Daftar isi Prosiding Simposium
ISSN 1410-8720
Nasional Polimer V
PLASTIK LAYAK SANTAP (EDIBLE PLASTIC) DARI TAPIOKA TERMODIFIKASI Wiwik Pudjiastuti dan Guntarti Supeni Balai Bt!sar Kim;n dan Kemasan, Jakarta JI. Balai Kimia No.1, Pekayon Pasar Reba, Jakarta ABSTRAK PLASTIK LAYAK SANTAP(EDIBLE PLASTlq DARI TAPIOKA TERMODlFIKASI. Plastik film layak santap (edible plastic) telah dibuat dengan menggunakan bahan baku tapioka yang telah dimodifikasi. Modifikasi dilakukan dengan proses hidrolisis terhadap tapioka sebelum diproses menjadi plasik. Proses hidrolisis dilakukan dengan pemanasan pada suhu 40° C menggunakan pelarut asetat (campuran CH)COOH dan CH)COONa) dengan perbandingan 50 gram tapioka dalam 50 gra~ pelarut. Sedangkan komposisi plastik layak san tap yang dibuat adalah 7,5 gram hasil pemanasan, " 100 ml akuades, 45 ml atkohol96% dan 1,2 mL gliserol. Secara umum plastik film yang dihasilkan sudah cukup stabil dengan ketebalan antara 41,72 11, nilai kuat tarik antara 27,0 I kgf/cm2 sampai dengan 217,7 kgf/cm2, kemuluran a~tara 2,55 % sampai dengan 62,89 % dan laju transmisi uap air antara 590,37 glm2/24 jam sampai dengan 824,25 glm2/24jam. Kala kunci: Plastik layak santap, tapioka modifikasi, laju transmisi uap air, kemuluran, kuat tarik
ABSTRACT EDIBLE PLASTIC FROM MODIFIED STARCH. Edible plastic have been made from modified starch. Modification was conducted by hydrolisis process on 40 OCtemperature with asetat (mixed betwe~~nCH)COOH and edible plastic is 7.5 gram hidrolisys product, 100 mL aquadest, 45 mL alcohol 96% and 1.2 m glise~enerally, the CH)COONa) as ahave solvent. Material ratiowith for thickness hidrolisys 0.06-0.08 is 50 gram tapioka 50 gram of the plastic film made been stabil enough mm, tensile in strength 27.0SOIV~t. 1-21. Co~osition gf/cm2, elongation 2.55-62.89% and water proof vapour transmission rate 590.37-824.25g1m2/24 hours. Key words: Edible plastic, modified starch, water proof vapour transmission rate, elongation, tensile strength
PENDAHULUAN Oengan semakin bertambahnya usia manusia di burni maka manusia menjadi semakin dewasa dalam menyikapi kemajuan. Kedewasaan ini mulai ditunjukkan dengan mulai kembalinya manusia ke alamo Manusia mulai menyadari kerusakan yang ditimbulkan oleh kemajuan kebudayaan terhadap burni.lnilah yang mendasari banyaknya inovasi-inovasi teknologi bam yang lebih ramah lingkungan. Salah satu bentuk inovasi ini ialah kemasan yang dapat dikonsumsi (layak santap). Kenyataan yang kita lihat, secara global bahwa sampah mulai menggunung diatas bumi kita ini. Sebagai contoh, total sampah Jakarta setiap harinya mencapai 25.176 m3 ~tau setara dengan 6.000 ton lebih pada tahun awal tahun 2004 dan diperkirakan pada tahun 2005 sebcsar 10.220 tonlhari [1]. 248
Pemda OKI rela mengeluarkan dana hingga Rp 100 miliar per tahun[2], sementara pemasukannya nol besar. Oari sekian jumlah sampah terse but, sampah plastik memberikan kontribusi terbesar kedua setelah sampah organik. Sampah plastik tersebut sebagian besar merupakan plastik untuk kemasan. Kemasan plastikyang umum digunakan terbuat dari polimer yang berasal dari minyak bumi. Polimer jenis ini merupakan material yang sangat suiit diuraikan oleh tanah, dibutuhkan jutaan tahun bagi tanah untuk menguraikan plastik jenis ini. Hal ini disebabkan oleh mikroorganisme tidak mampu mengubah dan mensintesis enzim yang dapat mendegradasi polimer dari bahan minyak burni. Ada beberapa cara untuk mengurangi penimbunan sampah kemasan plastik,diantaranya
Plastik Layak San tap (Edible Plastic) daTi Tapioka Termodifikasi (Wiwik Pudjiastuti)
adalah incinerate (membakar plastik) serta daur ulang. Pembakaran menimbulkan masalah lain. Karbon dioksida yang dikeluarkan selama proses pembakaran meningkatkan kadar karbon dioksida dalam udara sehingga meningkatkan pemanasan global. Sedangkan pada daur ulang, plastik yang dapat digunakan kembali hanya 25% dari jumlah keseluruhan sampah plastik yang ada. Sehingga diperlukan solusi lain untuk mengatasi bertambahnya jumlah sampah kemasan plastik yaitu dengan membuat plastik yang ramah lingkungan. Plastik jenis ini bisa berupa plastik biodegradable atau edible. Penelitia ini bertujuafi'untuk mendapatkan lembaran plastik layak santap (edible plastic) dari tepung tapioka yang dimodifikasi dengan pemanasan tepung tapioka pada suhu 40°C yang dilarutkan dalam larutan dengan pH 6, pH 7, dan pH 8. Pada penelitian ini bahan yang digunakan adalah pati yang berasal dari tepung tapioka. Penggunaan pati se~agai bahan plastik dimungkinkan dengan memodifikasi pati terlebih dahulu. Sedangkan pemilihan tepung tapioka sebagai bahan dasar pati disebabkan oleh melimpahnya jumlah tapioka atau pati ubi kayu di Indonesia. Sebagai gambaran, di propinsi Lampung yang memiliki 78 industri tapioka menghasilkan 1.131.896 ton tepung tapioka pada tahunl997. Sedangkan pada tahun 1991 saj a, total produksi singkong di Indonesia melebihi 15 juta ton dengan produksi tepung tapioka diatas satu juta ton dan hanya dipergunakan sekitar 345 ribu ton untuk konsumsi dalam negeri dan 357 ribu ton untuk ekspor. Unsur dari tapioka yang akan dikembangkan sebagai plastik layak santap adalah pati yang merupakan cadangan makanan bagi tanaman dalam bentuk glukosa. Dengan memanfaatkan pati dari tapioka ini diharapkan untuk mendapatkan plastik yang dapat dikonsumsi (layak santap) sehingga dapat mengurangi jumlah sampah kemasan yang sudah ada.
TEOR!
Plastik Layak santap Plastik layak santap merupakan salah satu bentuk biopolimer sebab sifat layak santapnya memungkinkan plastikjenis ini dapat dicema oleh makhluk hidup. Oleh karena itu, plastik ini dipastikan menggunakan bahan yang ramah lingkungan dan biodegradable. Plastik layak san tap dibuat dengan menggunakan bahan alamiah sepertipolisakarida, protein, poliester, lemak serta turunannya. Biopolimer alamiah memiliki keuntungan dibandi.ngkan biopolimer sintetis yaitu mereka lebihcepat,terdegradaSi secara alami dan berasal dari bahan baku yang dapat diperbaharui. Hal ini menyebabkan mereka dapat digunakan secara efektif untuk menggantikan plastik konvensional dengan masa pakai yang pendek. Plastik layak santap (edible plastic) telah lama digunakan untuk menjaga makanan, diantaranyajuga digunakan untuk meningkatkan penampilan. Bebernpacontohantara lain:guladan coklat yang dipakai sebagai pelapis permen, lapisan lemak untuk buah-buahan dan 'kulit' lipoprotein tradisional ('Yuba' didapatkan dengan mengeringkan lapisan yang didapat dari mendidihkan sl!su kedelai). Lemak dan minyak juga biasa digunakan untuk melindungi makanan. Lembaran plastik layak santap biasa digunakan untuk mengontrol kualitas dan stabilitas dari banyak makanan. Penggunaan jenis karbohidrat, protein atau lemak banyak digunakan dalam bentuk seperti pelapis, atau lembaran plastikyang satu layer,dua, at au banyak layer. Pelapis dibentuk dan digunakan secara langsung pada makanan, sedangkan lembaran plastik dibuat secara terpisah untuk digunakan kemudian. Mereka darat digunakan secara langsung pada permukaan makanan atau sebagai lembaran-lembaran untuk memisahkan makanan. Pemakaian secara langsung dan penyebaran dari bahan pelapis yaQg berbentuk cairan dapat dilakukan dengan tangan menggunakan kuas, penyemprotan, pencelupan, dan lain-lain. Pelapisan makanan kadang sulit , 249
Prosiding Simposium Nasional Polimer V
ISSN 1410-8720
'.
dilakukan seperti saat bahan yang hidrophobik digunakan untuk melindungi bahan yang hidrophilik (dan kebalikannya). Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan panas, menambahkan surfactant untuk menurunkan tegangan permukaan pada larutan pembuat lembaran plastik atau pada permukaan yang akan dilapisi. Cara lainnya dengan menggunakan lapisan awal yang terbuat dari bahan yang dapat diterima oleh semua produk seperti pemakaian pati pada kismis sebelum dilapisi oleh lilin atau pemakaian serbuk cocoa pada kacang sebelum dilapisi gula. Edible dan biodegradable plastic harus memenuhi beberapa kebutuhan fungsional yang khusus, seperti, penghalang uap air, penghalang udara, tingkat kelarutan air/lemak, warna dan penampilan, sifat mekanik dan reologi, tidak beracun, dB. Sifat-sifat ini bergantung padajenis bahan yang digunakan, cara pembentukannya dan penggunaannya. Dibawah ini contoh lembaran layak santap pada Gambar 1.
Keuntungan dari plastik layak santap: 1. Memperbaiki warna dan rasa dari produk; 2. Mengurangi penyusutan berat; 3. Mempertahankan kualitas selama pengiriman dan penyimpanan; 4. Mengurangi kerusakan selama penyimpanan; 5. Memperbaiki ketertarikan konsumen; 6. Meningkatkan masa pakai prod uk; 7. Menambah nilai material polimer alarni; 8. Mengurangi kemasan sintetik. Kerugian dari lembaran layak santap: Produk tidak cocok dengan jenis dan ketebalan pelapis; 2. Produk tidak dapat disimpan dalam suhu tinggi; 3. Lembaran yang terlalu tebal dapat menghalangi pertukaran gas, sehingga menyebabkan menumpuknya etanol sehingga merusak rasa produk; 4. Sifat penghalang uap air harus sesuai agartidak teIjadi penyusutan dan menurunnya kadar air dari prod uk serta terbentunya kondensasi uap air yang dapat menjadi media yang baik untuk pertumbuhan mikroba; 5. Sifat penghalang gas yang terlalu baik dapat menyebabkan teIjadinya oksidasi anaerob.
I.
Tapioka
I.
Gambar Pembungkus dalam pennen White Rabbit (kiri) dan pembungkus dalam pennen Botan Rice I (kanan )(Endnotes).
Sifat khusus yang dibutuhkan sebagai plastik layak santap yaitu: I. Plastik harus tahan air agar dapat melindungi dan menutupi seluruh bagian produk; 2. Tidak mengurangi kandungan oksigen atau menumpuk karbon dioksida., Dibutuhkan minimall % sampai dengan 3 % oksigen di sekitar produk untuk menghindari perubahan dari aerob ke anaerob; 3. Harus dapat mengurangi permeabilitas uap air; 4. Harus dapat memperbaiki penampilan, mempertahankan kesatuan struktur, mechanical handling memperbaiki active agent properties, mengandung (antioksidan), dan mempertahankan rasa produk.
250
Pati adalah butiran atau serbuk putih yang tidak berbau dan berasal dari senyawa komplek karbohidrat atau polisakarida (C6H.oOs)x yang merupakan bent uk simpanan utama dari karbohidrat pada tanaman. Sangat banyak ditemukan di alam terutama dalam biji-bijian, buah-buahan, umbi batang, akar, ranting. Pati merupakan simpanan energi tanaman terbesar dalam bentuk glukosa. Pati merniliki dua polimer utama yaitu amylose dan amylopectin. Amylose merupakan rantai linier polisakarida yang besar, dihubungkan
dimalla unit-unit glukosanya dengan ikatan a % (1 ~ 4). Amylopectin adalah rangkaian glukosa yang sangat bercabang. Bagian molekul yang
tidak bercabang berupa unit-unit glukosa yang dihubungkan dengan ikatan a % (1 ~4). Sedangkan pada bagian bercabang yang teIjadi setiap 20 sampai 24 unit glukosa dihubungkan dengan ikatan a % (1 ~ 6) antara karbon 1 pada
Plastik Layak San tap (Edible Plastic) dari Tapioka Termodifikasi (Wiwik Pudjiastuti)
peningkatan konsentrasi. Panjang rantai amylose mempengaruhi sifat fasanya. Gel yang kaya amylose memiliki sifat mekanikal dan ketahanan termal serta lebih sulit diurai oleh zat kimia dan
Gambar 2. Dua ikatan yang berbeda amar-monomer glukosa dalam patio
glukosa dalam bentuk alfa dan karbon 6 pada glukosa lainnya (Gambar 2). Lembaran tipis yang tcrbentuk dari pati bersifat amorf dengan derajat kekrisalannya bergantung pada kondisi pembentukan lembaran tipis tersebut. Sifat mekanik dan sifat dasar lainnya bergantung pada lingkungan saat lembaran tipis tersebut digunakan. Sifat mekanik lembaran tipis dari amylose mumi dan amylopectin mumi sangat berbeda, lembaran dari amylopectin bersifat lesih getas dibandingkan lembaran dari amylose. Lembaran amylose memiliki kekuatan tarik yang lebih tinggi dibandingkan lembaran amylopectin. Bentuk dan kanduhgan dari keduanya memiliki peran yang penting terhadap sifat dari pati. Kandungan amylose dan derajat polimerisasi dari amylose sangat berpengaruh terhadap sifat fisik, kimia dan kerumitan dari patio Perbandingan antara amylose dan amylopectin bervariasi untuk tiap jenis patioKebanyakan pati mengandung 25%
amylose. Saat pati dipanaskan dalam lingkungan aqueous, butiran pati mulai men gem bang dan susunan molekul dalarn butiran pati mulai rusak. Perubahan ir~versibel terjadi seperti lelehr.ya kristalin, meningkatnya viskositas, dan tingkat kelamtan. Kejadian ini disehut sebagai gelatinisasi, terjadi pad a suhu an tara 50°C hingga 80°C tergantungjenis patio Saat didinginkan, pati mulai mengalarni retrogradation, yang berarti bahwa molekul pati mulai membentuk struktur yang teratur (kristalin). Saat larutan amylose « 1,5%) didinginkan, terbentuk gel yang akan meningkatkan modulus clan akan terus meningkat sebanding dengan
enzim dibandingkan gel yang kaya amylopectin. Hal ini menyebabkan hasil pemanasannya berbeda. Saat amylose dipanaskan dan kemudian didinginkan, akan terbentuk gel kaku yang opaque, yang sangat berguna dalam pembuatan permen kenyal, pudding, dan lembaran yang dapat disantap. Saat amylopectin dipanaskan dan kemudian didinginkan, akan terbentuk zat bening seperti pasta yang tidak mengental, dan biasanya digunakan sebagai bahan dasar perekat. Karena tidak dapat mengental, amylopectin diharapkan tidak ad a saat pembuatan platik. Plasticizer ditambahkan pad a polimer untuk meningkatkan kelenturan material. Pada kadar yang rendah, efek pemanjangannyatidak terjadi. Pemanjangan mulai terjadi saat penggunaan plasticiser, dalam hal ini glycerol maksimal 15 %. Nilai kuat tarik akan menurun dengan meningkatnya nilai elastisitas. Permeabilitas oksigen dalam lembaran plastik berbahan dasar pati sangat rendah. Tingginyajumlah plastisiser dan kelembaban meningkatkan permeabilitas oksigen sedangkan tingkat kristalitas yang tinggi menyebabkan pengurangan dalam gas (02' N2, CO) dan permeabilitas uap air. Lembaran plastik dari . amylose mumi stabil dalarn air, hanya lamt sekitar 3% selarna 3 jarn. Sekitar 60% lembaran plastik amYlopectin mumi terlarut dalam air dengan waktu yang sarna. Saat dicampur dengan iodine dalam air, pati akan menghasilkan warna. Larutan iodine akan membentuk senyawa kompleksaat berikatan dengan amylose. Hal ini menyebabkan warna larutao menjadi biru. Saat dipanaskan, senyawa kom'plek akan rusak namun akan terbentuk kembali saat didinginkan.
METODEPERCOBAAN Bahan dan Peralatan Bahan yang digunakan dalarn penelitian ini meliputi tepung tapioka, asam asetat, natrium 251
Prosiding Simposium
ISSN /410-8720
Nasional Po/imer V
asetat, amonia, amonium klorida, akuades, gliserol, dan etanol 96%. Sedangkan peralatanperalatan yang digunakan adalah beberapa peralatan gelas, timbangan analitik,plexiglas dan beberapa peralatan pengujian seperti alat uji laju transmisi uap air, alat uji kuat tarik, alat uji ketebalan, dan lain-lain.
tarik dan elongation serta WVTR (Water Vapour
Transmission rate). HASIL DAN PEMBAHASAN Uji iodin pada campuran tapioka dengan larutan asetat pH 6 menghasilkan warna biru kemerahan. Warna ini menunjukkan terjadinya proses hidrolisis sebagian pada pati, dan berarti sebagian tepung berubah menjadi disakarida. Untuk campuran tepung tapioka dalam larutan asetat pH 7 mengental saat dipanaskan dan dari uji iodin dihasilkan warna bim kemerahan. Warna ini menunjukkan bahwa terjadi proses hidrolisis sebagian pada patio Warna kemcrahan memperlihatkan bahwa sebagian tepung berubah menjadi disakarida. Hal ini sarna dengan warna yang dihasilkan dalam uji iodin pada plastik yang menggunakan pelarut asetat pH 6. Sehingga dapat diasumsikan bahwa dengan pelarut asetat cenderung teIjadi hidrolisis sebagian pada tapioka sehingga menghasilkan wama biru kemerahan. Uji iodin yang dilakukan campuran tepung tapioka dalam larutan amonia pH 7 juga menghasilkan warna biru kemerahan seperti halnya hasil uji iodin pada plastik yang dihasilkan dengan pelarut asetat •.pH 6 dan pH 7. Sedangkan padacampuran tepung tapioka dalam laruta.!1 amonia pH 8 , mengental saat dipanaskan dan dari uji iodin dihasilkan wama bim. Warna ini menunjukkan tidak terjadi proses hidrolisis pada patio Oari Gambar 3 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata ketebalan untuk plastik yang dihasilkan untuk masing-masing parameter. Secara sederhana dapat diasumsikan bahwa dengan
Cara Kerja Penelitian ini diawali dengan menguji komposisi tepung tapioka yang digunakan. Komposisi tepung tapioka yang diuji ialah kadar air, kadar abu, kadar serat, dan kadar pati. Kemudian dilanjutkan dengan pembuatan pelarut, yaitu larutan asetat (CH)COOH + CH)COONa) pH 6 dan pH 7 dan larutan amonia (NH40H + NH4CI) dengan pH 7 dan pH 8 yang akan digunakan sebagai pelarut tepung pada proses pemanasan. Setelah itu memanaskan campuran 50 gran1
tepung tapioka dalam 50 nzcpelarursampai campuran sjirrer tidak dapatmengental berputar). (hingg~netic PemanasaticIITakukan dalam suhu 40°C. Setelah larutan mengental dilakukan uji iodin yang dimaksudkan untuk melihar perubahan bentuk polisakarida tapioka yang sedang dipanaskan secara kualitatif. Setelah campuran mengental, pembuatan lembaran plastik dilakukan dengan mencampurkan 7,5 gram tepung hasil pemanasan dalam pelarut dengan 100 mL akuades, 45 mL alkohol, dan 1,2 mL gliserol. Campuran yang dihasilkan kemudian dituang diatas plexiglass dan didinginkan dalam suhu ruang. Lembaran plastik yang terbentuk kemudian diuji sifat fisiknya. Sifat fisik yang diuji adalah kuat
KETEDALAN
11.01 •
..
0
0.0""
. - 0.07
..
0.011
....- . . ....
00 n •o • •• n n ••••• 0_.
0
.
0
.._-.
.
-.
O,OfJ
0.0 •
0,01 0,06 ..J
0,05
-( ::
O.Cl4
... 0,0-' 0,02 0,01
7 ••••
SAM
nll
PEL
Gambar 3. Diagram nilai ketebalan rata-rata. 252
--
..
Plastik Layak Santap (Edible Plastic) daTi Tapioka Termodifikasi
(Wiwik Pudjiastuti)
W\lR
. :f----------------"~.~~~~--,-",~-, m"__u""_ ." ;~"-__ m-"---------:
= ~ HI'
..
••• ~S(ll'-~ E
•• _44.1._~
"
~ )(u.--
~
HI' .----
7." ••"".
7.
SAMPEL
Gambar 4. Diagram nilai WVTR rata-rata.
pelarut asetat pH 6, campuran yang dihasilkan cenderung memiliki viskositas yang sama dengan plastik yang dibuat dengan pelarut amonia pH 8 dan lebih rendah dibandingkan dengan plastik yang dihasilkan dengan pelarut asetat pH 7 dan amonia pH 7. Hal ini dapat dilihat dari ketebalan yang dihasilkan dimana larutan yang encer cenderung mudah untuk membentuk lapisan tipis dibandingkan dengan larutan yang kental. Sedangkan untuk pengujian TVVTR, nilai rata-ratanya dapat dilihat pada Gambar 4 dibawah ini. Plastik yang terbuat dari campuran tapioka dengan pelarut asetat pH 6 memiliki nilai WVTR terendah yaitu sebesar 575,55 g/m2/24 jam untuk semua sampel yang dihasilkan dalam percobaan dibandingkan dengan yang menggunakan pelarut pH 7 asetat, pH 7 amonia dan pH 8 amonia. Oari data pengujian kuat tarik dapat dilihat bahwa UTS rata-rata dari 'plastik yang dibuat dengan pelarut asetat pH 6 ini
mempunyai nilai tertinggi yaitu 21,77 kgf/cm2 dengan elongation rata-rata terpendek, yaitu sebesar 2,75%. Namun memiliki merupakan plastik yang keras dan rapuh, dengan tingkat kemiringan (tensile modulus) 10,389 kgf/cm2 seperti ditunjukkan pola garis pada Gambar 5. Sedangkan nilai terendah terlihat pada plastik dari campurarl tapioka menggunakan pelarut asetat pH 7 dengan nilai kuat tarik rata-rata sebesar 2,65 kgf/cm2 namun memIiiki nilai elongation tertinggi yaitu 62,89% serta merupakan plastik yang lunak dan liat, dengan tingkat kemiringan (tensile modulus) 0,439 kgflcm2 dengan melihat pola garis yang dihasilkan. Oari sini dapat diambil asumsi bahwa larutan amonia untuk pH 7 dan pH 8 memiliki kecenderungan membentuk plastik yang keras dan kuat dengan tingkat kemiringan (tensile modulus) yang akan turun bila pH dinaikkan.
TEGANGAN-REGANGAN
'"
211
~)
411
50
«,
'"
ELONGASI ("/oj I ..•..
(,
asdat ---
7 asetat
...ojo\-
7 amonia ~
8 amon~
Gambar 4.3. Grafik Tegangan v.s Regangan. 253
Prosiding Simposium Nasional Polimer V
Pengaruh Plastik
pH Terhadap
/SSN 1410-8720
Sifat Lembaran
Pada hasil perhitungan diperoleh bahwa , nilai kuat tarik memiliki hubungan dengan pH mengikuti persamaan kuadratik sebagai berikut : Y = 500,508 -138,384X
+ 9,766X2
(1)
Ket :
Y = rulai kuat tarik (kgf/em2) X = nilai pH Garis pola diatas berbentukpolynomial sebab data kuat tarik yang ada merupakan data yang turun naiklberfluktuasi. Dengan nilai R square (koefisien determinasi) sebesar 39,5 % yang memperlihatkan bahwa banyak data yang tidak berhimpit dengan garis. Yang berarti bahwa pH hanya mempengaruhi nilai kuat tarik sebesar 39,5 % sedangkan 60,5 % sisanya dipengaruhi oleh variabellainnya. Jika nilai Rsquare makin mendekati 100 % maka data yang ada makin berada dalam garis persamaan. Dengan nilai signifikansi (Sig.) yang 0,000 (lebih keeil dari 0,05, tingkat kepereayaan 95 %) maka dapat dikatakan bahwa pH dapat mempengaruhi nilai kuat tarik. Pengaruh pH terhadap nilai kuat tarik dapat dilihat dari persamaan (I) diatas bahwa makin mendekati netral (pH 7) maka nilai kuat tarik akan semakin menurun. Sedangkan makin basa atau makin asam maka nilai kuat tarik yang dihasilkan akan semakin naik. Dapat dilihat bahwa kurva yang dihasilkan dari persamaan (I) berbentuk lembah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin netrallarutan yang digunakan dalam proses pemanasan, maka hasil pengujian kuat tariknya akan semakin menurun. Sedangkan hubungan WVTR dengan pH mengikuti persamaan kuadratik Y=-8365,89+2617,8X-187,515X2
... (2)
Y = nilai WVTR (g/m2/24jam) X = nilai pH Garis pola diatas berbentuk polynomial juga seperti garis persamaan kuat tarik dengan pH sebab data WVTR yang ada merupakan data yang juga turun naiklberfluktuasi. Dengan nilai R square Ket:
254
sebesar 69,4 % yang memperlihatkan bahwa data tersebar disekitar garis. Yang berarti bahwa pH hanya mempengaruhi nilai WVTR sebesar 69,4 % sedangkan 30,6 % sisanya dipengaruhi oleh variabellainnya. Dengan nilai signifikansi (Sig.) yang 0,000 (lebih keeil dari 0,05, tingkat kepereayaan 95 %) maka dapat dikatakan bahwa pH dapat mempengaruhi nilai T¥VTR. Hubungan antara pH dengan WVTR dapat dilihat pada kurva yang dibentuk dari persamaan (2) yang berbentuk puneak. Dengan kata lain bahwa makin netrallamtan yang dipakai dalam pembuatan lembanm plastik maka nilai WVTRnya akan semakin tinggi. Sedangkan makin basa/asam larutan yang dipakai dalam proses pemanasan maka makin rendah nilai WVTR yang dihasilkan. Sebab nilai R square yang lebih dari 50 % (69,4 %), dapat dikatakan bahwa pH lebih mempengaruhi nilai WVTR dibandingkan kuat tarik yang hanya mcmiliki nilai R square 39,5 % (dibawah 50 %).
KESIMPULAN Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa I. Pada pemanasan dengan larutan asetat pH 6 dihasilkan lembaran tipis dengan nilai rata-rata sifat fisiknya: ketebalan 0,06 em, 217,7 kgf/em2 untuk kuat tarik, elongation 2,75 %, dan WvTR 590,37 g/m2/24jam. 2. Pada pemanasan dcngan larutan asetat pH 7 dihasilkan lembaran tipis dengan nilai rata-rata kctcbalan 0,08 em, kuat elongation tarik rata-rata 2,65kgf/em2, rata-rata 62,89 %, dan WVTR rata-rata 824,25 g/m2/24jam. 3. Pada pemanasan dengan larutan amonia pH 7 didapatkanlembaran tipis yang mempunyai nilai rata-rata sifat fisiknya: ketebalan 0,07 em, 17,27 kgf/em2 untuk kuat tarik, 4,3% untuk elongation, dan 824,25 g/m2/24jam untuk
WVTR. 4. Pada pH 8 nilai untuk
pemanasan dengan larutan amonia didapatkan lembaran tipis dengan rata-rata sifat fisiknya: 0,06 em kt::tebaian, 18,45 kgf/em2 untuk
kuat tarik, 5,25 % untuk elongation, dan 575,55 g/m2124jam untuk WVTR.
_______________
••••_
n
_
Plastik Layak San tap (Edible Plastic) dari Tapioka Termodifikasi (Wiwik Pudjiastuti)
5. Semakin netral pH ~aka nilai kuat tarik akan menunm dan nilai WVTR-nya akan semakin meningkat. Sebaliknya, semakin basa/asampH maka nilai kuat tarik akan semakin tinggi dan WVTR-nya akan semakin menurun. DAFTAR PUSTAKA [1]. ANONIM, 200 I, P ENGELOLAAN SAMPAH .' Rencana Pengelolaan Sampah, Jakarta: BAPPEDA OK! Jakarta. (http://www.bappedajakarta.go.id/ sampah.html, diakses tanggal 9 Januari 2005) [2]. BLOOMFIELD, MOLLY M., Chemislly and the Living Organism (6'h ed.), Canada: John Wiley & Sons, Inc, (1996) [3]. Botan Edible Plastic Wrap Candythisischris_com (http://www.thisischris.com/ featurel2003/botan.html. diakses tanggal26 Agustus (2004) [4]. DARMARDJATI, D.S., dkk., Chapter 12: Cassava Flour Processing and Marketing in Indonesia. D. Dofour, G.M O'Brien, R. Best (Eds.), (2002), Cassava Flour and Starch: Progress and Research and 2: Current Use Development-Section and Future Potential. 89-104. (http:// www.ciat.cgiar. org/ agroem presas/pd fI cassava_flour _session%202. pdf, diakses tanggal 8 Desember 2004) [5]. DEIS, RONALD C., 2002, Design elements Mullifunctionality for Modified Starches, Ilinois: Weeks Publishing Company. (http://www. food prod uct design.com/archive/2002/0502D E.html. [6]. Fairy's Strange Junkfood Tribute White Rabbit and its Edible Candy Wrapper (http://fairy.mahdzan.com/story/ 182 [7]. GONTARD, NATHALIE and GUILBERT, STEPHANE. Biopackaging: Technology and Properties of edible and/or Biodegradable Material of Agricultural Origin, Food and Preservation. Glasglow: BlackieAcademic and Professional (1994) 159-181
[8]. GUILBERT, S. and GONTARD, N., 1995, Edible and Biodegradable Food Packaging, Food and Packaging Materials-Chemical Interactions. The Royal Society of Chemistry (1995) 159-168 [9]. International Starch Memorandum on Tapioca (Cassava)Starch (http:// www.starch.dk/isi/starchltmstarch.html. [1O].Krogars, Karin, Aqueous-based Amyloserich Maize Starch Solution and Dispersion: A Study on Free Films and Coatings, Helsinki: The Faculty of Science of the University of Helsinki. (http:// ethesis.helsinki.fi/julkaisut/ mat/fam1a1vk/ krogars/aqueousb.pdf, diakses tanggal 7 Oktober 2004) [I 1].Mason, William R., 2000,100 Years of Food Starch Technology, New Jersey: National Starch dan Chemical Company. ( http://w w w. f 00 d s tar c h. com / products_services/pdfs/1 OOyears.pdf, diakses !anggal 08 Des 2004) [12].McCarthy, Stephen P., 2003, "Biodegradable Polymers", Plastics and Environment, New Jersey: John Wiley & Sons (2003) 359 - 372 [13].Sonti, Sirisha. 2003. Consumer Perception and Application of Edible Coatings on Fresh-Cut Fruits and Vegetables. Louisiana: Department of Food Science Louisiana State University. [14].Sulhi, Muhammad, 2001, Menyulap Sampah Jadi Rupiah, Jakarta: INTISARI. (http://www.indomedia.comlintisari/ Menyulap sampahjadi rupiah.html, diakses tanggal21 Agustus 2004) [15].Tropical Vegetables: Cassava (http:// www.echonet.org!eln&herbs/eln_catalog! veggies.html, diakses tanggal 20 September 2004 ) [16].Yudhi, , Kelui'ahan Seharusnya Eisa Tangani 50 Persen Produksi Sampah, Jakarta: BPPT (2004) [17] .0http://scholar.1ib.vt.edultheses/available/ etd-081199-13 5127 /unrestricted/Thesis S2. PDF, diakses tanggal8 Desember 2004
255