POLA MAKSIMAL-MINIMAL DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SOMBA OPU KABUPATEN GOWA TAHUN 2AO4-2AA7
DR. DRG. ANDI ZULKIFLI, M.KES NtP. 131 909 788 FAKU LTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS HASANUDDI N
2008
DAFTAR ISI lt,ffitmf,r', Sarnpui
i
ilmrk s
ii
mffi.
iii
mdfu
garnbar dan grafik
lkn!
iv
F.erdahuluan ... ...
1
S," l-atar Belakang
E Ruimrusan Masalah 3 Tuiuan Penelitian
B ilnanfaat I lllrlp.lan
m$mri
"il-ilrqg.,r€n
rl
I
Umum Tentang Demam Berdarah Dengue
12
In1allan Tentang Tempat
16
n* f4asit
dan pembahasan
",1!t-
(mnrpulan
:
b,Al]Ell[]
3-;mka ....
19 19
20 21 21
=emuahasan ... ... * {mnrqrulan dan Saran
mMher
5
15
{ nasi mmff:
5
Tmplan Umum Tentang Waktu Kejadian
3 {eadaan Penduduk Umill
4
Pustaka
l[ krmbaran Umum Lokasi t{ffiaan Geografis
m'ryw
4
4
ilrnryaian Umum Tentang Umur
.
2
... ..
28 33
33 33 V
l,,mnmttunrr
DAFTAR TABEL
1'*rgl :
Jumlah Penduduk penduduk menui'ut jenis kelamin diwilayah kerja Puskesmas Somba Opu Gowa tahun 2A Distribusipenderita DBD diwilayah puskesmas sornba opu kab. '
2OO7
lf:qpr 2
Gowa tahun 'ffir,lrE,
B
2004-2A07
Distribusi penderita DBD menurut umur diwilayah kerja puskesmas Somba Opu tahun 2004
Tryre, +
-2007
fm'
..;..r
_..
2OO4-ZAO7
Distribusi penderita DBD menurut jenis kelamin diwilayah Puskesmas somba opu kab. Gowa tahun 2OO4
-2OOZ
6
2g
Distribusi penyakit DBD menurut kerurahan diwilayah puskesmas Puskesmas somba opu tahun
f,jsmlei 5
21
24
26
Perband ingan pola min imal-maksimal (tah u n 200+2006) den gan Tahun 2007 pada kejadian DBD diwilayah puskesmas somba opu
Kab. Gowa tahun 2008
27
__:
DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK
Gm'rnar G*r'ffir
*l,lf,llllt
1
/
fl
Peta stratatifikasi DBD wilayah puskesmas Somba Opu... Dlstribusi penderita DBD diwilayah puskesmas Somba Opu
19
Tahun 2A04-2007
22
Distribusi penderita demam berdarah dengue menurut umur Di wilayah puskesmas somba opu tahun 2OO4
iffi|llfi
3
Distribusi penyakit DBD menurut kelurahan diwilayah Puskesmas somba opu tahun
Grr, d, r'l:fiElltlltr
;l
-2007............ 23
2OO4-2007
.......2s
Distribusi penderita DBD menurut jenis kelamin diwilayah Puskesmas somba opu kab. Gowa tahun 2OO4 -2OOT .......... 26 Perband ngan pola m inimal-maksimal (2004-2006) dengan i
Tahun 2007 pada kejadian DBD diwilayah puskesmas somba Opu kab. Gowa tahun 2008 28
BAB
I
PENDAHULUAN Sl, -a,"er Belakang Masalah Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit infeksi akut
ile-fl :sebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
i
'h*;}u
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan melalui survey epidemiologi di
!uemesr Selatan, penyebaran nyamuk { "ry,-*dnaen/Kota
ini
hampir meliputi semua wilayah
termasuk daerah kepu lauan (Dinkes, 2000).
il*{enurut WHO tahun1997, penyakit DBD telah endemis lebih dari 100 negara
r
ail-ka. Arnerika, Asia Tenggara dan di Kepulauan Samudra pasifik Sekitar 2.500
:unE sernduduk
atau 215 dan jumlah penduduk dunia mengalami resiko untuk
BEeraru DBD. WHO memperkirakan
'-"ngka penderita DBD
50.000.000 kasus DBD yang terjadi setiap
di lndonesia dari tahun ke tahun meningkat. pada
ffi-L]fr- r 999 didapatkan penderita sebanyak 21.134 orang dengan kematian 442
3na-u tahun 2000 sebanyak 33.443 orang deilgan kematian 422 orang, tahun 2001 ft:fia-i1ak 45'904 orang, tahun 2oo2 sebanyak 40.377 orang, tahun 2003 sebanyak
Irl -3't orang dan sejak Januari sampai dengan Maret tahun 2oo4 total
kasus
r*s-nr€{rla DBD di seluruh lndonesia telah mencapai 26.015 dengan jumlah kematian
€i:r?j( 389 orang (cFR=1 'ffiil.aaa
,s3o/o). Kasus tertinggi terdapat pada propinsi DKr
rl i.534) sedangkan cRF tertinggi terdapat di propinsi NTT (3,96%)
+."s-.a, dkk,2004).
" l($adian Luar Biasa (KLB) terjadi di lndonesia pada tahun 1998 dengan
HEq R# 35,19 per 100.000 penduduk dan CFR=2o/o. Fada tahun 1999 lR :lrr!.rl sebesar 10,17Vo namun tahun tahun berikutnya lR cenderung meningkat ls,sl
(tahun 2000), 21.66 (tahun 2001), 19,24 (tahun 2002) dan 23,87 (tahun
m{ffiri,
Leni,2004).
ftrnerintah pusat melalui Menteri Kesehatan pada tanggal 16 Februa ri 2004 ^ - 't nnq6takan lndonesia telah terjadi KLB Nasional. Dari 30 propinsi 12 propinsi
ftrFlert
b*ah mengalami KLB seperti : Aceh, Jawa Barat, Banten, DKI Jakarta,
-h lbrgafi, lGlimantan Selatan, Bali, Nusa Tenggara Timur, Jawa Timur, D.l n$mt+ NUsa Tenggara Barat dan wilayah kita sendiri yakni Sulawesi Selatan. AnSa
insirCen demam berdarah yang diperoleh
dari Dinas Kesehatan di
hit6i Srlauesi Selatan menunjukkan angka yang bervariasi. Menurut laporan ff &tfm PFM dan Pl pada tahun 2003jumlan penderita DBD 2.636 dan CFR 39 n"/ffi) dsarnping itu pada jumlah KLB sebanyak 82 kejadian dengan kasus tH 495 penderita dan kematian 19 (3,84o/o) sedangkan lnsiden rate DBD di ro sebesar 32,09 per 100.000 penduduk. sejak tahun 2oo4"telah dilaporkan Fiffin DBD 2.598 penderita termasuk Sulawesi Barat dengan kematian 1g orang |l,7 f) (Dinkes Sutset 2005) .
Angka penderita di Dinas Kesehatan Kabupaten Gowa tahun
2OO4
frgs€n (x orang hingga akhir 2005 terdapat 123 orang, hal ini menunjukkan h dai tahun ke tahun ,nengalJri peningkatan. (Dinkes Gowa, 200s). ftleffiat hal tersebut pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk il[nlHtg$,tangi masalah penyakit DBD seperti : memerintahkan kepada rumah sakit
;aiilq swasta maupun negeri untuk tidak menolak pasien DBD, memerintahkan rcpada seluruh direktur RS untuk membebaskan seruruh biaya pengobatan dan :erawatan penderita tidak mampu sesuai program pKps-BBM/program kartu sehat sK MENKES No 1 43lMENKES/lll2004) pada tanggat 20 Februa ri 2oL4,metakukan togging pada daerah yang terserang, membagikan abate, penyebaran pampbt rewat idara tentang pentingnya gerakan 3M (menguras,mengubur, menutup), membantu pr'opinsi yang mengalami KLB dengan dana 500 juta diluar bantuan gratis, nengundang konsultan wHo untuk memberikan pandangan serta saran-saran,
nengadakan call center dan melakukan kajian epidemiologi untuk mengetahui nefiyebaran virus.
Meningkatnya jumrah kasus serta bertambahnya
wi'yah y€ng terjangkit
jsebabk'n karena semakin baiknya sarana transportasi penduduk
,
adanya
:ernukiman baru, kurangnya perilaku masyarakat terhadap pembersihan ,"r"nn ryamuk' tedapatnya vector nydrhuk hampir di seluruh pelosok tanah air serta
ananya brhpat
ser tipe virus yang
bersirkurasi sepanjang tahun.
Penvtlkit DBD jika tidak ditanggutangi dengan cepat akan rhenimburkan mmpak yan$ boin serius bagi masyarakat, karena berpotensi menimbulkan KLB / n*abah dan mengakibatkan kematian. penanggurangan KLB DBD diarahkan pada
,n€ya mencegah kematian dan menekan penyebaran kasus. Di kabupaten Gowa, penyakit yang disebabkan gigitan nyamuk aides aegepty n seakan-akan telah rnenjadi penyakit tahunan bagi warga di gowa. rni terrihat dari lffia yang ada bahwa setiap tahun setalu ada saja warga yang terkena DBD bahkan
n*qedkit
tfn
yang meninggal walaupun dari data yang ada dipuskesmas Somba Opu
2ffi7 hanya 22 orang yang tercatat lebih rendah dibandingkan tahun
2006
Fi 50 orang, namun kondisi ini masih dinilai memperihatinkan. hrsan Hasalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah
#l
:
bagaimana identifikasi Kejadian Luar Biasa DBD
ktesrnas
di
wilayah kerja
Somba Opu Kabupaten Gowa tahun 2004-2007
hn Penelitian l- Trirnn Umum lle4gilentifikasi kejadian luar biasa DBD di wilayah kerja puskesmas Somba
Qu
2
lGbupaten Gowa tahun 2004-2007
Trinn
Khusus
a- nengetahui kejadian DBD menurut waktu, orang dan tempat. b- ltrlengetahui kejadian luar biasa DBD dengan pendekatan pola maksimal dan minimal.
hrat
Penelitian
sebagai pengaraman yang sangat berharga untuk memahami proses
renfilan
KLB dengan pendekatan epidemiologi dan pendekatan pola maksimal
nftrnl sehingga dapat menjadi masukan yang berharga bagi petugas
F
unumnya dan penulis secara khusus.
4
survailans
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA Tiinrlauan Umum Tentang Demam Berdarah Dengue (DBD)
1. Definisi Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah suatu penyakit menular yag disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
Aegyptiyang hidup dalam dan di luar rumah, disertai dengan bercak perdarahan di bawah kulit (Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan, 2000).
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) ialah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
Aegyptidan Aedes Albopictus. Kedua jenis ini terdapat hampir diseluruh pelosok lndonesia kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter diatas permukaan laut (Silalahi, Leni, 2004).
lstilah Hemomonhagic fever di Asia Tenggara pertama kali digunakan di Fhilipina pada tahun 1953. Dengue Break bone fever merupakan salah satu penyakit demam berdarah yang ditularkan melalui nyamuk Mousquito penyakit dengue ini merupakan penyakit di daerah yang beriklim tropis (Soegijianto 2004
:
ss).
I"
Etiologi Penyebab penyakit ini adalah virus dengue Family Ftaviviridae dengan genusnya adalah Flavivirus. Virus ini mempunya! empat serotipe yang dikenal
denan DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Keempat serotip ini terdapat di
I
t I I
I
hdonesla dan dilapo*an bahwa serotip virus DEN 3 sering rnenimbulkan wabah
{Soegijianto,
t
i
Yektor
Virus dengue diturarkan dari orang ke orang merarui gigitan nyamuk Aedes (Ae), dari sub genus stegomya
,
Aedes Aegyptimerupakan vektor epidemi
Iang paring utama, namun spesies rain seperti
Aedes
Albopictus, Aedes
fufynesiensrb, anggota dari Aedes scutettais comprex, dan Aedes Nryeus Ft'ay4 juga dianggap sebagai vektor sekunder. Kecuari Aedes Aegypti sernu€lnya mempunyai daerah distribusi geografis sendiri-sendiri yang terbatas. l*=kipun mereka merupakan host yang
sangat baik untuk virus dengue,
t*asanya mereka merupakan vektor epidemi yang kurang efesien dibandingkan Aedes Aegypti (WHO, 2000). Nyamuk Aedes aegyypti mengatami empat stadium yaitu terur, rarya, Frpa' dan dewasa. stadium terur, rarva dan pupa hidup daram air tawar yang iennfrt serta tenang' genangan air yang disukainya adalah breding placeadalah g'mngan air yang terdapat daram suatu wadah atau container bukan pada genangan air tanah (Soegijian to, 2004: 9g). :
t- Aedes aegyptidewasa berukuran
z
I
I
2AO4: 13).
Cnc-ri nyamuk Aedes aegypti
I
dengan dasar warna hitam
Probisis hitam, palpipendek dengan ujung hitam bersisik putih perak 3- oksiput bersisik rebar, berwarna putih terretak memanjang 1' Femur bersisik putih pada permukaan posterior dan setengah basah, anterior dan setengah bersisik putih panjang
5.
Tibra semua hitam
6. Tarsi belakang bertingkaran putih pada segmen basal kesatu sampai ketempat dua segmen keiima berwarna putih.
V. Sayap berukuran 2,5-30 mm, bersisik hitam.
4. Epidemologi
DBD
lnfeksivirus dengue, telah menjadi masalah kesehatan yang serius pada banyak negara tropis dan subtropis, oleh karena peningkatan jumlah penderita, menyebar luasnya daerah yang terkena wabah dan manifestasi klinis berat yang merupakan keadaan darurat yaitu Dengue Haemorrhagic Fever (DHF).
,
Antara 'tahun 1975 dan 1995, DBD terdeteksi keberadaannya
negara dari lima witayah WHO yaitu : 20 negara diAfrika,
di
102
42 negaradiAmerika,
7 negara di Asia Tenggara, 4 negara di Mediterania Timur dan 2g negara di Pasifik Barat. Seluruh wilayah tropis di dunia saat ini telah menjadi hiperendemis
dengan keempat serotipe virus secara bersama-sama di wilayah Amerika, Asia dan Afrika' lndonesia, Thaihnd masuk kategoriA yaitu : KlB/wabah siklis .Pasifik terulang pada jangka waktu antara 3 sampai 5 tahun. Menyebar sampai daerah pedesaan, sirkurasi serotipe virus beragam (wHo,2000).
Penyakit Demam berdarah pertama kali
di lndonesia
ditemukan di
surabaya pada tahun 1968 namun konfirmasi virologianya baru pada tahun 1972' sejak itu penyakit DBD menyebar ke seluruh pelosok lndonesia sehingga
pada 1980 telah menyebar ke seluruh propinsi kecuali rimor-timor. sejak pertama kali ditemukan, jumlah kasus menunjukkan kecenderungan meningkat
Mft
dalam jumlah maupun luas wilayah sehingga secara sondalis terjadi KLB
sefhp tahun. Pengaruh musim di lndonesia terhadap demam beredarah tidak begitu luas tetapi dalam garis besar pendapat dikemukakan bahwa jumlah penderita mneningkat antara bulan September-November dengan mencapai puncaknya
antara bulan Maret-Mei. Pada tahun-tahun terakhir penyakit demam berdarah
@angkit pula didaerah pedesaan. Gara Penularan
a.
Penyakit DBD ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti.
h" Bila nyamuk ini mengigit orang yang sakit DBD maka virus penyakit ini berkembang biak didalam tubuh nyamuk.
c-
Apabila nyamuk yang mengandung virus DBD ini mengigit orang sehat maka virus ini akan berpindah dan menyebabkan orang tersebut menderita DBD.
& Ianifiestasi Klinis Manifistasi klinis infeksi virus dengue pada manusia sangat bervariasi. spekirum variasinya begitu luas, mulai dari asimtomatik, demam ringan yang tidak spesifik, demam dengue, demam berdarah dengue, hingga yang paring lherat yaitu dengue shock syndrome
(Dss) (soegijant o,2004 :27).
Diagnosis Demam Berdarah Dengue ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis menurut
a.
wHo tahun 1997, terdiri dari kriteria klinis dan laboratoris.
Kriteria Klinis
1) Demam tinggi mendadak, tanpa sebab jeras, berrangsung terus menerus selama
1-7
hari
2) Terdapat manifestasi pendarahan
yang dfitandaidengan
a)
Uji tourniquet poistif
b)
Petekia, ekimosis, pura-pura.
c)
Pendarahan mukosa,epistaksis,pendarahan gusi.
d)
Hematemesis dan atau
:
melena.
:
e) Hematuria.
h
3)
Pembesaran hati (hepatomegah).
4)
Manifestasi syok / renjatan.
Kriteria Laboratoris 1
) Trombositopeni (trombosit <1 00.000/ml).
2)
Hemokonsentrasi (kenaikan Ht> 20
o/o).
Manifestasi klinis DBD sangat bervariasi, derajat, yaitu Derajat
I
wHo (1gg7) membagi
menjadi 4
:
:
demam disertai gejala-gejala umum yang tidak khas dan manifestasi Perdarahan opontan satu-satuinya dalah uji tounquet.
Secajat
ll : Gejala-gejdla derajat l, disertai gejala-gejala perdarahan kulit spontan atau manifestasi perdarah yang rebih besar.
Denajat
lll : didapatkan
kegagaran sirkurasi, yaitu nadi cepat dan remah
tekanan nadi, menyempit (<20 mmHg). Hipotensi, sianosis di sekitar mulut, kulit dingin dan lembab, gelisah. 3erajat
lV : syok berat, nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak teratur.
9
il.
ilPeacegahan dan pemberantasan
Pemberantasan DHF seperti juga penyakit lainnya, clidasarkan atas pernutusan mata rantai penularan. Dalam hat ini, komponen penutaran terdiridari vfrus Aedes aegyptidan manusia. Namun hingga kini pemberantasan nyamuk
Aedes aegypti dan Aedes atbufictus di Asia Tenggra dan Pasifik Barat pada i"lrrlumnya kurang berhasil antara lain karena kekurangan pengetahuan tentang
penyebaran, habitat dan sebagian kedua vektor itu (Efendi, 2000
:
g).
Program surveilans yang baik didesain untuk menghindari serangan .$auh
lebih murah biayanya daripada program pelenyapan atau
program
peng€ndalian yang harus dibuat setelah se!'angan telah teriadi antara lain
:
a" Pengendalian vektor
Yaitu dengan penatalaksanaan lingkungan yang termasuk perencanaan,
pengorganisasian, pblaksanaan dan pemantauan aktifitas nyamuk. untuk modifikasi atau manipulasi faktor-faktor lingkungan dengan suatu pandangan untuk mencegah atau mengurangi perkembangan vektor Can kontak manusia _ 'rektor
-
patogen
h. Pengendalian secara kimiawi
Penggunaan insektisida yang didapatkan ditujukan terhadap nyamuk dewasa dan larva' lnsektisida yang dapat digunakan terhadap nyamuk dewasa
Aedes Aegeypi,antara rain gorongan organochrorine, organophosphor, a. carbamate iran phrethroid yang aprikasinya daram bentuk penyemprotan
&erhadap rumah-rumah penduduk. lnsektisida yang didapatkan terhadap larva
t0
I
Aedes Aegypti yaitu golongan Organophospor dalam bentuk sedian granules yang dilarutkan dalam air (abatesasi).
c. Pedindungan pribadi Kelambu tempat tidur atau tirai tampaknya efektif terhadap nyamuk yang
mengigit pada malam hari. Namun kasus gigitan siang vektor dengue aedes, tindakan ini kurang relevan. Meskipun demikian, tindakan mungkin bermanfaat untuk kelompok khusus, seperti tempat tidur berkelambu bayi atau orang yang harus tidur siang.
d. Pengendalian biologis Intervensi yang didasarkan pada pengenalan organisme pemangsa, parasit yang bersaing dengan atau cara penurunan jumlah Aedes Aegypti atau
Aedes Atbopictus masih menjadi
,percobaan
dan informasi tentang
keampuhannya didasarkan apada hasil operasi lapangan yang berskata kecil. lkan kepala timah (Panchaxpanchax), ikan gabu (Gambusia s affinis) sebagai pemangsa larva nyamuk. Beberapa jenis golongan cacing Nernatoda sepefti Romanomarmis inyengai dan R.cuticifonx
merupakan
p"r"rit pada rarva
nyamuk' sebagai patoden seperti dari golongan virus, bakteri, fungsi atau protozoa dapat dikembangkan sebagai pengendari rarva nyamuk ditempat perindukan. e. Pengendalian
Lingkungan
i
,
Mencegah nyamuk masuk dalam rumah dengan menutup ventilasi rumah dengan kawat kasa. sekarang yang lagi digalakkan oleh pemerintah dengan program 3M yaitu : menguras tempat-tempat penampungan air dengan
11
'menyikat dinding bagian dalam dan dibilas sekurang-kurangnya sekali seminggu, menutup rapat tempat penampungan air sedemikian rupa sehingga
tidak diterobos oleh nyamuk dewasa dan menanam/menimbun dalam tanah barang-barang bekas atau sampah yang dapat menampung air hujan.
Dari semua cara pengendalian vektor DBD diatas tidak ada satupun
yang 100o/o lanS paling unggul. Untuk menghasilkan cara yang efektif maka dilakukan kombinasi dari berbagai cara tersebut. Tapi yang paring penting
adalah menggugah dan meningkatkan kesadaran masyarakat agar mau memperhatikan kebersihan lingkungan dan memahami tentang mekanisme terjadinya penuraran penyakit DBD (soegijianto, 2oo4: 1oz).
Tinjauan Umum Tentang Umur
secara biorogis pertambahan umur seseorang merupakan suatu proses perubahan waktu yang telah dilalui untuk tumbuh dan berkembang serta
rnemberikan peluang terjadi perubahan baik secara fisiologis maupun psikologis.
Umur adarah suatu ketangsungan hidup secara biorogis yang diarami oreh setiap orang' Umur sebagai salah satu sifat karakteristik tentang orang yang daram studi epidemorogi me'upakan variaber yang cukup penting karena cukup
banyak penyakit yang ditemukan daram berbagai variasi frekuensi yang disebabkan oreh umur muda mempunyai resiko yang tinggi, bukan saja karena bngkat kerentangannya tetapijuga pengalaman terhadap penyakit tertentu yang hiasanya sudah diarami oreh mereka yang berumur tinggi, begitu pura sejumtah penyakit pada umur tua karena pengaruh tingkat keterpaparan serta proses natogenesisnya yang mungkin memakan waktu rama (Nur Nasry Noor, 2oo2).
12
Untuk keperluan perbandingan maka WHO menganjurkan pembagian_ aernbagian sebagai berikut
:
Menurut tingkat kedewasaan 0
- 14 tahun
15
- 49 tahun
50 tahun ke atasa
interval 5 tahun
: : :
:
bayi dan anak-anak
orang muda dan dewasa orang tua
:
< 1 Tahun, 1 -4tahun, 5 - g tahun, 10 u.lntuk mempelajari penyakit L0
.lari-ul.u-r
-
+ buran,S
-
anak
10 buran, 11
-
14tahun, dan sebagainya
:
- 23 buran, 2 -4
(Soekidjo Notoadmodjo,2O03
tahun, 5 _ g tahun, g
_ 14
ha I 1 5)
lfernam Berdarah Dengue (DBD) dapat menyerang semua gorongan umur, maa.lpun sampai saat ini DBD lebih banyak menyerang anak-anak, tetapi dalam te'de terakhir ini terlihat kecenderungan kenaikan proporsi kelompok dewasa :/ep'{s Rr, 2001). Namun parah tidaknya akibat yang ditimburkan virus dengue $a:rrgat tergantung pada adanya daya tahan tubuh, keganasan virus dan flr"mr;'ngan' lnilah yang menyebabkan derajat penyakit berbeda-beda, dari ringan rrmq'a berat. Bira daya tahan tubuh rendah seperti pada anak_anak, penyakit -E[f caoat menjadi berat bahkan mematikan.
=*tryakft Demam Berdarah Dengue (DBD) di lndonesia umumnya diderita re' anak-anak yang berusia dibawah 15 tahun (soegijianto, 2oo4).pernyakit :E," rcr'rderung rebih banyak ditemukan pada anak-anak yang berusia 5_14 wrLr k'arena kelompok umur tersebut adalah kelornpok usia sekolah, dimana l3
sekolah merupakan salah satu tempat yang baik bagi penyebaran nyamuk aedes
agypti, sehingga anak-anak tersebut mudah tergigit dan perluang untuk digigit
bbih besar dibanding orang dewasa. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nu Asia (2003) tentang
k$adian penyakit Demam Berdarah Dengue lebih banyak ditemukan pada gnbngan umur <15 tahun, dimana terdapat golongan umur <15 tahun sebanyak 484'2%) dan golongan umur >15 tahun (4,2o/o). Keadaan ini sama dengan hasil
penelitian yang dilakukan di Bagian Anak RSUD Salewangang Maros periode
Tahun 2002-2003 (Asnanio Sahun dan Lisa,2003) serta oleh mnendapatkan hasil 504 (69,90%)anak sepanjang
tahun
2OoO-2004
Sakinah
di Rumah
mkit Umum Salewangan Maros. 'Fim{auan Umum Tentang Jenis Kelamin
lnsiden berbagai penyakit diantara jenis kelamin kebanyakan berbeda. Hal ini
Bxsara disebabkan karena paparan berbagai host bagi setiap jenis
kelamin
rrprbeda, misalnya anak laki-laki lebih aktivitas fisik daripada perempuan, maka @$akit yang diderita akan berbeda akibat perilaku dan fungsi sosial yang berbeda. s€Dagai contoh untuk potio, pada usia anak, penderita laki-laki lebih banyak
0mMa wanita karena aktivitas fisik anak laki-raki
lebih dominan tetapi untuk
weqsaldt yang sama pada usia yang dewasa didapat insiden yang terbalik yakni
nk'r$
rnranita lebih banyak dari pada pria. Hal ini disebabkan karena wanita sedang
fimffEailami fase reprociuksi yang sangat menekan atau memberatkan keberadaan ilnm*mre' selain itu juga paparan terhadapnya akan lebih besar karena sebagai
pm*at
anak sakit dirumah (Juri soemirat, 2oo4 har 101).
I4
Berdasarkan jenis keiarnin, perempuan lebih rentan untuk terserang penyakit
DBD' karena mereka lebih sering tinggal dalam rumah dimana aktivitas pengisapan d'arah oleh nyamuk tinggi, sementara laki-laki lebih banyak beraktivitas diluar rumah.
il{amun ada beberapa penelitian ditemukan bahwa kejadian DBD tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna antara laki-laki dan perempuan. sebagai pertimbangan
rn$adian DBD di RSUD salewangan Maros periode tahun zaoo-2oo4menunjukkan
*i-laki
(51,87%) dan perempuan (4g,13o/o).
Menurut Dirjen P2M depkes
Rl (1976) bahwa
secara keseturuhan di
'mdonesia tidak tampak perbedaan nyata antara jumrah anak perempuan dan anak r*i-laki yang menderita Demam Berdarah dengue (DBD). E 'fi'lnjauan
Tentang Waktu Kejadian
Mempelajari hubungan antara waktu dan penyakit merupakan kebutuhan ansar di dalam menganalisa sesuatu. oleh karena perubahan-perubahan penyakit trierurut waktu memiliki perubahan-perubahan faktor etiologis. Melihat panjangnya {ndldxr
'
dimana terjadi perubahan angka kesakitan maka dibedakan atas
:
Fluktuasi jangka pendek, dimana perubahan angka kesakitan berlangsung ueberapa jam, hari, minggi, dan bulan.
r- Ferubahan siklus'
dimana perubahan angka kesakitan terjadi secara berutanguhng dengan beberapa hari, beberapa buran (musim), tahunan, beberapa tahun. I' Ferubahan-perubahan angka kesakitan yang berrangsung daram periode waktu p,tl$ panjang' bertahun-tahun atau berpuluh-puluh tahun yang disebut secu/ar :'rsnd (Soekidjo, 2OA3 :21).
15
Demam Berdarah Dengue di lndonesia merupakan suatu penyakit endemik sang mewabah sewaktu-waktu. Jumlah kasus cenderung meningkat pada mus.
n $an, baik pada awal maupun akhir musim hujan.
Secara klimatologi Kabupaten Gowa umumnya mengalami dua kall nergantian musim kemarau dan musim hujan, Musim kemarau terjadi pada periode
ldH-Oktober dan musim hujan terjadi periode November hingga April. Suhu tertinggi
'remcapai 34oC dan terendah mencapai 23oC. Curah hujan pertahun rata-rata er*Fhh 2000mm dengan kelembaban udara berkisar antara 70-8- % sedangkan recepatan angin rata-rata 6,3km{am (profil puskesmas Marusu, 2005).
Pola siklus peningkatan penularan berbarengan dengan musim hujan telah
mrarnati berbagai negara. lnteraksi antara suhu dan turunnya hujan adalah
lserminan penting dari penuraran dengue, karena makin dingin "rf]irff'npengaruhi ketahanan
suhu
hidup nyamuk dewasa, jadi mempengaruhi
laju
mmularan. Lebih jauh ragi, turunnya hujan dan suhu dapat mempengaruhi pora n"dkan dan reproduksi iryamuk, dan meningkatkan popurasi nyamuk vektor.
Ttu{auan ientang Tempat
Pengetahuan mengenai distribusi geografis dati suatu penyakit berguna ''ltrtr'dk perencanaan pelayanan kesehatan dan dapat memberikan penjelasan rnemg'enai etiorogi
a
I I
penyakit.perbandingan sering dirakukan antara rain
:
Batas-batas daerah pemerintah Kota dan pedesaan
Daerah atau tempat berdasarkan batas-batas dalam neghara dan regional.
16
' ' Untuk kepentingan mendapatkan pengertian tentang etiologi
penyakit,
rerbandingan menurut batas-batas alam lebih berguna daripada menurut bat*r nfras administrasi pemerintah. HaLhal yang memberikan pola khusus seperti mmperatur' kelembaban, turunnya hujan, ketinggian atas permukaan taut, keadaan xilrtrafi' sumber
air, derajat isolasi luar yang tergambar dalam tingkat kemajuan
pendidikan' ekonomi, industri, pelayanan kesehatan, bertahannya tradisi yang r'mrupakan hambatan-hambatan pembangunan, faktor-faktor sosial budaya yang menguntungkan kesehatan atau pengembangan
''w
kesehatan
(soekidjo
2frCIB:20).
Daerah yang terjangkit Demam Berdarah Dengue adalah kota-kota besar pr-ng padat penduduknya hal inidisebabkan :
e Antara rumah jaraknya
berdekatan, yang memungkinkan penuraran karena jarak wbarig Aedes Aegyptiyaitu 40_100m.
t' Aedes Aegypti betina mempunyai kebiasaan
menggigit secara berurang (murtipre
h$ters) yaitu menggigit beberapa orang secara bergantian daram waktu singkat. Keadaan sanitasi ringkungan yang buruk juga merupakan faktor penunjang
nil*;, daerah menjadi
endemik karena vektor Demam Berdarah dengue (DBD) trfimre disekitar tingkungan rumah. Nyamuk Aedes Aegyptidi rndonesia tersebar urruh perosok tanah air, baik di kota maupun di desa. Dengan demikian lilhmcarnya hubungan lalu lintas, kota-kota kecir atau daerah semi urbanisasi dekat hm besar pun saat ini menjadi mudah terserang akibat penjataran penyakit dari sumber dikota besar (WHO, 2000).
17
' - Perurnahan penduduk yang cukup padat memudahkan penularan Demam
kah
Dengue dapat disebabkan oleh semakin meningkatnya arus transportasi
tsnbiftas penduduk) darisatu daerah ke daerah lain.
t8
d
.
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI
ffisdaan Geografis Puskesmas Somba Opu terletak dikecamatan Somba Opu kabupaten gowa, tinnnana
wilayah kerja Puskesmas somba opu merupakan dataran rendah dengan
r'm wilsYah kerja 12, 35 KM2. Terdiri dari 8 Kelurahan 16 RW dan 224 RT juga mrmupakan daerah perkotaan.
Adapun letak dan batas-batas wilayah kerja puskesmas Somba Opu sebagai
"
Sebelah utara berbatasan dengan Kota Makassar
I- S#lah e
*
timur berbatasan dengan kota Makassar
sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Bonto Marannu sebetah selatan berbatasan dengan Kecamatan pariangga
Pek Stratifikasi o"o t$,?#liT""*"smas Somba opu
KT'f EIJANCNN
I7-:t
t 19
I.:N I) F},1I S
SP( XtAI)IS
!
lKmdaan Penduduk Kependudukan merupakan permasalahan yang dihadapi dewasa ini, bukan :amya menyangkut jumlah penduduk, kepadatan penduduk dan arus urbanis;*,:i
mngan segala dampak sosial, ekonomi dan keamanan menjadi keharusan untuk rrengendalikan angka kelahiran dan kematian.
Pembahasan mengenai kependudukan mencakup masalah pertumbuhan mmduduk, Kepadatan penduduk dan struktur penduduk menurut kelompok umur.
Tabel I Jumlah penduduk menurut jenis keramin diwirayah kerja Puskesmas Somba Opu gowa Tahun 2OO7
ro
Kel-tlnaHAN
:
data Sekunder
JUMLAH PENDUDUK JENIS KELAMIN PEREMPUAN
I=
NW
$ata diatas dapat diketahui bahwa jenis kelamin wanita kan jenis ketamin laki-laki yakni 50,66%
20
lebih banyak
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
hri
hasil kunjungan lapangan
di
puskesmas Somba Opu diperoleh data
*ngenaidistribusi penderita demam berdarah dengue sebagaiberikut
:
1., Dbtribusi DBD Menurut waktu (bulan) Dbtribusi penyakit DBD menurut waktu {bulan) di puskesmas Somba Opu dapat dilihat pada tabeldan diagram dibawah ini
:
Tabel 2
Distribusi penderita Demam Berdarah diwilayah puskesmas Somba Opu Kab. Gowa Tahun 2OO4-2OOz Tahun
2t
Diagram I Distribusi Penderita Demam Berdarah di wilayah Puskesmas Somba Opu Tahun 20A4-2007
jan feb mar apr mei jun jul Ags Sep Okt Nop Des
Dari tabel
2 dan diagram 1 diatas diperoleh gambaran bahwa kejadian penyakit
ffiam
berdarah dengue pada tahun 2OO4 adalah 36,4g0/o berada pada bulan
ilbtjari
dengan 54 kasus, pada tahun 2005 jumlah kejadian DBD terbanyak terjadi
bulan februari yakni 18 kasus (19,s7a/o) yang selanjutnya dilanjutkan dengan nya jumlah kasus pada bulan berikutnya. selanjutnya tahun 2006 pada
lanuari merupakan kasus terbanyak yaitu 2s kasus (so%), sedangkan pada 2007 kasus DBD mengalami penurunan dan kasus terbanyak hanya pada desember dengan 6 (30%) kasus.
22
Dlstribusi penyakit demam berdarah menurut umur
Distribusi penyakit demam berdarah dengue menurut umur di puskesmas Somba Opu kabupaten Gowa dapat dilihat pada tabel dan diagram dibawah ini
Tabel 3 Distribusi Penderita Demam Berdarah Dengue menurut umur Di Wilayah Kerja Puskesmas Somba Opu Tahun 2A04 -2A07 Umur (tahun)
: Data Primer
Diagram 2 Demam Berdarah Dengue menurut umur Penderita Distribusi Di Wilayah Keria Puskesmas Somba Opu Tahun 2AA4-2AOT 40 35 30 25
20 15
10 5
0
1-4 Th5- 6 Th 10- L4 1,5- 19 20- 44 45- 54 55- 59 >60th
th
th
23
rh
rh
th
Dari tabel 3 dan diagram
2 diatas memperlihatkan bahwa kejadian dernam
berdarah dengue banyak terdistribusi pada umur 5 umur
3.
1-4
-
g th dengan 83 kasus dan
th dengan 73 kasus.
Distribusi penyakit demam berdarah menurut tempat
Tabel 4 DISTRIBUSI PENYAKIT DBD MENURUT KELURAHAN DIWILAYAH PUSKESMAS SOMBA OPU TAHUN 2004 - 2007
b
Tahun 20M
Tahun 20O5
Tahun 2006
Kelurahan
Tahun 2007
iml
%
Jml
%
Jml
%
Jml
Total Jml
%
U
Sungguminasa
18
Ir"L6
16
17,39
8
16
5
25
47
15,48
I
Bonto-bontoa
36
24,32
21
22,93
74
28
4
20
75
24,L9
28
t8,92
19
20,65
8
16
5
25
50
19,35
L7
L7,49
6
6,52
7
t4
3
15
33
10,65
10
6,76
5
5,4
3
6
0
0
18
5,81
I
5,4!
2
2,L7
3
6
0
0
13
4,rg
13
8,78
10
70,97
1
2
1
5
25
8,06
L2,t6
13
74,13
6
L2
2
10
39
12,59
92
100
50
100
20
100
310
100
U il
Batangkaluku
Tompobatang
I Katangk,
I xahgow. i rhndang- pan
I
rowruoro
]
i
I
I
I
I
I
hrnlah
148
100
Uata primer
24
DrsrRrBusr pENyAili?ggB,fi=*u*ur KELURAHAN DI WLAYAH PUSKESMAS SOMBA OPU rAHUN 2004
-
20A7
40 35 30 25
20 15
10 5
0
,
n"oo{o.s""
*"s*.*"** **"f
{d
"""".
Pada Tabel 4 dan diagram 3 diatas menunjukkan bahwa penyakit DBD menurut
tdurahan periode 2oa4-2007 kasus tertinggi terjadi pada Kelurahan Bonto-bontoa
rcrtu sebanyak 75 kas0s (24,1go/o). Dengan jumrah kasus pada tahun 2004 rdranyak 36 kasus (24,32%); tahun 200s sebanyak 21 kasus (22,g2%) dan tahun
m6
sebanyak 14 kasus (28o/o). Sedangkan kasus terendah pada Kelurahan *(@Jowa yaitu sebanyak 13 kasus (4,19o/o) yaitu masing-masing tahun 2oo4 sebenyak
8 kasus
(s,41o/o); tahun 2o0s sebanyak
2
Manyak 3 kasus (6%) dan tahun 2OO7 tidak ada kasus.
25
kasus (2,1g), tahun 2006
d,
Distribusi penyakit Demam Berdarah Dengue menurut jenis kelamin
Tabel 5 Distribusi penderita DBD menurut Jenis kelamin diwilayah Puskesmas Somba Opu Kab. Gowa Tahun 2OA4 - 2AA7
l
.lenis
I
ffuelamin
Tahun 2004
Tahun 2fi)5
Tahun 2006
Tahun 2007
Jml
%
Jml
%
Jml
%
Jmh
%
Jml
%
81
54,73
4L
44,57
29
58
L2
60
163
52,58
:lerempuan
67
45,27
51
55,43
21
42
8
4A
t47
47,42
turnlah
148
100
92
100
50
100
zo
100
310
100
aqd-laki
Sumber data Sekunder
D
istri b usi pende rita o"oofsiiTrr*.t" n," ke ta m i n d i witaya h Puskesmas Somba Opu Kab. Gov,a
Tahun 2004-2007
l'
ffiJ:::: - ':::
--l:L
-:':
26
::::
l
-l
Total
Pada Tabel 5 dan diagram
4 menunjukkan bahwa penyakit DBD menurut jeni'
rc*amin periode 2004-20A7 kasus tertinggi terjadi pada laki-laki yaitu sebanyak gl fiErsr'Is
(52,58o/o) Dengan jumlah kasus pada tahun 2ocE sebanyak g1 kasus
54'73%); tahun 2005 sebanyak 41 kasus (44,57o/o), tahun 2006 sebanyak 2g kasus ra'E%)
dan tahun 2oor sebanyak 12 kasus (60%)
manyak 147 kasus
(47,42o/o) yaitu masing-masing
.
sedangkan pada perempuan
tahun 2ao4 sebanyak 67 kasus
t^5'27%): tahun 2005 sebanyak 51 kasus (55,43o/o), tahun 2006 sebanyak 21 kasus cP%) dan tahun 2OOZ sebanyak g kasus (A}a/o).
5
Perbandingan pola minimaLmaksimat (tahun 2004-2006) dengan tahun 2oo7 pada kejadian demam berdarah dengue.
Fenbandingan pora minimar-m"kti]nT1?:rlun zoo+ - 2006) densan tahun 2oo7 Pada kejadian Demam Berdarah D;;il;;iwitayah puskesnnas Somba Opu kab. Gowa Tahun 2009
27
Diagram 5 Ferbandingan pola minimal-maksimal (tahun 2AA4- 2006) dengan tahun 20A7 Pada kejadian Demam Berdarah Dengue diwirayah puskesmas Somba Opu kab. Gowa Tahun 2008
-minimal -6slqsi63l 2007 -tahun
jan feb mar april mei juni
agust
sep okt nop
des
Dari tabel 5 dan diagram 5 diatas diperoleh data bahwa selama tahun
2OO7
ianya satu bulan yaitu bulan september yang mengalami kenaikan jumlah kasus li[a dibandingkan 3 tahun sebelumnya (pola maksimal-minimal). Tetapi hal ini tidak nenunjukkan kenaikan secara significan dikarenakan kenaikannya tidak berarti sengan jumlah kasus hanya 3. PEMBAHASAN
Dari hasil kunjungan lapangan di puskes'nas Somba Opu diperoleh data oahwa selama 4 tahun berturut-turut yaitu tahun 2AA4
-ehun 2A04 jumlah kasus
-
zao7 terlihat bahwa pada
DBD sebanyak 148 kasus kemudian pada tahun 2005
Tenurun menjadi g2 kasus, 2006 menjadi 50 kasus dan 2AO7 menjadi 20 kasus.
'Dari
tabel 2 dan diagrarn 1 diatas diperoleh gambaran bahwa kejadian penyakit dernam berdarah dengue pada tahun 2004 adalah 36,4gyo berada pada bul*n februari dengan 54 kasus, ini adalah jumlah kasus tertinggi dari 4tahun berturuiturut dimana angka ini memperlihatkan keoenderungan yang hampir sama setama tiga bulan berturut-turut yang setanjutnya menurun bahkan sampai ketitik nol dan langsung meledak dengan 30 kasus pada bulan desember inidapat diartikan bahwa pelaporan dan pencatatan kasus tidak berjalan dengan baik, pada tahun 2005 jumlah kejadian DBD terbanyak terjadi pada buran februari yakni 1g kasus (1g,sz%) yang selanjutnya dilanjutkan dengan berfluktuasinya jumrah
kasus pada butan
berikutnya' selanjutnya tahun 2006 pada buran januari merupakan kasus terbanyak yaitu 25 kasus (50o/o), sedangkan pada tahun 2aor kasus DBD mengatami penurunan dan kasus terbanyak hanya pada buran desember dengan 6 (30%) kasus.
secara umum untuk kejadian DBD seraru muncur pada musim panca roba (peralihan musim) sehingga untuk bulan-bulan tertentu perlu dilakukan
upaya antisipatif seperti merakukan fogging massar sebetum puncak musim penghujan.
Dari tabel 3 dan diagraln
2 diatas memperrihatkan bahwa
kejadian demam berdarah dengue banyak terdistribusi pada umur _ g 5 th dengan g3 kasus dan rrmur 1 4 th dengan 73 kasus' secara umum penyakit DBD didominasi
oreh anak_ anak' hal ini dikarenakan karena daya tahan tubuh yang reratif rebih rentang
terhadap penyakit, seringnya terpapar pada ringkungan yang kurang bermain ditempat perindukan nyamuk,
""r"r,
.u]j.]
seperti kaleng besar, ban bekas serta
genangan air.
29
'
Demam Berdarah Dengue (DBD) dapat menyerang semua golongan umur,
walaupun sampai saat ini DBD lebih banyak menyerang anak-anak, tetapi dalar:r
dekade terakhir ini terlihat kecenderungan kenaikan proporsi kelompok dewas;. (Depkes Rl, 2001). Namun parah tidaknya akibat yang ditimbulkan virus dengue
sangat tergantung pada adanya daya tahan tubuh, keganasan virus dan lingkungan. lnilah yang menyebabkan derajat penyakit berbeda-beda, dari ringan hingga berat. Bila daya tahan tubuh rendah seperti pada anak-anak, penyakit DBD
dapat menjadi berat bahkan mematikan. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di lndonesia umumnya diderita oleh
anak-anak yang berusia dibawah 15 tahun (Soegijianto, 2004). pernyakit DBD cenderung lebih banyak ditemukan pada anak-anak yang berusia 5-14 tahun, karena kelompok umur tersebut adalah kelompok usia sekolah, dimana sekotah merupakan sarah satu tempat yang baik bagi penyebaran nyamuk aedes agypti, sehingga anak-anak tersebut mudah tergigit dan perluang untuk digigit lebih besar dibanding orang dewasa. Pada Tabel 4 dan diagram 3 diatas menunjukkan bahwa penyakit DBD menurut rrelurahan periode 2004-2007 kasus tertinggi teiadi pada Kelurahan Bonto-bontoa
Faitu sebanyak
75 kasus (24,19%). Dengan jumrah kasus pada tahun
2oo4 sebanyak 36 kasus (24,32o/o); tahun 200s sebanyak 21 kasus (22,g2%)dan tahun
2006 sebanyak 14 kasus (28o/o)- sedangkan kasus terendah pada Kelurahan ffialegowa yaitu sebanyak 13 kasus (4,1g%) yaitu masing-masing
sebanyak
tahun
2oo4
8 kasus (s,41%); tahun 2005 sebanyak 2 kasus (2,1g) , tahun 2006
sebanyak 3 kasus (6%) dan tahun 2oo7 tidak ada kasus.
30
lingginya kejadian DBD pada kelurahan bonto-bontoa disebabkan karena keadaan penduduk yang dapat menimbulkan terjadinya penularan DBD secara
epat
yang juga didukung oleh sarana transportasi yang ada. Selain itu; perilaku
masyarakat dalam menjaga kesehatan lingkungan masih rendah.
Kelurahan Bonto-bontoa merupakan salah satu kelurahan yang termasuk endemis DBD dengan jumlah kasus penderita terbanyak diantara kelurahan lain. Persentase jentik >5o/o. Sedangkan Kelurahan Kalegowa dan Kelurahan Pandangpandang termasuk sporadis.
Pada Tabel 5 dan diagram 4 menunjukkan bahwa penyakit DBD menurut jenis kelamin periode 2004-2007 kasus tertinggi terjadi pada laki-laki yaitu sebanyak 8't
kasus (52,58%) Dengan jumlah kasus pada tahun 2OO4 sebanyak 81 kasus (54,73o/o\; tahun 2005 sebanyak
41 kasus (44,sro/o) , tahun 2006 sebanyak 2g
kasus (58%) dan tahun 2ogr sebanyak 12 kasus perempuan sebanyak
(60%) Sedangkan pada
147 kasus (47,42o/o) yaitu masing-masing tahun 2OO4
sebanyak 67 kasus (4s,27o/o); tahun 200s sebanyak 51 kasus (55,43%) tahun ,
2006 sebanyak 21 kasus
(42o/o) dan
tahun 2oo7 sebanyak g kasus (40%).
Berdasarkan jenis kelamin, perempuan lebih rentan untuk terserang penyakit DBD, karena mereka lebih sering tinggal dalam rumah dimana aktivitas pengisapan
darah oleh nyamuk tinggi, sementara laki-laki lebih banyak beraktivitas diluar rumah- Namun ada beberapa penelitian ditemukan bahwa kejadian DBD tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna antara laki-laki dan perempuan. Sebagai pertimbangan kejadian DBD di RSUD Salewangan Maros periode tahun 2004-2006 rnen u nj ukkan laki-laki (53, 33%)
dan perempua n (46.67
31
o/o).
'Menurut Dirjen P2M depkes Rl (1976) bahwa secara keseluruhan di lndonesia
tidak tampak perbedaan nyata antara jumlah anak perempuan dan anak laki-laki yang menderita Demam Berdarah dengue (DBD).
32
BAB V KESIf{IPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Adapun kesimpulan dari hasil pembahasan pola maksimal-minimal yang dilakukan
di
puskesmas somba opu Kabupaten Gowa adalah
:
1- Kejadian Demam Berdarah Dengue diWilayah Puskesmas Somba Opu menurut waktu kejadian terdistribusi pada musim panca roba dan musim hujan.
2.
Kejadian Demam Berdarah Dengue di umur terbanyak yaitu 5
3'
{ejadian DBD menurut tempat (kelurahan) lebih banyak terjadi di Kelurahan
-
g th
Bonto-bontoa
4-
Kejadian DBD menurut waktu (bulan) lebih banyak terjadi pada bulan Februarit
5.
Kejadian DBD menurut jenis kelamin lebih banyak pada laki-laki
6.
Perbandingan pola minimal-maksimal 3 tahun terahir (2004-2006) dengan jumlah
kasus pada 2007 diperoleh bahwa terjadi kenaikan kasus pada bulan september
tetapi hai ini ticjak memperlihatkan kenaikan secara significan dikarenakan kenaikan tidak mencapai 2x lipat bila dibandingkan pada bulan yang sama pada 3 tahun terahir dan juga bila dilihat darijumlah kasus yang sangat sedikit.
Saran
1'
Meningkatkan upaya-upaya preventif seperti fogging, abatesasi, pemberantasan
saran nyamuk (PSN), menggiatkan sosialisasi dan penyebaran informasi mengenai DBD.
2.
Meningkatkan kepedulian terhadap kebersihan ringkungan
JJ
Penyuluhan dalam upaya pencegahan; pernberantasan dan penanggulangan
penyakit DBD perlu dilaksanakan kepada masyarakat secara intensif guna meningkatkan dan menyiapkan tindakan antisipasi sebelum memasuki mas*; rawan KLB DBD..
J+
DAFTAR PUSTAKA
lsmani, Sahun dan Lisa, 2003. Suruei Penderita Demam Berdanh Dengue yang Dirawat di Bagian Anak RSUD Salewangan Maros Peiode tal'tun zooz-iOai, SkripsiTidak Diterbitkan. Program Strata Satu. FK-UNHAS, Makassar.
knna
S, 2003. Karakteristik Penderita DBD yang Dirawat tnap diRSU Sungguminasa 20a1-2002.
Depkes, 2004, Pedoman Penyetenggaraan Sisfe m Surueittans Epidemiologi penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular, Jakarta
&pkes, 2004. Kajian Masatah Kesehatan, Demam Berdarah Dengue, Jakarta Hepartemen Kesehatan Rl, Jakarta.
mffi
2000. Menuju Sehaf Eebas
DBD
di Sutawe.sf
Se/afan,
Kesehatan Kabupaten Gowa,2006. Profit Kesehatan Kabupaten Gowa
lmrffi Kesehatan Kabupaten Gowa, 2006. Profit Kesehatan puskesmas Somba Opu Kabupaten Gowa
Ehndi, 2000. perawatan pasien DHF, Ec},Jakarta. ftundrawanto, 1996. Dengue dalam Buku Aiar ttmu Penyakit Dalam, Jilid Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
t Edisi Ketiga.
Itmnto, 2001, Gambaran Epidemiotogi Kejadian DBD di Kabupaten sidrcp.
rtrmtina, lsminah, Leny Wulanciari,
2004.
Demam Berdarah
Berdarah Dengue.html. Silalahi,
krsjoer, 2001.
Dengue.
Berdarah.
Kapita se/ekfa Kedokteran, Edisi 3 Jitid t FK_r,Jt,Jakarta.
tebon, 1992. llmu,Kesehatan Anak,EGC.
ffiirati, 2004, Beberaoa
Faktor yang Berhubun-gan dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue Rawat tnap -ai pL'[", or. iit
nuiii-
i ui'ii"
Wahidin sudirohusodo, Makassar Periode Januai-Maret 20a4, skripsi Tidak Diterbitkan. STI K-Makassar.
t*nor Hasry Nur, 2002. Epidemiotogi. FKM-uNHAS, Makassar. q*u-
Asia' 2003' F.aktor yang Berhubunga1 -dgngan Keiadian Demam Berdarah Dengue Rapocin-i tuixiii"r, skripsi Tidak Diterbitkan. s'K{?::1""!r.Keturahin
lrxir
*"ll*Ifjl'
qhEmatTodjo
2006' Pengantar Epidemiotogi penyakit Menutar.
soekidjo
,2002. Metode Penetitian
Rineka cipta,
Kesehatan, Rineka cipta, Jakarta.
Soegijianto soegeng,2 004. Deman Berdarah Dengue. Airrangga, surabaya dfrilrr-*c'
ffi
2000. Demam Berdarah Dengue,edisi 2.EGC Jakarta
ff:[i"."**r"?fi,!::::::g_?",yyBerdarahMeninggatDunia.