PINTU MASUK FILSAFAT CINA Nazar Husain HPW e-mail: nazarhusain80@ yahoo.co.id
ABSTRAK Tulisan ini mencoba mengetengahkan rekam jejak perjalanan Cina hingga mampu mencapai puncak kejayaan. Sebuah tulisan yang berusaha menguak fenomena keajaiban Cina dalam abad modern melalui kajian filsafat. Penulis mulai dengan akar sejarah awal mula peradaban Cina, Banyak Pemikiran di Cina yang berpengaruh di negara Raksasa Asia itu. Salah satunya adalah pemikiran Confusius yang diajarkan oleh guru bangsa Cina. Kedua, kedudukan filsafat adalah ajaran Cina Filsafat mereka mengungkapkan serta menghargai nilai-nilai adi-susila, dan dengan jalan hidup menurut filsafat mereka menghayati nilai-nilai adi-susila ini. ketiga, Filsafat Cina dalam dunia Modern. A. Pendahuluan Di Kawasan Benua Asia salah satu negara yang diperhitung-kan dalam percaturan ekonomi, idiologi, filsafat ialah Negara Cina. Dalam Buku ”Cina Negara Raksasa Asia, Rahasia Sukses Cina Menguasai Dunia ” yang ditulis oleh A. Zainurrofiq berusaha me-nyingkap rahasia dibalik kemajuan Cina. Penulis menerima pendapat tersebut, tidak berlebihan jika disebut sebagai Cina Raksasa Asia. Dari dimensi kehidupan, ekonomi, budaya, peradaban, bahkan olah raga dan teknologi, hal itu semua unggul dibandingkan dengan negara-negara lain di Asia. Yang menjadi pertanyaan awal sejak apa sebenarnya yang menjadi rahasia dibalik kesuksesan Cina tersebut?. Bagaimanakah cara menciptakan peradaban yang begitu agung, megah dan maju pesat ? Beberapa aspek pertanyaan menarik tersebut tidaklah cukup bisa dibahas dalam satu artikel yang terbatas ini. Penulis akan mengenalkan pembahasan dari segi akar sejarah, kedudukan filsafat dalam peradaban cina, filsafat cina dalam dunia modern. 55
Jurnal Farabi Vol. 10 No. 1 Juni 2013
B.
Pembahasan
1.
Akar Sejarah Bagi penulis, kemajuan yang dicapai Cina sekarang ini tidak bisa lepas dari akar sejarah peradaban Cina yang telah dibangun selama ribuan tahun. Peradaban Cina lahir dari zaman Dinasti Sang (1766-1122 SM), Dinasti Zou (1122-256 SM), Dinasti Qin(221-206 SM), Dinasti Han (206 SM-221 M), Dinasti Sui (581-618 M), Dinasti Tang (618-906 M), Dinasti Song (960-1268), Dinasti Yuan (1279-1368 M), Dinasti Ming (1368-1644 M), Dinasti Qing (1644-1912 M) hingga zaman modern ini.1 Selama kurun waktu tersebut Cina telah membangun peradabannya secara eksis, meski mengalami pasang naik dan pasang surut. Tidak salah bila Pearl Pearl S Buck, dalam ”The Good Earth” melukiskan tentang peradaban Cina yang dinilai menyimpan sejuta khasanah peradaban. ”Mengapa Cina mampu bertahan adalah karena penduduknya mampu membangun suatu peradaban yang praktis sehingga tidak mudah hancur. Peradaban ini tidaklah selalu memiliki struktur yang ketat. Orang Cina, disamping bukan termasuk orang yang mudah berubah, merupakan orang yang mampu menyesuaikan ketika tiba saatnya berubah. Pada dasarnya, orang Cina adalah orang yang praktis. Mereka tak terlalu terikat pada adat istiadat, atau tradisi, atau bahkan agama, hanya karena memang demikian. Tatkala mereka melihat bahwa ada sesuatu yang tak beres, mereka segera mengubahnya”.2 Namun, peradaban Cina bisa bertahan sedemikian kuat bukan tanpa sebab. Bagi penulis, peradaban Cina banyak dipengaruhi oleh pemikiran konfusius yang diajarkan oleh guru bangsa Cina, Kong Fuzi yang lahir pada tahun 551-472 SM di zaman Dinasti Zou(1122-256 SM). Kong Fuzi adalah ahli filsafat yang mengajarkan tentang prinsip kehidupan berdasarkan moral kebajikan(Ren). Ajaran kebajikan ini mendasari lahirnya filsafat konfusius
1
Fung Yu-Lan, Sejarah Filsafat Cina, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2007,
h. 20-33 2
A. Zainurrofiq, China Negara Raksasa Asia, Rahasia Sukses China Menguasai Dunia ” Yogyakarta ; Arruz Media Group, Cetakan : Pertama, 2009, h. 76
56
Pintu Masuk Filsafat Cina
ISSN. 1907-0993
yang menjadi landasan masyarakat Cina dalam ber-adat istiadat dan tatakerama (li) dan gaya hidup(Dao) untuk berkarya tanpa pamrih dan rela berkorban untuk orang lain. Dengan spirit ajaran konfusius, masyarakat Cina mencapai puncak kejayaan. Sepeninggalnya konfusius, beragam berbagai cabang ilmu pengetahuan ditemukan. Salah satunya adalah di bidang teknologi, seperti ditemukannya kertas semasa Dinasti Han, alat gerobak di era Dinasti Wu, peta semasa Dinasti Jin, kompas semasa Dinasti Song, dan sederet penemuan lainnya.3 Meski demikian, Ajaran konfusius tidak mendapat dukungan terus menerus dari para pemimpin Cina. Sewaktu Cina memasuki masa penyatuan dengan berdirinya Republik Rakyat Cina (RRC) di bawah kepemimpinan Mao Ze Dong, pada tanggal 1 Oktober 1949, ajaran konfusius pernah ditentang habis-habisan. Bagi Mao Ze Dong, konfusius adalah sebuah ajaran yang menghambat kemajuan Cina. Ia menilai konfusius adalah bentuk warisan feodal dan sarat kapital. Itulah sebabnya, Mao melakukan gerakan revolusi dengan melibatkan kaum buruh tani sebagai kekuatan revolusioner dalam membangun kekuatan komunis Cina. Revolusi ini kemudian dikenal dengan istilah revolusi kebudayaan proletar. Untuk mewujudkan revolusi ini, maka berbagai proyek industri dibangun. Seperti pabrik peleburan baja di Wuhan dan Baodou(Mongolia Dalam), Pabrik Baja di Anshan, Pabrik mobil di Zhangzhun, pabrik traktor di Louyang dan Harbin serta pabrik pengilangan minyak di Lanzhou. Namun, yang menjadi ironis, revolusi ini telah menelan korban 250.000 hingga 500.000 jiwa akibat penderitaan fisik dan jiwa dari kamp-kamp kerja paksa.4 Tahun 1976 Mao wafat. Kepemimpinan Cina kemudian dipegang Deng Xiaoping. Deng melakukan kebijakan reformasi melalui sistem tanggung jawab(Zerenzhi). Dalam sistem ini setiap pekerja tani tidak lagi bekerja bersama dalam sebuah komune, melainkan melakukan perjanjian dengan pemerintah administratif setempat untuk mengerjakan sebidang 3
http://internasional.kompas.com/read/2010/04/06/02492211/Rahasia.Dibal ik.Kemajuan.China.diunduh 4 A. Zainurrofiq, Op.Cit, 77
Nazar Husain HPW
57
Jurnal Farabi Vol. 10 No. 1 Juni 2013
tanah tanah dan mendapatkan keuntungan langsung. Perlahan, tapi pasti, perekonomian Cina mengalami peningkatan. Tahun 1982 saja, Pendapatan petani mengalami kenaikan sebesar 6,6 persen setahun. Kebijakan reformasi Deng menimbulkan perekonomian Cina akhirnya berkembang pesat dari tahun ke tahun. tahun 1978-1995, misalnya GDP Cina tumbuh 8 persen. Begitu pula dengan tahun berikutnya yang berkembang begitu pesat Bagi Ainurrofiq, keberhasilan kepemimpinan Deng ini tidak lepas dari ajaran konfusius yang menjadi prinsip gerakan Deng dalam setiap pengambilan kebijakan. Pada tahun 1976 Mao Zedong meninggal dunia. Setelah itu Republik Rakyat Cina menjadi semakin terbuka. Normalisasi hubungan diplomatik dengan Indonesia juga terwujud pada tahun 1992. Pada saat ini Cina tampil sebagai sebuah raksasa yang baru bangun dari tidurnya dan pertumbuhan ekonomi sangat pesat. Bahkan Cina bisa melampaui Rusia dalam perkembangannya. Hal yang dipertentangkan sekarang ialah apakah ini semua bisa diraih berkat jasa-jasa Mao atau karena pengaruhnya sudah tipis. 2.
Kedudukan Filsafat dalam Peradaban Cina
Indonesia dan Cina adalah sama-sama negara agraris, yang membedakannya adalah petani di Indonesia tidak bangga menjadi seorang petani, tidak demikian petani dari negara cina. Hal tersebut didukung oleh pandangan kuno di cina bahwa kasta atau hirarki kehormatan orang cina adalah shih, nung, kung, shang (para sarjana, para petani, para pekerja tangan, serta para pedagang). Dilihat dari hirarki kasta tersebut petani mendapatkan tempat yang terhormat di bawah cendikiawan atau sarjana. Orang-orang cina beranggapan bahwa petani adalah akar dari kehidupan, dan instrumen lain adalah cabang. Pedagang, pengusaha, pejabat menurut mereka adalah cabang. Pandangan hidup tersebut masih kekal sampai sekarang dan hal tersebut yang mendorong para petani cina dapat membuktikan produksi pertaniannya bisa dinikmati sampai di Indonesia bahkan bisa sampai di negara-negara benua asia. Kedudukan filsafat di Cina sering disamakan dengan agama, terutama di kalangan kaum cerdik pandai. Hampir setiap agama yang timbul 58
Pintu Masuk Filsafat Cina
ISSN. 1907-0993
di Cina mengandung ajaran filsafat yang tinggi. Bagi orang Cina filsafat dapat membawa manusia kepada kepuasaan terhadap keinginannya untuk mengerti dan memahami sesuatu yang ada dibalik dunia mi5 Bahkan menurut Fung Yu6 orang-orang Cina berkepri-badian kefilsafatan. Dalam filsafat tercukupi kedambaan mereka akan sesuatu yang terdapat dibalik dunia nyata. Filsafat mereka mengungkapkan serta menghargai nilai-nilai adisusila, dan dengan jalan hidup menurut filsafat mereka menghayati nilainilai adi-susila ini. Fungsi filsafat menurut tradisi Cina digunakan untuk: meningkatkan kejiwaan manusia, memahami segala sesuatu yang ada di balik dunia ini, dan mencapai nilai yang lebih tinggi dan pada nilai moral,7 Meningkatkan taraf kejiwaan manusia artinya dengan berfilsafat orang akan tahu tentang dirinya sendiri bahkan menurut Mencius “segala sesuatu sudah lengkap di dalam diriku”8 Dengan demikian manusia dalam menyelidiki segala sesuatu di dunia ini harus selalu introspeksi dan mawas diri. Dengan filsafat diharapkan manusia bisa memahami hal-hal yang ada di balik dunia ini. Dengan filsafat yang diketahui bukan sekedar gejala-gejala yang tampak saja, tetapi suatu makna atau kenyataan di balik semua yang tampak itu. Tentang nilai yang lebih tinggi dan pada nilai moral, artinya dengan berfilsafat orang akan melakukan suatu tindakan bukan karena ingin mendapatkan imbalan, tetapi karena perbuatan itu memang bernilai baik di dalam dirinya. Bentuk tertinggi yang ingin dicapai seorang manusia seharusnya menjadi orang yang bijaksana. Kemudian setelah ia berhasil selanjutnya kembali kepada masyarakat untuk ikut menyelesaikan masalahmasalah yang ada di masyarakat serta membantu untuk mencapai kebahagiaan 9menyatakan sebagai berikut: “According to the tradition of Chinese philosophy, its function is not the increase of positive knowledge (by positive knowledge I mean 5
Ibid, 24. Fung Yu-Lan, Op. Cit., h. 60 7 (Lasiyo, 1982: 23). 8 Soejono Soemargono, Sejarah Ringkas Filsafat Cina Sejak Confusius Sampai Han Fei Tzu, Liberty Yogyakarta. 1990 9 Fung Yu-Lan, Op. Cit., h. 23 6
Nazar Husain HPW
59
Jurnal Farabi Vol. 10 No. 1 Juni 2013
information regarding matters of fact), but the elevation of the mind ---a reaching out for what is beyond the present actual world, and for sthe values that are higher than the moral ones”. ”10 Jelaslah bahwa tugas filsafat dalam tradisi Cina bukan untuk menambah pengetahuan positif, tetapi untuk menaikkan taraf kejiwaan seseorang.
3.
Periodesasi Perkembangan Pemikiran Filsafat di Cina.
a) Zaman Klasik Zaman klasik terletak antara sekitar 600 dan 200 SM. Menurut tradisi, dalam periode ini dibedakan seratus sekolah filsafat, seratus aliran yang mempunyai ajaran yang berbeda. Namun demikian ada beberapa konsep yang diajarkan secara umum seperti tao (jalan), te (keutamaan atau seni hidup), yen (perikemanusiaan), i (keadilan), ti'en (surga), dan yin-yang (harmoni kedua prinsip induk, prinsip aktif laki-laki dan prinsip pasif perempuan). Sekolah-sekolah terpenting pada zaman klasik diuraikan secara ringkas sebagai berikut: b) Konfusianisme Konfusius (Latin = Kong-Fu-tse yang berarti guru dari suku Kung) hidup antara 551 dan 497 SM, mengajarkan bahwa Tao adalah jalan manusia. Artinya: manusia sendirilah yang dapat menjadikan Tao luhur dan mulia kalau ia hidup dengan baik. Kebaikan hidup dapat dicapai melalui perikemanusiaan. Perikemanusiaan adalah model yang berlaku untuk semua orang. Secara hakiki semua orang sama, walaupun tindakan mereka berbeda.11 Pada masa kehidupannya telah diakui sebagai orang yang berpengetahuan sangat luas. Sebagai contoh salah seorang yang hidup sezaman dengannya mengatakan tuan Kung memang seorang yang agung,
10
Fung Yu-Lan, Short History of Chinese Philosophy, The Macmillan Company New York, 1960. H. 85 11 Fung Yu-Lan, Op. Cit., h. 60
60
Pintu Masuk Filsafat Cina
ISSN. 1907-0993
pengetahuannya sangat luas hingga ia tidak dapat disebut dengan satu nama saja. Mari kita melihat rencana hidup confusius dalam ajarannya: “Pada usia lima belas tahun, saya tetapkan hati saya pada ilmu, pada usia tiga puluh tahun saya dapat mengambil sikap, pada usia empat puluh tahun saya tidak mempunyai kebimbangan, pada usia enam puluh tahun saya telah mematuhi. Pada usia tujuh puluh tahun saya telah mengikuti kehendak jiwa saya tanpa melampaui batas”.12 Dari pernyataan Confusius di atas bisa kita ambil nilai bahwa manusia dalam menjalani hidup harus ada periodesasi dimulai dari usia 15 tahun untuk menuntut ilmu dan ditutup pada usia 70 tahun dengan memberikan ilmu (memberikan kebijaksanaan) kepada orang lain. c) Taoisme Taoisme diajarkan oleh Lao Tse (guru tua) yang hidup sekitar tahun 550 SM. Lao Tse melawan Konfusius. Menurutnya bukan jalan manusia melainkan jalan alamlah yang merupakan Tao. Dia mengajarkan Tao adalah prinsip kenyataan obyektif, substansi abadi yang bersifat tunggal, mutlak, dan tak-ternamai. Ajaran Lao Tse lebih bersifat metafisika, sedangkan Konfusius lebih ke etika.13 Penulis utarakan buku terakhir Chuang-tzu, berjudul dunia. Dikatakan bahwa gagasan-gagasan utama Lao-Tzu adalah yang maha tunggal (T’ai Yi) bukan yang tidak berubah, yang maha tunggal adalah Tao, dan Tao muncul satu dan oleh karena itu Tao sendiri adalah yang maha Tunggal, yang tiada berubah adalah terjemahan dari kata Ch’ang. Penerapan pandangan berubah dan tidak berubah menurut ajaran Tao adalah setiap manusia yang tidak memiliki perubahan disebut juga orang lapang. Lao tzu melihat orang yang lapang yaitu orang yang tidak punya prasangka buruk. Manusia yang tidak punya prasangka buruk menurut lao tzu adalah orang yang memiliki wawasan yang komprehensif.
12 13
Ibid, 57 Ibid, 126
Nazar Husain HPW
61
Jurnal Farabi Vol. 10 No. 1 Juni 2013
d) Yin-Yang Yang terpenting lainnya adalah sekolah mementingkan Yin dan Yang, kedua prinsip induk dari seluruh kenyataan. Yin itu prinsip pasif yaitu prinsip ketenangan, surga, bulan, air, dan perempuan, simbol untuk kematian dan simbol untuk yang dingin. Yang itu prinsip aktif, prinsip gerak, bumi, matahari, api, dan laki-laki, simbol hidup dan untuk yang panas. Segala sesuatu dalam kenyataan kita merupakan sintetis harmonis dari derajat Yin tertentu dan derajat yang tertentu. 14 Mazhab Zin pada masa Cina awal dapat dikelompokkan dalam enam kelas ilmu gaib, pertama, astrologi, kedua, alamanak, ketiga, Lima unsur, keempat, penujuman dengan batang batang tumbuhan “achillea”, kelima, kelompok yang mengandung penujuman yang beraneka macam, dan keenam adalah sistem bentuk-bentuk (Feng-Shui).15 Demikian kontribusi mazhab Yin Yang terhadap alam pikiran Cina. Mazhab ini menampakkan tendensi scintefik dalam pengertian bahwa mereka mencoba memberikan suatu interpretasi positif terhadap keadaan keadaan alami yang semata-mata berdasarkan kekuatan kekuatan alamiah. Dengan kata positif, yang saya mak-sudkan adalah bahwa yang dilakukan itu seusuai dengan kenyataan yang ada. e) Moisme Didirikan oleh Mo Tse, antara 500 dan 400 SM. Dia adalah lawan pertama dari mazhab Confusius, ketenarannya semasanya sama dengan tenarnya mazhab Confusius. Tentunya pengaruh ajarannya tidaklah lebih kecil dibandingkan Confusius. Penekanan ajaran Maoisme bisa dibilang, lebih mengedepankan keabsahan dan kegunannya, dan berusaha untuk menggantikannya dengan sesuatu yang lebih sederhana, namun dalam pandangannya lebih berguna. Singkatnya ia adalah orang yang memberikan rasionalisasi dan justifikasi terhadap peradaban kuno. Mo Tse mengajarkan bahwa yang terpenting adalah cinta universal, kemakmuran untuk semua orang, dan perjuangan bersama-sama untuk memusnahkan kejahatan. Filsafat ini sangat pragmatis, langsung terarah
14
Soejono Soemargono, Op. Cit., h. 170-171 Fung Yu-Lan, Op. Cit., h. 170-171
15
62
Pintu Masuk Filsafat Cina
ISSN. 1907-0993
kepada yang berguna. Segala sesuatu yang tidak berguna dianggap jahat. Tetapi Mo Tse melawan musik karena dianggap tidak berguna dan oleh karenanya dianggap jelek. Etika Mo Tse mengenal prinsip yang antara lain dalam agama kristen disebut kaidah emas : setiap orang harus memperlakukan negara-negara asing seperti tanah air sendiri, keluaga lain seperti keluarga sendiri, orang lain seperti dirinya sendiri. Perintah ini cukup untuk mencapai kebahagiaan dan kemakmuran umum. 16 f) Ming Cia Ming Cia atau sekolah nama-nama menganalisis istilah-istilah dan perkataan-perkataan. Ajaran mereka penting sebagai analisis dan kritik yang mempertajam perhatian untuk memakai bahasa yang tepat, dan yang memperkembangkan logika dan tata bahasa. 17 g) Fa Chia Merupakan sekolah hukum yang cukup berbeda dari semua aliran klasik lainnya. Sekolah hukum tidak berpikir tentang manusia, surga atau dunia, melainkan tentang soal-soal praktis dan politik. Fa Chia mengajarkan bahwa kekuasaan politik tidak harus dimulai dari contoh baik yang diberikan oleh kaisar atau pembesar-pembesar lain, melainkan suatu sistem undangundang yang keras sekali. 18 Dari keenam sekolah klasik tersebut juga dikatakan bahwa mereka berasal dari keenam golongan dalam masyarakat Cina. Konfusianisme dari kaum ilmuwan, Taoisme dari rahib-rahib, Yin-Yang dari okultisme (ahli-ahli magis), Moisme berasal dari kasta ksatrya. Ming Chia dari para pendebat, dan Fa Vhia dari ahli-ahli politik. h) Zaman Neo-Taoisme dan Buddhisme Bersama dengan perkembangan Buddhisme di Cina, konsep Tao mendapat arti baru. Tao sekarang dibandingkan dengan Nirwana dari ajaran Buddha, yaitu transendensi di seberang segala nama dan konsep. Transendensi merupakan dasar dari dua unsurnya yang lain. Transendensi hendak menjadikan nilai-nilai transendental (keimanan) sebagai bagian 16
Ibid H. G. Creel, Chinese Thought From Confusius To Mao Tse-Tung, Terj. Soejono Soemargono, Yogyakarta: 1989, h. 123 18 Ibid 17
Nazar Husain HPW
63
Jurnal Farabi Vol. 10 No. 1 Juni 2013
penting dari proses membangun peradaban. Transen-densi menempatkan agama pada kedudukan yang sangat sentral. 19 Dalam Buddhisme terdapat banyak mazhab, tetapi secara umum meyakini dalam kepercayaan mereka tetang teori karma (Yeh : Cina) karma biasanya diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris deed (perbuatan) atau action (tindakan), tetapi arti yang sebenarnya lebih luas dari pada itu, cakupannya tidak hanya sebatas tindakan yang bersifat lahiriah, tetapi juga termasuk segala yang ada dalam ucapan dan pikiran seorang individu, merupakan manifestasi dari jiwanya. Hidup merupakan satu aspek dari keseluruhan hidup yang ada. Kematian bukan akhir dari keberadaan, melainkan hanya aspek lain dari proses yang ada. Menjadi apa sekarang ini adalah proses kehidupan di masa lampau. Jadi apa yang dilakukan manusia sekarang ini bisa dipetik di kehidupan yang akan datang. Rangkaian kausa itu disebut sebagai “samsara” i) Zaman Neo-Konfusianisme Dari tahun 1000 M, Konfusianisme klasik kembali menjadi ajaran filsafat terpenting. Buddhisme ternyata memuat unsur-unsur yang bertentangan dengan corak berpikir Cina. kepentingan dunia ini, kepentingan hidup berkeluarga, dan kemakmuran material, yang merupakan nilai-nilai tradisional di Cina, sama sekali dilalaikan, bahkan disangkal dalam Buddhisme. Sehingga ajaran ini oleh orang dialami sebagai sesuatu yang sama sekali asing. 20 Tujuan utama kaum neo cunfucianisme adalah mencari kebahagiaan. Hal tersebut memunculkan kritikan dari dalam kaumnya bahwa hal-hal yang diajarkan neo cunfucianisme terlalu banyak memamerkan kebahagiaannya. Perlu diingat bahwa kaum neo confucianisme memandang untaian ajaran confusius, Mencius, chung Yung atau doktrin jalan tengah serta ta hsueh atau pelajaran agung sebagai naskah naskah yang sangat penting.
19
Ibid Ibid
20
64
Pintu Masuk Filsafat Cina
ISSN. 1907-0993
Filsafat Cina dalam Dunia Modern. Tokoh filsafat cina yang muncul pada era 1900 adalah Mao. Tokoh ini sebenarnya bukan seorang filsuf yang orisinil. Menurut penulis Gagasangagasannya berdasarkan ajaran luhur filsafat cina terdahulu, harmonisasi, Yin-Yang, dan bapak-bapak sosialisme lainnya seperti Karl Marx, Friedrich Engels, Lenin dan Stalin. Tetapi ia banyak berpikir tentang materialisme dialektik yang menjadi dasar sosialisme dan penerapan gagasan-gagasan ini dalam praktek seperti dikerjakan Mao bisa dikatakan orisinil. Mao bisa pula dikatakan seorang filsuf Cina yang pengaruhnya paling besar dalam Abad ke 20 ini. Konsep falsafi Mao yang terpenting adalah konflik. Menurutnya: “Konflik bersifat semesta dan absolut, hal ini ada dalam proses perkembangan semua barang dan merasuki semua proses dari mula sampai akhir.” 21Model sejarah Karl Marx juga berdasarkan prinsip konflik: kelas yang menindas dan kelas yang tertindas, kapital dan pekerjaan berada dalam sebuah konflik kekal. Pada suatu saat hal ini akan menjurus pada sebuah krisis dan kaum pekerja akan menang. Pada akhirnya situasi baru ini akan menjurus kepada sebuah krisis lagi, tetapi secara logis semua proses akhirnya menurut Mao, akan membawa kita kepada sebuah keseimbangan yang stabil dan harmonis. Mao jadi berpendapat bahwa semua konflik bersifat semesta dan absolut, jadi dengan kata lain bersifat abadi. Konsep konflik Mao ini ada kemiripannya dengan konsep falsafi yin-yang. Semuanya terdengar seperti sebuah dogma kepercayaan. Di bawah ini disajikan sebuah cuplikan tentang pemikirannya tentang konflik. 4.
Dalam ilmu pengetahuan semuanya dibagi berdasarkan konflikkonflik tertentu yang melekat kepada obyek-obyek penelitian masing-masing. Konflik jadi merupakan dasar daripada sesuatu bentuk disiplin ilmu pengetahuan. Di sini bisa disajikan beberapa contoh: bilangan negatif dan positif dalam matematika, aksi dan reaksi dalam ilmu mekanika, aliran listrik positif dan negatif dalam ilmu fisika, daya tarik dan daya tolak dalam ilmu kimia, konflik kelas dalam ilmu sosial, penyerangan dan pertahanan dalam ilmu 21
H. G. Creel, Op. Cit., h.266
Nazar Husain HPW
65
Jurnal Farabi Vol. 10 No. 1 Juni 2013
perang, idealisme dan materialisme serta perspektif metafisika dan dialektik dalam ilmu filsafat dan seterusnya. Ini semua obyek penelitian disiplin-disiplin ilmu pengetahuan yang berbeda-beda karena setiap disiplin memiliki konfliknya yang spesifik dan esensi atau intisarinya masing-masing.22 Contoh-contoh yang diberikan oleh Mao Zedong mengenai 'konflik' dalam disiplin yang berbeda-beda diambilnya dari Lenin. Beberapa analogi memang pas tetapi yang lain-lain tidak. Bilangan-bilangan negatif dan positif merupakan sebuah contoh yang buruk mengenai dialektika marxisme karena perbedaan mereka tidak dinamis: hanya ada bilangan-bilangan negatif dan positif baru yang bermunculan. Pendapat Mao menjadi meragukan lagi apabila ia mengatakan bahwa 'konflik'-'konflik' ini merupakan 'intisari' daripada disiplin ilmu pengetahuan yang bersangkutan. Bilangan negatif dan positif bukanlah intisari ilmu matematika, begitu pula metafisika dan dialektika bukanlah intisari dari filsafat. Mao adalah seseorang yang terpelajar dan pengertian-pengertiannya yang salah bisa diterangkan dari sebab ia sangat terobsesi dengan konsep konflik ini. Obsesi ini juga memengaruhi keputusan-keputusan politiknya seperti akan dipaparkan di bawah nanti. Konsep Yin Yang memengaruhi pandangan falsafi Mao Zedong. Konsep Mao kedua yang penting adalah konsepnya mengenai pengetahuan yang juga ia ambil dari paham Marxisme.23 Mao berpendapat bahwa pengetahuan merupakan lanjutan dari pengalaman di alam fisik dan bahwa pengalaman itu sama dengan keterlibatan. Jika engkau mencari pengetahuan maka engkau harus terlibat dengan keadaan situasi yang berubah. Jika kau ingin mengetahui bagaimana sebuah jambu rasanya, maka jambu itu harus diubah dengan cara memakannya. Jika engkau ingin mengetahui sebuah struktur atom, maka engkau harus melakukan eksperimen22
http://id.wikipedia.org/wiki/Mao_Zedong, diuduh pada tanggal 10 juni
23
H. G. Creel, Op. Cit., h.267
2013.
66
Pintu Masuk Filsafat Cina
ISSN. 1907-0993
eksperimen fisika dan kimia untuk mengubah status atom ini. Jika engkau ingin mengetahui teori dan metode revolusi, maka engkau harus mengikutinya. Semua pengetahuan sejati muncul dari pengalaman langsung.24 Hanya setelah seseorang mendapatkan pengalaman, maka ia baru bisa melompat ke depan. Setelah itu pengathuan dipraktekkan kembali yang membuat seseorang mendapatkan pengalaman lagi dan seterusnya. Di sini diperlihatkan bahwa Mao tidak saja mengenal paham Marxisme tetapi juga paham neokonfusianisme seperti dikemukakan oleh Wang Yangmin yang hidup pada abad ke 15 sampai ke abad ke 16. C. Penutup Dalam kesimpulan pada tulisan pintu masuk filsafat Cina, filsafat dimulai dari hal hal yang sifatnya reflektif. Kita merefleksikan hal yang sifatnya metafisika dimulai dari yang sederhana. Misalnya kita ingin mengetahui sebuah kesunyian, bagaimana wujud dari kesunyian itu ?. pertanyaan tersebut dimulai dari hal yang sederhana. Pencari kesunyian itu perlu mengetahui apa itu suara (ketidak sunyian) dari titik awal itu pencari kesunyian akan mendekati apa itu kesunyian. Batasan dari kesunyian adalah hal yang tidak bisa difikirkan lagi (unthinkable). Batasan akhir itu tentang hal yang tidak terfikirkan lagi / tidak dapat dimengerti adalah watak dari metafisika filsafat.
24
Ibid
Nazar Husain HPW
67
Jurnal Farabi Vol. 10 No. 1 Juni 2013
DAFTAR PUSTAKA
Creel, H. G., 1989, Chinese Thought From Confusius To Mao Tse-Tung, Terj. Soejono Soemargono, Yogyakarta: Tiara Wacana. Hamersma, Harry, Pintu Masuk ke Dunia filsafat, Yogyakarta, Pustaka Filsafat, Kanisius. http://id.wikipedia.org/wiki/Mao_Zedong http://internasional.kompas.com/read/2010/04/06/02492211/Rahasia.Dibalik .Kemajuan.China. Soemargono, Soejono, 1990, Sejarah Ringkas Filsafat Cina Sejak Confusius Sampai Han Fei Tzu, Liberty Yogyakarta. Yu-Lan, Fung, 1960, Short History Of Chinese Philosophy, The Macmillan Company New York. Yu-Lan, Fung, 2007, Sejarah Filsafat Cina, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Zainurrofiq, A., 2009, China Negara Raksasa Asia, Rahasia Sukses China Menguasai Dunia ” Yogyakarta ; Arruz Media Group.
68
Pintu Masuk Filsafat Cina