Hubungan Motivasi Kader Pemberantas Sarang Nyamuk (PSN) dengan Upaya Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas Gemolong Wiwik Wulandari1 Anita Istiningtyas2, Meri Oktariani3 1)
Mahasiswa Program Studi S 1 Keperawatan STKes Kusuma Husada Surakarta Staf pengajar Program Studi S 1 Keperawatan STKes Kusuma Husada Surakarta 3) Staf pengajar Program Studi D III Keperawatan STKes Kusuma Husada Surakarta 2)
Abstrak Demam berdarah adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus dengue, yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes. Laporan triwulan 3 tahun 2015 data kasus DBD di provinsi Jawa Tengah angka kejadian DBD yaitu sebesar 43,01/100.000 pendudukdan Case Fatality Rate (CFR) DBD Jateng sebesar 1,65%. Kader juru Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) adalah kelompok kerja kegiatan pemberantasan penyakit demam berdarah dengue di tingkat Desa dalam wadah Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa. Jenis penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional. Populasi dalam penelitian ini seluruh Kader PSN yaitu sebanyak 45 kader di Puskesmas Gemolong, teknik pengambilan sampel dengan Purposivesampling, jadi dalam penelitian ini besar sampel yang digunakan sebanyak 45 responden. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni 2016 di Puskesmas Gemolong. Variabel independen (bebas) dalam penelitian ini adalah tingkat motivasi. Variabel dependen (terikat) dalam penelitian ini adalah upaya pencegahan demam berdarah dengue. Instrumen dalam penelitian yaitu kuesioner. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan orelasi rank Kendall Tau. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas motivasi kader PSN yaitu motivasi cukup sebanyak 38 responden (84,4%), Upaya pencegahan DBD yaitu cukup sebanyak 24 responden (53,3%). Hasil analisis Korelasi Kendall Tauhubunganmotivasikader PSN denganupayapencegahan DBD di PuskesmasGemolong ditunjukkan dengan signifikan 0,000 dengan kekuatan hubungan sebesar 0,613, makahipotesanol (Ho) ditolakdan H1 diterima,berartiada hubunganmotivasikader PSN denganupayapencegahan DBD di PuskesmasGemolong. Kata Kunci
: motivasi, kader pencegahan DBD
Abstract Dengue fever is acute fever disease caused by dengue virus which enters human body through mosquitoes bite from aedes genus. The third quarter report in 2015, data of DBD cases in central java province 43.01/100.000 citizen and case fatality rate (CFR) DBD is 1.65%. Cadre of mosquitoes nest against (PSN) is a group work on fighting dengue fever disease in village level as form of health defense village society. This research employed descriptive qualitative. Approach used was cross sectional. Population in this research was all cadre of mosquitoes nest against (PSN) 45 people in Gemolong public heath, sampling techniques was purposive sampling, therefore the sample employed were 45 respondents. This research was done in June 2016. 1
Independent variable of this research was motivation level. Dependent variable was the effort to prevent dengue fever. Instrument used was questionnaire. Analysis data employed in this research was Kendall Tau correlation rank. The result showed that majority cadre PSN has enough motivation 38 respondents (84.4%). Effort on preventing dengue fever was enough 24 respondents (53.3%). The result of Kendall Tau correlation analysis between motivations of PSN cadre and the effort on preventing dengue fever in Gemolong public health center significant 0.000 with the value 0.613, therefore null hypothesis is rejected and H1 was accepted, so there was correlation between motivations of PSN cadre and the effort on preventing dengue fever in Gemolong Key words: motivation, Cadre of dengue fever prevention.
2
hal ini dapat dilihat dari angka kejadian
LATAR BELAKANG Demam berdarah adalah penyakit
kasus demam berdarah dengue yang terjadi
demam akut yang disebabkan oleh virus
dari tahun ketahun terusmeningkat. Laporan
dengue, yang masuk ke peredaran darah
triwulan 3 tahun 2015 data kasus DBD di
manusia melalui gigitan nyamuk dari genus
provinsi Jawa Tengah angka kejadian DBD
Aedes, misalnya Aedes aegypti atau Aedes
yaitu sebesar 43,01/100.000 pendudukdan
albopictus. Aedes aegypti adalah vektor
Case Fatality Rate (CFR) DBD Jateng
yang
sebesar 1,65% (Dinkes Prov. Jawa Tengah,
paling
banyak
ditemukan
menyebabkan penyakit ini. Nyamuk dapat
2015).
membawa virus dengue setelah menghisap
Berdasarkan data Dinas Kesehatan
darah orang yang telah terinfeksi virus
Kabupaten Sragen, jumlah kasus DBD pada
tersebut. Masa inkubasi virus di dalam
2014 melonjak dibandingkan 2013. Pada
nyamuk selama 8-10 hari, nyamuk yang
2014, ada 575 kasus DBD, sedangkan pada
terinfeksi dapat mentransmisikan virus
2013 hanya 389 kasus DBD. Sementara
dengue tersebut ke manusia sehat yang
untuk 2015 Penderita DBD yang meninggal
digigit (Kemenkes RI, 2013).
dunia
pada
tahun
lalu
naik
100%
Data pada tahun 2012 di Indonesia
dibandingkan pada 2013 di mana ada enam
jumlah penderita DBD yang dilaporkan
orang masyakarat meninggal dunia akibat
sebanyak 90.245 kasus dengan jumlah
DBD.Berdasarkan pencatatan kasus DBD
kematian 816 orang (Incidence Rate/Angka
oleh
kesakitan= 37,11 per 100.000 penduduk
Gemolong, dari tahun 2013 sampai tahun
dan CFR= 0,90%). Terjadi peningkatan
2015 dan ada penderita yang meninggal
jumlah
2012
dunia. Tahun 2013 penderita DBD ada 35
dibandingkan tahun 2011 yang sebesar
kasus dan 1 kasus meninggal dunia, tahun
65.725 kasus dengan IR 27,67. Target
2014 penderita DBD ada 25 kasus, tahun
Renstra angka kesakitan DBD tahun 2012
2015 penderita DBD ada 36 kasus (DKK
sebesar 53 per 100.000 penduduk, dengan
Sragen, 2014).
kasus
pada
tahun
demikian Indonesia telah mencapai target
petugas
P2PL
di
Puskesmas
Berbagai kegiatan yang dilakukan
Renstra 2012. Berikut tren IR DBD selama
DinasKesehatan
kurun waktu 2007-2012 (Kemenkes RI,
penanggulangan DBD yaitupromosi dan
2013).
kegiatan situasional yaitu kewaspadaandini Berdasarkan
data
yang
didapat,
terhadap
DBD,
dalam
tetapi
upaya
pencegahan
Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu
danpemberantasan DBD yang paling efektif
daerah yang rawan terjangkit penyakit ini,
adalahdengan memberantas vektor/jentik 3
yang dikenaldengan pemberantasan sarang
Lebih dari itu seorang Kader PSN DBD
nyamuk
dituntut
DBD
(PSNDBD)dengan
agar
mampu
menggerakkan
kegiatannya yaitu 3M (menutup,mengubur,
partisipasi masyarakat untuk melaksanakan
menguras)
PSN (Agustina, 2013).
yang
berkelanjutan.
Angka
Bebas Jentik (ABJ) diharapkan mencapai
Pencegahan
DBD
meliputi:
95%, sehingga penularanpenyakit DBD
pembersihan jentik (PSN, larvasida, ikan),
akan sulit terjadi. Upaya Pemberantasan
Pencegahan gigitan nyamuk (menggunakan
Sarang Nyamuk (PSN)Demam Berdarah
kelambu,
Dengue (DBD)diarahkan pelaksanaannya
Pemberantasan terhadap nyamuk dewasa,
oleh masyarakat denganmodel peran serta
melalui
masyarakat yang sesuai dengankondisi dan budaya
setempat,
demikianmasyarakat jawab positif
ikut
dengan bertanggung
danmengembangkan untuk
pencegahan
tidak
menggantung
baju).
penyemprotan
dengan
menggunakan
insektisida,
dilakukan
dengan
Kimia,
cara:
Biologi,
Fisik
(Agustina, 2013).
kontribusi
Kader juru Pemberantasan Sarang
DBD
Nyamuk (PSN) adalah kelompok kerja
(Trisnaniyanti, 2010).
kegiatan pemberantasan penyakit demam
Faktor-faktor yang mempengaruhi
berdarah dengue di tingkat Desa dalam
upaya pencegahan BDB yaitu kader PSN
wadah Lembaga Ketahanan Masyarakat
harus memiliki kemampuan memecahkan
Desa.peran
masalah DBD, keahlian serta kemampuan
menanggulangi
dapat meningkat jika diberikan pelatihan
anggota PJB di rumah-rumah dan tempat
secara berulang dan umur, pendidikan,
umum, memberikan penyuluhan kepada
motivasi serta lama kerja, masa kerja juga
keluarga dan masyarakat, mencatat dan
ikut menentukan kinerja kerja seseorang,
melaporkan
karena semakin lama masa kerja seseorang,
Berkala
maka kemampuan mereka akan lebih baik.
Puskesmas secara rutin minimal setiap
Pengalaman yang dimiliki, maka semakin
minggu
banyak pula keterampilan yang pernah
melaporkan kasus kejadian DBD kepada
diketahuinya. Lama kerja menjadi sebuah
RW/Kepala
dasar perkiraan yang baik. Kader PSN
melakukan PSN dan pemberantasan DBD
adalah
kegiatan
secara sederhana seperti pemberian bubuk
pemberantasan penyakit demam berdarah
abate dan ikan pemakan jentik (Depkes RI,
dengue di tingkat Desa dalam wadah
2008).
kelompok
kerja
Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa.
4
kader
dan
dalam
adalah
sebagai
DBD
hasil
(PJB)
kesehatan
Pemantauan Kepala
bulanan,
Dusun
Dusun
Mencatat
atau
Jentik atau
dan
Puskesmas,
Motivasi adalah dorongan dasar
rerata skor yang diperoleh 77,36% dari nilai
yang menggerakkan seseorang bertingkah
maksimal skor (14). Ada hubungan yang
laku. Dorongan ini berada pada diri
bermakna antara faktor internal yaitu
seseorang
untuk
pengetahuan tentang pencegahan DBD
melakukan sesuatu yang dengan dorongan
dengan persepsi Kader PSN DBD dalam
dalam dirinya, oleh karena itu perbuatan
pencegahan DBD dan ada hubungan antara
seseorang yang didasarkan atas motivasi
persepsi Kader PSN DBD dengan aktivitas
tertentu mengandung tema sesuai dengan
Kader PSN DBDdalam pencegahan DBD.
motivasi
Sedangkan hasil penelitian Pambudi (2009),
yang
menggerakkan
yang
mendasarinya,
dalam
melakukan pekerjaan biasanya seseorang
menunjukkan
tidak selamanya hanya dipengaruhi oleh
mempengaruhi partisipasi kader jumantik
motivasi
dalam
ekstrinsik
seperti
pemenuhan
bahwa
faktor
pemberantasan
yang
DBD
adalah
keuangan semata, tetapi motivasi instrinsik
pendidikan p=0,003, penghasilan p=0,000
merupakan hal yang tidak dapat diabaikan.
dan jenis pekerjaan p=0,002 mempunyai
Motivasi instrinsik tersebut antara lain
hasil yang signifikan terhadap partisipasi
kebanggaan akan dirinya dapat melakukan
dalam pemberantasan DBD. Sedangkan
sesuatu pekerjaan yang orang lain belum
faktor ketersediaan fasilitas p= 0,654 tidak
tentu mampu melakukannya, kecintaan
berpengaruh dalam pemberantasan DBD.
terhadap pekerjan itu atau minta yang besar
Berdasarkan
terhadap
disimpulkan
tugas
atau
pekerjaan
yang
hasil
tersebut
dapat
faktor-faktor
yang
dilakukanya selama ini. Faktor-faktor yang
mempengaruhi partisipasi kader jumantik di
mempengaruhi motivasi yaitu tergantung
Desa
pada faktor internal, seperti atribut pribadi
Kabupaten Boyolali Tahun 2009 adalah
seseorang dan faktor luar yang mungkin
pendidikan,
berupa
pekerjaan.
kebijakan
organiasi,
derajat
kesulitan pekerjaan yang ditangani dan sebagainya(Uno, 2015). Penelitian
Ketitang
Hasil
Kecamatan
penghasilan
studi
Nogosari
dan
pendahuluan
jenis
yang
dilakukan pada tanggal 18 Januari 2016 (2010),
berdasarkan data Puskesmas didapatkan 45
menyebutkan persepsi Kader PSN DBD
kader PSN, setelah dilakukan wawancara
dalam
selama enam bulan terakhir ini di tempat
pencegahan
Trisnaniyanti
dan
pemberantasan
DBD di Kota Banjarbaru sudah baik, yaitu
tinggal
peneliti,
rerata skor yang diperoleh 81,08% dari nilai
dikunjungi oleh Kader PSN DBD untuk
maksimal skor (130). Aktivitas Kader PSN
melakukan PJB. Dari data tersebut peneliti
DBD di kota Banjarbaru sudah baik, yaitu
tertarik
untuk
tidak
pernah
melakukan
lagi
penelitian
mengenai Hubungan Motivasi Kader PSN dengan
Upaya
Pencegahan
DBD
di
Puskesmas Gemolong.
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Kader PSN di Puskesmas Gemolong No 1 2 3
METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif. Pendekatan yang
Umur f Dewasa Awal 5 Dewasa Akhir 32 Lansia Awal 8 Total 45 Sumber: Data Primer (2016)
% 11,1 71,1 17,8 100
digunakan dalam penelitian ini adalah cross
Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat
sectional. Populasi dalam penelitian ini
diketahui mayoritas responden berumur
seluruh Kader PSN yaitu sebanyak 45 kader
dewasa akhir sebanyak 32 responden
di
(71,1%).
Puskesmas
pengambilan
Gemolong,
teknik
sampel
dengan
Berdasarkan hasil penelitian di atas
Purposivesampling, jadi dalam penelitian
dapat
ini besar sampel yang digunakan sebanyak
berumur dewasa akhir. Usia adalah umur
45
individu
responden.
Penelitian
ini
telah
diketahui
yang
mayoritas
terhitung
responden
mulai
saat
dilaksanakan pada bulan Juni 2016 di
dilahirkan sampai berulang tahun. Pegawai
Puskesmas Gemolong. Variabel independen
yang berusia lebih tua cenderung lebih
(bebas) dalam penelitian ini adalah tingkat
mempunyai rasa keterikatan atau komitmen
motivasi. Variabel dependen (terikat) dalam
pada organisasi dibandingkan dengan yang
penelitian ini adalah upaya pencegahan
berusia
demam berdarah dengue. Instrumen dalam
loyalitas mereka pada organisasi. Hal ini
penelitian yaitu kuesioner. Analisis data
bukan saja disebabkan karena lebih lama
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
tinggal di organisasi, tetapi dengan usia
dengan Korelasi rank Kendall Tau.
tuanya tersebut, makin sedikit kesempatan
6
muda
sehingga
meningkatkan
pegawai untuk menemukan organisasi. HASIL PENELITIAN DAN
Semakin tua usia pegawai, makin tinggi
PEMBAHASAN
komitmennya terhadap organisasi, hal ini
Umur responden
disebabkan karena kesempatan individu
Hasil karakteristik umur Kader PSN di
untuk mendapatkan pekerjaan lain menjadi
Puskesmas Gemolong dapat dilihat pada
lebih terbatas sejalan dengan meningkatnya
tabel di bawah ini:
usia. Keterbatasan tersebut dipihak lain dapat meningkatkan persepsi yang lebih positif mengenai atasan sehingga dapat
meningkatkan komitmen mereka terhadap
(57,8%).Pendidikan berarti bimbingan yang
organisasi
diberikan seseorang kepada orang lain agar
Dalam masyarakat terdapat pembedaan
dapat
memahami
hal.
dipungkiri
sehingga akan memunculkan golongan tua
pendidikan seseorang, semakin mudah pula
dan goongan muda, yang berbeda-beda
mereka menerima informasi dan pada
dalam
misalnya
akhirnya pengetahuan yang dimilikinya
menyalurkan pendapat dan mengambil
akan semakin banyak. Pendidikan adalah
keputusan, Soedarno et.al (1992) dalam
suatu
Yulianti (2000:34). Usia berpengaruh pada
kepribadian dan kemampuan di dalam dan
keaktifan seseorang untuk berpartisipasi
di luar sekolah dan berlangsung seumur
(Slamet, 1994:142). Dalam hal ini golongan
hidup. Pendidikan mempengaruhi proses
tua yang dianggap lebih berpengalaman
belajar, makin tinggi pendidikan seeorang
atau senior, akan lebih banyak memberikan
makin
pendapat dalam hal menetapkan keputusan.
menerima informasi. Pengetahuan sangat
Pendidikan Responden
erat kaitannya dengan pendidikan dimana
tertentu,
usaha
mudah
untuk
orang
semakin
dapat
kedudukan dan derajat atas dasar senoritas,
hal-hal
bahwa
Tidak
tinggi
mengembangkan
tersebut
untuk
Hasil karakteristik pendidikan Kader
diharapkan seseorang dengan pendidikan
PSN di Puskesmas Gemolong dapat dilihat
tinggi, maka orang tersebut akan semakin
pada tabel di bawah ini:
luas pula pengetahuannya. Peningkatan
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Kader PSN di Puskesmas Gemolong
pengetahuan tidak mutlak diperoleh di
No 1 2 3 4
Pendidikan f SMP 26 SMA 12 D3 5 S1 2 Total 45 Sumber: Data Primer (2016) Berdasarkan
tabel
4.2
% 57,8 26,7 11,1 4,4 100 mayoritas
responden dengan tingkat pendidikan Kader PSN di Puskesmas Gemolong SMP yaitu sebanyak 26 responden (57,8%). Berdasarkan hasil penelitian mayoritas responden dengan tingkat pendidikan SMP yaitu
sebanyak
26
responden
pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal.
Masa Kerja Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja Kader PSN di Puskesmas Gemolong No 1 2
Masa Kerja f Baru 12 Lama 33 Total 45 Sumber: Data Primer (2016)
% 26,7 73,3 100
Berdasarkan masa kerja Kader PSN di Puskesmas Gemolong dari 45 responden mayoritas responden dengan masa kerja lama yaitu sebanyak 33 responden (73,3%). 7
Berdasarkan masa kerja Kader PSN di Puskesmas Gemolong dari 45 responden mayoritas responden dengan masa kerja
Gemolong yaitu motivasi cukup sebanyak 38 responden (84,4%). Hasil
penelitian
menunjukkan
lama yaitu sebanyak 33 responden (73,3%).
mayoritas motivasi kader PSN
Siagian (2008) menyatakan bahwa, masa
motivasi cukup
kerja menunjukkan berapa lama seseorang
(84,4%). Menurut Sardiman (2010), kata
bekerja pada masing-masing pekerjaan atau
motif
jabatan.
Masa
sebanyak 38 responden
sebagai
upaya
yang
seseorang
dapat
mendorong seseorang untuk melakukan
pengalaman
yang
sesuatu. Motif dikatakan sebagai daya
didapatkan di tempat kerja. Semakin lama
penggerak dari dalam dan di dalam subyek
seseorang
untuk
diakaitkan
kerja
diartikan
yaitu
dengan
melakukan
untuk
melakukan
bekerja
semakin
banyak
dan
semakin
tinggi
aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai
pengetahuan dan keterampilannya. Masa
suatu tujuan. Motivasi dapat diartikan
kerja dapat memberikan pengaruh positif
sebagai daya penggerak yang telah menjadi
pada kinerja apabila dengan semakin
aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat
lamanya masa kerja personal semakin
tertentu terutama bila kebutuhan untuk
berpengalaman
mencapai tujuan sangat dirasakan atau
pengalaman
dalam
melaksanakan
tugasnya. Sebaliknya dapat memberikan
mendesak.
pengaruh negatif apabila dengan semakin
Menurut Uno (2015), bentuk motivasi
lama masa kerja akan timbul perasaan
meliputi motivasi instrinsik dan motivasi
terbiasa dengan keadaan dan menyepelekan
ekstrinsik. Motivasi instrinsik timbul tidak
pekerjaan
memerlukan rangsangan dari luar karena
serta
akan
menimbulkan
kebosanan.
memang telah ada dalam diri individu sendiri yaitu sesuai atau sejalan dengan
Motivasi Kader PSN Tabel 4.4 Motivasi Kader PSN di Puskesmas Gemolong Motivasi Kader No f % PSN 1 Baik 2 4,4 2 Cukup 38 84,4 3 Kurang 5 11,2 Total 45 100 Sumber: Data Primer (2016) Berdasarkan motivasi
8
Kader
tabel
4.4
mayoritas
PSN
di
Puskesmas
kebutuhan dan motivasi ekstrinsik timbul karena
adanya
rangsangan
dari
luar
individu. Hasil penelitian didapatkan motivasi cukup 38 responden (84%) berdasarkan jawaban responden yaitu 75% dari 27 pertanyaan, hal ini dipengaruhi pendidikan responden
yaitu
rata-rata
pendidikan
Sekolah Menegah Pertama (SMP).
Sejalan dilakukan
penelitian
Yunita
motivasi faktor
dengan
(2015),
yang
Hal ini sesuai dengan penelitian yang
gambaran
dilakukan Roatib (2007), adanya hubungan
kader
kesehatan
berdasarkan
yang bermakna antara tingkat pendidikan
intrinsik
dalam
pelaksanaan
dengan
posyandu
balita
di
Desa
Danurejo
motivasi.
Beberapa
teori
menyatakan semakin tinggi pendidikan
Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung
seseorang,
sebagian besar dalam kategori sedang yaitu
pengetahuan, motivasi. Dengan adanya
sejumlah 40 responden (88,9%).
pengetahuan
Menurut
Undang-Undang Republik
dapat
semakin
yang
memenuhi
tinggi
memadai
pula
seseorang
kebutuhan
dalam
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
mengaktualisasikan diri dan menampilkan
Sistem
produktifitas dan kualitas kerja yang tinggi
Pendidikan
Nasional
yaitu
Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar
dan
(SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau
mengembangkan
bentuk lain yang sederajat serta Sekolah
kreatifitas.
Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah
adanya
kesempatan dan
untuk
mewujudkan
Berdasarkan hasil penelitian di atas
Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang
dapat
sederajat.Menurut Notoatmodjo (2011), jika
dewasa akhir dengan motivasi cukup.
seseorang memiliki tingkat pendidikan
Menurut Muchlas (2012)salah satu faktor
yang rendah, maka akan menghambat
seseorang termotivasi melakukan suatu hal
perkembangan
tersebut
dipengaruhi oleh kondisi-kondisi ekstrinsik,
terhadap penerimaan informasi dan nilai-
gaji, keamanan kerja, kondisi pekerjaan,
nilai yang baru diperkenalkan.
status, prosedur perusahaan, pengawasan
Dalam
sikap
responden
dan hubungan interpersonal rekan-rekan
adalah
kerja., faktor yang berasal dari luar diri
tingkatan pendidikan menurut UU No 20
individu, yaitu jenis dan sifat pekerjaan
Tahun 2003 yaitu pendidikan dasar/rendah,
dorongan untuk bekerja pada jenis dan sifat
pendidikan
yang
ini,
mayoritas
tingkatan
pendidikan
penelitian
orang
diketahui
digunakan
dan
pendidikan
pekerjaan tertentu sesuai dengan objek
Ramlan
Surbakti,
pekerjaan yang tersedia akan mengarahkan
pengetahuan masyarakat terhadap proses
individu untuk menentukan sikap atau
10 partisipasi akan menentukan corak dan arah
pilihan pekerjaan yang akan ditekuni.
suatu
diambil.
Kondisi ini juga dapat dipengartuhi oleh
Sehingga hasil penelitian dengan mayoritas
sejauh mana nilai imbalan yang dimiliki
responden dengan pendidikan SMP dan
oleh objek pekerjaan dimaksud. Kelompok
motivasi yang didapatkan yaitu cuku
kerja
tinggi.
menengah
Menurut
keputusan
yang
akan
dimana
individu
bergabung;
9
kelompok kerja atau organisasi tempat
hubungan sebesar 0,613, maka hipotesa nol
dimana
dapat
(Ho) ditolak dan H1 diterima, berarti ada
mendorong atau mengarahkan perilaku
hubungan motivasi kader PSN dengan
individu dalam mencapai suatu tujuan
upaya pencegahan DBD di Puskesmas
perilaku tertentu; peranan kelompok atau
Gemolong.
individu
bergabung
organisasi ini dapat membantu individu
Upaya pencegahan DBD yaitu cukup
mendapatkan kebutuhan akan nilai-nilai
sebanyak 24 responden (53,3%),hal ini
kebenaran, kejujuran, kebajikan serta dapat
dipengaruhi masa kerja responden yaitu
memberikan arti bagi individu sehubungan
sebanyak 14 responden dengan masa kerja
dengan kiprahnya dalam kehidupan sosial.
baru.
Upaya Pencegahan DBD
pengaruh positif pada kinerja apabila
Tabel 4.5 Upaya Pencegahan DBD di Puskesmas Gemolong
upaya
pencegahan
semakin
dapat
lamanya
memberikan
masa
kerja
personal semakin berpengalaman dalam
Berdasarkan 45 responden didapatkan
% 22,3 53,3 24,4 100
22 reponden dengan jawaban ya dari 23 pernyataan yang berarti kurang dari separo dari responden yang melakukan upaya pencegahan
4.5 mayoritas
DBD
dengan
kerja
melaksanakan tugasnya.
Upaya No Pencegahan f DBD 1 Baik 10 2 Cukup 24 3 Kurang 11 Total 45 Sumber: Data Primer (2016 Berdasarkan tabel
Masa
yaitu
cukup
DBD
yaitu
pada
upaya
mengubur ban bekas, mengubur plastik bekas serta mendaur ulang sampah-sampah seperti kaleng, ember.
sebanyak 24 responden (53,3%). Analisis bivariat yang dilakukan
Menurut Depkes RI (2006), upaya
terhadap dua variabel yaitu hubungan
pemberantasan penyakit demam bedarah
motivasi
upaya
dengue dilaksanakan dengan cara tepat
pencegahan DBD di Puskesmas Gemolong.
guna oleh pemeritah dan peran serta
Hasil
Kendall
masyarakat yang meliputi Pencegahan dan
Tauhubungan motivasi kader PSN dengan
penemuan. Pencegahan dilaksanakan oleh
upaya pencegahan DBD di Puskesmas
masyaraat di rumah dan tempat umum
Gemolong ditunjukkan dengan signifikan
dengan melakuan pemberantasan sarang
0,000 yang berarti terdapat hubungan yang
nyamuk
kuat hubungan motivasi kader PSN dengan
tempat penampungan air seminggu sekali
upaya pencegahan DBD di Puskesmas
seperti divas bunga, air tempat minum
Gemolong, ditunjukkan dengan kekuatan
burung,
10
kader
analisis
PSN
dengan
Korelasi
yang
meliputi
menutup
membersihkan
rapat-rapat
tempat
penampungan
menutup
nyamuk agar terhindar dari gigitan nyamuk
dan
tempat
Aedes aegypti, menaburkan bubuk abate
bersih
yang
Satu sendok makan (± 10 gram) untuk 100
memungkinkan tempat berkembang biak
liter air. Obat abate ini mirip dengan garam
nyamuk, hendaknya ditutup rapat-rapat.
dapur. Bubuk abate ditaburkan ke dalam
Menguras
air
wadah-wadah air di dalam rumah. Setelah
sekali
ditaburkan obat ini kan membuat lapisan
Seperti bak mandi, tempayan, dan tempat
pada dinding wadah yang ditaburi obat ini.
penampungan air bersih, hendaknya dikuras
Lapisan ini bertahan sampai beberapa bulan
maksimal 1 minggu sekali, mengubur
kalau tidak disikat dan memelihara ikan
barang-barang bekas bekas, barang-barang
pemakan jentik.
tempayan,
air,
bak
penempungan
seperti mandi,
air
tempat
sekurang-kurangnya
:
penampungan 1
minggu
yang memungkinkan air tergenang seperti
Menurut Depkes RI (2008), tujuan
ban bekas, kaleng-kaleng bekas, plastik
kader PSN yaitu menggerakkan peran serta
bekas,
masyarakat dalam usaha pemberantasan
tempurung
kelapa),
membuang
sampah pada tempatnya atau membakarnya,
penyakit
seperti plastik bekas air mineral, potongan
pemberantasan jentik nyamuk penularnya
bambu, tempurung kelapa dan lain-lain,
sehingga
yang
berdarah dengue di tingkat desa, apat
dapat
menampung
air
hujan
DBD,
penularan
dalam
penyakit
dicegah
segeralah
menggantung
pendampingan ialah mendampingi warga
pakaian, faktor risiko tertular penyakit
agar mampu melaksanakan PSN dan pada
demam
akhirnya setelah program selesai warga
berdarah
adalah
rumah
atau
lingkungan dengan baju atau pakaian
dibatasi.
demam
hendaknya dibuang di tempat sampah dan membakarnya,
atau
terutama
Tujuan
PSN
mampu melakukannya secara mandiri.
bergantungan yang disukai nyamuk untuk Hubungan Motivasi Kader PSN dengan
beristirahat Menurut
Dinkes
Jateng
(2006),
memakai kelambu, orang yang tinggal di daerah endemis dan sedang wabah demam berdarah sebaiknya waktu tidur memakai kelambu. Terutama waktu tidur siang hari, karena nyamuk Aedes aegypti menggigit pada siang hari, memakai lotion anti nyamuk pada waktu tidur lengan dan kaki dibaluri minyak sereh atau minyak anti
Upaya Pencegahan DBD di Puskesmas Gemolong Hasil
analisis
Korelasi
Kendall
Tauhubungan motivasi kader PSN dengan upaya pencegahan DBD di Puskesmas Gemolong ditunjukkan dengan signifikan 0,000 dengan kekuatan hubungan sebesar 0,613, maka hipotesa nol (Ho) ditolak dan H1 diterima, berarti ada hubungan motivasi
11
Menurut Herzberg ada dua jenis
kader PSN dengan upaya pencegahan DBD
faktor yang mendorong seseorang untuk
di Puskesmas Gemolong. Dengan
motivasi
yang
cukup
berusaha
mencapai
kepuasan
dan
dipengaruhi dari dalam maupun dari luar
menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua
diri
melaksanakan
faktor itu disebutnya faktorhigiene (faktor
kegiatan pemberantasan sarang nyamuk.
ekstrinsik) dan faktor motivator (faktor
Demikian juga dengan perilaku yang
intrinsik).
ditimbulkan oleh pengetahuan terhadap
seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan,
pelaksanaan pemberantasan sarang nyamuk
termasuk didalamnya adalah hubungan
yang tercermin individu sebagai motivator
antar
yang kemudian berkembang meningkat
lingkungan,
menjadi
ekstrinsik), sedangkan faktor motivator
kader
PSN
untuk
kelompok terbatas
dan pada
Faktor
higiene
manusia, dan
imbalan,
kondisi
sebagainya
(faktor
akhirnya menyebar ke lingkungan umum
memotivasi
seseorang,
dan masyarakat.
didalamnya
adalah
Kader juru Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) adalah kelompok kerja kegiatan pemberantasan penyakit demam
memotivasi
yang
termasuk
achievement,
pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan (faktor intrinsik). Penelitian
ini
sejalan
berdarah dengue di tingkat Desa dalam
penelitian
wadah Lembaga Ketahanan Masyarakat
hubungan yang bermakna antara faktor
Desa (Depkes RI, 2008). Menurut Depkes
internal yaitu entang pencegahan DBD
RI (2005) peran kader kesehatan dalam
dengan persepsi Kader PSN DBD dalam
menanggulangi
Sebagai
pencegahan DBD dan ada hubungan antara
anggota PJB di rumah-rumah dan tempat
persepsi Kader PSN DBD dengan aktivitas
umum, memberikan penyuluhan kepada
Kader PSN DBD dalam pencegahan DBD.
keluarga dan masyarakat, mencatat dan
Tidak ada hubungan yang bermakna antara
melaporkan hasil PJB Kepala Dusun atau
faktor
Puskesmas secara rutin minimal setiap
pendidikan, dan pekerjaan dengan persepsi
minggu
dan
Kader PSN DBD dalam pencegahan DBD
melaporkan kasus kejadian DBD kepada
serta tidak ada hubungan yang bermakna
RW/Kepala
antara
dan
DBD
adalah:
bulanan,
Dusun
mencatat
atau
Puskesmas,
Trisnaniyanti
dengan
internal
faktor
yaitu
eksternal
(2010),
umur,
yaitu
ada
tingkat
sumber
melakukan PSN dan pemberantasan DBD
informasi dan media informasi dengan
secara sederhana seperti pemberian bubuk
persepsi
abate dan ikan pemakan jentik.
pencegahan DBD.
12
kader
PSN
DBD
dalam
SIMPULAN Sebagian besar responden berumur dewasa akhir sebanyak 32 responden (71,1%), mayoritas responden dengan masa kerja lama yaitu sebanyak 33 responden (73,3%) dan mayoritas tingkat pendidikan SMP
yaitu
sebanyak
26
responden
(57,8%).Sebagian besar motivasi kader PSN yaitu motivasi cukup
sebanyak 38
responden (84,4%).Sebagian besar upaya pencegahan DBD yaitu cukup sebanyak 24 responden (53,3%). Ada hubungan motivasi kader PSN dengan upaya pencegahan DBD di Puskesmas Gemolong.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Depkes RI (2008). Modul: Pelatihan Bagi Pelatih Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN-DBD) dengan Pendekatan Komunikasi Perubahan Perilaku (Communication For Behavioral Impact). Jakarta: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan RI. http://www.kemkes.go.id. Diakses tanggal 20 Januari 2016 Depkes Jawa Tengah. (2011). Modul Pengendalian Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Depkes RI. (2012). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2012. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. http://www.kemkes.go.id. Diakses tanggal 20 Januari 2016 Dinkes Jawa Tengah. (2009). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2012. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. http://www.kemkes.go.id. Diakses tanggal 20 Januari 2016 Dwi Nurani Agustina (2013). Kemampuan Pemecahan Masalah Kader Jumantik Di Puskesmas Gayamsari Semarang. publikasi.dinus.ac.id/index.php/visike s/article/view/639. Diakses tanggal 21 Januari 2016 Hidayat, Alimul Aziz. (2011). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medik Indah Trisnaniyanti (2010). Persepsi dan aktifitas kader PSN DBD terhadapPencegahan dan pemberantasan demam berdarah dengue. urnal.ugm.ac.id/bkm/article/view/346 5/2992. Diakses 21 Januari 2016 Kemenkes RI (2013) 2013. Profil Kesehatan Indonesia 2012. Kementerian Kesehatan. Pusat Data dan Informasi Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. 2013. E-mail: pusdatin@depkes .go.id. Web site: http://www.kemkes.go.id. Diakses tanggal 19 Januari 2016 Nototatmodjo, Soekidjo. MetodologiPenelitian Jakarta : Rineka Cipta
(2012). Kesehatan.
Nursalam. (2013). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Pambudi (2009). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi KaderJumantik dalam Pemberantasan DBD di Desa
13
KetitangKecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali. eprints.ums.ac.id/5964/1/J410050017 .PDF diakses 21 Januari 2016 Riduwan. (2012). Skala Variabel-variabel Bandung: Alfabeta
Pengukuran Penelitian.
Riwidikdo, Handoko. (2013). Statistik Kesehatan. Yoyakarta: Mitra Cendikia Press Sardiman, 2010. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Penerbit Rajawali. Pers Silalahi, Ulber. (2012). Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama Sugiyono. (2010). Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta Supiani (2010). Teori-teori Motivasi. supiani.staff.gunadarma.ac.id. Diakses 20 Januari 2016 Uno, Hamzah B. (2015). Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara
14