Kajian Putusan Pengadilan Negeri Stabat Nomor 381/Pid.B/2015/PN.Stb Tanggal 17 September 2015 Oleh : Henrico Hutagalung, S.H., M.H. (Advokat)
1. Kasus Posisi 2. Identitas Terdakwa Nama : Sutadi, jenis kelamin : laki-laki, kebangsaan : Indonesia, tempat/tanggal lahir : Pulau Rambung, 12 Desember 1970, umur : 45 tahun, agama : Islam, pekerjaan : karyawan PT. PP Lonsum, tempat tinggal : Dusun Pondok Boyan, Desa Perkebunan Pulo Rambung, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat. 1. Ringkasan Dakwaan Jaksa Penuntut Umum Dakwaan Tunggal, yaitu : terdakwa pada hari Rabu, tanggal 27 Mei 2015 sekira pukul 16.30 WIB, atau setidak-tidaknya pada suatu waktu dalam bulan Mei tahun 2015 bertempat di field 95111005 divisi Pondok Boyan PT. PP Lonsum Perkebunan Pulo Rambung Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat, atau setidak-tidaknya pada suatu tempat yang masih termasuk wilayah hukum Pengadilan Negeri Stabat, mengambil buah kelapa sawit yang terdakwa panen tanpa izin dari pihak perkebunan PT. PP. Lonsum. Terdakwa menyembunyikan 5 (lima) janjang TBS dan 1 (satu) goni plastik putih berisi berondolan buah sawit di bawah pelepah sawit di lima tempat berbeda namun masih di areal field 95111005 yang berakibat pihak PT. PP Lonsum Perkebunan Pulo Rambung mengalami kerugian sebesar Rp 247.500,- (dua ratus empat puluh tujuh ribu lima ratus rupiah) sehingga perbuatan terdakwa a quo dikualifikasikan sebagai perbuatan dengan sengaja dan melawan hukum memiliki barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi yang ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan, yang dilakukan oleh orang yang penguasaannya terhadap barang disebabkan karena ada hubungan kerja atau karena pencaharian atau karena mendapat upah untuk itu sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 374 KUH Pidana.
1. Fakta-Fakta Yang Terungkap Di Persidangan Terkait Pasal Yang Didakwakan Dalam proses persidangan telah diajukan 4 (empat) orang saksi Acharge, yaitu Adil PA, Sudiono, Sugeng, Kamal Mustanal Kaban, 1 (satu) orang saksi Adecharge, yaitu Mas’ud, 1 (satu) orang ahli, yaitu : Dr. Berlian Simarmata, S.H., M.Hum dan telah didengarkan pula keterangan dari Terdakwa. Selain alat bukti-alat bukti tersebut, Jaksa Penuntut Umum juga mengajukan barang bukti, berupa : 5 (lima) janjang tandan buah sawit (TBS), 1 (satu) goni plastik warna putih berisikan berondolan buah sawit seberat 40 kg, dan 1 (satu) bilah egrek bergagang fiber dengan panjang sekitar 13 meter. Adapun keterangan saksi-saksi, ahli dan terdakwa pada pokoknya adalah : 1. Adil PA, di bawah sumpah pada pokoknya menerangkan bahwa saksi bekerja di PT. PP Lonsum selama 25 tahun. Pada hari Rabu tanggal 27 Mei sekitar pukul 16.00 WIB, saksi bersama Sudiono dan Sugeng sedang melakukan pengecekan di lapangan dan saat mereka tiba di field 95111005 (tempat terdakwa bekerja hari itu), saksi bersama Sudiono dan Sugeng menemukan 5 (lima) tandan buah sawit dan 1 (satu) buah goni berisi berondolan buah sawit di tempat berbeda dalam keadaan ditutupi dengan pelepah sawit. Saksi kemudian menelepon Pak Kamal dan tidak lama Pak Kamal datang ke lokasi filed 95111005 yang kemudian disusul dua orang anggota BKO, yaitu Pak Eko dan Pak Arifin. Karena pada saat itu terdakwa sudah pulang bekerja sehingga tidak berada di field 95111005, Pak Kamal menyuruh saksi mencari Terdakwa. Saksi kemudian menuju rumah Terdakwa, namun tidak bertemu karena Terdakwa sedang berada di Bahorok, selanjutnya saksi menelepon Terdakwa dan menyuruh Terdakwa pulang dan datang ke lokasi ancak tempat Terdakwa bekerja. Terdakwapun datang ke lokasi field 95111005, kemudian Terdakwa ditanyai sambil menunjuk tandan buah sawit yang ditutupi pelepah dan akhirnya Terdakwa mengatakan bahwa buah itu adalah punya Terdakwa yang rencananya akan dijual ke kampung dan Terdakwa mengakui sudah dua kali melakukan perbuatan menyembunyikan dan menjual tandan buah sawit tersebut dan setelah itu Terdakwa dibawa ke kantor PT. Lonsum dan kemudian ke kantor Polisi. Di kantor PT. PP Lonsum dan di kantor Polisi, saksi juga mendengar Terdakwa mengakui perbuatannya, yaitu Terdakwa menuliskan angka 8 di buah yang ditemukan di bawah pelepah dan saat itu Terdakwa akui angka 8 adalah nomor yang menjadi identitas Terdakwa sebagai pemanen. Terdakwa pada pokoknya menyangkal keterangan saksi Adil PA.
2. Sudiono, di bawah sumpah pada pokoknya menerangkan bahwa saksi bekerja sebagai centeng di PT. PP Lonsum Perkebunan Pulo Rambung. Pada hari Rabu tanggal 27 Mei sekitar pukul 16.00 WIB, saksi bersama Adil PA dan Sugeng sedang melakukan pengecekan di lapangan dan saat tiba di field 95111005 (tempat terdakwa bekerja hari itu), saksi bersama Adil PA dan Sugeng menemukan 5 (lima) tandan buah sawit dan 1 (satu) buah goni berisi berondolan buah sawit di tempat berbeda dalam keadaan ditutupi dengan pelepah sawit. Saksi kemudian melihat Adil PA menelepon Pak Kamal dan tidak lama kemudian Pak Kamal datang ke field 95111005 yang disusul dua orang anggota BKO, yaitu Pak Eko dan Pak Arifin. Saksi kemudian melihat saksi Adil PA disuruh saksi Kamal untuk mencari Terdakwa dan saat itu saksi melihat saksi Adil PA langsung pergi dan tidak berapa lama Terdakwa tiba di ancak tempat Terdakwa bekerja tersebut lalu Terdakwa ditanyai sambil menunjuk tandan buah sawit yang ditutupi pelepah. Bahwa akhirnya Terdakwa mengatakan bahwa buah itu adalah punya Terdakwa yang rencananya akan dijual ke kampung dan Terdakwa mengakui sudah dua kali melakukan perbuatan menyembunyikan dan menjual tandan buah sawit tersebut dan setelah itu Terdakwa dibawa ke kantor PT. Lonsum dan kemudian ke kantor Polisi. Di kantor PT. PP Lonsum dan di kantor Polisi, saksi juga mendengar Terdakwa mengakui perbuatannya, yaitu Terdakwa menuliskan angka 8 di buah yang ditemukan di bawah pelepah dan saat itu Terdakwa akui angka 8 adalah nomor yang menjadi identitas Terdakwa sebagai pemanen. Terdakwa pada pokoknya menyangkal keterangan saksi Sudiono. 3. Sugeng, di bawah sumpah pada pokoknya menerangkan bahwa saksi bekerja di PT. PP. Lonsum Perkebunan Pulo Rambung sebagai centeng. Pada hari Rabu tanggal 27 Mei sekitar pukul 16.00 WIB, saksi bersama Adil PA dan Sudiono sedang melakukan pengecekan di lapangan dan saat tiba di field 95111005 (tempat terdakwa bekerja hari itu), saksi bersama Adil PA dan Sudiono menemukan 5 (lima) tandan buah sawit dan 1 (satu) buah goni berisi berondolan buah sawit di tempat berbeda dalam keadaan ditutupi dengan pelepah sawit. Saksi kemudian melihat Adil PA menelepon Pak Kamal dan tidak lama kemudian Pak Kamal datang ke field 95111005 yang disusul dua orang anggota BKO, yaitu Pak Eko dan Pak Arifin. Saksi kemudian melihat saksi Adil PA disuruh saksi Kamal untuk mencari Terdakwa dan saat itu saksi melihat saksi Adil PA langsung pergi dan tidak berapa lama Terdakwa tiba di ancak tempat Terdakwa bekerja tersebut lalu Terdakwa ditanyai sambil menunjuk tandan buah sawit yang ditutupi pelepah. Bahwa akhirnya Terdakwa mengatakan bahwa buah itu adalah punya Terdakwa yang rencananya akan dijual ke kampung dan Terdakwa mengakui sudah dua kali melakukan perbuatan menyembunyikan dan menjual tandan buah sawit tersebut
dan setelah itu Terdakwa dibawa ke kantor PT. Lonsum dan kemudian ke kantor Polisi. Di kantor PT. PP Lonsum dan di kantor Polisi, saksi juga mendengar Terdakwa mengakui perbuatannya, yaitu Terdakwa menuliskan angka 8 di buah yang ditemukan di bawah pelepah dan saat itu Terdakwa akui angka 8 adalah nomor yang menjadi identitas Terdakwa sebagai pemanen. Terdakwa pada pokoknya menyangkal keterangan saksi Sugeng. 4. Kamal Mustanal Kaban, di bawah sumpah pada pokoknya menerangkan bahwa pada hari Rabu, tanggal 27 Mei 2015 sekitar pukul 16.00 WIB saksi dihubungi oleh security yang bernama Adil PA dan saat itu saksi mendengar Adil PA bersama dengan Sugeng dan Sudiono telah menemukan TBS sawit di ancak nomor 8 di areal perkebunan PT. Lonsum dan setelah itu saksi mendatangi lokasi dan ternyata di lokasi ancak nomor 8 tersebut saksi ada melihat TBS sawit ditutupi pelepah lalu kemudian saksi menelepon krani menanyakan siapa yang bekerja di ancak nomor 8 itu dan krani mengatakan Terdakwa, lalu saksi menyuruh security agar menjemput Terdakwa agar datang ke lokasi. Setelah Terdakwa datang ke lokasi, saksi menyanyakan kepada Terdakwa “buah siapa ini ?” dan dijawab Terdakwa “buah saya”. Saat itu saksi menanyakan dengan baik kepada Terdakwa, awalnya Terdakwa tidak mengakui perbuatannya tersebut, namun setelah ditunjukkan tandan buah sawit yang tertulis nomor ancak Terdakwa, Terdakwa baru mengakuinya. Mengenai buah sawit yang berada di ancak Terdakwa tersebut, PT. Lonsum tidak membenarkan masih ada buah yang berada di ancak pemanen setelah lewat jam 12.00 WIB, karena seluruh buah harus di bawa ke tempat pemungutan hasil. Terdakwa menyangkal keterangan saksi Kamal Mustanal Kaban. 5. Terdakwa, pada pokoknya menerangkan bahwa benar pada hari Rabu, tanggal 27 Mei 2015 telah bekerja memanen di ancak nomor 8 di PT. PP Lonsum Perkebunan Pulorambung dari pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul 12.00 WIB. Saat itu Terdakwa bekerja bersama Rangga dan berhasil memanen sebanyak 60 tandan buah sawit yang seluruhnya telah Terdakwa antar ke Tempat Pemungutan Hasil (TPH) dengan menggunakan angkong. Rangga bertugas mengumpulkan hasil TBS yang dipanen terdakwa dan mengutipi berondolan sawit yang jatuh. Cara Terdakwa membawa 60 janjang TBS ke TPH adalah dengan cara melangsir TBS tersebut, yaitu satu kali mengantar/melangsir TBS dapat 5 (lima) janjang TBS dan Terdakwa melangsir sebanyak 12 (dua belas) kali langsir. Terdakwa mengakui saat diperlihatkan 5 (lima) TBS dan 1 (satu) goni berisi berondolan sawit yang ditutupi oleh pelepah di ancak tempat Terdakwa bekerja adalah karena Terdakwa telah dipukuli oleh anggota BKO, yaitu yang bernama Pak Eko dan Pak Cipto yang bekerja di Marinir. Bahwa terdakwa
tidak tahu tentang keberadaan 5 (lima) janjang buah sawit san 1 (satu) goni berondolan yang ditutupi oleh pelepah yang berada di ancak tepat Terdakwa bekerja. 6. Mas’ud, di bawah sumpah pada pokoknya menerangkan bahwa pada tanggal 27 Mei 2015 sekitar pukul 15.00 WIB saksi bersama Terdakwa berada di Bahorok dan saat itu saksi melihat Terdakwa mendapat telepon dari seseorang yang kemudian saksi ketahui dari Terdakwa berasal dari Sugeng (centeng PT. PP Lonsum Perkebunan Pulo Rambung). Kemudian saksi bersama Terdakwa pergi menuju ancak tempat Terdakwa bekerja pada pagi harinya dan sesampainya di sana saksi melihat ada 9 (sembilan) orang yang berkumpul di ancak tersebut termasuk beberapa orang BKO dan saksi-saksi Sugeng, Adil PA, Sudiono, Kamal Mustanal Kaban. Saksi tidak mendengar pembicaraan antara Terdakwa dengan beberapa orang yang berkumpul di ancak Terdakwa tersebut, namun saksi melihat Terdakwa dipukuli oleh BKO. Saksi baru satu tahun bekerja di PT. PP Lonsum Perkebunan Pulo Rambung dan seperti kebiasaan di PT. PP Lonsum Perkebunan Pulo Rambung, bagi para pegawai pemanen untuk memberikan tanda pada setiap hasil panen milik pemanen sesuai dengan nomor para pemanen dan setiap buah yang dipanen harus dibawa seluruhnya ke TPH. Saksi tidak mengetahui persoalan apa saat itu sampai Terdakwa dibawa ke kantor PT. PP Lonsum Perkebunan Pulo Rambung dan akhirnya dibawa ke kantor Polisi. Terdakwa membenarkan keterangan saksi Mas’ud dan tidak keberatan. 7. Berlian Simarmata, S.H., M.Hum, berjanji dan pada pokoknya menerangkan bahwa ahli adalah dosen tetap di Fakultas Hukum UNIKA St. Thomas Medan sejak tahun 1989 sampai sekarang, mengajar mata kuliah Hukum Pidana, Pengantar Ilmu Hukum dan Pengantar Hukum Indonesia. Terkait pasal 374 KUHP yang didakwakan terhadap Terdakwa menurut ahli bahwa seluruh unsur dalam Pasal 374 KUHP termasuk di dalamnya adalah unsur Pasal 372 KUHP ditambah dengan unsur perbuatan dalam hubungan jabatan atau pekerjaan. Menurut ahli, salah satu unsur Pasal 374 KUHP yaitu “dilakukan oleh orang yang menguasai barang itu karena jabatannya atau karena pekerjaannya atau karena mendapat upah untuk itu,” elemen tentang menguasai barang harus nyata barang tersebut dalam penguasaan si pelaku, sehingga apabila barang secara nyata tidak dalam penguasaan si pelaku, maka unsur tersebut menjadi tidak terpenuhi”. Mengenai kerugian dalam perspektif hukum, dalam hal kerugian sudah terjadi apabila ada pihak yang menikmati keuntungan dari peristiwa atau perbuatan tersebut, sehingga sebagai konsekuensi logis dalam hal perbuatan yang didakwakan dengan penggelapan adalah kejahatan yang berhubungan dengan harta kekayaan dan bila dihubungakan dengan penerapan PERMA No. 2 Tahun 2012 untuk tindak pidana yang nilai uangnya bernilai tidak lebih dari Rp 2.500.000,- (dua juta lima
ratus ribu rupiah) termasuk dalam kategori tindak pidana ringan yang harus diperiksa dengan acara pemeriksaan cepat sesuai Pasal 205 sampai dengan Pasal 210 KUHAP. 8. Tuntutan Jaksa Penuntut Umum Terkait dengan fakta-fakta yang terungkap di persidangan, maka jaksa Penuntut Umum dalam Surat Tuntutannya dalam perkara ini berkesimpulan bahwa perbuatan Terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana “penggelapan dalam jabatan” melanggar Pasal 374 KUH Pidana sebagaimana dalam dakwaan, oleh karena itu menuntut agar Majelis Hakim Pengadilan Negeri Stabat yang memeriksa dan mengadili perkara ini memutuskan : 1. Menyatakan Terdakwa Sutadi telah terbukti bersalah melakukan tindak pidana “penggelapan dalam jabatan” sebagaimana diatur dalam Pasal 374 KUH Pidana sebagaimana dalam dakwaan. 2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Sutadi dengan pidana penjara selama 5 (lima) bulan dikurangi selama Terdakwa dalam tahanan dengan perintah Terdakwa tetap ditahan. 3. Menyatakan barang bukti : 5 (lima) janjang tandan buah sawit (TBS) 1 (satu) goni plastik warna putih berisikan berondolan buah sawit seberat ± 40 kg dikembalikan kepada pemiliknya, yakni pihak PT. PP Lonsum Perkebunan Pulo Rambung. 1 (satu) bilah egrek bergagang fiber dengan panjang sekitar 13 meter. 4. Menetapkan agar Terdakwa membayar biaya perkara sebebsar Rp 1.000,- (seribu rupiah). 5. Ringkasan Putusan Majelis Hakim Atas Tuntutan Jaksa Penuntut Umum dan setelah mendengarkan Nota Pembelaan (Pleidoi) Penasihat Hukum Terdakwa, Majelis hakim Pengadilan Negeri Stabat kemudian menjatuhkan putusan yang amarnya berbunyi sebagai berikut : Mengadili : 1. Menyatakan Terdakwa Sutadi terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana penggelapan dalam lingkup pekerjaan sebagaimana dalam dakwaan tunggal; 2. Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara selama 5
(lima) bulan; 3. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani Terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan; 4. Menetapkan Terdakwa tetap ditahan; 5 (lima) janjang tandan buah sawit (TBS). 1 (satu) goni plastik warna putih berisikan berondolan buah sawit seberat ± 40 kg Dikembalikan kepada pemiliknya yakni pihak PT. PP Lonsum Perkebunan Pulo Rambung. 1 (satu) bilah egrek bergagangkan fiber dengan panjang sekitar 13 meter Dirampas untuk dimusnahkan. 5. Membebankan kepada Terdakwa membayar biaya perkara sejumlah Rp 5.000,-( lima ribu rupiah). Bahwa putusan ini tidak dicapai dengan mufakat bulat di antara Majelis Hakim karena salah satu anggota Majelis, yaitu Hakim Anggota II berbeda pendapat. Analisis Atas Proses Persidangan Dan Putusan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Stabat 1. Tentang Proses Persidangan yang Diterapkan Terhadap Terdakwa Sebelum melakukan analisis terhadap isi putusan Pengadilan Negeri Stabat, perlu kiranya untuk mencermati dan menganalisis terlebih dahulu rangkaian proses hukum yang terapkan terhadap Terdakwa dalam perkara ini. Apakah proses hukum yang diterapkan terhadap Terdakwa dalam perkara ini telah sesuai dengan Hukum Acara Pidana yang berlaku? Apabila bertolak dari dakwaan Jaksa Penuntut Umum terhadap Terdakwa, dalam Surat Dakwaan disebutkan bahwa Terdakwa telah melakukan perbuatan mengambil buah kelapa sawit yang Terdakwa panen tanpa izin dari pihak perkebunan PT. PP. Lonsum. Terdakwa telah menyembunyikan 5 (lima) janjang TBS dan 1 (satu) goni plastik putih berisi berondolan buah sawit di bawah pelepah sawit di lima tempat berbeda namun masih di areal field 95111005 yang berakibat pihak PT. PP Lonsum Perkebunan Pulo Rambung mengalami kerugian sebesar Rp 247.500,- (dua ratus empat puluh tujuh ribu lima ratus rupiah) sehingga perbuatan terdakwa a quo oleh Jaksa Penuntut Umum dikualifikasikan sebagai perbuatan penggelapan yang dilakukan dalam hubungan jabatan sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 374 KUH Pidana.
Dalam KUHP, perbuatan pidana penggelapan diatur dalam beberapa kategori, yaitu penggelapan dalam bentuk pokok (Pasal 372 KUHP), penggelapan ringan (Pasal 373 KUHP), penggelapan berhubung dengan pekerjaan/jabatan (Pasal 374 KUHP) dan penggelapan karena terpaksa disuruh menyimpan barang (Pasal 375 KUHP). Bahwa dari berbagai kategori perbuatan pidana penggelapan tersebut, salah satu kriteria yang digunakan untuk pengkategorian adalah kerugian atau nilai obyek dari perbuatan pidana tersebut. Apabila kerugian atau nilai obyek yang digelapkan tidak lebih dari Rp 250,-, maka perbuatan penggelapan tersebut masuk kategori penggelapan ringan sebagaimana diatur dalam Pasal 373 KUHP. Bahwa kerugian atau nilai obyek perbuatan pidana tidak lebih dari Rp 250,-, sekarang ini dengan diterbitkannya Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) No. 2 Tahun 2012 tentang Penyesuaian Batasan Tindak Pidana Ringan Dan Jumlah Denda Dalam KUHP, telah mengalami perubahan dari nilai Rp 250,- (dua ratus lima puluh rupiah) dalam beberapa pasal KUHP yang mengatur tindak pidana ringan, seperti Pasal 364, 373, 379, 384, 407 dan 482 KUHP dirubah menjadi Rp 2.500.000,- (dua juta lima ratus ribu rupiah). Dengan demikian, berdasarkan PERMA No. 2 tahun 2012, nilai Rp 250,- haruslah dibaca Rp 2.500.000,- dan khusus untuk tindak pidana penggelapan, nilai Rp 250,- yang terdapat dalam tindak pidana penggelapan ringan sebagaimana diatur dalam Pasal 373 KUHP haruslah dibaca menjadi Rp 2.500.000,-. Hal ini perlu diperhatikan secara cermat mengingat berat ringannya kategori tindak pidana selain berpengaruh terhadap berat ringannya ancaman pidana, juga berkorelasi dengan proses hukum acara yang diterapkan dalam memeriksa dan mengadili perkaranya. Bila berpedoman pada PERMA No. 2 Tahun 2012 tersebut, seharusnya tindak pidana penggelapan buah sawit yang didakwakan kepada Terdakwa sehingga mengakibatkan PT. PP. Lonsum menderita kerugian sebesar Rp 247.500,- masuk dalam kategori tindak pidana penggelapan ringan sebagaimana diatur Pasal 373 KUHP, bukan Pasal 374 KUHP sebagaimana yang didakwakan kepada Terdakwa dalam perkara ini. Sebagai tindak pidana penggelapan dengan kategori penggelapan ringan, maka sesuai PERMA No. 2 Tahun 2012, dalam menerima pelimpahan perkaranya dari Penuntut Umum, Ketua Pengadilan Negeri Stabat seharusnya wajib memperhatikan nilai barang atau uang yang menjadi obyek perkara. Apabila nilai barang atau uang tersebut bernilai tidak lebih dari Rp 2.500.000,-, Ketua Pengadilan Negeri Stabat seharusnya segera menetapkan Hakim Tunggal untuk memeriksa, mengadili dan memutus perkara tersebut dengan Acara Pemeriksaan cepat sebagaimana diatur Pasal 205 – 210 KUHAP. Selain itu, apabila terhadap Terdakwa sebelumnya dikenakan penahanan Ketua Pengadilan Negeri Stabat seharusnya tidak menetapkan penahanan
ataupun perpanjangan penahanan. Bahwa ternyata apa yang diperintahkan oleh ketentuan PERMA No. 2 Tahun 2012 jo. Pasal 205 – 210 KUHAP ini tidak dilaksanakan oleh Ketua Pengadilan Negeri Stabat maupun Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini karena kenyataannya meskipun nilai kerugian dari tidak pidana yang didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum hanya Rp 247.500,atau jauh di bawah nilai Rp 2.500.000,-, namun terhadap Terdakwa telah didakwakan Pasal 374 KUHP yang bukan kategori tindak pidana penggelapan ringan, perkara ini telah diperiksa dengan proses pemeriksaan biasa dengan susunan hakim Majelis dan Terdakwa juga tetap ditahan di tahanan. Berdasarkan fakta-fakta tersebut, dapat disimpulkan bahwa proses persidangan yang berlangsung di Pengadilan Negeri Stabat terhadap Terdakwa dalam perkara ini adalah proses persidangan yang melanggar ketentuan hukum acara pidana. 1. Tentang Putusan Majelis Hakim Apabila dibaca putusan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Stabat terkait pembuktian unsur “dengan sengaja” pada halaman 13 bersambung ke halaman 14 disebutkan bahwa di persidangan tidak terungkap tujuan dari perbuatan menyembunyikan 5 (lima) janjang TBS dan 1 (satu) goni brondolan buah sawit dengan pelepah sawit, oleh karena Terdakwa tidak mengakui perbuatan tersebut adalah perbuatan Terdakwa, namun Majelis Hakim berpendapat dari keterangan saksi-saksi yang menyaksikan Terdakwa mengakui bahwa 5 (lima) janjang TBS dan 1 (satu) goni brondolan buah sawit yang ditutupi oleh pelepah sawit adalah buah milik Terdakwa dan dari keterangan Terdakwa saat itu hanya Terdakwa dan seorang bernama Rangga yang bekerja di tempat tersebut, tidak ada orang lain yang masuk ke tempat tersebut, sehingga Majelis Hakim berpendapat petunjuk telah diperoleh dari keterangan saksi dan keterangan Terdakwa bahwasanya Terdakwa adalah orang yang melakukan perbuatan menyembunyikan 5 (lima) janjang TBS dan 1 (satu) goni brondolan buah sawit di ancak dan perbuatan tersebut adalah perbuatan yang disadari dan diketahui oleh Terdakwa sendiri, dan dengan demikian unsur ini terpenuhi. Kesimpulan Majelis Hakim dalam pertimbangan hukum putusannya ini menurut Pengkaji perlu kiranya kembali diuji dengan mengaitkannya dengan ketentuan hukum terkait maupun fakta-fakta yang terungkap di persidangan melalui bukti-bukti sebagaimana yang diuraikan juga oleh Majelis Hakim dalam putusan a quo. Apakah benar berdasarkan fakta-fakta persidangan Terdakwa telah terbukti dengan sengaja melakukan perbuatan memiliki dengan melawan hak 5 (lima) janjang TBS dan 1 (satu) goni brondolan buah sawit milik PT. PP. Lonsum?
Jika diperiksa kembali keterangan saksi-saksi maupun Terdakwa sebagaimana diuraikan dalam putusan, dapat diketahui bahwa dari 4 (empat) orang saksi Acharge yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum, yaitu Adil PA, Sudiono, Sugeng, dan Kamal Mustanal Kaban, tidak satupun dari mereka yang melihat dan mengetahui secara langsung bahwa Terdakwa ada melakukan perbuatan mengambil atau menyembunyikan 5 (lima) janjang TBS dan 1 (satu) goni brondolan buah sawit yang ditutupi oleh pelepah sawit. Keterangan yang mereka berikan di persidangan yang menyebutkan bahwa Terdakwa ada melakukan perbuatan mengambil atau menyembunyikan 5 (lima) janjang TBS dan 1 (satu) goni brondolan buah sawit yang ditutupi oleh pelepah sawit adalah semata-mata berdasarkan pengakuan Terdakwa dan hal itu juga yang tercermin dari kesimpulan pertimbangan hukum Majelis Hakim sebagaimana tersebut di atas dari kalimat : “….namun Majelis Hakim berpendapat dari keterangan saksi-saksi yang menyaksikan Terdakwa mengakui bahwa 5 (lima) janjang TBS dan 1 (satu) goni brondolan buah sawit yang ditutupi oleh pelepah sawit adalah buah milik Terdakwa…”. Padahal dari keterangan keempat orang saksi Acharge tersebut, Terdakwa dalam keterangannya di persidangan secara tegas membantah melakukan perbuatan mengambil atau menyembunyikan 5 (lima) janjang TBS dan 1 (satu) goni brondolan buah sawit tersebut. Pengakuan yang diberikan oleh Terdakwa pada saat ditanyai saksi-saksi tersebut di lokasi tempat Terdakwa bekerja pada tanggal 27 Mei 2015 yang kemudian berlanjut di kantor Polisi sehingga tertera di berita acara pemeriksaan Terdakwa sematamata dikarenakan Terdakwa tidak tahan dipukuli oleh anggota TNI BKO yang menanyai Terdakwa bersama saksi-saksi pada saat itu dan keterangan Terdakwa di persidangan ini ternyata bersesuaian dengan keterangan saksi Adecharge yang bernama Mas’ud yang juga melihat secara langsung pemukulan terhadap Terdakwa tersebut. Dalam Hukum Acara Pidana tidak dikenal alat bukti “Pengakuan Terdakwa”, melainkan “Keterangan Terdakwa” sebagaimana diatur oleh Pasal 184 ayat (1) e KUHAP. Dalam memberikan keterangan dilakukan Terdakwa secara bebas dan bahkan untuk itu Terdakwa tidak disumpah. Terdakwa tidak dibebani kewajiban pembuktian karena hal tersebut adalah beban kewajiban negara (melalui Jaksa Penuntut Umum) yang menuduh dan membawa Terdakwa ke Pengadilan untuk membuktikan. Seorang Terdakwa tidak dapat dipaksa untuk membantu kewajiban negara (Jaksa Penuntut Umum) tersebut membuktikan kesalahannya. Dengan demikian pengakuan Terdakwa tidaklah dapat digunakan sebagai bukti untuk memberatkan atau menyatakannya bersalah, apalagi kalau pengakuan tersebut diberikan karena dipaksa dan dipukuli sebagaimana dialami Terdakwa Sutadi dalam perkara ini. Hal ini yang dikenal sebagai prinsip non self incrimination dalam Hukum Acara Pidana dan fakta ini sepertinya luput dari pertimbangan hukum Majelis Hakim Pengadilan Negeri Stabat.
Selain itu, fakta-fakta persidangan sebagaimana dituangkan dalam putusan bahwa pada tanggal 27 Mei 2015 Terdakwa seperti biasanya telah mulai bekerja sejak jam 07.00 pagi sampai jam 12.00 siang dan berhasil memanen sebanyak 60 janjang TBS yang seluruhnya telah Terdakwa antarkan ke Tempat Pengumpulan Hasil (TPH). Pada saat selesai bekerja pada jam 12.00 siang Terdakwa juga telah melaporkan seluruh hasil panen Terdakwa kepada mandornya lalu Terdakwa meninggalkan tempat bekerja, pulang menuju rumahnya. Sementara saksi-saksi Acharge (Adil PA, Sudiono, Sugeng, dan Kamal Mustanal Kaban) baru pada jam 16.30 menemukan 5 (lima) janjang TBS dan 1 (satu) goni brondolan buah sawit yang ditutupi oleh pelepah sawit di areal tempat Terdakwa bekerja. Siapa yang menyembunyikan buah-buah sawit tersebut? Tidak ada satupun saksi yang melihat atau mengetahui secara langsung siapa yang melakukan itu? Tanggung jawab Terdakwa sebagai pekerja pemanen adalah hanya sampai mengantarkan buah-buah sawit yang dipanennya sampai ke Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) dan itu sudah dilakukan Terdakwa. Sementara dalam rentang waktu antara sejak Terdakwa selesai bekerja (jam 12.00) sampai dengan waktu ditemukannya 5 (lima) janjang TBS dan 1 (satu) goni brondolan buah sawit di areal tempat Terdakwa bekerja oleh saksi-saksi Acharge tersebut (jam 16.30) bisa ada banyak kemungkinan yang terjadi mengingat lokasi tempat Terdakwa bekerja adalah suatu hamparan perkebunan luas yang terbuka yang memungkinkan setiap pekerja bahkan setiap orang lalu lalang atau keluar masuk ke areal, sehingga setiap orang, siapa saja sangat dimungkinkan untuk masuk, mengambil ataupun menyembunyikan buahbuah sawit yang sebelumnya telah ditandai dengan nomor dan dikumpulkan Terdakwa di Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) untuk kemudian diletakkan atau disembunyikan kembali ke areal tempat Terdakwa bekerja. Fakta ini menunjukkan bahwa Terdakwa tidaklah dengan serta merta dapat disimpulkan sebagai pelaku utama dari ditemukannya 5 (lima) janjang TBS dan 1 (satu) goni brondolan buah sawit di areal tempatnya bekerja tersebut. Hal lain yang menarik perhatian dalam kasus ini adalah unsur “memiliki”. Menurut Prof. Simon, memiliki berarti merampas barang dari pemilik, agar barang itu ditempatkan dalam kekuasaannya yang nyata untuk selama-lamanya, sebagaimana yang seharusnya berlaku bagi pemilik, atau boleh dikatakan memindahtangankan barang tanpa izin dari pemilik sehingga hak milik pemilik atas barang tersebut menjadi hilang. Faktanya dalam perkara ini, 5 (lima) janjang TBS dan 1 (satu ) goni brondolan buah sawit pada saat ditemukan tidak berada di bawah kekuasaan Terdakwa, melainkan masih berada di wilayah kekuasaan atau dalam areal kebun PT. PP Lonsum, tidak pernah dipindahtangankan (dijual) oleh Terdakwa sehingga PT. PP Lonsum sebenarnya dalam hal ini tidak terbukti ada menderita kerugian sebesar Rp 247.500,- sebagaimana dakwaan Jaksa Penuntut Umum.
1. Kesimpulan 2. Majelis Hakim Pengadilan Negeri Stabat telah melanggar ketentuan Hukum Acara Pidana dalam proses persidangan Terdakwa, khususnya PERMA No. 2 Tahun 2012 jo. Pasal 205 sampai dengan 210 KUHAP. 3. Putusan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Stabat Nomor 381/Pid.B/2015/PN.Stb tanggal 17 September 2015 tidak didasarkan pada bukti-bukti yang memenuhi batas minimal pembuktian sebagaimana ditentukan Hukum Acara Pidana. cetak