Politik Hukum Pembentukan Lembaga Negara Yang Tidak Diatur Dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Yudi Widagdo Harimurti Dosen Fakultas Hukum Universitas Trunojoyo
[email protected]/
[email protected] Abstract Government as the organizer of the state as the executor of the duties and functions of state power. In practice, the existence of state administration o state institutions in not only determined in 1945 (permanent state institutions), but also emerging state institutions that are not regulated in 1945 (non-permanent state institutions). It is problematic law because in addition to the establishment of the legal basic also non- permanent form of state institution together with the permanent state institutions. Key Word: state institution,establishment, Abstrak Pemerintah selaku penyelenggara negara membutuhkan lembaga negara sebagai pelaksana tugas dan fungsi kekuasaan negara. Dalam praktek penyelenggaraan negara eksistensi lembaga negara tidak hanya yang ditentukan dalam UUD 1945 (lembaga negara permanen), namun juga bermunculan lembaga negara yang tidak diatur dalam UUD 1945 (lembaga negara non permanen). Menjadi problematika hukum, karena selain dasar hukum pembentukan juga bentuk lembaga negara non permanen sama dengan lembaga negara permanen. Kata Kunci : Pembentukan, Lembaga Negara Pendahuluan
tian pemerintah dan eksistensinya dalam penyelenggaraan kehidupan
Eksistensi negara sebagaimana
bernegara.
lazimnya membutuhkan penyeleng-
Secara ilmiah dibedakan penger-
gara negara untuk mewujudkan cita-
tian pemerintah dan pemerintahan,
cita dan tujuan bernegara. Penye-
walaupun secara umum penggunaan
lenggara negara dimaksud adalah
kedua pengertian tersebut dianggap
pemerintah yang merupakan salah
sama. Pengertian pemerintah adalah
satu unsur negara. Dalam berbagai
organ (alat) negara yang menjalan-
kepustakaan telah dijelaskan penger-
kan tugas/fungsi (C.S.T. Kansil, 120
Yudi Widagdo : Politik Hukum Pembentukan Lembaga Negara.....
121
1983 : 21). Sedangkan pengertian
bukan sebagai lembaga masyarakat
pemerintahan adalah segala urusan
disebut lembaga negara dan lembaga
yang
dalam
negara tersebut dapat berada dalam
kesejahteraan
ranah legislatif, ranah eksekutif dan
rakyatnya dan kepentingan negara
ranah yudikatif (Jimly Asshiddiqie
sendiri, sehingga tidak diartikan
[I], 2006 : 330) .
dilakukan
negara
menyelenggarakan
sebagai tugas eksekutif saja namun
Menurut Montesquieu di setiap
juga tugas legislatif dan tugas
negara selalu terdapat 3 (tiga)
yudikatif
macam kekuasaan yang diorgani-
(Moh.
Kusnardi
dan
Harmaily Ibrahim, 1988 : 171).
sasikan kedalam struktur pemerin-
Negara akan tetap eksis dan
tahan, yaitu kekuasaan legislatif,
berkelanjutan dengan adanya eksis-
kekuasaan eksekutif dan kekuasaan
tensi penyelenggara
yang
yudikatif. Eksistensi lembaga negara
tidak lain adalah pemerintah. Peme-
idealnya adalah merepresentasikan
rintah dalam hal ini dimaknai yang
dari ketiga macam kekuasaan terse-
menjalankan tugas legislatif, tugas
but. Mengenai jumlah dan jenis
eksekutif maupun tugas yudikatif,
lembaga negara dalam suatu negara
tentunya dibutuhkan organ (alat) ne-
tidak ada aturannya, yang penting
gara untuk menjalankan tugas-tugas
bentuk perwujudan dari 3 (tiga)
tersebut. Dapat dimaknai dalam
macam kekuasaan tersebut. Kenyata-
negara ada implementasi ajaran Trias
annya ada lembaga negara yang
Politica dan adanya sejumlah organ
bukan perwujudan ketiga macam
(alat) negara.
kekuasaan, walaupun secara fung-
negara
Di beberapa negara banyak tum-
sional dibutuhkan, namun sebenar-
buh dan berkembang variasi bentuk-
nya dapat menjadi bagian dari
bentuk organ (alat) negara. Untuk
lembaga negara yang telah ada.
menyamakan persepsi dalam pemba-
Eksistensi lembaga negara dalam
hasan makalah ini istilah organ (alat)
suatu negara tidak banyak dalam
negara
negara,
takaran jumlah, namun yang terpen-
walaupun banyak persepsi mengenai
ting kualitas dalam takaran pelaksa-
istilah organ (alat) negara tersebut.
naan tugas (fungsi) pemerintahan.
Lembaga apa saja yang dibentuk
Tepat jika pernyataan, bahwa miskin
adalah
lembaga
122
Rechtldee Jurnal Hukum, Vol. 8. No. 1, Juni 2013
struktur kaya fungsi dalam arti eksis-
tif.
tensi lembaga negara tidak banyak
Berdasarkan pernyataan tersebut
dalam kuantitas namun banyak da-
di atas dapat dipahami, bahwa
lam kualitas. Terpenting ketiga ma-
pengaturan eksistensi lembaga ne-
cam kekuasaan dalam suatu negara
gara ada pada konstitusi. Hal tersebut
tidak terhimpun dalam 1 (satu) lem-
sejalan
baga, sebab jika demikian maka
Wheare, constitution may establish
kebebasan akan berakhir (Jimly
the principal institutions of gevern-
Asshiddiqie [I], 2006 : 330) .
ment, such as the houses of the legis-
dengan
pendapat
K.C.
Konsekuensi negara yang berkon-
lature, an executive council and a
stitusi, jumlah dan jenis lembaga
supreme court (Wheare, K.C., 1966 :
negara sebagai pelaksana kekuasaan
3). Pendapat tersebut juga mengi-
pemerintahan harus diatur bahkan
syaratkan adanya institusi-institusi
dibatasi dalam konstitusi atau UUD.
tambahan di luar konstitusi.
Constitutions
D.
Indonesia sebagai negara yang
sources,
berdasarkan pada UUD 1945 telah
purposes, uses and restraints of
membentuk lembaga-lembaga ne-
public power (Duchacek, Ivo D.,
gara yang
1987:142). Dengan begitu pem-
ranah legislatif, ranah eksekutif dan
batasan kekuasaan pada umumnya
ranah yudikatif. Lembaga-lembaga
dianggap sebagai materi umum
negara yang ada dalam UUD 1945
konstitusi.
dapat
Duchacek,
menurut
identify
the
Ivo
dapat
disebut
berada
sebagai
dalam
lembaga
Sementara itu Friedrich menya-
negara yang permanen, mengingat
takan, an institutionalised system of
untuk membentuk, merubah bahkan
effective, regularised restraints upon
menghilangkan harus melalui meka-
governmental action (Friedrich, C.J.,
nisme Amandemen
1963 : 217). Dalam pengertian
terlebih dahulu. Dalam beberapa
demikian hal terpenting dalam setiap
kepustakaan lembaga negara perma-
konstitusi adalah pengaturan pem-
nen disebut sebagai lembaga negara
batasan kekuasaan pemerintahan,
utama.
UUD
1945
baik kekuasaan legislatif, kekuasaan
Mengingat UUD hanya mengatur
eksekutif maupun kekuasaan yudika-
yang umum eksistensi lembaga
Yudi Widagdo : Politik Hukum Pembentukan Lembaga Negara.....
123
negara dalam suatu negara, maka
negara non permanen, baik dalam
dibutuhkan pengaturan yang lebih
bentuk maupun jenisnya. Begitu pula
khusus
ekesistensi
dengan dasar hukum pembentukan-
lembaga negara pendukung atau
nyapun berbeda-beda, ada UU, ada
lembaga negara non permanen. Dise-
juga PP, ada yang lain Perpres (Kep-
but lembaga negara non permanen,
pres).
dan
spesifik
karena untuk membentuk, merubah
Memperhatikan uraian sebagai-
atau mengganti bahkan menghilang-
mana pada Pendahuluan di atas dan
kan dengan mudah dilakukan oleh
melihat praktek ketatanegaraan pe-
pemerintah, baik oleh Presiden dan
merintahan Indonesia, maka rumu-
DPR atau oleh Presiden. Hal tersebut
san masalah makalah ini adalah : 1)
berarti pengaturan lembaga negara
Mengapa dibentuk lembaga negara
non permanen dengan UU atau
yang tidak diatur dalam UUD 1945;
dengan PP atau dengan Perpres
2) Bagaimanakah eksistensi lembaga
(Keppres).
negara yang tidak diatur dalam UUD
Satu hal yang pasti eksistensi lembaga
1945
negara non permanen
adalah lembaga negara pendukung
Politik Hukum
dalam arti eksistensi lembaga negara non permanen hanya pendukung
Penyelenggaraan
pemerintahan
lembaga negara permanen serta tidak
Indonesia, baik dalam ranah legis-
bertentangan dengan lembaga negara
latif, ranah eksekutif maupun ranah
permanen. Pertentangan itu, teruta-
yudikatif harus berdasarkan UUD
ma mengenai kewenangan dan tidak
1945. Penyelenggaraan pemerintah-
berlaku asas lex specialis derogat
an dimaksud adalah lembaga-lemba-
legi generalis. Hal lain eksistensi
ga negara yang diatur dalam UUD
lembaga negara non permanen terha-
1945. Sebagaimana kita ketahui,
dap
permanen
bahwa lembaga-lembaga negara ter-
adalah mengenai nama dan menafik-
sebut adalah Majelis Permusya-
kan lembaga negara permanen.
waratan Rakyat (MPR), Dewan Per-
lembaga
negara
Praktik ketatanegaraan Indonesia
wakilan Rakyat (DPR), Dewan Per-
telah memunculkan banyak lembaga
wakilan Daerah (DPD), Presiden,
124
Rechtldee Jurnal Hukum, Vol. 8. No. 1, Juni 2013
Mahkamah Agung (MA), Mahka-
Padmo Wahjono merumuskan, bah-
mah Konstitusi (MK), Badan Peme-
wa “politik hukum sebagai kebijakan
riksa Keuangan (BPK), Komisi
dasar yang menentukan arah, bentuk
Yudisial (KY), Komisi Pemilihan
maupun isi hukum yang akan diben-
Umum (KPU), Bank Sentral, Tentara
tuk (Padmo Wahjono, 1986 : 160).
Nasional
dan
Sementara Soedarto mendefinisikan
Kepolisian Negara Republik Indone-
politik hukum “sebagai kebijakan
sia (POL- RI).
negara melalui badan-badan negara
Indonesia
(TNI)
Lembaga-lembaga negara terse-
yang berwenang untuk menetapkan
but eksistensinya sah secara konsti-
peraturan-peraturan yang dikehenda-
tusional, karena pengaturannya oleh
ki yang diperkirakan akan dipergu-
UUD 1945. UUD 1945 adalah me-
nakan untuk mengekspresikan apa
ngatur struktur ketatanegaraan, hu-
yang terkandung dalam masyarakat
bungan
dan untuk mencapai apa yang
antara
lembaga-lembaga
negara dan hubungannya dengan
dicita-citakan”
warga negara (Jimly Asshiddiqie [II],
Suteki, 2010 : 65) .
(Soedarto
dalam
2009 : 445). Selain itu diperkuat oleh
Pengertian politik hukum tersebut
pendapatnya Phillips Hood and
jelas menunjukkan tugas penyeleng-
Jackson, The constitution of a state
gara negara terhadap eksistensi dan
in the abstract sense is the system of
keberlangsungan hukum. Kebijakan
laws, customs and conventions that
atau pernyataan kehendak politik
define the compotition and powers of
penyelenggara negara agar tidak
tge organs of the state and that regu-
sewenang-wenang, maka harus ber-
late the relations of the various state
landaskan etika atau moral dan tidak
organs to one another and to the
absolut kebenarannya. Tepat jika ada
private citizen (Phillips, O. Hood,
pendapat yang menyatakan, politik
and Jackson, Paul, 1989 : 5).
hukum itu “lebih mirip suatu etika
Para ahli hukum telah berupaya
yang menuntut agar suatu tujuan
untuk menjelaskan pengertian politik
yang dipilih harus dapat dibenarkan
hukum dan politik hukum itu selalu
oleh akal sehat yang dapat diuji dan
bersifat ideal, berangkat dari ideal-
cara yang ditetapkan untuk menca-
isme (Bernard L. Tanya, 2011 : 3).
painya harus dapat diuji dengan
125
Yudi Widagdo : Politik Hukum Pembentukan Lembaga Negara.....
kriteria moral” (Bernard L. Tanya,
dewan, ada yang berbentuk badan,
2011 : 2 – 3).
ada yang berbentuk lembaga, ada
Menghadirkan
politik
hukum
yang berbentuk komisi. Eksistensi
dalam penyelenggaraan negara tidak
lembaga-lembaga tersebut mempu-
boleh ada kepentingan-kepentingan
nyai peran dan fungsi membantu
tertentu yang menungganginya. Poli-
penyelenggaraan negara.
tik hukum lebih menyelesaikan per-
Pembentukan
lembaga
negara
soalan kenegaraan bukan menim-
oleh UU atau oleh PP atau oleh
bulkan
Perpres
persoalan
baru.
Dengan
(Keppres)
menimbulkan
demikian tepat pernyataan, bahwa
permasalahan, karena bentuk lemba-
“Teori Politik Hukum adalah politik
ga negaranya sama dengan lembaga
mengarahkan suatu kegiatan/proses
negara dalam UUD 1945. Hal terse-
hukum. Konsep Politik Hukum, juga
but menjadi problematika hukum,
digunakan
mengingat :
untuk
pembentukan
hukum”. Begitu pula tepat juga
a. Bentuk lembaga negara yang
pengertian politik hukum adalah
diatur oleh UU atau oleh PP atau
“pernyataan kehendak politis pe-
oleh Perpres (Keppres) sama
nguasa negara kearah mana hukum
dengan bentuk lembaga negara
hendak dirancang, dilaksanakan dan
dalam UUD 1945;
ditegakkan”.
b. Dapat dikatakan eksistensi kedua
Lembaga Negara Yang Tidak Diatur Dalam UUD 1945 Lembaga-lembaga negara yang ada di Indonesia selain lembaga negara yang diatur dalam UUD 1945, juga terdapat lembaga negara yang diatur oleh UU atau oleh PP bahkan oleh Perpres (Keppres). Lembaga negara yang diatur oleh UU atau oleh PP atau oleh Perpres (Keppres)
ada
yang
berbentuk
lembaga negara dalam bentuk yang sama dengan aturan yang berbeda adalah sama ; c. Dapat juga kewenangan kedua lembaga negara dalam bentuk yang sama dengan aturan yang berbeda adalah sama. Untuk menyelesaikan problematika hukum tersebut harus kita lihat politik hukum, dalam hal ini konsiderans faktual dan/atau penjelasan atas pembentukan lembaga negara
126
Rechtldee Jurnal Hukum, Vol. 8. No. 1, Juni 2013
yang diatur oleh UU atau oleh PP
komisi, mengingat penamaan komisi
atau oleh Perpres (Keppres).
menunjukkan kewenangan tertentu
Selain ketiga hal tersebut di atas,
yang tidak sama dengan kewenangan
bagaimana jika timbul sengketa
dewan atau kewenangan badan.
kewenangan antara lembaga negara
Pengertian komisi adalah pemberian
yang diatur dalam UUD 1945
wewenang atau kekuasaan untuk
dengan lembaga negara yang tidak
mewakili dibidang tertentu (Peter
diatur dalam UUD 1945 atau antar
Salim dan Yenny Salim, 1991 : 758).
lembaga negara yang tidak diatur
Sementara dewan atau badan atau
dalam UUD 1945. Penyelesaian
mahkamah atau majelis adalah satu
sengketa kewenangan antar lembaga
kesatuan untuk melaksanakan tugas
negara yang telah ada aturannya
(Peter Salim dan Yenny Salim, 1991
adalah penyelesaian sengketa kewe-
: 115, 349).
nangan antar lembaga negara yang diatur dalam UUD 1945.
jelas, bahwa bentuk lembaga negara
Pembentukan Beberapa Lembaga Negara Yang Diatur Oleh UU Atau Oleh PP atau Oleh Perpres (Keppres) Pembahasan selanjutnya mengenai eksistensi beberapa
Dari pengertian tersebut di atas
lembaga
negara non permanen (lembaga negara pendukung) dalam beberapa bentuk lembaga negara non permanen. Sebelumnya disampaikan beberapa lembaga negara non permanen dalam bentuk yang sama dengan lembaga negara permanen, seperti : dewan, badan. Bentuk yang benar untuk lembaga negara non permanen adalah
non permanen yang benar adalah komisi. Mengingat eksistensi komisi adalah untuk melaksanakan pemberian wewenang dalam arti eksistensi lembaga negara non permanen harus ada derivatif. Hal tersebut semakin mempertegas, bahwa eksistensi lembaga negara non permanen adalah pendukung lembaga negara permanen bukan sama atau hanya sekedar sejajar, sehingga bentuknyapun berbeda. Selain itu dasar hukumnyapun berbeda, jika lembaga negara permanen dalam UUD 1945, sedangkan lembaga negara non permanen dalam UU atau PP atau Perpres (Keppres). Praktek ketatanegaraan memper-
127
Yudi Widagdo : Politik Hukum Pembentukan Lembaga Negara.....
lihatkan kepada kita bentuk lembaga
tuk lembaga negara non permanen
negara non permanen, baik yang
dalam praktek ketatanegaraan Indo-
diatur oleh UU atau oleh PP atau oleh
nesia tidak konsisten, walaupun
Perpres (Keppres). Berikut lembaga
dapat menjustifikasi tidak adanya
negara non permanen dalam bentuk
keseragaman. Dasar hukum bentuk
dewan, diantaranya : a) Dewan
lembaga negaranya juga berbeda,
Pertimbangan Presiden ; b) Dewan
akan ada tumpang tindih dalam
Pertahanan Nasional ;c) Dewan
struktur
Pertimbangan Otonomi Daerah ; d)
negara.
hirarkhi
kelembagaan
Dewan Pers ; e) Dewan Pengupahan.
Berikut beberapa contoh produk
Lembaga negara non permanen
hukum yang menjadi dasar pemben-
dalam bentuk badan, diantaranya : a)
tukan lembaga negara non perma-
Badan Pengawas Keuangan dan
nen, baik itu UU atau PP atau Perpres
Pembangunan ; b) Badan Pengawas
(Keppres) :
Pemilihan Umum ;c) Badan Nasio-
a. UU (Contoh UU Nomor 19 Tahun
nal Penanggulangan Terorisme ; d)
2006 tentang Dewan Pertimba-
Badan Narkoba Nasional ; e) Badan
ngan Presiden).
SAR Nasional.
b. PP : (Contoh PP Nomor 7 Tahun
Lembaga negara non permanen dalam bentuk komisi, diantaranya : a)Komisi Hukum Nasional ; b)
1994 tentang Lembaga Sensor Film). c. Perpres
(Keppres)
:
(Contoh
Komisi Pemberantasan Korupsi ;
Perpres Nomor 46 Tahun 2010
c)Komisi Nasional Hak Asasi Manu-
tentang Badan Nasional Penang-
sia ; d) Komisi Penyiaran Indonesia ;
gulangan Terorisme jo. Perpres
e) Komisi Pengawas Persaingan
Nomor 12 Tahun 2012 tentang
Usaha.
Perubahan Atas Perpres Nomor
Sebenarnya
lagi
46 Tahun 2010 Tentang Badan
lembaga negara non permanen dalam
Nasional Penanggulangan Tero-
bentuk lain, yakni lembaga, misalnya
risme; Contoh Keppres Nomor 15
Lembaga Sensor Film.
Tahun
Hal
tersebut
masih
ada
memperlihatkan
kepada kita, bahwa pemberian ben-
2000
tentang
Hukum Nasional).
Komisi
128
Rechtldee Jurnal Hukum, Vol. 8. No. 1, Juni 2013
Politik Hukum Pembentukan Beberapa Lembaga Negara Yang Diatur Dalam UU atau PP atau Perpres (Keppres)
sistem implementasi hukum yang menjamin : a) Pemerataan anggaran; b) Penghapusan kemiskinan ; c) Penyediaan fasilitas publik yang
Sebelum
memaparkan
apakah
merata; d) Pemberantasan Korupsi,
politik hukum pembentukan bebera-
Kolusi dan Nepotisme; e) Men-
pa lembaga negara yang diatur dalam
dorong sektor ekonomi produktif
UU atau PP atau Perpres (Keppres),
atau membuka akses ekonomi lebih
perlu dijelaskan terlebih dahulu
besar bagi pelaku ekonomi kecil dan
pengertian politik hukum. Politik
menengah ; f) Dan lain sebagainya.
hukum
(Bernard L. Tanya, 2011:8)
pembentukan
lembaga
negara yang diatur dalam UU atau
Itulah
PP atau Perpres (Keppres) idealnya
penjabaran
ada pada naskah akademik dan/atau
tujuannya mewujudkan kesejahte-
risalah sidang pembuatan peraturan
raan rakyat.
perundang-undangan.
sebenarnya tugas
beberapa
negara
dalam
Berikut penjabaran politik hukum
Memperhatikan pengertian poli-
terutama pada konsiderans faktual
tik hukum jelas menunjukkan tugas
dan/atau penjelasan atas pembentu-
penyelenggara negara, baik itu legis-
kan beberapa lembaga negara yang
latif, eksekutif maupun yudikatif
diatur dalam UU, PP atau Perpres
terhadap
(Keppres) yang
eksistensi
dan
keber-
masing-masing
langsungan hukum. Kebijakan atau
dasar hukum dijelaskan 1 (satu)
pernyataan kehendak politik penye-
contoh :
lenggara negara, agar tidak sewe-
a. UU Nomor 19 Tahun 2006
nang-wenang maka harus berlandas-
tentang Dewan Pertimbangan
kan etika atau moral dan tidak abso-
Presiden
lut kebenarannya.
Didalam konsiderans faktual UU
Politik hukum lebih menyele-
Nomor 19 Tahun 2006 (UU
saikan persoalan kenegaraan bukan
Nomor 19 Tahun 2006 tentang
menimbulkan persoalan baru. Oleh
Dewan Pertimbangan Presiden)
karena itu, tugas politik hukum
dinyatakan, bahwa pembentukan
adalah
Dewan Pertimbangan Presiden
menciptakan
aturan
dan
129
Yudi Widagdo : Politik Hukum Pembentukan Lembaga Negara.....
(WANTIMPRES) Presiden
dalam
disebabkan
Kedudukan WANTIMPRES tidak
menjalankan
dimaknai sebagai sebuah dewan
kewenangannya sebagai peme-
pertimbangan
gang kekuasaan pemerintahan
dengan Presiden atau lembaga
menurut UUD memerlukan nasi-
negara lain seperti Dewan Pertim-
hat dan pertimbangan, agar kebi-
bangan Agung (DPA) pada masa
jakan yang ditetapkan sesuai
sebelum Amandemen UUD 1945.
dengan prinsip-prinsip hukum,
Dari konsiderans faktual dan
demokrasi serta kepemerintahan
Penjelasan Umum UU Nomor 19
yang baik dalam rangka pencapa-
Tahun 2006 jelas terlihat, bahwa
ian tujuan negara sebagaimana
eksistensi WANTIMPRES tidak
diamanatkan dalam Pembukaan
berbeda dengan DPA dalam tugas
UUD 1945.
dan
Selain itu didalam Penjelasan
Jika tidak berbeda dengan DPA,
Umum UU Nomor 19 Tahun
maka pembentukan WANTIM-
2006 dijelaskan, bahwa pemberi-
PRES tidak didasarkan pada
an nasihat dan pertimbangan
kebutuhan dalam rangka penye-
kepada Presiden
lenggaraan negara. Terlebih jika
sekaligus
dimaksudkan,
susunan
yang
sejajar
keanggotaannya.
agar
dilandasi Ajaran Trias Politica,
Presiden dalam setiap pengambi-
maka kekuasaan konsultatif tidak
lan
ada. Demikian juga dalam Teori
keputusan
berdasarkan
pertimbangan yang matang dan
Kelembagaan
Negara
cermat. Didalam penjelasan terse-
kekuasaan eksekutif (Presiden)
but juga dijelaskan keanggotaan
tidak dibutuhkan dewan pertim-
WANTIMPRES yang terdiri atas
bangan,
orang-orang yang jujur, adil,
mempunyai struktur kelembagaan
berkelakuan tidak tercela, nega-
dibawahnya yakni kementerian
rawan dan mempunyai keahlian
negara. Kementerian negara tentu
di bidangnya, sehingga diharap-
saja seharusnya dijalankan oleh
kan Presiden secara sungguh-
orang-orang yang mempunyai
sungguh memperhatikan nasihat
keahlian di bidangnya atau dike-
dan pertimbangannya.
nal dengan istilah profesional.
mengingat
untuk
Presiden
130
Rechtldee Jurnal Hukum, Vol. 8. No. 1, Juni 2013
b. PP Nomor 7 Tahun 1994 tentang
rian negaralah tugas perfilman
Lembaga Sensor Film
diberikan, jika tidak harus ada
Didalam konsiderans faktual PP
kementerian
Nomor 7 Tahun 1994 (PP Nomor
dibebankanlah pada salah satu
7 Tahun 1994 tentang Lembaga
bagian atau sub bagian suatu
Sensor Film) dinyatakan, bahwa
kementerian negara. Pernyataan
sebagai tindak lanjut ketentuan
tersebut
Pasal 33 dan Pasal 34 UU Nomor
miskin struktur kaya fungsi.
8 Tahun 1992 tentang Perfilman, perlu
membentuk
Lembaga
negera
untuk
tersendiri
membuktikan,
c. Perpres Nomor 46 Tahun 2010 tentang Badan Nasional Pen-
Sensor Film (LSF).
anggulangan
Dari konsiderans faktual UU
Perpres Nomor 12 Tahun 2012
Nomor 7 Tahun 1994 jelas terli-
tentang Perubahan Atas Per-
hat, bahwa eksistensi LSF untuk
pres Nomor 46 Tahun 2010 Ten-
melaksanakan kedua pasal (Pasal
tang Badan Nasional Penang-
33 dan Pasal 34) dalam UU
gulangan Terorisme
Perfilman. Hal itu memperlihat-
Didalam
kan, bahwa fokus utama adalah
Perpres Nomor 46 Tahun 2010
pengaturan perfilman bukan LSF.
(Perpres Nomor 46 Tahun 2010
Jika tidak ada pengaturan perfil-
tentang Badan Nasional Pen-
man, maka tidak akan ada LSF.
anggulangan Terorisme) dinya-
Dalam
Kelembagaan
takan, bahwa terorisme merupa-
Negara, pembentukan lembaga
kan kejahatan terhadap kemanu-
negara dibutuhkan untuk melak-
siaan yang bersifat lintas negara,
sanakan tugas dan
terorganisasi
Teori
kekuasaan
Terorisme
konsiderans
dan
jo.
faktual
mempunyai
bukan ada yang harus dilak-
jaringan luas, sehingga mengan-
sanakan baru dibentuk lembaga
cam perdamaian dan keamanan
negara. Lebih lanjut kekuasaan
nasional maupun internasional,
eksekutif (Presiden) telah mem-
oleh
punyai
penanganan
struktur
kelembagaan
karena
itu
memerlukan
secara
terpusat,
dibawahnya yakni kementerian
terpadu dan terkoordinasi. Selain
negara. Pada salah satu kemente-
terorisme merupakan ancaman
131
Yudi Widagdo : Politik Hukum Pembentukan Lembaga Negara.....
nyata dan serius dan setiap saat
terorisme, maka dibentuklah satu
dapat membahayakan keamanan
bagian atau sub bagian pada
bangsa dan negara. Untuk itu
POLRI tersebut.
perlu dibentuk badan yang bertu-
d. Keppres Nomor 15 Tahun 2000
gas menangani terorisme tersebut,
tentang Komisi Hukum Nasio-
yang disebut Badan Nasional
nal
Penanggulangan
Didalam konsiderans faktual Kep-
Terorisme
(BNPT). Didalam
pres Nomor 15 Tahun 2000 (Kepkonsiderans
faktual
pres Nomor 15 Tahun 2000
Perpres Nomor 12 Tahun 2012
tentang Komisi Hukum Nasio-
(Perpres Nomor 12 Tahun 2012
nal) dinyatakan, bahwa dalam
tentang Perubahan Atas Perpres
rangka upaya mewujudkan sistem
Nomor 46 Tahun 2010 Tentang
hukum nasional yang menjamin
Badan Nasional Penanggula-
tegaknya supremasi hukum dan
ngan
ditegaskan
hak-hak asasi manusia berdasar-
kapasitas
kan keadilan dan kebenaran, perlu
kelembagaan BNPT, agar lebih
melakukan pengkajian masalah-
efektif dalam penanggulangan
masalah hukum dan penyusunan
terorisme dan radikalisme.
rencana pembaharuan dibidang
Dari konsiderans faktual Perpres
hukum. Selain itu juga untuk
Nomor 46 Tahun 2010 jelas terli-
memperoleh hasil kajian dan
hat,
perencanaan
Terorisme)
adanya
peningkatan
bahwa
eksistensi
BNPT
secara
obyektif,
untuk menangani secara terpusat,
pelaksanaannya perlu dilakukan
terpadu dan terkoordinasi kejaha-
dengan melibatkan unsur-unsur
tan terorisme. Padahal dalam
dalam masyarakat dan untuk itu
UUD 1945 telah diatur lembaga
dibentuklah Komisi Hukum Na-
negara yang menangani kejahatan
sional (KHN).
yakni POLRI, sehingga pemben-
Dari konsiderans faktual Keppres
tukan BNPT tidak tepat dan tidak
Nomor 15 Tahun 2000 jelas terli-
konsisten dalam hal keberadaan
hat, bahwa eksistensi KHN un-
lembaga negara. Jika POLRI
tuk mewujudkan sistem hukum
belum
nasional yang menjamin tegaknya
menangani
kejahatan
132
Rechtldee Jurnal Hukum, Vol. 8. No. 1, Juni 2013
supremasi hukum dan hak-hak
kekuasaan
asasi manusia berdasarkan ke-
sengketa
adilan dan kebenaran. Selain itu
berkonotasi negatif, sebab dapat
juga untuk melakukan pengkajian
bermakna pertengkaran atau perse-
masalah-masalah
dan
lisihan. Hal itu tentu tabu bagi
penyusunan rencana pembaharu-
penyelenggara negara sebagai panu-
an dibidang hukum serta untuk
tan dan tauladan rakyatnya.
hukum
sendiri-sendiri. itu
sendiri
Kata
dipastikan
memperoleh hasil kajian dan
Kenyataannya tidak dapat di-
perencanaan secara obyektif yang
pungkiri dalam hubungan antar
dalam
lembaga negara adanya sengketa
pelaksanaannya
dilakukan
dengan
perlu
melibatkan
dalam
menafsirkan
kewenangan
unsur-unsur dalam masyarakat.
masing-masing. Terlebih diantara
Lagi-lagi pembentukan lembaga
lembaga
ini (KHN) menyebabkan ambi-
hukum pembentukannya berbeda
quity tugas dengan lembaga lain
dan bukan struktur hirarkhi kelem-
(Kementerian Hukum dan HAM),
bagaan. Secara definitif sengketa
walaupun dari bentuk lembaga
kewenangan antar lembaga negara
sudah benar (komisi).
adalah perbedaan pendapat yang
1. Sengketa
negara
tersebut
dasar
Kewenangan Antara
disertai persengketaan dan klaim
Lembaga Negara Yang Diatur
antar lembaga negara yang satu
Dalam UUD 1945 Dengan Lem-
dengan lembaga negara lainnya me-
baga Negara Yang Diatur Dalam
ngenai kewenangan yang dimiliki-
UU Atau PP Atau Perpres (Kep-
nya masing-masing (Jimly Asshid-
pres)
diqie [III], 2006 : 4).
Atau
Antar
Lembaga
Negara Yang Diatur Dalam UU
Jika timbul sengketa kewenangan
Atau PP Atau Perpres (Keppres)
tersebut, dibutuhkan lembaga ter-
Sebenarnya
terpikirkan
sendiri yang diserahi tugas untuk
akan timbul sengketa kewenangan
menyelesaikannya. Saat ini telah ada
antar lembaga negara, mengingat
lembaga yang mempunyai kewena-
eksistensi lembaga negara adalah
ngan memutus sengketa kewenangan
penyelenggara negara dan telah
negara yang kewenangannya diberi-
memiliki kewenangan dan bidang
kan oleh UUD (Pasal 24C ayat (1)
tidak
133
Yudi Widagdo : Politik Hukum Pembentukan Lembaga Negara.....
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945).
negara non permanen. b. Eksistensi lembaga negara yang
Penyelesaian sengketa kewena-
tidak diatur dalam UUD 1945
ngan antara lembaga negara yang
adalah
diatur dalam UUD 1945 dengan
dukung bagi lembaga negara
lembaga negara yang diatur dalam
yang diatur dalam UUD 1945.
UU atau PP atau Perpres (Keppres)
Sebagai lembaga negara pen-
lebih mudah dilakukan, bila sengketa
dukung haruslah bentuk lembaga
kewenangan tersebut mengenai hi-
negara non permanen tidak sama
rarkhi
kelembagaan.
dengan bentuk lembaga negara
Sedangkan penyelesaian sengketa
permanen. Demikian pula dengan
kewenangan antar lembaga negara
kewenangan
yang diatur dalam UU atau PP atau
lembaga negara non permanen
Perpres (Keppres) belum ada lemba-
adalah derivatif dari lembaga
ga yang berwenang.
negara permanen.
struktur
Kesimpulan a. Pembentukan
lembaga
negara
yang
ada
pen-
pada
Saran lembaga
negara
a. Harus ada penataan pengaturan
yang tidak diatur dalam UUD
dasar hukum pembentukan lem-
1945 pada dasarnya untuk melak-
baga negara non permanen yang
sanakan penyelenggaraan negara,
secara hirarkhi peraturan perun-
sebagaimana yang telah dilak-
dang-undangan
sanakan oleh lembaga-lembaga
1945 ada UU. Saat ini dasar
negara yang diatur dalam UUD
hukumnya tidak konsisten, ada
1945. Untuk membedakan de-
dengan UU, ada yang dengan PP
ngan lembaga negara yang diatur
bahkan juga ada yang dengan
dalam UUD 1945 dan disebut
Perpres (Keppres).
setelah
UUD
sebagai lembaga negara perma-
b. Harus ada penataan eksistensi
nen, maka penyebutan lembaga
lembaga negara non permanen
negara yang tidak diatur dalam
yang secara hirarkhi struktur
UUD
kelembagaan dibawah lembaga
1945
adalah
lembaga
134
Rechtldee Jurnal Hukum, Vol. 8. No. 1, Juni 2013
negara permanen. Sejatinya sebagai lembaga pendukung dapat berbentuk lembaga pemerintah.
: Pusat Studi HTN FH UI dan CV. Sinar Bakti.
Daftar Rujukan
Padmo Wahjono ,1986, Indonesia Negara Berdasarkan Atas Hukum, Jakarta : Ghalia Indonesia,cet. II.
Bernard L. Tanya, 2011, Politik Hukum Agenda Kepentingan Bersama, Yogyakarta : Genta Publishing.
Padmo Wahjono dalam Bernard L. Tanya, 2006, Politik Hukum Agenda Kepentingan Bersama, Yogyakarta : Genta Publishing.
C.S.T. Kansil, 1983, Sistem Pemerintahan Indonesia, Jakarta : Aksara Baru.
Peter Salim dan Yenny Salim , 1991, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta : Modern English Press, Jakarta, Edisi Pertama.
Ivo D. Duchacek, 1987 “Constitution/Constitutionalism” dalam Bogdanor, Vernon (ed), Blackwell’s Encyclopedia of Political Science, Oxford : Blackwell. C.J. Friedrich, 1963, Man and His Government, New York : McGraw-Hill. Jimly Asshiddiqie (I), 2006, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi, Jakarta : Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI. ----------------------(II), 2006, Sengketa Kewenangan Antarlembaga Negara, Jakarta : Konstitusi Press. ----------------------- (III), 2009, Menuju Negara Hukum Yang Demokratis, Jakarta : P.T. Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia. Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, 1988, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, Jakarta
O. Hood Phillips dan Paul Jackson, 1989, Constitutional and Administrative Law, London : Sweet & Maxwell Ltd. Soedarto (2010) dalam Suteki : Rekonstruksi Politik Hukum Hak Atas Air Pro-Rakyat, Malang : Surya Pena Gemilang. K.C. Wheare, 1966, Modern Constitutions, London : Oxford University Press. UUD dan Peraturan dang-undangan :
Perun-
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. UU Nomor 19 Tahun 2006 tentang Dewan Pertimbangan Presiden. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 108. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 4670.
Yudi Widagdo : Politik Hukum Pembentukan Lembaga Negara.....
PP Nomor 7 Tahun 1994 tentang Lembaga Sensor Film, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 12. Perpres Nomor 46 Tahun 2010 tentang Badan Nasional Penanggulangan Terorisme.
135
Perpres Nomor 12 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Perpres Nomor 46 Tahun 2010 Tentang Badan Nasional Penanggulangan Terorisme. Keppres Nomor 15 Tahun 2000 tentang Komisi Hukum Nasional.