PETUNJUK ISLAM DALAM MENGELOLA KEHIDUPAN DI DUNIA DAN MENYIAPKAN DIRI MENYONGSONG KEMATIAN
Materi Taushiyah Disampaikan pada Acara Haul dan Ulang Tahun Keluarga Mokoginta pada hari Minggu, 9 Mei 2014 di Balai Sarwono/Pendopo Warung Solo Jalan Pondok Labu, Jakarta Selatan
Oleh: Prof. Dr.H.Abuddin Nata, MA. (Guru Besar Ilmu Pendidikan Islam pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
Jakarta 2014
1
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Terlebih dahulu izinkan Saya untuk mengajak kita semua memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, karena dengan izin-Nya, pada hari ini kita dapat menghadiri undangan dari keluarga Ibu Mokoginta dalam rangka Haul…… dan ulang tahun……….. yang ke………. Shalawat dan salam kita haturkan kepada Nabi kita Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya yang setia. Untuk itu kepada al-marhumah kita do’akan semoga segala amal ibadahnya diterima di sisi Allah SWT, diampuni segala kekhilafannya, dilancarkan perjalanannya menuju Tuhan, dilapangkan dan disinari alami kuburnya dan ditempatkan pada tempat yang sebaik-baiknya. Dan kepada yang merayakan ulang tahun, kita do’akan semoga dipanjangkan usianya, diberikan kesehatan lahir dan batin, dimudahkan segala urusannya, dimudahkan rezekinya, dan diberkahi kehidupannya. Demikian juga bagi kita semua. Amin. Peringatan haul bagi yang sudah wafat, dan ulang tahun bagi yang masih hidup sesungguhnya memperingati sebuah perjalanan hidup manusia yang antara satu dan lainnya merupakan satu kesatuan. Berdasarkan petunjuk al-Qur’an dan Hadis terdapat lima tahapan hidup yang pasti dilalui oleh setiap manusia. Bermula dari alam arwah, berlanjut ke alam kandungan (butun alam rahim), terus ke alam dunia, alam barzah (alam kubur) dan berakhir di alam akhirat (syurga dan neraka) yang kekal. Kita semua tidak tahu keadaan kita ketika berada di alam arwah, jika tidak diberitahu oleh Tuhan. Karena itu keberadaan alam arwah tidak bisa dijangkau oleh fisik, pancaindera dan akal manusia, melainkan oleh keimanan dan kepercayaan kepada wahyu yang diperdengarkan Tuhan kepada kita, dan oleh karenanya alam arwah itu bersifat sam’iyat (diberitakan oleh wahyu) bukan hissiyat (dijangkau pancaindera) atau aqliyat (wilayah akal pikiran). Menurut informasi al-Qur’an, bahwa ketika berada di alam arwah, manusia sudah melakukan perjanjian dengan Tuhan, atau mengakui tentangan ketuhanan Allah SWT. Hal ini dinyatakan dalam ayat:
2
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berkata)” Bukankah Aku ini Tuhanmu? Mereka menjawab: Betul Engkau Tuhan kami, kami menjadi saksi.” (Q.S.Al-A’raf, 7:172) Karena itu potensi ketuhanan ini sudah ada pada manusia, dan karenanya ketika Tuhan menyuruh manusia beriman, sesungguhnya alat untuk beriman itu sudah ada, yaitu potensi atau fithrah bertuhan yang berada dalam hati. Sejalan dengan itu, Dr.Taufiq Pasiak, dr. Mp.M.Kes, dalam bukunya Tuhan dalam Otak Manusia (2012:xxviii) mengemukakan pendapat Ahli Genetika Dean Hammer yang menyatakan, bahwa “gen manusia sudah membawa pesan tentang adanya Tuhan.” Alam inilah yang disebut alam pra-konsepsi, alam do’a. Sebagaimana Nabi Ibrahim dan Nabi Isma’ail selesai membangun ka’bah kemudian berdo’a agar di negeri Mekkah ini diutus serang Rasul yang akan membimbing generasi berikutnya. Do’a ini dikabulkan Tuhan, setelah 4000 tahun kemudian. Selanjutnya pada tahap alam rahim (alam butun) terjadi ketika ruh manusia dihembuskan ke dalam janin dalam kandungan, yang menurut sebagian besar para ulama terjadi ketika janian berada dalam kandungan mencapai usia empat bulan (120 hari), dan menurut sebagian kecil ulama terjadi ketika kandungan mencapai usia empat puluh hari. Tentang masuknya arwah ke dalam alam janin dalam kandungan ini dinyatakan dalam firman Allah SWT:
Aritinya: “Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.” (Q.S. al-Hijr, 15:29).
Kenyataan ini dapat dilihat pada bayi dalam kandungan dalam posisi seperti orang yang sedang sujud. Pada tahap ini, bayi berada dalam alam rahim, atau alam kasih sayang. Karena selama lebih dari sembilan bulan ia pasrah sepenuhnya pada Tuhan. Ia tidak berdaya dalam kandungan. Andaikata kandungan tersebut dirusak (digugurkan) ia tidak berdaya. Segala kebutuhan bayi dalam kandungan dipenuhi oleh Allah melalui rezeki yang diberikan Allah melalui orang tuanya. Makanan, minuman, udara, air, keamanan, kesehatan, dan lainnya sudah disediakan Tuhan, bahkan mereka sudah ditunggukan dan dido’akan oleh kedua orang tua dan 3
keluaganya. Al-Qur’an dan juga para peneliti sudah membuktikan, bahwa sejak dalam kandungan sudah dapat dilakukan proses pendidikan, baik fisik maupun non fisik. Asupan gizi yang cukup, sikap dan perilaku ibu yang sedang hamil sangat mempengaruhi janin dalam kandungan. Selanjutnya pada tahap alam dunia, terjadi ketika bayi lahir ke muka bumi. Sebelum lahir ia sudah disediakan orang yang akan merawatnya, Ibu, bapak dan keluarganya, diberikan fisik, pancaindera, akal dan hati nurani untuk dipergunakan melanjutkan kehidupannya di dunia. Allah SWT berfirman:
Artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu bersyukur.” (Q.S. al-Nahl, 16:78). Dengan potensi pancaindera, akal dan hati nurani itu, manusia akan memiliki pengetahuan yang bersumber dari wahyu (ilmu agama), dari alam (sains), dari fenomena sosial (ilmu sosial), dari akal (filsafat), dan dari Allah (ma’rifat). Tangisnya bayi saat dilahirkan dimaknai bermacam-macam. Pertama, sebagai tanda kehidupan, kedua sebagai tanda kebahagiaan (keluar dari alam sempit ke alam yang lebih luas), ketiga sebagai tanda ketakutan: takut tidak dapat melaksanakan fungsi kekhalifahan dan pengabdiannya kepada Tuhan, takut mendapatkan perlakuan buruk dari manusia, takut tidak melanjutkan kelangsungan hidupnya, takut tidak dapat memperoleh bahan makanan, minuman, tempat tinggal, pendidikan, kesehatan, keamanan, pekerjaan, jabatan, dan sebagainya. Namun nyatanya ketakutan itu tidak terbukti. Mereka malah keenakan di dunia, enggan pulang ke akhirat, ingin hidup seribu tahun lagi, dan lupa pada janjinya beribadah dan tunduk pada Tuhan. Agar manusia selamat dalam menjalankan kehidupannya dunianya, Islam memberikan petunjuk sebagai berikut: (1)Selama di dunia harus melaksanakan fungsi kekhalifahannya; (2)beribadah kepada Tuhan; (3)menganggap hidup sebagai amanah yang harus dipertanggung jawabkan; (4)menggunakan kesempatan di dunia untuk mengumpulkan bekal hidup di akhirat nanti; (5)meyakini hidup di dunia hanya sementara, seperti orang yang berlayar yang mampir sebentar ke sebuah pulau untuk mengambil perbekalan; (6)memiliki visi transendental dan keimanan kepada Tuhan, agar tidak terpuji oleh kemewahan dunia sebagai la’ibun (main-main), lahwun (senda gurau), ghurur (tipu daya), tafakhur (bermegah-megahan), dan al-takastur (menimbun harta); (7)mengelola waktu dengan iman, amal shalih, saling berwasiat tentang kebenaran dan kesabaran; (8)hidup di dunia sebagai ujian yang harus dijalani dengan lulus, dengan cara beramal yang paling ikhlas 4
(akhlasha fi ‘amalihi), yang lebih baik pemikirannya (ahsanu ‘aqlan), lebih berhati-hati menjauhi yang diharamkan Allah (au’rau an maharillah), dan lebih segera dalam melaksankan keta’atan kepada Allah (asra’u fi tha’athihi). Alam dunia ini alam yang dapat dijangkau oleh fisik, pancaindera, akal, hati nurani dan spiritual. Tahap inilah yang harus dikukan oleh yang saat ini berulang tahun dan kita semua. Selanjutnya tahap alam barzah (alam kubur). Yaitu tahap antara alam dunia dan alam akhirat, atau alam penantian, atau alam dinding pemisah antara alam dunia dan alam akhirat. Untuk mencapai alam barzah (kubur) setiap orang harus melalui pintu kematian. Jadi kematian adalah akhir dari kehidupan di dunia, untuk memulai alam yang baru, yaitu alam kubur. Alam kubur ini tidak dapat diketahui oleh fisik, pancaindera, dan akal, melainkan hanya dapat diketahui melalui hati atau iman, atau mengimani informasi dari Tuhan yang disampaikan melalui wahyu-Nya (al-sam’iyat). Menurut al-Qur’an, bahwa mati adalah: (1)suatu hal yang pasti akan datang dan dialami oleh setiap yang bernyawa; (2)mati pasti menjumpai semua orang walaupun ia lari daripadanya atau bersembunyi di balik tembok benteng yang tebal; (3)mati adalah misteri, karena tidak diketahui kapan datangnya; (4)mati ditakuti manusia, karena manusia tidak mau berpisah dengan segala kemewahan dunia, karena mereka tidak mengetahuinya dan berada di luar jangkauan fisik, pancaindera dan akalnya; (5)mati adalah lepasnya ruh dari jasad, ibarat komputer yang kehilangan enegi (strumnya). Islam memberikan bimbingan agar manusia tidak takut menghadapi kematian, tapi juga jangan minta mati, atau mematikan diri sendiri (bunuh diri), karena orang yang mati bunuh diri tidak akan diterima oleh kubur, karena dianggap sebagai mati yang illegal, dan akan kembali ke dunia juga sudah tidak bisa lagi. Mati harus dianggap seperti akan mengambil gajih bagi pegawai; mati ibarat orang yang pulang kampung yang membawa oleh-oleh yang cukup. Islam memberikan informasi bahwa bagi orang yang beriman dan beramal shalih akan mendapatkan kehidupan di akhirat yang lebih menyenangkan. Hal yang demikian terjadi pada kasus orang mati suri (out of body) yang memperoleh pengalaman yang indah bagi yang beramal baik, sebagaimana yang dinyatakan di dalam al-Qur’an. Di dalam sejarah ada orang-orang yang siap menghadapi kematian dengan senyum, seperti yang dialami Socrates yang dibunuh oleh raja di Athena ada abad ke-3 SM; Husain bin Ali yang mati syahid di Karbela, dan Jalaluddin Rumi, seorang sufi besar dan termasyhur asal Persia yang melarang orang menangisi kematiannya, karena sesungguhnya ia tengah menghadapi kematian sebagai hal yang menyenangkan. Tentang kematian ini dijelaskan dalam ayat:
5
Artinya: Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang mempedayakan. (Q.S. Ali Imran, 3:185).
Artinya: “Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh. (Q.S. al-Nisa, 4:78).
Artinya: “Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia berikan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (Q.S. al-Jumu’ah, 62:8).
Selanjutnya tahap alam akhirat. Yaitu alam di mana setiap manusia akan diadili, diberi pahala masuk syurga bagi yang beriman dan beramal salih, dan diberi siksa masuk neraka bagi orang yang inkar dan berbuat zalim. Memasuki alam akhirat ini dilakukan melalui proses kiamat dan kebangkitan (ba’ats) dari alam kubur. Keberadaan alam akhirat ini berada di luar jangkauan fisik, pancaindera dan akal, melainkan harus menggunakan hati nurani dan perasaan spiritual. Tentang adanya kebangkitan ini dinyatakan dalam ayat:
Artinya: “Dan sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan padanya, dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di alam kubur (Q.S. al-Haji, 22:7).
6
Selanjutnya manusia akan dihisab amalnya, menerima raport amal kebaikannya, diperlihatkan kaset rekaman hidupnya selama di dunia, dikumpulkan di padang mahsyar, kemudian sebagian ada yang dimasukkan ke syurga dan sebagian dimasukkan ke dalam neraka. Dengan demikian manusia akan mengalami lima alam yang disingkat menjadi alam arwah (A), alam rahim (R), alam dunia (D), alam barzah (B), dan alam akhirat (A), yang disingkat menjadi ARDUBA. Setiap alam keadaannya berbeda-beda. Yang paling dan mendapatkan perhatian dari lima alam tersebut adalah alam dunia dan alam akhirat. Alam dunia sebagai alam persiapan dan alam mengumpulkan bekal untuk alam akhirat. Yaitu bekal iman, dan amal shalih dalam arti yang seluas-luasnya yang dilakukan karena ikhlas semata karena Allah SWT. Sedang alam akhirat adalah alam tempat menerima pahala dan balasan dari apa yang dikerjakan selama berada di dunia. Karenanya gunakanlah kesempatan hidup di dunia untuk memperbanyak amal kebajikan. Wassalamu’aikum Wr. Wb.
Prof. Dr.H.Abuddin Nata, MA.
7