PILOT SURVEI PENGETAHUAN, SIKAP & PERILAKU KESIAPSIAGAAN MENGHADAPI BENCANA KOTA PADANG 2013
BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA (BNPB) BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) UNITED NATIONS POPULATION FUND (UNFPA)
PENYUSUN Pengarah Sutopo Purwo Nugroho Razali Ritonga Rosilawati Anggraini
Penyunting Agus Wibowo Indra Murty Surbakti Ridwan Yunus Ario Akbar Lomban Narwawi Pramudhiarta Hermawan Agustina Poetrijanti Teguh Harjito Dendi Handiyatmo Dian Oktiari
Penulis Ratih Nurmasari Suprapto Nuraini Trophy Endah Rahayu Dwi Trisnani Sri Wahyuni Parwoto Yogo Aryo Jatmiko
COVER
:
Sumber :
Bencana Tanah Longsor di Padang Pariaman, Sumatera Barat. BNPB
Perancang Peta Sri Dewanto Edi P Aulia Ismi Savitri Nurul Maulidhini Adi Kurniawan Felix Yanuar
Perancang Grafis Ignatius Toto Satrio Budi Assaudi
Kontributor Armando Levinson
Pengolah Data
ISBN
Apriliani Nurida DA Elfrida Zoraya Diah Daniaty
123-456-789-01-2
Copyright Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana Jakarta, INDONESIA
ii
BNPB, BPS, UNFPA
KATA PENGANTAR Segala puji kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya sehingga Laporan Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku (Knowledge, Attitude and Practice) Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Kota Padang 2013 ini dapat diselesaikan. Laporan ini merupakan salah satu media diseminasi hasil kegiatan yang dikeluarkan oleh Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat BNPB bekerjasama dengan Direktorat Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan BPS dengan difasilitasi oleh UNFPA. BNPB bekerjasama dengan BPS telah melakukan pilot survei yang bertujuan untuk menghimpun pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat yang disebut dengan KAP (Knowledge, Attittude and Practice) di daerah pesisir Kota Padang dalam menghadapi bencana gempabumi dan tsunami. Pilot survei ini dilakukan di 10 kelurahan yang masuk dalam kategori tinggi bahaya bencana gempabumi dan tsunami. Dengan dilakukannya pilot survei ini, diharapkan dapat menjadi langkah awal bagi peningkatan kesiapsiagaan dan kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana yang pada akhirnya dapat mengurangi risiko bencana yang akan terjadi. Semoga laporan ini dapat menjadi rujukan bagi pemerintah maupun lembaga lainnya untuk mengevaluasi seberapa jauh keberhasilan program terkait kesiapsiagaan dan pengurangan risiko bencana yang telah dilaksanakan dan perencanaan program selanjutnya dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang tanggap, tangkas dan tangguh menghadapi bencana. Selain itu, kami juga sangat mengharapkan masukan berupa saran dan kritik yang membangun untuk penyempurnaan laporan berikutnya.
Jakarta, Oktober 2013 Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat, BNPB
Direktur Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan, BPS
Dr. Sutopo Purwo Nugroho
Drs. Razali Ritonga, M.A.
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
iii
iv
BNPB, BPS, UNFPA
SAMBUTAN KEPALA BNPB
A
lhamdulilah kami panjatkan puji syukur kepada ALLAH SWT, Tuhan Yang Maha Esa dengan telah terbitnya Hasil Pilot Survey Pengetahuan, Sikap dan Perilaku (Knowledge, Attitude and Practice) Kesiapsiagaan Masyarakat Kota Padang. Kegiatan ini merupakan kerjasama antara BNPB dengan Badan Pusat Statistik untuk menggali pengetahuan, perilaku dan sikap masyarakat yang tinggal di daerah dengan tingkat rawan bencana gempabumi tinggi di Kota Padang. Hasil ini merupakan dokumentasi kegiatan Pilot Survei KAP dalam memperkaya Masterplan Tsunami Indonesia. “Jauhkan masyarakat dari bencana, jauhkan bencana dari masyarakat, hidup harmoni dengan risiko bencana, menggali dan mengembangkan kearifan lokal masyarakat”, merupakan empat strategi menuju bangsa yang tangguh yang harus iringi dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini menjadi modal dalam mewujudkan pengurangan risiko bencana dan menuju bangsa yang tanggap tangkas dan tangguh. Kegiatan ini sebagai wujud pembelajaran yang tidak pernah berhenti dari pemerintah, masyarakat dan dunia usaha atas kejadian gempabumi 11 April 2012 8,5 SR di Simelue Aceh, dimana masih terdapat hal yang terlewati dari gambaran kesiapsiagaan masyarakat pada saat itu. Laporan ini diharapkan mampu menangkap kekurangan pengetahuan, pola pikir dan tingkah laku masyarakat terhadap bencana. Kejadian bencana alam harus mendorong bangsa ini untuk senantiasa melaksanakan pengurangan risiko bencana dan kesiapsiagaan masyarakat sebagai upaya memperkuat daya lenting menghadapi bencana yang tidak pernah terduga. Semoga kolaborasi antara BNPB dan BPS dapat memberikan manfaat dan pelajaran bagi kita semua untuk senantiasa melakukan kegiatan pengurangan risiko bencana. Program seperti ini harus dapat terus dikembangkan oleh pekerja kemanusiaan dalam rangka meminimalisir korban jiwa, harta benda dan membantu masyarakat yang hidup di wilayah rawan bencana gempabumi dan tsunami. Terima kasih kepada seluruh tim penyusun baik BNPB maupun BPS serta penghargaan khusus kepada UNFPA yang mendukung kegiatan ini dari awal sampai dengan akhir. Besar harapan kami agar kerjasama dan kegiatan ini dapat terus terbangun dimasa mendatang sebagai panggilan kita untuk misi kemanusiaan. Salam Kemanusiaan! Jakarta, Oktober 2013 Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana
Dr. Syamsul Maarif, M.Si
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
v
SAMBUTAN KEPALA BPS
vi
BNPB, BPS, UNFPA
SAMBUTAN UNFPA REPRESENTATIVE
A
kses ke data merupakan hal yang sangat penting pada setiap tahap penanggulangan bencana. Data yang akurat merupakan landasan bagi kesiapsiagaan bencana, pencegahan konflik, bantuan darurat bencana, proses rehabilitasi dan rekonstruksi yang efektif. Munculnya teknologi baru menambah nilai penting data dalam kesiapan untuk menghadapi keadaan darurat bencana yaitu melalui penyusunan rencana kontijensi, analisis kerentanan, dan indikator data dasar. Pada tahap akut, data sangat penting dalam penerapan dan pemilihan respon yang efektif. Pada tahap kronis bencana, data dapat digunakan untuk merencanakan dan menyusun programprogram kemanusiaan jangka pendek, serta monitoring dan evaluasi. Data yang dapat dipercaya juga diperlukan dalam penyusunan program untuk rehabilitasi dan rekonstruksi selama tahap paska bencana. Data yang dikumpulkan melalui program Kependudukan dan Pembangunan UNFPA telah terbukti sangat bernilai selama bantuan kemanusiaan UNFPA di tahun 2005, setelah terjadinya konflik dan bencana di Aceh. UNFPA melakukan analisa berbasis gender untuk mengevaluasi kondisi sosial, ekonomi, dan perubahan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari pengungsi yang tinggal di tenda dan tempat penampungan sementara. Sensus penduduk tahun 2005 yang dilakukan di Aceh dan Nias paska konflik dan bencana merupakan sebuah kegiatan yang unik dan belum pernah terjadi sebelumnya bila dilihat dari segi waktu, teknik dan metodologi yang digunakan, juga dikarenakan situasi politik dan konflik selama pelaksanaan kegiatan sensus. Hasil sensus tersebut terbukti menjadi satu-satunya data dan informasi kependudukan yang komprehensif yang tersedia di wilayah tersebut. UNFPA berkomitmen untuk melanjutkan dukungan teknis dibidang data kependudukan untuk manajemen penanggulangan bencana. Salah satu hasil kerjasama antara BNPB, BPS, dan UNFPA adalah tersedianya data dan informasi dasar yang merupakan hasil penggabungan antara Sensus Penduduk 2010 dan Potensi Desa 2011. UNFPA juga merasa bangga dapat berkontribusi dalam publikasi hasil survei Pengetahuan, Sikap dan Prilaku (KAP) dengan memberikan dukungan teknis dalam pengembangan metodologi dan kuesioner yang digunakan dalam survey ini, selain itu juga dalam melakukan analisis tentang kerentanan dan keterpaparan penduduk Kota Padang terhadap bahaya gempabumi dan tsunami yang merupakan bagian dari buku ini. Saya berharap dengan terintegrasinya data kependudukan kedalam rencana nasional penanggulangan bencana, BNPB mampu mempersiapkan dan memberikan respon yang lebih baik pada situasi bencana di masa mendatang di Indonesia. Jakarta, Oktober 2013 UNFPA Representative
Jose Ferraris Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
vii
viii
BNPB, BPS, UNFPA
Hotel rusak akibat gempabumi Padang. Sumber : BNPB
PENYUSUN KATA PENGANTAR SAMBUTAN KEPALA BNPB SAMBUTAN KEPALA BPS SAMBUTAN UNFPA REPRESENTATIVE DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR PENDAHULUAN Latar Belakang Maksud dan Tujuan
DAFTAR ISI ii iii v vi vii ix xi xiv 1 2 3
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
ix
x
KERENTANAN DAN KETERPAPARAN PENDUDUK TERHADAP BAHAYA GEMPABUMI DAN TSUNAMI DI KOTA PADANG Kondisi Geografis Kependudukan dan Ketenagakerjaan Kondisi Kebencanaan di Kota Padang Bahaya Gempabumi dan Tsunami di Kota Padang Kerentanan dan Keterpaparan Penduduk
5 6 8 10 14 24
METODOLOGI Pengambilan Sampel Instrumen Survei Organisasi Lapangan Penghitungan Indeks Kesiapsiagaan Pengolahan Data
51 52 53 55 56 57
PELAKSANAAN LAPANGAN Pelatihan Petugas Pelaksanaan Lapangan
61 62 67
HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Rumah Tangga dan Status Sosial Indeks Kesiapsiagaan Rumah Tangga
71 73 90
PENUTUP Kesimpulan dan Saran Rekomendasi
107 108 109
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
111 113
BNPB, BPS, UNFPA
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 2.4 Tabel 2.5 Tabel 2.6 Tabel 2.7 Tabel 2.8 Tabel 2.9 Tabel 2.10 Tabel 2.11 Tabel 2.12 Tabel 2.13 Tabel 2.14 Tabel 2.15 Tabel 2.16 Tabel 2.17 Tabel 2.18 Tabel 2.19 Tabel 2.20 Tabel 2.21 Tabel 2.22
Kondisi Geografis Wilayah Kota Padang Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk, dan Jumlah Rumah Tangga di Kota Padang Jumlah Penduduk Menurut Sektor Mata Pencaharian di Kota Padang Jumlah Kejadian, Korban Jiwa, dan Kerusakan Rumah Akibat Bencana di Kota Padang, Tahun 2000 - 2012 Luas Wilayah dan Jumlah Desa Terpapar Bahaya Gempabumi menurut Kecamatan dan Kelas Bahaya Luas Wilayah dan Jumlah Desa Terpapar Bahaya Tsunami menurut Kecamatan dan Kelas Bahaya Jumlah dan Persentase Penduduk Terpapar Bahaya Gempabumi Kelas Tinggi menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Jumlah dan Persentase Penduduk Terpapar Bahaya Gempabumi Kelas Sedang menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Jumlah dan Persentase Penduduk Usia 0-4 Tahun Terpapar Bahaya Gempabumi Kelas Tinggi menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Jumlah dan Persentase Penduduk Usia 0-4 Tahun Terpapar Bahaya Gempabumi Kelas Sedang menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur 60 Tahun Ke Atas, Terpapar Bahaya Gempabumi Kelas Tinggi Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur 60 Tahun Ke Atas, Terpapar Bahaya Gempabumi Kelas Sedang Jumlah Rumah Tangga Dengan Kepala Rumah Tangga Perempuan Jumlah Rumah Tangga dengan Anggota Rumah Tangga Berjumlah 1 Orang dan Berumur 60 Tahun Ke Atas Jumlah Kelompok Rentan Terpapar Bahaya Gempabumi Kelas Tinggi Jumlah Kelompok Rentan Terpapar Bahaya Gempabumi Kelas Sedang Jumlah Desa, Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk Jumlah Penduduk Terpapar Bahaya Tsunami Kelas Tinggi Jumlah Penduduk Terpapar Bahaya Tsunami Kelas Sedang Jumlah Penduduk Terpapar Bahaya Tsunami Kelas Rendah Jumlah Penduduk Kelompok Umur 0 – 4 tahun Terpapar Bahaya Tsunami Kelas Tinggi Jumlah Penduduk Kelompok Umur 60+ Terpapar Bahaya Tsunami Kelas Tinggi
6 8 10 12 21 23 25 26 29 29 30 31 32 34 35 36 38 40 41 41 42 44
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
xi
Tabel 2.23 Tabel 2.24 Tabel 2.25 Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel. 3.3 Tabel 3.4 Tabel 4.1 Tabel 5.1 Tabel 5.2 Tabel 5.3 Tabel 5.4 Tabel 5.5
Tabel 5.6 Tabel 5.7 Tabel 5.8 Tabel 5.9 Tabel 5.10 Tabel 5.11 Tabel 5.12 Tabel 5.13
xii
Jumlah Rumah Tangga dengan Kepala Rumah Tangga Perempuan Terpapar Bahaya Tsunami Kelas Tinggi Jumlah Rumah Tangga Dengan Anggota Rumah Tangga Satu Orang dan Berusia 60 Tahun Ke Atas Terpapar Bahaya Tsunami Kelas Tinggi Jumlah Penyandang Cacat Terpapar Bahaya Tsunami Kelas Tinggi Daftar Kelurahan Terpilih Survei KAP 2013 Hasil Jawaban dari Tiap Pertanyaan Rumah Tangga Parameter Indeks Kesiapsiagaan Pengkelasan Indeks Kesiapsiagaan Daftar Petugas Lapangan Pilot Survei KAP Jumlah Anggota Rumah Tangga Responden menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Persentase Anggota Rumah Tangga Responden Berumur 10 Tahun ke Atas menurut Kelompok Umur dan Status Perkawinan Persentase Anggota Rumah Tangga Responden menurut Kelompok Umur dan Hubungan dengan Kepala Rumah Tangga Persentase Anggota Rumah Tangga Responden Berumur 5 Tahun ke Atas menurut Kelompok Umur dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Persentase Anggota Rumah Tangga Responden Berumur 5 Tahun ke Atas menurut Hubungan dengan Kepala Rumah Tangga dan Jenis Pelatihan/Seminar/Simulasi/Pertemuan Terkait Bencana Persentase Anggota Rumah Tangga Responden Berumur 10 Tahun ke Atas menurut Kelompok Umur dan Jenis Kegiatan Selama Seminggu yang Lalu Persentase Rumah Tangga yang Pernah Mengalami Bencana Berdasarkan Jenis Kejadiannya Persentase Rumah Tangga Menurut Pengetahuan Mengenai Tanda-Tanda Terjadinya Bencana Menurut Jenis Kejadian Persentase Pengetahuan Rumah Tangga tentang Sumber Peringatan Bencana Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Pelatihan dan atau Simulasi yang Pernah Diikuti Persentase Rumah Tangga Menurut Pengetahuan Tentang Cara Menyelamatkan Diri dari Bencana Persentase Rumah Tangga Menurut Kepemilikan yang Masih Dapat Digunakan jika Terjadi Bencana Komponen Paramater Pengetahuan Bencana dalam Kuesioner
BNPB, BPS, UNFPA
44 45 47 53 56 56 57 64 72 73 74 76
77 79 83 85 87 89 89 90 91
Tabel 5.14 Tabel 5.15 Tabel 5.16 Tabel 5.17 Tabel 5.18 Tabel 5.19 Tabel 5.20 Tabel 5.21 Tabel 5.22 Tabel 5.23
Nilai Paramater Pengetahuan Bencana Per Desa Komponen Paramater Kebijakan Kesiapsiagaan Bencana dalam Kuesioner Nilai Paramater Kebijakan Kesiapsiagaan Bencana Per Desa Nilai Paramater Kebijakan Kesiapsiagaan Bencana Per Desa Nilai Paramater Rencana Tanggap Darurat Per Desa Komponen Paramater Peringatan Dini Bencana dalam Kuesioner Nilai Paramater Peringatan Dini Bencana Per Desa Komponen Paramater Mobilisasi Sumberdaya dalam Kuesioner Nilai Paramater Mobilisasi Sumberdaya Per Desa Skor Parameter Kesiapsiagaan dan Indeks Kesiapsiagaan Per Desa
91 93 93 95 95 97 99 99 101 103
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
xiii
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Gambar 2.2 Gambar 2.3 Gambar 2.4 Gambar 2.5 Gambar 2.6 Gambar 2.7 Gambar 2.8 Gambar 2.9 Gambar 2.10 Gambar 2.11 Gambar 2.12 Gambar 2.13 Gambar 2.14 Gambar 2.15 Gambar 2.16 Gambar 2.17 Gambar 3.1 Gambar 3.2 Gambar 3.3 Gambar 5.1 Gambar 5.2 Gambar 5.3 Gambar 5.4
Gambar 5.5. Gambar 5.6 Gambar 5.7
xiv
Peta Wilayah Administrasi Kota Padang Peta Kepadatan Penduduk Kota Padang Persentase Jumlah Kejadian Bencana di Kota Padang, Tahun 2000 - 2012 Jumlah Korban Meninggal Akibat Bencana di Kota Padang Tahun 2000-2012 Sebaran Kejadian Bencana Gempabumi, Tahun 1900 - 2012 Lokasi Pusat Gempabumi 30 September 2009 Peta Shakemap Epicentrum 11 April 2012 di Pulau Simelue, Aceh Peta Bahaya Gempabumi di Kota Padang Kejadian Bencana Gempabumi di Sesar Sumatera, Tahun 1900 - 2012 Peta Bahaya Tsunami Kota Padang Peta Bahaya Gempabumi Kota Padang Peta Bahaya Tsunami Kota Padang Kelompok Rentan Terpapar Bahaya Gempabumi Kepadatan Penduduk di Kota Padang Peta Jumlah Penduduk Terpapar Bahaya Tsunami Jumlah Rumah Tangga dengan Kepala Rumah Tangga Perempuan Peta Lokasi Fasilitas Umum Terpapar dalam Zona Bahaya Tsunami Tahapan Pemilihan Sampel Peta Lokasi Kelurahan Terpilih Survei KAP 2013 Diagram Proses Pengolahan Survei KAP 2013 Persentase Anggota Rumah Tangga Responden Berumur 10 Tahun ke Atas menurut Status Perkawinan dan Jenis Kelamin Persentase Anggota Rumah Tangga Responden menurut Kelompok Umur dan Hubungan dengan Kepala Rumah Tangga Persentase Anggota Rumah Tangga Responden Berumur 5 Tahun ke Atas menurut Jenis Kelamin dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Persentase Anggota Rumah Tangga Responden Berumur 5 Tahun ke Atas menurut Jenis Kelamin dan Jenis Pelatihan/Seminar/Simulasi/Pertemuan Terkait Bencana Persentase Anggota Rumah Tangga Responden Berumur 10 Tahun ke Atas menurut Jenis Kelamin dan Jenis Kegiatan Selama Seminggu yang Lalu Persentase Anggota Rumah Tangga Responden Menurut Jenis Kegiatan Mengakses Sumber Informasi Persentase Anggota Rumah Tangga Responden Menurut Waktu Biasa Melakukan Kegiatan Mengakses Sumber Informasi
BNPB, BPS, UNFPA
7 9 11 12 13 15 16 19 20 22 28 33 37 39 43 46 48 52 54 58 73 75 76
78 80 81 81
Gambar 5.8 Gambar 5.9 Gambar 5.10 Gambar 5.11 Gambar 5.12
Gambar 5.13 Gambar 5.14 Gambar 5.15 Gambar 5.16 Gambar 5.17 Gambar 5.18 Gambar 5.19 Gambar 5.20
Persentase Sumber Informasi yang Digunakan Rumah Tangga dalam Menerima Informasi Mengenai Cara Penyelamatan Diri Terhadap Bencana Persentase Rumah Tangga menurut frekuensi Gempabumi yang pernah dialami Persentase Rumah Tangga Menurut Pendapat Mengenai Besarnya Kemungkinan Bencana Gempabumi Akan Menimpa Wilayah Mereka Persentase Rumah Tangga menurut ketersediaan Peralatan/Fasilitas yang Sudah Ada di Wilayah Tempat Tinggal Responden Persentase Rumah Tangga Menurut Pengetahuan Mengenai Upaya Pemerintah dalam Memberitahukan Masyarakat Tentang Kemungkinan Terjadinya Bencana Sebaran Parameter Pengetahuan Bencana Per Desa Sebaran Parameter Kebijakan Kesiapsiagaan Bencana Per Desa Sebaran Parameter Rencana Tanggap Darurat Per Desa Sebaran Parameter Peringatan Dini Bencana Per Desa Sebaran Parameter Mobilisasi Sumberdaya Per Desa Sebaran Indeks Kesiapsiagaan Rumah Tangga Per Desa Grafik Indeks Kesiapsiagaan Rumah Tangga Per Desa Grafik Parameter Indeks Kesiapsiagaan Rumah Tangga Per Desa
82 84 86 87
88 92 94 96 98 100 103 104 105
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
xv
xvi
BNPB, BPS, UNFPA
Lokasi bencana Tanah Longsor di Padang Pariaman. Sumber : BNPB
BAB 1
PENDAHULUAN
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
1
Latar Belakang Bencana gempabumi yang disertai tsunami menimpa sejumlah wilayah di Aceh pada tahun 2004. Korban jiwa akibat bencana ini tidak kurang dari 220.000 jiwa. Bencana ini selain melanda di Indonesia juga melanda negara lain, seperti Srilanka, India dan Thailand. Selain Indonesia, ketiga negara tersebut merupakan negara dengan jumlah korban terbesar. Bencana tersebut telah membuka mata pemerintah Indonesia mengenai arti penting manajemen penanggulangan bencana beserta seluruh perangkat pendukung di dalamnya. Penetapan Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana merupakan jawaban tegas dari pemerintah untuk pengelolaan bencana secara komprehensif. Lahirnya Badan Nasional Penanggulangan Bencana dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah merupakan wujud nyata keseriusan pemerintah untuk melindungi warga negara dari bencana yang tak pernah terduga. Pembelajaran dan pengembangan ilmu pengetahuan yang melibatkan seluruh unsur kementerian maupun lembaga sesuai tugas dan fungsinya masing-masing merupakan bagian yang tidak terpisahkan didalam proses manajemen penanggulangan bencana yang senantiasa berkembang lebih dinamis. Pasca gempabumi dan tsunami Aceh tahun 2004, gempabumi kembali terjadi beberapa kali di sekitar wilayah Serambi Mekah tersebut, di antaranya gempabumi berkekuatan 8,9 SR yang berpusat di dekat Pulau Simelue pada tanggal 11 April 2012. Kejadian tersebut kembali mengingatkan semua pihak tentang arti penting sebuah konsep pengurangan risiko bencana dan arti kesiapsiagaan secara menyeluruh. Belajar dari kejadian tersebut dan menindaklanjuti arahan Presiden RI kepada Kepala BNPB, Indonesia saat ini sedang menyempurnakan dokumen perencanaan dalam kesiapsiagaan menghadapi bahaya bencana tsunami yaitu Masterplan Pengurangan Risiko Bencana
2
BNPB, BPS, UNFPA
Tsunami. Dokumen tersebut disusun sebagai upaya pengembangan kesiapsiagaan dan kapasitas masyarakat dalam menghadapi ancaman bencana gempabumi dan tsunami dengan tujuan untuk memberikan perlindungan bagi masyarakat di daerah rawan bencana gempabumi dan tsunami. Dalam penyusunan Masterplan Pengurangan Risiko Bencana Tsunami tersebut dilakukan analisis kajian risiko bencana berdasarkan tingkat ancaman, kerentanan dan kapasitas yang dimiliki oleh masing-masing wilayah. Salah satu unsur penting kerentanan yang dibahas dalam dokumen tersebut adalah tentang penduduk yang terpapar terhadap risiko bencana gempabumi dan tsunami. Profil penduduk, termasuk kesiapsiagaan mereka dalam menghadapi bencana, merupakan aspek yang perlu diketahui agar Masterplan Pengurangan Risiko Bencana Tsunami dapat disusun dengan baik. BNPB bekerjasama dengan BPS serta dengan bantuan teknis dari UNFPA melakukan sebuah survei yang bertujuan untuk mengetahui pengetahuan (Knowledge), sikap (Attitude) dan perilaku (Practice), atau disingkat dengan KAP, dari masyarakat yang berada di wilayah pesisir pantai Kota Padang. Survei ini berusaha menangkap gambaran mengenai kesiapsiagaan masyarakat menghadapi bencana, terutama bencana gempabumi dan tsunami. Persiapan pelaksanaan Pilot Survey KAP ini telah dimulai sejak Mei 2013 oleh Tim Pusat Data Informasi dan Humas serta Direktorat Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan, diawali dengan penyusunan kuesioner dan pedoman pencacahan untuk menangkap pengetahuan, sikap dan perilaku yang diinginkan guna menggambarkan kesiapsiagaan masyarakat Kota Padang. Koordinasi ke BPBD dan BPS Provinsi Sumatera Barat, BPS Kota Padang. Hal tersebut sangat perlu dilakukan khususnya untuk pemanfaatan KSK
(Koordinator Statistik Kecamatan) dan Blok Sensus (BS) terpilih serta Koordinator Lapangan pada saat pencacahan dilakukan.
rumah tangga yang tinggal di wilayah yang terpapar bencana di Kota Padang. Adapun tujuan lebih rinci dari kegiatan pilot survei ini adalah:
Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat, dipilih sebagai pilot survei karena wilayah ini terletak di pesisir dan telah mengalami beberapa kali bencana gempabumi. Wilayah pesisir dipilih karena memiliki tingkat bahaya gempabumi dan tsunami yang tinggi. Diharapkan survei KAP ini nantinya dapat dilakukan di seluruh wilayah pesisir di Indonesia yang memiliki kategori kerawanan tinggi terhadap bencana gempabumi dan tsunami.
• • • • •
Mengembangkan formulir kuesioner dan petunjuk survei KAP. Melakukan pilot survei KAP di Kota Padang. Melakukan uji coba survei KAP dengan komputer tablet. Melakukan pengolahan dan analisis data hasil pilot survei. Penyusunan laporan pilot survei.
Maksud dan Tujuan Maksud dari pelaksanaan pilot survei KAP di Kota Padang adalah untuk melakukan survei tentang pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat di daerah pesisir Kota Padang dalam menghadapi bencana gempabumi dan tsunami. Hasil pilot survei KAP ini dapat digunakan sebagai : •
• •
•
Informasi dasar yang memberikan gambaran tentang pengetahuan, sikap dan keterampilan masyarakat di daerah pesisir tersebut. Berguna dalam kegiatan penyusunan baseline data pra bencana di tahun 2014 yang akan datang. Mengembangkan upaya-upaya yang tepat untuk mencegah atau mengurangi terjadinya dampak bencana bagi masyarakat, serta memberikan perlindungan bagi masyarakat di daerah rawan bencana gempabumi dan tsunami. Tertatanya suatu kawasan dengan mempertimbangkan potensi bencana dan secara umum perlu pemahaman terhadap sumber bencana.
Idealnya seluruh penduduk yang tinggal di wilayah terpapar bencana gempabumi dan tsunami disurvei, karena terbatasnya waktu dan biaya maka tidak seluruh penduduk disurvei. Pilot survei dilakukan terhadap 250
Rombongan Gubernur Sumatera Barat meninjau lokasi gempa di Padang Pariaman. Sumber : BNPB
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
3
4
BNPB, BPS, UNFPA
Masyarakat korban gempa Padang terpaksa tinggal di tenda darurat. Sumber : BNPB
BAB 2
KERENTANAN DAN KETERPAPARAN PENDUDUK TERHADAP BAHAYA GEMPABUMI DAN TSUNAMI DI KOTA PADANG
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
5
Kondisi Geografis Kota Padang adalah ibukota Provinsi Sumatera Barat yang terletak di pantai barat pulau Sumatera dan berada antara 0O 44’ 00” - 1O 08’ 35” Lintang Selatan dan 100O 05’ 05” - 100O 34’ 09” Bujur Timur. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1980, luas Kota Padang adalah 694,96 km2 atau setara dengan 1,65 persen dari luas Provinsi Sumatera Barat. Kota Padang terdiri dari 11 kecamatan dengan kecamatan terluas adalah Koto Tangah yang mencapai 232,25 km2, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.1. Dari keseluruhan luas Kota Padang sebagian besar atau 51,01 persen berupa hutan yang dilindungi oleh pemerintah. Berupa bangunan dan pekarangan seluas 51,08 km2 atau 7,35 persen. Selain daratan pulau Sumatera, Kota Padang memiliki 19 pulau di mana yang terbesar adalah Pulau
Bintangur seluas 56,78 ha, kemudian Pulau Sikuai di Kecamatan Bungus Teluk Kabung seluas 48,12 ha dan Pulau Toran di Kecamatan Padang Selatan seluas 33,67 ha. Ketinggian wilayah daratan Kota Padang sangat bervariasi, yaitu antara 0 – 1.853 m di atas permukaan laut dengan daerah tertinggi adalah Kecamatan Lubuk Kilangan. Kota Padang memiliki banyak sungai, yaitu 5 sungai besar dan 16 sungai kecil, dengan sungai terpanjang yaitu Batang Kandis sepanjang 20 km. Tingkat curah hujan Kota Padang mencapai rata-rata 302.35 mm per bulan dengan rata-rata hari hujan 17 hari per bulan pada tahun 2009. Suhu udaranya cukup tinggi yaitu antara 21,6O – 31,7O C. Kelembabannya berkisar antara 78 – 85 persen. Berikut adalah Tabel 1 yang menunjukkan kondisi geografis wilayah kota Padang.
Tabel 2.1 Kondisi Geografis Wilayah Kota Padang No. 1.
Unsur Geografis Letak Daerah
Keterangan 00O 44' 00'' - 01O 08'' 35'' LS 100O 05' 05'' – 100O 34' 09'' BT
2.
Luas Daerah
694,96 Km2
3.
Panjang Pantai
68,126 Km, di luar pulau-pulau kecil (menurut PP No. 17 Tahun 1980)
4.
Jumlah Sungai
5 buah Besar 16 buah Kecil
5.
Temperatur
22O C - 31,7O C
6.
Curah Hujan
384,88 mm / bulan
7.
Keliling
165,35 Km
8.
Daerah Efektif (termasuk Sungai)
205,007 Km2
9.
Daerah Bukit (termasuk Sungai)
486,209 Km2
10.
Jumlah Pulau
19 pulau
Sumber : Kota Padang Dalam Angka Tahun 2011, BPS Kota Padang
6
BNPB, BPS, UNFPA
Sumber : Peta Rupabumi Digital, BIG, 2007
Gambar 2.1 Peta Wilayah Administrasi Kota Padang Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
7
Kependudukan dan Ketenagakerjaan Berdasarkan data hasil sensus penduduk tahun 2010, Kota Padang memiliki jumlah penduduk sebesar 833.562 jiwa, dengan jumlah rumah tangga sebanyak 194.293 rumah tangga. Dari 11 kecamatan yang ada di Kota Padang, Kecamatan Kuranji memiliki jumlah penduduk yang paling banyak yaitu 126.729 jiwa dan jumlah penduduk yang paling sedikit terdapat di wilayah Kecamatan Bungus Teluk Kabung yaitu sejumlah 22.896 jiwa. Rincian jumlah penduduk di masing-masing Kecamatan di Kota Padang dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut ini. Berdasarkan Tabel 2.2 dapat diketahui bahwa Kecamatan Padang Timur memiliki kepadatan penduduk yang paling tinggi yaitu sejumlah 125 jiwa/ha, hal tersebut disebabkan wilayah Kecamatan Padang Timur memiliki
luas wilayah yang tidak terlalu luas yaitu sebesar 622,69 ha dan jumlah penduduk yang cukup besar yaitu 77.868 jiwa. Wilayah kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk paling rendah berada di Kecamatan Bungus Teluk Kabung yaitu sejumlah 3 jiwa/ha. Beberapa kecamatan lain yang juga memiliki jumlah kepadatan penduduk cukup tinggi yaitu Kecamatan Lubuk Begalung, Padang Utara, Padang Barat, Nanggalo, dan Kuranji. Sebagian besar dari wilayah kecamatan tersebut berada di pinggir pantai atau berbatasan langsung dengan laut, dengan demikian dapat dikatakan bahwa konsentrasi penduduk di wilayah Kota Padang berada di wilayah pinggiran pantai, hal tersebut dapat ditunjukkan pada Gambar 2.2.
Tabel 2.2 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk, dan Jumlah Rumah Tangga di Kota Padang
Kecamatan
Luas Wilayah (Ha)
(1) Bungus Teluk Kabung
(2)
Laki-Laki (3)
Perempuan (4)
Total
(Jiwa/Ha)
(5)
(6)
Jumlah Rumah Tangga (7)
8.527,93
11.762
11.134
22.896
3
4.847
23.099,93
81.590
80.489
162.079
7
36.164
Kuranji
2.175,17
62.912
63.817
126.729
58
28.520
Lubuk Begalung
Koto Tangah
1.241,81
53.715
52.717
106.432
86
24.736
Nanggalo
928,79
27.774
29.501
57.275
62
13.300
Padang Barat
545,66
22.862
22.518
45.380
83
11.012
1.260,12
28.910
28.808
57.718
46
13.182
Padang Selatan Padang Timur
622,69
38.650
39.218
77.868
125
18.723
Padang Utara
821,92
32.732
36.387
69.119
84
18.368
8.289,32
24.563
24.287
48.850
6
11.034
Pauh
16.085,44
29.845
29.371
59.216
4
14.407
Total
39.224,01
415.315
418.247
833.562
21
194.293
Lubuk Kilangan
Sumber : Kota Padang Dalam Angka Tahun 2011, BPS Kota Padang
8
Kepadatan Penduduk
Jumlah Penduduk
BNPB, BPS, UNFPA
Sumber : Pengolahan Data Sensus Penduduk 2010, BPS
Gambar 2.2 Peta Kepadatan Penduduk Kota Padang
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
9
Kondisi Kebencanaan di Kota Padang
Berdasarkan data sensus penduduk tahun 2010 yang ditunjukkan pada Tabel 2.3, jumlah penduduk di wilayah Kota Padang yang berusia 15 tahun ke atas dan sedang bekerja berjumlah 279.543 jiwa atau sebesar 33,53 persen dari total jumlah penduduk di Kota Padang. Dari jumlah tersebut sebesar 77.996 jiwa atau 27,90 persen bekerja pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Sektor mata pencaharian lainnya yang juga cukup besar yaitu pendidikan, industri, dan jasa. Hal tersebut menunjukkan bahwa mata pencharian utama sebagian besar penduduk di Wilayah Kota Padang bukan di bidang pertanian atau perikanan seperti bekerja sebagai nelayan ataupun petani melainkan pada bidang perdagangan dan jasa. Kecamatan yang memiliki penduduk yang bekerja dibidang perdagangan, jasa, ataupun industri adalah Kecamatan Lubuk Begalung, Padang Selatan, Padang Utara dan Padang Barat. Apabila kita lihat pada Gambar 2.3, kecamatan-kecamatan tersebut berada di wilayah pesisir pantai.
Kota Padang merupakan daerah yang memiliki tingkat rawan bencana tinggi, data dari Indeks Rawan Bencana Tahun 2013 BNPB menyebutkan bahwa Kota Padang masuk dalam kategori rawan bencana tinggi dan berada pada peringkat 10 secara nasional atau peringkat 1 dari wilayah kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Barat. Berdasarkan data dari DIBI (Data dan Informasi Bencana Indonesia) BNPB pada periode tahun 2000 sampai dengan 2012 telah terjadi 66 kali kejadian bencana yang menimbulkan korban jiwa dan harta benda, kejadian bencana tersebut meliputi 9 jenis bencana yaitu banjir, banjir dan tanah longsor, tanah longsor, gempabumi, angin puting beliung, kebakaran lahan dan hutan, kekeringan, gelombang pasang/abrasi, dan kecelakaan transportasi. Dari kesembilan jenis bencana tersebut bencana banjir merupakan bencana yang
Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun Keatas yang Bekerja menurut Sektor Mata Pencaharian di Kota Padang Sektor Mata Pencaharian
Kecamatan
Penduduk Usia 15 Tahun Keatas yang Bekerja
Pertanian
Industri
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
Jasa
Pendidikan
Kesehatan
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Bungus Teluk Kabung
8.067
3.037
802
2.054
881
950
61
Koto Tangah
54.549
5.531
8.216
13.970
7.094
12.399
1.397
Kuranji
41.133
3.442
7.405
9.734
4.692
9.815
1.263
Lubuk Begalung
35.809
1.808
6.462
10.004
5.649
8.693
806
Nanggalo
16.315
1.029
4.791
3.632
2.458
2.678
363
Padang Barat
19.067
576
3.034
5.195
2.304
5.124
746
Padang Selatan
17.658
459
1.306
7.489
1.868
5.219
390
Padang Timur
20.906
975
2.463
6.677
2.958
6.378
394
Padang Utara
27.934
419
3.619
9.336
3.275
7.685
1.236
Lubuk Kilangan
20.236
641
2.721
6.105
2.369
5.625
787
Pauh
17.869
1.975
4.162
3.800
2.282
3.429
442
Total
279.543
19.892
44.981
77.996
35.830
67.995
7.885
Sumber : Pengolahan Data Sensus Penduduk 2010, BPS
10
BNPB, BPS, UNFPA
TANAH LONGSOR 15%
PUTING BELIUNG 8% KEKERINGAN 2%
BANJIR BANJIR 46%
KECELAKAAN TRANSPORTASI 4%
BANJIR DAN TANAH LONGSOR GELOMBANG PASANG / ABRASI GEMPA BUMI KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN KECELAKAAN TRANSPORTASI
KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN 2%
KEKERINGAN PUTING BELIUNG TANAH LONGSOR
GEMPA BUMI 11% GELOMBANG PASANG / ABRASI 8%
BANJIR DAN TANAH LONGSOR 4%
Sumber : Http ://dibi.bnpb.go.id
paling sering terjadi yaitu sebanyak 32 kejadian atau sebesar 48 persen pada periode tahun 2000 – 2012 hal tersebut ditunjukkan pada Gambar 2.3. Apabila dilihat dari segi dampak yang ditimbulkan maka jenis bencana yang paling banyak menimbulkan korban jiwa dan harta benda di Kota Padang adalah bencana gempabumi, pada Tabel 2.4 ditunjukkan bahwa korban jiwa meninggal akibat bencana gempabumi pada tahun 2000 – 2012 sejumlah 774 jiwa dan jumlah rumah rusak berat 79.016 unit. Sehingga meskipun secara frekuensi jumlah kejadian bencana gempabumi terhitung cukup kecil yaitu 3 kali selama periode 2000 – 2012, akan tetapi dampak yang ditimbulkan sungguh luar biasa, sehingga hal tersebut perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah setempat terutama dalam hal
Gambar 2.3 Persentase Jumlah Kejadian Bencana di Kota Padang, Tahun 2000 - 2012
kesiapsiagaan dan mitigasi bencana. Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa jenis bencana yang paling banyak menimbulkan korban dan kerugian adalah gempabumi, maka kalau dilihat dari perkembangan kejadian bencana sejak tahun 2000 sampai dengan 2012 tampak bahwa jumlah korban meninggal tertinggi adalah saat terjadi gempabumi pada tanggal 30 September 2009 dengan kekuatan 7,6 SR. Gambar 2.4 menunjukkan jumlah korban meninggal akibat bencana pada tahun 2000 sampai dengan tahun 2012, terlihat bahwa selain bencana gempabumi pada tahun 2009, jenis bencana lainnya yang juga menimbulkan korban jiwa yang cukup banyak adalah bencana banjir dan tanah longsor yang terjadi pada tahun 2005 dengan korban jiwa meninggal sebanyak 54 jiwa dan 6 orang luka-luka.
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
11
Tabel 2.4 Jumlah Kejadian, Korban Jiwa, dan Kerusakan Rumah Akibat Bencana di Kota Padang, Tahun 2000 - 2012
Jenis Bencana
(1) Banjir
(2)
Jumlah
Korban Jiwa
Jumlah Kejadian
Rumah Rusak
Meninggal
Hilang
Luka-Luka
Berat
Sedang
Ringan
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
22
7
2
2
135
Banjir Dan Tanah Longsor
2
25
-
18
9
-
-
Gelombang Pasang/Abrasi
4
1
-
3
440
-
616
Gempabumi
5
387
2
1.238
39.508
-
83.616
Kebakaran Hutan dan Lahan
1
-
-
-
-
-
-
Kecelakaan Transportasi
2
-
-
-
6
3
4
-
374
Kekeringan
1
-
-
Puting Beliung
4
-
-
3
3
Tanah Longsor
7
25
2
5
11
1
3
48
451
9
1.273
40.106
173
84.609
Total
-
172
-
-
-
-
Sumber : http ://dibi.bnpb.go.id
Gambar 2.4 Jumlah Korban Meninggal Akibat Bencana di Kota Padang Tahun 2000-2012
Sumber : http://dibi.bnpb.go.id
12
BNPB, BPS, UNFPA
Sumber : Data Titik Koordinat Pusat Gempabumi, BMKG
Gambar 2.5 Sebaran Kejadian Bencana Gempabumi, Tahun 1900 - 2012 Sumber : Data titik koordinat epicenter gempa bumi, BMKG
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang -
13
Bahaya Gempabumi dan Tsunami di Kota Padang Ancaman atau bahaya bencana menurut UndangUndang Nomor 24 tahun 2007 didefinisikan sebagai suatu kejadian atau peristiwa yang bisa menimbulkan bencana sedangkan bahaya bencana alam merupakan sebuah peristiwa yang terjadi secara alami dan memiliki efek negatif pada manusia, bencana alam ada, dan akan selalu ada secara alami di bumi. Sebagai contoh bencana alam yang disebabkan oleh proses geologi yang disebut sebagai bencana geologi yaitu gempabumi, tsunami, letusan gunungapi, tanah longsor, dan adapula bahaya bencana yang disebabkan oleh faktor cuaca seperti banjir, tanah longsor, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, angin puting beliung, dan gelombang pasang yang disebut sebagai bencana hidrometeorologi. Kota Padang merupakan daerah yang memiliki tingkat rawan bencana alam tinggi, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa salah satu jenis bencana yang memiliki dampak paling besar adalah bencana gempabumi, sejarah kejadian bencana menunjukkan bahwa wilayah Kota Padang sering dilanda oleh gempabumi skala kecil (< 5 SR) ataupun gempabumi skala besar (> 5 SR) yang sering menimbulkan korban jiwa dan harta benda. Sebaran titik pusat kejadian bencana gempabumi (epicenter) selama periode tahun 1900 – 2012 ditunjukkan pada Gambar 2.5. Pada tanggal 30 September 2009, gempabumi besar (7,6 SR) melanda Kota Padang di Provinsi Sumatera Barat, Indonesia, dan menyebabkan lebih dari 300 korban jiwa. Gempabumi kedua berukuran 6,6 SR, yang disebut sebagai Gempabumi Jambi, melanda Provinsi Jambi di Sumatera bagian tengah pada tanggal 1 Oktober 2009, pukul 09.00, pusat gempabumi dilaporkan pada kedalaman 15 kilometer, sekitar 46 kilometer selatantimur dari Sungai Penuh. Gempabumi ini berhubungan dengan Sesar Besar Sumatera, terjadi di wilayah dengan populasi yang
14
BNPB, BPS, UNFPA
tidak begitu banyak sehingga perhatian yang diberikan terhadap gempabumi ini kurang begitu besar dibandingkan dengan gempabumi Padang yang jauh lebih merusak. Kerusakan yang terjadi di Provinsi Sumatera Barat akibat gempabumi pada tanggal 30 September 2009 menunjukkan apa yang para ahli katakan tentang rendahnya kualitas konstruksi di wilayah rawan bencana gempabumi. Di ibukota provinsi, sekolah, toko-toko, hotel dan kantor pemerintah runtuh dan mengubur ratusan orang. Korban tewas resmi secara keseluruhan adalah lebih dari 1.100 orang. Salah satu daerah yang paling terkena dampak adalah Kabupaten Padang Pariaman yang terletak di utara Kota Padang. Gambar 2.6 menunjukkan lokasi pusat gempabumi tanggal 30 September 2009, yang berkekuatan 7,9 SR. Menurut data dari pemerintah, sekitar 200.000 rumah dan 2.000 bangunan lainnya rusak, dengan kondisi setengah hancur. Dampak yang menghancurkan dari gempabumi 30 September 2009 telah banyak didokumentasikan. Memahami bahaya, keterpaparan dan kerentanan dapat mengidentifikasi faktor utama risiko bencana dalam masyarakat dan membantu dalam mengembangkan strategi yang sesuai untuk pengurangan risiko bencana. Sedangkan dampak dari gempabumi 8.5 SR pada 11 April 2012 di Simelue, Aceh tercatat 10 orang meninggal dunia, korban luka 9 orang, 5 unit rumah rusak ringan, 1 perkantoran rusak ringan dan 1 jembatan rusak. Namun yang perlu dingat dari kejadian itu adalah proses evakuasi yang belum terstruktur, dimana masih banyaknya masyarakat yang evakuasi dengan membawa kendaraan pribadi sehingga menimbukan “high traffic’ disejumlah titik dan sangat membahayakan apabila tsunami benar terjadi. Hal lain yang perlu dicatat pula adalah sistem peringatan dini yang kurang
Sumber : Http://geospasial.bnpb.go.id
Gambar 2.6 Lokasi Pusat Gempabumi 30 September 2009
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
15
16
BNPB, BPS, UNFPA
Sumber : BNPB
Gambar 2.7 Peta Shakemap Epicentrum 11 April 2012 di Pulau Simelue, Aceh.
Rumah sakit Restu Ibu Padang rusak parah akibat gempabumi. Sumber : BNPB
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
17
terkoordinasi dengan baik oleh instansi terkait. Hal tersebut menunjukkan bahwa masih terdapat perilaku masyarakat yang kurang memahami proses evakuasi mandiri dan perlu solusi nyata dari pemerintah untuk merubah perilaku dan penambahan pengetahuan kesiapan masyarakat saat terjadi gempabumi yag berpotensi tsunami. Pada akhir tahun 2012, BNPB melakukan kajian risiko bencana seluruh Indonesia yang meliputi pemetaan semua daerah bahaya, dan khususnya pemetaan zona bahaya gempabumi dan tsunami. Dalam rangka melakukan penilaian risiko bencana, BNPB mengikuti prosedur standar yang digunakan di negara lain yaitu risiko bencana alam berbanding lurus dengan bahaya (kemungkinan terjadi, intensitas, dan lain-lain), dan kerentanan (sosiodemografi, budaya, ekonomi, fisik, psikologis dan lingkungan), dan berbanding terbalik dengan kapasitas penduduk dan lembaga untuk menahan bahaya (kode bangunan, zona huni, peraturan, kapasitas kelembagaan, sistem peringatan, pendidikan, pelatihan, dan tingkat kesiapan). Gambar 2.8 menunjukkan peta bahaya gempabumi di wilayah Kota Padang, dimana terdapat dua kelas bahaya yaitu sedang dan tinggi. Kelas bahaya tinggi ditunjukkan dengan warna jingga sampai dengan merah, dimana pada wilayah tersebut juga dimungkinkan terjadinya tanah longsor atau gerakan tanah lainnya yang disebabkan oleh gempabumi. Kelas bahaya sedang ditunjukkan dengan warna kuning yang berada disepanjang garis pantai di wilayah Kota Padang. Kelas bahaya gempabumi tinggi disebabkan wilayah tersebut memiliki nilai peak ground acceleration (PGA) yang tinggi yaitu 0,8-1,5 dan adanya sesar aktif yang sering disebut dengan Sesar Sumatera atau Sesar Semangko. Patahan ini memiliki panjang 1.900 km, sangat aktif dan berupa strike-slip atau sesar geser. Zona sesar ini membentang sepanjang sisi barat Pulau Sumatera, yang tentu saja, sering menimbulkan bahaya
18
BNPB, BPS, UNFPA
seismik karena sesar ini melewati kawasan yang padat penduduk di dan sekitar zona sesar. Patahan Sumatera ini sangat tersegmentasi, Gambar 2.9 menunjukkan sebaran sesar sumatera yang terdiri dari 20 segmen geometris yang didefinisikan utama, yang berkisar panjang dari sekitar 60 sampai 200 km. Panjang segmen ini dipengaruhi dimensi sumber gempabumi dan telah membagi menjadi patahanpatahan lebih pendek yang secara historis telah menyebabkan gempabumi dengan kekuatan antara 6,5 hingga 7,7 Mw. Kecepatan pergeseran yang tercatat disepanjang sesar arah barat laut ini sekitar 5 mm/ tahun, di sekitar Selat Sunda, dan memiliki kecepatan pergeseran hingga 27 mm/tahun di sekitar Danau Toba. Nilai-nilai besaran pergeseran ini yang memberikan data dasar kuantitatif untuk memperhitungkan ratarata periode timbulnya gempa-gempa ini yang dapat diperhitungkan untuk memperkirakan perulangan gempabumi besar di setiap segmen. Segmen-segmen Patahan Sumatera atau Patahan Semangko yang telah bergerak menimbulkan gempa besar dalam tahuntahun sebelumnya. Coba perhatikan, segmen-segmen yang bergerak tidak berurutan lokasinya (ditunjukkan dengan warna kuning pada gambar). Selain lokasi juga terjadinya gempa tidak memiliki selang waktu yang sama sehingga terlihat acak. Sementara di wilayah pantai di Kota Padang sendiri memiliki tingkat bahaya gempabumi sedang karena pada wilayah ini tidak terdapat sesar aktif dan memiliki nilai PGA yang lebih rendah yaitu 0,7 – 0,8. Berdasarkan peta bahaya gempabumi (Gambar 2.8) dapat terlihat bahwa seluruh wilayah Kota Padang terpapar oleh bahaya gempabumi. Dari 104 kelurahan yang ada, 89 kelurahan berada di wilayah bahaya sedang, dan 15 kelurahan di wilayah bahaya tinggi. Tabel 2.5 menunjukkan jumlah kelurahan dan luas wilayah yang termasuk dalam kategori bahaya tinggi dan sedang.
89 desa berada di wilayah bahaya sedang dan kelas bahaya tinggi.
Sumber : Hasil Kajian Risiko Bencana Tahun 2012, BNPB
Gambar 2.8 Peta Bahaya Gempabumi di Kota Padang
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
19
Sumber : Kementerian Riset dan Teknologi
Gambar 2.9 Kejadian Bencana Gempabumi di Sesar Sumatera, Tahun 1900 - 2012 -
20
BNPB, BPS, UNFPA
Tabel 2.5 Luas Wilayah dan Jumlah Desa Terpapar Bahaya Gempabumi menurut Kecamatan dan Kelas Bahaya Kelas Bahaya Sedang
Kelas Bahaya Tinggi
Kecamatan
Luas Wilayah (Ha)
Luas (Ha)
Persen dari Luas Total
Jumlah Desa
Luas (Ha)
Persen dari Luas Total
Jumlah Desa
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
8.528
5.791
67,90
5
2.737
32,10
1
23.100
5.262
22,78
11
17.838
77,22
2
Kuranji
5.158
1.831
35,50
7
3.327
64,50
2
Lubuk Begalung
2.976
2.976
100,00
15
0,00
0
Lubuk Kilangan
Bungus Teluk Kabung Koto Tangah
-
8.289
449
5,42
2
7.840
94,58
5
Nanggalo
929
929
100,00
6
-
0,00
0
Padang Barat
546
546
100,00
10
-
0,00
0
1.393
1.393
100,00
12
-
0,00
0
Padang Timur
857
857
100,00
10
-
0,00
0
Padang Utara
822
822
100,00
7
-
0,00
0
Padang Selatan
Pauh
16.085
709
4,40
4
15.377
95,60
5
Total
68.684
21.565
31,40
89
47.119
68,60
15
Sumber : Hasil Kajian Risiko Bencana Tahun 2012, BNPB
Dari Tabel 2.5 dapat diketahui bahwa sebesar 31,40 persen wilayah Kota Padang masuk dalam kategori bahaya sedang dan 68,60 persen masuk dalam bahaya tinggi. Wilayah Kecamatan Lubuk Begalung memiliki jumlah desa yang paling banyak masuk dalam kelas bahaya sedang yaitu sejumlah 15 desa, kecamatan lain yang juga memiliki jumlah desa yang cukup banyak masuk dalam kelas sedang yaitu Kecamatan Padang Selatan, Koto Tangah, Padang Barat, dan Padang Timur, dimana sebagian besar wilayah tersebut terletak di wilayah pantai yang merupakan pusat kegiatan bisnis di Kota Padang. Sementara untuk kelas bahaya tinggi, wilayah Kecamatan Lubuk Kilangan dan Kecamatan Pauh memiliki jumlah desa sebanyak 5 desa. Meskipun dilihat dari persentase wilayah kelas bahaya tinggi cukup besar yaitu 47.119 Ha atau sebesar 68,60 persen dari wilayah Kota Padang namun sebagian besar wilayah bahaya tersebut berada di wilayah perbukitan yang berdekatan dengan sesar sumatera dimana wilayah
tersebut bukan wilayah padat penduduk ataupun pusat kegiatan di Kota Padang, sehingga apabila terjadi bencana gempabumi maka dampak yang ditimbulkan di wilayah bahaya sedang akan lebih besar dibandingkan di wilayah bahaya tinggi. Hal tersebut akan ditunjukkan dalam pembahasan selanjutnya yaitu kerentanan dan keterpaparan penduduk. Selain bencana gempabumi, bencana lain yang berpotensi terjadi dan menimbulkan dampak yang besar di Kota Padang adalah bencana tsunami. Kota Padang merupakan salah satu wilayah yang masuk dalam Kawasan Megathrust Mentawai. Kawasan Megathrust Mentawai adalah bagian dari zona penunjaman Sumatera yang merupakan pertemuan antara Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia. Kawasan ini merupakan daerah yang memiliki tingkat seismisitas yang sangat tinggi dan menjadi sumber dari beberapa gempabumi besar dengan kekuatan lebih dari
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
21
Sumber : Hasil Kajian Risiko Bencana Tahun 2012, BNPB
Gambar 2.10 Peta Bahaya Tsunami Kota Padang
22
BNPB, BPS, UNFPA
Berdasarkan peta bahaya tsunami yang dikeluarkan oleh BNPB, terdapat 3 kelas bahaya tsunami di Kota Padang, yaitu bahaya tinggi, sedang, dan rendah seperti ditunjukkan pada Gambar 2.10. Dari keseluruhan wilayah Kota Padang, sebesar 7.613 Ha atau 19,41 % wilayah Kota Padang masuk dalam wilayah bahaya tinggi. Meskipun kurang dari 20 % luas wilayah Kota Padang secara keseluruhan, akan tetapi jika kita perhatikan pada peta tampak wilayah kelas bahaya tinggi menutupi hampir sebagian besar wilayah pesisir pantai Kota Padang terutama di wilayah pusat-pusat penduduk dan aktifitas masyarakat seperti di wilayah Kecamatan Padang Selatan, Padang Utara, Koto Tangah dan Nanggalo. Sehingga dapat kita bayangkan dampak yang luar biasa jika bencana tsunami terjadi. Wilayahwilayah yang tidak termasuk dalam bahaya tsunami pada umumnya merupakan wilayah yang memiliki topografi perbukitan seperti di wilayah Kecamatan Lubuk Begalung, Padang Selatan, dan sebagian besar wilayah Kecamatan Bungus Teluk Kabung. Tabel 2.6 menunjukkan luasan area bahaya dan jumlah desa yang masuk dalam wilayah bahaya berdasarkan tingkatan tinggi, sedang, dan rendah.
8 SR, bahkan hingga mencapai 9,3 SR dengan periode ulang ratusan tahun. Dalam dua abad terakhir tercatat ada empat gempabumi besar yang terjadi di zona penunjaman Sumatera, yakni pada tahun 1833 dengan magnitudo 8,8–9,2 SR; pada tahun 1861 dengan magnitudo 8,3– 8,5 SR; pada tahun 2004 dengan magnitudo 9,0–9,3 SR, dan pada tahun 2005 dengan magnitudo 8,7 SR. Beberapa penelitian terakhir mengindikasikan bahwa segmen Mentawai dari Megathrust Sumatera kemungkinan besar akan mengalami peruntuhan (rupture) dalam beberapa dekade ke depan, karena energi yang tertumpuk di lokasi ini sudah terlalu besar. Peruntuhan pada zona penunjaman ini dapat memicu gempabumi besar yang berpotensi menimbulkan kerusakan parah di sebagian besar kota-kota di Pulau Sumatera dan memicu bencana tsunami. Bencana tsunami ini akan mengancam beberapa kabupaten/kota terutama di pesisir barat seperti Kota Sibolga, Kota Padang, Kota Pariaman, Kabupaten Agam, Kabupaten Pesisir Selatan dan Kota Bengkulu.
Tabel 2.6 Luas Wilayah dan Jumlah Desa Terpapar Bahaya Tsunami menurut Kecamatan dan Kelas Bahaya a. Kelas Bahaya Tinggi Kecamatan
Luas Wilayah (Ha)
Jumlah Desa
Luas (Ha)
Persen dari Luas Total
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Bungus Teluk Kabung
8.528
5
699
8,20
23.100
12
4.161
18,01
Kuranji
2.175
2
253
11,63
Lubuk Begalung
1.242
1
21
1,69
Nanggalo
929
6
794
85,49
Padang Barat
546
10
522
95,66
Koto Tangah
Padang Selatan
1.260
8
253
20,08
Padang Timur
623
3
218
35,01
Padang Utara
822
7
692
84,19
39.224
54
7.613
19,41
Total
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
23
b. Kelas Bahaya Sedang Kecamatan
Luas Wilayah (Ha)
Jumlah Desa
Luas (Ha)
Persen dari Luas Total
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Bungus Teluk Kabung
8.528
1
185
2,17
23.100
1
79
0,34
Kuranji
2.175
2
154
7,08
Lubuk Begalung
1.242
3
72
5,80
Padang Selatan
1.260
1
49
3,89
623
2
139
22,32
36.928
10
678
1,86
Kecamatan
Luas Wilayah (Ha)
Jumlah Desa
Luas (Ha)
Persen dari Luas Total
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Koto Tangah
Padang Timur Total
c. Kelas Bahaya Rendah
Kuranji
2.175
2
36
1,66
Lubuk Begalung
1.242
3
24
1,93
Padang Selatan
1.260
2
65
5,16
623
3
64
10,28
5.300
10
189
3,56
Padang Timur Total
Sumber : Hasil Kajian Risiko Bencana Tahun 2012, BNPB
Apabila kita perhatikan Tabel 2.6 tampak bahwa kelas bahaya tinggi tsunami di Kota Padang lebih besar dibandingkan kelas bahaya sedang ataupun rendah, hal tersebut disebabkan topografi dari wilayah Kota Padang itu sendiri merupakan dataran yang landai dengan ketinggian berkisar antara 1 sampai dengan 10 m diatas permukaan laut, jarak terdekat dengan wilayah perbukitan bervariasi antara 5 – 10 km dari garis pantai. Dari uraian di atas dapat kita ketahui bahwa wilayah Kota Padang di mana pusat kota dan kegiatan penduduknya berada di wilayah pantai dengan topografi datar merupakan wilayah yang rawan bencana gempabumi dan tsunami yang dapat menimbulkan dampak bencana yang besar terhadap penduduk yang ada di wilayah tersebut.
24
BNPB, BPS, UNFPA
Kerentanan dan Keterpaparan Penduduk United Nations International Strategy for Disaster Reduction (UNISDR) mendefinisikan kerentanan sebagai karakteristik dan kondisi dari sebuah masyarakat, sistem, atau aset yang rentan terhadap efek merusak dari bahaya, sedangkan keterpaparan adalah penduduk, properti, sistem, atau elemen lainnya yang berada di wilayah bahaya yang berpotensi mengalami kerugian. Menghitung keterpaparan termasuk didalamnya antara lain jumlah penduduk atau jenis aset yang ada pada suatu wilayah, adalah memungkinkan jika sebuah elemen terpapar tetapi tidak rentan, untuk menjadi rentan terhadap sebuah peristiwa bahaya yang ekstrim maka elemen tersebut perlu terpapar di dalam wilayah bahaya.
Kerentanan dan Keterpaparan Penduduk Terhadap Bahaya Gempabumi
Kerentanan berhubungan dengan elemen-elemen yang terpapar seperti manusia, mata pencaharian, dan aset yang akan menderita atau terdampak bila terkena oleh sebuah atau serangkaian peristiwa bahaya.
Seperti telah dijelaskan dalam pembahasan sebelumnya bahwa seluruh penduduk yang tinggal di wilayah Kota Padang terpapar dan rentan terhadap bahaya gempabumi. Terdapat dua kelas bahaya gempabumi yaitu tinggi dan sedang. Berdasarkan hasil perhitungan kajian risiko bencana BNPB tahun 2012, sejumlah 145.086 jiwa atau 17,41 persen dari total penduduk berada pada kelas bahaya tinggi sedangkan 688.476 jiwa atau 82,59 persen berada pada kelas bahaya sedang.
Untuk lebih memahami kerentanan dan keterpaparan yang ada di wilayah Kota Padang, pembahasan berikut ini akan lebih menjelaskan beberapa indikator terkait kerentanan dan keterpaparan terhadap bahaya bencana gempabumi dan tsunami yang diperoleh dari hasil penggabungan data Sensus Penduduk 2010 dan Potensi Desa 2011.
Tabel 2.7 Jumlah Penduduk Terpapar Bahaya Gempabumi Kelas Tinggi menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Kecamatan
Jumlah Penduduk
Jumlah Penduduk Terpapar
Persentase Penduduk Terpapar
Laki -Laki
Perempuan
Total
Laki-Laki
Perempuan
Total
LakiLaki
Perempuan
Total
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
Bungus Teluk Kabung
11.762
11.134
22.896
2.728
2.594
5.322
23,19
23,30
23,24
Koto Tangah
81.590
80.489
162.079
10.906
10.840
21.746
13,37
13,47
13,42
Kuranji
62.912
63.817
126.729
22.721
22.486
45.207
36,12
35,24
35,67
Lubuk Begalung
53.715
52.717
106.432
-
0,00
0,00
0,00
Lubuk Kilangan
24.563
24.287
48.850
19.849
80,81
80,81
80,81
Nanggalo
27.774
29.501
57.275
-
-
-
0,00
0,00
0,00
Padang Barat
22.862
22.518
45.380
-
-
-
0,00
0,00
0,00
Padang Selatan
28.910
28.808
57.718
-
-
-
0,00
0,00
0,00
Padang Timur
38.650
39.218
77.868
-
-
-
0,00
0,00
0,00
Padang Utara
32.732
36.387
69.119
-
-
-
0,00
0,00
0,00
19.626
39.475
Pauh
29.845
29.371
59.216
16.923
16.413
33.336
56,70
55,88
56,30
Total
415.315
418.247
833.562
73.127
71.959
145.086
17,61
17,20
17,41
Sumber : Pengolahan Data Sensus Penduduk 2010, BPS
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
25
Tabel 2.8 Jumlah Penduduk Terpapar Bahaya Gempabumi Kelas Sedang menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Jumlah Penduduk
Kecamatan
Jumlah Penduduk Terpapar
Persentase Penduduk Terpapar
Laki -Laki
Perempuan
Total
Laki-Laki
Perempuan
Total
LakiLaki
Perempuan
Total
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
Bungus Teluk Kabung
11.762
11.134
22.896
9.034
8.540
17.574
76,81
76,70
76,76
Koto Tangah
81.590
80.489
162.079
70.684
69.649
140.333
86,63
86,53
86,58
Kuranji
62.912
63.817
126.729
40.191
41.331
81.522
63,88
64,76
64,33
Lubuk Begalung
53.715
52.717
106.432
53.715
52.717
106.432
100,00
100,00
100,00
Lubuk Kilangan
24.563
24.287
48.850
4.714
4.661
9.375
19,19
19,19
19,19
Nanggalo
27.774
29.501
57.275
27.774
29.501
57.275
100,00
100,00
100,00
Padang Barat
22.862
22.518
45.380
22.862
22.518
45.380
100,00
100,00
100,00
Padang Selatan
28.910
28.808
57.718
28.910
28.808
57.718
100,00
100,00
100,00
Padang Timur
38.650
39.218
77.868
38.650
39.218
77.868
100,00
100,00
100,00
Padang Utara
32.732
36.387
69.119
32.732
36.387
69.119
100,00
100,00
100,00
Pauh
29.845
29.371
59.216
12.922
12.958
25.880
43,30
44,12
43,70
Total
415.315
418.247
833.562
342.188
346.288
688.476
82,39
82,80
82,59
Sumber : Pengolahan Data Sensus Penduduk 2010, BPS
Tabel 2.7 dan Tabel 2.8 menunjukkan jumlah penduduk dan persentase penduduk menurut kecamatan dan jenis kelamin yang terpapar oleh bahaya gempabumi berdasarkan kelas bahayanya. Dari Tabel 2.7 dapat kita ketahui bahwa dari 5 kecamatan yang masuk dalam wilayah bahaya tinggi, terdapat dua kecamatan yang memiliki jumlah penduduk terpapar lebih dari 50 persen yaitu Kecamatan Lubuk Kilangan sebesar 80,81 persen atau sejumlah 39.745 jiwa dan di Kecamatan Pauh sebesar 55,88 persen atau sejumlah 33.336 jiwa. Untuk kelas bahaya sedang apabila kita perhatikan dari Tabel 2.8 tampak bahwa semua wilayah Kecamatan di Kota Padang terpapar oleh kelas bahaya ini, ada 6 wilayah kecamatan yang seluruh penduduknya terpapar kedalam kelas bahaya sedang yaitu Kecamatan Lubuk Begalung, Nanggalo, Padang Barat, Padang Selatan, Padang Timur, dan
26
BNPB, BPS, UNFPA
Padang Utara. Jumlah penduduk yang terpapar di 6 kecamatan tersebut yaitu sejumlah 413.792 jiwa atau 49,64 persen dari total penduduk Kota Padang. Apabila kita perhatikan secara wilayah, yang ditunjukkan melalui Gambar 2.11 tampak sebaran jumlah penduduk yang terpapar bahaya gempabumi, wilayah dengan jumlah penduduk tinggi yaitu lebih dari 14.000 jiwa, terpapar pada bahaya gempabumi kelas sedang berada di sepanjang wilayah pantai Kota Padang, wilayah tersebut ditunjukkan dengan warna coklat gelap pada peta. Meskipun kelas bahayanya sedang akan tetapi melihat besarnya jumlah jiwa yang terpapar pada wilayah ini maka dibutuhkan perhatian lebih dari pemerintah daerah setempat karena apabila bencana terjadi maka wilayah yang paling parah terdampak kemungkinan besar berada pada wilayah ini.
Wilayah yang terpapar bahaya kelas tinggi sebagian besar wilayahnya memiliki jumlah jiwa terpapar berkisar antara 1.200 sampai dengan 5.000 jiwa, hanya di beberapa wilayah yang tampak memiliki jumlah jiwa terpapar lebih dari 9.500 jiwa. Meskipun secara jumlah jiwa terpapar yang ada di kelas bahaya tinggi lebih sedikit dibandingkan dengan yang ada di kelas bahaya sedang, wilayahwilayah ini juga perlu mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah daerah setempat karena melihat tingkat bahayanya yang tinggi yang memungkinkan munculnya bahaya lain seperti tanah longsor, selain itu kondisi topografi di wilayah ini berupa perbukitan sehingga akses untuk pemberian bantuan menuju daerah ini juga relatif lebih sulit. Berikutnya kita akan melihat kerentanan dari segi kelompok umur. Berdasarkan kelompok umur dapat dipilah kelompok yang rentan terhadap bahaya bencana, yaitu kelompok umur 0-4 tahun (balita) dan kelompok umur 60 tahun keatas (lansia). Kedua kelompok umur tersebut termasuk kedalam kelompok rentan karena apabila terjadi bencana kelompok tersebut pasti membutuhkan bantuan dari orang lain baik untuk menyelamatkan diri atau evakuasi, seperti kelompok balita dan anak-anak yang harus dibantu oleh orang tuanya ketika evakuasi, dan juga kelompok lansia yang biasanya sedikit banyak responnya kurang begitu cepat dalam penyelamatan diri dan juga membutuhkan bantuan orang lain untuk memberi petunjuk ataupun bantuan lain pada saat evakuasi. Tabel 2.9 dan Tabel 2.10 menunjukkan jumlah jiwa terpapar berdasarkan kelompok umur usia 0-4 tahun (balita) berdasarkan kelas bahaya.
Bangunan yang hancur akibat gempabumi di Padang. Sumber : BNPB
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
27
Sumber : Hasil Kajian Risiko Bencana Tahun 2012, BNPB
Gambar 2.11 Peta Bahaya Gempabumi Kota Padang
28
BNPB, BPS, UNFPA
Tabel 2.9 Jumlah Penduduk Usia 0-4 Tahun Terpapar Bahaya Gempabumi Kelas Tinggi menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Kecamatan
Jumlah Penduduk
Jumlah Penduduk Terpapar
Persentase Penduduk Terpapar
Laki-laki
Perempuan
Total
Laki-laki
Perempuan
Total
Laki-laki
Perempuan
Total
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
Bungus Teluk Kabung
1.288
1.229
2.517
300
301
601
23,29
24,49
23,88
Koto Tangah
7.955
7.385
15.340
1.246
1.143
2.389
15,66
15,48
15,57
2.296
2.127
4.423
37,34
37,50
37,42
-
-
-
-
1.984
4.143
80,00
80,92
(1)
Kuranji
6.149
5.672
11.821
Lubuk Begalung
5.300
5.133
10.433
Lubuk Kilangan
2.640
2.480
5.120
Nanggalo
2.488
2.311
4.799
-
-
-
-
-
-
Padang Barat
1.745
1.642
3.387
-
-
-
-
-
-
Padang Selatan
2.835
2.639
5.474
-
-
-
-
-
-
2.159
81,78
Padang Timur
3.169
3.142
6.311
-
-
-
-
-
-
Padang Utara
2.363
2.261
4.624
-
-
-
-
-
-
Pauh
2.759
2.570
5.329
1.560
1.446
3.006
56,54
56,26
56,41
Total
38.691
36.464
75.155
7.561
7.001
14.562
19,54
19,20
19,38
Sumber : Pengolahan Data Sensus Penduduk 2010, BPS
Tabel 2.10 Jumlah Penduduk Usia 0-4 Tahun Terpapar Bahaya Gempabumi Kelas Sedang menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Kecamatan (1)
Jumlah Penduduk
Jumlah Penduduk Terpapar
Persentase Penduduk Terpapar
Laki-laki
Perempuan
Total
Laki-laki
Perempuan
Total
Laki-laki
Perempuan
Total
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
Bungus Teluk Kabung
1.288
1.229
2.517
932
876
1.808
72,36
71,28
71,83
Koto Tangah
7.955
7.385
15.340
6.527
6.066
12.593
82,05
82,14
82,09
Kuranji
6.149
5.672
11.821
3.831
3.524
7.355
62,30
62,13
62,22
Lubuk Begalung
5.300
5.133
10.433
5.220
5.055
10.275
98,49
98,48
98,49
Lubuk Kilangan
2.640
2.480
5.120
473
488
961
17,92
19,68
18,77
Nanggalo
2.488
2.311
4.799
2.480
2.304
4.784
99,68
99,70
99,69
Padang Barat
1.745
1.642
3.387
1.529
1.445
2.974
87,62
88,00
87,81
Padang Selatan
2.835
2.639
5.474
2.710
2.529
5.239
95,59
95,83
95,71
Padang Timur
3.169
3.142
6.311
3.127
3.102
6.229
98,67
98,73
98,70
Padang Utara
2.363
2.261
4.624
2.180
2.085
4.265
92,26
92,22
92,24
Pauh
2.759
2.570
5.329
1.198
1.123
2.321
43,42
43,70
43,55
Total
38.691
36.464
75.155
30.206
28.597
58.803
78,07
78,43
78,24
Sumber : Pengolahan Data Sensus Penduduk 2010, BPS
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
29
Berdasarkan Tabel 2.9 dapat kita ketahui bahwa sejumlah 14.562 jiwa atau 19,38 persen dari keseluruhan balita terpapar bahaya gempabumi kelas tinggi, di mana persentase yang cukup tinggi berada di Kecamatan Lubuk Kilangan dan Pauh yaitu masing-masing sebesar 82,96 persen dan 49,22 persen dari jumlah balita yang ada. Sedangkan untuk kelas bahaya sedang persentase balita yang terpapar jumlahnya jauh lebih tinggi yaitu sebesar 58.803 jiwa atau sebesar 78,24 persen dari jumlah balita yang ada seperti ditunjukkan pada Tabel 2.10. Terdapat 5 kecamatan yang memiliki jumlah balita terpapar lebih dari 90 persen pada kelas bahaya sedang, yaitu Kecamatan Lubuk Begalung, Nanggalo, Padang Selatan, Padang Timur, dan Padang Utara. Dengan melihat data tersebut dapat kita ketahui bahwa persentase jumlah balita yang terpapar lebih banyak berada di wilayah bahaya sedang yang mana
merupakan wilayah yang padat penduduk dan berada di wilayah pesisir Kota Padang. Tabel 2.11 dan Tabel 2.12 menunjukkan jumlah penduduk usia 60 tahun ke atas (lansia) yang terpapar bahaya gempabumi. Berdasarkan hasil perhitungan peta kajian risiko bencana jumlah lansia yang terpapar pada kelas bahaya tinggi sejumlah 7.158 jiwa atau 14,93 persen dari jumlah lansia yang ada sedangkan kelas bahaya sedang sejumlah 39.360 jiwa atau 82,12 persen. Beberapa kecamatan yang memiliki persentase jumlah jiwa terpapar lansia yang cukup tinggi adalah Kecamatan Lubuk Begalung, Nanggalo, Padang Selatan, dan Padang Timur dengan persentase lebih dari 90 persen, atau dapat dikatakan bahwa hampir sebagian besar lansia yang ada di wilayah Kota Padang terpapar bahaya gempabumi kelas sedang.
Tabel 2.11 Jumlah Penduduk Usia 60 Tahun Ke Atas Terpapar Bahaya Gempabumi Kelas Tinggi menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Kecamatan
Jumlah Penduduk
Jumlah Penduduk Terpapar
Persentase Penduduk Terpapar
Laki-laki
Perempuan
Total
Laki-laki
Perempuan
Total
Laki-laki
Perempuan
Total
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(1)
586
718
1.304
148
210
358
25,26
29,25
27,45
Koto Tangah
Bungus Teluk Kabung
3.932
4.784
8.716
554
698
1.252
14,09
14,59
14,36
Kuranji
2.911
3.808
6.719
971
1.212
2.183
33,36
31,83
32,49
Lubuk Begalung
2.394
3.068
5.462
-
-
-
-
-
Lubuk Kilangan
1.019
1.328
2.347
868
1.079
1.947
81,25
82,96
Nanggalo
1.760
2.177
3.937
-
-
-
-
-
-
Padang Barat
1.614
2.176
3.790
-
-
-
-
-
-
Padang Selatan
1.547
2.027
3.574
-
-
-
-
-
-
Padang Timur
2.126
2.907
5.033
-
-
-
-
-
-
Padang Utara
1.852
2.317
4.169
-
-
-
-
-
-
Pauh
1.270
1.611
2.881
627
791
1.418
49,37
49,10
49,22
Total
21.011
26.921
47.932
3.168
3.990
7.158
15,08
14,82
14,93
Sumber : Pengolahan Data Sensus Penduduk 2010, BPS
30
BNPB, BPS, UNFPA
85,18
Tabel 2.12 Jumlah Penduduk Usia 60 Tahun Ke Atas Terpapar Bahaya Gempabumi Kelas Sedang menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Kecamatan (1) Bungus Teluk Kabung
Jumlah Penduduk
Jumlah Penduduk Terpapar
Persentase Penduduk Terpapar
Laki-laki
Perempuan
Total
Laki-laki
Perempuan
Total
Laki-laki
Perempuan
Total
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
586
718
1.304
411
478
889
70,14
66,57
68,17
Koto Tangah
3.932
4.784
8.716
3.273
3.960
7.233
83,24
82,78
82,99
Kuranji
2.911
3.808
6.719
1.931
2.583
4.513
66,33
67,83
67,17
Lubuk Begalung
2.394
3.068
5.462
2.362
3.022
5.384
98,66
98,50
98,57
Lubuk Kilangan
1.019
1.328
2.347
150
248
398
14,72
18,67
16,96
Nanggalo
1.760
2.177
3.937
1.757
2.173
3.930
99,83
99,82
99,82
Padang Barat
1.614
2.176
3.790
1.445
1.942
3.387
89,53
89,25
89,37
Padang Selatan
1.547
2.027
3.574
1.488
1.952
3.440
96,19
96,30
96,25
Padang Timur
2.126
2.907
5.033
2.097
2.867
4.964
98,64
98,62
98,63
Padang Utara
1.852
2.317
4.169
1.669
2.090
3.759
90,12
90,20
90,17
Pauh
1.270
1.611
2.881
643
820
1.463
50,63
50,90
50,78
Total
21.011
26.921
47.932
17.225
22.134
39.360
81,98
82,22
82,12
Sumber : Pengolahan Data Sensus Penduduk 2010, BPS
Kedua kelompok umur tersebut merupakan kelompok umur yang rentan terkena dampak dari bahaya bencana gempabumi. Mengingat jumlahnya yang cukup besar tersebut pemerintah perlu memberikan perhatian khusus terhadap kelompok ini seperti dengan memberikan penyuluhan, pelatihan atau simulasi respon kesiapsiagaan menghadapi bahaya bencana melalui sekolah-sekolah, dan penyuluhan kepada rumah tangga yang memiliki anggota rumah tangga lansia untuk lebih memberikan perhatian khusus seperti memberikan prioritas dan bantuan ketika
proses evakuasi atau penyelamatan diri dilakukan. Indikator lain yang dapat digunakan sebagai indikator kerentanan dari hasil penggabungan data Sensus Penduduk 2010 dan Potensi Desa 2011 adalah jumlah rumah tangga dengan kepala rumah tangga perempuan dan rumah tangga dengan anggota rumah tangga berjumlah 1 orang dan berumur 60 tahun ke atas. Tabel kedua indikator tersebut ditunjukkan pada Tabel 2.13 dan Tabel 2.14.
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
31
Tabel 2.13 Jumlah Rumah Tangga dengan Kepala Rumah Tangga Perempuan Rumah Tangga dengan Kecamatan
Kepala Rumah Tangga Perempuan
(1) Bungus Teluk Kabung
Terpapar Bahaya
Persentase
Kelas Sedang
Kelas Tinggi
Kelas Sedang
Kelas Tinggi
(3)
(4)
(5)
(6)
(2) 545
393
152
72,11
27,89
Koto Tangah
4.860
4.257
603
87,59
12,41
Kuranji
4.341
3.127
1.214
Lubuk Begalung
3.480
3.480
Lubuk Kilangan
1.296
207
Nanggalo
2.856
2.856
Padang Barat
2.383
Padang Selatan
2.064
72,03
27,97
100,00
-
15,97
84,03
-
100,00
-
2.383
-
100,00
-
2.064
-
100,00
-
1.089
Padang Timur
3.570
3.570
-
100,00
-
Padang Utara
5.697
5.697
-
100,00
-
Pauh
2.875
1.439
1.436
50,05
49,95
Total
33.967
29.473
4.494
86,77
13,23
Sumber : Pengolahan Data Sensus Penduduk 2010, BPS
Dengan melihat Tabel 2.13 dapat kita ketahui bahwa dari sejumlah 33.967 rumah tangga dengan kepala rumah tangga perempuan sebanyak 29.473 rumah tangga terpapar bahaya sedang dan 4.494 terpapar bahaya tinggi, atau masing-masing sebesar 86,77 persen dan 13,23 persen. Dari jumlah rumah tangga yang terpapar kelas bahaya sedang dapat kita ketahui bahwa sebanyak 6 kecamatan terpapar 100 persen, dan untuk kelas bahaya tinggi hanya 1 kecamatan yang terpapar lebih dari 50 persen yaitu di Kecamatan Lubuk Kilangan sejumlah 84,03 persen. Rumah tangga yang dikepalai oleh
32
BNPB, BPS, UNFPA
perempuan termasuk kedalam kelompok rentan karena pada umumnya perempuan memiliki respons yang lebih lama dibanding laki-laki dalam proses penyelamatan diri dari bahaya, selain itu perempuan didalam rumah tangga biasanya sudah disibukkan dengan urusan rumah tangga seperti memasak, mengasuh anak, dan pekerjaan rumah tangga lainnya, sehingga fokus untuk persiapan penyelamatan diri dari bahaya bencana juga berkurang. Sebaran dari jumlah rumah tangga yang dikepalai oleh perempuan dapat dilihat pada Tabel 2.13.
Sumber : Hasil Kajian Risiko Bencana Tahun 2012, BNPB
Gambar 2.12 Peta Bahaya Tsunami Kota Padang
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
33
Kerentanan lain yang juga ada di wilayah Kota Padang adalah adanya rumah tangga yang hanya berisikan 1 orang dan berusia lebih dari 60 tahun. Rumah tangga tersebut lebih rentan karena orang yang sudah lanjut usia biasanya memerlukan bantuan dari orang lain untuk menyelamatkan diri dan memberikan petunjuk untuk evakuasi, dengan tinggal sendiri membuatnya jauh lebih rentan lagi, karena ketika terjadi bencana tidak akan ada orang terdekat yang akan memberikan bantuan atau pertolongan melainkan hanya dirinya sendiri. Tabel 2.14 menunjukkan jumlah rumah tangga dengan
anggota rumah tangga berjumlah 1 orang dan berusia 60 tahun ke atas yang terpapar oleh bahaya kelas sedang dan tinggi. Hampir sama dengan kelompok rentan lainnya, sebagian besar rumah tangga ini terdapat di daerah perkotaan di mana terpapar bahaya kelas sedang dengan persentase mencapai 79,62 persen atau sejumlah 1.864 rumah tangga, dari 11 kecamatan di Kota Padang terdapat 6 kecamatan yang 100 persen rumah tangga dalam kategori ini terpapar bahaya sedang yaitu Kecamatan Lubuk Begalung, Nanggalo, Padang Barat, Padang Selatan, Padang Timur, dan Padang Utara. Di mana semua kecamatan tersebut berada di wilayah pantai atau berbatasan langsung dengan laut.
Tabel 2.14 Jumlah Rumah Tangga dengan Anggota Rumah Tangga Berjumlah 1 Orang dan Berumur 60 Tahun Ke Atas Rumah Tangga dengan
Terpapar Bahaya
Persentase
Anggota Rumah Tangga Kecamatan
Berjumlah 1 Orang dan Berumur 60 Tahun
Kelas Sedang
Kelas Tinggi
Kelas Sedang
Kelas Tinggi
(3)
(4)
(5)
(6)
Ke Atas (1) Bungus Teluk Kabung
(2) 72
51
21
70,83
29,17
Koto Tangah
464
374
90
80,60
19,40
Kuranji
358
192
166
53,63
46,37
Lubuk Begalung
229
229
-
100,00
-
Lubuk Kilangan
124
26
20,97
79,03
Nanggalo
147
147
-
100,00
-
Padang Barat
206
206
-
100,00
-
Padang Selatan
195
195
-
100,00
-
Padang Timur
193
193
-
100,00
-
Padang Utara
181
181
-
100,00
-
Pauh
172
70
102
40,70
59,30
Total
2.341
1.864
477
79,62
20,38
Sumber : Pengolahan Data Sensus Penduduk 2010, BPS
34
BNPB, BPS, UNFPA
98
Apabila kita perhatikan data pada kelas bahaya tinggi, terdapat 2 kecamatan yang memiliki persentase lebih dari 50 persen rumah tangga dengan anggota rumah tangga berjumlah 1 orang dan berumur 60 tahun ke atas, kecamatan tersebut adalah Kecamatan Lubuk Kilangan dan Pauh dengan persentase sebesar 79,03 persen dan 59,30 persen atau sejumlah 98 dan 102 rumah tangga. Meskipun jumlah rumah tangga ini populasinya tidak terlalu besar bila dibandingkan total jumlah rumah tangga yang ada di Kota Padang hanya berkisar 1,2 persen namun mengingat tingkat kerentanan yang begitu tinggi pemerintah perlu memberikan perhatian khusus terhadap kelompok ini, karena bukti menunjukkan bahwa banyak dari anggota kelompok umur anak-anak dan lansia yang menjadi
korban ketika bencana terjadi. Selain kelompok rentan yang telah disebut di atas ada kelompok rentan lain yang juga perlu diperhatikan yaitu kelompok penyandang cacat, kelompok ini perlu mendapatkan perhatian karena merupakan kelompok yang rentan menjadi korban ketika bencana terjadi, individu di dalam kelompok ini membutuhkan bantuan dari orang lain untuk evakuasi atau penyelamatan diri dari bahaya bencana. Tabel 2.15 dan 2.16 menunjukkan jumlah penyandang cacat yang terpapar oleh bahaya gempabumi kelas tinggi dan sedang, dengan jumlah jiwa terpapar untuk penyandang cacat pada kelas bahaya tinggi sejumlah 824 jiwa dan 4.583 jiwa untuk kelas bahaya sedang.
Tabel 2.15 Jumlah Kelompok Rentan Terpapar Bahaya Gempabumi Kelas Tinggi Kelompok Rentan Terpapar Bahaya Gempabumi Kelas Tinggi Kecamatan
Jumlah Penduduk
Usia < 5
(3)
Usia
Penyandang
60+
Cacat
(4)
(5)
RT dengan Kepala RT Perempuan (6)
RT dengan Usia 60 +
Total
Persentase
Sendirian
(1)
(2)
(8)
(9)
Bungus Teluk Kabung
22.896
601
358
40
21
1.172
5,12
Koto Tangah
162.079
2.389
1252
141
Kuranji
126.729
4.423
2183
305
603
90
4.475
2,76
1.214
166
8.291
6,54
Lubuk Begalung
106.432
-
0
Lubuk Kilangan
48.850
4.143
1947
Nanggalo
57.275
-
0
-
0
-
Padang Barat
45.380
-
0
-
0
-
152
(7)
175
0 1.089
98
7.452
15,25
Padang Selatan
57.718
-
0
-
0
-
Padang Timur
77.868
-
0
-
0
-
Padang Utara
69.119
-
0
-
0
-
Pauh
59.216
3.006
1418
163
1.436
102
6.125
10,34
Total
833.562
14.562
7.158
824
4.494
477
27.515
3,30
Sumber : Pengolahan Data Sensus Penduduk 2010, BPS
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
35
Tabel 2.16 Jumlah Kelompok Rentan Terpapar Bahaya Gempabumi Kelas Sedang Kelompok Rentan Terpapar Bahaya Gempabumi Kelas Sedang Kecamatan
Jumlah Penduduk
RT Usia
Usia
Penyandang
Kepala RT
<5
60+
Cacat
Perempuan
dengan Usia 60 +
Total
Persentase
Sendirian (1) Bungus Teluk Kabung Koto Tangah
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
22.896
1.808
889
197
393
51
3.338
14,58
162.079
12.593
7.233
722
4.257
374
25.179
15,54
Kuranji
126.729
7.355
4.513
532
3.127
192
15.719
12,40
Lubuk Begalung
106.432
10.275
5.384
647
3.480
229
20.015
18,81
Lubuk Kilangan
48.850
961
398
37
207
26
1.629
3,33
Nanggalo
57.275
4.784
3.930
397
2.856
147
12.114
21,15
Padang Barat
45.380
2.974
3.387
542
2.383
206
9.492
20,92
Padang Selatan
57.718
5.239
3.440
502
2.064
195
11.440
19,82
Padang Timur
77.868
6.229
4.964
570
3.570
193
15.526
19,94
Padang Utara
69.119
4.265
3.759
343
5.697
181
14.245
20,61
Pauh
59.216
2.321
1.463
94
1.439
70
5.387
9,10
Total
833.562
58.803
39.360
4.583
29.473
1.864
134.083
16,09
Sumber : Pengolahan Data Sensus Penduduk 2010, BPS
Pada Tabel 2.15 dan Tabel 2.16 dapat kita ketahui persentase kelompok rentan yang terpapar bahaya gempabumi kelas tinggi dan sedang yaitu masingmasing sebesar 3,30 persen dan 16,09 persen atau sejumlah 27.515 dan 134.083 jiwa. Dari jumlah tersebut apabila kita perhatikan lebih detil lagi dapat kita ketahui bahwa kelompok rentan yang paling besar proporsinya terpapar bahaya gempabumi adalah kelompok anak-anak usia kurang dari 5 tahun dengan jumlah keseluruhan mencapai 73.365 jiwa atau sebesar 8,80 persen dari total jumlah penduduk Kota Padang. Berdasarkan Tabel 2.15, Tabel 2.16, dan Gambar 2.12 di samping dapat juga kita ketahui bahwa kelompok
36
BNPB, BPS, UNFPA
rentan lainnya yang terpapar dalam jumlah cukup besar adalah jumlah lansia yaitu penduduk dengan usia 60 tahun ke atas sebesar 46.518 jiwa atau sebesar 5,58 persen dari total jumlah penduduk Kota Padang. Hal tersebut perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah setempat terutama dalam hal kesiapsiagaan bencana sehingga dapat disusun program-program kesiapsiagaan dalam menghadapi bahaya bencana sesuai dengan kelompok rentan yang prioritas seperti penyusunan program sekolah aman, pendidikan sadar bencana sejak usia dini, pelibatan anak-anak dan lansia dalam simulasi kesiapsiagaan, dan program-program lainnya yang efektif dalam membangun kesadaran akan pentingnya kesiapsiagaan dan pengurangan risiko bencana.
Sumber : Pengolahan Data Sensus Penduduk 2010, BPS
Gambar 2.13 Kelompok Rentan Terpapar Bahaya Gempabumi
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
37
Kerentanan dan Keterpaparan Penduduk Terhadap Bahaya Tsunami Selain bahaya gempabumi, penduduk yang tinggal di wilayah Kota Padang juga terpapar oleh bahaya lain yang apabila terjadi akan memiliki dampak yang luar biasa. Bahaya tersebut adalah bahaya tsunami. Seperti telah dijelaskan dalam pembahasan sebelumnya bahwa para ahli memprediksi akan adanya bencana tsunami yang dipicu oleh gempa besar berkekuatan 8-9,3 SR di Kawasan Mentawai Mega Thrust. Pada ulasan sebelumnya juga telah dijelaskan kerentanan dan keterpaparan penduduk terhadap bahaya gempabumi, pembahasan berikut lebih menekankan bagaimana kerentanan dan keterpaparan penduduk yang ada di Kota Padang berdasarkan zonasi bahaya tsunami yang didasarkan pada pemodelan tinggi genangan maksimum. Seperti telah dijelaskan dalam pembahasan sebelumnya bahwa pusat kegiatan atau aktivitas bisnis di Kota Padang
banyak terkonsentrasi di wilayah Pesisir Pantai Kota Padang, sehingga konsentrasi tempat-tempat tingggal penduduk juga berada di wilayah ini. Pada Gambar 2.14 yang menunjukkan tingkat kepadatan penduduk di Kota Padang yang ditumpangsusunkan dengan zona bahaya tsunami, tampak jelas bahwa hampir sebagian besar wilayah padat penduduk di wilayah Kota Padang berada di dalam zona bahaya tsunami. Hal tersebut secara jelas menunjukkan kerentanan penduduk yang ada jika terjadi bencana tsunami di wilayah ini. Tabel 2.17 menunjukkan rincian kepadatan penduduk tingkat kecamatan yang ada di wilayah Kota Padang, beberapa kecamatan yang memiliki tingkat kepadatan yang cukup tinggi yaitu Kecamatan Padang Timur, Lubuk Begalung, Padang Barat, dan Padang Utara. Semakin padat suatu wilayah menunjukkan bahwa semakin banyak penduduk yang bertempat tinggal di wilayah tersebut.
Tabel 2.17 Jumlah Desa, Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk Kecamatan
Jumlah Desa
Luas Wilayah (Ha)
Jumlah Penduduk
Kepadatan (Jiwa/Ha)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Bungus Teluk Kabung Koto Tangah Kuranji
6
8.527,93
22.896
3
13
23.099,93
162.079
7
9
2.175,17
126.729
58
15
1.241,81
106.432
86
6
928,79
57.275
62
Padang Barat
10
545,66
45.380
83
Padang Selatan
12
1.260,12
57.718
46
Padang Timur
10
622,69
77.868
125
Padang Utara
7
821,92
69.119
84
Lubuk Kilangan
7
8.289,32
48.850
6
Pauh
9
16.085,44
59.216
4
Total
104
39.224,01
833.562
21
Lubuk Begalung Nanggalo
Sumber : Pengolahan Data Sensus Penduduk 2010, BPS
38
BNPB, BPS, UNFPA
Sumber : Pengolahan Data Sensus Penduduk 2010, BPS
Gambar 2.14 Kepadatan Penduduk di Kota Padang
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
39
Berdasarkan perhitungan jumlah jiwa terpapar dengan menggunakan peta bahaya tsunami yang dikeluarkan oleh BNPB tahun 2012 dapat kita ketahui jumlah penduduk terpapar bahaya tsunami secara keseluruhan sejumlah 361.613 jiwa atau sebesar 43,38 persen dari jumlah penduduk di Kota Padang. Dari jumlah tersebut dapat diperinci lagi berdasarkan kelas bahaya yang ditunjukkan pada Tabel 2.18, Tabel 2.19, dan Tabel 2.20. Jumlah penduduk yang terpapar bahaya tsunami kelas tinggi sejumlah 323.685 jiwa atau sebesar 38,83 persen dari jumlah
penduduk di Kota Padang. Pada Tabel 2.18 ditunjukkan 4 wilayah kecamatan yang jumlah penduduk terpapar kelas bahaya tinggi lebih dari 50 persen yaitu di Kecamatan Padang Barat, Nanggalo, Padang Utara, dan Koto Tangah, sedangkan untuk kelas bahaya sedang dan rendah jumlah jiwa terpaparnya yaitu sejumlah 3,02 persen untuk kelas bahaya sedang dan 1,53 persen untuk kelas bahaya rendah dan sedang masing-masing ditunjukkan pada Tabel 2.19 dan Tabel 2.20.
Tabel 2.18 Jumlah Penduduk Terpapar Bahaya Tsunami Kelas Tinggi menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Kecamatan (1)
Jumlah Penduduk Laki-laki (2)
Perempuan (3)
Persentase Penduduk Terpapar
Penduduk Terpapar Total
Laki-laki
Perempuan
Total
Laki-laki
Perempuan
Total
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
Bungus Teluk Kabung
11.762
11.134
22.896
1.758
1.698
3.456
14,95
15,25
15,10
Koto Tangah
81.590
80.489
162.079
59.764
58.771
118.535
73,25
73,02
73,13
Kuranji
62.912
63.817
126.729
3.770
3.666
7.436
5,99
5,74
5,87
Lubuk Begalung
53.715
52.717
106.432
103
100
203
0,19
0,19
0,19
Nanggalo
27.774
29.501
57.275
24.755
26.407
51.161
89,13
89,51
89,33
Padang Barat
22.862
22.518
45.380
21.864
21.534
43.398
95,64
95,63
95,63
Padang Selatan
28.910
28.808
57.718
10.199
10.278
20.477
35,28
35,68
35,48
Padang Timur
38.650
39.218
77.868
9.989
10.814
20.803
25,84
27,57
26,72
Padang Utara
32.732
36.387
69.119
27.671
30.545
58.215
84,54
83,94
84,22
Lubuk Kilangan
24.563
24.287
48.850
-
-
-
-
-
-
Pauh
29.845
29.371
59.216
-
-
-
-
-
-
Total
415.315
418.247
833.562
159.872
163.812
323.685
39,17
38,83
Sumber : Pengolahan Data Sensus Penduduk 2010, BPS
40
BNPB, BPS, UNFPA
38,49
Tabel 2.19 Jumlah Penduduk Terpapar Bahaya Tsunami Kelas Sedang menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Kecamatan (1) Bungus Teluk Kabung
Jumlah Penduduk
Persentase Penduduk Terpapar
Penduduk Terpapar
Laki-laki
Perempuan
Total
Laki-laki
Perempuan
Total
Laki-laki
Perempuan
Total
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
1,57
1,57
1,57
11.762
11.134
22.896
184
175
360
Koto Tangah
81.590
80.489
162.079
33
33
66
0,04
0,04
0,04
Kuranji
62.912
63.817
126.729
1.699
1.654
3.353
2,70
2,59
2,65
Lubuk Begalung
53.715
52.717
106.432
3.388
3.350
6.739
6,31
6,36
6,33
Nanggalo
27.774
29.501
57.275
-
-
-
-
-
-
Padang Barat
22.862
22.518
45.380
-
-
-
-
-
-
Padang Selatan
28.910
28.808
57.718
1.402
1.405
2.807
4,85
4,88
4,86
5.827
6.044
Padang Timur
38.650
39.218
77.868
11.871
15,08
15,41
15,25
Padang Utara
32.732
36.387
69.119
-
-
-
-
-
-
Lubuk Kilangan
24.563
24.287
48.850
-
-
-
-
-
-
Pauh
29.845
29.371
59.216
-
-
-
-
-
-
Total
415.315
418.247
833.562
25.195
3,02
3,03
3,02
12.533
12.662
Sumber : Pengolahan Data Sensus Penduduk 2010, BPS
Tabel 2.20 Jumlah Penduduk Terpapar Bahaya Tsunami Kelas Rendah menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Kecamatan (1)
Jumlah Penduduk Laki-laki (2)
Perempuan (3)
Persentase Penduduk Terpapar
Penduduk Terpapar Total
Laki-laki
Perempuan
Total
Laki-laki
Perempuan
Total
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
Bungus Teluk Kabung
11.762
11.134
22.896
-
-
-
-
-
-
Koto Tangah
81.590
80.489
162.079
-
-
-
-
-
-
Kuranji
62.912
63.817
126.729
922
988
1.910
1,47
1,55
1,51
Lubuk Begalung
53.715
52.717
106.432
803
772
1.575
1,49
1,47
1,48
Nanggalo
27.774
29.501
57.275
-
-
-
-
-
-
Padang Barat
22.862
22.518
45.380
-
-
-
-
-
Padang Selatan
28.910
28.808
57.718
1.591
1.592
3.182
5,50
-
5,53
5,51
Padang Timur
38.650
39.218
77.868
3.020
3.046
6.066
7,81
7,77
7,79
Padang Utara
32.732
36.387
69.119
-
-
-
-
-
-
Lubuk Kilangan
24.563
24.287
48.850
-
-
-
-
-
-
Pauh
29.845
29.371
59.216
-
-
-
-
-
-
Total
415.315
418.247
833.562
6.335
6.399
12.733
1,53
1,53
1,53
Sumber : Pengolahan Data Sensus Penduduk 2010, BPS
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
41
Apabila kita perhatikan pada Gambar 2.15 sebagian besar wilayah yang terpapar dengan jumlah penduduk tinggi terdapat pada wilayah pantai, di mana topografinya datar dan merupakan pusat kegiatan penduduk. Ada dua kecamatan di wilayah Kota Padang yang penduduknya tidak terpapar oleh bahaya tsunami yaitu Kecamatan Lubuk Kilangan dan Pauh, hal tersebut disebabkan kedua wilayah tersebut mempunyai topografi berupa perbukitan di mana tingginya melebihi dari tinggi dari genangan maksimum yang telah ditentukan untuk Kota Padang yaitu sebesar 12 meter.
terpapar bahaya tsunami kelas tinggi sejumlah 26.691 jiwa atau 35,51 persen. Sedangkan untuk kelompok umur lansia jumlah jiwa terpapar sebanyak 20.550 jiwa atau 42,87 persen. Melihat persentase besarnya jumlah terpapar tersebut maka kedua kelompok umur tersebut perlu mendapatkan perhatian karena termasuk kedalam kelompok rentan yang memerlukan bantuan dalam proses penyelematan diri ataupun ketika evakuasi dilakukan, banyak dari anggota dari kelompok umur ini menjadi korban ketika bencana terjadi. Apabila kita perhatikan lebih detil lagi dari data yang ada pada kelompok umur lebih dari 60 tahun (lansia) jumlah jiwa terpapar perempuan lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki, hal tersebut bisa dijadikan salah satu pertimbangan oleh pemerintah dalam menyusun program-program kesiapsiagaan atapun pengurangan risiko bencana sehingga lebih efektif dan tepat sasaran.
Tabel 2.21 dan Tabel 22 lebih memperinci lagi jumlah penduduk terpapar berdasarkan kelompok umur rentan yaitu kurang dari 5 tahun (balita) dan lebih dari 60 tahun (lansia). Dari kedua tabel tersebut dapat kita lihat bahwa kelompok umur kurang dari lima tahun (balita) yang
Tabel 2.21 Jumlah Penduduk Usia 0 – 4 Tahun Terpapar Bahaya Tsunami Kelas Tinggi menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin
Kecamatan
Jumlah Penduduk
Jumlah Penduduk Terpapar
Persentase Penduduk Terpapar
Laki-laki
Perempuan
Total
Laki-laki
Perempuan
Total
Laki-laki
Perempuan
Total
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
Bungus Teluk Kabung
1.288
1.229
2.517
193
183
377
14,98
14,89
14,98
Koto Tangah
7.955
7.385
15.340
5.594
5.198
10.792
70,32
70,39
70,35
Kuranji
6.149
5.672
11.821
398
372
770
6,47
6,56
6,51
Lubuk Begalung
5.300
5.133
10.433
12
11
23
0,23
0,21
0,22
Nanggalo
2.640
2.480
5.120
2.189
2.044
4.233
82,92
82,42
82,68
Padang Barat
2.488
2.311
4.799
1.674
1.577
3.251
67,28
68,24
67,74
Padang Selatan
1.745
1.642
3.387
918
905
1.824
52,61
55,12
53,85
Padang Timur
2.835
2.639
5.474
742
753
1.496
26,17
28,53
27,33
Padang Utara
3.169
3.142
6.311
2.004
1.921
3.925
63,24
61,14
62,19
Lubuk Kilangan
2.363
2.261
4.624
-
-
-
-
-
-
Pauh
2.759
2.570
5.329
-
-
-
-
-
-
Total
38.691
36.464
75.155
13.724
12.966
26.691
35,47
35,56
35,51
(1)
Sumber : Pengolahan Data Sensus Penduduk 2010, BPS
42
BNPB, BPS, UNFPA
Sumber : Pengolahan Data Sensus Penduduk 2010, BPS
Gambar 2.15 Peta Jumlah Penduduk Terpapar Bahaya Tsunami
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
43
Tabel 2.22 Jumlah Penduduk Usia 60 Ke Atas Terpapar Bahaya Tsunami Kelas Tinggi Jumlah Penduduk
Kecamatan
Jumlah Penduduk Terpapar
Persentase Penduduk Terpapar
Laki-laki
Perempuan
Total
Laki-laki
Perempuan
Total
Laki-laki
Perempuan
Total
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(1) Bungus Teluk Kabung
586
718
1.304
82
97
179
13,99
13,51
13,73
Koto Tangah
3.932
4.784
8.716
2.861
3.436
6.297
72,76
71,82
72,25
Kuranji
2.911
3.808
6.719
178
222
399
6,11
5,83
5,94
Lubuk Begalung
2.394
3.068
5.462
4
6
10
0,17
0,20
0,18
Nanggalo
1.760
2.177
3.937
1.606
1.973
3.580
91,25
90,63
90,93
Padang Barat
1.614
2.176
3.790
1.540
2.076
3.616
95,42
95,40
95,41
Padang Selatan
1.547
2.027
3.574
634
838
1.472
40,98
41,34
41,19
Padang Timur
2.126
2.907
5.033
603
829
1.433
28,36
28,52
28,47
Padang Utara
1.852
2.317
4.169
1.579
1.986
3.564
85,26
85,71
85,49
Lubuk Kilangan
1.019
1.328
2.347
-
-
-
-
Pauh
1.270
1.611
2.881
Total
21.011
26.921
47.932
-
-
-
-
-
-
-
-
9.088
11.463
20.550
43,25
42,58
42,87
Sumber : Pengolahan Data Sensus Penduduk 2010, BPS
Tabel 2.23 Jumlah Rumah Tangga dengan Kepala Rumah Tangga Perempuan Terpapar Bahaya Tsunami Kelas Tinggi Kecamatan (1) Bungus Teluk Kabung
Rumah Tangga dengan
Rumah Tangga dengan Kepala RT
Kepala RT Perempuan
Perempuan Terpapar Bahaya Tsunami
(2)
(3)
(4)
545
76
13,94
Koto Tangah
4.860
3.591
73,89
Kuranji
4.341
188
4,33
Lubuk Begalung
3.480
7
0,20
Nanggalo
2.856
2.613
91,49
Padang Barat
2.383
2.283
95,80
Padang Selatan
2.064
875
42,39
Padang Timur
3.570
1.328
37,20
Padang Utara
5.697
4.743
83,25
Lubuk Kilangan
1.296
-
-
Pauh
2.875
-
-
Total
33.967
15.703
46,23
Sumber : Pengolahan Data Sensus Penduduk 2010, BPS
44
Persentase
BNPB, BPS, UNFPA
Kelompok rentan lainnya yang juga perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah adalah penyandangan cacat, kelompok rumah tangga yang dengan satu anggota rumah tangga dengan usia lebih dari 60 tahun, dan juga rumah tangga yang dikepalai oleh perempuan. Tabel 2.21 dan Tabel 2.22 menunjukkan jumlah jiwa terpapar bahaya tsunami kelas tinggi untuk masing-masing kelompok rentan tersebut. Tabel 2.23 menunjukkan jumlah rumah tangga dengan kepala rumah tangga perempuan yang terpapar bahaya tsunami kelas tinggi, sejumlah 46,23 persen atau 15.703 jiwa, perhatikan terdapat beberapa kecamatan yang memiliki persentase di atas 80 persen yaitu di Kecamatan Padang Barat, Nanggalo, dan Padang Utara. Sebaran secara
spasial nilai di atas yang ditunjukkan pada Gambar 2.16. Jumlah rumah tangga yang dihuni oleh satu orang dan berusia 60 tahun ke atas di Kota Padang ternyata jumlahnya cukup banyak yaitu sejumlah 2.341 jiwa, kelompok ini merupakan salah satu kelompok yang rentan terhadap bahaya bencana karena kelompok ini akan memerlukan bantuan dan pertolongan lain ketika proses penyelamatan atau evakuasi dari bencana. Dari sejumlah tersebut sebanyak 41,14 persen atau 963 jiwa terpapar bahaya tsunami kelas tinggi hal tersebut ditunjukkan pada Tabel 2.24, perhatikan juga pada wilayah kecamatan yang memiliki nilai persentase jiwa terpapar yang cukup tinggi yaitu untuk Kecamatan Nanggalo, Padang Barat, dan Padang Utara.
Tabel 2.24 Jumlah Rumah Tangga Dengan Anggota Rumah Tangga Satu Orang dan Berusia 60 Tahun Ke Atas Terpapar Bahaya Tsunami Kelas Tinggi
Kecamatan
(1) Bungus Teluk Kabung
Rumah Tangga dengan
Rumah Tangga dengan Anggota RT Hanya
Anggota RT Satu Orang dan
Satu Orang Berusia 60 tahun Ke Atas
Berusia 60 Tahun Ke Atas
Terpapar Bahaya Tsunami
(2)
(3)
Persentase
(4)
72
8
11,11
Koto Tangah
464
310
66,81
Kuranji
358
23
6,42
Lubuk Begalung
229
1
0,44
Nanggalo
147
135
91,84
Padang Barat
206
197
95,63
Padang Selatan
195
87
44,62
Padang Timur
193
48
24,87
Padang Utara
181
154
85,08
Lubuk Kilangan
124
-
Pauh
172
-
Total
2.341
963
41,14
Sumber : Pengolahan Data Sensus Penduduk 2010, BPS
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
45
Sumber : Pengolahan Data Sensus Penduduk 2010, BPS
Gambar 2.16 Jumlah Rumah Tangga dengan Kepala Rumah Tangga Perempuan
46
BNPB, BPS, UNFPA
Tabel 2.25 Jumlah Penyandang Cacat Terpapar Bahaya Tsunami Kelas Tinggi Kecamatan
Jumlah Penyandang Cacat
Jumlah Penyandang Cacat Terpapar Bahaya Tsunami
Persentase
(1)
(2)
(3)
(4)
Bungus Teluk Kabung
237
35
14,77
Koto Tangah
863
612
70,92
Kuranji
837
74
8,84
Lubuk Begalung
647
59
9,12
Nanggalo
397
356
89,67
Padang Barat
542
518
95,57
Padang Selatan
502
264
52,59
Padang Timur
570
305
53,51
Padang Utara
343
293
85,42
Lubuk Kilangan
212
-
-
Pauh
257
-
-
Total
5.407
2.516
46,53
Sumber : Pengolahan Data Sensus Penduduk 2010, BPS
Kelompok rentan lain yang perlu juga mendapat perhatian khusus terkait dengan kerentanan terhadap bencana adalah kelompok penyandang cacat. Berdasarkan data sensus penduduk tahun 2010 terdapat 5.407 jiwa penyandang cacat di Kota Padang, dari jumlah tersebut sebanyak 46,53 persen atau 2.516 jiwa terpapar terhadap bahaya tsunami, di mana sebagian besar penyandang cacat yang terpapar bahaya tsunami terletak di wilayah padat penduduk seperti di Kecamatan Padang Barat, Padang Utara, dan Nanggalo. Perhatikan Tabel 2.25 untuk detil jumlah
penyandang cacat di masing-masing wilayah kecamatan. Selain komponen kerentanan sosial yang telah dibahas pada pembahasan di atas, terdapat komponen kerentanan lain yang juga sangat penting yaitu komponen kerentanan fisik, di mana apabila terjadi bencana komponen ini berpotensi menimbulkan kerugian material yang tidak sedikit. Gambar 2.17 menunjukkan bagaimana kerentanan fisik berupa fasilitas umum terpapar dalam zona bahaya tsunami di Kota Padang.
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
47
Sumber : Hasil Kajian Risiko Bencana Tahun 2012, BNPB
Gambar 2.17 Peta Lokasi Fasilitas Umum Terpapar dalam Zona Bahaya Tsunami
48
BNPB, BPS, UNFPA
Apabila kita perhatikan pada peta, tampak bahwa hampir sebagian besar fasilitas-fasilitas umum seperti rumah sakit, kantor-kantor pemerintah, pasar, fasilitas ibadah, dan fasilitas umum lainnya berada di wilayah zona bahaya tsunami tinggi (berwarna merah). Gambaran tersebut perlu menjadi perhatian dari pemerintah sebagai upaya kesiapsiagaan pemerintah daerah setempat perlu mengidentifikasi fasilitasfasilitas umum dan kritis mana saja yang kemungkinan
akan terkena dampak ketika bencana itu terjadi, menentukan lokasi-lokasi fasilitas umum yang aman dan akan digunakan sebagai tempat evakuasi atau penampungan sementara jika terjadi bencana. Dengan langkah mengenal dan mengidentifikasi berbagai komponen kerentanan tersebut diharapkan pemerintah mampu untuk mempersiapkan perencanaan kesiapsiagaan dan pengurangan risiko dalam menghadapi bahaya bencana dengan lebih baik.
Kantor DPRD Sumatera Barat rusak parah akibat gempabumi Kota Padang. Sumber : BNPB
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
49
50
BNPB, BPS, UNFPA
Kantor Dinas Pendidikan Padang rusak berat akibat gempabumi. Sumber : BNPB
BAB 3
METODOLOGI
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
51
Pengambilan Sampel Cakupan Wilayah Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Kesiapsiagaanan Menghadapi Bencana (Knowledge, Attitude, and Practice) dilaksanakan pada tahun 2013 di Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat. Wilayah ini dipilih oleh BNPB berdasarkan pertimbangan adanya potensi bahaya gempabumi dan tsunami di Pesisir Barat Pulau Sumatera, khususnya Kota Padang. BNPB yang juga memetakan daerah rawan bencana di Kota Padang telah menentukan 25 kelurahan dari 5 kecamatan yang berada di daerah rawan bencana gempabumi dan tsunami sebagai wilayah penelitian. Dari 25 desa yang memiliki risiko bencana tinggi dan sedang tersebut dipilih sebanyak 10 desa dari 3 kecamatan sebagai sampel penelitian yang masing-masing desa dipilih satu blok sensus masing-masing sebagai wilayah pencacahan. Tiap-tiap blok sensus terpilih akan diambil sebanyak 25 rumah tangga untuk menjadi responden Pilot Survei KAP.
Kerangka Sampel Kerangka sampel yang digunakan dalam Pilot Survei KAP 2013 ini dapat dibedakan menurut tahapan pemilihan unit sampling, yaitu kerangka sampel untuk pemilihan desa, kerangka sampel untuk pemilihan blok sensus dan kerangka sampel untuk pemilihan rumah tangga. Kerangka sampel yang digunakan untuk pemilihan blok sensus adalah daftar blok sensus SP2010 desa terpilih yang dilengkapi dengan informasi jumlah rumah tangga hasil listing Sensus Penduduk 2010. Kerangka sampel untuk pemilihan rumah tangga adalah daftar rumah tangga biasa hasil pemutakhiran rumah tangga Pilot Survei KAP 2013 (Daftar PKAPS13-P) pada blok sensus terpilih. Daftar rumah tangga biasa ini tidak termasuk panti asuhan, asrama polisi/barak militer, penjara, pesantren, dalam setiap blok sensus sampel hasil pencacahan lengkap SP2010 yang telah dimutakhirkan.
Memilih 10 desa secara purposive dari daftar 25 desa daerah rawan bencana di Kota Padang yang telah ditentukan oleh BNPB.
Memilih sebuah blok sensus secara purposive di setiap desa terpilih tahap pertama.
Memilih 25 rumah tangga untuk setiap blok sensus terpilih Pilot Survei KAP 2013 secara sistematik dari Daftar PKAPS13-P. Sumber : BNPB
52
BNPB, BPS, UNFPA
Gambar 3.1 Tahapan Pemilihan Sampel
Jumlah Sampel Besarnya sampel rumah tangga untuk seluruh blok sensus (BS) terpilih telah ditentukan sebanyak 250 rumah tangga. Dengan demikian pada setiap blok sensus terpilih terdapat 25 rumah tangga biasa yang akan dipilih untuk diwawancarai. Tiap-tiap rumah tangga terpilih dikunjungi oleh Petugas Pewawancara. Apabila terdapat rumah tangga setelah kunjungan yang ketiga tetap tidak dapat diwawancarai pada waktu pencacahan karena berbagai hal maka dapat dilakukan penggantian sampel terhadap rumah tangga terdekat secara purposive (rumah tangga yang berada di atas atau di bawah rumah tangga terpilih pada Daftar PKAPS13-P). Penggantian sampel dilakukan oleh pengawas. Rancangan Sampling Sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive. Metode ini digunakan pada pilot survei KAP 2013 dengan mempertimbangkan kemudahan operasional di lapangan. Namun demikian juga mempertimbangkan ketersediaan 10 kelurahan dari daftar 25 kelurahan daerah rawan bencana.
Pemilihan desa dan Blok Sensus (BS) dilakukan oleh BNPB bekerja sama dengan BPS Pusat dan pemilihan rumah tangga dilakukan bersamaan pada saat pelatihan petugas pencacahan oleh instruktur nasional (Innas) setelah daftar sampel telah dimutakhirkan. Pemilihan rumah tangga yang dilakukan secara purposive dipilih sedemikian rupa sehingga jumlah sampel merata atau memiliki jarak yang relatif sama dari kerangka sampel. Sepuluh kelurahan yang terpilih disajikan dalam Tabel 3.1.
Instrumen Survei Jenis dokumen yang digunakan dalam pelaksanaan lapangan Pilot Survei KAP 2013 adalah sebagai berikut: Buku Pedoman Buku pedoman pewawancara, berisi petunjuk tentang tata cara pengisian daftar, tugas dan kewajiban pewawancara, pengawas dan juga koordinator lapangan (korlap), dengan harapan agar dalam
Tabel 3.1 Daftar Kelurahan Terpilih Survei KAP 2013 No
Kecamatan
(1)
(2)
1. 2.
Kelurahan (3) Belakang Tangsi
Padang Barat
Olo
3.
Purus
4.
Ulak Karang Utara
5. 6.
Padang Utara
Air Tawar Timur Air Tawar Barat
7.
Lolong Belanti
8.
Gurun Laweh
9.
Nanggalo
10.
Surau Gadang Kurau Pagang
Sumber : Pengolahan Data Sensus Penduduk 2010, BPS
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
53
Sumber : BNPB
Gambar 3.2 Peta Lokasi Kelurahan Terpilih Survei KAP 2013
54
BNPB, BPS, UNFPA
melaksanakan tugas sesuai dengan yang diharapkan. Buku pedoman juga menjadi bekal mempersiapkan diri menghadapi berbagai situasi di lapangan, serta untuk mengatasi masalah yang mungkin ditemui di lapangan. 3. Daftar Isian a. Daftar Pemutakhiran Rumah Tangga (PKAPS13-P), digunakan untuk memutakhirkan semua bangunan dan rumah tangga yang ada di blok sensus (BS) terpilih. Satu set daftar digunakan untuk mencatat satu BS. Daftar ini dikerjakan oleh petugas updating yaitu Koordinator Statistik Kecamatan (KSK) dari kecamatan di mana BS terpilih tersebut berada. b. Daftar Sampel Rumah Tangga (PKAPS13-DSRT), digunakan untuk mencatat identitas rumah tangga yang terpilih menjadi sampel. c. Daftar Rumah Tangga (PKAPS13-S), digunakan untuk mencatat keterangan rumah tangga terpilih. Satu set daftar digunakan untuk mencacah satu rumah tangga.
4. 5.
mengkoordinasikan segala permasalahan hingga tahap pelaksanaan lapangan (pencacahan, pemeriksaan, pengawasan, dan sebagainya) serta saran perbaikan. Bertanggung jawab atas pengambilan sampel rumah tangga. Melakukan pemantauan pelaksanaan lapangan. Membuat laporan permasalahan/kendala lapangan serta solusi pemecahannya.
Pewawancara Tugas Pewawancara Survei KAP 2013 adalah: 1. Mengikuti pelatihan di Pusat Pelatihan yang telah ditentukan. 2. Mewawancarai rumah tangga dengan Daftar PKAPS13-S. 3. Menyerahkan hasil pencacahan kepada pengawas dan melakukan kunjungan ulang apabila masih ditemui kesalahan, kekuranglengkapan atau keraguan atas hasil pencacahan.
pelaksanaan
Pengawas Tugas Pengawas Survei KAP 2013 adalah: 1. Mengikuti pelatihan sesuai jadwal yang telah ditentukan. 2. Koordinasi dengan perangkat/aparat setempat. 3. Membagi tugas pada pewawancara. 4. Membimbing pewawancara untuk mendapatkan data dengan mutu yang baik. 5. Melakukan pemantauan atas tugas yang diberikan kepada pewawancara, melakukan pemeriksaan dokumen yang mencakup kelengkapan daftar, tata cara pengisian daftar, kelengkapan serta kebenaran pengisian, dan konsistensi antar isian. 6. Menyelesaikan permasalahan yang ditemui di lapangan.
Tugas utama Korlap adalah : 1. Mengikuti latihan yang diadakan di BPS Pusat. 2. Membantu Kepala BPS Provinsi/Kota dalam
Penunjuk Jalan Tugas penunjuk jalan adalah membantu tim dalam melaksanakan pencacahan di wilayah kerjanya. Petugas penunjuk jalan ditentukan oleh BPS Kabupaten/Kota.
Organisasi Lapangan Petugas Pemutakhiran Rumah Tangga Salah satu kegiatan dalam pelaksanaan Survei KAP 2013 adalah dilakukannya pemutakhiran rumah tangga pada blok sensus terpilih. Tujuan pemutakhiran rumah tangga adalah untuk memastikan cakupan rumah pada blok sensus terpilih sesuai dengan keadaan terakhir saat updating. Petugas yang melakukan kegiatan ini adalah Koordinator Statistik Kecamatan (KSK) dari kecamatan di mana lokasi blok sensus terpilih sampel tersebut berada. Koordinator Lapangan (Korlap) Untuk membantu mengkoordinasi lapangan ditunjuk seorang Korlap.
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
55
Penghitungan Indeks Kesiapsiagaan Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan sebagai upaya untuk menghilangkan dan/atau mengurangi ancaman bencana. Kegiatan ini dilakukan untuk melihat tingkat kesiapsiagaan masyarakat dalam mengantisipasi bencana. Perhitungan parameter ini dilakukan dengan mengajukan pertanyaan kepada responden yaitu rumah tangga
dengan metode pembobotan. Pertanyaan-pertanyaan dikelompokkan dengan parameter pengetahuan bencana (PB), Kebijakan Kesiapsiagaan Bencana (KKB), Rencana Tanggap Darurat (RTD), Peringatan Dini Bencana (PDB) dan Mobilisasi Sumberdaya (MS) dengan nilai jika “ya = 1” dan “tidak = 2”. Kemudian setiap pertanyaan yang sudah dikelompokkan berdasarkan parameter dikalikan dengan nilai bobot.
Tabel 3.2 Hasil Jawaban dari Tiap Pertanyaan Rumah Tangga Parameter
Jumlah Jawaban
(1)
(2)
Pengetahuan Bencana (PB)
19
Kebijakan Kesiapsiagaan Bencana (KKB)
9
Rencana Tanggap Darurat (RTD)
5
Peringatan Dini Bencana (PDB)
8
Mobilisasi Sumberdaya (MS)
3
Total
44
Tabel 3.3 Parameter Indeks Kesiapsiagaan Parameter
Bobot
(1)
(2)
Pengetahuan Bencana (PB)
35
Kebijakan Kesiapsiagaan Bencana (KKB)
10
Rencana Tanggap Darurat (RTD)
15
Peringatan Dini Bencana (PDB)
25
Mobilisasi Sumberdaya (MS) Total
15 100
IKB=35(PB)+10(KKB)+15(RTD)+25(PDB)+15(MS) Dengan nilai : - PB : proporsi jawaban “ya” untuk pertanyaan parameter Pengetahuan Bencana - KKB : proporsi jawaban “ya” untuk pertanyaan parameter Kebijakan Kesiapsiagaan Bencana - RTD : proporsi jawaban “ya” untuk pertanyaan parameter Rencana Tanggap Darurat - PDB : proporsi jawaban “ya” untuk pertanyaan parameter Peringatan Dini Bencana - MS : proporsi jawaban “ya” untuk pertanyaan parameter Mobilisasi Sumberdaya
56
BNPB, BPS, UNFPA
Setelah didapatkan jumlah jawaban rumah tangga tiap parameter maka dikalikan dengan bobot. Kemudian
dilakukan pengkelasan nilai indeks kesiapsiagaan sebagai berikut :
Tabel 3.4 Pengkelasan Indeks Kesiapsiagaan Nilai
Kelas
(1)
(2)
<60
Rendah
60-80
Sedang
>80
Tinggi
Pengolahan Data Proses pengolahan data pada survei ini sangat berbeda dengan survei-survei lain. Survei KAP2013 ini adalah survei pertama yang proses pengolahannya menggunakan perangkat tablet dengan prosesor Android (Computer Assisted Personal Interviewing/CAPI). Petugas pewawancara di lapangan dibekali dengan satu set perangkat tablet. Perangkat ini digunakan untuk menangkap koordinat lokasi pencacahan dengan menggunakan sinyal GPS. Hasil wawancara diisikan ke dalam program entri di perangkat tablet langsung dikirim ke server. Proses ini memiliki banyak kelebihan, diantaranya adalah waktu pengolahan yang lebih singkat. Berikut tahapan pengolahan data yang dilakukan pada Survei KAP 2013: 1. Pencacahan lapangan. Pewawancara dibekali dengan perangkat tablet untuk menangkap koordinat lokasi rumah tangga yang diwawancarai dengan menggunakan sinyal GPS. Pencacahan tetap menggunakan kuesioner, sehingga tetap ada bukti fisik hasil wawancara. 2. Editing oleh supervisor. Kuesioner yang telah terisi hasil wawancara diedit oleh supervisor sampai semua isian dinilai clean dan siap untuk di-entry.
3. Batching. Kuesioner yang telah diedit oleh supervisor dicek kelengkapannya dan dikelompokkan berdasarkan daftar sampel yang telah ditentukan. 4. Entry ke Android. Kuesioner yang telah di-batching di-entry dengan menggunakan perangkat tablet. 5. Kirim data. Data yang telah dientri dikirim langsung ke server pusat. 6. Kirim dokumen. Dokumen yang isiannya telah di-entry dikirim ke pusat, sebagai bukti hasil pencacahan. 7. Pengecekan Ulang. Proses pengecekan ulang ini berguna untuk menjaga konsistensi jawaban antar pertanyaan serta validasi isian. 8. Tabulasi awal. Setelah dicek ulang dan dinilai sudah clean, maka dibuatlah tabulasi awal. 9. Validasi tabel. Tabel-tabel dari tabulasi awal dicek kembali konsistensinya, sehingga jika ada yang tidak konsisten dapat diperbaiki kembali rule validasi-nya. 10. Tabulasi akhir. Setelah melalui proses pengecekan yang berulang-ulang maka dibuatlah tabulasi akhir. Tabel-tabel akhir ini diharapkan sudah clean dan konsisten.
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
57
Sumber : BNPB dan BPS
58
BNPB, BPS, UNFPA
Gambar 3.3 Diagram Proses Pengolahan Survei KAP 2013
Kerusakan Hotel Ambacang Padang Sumber : BNPB
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
59
Gam
60
BNPB, BPS, UNFPA
Petugas lapangan melakukan Input Data menggunakan
mbar 4.5 Petugas Lapangan tablet android Melakukan Proses Input Data di Lapangan Menggunakan Tablet Android Sumber : BNPB
BAB 4
PELAKSANAAN LAPANGAN
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
61
P
elaksanaan lapangan Pilot Survei KAP di Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat dilakukan pada bulan Juni 2013. Survei ini dilakukan pada 10 desa terpilih dengan jumlah sampel sebanyak 250 rumah tangga. Tahapan survei ini diawali pelatihan petugas sampai dengan pelaksanaan lapangan.
Pelatihan Petugas Pelatihan petugas pada Pilot Survei KAP ini diawali dengan workshop instruktur utama (intama) yang dilaksanakan pada tanggal 16 - 18 Mei 2013 di Jakarta. Pada workshop ini para intama melakukan pembahasan konsep kuesioner dan buku pedoman secara mendalam termasuk penyamaan persepsi pada setiap kata antara kuesioner dan buku pedoman. Hal ini dilakukan agar materi yang akan disampaikan kepada calon instruktur nasional (innas) sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Setelah dilakukan workshop intama, pejabat BPS dan BNPB mengadakan kunjungan Tim Pendahulu ke Padang pada tanggal 19 - 21 Mei 2013. Kegiatan Tim Pendahulu ini meliputi: 1. Peninjauan lokasi pelatihan, Try Out dan pencacahan. 2. Mendatangi instansi terkait untuk mengurus perizinan tentang kegiatan Pilot Survei KAP, termasuk rencana dan strategi yang akan dilakukan. 3. Membahas segi teknis dan non teknis tentang dukungan daerah terhadap kegiatan Pilot Survei KAP ini baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Kegiatan selanjutnya adalah pelatihan calon innas yang dilaksanakan pada tanggal 31 Mei
62
BNPB, BPS, UNFPA
- 1 Juni 2013 di Bogor, Jawa Barat. Sebanyak 6 orang calon innas dilatih pada kegiatan workshop ini dan sebanyak 3 (tiga) orang innas (2 orang dari BPS dan 1 orang dari BNPB) yang dipilih untuk mengajar petugas lapangan di Kota Padang. Pelatihan petugas lapangan dilaksanakan di Hotel Mercure Padang pada tanggal 17-18 Juni 2013 di Kota Padang, Sumatera Barat. Pelatihan petugas lapangan ini dibuka secara resmi oleh Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat BNPB, Dr. Sutopo Purwo Nugroho. Hadir juga pada pembukaan ini Direktur Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan, Drs. Razali Ritonga, MA, Kepala BPS Provinsi Sumatera Barat, Yomin Tofri, MA, serta para pejabat eselon 3 dan 4 dari BPS dan BNPB. Pelatihan petugas lapangan ini dibawah bimbingan 3 (tiga) orang innas yaitu Nuraini, S.ST (BPS), Yogo Aryo Jatmiko, S.ST (BPS) dan Suprapto, S.Si (BNPB). Jumlah petugas lapangan yang dilatih sebanyak 12 orang terdiri dari 3 (tiga) tim di mana setiap tim terdiri dari 3 (tiga) orang petugas pencacah dan 1 (satu) orang pengawas.
Kegiatan Workshop Pelatihan Petugas Lapangan Pilot Survei KAP Kota Padang. Sumber : BNPB
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
63
Tabel 4.1 Daftar Petugas Lapangan Pilot Survei KAP Nama
Jabatan
Jenis kelamin
Tim
(1)
(2)
(3)
(4)
1. Huseifa,SE
Pengawas
Perempuan
I
2. Cardinal
Pencacah
Laki-laki
I
3. Maira Dwi Putri,SP
Pencacah
Perempuan
I
4. Chintia Angraini, S.Si
Pengawas
Perempuan
I
5. Ir. Defni Erita
Pencacah
Perempuan
II
6. Alfid Junaidi,SE
Pencacah
Laki-laki
II
7. Gesti Sapardi,A.Md
Pencacah
Laki-laki
II
8. A d a r a
Pencacah
Laki-laki
II
9. Bambang Suryangono, S.ST
Pengawas
Laki-laki
III
10. Harlinda Yanti
Pencacah
Perempuan
III
11. Yusuf, SH
Pencacah
Laki-laki
III
12. Yossi Windriani,SE
Pencacah
Perempuan
III
Ice Breaking di sela-sela Materi Workshop Petugas Lapangan Sumber : BNPB
64
BNPB, BPS, UNFPA
Disela-sela padatnya materi pelatihan, para petugas lapangan diberikan kegiatan ice breaking agar peserta tidak merasa jenuh, bosan, dan mengantuk. Kegiatan ini dipandu oleh Hermawan Agustina yang juga merupakan Koordinator Lapangan (korlap) Pilot Survei KAP ini. Pada hari kedua pelatihan petugas lapangan dilaksanakan kegiatan Try Out yang mengambil lokasi di Desa Purus, Kecamatan Padang Barat. Lokasi tersebut berdekatan dengan tempat pelatihan petugas. Hadir pada saat pelaksanaan Try Out Direktur Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan BPS (Drs. Razali Ritonga, MA), Kasubdit Statistik Demografi BPS (Dr. Indra Murty Surbakti, MA), Kepala BPS Kota
Padang (Rizal, S.ST) dan Kepala Bidang Data, Pusat Data Informasi dan Humas BNPB (Dr. Ir. Agus Wibowo, M.Sc), Kepala Sub Bidang Statistik BNPB (Ario Akbar Lomban, SE), dan pejabat BPBD Kota Padang. Kegiatan try out ini juga ditinjau oleh Representative UNFPA (Armando Levinson dan Narwawi Pramurdhiarta). Pada kegiatan Try Out ini dilakukan wawancara langsung kepada rumah tangga terpilih sampel. Untuk rumah tangga sampel yang tidak ada pada saat Try Out dilakukan penggantian rumah tangga sampel secara purposive. Hal ini dimaksudkan karena data hasil Try Out akan dijadikan sebagai data sampel rumah tangga terpilih, sehingga setiap tim pada saat pelaksanaan pencacahan di lapangan hanya mencacah masingmasing 3 (tiga) Blok Sensus (BS) dalam 3 (tiga) desa.
Para Petugas Lapangan menjalani Briefing sebelum melakukan Try Out.
Sumber : BNPB
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
65
Direktur Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan BPS turut mendampingi pada saat Try Out Sumber : BNPB
66
BNPB, BPS, UNFPA
Pelaksanaan Lapangan Pelaksanaan pencacahan lapangan berlangsung pada tanggal 19-28 Juni 2013. Proses pencacahan ini dilakukan dalam 2 (dua) cara secara bersamaan, yaitu pencacahan manual menggunakan kuesioner dan uji coba pencacahan dengan menggunakan tablet android. Masing-masing tim didampingi oleh pengawas dan bertugas di 3 blok sensus (BS) yang berbeda. Pada saat pencacahan berlangsung pengawas berada di lapangan bersama petugas pencacah, dengan demikian setiap permasalahan yang ditemui di lapangan dapat segera diatasi. Untuk kelancaran pelaksanaan pencacahan, maka kuesioner yang telah selesai diisi oleh petugas langsung diserahkan kepada pengawas dan selanjutnya dilakukan proses editing dan coding. Sedangkan uji coba pencacahan secara langsung dengan menggunakan tablet android dilakukan terhadap beberapa rumah tangga terpilih dilakukan oleh pengawas. Keseluruhan prosedur dan tata cara berwawancara telah dilakukan oleh petugas sesuai dengan petunjuk yang ada pada buku pedoman survei KAP.
Selama masa pencacahan berlangsung tim supervisi baik dari BPS, BPS Provinsi/Kota maupun BNPB juga BPBD melakukan pemantauan secara langsung ke lapangan. Dengan demikian data hasil pencacahan lapangan dapat memberikan data yang berkualitas yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dalam kegiatan Pilot Survei KAP ini.
Untuk membantu kelancaran pelaksanaan lapangan, maka ditunjuklah seorang koordinator lapangan (Korlap) yang bertugas membantu kepala BPS Provinsi/Kota dalam mengkoordinasikan segala permasalahan hingga tahap pelaksanaan lapangan (pencacahan, pemeriksaan, pengawasan dan sebagainya). Korlap juga melakukan pemantauan terhadap masing-masing tim secara bergantian dan berpindah dari satu BS ke BS lain di tiap desa terpilih sampel.
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
67
Foto-foto kegiatan pencacahan di lapangan Sumber : BNPB
68
BNPB, BPS, UNFPA
-
Foto-foto kegiatan pencacahan di lapangan Sumber : BNPB
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
-
-
69
70
BNPB, BPS, UNFPA
Rumah yang rusak akibat gempabumi di Kota Padang. Sumber : BNPB
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
71
Profil Rumah Tangga dan Status Sosial Jumlah Anggota Rumah Tangga Responden Survei dilakukan terhadap 250 rumah tangga sampel di 10 kelurahan, pada 3 kecamatan. Dari 250 rumah tangga sampel, didapat sebanyak 1.031 orang anggota rumah tangga (ART) dengan komposisi 511 orang laki-laki dan 520 orang perempuan. Jumlah anggota rumah tangga responden paling banyak terdapat pada kelompok umur 18-59 tahun (630 orang) dan paling sedikit terdapat pada kelompok umur 5-6 tahun (31 orang). Status Perkawinan Berdasarkan status perkawinan, ada sebanyak 44,33 persen anggota rumah tangga responden berstatus belum kawin, 46,15 persen berstatus kawin, 2,15 persen cerai hidup, dan 7,37 persen cerai mati. Hasil survei menunjukkan bahwa semua anggota rumah tangga responden kelompok umur 10-12 dan 13-17 berstatus
belum kawin, dan anggota rumah tangga responden berumur 60 tahun ke atas (lansia) sebanyak 37,96 persen berstatus cerai mati. Gambar 5.1 menyajikan persentase anggota rumah tangga responden dirinci menurut jenis kelamin. Dari gambar tersebut dapat diketahui bahwa persentase anggota rumah tangga responden yang berstatus belum kawin lebih banyak laki-laki daripada perempuan, yaitu 50,11 persen laki-laki dan 38,39 persen perempuan. Sebaliknya, untuk status kawin, cerai hidup dan cerai mati, persentase anggota rumah tangga perempuan lebih banyak daripada laki-laki. Anggota rumah tangga perempuan dengan status kawin sebanyak 46,21 persen, cerai hidup 3,22 persen, dan cerai mati 12,18 persen. Sedangkan anggota rumah tangga laki-laki dengan status kawin sebanyak 46,09 persen, cerai hidup 1,12 persen dan cerai mati 2,68 persen.
Tabel 5.1 Jumlah Anggota Rumah Tangga Responden menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
72
Kelompok Umur
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
(1)
(2)
(3)
(4)
0-4
32
43
75
5-6
8
23
31
7-12
56
39
95
13-17
49
43
92
18-59
319
311
630
60+
47
61
108
Total
511
520
1.031
BNPB, BPS, UNFPA
Tabel 5.2 Persentase Anggota Rumah Tangga Responden Berumur 10 Tahun ke Atas menurut Kelompok Umur dan Status Perkawinan Status Perkawinan Belum
Kelompok Umur
Kawin
Cerai
Kawin
Hidup
Cerai Mati
Jumlah
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
10-12
100,00
-
-
-
100,00
13-17
100,00
-
-
-
100,00
18-59
39,11
54,21
2,86
3,82
100,00
60+
-
61,11
0,93
37,96
100,00
Total
44,33
46,15
2,15
7,37
100,00
60
Laki-laki Laki-laki
50,11
50 40
Perempuan
46,09 46,21 38,39
30 20
12,18
10 0
1,12 Belum kawin
Kawin
3,22
Cerai Hidup
2,68 Cerai Mati
Sumber : Hasil5.1. Survei KAP 2013 Anggota Rumah Gambar Persentase Tangga Responden Berumur 10 Tangga Gambar 5.1 Persentase Anggota Rumah
Responden Berumur 10 Tahun ke Atas menurut
Tahun ke Atas menurut Status Status Perkawinan dan Jenis Kelamin Perkawinan dan Jenis Kelamin
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
73
Hubungan dengan Kepala Rumah Tangga Berdasarkan hubungan dengan kepala rumah tangga, terdapat sebanyak 24,25 persen anggota rumah tangga responden sebagai kepala rumah tangga 15,03 persen istri/suami, 39,38 persen anak, dan 21,34 persen lainnya. Tabel 5.3 menunjukkan bahwa semua anggota rumah tangga responden pada kelompok umur 0-17 tahun berstatus sebagai anak. Anggota rumah tangga responden yang berstatus sebagai kepala rumah tangga sebagian besar berumur 60+ tahun (demikian juga dengan yang berstatus istri/suami). Gambar 5.2 menunjukkan bahwa anggota rumah tangga laki-laki mempunyai persentase
lebih besar daripada perempuan berstatus sebagai kepala rumah tangga, anak dan lainnya. Anggota rumah tangga laki-laki yang berstatus sebagai kepala rumah tangga sebanyak 36,99 persen sedangkan perempuan 11,73 persen. Status sebagai anak, anggota rumah tangga lakilaki 40,31 persen dan perempuan 38,46 persen dan status lainnya, anggota rumah tangga lakilaki sebanyak 21,92 persen dan perempuan 20,77 persen. Sebaliknya, status sebagai istri/ suami anggota rumah tangga perempuan jauh lebih besar, yaitu 29,04 anggota rumah tangga perempuan dan 0,78 anggota rumah tangga laki-laki.
Tabel 5.3 Persentase Anggota Rumah Tangga Responden menurut Kelompok Umur dan Hubungan dengan Kepala Rumah Tangga Kelompok Umur
Hubungan dengan Kepala Rumah
Istri/Suami
Anak
Lainnya*)
Jumlah
Tangga
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
0-4
-
-
66,67
33,33
100,00
5-6
-
-
61,29
38,71
100,00
7-12
-
-
74,74
25,26
100,00
13-17
-
-
80,43
19,57
100,00
18-59
29,21
20,32
30,16
20,32
100,00
60+
61,11
25,00
1,85
12,04
100,00
Total
24,25
15,03
39,38
21,34
100,00
Keterangan: *) Menantu/Cucu/Orang tua/mertua/Famili lain/Pembantu/Lainnya
74
BNPB, BPS, UNFPA
45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
40,31
36,99
38,46
LakiLaki-laki Perempuan laki
29,04
21,92 20,77 11,73 0,78 Kepala Rumah Tangga
Istri/Suami
Anak
Lainnya
Gambar Persentase Sumber : Hasil5.2. Survei KAP 2013 Anggota Rumah Tangga Responden menurut Kelompok
Gambar 5.2 Persentase Anggota Rumah Tangga menurut Umur dan Hubungan dengan Responden Kepala Rumah TanggaKelompok Umur dan Hubungan dengan Kepala Rumah Tangga
Pendidikan Berdasarkan Tabel 5.4, di wilayah sampel terdapat 37,24 persen pendidikan tertinggi yang ditamatkan adalah MA/SMK/Paket C. Anggota rumah responden berumur 5 tahun ke atas responden yang tidak punya ijazah SD sebanyak 18,10 persen, tamat SD/SDLB/MI/ Paket A sebanyak 14,64 persen, tamat SMP/ SMPLB/MTs/Paket B sebanyak 15,38 persen, D4/S1 sebanyak 9,21 persen, Diploma III/ Sarjana Muda sebanyak 3,45 persen, Diploma I/II sebanyak 1,05 persen dan S2/S3 sebanyak 0,94 persen. Jika dibandingkan menurut jenis kelamin, pada jenjang sekolah dasar ke bawah anggota rumah tangga perempuan lebih
banyak daripada laki-laki, yaitu 33,34 persen perempuan dan 32,15 persen laki-laki. Namun untuk pendidikan menengah (SMP dan SMA), terjadi sebaliknya di mana anggota rumah tangga laki-laki lebih banyak daripada anggota rumah tangga perempuan, yaitu 54,70 persen laki-laki berbanding 50,53 persen perempuan. Fakta menarik yang ditemukan dalam survei ini adalah untuk jenjang pendidikan tinggi (Diploma dan Universitas) sama dengan pendidikan dasar ke bawah, di mana anggota rumah tangga perempuan lebih banyak daripada laki-laki yaitu 16,14 persen perempuan dan 13,15 persen laki-laki. Secara rinci, pendidikan anggota rumah tangga responden disajikan pada Gambar 5.3.
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
75
Tabel 5.4 Persentase Anggota Rumah Tangga Responden Berumur 5 Tahun ke Atas menurut Kelompok Umur dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Kelompok Umur
Tidak
SD/
SMP/
SMA/
punya
SDLB/
SMPLB/
SMLB/
Diploma
Diploma III/
I/II
Sarjana
D4/S1
S2/S3
Jumlah
ijazah
MI/
MTs/
MA/
SD
Paket A
Paket B
Paket C
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
5-6
100,00
-
-
-
-
-
-
-
100,00
7-12
89,47
10,53
-
-
-
-
-
-
100,00
13-17
1,09
33,70
56,52
8,70
-
-
-
-
100,00
18-59
5,08
11,43
12,06
51,11
1,11
4,60
13,17
1,43
100,00
60+
22,22
25,00
17,59
24,07
2,78
3,70
4,63
-
100,00
Total
18,10
14,64
15,38
37,24
1,05
3,45
9,21
0,94
100,00
Muda
Laki-laki
1,25 0,63
S2/S3
Perempuan
8,14 10,27
D4/S1 2,51 4,4
Diploma III/Sarjana Muda
1,25 0,84
Diploma I/II
37,16 37,32
SMA/SMLB/MA/Paket C SMP/SMPLB/MTs/Paket B
13,21
17,54
15,45 13,84
SD/SDLB/ MI/Paket A
16,7
Tidak punya ijazah SD
0
10
20
19,5
30
40
Gambar Persentase Anggota Rumah Tangga RespondenGambar Berumur ke Atas menurut Jenis Kelamin Sumber :5.3. Sumber : Hasil Survei KAP 2013 5.35 Tahun Persentase Anggota Rumah Tangga Responden Berumur 5 Tahun ke Atas menurut dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Jenis Kelamin dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
76
BNPB, BPS, UNFPA
Jenis Pelatihan/Seminar/Simulasi/Pertemuan Terkait Bencana persen anggota rumah tangga responden yang mengikuti simulasi bencana; 1,88 persen anggota rumah tangga responden mengikuti sosialisasi bencana; 1,15 persen anggota rumah tangga responden mengikuti pelatihan evakuasi; 0,31 persen anggota rumah tangga responden mengikuti kepramukaan; dan 0,21 persen mengikuti jenis pelatihan lainnya. Temuan yang diperoleh dari pilot survei ini adalah seluruh anggota rumah tangga responden tidak pernah mengikuti jenis pelatihan/ seminar/simulasi/pertemuan yang berkaitan dengan pengolahan air bersih maupun pengelolaan dapur umum.
Tabel 5.5 menyajikan persentase anggota rumah tangga responden berumur 5 tahun ke atas yang mengikuti pelatihan / seminar / simulasi / pertemuan yang terkait dengan bencana. Dari seluruh wilayah sampel terdapat 17,04 persen anggota rumah tangga responden yang pernah mengikuti pelatihan/seminar/ simulasi/pertemuan yang terkait dengan bencana, sedangkan sisanya tidak pernah mengikuti pelatihan (79,92 persen) dan tidak tahu (3,03 persen). Secara rinci, dari seluruh anggota rumah tangga responden yang mengikuti pelatihan, terdapat 13,49
Tabel 5.5 Persentase Anggota Rumah Tangga Responden Berumur 5 Tahun ke Atas menurut Hubungan dengan Kepala Rumah Tangga dan Jenis Pelatihan/Seminar/Simulasi/Pertemuan Terkait Bencana Hubungan
Jenis Pelatihan/Seminar/Simulasi/Pertemuan Terkait Bencana
dengan
Simula-
Kepala
si Ben-
Rumah
cana
Tangga
Sosialisasi Bencana
Pelatihan Evakuasi
Tidak
PenKepramukaan
golah-
Dapur
an Air
Umum
Lainnya
Pernah Mengikuti
Tidak tahu
Jumlah
Bersih
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
10,80
2,00
0,40
0,40
-
-
-
83,60
2,80
100,00
8,39
1,29
0,65
-
-
-
-
86,45
3,23
100,00
16,85
1,40
1,69
0,28
-
-
0,56
75,28
3,93
100,00
9,38
-
-
-
-
-
-
87,50
3,13
100,00
34,55
7,27
-
-
-
-
-
56,36
1,82
100,00
-
-
12,50
-
-
-
-
87,50
-
100,00
7. Famili lain
9,09
1,30
1,30
1,30
-
-
-
85,71
1,30
100,00
8. Pembantu
-
-
-
-
-
-
-
100,00
-
100,00
9. lainnya
-
7,14
-
-
-
-
-
92,86
-
100,00
13,49
1,88
0,31
0,00
0,00
0,21
79,92
3,03
100,00
(1) 1. KRT * 2. Istri/suami 3. Anak 4. Menantu 5. Cucu 6. Orang tua/mertua
Total
1,15
Keterangan * KRT : Kepala Rumah Tangga
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
77
Jika dilihat berdasarkan jenis kelamin, tidak ada perbedaan yang signifikan antara anggota rumah tangga laki-laki dan perempuan dalam partisipasi mengikuti pelatihan/seminar/simulasi/pertemuan yang terkait dengan bencana. Dapat dikatakan bahwa keikutsertaan mereka dalam mengikuti pelatihan/ seminar/simulasi/pertemuan yang terkait dengan bencana sangat berimbang. Dari Gambar 5,4 dapat dilihat anggota rumah tangga laki-laki yang mengikuti pelatihan simulasi bencana sebesar 13,15 persen, sedangkan perempuan sedikit lebih besar yaitu 13,84 persen. Demikian juga dengan sosialisasi bencana dan pelatihan evakuasi partisipasi anggota rumah tangga perempuan sedikit lebih besar dibandingkan laki-laki. Namun untuk pelatihan kepramukaan, dari sampel responden yang disurvei, hanya diikuti oleh laki-laki saja. Untuk jenis pelatihan/seminar/simulasi/
pertemuan lainnya mempunyai persentase yang sama antara laki-laki dan perempuan, yaitu sebesar 0,21 persen. Dari hasil survei ini ditemukan fakta yang perlu menjadi perhatian bersama, bahwa sebagian besar anggota rumah tangga tidak pernah mengikuti pelatihan/ seminar/simulasi/pertemuan yang terkait dengan bencana baik laki-laki maupun perempuan, bahkan ada juga responden yang menjawab tidak tahu. Besarnya anggota rumah tangga laki-laki yang tidak pernah mengikuti pelatihan/seminar/simulasi/pertemuan yang terkait dengan bencana adalah 80,58 persen dan perempuan 79,25 persen. Sementara itu yang menjawab tidak tahu sebesar 2,51 persen anggota rumah tangga laki-laki dan 3,56 persen anggota rumah tangga perempuan.
2,51 3,56
Tidak tahu
Laki-laki Laki-laki Perempuan
80,58 79,25
Tidak Lainnya
0,21 0,21
Kepramukaan
0,63 0,00
Pelatihan Evakuasi
1,04 1,26
Sosialisasi Bencana
1,88 1,89 13,15 13,84
Simulasi Bencana 0
20
40
60
80
100
Sumber : Hasil Survei KAP 2013 Rumah Tangga Responden Gambar 5.4. Persentase Anggota 5 Tahun Anggota ke Atas menurut Jenis GambarBerumur 5.4 Persentase Rumah Tangga Responden Berumur 5 Tahun ke Atas Kelamin dan Jenis Pelatihan/Seminar/Simulasi/Pertemuan Terkait menurut Jenis Kelamin danBencana Jenis Pelatihan/Seminar/ Simulasi/Pertemuan Terkait Bencana
78
BNPB, BPS, UNFPA
Tabel 5.6 Persentase Anggota Rumah Tangga Responden Berumur 10 Tahun ke Atas menurut Kelompok Umur dan Jenis Kegiatan Selama Seminggu yang Lalu Jenis Kegiatan Selama Seminggu yang Lalu
Kelompok Umur
Bekerja
Sekolah
Mengurus Rumah Tangga
Lainnya
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
10-12
-
100,00
-
-
100,00
13-17
2,17
90,22
-
7,61
100,00
18-59
65,02
14,47
14,79
5,72
100,00
60+
37,04
0,93
34,26
27,78
100,00
Total
51,13
25,85
14,74
8,28
100,00
Jumlah
Jenis Kegiatan Karakteristik ketenagakerjaan menggambarkan jumlah anggota rumah tangga responden usia 10 tahun ke atas berdasarkan kegiatan yang dilakukan seminggu yang lalu. Kegiatan-kegiatan tersebut mencakup bekerja, sekolah, mengurus rumah tangga dan lainnya yang meliputi olah raga, kursus, piknik dan kegiatan sosial (misalnya berorganisasi dan kerja bakti). Tabel 5.6 menunjukkan jumlah anggota rumah tangga responden yang bekerja sebanyak 51,13 persen, sekolah sebanyak 25,85 persen, mengurus rumah tangga sebanyak 14,74 persen dan lainnya sebanyak 8,28 persen. Sebagian besar anggota rumah tangga responden pada kelompok umur 18-59 tahun dan 60+ tahun melakukan kegiatan bekerja selama seminggu yang lalu, sedangkan anggota rumah tangga responden pada kelompok umur 10-12 tahun dan 13-17 tahun lebih banyak melakukan kegiatan sekolah. Selain melakukan kegiatan bekerja, anggota rumah tangga responden pada kelompok umur 60+ tahun juga mempunyai proporsi terbesar dalam melakukan kegiatan mengurus
rumah tangga dan kegiatan lainnya dibandingkan dengan kelompok umur yang lain. Menurut jenis kelamin, terlihat pada Gambar 5.5 bahwa anggota rumah tangga laki-laki lebih besar persentasenya dibandingkan anggota rumah tangga perempuan melakukan kegiatan bekerja maupun sekolah. Anggota rumah tangga laki-laki yang bekerja sebanyak 63,98 persen, sedangkan perempuan 37,93 persen. Dalam kegiatan sekolah, anggota rumah tangga laki-laki juga terlihat sedikit lebih besar dibandingkan perempuan, yaitu 27,07 persen laki-laki dan 24,60 persen perempuan. Berbanding terbalik dengan kegiatan bekerja dan sekolah, untuk kegiatan mengurus rumah tangga dan lainnya lebih banyak dilakukan anggota rumah tangga perempuan dibanding laki-laki. Anggota rumah tangga perempuan yang mengurus rumah tangga sebesar 28,97 persen sedangkan laki-laki 0,89 persen. Selanjutnya untuk kegiatan lainnya, peran perempuan sedikit lebih besar daripada laki-laki, yaitu 8,51 persen perempuan dan 8,05 persen laki-laki.
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
79
63,98
70
Laki-laki Laki-laki Peremp… Perempuan
60 50
37,93
40
27,07 24,6
30
28,97
20 10
0,89
0
Bekerja
Sumber : Hasil Survei KAP 2013 Gambar 5.5. Persentase
8,05 8,51
Sekolah Mengurus Rumah Tangga Lainnya Gambar 5.5 Persentase Anggota Rumahke Tangga Anggota Rumah Tangga Responden Berumur 10 Tahun Atas Responden Berumur 10 Tahun ke Atas menurut
Jenis Kelamin Jenis Kegiatan menurut Jenis Kelamin dan Jenis Kegiatan Selamadan Seminggu yang Lalu Selama Seminggu yang Lalu
Sumber Informasi Penyebarluasan informasi mengenai bencana dapat dilakukan dengan melihat kebiasaan masyarakat dalam mendapatkan sumber informasi. Melalui media yang sudah dikenal akrab oleh masyarakat, diharapkan penyebarluasan informasi mengenai bencana dapat dilakukan secara efisien. Dalam Gambar 5.6 di bawah ini disajikan hasil pilot survei KAP mengenai sumber informasi yang diakses oleh anggota rumah tangga responden.
80
BNPB, BPS, UNFPA
Pada Gambar 5.6, dari segi media yang digunakan, dengan merujuk pada Gambar 5.7, hampir setengah dari responden lebih banyak menggunakan media televisi. Persentase responden yang menonton televisi sebanyak 42,6 persen. Selain televisi, media yang juga cukup banyak digunakan adalah internet (17,7 persen), media sosial (16,8 persen), dan surat kabar (13,0 persen). Sedangkan media lain seperti radio dan majalah hanya relatif sedikit, yaitu masing-masing sebesar 6,0 persen dan 3,6 persen.
Menonton Televisi
42,6
Menggunakan Informasi Internet
17,7
Menggunakan Media Sosial
16,8
Membaca Surat Kabar
13,0
Mendengarkan Radio
6,0
Membaca Majalah
3,6
Lainnya
0,2 0,0
10,0
20,0
30,0
40,0
50,0
Gambar 5.6 Persentase Anggota RumahSumber TanggaInformasi Sumber : Hasil Anggota Survei KAPRumah 2013 Tangga Responden Gambar 5.6 Persentase Menurut Jenis Kegiatan Mengakses Responden Menurut Jenis Kegiatan Mengakses Sumber Informasi
Pagi (05.00 - 09.59)
24,0
Siang (10.00 - 17.59)
33,9
Malam (18.00 - 23.59)
37,9
Tengah Malam (00.00 4.59)
4,2 0,0
5,0
10,0
15,0
20,0
25,0
30,0
35,0
40,0
GambarSumber 5.7 Persentase Anggota Rumah Waktu Melakukan KegiatanRumah Mengakses Sumber Gambar 5.7 Biasa Persentase Anggota Tangga : Hasil Survei KAP 2013Tangga Responden Menurut Responden Menurut Waktu Biasa Melakukan Informasi
Kegiatan Mengakses Sumber Informasi
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
81
Dari dimensi waktu, terlihat pada Gambar 5.7 terlihat bahwa sebagian besar masyarakat mencari informasi pada siang dan malam hari (71,8 persen), kemudian pagi hari (24,0 persen), dan sisanya pada tengah malam (4,2 persen). Dari Gambar 5.6 dan Gambar 5.7, dapat disimpulkan bahwa media yang paling potensial digunakan untuk
menyampaikan informasi mengenai kesiapsiagaan bencana adalah televisi. Dilihat dari segi waktu, informasi kebencanaan dapat disampaikan secara efektif pada pukul 10.00 hingga 23.59. Oleh karena itu, apabila pemerintah atau pihak lain akan menyampaikan informasi kebencanaan, hendaknya mempertimbangkan media paling efektif, yaitu televisi dan dilakukan pada pukul 10.00 hingga 23.59.
30,0
25,0
20,0
15,0
10,0
5,0
0,0
Sumber : Hasil Survei KAP 2013
82
BNPB, BPS, UNFPA
Gambar 5.8 Persentase Sumber Informasi yang Digunakan Rumah Tangga dalam Menerima Informasi Mengenai Cara Penyelamatan Diri Terhadap Bencana
Berdasarkan Gambar 5.8, media yang paling banyak digunakan oleh rumah tangga dalam menerima informasi mengenai cara penyelamatan diri dari bencana alam adalah televisi. Selain itu, teman/tetangga maupun keluarga dan kerabat ternyata juga cukup banyak menjadi sumber informasi dalam menyebarluaskan cara penyelamatan diri dari bencana. Berdasarkan hasil yang diperoleh ini, dapat disimpulkan bahwa diseminasi informasi mengenai cara penyelamatan diri dapat dilakukan secara kekeluargaan, yakni dengan menyebarluaskan pengetahuan mengenai penyelamatan diri dari bencana kepada orangorang terdekat, seperti keluarga, kerabat, tetangga, maupun teman.
Pengetahuan dan Sikap terhadap Bencana Alam Salah satu indikator ketangguhan masyarakat menghadapi bencana adalah pemahaman mereka terhadap informasi kebencanaan. Semakin masyarakat paham mengenai suatu bencana, maka semakin kecil risiko yang timbul apabila terjadi bencana di masa yang akan datang. Selain itu, pemahaman mengenai bencana dapat berasal dari pengalaman masyarakat sendiri. Bencana yang pernah melanda, sudah semestinya menjadi guru yang berharga bagi masyarakat untuk mengetahui tanda-tandanya atau menentukan langkah antisipasinya. Pengetahuan ini diwariskan dari generasi ke generasi menjadi suatu kearifan lokal (local wisdom).
Tabel 5.7 Persentase Rumah Tangga yang Pernah Mengalami Bencana Berdasarkan Jenis Kejadiannya Pengalaman Bencana Jenis Kejadian (1)
Pernah Mengalami
Tidak Pernah Mengalami
(%)
(%)
(2)
(3)
Gempabumi
99,2
0,8
Letusan Gunungapi
28,4
71,6
Gelombang Pasang
14,0
86,0
Angin Puting Beliung
10,4
89,6
Gempabumi dan Tsunami
8,0
92,0
Tanah Longsor
6,0
94,0
Banjir
3,2
96,8
Kebakaran Lahan dan Hutan
2,0
98,0
Kekeringan
1,2
98,8
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
83
60,0 48,4
50,0 40,0
39,9
30,0 20,0 11,7 10,0 0,0 1 Sumber : Hasil Survei KAP 2013
Tabel 5.7 menunjukkan jenis bencana alam yang pernah dialami oleh sebagian besar responden adalah gempabumi, bahkan hampir seluruh responden (sebanyak 99,2 persen) menyatakan pernah mengalami gempabumi. Selain gempabumi, responden juga cukup banyak yang mengalami letusan gunungapi, gelombang pasang, dan angin puting beliung. Di antara responden yang pernah mengalami gempabumi, 39,9 persen diantaranya mengalami sebanyak satu kali, 48,4 persen lainnya pernah mengalami sekitar dua atau tiga kali, sedangkan sisanya mengaku mengalami lebih dari tiga kali bencana gempabumi.
84
BNPB, BPS, UNFPA
2-3
>3
Gambar 5.9 Persentase Rumah Tangga Menurut Frekuensi Gempabumi yang Pernah Dialami
Sebagai data pembanding, berdasarkan kajian dan historis data bencana, wilayah sampel merupakan salah satu wilayah Indonesia yang sering mengalami bencana gempabumi. Hasil survei membenarkan kenyataan ini bahwa masyarakat wilayah sampel lebih sering mengalami bencana gempabumi. Walaupun hampir semua responden menyatakan pernah mengalami gempabumi, namun pada Tabel 5.8 terlihat hanya sekitar seperempatnya yang mengetahui tanda-tanda akan terjadinya gempabumi. Hal ini dapat dirasa cukup wajar karena gempabumi memang merupakan bencana yang sifatnya terjadi
Tabel 5.8 Persentase Rumah Tangga Menurut Pengetahuan Mengenai Tanda-Tanda Terjadinya Bencana Menurut Jenis Kejadian Pengetahuan Mengenai TandaJenis Kejadian
tanda Terjadinya Bencana Tahu (%)
Tidak Tahu (%)
(2)
(3)
Gempabumi
25,2
74,8
Gempabumi dan Tsunami
53,2
46,8
Letusan Gunungapi
26,4
73,6
Banjir
54,4
45,6
Tanah Longsor
30,0
70,0
Kekeringan
37,6
62,4
Gelombang Pasang
22,0
78,0
Angin Puting Beliung
10,8
89,2
Kebakaran Lahan dan Hutan
11,2
88,8
(1)
secara tiba-tiba waktunya walaupun suatu wilayah memang mempunyai potensi besar untuk mengalami gempabumi. Lain halnya dengan gempabumi, sekitar setengah dari responden sudah mengetahui tanda-tanda akan terjadinya gempabumi dan tsunami. Namun yang perlu diperhatikan adalah masih ada hampir separuh lainnya yang belum mengetahui tanda-tanda terjadinya gempabumi dan tsunami padahal wilayah
tempat tinggal responden (Kota Padang) merupakan wilayah rawan bencana gempabumi dan tsunami. Selain itu, banyak responden yang tidak mengetahui tanda–tanda terjadinya bencana yang seharusnya sudah dapat diprediksi sejak awal seperti letusan gunungapi, banjir, tanah longsor, kekeringan, gelombang pasang serta kebakaran lahan dan hutan. Hal ini menjadi tugas besar agar tingkat kesiapsiagaan masyarakat dapat ditingkatkan pada masa yang akan datang.
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
85
60,0
50,8
50,0 37,0
40,0 30,0 20,0 10,0 0,0
8,9 3,3
Tidak Mungkin
Kecil
Besar
Sangat Besar
Gambar 5.10.Sumber Persentase Tangga Kemungkinan Bencana : Hasil Rumah Survei KAP 2013Menurut Pendapat Mengenai GambarBesarnya 5.10 Persentase Rumah TanggaGempabumi Akan Menurut Pendapat Mengenai Besarnya Menimpa Wilayah Mereka Kemungkinan Bencana Gempabumi Akan Menimpa Wilayah Mereka
Gambar 5.10 menunjukkan sebanyak 50,8 persen responden menjawab bahwa wilayah tempat tinggal mereka kemungkinan besar dapat mengalami bencana gempabumi dan tsunami. Hal tersebut sesuai dengan wilayah sampel yang terletak di Kota Padang merupakan wilayah dengan kategori rawan bencana gempabumi dan tsunami tinggi. Dari hasil ini, tercermin bahwa pengetahuan masyarakat tentang kebencanaan ternyata sudah cukup besar. Pengetahuan yang sudah cukup baik ini seharusnya dibarengi dengan pembekalan tentang langkah-langkah penanggulangan bencana yang tepat yang harus dilakukan jika gempabumi dan tsunami terjadi. Penilaian dan Pengetahuan tentang Mitigasi Bencana Tahapan dalam manajemen bencana terdiri dari 4 (empat) yaitu tanggap darurat, pemulihan, pencegahan dan mitigasi, dan kesiapsiagaan. Mitigasi merupakan salah satu langkah dalam mengurangi risiko bencana
86
BNPB, BPS, UNFPA
yang dilakukan apabila bahaya yang ada sudah diketahui dan relokasi masyarakat sudah tidak dapat dilakukan. Dalam mitigasi bencana, masyarakat juga dikenalkan dengan peringatan dini bencana/peringatan bencana seperti sirine yang berbunyi apabila akan terjadi tsunami. Peringatan bencana dapat dilakukan melalui beberapa media yang ada di masyarakat, seperti media, baik cetak maupun elektronik, pemerintah, pemuka agama, TNI/polri. Selain itu untuk menunjang kesiapsiagaan masyarakat dan upaya untuk menyelamatkan masyarakat dari bencana, pemerintah dan pihak terkait juga telah memasang beberapa fasilitas atau peralatan kesiapsiagaan. Peralatan/fasilitas ini seperti rambu evakuasi, peta jalur evakuasi, jalur evakuasi, sirine dan peralatan lainnya. Fasilitas ini digunakan agar masyarakat lebih familier dengan jalur evakuasi, selain itu yang lebih penting lagi peralatan/fasilitas ini diharapkan akan dapat berfungsi dengan baik apabila sewaktu-waktu terjadi bencana.
Tabel 5.9 Persentase Pengetahuan Rumah Tangga tentang Sumber Peringatan Bencana Sumber Peringatan Bencana
Mengetahui (%)
Tidak Mengetahui (%)
(1)
(2)
(3)
Televisi
66,4
33,6
Pemerintahan Pusat/Pemerintahan Daerah
61,2
38,8
Radio
49,6
50,4
Media Cetak (Surat Kabar, Majalah, dll)
44,4
55,6
Tempat-tempat Ibadah
39,6
60,4
Internet
33,2
66,8
Pemuka Agama/Pemuka Masyarakat
31,2
68,8
TNI/Polri/Petugas Keamanan
22,8
77,2
Dari Tabel 5.9 memperlihatkan bahwa lebih dari separuh (66 persen) responden sudah mengetahui sumber peringatan bencana dari media televisi dan pemerintahan pusat maupun pemerintahan daerah. Pemerintah daerah sebaiknya turut berpartisipasi dalam
40,0
menyebarkan informasi terkait pertanda terjadinya suatu bencana, seperti gempabumi dan atau tsunami. Hal ini akan memberikan pengaruh positif kepada masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana, agar selalu siap siaga menghadapi bencana.
37,3
35,0 30,0
23,8
25,0
19,0
20,0
19,0
15,0 10,0 5,0
0,8
0,0 Rambu evakuasi
Peta jalur Jalur evakuasi evakuasi
Sirine
Lainnya
Gambar 5.11. Persentase Tangga yang Sudah AdaTangga di Wilayah Tempat Tinggal Gambar 5.11 Persentase Rumah SumberRumah : Hasil Survei KAPmenurut 2013 ketersediaan Peralatan/Fasilitas Menurut Ketersediaan Peralatan/Fasilitas Responden yang Sudah Ada di Wilayah Tempat Tinggal Responden
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
87
Sebanyak 45,2 persen responden menyatakan bahwa di tempat mereka sudah terdapat peralatan/fasilitas kesiapsiagaan dan atau mitigasi bencana. Dari jumlah tersebut, pada Gambar 40, peralatan berupa rambu
90,0 80,0 70,0 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 0,0
82,8
73,6
67,2
55,6 44,4
26,4
48,8
51,2
32,8 17,2
Memberitahu Lewat Radio dan Televisi
Mengaktifkan Sirine Peringatan Tsunami
Peringatan Dini Cara Tradisional Mengumumkan Tentang Gempa Datangnya Tsunami Lewat SMS
Pernah Dilakukan Sumber : Hasil Survei KAP 2013
Dari Gambar 5.12, menurut pendapat lebih dari separuh (73,6 persen) responden, usaha yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk memberitahukan masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana alam adalah melalui pemberitahuan lewat radio dan televisi, mengaktifkan sirine peringatan tsunami, dan peringatan dini tentang gempabumi. Data ini menunjukkan bahwa masyarakat sudah mulai mengenal pemberitahuan yang dilakukan oleh pemerintah dalam hal kemungkinan terjadinya bencana. Upaya pemerintah untuk menciptakan masyarakat yang tangguh dalam menghadapi bencana dapat dilakukan dengan cara menyadarkan masyarakat mengenai risiko yang ada di sekitar mereka, dapat mencegah bencana,
88
evakuasi adalah yang terbanyak (37,3 persen), disusul oleh peta jalur evakuasi (23,8 persen), jalur evakuasi (19,0 persen), sirine (19,0 persen), dan peralatan lainnya (0,8 persen)
BNPB, BPS, UNFPA
Tidak Pernah Dilakukan
Gambar 5.12 Persentase Rumah Tangga Menurut Pengetahuan Mengenai Upaya Pemerintah dalam Memberitahukan Masyarakat Tentang Kemungkinan Terjadinya Bencana
sanggup untuk mengatasi bencana yang menimpa dan kembali bangkit ke kehidupan normal apabila terkena bencana. Usaha ini dapat dilakukan dengan cara pelatihan dan atau simulasi langsung kepada masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana. Megathrust gempabumi mentawai yang dikhawatirkan akan terjadi di wilayah Sumatera Barat berkekuatan mencapai 8,9 SR mengharuskan adanya pelatihan atau simulasi kepada masyarakat. Pelatihan dan atau simulasi yang pernah diikuti oleh sebagian besar responden adalah berupa pelatihan dan atau simulasi mengenai bencana gempabumi serta gempabumi dan tsunami. Hal ini juga tercermin dari banyaknya masyarakat yang telah mengetahui cara menyelamatkan diri dari bencana gempabumi maupun gempabumi dan tsunami.
Tabel 5.10 Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Pelatihan dan atau Simulasi yang Pernah Diikuti Jenis Pelatihan atau Simulasi yang Pernah Diikuti
Ya (%)
Tidak (%)
(1)
(2)
(3)
Gempabumi
96,1
3,9
Gempabumi dan Tsunami
80,5
19,5
Banjir
14,3
85,7
Letusan Gunungapi
2,6
97,4
Kekeringan
2,6
97,4
Gelombang Pasang
2,6
97,4
Tanah Longsor
1,3
98,7
Angin Puting Beliung
1,3
98,7
Kebakaran Lahan dan Hutan
1,3
98,7
Dari Tabel 5.10 menunjukkan jenis pelatihan bencana gempabumi serta gempabumi dan tsunami adalah yang terbanyak yang pernah diikuti oleh responden (91,6 persen). Sejalan
dengan hal tersebut, pada Tabel 5.11 terlihat bahwa hampir semua responden mengetahui cara menyelamatkan diri dari kedua bencana tersebut.
Tabel 5.11 Persentase Rumah Tangga Menurut Pengetahuan Tentang Cara Menyelamatkan Diri dari Bencana Jenis Bencana
Mengetahui (%)
Tidak Mengetahui (%)
(1)
(2)
(3)
Gempabumi
91,6
8,4
Gempabumi dan Tsunami
81,6
18,4
Letusan Gunungapi
42,4
57,6
Banjir
70,8
29,2
Tanah Longsor
34,0
66,0
Kekeringan
30,4
69,6
Gelombang Pasang
39,2
60,8
Angin Puting Beliung
28,0
72,0
Kebakaran Lahan dan Hutan
27,6
72,4
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
89
Tabel 5.12 Persentase Rumah Tangga Menurut Kepemilikan yang Masih Dapat Digunakan jika Terjadi Bencana Kepemilikan Aset
Ya
Tidak
(2)
(3)
Tabungan
48,4
51,6
Tanah/Rumah lain yang aman dari bencana
26,4
73,6
Asuransi Jiwa/Properti/Benda
17,6
82,4
Lainnya
13,2
86,8
(1)
Dampak bencana yang menimpa masyarakat antara lain kehilangan harta benda dan paling berat adalah timbulnya korban jiwa. Kerusakan yang sering ditimbulkan oleh bencana di mana masyarakat biasanya membutuhkan aset lain yang dimiliki dan masih dapat digunakan. Dengan aset ini diharapkan agar masyarakat dapat hidup normal kembali setelah terjadi bencana. Beberapa aset yang kemungkinan dimiliki oleh masyarakat adalah tabungan, tanah/rumah lain yang aman dari bencana dan asuransi jiwa/properti/benda.
kegiatan yang dilakukan sebelum terjadi bencana alam untuk mengurangi risiko/ dampak yang akan terjadi dan secara cepat dan efektif dapat merespon keadaan/ situasi pada saat darurat. Dalam melakukan pengkajian kesiapsiagaan dapat diukur suatu indeks, yaitu indeks kesiapsiagaan yang diperoleh dari 5 parameter, yaitu parameter tentang Pengetahuan Bencana (PB), Kebijakan Kesiapsiagaan Bencana (KKB), Rencana Tanggap Darurat (RTD), Peringatan Dini Bencana (PDB), dan Mobilisasi Sumberdaya (MS).
Berkaitan dengan daya lenting masyarakat terhadap bencana atau kemampuan masyarakat untuk kembali hidup seperti semula setelah terjadinya bencana, hasil dari survei ini mengindikasikan bahwa daya lenting masyarakat terhadap bencana masih cukup rendah. Terlihat dari sedikitnya responden yang memiliki cadangan aset yang masih dapat digunakan jika terjadi bencana.
Parameter PB dalam pilot survei KAP tertuang dalam 19 pertanyaan di kuesioner (Lampiran 19) seperti tercantum dalam Tabel 5.13.
Indeks Kesiapsiagaan Rumah Tangga Kesiapsiagaan merupakan semua upaya dan
90
Dapat Digunakan Ketika Bencana (%)
BNPB, BPS, UNFPA
Tabel 5.13 memberikan gambaran mengenai parameter pengetahuan kebencanaan, dua desa termasuk dalam kategori sedang, yaitu Desa Belakang Tangsi dan Lolong Belanti, empat desa termasuk kategori tinggi, yaitu Desa Air Tawar Barat, Ulak Karang Utara, Air Tawar Timur, dan Surau Gadang, sedangkan empat desa lainnya termasuk kategori sedang, yaitu Olo, Purus, Kurao Pagang, dan Gurun Laweh.
Tabel 5.13 Komponen Paramater Pengetahuan Bencana dalam Kuesioner Komponen Pengetahuan Bencana
Nomor Pertanyaan dalam Kuesioner
(1)
(2)
Pengetahuan bencana secara umum
501, 502, 503
Pengetahuan menyelamatkan diri dari bencana
403, 405, 519
Pengalaman mengikuti pelatihan/seminar/simulasi/
524, 525, 527E
pertemuan tentang kesiapsiagaan bencana Pengalaman mengalami bencana alam
504, 505,509,510
Pengetahuan tentang tempat tinggal yang merupakan
506
daerah rawan bencana Pengetahuan keluarga tentang bencana alam
507A, 507B
Kearifan lokal
508
Pengetahuan terhadap mitigasi bencana
601
Tabel 5.14 Nilai Paramater Pengetahuan Bencana Per Desa Desa
Pengetahuan Bencana (PB)
(1)
(2)
Belakang Tangsi
19,2
Olo
21,2
Purus
21,8
Ulak Karang Utara
22,8
Air Tawar Timur
23,4
Air Tawar Barat
22,7
Lolong Belanti
19,4
Gurun Laweh
20,6
Surau Gadang
8,7
Kurao Pagang
8,4
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
91
Sumber : BNPB
Gambar 5.13 Sebaran Parameter Pengetahuan Bencana Per Desa
92
BNPB, BPS, UNFPA
Tabel 5.15 menyajikan komponen-komponen untuk menghitung parameter KKB dalam perhitungan indeks kesiapsiagaan rumah tangga. Gambar 5.14 menunjukkan dari 10 desa yang disurvei, 3 di antaranya termasuk kategori rendah, yaitu Desa Ulak Karang Utara, Olo, dan
Belakang Tangsi. Desa Purus, Air Tawar Barat, dan Kurao Pagang termasuk kategori Kebijakan Kesiapsiagaan Bencana sedang. Adapun 4 desa lainnya yaitu Desa Lolong Belanti, Air Tawar Timur, Surau Gadang, dan Gurun Laweh termasuk kategori Kebijakan Kesiapsiagaan Bencana tinggi.
Tabel 5.15 Komponen Paramater Kebijakan Kesiapsiagaan Bencana dalam Kuesioner Komponen Kebijakan Kesiapsiagaan Bencana
Nomor Pertanyaan dalam Kuesioner
(1)
(2)
Upaya yang dilakukan pemerintah daerah setempat dalam
523, 511
peningkatan kewaspadaan bencana Pihak yang bertanggung jawab dalam persiapan menghadapi
530, 604
bencana Upaya yang dilakukan pemerintah daerah setempat dalam
602
mengurangi risiko bencana Peran media dalam kesiapsiagaan bencana
603
Pendekatan manajemen penanggulangan bencana
605, 606, 607
Tabel 5.16 Nilai Paramater Kebijakan Kesiapsiagaan Bencana Per Desa Desa
Kebijakan Kesiapsiagaan Bencana (KKB)
(1)
(2)
Belakang Tangsi
8,0
Olo
8,2
Purus
8,4
Ulak Karang Utara
8,2
Air Tawar Timur
8,9
Air Tawar Barat
8,3
Lolong Belanti
9,0
Gurun Laweh
9,0
Surau Gadang
2,8
Kurao Pagang
1,7
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
93
Sumber : BNPB
Gambar 5.14 Sebaran Parameter Kebijakan Kesiapsiagaan Bencana Per Desa
94
BNPB, BPS, UNFPA
Komponen untuk menghitung parameter rencana tanggap darurat dapat dilihat pada Tabel 5.17 di bawah. Tabel 5.18 dan Gambar 5.15 menunjukkan bahwa 3 desa memiliki nilai parameter Rencana Tanggap Darurat yang termasuk kategori rendah. Desa Air Tawar
Timur dan Purus memiliki nilai parameter Rencana Tanggap Darurat yang termasuk kategori tinggi, sedangkan Desa Olo, Lolong Belanti, Ulak Karang Utara dan Guruh Laweh memiliki nilai parameter Rencana Tanggap Darurat yang termasuk kategori sedang.
Tabel 5.17 Nilai Paramater Kebijakan Kesiapsiagaan Bencana Per Desa Komponen Rencana Tanggap Darurat
Nomor Pertanyaan dalam Kuesioner
(1)
(2)
Persiapan mengamankan barang berharga
520, 529
Kesediaan jalur evakuasi
521, 515
Persiapan rencana penyelamatan diri dari bencana
513
Tabel 5.18 Nilai Paramater Rencana Tanggap Darurat Per Desa Desa (1)
Rencana Tanggap Darurat (RTD) (2)
Belakang Tangsi
11,1
Olo
11,7
Purus
12,2
Ulak Karang Utara
11,6
Air Tawar Timur
12,3
Air Tawar Barat
11,1
Lolong Belanti
11,7
Gurun Laweh
11,5
Surau Gadang
11,3
Kurao Pagang
11,0
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
95
Sumber : BNPB
Gambar 5.15 Sebaran Parameter Rencana Tanggap Darurat Per Desa
96
BNPB, BPS, UNFPA
Tabel 5.19 Komponen Paramater Peringatan Dini Bencana dalam Kuesioner Komponen Peringatan Dini Bencana Sumber informasi dan media Pengetahuan tentang istilah dalam penanggulangan bencana Upaya pemerintah dalam peringatan dini bencana Kesediaan fasilitas peringatan dini
Nomor Pertanyaan dalam Kuesioner 401, 406 402
512, 518 514, 516, 517
Shelter di Kantor Gubernur Padang. Sumber : BNPB
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
97
Sumber : BNPB
Gambar 5.16 Sebaran Parameter Peringatan Dini Bencana Per Desa
98
BNPB, BPS, UNFPA
Dari Gambar 5.16 dan Tabel 5.20 memperlihatkan bahwa Desa Belakang Tangsi, Gurun Laweh, dan Kurao Gadang memiliki nilai parameter peringatan dini bencana kategori
rendah. Desa Air Tawar Barat, Ulak Karang Utara, Lolong Belanti, Purus, dan Olo nilainya termasuk kategori sedang, dan dua desa lainnya termasuk kategori tinggi.
Tabel 5.20 Nilai Paramater Peringatan Dini Bencana Per Desa Peringatan Dini Bencana
Desa
(PDB)
(1)
(2)
Belakang Tangsi
12,8
Olo
14,8
Purus
14,5
Ulak Karang Utara
14,6
Air Tawar Timur
18,2
Air Tawar Barat
14,1
Lolong Belanti
14,0
Gurun Laweh
11,8
Surau Gadang
16,1
Kurao Pagang
11,3
Dalam Tabel 5.21 di bawah disajikan komponenkomponen untuk menghitung parameter
KKB dalam perhitungan indeks kesiapsiagaan rumah tangga.
Tabel 5.21 Komponen Paramater Mobilisasi Sumberdaya dalam Kuesioner Komponen Mobilisasi Sumberdaya
Nomor Pertanyaan dalam Kuesioner
(1)
(2)
Aset yang dimiliki jika terjadi bencana
522
Pengalaman mengikuti pelatihan/seminar/simulasi/ pertemuan tentang bencana
526
Kendala untuk mengikuti pelatihan/seminar/simulasi/ pertemuan tentang bencana
528
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
99
Sumber : BNPB
Gambar 5.17 Sebaran Parameter Mobilisasi Sumberdaya Per Desa
100
BNPB, BPS, UNFPA
Berdasarkan parameter Mobilisasi Sumberdaya, terdapat satu desa yang termasuk kategori tinggi yaitu Desa Air Tawar Timur. Empat desa lainnya termasuk kategori sedang, yaitu Belakang Tangsi,
Olo, Purus, Air Tawar Barat, dan Surau Gadang. Lima desa yang masuk dalam kategori tinggi adalah Desa Lolong Belanti, Ulak Karang Utara, Kurao Pagang, dan Gurun Laweh.
Tabel 5.22 Nilai Paramater Mobilisasi Sumberdaya Per Desa Desa
Mobilisasi Sumber Daya (MS)
(1)
(2)
Belakang Tangsi
2,9
Olo
2,6
Purus
2,9
Ulak Karang Utara
2,3
Air Tawar Timur
3,6
Air Tawar Barat
3,0
Lolong Belanti
2,3
Gurun Laweh
2,4
Surau Gadang
11,3
Kurao Pagang
11,0
Dari kelima parameter yang telah disebutkan, dilakukan perhitungan indeks kesiapsiagaan
rumah tangga dengan menggunakan formula pembobotan berikut:
IKB=35(PB)+10(KKB)+15(RTD)+25(PDB)+15(MS) Indeks kesiapsiagaan yang diperoleh kemudian dikelompokkan sesuai dengan Tabel 3.4. Hasil dari perhitungan
dan pengelompokan kelas indeks kesiapsiagaan disajikan dalam Tabel 5.23 di bawah.
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
101
Tabel 5.23 Skor Parameter Kesiapsiagaan dan Indeks Kesiapsiagaan Per Desa Desa
Indeks Kesiapsiagaan
Kesimpulan
(1)
(2)
(3)
Belakang Tangsi
53,4
Rendah
Olo
57,8
Rendah
Purus
59,1
Rendah
Ulak Karang Utara
58,5
Rendah
Air Tawar Timur
65,7
Sedang
Air Tawar Barat
58,6
Rendah
Lolong Belanti
55,8
Rendah
Gurun Laweh
54,8
Rendah
Surau Gadang
60,7
Sedang
Kurao Pagang
52,4
Rendah
Dari pilot survei KAP yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa dari 5 parameter kesiapsiagaan terhadap bencana, parameter yang skornya termasuk baik adalah parameter mengenai Pengetahuan Bencana
(PB), Peringatan Dini Bencana (PDB), serta Rencana Tanggap Darurat (RTD). Sedangkan dua parameter lainnya, yaitu Kebijakan Kesiapsiagaan Bencana (KKB) dan Mobillisasi Sumberdaya (MS) masih cukup rendah.
Rumah penduduk di Agam hancur akibat gempabumi. Sumber : BNPB
102
BNPB, BPS, UNFPA
Sumber : BNPB
Gambar 5.18 Sebaran Indeks Kesiapsiagaan Rumah Tangga Per Desa
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
103
Secara keseluruhan, dari Gambar 5.18 terlihat dari 10 desa yang menjadi wilayah survei, hanya 2 diantaranya yang memiliki kategori kesiapsiagaan rumah tangga “sedang” terhadap bencana, sedangkan sisanya memiliki kategori
kesiapsiagaan rumah tangga “rendah” terhadap bencana. Dua desa yang memiliki kategori kesiapsiagaan sedang adalah Desa Air Tawar Timur dan Surau Gadang.
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Belakang Tangsi
Olo
Purus
Ulak Karang Utara
Air Tawar Air Tawar Lolong Timur Barat Belanti
Gurun Laweh
Surau Gadang
Kurao Pagang
Indeks Kesiapsiagaan Rumah Tangga Sumber : Hasil Survei KAP 2013
Gambar 5.19 di atas menunjukkan bahwa semua desa yang menjadi wilayah survei masuk dalam kategori indeks kesiapsiagaan rumah tangga sedang. Bahkan dua desa yang nilai indeks kesiapsiagaan rumah tangganya masuk
104
BNPB, BPS, UNFPA
Gambar 5.19 Grafik Indeks Kesiapsiagaan Rumah Tangga Per Desa
kategori sedang pun ternyata nilainya hanya berbeda tipis dengan batas kategori. Nilai indeks kesiapsiagaan rumah tangga yang masih belum memuaskan ini menjadi tugas bersama agar nilainya dapat ditingkatkan.
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Belakang Tangsi
Olo
Purus
Ulak Karang Utara
Air Tawar Air Tawar Lolong Timur Barat Belanti
Gurun Laweh
Surau Gadang
Kurao Pagang
Indeks Kesiapsiagaan Rumah Tangga Sumber : Hasil Survei KAP 2013
Gambar 5.20 memperlihatkan bahwa di 8 desa, yaitu Desa Belakang Tangsi, Olo, Purus, Ulak Karang Utara, Air Tawar Timur, Air Tawar Barat, Lolong Belanti, dan Gurun Laweh; parameter PB jauh lebih tinggi dibanding keempat parameter lainnya. Di Desa Surau Pagang,
Gambar 5.20 Grafik Parameter Indeks Kesiapsiagaan Rumah Tangga Per Desa
parameter yang paling tinggi adalah PDB. Sedangkan di Desa Kurao Gadang, parameter RTD, PDB, dan MDS nilainya hampir sama dan yang paling rendah adalah parameter KKB.
Rumah penduduk di Agam hancur akibat gempabumi. Sumber : BNPB
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
105
106
BNPB, BPS, UNFPA
Alat berat untuk mengevakuasi korban gempabumi di Padang. Sumber : BNPB
BAB 6
PENUTUP
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
107
Kesimpulan Survei ini mencakup 250 rumah tangga sampel yang sudah ditentukan sebelumnya berdasarkan daerah yang masuk dalam kategori tinggi bahaya gempabumi dan tsunami di Kota Padang. Oleh karena itu hasil survei ini hanya bisa mewakili sampel tersebut dan tidak dapat menggambarkan kondisi penduduk Kota Padang secara keseluruhan. Penyebaran informasi kebencanaan dapat dilakukan dengan melihat kebiasaan masyarakat dalam mendapatkan sumber informasi. Media yang paling banyak digunakan adalah televisi sebanyak 42,6 persen. Hampir di setiap rumah tangga memiliki televisi sebagai sarana informasi dan hiburan. Dilihat dari segi waktu, informasi kebencanaan dapat disampaikan secara efektif pada pukul 10.00 hingga 23.59 WIB. Berdasarkan hasil pilot survei KAP yang dilakukan terhadap 250 rumah tangga terpilih dari 10 kelurahan terpilih diperoleh hasil bahwa hampir semua (99,2 persen) pernah mengalami kejadian bencana gempabumi. Seringnya mengalami kejadian gempabumi menjadikan tingginya pengetahuan masyarakat dalam menghadapi bencana gempabumi. Meskipun demikian, partisipasi masyarakat untuk mengikuti pelatihan atau simulasi kejadian bencana gempabumi dan tsunami masih kurang. Tingginya pengetahuan responden terhadap bencana gempabumi tidak disertai dengan ketersediaan peralatan atau fasilitas kesiapsiagaan. Selain itu, kepemilikan aset yang dapat digunakan responden jika terjadi bencana masih belum memadai. Hampir separuh dari responden mengetahui akan terjadinya bencana alam melalui pemberitahuan melalui radio dan televisi, mengaktifkan sirine peringatan tsunami, dan peringatan dini tentang gempabumi. Data ini menunjukkan bahwa masyarakat sudah
108
BNPB, BPS, UNFPA
mulai mengenal pemberitahuan yang dilakukan oleh pemerintah dalam hal kemungkinan terjadinya bencana. Secara keseluruhan, kesiapsiagaan masyarakat dari 10 kelurahan yang menjadi wilayah survei, hanya 2 kelurahan yang memiliki kategori kesiapsiagaan sedang terhadap bencana, sedangkan sisanya memiliki kategori kesiapsiagaan rendah terhadap bencana. Dua kelurahan yang memiliki kategori kesiapsiagaan sedang adalah Kelurahan Air Tawar Timur dan Gurun Laweh.
Saran Berikut ini adalah beberapa saran dari sisi teknis sehingga survei berikutnya lebih baik. 1.
2.
3.
4.
Perlu perbaikan desain survei, khususnya penyempurnaan kuesioner dan konsep definisi agar lebih mudah digunakan dan lebih mudah dipahami oleh responden, sehingga mengurangi bias jawaban responden. Perlu tambahan waktu pelatihan untuk petugas lapangan agar semua konsep definisi dapat disampaikan dan diserap dengan sempurna oleh petugas lapangan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas data yang diperoleh. Keberhasilan pelaksanaan Pilot Survei KAP tidak terlepas dari wilayah yang relatif kecil dan proses pengawasan melekat yang dilaksanakan terutama selama kegiatan pencacahan lapangan berlangsung. Untuk survei dalam lingkup wilayah yang lebih besar yang melibatkan jumlah petugas yang lebih banyak, perlu diterapkan sistem pengawasan yang lebih terpadu dan sistematis. Penunjuk jalan memegang peranan vital dalam keberhasilan survei, oleh karena itu pada survei
5.
6.
7.
8.
selanjutnya disarankan untuk menggunakan penunjuk jalan yang berasal dari warga setempat. Metode pengumpulan data langsung dengan aplikasi android perlu disempurnakan kembali khususnya rule validasi, prosedur penggunaan, antisipasi daya baterai habis, GPS, serta tampilan/ fitur, warna background dan warna font agar lebih mudah digunakan di lapangan. Komunikasi data ke server dan koneksi internet perlu diperhatikan untuk menjaga kelancaran pada saat pencacahan lapangan. Perlu koordinasi yang berkesinambungan antara BPS daerah dengan BPBD untuk menunjang pelaksanaan lapangan. Mengingat pentingnya hasil survei ini dalam rangka penanggulangan bencana, perlu tindaklanjut
dalam skala yang lebih besar khususnya untuk wilayah rawan bencana gempabumi dan tsunami. 9. Pada survei yang lebih besar, perlu perbaikan metode sampling agar data yang dikumpulkan dapat mewakili populasi. 10. Guna meningkatkan antusiasme responden dalam menjawab pertanyaan petugas, perlu dipertimbangkan adanya cenderamata untuk responden. 11. Perlu dilakukan sosialisasi kepada stakeholder terkait sebelum pelaksanaan guna menunjang keberhasilan survei. 12. Untuk melengkapi baseline data kebencanaan, perlu diadakan survei tentang kesiapsiagaan menghadapi bencana dengan responden pada level pemangku kebijakan setempat.
Rekomendasi Dalam upaya meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana, peran dari pemerintah daerah perlu ditingkatkan dengan menyediakan peralatan atau fasilitas kesiapsiagaan serta mengaktifkannya. Perlunya sosialisasi kepada masyarakat untuk menyiapkan aset yang bisa digunakan sewaktu – waktu jika terjadi bencana. Pilot Survei KAP diharapkan dapat menjadi pembelajaran dan acuan untuk survei KAP yang sesungguhnya. Selain itu, dengan mengambil pembelajaran dari Pilot Survei KAP yang dilakukan di Kota Padang, diharapkan survei KAP yang berikutnya dapat dilakukan dalam skala yang lebih besar, baik skala provinsi maupun nasional.
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
109
110
BNPB, BPS, UNFPA
Kantor Perpustakaan rusak parah akibat gempabumi di Padang. Sumber : BNPB
DAFTAR PUSTAKA
Buku Data Bencana Indonesia Tahun 2010, BNPB Buku Data Bencana Indonesia Tahun 2011, BNPB Peraturan Kepala BNPB Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan Penanggulangan Bencana Peraturan Kepala BNPB Nomor 8 Tahun 2011 tentang Standardisasi Data Kebencanaan Peraturan Kepala BNPB Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian Resiko Bencana Peraturan Kepala BNPB Nomor 7 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Data dan Informasi Bencana Indonesia Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana http://dibi.bnpb.go.id/DesInventar/data_profil_wilayah.jsp
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
111
112
BNPB, BPS, UNFPA
Shelter di Kantor Gubernur Padang. Sumber : BNPB
LAMPIRAN
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
113
Lampiran 1. Jumlah Anggota Rumah Tangga Responden menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Kel Umur
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
(1)
(2)
(3)
(4)
0-4
32
43
75
5-6
8
23
31
7-12
56
39
95
13-17
49
43
92
18-59
319
311
630
60+
47
61
108
Total
511
520
1031
Lampiran 2. Persentase Anggota Rumah Tangga Responden Berumur 10 tahun Ke Atas menurut Kelompok Umur dan Status Perkawinan Laki-laki+Perempuan Kel Umur
Belum kawin
Kawin
Cerai Hidup
Cerai Mati
Jumlah
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
10-12
100.00
-
-
-
100.00
13-17
100.00
-
-
-
100.00
18-59
39.11
54.21
2.86
3.82
100.00
60+
-
61.11
0.93
37.96
100.00
Total
44.33
46.15
2.15
7.37
100.00
Laki-laki
114
Kel Umur
Belum kawin
Kawin
Cerai Hidup
Cerai Mati
Jumlah
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
10-12
100.00
-
-
-
100.00
13-17
100.00
-
-
-
100.00
18-59
44.83
52.66
1.57
0.94
100.00
60+
-
80.85
-
19.15
100.00
Total
50.11
46.09
1.12
2.68
100.00
BNPB, BPS, UNFPA
Perempuan Kel Umur
Belum kawin
Kawin
Cerai Hidup
Cerai Mati
Jumlah
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
10-12
100.00
-
-
-
100.00
13-17
100.00
-
-
-
100.00
18-59
33.23
55.81
4.19
6.77
100.00
60+
-
45.90
1.64
52.46
100.00
Total
38.39
46.21
3.22
12.18
100.00
Lampiran 3. Persentase Anggota Rumah Tangga Responden menurut Kelompok Umur dan Hubungan dengan Kepala Rumah Tangga Laki-laki+Perempuan Kel Umur
Kepala Rumah Tangga
Istri/Suami
Anak
Lainnya
Jumlah
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
0-4
-
-
66.67
33.33
100.00
5-6
-
-
61.29
38.71
100.00
7-12
-
-
74.74
25.26
100.00
13-17
-
-
80.43
19.57
100.00
18-59
29.21
20.32
30.16
20.32
100.00
60+
61.11
25.00
1.85
12.04
100.00
Total
24.25
15.03
39.38
21.34
100.00
Laki-laki Kel Umur
Kepala Rumah Tangga
Istri/Suami
Anak
Lainnya
Jumlah
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
0-4
-
-
62.50
37.50
100.00
5-6
-
-
62.50
37.50
100.00
7-12
-
-
76.79
23.21
100.00
13-17
-
-
81.63
18.37
100.00
18-59
45.45
0.94
30.41
23.20
100.00
60+
93.62
2.13
2.13
2.13
100.00
Total
36.99
0.78
40.31
21.92
100.00
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
115
Perempuan Kel Umur
Kepala Rumah Tangga
Istri/Suami
Anak
Lainnya
Jumlah
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
0-4
-
-
69.77
30.23
100.00
5-6
-
-
60.87
39.13
100.00
7-12
-
-
71.79
28.21
100.00
13-17
-
-
79.07
20.93
100.00
18-59
12.54
40.19
29.90
17.36
100.00
60+
36.07
42.62
1.64
19.67
100.00
Total
11.73
29.04
38.46
20.77
100.00
Lampiran 4. Persentase Anggota Rumah Tangga Responden Berumur 5 Tahun Ke Atas menurut Kelompok Umur dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Laki-laki+Perempuan Tidak/Belum
SD/MI/
SLTP/MTs/Kejuruan/
SLTA/MA/
Diploma
Diploma III/
Tamat SD
Sederajat
Sederajat
Sederajat
I/II
Akademi
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
5-6
100.00
-
-
-
7-12
89.47
10.53
-
13-17
1.09
33.70
18-59
5.08
60+ Total
Kel Umur
D4/S1
S2/S3
Jumlah
(7)
(8)
(9)
(10)
-
-
-
-
100.00
-
-
-
-
-
100.00
56.52
8.70
-
-
-
-
100.00
11.43
12.06
51.11
1.11
4.60
13.17
1.43
100.00
22.22
25.00
17.59
24.07
2.78
3.70
4.63
-
100.00
18.10
14.64
15.38
37.24
1.05
3.45
9.21
0.94
100.00
D4/S1
S2/S3
Jumlah
Laki-laki Tidak/Belum
SD/MI/
SLTP/MTs/Kejuruan/
SLTA/MA/
Diploma
Diploma III/
Tamat SD
Sederajat
Sederajat
Sederajat
I/II
Akademi
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
5-6
100.00
-
-
-
-
-
-
-
100.00
7-12
87.50
12.50
-
-
-
-
-
-
100.00
13-17
-
36.73
59.18
4.08
-
-
-
-
100.00
18-59
4.70
12.54
14.73
50.78
1.25
3.13
10.97
1.88
100.00
60+
17.02
19.15
17.02
29.79
4.26
4.26
8.51
-
100.00
Total
16.70
15.45
17.54
37.16
1.25
2.51
8.14
1.25
100.00
Kel Umur
116
BNPB, BPS, UNFPA
Perempuan Tidak/Belum
SD/MI/
SLTP/MTs/Kejuruan/
SLTA/MA/
Diploma
Diploma III/
Tamat SD
Sederajat
Sederajat
Sederajat
I/II
Akademi
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
5-6
100.00
-
-
-
7-12
92.31
7.69
-
13-17
2.33
30.23
18-59
5.47
60+ Total
Kel Umur
D4/S1
S2/S3
Jumlah
(7)
(8)
(9)
(10)
-
-
-
-
100.00
-
-
-
-
-
100.00
53.49
13.95
-
-
-
-
100.00
10.29
9.32
51.45
0.96
6.11
15.43
0.96
100.00
26.23
29.51
18.03
19.67
1.64
3.28
1.64
-
100.00
19.50
13.84
13.21
37.32
0.84
4.40
10.27
0.63
100.00
Lampiran 5. Persentase Anggota Rumah Tangga Responden Berumur 5 tahun Ke Atas menurut Jenis Pelatihan/Seminar/Simulasi/Pertemuan Terkait Bencana Laki-laki+Perempuan Ya
Hubungan dengan Simulasi
Sosialisasi
Pelatihan
Kepramu-
Pengolahan
Dapur
Lain-
Rumah Tangga
Bencana
Bencana
Evakuasi
kaan
Air Bersih
Umum
nya
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
1. Kepala rumah tangga
10.80
2.00
0.40
0.40
-
-
-
83.60
2.80
100.00
8.39
1.29
0.65
-
-
-
-
86.45
3.23
100.00
16.85
1.40
1.69
0.28
-
-
0.56
75.28
3.93
100.00
9.38
-
-
-
-
-
-
87.50
3.13
100.00
34.55
7.27
-
-
-
-
-
56.36
1.82
100.00
-
-
12.50
-
-
-
-
87.50
-
100.00
7. Famili lain
9.09
1.30
1.30
1.30
-
-
-
85.71
1.30
100.00
8. Pembantu
-
-
-
-
-
-
-
100.00
-
100.00
9. lainnya
-
7.14
-
-
-
-
-
92.86
-
100.00
13.49
1.88
1.15
0.31
0.00
0.00
0.21
79.92
3.03
100.00
2. Istri/suami 3. Anak 4. Menantu 5. Cucu 6. Orang tua/mertua
Total
Tidak
Tidak
Kepala
tahu
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
Jumlah
117
Laki-laki Ya
Hubungan dengan Simulasi
Sosialisasi
Pelatihan
Kepramu-
Pengolahan
Dapur
Lain-
Rumah Tangga
Bencana
Bencana
Evakuasi
kaan
Air Bersih
Umum
nya
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
1. Kepala rumah tangga
10.58
2.65
0.53
0.53
-
-
-
83.60
2.12
100.00
-
-
-
-
-
-
-
100.00
-
100.00
3. Anak
14.52
1.08
1.08
0.54
-
-
0.54
77.96
4.30
100.00
4. Menantu
12.00
-
-
-
-
-
-
88.00
-
100.00
5. Cucu
40.00
4.00
-
-
-
-
-
56.00
-
100.00
-
-
50.00
-
-
-
-
50.00
-
100.00
2.50
2.50
-
-
-
87.50
-
100.00
2. Istri/suami
6. Orang tua/mertua 7. Famili lain
7.50
9. lainnya Total
-
Tidak
Tidak
Kepala
tahu
Jumlah
-
12.50
-
-
-
-
-
87.50
-
100.00
13.15
1.88
1.04
0.63
0.00
0.00
0.21
80.58
2.51
100.00
Tidak
Perempuan Ya
Hubungan dengan
Tidak
Kepala
Simulasi
Sosialisasi
Pelatihan
Kepramu-
Pengolahan
Dapur
Lain-
Rumah Tangga
Bencana
Bencana
Evakuasi
kaan
Air Bersih
Umum
nya
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
1. Kepala rumah tangga
11.48
-
-
-
-
-
-
83.61
4.92 100.00
8.61
1.32
0.66
-
-
-
-
86.09
3.31 100.00
19.41
1.76
2.35
-
-
-
0.59
72.35
3.53 100.00
-
-
-
-
-
-
-
85.71
14.29 100.00
30.00
10.00
-
-
-
-
-
56.67
3.33 100.00
-
-
-
-
-
92.86
7. Famili lain
10.81
2.70
-
-
-
-
-
83.78
8. Pembantu
-
-
-
-
-
-
-
100.00
-
100.00
9. lainnya
-
-
-
-
-
-
-
100.00
-
100.00
13.84
1.89
1.26
0.00
0.00
0.21
79.25
2. Istri/suami 3. Anak 4. Menantu 5. Cucu 6. Orang tua/mertua
Total
118
BNPB, BPS, UNFPA
7.14
-
0.00
tahu (10)
-
Jumlah
(11)
100.00
2.70 100.00
3.56 100.00
Lampiran 6. Persentase Anggota Rumah Tangga Responden Berumur 10 tahun Ke Atas menurut Kelompok Umur dan Jenis Kegiatan Selama Seminggu yang Lalu Laki-laki+Perempuan Mengurus Kel Umur
Bekerja
Sekolah
Rumah
Lainnya
Jumlah
(4)
(5)
(6)
Tangga (1)
(2)
(3)
10-12
-
100.00
-
-
100.00
13-17
2.17
90.22
-
7.61
100.00
18-59
65.02
14.47
14.79
5.72
100.00
60+
37.04
0.93
34.26
27.78
100.00
Total
51.13
25.85
14.74
8.28
100.00
Laki-laki Mengurus Kel Umur
Bekerja
Sekolah
Rumah
Lainnya
Jumlah
(4)
(5)
(6)
Tangga (1)
(2)
(3)
10-12
-
100.00
-
-
100.00
13-17
4.08
93.88
-
2.04
100.00
18-59
79.62
13.17
0.63
6.58
100.00
60+
63.83
2.13
4.26
29.79
100.00
Total
63.98
27.07
0.89
8.05
100.00
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
119
Perempuan Mengurus Kel Umur
Bekerja
Sekolah
Rumah
Lainnya
Jumlah
(4)
(5)
(6)
Tangga (1)
(2)
(3)
10-12
-
100.00
-
-
100.00
13-17
-
86.05
-
13.95
100.00
18-59
50.00
15.81
29.35
4.84
100.00
60+
16.39
-
57.38
26.23
100.00
Total
37.93
24.60
28.97
8.51
100.00
Lampiran 7. Persentase Rumah Tangga Responden menurut Jenis Kegiatan yang Biasa Dilakukan dan Waktu Melakukan Kegiatan Malam
(10.00 -
(18.00 -
17.59)
23.59)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
a. Menonton Televisi
24.68
28.73
40.33
6.26
42.55
b. Mendengarkan Radio
25.97
32.47
40.26
1.30
6.03
c. Membaca Majalah
19.57
45.65
34.78
-
3.61
d. Membaca Surat Kabar
39.16
39.16
19.88
1.81
13.01
16.81
37.61
42.04
3.54
17.71
18.14
36.74
41.40
3.72
16.85
x. Lainnya
33.33
33.33
33.33
-
0.24
Total
23.98
33.86
37.93
4.23
Jenis Kegiatan
(1)
e. Menggunakan Informasi Internet f. Menggunakan Media Sosial
120
Tengah
Siang
BNPB, BPS, UNFPA
Pagi (05.00 - 09.59)
Malam (00.00
Jumlah
4.59)
100.00
Lampiran 8. Persentase Rumah Tangga Responden yang Pernah Menerima Informasi Cara Penyelamatan Diri Dari Bencana Alam menurut Sumber Informasi dan Waktu Menerima Informasi
Sumber Informasi (1)
6 Bulan Terakhir
6 Bulan 1 Tahun Terakhir
Lebih Dari 1 Tahun
Jumlah
(2)
(3)
(4)
(5)
a. Keluarga/Kerabat Lainnya
31.75
17.46
50.79
100
b. Teman/Tetangga
32.08
16.04
51.89
100
c. Petugas Pemerintah
31.25
8.33
60.42
100
d. LSM dan Lembaga Internasional
42.86
14.29
42.86
100
e. Tokoh Agama/Tokoh Masyarakat/Pakar/Guru
58.82
11.76
29.41
100
f. Televisi
37.65
16.05
46.30
100
g. Radio
42.42
15.15
42.42
100
h. Majalah
42.86
28.57
28.57
100
i. Tabloid/Surat Kabar
46.77
17.74
35.48
100
j. Internet
54.55
12.12
33.33
100
k. Media Sosial
75.00
25.00
-
100
l. SMS
66.67
16.67
16.67
100
m. Buku-Buku Mitigasi Bencana
33.33
-
66.67
100
n. Masjid/Gereja/Tempat Ibadah Lainnya
29.17
-
70.83
100
-
33.33
66.67
100
100.00
-
-
100
q. Simulasi Mitigasi Bencana
50.00
16.67
33.33
100
x. Lainnya
30.77
15.38
53.85
100
Total
38.18
15.04
46.78
100
o. Poster/Leaflet p. Stiker
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
121
Lampiran 9. Persentase Persepsi Rumah Tangga Responden terhadap Kejadian yang Dapat Menimbulkan Bencana Alam menurut Jenis Kejadian Jenis Bencana Alam
Dapat Menimbulkan Bencana Alam
Jumlah
Ya
Tidak
Tidak Tahu
(2)
(3)
(4)
(5)
a. Gempabumi
98.8
0.8
0.4
100
b. Gempabumi dan Tsunami
98.4
0.8
0.8
100
c. Letusan Gunungapi
96.8
2
1.2
100
d. Banjir
97.2
2.4
0.4
100
e. Tanah Longsor
94.4
4
1.6
100
f. Kekeringan
83.6
13.2
3.2
100
g. Gelombang Pasang
85.6
11.2
3.2
100
h. Angin Putting Beliung
89.2
7.2
3.6
100
i. Kebakaran Lahan dan Hutan
75.2
19.6
5.2
100
(1)
Lampiran 10. Persentase Rumah Tangga Responden yang Mengetahui Tanda-tanda Terjadinya Bencana Alam Dapat mengetahui tanda terjadinya bencana alam
Jenis Bencana Alam
Tidak
Tidak Tahu
(2)
(3)
(4)
a. Gempabumi
25.2
73.6
1.2
100
b. Gempabumi dan Tsunami
53.2
44
2.8
100
c. Letusan Gunungapi
26.4
69.2
4.4
100
d. Banjir
54.4
45.2
0.4
100
30
65.6
4.4
100
37.6
58.4
4
100
22
74
4
100
h. Angin Putting Beliung
10.8
84.4
4.8
100
i. Kebakaran Lahan dan Hutan
11.2
82.8
6
100
(1)
e. Tanah Longsor f. Kekeringan g. Gelombang Pasang
122
Jumlah
Ya
BNPB, BPS, UNFPA
(5)
Lampiran 11. Persentase Rumah Tangga Responden yang Pernah Mengalami Bencana Alam menurut Jenis Bencana Alam dan Jumlah Kejadian Bencana Alam Jenis Bencana Alam
Jumlah Kejadian Bencana Alam 1
2-3
>3
(2)
(3)
(4)
39.6
48
11.6
b. Gempabumi dan Tsunami
0.8
0.4
c. Letusan Gunungapi
4.8
(1) a. Gempabumi
Tidak
Jumlah
(5)
(6)
0.8
100
-
98.8
100
1.2
-
94
100
14.8
8.4
5.2
71.6
100
e. Tanah Longsor
1.6
0.4
-
98
100
f. Kekeringan
6.4
4
-
89.6
100
g. Gelombang Pasang
4.4
2.4
1.2
92
100
h. Angin Putting Beliung
7.2
4
2.8
86
100
2
1.2
96.8
100
d. Banjir
i. Kebakaran Lahan dan Hutan
-
Lampiran 12. Persentase Rumah Tangga Responden yang Mengetahui Maksud Bencana Alam menurut Jenis Bencana Alam dan Kemungkinan Tertimpa Bencana Alam Jenis Bencana Alam
Kemungkinan
Tidak
Jumlah
Mungkin
Kecil
Besar
Sangat Besar
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
a. Gempabumi
3.24
37.25
50.61
8.91
100
b. Gempabumi dan Tsunami
3.25
36.99
50.81
8.94
100
c. Letusan Gunungapi
3.31
37.19
50.41
9.09
100
d. Banjir
3.29
37.45
50.21
9.05
100
e. Tanah Longsor
2.97
37.29
50.42
9.32
100
f. Kekeringan
2.87
41.63
45.93
9.57
100
g. Gelombang Pasang
2.80
40.65
48.60
7.94
100
h. Angin Putting Beliung
2.69
39.46
47.98
9.87
100
i. Kebakaran Lahan dan Hutan
2.66
41.49
46.28
9.57
100
(1)
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
123
Lampiran 13. Persentase Rumah Tangga Responden yang Pernah Melihat Peralatan/Fasilitas Kesiapsiagaan/Mitigasi Bencana yang Tersedia Pernah melihat peralatan/fasilitas kesiapsiagaan
Persentase
(1)
(2)
Ya
45.2
Tidak
54.8
Total
100
Lampiran 14. Persentase Peralatan/Fasilitas Kesiapsiagaan dan/atau Mitigasi Bencana yang Tersedia Jenis Fasilitas
Persentase
(1)
(2)
Rambu evakuasi
37.30
Peta jalur evakuasi
23.81
Jalur evakuasi
19.05
Sirine
19.05
Lainnya
0.79
Total
100
Lampiran 15. Persentase Rumah Tangga Responden yang Pernah Melihat Fasilitas Kesiapsiagaan/ Mitigasi Bencana menurut Jenis Fasilitas yang Ada dan Ketersediaan Fasilitas
124
Jenis Fasilitas
Ya
Tidak
Jumlah
(1)
(2)
(3)
(4)
a. Peta yang menunjukkan jalur evakuasi
100
-
100
b. Jalur evakuasi
100
-
100
c. Sirine
100
-
100
d. Rambu penunjuk arah menuju ke tempat yang aman
100
-
100
x. Lainnya
100
-
100
Total
100
0
100
BNPB, BPS, UNFPA
Lampiran 16. Persentase Rumah Tangga Responden yang Mengetahui Adanya Sumber Informasi Peringatan Bencana Mengetahui Sumber Peringatan Bencana
Ya
Tidak
Jumlah
(1)
(2)
(3)
(4)
a. Pemerintahan Pusat/Pemerintahan Daerah
61.2
38.8
100
b. TNI/Polri/Petugas Keamanan
22.8
77.2
100
c. Radio
49.6
50.4
100
d. Televisi
66.4
33.6
100
e. Media Cetak (Surat Kabar, Majalah, dll)
44.4
55.6
100
f. Internet
33.2
66.8
100
g. Tempat-tempat Ibadah
39.6
60.4
100
h. Pemuka Agama/Pemuka Masyarakat
31.2
68.8
100
Lampiran 17. Persentase Rumah Tangga Responden yang Mengetahui Cara Menyelamatkan Diri Dari Bencana Jenis Bencana
Mengetahui
Tidak Mengetahui
(1)
(2)
(3)
Gempabumi
91.6
8.4
Gempabumi dan Tsunami
81.6
18.4
Letusan Gunungapi
42.4
57.6
Banjir
70.8
29.2
Tanah Longsor
34.0
66.0
Kekeringan
30.4
69.6
Gelombang Pasang
39.2
60.8
Angin Puting Beliung
28.0
72.0
Kebakaran Lahan dan Hutan
27.6
72.4
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
125
Lampiran 18. Persentase Rumah Tangga Responden yang Memiliki Aset yang Dapat Digunakan Ketika Bencana Kepemilikan Aset
Dapat Digunakan Ketika Bencana Ya
Tidak
(2)
(3)
Tabungan
48.4
51.6
Tanah/Rumah lain yang aman dari bencana
26.4
73.6
Asuransi Jiwa/Properti/Benda
17.6
82.4
Lainnya
13.2
86.8
(1)
Lampiran 19. Persentase Rumah Tangga Responden yang Pernah Mengikuti Pelatihan, Seminar, Simulasi, dan Pertemuan Terkait Kesiapsiagaan Bencana Sejak 1 Januari 2008 menurut Jenis Bencana Alam
126
BNPB, BPS, UNFPA
Jenis Bencana Alam
Ya
Tidak
(1)
(2)
(3)
Gempabumi
96.1
3.9
Gempabumi dan Tsunami
80.5
19.5
Banjir
14.3
85.7
Letusan Gunungapi
2.6
97.4
Kekeringan
2.6
97.4
Gelombang Pasang
2.6
97.4
Tanah Longsor
1.3
98.7
Angin Putting Beliung
1.3
98.7
Kebakaran Lahan dan Hutan
1.3
98.7
Perkampungan yang tertimbun longsoran akibat gempabumi di Padang. Sumber : BNPB
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
127
128
BNPB, BPS, UNFPA
Kegiatan belajar di sebuah sekolah, 14 hari pasca gempabumi Padang. Sumber : BNPB
KUESIONER
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
129
PILOT SURVEI PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU
PILOT SURVEI PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU KESIAPAN MENGHADAPI BENCANA (KAP 2013) KESIAPAN MENGHADAPI BENCANA (KAP 2013) DAFTAR PERTANYAAN RUMAH TANGGA
DAFTAR PERTANYAAN RUMAH TANGGA
A A PILOT IA
SURVEI PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU KA KESIAPAN MENGHADAPI BENCANA (KAP 2013) KA BLOK I. N NALAN T AT
A A IA
DAFTAR PERTANYAAN RUMAH TANGGA BLOK I. 1N NALAN T AT :
:
A A IA
:
:
:
:
:
:
: :
:
: :
:
BLOK I. 1
1
:
1
:
1 2
AN AN
:
:
1 : :
: :
:
: :
:
A
:
:
:
:
: : :
:
:
:
: :
:
: :
:
1
:
:
:
2
:
:
:
:
: :
T
2:
:
:
A
2
:
2
: :
:T
: AN AN
BLOK II. K T :
: :
T
AN AN :
:
:
:: :: A ::
2
1
:
:
: : : ::
1
BLOK II. K :T
KA
: : : : : : : : : : :
2
2
:
:
2
2
1
:
:
2
:
1
2
:
:
2
1
2
1
:
BNPB, BPS, UNFPA
AT
1
1
:
130
NALAN T
2
::
:
:
BLOK II. K T
:
1
N
2
::
:
:
:
: :
1
:
1
:
: :
:
:
1
2
1
:
: :
1
1
:
1
:
2
1
2
1
:
2
1
2
1
PERKENALAN Selamat Pagi/Siang/Malam. Nama saya [...] dari BPS (Badan Pusat Statistik) Kota Padang. Pada saat ini kami sedang melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengukur kesiapan masyarakat terhadap bencana gempabumi dan tsunami di beberapa desa di Kota Padang, Sumatera Barat. Nantinya survei ini juga dilaksanakan di beberapa wilayah Indonesia yang dikategorikan sebagai daerah rawan bencana. Oleh karena itu, pendapat Bapak/Ibu/Saudara/i dalam penelitian ini sangat penting. Kami sangat menghargai dan berterimakasih jika Bapak/Ibu/Saudara/i dapat meluangkan waktu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang kami ajukan. Semua informasi yang Bapak/Ibu/Saudara/i berikan akan digunakan untuk menghindarkan korban bencana di masa depan. Adakah yang ingin Bapak/Ibu/Saudara/i tanyakan? Jika Bapak/Ibu/Saudara/i telah siap, sekarang kami akan memulai wawancara ini.
KONSEP DAN DEFINISI Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Bencana Alam adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Mitigasi Bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Kesiapsiagaan Bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Manajemen Penanggulangan Bencana adalah upaya menangani dan mengurangi risiko bencana, Kesiapsiagaan dalam bencana (pro-aktif) dan respon bencana serta mendukung dan membangun kembali masyarakat setelah bencana telah terjadi.
2
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
131
132
BNPB, BPS, UNFPA (2)
(1)
Kode Kol (6): Status perkawinan: 1. Belum kawin 2. Kawin 3. Cerai hidup 4. Cerai mati
1. Kepala rumah tangga 2. Istri/suami 3. Anak 4. Menantu 5. Cucu 6. Orang tua/mertua 7. Famili lain 8. Pembantu 9. Lainnya
(3)
(303)
1. Islam 2. Protestan 3. Katholik 4. Hindu 5. Budha 6. Khonghucu 7. Lainnya
(5)
(305)
Umur (Tahun)
Kode Kol (7): Agama:
(4)
(304)
Jenis Hubungan kelamin dengan kepala 1. Lakirumah laki tangga 2. Perempuan
Kode Kol (3): Hubungan dengan Kepala Ruta:
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
(302)
(Tulis siapa saja yang biasanya tinggal dan makan di rumah tangga ini baik dewasa, anak-anak maupun bayi)
(301)
No. Urut
Nama Anggota Rumah Tangga
(7)
(307)
Agama
(8)
3
0. Tidak punya ijazah SD 1. SD/SDLB/MI/Paket A 2. SMP/SMPLB/MTs/Paket B 3. SMA/SMLB/MA/SMK/Paket C 4. D1/D2 5. D3/Sarjana Muda 6. D4/S1 7. S2/S3
Kode Kol (8): Ijazah tertinggi yang dimiliki:
(6)
(306)
Status perkawinan
(10)
1. Simulasi bencana 2. Sosialisasi bencana 3. Pelatihan evakuasi 4. Kepramukaan (tali temali, pasang tenda, dll) 5. Pengolahan air bersih 6. Dapur umum 7. Lainnya
Kode Kol (10): Jenis pelatihan/seminar/simulasi/ pertemuan:
(9)
Pernahkah Jika [NAMA] mengikuti Kol (9) = 1 pelatihan/ seminar/simulasi/ Jenis pelatihan/ pertemuan seminar/ Ijazah/STTB terkait bencana? simulasi/ tertinggi pertemuan yang dimiliki 1. Ya yang terkait 2. Tidak bencana 8. Tidak tahu seperti apa yang diikuti? (308) (309) (310)
ART 5 tahun ke atas
BLOK III. KETERANGAN ANGGOTA RUMAH TANGGA
1. Bekerja 2. Sekolah 3. Mengurus rumah tangga 4. Lainnya
(12)
(312)
1. Ya 2. Tidak
Apakah bekerja dalam 12 bulan terakhir?
Jika Kol (11) = 2,3 atau 4
Kode Kol (11): Kegiatan utama:
(11)
(311)
Kegiatan utama selama seminggu yang lalu
ART 10 tahun ke atas
BLOK IV. SUMBER INFORMASI 401 Kapan biasanya Bapak/Ibu/Saudara/i melakukan kegiatan berikut ini? (Lingkari kegiatan yang biasa dilakukan dan beri tanda cek (v) pada kolom waktu yang sesuai)
Pagi
Siang
Malam
Tengah Malam
(05.00-09.59)
(10.00-17.59)
(18.00-23.59)
(00.00-04.59)
Menonton televisi. A Mendengarkan radio...... B Membaca majalah.. C Membaca surat kabar.... D Menggunakan informasi internet. E Menggunakan media sosial (Facebook, Twitter, dll)..... F Lainnya, tuliskan________________________ X 402 Apakah Bapak/Ibu/Saudara/i pernah mendengar
Ya... 1
tentang mitigasi bencana, penanggulangan bencana,
Tidak.. 2
dan kesiapsiagaan bencana?
403 Apakah Bapak/Ibu/Saudara/i pernah menerima informasi tentang bagaimana cara menyelamatkan diri Ya...... 1 Bapak/Ibu/Saudara/i dan ART yang lain dari bencana Tidak (ke 406). 2 alam? 404 Kapan terakhir Bapak/Ibu/Saudara/i menerima 6 bulan terakhir... 1 informasi tersebut? 6 bulan - 1 tahun terakhir.. 2 Lebih dari 1 tahun.. Perorangan/ Lembaga: Keluarga/ famili lainnya . Teman/ tetangga ..... Petugas pemerintah.... LSM dan lembaga internasional .. Tokoh agama / Tokoh masyarakat/ Pakar/ Guru... Media: Televisi.. Radio.... Majalah.... Tabloid/ surat kabar...... Internet.... Media Sosial (Facebook, Twitter, dll).. SMS...... Buku-buku mitigasi bencana..... Masjid/ Gereja/ tempat ibadah lainnya.... Poster/ leaflet.......... Stiker ....... Simulasi mitigasi bencana.... Lainnya, tuliskan_____________________________
405 Dari mana Bapak/Ibu/Saudara/i menerima informasi tentang bagaimana menyelamatkan diri dari bencana alam? Ada lagi?
406 Sebutkan dua metode terbaik dan terpercaya dalam
3 A B C D E F G H I J K L M N O P Q X
Radio... A
memberikan informasi bagaimana menyelamatkan diri Televisi... B Bapak/Ibu/Saudara/i dan ART dari bencana alam?
Surat Kabar... C Internet.. D Seminar................................................ E Pengumuman....... F Teman/ Keluarga.. G Lainnya, tuliskan______________________________ X
4
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
133
BLOK V. PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP BENCANA ALAM 501 Apakah Bapak/Ibu/Saudara/i tahu yang dimaksud
Ya... 1
dengan bencana alam?
Jenis bencana alam
Tidak.. 2 Menurut Bapak/Ibu/ Apakah Bapak/Ibu/ Apakah Bapak/Ibu/ Jika P504=1 Saudara/i dari Saudara/i Saudara/i pernah daftar kejadian mengetahui tandamengalami Berapa kali Bapak/ berikut mana yang tanda terjadinya bencana alam Ibu/Saudara/i dapat menimbulkan bencana alam berikut ini? mengalami terjadinya bencana berikut ini? bencana alam alam? tersebut? (502)
(503)
(504)
Ya .1 Tidak.2 Tdk tahu ..8
Ya .1 Tidak.2 Tdk tahu ..8
Ya .1 Tidak.2
(505)
A. Gempabumi B. Gempabumi dan Tsunami C. Letusan Gunungapi D. Banjir E. Tanah Longsor F. Kekeringan G. Gelombang Pasang H. Angin Puting Beliung I. Kebakaran Lahan dan Hutan 506 Apakah Bapak/Ibu/Saudara/i mengetahui berapa
Tidak mungkin........................................... 1
besar kemungkinan bencana alam dapat menimpa
Kemungkinan kecil... 2
lingkungan Bapak/Ibu/Saudara/i?
Kemungkinan besar. 3 Kemungkinan sangat besar. 4
507 A. Apakah Bapak/Ibu/Saudara/i memiliki orang tua atau famili lainnya yang pernah membicarakan dengan Bapak/Ibu/Saudara/i tentang bencana alam?
Ya... 1 Tidak.. 2
B. Apakah Bapak/Ibu/Saudara/i memiliki orang tua atau famili lainnya yang pernah membicarakan langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan untuk mempertahankan hidup Bapak/Ibu/Saudara/i dari bencana?
Ya... 1 Tidak.. 2
508 Apakah Bapak/Ibu/Saudara/i mengetahui adanya
Ya... 1
pengetahuan atau kearifan lokal yang berkaitan
Sebutkan : ____________________________________
dengan bencana alam?
Tidak.. 2
509 Apakah Bapak/Ibu/Saudara/i mengetahui adanya
Ya... 1
kejadian bencana alam yang pernah terjadi di wilayah
Tidak.. 2
Bapak/Ibu/Saudara/i di masa lalu? 510 Apakah Bapak/Ibu/Saudara/i dan ART pernah
Ya... 1
mengalami kehilangan korban jiwa atau kerugian
Tidak.. 2
material yang disebabkan bencana alam?
5
134
BNPB, BPS, UNFPA
511 Apakah pemerintah di wilayah Bapak/Ibu/Saudara/i sudah/pernah melakukan upaya
Ya...... 1
pengurangan risiko untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan dari bencana alam?
Tidak. 2 Tidak Tahu... 8
512 Apa yang telah dilakukan pemerintah untuk memberitahukan masyarakat tentang sebuah kemungkinan terjadinya bencana alam?
Ya1 Tidak...2
A. Mengaktifkan sirine untuk memperingatkan kemungkinan adanya tsunami B. Memberitahu lewat radio dan televisi tentang kedatangan tsunami C. Mengumumkan datangnya tsunami lewat layanan pesan singkat (SMS) D. Cara Tradisional (kentongan, pengumuman melalui tempat ibadah, dll) E. Informasi gempabumi dari BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika) 513 Apakah Bapak/Ibu/Saudara/i pernah berbicara atau berdiskusi tentang bagaimana cara menyelamatkan diri Bapak/Ibu/Saudara/i dan keluarga Bapak/Ibu/Saudara/i jika terjadi bencana? 514 Apakah Bapak/Ibu/Saudara/i pernah melihat peralatan/fasilitas kesiapsiagaan dan/atau mitigasi bencana di daerah Bapak/Ibu/Saudara/i?
Ya.. 1 Tidak. 2 Ya... 1 Tidak (ke 516). 2
515 Jika terjadi bencana alam, fasilitas apa yang ada di
Peta yang menunjukkan jalur evakuasi A
wilayah Bapak/Ibu/Saudara/i yang dapat digunakan
Jalur evakuasi.... B
untuk mencapai tempat yang aman?
Sirine... C Rambu penunjuk arah menuju tempat yang aman D
Ada lagi?
Lainnya, tuliskan_______________________________ X
516 Apakah Bapak/Ibu/Saudara/i mengetahui keberadaan peralatan peringatan dini di desa Ya... 1 Bapak/Ibu/Saudara/i?
Tidak.. 2
517 Sejak 1 Januari 2008, apakah Bapak/Ibu/Saudara/i pernah menerima peringatan bencana di wilayah Bapak/Ibu/Saudara/i ?
Ya... 1 Tidak.. 2
518 Apakah Bapak/Ibu/Saudara/i mengetahui adanya sumber peringatan bencana dari:
Ya1 Tidak...2
A. Pemerintah Pusat/ Pemerintah Daerah B. TNI/ Polri/ Petugas Keamanan C. Radio D. Televisi E. Media Cetak (Surat Kabar, Majalah, dll) F. Internet G. Tempat-tempat Ibadah H. Pemuka Agama/ Pemuka Masyarakat
6
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
135
519 Jika bencana alam terjadi, apakah Bapak/Ibu/Saudara/i dan ART yang lain mengetahui bagaimana cara menyelamatkan diri?
Ya .1 Tidak.2 Tdk tahu ..8
A. Gempabumi B. Gempabumi dan Tsunami C. Letusan Gunungapi D. Banjir E. Tanah Longsor F. Kekeringan G. Gelombang Pasang H. Angin Puting Beliung I. Kebakaran Lahan dan Hutan 520 Apakah Bapak/Ibu/Saudara/i dan ART yang lain menyimpan dokumen penting di tempat Ya... 1 yang aman? Tidak.. 2 521 Apakah Bapak/Ibu/Saudara/i dan ART yang lain mempunyai jalur evakuasi (rute jalan) yang aman jika terjadi bencana?
Ya... 1 Tidak.. 2
522 Apakah Bapak/Ibu/Saudara/i dan ART yang lain memiliki aset yang dapat digunakan ketika terjadi bencana?
Ya1 Tidak...2
A. Tabungan B. Asuransi Jiwa/ Properti/ Benda C. Tanah/ Rumah lain yang aman dari bencana X. Lainnya (sebutkan) . 523 Apakah menurut Bapak/Ibu/Saudara/i, upaya-upaya peningkatan kewaspadaan
Tidak. 2
Bapak/Ibu/Saudara/i sudah mencukupi?
Tidak tahu.... 8
524 Sejak 1 Januari 2008, apakah ada anggota rumah tangga Bapak/Ibu/Saudara/i yang pernah mengikuti pelatihan, seminar, simulasi, dan pertemuan yang terkait dengan kesiapsiagaan bencana? 525 Pelatihan, seminar, simulasi dan pertemuan yang pernah Bapak/Ibu/Saudara/i ikuti terkait dengan bencana berikut ini: A. Gempabumi B. Gempabumi dan Tsunami C. Letusan Gunungapi D. Banjir E. Tanah Longsor F. Kekeringan G. Gelombang Pasang H. Angin Puting Beliung I. Kebakaran Lahan dan Hutan
7
136
Ya.. 1
bencana yang telah dilakukan selama ini di desa/ kelurahan/ daerah
BNPB, BPS, UNFPA
Ya.. 1 Tidak (ke 528) 2 Ya .1 Tidak.2 Tdk tahu ..8
526 Jenis pelatihan, seminar, simulasi, dan pertemuan apa yang pernah diikuti oleh anggota rumah tangga Bapak/Ibu/Saudara/i dan ART lainnya? (Sesuai yang disebutkan di 525)
Ya .1 Tidak.2 Tdk tahu ..8
A. Simulasi Bencana B. Sosialisasi Bencana C. Pelatihan Evakuasi D. Kepramukaan (tali temali, memasang tenda, membuat tandu, dll) E. Pengolahan Air Bersih F. Dapur Umum Tuliskan bulan dan tahun dilaksanakan pelatihan, seminar, simulasi, dan pertemuan (yang disebutkan di 526) No (527A)
Bulan/Tahun
Lingkari penyelenggara Bagaimana penilaian Siapakah yang pelatihan, seminar, mengikuti pelatihan, Bapak/Ibu/Saudara/i simulasi, dan pertemuan seminar, simulasi, dan terhadap manfaat tersebut (Jawaban boleh pelatihan, seminar, pertemuan tersebut? lebih dari satu) (Jawaban boleh lebih simulasi, dan dari satu) pertemuan tersebut? (527B) Pemerintah (BNPB, BPBD, dll). A Masyarakat.. B LSM dan lembaga internasional.. C Lainnya (tuliskan)... X Tidak tahu Z
(527C)
(527D)
Sangat tidak bermanfaat.. Tidak bermanfaat... Cukup bermanfaat Bermanfaat. Sangat bermanfaat
1 2 3 4 5
KRT.. A Suami/istri... B Anak. C Lainnya (tuliskan) X
Apakah hasil pelatihan, seminar, simulasi, dan pertemuan tersebut diinformasikan ke anggota rumah tangga yang lain? (527E) Ya. 1 Tidak... 2
1.
/
A B C X________ Z
1
2
3
4
5
A B C X_________
1
2
2.
/
A B C X________ Z
1
2
3
4
5
A B C X_________
1
2
3.
/
A B C X________ Z
1
2
3
4
5
A B C X_________
1
2
4.
/
A B C X________ Z
1
2
3
4
5
A B C X_________
1
2
5.
/
A B C X________ Z
1
2
3
4
5
A B C X_________
1
2
6.
/
A B C X________ Z
1
2
3
4
5
A B C X_________
1
2
7.
/
A B C X________ Z
1
2
3
4
5
A B C X_________
1
2
8.
/
A B C X________ Z
1
2
3
4
5
A B C X_________
1
2
9.
/
A B C X________ Z
1
2
3
4
5
A B C X_________
1
2
10.
/
A B C X________ Z
1
2
3
4
5
A B C X_________
1
2
Lanjut ke 529 528 Apa kendala atau hambatan yang menghalangi Bapak/Ibu/Saudara/i
Alasan biaya A
dan/atau ART yang lain untuk tidak ikut serta dalam pelatihan
Tidak tahu ada pelatihan..
B
kesiapsiagaan bencana seperti simulasi, pelatihan keselamatan, dll?
Alasan waktu..
C
Merasa tidak penting.
D
Lainnya, tuliskan______________
X
8
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
137
Khusus Pertanyaan 529 DIBACAKAN PEWAWANCARA: Pernyataan-pernyataan berikut menitikberatkan pada kesiapan rumahtangga dalam menghadapi bencana. Apakah Bapak/Ibu/Saudara/i telah melakukan, akan melakukan, belum melakukan atau tidak dapat melakukan hal-hal berikut? Jawaban: beri tanda cek (jangan dibacakan): Tidak dapat dilakukan: 1;
Belum dilakukan: 2;
Akan dilakukan: 3;
Telah dilakukan: 4
529. AKTIVITAS/TINDAKAN
1
2
3
4
A. Membangun rumah yang kokoh B. Mendiskusikan dengan ART yang lain, apa yang harus dilakukan jika terjadi bencana C. Memiliki perbekalan untuk bencana D. Menyimpan cadangan makanan E. Menyimpan cadangan air F. Memiliki senter G. Memiliki cadangan baterai H. Memiliki baterai radio komunikasi (HT) I. Memiliki perbekalan obat-obatan untuk kondisi darurat J. Memiliki peralatan pemadam api K. Mengamankan furniture (lemari, rak buku, rak ke dinding, dll) L. Menghadiri pertemuan/mencari informasi tentang bencana atau kesiapsiagaan darurat M. Mengikuti pelatihan pertolongan pertama N. Memiliki rencana yang bisa digunakan jika terjadi kondisi darurat O. Membuat rencana evakuasi bencana P. Membuat/mengembangkan rencana komunikasi darurat Q. Mendiskusikan peralatan lain yang diperlukan X. Lainnya, tuliskan_____________________________________________________ 530 Menurut Bapak/ Ibu/Saudara/i, siapa yang paling
Pemerintah Pusat/Daerah... 1
bertanggungjawab dalam mempersiapkan rumah tangga
LSM dan Lembaga Internasional...
Bapak/ Ibu/Saudara/i dalam menghadapi bencana?
Masyarakat Lokal/Setempat...
2 3
Responden dan Rumah Tangga Responden..
4
Lainnya, (tuliskan)______________________ 6
9
138
BNPB, BPS, UNFPA
BLOK VI. PENILAIAN DAN PENGETAHUAN TENTANG MITIGASI BENCANA Khusus Pertanyaan 601-604 (Bacakan): Saya ingin Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengekspresikan pendapat Bapak/Ibu/Saudara/i dengan memberikan skor 1 - 5. Skor “1"= “sangat buruk”,
Skor “2"= “buruk”,
Skor “4"= “baik”,
Skor “5"= “sangat baik”.
Skor “3"= “cukup”,
Jawaban: lingkari kode yang sesuai 601 Penilaian terhadap pengetahuan mitigasi bencana:
Sangat Buruk
A. Bagaimana pengetahuan Bapak/Ibu/Saudara/i tentang pengurangan resiko (mitigasi) bencana secara umum? B. Bagaimana pengetahuan Bapak/Ibu/Saudara/i tentang bagaimana menyelamatkan Bapak/Ibu/Saudara/i dan ART yang lain ketika terjadi bencana?
Sangat Baik
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
DIBACAKAN PEWAWANCARA: Ada berbagai usaha telah dilakukan untuk menyebarkan informasi tentang kesadaran bencana di Indonesia. Upaya tersebut termasuk dalam sebuah program yang disebut mitigasi bencana. Kami ingin tahu pendapat Bapak/Ibu/Saudara/i tentang upaya-upaya berikut: 602 Bagaimana penilaian Bapak/Ibu/Saudara/i terhadap pemerintah dalam usaha pengurangan risiko bencana?
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
603 Bagiamana penilaian Bapak/Ibu/Saudara/i terhadap keberhasilan media (TV, radio, surat kabar, internet, dll) dalam upaya kesiapsiagaan bencana? 604 Bagaimana penilaian Bapak/Ibu/Saudara/i terhadap para pemangku kepentingan (Pemerintah, LSM, dan Lembaga Internasional) dalam hal keikutsertaan pihak-pihak terkait dalam upaya kesiapsiagaan bencana? 605 Manajemen bencana sebaiknya dilakukan dengan pendekatan apa? Bacakan pilihan jawaban
606 Apakah menurut Bapak/Ibu/Saudara/i, mitigasi (pengurangan risiko)
Pro-aktif (sebelum bencana: pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan)..1 Re-aktif (setelah bencana: tanggap darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi)2 Tidak tahu.......8 Ya..1
bencana adalah masalah yang mendesak bagi desa/kelurahan/daerah
Tidak.2
Bapak/Ibu/Saudara/i?
Tidak tahu....8
607 Untuk membantu informasi komunikasi dengan masyarakat dalam kesiapsiagaan bencana, istilah apa yang paling sering Bapak/Ibu/Saudara/i dengar?
Penanggulangan Bencana...1 Siaga Darurat.....2 Pengurangan Risiko Bencana.3 Kesiapsiagaan Bencana...4
Bacakan pilihan jawaban
10
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
139
BLOK VII. STATUS SOSIAL EKONOMI 701 Lokasi fisik rumah
Wilayah Dataran: < 1 kilometer dari pantai. 1 1-3 kilometer dari pantai 2 > 3 kilometer dari pantai. 3 Wilayah Perbukitan: Landai. 4 Curam. 5
702 Jenis rumah
Permanen. 1 Semi Permanen... 2 Tidak Permanen.. 3
703 Sudah berapa lama Bapak/Ibu/Saudara/i bertempat tinggal di rumah/bangunan ini?
Kurang dari 1 tahun.1 1-5 tahun...... 2 Lebih dari 5 tahun... 3
704 Manakah dari barang-barang berikut ini yang Bapak/Ibu/Saudara/i miliki di rumah dan masih berfungsi dengan baik?
Televisi.... A VCD/DVD........... B Radio/ Tape... C
Bacakan, Jawaban boleh lebih dari satu
Telepon Rumah..... D Walkie Talkie (HT).... E Radio Citizen Band (CB). F Mobil... G Motor.....
H
Telepon Seluler....
I
Komputer/ Laptop....... 705 Apakah pekerjaan pencari nafkah utama di keluarga Bapak/Ibu/Saudara/i? Tuliskan selengkap-lengkapnya _____________________________ _____________________________ _____________________________ (Kode dilingkari oleh Pengawas)
Pertanian tanaman padi dan palawija (jagung, singkong, dll). Hortikultura (sayur, buah, tanaman hias, tanaman obat, dll).. Perkebunan (tebu, teh, tembakau, karet, sawit, coklat, dll). Perikanan (penangkapan, budidaya, biota laut, dll). Peternakan (pembibitan & budidaya ternak besar/kecil, dll).. Kehutanan dan pertanian lainnya (perburuan, sagu, rotan, dll). Pertambangan dan penggalian (pasir, emas, batubara, dll).. Industri Pengolahan (anyaman, sepatu, pakaian, dll).... Listrik dan Gas (PLN, non-PLN, PN Gas, strom aki, dll)......................... Konstruksi/bangunan (gedung, jembatan, jalan, rumah, dll). Perdagangan (toko, pedagang keliling, kaki lima, supermarket, dll) Hotel dan rumah makan (wisma, penginapan, restoran, dll). Transportasi dan pergudangan (angkutan, ojek, becak, dll).. Informasi dan komunikasi (TV, radio, pos, warnet, wartel, dll).. Keuangan dan asuransi (bank, penyedia dana berbadan hukum, dll). Jasa Pendidikan (lembaga pendidikan, kursus, ponpes, dll)..... Jasa kesehatan (rumah sakit, puskesmas, apotek, dll)...... Jasa Kemasyarakatan, pemerintahan, & perorangan............ Lainnya (real estate, penyedia air, dll).....
11
140
BNPB, BPS, UNFPA
J 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
BLOK VIII. CATATAN :
12
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
141
142
BNPB, BPS, UNFPA
2. Tanggal Pemilihan Sampel
1. Nama N P Pemilih Sampel
)
oret ang tidak sesuai ) Lingkari salah satu
3. Tanda Tangan
Perkotaan -1
BLOK II. KETERA
8. Nomor Kode Sampel
7. Nama SLS
6. Nomor Blok Sensus
5. Daerah )
4. Desa Kelurahan )
3. Kecamatan
A PET
Pedesaan -2
PADAN
2. Ka upaten Kota )
AS
E ALA TEMPAT
SU AT RA BARAT
BLOK I. PE
1. Pro insi
RA ASIA
1
7
B
3
1
DAFTAR SAMPEL RUMAH TANGGA
BLOK III. ATATA
PILOT SURVEI PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU KESIAPAN MENGHADAPI BENCANA (KAP 2013) PKAPS
DSRT
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
143
6. 7. 8.
7.
8.
11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24
25.
Kode Kolom (9): 1. Dicacah
9. 10.
9.
2. Tidak Dapat Dicacah
5.
6.
(10)
4.
(9)
5.
(8)
3.
(7)
4.
(6)
2.
(5)
3.
(4)
(11) (12) (13)
(14) (15)
Nama Kepala Rumah tangga
(16)
Alamat
Sampel Pengganti (Jika kol 9 = 2)
Nomor Urut Bangunan Sam pel SLS Fis Sen Ruta ik sus
2.
(3)
Alamat
Status Tanggal PencacaKunjungan han
1.
(2)
Nama Kepala Rumah tangga
BLOK IV. DAFTAR SAMPEL
1.
(1)
Nomor Urut Bangunan Sam pel SLS Fis Sen Ruta ik sus
Sampel Terpilih
(17)
Tanggal Kunjungan
144
BNPB, BPS, UNFPA BLOK . REKA TULA
Pedesaan 2
) Coret yang tidak sesuai ) Lingkari salah satu
(disalin dari baris C kolom 8 blok
halaman terakhir)
Banyaknya Eligible Rumahtangga Hasil Pemutakhiran
8. Nomor Kode Sampel
7. Nama SLS
6. Nomor Blok Sensus
5. Daerah )
Perkotaan 1 B
BLOK V.
3. Tanda Tangan
3. Ke amatan
4. Desa Kelurahan )
2. Tanggal Pemutakhiran
ATATAN
. KETERANGAN ETUGA
2. Kabupaten Kota )
BLOK 1. Nama NIP Petugas Pemutakhiran
BLOK . ENGENALAN TEM AT
1. Pro insi
RAHA A
DAFTAR PEMUTAKHIRAN RUMAH TANGGA
PILOT SURVEI PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU KESIAPAN MENGHADAPI BENCANA (KAP 2013) KA
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang
145
(2)
BF
(3)
BS
Nomor Urut
(4)
Ruta
C. Jumlah Kumulatif Eligible Rumahtangga Sampai dengan Halaman ini (A+B)
(5)
Nama Kepala Rumahtangga
(6)
A L A M A T
BLOK V. KETERANGAN ANGGOTA RUMAH TANGGA
B. Jumlah Kumulatif Eligible Rumahtangga Sampai dengan Halaman Sebelumnya
A. Jumlah Eligible Rumahtangga
(1)
Satuan Lingkungan Setempat
Identitas Blok Sensus: ppkkcccdddbbbB
(7)
1. Ditemukan 2. Ganti KRT 3. Pindah dalam BS 4. Baru 5. Pindah luar BS 6. Tidak ditemukan
Identifikasi Keberadaan Ruta
(8)
No. Urut Eligible Ruta Hasil Pemutakhiran
Halaman: 1
PILOT SURVEI PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PILOT SURVEI PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU KESIAPAN MENGHADAPI BENCANA (KAP 2013) KESIAPAN MENGHADAPI BENCANA (KAP 2013) DAFTAR SAMPEL BLOK SENSUS DAFTAR SAMPEL BLOK SENSUS PROPINSI KABUPATEN/KOTA
: [13] SUMATERA BARAT : [71] PADANG
Kode dan Nama Kecamatan/Desa/ Kelurahan/Nagari
Perkotaan-1 Perdesaan-2
NBS
SLS
NKS
Jumlah Ruta Keterangan Biasa
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
[010] BELAKANG TANGSI
1
007B
008
001
60
---
[013] OLO
1
019B
017
002
76
---
[034] PURUS
1
006B
014
003
77
---
[012] ULAK KARANG UTARA
1
006B
007
004
67
---
[017] AIR TAWAR TIMUR
1
008B
002
005
90
---
[018] AIR TAWAR BARAT
1
001B
043
006
62
---
[020] LOLONG BELANTI
1
005B
023
007
59
---
[002] GURUN LAWEH
1
002B
001
008
56
---
[006] SURAU GADANG
1
010B
010
009
92
---
[007] KURAO PAGANG
1
002B
001
010
82
---
[060] PADANG BARAT
[070] PADANG UTARA
[080] NANGGALO
146
BNPB, BPS, UNFPA