet Pump/pompa air Unit Papan counter rate Unit Cash Box Unit Filling cabinet Unit Tabung Pemadam Unit Sign Board dinding Unit Materai Terra Unit Mesin Encoder Unit Tell Struck Unit Mesin Absensi Unit Pintu vault Unit Steel Door & teralis Unit Renovasi gedung Line Telepon Unit Instalasi listrik, data Daya 16.500 watt Sign Board besar Unit Inventaris kecil lain JUMLAH
Jumlah
Harga Satuan (Rp)
Nilai Investasi (Rp)
5 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 3
4.000.000 20.000.000 12.000.000 2.000.000 1.000.000 17.000.000 13.000.000 75.000.000 46.000.000 9.000.000 6.000.000 1.000.000 5.000.000 47.000.000 7.500.000
20.000.000 20.000.000 12.000.000 2.000.000 1.000.000 17.000.000 13.000.000 75.000.000 46.000.000 18.000.000 6.000.000 1.000.000 5.000.000 47.000.000 22.500.000
1 2 2 4 10 2 4 5 1 1 3 1 2 1 1 1 2 1 1 1
170.000.000 2.000.000 1.250.000 2.000.000 600.000 3.000.000 1.000.000 1.000.000 3.000.000 1.500.000 500.000 1.500.000 2.000.000 5.000.000 9.000.000 25.000.000 1.000.000 5.000.000 30.000.000 6.000.000 200.000.000 500.000 50.000.000 15.000.000 30.000.000 3.000.000
170.000.000 4.000.000 2.500.000 8.000.000 6.000.000 6.000.000 4.000.000 5.000.000 3.000.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 4.000.000 5.000.000 9.000.000 25.000.000 2.000.000 5.000.000 30.000.000 6.000.000 200.000.000 2.000.000 50.000.000 15.000.000 30.000.000 3.000.000 904.500.000
4
1
Komponen biaya dikategorikan ke dalam biaya operasional, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk terlaksananya suatu kegiatan atau biaya rutin yang
72
dikeluarkan untuk menghasilkan produksi. Biaya operasional tersebut meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap setiap tahunnya sebesar Rp.560.000.000,-
yang meliputi biaya sewa gedung (kontrak selama 10 tahun,
yang dibayarkan setiap tahunnya), biaya sewa komputer, biaya sewa kendaraan, ATK, promosi, pajak iklan, biaya listrik, telepon, air, operasional ATM dan biaya tenaga kerja, dengan perincian yang terdapat pada Tabel 10. Tabel 10. Rincian Biaya Tetap per Tahun No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Keterangan Sewa Gedung Sewa Komputer Sewa Kendaraan Sewa Kendaraan ATK Promosi Pajak Iklan Listrik, telepon,air Operasional ATM Gaji Koordinator Gaji Marketing Gaji Teller & CS Gaji Back office Gaji Security Gaji Support Gaji Supir
Satuan
Jumlah
Unit Unit mobil Unit motor
9 1 1
Orang Orang Orang Orang Orang Orang Orang JUMLAH
1 3 3 1 2 1 1
Harga Satuan (Rp) 50.000.000 6.000.000 42.000.000 6.000.000 12.000.000 12.000.000 24.000.000 36.000.000 6.000.000 42.000.000 30.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 18.000.000
Jumlah Harga (Rp) 50.000.000 54.000.000 42.000.000 6.000.000 12.000.000 12.000.000 24.000.000 36.000.000 6.000.000 42.000.000 90.000.000 72.000.000 24.000.000 48.000.000 24.000.000 18.000.000 560.000.000
Sedangkan untuk biaya variabel meliputi biaya pembayaran bunga giro, tabungan dan deposito yang berubah dengan asumsi pertumbuhan pencapaian dana simpanan. Biaya giro sebesar dua persen per tahun, biaya tabungan sebesar empat persen per tahun, dan biaya deposito sebesar 9,5 persen per tahun (sesuai LPS saat awal tahun 2009). Komponen
pendapatan
terdiri
dari
pendapatan
bunga
pinjaman,
pendapatan provisi dan administrasi kredit, fee base, bunga RAK (Rekening Antar
73
Kantor). Bunga pinjaman diperoleh dari besarnya penyaluran kredit yang diberikan sebesar Rp.6.906.000.000,- per bulan dari yang sudah ada dengan asumsi tingkat pertumbuhan Rp.1.000.000.000,- setiap bulannya dengan tingkat suku bunga 15 persen per tahun. Pendapatan provisi dan administrasi kredit sebesar 1,5 persen dari kredit yang diberikan. Fee Base diperoleh dari pendapatan dari biaya administrasi rekening giro dan tabungan, yang mana pertumbuhan sumber dana dengan posisi awal rekening giro sebesar Rp.561.000.000,- , rekening tabungan sebesar Rp.504.000.000,- dan rekening deposito sebesar Rp.1.850.000.000,- dengan asumsi pertumbuhan per bulannya sebesar lima persen untuk giro, 10 persen tabungan dan 15 persen deposito. Pendapatan bunga RAK (Dana Poll) sebesar bunga maksimal penjaminan ditambah satu persen yaitu sebesar 10,5 persen. Analisa ekonomis adalah analisa yang dilakukan guna melihat seberapa besar dampak ekonomis yang timbul dari proyek yang akan dikerjakan. Perhitungan yang dilakukan di dalam cashflow diperoleh gambaran mengenai perencanaan pemasukan dan pengeluaran uang untuk pendirian kantor cabang pembantu di Kabupaten Purwakarta. Kriteria kelayakan investasi yang digunakan adalah Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio, Internal Rate of Return (IRR) dan Payback Period. Tingkat suku bunga yang digunakan berasal dari tingkat suku bunga pinjaman yang berlaku di Bank Bukopin pada saat tahun 2009 sebesar 15 persen. Kriteria ini digunakan dalam perkiraan cashflow usaha pendirian kantor cabang pembantu ini dapat dilihat pada Lampiran 4. Berdasarkan perhitungan analisis kelayakan usaha dengan tingkat diskonto 15 persen, nilai NPV yang diperoleh yaitu sebesar Rp.27.620.734.617,- atau lebih
74
besar dari nol. Hal ini berarti bahwa usaha pendirian kantor cabang pembantu di Kabupaten
Purwakarta
yang dilakukan menurut
nilai
sekarang adalah
menguntungkan untuk dilaksanakan, karena akan memberikan keuntungan sebesar Rp.27.620.734.617,- untuk jangka waktu lima tahun. Nilai Net B/C Ratio yang diperoleh sebesar 10,22 atau lebih besar dari satu, artinya investasi usaha pendirian kantor cabang pembantu di Kabupaten Purwakarta untuk setiap nilai pengeluaran sekarang sebesar satu rupiah akan memperoleh pendapatan bersih sekarang sebesar 10,22 rupiah sehingga usaha ini layak untuk dijalankan. Sedangkan untuk nilai IRR yang diperoleh adalah sebesar 82 persen atau lebih besar dari tingkat diskonto yang berlaku sebesar 15 persen, artinya tingkat pengembalian masih lebih tinggi dari tingkat diskonto yang ditentukan sehingga usaha ini layak untuk dijalankan. Selain perhitungan tersebut, lamanya periode pengembalian dana investasinya selama 1,8 tahun. Jika dibandingkan dengan dengan umur usaha yaitu lima tahun, maka tingkat pengembalian investasi lebih kecil daripada umur proyek. Hal ini berarti menurut kriteria PBP, pengusahaan pendirian kantor cabang baru ini layak dilakukan.
75
VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Kabupaten Purwakarta merupakan salah satu daerah potensial di bidang agribisnis yang berada di Propinsi Jawa Barat. Usaha yang bergerak di bidang sub sistem hulu yang berada di Kabupaten Purwakarta adalah pengadaan bibit dan pupuk yang dikelola oleh koperasi-koperasi yang tersebar di daerah-daerah pertanian yaitu Kecamatan Darangdan, Kecamatan Tegalwaru, Kecamatan Maniis, Kecamatan Wanayasa, Kecamatan Bojong, dan Kecamatan Plered. Sub sistem usahatani terdiri dari tanaman pangan (padi dan palawija), sayuran dan buah-buahan (bawang daun, kacang panjang, jambu biji, papaya, manggis, nangka/cempedak, melinjo, jeruk besar, dan jambu air), perkebunan (kelapa, vanili, cengkeh, kopi, kapok, vanili, dan teh, kehutanan (kayu pertukangan berupa jati), peternakan (sapi potong, sapi perah, kerbau, domba dan kambing), dan perikanan (ikan dari jarring apung, air tenang dan air deras) . Sedangkan untuk usaha yang bergerak di bidang hilir berupa industi pengolahan seperti industri tahu, pengolahan kayu, benang, dan penyulingan minyak pala. PT. Bank Bukopin, Tbk Cabang Karawang, masih memiliki sedikit nasabah untuk usaha-usaha yang bergerak di bidang agribisnis, hal ini merupakan peluang besar dapat mengembangkan Bank Bukopin di Kabupaten Purwakarta. Rencana pendirian kantor cabang pembantu dari Bank Bukopin Cabang Karawang di Kabupaten Purwakarta, karena adanya peluang besar untuk mengembangkan nilai dan volume bisnis Bank Bukopin serta adanya desakan dari beberapa nasabah eksis Bank Bukopin yang berdomisili di Purwakarta. Peluang
76
bisnis yang terdapat di Kabupaten Purwakarta cukup besar, baik di bidang agribisnis maupun non agribisnis. Market share Bank Bukopin yang tersedia terhadap perputaran dana dan kredit yang berada di Kabupaten Purwakarta masih cukup besar. Dalam rencana pengembangan dan pendirian Bank Bukopin ini dilakukan studi kelayakan usaha dari beberapa aspek, yaitu aspek pasar, aspek teknis dan manajemen, serta aspek keuangan. Berdasarkan analisis keuangan yang dilakukan diperoleh hasil NPV sebesar Rp.27.620.734.617,- Net B/C Ratio sebesar 10,22 IRR sebesar 82 persen dan Payback Periode selama 1,8 tahun. Keseluruhan aspek tersebut menyimpulkan bahwa rencana pendirian kantor cabang pembantu di Kabupaten Purwakarta layak untuk dilakukan. 7.2. Saran Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk pengembangan Bank Bukopin Cabang Karawang di Kabupaten Purwakarta antara lain : 1. Potensi pasar bank yang berbasis agribisnis yang tersedia cukup besar dan peluang untuk meningkatkan nilai dan volume bisnis dalam bidang ini akan semakin dapat diwujudkan, sehingga tidak hanya usaha di bidang non agribisnis yang dapat dikelola oleh Bank Bukopin. 2. Peningkatan pelayanan bagi nasabah eksis yang berada di Kabupaten Purwakarta harus segera dilaksanakan dengan mendirikan kantor pelayanan berupa kantor cabang pembantu di Kabupaten Purwakarta. Dengan adanya kantor cabang pembantu di Kabupaten Purwakarta, akan menyebabkan ketertarikan dari masyarakat sekitar untuk dapat menjadi nasabah dan memanfaatkan fasilitas Bank Bukopin tanpa terkendala oleh jarak. 77
DAFTAR PUSTAKA Ariestyadi, Andrie. 2005. Study Pendahuluan Kelayakan Finansial dan Ekonomi Proyek Pengembangan Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi Jawa Barat. Skripsi. Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Arthesa, Ade dan Edia Handiman. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank. PT. INDEKS Kelompok Gramedia. Jakarta. Badan Pusat Statistik. 2008. Purwakarta dalam Angka 2008. Purwakarta. Biro Riset InfoBank (birl), 2007. Majalah Info Bank No.344 Edisi November Volume XXIX. Jakarta. Dwi Putera, Tinton. 2006.Evaluasi Kelayakan Usaha Pada Restoran Mie Kondang Jakarta Selatan. Skripsi. Program Studi Manajemen Agribisnis. Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Husnan, Suad, dan Suwarsono. 1999. Studi Kelayakan Proyek. Edisi Ketiga. Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN. Yogyakarta. Gittinger, J.Price. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Edisi Kedua. UI Press. Jakarta. Kasmir, 2002. Dasar-Dasar Perbankan. PT.RajaGrafindo Persada. Jakarta. Masyuri. 2002. Makalah Seminar. Prospek Agribisnis di Indonesia. 14 Maret 2002. Jakarta. Novitasari. 2006. Analisis Kinerja dan Dampak Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) terhadap Peningkatan Pendapatan Usaha Kecil (Kasus di Bank Rakyat Indonesia Unit Kreo, Tangerang). Skripsi. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Soekartawi, DR. 1991. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Siegel, Joel, G, dan Jae K.Shim. Seri Bisnis Barron. 1993. Mengatur Keuangan. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta. Statistik, Kelompok Survei. 2008. Statistik Ekonomi Keuangan Daerah. Bank Indonesia. Bandung. Sutojo, Siswanto.2002. Studi Kelayakan Proyek. Seri Manajemen Bank No.66. PT. Damar Mulia Pustaka. Jakarta.
78
Wicaksono, Agung Rahmanto. 2007. Skripsi. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit Pertanian oleh Bank BRI di Indonesia. Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
79
Lampiran 3. Rincian Daftar Perusahaan di Kab. Purwakarta No.
Nama Perusahaan
Bidang Usaha
Alamat
I. KAWASAN INDUSTRI BUKIT INDAH (BIC) PMA (Penanaman Modal Asing) 1 Autotech Indonesia Outoparts 2 Bitube Indonesia Paper Tube 3 Clama Indonesia Matters 4 Dayani Garment Indonesia Garment 5 Delloyd Kaca Spion 6 FD Industri Indonesia Wire 7 Fuji Fine Indonesia Komponen Elektronik 8 Hino Indonesia Manuf Outomotif 9 Hino Motor Sales Distributor 10 Indopoly Swakarsa industri Plastic Film 11 Ishikawa Indonesia Plastic Moulding Injection 12 Jideco Indonesia Outoparts 13 Kansai Indonesia MFG Car Cluster 14 Karya Yasantara Cakti Welding Rods 15 Kotobukiya Indo Classic Carpet & Interior Mobil 16 MK Electric Indonesia Electrical Conduit 17 Nisan Motor Manufacturing Outomotif 18 Noritake Indonesia Electronic Komponen 19 NSS Indonesia Medical Equipment 20 Pepsi Cola Indo Beverages Minuman Ringan 21 Perpeeti Van Melle Indonesia Kembang Gula 22 Preshion Enginering Plastec Barang Plastic Teknik 23 Sanwa Musen Transformer 24 Sgwicuss Garment 25 Sulzer Hickam Indonesia Machieneries 26 Sumindo Wiring Sistem Perlengkapan Kendaraan 27 TIB Indonesia Garment 28 Tochigifuji Indonesia Mcg Komp. Kendaraan Motor 29 Totoku Indonesia Komponen Electronic 30 Toyoplast Indonesia Komponen Electronic 31 TS Tech Indonesia Komponen Automotif 32 Univance Indonesia Komponen Mesin 33 Zexel AC Ind. Mesin Pendingin 34 Komatsu Bane Prescision Spring II. ZONA INDUSTRI PMA (Penanaman Modal Asing)
KBI Blok DIII No.2 Purwakarta KBI Blok DII No.24-25 Purwakarta KBI Blok DII No.11-12 Purwakarta KBI AII No. 29 Purwakarta KBI AII No. 19 Purwakarta KBI Blok AII No. 29 Purwakarta KBI Blok AII No. 29 Purwakarta KBI Blok JI Damar No. 1 D1 KBI Blok JI Damar No. 1 D1 KBI Blok 6,7,8 Sek A1 Purwakarta KBI Blok AII No. 29 Purwakarta KBI Blok DII No.3 Purwakarta KBI Blok DI No.3 Purwakarta KBI Blok AII No. 4 Purwakarta KBI Blok AII No. 2 Purwakarta KBI Blok DII No. 7 Purwakarta KBI Purwakarta KBI Blok AII No. 9 Purwakarta KBI Blok AII No. 29 Purwakarta KBI Blok AII Lot 11, 12, 14 Purwakarta KBI Blok AII Lot 20, 21 Purwakarta KBI Purwakarta KBI Blok AII No. 48 Purwakarta KBI Blok DII No.22-23 Purwakarta KBI Blok A II No. 9 & 21 KBI Blok II No. 27-29 Purwakarta KBI Blok A II No. 29 Purwakrta KBI Blok DIII No. 1 Purwakarta KBI Blok A-11 Purwakarta KBI Blok DII Purwakarta KBI Blok DII Purwakarta KBI Blok DII No.16 Purwakarta KBI Beesland Pertiwi Purwakarta Kota Bukit Indah Blok AII 4C
1 Cellindo Polyurethane Foam 2 Dada Indonesia Topi, Boneka 3 Elegant Tekstil Industri Benang tenun 4 Flamindo Carpetama Karpet permadani 5 Gistek Chewon Synthetic Benang Textur 6 Healty O F (HOFI) Makanan Ringan 7 II Jin Sun Garment Pakaian Jadi 8 Iluva Gravure Industri Kemasan Plastik 9 Indo Barat Rayon Viscose Rayon/Serat Buatan 10 Indonesia Taroko Textile Tekstile 11 Indorama Syntetic Polyfiber, Filament, chip, Pintal 12 Nipsea Paint Cat 13 Polindo Interwood Olahan Kayu 14 Quty Karunia Industri Boneka 15 Samcon Jasa Eksim 16 samwa Indonesia Komponen elektronik 17 Sanfu Indonesia Kertas Budaya 18 Sepatu bata Sepatu 19 Seyon Indonesia Sarung Tangan 20 South Pacific Viscose Tekstile 21 Sukwang Indonesia Garment 22 Texfibre Indonesia False Twisting & Pencelupan III. ZONA INDUSTRI PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri)
Jl. Raya Cikopo-Bungur sari PWK Jl. Raya Sadang Raya Ciwangi Jl. Industri Ds. Benang Kuning Jl. Ry PWK-Sbng Km 15 Pwk Jl. Ry Pwk- Subang Jl Ry PWK-Sbng Km 12 Pwk Ds. Bungur Sari PWK Jl. Ry Cikopo-Cikampek Dc. Cilangkap PO. BOX 9 Kembang Kuning, Jati Luhur Jatiluhur Pwk Jl. Raya Subang - Pwk Jl. Ry Cikampek km 5 Cbn Jl. Industri km3 BBC Pwk Jl. Ry Subang Cikumpay Pwk Cinangka 06/02 Campaka Pwk Ciparung Sari Cibatu Ds. Cibening-Cibungur Pwk Jl. PB Ampera Ds. Cikopo Ds. Cicadas Pwk Jl. Ry Cikopo - Bungursari Cilumpang Jatiluhur
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Cipta Artha Graha Cipta Kemas Abadi Citra Wirya Makmur Gede Karang Great River Industri Indaci Prima Indofood Sukses makmur Indopanca Centratex Multi Warna Karpetindo Prima Aneka Berjaya Puspita Great Tekstile Raja Busana Mahameru Sanny Mitra Sejati
Pencelupan Kain Kemasan dan Percetakan Karung Plastik Industri Kertas Pakaian dalam W Tekstil Bumbu Pemintalan Benang Industri Karpet Biskuit Puspita Great Tekstil Pakaian Jadi Industri Kertas Budaya
Jl. Raya Ubrug Purwakarta KBI Blok A1 No. 2-5 Jl. Raya Babakan Cikao Jl Ry Pwk-Subang Km Jl. Ry Subang km 7 Jl. Raya Ds. Cibinong Jatiluhur Jl. Raya Cikopo Km 13 Jl. Raya Ubrug Purwakarta Jl. Lurah Kawi Jatiluhur KBI Blok AII Pwk Jl. Cinta Karya Cikopo Jl. Raya Cibening Jl. Lapang Desa Cilegon
14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Starwin Indonesia Warna Unggul Hanin Perkasa Sandalindo Cisangkan Karya Sarana Kertasindo Bio Indonesia Nusantara Erinaka Perdana Jatinda Tripanadamba Kian Jaya Perkebunan Cikumpay Rimba Asritama
Industri Sedotan Industri Tekstile Bordir Alas Kaki/sandal Genteng Pres Album Foto pupuk Mebeul/kayu olahan Peralatan Rumah Tangga Kerajinan Rotan Karet Pengolahan Kayu
Ds. Cijunti Campaka Jl. Ry Subang km 8 Ds. Cikopo Kec. Bungur sari ds. Cikumpay Kec. Campaka Ds. Cijaya Kec. Campaka Ds. Cipinang Cibatu Ds. Cibening, Kec. Bungursari Ds. Cipinang Kec. Cibatu Ds. Jati Luhur Kec. Jatiluhur Ds. Cikopo Kec. Bungur sari Ds. Kerta Mukti, Kec. Campaka Ds. Cijumti Kec. Campaka
PERORANGAN I. KEC. BABAKAN CIKAO 1 2 3 4 5
Adang Maman/Sumber Rejeki Hany Haidawati Djedje Munajat, Spd/PO Burangrang Nurdin Hidayat/Pelanet Grafika Ir. Bambang/Feralindo Adhitama
Alamat Kp. Krajan Rt. 08/04 Kp. Mekarsari Rt. 08/04 Jl. Raya Wanayasa Perum Griya Mukti Blok B2/1, Ds. Ciwareng Jl. Industri Km.8 ds. Hegarmanah
III. KEC. BUNGUR SARI 1 2 3 4 5
Alamat
H. Daud/Cahaya Teknik Kp. Cibaragalan Rt.07/02 Ds. Ciwangi Ganda Solimin/PT. Masana Putra Jl. Raya Cinangka Rt. 08/04 Karji Lesta b. Raswan/Campaka GarmentKp. Dangdeur Rt.03/01 Bungursari Erick Supriatna Kp. Karya Mulya Rt.14 Desa Cikopo Kec. Bungursari Roti Rahmat/Engkus Kusnadi Roti Tawar
IV. KEC. CAMPAKA 1 Anwar Faridi/Itikurih Jaya Mandiri V. KEC. CIBATU 1 Awan Puradisastra/Fajar 2 Anah Kurnia VII. KEC. JATILUHUR 1 Kandi Suryana/Priangan VIII. KEC. KIARA PEDES 1 Ade Fauzi b. H Mukti 2 Amadi 3 Mumu/Duta Alam X. KEC. PASAWAHAN 1 AB. Blok /Awod Muhammad XI. KEC. PLERED 1 2 3 4
Palalisman Dudung /Restu Sulaeman/PD. RM Hendra Jaya Super/Hj. Nia Sumarni
XII. KEC. PURWAKARTA 1 2 3 4 5 6
Yana Suryana/Intan Permai Harmonis Tailor Drs. Adang S. BBA/Purwa Makmur Tritunggal Dedi Widiyanto Toko Jepara Indah/Abdullah Jafar
XIII. KEC. SUKATANI 1 Sarif Hidayat XIV. KEC. TEGAL WARU 1 Imas/2001 2 Lutfi Askar/Raja Atap 3 Hade Jaya Super XV. KEC. WANAYASA 1 2 3 4
Masitoh/Firma Drs. Endang Abidin/Leana Mandiri Sumber Rejeki/Arjani Nidya Putri
Jenis Usaha Minyak Pala Roti Manis Tepung Tapioka Percetakan Penjernih Air Jenis Usaha Bengkel Las Bengkel Las Mantel Pria Kaca Lampu Kp. Cibakagalan Rt.32/01 Ds. Ciwangi Kec. Bungursari
Alamat Ds. Cisaat-Campaka
Jenis Usaha Konveksi
Alamat Kp. Cikopo Rt. 01/01 Ds. Karya Mekar Kp. Krajan Rt. 06/03 Ds. Cikopo
Jenis Usaha Perabot Rumah Tangga Kerupuk
Alamat Jl. Pramuka No. 303 Rt.18/06 Ds. Bunder
Jenis Usaha Percetakan
Alamat Kp. Cikubang Rt. 05/01 Ds. Pusaka Mulya Kp. Cisitu Rt.06/02 Ds. Margaluyu Kp. Cisitu Rt.06/02 Ds. Margaluyu
Jenis Usaha Tehh Hijau Ubin batu alam Ubin batu alam
Alamat Jl. Raya Cihuni Rt.01/01 ds. Cihuni
Jenis Usaha Paving Block
Alamat Kp. Sukasari RT. 04/02 Ds. Cibogo Kp. Cibogo Peuntas Rt.16/09 Ds. Cibogo Hilir Kp. Tegal kalapa Rt.05/02, Desa Citeko Kp. Pesantren Rt.08/04, ds. Palinggihan
Jenis Usaha Tahu Kompor Minyak Genteng Press Genteng Press
Alamat Gg Mawar IV. Rt. 04/09 , Nagri Kaler Kel. Sindang Kasih Jl. A. Yani No. 02 Rt. 15/05, Kel. Cipaisan Jl. Dr. Kusuma atmaja No 84, Cipaisan Sukajadi Rt. 41/06 Purwakarta Jl. Kapten Halim no. 46
Jenis Usaha Pakaian Jadi Luar Pakaian Jadi Luar Cat Minyak Ubin, Paving Block, Gorong2 Industri Tahu Mebeuleir
Alamat Kp. Cilampahan Rt.06/02 Desa Suka Jaya, Sukatani Alamat Kp. Babakan Rt.04/02 Ds. Cadasmekar Kp. Simpang Rt.02/01, Ds. Batutumpang Kp. Warung Jeruk Rt.01/11 Ds. Warung Jeruk Kec. Tegal Waru Alamat Kp. Krajan Rt. O2 /01 Ds,. Sukadami Kp. Krajan Rt. 05 /05 Ds,. Wanayasa Kp. Krajan Rt.02/03, Desa Wanayasa Kp. Cigintung Rt.07/03 Desa Legokhuni, Kec. Wanayasa
Jenis Usaha Kue Kering Jenis Usaha Genteng Press Gentong Plentong Press Genteng Keramik Jenis Usaha Tehh Hijau Industri Komestik Penyulingan Minyak Pala Emping Melinjo
XVI. KEC. PONDOK SALAM 1 H. Much Yuhana/PD. Sukma Mukti 2 Kanta B.H Sanusi
Alamat Kp. Warung Rt. 03/01, Kel. Tegal waru Kp. Warung Rt. 08/04
Jenis Usaha Furnitur Kayu Penggilingan Padi
C. CV I. KEC. BABAKAN CIKAO 1 CV. Wika Perdana/ Agus Wijaya,SH 2 CV. Abadi Benghar Sejahtera
Alamat Kp. Mekarsari Rt.06/02 Ds. Ciwareng Kp. Mulyasari Rt.09/03 Ds. Ciwareng
III. KEC. BUNGUR SARI 1 CV. Dwiguna Utama/Abdul Jalil
Alamat Kp. Cibaragalan No.27 Rt.29/06, Ds.Ciwangi
XI. KEC. PLERED 1 CV. Healty Water /Ir. Alwi Dhani
CV. Fortuna Motor CV. Abadi Teknik CV. Rekayasa Elektrodata CV. Citra Mandiri CV. Tiara jaya/Hj. Popon CV. Gunung Mas/Rojak Saragih CV. Sahabat/ Fredy Hidaya CV. Pertama Abadi/Ingriyanie Yunita PT. Dianyar Sakti/Ny. Rohanah PT. Adi Persada Technik CV. Meg Mutiara CV. Sumber Trijaya/Jejen Zaenal CV. Smart Ventura/Deden Yasin,ST CV. Jaya Motor CV. Mega Utama Motor PT. Setia Ariaputra CV. Harapan Jaya Motor
Alamat
Jenis Usaha Jasa Reparasi Kend. Bermotor Barang Bubutan Perakitan Komputer Percetakan Percetakan Percetakan Percetakan Percetakan Percetakan Service Dinamo dari Karet Percetakan Palet Kayu Percetakan Dealer Dealer Dealer Dealer
Alamat Kp. Cilampahan Rt.06/02 Desa Suka Jaya, Sukatani
XV. KEC. WANAYASA 1 PT. Alam usaha Indonesia
Jenis Usaha Air Mineral
Jl. Veteran No. 49-51 Nagri Kidul Jl. Jend. Sudirman Nagri Kaler Jl. Veteran No. 96 B Nagri Kidul Jl. Jend. Sudirman No. 171 Nagri Kaler Jl. Taman Makam Pahlawan No.22-25 Gg. Mawar No. 15 Nagri Kaler Jl. Taman Makam Pahlawan No.71 Jl. Taman Makam Pahlawan No. 69-71 Jl. Jend. Sudirman No. 71 Nagri Tengah Kel. Ciseureuh - Purwakarta Gg. Mawar II Kel. Nagri Kaler Purwakarta Jl. Ibrahim Singadilaga No.38 Kel. Nagrik Kaler Jl. Basuki rahmat No. 92 Purwakarta Jl. Basuki rahmat No. 73 Purwakarta Jl. RE. Martadinata No. 2 PWK Jl. Basuki Rahmat No. 145, Purwakarta
XIII. KEC. SUKATANI 1 Sarif Hidayat
Jenis Usaha Service Dinamo
Alamat Jl. Griya Indah No. 31 Plered
XII. KEC. PURWAKARTA 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Jenis Usaha Meubeler, Palet kayu Pakaian Jadi
Jenis Usaha Kue Kering
Alamat Kp. Cicadas Ds. Cadasmekar
Jenis Usaha Kayu Olahan
Lampiran 4. Cashflow Rencana Pendirian Kantor Cabang Pembantu di Kabupaten Purwakarta No. I 1.1 1.2 1.3 1.4
Keterangan INFLOW (PENERIMAAN) - Pendapatan Bunga Pinjaman - Pendapatan Provisi & ADM Kredit - Pendapatan Fee Base - Pendapatan Bunga RAC TOTAL INFLOW II OUTFLOW (PENGELUARAN) 2.1 Biaya Investasi 2.2 Biaya Operasional : a Biaya Tetap b Biaya Variabel : - Biaya Bunga Giro - Biaya Bunga Tabungan - Biaya Bunga Deposito TOTAL OUTFLOW NET BENEFIT III CUMMULATIVE CASH BALANCE IV V NPV/tahun, I = 15 % VI JUMLAH NPV (+) VII JUMLAH NPV (-) VIII NPV IX NET B/C X IRR XI PBP (dalam tahun)
0
1 1,035,900,000 103,590,000 17,490,000 (672,000,000) 484,980,000
Tahun ke2
3
4
5
2,685,900,000 268,590,000 52,380,000 327,500,000 3,334,370,000
4,335,900,000 433,590,000 159,880,000 10,505,400,000 15,434,770,000
5,985,900,000 598,590,000 493,640,000 68,680,180,000 75,758,310,000
7,635,900,000 763,590,000 1,534,670,000 380,406,990,000 390,341,150,000
560,000,000
560,000,000
560,000,000
560,000,000
48,000,000 353,860,000 12,158,650,000 13,120,510,000 2,314,260,000 1,221,530,000 803,175,803
86,200,000 1,110,560,000 65,051,800,000 66,808,560,000 8,949,750,000 10,171,280,000 5,815,462,352
154,800,000 3,485,400,000 348,043,390,000 352,243,590,000 38,097,560,000 48,268,840,000 23,998,144,288
904,500,000 560,000,000 14,880,000 35,930,000 424,750,000 904,500,000 1,035,560,000 (904,500,000) (550,580,000) (904,500,000) (1,455,080,000) (904,500,000) (1,265,286,957) 30,616,782,443 (2,996,047,826) 27,620,734,617 10.22 82% 1.8
26,730,000 112,750,000 2,272,540,000 2,972,020,000 362,350,000 (1,092,730,000) (826,260,870)