Kasus Demam Berdarah Dengue di Wilayah Pedesaan Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor (Unit Pelaksana Teknis Puskesmas Nanggung 2012-2014) Nurmala Kurata Aini, Umar Fahmi Achmadi, Dewi Susanna, Didik Supriyono Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
[email protected]/
[email protected] Abstrak Demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu muosquito- borne viral disease yang persebarannya paling cepat di seluruh dunia. Kasus DBD dapat menyebabkan sindrom shock dengue yang mempunyai tingkat kematian tinggi. DBD yang awalnya dipercaya sebagai penyakit yang berasal dari wilayah kota, kini sudah banyak ditemukan di wilayah pedesaan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran kasus DBD yang terjadi di wilayah pedesaan Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor. Penelitian ini menggunakan disain studi case series dengan analisis spasial. Sampel dari penelitian ini yaitu seluruh penderita DBD dengan data lengkap yang tercatat di UPT Puskesmas Nanggung tahun 2012-2014. Dari 19 kasus yang ada, 15 kasus (79%) diantaranya diduga merupakan kasus lokal (kasus DBD yang didapat dari wilayah pedesaan) dan 4 kasus (21%) diduga merupakan kasus impor (kasus DBD didapat dari wilayah perkotaan). Di wilayah ini banyak ditemukan tempat- tempat potensial breeding place nyamuk. Sementara itu, potensi wisata dan pertambangan di Kecamatan Nanggung menyebabkan mobilitas manusia dan kendaraan yang tinggi, sehingga wilayah ini berpotensi menjadi wilayah endemis Demam Berdarah Dengue. Oleh karena itu, diperlukan penelitian- penelitian lebih lanjut menggunakan analisis spasial untuk memudahkan fokus penanggulangan DBD di wilayah pedesaan. Kata kunci: Demam Berdarah Dengue, Pedesaan, Potential Breeding Place Nyamuk, analisis spasial Abstrack Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) spreading rapidly throughout the world. Dengue cases can lead to dengue shock syndrome which has a high mortality rate. DHF is initially believed as a disease originating from the city areas, now it found in many rural areas. This study aims to describe of dengue hemorrhagic fever cases occur in rural areas in Nanggung District of Bogor Regency. This study uses a case series design with a spatial analysis. The samples are all patients who diagnosed DHF with complete data recorded in UPT Puskesmas Nanggung 2012-2014. Of the 19 cases, 15 cases (79%) were suspected to be the case locally (DHF cases were obtained from rural areas) and 4 cases (21%) suspected to be imported cases (dengue cases come from urban areas). In this region are found sites of potential mosquito breeding place. Meanwhile, the potential of tourism and mining in the Nanggung District causes of high mobility include vehicle, human and transportation, so that, this region has the potential to become endemic region of Dengue Hemmorrhagic Fever. Therefore, it is necessary further studies using spatial analysis to facilitate focused prevention of dengue in rural areas. Keywords: Dengue Hemorrhagic Fever, rural areas, Potential Mosquito Breeding Place, spatial analysis
1
Kasus demam…, Nurmala Kurata Aini, FKM UI, 2014
Pendahuluan Demam Berdarah Dengue Menyebabkan sindrom shock dengue yang memiliki tingkat kematian tinggi1. Dilaporkan sekitar 50 juta -100 juta orang terinfeksi virus dengue di seluruh dunia setiap tahunnya2. Demam berdarah dengue sejak tahun 1950-an dilaporkan sebagai penyakit yang umumnya menyerang penduduk di wilayah perkotaan
3,4,5
. Akan tetapi
beberapa penelitian yang dilakukan baru- baru ini, menunjukkan bahwa penyakit DBD telah menyebar dari kota- kota besar, dimana wilayah perkotaan ini bertindak sebagai reservoir virus ke wilayah- wilayah dalam lingkup masyarakat yang lebih kecil6. Hal ini menunjukkan bahwa mobilitas penduduk merupakan salah satu sarana yang berkontribusi dalam kejadian penyakit7. Seluruh kabupaten dan Kota di Jawa Barat,terjangkit penyakit demam berdarah pada tahun 2008- 20128. Angka Bebas Jentik (ABJ) di Kabupaten Bogor rata- rata masih di bawah 95 %9. Ditemukan 12 kasus DBD di wilayah pedesaan Kab. Bogor dan Lebak
10
.
Nanggung merupakan daerah pedesaan di Kabupaten Bogor Barat. Kejadian Demam Berdarah Di Kecamatan Nanggung pada awalnya sangat rendah dan tidak ada laporan kasus. Namun pada beberapa tahun belakangan ini ditemukan cukup banyak kasus DBD di wilayah ini
16
. Terjadi outbreak DBD di Kecamatan Nanggung Tahun 2012, padahal dibawah tahun
2011 tidak ditemukan adanya kasus11. Penularan DBD secara setempat dan lokal antar warga di wilayah ini begitu cepat. Sementara banyak ditemukan tempat- tempat potensial breeding place nyamuk di wilayah ini. Penelitian menggunakan analisis spasial diperlukan untuk mengetahui distribusi penularan DBD di wilayah pedesaan agar memudahkan intervensi serta program penanggulangan DBD di wilayah pedesaan. Tinjauan Teoritis Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan virus oleh dengue yang termasuk kelompok Arboviroses atau dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Virus ini mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu ; DEN-1, DEN2, DEN-3, DEN-4. Virus Dengue ditularkan melalui vektor nyamuk yaitu Aedes aegypti dan Aedes Albopictus12. Adanya transportasi darat, laut dan udara, membuka peluang perpindahan penduduk dari satu tempat ke tempat lain dan memungkinkan terjadinya persebaran virus ini13. Penyebaran Aedes aegypti ke daerah pedesaan merupakan hal yang relatif baru terkait dengan pembangunan air di pedesaan, penyediaan dan pengembangan transportasi
13
. Definisi kawasan perdesaan berdasarkan UU
No. 26 Tahun 2007 menegaskan bahwa pedesaan merupakan kawasan yang secara komparatif pada dasarnya memiliki keunggulan sumberdaya alam khususnya pertanian dan keanekaragaman hayati. Aspek lingkungan fisik wilayah pedesaan mencirikan sebagai 2
Kasus demam…, Nurmala Kurata Aini, FKM UI, 2014
wilayah yang didominasi oleh pepohonan, udara segar, fasilitas fisik masih kurang lengkap, dan pemukiman tidak padat14. Aspek lingkungan sosial mencirikan bahwa wilayah pedesaan sebagai wilayah yang memiliki kepadatan penduduk yang rendah < 4176 jiwa/KM2, lapangan kerja didominasi oleh sektor pertanian, tingkat pendidikan yang masih rendah, tingkat perekonomian dan gaya hidup cenderung homogen, dan relasi sosial yang masih kuat14. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan desain studi case series ( serial kasus) yang merupakan studi epidemiologi deskriptif awalan yang sifatnya sangat lemah. Desain studi ini (case series) tidak dapat menjelaskan mengenai etiologi penyakit atau penyebab penyakit. Desain studi ini lemah untuk memberikan bukti kausal, sebab pada case series tidak dilakukan perbandingan kasus dengan non-kasus. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor pada awal Bulan Mei Tahun 2014. Populasi penelitian adalah seluruh penderita DBD yang tercatat di UPT Puskesmas Nanggung tahun 2012-2014. Sampel penelitian adalah penderita DBD yang tercatat di UPT Puskesmas Nanggung
dengan data lengkap dan bersedia
diwawancarai. Dari 26 populasi yang ada, didapat 19 sampel yang berhasil dilakukan wawancara dan observasi. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Data Primer didapat dari wawancara dan observasi menggunakan instrumen kuesioner, variabel spasial menggunakan GPS, dan pengolahan data spasial menggunakan software ArcGIS2010. Ada pun data sekunder didapat dari data rekam medik puskesmas. Hasil Penelitian 1. Analisis Univariat Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden per Desa di Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor Tahun 2014 Desa Kalong Liud Curug Bitung Nanggung Parakan Muncang Jumlah
Jumlah (Orang) 7 4 7 1 19
Persentase (%) 37 21 37 5 100
3
Kasus demam…, Nurmala Kurata Aini, FKM UI, 2014
Tabel 2: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sosiodemografi Kalong Liud n (%)
Curug Bitung n (%)
2 5
29 71
1 3
5 2
71 29
Pedagang/ Wiraswasta Pegawai/ Buruh PNS Pelajar/ Mahasiswa Tidak Bekerja Mobilitas Iya
1
Desa Nanggung
Jumlah
n
(%)
Parakan Muncang n (%)
25 75
2 5
29 71
0 1
0 100
5 14
26 74
4 0
100 0
6 1
86 24
1 0
100 0
16 3
84 16
14,1
1
25
0
0
0
0
2
11
2
28,6
0
0
0
0
1
100
3
16
0 2
0 28,6
0 0
0 0
1 2
14,1 28,6
0 0
0 0
1 4
5 21
2
28,6
3
75
4
57,2
0
0
9
47
3
43
0
0
3
43
1
100
7
37
Tidak
4
57
4
100
4
57
0
0
12
63
Perilaku Pencegahan Baik KurangBaik
5 2
71 29
0 4
0 100
2 5
Jenis Kelamin Laki- Laki Perempuan Usia ≥ 15 tahun < 15 tahun Pekerjaan
29 71
1 0
100 0
N
(%)
8 11
42 58
Mobilitas yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu perpindahan seseorang keluar dari wilayah Kecamatan Nanggung, 1 hingga 2 minggu sebelum mengalami sakit10,17. Pada umumnya responden melakukan mobilitas ke daerah Kota Bogor dan Kota Bandung untuk melakukan kegiatannya. Perilaku pencegahan terhadap DBD dikelompokkan menjadi Baik dan kurang baik. Kelompok pengetahuan baik yaitu apabila menjawab ≥75% dari nilai tertinggi dan <75 dari nilai tertinggi dikelompokkan menjadi kurang baik. Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jumlah Potensial Breeding Place Nyamuk Tempat Potensial Breeding Place Banyak (≥5) Sedang (≥3) Sedikit (1-2) Jumlah
Kalong Liud n (%)
Curug Bitung n (%)
1
33,3
3
1
33,3
1 3
Desa Nanggung
Jumlah
n
(%)
Parakan Muncang n (%)
75
4
66,7
0
0
8
57
1
25
2
33,3
1
100
5
36
33,3
0
0
0
0
0
0
1
7
100
4
100
6
100
1
100
14
100
N
(%)
4
Kasus demam…, Nurmala Kurata Aini, FKM UI, 2014
Tempat potensial breeding place nyamuk yaitu tempat- tempat tertentu yang terdapat di dalam mau pun di luar rumah responden yang diyakini dapat menjadi tempat perkembang biakan nyamuk maupun sarang nyamuk. Tempat- tempat tersebut antara lain seperti bak, ember, dispenser, tempayan, drum, pembuangan air kulkas, dll. Tempat penampungan air pada vas/ pot bunga, barang- barang bekas, kolam, tempat minum hewan piaraan, talang air, saluran air, dan lain- lain. Di lingkungan luar rumah yaitu tempat- tempat yang terdapat genangan air yang berada di lubang pohon, pelepah daun, potongan bambu, tempurung kelapa, dll. Data mengenai jumlah tempat potensial breeding place nyamuk terdistribusi normal, oleh karena itu digunakan mean (nilai rata- rata) untuk pengelompokan. 2. Analisis Spasial
Gambar 1. Peta Lokasi Rumah Penderita DBD di Kecamatan Nanggung
5
Kasus demam…, Nurmala Kurata Aini, FKM UI, 2014
Gambar2. Peta Lokasi Potensial Breeding Place Nyamuk di 4 Desa
6
Kasus demam…, Nurmala Kurata Aini, FKM UI, 2014
2. 1 Karakteristik Wilayah dan Penularan DBD •
Desa Kalong Liud
Gambar3. Peta Desa Kalong Liud dan Lokasi Rumah Penderita Menurut Bulan Kejadian Desa Kalong Liud berjarak sekitar 3,5 km dari pusat Kecamatan Nanggung20. Kepadatan penduduk di desa ini yaitu 1926 jiwa /KM2 18. Luas lahan pemukiman sebesar 198 Ha18. Desa ini memiliki luas kolam air tenang sebesar 7495m2 dan memiliki 1 (satu) Unit Bendungan irigasi permanen 18,20. Jumlah kasus di Desa ini sebanyak 7 kasus yang mana penderita tersebar di 3 lokasi rumah yang jaraknya sangat berdekatan dalam radius 10 m2. Kasus ditemukan mulai Agustus hingga September 2013. Kasus pertama ditemukan pada pertengahan bulan Agustus 2013, responden G diduga mendapatkan penularan DBD dari Kota Bogor, karena 1- 2 minggu sebelum sakit, penderita G aktif di kota Bogor. Kasus selanjutnya terjadi pada pertengahan bulan September tahun 2013, 7
Kasus demam…, Nurmala Kurata Aini, FKM UI, 2014
penderita A diduga mendapatkan penularan DBD dari sekolah karena setiap harinya sebelum menderita sakit, sejak pagi hingga sore hari, penderita A aktif di sekolah. Sekitar 5 hari kemudian, responden B dan C yang merupakan saudara kandung A yang tinggal satu rumah dengan responden A, menderita demam yang kemudian terdiagnosis DBD. Ketiganya menjalani rawat inap di RSUD Leuwiliang. Selanjutnya yaitu responden D dan E yang merupakan Ibu dan Ayah dari Responden A, B, dan C. Kedua responden ini, yaitu Responden D dan E menderita sakit dan didiagnosis DBD pada saat sedang menunggu ke 3 orang anaknya (Responden A, B, dan C) yang dirawat di RSUD Leuwiliang yang juga menderita DBD. Kasus selanjutnya yaitu Responden F yang merupakan tetangga yang lokasi rumahnya persis dibelakang rumah Responden A, B, C, D, dan E (satu rumah). Responden F didiagnosis DBD beberapa hari setelah Responden B dan C didiagnosis DBD. Dugaan kasus penularan horizontal DBD yang terjadi di Desa Kalong Liud ini diperkuat dengan Penyelidikan Epidemiologi yang dilakukan oleh puskesmas Nanggung yang masih menemukan adanya jentik nyamuk di lingkungan sekitar desa dan tempat- tempat potensial breeding place nyamuk.
•
Desa Curug Bitung
Gambar4. Peta Desa Curug Bitung dan Lokasi Rumah Penderita Menurut Bulan Kejadian
8
Kasus demam…, Nurmala Kurata Aini, FKM UI, 2014
Desa Curug Bitung terletak di dataran yang paling tinggi dibandingkan dengan ketiga desa lainnya. Udara di desa ini pun lebih sejuk dibandingkan ketiga desa lainnya. Secara geografis desa ini berbatasan langsung dengan wilayah perkebunan PT. Hevindo, wilayah Perum Perhutani Unit III Jawa Barat, dan Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGH-S)
19
. Desa ini terletak pada ketinggian 700-1000m di atas
permukaan laut19. Topografi desa ini berbukit sehingga rawan longsor19. Kepadatan penduduk di desa ini yaitu 1402 jiwa/ KM18. Luas lahan pemukiman yaitu 600Ha. Desa ini memiliki 22 sumber mata air alami dan kolam air tenang seluas 9238 m2 18. Jumlah kasus di Desa ini sebanyak 4 kasus yang mana penderita tersebar di 4 lokasi rumah yang jaraknya sangat berdekatan dalam radius 100 m2. Keempat penderita di wilayah ini yaitu responden H, I, J, dan K berada pada RT dan RW yang sama. Keempatnya merupakan penduduk lokal dan tidak pergi kemana pun sebelum menderita sakit DBD, sehingga diduga kuat kasus DBD yang diderita responden H, I, J, dan K adalah kasus lokal (kasus DBD yang diperoleh dari wilayah pedesaan) dan berpotensi didapatkan dari penularan horizontal dari masing- masing penderita. Kejadian DBD yang diderita Responden H, I, J, dan K didiagnosis pada bulan Juli dan Agustus tahun 2012.
•
Desa Nanggung
Gambar5. Peta Desa Nanggung dan Lokasi Rumah Penderita Menurut Bulan Kejadian 9
Kasus demam…, Nurmala Kurata Aini, FKM UI, 2014
Desa Nanggung berbatasan dengan desa Curug Bitung di sebelah selatan dan desa Parakan Muncang di sebelah utara. Topografi Desa Nanggung lahannya berbukit- bukit sehingga rawan longsor hampir sama dengan Desa Curug Bitung. Kepadatan penduduk di desa ini yaitu 1554 jiwa/ KM2 dengan luas lahan pemukiman 366 Ha18. Desa ini memiliki 4 buah sumber mata air alami dan 8432 M2 luas kolam air tenang
18
. Jumlah
kasus di desa ini sebanyak 7 penderita DBD tersebar di 6 lokasi rumah yang jaraknya tidak lebih dari radius 100m2. Lokasi rumah ke 7 orang responden di desa ini, sangat dekat dengan Pasar Desa Nanggung. Ketujuh responden tersebut adalah responden L,M,N,O,P,Q dan R. Seluruh responden tersebut didiagnosis pada bulan Juli 2012, kecuali responden Q yang didiagnosis pada Agustus 2012. Responden O adalah responden yang pertama kali didiagnosis DBD, diduga responden O mendapatkan penularan dari Kota Bandung, karena sebelum sakit, ia tinggal di Bandung selama seminggu. Responden L, M, dan P tidak melakukan mobilitas keluar kecamatan sebelum menderita sakit, sedangkan responden responden N melakukan mobilitas sebelum sakit ke Kota Bogor, akan tetapi hanya sebentar. Sementara itu, responden Q sebelum sakit melakukan mobilitas ke Kota Bogor secara rutin selama dua minggu.
•
Desa Parakan Muncang
Gambar3. Peta Desa Parakan Muncang dan Lokasi Rumah Penderita Menurut Bulan Kejadian 10
Kasus demam…, Nurmala Kurata Aini, FKM UI, 2014
Desa ini merupakan pusat kecamatan di mana terdapat UPT Puskesmas Nanggung serta kantor Kecamatan Nanggung. Ketinggian lokasi Desa Parakanmuncang dari permukaan laut adalah 300-400 mdpl21. Topografi desa bervariasi antara dataran rendah, berbukit dan bergunung-gunung dengan kemiringan 10 - 20
021 .
Kepadatan penduduk di desa ini yaitu
2124 jiwa/ KM2 dengan luas lahan pemukiman 880 Ha18. Desa ini memiliki 4 buah sumber mata air alami dan 7650 M2 luas kolam air tenang18. Jumlah kasus di desa ini sebanyak 1 kasus yaitu responden S. Responden ini didiagnosis DBD pada bulan Juli tahun 2012. Setiap harinya sebelum menderita sakit, Responden S bekerja di Kota Bogor dari pagi hingga sore hari. Diperkirakan Responden S mendapatkan kasus DBD dari Kota Bogor (Kasus Impor). Pembahasan Kasus demam berdarah dengue di Kecamatan Nanggung merupakan kasus yang cukup baru, mengingat daerah ini bukanlah daerah endemis DBD
9,11
. Di daerah endemis dengue seperti
Asia Tenggara, bertentangan dengan fakta sebelumnya, mereka yang tinggal di daerah pedesaan memiliki risiko lebih tinggi terinfeksi demam berdarah dengue daripada mereka yang tinggal di daerah pekotaan22. Penelitian yang dilakukan di Vietnam menyebutkan bahwa daerah-daerah dengan kepadatan manusia yang rendah, yaitu daerah pedesaan, memiliki risiko demam berdarah dengue tiga kali lebih tinggi dibandingkan kota-kota dikarenakan kepadatan nyamuk yang berada di wilayah pedesaan tersebut lebih tinggi daripada kepadatan penduduk 22. Kecamatan Nanggung merupakan daerah pedesaan yang memiliki potensi besar di bidang sumberdaya alam, pariwisata dan pertambangan. Mobilitas manusia dan kendaraan di daerah ini cukup tinggi. Hal tersebut diduga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan cepatnya penularan DBD di wilayah ini. Penduduk desa yang aktif di kota mendapatkan virus DBD dari wilayah kota dan menularkan virus secara horizontal kepada penduduk lain di desa melalui perantara nyamuk25. Selain itu, karena alat transportasi yang semakin berkembang, nyamuk dapat memperluas jangkauannya hingga ke wilayah desa. DBD merupakan penyakit menular yang bersifat lintas batas. Lintas batas yang dimaksud dalam hal ini adalah kejadian DBD dapat berpindah dari suatu wilayah ke wilayah lain melalui mobilitas komoditasnya sebagai wahana transmisi penyakit dan penduduknya sebagai sumber penularan, baik yang menggunakan sarana transportasi maupun yang tidak menggunakan sarana transportasi24. Urbanisasi yang tidak terkendali dan pengendalian vektor yang tidak memenuhi syarat merupakan faktor dalam meningkatkan transmisi DBD23. Keadaan topografi wilayah 11
Kasus demam…, Nurmala Kurata Aini, FKM UI, 2014
Nanggung yang berbukit- bukit, lahan pertanian serta pegunungan ditambah banyaknya mata air alami dan container buatan diduga dapat menjadi breeding place nyamuk dengue25. Berdasarkan hasil penelitian ini, secara sosiodemografi yaitu penderita perempuan lebih banyak dibandingkan laki- laki. Namun tidak ada perbedaan jenis kelamin antara faktor risiko penularan DBD29. Menurut hasil penelitian ini, sebagian besar penderita yaitu 9 kasus (47%) tidak memiliki pekerjaan. Status bekerja dengan kejadian demam berdarah dengue (DBD) menunjukkan hubungan yang bermakna. Mereka yang tidak memiliki pekerjaan akan meningkatkan risiko kejadian demam berdarah dengue (DBD)27. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa banyak ditemukan potensial breeding place nyamuk baik di dalam maupun di luar rumah warga. Tempat- tempat potensial breeding place baik yang alami maupun buatan manusia, dapat menyebabkan tingginya kepadatan nyamuk penyebab DBD dan mempercepat penularan virus dengue 29,30. Kesimpulan Hasil penelitiaan kasus DBD periode 2012 hingga Mei 2014 di Kecamatan Nanggung, didapatkan 19 kasus yang terdistribusi di 4 Desa di Kecamatan Nanggung. Tidak terjadi kecenderungan peningkatan kasus DBD di daerah dengan kepadatan penduduk tinggi dan luas pemukiman tinggi. Kasus DBD tertinggi terjadi di Desa Kalong Liud dan Desa Nanggung, masing- masing sebanyak 7 kasus (37%). Dari 19 kasus yang ada, ditemukan 15 kasus lokal (79%) dan 4 kasus impor (21%). Penderita yang berpotensi mendapatkan penularan horizontal yaitu sebanyak 15 kasus (79%). Bulan Juli 2012 merupakan bulan dengan angka pencatatan kasus DBD terbanyak yaitu sebanyak 9 kasus DBD (47%). Gambaran kondisi demografi didapatkan kasus DBD lebih banyak diderita perempuan yaitu 14 kasus DBD (74%). Kelompok umur ≥15 tahun merupakan kelompok umur dengan kejadian kasus DBD terbanyak yaitu 16 kasus DBD (84%). Tidak bekerja merupakan kelompok pekerjaan dengan kejadian kasus DBD terbanyak yaitu 9 kasus (47%). Perilaku pencegahan terhadap DBD sebagian besar masih tergolong kurang baik, yaitu 11 responden (58%). Banyak ditemukan tempat- tempat potensial breeding place di lingkungan sekitar rumah penderita. Potensi wisata dan pertambangan emas di Kecamatan Nanggung menyebabkan mobilisasi manusia dan kendaraan yang tinggi, sehingga wilayah ini berpotensi menjadi wilayah endemis Demam Berdarah Dengue. Oleh karena itu dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mendalami dinamika penularan DBD di wilayah ini
12
Kasus demam…, Nurmala Kurata Aini, FKM UI, 2014
Saran Fokus pencegahan dimulai dari lingkungan sekitar yaitu dengan melakukan manajeman vektor, pemeriksaan dan pemberantasan jentik, telur, dan larva nyamuk yang terdapat di tempat- tempat potensial (potensial breeding place) misalnya bak mandi, ember, vas bunga, kaleng, pelepah pisang, barang bekas, talang air saluran air, dan lain- lain. Melakukan fogging atau memakai repelen guna menghindari gigitan nyamuk. Manajemen lingkungan dengan meningkatkan kewaspadaan terhadap DBD pada musim pancaroba misalnya menggunakan kelambu, memasang kasa nyamuk pada ventilasi, membersihkan tempattempat penampungan air, dan melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan 3 M (menutup, menguras, mengubur). Pemeriksaan jentik berkala di daerah yang jarang ditemukan DBD harus lebih diperhatikan, Diperlukan sistem pencatatan DBD yang lebih yang lebih baik agar memudahkan surveilan dan intervensi untuk penelitian lebih lanjut, serta implementasi dari hasil penelitian. Anjuran penelitian selanjutnya yaitu dengan besar sampel
yang lebih banyak dan periode waktu yang lebih lama serta menggunakan analisis spasial dengan variabel yang lebih beragam dengan menganalisis faktor- faktor lingkungan yang lebih kompleks. Hal tersebut dilakukan agar didapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai dinamika penularan DBD di wilayah ini, yang nantinya dapat mempermudah fokus intervensi, penanggulangan dan pencegahan kasus DBD. Daftar Referensi 1. Siregar (2005) Karakteristik Penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) Yang Dirawat Inap di RSU Tembakau Deli Medan Tahun 2001-2005. http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/32599 (Diakses pada 9 April 2014) 2.
World Health Organization (2014). Dengue and Severe Dengue. http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs117/en/. (Diakses tanggal 20 Juni 2014)
3. Kumarasamy , et al (2007). Evaluation of a commercial dengue NS1 antigen-capture ELISA for laboratory diagnosis of acute dengue virus infection. Journal of Environmental Health. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17140671 (diakses pada 22 Mei 2014) 4. Zafar, Humaira et al (2010). Seroprevalence of Dengue Viral Infection in Healthy Population residing in Rural Areas of District Rawalpindi. Journal. http://www.jpathology.com/Issues/IJP%20Vol.pdf (Diakses pada 22 Mei 2014). 5. Achmadi, UF (2011) Dasar- Dasar Penyakit Berbasis Lingkungan. Jakarta: Rajawali Pers 2011
13
Kasus demam…, Nurmala Kurata Aini, FKM UI, 2014
6. Kittayapong, Patamapporn (2005). Malaria and Dengue Vector Biology Control. Mahidol University. http://library.wur.nl/frontis/disease_vectors/10_kittayapong.pdf. (Diakses Pada 22 Mei 2014) 7. Achmadi UF. (2010) Manajemen Demam Berdarah Berbasis Wilayah. Buletin Jendela Epidemiologi [internet]. (Diakses pada 29 Mei 2014) 8. Kementrian Kesehatan RI (2012) Profil Kesehatan Jawa Barat Tahun 2012. http://www.depkes.go.id/downloads/PROFIL_KES_PROVINSI_2012/12_Profil_Kes. Prov.JawaBarat_2012.pdf. (Diakses Pada 26 Mei 2014) 9. Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor (2012) Profil Kesehatan Kabupaten Bogor 2012. Bogor: Dinkes Kabupaten Bogor. 10. Kusumawardani dan Achmadi (2012) Kejadian Demam Berdarah Dengue Di Wilayah Pedesaan (Perbatasan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Lebak Tahun 2012). Journal. FKM UI. Depok: 2012 11. UPT Puskesmas Nanggung (2014). Laporan Surveilans UPT Puskesmas Nanggung Tahun 2011- 2014 12. Departemen Kesehatan RI (2007). Tata Laksana Demam Berdarah Dengue. www.depkes.go.id/.../Tata%20Laksana%20DBD.pdf ( Diakses pada 23 Mei 2014) 13.
Salim, Milana (2011). Aedes aegypti Nyamuk Kosmopolitan. Journal. http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/spirakel/article/view/1250/639. ( Diakses Tanggal 25 Juni 2014).
14. Hidayah, Nurul (2011). Kesiapan Psikologis Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan Menghadapi Diversifikasi Pangan Pokok. Journal http://www.journal.uad.ac.id/index.php/HUMANITAS/article/download/23583 (Diakses tanggal 29 Juni 2014) 15. Badan Pengendalian Lingkungan Hidup DKI Jakarta(2007). UU No. 26 Tahun 2007 Tentang Ruang Terbuka Hijau. BPLHD. Jakarta:2007 16. Haris (2014) [Wawancara] UPT Puskesmas Nanggung Kabupaten Bogor. 17. BBTKL-PP (2011) Surveilans Faktor Risiko dan Penyakit Menular Antar Provinsi. Jakarta: BBTKL- PP 18. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor (2013) Kecamatan Nanggung Dalam Angka
2013.[Publikasi Data] bogorkab.bps.go.id/publikasi/sitemap( Diakses Pada 2 Juni 2014) 19. Ilham (2007) Analisa Konflik Pengelolaan Sumber Daya Alam Masyarakat Desa Sekitar Hutan.http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44614/A06mil.pdf?sequ ence=1 (Diakses pada 20 Juni2014)
14
Kasus demam…, Nurmala Kurata Aini, FKM UI, 2014
20. Desa Kalong Liud (2014). Profil Desa Kalong Liud (2014). http://kalongliud.desa.id/2014/05/17/propil-desa-kalongliud/ (Diakses pada 4 Juni 2014) 21. Nurhayati (2007). Kinerja Agroforestri (Kasus Dudukuhan di Desa Parakanmuncang, Kecamatan Nanggung, Bogor, Jawa Barat). http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/32939 (Diakses pada 4 Juni 2014) 22. Schmidt W-P, Suzuki M, et al (2011). Population Density, Water Supply, and the Risk of Dengue Fever in Vietnam: Cohort Study and Spatial Analysis. Journal. PLoS Med 8(8): e1001082.doi:10.1371/journal.pmed.1001082 (Diakses pada 11 Juni 2014) 23. Debarati Guha-Sapir and Barbara Schimmer (2005) Dengue fever: new paradigms for a Changing Epidemiology. Journal of National Center For Biotechnology Information. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC555563/ (Diakses pada 9 April 2014) 24. Achmadi, U.F. (2008). Manajemen penyakit berbasis wilayah . Jakarta: Universitas Indonesia 25. Dubot-Pérès, et al (2013). An epidemic of dengue-1 in a remote village in rural Laos. Journal
of
National
Center
For
Biotechnology
Information.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23951379 (Diakses pada 23 Mei 2014) 26. Figueiredo, Maria Apareicida et al (2010). Allergies and Diabetes as Risk Factor for Dengue Hemorrhagic Fever: Result of Case Control Study. Journal of National Center
For
Biotechnology
Information.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2879373/pdf/pntd.0000699.pdf (Diakses pada 23 Mei 2014) 27. Rahayu, Misti et al (2012) Studi Kohort Kejadian Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kecamatan
Sawahan
Kota
Surabaya
tahun
2010.
(Journal).
http://kesmas.unsoed.ac.id/sites/default/files/file-unggah/Misti%20Ra-18.pdf (Diakses pada 29 Mei 2014) 28. Subagya, et al (2013) Lingkungan dalam rumah, mobilitas dan riwayat kontak sebagai determinan kejadian demam berdarah dengue di Denpasar tahun 2012. Jurnal. ojs.unud.ac.id/index.php/phpma/article/.../5058 (Diakses pada 29 Mei 2014) 29. Quintero, juliana, et al (2014) Ecological, biological and social dimensions of dengue vector breeding in five urban settings of Latin America: a multi-country study. Journal 15
Kasus demam…, Nurmala Kurata Aini, FKM UI, 2014
Journal of National Center For Biotechnology Information http://www.sljol.info/index.php/CJMS/article/view/121 (Diakses pada 25 Juni 2014) 30. Kusumawathie, et al (2005) Distribution and breeding sites of potential dengue vectors in Kandy
and
Nuwara
Eliya
districts
of
Sri
Lanka.
Journal
http://www.sljol.info/index.php/CJMS/article/view/121 (Diakses pada 29 Mei 2014)
16
Kasus demam…, Nurmala Kurata Aini, FKM UI, 2014