POLA KOMUNIKASI PELATIH DENGAN ATLET BASKET (Studi Kasus Komunikasi Interpersonal Pelatih dengan Atlet Basket dalam Memicu Prestasi di Sritex Dragons Solo)
JURNAL Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Komunikasi
Disusun Oleh: JENNIE RAHARJO D0208008
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015
POLA KOMUNIKASI PELATIH DENGAN ATLET BASKET (Studi Kasus Komunikasi Interpersonal Pelatih dengan Atlet Basket dalam Memicu Prestasi di Sritex Dragons Solo)
Jennie Raharjo Drs. Dwi Tiyanto S.U
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
ABSTRACT This research has a purpose in general to describe and analyze patterns of interpersonal communication trainer in improving the athlete's performance in Sritex Dragons basketball Solo; and specifically for the purpose of describing and analyzing the messages communicated to the athlete coaches in basketball athletes improve performance; as well as the receipt of messages received from coaches athletes in basketball athletes improve performance. The method used in this study is a qualitative research with the case method. Data collection techniques used were interviews. Informants is a basketball coach and athlete in Sritex Dragons Solo. The results showed that: 1) the pattern of interpersonal communication between the coach and the player progresses in training and outside training. Communication during the training using face-to-face methods, while communication takes place in an after hours of exercise using the approach in athletes. 2) In a message to athletes, coaches can understand the characteristics of the athlete, communicate both formal and informal, that then coach use a personal approach with subtle language, motivate and give confidence to the athletes that athletes have the ability to achieve so that the message delivered by trainer acceptable to the athlete with good interpersonal and communication run is successful. 3) Athletes may receive a message that is conveyed by the coach as you wish trainer. Athletes can correctly interpret the content of the message as defined by the coach. This is consistent with the results of interviews with athletes that in conveying the message, the coach does not use a tone that is too high, so as not to cause the atmosphere became tense and ultimately the athlete can receive messages or opinion properly by the athlete.
Keywords: interpersonal communication patterns, coaches, athletes, basketball, Sritex Dragons Solo.
1
Pendahuluan Kehidupan manusia di dunia tidak dapat dilepaskan dari aktivitas komunikasi karena komunikasi merupakan bagian penting dari sistem dan tatanan kehidupan sosial manusia dan atau masyarakat. Komunikasi sudah menjadi bagian dari kegiatan seseorang sehari-hari. Jarang disadari bahwa prinsipnya tidak seorangpun dapat melepaskan dirinya dari aktivitas komunikasi. Oleh karena itu komunikasi memegang peranan yang sangat penting dalam kaitannya dengan pembentukan masyarakat. Komunikasi terdiri atas dua macam komunikasi satu arah, yakni komunikasi yang terjadi hanya dari komunikator ke komunikan tanpa adanya feedback. Yang kedua adalah komuniukasi dua arah yaitu komunikasi yang terjadi antara komunikator ke komunikan yang menimbulkan feedback terhadap komunikator. Secara garis besar pola komunikasi antara pelatih dan atlet basket Sritex Dragons Solo menggunakan komunikasi dua arah. Terjadi timbal balik informasi antara komunikator dan komunikan, dalam hal ini pelatih ke atlet dan begitu pula sebaliknya. “...Interpersonal communication is referred to as a systemic, unique and a continuous process of interaction between individuals and by individuals who make reflections and build personal knowledge of each other while creating and sharing meanings and forming relationships...” (Komunikasi interpersonal disebut sebagai sistemik, unik dan proses yang berkesinambungan interaksi antara individu dan oleh individu yang membuat refleksi dan membangun pengetahuan pribadi satu sama lain sekaligus menciptakan dan berbagi makna dan membentuk hubungan (Trenholm dan Jensen, 1992; Fisher dan Adams, 1994; Wood, 2002 dalam jurnalnya Maubane dan van Outdshoorn, 2011: 298). Berdasarkan dari tujuan komunikasi, maka komunikasi yang terjalin bisa terjadi karena adanya dorongan tertentu. Seperti misalnya dalam komunikasi yang dilakukan antara pelatih dan atlet
terkait dengan adanya dorongan ataupun
keinginan dari dua belah pihak untuk saling memberikan dan mendapatkan informasi. Adanya keterbukaan dalam komunikasi memudahkan komunikan memahami maksud dari pesan yang disampaikan oleh komunikator dan dapat mempengaruhi komunikan untuk bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan
3
harapan komunikator (Gunawati, 2006: 25). Dorongan inilah yang kemudian disebut sebagai motivasi dalam berkomunikasi. Pola komunikasi yang dilakukan pelatih dalam meningkatkan prestasi atletnya adalah dengan menggunakan pola komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal adalah model komunikasi yang dianggap paling efektif dalam berinteraksi dengan atlet basket karena sifatnya adalah dilakukan secara spontan, perilaku kebiasaan dan dilakukan dengan sadar. Hal ini dilakukan oleh pelatih karena mengharapkan adanya hubungan timbal balik antara pelatih dan atlet, atlet dan pelatih sehingga nantinya akan menimbulkan komunikasi dua arah yang berkualitas. Fokus penelitian ini adalah pada pola komunikasi interpersonal antara pelatih dan atlet Basket Sritex Dragons Solo dalam meningkatkan prestasi atlet. Komunikasi interpersonal antara pelatih dan atlet adalah komunikasi dua arah, khususnya antara atlet dan pelatih. Masalah yang sering timbul dalam hal kurang terjalinnya komunikasi yang baik antara pelatih dan atletnya adalah timbulnya salah pengertian yang menyebabkan atlet merasa diperlakukan tidak adil, sehingga tidak mau bersikap terbuka pada pelatih. Untuk menghindari terjadinya hambatan komunikasi, pelatih perlu menyesuaikan cara berkomunikasi dengan para atlet dan memperhatikan karakteristik atlet. Di lingkungan Sritex Dragons Solo, komunikasi yang efektif antara pelatih dan atlet tentunya akan menghasilkan kualitas pemain profesional yang lebih baik yang salah satunya ditandainya dengan peningkatan prestasi para atlet. Sebaliknya, komunikasi yang kurang efektif antara pelatih dan atlet justru akan berdampak terhadap menurunnya prestasi atlet
tersebut. Hal terpenting yang
harus diperhatikan untuk mengukur keberhasilan proses komunikasi pada atlet berupa keberhasilan prestasi pada saat mengikuti kompetisi. Terjalinnya komunikasi yang baik yang dilakukan oleh pelatih kepada atlet dan sikap terbuka dapat memberikan semangat bagi atlet. Pembinaan secara langsung dan keterbukaan pelatih pada atlet memberikan dampak yang positif terhadap prestasi atlet. Pelatih basket adalah profesi yang sangat penting, terutama ketika pelatih harus membantu atlet untuk
4
dapat menguasai
keterampilan baru, bersaing dengan orang lain, dan merasa lebih baik tentang pribadi mereka. Pelatih yang sukses tidak hanya harus memiliki teknik yang tepat, pengetahuan atau keterampilan mereka dalam bidang olahraga, tetapi mereka juga harus tahu bagaimana mengajar keterampilan tersebut bagi atletnya. Keberhasilan dan kinerja tim pelatih tergantung pada kemampuannya untuk berkomunikasi secara efektif dengan para atlet. Pelatih basket sebagai pemimpin dari sekelompok orang, dapat mengkodekan dan mengirim pesan kepada atlet untuk mempengaruhi perilaku mereka. Pentingnya peran seorang pelatih berdasarkan tujuan komunikasi dilihat dari aspek komunikasi maka yang akan dilihat adalah proses komunikasi antara pelatih dan atlet. Karena penyampaian pesan ada di komunikator harus diterima komunikan sebagaimana yang diinginkan oleh komunikator, sehingga komunikasi bisa berjalan dengan lancar. Penelitian ini merupakan studi kasus, yang ingin melihat bagaimana atlet di Sritex Dragons Solo dengan alasan atlet Sritex Dragons Solo merupakan atlet basket yang memiliki prestasi yang sangat membanggakan. Mengingat pentingnya komunikasi interpersonal antara pelatih dan atlet dalam sebuah tim dalam memicu prestasi atlet, berdasarkan aspek komunikasi interpersonal maka peneliti tertarik untuk mengkaji: “Pola Komunikasi Pelatih dengan Atlet Basket (Studi Kasus Komunikasi Interpersonal Pelatih dengan Atlet Basket dalam memicu Prestasi di Sritex Dragons Solo).
Perumusan Masalah 1. Secara Umum Bagaimanakah pola komunikasi interpersonal yang digunakan pelatih dalam memicu prestasi atlet?; 2. Secara Khusus a. Bagaimana pesan-pesan yang disampaikan pelatih kepada atlet dalam usaha meningkatkan prestasi?; b. Bagaimana atlet menerima pesan-pesan dari pelatih.
5
Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mendeskripsikan dan menganalisis pola komunikasi interpersonal pelatih dalam meningkatkan prestasi atlet basket di Sritex Dragons Solo. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis pesan-pesan yang disampaikan pelatih kepada atlet dalam meningkatkan prestasi atlet basket; b. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis penerimaan pesan-pesan yang diterima atlet dari pelatih dalam meningkatkan prestasi atlet basket.
Tinjauan Pustaka A. Komunikasi Komunikasi adalah pertukaran pesan verbal maupun non verbal antara si pengirim dengan si penerima pesan untuk mengubah tingkah laku (Arni, 2005: 4). Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan komunikasi adalah proses pemindahan atau penyampaian pengertian, informasi, pikiran, atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain sehingga memperoleh pengertian yang sama. Proses komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dari pengirim kepada penerima. Sejalan dengan pendapat Lasswell yang dikutip oleh Effendy (2004: 5) ada lima unsur yang harus dipenuhi dalam komunikasi, yaitu: a. Sumber (source), sering disebut juga pengirim (sender), penyandi (encoder), komunikator (communicator), pembicara (speaker) atau originator. Sumber adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi. b. Pesan (message), yaitu apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima. c. Media atau saluran (media, channel), yaitu alat atau wahana yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesannya kepada penerima. d. Penerima (communicant, receiver, recipient, audience), yaitu penerima pesan dari sumber.
6
e. Efek (effect, impact, influence), apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan. Jadi berdasarkan paradigma Laswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Dengan perkataan lain, pesan (message) yang disampaikan komunikator kepada komunikan terdiri atas isi (the content) dan lambang (symbol).
B. Komunikasi Interpersonal Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan pesertanya menangkap eaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun nonverbal (Mulyana, 2010: 81). Interpersonal communication as a process which begins as impersonal and becomes more and more personal as the interactions increase in frequency and intimacy (Komunikasi interpersonal sebagai suatu proses yang dimulai sebagai impersonal dan menjadi lebih dan lebih personal sebagai interaksi peningkatan frekuensi dan keintiman) (DeVito, 2001: 4). 1. Proses Komunikasi Interpersonal Setiap definisi komunikasi interpersonal diatas, menunjukkan adanya suatu proses dalam komunikasi. Adapun proses komunikasi merupakan tahapan-tahapan penyampaian pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan. Kotler dalam Effendy (2006: 18) mengatakan bahwa mengacu pada paradigma Harold Lasswell, terdapat unsur-unsur komunikasi dalam proses komunikasi, yaitu: a. Sender adalah komunikator yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah orang; b. Encoding (penyandian) adalah proses pengalihan pikiran ke dalam bentuk lambang; c. Message adalah pesan yang merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator;
7
d. Media adalah saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator kepada komunikan; e. Decoding adalah proses dimana komunikan menetakan makna lambang yang disampaikan komunikator kepadanya; f. Receiver adalah komunikan yang menerima pesan dari komunikator; g. Response adalah tanggapan, seperangkat reaksi komunikan setelah diterima pesan; h. Feedback adalah umpan balik, yaitu tanggapan komunikan apabila pesan tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator; i. Noise adalah gangguan yang tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator kepadanya. Dengan adanya kesembilan unsur diatas, diharapkan adanya suatu peningkatan hubungan interpersonal yang baik antara pelatih dan atlet yang dapat terjadi melalui sebuah pembicaraan.
2. Tujuan Komunikasi Interpersonal Ada 6 tujuan komunikasi interpersonal menurut Riswandi (2009: 87), berikut tujuan tersebut: a. Mengenal diri sendiri dan orang lain. b. Mengetahui dunia luar. c. Menciptakan dan memelihara hubungan menjadi lebih bermakna. d. Mengubah sikap dan perilaku. e. Bermain dan mencari hiburan. f. Membantu. Adapun tujuan komunikasi interpersonal menurut De Vito adalah: a. To Learn Komunikasi
interpersonal
memungkinkan
orang
untuk
dapat
memahami dunia luar, memahami orang lain dan dirinya sendiri. Dengan membicarakandiri sendiri dengan orang lain, seseorang dapat
8
mempelajari dirinya sendirimelalui feedback yang diberikan tentang perasaannya, pemikiran, dan perilakunya. Seseorang juga dapat mengerti dari feedback yang diberikan, bagaimanakah penilaian orang terhadap dirinya. b.
To Relate Salah satu kebutuhan Manusia adalah untuk dicintai dan disukai berinteraksi dan membangun relasi yang baik dengan yang lainnya, begitu pula sebaliknya, oleh sebab itu manusia harus membangun relasi yang baik dengan sesamanya, dan saling berinteraksi, salah satu caranya adalah dengan melakukan komunikasi interpersonal.
c.
To Influence Pengaruh sikap dan perilaku dari seseorang kepada orang lainnya dapat melalui komunikasi interpersonal, misalnya orang tersebut ingin mempersuasi orang lain untuk melakukan voting terhadap dirinya, membeli buku baru, atau mencoba diet baru. Banyak waktu yang digunakan oleh seseorang untuk melakukan komunikasi interpersonal yang bersifat persuasif. Berdasarkan penelitian yang ada, para peneliti menyimpulkan bahwa setiap komunikasi bersifat persuasif dan setiap tujuan dari berkomunikasi mencari hasil yang bersifat persuasi, contohnya: 1) Self presentation, seseorang merepresentasikan dirinya kepada orang lain, mengenai bagaimana orang itu ingin memiliki image diri di mata orang tersebut. 2) Relationship Goals, seseorang berkomunikasi untuk membentuk suatu relasi yang sesuai kebutuhannya. 3) Instrumental Goals, seserang berkomunikasi kepada orang lainnya dengan tujuan orang tersebut melakukan suatu hal yang sesuai keinginannya.
d. To Play Seseorang memerlukan waktu sejenak untuk break dari kejenuhan. Salah satunya dengan melakukan komunikasi interpersonal seperti
9
berbicara dengan teman mengenai akivitas akhir minggu, berdiskusi mengenai olahraga atau kencan, bercerita tentang suatu kisah atau lelucon, dan berbicara secara umum untuk menghabiskan waktu. e. To Help Dalam kegiatan sehari-hari komunikasi interpersonal dapat digunakan seseorang untuk menolong orang lain, seperti memberikan saran, masukan, nasihat, dan sebagainya. Dan hal ini juga dapat terjadi dengan menggunakan media tertentu, seperti email, dan lainnya. Keberhasilan dari fungsi komunikasi interpersonal ini untuk menolong tergantung dari skill dan pengetahuan dari komunikasi interpersonal orang yang melakukannya (De Vito, 2007: 7). Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi dua arah, khususnya antara atlet dengan pelatih. Masalah yang sering timbul dalam hal kurang terjalinnya komunikasi yang baik antara pelatih dengan atletnya adalah timbulnya salah pengertian yang menyebabkan atlet merasa diperlakukan tidak adil, sehingga tidak mau bersikap terbuka terhadap pelatih. Akibat lebih jauh adalah berkurangnya kepercayaan atlet terhadap pelatih. Untuk menghindari terjadinya hambatan komunikasi, pelatih perlu menyesuaikan teknik-teknik komunikasi dengan para atlet seraya memperhatikan asas individual. Keterbukaan pelatih dalam hal pogram latihan akan membantu terjalinnya komunikasi yang baik, asalkan dilakukan secara objektif dan konsekuen. Atlet perlu diberi pengertian tentang tujuan program latihan dan fungsinya bagi tiap-tiap individu. Sebelum program latihan dijalankan, perlu dijelaskan dan dibuat peraturan mengenai tata tertib latihan dan aturan main lainnya termasuk sanksi yang dikenakan jika terjadi pelanggaran terhadap peraturan yang telah dibuat tersebut. Jadi, menghindari keberlakukan suatu sanksi yang belum pernah diberitahukan sebelumnya (Singgih, 2004). Also important to note is that interpersonal communication and communication skills form a pivotal basis for the personal and professional identity and growth of individual professionals and that it
10
might be seen as a foundation for building relationships amongst people (penting untuk dicatat adalah bahwa komunikasi interpersonal dan keterampilan komunikasi membentuk dasar penting bagi pribadi dan identitas profesional serta pertumbuhan individu profesional dan itu bisa dipandang sebagai sebuah organisasi untuk membangun hubungan antara orang-orang (Wood, 2002: 11 dalam jurnalnya Maubane dan vanOudtshoorn 2011: p. 297
C. Pola Komunikasi Interpersonal Pola adalah suatu sistem, cara kerja atau usaha untuk melakukan sesuatu. Sedangkan komunikasi itu sendiri adalah suatu penyampaian suatu pernyataan kepada orang lain. Jadi dalam suatu komunikasi perlu adanya pola untuk bagaimana cara atau usaha untuk menyampaikannya. Agar suatu komunikasi dapat tersampaikan, sesuai tujuan dan kebutuhan.Pola komunikasi dapat bernilai positif dan negatif sesuai penyampaian dan isi yang disampaikan (Herdianto, 2011: 9). Pola komunikasi diartikan sebagai bentuk atau pola hubungan dua orang atau lebih dalam proses pengiriman dan penerimaan dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami (Djamarah, 2004: 1). Dimensi pola komunikasi terdiri dari dua macam, yaitu pola yang berorientasi pada konsep dan pola yang berorientasi pada sosial yang mempunyai arah hubungan yang berlainan (Sunarto, 2006: 1). Lebih lanjut Tubbs dan Moss mengatakan bahwa pola komunikasi atau hubungan tersebut dapat dicirikan oleh komplementaris atau simetris. Dalam hubungan komplementer satu bentuk perilaku dominan dari satu partisipan mendatangkan perilaku tunduk dan lainnya. Dalam simetri, tingkatan sejauh mana orang berinteraksi atas dasar kesamaan. Dominasi bertemu dengan dominasi atau kepatuhan dengan kepatuhan (Tubbs, Moss, 2001: 26). Disini dapat dilihat bagaimana proses interaksi menciptakan struktur sistem. Bagaimana orang merespon satu sama lain dapat menentukan jenis hubungan yang mereka miliki.
11
Berdasarkan pengertian diatas maka suatu pola komunikasi adalah bentuk atau pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam proses pengiriman dan penerimaan pesan yang dikaitkan dua komponen, yaitu gambaran atau rencana yang meliputi langkah-langkah pada suatu aktifitas dengan komponen-komponen yang merupakan bagian penting atas terjadinya hubungan komunikasi antar manusia atau kelompok dan organisasi. Dalam proses pola komunikasi interpersonal terdapat unsur-unsur komunikasi yaitu: 1. Komunikator Komunikator adalah pihak yang bertindak sebagai pengirim pesan dalam sebuah proses komunikasi. Dengan kata lain, komunikator merupakan seseorang atau sekelompok orang yang berinisiatif untuk menjadi sumber dalam sebuah hubungan. Seorang komunikator tidak hanya berperan dalam menyampaikan pesan kepada penerima, namun juga memberikan respons dan tanggapan, serta menjawab pertanyaan dan masukan yang disampaikan oleh penerima, dan publik yang terkena dampak dari proses komunikasi yang berlangsung, baik secara langsung maupun tidak langsung Wiryanto, 2000: 63). 2. Komunikan Komunikan adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. Komunikan bisa terdiri satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok. Komunikan biasa disebut dengan berbagai macam istilah, seperti khalayak, sasaran, penerima pesan, atau dalam bahasa Inggris disebut audience atau receiver. Dalam proses komunikasi telah dipahami bahwa keberadaan komunikan adalah akibat karena adanya sumber. Tidak adanya komunikan jika tidak ada komunikator atau sumber. Komunikan adalah elemen penting dalam proses komunikasi, karena dialah yang menjadi sasaran dari komunikasi. Jika suatu pesan tidak diterima oleh penerima, akan menimbulkan berbagai macam masalah yang sering kali menuntut perubahan, apakah pada sumber, pesan, atau saluran.
12
D. Prestasi Atlit Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu ”Presesatie” yang kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi ”Prestasi” yang berarti hasil usaha. Sedangkan menurut Qohar (1983: 56) berpendapat prestasi adalah apa yang telah diciptakan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja. Sementara itu Widodo (2000: 594) berpendapat, bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai. Pada umumnya prestasi ini digunakan untuk menunjukkan suatu pencapaian tingkat keberhasilan tentang suatu tujuan atau bukti suatu keberhasilan. Prestasi sendiri memiliki beberapa pengertian diantaranya hasil yang telah dicapai, dilakukan dan dikerjakan. Karena itu, berbagai gelar atau predikat diberikan sebagai suatu bentuk penghargaan atas prestasi yang diperoleh seseorang. Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2003), prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari suatu usaha yang telah dikerjakan. Sedangkan menurut Djamarah (2002) prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, dan diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa suatu prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari suatu usaha yang telah dikerjakan dan diciptakan bagaimanapun keadaannya dan didapatkan dengan adanya usaha terlebih dahulu baik secara individu maupun kelompok. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Menurut Chaplin (dalam Arisanti & Wirawan, 2010), prestasi adalah pencapaian yang dicapai oleh seseorang atau suatu tingkatan khusus dari kesuksesan karena telah mempelajari tugas-tugas yang ada dalam satu bidang. Prestasi seorang atlet dapat diukur melalui seberapa sering ia bertanding dan memperoleh kemenangan dalam setiap pertandingan. Adisasmito (2007) menyatakan bahwa prestasi atlet merupakan kumpulan dari hasil-hasil yang dicapai oleh atlet dalam melaksanakan tugas yang diberikannya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa prestasi adalah sesuatu hal yang dicapai berdasarkan apa yang telah dilakukan oleh individu.
13
Adisasmito (2007) menambahkan bahwa atlet dengan motivasi berprestasi yang tinggi cenderung memiliki aktivitas yang menantang, serta menghindari tugas yang terlalu mudah karena atlet tersebut tidak mendapatkan kepuasan dari tugas yang terlalu mudah itu. Tantangan bagi seorang atlet yang memiliki rasa motivasi berprestasi yang tinggi merupakan sebuah motivator untuk mereka. Selain itu, atlet dengan motivasi berprestasi yang tinggi selalu melakukan evaluasi dari setiap performa mereka, dalam hal ini adalah pertandingan. Mereka tidak sungkan untuk meminta feedback dari pelatih mereka mengenai performa mereka selama pertandingan. Ada tiga faktor yang mempengaruhi pencapaian prestasi atlet, yaitu faktor fisik, teknis dan psikologis. Ketiga faktor tersebut saling berkaitan dalam memunculkan prestasi yang optimal. Ketiga faktor tersebut merupakan modal untuk seorang atlet menjadi atlet unggul dan mencapai prestasi puncak dalam bidangnya. Menurut Adisasmito (2007), apabila ada salah satu faktor yang tidak optimal, maka prestasi yang dicapai juga tidak optimal. Adisasmito menjelaskan bahwa faktor fisik merupakan faktor yang berhubungan dengan bentuk tubuh dan kemampuan atlet. Bentuk tubuh yang ideal berpengaruh terhadap prestasi atlet. Faktor fisik bukan hanya bentuk tubuh, melainkan kondisi fisik yang prima, daya tahan (endurance), fleksibilitas, koordinasi gerak, dan kekuatan, baik untuk latihan maupun untuk pertandingan. Teknik berhubungan dengan keterampilan khusus yang dimiliki atlet dan latihan yang dilakukan atlet. Dengan latihan yang teratur dan intensif maka
keterampilan
yang
telah
dimiliki
dapat
dikembangkan
atau
dioptimalkan. Teknik sendiri dapat mempengaruhi prestasi atlet, dengan menguasai teknik bermain yang baik maka prestasi yang dicapai oleh atlet dapat maksimal.
Metode Penelitian Metode penelitian dalam suatu penelitian bertujuan untuk mandapatkan data yang valid. Tanpa menggunakan suatu metode, maka seorang peneliti akan
14
kesulitan untuk menentukan, merumuskan, dan memecahkan suatu permasalahan dalam mengungkapkan kebenaran. Penelitian mengenai pola komunikasi interpersonal antara pelatih dan atlet ini termasuk penelitian kualitatif. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus. Studi kasus merupakan metode riset yang menggunakan sumber data sebanyak mungkjin yang dapat digunakan untuk meneliti, menguraikan, dan menjelaskan secara komperehensif dalam berbagai aspek individu, kelompok, suatu program, organiasi, atau peristiwa secara sistematis (Kriyantono, 2008: 65). Secara epistimologi (cara memperoleh realitas) peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif karena dalam penelitian ini faktor-faktor yang membentuk pola komunikasi interpersonal ini terbentuk bukan dari satu faktor saja, akan tetapi dari banyak faktor-faktor pembentuk (majemuk) sehingga dikatakan penelitian kualitatif yang menggambarkan mengenai peningkatan prestasi atlet melalui komunikasi interpersonal antara pelatih dan atlet. Penelitian ini dilakukan di Sritex Dragons Solo, Jawa Tengah. Peneliti mengambil nara sumber dari 1 pelatih dan 12 pemain basket pada klub Sritex Dragons Solo. Lokasi ini diambil oleh peneliti dengan pertimbangan bahwa Sritex Dragons Solo merupakan salah satu klub basket besar di Indonesia yaitu peringkat 3 besar di WNBL (Woman Nasional Basketball Leaugue), dan kebetulan letaknya di Solo, sehingga memudahkan Peneliti untuk mengakses data dan melakukan interview. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi interview dan studi pustaka. Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara Peneliti menggunakan interview guide yang dilakukan terhadap pelatih dan atlet di Sritex Dragons Solo yang disusun berdasarkan perumusan masalah.
Sajian dan Analisis Data A. Gambaran Komunikasi Interpersonal Pelatih dan Atlet Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi tatap muka, karena itu kemungkinan umpan balik besar sekali. Dalam komunikasi tersebut, atlet
15
dapat langsung menanggapi dengan menyampaikan umpan balik. Dengan demikian, diantara pelatih dan atlet terjadi interaksi yang satu mempengaruhi yang lain, dan kedua-duanya saling mempengaruhi dan memberi serta menerima dampak. Komunikasi yang lancar ditandai dengan hubungan interpersonal atau hubungan emosional yang baik. Disini dapat dilihat bahwa hubungan kedekatan atau relasi yang baik antara pelatih dan atlet harus selalu dijaga karena dengan demikian atlet akan merasa dekat secara emosional dan dengan sendirinya atlet akan percaya dan membuka diri kepada pelatihnya. Bentuk komunikasi interpersonal yang dilakukan pelatih terhadap atletnya sebagaimana yang dipaparkan Coach Bayu sebagaimana hasil wawancara adalah pelatih mengajak atletnya untuk berbicara secara empat mata, pelatih memanggil setiap atlet yang ingin diajak berkomunikasi. Pelatih selalu memberikan nasihat dan dukungan yang sangat dibutuhkan seorang atlet untuk membangun semangat. Atlet juga sangat membutuhkan motivasi dari pelatih hal ini akan membangun mental seorang atlet agar dapat bermain baik dalam pertandingan nantinya.
B. Pesan-Pesan yang Disampaikan Pelatih kepada Atlet dalam Usaha Meningkatkan Prestasi Atlet Dalam menyampaikan pesan maupun pendapatnya, pelatih dapat terlebih dulu memahami karakteristik atlet, skill, watak, sikap dan perilaku atlet, mengajak berkomunikasi secara halus dan memahami perasaan atletnya serta penekanan peningkatan prestasi atlet dengan cara mensupport atlet bahwa atlet memiliki keunggulan. Pada saat atlet melakukan kegagalan dalam bertanding maka yang dilakukan pelatih adalah melakukan pendekatan secara personal, di sana pelatih selalu menjelaskan dan memberikan arahan mengenai letak kekurangan atlet pada saat berlatih maupun pada saat bertanding Untuk dapat mengerti keadaan atlet dapat diperoleh dengan mengetahui atau mengenal hal-hal penting yang ada pada diri atlet yang bersangkutan. Pengetahuan sekadarnya saja tidak cukup bagi pelatih untuk mengetahui keadaan psikologi atletnya. Dasar dan sikap mau memahami keadaan
16
psikologi atletnya adalah pengertian pelatih bahwa setiap orang memiliki sifat-sifat khusus yang memerlukan penanganan khusus pula dalam hubungan dengan pengembangan potensinya. Menurut yang disampaikan informan dapat diketahui bahwa pelatih sangat peduli dengan atletnya, memahami keadaan atlet serta mementingkan perasaan atletnya. Sehingga hubungan antara pelatih dan atlet selalu terjaga dengan baik.
C. Penerimaan Pesan-Pesan yang Diterima Atlet dari Pelatih dalam Meningkatkan Prestasi Atlet Alet dapat mengerti dan selanjutnya dapat menerima pesan dan pendapat dari pelatih, jika pesan yang disampaikan pelatih menggunakan bahasa dan cara yang lebih halus tanpa merusak suasana menjadi tegang. Selanjutnya suatu pesan baru dapat ditafsirkan secara baik oleh atlet sehingga atlet memahami isi pesan sebagaimana yang dimaksud oleh pelatih. Berdasarkan hasil wawancara dengan atlet maka dapat diketahui bahwa atlet dapat menerima pesan yang disampaikan oleh pelatih, sehingga pola komunikasi interpersonal antara pelatih dan atlet Sritex Dragons Solo berjalan dengan baik sesuai dengan yang diinginkan pelatih yang pada akhirnya atlet dapat meningkatkan prestasinya di bidang oleh raga basket.
Kesimpulan Pola komunikasi interpersonal antara pelatih dan atlet Basket Sritex Dragons Solo berlangsung pada saat latihan dan diluar latihan. Komunikasi pada saat latihan menggunakan metode tatap muka, sedangkan komunikasi yang berlangsung pada diluar jam latihan menggunakan metode pendekatan pada atlet dan rasa emphati pelatih terhadap atlet sangat penting dilakukan. Adanya keterbukaan antara pelatih dan atlet sehingga terjalin hubungan interpersonal yang baik antara pelatih dan atlet. Secara lebih rinci pola komunikasi interpersonal antara pelatih dan atlet Sritex Drogons Solo dalam penelitian ini, maka peneliti dapat menyimpulkan:
17
1.
Dalam menyampaikan pesan kepada atlet, pelatih dapat memahami karakteristik atlet, berkomunikasi baik secara formal dan informal, menekankan pada peningkatan terlebih dahulu, yang kemudian pelatih menggunakan pendekatan secara personal dengan bahasa yang halus, memotivasi dan memberikan kepercayaan kepada atlet bahwa atlet memiliki kemampuan untuk mencapai prestasi sehingga pesan yang disampaikan oleh pelatih dapat diterima oleh atlet dengan baik dan komunikasi interpersonal yang dijalankan bisa dikatakan berhasil.
2.
Atlet dapat menerima pesan yang disampaikan oleh pelatih sesuai keinginan pelatih. Suatu pesan yang disampaikan pelatih harus mudah dimengerti dan tersimpan di dalam benak pikiran atlet. Selanjutnya suatu pesan baru dapat ditafsirkan secara benar bila atlet telah memahami isi pesan sebagaimana yang dimaksud oleh pelatih. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan atlet bahwa dalam menyampaikan pesan, pelatih tidak menggunakan nada yang terlalu tinggi, sehingga tidak menimbulkan suasana menjadi tegang yang pada akhirnya atlet dapat menerima pesan atau pendapat dengan baik oleh atlet.
Saran Merujuk pada hasil kesimpulan berdasarkan dari analisa data mengenai pola komunikasi interpersonal pelatih dan atlet, maka saran yang mungkin bisa dijadikan sebagai bahan perbaikan dan peningkatan hubungan secara personal antara pelatih dan atlet, adalah pelatih hendaknya dapat meningkatkan kompetensi berkomunikasi secara personal dalam menghadapi atlet. Sehingga atlet jadi lebih terbuka kepada pelatih dan pelatih dapat mengetahui apa keinginan atletnya. Disamping itu atlet dapat mengetahui apa kekurangan dan kelebihannya. Agar dapat tercipta suasana yang bersahabat sehingga dapat meraih tujuan yang diinginkan bersama.
18
Daftar Pustaka Buku: Adisasmito, L.S. 2007. Mental Juara Modal Atlet Berprestasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Arisanti, P.K. & Wirawan, H. E. 2010. Gambaran Motivasi Berprestasi pada Atlet Bulu Tangkis Berusia Remaja. Jurnal. Chaplin, J.P. 1995. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. DeVito, Joseph A. 1997. Komunikasi Antarmanusia Kuliah Dasar. Jakarta: Professional Books. DeVito, Joseph A. 2001. The Interpersonal Communication Book: Ninth Edition. Longman: New York San Fransisko Boston. Effendy, Onong Uchjana. 2006. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosda Karya. Gunarso, Singgih D. 2004. Psikologi Olahraga Prestasi. PT. BPK Gunung Mulia: Jakarta. Mulyana, Dedy. 2010. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Pederson, M. & Laucella. 2007. Strategic Sport Communication. United States: Human Kinetics. Qohar, Mas’ud Hasan Abdul. 1983. Kamus Ilmu Populer. Jakarta: Bintang Pelajar. Riswandi. 2009. Ilmu Komunikasi. Jakarta: Graha Ilmu Ruslan, Rosady. 2010. Metode Penelitian: Public Relations dan Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss. 2001. Human Communication. Edisi ke-2. New York: Random House. Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suprapto, T. 2009. Pengantar Teori Komunikasi. Yogyakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Widodo. 2000. Kamus Ilmiah Populer. Yogyakarta: Absolut. Wiryanto. 2000. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: PT.Grasindo.
19