1
PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta
2
DAFTAR ISI BAB 1.
PENDAHULUAN ................................................................................................... 7
1.1
Latar Belakang.....................................................................................................7
1.2
Tujuan .................................................................................................................7
BAB 2.
PROYEKSI KERENTANAN IKLIM DI WILAYAH BOGOR .......................................... 9
2.1
Proyeksi Kebencanaan Iklim di Wilayah Bogor ...................................................9
2.2
Proyeksi Kerentanan Iklim di Wilayah Bogor ....................................................12
BAB 3.
PROYEKSI KERENTANAN IKLIM DI WILAYAH DEPOK ......................................... 17
3.1
Proyeksi Kebencanaan Iklim di Wilayah Depok ................................................17
3.2
Proyeksi Kerentanan Iklim di Wilayah Depok ...................................................20
BAB 4.
PROYEKSI KERENTANAN IKLIM DI WILAYAH JAKARTA...................................... 24
4.1
Proyeksi Kebencanaan Iklim di Wilayah Jakarta ...............................................24
4.2
Proyeksi Kerentanan Iklim di Wilayah Jakarta ..................................................28
BAB 5.
OPSI ADAPTASI DI BANTARAN SUNGAI CILIWUNG........................................... 32
5.1
Adaptasi Masyarakat.........................................................................................33
5.1.1
Adaptasi Masyarakat sebelum Bencana ................................................... 33
5.1.2
Adaptasi Masyarakat Saat Bencana .......................................................... 40
5.1.3
Adaptasi Masyarakat Setelah Bencana ..................................................... 46
5.1.4
Kesimpulan Analisis Strategis Adaptasi..................................................... 52
5.2
Adaptasi Pemerintah dan Swasta .....................................................................56
5.2.1
Adaptasi Struktural ................................................................................... 60
5.2.2
Adaptasi Non Struktural ............................................................................ 65
5.3
Adaptasi Cross Boundary (Bogor-Depok-Jakarta) .............................................68
PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta
3
Daftar Pustaka................................................................................................................... 70
PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta
4
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Indeks kebencanaan iklim wilayah Bogor tahun: (a) 2012, (b) 2015, (c) 2020, (d) 2025, (e) 2030, (f) 2035 ...............................................................................................10 Gambar 2. Indeks kerentanan iklim wilayah Bogor tahun: (a) 2012, (b) 2015, (c) 2020, (d) 2025, (e) 2030, (f) 2035.....................................................................................................14 Gambar 3. Indeks kebencanaan iklim wilayah Depok tahun: (a) 2012, (b) 2015, (c) 2020, (d) 2025, (e) 2030, (f) 2035 ...............................................................................................18 Gambar 4. Indeks kerentanan iklim wilayah Depok tahun: (a) 2012, (b) 2015, (c) 2020, (d) 2025, (e) 2030, (f) 2035 ...............................................................................................21 Gambar 5. Indeks kebencanaan iklim wilayah Jakarta tahun: (a) 2012, (b) 2015, (c) 2020, (d) 2025, (e) 2030, (f) 2035 ...............................................................................................25 Gambar 6. Indeks kerentanan iklim wilayah Jakarta tahun: (a) 2012, (b) 2015, (c) 2020, (d) 2025, (e) 2030, (f) 2035 ...............................................................................................29 Gambar 7. Adaptasi Sebelum Bencana di Kota Jakarta ....................................................35 Gambar 8. Adaptasi Sebelum Bencana di Kota Depok .....................................................37 Gambar 9. Adaptasi Sebelum Bencana di Kota Bogor ......................................................39 Gambar 10. Adaptasi Saat Bencana di Kota Jakarta .........................................................42 Gambar 11. Adaptasi Saat Bencana di Kota Depok ..........................................................43 Gambar 12. Adaptasi Saat Bencana di Kota Bogor ...........................................................46 Gambar 13. Adaptasi Setelah Bencana di Kota Jakarta ....................................................48 Gambar 14. Adaptasi Setelah Bencana di Kota Depok .....................................................50 Gambar 15. Adaptasi Setelah Bencana di Kota Bogor ......................................................52 Gambar 16. Perilaku Masyarakat Di DAS Ciliwung Dalam Menghadapi Bencana Banjir ..53
PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta
5
Gambar 17. Gambar Ilustrasi Adaptasi Bencana Banjir di Kawasan (BKSP) Jabodetabek 56 Gambar 18. Sketsa Sistem Polder .....................................................................................58 Gambar 19. Penataan Bangunan di Bantaran Sungai .......................................................59 Gambar 20. Adaptasi Struktural yang dilakukan oleh Pemerintah DKI Jakarta ................61 Gambar 21. Tindakan Adaptasi Non Struktural oleh Pemerintah ....................................66 Gambar 22. Adaptasi Non Struktural yang Berpotensi dilaksanakan ...............................67 Gambar 23. Proyeksi kenaikan curah hujan di Bogor, Depok, dan Jakarta ......................69
PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta
6
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Pilihan Tindakan Adaptasi Sebelum Terjadi Bencana Kota Jakarta.....................33 Tabel 2. Pilihan Tindakan Adaptasi Sebelum Terjadi Bencana Kota Depok ......................36 Tabel 3. Pilihan Tindakan Adaptasi Sebelum Terjadi Bencana Kota Bogor ......................38 Tabel 4. Pilihan Tindakan Adaptasi Saat Terjadi Bencana Kota Jakarta ............................41 Tabel 5. Pilihan Tindakan Adaptasi Saat Terjadi Bencana Kota Depok .............................43 Tabel 6. Pilihan Tindakan Adaptasi Saat Terjadi Bencana Kota Bogor..............................45 Tabel 7. Pilihan Tindakan Adaptasi Setelah Terjadi Bencana Kota Jakarta .......................47 Tabel 8. Pilihan Tindakan Adaptasi Setelah Terjadi Bencana Kota Depok ........................49 Tabel 9. Pilihan Tindakan Adaptasi Setelah Terjadi Bencana Kota Bogor.........................51
PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta
7
BAB 1.
1.1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Buku yang ketiga ini merupakan kelanjutan dari Buku 1 mengenai potensi bencana iklim yang berpotensi terjadi di wilayah Bogor, Depok, dan Jakarta dan Buku 2 mengenai kapasitas adaptif wilayah Bogor, Depok, dan Jakarta. Pada buku 3 ini dibahas mengenai hasil pemodelan iklim berupa indeks kebencanaan iklim dan kerentanan iklim yang disertai dengan opsi adaptasi yang mungkin dapat dilakukan oleh masyarakat untuk menurunkan tingkat kerentanan iklim di wilayah tersebut. Peta proyeksi kerentanan iklim ini sangat perlu dilakukan untuk memetakan wilayah mana saja yang paling rentan agar solusi adaptasi dapat juga dipetakan untuk mendapatkan hasil yang optimal dan efektif. Jika tidak demikian, maka tindakan adaptasi tidak akan menurunkan tingkat kerentanan, tetapi biaya yang dikeluarkan untuk upaya tersebut semakin tinggi. Pembahasan proyeksi kerentanan iklim ini dimulai dari wilayah Bogor, sebagai hulu dari sungai Ciliwung, yang selanjutnya diikuti oleh wilayah Depok, dan Jakarta sebagai hilir sungai Ciliwung, dan sebagai wilayah yang paling rentan akibat banjir luapan sungai Ciliwung. Banjir di Jakarta tersebut diakibatkan oleh kiriman air hujan dari hulu di wilayah Bogor. 1.2
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa kesiagaan di bantaran sungai Ciliwung yang melalui wilayah Bogor, Depok, dan Jakarta terhadap perubahan iklim global ini. Pada bab ini melanjutkan bab sebelumnya, yaitu menjelaskan tentang proyeksi potensi bencana yang direpresentasikan dalam indeks kebencanaan, dan proyeksi kerentanan iklim di wilayah Bogor, Depok, dan Jakarta.
PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta
8
1) Pembuatan Peta Spasial Proyeksi Indeks Kebencanaan Iklim diWilayah Bantaran Sungai Ciliwung (Bogor, Depok, Jakarta) Indeks kebencanaan terkait iklim yang digunakan dalam kajian ini adalah indeks ratarata dari paramater-parameter bencana iklim, yaitu proyeksi curah hujan, kenaikan muka laut, dan cadangan air tanah. 2) Pembuatan Peta Spasial Proyeksi Kerentanan (Vulnerability) Wilayah Bantaran Sungai Ciliwung (Bogor, Depok, Jakarta) terhadap Dampak Perubahan Iklim Peta spasial kerentanan iklim dibuat dalam bentuk indeks nilai kerentanan. Melalui peta spasial ini, akan tergambarkan wilayah-wilayah yang memiliki tingkat kerentanan dampak perubahan iklim. Adapun nilai indeks kerentanan berkisar antara 0 hingga 1. Semakin besar nilai indeks, semakin besar tingkat kerentanan di wilayah tersebut. Kerentanan (vulnerability) merupakan derajat kemudahan suatu sistem dalam menerima dampak perubahan iklim, termasuk variabilitas iklim dan kejadian iklim ekstrim. Kerentanan adalah suatu fungsi karakteristik, besaran dan laju perubahan iklim serta variasi penerimaan sistem, sensitivitas, dan kapasitas adaptif-nya. Kerentanan (vulnerability) adalah suatu kondisi yang dipengaruhi oleh proses fisik, sosial, ekonomi, dan Iingkungan yang dapat meningkatkan resiko terhadap dampak bahaya (Herawaty & Santoso, 2007). Mengenai kerentanan perubahan iklim ini sudah terdapat formula untuk mengestimasi derajat kerentanan suatu wilayah (Smith et al, 2003).
Vits f Eits , Aits
(1)
Dimana Vits = kerentanan sistem i pada lingkungan s pada waktu t Eits = bencana iklim i terhadap lingkungan s pada waktu t Aits = kapasitas adaptif lingkungan i untuk menanggulangi bencana s pada waktu t Pentingnya pendekatan kerentanan sangat bermanfaat dalam merealisasikan prasyarat upaya adaptasi di masa mendatang. Daerah dengan variabilitas iklim historis yang tinggi umumnya mengandung daya rentan yang tinggi.
PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta
9
BAB 2. PROYEKSI KERENTANAN IKLIM DI WILAYAH BOGOR Bogor merupakan daerah hulu dari sungai Ciliwung yang mengalir hingga wilayah Depok dan Jakarta. Berbagai bencana terkait iklim telah dan akan terjadi di wilayah Bogor ini. Hal ini menimbulkan kerentanan dampak perubahan iklim karena sebagian masyarakat di wilayah Bogor belum siap menerima dampak yang ditimbulkan oleh bencana iklim tersebut. Untuk itu, model iklim telah menghasilkan peta kerentanan iklim di wilayah Bogor sebagai representasi dari besaran bencana iklim dan tingkat kemampuan adaptasi masyarakat Bogor. 2.1
Proyeksi Kebencanaan Iklim di Wilayah Bogor
Dampak perubahan iklim global salah satunya adalah dengan perubahan intensitas curah hujan, dimana curah hujan akan mengalami peningkatan di beberapa daerah dan penurunan di daerah lainnya. Kota Bogor dengan kondisi geografisnya yang berada di kaki Gunung Salak dan Gunung Gede Pangrango menyebabkan wilayah ini kaya akan curah hujan orografinya. Dalam proyeksinya hingga tahun 2035 akibat dari perubahan iklim, secara umum indeks kebencanaan di Kota Bogor yang diwakili oleh indeks curah hujan, meningkat dari tahun ke tahun dan selalu mengalami perluasan wilayah bencana hingga ke seluruh kecamatan pada proyeksi tahun 2035. Peningkatan curah hujan berakibat pada terjadinya bencana alam seperti banjir, tanah longsor, serta kerusakan ruas jalan nasional di wilayah-wilayah dengan indeks bencana yang tinggi. Proyeksi tersebut didekati dengan nilai indeks yang ditunjukkan oleh gradasi warna mulai dari indeks nol (tidak terpengaruh) yang diwakili warna hijau hingga indeks satu (sangat terpengaruh) yang diwakili warna merah. Kondisi awal penelitian yaitu tahun 2012 diperlihatkan pada Gambar 1(a). Pada saat ini wilayah dengan indeks bencana tertinggi terjadi di Kecamatan Ciawi dengan indeks bencana 0,6. Wilayah ini terletak pada sebelah selatan Kota Bogor dengan ketinggian lebih dari 600 meter di atas permukaan laut. Bencana alam yang mungkin terjadi di Kecamatan Ciawi adalah tanah longsor.
PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta
10
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
Gambar 1. Indeks kebencanaan iklim wilayah Bogor tahun: (a) 2012, (b) 2015, (c) 2020, (d) 2025, (e) 2030, (f) 2035
PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta
11
Pada proyeksi tahun 2015 indeks bencana meluas ke seluruh kecamatan di Bagian Bogor Selatan, sebagian Bogor Barat dan Timur seperti terlihat pada Gambar 1(b). Kecamatan-kecamatan dengan indeks 0,6 antara lain Ciawi, Cisarua, Nanggung, Sukajaya, Leuwiliang. Sedangkan kecamatan dengan indeks bencana 0,4-0,5 adalah Jasinga, Cigudeg, Leuwisadang, Jonggol, Rumpin, Suka makmur, Baged, Tanjung sari. Untuk Wilayah Timur, kecamatan yang mengalami banjir adalah Kecamatan Tanjung sari, dan Jonggol. Sementara wilayah yang terkena bencana longsor diprdisksikan meliputi Kecamatan Tanjung sari, Baged, Suka makmur. Wilayah Barat relatif rentan terhadap bencana longsor, antara lain Kecamatan Jasinga, Cigudeg, Leuwi sadang, Leuwi liang, Suka jaya, dan Nanggung. Indeks bencana pada proyeksi tahun 2020 mengalami peningkatan dan perluasan wilayah ke hamper seluruh kecamatan di Bogor, yang ditunjukkan pada Gambar 1(c). Daerah yang mengalami peningkatan indeks bencana antara lain Ciawi dan Cisarua yang memiliki indeks hingga 0,9. Pada wilayah selatan terjadi perluasan kea rah Kecamatan Bogor Selatan, Kecamatan Bogor Timur, dan Ciomas dengan indeks 0,8. Indeks bencana juga meningkap pada daerah-daerah di sebalah barat dan timur bogor dengan peningkatan indeks mencapai 0,6-0,7. Kemudian di bagian utara, bencana juga meluas pada indeks 0,5-0,7. Daerah bagian utara yang dinilai akan mengalami longsor adalah Gunung sindur dan Gunung Puteri. Sementara daerah banjir antara lain Cileungsi, Cibinong, Bojongsari, Bojong gede, Parung, Ciseeng, Citereup, dan Kalapa nunggal. Peta indeks bencana akibat perubahan iklim untuk proyeksi tahun 2025 rata-rata meningkat sebanyak satu indeks untuk tiap-tiap wilayah dari tahun 2020, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1(d). Dengan indeks terbesar masih tetap terjadi pada bagian selatan yaitu Kecamatan Ciawi, Cisarua, Mega mendung, dan Kecamatan Bogor Selatan dengan nilai indeks adalah 1. Pada bagian Barat, Kecamatan dengan indeks bencana tertinggi terjadi pada Kecamatan Rumpin, Ciseeng, Leuwi sadang Leuwi liang, Bogor barat, Ciomas dengan kisaran indeks 0,7-08. Di bagian utara, indeks bencana meningkat pada kisaran 0,6-0,7 antara lain Kecamatan Gunung sindur, Bojong sari, Bojong gede, Cibinong, Gunung puteri, dan Cileungsi.
PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta
12
Gambar 1(e) memperlihatkan indeks bencana iklim wilayah Bogor pada proyeksi tahun 2030. Seluruh kecamatan di wilayah Bogor berada pada indeks yang cukup tinggi yaitu di atas 0,7-1. Wilayah yang memiliki indeks bencana sama dengan 1 adalah Bogor Selatan: Ciawi, Cisarua, Mega mendung; dan Bogor Kota: kecamatan Bogor Barat, kecamatan Bogor utara, Tanah sereal, kecamatan Bogor Timur, kecamatan Bogor Selatan. Wilayah Bogor Timur dengan indeks bencana 0,9 antara lain: Gunung puteri, Kalapa nunggal, Citeurep, Babakan Madang, Suka makmur. Wilayah yang memiliki indeks bencana 0,8 antara lain Bogor Barat: Sukajay, Nanggung, Rumpin, Ciseeng, Cibungbulang; Bogor Timur: Suka makmur. Kecamatan selain tersebut di atas berada pada indeks bencana 0,7. Gambar 1(f) menunjukkan indeks kebencanaan iklim wilayah Bogor tahun 2035. Pada tahap ini hamper seluruh wilayah memiliki indeks bencana sama dengan 1. Hanya beberapa kecamatan yang memiliki indeks 0,8-0,9. Indeks bencana 0,8 dimiliki oleh Jasinga, Cigudeg, Leuwi liang, Leuwi sadang, Suka jaya, kecamatan Bogor Timur. Sisanya adalah kecamatan dengan indeks bencana 0,9.
Sehingga dapat disimpulkan, pada umumnya terjadi peningkatan indeks bencana dan perluasan area bencana dari proyeksi tahun ke tahun. Dengan bagian selatan adalah daerah rawan bencana tertinggi, disusul oleh bagian timur dan daerah Bogor Kota, kemudian bagian barat, dan utara. 2.2
Proyeksi Kerentanan Iklim di Wilayah Bogor
Proyeksi kerentanan iklim suatu wilayah merupakan fungsi dari indeks bencana dan sikap tanggap masyarakat yang dinilai sebagai suatu kapasitas adaptif. Besar indeks kerentanan iklim bergantung pada faktor mana yang lebih dominan berpengaruh pada wilayah tersebut. Gambar 2(a) menunjukkan indeks kerentanan iklim wilayah Bogor pada awal tahun pengamatan 2012. Pada tahun ini, wilayah dengan indeks kerentanan 0,4 antara lain kecamatan Tento, Gunung sindur, Ciseeng, Suka jaya, dan Ciawi. Kecamatan Ciawi sebenarnya memiliki indeks bencana yang tinggi, namun demikian kemampuan adaptif masyarakat di wilayah tersebut nampaknya sangat baik sehingga dampak bencana yang dirasakan dapat diminimalisir. Lain halnya dengan Kecamatan Tento, Suka jaya, gunung
PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta
13
sindur, dan Ciseeng. Pada wilayah-wilayah tersebut indeks bencana pada tahun 2003 sebenarnya tidak begitu besar, namun kecilnya kemampuan adaptif masyarakat yang berakibat pada cukup tingginya dampak bencana yang terasa.
PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta
14
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
Gambar 2. Indeks kerentanan iklim wilayah Bogor tahun: (a) 2012, (b) 2015, (c) 2020, (d) 2025, (e) 2030, (f) 2035
PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta
15
Pada tahun berikutnya yaitu 2015, seperti ditunjukkan pada Gambar 2(b), besarnya indeks kerentanan iklim dirasakan semakin meningkat. Selain itu wilayah rentan terhadap bencana juga semakin meluas. Kecamatan Tento, Gunung sindur, Ciseeng, Suka jaya, Ciawi, dan Tanjung sari memiliki indeks kerentanan 0,5. Wilayah rentan bencana meluas pada kecamatan Cisarua, kecamatan Bogor Selatan, Baged, Jasinga dan Gunung puteri dengan indeks 0,4. Hal ini dikarenakan peta indeks bencana pada Gambar 2(b) menunjukkan bahwa daerah bencana memang meluas pada kecamatankecamatan tersebut. Sehingga indeks kerentanan iklim juga semakin meningkat.
Indeks kerentanan iklim wilayah Bogor proyeksi tahun 2020 ditunjukkan pada Gambar 2(c). Terjadi peningkatan dan penurunan indeks kerentanan pada beberapa wilayah. Bagian Bogor Selatan misalnya, indeks kerentanan meningkat pada kisaran 0,7. Sementara kecamatan Suka jaya dan Tanjung sari cenderung menurun dari 0,5 menjadi 0,4 pada tahun 2020. Dalam hal ini, indeks bencana pada kedua kecamatan tersebut pada dasarnya mengalami peningkatan. Sehingga indikator penurunan indeks kerentanan disebabkan karena meningkatnya kapasitas adaptif masyarakatnya yang menjadi lebih tanggap terhadap bencana.
Selanjutnya untuk proyeksi kerentanan iklim tahun 2025 diperlihatkan oleh Gambar 2(d). Peningkatan indeks bencana seperti yang dipaparkan sebelumnya, akhirnya membuat masyarakat untuk lebih tanggap terhadap dampak bencana tersebut. Sehingga indeks kerentanan iklim bukan semakin meningkat dari tahun ke tahun tapi justru mengalami penurunan. Misalnya di bagian Bogor Selatan, daerah Ciawi dan Cisarua mengalami penurunan indeks bencana dari 0,7 di tahun 2020 menjadi 0,6 di tahun 2025. Indeks bencana untuk beberapa kecamatan meningkat seperti pada kecamatan Tonto, Rumpin, Tanjung sari, Suka makmur, Kecamatan bogor barat, Tanah sereal, dan ciseeng menjadi 0,5 yang terjadi akibat peningkatan indeks bencana di wilayah tersebut.
PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta
16
Gambar 2(e) menunjukkan proyeksi kerentanan iklim pada tahun 2030. Sama halnya dengan tahun 2025, peningkatan indeks kerentanan iklim lebih dikarenakan akibat meningkatnya indeks bencana di wilayah bersangkutan. Seperti misalnya pada kecamatan Tonto, Suka jaya, Gunung sindur, Suka makmur, Tanjung sari, serta kecamatan Bogor utara, Bogor barat, Bogor timur, dan Tanah sereal. Peningkatan indeks bencana di wikayah tersebut berakibat pada meningkatnya indeks kerentanan iklim antara 0,5-0,6. Sementara untuk kecamayan Ciawi dan Cisarua indeks kerentanan mengalami penurunan menjadi 0,5.
Terlihat dari Gambar 2(f), penurunan dan peningkatan indeks kerentanan iklim di beberapa kecamatan. Hal ini dipengaruhi oleh nilai indeks bencana dan kapasitas adaptif di wilayah tersebut. Penurunan indeks kerentanan iklim akibat penurunan indeks bencana dan peningkatan kapasitas adaptif terjadi antara lain pada kecamatan Tanah sereal, kecamatan Bogor utara, Bogor barat, Bogor timur, dengan indeks bencana menurun pada nilai 0,5. Sementara beberapa kecamatan lain seperti kecamatan Tonto, Gunung puteri, Suka makmur, Tanjung sari, dan Suka jaya meningkat akibat dari meningkatnya indeks bencana pada wilayah-wilayah tersebut. Secara umum, peningkatan indeks kerentanan iklim meningkat pada beberapa kecamatan dan menurun di kecamatan yang lain. Peningkatan dan penurunan tersebut disebabkan oleh dua faktor yaitu indeks bencana dan kapasitas adptif di wilayah tersebut. Dapat disimpulkan bahwa penurunan indeks kerentanan iklim yang diakibatkan peningkatan kapasitas adaptifnya terjadi pada kecamatan Ciawi, Cisarua, kecamatan Bogor utara, kecamatan Bogor selatan dan Tanah Sereal. Sementara pada kecamatan Tonto, Gunung sindur, Ciseeng, Suka jaya, Suka makmur, dan Tanjung sari, peningkatan atau penurunan indeks kerentanan iklim lebih dikarenakan perubahan indeks bencana yang terjadi di wilayah-wilayah tersebut.
PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta
17
BAB 3. PROYEKSI KERENTANAN IKLIM DI WILAYAH DEPOK
3.1
Proyeksi Kebencanaan Iklim di Wilayah Depok
Kota Depok merupakan wilayah di sebelah selatan Jakarta yang menghubungkan Jakarta-Bogor. Kondisi geografis Kota Depok dari selatan ke utara merupakan daerah dataran rendah perbukitan, bergelombang lemah, dengan elevasi antara 50-140 meter di atas permuakaan laut dan kemiringan lerengnya kurang dari 15 %. Berdasarkan informasi tersebut, dapat diketahui bahwa wilayah Depok berpeluang mengalami bencana alam berupa banjir. Berikut ini ditunjukkan hasil proyeksi kebencanaan iklim di wilayah Depok pada tahun 2012-2035. Gambar 3(a) menunjukkan tahap awal penelitian yaitu pada tahun 2012. Pada tahun 2012 indeks kebencanaan rata-rata berkisar 0,3-0,5. Daerah dengan indeks bencana tertinggi adalah kecamatan Beji yaitu 0,5. Sementara daerah terendah adalah kecamatan Tapos dan Cimanggis yaitu 0,3.
PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta
18
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
Gambar 3. Indeks kebencanaan iklim wilayah Depok tahun: (a) 2012, (b) 2015, (c) 2020, (d) 2025, (e) 2030, (f) 2035
PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta
19
Indeks kebencanaan iklim meningkat rata-rata sebesar satu indeks untuk semua kecamatan pada tahun 2015. Hal ini ditunjukkan pada proyeksi kebencanaan tahun 2015 pada Gambar 3(b). Dengan daerah Beji dan Sukma jaya adalah kecamatan dengan indeks bencana tertinggi yaitu 0,6. Namun demikian terdapat dua kecamatan yaitu Limo dan Sawangan yang memiliki indeks cukup rendah yaitu 0,4. Gambar 3(c) menunjukkan indeks bencana iklim tahun 2020. Pada tahun ini lebih terlihat adanya perluasan nilai indeks-indeks tinggi ke arah kecamatan Limo dan Sawangan. Sehingga secara keseluruhan wilayah Depok memiliki indeks bencana iklim 0,6-0,7. Dengan indeks tertinggi masih terdapat di kecamatan Sukma jaya dan Beji.
Proyeksi iklim untuk tahun 2025 ditunjukkan pada Gambar 3(d). Secara keseluruhan indeks bencana meningkat sebesar satu indeks untuk setiap kecamatan menjadi 0,7-0,8 pada tahun 2025. Wilayah dengan nilai indeks tertinggi yaitu 0,8 terjadi pada kecamatan Sukma jaya. Pada tahun 2030, indeks kebencanaan meningkat menjadi 0,8. Nilai indeks tersebut berlaku untuk semua kecamatan di Kota Depok. Hal tersebut ditunjukkan pada Gambar 3(e).
Pada proyeksi tahun 2035, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3(f), indeks bencana iklim meningkat untuk beberapa wilayah seperti kecamatan Sukma jaya, Sawangan, Cipayung, Pancoran mas, Beji, Cilodong, dan Tapos. Indeks wilayah di kecamatankecamatan tersebut sebesar 1 untuk kecamatan Sukma jaya dan sisanya 0,9. Sementara pada kecamatan Limo dan Cimanggis, indeks bencana bertahan pada indeks 0,8.
Pada umumnya, pola penyebaran indeks bencana iklim di wilayah Depok dimulai pada kecamatan Sukma Jaya. Kemudian meluas hingga ke wilayah-wilayah di sekitarnya dengan mengalami peningkatan indeks dari tahun ke tahun.
PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta
20
3.2
Proyeksi Kerentanan Iklim di Wilayah Depok
Indeks kerentanan iklim di suatu wilayah bergantung pada dua faktor, pertama adalah besarnya indeks bencana di wilayah tersebut dan kedua adalah besarnya kapasitas adaptif masyarakatnya. Berikut ini ditunjukkan indeks kerentanan iklim untuk wilayah Depok dari tahun 2013-2035 yang bergantung pada kedua faktor tersebut. Gambar 4(a) menunjukkan indeks kerentanan iklim wilayah depok pada awal pengamatan yaitu tahun 2012. Daerah dengan indeks kerentanan iklim tinggi terjadi di kecamatan Limo dan Sukma jaya dengan besar indeks 0,6; dan kecamatan Tapos dan Cilodong dengan indeks sebesar 0,4. Berdasarkan indeks bencana yang dijelaskan sebelumnya, wilayah tersebut memiliki nilai indeks bencana yang tidak terlalu tinggi. Sehingga besarnya indeks kerentanan iklim lebih disebabkan oleh rendahnya kapasitas adaptif masyarakatnya.
PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta
21
a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
Gambar 4. Indeks kerentanan iklim wilayah Depok tahun: (a) 2012, (b) 2015, (c) 2020, (d) 2025, (e) 2030, (f) 2035
PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta
22
Pada tahun 2015, proyeksi kerentanan iklim ditunjukkan pada Gambar 4(b). Berdasarkan indeks bencanqnya, pada tahun 2015 indeks bencana meningkat serta mengalami perluasan ke berbagai penjuru. Namun perbedaan kapasitas adaptif antara satu wilayah dengan lainnya menyebabkan perbedaan nilai indeks kerentanan iklimnya. Daerah yang terlihat memiliki kapasitas adaptif yang tinggi adalah kecamatan Beji. Sehingga wilayah tersebut memiliki indeks kerentanan iklim yang rendah yaitu 0,2. Sementara itu, kecamatan Sukma jaya dan Tapos adalah wilayah dengan indeks kapasitas yang sangat rendah, sehingga berakibat pada tingginya nilai indeks kerentanan iklim yang berkisar antara 0,6-0,8. Pada proyeksi tahun 2020, terlihat bahwa kapasitas adapti meningkat pada kecamatan Pancoran mas dan kecamatan Cimanggis. Hal yang sama terlihat pada kecamatan Sukma jaya, Cilodong, dan Tapos. Pada ketiga wilayah tersebut indeks kerentanan iklim berkurang dari 0,6-0,8 menjadi 0,4-0,6 pada tahun 2020. Proyeksi kerentanan iklim tahun 2020 ditunjukkan pada Gambar 4(c). Indeks kerentanan iklim semakin menurun pada tahun berikutnya yaitu 2025, Hal ini ditunjukkan pada Gambar 4(d). Selain pada kecamatan-kecamatan di atas, kapasitas adaptif dirasakan meningkat pada kecamatan Sawangan. Sehingga indeks kerentanan iklim juga menurun pada wilayah tersebut. Pada kecamatan-kecamatan lainnya indeks kerentanan iklim masih memiliki pola yang sama. Indeks kerentanan iklim selanjutnya, yaitu tahun 2030 ditunjukkan pada Gambar 4(e). Dalam gambar tersebut terlihat bahwa kapasitas adaptif juga terlihat pada kecamatan Cilodong, Sukma jaya, dan Tapos. Sehingga indeks kerentanan iklim di ketiga wilayah tersebut menurun pada tahun 2030 menjadi 0,4-0,6. Hal sebaliknya terlihat pada kecamatan Limo yang mengalami peningkatan indeks kerentanan iklim dari tahun sebelumnya menjadi 0,6-0,7. Hal ini dikarenakan peningkatan indeks bencana di wilayah tersebut, yang diimbangi dengan kapasitas adaptif yang sama pada dengan tahun pengamatan sebelumya.
Peningkatan indeks bencana di beberapa wilayah seperti kecamatan Sukma jaya, Cilodong, dan Tapos berakibat pada meningkatnya indeks kerentanan iklim menjadi pada kisaran 0,6-0,8 pada tahun 2035. Sementara itu, wilayah yang mengalami PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta
23
penurunan indeks kerentanan iklim akibat peningkatan kapasitas adaptif yang paling terlihat adalah kecamatan Pancoran mas dan Cimanggis. Untuk wilayah lainnya, cenderung memiliki kesamaan dengan tahun 2030.
PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta
24
BAB 4. PROYEKSI KERENTANAN IKLIM DI WILAYAH JAKARTA
4.1
Proyeksi Kebencanaan Iklim di Wilayah Jakarta
Dampak perubahan iklim global salah satunya adalah adanya peningkatan dan pengurangan curah hujan, di beberapa daerah curah hujan akan naik sedangkan pada daerah lainnya curah hujan akan berkurang. Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta adalah salah satu wilayah yang sangat rentan terhadap peningkatan curah hujan. Dan berdasarkan kondisi topografinya, daerah Jakarta sangat rentan terhadap kejadian banjir yang hampir setiap tahun terjadi. Gambar 5(a) berikut adalah indeks kebencanaan iklim pada tahun 2012. Pada tahap awal, indeks bencana berkisar antara 0,3-0,6. Potensi bencana terpusat pada bagian tengah, sebagian utara, selatan, dan sebagian timur Jakarta. Wilayah-wilayah tersebut memiliki indeks antara 0,5-0,6; yaitu kecamatan: Tanjung priok, Koja, Kemayoran, Gambir, Senen, Menteng, Matraman, Setia budi, Pancoran, Duren sawit, Makasar, Kramat jati, Pasar minggu, Jaga karsa, Ciracas, dan Cipayung.
PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta
25
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
Gambar 5. Indeks kebencanaan iklim wilayah Jakarta tahun: (a) 2012, (b) 2015, (c) 2020, (d) 2025, (e) 2030, (f) 2035
PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta
26
Pada tahun 2015, wilayah bencana meluas ke beberapa titik antara lain kecamatan: Penjaringan, Cilincing, Cakung, Pulo gadung, Tanah abang, Duren sawit, dengan besarnya indeks 0,5-0,6. Sementara untuk wilayah-wilayah utama yang memiliki indeks tertinggi pada tahun 2013, mengalami peningkatan indeks menjadi berkisar antara 0,60,7. Hal yang sama untuk wilayah lainnya, yaitu mengalami peningkatan dari 0,3 pada tahun 2013 menjadi 0,4 pada tahun 2015. Hal tersebut ditunjukkan pada Gambar 5(b).
Gambar 5(c) menunjukkan indeks bencana wilayah Jakarta untuk tahun 2020. Seperti pola tahun sebelumnya, terjadi peningkatan rata-rata sebesar satu indeks untuk setiap kecamatan. Dengan indeks tertinggi masih terjadi di bagian tengah yaitu sebesar 0,8. Selanjutnya adalah proyeksi indeks kebencanaan iklim wilayah Jakarta untuk tahun 2025 yang ditunjukkan pada Gambar 5(d). Dalam gambar tersebut diperlihatkan peningkatan indeks di bagian timur dan barat, sementara pada bagian tengah cenderung sama seperti tahun sebelumnya. Bagian tengah antara lain kecamatan: Tanjung priok, Koja, Kemayoran, Gambir, Senen, Menteng, Matraman, Setia budi, Pancoran, Duren sawit, Pasar minggu, Jaga karsa, Cilandak; sebagian utara: kecamatan Penjaringan, Pademangan Koja, Cilincing, Penjaringan memiliki indeks yang berkisar antara 0,7-0,8. Sementara wilayah timur dan barat seperti kecamatan: Kali deres, Cengkareng, Kembangan, Pesanggrahan, Kebayoran lama, Mampang prapatan, Kebon jeruk, Palmerah, Grogol, Cengkareng, Petamburan, Tambora, Kelapa gading, Cakung, Jati Negara Makasar, Kramat jati, Cipayung, Ciracas, Pasar rebo memiliki indeks antara 0,50,6. Proyeksi indeks bencana tahun 2030 ditunjukkan pada gambar 5(e). Terlihat rata-rata indeks naik di setiap kecamatan. Sehingga daerah tengah dan utara memiliki indeks 0,8. Yaitu kecamatan: Tanjung priok, Koja, Kemayoran, Gambir, Senen, Menteng, Matraman, Setia budi, Pancoran, Duren sawit, Pasar minggu, Jaga karsa, Cilandak, kecamatan Penjaringan, Pademangan Koja, Cilincing, Penjaringan.
PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta
27
Sementara wilayah timur dan barat memiliki indeks 0,7 yaitu kecamatan: Kali deres, Cengkareng, Kembangan, Pesanggrahan, Kebayoran lama, Mampang prapatan, Kebon jeruk, Palmerah, Grogol, Cengkareng, Petamburan, Tambora, Kelapa gading, Cakung, Jati Negara Makasar, Kramat jati, Cipayung, Ciracas, Pasar rebo. Gambar 5(f) memperlihatkan peningkatan indeks bencana yang semakin tinggi pada tahun 2035. Pada daerah tengah dan utara indeks mencapai 0,9-1. Sementara timur dan barat juga mengalami kenaikan masing-masing satu indeks.
Proyeksi indeks bencana dari tahun ke tahun di wilayah DKI Jakarta pada umumnya mengikuti pola meningkat pada bagian tengah dan utara, serta mengalami perluasan di bagian timur dan barat. Daerah tengah dan utara memiliki indeks lebih besar dari bagian timur dan barat.
PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta
28
4.2
Proyeksi Kerentanan Iklim di Wilayah Jakarta
Kerentanan iklim suatu wilayah merupakan fungsi dari besarnya potensi bencana akibat iklim
dengan
kemampuan
tanggap
masyarakatnya
menghadapi
bencana
tersebut.Kerentanan iklim menjadi kecil ketika potensi bencananya kecil, terlebih ketika pola tanggap bencana di wilayah tersebut cukup besar.Sebaliknya kerentanan menjadi semakin besar apabila potensi bencana lebih besar daripada kemampuan adaptif di wilayah tersebut. Gambar 6(a) menunjukkan kerentanan iklim di Jakarta berdasarkan pada indeks bencana dan indeks adaptif pada tahun 2012.
PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta
29
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
Gambar 6. Indeks kerentanan iklim wilayah Jakarta tahun: (a) 2012, (b) 2015, (c) 2020, (d) 2025, (e) 2030, (f) 2035
PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta
30
Indeks kerentanan tinggi pada bagian tengah dan utara, dan rendah pada sebagian timur dan barat. Berdasarkan pola indeks bencana yang telah dijelaskan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa perbedaan indeks kerentanan tersebut diakibatkan oleh perbedaan indeks bencana yang memeng lebih tinggi di bagian tengah dan utara. Daerah dengan indeks kerentanan cukup tinggi terdapat pada kecamatan: Penjaringan, Pademangan, Cilincing, Cakung, Taman sari, Senen, Tebet, Kramat jati, dan jaga karsa yaitu 0,4-0,5. Pada proyeksi tahun 2015 seperti yang ditunjukkan pada gambar 6(b), indeks kerentanan iklim meningkat dan meluas ke arah timur dan barat. Indek kerentanan iklim di bagian tengah dan utara yaitu kecamatan Penjaringan, Pademangan, Cilincing, Cakung, Taman sari, Senen, Tebet, Kramat jati, dan jaga karsa mengalami peningkatan menjadi 0,6. Daerah perluasan wilayah indeks kerentanan iklim yaitu kecamatan: Koja, Pulo gadung, Ciracas, Matraman.
Gambar 6(c) menunjukkan indeks kerentanan pada tahun 2020. Terdapat peningkatan indeks menjadi 0,8 pada kecamatan: Penjaringan, Pademangan, Senen, Matraman, Tebet, Kramat jati, Kebon jeruk. Sementara daerah tengah dan utara yang meningkat menjadi 0,7 adalah Kecamatan: Tanjung priok, Koja, Cilincing, Cakung, Kelapa gading, Duren sawit, Jati Negara, Pasar minggu, Jaga karsa, Setia budi, Jati Negara, Menteng, Cempaka putih, Gambir, Taman sari. Indeks meluas ke arah barat yaitu kecamatan: Kali deres, Kembangan, Pasanggrahan, Cilandak, Palmerah, Tanah abang dengan indeks 0,50,6. Gambar 6(d) menunjukkan indeks kerentanan iklim proeksi tahun 2025. Kecamatan dengan indeks 0,8 umumnya masih sama yaitu: Penjaringan, Pademangan, Senen, Matraman, Tebet, Kramat jati, Kebon jeruk. Peningkatan terlihat di kecamatan Kali deres, Kembangan, Pasanggrahan, Cilandak, Palmerah, Tanah abang dengan indeks 0,6.
Gambar 6(e) menunjukkan indeks kerentanan tahun 2030 yang cenderung menurun. Jika dilihat dari pola indeks bencana yang tetap mengalami peningkatan sepanjang tahunnya, maka penurunan indeks kerentanan pada tahun 2030 kemungkinan lebih disebabkan oleh meningkatnya kapasitas adptif di wilayah-wilayah tersebut. Sebagian
PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta
31
Penjaringan, Pademangan, Tebet, dan Cilingcing memang masih memiliki indeks 0,8. Namun terlihat penurunan di kecamatan-kecamatan lainnya.
Gambar 6(f) menunjukkan indeks kerentanan iklim wilayah Jakarta tahun 2035. Pada tahun ini indeks kerentanan semakin meningkat dan kembali meluas di beberapa wilayah. Daerah dengan indeks mencapai 0,9 adalah kecamatan: Penjaringan, Pademangan, Tanjung priok, Koja, Cilincing, Cakung, Taman sari, Senen, Tebet, Kramat jati, Kali deres. Daerah dengan indeks kerentanan 0,6 terdapat pada kecamatan: Duren sawit, Kelapa gading, Pulo gadung, Jati Negara, Ciracas, Jaga karsa. Daerah dengan indeks 0,5 antara lain kecamatan: Cengkareng, Kembangan, Kebon jeruk, Pesanggraha, Ciracas.
Indeks kerentanan iklim daerah Jakarta pada umumnya mengikuti pola indeks bencananya. Yaitu tinggi untuk bagian tengah dan utara, sebagian timur. Kemudian rendah untuk bagian barat, selatan, dan sebagian timur yang lainnya.
PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta
32
BAB 5.
OPSI ADAPTASI DI BANTARAN SUNGAI CILIWUNG
Kemampuan beradaptasi rumah tangga dalam menghadapi dampak bencana banjir dapat dilihat perwujudannya melalui tindakan-tindakan adaptasi yang tiap rumah tangga lakukan. Tindakan adaptasi yang tepat dilakukan dapat meningkatkan kemampuan beradaptasi suatu rumah tangga dan mengurangi dampak dari kenaikan muka air laut serta bencana banjir pasang yang terjadi hampir setiap bulannya. Dalam penelitian ini, analisis tindakan yang dilakukan dibagi ke dalam tiga kelompok yang didasarkan pada waktu kejadian bencana, yaitu tindakan adaptasi sebelum bencana, tindakan adaptasi saat terjadi bencana, serta tindakan adaptasi setelah bencana. Pengelompokan tersebut dilakukan karena terdapat perbedaan mendasar pada tindakan-tindakan adaptasi yang dilakukan rumah tangga dalam ketiga waktu tersebut. Hasil penelitian mengenai pola tindakan adaptasi rumah tangga ini juga disertai dengan pengelompokkan berdasarkan alasan memilih tindakan. Tiga alasan utama yang mendasari pemilihan tindakan adalah tindakan tersebut merupakan tindakan yang dirasa paling efektif, tindakan tersebut adalah tindakan yang paling sesuai dengan kemampuan ekonomi, dan tindakan tersebut adalah tindakan yang disarankan oleh orang lain. Sehingga dapat ditentukan tindakan adaptasi mana yang paling efektif untuk dapat diterapkan rumah tangga di lokasi studi menghadapi bencana banjir di masa mendatang. Selain itu dapat diperoleh data gambaran kasar mengenai kemampuan ekonomi rumah tangga desa ini untuk melakukan tindakan adaptasi dengan melihat tindakan mana yang merupakan tindakan yang paling sesuai dengan kemampuan ekonomi rumah tangga lokasi studi ini. Proses selanjutanya adalah pilihan adaptasi ditabulasi dan persentase. Persentase ini dihitung dari banyaknya responden yang melakukan berbagai pilihan tindakan adaptasi.Besarnya persentase keikutsertaan masyarakat dalam melakukan pilihan tindakan adaptasi menunjukan banyaknya tindakan tersebut dilakukan oleh masyarakat.
PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta
33
5.1
Adaptasi Masyarakat
5.1.1
Adaptasi Masyarakat sebelum Bencana
Kota Jakarta Berdasarkan survey rumah tangga yang telah dilakukan di Kota Jakarta, diperoleh data bahwa terdapat lima pilihan tindakan yang dilakukan oleh responden-responden dalam hal beradaptasi sebelum kejadian bencana. Kelima pilihan tindakan tersebut antara lain adalah :
Menambah lantai rumah
Tidak melakukan tindakan apapun
Memindahkan barang-barang dan perabotan ke tempat yang lebih aman
Melindungi rumah dan kayu dari tempat yang lebih aman
Membersihkan lingkungan rumah
Tabel 1. Pilihan Tindakan Adaptasi Sebelum Terjadi Bencana Kota Jakarta Jumlah Rumah Tangga Berdasarkan Alasan Tindakan (%) No
Pilihan Tindakan
Tindakan Yang Paling Efektif
Tindakan Paling Sesuai Dengan Kemampuan Ekonomi
Tindakan Yang Disarankan Orang Lain
1
Menambah lantai rumah
95
4
1
2
Tidak melakukan tindakan apapun
3
87
10
65
23
12
30
23
47
25
60
15
3
4
5
Memindahkan barangbarang dan perabotan ke tempat yang lebih aman Melindungi rumah dan kayu dari tempat yang lebih aman Membersihkan lingkungan rumah
PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta
34
Pilihan-pilihan tindakan yang telah disebutkan di atas dibagi lagi ke dalam tiga kelompok menurut alasan yang mendasari responden memilih melakukan tindakan tersebut. Tiga alasan yang mendasari responden dalam memilih tindakan adalah alasan bahwa tindakan yang dipilih merupakan tindakan yang paling efektif, tindakan yang paling sesuai dengan kemampuan ekonomi, dan tindakan yang merupakan saran dari orang lain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1. Gambar dibawah ini menunjukan pilihan adaptasi responden sebelum bencana terjadi di Kota Jakarta. Mayoritas responden beradaptasi dengan menambah lantai rumah. Menambah lantai rumah menjadi pilihan yang paling banyak karena menurut penduduk pilihan ini merupakan cara yang paling efektif dalam mengurangi dampak bencana banjir. Akan tetapi sebagian lainnya masyarakat tidak melakukan apa-apa dan cenderung pasrah karena beberapa tindakan adaptasi masyarakat terdahulu tidak mengurangi dampak yang meraka alami.Selain itu tindakan tidak melakukan apa-apa karena bencana banjir yang ada cenderung datang dengan tiba-tiba. Cara adaptasi dengan pasrah merupakan cara adaptasi yang tidak efektif akan tetapi sangat murah karena tidak mengeluarkan dana. Tindakan lain yang banyak dilakukan oleh masyarakat sebelum bencana adalah mememindahkan barang-barang berharga ke tempat yang lebih aman. Pilihan adaptasi yang paling sedikit dilakukan oleh responden adalah pulang kampung. Hal ini karena mereka yang pulang kampung umumnya masyarakat pendatang yang ada di Kota Jakarta.Sebagian dari mereka memilih pulang kampong juga sebagian besar mereka yang tidak mempunyai pekerjaan tetap sehingga pulang kampung alternative paling memungkinkan.Sedangkan menananm pohon menjadi salah satu pilihan adaptasi yang tidak dilakukan oleh masyarakat Kota Jakarta.
PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta
TINDAKAN ADA[TASI SEBELUM BENCANA
35
Menanam Pohon untuk menahan air Menyimpan surat-surat berharga Menyumbangkan Dana untuk biaya adaptasi bencana… Membeli makanan, minuman dan kebutuhan lainnya Mengikuti Perkembangan Informasi Bencana Mempersiapkan Evakuasi Memperkuat tanggul, kolam dan fasilitas penangkaran Menyelamatkan keluarga ketempat yang lebih aman Membersihkan lingkungan dan saluran air Melindungi rumah dengan kayu/triplek/bata untuk… Memindahkan barang-barang dan perabotan Memperkokoh dan memperbaiki rumah dan bagian… -
5
10
15
20
25
30
35
40
45
PERSENTASE (%)
Gambar 7. Adaptasi Sebelum Bencana di Kota Jakarta Berdasarkan hasil survey pada gambar di atas dapat dilihat bahwa tindakan yang paling banyak dilakukan responden dengan dasar alasan karena tindakan tersebut merupakan tindakan yang disarankan oleh orang lain adalah pilihan tindakan untuk membatasi pagar dan into dengan bata atau kayu. Menurut masyarakat di wilayah ini, sumber informasi mengenai pilihan tindakan beradaptasi hanya berasal dari tetangga atau kerabat. Kota Depok Berdasarkan survey rumah tangga yang telah dilakukan di Kota Depok, diperoleh data bahwa terdapat lima pilihan tindakan yang dilakukan oleh responden-responden dalam hal beradaptasi sebelum kejadian bencana. Kelima pilihan tindakan tersebut antara lain adalah :
Memperkokoh dan memperbaiki rumah pada bagian yang rentan
Melindungi rumah dengan kayu
Memindahkan barang-barang perabotan
Memperkuat Tanggul, kolam dan fasilitas penangkaran
Membersihkan lingkungan rumah
PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta
36
Pilihan-pilihan tindakan yang telah disebutkan di atas dibagi lagi ke dalam tiga kelompok menurut alasan yang mendasari responden memilih melakukan tindakan tersebut. Tiga alasan yang mendasari responden dalam memilih tindakan adalah alasan bahwa tindakan yang dipilih merupakan tindakan yang paling efektif, tindakan yang paling sesuai dengan kemampuan ekonomi, dan tindakan yang merupakan saran dari orang lain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel-tabel berikut. Tabel 2. Pilihan Tindakan Adaptasi Sebelum Terjadi Bencana Kota Depok Jumlah Rumah Tangga Berdasarkan Alasan Tindakan (%) Tindakan Yang Paling Efektif
Tindakan Paling Sesuai Dengan Kemampuan Ekonomi
Tindakan Yang Disarankan Orang Lain
1
Memperkokoh dan memperbaikin rumah pada bagian yang rentan
65
4
31
2
Melindungi rumah dengan kayu
14
77
9
92
3
5
No
3
Pilihan Tindakan
Memindahkan barangbarang perabotan
4
Memperkuat Tanggul, kolam dan fasilitas penangkaran
33
34
33
5
Membersihkan lingkungan rumah
15
70
15
Berdasarkan hasil survey yang terjasi pada table di atas dapat dilihat bahwa tindakan yang paling banyak dilakukan responden dengan dasar alasan tindakan yang paling efektif dilakukan adalah memindahkan barang – barang. Sedangkan tindakan yang dilakukan karena dinilai paling sesuai dengan kemampuan ekonomi adalah melindungi rumah dengan kayu. Lalu tindakan yang paling banyak disarankan oleh orang lain adalah memperkuat tanggul, kolam dan fasilitas penangkaran.
PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta
37
Lebih lanjut lagi dilakukan juga survey terkait dengan tindakan adaptasi yang dilakukan sebelum bencana di Kota Depok, lebih lanjut hasil survey tersebut dapat dilihat pada
TINDAKAN ADAPTASI SEBELUM BENCANA
gambar 38.
Membeli makanan, minuman dan kebutuhan lainnya Menyimpan surat-surat berharga Menyumbangkan Dana untuk biaya adaptasi bencana… Mempersiapkan Evakuasi Memperkuat tanggul, kolam dan fasilitas penangkaran Mengikuti Perkembangan Informasi Bencana Memindahkan barang-barang dan perabotan Membersihkan lingkungan dan saluran air Melindungi rumah dengan kayu/triplek/bata untuk menahan air Menanam Pohon untuk menahan air Memperkokoh dan memperbaiki rumah dan bagian yang rentan Menyelamatkan keluarga ketempat yang lebih aman Lainnya : Tidak Melakukan apa-apa
-
10
20
30
40
50
PERSENTASE (%)
Gambar 8. Adaptasi Sebelum Bencana di Kota Depok Berdasarkan data pada gambar 8 diatas, didapatkan bahwa mayoritas responden tidak melakukan apa-apa dan cenderung pasrah sebagai respons terhadap bencana banjir akibat perubahan ilklim.Hal tersebut terjadi mungkin terjadi karena bencana banjir yang terjadi tidak teralalu parah, cepat surut sehingga responden mungkin hanya menunggu sampai banjirnya reda.Selanjutnya, memperkokoh dan memperbaiki bagian rumah yang rentan menjadi tindakan kedua yang paling banyak dilakukan di Kota Depok.Tindakan ini merupakan tindakan yang paling umum dan sering dilakukan oleh masyarakat ketika terjadi bencana banjir. Dari semua tindakan adaptasi tersebut, tindakan adaptasi yang paling sedikit dilakukan oleh responden adalah dengan membeli barang – barang kebutuhan sehari-hari seperti makanan dan minuman. Responden mempersiapkan kebutuhan akan barang sehari-hari sebagai persiapan jika sewaktu – waktu terjadi bencana. Tindakan adaptasi lainnya yang dilakukan oleh responden diantaranya adalah melindungi rumah dengan kayu/triplek/bata, memindahkan barang-barang dan perabotan, memperkuat tanggul dan menyumbang dana. Responden memilih tindakan tindakan adaptasi tersebut bergantung dari latar belakang dan keadaan fisik dan lingkungan responden itu sendiri.
PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta
38
Kota Bogor Berdasarkan survey rumah tangga yang telah dilakukan di Kota Jakarta, diperoleh data bahwa terdapat lima pilihan tindakan yang dilakukan oleh responden-responden dalam hal beradaptasi sebelum kejadian bencana. Kelima pilihan tindakan tersebut antara lain adalah :
Memindahkan barang-barang dan perabotan rumah tangga
Memperkokoh dan memperbaiki rumah dan bagian yang rentan
Menanam Pohon untuk menahan air
Memperkuat tanggul, kolam dan fasilitas penangkaran
Mengikuti Perkembangan Informasi Bencana
Pilihan-pilihan tindakan yang telah disebutkan di atas dibagi lagi ke dalam tiga kelompok menurut alasan yang mendasari responden memilih melakukan tindakan tersebut. Tiga alasan yang mendasari responden dalam memilih tindakan adalah alasan bahwa tindakan yang dipilih merupakan tindakan yang paling efektif, tindakan yang paling sesuai dengan kemampuan ekonomi, dan tindakan yang merupakan saran dari orang lain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel-tabel berikut. Tabel 3. Pilihan Tindakan Adaptasi Sebelum Terjadi Bencana Kota Bogor No
Pilihan Tindakan
Jumlah Rumah Tangga Berdasarkan Alasan Tindakan (%) Tindakan Yang Paling Efektif
1
Memindahkan barangbarang dan perabotan rumah tangga
63
Tindakan Paling Sesuai Dengan Kemampuan Ekonomi 37
2
Memperkokoh dan memperbaiki rumah dan bagian yang rentan Menanam Pohon untuk menahan air Memperkuat tanggul, kolam dan fasilitas penangkaran Mengikuti Perkembangan Informasi Bencana
86
14
0
23
45
32
34
12
54
7
87
6
3 4
5
Tindakan Yang Disarankan Orang Lain 0
PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta
39
Berdasarkan data hasil survey yang tersaji pada tabel diatas, dapat didapatkan beberapa informasi mengenai tindakan adaptasi terhadap bencana di Kota Bogor berdasarkan alasan tindakan. Dari data tersebut, didapatkan informasi bahwa mayoritas responden beradaptasi dengan memperkokoh dan memperbaiki rumah. Tindakan adaptasi memperkokoh dan memperbaiki rumah ini pilihan yang paling banyak karena menurut penduduk pilihan ini merupakan cara yang dinilai oleh responden paling efektif dalam mengurangi dampak bencana banjir. Mengikuti perkembangan infomasi terkait dengan bencana merupakan tindakan adaptasi yang dilakukan karena tindakan tersebut dinilai sebagai tindakan yang paling sesuai dilakukan ditinjau dari segi kemampuan ekonomi. Lalu kemudian, memperkuat tanggul, kolam serta fasilitas penangkaran merupakan tindakan adaptasi yang banyak disarankan oleh orang lain. Hasil survey lain yang didapatkan adalah berupa tindakan adaptasi yang dilakukan sebelum bencana. Lebih
TINDAKAN ADAPTASI SEBELUM BENCANA
lengkap lagi mengenai hasil survey tersaji pada gambar berikut :
Lainnya : Tidak Melakukan apa-apa Menyimpan surat-surat berharga Membeli makanan, minuman dan kebutuhan… Menyumbangkan Dana untuk biaya adaptasi… Mengikuti Perkembangan Informasi Bencana Memindahkan barang-barang dan perabotan Menyelamatkan keluarga ketempat yang lebih… Membersihkan lingkungan dan saluran air Menanam Pohon untuk menahan air Mempersiapkan Evakuasi Memperkuat tanggul, kolam dan fasilitas… Melindungi rumah dengan kayu/triplek/bata… Memperkokoh dan memperbaiki rumah dan… -
10
20
30
40
50
60
PERSENTASE (%)
Gambar 9. Adaptasi Sebelum Bencana di Kota Bogor Dari data pada gambar 9 diatas, didapatkan beberpa informasi. Dari semua tindakan adaptasi tersebut, tindakan adaptasi yang paling sedikit dilakukan oleh responden adalah menyimpan surat – surat berharga. Hal ini karena mereka yang pulang kampong umumnya masyarakat pendatang yang ada di Kota Jakarta.Sebagian dari mereka memilih pulang kampung juga sebagian besar mereka yang tidak mempunyai menananm pohon menjadi salah satu pilihan adaptasi yang tidak dilakukan oleh masyarakat Kota Jakarta.
PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta
40
Ketinggian dari rumah sangat berpengaruh dengan kerentanan dari rumah tangga terhadap kenaikan muka air laut dan banjir pasang, dan juga mempengaruhi besarnya dampak banjir sehingga dapat dilihat dengan jelas bahwa tindakan untuk meninggikan rumah sangat efektif sebagai tindakan adaptasi sebelum terjadi kejadian banjir. Berdasarkan hasil survey pada gambar di atas dapat dilihat bahwa tindakan yang paling banyak dilakukan responden dengan dasar alasan karena tindakan tersebut merupakan tindakan yang disarankan oleh orang lain adalah pilihan tindakan untuk membatasi pagar dan into dengan bata atau kayu. Menurut masyarakat di wilayah ini, sumber informasi mengenai pilihan tindakan beradaptasi hanya berasal dari tetangga atau kerabat. 5.1.2
Adaptasi Masyarakat Saat Bencana
Kota Jakarta Berdasarkan survey rumah tangga yang telah dilakukan di Kota Jakarta, diperoleh data bahwa terdapat lima pilihan tindakan yang dilakukan oleh responden-responden dalam hal beradaptasi saat bencana sedang terjadi. Kelima pilihan tindakan tersebut antara lain adalah :
Memindahkan Barang-Barang dan Perabotan rumah tangga ke tempat yang lebih aman
Tetap Berlindung sampai dengan situasi aman
Menyelamatkan keluarga ke tempat yang lebih aman
Memperkokoh dan memperbaikin bagian rumah yang rusak
Tidak melakukan apa-apa / pasrah
Pilihan-pilihan tindakan yang telah disebutkan di atas dibagi lagi ke dalam tiga kelompok menurut alasan yang mendasari responden memilih melakukan tindakan tersebut. Tiga alasan yang mendasari responden dalam memilih tindakan adalah alasan bahwa tindakan yang dipilih merupakan tindakan yang paling efektif, tindakan yang paling sesuai dengan kemampuan ekonomi, dan tindakan yang merupakan saran dari orang lain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel-tabel berikut.
PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta
41
Tabel 4. Pilihan Tindakan Adaptasi Saat Terjadi Bencana Kota Jakarta
No
1
2
3
4 5
Pilihan Tindakan
Memindahkan barangbarang dan perabotan rumah tangga Tetap Berlindung sampai dengan situasi aman Menyelamatkan keluarga ke tempat yang lebih aman Memperkokoh dan memperbaikin bagian rumah yang rusak Tidak melakukan apaapa pasrah
Jumlah Rumah Tangga Berdasarkan Alasan Tindakan (%) Tindakan Tindakan Paling Tindakan Yang Yang Paling Sesuai Dengan Disarankan Efektif Kemampuan Ekonomi Orang Lain 94
6
0
93
7
0
86
14
0
34
22
44
4
90
6
Berdasarkan hasil survey pada tabel 4 di atas, diperoleh informasi bahwa tindakan yang paling banyak dilakukan responden rumah tangga pada saat terjadi bencana banjir pasang adalah pilihan tindakan untuk memindahkan barang ke tempat yang lebih aman. Menurut responden yang diwawancara, pilihan tindakan untuk memindahkan barang ke tempat yang lebih aman adalah pilihan tindakan yang dapat mengurangi berbagai macam dampak yang diakibatkan oleh banjir. Ada tiga pilihan adaptasi yang paling banyak dilakukan oleh responden rumah tangga di Kota Jakarta pada saat kejadian banjir yaitu: memindahkan barang dan perabotan rumah tangga, tetap berlindung menunggu ditempat aman, membersihkan rumah, menyelamatkan keluarga ke tempat yang lebih aman/mengungsi. Sebagian besar responden yang mengambil tiga tindakan adaptasi tersebut mengatakan bahwa pilihan tersebut merupakan cara terbaik untuk mengurangi dampak bencana sehingga cukup efektif untuk dilakukan. Dari ketiga pilihan adaptasi tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden
rumah tangga di Jakarta lebih fokus untuk membantu
keluarganya terlebih dahulu selama kejadian bencana banjir. Pilihan adaptasi pada saat bencana ini dipengaruhi oleh pengalaman mereka dalam menghadapi bencana
PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta
42
banjir.Sebagian besar responden mempunyai riwayat bencana mengalami bencana
TINDAKAN ADAPTASI SAAT BENCANA
banjir.
Membeli makanan, minuman dan kebutuhan… Tetap mengikuti informasi mengenai bencana Menolong tetangga yang terluka dan membantu… Lainnya : Tidak Melakukan apa-apa Memperkokoh dan memperbaiki rumah dan… Menyelamatkan keluargan ketempat yang lebih… Tetap berlindung sampai situasi aman Memindahkan barang-barang dan Perabotan… -
10
20
30
40
50
60
70
PERSENTASE (%)
Gambar 10. Adaptasi Saat Bencana di Kota Jakarta Kota Depok Berdasarkan survey rumah tangga yang telah dilakukan di Kota Depok, diperoleh data bahwa terdapat lima pilihan tindakan yang dilakukan oleh responden-responden dalam hal beradaptasi saat bencana sedang terjadi. Kelima pilihan tindakan tersebut antara lain adalah :
Membersihkan rumah dan perabotannya pasca banjir
Membersihkan jalan dan saluran air
Lainnya : Tidak Melakukan apa-apa
Merekonstruksi rumah dan meninggikan rumah
Mengungsi/menyelamatkan diri
Pilihan-pilihan tindakan yang telah disebutkan di atas dibagi lagi ke dalam tiga kelompok menurut alasan yang mendasari responden memilih melakukan tindakan tersebut. Tiga alasan yang mendasari responden dalam memilih tindakan adalah alasan bahwa tindakan yang dipilih merupakan tindakan yang paling efektif, tindakan yang paling sesuai dengan kemampuan ekonomi, dan tindakan yang merupakan saran dari orang lain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel-tabel berikut. PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta
43
Tabel 5. Pilihan Tindakan Adaptasi Saat Terjadi Bencana Kota Depok
No
Pilihan Tindakan
Jumlah Rumah Tangga Berdasarkan Alasan Tindakan (%) Tindakan Tindakan Tindakan Paling Sesuai Yang Yang Paling Dengan Disarankan Efektif Kemampuan Orang Lain Ekonomi
1
Membersihkan rumah dan perabotannya pasca banjir
54
42
4
2
Lainnya
94
6
0
3
Membersihkan jalan dan saluran air
95
5
0
4
Merekonstruksi rumah dan meninggikan rumah
23
11
66
5
Mengungsi/menyelamatkan diri
4
90
6
Berdasarkan hasil survey pada tabel di atas, diperoleh informasi bahwa tindakan yang dinilai paling efektif adalah membersihkan jalan dan saluran air. Menurut responden yang diwawancara, pilihan tindakan membersihkan jalan dan saluran air adalah pilihan tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi berbagai macam dampak yang
TINDAKAN ADAPTASI SAAT BENCANA
diakibatkan oleh banjir.
Menyumbang untuk bantuan Meminta Bantuan Tetangga
Migrasi ketempat lain Mempersiapkan diri/mengikuti pelatihan Memperkokoh dan memperbaiki rumah dan… Memperbaiki tanggul Menanam Pohon Merekonstruksi dan meninggikan bangunan… Membersihkan lingkungan jalan dan saluran air lainnya Membersihkan Rumah dan Perabotannya pasca…
-
10
20
30
40
50
PERSENTASE (%)
Gambar 11. Adaptasi Saat Bencana di Kota Depok
PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta
44
Ada dua pilihan adaptasi yang paling banyak dilakukan oleh responden rumah tangga di Kota Jakarta pada saat kejadian banjir yaitu: membersihkan jalan dan saluran air serta tindakan adaptasi lainnya. Sebagian besar responden yang mengambil dua tindakan adaptasi tersebut mengatakan bahwa pilihan tersebut merupakan cara terbaik untuk mengurangi dampak bencana sehingga cukup efektif untuk dilakukan. Pilihan adaptasi pada saat bencana ini dipengaruhi oleh pengalaman mereka dalam menghadapi bencana banjir.Sebagian besar responden mempunyai riwayat bencana mengalami bencana banjir. Kota Bogor Berdasarkan survey rumah tangga yang telah dilakukan di Kota Bogor, diperoleh data bahwa terdapat lima pilihan tindakan yang dilakukan oleh responden-responden dalam hal beradaptasi saat bencana sedang terjadi. Kelima pilihan tindakan tersebut antara lain adalah :
Menyelamatkan keluarga ketempat yang lebih aman
Memindahkan barang-barang dan Perabotan rumah tangga ke tempat yang lebih aman
Lainnya : Tidak Melakukan apa-apa
Memperkokoh dan memperbaiki rumah dan bagian yang rentan
Tetap berlindung sampai situasi aman
Pilihan-pilihan tindakan yang telah disebutkan di atas dibagi lagi ke dalam tiga kelompok menurut alasan yang mendasari responden memilih melakukan tindakan tersebut. Tiga alasan yang mendasari responden dalam memilih tindakan adalah alasan bahwa tindakan yang dipilih merupakan tindakan yang paling efektif, tindakan yang paling sesuai dengan kemampuan ekonomi, dan tindakan yang merupakan saran dari orang lain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel-tabel berikut.
PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta
45
Tabel 6. Pilihan Tindakan Adaptasi Saat Terjadi Bencana Kota Bogor
No
1
2
3 4 5
Pilihan Tindakan
Menyelamatkan keluarga ketempat yang lebih aman Memindahkan barangbarang dan Perabotan rumah tangga ke tempat yang lebih aman Lainnya : Tidak Melakukan apa-apa Memperkokoh dan memperbaiki rumah dan bagian yang rentan Tetap berlindung sampai situasi aman
Jumlah Rumah Tangga Berdasarkan Alasan Tindakan (%) Tindakan Paling Tindakan Tindakan Yang Sesuai Dengan Yang Paling Disarankan Kemampuan Efektif Orang Lain Ekonomi 98
2
0
86
14
0
6
92
2
24
11
65
7
89
4
Berdasarkan hasil survey pada tabel di atas, dapat diperoleh data bahwa tindakan yang paling banyak dilakukan responden rumah tangga pada saat terjadi bencana banjir pasang adalah pilihan tindakan untuk menyelamatkan keluarga ketempat yang lebih aman. Menurut responden yang diwawancara, pilihan tindakan untuk menyelamatkan keluarga ketempat yang lebih aman adalah pilihan tindakan yang dapat mengurangi berbagai macam dampak yang diakibatkan oleh banjir. Ada dua pilihan adaptasi yang paling banyak dilakukan oleh responden rumah tangga di Kota Jakarta pada saat kejadian banjir yaitu: menyelamatkan keluarga ketempat yang lebih aman, dan Memindahkan barang-barang dan Perabotan rumah tangga ke tempat yang lebih aman. Sebagian besar responden yang mengambil dua tindakan adaptasi tersebut mengatakan bahwa pilihan tersebut merupakan cara terbaik untuk mengurangi dampak bencana sehingga cukup efektif untuk dilakukan. Dari ketiga pilihan adaptasi tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden rumah tangga di Jakarta lebih fokus untuk membantu keluarganya terlebih dahulu selama kejadian bencana banjir. Pilihan adaptasi pada saat bencana ini dipengaruhi oleh pengalaman mereka dalam menghadapi bencana banjir.Sebagian besar responden mempunyai riwayat bencana mengalami bencana banjir. PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta
TINDAKAN ADAPTASI SAAT BENCANA
46
Membeli makanan, minuman dan kebutuhan… Tetap mengikuti informasi mengenai bencana Menolong tetangga yang terluka dan membantu… Tetap berlindung sampai situasi aman Memperkokoh dan memperbaiki rumah dan…
Lainnya : Tidak Melakukan apa-apa Memindahkan barang-barang dan Perabotan… Menyelamatkan keluarga ketempat yang lebih… -
10
20
30
40
50
60
70
PERSENTASE (%)
Gambar 12. Adaptasi Saat Bencana di Kota Bogor 5.1.3
Adaptasi Masyarakat Setelah Bencana
Kota Jakarta Berdasarkan survey rumah tangga yang telah dilakukan di Kota Jakarta, diperoleh data bahwa terdapat lima pilihan tindakan yang dilakukan oleh responden-responden rumah tangga dalam hal beradaptasi setelah bencana terjadi. Pilihan-pilihan tindakan yang dilakukan oleh responden rumah tangga dalam beradaptasi setelah kejadian banjir terjadi antara lain adalah :
Membersihkan Rumah dan Perabotannya pasca banjir
Merekonstruksi dan meninggikan bangunan rumah
Memperkokoh dan memperbaiki rumah dan bagian yang rentan
Lainnya / Pasrah
Memperbaiki tanggul
Pilihan-pilihan tindakan yang telah disebutkan di atas dibagi lagi ke dalam tiga kelompok menurut alasan yang mendasari responden memilih melakukan tindakan tersebut. Tiga alasan yang mendasari responden dalam memilih tindakan adalah alasan bahwa tindakan yang dipilih merupakan tindakan yang paling efektif, tindakan yang paling sesuai dengan kemampuan ekonomi, dan tindakan yang merupakan saran dari orang lain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel-tabel berikut.
PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta
47
Tabel 7. Pilihan Tindakan Adaptasi Setelah Terjadi Bencana Kota Jakarta Jumlah Rumah Tangga Berdasarkan Alasan Tindakan (%) No
1
2
3 4 5
Pilihan Tindakan
Membersihkan Rumah dan Perabotannya pasca banjir Merekonstruksi dan meninggikan bangunan rumah Memperkokoh dan memperbaiki rumah dan bagian yang rentan Lainnya / pasrah Memperbaiki tanggul
Tindakan Yang Paling Efektif
Tindakan Paling Sesuai Dengan Kemampuan Ekonomi
Tindakan Yang Disarankan Orang Lain
37
46
17
92
8
0
65
17
28
35 7
66 89
9 4
Setelah kejadian bencana banjir, pilihan adaptasi yang diadopsi paling banyak oleh responden adalah membersihkan. Banjir membawa banyak lumpur yang dapat mengotori rumah penduduk sehingga rumah perlu dibersihkan dan disterilkan dari sisasisa banjir. Tindakan adaptasi ini diakui efektif untuk dilakukan oleh responden rumah tangga dan murah/tidak membutuhakan dana yang besar. Pilihan adaptasi lainnya yang banyak dilakukan responden adalah merekonstruksi dan meninggikan bangunan rumah atau pondasi. Adaptasi ini memang membutuhkan biaya yang cukup mahal, dan tidak semua
masyarakat dapat melakukannya, namun sebagian responden mengatakan
bahwa
pilihan adaptasi ini efektif untuk dilakukan, karena dengan meninggikan
bangunan rumah maka mereka dapat berlindung dan menyelamatkan barangbarangnya ke lantai yang lebih tinggi ketika banjir datang. Pilihan adaptasi yang paling sedikit diambil oleh responden adalah memperbaiki saluran air. Hal ini dikarenakan, penduduk Kota Jakarta Utara beranggapan saluran air merupakan tanggung jawab pemerintah.
PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta
TINDAKAN ADAPTASI SETELAH BENCANA
48
Menyumbang untuk bantuan Asuransi Rumah Migrasi ketempat lain Meminta Bantuan Tetangga
Mempersiapkan diri/mengikuti pelatihan Membersihkan lingkungan jalan dan saluran air Memperbaiki tanggul lainnya :Pasrah Memperkokoh dan memperbaiki rumah dan… Merekonstruksi dan meninggikan bangunan rumah Membersihkan Rumah dan Perabotannya pasca… -
10
20
30
40
50
60
70
PERSENTASE (%)
Gambar 13. Adaptasi Setelah Bencana di Kota Jakarta Kota Depok Berdasarkan survey rumah tangga yang telah dilakukan di Kota Depok, diperoleh data bahwa terdapat lima pilihan tindakan yang dilakukan oleh responden-responden rumah tangga dalam hal beradaptasi setelah bencana terjadi. Pilihan-pilihan tindakan yang dilakukan oleh responden rumah tangga dalam beradaptasi setelah kejadian banjir terjadi antara lain adalah :
Memperkokoh dan memperbaiki rumah dan bagian yang rentan
Merekonstruksi dan meninggikan bangunan rumah
Membersihkan lingkungan jalan dan saluran air
Membersihkan Rumah dan Perabotannya pasca banjir
Memperbaiki tanggul
Pilihan-pilihan tindakan yang telah disebutkan di atas dibagi lagi ke dalam tiga kelompok menurut alasan yang mendasari responden memilih melakukan tindakan tersebut. Tiga alasan yang mendasari responden dalam memilih tindakan adalah alasan bahwa tindakan yang dipilih merupakan tindakan yang paling efektif, tindakan yang paling sesuai dengan kemampuan ekonomi, dan tindakan yang merupakan saran dari orang lain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel-tabel berikut.
PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta
49
Tabel 8. Pilihan Tindakan Adaptasi Setelah Terjadi Bencana Kota Depok
No
Pilihan Tindakan
Jumlah Rumah Tangga Berdasarkan Alasan Tindakan (%) Tindakan Paling Tindakan Tindakan Yang Sesuai Dengan Yang Paling Disarankan Kemampuan Efektif Orang Lain Ekonomi
1
Memperkokoh dan memperbaiki rumah dan bagian yang rentan
67
13
20
2
Merekonstruksi dan meninggikan bangunan rumah
46
17
35
3
Membersihkan lingkungan jalan dan saluran air
10
86
4
4
Membersihkan Rumah dan Perabotannya pasca banjir
35
66
9
5
Memperbaiki tanggul
8
13
79
Setelah kejadian bencana banjir, pilihan adaptasi yang diadopsi paling banyak oleh responden adalah memperkokoh dan memperbaiki rumah dan bagian yang rentan. Banjir membawa banyak lumpur dan sampah-sampah yang hanyut sehingga dapat merusak beberapa bagian rumah. Tindakan adaptasi ini diakui efektif untuk dilakukan oleh
responden rumah tangga. Pilihan adaptasi lainnya yang banyak dilakukan
responden adalah merekonstruksi dan meninggikan bangunan rumah atau pondasi. Adaptasi ini memang membutuhkan biaya yang cukup mahal, dan tidak semua masyarakat dapat melakukannya, namun sebagian responden mengatakan bahwa pilihan adaptasi ini efektif untuk dilakukan, karena dengan meninggikan bangunan rumah maka mereka dapat berlindung dan menyelamatkan barang-barangnya ke lantai yang lebih tinggi ketika banjir datang. Pilihan adaptasi yang paling sedikit diambil oleh responden adalah mengasuransikan rumah.
PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta
TINDAKAN ADAPTASI SETELAH BENCANA
50
Asuransi Rumah Menyumbang untuk bantuan Meminta Bantuan Tetangga Migrasi ketempat lain Mempersiapkan diri/mengikuti pelatihan Memperkokoh dan memperbaiki rumah… Memperbaiki tanggul Menanam Pohon Merekonstruksi dan meninggikan… Membersihkan lingkungan jalan dan… lainnya Membersihkan Rumah dan Perabotannya… -
10
20
30
40
50
PERSENTASE (%)
Gambar 14. Adaptasi Setelah Bencana di Kota Depok Kota Bogor Berdasarkan survey rumah tangga yang telah dilakukan di Kota Bogor, diperoleh data bahwa terdapat enam pilihan tindakan yang dilakukan oleh responden-responden rumah tangga dalam hal beradaptasi setelah bencana terjadi. Pilihan-pilihan tindakan yang dilakukan oleh responden rumah tangga dalam beradaptasi setelah kejadian banjir terjadi antara lain adalah :
Membersihkan Rumah dan Perabotannya pasca banjir
lainnya
Membersihkan lingkungan jalan dan saluran air
Merekonstruksi dan meninggikan bangunan rumah
Menanam Pohon
Pilihan-pilihan tindakan yang telah disebutkan di atas dibagi lagi ke dalam tiga kelompok menurut alasan yang mendasari responden memilih melakukan tindakan tersebut. Tiga alasan yang mendasari responden dalam memilih tindakan adalah alasan bahwa tindakan yang dipilih merupakan tindakan yang paling efektif, tindakan yang paling sesuai dengan kemampuan ekonomi, dan tindakan yang merupakan saran dari orang lain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel-tabel berikut.
PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta
51
Tabel 9. Pilihan Tindakan Adaptasi Setelah Terjadi Bencana Kota Bogor Jumlah Rumah Tangga Berdasarkan Alasan Tindakan (%) Tindakan Paling Tindakan Yang Tindakan Yang Sesuai Dengan Disarankan Paling Efektif Kemampuan Orang Lain Ekonomi
No
Pilihan Tindakan
1
Membersihkan Rumah dan Perabotannya pasca banjir
78
22
0
2
lainnya
82
18
0
3
Membersihkan lingkungan jalan dan saluran air
67
19
14
4
Merekonstruksi dan meninggikan bangunan rumah
67
26
7
5
Menanam Pohon
12
7
81
Setelah kejadian bencana banjir, pilihan adaptasi yang diadopsi paling banyak oleh responden adalah membersihkan rumah dan perabotan. Banjir membawa banyak lumpur yang dapat mengotori rumah penduduk sehingga rumah perlu dibersihkan dan disterilkan dari sisa-sisa banjir. Tindakan adaptasi ini diakui efektif untuk dilakukan oleh responden rumah tangga dan murah/tidak membutuhakan dana yang besar. Pilihan adaptasi lainnya yang banyak dilakukan responden adalah merekonstruksi dan meninggikan bangunan rumah atau pondasi. Adaptasi ini memang membutuhkan biaya yang cukup mahal, dan tidak semua masyarakat dapat melakukannya, namun sebagian responden mengatakan bahwa pilihan adaptasi ini efektif untuk dilakukan, karena dengan meninggikan
bangunan rumah maka mereka dapat berlindung dan
menyelamatkan barang-barangnya ke lantai yang lebih tinggi ketika banjir datang. Pilihan adaptasi yang
paling sedikit diambil oleh responden adalah memperbaiki
saluran air.
PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta
52
TINDAKAN ADAPTASI SETELAH BENCANA
Asuransi Rumah Menyumbang untuk bantuan Meminta Bantuan Tetangga Migrasi ketempat lain Mempersiapkan diri/mengikuti pelatihan
Memperkokoh dan memperbaiki rumah dan bagian… Memperbaiki tanggul Menanam Pohon Merekonstruksi dan meninggikan bangunan rumah Membersihkan lingkungan jalan dan saluran air lainnya Membersihkan Rumah dan Perabotannya pasca… -
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
PERSENTASE (%)
Gambar 15. Adaptasi Setelah Bencana di Kota Bogor 5.1.4
Kesimpulan Analisis Strategis Adaptasi
Gambar di bawah ini merupakan pola perilaku masyarakat dikawasan DAS Ciliwung di dalam menghadapi bencana banjir. Perilaku adaptasi penduduk pada saat sebelum bencana dan pada saat bencana terjadi bencan banjir. Gambar dibawah ini menunjukan bagaimana perilaku masyarakat yang ada di DAS Ciliwung dalam merespon bencana banjir yang ada. Masyarakat mempersiapkan adaptasi bencana lebih banyak dilakukan secara individual. Persiapan adaptasi yang dilakukan secara kolektif sebagai suatu komunitas hanya lah kerja bakti dan membangun tanggul yang jebol, kolektif pun hanya sebagian dari beberapa orang. Tindakan adaptasi secara bersama-sama baru muncul ketika bencana banjir terjadi. Tindakan respon dilakukan dengan cara tolong-menolong apabila genangan cukup tinggi. Selain sikap tolong menolong, penduduk juga biasanya melakukan beberapa tindakan seperti saling berbagi ilmu, uang serta sumber daya lainnya untuk meningkatkan ketahanan/teman/tetangga. Sebagian besar masyarakat lebih mengandalkan kerabat dan keluarga. Namun, apabila ketinggian genangan banjir masih rendah maka potensi modal sosial yang ada dalam masyarakat tidak dapat digunakan karena perilaku warga yang individualis. Berikut perilaku masyarakat di DAS Ciliwung dalam menghadapi bencana banjir (Gambar 16).
PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta
53
Gambar 16. Perilaku Masyarakat Di DAS Ciliwung Dalam Menghadapi Bencana Banjir Berdasarkan temuan studi yang dilakukan di wilayah studi DKI Jakarta berikut ini beberapa tindakan adaptasi yang dapat dilakukan oleh masyarakat dalam mengurangi risiko bencana banjir.
Sebelum Bencana Menambah Lantai Rumah Memindahkan barangbarang dan perabotan ke tempat yang lebih aman Melindungi rumah dan kayu dari tempat yang lebih aman Membersihkan lingkungan rumah Menyimpan cadangan makanan
Tindakan Adaptasi DKI Jakarta Saat Bencana Setelah Bencana Mengungsi ketempat Merekonstruksi dan pengungsian meninggikan bangunan rumah Memindahkan barangMemperkokoh dan barang perabotan memperbaiki rumah dan bagian yang rentan Memperkuat tanggul, kolam dan fasilitas penangkaran
Membersihkan Rumah dan Perabotannya pasca banjir
Meminta bantuan kepada tetangga
Melakukan diskusi penanggulangan bencana Banjir Memperbaiki tanggul
Menggunakan sebagian dana yang tersedia untuk bertahan
PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta
54
Temuan studi yang dilakukan di wilayah studi Kota Depok berikut ini beberapa tindakan adaptasi yang dapat dilakukan oleh masyarakat dalam mengurangi risiko bencana banjir.
Sebelum Bencana Memperkokoh dan memperbaikin rumah pada bagian yang rentan Melindungi rumah dengan kayu Memindahkan barangbarang perabotan Memperkuat tanggul, kolam dan fasilitas penangkaran Menyimpan sebagian dana masyarakat
Tindakan Adaptasi Kota Depok Saat Bencana Setelah Bencana Membersihkan rumah dan Memperkokoh dan perabotannya pasca banjir memperbaiki rumah dan bagian yang rentan Membersihkan jalan dan saluran air Merekonstruksi rumah dan meninggikan rumah Mengungsi/menyelamatkan diri
Merekonstruksi dan meninggikan bangunan rumah Membersihkan lingkungan jalan dan saluran air Membersihkan rumah dan Perabotannya pasca banjir
Meminta bantuan kepada tetangga
Melakukan penghijauan disekitar tempat tinggal
Temuan studi yang dilakukan di wilayah studi Kabupaten Bogor berikut ini beberapa tindakan adaptasi yang dapat dilakukan oleh masyarakat dalam mengurangi risiko bencana banjir. Tindakan Adaptasi Kabupaten Bogor Sebelum Bencana Saat Bencana Setelah Bencana Memindahkan barangMenyelamatkan keluarga Membersihkan Rumah dan barang dan perabotan ketempat yang lebih aman Perabotannya pasca banjir rumah tangga Memperkokoh dan Memindahkan barangMelakukan penghijauan memperbaiki rumah barang dan perabotan disekitar lingkungan dan bagian yang rentan rumah tangga ke tempat tempat tinggal yang lebih aman Menanam Pohon untuk Memperkokoh dan Membersihkan lingkungan menahan air memperbaiki rumah dan jalan dan saluran air bagian yang rentan Memperkuat tanggul, Tetap berlindung sampai Merekonstruksi dan kolam dan fasilitas situasi aman meninggikan bangunan penangkaran rumah Mengikuti Menggunakan sebagian Memperkuat tanggul, Perkembangan cadangan dana untuk kolam dan fasilitas Informasi Bencana tindakan pengurangan risiko penangkaran banjir
PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta
55
Strategi adaptasi yang dilakukan penduduk disekitar DAS Ciliwung dapat mengatasi permasalahan-permasalahan kecil, seperti dampak banjir terhadap kesehatan dan harta/benda/rumah. Walaupun begitu, strategi adaptasi yang dilakukan oleh masyarakat dikategorikan belum cukup kuat karena lebih banyak difokuskan pada konstruksi rumah dam kenyaman hidup daripada sumber daya produktif kehidupan (sumber pendapatan, makanan dsb.). Keadaan ini menyebabkan masyarakat akan kesulitan dalam menghadapi bahaya banjir yang lebih ekstrim, seperti ketika ada hujan ekstrim, gedung pompa rusak atau tanggul jebol. Oleh karena itu, upaya peningkatan kewaspadaan harus terus dilakukan supaya adaptasi yang dilakukan masyarakat bisa optimal. Adaptasi dan strategis penanganan bencana masyarakat ini juga perlu dilengkapi dengan pengetahuan dan teknologi modern. Kombinasi antara keduanya dapat menghasilkan penanganan bencana yang baik.Berikut ini beberapa tindakan adaptasi yang dapat dilakukan masyarakat secara non struktural. Tabel 10. Pilihan Tindakan Adaptasi Masyarakat Berdasarkan Temuan Studi Indikator
Temuan Studi
Tindakan Adaptasi
Ekonomi
Masyarakat umumnya tidak menyisihkan uang untuk bencana yang sering melanda mereka Sebagian besar masyarakat memiliki TIK, namun hanya sebagian kecil dari mereka memanfaatkan sumber informasi tersebut
Asuransi Mikro untuk wilayah yang berpotensi terdampak bencana banjir Sosialisasi pemanfaatan media TIK dalam upaya sistem peringatan dini Peningkatan Akses Informasi Kebencanaan dari Media Informasi Penguatan komunitas-komunitas lokal, organisasi masyarakat seperti majelis talim
Teknologi
Sosial
Modal sosial masyarakat masih rendah, interaksi antara masyarakat masih sangat rendah
Pengetahuan Masyarakat umumnya tidak mengetahui tindakan PRB
Mendorong pertemuan dan diskusi antar masyarakat Sosialisasi dan pelatihan kebencanaan Mendorong rencana aksi penanggulangan bencana untuk masing-masing wilayah studi
PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta
56
5.2
Adaptasi Pemerintah dan Swasta
Pada subbab ini akan dibahas bagaimana adaptasi yang dilakukan oleh pihak pemerintah dan swasta baik yang akan dilakukan maupun telah dilakukan oleh pemerintah baik yang bersifat struktural maupun non struktural. Upaya adaptasi bencana banjir disepanjang DAS Ciliwung tidak hanya menjadi persoalan pemerintah DKI Jakarta melainkan wilayah lainnya disekitar seperti Kota Depok, Kota Bogor dan Kabupaten Bogor. Kelembagaan untuk kerjasama antara masing-masing pemerintah daerah diatur dalam Badan Kerjasama Pembangunan (BKSP) Jabodetabek, yang dibentuk berdasarkan Keputusan bersama Gubernur Jawa Barat dan Gubernur DKI Jakarta nomor D.IV-3201/d/11/1976/Pem-121/SK/1976) tanggal 14 mei 1976, berpedoman Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor Pem.10/34/16-282 tanggal 26 Agustus 1976, yang ditempatkan pada kedudukan ganda. Pada Pemerintah daerah yang bekerjasama, badan ini melakukan koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplifikasi (KISS) masalah seluruh aspek Jabotabek (Lihat Gambar 17).
Gambar 17. Gambar Ilustrasi Adaptasi Bencana Banjir di Kawasan (BKSP) Jabodetabek (Sumber: Team Mirah Sakethi, 2010) Salah satu permasalahan yang harus dibahas adalah permasalahan bencana banjir yang melibatkan pemerintah DKI Jakarta, Kota Depok dan Bogor.Gambar diatas menunjukan bagaimana
masing-masing
kawasan
dapat
melakukan
adaptasi
strukturalnya
berdasarkan topografi dan kondisi geografi. Kota dan Kabupaten Bogor dapat berperan mengurangi bencana banjir dengan beberapa tindakan preventif seperti mengadakan penghijauan, membatasi izin mendirikan bangunan dan melakukan normalisasi beberapa aliran sungai. Berbagai tindakan ini dapat dibantu dengan potensi pendanaan PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta
57
dari pemerintah DKI Jakarta dalam konteks imbal jasa lingkungan.Selain itu beberapa hulu sungai Ciliwung juga dapat dibangun beberapa situ atau waduk sebagai sumber air bersih dan tenaga listrik, dimana air bersih dan listrik yang dihasilkan dapat dimanfaatkan oleh Kabupaten Bogor dan Kota Bogor yang masing kekurangan air bersih dan listrik.
Adaptasi struktural untuk wilayah Kota Depok yang merupakan middle stream, beberapa tindakan dapat dilakukan diantaranya adalah pembangunan situ/waduk diwilayah Depok. Potensi Kota Depok yang merupakan wilayah aliran sungai Ciliwung dan masih memiliki potensi lahan untuk dijadikan Situ/waduk.Pembangunan situ/waduk ini untuk mengurangi beban air yang dialirkan dari hulu (Bogor) menuju wilayah DKI Jakarta (hulu).Situ/waduk ini dapat digunakan sebagai sumber air irigasi, air bersih dan sumber tenaga listrik.Air irigasi untuk mengairi sawah yang ada di Kota Depok dan sebagian wilayah sekitarnya. Situ/waduk dapat dimanfaatkan sebagai sumber air baku bagi PDAM DKI Jakarta yang masih kekurangan.
Sementara itu, Provinsi DKI Jakarta merupakan wilayah hilir yang menjadi pertemuan antara sungai dan laut (teluk Jakarta).Beberapa tindakan adaptasi struktural yang dilakukan oleh pemerintah DKI Jakarta diantaranya adalah pembangunan banjir kanal barat dan banjir kanal timur. Selain itu potensi lain yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko bencana banjir di wilayah Jakarta adalah dengan melakukan pengerukan dan normalisasi sungai. Salah satu potensi lain yang dapat digunakan adalah dengan membangun sistem daerah Polder disepanjang sungai Ciliwung, lihat Gambar 18.
PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta
58
Gambar 18. Sketsa Sistem Polder
Daerah polder didefinisikan sebagai daerah dataran rendah dimana pengaliran air tidak bisa secara gravitasi, sehingga harus di isolasi dan dilindungi dari daerah sekitarnya dengan tanggul atau timbunan disekeliling polder.Daerah polder mempunyai sistem saluran drainase sendiri yang terpisah dan kalau mungkin saluran drainase dapat dibangun menuju ke saluran pengumpul yang besar sebelum disalurkan ke rumah pompa.Batas daerah polder tak mesti berbentuk tanggul, namun bisa berupa jalan raya, jalan kereta api, dan lain sebagainya. Jalur itu tidak dilalui air dan berfungsi sebagai batas hidrologi.Tidak ada air yang masuk ke dalam polder dari luar kawasan.Hanya air yang berasal dari hujan dan rembesan (seepage) yang masuk ke dalamnya.Jika air sudah melebihi batas toleransi, maka air tersebut harus dialirkan ke luar kawasan.Untuk itu polder mempunyai struktur keluar (outlet structure), bisa berbentuk pompa atau pintu air.Ini dimaksudkan untuk mengatur tinggi muka air di dalam waduk.
Air yang memenuhi waduk dipompakan keluar, ke laut atau ke saluran makro yang nantinya mengalir ke laut.Kontrol seperti inilah yang menyebabkan kawasan tersebut ‘terbebas’ dari banjir.Sistem polder bisa menjadi solusi terhadap problem banjir/genangan di daerah rendah yang airnya tidak bisa dialirkan secara gravitasi ke sungai atau ke laut. Untuk dapat menjalankan fungsinya secara efektif, polder dilengkapi dengan sejumlah elemen seperti tanggul/dinding penahan limpasan air ; PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta
59
sungai/kanal ; waduk ; saluran internal ; pompa dengan/tanpa pintu air. Elemen-elemen ini bekerja dalam dua sistem besar, yaitu sistem perlindugan banjir dan sistem drainase lingkungan.(Sistem Polder dan Tanggul Laut, Sawarendro,2010).
Sebagian besar bencana banjir yang terjadi di DKI Jakarta terjadi di bantaran sungai Ciliwung. Adaptai struktural yang dilakukan adalah dengan penataan kembali kawasan sekitar bantaran sungai Ciliwung yang ada di DKI Jakarta dengan rumah susun.Lihat ilustrasi Gambar 19. Penataan dilakukan dengan membangun rumah susun yang panggung, rumah susun ini hanya menggunakan sedikit lahan dan menghindarkan masyarakat dari bencana banjir.Selain itu penataan ini juga mengurangi aktivitas masyarakat yang cenderung menyebabkan daya tampung sungai berkurang.
Gambar 19. Penataan Bangunan di Bantaran Sungai
Berbagai upaya adaptasi struktural baik yang melibatkan lintas wilayah dapat memanfaatkan kerjasama antara daeraha khususnya
Kawasan Jabodetabekpunjur
merupakan kawasan perkotaan yang ditetapkan sebagai kawasan strategis nasional sesuai dengan ketetapan Perpres No. 54 Tahun 2008. Kawasan Jabodetabekpunjur dikatakan mempunyai nilai strategis karena memiliki satu kesatuan ekosistem dimana pemanfaatan ruang di kawasan ini mempunyai keterkaitan hulu-hilir di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung-Cisadane.Kawasan Jabodetabekpunjur meliputi
PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta
60
wilayah seluruh wilayah Daerah khusus Ibukota Jakarta, sebagian wilayah provinsi Jawa Barat dan sebagian wilayah Provinsi Banten.
Manajemen tata ruang Jabodetabekjur yang terpadu harus dapat diwujudkan, agar masalah-masalah pelik Kawasan Jabodetabekjur, seperti banjir, penyediaan air bersih, permukiman, penanganansampah, penataan transportasi, perekonomian, sosial budaya dan lain-lain, dapat diatasi bersama. Apalagi kerjasama antardaerah di wilayah Jabotabek sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 1976. Namun dengan semakin berkembangnya pembangunan, kelembagaan kerjasama antardaerah yang ada, dirasakan kurang optimal.
Konversi lahan berfungsi lindung yang tidak terkendali berakibat pada penurunan fungsi lindung kawasan, seperti penurunan fungsi serapan air pada kawasan resapan air, dan penurunan daya alir drainase (alam/sungai ataupun buatan/kanal), sehingga menimbulkan bencana banjir, yang tidak hanya merusak harta benda namun dapat pula menelan korban jiwa. Untuk itu, maka perubahan keseimbangan lingkungan yang disebabkan aktifitas sosial ekonomi manusia perlu dikendalikan, agar tercapai keseimbangan lingkungan. 5.2.1
Adaptasi Struktural
Tindakan struktural bertujuan untuk mengurangi risiko banjir dengan mengendalikan aliran air dari luar maupun dari dalam tempat tinggal. Brody et al. (2009) menjelaskan pendekatan struktural merujuk kepada pembangunan fisik untuk mengendalikan banjir atau melindungi tempat tinggal manusia, seperti membangun dinding dan tangguldi laut dan sepanjang aliran sungai, sumur resapan, saluran air dan revetment. Selain itu, dalam mengurangi risiko banjir, pendekatan struktural dapat dilakukan dengan memodifikasi struktur lingkungan melalui pembangunan tanggul di bantaran sungai; perbaikan saluran (bandul, saluran pematang, waduk dan metode untuk mempercepat atau melambatkan arus air, memperdalam dan meluruskan atau melebarkan saluran); perbaikan tanah (pengendalian selokan, memodifikasi praktik tanam, konservasi tanah, revegetasi dan stabilisasi lereng). Berbagai teknik tersebut akan menjadi sangat efektif apabila dimanfaatkan secara tepat, seperti yang telah didokumentasikan melalui
PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta
61
keberhasilan pencegahan Sungai Thames, perlindungan laut di Belanda dan sistem perairan sungai di Jepang. Beberapa kebijakan adaptasi non structural yang umumnya dilakukan oleh pemerintah DKI Jakarta, Depok dan Bogor berupa: pembebasan Tanah Kanal Banjir Timur, pengerukan kali/saluran/drainase, penyelesaikan system pompa dan pembuangan long storage, pemeliharaan dan pembersihan saluran /kali, pemeliharaan dan rehabilitasi system drainase untuk menangani genangan di jalan arteri dan kolektor.
Gambar 20. Adaptasi Struktural yang dilakukan oleh Pemerintah DKI Jakarta Khusus Pemerintah provinsi DKI Jakarta masih terfokus pada perbaikan infrastruktur pengelolahan bencana banjir seperti pembangunan banjir kanal barat dan timur serta rencana terbaru pembangunan Giant Sea Wall. Berikut ini beberapa tindakan adaptasi struktural yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, seperti : 1. Pembangunan Banjir Kanal Banjir Kanal Timur dan Banjir Kanal Barat dibangun dengan tujuan untuk menyalurkan aliran air hujan dan air dari hulu langsung ke laut, sehingga air tidak menggenangi Jakarta yang 40% wilayahnya berupa dataran rendah yang memiliki ketinggian di bawah PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta
62
permukaan laut. Kedua kanal tersebut dapat diibaratkan sebagai jalan tol untuk air di Jakarta agar dapat cepat sampai ke laut tanpa harus berhenti di tengah perjalanan dan menyebabkan genangan atau banjir. Sebelum Banjir Kanal Timur terbangun, air dari hulu akan masuk ke berbagai saluran-saluran air besar maupun kecil yang ada, dan bila saluran-saluran ini tidak mampu lagi menampung volume air yang ada, banjir akan terjadi. Unit Pengelola teknis banjir kanal timur bertugas untuk mengelola sekaligus juga memelihara Banjir Kanal Timur. Unit Pengelola Teknis Banjir Kanal Timur terbentuk pada tahun 2010. Unit BKT ini nantinya antara lain akan mempunyai kewenangan untuk memelihara tanggul bagian kiri dan kanan aliran, penanganan sampah di aliran, pemeliharaan terowongan di BKT, pemeliharaan taman bagian kiri dan kanan sepanjang aliran, pemeliharaan jembatan penyeberangan, sistem keamanan dan ketertiban, hingga transportasi di atas kanal. 2. Program Normalisasi dan Pemeliharaan 13 Sungai Ketiga belas sungai yang mengalir di Jakarta menjadi unsur penting dalam tata kelola air dan pengendalian banjir yang dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Pemerintah melakukan normalisasi sungai adalah untuk menciptakan kondisi sungai dengan lebar dan kedalaman tertentu sehingga sungai tersebut mampu mengalirkan air sampai pada tingkat tertentu sehingga tidak terjadi luapan dari sungai tersebut. Kegiatan normalisasi sungai berupa membersihkan sungai dari endapan lumpur dan memperdalamnya agar kapasitas sungai dalam menampung air dapat meningkat. Ini dilakukan dengan cara mengeruk sungai tersebut di titik-titik rawan kemacetan aliran air. 3. Antisipasi Pasang dan Pembuatan Tanggul Salah satu tantangan besar yang dihadapi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta adalah banjir yang disebabkan oleh gelombang pasang laut yang sering disebut sebagai banjir rob. Banjir tersebut tidak saja disebabkan oleh kenaikan tinggi permukaan air laut akibat pasang surut laut tetapi juga karena banyak lokasi di pesisir utara Jakarta memang berupa dataran rendah dengan ketinggian di bawah permukaan laut, sehingga bila terjadi gelombang pasang laut agak besar banjirpun melanda permukiman warga.
PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta
63
Naiknya gelombang pasang laut dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor lain seperti dorongan air, angin dan fenomena-fenomena alam lain yang sering terjadi di laut. Banjir rob tidak saja disebabkan oleh gelombang pasang laut yang tinggi tetapi juga oleh kenyataan bahwa banyak lokasi di pesisir Utara Jakarta ini merupakan dataran rendah yang berada di bawah permukaan laut. Ada tanda-tanda bahwa lokasi-lokasi ini masih terus mengalami penurunan muka tanah yang disebabkan oleh penyedotan air bawah tanah oleh penduduk Jakarta untuk kepentingan rumah tangga sehari-hari dan untuk industri. Hal ini sudah menjadi salah satu perhatian utama Gubernur DKI yang mengatakan bahwa di kawasan bisnis dan industri tertentu, dalam 20 tahun terakhir terjadi penurunan permukaan tanah sampai 1,5 meter. Akibatnya, ke depan warga Jakarta terancam kekurangan air bawah tanah. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah membangun tanggul Rob Muara Angke, Muara Karang, Pluit, Luar Batang, Cilincing, Marunda dan Martadinata di bagian Pantai Utara Jakarta pada tahun 2008 dan 2009 untuk melindungi warga dari banjir rob. Tanggul beton maupun tanggul batu kali yang dibangun panjangnya kurang lebih 3000 meter dengan ketinggian yang bervariasi antara 1 sampai dengan 3 meter di atas permukaan tanah. Jika terjadi pasang naik, limpahan air laut akan tertahan tanggul beton dan tidak membanjiri warga. 4. Penataan Kali dan Saluran Selain memperbaiki dan meningkatkan kapasitas sungai dan saluran-saluran air, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga berupaya membuat lokasi-lokasi ini menjadi lebih nyaman bagi warga. Pinggiran sungai dan saluran yang sebelumnya terbuat dari tanah dilapisi dengan beton untuk mengukuhkan dinding-dinding sungai dan saluran air sehingga mampu menahan volume air yang besar. Selain membangun trotoar yang lebar pemerintah juga dan menanami tepi sungai dan saluran air dengan pepohonan. 5. Pembangunan Sistem Polder Hal lain yang tidak kalah pentingnya dalam
strategi pengendalian banjir
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta adalah pemasangan pompa-pompa air terutama di Jakarta bagian utara yang lokasinya berupa dataran rendah dengan ketinggian di PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta
64
bawah permukaan laut. Bila volume air dari hulu Jakarta sedang tinggi dan melebihi kapasitas tampung sungai dan saluran air yang ada, terjadilah genangangenangan yang mengganggu kehidupan
warga Jakarta. Satu-satunya cara untuk mengeringkan
genangan air adalah dengan memompa air yang menggenang dan mengalirkannya ke saluran air yang yang mengalir langsung ke laut. Selain memasang pompa-pompa yang berkekuatan besar, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga membangun sistem polder di semua Wilayah DKI Jakarta yang sering mengalami penggenangan air. Sistem polder adalah suatu cara penangangan banjir dengan bangunan fisik yang terdiri dari sistem drainase, kolam retensi (penahan), tanggul yang mengelilingi kawasan, serta pompa dan atau pintu air sebagai satu kesatuan pengelolaan air yang tidak dapat dipisahkan. Semua elemen di atas memainkan peran
penting dalam melindungi wilayah dari banjir. Keunggulan
sistem polder adalah kemampuannya mengendalikan banjir dan genangan akibat aliran dari hulu, hujan setempat dan naiknya air laut. Kunci utama sistem polder adalah tanggul atau waduk. Tanggul berfungsi untuk menahan air dari luar area, sedangkan waduk berfungsi untuk menampung air baik dari dalam maupun luar area. Pompapompa air
berfungsi untuk membuang air dari dalam
waduk. Setiap saat air meninggi dengan cepat pompa akan mengalirkan air ke laut. Sampai sekarang sudah dibangun 32 sistem polder di wilayah Jakarta dan pemerintah sedang menyiapkan untuk membangun 15 sistem polder lagi. Sebagian besar solusi pengurangan risiko banjir yang diterapkan di Jakarta dan sekitarnya masih menggunakan pendekatan struktural untuk mengelola dan mengendalikan faktor bahaya banjir. Solusi pengurangan risiko bencana tersebut dilakukan dengan pendekatan secara teknis klasik dan struktural dimana masalah banjir dapat diselesaikan dengan metode-metode hidrologis, seperti studi hidrologi tentang bahaya banjir dan penyelesaian pembangunan infrastruktur (contoh: pembuatan kanal, saluran air, pembuatan tanggul raksasa dan lain-lain). Akan tetapi, pendekatan struktural pun masih memiliki keterbatasan, diantaranya: (1) Banjir dengan kapasitasmelebihi kapasitas desain struktur yang dibuat dapat meluap dan merusak secara signifikan dapat lebih tinggi; (2) Struktur seperti saluran atau tanggul dapat meningkatkan level sungai, meningkatkan banjir di hilir dan kecepatan air dengan membatasi jalur air dan dataran banjir alami sehingga memperpendek waktu banjir di PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta
65
hulu dan mengakibatkan banjir di hilir yang lebih besar; (3) Solusi struktural dapat memberikan rasa aman yang sementara kepada publik; (4) Tindakan struktural seringkali menghabiskan biaya finansial yang tidak sedikit; dan (5) Pembangunan bendungan dan struktur pengontrolan banjir lainnya berkontribusi menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Sebagai contoh, bencana banjir di Jakarta tahun 2013 memperlihatkan bahwa pendekatan struktural, seperti normalisasi sungai dan pembuatan kanal besar, yang dilakukan oleh pemerintah provinsi DKI Jakarta belum dapat menyelesaikan permasalahan risiko (Sagala et al., 2013). 5.2.2
Adaptasi Non Struktural
Tindakan-tindakan non-struktural mencakup berbagai langkah-langkah pencegahan atau penyesuaian untuk mengurangi risiko banjir melalui memodifikasi kerentanan dari aktivitas pembangunan yang mengakibatkan kerusakan di dataran banjir. Hal ini dapat meliputi memprediksi kejadian banjir, sistem peringatan dini, asuransi terhadap bencana banjir, kesiapsiagaan bencana dan rencana tanggap darurat serta peraturan penggunaan lahan untuk pengendalian pembangunan. Biasanya tindakan non-struktural tidak memerlukan investasi yang besar di muka, namun sering bergantung pada pemahaman manusia mengenai ancaman banjir dan sistem ramalan yang dapat diandalkan, seperti rencana evakuasi gawat darurat tidak akan berfungsi bila tidak ada peringatan di awal. Selain itu, perwujudan upaya ini membutuhkan pendekatan yang komprehensif dengan dukungan dari kapasitas institusi dan partisipasi publik, khususnyadi dalam tatanan sosial masyarakat dan permasalahan lingkungan perkotaan yang kompleks. Ada beberapa tindakan adaptasi non struktural yang biasa dilakukan oleh pemerintah diantaranya
adalah
sosialisasi
pemeliharaan
kebersihan
lingkungan;
kerja
baktikebersihan dan melibatkan sebanyak mungkin masyarakat; membangun dan memfungsikansystem peringatan dini dengan memanfaatkan fungsi pintu air sebagai indikator tingkat kesiagaan banjir, seperti pintu air Katulampa, Depok dan Manggarai; Koordinasi dan siaga banjir lintas sektoral; Sinkronisasi perencanaan tata ruang di kawasan Jabodetabekjur.
PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta
66
Gambar 21. Tindakan Adaptasi Non Struktural oleh Pemerintah Tabel diatas menunjukan berbagai tindakan adaptasi non struktural yang dilakukan oleh pemerintah pada umumnya (DKI Jakarta, Kota Depok dan Kota Bogor). Tindakan non structural ini biasanya dilakukan oleh masing-masing SKPD dan dinas yang terkait seperti BPBD, Dinas PU, Dinas Sosial dan Bappeda. Sebenaranya berdasarkan hasil analisis kapasitas adaptif masyarakat ditemukam bahwa masyarakat memiliki kemampuan adaptasi non structural sendiri, salah satu upaya bentuk tindakan non-struktural yang dapat dilakukan oleh masyarakat untuk menghadapi bahaya dan mengatasi risiko adalah kesiapsiagaan. Kesiapsiagaan adalah suatu upaya yang dilaksanakan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana guna menghindari jatuhnya korban jiwa, kerugian harta benda, dan berubahnya tata kehidupan masyarakat dikemudian hari. Kesiapsiagaan menghadapi bencana adalah suatu kondisi masyarakat yang baik secara individu maupun kelompok yang memiliki kemampuan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana dikemudian hari. Kesiapsiagaan masyarakat cenderung diabaikan oleh pemerintah yang akan membuat keputusan. Selama ini masih banyak masyarakat yang mengantungkan kesiapsiagaan dan adaptasi kepada pemerintah dengan mengabaikan kesiapsiagaan pribadi masingmasing.
PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta
67
Gambar 22. Adaptasi Non Struktural yang Berpotensi dilaksanakan Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan untuk mempersiapkan diri untuk keselamatan hidup dalam rumah tangga, diantaranya mengidentifikasi tempat yang aman untuk berlindung dari bahaya, menentukan rute evakuasi, penyediaan stok alat-alat darurat, dan meminta pertolongan pertama.
Dua jenis kegiatan kesiapsiagaan untuk
perlindungan keselamatan jiwa yang dapat digunakan pada setiap bahaya yaitu: membuat perencanaan evakuasi keluarga (merencanakan titik kumpul, transportasi, dan rute evakuasi) dan pelatihan simulasi perencanaan evakuasi keluarga. Selain itu, pada tingkat rumah tangga selain dilakukan perlindungan pada keselamatan jiwa, dilakukan juga pada perlindungan properti yang dimilikinya dengan mendaftarkan pada asuransi. Kesiapsiagaan masyarakat menurut penulis dapat dikategorikan kedalam beberapa tindakan seperti langkah-langkah menghadapi bencana dalam keadaan darurat, membuat rencana aksi menghadapi bencana, membuat rencana jalur evakuasi untuk menghadapi bencana, melakukan pembagian tugas dalam menghadapi bencana, menyiapkan perlengkapan gawat darurat, menyepakati tempat evakuasi, melakukan pelatihan dan simulasi evakuasi, memilih tempat evakuasi lainnya, asuransi jiwa, dan asuransi harta benda. PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta
68
5.3
Adaptasi Cross Boundary (Bogor-Depok-Jakarta)
Untuk menanggulangi bahaya banjir yang bersumber dari hulu Sungai Ciliwung dan berdampak pada banjir baik di wilayah Bogor, Depok, dan Jakarta, maka adaptasi Cross Boundary harus dilakukan.
Berdasarkan hasil proyeksi, curah hujan di Kabupaten Bogor akan meningkat sebesar 200 mm/bulan di tahun 2035 terhadap tahun dasar di tahun 2012. Oleh karena itu, tahapan yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi kenaikan curah hujan tersebut antara lain: 1. Pembatasan alih fungsi lahan di wilayah hulu Sungai Ciliwung 2. Pembangunan waduk 3. Penguatan sumur resapan bagi masyarakat
Sementara di wilayah Depok, kenaikan curah hujan diproyeksikan hingga 100 mm/bulan (lebih rendah disbanding Bogor) pada tahun 2035 terhadap tahun dasar (2012). Kondisi tersebut kemungkinan berpotensi menyumbang debit banjir baik di wilayah Depok maupun Jakarta. Adaptasi struktural yang dapat dilakukan secara bertahap di wilayah Depok untuk mengatasi banjir tersebut antara lain: 1. Pembuatan turap dibeberapa segmen sungai Ciliwung 2. Pembangunan beberapa waduk untuk menampung air 3. Penguatan sumur resapan untuk masyarakat
PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta
69
Gambar 23. Proyeksi kenaikan curah hujan di Bogor, Depok, dan Jakarta Sumber: Mirah Sakethi, 2010 Jakarta diproyeksikan hanya akan mengalami kenaikan curah hujan sebesar 40 mm/bulan (lihat Gambar 23). Namun karena lokasi Jakarta berada di wilayah hilir Sungai Ciliwung, maka kombinasi debit air dari wilayah hulu dan curah hujan local di wilayah Jakarta sendiri akan membuat banjir terakumulasi. Untuk itu, adaptasi yang perlu untuk dilakukan untuk mencegah banjir di masa mendatang adalah sebagai berikut: 1. Percepatan Pembangunan Banjir Kanal, 2. Pengerukan waduk dan kolam retensi 3. Normalisasi sungai /kali di Jakarta 4. Pembangunan turap dibeberapa segmen sungai Ciliwung 5. Pembangunan “Rusun Adaptasi” dengan Sungai Ciliwung 6. Pembuatan polder (jebakan air) 7. Sumur resapan 8. Penghijauan disekitar pantai utara Jakarta 9. Mempercepat air menuju laut (pompa) 10. Pembangunan tanggul/sea wall
PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta
70
Daftar Pustaka
Budiman, Putra Arief. 2009. Kajian Persepsi Risiko dan Strategi Adaptasi Masyarakat Berpenghasilan Rendah Terhadap Bencana Banjir Pasang. InstitutTeknologi Bandung Folke, Carl et. all. 2002. Resilience and Sustainable Development: Building Adaptive Capacity in a World of Transformation. The Environmental Advisory Council to the Swedish Government Kompas. 2009. LaporanJurnalistikKompas :EkspedisiCiliwung 2009. Jakarta. Sakethi, Mirah. 2010. Mengapa Jakarta Banjir?. Team MirahSakethi. Jakarta
Satterwaite, David et. all. 2009. Adapting to Climate Change in Urban Areas. Human Settlements Discussion Paper Series. IIED Smith et al. 20003. From adaptation to adaptive capacity and vulnerability reduction. In J.B. Smith, R.J.T. Klein and S. Huq, eds., Climate change, adaptive capacity and development. Imperial College Press, London
PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta