POLA LATIHAN KUDA PACU DI PULO MAS DALAM RANGKA MENGHADAPI KEJUARAAN DERBY NASIONAL 2009
SKRIPSI IBNU FARIS
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
RINGKASAN IBNU FARIS. D14050804. 2009. Pola Latihan Kuda Pacu di Pulo Mas Dalam Rangka Menghadapi Kejuaraan Derby Nasional 2009. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Prof. Dr. Ir. Pollung H. Siagian, MS Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Kartiarso, M.Sc Kuda merupakan salah satu ternak yang sudah lama dikenal dan digemari oleh masyarakat Indonesia. Sejak dahulu kala peranan kuda sebagai sarana transportasi telah berhasil membuka isolasi daerah pedalaman, sehingga masyarakat daerah pedalaman dapat berkomunikasi dengan masyarakat luar. Seiring dengan perkembangan zaman, peranan kuda yang semula hanya sebagai sarana transportasi sebagian telah terjadi perubahan alih fungsi menjadi sarana olahraga dan salah satunya adalah sebagai kuda pacu. Pacuan kuda adalah olah raga berkuda yang sudah ada sejak berabad-abad yang lalu. Selama ini kuda pacu di Indonesia memiliki salah satu ajang pacuan kuda terbesar, untuk mempertontonkan kemampuannya, yaitu kejuaraan Derby Nasional. Kejuaraan Derby Nasional merupakan salah satu kejuaraan pacuan kuda yang sangat terkenal dan bergengsi di Indonesia. Kelas Derby merupakan kejuaraan puncak dari kejuaraan nasional. Kuda yang dapat mengikuti kelas Derby adalah kuda yang telah berumur tiga tahun. Selain itu juga terdapat kelas lain yang dipertandingkan berdasarkan kelompok umur. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi dan mempelajari pola latihan kuda pacu dalam rangka menghadapi kejuaraan Derby Nasional 2009. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juli 2009, di Pusat Pacuan Kuda Pulo Mas, Pulo Gadung, DKI Jakarta. Penelitian ini mengamati 21 ekor kuda pacu yang terdiri dari poni dengan berbagai umur (2 – 5 tahun), dimana sampel kuda poni meliputi G3 (generasi ke-3), G4 (generasi ke-4), dan G5 (generasi ke – 5) yang merupakan hasil grading up persilangan kuda betina lokal dengan kuda jantan Thoroughbred, dan kuda pacu Indonesia (KPI) yaitu kuda hasil dari kawin silang (interse-mating) antara kuda betina G4 dengan jantan G4/G3. Pelatih kuda berjumlah sembilan orang juga merupakan bagian dari penelitian ini. Sebelum penelitian dimulai, dilakukan penelitian pendahuluan untuk mengetahui informasi umum. Pengumpulan data penelitian adalah melalui pengamatan, wawancara dengan pelatih atau responden sekaligus dengan pengisian lembar kuesioner, dan juga dokumentasi. Data yang dikumpulkan antara lain meliputi informasi : identitas pelatih, identitas kuda, manajemen pakan, penanganan kesehatan, pemeliharaan kuda, pola latihan, identitas joki, dan keberhasilan pelatihan dengan melihat hasil kejuaraan Derby Nasional 2009. Kuda yang diamati dalam penelitian ini berasal dari beberapa daerah yaitu Sumatera Barat, Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Utara. Kuda ditempatkan pada kandang penampungan yang berlokasi tidak jauh dari track pacuan kuda Pulo Mas. Pemeliharaan kuda dilakukan oleh seseorang yang khusus memelihara seekor kuda. Pemeliharaan yang dilakukan meliputi
i
perawatan terhadap kuda seperti pemandian, perawatan khusus terhadap kaki dan pemberian pakan. Kuda yang mengikuti kejuaraan Derby Nasional 2009 adalah kuda berumur lebih dari dua tahun yang sudah terlatih dengan baik sebelumnya dan dikelompokkan menjadi beberapa kelas, yaitu pemula A/B, pemula C/D, derby, remaja, empat tahun C/D, dan ekstra. Pengelompokan tersebut berdasarkan umur dan tinggi kuda. Latihan yang diterapkan pada kuda terdiri dari tiga aktivitas yaitu walk, trot, dan canter. Waktu latihan dan pola latihan yang diterapkan oleh para pelatih pada kuda sehari - hari adalah hari Senin, Selasa, Kamis dan Jumat setiap pagi hari yaitu trot dan walk kemudian pada sore harinya hanya walk. Sedangkan pada hari Rabu dan Sabtu pada pagi harinya diterapkan latihan canter kemudian walk dan pada sore harinya hanya walk saja. Saat menjelang kejuaraan terdapat dua tipe pola latihan yang diterapkan pada kuda, yaitu pertama, hari Senin, Rabu, Jumat dan Sabtu pada pagi hari yaitu trot kemudian walk dan pada sore harinya hanya walk. Sedangkan pada hari Selasa dan Kamis pada pagi harinya canter kemudian walk dan pada sore harinya hanya walk. Kedua, pada hari Senin, Rabu, Kamis dan Sabtu pada pagi hari yaitu trot kemudian walk dan pada sore harinya hanya walk. Sedangkan pada hari Selasa dan Jumat pada pagi harinya canter kemudian walk dan pada sore harinya hanya walk. Kuda yang berhasil meraih urutan tiga besar pada kelasnya masing – masing dalam kejuaraan Derby Nasional 2009, dilatih menggunakan pola latihan tipe kedua.dan merupakan kuda yang memiliki kondisi terbaik karena kejuaraan tersebut dilangsungkan dalam dua babak yaitu babak penyisihan dan babak final. Kondisi tersebut selain didapat dari pelatihan namun didapat juga dari hal pendukung lainnya seperti pemeliharaan yang baik. Joki yang diikutsertakan dalam penelitian ini dan menunggang kuda pada kejuaraan Derby Nasional 2009 sebagian besar berasal dari Sulawesi Utara (Manado). Kemampuan joki turut menentukan keberhasilan seekor kuda, yang didasarkan salah satunya oleh lamanya menunggang kuda. Kata kunci: kuda pacu, kejuaraan derby nasional, pola latihan
ii
ABSTRACT Race Horse Training at Pulo Mas Before Admitted the Indonesian Derby Race 2009 Faris, I., P.H. Siagian, Kartiarso The aim of this research is to seek information of race horse training in Pulo Mas, East Jakarta, before a race horse admitted the Indonesian Derby race. There were 21 well trained race horses which is used in this study and 9 horse trainer. The observation and questionnaire method were used in data collection. The study shows that the race horse training is divided into three activities namely walk, trot and canter. The daily schedule of horse training in Pulo Mas are as follows : Monday, Tuesday, Thursday, Friday are for trot and walk in the morning, and only walk in the evening. Then Wednesday and Saturday, the schedule is canter and walk in the morning and only walk in the evening. The result of the research indicates that there were differences method or type of race horse training a week before the Indonesian Derby race, depending on each trainer. The changes was only for horse training schedule which is canter. First type, the schedule of canter was changed on Tuesday and Friday and the second type was changed on Tuesday and Thursday. Most of the horses who got the third one position on their class were trained with the second type of change. Indonesian Derby Race has two kind of race. First race is called qualification and then final race. And the winners in Indonesian Derby is the horses which had a fitness. Although the most important thing in this study on training and fitness of horses, it is also important to know that the key success does largely depend on good stable management. A healthy horse will be able to cope far better with rigours of training. Good stable management encompasses feeding, stable care, jockey, and a carefully planned programme that prepares the horses for its fitness. Keywords: race horse, Indonesian Derby, horse training
iii
POLA LATIHAN KUDA PACU DI PULO MAS DALAM RANGKA MENGHADAPI KEJUARAAN DERBY NASIONAL 2009 LEMBAR PERNYATAAN
IBNU FARIS D14050804
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
iv
POLA LATIHAN KUDA PACU DI PULO MAS DALAM RANGKA MENGHADAPI KEJUARAAN DERBY NASIONAL 2009
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh IBNU FARIS D14050804
Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 15 September 2009
Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota
Prof. Dr. Ir. Pollung H. Siagian, MS
Dr. Ir. Kartiarso, M.Sc
Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
Ketua Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Luki Abdullah, M.Sc.Agr
Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc
v
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 24 Oktober 1987 di Jakarta. Penulis adalah anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Drs. H. Sudirman Bur dan Ibu Hj. Judia Azhar. Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Islam Ar - Rahman pada tahun 1993, pendidikan dasar di SD Islam As-syafi’iyah 02 Bekasi pada tahun 1999,dan pendidikan menengah pertama diselesaikan Penulis di SLTP Putra I Jakarta Timur pada tahun 2002. Sedangkan untuk pendidikan menengah atas Penulis mengenyam pendidikan di SMA Negeri 61 Pondok Bambu, Jakarta Timur pada tahun 2002, kemudian meneruskan pendidikan di SMA Negeri 8 Jakarta pada tahun 2003 sampai tahun 2005. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2005 melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Selama menjadi mahasiswa, Penulis pernah bergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa cabang olahraga basket periode 2005 – 2006 dan pada saat itu berhasil lolos seleksi untuk kejuaraan Liga Bola Basket Mahasiswa (LIBAMA) di Kuningan. Setelah itu Penulis tercatat dalam organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Peternakan periode 2006-2007 sebagai ketua departemen olahraga dan budaya. Kemudian pada tahun berikutnya Penulis diangkat menjadi ketua umum Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Peternakan periode 2007 – 2008. Penulis juga pernah menjadi ketua panitia sekaligus peserta cabang olahraga futsal, basket, bulutangkis dan tenis meja dalam acara Dekan Cup tahun 2007, dan menjadi steering comitte dalam perhelatan akbar Fakultas Peternakan se – Indonesia yang untuk pertama kali diselenggarakan pada tahun 2008 yaitu D’Farm Festival. Penulis juga pernah ikut sebagai peserta dalam diskusi mengenai Flu Burung yang diselenggarakan oleh Forum Mahasiswa Indonesia Tanggap Flu Burung (FMITFB) di Bandung dan kegiatan Bakti Mahasiswa Peternakan Indonesia (BAMPI) yang diselenggarakan oleh Ikatan Senat Mahasiswa Peternakan Indonesia (ISMAPETI) pada bulan Mei 2008 di Universitas Syiah Kuala, Aceh.
vi
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillahirabbilalamin, segala puji semata – mata hanya milik Allah SWT, Rabb yang menciptakan langit dan bumi beserta isinya hanya untuk manusia, Rabb yang menciptakan binatang ternak untuk kebutuhan manusia, Rabb Yang Maha Pengasih lagi Penyayang atas segala rahmat-Nya, hidayah-Nya,
karunia-Nya
dan
kasih
sayang-Nya
sehingga
Penulis
dapat
menyelesaikan penelitian dan skripsi yang berjudul Pola Latihan Kuda Pacu di Pulo Mas dalam Rangka Menghadapi Kejuaraan Derby Nasional 2009. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Sholawat dan salam senantiasa tercurah kepada teladan manusia, baginda Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga, para sahabat dan para pengikut-Nya yang insya Allah tetap istiqomah hingga akhir zaman. Amin. Selain breeding yang baik dan feeding yang tepat, terdapat faktor lain yang berpengaruh terhadap keberhasilan dalam kejuaraan Derby Nasional yaitu pola latihan yang baik, tidak terkecuali dalam rangka menghadapi kejuaraan Derby Nasional 2009. Oleh karena itu perlunya diteliti pola latihan yang baik seperti apa untuk menghasilkan kuda menjadi juara. Maka hal itulah yang menjadi dasar dalam penulisan skripsi ini. Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran terhadap penulisan skripsi ini dari semua pihak untuk memperbaiki kekurangan – kekurangan sehingga skripsi ini diharapkan menjadi lebih baik. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca dan dunia perkudaan di Indonesia pada umumnya dan bermanfaat khususnya bagi Penulis sendiri. Terakhir, tak lupa Penulis menghaturkan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam penulisan skripsi ini. Bogor, Oktober 2009
Penulis
vii
DAFTAR ISI RINGKASAN............................................................................................................... i ABSTRACT................................................................................................................ iii LEMBAR PERNYATAAN........................................................................................ iv LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................... v RIWAYAT HIDUP .................................................................................................... vi KATA PENGANTAR ............................................................................................... vii DAFTAR ISI............................................................................................................. viii DAFTAR TABEL........................................................................................................ x DAFTAR GAMBAR.................................................................................................. xi DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................................. xii PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1 Latar Belakang................................................................................................. 1 Perumusan Masalah ......................................................................................... 2 Tujuan .............................................................................................................. 2 Manfaat ............................................................................................................ 2 TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................. 3 Kuda................................................................................................................. 3 Klasifikasi Kuda .............................................................................................. 3 Kuda Thoroughbred......................................................................................... 5 Gaya Berjalan ...................................................................................... 5 Kuda Lokal Indonesia...................................................................................... 6 Kuda Sumba (Sandelwood) ................................................................. 7 Kuda Sumatera..................................................................................... 7 Kuda Jawa............................................................................................ 8 Kuda Pacu Indonesia ....................................................................................... 9 Morfometrik Kuda ........................................................................................... 9 Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Kuda ....................................................... 9 Perkandangan....................................................................................... 9 Pakan Kuda dan Pemberiannya ......................................................... 10 Pelatihan Kuda Pacu ...................................................................................... 13 Joki................................................................................................................. 15 Pacuan Derby................................................................................................. 16 METODE................................................................................................................... 17 Lokasi dan Waktu .......................................................................................... 17 Materi............................................................................................................. 17 Prosedur ......................................................................................................... 17 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................. 19 Keadaan Umum ............................................................................................. 19
viii
Pemeliharaan Kuda Pacu di Kandang Penampungan .................................... 21 Pemandian dan Perawatan Kuda........................................................ 21 Penanganan Kesehatan ...................................................................... 24 Pakan dan Pemberiannya ................................................................... 25 Pelatih dan Pola Latihan Kuda Pacu.............................................................. 28 Identitas Pelatih.................................................................................. 28 Profil Kuda yang Dilatih.................................................................... 29 Pola Latihan ....................................................................................... 31 Joki dan Kejuaraan Derby Nasional 2009 ..................................................... 40 Joki..................................................................................................... 40 Babak Penyisihan............................................................................... 42 Babak Final ........................................................................................ 43 Hasil Kejuaraan dan Keberhasilan Pelatihan................................................. 43 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................. 45 Kesimpulan .................................................................................................... 45 Saran .............................................................................................................. 45 UCAPAN TERIMA KASIH ..................................................................................... 46 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 47 LAMPIRAN............................................................................................................... 49
ix
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Tipe, Kegunaan, Jenis, Tinggi, Bobot Badan dan Habitat Asli............
4
2. Rasio Hijauan dan Konsentrat untuk Kuda dengan Tinggi 152 – 160 Cm, Bobot Badan 500 kg pada Tingkat Kerja Berbeda......
13
3. Tata Laksana Pemeliharaan Kuda Pacu di Pulo Mas...........................
22
4. Tata Laksana Pakan Kuda Pacu di Pulo Mas.......................................
27
5. Profil Pelatih Kuda Pacu......................................................................
28
6. Daftar Kuda Pacu yang Digunakan dalam Penelitian..........................
30
7 Pola Latihan Kuda Pacu di Pulo Mas...................................................
37
8. Identitas Joki.........................................................................................
41
9. Hasil Penyisihan Kejuaraan Derby Nasional 2009..............................
42
10. Hasil Final Kejuaraan Derby Nasional 2009........................................
43
x
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Kuda Thoroughbred..............................................................................
5
2. Foto Kandang Penampungan Kuda Pulo Mas Sebelum Direlokasi.............................................................................................
20
3. Peralatan Perawatan Kuda...................................................................
21
4. Perawatan Khusus Kaki Kuda.............................................................
23
5. Bathpol - Steroid..................................................................................
26
6. Alat Transportasi Kuda........................................................................
29
7. Silsilah Kuda........................................................................................
31
8. Arena Latihan Kuda.............................................................................
32
9. Track Pacuan dan Latihan Kuda (1850 m) di Pulo Mas......................
39
10. Joki.......................................................................................................
40
xi
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Foto Kuda Penelitian (a) Pesona Demokrat,(b) Permata Asmara (c) Citra Asmara, (d) Nyong Soputan, (e) Barca, (f) Bunga Bali, (g) Amanagari, (h) Bayu Samudra, (i) Matahati, (j) Albaik, (k) Mitra Indah, (l) Permata Minang, (m) Poseidon, (n) King Dancer, (o)Shamrock, (p) Mistral, (q) Ogan Junior, (r) Azzura, (s) Suryo Negoro, (t) Lady O’war, dan (u) Mitra Asmara..................................................................................
49
2. Foto Finish Kejuaraan Derby Nasional 2009 (a) kelas Pemula C/D, (b) kelas Pemula A/B, (c) kelas Remaja, (d) kelas 4 tahun C/D, dan (e) Kelas Thoroughbred.................................................................
51
3. Foto Piala Kejuaraan Derby Nasional 2009.........................................
51
4. Foto Kuda Pemenang Derby Indonesia 2009 – Messa........................
52
5. Foto Finish Line...................................................................................
52
6. Foto Ruang Joki....................................................................................
53
7. Foto Penonton Kejuaraan Derby Nasional...........................................
53
xii
PENDAHULUAN Latar Belakang Kuda merupakan salah satu ternak yang sudah lama dikenal dan digemari oleh masyarakat Indonesia. Menurut Soehardjono (1990), beberapa jenis kuda yang dikenal di Indonesia semuanya termasuk jenis kuda poni (tinggi pundak kurang dari 140 cm) dan dianggap sebagai keturunan kuda Mongol (Parevalski) dan kuda Arab. Kuda tersebut pada umumnya diberi nama sesuai dengan asalnya dan tersebar diseluruh wilayah diantaranya kuda Gayo, Batak, Jawa, Priangan, Sulawesi, Lombok, Bali, Sumbawa, Sandel, Timor, dan kuda Flores. Sejak dahulu kala peranan kuda sebagai sarana transportasi telah berhasil membuka isolasi daerah pedalaman, sehingga masyarakat daerah pedalaman dapat berkomunikasi dengan masyarakat luar. Seiring dengan perkembangan zaman, peranan kuda yang semula hanya sebagai sarana transportasi, sebagian telah terjadi perubahan alih fungsi menjadi sebagai olahraga atau kuda pacu. Pacuan kuda adalah olah raga berkuda yang sudah ada sejak berabad-abad yang lalu. Kuda dilatih untuk berpacu menuju garis akhir (finish) melawan peserta lain. Banyaknya peminat terhadap olahraga berkuda khususnya di Indonesia membuat banyak kalangan peternak mengawinkan kuda lokal dengan kuda pacu dari luar seperti kuda pacu Thoroughbred. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan kuda pacu yang mampu beradaptasi dengan kondisi iklim dan lingkungan Indonesia. Selama ini kuda pacu di Indonesia memiliki salah satu ajang terbesar, untuk mempertontonkan kemampuannya, yaitu kejuaraan Derby Nasional. Kejuaraan Derby Nasional merupakan salah satu kejuaraan pacuan kuda yang sangat terkenal dan bergengsi di Indonesia. Kuda pacu yang bertanding dalam kejuaraan tersebut adalah kuda yang benar – benar sudah terlatih dengan baik, dan berasal dari seluruh daerah di Indonesia. Setiap kuda pacu yang akan mengikuti kejuaraan Derby tersebut berlomba-lomba untuk melakukan persiapan terbaik. Selain kuda berasal dari persilangan yang baik (breeding) dan pemberian makan atau feeding yang tepat, pola latihan juga merupakan salah satu upaya didalam menghadapi kejuaraan Derby Nasional Indonesia.
1
Perumusan Masalah Pentingnya pengaruh pola latihan kuda pacu terhadap hasil kejuaraan Derby, tentu menimbulkan persaingan yang ketat dari masing-masing pelatih kuda untuk memberikan pola latihan yang terbaik. Masing-masing pelatih pun memberikan pola latihan, yang juga ditunjang dengan feeding yang terbaik bagi kuda mereka masingmasing. Guna mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan masing-masing kuda dalam kejuaraan Derby Nasional, dapat diketahui melalui persiapan dan pola latihan yang diterapkan oleh para pelatih kuda sebelum bertanding sehingga dapat berhasil menjuarai kejuaraan Derby Nasional, khususnya yang akan dilakukan pada tahun 2009 ini. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang persiapan dan mempelajari pola latihan kuda pacu sebelum bertanding dalam rangka menghadapi kejuaraan Derby Nasional 2009. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman dasar bagi para pelatih kuda pacu dalam melatih seekor kuda pacu pada masa yang akan datang. Manfaat Manfaat penelitian ini untuk menentukan pola latihan kuda pacu yang tepat bagi pelatih dalam rangka menghadapi kejuaraan Derby Nasional yang akan datang. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi para pelatih kuda pacu.
2
TINJAUAN PUSTAKA Kuda Kuda (Equus caballus atau Equus ferus caballus) adalah salah satu dari sepuluh spesies modern mammalia dari genus Equus. Hewan ini telah lama menjadi salah satu hewan ternak penting secara ekonomis, dan telah memegang peranan penting dalam pengangkutan orang dan barang selama ribuan tahun. Kuda dapat ditunggangi oleh manusia dengan menggunakan sadel dan dapat pula digunakan untuk menarik sesuatu, seperti kendaraan beroda, atau bajak. Di beberapa daerah, kuda juga digunakan sebagai sumber makanan. Walaupun peternakan kuda diperkirakan telah dimulai sejak tahun 4500 SM, bukti-bukti penggunaan kuda untuk keperluan manusia baru ditemukan sejak 2000 SM (Anonim, 2008). Kuda (Equus caballus atau Equus ferus caballus) memiliki klasifikasi zoologis sebagai berikut (Ensminger,1962) : Kerajaan
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Mammalia
Ordo
: Perissodactyla
Famili
: Equidae
Genus
: Equus
Spesies
: Equus caballus
Fungsi kuda yang banyak berkembang saat ini di masyarakat adalah sebagai sarana olahraga berkuda. Perkembangan olahraga ini didukung adanya Persatuan Olahraga
Berkuda
Seluruh
Indonesia
(PORDASI).
Organisasi
PORDASI
membawahi empat komisi, yaitu pacuan, polo, peternakan dan olahraga berkuda atau equestrian. Pada tahun 2005 populasi kuda di Pulau Jawa mencapai 12.474 ekor (Direktorat Jenderal Peternakan, 2006). Klasifikasi Kuda Beberapa tipe, kegunaan, jenis, tinggi, bobot badan, dan habitat asli dari ternak kuda dipelihatkan pada Tabel 1.
3
Tabel 1. Tipe, Kegunaan, Jenis, Tinggi, Bobot Badan dan Habitat Asli Tipe
Kegunaan
Kuda Tunggang
Kuda tunggang berlari cepat- tiga
Bobot Badan (kg)
Habitat Asli
1,45-1,70
450-700
Amerika Serikat Amerika Serikat Arab Saudi Amerika Serikat Amerika Serikat Amerika Serikat Amerika Serikat Inggris
Sadel Amerika
1,45-1,70
450-700
Amerika Serikat
Kuda untuk berjalan
Tennesse Walking
1,50-1,60
500-600
Amerika Serikat
Stock Horse
Tingkatan, persilangan atau hasil silang dalam dari: Kuda Appalossa Kuda Arab Kuda Morgan Kuda Spotted Maroko Kuda Palomino Kuda Quarter Kuda Thoroughbred
1,50-1,55
500-550
Tingkatan, persilangan atau hasil silang dalam dari semua jenis kuda, tetapi didominasi oleh keturunanThoroughbred
1,45-1,55
500-625
Inggris
1,55-1,65
500-625
Amerika Serikat
Kuda Poni untuk ditunggangi
Shetland & Welsh
0,90-1,45
250-450
Shetland Isles Inggris
Kuda pacu pelari Kuda pacu berpakaian Kuda Quarter
Thoroughbred
1,55-1,65
450-575
Inggris
Standardbred Quarter
1,45-1,55 1,45-1,55
450-600 500-600
Amerika Serikat Amerika Serikat
Kuda berpakaian tipe berat
Cleveland Bay French Coach Jerman Coach Hackney Yorkshire Coach
1,45-1,65
450-650
Inggris Prancis Jerman Inggris Inggris
Kuda berpakaian tipe sedang
Didominasi oleh kuda Sadel Amerika
1,45-1,70
450-700
Amerika Serikat
Kuda transportasi Kuda Poni untuk menarik
Morgan & Standardbred Hackney Shetland & Welsh
1,45-1,55 0,90-1,45
450-600 250-450
Amerika Serikat Inggris Shetland Isles Inggris
Pendaki, pemburu dan pelompat
Kuda Tarik
Tinggi (m)
Albino Amerika Sadel Amerika Arab Appalossa Morgan Spotted Maroko Palomino Thoroughbred
Kuda tunggang berlari cepat- lima
Kuda Pacu
Jenis Kuda
Amerika Serikat Arab Saudi Amerika Serikat Amerika Serikat Amerika Serikat Amerika Serikat Inggris
Sumber : Ensminger, 1962 Kuda dapat diklasifikasikan menjadi kuda tipe ringan, tipe berat maupun kuda poni sesuai dengan ukuran, bentuk tubuh dan kegunaan. Kuda tipe ringan
4
mempunyai tinggi 1,45-1,70 m saat berdiri, bobot badan 450-700 kg dan sering digunakan sebagai kuda tunggang, kuda tarik atau kuda pacu. Kuda tipe ringan secara umum lebih aktif dan lebih cepat dibandingkan kuda tipe berat. Kuda tipe berat mempunyai tinggi 1,45-1,75 m saat berdiri dengan bobot badan diatas 700 kg dan biasa digunakan sebagai kuda pekerja. Kuda poni memiliki tinggi kurang dari 1,45 m jika berdiri dan bobot badan 250-450 kg. Beberapa kuda berukuran kecil biasanya juga terbentuk dari keturunan kuda tipe ringan (Einsminger, 1962). Kuda Thoroughbred Kuda Thoroughbred (Gambar 1) terbentuk ketika kedatangan kuda Arab, Turki dan Barb ke Inggris pada abad ke - 17, kuda unggul seperti Byerley Turk, Darley Arabian dan Godolphin Barb disilangkan dengan kuda betina lokal untuk kemudian menurunkan kuda pacu unggul yang dinamakan English Thoroughbred yang digunakan sebagai kuda pacu diseluruh dunia. Kuda Thoroughbred memiliki kondisi yang memenuhi syarat untuk berpacu, seperti bentuk kepala kecil dan terlihat pintar, leher panjang, badan panjang, kaki langsing dan panjang, tulang yang ramping dengan panjang yang seimbang, serta warna bulu yang halus dan terang (Kidd, 1995). Blakely dan Bade (1991) menambahkan, selain kecerdasannya, karakteristik lari dan juga daya tahannya seperti telah dibuktikan selama ratusan tahun dalam arena perlombaan flat dan jumping seperti Kentucky Derby dan English Grand National Steeplechase.
Gambar 1. Kuda Thoroughbred Gaya Berjalan Kuda Thoroughbred yang sedang berjalan terlihat bergerak dengan waspada, teratur dan dengan gerak langkah yang panjang. Dalam gaya trot atau derap kaki digerakkan teratur tidak terlalu tinggi namun juga tidak terlalu rendah. Pada gaya
5
canter, gerakan kaki juga rendah, pendek, atau panjangnya tergantung pada kecepatan canter yang diinginkan. Pada gaya gallop langkahnya sangat panjang dan badan terentang dengan bagian belakang agak naik. Kaki depan juga merentang lurus (Blakely dan Bade, 1991). Bogart dan Taylor (1983) mengemukakan definisi beberapa istilah gaya berjalan kuda khususnya yang sering dipakai dalam dunia pacuan kuda adalah: 1) Walk : sebuah gaya berjalan empat irama dimana setiap kaki menyentuh tanah secara terpisah satu sama lain. 2) Trot : sebuah gaya berjalan dua irama diagonal dimana kaki kanan depan dan kaki kiri belakang menginjak permukaan dataran dengan serentak, dan kaki kiri depan dan kaki kanan belakang menginjak permukaan dataran dengan serentak. 3) Canter: sebuah gaya berjalan tiga irama. Kaki belakang menginjak permukaan dengan serentak. Kedua kaki depan menginjak permukaan secara terpisah dan berbeda waktu dengan pijakan kaki belakang. 4) Gallop: Canter yang dilakukan dengan cepat. Kuda Lokal Indonesia Kuda yang diternakkan oleh penduduk asli Indonesia telah ada sebelum kedatangan bangsa Eropa. Peternakan kuda pada saat itu belum memenuhi persyaratan teknis beternak, karena kuda hidup dialam bebas dan sangat tergantung pada kebaikan alam. Akibatnya peternakan kuda rakyat menghasilkan kuda dengan kualitas yang rendah. Kuda lokal di Indonesia terdiri atas kuda Gayo, Batak, Priangan, Jawa, Sulawesi, Bali, Sumbawa, Flores, Sandel, dan Timor (Soehardjono, 1990). Jacoebs (1994) mengemukakan, bahwa kuda yang terdapat di Indonesia pemuliabiakannya dipengaruhi oleh iklim tropis serta lingkungannya. Tinggi badannya berkisar antara 1,15 – 1,35 m sehingga tergolong dalam jenis poni. Bentuk kepala umumnya besar dengan wajah rata, tegak, sinar mata hidup serta daun telinga kecil. Ciri-ciri lain, bentuk leher tegak dan lebar. Tengkuk umumnya kuat, punggung lurus dan pinggul kuat. Letak ekornya tinggi dan berbentuk lonjong, dada lebar, sedang tulang rusuk berbentuk lengkung serasi. Kakinya berotot kuat, kening dan persendiannya baik. Sedangkan bentuk kuku adalah kecil dan berada diatas telapak yang kuat. Jika kuda ini berdiri, akan tampak sikapnya yang kurang serasi (kurang
6
baik), karena kedua kaki bagian muka lebih berkembang bila dibandingkan dengan kaki belakang. Sikap berdiri seperti ini terdapat pada berbagai jenis kuda di Asia Tenggara. Kuda poni di Indonesia merupakan salah satu sarana yang dapat digunakan untuk pengembangan peternakan kuda. Pemerintah telah melakukan beberapa upaya untuk meningkatkan mutu genetik kuda lokal, diantaranya mengawinkan kuda betina Batak terbaik dengan kuda Arab serta mengawinkan kuda betina Sumba dengan kuda Thoroughbred Australia (McGregor dan Moris, 1980). Kuda Sumba (Sandelwood) Kuda lokal Indonesia (termasuk kuda Sumba) digolongkan kedalam kuda poni (Edwards, 1994). Seluruh kuda poni (termasuk kuda Sumba didalamnya) telah beradaptasi secara fisik dan merubah gaya hidup mereka untuk bertahan dari kondisi tempat mereka hidup (Roberts, 1994). Kuda Sumba memiliki pinggang agak tinggi dan merupakan keturunan kuda Australia yang pernah diintroduksi ke Pulau Sumba. Dijelaskan kemudian bahwa kuda Sumba dianggap sebagai jenis kuda yang baik untuk kuda pacu, maka pada tahun 1841 pejantan kuda unggul, diekspor ke Pulau Jawa, Singapura dan Malaysia (Straits Settlements), Manila dan Mauritius (Afrika Timur). Sebagai akibatnya hanya disisakan pejantan yang berkualitas rendah, sehingga mutu peternakan merosot. Sampai akhir tahun 1918 jumlah kuda di Pulau Sumba sekitar 16.000 ekor dan memperlihatkan dua jenis bentuk, yaitu kuda yang berbentuk kecil didaerah selatan dan timur serta kuda yang berbentuk agak besar didaerah utara dan barat (Soehardjono, 1990). Kuda Sumatera Kuda Sumatera terdiri dari empat jenis yaitu kuda Pandang Mangatas (Padangse bovenlander), kuda Batak (Batakker), kuda Agam (Agammer) dan kuda Gayo (de Gajoer) (Soehardjono, 1990). Di Sumatera Barat terdapat lebih kurang 45.000 ekor, 26.000 ekor diantaranya terdapat di daerah Batak (Bataklanden). Karesidenan Sumatera Timur saat itu memiliki 9.500 ekor kuda dan wilayah Aceh memiliki 2.00 ekor. Jenis yang terbaik ialah kuda Batak yang diternakkan di dareah Toba dan Karo. Karena sebagian besar kuda yang diternakkan tidak memperoleh perawatan yang baik maka
7
kualitasnya menurun. Sedangkan kuda yang mendapatkan perawatan yang baik, berbadan agak pendek, bertempramen panas, berdaya tahan tinggi serta derap langkahnya cepat. Kuda ini banyak digemari dan berfungsi sebagai kuda tarik. Ciri – ciri lain, berahang besar, leher bagian bawah sempit, tulang bahu berbentuk lurus dan bentuk tulang punggung melengkung. Jenis kuda Sumatera yang lain hampir mirip dengan kuda Batak, berbentuk agak besar. Kuda Agam dan Gajo bertubuh kecil dan bersifat jinak. Jenis kuda ini diekspor ke daerah Aceh, sedangkan kuda Batak ke Deli (Sumatera Timur) dan Singapura/Malaysia. Di tempat – tempat itu dikenal dengan Kuda Deli (Soehardjono, 1990). Kuda Jawa Pada abad ke - 17 kuda Jawa dikenal sebagai kuda yang jinak. Keturunannya sampai tahun 1870 oleh Kavaleri Belanda digunakan untuk melancarkan operasi militer antara lain untuk menumpas perlawanan Pangeran Diponegoro (1825 – 1830). Selain itu di kalangan rakyat Jawa Tengah ada suatu tradisi pesta rakyat Senenan dan Potjoro dimana kuda digunakan. Politik ekonomi Kulturstelsel yang memelaratkan rakyat, mengakibatkan mereka tidak mampu lagi beternak kuda, karena untuk menghidupi dirinya saja sulit. Namun jenis kuda ini masih terdapat di Karesidenan Besuki dan Priangan. Perkawinan silang kuda Priangan yang berulang kali, menghasilkan tiga jenis keturunan (Soehardjono, 1990). Kingdom (2006) menjelaskan kuda Priangan dibentuk di pulau Jawa sekitar abad ke - 17, dibentuk melalui persilangan antara kuda lokal dengan kuda Arab dan Barbarian. Kuda Priangan tidak memiliki konformasi yang sama dengan kuda Arab, namun menempati lokasi yang panas dan memiliki ketahanan terhadap cuaca panas yang tinggi seperti kuda Arab. Daya tahan serta stamina untuk berlari dalam jarak jauh juga diturunkan oleh kuda Arab, meskipun ukuran tubuhnya lebih kecil. Kuda Priangan dianggap tangguh dan kuat meskipun memiliki ukuran tubuh yang kecil, mempunyai kepala yang khas dengan telinga panjang dan mata yang cerdas, leher pendek dan berotot serta dada lebar dan dalam, pertulangan dapat dikatakan baik namun kurang begitu berkembang dengan tulang cannon yang panjang. Kuda Priangan memiliki beberapa warna dengan tinggi pundak 112-122 cm.
8
Kuda Pacu Indonesia Kuda pacu Indonesia merupakan ternak yang saat ini dibentuk melalui program grading up dengan tujuan untuk memenuhi permintaan kuda pacu. Proses pembentukan kuda pacu Indonesia dimulai dari G1 yang merupakan persilangan kuda betina lokal dengan pejantan Thoroughbred dengan darah lokal 50% dan darah Thoroughbred 50%. Kuda G2 merupakan hasil silang kuda betina G1 pada umur 3 atau 4 tahun dengan pejantan Thoroughbred. Kuda betina G2 dikawinkan dengan jantan Thoroughbred akan menghasilkan G3 dengan komposisi darah lokal 12,5% dan darah Thoroughbred 87,5% yang dirasa sudah cukup baik untuk dijadikan bibit pejantan (parent-stock) pembentukan kuda pacu Indonesia. Kuda betina G4 selanjutnya dibentuk untuk dijadikan betina parent-stock yang akan disilangkan dengan kuda jantan G4 atau G3 dan menghasilkan kuda pacu Indonesia (Soehardjono, 1990). Morfometrik Kuda Sasimowski (1987) menyatakan, bahwa kepala kuda merupakan bagian tubuh yang menunjukkan karakteristik tertentu sesuai dengan spesies, bangsa, jenis kelamin, habitat hidup, dan kondisi kesehatan yang terlihat. Kuda yang hidup di daerah pegunungan dan dataran tinggi memiliki kepala yang relatif pendek dengan dahi yang lebih lebar dan panjang serta mempunyai moncong pendek. Ukuran kepala amat berkorelasi dengan ukuran tubuh. Jika bobot kepala terlalu berat untuk leher, maka akan membebani kaki dan mengganggu keseimbangan. Namun, jika ukuran kepala terlalu kecil juga akan mengganggu keseimbangan (Edwards, 1991). Dyce et al. (2002) menambahkan bahwa proporsi yang baik antara kepala dan tubuh (badan serta leher) untuk seekor kuda pacu adalah sebesar 10-11% : 89-90%. Suherman (2007) menyatakan bahwa penciri ukuran (size) tubuh seekor kuda adalah panjang badan, tinggi pundak, dan tinggi panggul sedangkan penciri untuk bentuk (shape) tubuh seekor kuda hanya panjang badan. Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Kuda Perkandangan Membangun kandang di daerah tropis diusahakan agar ada ventilasi sehingga pertukaran udara dapat berjalan lancar dan tidak menimbulkan hawa panas di
9
dalamnya. Air hujan jangan sampai masuk kedalam kandang. Untuk kuda yang akan beranak, digunakan kandang yang agak tertutup (Edwards, 1991). Atap pada kandang kuda lebih baik jika letaknya tinggi, karena dapat menghasilkan sirkulasi udara yang lebih baik. Ketersediaan udara yang baik sangat dibutuhkan pada perkandangan kuda karena kuda mudah terkena penyakit pernapasan. Udara yang bersih sangat penting untuk kesehatan dan kenyamanan kuda serta akan mempengaruhi kekuatan kuda tersebut. Ventilasi yang baik adalah berbentuk kerucut pada atapnya dan akan sangat berpengaruh pada penanganan masalah kuda. Jendela pada kandang kuda harus berada pada posisi sejajar dengan kepala kuda (Nozawa et al., 1981). Nozawa et al. (1981) menyatakan ditiap bagian kandang harus dilengkapi dengan air bersih. Bagi kuda betina yang sedang menyusui, air minum harus diperhatikan karena jika kekurangan maka air susu induk akan berkurang pula. Selain air bersih, kandang yang baik juga harus memiliki sistem pembuangan kotoran yang baik dan kelistrikan (lampu, kipas, dsb). Alas untuk kandang harus selalu bersih dan lunak. Kandang kuda yang baik harus beralaskan sebuk gergaji atau jerami. Hal ini bertujuan agar melindungi kuda ketika sedang berguling, memberikan kehangatan dan untuk kenyamanan kuda. Alas kandang juga berguna untuk melindungi kaki kuda terutama untuk kuda olah raga dan pacuan. Peternakan kuda yang baik juga harus memiliki fasilitas pendukung seperti tempat penyimpanan peralatan, tempat penyimpanan pakan, ruang groom pada setiap kandang sehingga memudahkan untuk mengawasi kuda. Padang umbaran dan arena berlatih kuda juga diperlukan bagi peternakan yang sudah berorientasi komersial. Kuda dilepaskan pada padang umbaran setiap pagi untuk mencari makan sendiri dan bergerak bebas setelah lama dikandang. Luas padang umbaran yang baik adalah 10 ha, minimumnya adalah 2,5 ha (Nozawa et al., 1981). Pakan Kuda dan Pemberiannya Salah satu faktor yang sangat menunjang keberhasilan peternakan kuda adalah makanan. Makanan akan menjamin kelangsungan hidup dan pertumbuhan kuda. Makanan pokok kuda adalah rumput, ada beberapa jenis rumput yang dapat diberikan kepada kuda antara lain: Panicum maximum, dan Brachiaria mutica. Dengan makan rumput saja kuda sudah dapat hidup, tetapi untuk mencapai prestasi
10
kuda perlu diberi pakan tambahan berupa konsentrat. Konsentrat merupakan tambahan energi bagi kuda. Konsentrat untuk kuda dibagi menjadi dua jenis yaitu 1) konsentrat sereal yang terdiri dari gandum, jagung, produk tepung, sorgum, berbagai produk padi, dan 2) produk non sereal yang terdiri dari bit, rumput kering (alfalfa), legum, kacang-kacangan seperti soya dan peas (Nozawa et al., 1981). Makanan kuda harus sesuai dengan umur dan kegunaannya. Umur kuda dapat dibagi menjadi empat kelompok yaitu umur 1-6 bulan, 6-12 bulan, 12 -24 bulan, dan diatas 24 bulan. Kuda yang berumur 1-6 bulan tidak disediakan makanan khusus karena masih menyusu pada induknya. Pengaturan pemberian pakan dilakukan pada saat pagi, siang dan sore (Edwards, 1991). Pilliner (1992) menjelaskan pemberian pakan yang berlebih atau kurang akan mempengaruhi performans kuda. Seorang pelatih yang baik adalah seseorang yang dapat menyeimbangkan kerja kuda dan pakan agar dapat menghasilkan kemampuan terbaik kuda itu sendiri. Generalisasi adalah sesuatu yang sering salah. Meskipun demikian beberapa pedoman umum untuk semua jenis kuda kompetisi adalah sebagai berikut : 1) Setiap kuda yang menerima rasio konsentrat penuh, sebaiknya diberikan minimal tiga kali pemberian makan sehari. Jika kuda tidak menghabiskannya dalam tiga kali pemberian, berikan pakan pada larut malam, sehingga ia mendapatkan jumlah makanan yang sama tetapi pada empat kali pemberian pakan yang lebih sedikit. 2) Jika kuda tidak keluar merumput, sebaiknya ia mendapatkan rasio jerami yang dibagi kedalam tiga, dengan pemberian paling banyak pada malam hari. Suatu hal yang tidak baik jika kuda tidak mendapatkan makanan pada waktu yang panjang; jika kuda diberikan jerami pada pukul lima sore dan tidak diberi pakan sampai keesokan harinya pukul delapan pagi, ia mungkin baik tidak diberi pakan lebih dari 12 jam, jadi coba untuk membuat rasio hay sore hari sebanyak mungkin. 3) Kuda sebaiknya medapatkan garam yang dapat dijilat dalam tempat makan kuda. Ini akan membantu memberhentikan penelanan makanan dengan cepat dan memberikan ia dengan jumlah minimum garam. Banyak kuda yang bekerja berat mengeluarkan keringat yang banyak tidak akan cukup mendapatkan dari garam
11
yang dijilat. Sesegera mungkin jika kuda mulai melakukan fast work, sebaiknya ia diberikan 60 gram garam pada pemberian pakan sore hari. 4) Konsentrat yang dikonsumsi harus selalu secara terpisah dan dibatasi jika kuda tidak sedang latihan. Pada hari istirahat rasio konsentrat sebaiknya dikurangi setengah dan rasio jerami ditingkatkan. Jika kuda dapat merumput pada saat tidak sedang latihan dan tidak menerima lebih dari 5 kg konsentrat, sebaiknya tetap menjaga taraf pemberian pakan yang sama. Kuda
pacu Thoroughbred berumur dua tahun adalah kuda yang sangat
berbeda dengan kuda yang mengikuti kejuaraan Grand National. Cara dimana kedua jenis kuda tersebut dilatih membentuk metabolisme otot dengan jalan yang berbeda. Kuda pacu menghasilkan energi untuk kontraksi dengan perombakan glukosa tanpa adanya oksigen atau respirasi anaerobik. Sedangkan kuda yang mengikuti kejuaraan Grand National menghasilkan banyak energi yang diperlukan dengan pembakaran glukosa yang melibatkan oksigen atau respirasi aerobik. Kedua – keduanya mempunyai kebutuhan energi yang tinggi dan kuda muda juga akan mempunyai kebutuhan protein yang tinggi. Bagaimanapun pemberian pakan yang berlebih telah diperlihatkan dengan penurunan performans (Pilliner, 1992). Pilliner (1992) menambahkan dalam banyak kalangan, kuda pacu diberi pakan menurut cara tradisional berbasis rasio pada gandum dan jerami. Sebagaimana telah kita ketahui, komposisi nutrisi dari kedua bahan pakan tersebut dapat berubah – ubah, terutama kandungan protein, jadi ada baiknya mengecek : a) Kandungan protein dari jerami dan pakan sereal apapun. b) Kandungan lisin dari jerami dan pakan sereal apapun untuk kuda muda yang sudah bekerja. c) Rasio kalsium dan fosfor dan kalsium aktual yang masuk harus tepat. d) Garam yang cukup diperlukan, khususnya pada cuaca yang panas. e) Suplemen apapun yang digunakan memerlukan taraf mikronutrien yang tepat, khususnya asam folik, dan mungkin vitamin lain yang larut dalam air. f)
Vitamin A dan D tidak boleh diberikan berlebih.
g) Suplemen tidak dicampur sebagaimana mereka mungkin bukan pelengkap satu sama lain.
12
Berikut ini adalah kebutuhan pakan setiap kuda yang memiliki tinggi antara 152 – 160 cm, berat 500 kg dengan tingkat kerja yang berbeda – beda diperlihatkan pada Tabel 2. Tabel 2. Rasio Hijauan dan Konsentrat untuk Kuda dengan Tinggi 152 – 160 Cm, Bobot Badan 500 Kg pada Tingkat Kerja Berbeda. Kebutuhan energi dapat dicerna (MJ/kg) 9
Kebutuhan protein kasar (%)
Rasio Hay:Konsentrat
7,5
90:10
9,5
1
Ringan (agar fit)
9,5
8
80:20
8,5
2
Ringan sampai sedang (kuda dalam percobaan awal) Sedang (kuda dalam percobaan menengah) Tinggi (kuda dalam percobaan lebih lanjut) Cepat (pacuan)
10
8,5
70:30
7,5
3,5
11
9
60:40
6,5
5
12
9,5
40:60
5,5
6,5
13,5
10-11
30:70
3,5
8,5
Tingkat kerja Hidup sehari – hari
Rasio Hay (8 MJ DE/kg), Konsentrat, kg kg
Sumber : Pilliner (1992). Pelatihan Kuda Pacu Pacuan kuda adalah olahraga berkuda yang paling alami. Kuda dirancang menggunakan kecepatannya untuk mengalahkan lawan – lawannya. Seekor kuda pacu harus dilatih untuk dapat menahan berat penunggangnya atau joki dan sejumlah kendali tertentu, tetapi faktor yang paling menentukan keberhasilan adalah kondisi kuda. Seekor kuda harus benar – benar fit untuk pacuan – pacuan tertentu yang diseleksi secara ketat. Jarak pacu dalam pacuan kuda terdiri dari bermacam – macam jarak, mulai dari 5 sampai 20 furlongs (sekitar 1000 – 4000 meter) dan seperti pelari - pelari manusia, setiap kuda memiliki jarak terbaiknya. Kuda cenderung dipertahankan lebih baik sampai kuda tersebut bertambah umurnya. Sebagai contoh, kuda yang berumur dua tahun lebih baik tidak dipacu pada jarak lebih dari delapan furlongs (1600 m) (Pilliner, 1993). Pelatihan kuda pacu sesungguhnya rumit karena kuda pacu berumur dua, tiga, dan empat tahun, dimana masih dalam masa pertumbuhan dan pendewasaan. Sistem tubuh kuda yang masih muda sering tidak mampu menghadapi tekanan pada saat latihan, terkenal menjadi sebuah persentase kerugian yang tinggi dalam kuda pacu Thoroughbred. Sebagian besar kuda pacu mengalami masalah setelah dijual pada
13
umur satu tahun di bulan Oktober, dan oleh karena itu kuda sebaiknya awal kuda dilatih pada umur 18 bulan (Pilliner, 1993). Program awal latihan kuda akan memerlukan gerakan maju kedepan secara bebas dengan tali kendali. Hal ini biasa dilakukan untuk menghindari masalah dikemudian hari. Setelah lebih kurang empat minggu melakukan latihan awal tersebut, kuda akan ditunggangi dan dikendalikan jalan dan derap selama tiga sampai empat minggu. Kuda muda akan dikenalkan untuk melakukan gerakan canter pada lari cepat dari sekitar awal tahun perawatan, permulaan lebih dari 2,5 furlongs (500 m) dan perlahan meningkat sampai empat furlongs (800 m). Semisal kuda tersebut belajar melakukan canter dalam keseimbangan dan menjadi lebih fit, canter kedua dikenalkan kedalam musim latihan yang sama (Pilliner, 1993). Langkah berikutnya adalah untuk kuda yang berumur dua tahun melakukan canter sisi atas, sebagai contoh sisi samping kuda yang lainnya. Gerakan canter sebaiknya didahulukan dengan 20 menit berjalan (walk) dan beberapa lama derap (trot), semisal gerakan canter meningkat, lama waktu derap (trot) dikurangi, jadi kuda mempunyai waktu latihan sekitar 75 menit (Pilliner, 1993). Jika kuda dalam kondisi yang lebih fit, hal itu menyenangkan, canter dapat ditingkatkan menjadi setengah kecepatan gallop dan akhirnya latihan gallop cepat dua kali dalam seminggu. Pada mulanya, gerakan cepat sebaiknya pada jarak yang sangat pendek, kemudian perlahan meningkat, tergantung pada pacuan yang sedang dipersiapkan bagi kuda. Sebelum pacuan, gerakan cepat sebaiknya dipersingkat dan dipercepat untuk mempersiapkan kuda muda menghasilkan lari kecepatan penuh (Pilliner, 1993). Kuda pacu adalah spesialis gerakan gallop, dan sistem latihannya dihubungkan untuk memastikan bahwa pembentukan otot dibatasi menggunakan otot – otot tersebut untuk gerakan gallop, tambahan apapun perlu dipertimbangkan untuk melihat kepentingannya. Ini berarti bahwa kerja mereka pada umumnya adalah terdiri dari gerakan gallop dan canter, diselingi dengan meyusuri bukit, berenang, dan berjalan pada track berkuda (Pilliner, 1993). Seekor kuda muda yang diberi waktu lebih lama untuk menjadi dewasa dan perototan meningkat, adalah lebih baik. Banyak kuda tidak akan dipacu pada umur dua tahun, dan hanya memulai debut pertama pada umur tiga tahun. Dewasa yang
14
lebih awal akan mampu mengikuti pacuan pertama kali pada umur dua tahun. Pembentukan otot dilakukan dengan latihan yang teratur dan secara perlahan meningkat dalam durasi, berjalan, derap, dan menyusuri bukit. Kuda muda sebaiknya tidak dilakukan canter sampai ia dapat secara tetap dan didalam lintasan lurus, menggunakan sendi engsel kaki dan bahunya. Joki harus berhati – hati menunggang dalam kedua diagonal pada saat derap (trot) sehingga pembentukan otot diatas punggung sama dan seimbang. Pada mulanya, kuda muda sebaiknya di canter secara pelan jadi ia dapat menemukan keseimbangannya sebelum dilakukan gallop (Pilliner, 1993). Pengetahuan keilmuan menjelaskan bahwa pacuan memerlukan kontraksi maksimum dari otot yang berkontraksi dengan galloping, dengan demikian komponen latihan yang lebih berat harus dimasukkan kedalam program latihan. Lebih lanjut, agar tubuh kuda mempunyai cara yang lebih efisien dalam pengaturan konsentrasi pembentukan asam laktat yang tinggi selama pacuan, hal itu penting bahwa taraf tersebut adalah pengalaman dalam latihan. Seekor kuda pacu dapat dilatih menggunakan sebuah jadwal daya tahan kecepatan, yang mana sama dengan interval latihan tetapi didasarkan pada pengulangan intensitas tinggi latihan jarak lebih pendek. Latihan mungkin terdiri dari beberapa gallop maksimum lebih dari 400 m, dengan interval derap (trot) diantaranya untuk proses penyembuhan yang belum secara total (Pilliner, 1993). Hal menarik untuk dicatat, bahwa menggunakan metode – metode, pelari manusia dapat meningkatkan performans mereka diluar dari apa yang dimiliki. Percaya, bahwa latihan kuda adalah sebuah pengetahuan yang sama sekali berbeda, ini masih menarik untuk dicatat bahwa pelatih cenderung menggunakan metode yang sama seperti tetua mereka dan hanya menghasilkan kecepatan yang sama. Hal itu mungkin kaki dari seekor kuda adalah faktor pembatas, namun suatu hal yang masuk akal bahwa seorang pelatih menggunakan teknik dan perlengkapan baru akan mulai untuk memecahkan rekor kecepatan pacuan yang baru (Pilliner, 1993). Joki Joki (dari bahasa Inggris: jockey) ialah seseorang yang memacu kudanya dalam suatu pertandingan pacuan kuda, biasanya sebagai profesi. Joki biasanya swakerja, dinominasikan oleh pelatih kuda untuk memacu kudanya dalam
15
pertandingan untuk hadiah (yang dibayarkan tanpa memandang uang yang diterima kuda untuk sebuah pertandingan) dan potongan uang dompet. Biasanya, warna yang dikenakan oleh joki "terdaftar" oleh pemilik atau pelatih mereka. Joki memiliki reputasi bertubuh pendek, namun tidak ada pembatasan tinggi badan, hanya berat badan. Joki kuda adalah olahragawan yang rentan akan cedera tetap, melemahkan, dan cenderung mengancam hidup (Anonim, 2009). Pacuan Derby Pacuan Derby merupakan salah satu pacuan klasik dan penting di Inggris. Pacuan Derby diambil dari nama seorang bangsawan Inggris, pecinta dan pemilik kuda, bernama Edward Stanley the Earl of Derby. Pacuan Derby untuk pertama kalinya diperkenalkan pada tahun 1780, diikuti oleh kuda jantan dan betina umur tiga tahun, jarak 2400 m, pacuan ini dimenangkan oleh kuda bernama Diomed milik Sir Charles Bunbury. Pacuan Derby merupakan bagian dari Tripple Crown yaitu sebutan kejuaraan tiga jenis pacuan Derby, St. Leger dan Two Thousand Guiness, yang harus dimenangkan oleh seekor kuda dalam satu tahun. Pacuan Derby dilaksanakan di Epsom, sebagai pacuan klasik nomor empat (Soehardjono, 1990). Pacuan kuda dibagi kedalam golongan sesuai jenis keturunannya, kelamin, umur, jarak, tempuh, dan prestasi. Di negara – negara lain untuk pacuan komersial hanya dipergunakan kuda jenis Thoroughbred, sedang di Indonesia sesuai kondisi, pacuan mempergunakan kuda lokal, silang, dan Thoroughbred kelahiran Indonesia, baik jantan, betina, atau kebiri. Berbagai pacuan untuk memperebutkan bermacam – macam piala, diperebutkan oleh kuda berusia 2 – 4 tahun, disertai hadiah uang (prize money) dalam jumlah besar. Jarak tempuh kuda pacu di negara lain bervariasi antara 800 – 3200 m. Di Indonesia antara 400 – 2200 m (Soehardjono, 1990). Selain pacuan komersial, kita mengenal pacuan yang sifatnya besar dan klasik. Pacuan besar adalah untuk memperingati suatu peristiwa atau hal yang terjadi. Pacuan klasik ditentukan oleh badan atau organisasi perkudaan, hanya untuk kuda berumur tiga tahun, jantan, betina, atau kebiri. Di Indonesia kita mengenal pacuan – pacuan untuk memperebutkan Tiga Mahkota yaitu terdiri dari pacuan Derby jarak 1400 m, pacuan Pordasi jarak 1200 m dan pacuan Pordasi jarak 1600 m. Pacuan Tiga Mahkota dimenangkan pertama kali pada tahun 1978 oleh kuda Mystere milik peternakan kuda Pamulang (Soehardjono, 1990).
16
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Juli 2009. Lokasi penelitian adalah di penampungan kuda dan Pusat Pacuan Kuda Pulo Mas, Pulo Gadung, DKI Jakarta. Materi Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 21 ekor kuda pacu yang terdiri dari kuda poni dengan berbagai umur (2 – 5 tahun) dimana sampel kuda poni meliputi G3 (generasi ke-3), G4 (generasi ke-4), G5 (generasi ke – 5) yang merupakan hasil grading up persilangan kuda betina lokal dengan kuda jantan Thoroughbred, kuda pacu Indonesia (KPI) yaitu kuda hasil dari kawin silang (interse-mating) antara kuda betina G4 dengan jantan G4/G3. Selanjutnya adalah sembilan orang pelatih kuda, adalah orang – orang yang melatih kuda serta 11 orang joki dan merupakan bagian penting dalam penelitian ini. Alat yang digunakan adalah berupa alat tulis, kamera, dan kuesioner atau lembar wawancara yang telah ditetapkan untuk diisi saat melakukan wawancara. Prosedur Penelitian ini dimulai dengan melakukan penelitian pendahuluan yaitu melakukan survei ke Pusat Pacuan Kuda Pulo Mas, Pulo Gadung, DKI Jakarta. Hasil penelitian pendahuluan memberi informasi awal dan persiapan bahan materi penelitian. Setelah itu dilakukan penelitian utama yaitu pengambilan data dengan mewawancarai langsung pelatih dan mengamati kuda menggunakan metode purposive sampling, dimana sampel yang diambil sengaja dipilih dengan melihat beberapa dari kriteria tertentu, yaitu: 1) Memiliki lisensi pelatih kuda pacu, yang diterbitkan oleh steward. 2) Kuda yang sudah berada di Pulo Mas sejak dua bulan atau lebih sebelum kejuaraan Derby Nasional 2009 berlangsung. Kuda yang diamati adalah berdasarkan rekomendasi dari seorang pelatih, yaitu sebanyak empat ekor kuda terbaik. Wawancara juga dilakukan kepada joki yang mengikuti perlombaan dalam kejuaraan Derby Nasional 2009 yang berlangsung pada tanggal 12 dan 26 Juli 2009.
17
Data yang dikumpulkan antara lain meliputi informasi : 1) Identitas pelatih, yaitu
asal – usul pelatih, pengalaman dan prestasi dalam
melatih, dan tingkat pendidikan pelatih. Informasi ini digunakan untuk mengetahui latar belakang dan tingkat keterampilan pelatih. 2) Identitas kuda, yaitu catatan atau silsilah kuda, konformasi, morfologi dan prestasi kuda. Informasi ini menggambarkan keadaan secara umum mengenai karakteristik dan riwayat kuda yang dilatih. 3) Pakan, yaitu jenis pakan yang diberikan kepada kuda, jumlah yang diberikan, tambahan makanan atau suplemen dan frekuensi pemberiannya. Informasi ini digunakan untuk mengetahui tingkat kecukupan nutrisi kuda yang dilatih. 4) Penanganan kesehatan, yaitu pencatatan kesehatan kuda, kondisi kuda, penyakit yang sering dialami, dan penanganan lain yang dilakukan kepada kuda. Informasi ini digunakan untuk mengetahui tingkat kesehatan kuda. 5) Pemeliharaan kuda, yaitu pencatatan terhadap apa saja yang dilakukan terhadap kuda khususnya dalam memelihara kuda yang dilatih. Informasi ini digunakan untuk menjelaskan teknik pemeliharaan yang dilakukan dan menggambarkan tingkat kesejahteraan kuda. 6) Pola latihan, yaitu pencatatan latihan seperti apa yang diterapkan kepada kuda, lama waktu latihan, dan interval latihan sebelum kuda menghadapi kejuaraan. 7) Identitas joki, yaitu asal – usul joki, pengalaman dan prestasi yang dicapai, hal ini dikaitkan dengan keberhasilan kuda yang ditunggangi di kejuaraan. 8) Keberhasilan pelatihan, akan diketahui dari hasil kejuaraan Derby Nasional 2009 yang diikuti oleh kuda yang telah dilatih, pencatatan juara – juara juga dilakukan dari kejuaraan tersebut. Informasi ini menggambarkan keberhasilan pelatihan yang telah diberikan para pelatih kepada kuda. Data yang diperoleh akan ditabulasikan dan dianalisis secara deskriptif dan kuantitatif. Cara analisis data secara kuantitatif dengan rumus : Y = X x 100%, Keterangan : Y : Peubah yang Diamati (Peubah – Peubah Kuantitatif) X : Rataan Populasi
18
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Pacuan kuda Pulo Mas terletak di Jalan Pulo Mas Jaya Pacuan Kuda, Kelurahan Kayu Putih, Kecamatan Pulo Gadung, Kotamadya Jakarta Timur berada di ketinggian 16 m diatas permukaan laut (dpl), kelembaban rata – rata satu tahun 74,5%, curah hujan 163,7 mm per tahun, kecepatan angin 3,7 knot dan tekanan angin 1011,6 mb (Anonim, 2008). Suhu rata – rata di Pulo Mas adalah 29,8oC dengan kisaran antara 29 – 31oC, yang didapat dari hasil pengukuran suhu di salah satu kandang penampungan. Pacuan kuda Pulo Mas merupakan arena pacuan kuda terbaik di Indonesia yang memiliki standar internasional dengan panjang track 1850 m. Fasilitas penampungan kuda pacu berjumlah 150 kandang, terdiri dari beberapa blok dan masing – masing kandang berukuran 4 x 3 m2 dengan beralaskan serbuk gergaji. Nozawa et al. (1981) menyatakan, kandang kuda yang baik harus beralaskan sebuk gergaji atau jerami. Hal ini bertujuan untuk melindungi kuda ketika sedang berguling, memberikan kehangatan dan untuk kenyamanan kuda. Alas kandang juga berguna untuk melindungi kaki kuda terutama untuk kuda olah raga dan pacuan. Konstruksi kandang yang ada di Pulo Mas memiliki ventilasi yang baik karena atap kandang cukup tinggi. Seperti dijelaskan oleh Edwards (1991), bahwa membangun kandang di daerah tropis diusahakan agar ada ventilasi sehingga pertukaran udara bisa berjalan lancar dan tidak menimbulkan hawa panas didalamnya. Atap pada kandang kuda lebih baik jika jaraknya semakin tinggi, karena dapat menghasilkan sirkulasi udara yang lebih baik. Ketersediaan udara yang baik sangat dibutuhkan pada perkandangan kuda karena kuda mudah terkena penyakit pernapasan. Udara yang bersih sangat penting untuk kesehatan dan kenyamanan kuda serta akan mempengaruhi kekuatan kuda tersebut. Jendela pada kandang kuda harus berada pada posisi sejajar dengan kepala kuda (Nozawa et al., 1981). Kuda yang mengikuti kejuaraan Derby Nasional 2009 tercatat berjumlah 128 ekor pada babak penyisihan dan 113 pada babak final. Kuda yang bertanding menempati kandang penampungan dengan sistem kandang individu, seperti yang terlihat pada Gambar 2. Seiring dengan semakin padatnya penduduk maka kandang penampungan yang terletak kira – kira 300 m dari track pacuan kuda Pulo Mas mengalami
19
pergeseran fungsi lahan menjadi perumahan penduduk. Saat ini terjadi relokasi kandang penampungan yang semula tersebar dilahan seluas 6000 m2, kini menjadi terpusat disatu lokasi kandang dengan konstruksi bangunan bertingkat dua dekat dengan track pacuan yang hanya berjarak 100 m. Pusat pacuan kuda Pulo Mas dapat dikatakan hampir sudah tidak layak dikarenakan iklim mikro yang terdapat didaerah tersebut. Hal ini yang menyebabkan banyak terjadinya masalah yang dialami oleh kuda seperti penyakit dry coat akibat sangat tingginya cuaca khususnya di siang hari. Selain itu padatnya daerah di sekitar Pulo Mas membuat tingkat polusi di daerah tersebut sangat tinggi. Oleh karena itu perlu dipikirkan kembali pusat pacuan kuda yang lebih ideal agar masa depan dunia perkudaan khususnya kuda pacu di Indonesia dapat terjaga dengan baik. Terdapat beberapa alternatif pusat pacuan kuda di masa yang akan datang yaitu kota Bandung yang memiliki iklim mikro yang baik yaitu mendekati iklim dimana kuda pacu yang sebenarnya berasal dan juga lokasi yang masih dapat dijangkau atau strategis.
(a)
(b)
Gambar 2. Foto Kandang Penampungan Kuda Pulo Mas Sebelum Direlokasi, (a) dari Dekat dan (b) Tampak Atas (Google Earth)
20
Pemeliharaan Kuda Pacu di Kandang Penampungan Pemandian dan Perawatan Kuda Peralatan perawatan yang digunakan diseluruh kandang penampungan adalah sikat, roskam, sisir, handuk atau kain, dan pencungkil kuku, seperti diperlihatkan pada Gambar 3.
Gambar 3. Peralatan Perawatan Kuda Perawatan kuda dilakukan oleh seseorang (pemelihara) yang khusus memelihara seekor kuda. Pemelihara kuda mendapatkan tugas dengan instruksi yang berasal dari seorang pelatih. Pada Tabel 3 dapat dilihat mengenai tata lakasana pemeliharaan kuda untuk setiap kelas. Kuda kelas derby (D) yang dipelihara sehari – hari di Pulo Mas memiliki beberapa variasi pola pemandian yang diterapkan oleh para pelatih, yaitu sebanyak tiga ekor kuda yang dimandikan satu kali dalam seminggu yaitu Azzura, Lady O’war, dan Bayu Samudra. Kemudian terdapat dua ekor kuda yang dimandikan sebanyak dua kali dalam seminggu. Sedangkan pola pemandian yang dilakukan sebanyak satu kali dalam sebulan ada satu ekor. Kuda kelas pemula A/B (P A/B) sebagian besar mempunyai pola pemandian satu kali dalam seminggu dan sisanya (dua ekor) kuda dengan pola pemandian yang berbeda, masing – masing sebanyak dua kali dalam seminggu dan satu ekor lagi hampir tidak pernah dimandikan. Kuda kelas remaja (R) mempunyai pola pemandian satu kali dalam seminggu (50%), yaitu Matahati dan Mistral, kemudian dua kali seminggu (50%) yaitu Mitra Indah dan Suryo Negoro. Kuda kelas pemula C/D (P C/D) memiliki dua pola pemandian yaitu satu kali dalam seminggu (Amanagari dan Mitra Asmara) dan dua kali dalam seminggu (Bunga Bali). Kuda kelas empat tahun A/B (4thn A/B) yang diambil sebagai sampel
21
dalam penelitian ini, dipelihara sehari – hari di Pulo Mas hanya satu ekor yaitu King Dancer dengan pola pemandian satu kali dalam sebulan. Kuda kelas ekstra (E) yang terdiri dari dua ekor kuda dalam penelitian ini mempunyai kesamaan yaitu dimandikan sebanyak satu kali dalam seminggu. Tabel 3. Tata Laksana Pemeliharaan Kuda Pacu di Pulo Mas No d;
Nama Kuda dflkjgd
Kelas dflkj
Frekuensi Pemandian Kuda
Perawatan Khusus Kaki Kuda xdkfjfvsvsfv
1 df
Azzura df;pdfg
D xdflgkjdf
1x seminggu fglkjdfg
Dikompres dengan es, pemberian semen kompres
2
Poseidon
D
1x sebulan
Pemberian semen kompres
3
Lady O'war
D
1x seminggu
Pemberian semen kompres
4 m 5 dfl
Bayu Samudra kksc Nyong Soputan df;lkdf
D jsskisjd D dfglkjdfg
1x seminggu kndksspskknkn 2x seminggu dflbgkjdfg
Dioleskan minyak gosok, spritus, jahe, bawang, serai Pemberian minyak gosok dan semen kompres
6
Barca
D
2x seminggu
Pemberian minyak gosok
7
Shamrock
P A/B
Hampir tidak pernah
-
8
Albaik
P A/B
2x seminggu
Pemberian minyak gosok
9
Pesona Demokrat
P A/B
1x seminggu
Dikompres dengan air panas
10
Permata Asmara
P A/B
1x seminggu
Dikompres dengan air panas
11
Permata Minang
P A/B
1x seminggu
Pemberian semen kompres
12
Mitra Indah
R
2x seminggu
Pemberian minyak gosok
13 dfl 14 df 15 dg 16 m 17 df
Matahati dfglkjdfgdf Mistral dflgkjdfgdfg Suryo Negoro sdf;gojk Amanagari kscldsf Bunga Bali dflkdfgdf
R dflgkjdfg R dfglkjdfg R dlghkijd P C/D ksf P C/D dlfgk
1x seminggu dfglkijdfg 1x seminggu dfglkdjf 2x seminggu dflgkjdfg 1x seminggu ktktkytnkknkn 2x seminggu dflgkhdfg
Dioleskan minyak gosok, spritus, jahe, bawang Dikompres dengan es, pemberian semen kompres Pemberian minyak gosok dan semen kompres Dioleskan minyak gosok, spritus, jahe, bawang, serai Pemberian minyak gosok dan semen kompres
18
Mitra Asmara
P C/D
1x seminggu
Dikompres dengan air panas
19 dfl
Ogan Junior dlkjgbh
E dfglkjdg
1x seminggu dlgjhdfg
Dikompres dengan es, pemberian semen kompres
20
Citra Asmara
E
1x seminggu
Dikompres dengan air panas
21
King Dancer
4thn A/B
1x sebulan
Pemberian semen kompres
Keterangan: D: Derby, P A/B: Pemula A/B, R: Remaja, P C/D: Pemula C/D, E: Ekstra
22
Pemandian kuda dimaksudkan agar kebersihan tubuh kuda itu sendiri terpelihara. Kuda yang sedang dalam program latihan tentunya banyak mengeluarkan keringat khususnya jika latihan berat seperti canter. Pemandian yang baik dilakukan jika sinar matahari cukup banyak seperti pada pagi hari agar tubuh kuda dapat cepat kering dan tidak lembab. Sesuai dengan pernyataan Pilliner (1993), jika kondisi memungkinkan kuda dapat dimandikan dari waktu kewaktu selama program pelatihan. Hal ini akan membantu untuk membebaskan bulu dari parasit dan juga akan meningkatkan penampilan kuda. Hammer (1993) menambahkan, jika memang hari terasa panas, sebaiknya kuda dimandikan dengan air. Hal itu dimaksudkan untuk mendinginkan tubuh kuda dan membersihkan keringat yang ada. Jika tubuh kuda dimandikan seluruhnya dengan air, maka kuda sebaiknya dibiarkan merumput atau dituntun berjalan hingga tubuhnya kering. Kuda yang dimandikan hanya satu bulan satu kali ataupun hampir tidak pernah bukan berarti tubuh kuda tersebut tidak dibersihkan namun pembersihannya hanya dilakukan dengan kain basah. Hal rutin yang diterapkan oleh para pelatih setiap hari pada kuda adalah membersihkan bagian tubuh seperti muka, dada dan kaki.
(a)
(b)
Gambar 4. Perawatan Khusus Kaki Kuda, (a) Semen Kompres dan (b) Ramuan Tradisional Perawatan kaki merupakan hal yang sangat penting pada ternak kuda pacu, dikarenakan kaki adalah bagian yang sangat menunjang kuda pacu untuk dapat berlari. Kuda kelas derby diberikan perawatan kaki secara khusus yang terdiri dari beberapa macam yaitu pemberian semen kompres (Gambar 4a) dan ditambah dengan pemberian es. Ramuan tradisional juga diberikan dalam perawatan kaki kuda (Gambar 4b), selain itu terdapat juga pemberian minyak gosok atau arak. Perawatan kaki secara khusus tersebut diberikan kepada kuda setelah latihan berat. Namun terdapat juga pelatih yang memberikannya setiap hari, tepatnya setelah latihan trot
23
pada pagi hari. Perawatan kaki tersebut tidak berbeda jauh pada kuda kelas lainnya. Pemberian minyak tawon dimaksudkan untuk menghindari serangga, khususnya pada malam hari. Oleh karena itu, pemberian minyak tawon pada kuda diberikan pada sore hari. Seluruh kandang kuda dibersihkan dua kali dalam sehari saat kuda sedang keluar dari kandang untuk melakukan latihan. Hal itu dimaksudkan untuk menjaga lingkungan tempat tinggal kuda tetap sehat. Penanganan Kesehatan Pemeriksaan kondisi kuda oleh para pelatih dilakukan dengan melihat dan mengamati bagian tubuh, mata, kuping, kaki, tingkah laku, nafsu makan, dan kotoran. Pemeriksaan tersebut dilakukan setiap hari oleh seluruh pelatih. Pencubitan kuda juga dilakukan untuk melihat kondisi kuda. Blakely dan Bade (1991) menyatakan, salah satu gejala pertama dari masalah apapun biasanya adalah rendahnya nafsu makan atau bahkan tidak makan sama sekali. Kuda yang sehat hampir selalu lapar dan ingin makan. Hodges dan Pilliner (1991) menambahkan kondisi kuda yang baik terlihat dari bulu yang mengkilap, halus, dan lembut serta pada saat kulit dicubit kemudian dilepaskan haruslah kembali dengan halus dan mudah pada posisi semula. Kulit yang lambat kembali menunjukkan adanya tingkat dehidrasi atau kekurangan lemak subkutan. Penanganan kesehatan kuda dilakukan oleh sebagian besar (89%) pelatih tanpa melibatkan dokter hewan dan 11% sisanya atau hanya satu orang pelatih yang baru melibatkan dokter hewan. Pengobatan dilakukan berdasarkan pengalaman baik dari dirinya maupun pelatih lain. Hal itu dilakukan oleh pelatih apabila terjadi suatu penyakit dan tidak melibatkan dokter hewan. Penyakit yang sering dialami kuda adalah kolik, panas, dry coat, dan flu. Penyakit kolik adalah penyakit yang disebabkan oleh makan berlebihan, minum berlebihan pada waktu panas, makan makanan berjamur, atau bahkan oleh investasi cacing gelang (Blakely dan Bade, 1991). Kuda yang tercatat pernah mengalami penyakit kolik ada seekor kuda yaitu Mitra Indah pada kelas remaja. Obat yang digunakan untuk mengatasi penyakit tersebut adalah lasik sebanyak dua ampul. Penyakit panas dan flu pernah menyerang kuda Bayu Samudra pada kelas derby. Pengobatan yang dilakukan adalah pengompresan dengan menggunakan air dingin dan pemberian antibiotik. Sedangkan
24
penyakit dry coat terjadi karena suhu udara sehari – hari yang cukup tinggi sehingga menyebabkan bulu kuda kering dan nafas terengah – engah bahkan tidak dapat mengeluarkan keringat dengan baik. Penyakit tersebut hanya dapat diatasi dengan memberikan udara yang lebih dingin kepada kuda. Ada dua ekor kuda yang tercatat mengalami penyakit tersebut yaitu Shamrock yang masuk dalam kelas pemula A/B dan Mitra Indah pada kelas remaja. Sedangkan kuda lainnya tercatat tidak pernah mengalami suatu penyakit. Pakan dan Pemberiannya Pakan yang diberikan kepada kuda pacu terdiri dari dua macam yaitu rumput dan konsentrat. Jenis rumput yang diberikan kepada seluruh kuda yang ada adalah rumput yang tumbuh didaerah sekitar kandang Arena Pacuan Kuda Pulo Mas yang disebut sebagai rumput lapang. Tabel 4 memperlihatkan tata laksana pemberian pakan pada kuda pacu dari berbagai kelas. Kuda kelas derby (D) diberikan rumput dalam beberapa variasi jumlah pemberian yaitu berkisar dari 0,5 sampai 1,5 kg/e/h dengan rataan 1,25 kg/e/h. Konsentrat yang diberikan antara lain jagung, oat, kacang ijo, bran, beras merah dan makanan jadi (merek dagang Sustaina dan Hygain) dengan pemberian keseluruhan berkisar antara 6 – 8 kg/e/h dengan rataan 7 kg/e/h. Pilliner (1992) menyatakan, kuda yang memiliki tinggi 152 – 162 cm dan bobot 500 kg dengan tingkat kerja cepat atau pacuan, rasio hijauan : konsentrat yang diberikan adalah 30 : 70 atau dalam satuan kilogram kira – kira 3,5 kg hijauan dan 8,5 kg konsentrat. Rumput untuk kuda kelas pemula A/B (P A/B) diberikan rata – rata 1,4 kg/e/h dengan kisaran jumlah antara 1 – 2 kg. Sedangkan pakan konsentrat yang diberikan berkisar sebanyak 6 – 7,5 kg/e/h dengan rataan 6,7 kg/e/h. Rataan pemberian pakan rumput pada kuda kelas remaja (R) adalah 1,38 kg/e/h dan konsentrat 6,13 kg/e/h. Sedangkan untuk kelas pemula C/D (P C/D), pakan rumput yang diberikan berkisar antara 1 – 1,5 kg/e/h dengan rataan 1,17 kg/e/h. Kemudian pakan konsentrat yang diberikan rata – rata adalah 6,33 kg/e/h dengan kisaran 6 -7 kg/e/h. Kuda kelas empat tahun A/B (4thn A/B) hanya ada satu ekor yang menjadi sampel dalam penelitian ini, dimana kuda tersebut dipelihara sehari – hari di Pulo Mas. Pemberian pakan pada kuda King Dancer tersebut terdiri dari rumput 0,5 kg/e/h dan konsentrat 6 kg/e/h. Kuda kelas ekstra (E) terdapat dua ekor yaitu Ogan Junior
25
dan Citra Asmara dengan rataan jumlah pemberian pakan rumput sebanyak 1,25 kg/e/h dan konsentrat 6 kg/e/h. Prinsip dasar pemberian pakan pada kuda sebenarnya berdasarkan bobot badan dan juga umur. Umur kuda yang lebih muda membutuhkan pakan yang lebih banyak baik dari segi kuantitas maupun kualitas karena kuda muda masih dalam keadaan bertumbuh. Frekuensi pemberian pakan bervariasi yaitu dua atau tiga kali dalam sehari. Pilliner (1992) menyatakan, setiap kuda yang menerima ransum atau pakan konsentrat penuh, sebaiknya pemberian makan dilakukan minimal tiga kali sehari. Jika kuda tidak menghabiskannya dalam tiga kali pemberian, berikan pakan pada larut malam, sehingga kuda mendapatkan jumlah makanan yang sama tetapi dengan empat kali pemberian pakan yang lebih sedikit. Pemberian pakan kuda pacu setiap harinya belum dilakukan berdasarkan bobot badan seekor kuda dan skor kondisi tubuh. Pemberian pakan menjelang kejuaraan tidak dibedakan dengan pemberian pakan sehari – sehari. Suplemen yang ditambahkan kedalam pakan kuda antara lain Salkavit, Aminovit, dan Folatin Blue. Air minum diberikan ad libitum atau selalu tersedia. Adapun tambahan vitamin dan obat yang digunakan adalah Macropol, Bathpol steroid, Dadal serta Sybollin ataupun Fillybol sebagai zat anabolik untuk pembentuk otot. Vitamin tersebut diberikan menjelang pacuan, sedangkan obat yang diberikan secara berkala yaitu satu kali per 21 hari. Salah satu contoh obat yang diberikan kepada kuda adalah Bathpol – steroid seperti diperlihatkan pada Gambar 5.
Gambar 5. Batphol – steroid
26
Tabel 4. Tata Laksana Pakan Kuda Pacu di Pulo Mas No
Nama Kuda
Kelas
Rumput Lapang
Konsentrat (Jumlah dan Jenis)
1
Azzura
D
1,5 kg
(8 kg) S,Hg,O,J,KI
2
Poseidon
D
0,5 kg
3
Lady O'war
D
1 kg
4
Bayu Samudra
D
5
Nyong Soputan
6
Barca
Suplemen
Frekuensi Pemberian Pakan
Sa, A, FB, vit. C, vit. B12
3x
Sa, A, FB
2x
(7 kg) S,Hg,O,J
Sa, A, FB, preserve E, energetic
2x
1,5 kg
(6 kg) S,Hg,O,J
Vit. E, Vit. C, electrolyte
2x
D
1,5 kg
(7 kg) S,O,J,KI
Nutrilyte E, FB, bio E nutrimultiple
2x
D
1,5 kg
(8 kg) S,O,J,KI
Nutrilyte E, FB, bio E nutrimultiple
3x
Sa, A, FB
3x
(6 kg) S,Hr,Hg,O,J, KI,BM, B
7
Shamrock
P A/B
2 kg
(7 kg) S,O,J,KI
8
Albaik
P A/B
1 kg
(7 kg) S,O,J
Sa, A, FB, racing oil potassium
2x
9
Pesona Demokrat
P A/B
1,5 kg
(6 kg) Hr,Hg
Regain, bonefood, perform
2x
10
Permata Asmara
P A/B
1,5 kg
(6 kg) Hr,Hg
Regain, bonefood, perform
2x
11
Permata Minang
P A/B
1 kg
(7,5 kg) S,O,J,KI,B
Sa, A, FB, C, neurobion
3x
12
Mitra Indah
R
2 kg
(6,5 kg) S,O,J
Sa, A, FB, racing oil potassium
3x
13
Matahati
R
1.5 kg
(6 kg) S,Hg,O,J
Vit. E, Vit. C, electrolyte
2x
14
Mistral
R
1 kg
(6 kg) S,Hg,O,J,KI
Sa, A, FB, vit C, vit B12
3x
15
Suryo Negoro
R
1 kg
(6 kg) S,O,J,KI
Nutrilyte E, FB, bio E, nutrimultiple
2x
16
Amanagari
P C/D
1 kg
(6 kg) S,Hg,O,J
Vit. E, Vit. C, electrolyte
2x
17
Bunga Bali
P C/D
1 kg
(7 kg) S,O,J,KI
Nutrilyte E, FB, bio E, nutrimultiple
2x
18
Mitra Asmara
P C/D
1,5 kg
(6 kg) Hr,Hg
Regain, bonefood, perform
2x
19
Ogan Junior
E
1 kg
(6 kg) S,Hg,O,J,KI
Sa, A, FB, vit C, vit B12
3x
20
Citra Asmara
E
1,5 kg
(6 kg) Hr,Hg
Regain, bonefood, perform
2x
21
King Dancer
4 thn A/B
0,5 kg
(6,5 kg) S,Hr,Hg,O, J,KI, BM, B
Sa, A, FB
2x
Keterangan: D : Derby, P A/B : Pemula A/B, R : Remaja, P C/D : Pemula C/D, E : Ekstra. S : Sustaina, Hr: Hygain Release, Hg: Hygain Grandprix , O: Oat, J: Jagung, KI: Kacang Ijo, BM: Beras Merah, B: Bran, , Sa: Salkavite, A: Aminovite, FB: Folactin Blue, C: Calsium
27
Pelatih dan Pola Latihan Kuda Pacu Identitas Pelatih Pelatih (Tabel 5) yang akan melatih kuda yang sementara dikandangkan di tempat penampungan Pulo Mas ada sembilan orang dan semuanya berjenis kelamin laki – laki, dimana sebagian besar para pelatih memiliki tempat tinggal dilokasi kandang penampungan tersebut. Para pelatih memiliki latar belakang pendidikan terakhir yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Sekolah Teknik Menengah STM enam orang, ada juga yang hanya mengenyam pendidikan terakhir Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Dasar (SD) masing – masing satu orang. Namun ada seorang pelatih yang memiliki latar belakang pendidikan terakhir di perguruan tinggi (PT). Rataan umur pelatih adalah 50,11 tahun dengan kisaran umur 31 – 70 tahun. Tabel 5. Profil Pelatih Kuda Pacu No. Jg
Nama Pelatih kajdh
Umur (Tahun)
Pendidikan Terakhir
Pekerjaan Utama
Pekerjaan Lain
Lama Melatih (Tahun)
1
M. Umboh
30
SMA
Pelatih
Instruktur sekolah berkuda
3
2
Pet Supit
39
SMA
Pelatih
-
9
3
Freddy A.B
45
PT
Pelatih
-
10
4
Wahono A.T
60
SMA
Pelatih
-
38
5
Yose R.I
52
SMA
Pelatih
-
4
6
Berty S.
57
STM
Pelatih
-
5
7
Fredi W
55
SD
Pelatih
-
20
8
Slamet K.
42
SMP
Pelatih
-
3
9
Edwin Basuki
71
SMA
Pelatih
Penyedia obat – obatan kuda
40
Rataan
50,11
14,67
Kemampuan masing – masing pelatih didasarkan pada pengalaman melatih dengan kisaran antara 3 hingga 40 tahun, atau rata – rata 14,67 tahun dan masing – masing telah memiliki prestasi dalam kejuaraan tingkat nasional. Hammer (1993) menyatakan, hal yang sangat penting bahwa kuda muda haruslah dilatih oleh penunggang dan pelatih yang berpengalaman, karena sangat mudah merusak (mental) kuda muda dengan kecerobohan dan ketidakpedulian. Sebanyak lima orang
28
pelatih menentukan kriteria kuda yang akan dilatihnya berdasarkan beberapa hal, yaitu kualitas kuda (keturunan dan postur tubuh), tim kerja, dan kemampuan pemilik. Sistem pembayaran melatih ada beberapa cara, yaitu pelatih yang menggunakan sistem training fee dimana uang yang dibayarkan sudah mencakup biaya secara keseluruhan termasuk pakan kuda, gaji pemelihara (groom), vitamin, dan lain – lain sebanyak dua orang. Sedangkan pelatih lainnya (7 orang) menggunakan sistem gaji. Pelatih merupakan pekerjaan utama dan satu – satunya bagi pelatih kuda pacu di Pulo Mas, namun terdapat sebagian pelatih mempunyai pekerjaan sampingan yaitu instruktur sekolah berkuda, dan penyedia obat – obatan untuk kuda. Profil Kuda yang Dilatih Kuda pacu yang terdapat di Pulo Mas dan akan mengikuti kejuaraan Derby Nasional 2009 sebagian besar didatangkan dari luar daerah DKI Jakarta. Daerah yang menjadi asal kuda pacu adalah Sumatera Barat, Sulawesi Utara, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Jawa Timur. Hal ini disebabkan daerah yang menjadi asal kuda tersebut sebagian besar merupakan daerah yang mempunyai kultur sebagai pecinta atau memelihara kuda. Kuda yang berasal dari luar daerah dibawa dengan menggunakan truk sebagai alat transportasi (Gambar 6). Namun untuk kuda yang berasal dari Sulawesi Utara diangkut dengan menggunakan kapal laut,
baru
kemudian dibawa dengan menggunakan truk setelah sampai di pelabuhan tujuan.
Gambar 6. Alat Transportasi Kuda Kuda yang digunakan sebagai kuda pacu adalah kuda poni yang merupakan hasil grading up persilangan kuda betina lokal dengan kuda jantan Thoroughbred dengan silsilah seperti diperlihatkan pada Gambar 7.
Setiap kelas terdiri dari
29
beberapa keturunan diantaranya keturunan ke – 3 (G3), ke – 4 (G4), ke – 5 (G5), dan KPI seperti tertera pada Tabel 6. Tabel 6. Daftar Kuda Pacu yang Digunakan dalam Penelitan No
Nama Kuda
Kelas
Turunan ke-
Asal
Pemilik
1
Azzura
D
3
Sumatera Barat
Matahari Group – Hollow
2
Poseidon
D
3
Jawa Timur
Brother Silver Stable
3
Lady O'war
D
5
Jawa Barat
Kemuning Stable
4
Bayu Samudra
D
KPI
Jawa Barat
Nikita Stable
5
Nyong Soputan
D
4
Jawa Tengah
Sukun Stable
6
Barca
D
4
Jawa Tengah
Putra Persada Stable
7
Shamrock
P A/B
5
Sulawesi Utara
Dieng Stable
8
Albaik
P A/B
3
Sumatera Barat
Ramasinta Stable
9
Pesona Demokrat
P A/B
3
Sumatera Barat
Gading Pagaruyung Stable
10
Permata Asmara
P A/B
3
Sumatera Barat
Rajawali Stable
11
Permata Minang
P A/B
3
Sumatera Barat
Berkah Racing Stable
12
Mitra Indah
R
4
Sumatera Barat
Mitra Stable
13
Matahati
R
4
Sumatera Barat
Nikita Stable
14
Mistral
R
3
Sumatera Utara
Ir. Tigor L.
15
Suryo Negoro
R
3
Jawa Tengah
Sukun Stable
16
Amanagari
P C/D
KPI
Jawa Barat
Nikita Stable
17
Bunga Bali
P C/D
4
Jawa Tengah
Nafiri Stable
18
Mitra Asmara
P C/D
3
Sumatera Barat
Gading Basotex Stable
19
Ogan Junior
E
3
Sumatera Utara
R. E. Nainggolan
20
Citra Asmara
E
3
Sumatera Barat
Gading Basotex Stable
21
King Dancer
4thn A/B
5
Jawa Timur
King Halim Stable
Keterangan: D: Derby, P A/B: Pemula A/B, R: Remaja, P C/D: Pemula C/D, E: Ekstra
Setiap kuda pacu memiliki sertifikat yang diterbitkan oleh badan registrasi kuda (BRK). Sertifikat tersebut digunakan sebagai prasyarat berpacu dalam kejuaraan nasional. Kuda pacu yang dilatih berumur rata – rata tiga tahun, yang dibagi kedalam beberapa kelas sesuai dengan umur masing – masing kuda yaitu, kelas pemula C/D (P C/D) sebanyak tiga ekor, kelas pemula A/B (P A/B) sebanyak lima ekor, kelas remaja (R) sebanyak empat ekor, kelas derby (D) sebanyak enam ekor, dan kelas empat tahun A/B hanya satu ekor.
30
Kelas tersebut dikelompokkan berdasarkan umur dan tinggi. Kelompok pemula merupakan kuda yang baru berusia dua tahun, sedangkan kuda derby dan remaja adalah kuda yang berumur tiga tahun dimana syarat tinggi kuda yang ideal untuk kuda derby yaitu lebih tinggi atau sama dengan 153 cm dan tinggi kuda remaja kurang dari 153 cm. Hal tersebut berlaku pada A/B dan C/D. Terdapat juga kelas tambahan atau ekstra (E) yang terdiri dari kuda dengan tinggi kurang dari 150 cm dan berjumlah dua ekor. Tinggi rata – rata kuda kelas A/B yang terdiri dari kelas derby dan kuda kelas pemula A/B masing – masing adalah 156,7 dan 159 cm. Sedangkan kuda kelas C/D yang terdiri dari kelas remaja dan kelas pemula C/D memiliki tinggi rata – rata masing – masing 150,75 dan 152 cm. Kuda kelas ekstra terdapat dua ekor dengan tinggi rata – rata 147 cm. Kuda kelas empat tahun A/B dengan tinggi 156 cm hanya ada satu ekor.
Gambar 7. Silsilah Kuda Pola Latihan Kuda yang diamati dalam penelitian ini berasal dari berbagai macam daerah dengan waktu tiba ke kandang penampungan bervariasi dimulai pada bulan Februari sampai Mei 2009. Terdapat dua ekor kuda (Amanagari dan Bayu Samudra) yang sudah menempati kandang penampungan sejak berumur lebih kurang dua tahun. Waktu datang kuda yang lebih awal memungkinkan kuda dapat beradaptasi dengan lebih baik, namun jika melihat temperatur udara yang cukup tinggi maka hal itu tidak juga dapat menjamin kuda memperoleh kondisi yang baik dalam menghadapi kejuaraan Derby Nasional 2009. Contoh yang dapat dilihat pada kuda Shamrock yang telah menempati kandang penampungan sejak bulan November 2008, mengalami kendala di lingkungan kandang penampungan. Nafas yang terengah – engah karena tingginya temperatur lingkungan membuat kuda tersebut tidak dapat
31
memperoleh kondisi yang baik. Sebaliknya, beberapa ekor kuda yang berhasil menempati posisi tiga besar (Poseidon dan Permata Minang) datang ke kandang penampungan pada bulan Mei 2009. Adaptasi yang dilakukan oleh kuda pada dasarnya meliputi adaptasi track dan cuaca sehingga tidak harus dilakukan pada waktu yang lama, namun semua itu tergantung dari individu kuda itu sendiri. Kuda yang ada seluruhnya (21ekor) sudah terlatih sehingga pola latihan yang diterapkan bukan lagi latihan dasar tetapi sudah pengulangan latihan lanjutan. Walk, trot, dan canter adalah bagian dari latihan yang diterapkan pada kuda. Tempat atau arena kuda berlatih diperlihatkan pada Gambar 8.
Gambar 8. Arena Latihan Kuda Bogart dan Taylor (1983) menjelaskan definisi dari beberapa istilah gaya berjalan kuda khususnya yang sering dipakai dalam dunia pacuan kuda yaitu: 1) Walk : gaya berjalan empat irama dimana setiap kaki menyentuh tanah secara terpisah satu sama lain. 2) Trot : gaya berjalan dua irama diagonal dimana kaki kanan depan dan kaki kiri belakang menginjak permukaan dataran dengan serentak, dan kaki kiri depan dan kaki kanan belakang menginjak permukaan dataran dengan serentak. 3) Canter: gaya berjalan tiga irama dimana salah satu kaki belakang menginjak permukaan serentak dengan salah satu kaki depan (diagonal) dan salah satu kaki lainnya masing – masing menginjak permukaan secara terpisah dan berbeda waktu pijakan. Waktu dan pola latihan yang diterapkan kepada seluruh kuda yang akan menghadapi kejuaraan Derby Nasional 2009 pada setiap kelas adalah sebagai berikut: 1)
Hari Senin, Selasa, Kamis dan Jumat ; Pagi, gaya berjalan Trot dan Walk
32
Sore, gaya berjalan Walk 2)
Hari Rabu dan Sabtu ; Pagi, gaya berjalan Canter dan Walk Sore, gaya berjalan Walk
3)
Hari Minggu ; Pagi, gaya berjalan Walk Sore, gaya berjalan Walk Apabila menjelang kejuaraan dan kejuaraan jatuh pada hari Minggu maka
kuda kelas derby mempunyai dua tipe waktu dan pola latihan. Tipe pertama, sebanyak empat ekor kuda atau lebih tepatnya kuda Lady O’war, Bayu Samudra, Nyong Soputan, dan Barca dilatih sebagai berikut : 1)
Hari Senin, Rabu, Kamis dan Sabtu ; Pagi, gaya berjalan Trot dan Walk Sore, gaya berjalan Walk
2)
Hari Selasa dan Jumat ; Pagi, gaya berjalan Canter dan Walk Sore, gaya berjalan Walk Kuda kelas derby lainnya yaitu Azzura dan Poseidon jika menjelang
kejuaraaan dilatih dengan waktu dan pola latihan tipe kedua seperti berikut: 1)
Hari Senin, Rabu, Jumat dan Sabtu ; Pagi, gaya berjalan Trot dan Walk Sore, gaya berjalan Walk
2)
Hari Selasa dan Kamis ; Pagi, gaya berjalan Canter dan Walk Sore, gaya berjalan Walk Jarak yang ditempuh oleh setiap kuda untuk latihan trot adalah sepanjang satu
putaran track, begitu juga dengan walk dengan jarak satu putaran track kecuali untuk kuda Nyong Soputan dan Barca yang menempuh jarak dua putaran track. Sedangkan jarak yang ditempuh oleh seluruh kuda kelas derby untuk latihan canter adalah 2200 m. Namun terdapat perbedaan pada kuda Bayu Samudra yang menjalani latihan trot terlebih dahulu satu putaran sebelum latihan canter pada hari Jumat.
33
Kuda di kelas pemula A/B lebih dari 50% atau sebanyak tiga ekor kuda (Pesona Demokrat, Permata Asmara, dan Permata Minang) dilatih dengan waktu dan pola latihan tipe kedua ketika menjelang kejuaraan. Sedangkan sisanya yaitu kuda Albaik dan Shamrock dilatih dengan waktu dan pola latihan tipe pertama Jarak yang ditempuh oleh seluruh kuda yang ada di kelas pemula A/B untuk latihan trot dan walk masing – masing satu putaran track, kecuali kuda Permata Minang yang menempuh jarak dua putaran track untuk latihan walk. Sedangkan jarak yang ditempuh oleh seluruh kuda untuk latihan canter sama yaitu sepanjang 1600 m. Kuda kelas remaja seperti kuda Matahati dan Mistral dilatih dengan waktu dan pola latihan tipe kedua, berbeda dengan kuda Mitra Indah dan Suryo Negoro yang dilatih dengan waktu dan pola latihan tipe pertama. Hal tersebut diterapkan ketika menjelang kejuaraan. Latihan walk dan trot yang diberikan kepada seluruh kuda menempuh jarak satu putaran track, terkecuali kuda Suryo Negoro yang menempuh jarak dua putaran track untuk latihan walk. Kemudian untuk latihan canter, seluruh kuda pada kelas ini menempuh jarak 1800 m. Kelas berikutnya yaitu pemula C/D yang terdiri dari kuda Amanagari dan Mitra Asmara, dilatih dengan waktu dan pola latihan tipe kedua. Namun seekor kuda lainnya memiliki waktu dan pola latihan yang berbeda yaitu tipe pertama dengan jarak tempuh untuk latihan walk juga berbeda (dua putaran track). Kuda Amanagari dan Mitra Asmara menempuh jarak satu putaran track untuk latihan walk. Jika diamati ketiga kuda tersebut tetap mempunyai kesamaan yaitu menempuh jarak satu putaran untuk latihan trot dan 1400 m untuk latihan canter. Kelas ekstra yang hanya terdiri dari dua ekor kuda dalam penelitian ini mempunyai kesamaan waktu dan pola latihan yaitu tipe kedua serta jarak yang ditempuh untuk latihan walk, trot, dan canter masing – masing adalah satu putaran, satu putaran track, dan 1400 m. Kuda King Dancer yang masuk dalam kelas empat tahun A/B menggunakan waktu dan pola latihan tipe kedua. Jarak tempuh latihan walk dan trot adalah satu putaran track serta 2200 m untuk latihan canter. Jarak tempuh pada setiap kelas dalam kejuaraan Derby Nasional 2009 berbeda – beda seperti diperlihatkan pada Gambar 9. Kelas pemula yang terdiri dari pemula C/D dan A/B masing – masing memiliki jarak tempuh 1200 dan 1400 m. Sedangkan kelas remaja memiliki jarak tempuh yang tidak jauh berbeda yaitu 1600
34
m. Kelas ekstra memiliki kesamaan jarak tempuh dengan kelas pemula C/D yaitu 1200 m. Kelas derby dan empat tahun A/B memiliki jarak tempuh 2000 m dan merupakan jarak paling jauh dalam kejuaraan Derby Nasional 2009. Penambahan jarak tempuh 200 m saat latihan canter dimaksudkan agar kuda dapat mengatur nafas dengan baik sebelum memulai latihan canter. Perbedaan waktu dan pola latihan yang diterapkan oleh pelatih (Tabel 7) pada kuda adalah berdasarkan pengalaman yang dimiliki oleh pelatih dan juga melihat kemampuan makan dari kuda itu sendiri. Bila seekor kuda mempunyai nafsu makan yang tinggi, maka pelatih menerapkan waktu dan pola latihan tipe pertama dengan latihan canter terakhir pada hari Jumat, karena ia dapat melakukan recovery dengan cepat akibat latihan berat dengan nafsu makan yang tinggi. Namun bila seekor kuda tidak mempunyai nafsu makan yang tinggi, maka waktu dan pola latihan adalah tipe kedua dengan latihan canter pada hari Kamis. Hal itu dilakukan untuk menghindari kondisi kuda mengalami penurunan setelah menjalani latihan berat. Kuda yang dilatih dengan waktu dan pola latihan tipe kedua tentunya akan mempunyai kondisi yang lebih baik saat kejuaraan berlangsung daripada kuda yang dilatih dengan waktu dan pola latihan tipe pertama. Hal tersebut terjadi karena kuda yang dilatih dengan waktu dan pola latihan tipe kedua mempunyai waktu yang lebih lama (tiga hari) sebelum kejuaraan (hari Minggu) untuk mengembalikan kondisi tubuhnya agar kembali fit setelah menjalani latihan berat atau latihan canter terakhir pada hari Kamis. Masa istirahat diberikan pada kuda setelah menghadapi babak penyisihan kejuaraan Derby Nasional 2009. Seluruh kuda diistirahatkan selama tiga hari sejak tanggal 13 sampai dengan 16 Juli 2009. Kuda benar – benar diistirahatkan dengan tidak melakukan aktivitas latihan apapun. Hari kamis tepatnya tanggal 16 Juli 2009, kuda sudah dilatih kembali dengan pola latihan sehari – hari. Masa istirahat dimaksudkan agar kuda dapat terbebas dari rasa lelah yang dialami pada saat bertanding pada babak penyisihan dan kembali pada kondisi yang baik. Terdapat beberapa kuda yang tidak berhasil lolos dan kembali ke daerah asalnya. Hodges dan Pilliner (1991) mengemukakan sempurna atau tidaknya kuda yang ada, kuda membutuhkan pakan, latihan, dan kesehatan fisik yang tepat baginya
35
untuk mewujudkan potensi maksimal. Apapun tujuan kompetisi yang akan dihadapi, untuk membuat agar kondisi kuda menjadi fit dapat dibagi menjadi empat fase: 1) Latihan awal : selama lebih kurang dua minggu dilatih walk, kemudian memasuki minggu ketiga dikenalkan dengan latihan trot dan berakhir pada minggu keempat. Tujuan dari latihan tersebut adalah untuk membiasakan kuda membawa beban dan menguatkan tendon, otot, dan ligamen secara perlahan. 2) Latihan pengembangan : dimulai dengan latihan canter hingga minggu ketujuh. 3) Latihan cepat : pada kondisi ini seharusnya otot, tulang, tendon, dan ligamen kuda sudah terbentuk dengan baik. Pada fase ini pelatihan kuda penekanannya pada sistem pernafasan dengan pengenalan latihan canter cepat. 4) Pemeliharaan kondisi fit. Menurut Hammer (1993), efek dari walk khususnya pada permukaan jalan yang kasar adalah menjadikan tulang kuat dan strukur baik. Sedangkan trot adalah menjadikan perototan jantung kuat dan meningkatkan efisiensi dari paru – paru dan diafragma. Sedangkan canter secara khusus sangat berguna untuk membangun kekuatan otot, namun perlu dipahami bahwa latihan canter merupakan latihan untuk melangkah secara tidak simetris yang berarti menggunakan otot yang berbeda, tergantung pada canter yang dilakukan apakah canter kiri atau canter kanan. Oleh karena itu kedua sisi otot perlu diseimbangkan khususnya dalam latihan.
36
Tabel 7. Pola Latihan Kuda Pacu di Pulo Mas No
Nama Kuda
Kelas
Pelatih
Waktu Datang
Waktu dan Pola Latihan (sebelum kejuaraan)
Jarak
1
Azzura
D
Slamet Kusuma
Mar ‘09
Senin, rabu, jumat,& sabtu:
1 putaran
trot & walk Selasa & kamis :
2200 m
canter & walk 2
Poseidon
D
Fredi Wowiling
Mei ‘09
Senin, rabu, jumat,& sabtu:
1 putaran
trot & walk Selasa & kamis :
2200 m
canter & walk 3
Lady O'war
D
Pet Supit
Feb ‘09
Senin, rabu, kamis,& sabtu:
1 putaran
trot & walk Selasa & jumat :
2200 m
canter & walk 4
Bayu Samudra
D
Yose Rizal Idris
Agust ‘07
Senin, rabu, jumat,& sabtu:
1 putaran
trot & walk
5
Nyong Soputan
D
Berty Sondakh
Mar ‘09
Selasa & Jumat :
1 putaran
trot ,canter & walk
& 2200 m
Senin, rabu, kamis,& sabtu:
1 &2 putaran
trot & walk Selasa & jumat :
2200 m
canter & walk 6
Barca
D
Berty Sondakh
Feb ‘09
Senin, rabu, kamis,& sabtu:
1 &2 putaran
trot & walk Selasa & jumat :
2200 m
canter & walk 7
Shamrock
P A/B
Wahono A.T
Nov ‘08
Senin, rabu, kamis,& sabtu:
1 putaran
trot & walk Selasa & jumat :
1600 m
canter & walk 8
Albaik
P A/B
Freddy A.B
Apr ‘09
Senin, rabu, kamis,& sabtu:
1 putaran
trot & walk Selasa & jumat :
1600 m
canter & walk 9
Pesona Demokrat
P A/B
M. Umboh
Mar ‘09
Senin, rabu, jumat,& sabtu:
1 putaran
trot & walk Selasa & kamis :
1600 m
canter & walk 10
Permata Asmara
P A/B
M. Umboh
Mar ‘09
Senin, rabu, jumat,& sabtu:
1 putaran
trot & walk Selasa & kamis :
1600 m
canter & walk 11
Permata Minang
P A/B
Edwin Basuki
Mei ‘09
Senin, rabu, jumat,& sabtu:
1 &2 putaran
trot & walk Selasa & kamis :
1600 m
canter & walk
37
Tabel 7 (Lanjutan) No
Nama Kuda
Kelas
Pelatih
Waktu Datang (bln)
Waktu dan Pola Latihan (sebelum kejuaraan)
Jarak
12
Mitra Indah
R
Freddy A.B
Apr ‘09
Senin, rabu, kamis,& sabtu:
1 putaran
trot & walk Selasa & jumat :
1800 m
canter & walk 13
Matahati
R
Yose Rizal Idris
Apr ‘09
Senin, rabu, jumat,& sabtu:
1 putaran
trot & walk Selasa & kamis :
1800 m
canter & walk 14
Mistral
R
Slamet Kusuma
Mar ‘09
Senin, rabu, jumat,& sabtu:
1 putaran
trot & walk Selasa & kamis :
1800 m
canter & walk 15
Suryo Negoro
R
Berty Sondakh
Mar ‘09
Senin, rabu, kamis,& sabtu:
1&2 putaran
trot & walk Selasa & jumat :
1800 m
canter & walk 16
Amanagari
P C/D
Yose Rizal Idris
Sep ‘08
Senin, rabu, jumat,& sabtu:
1 putaran
trot & walk Selasa & kamis :
1400 m
canter & walk 17
Bunga Bali
P C/D
Berty Sondakh
Apr ‘09
Senin, rabu, kamis,& sabtu:
1&2 putaran
trot & walk Selasa & jumat :
1400 m
canter & walk 18
Mitra Asmara
R
M. Umboh
Apr ‘09
Senin, rabu, jumat,& sabtu:
1 putaran
trot & walk Selasa & kamis :
1400 m
canter & walk 19
Ogan Junior
R
Slamet Kusuma
Mar ‘09
Senin, rabu, jumat,& sabtu:
1 putaran
trot & walk Selasa & kamis :
1400 m
canter & walk 20
Citra Asmara
R
M. Umboh
Apr ‘09
Senin, rabu, jumat,& sabtu:
1 putaran
trot & walk Selasa & kamis :
1400 m
canter & walk 21
King Dancer
4 thn A/B
Fredi Wowiling
Mei ‘09
Senin, rabu, jumat,& sabtu:
1 putaran
trot & walk Selasa & kamis :
2200 m
canter & walk Keterangan : D : Derby, P A/B : Pemula A/B, R : Remaja, P C/D : Pemula C/D, E : Ekstra.
38
39
Joki dan Kejuaraan Derby Nasional 2009 Joki Joki adalah orang yang menunggang kuda dalam suatu pertandingan termasuk di kejuaraan Derby Nasional tahun 2009 (Gambar 10). Jumlah joki yang menunggang kuda (pengamatan) di kejuaraan Derby Nasional 2009 di Jakarta adalah 11 orang dan profil tiap joki diperlihatkan pada Tabel 8. Sebagian besar (73%) joki berasal dari daerah Sulawesi Utara atau Manado, dan lainnya sebanyak tiga orang (27%) berasal dari Sumatera Barat dan Sumatera Utara. Sebelum datang ke Jakarta khususnya ke Pacuan Kuda Pulo Mas, pada umumnya mereka telah mempunyai pengalaman menunggang kuda lokal atau sandel. Pengalaman para joki menunggang kuda di Pulo Mas adalah 15,09 tahun dengan kisaran 4 - 35 tahun. Terdapat empat orang joki yang telah berhasil menjuarai kelas derby. Hani Suoth merupakan joki yang paling banyak menunggang kuda yang diamati dalam penelitian ini. Oleh karena itu, ia tidak dapat menunggang kuda Permata Asmara di kelas pemula A/B yang berhasil lolos ke babak final dan harus digantikan dengan joki lain yaitu H. Panthow. Akhirnya pada babak final kejuaraaan Derby Nasional 2009 kelas pemula A/B, Hani Suoth menunggang kuda Pesona Demokrat. Bagi seorang joki yang telah memiliki pengalaman menunggang kuda lebih dari lima tahun tidak membutuhkan waktu lama untuk beradaptasi dengan kuda, bahkan hanya menunggang kuda pertama kalinya pada saat pacuan. Namun apabila pengalaman yang dimiliki oleh seorang joki kurang dari lima tahun, maka dibutuhkan waktu paling sedikit seminggu untuk dapat menyesuaikan diri dengan kuda yang akan ditungganginya.
Gambar 10. Joki
40
41
Babak Penyisihan Babak penyisihan merupakan pertandingan tahap pertama dalam kejuaraan Derby Nasional 2009 yang dilangsungkan pada hari Minggu tanggal 12 Juli 2009. Babak penyisihan bertujuan untuk mengeliminasi kuda menjadi 12 ekor yang akan bertanding pada babak final kejuaraan Derby Nasional 2009. Kelas yang dipertandingkan pada babak penyisihan adalah kelas pemula C/D, pemula A/B, remaja, dan derby. Setiap kelas tersebut dibagi kedalam beberapa kelompok. Kelas derby dibagi kedalam tiga kelompok, pemula A/B tiga kelompok, remaja tiga kelompok dan pemula C/D empat kelompok. Hasil pertandingan babak penyisihan yang diikuti oleh kuda yang diamati dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 9. Kelas ekstra dan empat tahun A/B tidak dipertandingkan karena kuda yang ikut serta dalam kelas tersebut kurang dari 12 ekor sehingga pertandingan langsung memasuki babak final. Tabel 9. Hasil Penyisihan Kejuaraan Derby Nasional 2009 No m
Nama Kuda jngvjv
Kelas ljhlh
Jarak (meter) ,lj
Hasil ,kjhkb
Waktu (menit) kj
1
Azzura
Derby
2000
Tidak lolos
-
2
Poseidon
Derby
2000
Urutan 1
3
Lady O'war
Derby
2000
Tidak lolos
-
4
Bayu Samudra
Derby
2000
Urutan 4*
2.14.84
5
Nyong Soputan
Derby
2000
Urutan 2
2.11.86
6
Barca
Derby
2000
Urutan 4*
2.13.36
7
Shamrock
Pemula A/B
1400
Tidak lolos
-
8
Albaik
Pemula A/B
1400
Urutan 4
1.34.52
9
Pesona Demokrat
Pemula A/B
1400
Urutan 1*
1.32.13
10
Permata Asmara
Pemula A/B
1400
Urutan 1*
1.30.31
11
Permata Minang
Pemula A/B
1400
Urutan 1*
1.32.55
12
Mitra Indah
Remaja
1600
Tidak lolos
-
13
Matahati
Remaja
1600
Urutan 2
14
Mistral
Remaja
1600
Tidak lolos
15
Suryo Negoro
Remaja
1600
Urutan 4
16
Amanagari
Pemula C/D
1200
-
-
17
Bunga Bali
Pemula C/D
1200
Tidak lolos
-
Mitra Asmara
Pemula C/D
1200
Tidak lolos
-
18
2.10.59
1.45.07 1.45.85
Keterangan : * berbeda kelompok
42
Babak Final Kuda yang berhasil lolos pada babak penyisihan kembali bertanding dua minggu kemudian dalam babak final kejuaraan Derby Nasional 2009, tepatnya pada tanggal 26 Juli 2009. Jumlah kuda yang bertanding pada babak final untuk kelas derby, pemula A/B, remaja, dan pemula C/D masing – masing sebanyak 12 ekor. Sedangkan kelas ekstra dan kelas empat tahun A/B diikuti oleh masing – masing lima dan enam ekor. Hasil pertandingan babak final kejuaraan Derby Nasional 2009 yang diikuti oleh kuda yang diamati dalam penelitian ini selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Hasil Final Kejuaraan Derby Nasional 2009 No
Nama Kuda
Kelas
Jarak (meter)
Hasil
1
Poseidon
Derby
2000
Juara 2
2
Bayu Samudra
Derby
2000
Urutan 8
3
Nyong Soputan
Derby
2000
Urutan 7
4
Barca
Derby
2000
Urutan 9
5
Albaik
Pemula A/B
1400
Urutan 10
6
Pesona Demokrat
Pemula A/B
1400
Urutan 4
7
Permata Asmara
Pemula A/B
1400
Urutan 9
8
Permata Minang
Pemula A/B
1400
Juara 2
9
Matahati
Remaja
1600
Juara 2
10
Suryo Negoro
Remaja
1600
Urutan 9
11
Ogan Junior
Ekstra
1200
Juara 3
12
Citra Asmara
Ekstra
1200
Urutan 5
13
King Dancer
4 tahun A/B
2000
Juara 3
Hasil Kejuaraan dan Keberhasilan Pelatihan Kuda yang diamati dan diikutsertakan dalam penelitian ini tidak seluruhnya ikut bertanding dalam kejuaraan Derby Nasional 2009. Hal ini disebabkan oleh faktor kesehatan kuda yang tidak memungkinkan untuk ikut serta di kejuaraan tersebut. Misalnya terdapat seekor kuda yaitu Amanagari yang mengalami cedera bahu dua hari menjelang babak penyisihan, sehingga tidak dapat ikut serta dalam pertandingan.
43
Hasil yang diperoleh dari pelatihan menunjukkan adanya kuda yang tidak berhasil dan berhasil dalam kejuaraan Derby Nasional 2009. Kuda yang tidak berhasil di babak final bahkan sampai tidak mampu lolos dalam babak penyisihan, umumnya adalah kuda yang dilatih dengan waktu dan pola latihan tipe pertama. Kuda yang berhasil menjadi juara adalah kuda Poseidon, Permata Minang dan Matahati, masing – masing ada dalam kelas derby, pemula A/B dan remaja yang dilatih dengan waktu dan pola latihan tipe kedua. Waktu dan pola latihan tipe kedua memiliki jadwal latihan canter terakhir pada hari Kamis menjelang kejuaraan. Hal itu tentunya merupakan keuntungan tersendiri bagi kuda karena memiliki waktu yang lebih lama (tiga hari) untuk dapat mengembalikan kondisi tubuhnya seperti semula sehingga kemungkinan besar pada saat kejuaraan berlangsung (hari Minggu) kondisi tubuh kuda sudah fit kembali. Kejuaraan Derby Nasional 2009 dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap pertama adalah babak penyisihan dan tahap kedua adalah babak final. Kedua babak tersebut hanya berjarak dua minggu. Faktor kelelahan pada kuda setelah menyelesaikan babak penyisihan menjadi salah satu faktor penghambat keberhasilan dalam babak final. Beberapa ekor kuda tercatat berhasil meraih posisi pertama pada babak penyisihan dengan catatan waktu yang cukup baik (1.32.13 menit) seperti kuda Pesona Demokrat pada kelas pemula A/B, selain itu bahkan terdapat kuda yang mencatat waktu tercepat (1.30.31 menit) pada babak penyisihan yaitu kuda Permata Asmara yang juga ada pada kelas tersebut di kelompok yang berbeda. Namun pada babak final, kedua kuda tersebut tidak berada pada urutan tiga besar saat finish. Hal ini menggambarkan kondisi kuda yang kurang baik setelah babak penyisihan akibat kelelahan. Oleh karena itu dibutuhkan kondisi yang fit dari setiap kuda yang bertanding pada kedua babak dalam kejuaraan Derby Nasional 2009. Kuda yang berhasil menjadi juara dikelasnya adalah kuda yang mempunyai kondisi fit, salah satunya didapat dari pelatihan yang telah diberikan sehingga kuda dapat mengeluarkan potensi optimal saat bertanding. Pilliner (1993) menyatakan bahwa seekor kuda pacu harus dilatih untuk dapat menahan berat penunggangnya atau joki dan sejumlah kendali tertentu, tetapi faktor yang paling menentukan keberhasilan adalah kondisi kuda. Seekor kuda pacu harus benar – benar fit untuk pacuan – pacuan tertentu yang diseleksi secara ketat.
44
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kuda yang diamati dan mengikuti kejuaraan Derby Nasional 2009 tercatat tiga ekor (Poseidon, Matahati, dan Permata Minang) yang berhasil meraih posisi tiga besar. Pemeliharaan yang dilakukan pada masing – masing kuda terdiri dari pola pemandian satu kali dalam sebulan (Poseidon) dan satu kali dalam seminggu. Perawatan khusus kaki dilakukan dengan pemberian semen kompres setelah latihan dan ramuan tradisional (Matahati). Pemberian pakan kepada kuda dilakukan sebanyak dua kali dan tiga kali dalam sehari (Permata Minang) yang terdiri dari dua jenis yaitu rumput lapang dan konsentrat. Salah satu jenis konsentrat yang diberikan kepada tiga ekor kuda tersebut terdapat kesamaan pada merk dagang Sustaina dan ditambah Hygain Grand Prix (Poseidon dan Matahati). Konsentrat jenis lain yang diberikan adalah oat, jagung, kacang ijo, bran, beras merah, dan Hygain Release Lama pengalaman pelatih melatih kuda tersebut berkisar dari 4 – 40 tahun. Latihan kuda pacu yang diterapkan di Pulo Mas meliputi walk, trot, dan canter. Latihan canter yang diterapkan kepada kuda yang akan menghadapi kejuaraan Derby Nasional 2009 tergantung pada jarak yang akan ditempuh dalam kejuaraan tersebut. Saat menjelang kejuaraan terdapat dua tipe waktu dan pola latihan berbeda yang diberikan kepada kuda. Perbedaan tersebut terletak pada waktu latihan canter terakhir, dimana tipe pertama jatuh pada hari Jumat, sedangkan tipe kedua jatuh pada hari Kamis. Kuda yang berhasil meraih posisi tiga besar dilatih dengan waktu dan pola latihan tipe kedua. Joki yang menunggang ketiga kuda diatas memiliki lama pengalaman menunggang minimal empat tahun, dimana salah satunya pernah menjuarai kejuaraan Derby Nasional sebanyak dua kali Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui perlakuan yang diberikan kepada kuda yang sedang dilatih melalui wawancara langsung dengan groom atau orang yang memelihara kuda yang sedang dilatih. Selain itu, kuda yang dipelihara diluar kandang penampungan Pulo Mas sebaiknya juga digunakan sebagai bahan penelitian agar dapat membandingkan hasil yang diperoleh.
45
UCAPAN TERIMA KASIH Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua tercinta Bapak Drs. H. Sudirman Bur dan Ibu Hj. Judia Azhar yang tak pernah lelah memberikan kasih sayang, perhatian, bimbingan, motivasi serta doa yang senantiasa dipanjatkan untuk keberhasilan Penulis serta kakak tercinta, Yuliandika Dirmarahayu Putri, S.farm., Apt, dan suaminya Adrian, S.Si., Apt, serta keponakan saya Khalith Izza Riyuka. Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Prof. Dr. Ir. Pollung H. Siagian, MS dan Dr. Ir. Kartiarso, M.Sc sebagai pembimbing skripsi atas segala bimbingan, arahan, perhatian, motivasi dan curahan waktu yang telah diberikan serta bapak Dr. Ir. Rudi Priyanto dan Ibu Ir. Lilis Khotijah, MS selaku dosen penguji. Ucapan terima kasih juga Penulis sampaikan kepada Ir. Sri Darwati, MSi sebagai pembimbing akademik yang banyak memberikan masukan dan bimbingan. Ucapan terima kasih Penulis sampaikan kepada seluruh pelatih kuda pacu yang telah membantu dalam penelitian ini, yaitu om Micheal Umboh, Pet Supit, Freddy A.B, Welly Mewengkang, Berty Sondakh, A. Saepudin, Slamet Kusuma, Slamet Riyadi, Natasha Putra, Yose Rizal Idris, H. E. Bahar, Wahono A.T., dan Edwin Basuki, serta teman – teman se-bimbingan Nolis, Angga, Gea, Agus, Ririn, Greis, dan Mery. Terima kasih untuk kebersamaan, keceriaan dan bantuan khususnya Ruben, Edu, Ajeng, Faisal, Adi, Abizar, Anjar dan Randy selama menyelesaikan penelitian serta sahabat - sahabat IPTP 42 atas semua kebersamaan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Andara Rainy Ayudini, ST. atas pengertian, semangat, motivasi kebersamaan dan perhatian yang telah diberikan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kemajuan dunia perkudaan di Indonesia khususnya kuda pacu. Bogor, Oktober 2009 Penulis
46
DAFTAR PUSTAKA Anonim. Joki. http://id.wikipedia.org/wiki/Joki. [20 April 2009] Anonim. 2008. Jakarta Timur Dalam Angka 2007. http://timur.jakarta.go.id/v5/? mod=node&s=static&id=108. [9 Mei 2009] Anonim. Kuda. http://id.wikipedia.org/wiki/Kuda. [13 Juni 2008] Bogart, R. and R. E. Taylor. 1983. Scientific Farm Animal Production. Second Edition. Machillan Publishing Company, New York. Blakely, J. dan D.H. Bade. 1991. Ilmu peternakan (terjemahan). Edisi ke-4. Gadjah Mada University Press. Dyce, K. M., W. O. Sack, and C. J. G. Wensing. 2002. Text Book Of Veterinary Anatomy. Saunders Publishing, Pennsylvania. Direktorat Jenderal Peternakan. 2006. Statistik Peternakan 2006. Jakarta. Edwards, E. H. 1991. The Ultimate Horse Book. Darling Kindersley., London. Edwards, E. H. 1994. The Encyclopedia of the Horse. Dorling Kindersley, London. Ensminger, M. E. 1962. Animal Science. Animal Agriculture Series. 5 Printers & Publishers, Inc. Danville, Illinois.
th
Edit.
Hammer, D. 1993. Understanding Fitness and Training. Ward Lock Book, London. Hodges, J. dan S. Pilliner. 1991. The Equine Athlete. London.
Blackwell Science Ltd,
Jacoebs, T. N. 1994. Budidaya Ternak Kuda. Kanisius. Yogyakarta. Kidd, J. 1995. Horses dan Ponies of the World. Ward Lock Publishing, London. Kingdom, E. 2006. Priangan Horse. http://www.equinekingdom.com/breeds/ponies/ java.htm. [19 April 2009]. McGregor, P. dan Moris. 1980. The Complete Book of the Horse. QED Publishing, ltd. Feltham. Nozawa, K., T. Amano, M Katsumata, S. suzuki, T. Nishida, T. Namikawa, H. Martojo, B. Pangestu dan H. Nadjib. 1981. Morfology and gene constitution of the Indonesian horses. In: The origin and Philogeny of Indonesian Native livestock. Investigation on the cattle, fowl, and their Wild Forms. II: 9-30. Pilliner, S. 1992. Horse Nutrition and Feeding. Blackwell Science Ltd, London. Pilliner, S. 1993. Getting Horses Fit. Second Edition. Blackwell Science Ltd, London. Roberts, P. 1994. The Complete Horse. Multimedia Books Publishing, ltd. London. Sasimowski, E. 1987. Animal Breeding and Production. Elsever Science Publishing Co., Inc. New York. Soehardjono,O. 1990. Kuda. Yayasan Pamulang, Jakarta.
47
Suherman, E. 2007. Studi morfomerik ukuran (size) dan bentuk tubuh kuda Sumba, Priangan, kuda Pacu G2, G3, G4 dan kuda Pacu Indonesia (KPI). Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
48
Lampiran 1. Foto Kuda Penelitian (a) Pesona Demokrat, (b) Permata Asmara (c) Citra Asmara, (d) Nyong Soputan, (e) Barca, (f) Bunga Bali, (g) Amanagari, (h) Bayu Samudra, (i) Matahati, (j) Albaik, (k) Mitra Indah, (l) Permata Minang, (m) Poseidon, (n) King Dancer, (o) Shamrock, (p) Mistral, (q) Ogan Junior, (r) Azzura, (s) Suryo Negoro, (t) Lady O’war, dan (u) Mitra Asmara
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
(g)
(h)
(i)
(j)
(k)
(l)
LAMPIRAN
49
Lampiran 1. (Lanjutan)
(m)
(n)
(o)
(p)
(q)
(r)
(s)
(t)
(u)
50
Lampiran 2. Foto Finish Kejuaraan Derby Nasional 2009 (a) kelas Pemula C/D, (b) kelas Pemula A/B, (c) kelas Remaja, (d) kelas 4 tahun C/D, dan (e) Kelas Thoroughbred.
(a)
(b)
(c)
(d)
(e) Lampiran 3. Foto Piala Kejuaraan Derby Nasional 2009
51
Lampiran 4. Foto Kuda Pemenang Derby Indonesia 2009 - Messa
Lampiran 5. Foto Finish Line
52
Lampiran 6. Foto Suasana Ruang Joki
Lampiran 7. Foto Penonton Kejuaraan Derby Nasional
53