POLA-POLA PEMBENTUKAN KEPENDEKAN RAGAM BAHASA INDONESIA INFORMAL PADA TESTIMONIALS AND COMMENTS DALAM SITUS FRIENDSTER
DIAN PROBOWATI
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN DAN BUDAYA UNIVERSITAS INDONESIA 2008
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
POLA-POLA PEMBENTUKAN KEPENDEKAN RAGAM BAHASA INDONESIA INFORMAL PADA TESTIMONIALS AND COMMENTS DALAM SITUS FRIENDSTER
Skripsi diajukan untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar Sarjana Humaniora
oleh DIAN PROBOWATI NPM 0704010134 Program Studi Indonesia
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN DAN BUDAYA UNIVERSITAS INDONESIA 2008
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
Skripsi ini telah diujikan pada hari Selasa, tanggal 22 Juli 2008.
PANITIA UJIAN Ketua
Pembimbing
Dewaki Kramadibrata, M. Hum.
Panitera
Asep S. Sambodja, S.S.
M. Umar Muslim, Ph.D
Pembaca I
Lita Pamela Kawira, M.Si.
Pembaca II
Dewaki Kramadibrata, M.Hum.
Disahkan pada hari ..................., tanggal ....... ...................... 2008, oleh:
Koordinator Program studi Indonesia,
Dewaki Kramadibrata, M. Hum.
Dekan FIB UI,
Dr. Bambang Wibawarta
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
Seluruh isi skripsi ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis
Jakarta, 22 Juli 2008
Dian Probowati 0704010134
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
Skripsi ini kupersembahkan untuk mereka yang selalu kusayangi sampai kapan pun, Ibu, Bapak, Mba Danik, dan Mas Danang.
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
PRAKATA
Syukur alhamdulillah penulis sampaikan kepada Allah SWT yang telah memberiku kehidupan hingga saat ini. Tanpa kehendak-Nya karya ini tidak akan pernah ada. Terima kasih saya ucapkan kepada Koordinator Program Studi Indonesia, Ibu Dewaki Kramadibrata yang selalu sabar membimbing kami semua dari awal perkuliahan hingga saat ini. Terima kasih juga saya sampaikan kepada pembimbing akademik, Bapak Frans Asisi Datang yang telah mengajarkan dan memberikan bayak ilmu kepada saya. “Saya selalu senang diajarkan bapak di kelas”. Tak lupa juga saya sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak M. Umar Muslim selaku dosen pembimbing skripsi saya. Terima kasih atas kesediaan Bapak yang selalu menyediakan waktu bagi saya untuk berkonsultasi. Terima kasih atas bimbingan, saran, dan masukan yang Bapak berikan. Kadangkadang saya sampai terlena dengan kecerdasan dan kepintaran bapak. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada para penguji skripsi, Ibu Lita Pamela Kawira dan Ibu Dewaki atas segala masukan dan koreksinya. Dan semua dosen yang telah mendidik saya selama empat tahun ini. Terima kasih untuk segala ilmu yang telah diberikan. Terima kasih untuk kakak-kakakku, 2002 yang memberikan inspirasi dan mengenalkan pada kami apa itu sastra indonesia. Terima kasih untuk 2001, 2003, yang juga mengajarkan banyak hal dan membuat kami selalu kompak. Terima kasih untuk adik-adik 2005, 2006, 2007 yang membuat tidak terasanya perjalanan empat tahun ini. Terima kasih untuk teman-teman basket FIB UI! Senang bisa menjadi bagian dari tim yang merebut kembali medali emas Olimpiade UI dari tangan sekutu. Untuk bapak-bapak, ibu-ibu, mbak-mbak, mas-mas penjual di kantin, tanpa kalian aku tak akan semangat menuju kampus.
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
Untuk para pesepakbola dunia, terutama tim nasional Inggris dan skuad Sir Alex Ferguson, Manchester United, terima kasih selalu memberikan permainan terbaik untuk disaksikan. Terima kasih selalu menemani di tengah malam yang sunyi, kalian salah satu penyemangatku untuk mengerjakan skripsi ini. Kalian akan selalu kukagumi. Yakinlah saya akan menonton kalian secara langsung. David Beckham, sampai bertemu! Terima kasih juga penulis sampaikan kepada para musisi dunia dan Indonesia terutama, John Legend, Chris Brown, Kahitna, Afgan, Padi, dan lain-lain. Suara kalian selalu membuatku terjaga dan menyemangatiku untuk menyelesaikan skripsi ini. Dan untuk para penyiar radio yang terus semangat hingga malam menjelang pagi. Terima kasih 2004! Yang begitu menyenangkan, menggairahkan, dan menyegarkan hari-hariku. Terima kasih kepada Yasmin yang sempat seminggu 6 kali bertatap muka dan selalu mengagetkan dengan gerakan-gerakan tak terduga terutama gerakan jalan sekretaris camat. Njoph si ibu yang genit selalu dan menerkam ganas laki-laki dari belakang sampai nggak mau lepas. Ayu gembul sexy-ku yang sangat perhatian dan sangat famous. Dea bebiku bala-bala yang centil dan banyak gaya, paling ada-ada aja. Uthe si kecil nomor satu yang mungil lagi centil, temen ketawa paling pas pas pas, nggak nyangka bisa depresi tsunami. Khakha si manja yang bukan hanya pemain terbaik, tetapi juga teman terbaik yang pernah kupunya. Lucky si kuki item yang cerewet dan lucu yang handphone-nya dibeliin siapa. Ega yang paling manis dan siap membantu, yang paling baik, temen nonton Thomas Cup bareng, temen nyabu pacarnya. Genih si kecil nomor dua yang kadang-kadang keribedan sendiri, tetapi selalu lekat dihati. Ida si kecil nomor tiga yang bijak, tetapi bijaknya lebih sering tertutup dengan tingkah dan kekonyolannya. Dhani yang sukanya ngegosip aja, paling tahu Conan yang kumau. Nitongku si anak paling banyak cardigan, tolong kenalkan seorang pria padaku. Rosi yang sama-sama suka si emeng, Fatya yang sedang menuju kecerahan wajah. Ayu Ipe, Putri, Siti, temen seperjuanganku yang paling mengerti akan kesibukan Pak Umar. Oi jadi ingin menikah juga kalau inget kamu. Riska terima kasih untuk sms-nya, Ati si toa
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
penggemar MU juga, Leni yang juga doyan emeng, tetapi nggak melihara. Heni, Fenty ternyata si kecil nomor 4 dan 5. Mila yang ternyata penggemar bola. Chacha si ibu pintar yang tak enggan berbagi ilmu. Ojab ratunya pantun Betawi. Novi yang selalu ceria. Eko, Joko, Catra, Subhi, Tablo, Ochan, Royo, Dimas, Edi, entah betapa gersangnya sastra Indonesia tanpa kalian. MT dan Ospi yang jauh di mata dekat di hati. Terima kasih kepada semua yang tak tersebut karena lupa. Terima kasih! Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman bermain, Farriy si item yang cantik dan selalu tampil modis, temen paling lucu se-antero dunia. Ichiy dan Yudiy yang paling tidak risih diintili saat pacaran. Imeng dan si Kidul teman kecilku hingga kini. Kalian teman terbaik. Last, but not least, terima kasih kepada Ibu dan Bapak orang tuaku tersayang. Maaf kalau selalu membuat susah dan membuat kalian marah. Untuk Bapak, walaupun nun jauh di sana tetapi selalu dekat dihati. Terima kasih atas perjuangannya selama ini untuk menghidupi keluarga. Untuk kakak-kakakku yang juga tersayang di se-anterojagat raya, Mba Danik dan Mas Danang, terima kasih untuk semuanya yang telah kalian berikan. Untuk Embah, aku juga sayang Embah. Dan untuk sepupusepupu dan keponakan-keponakan terkasih, terima kasih selalu meramaikan suasana di hati ini.
23 Juli 2008 Penulis
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
DAFTAR ISI
PRAKATA
vi
DAFTAR ISI
ix
DAFTAR LAMBANG
xiii
ABSTRAK
xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang
1
1.2
Rumusan Masalah
4
1.3
Tujuan Penelitian
5
1.4
Ruang Lingkup Penelitian
5
1.5
Sumber Data
6
1.6
Metode Penelitian
8
1.7
Landasan Teori
9
1.8
Penelitian Terdahulu
10
1.9
Manfaat Penelitian
10
1.10
Sistematika Penyajian
11
BAB II LANDASAN TEORI 2.1
Kependekan Kata
12
2.2
Bentuk-Bentuk Kependekan
13
2.3
Beberapa Konsep untuk Menjelaskan Pola Pembentukan Kependekan
17
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
2.3.1
Huruf
17
2.3.2
Kata
19
2.3.3
Suku Kata
21
2.3.4
Diftong dan Gugus
23
BAB 3 POLA-POLA PEMBENTUKAN KEPENDEKAN 3.1
Data Kependekan
25
3.2
Pola Pembentukan Kependekan
26
3.2.1
Singkatan
26
3.2.1.1
Pengekalan dua huruf pertama sebuah kata
27
3.2.1.2
Pengekalan tiga huruf pertama sebuah kata
28
3.2.1.3
Pengekalan suku pertama dan huruf pertama dan terakhir suku
29
kedua sebuah kata 3.2.1.4
Pengekalan huruf pertama suku pertama dan huruf pertama dan terakhir suku kedua sebuah kata
3.2.1.5
30
Pengekalan huruf pertama suku pertama dan pengekalan suku berikutnya sebuah kata
32
3.2.1.6
Pengekalan huruf pertama setiap suku sebuah kata
33
3.2.1.7
Pengekalan huruf pertama suku pertama dan suku kedua dan pengekalan huruf pertama dan terakhir suku ketiga sebuah kata
3.2.1.8
Pengekalan huruf pertama suku pertama dan suku kedua dan pengekalan suku terakhir sebuah kata
3.2.1.9
35
36
Pengekalan huruf pertama dan terakhir suku pertama
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
dan suku kedua sebuahn kata 3.2.1.10
37
Pengekalan huruf pertama dan terakhir suku pertama dan suku kedua sebuah kata
38
3.2.1.11
Pengekalan huruf pertama dan terakhir sebuah kata
40
3.2.1.12
Pengekalan huruf pertama dan terakhir suku kata pertama dan huruf pertama suku kedua sebuah kata
3.2.1.13
41
Pengekalan huruf pertama suku pertama dan dua huruf pertama suku kedua sebuah kata
42
3.2.1.14
Pengekalan huruf pertama dan terakhir suku kedua sebuah kata
43
3.2.1.15
Pengekalan huruf pertama sebuah kata
44
3.2.1.16
Pengekalan huruf pertama dan penggantian kata dasar dengan bilangan
45
3.2.1.17
Pengekalan huruf pertama dari setiap kata
46
3.2.1.18
Pengekalan huruf pertama kata pertama dan huruf pertama kata kedua dari gabungan kata
3.2.1.19
47
Pengekalan kata pertama dan pengekalan huruf pertama suku pertama
48
3.2.1.20
Pengekalan huruf pertama suku kedua tiap kata
49
3.2.1.21
Pengekalan huruf yang tak beraturan
50
3.2.2.
Penggalan
50
3.3.2.1.1
Pengekalan suku pertama sebuah kata
51
3.3.2.1.2
Pengekalan suku kedua atau terakhir sebuah kata
51
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
3.3.2.1.3
Pengekalan tiga huruf pertama sebuah kata
52
3.3.2.1.4
Pengekalan empat huruf pertama
53
3.3.2.1.5
Pengekalan empat huruf pertama
53
3.2.3
Akronim
53
3.2.4
Kontraksi
55
3.2.4.1
Pengekalan suku pertama kata pertama dan suku terakhir kata Kedua
3.2.4.2
55
Pengekalan suku terakhir kata pertama dan pengekalan seutuhnya kata kedua
55
3.2.4.3
Pengekalan tiga huruf pertama tiap kata
56
3.2.4.4
Pengekalan dua huruf pertama kata pertama dan tiga huruf pertama kata kedua
3.2.4.5
Pengekalan suku pertama kata pertama dan tiga huruf pertama kata kedua
3.2.4.6
58
Pengekalan dua huruf pertama suku kedua kata pertama dan pengekalan seutuhnya kata kedua
3.2.4.7
57
58
Pengekalan dua huruf pertama suku kedua kata pertama dan pengekalan suku terakhir kata selanjutnya
59
3.2.4.8
Pengekalan suku pertama tiap kata
60
3.2.4.9
Pengekalan tiga huruf pertama kata pertama dan pengekalan seutuhnya kata kedua
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
60
3.2.4.10
Pengekalan suku pertama kata pertama dan pengekalan empat huruf pertama kata kedua
3.2.4.11
61
Pengekalan tiga huruf pertama tiap komponen kata disertai pelesapan konjungsi
61
3.2.4.12 Pengekalan suku pertama kata pertama dan huruf pertama dan terakhir kata kedua
62
3.2.4.13 Pengekalan beberapa huruf yang tak beraturan pada sebuah kata
62
3.2.5
Lambang Huruf
63
3.3
Bentuk Khusus
63
3.3.1
Pengekalan huruf pertama suku pertama dengan penggantian vokal terakhir sebuah kata
3.3.2
Pengekalan huruf pertama suku pertama dan huruf pertama suku pertama dengan penggantian diftong terakhir dari kata
3.3.3
64
66
Pengekalan huruf pertama suku pertama dan huruf pertama setelah deret vokal dengan penggantian deret vokal di tengah kata
68
3.3.4
Penggantian kata dengan sebuah huruf
69
3.3.5
Pengekalan huruf atau gabungan huruf dengan penggantian huruf
70
3.3.6
Pengekalan suku terakhir kata pertama dengan penggantian seutuhnya kata kedua
71
BAB 4 KESIMPULAN 4.1
Kesimpulan
75
4.2
Saran
77
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
DAFTAR PUSTAKA
78
Lampiran 1: Tabel Frekuensi
80
Lampiran 2: Daftar kependekan kata
86
Lampiran 3: Contoh testimonials and comments
99
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
DAFTAR LAMBANG
(-)
= memisahkan suku kata
/ /
= menunjukkan huruf fonemis
[ ]
= menunjukkan bunyi/lafal
Bold = menandakan unsur yang dikekalkan Italic = menunjukkan kependekan kata ___
= menandakan unsur yang dengan unsur lain
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
ABSTRAK
DIAN PROBOWATI. Pola-Pola pembentukan Kependekan Ragam Bahasa Indonesia Informal dalam Testimonials and Comments pada situs Friendster. Di bawah bimbingan Bapak M. Umar Muslim, Ph.D. Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008. Penelitian mengenai pola-pola pembentukan kependekan ragam bahasa Indonesia informal dalam Testimonials and Comments pada situs Friendster telah selesai dilakukan. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui pola-pola pembentukan kependekan ragam bahasa Indonesia informal yang terdapat dalam Testimonials and Comments pada situs Friendster, dan melihat pola pemendekan yang paling sering digunakan dalam penulisan Testimonials and Comments pada situs Friendster. Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyimak penggunaan bahasa. Kata-kata dicatat secara manual, dikelompokan berdasarkan bentuk-bentuknya, kemudian dianalisis pola-pola pembentukannya. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa secara keseluruhan terdapat 5 bentuk kependekan dengan 47 pola pembentukan kependekan ragam bahasa Indonesia informal dalam Testimonials and Comments pada situs Friendster. Kependekan bentuk singkatan terdiri atas 21 pola pembentukan, bentuk penggalan terdiri atas 5 pola pembentukan, bentuk kontraksi terdiri atas 13 pola pembentukan, bentuk akronim dan lambang huruf masing-masing hanya terdiri atas satu pola pembentukan. Selain itu, terdapat bentuk khusus dengan 6 pola pembentukan. Kependekan bentuk singkatan dengan pola pengekalan huruf pertama suku pertama dan huruf pertama dan terakhir suku kedua merupakan pola pembentukan yang paling
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
sering digunakan dalam penulisan Testimonials and Comments pada situs Friendster (18,25%). Bentuk kependekan dengan pola pengekalan huruf pertama suku pertama dan huruf pertama dan terakhir suku kedua sebuah kata dominan digunakan karena pola ini cenderung meluluhkan semua vokal dalam kata. Huruf vokal memiliki jumlah lebih sedikit daripada jumlah konsonan sehingga membuat kemungkinan salah pengertian makna antara penulis dan penerima pesan lebih kecil.
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
BAB 1 PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang Kependekan kata dalam tindak komunikasi sehari-hari semakin sering ditemukan. Menurut Harimurti Kridalaksana (2007: 159), kependekan merupakan hasil dari proses pemendekan atau dalam istilah lain disebut abreviasi. Dalam bahasa Indonesia terdapat bentuk-bentuk kependekan, antara lain SMA untuk Sekolah Menengah Atas, bpk untuk bapak, dst untuk dan seterusnya, dgn untuk dengan, pemilu untuk pemilihan umum. Bentuk kependekan bahasa Indonesia sebenarnya sudah sejak lama digunakan, bahkan dalam penulisan naskah proklamasi Presiden Soekarno menggunakan kependekan d.l.l untuk dan lain-lain. Sampai hari ini, kependekan kata itu pun masih terus mengalami pertambahan dengan munculnya ratusan atau bahkan ribuan bentukan baru. Menurut Kridalaksana (2007: 161), bentuk kependekan dalam bahasa Indonesia muncul karena terdesak oleh kebutuhan untuk berbahasa secara praktis dan cepat. Kebutuhan ini terasa di bidang teknis, seperti cabang-cabang ilmu, kepanduan, angkatan bersenjata, dan kemudian menjalar ke bahasa sehari-hari. Sekarang ini, banyak departemen atau instansi, baik pemerintah maupun swasta, yang menggunakan bentuk kependekan. Misalnya, Departemen Pendidikan
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
Nasional dipendekkan menjadi Depdiknas; Angkatan Bersenjata Republik Indonesia dipendekkan menjadi ABRI; atau Pasukan Pengibar Bendera Pusaka menjadi Paskibraka. Bentuk-bentuk kependekan tersebut lama-kelamaan menjadi suatu kata yang lazim digunakan oleh pemakai bahasa. Selain bentuk kependekan yang telah disebutkan, bentuk kependekan juga banyak digunakan dalam ragam bahasa informal atau bahasa percakapan sehari-hari. Kata-kata yang digunakan dalam percakapan sehari-hari biasanya menggunakan katakata populer dan kata-kata percakapan. Bentuk kependekan dalam ragam bahasa informal muncul karena kebutuhan untuk berkomunikasi secara praktis dan cepat dalam kehidupan sehari-hari pemakai bahasa. Dari sana, kemudian muncul bentuk, seperti ngga dari bentuk enggak, gitu dari bentuk begitu, makasih dari bentuk terima kasih, dan bentuk kependekan lain. Bentuk kependekan ragam informal tersebut mudah kita jumpai secara fisik (tulisan) pada beberapa media komunikasi berbasis bahasa tulis yang ada, misalnya pager dan pesan singkat pada telepon seluler. Selain itu, kini internet juga menjadi salah satu media komunikasi berbasis bahasa tulis yang tengah populer di lingkungan masyarakat. Salah satu situs internet yang menggunakan bentuk-bentuk kependekan kata ragam bahasa Indonesia informal ialah Friendster. Sebagai
situs
yang
menghubungkan
jalinan
antarteman,
Friendster
memungkinkan adanya interaksi berkomunikasi (secara tulisan) dan bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi pun kerap berupa bahasa Indonesia ragam informal atau bahasa percakapan. Dalam interaksi berkomunikasi itulah kependekan kata
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
sering digunakan. Interaksi berkomunikasi dalam Friendster biasanya dilakukan pada bagian yang disebut Testimonials and Comments. Tulisan dalam Testimonials and Comments biasa disebut dengan testimonial. Salah satu hal menarik yang dapat dilihat dalam Testimonials and Comments ialah cara penulisannya yang bermacam-macam, kadang-kadang terjadi pemendekan dan pemanjangan. Salah satu contoh penulisan Testimonials and Comments, misalnya sm tmn'' doang . ga pnya pacaar sh gw . ntar aj dh nyari bule di snaa . haha . yaaah ga ktmu dong kta ? tp bali ko horor yaa skrg ? serem bgt kykna brita'' di tv . hehe :p sama temen-temen doang. Nggak punya pacar sih gue. Entar aja deh nyari bule di sana. Haha. Yaaah nggak ketemu dong kita? Tapi Bali horor ya sekarang serem banget kayaknya berita-berita di tv. Hehe :p (dikutip dari Testimonials and Comments dalam profil Friendster milik a r n ii iiiiiiiiiiiiiii yang ditulis oleh Listy dalam situs Friendster)
Dari contoh di atas, dapat dilihat bahasa yang digunakan merupakan ragam bahasa informal. Kata entar, gw1 merupakan contoh penggunaan ragam bahasa cakapan. Selain itu, banyak ditemukan pemendekan. Dalam contoh, kata teman ditulis menjadi tmn, kita menjadi kta, banget menjadi bgt, sih menjadi sh, enggak menjadi ga. Penelitian mengenai pemendekan kata ragam bahasa Indonesia informal, khususnya dalam situs Friendster bagian Testimonials and Comments menarik dilakukan. Sejauh ini, belum pernah dilakukan penelitian mengenai bentuk 1
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:303), kata entar dan gue termasuk ke dalam ragam cakapan.
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
pemendekan kata ragam bahasa Indonesia informal atau percakapan. Selain itu, saya sebagai pengguna Friendster tertarik untuk melihat adanya fenomena kependekan kata dalam situs tersebut. Penelitian ini akan memperlihatkan pola pembentukan kependekan kata ragam bahasa Indonesia informal yang dipakai pada Testimonials and Comments dalam situs Friendster.
1. 2 Rumusan Masalah Setelah melakukan pengamatan terhadap data penelitian, masalah yang terdapat dalam penelitian ini dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut. 1. Pola-pola pemendekan seperti apa saja yang terdapat dalam ragam bahasa Indonesia informal pada Testimonials and Comments? 2. Pola pemendekan kata seperti apa yang sering muncul/digunakan dalam penulisan Testimonials and Comments?
1. 3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan, skripsi ini disusun untuk 1. mengidentifikasi pola pembentukan kependekan kata yang terdapat dalam kolom Testimonials and Comments; dan 2. melihat kecenderungan pola pembentukan kependekan kata ragam bahasa Indonesia informal yang paling sering muncul dalam Testimonials and Comments dengan cara menghitung persentase frekuensi kemunculannya.
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
1. 4 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dibatasi pada data berupa kependekan kata ragam bahasa informal atau cakapan bahasa Indonesia. Bentuk kepanjangan dari kependekan yang dimaksud dilihat berdasarkan konteks kalimat yang ditulis. Kependekan yang bukan dari bahasa Indonesia (daerah atau asing), seperti app dari approve, ilysm dari i love you so much, pic dari picture, tidak dimasukkan sebagai data penelitian. Kependekan yang berasal dari gabungan dua kata atau lebih, seperti makasih, yaudh, gapapa; dan kependekan yang hanya terdiri dari satu huruf, seperti c dari sih, d dari di, k dari ke, dimasukkan ke dalam data penelitian. Selain itu, kependekan berupa gabungan kata dengan kata depan, seperti dbdg, ksmrg, juga dijadikan data dalam penelitian ini. Simbol-simbol reduplikasi, seperti (“) dan (2) diabaikan dalam penelitian ini. Komentar yang dipakai sebagai data adalah komentar yang ditulis oleh mereka yang berdomisili di Jakarta.
1. 5 Sumber Data Data dalam penelitian ini diambil dari bagian Testimonials and Comments dalam situs Friendster. Friendster adalah sebuah situs jaringan sosial (social networking website) yang menawarkan pertemanan di dunia maya (Setiawan dan Sopyan, 2005:3). Jadi, situs ini digunakan untuk menjalin pertemanan antara satu orang dengan orang lainnya. Situs Friendster merupakan sebuah situs yang kemunculannya fenomenal dengan pemakainya yang mendunia. Pengambilan data dari situs ini dirasa tepat karena menurut pengamatan saya bentuk kependekan kata
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
ragam bahasa Indonesia informal sering muncul dalam situs ini, khususnya pada bagian Testimonials and Comments. Testimonials and Comments merupakan bagian dari Friendster yang dapat diisi oleh teman pemilik profil untuk menggambarkan pribadi pemilik profil. Penggambaran tersebut menjadi semacam pengakuan dari orang lain terhadap diri pemilik profil tersebut. Selain itu, Testimonials and Comments dapat juga dijadikan tempat untuk sekadar bertegur sapa, bercerita, bahkan bercakap-cakap antara pemilik profil dan temannya. Data yang dipakai dalam penelitian adalah Testimonials and Comments yang ditulis oleh anggota situs Friendster berusia 16—20 tahun. Menurut pengamatan saya, anggota situs Friendster usia 16—20 tahun cenderung lebih sering menggunakan kependekan kata dalam menulis Testimonials and Comments sehingga saya lebih mudah mendapatkan data yang diperlukan. Testimonials and Comments yang digunakan sebagai data adalah milik dua orang anggota situs Friendster dengan nama anggota Arnii iiiiiiiiiiiiiii (A) dan Karinaa (K), masing-masing berusia 16 tahun. Berdasarkan profil yang tertera, diketahui (A) adalah seorang siswi sekolah menengah atas di SMA Yasporbi Jakarta, sedangkan (K) adalah seorang siswi sekolah menengah atas di SMAN 34 Jakarta. Profil dua orang anggota Friendster tersebut dipilih secara acak, tidak berdasarkan alasan khusus, hanya sebagai perwakilan usia produktif pemakai kependekan kata, dan memperkaya perbendaharaan kata yang muncul dari orang yang berbeda.
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
Mengingat halaman Testimonials and Comments akan terus bertambah dan dapat terdiri dari ratusan bahkan ribuan halaman, pengambilan data tiap profil dibatasi pada 50 halaman pertama terkini saat penulis mengambil data tersebut (21 Januari 2008) dengan kurun waktu Juli 2007—21 Januari 2008. Setiap satu halaman Testimonials and Comments terdiri dari 10 komentar sehingga dari tiap profil didapat 500 komentar. Dari (A) diambil 500 komentar pertama dari 100 orang berbeda, sedangkan dari (K) diambil 500 komentar pertama dari 111 orang berbeda. Pengambilan data sebanyak 50 halaman pertama juga dibatasi oleh pengaturan dari pihak Friendster bahwa seseorang tidak dapat melihat testimonial milik orang lain lebih dari 50 halaman pertama saat membuka testimonial. Setelah melihat dan mengamati sumber data, kata-kata bahasa Indonesia ragam informal yang berupa kependekan penulis kumpulkan. Kependekan yang terkumpul kemudian melalui pendataan. Secara keseluruhan didapat 515 kependekan kata dari 1000 komentar dalam Testimonials and Comments dari 211 orang berbeda.
1. 6 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam menganalisis data adalah metode deskriptif. Metode deskriptif bersifat pemaparan atau penggambaran dengan kata-kata secara jelas dan terperinci. Penelitian dengan metode deskriptif (Sudaryanto, 1992: 62) adalah penelitian yang semata-mata hanya berdasarkan fakta yang ada atau fenomena yang memang secara empiris hidup pada penutur-penuturnya sehingga yang dihasilkan atau dicatat berupa bahasa yang bersifat apa adanya.
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
Langkah awal pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara meng-copy sumber data dari internet ke dalam program microsoft word. Kemudian data dikumpulkan dengan cara menyortir satu per satu kata yang dianggap kependekan kata. Secara keseluruhan ditemukan 547 kependekan kata dalam data. Setelah terkumpul, kependekan-kependekan tersebut kemudian diamati dan diseleksi. Setelah melewati tahap penyeleksian, dari 547 kependekan kata hanya terdapat 515 kependekan kata yang dinyatakan lolos untuk dijadikan data penelitian. Sebanyak 32 kependekan kata lain tidak dapat dijadikan data penelitian karena merupakan kependekan dari kata dalam bahasa asing (Inggris) dan merupakan kependekan dari nama orang atau nama panggilan seseorang. Bentuk kepanjangan dari kependekan tersebut saya ketahui dengan melihat konteks kalimat secara keseluruhan. Sebanyak 515 kependekan yang diteliti, selanjutnya melalui tahap pengklasifikasian untuk menentukan bentuk kependekan dan pola pembentukannya. Dalam pengumpulan data saya menerapkan metode simak. Menurut Mahsun (2005: 90) dinamakan metode simak karena cara yang digunakan untuk memperoleh data dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa. Setelah dilakukan penyortiran, kata-kata tersebut dicatat secara manual. Kata-kata yang telah dicatat kemudian melalui tahap pengamatan kembali, sebelum akhirnya dijadikan data penelitian. Setelah semua data terkumpul, data tersebut dianalisis melalui beberapa langkah berikut. 1) Mengidentifikasikan dan menjelaskan pola pembentukan pemendekan kata dari data yang ada.
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
2) Mengklasifikasikan pola-pola yang telah diidentifikasi. 3) Melakukan penghitungan frekuensi pola-pola tersebut untuk mendapatkan kecenderungan pola-pola yang sering digunakan dalam penulisan Testimonials and Comments.
1. 7 Landasan Teori Dalam mengidentifikasi dan menganalisis bentuk-bentuk kependekan kata dalam penelitian ini, saya menggunakan konsep abreviasi yang dikemukakan oleh Harimurti Kridalaksana (2007: 162) yang membagi kependekan ke dalam lima bentuk, yaitu singkatan, penggalan, akronim, kontraksi, dan lambang huruf. Penjelasan mengenai konsep tersebut dapat dilihat pada bab selanjutnya.
1. 8 Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai pemendekan kata atau singkatan kata sebelumnya pernah dilakukan oleh Dian Alanudin (2003) dalam skripsinya yang berjudul “BentukBentuk Singkatan Kata Bahasa Indonesia pada Iklan Mini: Studi Kasus pada Iklan Mini Kompas Tanggal 1—31 Agustus 2002”. Namun, penelitian yang dilakukan oleh Alanudin merupakan penelitian kebahasaan yang mendeskripsikan bentuk-bentuk singkatan yang dipergunakan pada bahasa iklan mini dalam surat kabar Kompas. Dari penelitian tersebut didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa terdapat lima bentuk singkatan yang dipergunakan dalam penulisan iklan mini Kompas, yaitu singkatan, penggalan, akronim, kontraksi, dan lambang huruf.
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
Lydia Irawati (2003), meneliti singkatan dan akronim dalam media chatting dan sms. Penelitian yang dilakukan Irawati berdasarkan konsep yang dikemukakan oleh Amran Tasai. Penelitian tersebut menghasilkan pemakaian singkatan pada media chatting dan sms dibagi ke dalam dua bentuk, singkatan dan akronim. Bentuk singkatan diklasifikasikan menjadi enam pola pembentukan, sedangkan bentuk akronim diklasifikasikan menjadi dua pola pembentukan.
1. 9 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai pemendekan kata dalam ragam bahasa Indonesia informal, khususnya pada Testimonials and Comments dalam situs Friendster. Selain itu, penelitian ini diharapkan juga dapat dijadikan perbandingan terhadap penelitian mengenai polapola pembentukan kependekan kata ragam bahasa Indonesia formal, serta memberikan pengetahuan mengenai kependekan kata ragam bahasa Indonesia informal sehingga dapat juga memperkaya kajian bahasa Indonesia.
1. 10 Sistematika Penyajian Penelitian ini dibagi menjadi empat bab. Bab pertama adalah bab pendahuluan yang berisi subbab latar belakang, penelitian terdahulu, rumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, metode penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penyajian. Bab ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada pembaca mengenai penelitian secara garis besar.
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
Bab kedua adalah bab landasan teori. Bab ini menjabarkan teori-teori yang digunakan sebagai acuan oleh saya dalam menganalisis data penelitian. Bab ketiga berisi analisis data. Penganalisisan data pada bab tersebut menggunakan kerangka teori yang telah dijelaskan sebelumnya pada bab kedua. Bab keempat adalah bagian terakhir dalam penelitian ini. Bab tersebut berisi kesimpulan dan saran dari saya setelah melakukan penelitian terhadap bentuk pemendekan data pada Testimonials and Comments dalam situs Friendster.
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
BAB 2 LANDASAN TEORI
Dalam bab ini dikemukakan pendapat para ahli yang digunakan sebagai acuan dalam menganalisis data. Konsep-konsep yang dijelaskan dalam bab ini meliputi, huruf, kata, suku kata, diftong, dan gugus konsonan. Namun sebelumnya, terlebih dahulu juga dijelaskan pengertian kependekan, bentuk-bentuk kependekan, serta batasan bentuk kependekan yang digunakan dalam penelitian ini.
2. 1 Kependekan Kata Kependekan kata dapat juga disebut singkatan. Dalam penelitian ini saya menggunakan istilah kependekan kata. Istilah kependekan kata merupakan istilah yang digunakan oleh Harimurti Kridalaksana dalam menyebutkan hasil dari proses pemendekan, sedangkan istilah lain untuk pemendekan disebut abreviasi. Menurut Kridalaksana (2007: 159), “abreviasi adalah proses penanggalan satu atau beberapa bagian leksem atau kombinasi leksem sehingga jadilah bentuk baru yang berstatus kata”.
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
2. 2 Bentuk-Bentuk Kependekan Ada beberapa ahli yang memberikan penjelasan mengenai bentuk-bentuk kependekan, di antaranya Ateng Winarno, Raja Massita Raja Arifin, dan Harimurti Kridalaksana. 2. 2. 1 Ateng Winarno Dalam Kamus Singkatan dan Akronim: Baru dan Lama, Ateng Winarno (1991: 11) membagi kependekan menjadi dua bentuk, singkatan dan akronim. (1) Singkatan adalah bentuk pemendekan satu kata atau lebih menjadi satu huruf atau lebih yang pengejaannya dilakukan dengan mengucapkan huruf demi huruf yang bersangkutan. Misalnya, DPR dari Dewan Perwakilan Rakyat, SMA dari Sekolah Menengah Atas, sda dari sma dengan atas. (2) Akronim ialah bentuk pemendekan satu kata atau lebih menjadi gabungan beberapa suku kata yang dilafalkan sebagai kata. Misalnya, SIM dari Surat Izin Mengemudi, ABRI dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, Puskesmas dari Pusat Kesehatan Masyarakat. 2. 2. 2 Raja Masitta Raja Arifin Raja Masitta Raja Arifin seperti yang diungkapkan Parsidi dalam Kamus Akronim, Inisialisme, dan Singkatan (1994: vii) secara garis besar menggolongkan kependekan kata atas tiga bentuk, yakni singkatan, inisialisme, dan akronim.
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
(1) Singkatan kata terbentuk jika suatu istilah tidak ditulis secara penuh, tetapi beberapa bagian daripadanya, satu huruf atau lebih, digugurkan. Misalnya, tgl dari tanggal; PT dari Perseroan Terbatas. (2) Inisialisme terjadi jika huruf pertama dari setiap elemen kata digunakan untuk membentuk nama. Inisialisme juga dapat dilafalkan sebagai sebuah kata, tetapi bisa juga diucapkan huruf per huruf. Misalnya, BCG dari Bacillus Calmette Guerin diucapkan [be], [ce], [ge]; UMNO dari United Malays National Organitations diucapkan sebagai sebuah kata, [umno]. (3) Akronim terbentuk jika suatu istilah tidak ditulis secara penuh, tetapi dengan menggabungkan huruf atau suku kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai sebuah kata. Misalnya, KONI dari Komite Olahraga Nasional Indonesia diucapkan [koni]. Dalam konsep yang dikemukakan Raja Arifin ini, batasan antara inisialisme dan akronim menjadi tidak jelas sebab bentuk inisialisme yang dapat dilafalkan sebagai sebuah kata dapat pula disebut akronim.
2. 3. 3 Harimurti Kridalaksana Harimurti Kridalaksana (2007: 162) membagi kependekan menjadi lima bentuk, terdapat
lima bentuk kependekan, yaitu singkatan, penggalan, akronim,
kontraksi, dan lambang huruf. (1) Singkatan merupakan salah satu hasil proses pemendekan yang berupa huruf atau gabungan huruf, baik yang dieja huruf demi huruf maupun yang tidak
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
dieja huruf demi huruf. Misalnya, FSUI dari Fakultas Sastra Universitas Indonesia; dng dari dengan. (2) Penggalan adalah proses pemendekan yang mengekalkan salah satu bagian dari leksem. Misalnya, Prof dari Profesor; Bu dari Ibu; Pak dari Bapak. (3) Akronim merupakan proses pemendekan yang menggabungkan huruf atau suku kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai sebuah kata. Misalnya, ABRI dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia tidak diucapkan [a], [be], [er], [i], tetapi [abri]. (4) Kontraksi adalah proses pemendekan yang meringkaskan leksem dasar atau gabungan leksem. Bentuk kontraksi misalnya, takkan dari tidak akan; sendratari dari seni drama dan tari. (5) Lambang huruf adalah proses pemendekan yang menghasilkan satu huruf atau lebih yang menggambarkan konsep dasar kuantitas, satuan atau unsur. Misalnya, g untuk gram; cm untuk sentimeter; Au untuk aurum. Dari ketiga pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan mendasar mengenai bentuk-bentuk kependekan. Perbedaan bentuk kependekan hanya terletak pada penamaan dan batasan untuk bentuk kependekan kata yang lain. Misalnya, bentuk inisialisme menurut Winarno dan Kridalaksana dimasukkan ke dalam bentuk singkatan jika bentuk tersebut tidak dapat dilafalkan sebagai sebuah kata. Sebaliknya jika bentuk tersebut dapat dilafalkan sebagai sebuah kata, diklasifikasikan ke dalam bentuk akronim. Contoh, PGRI kependekan dari Persatuan
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
Guru Republik Indonesia oleh Kridalaksana dan Winarno dimasukan ke dalam bentuk singkatan, tetapi oleh Raja Arifin dimasukkan ke dalam bentuk inisialisme karena terbentuk dari pengekalan huruf pertama tiap komponen dan membentuk nama organisasi. Selain itu, sama halnya dengan konsep Raja Arifin, dalam konsep yang diterapkan Kridalaksana juga masih terdapat ketumpangtindihan antara akronim dan kontraksi. Kependekan kata, seperti rudal, sendratari yang dimasukkan ke dalam bentuk kontraksi dapat juga dimasukkan ke dalam bentuk akronim jika merujuk pada definisi dari akronim itu sendiri. Belum ada batasan yang jelas mengenai hal tersebut. Dalam melakukan penelitian ini, saya menggunakan konsep yang diterapkan oleh Harimurti Kridalaksana. Pemilihan tersebut berdasarkan anggapan saya bahwa konsep bentuk kependekan yang diterapkan oleh Kridalaksana lebih lengkap dan rinci penjelasannya. Namun dengan adanya masalah ketumpangtindihan yang telah disebutkan, saya merasa perlu adanya batasan konsep yang digunakan. Dalam penelitian ini sebuah kependekan kata dimasukkan ke dalam bentuk akronim jika kependekan tersebut terbentuk dari pengekalan huruf pertama tiap kata dan dilafalkan sebagai sebuah kata. Jadi, akronim selalu terjadi dari dua kata atau lebih yang dipendekkan. Kependekan kata dimasukkan ke dalam bentuk kontraksi jika kependekan tersebut terjadi dari proses pengekalan beberapa bagian kata atau proses meringkas sebuah kata dan dapat dilafalkan sebagai kata. Jadi, kontraksi dapat terjadi dari satu kata atau lebih yang dipendekkan. Misalnya, orba dari Orde Baru dimasukkan ke dalam bentuk kontraksi karena terjadi dari pengekalan bagian kata,
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
sedangkan KONI dari Komite Olahraga Nasional Indonesia dimasukkan ke dalam bentuk akronim karena terjadi dari pengekalan huruf pertama tiap kata dan dapat dilafalkan sebagai kata.
2. 3 Beberapa Konsep untuk Menjelaskan Pola Pembentukan Kependekan Kependekan kata dibentuk melalui beberapa proses pembentukan. Ada berbagai pengertian dan istilah yang diperlukan untuk menjelaskan pola pembentukan itu. Beberapa konsep dan istilah yang digunakan dan yang diperlukan dalam menganalisis pola pembentukan kependekan di antaranya huruf, kata, suku kata, diftong dan gugus konsonan.
2. 3. 1 Huruf Menurut Gelb dalam Bahasa Sahabat Manusia (2004: 55), huruf adalah “a system of human intercommunication by means of conventional visible marks [...]”, atau sebuah sistem komunikasi antarmanusia yang menggunakan sarana konvensional yang bersifat visual. Misalnya, kalimat Itu Danu menggunakan aksara Latin, abjad Latin yang digunakan terdiri dari enam huruf, yakni i, t, u, d, a, n; ejaan yang digunakan adalah ejaan bahasa Indonesia. Ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku saat ini disebut Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD). Huruf-huruf yang digunakan adalah huruf Latin. Huruf Latin merupakan huruf yang digunakan oleh sebagian besar bangsa di dunia ini untuk menuliskan bahasa mereka. Namun, meskipun menggunakan huruf yang sama, sistem
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
penggunaan huruf antara satu negara dengan negara lain berbeda karena pada hakikatnya huruf hanyalah suatu konvensi grafis. Bahasa Indonesia pun memiliki sistem ejaannya sendiri. Huruf Latin yang digunakan terdiri dari 26 huruf. Dalam bahasa Indonesia nama ke -26 huruf itu adalah: Jenis Huruf Kecil a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z
Nama Huruf Kapital A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z
[a] [ be ] [ ce ] [ de ] [e] [ εf ] [ ge ] [ ha ] [i] [ je ] [ ka ] [εl ] [εm ] [εn ] [o] [ pe ] [ ki ] [εr ] [εs ] [ te ] [U] [ fe ] [ we ] [εks ] [ ye ] [ zεt ]
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
Huruf a, i, u, e, o disebut huruf vokal. Huruf lainnya, yaitu b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, z, disebut huruf konsonan.
2. 3. 2 Kata Kata merupakan istilah yang sering kita dengar dan gunakan, bahkan hampir setiap hari dan setiap saat kata digunakan. Chaer (2003: 162) mengungkapkan dalam bukunya, para tata bahasawan tradisional biasanya memberi pengertian terhadap kata berdasarkan arti dan ortografi. Menurut mereka, kata adalah “satuan bahasa yang memiliki satu pengertian”; atau kata adalah “deretan huruf yang diapit oleh dua spasi, dan mempunyai satu arti.” Jadi, kata yang satu dipisahkan dari kata lainnya oleh satu spasi. Misalnya, dalam kalimat Nama saya Doni. Kalimat itu terdiri dari tiga buah kata, yaitu nama, saya, dan Doni. Ketiganya dipisahkan oleh satu spasi, dan masingmasing memiliki satu pengertian. Namun menurut Chaer, pendekatan arti dan ortografi masih banyak menimbulkan masalah sebab pendekatan ortografi hanya bisa diterapkan untuk bahasa-bahasa yang menggunakan huruf Latin. Menurut Ramlan (1967: 7), kata ialah “bentuk bebas yang paling sedikit, atau dengan kata lain, setiap bentuk bebas adalah kata”. Kata yang tidak terdiri atas bentuk yang lebih kecil lagi disebut sebagai kata tunggal, sedangkan kata yang terdiri atas bentuk-bentuk yang lebih kecil lagi disebut kata kompleks. Seperti misalnya, kata berjalan merupakan kata kompleks yang terjadi dari ber- (bentuk terikat) dan jalan (bentuk bebas). Berbeda dengan bentuk sepeda yang tidak terdiri atas bentuk yang lebih kecil lagi.
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
Di antara bentuk yang dapat berdiri sendiri ada juga beberapa kata yang secara gramatika mempunyai kebebasan seperti halnya bentuk yang dalam ucapan dapat berdiri sendiri. Misalnya kata di, ke, dari, seperti dalam dari toko, di toko, ke toko, juga kata-kata seperti maka, adapun, sebab, karena, lah, kah, pun, meskipun, antara dan masih banyak lagi. Bentuk dari, di, ke (toko) terlihat terikat pada kata toko. Namun pada bentuk dari suatu toko, dari semua toko, bentuk-bentuk tersebut dapat dipisahkan dari kata toko. Demikian juga dengan bentuk lah. Oleh Ramlan bentuk-bentuk tersebut merupakan bentuk setengah bebas. Djoko Kentjono (2005: 151) menyatakan apa yang dimaksud dengan kata ialah satuan gramatikal bebas yang terkecil. Kata disusun oleh satu atau beberapa morfem. Kata bermorfem satu disebut kata monomorfemis. Kata monomorfemis ditulis sebagai satu kesatuan atau berupa kata dasar, sedangkan kata bermorfem lebih dari satu disebut kata polimorfemis. Kata polimorfemis merupakan kata yang mengalami proses morfologis sebelumnya, misalnya pengimbuhan atau afiksasi. Imbuhan ditulis serangkai dengan kata dasarnya. Dalam kalimat, Dewa sedang bernyanyi lagu cinta, terdapat empat kata monomorfemis, yaitu dewa, sedang, lagu, dan cinta, dan satu kata polimorfemis, yakni bernyanyi.
2. 3. 3 Suku Kata Menurut Alwi, dkk. dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (2003: 55), “suku kata ialah bagian kata yang diucapkan dalam satu embusan napas dan umumnya terdiri atas beberapa fonem”. Misalkan kata, datang diucapkan dengan dua
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
embusan napas: satu untuk da- dan satu untuk -tang. Namun, sebenarnya suku kata tidak berarti selalu sesuai dengan pelafalan. Misalnya, kata caplok yang dilafalkan caplok tidak berarti terdiri atas dua suku kata ca dan plok karena pada kenyataanya kata caplok terdiri atas dua suku kata, cap dan lok. Jadi, suku kata dapat juga berarti pemisahan bagian kata di tempat yang benar dalam penulisan sesuai dengan ejaan yang disempurnakan. Kata dalam bahasa Indonesia dapat terdiri atas satu suku kata atau lebih. Betapa pun panjangnya suatu kata, wujud suku yang membentuknya mempunyai struktur dan kaidah pembentukan yang sederhana. Menurut Alwi, dkk, (2003: 76— 77), suku kata dalam bahasa Indonesia ada sebelas macam, sebagai berikut.
Jenis suku kata dalam Bahasa
contoh
Indonesia (1) satu vokal;
V
a-bu, su-a-tu, do-a
(2) satu vokal dan satu konsonan;
VK
am-bil, ber-am-bisi, ma-in
(3) satu konsonan dan satu vokal;
KV
ba-ik, men-ja-di, sur-ga
(4) satu konsonan, satu vokal, dan
KVK
tak-si, ter-pak-sa, mo-nas
(5) dua konsonan dan satu vokal;
KKV
pla-giat, su-tra-da-ra, su-tra
(6) dua konsonan, satu vokal, dan
KKVK
tran-sit, kon-trak
KVKK
teks-til, mo-dern
satu konsonan;
satu konsonan; (7) satu konsonan, satu vokal, dan dua konsonan;
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
(8) tiga konsonan dan satu vokal;
KKKV
(9) tiga konsonan, satu vokal, dan
KKKVK
stra-te-gi, stra-ta struk-tur
satu konsonan; dalam jumlah terbatas, ada yang terdiri atas, (10) dua konsonan, satu vokal,
KKVKK
kom-pleks
dan dua konsonan; dan (11) satu konsonan, satu vokal,
KVKKK
korps
dan tiga konsonan.
Setelah melihat penjabaran di atas, dapat dikatakan bahwa suku kata dalam bahasa Indonesia selalu memiliki vokal yang menjadi inti suku kata. Inti itu dapat didahului dan diikuti oleh satu konsonan atau lebih. Namun, suku kata dapat juga hanya terdiri dari satu vokal saja atau satu vokal dan satu konsonan. Suku kata terdiri dari dua jenis, suku kata terbuka dan suku kata tertutup. Disebut suku kata terbuka jika berakhir dengan vokal, (K)V. Misalnya, a-bu, su-ka. Sebaliknya, jika berakhir dengan konsonan, (K)VK, disebut suku kata tertutup. Misalnya, tu-tup, da-pat.
2. 3. 4 Diftong dan Gugus Konsonan Menurut Alwi, dkk. (2003: 27), diftong merupakan gabungan bunyi dalam satu suku kata, tetapi yang digabungkan adalah vokal dengan /w/ atau /y/. Jadi, /aw/ pada /kalaw/ dan /harimaw/ (untuk kata kalau dan harimau) adalah diftong, tetapi /au/ pada /mau/ dan /bau/ (untuk kata mau dan bau) bukan merupakan diftong. Hal itu
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
karena fonem /aw/ pada kata kalau dan harimau termasuk dalam satu suku kata, yakni /ka-law/ dan /ha-ri-maw/; fonem /a/-/u/ pada kata mau dan bau masing-masing tidak terdapat di dalam satu suku kata yang sama, yakni /ma-u/ dan /ba-u/. Dalam bahasa Indonesia terdapat tiga buah diftong, yaitu /ay/, /aw/, dan /oy/ yang masing-masing dituliskan ai, au, dan oi. Kedua vokal pada diftong melambangkan satu bunyi vokal yang tidak dapat dipisahkan. Hal tersebut harus dibedakan dari dua vokal berjejer. Diftong :
Deretan biasa :
/ay/
/intay /
intai
/aw/
/kacaw/
kalau
/oy/
/sepoy/
sepoi
/ai/
/gulai/
gulai (diberi gula)
/au/
/mau/
mau
/oi/
/mənjagoi/
menjagoi
Selain diftong, terdapat juga istilah gugus. Menurut Alwi, dkk. (2003: 27) gugus adalah gabungan dua konsonan atau lebih yang termasuk dalam satu suku kata yang sama. Jika gabungan dua konsonan tersebut tidak berada dalam satu suku kata yang sama maka tidak dinamakan gugus. Misalnya, /kl/ dalam /klinik/ dan /sl/ dalam /slogan/ adalah gugus karena terdapat dalam satu suku kata, yakni /kli-nik/ dan /slogan/. Gabungan konsonan yang bukan merupakan gugus selalu berada pada suku yang berbeda. Misalnya, /rc/ dalam /arca/; /kl/ dalam /maklum/. Keduanya terdapat dalam suku yang berbeda, yakni /ar-ca/ dan /mak-lum/.
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
Dalam menganalisis pola pembentukan kependekan kata, perlu dijelaskan beberapa hal. Mengenai konsep kata dalam penelitian ini bentuk di, ke, dari, sebab, dan, karena, dan lain-lain dianggap sebagai kata. Bentuk awalan atau akhiran yang ditulis terpisah dari kata dasarnya dianggap sebagai kata seperti halnya kata depan. Misalnya, d pandang. Bentuk d pada contoh merupakan kependekan dari awalan di yang seharusnya ditulis menyatu dengan kata dasarnya. Namun karena dalam data ditulis terpisah dari kata dasarnya, bentuk d dari di- akan dianalisis tersendiri sebagai kata.
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
BAB 3 POLA-POLA PEMBENTUKAN KEPENDEKAN
Pada bab ini akan dijelaskan pola-pola pembentukan kependekan ragam bahasa informal yang terdapat pada data penelitian disertai analisisnya. Namun sebelumnya, akan diuraikan terlebih dahulu data dan langkah-langkah analisis.
3. 1 Data Kependekan Dalam data yang diteliti, secara keseluruhan terdapat 515 kependekan kata. Kependekan-kependekan didapat dari bagian Testimonials and Comments dalam situs Friendster milik dua orang anggota situs. Sebelum menganalisis data, perlu diperhatikan beberapa hal yang diperlukan untuk mendukung analisis data, seperti tanda-tanda yang digunakan untuk menjelaskan pola-pola pembentukan kependekan. Pada data yang dijadikan contoh, unsur kata yang dicetak tebal menandakan bahwa unsur tersebut dikekalkan. Bagian kata yang diberi garis bawah menandakan bahwa unsur tersebut mengalami penggantian dengan unsur lain. Tanda penghubung (-) digunakan untuk memisahkan suku kata. Tanda garis miring (/../) digunakan untuk menuliskan fonem. Tanda ([..]) digunakan untuk menuliskan bunyi. Bentuk kependekan yang diikuti awalan atau akhiran atau pronomina dianalisis berdasarkan pola pembentukan pada kata dasarnya. Misalnya, kependekan kslhan dari kesalahan dianalisis berdasarkan kata dasarnya, yaitu pengekalan huruf pertama suku pertama dan huruf pertama dan terakhir suku kedua sebuah kata.
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
Demikian juga dengan bentuk singkatan yang disertai kata depan yang penulisannya digabung dengan kata dasar. Bentuk singkatan tersebut juga akan diklasifikasikan berdasarkan pembentukan kata dasarnya.
3. 2 Pola Pembentukan Kependekan Untuk menentukan pola pembentukan kependekan dalam penelitian ini digunakan konsep pembentukan kependekan yang diterapkan oleh Harimurti Kridalaksana. Dalam penelitian ini kependekan dibagi ke dalam lima bentuk, singkatan, penggalan, kontraksi, akronim, dan lambang huruf. Setiap bentuk kependekan mempunyai pola pembentukan yang berbeda-beda.
3.2.1 Singkatan Singkatan adalah hasil pemendekan berupa huruf atau gabungan huruf yang dapat dieja huruf demi huruf atau tidak dieja huruf demi huruf. Berdasarkan data yang diteliti, singkatan terbentuk dari sebuah kata atau lebih. Selain itu, singkatan dapat juga terbentuk dari kata yang telah mengalami proses morfologis, seperti afiksasi atau reduplikasi. Sebuah singkatan tidak bisa dilafalkan sebagai kata wajar. Bentuk kependekan yang merupakan kependekan dari awalan yang ditulis terpisah dari kata dasarnya diperlakukan sebagai satu kata yang dapat berdiri sendiri. Bentuk singkatan pada data yang diteliti terjadi dari proses-proses berikut.
3.2.1.1 Pengekalan dua huruf pertama sebuah kata
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
Dalam data penelitian terdapat 14 kependekan kata dengan pola pemendekan pengekalan dua huruf pertama. Pola pemendekan ini menghasilkan dua pola kependekan, yakni VK dan KV. Pola VK cenderung terjadi pada kata yang terdiri atas dua suku. Huruf yang dikekalkan terletak pada suku yang berbeda. Suku pertama biasanya hanya terdiri dari satu huruf vokal. (1) a – ja
Æ
V KV (2) a – ku
aj VK
Æ
V KV
ak VK
Pada contoh (1) kata aja terdiri dari dua suku kata, a dan ja. Huruf yang dikekalkan adalah a yang berada pada suku kata pertama dan j pada suku kata kedua. Hasil kependekannya ialah aj berpola VK. Demikian pula pada contoh (2), kata aku terdiri dari dua suku kata a dan ku. Huruf yang dikekalkan ialah a pada suku pertama dan k pada suku kata kedua. Kependekan yang dihasilkan ialah ak yang berpola VK. Berbeda dengan pola VK, pola KV cenderung terjadi pada kata yang terdiri atas satu suku kata. Biasanya kata-kata tersebut cenderung terdiri dari tiga huruf berpola KVK. (3) kok
Æ
KVK (4) nih KVK
ko KV
Æ
ni KV
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
Pada contoh (3) kata kok merupakan sebuah kata bersuku satu dengan susunan huruf berpola KVK. Huruf yang dikekalkan, yaitu dua huruf pertama k dan o. Kependekan yang dihasilkan adalah ko yang berpola KV. Contoh (4) kata nih terdiri dari satu suku berpola KVK. Huruf yang dikekalkan, yaitu n dan i. Huruf n dan i berada pada satu suku. Kependekan yang dihasilkan adalah ni yang berpola KV. 3.2.1.2 Pengekalan tiga huruf pertama sebuah kata Dalam data penelitian terdapat 5 kependekan kata dengan pola pemendekan pengekalan tiga huruf pertama sebuah kata. Pola pemendekan ini cenderung terjadi pada kata yang terdiri dari dua suku atau lebih. Setiap suku pada kata tidak memiliki kecenderungan pola tertentu. Pemendekan ini juga tidak selalu menghasilkan kependekan dengan pola yang sama. (5) ce - wek KV KVK (6) no - vem – ber
Æ cew KVK Æ nov KVK
(7) pe - la - ja – ran
Æ pel KVK
(8) as - sa - la - mu - a - la - i - kum Æass VKK Pada contoh (5) kata cewek terdiri atas dua suku, ce dan wek. Huruf yang dikekalkan pada kata cewek, yaitu c dan e yang berada pada suku pertama, dan w yang berada pada suku kedua. Kependekan pada contoh (6) terjadi dari kata bersuku tiga.Unsur yang dikekalkan adalah tiga huruf pertama kata november, yaitu n, o dan
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
v. Pada contoh (7) kependekan pel terjadi dari kata bersuku empat. Unsur yang dikekalkan adalah tiga huruf pertama kata, pelajaran, yakni p, e, dan l. Demikian pula contoh (8) kata assalamualaikum yang bersuku delapan mengalami pengekalan tiga huruf pertama, a, s, dan s. 3.2.1.3 Pengekalan suku pertama dan huruf pertama dan terakhir suku kedua sebuah kata Dalam data penelitian terdapat 21 kependekan kata dengan pola pemendekan pengekalan suku pertama dan huruf pertama dan terakhir suku kedua sebuah kata. Pola pemendekan ini cenderung terjadi pada kata yang terdiri atas dua suku kata. Suku pertama selalu berupa suku terbuka, berpola V atau KV. Suku kedua selalu berupa suku tertutup KVK atau KVKK. Jika kependekan terjadi dari kata yang suku pertamanya hanya terdiri dari satu huruf vokal, kependekan yang dihasilkan akan berpola VKK. Jika terjadi dari kata yang suku pertamanya berpola KV, kependekan yang dihasilkan akan berpola KVKK. (9) e - nak V KVK
Æ enk VKK
(10) e - mang Æ emg V KVKK
VKK
Pada contoh (9) kata enak terdiri atas dua suku e dan nak. Huruf yang dikekalkan ialah e yang merupakan suku pertama. Huruf yang dikekalkan pada suku kedua, yakni n dan k. Contoh (10) kata emang terdiri dari dua suku, e dan mang. Suku pertama berupa suku terbuka yang terdiri dari satu huruf, e. Suku kedua berupa
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
suku tertutup berpola KVKK. Huruf yang dikekalkan pada suku kedua, yakni m dan g. Contoh (9) dan (10) menghasilkan kependekan berpola VKK karena terjadi dari kata yang suku pertamanya hanya terdiri dari satu huruf vokal. (11) ka - yak KV KVK (12) da - sar KV KVK
Æ kayk KVKK Æ dasr KVKK
Contoh (11) dan (12) adalah contoh pemendekan yang menghasilkan pola kependekan KVKK karena terjadi dari kata yang suku pertamanya berupa suku terbuka berpola KV. Contoh (11) kata kayak terdiri atas dua suku kata, ka dan yak. Suku pertama yang dikekalkan berupa suku terbuka berpola KV, ka. Huruf yang dikekalkan pada suku kedua, yaitu y dan k. Contoh (12) kata dasar terdiri atas dua suku kata da dan sar. Suku pertama yang dikekalkan berupa suku terbuka berpola KV, da. Huruf pertama dan terakhir pada suku kedua yang dikekalkan, yaitu huruf s dan r. 3.2.1.4 Pengekalan huruf pertama suku pertama dan huruf pertama dan terakhir suku kedua sebuah kata Dalam data penelitian terdapat 94 kependekan kata dengan pola pemendekan pengekalan huruf pertama suku pertama dan huruf pertama dan terakhir suku kedua sebuah kata. Pola pemendekan ini cenderung terjadi pada kata yang terdiri atas dua suku dan selalu diawali huruf konsonan. Suku pertama cenderung berupa suku kata
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
terbuka berpola KV. Suku kedua selalu berupa suku tertutup. Pemendekan ini selalu menghasilkan pola KKK. (13) ka - gak Æ kgk KV KVK
KKK
(14) ba – nget Æ bgt KV KVK
KKK
(15) pa - ling Æ plg KV KVK
KKK
Pada contoh (13) kata kagak terdiri dari dua suku kata, ka dan gak. Suku pertama berupa suku terbuka berpola KV. Huruf pertama suku pertama yang dikekalkan, yaitu k. Suku kedua berupa suku tertutup berpola KVK. Huruf pertama dan terakhir suku kedua yang dikekalkan, yaitu g dan k. Kata banget pada contoh (14) terdiri atas dua suku kata ba dan nget. Suku pertama berupa suku terbuka berpola KV. Huruf yang dikekalkan, yaitu b yang berada pada suku pertama. Suku kedua berupa suku tertutup berpola KKVK. Huruf pertama dan terakhir pada suku kedua yang dikekalkan ialah g dan t. Demikian pula pada contoh (15), kata paling terdiri atas dua suku kata pa dan ling. Suku pertama berupa suku terbuka berpola KV. Huruf yang dikekalkan adalah huruf pertama, p. Suku kedua berupa suku tertutup berpola KKVK. Huruf pertama dan terakhir pada suku kedua yang dikekalkan ialah l dan g. Kependekan yang dihasilkan pada contoh (13), (14), dan (15) selalu berpola KKK.
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
Dalam data ditemukan pula beberapa kata yang suku pertamanya berupa suku tertutup berpola KVK, seperti pada contoh berikut. (16) non - ton Æ ntn KVK KVK
KKK
Pada contoh (16) kata nonton suku pertama dan kedua berupa suku tertutup KVK. Huruf yang dikekalkan yaitu huruf pertama suku pertama, n. Pada suku kedua huruf yang dikekalkan, yaitu t dan n. Namun, perbedaan pola pada suku pertama ternyata tidak mempengaruhi pola kependekan yang dihasilkan. 3.2.1.5 Pengekalan huruf pertama suku pertama dan pengekalan suku berikutnya sebuah kata Dalam data penelitian terdapat 80 kependekan kata dengan pola pemendekan pengekalan huruf pertama suku pertama dan pengekalan suku berikutnya sebuah kata. Pola pemendekan ini cenderung terjadi pada kata yang terdiri atas dua suku. Setiap kata selalu diawali huruf konsonan. Suku pertama cenderung berupa suku terbuka berpola KV. Suku kedua dapat berupa suku terbuka ataupun suku tertutup. Kependekan yang dihasilkan dapat berpola KKV atau KKVK. (17) cu - ma Æ cma KV KV (18) gi - la KV KV
KKV Æ gla KKV
(19) bi - kin Æ bkin KV KVK KKVK
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
(20) ca - but Æ cbut KV KVK
KKVK
Kata cuma pada contoh (17) terdiri dari dua suku kata, cu dan ma. Suku pertama berupa suku terbuka berpola KV. Huruf yang dikekalkan pada suku pertama, yaitu huruf pertama c. Suku kedua yang dikekalkan utuh, ma. Contoh (18) kata gila yang terdiri atas dua suku kata, gi dan la. Suku pertama berupa suku terbuka berpola KV, huruf yang dikekalkan, yaitu g. Suku kedua berupa suku terbuka berpola KV dikekalkan utuh, la. Pada contoh (17) dan (18) kependekan yang dihasilkan berpola KKV sebab suku kedua berupa suku terbuka. Berbeda dengan contoh (17) dan (18), contoh (19) dan (20) kependekan yang dihasilkan berpola KKVK. Pada contoh (19) kata bikin terdiri atas dua suku kata, bi dan kin. Suku pertama berupa suku terbuka berpola KV. Huruf pertama yang dikekalkan ialah b. Suku kedua yang dikekalkan berupa suku tertutup berpola KVK, kin. Demikian juga dengan contoh (20), kata cabut terdiri atas dua suku. Huruf pertama suku pertama yang dikekalkan, yaitu c. Dan suku kedua yang dikekalkan berupa suku tertutup KVK, but. Perbedaan pola kependekan terjadi karena pada contoh (19) dan (20) suku kedua berupa suku tertutup. 3.2.1.6 Pengekalan huruf pertama setiap suku sebuah kata Dalam data penelitian terdapat 51 kependekan kata dengan pola pemendekan pengekalan huruf pertama setiap suku sebuah kata. Pola pemendekan ini dapat terjadi pada kata yang bersuku lebih dari satu, bisa dua, tiga, atau lebih. Namun, setiap suku
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
cenderung berupa suku terbuka berpola KV. Pola pemendekan ini selalu menghasilkan kependekan dengan pola KK(K)(K). (21) cu - ma
Æ cm
KV KV
KK
(22) gi - tu
Æ gt
KV KV (23) ke - te - mu
KK Æktm
KV KV KV
KKK
(24) ba - gai - ma - na Æ bgmn KV KVV KV KV
KKKK
Contoh (21) dan (22) terjadi pada kata yang terdiri atas dua suku kata. Pada contoh (21) kata cuma terdiri atas dua suku cu dan ma. Huruf pertama yang dikekalkan dari masing-masing suku kata, yaitu c dan m. Demikian juga pada contoh (22), kata gitu terdiri dari dua suku, gi dan tu. Huruf pertama yang dikekalkan dari masing-masing suku, yaitu g dan t. Setiap suku dari kata cuma dan gitu berupa suku terbuka berpola KV. Contoh (23) merupakan contoh yang terjadi pada kata bersuku tiga. Tidak berbeda dengan kata bersuku dua, pada kata ketemu huruf pertama yang dikekalkan dari masing-masing suku yaitu, k, t, dan m. Tiap suku pada kata ini juga berupa suku terbuka berpola KV. Pada contoh (24) kata bagaimana terdiri dari empat suku. Tiap suku berupa suku terbuka. Huruf yang dikekalkan yaitu b, g, m, dan n. Kependekan yang dihasilkan selalu berpola KK(K)(K), meskipun jumlah suku tiap kata berbeda jumlahnya.
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
3.2.1.7 Pengekalan huruf pertama suku pertama dan suku kedua dan pengekalan huruf pertama dan terakhir suku ketiga sebuah kata Dalam data penelitian terdapat 8 kependekan kata dengan pola pemendekan pengekalan huruf pertama suku pertama dan suku kedua, dan pengekalan huruf pertama dan terakhir suku ketiga sebuah kata. Pemendekan pola ini terjadi pada kata yang terdiri atas tiga suku kata. Suku pertama dan kedua berupa suku terbuka berpola KV. Suku ketiga berupa suku tertutup berpola KVK. Pemendekan ini selalu menghasilkan kependekan berpola KKKK. (25) ke - ma - rin KV KV KVK (26) pa - da - hal KV KV KVK (27) se - ko - lah KV KV KVK (28) ma - sa - lah KV KV KVK
Æ kmrn KKKK Æ pdhl KKKK Æ sklh KKKK Æ mslh KKKK
Pada contoh (25) kata kemarin terdiri dari tiga suku kata, ke, ma, dan rin. Suku pertama dan kedua berupa suku terbuka berpola KV. Suku ketiga berupa suku tertutup berpola KVK. Huruf yang dikekalkan huruf pertama pada suku pertama dan kedua, k dan m. Huruf pertama dan terakhir pada yang dikekalkan pada suku ketiga, yakni r dan n. Sama dengan contoh (25), contoh (26), (27), dan (28) tiap-tiap katanya terdiri dari tiga suku kata. Suku pertama dan kedua berupa suku terbuka KV. Suku
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
ketiga berupa suku tertutup berpola KVK. Kependekan yang dihasilkan berpola KKKK. 3.2.1.8 Pengekalan huruf pertama suku pertama dan suku kedua, dan pengekalan suku terakhir sebuah kata Dalam data penelitian terdapat 10 kependekan kata dengan pola pemendekan pengekalan huruf pertama suku pertama dan kedua dan pengekalan suku terakhir sebuah kata. Pemendekan pola ini cenderung terjadi pada kata yang terdiri atas tiga suku kata. Tiap suku kata cenderung berupa suku terbuka berpola KV. Pemendekan ini cenderung menghasilkan kependekan berpola KKKV. (29) be - gi - tu KV KV KV (30) ke - te - mu KV KV KV (31) se - ga – la KV KV KV
Æ bgtu KKKV Æ ktmu KKKV Æ sgla KKKV
Pada contoh (29) kata begitu terdiri dari tiga suku kata, be, gi, dan tu. Tiap suku berupa suku terbuka berpola KV. Huruf pertama pada suku pertama yang dikekalkan, yaitu b. Huruf pertama pada suku kedua yang dikekalkan, yaitu g. Suku ketiga dikekalkan seutuhnya, tu. Kependekan yang dihasilkan, yaitu bgtu yang berpola KKKV. Hal yang sama juga terjadi pada kata ketemu dan segala. Tiap sberupa suku terbuka berpola KV. Kata ketemu terdiri dari tiga suku kata, ke, te, dan mu. Huruf yang dikekalkan adalah huruf pertama suku pertama dan kedua, k dan t,
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
dan suku ketiga seutuhnya, mu. Kata segala terdiri dari tiga suku kata, se, ga, dan la. Huruf yang dikekalkan, yaitu s dan g pada suku pertama dan kedua, dan suku ketiga utuh, la. Kependekan yang dihasilkan berpola KKKV. Berbeda dengan contoh (29), (30), dan (31) pemendekan pada contoh (32) menghasilkan kependekan berpola KKKVK. Hal tersebut terjadi karena pada contoh (32) suku ketiga berupa suku tertutup berpola KVK sehingga pada pengekalan utuh suku ketiga pola KVK tetap dikekalkan. (32) ke - ma - ren KV KV KV
Æ kmren KKKVK
Kata kemaren terdiri dari tiga suku. Suku pertama dan kedua berupa suku terbuka ke dan ma. Huruf yang dikekalkan pada suku pertama dan kedua, k dan m. Suku ketiga mengalami pengekalan seutuhnya, ren. Dari contoh dapat terlihat kependekan yang dihasilkan berpola KKKVK. 3.2.1.9 Pengekalan huruf pertama dan terakhir suku pertama dan suku kedua sebuah kata Dalam data penelitian terdapat 14 kependekan kata dengan pola pemendekan pengekalan huruf pertama dan terakhir suku pertama dan suku kedua sebuah kata. Pemendekan pola ini cenderung terjadi pada kata yang terdiri atas dua suku kata. Baik suku pertama ataupun suku kata kedua kata tersebut selalu berupa suku tertutup berpola KVK atau KVKK. Pemendekan ini selalu menghasilkan kependekan berpola KKKK.
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
(33) pan – tes KVK KVK (34) tum - ben KVK KVK (35) tan - ding KVK KVKK (36) som - bong KVK KVKK
Æ pnts KKKK Æ tmbn KKKK Æ tndg KKKK Æ smbg KKKK
Pada contoh (33) kata pantes terdiri dari dua suku pan dan tes. Suku pertama dan kedua berupa suku tertutup, KVK. Pada setiap suku dikekalkan huruf pertama dan terakhir, yakni p dan n yang terletak pada suku pertama, dan huruf t dan s pada suku kedua kata pantes. Demikian juga pada contoh (34), huruf yang dikekalkan, yaitu t dan m pada suku pertama, dan b dan n pada suku kedua kata tumben. Sedikit berbeda yang terjadi pada contoh (35) dan (36), suku kedua berupa suku tertutup berpola KVKK. Namun perbedaan tersebut tidak membedakan pola kependekan yang dihasilkan. 3.2.1.10 Pengekalan huruf pertama dan terakhir suku pertama dan suku kedua sebuah kata Dalam data penelitian terdapat 17 kependekan kata dengan pola pemendekan pengekalan huruf pertama dan terakhir suku pertama dan suku kedua sebuah kata. Pemendekan ini cenderung terjadi pada kata yang terdiri atas dua suku kata. Suku pertama selalu berupa suku tertutup berpola KVK. Suku kedua dapat berupa suku
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
tertutup atau terbuka. Pemendekan ini dapat menghasilkan kependekan dengan beberapa pola, tergantung dari suku kedua yang dikekalkan. (37) wak - tu KVK KV (38) nan - ti KVK KV (39) kum - pul
Æ wktu KKKV Æ nnti KKKV Æ kmpul
KVK KVK
KKKVK
(40) kam - pung
Æ kmpung
KVK KVKK
KKKVKK
Pada contoh (37) kata waktu terdiri atas dua suku kata, wak dan tu. Suku pertama berupa suku tertutup KVK. Huruf pertama dan terakhir yang dikekalkan pada suku pertama, yaitu k dan m. Suku kedua berpola KVK, dikekalkan utuh, pul sehingga menghasilkan wktu. Contoh (38) juga demikian, nnti merupakan kependekan dari kata nanti yang bersuku dua, nan dan ti. Suku pertama berupa suku tertutup berpola KVK. Pada suku pertama huruf yang dikekalkan yaitu, huruf pertama n dan huruf terakhir n. Suku kedua berupa suku terbuka yang dikekalkan seutuhnya, ti. Pada contoh (37) dan (38) kependekan yang dihasilkan berpola KKKV, karena suku kedua berupa suku terbuka KV. Contoh (39) juga mengalami pemendekan serupa. Kata kumpul terdiri atas dua suku, kum dan pul. Huruf yang dikekalkan adalah huruf pertama dan terakhir suku pertama k dan m. Suku kedua mengalami pengekalan seutuhnya, pul. Kependekan kmpung pada contoh (40) merupakan kependekan dari kata kampung yang berpola
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
KKKVKK karena suku kedua pada kata kampung tersusun dari huruf berpola KVKK. 3.2.1.11 Pengekalan huruf pertama dan terakhir sebuah kata Dalam data penelitian terdapat 8 kependekan kata dengan pola pemendekan pengekalan huruf pertama dan terakhir sebuah kata. Pemendekan ini cenderung terjadi pada kata bersuku satu berupa suku tertutup. Satu kata terdiri atas tiga sampai empat huruf. Pola pemendekan ini cenderung menghasilkan kependekan berpola KK. (41) deh KVK
Æ dh KK
(42) kan
Æ kn
KVK
KK
(43) yang KVKK
Æ yg KK
Kependekan dh pada contoh (41) merupakan kependekan dari kata deh yang berusuku satu. Kata deh bersuku tertutup KVK. Huruf yang dikekalkan adalah huruf pertama dan terakhir, yakni d dan h. Contoh (42) kan berupa suku tertutup KVK. Huruf yang dikekalkan adalah huruf pertama, k dan huruf terakhir, n. Contoh (43) merupakan pemendekan pada kata yang. Kata yang berupa suku tertutup KVKK. Huruf yang dikekalkan huruf pertama y dan huruf terakhir g. Pemendekan dengan pengekalan huruf pertama dan terakhir ini dapat juga menghasilkan kependekan berpola VV. Berbanding terbalik dengan pola KK,
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
kependekan berpola VV terjadi pada kata yang berpola VKV, seperti yangterdapat pada contoh (44). Æ ia
(44) i - ya V KV
VV
Kata iya terdiri atas dua suku, i dan ya. Huruf yang dikekalkan adalah huruf pertama i dan huruf terakhir a yang mengapit satu konsonan sehingga menghasilkan pola VV. 3.2.1.12 Pengekalan huruf pertama dan terakhir suku kata pertama dan huruf pertama suku kedua sebuah kata Dalam data penelitian terdapat 4 kependekan kata dengan pola pemendekan pengekalan huruf pertama dan terakhir suku kata pertama dan huruf pertama suku kedua sebuah kata. Pemendekan ini cenderung terjadi pada kata bersuku dua. Suku pertama selalu berupa suku tertutup berpola KVK. Pemendekan ini selalu menghasilkan kependekan berpola KKK. (45) min - ta Æ mnt KVK KV (46) pas - ti KVK KV
KKK Æ pst KKK
(47) wak - tu Æ wkt KVK KV
KKK
(48) tem - pat Æ tmp KVK KV
KKK
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
Contoh (45) kependekan mnt merupakan kependekan dari kata minta. Kata minta terdiri dari dua suku kata, min dan ta. Suku pertama berupa suku tertutup berpola KVK. Huruf yang dikekalkan, yaitu huruf pertama, m dan huruf terakhir, n. Suku kedua berupa suku terbuka KV. Huruf yang dikekalkan, yaitu huruf pertama, t. Demikian juga pada kependekan pst yang merupakan kependekan dari kata pasti pada contoh (46). Huruf yang dikekalkan ialah p dan s pada suku pertama dan huruf pertama suku kedua, t. Contoh (47) huruf yang dikekalkan, yaitu huruf pertama dan terakhir suku pertama kata waktu, w dan k. Huruf pertama suku kedua, t. Kependekan pada contoh (48) juga mengalami pemendekan yang sama, hanya saja suku kedua berupa suku tertutup berpola KVK. Namun, perbedaan pola pada suku kedua tidak berpengaruh pada kependekan yang dihasilkan sebab huruf yang dikekalkan pada suku kedua hanya huruf pertama saja sehingga tetap menghasilkan kependekan berpola KKK. 3.2.1.13 Pengekalan huruf pertama suku pertama dan dua huruf pertama suku kedua sebuah kata Dalam data penelitian terdapat 6 kependekan kata dengan pola pemendekan pengekalan huruf pertama suku pertama dan dua huruf pertama suku kedua sebuah kata. Pemendekan ini cenderung terjadi pada kata yang terdiri atas dua suku. Suku pertama berupa suku terbuka KV. Suku kedua selalu berupa suku tertutup berpola KVK. Pemendekan ini selalu menghasilkan kependekan berpola KKV. (49) ce - wek Æ cwe
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
KV KVK
KKV
(50) ka - yak Æ kya KV KVK
KKV
(51) ma - sih Æ msi KV KVK (52) ka - sih KV KVK
KKV Æ ksi KKV
Kata cewek pada contoh (49) terdiri atas dua suku, ce dan wek. Huruf yang dikekalkan adalah huruf pertama suku pertama, c, dan dua huruf pertama suku kedua, w dan e. Demikian juga pada contoh (50), (51) dan (52) masing-masing kata terdiri dari dua suku. Huruf yang dikekalkan pada kata kayak, yaitu huruf k pada suku pertama dan dua huruf pertama suku kedua, y dan a. Pada kata kasih huruf yang dikekalkan, yaitu k pada suku pertama dan s dan i pada suku kedua. Pada kata masih huruf yang dikekalkan m pada suku pertama dan huruf s dan i pada suku kedua. Semua menghasilkan kependekan dengan pola KKV. 3.2.1.14 Pengekalan huruf pertama dan terakhir suku kedua sebuah kata Dalam data penelitian terdapat 3 kependekan kata dengan pola pemendekan pengekalan huruf pertama dan terakhir suku kedua sebuah kata. Pemendekan ini cenderung terjadi pada kata yang bersuku dua. Suku kedua pada kata tersebut berupa suku tertutup dan berpola KVK atau KVKK. Pemendekan ini meghasilkan kependekan berpola KK. (53) eng - gak Æ gk
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
KVK (54) u - dah
KK Æ dh
KVK
KK
(55) e - mang Æ mg KVKK
KK
Contoh (53) kata enggak terdiri atas dua suku kata, eng dan gak. Suku kedua berupa suku tertutup berpola KVK. Huruf yang dikekalkan, yaitu huruf pertama dan terakhir suku kedua, g dan k. Demikian juga pada kata udah dan emang. Suku kedua dari tiap-tiap kata tersebut berupa suku tertutup KVK dan KVKK. Huruf yang dikekalkan adalah huruf d dan h pada suku kedua kata udah; dan huruf m dan g pada suku kedua kata emang. 3.2.1.15 Pengekalan huruf pertama sebuah kata Dalam data penelitian ditemukan 5 kependekan kata dengan pola pemendekan pengekalan huruf pertama sebuah kata. Pemendekan ini biasanya terjadi pada kata depan, kata berkategori fatis atau awalan yang ditulis terpisah dari kata dasarnya. Huruf pertama yang dikekalkan selalu berupa konsonan. (56) ke Æ k KV
K
(57) di Æ d KV
K
(58) ya Æ y KV
K
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
Contoh (56) kependekan k merupakan kependekan dari kata depan ke. Huruf yang dikekalkan, yaitu huruf pertama, k. Demikian juga pada contoh (57), kependekan y merupakan kependekan dari ya. Huruf yang dikekalkan, yaitu huruf pertama, y. Pemendekan ini dapat terjadi pada awalan, seperti contoh (58). Kependekan d merupakan kependekan dari awalan di-. Huruf yang dikekalkan yakni huruf pertama, d. Pemendekan pada awalan terjadi karena awalan tersebut ditulis terpisah dari kata dasarnya sehingga awalan yang dimaksud diperlakukan juga sebagai sebuah kata seperti halnya kata depan. Misalnya pada data ditemukan kalimat, kita gosip gue d peluk buldani. Kependekan d merupakan kependekan dari awalan di- yang ditulis terpisah dari kata dasarnya, peluk. 3.2.1.16 Pengekalan huruf pertama dan penggantian kata dasar dengan bilangan Dalam data penelitian terdapat 4 kependekan kata dengan pola pemendekan pengekalan huruf pertama dan penggantian kata dasar dengan bilangan. Pemendekan dengan pola tersebut biasanya terjadi pada kata yang memiliki kata dasar numeralia. (59) berdua
Æ b2
(60) berempat Æ b4 Kata berdua terdiri dari dua kata. Kata pertama merupakan kata terikat berupa awalan ber-. Kata kedua merupakan kata dasar numeralia, dua. Huruf yang dikekalkan adalah huruf pertama dari kata tersebut, yaitu b yang juga mewakili awalan ber-. Selanjutnya kata kedua, dua, yang juga merupakan kata dasar mengalami penggantian menjadi bilangan 2. Penggantian tersebut dapat terjadi
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
karena nama bilangan 2 adalah dua. Oleh karena itu, kata dua dapat dilambangkan dengan bilangan 2. Demikian juga pada contoh (60). Penggantian kata dasar empat menjadi bilangan 4 dapat terjadi karena nama bilangan 4 adalah empat. Selain itu, kependekan seperti ber3 dan ber2 juga dimasukan ke dalam pemendekan pola ini. Pengelompokan tersebut berdasarkan pada pemendekan kata dasarnya. Kata dasar yang dipendekan mengalami pemendekan yang sama, yakni dengan penggantian dengan bilangan, hanya saja pada kependekan ber2 dan ber3 awalan ber- dikekalkan utuh. (61) bertiga
Æ ber3
(62) berdua
Æ ber2
Kata bertiga pada contoh (61) terdiri dari dua kata, satu kata terikat berupa awalan ber- dan kata dasar numeralia. Sama halnya dengan kependekan b2 dan b4, penggantian kata dasar pada tiga menjadi bilangan 3 dapat terjadi karena nama bilangan 3 adalah tiga sehingga kata tiga dapat dilambangkan dengan bilangan 3. Namun, dalam kependekan ini awalan ber- tetap dikekalkan utuh. 3.2.1.17 Pengekalan huruf pertama dari setiap kata Dalam data penelitian ditemukan 16 kependekan kata dengan pola pemendekan pengekalan huruf pertama tiap kata. Pemendekan ini tentu saja terjadi dari gabungan dua kata atau lebih. Dalam data yang ditemukan kependekan ini cenderung terjadi pada kata berupa frase atau nama institusi atau bidang. Pemendekan ini dapat menghasilkan kependekan dengan beberapa pola yang tidak tentu.
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
(63) ulangan bersama
Æ ub
(64) pajak jadian
Æ pj
(65) ilmu pengetahuan sosial Æ ips (66) Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Æ FKUI Contoh (63) kependekan ub terjadi dari frase ulangan bersama. Huruf yang dikekalkan yaitu huruf pertama dari tiap kata, u dan b. Demikian juga pada contoh (64) pajak jadian juga merupakan frase. Huruf yang dikekalkan ialah huruf pertama kata pertama, p dan huruf pertama kata kedua, j. Kependekan pada contoh (65) merupakan kependekan dari nama bidang ilmu, yakni ilmu pengetahuan sosial. Huruf yang dikekalkan adalah huruf pertama dari tiap kata, yaitu i, p, dan s. Kependekan pada contoh (66) merupakan kependekan dari sebuah institusi, yakni Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Huruf yang dikekalkan adalah huruf pertama dari tiapa kata, yaitu F, K, U, dan I. Pola kependekan yang dihasilkan dari pemendekan ini tidak dapat ditentukan. 3.2.1.18 Pengekalan huruf pertama kata pertama dan huruf pertama kata kedua dari gabungan kata Dalam data penelitian ditemukan 2 kependekan kata dengan pola pemendekan pengekalan huruf pertama kata pertama dan huruf pertama kata kedua dari gabungan kata. Pemendekan ini terjadi dari sebuah kata yang terbentuk dari gabungan kata. (67) televisi
Æ tv KK
(68) donbosco Æ db
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
KK Pada contoh (67) kependekan tv merupakan kependekan dari kata televisi. Kata televisi terdiri dari dua kata yang digabungkan yakni tele dan visi. Huruf yang dikekalkan adalah huruf pertama kata pertama, t dan huruf pertama kata kedua, v. Pada contoh (68) kependekan db merupakan kependekan dari kata donbosco. Kata donbosco terdiri dari dua kata yang digabungkan don dan bosco. Huruf yang dikekalkan yaitu huruf pertama kata pertama, d dan huruf pertama kata kedua, b. kependekan yang dihasilkan selalu berpola KK. 3.2.1.19 Pengekalan kata pertama dan pengekalan huruf pertama suku pertama kata kedua dan huruf pertama dan terakhir suku kedua kata kedua Dalam data penelitian ditemukan 2 kependekan kata dengan pola pemendekan pengekalan kata pertama dan pengekalan huruf pertama suku pertama kata. Kata kedua selalu bersuku dua. Suku pertama kata kedua berupa suku terbuka dapat berpola V atau KV, sedangkan suku kedua berupa suku tertutup berpola KVK. Pola kependekan yang dihasilkan bermacam-macam, tidak menentu. (69) apa ka - bar
Æ apakbr
KV KVK (70) ya u - dah
Æ yaudh
V KVK Kata apa kabar pada contoh (69) merupakan terdiri dari dua kata apa dan kabar. Dalam pemendekan ini kata pertama apa mengalami pengekalan seutuhnya, apa. Kata kedua, kabar terdiri atas dua suku, ka dan bar. Suku pertama berupa suku
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
terbuka berpola KV. Suku kedua berupa suku tertutup berpola KVK. Kata pertama mengalami pengekalan huruf pertama suku pertama, k, dan huruf pertama dan terakhir kata kedua, b dan r. Demikian juga kata yaudh pada contoh (70) terdiri dari dua kata ya dan udah. Kata pertama, mengalami pengekalan seutuhnya, ya. Kata kedua, udah terdiri atas dua suku kata u dan dah. Suku pertama berupa suku terbuka yang hanya terdiri dari satu vokal u. Suku kedua berupa suku tertutup berpola KVK. Kata kedua, udah mengalami pengekalan huruf pertama suku pertama, u dan huruf pertama dan terakhir suku kedua, d dan h. 3.2.1.20 Pengekalan huruf pertama suku kedua tiap kata Dalam data penelitian ditemukan 1 kependekan kata dengan pola pemendekan pengekalan huruf pertama suku kedua berpola tiap kata. Pemendekan pola ini menghasilkan kependekan berpola KKK. Setiap kata terdiri dari dua suku. (71) eng - gak apa-apa
Æ gpp KKK
Pada contoh (71) enggak apa-apa terdiri dari satu kata tunggal, enggak, dan satu kata ulang apa-apa. Tiap kata terdiri dari dua suku kata. Kata pertama terdiri dari dua suku, eng dan gak. Huruf yang dikekalkan yaitu huruf pertama suku kedua, g. Kata kedua dan ketiga merupakan kata ulang apa-apa. Huruf yang dikekalkan adalah huruf pertama dari suku kedua, p dan p. Jadi, terbentuklah kependekan gpp berpola KKK.
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
3.2.1.21 Pengekalan huruf yang tak beraturan Dalam data penelitian ditemukan 62 kependekan kata dengan pola pemendekan pengekalan huruf yang tak beraturan. Beberapa di antaranya, brap dari berapa, d dari udah, da dari udah, dng dari dong, gbs dari enggak bisa, gpapa dari enggak apa-apa, jng dari jangan, dan beberapa kependekan lain. Kependekan tersebut dimasukkan ke dalam pemendekan pola pengekalan huruf tak beraturan karena tidak mempunyai pola yang jelas atau sulit dirumuskan. Kependekan kata dengan pola pengekalan huruf tak beraturan mungkin terjadi karena kata yang dipendekkan adalah kata ragam bahasa Indonesia informal sehingga penulis tidak memerlukan adanya konvensi dalam menuliskan kependekan tersebut.
3.2.2 Penggalan Penggalan adalah proses pemendekan yang mengekalkan salah satu bagian kata. Berdasarkan data yang diteliti, penggalan selalu terjadi dari satu buah kata. Jadi, penggalan selalu berupa bagian sebuah kata yang dikekalkan, bukan huruf Bentuk penggalan pada data yang diteliti dapat terjadi dari proses-proses berikut. 3.3.2.2 Pengekalan suku pertama sebuah kata Dalam data penelitian ditemukan 3 kependekan kata dengan pola pemendekan
pengekalan suku pertama sebuah kata. pemendekan ini cenderung
terjadi pada kata yang bersuku dua.
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
(72) ang - ka - tan VKK KV KVK
Æ ang VKK
(73) ka - kak Æ ka (74) co - wok Æ co Pada contoh (72) kata angkatan terdiri dari tiga suku kata. suku peertama yang dikekalkan adalah, ang. Pada contoh (73) kata kakak terdiri dari dua suku ka dan kak. Unsur yang mengalami pengekalan ialah suku pertama, yakni ka. Pada contoh (74) kata cowok terdiri atas dua suku co dan wok. Unsur yang dikekalkan , yakni suku pertama, co. 3.3.2.3 Pengekalan suku kedua atau terakhir sebuah kata Dalam data penelitian ditemukan 21 kependekan kata dengan pola pemendekan pengekalan suku kedua sebuah kata. pemendekan ini dapat terjdai pda kata bersuku lebih dari dua. (75) e - mang
Æ mang
(76) a – nak
Æ nak
(77) mo – nyet
Æ nyet
(78) se - la - met
Æ met
Contoh (75), (76), (77) merupakan penggalan yang terjadi dari kata bersuku dua. Unsur yang dikekalkan, yaitu suku kedua dari masing-masing kata, mang dari pda kata emang; nak dari kata anak; dan nyet dari kata monyet.
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
Penggalan pada contoh (78) terjadi dari kata bersuku tiga. Kata selamet terdiri dari tiga suku kata se, la, dan met.Unsur yang dikekalkan adalah suku terakhir dari kata selamet, yakni met. 3.3.2.4 Pengekalan tiga huruf pertama sebuah kata Dalam data penelitian ditemukan 2 kependekan kata dengan pola pemendekan pengekalan tiga huruf pertama sebuah kata. Pemendekan ini dapat terjadi pada kata bersuku dua atau lebih. (79) sa - yang
Æ say KVK
(80) so – bat
Æ sob KVK
Contoh (79) dan (80) merupakan penggalan yang terjadi pada kata bersuku dua. Unsur yang dikekalkan adalah tiga huruf pertama kata sayang, yakni s, a, dan y. Pada contoh (80) tiga huruf pertama dari kata sobat. Pengekalan huruf pada contoh (3) sama dengan pengekalan yang terjadi pada contoh (79). 3.3.2.5 Pengekalan empat huruf pertama Dalam data penelitian ditemukan 1 kependekan kata dengan pola pemendekan pengekalan empat huruf pertama. Pemendekan ini cenderung terjadi pada kata yang terdiri dari tiga suku kata atau lebih.
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
(81) Sep - tem - ber
Æ sept
Kata september terdiri atas tiga suku kata sep, tem, dan ber. Unsur yang dikekalkan ialah empat huruf pertama dari kata tersebut, yaitu s, e, p,dan t. 3.3.2.6 Pengekalan lima huruf pertama Dalam data penelitian ditemukan 1 kependekan kata dengan pola pemendekan pengekalan lima huruf pertama. Pemendekan ini cenderung terjadi pada kata yang terdiri atas 4 suku kata atau lebih. (82) re - me - di - al Æ remed Kata remedial terdiri atas empat suku kata re, me, di, dan al. Unsur yang dikekalkan ialah lima huruf pertama dari kata tersebut, yaitu r, e, m, e, dan d.
3.2.3 Akronim Bentuk akronim dalam data yang diteliti terbentuk dari pengekalan huruf pertama tiap kata atau lebih dan dapat dilafalkan sebagai kata yang wajar. Jadi, akronim selalu terbentuk dari dua kata atau lebih dan selalu berupa gabungan huruf pertama dari tiap kata yang dipendekan. Kependekan FKUI misalnya, tidak termasuk ke dalam bentuk akronim karena tidak dapat dilafalkan sebagai sebuah kata, melainkan dieja huruf demi huruf. Kata rudal bukan termasuk akronim karena tidak terbentuk dari pengekalan huruf pertama tiap kata, meskipun dapat dilafalkan sebagai kata. Berdasarkan proses pembentukannya hanya terdapat satu pola pembentukan, yaitu pengekalan huruf pertama tiap komponen kata. Dalam data penelitian
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
ditemukan 4 kependekan kata dengan pola pemendekan pengekalan pengekalan huruf pertama tiap komponen kata. (83) Ilmu Pengetahuan Alam Æ IPA (84) Ujian Akhir Sekolah
Æ UAS
(85) Ujian Akhir Nasional
Æ UAN
(86) Pondok Indah Mal
Æ PIM
Bentuk akronim selalu terjadi dari pengekalan huruf pertama tiap kata. Contoh (83) IPA merupakan kependekan dari Ilmu Pengetahuan Alam. Huruf yang dipendekan , yakni I, P, dan A yang merupakan huruf awal dari tiap kata. Contoh (84) Uas merupakan kependekan dari Ujian Akhir Sekolah. Huruf yang dikekalkan, yaitu u, a, dan,s; dan dapat dilafalkan sebagai satu kata [uas]. Contoh (85) UAN merupakan kependekan dari Ujian Akhir Nasional. Huruf yang dikekalkan adalah U, A, dan N; dan dapat dilafalkan sebagai satu kata [uan]. Contoh (86) pim merupakan kependekan dari Pondok Indah Mal. Huruf yang
dikekalkan yaitu p, i dan m; dan dapat
dilafalkan sebagai satu kata [pim].
3.2.4 Kontraksi Bentuk kontraksi berdasarkan data yang diteliti dapat terbentuk dari pengekalan suku kata atau bagian lain dari satu kata atau lebih dan dapat dilafalkan sebagai kata. Jadi, kontraksi dapat dikatakan sebagai bentuk meringkas satu kata atau gabungan kata. Bentuk kontraksi dapat terjadi dari pemendekan satu buah kata atau lebih. Bentuk kontraksi pada data yang diteliti dapat terjadi dari proses-proses berikut.
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
3.2.4.1 Pengekalan suku pertama kata pertama dan suku terakhir kata kedua Dalam data penelitian ditemukan 1 kependekan kata dengan pola pemendekan pengekalan suku pertama kata pertama dan suku terakhir kata kedua. (87) bo - cah pe - tu- a - lang Æ bolang Kependekan bolang merupakan kependekan dari bocah petualang. Bocah petualang merupakan frase yang terdiri dari dua kata. Kata pertama bocah memiliki dua suku kata bo dan cah maka yang dikekalkan adalah suku pertama bo. Kata kedua petualang terdiri dari empat suku kata pe, tu, a, dan lang. Maka, yang dikekalkan suku terakhir kata kedua, yakni lang. 3.2.4.2 Pengekalan suku terakhir kata pertama dan pengekalan seutuhnya kata kedua Dalam data penelitian ditemukan 2 kependekan kata dengan pola pemendekan pengekalan suku terakhir kata pertama dan pengekalan seutuhnya kata kedua. Dalam data yang ditemukan kontraksi dengan pola ini terjadi pada dari dua kata. Kata pertama terdiri dari dua suku kata atau lebih. (88) te - ri - ma kasih Æ makasih (89) a - pa kabar
Æ pakabar
Pada contoh (88) kependekan makasih merupakan kependekan dari terima kasih. Terima kasih merupakan kata majemuk yang terdiri atas dua kata, terima dan kasih. Kata pertama terdiri dari tiga suku kata te, ri, dan ma. Unsur yang dikekalkan pada kata pertama, yaitu suku terakhir, ma. Kata kedua kasih mengalami pengekalan utuh, kasih. Contoh (89), apa kabar merupakan kata majemuk yang terdiri dari dua
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
kata apa dan kabar. Kata pertama apa merupakan kata bersuku dua, a dan pa. Unsur yang dikekalkan pada kata pertama, yaitu suku terakhir, pa. Kata kedua kabar, dikekalkan utuh, kabar. 3.2.4.3 Pengekalan tiga huruf pertama tiap kata Dalam data penelitian ditemukan 2 kependekan kata dengan pola pemendekan pengekalan pengekalan tiga huruf pertama tiap kata. Pemendekan ini terjadi dari dua kata. (90) curahan hati
Æ curhat
(91) taman puring
Æ tampur
Pada contoh (90) curahan hati dipendekkan menjadi curhat. Curahan hati merupakan frase yang terdiri dari dua kata. Unsur yang dikekalkan adalah huruf pertama dari tiap kata. Tiga huruf pertama kata pertama, yaitu c, u, dan r, sedangkan tiga huruf pertama kata kedua, yaitu h, a, dan t. Contoh (91) taman puring merupakan nama tempat yang terdiri dari dua kata, taman dan puring. Tiga huruf pertama kata pertama yang dikekalkan, yaitu t, a, dan m; sedangkan tiga huruf pertama kata kedua yang dikekalkan, yaitu p, u, dan r. 3.2.4.4 Pengekalan dua huruf pertama kata pertama dan tiga huruf pertama kata kedua Dalam data penelitian ditemukan 3 kependekan kata dengan pola pemendekan pengekalan dua huruf pertama kata pertama dan tiga huruf pertama kata. (92) ulang tahun
Æ ultah
(93) universitas padjajaran Æ unpad
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
Æ alpus
(94) alazhar pusat
Contoh (92), ulang tahun merupakan kata majemuk yang terdiri dari dua kata, ulang dan tahun. Bagian yang
dikekalkan pada kata pertama adalah dua huruf
pertama, u dan l. Bagian yang dikekalkan pada kata kedua adalah tiga huruf pertama t, a, dan h. Contoh (93), universitas padjajaran terdiri dari dua kata. Kata pertama universitas mengalami pengekalan dua huruf pertama, u dan n. Kata kedua padjajaran mengalami pegekalan tiga huruf pertama, p, a, dan d. Contoh (94), alazhar pusat merupakan frase yang terdiri dari dua kata. Kata pertama alazhar bagian yang dikekalkan pada kata pertama adalah dua huruf pertama, a dan l. Kata kedua pusat mengalami pengekalan tiga huruf pertama, p, u, dan s.
3.2.4.5 Pengekalan suku pertama kata pertama dan tiga huruf pertama kata kedua Dalam data penelitian ditemukan 2 kependekan kata dengan pola pemendekan pengekalan suku pertama kata pertama dan tiga huruf pertama kata kedua. Kata pertama pada pemendekan ini sekurang-kurangnya terdiri dari dua suku kata. (95) ja - man dulu
Æ jadul
(96) bi - na nusantara Æ binus Contoh (95) jadul terbentuk dari pemendekan dua kata dalam frase, jaman dan dulu. Kata pertama jaman terdiri atas dua suku kata, ja dan man. Bagian yang dikekalkan pada kata pertama adalah suku pertama, ja. Kata kedua dulu mengalami pemendekan pengekalan tiga huruf pertama, yakni d, u, dan l. Contoh (96) kependekan binus terbentuk dari pemendekan dua kata, bina dan nusantara. Kata
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
pertama bina memiliki dua suku kata, bi dan na. Bagian yang dikekalkan pada kata pertama, yakni suku pertama bi. Bagian yang dikekalkan kata kedua nusantara yaitu tiga huruf pertama n, u, dan s. 3.2.4.6 Pengekalan dua huruf pertama suku kedua kata pertama dan pengekalan seutuhnya kata kedua Dalam data penelitian ditemukan 5 kependekan kata dengan pola pemendekan pengekalan dua huruf pertama suku kedua kata pertama dan pengekalan utuh kata kedua. Dalam pemendekan ini kata pertama terdiri dari dua suku. (97)
eng - gak jelasÆgajelas
(98)
eng - gak tau Æ gatau
(99)
eng - gak mau Æ gamau
(100) eng - gak usahÆ gausah Empat kependekan yang ditemukan dalam data dengan pemendekan ini mempunyai kata pertama yang sama, yakni enggak. Kata enggak terdiri dari dua suku, eng dan gak. Bagian yang dikekalkan adalah huruf kedua dari suku kedua, yaitu g dan a. Kemudian, kata kedua dikekalkan seutuhnya, yaitu jelas pada contoh (97), tau pada contoh (98), mau pada contoh (99), dan usah pada contoh (100). 3.2.4.7 Pengekalan dua huruf pertama suku kedua kata pertama dan pengekalan suku terakhir kata selanjutnya Dalam data penelitian ditemukan 2 kependekan kata dengan pola pemendekan pengekalan dua huruf pertama suku kedua kata pertama dan pengekalan suku kedua
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
kata selanjutnya. Dalam pemendekan ini kata pertama dan kedua terdiri dari dua suku. (101) eng - gak a – da
Æ gada
(102) eng - gak a - pa a - pa Æ gapapa Pada contoh (101) dan (102) kata pertama, yakni enggak. Kata enggak terdiri dari dua suku eng dan gak. Bagian yang dikekalkan adalah dua huruf pertama suku kedua yakni g dan a. Kata selanjutnya pada contoh (101) ada, terdiri atas dua suku, a dan da. Bagian yang dikekalkan adalah suku kedua, da. Kata selanjutnya pada contoh (102), yaitu reduplikasi apa-apa. Bagian yang dikekalkan adalah suku kedua, pa.
3.2.4.8 Pengekalan suku pertama tiap kata Dalam data penelitian ditemukan 1 kependekan kata dengan pola pemendekan pengekalan tiga huruf pertama tiap kata. (103) Som - bong se - ka - li Æ somse Contoh (103) sombong sekali merupakan frase yang terdiri dari dua kata, sombong dan sekali. Kata pertama terdiri dari dua suku som dan bong. Bagian yang dikekalkan adalah suku pertama, yakni som. Kata kedua terdiri dari tiga suku kata se, ka, dan li. Bagian yang dikekalkan yakni suku pertama, se.
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
3.2.4.9 Pengekalan tiga huruf pertama kata pertama dan pengekalan seutuhnya kata kedua Dalam data penelitian ditemukan 1 kependekan kata dengan pola pemendekan pengekalan tiga huruf pertama kata pertama dan pengekalan seutuhnya
kata
berikutnya. (104) bulungan cup Æ bulcup Bulungan cup yang terdiri atas dua kata bulungan dan cup,
mengalami
pemendekan menjadi bulcup. Bagian yang dikekalkan pada kata pertama adalah tiga huruf pertama kata pertama, yaitu b, u, dan l. Kata kedua mengalami pengekalan utuh, cup. 3.2.4.10 Pengekalan suku pertama kata pertama dan pengekalan empat huruf pertama kata kedua Dalam data penelitian ditemukan 2 kependekan kata dengan pola pemendekan pengekalan suku pertama kata pertama dan pengekalan empat huruf pertama kata kedua. (105) bo - kap nyokap
Æ bonyok
(106) mu - ka pengin
Æ mupeng
Contoh (105) bokap nyokap merupakan dua kata berupa frase. Bagian yang dikekalkan pada kata pertama, bokap adalah suku pertama, bo. padakata kedua bagian yang dikekalkan adalah empat huruf pertama, yatiu n, y, o, dan k. Demikian
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
juga pada contoh (106) kependekan mupeng terbentuk dari pengekalan suku pertama kata pertama, mu, dan empat huruf pertama kata kedua, p, e, n, dan g. 3.2.4.11 Pengekalan tiga huruf pertama tiap komponen kata disertai pelesapan konjungsi Dalam data penelitian ditemukan 1 kependekan kata dengan pola pemendekan pengekalan tiga huruf pertama tiap kata disertai pelesapan konjungsi. (107) pendidikan jasmani dan kesehatan Æ penjaskes Kependekan penjaskes merupakan kependekan dari pendidikan jasmani dan kesehatan. Bagian yang dikekalkan yaitu tiga huruf pertama kata pertama, p, e, dan n; tiga huruf pertama kata kedua, j, a, dan s; dan tiga huruf pertama kata kata ketiga k, e, dan s. Selain itu, dalam pemendekan ini juga terdapat pelesapan konjungsi, yakni dan. 3.2.4.12 Pengekalan suku pertama kata pertama dan huruf pertama dan terakhir kata kedua Dalam data penelitian ditemukan 1 kependekan kata dengan pola pemendekan pengekalan suku pertama kata pertama dan huruf pertama dan terakhir kata kedua. (108) pen - tas seni Æ pensi Pentas seni merupakan frase. Kata pertama pentas terdiri dari dua suku, pen dan tas. Bagian yang dikekalkan pada kata pertama yakni suku petama, pen. Bagian
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
yang dikekalkan pada kata kedua, seni, adalah huruf pertama dan terakhir yaitu s dan i. 3.2.4.13 Pengekalan beberapa huruf yang tak beraturan pada sebuah kata Dalam data penelitian ditemukan 7 kependekan kata dengan pola pemendekan pengekalan beberapa huruf yang tak beraturan pada sebuah kata. (109) tidak
Æ tak
(110) melulu Æ mulu (111) siapa
Æ sapa
(112) cilandak town square
Æ citos
Kependekan yang dimasukan dalam pola ini yaitu kependekan yang. Huruf yang dikekalkan tidak memiliki pola tertentu seperti pada bentuk-bentuk kontraksi sebelumnya.
3.2.5 Lambang Huruf Lambang huruf yang terdapat dalam data penelitian merupakan lambang huruf yang menyatakan bilangan. Dalam data hanya ditemukan satu lambang huruf, yaitu X. (113) 10
ÆX
Lambang huruf X dalam data digunakan untuk menyatakan angka 10. Angka 10 yang dimaksud merupakan tingkatan
kelas dalam jenjang sekolah menenegah atas.
Lambang huruf yang menyatakan bilangan ini dibentuk berdasarkan penulisan angka Romawi.
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
3.3 Bentuk Khusus Dalam data yang diteliti, ditemukan beberapa bentuk kependekan yang proses pembentukannya sedikit berbeda dengan proses pembentukan kependekan yang telah dijelaskan sebelumnya. Bentuk kependekan tersebut saya masukan ke dalam bentuk singkatan khusus. Bentuk kependekan khusus pada dasarnya memiliki proses pembentukan yang sama dengan kependekan lainnya, hanya saja bentuk khusus mempunyai ciri khas, yaitu adanya penggantian unsur dengan unsur lain. Misalnya, penggantian diftong dengan sebuah huruf, dan lain-lain. Berikut ini bentuk kependekan khusus pada data yang diteliti berdasarkan proses pembentukannya. Pada proses pembentukan bentuk khusus ini, saya memfokuskan penelitian pada penggantian unsur sebagai ciri khas bentuk khusus karena pengekalan huruf yang terjadi sebagian besar sama seperti pada kependekan biasa. Berikut ini kependekan bentuk khusus yang terdapat pada data penelitian berdasarkan proses pembentukannya. 3.3.1 Pengekalan huruf pertama suku pertama dengan penggantian vokal terakhir sebuah kata Dalam data penelitian ditemukan 7 kependekan kata dengan pola pemendekan pengekalan huruf atau gabungan huruf dengan penggantian vokal terakhir sebuah kata. Pemendekan ini terjadi pada kata yang diakhiri dengan deret vokal yang bukan diftong. Kata yang mengalami pemendekan ini cenderung terdiri atas dua suku. Suku pertama selalu berupa suku terbuka berpola KV. Suku kedua berupa suku terbuka
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
yang hanya terdiri atas satu vokal sebagai vokal akhir kata. Kata yang mengalami pemendekan ini biasanya hanya terdiri dari tiga huruf berpola KVV. Dalam data yang ditemukan, vokal terakhir kata mengalami penggantian menjadi w, o, dan y. (114) gu - e
Æ gw
KV V
KK
(115) ta - u KV V
Æ tw KV
(116) ma - u Æ mo KV V (117) di - a KV V (118) la - gi KV KV
KV Æ dy KV Æ gy KK
Pada contoh (114) kata gue mengalami pemendekan menjadi gw. Kata gue terdiri dari dua suku kata gu dan e. Kata gue terdiri dari tiga hururf berpola KVV. Dalam pemendekan ini huruf pertama yang dikekalkan adalah g, sedangkan vokal akhir yang mengalami penggantian menjadi w, yaitu e. Penggantian vokal e menjadi w kemungkinan terjadi karena kata gue dilafalkan [guwe]. Dalam pelafalannya bunyi [w] muncul sebelum [e] sebagai pelancar bunyi. Hal tersebut sama misalnya dengan pelafalan pada kata cakwe [cak-we]. Bunyi [e] pada gue dilafalkan sama dengan [we] pada cakwe. Lain halnya dengan contoh (115), pada contoh (116) vokal akhir kata yang mengalami penggantian menjadi w adalah huruf u. Kata tau terdiri dari dua suku, ta
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
dan u. Suku pertama berupa suku terbuka berpola KV. Huruf pertama yang dikekalkan adalah, t. Suku kedua berupa suku terbuka V. Penggantian u menjadi w mungkin terjadi karena vokal u jika terletak di akhir kata dan diikuti vokal sebelumnya selalu memunculkan bunyi [w], misalnya kata harimau [harimaw]. Oleh karena itu, w dapat dipakai untuk melambangkan bunyi [u]. Pada contoh (117) vokal akhir u pada kata mau mengalami penggantian menjadi o. Penggantian u menjadi o kemungkinan terjadi karena pengaruh kebiasaan penutur berbicara. Misalnya, kata atau seringkali diucapkan [ato] oleh penutur. Pada contoh (4) huruf yang dikekalkan adalah huruf pertama dari kata dia, yaitu d. Vokal akhir a mengalami penggantian menjadi y. Penggantian vokal a menjadi y mungkin terjadi karena huruf a jika diikuti vokal i sebelumnya memunculkan [y]. Misalnya, pada kata sial dalam pengucapannya muncul bunyi [y] antara i dan a. Pada contoh (118) huruf yang dikekalkan bukan huruf pertama suku pertama, melainkan huruf pertama suku kedua. Kata lagi dipendekan menjadi gy. Pemendekan tersebut mengekalkan huruf pertama suku kedua, g, dan penggantian vokal akhir i menjadi y. Penggantian vokal akhir i menjadi y mungkin terjadi karena pengaruh bahasa asing (Inggris). Misalnya, kata city yang dilafalkan /’sitie/. Huruf y dalam bahasa inggris jika berada di akhir kata dilafalkan menjadi [i]. Oleh karena itu, huruf y dapat dipakai untuk melambangkan [i].
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
3.3.2
Pengekalan huruf pertama suku pertama dan huruf pertama suku pertama dengan penggantian diftong terakhir dari kata Dalam data penelitian ditemukan 4 kependekan kata dengan pola pemendekan
pengekalan huruf pertama suku pertama dan huruf pertama suku pertama dan penggantian diftong terakhir dari kata. Pemendekan ini cenderung terjadi pada kata bersuku dua yang berakhir dengan diftong. Suku pertama berupa suku terbuka. Suku kedua berupa suku terbuka berpola KVV. Dalam data yang ditemukan, diftong mengalami penggantian menjadi o, atau w, atau e. (119) ka - lau Æ klo KV KVV
KKV
(120) a - tau Æ ato V KVV
KKV
(121) a – tau Æ atw V KVV
KKV
(122) pa - kai Æ pke KV KVV KKV Conto (119) dan (120) adalah contoh kependekan dengan penggantian diftong menjadi o. Kata kalau terdiri dari dua suku. Suku pertama berupa suku terbuka berpola KV, ka. Huruf pertama yang dikekalkan, yakni k. Suku kedua berupa suku terbuka KVV. Huruf yang dikekalkan ialah huruf pertama, l. Pada contoh (120) kata atau juga terdiri dari dua suku. Suku pertama berupa suku terbuka yang terdiri dari satu vokal a yang dikekalkan. Suku kedua berupa suku terbuka KVV. Huruf yang dikekalkan ialah huruf pertama, t. Pada kata kalau dan atau penggantian diftong au
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
menjadi o mungkin terjadi karena pengaruh kebiasaan penutur bicara. Misalnya, kata pulau yang sering diucapkan menjadi [pulo]. Demikian halnya dengan kata kalau dan atau, dalam ragam informal sehari-hari sering diucapkan menjadi [kalo] dan [ato]. Kebiasan tersebut akhirnya cenderung terbawa dalam penulisan. Demikian halnya pada contoh (122), kata pakai mengalami pemendekan menjadi pke. Penggantian diftong ai menjadi e pada pakai mungkin juga terjadi karena pengaruh kebiasaan penutur bicara, sama halnya pada contoh (119) dan (120). Misalnya, kata satai. Sebagian besar orang lazim menyebut satai dengan sate [sate] bukan [satay].Huruf yang dikekalkan, yaitu huruf pertama suku pertama, p, dan huruf pertama suku kedua, k. Diftong ai mengalami penggantian menjadi e. Pada contoh (121) penggantian diftong au menjadi w mungkin terjadi kareana pada posisi akhir suku kata kedudukan w diganti dengan huruf u. Huruf w dapat dipakai untuk melambangkan bunyi u , seperti pada kata kata kerbau [kerbaw] dan danau [danaw]. 3.3.3 Pengekalan huruf pertama suku pertama dan huruf pertama setelah deret vokal dengan penggantian deret vokal di tengah kata Dalam data penelitian ditemukan 5 kependekan kata dengan pola pemendekan pengekalan huruf atau gabungan huruf dengan penggantian deret vokal di tengah kata. Pemendekan ini cenderung terjadi pada kata bersuku dua yang memiliki deret vokal pada tengah kata. Deret vokal pada tengah kata selalu berada pada suku berbeda. Dalam data yang ditemukan deret vokal dapat mengalami penggantian menjadi y dan w. Pemendekan ini selalu menghasilkan kependekan berpola KKK.
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
(123) li – at KV VK (124) si - a – pa
Æ lyt KKK Æ syp
KV V KV
KKK
(125) bi - a - sa
Æ bys
KV V KV (126) bu - at KV VK
KKK Æ bwt KKK
Pada contoh (123), (124), dan (125) deret vokal i dan a mengalami penggantian menjadi y. Huruf yang dikekalkan pada kependekan tersebut ialah huruf pertama suku pertama dan huruf setelah deret vokal tersebut. Deret vokal i dan a pada contoh (123), (124), dan (125) selalu berada pada suku yang berbeda. Huruf yang dikekalkan selalu mengapit deret vokal yang digantikan, misalnya pada contoh (123) huruf l dan t mengapit deret vokal ia. Penggantian deret vokal di tengah kata dapat terjadi karena pengaruh pengucapan. Misalnya pada kata kias dalam pengucapan antara [ki] dan [as] muncul bunyi [y] sebagai pelancar bunyi. Demikian halnya yang terjadi pada kata liat, siapa, dan biasa. Pada contoh (126) deret vokal di tengah kata yang mengalami penggantian adalah deret u dan a menjadi w. Sama halnya pada contoh (123), (124), (125), penggantian u dan a menjadi w dapat terjadi karena dalam pengucapan huruf u dan a yang berderet memunculkan bunyi [w] sebagai pelancar bunyi. Misalnya, pada kata kuat jika diucapkan, antara [ku dan [at] muncul bunyi [w] untuk memperlancar bunyi.
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
3.3.4 Penggantian kata dengan sebuah huruf Dalam data penelitian ditemukan 1 kependekan kata dengan pola pemendekan penggantian kata dengan sebuah huruf. Pemendekan ini cenderung terjadi pada kata yang terdiri tidak lebih dari tiga huruf. (127) sih
Æc
Kependekan c merupakan kependekan dari kata sih. Dalam pemendekan ini penggantian kata sih menjadi huruf c mungkin terjadi karena kemiripan pelafalan. Kemiripan yang dimaksud dalam hal ini bukan pelafalan dalam bahasa Indonesia, melainkan dalam bahasa Inggris. Kata sih dilafalkan [sih], sedangkan dalam bahasa Indonesia huruf c dilafalkan [ce]. Hal tersebut jelas jauh berbeda. Lain halnya jika pelafalan dalam bahasa Inggris. Kata sih yang dilafalkan [sih] memiliki kemiripan pelafalan dengan huruf c dalam lafal Inggris. Huruf c dilafalkan [sie] dalam bahasa Inggris. Dari contoh tersebut dapat dikatakan bahwa huruf c dapat melambangkan [sih]. 3.3.5 Pengekalan huruf atau gabungan huruf dengan penggantian huruf Dalam data penelitian terdapat 7 kependekan kata yang saya masukan ke dalam proses pembentukan ini. Ketujuh kependekan tersebut dimasukan ke dalam bentuk ini karena tidak terdapat kesamaan pola pengekalan di antara ketujuhnya, tetapi semuanya memiliki kesamaan pada penggantian huruf dengan huruf lain. (128) kita
Æ qta
foto
Æ vto
(130) dong
Æ dnk
(129)
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
(131) banget Æ bgd Pada contoh (128) kependekan qta merupakan kependekan dari kata kita. Kependekan tersebut terjadi dari pengekalan suku kedua, ta, dengan penggantian huruf pertama k menjadi q. Menurut Chaer (2003: 39), huruf q hanya dipaka untuk keperluan ilmiah dan nama kitab suci agama Islam, yaitu Quran. Kata quran jjika dilafalkan [kuran]. Demikian juga kata dalam bahasa Inggris quick dilafalkan [kwik] dalam bahasa Indonesia sendiri tidak terdapat bunyi [q]. pada contoh tersebut dapat dilihat bahwa huruf q dapat dipakai untuk melambangkan bunyi [k]. Hal tersebut sama dengan yang terjadi pada kependekan aq dari aku. Demikian pada contoh (129) penggantian f pada foto menjadi v kemungkinan terjadi karena huruf f dan v dalam sebuah kata tidak memiliki perbedaan lafal. Dalam bahasa Indonesia huruf v dilafalkan dengan [f]. Misalnya, [va] pada vas memiliki lafal yang sama dengan [fa] pada fajar. Pada contoh (130) huruf yang mengalami penggantian adalah konsonan terakhir pada kata banget, yakni t. Huruf t mengalami penggantian menjadi d. Kependekan bgd merupakan variasi dari kependekan dari kata banget. Penggantian huruf tersebut terjadi karena biasanya huruf d yang terletak di akhir kata cenderung dilafalkan menjadi [t]. Misalnya pada kata wujud, seringkali diucapkan [wujut] bukan [wujud], kata bejad dilafalkan [bejat]. Huruf d dapat dipakai untuk melambangkan bunyi [t]. Pada contoh (131) kependekan dnk merupakan kependekan dari kata dong. Konsonan yang mengalami penggantian adalah g yang terletak di akhir kata menjadi
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
k. Penggantian tersebut dapat terjadi karena huruf n dan k yang berurutan dalam bahasa Indonesia dapat juga mewakili satu bunyi, seperti huruf n dan g yang mewakili bunyi [ŋ]. Huruf n dan k pada kata bank sama dengan n dan k pada kata abang; atau n dan k pada tank sama dengan n dan g pada tangki. 3.3.6 Pengekalan suku terakhir kata pertama dengan penggantian seutuhnya kata kedua Dalam bentuk kontraksi ditemukan 1 bentuk kependekan yang masukkan ke dalam bentuk khusus, yaitu kependekan maacih. Kependekan tersebut merupakan variasi kependekan dari kata terima kasih. Pada dasarnya proses pembentukan yang terjadi pada kependekan ini sama dengan bentuk kependekan makasih, yakni pengekalan suku terakhir kata pertama, ma, dan pengekalan utuh kata kedua. Namun dalam pemendekan ini, kata kedua yang dikekalkan utuh mengalami perubahan bentuk dari kasih menjadi acih. Perubahan bentuk tersebut menurut saya mungkin terjadi karena pengaruh gaya anak kecil berbicara. Anak kecil yang belum fasih bebrbicara biasanya mengucapkan [kasih] menjadi [acih]. Hal tersebutlah yang kemudian terjadi dalam bentuk penulisan kependekan maacih.
Berdasarkan proses pembentukannya kependekan kata dalam data terbagi ke dalam lima bentuk kependekan, yaitu singkatan, penggalan, akronim, kontraksi, dan lambang huruf. Secara keseluruhan, dari 515 kependekan kata yang dijadikan data sebanyak 427 kependekan kata merupakan kependekan bentuk singkatan, 28
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
kependekan kata merupakan kependekan bentuk penggalan, 4 kependekan kata merupakan kependekan bentuk akronim, 30 kependekan kata merupakan kependekan bentuk kontraksi, 1 kependekan kata merupakan kependekan bentuk lambang huruf, dan 25 kependekan kata merupakan kependekan bentuk khusus. Kependekan bentuk singkatan adalah kependekan yang paling banyak muncul dalam data jika dibandingkan bentuk kependekan lain. Kependekan bentuk singkatan terdiri atas 21 pola pembentukan. Pola pembentukan kependekan yang paling sering muncul adalah pengekalan huruf pertama suku pertama dan pengekalan huruf pertama dan terakhir suku kedua sebuah kata, disusul kemudian pengekalan huruf pertama suku pertama dan pengekalan suku berikutnya sebuah kata; dan pengekalan huruf tak beraturan. Bentuk singkatan dengan ketiga pola pembentukan tersebut mempunyai frekuensi kemunculan lebih dari 50 kali. Kependekan bentuk penggalan berdasarkan proses pembentukannya terbagi menjadi 5 pola pembentukan. Pola pembentukan kependekan bentuk penggalan yang paling sering pemunculannya, yaitu pengekalan suku kedua sebuah kata. Dari 28 kependekan bentuk penggalan yang ditemukan dalam data, 20 di antaranya terbentuk dengan pola pembentukan tersebut. Kependekan bentuk kontraksi terdiri atas 13 pola pembentukan. Kependekan bentuk kontraksi yang paling sering pemunculannya, yaitu kependekan dengan proses dua huruf pertama suku kedua kata pertama dan pengekalan utuh kata kedua. Berdasarkan proses pembentukannya, akronim hanya mempunyai satu pola pembentukan, yakni pengekalan huruf pertama tiap kata. Sama halnya dengan
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
akronim, bentuk kependekan lambang huruf yang ditemukan dalam data hanya mempunyai satu pola pembentukan, yaitu lambang huruf yang menyatakan bilangan. Bentuk khusus pada dasarnya adalah variasi dari kependekan kata. Dari data yang ditemukan, terdapat 25 kependekan bentuk khusus yang diklasifikasikan ke dalam 6 pola pembentukan. Kependekan, seperti pnjualan, keputusn, dputer, tidak dianalisis dianggap ke dalam bentuk tak berpola karena kata dasar dari kependekan tersebut tidak mengalami kependekan. Kependekan kata dengan gabungan kata dan kata depan seperti djkt, ditmptnya, kbdg, dmna, dsn dianalis berdasarkan pola pemendekan nomina lokasinya. Misalnya, kependekan djkt dari di Jakarta dimasukkan ke dalam pola pengekalan huruf pertama setiap suku sebuah kata karena jakarta memiliki pola pemendekan pengekalan huruf pertama setiap suku sebuah kata.
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
BAB 4 KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan Kependekan ragam bahasa Indonesia informal yang terdapat dalam bagian Testimonials and Comments pada situs Friendster sangat beragam bentuknya. Kependekan tersebut dapat dibagi ke dalam lima bentuk kependekan, yaitu singkatan, penggalan, akronim, kontraksi dan lambang huruf. Bentuk-bentuk kependekan tersebut dapat disubklasifikasikan berdasarkan pola pembentukannya. Setelah melakukan analisis terhadap data yang dikumpulkan, secara umum dapat disimpulkan hal-hal berikut. 1. Kependekan bentuk singkatan memiliki frekuensi kemunculan paling banyak dibandingkan bentuk kependekan lain, yakni 82,9 %. 2. Secara keseluruhan terdapat 5 pola pembentukan kependekan yang paling sering muncul pada data yang diteliti. Kelima pola tersebut secara berturut sebagai berikut. a. Pengekalan huruf pertama suku pertama dan huruf pertama dan terakhir suku kedua sebuah kata b. Pengekalan huruf pertama suku pertama dan pengekalan suku berikutnya sebuah kata c. Pengekalan huruf yang tak beraturan
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
d. Pengekalan huruf pertama setiap suku sebuah kata e. Pengekalan suku pertama dan huruf pertama dan terakhir suku kedua sebuah kata Diagram persentase
a
b
c
d
e
Perhitungan persentase a.
94 × 100 %
=
18,25 %
× 100 %
=
15,53 %
× 100 %
=
12,03 %
× 100 %
=
9,90 %
× 100 %
=
4,07 %
515 b.
80 515
c.
62 515
d.
51 515
e.
21 515
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
3. Bentuk kependekan dengan pola pengekalan huruf pertama suku pertama dan huruf pertama dan terakhir suku kedua sebuah kata dominan digunakan karena pola ini cenderung meluluhkan semua vokal dalam kata. Huruf vokal memiliki jumlah lebih sedikit daripada jumlah konsonan sehingga membuat kemungkinan salah pengertian makna antara penulis dan penerima pesan lebih kecil. 4. Sebagian besar kependekan bentuk singkatan terbentuk dari konsonan atau minimal terdapat satu vokal di dalamnya. 5. Terdapat bentuk kependekan yang dimasukan ke dalam bentuk khusus. Dikatakan bentuk khusus karena terbentuk dari pemendekan yang berbeda dengan kependekan lain.
4.2 Saran Penelitian mengenai kependekan kata ragam bahasa Indonesia informal masih sangat jarang dijumpai. Penelitian mengenai kependekan kata dilihat dari proses pembentukannya mungkin merupakan sedikit dari banyak penelitian yang bisa dilakukan terhadap kependekan kata. Sampai saat ini, belum ada penelitian mengenai kependekan kata, khususnya ragam bahasa Indonesia informal dilihat dari jenis kata yang membentuk kependekan tersebut. Selain itu, penelitian mengenai kependekan kata dilihat dari segi semantisnya berdasarkan konteks kalimat juga belum dijumpai. Ada baiknya dilakukan penelitian mengenai
hal tersebut agar dapat dijadikan
perbandingan dengan penelitian-penelitian mengenai kependekan kata yang sudah ada sebelumnya.
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
Daftar Pustaka
Alanudin, Dian. “Bentuk-Bentuk Singkatan Bahasa Indonesia pada Iklan Mini Studi Kasus pada Iklan Mini Kompas Tanggal 1—31 Agustus 2002”. Skripsi Sarjana. Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2003. Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta. ___________. 2000. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1996. Pedoman Umum Ejaan Bahasaa Indonesia Yang Disempurnakan. Echols, John M. Shadily. 1996. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Irawati, Lydia. 2007. Singkatan dan Akronim dalam media Chatting dan SMS Analisis Komunikasi Teks dalam Internet dan Telepon Selular. http://sahaka.multiply.com/journal/item/6/Akronim_Dalam_SMS . Keraf, Gorys. 1991. Diksi dan Gaya Bahasa. Ende Flores: Nusa Indah. Kridalaksana. 1993. Kamus Linguistik (Edisi Ketiga). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. ___________. 2007. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Kushartanti, dkk. 2005. Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Lauder, Multamia RMT, dkk. (2004). Bahasa Sahabat Manusia: Langkah Awal Memahami Linguistik (Jilid Kedua). Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya FIB UI.
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
Mahsun, M.S. 2005. Metode Penelitian Bahasa Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Moeliono, Anton M. 1981. “Hal Pemenggalan Kata” Majalah Pembinaan BI Jilid 2 No.1/4. Jakarta: Universitas Indonesia. Parsidi, Agata. 1994. Kamus Akronim, Inisialisme, dan Singkatan. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga). Jakarta: Balai Pustaka. Ramlan, M. 1967. Ilmu Bahasa Indonesia Morfologi Suatu Tindjauan Deskriptif. Jogja: U.P. Indonesia. Setiawan, Budi dan Yayan Sopyan. 2005. Gaul Ala Friendster untuk Pemula. Depok: Mediakita. Sudaryanto. 1992. Metode Linguistik, ke Arah Metode Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada Universitity Press. Winarno, Ateng. 1991. Kamus Singkatan dan Akronim: Baru dan Lama. Jakarta: Penerbit Kanisius.
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
Lampiran 1
Tabel Frekuensi Pola Pembentukan Kependekan Bentuk Singkatan Pola pembentukan
Frekuensi Kemunculan
Persentase kemunculan
14
2,71 %
5
0,97 %
21
4,07 %
Pengekalan dua huruf pertama sebuah kata Pengekalan tiga huruf pertama sebuah kata Pengekalan suku pertama dan huruf pertama dan terakhir suku kedua sebuah kata Pengekalan huruf pertama suku pertama dan huruf pertama dan terakhir suku
18,25% 94
kedua sebuah kata Pengekalan huruf pertama suku pertama dan pengekalan suku berikutnya sebuah
80
15,5 %
51
9,90 %
8
1,55 %
10
1,94 %
kata Pengekalan huruf pertama setiap suku sebuah kata Pengekalan huruf pertama suku pertama dan suku kedua dan pengekalan huruf pertama dan terakhir suku ketiga sebuah kata Pengekalan huruf pertama suku pertama dan suku kedua dan pengekalan suku
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
terakhir sebuah kata Pengekalan huruf pertama dan terakhir suku pertama dan suku kedua sebuah kata
14
2,71 %
17
3,30 %
8
1,55 %
4
0,77 %
6
1,16 %
3
0,58 %
5
0,97 %
4
0,77 %
16
3,10 %
2
0,38 %
2
0,38 %
Pengekalan huruf pertama dan terakhir suku pertama dan suku kedua sebuah kata Pengekalan huruf pertama dan terakhir sebuah kata Pengekalan huruf pertama dan terakhir suku kata pertama dan huruf pertama suku kedua sebuah kata Pengekalan huruf pertama suku pertama dan dua huruf pertama suku kedua sebuah kata Pengekalan huruf pertama dan terakhir suku kedua sebuah kata Pengekalan huruf pertama sebuah kata Pengekalan
huruf
pertama
dan
penggantian kata dasar dengan bilangan Pengekalan huruf pertama dari setiap kata Pengekalan huruf pertama kata pertama dan huruf pertama kata kedua dari gabungan kata Pengekalan kata pertama dan pengekalan huruf pertama suku pertama kata kedua dan huruf pertama dan terakhir suku kedua kata kedua
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
Pengekalan huruf pertama suku kedua berpola tiap kata Pengekalan huruf yang tak beraturan Jumlah
1
0,19 %
62
12,03 %
427
Tabel Frekuensi Pola Pembentukan Kependekan Bentuk Penggalan Pola pembentukan
Frekuensi Presentase Kemunculan Kemunculan
Pengekalan suku pertama sebuah kata
3
0,58 %
21
4,07 %
2
0,38 %
1
0,19 %
1
0,19 %
Pengekalan suku kedua atau terakhir sebuah kata Pengekalan tiga huruf pertama sebuah kata Pengekalan empat huruf pertama Pengekalan lima huruf pertama Jumlah
28
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
Tabel Frekuensi Pola Pembentukan Kependekan Bentuk Kontraksi Pola pembentukan
Frekuensi Kemunculan
Persentase Kemunculan
1
0,19 %
2
0,38 %
2
0,38 %
3
0,58 %
2
0,38 %
5
0,97 %
2
0,38 %
1
0,19 %
1
0,19 %
2
0,38 %
Pengekalan suku pertama kata pertama dan suku terakhir kata kedua Pengekalan suku terakhir kata pertama dan pengekalan seutuhnya kata kedua Pengekalan tiga huruf pertama tiap kata Pengekalan dua huruf pertama kata pertama dan tiga huruf pertama kata kedua Pengekalan suku pertama kata pertama dan tiga huruf pertama kata kedua Pengekalan dua huruf pertama suku kedua kata pertama dan pengekalan seutuhnya kata kedua Pengekalan dua huruf pertama suku kedua kata pertama dan pengekalan Pengekalan suku pertama tiap kata Pengekalan tiga huruf pertama kata pertama dan pengekalan seutuhnya kata kedua Pengekalan suku pertama kata pertama dan pengekalan empat huruf pertama kata kedua. Pengekalan tiga huruf pertama tiap
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
komponen kata disertai pelesapan konjungsi
1
0,19 %
1
0,19 %
7
1,35 %
Pengekalan suku pertama kata pertama dan huruf pertama dan terakhir kata kedua Pengekalan beberapa huruf yang tak beraturan pada sebuah kata Jumlah
30
Tabel Frekuensi Pola Pembentukan Kependekan Bentuk Akronim Pola pembentukan Pengekalan huruf pertama tiap kata Jumlah
Frekuensi Kemunculan
Persentase Kemunculan
4
0,77 %
4
Tabel Frekuensi Pola Pembentukan Kependekan Bentuk Lambang Huruf Pola pembentukan Lambang huruf yang menyatakan bilangan Jumlah
Frekuensi Kemunculan
Persentase Kemunculan
1
0,19 %
1
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
Tabel Frekuensi Pola Pembentukan Kependekan Bentuk Khusus
Pola pembentukan
Frekuensi Kemunculan
Persentase Kemunculan
8
0,97 %
4
0,77 %
5
0,97 %
1
0,19 %
7
1,35 %
Pengekalan huruf pertama suku pertama dengan penggantian vocal terakhir sebuah kata Pengekalan huruf pertama suku pertama dan huruf pertama suku pertama dengan penggantian diftong terakhir dari kata Pengekalan huruf pertama suku pertama dan huruf pertama setelah deret vocal dengan penggantian deret vocal di tengah kata Penggantian kata dengan sebuah huruf Pengekalan huruf atau gabungan huruf dengan penggantian huruf Pengekalan suku terakhir kata pertama dengan penggantian seutuhnya kata
0,19 % 1
kedua Jumlah
25
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
LAMPIRAN 2 Kependekan Kata abs acranya ad adh aj ak alpus am amt ang angktan ank ap apakbr aq ass ato atw azhr ac bdg ber3 ber2 bgd bgmn bgs bgsan bgt bgtu bgus bhb binus bis bk bka bkin bkl bkn blg blh bli
kepanjangan abis acaranya ada aduh aja aku alazhar pusat sama amat angkatan angkatan anak apa apa kabar aku assalamualaikum atau atau azhar baca bandung bertiga Berdua banget bagaimana bagus bagusan banget begitu bagus berhubung bina nusantara abis buka buka bikin bakal bukan bilang boleh beli
Frekuensi Kemunculan 3 1 15 1 12 14 1 3 1 1 2 47 8 2 7 1 1 1 1 2 2 1 1 18 1 3 1 55 2 6 1 1 1 2 1 3 1 7 3 5 1
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
Kependekan Kata blm blsnya bls bnar bnr bnget bnrn bntar bntu bnyk bnyak bolang bonyok bpk br brap brapa breng brg brg brgkt brng brp bru bs bsa bsk bsok bukpus Bukpusbar Bulcup bw bwt byk byarin byrin bys b4 b2 c cbt cbut
Kepanjangan belum balesnya bales benar bener banget beneran bentar bantu banyak banyak bocah petualang bokap nyokap bapak baru berapa berapa bareng barang bareng berangkat bareng berapa baru bisa bisa besok besok buka puasa buka puasa bareng bulungan cup bawa buat banyak bayarin bayarin biasa berempat berdua sih cabut cabut
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
Frekuensi Kemunculan 17 2 11 1 1 4 1 3 1 2 4 1 1 1 9 1 2 2 2 7 2 1 12 7 9 3 8 1 2 2 1 1 1 4 1 1 1 1 1 3 1 1
Kependekan Kata cew citos cm cma cntkn co cp cpet crta curhat cwe cwo d (kata depan) d (awalan) d (udah) d (deh) da da dah dasr db dbls dd de dgn dh dh diblkg dibls dik ditmptnya djkt dkbrin dket dkit dkk dkls dlu dluan dmn dmna dmnnya
Kepanjangan cewek cilandak town square cuma cuma cantikan cowok capai cepet cerita curahan hati cewek cowok di diudah deh udah ada udah dasar don bosco dibales dian didaktika deh dengan deh udah di belakang dibales adik di tempatnya di jakarta dikabarin deket sedikit dan kawan-kawan di kelas dulu duluan di mana di mana di mananya
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
Frekuensi Kemunculan 1 4 7 3 1 2 1 2 1 2 2 1 22 14 1 10 1 2 14 1 1 4 5 3 4 18 1 2 1 2 1 1 1 1 1 2 1 5 1 3 2 1
Kependekan Kata dnk dng dpn dpt dr Dri dsklh dsna dsr dtg dtng dtnggu dy emg emgnya emng enk enknya FKUI fto ftonya G ga gada gajelas gak gamau gapapa gatau gataunya gausah gbs gk gla gmn gmana gmna gni gpapa gpp gr gra
Kepanjangan dong dong depan dapet dari dari di sekolah di sana dasar dateng dateng ditunggu dia emang emangnya emang enak enaknya Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia foto fotonya enggak enggak enggak ada enggak jelas enggak enggak mau enggak apa-apa enggak tau enggak taunya enggak usah enggak bisa enggak gila gimana gimana gimana gini enggak apa-apa enggak apa-apa gara gara
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
Frekuensi Kemunculan 3 6 5 10 13 2 2 1 3 11 3 1 16 16 1 1 3 1 1 2 1 41 160 2 1 29 2 2 8 1 2 2 23 1 39 10 5 1 1 10 1 1
Kependekan Kata gt gtu gtulah gw gwnya gy hbs hr hri htmnya Ia ikt ipa ips It Iy jadul jaln jbtannya Jd jdi jdnya jdyan Jg jga jgn jkrta jlas jlek jln jng jngn jnji jnjian k ka kabr ksnnya kt kak kayk kbar
Kepanjangan gitu gitu gitulah gue guenya lagi habis hari hari harga tiket masuknya iya ikut ilmu pengetahuan alam ilmu pengetahuan sosial itu iya jaman dulu jalan jabatannya jadi jadi jadinya jadian juga juga jangan jakarta jelas jelek jalan jangan jangan janji janjian Kepanjangan kakak kabar ke sananya kata kakak kayak kabar
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
Frekuensi Kemunculan 10 10 1 350 2 2 1 2 1 1 27 6 8 11 1 5 1 1 1 46 3 5 1 72 5 24 2 3 3 6 1 1 1 1 19 27 1 1 1 9 1 5
Kependekan Kata kbdg kbr kbrku kbrnya kcil key kgak kgen kget kgk kgn Kk kl klas klo kls km kmaren kmbali kmg kmn kmna kmpul kmpung kmputer kmrn kmren kmrnya kmu kn knal kngen knl knapa knp knpa ko kpan kpn krg krmh Ks
Kepanjangan ke bandung kabar kabarku kabarnya kecil okey kagak kangen kaget kagak kangen kakak kalau kelas kalau kelas kamu kemaren kembali kemang ke mana ke mana kumpul kampung komputer kemaren kemaren kamarnya kamu kan kenal kangen kenal kenapa kenapa kenapa kok kapan kapan kurang ke rumah kasih
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
Frekuensi Kemunculan 1 34 1 2 1 1 1 1 1 1 11 2 7 4 31 114 15 4 1 1 18 5 2 1 1 10 1 1 14 11 15 3 3 3 16 1 26 1 29 1 1 1
Kependekan Kata ksh ksi ksih kslhan ksna Kt kta ktanya ktemu ktemuan ktm ktmpt ktmu ktmuan ktnya ktp Ku Ky kya kyak kyanya kyk kykny kyknya kynya l lam lbh lbur lburan lcu Lg lgan lgi lgsg lgyn libr lmpg lnjut Lo lom Lp
Kepanjangan kasih kasih kasih kesalahan ke sana kita kita katanya ketemu ketemuan ketemu ke tempat ketemu ketemuan katanya kartu tanda penduduk aku kayak kayak kayak kayaknya kayak kayaknya kayaknya kayaknya elo salam lebih libur liburan lucu lagi lagian lagi langsung lagian libur lampung lanjut elo belom lupa
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
Frekuensi Kemunculan 1 1 1 2 2 3 7 1 12 3 1 1 9 2 1 1 6 3 1 3 2 20 1 2 1 2 5 5 1 2 2 83 1 2 1 1 1 1 1 241 1 1
Kependekan Kata lw lyt ma makasih maacih mals mang mcem met mg mksd mksih mlm mls mn mna mndgn mnt mo moga mrh msh msi msih msk mslh msti mtr mu mupeng mw nak napa nga ngg ngjk ngk ngmpul ngomg ngsi nh
Kepanjangan elo liat sama terima kasih terima kasih males emang macem selamet emang maksud terima kasih malem males mana mana mendingan minta mau semoga marah masih masih masih masuk masalah mesti motor kamu muka pengin mau anak kenapa enggak enggak ngajak enggak ngumpul ngomong ngasih Nih
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
Frekuensi Kemunculan 9 1 34 54 1 1 8 1 5 3 1 1 3 2 1 5 1 1 6 1 1 17 1 1 6 1 2 1 4 1 5 13 1 3 1 1 9 1 1 2 7
Kependekan Kata ni nmnya nmr nnti nntn nov np ntar nti ntn ntr nyet nykp nympe ok org pa pakabar pakabr pakbr palagi pcr pcrku PD pd pda pdhl pel penjaskes pensi pgn pgnnya pim PJ pnjualan pjg pk pkbr pke pkknya plg pling
Kepanjangan nih namanya nomer nanti nonton november kenapa entar nanti nonton entar monyet nyokap nyampe oke orang apa apa kabar apa kabar apa kabar apalagi pcar pcarku percaya diri pada pda pdahal pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan pentas seni pengin penginnya pondok indah mall pajak jadian penjualan panjang pakai apa kabar pakai pokoknya pulang paling
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
Frekuensi Kemunculan 23 1 2 1 5 1 2 20 1 12 10 1 1 1 9 11 18 2 2 1 1 5 1 1 12 3 6 1 1 1 5 1 7 1 1 1 3 1 2 1 4 1
Kependekan Kata pngen pnh pnjng pnting pntng pnts pny pnya prnh pst ptg qt qta rda remed rmh RS sapa say sblm sblum sbnrnya sbtu sbuk sd sdar sdh sdnya Sept sgla sgt sgtu sh si sk skarang skg sklas sklh skrg skrng skt
Kepanjangan pengen pernah panjang penting penting pantes punya punya pernah pasti penting kita kita rada remedial rumah rumah sakit siapa sayang sebelum sebelum sebenernya sabtu sibuk sekolah dasar sadar sudah sekolah dasarnya september segala sangat segitu sih sih suka sekarang sekarang sekelas sekolah sekarang sekarang sakit
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
Frekuensi Kemunculan 1 2 1 3 1 1 3 3 1 1 1 2 4 2 13 8 1 1 6 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 5 1 4 6 1 1 3 1 5 10 5 1
Kependekan Kata Slh Slm slmnya Sm sma sma(skolah) smbg smg smbng smbong smbuh smp (skolah) smpnya smpe sna sndiri sndri sneng sob somse sp spa stgh stngh stu sy syp syg tak tampur tar tb td tdi tdnya tdr tdk telpnya tgl th th thn
Kepanjangan salah salam salamnya sama sama sekolah menengah atas sombong semoga sombong sombong sembuh sekola menengah pertama sekolah menengah pertamanya sampe sana sendiri sendiri seneng sobat sombong sekali siapa siapa setengah setengah satu saya siapa sayang tidak taman puring entar tiba tadi tadi tadinya tidur tidak teleponnya tanggal tahun tuh tahun
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
Frekuensi Kemunculan 2 4 1 38 4 7 3 1 1 2 1 6 1 1 1 1 1 5 1 3 1 2 2 2 1 1 4 11 3 1 1 1 10 1 1 1 1 1 12 2 2 4
Kependekan Kata tinggl tktnya tlat tlng tmbh tmbn tmen tmn tmnku tmnnya tmp tnang tndg tnyt tp trs tsti ttg ttp ttp tu tu (itu) tv tw dputer kputusn UAN uas ub ud udh udhlah ui ul ulb ulg ulgn ulngan ultah unpad utk vto
Kepanjangan tinggal takutnya telat tolong tambah tumben temen temen temenku temennya tempat tenang tendang ternyata tapi terus testi tentang titip tetep tuh itu televisi tau diputer keputusan Ujian akhir nasional ujian akir semester ulangan bersama udah udah udahlah universitas indonesia ulangan ulangan bersama ulangan ulangan ulangan ulang taun universitas padjajaran untuk foto
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
Frekuensi Kemunculan 1 1 1 1 2 1 2 11 1 1 1 1 1 1 53 4 1 1 1 2 13 2 3 4 1 1 1 2 2 4 37 1 1 1 1 3 2 1 13 1 1 1
Kependekan Kata vtonya wass x wkt wktu wrna y yagtu yang yaudh yg yh
Kepanjangan fotonya wassalamualaikum sepuluh waktu waktu warna ya ya gitu sayang ya udah yang yah
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008
Frekuensi Kemunculan 1 1 3 9 4 1 31 1 1 3 106 8
RIWAYAT HIDUP
DIAN PROBOWATI, lahir di Jakarta, 17 April 1986, adalah bungsu dari tiga bersaudara. Menamatkan pendidikan sekolahnya di SDS Perguruan Rakyat 4-5 Jakarta (1992-1998), SLTPN 255 Jakarta (1998-2001), SMAN 61 Jakarta (20012004). Kemudian melanjutkan pendidikan perguruan tingginya di Program Studi Indonesia Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia. Pecinta kucing yang akrab disapa Joey ini ialah salah seorang contributor dalam buku kumpulan cerpen Batak Is The Best. Penggemar olahraga basket ini paling semang makan dan berkumpul bersama teman-teman dan keluarganya.
Pola-pola pembentukan..., Dian Probowati, FIB UI, 2008