“POLA ASUH DALAM NUCLEAR FAMILY DI JEPANG” 1
Diana Mai Putri1, Dewi Kania Izmayanti2, Irma2 Mahasiswa Jurusan Sastra Asia Timur, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Bung Hatta E-mail :
[email protected] 2 Dosen Jurusan Sastra Asia Timur, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Bung Hatta
Abstract In this thesis author have been researching about parenting of the nuclear family in Japan. The reason of author took this title is because, authors want to know how about family structure and parent’s role, as well as parenting of a nuclear family in Japan. This study purpose is describe the family structure and the parent’s role, as well as parenting of nuclear family in Japan. In this case, the method use is descriptive method. To analyze data, the authors use theory of culture, family functions, roles and parenting. From the results of study, author find that was changing of family structure from a big family (extanded family) became a nuclear family bring influence to parenting of children in family Japan.Within the nuclear family the responsibility to takecare of a children, is parent do especially a mother. In that case Japanese mother have a role by themselve, such as a healthy diet, to teach kids intelligence for make them ready to became knowledge/education human. Educate shame culture so that children can prepare themselves for life in society, and became usual for be alone, hard work, earnest, discipline, and polite. The goal is they can make a child who has a superior private. Key words: nuclear family, parent’s role, mother, parenting, child.
Pendahuluan Anak-anak
mulai
dan
Dalam nuclear family di Jepang, ibu
mendapatkan ilmu pengetahuan berawal
mempunyai peran yang sangat penting
dari sebuah keluarga. Dalam keluarga,
dalam mendidik anak-anaknya. Semua itu
yang berperan besar sebagai pendidik
karena, ibu lebih mempunyai banyak
anak-anak
waktu
adalah
dididik
orangtua
terutama
mengasuh
anaknya
di
rumah
seorang ibu. Sebelum Perang Dunia ke II,
dibandingkan ayah. Karena tugas utama
masyarakat Jepang hidup dalam bentuk
ayah adalah sebagai pencari nafkah untuk
keluarga besar (extanded family) dengan
keluarga.
sistem pranata tradisional ie. Namun,
Peranan berhubungan dengan tugas,
bentuk keluarga ini terus mengalami
fungsi, kewajiban dan tanggungjawab.
penurunan dikarenakan industrialisasi yang
Kewajiban seorang suami dalam keluarga
terjadi di Jepang. Sehingga, sebagian besar
adalah mencari nafkah untuk istri dan
masyarakat Jepang dewasa ini, hidup
anaknya, sebagai ayah juga ikut berperan
dalam keluarga inti atau nuclear family.
dalam mendidik dan mengasuh anak1
anaknya. Sedangkan tanggungjawab utama
Menurut
istri sebagai seorang ibu adalah mendidik
deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan
dan mengasuh anak (Brunetta, 1989:19).
tidak terbatas sampai mengumpulkan dan
Menurut Kartikawati (2000:40) dalam penelitiannya yang berjudul “Ibu Pekerja Purna Waktu dan Pengaruhnya Terhadap Perkembangan
Anak
Di
Jepang
Moleong
(1993:3),
metode
penyusunan data saja, tetapi analisa, fungsi serta arti dari data itu sendiri. Sumber data berasal dari berbagai bukubuku
tentang
pola-pola
kebudayaan
menjelaskan, sebagai ibu rumah tangga,
Jepang, keluarga tradisional ie, ikuji,
wanita mempunyai peran yang cukup besar
psikologi anak, perkembangan motorik
untuk
muda
anak, komunikasi orangtua dan anak
terutama anak dan remaja dalam rangka
merupakan sumber data primer. Artikel,
pembangunan manusia seutuhnya. Kualitas
jurnal, skripsi dan internet adalah sumber
anak dan remaja yang baik ditentukan oleh
data sekunder dengan tujuan memperoleh
peranan ibu dalam mengasuh.
sebanyak mungkin informasi yang sesuai
pengembangan
generasi
Untuk itu, kebanyakan dari para wanita
dengan topik penelitian.
Jepang yang berpendidikan tinggi lebih
Data yang diperoleh dari buku-buku,
memilih untuk berhenti bekerja setelah ia
dan internet dideskripsikan. Kemudian,
melahirkan, alasannya adalah mereka lebih
dianalisa
mementingkan mendidik anak dan punya
kesimpulan, diperkuat dengan kasus atau
banyak waktu bersama anak-anaknya di
contoh dan pendapat ahli yang sesuai
rumah,
dengan penelitian yang dilakukan yaitu
karena
orangtua
merupakan
cerminan untuk anak (Sari, 2007:38).
berperan
sebagai
penting
dalam
sosok
mendapatkat
sebuah
tentang pola asuh dalam nuclear family di
Besarnya peran orangtua khususnya ibu, menjadikannya
untuk
yang
menciptakan
seorang manusia yang unggul. Oleh karena
Jepang (anak usia 0-6 tahun). Hasil Dan Pembahasan 1. Struktur Orangtua.
Keluarga Struktur
dan
keluarga
Peranan Jepang
itu, struktur keluarga, peranan orangtua
terbagi menjadi struktur keluarga besar
serta pola asuh dalam nuclear family di
(extanded family) dengan sistem pranata
Jepang inilah yang sangat menentukan
tradisional ie dan keluarga inti (nuclear
generasi muda Jepang yang berkarakter.
family). Dalam ie, masing-masing anggota
Metodologi
keluarga memiliki peran yang telah diatur
Metode
yang
digunakan
dalam
secara turun-temurun.
penelitian ini adalah metode deskriptif. 2
Menurut Panjaitan (1991:18), pemimpin ie disebut kachou, sebagai seorang kachou,
anggota keluarga hanya terdiri dari ayah, ibu, satu atau dua orang anak.
ia memiliki kekuasaan yang sangat besar.
Menurut Widyaningsih (28:2009), peran
Ia berhak menentukan segala sesuatu demi
yang dimiliki oleh anggota keluarga telah
ie. Kachou mengelola ie dan menjaga
berubah seiring beralihnya sistem keluarga
kelangsungan hidup semua anggotanya.
besar atau extended family ke keluarga
Dalam ie, terdapat pembagian peran
nuclear. Pada keluarga besar, orangtua
dari masing-masing anggotanya. Kachou
memiliki peran yang diwarisi secara turun-
berperan sebagai kepala keluarga, ayah
temurun dari generasi sebelumnya, yaitu
bagi anak-anaknya, juga sebagai pemimpin
ayah sebagai kepala keluarga yang mencari
ie yang didampingi oleh istri. Peran istri
nafkah dan ibu yang berperan sebagai ibu
selain sebagai ibu yang melahirkan anak,
rumah tangga yang mengurus anak-anak
juga berperan dalam membantu suami
dan rumah tangga. Tetapi pada keluarga
menjalankan usaha ie. Kehadiran anak
nuclear, interaksi antara orangtua lebih
laki-laki dalam ie sangat dinanti-nanti
hangat karena memungkinkan terjadinya
kerena anak laki-laki yang nantinya akan
pertukaran peran antara suami dan istri.
meneruskan kesinambungan ie.
Pada kehidupan keluarga sehari-hari
Ie dipertahankan pada garis keturunan
masyarakat Jepang dewasa ini, para istri
laki-laki. Sebagian besar harta kekayaan ie
ketika melahirkan dengan suka rela untuk
akan diwariskan kepada anak laki-laki.
berhenti bekerja agar dapat fokus dalam
Namun, apabila kachou tidak mempunyai
mengasuh anak-anaknya di rumah. Mereka
anak laki-laki satu orangpun, maka kachou
menyadari
akan mengangkat anak laki-laki yang
seorang
disebut yooshi atau jika anak perempuan
dalam membesarkan anak khususnya usia
manikah, maka kachou akan mewariskan
0-6 tahun. Namun, karena kebanyakan dari
kekuasaan pada menantu laki-laki yang
wanita Jepang yang berpendidikan tinggi,
disebut mukoyoshi (Panjaitan, 1991:20).
mereka tetap ingin bekerja. Tidak heran,
Namun,
struktur
keluarga
ibu
bahwa
perannya
sebagai
adalah bertanggungjawab
besar
dewasa ini banyak wanita Jepang yang
(extanded family) ini terus mengalami
kembali bekerja setelah anak-anak mereka
perubahan dari waktu-kewaktu diakibatkan
mamasuki usia sekolah dasar.
oleh industrialisasi yang terjadi di Jepang.
Alasan para istri bekerja kembali di luar
Dewasa ini masyarakat Jepang lebih
rumah adalah gaji suami yang tidak
banyak hidup dalam bentuk keluarga inti
mencukupi, biaya pendidikan anak yang
(nuclear family). Dalam nuclear family ini,
semakin meningkat, gaji suami mencukupi 3
namun dengan mempunyai penghasilan
dinilai sangat penting di dalam kondisi
sendiri
sosial masyarakat Jepang pada saat ini.
dapat
keluarga
menambah
penghasilan
yang bisa digunakan untuk
Survey di Jepang yang dilakukan oleh
membiayai pendidikan anak dan alasan
Child
yang terakhir adalah untuk mengisi waktu
memperlihatkan, bagaimana ayah sangat
luang (dalam Sari,2007:22).
berharap dapat menghabiskan waktunya
Namun, dengan bekerjanya istri, bukan berarti mereka lupa akan tanggungjawab
Research
Net
pada
2006
bersama anak-anak meskipun hanya 1 sampai 2 jam saja dalam sehari.
utama sebagai ibu dalam mendidik dan
Dengan sedikitnya waktu yang dimiliki
mengasuh anak-anak di rumah. Bagi
ayah Jepang, biasanya ayah akan mencoba
wanita Jepang, bekerja di luar rumah
untuk memanfaatkan waktu luang bersama
bukan merupakan prioritas utama dalam
anak-anak dan istrinya ketika akhir pekan
hidupnya.
Ia tetap menyadari bahwa
untuk pergi jalan-jalan atau makan di
mengasuh anak merupakan tugas yang
restoran sebagai imbalan karena kesibukan
terpenting sebagai seorang ibu.
ayah dalam bekerja sehari-hari.
Suami pada keluarga nuclear Jepang,
Selain itu, para ayah di Jepang juga
berperan sebagai pencari nafkah utama
mempunyai harapan besar terhadap anak-
dalam
bertanggungjawab
anaknya. Survey yang dilakukan oleh
penuh terhadap keseluruhan kehidupan
Child Research Net juga menjelaskan, para
keluarganya. Namun, melihat seorang ayah
ayah di Jepang memiliki harapan supaya
juga memegang peranan penting dalam
anak-anaknya kelak dapat menghargai
mendidik anak. Mereka menyadari bahwa
teman, keluarga, dan tidak menimbulkan
tanggungjawabnya bukan hanya dalam
masalah bagi orang lain.
keluarga.
mencari
nafkah
Ia
tetapi
juga
dalam
Dengan ikut sertanya
ayah dalam
perawatan dan pendidikan anak-anaknya
mendidik dan mengasuh anak-anaknya di
bersama sang istri.
rumah,
akan berdampak positif bagi
Menurut Ghiamitasya (2012:101), pria
kepribadian anak itu sendiri. Anak akan
(ayah) di Jepang juga memiliki peranan
merasa aman karena mendapatkan kasih
penting dalam pengasuhan anak, meskipun
sayang dari ayah dan ibu (Alex, 1986:23).
dengan tingkatan yang
berbeda dengan
Selain ayah, yang paling berperan
ibu. Peran ayah dalam pengasuhan bukan
dalam mengasuh anak adalah ibu. Peran
sebagai sosok utama, kehadiran ayah
penting seorang ibu bagi keluarga adalah
merupakan
untuk
child raising atau membesarkan anak. Hal
memberi dukungan kepada ibu, yang
ini tidak dapat digantikan oleh ayah karena
sebagai
pelengkap
4
tuntutan pekerjaan yang sangat menyita
di rumah. Mereka merasa tidak nyaman
waktu. Sehingga ayah tidak mempunyai
katika harus tetap bekerja di luar sementara
banyak waktu untuk mengurus anak-anak
menitipkan anak di tempat penitipan anak
di rumah. Seorang ibu bertanggungjawab
hoikuen. Akhirnya, pilihan untuk berhenti
akan
bekerja dan fokus mengasuh anak di rumah
kualitas
anak-anaknya,
baik
pendidikan maupun kepribadian (Herawati, 1998:58). Pada
diambil oleh wanita Jepang. Hal ini dapat terlihat pada survey yang
awalnya,
wanita
di
Jepang
juga dilakukan oleh Child Research Net di
mengalami kesulitan ketika harus memilih
tahun 2006 menyatakan, persentase istri
antara pekerjaan atau punya anak melihat
yang bekerja selama membesarkan anak
tinggnya biaya kehidupan dan pendidikan
usia (0-2 tahun) jauh lebih rendah yaitu
di Jepang. Mereka masih tetap ingin
22,8 %. Sedangkan persentase istri yang
bekerja sambil mengurus pekerjaan rumah
tidak bekerja karena ingin fokus mengasuh
tangganya. Tetapi hal tersebut sangat sulit
anak dirumah lebih tinggi yaitu 74,8 %.
bila dikerjakan berbarengan. Pada akhirnya mereka lebih memilih
Alasan mereka tidak bekerja karena, ibu Jepang menyadari besarnya tanggungjawab
untuk punya anak dan berhenti bekerja full
mereka
dalam
hal
mendidik
dan
time. Kemudian beralih untuk bekerja part
membesarkan anaknya di rumah. Anak
time dikarenakan waktu bekerja part time
sangat membutuhkan kasih sayang dan
lebih dapat disesuaikan.
perhatian dari orangtua terutama ibu
Dapat dilihat pada hasil survey yang
khususnya pada 6 tahun pertama. Karena
juga dilakukan oleh Child Research Net di
pada masa itu anak hanya menerima
tahun 2006, persentase istri yang bekerja
didikan dari lingkungan keluarganya.
full time selama masa kehamilan adalah
Shimoda mengatakan, apabila seorang
60,4 %, persentase istri yang bekerja part
ibu mengabaikan anaknya, maka anak
time adalah 9.6 %. Setelah melahirkan dan
tidak akan tumbuh menjadi orang yang
mengasuh anaknya dirumah, persentase
dihormati
istri yang bekerja full time menurun
kepribadian seorang anak, berhubungan
menjadi 49,2 %. Sedangakan persentase
erat dengan peran ibu dalam mendidik dan
istri yang bekerja part time meningkat
mengasuh anaknya di rumah (dalam
menjadi 28,6 %.
Herawati, 1998:64).
dan
dihargai.
Pembentukan
Namun, wanita Jepang yang bekerja
Wanita Jepang selain mengasuh anak,
sambil mengasuh anak juga tidak dapat
sebagai seorang istri ia juga dituntut pintar
secara maksimal dalam mendidik anaknya
dalam membuat anggaran rumah tangga 5
dari gaji yang diperoleh dari suami. Uang
bergizi dan menjaga kesehatan anak-
yang
anaknya.
didapatnya
dianggarkan
sesuai
Selain
itu,
ibu
mulai
dengan kebutuhan rumah tangga, seperti
menanamkan pendidikan moral berupa
untuk biaya keperluan rumah tangga, biaya
nilai-nilai kedisiplinan, sopan santun dan
pendidikan anak-anak dan lain-lain (Sari,
budaya yang diyakini oleh masyakaratnya.
2007:16).
Sejak dini anak sudah dibiasakan oleh ibu
Bagi wanita Jepang, tugasnya sebagai ibu
adalah
mendidik
anak-anak
untuk melakukan kebiasaan yang baik
dan
ketika di rumah, berupa cara duduk,
sebagai istri mengurus rumah tangga sudah
kebiasaan makan, dan cara masuk atau
merupakan tanggungjawab. Ia berperan
keluar rumah Jepang.
dalam menanamkan norma dan nilai pada
Seperti, ibu Jepang melatih budaya
anak-anaknya dimasa kecil karena semua
sopan santun pada bayinya. Ibu berbicara
hal yang ia lakukan untuk anaknya sangat
dan
berpengaruh bagi kepribadian sang anak.
salam. Kemudian bayinya meniru secaa
Sehingga, keberhasilan anak di lingkungan
perlahan-lahan. Apabila si bayi menjawab
sosial dan akademik nantinya merupakan
lagi, si ibu mulai mengerakkan kepala dan
keberhasilan ibu dalam mendidik anak-
bahu bayinya (Benedict, 1982:270).
anaknya di rumah.
atau
bersenandung
mengucapkan
Ibu Jepang juga melatih anak untuk
2. Pola Asuh Dalam Nuclear Family di
patuh, seperti dalam hal mengkonsumsi
Jepang. Dalam hal mengasuh anak, ibu-
sayur, ibu Jepang melakukannya dengan
ibu di Jepang mempunyai pola tersendiri.
berbicara lembut dan penuh kasih sayang :
Pada pola pengasuhan anak usia 0-1,5
“Eat it,” and “Eat a little,” and than ‘You
tahun,
can
ketika
anak
masih
sangat
eat
it
tomorrow.
(Makan,
dan
membutuhkan perlindungan dari sang ibu,
makanlah sedikit demi sedikit, apabila
si ibu merawat dengan sepenuh hatinya,
kamu
yaitu dengan cara sentuhan fisik (body
mencobanya besok (Devies, 2002:137).
tidak
mampu,
kamu
dapat
contact).Contohnya pemberian ASI, mandi
Selain itu, ibu Jepang juga mulai
dan tidur bersama. Tujuan diperlukannya
mendidik anaknya untuk terbiasa dan
sentuhan fisik dari sang ibu kepada bayi
teratur buang air besar ke toilet. Ibu Jepang
adalah untuk menciptakan suatu hubungan
tidak membiasakan bayinya menggunakan
yang dekat dan aman antara ibu-anak.
popok karena dapat menyebabkan bayi
Pada pola pengasuhan anak usia 1,5-3
meresa tidak nyaman. Oleh karena itu, ia
tahun, ibu Jepang tetap senantiasa menjaga
selalu senantiasa melatih supaya bayinya
asupan makanan rumah (family food) yang
dapat
terbiasa
ke
toilet.
Cara
yang 6
dilakukan oleh ibu yaitu, memperhatikan
tahun masih menangis, ibu Jepang berkata
gelagat dan mempelajari ekspresi raut
kepada anaknya, “Kamu bukan anak
muka anak, apabila anak terlihat ingin pup,
perempuan, atau “Kamu seorang pria”.
ibu segera membawa ke toilet, selanjutnya
Atau ia akan berkata, “Lihatlah bayi itu, ia
ia menunggui dengan sabar sambil bersiul
tidak menangis”. Ketika ada bayi lain
rendah-rendah dan dengan sendirinya si
berkunjung, maka ibunya akan membelai
anak akan belajar menyadari maksud dari
bayi tersebut sambil berkata, “Saya akan
dorongan sang ibu (Benedict, 1982:270).
memungut anak ini, saya menginginkan
Selain pendidikan moral, pengenalan
seorang anak yang baik seperti ini. Maka
tantang ilmu pengetahuan seperti cara
anaknya
akan
berhitung, penguasaan bahasa dan kosakata
memukul-mukul
juga mulai dilatih ibu untuk persiapan anak
“Tidak, kita tidak menginginkan bayi lain.
masuk sekolah. Dalam aktivitas sehari-
Saya
hari, ibu Jepang bercakap-cakap dengan
menurut”. Kepanikan yang ditimbulkan
anaknya supaya melatih anak agar dapat
oleh olokan-olokan seperti itu merupakan
berbicara.
tanah yang subur untuk menumbuhkan
akan
menubruknya ibunya
menjadi
ia
anak
sambil berteriak,
baik
dan
Pada pengasuhan anak usia 4-6 tahun,
ketakutan akan ditertawakan orang lain
ketika anak mulai bergaul di lingkungan
pada anak usia ini. Karena, cepat atau
luar rumah, ibu Jepang membimbing
lambat
anaknya supaya bergaul dengan baik dan
Apabila sang anak sudah mengerti, maka
memiliki perilaku yang baik agar sang
perasaan
anak dapat menyatu dalam lingkungan
menyatu dengan kepanikannya ketika ia
masyarakatnya. Seperti, pengajaran tentang
terancam kehilangan segala sesuatu yang
hidup berkelompok, sopan santun dan
aman. Sampai dewasa, perasaan takut
disiplin diri. Selain itu, pendidikan rasa
ditertawakan
malu juga dididik oleh ibu Jepang pada
membekas (Benedict, 1982:274-275).
anak-anaknya. Ibu selalu memberitahukan kepada
anak-anaknya
ketika
mereka
pasti
akan
mengerti.
ketakutan ditertawakan akan
orang
ini
akan
tetap
Rasa malu ini, betul-betul ditanamkan
bergaul
dengan sangat baik oleh ibu-ibu Jepang
jangan sampai melakukan hal-hal yang
kepada anak-anaknya. Anak-anak harus
memalukan.
dapat memahami sedini mungkin tentang
Memperkenalkan rasa malu pada anak-
makna dari rasa malu yang diyakini oleh
anaknya dilakukan oleh ibu Jepang dengan
masyarakat Jepang. Ibu-ibu Jepang selalu
cara memberikan olok-olokan. Seperti,
sungguh-sungguh dan tidak ada toleransi
ketika anak laki-laki berumur 5 atau 6
dalam hal mendidik anak-anaknya. 7
Cara pengasuhan anak yang dilakukan
anak-anak
dan
tempat
diskusi
atau
oleh orangtua di Jepang yaitu ketika di luar
konsultasi mengenai masalah yang dialami
rumah, ayah-ibu kerap memperingatkan
anak-anak sehari-hari.
anaknya apabila bergaul dengan teman sekelompoknya, maka sangat ditekankan pada anak supaya bergaul dengan baik, jangan sampai sang anak berbeda dengan anak
lainnya.
Karena
perbedaan
itu
nantinya akan menjadikan sang anak dikucilkan oleh teman sekelompoknya (Valentina, 2008:7).
dalam
membimbing
mengerjakan
(shukudai). kesulitan
Ketika dalam
anak-anaknya
pekerjaan anak
belajar,
rumah
mengalami ibu
akan
memasukkan anaknya untuk belajaran tambahan berupa
Pola asuh yang dipakai oleh ibu-ibu Jepang seperti, pola makan sehat, melatih kecerdasan
anak
untuk
menyiapkan
manusia yang berilmu dan berpendidikan, mendidik budaya malu supaya anak dapat menyiapkan diri
ketika
hidup dalam
masyarakatnya, dan membiasakan anak
Pada usia sekolah ini juga, ibu Jepang senantiasa
Kesimpulan
kursus di luar jam
belajar di sekolah. Bukan hanya itu, ibu Jepang bekerja kembali di luar rumah ketika anak sudah SD guna mendapatkan uang tambahan, salah satu alasannya adalah untuk menambah biaya pendidikan anak-anaknya. Karena pendidikan anakanak merupakan hal yang sangat penting bagi ibu-ibu Jepang. Selain orangtua yang sangat berperan besar dalam setiap tahap pengasuhan anakanak di Jepang, pemerintah Jepang pun juga ikut berperan dan mendukung. Bentuk dukungannya adalah dengan memberikan tunjangan berupa uang perawatan anak. Juga penyediaan tempat-tempat konsultasi
untuk
dapat
mandiri,
sungguh-sungguh,
bekerja
disiplin
keras,
dan
sopan
sangat sangat berperan dalam menciptakan generasi muda Jepang yang memiliki pribadi unggul. Bukan hanya orangtua yang betul-betul memperhatikan kesejahteraan bagi anakanak,
tetapi
juga
pemerintahnya.
Pemerintah Jepang juga ikut serta dalam proses
pengasuhan
anak.
Seperti,
memberikan tunjangan perawatan berupa uang bulanan yang diterima setiap tiga bulan sekali oleh ibu-ibu Jepang. Selain itu, dukungan dari lingkungan dan sekolah terutama guru yang juga ikut serta
dalam
membimbing/mengarahkan
anak-anak dalam keseharian selama proses belajar mengajar juga berperan dalam melahirkan
anak
muda
Jepang
yang
berkarakter. Dengan
pengasuhan
dari
orangtua
khususnya ibu, ditambah oleh dukungan
yang difasilitasi dengan tempat bermain 8
dari pemerintah, dan pihak sekolah juga
Maryaeni, Dr. M. Pd. 2005. Metode
lingkungan masyarakat Jepang inilah yang
Penelitian Kebudayaan. Jakarta: PT
berperan
Bumi Aksara.
besar
dalam
menciptakan
generasi muda Jepang yang unggul dan berkarakter.
Masyarakat
Jepang
juga
mempunyai pandangan bahwa dengan
Moleong,
Lexy J.
Penelitian
1993.
Metodologi
Kualitatif.
Bandung:
Remaja Rosda Karya.
pendidikan yang bagus akan menganggkat
Santrock, John W. 2002. Life Span
derajat seseorang. Sehingga, menjadikan
Development. Jakarta: Erlangga.
anak-anak muda Jepang selalu ingin
Septriari, Bety Bea. 2012. Mencetak Balita
belajar dan memiliki target berpendidikan
Cerdas dan Pola Asuh Orang Tua.
tinggi untuk semakin mengembangkan
Yogyakarta: Nuha Medika.
teknologi dan karya-karya inovatif di Jepang yang telah diakui oleh dunia.
Orang Tua Dalam Membantu Anak Mengembangkan
Daftar Pustaka Benedict, Ruth. 1982. Pedang Samurai dan Bunga Seruni. Jakarta: Sinar
Brunetta, R. Wolfman. 1989. Peran Kaum Wanita. Yogyakarta: KANISIUS. Chakra, Fita. 2013. Diari Parenting. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer. Davies, Roger. J and Osamu Ikeno. 2002. The Japanese Mine.
Singapore:
Keperawatan
Bowden. Keluarga.
2010. Jakarta:
Kartono, Kartini. 1986. Psikologi Anak. Bandung: Alumni.
Mentalitas
Soetjiningsih, Dr. SpAK. 1995. Tumbuh
1985. dan
Jakarta: Gramedia.
Anak.
Jakarta: Buku
Kedokteran. Sobur, Alex. 1986. Komunikasi Orang Tua dan Anak. Bandung: Angkasa. Tobing,
Ekayani.
2006.
Keluarga
Tradisional Jepang. Depok: ILUNI Untra, Wahyu . 2014. Kamus Besar
Tera. Andriani, Aulia. 2004. Budaya Malu Masyarakat Jepang Sebagai Salah
Buku Kedokteran EGC.
Koentjaraningrat.
Diri.
Indonesia Edisi Revisi. Yogyakarta:
TUTTLE PUBLISING. Friedman
Disiplin
Jakarta:Rineka Cipta.
Kembang
Harapan.
Jones,
Shochib, Moh. Prof. Dr. 2010.Pola Asuh
Kebudayaan Pembangunan.
Satu
Faktor
Pendukung
Keberhasilan
Penerapan
Sistem
Kepolisian
Kooban.
Skripsi.
Depok: Universitas Indonesia. Annisa. 2012. Hubungan Antara Pola Asuh Ibu Dengan Prilaku Bullying Remaja.
9
Skripsi.
Depok:
Universitas
Indonesia.
Dalam Pendidikan Anak Di Jepang.
Fadillah, Atik. 2002. Kyouiku Mama. Skripsi.
Sari, Putri Mayang. 2007. Peranan Ibu
Depok:
Universitas
Indonesia.
Skripsi. Padang: Universitas Bung Hatta. Valentina, Erika. 2008. Fenomena Ijime
Ghiamitasya, Mellisa. 2012. Perubahan Peran Ayah dalam Pengasuhan Anak
Dalam Masyarakat Jepang. Skripsi. Depok: Universitas Indonesia.
di Jepang Pada Era Shoshika. Dalam
Widyaningsih, Nungky. 2009. Obentou di
Japanology Volume 1. Surabaya:
Taman Kanak-kanak Jepang dan
Universitas Airlangga.
Hubungan Kasih Sayang Ibu Kepada
Herawati.
1999.
Kateinai
Bouryou:
Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga
Dipandang
Dari Ayah
Faktor
Pudarnya
Figur
Dalam
Keluarga
Jepang
Kontemporer.
Skripsi.
Depok:
Universitas
Indonesia.
Anaknya.
Skripsi.
Depok:
Universitas Indonesia. http://Child Research Net.com. (Institute for Child Sciences and Parenting) http//:ewintribengkulu.com/
Ewintri.
“Fungsi Keluarga”. diakses 18 Juli 2014. http://www.wordpress.com/landasanteori-
Kartikawati, Sari. 2000. Ibu Pekerja Purna
kerangkaberfikir-hipotesadalampenelitian
Waktu dan Pengaruhnya Terhadap
http://j-cul.com/festival-shichi-go-san/
Perkembangan Anak Di Jepang.
http://todayithinkabout.com/mental-orang-
Skripsi.
Depok:
Universitas
Indonesia.
jepang.html. Harian Kompas Edisi 7 Juli 2007.
Mantiri, Ria. 2001. Peranan Pendidikan
http://radarsukabumi.com.belajar.disiplin.d
Pra Sekolah di Jepang Merupakan
ari.anak.jepang.diakses 1oktober2014.
Sarana
http://fascinatingjourneys.com/2014/08/bel
Sosialisasi
Pada
Anak
Berusia Pra Sekolah (2 sampai 6
ajar-mengasuh-anak-ala-kyoto-
tahun). Skripsi. Depok: Universitas
jepang.html
Indonesia. Panjaitan,
http://ayakamariko.wordpress.com/
Dahlia.
1991.
Perubahan
http://bynoculare.com.ojigi anak jepang
Kehidupan Keluarga Di Jepang.
http://asahi.com/latihan menyebranganak-
Skripsi.
anakjepang
Depok:
Universitas
Indonesia.
10