PETUNJUK UNTUK PESERTA SELEKSI KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) DESAIN MESJID AGUNG KOTA TEBING TIGGI
1. LATAR
BELAKANG
Nabi Muhammad Rasulullah SAW bersabda dalam salah satu hadis bahwa “Seluruh permukaan bumi ini adalah tempat sujud” Maksudnya, adalah bahwa dimana saja tempat di muka bumi ini dapat digunakan untuk tempat shalat, tentunya tempat yang bersih dan tidak bemajis. Namun untuk lebih tenang dan sesuai dengan ajaran Islam, dibangunlah masjid sebagai tempat untuk shalat. Masjid digunakan untuk shalat bersama-sama (berjamaah) yang menurut ajaran Islam lebih baik dari pada shalat sendiri-sendiri (mufarid). Masjid berasal dari kata “sajada”, artinya tempat sujud atau tempat shalat. Dan dalam Islam, membangun masjid termasuk salah satu investasi amal yang tak putus-putus walaupun orang tersebut sudah meninggal dunia. Setiap muslim juga dianjurkan untuk senantiasa mendatangi dan memakmurkan masjid. Salah satu prioritas pembangunan Kota Tebing Tinggi adalah menyelenggarakan pembinaan mental spiritual masyarakat untuk mewujudkan insan yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sebagaimana dalam visi Kota Tebing Tinggi Tahun 2011 – 2016 yaitu Mewujudkan Masyarakat Kota Tebing Tinggi yang Beriman, Bertaqwa, Maju, Sejahtera, Mandiri,
Berkeadilan
dalam
Kebhinekaan.
Mayoritas
penduduk Kota Tebing Tinggi beragama Islam, sehingga perlu adanya pembangunan tempat ibadah yang berfungsi sebagai pusat pengembangan ajaran agama Islam. Masjid tersebut diharapkan selain sebagai tempat ibadah dan fungsi sosial budaya lainnya khususnya ibadah umat Islam, namun juga menjadi unsur estetika dan landmark kebanggaan Kota Tebing Tinggi. Untuk menggali ide-ide kreatif dan partisipasi masyarakat 1
dalam desain pembangunan Masjid Agung Kota Tebing Tinggi sesuai dengan sejarah, kondisi sosial dan budaya masyarakat Kota Tebing Tinggi, Pemerintah Kota Tebing Tinggi
mengadakan
Sayembara Desain
Pembangunan
Masjid Agung Kota Tebing Tinggi. 2. MAKSUD DAN
TUJUAN
Maksud kegiatan ini adalah terpenuhinya Desain Mesjid Agung yang menjadi kebanggan masyarakat Kota Tebing Tinggi Tujuannya adalah Desain Mesjid Agung tersebut nantinya menjadi rujukan dalam pembuatan DED.
3. SASARAN
-
Terciptanya desain Mesjid Agung Kota Tebing Tinggi yang representatif yang diajukan oleh beberapa desainner yang mengikuti sayembara;
-
Terbangunnya berbagai ide pada tahap presentasi desain Mesjid Agung yang disampaikan peserta sayembara;
-
Terpilihnya desain Mesjid Agung Kota Tebing Tinggi melalui penilaian yang objective yang nantinya menjadi rujukan perencana dalam pembuatan DED (Detail Engineering Design);
-
Tersedianya dokumen DED Mesjid Agung Kota Tebing Tinggi.
4. NAMA DAN
ORGANISASI KUASA PENGGUNA ANGGARAN 5. SUMBER
PENDANAAN DAN HADIAH PEMENANG SAYEMBARA
Pemerintah Kota Tebing Tinggi, Dinas Pekerjaan Umum, alamat Jalan Gunung Agung/Gunung Leuser Tebing Tinggi dengan Ir.Mhd.Nurdin selaku Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan pengguna anggaran Sumber dana kegiatan adalah APBD Kota Tebing Tinggi tahun 2012, berbiaya Rp. 150.000.000,- (seratus lima puluh juta rupiah). Bagi pemenang sayembara akan diberikan hadiah sebesar Rp.150.000.000,- (seratus lima puluh juta rupiah) dan menjadi pemegang hak paten serta selanjutnya diberi tugas melakukan perencanaan DED. Biaya untuk DED pekerjaan perencanaan Mesjid Agung
Kota
Tebing
Tinggi
adalah
sebesar
Rp.450.000.000,- (empat ratus lima puluh juta rupiah). 2
6. KRETERIA
DESAIN MESJID AGUNG KOTA TEBING TINGGI
A.
KRITERIA UMUM
1.
Persyaratan Peruntukan dan Identitas: a. Menjamin bangunan Mesjid didirikan berdasarkan ketentuan Tata Ruang dan Tata Bangunan yang ditetapkan di kawasan kota Tebing Tinggi, b. Menjamin keselamatan pengguna secara khusus, masyarakat dan lingkungan secara umum c. Sesuai
dengan
prinsip-prinsip
penggunaan
Anggaran Belanja Negara: - Hemat, tidak mewah, efisien, dan sesuai dengan kebutuhan teknis yang disyaratkan, terarah dan terkendali
sesuai
dengan
rencana,
program/kegiatan serta fungsi pembangunan namun tetap agung dan indah menurut persepsi umum. - menggunakan
hasil
produksi
semaksimal
mungkin
dengan
dalam
negeri
memperhatikan
kemampuan/potensi Nasional.
2.
Persyaratan Ruang sesuai dengan Fungsi Mesjid: Fungsi Mesjid minimal meliputi 4 hal utama yaitu: Ibadah, Muamalah, Tarbiyah dan Dakwah. Untuk menampung ke empat fungsi tersebut dibutuhkan fasilitas sbb: a. Kegiatan Ibadah - Bangunan Mesjid mampu menampung kapasitas sholat berjama‟ah minimal 15 % jamaah umat islam berusia dewasa di kota Tebing Tinggi, baik 3
pria maupun wanita Pria dimana Pria dan wanita yang dipisahkan secara sistematis. - Disediakan Plaza-plaza dan ruang-ruang terbuka yang berfungsi untuk menjamin pencahayaan alami, dan berfungsi untuk perluasan fungsi Mesjid pada perayaan Idul Fithri dan Idul Adha, serta perayaan hari besar islam lainnya yang dilakukan
diluar
ruangan
dengan
kapasitas
minimal 20 % jamaah umat islam berusia dewasa di tebing Tinggi, sehingga kapasitas total Mesjid ini dapat menampung 35 % penduduk muslim dewasa di kota Tebing Tinggi. Ruang terbuka ini dimanfaatkan sebagai ruang serba guna (multi purpose)
yang
diantaranya
sebagian
dapat
digunakan sebagai tempat parkir pada hari hari biasa diluar hari besar umat islam. b. Kegiatan Hubungan Umat (Muamalah) dengan kapasitas yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan pelayanan dan minimal mempunyai fasilitas sbb: - Kantor Pengelola yang dapat menampung seluruh manajemen Mesjid termasuk Kenaziran - Fasilitas Perbelanjaan dan UKM (berprinsip pada ekonomi Syariah) - Perkantoran dan Perbankan (dengan berazaskan Prinsip Syariah) - Penginapan terutama untuk menampung umat yang i‟tikaf selama Ramadhan - Fasilitas Kesehatan (Rumah Sakit/Poliklinik) - Gedung Pertemuan Umum ( untuk menampung kuliah umum, dakwah, pesta pernikahan dan lainnya) c. Kegiatan 4
Pendidikan
(Tarbiyah)
membutuhkan
fasilitas: - Fasilitas pendidikan Islam minimal untuk Taman Kanak-Kanak Al Quran (TKA) dan setingkat Sekolah Dasar. - Pusat pengembangan Bahasa, Komputer dan Teknologi - Asrama Siswa bagi pendidikan diatas - Pusat
Penelitian
dan
Pengembangan
Ilmu
Keislaman. d. Kegiatan Dakwah membutuhkan fasilitas: - Fasilitas Penerbitan dan Percetakan - Fasilitas kmunikasi minimal untuk penyiaran dakwah (studio radio) - Perpustakaan Umum 3.
Aspek Lingkungan dan Kawasan a. Aspek Lingkungan - Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang didirikan berdasarkan berdasarkan karakteristik lingkungan, ketentuan wujud bangunan, dan Budaya daerah terutama arsitektur lokal, sehingga seimbang,
serasi
dan
selaras
dengan
lingkungannya. - Menjamin terwujudnya tata ruang hijau yang dapat memberikan
keteduhan,
keseimbangan
dan
keserasian bangunan terhadap lingkungannya yang luasnya meliputi 30 % dari luas site, dimana sebagian diantaranya menaungi tempat parkir dan ruang ruang terbuka multipurpose. - Menjamin
bangunan
gedung
dibangun
dan
dimanfaatkan dengan tidak menimbulkan dampak negative 5
terhadap
lingkungan
fisik
maupun
psikisis. - Masjid harus dilengkapi dengan Parkir (minimal menampung kebutuhan 10 % dari total kapasitas Mesjid,
sehingga
cukup
untuk
tidak
tidak
mengganggu lalu lintas terutama pada ruas Medan-Tebing Tinggi yang merupakan jalan lintas Sumatera yang ramai. b. Hubungan dengan Kawasan - Bangunan
Masjid
harus
terhubung
dengan
lingkungan sekitar dan dengan mudah diakses oleh masyarakat dengan menggunakan berbagai moda transportasi. - Bangunan Mesjid harus merupakan landmark serta pembentuk karakter kota Tebing Tinggi - Lokasi Masjid berada diperempatan jalan sehingga diperkirakan akan banyak para pengendara yang melintas
dijalur
ini
akan
singgah
untuk
melaksanakan sholat. Untuk itu harus disediakan parkir, area beristirahat selain sholat dan Kamar mandi dan WC yang bersih dan fasilitas penunjang lainnya.
B ASPEK TEKNIS 1. Bangunan Hemat Energi Sebagai bangunan non komersial maka Masjid ini harus dapat dioperasikan dengan biaya yang serendah pemakaian
mungkin, energi
mengoptimalkan
dengan pada
meminimalkan
bangunan
pencahayaan
alami
dengan dan
penghawaan alami serta memilih peralatan yang hemat energi. Pemakaian sumber energi alternative 6
untuk mengoperasikan peralatan tertentu harus tetap memperhatikan dana dan kemudahan operasional dalam jangka panjang. Dalam hal ini bangunan harus dapat menggunakan penghawaan buatan pada waktu tertentu tanpa mengurangi kenyamanan pada saat penghawaan buatan tersebut tidak digunakan 2. Perawatan Bangunan Harus
memperhitungan
kemudahan
perawatan
bangunan dan dapat dioperasikan dengan biaya yang serendah mungkin dan dapat dilakukan oleh tenaga kerja dengan pendidikan setara SMK. 3. Pertimbangan Aksesibilitas Bangunan harus dapat diakses seluas-luasnya oleh seluruh
lapisan
masyarakat
termasuk
orangtua
termasuk penyandang cacat seperti pengunjung yang buta
atau
kemudahan
menggunakan untuk
kereta
mengusung
sorong, jenazah
serta untuk
dishalatkan. 4. Persyaratan Struktur Bangunan: - Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang dapat mendukung beban yang timbul sesuai dengan
daya
dukung
tanah
sebagai
akibat
penggunaan sesuai fungsinya, akibat perilaku alam (gempa, angin, matahari) maupun akibat perilaku manusia. - Menjamin keselamatan manusia dari kemungkinan kecelakaan atau luka yang disebabkan oleh kegagalan struktur bangunan. - Menjamin kepentingan manusia dari kehilangan atau kerusakan benda yang disebabkan oleh
7
perilaku struktur. - Menjamin perlindungan properti lainnya dari kerusakan fisik yang disebabkan oleh kegagalan struktur.
5. Persyaratan Ketahanan terhadap Kebakaran: a. Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang dapat mendukung beban yang timbul akibat perilaku alam dan manusia b. Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang dibangun sedemikian rupa sehingga mampu secara struktural stabil selama kebakaran, sehingga cukup waktu bagi penghuni melakukan evakuasi secara aman, serta cukup waktu bagi pasukan pemadam kebakaran memasuki lokasi untuk memadamkan api dan mampu menghindari kerusakan pada properti lainnya.
6. Persyaratan Sarana Jalan Masuk dan Keluar: a. Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang mempunyai akses yang layak, aman dan nyaman ke dalam bangunan dan fasilitas serta layanan di dalamnya. Dengan mempertimbangkan agar Imam dapat
meninggalkan
jamaah
pada
shalat
mengalami batal wudhu saat memimpin shalat. Juga mempertimbangkan agar akses jamaah yang datang belakangan tidak mengganggu jamaah yang datang lebih dahulu. Mempertimbangkan lurusnya shaf selama pelaksanaan ibadah b. Menjamin 8
terwujudnya
upaya
melindungi
penghuni dari kesakitan atau luka saat evakuasi pada keadaan darurat. c. Menjamin
tersedianya
aksesbilitas
bagi
penyandang cacat, khususnya untuk bangunan fasilitas umum dan sosial.
7. Persyaratan
Pencahayaan
Darurat,
Tanda
arah
a. Menjamin tersedianya pertandaan dini
yang
Keluar, dan Sistem Peringatan Bahaya:
informatif di dalam bangunan Mesjid apabila terjadi keadaan darurat. b. Menjamin penghuni melakukan evakuasi secara mudah dan aman, apabila terjadi keadaan darurat.
8. Persyaratan Instalasi Listrik, Penangkal Petir dan Komunikasi: a. Menjamin terpasangnya instalasi listrik yang cukup
dan
aman
dalam
menunjang
terselenggaranya kegiatan di dalam bangunan gedung sesuai fungsinya. b. Menjamin
terwujudnya
keamanan
bangunan
gedung dan penghuninya dari bahaya akibat petir. c. Menjamin tersedianya sarana komunikasi yang memadai
dalam
menunjang
terselenggaranya
kegiatan di dalam bangunan gedung sesuai dengan fungsinya.
9. Persyaratan Sanitasi dalam Bangunan: a. Mempertimbangkan sarana sanitasi yang memadai 9
baik didalam site maupun diluar site, dalam menunjang terselenggaranya kegiatan di dalam bangunan gedung sesuai dengan fungsinya terkait dengan iabadah pelaksanaan shalat. b. Menjamin terwujudnya kebersihan, kesehatan dan memberikan kenyamanan bagi penghuni bangunan dan lingkungan. c. Menjamin peralatan dan perlengkapan sanitasi secara baik dengan pengoperasian yang mudah dan murah
10. Persyaratan Ventilasi dan Pengkondisian Udara: Menjamin terpenuhinya kebutuhan udara yang cukup, baik alami maupun buatan dalam menunjang terselenggaranya kegiatan dalam bangunan gedung sesuai
dengan
fungsinya.
Menjamin
upaya
beroperasinya peralatan dan perlengkapan tata udara secara baik.
11. Persyaratan Pencahayaan: Menjamin terpenuhinya kebutuhan pencahayaan yang cukup, baik alami maupun buatan dalam menunjang terselenggaranya kegiatan dalam bangunan gedung sesuai dengan fungsinya. Menjamin peralatan dan perlengkapan
pencahayaan
dapat
dioperasikan
dengan mudah dan murah.
12. Persyaratan Kebisingan dan Getaran: Menjamin terwujudnya kehidupan yang nyaman dari gangguan suara dan getaran yang tidak diinginkan. Menjamin adanya kepastian bahwa setiap usaha atau 10
kegiatan yang menimbulkan dampak negatif suara dan getaran perlu melakukan upaya pengendalian pencemaran dan atau dapat mencegah perusakan lingkungan.
C. KRITERIA KHUSUS ARSITEKTURAL Desain Mesjid ini secara khusus dibatasi syarat-syarat yang spesifik
termasuk
tuntutan
terhadap
pertimbangan
kontekstual, baik fisik seperti geografi, klimatologi maupun faktor sosial dan budaya budaya setempat (Budaya Melayu) dan hal lain-lain yang mengutamakan genius loci. Secara khusus desain Mesjid harus berprinsip pada Quran dan Hadis yang antara lain menyebutkan: sesungguhnya menyukai
keindahan,
yang
implementasinya
Allah sebagian
diserahkan kepada manusia, serta merujuk pada hadis yang menyebutkan “kalian lebih tahu dalam urusan dunia kalian”. Untuk itu ditekankan penggunaan simbol simbol Islam yang mengacu pada ketentuan berikut: 1. Menghindari bangunan Mesjid menyerupai arsitektur produk budaya agama lain (Tasyabbuuh), sehingga dengan demikian orang dapat langsung mengenali bangunan Mesjid dengan adanya elemen elemen Mesjid yang umum dikenal seperti: kubah-kubah, beberapa menara, gerbanggerbang, beberapa courtyard dan elemen elemen yang sudah menjadi bahasa simbol (semiotika) sebuah Mesjid secara universal tetapi harus pula berkompromi dengan elemen elemen arsitektur lokal, sehingga semua hal membentuk simbiose mutualistis (Universal dan Lokal yang
didukung
Teknologi
Mutakhir)
yang
saling
memperkuat dan memperkaya bukan saling melemahkan, 11
membentuk keindahan dan keagungan seperti yang dituntut sebuah Mersjid. 2. Tidak harus berlebihan (ishraf), yang semata mata mengejar keindahan lalu mengabaikan fungsi utama utama Mesjid, karena sesungguhnya Alah tidak menyukai orang yang berlebihan (Q.S~Al-A‟raf:31). Namun dianjurkan menggunakan
material
alam
dengan
kualitas
dan
durabilitas tertinggi dengan mempertimbangkan biaya pengoperasian dan perawatan yang rendah. 3. Simbolisme,
Desain
Mesjidmerumuk pada beberapa Mesjid
bersejarah yang terdapat di dunia Islam seperti Mesjid Agung Damaskus abad ke 7 yang digunakan untuk menampung segala jenis aktivitas kehidupan social masyarakat seperti tempat musyawarah dan berkumpul, juga digunakan sebagai tempat ibadah, berdoa, shalat, menjelaskan instruksi-instruksi agama dan
kadang-kadang
digunakan
upacara kenegaraan. Denah
sebagai
Mesjid
tribune
Damaskus
berbentuk persegi empat, biasanya mesjid sejenis memiliki dinding yang mengelilingi halaman dalam terbuka atau tidak beratap yang seringkali dilengkapi dengan gallery ber-arcade, bukaan pada salah satu sisi halaman dalam (courtyard). Ruang utama tempat pelaksanaan shalat ditopang beberapa baris kolom yang
beraturan
“hypostyle”. hubungan
dengan
Susunan erat
dengan
tertib
multi
membentuk
kolom
struktur
memiliki
utama
yang
diperlihatkan dengan jelas. Ruang mesjid hypostyle bersifat dinamis karena dengan bebas bergerak keluar, kedepan, ke belakang, timbul, mengapung tanpa terduga, menyatu dengan ketidak terbatasan, 12
untuk kemudian hilang dari pandangan sehingga memberikan effek yang sangat amat sakral. Ruang mesjid mengambang dengan bebas, melewati barisbaris kolom struktur yang diperlukan, menyatu dengan
ketidak
terbatasan
mengesankan
alam
metafisik sesuai dengan keyakinan Islam, Mesjid merujuk kapada kegiatan sholat berjamaah kearah kiblat menuju dan menghadap sesuatu yang tidak nampak dan gaib, disamping itu Mesjid juga berfungsi
sebagai
wadah
kegiatan
sekular
masyarakat. Yang berikutnya adalah Mesjid Agung Cordoba mengacu pada denah mesjid persegi dengan courtyard terbuka, ruang shalatnya dibuat berkolom (aisle), suatu elemen yang diambil dari arsitektur Timur. Desain mesjid Cordoba dibuat sedemikian rupa, sehingga sangat mudah membuat perluasan dengan
hanya
melakukan
penambahan
yang
sederhana. Seperti halnya mesjid Damaskus, ruangruang di mesjid Cordoba telah berkembang menjadi sesuatu yang misterius, menjadi ruang yang seolaholah meluas tanpa batas, menyelinap ke alam yang gaib melalui bukaan-bukaan yang terdiri dari struktur polyarched. Kubah digunakan untuk membentuk ruang interior yang berbentuk gelembung udara (bubble), serta membantu menegaskan dan membentuk batas-batas volume ruang, sedang bagi kaum muslim, potensi geometri, dekoratif dan simbolik dari kubah telah membuka peluang, bagi penemuan yang brilian yang berkarakter khas Islam. Pada mesjid Cordoba, arsitek muslim telah membuat ”alat penghubung” sambungan antara kubah di bagian atas dengan struktur bagian bawahnya, terdiri dari pergantian-pergantian arch berbentuk lobe, dengan 13
arch berbentuk jendela clerestory yang keseluruhan mengarak ke bentuk geometri yang rumit dan penuh dengan detail ornamen dan kaligrafi (intricate) dalam pola ”Cross Rib” yang membentuk dasar oktagonal yang
digunakan
sebagai
perletakan
kubah.
Kompleksitas dari desain yang abstrak dipadu dengan permukaan yang penuh dengan ornamen, telah mampu mengalihkan perhatian pengamat pengunjung dari sistem struktur dan penyaluran beban statis, sebaliknya yang menjadi tumpuan perhatian adalah hasil
dematerialisasi
dari
bentuk
dan
pola
konfigurasi yang seolah-olah irrasional.
Effek
misterius
diatas
dari
kubah
yang
diletakkan
pendentive lebih sesuai bagi arsitektur Islam. Muqarnas
ini
menyelimuti
seluruh
organisasi
struktur, proses pembentukan lapisan sellular yang meriah dan unik ini nampaknya menggunakan teknik coakan.
Muqarnas merupakan salah satu elemen
yang dibuat dengan ketelitian yang tinggi dan merupakan dekorasi nonfiguratip yang merupakan salah satu fitur yang khas dari Arsitektur Islam, menjadikan dekorasi permukaan bangunan sudah menjadi komponen yang essensial dari konsep bangunan Islam secara keseluruhan. Interior Mesjid diperkaya dengan mosaik berwarna sehingga setiap elemen berbentuk massa telah dipecah dan dicairkan (dissolved) menjadi grill atau dilapis dengan ornamen kaligrafi ayat-ayat Qur‟an, dikerjakan dengan berbagai variasi yang seolah tidak terbatas, seperti bentuk jalinan yang seolah terbuat dari tali yang bebas meliuk kesana kemari (plaited), dibuat dalam pola-pola labyrin geometris. Beberapa mesjid lain berikutnya di Timur dekat, permukaan dinding bangunan telah ditutup dengan mosaik, 14
sedang entablatur dan cornice nya diukir dengan relief, dan kepala kolomnya dibuat berlobang-lobang seolah dikerjakan dengan bor (drill pierced) dimana kaligrafi
ayat-ayat
Qur‟an
terintegrasi
pada
”imbrication” langgam yang ornamental. Muqarnas pada arsitektur Islam, pada dasarnya (coffering) bertujuan untuk mempertinggi illusi agar terbentuk kesan massa kubah yang lebih solid dan lebih tebal, bukan sebaliknya seperti yang diinginkan oleh
muqarnas
yaitu
menghilangkan
seluruh
indentitas (obliterate) atau dematerialisasi dari objek yang tangibel. Salah satu fungsi dekorasi ornamental di hampir seluruh bangunan Islam adalah untuk menghindari dengan sengaja, timbulnya kejelasan bentuk (clarity of form), dan organisasi tectonic, demi untuk mencapai suasana yang membuat orang
seperti
terhipnotis sebagai media spiritual yang sangat kondusive bagi pelaksanaan shalat, baik shalat sendiri maupun
berjamaah,
sesuai
dengan
konsep
”immaterial” yang dikandung Islam. Sebagai ganti penonjolan struktur dan rasionalisme, maka arsitektur Islam membuat ulangan-ulangan dan bantuk bentuk yang saling mengikat dan mengunci serta saling menutup, tanpa interupsi, yang ritimis dengan penonjolan bagian-bagian yang detail, demi untuk mencapai tujuan, yaitu penciptaan suatu suasana agar pengunjung merasa seperti trance dalam pemujaan Allah (ikhsan). Arsitektur Islam selalu mengusahakan agar jamaah pengunjung mengabaikan penonjolan struktur dan mencoba menghilangkan kesadaran pengunjung yang seyogianya timbul karena beratnya beban struktur secara visual, atau dominannya konstruksi pendukung 15
yang
menyalurkan
beban
pada
bangunan
peribadatannya, sehingga jaringan sel-sel bangunan selalu ditampilkan sebagai kapsul tanpa berat atau tampil tanpa kekuatan yang berbentuk materi. Agar struktur tidak menonjol terutama dari bagian interior, sehingga timbul misteri penyaluran beban yang diharapkan
dapat
mempertinggi
kesan
mistis,
sehingga ”muqarnas” pada arsitektur Islam bukan hanya dimaksudkan untuk sekedar menyamarkan struktur bangunan, tetapi dengan tegas mengingkari substansi material yang solid dan struktur arsitektur tersebut. Tidak kalah pentingnya Arsitektur Islam berusaha untuk menyapu ruang interior dengan cahaya, sebagai suatu simbol jagad raya yang digunakan sebagai metaphor yang menggambarkan surgawi, sehingga mesjid sangat kaya teknik pencahayaan. Elemen berikut dengan simbolis yang melekat yang sering digunakan dalam mesjid minimal meliputi:
Mihrab Mihrab merupakan indikasi orientasi, disamping sebagai alat akustik dan resonator untuk suara, untuk menggaungkan suara dan sekaligus mengeraskannya. Tempat ini digunakan oleh Imam untuk memimpin shalat. Saat ini Mihrab menjadi fitur utama dalam Mesjid. Dalam Mesjid bukan ruang Mihrabnya yang mejadi
sakral
tetapi
orientasi
arah
yang
ditunjukkannya. Umumnya dijadikan sebagai elemen dekoratif, yang mensampilkan ornamentasi dan dekorasi dan diperlakukan sebagai skulptur sama dengan
elemen
mendematerialisasinya.
lainnya,
dalam
usaha
Sedapat-dapatnya
memasukkan cahaya lembut kedalam Mihrab, karena 16
cahaya dan air selalu menjadi konsep yang esensial didalam agama islam, serta seni arsitektur, sebagai simbol keyakinan dan kesucian. Seperti dikutip dalam Al Quran Surah 24 ayat 35. Mihrab Mesjid merupakan metaphor, menunjukkan arah kiblat ke Mekkah, suatu arah yang sesungguhnya berada jauh diluar Mesjid itu sendiri, walaupun mihrab secara fisik merupakan bagian dari interior Mesjid, tetapi selalu dibiarkan dalam keadaan kosong, karena orientasinya jauh keluar secara eksternal
dan
berfungsi sebagai lambang untuk mengingatkan kepemimpinan nabi dalam shalat yang dilakukan.
Mimbar Pentas kecil diketinggian yang umumnya dicapai dengan tangga, ditempatkan disebelah kanan Mihrab, sebagai tempat menyampaikan khotbah Jumat. Pada awal
perkembangan
Islam,
Mimbar
ini
lebih
ditujukan pada penyampaian pesan-pesan politik daripada penyampaian dogma-dogma Islam, dengan demikian tidak ada kaitan Mimbar ini dengan Ambo dalam Gereja yang digunakan sebagai pulpit. Mimbar awalnya adalah singgasana Rasul ditengah komunitas pemeluk Islam, tempat beliau menyampaikan hukumhukum masyarakat. Sesudah selesai menyampaikan peraturan dan hukum, beliau akan turun memasuki Mihrab untuk memimpin shalat. Meskipun Mimbar merupakan simbol otoritas, tetapi ketinggian ini juga dimaksudkan untuk memberi pengaruh akustik. Imam yang memimpin upacara agama, tidak melakukannya dari ketinggian tetapi dari level yang paling rendah, dan bagian yang memiliki keinggian selalunya dibiarkan kosong. Mimbar menunjukkan eratnya agama dengan politik dalam Islam. 17
Kubah Kubah mempresentasikan Mesjid dan menutupi ruang shalat persegi, ruang penerima yang dapat digabung dengan kubah-kubah kecil disekitar sebuah kubah besar. Kubah secara umum digunakan sebagai simbol tauhid, otoritas, hemisphere ataupun sekedar titik fokus atau titik fokal, dengan demikian dapat dikatakan sebagai sombol relijius maupun simbol profan. Kubah telah digambarkan sebagai mahkota seni Islam , meskipun secara liturgi perannya hanya kecil. Pada perkembangan terakhirnya digunakan sebagai penutup ruang Mesjid, kemudian beralih posisinya dari bagian luar ketengah bangunan serta skalanya bertambah besar, sehingga menutupi seluruh daerah suci disekitar Kiblat. Bentuknya bermacammacam namun sebagai simbol tauhid sebaiknya memiliki
bentuk
sebagian
lingkaran
dengan
lengkungan yang sempurna. Kubah merupakan simbol kosmos hampir disemua tradisi kepercayaan, dan dodalam Islam merepresentasikan ruang dalam di Surga (heaven), seperti layaknya taman dan air sebagai lambang ruang luar (paradise) di Surga. Karena
kubah
merepresentasikan
surga,
maka
pepohonan surga merupakan motif yang sangat tepat untuk permukaan dalam sebuah kubah. Dekorasi seperti ini biasanya menyebar dari puncak kubah kebawah, sebagai lambang sesuatu bermula dari surga dan berakhir di bumi. Kubah merupakan fitur yang paling dominan dalam sebuah Mesjid. Cahaya diffusi diusahakan menyinari bagian dalam kubah sebagai
refleksi
hadis
Bukhari
Muslim
yang
berbunyi: Ya Allah sinarilah hatiku, pengelihatanku, dan pendengaranku, dari sebelah sisi kiriku, sebelah sisi kananku dan seluruh urat-uratku, darahku, rambutku dan kulitku.
18
Kubah juga sangat sesuai dengan simbol kekekalan Allah yang sering direpresentasikan dalam bentuk lingkaran yang tanpa awal dan tanpa akhir serta tidak berakhir seperti derefleksikan dalam tarian sufi yang melingkar dan berputar.
Menara. Menara memiliki dua fungsi, yaitu sebagi landmark dan tempat megumandangkan Azan atau ajakan melaksanakan Shalat. Menara ini baru digunakan sebagai fitur yang universal pada Mesjid sejak abad ke 14 dan 15. Menara tunggal merupakan normatif, tetapi dianjurkan menggunakan beberapa menara dalam Mesjid ini. Menara berasal dari Arsitektur Syria dan asal muasalnya mungkin juga dapat ditelusuri dari obelis di jaman Mesir. Setiap menara dilengkapi
dengan
balkon,
tempat
muazzin
mengumandangkan azan, semakin tinggi menara semakin luas daerah yang dapat dicapai suara azan. Menara digunakan sebagai land mark kota Tebing Tinggi. Menara memiliki fungsi spritual dan material. Berdiri
tegak
vertikal
sebagai
simbol
yang
menghubungkan surga dan bumi. Menara utama melambangkan angka 1 yang mewakili kesatuan dan kemanunggalan.
Langgam menara merujuk pada
menara Mesjid Nabawi dengan ketinggian yang disesuaikan agar dapat dilihat sejauh mungkin sesuai dengan tujuannya menjadi Land Mark kota Tebing Tinggi.
Lanskap Rujukan simbolisme surga dalam lanskap Islam 19
adalah Al-Quran dan Sunnah. Di dalam Al-quran perkataan pohon diulang 146 kali dalam surah-surah yang
berbeda
pentingnya
untuk
alam
menggambarkan
dan
lingkungan.
betapa Sewaktu
menciptakan alam ini, Allah telah menciptakan tumbuh-tumbuhan dan taman-taman untuk kegunaan yang memberi manfaat dan memudahkan bagi kehidupan manusia. Al-quran juga menyebut dan menerangkan tentang warna, bunyi-bunyian, bau, elemen ruang, iklim mikro, bunga-bunga serta air yang
mengalir
didalam
surga
yang
secara
keseluruhan diharuskan disimbolkan dalam kompleks Mesjid. Umat Islam dijanjikan dengan surga dengan sungai yang mengalir, pancuran mata air dan air mancur,
pohon
buah-buahan
dan
penghuninya
diteduhi dengan pohon-pohon yang merimbun dan rindang (9;100). Umumnya lanskap Islam merupakan taman-taman yang dikelilingi dinding membentuk „courtyard‟, namun ruang ruang yang terbentuk harus tetap menyatu dengan ruang luar yang tidak berbatas. Merujuk pada beberapa courtyard yang terdapat di Cordova dan Alhambra
Desain landskap
Islam
menggunakan unsur-unsur geometri, baik pada elemen penutup jalan maupun ornamen seperti „muqarnas‟ Jalan utama dalam lanskap yang lurus menuju bangunan Mesjid menjadi simbol Tauhid, keyakinan kepada Allah yang satu dan tidak menyekutukan-Nya. Air merupakan aspek yang penting dalam bentuk fountain, canal, cascade) dan kolam terutamanya di ruang tengah yang sekaligus berfungsi
sebagai
membantu
sistem
menyediakan
pendingin. kebutuhan
Air juga penyiraman
untuk tanaman, membersihkan udara yang tercemar dengan 20
debu
kotoran
dan
digunakan
untuk
mengambil wuduk. Air juga secara simbolis dan fungsional untuk kebersihan dan kesucian baik lahir maupun bathin.
Kriteria tambahan peruntukan ruang
Daya tamping bangunan sebanyak 5000 (lima ribu) orang.
Pembangunan diperkirakan
gedung akan
Mesjid
menelan
biaya
Agung sebesar
Rp.30.000.000.000 s/d Rp.35.000.000.000 (tiga puluh milyar rupiah sampai dengan tiga puluh lima milyar rupiah)
Masjid dibangun bertingkat dengan alternatif lantai I (basement) digunakan untuk ruang Islamic
Centre,
lantai
II
khusus
untuk
berkumpulnya jema‟ah laki-laki dan lantai III untuk jema‟ahwanita serta dilengkapi dengan fasilitas tangga Eskalator dan masing-masing peruntukan ruang tersebut disediakan ruang voidnya.
Memiliki Koefesien Dasar Bangunan maksimal 60% dari luas lahan.
Memiliki Koefesien Ruang Terbuka minimal 40% dari luas lahan
Memiliki Koefesien Ruang Terbuka Hijau minimal 50% dari luas ruang terbuka
Memiliki Koefesien Ruang Terbuka Non Hijau maksimal 50% dari luas ruang terbuka
Memiliki Garis Sempadan Bangunan minimal ½ 21
n + 1 m (dimana n=lebar jalan).
Desain pembangunan mengikuti konsep ramah lingkungan dan hemat energi
Mendesain pola pergerakan orang dan barang dengan mensinergikan jalur pejalan kaki dan kendaraan
dengan jalan, sarana prasarana
ibadah, dan fasilitas parkir, serta fasilitas umum lainnya.
Merancang elemen yang dapat berfungsi sebagai landmark.
Bangunan
Tempat
Wudhu
terpisah
dari
bangunan utama, yang dihubungkan dengan koridor jalan.
Pada
lantai
basement,
diperuntukan
untuk
Islamic Centre yang dilengkapi dengan kantorkantor organisasi Islam (MUI, LPTQ, DEWAN MASJID,
dan
FUI)
dan
tersedia
ruang
pertemuan/rapat bersama.
Tempat pernikahan/aula resepsi yang terpisah dari bangunan utama.
Tempat UKM/Pedagang terpisah dari bangunan utama
Tersedia Ruang Tunggu VIP untuk imam dan jamaah/tamu VIP
D. KRITERIA PENILAIAN 1. Karya desain akan dilakukan penilaian selanjutnya adalah karya tersebut disampaikan oleh peserta yang melakukan pendaftaran selaku peserta sayembara; 22
2. Karya tersebut sesuai dengan jadwal yang ditentukan sudah disampaikan kepada panitia sayembara dan oleh
karenanya
peserta
yang
terlambat
menyampaikan hasil karya tidak akan diikutsertakan dalam penilaian; 3. Selanjutnya, Tim Penilai akan melakukan penilaian hasil karya pada saat dilakukannya presentase oleh peserta dan hal penilaian tersebut bersifat mutlak dan tidak dapat diganggugugat oleh peserta sayembara; 4. Penilaian yang dilakukan Tim Penilai berdasarkan aspek-aspek akuntabilitas dan transparansi; 5. Penilaian dilakukan berdasarkan aspek-aspek kriteria desain masjid agung di atas. 7. LOKASI
PERANCANGAN
Lokasi perencanaan terletak pada lahan di Jl. Yos Sudarso Kota Tebing Tinggi (lapangan pramuka, Kantor Pramuka, Kantor KLIBI, Kantor Pemberdayaan Perempuan dan KB, serta rumah dinas Camat Rambutan (terlampir peta lokasi)
8. PERSYARATAN
PENDAFTARAN
1. Peserta sayembara terbuka bagi peserta perseoarangan, berkelompok dan/atau yang berbadan usaha; 2. Pada saat pendaftaran menyerahkan KTP bagi peserta perseorangan dan/atau kelompok dan IUJK bagi peserta berbadan usaha; 3. Pendaftaran dapat dilakukan langsung pada Sekretariat Sayembara, Jalan Gunung Leuser/Gunung Agung Tebing Tinggi
atau
melalui
email
Panitia
Sayembara:
[email protected]. 9. JADWAL
PENDAFTARAN
1. Pendaftaran dapat dilakukan paling lambat hari Rabu, tanggal 27 Maret 2013; 2. Hal lainnya menyangkut jadwal pendaftaran ini dapat menanyakan
langsung
kepada
Panitia
Saudara Reza aghista, HP.085360221318.
23
Sayembara,
10. METODOLOGI
Metodologi yang dilakukan, secara berurutan adalah sebagai berikut: 1. Peserta sayembara mendaftar kepada panitia sayembara Desain Mesjid Agung Kota Tebing Tinggi langsung ke Sekretariat Panitia Sayembara Mesjid Agung Tebing Tinggi, Jalan Gunung Leuser Tebing Tinggi atau melalui email
[email protected] 2. Sesuai
dengan
jadual
yang
ditentukan,
Peserta
Sayembara melakukan presentase dihadapan tim penilai dengan difasilitasi oleh Panitia Sayembara Mesjid Agung; 3. Tim Penilai Sayembara Mesjid Agung melakukan penilaian terhadap semua desain yang disampaikan peserta
sayembara
dan
menentukan
pemenang
sayembara meliputi pemenang I, II dan III; 4. Hasil penilaian yang dilakukan oleh Tim Penilai bersifat mutlak dan tidak dapat diganggu-gugat
oleh peserta
sayembara; 5. Hasil desain pemenang sayembara Mesjid Agung ini menjadi milik Pemerintah Kota Tebing Tinggi.
11. JANGKA WAKTU
PRESENTASE
1. Penyampaian hasil desain Mesjid Agung Kota Tebing Tinggi
dari
peserta
sayembara
paling
lambat
disampaikan pada hari Kamis, 28 Maret 2013; 2. Hasil desain tersebut di atas disampaikan dalam bentuk hardcopy sebanyak 3 (tiga) set, ukuran gambar A1 dan disampaikan kepada Panitia Sayembara Mesjid Agung, Jalan Gunung Leuser/Gunung Agung Tebing Tinggi; 3. Jadwal presentase desain Mesjid Agung dari peserta sayembara akan dilaksanakan pada hari Kamis, 28 Maret 2013 dan undangan presentase akan disampaikan kepada peserta sayembara melalui pos dan email peserta bersangkutan dan atau dapat dilihat pada berita di LPSE Kota Tebing Tinggi. 24
12. KELUARAN
(OUTPUT)
Keluaran (output) yang diharapkan adalah pemenang Desain Mesjid Agung Kota Tebing Tinggi
yang diperoleh
Pemerintah Kota Tebing Tinggi dalam bentuk softcopy dan hardcopy pada kertas A0 masing-masing 5 (lima) set
13. HAL-HAL
LAINNYA
Hal lainnya berkenaan dengan dokumen KAK ini, apabila terdapat kekeliruan dan tambahan lainnya akan disampaikan kepada peserta sayembara melalui pos dan email peserta sayembara.
Disetujui Oleh : KEPALA DINAS PEKERJAAN UMUM KOTA TEBING TINGGI SELAKU PENGGUNA ANGGARAN DTO
Diusulkan Oleh : PANITIA SAYEMBARA DESAIN MESJID AGUNG KOTA TEBING TINGGI DTO
Ir. MHD.NURDIN PEMBINA UTAMA MUDA NIP. 19551015 198603 1 003
Ir.VICTOR G.SINAGA, M.Eng.Sc. Ketua
25