Peters Bako, Efektivitas Mikoriza Indigen Lahan Kering Pulau Timor pada beberapa tingkat ketersediaan air
tanah dalam meningkatkan serapan nitrogen dan hasil jagung pada tanah Alfisol
EFEKTIVITAS M1IKORIZA INDIGEN LAHAN KERING PULAU TIMOR PADA BEBERAPA TINGKAT KETERSEDIAAN AIR TANAH DALAM MENINGKATKAN SERAPAN NITROGEN DAN HASIL JAGUNG PADA TANAH ALFISOL Peters Oktovians Bako* Abstrak Penelitian mengenai aplikasi mikoriza indigen lahan kering Pulau Timor sebagai agensia hayati telah dilakukan melalui percobaan polybag pada lahan petani di Kelurahan Liliba Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang, dengan tujuan untuk menentukan efektivitas mikoriza indigen tersebut dalam meningkatkan serapan unsur hara nitrogen (N) dan hasil jagung pada beberapa tingkat ketersediaan air tanah. Isolat mikoriza diperoleh dari beberapa lokasi yang tersebar di wilayah Kabupaten Kupang (Desa Ekateta dan Desa Enolanan); Kabupaten Timor Tengah Selatan (Desa Pilly dan Tublopo); serta Kabupaten Timor Tengah Utara (Desa Oeluan dan Desa Webrimata). Isolat mikoriza dari setiap lokasi diaplikasikan pada pertanaman jagung yang ditumbuhkan pada polybag dan diatur tingkat ketersediaan air tanahnya, yakni: tingkat ketersediaan air tanah setara kondisi kapasitas lapang (100% KL); 75% KL; dan 50% KL. Hasil penelitian menunjukkan, isolat mikoriza asal Kabupaten Kupang (Desa Ekateta dan Enolanan) terlihat lebih efektif dalam meningkatkan serapan N pada setiap tingkat ketersediaan air tanah yang dicobakan. Hasil ini terlihat pada setiap komponen pengamatan yakni komponen kandungan N-total tanah dan N-total jaringan tanaman akhir penelitan. Tingginya efektivitas mikoriza asal Kabupaten Kupang tersebut juga berdampak pada hasil tanaman yang terlihat dari komponen pengamatan diameter dan bobot tongkol jagung muda. Hasil penelitian juga menunjukkan terjadinya penurunan efektivitas mikoriza dari semua lokasi pengambilan dalam penyerapan N dengan menurunnya tingkat ketersediaan air tanah. [Kata Kunci: mikoriza indigen; lahan kering; penyerapan nitrogen, hasil jagung]
*Staf Pengajar Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian-UNDANA
Media Exacta Volume 11 No.1 Januari 2011
Peters Bako, Efektivitas Mikoriza Indigen Lahan Kering Pulau Timor pada beberapa tingkat ketersediaan air
tanah dalam meningkatkan serapan nitrogen dan hasil jagung pada tanah Alfisol
Alfisol yang berkembang di Kota Kupang dan sekitarnya memiliki tingkat ketersediaan unsur hara nitrogen (N) yang relatif rendah. Dengan demikian aplikasi pupuk N menjadi mutlak untuk dilakukan dalam kegiatan budidaya tanaman pada jenis tanah tersebut. Para petani umumnya lebih mengandalkan pupuk nitrogen kimiawi (urea) dalam upaya meningkatkan ketersediaan unsur N bagi tanaman, namun upaya tersebut menemui kendala rendahnya efisiensi pemupukan N. Hal tersebut berkaitan erat dengan kondisi iklim wilayah dengan rata-rata suhu udara harian yang tinggi yang menyebabkan evapotranspirasi terjadi dalam laju yang tinggi. Tingginya laju evapotranspirasi berdampak pada rendahnya ketersediaan air tanah dan kelarutan pupuk N dalam tanah. Selain itu, suhu udara yang tinggi juga meningkatkan laju penguapan N dari dalam tanah (volatilisasi). Aplikasi pupuk N pada pertanaman di Pulau Timor perlu dibarengi dengan upaya peningkatan penyerapannya oleh tanaman. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan mikoriza indigen lahan kering Pulau Timor sebagai agensia hayati. Mikoriza merupakan simbiose antara akar tanaman dengan cendawan yang bersifat mutualisme. Proses simbiose tersebut akan membentuk jalinan hifa cendawan yang memperbesar luas permukaan akar. Jalinan hifa ini memiliki kemampuan menyerap air dari pori-pori tanah pada kondisi kadar air tanah yang rendah. Mekanisme ini menyebabkan tanaman yang bermikoriza akan lebih tahan terhadap kekeringan dibanding tanaman yang tak bermikoriza. Keberadaan mikoriza juga dapat meningkatkan kelarutan unsur hara sehingga ketersediaan hara dan penyerapannya oleh tanaman meningkat. Banyak hasil penelitian menunjukkan indikasi meningkatnya perpindahan unsur N dari tanah ke tanaman yang relatif lebih tinggi pada tanaman yang berasosiasi dengan mikoriza daripada tanaman yang tidak berasosiasi dengan mikoriza. Peranan mikoriza dalam meningkatkan serapan unsur hara terlihat terutama pada unsur hara yang mobilitasnya rendah di dalam tanah. Nitrat di dalam tanah merupakan bagian utama dari cadangan mineral N, yang ditransport ke akar tanaman oleh aliran massa, sehingga peranan mikoriza tidak banyak berpengaruh terhadap perolehan N dalam bentuk nitrat bagi tanaman. Sebaliknya, mikoriza menjadi berperan penting dalam perolehan N bagi tanaman apabila sebagian besar mineral N dalam tanah berbentuk ammonium, yang mempunyai sifat kurang mobil karena ammonium teradsorbsi oleh mineral lempung. Jamur mikoriza dapat diisolasi dari berbagai ekosistem termasuk agroekosistem lahan kering yang ada di Pulau Timor. Penggunaan mikoriza indigen ini menjadi penting karena keefektivan fungsi dan kerja suatu jenis mikoriza sangat ditentutkan oleh kondisi lingkungan atau ekosistem darimana mikoriza tersebut berasal. Mikoriza indigen lahan kering di Pulau Timor adalah mikoriza yang telah beradaptasi dengan kondisi lingkungan di Pulau Timor sehingga diasumsikan memiliki efektivitas yang tinggi jika diaplikasikan pada lahan pertanian setempat. Jagung merupakan jenis tanaman yang memiliki daya adaptasi yang relatif tinggi pada berbagai kondisi lingkungan tumbuh. Tanaman ini dewasa ini cukup digemari oleh masyarakat dalam bentuk jagung muda dan menjadi makanan pokok bagi sebagian masyarakat di musim paceklik. Saat ini, salah satu program Pemerintah Daerah NTT adalah menjadikan NTT sebagai provinsi jagung melalui program Anggur Merah. Oleh karena itu, upaya peningkatan produksi jagung menjadi penting untuk dilakukan. Terkait dengan hal tersebut, aplikasi mikoriza indigen lahan kering Pulau Timor pada pertanaman jagung menjadi alternatif yang dirasa tepat mengingat Media Exacta Volume 11 No.1 Januari 2011
Peters Bako, Efektivitas Mikoriza Indigen Lahan Kering Pulau Timor pada beberapa tingkat ketersediaan air
tanah dalam meningkatkan serapan nitrogen dan hasil jagung pada tanah Alfisol
beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman jagung merupakan salah jenis tanaman inang yang sangat baik bagi perkembangan spora mikoriza. Metode Penelitian Uji efektivitas isolat mikoriza dalam meningkatkan serapan N dan hasil jagung dilakukan melalui percobaan pot/polybag yang ditempatkan di lahan petani di Kelurahan Liliba, Kecamatan Kelapa Lima, Kota Kupang. Percobaan dirancang dalam pola faktorial 2 faktor dengan rancangan lingkungan rancangan acak kelompok (RAK). Faktor pertama yang dicobakan adalah tingkat ketersediaan air tanah yang terdiri dari tiga level perlakuan, yakni: ketersediaan air tanah setara 100% kapasitas lapang/KL; 75% KL; dan 50% KL. Faktor kedua adalah sumber isolat mikoriza, terdiri dari: tanpa mikoriza; izolat mikoriza asal Desa Pilli dan Desa Tublopo (Kabupaten Timor Tengah Selatan/TTS); izolat mikoriza asal Desa Oeluan dan Desa Webrimata (Kabupaten Timor Tengah Utara/TTU); serta izolat mikoriza asal Desa Ekatetata dan Enolanan (Kabupaten Kupang). Penelitian diawai dengan melakukan isolasi spora mikoriza dari sumber-sumber isolat yang telah ditentukan melalui pengambilan propagul tanah dari rhizosfer pertanaman jagung di lokasi-lokasi tersebut. Propagul tanah yang telah diambil kemudian dihitung jumlah spora mikorizanya dan diperbanyak dengan menggunakan tanaman inang berupa tanaman jagung dan shorgum. Setelah satu bulan masa perbanyakan, propagul tanah diambil dari rhisosfer tanaman inang kemudian dihitung jumlah sporanya sebagai dasar konversi jumlah spora yang akan diaplikasikan pada pertanaman. Tanah yang digunakan untuk pengujian efektivitas mikoriza indigen adalah Tanah Alfisol asal Desa Oebelo, Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang. Tanah dikeringudarakan kemudian dihancurkan dan diayak mengunakan saringan 2 mm. Selanjutnya, tanah disterilkan dengan menggunakan formalin 10% dan diinkubasi selama 10 hari. Tanah yang sudah steril tersebut dikeringanginkan selama satu minggu, kemudian dimasukkan ke dalam polybag dengan bobot 10 kilogram setara berat kering mutlak. Pada saat penanaman, isolat spora mikoriza dalam bentuk propagul yang mengandung 50 spora mikoriza dimasukan ke dalam lubang tanam pada masing-masing polybag sesuai perlakuan sumber isolat mikoriza yang dicobakan dan ditutupi tanah tipis. Selanjutnya benih jagung sebanyak 3 benih ditempatkan tepat diatas lapisan tipis tersebut lalu ditimbun dengan tanah. Pemupukan dasar dilakukan pada saat tanam menggunakan pupuk urea dengan dosis 200 kg/ha (2,5 g urea/pot); SP-36 dengan dosis 175 kg/ha (2,2 g SP-36/pot) dan KCl dengan 150 kg/ha (1,9 g KCl/pot). Pemupukan dilakukan secara tugal di permukaan pot sedalam + 5 cm. Sebelum aplikasi pupuk dasar pot penanaman disirami air hingga kadar air tanah mencapai kapasitas lapang. Aplikasi penyiraman dilakukan berdasarkan perlakuan yang dicobakan. Pada perlakuan kadar air tanah tersedia, kondisi kadar air tanah pada masing-masing polybag dipertahankan pada kondisi kadar air tanah sesuai perlakuan. Setiap polybag yang mendapat perlakuan kadar air tanah 50% Kapasitas Lapang, kondisi kadar air tanahnya dipertahankan pada tingkat 50% dari Kapasitas Lapang. Demikian pula pada setiap polybag yang mendapat perlakuan kadar air tanah 100% Kapasitas Lapang. Penentuan kondisi kapasitas lapang dilakukan dengan metode gravimetrik. Pemeliharaan tanaman meliputi pemupukan susulan, penyiangan, serta pengendalian hama dan penyakit. Pemupukan susulan dilakukan saat tanaman berumur sampai dengan Media Exacta Volume 11 No.1 Januari 2011
Peters Bako, Efektivitas Mikoriza Indigen Lahan Kering Pulau Timor pada beberapa tingkat ketersediaan air
tanah dalam meningkatkan serapan nitrogen dan hasil jagung pada tanah Alfisol
menjelang panen dengan interval 1 minggu sekali menggunakan pupuk hyponex merah (25-5-20) dengan konsentrasi 1g liter-1 air sebanyak 20 ml per pot. Penyiangan dilakukan setiap ada gulma yang tumbuh, sampai kadar airtanah berada pada kondisi kapasitas lapang. Jagung dipanen muda pada umur 77 hari setelah tanam (HST). Pengamatan dilakukan pada saat panen terhadap parameter kandungan N-total tanah akhir penelitian; kandungan N-total jaringan tanaman; diameter tongkol dan bobot segar tongkol per tanaman. Data hasil pengamatan dianalisis dengan sidik ragam (anova) untuk melihat pengaruh perlakuan yang dicobakan dan dilanjutkan dengan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test) untuk melihat perbedaan antar perlakuan dan melihat kombinasi perlakuan yang memperikan hasil terbaik Hasil dan Pembahasan Pengamatan Umum Tanah yang digunakan sebagai media tanam adalah tanah alfisol asal Desa Oebelo Kecamatan Kupang Timur Kabupaten Kupang. Beberapa sifat tanah alfisol asal Desa Oebelo Kecamatan Kupang Timur Kabupaten Kupang dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1.
Hasil analisis Sifat Tanah Awal asal Desa Oebelo Kecamatan Kupang Timur Kabupaten Kupang No. Parameter Hasil Analisis 1. Warna tanah 2,5 YR 4/6 (Red) 2. Tekstur Tanah Lempung liat berpasir 3. Nitrogen Total/N-total (%) 0,21 4. Phospor Tersedia/P-tersedia (ppm) 25,15 5. Kalium Tersedia/K-tersedia (me/100g) 0,72 6. Carbon Organik/C-organik (%) 1,10 7. pH (H2O) 6,7 8. Kapasitas Tukar Kation/KTK (me/100 gr) 35,62 9. Kadar Air Kapasitas Lapang/KAKL (%) 48,59 Sumber: Hasil analisis pada Laboratorium Fisika dan Kimia Tanah Fakultas Pertanian Undana (2009)
Kandungan Nitrogen (N)-Total Tanah Hasil analisis ragam menunjukkan, interaksi perlakuan tingkat ketersediaan air tanah dan sumber isolat mikoriza berpengaruh nyata terhadap kandungan N-total tanah akhir penelitian. Hasil uji DMRT menunjukkan perbandingan rata-rata kandungan N-total tanah pada perlakuan sumber isolat mikoriza dan perlakuan tingkat ketersediaan air tanah, seperti yang ditampilkan pada Tabel 2. Terlihat bahwa pada setiap perlakuan sumber isolat mikoriza, kadar N-total tanah cenderung menurun dengan semakin rendahnya tingkat ketersediaan air tanah. Kondisi tersebut berkaitan dengan tingkat kelarutan unsur N yang semakin rendah dengan semakin rendahnya kandungan air dalam tanah. Kadar N-total tanah tertinggi untuk semua perlakuan sumber isolat mikoriza dicapai pada perlakuan tingkat pemberian air 100% KL. Pada perlakuan tanpa isolat mikoriza, isolat mikoriza asal desa Pilli, desa Webrimata, desa Ekateta, dan desa Enolanan, kadar N-total tanah pada perlakuan 100% KL berbeda nyata dengan perlakuan tingkat ketersediaan air 75% KL dan 50% KL. Sedangkan pada perlakuan izolat mikoriza asal desa Tublopo dan desa Oeluan, kadar N-total Media Exacta Volume 11 No.1 Januari 2011
Peters Bako, Efektivitas Mikoriza Indigen Lahan Kering Pulau Timor pada beberapa tingkat ketersediaan air
tanah dalam meningkatkan serapan nitrogen dan hasil jagung pada tanah Alfisol
tanah pada perlakuan tingkat ketersediaan air 100% KL berbeda tidak nyata dengan kandungan N-total tanah pada perlakuan tingkat ketersediaan air 75% KL dan 50% KL. Hal ini menunjukkan bahwa isolat mikoriza asal Desa Pilly, Desa Webrimata, Desa Ekateta dan Desa Enolanan lebih responsif terhadap perubahan tingkat ketersediaan air tanah dibanding isolat mikoriza asal Desa Tublopo dan Desa Oeluan. Tabel 2. Rata-rata Kadar N-total tanah pada Interaksi Perlakuan Sumber Isolat Mikoriza dan Tingkat Ketersediaan Air Tanah Perlakuan Sumber Perlakuan Tingkat Ketersediaan Air Tanah Isolat Mikoriza 100% Kapasitas Lapang 75% KL 50% KL (100% KL) Tanpa Mikoriza 0,36 g 0,31 ef 0,29 ed Pilli 0,34 g 0.29 ed 0,29 ed Tublopo 0,31 ef 0,29 ed 0,29 ed Oeluan 0,30 ef 0,32 f 0,30 ef Webrimata 0,31 ef 0,26 cd 0,23 b Ekateta 0,32 f 0,27 cd 0,22 b Enolanan 0,27 d 0,24 bc 0,20 a Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata pada uji DMRT 5%
Kadar N-total tanah tertinggi untuk semua perlakuan sumber isolat mikoriza dicapai pada perlakuan tingkat pemberian air 100% KL. Pada perlakuan tanpa isolat mikoriza, isolat mikoriza asal desa Pilli, desa Webrimata, desa Ekateta, dan desa Enolanan, kadar N-total tanah pada perlakuan 100% KL berbeda nyata dengan perlakuan tingkat ketersediaan air 75% KL dan 50% KL. Sedangkan pada perlakuan izolat mikoriza asal desa Tublopo dan desa Oeluan, kadar N-total tanah pada perlakuan tingkat ketersediaan air 100% KL berbeda tidak nyata dengan kandungan N-total tanah pada perlakuan tingkat ketersediaan air 75% KL dan 50% KL. Hal ini menunjukkan bahwa isolat mikoriza asal Desa Pilly, Desa Webrimata, Desa Ekateta dan Desa Enolanan lebih responsif terhadap perubahan tingkat ketersediaan air tanah dibanding isolat mikoriza asal Desa Tublopo dan Desa Oeluan. Kadar N-total tanah dapat memberikan gambaran mengenai laju penyerapan N oleh tanaman. Semakin rendah kadar N-total tanah mengindikasikan semakin banyaknya N yang telah diserap oleh tanaman selama masa pertumbuhan. Terlihat bahwa pada setiap level perlakuan tingkat ketersediaan air tanah, kandungan N-total tanah pada semua perlakuan sumber isolat mikoriza relatif lebih rendah dibanding perlakuan tanpa mikoriza. Hal ini berarti jumlah N dalam tanah yang telah diserap oleh tanaman bermikoriza lebih tinggi dibanding tanaman yang tidak bermikoriza. Kadar N-total tanah terendah untuk setiap perlakuan tingkat ketersediaan air terdapat pada perlakuan sumber isolat asal desa Enolanan yang berbeda nyata dengan semua perlakuan sumber isolat mikoriza yang lain. Hal ini membuktikan bahwa isolat mikoriza asal desa Enolanan memiliki kemampuan penyerapan hara yang lebih tinggi dibanding sumber ioslat yang lain. Hal ini diduga berkaitan dengan daya adaptasi mikoriza tersebut terhadap kondisi yang relatif kering. Laju penyerapan N yang tinggi tersebut kemudian berdampak pada kandungan N-total tanah akhir penelitian yang rendah. Media Exacta Volume 11 No.1 Januari 2011
Peters Bako, Efektivitas Mikoriza Indigen Lahan Kering Pulau Timor pada beberapa tingkat ketersediaan air
tanah dalam meningkatkan serapan nitrogen dan hasil jagung pada tanah Alfisol
Kandungan N-total Jaringan Tanaman Interaksi perlakuan sumber isolat mikoriza dengan perlakuan tingkat ketersediaan air memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap kandungan N-total jaringan tanaman, sedangkan masing-masing faktor tunggal, baik perlakuan sumber isolat mikoriza maupun perlakuan tingkat ketersediaan air tanah memberikan pengaruh yang nyata. Rata-rata kandungan N-total jaringan tanaman pada perlakuan sumber isolat mikoriza dan tingkat pemberian air dapat dilihat Tabel 3. Hasil uji DMRT memperlihatkan adanya penurunan kandungan N-total jaringan tanaman yang nyata dengan semakin menurunnya tingkat ketersediaan air. Penurunan kandungan N-total jaringan tanaman ini berkaitan erat dengan tingkat kelarutan unsur hara dalam tanah yang rendah. Kelarutan unsur yang rendah berdampak pada rendahnya laju serapan unsur tersebut oleh tanaman. Tabel 3. Rata-rata Kandungan N-total Jaringan Tanaman pada Perlakuan Sumber Isolat Mikoriza dan Tingkat Ketersediaan Air Tanah Perlakuan Kepadatan Spora per 100 gram Tanah Perlakuan Tingkat Ketersediaan Air Tanah 100% Kapasitas Lapang (100% KL) 75% KL 50% KL
0,28 0,25 0,21
Perlakuan Sumber Isolat Mikoriza Tanpa Mikoriza 0,21 Pilli (Kabupaten TTS) 0,22 Tublopo (Kabupaten TTS) 0,25 Oeluan ( Kabupaten TTU) 0,25 Webrimata (Kabupaten TTU) 0,25 Ekateta (Kabupaten Kupang) 0,26 Enolanan (Kabupaten Kupang) 0,29 Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata pada uji DMRT 5%
c b a
a b c c c c d
Pada perlakuan sumber isolat mikoriza, terlihat bahwa semua perlakuan sumber isolat mikoriza memberikan kandungan N-total jaringan tanaman yang nyata lebih tinggi dibanding perlakuan tanpa mikoriza. Hal ini mengindikasikan adanya pengaruh aplikasi mikoriza terhadap laju serapan N oleh tanaman. Walaupun demikian hasil uji DMRT menunjukkan bahwa perlakuan sumber isolat mikoriza asal Desa Enolanan (Kabupaten Kupang) memberikan kandungan N-total jaringan tanaman yang tertinggi dan berbeda nyata dengan perlakuan sumber isolat mikoriza lainnya. Hasil tersebut berkaitan dengan kemampuan mikoriza asal desa Enolanan dalam beradaptasi dengan lingkungan lokasi penelitian yang relatif kering dengan rata-rata kondisi suhu udara yang relatif tinggi. Diameter Tongkol Jagung Hasil analisis ragam menunjukkan tidak nyatanya pengaruh interaksi perlakuan sumber isolat mikoriza dengan perlakuan tingkat ketersediaan air tanah terhadap komponen diameter Media Exacta Volume 11 No.1 Januari 2011
Peters Bako, Efektivitas Mikoriza Indigen Lahan Kering Pulau Timor pada beberapa tingkat ketersediaan air
tanah dalam meningkatkan serapan nitrogen dan hasil jagung pada tanah Alfisol
tongkol jagung yang dihasilkan. Sedangkan masing-masing faktor tunggal, baik sumber isolat mikoriza maupun tingkat ketersediaan air tanah berpengaruh sangat nyata terhadap komponen diameter tongkol jagung. Perbandingan rata-rata diameter tongkol jagung pada perlakuan tingkat ketersediaan air tanah dan sumber isolat mikoriza disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. memperlihatkan terjadinya penurunan diameter tongkol jagung yang dihasilkan secara nyata seiring dengan penurunan tingkat ketersediaan air tanah. Diameter tongkol jagung tertinggi diperoleh pada perlakuan tingkat ketersediaan air tanah setara 100% KL. Pada perlakuan tersebut, kandungan air dalam tanah berada pada kondisi optimum sehingga mampu memenuhi jumlah air beserta unsur hara termasuk N yang dibutuhkan oleh tanaman untuk pembentukan tongkol. Penurunan kandungan air tanah menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan air dan N bagi tanaman sehingga proses pembentukan tongkol terhambat yang berdampak pada semakin rendahnya diameter tongkol yang dihasilkan. Tabel 4. Rata-rata Diamter Tongkol Jagung pada Perlakuan Sumber Isolat Mikoriza dan Tingkat Ketersediaan Air Tanah Perlakuan Kepadatan Spora per 100 gram Tanah Perlakuan Tingkat Ketersediaan Air Tanah 100% Kapasitas Lapang (100% KL) 75% KL 50% KL
4,23 3,81 3,41
c b a
Perlakuan Sumber Isolat Mikoriza Tanpa Mikoriza 3,49 a Pilli (Kabupaten TTS) 3,69 ab Tublopo (Kabupaten TTS) 3,71 abc Oeluan ( Kabupaten TTU) 3,85 bcd Webrimata (Kabupaten TTU) 3,86 bcd Ekateta (Kabupaten Kupang) 4,07 d Enolanan (Kabupaten Kupang) 4,06 cd Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata pada uji DMRT 5%
Perbandingan rata-rata diameter tongkol jagung pada perlakuan sumber isolat mikoriza memperlihatkan bahwa diameter tongkol jagung yang dihasilkan pada perlakuan sumber isolat mikoriza asal Kabupaten Kupang (Desa Ekateta dan Desa Enolanan) relatif lebih tinggi dan berbeda tidak nyata dengan mikoriza asal Kabupaten TTU (Desa Oeluan dan Desa Webrimata) namun berbeda nyata dengan mikoriza asal Kabupaten TTS (Desa Pilli dan Desa Tublopo). Hasil ini memperlihatkan tingkat evektivitas mikoriza asal Kabupaten Kupang yang lebih tinggi pada lokasi penelitian ini (Kota Kupang) dibanding mikoriza asal Kabupaten TTS dan TTU. Hal ini dapat dipahami karena Kabupaten Kupang memiliki kondisi wilayah yang relatif sama dengan lokasi penelitian ini (Kota Kupang) dibanding kondisi wilayah Kabupaten TTS maupun TTU. Dengan demikian, mikoriza asal Kabupaten Kupang akan lebih mudah beradaptasi dengan kondisi lokasi penelitian sehingga lebih efektif dalam membantu penyerapan air dan hara tanaman yang berdampak pada hasil tanaman yang lebih tinggi.
Media Exacta Volume 11 No.1 Januari 2011
Peters Bako, Efektivitas Mikoriza Indigen Lahan Kering Pulau Timor pada beberapa tingkat ketersediaan air
tanah dalam meningkatkan serapan nitrogen dan hasil jagung pada tanah Alfisol
Bobot Segar Tongkol Per Tanaman Hasil analisis ragam menunjukkan, interaksi perlakuan sumber isolat mikoriza dengan perlakuan tingkat ketersediaan air tanah berpengaruh tidak nyata terhadap parameter hasil tanaman jagung yakni bobot segar tongkol per tanaman. Masing-masing faktor tunggal baik perlakuan sumber isolat mikoriza maupun perlakuan tingkat ketersediaan air tanah memberikan pengaruh yang nyata terhadap paremeter bobot segar tongkol per tanaman. Tabel 5 memperlihatkan bobot segar tongkol per tanaman jagung pada perlakuan sumber isolat mikoriza dan tingkat ketersediaan air tanah. Tabel 4. Rata-rata Bobot Segar Tongkol per Tanaman pada Perlakuan Sumber Isolat Mikoriza dan Tingkat Ketersediaan Air Perlakuan Kepadatan Spora per 100 gram Tanah Perlakuan Tingkat Ketersediaan Air Tanah 100% Kapasitas Lapang (100% KL) 75% KL 50% KL
182,11 127,84 79,34
b b a
Perlakuan Sumber Isolat Mikoriza Tanpa Mikoriza 77,71 a Pilli (Kabupaten TTS) 114,25 bc Tublopo (Kabupaten TTS) 89.29 ab Oeluan ( Kabupaten TTU) 114,30 abc Webrimata (Kabupaten TTU) 116,89 abc Ekateta (Kabupaten Kupang) 118,01 d Enolanan (Kabupaten Kupang) 148,11 d Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata pada uji DMRT 5%
Tabel 4. memperlihatkan terjadinya penurunan bobot segar tongkol yang dihasilkan per tanaman seiring dengan penurunan tingkat ketersediaan air. Penurunan tingkat ketersediaan air tanah dari 100% KL menjadi 75% KL tidak diikuti dengan penurunan yang nyata bobot segar tongkol per tanaman, namun penurunan selanjutnya hingga 50% KL menyebabkan terjadinya penurunan bobot segar tongkol per tanaman secara nyata. Pada perlakuan tingkat ketersediaan air 100% KL, jumlah air dalam tanah berada dalam kondisi relatif optimum sehingga mampu memenuhi kebutuhan air tanaman jagung untuk memproduksi berbagai organ tanaman termasuk tongkol. Pada kondisi ketersediaan air optimum, proses perkembangan tongkol terjadi dalam laju maksimum yang akan mempengaruhi ukuran dan bobot tongkol yang dihasilkan. Semua perlakuan sumber isolat mikoriza menghasilkan bobot segar tongkol per tanaman yang lebih tinggi dari perlakuan tanpa aplikasi mikoriza. Hal ini mengindikasikan adanya pengaruh mikoriza terhadap pembentukan organ generatif tanaman. Walaupun demikian, terlihat bahwa mikoriza asal Kabupaten Kupang, yakni dari desa Ekateta dan desa Enolanan terlihat lebih efektif dalam mempengaruhi hasil tanaman jagung. Hal ini berkaitan dengan daya adaptasi mikoriza dari dua lokasi tersebut yang relatif lebih tinggi dibanding mikoriza dari lokasi lainnya. Kondisi wilayah kedua desa tersebut yang relatif sama dengan lokasi penelitian ini Media Exacta Volume 11 No.1 Januari 2011
Peters Bako, Efektivitas Mikoriza Indigen Lahan Kering Pulau Timor pada beberapa tingkat ketersediaan air
tanah dalam meningkatkan serapan nitrogen dan hasil jagung pada tanah Alfisol
memungkinkan mikoriza asal kedua desa tersebut memiliki efektivitas yang tinggi dalam membantu penyerapan air dan hara tanaman sehingga berdampak pada pertumbuhan dan produksi tanaman yang tinggi. Kesimpulan Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah: 1. Interaksi perlakuan tingkat ketersediaan air tanah dengan perlakuan sumber isolat mikoriza berpengaruh sangat nyata terhadap komponen kandungan N-total tanah akhir penelitian namun berpengaruh tidak nyata pada komponen N-total jaringan tanaman, diameter tongkol dan bobot tongkol jagung. 2. Mikoriza asal Kabupaten Kupang (Desa Ekateta dan Enolanan) terlihat lebih efektif dalam membantu hara nitrogen tanaman dibanding mikoriza asal Kabupaten TTU (Desa Oeluan dan Desa Webrimata) dan mikoriza asal Kabupaten TTS (Desa Pilli dan Desa Tublopo). Tingginya efektifitas mikroza asal Kabupaten Kupang dalam membantu penyerapan air dan hara nitrogen tersebut berdampak pada hasil tanaman (diameter tongkol dan bobot tongkol) yang juga lebih tinggi dibanding mikoriza asal Kabupate TTS dan TTU. 3. Secara umum efektivitas mikoriza indigen lahan kering Pulau Timor dalam membantu penyerapan hara nitrogen mengalami penurunan seiring dengan penurunan tingkat ketersediaan air tanah.
Media Exacta Volume 11 No.1 Januari 2011
Peters Bako, Efektivitas Mikoriza Indigen Lahan Kering Pulau Timor pada beberapa tingkat ketersediaan air
tanah dalam meningkatkan serapan nitrogen dan hasil jagung pada tanah Alfisol
DAFTAR RUJUKAN Airtur, M.M., 2004. Pengaruh Dosis Mikoriza dan Tingkat Kadar Air Tanah terhadap Efisiensi Penggunaan Air, Serapan P dan hasil Kedelai (Glycine max (L) Merr.) pada Tanah Alfisol. Thesis Program Studi Pertanian Lahan Kering. Program Pascasarjana. Universitas Udayana, Denpasar. Astiari, N. K. A. 2002. Efek Pemberian Inokulan Mikoriza terhadap Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) di Lahan Kering. (tesis). Denpasar: Universitas Udayana. Baon, J.B. 1997. Peranan Mikoriza dalam Melestarikan Sumberdaya Tanah Pertanian. Dalam: Sudaryono, A. Taufiq dan Winarto, A., editors. Perlindungan Sumberdaya Tanah untuk Mendukung Kelestarian Tangguh. Edisi Khusus Balitkabi Malang. hal. 314-323 Delvian, 2006.Koleksi Isolat Cendawan Mikoriza Arbuskula asal Hutan Pantai. Karya Tulis. Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Effendi,S., 1992. Bercocok Tanam Jagung. Yasaguna. Jakarta. Gomez, A.K., Gomez, A.A. 1995. Prosedur Statistik Untuk Penelitian Pertanian. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Kabirun, S., Widada, J. 1995. Response of soybean grown on acid soil to inoculation of vesicular-arbuscular mycorrhizal fungi. Biology and Biotechnology of Mycorrhizae. Biotrop Spec. Publ. No 56 : 131-137. Pujiyanto. 2001. Pemanfaatan Jasad Mikro Jamur Mikoriza dan Bakteri Dalam Sistem Pertanian Berkelanjutan di Indonesia; Tinjauan dari Perspektif falsafah Sain. (Makalah Falsafah Sains). Bogor: Pasca Sarjana/S3 Institut Pertanian Bogor. Rachim, M.A., Astiko, W., Rohyadi, A. 1998. Perananan MVA dan Pemupukan Fosfor Terhadap Hasil dan Serapan P Tanaman Kedelai di Tanah Grumosol Lombok. Seminar Nasional Hasil Penelitian Perguruan Tinggi. Sawangan-Bogor 2-6 Januari 1994. Santoso, B. 1994. Mikoriza, Peranan dan Pertumbuhannya Terhadap Kesuburan Tanah. Universitas Brawijaya Malang. Subba Rao, N. S. 1994. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. Edisi kedua. Jakarta. Universitas Indonesia. Subiksa, I G. M. 2002. Pemanfaatan Mikoriza Untuk Penanggulangan Lahan Kritis. (Makalah Falsafah Sains). Bogor: Pasca Sarjana/ S3 Institut Pertanian Bogor. Suryantini. 1999. Inokulasi Rhizoplus dan Pemupukan P pada Tanaman Kedelai di Tanah Mediteran, Aluvial dan Vertisol. Balitkabi. 13 : 160-169.
Media Exacta Volume 11 No.1 Januari 2011