Miris, Masyarakat Terima Film Soekarno Layaknya FilmG30S/PKI http://www.rmol.co/read/2013/12/15/136622/Miris,-Masyarakat-Terima-Film-Soekarno-Layaknya-Film-G30S/PKI-
Minggu, 15 Desember 2013 , 20:03:00 WIB Laporan: Hendry Ginting RMOL. Pikiran masyarakat Indonesia masih dangkal dalam menyikapi film-film sejarah yang penuh pelintiran. Film Soekarnogarapan sutradara Hanung Bramantyo misalnya. Meski jauh dari fakta sesungguhnya dan penuh dengan pelintiran, namun masyarakat memperlihatkan apresiasi yang positif.
FOTO/NET
Begitu dikatakan Guruh Soekarnoputra kepada wartawan di Jakarta (Minggu, 15/12). Ia mengaku miris dengan kemunculan film Soekarno yang menurutnya bertolak belakang dengan karakter Bung
Karno dan fakta sejarah. Kondisi ini, lanjut putra Bung Karno tersebut, sama seperti saat masyarakat menerima secara mentah-mentah ketika sejarah bangsanya sendiri yang sarat dengan pelintiran di filmG30S/PKI yang dibuat di masa Orde Baru. "Nah akibatnya kita rasakan saat ini. Buah pahit yang ditanam Orba sekarang kita nikmati," ujar Guruh. Dia mengatakan, Bung Karno diturunkan dari jabatannya sebagai presiden oleh rezim Orba yang didalangi pihak luar. Nah, di saat itulah kuku kaum neolib menyusup masuk menguasai bangsa Indonesia. Bahkan reformasi 1998, kata dia, merupakan grand design mereka. "Bagi saya film itu Soekarnoputra. [ian]
seperti
bermakna to
kill Soekarno,"
tegas
Guruh
1
Baru Diputar Dua Hari, Master Soekarno Disita Pengadilan Jum'at, 13 Desember 2013 , 12:03:00 WIB Laporan: Ade Mulyana RMOL. Konflik antara Rachmawati Soekarnoputri dan Raam Punjabi mengenai pembuatan film Soekarno berujung pada keputusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang meminta Raam Punjabi menghentikan penyiaran dan pemutaran film itu di bioskop-bioskop.
ARIO BAYU/NET
Konflik ini terjadi karena Raam Punjabi dianggap melanggar pokok-pokok kesepakatan sebelum film yang disutradarai Hanung Bramantyo itu diproduksi. Rachmati memasang pengumuman di harian Kompas mengenai keputusan PN Jakarta Pusat yang memenangkan gugatannya.
"Hari ini Jurusita Pengadilan Negeri Jakarta Pusat menyita master film Soekarno di kantor Multivision di kawasan Kuningan, Jakarta," ujar Sekretaris Yayasan Pendidikan Sukarno, Ristiyanto, dalam pesan yang diterima redaksi beberapa saat lalu. Film Soekarno adalah film komersial pertama tentang Bung Karno dan peristiwa menjelang pembacaan Proklamasi Kemerdekaan. Sementara kalangan menilai film yang baru diputar dua hari di bioskop-bioskop itu lebih mengutamakan aspek komersial tanpa memberikan perhatian yang cukup pada aspek kesejarahaan dan national character building. Film ini dibintangi antara lain oleh Ario Bayu, Maudy Koesnaedy, Lukman Sardi, Tanta Ginting, Tika Bravani dan Budiman Sudjatmiko. [dem]
Ajaran Bung Karno Ingin Dikubur Lewat Film Soekarno Minggu, 15 Desember 2013 , 18:26:00 WIB http://politik.rmol.co/read/2013/12/15/136614/Ajaran-Bung-Karno-Ingin-Dikubur-Lewat-Film-Soekarno-
2
Laporan: Hendry Ginting RMOL. Di republik ini ada kelompok yang menginginkan agar ajaran Soekarnoisme dikubur selama-lamanya. Film Soekarno garapan sutradara Hanung Bramantyo yang dinilai banyak pihak jauh dari fakta sesungguhnya dan terkesan tak menghormati Bung Karno sebagai Bapak Bangsa, membuat senang hati kelompok tersebut. GURUH SOEKARNO/NET Demikian dikatakan putra Bung Karno, Guruh Soekarnoputra, kepada wartawan di Jakarta, Minggu (15/12). "Di bangsa ini ada gerakan de-soekarnoisasi. Mereka ingin ajaran Bung Karno terkubur," kata Guruh Soekarnoputra. Dia mengatakan dengan pemutaran film tersebut, sadar atau tidak sadar, orang-orang yang selama ini getol melakukan desoekarnoisasi bisa masuk dari film Soekarno tersebut. [ian]
Guruh Soekarnoputra: Film Soekarno Kejar Tayang http://politik.rmol.co/read/2013/12/15/136611/Guruh-Soekarnoputra:-Film-Soekarno-Kejar-Tayang-
Minggu, 15 Desember 2013 , 17:56:00 WIB Laporan: Hendry Ginting RMOL. Presiden Soekarno termasuk ke dalam golongan orang-orang yang mendapat kelebihan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Karena itulah pembuatan film tentang sosok Bung Karno tak boleh sembarangan. Hal ini dikatakan salah seorang putra Bung Karno, Guruh Soekarnoputra, merespon kontroversi film Soekarno garapan produser Raam Punjabi dan sutradara Hanung Bramantyo.
3
Guruh mencermati banyak hal yang tak sesuai dengan fakta sejarah juga karakter Bung Karno sendiri dalam film yang mulai 11 Desember kemarin, resmi diputar dan beredar di bioskop-bioskop seluruh Indonesia tersebut.
Dari segi sinematografi, diakuinya film Soekarno digarap cukup baik. Tapi dari sisi sejarah, ia miris melihat penggambaran karakter Bung Karno yang jauh dari sesungguhnya. Bahkan cenderung tidak menghormati Soekarno.
Sebagai salah seorang pemimpin besar dan tokoh yang turut mempersiapkan segala sesuatu untuk melepas bangsa Indonesia dari belenggu penjajahan, menurut Guruh, tidak selayaknya sutradara sekaliber Hanung membuat film tentang sosok Soekarno secara sembarangan dan tanpa riset sejarah yang utuh. Ia menangkap ada kesan dipaksakan pembuatannya di tengah sengketa hukum. "Terkesan kejar tayang. Sebab yang saya dengar pihak produser dan sutradara menggarap film itu tanpa diketahui Rachma (yang memiliki ide awal pembuatan film)," kata Guruh kepada wartawan di kediamannya di Jalan Sriwijaya V No 27, Jakarta Selatan, Minggu (15/12). [wid]
Jika Kapolri Serius, Stop Putar Film Soekarno di Bioskop-bioskop! Minggu, 15 Desember 2013 , 15:31:00 WIB Laporan: Widya Victoria RMOL. Laporan pelanggaran hak cipta dalam pembuatan film Soekarno yang dilayangkan Ketua Pembina Yayasan Pendidikan Soekarno, Rachmawati Soekarnoputri tak bisa dianggap sepele. "Kapolri harus melihatnya sebagai sesuatu yang serius," tegas Ketua Presidium Indonesian Police Watch (IPW), Neta S Pane kepada Rakyat Merdeka Online, Minggu (15/12). FOTO/RMOL
Keseriusan Kapolri dalam melihat kasus itu, menurut
Neta penting agar tidak dipolitisasi yang justru bisa merusak atau menghancurkan nama baik Presiden RI pertama, Soekarno. Selain itu, 4
dengan diprosesnya laporan Rachmawati akan menunjukkan bahwa Kapolri tak pandang bulu dalam menegakkan hukum di negeri ini. Kendati pada kenyataannya, ia nilai sangat ironis jika Polri masih membiarkan film Soekorno garapan produser, Ram Punjabi dan Hanung Bramantyo diputar di bioskop-bioskop. Hal ini tentu membuat publik bertanya-tanya apakah oknum kepolisian mendapatkan sesuatu hingga membiarkan film Soekarno masih diputar sampai hari ini padahal sedang dalam proses hukum. "Pertanyaan itulah yang harus dijabat Kapolri dengn sikap tegas, yakni memproses kasus ini dan menghentikan penayangan film Soekarno," demikian Neta. [wid]
Neta S Pane Desak Kapolri Tindaklanjuti Laporan Rachmawati Minggu, 15 Desember 2013 , 14:52:00 WIB Laporan: Widya Victoria RMOL. Ketua Presidium Indonesian Police Watch (IPW), Neta S Pane mendesak Kapolri Jenderal Sutarman untuk menindaklanjuti laporan dari Ketua Pembina Yayasan Pendidikan Soekarno, Rachmawati Soekarnoputri atas pelanggaran hak cipta yang dilakukan produser Ram Punjabi dan Hanung Bramantyo dalam pembuatan film Soekarno. "Laporan Rahmawati harus ditindaklanjuti Kapolri agar kasus ini cepat diselesaikan dengan tuntas," kata NETA S PANE/NET
Neta saat dihubungi Rakyat Merdeka Online, Minggu (15/12).
Menurut Neta, setidaknya ada empat hal yang harus diperhatikan Kapolri dalam laporan Rachmawati tersebut. Pertama, sebut dia, kasus ini menyangkut nama baik dan nama besar tokoh proklamator RI, Soekarno yang seyogyanya dijaga segenap bangsa Indonesia. Kedua, laporan ini dilakukan oleh putri kandung tokoh proklamator RI yang senantiasa selalu menjaga nama baik dan nilai-nilai perjuangan ayahandanya, Soekarno.
5
Terlebih lagi, laporan itu menyangkut pelanggaran hak cipta dan pengingkaran terhadap kesepakatan tentang kerja sama pembuatan film berjudul Soekarno. Hal keempat yang juga harus diperhatikan Kapolri adalah masih diputar film Soekarno sampai sekarang di bioskop, padahal kasusnya sedang ditempuh ditempuh oleh Rachma. Neta mengingatkan, jika masa putar film tersebut sudah habis maka tuntutan dan kasus hukum menyangkut film ini akan kehilangan nilai. "Untuk itu Polri harus segera memerintahkan agar bioskop-bioskop menghentikan pemutaran film Soekarno," desak Neta. Seperti diketahui, kasus pelanggaran hak cipta ini telah dilaporkan ke Polda Metro Jaya yang telah memeriksa tiga saksi ahli yang membenarkan unsur pelanggaran karya cipta. Selain itu, Pengadilan Niaga di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dalam surat bernomor 93/Pdt.Sus-Hak Cipta/2013/PN. Niaga Jkt.Pst telah memerintahkan penyitaan master film serta melarang Ram Punjabi dan Hanung Bramantyo melanjutkan pemutaran film itu di bioskop.[wid]
Rachmawati Minta Perlindungan Hukum dari Mabes Polri Minggu, 15 Desember 2013 , 10:36:00 WIB Laporan: Ruslan Tambak RMOL. Ketua Pembina Yayasan Pendidikan Soekarno, Rachmawati Soekarnoputri, telah mengirimkan sepucuk surat kepada Kapolri Jenderal Sutarman. Dalam surat yang dikirimkan Sabtu siang kemarin (14/12/2013), Rachmawati meminta perlindungan hukum berkaitan dengan pelanggaran hak cipta yang dilakukan produser Ram Jethmal Punjabi dan Hanung Bramantyo dalam pembuatan film Soekarno. RACHMAWATI SOEKARNOPUTRI/NET
Di dalam surat itu, Rachma menjelaskan kronologi kasus pencurian karya cipta yang sedang ditangani Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat ini, dan Polda Metro Jaya. "Ide pembuatan film mengenai Bung Karno ini berasal dari Mbak Rachma. Beliau
6
menyutradarai opera Dharma Githa Maha Guru mengenai Bung Karno pada tahun 2011 dan 2012 di Taman Ismail Marzuki. Selain opera, Mbak Rachma punya obsesi lain mengangkat kisah kehidupan Bung Karno dan perjuangan bangsa Indonesia ke layar lebar," ujar jurubicara Rachma, Teguh Santosa, dalam keterangan yang disampaikan hari Minggu (15/12). "Lalu Mbak Rachma dipertemukan dengan Ram Punjabi dan Hanung Bramantyo. Tapi dalam perjalanannya Mbak Rachma ditinggalkan," sambungnya. Dalam perjalanannya, setelah membedah dua naskah skenario, pihak Ram Punjabi dan Hanung Bramantyo meninggalkan Rachmawati dan memulai produksi. Kasus pelanggaran hak cipta ini telah dilaporkan ke Polda Metro Jaya yang telah memeriksa tiga saksi ahli yang membenarkan unsur pelanggaran karya cipta. Selain itu, Pengadilan Niaga di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dalam surat bernomor 93/Pdt.Sus-Hak Cipta/2013/PN. Niaga Jkt.Pst telah memerintahkan penyitaan master film serta melarang Ram Punjabi dan Hanung Bramantyo melanjutkan pemutaran film itu di bioskop. "Mbak Rachma juga bertanya kepada Kapolri apakah Ram Punjabi dan Hanung Bramantyo kebal hukum karena faktanya hingga hari ini film itu masih ditayangkan di bioskop," demikian Teguh.[rus]
Puteri Bung Karno: Film Soekarno Menyesatkan! Jum'at, 13 Desember 2013 , 13:58:00 WIB Laporan: Yayan Sopyani Al Hadi RMOL. Film Soekarno yang disutradarai Hanung Bramantyo benar-benar menyesatkan. Hampir semua cerita dalam film itu justru memutarbalikkan fakta sejarah. "Semua cerita diputarbalikkan di skenario film, bukan menceritakan kebesaran Soekarno, tapi ketokohan Syahrir," kata puteri Bung Karno, Rachmawati RACHMAWATI/NET
Soekarnoputri, dalam keterangannya Kamis malam (12/12).
7
Di antara cerita itu, misalnya salah satu adegan yang menggambarkan pada malam 16 Agustus 1945. Di malam itu, naskah proklamasi disusun bersama-sama antara Soekarno dan Hatta. Rachmawati menolak adegan ini. Rachmawati, yang juga pendiri Yayasan Bung Karno, juga tidak menyetujui adegan saat Soekarno ditempeleng tentara Jepang. Saat ditempeleng tentara Jepang karena menolong warga yang ditembak, Soekarno dibela pimpinan tentara Jepang. "Banyak informasi dan cerita dalam film Soekarno yang menyesatkan. Saya keberatan," kata Rachmawati, yang sejak awal tak setuju Ario Bayu sebagai Soekarno. Sejak awal, Rachmawati Soekarnoputri merasa dilangkahi Hanung Bramantyo dan Raam Punjabi yang tidak menepati kerjasama. Sejak awal proses persiapan film pula, Rachmawati menilai film ini telah melecehkan Soekarno. [ysa]
8