Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
N
A
N
GA N
A DEW
K
ET N AHANA
P
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 2009
Dewan Ketahanan Pangan Departemen Pertanian World Food Programme
Copyright © 2009 Dewan Ketahanan Pangan, Departemen Pertanian RI and World Food Programme (WFP) All rights reserved. No part of this publication may be reproduced or transmitted, in any form or by any means, without permissions.
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 2009
Published by: Dewan Ketahanan Pangan, Departemen Pertanian RI and WFP Cover Design/Lay Out: Ratna Wardhani Printed by: PT Enka Deli Jakarta
ISBN: 978-979-99549-1-6 Size: 297 mm x 420 mm No. of Pages: 210
WFP Disclaimer The Boundaries and names shown and the designations used on the maps in this book do not imply official endorsment or acceptance by the United Nations.
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
THE PRESIDENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA
PESAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
MESSAGE OF THE PRESIDENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA
Pangan adalah kebutuhan dasar manusia sehingga pemenuhannya bukan hanya untuk memenuhi hak asasi setiap rakyat Indonesia atau hanya sebagai kewajiban moral saja, tetapi juga merupakan investasi ekonomi maupun sosial dalam rangka pembentukan generasi yang lebih baik pada masa yang akan datang. Pemerintah Indonesia menyadari sepenuhnya peran strategis pangan sehingga Pemerintah memandang perlu untuk melakukan revitalisasi pertanian, kehutanan, dan perikanan sejak tahun 2005.
Food is human basic necessity. Therefore, its fulfillment is not only to satisfy basic human rights or moral obligation of the Indonesian people, but also become economic as well as social investment to have better generation in the future. Indonesian Government realizes this strategic role of food. Consequently, the Government considered the necessity of revitalizing agriculture, forestry and fishery since 2005.
Saya sungguh berbahagia mengetahui bahwa pelaksanaan pembangunan selama lima tahun terakhir ini telah mampu menekan jumlah penduduk rawan pangan. Dengan demikian, Indonesia telah mampu menunjukkan komitmennya kepada dunia untuk mengurangi kerawanan pangan, sebagaimana yang telah disepakati dalam Millennium Development Goals. Saya juga menyadari bahwa hasil pembangunan selama ini tentu tidak dapat memuaskan semua pihak, tetapi dengan bekal Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia 2009 (Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 2009), Pemerintah dapat lebih memfokuskan dan memprioritaskan sumber dayanya untuk menangani masalah pangan secara menyeluruh. Peta tersebut akan membantu kita memahami akar permasalahan sebagai dasar penyusunan kebijakan dan strategi pengurangan penduduk rawan pangan.
I am very pleased to note that our development during the last five years has been able to reduce food insecure population in the country. Hence, Indonesia has shown its commitment to the world to reduce food insecurity as agreed in the Millennium Development Goals. I also realize that the result of the development would not satisfy all stakeholders. However, with the Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 2009, the Government could focus and prioritize its resources to address the key issues of food insecurity in a comprehensive manner. The Atlas would provide us with the necessary understanding of its root causes and hence would help in making appropriate policies and strategies in reducing food insecure population.
Saya juga menilai bahwa dokumen ini akan membekali pihak berwenang di daerah, Gubernur, Bupati/Walikota, beserta seluruh jajarannya terkait, dengan melakukan analisis menyeluruh mengenai semua dimensi ketahanan dan kerentanan pangan. Dengan analisis ini, Dewan Ketahanan Pangan di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota dapat mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengurangi jumlah penduduk rawan pangan di daerah masingmasing.
I also see that this document would provide Regional Authorities, Governors and Regents/Mayors, a comprehensive analysis of all dimensions of food security and vulnerability. With this analysis, the Food Security Council at the provincial and district/ city levels could take necessary measures to reduce food insecure population in their respective regions.
Kehadiran buku Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia 2009 (Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 2009) ini, kiranya bermanfaat pula bagi semua pihak dan dapat menjadi salah satu referensi dalam rangka upaya kita bersama meningkatkan produksi dan ketahanan pangan yang akan dijalankan oleh Pemerintah sampai tahapan tahun 2014 mendatang.
The Food and Vulnerability Atlas of Indonesia 2009 is expected to bring benefit for all stakeholders and could be a reference to our jointly effort to increase the food production and security as part of the Government program until 2014.
Jakarta, 22 Maret 2010 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Jakarta, 22 March 2010 PRESIDENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA,
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA
Sambutan Menteri Pertanian
A Message from the Minister of Agriculture
Ketahanan Pangan merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional Kabinet Indonesia Bersatu. Melalui Revitalisasi Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, pemerintah berupaya meningkatkan ketersediaan pangan. Hasilnya, pada tahun 2008 yang lalu, Indonesia telah mencapai swasembada kembali dan mampu melepaskan diri dari krisis pangan dunia di tahun tersebut. Tidak hanya dalam aspek ketersediaan saja, pemerintah juga berupaya untuk meningkatkan akses kesehatan bagi seluruh penduduk Indonesia, serta akses infrastruktur untuk memperlancar distribusi pangan. Hasilnya,
#KK@ OA?QNEPU EO KJA KB PDA CKRANJIAJP LNEKNEPEAO @QNEJC PDA LNAOE@AJ?U KB !N % 0QOEHK =I>=JC 6Q@DKUKJK 1DNKQCD
terlihat adanya perubahan yang cukup nyata dalam hal akses terhadap fasilitas kesehatan, umur harapan hidup yang lebih tinggi dan balita kurang gizi yang semakin menurun. Sesuai dengan perkembangan pemekaran wilayah kabupaten, Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan (Food Security and Vulnerability Atlas – FSVA) yang dihasilkan oleh Sekretariat Dewan Ketahanan Pangan c.q. Badan Ketahanan Pangan, mencakup 32 provinsi dan 346 kabupaten serta merupakan konsolidasi berbagai aspek yang terkait dengan ketahanan pangan, seperti ketersediaan pangan, akses dan distribusi pangan serta gizi dan kesehatan. Saya yakin
CNE?QHPQNA #KNAOPNU=J@#EODANU/AREP=HEV=PEKJ PDACKRANJIAJPD=O>AAJ?KJOEOPAJPHUEJ?NA=OEJCBKK@=R=EH=>EHEPU1DANAOQHP S=OPD=P&J@KJAOE=S=O=>HAPKNAC=EJOAHBOQBł?EAJ?UEJ=J@SANA=>HAPKAO?=LABNKICHK>=HBKK@?NEOEOEJPD=PUA=N +KPKJHUEJBKK@=R=EH=>EHEPU=OLA?PO PDACKRANJIAJPEO=HOKEILNKREJC>=OE?EJBN=OPNQ?PQNAPKOIKKPD=J@ATLA@EPABKK@ @EOPNE>QPEKJ EILNKRAIAJPKBLAKLHA=??AOOPK>=OE?DA=HPDB=?EHEPEAO1DAOAABBKNPOD=RANAOQHPA@EJEILNKRAIAJPKBDA=HPD =J@JQPNEPEKJEJ@E?=PKNOOQ?D=O=??AOOPKDA=HPDB=?EHEPEAO HEBAATLA?P=J?U=P>ENPD=J@QJ@ANSAECDPQJ@AN?DEH@NAJSDE?D =NALKOEPERAEILNKRA@ 1DA#KK@0A?QNEPU=J@3QHJAN=>EHEPUPH=O#03 ?KRANEJCLNKREJ?AO @EOPNE?PO EOPKLNKRE@AEILKNP=JPPKKHOBKN @A?EOEKJI=GEJCEJP=NCAPEJC=J@NA?KIIAJ@=PEKJOBKNNAOLKJ@EJCPKBKK@EJOA?QNEPU=PPDALNKREJ?E=H=J@@EOPNE?PHARAH1DEO PH=O LNK@Q?A@FKEJPHU>UPDA0A?NAP=NE=PKBPDA#KK@0A?QNEPU KQJ?EH=J@PDA4KNH@#KK@-NKCN=IIA ?KJOKHE@=PA@I=JU variables of the food security aspects such as food availability, food access and distribution, and health and nutrition.
bahwa FSVA ini dapat dijadikan referensi dan pedoman bagi upaya-upaya penurunan kerawanan pangan sebagai tindak lanjut komitmen Indonesia dalam pencapaian *EHHAJEQI!ARAHKLIAJP$K=HO. Saya berharap, bahwa penyusunan FSVA tidak berhenti sampai kabupaten saja, tetapi juga mencakup sampai ke
4A=NAOQNAPD=PPDEOPH=OSKQH@OANRA=OPKKHPKLNEKNEPEVAKQNABBKNPPKNA@Q?ABKK@EJOA?QNEPU=OKQNBKHHKSQL=?PEKJOPK
tingkat desa, sehingga setiap tingkatan pemerintahan (provinsi dan kabupaten/kota) dapat memprioritaskan dan
PDA*EHHAJJEQI!ARAHKLIAJP$K=HO4EPDPDEOPH=O ABBA?PERAIKJEPKNEJC=J@A=NHUS=NJEJCOUOPAI?KQH@>AEILHAIAJPA@
mensinerjikan sumberdaya yang dimiliki untuk menurunkan kerawanan pangan. Tidak hanya itu, dengan FSVA ini,
,B?KQNOA SASEODPD=PPDEOABBKNPSKQH@?KJPEJQAQLPKPDAREHH=CAHARAH OKA=?DCKRANJIAJP=QPDKNEPEAO?KQH@LNEKNEPEVAEPO resources to reduce food insecurity in their respective regions.
pemantauan dini dapat lebih ditingkatkan lagi agar kejadian kerawanan pangan dapat dideteksi lebih dini, sehingga tidak menimbulkan dampak negatif yang sangat besar bagi korbannya. Penyusunan FSVA ini telah mulai dilakukan sejak awal 2009. Sehubungan dengan itu saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Anton Apriyantono, MS, Menteri Pertanian Kabinet Indonesia Bersatu I yang telah berkontribusi besar sehingga FSVA ini dapat tersusun. Terima kasih juga saya sampaikan kepada 4KNH@#KK@-NKCN=IIA (WFP) atas kerja sama yang telah berlangsung sangat baik selama ini, dan saya tetap mengharapkan agar kerja sama tersebut dapat berjalan lebih baik lagi, sehingga transfer of technology, knowledge and skill dapat ditularkan kepada provinsi dan kabupaten/kota.
2L@=PEJC#KK@&JOA?QNEPUPH=OĠ#& D=O>AAJOP=NPA@A=NHU SDE?DEOJKSNA=@UPK>AH=QJ?DA@=O#KK@0A?QNEPU =J@3QHJAN=>EHEPUPH=OĠ#03 4A PDANABKNA SKQH@HEGAPKATPAJ@KQN=LLNA?E=PEKJPK!NJPKJLNEU=JPKJK =O*EJEOPAN KB CNE?QHPQNA EJ PDA LNAREKQO ?=>EJAP Ġ(=>EJAP &J@KJAOE= ANO=PQ & BKN DEO R=HQ=>HA EJLQPO =J@ HA=@ANODEL @QNEJC PDA @ARAHKLIAJP KB #03 4A SKQH@ HEGA =HOK PK ATPAJ@ KQN =LLNA?E=PEKJ PK PDA 4#- BKN PDEO AJPDQOE=OPE? ?KHH=>KN=PEKJ =J@SEODPKD=RA>APPAN=J@IKNA>AJAł?E=H?KHH=>KN=PEKJEJPDABQPQNA AOLA?E=HHUEJPDABKNIOKBPN=JOBANKBPA?DJKHKCU GJKSHA@CA=J@OGEHHPKPDALNKREJ?E=HO=J@@EOPNE?POKBł?ANO
Menteri Pertanian/ Ketua Harian Dewan Ketahanan Pangan
*EJEOPANKBCNE?QHPQNA "TA?QPERA D=ENI=JKBPDA#KK@0A?QNEPU KQJ?EH
Ir. H. Suswono, MMA
&N%0QOSKJK **
Kata Pengantar
Preface
United Nations World Food Programme (WFP) menghargai tinggi upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia
1DA2JEPA@+=PEKJO4KNH@#KK@-NKCN=IIAĠ4#- ?KIIAJ@OPDA$KRANJIAJPKB&J@KJAOE=BKNEPOABBKNPOEJP=?GHEJCPDA
untuk mencapai target Millenium Development Goals, termasuk upaya pengentasan kemiskinan dan kelaparan. Sejak
*EHHAJEQI!ARAHKLIAJP$K=HO EJ?HQ@EJCPD=PKBNA@Q?EJCLKRANPU=J@DQJCAN0EJ?A SDAJPDAłNOP#KK@&JOA?QNEPU PH=O S=O H=QJ?DA@ PDA SKNH@ D=O OAAJ I=JU @N=I=PE? ?D=HHAJCAO %ECD BKK@ =J@ BQAH LNE?AO BKHHKSA@ >U PDA ?QNNAJP
tahun 2005, ketika Peta Kerawanan Pangan (Food Insecurity Atlas) yang pertama diluncurkan, dunia telah mengalami perubahan besar. Tingginya harga pangan dan bahan bakar disusul oleh krisis keuangan yang masih berlangsung, berdampak pada tingginya angka kemiskinan dan kelaparan di seluruh dunia. Secara global, jumlah penduduk dunia yang mengalami kelaparan telah mencapai satu milyar orang. Oleh karena itu, kita harus secara cepat dan tepat
łJ=J?E=H?NEOEOD=RAEJ?NA=OA@PDAJQI>ANKBPDADQJCNULKKNPDNKQCDKQPPDASKNH@$HK>=HHUPDAJQI>ANKBLAKLHAOQBBANEJC BNKIDQJCANJKSAT?AA@OKJA>EHHEKJ HA=NHU SAJAA@PK=?PSEPDPDAO?=HA=J@QNCAJ?UNAMQENA@PK=?DEARAOQOP=EJ=>HA global food security.
mengambil tindakan yang diperlukan untuk mencapai ketahanan pangan yang berkelanjutan. “Pemenuhan Ketahanan Pangan Bagi Semua” telah menjadi prioritas utama Pemerintah Indonesia. WFP dan Dewan Ketahanan Pangan (DKP), telah bekerjasama meluncurkan Peta Kerawanan Pangan (FIA) pada tahun 2005. Atlas PANOA>QP IAJCE@AJPEłG=OE G=>QL=PAJ OA>=C=E @=AN=D N=S=J L=JC=J U=JC IAI>QPQDG=J LNEKNEP=O LAJ=JC=J=J khusus dan bertujuan untuk menyediakan sarana bagi para pengambil kebijakan dalam menentukan sasaran dan intervensi untuk mengatasi kerawanan pangan dan gizi di tingkat provinsi dan kabupaten. Berdasarkan FIA 2005,
ļ"JOQNEJC#KK@0A?QNEPUBKNHHD=O>AAJ=PKLLNEKNEPUBKNPDA$KRANJIAJPKB&J@KJAOE=1KCAPDANSEPDPDA+=PEKJ=H#KK@ 0A?QNEPU KQJ?EHĠ#0
PDA4#-FKEJPHULNK@Q?A@=J@H=QJ?DA@PDAłNOP#KK@&JOA?QNEPUPH=OEJ1DAPH=OE@AJPEłA@ LNEKNEPU@EOPNE?PO=OBKK@EJOA?QNASDE?DNAMQENA@QNCAJP=PPAJPEKJ=J@EO=EIA@=PLNKRE@EJCEJBKNI=PEKJBKN@A?EOEKJ I=GANO EJ P=NCAPEJC =J@ NAOLKJ@EJC PK PDA BKK@ =J@ JQPNEPEKJ EJOA?QNEPU =P LNKREJ?E=H =J@ @EOPNE?P HARAHO #KHHKSEJC PDA LQ>HE?=PEKJKBPDAPH=O PDA$KRANJIAJPKB&J@KJAOE=@EOLANOA@20IEHHEKJPKPDAOA@EOPNE?PO1DAPH=OEO
-AIANEJP=D&J@KJAOE=IAJC=HKG=OEG=J=JCC=N=JHA>ED@=NE20FQP=>=CEG=>QL=PAJPANOA>QP0==PEJE =PH=OEJE telah terintegrasi dalam rencana tahunan pemerintahan melalui instansi ketahanan pangan di pusat dan di daerah.
JKSBQHHUEJPACN=PA@SEPDEJPDACKRANJIAJPOUOPAI=J@PDA#KK@0A?QNEPU,Bł?AO
Diterbitkannya Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan (FSVA) Indonesia tahun 2009, yang merupakan pemuktakhiran dari FIA tahun 2005 merupakan wujud dari kerjasama terbaru antara WFP dan DKP. Peta ini menunjukkan bahwa meskipun Indonesia telah mencapai kemajuan di sektor ekonomi dan ketahanan pangan di tahun-tahun terakhir, menciptakan ketahanan pangan bagi seluruh rakyat tetap menjadi tantangan bersama. Dan hasilnya adalah ditetapkannya G=>QL=PAJLNEKNEP=OU=JCIAIANHQG=JLAND=PE=JHA>ED>AO=N@=NELAIANEJP=DLQO=P LNKREJOE@=JG=>QL=PAJQJPQG
1DA H=PAOP ?KHH=>KN=PEKJ >APSAAJ 4#- =J@ #0 >NEJCO QO PDA #KK@ 0A?QNEPU 3QHJAN=>EHEPU PH=O Ġ#03 KB &J@KJAOE=
intervensi secara multi sektoral. Perbandingan antara indikator dalam FIA 2005 dan FSVA 2009 menunjukkan adanya LAN>=EG=JU=JCOECJEłG=J @EI=J=231G=>QL=PAJPAH=DIAJC=H=IELAN>=EG=JLANEJCG=P Saya berharap dan yakin bahwa Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan ini akan digunakan oleh para pengambil kebijakan dan praktisi pembangunan karena atlas ini memberikan arah prioritas kebutuhan dan rekomendasi kegiatan secara konkrit. Dengan upaya bersama antara para pemangku kepentingan, secara bersama kita merancang strategi dan menjalankan strategi ketahanan pangan secara efektif, dengan prioritas utama terhadap masyarakat miskin dan kelompok yang paling rawan pangan. Kami berharap kerjasama yang berkelanjutan dalam memastikan ketahanan pangan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Coco Ushiyama Perwakilan & Direktur World Food Programme, Indonesia
SDE?DEO=JQL@=PAKBPDALNAREKQOPH=O1DAPH=OODKSOPD=P@AOLEPA&J@KJAOE=OEILNAOOERAA?KJKIE?=J@ BKK@OA?QNEPU=?DEARAIAJPOEJPDANA?AJPL=OP =PP=EJEJCBKK@OA?QNEPUBKN=HH?KJPEJQAOPK>A=?KHHA?PERA?D=HHAJCA/AOQHPO LNEKNEPEOA RQHJAN=>HA @EOPNE?PO SDE?D JAA@ DECDAN =PPAJPEKJ BNKI PDA ?AJPN=H LNKREJ?E=H =J@ @EOPNE?P CKRANJIAJPO BKN R=NEKQOIQHPEOA?PKN=HEJPANRAJPEKJO)ARAHOKBRQHJAN=>EHEPUPKBKK@OA?QNEPUOPEHHR=NUOQ>OP=JPE=HHU>UCAKCN=LDE?NACEKJSEPDEJ &J@KJAOE= KIL=NEJCEJ@E?=PKNOBNKIPKPDANA=NANAI=NG=>HAEILNKRAIAJPO SEPD31@EOPNE?POEILNKREJC their ranking. &PEOIUDKLA=J@>AHEABPD=PPDEOQL@=PA@#KK@0A?QNEPU3QHJAN=>EHEPUPH=OSEHH>AQOA@>ULKHE?UI=GANO=J@@ARAHKLIAJP LN=?PEPEKJANO=OEPLNKRE@AO=JKRANREASKBJAA@O=J@KBBANONA?KIIAJ@=PEKJOBKN=?PEKJEJ=?KJ?NAPA=J@LNEKNEPEVA@I=JJAN U?KHH=>KN=PERAABBKNPOSEPDL=NPJANO=J@NAHAR=JPOP=GADKH@ANO SA?=JPKCAPDAN@AOECJ=J@EILHAIAJP=JABBA?PERABKK@ OA?QNEPUOPN=PACU SEPDLNEKNEPUPKPDALKKNAOP=J@PDAIKOPBKK@EJOA?QNA4AHKKGBKNS=N@PKKJCKEJCL=NPJANODELPKAJOQNA food security for all in Indonesia.
K?K2ODEU=I= /ALNAOAJP=PERA KQJPNU!ENA?PKN 4KNH@#KK@-NKCN=IIA &J@KJAOE=
Ucapan Terima Kasih
Acknowledgments
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia ini tidak akan mungkin diselesaikan tanpa dukungan dan perhatian secara pribadi dari Ir. H. Suswono, MMA, Menteri Pertanian & Ketua Harian Dewan Ketahanan Pangan Indonesia, demikian juga dengan pendahulu beliau, Dr. Ir. Anton Apriyantono. Inspirasi, motivasi dan perhatian yang konsisten
1DA#KK@0A?QNEPU=J@3QHJAN=>EHEPUPH=OKB&J@KJAOE=?KQH@JKPD=RA>AAJ?KILHAPA@SEPDKQPPDALANOKJ=HEJPANAOPO=J@ OQLLKNPKB%"&N%0QOSKJK ** PDA*EJEOPANKBCNE?QHPQNA"TA?QPERA D=ENI=JKBPDA#KK@0A?QNEPU KQJ?EHKB
dari Dr. Ir. Achmad Suryana, merupakan suatu yang tak ternilai. Dr. Ir. Tjuk Eko Hari Basuki, M.St memberikan kepemimpinan yang sangat baik dalam setiap tahap dalam penyelesaian atlas ini. Terima kasih terutama ditujukan kepada Ir. Sugiarto, MM, Ir. Iwan Fortuna Malonda, M.com, Ir. Ali Marsaban, MSi dan Tono, SP dari Badan Ketahanan Pangan (BKP), Departemen Pertanian dan Thi Van Hoang, Dipayan Bhattacharyya, Dedi Junadi dan Helmiati Kadir dari WFP untuk analisis dan persiapan hingga buku ini dapat dipublikasikan. Peran serta dari berbagai instansi pemerintah dan institusi non pemerintah, juga masukan-masukan dari provinsi dan kabupaten merupakan suatu yang sangat dihargai. Terima kasih untuk dukungan dana dari AUSAID.
&J@KJAOE= =OSAHH=ODEOLNA@A?AOOKN !N&NJPKJLNEU=JPKJK1DAEJOLEN=PEKJ IKPER=PEKJ=J@?KJOEOPAJP=PPAJPEKJLNKRE@A@ >U!N&N?DI=@0QNU=J= !ENA?PKN$AJAN=HKB+=PEKJ=H#KK@0A?QNEPUCAJ?U!N&N1FQG"GK%=NE=OQGE *0PLNKRE@A@ AT?AHHAJPHA=@ANODEL=P=HHOP=CAOKBPDAPH=O@ARAHKLIAJP*Q?DKBPDA?NA@EPBKNQJ@ANP=GEJCPDA=J=HUOEO=J@>NEJCEJC KQPPDEOLQ>HE?=PEKJCKAOPK&N0QCE=NPK ** &N&S=J#KNPQJ=*=HKJ@= *?KI &NHE*=NO=>=J *0E@=J1KJK 0-KBPDA #KK@0A?QNEPUCAJ?U *EJEOPNUKBCNE?QHPQNA 1DE3=J%K=JC !EL=U=JD=PP=?D=NUU= !A@E'QJ=@E=J@%AHIE=PE(=@ENKB 4#-1DA=?PERANKHAKB=SE@AN=JCAKB$KRANJIAJP=J@JKJCKRANJIAJP=HEJOPEPQPEKJOPKCAPDANSEPDPDANE?DEJLQPOBNKI PDALNKREJ?E=H=J@@EOPNE?PKBł?E=HONAI=EJL=NPE?QH=NHU=LLNA?E=PA@1DAOQLLKNPKBQO&!EODECDHU=?GJKSHA@CA@
Table Of Contents
Daftar Isi Kontributor RINGKASAN EKSEKUTIF
xv xvii
Contributors EXECUTIVE SUMMARY
BAB 1 PENDAHULUAN
1
CHAPTER 1
1.1 1.2 1.3
1 3 5
1.1 1.2 1.3
Latar Belakang dan Dasar Pemikiran Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia Kerangka Konsep Ketahanan Pangan dan Gizi Indikator yang digunakan FSVA
23
CHAPTER 2
2.1 2.2 2.3
23 31 32
2.1 2.2 2.3
BAB 3 AKSES TERHADAP PANGAN DAN PENGHIDUPAN
37
CHAPTER 3
3.1 3.2 3.3
37 42 42
3.1 3.2 3.3
BAB 4 PEMANFAATAN PANGAN
55
CHAPTER 4
4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6
55 57 59 59 59 62
4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6
BAB 5 KERENTANAN TERHADAP KERAWANAN PANGAN TRANSIEN
79
CHAPTER 5
5.1 5.2 5.3 5.4 5.5
79 80 82 84 85
5.1 5.2 5.3 5.4 5.5
95
CHAPTER 6
Penduduk Di Bawah Garis Kemiskinan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Akses Terhadap Infrastruktur Dasar (Listrik dan Jalan)
Konsumsi Pangan Akses terhadap Fasilitas Kesehatan Penduduk dengan Akses kurang memadai ke Air Bersih Perempuan Buta Huruf Status Gizi Dampak (Outcome) dari Status Kesehatan
Bencana Alam Fluktuasi Curah Hujan Daerah Puso Perubahan Iklim dan Ketahanan Pangan Deforestasi Hutan
BAB 6 KERENTANAN TERHADAP KERAWANAN PANGAN KRONIS BERDASARKAN INDEKS KETAHANAN PANGAN KOMPOSIT
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
INTRODUCTION
Background and Rationale of Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia Food and Nutrition Security Conceptual Framework Indicators used for the FSVA
BAB 2 KETERSEDIAAN PANGAN Produksi Rasio Konsumsi Normatif Per Kapita terhadap Produksi Pangan (Peta 2.1) Tantangan Utama Pemenuhan Kecukupan
xv
FOOD AVAILABILITY
Production Per Capita Normative Consumption to Production Ratio (Map 2.1) Main Challenges for Adequacy Fullfilment
FOOD AND LIVELIHOOD ACCESS
Population Below Poverty Line Open Unemployment Rate (OUR) Access to Basic Infrastructure (Electricity and Road)
FOOD UTILIZATION
Food Consumption Access to Health facilities Population with limited access to improved drinking water Female Illiteracy Nutritional status Health Outcome
VULNERABILITY TO TRANSIENT FOOD INSECURITY
Natural Disasters Rainfall Fluctuation Damaged Areas Climate Change and Food Security Deforestation
VULNERABILITY TO CHRONIC FOOD INSECURITY BASED ON COMPOSITE FOOD SECURITY INDEX
xvii 1 1 3 5
23 23 31 32
37 37 42 42
55 55 57 59 59 59 62
79 79 80 82 84 85
95
xi
DAFTAR TABEL 1=>AH 1=>AH 1=>AH 1=>AH Tabel 2.3 1=>AH Tabel 3.2 1=>AH 1=>AH 1=>AH Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 1=>AH Tabel 5.2 Tabel 5.3 Tabel 5.4 1=>AH Tabel 6.2 Tabel 6.3 Tabel 6.4 Tabel 6.5
LIST OF TABLES
&J@EG=PKN-AP=(AP=D=J=J@=J(ANAJP=J=J-=JC=J&J@KJAOE= -NK@QGOE0ANAHE=-KGKG@=J2I>EQI>E=J -NK@QGOE-=@E@=J'=CQJCĠ
24 28
1=>HA 1=>HA 1=>HA
&J@E?=PKNOQOA@BKNPDA#KK@0A?QNEPU=J@3QHJAN=>EHEPUPH=OKB&J@KJAOE= -NK@Q?PEKJKB*=FKN ANA=HO=J@1Q>ANO -NK@Q?PEKJKB-=@@U=J@*=EVAĠ
-NK@QGOE2>E(=UQ@=J2>E'=H=NĠ
Produksi Total Serealia per tahun dan Laju Pertumbuhan Produksi untuk periode 'QIH=D@=J-ANOAJP=OA-KLQH=OE@E=S=D$=NEO(AIEOGEJ=J+=OEKJ=H Jumlah kabupaten-kabupaten yang memiliki lebih dari 30% penduduk hidup @E>=S=DC=NEOGAIEOGEJ=JP=DQJ 1EJCG=P-AJC=JCCQN=J1AN>QG=Ġ1-1 IAJQNQP-NKREJOE
29 30
1=>HA 1=>HA
38 39
1=>HA 1=>HA
-NK@Q?PEKJKB =OO=R==J@0SAAP-KP=PKĠ
1KP=H ANA=H-NK@Q?PEKJ>UUA=N=J@-NK@Q?PEKJ$NKSPD/=PABKNPDA-ANEK@KB $ +QI>AN=J@-AN?AJP=CAKB-KLQH=PEKJAHKS+=PEKJ=H-KRANPU)EJA +QI>ANKB@EOPNE?POSEPDIKNAPD=JLAKLHA >AHKSLKRANPUHEJAEJ
1=>HA
,LAJ2JAILHKUIAJP/=PAĠ,2/O >U-NKREJ?A
-ANOAJP=OANQI=DP=JCC=P=JL==GOAOGAHEOPNEGLANLNKREJOEP=DQJ (KJOQIOE(=HKNE@=J-NKPAEJLAN(=LEP=LAN%=NEL=@=1EC=$KHKJC=J1AN>=S=D dari Golongan Pengeluaran Bulanan per Kapita Persentase Rumah Tangga dengan Akses yang sangat terbatas Ke Air Bersih dan Sarana Pelayanan Kesehatan Persentase Perempuan Buta Huruf Persentase underweightt dan stuntingg pada balita
45 56
1=>HA 1=>HA
58
1=>HA
60 63
1=>HA 1=>HA
-AN?AJP=CAKB%KQOADKH@OSEPDKQP=??AOOPKAHA?PNE?EPU>ULNKREJ?A -AN =LEP=LAN!=U =HKNEA=J@-NKPAEJ KJOQILPEKJ=IKJC1DNAA)KSAOP*KJPDHU LAN =LEP="TLAJ@EPQNAĠ*- " H=OOAO -AN?AJP=CAKB%KQOADKH@OSEPDHEIEPA@=??AOOPKEILNKRA@@NEJGEJCS=PAN=J@ KIIQJEPU%A=HPD AJPAN #AI=HA&HHEPAN=?U/=PA -AN?AJP=CAKBQJ@ANSAECDP=J@OPQJPA@QJ@ANłRAUA=NO?DEH@NAJ
Angka Harapan Hidup Tingkat Provinsi +AC=N=QP=I=U=JCIAJC=H=IE>AJ?=J==H=I Ringkasan tabel bencana alam yang terjadi di Indonesia dan kerusakannya selama LANEK@A Perbandingan Area Puso Padi akibat Banjir dan Kekeringan terhadap Luas Area 1=J=I-=@EP=DQJ
63 80
1=>HA 1=>HA 1=>AH
83
1=>HA
)EBA"TLA?P=J?U>ULNKREJ?A 1KLJ=PQN=H@EO=OPANDEP?KQJPNEAO@QNEJC 0QII=NUKBJ=PQN=H@EO=OPANOSDE?DK??QNNA@EJ&J@KJAOE=@QNEJC=J@ AOPEI=PA@?=QOA@@=I=CA -NKLKNPEKJKBL=@@U@=I=CA@=NA=O=IKJCPKP=HL=@@U?QHPER=PA@=NA=O?=QOA@ >UŃKK@O=J@@NKQCDPO@QNEJC
Perbandingan Area Puso Jagung akibat Banjir dan Kekeringan terhadap Luas Area 1=J=I'=CQJCP=DQJ (=>QL=PAJU=JC-=HEJC/AJP=JAN@=O=NG=J&J@AGO(AP=D=J=J-=JC=J(KILKOEP Faktor penentu utama Kerawanan Pangan per Prioritas Strategi penentu utama Ketahanan Pangan dan Gizi per Provinsi Perubahan tingkat kerentanan terhadap kerawanan pangan kronis antara
83
1=>HA
96 99
1=>HA 1=>HA 1=>HA 1=>HA
-NKLKNPEKJKB*=EVA@=I=CA@=NA=O=IKJCPKP=HI=EVA?QHPER=PA@=NA=O?=QOA@ >UŃKK@O=J@@NKQCDPO@QNEJC DECDANRQHJAN=>HA@EOPNE?PO>=OA@KJ KILKOEPA#KK@0A?QNEPU&J@AT *=EJ@APANIEJ=JPOKB#KK@&JOA?QNEPULAN-NEKNEPU *=EJ!APANIEJ=JPOKB#KK@=J@+QPNEPEKJ0A?QNEPULAN-NKREJ?A D=JCAOEJRQHJAN=>EHEPUPK?DNKJE?BKK@EJOA?QNEPU>UEJ@ERE@Q=HEJ@E?=PKNOEJ
1=>HA
PDA#03=O?KIL=NA@PK#&PDA D=JCAOEJN=JGOKB@EOPNE?POEJPDA#&>=OA@KJ KILKOEPA#KK@OA?QNEPU&J@AT
113
FSVA 2009 dan FIA 2005 berdasarkan indikator individu Perubahan peringkat kabupaten di FIA 2005 berdasarkan Indeks Ketahanan Pangan Komposit
DAFTAR GAMBAR $=I>=N (AN=JCG=(KJOAL(AP=D=J=J-=JC=J@=J$EVE $=I>=N -NK@QGOE0ANA=HE=-KGKG@=J2I>EQI>E=J Gambar 2.2 Total Luas Panen Padi (ha) di Pulau Sumatera
xii
LIST OF F FIGURES 3 24 24
#ECQNA #ECQNA #ECQNA
#KK@=J@+QPNEPEKJ0A?QNEPU KJ?ALPQ=H#N=IASKNG -NK@Q?PEKJKB*=FKN ANA=HO=J@1Q>ANO – 1KP=H-=@@U%=NRAOPA@NA=OĠD= EJ0QI=PAN=&OH=J@
3
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Gambar 2.3 Total Luas Panen Padi (ha) di Pulau Jawa $=I>=N -NK@QGOE-=@E@EA>AN=L=-NKREJOE@E&J@KJAOE= $=I>=N !=AN=D0AJPN=-NK@QGOE-=@E1=DQJ $=I>=N $=I>=N $=I>=N $=I>=N $=I>=N Gambar 3.2 $=I>=N
-NK@QGOE'=CQJC@=AN=D0AJPN=LNK@QGOE1=DQJ -NK@QGOE2>E(=UQ!=AN=D0AJPN=-NK@QGOE1=DQJ -NK@QGOE2>E'=H=N!=AN=D0AJPN=-NK@QGOE1=DQJ -NKUAGOE-AJ@Q@QG&J@KJAOE=*AJQNQP-QH=Q@=J+=OEKJ=H 1=DQJ 0QI>ANLAJ@=L=P=JQP=I=IAJQNQPGH=OEłG=OEOAGPKN=H Moda Transportasi di Indonesia AJ?=J==H=IU=JCPANF=@E@E&J@KJAOE=LAN-NKREJOEOAH=I=LANEK@A
Gambar 5.2 Angka Deforestasi di dalam dan luar Kawasan hutan di Indonesia, 2003 –2006 $=I>=N 'QIH=DG=>QL=PAJU=JCNAJP=JL=@=-NEKNEP=O>AN@=O=NG=J&J@AGO(AP=D=J=J-=JC=J Komposit Gambar 6.2 Jumlah kabupaten yang rentan pada Prioritas 2 berdasarkan Indeks Ketahanan Pangan Komposit Gambar 6.3 Jumlah kabupaten yang rentan pada Prioritas 3 berdasarkan Indeks Ketahanan Pangan Komposit Gambar 6.4 Kerangka intervensi untuk meningkatkan ketahanan pangan
25 26 26 26
#ECQNA #ECQNA #ECQNA
1KP=H-=@@U%=NRAOPA@NA=OĠD= EJ'=R=&OH=J@ -=@@U-NK@Q?PEKJEJOKIA-NKREJ?AOEJ&J@KJAOE= /E?A-NK@Q?PEKJ AJPANOEJ
32 40 44
#ECQNA #ECQNA #ECQNA #ECQNA #ECQNA #ECQNA #ECQNA
*=EVA-NK@Q?PEKJ AJPANOEJ =OO=R=-NK@Q?PEKJ AJPANOEJ 0SAAP-KP=PKAO-NK@Q?PEKJ AJPANOEJ &J@KJAOE=J-KLQH=PEKJ-NKFA?PEKJ??KN@EJCPK&OH=J@=J@+=PEKJ=H 6A=N *=EJEJ?KIAOKQN?AO=??KN@EJCPKOA?PKN=H *K@AOKB1N=JOLKNP=PEKJEJ&J@KJAOE= +=PQN=H@EO=OPANOSDE?DK??QNNA@EJ&J@KJAOE=>APSAAJ >ULNKREJ?A
86
#ECQNA #ECQNA
!ABKNAOP=PEKJEJOE@AKNKQPOE@ABKNAOP=NA=OEJ&J@KJAOE= +QI>ANKBRQHJAN=>HA@EOPNE?POKB-NEKNEPU>=OA@KJ @ KILKOEPA#KK@0A?QNEPU&J@AT
#ECQNA
+QI>ANKBRQHJAN=>HA@EOPNE?POKB-NEKNEPU>=OA@KJ @ KILKOEPA#KK@0A?QNEPU&J@AT
98
#ECQNA
+QI>ANKBRQHJAN=>HA@EOPNE?POKB-NEKNEPU>=OA@KJ @ KILKOEPA#KK@0A?QNEPU&J@AT
#ECQNA
&JPANRAJPEKJBN=IASKNGPKEILNKRABKK@OA?QNEPU
DAFTAR PETA
LIST OF MAPS 9
*=L
&J@AT*=LKB0QI=PAN=&OH=J@O
-AP=&J@AGO-QH=Q'=S= -AP=&J@AGO-QH=Q=HE +1@=J+11 -AP=&J@AGO-QH=Q(=HEI=JP=J -AP=&J@AGO-QH=Q0QH=SAOE -AP=&J@AGO-QH=Q*=HQGQ *=HQGQ2P=N= -=LQ=@=J-=LQ==N=P /=OEK(KJOQIOE+KNI=PEB-AN(=LEP=PAND=@=L-NK@QGOEANOED0ANA=HE=
35
*=L *=L *=L *=L *=L *=L
&J@AT*=LKB'=R=&OH=J@O &J@AT*=LKB=HE +1=J@+11&OH=J@O &J@AT*=LKB(=HEI=JP=J&OH=J@O &J@AT*=LKB0QH=SAOE&OH=J@O &J@AT*=LKB*=HQGQ *=HQGQ2P=N= -=LQ==J@-=LQ==N=P&OH=J@O /=PEKKB-AN =LEP=+KNI=PERA KJOQILPEKJPK+AP ANA=H-NK@Q?PEKJ
11 13
-AP= Peta 3.2 Peta 3.3 -AP= Peta 4.2 Peta 4.3
-AJ@Q@QG%E@QL@E=S=D$=NEO(AIEOGEJ=J Desa yang Tidak Bisa Dilalui Kendaraan Roda Empat Rumah Tangga tanpa Akses terhadap Listrik /QI=D1=JCC=@AJC=JGOAOGA#=OEHEP=O(AOAD=P=JGI Rumah Tangga tanpa Akses ke Air Bersih Perempuan Buta Huruf
49 53 69
*=L *=L *=L *=L *=L *=L
-KLQH=PEKJ)EREJCAHKS-KRANPU)EJA 3EHH=CAOJKP??AOOE>HA>U#KQN4DAAH3ADE?HA %KQOADKH@OSEPDKQP??AOOPK"HA?PNE?EPU %KQOADKH@OSEPD??AOOPK%A=HPD#=?EHEPEAOGI %KQOADKH@OSEPDKQP??AOOPK HA=J4=PAN #AI=HA&HHEPAN=?U
Peta 4.4 Peta 4.5 -AP=
Berat Badan Anak (< 5 Tahun) di Bawah Standar Angka Harapan Hidup -AJUEIL=JC=J QN=D%QF=JĠ @=NE@E*QOEI(AI=N=Q@E>=J@EJCG=J dengan Rata-Rata 30 tahun -AJUEIL=JC=J QN=D%QF=JĠ @=NE@E*QOEI%QF=J@E>=J@EJCG=J@AJC=J Rata-Rata 30 tahun
89
*=L *=L *=L
*=L
2J@ANSAECDP DEH@NAJĠģUA=NO
)EBA"TLA?P=J?U /=EJB=HH!ARE=PEKJĠ @QNEJCEJ!NU0A=OKJ-ANEK@O?KIL=NA@PK 6A=NORAN=CA /=EJB=HH!ARE=PEKJĠ @QNEJCEJ4AP0A=OKJ-ANEK@O?KIL=NA@PK 6A=NORAN=CA
Peta Deforestasi di Indonesia untuk periode 2003 - 2006
93
*=L
-AP=
-AP=&J@AGO-QH=Q0QI=PAN=
-AP= -AP= -AP= -AP= -AP= -AP=
-AP= Peta 5.3
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
*=LKB!ABKNAOP=PEKJEJ&J@KJAOE=@QNEJCLANEK@O
xiii
-AP= Peta 6.2 Peta 6.3
-AP=(ANAJP=J=J1AND=@=L(AN=S=J=J-=JC=J&J@KJAOE= Peta Kerentanan Terhadap Kerawanan Pangan Pulau Sumatera Peta Kerentanan Terhadap Kerawanan Pangan Pulau Jawa
*=L *=L *=L
3QHJAN=>EHEPUPK#KK@&JOA?QNEPU*=LKB&J@KJAOE= 3QHJAN=>EHEPUPK#KK@&JOA?QNEPU*=LKB0QI=PAN=&OH=J@O 3QHJAN=>EHEPUPK#KK@&JOA?QNEPU*=LKB'=R=&OH=J@O
Peta 6.4
Peta Kerentanan Terhadap Kerawanan Pangan Pulau Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur Peta Kerentanan Terhadap Kerawanan Pangan Pulau Kalimantan Peta Kerentanan Terhadap Kerawanan Pangan Pulau Sulawesi -AP=(ANAJP=J=J1AND=@=L(AN=S=J=J-=JC=J-QH=Q*=HQGQ *=HQGQ2P=N= -=LQ=@=J Papua Barat
*=L
*=L *=L *=L
3QHJAN=>EHEPUPK#KK@&JOA?QNEPU*=LKBPDA&OH=J@KB=HE +QO=1AJCC=N==N=P=J@ +QO=1AJCC=N=1EIQN 3QHJAN=>EHEPUPK#KK@&JOA?QNEPU*=LKB(=HEI=JP=J&OH=J@O 3QHJAN=>EHEPUPK#KK@&JOA?QNEPU*=LKB0QH=SAOE&OH=J@O 3QHJAN=>EHEPUPK#KK@&JOA?QNEPU*=LKBPDA&OH=J@KB*=HQGQ *=HQGQ2P=N= -=LQ= =J@-=LQ==N=P
Peta 6.5 Peta 6.6 -AP=
DAFTAR LAMPIRAN
LIST OF ANNEXES
)=ILEN=J )=ILEN=J )=ILEN=J
-AN>=J@EJC=J!=BP=N(=>QL=PAJ@E#&@=J#03 &J@EG=PKN(APANOA@E==J-=JC=J &J@EG=PKN&J@EG=PKNGOAOPAND=@=L-=JC=J
JJAT JJAT JJAT
KIL=NEOKJHEOPKB@EOPNE?POEJ#&=J@#03 #KK@R=EH=>EHEPU&J@E?=PKN #KK@??AOO&J@E?=PKNO
131
)=ILEN=J )=ILEN=J
&J@EG=PKN&J@EG=PKNGOAOPAND=@=L(AOAD=P=J@=J$EVE (QIQH=PEB QN=D%QF=J0AH=I=*QOEI%QF=JĠ,GPK>ANLNEH @=J*QOEI(AI=N=Q ĠLNEH0ALPAI>AN QJPQG-ANEK@A -NEJ?EL=H KILKJAJPJ=HUOEO (PCA-Analisis Komponen Utama): Untuk Analisa Hubungan Antar Indikator Ketahanan Pangan Peringkat Kabupaten Berdasarkan Indikator Individu dan Indeks Ketahanan Pangan Komposit
JJAT JJAT
JJAT
JJAT
%A=HPD=J@+QPNEPEKJ&J@E?=PKNO /=EJB=HH QIQHH=PERA@QNEJC4AP0A=OKJLANEK@OĠ,?PK>ANLNEH =J@ !NU0A=OKJĠLNEH0ALPAI>AN BKNPK-ANEK@O -NEJ?EL=H KILKJAJPJ=HUOEOġJ=HUVEJC/AH=PEKJODELOIKJC#KK@0A?QNEPU Indicators /=JGEJCKB!EOPNE?PO=OA@KJ&J@ERE@Q=H&J@E?=PKNO=J@ KILKOEPA#KK@0A?QNEPU &J@AT
)=ILEN=J Lampiran 6.2
xiv
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Contributors
Kontributor
Tim Pengarah / Steering Committee 2. 3. 4. 5.
!N&N1FQG"GK%=NE=OQGE *0PĠ=@=J(AP=D=J=J-=JC=J
Coco Ushiyama (World Food Programme) Wiwik Arumwati, MSi (Badan Pusat Statistik) Dr. Ina Hernawati (Departemen Kesehatan) Dr. Nyoman Suida (Menko Kesra) !NO0KANKOK%=@EU=JPK *0EĠ=@=J*APAKNKHKCE (HEI=PKHKCE@=J$AKłOEG=
Tim Pelaksana / Technical Working Group 2. 3. 4. 5. 6. 8. 20.
&N0QCE=NPK **Ġ=@=J(AP=D=J=J-=JC=J
Thi Van Hoang (World Food Programme) Ir. Ali Marsaban, MSi (Badan Ketahanan Pangan) Ir. Kresnawan, MSc (Departemen Kesehatan) Ir. Eman Sumarna, MSc (Departemen Kesehatan) Dr. Kecuk Suharyanto (Badan Pusat Statistik) DI=@RAJVKN= 0"Ġ=@=J-QO=P0P=PEOPEG
Dr. Arif Haryana (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional - BAPPENAS) +QNU=@E *0EĠ=@=J*APAKNKHKCE (HEI=PKHKCE@=J$AKłOEG=
&N%=NEOJK **Ġ-QO=P!=P=@=J&JBKNI=OE !AL=NPAIAJ-ANP=JE=J
&N&S=J*=HKJ@= *?KIĠ-QO=P!EOPNE>QOE-=JC=J !AL=NPAIAJ-ANP=JE=J
'KGK1KA>EU=JPK 00KOĠ-QO=P!EOPNE>QOE-=JC=J !AL=NPAIAJ-ANP=JE=J
&N%=O=JQ@@EJ/QIN=Ġ=@=J(AP=D=J=J-=JC=J
1KJK 0-Ġ=@=J(AP=D=J=J-=JC=J
1KJU-=JF=EP=JĠ=@=J(AP=D=J=J-=JC=J
!EL=U=JD=PP=?D=NUU=Ġ4KNH@#KK@-NKCN=IIA
!A@E'QJ=@EĠ4KNH@#KK@-NKCN=IIA
(AECK,>=N=Ġ4KNH@#KK@-NKCN=IIA
%AHIE=PE(=@ENĠ4KNH@#KK@-NKCN=IIA
Rina Djuariah (Departemen Kehutanan) #5%ANSEN=S=JĠ!AL=NPAIAJ(ADQP=J=J
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Badan Ketahanan Pangan Provinsi / Provincial Food Security Office
Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan, Nanggroe Aceh Darussalam Badan Ketahanan Pangan, Sumatera Utara Badan Ketahanan Pangan, Sumatera Barat Badan Ketahanan Pangan, Riau Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, Kepulauan Riau Badan Koordinasi Penyuluhan dan Ketahanan Pangan, Jambi Badan Ketahanan Pangan, Sumatera Selatan Badan Ketahanan Pangan, Bengkulu Badan Ketahanan Pangan, Bangka Belitung Badan Ketahanan Pangan Daerah, Lampung Badan Ketahanan Pangan, Banten Badan Ketahanan Pangan Daerah, Jawa Barat Badan Ketahanan Pangan, Jawa Tengah Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan, D.I. Yogyakarta Badan Ketahanan Pangan, Jawa Timur Bidang Ketahanan Pangan, Bali Badan Ketahanan Pangan Daerah, Nusa Tenggara Barat Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan, Nusa Tenggara Timur Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan, Kalimantan Barat Badan Ketahanan Pangan, Kalimantan Tengah Badan Ketahanan Pangan, Kalimantan Selatan Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan, Kalimantan Timur Badan Ketahanan Pangan, Sulawesi Utara Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, Gorontalo Badan Ketahanan Pangan, Sulawesi Tengah Badan Ketahanan Pangan Daerah, Sulawesi Selatan Badan Ketahanan Pangan, Sulawesi Tenggara Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Daerah, Sulawesi Barat Tim Kerja Ketahanan Pangan pada Dinas Pertanian, Maluku Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Daerah, Maluku Utara Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, Papua Dinas Pertanian, Peternakan dan Ketahanan Pangan, Papua Barat
xv
EXECUTIVE SUMMARY
RINGKASAN EKSEKUTIF
1.
LATAR BELAKANG
1.
B BACKGROUND
Untuk dapat melaksanakan intervensi yang terkait dengan ketahanan pangan dan gizi, Pemerintah Indonesia masih PANQO IAJEJCG=PG=J O=N=J= QJPQG LAJAJPQ=J P=NCAP EJPANRAJOE O=O=N=J OA?=N= CAKCN=łO !AJC=J @QGQJC=J @=NE World Food Programme (WFP) yang memiliki pengalaman di bidang analisis dan pemetaan ketahanan pangan,
1DANAD=O>AAJ=?KJOP=JPJAA@BKNPDA$KRANJIAJPKB&J@KJAOE=PKEILNKRACAKCN=LDE?=HP=NCAPEJCKBIKNARQHJAN=>HA =NA=OBKNBKK@=J@JQPNEPEKJOA?QNEPUNAH=PA@EJPANRAJPEKJO/A?KCJEVEJC4KNH@#KK@-NKCN=IIAĠ4#- ATLANPEOAEJBKK@ OA?QNEPU =J=HUOEO =J@ I=LLEJC EJ PDA #KK@ 0A?QNEPU KQJ?EH Ġ#0
?D=ENA@ >U PDA -NAOE@AJP KB &J@KJAOE= SDKOA
maka pada tahun 2003 Dewan Ketahanan Pangan (DKP), yang diketuai oleh Presiden Republik Indonesia, dengan sekretariat DKP yang berada di Badan Ketahanan Pangan (BKP), bekerjasama dengan WFP dalam pembuatan Peta Kerawanan Pangan (FIA) tingkat nasional. FIA yang pertama di buat dan diluncurkan tahun 2005 dan mencakup G=>QL=PAJ @E LNKREJOE )A>ED @=NE 20 FQP= PAH=D @E=HKG=OEG=J KHAD LAIANEJP=D QJPQG G=>QL=PAJ U=JCN=S=JL=JC=J@=JEJPANRAJOE@EIQH=EP=DQJPH=OU=JCGA@Q= @AJC=JFQ@QH>=NQļ-AP=(AP=D=J=J dan Kerentanan Pangan (FSVA)” yang mencakup 346 Kabupaten di 32 provinsi, akan diluncurkan pada akhir 2009
0A?NAP=NE=PEOPDA#KK@0A?QNEPUCAJ?UĠ#0
?KHH=>KN=PA@SEPD4#-PK@ARAHKLPDAJ=PEKJ=H#KK@&JOA?QNEPUPH=OĠ#& BKN &J@KJAOE=1DAłNOP#&S=O@ARAHKLA@=J@H=QJ?DA@EJ=J@?KRANA@NQN=H@EOPNE?POEJLNKREJ?AO*KNAPD=J20 IEHHEKJSANA=HHK?=PA@>UPDA$KRANJIAJPPK@EOPNE?POE@AJPEłA@=OBKK@EJOA?QNA=J@EJPANRAJPEKJO>AC=JEJ 1DAOA?KJ@PH=O SEPD=JASPEPHAļ#KK@0A?QNEPU=J@3QHJAN=>EHEPUPH=OĠ#03 ?KRANEJCNQN=H@EOPNE?POEJ LNKREJ?AO SEHH>AH=QJ?DA@>UAJ@KBKNA=NHU =J@EPD=O=HNA=@U>AAJBQHHUEJPACN=PA@EJPK=JJQ=HCKRANJIAJP SKNGLH=JO=J@>Q@CAP=NU=HHK?=PEKJO4#-D=O>AAJLNKRE@EJCPA?DJE?=H=J@łJ=J?E=HOQLLKNPPKS=N@OPDA@ARAHKLIAJP
=P=Q=S=HP=DQJ @EI=J=GACE=P=JEJEPAH=DPANEJPACN=OE@=H=INAJ?=J=P=DQJ=J@=J=HKG=OE=JCC=N=JP=DQJ=J pemerintah. Sejak 2003, WFP telah memberikan dukungan teknis dan anggaran untuk pembuatan dan penerapan FIA dan FSVA.
=J@EILHAIAJP=PEKJKBPDA#&=J@#03OEJ?A
2.
2.
TUJUAN FSVA 2009
OBJECTIVE OF THE OB E FSVA 2009
Seperti halnya FIA, FSVA menyediakan sarana bagi pengambil kebijakan dalam hal penentuan sasaran dan memberikan rekomendasi untuk intervensi kerawanan pangan dan gizi di tingkat provinsi dan kabupaten.
)EGAPDA#& PDA#03OANRAO=O=J important tool for decision making in targeting and developing recommendations for responding to food and nutrition insecurity at the provincial and district levels.
AN@=O=NG=J=J=HEO=EJ@EG=PKNU=JCPANG=EP@AJC=JGAP=D=J=JL=JC=JU=JC>AN=O=H@=NE@=P=OAGQJ@AN@=NELANEK@A OANP=&J@AGO(AP=D=J=J-=JC=J(KILKOEPĠ>AN@=O=NG=JGKILKOEPEJ@EG=PKN
#03@=L=PIAJF=S=> a daerah yang paling rawan ketahanan tiga pertanyaan kunci terkait ketahanan dan kerawanan pangan yaitu: Di mana
J=HUVA@EJ@E?=PKNONAH=PA@PKBKK@OA?QNEPU>=OA@KJKBł?E=HHUEOOQA@OA?KJ@=NU@=P=KBPDALANEK@ =J@ ?KILKOEPAKBPDAIPK@ANERA= KILKOEPA#KK@0A?QNEPU&J@AT=HHKSPDA#03PK=JOSANPDNAAGAUMQAOPEKJONAH=PA@PK BKK@OA?QNEPU=J@EPORQHJAN=>EHEPUġ Where are the higher vulnerable to food insecurity (by province, district); How Many
pangannya (per provinsi, kabupaten); Berapa banyak k penduduk (perkiraan penduduk); dan Mengapa a mereka paling rawan (penentu utama untuk kerawanan pangan)?.
=NAPDAUĠAOPEI=PA@LKLQH=PEKJ Ģ=J@Why=NAPDAUDECDANRQHJAN=>HAĠI=EJ@APANIEJ=JPOBKNBKK@EJOA?QNEPU y
3.
TEMUAN UTAMA FSVA 2009 VS FIA 2005
3.
KEY FINDINGS OF THE FSVA 2009 VS. FIA 2005
3.1
Ketersediaan Pangan
3.1
Food availability
»
%=OEHLANP=JE=JIAJEJCG=PĠH=FQLAJEJCG=P=JOAGEP=N LANP=DQJOAH=I= @=JIAJ?=L=E pada tahun 2008. Produksi padi dan jagung meningkat, sedangkan produksi ubi kayu dan ubi jalar relatif stabil,
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
»
CNE?QHPQN=HKQPLQPEOCNKSEJC=P=DECDN=PAĠ=>KQPLANUA=N@QNEJC =J@NA=?DA@EJ /E?A=J@I=EVALNK@Q?PEKJEJ?NA=OA@ SDEHALNK@Q?PEKJKB?=OO=R==J@OSAAPLKP=PKAOS=ONAH=PERAHUOP=>HA=J@
xvii
dan produksi kacang kedelai dan kacang tanah menurun. Pada umumnya, mayoritas daerah di Indonesia merupakan daerah swasembada/surplus pangan dalam hal produksi serealia, dan ketersediaan pangan pada tingkat nasional memadai. »
Namun demikian, beberapa kabupaten di provinsi Papua dan provinsi Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Kalimantan
LNK@Q?PEKJKBOKU>A=J=J@CNKQJ@JQPONA@Q?A@&JCAJAN=H PDAI=FKNEPUKB&J@KJAOE=JPANNEPKNUEOBKK@OAHBOQBł?EAJP EJ?ANA=HLNK@Q?PEKJ =J@BKK@=R=EH=>EHEPU=PPDAJ=PEKJ=HHARAHEO=@AMQ=PA
»
Tengah, sebagian provinsi Maluku dan Maluku Utara mengalami kekurangan serealia.
3.2 »
Akses terhadap Pangan Akses terhadap pangan untuk penduduk miskin merupakan gabungan dari kemiskinan, kurangnya pekerjaan
3.2 »
tetap, pendapatan tunai yang rendah dan tidak tetap serta terbatasnya daya beli merupakan tantangan yang >AO=N -=@= P=DQJ PAN@=L=P FQP= KN=JC Ġ DE@QL @E >=S=D C=NEO GAIEOGEJ=J J=OEKJ=H Ġ20 --- %=ILENLAJ@Q@QGIEOGEJPEJCC=H@ELA@AO==J @=JHA>ED@=NEPKP=HLAJ@Q@QG miskin tinggal di Pulau Jawa.
%KSARAN @EOPNE?PO EJ -=LQ= LNKREJ?A =J@ OKIA @EOPNE?PO EJ /E=Q LNKREJ?A (ALQH=Q=J /E=Q '=I>E (=HEI=JP=J 1AJC=D L=NPOKB*=HQGQ=J@*=HQGQ2P=N=LNKREJ?AOSANA?ANA=H@Ał?EAJP
Food access )EIEPA@=??AOOPKBKK@BKNPDALKKN=O=NAOQHPKB?KI>EJ=PEKJKBLKRANPU H=?GKBOP=>HAAILHKUIAJP HKS=J@ ENNACQH=N?=ODEJ?KIA=J@HEIEPA@LQN?D=OEJCLKSANNAI=EJA@=CNA=PAN?D=HHAJCA&J LAN?AJPKB PDALKLQH=PEKJĠIEHHEKJLAKLHA HERA@>AHKSPDAJ=PEKJ=HLKRANPUHEJAĠ-QN?D=OEJC-KSAN-=NEPU20 LAN@=U HIKOPLAN?AJPKBPDALKKNHERA@EJNQN=H=NA=O =J@IKNAPD=JLAN?AJPKBPDAPKP=HHERA@KJ'=R= Island.
»
Sejak tahun 2003, 26 provinsi telah berhasil menurunkan tingkat kemiskinannya. Akan tetapi, terdapat 5 provinsi yang tingkat kemiskinannya tetap yaitu provinsi Sulawesi Utara, Papua, DKI Jakarta, Sumatera Barat dan Jawa Barat.
»
0EJ?A LNKREJ?AOD=RA>AAJ=>HAPKNA@Q?APDALKRANPUN=PA>QPłRALNKREJ?AOĠ0QH=SAOE2P=N= -=LQ= !(&'=G=NP= 0QI=PAN==N=P=J@'=S==N=P D=RAJKP
»
-=@=P=DQJ LAJ@Q@QGIEOGEJPANGKJOAJPN=OE@ELNKREJOEĠ-=LQ= -=LQ==N=P *=HQGQ +11 $KNKJP=HK @=J +! !=NE LNKREJOE PAN@=L=P LNKREJOE PEJCG=P GAIEOGEJ=JJU= I=OED HA>ED PEJCCE @=NE N=P=N=P= J=OEKJ=H @=JLNKREJOE-=LQ=IAIEHEGELNAOAJP=OALAJ@Q@QGIEOGEJPANPEJCCEĠ
»
&J LKRANPUS=O?KJ?AJPN=PA@EJOETLNKREJ?AOĠ-=LQ= -=LQ==N=P *=HQGQ +11 $KNKJP=HK=J@+! ,QP KBLNKREJ?AO LNKREJ?AOD=@=LKRANPUHARAHDECDANPD=JPDAJ=PEKJ=H=RAN=CA SEPD-=LQ=LNKREJ?AD=REJC PDADECDAOPLNKLKNPEKJKBLKKNLAKLHAĠ
»
2JPQGPEJCG=PG=>QL=PAJ LAN>A@==JPEJCG=PGAIEOGEJ=JHA>EDFAH=O!=NE(=>QL=PAJ (=>QL=PAJ IAIEHEGE PEJCG=P GAIEOGEJ=J HA>ED PEJCCE @=NE N=P=N=P= J=OEKJ=H !E =JP=N= G=>QL=PAJ PANOA>QP
»
*KNALNKJKQJ?A@@EBBANAJ?AOATEOP>APSAAJ@EOPNE?PO,QPKB@EOPNE?PO @EOPNE?POD=@LKRANPUN=PAODECDAN PD=JPDAJ=PEKJ=H=RAN=CAIKJCPDAI @EOPNE?POD=@IKNAPD=JKBLAKLHAHEREJC>AHKSPDAJ=PEKJ=H
65 Kabupaten memiliki lebih dari 30% penduduk hidup di bawah garis kemiskinan nasional.
poverty line.
»
1EJCG=P -AJC=JCCQN=J 1AN>QG= Ġ1-1 L=@= P=DQJ IAJC=H=IE LAJQNQJ=J D=ILEN @E>=J@EJCG=J tahun 2003. Penurunan TPT tersebut tidak sebanding dengan pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan bervariasi antar wilayah.
»
1DA,LAJ2JAILHKUIAJP/=PAĠ,2/ EJ@A?NA=OA@>UJA=NHUBNKI&PONA@Q?PEKJD=OJKP>AAJ ?KIIAJOQN=PASEPDPDAA?KJKIE?CNKSPDEJPDA?KQJPNU=J@R=NEA@>UNACEKJO
»
)A>ED@=NE@=NEOAIQ=@AO=@E&J@KJAOE=PE@=GIAIEHEGE=GOAOF=H=JU=JC@=L=P@EH=HQEKHADGAJ@=N==J roda empat.
»
*KNAPD=JKB=HH&J@KJAOE=JREHH=CAO@E@JKPD=RA=??AOOPKNK=@O?KJJA?PA@>UBKQNSDAAHA@RADE?HAO N
»
%=ILEN NQI=D P=JCC= @E &J@KJAOE= PE@=G IAIEHEGE =GOAO HEOPNEG GOAO HEOPNEG U=JC PAN>=P=O Ġ
terdapat di empat provinsi (NTT, Papua, Papua Barat, dan Sulawesi Barat).
»
+A=NHUKBDKQOADKH@OEJ&J@KJAOE=@E@JKPD=RA=??AOOPKAHA?PNE?EPU??AOOPKAHA?PNE?EPUS=OL=NPE?QH=NHU HEIEPA@Ġ EJBKQNLNKREJ?AOĠ+11 -=LQ= -=LQ==N=P =J@0QH=SAOE=N=P
3.3 »
Pemanfaatan Pangan dan Situasi Gizi -=@=P=DQJ N=P=N=P==OQL=JAJANCED=NE=J=@=H=DGG=H@=J=OQL=JLNKPAEJOA>AO=N CN=I
3. 3 »
&J PDA=RAN=CA@=EHUAJANCUEJP=GAS=O G?=H=J@PDALNKPAEJEJP=GAS=OCN=IO >KPDOQNL=OOA@ PDAJ=PEKJ=H/A?KIIAJ@A@!=EHUHHKS=J?AĠ/! 1DAOAD=@EJ?NA=OA@>UOEJ?A%KSARAN PDAHKSAOP PDNAAATLAJ@EPQNA?H=OOAO?KJOQIA@KJHU G?=H?=LEP=@=UKNHAOO =J@PDAEN@EAPNAI=EJA@MQ=JPEP=PERAHU EJ=@AMQ=PA=J@MQ=HEP=PERAHUEI>=H=J?A@
»
,RAN=HH KBDKQOADKH@OD=@=??AOOPKPDAJA=NAOPDA=HPDB=?EHEPEAOHK?=PA@SEPDEJłRAGI SDE?DOECJEł?=JPHU
keduanya sudah melampaui Angka Kecukupan Gizi (AKG) nasional. Angka ini meningkat 3,3% dibandingkan P=DQJ+=IQJ@AIEGE=J QJPQGPEC=CKHKJC=JLAJCAHQ=N=JPANAJ@=DD=JU=IAIEHEGE=OQL=JGG=H kapita/hari atau kurang, dan proporsi makanan mereka kurang serta tidak seimbang secara kuantitatif dan kualitatif. »
Secara nasional, 94% rumah tangga memiliki akses ke fasilitas kesehatan terdekat kurang dari 5 km, dan angka EJEIAJEJCG=POA?=N=OECJEłG=JFEG=@E>=J@EJCG=JP=DQJPAN=GDEN
xviii
Food Utilization and the Nutritional Situation
EILNKRA@@QNEJCPDAH=OPłRAUA=NO
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
»
0A?=N=J=OEKJ=H NQI=DP=JCC=PE@=GIAIEHEGE=GOAOPAND=@=L=ENIEJQIU=JCH=U=GGOAOPANAJ@=D terdapat di provinsi Kalimantan Barat, Papua Barat, Lampung dan Kalimantan Tengah.
»
,J=RAN=CA KBDKQOADKH@O@E@JKPD=RA=??AOOPKEILNKRA@@NEJGEJCS=PAN1DALKKNAOP=??AOOS=OEJ (=HEI=JP=J=N=P -=LQ==N=P )=ILQJC=J@(=HEI=JP=J1AJC=DLNKREJ?AO
»
-=@=P=DQJ =JCG=LANAILQ=J>QP=DQNQBJ=OEKJ=HOA>AO=N JCG=LANAILQ=J>QP=DQNQB PANPEJCCEPAN@=L=P@E-=LQ=Ġ
+1Ġ @=J=HEĠ -=@=PEJCG=PG=>QL=PAJ PAN@=L=P@=NE 346 kabupaten memiliki perempuan buta huruf sedikitnya 20%.
»
,RAN=HH EJ PDAJ=PEKJ=HBAI=HAEHHEPAN=?UN=PAS=O1DADECDAOPEHHEPAN=?UN=PAS=OEJ-=LQ=Ġ
+1Ġ =J@=HEĠ LNKREJ?AOPPDA@EOPNE?PHARAH KQPKB@EOPNE?POD=@=JEHHEPAN=?UN=PAKBKN
»
-=@= P=DQJ =JCG= underweightt pada balita (gabungan dari kurang gizi kronis dan akut) nasional =@=H=D =JCG= PANOA>QP PAH=D IAJ?=L=E P=NCAP *!$ J=IQJ I=O=H=D GAOAD=P=J I=OU=N=G=P I=OED berada pada tingkat yang kurang. Terdapat perbedaan pencapaian yang cukup besar antar provinsi dimana LNKREJOEIAILQJU=ELNAR=HAJOE underweightt diatas prevalensi nasional. 45 Kabupaten dari 346 kabupaten mempunyai prevalensi underweightO=JC=PPEJCCEĠ 1EJCG=PLNAR=HAJOE t underweightt tertinggi terdapat di provinsi NTT, Maluku, Kalimantan Selatan, NAD, Sulawesi Barat dan Gorontalo.
»
&J PDAJ=PEKJ=HN=PAKBQJ@ANSAECDPĠIETA@?DNKJE?=J@=?QPAI=HJQPNEPEKJ S=O SDE?DIAPPDA*!$ CK=H>QPOPEHHS=O=LKKNHARAHKBLQ>HE?DA=HPDOECJEł?=J?A%QCA@EOL=NEPEAO>APSAAJNACEKJONAI=EJA@SEPD LNKREJ?AOD=REJCQJ@ANSAECDPN=PAODECDANPD=JPDAJ=PEKJ=HN=PAU@EOPNE?P KQPKB@EOPNE?POD=@=RANUDECD LNAR=HAJ?AKBQJ@ANSAECDPĠ %ECDANQJ@ANSAECDPS=OBKQJ@EJ+11 *=HQGQ (=HEI=JP=J0AH=P=J +! 0QH=SAOE=N=P=J@$KNKJP=HKLNKREJ?AO
»
g adalah 36,8%, angka ini tergolong tinggi untuk tingkatan Prevalensi nasional untuk kurang gizi kronis (stunting) GAOAD=P=J I=OU=N=G=P 0A?=N= J=OEKJ=H LNKREJOE IAIEHEGE LNAR=HAJOE U=JC O=JC=P PEJCCE ĠĠ @=J LNKREJOEH=EJJU=IAIEHEGELNAR=HAJOEU=JCPEJCCEĠ -=@=PEJCG=PG=>QL=PAJ @=NEG=>QL=PAJ memiliki prevalensi stuntingg yang sangat tinggi. Tingkat prevalensi stuntingg tertinggi terdapat di provinsi NTT,
»
1DA J=PEKJ=H LNAR=HAJ?A KB OPQJPEJC Ġ?DNKJE? I=HJQPNEPEKJ S=O N=JGA@ =P = DECD HARAH KB LQ>HE? DA=HPD OECJEł?=J?A&JPKP=H LNKREJ?AOD=@=RANUDECDLNAR=HAJ?AĠ
=J@=JKPDANLNKREJ?AOD=@=DECD LNAR=HAJ?AĠ PPDA@EOPNE?PHARAH KQPKB@EOPNE?POD=@=RANUDECDLNAR=HAJ?AKBOPQJPEJC%ECDAN OPQJPEJCS=OBKQJ@EJ+11 *=HQGQ 0QI=PAN=0AH=P=J +! 0QH=SAOE=N=P=J@+1LNKREJ?AO&JOQII=NU
IKNA
Maluku, Sumatera Selatan, NAD, Sulawesi Barat dan NTB. Secara global, wilayah Indonesia Bagian Timur memiliki angka kurang gizi lebih tinggi. »
3.4 »
JCG= N=P=N=P=D=N=L=J DE@QL @E &J@KJAOE= L=@=P=DQJ =@=H=D P=DQJ !AH=L=J@=NE LNKREJOE IAIEHEGE=JCG=D=N=L=JDE@QLP=DQJ=P=QHA>ED-=@=PEJCG=PG=>QL=PAJ @=NEG=>QL=PAJIAIEHEGE =JCG=D=N=L=JDE@QLP=DQJ=P=QHA>ED
Daerah yang rawan yang memerlukan prioritas lebih tinggi (Di mana, Berapa Banyak, dan Mengapa?) Indeks Ketahanan Pangan Komposit digunakan untuk menjawab ketiga pertanyaan diatas dengan merangking dan memetakan 346 kabupaten yang memiliki data lengkap untuk 9 indikator terkait kerawanan pangan GNKJEO!E=JP=N=G=>QL=PAJPANOA>QP I=G=@EPAP=LG=JG=>QL=PAJ@AJC=JLNEKNEP=OU=JCHA>EDPEJCCE U=JCPAN@ENE@=NEG=>QL=PAJ-NEKNEP=O G=>QL=PAJ-NEKNEP=O @=JG=>QL=PAJ-NEKNEP=O @AJC=J jumlah penduduk sekitar 25 juta. 246 kabupaten lainnya dikelompokkan menjadi Prioritas 4-6. Perhatian
I=HJQPNEPEKJS=OOECJEł?=JPHUDECDANEJPDAA=OPANJL=NPKBPDA?KQJPNU
»
3.4
1DA=RAN=CAHEBAATLA?P=J?US=OUA=NOEJ"ECDPKQPKBLNKREJ?AOD=@PDAHEBAATLA?P=J?UKBKN IKNAUA=NOPPDA@EOPNE?PHARAH KQPKB@EOPNE?POD=@PDAHEBAATLA?P=J?UKBKNIKNAUA=NO
Regions of higher vulnerability required higher priority (Where, How Many and Why?)
»
1DA KILKOEPA #KK@ 0A?QNEPU &J@AT S=O QOA@ PK =JOSAN PDAOA PDNAA MQAOPEKJO >U N=JGEJC =J@ I=LLEJC @EOPNE?POSDE?DD=@?KILHAPA@=P=OAPOKB=HHJEJAEJ@E?=PKNONAH=PA@PK?DNKJE?BKK@EJOA?QNEPUIKJCPDAI @EOPNE?PO=NAN=JGA@=ODECDANLNEKNEPUġKB-NEKNEPU KB-NEKNEPU=J@KB-NEKNEPU SEPD=PKP=HAOPEI=PA@ LKLQH=PEKJKBIEHHEKJLAKLHA1DANAI=EJEJC@EOPNE?PO=NA?H=OOEłA@=O-NEKNEPEAO%ECDAN=PPAJPEKJODKQH@ >AL=E@PK@EOPNE?POKB-NEKNEPEAO
»
1DA@EOPNE?POEJPDA-NEKNEPUN=JGEJC=NA?KJ?AJPN=PA@EJ-=LQ=Ġ
+11Ġ
-=LQ==N=PĠ
=J@=JKPDAN łRALNKREJ?AOĠ
SEPD=LLNKTEI=PAHUIEHHEKJLAKLHA1DAENRQHJAN=>EHEPUPKBKK@EJOA?QNEPUEOI=EJHU=PPNE>QPA@ PKDECDLKRANPU JK=??AOOPKAHA?PNE?EPU DECDQJ@ANSAECDP=IKJCQJ@ANłRA?DEH@NAJ JK=??AOO>UBKQNSDAAHA@ vehicles and no clean water.
»
1DA@EOPNE?POEJPDA-NEKNEPUN=JGEJC=NA?KJ?AJPN=PA@EJ(=HEI=JP=J=N=PĠ
+11Ġ
+!Ġ
-=LQ= Ġ
=J@=JKPDANJEJALNKREJ?AOĠ
SEPD=LLNKTEI=PAHUIEHHEKJLAKLHA1DAI=EJ@APANIEJ=JPOBKNPDAEN RQHJAN=>EHEPU =NA OEIEH=N PK PDKOA KB -NEKNEPU PDKQCD SEPD = OHECDPHU ?D=JCA@ KN@ANġ DECD QJ@ANSAECDP =IKJC QJ@ANłRA?DEH@NAJ JK=??AOOE>EHEPU>UBKQNSDAAHA@RADE?HAO JK?HA=JS=PAN DECDLKRANPUHARAHO=J@SEPDKQP=??AOO to electricity.
U=JCHA>ED>AO=NLANHQ@E>ANEG=JGAL=@=G=>QL=PAJU=JCPANI=OQG@=H=I-NEKNEP=O »
G=>QL=PAJ-NEKNEP=O G=>QL=PAJ@ELNKREJOE-=LQ= G=>QL=PAJ@E+11 G=>QL=PAJ@E-=LQ==N=P dan 8 kabupaten di 5 provinsi lainnya, dengan jumlah penduduk sekitar 5,3 juta. Tingkat kerentanan terhadap kerawanan pangan terutama disebabkan karena tingginya angka kemiskinan, tidak ada akses listrik, tingginya underweightt pada balita, tidak ada akses jalan kendaraan roda empat dan tidak ada sumber air bersih.
»
!=NEG=>QL=PAJ@E-NEKNEP=O G=>QL=PAJ@ELNKREJOE(=HEI=JP=J=N=P G=>QL=PAJ@E+11 G=>QL=PAJ @E+! G=>QL=PAJ@E-=LQ= @=JG=>QL=PAJ@ELNKREJOEH=EJJU= @AJC=JFQIH=DLAJ@Q@QGOAGEP=N FQP=KN=JC-AJAJPQQP=I=GANAJP=J=JL=JC=J@E-NEKNEP=OD=ILENO=I=@AJC=J-NEKNEP=OIAOGELQJ urutannya sedikit berubah yaitu: tingginya angka underweightt pada balita, tidak ada akses kendaraan roda empat, tidak ada sumber air bersih, tingginya tingkat kemiskinan dan tidak ada terhadap akses listrik.
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
xix
»
Dari 40 kabupaten Prioritas 3, 6 kabupaten di provinsi Kalimantan Tengah, 5 kabupaten di Sulawesi Tengah, 4 kabupaten di NTB dan 25 kabupaten di 16 provinsi lainnya, dengan jumlah penduduk sekitar 12 juta. Kerentanan terhadap tingkat kerawanan pangan pada Prioritas 3 terutama disebabkan karena tingginya angka
»
underweightt pada balita, tingginya angka kemiskinan, tidak ada akses air bersih, tingginya rasio kebutuhan serealia vs produksi, dan tidak ada akses listrik.
3.5 »
Perbandingan peringkat kabupaten FSVA 2009 dan FIA 2005 Tingkat kerentanan kabupaten di FIA 2005 dibandingkan dengan FSVA 2009, berdasarkan data dari
The 40 districts in the Priority 3 ranking are concentrated in Kalimantan Tengah (6), Sulawesi Tengah (5), NTB (4), and another 16 provinces (25), with approximately 12 million people. Their vulnerability to food insecurity EOI=EJHU=PPNE>QPA@PKDECDQJ@ANSAECDP=IKJCQJ@ANłRA?DEH@NAJ DECDLKRANPUHARAHO JK=??AOOPK?HA=JS=PAN a high ratio of cereal requirement vs. its production, and without access to electricity.
3.5 »
9 indikator individu yang berhubungan dengan kerawanan pangan kronis. Secara umum terjadi perbaikan untuk seluruh indikator (9 indikator). Kabupaten-kabupaten di Prioritas 1-3 mempunyai tingkat perbaikan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kabupaten Prioritas 4-6.
Comparison of the district ranking of the FSVA 2009 and the FIA 2005 The levels of vulnerability of districts in the FIA 2005 are compared to those in the FSVA 2009, based on the values of each of nine individual indicators related to chronic food insecurity. Overall improvement has been seen in all nine indicators. The levels of improvement are higher in the districts of Priorities 1-3 than those in Priorities 4-6.
»
-AN>=EG=J U=JC O=JC=P OECJEłG=J PAN@=L=P L=@= EJ@EG=PKN =GOAO PAND=@=L B=OEHEP=O GAOAD=P=J =JCG= D=N=L=J hidup dan angka underweight L=@= >=HEP= -AJ?=L=E=J =C=G NAJ@=D PAN@=L=P @=H=I D=H N=OEK GKJOQIOE JKNI=PEB PAND=@=L GAPANOA@E==J OANA=HE= =GOAO GAJ@=N==J NK@= AIL=P @=J LANAILQ=J >QP= DQNQB
»
More positive changes are observed in the access to health facilities, life expectancy at birth, and underweight =IKJCQJ@ANłRA?DEH@NAJ1DA=?DEARAIAJPEOHKSANEJPDAN=PEKKBJKNI=PERA?KJOQILPEKJPK?ANA=H=R=EH=>EHEPU accessibility by four-wheeled vehicles and female illiteracy.
»
Perubahan peringkat (rangking) 265 kabupaten dari FIA 2005 dibandingkan dengan kabupaten di FSVA >AN@=O=NG=J EJ@AGO (AP=D=J=J -=JC=J (KILKOEP -AN>=EG=J U=JC OECJEłG=J PANHED=P L=@= @=NE 265 Kabupaten (87%) yang mengalami perbaikan peringkat. Proporsi kabupaten yang mengalami perbaikan peringkat hampir sama antara Prioritas 1-3 (86%) dan Prioritas 4-6 (88%).
»
Changes in the rankings of 265 districts from the FIA 2005 are compared to those in the FSVA 2009 based on their Composite Food Security Index. A remarkable improvement is observed with 231 out of 265 districts (87%) having recorded improved rankings. The proportion of improved districts is similar between Priorities 1-3 (86%) and Priorities 4-6 (88%).
»
Dari 100 kabupaten Prioritas 1-3 di FIA 2005, 44 kabupaten mengalami perbaikan dari kabupaten Prioritas 1-3 dan berpindah menjadi kabupaten Prioritas lebih rendah yaitu Prioritas 4-6 di FSVA 2009. 42 kabupaten yang lain peringkatnya mengalami perbaikan namun masih masuk kabupaten Prioritas 1-3. 12 kabupaten
»
Among 100 districts of Priorities 1-3 in the FIA 2005, 44 successfully graduated from Priorities 1-3 and moved down to the lower Priorities 4-6 in the FSVA 2009. Another 42 districts have improved ranks but were still ranked in Priorities 1-3. At the same time, 12 districts have downgraded ranks. Deterioration in these 12 districts was
lainnya masuk menjadi kabupaten Prioritas yang lebih tinggi. Berpindahnya 12 kabupaten tersebut terutama disebabkan oleh rendahnya akses jalan terhadap kendaraan roda empat, atau meningkatnya angka kemiskinan, =P=Q IAJEJCG=PJU= N=OEK GKJOQIOE JKNI=PEB LAN G=LEP= PAND=@=L GAPANOA@E==J OANA=HE= LANAILQ=J >QP= DQNQB =P=Q C=>QJC=J @=NE EJ@EG=PKN PANOA>QP »
Dari 165 kabupaten di Prioritas 4-6 di FIA 2005, 145 kabupaten mengalami perbaikan peringkat, 19 kabupaten menurun peringkatnya, dan 6 kabupaten berpindah ke Prioritas 1-3 di FSVA 2009. Penurunan peringkat dari 19 kabupaten ini terutama disebabkan oleh menurunnya akses kendaraan roda empat, meningkatnya rasio
mainly related to the lowered levels of accessibility for four-wheeled vehicles, or an increased poverty rate, or an increased ratio of per capita normative consumption to cereal availability, female illiteracy, or a combination of these.
»
Among 165 districts of Priorities 4-6 in the FIA 2005, 145 have improved ranks, whereas 19 have lower ranks, and 6 of them moved into Priorities 1-3 in the FSVA 2009. Deterioration in these 19 districts was mainly attributed to lowered levels of accessibility for four-wheeled vehicles, an increased ratio of per capita normative consumption to
GKJOQIOE JKNI=PEB LAN G=LEP= PAND=@=L GAPANOA@E==J OANA=HE= IAJEJCG=PJU= =JCG= LANAILQ=J >QP= DQNQB meningkatnya kemiskinan atau angka underweightt pada balita, atau gabungan dari indikator tersebut.
?ANA=H=R=EH=>EHEPU DECDANBAI=HAEHHEPAN=?U EJ?NA=OA@LKRANPUN=PAOKNQJ@ANSAECDP=IKJCQJ@ANłRA?DEH@NAJ KN= combination of these.
Dari 100 kabupaten Prioritas 1-3 di FSVA 2009, terdapat 62 kabupaten yang berasal dari FIA 2005 (56 di Prioritas 1-3, 6 kabupaten di Prioritas 4-6) dan 38 kabupaten baru/pemekaran (dari 82 kabupaten pemekaran sejak 5 tahun PAN=GDEN (QN=JCJU= P=P= GAHKH= U=JC ABAGPEB @=J PAN>=P=OJU= OQI>AN @=U= I=JQOE= @=J G=L=OEP=OJU= @E@QC= IANQL=G=J B=GPKN U=JC IAJAJPQG=J PEJCCEJU= PEJCG=P GANAJP=J=J PAND=@=L GAN=S=J=J L=JC=J @E G=>QL=PAJG=>QL=PAJ D=OEH
Among 100 districts of Priorities 1-3 in the FSVA 2009, 62 districts are from the FIA 2005 (56 of Priories 1-3, 6 of Priorities
=J@=NAJASHUAOP=>HEODA@@EOPNE?POĠKQPKBJAS@EOPNE?PO?NA=PA@@QNEJCPDAL=OPłRAUA=NO )=?GKBEJOPEPQPEKJ=H and human resources and capacities, amongst other reasons, may also have contributed to levels of higher vulnerability to food insecurity in the new districts.
pemekaran.
xx
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Peta Kerentanan Terhadap Kerawanan Pangan Indonesia Vulnerability to Food Insecurity Map of Indonesia
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
xxi
CHAPTER 1 INTRODUCTION
1.1 LATAR BELAKANG DAN DASAR PEMIKIRAN PETA KETAHANAN DAN KERENTANAN PANGAN INDONESIA
1.1 BACKGROUND AND RATIONALE OF FOOD SECURITY AND VULNERABILITY ATLAS OF INDONESIA
&J@KJAOE= U=JC IAIEHEGE LAJ@Q@QG FQP= @AJC=J >AN=JAG= N=C=I >Q@=U= OKOEKAGKJKIE @=J HAP=G CAKCN=łO IAJ@Q@QGELANEJCG=P@=NEJAC=N=QJPQG&J@AGO-AI>=JCQJ=J*=JQOE=Ġ%QI=J!ARAHKLIAJP&J@AT tahun *AOGELQJ&J@KJAOE=IAJC=H=IELAIQHED=JU=JC?QGQL>AN=NPEOAF=GGNEOEOAGKJKIEP=DQJ J=IQJI=O=H=D kemiskinan, kerawanan pangan dan gizi masih cukup besar dan beragam antar provinsi dan kabupaten. Indonesia P *EHHAJJEQI!A?H=N=PEKJ (2000), sebagai salah satu negara yang ikut menandatangani 4KNH@#KK@0QIIEPĠ @=J
&J@KJAOE= DKIA PK = LKLQH=PEKJ KB JA=NHU IEHHEKJ LAKLHA SEPD @ERANOA CAKCN=LDE?=H ?HEI=PE? OK?EKA?KJKIE? =J@ ?QHPQN=H?KJ@EPEKJON=JGO PDKQPKB?KQJPNEAOEJPDA%QI=J!ARAHKLIAJP&J@ATEJ!AOLEPANAI=NG=>HA NA?KRANUOEJ?APDAA?KJKIE??NEOEO LKRANPU BKK@EJOA?QNEPU=J@I=HJQPNEPEKJOPEHHATEOPSEPDH=NCA@EOL=NEPEAO>APSAAJ LNKREJ?AO=J@@EOPNE?PO&J@KJAOE= =O=OECJ=PKNUPKPDA4KNH@#KK@0QIIEPĠ =J@PDA*EHHAJJEQI!A?H=N=PEKJĠ
D=O?KJPEJQKQOHUNAEJBKN?A@EPOABBKNPOPK=?DEARA$K=HKBPDA*EHHAJJEQI!ARAHKLIAJP$K=HOĠ*!$O >UD=HREJCPDA
PANQOIAJANQOIAILANGQ=PQL=U=JU=QJPQGIAJ?=L=EPQFQ=JGA@=NE *EHHAJJEQI!ARAHKLIAJP$K=HO (MDG), yaitu IAJQNQJG=JLNKLKNOELAJ@Q@QGU=JCPEJCG=PLAJ@=L=P=JJU=@E>=S=D20LAND=NE@=JLNKLKNOELAJ@Q@QGU=JC IAJ@ANEP=GAH=L=N=JIAJF=@EOAPAJC=DJU=L=@=P=DQJ
JQI>ANKBLAKLHAHEREJC>AHKS20-QN?D=OEJC-KSAN-=NEPUĠ--- =J@LAKLHAOQBBANEJCBNKIDQJCAN>UPDAUA=N
0A>AHQI P=DQJ PE@=G =@= O=N=J= QJPQG IAJC=J=HEO= @=J IAJCGH=OEłG=OE GAP=D=J=J @=J GANAJP=J=J L=JC=J di Indonesia. Karena data yang tersedia hanya ada pada tingkat nasional, maka variasi data antar daerah tidak terlihat dengan jelas. Hal ini menyebabkan sulitnya menentukan daerah dan alokasi sumber daya untuk menanggulangi kerawanan pangan di daerah yang rentan. Pada tahun 2002, Dewan Ketahanan Pangan (DKP) dan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Jawa Timur memulai pembuatan percontohan Peta Kerawanan
-NEKN PK PDANA S=O JK PKKH PK =J=HUVA =J@ ?H=OOEBU BKK@ OA?QNEPU =J@ RQHJAN=>EHEPU EJ PDA ?KQJPNU +=PEKJ=H HARAH =CCNAC=PA@@=P=DE@OQ>J=PEKJ=HR=NE=PEKJO)=?GKB@EOPNE?PHARAH@EO=CCNAC=PA@@=P=@E@JKP=HHKSBKN@AłJEJCDKPOLKPO=J@ BK?QOEJCNAOKQN?AOPKP=?GHABKK@EJOA?QNEPUEJIKNARQHJAN=>HA=NA=O&J PDA+=PEKJ=H#KK@0A?QNEPU KQJ?EHKBPDA $KRANJIAJPKB&J@KJAOE==J@PDALNKREJ?E=H#KK@0A?QNEPU,Bł?AKB+QO=1AJCC=N==N=PĠ+1 =J@'=S=1EIQNLNKREJ?AO initiated a pilot Provincial Food Insecurity Atlas.
Pangan tingkat provinsi. Pada tahun 2003-2005, DKP, Badan Ketahanan Pangan provinsi dan kabupaten bekerja sama dengan World Food
!QNEJC PDA+=PEKJ=H#KK@0A?QNEPU KQJ?EH LNKREJ?E=H=J@@EOPNE?P#KK@0A?QNEPU,Bł?AO EJ?KHH=>KN=PEKJSEPD
Programme (WFP) menyusun Peta Kerawanan Pangan Indonesia (Food Insecurity Atlas-FIA) yang diluncurkan pada bulan Agustus 2005. FIA 2005 tersebut menggambarkan pemeringkatan situasi ketahanan pangan pada 265 kabupaten di 30 provinsi.
PDA2JEPA@+=PEKJO4KNH@#KK@-NKCN=IIAĠ4#-
I=@AOQ>OP=JPE=HABBKNPOPKLNK@Q?A =J=PEKJ=H#KK@&JOA?QNEPUPH=O Ġ#& SDE?DS=OKBł?E=HHUH=QJ?DA@EJQCQOP1DA#&N=JGA@PDAKRAN=HHBKK@OA?QNEPUOEPQ=PEKJ=PPDA@EOPNE?P HARAHKBNQN=H@EOPNE?POEJLNKREJ?AO
Atlas ini terbukti menjadi sarana yang penting dalam penentuan target intervensi yang berhubungan dengan masalah GAP=D=J=JL=JC=J@=JCEVEOA?=N=CAKCN=łOL=@=G=>QL=PAJU=JCNAJP=JAN@=O=NG=J#& -AIANEJP=D&J@KJAOE= PAH=DIAJC=HKG=OEG=J=JCC=N=JHA>ED@=NE/L*EHU=N=P=Q20FQP=>=CEG=>QL=PAJU=JCL=HEJCN=S=J pangan dan segera melakukan intervensi pada tahun 2006.
1DAPH=OD=OLNKRAJPK>A=JEILKNP=JPPKKHBKNNAłJEJCPDACAKCN=LDE?=HP=NCAPEJCKBPDAIKOPRQHJAN=>HA@EOPNE?POBKNBKK@
Menindaklanjuti penyusunan FIA tersebut dilakukan pelatihan mengenai metodologi FIA ke seluruh provinsi di Indonesia. Sedikitnya sepuluh dari provinsi tersebut (NTB, NTT, Banten, Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Selatan, Papua, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Sulawesi Tenggara) telah berhasil membuat FIA tingkat provinsi.
#KHHKSEJCPDALQ>HE?=PEKJKBPDAłNOPJ=PEKJ=H#KK@&JOA?QNEPUPH=O LNKREJ?E=HKBł?E=HOSANAPN=EJA@KJ#&IAPDK@KHKCU 1AJĠ LNKREJ?AOD=RAOQ??AOOBQHHU@ARAHKLA@PDAENKSJLNKREJ?E=H#&Oġ+1 +11 =JPAJ '=S=1EIQN '=S=1AJC=D (=HEI=JP=J0AH=P=J -=LQ= 0QI=PAN==N=P 0QI=PAN=0AH=P=J 0QH=SAOE1AJCC=N=
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
OA?QNEPU=J@JQPNEPEKJNAH=PA@EJPANRAJPEKJO=OA@KJPDA#& PDA$KRANJIAJP=HHK?=PA@IKNAPD=J/LIEHHE=N@ Ġ20IEHHEKJ PKDECDANRQHJAN=>HA@EOPNE?PO=J@EJEPE=PA@EIIA@E=PAEJPANRAJPEKJOEJ
1
BAB/Chapter 1
BAB 1 PENDAHULUAN
Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan intervensi multi sektoral secara terintegrasi dan PANGKKN@EJ=OE0A>AHQIP=DQJ LNKCN=ILAJQNQJ=J=JCG=GAIEOGEJ=J?AJ@ANQJCļPKL@KSJ” yang dilakukan oleh hanya salah satu sektor atau instansi, dan hanya berfokus pada penyebab langsung bukan pada akar permasalahan
1DA ?KILHATEPU KB LKRANPU NAMQENAO IQHPEOA?PKN=H SAHH EJPACN=PA@ =J@ ?KKN@EJ=PA@ EJPANRAJPEKJO -NEKN PK LKRANPU NA@Q?PEKJIA=OQNAO=LLA=NA@PK>AEILHAIAJPA@RANPE?=HHUļPKL@KSJ>U=OEJCHAOA?PKNKNEJOPEPQPEKJ I=EJHUBK?QOA@KJ EIIA@E=PA?=QOAON=PDANPD=JNKKPKJAO =J@PDANABKNAQJHEGAHUPK>AOQOP=EJA@
kemiskinan itu sendiri sehingga program tersebut tidak berkelanjutan. 0AF=GP=DQJ LAIANEJP=DIAHQJ?QNG=J-NKCN=I+=OEKJ=H-AI>AN@=U==J*=OU=N=G=PĠ-+-* *=J@ENEQJPQG meningkatkan efektivitas penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja. Melalui PNPM Mandiri dirumuskan kembali mekanisme upaya penanggulangan kemiskinan yang melibatkan unsur masyarakat, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga pemantauan dan evaluasi. PNPM Mandiri diperkuat dengan berbagai program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh berbagai departemen/sektor dan pemerintah daerah, di antaranya adalah: Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (Departemen Pertanian - PUAP); Pengembangan Desa Siaga (Departemen Kesehatan); Pengembangan Desa Mandiri Energi (Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral – DME); Program Aksi Desa Mandiri Pangan (Departemen Pertanian – DEMAPAN); Pemberdayaan Masyarakat di Daerah Lahan Kering (Departemen Pertanian - PIDRA); Pengembangan Kredit Usaha Rakyat (Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah - KUR) dan lain-lain.
&J PDA+=PEKJ=H-KRANPU/A@Q?PEKJ-NKCN=IIAPDNKQCD KIIQJEPU"ILKSANIAJPĠ-+-**=J@ENE S=OH=QJ?DA@ PKEJ?NA=OAPDAABBA?PERAJAOOKBPDALKRANPU=HHARE=PEKJLNKCN=IIA=J@?NA=PAFK>KLLKNPQJEPEAO1DNKQCD-+-**=J@ENE =IA?D=JEOIKBLKRANPU=HHARE=PEKJEJRKHREJC?KIIQJEPEAOEJPDALH=JJEJC EILHAIAJP=PEKJ IKJEPKNEJC=J@AR=HQ=PEKJOP=CAO D=O>AAJNABKNIQH=PA@-+-**=J@ENED=O>AAJOPNAJCPDAJA@=HKJCSEPDKPDAN?KIIQJEPUAILKSANIAJPLNKCN=IIAO SDE?D=NAEILHAIAJPA@>UR=NEKQO@AL=NPIAJPOOA?PKNO=J@HK?=HCKRANJIAJP EJ?HQ@EJCġ
/QN=HCNE>QOEJAOO"ILKSANIAJPĠ*EJEOPNUKBCNE?QHPQNA-2- Ģ 0AHBHANP3EHH=CAĠ*EJEOPNUKB%A=HPD!AO=0E=C= Ģ "JANCU0AHB0QBł?EAJ?U3EHH=CAĠ*EJEOPNUKB"JANCU=J@*EJAN=H/AOKQN?AO!AO=*=J@ENE"JANCE Ģ #KK@0AHB0QBł?EAJ?U3EHH=CAĠ*EJEOPNUKBCNE?QHPQNA!AO=*=J@ENE-=JC=J Ģ -=NPE?EL=PKNU&JPACN=PA@!ARAHKLIAJPEJ/=EJBA@NA=OĠ*EJEOPNUKBCNE?QHPQNA-&!/ Ģ NA@EPBKN0I=HH*A@EQI"JPANLNEOAĠ*EJEOPNUKB KKLAN=PERAO=J@0I=HH"JPANLNEOA(2/ =J@KPDANO
Menurunkan tingkat kemiskinan, kerawanan pangan dan kesenjangan antar wilayah tetap merupakan tantangan yang besar bagi pihak perencana dan pengambil kebijakan. Luasnya wilayah, keanekaragaman budaya dan terkonsentrasinya penduduk miskin di daerah tertentu merupakan hambatan untuk menentukan tingkat kerawanan pangan mereka. Selain itu, pembentukan sejumlah kabupaten baru dalam 3 tahun terakhir menyebabkan perlunya analisis dan pemetaan ketahanan pangan yang lebih mutakhir. Oleh karena itu, FIA yang pertama perlu dimuktahirkan untuk
/A@Q?EJCLKRANPU BKK@EJOA?QNEPU=J@NACEKJ=H@EOL=NEPEAONAI=EJO=I=FKN?D=HHAJCABKNLH=JJANO=J@@A?EOEKJI=GANO &J@KJAOE=EO=R=OP?KQJPNU OL=PE=HDAPANKCAJAEPU=J@?QHPQN=H@ERANOEPU-KKNLAKLHA>AEJC?KJ?AJPN=PA@EJOLA?Eł?=NA=O ?KJPEJQA PK >A OECJEł?=JP ?KJOPN=EJPO BKN @APANIEJEJC PDAEN RQHJAN=>EHEPU PK BKK@ EJOA?QNEPU O L=NP KB = @A?AJPN=HEV=PEKJ LKHE?U =JQI>ANKBJAS@EOPNE?POD=RA>AAJAOP=>HEODA@@QNEJCPDAH=OPPDNAAUA=NO1DABKK@OA?QNEPUOP=PQOKBPDAOAJAS @EOPNE?POJAA@A@PK>A=J=HUVA@=J@I=LLA@1DQO PDANAS=O=?NQ?E=HJAA@PKQL@=PAPDAłNOPJ=PEKJ=H#&PKNAŃA?PJAS
menggambarkan perkembangan situasi ketahanan pangan terkini.
@ARAHKLIAJPOEJPDAKRAN=HHBKK@OA?QNEPUOEPQ=PEKJ
Peluncuran FIA 2005 ternyata masih menyebabkan kesalahpahaman mengenai pengertian pemeringkatan kabupaten. y di indikasikan secara langsung bahwa kabupaten-kabupaten peringkat bawah Kata kerawanan pangan (food insecurity) adalah kabupaten yang memiliki penduduk rawan pangan. Oleh karena itu, peta nasional kedua ini diberi judul baru yaitu “Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia-Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA)” untuk menghindari kesalahpahaman pengertian tersebut. Perubahan nama Peta Kerawanan Pangan (FIA) menjadi Peta
1DAPANIļBKK@EJOA?QNEPUEJPDAłNOP#&IECDPD=RA?NA=PA@=IEOQJ@ANOP=J@EJCKJPDA@AłJEPEKJKBPDA@EOPNE?P N=JGEJC&POAAIOPK>AEJPANLNAPA@@ENA?PHUPD=PEJ=@EOPNE?PEJPDAHKSAOPN=JG=HHPDALAKLHASANABKK@EJOA?QNA1DAOA?KJ@ J=PEKJ=HPH=OSEPD=JASPEPHAļ#KK@0A?QNEPU=J@3QHJAN=>EHEPUKB&J@KJAOE=Ġ#03 =EIOPK=RKE@OQ?D=IEOQJ@ANOP=J@EJC 1DA#03ATPAJ@OPDAQJ@ANOP=J@EJCKBPDABKK@OA?QNEPU?KJ?ALP>=OA@KJEPOPDNAA@EIAJOEKJOĠBKK@=R=EH=>EHEPU =??AOO
Ketahanan dan Kerentanan Pangan (FSVA) dilakukan dengan pertimbangan untuk memperjelas pengertian mengenai konsep ketahanan pangan berdasarkan tiga dimensi ketahanan pangan (ketersediaan, akses dan pemanfaatan pangan) dalam semua kondisi bukan hanya pada situasi kerawanan pangan saja. Pertimbangan yang kedua, FSVA juga bermaksud untuk mengetahui berbagai penyebab kerawanan pangan secara lebih baik atau dengan kata lain kerentanan terhadap kerawanan pangan, bukan hanya kerawanan pangan itu sendiri. Pembuatan FSVA ini mencakup 346 kabupaten di 32 provinsi dimana kegiatan ini sudah terintegrasi dalam rencana tahunan dan alokasi anggaran tahunan pemerintah. Seperti halnya FIA pertama, FSVA menyediakan sarana bagi para pengambil kebijakan untuk secara cepat dalam IAJCE@AJPEłG=OE@=AN=DU=JCHA>EDNAJP=J @EI=J=EJRAOP=OE@=NE>AN>=C=EOAGPKNOALANPELAH=U=J=JF=O= LAI>=JCQJ=J manusia dan infrastuktur yang berkaitan dengan ketahanan pangan dapat memberikan dampak yang lebih baik terhadap penghidupan, ketahanan pangan dan gizi masyarakat.
2
PKBKK@=J@QPEHEV=PEKJKBPDABKK@ PK=JU?EN?QIOP=J?AN=PDANPD=JKJHUEJ=BKK@EJOA?QNAOEPQ=PEKJ0A?KJ@HU PDA#03EO =HOKIA=JPPK>APPAN=@@NAOOR=NEKQO@APANIEJ=JPOKBBKK@EJOA?QNEPU KNEJKPDANSKN@O PDARQHJAN=>EHEPUPKBKK@EJOA?QNEPU N=PDANPD=JKJHUBKK@EJOA?QNEPUEPOAHB1DA#03?KRANONQN=H@EOPNE?POKBLNKREJ?AOEJPDA?KQJPNU=J@EPOLNK@Q?PEKJ D=O>AAJBQHHUEJPACN=PA@EJPK=JJQ=HCKRANJIAJPSKNGLH=JO=J@>Q@CAP=NU=HHK?=PEKJO
)EGAPDAłNOP#& PDA#03LNKRE@AOEJBKNI=PEKJPKKHOBKN@A?EOEKJI=GANOPKMQE?GHUE@AJPEBUPDAIKNARQHJAN=>HA=NA=OSDANA EJRAOPIAJPOEJ@EBBANAJPOANRE?AO DQI=J@ARAHKLIAJP=J@EJBN=OPNQ?PQNANAH=PA@PKBKK@OA?QNEPUSEHHD=RAIKNAEIL=?PKJ livelihoods, food and nutritional security of the people.
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
1DA#03EOPDALNK@Q?PKB=J=?PERAL=NPE?EL=PEKJKB=HHLNKREJ?E=H#KK@0A?QNEPU,Bł?AOQJ@ANPDAHA=@ANODELKBPDA+=PEKJ=H #KK@0A?QNEPUCAJ?U =J@SEPD4#-OQLLKNP
1.2 KERANGKA KONSEP KETAHANAN PANGAN DAN GIZI
1.2 FOOD F AND D NUTRITION N SECURITY T CONCEPTUAL L FRAMEWORK
Pada 4KNH@ #KK@ 0QIIEP P Ġ
ketahanan pangan @E@AłJEOEG=J OA>=C=Eġ (AP=D=J=J L=JC=J PANF=@E =L=>EH= OAIQ= KN=JC OA?=N= PANQO IAJANQO >=EG OA?=N= łOEG OKOE=H @=J AGKJKIE IAILQJU=E =GOAO QJPQG L=JC=J U=JC memadai/cukup, bergizi dan aman, yang memenuhi kebutuhan pangan mereka dan pilihan makanan untuk hidup secara aktif dan sehat”.
PPDA4KNH@#KK@0QIIEPĠ
food securityS=O@AłJA@=Oġ#KK@OA?QNEPUATEOPOSDAJ=HHLAKLHA =P=HHPEIAO D=RA y LDUOE?=H OK?E=H=J@A?KJKIE?=??AOOPKOQBł?EAJP O=BA=J@JQPNEPEKQOBKK@PKIAAPPDAEN@EAP=NUJAA@O =J@BKK@LNABANAJ?AO for an active and healthy life”.
Pada FSVA 2009, analisis dan pemetaan dilakukan berdasarkan pada pemahaman mengenai ketahanan dan kerentanan pangan dan gizi seperti yang tercantum dalam Kerangka Konsep Ketahanan Pangan dan Gizi Ġ$=I>=N
&J PDA #03 PDA =J=HUOEO =J@ I=LLEJC EO >=OA@ KJ =J QJ@ANOP=J@EJC KB food and nutrition security and vulnerability DECDHECDPA@EJPDA#KK@=J@+QPNEPEKJ0A?QNEPU KJ?ALPQ=H#N=IASKNGĠ#ECQNA
$=I>=N(AN=JCG=(KJOAL(AP=D=J=J-=JC=J@=J$EVE
#ECQNA#KK@=J@+QPNEPEKJ0A?QNEPU KJ?ALPQ=H#N=IASKNG
Sumber: WFP, Januari 2009
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Source: WFP, January 2009
3
BAB/Chapter 1
FSVA merupakan hasil dari peran aktif Badan Ketahanan Pangan provinsi dibawah koordinasi dari Badan Ketahanan Pangan Pusat dengan dukungan dari WFP.
a. Ketahanan Pangan
a. Food Security
!E &J@KJAOE= 2J@=JCQJ@=JC +K P=DQJ PAJP=JC -=JC=J IAJC=NPEG=J (AP=D=J=J -=JC=J OA>=C=E GKJ@EOE terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau.
&J&J@KJAOE= #KK@)=S+K @AłJA@#KK@0A?QNEPU=O=?KJ@EPEKJSDAJ=HHLAKLHAEJPDADKQOADKH@OD=RAOQBł?EAJP BKK@=P=HHPEIAO NALNAOAJPA@=OOQBł?EAJPMQ=JPEPU=J@MQ=HEPUKBBKK@EJO=BA=J@=?DEAR=>HA?KJ@EPEKJO
Sebagaimana FIA 2005, FSVA dibuat berdasarkan tiga pilarr ketahanan pangan: (i) ketersediaan pangan; (ii) akses terhadap pangan; dan (iii) pemanfaatan pangan.
)EGAPDAłNOP#& PDA#03EO>=OA@KJ three pillarsKBBKK@OA?QNEPUġĠE food availability; y (ii) food access; and (iii) food utilization.
Ketersediaan pangan adalah PANOA@E=JU= L=JC=J OA?=N= łOEG G di daerah, yang diperoleh baik dari hasil produksi domestik, impor/perdagangan maupun bantuan pangan. Ketersediaan pangan ditentukan dari produksi domestik, masuknya pangan melalui mekanisme pasar, stok pangan yang dimiliki pedagang dan pemerintah, serta bantuan pangan baik dari pemerintah maupun dari badan bantuan pangan. Ketersediaan pangan dapat dihitung pada tingkat nasional, provinsi, kabupaten atau tingkat masyarakat.
Food availabilityy is the physical presence of foodEJPDA=NA=KB?KJ?ANJPDNKQCD=HHBKNIOKB@KIAOPE?LNK@Q?PEKJ d ?KIIAN?E=HEILKNPO=J@BKK@=E@#KK@=R=EH=>EHEPUEO@APANIEJA@>UBKK@LNK@Q?PEKJEJPDA=NA= PN=@A@BKK@>NKQCDPEJPK PDA=NA=PDNKQCDI=NGAPIA?D=JEOIO OPK?GDAH@>UPN=@ANO=J@EJCKRANJIAJPNAOANRAO =J@PN=JOBANO>UPDACKRANJIAJP =J@KNBKK@=E@=CAJ?EAO#KK@=R=EH=>EHEPUIECDP>A=CCNAC=PA@=PPDAJ=PEKJ=H NACEKJ=H @EOPNE?PKN?KIIQJEPUHARAH
Akses Pangan adalah kemampuan rumah tangga untuk memperoleh cukup pangan, baik yang berasal dari produksi sendiri, pembelian, barter, hadiah, pinjaman dan bantuan pangan maupun kombinasi diantara kelimanya. Ketersediaan pangan di suatu daerah mungkin mencukupi, akan tetapi tidak semua rumah tangga memiliki akses yang memadai baik secara kuantitas maupun keragaman pangan melalui mekanisme tersebut di atas.
Food access is a household’s ability to acquire=@AMQ=PA=IKQJPOKBBKK@ PDNKQCDKJAKN=?KI>EJ=PEKJKBKSJ DKIALNK@Q?PEKJ=J@OPK?GO LQN?D=OAO >=NPAN CEBPO >KNNKSEJC=J@BKK@=E@#KK@I=U>A=R=EH=>HAEJPDA=NA=>QPJKP =??AOOE>HAPK?ANP=EJDKQOADKH@OEBPDAU?=JJKP=?MQENA=OQBł?EAJPMQ=JPEPUKN@ERANOEPUKBBKK@PDNKQCDPDAOAIA?D=JEOIO
Pemanfaatan pangan merujuk pada penggunaan pangan oleh rumah tangga, dan kemampuan individu
Food utilization refers to households’ use of the food to which they have access, and individuals’ abilityy to absorb
QJPQGIAJUAN=L@=JIAIAP=>KHEOIAV=PCEVEĠGKJRANOEV=PCEVEOA?=N=AłOEAJKHADPQ>QD -AI=JB==P=JL=JC=JFQC= meliputi cara penyimpanan, pengolahan dan penyiapan makanan termasuk penggunaan air dan bahan bakar selama proses pengolahannya serta kondisi higiene, budaya atau kebiasaan pemberian makan terutama untuk individu yang memerlukan jenis makanan khusus, distribusi makanan dalam rumah tangga sesuai kebutuhan masing-masing individu (pertumbuhan, kehamilan, menyusui dll), dan status kesehatan masing-masing anggota rumah tangga.
=J@IAP=>KHEVAPDAJQPNEAJPOPDA?KJRANOEKJABł?EAJ?UKBPDA>K@U#KK@QPEHEV=PEKJEJ?HQ@AOPDAS=UEJSDE?DBKK@EOOPKNA@ processed and prepared, including water and cooking fuel used, and hygiene conditions, feeding practices (particularly for individuals with special food needs), the sharing of food within the household according to the needs (growth, pregnancy, H=?P=PEKJ AP?
=J@PDADA=HPDOP=PQOKBA=?DDKQOADKH@IAI>AN
Produksi dan ketersediaan pangan yang cukup di tingkat nasional dan provinsi tidak secara otomatis menjamin
0QBł?EAJP J=PEKJ=HHARAH =J@ NACEKJ=H BKK@ LNK@Q?PEKJ =J@ =R=EH=>EHEPU @K JKP CQ=N=JPAA BKK@ OA?QNEPU =P DKQOADKH@ =J@
ketahanan pangan pada tingkat rumah tangga dan individu. Pangan mungkin tersedia dan dapat diakses namun sebagian anggota rumah tangga mungkin tidak mendapat manfaat secara maksimal apabila kelompok ini tidak memperoleh distribusi pangan yang cukup, baik dari segi jumlah maupun keragaman atau apabila kondisi tubuh mereka tidak memungkinkan penyerapan makanan karena penyiapan makanan yang tidak tepat atau karena sedang sakit.
EJ@ERE@Q=HHARAHO#KK@I=U>A=R=EH=>HA=J@=??AOOE>HA>QP?ANP=EJDKQOADKH@IAI>ANOI=UJKP>AJAłPBQHHUEBPDAU@KJKP NA?AERA=J=@AMQ=PAOD=NAKBPDABKK@EJPANIOKBMQ=JPEPU=J@@ERANOEPU KNEBPDAEN>K@EAO=NAQJ=>HAPK=>OKN>BKK@>A?=QOA of poor food preparation or sickness.
Kerangka konsep ketahanan pangan mempertimbangkan ketersediaan pangan, akses terhadap pangan dan
1DABKK@OA?QNEPU?KJ?ALPQ=HBN=IASKNG?KJOE@ANOBKK@=R=EH=>EHEPU BKK@=??AOO=J@BKK@QPEHEV=PEKJ=O?KNA@APANIEJ=JPO
pemanfaatan pangan sebagai aspek-aspek utama penopang ketahanan pangan serta menghubungkan aspek-aspek tersebut dengan kepemilikan aset rumah tangga, strategi penghidupan, dan lingkungan politik, sosial, kelembagaan dan ekonomi. Dengan kata lain, status ketahanan pangan suatu rumah tangga, atau individu ditentukan oleh interaksi dari faktor lingkungan pertanian (=CNKAJRENKJIAJP=H), sosial ekonomi dan biologi dan bahkan faktor politik.
KBBKK@OA?QNEPU =J@HEJGOPDAOAPKDKQOADKH@O=OOAPAJ@KSIAJPO HERAHEDKK@OPN=PACEAO =J@PDALKHEPE?=H OK?E=H EJOPEPQPEKJ=H =J@A?KJKIE?AJRENKJIAJP&JKPDANSKN@O PDABKK@OA?QNEPUOP=PQOKB=JUDKQOADKH@KNEJ@ERE@Q=HEOPULE?=HHU@APANIEJA@>U PDAEJPAN=?PEKJKB=>NK=@N=JCAKB=CNKAJRENKJIAJP=H OK?EKA?KJKIE?=J@>EKHKCE?=HB=?PKNO =J@PKOKIAATPAJP LKHEPE?=H factors.
Kerawanan pangan dapat bersifat kronis atau sementara/transien. Kerawanan pangan kronis adalah
Food insecurity can be chronic or transitory. Chronic food insecurityEO=HKJCPANIKNLANOEOPAJPEJ=>EHEPUPKIAAPIEJEIQI y
ketidakmampuan jangka panjang atau yang terus menerus untuk memenuhi kebutuhan pangan minimum. Keadaan ini
BKK@NAMQENAIAJPO=J@EOQOQ=HHU=OOK?E=PA@SEPDOPNQ?PQN=H QJ@ANHUEJC?KJPATPQ=HB=?PKNOPD=P@KJKP?D=JCAMQE?GHU OQ?D=O
4
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
HK?=H?HEI=PA OKEHPULA HK?=HCKRANJ=J?AOUOPAI LQ>HE?EJBN=OPNQ?PQNA H=J@PAJQNA EJPANAPDJE?NAH=PEKJO A@Q?=PEKJHARAH AP? Transitory food insecurityEO=ODKNPPANIKNPAILKN=NUEJ=>EHEPUPKIAAPIEJEIQIBKK@NAMQENAIAJPOSDE?DEOIKOPHU y =OOK?E=PA@SEPD@UJ=IE?B=?PKNOPD=P?=J?D=JCAMQE?GHUOQ?D=OEJBA?PEKQO@EOA=OAO J=PQN=H@EO=OPANO @EOLH=?AIAJP ?D=JCA
kebutuhan pangan minimum. Keadaan ini biasanya terkait dengan faktor dinamis yang berubah dengan cepat seperti penyakit infeksi, bencana alam, pengungsian, berubahnya fungsi pasar, tingkat besarnya hutang, perpindahan penduduk (migrasi) dll. Kerawanan pangan sementara yang terjadi secara terus menerus dapat menyebabkan menurunnya kualitas penghidupan rumah tangga, menurunnya daya tahan, dan bahkan bisa berubah menjadi kerawanan pangan kronis.
KBI=NGAPBQJ?PEKJEJC HARAHKBEJ@A>PA@JAOO IECN=PEKJ AP?/ALA=PA@PN=JOEPKNUBKK@EJOA?QNEPU?=JHA=@PKPDA@ALHAPEKJKB =DKQOADKH@OHERAHEDKK@O @ACN=@A@NAOEHEAJ?A=J@?DNKJE?BKK@EJOA?QNEPU
b. Ketahanan Gizi
b. Nutrition Security
Ketahanan gizi @E @AłJEOEG=J OA>=C=E ļ=GOAO łOEG AGKJKIE HEJCGQJC=J @=J OKOE=H PAND=@=L =OQL=J I=G=J=J seimbang, air layak minum, kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan dasar dan pendidikan dasar”. Ini berarti bahwa
Nutrition securityEO@AłJA@=OļLDUOE?=H A?KJKIE? AJRENKJIAJP=H=J@OK?E=H=??AOOPK>=H=J?A@@EAP O=BA@NEJGEJC y S=PAN AJRENKJIAJP=HDUCEAJA LNEI=NUDA=HPD?=NA=J@LNEI=NUA@Q?=PEKJ1DEOEILHEAOPD=PPDANAEO=?KI>EJ=PEKJKBBKK@
ketahanan gizi membutuhkan kombinasi dari komponen makanan dan non-makanan.
=J@JKJBKK@?KILKJAJPOEJJQPNEPEKJOA?QNEPU
Ketahanan gizi yang ditunjukkan oleh status gizi merupakan tujuan akhir dari ketahanan pangan, kesehatan dan pola
+QPNEPEKJOA?QNEPUI=JEBAOPA@EJJQPNEPEKJ=HOP=PQOEOPDAQHPEI=PAKQP?KIAKBBKK@OA?QNEPU DA=HPD=J@?=NALN=?PE?AO=P
pengasuhan tingkat individu. Kerawanan pangan adalah salah satu dari 3 penyebab utama masalah gizi. Penyebab utama lainnya adalah status kesehatan dan kondisi kesehatan lingkungan masyarakat, dan pola pengasuhan. Oleh karena itu, di manapun terjadi kerawanan pangan, maka akan beresiko kekurangan gizi, termasuk kekurangan gizi mikro. Namun demikian, ini tidak berarti bahwa kerawanan pangan adalah penyebab satu-satunya masalah gizi kurang, tanpa mempertimbangkan faktor kesehatan dan pola asuh seperti kurangnya akses ke air layak minum, sanitasi, fasilitas dan pelayanan kesehatan, rendahnya kualitas pola asuh dan pemberian makan anak serta tingkat pendidikan ibu.
PDA EJ@ERE@Q=H HARAH #KK@ EJOA?QNEPU EO KJA =IKJCOP PDNAA QJ@ANHUEJC ?=QOAO KB I=HJQPNEPEKJ 1DA KPDAN PSK ?=QOAO =NA DA=HPDOP=PQO=J@LQ>HE?DA=HPDAJRENKJIAJP =J@?=NALN=?PE?AO1DANABKNA SDANARANPDANAEOBKK@EJOA?QNEPU PDANAEO= NEOGKBI=HJQPNEPEKJ EJ?HQ@EJCIE?NKJQPNEAJP@Ał?EAJ?EAO&PODKQH@JKP>A=OOQIA@PD=PBKK@EJOA?QNEPUEOPDAOKHA?=QOAKB I=HJQPNEPEKJSEPDKQP?KJOE@ANEJCLKOOE>HADA=HPD=J@?=NA?=QO=HB=?PKNOOQ?D=OH=?GKB=??AOOPK?HA=J@NEJGEJCS=PAN O=JEP=PEKJ DA=HPDB=?EHEPEAO=J@DA=HPD?=NA EJ=@AMQ=PA?DEH@?=NA=J@BAA@EJCLN=?PE?AO LKKNI=PANJ=HA@Q?=PEKJ AP?
c. Kerentanan
c. Vulnerability
Kerentanan terhadap kerawanan pangan mengacu pada suatu kondisi yang membuat suatu masyarakat yang beresiko rawan pangan menjadi rawan pangan. Tingkat kerentanan individu, rumah tangga atau kelompok masyarakat ditentukan oleh tingkat keterpaparan mereka terhadap faktor-faktor resiko/goncangan dan kemampuan mereka untuk mengatasi situasi tersebut baik dalam kondisi tertekan maupun tidak.
3QHJAN=>EHEPUPKBKK@EJOA?QNEPUNABANOPK=BQHHN=JCAKBB=?PKNOPD=PLH=?ALAKLHA=PNEOGKB>A?KIEJCBKK@EJOA?QNA1DA @ACNAAKBRQHJAN=>EHEPUKBEJ@ERE@Q=HO DKQOADKH@OKNCNKQLOKBLAKLHAEO@APANIEJA@>UPDAENATLKOQNAPKPDANEOGB=?PKNO=J@ their ability to cope with or withstand stressful situations.
1.3 INDIKATOR YANG Y DI GUNAKAN FSVA
1.3 INDICATORS USED FOR THE FSVA
Kerawanan pangan merupakan isu multi-dimensional yang memerlukan analisis dari berbagai parameter tidak D=JU=LNK@QGOE@=JGAPANOA@E==JL=JC=JO=F=*AOGELQJPE@=G=@=?=N=OLAOEłGQJPQGIAJCQGQNGAP=D=J=JL=JC=J kompleksitas ketahanan pangan dapat disederhanakan dengan menitikberatkan pada tiga dimensi yang berbeda
#KK@EJOA?QNEPUEO=IQHPE@EIAJOEKJ=HEOOQASDE?DJAA@O=J=J=HUOEOKBR=NEKQOL=N=IAPANON=PDANPD=JNAHUEJCKJBKK@ LNK@Q?PEKJ=J@=R=EH=>EHEPU=HKJA4DEHAPDANAEOJKOEJCHA @ENA?PIA=OQNAKBBKK@OA?QNEPU PDA?KILHATEPUKBBKK@OA?QNEPU ?=J>AOEILHEłA@>UBK?QOEJCKJPDNAA@EOPEJ?P>QPEJPANNAH=PA@@EIAJOEKJOġ=CCNAC=PA@BKK@=R=EH=>EHEPU DKQOADKH@BKK@
namun saling berkaitan yaitu ketersediaan pangan, akses pangan oleh rumah tangga dan pemanfaatan pangan oleh individu.
=??AOO =J@EJ@ERE@Q=HBKK@QPEHEV=PEKJ
Indikator yang dipilih dalam FSVA ini berkaitan dengan tiga pilar ketahanan pangan tersebut berdasarkan konsepsi Kerangka Konsep Ketahanan Pangan dan Gizi. Disamping itu, pemilihan indikator juga tergantung pada ketersediaan @=P=L=@=PEJCG=PG=>QL=PAJ&J@EG=PKNU=JC@ECQJ=G=JQJPQG#03PANPAN=L=@=1=>AH
Indicators selected for the FSVA are related to three food security pillars, based on their interrelation as indicated in the Food =J@+QPNEPEKJ0A?QNEPU KJ?ALPQ=H#N=IASKNG =J@@ALAJ@KJ@=P==R=EH=>EHEPU=PPDA@EOPNE?PHARAHKB&J@KJAOE=&J@E?=PKNO used for the FSVA are presented in Table 1.1.
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
5
BAB/Chapter 1
biasanya terkait dengan faktor strukural, yang tidak dapat berubah dengan cepat, seperti iklim setempat, jenis tanah, sistem pemerintah daerah, kepemilikan lahan, hubungan antar etnis, tingkat pendidikan, dll. Kerawanan Pangan Sementara (Transitory food insecurity) adalah ketidakmampuan jangka pendek atau sementara untuk memenuhi
!=NEEJ@EG=PKNU=JC@ECQJ=G=JL=@=#& EJ@EG=PKNPAH=D@ELEHED@=J@ECQJ=G=J@=H=I#03OAPAH=DIAH=HQE proses review oleh tim pengarah (0PAANEJC KIIEPPAA) dan tim pelaksana (1A?DJE?=H 4KNGEJC $NKQL) FSVA yang telah dibentuk untuk pemuktahiran FSVA. Karena data mengenai angka kematian bayi (&JB=JP*KNP=HEPU/=PA - IMR)
,QPKBEJ@E?=PKNOQOA@EJPDA#& PDENPAAJĠ D=RA>AAJOAHA?PA@PK>AQOA@BKNPDA#03PDNKQCD=NAREAS LNK?AOO?=NNEA@KQP>UPDAIAI>ANOKBPDA0PAANEJC KIIEPPAA=J@1A?DJE?=H4KNGEJC$NKQLSDE?DS=OBKNIA@BKNPDA QL@=PAKBPDA#03)=?GKB@=P=KJ&JB=JP*KNP=HEPU/=PAĠ&*/ HA@PKAT?HQ@EJCPDEOEJ@E?=PKNBNKIPDA#03PPDAO=IA
tidak tersedia, maka indikator tersebut dikeluarkan dari indikator FSVA. Sebaliknya, data kurang gizi kronis (pendek/ stunting L=@=>=HEP=@=L=P@E=I>EH@=NE@=P=/&0("0!0G=JPAP=LE @=P=PANOA>QPPE@=G@EI=OQGG=JGA@=H=I g perhitungan indeks ketahanan pangan komposit, tetapi tetap dianalisis dan dijelaskan dalam laporan secara deskritif.
PEIA @=P=KJ?DNKJE?I=HJQPNEPEKJĠOPQJPEJC =IKJCQJ@ANłRAUA=NOKH@?DEH@NAJEO@ANERA@BNKIPDANA?AJP=OE?%A=HPD /AOA=N?D Ġ/&0("0!0 %KSARAN PDEO @=P= EO JKP QOA@ BKN ?=H?QHP=PEJC PDA ?KILKOEPA BKK@ OA?QNEPU EJ@AT &P EO =J=HUVA@=J@@AO?NE>A@KJHUEJPDAJ=NN=PERANALKNP
FSVA dikembangkan dengan menggunakan 9 indikator kerawanan pangan kronis dan 4 indikator kerawanan pangan sementara/transien. Peta komposit kerawanan pangan dihasilkan dari kombinasi semua indikator kerawanan pangan
1DA#03D=O>AAJ@ARAHKLA@>UQOEJCJEJAĠ ?DNKJE?BKK@EJOA?QNEPUEJ@E?=PKNO=J@BKQNĠ PN=JOEPKNUBKK@EJOA?QNEPU EJ@E?=PKNO1DA?KILKOEPABKK@EJOA?QNEPUI=LEOLNK@Q?A@>U?KI>EJEJC=HHJEJAĠ ?DNKJE?BKK@EJOA?QNEPUEJ@E?=PKNO=BPAN =OOECJEJCSAECDPO@ANERA@BNKI=-NEJ?EL=H KILKJAJPOJ=HUOEO1DKQCD@=P=KJOPQJPEJCEO=R=EH=>HA EPS=O@A?E@A@PK
kronis dengan menggunakan pembobotan berdasarkan -NEJ?EL=H KILKJAJPJ=HUOEO. Meskipun data stuntingg tersedia, namun untuk peta komposit ketahanan pangan telah disepakati hanya menggunakan data balita gizi kurang dan buruk (underweight) t saja sehingga FSVA masih dapat diperbandingkan dengan data FIA 2005. Seperti pada FIA 2005, daerah perkotaan (urban) tidak diikutsertakan dalam FSVA karena ketahanan pangan masyarakat perkotaan membutuhkan analisis secara terpisah dan akan dipertimbangkan pada FSVA selanjutnya. Peta ini menunjukkan situasi ketahanan pangan di 346 kabupaten yang umumnya daerah pedesaan (rural) di 32 provinsi
QOAKJHUQJ@ANSAECDP@=P=BKN?KILEHEJCPDABKK@OA?QNEPUI=L SDE?DSKQH@=HHKSBKNLKOOE>HA?KIL=NEOKJSEPDNAOQHPOKB PDA#& 0EIEH=NPKPDA#& QN>=J=NA=O=NAJKPEJ?HQ@A@EJPDEO#03=OQN>=JBKK@OA?QNEPUNAMQENAO=OAL=N=PA=J=HUOEOPD=P SEHHLKOOE>HU>A?KJOE@ANA@EJPDABQPQNA1DAI=LO@ALE?PPDABKK@OA?QNEPUOEPQ=PEKJEJ@EOPNE?POSDE?D=NALNA@KIEJ=JPHU EJNQN=H=NA=OKBLNKREJ?AOKBPDA?KQJPNU
di Indonesia. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Ketahanan Pangan tingkat pusat, provinsi dan kabupaten serta publikasi dari Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen Kesehatan, Departemen Kehutanan, =@=J+=OEKJ=H-AJ=JCCQH=JC=JAJ?=J=Ġ+-
@=J=@=J*APAKNKHKCE(HEI=PKHKCE@=J$AKłOEG=Ġ*($ !=P= U=JC@ECQJ=G=JQJPQG=J=HEO=EJE>AN=O=H@=NE@=P=P=DQJLANEK@AP=DQJA>AN=L=EJ@EG=PKNIANQL=G=J data individu, sedangkan indikator yang lain merupakan data rumah tangga atau masyarakat. Peta komposit yang dikembangkan dari indikator-indikator tersebut hanya mengindikasikan situasi ketahanan pangan secara umum di suatu kabupaten. Pada kabupaten yang tahan pangan, sebagaimana diperlihatkan pada peta komposit, tidak berarti bahwa semua kecamatan dan desa dalam kabupaten tersebut tahan pangan. Sama halnya juga dengan daerah-daerah yang rawan pangan. Analisa lanjut sampai ke tingkat kecamatan perlu dilakukan untuk menganalisi lebih jauh titik-titik rawan pangan. Peta-peta dibuat dengan menggunakan pola warna yang seragam yaitu gradasi warna merah dan hijau. Gradasi warna merah menunjukkan variasi tingkat kerawanan pangan dan gradasi warna hijau menggambarkan kondisi yang lebih baik. Pada kedua kelompok warna tersebut, warna yang semakin tua menunjukkan tingkat yang lebih tinggi dalam hal GAP=D=J=J=P=QGAN=S=J=JL=JC=J(H=OEłG=OE@=P=Ġthreshold) pada peta untuk indikator individu sama dengan yang t digunakan pada FIA 2005, kecuali data berat balita di bawah standar (underweight U=JCIAJCCQJ=G=J>=P=OGH=OEłG=OE masalah kesehatan masyarakat dari Badan Kesehatan Dunia (WHO, 2000). Pembulatan nilai terdekat ke angka rataN=P=J=OEKJ=H@E=I>EHOA>=C=E=I>=JC>=P=O=JP=N=GAHKILKGCN=@=OES=NJ=IAN=D@=JDEF=Q&J@AGOLAP=O=IL=E IANQL=G=J@=BP=NLNKREJOE@=JG=>QL=PAJU=JC@ECQJ=G=J@=H=I=J=HEOEO@=JLAIAP==JEJE
6
HH@=P=S=O?KHHA?PA@BNKIOA?KJ@=NUOKQN?AO>U@EOPNE?P LNKREJ?E=H=J@?AJPN=HBKK@OA?QNEPUKBł?AO=J@BNKILQ>HE?=PEKJO KBPDA AJPN=HQNA=QKB0P=PEOPE?OĠ-0
*EJEOPNUKB%A=HPD *EJEOPNUKB#KNAOPNU +=PEKJ=H!EO=OPAN*=J=CAIAJPCAJ?U Ġ+- =J@*APAKNKHKCU HEI=PKHKCU=J@$AKLDUOE?=HCAJ?UĠ*($ HH@=P=QOA@BKNPDA=J=HUOEOEJPDA#03S=O LNEI=NEHUBKNPDALANEK@KB0KIAEJ@E?=PKNOSANA=PPDAEJ@ERE@Q=HHARAH SDANA=OKPDANOSANAAEPDAN=PPDA DKQOADKH@KN?KIIQJEPUHARAH1DA?KILKOEPAI=L@ANERA@BNKIPDAOAEJ@E?=PKNOEOKJHUEJ@E?=PERAKBPDAKRAN=HHBKK@OA?QNEPU OEPQ=PEKJEJ@EOPNE?POBKK@OA?QNA@EOPNE?P=OEJ@E?=PA@EJPDA?KILKOEPAI=L@KAOJKPJA?AOO=NEHUIA=J=HHEPOOQ>@EOPNE?PO =J@REHH=CAOSKQH@>ABKK@OA?QNA1DAO=IAEOPNQABKNPDABKK@EJOA?QNA=NA=OBKHHKSQL=PPDAOQ>@EOPNE?PHARAHODKQH@ be undertaken to further identify hotspots.
1DAI=LO=NALNK@Q?A@QOEJC=QJEBKNI?KHKQNL=PPANJEJOD=@AOKBNA@=J@CNAAJ1DAOD=@AOKBNA@@AJKPAR=NEKQO degrees of food insecurity while shades of green depict a relatively better status. In both colours, the darker shades indicate DECDAN@ACNAAOKBBKK@OA?QNEPUKNEJOA?QNEPU1DAPDNAODKH@OEJPDAI=LOBKNEJ@ERE@Q=HHARAHEJ@E?=PKNO=NAPDAO=IA=OEJ PDA#& AT?ALPBKN?DEH@QJ@ANSAECDPSDE?DJKSQOAPDA4KNH@%A=PD,NC=JEV=PEKJOPDNAODKH@OBKNLQ>HE?DA=HPD OECJEł?=J?AĠ4%, -NEI=NEHUPDAJA=NAOPNKQJ@A@łCQNAOKBPDAJ=PEKJ=H=RAN=CAO=NA?KJOE@ANA@=OPDA?QPKBB LKEJPO>APSAAJPDAOD=@AOKBNA@=J@CNAAJ&J@AT*=LOPKHEOPLNKREJ?AO=J@@EOPNE?POEJ?HQ@A@EJPDA=J=HUOEO=J@ I=LLEJC
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
REFERENCES
i. BAPPENAS/UNDP. Laporan Pencapaian *EHHAJJEQI!ARAHKLIAJP$K=HO&J@KJAOE= ii. Dewan Ketahanan Pangan dan World Food Programme. Peta Kerawanan Pangan Indonesia (FIA), 2005.
i. ii.
iii. UNDP. Laporan Pembangunan Manusia, 2008. iv. World Food Programme. KILNADAJOERA#KK@0A?QNEPU=J@3QHJAN=>EHEPUJ=HUOEO$QE@AHEJAO, A@EOEGA v. World Food Programme."IANCAJ?U#KK@0A?QNEPUOOAOOIAJP%=J@>KKG, edisi kedua, 2009.
iii. 2+!-%QI=J!ARAHKLIAJP/ALKNP iv. 4KNH@#KK@-NKCN=IIA KILNADAJOERA#KK@0A?QNEPU=J@3QHJAN=>EHEPUJ=HUOEO$QE@AHEJAO OPA@EPEKJ
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
v.
--"+02+!--NKCNAOONALKNPKJ*EHHAJJEQI!ARAHKLIAJP$K=HO +=PEKJ=H#KK@0A?QNEPU KQJ?EHKBPDA$KRANJIAJPKB&J@KJAOE==J@4KNH@#KK@-NKCN=IIA#KK@&JOA?QNEPUPH=OKB &J@KJAOE=
4KNH@#KK@-NKCN=IIA"IANCAJ?U#KK@0A?QNEPUOOAOOIAJP%=J@>KKG J@A@EPEKJ
7
BAB/Chapter 1
DAFTAR PUSTAKA
Provinsi/ Province NAD NAD NAD NAD NAD NAD NAD NAD NAD NAD NAD NAD NAD NAD NAD NAD NAD Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Barat Sumatera Barat Sumatera Barat Sumatera Barat Sumatera Barat Sumatera Barat Sumatera Barat Sumatera Barat Sumatera Barat Sumatera Barat Sumatera Barat Sumatera Barat Riau Riau Riau
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Kode/ Code 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
Kabupaten/ District Simeulue Aceh Singkil Aceh Selatan Aceh Tenggara Aceh Timur Aceh Tengah Aceh Barat Aceh Besar Pidie Bireuen Aceh Utara Aceh Barat Daya Gayo Lues Aceh Tamiang Nagan Raya Aceh Jaya Bener Meriah Nias Mandailing Natal Tapanuli Selatan Tapanuli Tengah Tapanuli Utara Toba Samosir Labuhan Batu Asahan Simalungun Dairi Karo Deli Serdang Langkat Nias Selatan Humbang Hasundutan Pakpak Bharat Samosir Serdang Bedagai Kepulauan Mentawai Pesisir Selatan Solok Sawahlunto/ Sijunjung Tanah Datar Padang Pariaman Agam Lima Puluh Koto Pasaman Solok Selatan Dharmasraya Pasaman Barat Kuantan Sengingi Indragiri Hulu Indragiri Hilir
Provinsi/ Province Riau Riau Riau Riau Riau Riau Kepulauan Riau Kepulauan Riau Kepulauan Riau Kepulauan Riau Jambi Jambi Jambi Jambi Jambi Jambi Jambi Jambi Jambi Sumatera Selatan Sumatera Selatan Sumatera Selatan Sumatera Selatan Sumatera Selatan Sumatera Selatan Sumatera Selatan Sumatera Selatan Sumatera Selatan Sumatera Selatan Bengkulu Bengkulu Bengkulu Bengkulu Bengkulu Bengkulu Bengkulu Bengkulu Bangka Belitung Bangka Belitung Bangka Belitung Bangka Belitung Bangka Belitung Bangka Belitung Lampung Lampung Lampung Lampung Lampung Lampung Lampung Lampung
Kode/ Code 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101
Kabupaten/ District Pelalawan Siak Kampar Rokan Hulu Bengkalis Rokan Hilir Karimun Bintan Natuna Lingga Kerinci Merangin Sarolangun Batang Hari Muaro Jambi Tanjung Jabung Timur Tanjung Jabung Barat Tebo Bungo Ogan Komering Ulu Ogan Komering Ilir Muara Enim Lahat Musi Rawas Musi Banyu Asin Banyuasin Ogan Komering Ulu Selatan Ogan Komering Ulu Timur Ogam Ilir Bengkulu Selatan Rejang Lebong Bengkulu Utara Kaur Seluma Muko-Muko Lebong Kepahiang Bangka Belitung Bangka Barat Bangka Tengah Bangka Selatan Belitung Timur Lampung Barat Tanggamus Lampung Selatan Lampung Timur Lampung Tengah Lampung Utara Way Kanan Tulang Bawang
9
BAB/Chapter 1
Peta Indeks Pulau Sumatera Index Map of Sumatera Islands
Provinsi/ Province Banten Banten Banten Banten Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat
Kode/ Code 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121
Kabupaten/ District Pandeglang Lebak Tangerang Serang Bogor Sukabumi Cianjur Bandung Garut Tasikmalaya Ciamis Kuningan Cirebon Majalengka Sumedang Indramayu Subang Purwakarta Karawang Bekasi
Provinsi/ Province Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Kode/ Code 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141
Kabupaten/ District Cilacap Banyumas Purbalingga Banjarnegara Kebumen Purworejo Wonosobo Magelang Boyolali Klaten Sukoharjo Wonogiri Karanganyar Sragen Grobogan Blora Rembang Pati Kudus Jepara
Provinsi/ Province Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah D.I.Yogyakarta D.I.Yogyakarta D.I.Yogyakarta D.I.Yogyakarta Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur
Kode/ Code 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161
Kabupaten/ District Demak Semarang Temanggung Kendal Batang Pekalongan Pemalang Tegal Brebes Kulon Progo Bantul Gunung Kidul Sleman Pacitan Ponorogo Trenggalek Tulungagung Blitar Kediri Malang
Provinsi/ Province Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur
Kode/ Code 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183
Kabupaten/ District Lumajang Jember Banyuwangi Bondowoso Situbondo Probolinggo Pasuruan Sidoarjo Mojokerto Jombang Nganjuk Madiun Magetan Ngawi Bojonegoro Tuban Lamongan Gresik Bangkalan Sampang Pamekasan Sumenep
11
BAB/Chapter 1
Peta Indeks Pulau Jawa Index Map of Java Islands
Provinsi/ Province Bali Bali Bali Bali Bali Bali Bali Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Barat
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Kode/ Code 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198
Kabupaten/ District Jembrana Tabanan Badung Gianyar Klungkung Bangli Karang Asem Buleleng Lombok Barat Lombok Tengah Lombok Timur Sumbawa Dompu Bima Sumbawa Barat
Provinsi/ Province Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Timur
Kode/ Code 199 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213
Kabupaten/ District Sumba Barat Sumba Timur Kupang Timor Tengah Selatan Timor Tengah Utara Belu Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat
13
BAB/Chapter 1
Peta Indeks Pulau Bali, NTB dan NTT Index Map of Bali, NTB and NTT Islands
Provinsi/ Province Kalimantan Barat Kalimantan Barat Kalimantan Barat Kalimantan Barat Kalimantan Barat Kalimantan Barat Kalimantan Barat Kalimantan Barat Kalimantan Barat Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Kalimantan Timur Kalimantan Timur Kalimantan Timur Kalimantan Timur Kalimantan Timur Kalimantan Timur Kalimantan Timur Kalimantan Timur
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Kode/ Code 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 224 225 226 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236 237 238 239 240 241 242 243 244 245 246 247 248 249 250 251 252 253 254 255 256
Kabupaten/ District Sambas Bengkayang Landak Pontianak Sanggau Ketapang Sintang Kapuas Hulu Sekadau Melawi Kotawaringin Barat Kotawaringin Timur Kapuas Barito Selatan Barito Utara Sukamara Lamandau Seruyan Katingan Pulang Pisau Gunung Mas Barito Timur Murung Raya Tanah Laut Kotabaru Banjar Barito Kuala Tapin Hulu Sungai Selatan Hulu Sungai Tengah Hulu Sungai Utara Tabalong Tanah Bumbu Balangan Pasir Kutai Barat Kutai Kartanegara Kutai Timur Berau Malinau Bulungan Nunukan Penajam Paser Utara
15
BAB/Chapter 1
Peta Indeks Pulau Kalimantan Index Map of Kalimantan Islands
Kode/ Code 257 258 259 260 261 262 263 264 265 266 267 268 269 270 271 272 273 274 275 276 277 278 279 280 281 282
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Kabupaten/ District Bolaang Mongondow Minahasa Sangihe Talaud Kepulauan Talaud Minahasa Selatan Minahsa Utara Boalemo Gorontalo Pohuwato Bone Bolanga Banggai Kepulauan Banggai Morowali Poso Donggala Toli Toli Buol Parigi Moutong Toja Una-Una Selayar Bulukumba Bantaeng Jeneponto Takalar Gowa Sinjai
Provinsi/ Province Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Barat Sulawesi Barat Sulawesi Barat Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Tenggara Sulawesi Tenggara Sulawesi Tenggara Sulawesi Tenggara Sulawesi Tenggara Sulawesi Tenggara Sulawesi Tenggara
Kode/ Code 283 284 285 286 287 288 289 290 291 292 293 294 295 296 297 298 299 300 301 302 303 304 305 306 307 308
Kabupaten/ District Maros Pangkajene Kepulauan Barru Bone Soppeng Wajo Sidenreng Rappang Pinrang Enrekang Luwu Tana Toraja Luwu Utara Luwu Timur Majene Polewali Mandar Mamasa Mamuju Mamuju Utara Buton Muna Konawe Kolaka Konawe Selatan Bombana Wakatobi Kolaka Utara
17
BAB/Chapter 1
Peta Indeks Pulau Sulawesi Index Map of Sulawesi Islands
Provinsi/ Province Maluku Maluku Maluku Maluku Maluku Maluku Maluku Maluku Utara Maluku Utara Maluku Utara Maluku Utara Maluku Utara Maluku Utara Papua Papua Papua Papua Papua Papua
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Kode/ Code 309 310 311 312 313 314 315 316 317 318 319 320 321 322 323 324 325 326 327
Kabupaten/ District Maluku Tenggara Barat Maluku Tenggara Maluku Tengah Buru Kepulauan Aru Seram Bagian Barat Seram Bagian Timur Halmahera Barat Halmahera Tengah Kepulauan Sula Halmahera Selatan Halmahera Utara Halmahera Timur Merauke Jayawijaya Jayapura Nabire Yapen Waropen Biak Numfor
Provinsi/ Province Papua Papua Papua Papua Papua Papua Papua Papua Papua Papua Papua Papua Barat Papua Barat Papua Barat Papua Barat Papua Barat Papua Barat Papua Barat Papua Barat
Kode/ Code 328 330 331 332 333 334 336 337 338 339 340 341 342 343 344 345 346 347 348
Kabupaten/ District Paniai Mimika Boven Digoel Mappi Asmat Yahukimo Tolikara Sarmi Keerom Waropen Supiori Fak-Fak Kaimana Teluk Wondana Teluk Bintuni Monokwari Sorong Selatan Sorong Raja Ampat
19
BAB/Chapter 1
Peta Indeks Pulau Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat Index Map of Maluku, Maluku Utara, Papua and Papua Barat Islands
Indikator / Indicator
'H¿QLVLGDQ3HUKLWXQJDQ'H¿QLWLRQDQG&RPSXWDWLRQ
BAB/Chapter 1
7DEHO,QGLNDWRU3HWD.HWDKDQDQGDQ.HUHQWDQDQ3DQJDQ,QGRQHVLD 7DEOH,QGLFDWRUVXVHGIRUWKH)RRG6HFXULW\DQG9XOQHUDELOLW\$WODVRI,QGRQHVLD
Sumber Data / 'DWD6RXUFH
.HWHUVHGLDDQ3DQJDQ )RRG$YDLODELOLW\ 1.
1.
Rasio konsumsi normatif per kapita terhadap ketersediaan bersih ‘padi + jagung + ubi kayu + ubi jalar’
Per capita normative consumption to net ‘rice + maize + cassava + sweet potato’ availability ratio
1.
Data rata-rata produksi bersih tiga tahun (2005-2007) padi, jagung, ubi kayu dan ubi jalar pada tingkat kabupaten dihitung dengan menggunakan faktor konversi standar. Untuk rata-rata produksi bersih ubi kayu dan ubi jalar dibagi dengan 3 (faktor konversi serealia) untuk mendapatkan nilai yang ekivalen dengan serealia. Kemudian dihitung total produksi serealia yang layak dikonsumsi.
2.
Ketersediaan bersih serealia per kapita per hari dihitung dengan membagi total ketersediaan serealia kabupaten dengan jumlah populasinya (data penduduk pertengahan tahun 2006).
3.
Data bersih serealia dari perdagangan dan impor tidak diperhitungkan karena data tidak tersedia pada tingkat kabupaten.
4.
Konsumsi normatif serealia/hari/kapita adalah 300 gram/orang/hari.
5.
Kemudian dihitung rasio konsumsi normatif perkapita terhadap ketersediaan bersih serealia per kapita. Rasio lebih besar dari 1 PHQXQMXNNDQGDHUDKGH¿VLWSDQJDQGDQGDHUDKGHQJDQUDVLROHELKNHFLOGDULDGDODKVXUSOXVXQWXNSURGXNVLVHUHDOLD
1.
'LVWULFWOHYHOWULHQQLXPDYHUDJH QHWSURGXFWLRQRIULFHDQGPDL]HZDV¿UVWFDOFXODWHGE\XVLQJVWDQGDUGFRQYHUVLRQ factors. For cassava and sweet potato, production was divided by three (cereal equivalent factor) to transform it into a cereal equivalent. Total cereal production available for human consumption was then calculated.
2.
Per capita daily net cereal availability was then computed by dividing the total district cereal availability by its population (population data for mid-2006).
3.
Net import and trade of cereal were not considered, as data at the district level was not available.
4.
Normative cereal consumption/capita/day was taken as 300 grams/person/day.
5.
The ratio of per capita normative consumption to per capita net cereal availability was computed. Ratio from ‘1’ and above shows IRRGGH¿FLWDUHDZKLOHOHVVWKDQµ¶LQGLFDWHVDFHUHDOVXUSOXVDUHD
Badan Ketahanan Pangan Provinsi dan Kabupaten, (data 2005-2007)
3URYLQFLDODQG'LVWULFW)RRG6HFXULW\2I¿FHV (2005-2007 data)
$NVHV3DQJDQGDQ3HQJKLGXSDQ )RRGDQG/LYHOLKRRGV$FFHVV 2.
Persentase penduduk hidup di bawah garis kemiskinan
Nilai rupiah pengeluaran per kapita setiap bulan untuk memenuhi standar minimum kebutuhan-kebutuhan konsumsi pangan dan non pangan yang dibutuhkan oleh seorang individu untuk hidup secara layak. Garis kemiskinan nasional menggunakan US$ 1,55 (PPP Purchasing Power Parity) per orang per hari.
Data dan Informasi Kemiskinan, BPS Tahun 2007, Buku 2: Kabupaten
2.
Percentage of people below poverty line
7KH,QGRQHVLDQUXSLDKYDOXHRIWKHPRQWKO\SHUFDSLWDH[SHQGLWXUHUHTXLUHGWRIXO¿ODPLQLPXPVWDQGDUGRIIRRGDQGQRQIRRGEDVLF FRQVXPSWLRQ7KHQDWLRQDOSRYHUW\OLQHLVGH¿QHGDWWKH3XUFKDVLQJ3RZHU3DULW\333 86SHUSHUVRQSHUGD\ \
Data and information on poverty, BPS 2007, Book 2: District
3.
Persentase desa yang tidak memiliki akses penghubung yang memadai
Lalu-lintas antar desa yang tidak bisa dilalui oleh kendaraan roda empat.
PODES (Potensi Desa) 2008, BPS
3.
Percentage of villages with inadequate connectivity
Percentage of villages whose inter-village roads that are not accessible by four-wheeled vehicles.
PODES (Village Potential Survey) 2008, BPS
4.
Persentase rumah tangga tanpa akses listrik
Persentase rumah tangga yang tidak memiliki akses terhadap listrik dari PLN dan/atau non PLN, misalnya generator.
SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) 2007, BPS
4.
Percentage of households without access to electricity
Percentage of households who do not have access to electricity from state and/or non-state sources, namely generators.
SUSENAS (National Socio-Economic Survey) 2007, BPS
SUSENAS 2007, BPS
3HPDQIDDWDQ3DQJDQ)RRG8WLOL]DWLRQ 5.
Angka harapan hidup pada saat lahir
Perkiraan lama hidup rata-rata bayi baru lahir dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas sepanjang hidupnya.
5.
Life expectancy at birth
The average numbers of years that a newborn infant would live if the mortality pattern at the time of birth prevails throughout the child’s life.
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
21
7DEHOODQMXWDQ ,QGLNDWRU3HWD.HWDKDQDQGDQ.HUHQWDQDQ3DQJDQ,QGRQHVLD 7DEOHFRQWG ,QGLFDWRUVXVHGIRUWKH)RRG6HFXULW\DQG9XOQHUDELOLW\$WODVRI,QGRQHVLD Indikator / Indicator
Sumber Data / 'DWD6RXUFH
'H¿QLVLGDQ3HUKLWXQJDQ'H¿QLWLRQDQG&RPSXWDWLRQ
6.
Berat badan balita di bawah standar 8QGHUZHLJKW
Anak di bawah lima tahun yang berat badannya kurang dari -2 Standar Deviasi (-2 SD) dari berat badan normal pada usia dan jenis kelamin tertentu (Standar WHO 2005).
RISKESDAS (Riset Kesehatan Dasar) 2007, Departemen Kesehatan
6.
Children underweight
&KLOGUHQXQGHU¿YHZKRVHZHLJKWVDUHOHVVWKDQ6WDQGDUG'HYLDWLRQ6' IURPWKHLUDJHDQGJHQGHUVSHFL¿FUHIHUHQFHZHLJKWV (2005 WHO Standards)
RISKESDAS (Basic Health Research) 2007, Ministry of Health
7.
Perempuan buta huruf
Persentase perempuan di atas 15 tahun yang tidak dapat membaca atau menulis.
SUSENAS 2007, BPS
7.
Female Illiteracy
Percent of females above 15 years who cannot read or write.
8.
Persentase rumah tangga tanpa akses ke air bersih
Persentase rumah tangga yang tidak memiliki akses ke air minum yang berasal dari air leding/PAM, pompa air, sumur atau mata air yang terlindung.
8.
Percentage of householsds without access to improved drinking water
Percentage of households who do not have access to tap water, protected wells/boreholes, or protected spring water.
9.
Persentase rumah tangga yang tinggal lebih dari 5 km dari fasilitas kesehatan
Persentase rumah tangga yang tinggal pada jarak lebih dari 5 kilometer dari fasilitas kesehatan (rumah sakit, klinik, puskesmas, dokter, juru rawat, bidan yang terlatih, paramedik, dan sebagainya).
RISKESDAS 2007, Departemen Kesehatan
9.
Percentage of households living more than 5 km away from health facilities
7KHSHUFHQWDJHRIKRXVHKROGVZKRVHSODFHRIUHVLGHQFHLVORFDWHGPRUHWKDQ¿YHNLORPHWUHVIURPDKHDOWKIDFLOLW\KRVSLWDOFOLQLF community health centre, doctor, nurse, trained midwife, paramedic, etc.).
RISKESDAS (Basic Health Research) 2007, Ministry of Health
SUSENAS 2007, BPS
.HUHQWDQDQ7HUKDGDS.HUDZDQDQ3DQJDQ7UDQVLHQ 9XOQHUDELOLW\WR7UDQVLHQW)RRG,QVHFXULW\ 10. Bencana alam
Data bencana alam yang terjadi di Indonesia dan kerusakannya selama periode 2000 – 2007
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), 2009
10. Natural disasters
Natural disasters which occurred in Indonesia between 2000 and 2007 and estimated caused damage
National Disaster Management Agency (BNPB), 2009
11. Penyimpangan curah hujan
1.
Data rata-rata tahunan curah hujan pada musim hujan dan kemarau selama 10 tahun terakhir (1997-98 sampai 2007-08) dihitung.
%DGDQ0HWHRURORJL.OLPDWRORJLGDQ*HR¿VLND%0.* 2008
2.
Kemudian dihitung persentase dari perbandingan nilai rata-rata 10 tahun terhadap nilai normal rata-rata 30 tahun (1971-2000).
1.
/DVW\HDUV¶WR DQQXDODYHUDJHUDLQIDOOGXULQJGU\DQGUDLQ\VHDVRQZDV¿UVWFRPSXWHG
2.
The percent difference between 10 years average and the 30 years normal average (1971-2000) was then calculated.
11. Rainfall deviation
Meteorological, Climatology and Geophisic Agency (BMKG) 2008
12. Persentase daerah puso
Persentase dari daerah ditanami padi yang rusak akibat kekeringan, banjir dan organisme pengganggu tanaman (OPT).
Departemen Pertanian, 2008
12. Percentage of damaged area
3HUFHQWDJHRISDGG\DUHDGDPDJHGE\GURXJKWÀRRGSHVWLQIHVWDWLRQ.
Ministry of Agriculture, 2008
13. Deforestasi hutan
Deforestasi adalah perubahan kondisi penutupan lahan dari hutan menjadi non hutan. Angka deforestasi hutan berdasarkan analisis citra satelit Landsat pada tahun 2002/2003 dan 2005/2006.
Penghitungan Deforestasi Indonesia tahun 2008, Departemen Kehutanan
13. Deforestation
Deforestation is the changes of landcover from forest type to non forest type. Deforestation rate based on the analysis of Landsat satellite imagery during 2002/2003 and 2005/2006 periods.
Deforestation Calculation in Indonesia 2008, Ministry of Forestry
22
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Ketersediaan Pangan adalah GAPANOA@E==JL=JC=JOA?=N=łOEG G di suatu wilayah dari segala sumber, baik itu produksi pangan domestik, perdagangan pangan dan bantuan pangan. Ketersediaan pangan ditentukan oleh produksi pangan di wilayah tersebut, perdagangan pangan melalui mekanisme pasar di wilayah tersebut, stok yang dimiliki oleh pedagang dan cadangan pemerintah, dan bantuan pangan dari pemerintah atau organisasi lainnya.
Food availabilityy is the physical presence of foodEJPDA=NA=KB?KJ?ANJPDNKQCD=HHBKNIOKB@KIAOPE?LNK@Q?PEKJ d ?KIIAN?E=HEILKNPO=J@BKK@=E@#KK@=R=EH=>EHEPUEO@APANIEJA@>UBKK@LNK@Q?PEKJEJPDA=NA= PN=@A@BKK@>NKQCDPEJPK PDA=NA=PDNKQCDI=NGAPIA?D=JEOIO OPK?GODAH@>UPN=@ANO=J@EJCKRANJIAJPNAOANRAO =J@PN=JOBANO>UPDACKRANJIAJP =J@KNBKK@=E@=CAJ?EAO
Produksi pangan tergantung pada berbagai faktor seperti iklim, jenis tanah, curah hujan, irigasi, komponen produksi pertanian yang digunakan, dan bahkan insentif bagi para petani untuk menghasilkan tanaman pangan.
#KK@LNK@Q?PEKJ@ALAJ@OKJR=NEKQOB=?PKNOOQ?D=O?HEI=PA OKEHPULA N=EJB=HH ENNEC=PEKJ =CNE?QHPQN=HLNK@Q?PEKJEJLQPO=J@ PA?DJKHKCEAO =J@=HOKEJ?AJPERAOBKNB=NIANOPKLNK@Q?ABKK@?NKLO
Pangan meliputi produk serealia, kacang-kacangan, minyak nabati, sayur-sayuran, buah-buahan, rempah, gula, dan produk hewani. Karena porsi utama dari kebutuhan kalori harian berasal dari sumber pangan karbohidrat, yaitu
#KK@?NKLOEJ?HQ@ALNK@Q?POKB?ANA=HO=J@PQ>ANO LQHOAO JQPO=J@KEHOAA@O RACAP=>HAO BNQEPO OLE?AO OQC=N =J@=JEI=H
sekitar separuh dari kebutuhan energi per orang per hari, maka yang digunakan dalam analisa kecukupan pangan yaitu karbohidrat yang bersumber dari produksi pangan pokok serealia, yaitu padi, jagung, dan umbi-umbian (ubi kayu dan ubi jalar) yang digunakan untuk memahami tingkat kecukupan pangan pada tingkat provinsi maupun kabupaten.
LNK@Q?POA?=QOAPDAI=FKNLKNPEKJKB@=EHU?=HKNEAEJP=GAEOOQLLHEA@>U?=N>KDU@N=PAO SDE?DEO=>KQPD=HBKBPDAPKP=H AJANCUNAMQENAIAJPLANLANOKJLAN@=U PDA=J=HUOEOKBPDABKK@LNK@Q?PEKJEOI=@A>=OA@KJ?ANA=HOĠNE?A I=EVA =J@ PQ>ANOĠ?=OO=R= OSAAPLKP=PK PKQJ@ANOP=J@PDAHARAHKBBKK@OQBł?EAJ?U=PPDALNKREJ?E=H=J@@EOPNE?PHARAH
2.1 PRODUKSI
2.1 PRODUCTION
Pemerintah Indonesia telah mempromosikan produksi pertanian dan mengadopsi beberapa parameter perlindungan QJPQGL=N=LAP=JE-ANP=JE=JĠPANI=OQGLAPANJ=G=J GADQP=J=J@=JLANEG=J=J PAH=D>ANGKJPNE>QOEOAGEP=N pada Produk Domestik Bruto Indonesia dalam 4 tahun terakhir. Angka pertumbuhan sektor pertanian adalah sekitar LAN P=DQJ OAH=I= P=DQJ @=J IAJ?=L=E L=@= P=DQJ &JE @=L=P @E>=J@EJCG=J @AJC=J keberhasilan sektor lain yang cukup tinggi dan memiliki kemungkinan kontribusi yang cukup besar dalam meningkatkan ketahanan pangan, menurunkan kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi.
1DA$KRANJIAJPKB&J@KJAOE=D=O>AAJLNKIKPEJC=CNE?QHPQN=HLNK@Q?PEKJ=J@D=O=@KLPA@OARAN=HLNKPA?PEKJIA=OQNAO BKNEPOB=NIANOCNE?QHPQNAĠEJ?HQ@EJCHERAOPK?G BKNAOPNU=J@łODANEAO D=O>AAJ?KJPNE>QPEJC>APSAAJKBPDA$NKOO !KIAOPE?-NK@Q?PKB&J@KJAOE=KRANPDAL=OPBKQNUA=NO1DAOA?PKNS=OCNKSEJC=P=N=PAKB=>KQPLANUA=N@QNEJC =J@NA=?DA@EJ ?KIL=N=>HAPKOKIAKPDANDECDLANBKNI=J?AOA?PKNO =J@LNKRE@EJCOECJEł?=JP KLLKNPQJEPEAOBKN?KJPNE>QPEJCPKEILNKRA@BKK@OA?QNEPU LKRANPUNA@Q?PEKJ=J@@UJ=IE?A?KJKIE?CNKSPD
Beras merupakan makanan pokok utama di Indonesia dan 23% dari hasil pertanian adalah beras. Jagung dan ubi G=UQ =@=H=D GKIK@EPE U=JC ?QGQL @ELANDEPQJCG=J QJPQG I=O= IAJ@=P=JC @=J IANQL=G=J @=NE PKP=H D=OEH LANP=JE=J$QH=IAN=D IEJU=GGAH=L=O=SEP@=JG=NAPIAJ?=GQL@=NEPKP=HLNK@QGOELANP=JE=J%=OEHLAPANJ=G=J berkontribusi sebanyak 5% dari hasil pertanian dimana unggas merupakan komponen terbesar.
/E?AEO=LNEI=NUOP=LHAEJPDA&J@KJAOE=J@EAPSDE?DI=GAOQL=NKQJ@KBPKP=H=CNE?QHPQN=HKQPLQP*=EVA=J@?=OO=R= =NAPSKKPDANLNEJ?EL=HOP=LHAO=??KQJPEJCBKN=BQNPDANKBPKP=H=CNE?QHPQN=HKQPLQP0QC=N?=JA L=HIKEH=J@NQ>>AN I=GAQL)ERAOPK?GLNK@Q?PO?KJPNE>QPAKB=CNE?QHPQN=HKQPLQPSEPDLKQHPNU>AEJCPDAH=NCAOP?KILKJAJP
0AH=I=OALQHQDP=DQJPAN=GDEN LNK@QGOEOANA=HE=PANQOIAJEJCG=PĠ)ED=P1=>AH@=J$=I>=N
LAJEJCG=P=J
!QNEJC PDA H=OP PAJ UA=NO ?ANA=H LNK@Q?PEKJ D=O ?KJPEJQKQOHU EJ?NA=OA@ Ġ0AA 1=>HA =J@ #ECQNA 1DA EJ?NA=OA S=O I=EJHU =PPNE>QPA@ PK ATL=J@A@ H=J@ ?QHPER=PEKJ =J@ EJ?NA=OA@ LNK@Q?PEREPU SEPD PDA AT?ALPEKJ KB &J
PANOA>QPPANQP=I=@EOA>=>G=JKHADLAJEJCG=P=JHQ=OP=J=I@=JLAJEJCG=P=JLNK@QGPEREP=O GA?Q=HEP=DQJ-=@=
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
23
BAB/Chapter 2
CHAPTER 2 FOOD AVAILABILITY
BAB 2 KETERSEDIAAN PANGAN
P=DQJ LNK@QGOE >AN=O IAJEJCG=P OA>=JU=G Ġ FQP= PKJ @=NE P=DQJ OA>AHQIJU= OADEJCC= LNK@QGOE IAJ?=L=E FQP= PKJ 0QNLHQO LNK@QGOE >AN=O U=JC ?QGQL PEJCCE L=@= P=DQJ @=J @EH=LKNG=J QJPQG LANP=I=G=HEJU=OAF=GPANF=@EJU=GNEOEOAGKJKIEP=DQJ D=HEJE>ANDQ>QJC=JAN=P@AJC=JEJEOE=PEB-NAOE@AJ
NE?ALNK@Q?PEKJS=OQL>UĠIEHHEKJPKJO KRANPDALNAREKQOUA=N NA=?DEJCIEHHEKJPKJO1DEOD=O>AAJ OQLLKNPA@>UPDA-NAOE@AJPOEJEPE=PERAPKEJ?NA=OANE?ALNK@Q?PEKJ>UPSKIEHHEKJPKJO&J=J@ &J@KJAOE=S=O OAHBOQBł?EAJP EJNE?A LNK@Q?PEKJ BKN PDA łNOP PEIA OEJ?A PDA łJ=J?E=H?NEOEO4EPDNA@Q?A@ JAA@ BKN EILKNPO
Indonesia untuk meningkatkan produksi beras sebanyak 2 juta ton. Dengan menurunnya permintaan terhadap impor beras, harga beras berangsur-angsur menjadi stabil sejak pertengahan 2008 dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Swasembada beras telah membantu Indonesia dalam menangani meningkatnya harga pangan di dunia tanpa melakukan impor beras.
NE?ALNE?AONAI=EJA@NAH=PERAHUOP=>HABNKIIE@?KIL=NA@SEPDPDAUA=N>ABKNA0AHBOQBł?EAJ?UEJNE?ADAHLOLKOEPEKJ &J@KJAOE=PKI=J=CAPQN>QHAJPLANEK@OKBOK=NEJCBKK@LNE?AOSEPDKQPEILKNP=PEKJKBNE?A
7DEHO3URGXNVL6HUHOLD3RNRNGDQ8PELXPELDQµ7RQV 7DEOH3URGXFWLRQRI0DMRU&HUHDOVDQG7XEHUVµ7RQV Serealia / &HUHDO
Jagung/Maize
10,169
9,204
9,677
9,347
9,654
10,910
11,225
12,524
11,609
13,287
10,761
Padi/Paddy
49,237
50,866
51,899
50,461
51,490
52,079
54,088
54,151
54,455
57,157
52,588
1,935
1,666
1,828
1,749
1,772
1,998
1,902
1,857
1,854
1,886
1,845
14,696
16,459
16,089
17,055
16,913
18,474
19,425
19,321
19,986
19,988
17,841
Ubi Jalar/Sweet Potato Ubi Kayu/Cassava
5DWDUDWD7DKXQ \HDUDYHUDJH
Sumber/Source: BPS, 2007 Statistik Indonesia
$=I>=Nġ-NK@QGOE0ANA=HE=-KGKG@=J2I>EQI>E=J Ġĺ1KJ
#ECQNAġ-NK@Q?PEKJKB*=FKN ANA=HO=J@1Q>ANO Ġĺ1KJO
Produksi / Production (000 Ton)
70,000 60,000 50,000 40,000 30,000 Jagung/Maize Padi/Paddy
20,000
Ubi Jalar/Sweet Potato 10,000
Ubi Kayu/Cassava
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
Tahun / Year
-=@= P=DQJ PKP=H LNK@QGOE OANA=HE= @=J QI>EQI>E=J IAJ?=L=E FQP= PKJ >AN=O FQP= PKJ F=CQJC FQP=PKJQ>EG=UQ @=J FQP=PKJQ>EF=H=N-NK@QGOEAIL=PGKIK@EP=OPANOA>QP@EP=DQJHA>EDPEJCCEFEG= @E>=J@EJCG=J@AJC=JLNK@QGOEN=P=N=P=P=DQJ=JP=DQJPAN=GDENU=JCIAJ?=L=E FQP=PKJQJPQGL=@E FQP=
&J PDAPKP=H?ANA=H=J@PQ>ANLNK@Q?PEKJNA=?DA@IEHHEKJPKJOKBNE?A IEHHEKJPKJOKBI=EVA IEHHEKJ PKJOKB?=OO=R==J@IEHHEKJPKJOKBOSAAPLKP=PKAO-NK@Q?PEKJEJS=ODECDANPD=J=RAN=CA=JJQ=HLNK@Q?PEKJ łCQNAOKRANPDAH=OPUA=NOġIEHHEKJPKJOKBNE?AĢIEHHEKJPKJOKBI=EVAĢIEHHEKJPKJOKB?=OO=R=Ģ=J@
PKJQJPQGF=CQJC FQP=PKJQJPQGQ>EG=UQ @=J FQP=PKJQJPQGQ>EF=H=N
IEHHEKJPKJOKBOSAAPLKP=PKAO
24
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Gambar 2.2: Total Luas Panen Padi (ha) di Pulau Sumatera #ECQNAġ1KP=H-=@@U%=NRAOPA@NA=OĠD= EJ0QI=PAN=&OH=J@
Gambar 2.3: Total Luas Panen Padi (ha) di Pulau Jawa #ECQNAġ1KP=H-=@@U%=NRAOPA@NA=OĠD= KJ'=R=&OH=J@ 2,500,000
700,000 600,000 Sumatera Utara
500,000
Sumatera Selatan 400,000
Lampung Sumatera Barat
300,000
Nanggroe Aceh Darussalam Riau
200,000
Jambi 100,000
2,000,000
1,500,000 Jawa Barat 1,000,000
BAB/Chapter 2
800,000
Luas Panen / Harvested Areas (ha)
Luas Panen / Harvested Areas (ha)
900,000
Jawa Tengah Jawa Timur Banten
500,000
D.I. Yogyakarta
Bengkulu
0
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
1998
2007
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
Tahun / Year
Tahun/Year
Padi
Paddy y
J=HEO=@=P=@=NE-0PAND=@=LLNK@QGOEL=@EP=DQJ=JPEJCG=PLNKREJOEQJPQGP=DQJ@=L=P@EHED=PL=@= Gambar 2.2 dan 2.3 yang menunjukkan total luas panen padi di Pulau Sumatera dan Jawa.
-NKREJ?E=HHARAH=JJQ=HNE?ALNK@Q?PEKJ@=P=BKNK>P=EJA@BNKIPDA-0S=O=J=HUVA@=J@LNAOAJPA@EJ#ECQNA =J@!=P=ODKSA@PKP=HD=NRAOPA@=NA=OQJ@ANNE?A?QHPER=PEKJEJ'=R==J@0QI=PAN=&OH=J@O
Seluruh provinsi di Pulau Jawa, kecuali Jawa Barat, dapat mempertahankan total luas panen padi mereka. Seluruh provinsi di pulau Sumatera, kecuali Provinsi Sumatera Selatan menunjukkan total luas panen padi yang hampir stabil =P=Q>ANŃQGPQ=PEBOAH=I=O=PQ@AG=@APAN=GDENEJE%=HEJEPANQP=I=@EOA>=>G=J=@=JU=R=NE=OEEGHEI@=JH=D=JLANP=JE=J
HH LNKREJ?AO KJ '=R= EOH=J@ AT?ALP '=R= =N=P I=J=CA@ PK I=EJP=EJ PDAEN PKP=H NE?A ?QHPER=PA@ =NA=O HH LNKREJ?AO KJ 0QI=PAN=&OH=J@ AT?ALP0QI=PAN=0AH=P=JLNKREJ?A D=@OAAJAEPDAN=HIKOPOP=>HAKNŃQ?PQ=PEJCPKP=HNE?A?QHPER=PA@=NA=O @QNEJCPDAH=OP@A?=@A HEI=PE?R=NE=>EHEPU=J@N=EJBA@B=NIEJCLN=?PE?AOSANAI=EJHUNAOLKJOE>HABKNPDAOAŃQ?PQ=PEKJO
tadah hujan. Sumatera Selatan merupakan satu-satunya provinsi yang mengalami peningkatan produksi secara stabil selama periode yang sama.
0QI=PAN=0AH=P=JS=OPDAKJHULNKREJ?ASDE?DATLANEAJ?A@=OPA=@UEJ?NA=OAEJNE?A?QHPER=PEKJ@QNEJCPDAO=IALANEK@
-NK@QGOEL=@E@EOA>=CE=J>AO=N0QI=PAN=@=J'=S=IAJEJCG=POA?=N=OP=>EH U=EPQ@=NE FQP=PKJL=@=P=DQJ IAJF=@E FQP=PKJL=@=P=DQJ0A?=N=GDQOQO 0QI=PAN=0AH=P=J '=I>E AJCGQHQ@=J)=ILQJC@E0QI=PAN= @=J OAHQNQD LNKREJOE @E '=S= IAJ?=P=P LAJEJCG=P=J D=OEH U=JC OECJEłG=J J=IQJ D=OEH LNK@QGOE L=@E @E -QH=Q '=S=
/E?ALNK@Q?PEKJEJIKOPKB0QI=PAN==J@'=R=OPA=@EHUEJ?NA=OA@BNKIIEHHEKJPKJOEJPKIEHHEKJPKJOEJ -=NPE?QH=NHU 0QI=PAN=0AH=P=J '=I>E AJCGQHQ=J@)=ILQJCEJ0QI=PAN==J@=HHLNKREJ?AOEJ'=R=NA?KN@A@OECJEł?=JP EJ?NA=OAOEJPDAENUEAH@O =HPDKQCDKJ'=R=EOH=J@PDAUEAH@D=@>AAJŃQ?PQ=PEJCARANUBASUA=NO1DAI=EJNE?ALNK@Q?PEKJ
>ANŃQGPQ=OE@=NEP=DQJGAP=DQJ@=LQJOAJPN=LNK@QGOEL=@E@ELQH=Q'=S==@=H=D'=S==N=P '=S=1EIQN '=S= Tengah. Sedangkan di pulau Sulawesi adalah Sulawesi Selatan, dan di Pulau Sumatera adalah Sumatera Utara dan Sumatera Selatan (Gambar 2.5).
=NA=OKJ'=R=EOH=J@SANA'=S==N=P '=S=1EIQN '=S=1AJC=D SDEHAKJ0QH=SAOE&OH=J@EPS=O0QH=SAOE0AH=P=J =J@KJ 0QI=PAN=EOH=J@EPS=O0QI=PAN=2P=N==J@0QI=PAN=0AH=P=JĠ#ECQNA
Jagung g g
Maize
-=@=P=DQJ LNK@QGOEF=CQJCIAJ?=L=E FQP=PKJ D=HEJEIAJQJFQGG=J=@=JU=GAJ=EG=J@E=P=O FQP=PKJ @=NEPEJCG=PLNK@QGOEP=DQJ*AJEJCG=PJU=LNK@QGPEREP=OĠ@=NE PKJLANDAGP=N@EP=DQJIAJF=@E PKJ LANDAGP=N@EP=DQJ >ANO=I=@AJC=JIAJEJCG=PJU=HQ=OLAJ=J=I=JF=CQJCIAI>ANEG=JGKJPNE>QOEPAND=@=L GAOAHQNQD=JLAJEJCG=P=JLNK@QGOEEJE-=JAJLAP=JE@E'=S=L=@=P=DQJ=@=H=DOA>AO=N FQP=PKJ=P=Q
&J I=EVALNK@Q?PEKJNA=?DA@IEHHEKJPKJOODKSEJC=JEJ?NA=OAKBIKNAPD=JIEHHEKJPKJOBNKIPDA LNK@Q?PEKJHARAH1DAEJ?NA=OA@LNK@Q?PEREPUĠBNKIPKJOD=EJPKPKJOD=EJ =HKJCSEPDPDAEJ?NA=OA@ I=EVA?QHPER=PA@=NA=?KJPNE>QPA@PKPDEOKRAN=HHLNK@Q?PEKJEJ?NA=OA#=NIANOD=NRAOPEJ'=R=S=OIEHHEKJPKJO@QNEJC
@=NEPKP=HLNK@QGOEJ=OEKJ=H-QH=Q0QI=PAN=PAP=LOA>=C=EOAJPN=LNK@QGOEF=CQJCPAN>AO=NGA@Q=@EP=DQJU=EPQ
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
SDE?DNALNAOAJPOKBPDA?KQJPNUOPKP=HLNK@Q?PEKJ0QI=PAN=NAI=EJOPDAOA?KJ@H=NCAOPI=EVALNK@Q?PEKJ=NA= EJ SEPD=OD=NAKBKBPDAPKP=HLNK@Q?PEKJ BKHHKSA@>U0QH=SAOEĠ 1DAI=EJI=EVALNK@Q?PEKJLNKREJ?AO
25
OA>AO=N@=NEPKP=HLNK@QGOEJ=OEKJ=H @EEGQPEKHAD0QH=SAOEĠ @=LQJLNKREJOEU=JCIAJF=@EOAJPN=LNK@QGOE jagung di pulau Jawa adalah Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Di pulau Sumatera yang menjadi daerah sentra produksi jagung adalah provinsi Lampung dan Sumatera Utara (Gambar 2.6).
KJ'=R=EOH=J@SANA'=S=1EIQN '=S=1AJC=D =J@'=S==N=P,J0QI=PAN=EOH=J@ PDAI=EJI=EVALNK@Q?PEKJLNKREJ?AO SANA)=ILQJC=J@0QI=PAN=2P=N=Ġ#ECQNA
$=I>=Nġ-NK@QGOE-=@E@E>A>AN=L=-NKREJOE@E&J@KJAOE= #ECQNAġ-=@@U-NK@Q?PEKJEJOKIA-NKREJ?AOEJ&J@KJAOE=
12,000
4,000 3,500 Produksi / Production (000 Ton)
Produksi / Production (000 Ton)
10,000 3,000 2,500 2,000 1,500 1,000
8,000
6,000
4,000
2,000
500 -
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
1998
1999
2000
2001
2002
Tahun / Year
2003
2004
2005
2006
2007
Tahun / Year
NAD
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Jawa Barat
$=I>=Nġ!=AN=D0AJPN=-NK@QGOE-=@E1=DQJ #ECQNAġ/E?A-NK@Q?PEKJ AJPANOEJ
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
$=I>=Nġ-NK@QGOE'=CQJC!=AN=D0AJPN=-NK@QGOE1=DQJ #ECQNAġ*=EVA-NK@Q?PEKJ AJPANOEJ–
12,000
4,000
10,000
8,000
6,000
Sumatera Utara Sumatera Selatan Jawa Barat
4,000
Jawa Tengah Jawa Timur
2,000
Sulawesi Selatan
3,500 3,000 2,500 Jawa Timur
2,000
Jawa Tengah 1,500
Lampung
1,000
Sulawesi Selatan Sumatera Utara
500
Jawa Barat
-
0 2003
2004
2005 Tahun / Year
26
Produksi / Production (000 Ton)
Produksi / Production (000 Ton)
4,500
2006
2007
2003
2004
2005
2006
2007
Tahun / Year
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Cassava
(AOAHQNQD=JLNK@QGOEQ>EG=UQ>AN=@=L=@=PEJCG=PU=JCO=I=L=@=P=DQJ@=J+=IQJLNK@QGOEQ>EG=UQ IAJEJCG=P@=NE 1KJD=@EP=DQJGA 1KJD=@EP=DQJ-QH=Q'=S=PAP=LIAJF=@EOAJPN=LNK@QGOE Q>EG=UQPAN>AO=NJ=OEKJ=HU=EPQOA>AO=N@=NEPKP=HLNK@QGOEJ=OEKJ=H @EEGQPEKHAD0QI=PAN=OA>AO=N@=LQJ
1DAKRAN=HHLNK@Q?PEKJKB?=OO=R=NAI=EJA@=PPDAO=IAHARAHEJ=J@6EAH@O DKSARAN OPA=@EHUEJ?NA=OA@BNKI PKJOD=EJPKPKJOD=EJ'=R=&OH=J@NAI=EJA@PDAH=NCAOP?=OO=R=LNK@Q?PEKJ?AJPNAEJPDA?KQJPNU SEPD=OD=NAKBPKP=HLNK@Q?PEKJ0QI=PAN=OOD=NA?=IAJATPSEPD1DAI=EJ?=OO=R=LNK@Q?PEKJLNKREJ?AOKJ
provinsi yang menjadi sentra ubi kayu untuk pulau Jawa adalah Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, DI. Yogyakarta. !ELQH=Q0QI=PAN=U=JCIAJF=@E@=AN=DOAJPN=LNK@QGOEQ>EG=UQ=@=H=DLNKREJOE)=ILQJCĠ$=I>=N
'=R=EOH=J@SANA'=S=1EIQN '=S=1AJC=D '=S==N=P !&6KCU=G=NP=,J0QI=PAN=EOH=J@ PDA?=OO=R=LNK@Q?PEKJ?AJPNA S=O)=ILQJCLNKREJ?AĠ#ECQNA
Ubi Jalar
Sweet Potato
-NK@QGOEP=DQJ=JQ>EF=H=NPAP=L>AN=@=L=@=PEJCG=PD=ILENGKJOP=JOAH=I=P=DQJ U=EPQOAGEP=N FQP= ton. Pulau Jawa, Sumatera, dan Papua merupakan sentra produksi ubi jalar utama. Adapun provinsi yang menjadi sentra ubi jalar untuk pulau Jawa adalah Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah. Di Pulau Sumatera yang menjadi daerah sentra produksi ubi jalar adalah provinsi Sumatera Utara. Di Pulau Papua yang menjadi sentra produksi adalah
JJQ=HLNK@Q?PEKJKBOSAAPLKP=PKNAI=EJA@=HIKOP?KJOP=JP@QNEJC=P=NKQJ@IEHHEKJPKJO'=R= 0QI=PAN= =J@-=LQ=SANAPDAI=EJLNK@Q?PEKJ?AJPANO1DAI=EJOSAAPLKP=PKLNK@Q?PEKJLNKREJ?AOKJ'=R=EOH=J@SANA'=S==N=P '=S=1EIQN=J@'=S=1AJC=D1DALNK@Q?PEKJ?AJPANBKNOSAAPLKP=PKAOKJ0QI=PAN=EOH=J@S=O0QI=PAN=2P=N=LNKREJ?A SDEHAKJ-=LQ=EOH=J@EPS=O-=LQ=LNKREJ?AĠ#ECQNA 4EPDB=NIANOEJ?HEJ=PEKJPK?QHPER=PADECDR=HQA?NKLO OSAAP
provinsi Papua (Gambar 2.8). Dengan meningkatnya kecenderungan petani dalam menanami tanaman bernilai jual tinggi, produksi ubi jalar (dan ubi kayu) akan tetap berada di tingkat ini atau bahkan menurun di masa mendatang.
LKP=PKAOĠ=J@?=OO=R= LNK@Q?PEKJSEHHNAI=EJ=PPDEOHARAHKNARAJ@A?HEJAEJPDAJA=NBQPQNA
$=I>=Nġ-NK@QGOE2>E(=UQ!=AN=D0AJPN=-NK@QGOE1=DQJ #ECQNAġ =OO=R=-NK@Q?PEKJ AJPANOEJ
$=I>=Nġ-NK@QGOE2>E'=H=N!=AN=D0AJPN=-NK@QGOE1=DQJ #ECQNAġ0SAAP-KP=PKAO-NK@Q?PEKJ AJPANOEJ 600
6,000 5,000 4,000
Lampung Jawa Timur
3,000
Jawa Tengah 2,000
Jawa Barat D.I. Yogyakarta
1,000
Produksi / Production (000 Ton)
Produksi / Production (000 Ton)
7,000
500 400 Jawa Barat 300
Papua Jawa Timur
200
Jawa Tengah Sumatera Utara
100
Nusa Tenggara Timur
Nusa Tenggara Timur -
0 2003
2004
2005
2006
2007
Tahun / Year
2003
2004
2005
2006
2007
Tahun / Year
1=>AH IAJQJFQGG=J >=DS= LNKREJOE @=NE LNKREJOE IAJC=H=IE LAJEJCG=P=J LNK@QGOE PKP=H OANA=HE= U=JC >AN>A@=>A@=L=@=LANEK@A@E>=J@EJCG=JLNK@QGOEP=DQJ @AJC=JLAJEJCG=P=JOA>AO=N @E'=S= 1EIQN@=J @E$KNKJP=HK-=@=LANEK@AU=JCO=I= LNKREJOEIAJC=H=IELAJQNQJ=JLNK@QGOEPKP=HOANA=HE=
1=>HAEJ@E?=PAOPD=PKQPKBLNKREJ?AOEJ?NA=OA@EJPKP=H?ANA=HLNK@Q?PEKJ@QNEJC=O?KIL=NA@SEPD N=JCEJCBNKIEJ'=R=1EIQNPKEJ$KNKJP=HK,RANPDAO=IALANEK@ PKP=H?ANA=HLNK@Q?PEKJ@A?HEJA@EJ OETLNKREJ?AOĠ+! 0QI=PAN=2P=N= +11 0QH=SAOE0AH=P=J -=LQ==J@-=LQ==N=P SEPDPDACNA=PAOP@A?HEJAEJ-=LQ=
yaitu NAD, Sumatera Utara, NTT, Sulawesi Selatan, Papua dan Papua Barat. Dimana penurunan produksi tertinggi PAN@=L=P@E-=LQ=Ġ GAIQ@E=J@EEGQPEKHAD-=LQ==N=PĠ
Ġ>U
BKHHKSA@>U-=LQ==N=PĠ>U
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
27
BAB/Chapter 2
Ubi Kayu y
7DEHO3URGXNVL3DGLGDQ-DJXQJ WRQ 7DEHO3URGXFWLRQRI3DGG\DQG0DL]H LQPHWULFWRQV Provinsi/ Province
No
Padi/3DGG\
-DJXQJ0DL]H
1,552,078
1,411,650
1,350,748
1,533,369
69,219
77,747
94,426
96,838
125,155
1
Nanggroe Aceh Darussalam
1,547,499
2
Sumatera Utara
3,403,075
3,418,782
3,447,394
3,007,636
3,265,834
687,268
712,560
735,456
682,024
804,850
3
Sumatera Barat
1,823,739
1,875,188
1,907,390
1,889,489
1,938,120
76,011
118,170
157,147
202,298
223,233
4
Riau
414,237
454,186
424,095
429,380
490,087
30,779
42,122
36,421
34,728
40,410
5
Kepulauan Riau
-
-
312
332
343
-
-
584
895
893
6
Jambi
7
Sumatera Selatan
8
Bengkulu
9
Bangka Belitung
10 11 12
D.K.I. Jakarta
7,558
13,465
13,335
6,197
8,002
59
55
67
66
39
13
Jawa Barat
8,776,889
9,602,302
9,787,217
9,418,572
9,914,019
443,669
549,442
587,186
573,263
577,513
14
Jawa Tengah
8,123,839
8,512,555
8,424,096
8,729,291
8,616,855
1,926,243
1,836,233
2,191,258
1,856,023
2,233,992
15
D.I. Yogyakarta
652,280
692,998
670,703
708,163
709,294
204,129
211,730
248,960
223,620
258,187
16
Jawa Timur
8,914,995
9,002,025
9,007,265
9,346,947
9,402,029
4,181,550
4,133,762
4,398,502
4,011,182
4,252,182
17
Bali
793,260
788,360
786,961
840,891
839,775
89,819
68,424
81,884
78,105
69,209
18
Nusa Tenggara Barat
1,422,440
1,466,757
1,367,869
1,552,627
1,526,347
64,228
71,276
96,458
103,963
120,612
19
Nusa Tenggara Timur
509,419
552,205
461,007
511,911
505,628
566,123
622,811
552,440
582,964
514,360
20
Kalimantan Barat
1,027,122
1,060,652
1,023,684
1,107,661
1,225,259
83,320
102,555
127,458
136,777
154,118
21
Kalimantan Tengah
490,080
590,434
492,250
491,712
562,473
9,136
969
2,400
7,367
3,971
22
Kalimantan Selatan
1,410,141
1,519,432
1,598,835
1,636,840
1,953,868
30,158
45,686
48,103
58,283
100,957
23
Kalimantan Timur
430,286
486,167
499,558
541,171
567,501
10,856
12,412
11,180
14,411
11,620
24
Sulawesi Utara
369,930
407,358.00
432,624
454,902
494,950
144,308
150,128
195,305
242,714
406,759
25
Gorontalo
156,158
163,094
167,152
192,583
200,421
183,490
251,214
400,046
416,222
572,785
26
Sulawesi Tengah
738,607
725,725
716,906
739,777
857,508
48,281
53,450
67,618
66,433
119,324
27
Sulawesi Selatan
4,003,079
3,552,835
3,390,397
3,365,509
3,635,139
704,273
674,716
705,995
696,084
969,955
28
Sulawesi Tenggara
334,307
322,362
339,847
349,429
423,316
87,650
78,147
73,153
74,672
97,037
29
Sulawesi Barat
-
-
253,886
301,616
312,676
-
-
17,343
18,109
26,633
30
Maluku
31,189
36,148
37,239
49,833
57,132
7,895
12,477
14,262
14,888
15,685
31
Maluku Utara
60,131
51,800
57,945
59,215
48,531
3,778
5,056
9,914
10,727
10,793
32
Papua
57,889
63,367
60,810
68,319
81,678
4,839
6,040
6,164
6,843
7,053
33
Papua Barat
-
-
24,702
27,073
28,204
-
-
3,317
3,130
2,428
578,346
579,404
579,635
544,597
586,630
26,773
27,540
29,679
29,288
30,028
1,977,345
2,260,794
2,320,110
2,456,251
2,753,044
59,261
65,234
75,566
73,896
84,081
413,375
414,741
441,276
378,377
470,469
52,723
50,012
84,089
82,296
83,385
12,173
18,763
19,027
16,506
24,390
2,050
3,199
2,762
2,956
2,736
Lampung
1,966,293
2,091,996
2,124,144
2,129,914
2,308,404
1,087,751
1,216,974
1,439,000
1,183,982
1,346,821
Banten
1,691,923
1,812,495
1,861,776
1,751,468
1,816,140
24,465
25,102
29,751
24,417
20,723
Total Indonesia Sumber/Source r : BPS, 2007 Statistik Indonesia
28
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
7DEHOODQMXWDQ 3URGXNVL8EL.D\XGDQ8EL-DODU WRQ 7DEHOFRQWG 3URGXFWLRQRI&DVVDYDDQG6ZHHW3RWDWR LQPHWULFWRQV 8EL.D\XCassava
8EL-DODU6ZHHW3RWDWR
76,370
63,867
53,424
46,504
41,558
24,066
22,938
22,985
16,238
15,187
Sumatera Utara
411,943
464,960
509,796
452,450
438,573
135,699
117,295
115,728
102,712
117,641
Sumatera Barat
122,440
117,437
114,199
133,095
114,551
44,954
55,484
50,392
53,758
53,793
49,485
47,922
41,668
47,586
51,784
10,758
11,390
10,848
11,123
12,814
-
-
3,526
6,899
7,077
-
-
1,540
1,463
1,472
1
Nanggroe Aceh Darussalam
2 3 4
Riau
5
Kepulauan Riau
6
Jambi
7
Sumatera Selatan
8 9 10
Lampung
11
Banten
12
D.K.I. Jakarta
949
815
791
804
628
-
-
-
-
-
13
Jawa Barat
1,651,482
2,074,022
2,068,981
2,044,674
1,922,840
346,853
389,640
390,386
389,043
375,714
14
Jawa Tengah
3,469,795
3,663,236
3,478,970
3,553,820
3,410,469
139,486
144,076
144,598
123,485
143,364
15
D.I. Yogyakarta
764,409
817,398
920,909
1,016,270
976,610
7,578
6,439
6,522
6,236
5,496
16
Jawa Timur
3,786,882
3,963,478
4,023,614
3,680,567
3,423,630
167,611
165,039
150,564
150,540
149,811
17
Bali
137,891
142,221
155,808
159,058
174,189
64,887
72,534
88,510
92,078
91,187
18
Nusa Tenggara Barat
88,568
88,030
92,991
87,041
88,527
20,565
20,886
19,430
19,372
13,007
19
Nusa Tenggara Timur
808,004
1,041,279
891,783
938,010
794,121
85,165
126,406
99,748
111,279
102,375
20
Kalimantan Barat
228,585
207,832
243,251
250,173
221,630
15,430
13,556
12,364
14,356
13,882
21
Kalimantan Tengah
114,176
112,319
73,866
65,661
67,617
10,603
16,594
9,711
9,645
8,619
22
Kalimantan Selatan
71,758
67,292
80,377
82,389
117,322
18,666
21,487
24,106
26,335
31,143
23
Kalimantan Timur
96,312
89,389
93,885
101,249
105,395
26,904
25,962
22,574
26,334
30,855
24
Sulawesi Utara
36,553
57,314.00
68,463
82,416
74,406
22,897
32,392
38,671
37,345
35,475
25
Gorontalo
9,436
14,507
12,211
9,410
7,432
3,721
5,384
3,309
3,557
2,974
26
Sulawesi Tengah
48,558
45,106
48,256
52,791
70,858
24,650
27,903
23,768
26,886
29,079
27
Sulawesi Selatan
607,287
586,350
464,435
567,749
514,277
74,583
76,496
53,513
54,303
58,819
28
Sulawesi Tenggara
210,742
263,972
256,467
238,039
239,271
22,985
25,695
24,823
24,432
27,588
29
Sulawesi Barat
-
-
56,717
40,413
45,921
-
-
9,475
6,194
9,304
30
Maluku
31
Maluku Utara
32
Papua
33
Papua Barat
52,602
44,446
39,780
40,779
44,794
22,000
27,325
28,370
29,261
36,363
158,042
248,844
179,952
228,321
150,133
20,446
22,573
24,465
20,747
21,515
Bengkulu
82,945
59,659
79,934
113,488
76,924
54,741
35,368
45,921
51,184
32,131
Bangka Belitung
21,371
22,138
19,234
17,264
18,666
4,203
5,179
4,117
3,820
5,144
4,984,616
4,673,091
4,806,254
5,499,403
6,394,906
41,082
45,769
44,602
42,586
46,772
154,820
163,969
144,110
143,561
117,550
38,647
38,618
41,276
34,373
33,694
Total Indonesia
83,716
91,351
94,995
103,260
105,761
7,793
15,298
16,701
20,081
20,929
103,297
144,313
142,680
123,833
118,354
28,387
35,533
34,533
33,673
35,199
40,927
48,150
33,959
37,825
34,450
512,427
298,543
273,876
290,424
306,804
-
-
25,897
21,838
17,834
-
-
19,543
21,375
18,702
Sumber/Source r : BPS, 2007 Statistik Indonesia
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
29
BAB/Chapter 2
Provinsi/ Province
No
7DEHO3URGXNVL7RWDO6HUHDOLDSHUWDKXQGDQ/DMX3HUWXPEXKDQ3URGXNVLXQWXNSHULRGH 7DEHO7RWDO&HUHDO3URGXFWLRQE\\HDUDQG3URGXFWLRQ*URZWK5DWHIRUWKH3HULRGRI Provinsi/ Province
No
Produksi Total Serealia/7RWDO&HUHDO3URGXFWLRQ
/DMX3HUWXPEXKDQ*URZWK5DWH
1
Nanggroe Aceh Darussalam
1,717,154
1,716,630
1,582,485
1,510,328
1,715,269
-0.11
2
Sumatera Utara
4,637,985
4,713,597
4,808,374
4,244,822
4,626,898
-0.24
3
Sumatera Barat
2,067,144
2,166,279
2,229,128
2,278,640
2,329,697
12.70
4
Riau
505,259
555,620
513,032
522,817
595,095
17.78
5
Kepulauan Riau*
6
Jambi
7
Sumatera Selatan
8
Bengkulu
0
0
5,962
9,589
9,785
64.12
679,721
678,715
677,464
643,925
697,815
2.66
2,215,094
2,597,445
2,600,093
2,779,215
3,008,773
35.83
603,784
559,780
651,220
625,345
662,909
9.79
9
Bangka Belitung
39,797
49,279
45,140
40,546
50,936
27.99
10
Lampung
8,079,742
8,027,830
8,414,000
8,855,885
10,096,903
24.97
1,909,855
2,040,184
2,076,913
1,953,819
1,988,107
4.10
8,566
14,335
14,193
7,067
8,669
1.20
11
Banten
12
D.K.I. Jakarta
13
Jawa Barat
11,218,893
12,615,406
12,833,770
12,425,552
12,790,086
14.00
14
Jawa Tengah
13,659,363
14,156,100
14,238,922
14,262,619
14,404,680
5.46
15
D.I. Yogyakarta
16
Jawa Timur
17 18 19 20 21
Kalimantan Tengah
623,995
720,316
578,227
574,385
642,680
2.99
22
Kalimantan Selatan
1,530,723
1,653,897
1,751,421
1,803,847
2,203,290
43.94
23
Kalimantan Timur
564,358
613,930
627,197
683,165
715,371
26.76
24
Sulawesi Utara
573,688
647,192
735,063
817,377
1,011,590
76.33
25
Gorontalo
352,805
434,199
582,718
621,772
783,612
122.11
26
Sulawesi Tengah
860,096
852,184
856,548
885,887
1,076,769
25.19
27
Sulawesi Selatan
5,389,222
4,890,397
4,614,340
4,683,645
5,178,190
-3.92
28
Sulawesi Tenggara
655,684
690,176
694,290
686,572
787,212
20.06
29
Sulawesi Barat*
0
0
337,421
366,332
394,534
16.93
30
Maluku
130,593
155,274
163,197
188,062
199,507
52.77
31
Maluku Utara
195,593
236,702
245,072
227,448
212,877
8.84
32
Papua
616,082
416,100
374,809
403,411
429,985
-30.21
33
Papua Barat*
0
0
73,459
73,416
67,168
-8.51
1,628,396
1,728,565
1,847,094
1,954,289
1,949,587
19.72
17,051,038
17,264,304
17,579,945
17,189,236
17,227,652
1.04
Bali
1,085,857
1,071,539
1,113,163
1,170,132
1,174,360
8.15
Nusa Tenggara Barat
1,595,801
1,646,949
1,576,748
1,763,003
1,748,493
9.57
Nusa Tenggara Timur
1,968,711
2,342,701
2,004,978
2,144,164
1,916,484
-2.65
Kalimantan Barat
1,354,457
1,384,595
1,406,757
1,508,967
1,614,889
19.23
* Provinsi baru hasil pemekaran di tahun 2004/2005 / New provinces in 2004/2005 Sumber/Source r : Statistik Indonesia, 2003-2007, BPS
30
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
2.2 PER CAPITA NORMATIVE CONSUMPTION TO PRODUCTION RATIO (MAP 2.1)
Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa indikator ketersediaan pangan yang digunakan dalam analisis ketahanan pangan komposit adalah konsumsi normatif per kapita terhadap produksi pangan. Rasio tersebut menunjukkan apakah suatu wilayah mengalami surplus produksi serealia dan umbi-umbian.
O@EO?QOOA@EJPDALNAREKQO?D=LPAN PDABKK@=R=EH=>EHEPUEJ@E?=PKNQOA@BKNPDA?KILKOEPABKK@OA?QNEPU=J=HUOEOEOPDALAN ?=LEP=JKNI=PERABKK@?KJOQILPEKJPKBKK@LNK@Q?PEKJN=PEK1DAN=PEKODKSOQOSDAPDAN=J=NA=EOOAHBOQBł?EAJPEJPANIO of cereal and tuber production.
Perhitungan produksi pangan tingkat kabupaten dilakukan dengan menggunakan data rata-rata produksi tiga tahunan Ġ QJPQGGKIK@EP=OL=@E F=CQJC Q>EG=UQ@=JQ>EF=H=NG=NAJ=OQI>ANAJANCEQP=I=@=NE=OQL=JAJANCE makanan berasal dari serealia dan umbi-umbian. Pola konsumsi pangan di Indonesia menunjukkan bahwa hampir 50% dari kebutuhan total kalori berasal dari tanaman serealia. Data rata-rata bersih dari komoditi padi, jagung, ubi kayu dan ubi jalar dihitung dengan menggunakan faktor konversi baku. Untuk produksi bersih rata-rata ubi kayu dan ubi F=H=N=C=NOAP=N=@AJC=J>AN=O I=G=D=NQO@EG=HEG=J@AJC=JĠGC>AN=O=P=QF=CQJCAGER=HAJ@AJC=JGCQ>EG=UQ
The calculation of food production at the district level was carried out by using the average data of three years production Ġ BKNNE?A I=EVA ?=OO=R==J@OSAAPLKP=PKAO>A?=QOAPDAI=EJAJANCUOKQN?AKBBKK@AJANCUEJP=GA?KIAO BNKI?ANA=HO=J@PQ>ANO#KK@?KJOQILPEKJL=PPANJOEJ&J@KJAOE=ODKSA@PD=PJA=NHUKBPDAPKP=H?=HKNEAJAA@O?KIAO BNKI ?ANA=H =J@ PQ>ANO 1DA JAP =RAN=CA LNK@Q?PEKJ KB NE?A I=EVA ?=OO=R= =J@ OSAAP LKP=PKAO S=O ?=H?QH=PA@ QOEJC the standard conversion factors. The net average production of cassava and sweet potatoes was converted to the cereal
dan ubi jalar dalam hal nilai kalori). Kemudian dihitung total produksi serealia yang layak dikonsumsi. Ketersediaan bersih serealia per kapita dihitung dengan membagi total ketersediaan serealia kabupaten dengan jumlah penduduk (data penduduk pertengahan tahun 2006). Data bersih serealia dari perdagangan dan impor tidak diperhitungkan G=NAJ=@=P=PANOA>QPPE@=GPANOA@E=@EPEJCG=PG=>QL=PAJAN@=O=NG=JLNKłHGKJOQIOE&J@KJAOE= GKJOQIOEJKNI=PEB serealia/hari/kapita adalah 300 gram. Kemudian dihitung konsumsi normatif perkapita terhadap rasio produksi. (lihat )=ILEN=Jġ&J@EG=PKNGAPANOA@E==JL=JC=J
AMQER=HAJPO>U@ERE@EJCPQ>ANLNK@Q?PEKJ>UĠGCKBNE?AKNI=EVAEOAMQER=HAJPPKGCOKB?=OO=R==J@OSAAPLKP=PKAO EJPANIOKB?=HKNEł?R=HQA 1DAJ PKP=H?ANA=HAMQER=HAJPLNK@Q?PEKJS=O?=H?QH=PA@+AP?ANA=H=R=EH=>EHEPULAN?=LEP=S=O ?=H?QH=PA@>U@ERE@EJCPDAPKP=H@EOPNE?P?ANA=HAMQER=HAJPLNK@Q?PEKJ>UPDALKLQH=PEKJJQI>ANAOPEI=PA@=PPDAIE@@HAUA=N KBPDEOPDNAAUA=NLANEK@ EAKB+AP?ANA=H@=P=BNKIPN=@EJC=J@EILKNPOSANAJKP?KQJPA@>A?=QOAPDA@=P=S=O JKP=R=EH=>HA=PPDA@EOPNE?PHARAH=OA@KJPDA&J@KJAOE=J?KJOQILPEKJLNKłHA PDAJKNI=PERA?ANA=H?KJOQILPEKJLAN@=U LAN?=LEP=EOCN=IO1DAJPDALAN?=LEP=JKNI=PERA?KJOQILPEKJPKLNK@Q?PEKJN=PEKS=O?=H?QH=PA@ĠOAAJJATġ Food availability indicators).
-AP=IAJCC=I>=NG=J>=DS=OA>=CE=J>AO=NSEH=U=D&J@KJAOE==@=H=DOS=OAI>=@=@=H=ILNK@QGOEL=JC=JOANA=HE= U=JC @EPQJFQGG=J KHAD CN=@=OE GAHKILKG S=NJ= DEF=Q OA@=JCG=J @=AN=D@=AN=D U=JC @AłOEP @EPQJFQGG=J @AJC=J gradasi kelompok warna merah, yang pada umumnya daerah tersebut tidak atau kurang cocok untuk memproduksi tanaman serealia. Kondisi iklim, kelayakan tanah, berulangnya bencana alam (kekeringan, banjir, dan lain sebagainya) IANQL=G=JB=GPKNGAJ@=H=H=EJU=JCIAJUA>=>G=JGAPE@=GI=ILQ=J@=AN=D@=AN=D@AłOEPPANOA>QP@=H=IIAJ?=L=E swasembada produksi tanaman serealia.
*=LEHHQOPN=PAOPD=PPDAI=FKNEPUKB&J@KJAOE=JPANNEPKNUS=OBKK@OAHBOQBł?EAJPEJ?ANA=HLNK@Q?PEKJSDE?DEOEJ@E?=PA@ >UCN=@=PEKJOEJPDACNAAJ?KHKNCNKQL SDEHAPDA@Ał?EP=NA=O=NAEJ@E?=PA@>UCN=@=PEKJOEJPDANA@?KHKNCNKQLO HEI=PE? ?KJ@EPEKJO H=J@OQEP=>EHEPU NA?QNNAJPNQN=H@EO=OPANOĠ@NKQCDPO ŃKK@O AP? SANAB=?PKNOSDE?D?KJOPN=EJA@PDA=>EHEPUKBPDAOA @Ał?EP@EOPNE?POPK=?DEARAOAHBOQBł?EAJ?UEJ?ANA=HLNK@Q?PEKJ
A>AN=L= G=>QL=PAJ @E LNKREJOELNKREJOE U=JC IAJC=H=IE @AłOEP OANA=HE= =@=H=Dġ -=LQ= @=J /E=Q (ALQH=Q=J /E=Q '=I>E (=HEI=JP=J 1AJC=D *=HQGQ OANP= *=HQGQ 2P=N= -AJUA>=> @AłOEPJU= GAPANOA@E==J OANA=HE= @E >A>AN=L= G=>QL=PAJ PANOA>QP IAHELQPEġ Ġ IAHQ=OJU= LANGA>QJ=J GAH=L= O=SEP H=@= DEP=I G=NAP F=I>Q IAPA ?KGH=P @=J lain – lain, (2) meluasnya areal pertambangan terbuka, (3) daerah rawa, (4) sistem produksi padi lahan kering yang memiliki produktivitas yang rendah, dan (5) kurangnya ketersediaan lahan untuk bercocok tanam dibandingkan dengan
0KIA @EOPNE?PO EJ PDA BKHHKSEJC LNKREJ?AO SANA BKQJ@ @Ał?EP EJ ?ANA=H LNK@Q?PEKJġ -=LQ= /E=Q (ALQH=Q=J /E=Q '=I>E (=HEI=JP=J1AJC=D *=HQGQ=J@*=HQGQ2P=N=1DANA=OKJOBKN?ANA=H@Ał?EAJ?UEJPDAOA@EOPNE?POEJ?HQ@A@ġĠ ATPAJOERA LH=JP=PEKJOKBL=HIKEH >H=?GLALLAN NQ>>AN ?=ODASJQPO ?K?K= AP?ĢĠ H=NCA=NA=OQJ@ANKLAJ?=OPIEJEJCĢĠ OS=ILU =NA=OĢĠ @NUH=J@L=@@ULNK@Q?PEKJOUOPAISDE?DD=RARANUHKSLNK@Q?PEREPUĢ=J@Ġ HAOO=NA==R=EH=>HABKN?QHPER=PEKJ ?KIL=NA@PKPDALKLQH=PEKJ@AJOEPU&J=@@EPEKJ I=JU?ANA=HOQNLHQO=NA=OKBPAJATLANEAJ?A@J=PQN=H@EO=OPANO@QAPK
kepadatan penduduk. Selain itu juga banyak daerah surplus tanaman serealia yang sering mengalami bencana alam karena penebangan hutan yang tidak dapat dihindari, kekeringan atau banjir. Hal ini akan mengancam keberlangsungan tingkat produksi saat ini dan di masa yang akan datang. Jelas bahwa ketersediaan pangan yang cukup merupakan suatu prasyarat yang mutlak untuk ketahanan pangan, namun demikian prasyarat tersebut belum cukup untuk menjamin ketahanan pangan di tingkat rumah tangga dan individu.
QJ=RKE@=>HA@ABKNAOP=PEKJ @NKQCDPKNŃKK@1DEOSEHHPDNA=PAJ?QNNAJP=J@BQPQNALNK@Q?PEKJOQOP=EJ=>EHEPUHPDKQCDEPEO NA?KCJEVA@PD=P=@AMQ=PABKK@=R=EH=>EHEPUEO=J=>OKHQPALNANAMQEOEPAKBBKK@OA?QNEPU PDEOLNANAMQEOEPAEOJKPAJKQCDPK guarantee food security at the household and individual level.
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
31
BAB/Chapter 2
2.2 RASIO KONSUMSI NORMATIF PER KAPITA TERHADAP PRODUKSI PANGAN (PETA 2.1)
2.3 TANTANGAN T UTAMA PEMENUHAN KECUKUPAN
2.3 MAIN CHALLENGES FOR ADEQUACY FULLFILMENT
Laju peningkatan kebutuhan pangan lebih cepat dibandingkan dengan laju peningkatan kemampuan produksi. Disamping itu peningkatan produktivitas tanaman di tingkat petani relatif stagnan, karena terbatasnya kemampuan produksi, penurunan kapasitas kelembagaan petani, serta kualitas penyuluhan pertanian yang jauh dari memadai. Semakin terbatasnya kapasitas produksi pangan nasional, disebabkan oleh: (i) berlanjutnya konversi lahan pertanian ke penggunaan non pertanian; (ii) menurunnya kualitas dan kesuburan lahan akibat kerusakan lingkungan; (iii) semakin
The increase in food needs is faster than the increase in rate of production. In addition, the increase of crop productivity =PB=NIANOHARAHOD=O>AAJNAH=PERAHUOP=CJ=JP @QAPKHEIEPA@LNK@Q?PEKJ?=L=?EPU NA@Q?A@B=NIANOEJOPEPQPEKJ=H?=L=?EPU EJ=@AMQ=PAMQ=HEPUKB=CNE?QHPQN=HATPAJOEKJOANRE?AO=J@@A?HEJEJCEJRAOPIAJPEJNQN=HEJBN=OPNQ?PQNA)EIEP=PEKJOKJJ=PEKJ=H BKK@LNK@Q?PEKJEJ?HQ@AġĠE ?KJPEJQA@?KJRANOEKJKB=CNE?QHPQN=HH=J@EJPKJKJ=CNE?QHPQN=HQOAĢĠEE @A?NA=OA@H=J@MQ=HEPU =J@BANPEHEPU@QAPKAJRENKJIAJP=H@=I=CAĢĠEEE EJ?NA=OEJCHUHEIEPA@=J@QJ?ANP=EJS=PAN=R=EH=>EHEPUBKNBKK@LNK@Q?PEKJ@QA
terbatas dan tidak pastinya ketersediaan air untuk produksi pangan akibat kerusakan hutan; (iv) rusaknya sekitar 30 persen prasarana pengairan, dimana seharusnya dilakukan rehabilitasi sebanyak 2 kali dalam 25 tahun terakhir; (v) persaingan pemanfaatan sumber daya air dengan sektor industri dan pemukiman; (vi) kerusakan yang disebabkan oleh kekeringan maupun banjir semakin tinggi karena fungsi perlindungan alamiah telah sangat berkurang; (vii) masih tingginya proporsi kehilangan hasil panen pada proses produksi, penanganan hasil panen dan pengolahan pasca panen, masih menjadi kendala yang menyebabkan penurunan kemampuan penyediaan pangan dengan proporsi yang
PKBKNAOP@AOPNQ?PEKJĢĠER @ACN=@A@ENNEC=PEKJEJBN=OPNQ?PQNA =LLNKTEI=PAHUKBSDE?DNAMQENA@NAD=>EHEP=PEKJPSE?AEJ PDAH=OPUA=NOĢĠR ?KILAPEPEKJEJS=PANNAOKQN?AQPEHEV=PEKJSEPDEJ@QOPNE=H=J@NAOE@AJPE=HOA?PKNO ĠRE @=I=CAO?=QOA@ >UEJ?NA=OA@@NKQCDPO=J@ŃKK@O@QAPK@A?NA=OA@J=PQN=HLNKPA?PEKJBQJ?PEKJOĢĠREE =DECDLNKLKNPEKJKBD=NRAOPHKOOEJ LNK?AOOAOKBLNK@Q?PEKJ UEAH@D=J@HEJC=J@LKOPD=NRAOPLNK?AOOEJCĢĠREEE ?HEI=PA?D=JCAĢĠET ?KILAPEPEKJ>APSAAJBKK@BKN ?KJOQILPEKJ=J@>EKBQAHLNK@Q?PEKJ
cukup tinggi; (viii) perubahan iklim; dan (ix) persaingan antara pangan untuk konsumsi dan produksi biofuel. Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi di Indonesia menjadi tantangan lain yang perlu dihadapi dalam pemenuhan GA>QPQD=JL=JC=J1=DQJLAJ@Q@QG&J@KJAOE=@ELANGEN=G=J=G=JIAJ?=L=E FQP=FES=L=>EH=GA>QPQD=J pangan untuk penduduk ini tidak dapat terpenuhi maka akan mengakibatkan Indonesia menjadi negara pengimpor
1DADECDN=PAKBLKLQH=PEKJCNKSPDEJ&J@KJAOE=S=O=JKPDAN?D=HHAJCAEJBQHłHHEJCBKK@JAA@O1DALKLQH=PEKJKB&J@KJAOE= EOLNA@E?PA@PKNA=?DIEHHEKJLAKLHA>U&BPDABKK@JAA@OBKNPDEOLKLQH=PEKJ?=JJKP>AIAP &J@KJAOE=SEHH >A?KIA=JAPBKK@EILKNPEJC?KQJPNU
pangan.
$=I>=Nġ-NKUAGOE-AJ@Q@QG&J@KJAOE=IAJQNQP-QH=Q@=J+=OEKJ=H 1=DQJĠT
#ECQNAġ&J@KJAOE=J-KLQH=PEKJ-NKFA?PEKJ=??KN@EJCPK&OH=J@=J@+=PEKJ=H 6A=NĠT
Penduduk / Population (x 1000)
300,000
250,000
200,000 INDONESIA 150,000
Jawa Sumatera Sulawesi
100,000
Kalimantan Bali & Nusa Tenggara
50,000
Maluku & Papua 2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Tahun / Year
Sumber: Proyeksi Penduduk Indonesia Per Provinsi 2005-2015, BPS, 2007 Source: Indonesian Population Projection according to Province, Year 2005-2015, BPS, 2007
32
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Strategies g for improving p g food availability y
Kebijakan ketersediaan pangan secara nasional tahun 2005-2009 diarahkan kepada beberapa hal yaitu: (i) Meningkatkan kualitas sumberdaya alam dan lingkungan; (ii) Mengembangkan infrastruktur pertanian dan pedesaan; (iii) Meningkatkan produksi pangan untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri; dan (iv) Mengembangkan kemampuan pengelolaan cadangan pangan pemerintah dan masyarakat.
+=PEKJ=HLKHE?UKJBKK@=R=EH=>EHEPUBKNPDALANEK@=EIA@PKġ ĠE EJ?NA=OAPDAMQ=HEPUKBJ=PQN=H=J@AJRENKJIAJP=HNAOKQN?AOĢĠEE EILNKRAPDA=CNE?QHPQN=HEJBN=OPNQ?PQNA=J@HARAHOKBNQN=H @ARAHKLIAJPĢĠEEE EILNKRABKK@LNK@Q?PEKJPKBQHłHHPDABKK@NAMQENAIAJPEJPDA?KQJPNUĢ=J@ĠER EILNKRAPDA?=L=?EPUPK I=J=CACKRANJIAJP=J@?KIIQJEPUBKK@OPK?GO
Di bawah ini adalah kegiatan operasional kunci yang dilakukan untuk menjamin dan meningkatkan ketersediaan pangan adalah:
0KIAKLAN=PEKJ=H=?PEREPEAOPKI=EJP=EJBKK@=R=EH=>EHEPU=NA=OBKHHKSOġ
2. 3. 4. 5. 6.
1. 3.
-AJCAI>=JC=JH=D=J=>=@EFQP=D=H=D=JO=S=D>ANENEC=OE@=JFQP=D=H=D=JGANEJC Pengembangan konservasi dan rehabilitasi lahan. Pelestarian sumberdaya air dan pengelolaan daerah aliran sungai. Pengembangan dan penyediaan benih, bibit unggul, dan alat mesin pertanian. Pengaturan pasokan gas untuk memproduksi pupuk. Pengembangan skim permodalan bagi petani/nelayan.
"TL=JOEKJKBLANI=JAJP=CNE?QHPQN=HH=J@>UIEHHEKJDA?P=NAOKBENNEC=PA@H=J@=J@IEHHEKJDA?P=NAOKB@NUH=J@ &ILNKRAIAJPKBH=J@?KJOANR=PEKJ=J@NAD=>EHEP=PEKJ KJOANR=PEKJKBS=PANNAOKQN?AO=J@S=PANODA@O &ILNKRAIAJP=J@LNKREOEKJKBOAA@O DU>NE@OAA@O =J@=CNE?QHPQN=HI=?DEJANU /ACQH=PEKJKB)-$BKNBANPEHEVANLNK@Q?PEKJ &ILNKRAIAJPKB?=LEP=HO?DAIAOBKNB=NIANOłODANIAJ
Peningkatan produksi dan produktivitas (perbaikan genetik & teknologi budidaya). 8. Pencapaian swasembada 5 komoditas strategis: padi (swasembada berkelanjutan), jagung (2008), kedelai Ġ
CQH=Ġ
@=J@=CEJCĠ 9. Penyediaan insentif investasi di bidang pangan termasuk industri gula, peternakan, dan perikanan. Penguatan penyuluhan, kelembagaan petani/nelayan dan kemitraan.
&J?NA=OEJCLNK@Q?PEKJ=J@LNK@Q?PEREPUĠCAJAPE?IK@Eł?=PEKJ=J@?QHPER=PEKJPA?DJKHKCU ?DEAREJCOAHBOQBł?EAJ?UBKNłRAOPN=PACE??KIIK@EPEAOġL=@@UĠ?KJPEJQKQOOAHBOQBł?EAJ?U
I=EVAĠ
OKU>A=J Ġ
OQC=NĠ =J@IA=PĠ $EREJCEJ?AJPERAOBKNEJRAOPIAJPEJOQC=N?=JA RAPANEJ=NU=J@łODANUEJ@QOPNEAO 0PNAJCPDAJEJCATPAJOEKJ B=NIANłODANIAJEJOPEPQPEKJO=J@L=NPJANODEL
Selain itu juga dilakukan kebijakan lain, yaitu:
&J=@@EPEKJ PDABKHHKSEJC=NAOQLLKNPEJCLKHE?EAOġ
Menata Pertanahan dan Tata Ruang dan Wilayah, melalui: Pengembangan reformasi agraria Penyusunan tata ruang daerah dan wilayah -AN>=EG=J=@IEJEOPN=OELANP=J=D=J@=JOANPEłG=OEH=D=J Pengenaan sistem perpajakan progresif bagi pelaku konversi lahan pertanian subur dan yang mentelantarkan lahan pertanian
1. )=J@NABKNI=J@OL=PE=HLH=JJEJC PDNKQCDġ EILNKREJC=CN=NE=JNABKNI developing regional spatial planning EILNKREJCH=J@=@IEJEOPN=PEKJ=J@?ANPEł?=PEKJ EILKOEJC=LNKCNAOERAP=TOUOPAIPKPDKOASDK=NA?KJRANPEJCBANPEHAH=J@=J@=>=J@KJEJC=CNE?QHPQN=HH=J@
2. Mengembangkan Cadangan Pangan Pengembangan cadangan pangan pemerintah (nasional, daerah dan desa) sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan Pasal 5 Pengembangan lumbung pangan masyarakat 3. Menjaga Stabilitas Harga Pangan Pemantauan harga pangan pokok secara berkala untuk mencegah jatuhnya harga gabah/beras di bawah
&ILNKREJCBKK@OPK?GO !ARAHKLEJCCKRANJIAJPBKK@OPK?GOĠ=PJ=PEKJ=H @EOPNE?P=J@REHH=CAHARAH =??KN@EJCPK$KRANJIAJP/ACQH=PEKJJK D=LPANKJ#KK@0A?QNEPU !ARAHKLEJC?KIIQJEPUBKK@OPK?GO 3. *=EJP=EJEJC#KK@-NE?A0P=>EHEPU *KJEPKNEJCPDALNE?AOKBOP=LHABKK@ONACQH=NHUPKLNARAJP=OD=NL@A?NA=OAKBL=@@ULNE?AOPK>AHKSPDA$KRANJIAJP
Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Pengelolaan pasokan pangan dan cadangan penyangga untuk stabilitas harga pangan seperti yang tercantum @=H=I&JLNAO+KIKN1=DQJPAJP=JC(A>EF=G=J-AN>AN=O=JĢ0(*AJ(KKN@EJ=PKNE@=JC-ANAGKJKIE=J dan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat No. KEP-46/M.EKON/08/2005 dan Nomor 34/KEP-34/ KEP/MENKO/KESRA/VIII/2005 tentang Pedoman Umum Koordinasi Pengelolaan Cadangan Beras Pemerintah; Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 22 Tahun 2005 tentang Penggunaan Cadangan pangan Pemerintah untuk Pengendalian Harga, dan Surat menteri Pertanian kepada Gubernur dan Bupati Walikota se-Indonesia +KIKN--*P=JCC=HI=NAPPAJP=JC-AJCAHKH==J =@=JC=J-=JC=J
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
-=@@U-NK?QNAIAJP-NE?A *=J=CEJCPDABKK@OQLLHU=J@>QBBANOPK?GOPKOP=>EHEVABKK@LNE?AOEJ=??KN@=J?ASEPDPDAATEOPEJCNACQH=PEKJOOP=PA@ EJġĠ&JLNAOJK KJ/E?A-KHE?UĢ0( KKN@EJ=PEJC*EJEOPNUKB"?KJKIU=J@ KKN@EJ=PEKJ*EJEOPNUKB0K?E=H 4AHB=NAJK("-*"(,+=J@+KIKN("-("-*"+(,("0/3&&&KJ$QE@AHEJAOKJ KKN@EJ=PEKJ*=J=CAIAJPKB$KRANJIAJP/E?A0PK?GOĢ/ACQH=PEKJKB*EJEOPNUKB KIIAN?AJK KJPDA QOAKBCKRANJIAJPBKK@OPK?GOPKOP=>EHEVALNE?A=J@)APPANKB*EJEOPNUKBCNE?QHQPQNAPKPDA$KRANJKNO=J@DA=@OKB @EOPNE?POEJ&J@KJAOE=JK--*KJ*=N?DKJ#KK@0PK?G*=J=CAIAJP
33
BAB/Chapter 2
Strategi g untuk meningkatkan g ketersediaan pangan p g
4. Meningkatkan Aksesibilitas Rumah Tangga terhadap Pangan Pemberdayaan masyarakat miskin dan rawan pangan Peningkatan efektivitas program Raskin
Increasing household accessibility to food "ILKSANEJCLKKN=J@BKK@EJOA?QNALAKLHA &ILNKREJCPDAABBA?PERAJAOOKBPDA/EOAOQ>OE@ULNKCN=IIAĠ/0(&+
5. *AH=GQG=J!ERANOEłG=OE-=JC=J -AJEJCG=P=J@ERANOEłG=OEGKJOQIOEL=JC=J@AJC=JCEVEOAEI>=JCĠ-ANLNAO+K1=DQJ
Pemberian makanan tambahan untuk anak sekolah (PMTAS) Pengembangan teknologi pangan !ERANOEłG=OEQO=D=P=JE@=JLAJCAI>=JC=JL=JC=JHKG=H
&ILHAIAJPEJC#KK@!ERANOEł?=PEKJ &J?NA=OEJCBKK@?KJOQILPEKJ@ERANOEł?=PEKJPDNKQCD>=H=J?A@@EAPĠ-ANLNAO+K
&ILHAIAJPEJCOQLLHAIAJP=NUBAA@EJCLNKCN=IIAOBKNO?DKKH?DEH@NAJĠ-*10
&ILNKREJCBKK@PA?DJKHKCU !ERANOEBUEJC=CNE>QOEJAOO=J@@ARAHKLEJCHK?=HBKK@O
DAFTAR PUSTAKA
REFERENCES
i. ii. EEE iv.
E EE EEE ER
Dewan Ketahanan Pangan. Kebijakan Umum Pemantapan Ketahanan Pangan Nasional, 2006. Departemen Pertanian. Rencana Pembangunan Pertanian 2005-2009. =@=J-QO=P0P=PEOPEG-NKUAGOE-AJ@Q@QG&J@KJAOE=-AN-NKREJOE Dewan Ketahanan Pangan dan World Food Programme. Peta Kerawanan Pangan Indonesia (FIA), 2005.
+=PEKJ=H#KK@0A?QNEPU KQJ?EH+=PEKJ=H-KHE?UKJ#KK@R=EH=>EHEPU *EJEOPNUKBCNE?QHPQNA+=PEKJ=H!ARAHKLIAJPKBCNE?QHPQNA +=PEKJ=H0P=PEOPE?,Bł?A-KLQH=PEKJ-NKFA?PEKJ=??KN@EJCPK-NKREJ?A 6A=N +=PEKJ=H#KK@0A?QNEPU KQJ?EHKBPDA$KRANJIAJPKB&J@KJAOE==J@4KNH@#KK@-NKCN=IIA#KK@&JOA?QNEPUPH=O KB&J@KJAOE=
34
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
BAB/Chapter 2
Peta 2.1 / Map 2.1 Rasio Konsumsi Normatif Per Kapita terhadap Produksi Bersih Serealia Ratio of Per Capita Normative Consumption to Net Cereal Production
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
35
CHAPTER 3 FOOD AND LIVELIHOOD ACCESS
Akses terhadap pangan merupakan salah satu dari 3 pilar ketahanan pangan. Indikator ini merupakan salah satu indikator utama yang digunakan untuk analisis di FIA 2005 dan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan (FSVA) ini.
#KK@=??AOOEOKJAKBPDAPDNAALEHH=NOKBBKK@OA?QNEPU&PEOKJAKBPDAGAUEJ@E?=PKNOQOA@EJ=J=HUVEJCPDA#&=J@ this Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA).
Akses Pangan adalah kemampuan rumah tangga untuk memperoleh cukup pangan, baik yang berasal dari produksi sendiri, stok, pembelian, barter, hadiah, pinjaman dan bantuan pangan. Ketersediaan pangan di suatu daerah mungkin mencukupi, akan tetapi tidak semua rumah tangga memiliki akses yang memadai baik secara kuantitas maupun
#KK@ =??AOO EO = DKQOADKH@O =>EHEPU PK =?MQENA =J =@AMQ=PA =IKQJP KB BKK@ PDNKQCD KJA KN = ?KI>EJ=PEKJ KB KSJ DKIALNK@Q?PEKJ OPK?GO LQN?D=OAO >=NPAN CEBPO >KNNKSEJC=J@BKK@=E@#KK@I=U>A=R=EH=>HA>QPJKP=??AOOE>HAPK ?ANP=EJDKQOADKH@OEBPDAU?=JJKP=?MQENA=OQBł?EAJPMQ=JPEPUKN@ERANOEPUKBBKK@PDNKQCDPDAOAIA?D=JEOIO#KK@=??AOO
keragaman pangan melalui mekanisme tersebut di atas. Akses pangan tergantung pada daya beli rumah tangga yang ditentukan oleh penghidupan rumah tangga tersebut. Penghidupan terdiri dari kemampuan rumah tangga, modal/aset ĠOQI>AN@=U==H=I łOEG OQI>AN@=U=I=JQOE= AGKJKIE@=JOKOE=H @=JGACE=P=JU=JC@EH=GQG=JQJPQGIAIAJQDE kebutuhan hidup dasar – penghasilan, pangan, tempat tinggal, kesehatan dan pendidikan. Rumah tangga yang tidak memiliki sumber penghidupan yang memadai dan berkesinambungan, sewaktu-waktu dapat berubah, menjadi tidak berkecukupan, tidak stabil dan daya beli menjadi sangat terbatas, yang menyebabkan tetap miskin dan rentan terhadap
@ALAJ@OKJDKQOADKH@LQN?D=OEJCLKSANSDE?DEO@APANIEJA@>UDKQOADKH@HERAHEDKK@O)ERAHEDKK@O?KILNEOAPDADKQOADKH@O ?=L=>EHEPEAO ?=LEP=HO=OOAPOĠJ=PQN=H LDUOE?=H DQI=J A?KJKIE?=J@OK?E=H =J@=?PEREPEAONAMQENA@PKOA?QNA>=OE?JAA@O EJ?KIA BKK@ ODAHPAN DA=HPD=J@A@Q?=PEKJ1DKOASDK@KJKPD=RAOQOP=EJ=>HA=J@=@AMQ=PAHERAHEDKK@O SDE?DEJPQNJHA=@ PKEJ=@AMQ=PA=J@OP=>HAEJ?KIA=J@HEIEPA@LQN?D=OEJCLKSAN NAI=EJLKKN=J@RQHJAN=>HAPKBKK@EJOA?QNEPU
kerawanan pangan. 0A?=N= CHK>=H LAJ@Q@QG U=JC PEJCG=P LAJ@=L=P=JJU= @E >=S=D 20 ĠPurchasing Power Parity/PPP) y per hari menurut Bank Dunia, di kelompokkan sebagai penduduk miskin. Pemerintah Indonesia menggunakan garis kemiskinan J=OEKJ=HOA>AO=N20 ---LAND=NEĠ/LKN=JC>QH=JL=@=P=DQJ D=NEQJPQGGALANHQ=JLANAJ?=J==J Semakin besar jumlah penduduk miskin di suatu provinsi atau kabupaten maka akses terhadap pangan akan semakin rendah dan angka kerawanan pangan akan semakin tinggi.
$HK>=HHU EJ@ERE@Q=HOSDKHERA>AHKSPDA4KNH@=JGO20-QN?D=OEJC-KSAN-=NEPUĠ--- LAN@=U=NA?=PACKNEVA@=O LKKNLAKLHA&J&J@KJAOE= PDA$KRANJIAJPQOAOPDAJ=PEKJ=HLKRANPUHEJAKB20---LAN@=UĠ/L LANOKJ IKJPDEJ BKNLH=JJEJCLQNLKOAO1DACNA=PANPDAJQI>ANKBLKKNLAKLHAEJ=NACEKJKN=@EOPNE?P PDAHKSANPDA=??AOO to food and the higher the food insecurity.
3.1 PENDUDUK DI BAWAH GARIS KEMISKINAN
3.1 POPULATION BELOW THE POVERTY LINE
Pada dekade yang lalu, Pemerintah Indonesia telah melakukan upaya yang berarti untuk mengurangi tingkat kemiskinan @E&J@KJAOE=AN@=O=NG=JC=NEOGAIEOGEJ=J@QJE=Ġ20---
OAF=GP=DQJ&J@KJAOE=PAH=DIAJ?=L=EP=NCAP yang ditetapkan dalam *EHHAJEQI!ARAHKLIAJP$K=H untuk mengurangi jumlah penduduk miskin menjadi setengahnya L=@=P=DQJU=EPQOA>AO=N @=NELAJ@Q@QGJ=OEKJ=H
!QNEJC PDA H=OP @A?=@A PDA $KRANJIAJP KB &J@KJAOE= D=O I=@A OQ>OP=JPE=H ABBKNPO PKS=N@O NA@Q?EJC LKRANPU EJ PDA ?KQJPNU=OA@KJPDALNAREKQOCHK>=HLKRANPUHEJAĠ20---
OEJ?A&J@KJAOE=D=O=HNA=@UNA=?DA@EPO*EHHAJJEQI !ARAHKLIAJP$K=HP=NCAPKBD=HREJCPDAJQI>ANKBPDALKKN>U OAP=P KBPDAJ=PEKJ=HLKLQH=PEKJ
+=IQJ =@= FQP=KN=JCĠ U=JCDE@QL@E>=S=DC=NEOGAIEOGEJ=JJ=OEKJ=HĠ20 --- L=@=P=DQJ U=JCGQN=JCHA>EDOAP=N=@AJC=J=JCG=OA>AHQIGNEOEOL=@=P=DQJĠ FQP=KN=JCU=JCDE@QL@E>=S=D C=NEOGAIEOGEJ=JL=@=P=DQJ %=ILEN@=NELAJ@Q@QGIEOGEJPEJCC=H@E@=AN=DLA@AO==J!=J@=NEOAHQNQD I=OU=N=G=PIEOGEJPANOA>QP HA>ED@=NEPEJCC=H@ELQH=Q'=S=
%KSARAN =??KN@EJCPKPDAJ=PEKJ=HLKRANPUHEJAĠ20---
ĠIEHHEKJ KBPDALKLQH=PEKJSANA@AłJA@
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
=OLKKNEJSDE?DS=OJA=NHUPDAO=IA=OPDAJQI>ANEJPDALNA?NEOEOUA=NKBĠIEHHEKJLAKLHA>AHKSPDA LKRANPUHEJAEJ HIKOPKBPDALKKNLAKLHAHERA@EJNQN=H=NA=O,QPKBPDAPKP=HLKKNLAKLHA IKNAPD=J HERA@KJ'=R=EOH=J@
37
BAB/Chapter 3
BAB 3 AKSES TERHADAP PANGAN DAN PENGHIDUPAN
7DEHO-XPODKGDQ3HUVHQWDVH3RSXODVLGL%DZDK*DULV.HPLVNLQDQ1DVLRQDO 7DEOH1XPEHUDQG3HUFHQWDJHRI3RSXODWLRQ%HORZ1DWLRQDO3RYHUW\/LQH
Provinsi/Province
No
-XPODK1XPEHU
-XPODK1XPEHU
%
%
-XPODK1XPEHU
%
1
Nanggroe Aceh Darussalam
1,166.4
28.69
1,149.7
28.28
1,083.7
26.65
2
Sumatera Utara
1,840.2
14.68
1,897.1
15.01
1,768.5
13.90
3
Sumatera Barat
482.8
10.89
578.7
12.51
529.2
11.90
4
Riau
600.4
12.51
564.9
11.85
574.5
11.20
5
Kepulauan Riau
317.8
10.97
304.6
12.18
281.9
10.27
6
Jambi
1429
11.88
1,446.9
11.37
1,331.8
19.15
7
Sumatera Selatan
361.2
21.01
360.0
20.99
370.6
22.13
8
Bengkulu
1,572.6
22.18
1,638.0
23.00
1,661.7
22.19
9
Bangka Belitung
95.3
9.74
117.4
10.91
95.1
9.54
10
Lampung
148
21.42
163.0
22.77
148.4
10.30
11
Banten
316.2
8.86
407.1
9.79
405.7
4.61
12
D.K.I. Jakarta
5,137.6
3.61
5,712.5
4.57
5,457.9
13.55
13
Jawa Barat
6,533.5
13.06
7,100.6
14.49
6,557.2
20.43
14
Jawa Tengah
625.8
20.49
648.7
22.19
633.5
18.99
15
D.I. Yogyakarta
7,139.9
18.95
7,678.1
19.15
7,155.3
19.98
16
Jawa Timur
830.5
19.95
904.3
21.09
886.2
9.07
17
Bali
228.4
6.72
243.5
7.08
229.1
6.63
18
Nusa Tenggara Barat
1,136.5
25.92
1,156.1
27.17
1,118.6
24.99
19
Nusa Tenggara Timur
1,171.2
28.19
1,273.9
29.34
1,163.6
27.51
20
Kalimantan Barat
629.8
14.24
626.7
15.24
584.3
12.91
21
Kalimantan Tengah
230.9
10.73
212.8
11.00
210.3
9.38
22
Kalimantan Selatan
235.7
7.23
278.5
8.32
233.5
7.01
23
Kalimantan Timur
299.1
10.57
335.5
11.41
324.8
11.04
24
Sulawesi Utara
201.4
9.34
249.4
11.54
250.1
11.42
25
Gorontalo
527.5
29.05
553.5
29.13
557.4
22.42
26
Sulawesi Tengah
1,280.6
21.80
1,112.0
23.63
1,083.4
14.11
27
Sulawesi Selatan
450.5
14.98
466.8
14.57
465.4
21.33
28
Sulawesi Tenggara
255
21.45
273.8
23.37
241.9
27.35
29
Sulawesi Barat
-
-
205.2
20.74
189.9
19.03
30
Maluku
411.5
32.28
418.6
33.03
404.7
31.14
31
Maluku Utara
118.6
13.23
116.8
12.73
109.9
11.97
32
Papua
-
-
284.1
41.52
266.8
39.31
33
Papua Barat
1,028.2
40.83
816.7
41.34
793.4
40.78
Total Indonesia
Sumber/Source: Diolah dari Susenas Modul Konsumsi 2005-2007, BPS/Susenas Module of Consumption 2005-2007, BPS
1=>AH IAJQJFQGG=J >=DS= OAH=I= P=DQJ LANOAJP=OA LAJ@Q@QG IEOGEJ J=OEKJ=H D=ILEN PE@=G IAJC=H=IELANQ>=D=J U=EPQ L=@=P=DQJIAJF=@E L=@=P=DQJ0A>=CE=J>AO=NLAJ@Q@QG miskin tersebar di 6 provinsi, yaitu Papua, Papua Barat, Maluku, NTT, Gorontalo dan NAD. Dari 33 provinsi, terdapat
38
1=>HA ODKSO PD=P @QNEJC PDA J=PEKJ=H LKRANPU N=PA S=O =HIKOP QJ?D=JCA@ BNKI EJ PK EJ-KRANPUS=O?KJ?AJPN=PA@EJOETĠ LNKREJ?AOġ-=LQ= -=LQ==N=P *=HQGQ +11 $KNKJP=HK=J@+! ,QPKBLNKREJ?AO LNKREJ?AOD=@=LKRANPUHARAHDECDANPD=JPDAJ=PEKJ=H=RAN=CAEJ SEPD-=LQ=LNKREJ?AD=REJC
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
LNKREJOEU=JCIAIEHEGEPEJCG=PGAIEOGEJ=J@E=P=ON=P=N=P=J=OEKJ=HP=DQJ @EI=J=LNKREJOE-=LQ=IANQL=G=J LNKREJOE@AJC=JLNKLKNOELAJ@Q@QGIEOGEJU=JCL=HEJCPEJCCEĠ LNKREJOEPAH=D@=L=PIAJCQN=JCEPEJCG=P kemiskinan sejak tahun 2003. 5 provinsi yang tingkat kemiskinannya tidak berkurang persentasenya adalah Sulawesi
PDADECDAOPLNKLKNPEKJKBEPOLKLQH=PEKJ?H=OOEBUEJC=OLKKNĠ 1SAJPUOETĠ LNKREJ?AOD=RA>AAJ=>HAPKNA@Q?A PDALKRANPUN=PAOEJ?A#ERAĠ D=RAJKP>AAJ=>HAPKNA@Q?APDALKRANPUN=PAġ0QH=SAOE2P=N= -=LQ= !(&'=G=NP= 0QI=PAN==N=P=J@'=S==N=P1SKĠ LNKREJ?AOSDE?D@E@JKPATEOPEJ -=LQ==N=P=J@0QH=SAOE=N=P D=@
Utara, Papua, DKI Jakarta, Sumatera Barat dan Jawa Barat. Terdapat 2 provinsi baru yang tidak termasuk dalam FIA 2005 yaitu Papua Barat dan Sulawesi Barat, dimana telah mengalami peningkatan dalam mengurangi tingkat GAIEOGEJ=JL=@=P=DQJ@=J
I=@ALNKCNAOOEJNA@Q?EJCLKRANPUN=PABNKIPK
Data tingkat kabupaten mengenai persentase penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan nasional menunjukkan LAN>A@==JPEJCG=PGAIEOGEJ=JU=JCFAH=O=JP=NG=>QL=PAJĠ-AP= !=NE(=>QL=PAJU=JC@E=J=HEOEO G=>QL=PAJ mempunyai tingkat kemiskinan lebih tinggi dari rata-rata nasional. Diantara kabupaten-kabupaten tersebut, terdapat 65 kabupaten yang memiliki 30% penduduk hidup di bawah garis kemiskinan nasional (Tabel 3.2). Oleh karena itu, program penanggulangan kemiskinan harus diprioritaskan ke kabupaten-kabupaten tersebut.
1DA@EOPNE?PHARAH@=P=KJPDALAN?AJP=CAKBLAKLHAHEREJC>AHKSPDAJ=PEKJ=HLKRANPUHEJAODKSOIKNALNKJKQJ?A@@EBBANAJ?AO >APSAAJPDA@EOPNE?POĠ*=L ,QPKB@EOPNE?PO @EOPNE?POD=@LKRANPUN=PAODECDANPD=JPDAJ=PEKJ=H=RAN=CA IKJCPDAI @EOPNE?POD=@IKNAPD=JKBLAKLHAHEREJC>AHKSPDAJ=PEKJ=HLKRANPUHEJAĠ1=>HA 1DQO LKRANPU =HHARE=PEKJABBKNPOODKQH@LNEKNEPEVAPDAOA@EOPNE?PO
Provinsi/ Province
No
BAB/Chapter 3
7DEHO-XPODKNDEXSDWHQNDEXSDWHQ\DQJPHPLOLNLSHQGXGXNKLGXSGLEDZDKJDULVNHPLVNLQDQWDKXQ 7DEOH1XPEHURIGLVWULFWVZLWKPRUHWKDQSHRSOHEHORZSRYHUW\OLQHLQ -XPODKNDEXSDWHQ\DQJPHPLOLNLSHQGXGXN KLGXSGLEDZDKJDULVNHPLVNLQDQ 1XPEHURI'LVWULFWVZLWKPRUHWKDQSHRSOH EHORZSRYHUW\OLQH
1
Nangroe Aceh Darussalam
6
2
Sumatera Utara
2
3
Kepulauan Riau
1
4
Sumatera Selatan
2
5
Bengkulu
3
6
Lampung
1
7
Jawa Tengah
4
8
Jawa Timur
4
9
Nusa Tenggara Timur
7
10
Gorontalo
2
11
Sulawesi Tengah
1
12
Maluku
7
13
Maluku Utara
1
14
Papua Barat
7
15
Papua
17
Total
Sumber/Source: Diolah dari Susenas Modul Konsumsi 2005-2007, BPS / Susenas Module of Consumption 2005-2007, BPS
Sebagian besar wilayah Indonesia bagian timur kurang cocok untuk lahan pertanian pangan, oleh karena itu peningkatan penghidupan rumah tangga masih menjadi suatu tantangan. Meskipun Indonesia telah mencapai target MDG dalam mengurangi jumlah penduduk miskin menjadi setengahnya pada tingkat nasional, akan tetapi beberapa kabupaten akan tetap tinggi tingkat kemiskinannya apabila upaya yang dilakukan tidak efektif dan sangat penting untuk menangani masalah kemiskinan langsung ke akar-akarnya.
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
4EPDPDAI=FKNEPUKBA=OPANJ&J@KJAOE=JKPOQEP=>HABKNDECDUEAH@?NKLLNK@Q?PEKJ EILNKRAIAJPOEJDKQOADKH@OHERAHEDKK@O SEHHNAI=EJ?D=HHAJCEJCHPDKQCDPDA?KQJPNUD=O=?DEARA@PDA*!$P=NCAPKBIKNAPD=JD=HREJCPDAJQI>ANKBPDALKKN =PPDAJ=PEKJ=HHARAH I=JU@EOPNE?POSEHHNAI=EJOECJEł?=JPHULKKNEB?KJ?ANPA@ABBKNPO=NAJKPI=@AABBA?PERAHU=J@QNCAJPHU to tackle root causes of poverty.
39
$=I>=Nġ0QI>ANLAJ@=L=P=JQP=I=IAJQNQPGH=OEłG=OEOAGPKN=H@=JOQ>OAGPKN=H #ECQNAġ*=EJEJ?KIAOKQN?AO=??KN@EJCPKOA?PKN=H=J@OQ>OA?PKN=H?H=OOEł?=PEKJ
Sumber/Source: PODES 2008, BPS
$=I>=NIAJCC=I>=NG=J@AJC=JFAH=OPAJP=JC@KIEJ=OEOAGPKNLANP=JE=JOA>=C=EOQI>ANLAJ@=L=P=JI=OU=N=G=P Di samping pendapatan yang diperoleh dari hasil panen tanaman pangan, perkebunan juga merupakan salah satu OQI>ANLAJ@=L=P=JU=JCOECJEłG=JGA@Q=@E>=JU=GSEH=U=D@E&J@KJAOE= U=JC@EEGQPEKHADLANEG=J=JH=QP!AJC=J produktivitas pertanian yang peningkatannya relatif stagnan dalam beberapa tahun terakhir, fragmentasi lahan yang relatif tinggi di wilayah padat penduduk dan pengaruh curah hujan yang tak menentu di wilayah bagian timur kawasan Indonesia, berdampak kurang menguntungkan pada masyarakat yang bergantung terhadap produksi tanaman pangan (di lahan sendiri ataupun sistem bagi hasil) sebagai sumber pendapatan utama. Sehingga mengakibatkan banyak dari
#ECQNAODKSO=?HA=N@KIEJ=J?AKBPDA=CNE?QHPQN=HOA?PKN=OLAKLHAOOKQN?AKBEJ?KIAL=NPBNKIPDAEJ?KIA@ANERA@ BNKI?NKLD=NRAOP LH=JP=PEKJAIANCA@=OPDAOA?KJ@OECJEł?=JPOKQN?AKBEJ?KIAEJI=JUL=NPOKBPDA?KQJPNU BKHHKSA@ >UOA=S=PANłODANEAO4EPD=CNE?QHPQN=HLNK@Q?PEREPUNAI=EJA@OP=CJ=JPEJNA?AJPUA=NO DECDH=J@BN=CIAJP=PEKJEJ@AJOAHU populated regions and erratic rainfall in the eastern part of the country, the people dependant on crop production (on their KSJH=J@KNOD=NA?NKLLEJC>=OEO =OPDAI=FKNOKQN?AKBEJ?KIA=NA=@RANOAHU=BBA?PA@ NAOQHPEJCEJI=JUKBPDAIAEPDAN falling below or hovering around the poverty line.
mereka yang jatuh di bawah atau berada di sekitar garis kemiskinan.
40
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
No
Provinsi/Province
1
Nanggroe Aceh Darussalam
2
Sumatera Utara
3
Sumatera Barat
4
Riau
5 6
12.5
10.43
9.84
10.98
11.51
10.1
11.5
11.87
10.31
13.91
10.24
9.79
Kepulauan Riau
8.59
6.62
6.22
Jambi
8.56
9.33
9.34
7
Sumatera Selatan
6.15
6.04
4.68
8
Bengkulu
6.85
9.13
7.58
8.1
8.99
6.49
-
12.24
9.01
9
Bangka Belitung
10
Lampung
11
Banten
14.73
11.4
12.57
12
D.K.I. Jakarta
14.73
14.59
13.08
13
Jawa Barat
8.51
8.02
7.7
14
Jawa Tengah
5.05
6.31
6.1
15
D.I. Yogyakarta
16
Jawa Timur
17 18
8.45
8.19
6.79
14.23
18.91
15.75
Bali
4.03
6.04
3.77
Nusa Tenggara Barat
8.93
8.9
6.48
19
Nusa Tenggara Timur
5.46
3.65
3.72
20
Kalimantan Barat
8.61
8.53
6.47
21
Kalimantan Tengah
4.85
6.68
5.11
22
Kalimantan Selatan
6.18
8.87
7.62
23
Kalimantan Timur
9.04
13.43
12.07
24
Sulawesi Utara
14.4
14.62
12.35
25
Gorontalo
7.63
10.31
8.39
26
Sulawesi Tengah
13.58
12.76
11.25
27
Sulawesi Selatan
8.92
9.67
6.4
28
Sulawesi Tenggara
9.79
7.62
7.16
29
Sulawesi Barat
-
6.45
5.45
30
Maluku
12.3
13.72
12.2
31
Maluku Utara
8.88
6.9
6.05
32
Papua
7.12
5.83
5.01
33
Papua Barat
-
10.17
9.46
Total Indonesia
BAB/Chapter 3
7DEOH2SHQ8QHPSOR\PHQW5DWH285V E\3URYLQFH±
Sumber/Source: Diolah dari hasil Survey Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), BPS 2005-2007/ Based on National Labor Force Survey, BPS 2005-2007
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
41
3.2 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT)
3.2 OPEN O N UNEMPLOY OYMENT T RATE E (OUR)
Sumber utama data ketenagakerjaan adalah Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas). Sejak tahun 2005, Sakernas dilakukan sebanyak dua kali dalam setahun yaitu pada bulan Pebruari dan Agustus. Dalam rangka menyesuaikan dengan
1DA I=EJ OKQN?A KB I=JLKSAN @=P= EO PDA +=PEKJ=H )=>KQN #KN?A 0QNRAU Ġ0=GANJ=O 0EJ?A 0=GANJ=O D=O >AAJ ?KJ@Q?PA@PSE?A=UA=N EJ#A>NQ=NU=J@QCQOP&JKN@ANPK=@=LPPKPDA&JPANJ=PEKJ=H)=>KQN,NC=JEV=PEKJOJAS?KJ?ALP
konsep baru dari Organisasi Tenaga Kerja International (ILO), maka konsep status ketenagakerjaan dan pengangguran PAN>QG=PAH=D@ELANHQ=OOAF=G0=GANJ=OP=DQJ1KP=HJCG=P=J(ANF==@=H=DLAJ@Q@QGQOE=P=DQJ=P=QHA>ED yang pada minggu lalu bekerja, atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan pengangguran (sedang mencari pekerjaan atau sedang mempersiapkan suatu usaha).
>KPDAILHKUIAJPOP=PQO=J@KLAJQJAILHKUIAJPD=O>AAJATPAJ@A@OEJ?APDA0=GANJ=O1DAPKP=HH=>KQNBKN?A=NA LAKLHA =CA@=J@KRAN SDKSANASKNGEJCĢPAILKN=NEHU=>OAJPBNKISKNG>QPD=REJCFK>OĢ=J@PDKOASDK@E@JKPD=RA work and were looking for work, in the previous week.
Konsep pengangguran terbuka saat ini mencakup penduduk yang aktif mencari pekerjaan, penduduk yang sedang mempersiapkan usaha/pekerjaan baru, penduduk yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan serta penduduk yang tidak aktif mencari pekerjaan dengan alasan sudah mempunyai pekerjaan
,LAJ QJAILHKUIAJP JKS ?KJOEOPO KB PDA LKLQH=PEKJ SDK SANA HKKGEJC BKN SKNG LKLQH=PEKJ SDK AOP=>HEODEJC = JAS >QOEJAOOłNIAOP=>HEODIAJP LKLQH=PEKJ SDK SANA BAAHEJC DKLAHAOO KB CAPPEJC = FK> =J@ LKLQH=PEKJ SDK D=RA I=@A =NN=JCAIAJPOPKOP=NPSKNGEJC>QPJKP=?PQ=HHUOP=NPA@UAP1DAPKP=H,LAJ2JAILHKUIAJP/=PAĠ,2/ EOPDAN=PEKKBPKP=H KLAJQJAILHKUIAJPKRANPKP=HH=>KQNBKN?A
tetapi belum mulai bekerja. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah perbandingan total pengangguran terbuka di bagi dengan jumlah angkatan kerja. Tabel 3.3 menunjukkan bahwa pada tingkat nasional, TPT tidak mengalami perubahan, masih berada pada kisaran di =P=OOAH=I=P=DQJ @=JIAJC=H=IELAJQNQJ=JOAGEP=NIAJF=@E L=@=P=DQJ D=HEJE menunjukkan bahwa terjadi penurunan hampir 2% dari tahun 2003. Hal ini menunjukkan bahwa penurunan angka kemiskinan terjadi secara perlahan-lahan, peningkatan upah buruh sebagai hasil dari pertumbuhan ekonomi memiliki
1=>HAODKSOPD=P=PPDAJ=PEKJ=HHARAH PDA,2/NAI=EJA@QJ?D=JCA@=POHECDPHU=>KRA@QNEJC =J@ NA@Q?A@>U=NKQJ@PKEJ EJ@E?=PEJC=@A?NA=OA>UJA=NHUBNKI1DEOOQCCAOPOPD=PPDACN=@Q=HHU NA@Q?EJCLKRANPU=J@NEOEJCNA=HS=CAO=O=NAOQHPKBPDAA?KJKIE?CNKSPDD=@OKIALKOEPERAABBA?PKJPDAAILHKUIAJP OEPQ=PEKJ=PPDAJ=PEKJ=HHARAH@QNEJC%KSARAN PDANAEOJK?KILAHHEJCARE@AJ?APD=PPDA=@RANOA?D=JCAOEJ
>A>AN=L=@=IL=GLKOEPEBPAND=@=LOEPQ=OE1-1PEJCG=PJ=OEKJ=HOAH=I=P=DQJ+=IQJ@AIEGE=J PE@=G=@= bukti yang mendukung bahwa perubahan negatif pada status ketenagakerjaan selama masa resesi krisis telah hilang. Pengangguran terus terjadi sejak tahun 2005 tetapi tingkat penurunannya belum sebanding dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
PDAAILHKUIAJPOP=PQOSEPJAOOA@EJPDAS=GAKBPDA?NEOEOEJ@Q?A@NA?AOOEKJD=RA@EO=LLA=NA@2JAILHKUIAJPD=O>AAJ ?KJP=EJA@OEJ?A>QPEPONA@Q?PEKJD=OJKP>AAJ?KIIAJOQN=PASEPDPDAA?KJKIE?CNKSPDEJPDA?KQJPNU
-AN>A@==J PEJCG=P LAJC=JCCQN=J >AN>A@=>A@= =JP=N LNKREJOE -=@= P=DQJ PEJCG=P LAJC=JCCQN=J PANPEJCCE PAN@=L=P@E=JPAJĠ
@EEGQPEKHAD'=S==N=P !(&'=G=NP= 0QH=SAOE2P=N=@=J*=HQGQĠ
OA@=JCG=J U=JCPANAJ@=D=@=H=D+11Ġ 'EG=@E>=J@EJCG=J@AJC=JP=DQJ PAN@=L=P@=NELNKREJOEIAJC=H=IE LAJQNQJ=J1-1L=@=P=DQJ+=IQJ D=JU==@=LNKREJOEPANOA>QPU=JCIAJC=H=IELAJQNQJ=JHA>ED@=NE U=EPQ /E=Q Ġ @=J (ALQH=Q=J /E=Q Ġ -=@= O==P U=JC >ANO=I==J PAN@=L=P LNKREJOE U=JC IAJC=H=IE peningkatan TPT (Kalimantan Tengah naik 0,26% dan Kalimantan Timur naik 3,03%).
!EOL=NEPEAOEJQJAILHKUIAJPNAI=EJA@DECD>APSAAJNACEKJO&J PDADECDAOP,2/S=OBKQJ@EJ=JPAJĠ
3.3 AKSES TERHADAP INFRASTRUKTUR DASAR (LISTRIK DAN JALAN)
3.3 ACCESS TO BASIC INFRASTRUCTURE (ELECTRICITY T AND D ROADS S)
Kurangnya akses terhadap infrastruktur menyebabkan ”kemiskinan lokal”, dimana masyarakat yang tinggal di daerah PANEOKHEN=P=QPANLAJ?EH@AJC=JGKJ@EOECAKCN=łOU=JCOQHEP@=JGAPANOA@E==JL=O=NU=JC>QNQG OADEJCC=GQN=JCIAIEHEGE kesempatan ekonomi dan pelayanan jasa yang memadai. Kelompok miskin ini tidak atau masih kurang mendapatkan akses terhadap program pembangunan pemerintah.
)=?GKB=??AOOPKEJBN=OPNQ?PQNANAOQHPOEJļHK?=HEVA@LKRANPU SDANALAKLHAHEREJCEJEOKH=PA@NAIKPA=NA=OSEPDCAKCN=LDE?=H @EBł?QHPEAO=J@LKKNI=NGAPHEJG=CAOH=?G>KPDA?KJKIE?KLLKNPQJEPEAO=J@=@AMQ=PAHARAHOKBOANRE?A@AHERANU1DAOALKKN LAKLHAD=RAJK KNHEIEPA@ =??AOOPKCKRANJIAJP@ARAHKLIAJPLNKCN=IIAO
Investasi pada infrastruktur – khususnya infrastruktur transportasi (jalan, pelabuhan, bandara, dan lain-lain), listrik, infrastuktur pertanian (irigasi), dan fasilitas pendidikan dan kesehatan – dapat sepenuhnya mengubah suatu wilayah sehingga menciptakan landasan pertumbuhan ekonomi dan partisipasi yang lebih besar dari masyarakat yang tinggal
&JRAOPIAJPO EJ EJBN=OPNQ?PQNA L=NPE?QH=NHU PN=JOLKNP=PEKJ EJBN=OPNQ?PQNA ĠNK=@O LKNPO =ENLKNPO AP?
AHA?PNE?EPU =CNE?QHPQN=H EJBN=OPNQ?PQNAĠENNEC=PEKJ
A@Q?=PEKJ=H=J@DA=HPDB=?EHEPEAO ?=J?KILHAPAHUPN=JOBKNI=JU=NA= PDQO?NA=PEJCPDA>=OEOBKN A?KJKIE?CNKSPD=J@CNA=PANL=NPE?EL=PEKJKBLAKLHAHEREJCEJNAIKPA=NA=O
BKHHKSA@ '=S= =N=P !(& '=G=NP= 0QH=SAOE 2P=N= =J@ *=HQGQ Ġ
SDEHA PDA HKSAOP ,2/ S=O EJ +11 Ġ KIL=NA@SEPD KQPKBLNKREJ?AONA@Q?A@PDA,2/OEJ%KSARAN KJHUPSKKBPDAINA?KN@A@=NA@Q?PEKJ >UIKNAPD=JSDE?DSANA/E=QĠ>U =J@(=LQH=Q=J/E=QĠ>U PPDAO=IAPEIA PDA,2/EJ?NA=OA@EJ AECDPLNKREJ?AOĠ>UEJ(=HEI=JP=J1AJC=DPKEJ(=HEI=JP=J1EIQN
di daerah terpencil.
42
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
&JBN=OPNQ?PQNA@ARAHKLIAJPEJ&J@KJAOE=LH=UA@=GAUNKHAEJ?NA=PEJCCNKSPD=J@NA@Q?EJCLKRANPUEJPDAPDNAA@A?=@AO >ABKNAPDA?NEOEO#NKIPK PDA&J@KJAOE=JA?KJKIUCNAS=P=J=JJQ=HN=PAKB=J@LAN?=LEP=EJ?KIA NA=?DA@20 EJ
0AH=I=P=DQJPAN=GDEN OAGPKNGKIQJEG=OE@=JPN=JOLKNP=OEPQI>QDN=P=N=P=LANP=DQJ)EOPNEG@=JC=O @ELED=G H=EJ >ANPQI>QDGQN=JC@=NEOAH=I=LANEK@AU=JCO=I=
,RANPDAH=OPBKQNUA=NO PDAPN=JOLKNP=J@?KIIQJE?=PEKJOA?PKNCNAS=P=J=JJQ=HN=PAKB"HA?PNE?EPU=J@C=O KJ PDAKPDAND=J@ CNAS=PHAOOPD=JLAN=JJQI@QNEJCPDAO=IALANEK@
Pada Indonesia &JBN=OPNQ?PQNA0QIIEPP (2005) menghasilkan pernyataan bersama untuk menginvestasikan lebih banyak sumber daya untuk pembangunan jalan, suplai air, energi, telekomunikasi dan infrastruktur dasar lainnya adalah sangat penting untuk menopang pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan standar hidup masyarakat.
1DA &J@KJAOE= &JBN=OPNQ?PQNA 0QIIEP Ġ LNK@Q?A@ = FKEJP OP=PAIAJP PK EJRAOP =@@EPEKJ=H NAOKQN?AO EJ NK=@O S=PAN OQLLHEAO AJANCU PAHA?KIIQJE?=PEKJO=J@KPDAN>=OE?EJBN=OPNQ?PQNAOANRE?AOPD=P=NAREP=HPKOQOP=EJA?KJKIE?CNKSPD=J@ EILNKRALAKLHAOHEREJCOP=J@=N@O
Pada sektor pertanian, faktor yang menyebabkan tingkat pendapatan yang rendah adalah rendahnya harga komoditas pertanian di tingkat petani/produsen (B=NIC=PALNE?A) di daerah pedesaan dibandingkan dengan harga di perkotaan untuk komoditas dengan kualitas yang sama (komoditas belum dirubah atau diproses). Rendahnya harga komoditas pertanian di tingkat petani merupakan akibat dari tingginya biaya transportasi untuk pemasaran hasil pertanian dari desa surplus. Biaya transportasi akan lebih tinggi pada moda transportasi selain moda kendaraan bermotor – melewati jalan setapak dan jalan kecil dengan tenaga manusia atau hewan, misalnya pada daerah yang tidak memiliki akses jalan
&JPDA=CNE?QHPQNAOA?PKN KJANA=OKJBKNHKSEJ?KIAOEOPDAHKSB=NIC=PALNE?AOEJNQN=H=NA=O?KIL=NA@PKPDAQN>=JLNE?A BKNPDAO=IACKK@OKBPDAO=IAMQ=HEPUĠJKPUAPPN=JOBKNIA@KNLNK?AOOA@ #=NIC=PALNE?AO=NAHKS=O=NAOQHPKBDECDNA=H PN=JOLKNP?KOPOBKNNQN=HI=NGAP=>HAOQNLHQOAO1N=JOLKNP?KOPO=NAARAJDECDANBKN=JUPN=JOLKNPIAPDK@OKPDANPD=JIKPKN RADE?HAKRANPN=?GO=J@PN=EHO>UDQI=JLKNPANOKN=JEI=HO BKNAT=ILHA EJ=NA=OSEPDKQPNK=@O&J=N=LE@=OOAOOIAJPKB ?=QOAOKBLKRANPUEJłRAKB&J@KJAOE=O@EOPNE?PO REHH=CANOEJEOKH=PA@=NA=OE@AJPEłA@DECDPN=JOLKNP?KOPO=O=I=FKN?=QOA of poverty.
yang memadai. Dalam sebuah kajian cepat terhadap penyebab kemiskinan di 5 kabupaten di Indonesia, masyarakat desa di daerah terpencil mengeluhkan tingginya biaya transportasi sebagai penyebab utama kemiskinan. Harga komoditas pertanian di tingkat petani yang lebih menguntungkan akan menyebabkan tingkat pendapatan yang baik pula bagi masyarakat petani. Namun pendapatan yang lebih tinggi bagi penduduk pedesaan terpencil itu sendiri belumlah cukup. Hal ini masih perlu didukung dengan akses terhadap pelayanan jasa, dan investasi infrastruktur agar dapat lebih menjamin pendapatan yang lebih baik bagi masyarakat pertanian. Dengan pengembangan akses jalan, maka guru–guru dapat lebih bersemangat untuk mengajar di sekolah–sekolah di pedesaan miskin, yang pada gilirannya juga dapat meningkatkan sumber daya manusia di wilayah miskin tersebut. Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dapat menjangkau petani pedesaan dalam menyediakan bantuan teknis dan informasi lainnya. Masyarakat pedesaan dapat menjangkau pusat kesehatan lebih baik, sehingga angka kematian anak dapat dikurangi. Manfaat pembangunan akses jalan di pedesaan yang berpenduduk miskin akan sangat dirasakan dalam peningkatan aspek sosial maupun ekonomi penduduk desa tersebut. Keterbelakangan infrastruktur menghalangi laju perkembangan dari suatu wilayah. Infrastruktur yang lebih baik akan menarik investasi yang lebih besar pada berbagai sektor, hal itu akan memberikan daya dorong terhadap penghidupan berkelanjutan. Akses jalan memberikan akses yang lebih baik ke pasar bagi para produsen, penjual dan pembeli. Akses juga merupakan penghubung yang penting terhadap pusat pertumbuhan suatu daerah. Jalan memungkinkan orang untuk mengakses lebih baik terhadap pelayanan dasar lainnya seperti pendidikan, kesehatan, dan sebagainya yang sangat penting untuk memperbaiki standar kehidupan. Daerah yang terhubungkan dengan baik oleh jalan akan menerima dukungan infrastruktur lain yang memperkuat penghidupan masyarakat. Sektor non–pertanian pedesaan di negara berkembang, seperti Indonesia, dapat berkontribusi terhadap pertumbuhan AGKJKIE LAJ?ELP==J H=L=JC=J GANF= @ERANOEłG=OE LAJCDE@QL=J @=J LAJCQN=JC=J GAIEOGEJ=J GOAO PAND=@=L EJBN=OPNQGPQN@EE@AJPEłG=OEG=JOA>=C=EOA>Q=DB=GPKNU=JCIAILAJC=NQDELAGANF==J@=JLAJ@=L=P=JJKJLANP=JE=J
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
%ECDANB=NIC=PALNE?AOIA=JDECDANEJ?KIAOBKNLAKLHAEJ=CNE?QHPQNAQPDECDANEJ?KIAOBKNEOKH=PA@NQN=HLKLQH=PEKJO =NAJKPAJKQCD&PODKQH@>AOQLLKNPA@>U=??AOOPKOANRE?AO=J@EJBN=OPNQ?PQNAEJRAOPIAJPOPKCQ=N=JPAA>APPANEJ?KIABKN PDAB=NIEJC?KIIQJEPEAO
4EPDEILNKRA@NK=@=??AOO PA=?DANOIECDP>AIKNASEHHEJCPKOP=BBLKKNNQN=HO?DKKHO EJ?NA=OEJCDQI=J?=LEP=HEJPDAOA LKKNNACEKJOCNE?QHPQN=HATPAJOEKJSKNGANOSKQH@>A=>HAPKNA=?DB=NIANO LNKRE@EJCPA?DJE?=HGJKSDKS=J@=@RE?APK EJ?NA=OALNK@Q?PEREPU/QN=HREHH=CANO?KQH@NA=?DDA=HPDOP=PEKJO =J@?DEH@IKNP=HEPUIECDP>ANA@Q?A@1DAIQHPELHEANABBA?PO KBEILNKRA@NK=@=??AOOEJREHH=CAOSEHH>ANAŃA?PA@EJPDAREHH=CANOEILNKRA@A?KJKIE?=J@OK?E=H?=LEP=HO
2J@AN@ARAHKLIAJPKBEJBN=OPNQ?PQNADEJ@ANOPDACNKSPDN=PAKB=NACEKJAPPANEJBN=OPNQ?PQNASEHH=PPN=?PCNA=PANEJRAOPIAJPO EJ=HHOA?PKNO PDQOCEREJCLKSANBKNOQOP=EJ=>HAHERAHEDKK@O/K=@=??AOOLNKRE@AOCNA=PANI=NGAP=??AOOPKLNK@Q?ANO OAHHANO =J@>QUANO/K=@=??AOOSEHHCERAIKNAKLLKNPQJEPEAOPKLAKLHAPK=??AOO>=OE?OANRE?AOOQ?D=OA@Q?=PEKJ DA=HPD=J@OKKJ SDE?DSEHH?KJPNE>QPAPKS=N@O>APPANHEREJCOP=J@=N@O4AHH?KJJA?PA@NACEKJOSEPDNK=@OSEHH=HOKNA?AERAKPDANEJBN=OPNQ?PQNA OQLLKNPSDE?DSEHHOPNAJCPDAJPDA?KIIQJEPEAOHERAHEDKK@O
1DANQN=HJKJB=NIOA?PKNEJ@ARAHKLEJC?KQJPNEAO HEGA&J@KJAOE= ?=J?KJPNE>QPAPKA?KJKIE?CNKSPD AILHKUIAJPCAJAN=PEKJ HERAHEDKK@@ERANOEł?=PEKJ=J@LKRANPUNA@Q?PEKJ??AOOPKEJBN=OPNQ?PQNAEOE@AJPEłA@=O=B=?PKNPD=P=BBA?POJKJB=NINQN=H AILHKUIAJP=J@EJ?KIA!=P=BNKI DKQOADKH@OEJNQN=H&J@KJAOE=QOA@>U$E>OKJ=J@,HERE=Ġ ODKSA@PD=P
43
BAB/Chapter 3
Pembangunan infrastruktur di Indonesia memainkan peran kunci dalam menciptakan pertumbuhan dan pengurangan GAIEOGEJ=J@=H=IPEC=@AG=@APAN=GDENOA>AHQIGNEOEOP=DQJ!=NEP=DQJO=IL=EP=DQJLANAGKJKIE=J &J@KJAOE=PQI>QDN=P=N=P=LANP=DQJ@=JLAJ@=L=P=JLANG=LEP=IAJ?=L=E20@EP=DQJ
pedesaan. Data dari 4.000 rumah tangga di daerah pedesaan Indonesia yang digunakan oleh Gibson dan Olivia (2008) menunjukkan bahwa kualitas 2 jenis infrastruktur kunci (jalan dan listrik) mempengaruhi baik pada pekerjaan maupun tingkat pendapatan dari usaha non-pertanian.
PDAMQ=HEPUKBPSKGAUPULAOKBEJBN=OPNQ?PQNAĠNK=@O=J@AHA?PNE?EPU =BBA?PO>KPDAILHKUIAJP=J@EJ?KIABNKIJKJB=NI enterprises.
Gambar 3.2: Moda Transportasi di Indonesia $=I>=Nġ*K@AOKB1N=JOLKNP=PEKJEJ&J@KJAOE=
Sumber/Source: PODES 2008, BPS
Sumber/Source: PODES 2008, BPS
0A?=N=J=OEKJ=H HA>ED@=NEOAHQNQD@AO=@E&J@KJAOE=PE@=G@=L=P@EF=JCG=QKHADGAJ@=N==JNK@=L=@=IQOEI PANPAJPQ@EP=DQJĠ@=P=@=NE0QNRAE-0-,!"0 -AP=IAILANHED=PG=J>=DS=GKJAGPEłP=OF=H=JQJPQG kendaraan roda 4 masih sangat terbatas di beberapa provinsi, khususnya di sebagian besar Jambi, sebagian Riau, Sumatera Selatan, sebagian besar Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur, keseluruhan Papua dan sebagian besar Papua Barat, sebagian dari NTT dan Maluku.
44
,RAN=HH IKNAPD=JPSAHRALAN?AJPĠ KBPDAREHH=CAOEJ&J@KJAOE=SANAJKP=??AOOE>HA>UBKQNSDAAHA@RADE?HAO=P?ANP=EJ PEIAOKBPDAUA=NEJ1DEOEO>=OA@QLKJPDA-03EHH=CAO-KPAJPE=H0QNRAUĠ-,!"0 *=L@ALE?POPDA LAN?AJP=CAKBREHH=CAOSEPDKQP=??AOOPKBKQNSDAAHA@RADE?HANK=@O&PODKSOPD=PPDA=??AOOE>EHEPU>UBKQNSDAAHA@RADE?HAO S=OL=NPE?QH=NHUEJ=@AMQ=PAEJL=NPOKB'=I>E /E=Q 0QI=PAN=0AH=P=J (=HEI=JP=J=N=P (=HEI=JP=J1AJC=D (=HEI=JP=J 0AH=P=J=J@(=HEI=JP=J1EIQN PDASDKHAKB-=LQ==J@IKOPKB-=LQ==N=P L=NPOKB+11=J@*=HQGQ
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
7DEHO3HUVHQWDVHUXPDKWDQJJDWDQSDDNVHVNHOLVWULNSHUSURYLQVLWDKXQ 7DEOH3HUFHQWDJHRI+RXVHKROGVZLWKRXWDFFHVVWRHOHFWULW\E\SURYLQFH Provinsi/ Province
7DQSD$NVHVNH/LVWULN :LWKRXW$FFHVVWR(OHFWULFLW\
1
Nanggroe Aceh Darussalam
2
Sumatera Utara
9.04
3
Sumatera Barat
13.08
4
Riau
15.16
5
Kepulauan Riau
6
Jambi
17.35
7
Sumatera Selatan
19.48
8
Bengkulu
22.65
9
Bangka Belitung
10
Lampung
11
Banten
12
D.K.I. Jakarta
0.32
13
Jawa Barat
2.23
14
Jawa Tengah
2.24
15
D.I. Yogyakarta
1.47
16
Jawa Timur
2.89
17
Bali
2.04
18
Nusa Tenggara Barat
15.29
19
Nusa Tenggara Timur
61.32
20
Kalimantan Barat
23.03
21
Kalimantan Tengah
26.00
22
Kalimantan Selatan
8.67
23
Kalimantan Timur
8.83
24
Sulawesi Utara
25
Gorontalo
23.29
26
Sulawesi Tengah
25.87
27
Sulawesi Selatan
12.32
28
Sulawesi Tenggara
28.70
29
Sulawesi Barat
31.06
30
Maluku
25.02
31
Maluku Utara
27.26
32
Papua
53.63
33
Papua Barat
32.74
Total Indonesia
14.58
7.23
7.77
BAB/Chapter 3
No
18.88 6.82
5.16
Sumber/Source: Indikator Kesejahteraan Rakyat SUSENAS 2007, BPS/:HOIDUHLQGLFDWRUVRI686(1$6%36
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
45
Gambar 3.2 menunjukkan bahwa jalan merupakan moda transportasi utama di Indonesia. Akan tetapi, ada beberapa provinsi dimana moda transportasi air masih menjadi bagian penting dari moda transportasinya. Kurang memadainya kualitas jalan atau bahkan tidak tersedianya akses jalan menunjukkan bahwa pembangunan jalan oleh pemerintah
#ECQNAODKSOPD=PNK=@PN=RAHEOPDAI=EJIK@AKBPN=JOLKNPEJ&J@KJAOE=%KSARAN PDANA=NAOARAN=HLNKREJ?AOSDANA S=PANS=UO =HOK BKNI = OECJEł?=JP L=NP KB PDA PN=JOLKNP=PEKJ IK@A -KKN MQ=HEPU NK=@O KN ARAJ JK NK=@O =P =HH =HOK IA=JPD=PCKRANJIAJPOANRE?AOOAH@KIAJPANPDANACEKJ&JOARAN=H@EOPNE?PO LAKLHA=HOKQOA@IKPKN>K=PO=O=IK@AKB
belum menjangkau daerah tersebut. Di sebagian kabupaten, masyarakat juga menggunakan perahu motor sebagai moda transportasinya. Akan tetapi, karena data yang akurat untuk moda transportasi air tidak tersedia, kami tidak dapat menggunakan transportasi air sebagai salah satu indikator akses infrastuktur.
PN=JOLKNP=PEKJ%KSARAN @QAPKH=?GKB=R=EH=>HA=J@NAHE=>HA@=P=KJS=PANPN=JOLKNP=PEKJ PDEOEJ@E?=PKNS=OJKPQOA@=O an indicator for infrastructure access.
Demikian juga, akses listrik merupakan suatu indikator pendekatan yang baik untuk melihat tingkat kesejahteraan ekonomi dan peluang penghidupan suatu daerah. Akses listrik di tingkat rumah tangga memberikan peluang bagi GKJ@EOEGADE@QL=JU=JCHA>ED>=EG0AOQ=E@AJC=J020"+0Ġ0QNRAE0KOE=H"GKJKIE+=OEKJ=H NQI=D
0EIEH=NHU =??AOOPKAHA?PNE?EPUEO=CKK@EJ@E?=PKNKBA?KJKIE?SAHB=NA=J@HERAHEDKK@KLLKNPQJEPEAOBKN=NACEKJ"HA?PNE?EPU access at the household level provides opportunities for better living conditions. According to the SUSENAS (National 0K?EK"?KJKIE?0QNRAU
KBDKQOADKH@OEJ&J@KJAOE=D=RA=??AOOPKAHA?PNE?EPU=O?KIL=NA@PKEJPDA
tangga di Indonesia memiliki akses listrik, ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan data SUSENAS 2002 yang hanya 88%. Variasi rumah tangga yang tidak memiliki akses listrik pada tingkat provinsi yaitu terendah di DKI Jakarta sebesar @=JPANPEJCCE@E+11OA>AO=N 1=>AHIAJQJFQGG=J>=DS==GOAOPAND=@=LHEOPNEGU=JCO=JC=PPAN>=P=O (lebih dari 30%) terdapat di 4 provinsi, yaitu Provinsi Nusa Tenggara Timur, Papua, Papua Barat dan Sulawesi Barat.
020"+01DAR=NE=PEKJKBDKQOADKH@OSEPDKQP=??AOOPKAHA?PNE?EPU=PPDALNKREJ?E=HHARAHOPEHHNAI=EJA@DECD N=JCEJC BNKIEJ!(&'=G=NP=PKEJ+111=>HAODKSOPD=PDKQOADKH@OSEPDKQP=??AOOPKAHA?PNE?EPUEOL=NPE?QH=NHU DECDĠIKNAPD=J EJPDABKQNĠ LNKREJ?AOKB+QO=1AJCC=N=1EIQN -=LQ= -=LQ==N=P=J@0QH=SAOE=N=P
Pada tingkat kabupaten, 99,43% rumah tangga di kabupaten Yahukimo (Papua) tidak memiliki akses terhadap listrik,
PPDA@EOPNE?PHARAH KBDKQOADKH@OEJ6=DQGEIKĠ-=LQ= D=RAJK=??AOOPKAHA?PNE?EPU SDEHA=HIKOP=HHDKQOADKH@OEJ
sementara hampir semua rumah tangga di di Demak, Jawa Tengah memiliki akses listrik (Lampiran 2 dan Peta 3.3). Hal ini menunjukkan rendahnya pembangunan infrastruktur di banyak kabupaten. Peta 3.3 menunjukkan persentase rumah tangga tanpa akses terhadap listrik.
!AI=G '=S=1AJC=D @E@D=RA=??AOOPKAHA?PNE?EPUĠJJAT=J@*=L 1DEOEJ@E?=PAOPDAEJBN=OPNQ?PQNAQJ@AN@ARAHKLIAJP KBI=JU@EOPNE?PO*=L@ALE?POPDALAN?AJP=CAKBDKQOADKH@OSEPDKQPAHA?PNE?EPU
Strategi untuk Meningkatkan Akses ke Infrastruktur Dasar
Strategies for Improving Access to Basic Infrastructure
Perbaikan akses infrastruktur memerlukan biaya investasi yang sangat besar. Pada umumnya, kabupaten dan provinsi PE@=GIAIEHEGE=JCC=N=JU=JCIAI=@=EQJPQGLAJCAI>=JC=JEJBN=OPNQGPQNPANOA>QP1ANHA>EDH=CE PKLKCN=łU=JCOQHEP membuat proyek-proyek pengembangan infrastruktur menjadi sangat mahal. Pemerintah daerah perlu menggali
&ILNKRAIAJPKBEJBN=OPNQ?PQNA=??AOONAMQENAORANUDECDHARAHOKBEJRAOPIAJP&JCAJAN=H @EOPNE?PO=J@LNKREJ?AO@KJKPD=RA =@AMQ=PANARAJQAOBKNEJBN=OPNQ?PQNAEILNKRAIAJP*KNAKRAN PKLKCN=LDE??KJOPN=EJPOI=GAEJBN=OPNQ?PQNA@ARAHKLIAJP
atau menciptakan peluang-peluang untuk membuka sumber pendapatan baru untuk dapat membiayai pembangunan infrastruktur dasar tersebut atau mendapat suntikan dana atau anggaran dari Pemerintah pusat. Daya dorong ekonomi yang diperoleh sebagai hasil dari peningkatan infrastruktur akan memberikan peluang-peluang yang lebih besar kepada pemerintah untuk memperoleh lebih banyak pendapatan. Akses ke infrastruktur dasar merupakan kunci bagi kesejahteraan ekonomi dan upaya pengentasan kemiskinan.
LNKFA?PORANUATLAJOERA)K?=HCKRANJIAJPOJAA@PKATLHKNAJASS=UOBKNNARAJQACAJAN=PEKJ ?NA=PAKLLKNPQJEPEAOPKKLAJ JASEJ?KIAOKQN?AO KNPKCAPEJFA?PEKJKBBQJ@OKN>Q@CAPBNKIPDA?AJPN=HCKRANJIAJPPKłJ=J?APDA>=OE?EJBN=OPNQ?PQNA 1DALQODEJCLKSANKBPDAA?KJKIU=O=NAOQHPKBEILNKRA@EJBN=OPNQ?PQNALNKRE@AOCNA=PANKLLKNPQJEPEAOBKNPDACKRANJIAJP PKC=EJIKNAEJ?KIA??AOOPK>=OE?EJBN=OPNQ?PQNAOEOPDAGAUPKA?KJKIE?CNKSPD=J@LKRANPUNA@Q?PEKJ
Strategi untuk Pengurangan Kemiskinan, Peningkatan Akses Terhadap Pangan dan Penghidupan
Strategies for Reducing Poverty, Improving Food and Livelihood Access
Sebagai langkah awal untuk meningkatkan sinergisitas dan langkah-langkah konkrit penanggulangan kemiskinan, Pemerintah sejak tahun 2005, telah menetapkan arah kebijakan penanggulangan kemiskinan dan atau Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan (SNPK) sebagai strategi jangka panjang 2005-2025, yang implementasinya dilakukan melalui program-program penanggulangan kemiskinan sebagaimana tertuang dalam Rencana Kerja Pemerintah. Selain itu, untuk mencapai target penurunan angka kemiskinan dan pengangguran, Pemerintah sejak
O=łNOPOPALPKEJ?NA=OAPDAOUJANCE?=J@?KJ?NAPA=?PEKJOPKNA@Q?ALKRANPU PDA$KRANJIAJPD=OLNAL=NA@=+=PEKJ=H -KRANPU/A@Q?PEKJ0PN=PACUĠ+-/0 BKNPDALANEK@1DAEILHAIAJP=PEKJKBPDA+-/0EO?=NNEA@KQPPDNKQCD LKRANPU=HHARE=PEKJLNKCN=IIAO=OOP=PA@EJPDA$KRANJIAJP4KNG-H=J&J=@@EPEKJ EJKN@ANPK=?DEARAP=NCAPOPKS=N@O NA@Q?EJCLKRANPU=J@PDAQJAILHKUIAJPN=PA OEJ?APDA$KRANJIAJPD=O?KJOKHE@=PA@=J@EJPACN=PA@EPOLKRANPU NA@Q?PEKJLNKCN=IIAOEJPKPDNAACNKQLOġ E@=J@0K?E=H-NKPA?PEKJ-NKCN=IIAOĠLNKPA?PEKJ=J@BQHłHHIAJPKB?KIIQJEPU
P=DQJIAH=GQG=JGKJOKHE@=OE@=JEJPACN=OELNKCN=ILNKCN=ILAJ=JCCQH=JC=JGAIEOGEJ=J@=H=IPEC=GAHKILKG
>=OE?NECDPO>=OA@OANRE?AO
KIIQJEPU"ILKSANIAJP-NKCN=IIAOĢ=J@ 0I=HH=J@*E?NKQOEJAOO"ILKSANIAJP
46
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
LNKCN=ILAJ=JCCQH=JC=JGAIEOGEJ=JU=GJEġ (AHKILKG-NKCN=I=JPQ=J@=J-ANHEJ@QJC=J0KOE=HĠLANHEJ@QJC=J dan pemenuhan hak-hak layanan dasar masyarakat), 2) Kelompok Program Pemberdayaan Masyarakat; dan 3) Kelompok Program Pemberdayaan Usaha Mikro dan Kecil. Demikian pula halnya di tingkat daerah, dengan mengacu
-NKCN=IIAO0EIEH=NHU =PPDANACEKJ=HHARAH >=OA@KJPDA+=PEKJ=H-KRANPU/A@Q?PEKJ0PN=PACU PDANACEKJ=HCKRANJIAJPO D=RA@ARAHKLA@PDANACEKJ=HLKRANPUNA@Q?PEKJOPN=PACU=OPDA@ENA?PEKJBKNLKHE?EAOKJHKJCPANILKRANPUNA@Q?PEKJ
pada Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan, Pemerintah Daerah telah menetapkan strategi penanggulangan kemiskinan daerah sebagai arah dan kebijakan penanggulangan kemiskinan jangka panjang. Kebijakan dan program Pemerintah dalam pengurangan kemiskinan perlu diarahkan pada aspek pengendalian dalam mengeksploitasi sumber daya alam dengan memperhatikan kepedulian atas pengamanan dan kelestarian lingkungan alam Indonesia. Serta perlunya dukungan fasilitasi penguatan akses masyarakat miskin terhadap kredit mikro khususnya untuk kaum perempuan miskin dan usaha skala kecil dan menengah, dengan mekanisme yang sesuai
1DA$KRANJIAJPOLKHE?EAO=J@LNKCN=IIAOEJLKRANPUNA@Q?PEKJODKQH@>A@ENA?PA@PKPDA?KJPNKHKBJ=PQN=HNAOKQN?AO ATLHKEP=PEKJSEPD=PPAJPEKJKJOA?QNEPU=J@PDALNAOANR=PEKJKBJ=PQN=HAJRENKJIAJPKB&J@KJAOE=1DANAEO=CNA=PJAA@PK OQLLKNPPDAB=?EHEP=PEKJBKNEJ?NA=OEJCLKKN?KIIQJEPEAO=??AOOPKIE?NK?NA@EP AOLA?E=HHUBKNLKKNBAI=HAO=J@BKNOI=HH =J@IA@EQIOEVA@AJPANLNEOAO SEPDIA?D=JEOIO>=OA@KJNACEKJOLA?Eł??D=N=?PANEOPE?O
Indonesia perlu mempertahankan fokusnya pada pengembangan ekonomi pro-masyarakat miskin untuk menurunkan PEJCG=PGAIEOGEJ=J-AJCAJ@=HE=JEJŃ=OEO=JC=PLAJPEJCQJPQGIAILANP=D=JG=J@=U=>AHEI=OU=N=G=PIEOGEJ GDQOQOJU= harga komoditas pokok seperti beras, jagung dan umbi-umbian. Peningkatan akses terhadap layanan dasar seperti pendidikan, kesehatan dan gizi, termasuk keluarga berencana, dan terhadap infrastruktur dasar seperti sanitasi, air
&J@KJAOE=JAA@OPKI=EJP=EJEPOBK?QOKJLNKLKKNA?KJKIE?CNKSPDPK>NEJC@KSJPDALKRANPUN=PAO KJPNKHHEJCEJŃ=PEKJEO AOOAJPE=HPKI=EJP=EJEJCPDALQN?D=OEJCLKSANKBPDALKKN AOLA?E=HHUPDALNE?AKB>=OE??KIIK@EPEAOOQ?D=ONE?A I=EVA=J@ PQ>ANO&ILNKREJC=??AOOPK>=OE?OANRE?AOHEGAA@Q?=PEKJ DA=HPD?=NA=J@JQPNEPEKJ EJ?HQ@EJCB=IEHULH=JJEJC =J@PK>=OE? EJBN=OPNQ?PQNAOQ?D=OO=JEP=PEKJ ?HA=JS=PAN NK=@O I=NGAPO AHA?PNE?EPUAP?SEHHD=RAPK>A=??KN@A@PDADECDAOPLNEKNEPU
bersih, jalan, pasar, listrik dan lain-lain harus disepakati sebagai prioritas utama. Sektor pertanian perlu direvitalisasi melalui investasi di bidang infrastruktur seperti pembangunan jalan dan pasar pedesaan, meningkatkan partisipasi sektor swasta dalam pengolahan – hasil pertanian, penelitian dan penyuluhan pertanian.
1DA=CNE?QHPQN=HOA?PKNJAA@OPK>ANARERA@PDNKQCDEJ?NA=OA@EJRAOPIAJPEJEJBN=OPNQ?PQNAOHEGANQN=HNK=@O=J@I=NGAPO =J@ PDAEJ?NA=OA@L=NPE?EL=PEKJKBPDALNER=PAOA?PKNEJ=CNKLNK?AOOEJC NAOA=N?D=J@ATPAJOEKJOANRE?AO
Seluruh strategi penanggulangan kemiskinan harus secara terintegrasi dan melibatkan masyarakat miskin dalam upaya pengentasan kemiskinan sehingga kemampuan atau keberdayaan mereka dapat meningkat. Terbukti bahwa dengan melibatkan dan membangun keberdayaan masyarakat dapat menjadi sangat efektif dalam upaya pengentasan
HHLKRANPUNA@Q?PEKJOPN=PACEAOSEHHD=RAPK>AEJPACN=PA@=J@LKKN?KIIQJEPEAOIQOP>AAJC=CA@EJLKRANPUNA@Q?PEKJ ABBKNPOOKPD=PPDAEN?=L=?EPEAO=NAAJD=J?A@"RE@AJ?AODKSOPD=PEJRKHREJC=J@>QEH@EJCPDA?=L=?EPUKB?KIIQJEPEAOEO
kemiskinan. Sistem keamanan sosial yang kuat dan terstruktur, baik dalam bentuk bantuan sosial langsung tunai bagi mereka yang sangat rentan atau sistem keamanan sosial berdasarkan program pemberdayaan masyarakat miskin terpadu dan terarah perlu dikembangkan serta diperkuat.
ATPNAIAHUABBA?PERAEJLKRANPU=HHARE=PEKJABBKNPONK>QOP=J@OPNQ?PQNA@OK?E=HOA?QNEPUOUOPAI AEPDANEJPDABKNIKB@ENA?P ?=ODOK?E=H=OOEOP=J?ABKNPDKOASDK=NARQHJAN=>HAKN=OK?E=HOA?QNEPUOUOPAI>=OA@KJEJPACN=PA@=J@ABBA?PERALKKN ?KIIQJEPUAILKSANIAJPLNKCN=IIA JAA@OPK>AAOP=>HEODA@KNOPNAJCPDAJA@
Adaptasi terhadap perubahan anomali iklim ( HEI=PA D=JCA@=LP=PEKJ) akan menjadi salah satu faktor kunci yang menjamin kesinambungan perbaikan akses pangan dan penghidupan rumah tangga yang tergolong miskin dan rentan.
HEI=PE? D=JCA @=LP=PEKJ SEHH >A KJA KB PDA GAU B=?PKNO PD=P SEHH CQ=N=JPAA OQOP=EJ=>HA EILNKRAIAJPO EJ BKK@ =J@ HERAHEDKK@=??AOOKBPDARQHJAN=>HADKQOADKH@O0I=HHDKH@ANB=NIANOODKQH@>ALNKPA?PA@BNKID=NRAOPHKOOAO=O=NAOQHPKB
Petani kecil harus dilindungi dari gagal panen yang disebabkan oleh anomali iklim melalui inisiatif perlindungan sosial yang inovatif.
?HEI=PE?ODK?GOPDNKQCDEJJKR=PERAOK?E=HLNKPA?PEKJEJEPE=PERAO
!ERANOEłG=OEI=P=LAJ?=D=NE=J=G=JIAJEJCG=PG=JGAP=D=J=JGAHQ=NC=NAJP=JPAND=@=LOAC=H=CKJ?=JC=J0Q=PQNQI=D tangga akan dapat menanggulangi dengan lebih baik jika mereka memiliki lebih dari satu jenis sumber pendapatan. Umumnya, telah diamati bahwa rumah tangga rentan menggunakan strategi penanganan masalah yang kurang tepat selama masa sulit, dan sulit untuk diubah. Hal ini terutama disebabkan oleh kurangnya sumber pendapatan ke-2 di
)ERAHEDKK@@ERANOEł?=PEKJSEHHAJD=J?APDANAOEHEAJ?AKBRQHJAN=>HADKQOADKH@O=C=EJOP=JUODK?GO1DAOADKQOADKH@OSEHH>A =>HAPK?KLA>APPANEBPDAUD=RAIKNAPD=JKJAOKQN?AKBEJ?KIA*KOPHU EPD=O>AAJK>OANRA@PD=PRQHJAN=>HADKQOADKH@O =@KLP JAC=PERA ?KLEJC OPN=PACEAO @QNEJC =@RANOA PEIAO I=JU KB SDE?D =NA ENNARANOE>HA 1DEO EO I=EJHU @QA PK H=?G KB OA?KJ@=NUOKQN?AOKBEJ?KIA>AUKJ@PDAENLNEJ?EL=HHERAHEDKK@OJUSAHHPDKQCDPKQPHERAHEDKK@@ERANOEł?=PEKJLNKCN=IIA
HQ=NI=P=LAJ?=D=NE=JQP=I=0AIQ=LNKCN=I@ERANOEłG=OEI=P=LAJ?=D=NE=JU=JC@ENAJ?=J=G=JOA?=N=I=P=JC@=L=P menjawab tantangan ini, dengan demikian meningkatkan kemampuan rumah tangga untuk meningkatkan standar hidup mereka tanpa menggunakan strategi penanganan yang keliru.
?=J=@@NAOOPDEO?D=HHAJCA PDANA>UAJD=J?EJCDKQOADKH@O=>EHEPUPKEILNKRAPDAENHEREJCOP=J@=N@OSEPDKQP=@KLPEJC=JU D=NIBQHOPN=PACEAO
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
47
BAB/Chapter 3
dengan kewilayahan.
DAFTAR PUSTAKA
REFERENCES
i. ii. iii. iv.
i. ii.
--"+02+!-)=LKN=J-AJ?=L=E=J*EHHAJJEQI!ARAHKLIAJP$K=HO&J@KJAOE= Dewan Ketahanan Pangan dan World Food Programme (WFP). Peta Kerawanan Pangan Indonesia (FIA), 2005. Badan Pusat Statistik. Statistik Indonesia tahun 2008. Badan Pusat Statistik. Potensi Desa 2008. v. (AIAJPANE=J-ANAJ?=J==J-AI>=JCQJ=J+=OEKJ=H&J@KJAOE= 0PN=PACE-AI>=JCQJ=J+=OEKJ=H 2005-2025. vi. (=JPKN*AJPANE+AC=N=-ANAJ?=J==J-AI>=JCQJ=J+=OEKJ=H--"+0 /AJ?=J=GOE+=OEKJ=H-=JC=J @=J$EVEĠ/+-$ vii. Food and Agriculture Organization (FAO) and United Nations Development Programme (UNDP), 2009. Combating Hunger - A Seven Point Agenda. viii. World Food Programme (WFP). Emergency Food Security Assessment Handbook, 2nd edition, 2009.
48
--"+02+!--NKCNAOONALKNPKJ*EHHAJJEQI!ARAHKLIAJP$K=HO +=PEKJ=H#KK@0A?QNEPU KQJ?EHKBPDA$KRANJIAJPKB&J@KJAOE==J@4KNH@#KK@-NKCN=IIA#KK@&JOA?QNEPUPH=OKB &J@KJAOE= iii. +=PEKJ=H0P=PEOPE?OCAJ?U0P=PEOPE?=H6A=N>KKGKB&J@KJAOE= iv. +=PEKJ=H0P=PEOPE?OCAJ?U3EHH=CA-KPAJPE=H0QNRAU v. *EJEOPNUKB-H=JJEJC=J@"?KJKIE?!ARAHKLIAJPKB&J@KJAOE= +=PEKJ=H!ARAHKLIAJP0PN=PACUBKN vi. *EJEOPNUKB-H=JJEJC=J@"?KJKIE?!ARAHKLIAJPKB&J@KJAOE= +=PEKJ=H-H=JKB?PEKJKJ#KK@=J@+QPNEPEKJ BKN vii. #KK@=J@CNE?QHPQNA,NC=JEV=PEKJĠ#, =J@2JEPA@+=PEKJO!ARAHKLIAJP-NKCN=IIAĠ2+!-
KI>=PEJC %QJCAN0ARAJ-KEJPCAJ@= viii. 4KNH@#KK@-NKCN=IIA"IANCAJ?U#KK@0A?QNEPUOOAOOIAJP%=J@>KKG J@A@EPEKJ
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
BAB/Chapter 3
Peta 3.1 / Map 3.1 Penduduk Hidup di Bawah Garis Kemiskinan Population Living Below Poverty Line
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
49
BAB/Chapter 3
Peta 3.2 / Map 3.2 Desa yang Tidak Bisa Dilalui Kendaraan Roda Empat Villages not Accessible by Four Wheel Vehicle
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
51
BAB/Chapter 3
Peta 3.3 / Map 3.3 Rumah Tangga tanpa Akses terhadap Listrik Households without Access to Electricity
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
53
CHAPTER 4 FOOD UTILIZATION
BAB 4 PEMANFAATAN PANGAN
yang bisa di akses oleh rumah tangga, dan b) kemampuan individu untuk menyerap zat gizi - pemanfaatan makanan OA?=N=AłOEAJKHADPQ>QD
1DAPDEN@LEHH=NKN@EIAJOEKJKBBKK@OA?QNEPUEOBKK@QPEHEV=PEKJ#KK@QPEHEV=PEKJNABANOPKġ= DKQOADKH@OQOAKBPDABKK@PK SDE?DPDAUD=RA=??AOO =J@> EJ@ERE@Q=HO=>EHEPUPK=>OKN>JQPNEAJPOPDA?KJRANOEKJABł?EAJ?UKBBKK@>UPDA>K@U
Pemanfaatan pangan oleh rumah tangga tergantung pada: (i) fasilitas penyimpanan dan pengolahan makanan dimiliki oleh rumah tangga; (ii) pengetahuan dan praktek yang berhubungan dengan penyiapan makanan, pemberian makan
#KK@QPEHEV=PEKJ>UDKQOADKH@O@ALAJ@OKJġĠE PDAB=?EHEPEAOPDAUD=RABKNBKK@OPKN=CA=J@LNK?AOOEJCĢĠEE PDAENGJKSHA@CA and practices in relation to food preparation, the feeding of young children and other dependent individuals including
untuk balita dan anggota keluarga lainnya yang sedang sakit atau sudah tua dipengaruhi oleh pengetahuan yang rendah dari ibu dan pengasuh, adat/kepercayaan dan tabu; (iii) distribusi makanan dalam keluarga; dan (iv) kondisi kesehatan masing-masing individu yang mungkin menurun karena penyakit, higiene, air dan sanitasi yang buruk dan kurangnya akses ke fasilitas kesehatan dan pelayanan kesehatan.
OE?G=J@AH@ANHULAKLHASDE?DI=U>AEIL=ENA@>UHKSA@Q?=PEKJKBIKPDANO=J@?=NACERANO ?QHPQN=H>AHEABO=J@P=>KKOĢ ĠEEE DKSBKK@EOOD=NA@SEPDEJPDADKQOADKH@Ģ=J@ĠER PDAOP=PAKBDA=HPDKBA=?DEJ@ERE@Q=HSDE?DI=U>AEIL=ENA@>U disease, poor hygiene, water, sanitation, lack of access to health facilities and health care.
Bab ini menggambarkan data tentang pola konsumsi pangan penduduk. Karena terbatasnya data pada tingkat kabupaten, maka penjelasan dibatasi hanya pada tingkat provinsi. Analisa dan peta untuk indikator lainnya (akses terhadap fasilitas kesehatan, air bersih, perempuan buta huruf, dampak terhadap kesehatan dan gizi) untuk tingkat kabupaten, akan disajikan dalam bagian berikutnya.
1DEO?D=LPANODKSOBKK@?KJOQILPEKJL=PPANJKBLKLQH=PEKJ!QAPKJKJ=R=EH=>EHEPUKB@=P==PPDA@EOPNE?PHARAH ATLH=J=PEKJO
4.1 KONSUMSI PANGAN
4.1 FOOD CONSUMPTION
Konsumsi pangan yang disajikan pada FSVA ini menunjukkan tingkat asupan energi penduduk yang dinyatakan dalam energi (Kkal) per kapita per hari, dan asupan protein dinyatakan dalam gram per kapita per hari. Konsumsi pangan dihitung berdasarkan pengeluaran untuk makanan dalam rumah tangga selama sebulan dari sampel yang di survei OAPE=LP=DQJ!=P=EJE@ELQ>HEG=OEG=J@=H=I020"+0
#KK@?KJOQILPEKJLNAOAJPA@EJPDEO#03EJ@E?=PAOPDAHARAHKBAJANCUEJP=GAKBPDALKLQH=PEKJSDE?DEOATLNAOOA@EJAJANCU Ġ(?=H LANLANOKJLAN@=U =J@LNKPAEJEJP=GAATLNAOOA@EJCN=IOLANLANOKJLAN@=U#KK@?KJOQILPEKJS=O?=H?QH=PA@ >=OA@KJIKJPDHUATLAJ@EPQNAKJBKK@=PPDADKQOADKH@HARAHKBPDA=JJQ=HHUOQNRAUA@NALNAOAJP=PERAO=ILHA!=P=S=O LQ>HEODA@EJPDA020"+0
(KJOQIOEL=JC=JLANG=LEP=@E020"+0@EDEPQJC>AN@=O=NG=JOP=J@=NQIQIP=JL=IAILAND=PEG=JFAJEO kelamin dan usia. Metode ini berbeda dengan apa yang telah diterapkan pada Peta Gizi Indonesia (Nutrition Map of Indonesia) yang dikeluarkan pada tahun 2006, dimana dalam peta gizi tersebut jenis kelamin dan usia (Skala Amsterdam) digunakan. Oleh karena itu, tidak disarankan untuk membandingkan hasil dari dua publikasi yang berbeda.
#KK@?KJOQILPEKJEJ020"+0S=O?=H?QH=PA@LAN?=LEP=BKNPDACAJAN=HLKLQH=PEKJSEPDKQPP=GEJCEJPK=??KQJP
Pola Konsumsi Pangan
Food Consumption Pattern
Pada tingkat nasional, secara umum terjadi peningkatan pola konsumsi pangan berdasarkan data SUSENAS 2002 t dan data FIA 2005. Keranjang makanan (food basket @EP=DQJHA>ED>ANR=NE=OE @AJC=JGKJOQIOEOANA=HE=@=J
P PDA J=PEKJ=H HARAH BKK@ ?KJOQILPEKJ L=PPANJO ?KJPEJQA PK EILNKRA 1DEO S=O K>OANRA@ EJ PDA 020"+0 =J@ NALKNPA@EJPDA#&1DABKK@>=OGAPEJS=OIKNA@ERANOEłA@ SEPD=HKSANMQ=JPEPUKB?ANA=HO=J@PQ>ANO=J@
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
=NAHEIEPA@PKPDALNKREJ?E=HHARAHJ=HUOEO=J@I=LOKBPDAKPDANOAHA?PA@EJ@E?=PKNOĠ=??AOOPKDA=HPDB=?EHEPEAO EILNKRA@ @NEJGEJCS=PAN BAI=HAEHHEPAN=?U =J@DA=HPD=J@JQPNEPEKJKQP?KIA BKNPDA@EOPNE?PHARAH=NA>ALNAOAJPA@EJPDAOQ>OAMQAJP sections.
PDAENOAT=J@=CA1DEOIAPDK@EO@EBBANAJPBNKIPD=P=LLHEA@EJPDA+QPNEPEKJ*=LKB&J@KJAOE=H=QJ?DA@EJEJSDE?D PDA=CAOATOPNQ?PQNAOP=J@=N@ĠKNIOPAN@=IO?=HA S=OQOA@1DANABKNA EPEOJKP=@REO=>HAPK?KIL=NANAOQHPO@ANERA@ BNKIPDAOAPSK@EBBANAJPLQ>HE?=PEKJO
55
BAB/Chapter 4
Pilar ketiga dari ketahanan pangan adalah pemanfaatan pangan. Pemanfaatan pangan meliputi: a) Pemanfaatan pangan
umbi-umbian lebih sedikit dan lebih banyak mengkonsumsi produk hewani, susu dan produk makanan dari susu, buah dan sayur, kacang-kacangan, minyak dan lemak yang mengandung lebih banyak protein dan zat gizi mikro (vitamin dan mineral).
CNA=PANMQ=JPEPUKB=JEI=HLNK@Q?PO IEHG=J@@=ENULNK@Q?PO RACAP=>HAO=J@BNQEPO HACQIAO KEH=J@B=P SDE?DLNKRE@A@ IKNALNKPAEJO=J@IE?NKJQPNEAJPOĠREP=IEJO=J@IEJAN=HO
-=@=P=>AH N=P=N=P==OQL=JAJANCED=NE=JL=@=P=DQJ=@=H=D(G=HG=LEP=D=NE EJE>AN=NPEHA>EDPEJCCE dari Angka Kecukupan Gizi nasional (AKG nasional adalah 2.000 Kkal). Asupan protein sebesar 56,25 gram/kapita/ hari yang memenuhi AKG nasional (52 gram). Sebelas persen total asupan energi berasal dari protein dimana angka ini OAOQ=E@AJC=JLNKLKNOEU=JC@ENAGKIAJ@=OEG=JĠ OQL=JAJANCE@=JLNKPAEJIAJEJCG=P @E>=J@EJCG=J dengan data pada SUSENAS 2002.
&J1=>HA PDA=RAN=CA@=EHUAJANCUEJP=GAEJS=O?=H?QH=PA@=P (?=HLANOKJ@=U DECDANPD=JPDAJ=PEKJ=H /A?KIIAJ@A@!=EHUHHKS=J?AĠ/! OAP=P (?=H 1DALNKPAEJEJP=GAS=OCN=IOLANOKJ@=U =HOKOQNL=OOA@ PDA J=PEKJ=H /! ĠOAP =P CN=IO -NKPAEJ LNKRE@A@ KB PDA PKP=H AJANCU EJP=GA SDE?D S=O =HOK EJ HEJA SEPD PDA NA?KIIAJ@A@ LNKLKNPEKJ Ġ KPD AJANCU =J@ LNKPAEJ EJP=GAO EJ?NA=OA@ >U =O ?KIL=NA@ SEPD PD=P EJ 020"+0
7DEHO.RQVXPVL.DORULGDQ3URWHLQSHU.DSLWDSHU+DULSDGD7LJD*RORQJDQ7HUEDZDKGDUL*RORQJDQ3HQJHOXDUDQ%XODQDQSHU.DSLWD 7DEOH3HU&DSLWDSHU'D\&DORULHDQG3URWHLQ&RQVXPSWLRQDPRQJ7KUHH/RZHVW0RQWKO\SHU&DSLWD([SHQGLWXUH03&( &ODVVHV
.HORPSRN0DNDQDQ )RRG*URXSV
*RORQJDQ3HQJHOXDUDQ%XODQDQSHU.DSLWD 0RQWKO\3HUFDSLWD([SHQGLWXUH&ODVV03&( 03&(5S
03&(5S
5DWDUDWD1DVLRQDO 1DWLRQDO$YHUDJH
03&(5S
Kalori/&DORULH
3URWHLQJ
Kalori/&DORULH
3URWHLQJ
Kalori/&DORULH
3URWHLQJ
Kalori/&DORULH
3URWHLQJ
Padi-padian/Cereals
866.83
20.79
980.87
23.22
997.83
23.5
1,055.74
24.88
Umbi-umbian/Tubers
124.82
0.65
94.83
0.55
73.06
0.44
73.1
0.49
22.71
3.69
29.39
4.76
38.51
6.29
47.76
7.86
2.51
0.14
8.4
0.46
14.72
0.84
29.37
1.73
6
0.4
12.96
0.84
21.99
1.37
38.12
2.22
Sayuran/Vegetables
38.79
2.93
43.54
3.12
46.96
3.23
51.36
3.49
Kacang-kacangan/Legumes
33.17
2.85
48.36
4.25
59.92
5.22
69.64
5.98
Ikan/Fish Daging/Meat Telur dan susu/Eggs and milk
Buah-buahan/Fruits
24.61
0.26
29.78
0.33
39.86
0.44
51.18
0.58
129.56
0.39
176.58
0.44
213.74
0.51
248.06
0.58
Minuman/Beverages
56.1
0.63
79.9
0.82
95.75
0.93
115.23
1.12
Bumbu-bumbuan/Spices
8.01
0.34
11.23
0.49
14.25
0.62
17.28
0.73
Makanan lain/Mics. food items
15.81
0.31
30.46
0.6
43.72
0.88
59.42
1.19
Makanan jadi/Prepared food
59.77
1.59
105.66
2.91
156.37
4.35
194.05
5.4
+ 11%
+ 22%
+ 25%
+ 32%
+ 22%
+ 30%
+ 3.3%
+ 3.3%
69%
67%
83%
83%
91%
94%
103%
108%
Minyak dan lemak/Oil and fats
Total % perubahan jika dibandingkan SUSENAS 2002/&KDQJHDVFRPSDUHGZLWK686(1$6 2002 (FIA, 2005) % AKG nasional/ The level of meeting the national RDA (2,000 Kcal and 52 gr of protein/person /day) Source: SUSENAS 2007
-=@=PEJCG=PEJ@ERE@Q @=P=IAJQJFQGG=J=@=JU=LAJEJCG=P=JU=JCOECJEłG=JL=@=GKJOQIOEL=JC=J@EOAIQ= golongan Pengeluaran Bulanan per Kapita ((*KJPDHU-AN =LEP="TLAJ@EPQNA (MPCE)), termasuk tiga golongan terendah.
P PDA EJ@ERE@Q=H HARAH OECJEł?=JPHU EILNKRA@ BKK@ ?KJOQILPEKJ S=O NALKNPA@ EJ EJ =HH PDA *KJPDHU -AN =LEP= "TLAJ@EPQNAĠ*- " ?H=OOAO EJ?HQ@EJCPDAPDNAAHKSAOP?H=OOAOIKJCPDAPDNAAHKSAOP?H=OOAOLNAOAJPA@EJP=>HA PDA
1=>AHIAJQJFQGG=J@=P=LAJEJCG=P=JGKJOQIOEL=JC=JL=@=PEC=CKHKJC=JPANAJ@=D QJPQGAJANCEU=JC>ANR=NE=OE =JP=N=@=J @=J=JP=N==J@QJPQGLNKPAEJ
HARAHKBEJ?NA=OAR=NEA@>APSAAJ=J@BKNAJANCU =J@>APSAAJ=J@BKNLNKPAEJ
56
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Namun, untuk asupan energi dan protein dari 3 golongan MPCE terendah masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan AKG nasional dan lebih rendah dari rata-rata angka nasional. Semakin rendah MPCE, semakin besar tingkat kekurangan energi dan protein. Tingkat kekurangan energi bervariasi antara 9% di golongan terendah ke-3 (MPCE
%KSARAN >KPDAJANCU=J@LNKPAEJEJP=GAOKBPDAPDNAAHKSAOP*- "?H=OOAONAI=EJA@IQ?DHKSANPD=JPDAJ=PEKJ=H/! =J@HKSANPD=JPDAJ=PEKJ=H=RAN=CA1DAHKSANPDA*- " PDADECDANPDA@Ał?EPKBAJANCU=J@LNKPAEJS=OOAAJ1DAHARAH KBAJANCU@Ał?EPR=NEA@>APSAAJEJPDAPDEN@HKSAOP?H=OOĠ*- " =J@EJPDAłNOPHKSAOP?H=OOĠ*- "
SDEHA
@=J@ECKHKJC=JPANAJ@=DGAĠ*- "
OAIAJP=N=GAGQN=JC=JLNKPAEJ>ANR=NE=OE=JP=N=@=J%=H EJEIAJQJFQGG=J>=DS=LAJ@Q@QGCKHKJC=JPANAJ@=DGAĠ*- " ģ/L IAJCGKJOQIOED=JU=@=NE
PDALNKPAEJ@Ał?EPS=O>APSAAJ=J@ NAOLA?PERAHU1DEOL=NPE?QH=NHUIA=JOPD=PLAKLHAKBPDAłNOPHKSAOP?H=OO Ġ*- " ģ/L ?KJOQIA@KJHUKBJ=PEKJ=HNA?KIIAJ@A@@=EHUAJANCU=HHKS=J?A=J@KBJ=PEKJ=H
($J=OEKJ=HQJPQGAJANCE@=J@=NE($J=OEKJ=HQJPQGLNKPAEJ
NA?KIIAJ@A@@=EHULNKPAEJ=HHKS=J?A
Seperti situasi yang digambarkan SUSENAS 2002, asupan dari tiga golongan terendah tidak hanya kekurangan energi @=J LNKPAEJ PAP=LE FQC= PE@=G OAEI>=JC OA?=N= GQ=HEP=O @AJC=J LNKLKNOE PAN>AO=N Ġ @=NE PKP=H AJANCE U=JC berasal dari serealia dan umbi-umbian dibandingkan dengan rata-rata nasional (55%). Namun demikian, perlu dicatat >=DS=LNKLKNOEAJANCEU=JC>AN=O=H@=NEOANA=HE=@=JQI>EQI>E=JIAJQNQJL=@=P=DQJ@E>=J@EJCG=J@AJC=J 020"+0U=JC>ANGEO=N=JP=N=@=J
0EIEH=NHUPKPDAOEPQ=PEKJEJ020"+0 PDA@EAPKBPDAOAPDNAAHKSAOP?H=OOAONAI=EJA@JKPKJHUAJANCU=J@LNKPAEJ @Ał?EAJP >QP=HOKMQ=HEP=PERAHUEI>=H=J?A@SEPD=H=NCANLNKLKNPEKJĠ KBPKP=HAJANCU>AEJCLNKRE@A@>U?ANA=HO =J@PQ>ANO =O?KIL=NA@PKPDAJ=PEKJ=H=RAN=CAĠ +ARANPDAHAOO EPODKQH@>AJKPA@PD=PPDALNKLKNPEKJKBAJANCU ?KIEJCBNKI?ANA=HO=J@PQ>ANONAI=NG=>HUNA@Q?A@EJ=O?KIL=NA@SEPDPD=PEJ020"+0SDAJEPD=@N=JCA@ >APSAAJ=J@
0QI>ANLNKPAEJQP=I=>AN=O=H@=NEOANA=HE=@=JQI>EQI>E=JĠ
OA@=JCG=J=JCG=N=P=N=P=J=OEKJ=H=@=H=D *AOGELQJL=@=P=DQJPANHED=P=@=LAN>=EG=J@AJC=JHA>ED>=JU=GLNKPAEJ@=NEI=G=J=JH=EJĠEG=J @=CEJC PAHQN G=?=JCG=?=JC=J O=UQNO=UQN=J@=J>Q=D>Q=D=J 1=DQJ GKJOQIOEL=JC=JDAS=JEĠEG=J @=CEJCPAHQN OQOQ U=JC IAJC=J@QJC V=P CEVE GQ=HEP=O PEJCCE PANQP=I= REP=IEJ @=J IEJAN=H IAJEJCG=P OA?=N= OECJEłG=J L=@= CKHKJC=JPANAJ@=DGAĠ*- " /L OA@=JC=JG=JL=@=CKHKJC=J*- "@=J*- "PE@=G
0EIEH=NHU PDAI=FKNOKQN?AKBLNKPAEJOEJPDAEN@EAPOPEHH?=IABNKI?ANA=HO=J@PQ>ANOĠ
SDANA=OPDAJ=PEKJ=H =RAN=CAS=OHPDKQCD =JEILNKRAIAJPS=OK>OANRA@EJSEPDIKNALNKPAEJO?=IABNKIKPDANBKK@OĠłOD IA=P ACCO HACQIAO RACAP=>HAO BNQEPO &PODKQH@>AAILD=OEVA@PD=PPDA?KJOQILPEKJKB=JEI=HBKK@OĠłOD IA=P ACC IEHG
SDE?D?KJP=EJ>APPANMQ=HEPUJQPNEAJPO AOLA?E=HHUREP=IEJO=J@IEJAN=HO S=OKJHUOECJEł?=JPHUEJ?NA=OA@EJEJPDAPDEN@ HKSAOP?H=OOĠ*- " /L SDEHAEPNAI=EJA@=HIKOPQJ?D=JCA@EJPDA*- "=J@*- "?H=OOAO
ada perubahan. KJOAMQAJPHU =@@EPEKJ=H=OOEOP=J?AEOOPEHHNAMQENA@PKEILNKRAPDAAJANCUEJP=GA=J@LNKPAEJKBPDAPDNAAHKSAOP*- " ?H=OOAOPPDAO=IAPEIA JQPNEPEKJA@Q?=PEKJBKNLKLQH=PEKJKJPDAEILKNP=J?AKBBKK@OKPDANPD=J?ANA=HO=J@PQ>ANO=J@ PDAJAA@PKEJ?NA=OA?KJOQILPEKJKBPDAOABKK@OODKQH@>AEJPAJOEłA@=?NKOOPDALNKREJ?AO
BAB/Chapter 4
Dengan demikian, perlu usaha untuk memperbaiki asupan energi dan protein pada tiga golongan MPCE terendah. Di samping itu, perlu penyuluhan gizi untuk masyarakat di seluruh provinsi tentang pentingnya bahan pangan selain serealia dan umbi-umbian dan perlunya meningkatkan konsumsi makanan selain serealia dan umbi-umbian di semua provinsi.
4.2 AKSES TERHADAP FASILITAS KESEHATAN
4.2 ACCESS TO HEALTH FACILITIES
*AJQNQP 020"+0 &J@KJAOE= IAIEHEGE NQI=D O=GEP @AJC=J FQIH=D PAIL=P PE@QN @=J LQOGAOI=O&JE>AN=NPE>=DS=OAPE=LLQOGAOI=ON=P=N=P=IAH=U=JEKN=JC@=OAGEP=N@KGPANĠPE@=G PANI=OQG@KGPANCECE
@=JOAPE=L@KGPANN=P=N=P=IAH=U=JEKN=JC'EG='=G=NP=@=JE>QGKP=LNKREJOE@EGAHQ=NG=J
??KN@EJCPK020"+0 &J@KJAOE=D=@ DKOLEP=HOSEPD >A@O=J@ ?KIIQJEPUDA=HPD?AJPANO ĠLQOGAOI=O 1DEO IA=JO PD=P A=?D LQOGAOI=O OANRA@ LAKLHA KJ =RAN=CA 1DANA SANA =>KQP @K?PKNO ĠAT?HQ@EJC@AJPEOPO
SEPDA=?D@K?PKNOANREJC LAKLHAKJ=RAN=CA&B'=G=NP==J@LNKREJ?E=H?=LEP=HO=NAAT?HQ@A@
dari data, maka jumlah orang yang dilayani oleh masing-masing puskesmas dan dokter akan lebih tinggi. Angka >ANGEO=N=JP=N=KN=JCLANLQOGAOI=O@ELNKREJOE-=LQ=O=IL=E@ELNKREJOE=JPAJ2JPQG@KGPAN =JCG= EJE>ANR=NE=OE@=NEKN=JC@ELNKREJOEAJCGQHQO=IL=E@ELNKREJOE*=HQGQ
PDAJQI>ANKBLAKLHAOANRA@>UA=?DDA=HPD?AJPAN=J@@K?PKNSKQH@>AIQ?DDECDAN&PN=JCA@BNKI LAKLHALAN LQOGAOI=OEJ-=LQ=LNKREJ?APK EJ=JPAJLNKREJ?A-AN@K?PKN EPR=NEA@BNKI LAKLHAEJAJCGQHQLNKREJ?A PK EJ*=HQGQLNKREJ?A
Tabel 4.2 menunjukkan 94% rumah tangga memiliki akses ke fasilitas kesehatan terdekat dengan jangkauan sekitar
1=>HAODKSOPD=PKBDKQOADKH@OD=@=??AOOPKPDAJA=NAOPDA=HPDB=?EHEPEAOHK?=PA@SEPDEJGI1DALKKNAN=??AOO
5 km. Akses ke fasilitas kesehatan untuk Kalimantan Barat, Sulawesi Barat, NTT, Papua, NAD, Maluku dan Sulawesi Tenggara lebih sulit, di mana hanya kurang dari 90% rumah tangga yang memiliki akses ke fasilitas kesehatan dalam jangkauan sekitar 5 km. Di DKI Jakarta, Jawa Tengah dan DI Yogyakarta, hampir semua rumah tangga memiliki akses ke fasilitas kesehatan dalam jangkauan sekitar 5 km.
S=OEJ(=HEI=JP=J=N=P 0QH=SAOE=N=P +11 -=LQ= +! *=HQGQ=J@0QH=SAOE1AJCC=N= SDANAHAOOPD=JKB DKQOADKH@OD=@=??AOOSEPDEJGI&J!(&'=G=NP= '=S=1AJC=D=J@!&6KCU=G=NP= =HIKOP=HHDKQOADKH@OD=@=??AOO SEPDEJGI
0A?=N=QIQI =GOAOPAND=@=LB=OEHEP=OGAOAD=P=JIAJEJCG=POA?=N=OECJEłG=J@=H=I>A>AN=L=P=DQJPAN=GDEN D=HEJE terutama disebabkan oleh meningkatnya investasi pemerintah pusat dan daerah untuk pembangunan dan renovasi
,RAN=HHPDA=??AOOPKPDADA=HPDB=?EHEPEAOD=O>AAJOECJEł?=JPHUEILNKRA@@QNEJCPDAH=OPUA=NO IKOPHU@QAPKEJ?NA=OA@ EJRAOPIAJPKBPDA?AJPN=H=J@HK?=HCKRANJIAJPKJ?KJOPNQ?PEKJ=J@NAJKR=PEKJKBDA=HPDEJBN=OPNQ?PQNAOEJ=HHNACEKJO
infrastruktur kesehatan di seluruh Indonesia.
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
57
7DEHO3HUVHQWDVHUXPDKWDQJJDGHQJDQDNVHV\DQJVDQJDWWHUEDWDVNHDLUEHUVLKGDQVDUDQDSHOD\DQDQNHVHKDWDQ 7DEOH3HUFHQWDJHRIKRXVHKROGZLWKOLPLWHGDFFHVVWRLPSURYHGGULQNLQJZDWHUDQGFRPPXQLW\KHDOWKFHQWHU
Provinsi/ Province
No
5XPDK6DNLW +RVSLWDOV
Puskesmas/ &RPPXQLW\+HDOWK Center
Dokter/ Doctors
57GHQJDQDNVHV\DQJVDQJDWWHUEDWDV NHIDVLOLWDVNHVHKDWDQ!.P 3HUFHQWDJHRI+RXVHKROGZLWKOLPLWHG DFFHVVWR&RPPXQLW\+HDOWK&HQWHU!.P
57GHQJDQDNVHV\DQJVDQJDWWHUEDWDV NHVXPEHUDLUEHUVLK\DQJDPDQ 3HUFHQWDJHRI+RXVHKROGZLWKOLPLWHGDFFHVV WRLPSURYHGGULQNLQJZDWHU
1
Nanggroe Aceh Darussalam
33
311
365
10.80
31.04
2
Sumatera Utara
129
463
921
4.90
24.91
3
Sumatera Barat
41
228
310
6.60
31.27
4
Riau
40
156
372
6.30
47.99
5
Kepulauan Riau
17
148
248
2.70
17.18
6
Jambi
32
259
373
6.10
44.35
7
Sumatera Selatan
8
Bengkulu
9
140
246
5.00
36.13
21
248
279
4.40
54.11
9
Bangka Belitung
7
51
88
7.30
26.54
10
Lampung
0
51
182
4.40
41.79
11
Banten
121
341
645
7.50
15.87
12
D.K.I. Jakarta
136
1,002
1,246
0.00
1.22
13
Jawa Barat
174
871
1,716
3.70
16.41
14
Jawa Tengah
34
117
295
2.00
13.65
15
D.I. Yogyakarta
166
929
1,306
2.30
11.07
16
Jawa Timur
26
180
335
3.40
11.05
17
Bali
33
112
257
3.50
13.16
18
Nusa Tenggara Barat
13
134
153
3.80
14.01
19
Nusa Tenggara Timur
25
253
269
14.20
40.82
20
Kalimantan Barat
28
211
210
16.30
76.66
21
Kalimantan Tengah
11
163
149
5.20
54.26
22
Kalimantan Selatan
26
204
295
5.20
36.27
23
Kalimantan Timur
28
192
220
5.60
28.55
24
Sulawesi Utara
20
142
232
6.70
19.53
25
Gorontalo
19
145
173
7.30
19.21
26
Sulawesi Tengah
61
374
402
6.80
28.08
27
Sulawesi Selatan
15
153
130
7.90
22.60
28
Sulawesi Tenggara
4
55
77
10.40
27.85
29
Sulawesi Barat
30
Maluku
31 32 33
Papua Barat
0
66
67
14.50
35.69
18
142
35
10.40
20.33
Maluku Utara
6
64
38
8.10
31.30
Papua
9
83
54
12.70
61.57
17
246
122
6.60
37.84
Total Indonesia
58
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
4.3 POPULATION WITH LIMITED ACCESS TO IMPROVED DRINKING WATER
AN@=O=NG=JL=@=P=>AH@E=P=O OA>=JU=G NQI=DP=JCC=PE@=GIAILQJU=E=GOAOPAND=@=L=ENH=U=GIEJQI ĠOQIQNPANHEJ@QJCOQIQN>KNI=P==EN =ENHA@AJC@=J=ENDQF=J P=DQJ
OLNAOAJPA@EJPDAP=>HA=>KRA DKQOADKH@OEJPDA?KQJPNU@E@JKPD=RA=??AOOPKEILNKRA@@NEJGEJCS=PAN ĠLNKPA?PA@SAHH>KNADKHAOLNEJCS=PAN P=LS=PAN =J@N=EJS=PAN EJ
-NKREJOEU=JCIAILQJU=E=GOAOO=JC=PPAN>=P=OPAND=@=L=ENH=U=GIEJQI=@=H=D(=HEI=JP=J=N=PĠP=JL==GOAO
Papua Barat (62%), Lampung dan Kalimantan Tengah (54%). Meskipun demikian, Kalimantan Barat tetap mengalami LAJEJCG=P=JS=H=QLQJI=OEDO=JC=POA@EGEPĠP=JL==GOAOPAND=@=L=ENH=U=GIEJQI@EP=DQJIAJF=@E @EP=DQJ
OA@=JCG=J!(&'=G=NP=IAJC=H=IELAJEJCG=P=JU=JCL=HEJCPEJCCEU=EPQ@=NEP=JL==GOAOPAND=@=L =ENH=U=GIEJQIL=@=P=DQJIAJF=@EL=@=P=DQJ2JPQGPEJCG=PG=>QL=PAJ PAN@=L=P@=NE kabupaten yang memiliki sedikitnya 40% rumah tangga tanpa akses terhadap air layak minum.
1DALNKREJ?AOD=REJCPDALKKNAOP=??AOOSANA(=HEI=JP=J=N=PĠSEPDKQP=??AOO
-=LQ==N=PĠ
)=ILQJC=J@ (=HEI=JP=J1AJC=DĠ 4DEHAKJHU=OHECDPEILNKRAIAJPEOOAAJEJ(=HEI=JP=J=N=PĠSEPDKQP=??AOOEJ ROEJ
=NAI=NG=>HULKOEPERA?D=JCAS=ONALKNPA@EJ!(&'=G=NP= SEPDPDALNKLKNPEKJKBDKQOADKH@OSEPDKQP =??AOO>AEJCNA@Q?A@BNKIEJPKEJ0KIAKQPKB@EOPNE?POD=@KNIKNAKBDKQOADKH@O SEPDKQP=??AOOPKEILNKRA@@NEJGEJCS=PAN
Jawa Barat, Banten dan Jawa Timur dilaporkan memiliki akses yang lebih baik yaitu sekitar 90% rumah tangga mempunyai akses terhadap air minum yang aman.
1DA>APPAN=??AOOS=ONALKNPA@EJ'=S==N=P =JPAJ=J@'=S=1EIQNSDANA=NKQJ@KNIKNAKBDKQOADKH@OD=@ =??AOOPKEILNKRA@@NEJGEJCS=PAN
4.4 PEREMPUAN BUTA HURUF
4.4 FEMALE E ILLITERACY
Seperti di ketahui bahwa melek huruf perempuan terutama ibu dan pengasuh anak sangat berpengaruh terhadap status kesehatan dan gizi, dan menjadi hal yang sangat penting dalam pemanfaatan pangan. Studi di berbagai negara menunjukan bahwa tingkat pendidikan dan kesadaran ibu dapat menjelaskan situasi gizi anak-anak di negara-negara berkembang. Hal ini sudah terbukti secara global bahwa kekurangan gizi berkaitan erat dengan tingkat pendidikan ibu.
1DAHEPAN=?UKBSKIAJ AOLA?E=HHUIKPDANO=J@?=NACERANOKBUKQJC?DEH@NAJEOSAHHGJKSJPKEJŃQAJ?APDADA=HPD=J@ JQPNEPEKJ=HOP=PQO =J@DAJ?AEO=RANUEILKNP=JP@APANIEJ=JPKBBKK@QPEHEV=PEKJ0PQ@EAOSKNH@SE@AD=RAODKSJPD=PPDA >=OE?IKPDANOHARAHKBA@Q?=PEKJ=J@=S=NAJAOOATLH=EJPDAJQPNEPEKJ=HOEPQ=PEKJKB?DEH@NAJEJ@ARAHKLEJC?KQJPNEAO&PD=O >AAJLNKRAJCHK>=HHUPD=PQJ@ANJQPNEPEKJEOOPNKJCHU?KNNAH=PA@SEPDIKPDANOA@Q?=PEKJ=HHARAH
0A?=N=J=OEKJ=H PAN@=L=PLANAILQ=J>QP=DQNQB@EP=DQJ1=>AHIAJQJFQGG=JLANOAJP=OALANAILQ=J buta huruf di setiap provinsi. Angka perempuan buta huruf terendah terdapat di Sulawesi Utara, DKI Jakarta, Maluku dan Gorontalo dengan persentase kurang dari 5%. Sedangkan, angka buta huruf tertinggi terdapat di Papua, dimana @=NE LANAILQ=J =@=H=D >QP= DQNQB Ġ @EEGQPE KHAD +1 Ġ @=J =HE Ġ -=@= PEJCG=P G=>QL=PAJ sebanyak 66 dari 346 kabupaten mempunyai perempuan buta huruf sedikitnya 20%.
1DA LNKLKNPEKJ KB BAI=HAO ?H=OOEłA@ =O EHHEPAN=PA EJ EO 1=>HA ODKSO PDA LNKLKNPEKJO BKN A=?D LNKREJ?A #ASANPD=JłRALAN?AJPĠ KBBAI=HAOSANAEHHEPAN=PAEJ0QH=SAOE2P=N= !(&'=G=NP= *=HQGQ =J@$KNKJP=HKLNKREJ?AO 1DADECDAOPEHHEPAN=?UN=PAS=OEJ-=LQ=SDANAKJAEJARANUPDNAASKIAJSANAEHHEPAN=PAĠ
BKHHKSA@>U+1Ġ =J@ =HEĠ PPDA@EOPNE?PHARAH KQPKB@EOPNE?POD=@PDABAI=HAEHHEPAN=PAN=PA=PKNIKNA
4.5 STATUS GIZI
4.5 NUTRITIONAL STATUS
Ketahanan pangan merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi status kesehatan dan gizi. Status gizi anak ditentukan oleh asupan makanan dan penyakit yang dideritanya. Status gizi anak balita diukur dengan 3 indikator yaitu:
#KK@OA?QNEPUEOKJAKB@APANIEJ=JPO?KJPNE>QPEJCPKCKK@DA=HPD=J@JQPNEPEKJ=HOP=PQOKBLAKLHA1DAJQPNEPEKJ=HOP=PQOKB =?DEH@EO=JKQP?KIAKBSD=PPDA?DEH@A=PO=OSAHH=O@EOA=OAOODADAEOOQBBANEJCBNKI+QPNEPEKJOP=PQOKBUKQJC?DEH@NAJ =CA@QJ@ANłRAUA=NOKH@EOIA=OQNA@>UEJ@E?=PKNOġ
Gizi kurang dan buruk/underweightt (berat badan berdasarkan umur -BB/U- dengan Zscore kurang dari -2 dari median menurut referensi WHO 2005, yang mengacu kepada gabungan dari kurang gizi akut dan kronis);
1. 2J@ANSAECDPĠ=SAECDPBKN=CAN=PEKKBHAOOPD=JVO?KNAOKBPDAIA@E=JKBPDA4KNH@%A=HPD,NC=JEV=PEKJ 4%,NABANAJ?A SDE?DNABANOPKIETA@=?QPA=J@?DNKJE?I=HJQPNEPEKJ Ģ
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
59
BAB/Chapter 4
4.3 PENDUDUK DENGAN AKSES KURANG MEMADAI KE AIR BERSIH
2. Pendek/stuntingg (tinggi badan berdasarkan umur -TB/U- dengan Zscore kurang dari -2 dari median menurut referensi WHO 2005, yang mengacu ke kurang gizi kronis jangka panjang); dan
0PQJPEJCĠ=DAECDPBKN=CAN=PEKKBHAOOPD=JVO?KNAOKBPDAIA@E=JKBPDA4%,NABANAJ?A SDE?DNABANOPK LANOEOPAJP HKJCPANI ?DNKJE?I=HJQPNEPEKJ Ģ=J@
3. Kurus/wastingg (berat badan berdasarkan tinggi badan -BB/TB- dengan Zscore kurang dari -2 dari median menurut referensi WHO 2005, yang mengacu kepada kurang gizi akut atau baru saja mengalami kekurangan gizi).
3. 4=OPEJCĠ=SAECDPBKNDAECDPN=PEKKBHAOOPD=JVO?KNAOKBPDAIA@E=JKBPDA4%,NABANAJ?A SDE?DNABANOPK =?QPAKNNA?AJPI=HJQPNEPEKJ
7DEHO3HUVHQWDVH3HUHPSXDQ%XWD+XUXI 7DEOH3HUFHQWDJHRI)HPDOH,OOLWHUDF\
No
Provinsi/ Province
3HUHPSXDQ%XWD+XUXI )HPDOH,OOLWHUDF\
1
Nanggroe Aceh Darussalam
11.30
2
Sumatera Utara
3
Sumatera Barat
5.86
4
Riau
5.53
5
Kepulauan Riau
6.62
6
Jambi
9.32
7
Sumatera Selatan
6.79
8
Bengkulu
9.70
9
Bangka Belitung
10
Lampung
5.79
9.04 11.00
11
Banten
9.32
12
D.K.I. Jakarta
3.06
13
Jawa Barat
14
Jawa Tengah
15
D.I. Yogyakarta
19.14
16
Jawa Timur
19.65
17
Bali
20.66
18
Nusa Tenggara Barat
26.78
19
Nusa Tenggara Timur
15.41
20
Kalimantan Barat
16.61
21
Kalimantan Tengah
5.94
22
Kalimantan Selatan
10.18
23
Kalimantan Timur
7.14
24
Sulawesi Utara
1.67
25
Gorontalo
4.83
26
Sulawesi Tengah
8.34
27
Sulawesi Selatan
18.25
28
Sulawesi Tenggara
13.55
29
Sulawesi Barat
17.89
30
Maluku
31
Maluku Utara
32
Papua
32.07
33
Papua Barat
13.07
Total Indonesia
8.75 17.08
4.48 8.17
Sumber/Source: SUSENAS 2007, BPS
60
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
.ODVL¿NDVL
6WXQWLQJ
:DVWLQJ
< 10%
< 20%
< 5%
Acceptable
Kurang
10-19%
20-29%
5-9%
Buruk
20-29%
30-39%
Baik
Sangat Buruk
8QGHUZHLJKW
1DA 4%, ?H=OOEłAO PDA HARAH KB LQ>HE? DA=HPD OECJEł?=J?A KB JQPNEPEKJ=H OEPQ=PEKJ EJ = ?ANP=EJ ?KQJPNU NACEKJ KN @EOPNE?P =??KN@EJCPKPDAHARAHKBQJ@ANSAECDP OPQJPEJC=J@S=OPEJC=OBKHHKSOġ &ODVVL¿FDWLRQ
8QGHUZHLJKW
6WXQWLQJ
:DVWLQJ
< 10%
< 20%
< 5%
Poor
10-19%
20-29%
5-9%
10-14%
Serious (high)
20-29%
30-39%
10-14%
Critical (very high)
Pada FIA 2005 hanya data gizi kurang dan buruk (underweight) t yang tersedia, tidak terdapat data stunting. Oleh karena itu, indeks ketahananan pangan komposit dan pemetaan hanya menggunakan data underweight. Sedangkan pada FSVA 2009, data underweightt dan stuntingg tersedia. Namun disepakati untuk menggunakan data underweight saja pada indikator komposit dan pemetaan agar dapat dibandingkan dengan FIA 2005. Data stuntingg hanya akan ditampilkan pada Tabel 4.4 sebagai tambahan informasi untuk menjelaskan dampak kerawanan pangan kronis.
!QNEJCLNAL=N=PEKJKBPDA#& @=P=KJQJ@ANSAECDPS=O=R=EH=>HA >QPJKPOPQJPEJC1DANABKNA PDA KILKOEPA#KK@ 0A?QNEPU &J@AT S=O ?=H?QH=PA@ =J@ I=LLA@ QOEJC PDEO QJ@ANSAECDP KJHU &J PDA #03 @=P= KJ >KPD QJ@ANSAECDP =J@OPQJPEJCSANA=R=EH=>HA%KSARANKJHU@=P=KJQJ@ANSAECDPS=O>AAJQOA@BKNPDA KILKOEPA#KK@OA?QNEPU&J@AT =J@I=LLEJCPKLANIEP?KIL=NEOKJSEPDPDANAOQHPOKB#&0PQJPEJC@=P=EOLNAOAJPA@EJ1=>HA=O=@@EPEKJ=H EJBKNI=PEKJPKATLH=EJPDAEIL=?PKB?DNKJE?BKK@EJOA?QNEPU
*AJQNQP@=P=/EOAP(AOAD=P=J!=O=NĠ/&0("0!0U=JC@EH=GQG=JL=@=P=DQJ@=J@EHQJ?QNG=JKHAD!AL=NPAIAJ Kesehatan pada bulan Desember 2008), prevalensi gizi buruk nasional pada balita adalah 5,4%, dan Gizi Kurang t =@=H=D OADEJCC=PKP=HCEVEGQN=JC@=J>QNQGĠunderweight IAJF=@E %=HEJEIAJQJFQGG=J>=DS=I=O=H=D GAOAD=P=J I=OU=N=G=P >AN=@= L=@= PEJCG=P U=JC GQN=JC IAJQNQP GH=OEłG=OE 4%, ĠHED=P GH=OEłG=OE @E=P=O JCG= tersebut telah mencapai target Rencana Pembangunan Jangka Menengah untuk pencapaian program perbaikan gizi (20%) maupun target *EHHAJJEQI!ARAHKLIAJP$K=HOL=@=Ġ L=@=P=DQJ
??KN@EJCPK*EJEOPNUKB%A=HPDO=OE?%A=HPD/AOA=N?DĠ/&0("0!0@=P=?KHHA?PA@EJ H=QJ?DA@EJ!A?AI>AN >U*EJEOPNUKB%A=HPD
PDAJ=PEKJ=HLNAR=HAJ?AKBOARANAQJ@ANSAECDP=IKJCQJ@AN?DEH@NAJS=O=J@IK@AN=PA QJ@ANSAECDPS=O I=GEJCPKP=HQJ@ANSAECDPN=PA=PSDE?DEON=JGA@=PLKKNHARAHKBLQ>HE?DA=HPDOECJEł?=J?A =??KN@EJCPKPDA4%,?H=OOEł?=PEKJ1DEON=PA=HNA=@U=?DEARA@PDAP=NCAPKB>KPD*A@EQI1ANI!ARAHKLIAJP-H=JBKN +QPNEPEKJ-NKCN=IĠ =J@*EHHAJJEQI!ARAHKLIAJP$K=HOĠ EJ
4=H=QLQJ@AIEGE=J PAN@=L=PLAN>A@==JLAJ?=L=E=JU=JC?QGQL>AO=N@E>A>AN=L=LNKREJOE0A>=JU=GLNKREJOE mempunyai prevalensi underweightt diatas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua. Kejadian gizi buruk dan kurang sangat tinggi di Indonesia bagian Timur.
%KSARAN PDANA=NADQCA@EOL=NEPEAOEJPDAQJ@ANSAECDPN=PA>APSAAJLNKREJ?AO,JPKP=H LNKREJ?AOD=REJC=DECDAN QJ@ANSAECDP ?KIL=NA@ PK PDA +=PEKJ=H =RAN=CA SANA +=JCCNKA ?AD !=NQOO=H=I 0QI=PAN= 2P=N= 0QI=PAN= =N=P /E=Q '=I>E +QO= 1AJC=N= =N=P +QO= 1AJCC=N= 1EIQN (=HEI=JP=J =N=P (=HEI=JP=J 1AJC=D (=HEI=JP=J 0AH=P=J (=HEI=JP=J1EIQN 0QH=SAOE1AJC=D 0QH=SAOE1AICC=N= $KNKJP=HK 0QH=SAOE=N=P *=HQGQ *=HQGQ2P=N= -=LQ==N=P =J@-=LQ=LL=NAJPHU I=HJQPNEPEKJEOOECJEł?=JPHUDECDANEJA=OPANJL=NPKBPDA?KQJPNU
Pada tingkat provinsi, hanya satu provinsi (NTT) dengan prevalensi underweightt pada balita yang sangat buruk Ġ OALANPEU=JC@EGH=OEłG=OEKHAD4%,@E=P=O0AIAJP=N=EPQ LNKREJOEH=EJJU=IAIEHEGELNAR=HAJOE underweight yang buruk (20-29%). Pada tingkat kabupaten, terdapat 45 dari 348 kabupaten memiliki prevalensi underweightt yang sangat buruk.
PPDALNKREJ?E=HHARAH KJHUKJALNKREJ?AĠ+11 D=@=RANUDECDLNAR=HAJ?AKBQJ@ANSAECDPĠ =IKJCUKQJC?DEH@NAJ =OLAN4%,O?H=OOEł?=PEKJ@EO?QOOA@=>KRA&JPDAIA=JPEIA =JKPDANLNKREJ?AOD=@=DECDLNAR=HAJ?AKBQJ@ANSAECDP Ġ PPDA@EOPNE?PHARAH KQPKB@EOPNE?POD=@=RANUDECDLNAR=HAJ?AKBQJ@ANSAECDP
G=>QL=PAJ@AJC=JLNAR=HAJOE underweightL=@=>=HEP=PANPEJCCE>ANPQNQPPQNQP=@=H=Dġ?AD1AJCC=N=Ġ
/KPA t
1KL@EOPNE?POD=REJCPDADECDAOPN=PAOKBQJ@ANSAECDPSANA?AD1AJCC=N=Ġ
/KPA+@=KĠ
(=LQH=Q=JNQ
+@=KĠ
(=LQH=Q=JNQĠ
1EIKN1AJC=D0AH=P=JĠ
0EIAQHQAĠ
?AD=N=P!=U=Ġ
*=IQFQ2P=N=Ġ
1=L=JQHE2P=N=Ġ
(QL=JCĠ
@=JQNQĠ 0A@=JCG=JG=>QL=PAJ@AJC=J t prevalensi underweightL=@=>=HEP=PANAJ@=D=@=H=D$E=JU=NĠ
1=>=J=JĠ
=JPQHĠ
=@QJCĠ
Minahasa (8,0%) Halmahera Utara (8,8%), Bondowoso (8,8%), Karawang (9,4%), Halmahera Tengah (9,5%) dan Magetan (9,6%).
Ġ
1EIKN1AJC=D0AH=P=JĠ
0EIAQHQAĠ
?AD=N=P!=U=Ġ
*=IQFQ2P=N=Ġ
1=L=JQHE 2P=N= Ġ
(QL=JC Ġ
=J@ QNQ Ġ *A=JSDEHA @EOPNE?PO D=REJC = HKS LNAR=HAJ?A SANA $E=JU=N Ġ
1=>=J=JĠ
=JPQHĠ
=@QJCĠ
*EJ=D=O=Ġ %=HI=DAN=2P=N=Ġ
KJ@KSKOKĠ
(=N=S=JCĠ
%=HI=DAN=1AJC=DĠ =J@*=CAP=JĠ
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
61
BAB/Chapter 4
4%,IAJCGH=OEłG=OEG=JI=O=H=DCEVEOA>=C=EI=O=H=DGAOAD=P=JI=OU=N=G=P@EOQ=PQJAC=N= LNKREJOE=P=QG=>QL=PAJ berdasarkan tingkat underweight, stuntingg dan wastingg sebagai berikut:
Kekurangan gizi kronis (stunting) g pada balita banyak ditemukan di Indonesia. Secara nasional, prevalensi balita pendek dan balita sangat pendek (stunting g =@=H=D OA>AO=N @E P=DQJ =JCG= EJE IAJQJFQGG=J >=DS= I=O=H=D GAOAD=P=JI=OU=N=G=P>AN=@=L=@=PEJCG=PU=JC>QNQG>AN@=O=NG=JGH=OEłG=OE4%,0A>=JU=GLNKREJOEIAILQJU=E
DNKJE?I=HJQPNEPEKJĠOPQJPEJC EOSE@AHULNAR=EHEJC=IKJCUKQJC?DEH@NAJEJPDA?KQJPNU,RAN=HH J=PEKJ=HLNAR=HAJ?AKB OPQJPEJCS=OEJ N=JGA@=PDECDHARAHKBLQ>HE?DA=PDOECJEł?=J?A=??KN@EJCPKPDA4%,?H=OOEł?=PEKJ&J PKP=H LNKREJ?ANALKNPA@D=REJC=OPQJPEJCLNAR=HAJ?ADECDANPD=JPDAJ=PEKJ=H=RAN=CA SANA+! 0QI=PAN=2P=N=
prevalensi stuntingg di atas prevalensi nasional, yaitu NAD, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara dan Papua Barat.
0QI=PAN=0AH=P=J )=ILQJC =JPAJ +QO=1AJCC=N==N=P +QO=1AJCC=N=1EIQN (=HEI=JP=J=N=P (=HEI=JP=J1AJC=D (=HEI=JP=J0AH=P=J 0QH=SAOE1AJC=D 0QH=SAOE1AJCC=N= $KNKJP=HK 0QH=SAOE=N=P *=HQGQ *=HQGQ2P=N= =J@-=LQ= =N=P
Pada tingkat provinsi, prevalensi stuntingL=@=>=HEP=>AN=@=L=@=ļPEJCG=PU=JCO=JC=P>QNQGĠ U=JCPAN@=L=P g @ELNKREJOE-NAR=HAJOE>=HEP= stuntingL=@=PEJCG=P>QNQGĠ PAN@=L=P@ELNKREJOEH=EJJU=-NKREJOE+11 g merupakan satu-satunya provinsi yang berada pada tingkat prevalensi sangat buruk pada ke dua indikator tersebut
P PDA LNKREJ?E=H HARAH PDA LNAR=HAJ?A KB OPQJPEJC S=O ļRANU DECD Ġ =IKJC ?DEH@NAJ QJ@AN łRA UA=NO KH@ EJ LNKREJ?AO1DALNAR=HAJ?AKBOPQJPEJCS=OļDECDĠ EJLNKREJ?AO+11EOPDAKJHULNKREJ?AD=REJC>KPD underweight and stunting rates at a very high level.
(underweightt dan stunting). g -=@=PEJCG=PG=>QL=PAJ PAN@=L=P@=NEG=>QL=PAJU=JC>AN=@=L=@=PEJCG=PLNAR=HAJOEU=JCO=JC=P>QNQG!E =JP=N=G=>QL=PAJG=>QL=PAJPANOA>QP PAN@=L=PG=>QL=PAJ@AJC=JLNAR=HAJOE>=HEP= stuntingg tertinggi yaitu Seram =CE=J 1EIQN Ġ
+E=O 0AH=P=J Ġ
?AD 1AJCC=N= Ġ
0EIAQHQA Ġ
1=L=JQHE 2P=N= Ġ
Aceh Barat Daya (60,9%), Sorong Selatan (60,6%), Timor Tengah Utara (59,6%) Goya Lues (59,5%) dan Kapuas
PPDA@EOPNE?PHARAH KQPKB@EOPNE?POD=RA=RANUDECDLNAR=HAJ?AKBOPQJPEJCIKJCPDAI @EOPNE?POSEPDPDA DECDAOPOPQJPEJCLNAR=HAJ?ASANA0AN=I=CE=J1EIQNĠ
+E=O0AH=P=JĠ
?AD1AJCC=N=Ġ
0EIAQHQA
g %QHQĠ 0A@=JCG=JG=>QL=PAJU=JCIAILQJU=ELNAR=HAJOE stuntingPANAJ@=D=@=H=D0=NIEĠ
4=FK Ġ
(=IL=NĠ
)QSQ1EIQNĠ
$NK>KC=JĠ
(ALQH=Q=J0QH=Ġ
/KG=J%QHQĠĠ
)QSQ2P=N=Ġ
=@QJCĠ @=J0HAI=JĠ
4=FKĠ (=IL=NĠ
)QSQ1EIQNĠ
$NK>KC=JĠ
(ALQH=Q=J0QH=Ġ
/KG=J%QHQĠ
)QSQ2P=N=Ġ
=@QJCĠ @=J0HAI=JĠ
4.6 DAMPAK (OUTCOME) E DARI STATUS KESEHATAN
4.6 HEALTH H OUTCOME
Angka harapan hidup merupakan dampak dari status kesehatan dan gizi. Rata-rata angka harapan hidup di Indonesia L=@=P=DQJ=@=H=DP=DQJJCG=D=N=L=JDE@QLPANPEJCCEPAN@=L=P@E!&6KCU=G=NP=Ġ
@=JPANAJ@=D PAN@=L=P@E+1Ġ !AH=L=J@=NELNKREJOEIAIEHEGE=JCG=D=N=L=JDE@QLP=DQJ=P=QHA>ED-=@=PEJCG=P G=>QL=PAJ PAN@=L=P@=NEG=>QL=PAJU=JCIAIEHEGE=JCG=D=N=L=JDE@QLP=DQJ=P=QHA>ED
)EBAATLA?P=J?UEJ=JKQP?KIAKBDA=HPD=J@JQPNEPEKJOP=PQO&JPDA?KQJPNU PDA=RAN=CAKBHEBAATLA?P=J?US=OUA=NOEJ 1DADECDAOPHEBAATLA?P=J?US=ONALKNPA@EJ!&6KCU=G=NP=Ġ
=J@PDAHKSAOPEO+1Ġ "ECDPKQPKB LNKREJ?AOD=@PDAHEBAATLA?P=J?UKBKNIKNAUA=NOPPDA@EOPNE?PHARAH KQPKB@EOPNE?POD=@PDAHEBAATLA?P=J?U KBKNIKNAUA=NO
Strategi untuk memperbaiki status gizi dan kesehatan kelompok rentan
Strategies for improving health and nutrition status of nutritionally vulnerable groups
Meskipun target *EHHAJJEQI!ARAHKLIAJP$K=H (MDG) untuk menurunkan angka prevalensi underweightt pada balita sudah tercapai di Indonesia, namun masalah gizi kronis (stunting) g masih tetap tinggi. Masalah gizi kronis merupakan akibat kurang optimalnya pertumbuhan janin dan bayi di usia dua tahun pertama kehidupannya, terutama karena gabungan dari kurangnya asupan gizi, paparan terhadap penyakit yang tinggi serta pola pengasuhan yang kurang tepat. Semua faktor ini dapat menyebabkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki, yang akhirnya dapat menyebabkan
4DEHAPDA*EHHAJJEQI!ARAHKLIAJP$K=HOAPBKNNA@Q?EJCPDALNAR=HAJ?AN=PAKBQJ@ANSAECDP=IKJCQJ@ANłRAUA=NOKH@ ?DEH@NAJD=O>AAJ=?DEARA@EJ&J@KJAOE= ?DNKJE?I=HJQPNEPEKJĠOPQJPEJC NAI=EJO=P=DECD=J@RANUDECDHARAH=?NKOOPDA ?KQJPNU DNKJE?I=HJQPNEPEKJEONAOQHPA@BNKILKKNBAP=HCNKSPD=J@NA@Q?A@CNKSPDEJPDAłNOPPSKUA=NOKBHEBA I=EJHU @QAPK=?KI>EJ=PEKJKBEJ=@AMQ=PAJQPNEAJPEJP=GA DECD@EOA=OAATLKOQNA=J@LKKN?=NEJCLN=?PE?AO&P?=QOAOENNARANOE>HA @=I=CAO HA=@OPKOQ>OP=JPE=HEJ?NA=OAOKBQJ@ANłRAIKNP=HEPU=J@PDAKRAN=HH@EOA=OA>QN@AJ
Ġ
1=L=JQHE2P=N=Ġ
?AD=N=P!=U=Ġ
0KNKJC0AH=P=JĠ
1EIKN1AJC=D2P=N=Ġ $KU= )QAOĠ =J@(=LQ=O%QHQĠ 4DANA=O @EOPNE?POSEPDPDAHKSAOPOPQJPEJCLNAR=HAJ?A=NA0=NIEĠ
meningkatnya beban penyakit dan kematian pada balita. g L=@= QOE= @EJE @=L=P IAJCD=I>=P LANGAI>=JC=J łOEG @=J IAJP=H U=JC =GDENJU= Kurang gizi, terutama stunting mempengaruhi prestasi dan tingkat kehadiran di sekolah. Anak yang kurang gizi lebih cenderung untuk masuk sekolah lebih lambat dan lebih cepat putus sekolah. Dampak ke masa depannya adalah mempengaruhi potensi kemampuan mencari nafkah, sehingga sulit keluar dari lingkaran kemiskinan. Anak yang menderita kurang berat badan menurut
62
"=NHU QJ@ANJQPNEPEKJ AOLA?E=HHU OPQJPEJC HA=@O PK NA@Q?A@ LDUOE?=H =J@ IAJP=H @ARAHKLIAJP @QNEJC UKQJC =CAO SDE?D OQ>OAMQAJPHU=BBA?POO?DKKHLANBKNI=J?A=J@=PPAJ@=J?A2J@ANJKQNEODA@?DEH@NAJ=NAIKNAHEGAHUPKOP=NPO?DKKHH=PAN=J@ @NKLKQPA=NHEAN1DEO@AR=OP=PEJCEIL=?PKJA=NHU@ARAHKLIAJP=@RANOAHU=BBA?POPDAENEJ?KIAA=NJEJCLKPAJPE=HBKNHEBA I=GEJCEPRANU@EBł?QHPPKNEOAKQPKBLKRANPU&J=@@EPEKJ QJ@ANJKQNEODA@?DEH@NAJSDKLQPKJSAECDPN=LE@HU=PH=PANOP=CAOKB
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
umur (kurang gizi) dan secara cepat berat badannya meningkat, maka pada dewasa cenderung untuk menderita penyakit kronik yang terkait gizi (kencing manis, tekanan darah tinggi dan penyakit jantung koroner). Dampak jangka panjang, oleh kurang gizi pada masa anak-anak juga menyebabkan rendahnya tinggi badan dan pada ibu-ibu dapat
?DEH@DKK@=J@=@KHAO?AJ?A=NAIKNAHEGAHUPK@ARAHKL?DNKJE?@EOA=OAOĠ@E=>APAO DULANPAJOEKJ=J@?KNKJ=NUDA=NP@EOA=OA
NAH=PA@PKJQPNEPEKJ1DAHKJCPANI@=I=CA?=QOA@>UA=NHU?DEH@DKK@QJ@ANJQPNEPEKJ=HOKEJ?HQ@AOODKNPAN=@QHPDAECDP=J@ HKS>ENPDSAECDP>=>EAO>KNJPKSKIAJ SDE?DLANLAPQ=PAOPDALNK>HAIEJPDAJATPCAJAN=PEKJ
melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), yang akhirnya menyebabkan terulangnya lingkaran masalah ini pada generasi selanjutnya. 7DEHO3HUVHQWDVH XQGHUZHLJKWW dan VWXQWLQJ J pada balita 7DEOH3HUFHQWDJHRIXQGHUZHLJKWDQGVWXQWHGXQGHU¿YH\HDUVFKLOGUHQ Provinsi/ Province
1
Nanggroe Aceh Darussalam
2
Sumatera Utara
3
Sumatera Barat
4
Riau
5
Kepulauan Riau
6
Jambi
7
Sumatera Selatan
8
Bengkulu
%HUDW%DGDQGL%DZDK6WDQGDUG $QDNWDKXQ &KLOGUHQ\UV 8QGHUZHLJKW
7LQJJL%DGDQGL%DZDK6WDQGDUG $QDNWDKXQ &KLOGUHQ\UV 6WXQWLQJ
No
Provinsi/ Province
26.50
44.60
1
Nanggroe Aceh Darussalam
68.40
22.70
43.10
2
Sumatera Utara
69.10
20.20
36.50
3
Sumatera Barat
68.80
21.40
33.00
4
Riau
71.00
12.40
26.10
5
Kepulauan Riau
69.60
18.90
36.40
6
Jambi
68.60
18.20
44.70
7
Sumatera Selatan
69.00
16.70
36.00
8
Bengkulu
69.20
$QJND+DUDSDQ+LGXSWDKXQ /LIH([SHFWDQF\\HDU
9
Bangka Belitung
18.30
35.60
9
Bangka Belitung
68.50
10
Lampung
17.50
38.70
10
Lampung
68.80
11
Banten
16.60
38.90
11
Banten
64.50
12
D.K.I. Jakarta
12.90
26.70
12
D.K.I. Jakarta
72.80
13
Jawa Barat
15.00
35.40
13
Jawa Barat
67.60
14
Jawa Tengah
16.00
36.40
14
Jawa Tengah
70.90
15
D.I. Yogyakarta
10.90
27.60
15
D.I. Yogyakarta
73.10
16
Jawa Timur
17.40
34.80
16
Jawa Timur
68.90
17
Bali
11.40
31.00
17
Bali
70.60
18
Nusa Tenggara Barat
24.80
43.70
18
Nusa Tenggara Barat
61.20
19
Nusa Tenggara Timur
33.60
46.70
19
Nusa Tenggara Timur
66.70
20
Kalimantan Barat
22.50
39.20
20
Kalimantan Barat
66.10
21
Kalimantan Tengah
24.20
42.80
21
Kalimantan Tengah
70.90
22
Kalimantan Selatan
26.60
41.80
22
Kalimantan Selatan
62.60
23
Kalimantan Timur
19.30
35.20
23
Kalimantan Timur
70.60
24
Sulawesi Utara
15.80
31.20
24
Sulawesi Utara
72.00
25
Gorontalo
25.40
39.90
25
Gorontalo
65.90
26
Sulawesi Tengah
27.60
40.30
26
Sulawesi Tengah
65.90
27
Sulawesi Selatan
17.60
29.10
27
Sulawesi Selatan
69.40
28
Sulawesi Tenggara
22.70
40.50
28
Sulawesi Tenggara
67.20
29
Sulawesi Barat
25.40
44.50
29
Sulawesi Barat
67.20
30
Maluku
27.80
45.80
30
Maluku
66.80
31
Maluku Utara
22.80
40.20
31
Maluku Utara
65.10
32
Papua
21.20
37.60
32
Papua
67.90
33
Papua Barat
23.20
39.40
33
Papua Barat
67.60
Total Indonesia Sumber/Source: RISKESDAS, Departemen Kesehatan/MoH, 2007
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Total Indonesia
BAB/Chapter 4
No
7DEHO$QJND+DUDSDQ+LGXS7LQJNDW3URYLQVL 7DEOH/LIH([SHFWDQF\E\3URYLQFH
Sumber/Source: SUSENAS 2007, BPS
63
Untuk dapat mempertahankan pencapaian MDG mengenai prevalensi underweightt dan menurunnya kasus stunting, maka intervensi gizi harus segera direncanakan dan dilakukan secara efektif pada semua tingkat, mulai dari rumah tangga sampai tingkat nasional. Untuk mencegah dan mengatasi masalah kekurangan gizi secara efektif, perlu prioritas
1KOQOP=EJPDA=?DEARA@*!$KJQJ@ANSAECDP=J@NA@Q?ADECDN=PAOKBOPQJPEJC JQPNEPEKJEJPANRAJPEKJOODKQH@>ALH=JJA@ =J@EILHAIAJPA@QNCAJPHU=J@IKNAABBA?PERAHU=P=HHHARAHO BNKIDKQOADKH@PKJ=PEKJ=HHARAH1KABBA?PERAHULNARAJP=J@ PNA=P@EBBANAJPBKNIOKBQJ@ANJQPNEPEKJ EPEOEILKNP=JPPD=PJQPNEPEKJ=HHURQHJAN=>HACNKQLO=NALNEKNEPEVA@ QJ@ANHUEJCIQHPE
untuk kelompok rentan gizi, memahami penyebab kurang gizi adalah multidimensi, intervensi yang tepat dan efektif untuk mengatasi penyebabnya, dan meningkatkan komitmen serta investasi dalam bidang gizi.
@EIAJOEKJ=H?=QOAO=NAQJ@ANOPKK@ =LLNKLNE=PA=J@ABBA?PERAEJPANRAJPEKJOPK=@@NAOOE@AJPEłA@?=QOAO=NAOAHA?PA@ =J@ ?KIIEPIAJP=J@EJRAOPIAJPEJJQPNEPEKJEOEJ?NA=OA@
Berikut ini adalah rekomendasi untuk mengatasi masalah gizi:
1DABKHHKSEJCJQPNEPEKJOPN=PACEAO=NANA?KIIAJ@A@ġ
Fokus pada kelompok rentan gizi, termasuk:
1. #K?QOKJJQPNEPEKJ=HHURQHJAN=>HACNKQLO EJ?HQ@EJCġ
a. Anak usia di bawah dua tahun. Usia dua tahun pertama di dalam kehidupan adalah usia yang paling kritis y karena mencegah kurang gizi pada usia ini akan sehingga disebut “jendela peluang (window of opportunity)” sangat berarti untuk kelompok ini pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Meskipun kerusakan sudah terjadi dan seharusnya dihindari sejak dari usia 9 bulan sampai usia 24 bulan, kerentanan anak terhadap penyakit dan resiko kematian masih tetap tinggi di usia lima tahun pertama. Itulah sebabnya banyak intervensi kesehatan dan gizi yang difokuskan pada anak bawah lima tahun. Intervensi kesehatan dan gizi harus difokuskan pada anak di bawah dua tahun, akan tetapi apabila anggaran memadai maka perlu dilakukan juga untuk anak
=
DEH@NAJUKQJCANPD=JPSKUA=NOKB=CA1DAłNOPPSKUA=NOKBHEBA=NAIKOP?NEPE?=HSDE?DEOGJKS=OļSEJ@KSKB KLLKNPQJEPU>A?=QOALNARAJPEJCQJ@ANJQPNEPEKJ=PPDEO=CA>AJAłPOPDAI=J@OK?EAPUPDNKQCDKQPPDANAOPKBPDAEN HEBAHPDKQCDIKOP@=I=CAEO@KJA=J@ODKQH@>ALNARAJPA@BNKI?KJ?ALPEKJĠEA IKJPDO PKIKJPDOKB=CA ?DEH@NAJORQHJAN=>EHEPUPK@EOA=OAO=J@NEOGKB@A=PDNAI=EJODECD@QNEJCłNOPłRAUA=NO1D=POSDUI=JUDA=HPD=J@ JQPNEPEKJEJPANRAJPEKJOBK?QOKJ=HHQJ@ANłRAO%A=HPD=J@JQPNEPEKJEJPANRAJPEKJOODKQH@LNEKNEPEVAQJ@ANPSKUA=NO ?DEH@NAJ =J@EBNAOKQN?AOLANIEP QJ@ANłRAUA=NO?DEH@NAJ
di bawah lima tahun. b. Anak-anak kurang gizi ringan. Kelompok ini memiliki resiko lebih tinggi untuk meninggal karena meningkatnya kerentanan terhadap infeksi. Anak yang terdeteksi kurang gizi seharusnya dirawat dengan tepat untuk mencegah mereka menjadi gizi buruk.
> *K@AN=PAHUI=HJKQNEODA@?DEH@NAJ1DAUD=RA=DECDANNEOGKB@UEJC@QAPKEJ?NA=OA@OQO?ALPE>EHEPUPKEJBA?PEKJO 1DA@APA?PA@IK@AN=PAHUI=HJKQNEODA@?DEH@NAJODKQH@>ALNKLANHUPNA=PA@PKLNARAJPBNKI>A?KIEJCOARANAHU I=HJKQNEODA@
c. Ibu hamil dan menyusui karena kelompok ini memerlukan kecukupan gizi bagi pertumbuhan dan perkembangan janin, dan untuk menghasilkan ASI (air susu ibu) untuk bayi mereka.
? -NACJ=JP=J@H=?P=PEJCSKIAJ>A?=QOAPDAUD=RACNA=PANJQPNEPEKJ=HJAA@OBKNBAP=HCNKSPD=J@@ARAHKLIAJP =J@ BKNLNK@Q?EJC>NA=OPIEHGBKNPDAENEJB=JPO
d. Penderita penyakit kronis seperti tuberkulosis dan atau HIV/AIDS. Perlu gabungan intervensi pengobatan medis, cakupan gizi yang baik, peningkatan ketahanan pangan rumah tangga dan pendidikan perilaku.
@
e. Kurang gizi mikro untuk semua kelompok umur, terutama pada anak-anak, ibu hamil dan menyusui. Kekurangan gizi mikro pada semua kelompok umur cukup tinggi disebabkan karena asupan karbohidrat yang tinggi, NAJ@=DJU==OQL=JLNKPAEJĠDAS=JE O=UQN@=J>Q=D
O=UQN@=J>Q=DOANP=I=G=J=JU=JC>ANBKNPEłG=OE-=@= kondisi ini biasanya tingkat stunting pada balita juga cukup tinggi.
A *E?NKJQPNEAJP @Ał?EAJ?EAO =IKJC LAKLHA KB =HH =CA CNKQLO AOLA?E=HHU UKQJC ?DEH@NAJ LNACJ=JP =J@ H=?P=PEJC SKIAJ*E?NKJQPNEAJP@Ał?EAJ?EAO=NA=OOQIA@PK>ASE@AOLNA=@EJPDALKLQH=PEKJ@QAPKDA=REHU?=N>KDU@N=PA >=OA@@EAPO HKSEJP=GAKBLNKPAEJOĠ=JEI=HO RACAP=>HAO BNQEPO =J@BKNPEłA@BKK@O&JPDEO?KJPATP OPQJPEJCEOQOQ=HHU widely prevalent.
2. Perencanaan dan penerapan intervensi multi-sektoral untuk mengatasi TIGA penyebab dasar kekurangan gizi (pangan, kesehatan dan pengasuhan).
-H=J=J@EILHAIAJPIQHPEOA?PKN=HEJPANRAJPEKJOPK=@@NAOO1%/""QJ@ANHUEJC?=QOAOĠBKK@ DA=HPD=J@?=NANAH=PA@
of undernutrition.
Satu sektor saja (sektor kesehatan atau pendidikan atau pertanian) tidak dapat mengatasi masalah gizi secara efektif karena masalah tersebut adalah multi sektor.
OEJCHA OA?PKN =HKJA ĠDA=HPD KN A@Q?=PEKJ KN =CNE?QHPQNA ?=JJKP ABBA?PERAHU =@@NAOO IQHPEB=?APA@ ?=QOAO KB PDA LNK>HAI
a.
a.
Intervensi langsung dengan manfaat langsung terhadap gizi (terutama melalui Sektor Kesehatan):
Memperbaiki gizi dan pelayanan ibu hamil, terutama selama 2 trimester pertama usia kehamilan: makan lebih sering, beraneka ragam, dan bergizi; minum pil besi atau menggunakan suplemen gizi mikro tabur (Sprinkle) setiap hari; memeriksakan kehamilan sekurangnya 4 kali selama periode kehamilan.
64
DNKJE?=HHU EHH LAKLHA OQBBANEJC BNKI PQ>AN?QHKOEO =J@ KN %&3&!0 *A@E?=H PNA=PIAJP CKK@ JQPNEPEKJ EILNKRA@ DKQOADKH@BKK@OA?QNEPU=J@>AD=REKN=HA@Q?=PEKJODKQH@>A?KI>EJA@
!ENA?PEJPANRAJPEKJOSEPD@ENA?P>AJAłPOBKNJQPNEPEKJĠIKOPHUPDNKQCD%A=PD0A?PKN ġ
&ILNKREJCI=PANJ=HJQPNEPEKJ=J@?=NA AOLA?E=HHU@QNEJCPDAOA?KJ@D=HBKBLNACJ=J?UġBNAMQAJP @ERANOEłA@=J@ JQPNEPEKQOIA=HOĢ@=EHUP=GEJCENKJP=>HAPOKNIQHPELHAIE?NKJQPNEAJPLKS@ANĠ0LNEJGHA Ģ=PHA=OP=JPAJ=P=H?=NA ?DA?GQLO@QNEJC=LNACJ=J?U
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Promosi menyusui ASI selama 0-24 bulan: inisiasi menyusui dini segera sesudah bayi lahir; menyusui ASI eksklusif sampai 6 bulan pertama, melanjutkan pemberian ASI sampai 24 bulan; melanjutkan menyusui walaupun anak sakit.
-NKIKPEJC >NA=OPBAA@EJC @QNEJC IKJPDOġ EJEPE=PEKJ KB >NA=OPBAA@EJC =O OKKJ =O =BPAN >ENPDĢ AT?HQOERA >NA=OPBAA@EJCQLPKłNOPOETIKJPDOĢ?KJPEJQA@>NA=OPBAA@EJCQLPKIKJPDOĢ?KJPEJQA@>NA=OPBAA@EJC@QNEJC ?DEH@OOE?GJAOO
Meningkatkan pola pemberian makanan tambahan untuk anak usia 6-24 bulan: mulai pemberian makanan
&ILNKREJC ?KILHAIAJP=NU BAA@EJC KB IKJPDO ?DEH@NAJġ OP=NP ?KILHAIAJP=NU BAA@EJC BNKI PD IKJPDĢ
P=I>=D=JOAF=G=J=G>ANQOE=>QH=JĢLAI>ANE=JI=G=J=JHA>EDOANEJC FQIH=DOA@EGEP >AN=JAG=N=C=I dan bergizi (pangan hewani, telur, kacang-kacangan, polong-polongan, kacang tanah, sayur, buah dan minyak); hindari pemberian jajan yang tidak sehat.
BNAMQAJPOI=HH @ERANOEłA@=J@JQPNEPEKQOIA=HOĠ=JEI=HBKK@O ACCO >A=J LA=O LA=JQPO RACAP=>HAO BNQEPO oil); avoiding unhealthy snacks.
Pemantauan berat dan tinggi badan bayi 0-24 bulan atau jika sumber daya memungkinkan, untuk anak 0-59 bulan secara teratur, untuk mendeteksi kurang gizi secara dini sehingga bisa dilakukan intervensi sedini mungkin. Meningkatkan komunikasi mengenai berat badan anak, cara mencegah dan memperbaiki kegagalan berat dan tinggi anak dengan keluarga.
/ACQH=NIKJEPKNEJCSAECDP=J@DAECDPKBIKJPDOKNIKJPDO?DEH@NAJ EBNAOKQN?AOLANIEP PKA=NHU @APA?PA@I=HJQPNEPEKJBKNPEIAHUEJPANRAJPEKJ"JD=J?A?KIIQJE?=PEKJSEPDB=IEHEAOKJ?DEH@OSAECDP S=UOPK prevent and correct weight and height failure.
Mengatasi masalah kurang gizi akut pada balita dengan menyediakan fasilitas dan manajemen berbasis masyarakat berdasarkan pedoman dari WHO/UNICEF dan Departemen Kesehatan.
#=?EHEPU>=OA@=J@?KIIQJEPU>=OA@I=J=CAIAJPKB=?QPAI=HJQPNEPEKJ=IKJCQJ@ANłRA?DEH@NAJ=??KN@EJC
*AILAN>=EGE=OQL=JCEVEIEGNKġLNKIKOEC=N=I>ANUK@EQIĢLAJC=JAG=N=C=I=J=OQL=JI=G=J=JĢBKNPEłG=OE
&ILNKREJCIE?NKJQPNEAJPEJP=GAġLNKIKPEJCEK@EVA@O=HPĢ@ERANOEłA@@EAPĢBKNPEłA@BKK@OĢENKJP=>HAPOBKNLNACJ=JP SKIAJĢOAIE=JJQ=HREP=IEJOQLLHAIAJP=PEKJBKNIKJPDO?DEH@NAJĠKNIKJPDOEBNAOKQN?AOLANIEP
=J@H=?P=PEJCIKPDANOSEPDEJOPIKJPD=BPAN>ENPDĢ@ASKNIEJC
&JPAJOEBUEJC DA=HPD =J@ JQPNEPEKJ EJBKNI=PEKJA@Q?=PEKJ?KIIQJE?=PEKJ Ġ&" KJ PDAOA @ENA?P =J@ EJ@ENA?P EJPANRAJPEKJO >U QOEJC R=NEKQO ?D=JJAHO ĠI=OO IA@E= REHH=CA HKQ@OLA=GANO REHH=CA ARAJPO AP? PK =@@NAOO JKPKJHUIKPDANO=J@?=NACERANO >QP=HOKREHH=CA=J@NAHECEQOHA=@ANO DQO>=J@O=J@KPDANB=IEHUIAI>ANO =@KHAO?AJPO PA=?DANO ATPAJOEKJSKNGANO ?KIIQJEPUOANRE?ALNKRE@ANO
makanan; pemberian pil besi untuk ibu hamil; pemberian vitamin A setiap 6 bulan sekali untuk anak 6-24 >QH=JĠ=P=Q=J=G>QH=JFEG==HKG=OE=JCC=N=JIAJ?QGQLE
OANP=E>QIAJUQOQE@=H=IF=JCG=S=GPQ bulan setelah melahirkan atau masa nifas; pemberian obat cacing.
Mengintensifkan kegiatan penyuluhan atau pendidikan informasi kesehatan dan gizi (&" ) baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan bermacam-macam media (media massa, pengeras suara di mushola, perayaan hari besar dll.) untuk menjangkau tidak hanya ibu dan pengasuh anak, tetapi juga kepala desa, pemuka desa, pemuka agama, para suami dan anggota keluarga lain, remaja putri, guru, tenaga penyuluh, penyedia pelayanan masyarakat.
b. Intervensi tidak langsung dengan manfaat tidak langsung terhadap gizi (terutama melalui sektor di luar kesehatan)
b.
&J@ENA?PEJPANRAJPEKJSEPDEJ@ENA?P>AJAłPOBKNJQPNEPEKJĠIKOPHUPDNKQCDJKJDA=HPDOA?PKNO
Promosi pemanfaatan halaman rumah: pemanfaatan halaman rumah dengan cara menanam sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan; memelihara unggas (ayam, bebek); dan memelihara ikan.
-NKIKPEJCDKIAOPA=@=CNE?QHPQNAġDKIAC=N@AJEJCKBRACAP=>HAO BNQEPO >A=JO LA=JQPOĢOI=HH=JEI=HDQO>=J@NU Ġ?DE?GAJ @Q?GO Ģ=J@łODLKJ@
Mobilisasi kepemimpinan berbasis masyarakat dari kepala desa, pemuka agama, PKK, kelompok tani dan
*K>EHEVEJC ?KIIQJEPU>=OA@ HA=@ANODELO KB REHH=CA DA=@ NAHECEKJ HA=@ANO SKIAJO =OOK?E=PEKJ B=NIANO
lain-lain, untuk terlibat dalam intervensi gizi terutama keterlibatan pada saat pendidikan higiene dan gizi.
Memperbaiki air minum: meningkatkan akses terhadap sumber air bersih untuk rumah tangga dan sekolah-sekolah; promosi minum air matang sebagai ganti air mentah; membuat tangki penampung air untuk menyimpan air hujan; meminta anak untuk membawa air minum ke sekolah untuk penghilang rasa
association, etc. in nutrition interventions, particularly in hygiene and nutrition education.
&ILNKREJC@NEJGEJCS=PANġEJ?NA=OEJC=??AOOPKEILNKRA@S=PANOKQN?AO=PDKQOADKH@O=J@O?DKKHOĢLNKIKPEJC the drinking of boiled water instead of raw water; constructing water tanks to collect water during rainy seasons; encouraging students to bring drinking water to school to prevent thirsty.
dahaga.
Memperbaiki higiene dan sanitasi: mencuci tangan sebelum makan dan setelah dari toilet; memperbaiki sistem pembuangan limbah; pembuangan sampah/limbah yang tepat dan benar.
&ILNKREJC DUCEAJA =J@ O=JEP=PEKJġ D=J@ S=ODEJC >ABKNA IA=HO =J@ =BPAN PKEHAPOĢ EILNKREJC OAS=CA OUOPAIĢ LNKLANS=OPAAT?NAPEKJ@EOLKO=H
Meningkatkan status kaum perempuan; meningkatkan pendidikan kaum perempuan, memperbaiki
&ILNKREJCSKIAJOOP=PQOġEJ?NA=OEJCBAI=HAA@Q?=PEKJ EILNKREJCGJKSHA@CAOGEHHOKJ?DEH@?=NA=J@BAA@EJCĢ AJD=J?EJCOD=NA@NAOLKJOE>EHEPUKBDQO>=J@O=J@KPDANB=IEHUIAI>ANOEJ?DEH@?=NA=J@BAA@EJC
pengetahuan/kemampuan pengasuhan dan pemberian makan anak; meningkatkan pembagian tanggung jawab suami dan anggota keluarga dalam pengasuhan dan pemberian makan anak.
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
65
BAB/Chapter 4
PK4%,2+& "#=J@*K%CQE@AHEJAO
Memperkuat kapasitas pemerintah di tingkat provinsi dan kabupaten dalam hal merencanakan, melaksanakan, memantau dan mengevaluasi intervensi gizi.
Perlu dipahami bahwa intervensi tidak langsung ini hanya bersifat melengkapi intervensi langsung, bukan pengganti intervensi gizi langsung. 3. Prioritas dan peningkatan investasi serta komitmen dalam hal gizi untuk mengatasi masalah gizi
0PNAJCPDAJEJC?=L=?EPEAOKBPDANAH=PA@LNKREJ?E=H @EOPNE?PKBł?E=HOEJLH=JJEJC EILHAIAJPEJC IKJEPKNEJC=J@ evaluating nutrition interventions.
&P ODKQH@ >A AILD=OEVA@ PD=P PDA EJ@ENA?P EJPANRAJPEKJO =NA ?KILHAIAJP=NU PK >QP ODKQH@ JKP OQ>OPEPQPA BKN @ENA?P nutrition interventions. 3. -NEKNEPEVA=J@EJ?NA=OAEJRAOPIAJPEJJQPNEPEKJ=J@?KIIEPIAJPPKOKHRAJQPNEPEKJLNK>HAIO
Dampak ekonomi akibat kekurangan gizi pada anak-anak adalah sangat tinggi. Kekurangan gizi pada anak akan menyebabkan hilangnya produktivitas pada masa dewasa, dan tingginya biaya pelayanan kesehatan dan pendidikan. Ada beberapa macam bentuk dari malnutrisi pada masa anak-anak yang dapat menyebabkan hilangnya
1DAA?KJKIE??KOPOKB?DEH@QJ@ANJQPNEPEKJ=NARANUDECD DEH@QJ@ANJQPNEPEKJHA=@OPKHKOOAOEJ=@QHPLNK@Q?PEREPU=J@ DECDDA=HPD?=NA=J@A@Q?=PEKJ?KOP1DANA=NAR=NEKQOBKNIOKB?DEH@DKK@I=HJQPNEPEKJPD=P?=QOALNK@Q?PEREPUHKOOAO EJ =@QHPDKK@ =OOK?E=PA@ SEPD HKSAN ?KCJEPERA =>EHEPU -NKPAEJAJANCU I=HJQPNEPEKJ EO =OOK?E=PA@ SEPD = HKOO ENKJ
produktivitas mereka pada masa dewasa yang berkaitan dengan rendahnya kemampuan kognitif. Kekurangan
@Ał?EAJ?U=JAIE=SEPD=HKOO =J@EK@EJA@Ał?EAJ?USEPD=HKOOEJ=@QHPLNK@Q?PEREPU DEH@DKK@I=HJQPNEPEKJ =HOKHA=@OPKLNK@Q?PEREPUHKOOAOEJI=JQ=HH=>KN
AJANCELNKPAEJ>ANGKJOPNE>QOEOA>AO=N@=NEDEH=JCJU=LNK@QGPEREP=OL=@=I=O=@AS=O= GAGQN=JC=JV=P>AOE Ġ=JAIE= >ANGKJPNE>QOEOA>AO=N@=JGAGQN=JC=JV=PUK@EQIOA>AO=N*=HJQPNEOEL=@=I=O==J=G=J=GFQC= berpotensi menyebabkan hilangnya produktivitas tenaga kerja kasar. Investasi di bidang gizi merupakan salah satu jenis intervensi pembangunan yang paling efektif dari segi biaya, karena memiliki rasio manfaat-biaya yang tinggi, bukan hanya untuk individu, tetapi juga pembangunan negara yang berkelanjutan, sebab intervensi ini dapat melindungi kesehatan, mencegah kecacatan dan dapat memacu produktivitas ekonomi dan menjaga kelangsungan hidup.
&JRAOPIAJPOEJJQPNEPEKJ=NA=IKJCPDAIKOP?KOPABBA?PERA@ARAHKLIAJPEJPANRAJPEKJO >A?=QOARANUDECD>AJAłPPK cost ratios, not only for individuals, but also for sustainable growth of countries, because they protect health, prevent @EO=>EHEPU >KKOPA?KJKIE?LNK@Q?PEREPU=J@O=RAHERAO
Konsensus Copenhagen menetapkan bahwa pemberian vitamin dan mineral ke anak kurang gizi merupakan investasi terbaik di dunia ini. Pemberian zat-zat gizi mikro dalam bentuk kapsul vitamin A dan seng kepada 80% @=NEFQP==J=GU=JCGAGQN=JC=JREP=IEJAOAJOE=HD=JU=IAI>QPQDG=J>E=U=OA>AO=N20FQP=LANP=DQJ
1DA KLAJD=CAJ KJOAJOQON=JGOPDALNKREOEKJKBREP=IEJO=J@IEJAN=HOPKQJ@ANJKQNEODA@?DEH@NAJ=OPDASKNH@O >AOPEJRAOPIAJP-NKRE@EJCIE?NKJQPNEAJPOBKNKBPDAIEHHEKJ?DEH@NAJSDKH=?GAOOAJPE=HREP=IEJOEJPDABKNIKB REP=IEJ?=LOQHAOLHQO=?KQNOAKBVEJ?OQLLHAIAJPOSKQH@?KOPFQOP20IEHHEKJLANUA=N SDEHACAJAN=PEJC=JJQ=H
OAIAJP=N= I=JB==P P=DQJ=J U=JC @ELANKHAD @=NE LAI>ANE=J V=PV=P CEVE P=I>=D=J PANOA>QP HA>ED @=NE 20 milyar.
>AJAłPOSKNPDIKNAPD=J20>EHHEKJ
-NEKNEP=OPANEJCCEGAPEC=@=NEGKJOAJOQOPANOA>QP=@=H=DBKNPEłG=OEV=PCEVEIEGNKOALANPEC=N=I>ANUK@EQI@=J BKNPEłG=OEI=G=J=J@AJC=JV=P>AOE!EI=J=OAPE=L@KH=NU=JC@EGAHQ=NG=J=G=JIAI>ANEG=JI=JB==PHA>ED@=NE US$ 9.
1DAPDEN@PKLLNEKNEPUN=JGA@S=OIE?NKJQPNEAJPBKNPEł?=PEKJEJRKHREJCPDAEK@EV=PEKJKBO=HP=J@BKNPEł?=PEKJKB>=OE?BKK@ EPAIOSEPDENKJ"=?D@KHH=NOLAJPKJPDEOSKQH@NAOQHPEJ>AJAłPOKBIKNAPD=J20 /AOA=N?DD=OODKSJPD=PIAJĠ=CA@UA=NO EJ$Q=PAI=H=SDKNA?AERA@=JQPNEPEKQOOQLLHAIAJPSDAJPDAUSANA
Hasil penelitian menunjukkan bahwa laki-laki (umur 25-42 tahun) di Guatemala yang menerima zat-zat gizi tambahan ketika mereka berumur 0-2 tahun dapat bekerja dengan jam kerja yang jauh lebih lama (lebih dari 46%) dibandingkan dengan laki-laki yang tidak menerima zat-zat gizi tambahan. Hal ini menunjukkan bahwa investasi gizi pada masa anak-anak dapat memacu pertumbuhan ekonomi seseorang dan seluruh masyarakat.
66
UA=NOKB=CAA=NJA@DECDANDKQNHUS=CAOĠKJ=RAN=CADECDAN PD=JIAJSDK@E@JKPNA?AERAPDAOQLLHAIAJP 1DEOEJ@E?=PAOPD=PEJRAOPIAJPEJA=NHU?DEH@DKK@JQPNEPEKJ?=J@NERAA?KJKIE?CNKSPDBKNEJ@ERE@Q=HO=OSAHH=OSDKHA societies.
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
REFERENCES
i.
Dewan Ketahanan Pangan dan World Food Programme (WFP). Peta Kerawanan Pangan Indonesia, 2005.
E
EE EEE ER R
!AL=NPAIAJ(AOAD=P=J/EOAP(AOAD=P=J!=O=NĠ/&0("0!0 =@=J-QO=P0P=PEOPEGĠ-0 0P=PEOPEG&J@KJAOE=P=DQJ =@=J-QO=P0P=PEOPEGĠ-0 (KJOQIOE(=HKNE@=J-NKPAEJQJPQGPEJCG=P&J@KJAOE=@=J-NKREJOE (=JPKN*AJPANE+AC=N=-ANAJ?=J==J-AI>=JCQJ=J+=OEKJ=H--"+0 /AJ?=J=GOE+=OEKJ=H-=JC=J @=J$EVEĠ/+-$
EE EEE ER R
+=PEKJ=H#KK@0A?QNEPU KQJ?EHKBPDA$KRANJIAJPKB&J@KJAOE==J@4KNH@#KK@-NKCN=IIA#KK@&JOA?QNEPUPH=OKB &J@KJAOE= *EJEOPNUKB%A=HPDKB&J@KJAOE==OE?%A=HPD/AOA=N?DĠ/&0("0!0 +=PEKJ=H0P=PEOPE?OCAJ?U0P=PEOPE?=H6A=N>KKGKB&J@KJAOE= +=PEKJ=H0P=PEOPE?OCAJ?U KJOQILPEKJKB =HKNEA=J@-NKPAEJKB&J@KJAOE==J@PDA-NKREJ?A *EJEOPNUKB-H=JJEJC=J@"?KJKIE?!ARAHKLIAJPKB&J@KJAOE= +=PEKJ=H-H=JKB?PEKJKJ#KK@=J@+QPNEPEKJBKN
RE 4KNH@#KK@-NKCN=IIA"IANCAJ?U#KK@0A?QNEPUOOAOOIAJP%=J@>KKG J@A@EPEKJ REE 4KN@#KK@-NKCN=IIA=J@!QP?D)EBA=J@*=PANE=HO0?EAJ?AO KIL=JUĠ!0* 1AJ*EJQPAOPK)A=NJ>KQP+QPNEPEKJ -NKCN=IIEJC REEE 4KNH@%A=HPD,NC=JEV=PEKJ4KNH@%A=HPD/ALKNP$AJAR=ġ4%, ET KLAJD=CAJ KJOAJOQODPPLġSSS?KLAJD=CAJ?KJOAJOQO?KI T %K@@EJKPP ' ADNI=J'/ *=HQ??EK' #HKNAO/ *=NPKNAHH/"BBA?PKB=JQPNEPEKJEJPANRAJPEKJ@QNEJCA=NHU?DEH@DKK@
?DEH@DKK@KJA?KJKIE?LNK@Q?PEREPUEJ$Q=PAI=H=J=@QHPO1DA)=J?APĢġĠ#EJ@EJCġIAJĠ=CA@ 25-42 years) in Guatemala who received a nutritious supplement when they were 0-2 years of age earned on average 46% higher hourly wages).
KJA?KJKIE?LNK@Q?PEREPUEJ$Q=PAI=H=J=@QHPO1DA)=J?APĢġĠ#EJ@EJCġIAJĠ=CA@UA=NO
EJ$Q=PAI=H=SDKNA?AERA@=JQPNEPEKQOOQLLHAIAJPSDAJPDAUSANAUA=NOKB=CAA=NJA@KJ=RAN=CADECDAN hourly wages).
BAB/Chapter 4
vi. World Food Programme (WFP). "IANCAJ?U#KK@0A?QNEPUOOAOOIAJP%=J@>KKG, Edisi ke-2, 2009. vii. World Food Programme (WFP) dan Dutch Life serta Materials Sciences Company (DSM). 1AJ*EJQPAOPK)A=NJ >KQP+QPNEPEKJ-NKCN=IIEJC viii. World Health Organization (WHO). 4KNH@%A=HPD/ALKNP$AJAR=ġ4%, ix. Copenhagen Consensus. http://www.copenhagenconsensus.com x. Hoddinott, J, Behrman JR, Maluccio JA, Flores R, Martorell R Effect of a nutrition intervention during early
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
67
BAB/Chapter 4
Peta 4.1 / Map 4.1 Rumah Tangga dengan Akses ke Fasilitas Kesehatan > 5 km Households with Access to Health Facilities > 5 km
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
69
BAB/Chapter 4
Peta 4.2 / Map 4.2 Rumah Tangga tanpa Akses ke Air Bersih Households without Access to Clean Water
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
71
BAB/Chapter 4
Peta 4.3 / Map 4.3 Perempuan Buta Huruf Female Illiteracy
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
73
BAB/Chapter 4
Peta 4.4 / Map 4.4 Berat Badan Anak (< 5 Tahun) di Bawah Standar Underweight Children (< 5 Years)
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
75
BAB/Chapter 4
Peta 4.5 / Map 4.5 Angka Harapan Hidup Life Expectancy
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
77
CHAPTER 5 VULNERABILITY TO TRANSIENT FOOD INSECURITY
Kerentanan terhadap bencana alam dan goncangan mendadak lainnya dapat mempengaruhi ketahanan pangan suatu wilayah baik sementara ataupun dalam jangka waktu panjang. Ketidak-mampuan untuk memenuhi kebutuhan pangan
3QHJAN=>EHEPU PK J=PQN=H @EO=OPANO =J@ KPDAN ODK?GO ?=J EJŃQAJ?A BKK@ OA?QNEPU PAILKN=NEHU KN BKN =J ATPAJ@A@ LANEK@ 1DA EJ=>EHEPU PK IAAP BKK@ JAA@O BKN = PAILKN=NU LANEK@ EO GJKSJ =O PN=JOEAJP BKK@ EJOA?QNEPU OQ@@AJ J=PQN=H KN
y Bencana alam atau bencana secara sementara dikenal sebagai kerawanan pangan sementara (transient food insecurity). teknologi yang terjadi tiba-tiba, bencana yang terjadi secara bertahap, perubahan harga atau goncangan terhadap L=O=N ALE@AIEGLAJU=GEP GKJŃEGOKOE=H@=JH=EJH=EJ@=L=PIAJUA>=>G=JPANF=@EJU=GAN=S=J=JL=JC=JOAIAJP=N= Kerawanan pangan sementara dapat berpengaruh terhadap satu atau semua dimensi ketahanan pangan seperti ketersediaan pangan, akses terhadap pangan dan pemanfaatan pangan.
PA?DJKHKCE?=H@EO=OPAN =OHKSKJOAP@EO=OPAN LNE?AKNI=NGAPODK?GO DA=HPDALE@AIE?O ?EREH?KJŃE?POAP??=J=HHHA=@PK PN=JOEAJPBKK@EJOA?QNEPU1N=JOEAJPBKK@EJOA?QNEPU?=J=BBA?PKJAKN=HH@EIAJOEKJOKBBKK@OA?QNEPU PD=PEOBKK@=R=EH=>EHEPU BKK@=??AOO=J@KNBKK@QPEHEV=PEKJ
Kerawanan pangan sementara dapat juga dibagi menjadi dua sub-kategori: menurut siklus, di mana terdapat suatu
1N=JOEAJPBKK@EJOA?QNEPUEOOKIAPEIAO@ERE@A@EJPKPSKOQ>?=PACKNEAOġ?U?HE?=H SDANAPDANAEO=NACQH=NL=PPANJPKBKK@
pola yang berulang terhadap kondisi rawan pangan, misalnya, “musim paceklik” yang terjadi dalam periode sebelum panen, dan sementara, yang merupakan hasil dari suatu goncangan mendadak dari luar pada jangka pendek seperti GAGANEJC=J=P=Q>=JFEN(KJŃEGOELEHFQC=PANI=OQG@=H=IG=PACKNECKJ?=JC=JOAIAJP=N=S=H=QLQJ@=IL=GJAC=PEBJU= PAND=@=LGAP=D=J=JL=JC=JU=JC@EOA>=>G=JKHADGKJŃEG@=L=P>ANH=JFQPQJPQGF=JCG=S=GPQU=JCH=I=!AJC=JG=P= lain, kerawanan pangan sementara dapat mempengaruhi orang-orang yang berada pada kondisi rawan pangan kronis dan juga orang-orang yang terjamin pangannya pada keadaan normal.
EJOA?QNEPU BKNAT=ILHAPDAļHA=JOA=OKJPD=PK??QNOEJPDALANEK@FQOP>ABKNAD=NRAOPĢ=J@PAILKN=NU SDE?DEOPDANAOQHP KB=ODKNPPANI ATKCAJKQOODK?GOQ?D=O=@NKQCDPKNŃKK@ EREH?KJŃE?PEO=HOK=PAILKN=NUODK?G =HPDKQCDPDAJAC=PERA EIL=?P KJ BKK@ OA?QNEPU @QA PK ?KJŃE?P KBPAJ ?KJPEJQAO KRAN ATPAJ@A@ LANEK@O KB PEIA &J KPDAN SKN@O PN=JOEAJP BKK@ EJOA?QNEPU=BBA?POJKPFQOPPDKOASDK=NA?DNKJE?=HHUBKK@EJOA?QNA >QP=HOKKPDANOSDK=NABKK@OA?QNAEJJKNI=HPEIAO
Di dalam bab ini kerawanan pangan dianalisa dari segi lingkungan hidup. Faktor lingkungan dan kemampuan masyarakat untuk mengatasi goncangan sangat menentukan apakah suatu negara atau wilayah dapat mempertahankan ketahanan pangannya. Tinjauan ketahanan pangan dan gizi dari sudut pandang lingkungan hidup meliputi perhatian terhadap pengelolaan tanah, konservasi dan pengelolaan air, konservasi keanekaragaman hayati, peningkatan teknologi prapanen, pelestarian lingkungan hidup dan pengelolaan hutan. Deforestasi hutan melalui eksploitasi sumber daya =H=I ŃQGPQ=OE?QN=DDQF=J LANOAJP=OA@=AN=DļLQOK@=JLANOAJP=OA@=AN=DU=JCPANGAJ=>=JFEN@=JP=J=DHKJCOKN
&JPDEO?D=LPANBKK@EJOA?QNEPUEO=J=HUVA@BNKI=JAJRENKJIAJP=HLANOLA?PERA"JRENKJIAJP=HB=?PKNO=J@LAKLHAO=>EHEPUPK ?KLASEPD=ODK?GARAJPQ=HHU@APANIEJASDAPDAN=?KQJPNUKN=NACEKJSEHH>A=>HAPK=?DEARABKK@OA?QNEPU1DAAJRENKJIAJP=H LANOLA?PERAKBBKK@=J@JQPNEPEKJOA?QNEPUSEHHEJRKHRA=PPAJPEKJPKOKEHI=J=CAIAJP S=PAND=NRAOPEJC=J@I=J=CAIAJP ?KJOANR=PEKJ KB >EK@ERANOEPU =J@ EILNKRA@ LKOPD=NRAOP PA?DJKHKCU AJRENKJIAJP=H LNKPA?PEKJ =J@ BKNAOP I=J=CAIAJP !ABKNAOP=PEKJ KRANATLHKEP=PEKJKBJ=PQN=HNAOKQN?AO N=EJB=HHŃQ?PQ=PEKJ=J@PDALAN?AJP=CAKBPDA=NA==BBA?PA@>UŃKK@O =J@H=J@OHE@AO=NAOKIAKBPDAEJ@E?=PKNOQOA@EJPDEOOA?PEKJPKATLH=EJPN=JOEAJPBKK@EJOA?QNEPUEJ&J@KJAOE=
merupakan beberapa indikator yang di gunakan dalam bab ini untuk menjelaskan kerawanan pangan sementara di Indonesia.
5.1 BENCANA ALAM
5.1 NATURAL N L DISASTERS
Pada sub-bab ini menyoroti sebab-sebab utama kerawanan pangan sementara, yang timbul akibat bencana alam. Indonesia merupakan salah satu negara yang paling rawan terhadap bencana alam di dunia, berdasarkan pada kejadian besar yang didokumentasikan oleh AJPAN BKN /AOA=N?D KJ PDA "LE@AIEKHKCU KB !EO=OPANO (CRED), Brussel, Belgia
1DAI=EJ?=QOAOBKNPN=JOEAJPBKK@EJOA?QNEPU=NAJ=PQN=H@EO=OPANO&J@KJAOE=EOKJA=IKJCOPPDAIKOPJ=PQN=H@EO=OPAN LNKJA?KQJPNEAOEJPDASKNH@ >=OA@KJI=FKNARAJPONA?KN@A@>UPDA AJPNABKN/AOA=N?DKJPDA"LE@AIEKHKCUKB!EO=OPANO Ġ /"!
NQOOAHO AHCEQIĠ1=>HA
Ġ1=>AH
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
79
BAB/Chapter 5
BAB 5 KERENTANAN TERHADAP KERAWANAN PANGAN TRANSIEN
7DEHO1HJDUDXWDPD\DQJPHQJDODPLEHQFDQDDODPVHODPD – 7DEOH7RS1DWXUDOGLVDVWHUKLWFRXQWULHVGXULQJ±
-XPODK.HMDGLDQ 1RRI(YHQWV
-XPODK.HMDGLDQ 1RRI(YHQWV
China
38
United States
23
United States
31
China
20
India
21
India
20
Phillipines
20
Indonesia
17
Indonesia
20
Phillipines
16
Afghanistan
13
Pakistan
10
Vietnam
11
Japan
8
Pakistan
9
Mexico
7
Bangladesh
8
Algeria
7
Romania
8
Haiti
7
Sumber/Source: Annual Disaster Statistical Review, 2006 and 2007, Epidemiology of Disasters, Brussels, Belgium. Centre for Research on the E
AN@=O=NG=J@=P=@=NE+- PANF=@EHA>ED@=NEGAF=@E=J>AJ?=J==H=IOAH=I=LANEK@AP=DQJU=JC
??KN@EJC PK PDA $KRANJIAJP KB &J@KJAOE= IKNA PD=J J=PQN=H @EO=OPAN ARAJPO K??QNNA@ EJ &J@KJAOE= @QNEJC PDA
PAH=DIAJUA>=>G=JHA>ED@=NEKN=JCIAJEJCC=H@QJE=!=P=>AJ?=J==H=IJ=OEKJ=HPANOA>QPIAIEHEGEHA>ED banyak jenis kejadian bencana daripada database CRED dan termasuk kejadian tingkat besar kecilnya bencana yang meliputi: angin topan, banjir, kekeringan, letusan gunung berapi, gempa bumi, Tsunami, tanah longsor, abrasi pantai, epidemik, hama tanaman, kebakaran hutan dan pemukiman. Kejadian bencana Tsunami di NAD pada 26 Desember PAH=DIAJUA>=>G=JHA>ED@=NEKN=JCIAJEJCC=HOANP=IAJUA>=>G=JGANQCE=JU=JCO=JC=P>AO=NL=@= sektor ekonomi.
LANEK@KB SDE?D?=QOA@KRAN @A=PDOĠ1=>HA 1DEOJ=PEKJ=HHEOPEJ?HQ@AOIKNAARAJPOPD=JPDA /"!@=P=>=OA=J@EJ?HQ@AO>KPDOI=HH=J@H=NCANARAJPOKBI=JUPULAOġ1ULDKKJ #HKK@ !NKQCDP 3KH?=JE?"NQLPEKJ "=NPDMQ=GA 1OQJ=IE )=J@OHE@A 4=RA=J@>N=OEKJ "LE@AIE? -AOP&JBAOP=PEKJ #KNAOP#ENAO =J@0APPHAIAJP#ENAO1DA
$=I>=N IAJQJFQGG=J NEJCG=O=J >AJ?=J= =H=I U=JC PANF=@E @E PE=L LNKREJOE @E &J@KJAOE= L=@= LANEK@A (AF=@E=J>AJ?=J==H=IL=HEJCOANEJCPANF=@E@E'=S=1AJC=D GAIQ@E=J@EEGQPEKHAD'=S==N=P '=S=1EIQN@=J Sulawesi Selatan.
+=PQN=H @EO=OPANO SDE?D =BBA?PA@ A=?D LNKREJ?A EJ &J@KJAOE= @QNEJC =NA LNAOAJPA@ EJ #ECQNA +=PQN=H @EO=OPANOIKOPBNAMQAJPHUK??QNNA@EJ'=S=1AJC=D BKHHKSA@>U'=S==N=P '=S=1EIQN=J@0QH=SAOE0AH=P=J
5.2 FLUKTUASI CURAH HUJAN
5.2 RAINFALL FLUCTUATION
Variabilitas iklim secara langsung mempengaruhi berbagai aspek dari ketahanan pangan, khususnya dalam hal ketersediaan pangan dan distribusi pangan. Peristiwa bencana alam seperti kekeringan dan banjir, berkaitan dengan G=N=GPANEOPEG @=J ŃQGPQ=OE ?QN=D DQF=J (AGANEJC=J @=J >=JFEN @EOA>=>G=J KHAD >AO=NJU= R=NE=OE ?QN=D DQF=J U=JC
HEI=PAR=NE=>EHEPU@ENA?PHUEJŃQAJ?AOI=JUB=?APOKBBKK@OA?QNEPU L=NPE?QH=NHUBKK@=R=EH=>EHEPU=J@BKK@@EOPNE>QPEKJHIKOP =HHJ=PQN=H@EO=OPANARAJPO EJ?HQ@EJC@NKQCDPO ŃKK@O=J@SEJ@OPKNIO =NA?KJJA?PA@SEPD?D=N=?PANEOPE?O=J@ŃQ?PQ=PEKJKB N=EJB=HHKPD@NKQCDPO=J@ŃKK@O=NA?=QOA@>UH=NCAR=NE=PEKJOEJPDAPKP=HN=EJB=HHNA?AERA@EJA=?DCAKCN=LDE?=H@EREOEKJ
@EPANEI= KHAD OAPE=L SEH=U=D CAKCN=łO 3=NE=OE ?QN=D DQF=J @E &J@KJAOE= O=JC=P @ELAJC=NQDE KHAD >AN>=C=E B=GPKN baik global, regional maupun lokal. Faktor global antara lain adalah fenomena El Niño, La Niña, dan Dipole Mode, sedangkan faktor regional antara lain Sirkulasi Monsun, Madden Julian Oscillation (MJO), dan suhu muka laut perairan Indonesia. Sementara itu, faktor lokal yang berpengaruh adalah ketinggian tempat, posisi bentangan suatu pulau, sirkulasi angin darat dan angin laut, serta tutupan lahan suatu wilayah.
/=EJB=HHR=NE=PEKJEJ&J@KJAOE=EOEJŃQAJ?A@>UOKIACHK>=H NACEKJ=HKNHK?=HB=?PKNO$HK>=HB=?PKNO?=JEJ?HQ@A"H+EÇK )= +EÇ==J@!ELKHA*K@A SDEHAPDANACEKJ=HB=?PKNO=NAIKJOKKJ?EN?QH=PEKJ *=@@AJ'QHE=J,O?EHH=PEKJĠ*', =J@PDAOA= OQNB=?APAILAN=PQNAEJ&J@KJAOE=0A=1DAHK?=HB=?PKNO?=JEJ?HQ@AAHAR=PEKJ EOH=J@LKOEPEKJ PDA?EN?QH=PEKJKBH=J@=J@OA= >NAAVAO=J@PDAH=J@?KRANKB?ANP=EJ=NA=O
80
&J@E=J,?A=JPOQJ=IEKB!A?AI>AN EJSDE?DIKNAPD=J &J@KJAOE=J@EA@ ?=QOA@PDAIKOPB=P=HEPEAO ?KQLHA@SEPDDQCAA?KJKIE?HKOOAO
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
7DEHO
5LQJNDVDQWDEHOEHQFDQDDODP\DQJWHUMDGLGL,QGRQHVLDGDQNHUXVDNDQQ\DVHODPDSHULRGH±
7DEOH
6XPPDU\RIQDWXUDOGLVDVWHUVZKLFKRFFXUUHGLQ,QGRQHVLDGXULQJ±DQGHVWLPDWHGFDXVHGGDPDJH Kejadian/ (YHQWV
# Kejadian/ (YHQWV
Angin Topan/Typhoon
419
Banjir dan Tanah Longsor/Flood and Landslides
Terluka/ ,QMXUHG
0HQLQJJDO 'HDWKV
83
5XPDK5XVDN%HUDW 6HYHUH'DPDJHG +RXVHV
139
5XPDK5XVDN5LQJDQ /LJKW'DPDJHG +RXVHV
21,350
.HUXJLDQ-XWD5S 'DPDJHPLOOLRQ,'5
21,337
2,504
/DKDQ3HUWDQLDQ 5LFH)LHOG +D 945
115
773
7,343
25,402
40,424
5,602
80,324
1,548
940
18,840
105,741
115,579
35,390
1,019,123
Epidemi/Epidemic
94
875
Gelombang pasang dan Abrasi/ Wave and abrasion
80
Banjir/Flood
Gempa Bumi dan Tsunami/Earthquake and Tsunami Gempa Bumi/Earthquake
-
-
-
-
-
174
2,526
2,325 ,3 5
0
101
37
129,508
37,120
181,399
645
42,756,612
58,437
164
7,277
1,326
289,790
307,191
796
1,993
Hama Tanaman/Pest Infection
4
-
-
-
-
0
320
Kebakaran Hutan/Forest Fire
37
8
-
-
-
0
-
Kebakaran Pemukiman/Settlement Fire
485
157
6
21,968
424
16,707
6
Kekeringan/Drought
960
55
-
-
-
1
1,624,260
Letusan Gunung Api/Volcano Eruption
52
10
1,241
7
3, 3,859
0
47,536
569
1,362
315
23,751
18,277
12,898
323,658
Tanah Longsor/Landslides r TOTAL Sumber/Source: http://dibi.bnpb.go.id
$=I>=NġAJ?=J==H=IU=JCPANF=@E@E&J@KJAOE=LAN-NKREJOEOAH=I=LANEK@A #ECQNAġ+=PQN=H@EO=OPANOSDE?DK??QNA@EJ&J@KJAOE=>APSAAJ >ULNKREJ?A 900
800
600
500
BAB/Chapter 5
Kejadian / Events
700
400
300
200
100
DI Yogyakarta
Sumatera Utara
Sumatera Selatan
Sumatera Barat
Sulawesi Utara
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Barat
Riau
Papua Barat
Papua
Nusa Tenggara Timur
Nusa Tenggara Barat
Nanggroe Aceh Darussalam
Maluku Utara
Maluku
Lampung
Kepulauan Riau
Kalimantan Timur
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Barat
Jawa Timur
Jawa Tengah
Jawa Barat
Jambi
Gorontalo
DKI Jakarta
Bengkulu
Banten
Bangka-Belitung
Bali
0
Sumber/Source: http://dibi.bnpb.go.id
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
81
Pengaruh dari iklim yang ekstrim pada musim hujan menyebabkan banjir dan pada musim kemarau menyebabkan kekeringan. Iklim juga dapat menyebabkan perkembangan organisme pengganggu tanaman (OPT) secara eksplisit. Dengan adanya banjir, kekeringan dan OPT dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman tidak sempurna dan mungkin
1DAATPNAIA?HEI=PA?=QOAOŃKK@O@QNEJCPDAN=EJUOA=OKJ=J@EJPDA@NUOA=OKJEP?=QOAO@NKQCDP1DA?HEI=PA?KQH@ =HOKB=RKQNPDA@ARAHKLIAJPKBLAOPEJBAOP=PEKJĠ,-1 EJ=JATLHE?EPI=JJAN1DAK??QNNAJ?AKBŃKK@ @NKQCDP=J@LAOP EJBAOP=PEKJ=@RANOAHU=BBA?PO?NKLCNKSPD=J@I=UHA=@PK?NKLB=EHQNA
menyebabkan gagal panen. !Q=LAP=U=JC@EO=FEG=J@E>=S=D IAJCC=I>=NG=JLNAOAJP=OALAJUEIL=JC=J?QN=DDQF=JLANEK@AP=DQJPAN=GDEN Ġ PAND=@=L JKNI=HJU= ĠN=P=N=P= ?QN=D DQF=J P=DQJ LANEK@A OAHQNQD &J@KJAOE= QJPQG musim kemarau ( April sampai September) dan musim hujan (Oktober sampai Maret).
1SKI=LO=NALNAOAJPA@PK@AO?NE>APDALAN?AJP=CAKBN=EJB=HH@ARE=PEKJKBPDAUA=NOĠ =C=EJOPPDA=RAN=CA IKJOKKJN=EJB=HH>=OA@KJPDAUA=NOJKNI=HN=EJB=HH@=P=Ġ =?NKOO&J@KJAOE=@QNEJCPDA@NUOA=OKJĠLNEHPK 0ALPAI>AN =J@N=EJUOA=OKJĠ,?PK>ANPK*=N?D
Beberapa wilayah Indonesia memiliki curah hujan di bawah batas normal jika dibandingkan rata-rata 30 tahun pada IQOEIGAI=N=QĠ@EPQJFQGG=J@=H=IS=NJ=IAN=D@E-AP= !=AN=DU=JCIAIEHEGE?QN=DDQF=J@E>=S=DJKNI=H diantaranya: sebagian besar pulau Jawa, provinsi Kalimantan Tengah, bagian selatan Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur, Pangkal Pinang, sebagian besar Bali dan Nusa Tenggara Timur, bagian timur Sulawesi Tenggara, beberapa
0KIA KB &J@KJAOE=O NACEKJO ATLANEAJ?A@ >AHKS JKNI=H N=EJB=HH ?KIL=NA@ PK PDA UA=N =RAN=CA N=EJB=HH @=P= @QNEJC PDA@NUOA=OKJEJPDALANEK@ĠNA@OD=@AEJ*=L 1DA>AHKSJKNI=HN=EJB=HH=NA=EJ?HQ@A@IKOPKB'=R= EOH=J@ (=HEI=JP=J1AJC=D PDAOKQPDANJL=NPKB(=HEI=JP=J=N=P=J@(=HEI=JP=J1EIQN -=JCG=H-EJ=JC IKOPKB=HE =J@+QO=1AJCC=N=1EIQN PDAA=OPANJL=NPKB0QH=SAOE1AJCC=N= OKIANACEKJOEJ0QH=SAOE0AH=P=J -QH=Q0AN=I =J@
daerah di Sulawesi Selatan, Pulau Seram, dan Papua Barat. Sementara itu, selama musim hujan (Peta 5.2), daerah yang mengalami penurunan intensitas curah hujan adalah Sumatera bagian utara, tengah dan selatan, Kalimantan Barat bagian selatan, Kalimantan Tengah, sebagian kecil pulau Jawa, bagian utara Papua dan Papua Barat.
-=LQ==N=P%KSARAN @QNEJCPDAN=EJUOA=OKJĠOAA*=L
PDA=NA=OATLANEAJ?A@@A?NA=OEJCN=EJB=HHEJPAJOEPUSANA PDAJKNPDANJ PDA?AJPN=H=J@OKQPDANJL=NPOKB0QI=PAN= PDAOKQPDANJL=NPKB(=HEI=JP=J=N=P (=HEI=JP=J1AJC=D OKIA L=NPOKB'=R=EOH=J@=J@PDAJKNPDANJL=NPKB-=LQ==J@-=LQ==N=P
AN@=O=NG=JLAP=@=J I=G=@=AN=DU=JCIAJC=H=IELAJQNQJ=J?QN=DDQF=J@EIQOEIGAI=N=Q@=JIQOEI hujan adalah Jambi bagian barat, sebagian Lampung, Pangkal Pinang, beberapa daerah di Jawa, sebagian Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat, bagian timur Sulawesi Tenggara, dan sebagian Papua Barat.
0KIA =NA=O SEHH >A ATLA?PA@ PK ATLANEAJ?A @A?NA=OA@ N=EJB=HH EJPAJOEPU EJ >KPD @NU =J@ N=EJU OA=OKJO L=NPE?QH=NHU PDA SAOPANJ L=NP KB '=I>E )=ILQJC -=JCG=H -EJ=JC OKIA L=NPO KB '=R= (=HEI=JP=J 1AJC=D =J@ (=HEI=JP=J =N=P PDAA=OPANJL=NPKB0QH=SAOE1AJCC=N==J@-=LQ==N=P1DAOAłJ@EJCO=NALNAOAJPA@EJ*=LO=J@
Dengan adanya kecenderungan penurunan curah hujan di beberapa wilayah Indonesia maka variasi curah hujan akan tidak menguntungkan bagi kelanjutan pertanian. Deforestasi dalam skala yang besar dan emisi karbon merupakan O=H=DO=PQB=GPKNU=JCIAJUA>=>G=J=@=JU=ŃQGPQ=OE@=JLANQ>=D=J?QN=DDQF=JPANOA>QP
OPDAI=FKNL=NPKBPDA?KQJPNUEOB=?A@SEPDPDAPNAJ@KB@A?NA=OEJCN=EJB=HH N=EJB=HHR=NE=PEKJSKQH@>AQJB=RKQN=>HA BKNOQOP=EJ=>HA=CNE?QHPQNA)=NCAO?=HA@ABKNAOP=PEKJ=J@?=N>KJAIEOOEKJO=NAPDAI=FKNB=?PKNONAOLKJOE>HABKNN=EJB=HH ŃQ?PQ=PEKJ
5.3 DAERAH PUSO
5.3 DAMA D GED AREAS
!=AN=D LQOK @E@AłJEOEG=J OA>=C=E OQ=PQ @=AN=D LNK@QGOE L=JC=J U=JC NQO=G G=NAJ= @EOA>=>G=J KHAD >AJ?=J=
@=I=CA@=NA=EO@AłJA@=OKJAOQBBANEJC@A?NA=OA@?NKLLNK@Q?PEKJ@QAPKJ=PQN=H@EO=OPANOĠŃKK@O @NKQCDPO H=J@OHE@AO
alam (banjir, kekeringan, longsor) dan penularan hama oleh organisme penggangu tanaman (OPT). Produksi dan produktivitas tanaman pangan sangat di pengaruhi oleh kondisi iklim dan cuaca. Kegiatan budidaya tanaman sebaiknya mempertimbangkan kondisi tersebut dengan menggunakan informasi perubahan musim, iklim dan cuaca. Data BMKG P=DQJIAJQJFQGG=J>=DS=OAH=I=IQOEIDQF=J PAN@=L=P @=AN=D@AJC=J?QN=DDQF=JJKNI=H daerah diatas normal dan 38,64 % lainnya lainnya dibawah normal. Pada saat yang sama, selama musim kemarau pada P=DQJ?QN=DDQF=J@E&J@KJAOE= @=AN=D?QN=DDQF=JJU=JKNI=H @=AN=D@E=P=OJKNI=H@=J
=J@KNLAOPEJBAOP=PEKJ1DALNK@Q?PEKJ=J@LNK@Q?PEREPUKBBKK@?NKLO=NAEJŃQAJ?A@>UPDA?HEI=PE?=J@SA=PDAN?KJ@EPEKJO 1DA ?NKL ?QHPER=PEKJ =?PEREPU ODKQH@ ?KJOE@AN PDAOA ?KJ@EPEKJO >U QOEJC BKNA?=OP EJBKNI=PEKJ KJ OA=OKJ=HEPU ?HEI=PA =J@ SA=PDAN ?D=JCAO *($ @=P= EJ ODKSA@ PD=P @QNEJC PDA N=EJU OA=OKJ KB PDA N=EJB=HH NA?AERA@ S=O =P = JKNI=H HARAH KB EJPAJOEPU S=O =>KRA PDA JKNI=H =J@ S=O >AHKS *A=JSDEHA @QNEJC PDA @NU OA=OKJ KBPDAN=EJB=HHEJ&J@KJAOE=S=O=PPDAJKNI=HHARAHKBEJPAJOEPU S=O=>KRAPDAJKNI=H=J@ >AHKS1DA>ACEJJEJCKBPDA@NUOA=OKJEJ&J@KJAOE=S=OKJPEIA A=NHEAN=J@@AH=UA@EJ ?KIL=NEOKJSEPDPDAOP=NPPEIA OLA?Eł?=HHU@AłJA@BKN=NACEKJEJ=JKNI=HUA=N0EIEH=NHU PDA>ACEJJEJCKBPDAN=EJU
@=AN=D@E>=S=DJKNI=H(KJ@EOELANIQH==J=S=HIQOEIGAI=N=Q@E&J@KJAOE=L=@=P=DQJ PAN@=L=P @=AN=DJKNI=HPAP=L HA>EDI=FQ@=NEF=@S=H@=J @=AN=DH=EJJU=IAJC=H=IEGAPANH=I>=P=JIQOEI kemarau dibanding rata-rata normal. Tabel 5.3 dan 5.4 menunjukkan data dari Departemen Pertanian yang menggambarkan persentase luas kerusakan tanaman padi dan jagung (Puso) dibandingkan dengan luas tanam yang disebabkan oleh banjir dan kekeringan pada LANEK@A@=J
82
OA=OKJEJ&J@KJAOE=S=OKJPEIA A=NHEAN=J@@AH=UA@
1=>HAO=J@LNAOAJP@=P=LNKRE@A@>UPDA*EJEOPNUKBCNE?QHPQNAKJPDALNKLKNPEKJKBL=@@U=J@I=EVA@=I=CA@ =NA=O=IKJCPDANAOLA?PERA?QHPER=PA@=NA=OSDE?DSANA?=QOA@>UŃKK@O=J@@NKQCDPO@QNEJC=J@
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
7DEHO 3HUEDQGLQJDQDUHDSXVRSDGLDNLEDWEDQMLUGDQNHNHULQJDQWHUKDGDSOXDV DUHDWDQDPSDGLWDKXQ
7DEHO 3HUEDQGLQJDQDUHDSXVRMDJXQJDNLEDWEDQMLUGDQNHNHULQJDQWHUKDGDSOXDV DUHDWDQDPMDJXQJWDKXQ
7DEHO 3URSRUWLRQRISDGG\GDPDJHGDUHDVDPRQJWRWDOSDGG\FXOWLYDWHGDUHDV FDXVHGE\ÀRRGVDQGGURXJKWVGXULQJ
7DEHO 3URSRUWLRQRIPDL]HGDPDJHGDUHDVDPRQJWRWDOPDL]HFXOWLYDWHGDUHDV FDXVHGE\ÀRRGVDQGGURXJKWVGXULQJ
.HNHULQJDQ'URXJKWV
%DQMLU)ORRGV
Provinsi/ Province
No
.HNHULQJDQ'URXJKWV
%DQMLU)ORRGV
1
Nanggroe Aceh Darussalam
7.7780
5.2454
0.1743
-
1
Nanggroe Aceh Darussalam
2.9679
2.1374
-
-
2
Sumatera Utara
1.4304
0.3506
0.0170
-
2
Sumatera Utara
0.2728
0.0905
-
0.0109
3
Sumatera Barat
0.1879
0.0935
0.0065
-
3
Sumatera Barat
0.0721
1.9684
-
-
4
Riau
0.6352
0.7848
-
0.0102
4
Riau
0.1094
-
-
-
-
-
-
-
5
Kepulauan Riau*
-
-
-
-
6
Jambi
1.1115
4.8411
0.1852
-
0.0833
0.0077
-
-
5
Kepulauan Riau*
6
Jambi
0.2062
0.9440
0.1138
0.0267
7
Sumatera Selatan
0.5504
0.3367
0.0822
-
7
Sumatera Selatan
8
Bengkulu*
-
-
-
-
8
Bengkulu*
-
-
-
-
9
Bangka Belitung*
-
-
-
-
9
Bangka Belitung*
-
-
-
-
10
Lampung
0.1425
0.0345
0.0986
0.0038
10
Lampung
0.0072
-
0.0150
-
11
Banten
0.6291
1.0631
1.4394
0.9961
11
Banten*
-
-
-
-
12
D.K.I. Jakarta*
12
D.K.I. Jakarta*
-
-
-
-
0.9249
2.7413
1.9932
13 14
-
-
-
-
Jawa Barat
0.0026
0.0062
-
-
Jawa Tengah
0.0169
0.0727
0.0960
0.1909
-
0.3447
0.0171
0.5383
0.0156
0.2798
-
0.1334
-
-
-
1.7360
13
Jawa Barat
2.1162
14
Jawa Tengah
0.8941
1.2367
0.2552
0.4118
15
D.I. Yogyakarta
0.0068
0.0562
0.0431
0.4161
15
D.I. Yogyakarta
16
Jawa Timur
0.4912
0.7529
0.0257
0.2092
16
Jawa Timur
-
-
-
-
17
Bali
18
Nusa Tenggara Barat
0.3816
0.1071
0.0074
0.5820
0.0277
-
-
-
17
Bali*
18
Nusa Tenggara Barat
0.1772
0.1636
0.0357
1.1563
19
Nusa Tenggara Timur
-
-
0.0277
1.9856
19
Nusa Tenggara Timur
20
Kalimantan Barat
0.0495
0.1766
0.1997
-
20
Kalimantan Barat
-
0.1818
-
-
0.1306
0.0671
-
21
Kalimantan Tengah
-
-
-
-
22
Kalimantan Selatan
0.0352
0.0854
-
-
-
0.0331
-
21
Kalimantan Tengah
-
22
Kalimantan Selatan
2.8394
0.5764
0.2049
0.0040
23
Kalimantan Timur
0.1196
-
0.0166
-
23
Kalimantan Timur
0.0165
24
Sulawesi Utara
0.6124
0.0019
0.0190
-
24
Sulawesi Utara
0.0170
0.0043
-
-
25
Gorontalo
0.2161
-
-
-
25
Gorontalo
0.5538
0.1453
0.4035
-
26
Sulawesi Tengah
0.4116
1.0590
-
0.0127
26
Sulawesi Tengah
-
0.1506
-
-
27
Sulawesi Selatan
2.4526
1.5004
1.1462
0.0681
27
Sulawesi Selatan
0.5800
0.2393
0.1463
0.2157
28
Sulawesi Tenggara
-
-
1.8886
-
28
Sulawesi Tenggara
-
-
0.0660
-
29
Sulawesi Barat*
-
-
-
-
29
Sulawesi Barat*
-
-
-
-
30
Maluku*
-
-
-
-
30
Maluku*
-
-
-
-
31
Maluku Utara*
-
-
-
-
31
Maluku Utara*
-
-
-
-
32
Papua*
-
-
-
-
32
Papua*
-
-
-
-
Papua Barat*
-
-
-
-
Papua Barat*
-
-
-
-
33
Total Indonesia
* Provinsi yang mempunyai tingkat kerusakan sangat kecil sehingga dapat diabaikan / These provinces reported very negligible damaged areas
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
33
Total Indonesia
* Provinsi yang mempunyai tingkat kerusakan sangat kecil sehingga dapat diabaikan / These provinces reported very negligible damaged areas
83
BAB/Chapter 5
Provinsi/ Province
No
1=>AHIAJQJFQGG=J>=DS=OA?=N=J=OEKJ=H GANQO=G=JP=J=I=JL=@E=GE>=P>=JFENOA>AO=N @EP=DQJ @=J @EP=DQJ-=@=P=DQJ GANQO=G=JP=J=I=JL=@EPANPEJCCEPAN@=L=P@E+!Ġ
(=HEI=JP=J 0AH=P=JĠ
0QH=SAOE0AH=P=JĠ @=J'=S==N=PĠ !EP=DQJ +!I=OED>AN=@=@EPEJCG=PPAN=P=O
1=>HAODKSOPD=PPDAL=@@U=NA=O@=I=CA@>UŃKK@O=??KQJPA@BKNĠKBPDAPKP=HL=@@U=NA=O EJ=J@ EJ&J PDADECDAOPL=@@U@=I=CA@=NA=S=OBKQJ@EJ+!Ġ
(=HEI=JP=J0AH=P=JĠ
0QH=SAOE 0AH=P=JĠ
=J@'=S==N=PĠ &J +!?KJPEJQA@PK>AN=JGA@=PPDAPKLĠ
BKHHKSA@>U0QH=SAOE
Ġ
@EEGQPEKHAD0QH=SAOE0AH=P=JĠ
'=S=1AJC=DĠ @=J=JPAJĠ
0AH=P=JĠ
'=S=1AJC=DĠ =J@=JPAJĠ
Pada periode yang sama, secara nasional kerusakan tanaman padi akibat kekeringan sebesar 0,68% di tahun 2006 dan @EP=DQJ0AH=I=LANEK@A@Q=P=DQJPANOA>QP '=S==N=PIANQL=G=J@=AN=DU=JCL=HEJC>=JU=GIAJC=H=IE GANQO=G=JĠ @E@=J@E -ANEJCG=PGA@Q=@EP=DQJ=@=H=D=JPAJ-ANHQ@EC=NEO>=S=DE>=DS= 2 provinsi (NTT dan NTB), pada tahun 2006 mempunyai proporsi kerusakan tanaman padi yang sangat rendah, akan PAP=LEL=@=P=DQJGA@Q=LNKREJOEPANOA>QPIAJC=H=IE@=IL=GGAGANEJC=JU=JCOECJEłG=J OADEJCC=IAJAIL=PE
,RANPDAO=IALANEK@@NKQCDPO@=I=CA@=PKP=HKBKBPDA?KQJPNUOL=@@U?QHPER=PA@=NA=OEJ=J@ EJ&J>KPDUA=NO '=S==N=PS=O=BBA?PA@PDAIKOPĠEJ =J@EJ 1DAOA?KJ@IKOP=BBA?PA@ LNKREJ?AEJS=O=JPAJ&PODKQH@>AIAJPEKJA@PD=PPSKLNKREJ?AO +11=J@+1 SDE?DD=@NALKNPA@=RANUOI=HH LNKLKNPEKJ KB L=@@U @=I=CA@ =NA=O EJ SANA OECJEł?=JPHU=BBA?PA@ >U @NKQCDPO EJ =J@ SANA OQ>OAMQAJPHU N=JGA@=OPDAOA?KJ@=J@PDEN@IKOP=BBA?PA@ NAOLA?PERAHU =BPAN'=S==N=P
peringkat kedua dan ketiga setelah Jawa Barat. 1=>AHIAJQJFQGG=J>=DS=OA?=N=J=OEKJ=H GANQO=G=JP=J=I=JF=CQJC=GE>=P>=JFENOA>AO=N @EP=DQJ @=JD=ILEN @EP=DQJ-=@=P=DQJ GANQO=G=JP=J=I=JL=@EPANPEJCCEPAN@=L=P@E+!Ġ @=J '=I>EĠ 0A>=HEGJU=L=@=P=DQJ GANQO=G=JPANPEJCCEPAN@=L=P@E'=I>EĠ GAIQ@E=J@EEGQPEKHAD+! Ġ
1=>HAODKSOPD=PPDAI=EVA=NA=O@=I=CA@>UŃKK@O=??KQJPA@BKNĠKBPDAPKP=HI=EVA=NA=O EJ=J@ JA=NHUEJ&J PDADECDAOPI=EVA@=I=CA@=NA=OSANABKQJ@EJ+!Ġ =J@'=I>EĠ &J EJ ?KJPN=OP I=EVA?QHPER=PEKJS=O@=I=CA@PDAIKOPEJ'=I>EĠ
BKHHKSA@>U+!Ġ
Pada periode yang sama, secara nasional kerusakan tanaman jagung akibat kekeringan sebesar 0,04 % di tahun 2006 @=J @EP=DQJ-=@=P=DQJ -NKREJOE$KNKJP=HK '=I>E@=J0QH=SAOE0AH=P=JIANQL=G=J@=AN=DU=JC paling banyak mengalami kerusakan dibandingkan dengan provinsi lainnya meskipun tingkat kerusakannya lebih kecil @=NE -=@=P=DQJ =HE@=J+1IANQL=G=J@=AN=DU=JCIAJC=H=IEGANQO=G=JL=HEJCPEJCCEU=EPQOA>AO=N @=J
,RANPDAO=IALANEK@@NKQCDPO@=I=CA@KBPDAPKP=HI=EVA?QHPER=PA@=NA=OEJ=J@EJ&J $KNKJP=HK '=I>E=J@0QH=SAOE0AH=P=JSANAIKNA=BBA?PA@PD=JKPDANLNKREJ?AO=HPDKQCDPDAEN@=I=CA@N=PAOSANAOPEHH HAOOPD=J&J =HE=J@+1NALKNPA@PDADECDAOP@=I=CAHARAHO =P=J@NAOLA?PERAHU
5.4 PERUBAHAN IKLIM DAN KETAHANAN PANGAN
5.4 CLIMATE CHANGE AND FOOD SECURITY
Dalam hubungannya dengan perubahan iklim, mungkin keprihatinan yang paling besar bagi Indonesia adalah pengaruh perubahan iklim terhadap ketahanan pangan. Perubahan iklim meningkatkan presipitasi, evaporasi, surface water runoff dan kelembaban tanah. Pada akhirnya hal-hal tersebut akan berdampak pada pertanian dan ketahanan pangan. (AGANEJC=J U=JC @EOA>=>G=J KHAD "H +EJK @E P=DQJ >AN@=IL=G L=@= DAGP=N L=@E 0Q=PQ IK@AH
&JNAH=PEKJPK?HEI=PA?D=JCA LAND=LOPDAH=NCAOP?KJ?ANJBKN&J@KJAOE=EOEPOEIL=?PKJBKK@OA?QNEPU HEI=PA?D=JCA EO =HPANEJC LNA?ELEP=PEKJ AR=LKN=PEKJ OQNB=?A S=PAN NQJKBB =J@ OKEH IKEOPQNA HARAHO 1DAOA EJ PQNJ SEHH D=RA ABBA?PO KJ =CNE?QHPQNA=J@PDQOBKK@OA?QNEPU1DA@NKQCDPO?=QOA@>UPDA"H+EÇKARAJP=BBA?PA@ D=KBNE?A LH=JPEJC S=O@AH=UA@ SDE?DOQ>OAMQAJPHUHA@PK=OPQJPA@?NKL =J@NA@Q?A@LNK@Q?PEREPUIK@AHOEIQH=PEJCPDAEIL=?POKB?HEI=PA ?D=JCAKJ?NKLOĠ$K@@=N@&JOPEPQPAKB0L=?A0PQ@EAO 2(*APAKNKHKCE?=H,Bł?A ODKSO=@A?NA=OAEJPDA?NKLD=NRAOPEJ
OEIQH=OE@=IL=GLANQ>=D=JEGHEIPAND=@=LL=JC=JĠ$K@@=N@&JOPEPQPAKB0L=?A0PQ@EAO 2(*APAKNKHKCE?=H,Bł?A
menunjukkan penurunan terhadap hasil panen pangan di Jawa Timur dan Jawa Barat. Perubahan iklim akan mengurangi kesuburan tanah sebesar 2% sampai 8%, dimana diperkirakan hasil panen padi menurun sebesar 4% , kacang kedelai @=JF=CQJCLANP=DQJ
'=S==N=P=J@'=S=1EIQN1DEOOEIQH=PEJCIK@AH=HOK@AIKJOPN=PAOPD=P?HEI=PA?D=JCASEHHHEGAHUNA@Q?AOKEHBANPEHEPU>U PK NAOQHPEJCEJLNKFA?PA@@A?NA=OAOKBNE?AUEAH@>U OKU>A=JOUEAH@>U =J@I=EVAUEAH@>ULANUA=N
Untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim terhadap ketahanan pangan, pada tahun 2009 pemerintah telah melakukan upaya-upaya sebagai berikut:
JPE?EL=PEJCPDAEIL=?PKB?HEI=PA?D=JCAKJPDABKK@OA?QNEPUOEPQ=PEKJ PDA$KRANJIAJPKB&J@KJAOE=D=OLNKLKOA@PDA BKHHKSEJCOPN=PACEAO@QNEJCġ
Menyebarkan informasi prakiraan cuaca dan kalender pertanian; 2. Melakukan penanaman varietas yang memerlukan air relatif sedikit; 3. Menanam palawija hemat air; 4. Menanam varietas yang sesuai dengan kondisi suatu daerah;
1. 1K@EOOAIEJ=PAEJBKNI=PEKJKJSA=PDANBKNA?=OPO=J@PDA=CNE?QHPQN=H?=HAJ@=NĢ
84
1KLNKIKPALH=JP=PEKJKB?NKLR=NEAPEAOPD=PJAA@HAOOS=PANBKNCNKSPDĢ 3. 1K?QHPER=PA=OA?KJ@?NKLOOQ?D=OI=EVA ?=OO=R= OSAAPLKP=PKAO LQHOAOĠ-=H=SEF= PD=PJAA@OHAOOS=PANĢ 1K?QHPER=PALH=JPO=LLNKLNE=PAPKPDAOLA?Eł??KJ@EPEKJOKB=HK?=PEKJĢ
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
5. Memberikan bantuan benih tahan kekeringan dan benih palawija untuk rotasi tanaman padi; dan 6. Pengawasan dan monitoring secara intensif pada daerah-daerah yang mempunyai resiko tinggi terkena kekeringan.
1K@EOPNE>QPA@NKQCDPNAOEOP=JPOAA@O=J@OA?KJ@?NKLOAA@OBKNPDANKP=PEKJKBNE?A?NKLOĢ=J@ 1KEJPAJOERAHUOQLANREOA=J@IKJEPKN=NA=O=PDECDANNEOGKB>AEJC=BBA?PA@>U@NKQCDP
5.5 DEFORESTASI HUTAN
5.5 DEFORESTATION
Indonesia merupakan salah satu negara mega biodiversiti yang terletak dalam lintasan distribusi keanekaragaman D=U=PE>AJQ=OE=@=JQOPN=HE=OANP=@=N=P=JS=HH=?A=ĠIEO=HJU= LAI>=CE=J@=AN=D>EKCAKCN=łQJPQGGAHKILKG kepulauan Indonesia yang dipisahkan oleh samudera mulai dari benua Asia sampai dengan Australia). Kepulauan
&J@KJAOE=EOKJAKBPDAIAC=>EK@ERANOEPU?KQJPNEAOEJPDASKNH@PD=PEOHK?=PA@EJPDA>EKHKCE?=H@ERANOEPUPN=?GKBPDAOE=J =J@QOPN=HE=J?KJPEJAJPO=J@4=HH=?A=ĠEA=>EKCAKCN=LDE?=H@AOECJ=PEKJBKN=CNKQLKB&J@KJAOE=JEOH=J@OOAL=N=PA@>U @AALS=PANOPN=EPOBNKIPDAOE=J=J@QOPN=HE=J?KJPEJAJP=HODAHRAO 1DAEOH=J@OKB4=HH=?A=HEA>APSAAJ0QJ@=H=J@ĠPDA
Wallacea terletak antara Sundaland (Peninsula Malaya, Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Bali) ke barat, dan dekat ,OA=JE=PANI=OQGQOPN=HE=@=J-=LQ=+QCEJEGAOAH=P=J@=JPEIQN1KP=HSEH=U=D4=HH=?A==@=H=DGIb
*=H=U-AJEJOQH= 0QI=PN= KNJAK '=R= =J@=HE PKPDASAOP =J@+A=N,?A=JE=EJ?HQ@EJCQOPN=HE==J@+AS$QEJA=PK PDAOKQPD=J@A=OP1DAPKP=HH=J@=NA=KB4=HH=?A=EO GIb
Indonesia memiliki hutan tropis ketiga terluas di dunia sehingga sangat penting peranannya sebagai bagian dari paruparu bumi serta menstabilisasi iklim global. Sejumlah besar masyarakat, terutama di Sumatera bagian tengah dan selatan, Kalimantan dan Papua bergantung pada hutan untuk kehidupan mereka.
Indonesia has the third highest area of tropical forest in the world and plays a key role as a lung of the earth as well as ?KJPNE>QPEJCPKS=N@OOP=>EHEOEJCPDACHK>=H?HEI=PAH=NCALNKLKNPEKJKBPDAJ=PEKJ=HLKLQH=PEKJ AOLA?E=HHUEJ?AJPN=H=J@ OKQPDANJL=NPOKB0QI=PAN= (=HEI=JP=J=J@-=LQ= @ALAJ@OKJPDABKNAOPBKNEPOHERAHEDKK@
Pengelolaan hutan di Indonesia dilaksanakan melalui penetapan hutan untuk kepentingan fungsi konservasi, hutan lindung, hutan budidaya dan kawasan hutan. Luas kawasan hutan Indonesia termasuk perairan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan tentang Penunjukkan Kawasan Hutan dan Perairan serta Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) =@=H=DOA>AO=N FQP=D=(=S=O=JDQP=J@=JLAN=EN=JPAN@ENE=P=O FQP=D=G=S=O=JGKJOANR=OELAN=EN=J FQP=D=G=S=O=JDQP=JGKJOANR=OE D=DQP=JLNK@QGOE@=J FQP=D=DQP=JHEJ@QJC
1DA BKNAOP I=J=CAIAJP EJ &J@KJAOE= EO ?=NNEA@ KQP PDNKQCD PDA @APANIEJ=PEKJ KB BKNAOP =J@ EPO ?KJOANR=PEKJ BQJ?PEKJ LNKPA?PA@=NA==J@?QHPER=PA@=NA=1DAPKP=H=NA=KBPDA?KQJPNUOBKNAOPA@=NA=O EJ?HQ@EJCH=J@=J@I=NEJA?KJOANR=PEKJ S=O?=H?QH=PA@>=OA@KJPDA#KNAOPNU*EJEOPANO!A?EOEKJKJPDALLKEJPIAJPKBBKNAOP=J@I=NEJA?KJOANR=PEKJ=NA=O =J@PDA#KNAOP*=L$KRANJ=J?ACNAAIAJPĠ1$%( &PS=OAOPEI=PA@=P=LLNKTEI=PAHUIEHHEKJD= =J@?KJOEOPA@ KBIEHHEKJD=KBI=NEJA?KJOANR=PEKJ IEHHEKJD=KBH=J@?KJOANR=PEKJ=NA= IEHHEKJKBLNKPA?PA@=NA==J@
Ketergantungan masyarakat terhadap hutan masih cukup tinggi terutama masyarakat yang berada di dalam dan sekitar hutan untuk memenuhi kebutuhan akan lahan pertanian dan sumber penghidupan lainnya. Berdasarkan data PODES @=JLAP=G=S=O=JDQP=JQJPQGLNKREJOE PAN@=L=P@AO=Ġ @=NEPKP=H@AO=U=JC>AN=@=@E @=H=IG=S=O=JDQP=J@=J@AO=Ġ >AN=@=@EPALEG=S=O=JDQP=J-=@=GAHKILKG@AO=U=JC>AN=@=@E @=H=IG=S=O=JDQP=J PAN@=L=P@AO=Ġ U=JCIAILQJU=EI=P=LAJ?=D=NE=JQP=I=@=NEOAGPKNLANP=JE=J
1DA@ALAJ@AJ?UKBLAKLHAKJPDABKNAOPEOOPEHHMQEPADECD L=NPE?QH=NHU=IKJCOPLAKLHASDKHERAEJKNJA=NPDABKNAOPO=J@ SDKNAMQENA=CNE?QHPQN=HH=J@PKIAAPPDAENHERAHEDKK@JAA@O=OA@KJPDAKRANH=UEJCKB-,!"0=J@BKNAOP=NA=OEJ LNKREJ?AO EPS=OBKQJ@PD=P REHH=CAOĠ ĠKQPKB=PKP=H REHH=CAO SANAHK?=PA@EJBKNAOP=NA=O =J@ =JKPDAN REHH=CAOĠ SANAHK?=PA@JA=NPKBKNAOPOIKJCPDABKNIAN Ġ REHH=CAOD=@PDAENI=EJ EJ?KIAOKQN?ABNKIPDA=CNE?QHPQN=HOA?PKNĢ=IKJCPDAH=PPAN =CNE?QHPQNAS=OPDAI=FKNEJ?KIAOKQN?AEJ=HIKOPKB
0A@=JCG=JL=@=GAHKILKG@AO=H=EJJU= OQI>ANI=P=LAJ?=D=NE=JEJEPAN@=L=PL=@=D=ILEN@AO=
the villages.
0AF=H=J@AJC=JLANGAI>=JC=JLAI>=JCQJ=JJ=OEKJ=H >AN>=C=E=GPEłP=OLAI>=JCQJ=JPAH=DIAJUA>=>G=JLANQ>=D=J penggunaan lahan. Perubahan penutupan lahan pada kawasan hutan berjalan dengan cepat yang dapat menyebabkan menurunnya kondisi hutan dan berkurangnya luas penutupan hutan.
&JHEJASEPDPDACNKSPDEJJ=PEKJ=H@ARAHKLIAJP R=NEKQO=?PEREPEAOD=RA?=QOA@?D=JCAOEJH=J@QPEHEV=PEKJ)=J@?KRAN?D=JCA EJBKNAOP=NA=OD=OK??QNNA@ MQE?GHUHA=@EJCPK@APANEKN=PA@BKNAOP?KJ@EPEKJO=J@@A?NA=OA@BKNAOP=NA=O
“Emisi karbon” biasanya disetarakan dengan pembakaran di tambang batubara atau negara yang berasap. Penebangan
ļ =N>KJAIEOOEKJEOQOQ=HHUAMQ=PA@SEPD?K=H>QNJEJCLKSANLH=JPOKNOIKCAJRAHKLA@?EPEAO)AOOSE@AHU=LLNA?E=PA@ EOPDANKHAKBPNAAO=O=OKQN?AKBAIEOOEKJO4DAJ=PNAA@EAOKN=BKNAOPEO?QP PDA?=N>KJEONAHA=OA@>=?GEJPKPDA =PIKOLDANA4DANA=OPDAPSK>ECCAOP?=N>KJAIEPPANO DEJ==J@PDA2JEPA@0P=PAO D=RA?K=HLH=JPO=J@?=NOPK>H=IA &J@KJAOE=EOPDA?KQJPNUN=JGA@PDEN@=J@LNK@Q?AOLAN?AJPKBEPO?=N>KJAIEOOEKJOBNKIBKNAOPO&J@KJAOE=OI=CJEł?AJP @ELPANK?=NLBKNAOPO =D=N@SKK@R=HQA@BKNEPOPEI>AN =NA=HIKOPAJPENAHUCKJAKJDA=REHULKLQH=PA@'=R=EOH=J@!QNEJC
pohon merupakan sumber dari emisi yang diakui secara terbatas. Ketika pohon mati atau terjadi penebangan hutan, maka karbon hilang ke atmosfer. Hal ini merupakan bukti nyata tentang keberadaan tantangan besar lingkungan (dan juga peluang). Cina dan Amerika Serikat merupakan 2 emiter terbesar yang berasal dari tambang batubara dan pembakaran asap kendaraan. Indonesia berada di peringkat ke 3 emiter terbesar dimana 85 % emisi karbon berasal
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
85
BAB/Chapter 5
IEHHEKJD=KB?QHPER=PA@=NA=
dari sektor kehutanan. Indonesia memiliki hutan !ELPANK?=NL=?A= yang luas (jenis kayu keras yang paling berharga) @EI=J=OA>=CE=J>AO=ND=ILEND=>EO@ELQH=Q'=S=U=JCLAJ@Q@QGJU=L=@=P0AH=I==J H=D=JDQP=J@E0QI=PAN= >ANGQN=JC@=J@E(=HEI=JP=J@EI=J=DQP=JPANOA>QPIANQL=G=JDQP=J@=P=N=JNAJ@=DU=JCIANQL=G=J
PDAO 0QI=PN=HKOPLAN?AJPKBEPOBKNAOPO=J@(=HEI=JP=JHKOPLAN?AJPIQ?DKBEPHKSH=J@BKNAOPNE?DEJN=NA ?NA=PQNAOHEGAPDA0QI=PN=JNDEJK?ANKO=J@PDAKN=JCQP=J
tempat hidup satwa langka seperti Badak Sumatera dan Orang utan. )=FQ @ABKNAOP=OE OAHQNQD @=N=P=J &J@KJAOE= OAH=I= LANEK@A =@=H=D OA>AO=N FQP= D=P=DQJ JCG= @ABKNAOP=OEEJEIAHELQPE@ABKNAOP=OE@E@=H=IG=S=O=JDQP=JOA>AO=N FQP=D=P=DQJ@=J FQP=D=P=DQJ@EHQ=N G=S=O=JDQP=J)=FQ@ABKNAOP=OE@EG=S=O=JDQP=JEJE>ANGQN=JCFEG=@E>=J@EJCG=J@AJC=JH=FQ@ABKNAOP=OEP=DQJ 2000 yang sebesar 2,28 juta ha/tahun. Hal ini merupakan pertanda yang positif dan segala upaya perlu dilakukan untuk melanjutkan pengurangan laju deforestasi hutan di masa mendatang.
1DA @ABKNAOP=PEKJ N=PA EJ &J@KJAOE= @QNEJC S=O IEHHEKJ D=UA=N 1DA @ABKNAOP=PEKJ N=PA ?KRANA@ IEHHEKJD=LANUA=NEJBKNAOP=NA==J@IEHHEKJD=LANUA=NKQPOE@ABKNAOP=NA=ĠPDA=NA=OODKSJQJ@AN,PDAN2OA 1DEO@ABKNAOP=PEKJN=PAS=OOHKSANPD=J@QNEJCPDALANEK@SDAJPDAN=PAD=@>AAJIEHHEKJD=UA=N1DEO is a positive sign and efforts should be continued to further reduce the deforestation rate.
Walaupun banyak pengurangan hutan yang disebabkan oleh penebangan hutan dan produk kehutanan lainnya terutama g telah meluas. Pembukaan lahan kelapa plywood. Akan tetapi, beberapa tahun terakhir pembalakan liar (illegal logging) sawit yang semakin luas juga merupakan ancaman lainnya. Kelapa sawit akhir-akhir ini digunakan sebagai bahan biofuel @EI=J= D=H EJE =G=J IAJUA>=>G=J LAI>QG==J H=D=J HA>ED >=JU=G -=@= LANEK@A LAI>QG==J H=D=J kelapa sawit di Indonesia bertambah sebesar 56% melalui penebangan hutan yang kaya akan keanekaragaman hayati.
HPDKQCDIQ?DKBPDABKNAOPHKOOS=O@QAPKD=NRAOPEJCBKNPEI>AN=J@BKNAOPLNK@Q?PO L=NPE?QH=NHULHUSKK@ EJNA?AJPUA=NO EHHAC=HHKCCEJCD=O>AAJOLNA=@EJCN=LE@EJ?NA=OAKBKEHL=HILH=JP=PEKJOEO=JKPDANPDNA=P-=HIKEHD=ONA?AJPHU>AAJ NA?KCJEVA@=O=OKQN?AKB>EKBQAHSDE?DSEHHAJ?KQN=CAIKNALH=JP=PEKJO#NKIPK KBPDAATL=J@A@KEH L=HI LH=JP=PEKJO EJ &J@KJAOE= K??QNNA@ >U ?QPPEJC >EK@ERANOEPUNE?D BKNAOPO JKPDAN @EOPQN>EJC PNAJ@ EO PDA ?KJRANOEKJ KB LA=PBKNAOPO SDE?DDKH@DQCA=IKQJPOKB?=N>KJ EJPKLH=JP=PEKJO,J?APDABKNAOPEO?QP PDALA=P@NEAOKQP NAHA=OEJCEPO
Gambar 5.2: Angka deforestasi di dalam dan luar kawasan hutan di Indonesia, 2003 – 2006 (ha/tahun) #ECQNAġ!ABKNAOP=PEKJEJOE@AKNKQPOE@ABKNAOP=NA=OEJ&J@KJAOE= ĠD=UA=N
300,000
ha/year
250,000
200,000
150,000
100,000
50,000
Papua Barat
Papua
Maluku Utara
Maluku
Sulawesi Barat
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tengah
Gorontalo
Sulawesi Utara
Kalimantan Timur
Kalimantan Selatan
Kalimantan Tengah
Kalimantan Barat
Nusa Tenggara Timur
Nusa Tenggara Barat
Bali
Jawa Timur
D.I. Yogyakarta
Jawa Tengah
Jawa Barat
D.K.I. Jakarta
Banten
Lampung
Bangka Belitung
Bengkulu
Sumatera Selatan
Jambi
Kepulauan Riau
Riau
Sumatera Barat
Sumatera Utara
Nanggroe Aceh Darussalam
-
Sumber/Source: Departemen Kehutanan, 2008
86
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Faktor lainnya adalah konversi lahan gambut menjadi lahan perkebunan dimana akan menyebabkan emisi karbon dalam jumlah sangat besar. Ketika hutan ditebang, lahan gambut mengering, mengeluarkan karbon dan meningkatkan resiko terhadap kebakaran yang dapat terjadi bertahun-tahun. Penyebab lain berkurangnya hutan adalah kebakaran
?=N>KJ=J@N=EOEJCPDANEOGKBłNAO SDE?D?=JOIKH@ANBKNUA=NO,PDANNA=OKJOBKNPDA@A?NA=OAEJBKNAOP?KRANEJ?HQ@A BKNAOPłNAO BKNAOP?KJRANOEKJBKN=CNE?QHPQNAQOEJCOH=OD=J@>QNJEJCPA?DJEMQAO ?KJRANOEKJKBBKNAOPA@H=J@EJPKOAPPHAIAJP PN=JOIECN=PEKJ IEJEJC=?PEREPU AP?
hutan, pembukaan hutan untuk permukiman/transmigrasi, pertambangan dll.
Data deforestasi hutan yang digunakan di dalam Atlas ini diperoleh berdasarkan analisis citra satelit Landsat pada tahun 2002/2003 dan 2005/2006. Gambar 5.3 menunjukkan angka deforestasi hutan tahunan di dalam dan luar kawasan hutan tingkat provinsi selama periode 2003-2006. Kalimantan Timur berada pada peringkat pertama untuk angka deforestasi hutan, diikuti oleh Riau, Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Tengah.
1DA@ABKNAOP=PEKJ@=P=S=O>=OA@KJPDA=J=HUOEOKB)=J@O=PO=PAHHEPAEI=CANU@QNEJCPDA=J@ LANEK@O#ECQNAODKSOPDA=JJQ=H@ABKNAOP=PEKJN=PAEJOE@A=J@KQPOE@ABKNAOP=NA=O@QNEJC=PPDALNKREJ?E=H HARAH(=HEI=JP=J1EIQND=@PDADECDAOP@ABKNAOP=PEKJN=PA BKHHKSA@>U/E=Q +QO=1AJCC=N=1EIQN=J@0QH=SAOE1AJC=D provinces.
!AJC=J =JCG= H=FQ @ABKNAOP=OE OA>AO=N GEN=GEN= FQP= D= LAN P=DQJ I=G= =J?=I=J PAND=@=L DQP=JDQP=J @E Indonesia masih mengkhawatirkan. Deforestasi hutan akan memberi dampak terhadap ketahanan pangan penduduk miskin pedesaan yang hidup di dalam atau di dekat kawasan hutan dan yang bergantung pada keanekaragaman hayati dan habitat alam untuk penghidupannya karena hutan merupakan sumber utama dari buah-buahan, tumbuhan obat, dan tumbuhan yang dapat dimakan. Pada tahun 2006, terdapat sekitar 88 juta penduduk yang tinggal di dalam atau
4EPD=@ABKNAOP=PEKJN=PAKB=>KQPIEHHEKJDA?P=NAOLANUA=N &J@KJAOE=OBKNAOPO=NAQJ@ANOANEKQOPDNA=P1DAHKOO KBBKNAOP?KRANSEHHEIL=?PKJBKK@OA?QNEPUKBPDANQN=HLKKNSDKHERAEJ KNJA=N BKNAOP=NA=O=J@@ALAJ@KJPDABKNAOPO >EK@ERANOEPU=J@J=PQN=HLNK@Q?POBKNPDAENHERAHEDKK@O>A?=QOAPDABKNAOPEOPDAENI=FKNOKQN?AKBBNQEPO IA@E?EJ=HLH=JPO=J@ A@E>HALH=JPO&J PDANASANAIEHHEKJLAKLHAHEREJCEJ KNJA=NBKNAOP=NA=O1DALKKNAOPNQN=HLAKLHA=NAHEGAHUPK OQBBANłNOP=J@IKOPSDAJPDKOAD=>EP=PO=NA@ACN=@A@KNEILKRANEODA@
Dari segi kelangsungan lingkungan hidup, maka degradasi hutan akan memberi dampak terhadap sumber air. Erosi tanah sebagai akibat dari pembersihan lapisan penutup tanah, akan menyebabkan sedimentasi/endapan pada jalan air, yang dapat mengakibatkan dampak negatif terhadap kegiatan di hilir atau dataran rendah. Kekurangan air juga akan mempengaruhi sistem pertanian, perikanan dan pengoperasian bendungan.
#NKI=JAJRENKJIAJP=HOQOP=EJ=>EHEPULANOLA?PERA BKNAOP@ACN=@=PEKJSEHH=HOKEIL=?PKJS=PANNAOKQN?AO0KEHANKOEKJ=O= NAOQHPKBCNKQJ@?KRAN?HA=N=J?ASEHHHA=@PKOA@EIAJP=PEKJKBS=PANS=UOPD=PI=UD=RA=JAC=PERAEIL=?PKJ=?PEREPEAOEJ @KSJOPNA=IKNHKSH=J@=NA=O4=PANODKNP=CAOSEHH=HOK=BBA?P=CNE?QHPQN=HOUOPAIO łODANEAO=J@@=IKLAN=PEKJO
Rehabilitasi hutan dan lahan mutlak perlu dilakukan untuk mengurangi laju degradasi hutan sehingga dapat mempertahankan daya dukung hutan terhadap kehidupan. Upaya rehabilitasi hutan dan lahan diupayakan pemerintah melalui kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) yang menargetkan rehabilitasi hutan dan lahan seluas 5 juta ha selama tahun 2003-2009.
#KNAOP=J@H=J@NAD=>EHEP=PEKJIQOP>A?=NNEA@KQPPKNA@Q?APDA@ACN=@=PEKJN=PAKBBKNAOP#KNAOP=J@H=J@NAD=>EHEP=PEKJ ABBKNPO=NAHA@>UPDA$KRANJIAJPPDNKQCDPDABKNAOP=J@H=J@NAD=>EHEP=PEKJ=?PEREPEAOĠ/%) SEPD=P=NCAPKBNAD=>EHEP=PEJC łRAIEHHEKJD=KBBKNAOP=J@H=J@>APSAAJ=J@
Strategi untuk Ketahanan Pangan Berkelanjutan
Strategies for Sustainable Food Security
Seperti dijelaskan sebelumnya, daerah yang sekarang ini dalam kondisi tahan pangan mungkin tidak selamanya berada
OIAJPEKJA@A=NHEAN =J=NA=PD=PEO?QNNAJPHUAJFKUEJCBKK@OA?QNEPUOEPQ=PEKJI=UJKPNAI=EJBKK@OA?QNABKNARANQJHAOO
dalam kondisi tahan pangan apabila tidak ada strategi dan upaya yang dilakukan oleh petani dan pengambil kebijakan secara lingkungan berkelanjutan. Selain itu, dampak bencana juga dapat menyebabkan suatu daerah mengalami kemunduran beberapa tingkat, apabila daerah tersebut tidak memiliki kesiapsiagaan terhadap bencana yang memadai. Strategi berikut direkomendasikan untuk seluruh kabupaten yang rentan di Indonesia berkaitan untuk mencapai ketahanan pangan berkelanjutan.
OPN=PACEAO=J@LN=?PE?AOPD=P=NA=@KLPA@>UPDAB=NIANO=J@PDALKHE?UI=GANO=NAAJRENKJIAJP=HHUOQOP=EJ=>HA*KNAKRAN EIL=?PKB@EO=OPANO?KQH@=HOKLQHH>=?G=NACEKJI=JUOPALO EBPDA=NA=@KAOJKPD=RAAJKQCD@EO=OPANLNAL=NA@JAOO 1DA BKHHKSEJC OPN=PACEAO =NA NA?KIIAJ@A@ BKN =HH RQHJAN=>HA @EOPNE?PO KB &J@KJAOE= EJ KN@AN PK =?DEARA OQOP=EJ=>HA BKK@ security.
a. Reforestasi (Penghutanan kembali) dan menurunkan tingkat deforestasi: Kabupaten-kabupaten di Pulau Sumatera (Jambi, Sumatera Selatan dan Bengkulu) dan seluruh kabupaten di Pulau Kalimantan sebaiknya memulai membuat rencana komprehensif untuk menurunkan tingkat deforestasi dan regenerasi hutan yang telah terdegradasi
= /ABKNAOP=PEKJ=J@OHKSEJC@KSJ@ABKNAOP=PEKJġ1DA@EOPNE?POEJ'=I>E /E=Q 0QI=PAN=0AH=P=J AJCGQHQEJ0QI=PAN= &OH=J@O=J@=HHPDA@EOPNE?POEJ(=HEI=P=JODKQH@AI>=NGQLKJ=?KILNADAJOERALH=JBKNOHKSEJC@KSJ@ABKNAOP=PEKJ=J@ NACAJAN=PEKJKB?QNNAJPHUA=NI=NGA@@ACN=@A@BKNAOPO K=OP=H=NA=OODKQH@?KJ?AJPN=PAKJI=JCNKRANACAJAN=PEKJ
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
87
BAB/Chapter 5
dekat kawasan hutan. Masyarakat pedesaan yang paling miskinlah yang pertama dan paling menderita bila mana habitat-habitat tersebut dirusak atau dimusnahkan.
sekarang ini. Daerah pesisir perlu memperhatikan regenerasi hutan bakau (mangrove). Upaya yang sama juga perlu dilakukan oleh provinsi di Pulau Jawa, NTB, NTT dan Pulau Sulawesi. Dampak dari perubahan iklim bagi Indonesia adalah rendahnya curah hujan akan tetapi kadang-kadang dengan intensitas curah hujan yang tinggi. Kabupaten dengan tutupan vegetasi yang sangat sedikit akan memiliki potensi yang tinggi terhadap banjir bandang dan tanah longsor.
0EIEH=N ABBKNPO =NA =HOK JA?AOO=NU EJ '=R= +1 +11 =J@ 0QH=SAOE EOH=J@O =O SAHH O = NAOQHP KB ?HEI=PA ?D=JCA &J@KJAOE=EOATLA?PA@PKD=RAHKSANN=EJB=HH@=UO >QPOKIAPEIAOSEPDDECDANN=EJB=HHEJPAJOEPU!EOPNE?POSEPDRANUHEPPHA
b. Pembangunan Daerah Aliran Sungai (DAS): Terutama di Jawa, NTB dan NTT, seluruh kabupaten di provinsi tersebut diharapkan memiliki rencana pembangunan DAS yang terintegrasi untuk meningkatkan kualitas tanah dan manajemen perairan. Pada satu sisi, hal ini akan meningkatkan produktivitas tanah dengan naiknya hasil panen sedangkan di sisi yang lain, penggunaan teknik lokal yang tepat akan menciptakan pertanian yang berkelanjutan bagi penghidupan masyarakat.
> 4=PANODA@ @ARAHKLIAJPOġ -=NPE?QH=NHU EJ '=R= +1 =J@ +11 =HH PDA @EOPNE?PO ODKQH@ LH=J BKN EJPACN=PA@ S=PANODA@ @ARAHKLIAJP LNKFA?PO BKN EILNKRA@ OKEH =J@ S=PAN I=J=CAIAJP ,J KJA D=J@ PDA IA=OQNAO SEHH AJD=J?A H=J@ LNK@Q?PEREPUBKNDECDAN?NKLUEAH@ =J@KJPDAKPDAND=J@ QOAKB=LLNKLNE=PAEJ@ECAJKQOPA?DJEMQAOSEHH?NA=PA=IKNA sustainable agricultural livelihoods for the people.
c. Kesiapsiagaan bencana dan rencana kontinjensi: Kabupaten-kabuten yang sering mengalami kejadian bencana harus menyusun rencana kontinjensi tingkat masyarakat dan membentuk kelembagaan dan struktur badan penanggulangan bencana untuk pengurangan resiko bencana.
? !EO=OPAN LNAL=NA@JAOO =J@ ?KJPEJCAJ?U LH=JJEJCġ 1DA @EOPNE?PO PD=P BNAMQAJPHU ATLANEAJ?A @EO=OPANO ODKQH@ LNAL=NA ?KIIQJEPU HARAH ?KJPEJCAJ?U LH=JO =J@ LQP JA?AOO=NU OPNQ?PQNAO =J@ EJOPEPQPEKJO EJ LH=?A BKN CNA=PAN @EO=OPAN NEOG reduction.
d. Sistem kesiapsiagaan dini dan kewaspadaan: Sistem kesiapsiagaan dan kewaspadaan yang inovatif untuk pangan @=JCEVELANHQ@E>AJPQG@EOAHQNQDG=>QL=PAJU=JCN=S=J>AJ?=J=QJPQGIAJCE@AJPEłG=OENAOEGKOA?=N=?AL=P@=J mengambil langkah-langkah perbaikan untuk mitigasi dampak bencana yang terjadi di masa mendatang.
@ "=NHUS=NJEJC=J@OQNRAEHH=J?AOUOPAIġ&JJKR=PERABKK@=J@JQPNEPEKJA=NHUS=NJEJC=J@OQNRAEHH=J?AOUOPAIJAA@PK>A LQPEJLH=?AEJ=HH@EO=OPANLNKJA@EOPNE?POBKNPEIAHUE@AJPEBUEJCNEOGO=J@QJ@ANP=GEJC?KNNA?PERAIA=OQNAOPKIEPEC=PA LKOOE>HAEIL=?POKB=JUEILAJ@EJC@EO=OPANO
e. Membentuk lembaga penginderaan jauh tingkat provinsi: Pemerintah Indonesia perlu mempertimbangkan secara seksama pembentukan lembaga penginderaan jauh untuk melakukan analisis yang luas secara terpisah dan desiminasi data citra satelit seperti penggunaan lahan, kebakaran hutan, banjir, tutupan vegetasi, air tanah dan parameter kunci lainnya untuk manajemen sumberdaya alam secara ilmiah pada tingkat lokal.
A 0APPEJC QL KB NACEKJ=H NAIKPA OAJOEJC =CAJ?EAOġ 1DA $KRANJIAJP KB &J@KJAOE= ODKQH@ OANEKQOHU ?KJOE@AN OAPPEJC QL KB NACEKJ=H NAIKPA OAJOEJC =CAJ?EAO BKN CNA=PAN @EO=CCNAC=PA@ =J=HUOEO =J@ @EOOAIEJ=PEKJ KB O=PAHHEPA @=P= KJ H=J@ QOA BKNAOPłNA ŃKK@O RACAP=PEKJ?KRAN CNKQJ@S=PAN=J@KPDANGAUL=N=IAPANOBKNIKNAO?EAJPEł?J=PQN=HNAOKQN?A I=J=CAIAJP=PHK?=HHARAHO
f.
Mengintegrasi masalah perubahan iklim ke semua kebijakan dan program: Pemerintah pada semua tingkatan, lembaga PBB dan LSM lainnya harus menjamin bahwa semua kebijakan dan program yang dibangun mereka untuk Indonesia harus menitikberatkan kepada tantangan perubahan iklim. Lembaga-lembaga tersebut juga harus menjamin bahwa kebijakan dan program mengenai perubahan iklim harus pro-rakyat miskin agar mereka dapat lepas dari kemiskinan.
RACAP=PERA?KRANSEHHD=RAPDA@=JCANKBEJ?NA=OA@Ń=ODŃKK@O=J@H=J@OHE@AO
B
*=EJOPNA=IEJC?HEI=PA?D=JCAEOOQAOEJ=HHLKHE?EAO=J@LNKFA?POġ1DACKRANJIAJP=P=HHHARAHO 2+=J@KPDAN+$,O ODKQH@AJOQNAPD=P=HHPDALKHE?EAO=J@LNKCN=IIAO@ARAHKLA@>UPDAIBKN&J@KJAOE==@AMQ=PAHU=@@NAOOPDA?D=HHAJCAO KB?HEI=PA?D=JCACAJ?EAO=HOKIQOPAJOQNAPD=PPDALKHE?EAO=J@LNKCN=IIAO=@@NAOOEJC?HEI=PA?D=JCAD=RAPK>A LNKLKKNEJJ=PQNABKNPDAIPK>AOQ??AOOBQH
DAFTAR PUSTAKA
REFERENCES
E ii. iii. ER
E /=EJB=HH@=P=BKNUA=NO*($ EE =H?QH=PEKJKJ!ABKNAOP=PEKJEJ&J@KJAOE=*EJEOPNUKB#KNAOPNU EEE 0PN=PACE?!=P=KJ#KNAOPNU*EJEOPNUKB#KNAOPNU ER &@AJPEł?=PEKJKB3EHH=CAOHK?=PA@EJ#KNAOPNA=O+=PEKJ=H0P=PEOPE?O,Bł?A=J@*EJEOPNUKB#KNAOPNU
!=P= QN=D%QF=J1=DQJ*($ Penghitungan Deforestasi Indonesia. Departemen Kehutanan. 2008 Data Stategis Kehutanan. Departemen Kehutanan. 2008 &@AJPEłG=OE!AO=!=H=I(=S=O=J%QP=J=@=J-QO=P0P=PEOPEG@=J!AL=NPAIAJ(ADQP=J=J
88
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
BAB/Chapter 5
Peta 5.1 / Map 5.1 Penyimpangan Curah Hujan (%) dari 1997 - 2007 di Musim Kemarau dibandingkan dengan Rata-Rata 30 Tahun Rainfall Deviation (%) during 1997 - 2007 in Dry Season Periods compared to 30 Years Average
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
89
BAB/Chapter 5
Peta 5.2 / Map 5.2 Penyimpangan Curah Hujan (%) dari 1997 - 2007 di Musim Hujan dibandingkan dengan Rata-Rata 30 Tahun Rainfall Deviation (%) during 1997 - 2007 in Wet Season Periods compared to 30 Years Average
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
91
BAB/Chapter 5
Peta 5.3 / Map 5.3 Peta Deforestasi di Indonesia untuk periode 2003 - 2006 Map of Deforestation in Indonesia during 2003 - 2006 periods
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
93
BAB 6 KERENTANAN TERHADAP KERAWANAN PANGAN KRONIS BERDASARKAN INDEKS KETAHANAN PANGAN KOMPOSIT 0A>=C=EI=J= @EOA>QPG=J @E @=H=I => >=DS= GKJ@EOE GANAJP=J=J PAND=@=L GAN=S=J=J L=JC=J GNKJEO OA?=N= komposit di tentukan berdasarkan 9 indikator yang berhubungan dengan ketersediaan pangan, akses pangan dan penghidupan, serta pemanfaatan pangan dan gizi, yang dijelaskan secara rinci pada Bab Dua, Tiga dan Empat. Peta GANAJP=J=JPAND=@=LGAN=S=J=JL=JC=JGKILKOEPĠ-AP= @E>Q=P@AJC=JIAJCDEPQJC&J@AGO(AP=D=J=J-=JC=J Komposit, dengan menggabungkan indikator-indikator yang bobotnya yang ditetapkan melalui Analisis Komponen Utama (-NEJ?EL=H KILKJAJPJ=HUOEO Ġ)=ILEN=J
CHAPTER 6 VULNERABILITY TO CHRONIC FOOD INSECURITY BASED ON COMPOSITE FOOD SECURITY INDEX O IAJPEKJA@ EJ D=LPAN ,JA PDA ?KILKOEPA RQHJAN=>EHEPU PK ?DNKJE? BKK@ EJOA?QNEPU S=O @APANIEJA@ >=OA@ KJ JEJA EJ@E?=PKNO@AP=EHA@EJ D=LPAN1SK 1DNAA=J@#KQN SDE?D=NANAH=PA@PKBKK@=R=EH=>EHEPU BKK@=??AOO=J@HERAHEDKK@O =J@ BKK@QPEHEV=PEKJ=J@JQPNEPEKJ1DARQHJAN=>EHEPUI=LKB?KILKOEPABKK@EJOA?QNEPUĠ*=L S=OI=@A>U?KILQPEJC= KILKOEPA#KK@0A?QNEPU&J@AT PDNKQCD?KI>EJEJCEJ@E?=PKNOSEPDSAECDPO=OOECJA@>UPDA-NEJ?EL=H KILKJAJPJ=HUOEO ĠJJAT
Peta komposit menjelaskan kepada kita bahwa kondisi kerentanan terhadap kerawanan pangan suatu kabupaten di sebabkan oleh kombinasi dari berbagai dimensi kerawanan pangan. Kemudian, dengan melihat seluruh peta individu
1DA?KILKOEPAI=LOPAHHQOSDAPDAN=@EOPNE?PEORQHJAN=>HAPKBKK@EJOA?QNEPU@QAPK=?KI>EJ=PEKJKBR=NEKQOBKK@OA?QNEPU NAH=PA@B=?PKNO1DAJ >UHKKGEJC=P=HHEJ@ERE@Q=HI=LO KJA?=JE@AJPEBUI=EJ?=QOAOKBBKK@EJOA?QNEPU=J@RQHJAN=>EHEPUEJ
I=G=GEP=@=L=PIAJCE@AJPEłG=OELAJUA>=>QP=I=GKJ@EOEGAN=S=J=J@=JGANAJP=J=JL=JC=J@EOQ=PQG=>QL=PAJ Harus disebutkan bahwa penyebab kerawanan dan kerentanan pangan antar satu wilayah dengan wilayah lainnya bervariasi, dengan demikian cara penyelesaiannya juga berbeda. Peta dan laporan ini membantu kita untuk memahami perbedaan dan kesamaan dasar di antara kabupaten-kabupaten, dan dengan demikian akan membantu para pembuat kebijakan untuk mengambil langkah-langkah yang tepat dalam menangani isu-isu paling kritis yang relevan untuk daerah mereka.
=@EOPNE?P&PODKQH@>AIAJPEKJA@PD=P?=QOAOKBBKK@EJOA?QNEPU=J@RQHJAN=>EHEPUR=NU>APSAAJPDANACEKJO =J@DAJ?APDA OKHQPEKJBKN=PP=EJEJCBKK@OA?QNEPUSEHH=HOK@EBBAN1DAI=LO=J@NALKNPDAHLQOPKQJ@ANOP=J@PDA>=OE?@EBBANAJ?AO=J@ OEIEH=NEPEAO>APSAAJ@EOPNE?PO =J@PDANABKNASEHHDAHL@A?EOEKJI=GANOPKP=GA=LLNKLNE=PAOPALOPK=@@NAOOPDAIKOP?NEPE?=H issues relevant in their areas.
Sesuai dengan kesepakatan Tim Penyusun, Tim Pengarah dan BKP Pusat maupun BKP provinsi pada workshop #03U=JC@EH=GQG=JP=JCC=H*AE I=G=@EPAP=LG=JG=>QL=PAJLNEKNEP=O>AN@=O=NG=JLANEJCG=PEJ@AGO GAP=D=J=J L=JC=J GKILKOEP PANAJ@=D ,HAD G=NAJ= EPQ LAP= GKILKOEP IAJCC=I>=NG=J G=>QL=PAJ LNEKNEP=O @=H=IGAHKILKGCN=@=OES=NJ=IAN=DU=EPQIAN=DPQ=Ġ-NEKNEP=O
IAN=DĠ-NEKNEP=O @=JIAN=DIQ@=Ġ-NEKNEP=O 3). Kelompok warna merah tua menunjukkan kabupaten-kabupaten yang harus mendapat prioritas khusus dalam
O=CNAA@>UPDA0PAANEJC KIIEPPAA 1A?DJE?=H4KNGEJC$NKQLKB#03 +=PEKJ=H#KK@0A?QNEPUCAJ?U=J@-NKREJ?E=H#KK@ 0A?QNEPU,Bł?A=PPDA#03SKNGODKLKNC=JEVA@KJ*=U LNEKNEPU@EOPNE?PO=NAOAHA?PA@>=OA@KJPDAENHKSAOP ?KILKOEPABKK@OA?QNEPUEJ@AT1DANABKNA PDA?KILKOEPAI=LEHHQOPN=PAOPDAOA@EOPNE?POEJ@=NGNA@OD=@AOĠ-NEKNEPU
NA@OD=@AOĠ-NEKNEPU =J@HECDPNA@OD=@AOĠ-NEKNEPU 1DA@=NGANOD=@AOEILHU@EOPNE?POPD=PJAA@DECDANLNEKNEPUEJD=J@HEJC BKK@EJOA?QNEPULNK>HAIO=J@EILNKRABKK@OA?QNEPU
Pemetaan ini menggambarkan tingkat kemungkinan terjadinya kerawanan pangan suatu kabupaten secara relatif dibandingkan dengan kabupaten lainnya. Dengan perkataan lain, kabupaten-kabupaten yang berwarna merah memiliki tingkat resiko kerawanan pangan yang lebih besar dibandingkan kabupaten-kabupaten yang berwarna hijau sehingga IAIANHQG=JLAND=PE=JOACAN=*AOGELQJ@AIEGE=J -NEKNEP=OĠS=NJ=IAN=DPQ= PE@=G>AN=NPEOAIQ=LAJ@Q@QGJU= berada dalam kondisi rawan pangan. Sebaliknya juga pada kabupaten di Prioritas 6 (warna hijau tua) tidak berarti
1DAI=LLEJCKJHUDECDHECDPOPDAHEGAHULNAR=HAJ?AKBBKK@EJOA?QNEPUEJNAH=PERAPANIO&JKPDANSKN@O PDA=NA=OEJNA@OD=@AO D=RADECDANBKK@EJOA?QNEPUHARAH=J@JAA@EIIA@E=PA=PPAJPEKJ%KSARAN EPODKQH@>AATLH=EJA@PD=P=@EOPNE?PODKSJEJ @=NGNA@Ġ-NEKNEPU @KAOJKPIA=JPD=P=HHLAKLHAHEREJCPDANA=NABKK@EJOA?QNA0EIEH=NHU =@EOPNE?PEJCNAAJĠ-NEKNEPU
@KAOJKPIA=JPD=P=HHLAKLHAHEREJCPDANAD=RAAJKQCDBKK@
bahwa semua penduduknya tahan pangan.
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
95
BAB/Chapter 6
peningkatan ketahanan pangan dan penanganan masalah kerawanan pangan.
7DEHO 7DEOH
.DEXSDWHQ\DQJSDOLQJUHQWDQEHUGDVDUNDQ,QGHNV.HWDKDQDQ3DQJDQ.RPSRVLW KLJKHUYXOQHUDEOHGLVWULFWVEDVHGRQ&RPSRVLWH)RRG6HFXULW\,QGH[
Provinsi/ Province Papua Papua Papua Papua Papua Sumatera Barat Maluku Nusa Tenggara Timur Papua Papua Barat Papua Nusa Tenggara Timur Sumatera Utara Papua Papua Maluku Papua Nusa Tenggara Timur Maluku Sumatera Utara Jawa Timur Kalimantan Barat Papua Barat Papua Barat Papua Barat Nusa Tenggara Timur Papua Barat Nusa Tenggara Timur Papua Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Barat Papua Nusa Tenggara Timur Nanggroe Aceh Darussalam Kalimantan Barat Kalimantan Barat Sulawesi Tengah Riau Sulawesi Tenggara Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Barat Sulawesi Barat Kalimantan Barat Papua Kalimantan Barat Maluku Kalimantan Selatan Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Papua
96
Kabupaten/ District Yahukimo Paniai Tolikara Jayawijaya Asmat Kepulauan Mentawai Seram Bagian Timur Timor Tengah Selatan Mappi Teluk Wondana Waropen Sumba Barat Nias Selatan Boven Digoel Supiori Buru Nabire Sumba Timur Kepulauan Aru Nias Sampang Landak Teluk Bintuni Sorong Selatan Kaimana Manggarai Barat Monokwari Manggarai Sarmi Kupang Kapuas Hulu Melawi Yapen Waropen Belu Simeulue Sekadau Ketapang Banggai Kepulauan Indragiri Hilir Bombana Timor Tengah Utara Lombok Barat Mamasa Bengkayang Biak Numfor Sambas Maluku Tenggara Barat Barito Kuala Alor Sintang Mimika
3HULQJNDW/ 5DQN
Prioritas/ 3ULRULW\
Provinsi/ Province
Kabupaten/ District
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Nanggroe Aceh Darussalam Maluku Nusa Tenggara Timur Nanggroe Aceh Darussalam Sulawesi Tenggara Nusa Tenggara Timur Nanggroe Aceh Darussalam Jawa Timur Kalimantan Timur Papua Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Timur Papua Nusa Tenggara Barat Jawa Timur Kalimantan Tengah Jawa Timur Nusa Tenggara Barat Nanggroe Aceh Darussalam Nanggroe Aceh Darussalam Kalimantan Barat Nusa Tenggara Barat Kalimantan Selatan Sulawesi Tengah Papua Barat Maluku Kalimantan Tengah Jambi Jawa Timur Papua Barat Maluku Utara Banten Kalimantan Timur Kalimantan Tengah Nusa Tenggara Barat Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Kalimantan Selatan Bengkulu Kalimantan Tengah Sulawesi Tengah Papua Barat Sulawesi Tengah Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah Kepulauan Riau Sumatera Utara Kalimantan Barat Sulawesi Tengah
Gayo Lues Maluku Tenggara Sikka Nagan Raya Buton Ende Aceh Singkil Sumenep Nunukan Merauke Lembata Rote Ndao Keerom Lombok Tengah Pamekasan Murung Raya Probolinggo Lombok Timur Aceh Jaya Aceh Utara Sanggau Dompu Balangan Donggala Raja ampat Seram Bagian Barat Seruyan Tanjung Jabung Timur Bangkalan Sorong Halmahera Selatan Lebak Malinau Pulang Pisau Bima Buol Kolaka Utara Hulu Sungai Utara Seluma Kapuas Morowali Fak-Fak Toja Una-Una Lamandau Gunung Mas Natuna Mandailing Natal Pontianak Parigi Moutong
3HULQJNDW/ 5DQN 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100
Prioritas/ 3ULRULW\ 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
1=>HAODKSODECDANRQHJAN=>HA@EOPNE?P>=OA@KJPDA?KILKOEPABKK@EJOA?QNEPU*KOPL=NPOKB-=LQ= -=LQ==N=P *=HQGQ A=OPANJL=NPOKB'=R= +1 +11 JKNPDANJ=J@SAOPANJL=NPOKB(=HEI=JP=J ?AJPN=H=J@OKQPDA=OPANJ0QH=SAOE SAOPANJ=J@JKNPDANJL=NPKB0QI=PAN= =NA=IKJCPDAOAPKLLNEKNEPU@EOPNE?POEJPANIOKBPDAENRQHJAN=>EHEPUPKBKK@
IANQL=G=JG=>QL=PAJU=JCPANI=OQG@=H=ILNEKNEP=OQP=I=I=O=H=DN=S=JL=JC=J
insecurity.
$=I>=NIAILANHED=PG=J>=DS=OA>=CE=J>AO=NG=>QL=PAJNAJP=JPAND=@=LGAN=S=J=JL=JC=J-NEKNEP=OPAN@=L=P @E4EH=U=D1EIQN&J@KJAOE=!=NEG=>QL=PAJU=JCU=JCPANI=OQG@=H=I-NEKNEP=O G=>QL=PAJ@E=JP=N=JU= berada di provinsi Papua, enam berada di Nusa Tenggara Timur, dan lima lainnya berada di Papua Barat.
#ECQNAODKSOPD=PI=JUKBPDA@EOPNE?POIKOPRQHJAN=>HAPKBKK@EJOA?QNEPUKB-NEKNEPU=NAHK?=PA@EJ"=OPANJ&J@KJAOE= IKJC@EOPNE?POKB-NEKNEPU =NAEJ-=LQ=LNKREJ?A OETEJ+QO=1AJCC=N=1EIQN =J@łRAEJ-=LQ==N=PLNKREJ?A
$=I>=Nġ'QIH=DG=>QL=PAJU=JCNAJP=JL=@=-NEKNEP=O>AN@=O=NG=J&J@AGO(AP=D=J=J-=JC=J(KILKOEP #ECQNAġ+QI>ANKBRQHJAN=>HA@EOPNE?POKB-NEKNEPU>=OA@KJ KILKOEPA#KK@0A?QNEPU&J@AT
Gambar 6.2: Jumlah kabupaten yang rentan pada Prioritas 2 berdasarkan Indeks Ketahanan Pangan Komposit #ECQNAġ+QI>ANKBRQHJAN=>HA@EOPNE?POKB-NEKNEPU>=OA@KJ KILKOEPA#KK@0A?QNEPU&J@AT
(=>QL=PAJ U=JC NAJP=J PAND=@=L GAN=S=J=J L=JC=J @=J PANI=OQG G=PACKNE -NEKNEP=O OA?=N= QIQI @EOA>=>G=J KHADġ Ġ -AJ@Q@QG DE@QL @E>=S=D C=NEO GAIEOGEJ=J J=OEKJ=H Ġ /QI=D P=JCC= P=JL= =GOAO PAND=@=L HEOPNEG (3) Prevalensi underweightt pada balita, (4) Desa yang tidak bisa dilalui kendaraan roda 4, dan (5) Rumah tangga tanpa
JJATEJ@E?=PAOPD=P@EOPNE?POSEPDDECDANRQHJAN=>EHEPUPKBKK@EJOA?QNEPU=J@N=JGA@=O-NEKNEPU=NACAJAN=HHUNAH=PA@ PKġĠ -KLQH=PEKJHEREJC>AHKSPDAJ=PEKJ=HLKRANPUHEJA Ġ %KQOADKH@OSEPDKQP=??AOOPKAHA?PNE?EPU Ġ -NAR=HAJ?AN=PA KB QJ@ANSAECDP =IKJC ?DEH@NAJ QJ@AN łRA UA=NO Ġ 3EHH=CAO PD=P ?=J JKP >A =??AOOA@ >U BKQNSDAAHA@ RADE?HAO =J@ Ġ %KQOADKH@OSEPDKQP=??AOOPK?HA=JS=PAN
akses terhadap air bersih (lihat Lampiran 6.2). Dari 30 kabupaten yang rentan terhadap rawan pangan yang merupakan Prioritas 2 seperti yang terlihat pada $=I>=N GA>=JU=G=J>AN=@=@E(=HEI=JP=J=N=PĠG=>QL=PAJ
+11ĠG=>QL=PAJ
+!ĠG=>QL=PAJ @=J Papua (3 kabupaten).
IKJC@EOPNE?PORQHJAN=>HAPKBKK@EJOA?QNEPU=J@N=JGA@=O-NEKNEPULNAOAJPA@EJ#ECQNA PDAI=FKNEPU=NAHK?=PA@ EJ(=HEI=JP=J=N=PĠOARAJ@EOPNE?PO
+11ĠłRA@EOPNE?PO
+!ĠBKQN@EOPNE?PO
=J@-=LQ=ĠPDNAA@EOPNE?PO
Lampiran 6.2 menunjukkan bahwa kabupaten yang rentan terhadap rawan pangan Prioritas 2 pada umumnya
&P EO ODKSJ EJ JJAT PD=P @EOPNE?PO RQHJAN=>HA PK BKK@ EJOA?QNEPU =J@ N=JGA@ =O -NEKNEPU =NA CAJAN=HHU NAH=PA@ PKġ
@EOA>=>G=JKHADġĠ -NAR=HAJOE underweightt pada balita, (2) Desa yang tidak bisa dilalui kendaraan roda 4, (3) Rumah tangga tanpa akses terhadap air bersih, (4) Persentase penduduk hidup dibawah garis kemiskinan nasional, (5) Rumah tangga tanpa akses terhadap listrik.
Ġ -NAR=HAJ?AKBQJ@ANSAECDP=IKJC?DEH@NAJQJ@ANłRAUA=NO Ġ 3EHH=CAOPD=P?=JJKP>A=??AOOA@>UBKQNSDAAHA@ RADE?HAO Ġ %KQOADKH@O SEPDKQP =??AOO PK ?HA=J S=PAN Ġ -KLQH=PEKJ HEREJC >AHKS PDA J=PEKJ=H LKRANPU HEJA =J@ Ġ
%KQOADKH@OSEPDKQP=??AOOPKAHA?PNE?EPU
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
97
BAB/Chapter 6
1=>AHIAJQJFQGG=JG=>QL=PAJU=JCL=HEJCNAJP=J>AN@=O=NG=JEJ@AGOGAP=D=J=JL=JC=JGKILKOEP!=NE kabupaten tersebut, sebagian besar berada di Provinsi Papua, Papua Barat, Maluku, bagian timur pulau Jawa, NTB, NTT, bagian utara dan barat Kalimantan, bagian tengah dan tenggara Sulawesi, dan bagian barat dan timur Sumatera
Gambar 6.3: Jumlah kabupaten yang rentan pada Prioritas 3 berdasarkan Indeks Ketahanan Pangan Komposit #ECQNAġ+QI>ANKBRQHJAN=>HA@EOPNE?POKB-NEKNEPU>=OA@KJ KILKOEPA#KK@0A?QNEPU&J@AT
Gambar 6.3. menunjukkan bahwa kabupaten yang rentan terhadap rawan pangan Prioritas 3 terdapat di Kalimantan Tengah (6 kabupaten), diikuti oleh Sulawesi Tengah (5 kabupaten) dan Nusa Tenggara Barat (4 kabupaten).
#ECQNAEJ@E?=PAOPD=P=PJQI>ANKBRQHJAN=>HA@EOPNE?POPKBKK@EJOA?QNEPU=O-NEKNEPUEOIKOPHUHK?=PA@EJ(=HEI=JP=J 1AJC=DLNKREJ?AĠOET@EOPNE?PO
BKHHKSA@>U0QH=SAOE1AJC=DĠłRA@EOPNE?PO
=J@+QO=1AJCC=N==N=PĠBKQN@EOPNE?PO
(=>QL=PAJNAJP=JPAND=@=LGAN=S=J=JL=JC=J-NEKNEP=OOA?=N=QIQI@EOA>=>G=JKHADġĠ -NAR=HAJOE underweight pada balita, (2) Persentase penduduk hidup dibawah garis kemiskinan nasional, (3) Rumah tangga tanpa akses terhadap air bersih, (4) Rasio konsumsi normatif per kapita terhadap produksi, (5) Rumah tangga tanpa akses terhadap listrik.
!EOPNE?PORQHJAN=>HAPKBKK@EJOA?QNEPU=J@N=JGA@=O-NEKNEPU=NACAJAN=HHUNAH=PA@PKġĠ -NAR=HAJ?AN=PAKBQJ@ANSAECDP =IKJC?DEH@NAJQJ@ANłRAUA=NO Ġ -KLQH=PEKJHEREJC>AHKSPDAJ=PEKJ=HLKRANPUHEJA Ġ %KQOADKH@OSEPDKQP=??AOOPK ?HA=JS=PAN Ġ -AN?=LEP=JKNI=PERA?KJOQILPEKJPKLNK@Q?PEKJN=PEK =J@Ġ %KQOADKH@OSEPDKQP=??AOOPKAHA?PNE?EPU
Lampiran 6.2 secara jelas menyoroti indikator-indikator yang berhubungan dengan peringkat indeks komposit dari OQ=PQG=>QL=PAJ4=NJ=OAHIAJQJFQGG=JLAJCCKHKJC=JNAH=PEBLAJPEJCJU=OQ=PQEJ@EG=PKNU=JCOECJEłG=JL=@=OQ=PQ
1DA=JJAT?HA=NHUDECDHECDPOPDAEJ@E?=PKNOPD=P=NANAOLKJOE>HABKNPDA?KILKOEPAEJ@ATN=JGEJCKB=@EOPNE?P0D=@A@ ?AHHO@AJKPAPDADECDANNAH=PERAEILKNP=J?AKB?ANP=EJEJ@E?=PKNĠO BKN=?ANP=EJ@EOPNE?P
kabupaten tertentu. Misalnya, penyebab utama kerentanan terhadap kerawanan pangan di kabupaten Yahukimo di Papua yang berada L=@=GAHKILKG-NEKNEP=O=@=H=DNAJ@=DJU==GOAOPAND=@=LL=JC=J@=JLAJCDE@QL=JĠPEJCCEJU=FQIH=DLAJ@Q@QG miskin, rendahnya akses terhadap jalan dan listrik) dan rendahnya kondisi kesehatan dan gizi terutama terbatasnya akses terhadap air bersih.
#KNAT=ILHA PDAI=EJNA=OKJOBKNRQHJAN=>EHEPUPKBKK@EJOA?QNEPUEJ6=DQGEIK@EOPNE?PEJ-=LQ=N=JGA@=O-NEKNEPU SANA HKS=??AOOPKBKK@=J@HERAHEDKK@@QAPK=DECDJQI>ANKBLKKNLAKLHA HEIEPA@=??AOOPKNK=@O=J@AHA?PNE?EPU LKKNDA=HPD =J@JQPNEPEKJ=H?KJ@EPEKJO AOLA?E=HHUHEIEPA@=??AOOPK?HA=JS=PAN
Sedangkan untuk kabupaten Timor Tengah Selatan di Provinsi NTT penyebab utama kerawanan pangan adalah rendahnya akses pangan dan penghidupan (tingginya jumlah penduduk miskin, akses terhadap listrik yang rendah), rendahnya kondisi kesehatan dan gizi (akses terhadap air bersih, tingginya angka kurang gizi) dan tingkat buta huruf perempuan.
OBKN1EIKN1AJC=D0AH=P=J@EOPNE?PEJ+11-NKREJ?A I=EJ?=QOAOKBBKK@EJOA?QNEPUSANA=HOKHKS=??AOOPKBKK@=J@ HERAHEDKK@Ġ=DECDJQI>ANKBLKKNLAKLHA HKSAHA?PNE?EPU=??AOON=PA
LKKNDA=HPD=J@JQPNEPEKJ=H?KJ@EPEKJOĠHKS=??AOOPK ?HA=JS=PAN DECDI=HJQPNEPEKJ
=J@=DECDBAI=HAEHHEPAN=?UN=PA
!AIEGE=JFQC= IAOGELQJG=>QL=PAJAJCG=HEO@E/E=Q>AN=@=L=@=GAHKILKGĺ(=>QL=PAJ-NEKNEP=O U=JC>ANS=NJ=
0EIEH=NHU =HPDKQCDAJCG=HEO@EOPNE?PEJ/E=QEOEJPDAĺ!EOPNE?PKB-NEKNEPU SEPD=CNAAJ?KHKNSDE?DEJ@E?=PAO=>APPANBKK@
hijau yang menunjukkan situasi ketahanan pangan yang lebih baik, namun beberapa indikator masih harus diperhatikan antara lain produksi dan ketersediaan pangan, akses terhadap jalan yang dapat dilalui kendaraan roda 4 dan air bersih, serta underweight.
OA?QNEPUOEPQ=PEKJ =PPAJPEKJEOOPEHHNAMQENA@PK=@@NAOOEOOQAONAH=PA@PKBKK@LNK@Q?PEKJ=J@=R=EH=>EHEPU =??AOOPKNK=@O QO=>HA>UBKQNSDAAHA@RADE?HAO=J@?HA=JS=PAN=OSAHH=OQJ@ANSAECDP
98
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
)DNWRUSHQHQWXXWDPD.HUDZDQDQ3DQJDQSHU3ULRULWDV 0DLQGHWHUPLQDQWVRI)RRG,QVHFXULW\SHU3ULRULW\ )DNWRU3HQ\HEDE
&DXVHV
Prioritas 1
3ULRULW\
1. Kemiskinan
1. Poverty
2. Tanpa akses terhadap listrik
2. Without access to electricity
3. 8QGHUZHLJKWW pada balita
8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH
4. Tidak bisa dilalui kendaraan roda 4
4. Without access to roads usable by four-wheeled vehicles
5. Tanpa akses terhadap air bersih
5. Without access to clean water
3ULRULWDV
3ULRULW\
1. 8QGHUZHLJKWW pada balita
8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH
2. Desa yang tidak bisa dilalui kendaraan roda 4
2. Without access to roads usable by four-wheeled vehicles
3. Tanpa akses terhadap air bersih
3. Without access to clean water
4. Kemiskinan
4. Poverty
5. Tanpa akses terhadap listrik
5. Without access to electricity
3ULRULWDV
3ULRULW\
1.
8QGHUZHLJKWW pada balita
8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH
2.
Kemiskinan
2. Poverty
3.
Tanpa akses terhadap air bersih
3. Without access to clean water
4.
Tidak memadainya produksi pangan pokok
,QVXI¿FLHQWVWDSOHIRRGSURGXFWLRQ
5.
Tanpa akses terhadap listrik
5. Without access to electricity
3ULRULWDV
3ULRULW\
1. 8QGHUZHLJKWW pada balita
8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH
2. Kemiskinan
2. Poverty
3. Tidak memadainya produksi pangan pokok
,QVXI¿FLHQWVWDSOHIRRGSURGXFWLRQ
4. Tanpa akses terhadap air bersih
4. Without access to clean water
5. Tanpa akses terhadap listrik
5. Without access to electricity
3ULRULWDV
3ULRULW\
1. Tidak memadainya produksi pangan pokok
,QVXI¿FLHQWVWDSOHIRRGSURGXFWLRQ
2. 8QGHUZHLJKWW pada balita
8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH
3. Kemiskinan
3. Poverty
4. Tanpa akses terhadap air bersih
4. Without access to clean water
3ULRULWDV
3ULRULW\
1. Tidak memadainya produksi pangan pokok
,QVXI¿FLHQWVWDSOHIRRGSURGXFWLRQ
2. Kemiskinan
2. Poverty
3. 8QGHUZHLJKWW pada balita
8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
BAB/Chapter 6
7DEHO 7DEOH
99
Dengan overlaying peta kerentananan terhadap kerawanan pangan kronis dan peta kerentanan terhadap kerawanan pangan sementara, kita dapat melihat daerah-daerah yang saling tumpang tindih (overlap). Hal ini akan menjadi dasar pengembangan rencana kontijensi (contingency plan) yang lebih baik dengan melibatkan masyarakat yang terkena
UKRANH=UEJCPDARQHJAN=>EHEPUI=LKB?DNKJE?BKK@EJOA?QNEPU=J@PDARQHJAN=>EHEPUI=LKBPN=JOEPKNUBKK@EJOA?QNEPU SA?=J OAAPDAKRANH=LLEJC=NA=O1DEOSEHH>APDA>=OEOBKNPDA@ARAHKLIAJPKB>APPAN?KJPEJCAJ?ULH=JO>UEJRKHREJCPDA=BBA?PA@ ?KIIQJEPEAOEJ@EO=OPANLNAL=NA@JAOO=?PEREPEAO
bencana dalam kegiatan kesiagaan menghadapi bencana. Karena penyebab terjadinya kerawanan pangan adalah berbeda-beda, maka cara penanggulangannya juga akan berbeda-beda pada setiap provinsi dan kabupaten. Kabupaten dan provinsi diharapkan mengadopsi rekomendasi berikut ini dalam usaha untuk menangani situasi kerawanan dan kerentanan pangan.
0EJ?APDA?=QOAOKBBKK@EJOA?QNEPU=NA@EBBANAJP OKHQPEKJOSEHH=HOKR=NU>ULNKREJ?A=J@@EOPNE?P!EOPNE?PO=J@LNKREJ?AO ODKQH@=@KLPPDABKHHKSEJCNA?KIIAJ@=PEKJOEJPDAENABBKNPOPK=@@NAOOBKK@EJOA?QNEPU=J@EPORQHJAN=>EHEPU
Upaya-upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan harus ditekankan pada penyebab utama kerawanan pangan
"BBKNPOPKEILNKRABKK@OA?QNEPUODKQH@=@@NAOOPDAI=EJ?=QOAOKBBKK@EJOA?QNEPU=OLNAOAJPA@EJ=PDA@E=CN=I>AHKS
seperti yang digambarkan pada diagram di bawah ini.
Gambar 6.4: Kerangka intervensi untuk meningkatkan ketahanan pangan
!
" #!
#ECQNAġ&JPANRAJPEKJBN=IASKNGPKEILNKRABKK@OA?QNEPU
!
" #
!
$ % &$'( ! $ % ) ! $ ! $ !
$
% $ &%'(
% ) % $
% $
Strategi peningkatan ketahanan pangan perlu dilakukan melalui pendekatan jalur ganda (PSEJPN=?G=LLNK=?DAO) yaitu:
#KK@OA?QNEPUEILNKRAIAJPOPN=PACEAOJAA@PK>AEILHAIAJPA@PDNKQCDPSEJPN=?G=LLNK=?DAOġ
Pendekatan jangka pendek: Membangun ekonomi berbasis pertanian dan pedesaaan untuk menyediakan lapangan
1. &IIA@E=PA=LLNK=?Dġ!ARAHKLIAJPKB=CNE?QHPQN=H=J@NQN=H>=OA@A?KJKIEAOPKLNKRE@AAILHKUIAJP=J@EJ?KIAĢ
kerja dan pendapatan; 2. Pendekatan jangka menengah dan panjang: Memenuhi pangan bagi kelompok masyarakat miskin dan rawan pangan melalui pendekatan pemberdayaan dengan melibatkan partisipasi dan peran aktif seluruh pemangku kepentingan.
100
*A@EQIPKHKJCANPANI=LLNK=?Dġ-NKRE@ABKK@BKNPDALKKN=J@BKK@EJOA?QNA?KIIQJEPEAOPDNKQCD=JAILKSANIAJP approach supporting active participation of villagers and various stakeholders.
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
7DEHO 7DEOH
6WUDWHJLSHQHQWXXWDPD.HWDKDQDQ3DQJDQGDQ*L]LSHU3URYLQVL 0DLQ'HWHUPLQDQWVRI)RRGDQG1XWULWLRQ6HFXULW\SHU3URYLQFH 6WUDWHJL3HQLQJNDWDQ3DQJDQGDQ*L]L
)RRGDQG1XWULWLRQ,PSURYHPHQW6WUDWHJ\
1DQJURH$FHK'DUXVVDODP Tingginya angka underweightt pada balita perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah perlu merevitalisasi peran dan fungsi Posyandu, PKK (Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga), bidan desa dan institusi kesehatan lainnya untuk meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Penyuluhan kesehatan dan gizi perlu lebih digiatkan untuk meningkatkan higiene, pola pengasuhan dan praktek pemberian makan dengan menggunakan berbagai saluran komunikasi dengan menekankan bukan hanya kepada ibu-ibu saja tetapi juga kepada bapak-bapak, remaja putri dan kakek-nenek.
7KHKLJKUDWHRIXQGHUZHLJKWDPRQJXQGHU¿YHFKLOGUHQUHTXLUHVSDUWLFXODUDWWHQWLRQRIWKHORFDOJRYHUQPHQW7KHORFDO government needs to revitalize roles and functions of Posyandu, Family Welfare Empowerment (PKK), village midwives and other health institutions to improve access to better quality of health care and services. Health and nutrition education VKRXOG EH LQWHQVL¿HG WR LPSURYH K\JLHQH FDUH DQG IHHGLQJ SUDFWLFHV E\ XVLQJ GLIIHUHQW FRPPXQLFDWLRQ FKDQQHOV DQG should address not only the mothers but also fathers, adolescent girls, grandparents etc.
Penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan perlu ditangani secara optimal dengan melibatkan berbagai sektor dan institusi termasuk pemerintah, sektor publik dan swasta, dan masyarakat sipil serta masyarakat miskin itu sendiri. Pembangunan fasilitas air bersih perlu di teruskan.
The population living below the poverty line needs to be handled optimally by involving various sectors and institutions including government, public and private sectors, civil society, communities and the people themselves. Building clean water facilities also needs to be continued.
Intervensi utama perlu dilakukan dalam: 8QGHUZHLJKWW pada balita Kemiskinan Tanpa akses ke air bersih
Key interventions are needed in: 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH Poverty Without access to clean water
6XPDWHUD8WDUD Tingginya angka underweightt pada balita perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah perlu merevitalisasi peran dan fungsi Posyandu, PKK (Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga), bidan desa dan institusi kesehatan lainnya untuk meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Penyuluhan kesehatan dan gizi perlu lebih digiatkan untuk meningkatkan higiene, pola pengasuhan dan praktek pemberian makan dengan menggunakan berbagai saluran komunikasi dengan menekankan bukan hanya kepada ibu-ibu saja tetapi juga kepada bapak-bapak, remaja putri dan kakek-nenek.
7KHKLJKUDWHRIXQGHUZHLJKWDPRQJXQGHU¿YHFKLOGUHQUHTXLUHVSDUWLFXODUDWWHQWLRQRIWKHORFDOJRYHUQPHQW7KHORFDO government needs to revitalize roles and functions of Posyandu, Family Welfare Empowerment (PKK), village midwives and other health institutions to improve access to better quality of health care and services. Health and nutrition education VKRXOG EH LQWHQVL¿HG WR LPSURYH K\JLHQH FDUH DQG IHHGLQJ SUDFWLFHV E\ XVLQJ GLIIHUHQW FRPPXQLFDWLRQ FKDQQHOV DQG should address not only the mothers but also fathers, adolescent girls, grandparents etc.
Akses terhadap air bersih dan listrik perlu di tingkatkan melalui pembangunan sarana air bersih dan listrik.
Access to clean water and electricity needs to be increased through building these facilities.
Intervensi utama perlu dilakukan dalam: 8QGHUZHLJKWW pada balita Kemiskinan Tanpa akses ke air bersih Tanpa akses ke listrik
Key interventions are needed in: 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH Poverty line Without access to clean water Without access to electricity
6XPDWHUD%DUDW Tingginya angka underweightt pada balita perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah perlu merevitalisasi peran dan fungsi Posyandu, PKK, bidan desa dan institusi kesehatan lainnya untuk meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Penyuluhan kesehatan dan gizi perlu lebih digiatkan untuk meningkatkan higiene, pola pengasuhan dan praktek pemberian makan dengan menggunakan berbagai saluran komunikasi dengan menekankan bukan hanya kepada ibu-ibu tetapi juga kepada bapak-bapak, remaja putri dan kakek-nenek.
7KHKLJKUDWHRIXQGHUZHLJKWDPRQJXQGHU¿YHFKLOGUHQUHTXLUHVSDUWLFXODUDWWHQWLRQRIWKHORFDOJRYHUQPHQW7KHORFDO government needs to revitalize roles and functions of Posyandu, Family Welfare Empowerment (PKK), village midwives and other health institutions to improve access to better quality of health care and services. Health and nutrition education VKRXOG EH LQWHQVL¿HG WR LPSURYH K\JLHQH FDUH DQG IHHGLQJ SUDFWLFHV E\ XVLQJ GLIIHUHQW FRPPXQLFDWLRQ FKDQQHOV DQG should address not only the mothers, but also fathers, adolescent girls, grandparents, etc.
Intervensi utama perlu dilakukan dalam: 8QGHUZHLJKWW pada balita
Key interventions are needed in: 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH
Riau memiliki rasio konsumsi normatif per kapita yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan produksi bersih serelianya, hal ini menunjukkan rendahnya kecukupan pangan pokok karena kekurangan produksi pangan. Beberapa upaya perlu GLODNXNDQXQWXNPHQLQJNDWNDQNDSDVLWDVSURGXNVLWHUXWDPDPHODOXLXSD\DSHQLQJNDWDQSURGXNWL¿WDV6HMDODQGHQJDQKDO tersebut, promosi konsumsi makanan lokal yang ada juga perlu digalakkan.
Riau has per capita normative consumption higher than its net cereal production which indicates low staple food selfVXI¿FLHQF\GXHWRIRRGSURGXFWLRQVKRUWDJHV(IIRUWVVKRXOGEHPDGHWRLQFUHDVHSURGXFWLRQFDSDFLW\HVSHFLDOO\WKURXJK increasing productivity. In parallel, consumption of locally available foods should be promoted.
Tingginya angka underweightt pada balita perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah perlu merevitalisasi peran dan fungsi Posyandu, PKK, bidan desa dan institusi kesehatan lainnya untuk meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Penyuluhan kesehatan dan gizi perlu lebih digiatkan untuk meningkatkan
7KHKLJKUDWHRIXQGHUZHLJKWDPRQJXQGHU¿YHFKLOGUHQUHTXLUHVSDUWLFXODUDWWHQWLRQRIWKHORFDOJRYHUQPHQW7KHORFDO government needs to revitalize roles and functions of Posyandu, Family Welfare Empowerment (PKK), village midwives and other health institutions to improve access to better quality of health care and services. Health and nutrition education
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
101
BAB/Chapter 6
Riau
7DEHOODQMXWDQ 6WUDWHJLSHQHQWXXWDPD.HWDKDQDQ3DQJDQGDQ*L]LSHU3URYLQVL 7DEOHFRQWG 0DLQ'HWHUPLQDQWVRI)RRGDQG1XWULWLRQ6HFXULW\SHU3URYLQFH 6WUDWHJL3HQLQJNDWDQ3DQJDQGDQ*L]L
)RRGDQG1XWULWLRQ,PSURYHPHQW6WUDWHJLHV
Riau higiene, pola pengasuhan dan praktek pemberian makan dengan menggunakan berbagai saluran komunikasi dengan menekankan bukan hanya kepada ibu-ibu tetapi juga kepada bapak-bapak, remaja putri dan kakek-nenek. Pembangunan akses yang cukup terhadap air bersih perlu di tingkatkan.
VKRXOG EH LQWHQVL¿HG WR LPSURYH K\JLHQH FDUH DQG IHHGLQJ SUDFWLFHV E\ XVLQJ GLIIHUHQW FRPPXQLFDWLRQ FKDQQHOV DQG should address not only the mothers, but also fathers, adolescent girls, grandparents, etc. Development of adequate access to clean water needs to be increased.
Intervensi utama perlu dilakukan dalam: Produksi makanan pokok yang kurang memadai 8QGHUZHLJKWW pada balita Tanpa akses ke air bersih
Key interventions are needed in: ,QVXI¿FLHQWVWDSOHIRRGSURGXFWLRQ 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH Without access to clean water
Jambi Ketersediaan air bersih dan konsumsi pangan yang cukup merupakan dua hal yang harus dipenuhi untuk mewujudkan ketahanan pangan rumahtangga. Oleh karena itu pemerintah perlu membangun sarana air bersih untuk memenuhi NHEXWXKDQSHQGXGXN3HQLQJNDWDQSURGXNVLSDQJDQSHUOXGLSURPRVLNDQGHQJDQFDUDLQWHQVL¿NDVLGLYHUVL¿NDVLPDXSXQ HNVWHQVL¿NDVLXQWXNPHPDVWLNDQEDKZDNHEXWXKDQPDV\DUDNDWWHUSHQXKLVHKLQJJDNHWDKDQDQSDQJDQSDQJDQNHOXDUJD dapat ditingkatkan.
Adequate clean water and food consumption are areas of focus for improving household food security. Government needs to build clean water access facilities to meet the needs of the population. Increasing food production should be promoted WKURXJKLQWHQVL¿FDWLRQGLYHUVL¿FDWLRQDVZHOODVH[WHQVLRQWRHQVXUHWKHFRPPXQLWLHV¶QHHGVDUHIXOO\PHWDQGKRXVHKROG food security is improved.
Tingginya angka underweightt pada balita perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah perlu merevitalisasi peran dan fungsi Posyandu, PKK, bidan desa dan institusi kesehatan lainnya untuk meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Penyuluhan kesehatan dan gizi perlu lebih digiatkan untuk meningkatkan higiene, pola pengasuhan dan praktek pemberian makan dengan menggunakan berbagai saluran komunikasi dengan menekankan bukan hanya kepada ibu-ibu tetapi juga kepada bapak-bapak, remaja putri dan kakek-nenek.
$ KLJK UDWH RI XQGHUZHLJKW DPRQJ XQGHU¿YH FKLOGUHQ UHTXLUHV SDUWLFXODU DWWHQWLRQ RI WKH ORFDO JRYHUQPHQW 7KH ORFDO government needs to revitalize roles and functions of Posyandu, Family Welfare Empowerment (PKK), village midwives and other health institutions to improve access to better quality of health care and services. Health and nutrition education VKRXOG EH LQWHQVL¿HG WR LPSURYH K\JLHQH FDUH DQG IHHGLQJ SUDFWLFHV E\ XVLQJ GLIIHUHQW FRPPXQLFDWLRQ FKDQQHOV DQG should address not only the mothers, but also fathers, adolescent girls, grandparents, etc.
Intervensi utama perlu dilakukan dalam: Tanpa akses ke air bersih Produksi makanan pokok yang kurang memadai 8QGHUZHLJKWW pada balita
Key interventions are needed in: Without access to clean water ,QVXI¿FLHQWVWDSOHIRRGSURGXFWLRQ 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH
Sumatera Selatan Penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan perlu ditangani secara optimal dengan melibatkan berbagai sektor dan institusi termasuk pemerintah, sektor publik dan swasta, dan masyarakat sipil serta masyarakat miskin itu sendiri melalui program pemberdayaan masyarakat dan pembangunan ekonomi produktif.
The population living below the poverty line needs to be handled optimally by involving various sectors and institutions including government, public and private sectors, civil society, communities and the people themselves, through community empowerment and productive economic development.
Tingginya angka underweightt pada balita perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah perlu merevitalisasi peran dan fungsi Posyandu, PKK, bidan desa dan institusi kesehatan lainnya untuk meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Penyuluhan kesehatan dan gizi perlu lebih digiatkan untuk meningkatkan higiene, pola pengasuhan dan praktek pemberian makan dengan menggunakan berbagai saluran komunikasi dengan menekankan bukan hanya kepada ibu-ibu saja tetapi juga kepada bapak-bapak, remaja putri dan kakek-nenek. Akses terhadap air bersih perlu di tingkatkan melalui pembangunan sarana air bersih.
7KHKLJKUDWHRIXQGHUZHLJKWDPRQJXQGHU¿YHFKLOGUHQUHTXLUHVSDUWLFXODUDWWHQWLRQRIWKHORFDOJRYHUQPHQW7KHORFDO government needs to revitalize roles and functions of Posyandu, Family Welfare Empowerment (PKK), village midwives and other health institutions to improve access to better quality of health care and services. Health and nutrition education VKRXOG EH LQWHQVL¿HG WR LPSURYH K\JLHQH FDUH DQG IHHGLQJ SUDFWLFHV E\ XVLQJ GLIIHUHQW FRPPXQLFDWLRQ FKDQQHOV DQG should address not only the mothers, but also fathers, adolescent girls, grandparents, etc. Access to clean water needs to be increased through building clean water facilities.
Intervensi utama perlu dilakukan dalam: Kemiskinan 8QGHUZHLJKWW pada balita Tanpa akses ke air bersih
Key interventions are needed in: Poverty 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH Without access to clean water
%HQJNXOX Penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan perlu ditangani secara optimal dengan melibatkan berbagai sektor dan institusi termasuk pemerintah, sektor publik dan swasta, dan masyarakat sipil serta masyarakat miskin itu sendiri. Program pembangunan yang berpihak pada masyarakat miskin lewat pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan dan dilaksanakan secara efektif. Pembangunan sarana dan prasarana untuk pengentasan kemiskinan juga sangat penting untuk dilakukan. Perhatian diperlukan untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap air bersih melalui pembangunan sarana air bersih, listrik dan pelayanan kesehatan.
102
Population living below poverty line need to be handled optimally by involving various sectors and institutions including government, public and private sectors, civil societies, community and people themselves. A pro-poor development programme through community empowerment can be relevant and be effectively implemented. Infrastructure development for poverty reduction is also crucial. Attention is required to increase people’s access to clean water through building water facilities, to electricity and health services.
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
7DEHOODQMXWDQ 6WUDWHJLSHQHQWXXWDPD.HWDKDQDQ3DQJDQGDQ*L]LSHU3URYLQVL 7DEOHFRQWG 0DLQ'HWHUPLQDQWVRI)RRGDQG1XWULWLRQ6HFXULW\SHU3URYLQFH 6WUDWHJL3HQLQJNDWDQ3DQJDQGDQ*L]L
)RRGDQG1XWULWLRQ,PSURYHPHQW6WUDWHJLHV
%HQJNXOX Tingginya angka underweightt pada balita perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah perlu merevitalisasi peran dan fungsi Posyandu, PKK (Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga), bidan desa dan institusi kesehatan lainnya untuk meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Penyuluhan kesehatan dan gizi perlu lebih digiatkan untuk meningkatkan higiene, pola pengasuhan dan praktek pemberian makan dengan menggunakan berbagai saluran komunikasi dengan menekankan bukan hanya kepada ibu-ibu saja tetapi juga kepada bapak-bapak, remaja putri dan kakek-nenek.
7KHKLJKUDWHRIXQGHUZHLJKWDPRQJXQGHU¿YHFKLOGUHQUHTXLUHVSDUWLFXODUDWWHQWLRQRIWKHORFDOJRYHUQPHQW7KHORFDO government needs to revitalize roles and functions of Posyandu, Family Welfare Empowerment (PKK), village midwives and other health institutions to improve access to better quality of health care and services. Health and nutrition education VKRXOG EH LQWHQVL¿HG WR LPSURYH K\JLHQH FDUH DQG IHHGLQJ SUDFWLFHV E\ XVLQJ GLIIHUHQW FRPPXQLFDWLRQ FKDQQHOV DQG should address not only the mothers but also fathers, adolescent girls, grandparents etc.
Intervensi utama perlu dilakukan dalam: Kemiskinan Tanpa akses terhadap air bersih Tanpa akses terhadap listrik 8QGHUZHLJKWW pada balita
Key interventions are needed in: Poverty Without access to clean water Without access to electricity 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH
/DPSXQJ Penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan perlu ditangani secara optimal dengan melibatkan berbagai sektor dan institusi termasuk pemerintah, sektor publik dan swasta, dan masyarakat sipil serta masyarakat miskin itu sendiri.
The population living below the poverty line needs to be handled optimally by involving various sectors and institutions including government, public and private sectors, civil society, communities and the people themselves.
Selain itu, pemerintah juga perlu meningkatkan akses terhadap air bersih dan listrik.
In addition, government needs to improve access to clean water and electricity.
Intervensi utama perlu dilakukan dalam: Kemiskinan Tanpa akses ke air bersih Tanpa akses ke listrik
Key interventions are needed in: Poverty Wthout access to clean water Without electricity access
%DQJND%HOLWXQJ Bangka Belitung memiliki tingkat konsumsi normatif per kapita yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan produksi bersih serelianya hal ini menunjukkan rendahnya kecukupan pangan pokok karena kekurangan produksi pangan. UpayaXSD\DSHUOXGLODNXNDQXQWXNPHQLQJNDWNDQNDSDVLWDVSURGXNVLNKXVXVQ\DPHODOXLSHQLQJNDWDQSURGXNWL¿WDV-LNDSRWHQVL peningkatan produksi terbatas maka kekurangan pangan perlu dipenuhi melalui impor pangan dari daerah lain yang surplus.
Bangka Belitung has per capita normative consumption higher than its net cereals production which indicates low staple IRRGVHOIVXI¿FLHQF\GXHWRIRRGSURGXFWLRQVKRUWDJHV(IIRUWVVKRXOGEHPDGHWRLQFUHDVHSURGXFWLRQFDSDFLW\HVSHFLDOO\ WKURXJKLQFUHDVLQJWKHSURGXFWLYLW\,ILQFUHDVLQJSURGXFWLRQSRWHQWLDOLVOLPLWHGWKHIRRGGH¿FLWVKRXOGEHFRYHUHGWKURXJK importing foods from other surplus areas.
Hal lain yang perlu mendapat perhatian dari Pemda adalah masih tingginya angka underweight pada balita. Pemda perlu menggerakan kembali peran Posyandu, PKK, Bidan Desa, serta lembaga-lembaga pelayanan kesehatan lainnya untuk meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Pendidikan mengenai kesehatan dan gizi perlu diintensifkan untuk meningkatkan higiene, ppola pengasuhan dan praktek pemberiaan makan dengan menggunakan berbagai macam sarana komunikasi dan tidak hanya terbatas pada ibu-ibu saja, akan tetapi juga mencakup bapak, remaja putri dan kakek-nenek.
$KLJKUDWHRIXQGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YHUHTXLUHVSDUWLFXODUDWWHQWLRQIURPWKHORFDOJRYHUQPHQW7KHORFDO government needs to revitalize roles and functions of Posyandu, Family Welfare Empowerment (PKK), village midwives and other health institutions to improve access to a better quality of health care and services. Health and nutrition education VKRXOG EH LQWHQVL¿HG WR LPSURYH K\JLHQH FDUH DQG IHHGLQJ SUDFWLFHV E\ XVLQJ GLIIHUHQW FRPPXQLFDWLRQ FKDQQHOV DQG should address not only mothers, but also fathers, adolescent girls, grandparents, etc.
Intervensi utama perlu dilakukan dalam: Tidak memadainya produksi pangan pokok 8QGHUZHLJKWW pada balita
Key interventions are needed in: ,QVXI¿FLHQWVWDSOHIRRGSURGXFWLRQ 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH
Kepulauan Riau memiliki tingkat konsumsi normatif per kapita yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan produksi bersih serelianya, hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat kekurangan produksi pangan. Beberapa upaya yang perlu dilakukan XQWXN PHQLQJNDWNDQ NDSDVLWDV SURGXNVL NKXVXVQ\D PHODOXL XSD\D SHQLQJNDWDQ SURGXNWL¿WDV SHQJJXQDDQ ELELW XQJJXO atau peningkatan luas areal. Jika potensi peningkatan produksi terbatas, maka kekurangan pangan harus dipenuhi melalui impor makanan dari daerah lain yang surplus.
Kepulauan Riau has per capita normative consumption higher than its net cereal production which indicates low staple IRRGVHOIVXI¿FLHQF\GXHWRIRRGSURGXFWLRQVKRUWDJHV(IIRUWVVKRXOGEHPDGHWRLQFUHDVHSURGXFWLRQFDSDFLW\HVSHFLDOO\ through increasing the productivity, using good quality seeds or increasing cultivation areas. If increasing production SRWHQWLDOLVOLPLWHGWKHIRRGGH¿FLWVKRXOGEHFRYHUHGWKURXJKLPSRUWLQJIRRGVIURPRWKHUVXUSOXVDUHDV
Intervensi utama perlu dilakukan dalam: Produksi makanan pokok yang kurang memadai
Key interventions are needed in: Insuffcient staple food production
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
103
BAB/Chapter 6
Kepulauan Riau
7DEHOODQMXWDQ 6WUDWHJLSHQHQWXXWDPD.HWDKDQDQ3DQJDQGDQ*L]LSHU3URYLQVL 7DEOHFRQWG 0DLQ'HWHUPLQDQWVRI)RRGDQG1XWULWLRQ6HFXULW\SHU3URYLQFH 6WUDWHJL3HQLQJNDWDQ3DQJDQGDQ*L]L
)RRGDQG1XWULWLRQ,PSURYHPHQW6WUDWHJLHV
-DZD%DUDW Tingginya angka underweightt pada balita perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah perlu merevitalisasi peran dan fungsi Posyandu, PKK, bidan desa dan institusi kesehatan lainnya untuk meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Penyuluhan kesehatan dan gizi perlu lebih digiatkan untuk meningkatkan higiene, pola pengasuhan dan praktek pemberian makan dengan menggunakan berbagai saluran komunikasi dengan menekankan bukan hanya kepada ibu-ibu saja tetapi juga kepada bapak-bapak, remaja putri dan kakek-nenek.
$ KLJK UDWH RI XQGHUZHLJKW DPRQJ XQGHU¿YH FKLOGUHQ UHTXLUHV SDUWLFXODU DWWHQWLRQ RI WKH ORFDO JRYHUQPHQW 7KH ORFDO government needs to revitalize roles and functions of Posyandu, Family Welfare Empowerment (PKK), village midwives and other health institutions to improve access to better quality of health care and services. Health and nutrition education VKRXOG EH LQWHQVL¿HG WR LPSURYH K\JLHQH FDUH DQG IHHGLQJ SUDFWLFHV E\ XVLQJ GLIIHUHQW FRPPXQLFDWLRQ FKDQQHOV DQG should address not only the mothers, but also fathers, adolescent girls, grandparents, etc.
Intervensi utama perlu dilakukan dalam: 8QGHUZHLJKWW pada balita
Key interventions are needed in: 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH
-DZD7HQJDK Penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan perlu ditangani secara optimal dengan melibatkan berbagai sektor dan institusi termasuk pemerintah, sektor publik dan swasta, dan masyarakat sipil serta masyarakat miskin itu sendiri.
The population living below the poverty line needs to be handled optimally by involving various sectors and institutions including government, public and private sectors, civil society, communities and the people themselves.
Tingginya angka underweightt pada balita perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah perlu merevitalisasi peran dan fungsi Posyandu, PKK, bidan desa dan institusi kesehatan lainnya untuk meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Penyuluhan kesehatan dan gizi perlu lebih digiatkan untuk meningkatkan higiene, pola pengasuhan dan praktek pemberian makan dengan menggunakan berbagai saluran komunikasi dengan menekankan bukan hanya kepada ibu-ibu saja tetapi juga kepada bapak-bapak, remaja putri dan kakek-nenek.
$ KLJK UDWH RI XQGHUZHLJKW DPRQJ XQGHU¿YH FKLOGUHQ UHTXLUHV SDUWLFXODU DWWHQWLRQ RI WKH ORFDO JRYHUQPHQW 7KH ORFDO government needs to revitalize roles and functions of Posyandu, Family Welfare Empowerment (PKK), village midwives and other health institutions to improve access to a better quality of health care and services. Health and nutrition education VKRXOG EH LQWHQVL¿HG WR LPSURYH K\JLHQH FDUH DQG IHHGLQJ SUDFWLFHV E\ XVLQJ GLIIHUHQW FRPPXQLFDWLRQ FKDQQHOV DQG should address not only the mothers, but also fathers, adolescent girls, grandparents, etc.
Hal lain yang perlu mendapat prioritas adalah rendahnya tingkat pendidikan perempuan. Program pendidikan, baik formal (program pendidikan 9 tahun, pendidikan gratis) dan pendidikan non-formal (Kejar Paket A, B dan Bimbingan Masyarakat) perlu di diperhatikan dan dilaksanakan.
Another focus of attention is the low female education level. Education programmes, both formal (nine-year education programmes, free education) and informal education (Chase Package A, B, and community guidance) need to be considered and implemented.
Intervensi utama perlu dilakukan dalam: Kemiskinan 8QGHUZHLJKWW pada balita Perempuan Buta Huruf
Key interventions are needed in: Poverty 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH Female illiteracy
',
The population living below the poverty line needs to be handled optimally by involving various sectors and institutions including government, public and private sectors, civil societies, community and people themselves.
Hal lain yang perlu mendapat prioritas adalah rendahnya tingkat pendidikan perempuan. Program pendidikan, baik formal (program pendidikan 9 tahun, pendidikan gratis) dan pendidikan non-formal (Kejar Paket A, B dan Bimbingan Masyarakat) perlu di diperhatikan dan dilaksanakan.
Another focus of attention is the low female education level. Education programmes, both formal (nine-year education programmes, free education) and informal education (Chase Package A, B, and community guidance) need to be considered and implemented.
Intervensi utama perlu dilakukan dalam: Kemiskinan Perempuan Buta Huruf
Key interventions are needed in: Poverty Female illiteracy
-DZD7LPXU Penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan perlu ditangani secara optimal dengan melibatkan berbagai sektor dan institusi termasuk pemerintah, sektor publik dan swasta, dan masyarakat sipil serta masyarakat miskin itu sendiri.
The population living below the poverty line needs to be handled optimally by involving various sectors and institutions including government, public and private sectors, civil society, communities and the people themselves.
Tingginya angka underweight pada balita perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah perlu merevitalisasi peran dan fungsi Posyandu, PKK, bidan desa dan institusi kesehatan lainnya untuk meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Penyuluhan kesehatan dan gizi perlu lebih digiatkan untuk meningkatkan higiene, pola pengasuhan dan praktek pemberian makan dengan menggunakan berbagai saluran komunikasi dan tidak hanya terbatas kepada ibu-ibu saja tetapi juga kepada bapak-bapak, remaja putri dan kakek-nenek.
$ KLJK UDWH RI XQGHUZHLJKW DPRQJ XQGHU¿YH FKLOGUHQ UHTXLUHV SDUWLFXODU DWWHQWLRQ RI WKH ORFDO JRYHUQPHQW 7KH ORFDO government needs to revitalize roles and functions of Posyandu, Family Welfare Empowerment (PKK), village midwives and other health institutions to improve access to a better quality of health care and services. Health and nutrition education VKRXOG EH LQWHQVL¿HG WR LPSURYH K\JLHQH FDUH DQG IHHGLQJ SUDFWLFHV E\ XVLQJ GLIIHUHQW FRPPXQLFDWLRQ FKDQQHOV DQG should address not only the mothers, but also fathers, adolescent girls, grandparents, etc.
Hal lain yang perlu mendapat prioritas adalah rendahnya tingkat pendidikan perempuan. Program pendidikan, baik formal (program pendidikan 9 tahun, pendidikan gratis) dan pendidikan non-formal (Kejar Paket A, B dan Bimbingan Masyarakat) perlu di diperhatikan dan dilaksanakan.
Another focus of attention is the low female education level. Education programmes, both formal (nine-year education programmes, free education) and informal education (Chase Package A, B, and community guidance) need to be considered and implemented.
104
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
7DEHOODQMXWDQ 6WUDWHJLSHQHQWXXWDPD.HWDKDQDQ3DQJDQGDQ*L]LSHU3URYLQVL 7DEOHFRQWG 0DLQ'HWHUPLQDQWVRI)RRGDQG1XWULWLRQ6HFXULW\SHU3URYLQFH 6WUDWHJL3HQLQJNDWDQ3DQJDQGDQ*L]L
)RRGDQG1XWULWLRQ,PSURYHPHQW6WUDWHJLHV
-DZD7LPXU Intervensi utama perlu dilakukan dalam: Kemiskinan 8QGHUZHLJKWW pada balita Perempuan Buta Huruf Rendahnya angka harapan hidup pada saat lahir
Key interventions are needed in: Poverty 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH Female illiteracy Low life expectancy at birth
%DQWHQ Banten memiliki tingkat konsumsi normatif per kapita yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan produksi bersih serelianya hal ini menunjukkan rendahnya kecukupan pangan pokok karena kekurangan produksi pangan. Upaya-upaya perlu GLODNXNDQXQWXNPHQLQJNDWNDQNDSDVLWDVSURGXNVLPLVDOQ\DPHODOXLSHQLQJNDWDQSURGXNWL¿WDVSHQJJXQDDQELELWXQJJXO atau peningkatan luas areal sehingga terjadi peningkatan kapasitas produksi.
Banten has a per capita normative consumption higher than its net cereals production which indicates low staple food VHOIVXI¿FLHQF\ GXH WR IRRG SURGXFWLRQ VKRUWDJHV (IIRUWV VKRXOG EH PDGH WR LQFUHDVH SURGXFWLRQ FDSDFLW\ HVSHFLDOO\ through increasing the production capacity such as increasing the productivity, using good quality seeds, or increasing the cultivation area.
Tingginya angka underweightt pada balita perlu mendapat perhatian dari Pemda. Pemda perlu menggerakan kembali peran Posyandu, PKK, Bidan Desa, serta lembaga-lembaga pelayanan kesehatan lainnya untuk meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Pendidikan mengenai kesehatan dan gizi perlu diintensifkan untuk meningkatkan higiene, pola pengasuhan dan praktek pemberian makan dengan menggunakan berbagai macam sarana komunikasi dan tidak hanya terbatas pada ibu-ibu saja, akan tetapi juga mencakup bapak, remaja putri dan kakeknenek.
$ KLJK UDWH RI XQGHUZHLJKW DPRQJ FKLOGUHQ XQGHU ¿YH UHTXLUHV SDUWLFXODU DWWHQWLRQ RI WKH ORFDO JRYHUQPHQW 7KH ORFDO government needs to revitalize roles and functions of Posyandu, Family Welfare Empowerment (PKK), village midwives and other health institutions to improve access to a better quality of health care and services. Health and nutrition education VKRXOG EH LQWHQVL¿HG WR LPSURYH K\JLHQH FDUH DQG IHHGLQJ SUDFWLFHV E\ XVLQJ GLIIHUHQW FRPPXQLFDWLRQ FKDQQHOV DQG should address not only the mothers, but also fathers, adolescent girls, grandparents, etc.
Intervensi utama perlu dilakukan dalam: Tidak memadainya produksi pangan pokok 8QGHUZHLJKWW pada balita Rendahnya angka harapan hidup pada saat lahir
Key interventions are needed in: ,QVXI¿FLHQWVWDSOHIRRGSURGXFWLRQ 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH Low life expectancy at birth
%DOL Ketahanan pangan di provinsi Bali relatif terjamin seperti yang terlihat dari semua indikator ketahanan pangan. Bali harus melanjutkan usaha-usaha terbaiknya untuk memelihara tingkat komitmen saat ini, untuk meningkatkan kondisinya. Akan tetapi, rendahnya angka melek huruf perempuan perlu mendapatkan perhatian dan hal ini harus mendapat prioritas untuk meningkatkannya.
Food security in Bali is relatively satisfactory as indicated by various food security indicators. Bali should continue its efforts to maintain the current commitment level and reinforce its achievements. However, low female literacy remains a concern and adequate attention to improve it should be given.
Intervensi utama perlu dilakukan dalam: Perempuan Buta Huruf
Key interventions are needed in: Female Illiteracy
Penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan perlu ditangani secara optimal dengan melibatkan berbagai sektor dan institusi termasuk pemerintah, sektor publik dan swasta, dan masyarakat sipil serta masyarakat miskin itu sendiri melalui program pemberdayaan masyarakat dan pembangunan ekonomi produktif.
The population living below the poverty line needs to be handled optimally by involving various sectors and institutions including government, public and private sectors, civil society, communities and the people themselves, through community empowerment and productive economic development.
Tingginya angka underweightt pada balita perlu mendapat perhatian dari Pemda. Pemda perlu menggerakan kembali peran Posyandu, PKK, Bidan Desa, serta lembaga-lembaga pelayanan kesehatan lainnya untuk meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Pendidikan mengenai kesehatan dan gizi perlu diintensifkan untuk meningkatkan higiene, pola pengasuhan dan praktek pemberian makan dengan menggunakan berbagai macam sarana komunikasi dan tidak hanya terbatas pada ibu-ibu saja, akan tetapi juga mencakup bapak, remaja putri dan kakeknenek.
$ KLJK UDWH RI XQGHUZHLJKW DPRQJ XQGHU¿YH FKLOGUHQ UHTXLUHV SDUWLFXODU DWWHQWLRQ RI WKH ORFDO JRYHUQPHQW 7KH ORFDO government needs to revitalize roles and functions of Posyandu, Family Welfare Empowerment (PKK), village midwives and other health institutions to improve access to a better quality of health care and services. Health and nutrition education VKRXOG EH LQWHQVL¿HG WR LPSURYH K\JLHQH FDUH DQG IHHGLQJ SUDFWLFHV E\ XVLQJ GLIIHUHQW FRPPXQLFDWLRQ FKDQQHOV DQG should address not only the mothers, but also fathers, adolescent girls, grandparents, etc.
Hal lain yang perlu mendapat prioritas adalah rendahnya tingkat pendidikan perempuan. Program pendidikan, baik formal (program pendidikan 9 tahun, pendidikan gratis) dan pendidikan non-formal (Kejar Paket A, B dan Bimbingan Masyarakat) perlu diperhatikan dan dilaksanakan.
Another focus of attention is the low female education level. Education programmes, both formal (nine-year education programmes, free education) and informal education (Chase Package A, B, and community guidance) need to be considered and implemented.
Intervensi utama perlu dilakukan dalam: Kemiskinan 8QGHUZHLJKWW pada balita
Key interventions are needed in: Poverty 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
105
BAB/Chapter 6
1XVD7HQJJDUD%DUDW
7DEHOODQMXWDQ 6WUDWHJLSHQHQWXXWDPD.HWDKDQDQ3DQJDQGDQ*L]LSHU3URYLQVL 7DEOHFRQWG 0DLQ'HWHUPLQDQWVRI)RRGDQG1XWULWLRQ6HFXULW\SHU3URYLQFH 6WUDWHJL3HQLQJNDWDQ3DQJDQGDQ*L]L
)RRGDQG1XWULWLRQ,PSURYHPHQW6WUDWHJLHV
1XVD7HQJJDUD%DUDW
Rendahnya angka harapan hidup pada saat lahir Perempuan Buta Huruf
Low life expectancy at birth Female illiteracy
1XVD7HQJJDUD7LPXU Tingginya angka underweightt pada balita perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah perlu merevitalisasi peran dan fungsi Posyandu, PKK, bidan desa dan institusi kesehatan lainnya untuk meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Penyuluhan kesehatan dan gizi perlu lebih digiatkan untuk meningkatkan higiene, pola pengasuhan dan praktek pemberian makan dengan menggunakan berbagai saluran komunikasi dan tidak hanya terbatas kepada ibu-ibu saja tetapi juga kepada bapak-bapak, remaja putri dan kakek-nenek.
$YHU\KLJKUDWHRIXQGHUZHLJKWDPRQJXQGHU¿YHFKLOGUHQUHTXLUHVSDUWLFXODUDWWHQWLRQRIWKHORFDOJRYHUQPHQW7KHORFDO government needs to revitalize roles and functions of Posyandu, Family Welfare Empowerment (PKK), village midwives and other health institutions to improve access to a better quality of health care and services. Health and nutrition education VKRXOG EH LQWHQVL¿HG WR LPSURYH K\JLHQH FDUH DQG IHHGLQJ SUDFWLFHV E\ XVLQJ GLIIHUHQW FRPPXQLFDWLRQ FKDQQHOV DQG should address not only the mothers, but also fathers, adolescent girls, grandparents, etc.
$NVHV\DQJFXNXSWHUKDGDSOLVWULNGDQDLUEHUVLK\DQJSHUOXGLWLQJNDWNDQVHFDUDGLJQL¿NDQ
$GHTXDWHDFFHVVWRHOHFWULFLW\DQGFOHDQZDWHUQHHGVWREHVLJQL¿FDQWO\LPSURYHG
Penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan perlu ditangani secara optimal dengan melibatkan berbagai sektor dan institusi termasuk pemerintah, sektor publik dan swasta, dan masyarakat sipil serta masyarakat miskin itu sendiri melalui program pemberdayaan masyarakat dan pembangunan ekonomi produktif.
The population living below the poverty line needs to be handled optimally by involving various sectors and institutions including government, public and private sectors, civil society, communities and the people themselves, through community empowerment and productive economic development.
Intervensi utama perlu dilakukan dalam: 8QGHUZHLJKWW pada balita Tanpa akses ke listrik Kemiskinan Tanpa akses ke air bersih
Key interventions are needed in: 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH Wihout access to electricity Poverty Without access to clean water
.DOLPDQWDQ%DUDW Akses terhadap air bersih, jalan dan listrik perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Pemerintah perlu membangun sarana air bersih, membangun/merehabilitasi jalan dan memperluas akses terhadap listrik agar dapat memenuhi kebutuhan penduduk.
Access to clean water, roads and electricity requires particular attention from the local government. Government needs WREXLOGFOHDQZDWHUDFFHVVIDFLOLWLHVFRQVWUXFWRUUHKDELOLWDWHURDGVDQGH[WHQGHOHFWULFLW\DFFHVVWRIXO¿OWKHQHHGVRIWKH population.
Tingginya angka underweightt pada balita perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah perlu merevitalisasi peran dan fungsi Posyandu, PKK, bidan desa dan institusi kesehatan lainnya untuk meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Penyuluhan kesehatan dan gizi perlu lebih digiatkan untuk meningkatkan higiene, pola pengasuhan dan praktek pemberian makan dengan menggunakan berbagai saluran komunikasi dengan menekankan bukan hanya kepada ibu-ibu tetapi juga kepada bapak-bapak, remaja putri dan kakek-nenek.
$ KLJK UDWH RI XQGHUZHLJKW DPRQJ FKLOGUHQ XQGHU ¿YH UHTXLUHV SDUWLFXODU DWWHQWLRQ RI WKH ORFDO JRYHUQPHQW 7KH ORFDO government needs to revitalize roles and functions of Posyandu, Family Welfare Empowerment (PKK), village midwives and other health institutions to improve access to a better quality of health care and services. Health and nutrition education VKRXOG EH LQWHQVL¿HG WR LPSURYH K\JLHQH FDUH DQG IHHGLQJ SUDFWLFHV E\ XVLQJ GLIIHUHQW FRPPXQLFDWLRQ FKDQQHOV DQG should address not only the mothers, but also fathers, adolescent girls, grandparents, etc.
Intervensi utama perlu dilakukan dalam: Tanpa akses ke air bersih Tanpa akses penghubung yang memadai 8QGHUZHLJKWW pada balita Tanpa akses ke listrik
Key interventions are needed in: Without access to clean water Without adequate connection access 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH Without electricity access
.DOLPDQWDQ7HQJDK Tingginya angka underweightt pada balita perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah perlu merevitalisasi peran dan fungsi Posyandu, PKK, bidan desa dan institusi kesehatan lainnya untuk meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Penyuluhan kesehatan dan gizi perlu lebih digiatkan untuk meningkatkan higiene, pola pengasuhan dan praktek pemberian makan dengan menggunakan berbagai saluran komunikasi dengan menekankan bukan hanya kepada ibu-ibu tetapi juga kepada bapak-bapak, remaja putri dan kakek-nenek.
$ KLJK UDWH RI XQGHUZHLJKW DPRQJ FKLOGUHQ XQGHU ¿YH UHTXLUHV SDUWLFXODU DWWHQWLRQ RI WKH ORFDO JRYHUQPHQW 7KH ORFDO government needs to revitalize roles and functions of Posyandu, Family Welfare Empowerment (PKK), village midwives and other health institutions to improve access to a better quality of health care and services. Health and nutrition education VKRXOG EH LQWHQVL¿HG WR LPSURYH K\JLHQH FDUH DQG IHHGLQJ SUDFWLFHV E\ XVLQJ GLIIHUHQW FRPPXQLFDWLRQ FKDQQHOV DQG should address not only the mothers, but also fathers, adolescent girls, grandparents, etc.
Akses terhadap air bersih, jalan dan listrik perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Pemerintah perlu membangun sarana air bersih, membangun/merehabilitasi jalan dan memperluas akses terhadap listrik agar dapat memenuhi kebutuhan penduduk.
Access to clean water, roads and electricity requires particular attention from the local government. Government needs WREXLOGFOHDQZDWHUDFFHVVIDFLOLWLHVFRQVWUXFWRUUHKDELOLWDWHURDGVDQGH[WHQGHOHFWULFLW\DFFHVVWRIXO¿OWKHQHHGVRIWKH population.
106
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
7DEHOODQMXWDQ 6WUDWHJLSHQHQWXXWDPD.HWDKDQDQ3DQJDQGDQ*L]LSHU3URYLQVL 7DEOHFRQWG 0DLQ'HWHUPLQDQWVRI)RRGDQG1XWULWLRQ6HFXULW\SHU3URYLQFH 6WUDWHJL3HQLQJNDWDQ3DQJDQGDQ*L]L
)RRGDQG1XWULWLRQ,PSURYHPHQW6WUDWHJLHV
.DOLPDQWDQ7HQJDK Intervensi utama perlu dilakukan dalam: 8QGHUZHLJKWW pada balita Tanpa akses ke air bersih Tanpa akses ke listrik Tanpa akses penghubung yang memadai
Key interventions are needed in: 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH Without access to clean water Without access to electricity Without adequate access by road
Kalimantan Selatan Tingginya angka underweightt pada balita perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah perlu merevitalisasi peran dan fungsi Posyandu, PKK, bidan desa dan institusi kesehatan lainnya untuk meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Penyuluhan kesehatan dan gizi perlu lebih digiatkan untuk meningkatkan higiene, pola pengasuhan dan praktek pemberian makan dengan menggunakan berbagai saluran komunikasi dengan menekankan bukan hanya kepada ibu-ibu tetapi juga kepada bapak-bapak, remaja putri dan kakek-nenek.
$ KLJK UDWH RI XQGHUZHLJKW DPRQJ FKLOGUHQ XQGHU ¿YH UHTXLUHV SDUWLFXODU DWWHQWLRQ RI WKH ORFDO JRYHUQPHQW 7KH ORFDO government needs to revitalize roles and functions of Posyandu, Family Welfare Empowerment (PKK), village midwives and other health institutions to improve access to a better quality of health care and services. Health and nutrition education VKRXOG EH LQWHQVL¿HG WR LPSURYH K\JLHQH FDUH DQG IHHGLQJ SUDFWLFHV E\ XVLQJ GLIIHUHQW FRPPXQLFDWLRQ FKDQQHOV DQG should address not only the mothers, but also fathers, adolescent girls, grandparents, etc.
Air bersih dan konsumsi pangan yang cukup merupakan dua hal yang harus dipenuhi untuk mewujudkan ketahanan pangan rumahtangga. Oleh karena itu Pemerintah perlu membangun sarana air bersih untuk memenuhi kebutuhan penduduk.
Adequate clean water and food consumption are areas of focus for improving household food security. Government needs WREXLOGFOHDQZDWHUDFFHVVIDFLOLWLHVWRIXO¿OWKHQHHGVRIWKHSRSXODWLRQ
Intervensi utama perlu dilakukan dalam: 8QGHUZHLJKWW pada balita Angka harapan hidup pada saat lahir Tanpa akses ke air bersih
Key interventions are needed in: 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH Low life expectancy at birth Without access to clean water
Kalimantan Timur Akses terhadap air bersih, jalan dan listrik perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Pemerintah perlu membangun sarana air bersih, membangun atau merehabilitasi jalan dan memperluas akses terhadap listrik agar dapat memenuhi kebutuhan penduduk.
Access to clean water, roads and electricity requires particular attention from the local government. Government needs WREXLOGFOHDQZDWHUDFFHVVIDFLOLWLHVFRQVWUXFWRUUHKDELOLWDWHURDGVDQGH[WHQGHOHFWULFLW\DFFHVVWRIXO¿OWKHQHHGVRIWKH population.
Tingginya angka underweightt pada balita perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah perlu merevitalisasi peran dan fungsi Posyandu, PKK, bidan desa dan institusi kesehatan lainnya untuk meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Penyuluhan kesehatan dan gizi perlu lebih digiatkan untuk meningkatkan higiene, pola pengasuhan dan praktek pemberian makan dengan menggunakan berbagai saluran komunikasi dengan menekankan bukan hanya kepada ibu-ibu tetapi juga kepada bapak-bapak, remaja putri dan kakek-nenek.
$ KLJK UDWH RI XQGHUZHLJKW DPRQJ FKLOGUHQ XQGHU ¿YH UHTXLUHV SDUWLFXODU DWWHQWLRQ RI WKH ORFDO JRYHUQPHQW 7KH ORFDO government needs to revitalize roles and functions of Posyandu, Family Welfare Empowerment (PKK), village midwives and other health institutions to improve access to a better quality of health care and services. Health and nutrition education VKRXOG EH LQWHQVL¿HG WR LPSURYH K\JLHQH FDUH DQG IHHGLQJ SUDFWLFHV E\ XVLQJ GLIIHUHQW FRPPXQLFDWLRQ FKDQQHOV DQG should address not only the mothers, but also fathers, adolescent girls, grandparents, etc.
Intervensi utama perlu dilakukan dalam: Tanpa akses ke air bersih 8QGHUZHLJKWW pada balita Tanpa akses penghubung yang memadai
Key interventions are needed in: Without access to clean water 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH Without adequate access by road
Sulawesi Utara memiliki tingkat konsumsi normatif per kapita yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan produksi bersih serelianya, hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat kekurangan produksi pangan. Beberapa upaya perlu dilakukan XQWXNPHQLQJNDWNDQNDSDVLWDVSURGXNVLWHUXWDPDPHODOXLXSD\DSHQLQJNDWDQSURGXNWL¿WDV6HMDODQGHQJDQKDOWHUVHEXW promosi konsumsi makanan lokal yang ada juga perlu digalakkan
6XODZHVL 8WDUD KDV SHU FDSLWD QRUPDWLYH FRQVXPSWLRQ KLJKHU WKDQ LWV QHW FHUHDO SURGXFWLRQ ZKLFK LQGLFDWHV ORZ VWDSOH IRRGVHOIVXI¿FLHQF\GXHWRIRRGSURGXFWLRQVKRUWDJHV(IIRUWVVKRXOGEHPDGHWRLQFUHDVHSURGXFWLRQFDSDFLW\HVSHFLDOO\ through increasing the productivity. In parallel, consumption of locally available foods should be promoted.
Intervensi utama perlu dilakukan dalam: Produksi makanan pokok yang kurang memadai
Key interventions are needed in: ,QVXI¿FLHQWVWDSOHIRRGSURGXFWLRQ
6XODZHVL7HQJDK Tingginya angka underweightt pada balita perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah perlu merevitalisasi peran dan fungsi Posyandu, PKK, bidan desa dan institusi kesehatan lainnya untuk meningkatkan akses
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
$ KLJK UDWH RI XQGHUZHLJKW DPRQJ FKLOGUHQ XQGHU ¿YH UHTXLUHV SDUWLFXODU DWWHQWLRQ RI WKH ORFDO JRYHUQPHQW 7KH ORFDO government needs to revitalize roles and functions of Posyandu, Family Welfare Empowerment (PKK), village midwives
107
BAB/Chapter 6
6XODZHVL8WDUD
7DEHOODQMXWDQ 6WUDWHJLSHQHQWXXWDPD.HWDKDQDQ3DQJDQGDQ*L]LSHU3URYLQVL 7DEOHFRQWG 0DLQ'HWHUPLQDQWVRI)RRGDQG1XWULWLRQ6HFXULW\SHU3URYLQFH 6WUDWHJL3HQLQJNDWDQ3DQJDQGDQ*L]L
)RRGDQG1XWULWLRQ,PSURYHPHQW6WUDWHJLHV
6XODZHVL7HQJDK ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Penyuluhan kesehatan dan gizi perlu lebih digiatkan untuk meningkatkan higiene, pola pengasuhan dan praktek pemberian makan dengan menggunakan berbagai saluran komunikasi dengan menekankan bukan hanya kepada ibu-ibu tetapi juga kepada bapak-bapak, remaja putri dan kakek-nenek.
and other health institutions to improve access to a better quality of health care and services. Health and nutrition education VKRXOG EH LQWHQVL¿HG WR LPSURYH K\JLHQH FDUH DQG IHHGLQJ SUDFWLFHV E\ XVLQJ GLIIHUHQW FRPPXQLFDWLRQ FKDQQHOV DQG should address not only the mothers, but also fathers, adolescent girls, grandparents, etc.
Penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan perlu ditangani secara optimal dengan melibatkan berbagai sektor dan institusi termasuk pemerintah, sektor publik dan swasta, dan masyarakat sipil serta masyarakat miskin itu sendiri melalui program pemberdayaan masyarakat dan pembangunan ekonomi produktif.
The population living below the poverty line needs to be handled optimally by involving various sectors and institutions including government, public and private sectors, civil society, communities and the people themselves, through community empowerment and productive economic development.
Pembangunan akses listrik yang memadai perlu terus ditingkatkan.
Development of adequate access to electricity needs to be continuously improved.
Intervensi utama perlu dilakukan dalam: 8QGHUZHLJKWW pada balita Kemiskinan Tanpa akses ke Listrik
Key interventions are needed in: 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH Poverty Without access to electricity
6XODZHVL6HODWDQ Perempuan buta huruf di Sulawesi Selatan masih tinggi. Perhatian khusus diperlukan untuk meningkatkan tingkat pendidikan perempuan. Program pendidikan, baik formal (program pendidikan 9 tahun, pendidikan gratis) dan pendidikan non-formal (Kejar Paket A, B dan Bimbingan Masyarakat) perlu di diperhatikan dan dilaksanakan.
Female illiteracy rates in Sulawesi Selatan are still high. Particular attention should be focused on improving low female education level. Education programmes, both formal (nine-year education programmes, free education) and informal education (Chase Package A, B, and community guidance) need to be considered and implemented.
Penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan perlu ditangani secara optimal dengan melibatkan berbagai sektor dan institusi termasuk pemerintah, sektor publik dan swasta, dan masyarakat sipil serta masyarakat miskin itu sendiri melalui program pemberdayaan masyarakat dan pembangunan ekonomi produktif.
The population living below the poverty line needs to be handled optimally by involving various sectors and institutions including government, public and private sectors, civil societies, community and people themselves, through community empowerment and productive economic development.
Tingginya angka underweightt pada balita perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah perlu merevitalisasi peran dan fungsi Posyandu, PKK, bidan desa dan institusi kesehatan lainnya untuk meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Penyuluhan kesehatan dan gizi perlu lebih digiatkan untuk meningkatkan higiene, pola pengasuhan dan praktek pemberian makan dengan menggunakan berbagai saluran komunikasi dengan menekankan bukan hanya kepada ibu-ibu tetapi juga kepada bapak-bapak, remaja putri dan kakek-nenek.
$ KLJK UDWH RI XQGHUZHLJKW DPRQJ FKLOGUHQ XQGHU ¿YH UHTXLUHV SDUWLFXODU DWWHQWLRQ RI WKH ORFDO JRYHUQPHQW 7KH ORFDO government needs to revitalize roles and functions of Posyandu, Family Welfare Empowerment (PKK), village midwives and other health institutions to improve access to a better quality of health care and services. Health and nutrition education VKRXOG EH LQWHQVL¿HG WR LPSURYH K\JLHQH FDUH DQG IHHGLQJ SUDFWLFHV E\ XVLQJ GLIIHUHQW FRPPXQLFDWLRQ FKDQQHOV DQG should address not only the mothers, but also fathers, adolescent girls, grandparents, etc.
Intervensi utama perlu dilakukan dalam: Perempuan Buta Huruf Kemiskinan 8QGHUZHLJKWW pada balita
Key interventions are needed in: Female illiteracy Poverty 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH
6XODZHVL7HQJJDUD Penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan perlu ditangani secara optimal dengan melibatkan berbagai sektor dan institusi termasuk pemerintah, sektor publik dan swasta, dan masyarakat sipil serta masyarakat miskin itu sendiri melalui program pemberdayaan masyarakat dan pembangunan ekonomi produktif.
The population living below the poverty line needs to be handled optimally by involving various sectors and institutions including government, public and private sectors, civil societies, community and people themselves, through community empowerment and productive economic development.
Tingginya angka underweightt pada balita perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah perlu merevitalisasi peran dan fungsi Posyandu, PKK, bidan desa dan institusi kesehatan lainnya untuk meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Penyuluhan kesehatan dan gizi perlu lebih digiatkan untuk meningkatkan higiene, pola pengasuhan dan praktek pemberian makan dengan menggunakan berbagai saluran komunikasi dengan menekankan bukan hanya kepada ibu-ibu saja tetapi juga kepada bapak-bapak, remaja putri dan kakek-nenek.
$ KLJK UDWH RI XQGHUZHLJKW DPRQJ FKLOGUHQ XQGHU ¿YH UHTXLUHV SDUWLFXODU DWWHQWLRQ RI WKH ORFDO JRYHUQPHQW 7KH ORFDO government needs to revitalize roles and functions of Posyandu, Family Welfare Empowerment (PKK), village midwives and other health institutions to improve access to a better quality of health care and services. Health and nutrition education VKRXOG EH LQWHQVL¿HG WR LPSURYH K\JLHQH FDUH DQG IHHGLQJ SUDFWLFHV E\ XVLQJ GLIIHUHQW FRPPXQLFDWLRQ FKDQQHOV DQG should address not only the mothers, but also fathers, adolescent girls, grandparents, etc. Family Welfare Empowerment
Pembangunan akses listrik yang memadai perlu terus ditingkatkan.
Development of adequate access to electricity needs to be continuously improved.
Intervensi utama perlu dilakukan dalam: Kemiskinan 8QGHUZHLJKWW pada balita Tanpa akses ke Listrik
Key interventions are needed in: Poverty 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH Without access to electricity
108
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
7DEHOODQMXWDQ 6WUDWHJLSHQHQWXXWDPD.HWDKDQDQ3DQJDQGDQ*L]LSHU3URYLQVL 7DEOHFRQWG 0DLQ'HWHUPLQDQWVRI)RRGDQG1XWULWLRQ6HFXULW\SHU3URYLQFH 6WUDWHJL3HQLQJNDWDQ3DQJDQGDQ*L]L
)RRGDQG1XWULWLRQ,PSURYHPHQW6WUDWHJLHV
*RURQWDOR Penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan perlu ditangani secara optimal dengan melibatkan berbagai sektor dan institusi termasuk pemerintah, sektor publik dan swasta, dan masyarakat sipil serta masyarakat miskin itu sendiri.
The population living below the poverty line needs to be handled optimally by involving various sectors and institutions including government, public and private sectors, civil societies, community and people themselves.
Tingginya angka underweightt pada balita perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah perlu merevitalisasi peran dan fungsi Posyandu, PKK, bidan desa dan institusi kesehatan lainnya untuk meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Penyuluhan kesehatan dan gizi perlu lebih digiatkan untuk meningkatkan higiene, pola pengasuhan dan praktek pemberian makan dengan menggunakan berbagai saluran komunikasi dengan menekankan bukan hanya kepada ibu-ibu saja tetapi juga kepada bapak-bapak, remaja putri dan kakek-nenek.
$ KLJK UDWH RI XQGHUZHLJKW DPRQJ FKLOGUHQ XQGHU ¿YH UHTXLUHV SDUWLFXODU DWWHQWLRQ RI WKH ORFDO JRYHUQPHQW 7KH ORFDO government needs to revitalize roles and functions of Posyandu, Family Welfare Empowerment (PKK), village midwives and other health institutions to improve access to a better quality of health care and services. Health and nutrition education VKRXOG EH LQWHQVL¿HG WR LPSURYH K\JLHQH FDUH DQG IHHGLQJ SUDFWLFHV E\ XVLQJ GLIIHUHQW FRPPXQLFDWLRQ FKDQQHOV DQG should address not only the mothers, but also fathers, adolescent girls, grandparents, etc.
Intervensi utama perlu dilakukan dalam: Kemiskinan 8QGHUZHLJKWW pada balita
Key interventions are needed in: Poverty 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH
6XODZHVL%DUDW Tingginya angka underweightt pada balita perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah perlu merevitalisasi peran dan fungsi Posyandu, PKK, bidan desa dan institusi kesehatan lainnya untuk meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Penyuluhan kesehatan dan gizi perlu lebih digiatkan untuk meningkatkan higiene, pola pengasuhan dan praktek pemberian makan dengan menggunakan berbagai saluran komunikasi dengan menekankan bukan hanya kepada ibu-ibu saja tetapi juga kepada bapak-bapak, remaja putri dan kakek-nenek.
$ KLJK UDWH RI XQGHUZHLJKW DPRQJ FKLOGUHQ XQGHU ¿YH UHTXLUHV SDUWLFXODU DWWHQWLRQ RI WKH ORFDO JRYHUQPHQW 7KH ORFDO government needs to revitalize roles and functions of Posyandu, Family Welfare Empowerment (PKK), village midwives and other health institutions to improve access to a better quality of health care and services. Health and nutrition education VKRXOG EH LQWHQVL¿HG WR LPSURYH K\JLHQH FDUH DQG IHHGLQJ SUDFWLFHV E\ XVLQJ GLIIHUHQW FRPPXQLFDWLRQ FKDQQHOV DQG should address not only the mothers, but also fathers, adolescent girls, grandparents, etc.
Intervensi utama perlu dilakukan dalam: 8QGHUZHLJKWW pada balita
Key interventions are needed in: 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH
Penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan perlu ditangani secara optimal dengan melibatkan berbagai sektor dan institusi termasuk pemerintah, sektor publik dan swasta, dan masyarakat sipil serta masyarakat miskin itu sendiri.
The population living below the poverty line needs to be handled optimally by involving various sectors and institutions including government, public and private sectors, civil societies, community and people themselves.
Tingginya angka underweightt pada balita perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah perlu merevitalisasi peran dan fungsi Posyandu, PKK, bidan desa dan institusi kesehatan lainnya untuk meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Penyuluhan kesehatan dan gizi perlu lebih digiatkan untuk meningkatkan higiene, pola pengasuhan dan praktek pemberian makan dengan menggunakan berbagai saluran komunikasi dengan menekankan bukan hanya kepada ibu-ibu tetapi juga kepada bapak-bapak, remaja putri dan kakek-nenek.
$ KLJK UDWH RI XQGHUZHLJKW DPRQJ FKLOGUHQ XQGHU ¿YH UHTXLUHV SDUWLFXODU DWWHQWLRQ RI WKH ORFDO JRYHUQPHQW 7KH ORFDO government needs to revitalize roles and functions of Posyandu, Family Welfare Empowerment (PKK), village midwives and other health institutions to improve access to a better quality of health care and services. Health and nutrition education VKRXOG EH LQWHQVL¿HG WR LPSURYH K\JLHQH FDUH DQG IHHGLQJ SUDFWLFHV E\ XVLQJ GLIIHUHQW FRPPXQLFDWLRQ FKDQQHOV DQG should address not only the mothers, but also fathers, adolescent girls, grandparents, etc.
Pembangunan dan rehabilitasi sarana prasarana seperti jalan, listrik dan pelayanan kesehatan perlu terus ditingkatkan.
Construction and rehabilitation of infrastructure such as roads, electricity and health facilities needs to be increased.
'DULVHNWRUSHUWDQLDQSHQLQJNDWDQSURGXNVLSHUOXWHUXVGLWLQJNDWNDQEDLNPHODOXLXVDKDLQWHQVL¿NDVLHNVWHQVL¿NDVLGDQ peningkatan sarana prasarana pertanian.
,QWKHDJULFXOWXUDOVHFWRUSURGXFWLRQQHHGVWREHLQFUHDVHGWKURXJKLQWHQVL¿FDWLRQDQGH[WHQVLRQHIIRUWVDQGDJULFXOWXUH infrastructure improvement.
Intervensi utama perlu dilakukan dalam: Kemiskinan 8QGHUZHLJKWpada balita Tanpa akses penghubung yang memadai Produksi makanan pokok yang kurang memadai Tanpa akses ke listrik
Key interventions are needed in: Poverty 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH Without adequate access by road ,QVXI¿FLHQWVWDSOHIRRGSURGXFWLRQ Without access to electricity
0DOXNX8WDUD 3HQLQJNDWDQ SURGXNVL SHUOX WHUXV GLWLQJNDWNDQ EDLN PHODOXL XVDKD LQWHQVL¿NDVL HNVWHQVL¿NDVL GDQ SHQLQJNDWDQ VDUDQD prasarana pertanian. Akses terhadap listrik dan penghubung yang memadai perlu terus ditingkatkan.
)RRG SURGXFWLRQ QHHGV WR EH LQFUHDVHG WKURXJK LQWHQVL¿FDWLRQ DQG H[WHQVLRQ HIIRUWV DQG YLD DJULFXOWXUH LQIUDVWUXFWXUH improvement. Access to electricity and adequate access by road needs to be increased.
Penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan perlu ditangani secara optimal dengan melibatkan berbagai sektor dan institusi termasuk pemerintah, sektor publik dan swasta, dan masyarakat sipil serta masyarakat miskin itu sendiri.
The population living below the poverty line needs to be handled optimally by involving various sectors and institutions including government, public and private sectors, civil societies, community and people themselves.
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
109
BAB/Chapter 6
0DOXNX
7DEHOODQMXWDQ 6WUDWHJLSHQHQWXXWDPD.HWDKDQDQ3DQJDQGDQ*L]LSHU3URYLQVL 7DEOHFRQWG 0DLQ'HWHUPLQDQWVRI)RRGDQG1XWULWLRQ6HFXULW\SHU3URYLQFH 6WUDWHJL3HQLQJNDWDQ3DQJDQGDQ*L]L
)RRGDQG1XWULWLRQ,PSURYHPHQW6WUDWHJLHV
0DOXNX8WDUD Intervensi utama perlu dilakukan dalam: Produksi makanan pokok yang kurang memadai Tanpa akses ke listrik Tanpa akses penghubung yang memadai Kemiskinan
Key interventions are needed in: ,QVXI¿FLHQWVWDSOHIRRGSURGXFWLRQ Without access to electricity Without adequate access by road Poverty
3DSXD%DUDW Papua Barat memiliki tingkat konsumsi normatif per kapita yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan produksi bersih serelianya, hal ini menunjukkan rendahnya kecukupan pangan pokok karena kekurangan produksi pangan. Beberapa XSD\DSHUOXGLODNXNDQXQWXNPHQLQJNDWNDQNDSDVLWDVSURGXNVLWHUXWDPDPHODOXLXSD\DSHQLQJNDWDQSURGXNWL¿WDV6HMDODQ dengan hal tersebut, promosi konsumsi makanan lokal yang ada juga perlu digalakkan.
Papua Barat has per capita normative consumption higher than its net cereal production which indicates low staple food VHOIVXI¿FLHQF\ GXH WR IRRG SURGXFWLRQ VKRUWDJHV (IIRUWV VKRXOG EH PDGH WR LQFUHDVH SURGXFWLRQ FDSDFLW\ HVSHFLDOO\ through increasing the productivity. In parallel, consumption of locally available foods should be promoted.
Penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan perlu ditangani secara optimal dengan melibatkan berbagai sektor dan institusi termasuk pemerintah, sektor publik dan swasta, dan masyarakat sipil serta masyarakat miskin itu sendiri melalui program pemberdayaan masyarakat dan pembangunan ekonomi produktif.
The population living below the poverty line needs to be handled optimally by involving various sectors and institutions including government, public and private sectors, civil societies, community and people themselves, through community empowerment and productive economic development.
Pembangunan akses yang cukup terhadap listrik, air bersih, dan fasilitas transportasi perlu ditingkatkan.
Development of adequate access to electricity, clean water, and transportation facilities needs to be increased.
Tingginya angka underweightt pada balita perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah perlu merevitalisasi peran dan fungsi Posyandu, PKK, bidan desa dan institusi kesehatan lainnya untuk meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Penyuluhan kesehatan dan gizi perlu lebih digiatkan untuk meningkatkan higiene, pola pengasuhan dan praktek pemberian makan dengan menggunakan berbagai saluran komunikasi dengan menekankan bukan hanya kepada ibu-ibu tetapi juga kepada bapak-bapak, remaja putri dan kakek-nenek.
$YHU\KLJKUDWHRIXQGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YHUHTXLUHVSDUWLFXODUDWWHQWLRQRIWKHORFDOJRYHUQPHQW7KHORFDO government needs to revitalize roles and functions of Posyandu, Family Welfare Empowerment (PKK), village midwives and other health institutions to improve access to a better quality of health care and services. Health and nutrition education VKRXOG EH LQWHQVL¿HG WR LPSURYH K\JLHQH FDUH DQG IHHGLQJ SUDFWLFHV E\ XVLQJ GLIIHUHQW FRPPXQLFDWLRQ FKDQQHOV DQG should address not only the mothers, but also fathers, adolescent girls, grandparents, etc.
Intervensi utama perlu dilakukan dalam: Produksi makanan pokok yang kurang memadai Kemiskinan Tanpa akses penghubung yang cukup Tanpa akses ke listrik 8QGHUZHLJKWW pada balita
Key interventions are needed in: ,QVXI¿FLHQWVWDSOHIRRGSURGXFWLRQ Poverty Without adequate access by road Without access to electricity 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH
Papua Tingginya angka underweightt pada balita perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah perlu merevitalisasi peran dan fungsi Posyandu, PKK, bidan desa dan institusi kesehatan lainnya untuk meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Penyuluhan kesehatan dan gizi perlu lebih digiatkan untuk meningkatkan higiene, pola pengasuhan dan praktek pemberian makan dengan menggunakan berbagai saluran komunikasi dengan menekankan bukan hanya kepada ibu-ibu tetapi juga kepada bapak-bapak, remaja putri dan kakek-nenek.
$YHU\KLJKUDWHRIXQGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YHUHTXLUHVSDUWLFXODUDWWHQWLRQRIWKHORFDOJRYHUQPHQW7KHORFDO government needs to revitalize roles and functions of Posyandu, Family Welfare Empowerment (PKK), village midwives and other health institutions to improve access to a better quality of health care and services. Health and nutrition education VKRXOG EH LQWHQVL¿HG WR LPSURYH K\JLHQH FDUH DQG IHHGLQJ SUDFWLFHV E\ XVLQJ GLIIHUHQW FRPPXQLFDWLRQ FKDQQHOV DQG should address not only the mothers, but also fathers, adolescent girls, grandparents, etc.Family Welfare Empowerment
Penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan perlu ditangani secara optimal dengan melibatkan berbagai sektor dan institusi termasuk pemerintah, sektor publik dan swasta, dan masyarakat sipil serta masyarakat miskin itu sendiri melalui program pemberdayaan masyarakat dan pembangunan ekonomi produktif.
The population living below the poverty line needs to be handled optimally by involving various sectors and institutions including government, public and private sectors, civil societies, community and people themselves, through community empowerment and productive economic development.
Pembangunan akses yang cukup terhadap listrik, air bersih, dan fasilitas transportasi perlu di tingkatkan. Papua memiliki tingkat konsumsi normatif per kapita yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan produksi bersih serelianya, hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat kekurangan produksi pangan. Beberapa upaya perlu dilakukan untuk PHQLQJNDWNDQNDSDVLWDVSURGXNVLWHUXWDPDPHODOXLXSD\DSHQLQJNDWDQSURGXNWL¿WDV6HMDODQGHQJDQKDOWHUVHEXWSURPRVL konsumsi makanan lokal yang ada juga perlu digalakkan. Rendahnya tingkat pendidikan perempuan juga perlu mendapat perhatian khusus. Program pendidikan, baik formal (program pendidikan 9 tahun, pendidikan gratis) dan pendidikan non-formal (Kejar Paket A, B dan Bimbingan Masyarakat) perlu di diperhatikan dan dilaksanakan.
110
Development of adequate access to electricity, clean water, and transportation facilities needs to be increased. Papua has per capita normative consumption higher than its net cereal production which indicates low staple food selfVXI¿FLHQF\GXHWRIRRGSURGXFWLRQVKRUWDJHV(IIRUWVVKRXOGEHPDGHWRLQFUHDVHSURGXFWLRQFDSDFLW\HVSHFLDOO\WKURXJK increasing the productivity. In parallel, consumption of locally available foods should be promoted. Particular attention should be focused on improving the low female education level. Education programmes, both formal (nine-year education programmes, free education) and informal education (Chase Package A, B, and community guidance) need to be considered and implemented.
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
7DEHOODQMXWDQ 6WUDWHJLSHQHQWXXWDPD.HWDKDQDQ3DQJDQGDQ*L]LSHU3URYLQVL 7DEOHFRQWG 0DLQ'HWHUPLQDQWVRI)RRGDQG1XWULWLRQ6HFXULW\SHU3URYLQFH 6WUDWHJL3HQLQJNDWDQ3DQJDQGDQ*L]L
)RRGDQG1XWULWLRQ,PSURYHPHQW6WUDWHJLHV
Papua Key interventions are needed in: 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH Poverty Wthout access to clean water Without access to electricity ,QVXI¿FLHQWVWDSOHIRRGSURGXFWLRQ Without adequate access by road Female illiteracy rates
Perubahan tingkat kerentanan terhadap kerawanan pangan kronis antara FSVA 2009 dan FIA 2005 berdasarkan indikator individu
Changes in vulnerability to chronic food insecurity between the FSVA 2009 and the FIA 2005 based on individual indicators
Untuk mengetahui berapa jumlah kabupaten dari FIA 2005 (total 265 kabupaten) yang mengalami perbaikan, penurunan atau tidak mengalami perubahan (tetap) pada indikator tertentu sejak tahun 2005, maka tingkat kerentanan kabupaten pada FIA 2005 dibandingkan dengan FSVA 2009 berdasarkan 9 indikator individu yang berhubungan dengan kerawanan pangan kronis. Delapan puluh dua (82) kabupaten baru hasil pemekaran daerah yang terdapat di FSVA 2009 tidak dimasukkan dalam analisis perbandingan ini karena kabupaten tersebut baru dibentuk dalam 5 tahun terakhir.
&JKN@ANPKE@AJPEBUDKSI=JUKB@EOPNE?POEJ#&D=RANA?KN@A@=JEILNKRAIAJP KN@APANEKN=PEKJKNQJ?D=JCEJCEJ =?ANP=EJEJ@E?=PKNOEJ?A PDAENHARAHKBRQHJAN=>EHEPUEO?KIL=NA@SEPDPD=PEJPDA#03>=OA@KJJEJAEJ@ERE@Q=H EJ@E?=PKNONAH=PA@PK?DNKJE?BKK@EJOA?QNEPU"ECDPUPSKĠ JAS@EOPNE?POKB#03=NAJKPEJ?HQ@A@EJPDEO?KIL=NEOKJ >A?=QOAPDAUD=RAKJHU>AAJOAPQL@QNEJCPDAL=OPłRAUA=NO
Tabel 6.4 menunjukkan terjadinya perbaikan pada seluruh indikator (9 indikator). Perbandingan antara kelompok G=>QL=PAJ-NEKNEP=O@AJC=JGAHKILKGG=>QL=PAJ-NEKNEP=OIAJQJFQGG=JPANF=@EJU=LAN>=EG=JU=JC OECJEłG=JL=@=OA>=CE=J>AO=NG=>QL=PAJ@EGA@Q=GAHKILKGEJEL=@=EJ@EG=PKNN=OEKGKJOQIOEJKNI=PEBLANG=LEP= terhadap ketersediaan serealia dan persentase rumah tangga tanpa akses listrik (P<0,05). Tingkat perbaikan pada EJ@EG=PKNH=EJJU=FQC=?QGQLPEJCCEPANQP=I=L=@=GAHKILKGG=>QL=PAJ-NEKNEP=O =G=JPAP=LELAN>A@==J perbaikan ini tidak berbeda secara statistik. Perbaikan kabupaten tersebut kemungkinan disebabkan oleh keberhasilan
1=>HAODKSO=JKRAN=HHEILNKRAIAJPEJ=HHJEJAEJ@E?=PKNO KIL=NEJC@EOPNE?POKB-NEKNEPEAOSEPD@EOPNE?POKB -NEKNEPEAONARA=HO=OECJEł?=JPHUDECDANLNKLKNPEKJKBEILNKRA@@EOPNE?POEJPDABKNIANCNKQLBKNPSKEJ@E?=PKNOSDE?D=NA PDAN=PEKKBLAN?=LEP=JKNI=PERA?KJOQILPEKJPK?ANA=H=R=EH=>EHEPU =J@PDALAN?AJP=CAKBDKQOADKH@OSEPDKQPAHA?PNE?EPU Ġ-ģ )ARAHOKBEILNKRAIAJPBKNPDANAI=EJEJCOARAJEJ@E?=PKNO=NA=HOKOHECDPHUDECDAN=IKJC@EOPNE?POKB-NEKNEPEAO %KSARAN PDAOA@EBBANAJ?AO=NAJKPOP=PEOPE?=HHU@EBBANAJP1DAEILNKRAIAJPO=NAHEGAHU=PPNE>QPA@PKLKOEPERANAOQHPOKB PDAREHH=CA@ARAHKLIAJPLNKCN=IIAOHA@>UPDA*EJEOPNUKBCNE?QHPQNA =J@DECDANLNEKNEPEV=PEKJBKNPDAIKNARQHJAN=>HA
program pembangunan pedesaan yang dikoordinasi oleh Departemen Pertanian serta tingginya prioritas dari program-program tersebut terhadap kabupaten yang lebih rentan pada beberapa tahun terakhir. Program tersebut di antaranya adalah Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP), Pengembangan Desa Mandiri Energi (DME), Program Aksi Desa Mandiri Pangan (DEMAPAN) dan Pemberdayaan Masyarakat di Daerah Lahan Kering (PIDRA).
@EOPNE?PO@QNEJCPDAH=OPUA=NO1DAOAEJ?HQ@APDA/QN=HCNE>QOEJAOO"ILKSANIAJPĠ-2-
#KK@0AHB0QBł?EAJ?U3EHH=CA Ġ!*-
"JANCU0AHB0QBł?EAJ?U3EHH=CAĠ!*" =J@-=NPE?EL=PKNU&JPANCN=PA@!ARAHKLIAJPEJ/=EJBA@NA=OĠ-&!/
Apabila kita melihat pada tiap 9 indikator tersebut, terdapat perubahan yang lebih baik yang ditunjukkan dengan
)KKGEJCEJPKA=?DKBPDAJEJAEJ@E?=PKNO EPEOBKQJ@PD=P=IKNALKOEPERA?D=JCAI=JEBAOPA@>U=SE@AN@EBBANAJ?A>APSAAJ
perbedaan yang tinggi antara kabupaten yang mengalami perbaikan dengan kabupaten yang mengalami penurunan, seperti terlihat pada indikator akses terhadap fasilitas kesehatan (selisih antara kabupaten yang mengalami perbaikan dengan kabupaten yang mengalami penurunan sebesar 94%), angka harapan hidup (selisih 92%) dan underweight pada balita (selisih 66%). Pada saat yang sama, pencapaian terlihat lebih rendah pada rasio konsumsi normatif per
PDALNKLKNPEKJKBEILNKRA@@EOPNE?POSEPDPD=PKB@APANEKN=PA@@EOPNE?POEOK>OANRA@EJPDA=??AOOPKDA=HPDB=?EHEPEAOĠ LKEJP@EBBANAJ?A
HEBAATLA?P=J?U=P>ENPDĠLKEJP
=J@QJ@ANSAECDP=IKJCQJ@ANłRA?DEH@NAJĠLKEJP PPDAO=IA PEIA PDA=?DEARAIAJPEOHAOOREOE>HAEJPDAN=PEKKBJKNI=PERA?KJOQILPEKJPK?ANA=H=R=EH=>EHEPUĠLKEJP
=??AOOE>EHEPU BKNBKQNSDAAHA@RADE?HAOĠLKEJP =J@BAI=HAEHHEPAN=?UĠLKEJP &PODKQH@>AAILD=OEVA@PD=P=IKJC@EOPNE?PO
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
111
BAB/Chapter 6
Intervensi utama perlu dilakukan dalam: underweightt pada balita Kemiskinan Tanpa akses ke air bersih Tanpa akses ke listrik Produksi makanan pokok yang kurang memadai Tanpa akses penghubung yang cukup Perempuan Buta Huruf
7DEHO3HUXEDKDQWLQJNDWNHUHQWDQDQWHUKDGDSNHUDZDQDQSDQJDQNURQLVDQWDUD)69$GDQ),$EHUGDVDUNDQLQGLNDWRULQGLYLGX 7DEOH&KDQJHVLQYXOQHUDELOLW\WRFKURQLFIRRGLQVHFXULW\E\LQGLYLGXDOLQGLFDWRUVLQWKH)69$DVFRPSDUHGWRWKH),$ Availability
Kabupaten / Districts
# Kab / district
Poverty
% Kab / district # Kab / district
Road
Electricity
Life
# Kab / district
# Kab / district
# Kab / district
# Kab / district
# Kab / district
# Kab / district
# Kab / district
100 Kabupaten Prioritas 1, 2 dan 3 / 100 districts of Priorities 1, 2 and 3: Meningkat / Improved
64
64%
70
70%
59
59%
88
88%
98
98%
Tetap / Unchanged
0
0%
0
0%
2
2%
1
1%
0
0%
Menurun / Deteriorated
36
36%
30
30%
39
39%
11
11%
2
2%
165 Kabupaten Prioritas 4, 5 dan 6 / 165 districts of Priorities 4, 5 and 6: Meningkat / Improved
82
50%
104
63%
86
52%
119
72%
156
95%
Tetap / Unchanged
0
0%
0
0%
15
9%
0
0%
0
0%
Menurun / Deteriorated
83
50%
61
37%
64
39%
46
28%
9
5%
146
55%
174
66%
145
55%
207
78%
254
96%
0
0%
0
0%
17
6%
1
0%
0
0%
119
45%
91
34%
103
39%
57
22%
11
4%
Total 265 Kabupaten / districts Meningkat / Improved Tetap / Unchanged Menurun / Deteriorated
Underweight
Kabupaten / Districts
# Kab / district
Flit
# Kab / district
# Kab / district
Water
Health
# Kab / district
# Kab / district
# Kab / district
# Kab / district
# Kab / district
100 Kabupaten Prioritas 1, 2 dan 3 / 100 districts of Priorities 1, 2 and 3: Meningkat / Improved
86
86%
64
64%
82
82%
96
96%
Tetap / Unchanged
1
1%
1
1%
1
1%
0
0%
Menurun / Deteriorated
13
13%
35
35%
17
17%
4
4%
165 Kabupaten Prioritas 4, 5 dan 6 / 165 districts of Priorities 4, 5 and 6: Meningkat / Improved
134
81%
96
58%
132
80%
162
98%
Tetap / Unchanged
1
1%
0
0%
0
0%
0
0%
Menurun / Deteriorated
30
18%
69
42%
33
20%
3
2%
220
83%
160
60%
214
81%
258
97%
Tetap / Unchanged
2
1%
1
0%
1
0%
0
0%
Menurun / Deteriorated
43
16%
104
39%
50
19%
7
3%
Total 265 Kabupaten / districts Meningkat / Improved
Availability Poverty Road Electricity Life Underweight Flit Water Health
112
: : : : : : : : :
Rasio konsumsi normatif per kapita terhadap ketersediaan serealia / Per capita normative consumption to cereal availability ratio Persentase penduduk hidup di bawah garis kemiskinan / Percentage of people below poverty line Persentase desa yang tidak memiliki akses penghubung yang memadai / Percentage of villages with inadequate connectivityy Persentase rumah tangga tanpa akses listrik / Percentage of households without access to electricityy Angka harapan hidup pada saat lahir / Life expectancy at birth Berat badan balita di bawah standar / 8QGHUZHLJKWUDWHRIXQGHUFKLOGUHQ Perempuan buta huruf / Female Illiteracyy Rumah tangga tanpa akses ke air bersih / Householsds without access to improved drinking water Persentase rumah tangga yang tinggal lebih dari 5 km dari fasilitas kesehatan / Percentage of households living more than 5 km away from Health facilities
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
kapita terhadap ketersediaan serealia (selisih 10%), akses penghubung dengan roda 4 (selisih 16%) dan perempuan buta huruf (selisih 21%). Harus ditekankan bahwa di antara 165 kabupaten Prioritas 4-6 terdapat proporsi yang sama antara kabupaten yang mengalami perbaikan dengan kabupaten yang mengalami penurunan yaitu pada indikator
of Priorities 4-6, there have been equal proportions of improved and deteriorated districts based on the ratio of per capita normative consumption to cereal availability (50% improved while another 50% deteriorated).
rasio konsumsi normatif per kapita terhadap ketersediaan serealia (50% kabupaten mengalami perbaikan dan 50% kabupaten mengalami penurunan).
Perubahan peringkat 265 kabupaten berdasarkan Indeks Ketahanan Pangan Komposit FIA 2005
Changes in the ranks of 265 districts based on Composite Food Security Index in the FIA 2005
Untuk mengetahui perubahan peringkat (rangking) 265 kabupaten dari FIA 2005, peringkat tiap kabupaten yang ditentukan berdasarkan Indeks Ketahanan Pangan Komposit pada FIA 2005 dibandingkan dengan FSVA 2009. Data Angka Kematian Bayi (Infant Mortaly Rate-IMR) tidak tersedia di FSVA 2009 sehingga kemungkinan akan mempengaruhi
In order to identify changes in the ranks of 265 districts from 2005, the rank of each district determined based on the Composite Food Security Index in the FIA 2005 is compared with that in FSVA 2009. It should be noted that the exclusion of the Infant Mortality Rate (IMR) in FSVA 2009 might have affected the overall result. However, given there has been
k pada angka keseluruhan hasil analisis ini. Akan tetapi, selama 5 tahun terakhir tidak terjadi kejadian luar biasa (outbreak) kematian bayi di Indonesia, sehingga dapat di asumsikan bahwa IMR masih berada pada tingkat yang sama seperti FIA 2005. Perlu dicatat juga bahwa IMR hanya merupakan salah satu dari sepuluh (10) indikator yang digunakan untuk perhitungan Indeks Ketahanan Pangan Komposit. Oleh karena itu, pengaruh IMR terhadap keseluruhan hasil analisis kemungkinan berada pada tingkat yang dapat diterima sehingga mengindikasikan kemungkinan untuk dapat diperbandingkan.
JKI=FKNIKNP=HEPUKQP>NA=G=IKJCEJB=JPO@QNEJCPDAH=OPłRAUA=NOEJPDA?KQJPNU EP?=J>A=OOQIA@PD=PPDA&*/D=O at least been remained at the same level. It should also be noted that the IMR is only one among ten indicators used for ?=H?QH=PEJCPDA KILKOEPA#KK@0A?QNEPU&J@AT1DANABKNA EPOEJŃQAJ?AKJPDAAJPENANAOQHPEOLNK>=>HU=P=J=??ALP=>HAHARAH allowing for possible indicative comparison.
Tabel 6.5: Perubahan peringkat kabupaten di FIA 2005 berdasarkan Indeks Ketahanan Pangan Komposit Table 6.5: Changes in ranks of districts in FIA 2005 based on Composite Food Security Index
% Kabupaten/ Districts
# Kabupaten di Prioritas yang Sama/ Districts stayed on in the same Priorities
100 Kabupaten Prioritas 1, 2 dan 3 / 100 districts of Priorities 1, 2 and 3: Meningkat / Improved 86 86% Tetap / Unchanged 1 1% Menurun / Deteriorated 12 12% Tidak ada data / No data* 1 1% 165 Kabupaten Prioritas 4, 5 dan 6 / 165 districts of Priorities 4, 5 and 6: Meningkat / Improved 145 77% Tetap / Unchanged 1 1% Menurun / Deteriorated 19 22% Total 265 Kabupaten/districts Meningkat / Improved 231 87% Tetap / Unchanged 2 1% Menurun / Deteriorated 31 12% Tidak ada data / No data* 1 -
# Kabupaten yang naik ke Prioritas 1-3 / Districts moved to Higher Priorities (1-3) ( Penurunan / Deteriorated)
42 1 12
13
# Kabupaten yang turun ke Prioritas lebih rendah (4-6) / Districts moved to Lower Priorities (4-6) ( Peningkatan / Improved )
44
6
BAB/Chapter 6
Kabupaten / Districts
# Kabupaten/ Districts
Note: * Tidak dimasukan dalam analisis Indeks Ketahanan Pangan Komposit di FSVA 2009 karena data tidak komplit Excluded from Composite Food Security Index in FSVA 2009 due to its incomplete data ** 38 kabupaten (dari 82 kabupaten) yang baru dibentuk berada di peringkat Prioritas 1-3 di FSVA 2009 38 out of 82 new districts are ranked as of Priorities 1-3 in FSVA 2009
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
113
1=>AHIAJQJFQGG=JLAN>=EG=JU=JCO=JC=POECJEłG=J@=NELANEJCG=PG=>QL=PAJ @EI=J=G=>QL=PAJ@=NE G=>QL=PAJĠ PAH=DIAJC=H=IELAN>=EG=JLANEJCG=PGKILKOEPJU=-AN>=EG=JLANEJCG=PNAH=PEBD=ILENO=I= =JP=N=GAHKILKGG=>QL=PAJ-NEKNEP=OĠ @=J-NEKNEP=OĠ
Table 6.5 shows a remarkable improvement in the ranks of 265 districts, with 231 of them (87%) having recorded their improved ranks. The level of improved ranks is relatively similar between districts of Priorities 1-3 (86%) and those of Priorities 4-6 (88%).
!E=JP=N=G=>QL=PAJ-NEKNEP=O@E#& G=>QL=PAJĠ-QJ?=G'=U=@E-NKREJOE-=LQ= PE@=GPANI=OQG@=H=I =J=HEOEOLAN>=J@EJC=JEJEG=NAJ=@=P=G=>QL=PAJ-QJ?=G'=U=PE@=GHAJCG=LQJPQG=J=HEOEO&J@AGO(AP=D=J=J-=JC=J (KILKOEP@E#03!=NEG=>QL=PAJĠ@EHQ=N-QJ?=G'=U= @E#& G=>QL=PAJPAH=D>AND=OEHGAHQ=N @=NE -NEKNEP=O @=J >ANLEJ@=D GA LANEJCG=P LNEKNEP=O U=JC HA>ED NAJ@=D Ġ-NEKNEP=O @E #03 42 G=>QL=PAJ H=EJJU=IAJC=H=IELAN>=EG=JLANEJCG=PFQC==G=JPAP=LEI=OEDPANI=OQG@=H=I-NEKNEP=O-=@=O==PU=JCO=I= G=>QL=PAJPQNQJLANEJCG=PJU=-AJQNQJ=JLANEJCG=PGAG=>QL=PAJPANOA>QPQIQIJU=>ANG=EP=J@AJC=JNAJ@=DJU=
Among 100 districts of Priorities 1-3 in the FIA 2005, one district (Puncak Jaya in Papua) is excluded from this comparison due to its incomplete data for calculating the Composite Food Security Index in the FSVA 2009. Out of the remaining 99 districts, 44 successfully graduated from Priorities 1-3 and moved down to lower Priorities 4-6 in the FSVA 2009. Another 42 districts have improved ranks but remain in these Priorities 1-3. At the same time, 12 districts have downgraded ranks. Their deterioration in rank has been mainly related to the lower accessibility for four-wheeled vehicles, or an increased poverty rate, higher ratio of per capita normative consumption to cereal availability, female illiteracy, or a combination of
=GOAOLAJCDQ>QJC@AJC=JNK@= =P=QJ=EGJU==JCG=GAIEOGEJ=J =P=QPEJCCEJU=N=OEKGKJOQIOEJKNI=PEBLANG=LEP= PAND=@=LGAPANOA@E==JOANA=HE= LANAILQ=J>QP=DQNQB=P=QGKI>EJ=OE@=NE>A>AN=L=EJ@EG=PKNPANOA>QP
some of these.
!E=JP=N= G=>QL=PAJ -NEKNEP=O @E #& PAN@=L=P G=>QL=PAJ U=JC IAJC=H=IE LAJQNQJ=J LANEJCG=P @EI=J= G=>QL=PAJ @E=JP=N=JU= I=OQG GA -NEKNEP=O @E #03 -AJQNQJ=J LANEJCG=P PANOA>QP QIQIJU= >ANG=EP=J@AJC=JNAJ@=DJU==GOAOLAJCDQ>QJC@AJC=JNK@= =P=QPEJCCEJU=N=OEKGKJOQIOEJKNI=PEBLANG=LEP=
Among 165 districts of Priorities 4-6 in the FIA 2005, 19 have worsened ranks, and 6 of them moved to higher Priorities 1-3 in the FSVA 2009. The deterioration has been mainly attributed to lower accessibility for four-wheeled vehicles, or higher ratio of per capita normative consumption to cereal availability, or increased female illiteracy, poverty rate or underweight
t PAND=@=LGAPANOA@E==JOANA=HE= =P=QJ=EGJU=LANAILQ=J>QP=DQNQB =P=Q=JCG=GAIEOGEJ=J@=J underweightL=@= >=HEP==P=QGKI>EJ=OE@=NE>A>AN=L=EJ@EG=PKNPANOA>QP
=IKJC?DEH@NAJQJ@ANłRA KN=?KI>EJ=PEKJKBOKIAPDAOA
!=NEG=>QL=PAJ-NEKNEP=O@E#03 PAN@=L=PG=>QL=PAJU=JC>AN=O=H@=NE#&Ġ@E-NEKNEP=O G=>QL=PAJ@E-NEKNEP=O @=JG=>QL=PAJ>=NQLAIAG=N=JĠ@=NEG=>QL=PAJLAIAG=N=JOAF=GP=DQJ PAN=GDEN (QN=JCJU=P=P=GAHKH=U=JCABAGPEB@=JPAN>=P=OJU=OQI>AN@=U=I=JQOE=@=JG=L=OEP=OJU=@E@QC=IANQL=G=J B=GPKN U=JC IAJAJPQG=J PEJCCEJU= PEJCG=P GANAJP=J=J PAND=@=L GAN=S=J=J L=JC=J @E G=>QL=PAJG=>QL=PAJ D=OEH
Among 100 districts of Priorities 1-3 in the FSVA 2009, 62 districts were shown in the FIA 2005 (56 of Priories 1-3, 6 KB-NEKNEPEAO
=J@=NAJASHUAOP=>HEODA@@EOPNE?POĠKQPKBJAS@EOPNE?PO?NA=PA@@QNEJCPDAL=OPłRAUA=NO )=?G of institutional and human resources and capacities, amongst other reasons, may also have contributed to levels of higher vulnerability to food insecurity in the new districts.
pemekaran.
114
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
BAB/Chapter 6
Peta 6.1 / Map 6.1 Peta Kerentanan Terhadap Kerawanan Pangan Indonesia Vulnerability to Food Insecurity Map of Indonesia
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
115
Provinsi/ Province NAD NAD NAD NAD NAD NAD NAD NAD NAD NAD NAD NAD NAD NAD NAD NAD NAD Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Barat Sumatera Barat Sumatera Barat Sumatera Barat Sumatera Barat Sumatera Barat Sumatera Barat Sumatera Barat Sumatera Barat Sumatera Barat Sumatera Barat Sumatera Barat Riau Riau Riau
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Kode/ Code 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
Kabupaten/ District Simeulue Aceh Singkil Aceh Selatan Aceh Tenggara Aceh Timur Aceh Tengah Aceh Barat Aceh Besar Pidie Bireuen Aceh Utara Aceh Barat Daya Gayo Lues Aceh Tamiang Nagan Raya Aceh Jaya Bener Meriah Nias Mandailing Natal Tapanuli Selatan Tapanuli Tengah Tapanuli Utara Toba Samosir Labuhan Batu Asahan Simalungun Dairi Karo Deli Serdang Langkat Nias Selatan Humbang Hasundutan Pakpak Bharat Samosir Serdang Bedagai Kepulauan Mentawai Pesisir Selatan Solok Sawahlunto/ Sijunjung Tanah Datar Padang Pariaman Agam Lima Puluh Koto Pasaman Solok Selatan Dharmasraya Pasaman Barat Kuantan Sengingi Indragiri Hulu Indragiri Hilir
Provinsi/ Province Riau Riau Riau Riau Riau Riau Kepulauan Riau Kepulauan Riau Kepulauan Riau Kepulauan Riau Jambi Jambi Jambi Jambi Jambi Jambi Jambi Jambi Jambi Sumatera Selatan Sumatera Selatan Sumatera Selatan Sumatera Selatan Sumatera Selatan Sumatera Selatan Sumatera Selatan Sumatera Selatan Sumatera Selatan Sumatera Selatan Bengkulu Bengkulu Bengkulu Bengkulu Bengkulu Bengkulu Bengkulu Bengkulu Bangka Belitung Bangka Belitung Bangka Belitung Bangka Belitung Bangka Belitung Bangka Belitung Lampung Lampung Lampung Lampung Lampung Lampung Lampung Lampung
Kode/ Code 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101
Kabupaten/ District Pelalawan Siak Kampar Rokan Hulu Bengkalis Rokan Hilir Karimun Bintan Natuna Lingga Kerinci Merangin Sarolangun Batang Hari Muaro Jambi Tanjung Jabung Timur Tanjung Jabung Barat Tebo Bungo Ogan Komering Ulu Ogan Komering Ilir Muara Enim Lahat Musi Rawas Musi Banyu Asin Banyuasin Ogan Komering Ulu Selatan Ogan Komering Ulu Timur Ogam Ilir Bengkulu Selatan Rejang Lebong Bengkulu Utara Kaur Seluma Muko-Muko Lebong Kepahiang Bangka Belitung Bangka Barat Bangka Tengah Bangka Selatan Belitung Timur Lampung Barat Tanggamus Lampung Selatan Lampung Timur Lampung Tengah Lampung Utara Way Kanan Tulang Bawang
117
BAB/Chapter 6
Peta 6.2 / Map 6.2 Peta Kerentanan Terhadap Kerawanan Pangan Pulau Sumatera Vulnerability to Food Insecurity Map of Sumatera Islands
Peta 6.3 / Map 6.3 Peta Kerentanan Terhadap Kerawanan Pangan Pulau Jawa Vulnerability to Food Insecurity Map of Java Islands
Code 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121
District Pandeglang Lebak Tangerang Serang Bogor Sukabumi Cianjur Bandung Garut Tasikmalaya Ciamis Kuningan Cirebon Majalengka Sumedang Indramayu Subang Purwakarta Karawang Bekasi
Province Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah
Code 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141
District Cilacap Banyumas Purbalingga Banjarnegara Kebumen Purworejo Wonosobo Magelang Boyolali Klaten Sukoharjo Wonogiri Karanganyar Sragen Grobogan Blora Rembang Pati Kudus Jepara
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Province Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah D.I.Yogyakarta D.I.Yogyakarta D.I.Yogyakarta D.I.Yogyakarta Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur
Code 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161
District Demak Semarang Temanggung Kendal Batang Pekalongan Pemalang Tegal Brebes Kulon Progo Bantul Gunung Kidul Sleman Pacitan Ponorogo Trenggalek Tulungagung Blitar Kediri Malang
Province Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur
Code 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183
District Lumajang Jember Banyuwangi Bondowoso Situbondo Probolinggo Pasuruan Sidoarjo Mojokerto Jombang Nganjuk Madiun Magetan Ngawi Bojonegoro Tuban Lamongan Gresik Bangkalan Sampang Pamekasan Sumenep
BAB/Chapter 6
Province Banten Banten Banten Banten Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat
119
Peta 6.4 / Map 6.4 Peta Kerentanan Terhadap Kerawanan Pangan Pulau Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur Vulnerability to Food Insecurity Map of the Island of Bali, Nusa Tenggara Barat and Nusa Tenggara Timur
Bali Bali Bali Bali Bali Bali Bali Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Barat
Kode/ Code 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198
Kabupaten/ District Jembrana Tabanan Badung Gianyar Klungkung Bangli Karang Asem Buleleng Lombok Barat Lombok Tengah Lombok Timur Sumbawa Dompu Bima Sumbawa Barat
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Provinsi/ Province Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Timur
Kode/ Code 199 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213
Kabupaten/ District Sumba Barat Sumba Timur Kupang Timor Tengah Selatan Timor Tengah Utara Belu Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat
BAB/Chapter 6
Provinsi/ Province
121
Peta 6.5 / Map 6.5 Peta Kerentanan Terhadap Kerawanan Pangan Pulau Kalimantan Vulnerability to Food Insecurity Map of Kalimantan Islands
Kode/ Code 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 224 225 226 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236 237 238 239 240 241 242 243 244 245 246 247 248 249 250 251 252 253 254 255 256
Kabupaten/ District Sambas Bengkayang Landak Pontianak Sanggau Ketapang Sintang Kapuas Hulu Sekadau Melawi Kotawaringin Barat Kotawaringin Timur Kapuas Barito Selatan Barito Utara Sukamara Lamandau Seruyan Katingan Pulang Pisau Gunung Mas Barito Timur Murung Raya Tanah Laut Kotabaru Banjar Barito Kuala Tapin Hulu Sungai Selatan Hulu Sungai Tengah Hulu Sungai Utara Tabalong Tanah Bumbu Balangan Pasir Kutai Barat Kutai Kartanegara Kutai Timur Berau Malinau Bulungan Nunukan Penajam Paser Utara
BAB/Chapter 6
Provinsi/ Province Kalimantan Barat Kalimantan Barat Kalimantan Barat Kalimantan Barat Kalimantan Barat Kalimantan Barat Kalimantan Barat Kalimantan Barat Kalimantan Barat Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Kalimantan Timur Kalimantan Timur Kalimantan Timur Kalimantan Timur Kalimantan Timur Kalimantan Timur Kalimantan Timur Kalimantan Timur
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
123
Peta 6.6 / Map 6.6 Peta Kerentanan Terhadap Kerawanan Pangan Pulau Sulawesi Vulnerability to Food Insecurity Map of Sulawesi Islands
Kabupaten/ District Bolaang Mongondow Minahasa Sangihe Talaud Kepulauan Talaud Minahasa Selatan Minahsa Utara Boalemo Gorontalo Pohuwato Bone Bolanga Banggai Kepulauan Banggai Morowali Poso Donggala Toli Toli Buol Parigi Moutong Toja Una-Una Selayar Bulukumba Bantaeng Jeneponto Takalar Gowa Sinjai
Provinsi/ Province Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Barat Sulawesi Barat Sulawesi Barat Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Tenggara Sulawesi Tenggara Sulawesi Tenggara Sulawesi Tenggara Sulawesi Tenggara Sulawesi Tenggara Sulawesi Tenggara
Kode/ Code 283 284 285 286 287 288 289 290 291 292 293 294 295 296 297 298 299 300 301 302 303 304 305 306 307 308
Kabupaten/ District Maros Pangkajene Kepulauan Barru Bone Soppeng Wajo Sidenreng Rappang Pinrang Enrekang Luwu Tana Toraja Luwu Utara Luwu Timur Majene Polewali Mandar Mamasa Mamuju Mamuju Utara Buton Muna Konawe Kolaka Konawe Selatan Bombana Wakatobi Kolaka Utara
BAB/Chapter 6
ah ah ah ah ah ah ah ah ah an an an an an an an
Kode/ Code 257 258 259 260 261 262 263 264 265 266 267 268 269 270 271 272 273 274 275 276 277 278 279 280 281 282
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
125
Peta 6.7 / Map 6.7 Peta Kerentanan Terhadap Kerawanan Pangan Pulau Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat Vulnerability to Food Insecurity Map of the Island of Maluku, Maluku Utara, Papua and Papua Barat
Kode/ Code 309 310 311 312 313 314 315 316 317 318 319 320 321 322 323 324 325 326 327
Kabupaten/ District Maluku Tenggara Barat Maluku Tenggara Maluku Tengah Buru Kepulauan Aru Seram Bagian Barat Seram Bagian Timur Halmahera Barat Halmahera Tengah Kepulauan Sula Halmahera Selatan Halmahera Utara Halmahera Timur Merauke Jayawijaya Jayapura Nabire Yapen Waropen Biak Numfor
Provinsi/ Province Papua Papua Papua Papua Papua Papua Papua Papua Papua Papua Papua Papua Barat Papua Barat Papua Barat Papua Barat Papua Barat Papua Barat Papua Barat Papua Barat
Kode/ Code 328 330 331 332 333 334 336 337 338 339 340 341 342 343 344 345 346 347 348
Kabupaten/ District Paniai Mimika Boven Digoel Mappi Asmat Yahukimo Tolikara Sarmi Keerom Waropen Supiori Fak-Fak Kaimana Teluk Wondana Teluk Bintuni Monokwari Sorong Selatan Sorong Raja Ampat
BAB/Chapter 6
Provinsi/ Province Maluku Maluku Maluku Maluku Maluku Maluku Maluku Maluku Utara Maluku Utara Maluku Utara Maluku Utara Maluku Utara Maluku Utara Papua Papua Papua Papua Papua Papua
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
127
LAMPIRAN-LAMPIRAN/ ANNEXES
Lampiran 1.1: Perbandingan Daftar Kabupaten di FIA 2005 dan FSVA 2009 (BPS, Des 2007) Annex 1.1: Comparison list of districts in FIA 2005 and FSVA 2009 (BPS, Dec 2007) FIA 2005 Nanggroe Aceh Darussalam Simeulue Aceh Singkil Aceh Selatan Aceh Tenggara Aceh Timur Aceh Tengah Aceh Barat
Aceh Besar Pidie Bireuen Aceh Utara
Mandailing Natal Tapanuli Selatan Tapanuli Tengah Tapanuli Utara Toba Samosir Labuhan Batu Asahan Simalungun Dairi Karo Deli Serdang Langkat
Simeulue Aceh Singkil Aceh Selatan Aceh Barat Daya Aceh Tenggara Gayo Lues Aceh Timur Aceh Tamiang Aceh Tengah Bener Meriah Aceh Barat Nagan Raya Aceh Jaya Aceh Besar Pidie Pidie Jaya* Bireuen Aceh Utara
Nias Nias Selatan Mandailing Natal Tapanuli Selatan Tapanuli Tengah Tapanuli Utara Humbang Hasundutan Toba Samosir Samosir Labuhan Batu Asahan Batu Bara* Simalungun Dairi Pakpak Bharat Karo Deli Serdang Serdang Bedagai Langkat
Sumatera Barat Kepulauan Mentawai Pesisir Selatan
FSVA 2009
Sumatera Barat
Sumatera Utara Nias
FIA 2005
FSVA 2009
Solok Sawahlunto/ Sijunjung Tanah Datar Padang Pariaman Agam Lima Puluh Koto Pasaman
FIA 2005
FSVA 2009
Sumatera Selatan Solok Solok Selatan Sawahlunto/ Sijunjung Dharma Raya Tanah Datar Padang Pariaman Agam Lima Puluh Kota Pasaman Pasaman Barat
Ogan Komering Ulu
Ogan Komering Ilir Muara Enim Lahat Musi Rawas Musi Banyu Asin
Ogan Komering Ulu Ogan Komering Ulu Selatan Ogan Komering Ulu Timur Ogan Komering Ilir Ogan Ilir Muara Enim Lahat Empat Lawang* Musi Rawas Musi Banyu Asin Banyuasin
Riau Kuantan Sengingi Indragiri Hulu Indragiri Hilir Pelalawan Siak Kampar Rokan Hulu Bengkalis Rokan Hilir
Kuantan Sengingi Indragiri Hulu Indragiri Hilir Pelalawan Siak Kampar Rokan Hulu Bengkalis Rokan Hilir
Kepulauan Riau
Bengkulu Bengkulu Selatan
Rejang Lebong
Bengkulu Utara
Kepulauan Bangka Belitung Karimun Bintan
Bangka
Natuna Lingga Belitung Jambi Kerinci Merangin Sarolangun Batang Hari Muaro Jambi Tanjung Jabung Timur Tanjung Jabung Barat Tebo Bungo
Bengkulu Selatan Kaur Seluma Rejang Lebong Lebong Kepahiang Bengkulu Utara Mukomuko
Kerinci Merangin Sarolangun Batang Hari Muaro Jambi Tanjung Jabung Timur Tanjung Jabung Barat Tebo Bungo
Bangka Bangka Barat Bangka Tengah Bangka Selatan Belitung Belitung Timur
Lampung Lampung Barat Tanggamus Lampung Selatan Lampung Timur Lampung Tengah Lampung Utara Way Kanan Tulang Bawang
Lampung Barat Tanggamus Lampung Selatan Lampung Timur Lampung Tengah Lampung Utara Way Kanan Tulang Bawang
Kepulauan Mentawai Pesisir Selatan
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
131
Lampiran 1.1 (lanjutan): Perbandingan Daftar Kabupaten di FIA 2005 dan FSVA 2009 (BPS, Des 2007) Annex 1.1 (contd): Comparison list of districts in FIA 2005 and FSVA 2009 (BPS, Dec 2007) FIA 2005
FSVA 2009
Banten Pandeglang Lebak Tangerang Serang
Garut Tasikmalaya Ciamis Kuningan Cirebon Majalengka Sumedang Indramayu Subang Purwakarta Karawang Bekasi
Pandeglang Lebak Tangerang Serang
Bogor Sukabumi Cianjur Bandung Bandung Barat* Garut Tasikmalaya Ciamis Kuningan Cirebon Majalengka Sumedang Indramayu Subang Purwakarta Karawang Bekasi
Jawa Tengah Cilacap Banyumas Purbalingga Banjarnegara Kebumen Purworejo Wonosobo Magelang Boyolali Klaten Sukoharjo Wonogiri Karanganyar Sragen Grobogan Blora Rembang Pati
132
FSVA 2009
Jawa Tengah
Jawa Barat Bogor Sukabumi Cianjur Bandung
FIA 2005
Cilacap Banyumas Purbalingga Banjarnegara Kebumen Purworejo Wonosobo Magelang Boyolali Klaten Sukoharjo Wonogiri Karanganyar Sragen Grobogan Blora Rembang Pati
Kudus Jepara Demak Semarang Temanggung Kendal Batang Pekalongan Pemalang Tegal Brebes
Kudus Jepara Demak Semarang Temanggung Kendal Batang Pekalongan Pemalang Tegal Brebes
Kulon Progo Bantul Gunung Kidul Sleman
Jawa Timur Pacitan Ponorogo Trenggalek Tulungagung Blitar Kediri Malang Lumajang Jember Banyuwangi Bondowoso Situbondo Probolinggo Pasuruan Sidoarjo Mojokerto Jombang Nganjuk Madiun Magetan Ngawi Bojonegoro Tuban Lamongan
FSVA 2009
Jawa Timur
D.I. Yogyakarta Kulon Progo Bantul Gunung Kidul Sleman
FIA 2005
Pacitan Ponorogo Trenggalek Tulungagung Blitar Kediri Malang Lumajang Jember Banyuwangi Bondowoso Situbondo Probolinggo Pasuruan Sidoarjo Mojokerto Jombang Nganjuk Madiun Magetan Ngawi Bojonegoro Tuban Lamongan
Gresik Bangkalan Sampang Pamekasan Sumenep
Gresik Bangkalan Sampang Pamekasan Sumenep
Bali Jembrana Tabanan Badung Gianyar Klungkung Bangli Karang Asem Buleleng
Jembrana Tabanan Badung Gianyar Klungkung Bangli Karang Asem Buleleng
Nusa Tenggara Barat Lombok Barat Lombok Tengah Lombok Timur Sumbawa Dompu Bima
Lombok Barat Lombok Tengah Lombok Timur Sumbawa Sumbawa Barat Dompu Bima
Nusa Tenggara Timur Sumba Barat Sumba Timur
Kupang Timor Tengah Selatan Timor Tengah Utara Belu Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada
Sumba Barat Sumba Timur Sumba Barat Daya* Sumba Tengah* Kupang Rote Ndao Timor Tengah Selatan Timor Tengah Utara Belu Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Nagekeo*
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Lampiran 1.1 (lanjutan): Perbandingan Daftar Kabupaten di FIA 2005 dan FSVA 2009 (BPS, Des 2007) Annex 1.1 (contd): Comparison list of districts in FIA 2005 and FSVA 2009 (BPS, Dec 2007) FIA 2005 Nusa Tenggara Timur Manggarai
Ketapang Sintang Kapuas Hulu
Manggarai Manggarai Barat
Sambas Bengkayang Landak Pontianak Sanggau Sekadau Ketapang Kayong Utara* Sintang Melawi Kapuas Hulu
Pasir Kutai Barat Kutai Kutai Timur Berau Malinau Bulungan Nunukan
Bolaang Mongondow Minahasa
Kotawaringin Timur
Kapuas
Barito Selatan Barito Utara
Kotawaringin Barat Sukamara Lamandau Kotawaringin Timur Seruyan Katingan Kapuas Pulang Pisau Gunung Mas Barito Selatan Barito Timur Barito Utara Murung Raya
Kalimantan Selatan Tanah Laut Kotabaru Banjar Barito Kuala Tapin Hulu Sungai Selatan Hulu Sungai Tengah Hulu Sungai Utara Tabalong
Tanah Laut Kotabaru Tanah Bumbu Banjar Barito Kuala Tapin Hulu Sungai Selatan Hulu Sungai Tengah Hulu Sungai Utara Balangan Tabalong
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Sangihe Talaud
FIA 2005
Pasir Penajam Paser Utara Kutai Barat Kutai Kartanegara Kutai Timur Berau Malinau Bulungan Nunukan
Bolaang Mongondow Bolaang Mongondow Utara* Minahasa Minahasa Selatan Minahasa Tenggara* Minahasa Utara Kepulauan Sangihe Kep, Siau Tagolandang Biaro* Kepulauan Talaud
Bantaeng Jeneponto Takalar Gowa Sinjai Maros Pangkajene Kepulauan Barru Bone Soppeng Wajo Sidenreng Rappang Pinrang Enrekang Luwu Tana Toraja Luwu Utara
Gorontalo
Gorontalo
Boalemo Pohuwato Gorontalo Gorontalo Utara* Bone Bolanga
Muna Kendari
Kolaka Sulawesi Tengah Banggai Kepulauan Banggai Morowali Poso Donggala Toli Toli Buol
Banggai Kepulauan Banggai Morowali Poso Tojo Una-Una Donggala Parigi Moutong Toli Toli Buol
Selayar Bulukumba
Selayar Bulukumba
Buton Buton Utara* Bombana Wakatobi Muna Konawe** Konawe Selatan Konawe Utara* Kolaka Kolaka Utara
Sulawesi Barat Majene Polewali Mamasa
Mamuju
Majene** Polewali Mandar** Mamasa Mamuju Utara Mamuju
Maluku Maluku Tenggara Barat Maluku Tenggara
Sulawesi Selatan
Bantaeng Jeneponto Takalar Gowa Sinjai Maros Pangkajene Kepulauan Barru Bone Soppeng Wajo Sidenreng Rappang Pinrang Enrekang Luwu Tana Toraja Luwu Utara Luwu Timur
Sulawesi Tenggara Buton
Boalemo
FSVA 2009
Sulawesi Selatan
Sulawesi Utara
Kalimantan Tengah Kotawaringin Barat
FSVA 2009
Kalimantan Timur
Kalimantan Barat Sambas Bengkayang Landak Pontianak Sanggau
FIA 2005
FSVA 2009
Maluku Tengah
Maluku Tenggara Barat Maluku Tenggara Kepulauan Aru Maluku Tengah
133
Lampiran 1.1 (lanjutan): Perbandingan Daftar Kabupaten di FIA 2005 dan FSVA 2009 (BPS, Des 2007) Annex 1.1 (contd): Comparison list of districts in FIA 2005 and FSVA 2009 (BPS, Dec 2007) FIA 2005
FSVA 2009
Maluku
Buru
Halmahera Tengah
Seram Bagian Barat Seram Bagian Timur Buru
Merauke
Jayawijaya Halmahera Barat** Kepulauan Sula Halmahera Selatan Halmahera Utara Halmahera Tengah Halmahera Timur
Jayapura
Nabire Yapen Waropen
Papua Barat Biak Numfor Fak Fak Manokwari
Sorong
FSVA 2009
Papua
Maluku Utara Maluku Utara
FIA 2005
Fak Fak Kaimana Monokwari Teluk Wondana Teluk Bintuni Sorong Sorong Selatan Raja Ampat
Paniai Puncak Jaya Mimika
Merauke Boven Digoel Mappi Asmat Jayawijaya Yahukimo Pegunungan Bintang Tolikara Jayapura Sarmi Keerom Nabire Yapen Waropen Waropen Biak Numfor Supiori Paniai Puncak Jaya Mimika
* Kabupaten pemekaran di tahun 2007, jadi tidak termasuk dalam analisis FSVA / New districts developed in 2007, therefore excluded in FSVA analysis ** Hanya berubah nama / only change in name
134
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Lampiran 2.1: Indikator Ketersediaan Pangan Annex 2.1: Food Availability Indicator
No
Kabupaten / District
Produksi Rata-rata Produksi Total Produksi Rata-rata Produksi Rata-rata Ubi Kayu & Ubi Jalar/ Serealia Pokok/ Padi/ Average Paddy Jagung / Average Average Cassava & Total Major Cereal Maize Production Production Sweet Potato Production Production 2005-2007 2005-2007 (Ton) 2005-2007 (Ton) (Ton)
Total Populasi/ Total Population (2006)
Produksi Bersih Serealia per Kapita per Hari/ Net Cereal Production per Kapita per Day (g)
(Ton)
Rasio Konsumsi Normatif terhadap Produksi Bersih per Kapita/ Normative Consumption to Net Per Capita Production Ratio
Peringkat/ Rank
Nanggroe Aceh Darussalam 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Simeulue Aceh Singkil Aceh Selatan Aceh Tenggara Aceh Timur Aceh Tengah Aceh Barat Aceh Besar Pidie Bireuen Aceh Utara Aceh Barat Daya Gayo Lues Aceh Tamiang Nagan Raya Aceh Jaya Bener Meriah
24,644.23 10,074.69 41,817.15 56,707.60 75,134.95 17,042.15 25,511.53 78,747.88 114,152.28 82,399.65 118,237.98 28,148.76 26,118.21 42,050.57 49,809.68 7,090.65 8,853.18
56.97 1,299.77 747.38 69,122.38 1,606.94 365.62 881.88 679.25 950.31 2,159.62 4,331.00 1,428.98 224.66 5,076.32 1,272.16 135.38 662.22
181.76 1,794.59 1,094.15 888.30 1,447.66 807.58 624.44 1,906.07 1,912.06 2,074.32 1,935.41 298.82 142.24 1,632.32 797.78 235.92 521.17
24,882.96 13,169.05 43,658.68 126,718.28 78,189.55 18,215.34 27,017.85 81,333.20 117,014.65 86,633.60 124,504.38 29,876.57 26,485.11 48,759.22 51,879.63 7,461.94 10,036.57
79,602 152,480 193,126 171,261 308,708 163,350 151,901 301,213 477,328 354,065 498,709 116,606 72,974 237,237 123,918 61,018 107,925
856 237 619 2,027 694 306 487 740 672 670 684 702 994 563 1,147 335 255
0.35 1.27 0.48 0.15 0.43 0.98 0.62 0.41 0.45 0.45 0.44 0.43 0.30 0.53 0.26 0.90 1.18
99 291 165 10 140 273 212 127 148 150 143 138 67 189 51 261 288
39,704.84 87,607.17 192,876.49 66,092.55 64,278.97 62,475.56 177,919.82 94,002.34 228,117.01 52,926.12 49,288.08 196,624.62 206,469.03 20,046.17 40,332.49 7,854.98 16,639.30 193,678.50
293.66 2,820.37 9,118.64 3,102.88 9,606.04 9,538.00 3,060.30 18,612.59 237,857.37 83,794.02 220,965.96 59,313.91 62,513.70 212.32 1,989.86 12,961.57 623.16 19,456.81
2,706.54 1,033.89 4,655.34 3,130.75 4,022.19 3,881.92 1,241.44 4,951.72 64,173.75 1,680.26 2,079.30 30,175.99 2,538.65 3,424.32 1,255.02 393.83 783.66 45,859.34
42,705.05 91,461.43 206,650.46 72,326.18 77,907.20 75,895.47 182,221.56 117,566.66 530,148.13 138,400.40 272,333.34 286,114.53 271,521.39 23,682.81 43,577.37 21,210.38 18,046.12 258,994.64
442,064 413,666 629,229 297,936 256,520 168,814 987,312 1,038,390 841,274 267,696 342,719 1,634,575 1,013,800 270,996 152,834 33,930 130,552 604,508
265 606 900 665 832 1,232 506 310 1,727 1,416 2,177 480 734 239 781 1,713 379 1,174
1.13 0.50 0.33 0.45 0.36 0.24 0.59 0.97 0.17 0.21 0.14 0.63 0.41 1.25 0.38 0.18 0.79 0.26
284 170 89 152 106 43 205 269 15 31 9 215 128 290 116 17 249 48
Sumatera Utara 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Nias Mandailing Natal Tapanuli Selatan Tapanuli Tengah Tapanuli Utara Toba Samosir Labuhan Batu Asahan Simalungun Dairi Karo Deli Serdang Langkat Nias Selatan Humbang Hasundutan Pakpak Bharat Samosir Serdang Bedagai
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
135
Lampiran 2.1 (lanjutan): Indikator Ketersediaan Pangan Annex 2.1 (contd): Food Availability Indicator
Kabupaten / District
No
Produksi Total Produksi Rata-rata Produksi Rata-rata Produksi Rata-rata Serealia Pokok/ Ubi Kayu & Ubi Jalar/ Padi/ Average Paddy Jagung / Average Total Major Cereal Average Cassava & Production Maize Production Production Sweet Potato Production 2005-2007 2005-2007 (Ton) 2005-2007 (Ton) (Ton)
Total Populasi/ Total Population (2006)
Produksi Bersih Serealia per Kapita per Hari/ Net Cereal Production per Kapita per Day (g)
(Ton)
Rasio Konsumsi Normatif terhadap Produksi Bersih per Kapita/ Normative Consumption to Net Per Capita Production Ratio
Peringkat/ Rank
Sumatera Barat 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47
Kepulauan Mentawai Pesisir selatan Solok Sawahlunto/ Sijunjung Tanah Datar Padang Pariaman Agam Lima Puluh Kota Pasaman Solok Selatan Dharmasraya Pasaman Barat
517.53 124,099.35 143,541.05 39,932.72 108,725.77 114,090.32 129,332.57 107,937.08 100,197.76 44,364.49 16,396.99 52,382.18
69.57 8,972.61 1,082.92 279.93 4,782.22 1,468.06 6,272.31 3,726.56 2,707.93 561.14 946.55 48,411.21
673.39 3,239.86 4,977.05 666.10 6,975.27 3,200.09 8,224.09 5,667.86 1,376.57 783.45 6,893.28 2,110.00
1,260.50 136,311.82 149,601.02 40,878.75 120,483.26 118,758.46 143,828.96 117,331.49 104,282.26 45,709.08 24,236.83 102,903.39
66,199 429,646 347,264 192,837 334,399 381,865 426,790 327,227 248,973 128,698 170,384 322,544
52 869 1,180 581 987 852 923 982 1,148 973 390 874
5.75 0.35 0.25 0.52 0.30 0.35 0.32 0.31 0.26 0.31 0.77 0.34
330 96 47 180 72 100 84 73 50 76 246 94
17,707.66 7,977.37 61,361.51 17,796.44 11,198.54 14,306.14 20,550.57 20,331.20 70,969.35
645.48 1,708.42 11,120.01 9,782.92 743.77 2,882.17 2,514.77 392.09 866.14
1,326.47 1,291.68 1,372.05 840.57 1,479.26 3,646.59 1,955.74 1,769.57 1,153.31
19,679.61 10,977.47 73,853.57 28,419.92 13,421.57 20,834.90 25,021.09 22,492.87 72,988.79
249,606 295,291 647,512 253,308 302,182 555,146 346,848 708,363 421,310
216 102 312 307 122 103 198 87 475
1.39 2.95 0.96 0.98 2.47 2.92 1.52 3.45 0.63
295 319 268 272 316 318 298 323 218
9.77 6.08 161.72 5.11
187.07 274.43 172.82 140.96
304.50 1,111.67 588.21 334.33
501.33 1,392.18 922.75 480.39
210,568 121,770 91,426 85,884
7 31 28 15
45.99 9.58 10.85 19.58
347 342 343 346
91,778.37 37,663.67 21,833.90 18,321.52 19,712.76 75,151.88 33,962.86 16,955.53 16,292.28
7,131.94 1,647.01 918.14 1,029.54 8,954.89 1,622.24 369.55 387.74 3,168.93
7,259.17 2,873.37 837.40 862.06 3,772.77 2,084.63 677.56 693.73 2,118.59
106,169.48 42,184.06 23,589.44 20,213.13 32,440.42 78,858.75 35,009.97 18,036.99 21,579.80
306,494 277,595 205,090 211,897 295,319 207,340 239,016 246,044 250,934
949 416 315 261 301 1,042 401 201 236
0.32 0.72 0.95 1.15 1.00 0.29 0.75 1.49 1.27
80 233 266 285 277 61 240 297 292
Riau 48 49 50 51 52 53 54 55 56
Kuantan Sengingi Indragiri Hulu Indragiri Hilir Pelalawan Siak Kampar Rokan Hulu Bengkalis Rokan Hilir
Kepulauan Riau 57 58 59 60
Karimun Bintan Natuna Lingga
Jambi 61 62 63 64 65 66 67 68 69
Kerinci Merangin Sarolangun Batang Hari Muaro Jambi Tanjung Jabung Timur Tanjung Jabung Barat Tebo Bungo
136
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Lampiran 2.1 (lanjutan): Indikator Ketersediaan Pangan Annex 2.1 (contd): Food Availability Indicator
Kabupaten / District
No
Produksi Rata-rata Produksi Total Produksi Rata-rata Produksi Rata-rata Ubi Kayu & Ubi Jalar/ Serealia Pokok/ Padi/ Average Paddy Jagung / Average Average Cassava & Total Major Cereal Production Maize Production Sweet Potato Production Production 2005-2007 2005-2007 (Ton) 2005-2007 (Ton) (Ton)
Total Populasi/ Total Population (2006)
Produksi Bersih Serealia per Kapita per Hari/ Net Cereal Production per Kapita per Day (g)
(Ton)
Rasio Konsumsi Normatif terhadap Produksi Bersih per Kapita/ Normative Consumption to Net Per Capita Production Ratio
Peringkat/ Rank
Sumatera Selatan 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79
Ogan Komering Ulu Ogan Komering Ilir Muara Enim Lahat Musi Rawas Musi Banyu Asin Banyuasin Ogan Komering Ulu Selatan Ogan Komering Ulu Timur Ogan Ilir
20,171.02 245,343.38 89,215.81 81,723.23 111,075.75 109,783.77 336,436.03 33,512.57 244,164.04 92,272.18
538.08 8,869.74 2,750.89 4,467.46 1,613.09 30,050.26 12,907.28 1,052.30 5,008.83 1,233.34
3,429.40 18,527.90 2,453.44 2,418.36 2,098.36 7,070.45 7,725.66 1,144.61 9,258.18 1,298.09
24,138.50 272,741.02 94,420.14 88,609.06 114,787.20 146,904.48 357,068.98 35,709.49 258,431.05 94,803.61
259,161 672,037 643,573 550,128 484,245 484,076 757,450 322,466 565,134 365,148
255 1,112 402 441 649 831 1,292 303 1,253 711
1.18 0.27 0.75 0.68 0.46 0.36 0.23 0.99 0.24 0.42
287 54 239 226 157 107 39 275 42 133
32,514.32 33,477.43 48,687.31 19,378.63 38,438.76 21,729.36 21,640.57 15,097.61
2,967.21 33,496.50 5,056.06 1,651.88 12,337.52 12,728.98 226.42 3,770.97
420.84 23,730.39 3,524.67 848.87 219.96 6,090.06 608.03 1,961.04
35,902.37 90,704.33 57,268.04 21,879.37 50,996.24 40,548.40 22,475.02 20,829.63
131,738 242,212 332,721 106,477 158,676 131,931 86,896 114,699
747 1,026 472 563 881 842 709 498
0.40 0.29 0.64 0.53 0.34 0.36 0.42 0.60
126 63 219 190 91 105 135 208
1,980.33 578.96 664.38 173.96 7,607.98 663.99
614.69 158.42 356.30 287.77 880.80 161.39
1,790.66 1,035.37 1,003.46 830.30 1,725.27 530.10
4,385.69 1,772.75 2,024.14 1,292.02 10,214.06 1,355.48
256,354 135,051 152,461 138,220 153,861 88,990
47 36 36 26 182 42
6.40 8.34 8.25 11.71 1.65 7.19
333 339 338 344 301 335
73,225.97 139,914.07 233,938.48 209,607.58 297,620.38 69,890.29 81,482.86 181,210.03
2,563.50 30,885.67 333,605.82 353,715.96 292,236.54 95,101.84 31,298.63 35,506.25
3,834.28 14,797.81 65,359.76 239,377.97 554,636.38 198,107.46 107,158.74 605,477.20
79,623.74 185,597.56 632,904.06 802,701.52 1,144,493.31 363,099.59 219,940.23 822,193.48
380,184 824,486 1,312,328 929,234 1,146,141 558,905 362,199 763,328
574 617 1,321 2,367 2,736 1,780 1,664 2,951
0.52 0.49 0.23 0.13 0.11 0.17 0.18 0.10
182 166 35 6 3 14 18 2
Bengkulu 80 81 82 83 84 85 86 87
Bengkulu Selatan Rejang Lebong Bengkulu Utara Kaur Seluma Muko-Muko Lebong Kepahiang
Bangka Belitung 88 89 90 91 92 93
Bangka Belitung Bangka Barat Bangka Tengah Bangka Selatan Belitung Timur
Lampung 94 95 96 97 98 99 100 101
Lampung Barat Tanggamus Lampung Selatan Lampung Timur Lampung Tengah Lampung Utara Way Kanan Tulang Bawang
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
137
Lampiran 2.1 (lanjutan): Indikator Ketersediaan Pangan Annex 2.1 (contd): Food Availability Indicator
Kabupaten / District
No
Produksi Rata-rata Produksi Total Produksi Rata-rata Produksi Rata-rata Ubi Kayu & Ubi Jalar/ Serealia Pokok/ Padi/ Average Paddy Jagung / Average Average Cassava & Total Major Cereal Production Maize Production Sweet Potato Production Production 2005-2007 2005-2007 (Ton) 2005-2007 (Ton) (Ton)
Total Populasi/ Total Population (2006)
Produksi Bersih Serealia per Kapita per Hari/ Net Cereal Production per Kapita per Day (g)
(Ton)
Rasio Konsumsi Normatif terhadap Produksi Bersih per Kapita/ Normative Consumption to Net Per Capita Production Ratio
Peringkat/ Rank
Banten 102 103 104 105
Pandeglang Lebak Tangerang Serang
0.38 0.50 1.75 0.70
113 173 306 229
2,053,720
492 375 600 439 810 315 847 1,310 979 1,070 539 767 395
0.98 0.54 0.54 0.61 0.80 0.50 0.68 0.37 0.95 0.35 0.23 0.31 0.28 0.56 0.39 0.76
274 191 193 210 250 174 227 110 267 103 36 75 58 198 121 243
1,621,664 1,490,665 816,720 859,668 1,203,230 717,439 752,136 1,153,234 928,164 1,126,165 813,657 978,808 799,595 856,296 1,318,286
637 398 415 524 521 661 671 481 681 523 590 1,298 544 950 1,433
0.47 0.75 0.72 0.57 0.58 0.45 0.45 0.62 0.44 0.57 0.51 0.23 0.55 0.32 0.21
161 241 234 199 201 155 149 214 145 200 177 37 197 79 27
293,896.60 237,523.79 206,803.64 253,775.21
6,272.43 6,968.42 450.19 7,900.81
12,052.37 14,751.80 3,301.32 17,435.00
312,221.39 259,244.00 210,555.14 279,111.02
1,074,560 1,183,282 3,365,956 1,786,389
796 600 171
377,639.47 379,311.37 325,356.43 351,388.08 215,560.63 306,707.11 180,362.10 239,407.84 235,136.26 294,216.40 342,132.41 609,355.71 534,655.61 105,678.28 543,998.95 294,687.69
16,674.69 24,393.42 41,543.56 230,765.32 43,388.66 16,400.99 20,142.89 5,152.68 930.04 52,832.40 38,459.76 1,048.39 2,650.34 11,490.88 211.73 157.70
39,567.20 42,678.69 62,350.65 155,579.54 46,129.84 36,847.06 43,377.35 68,484.00 1,573.32 17,804.39 111,416.06 777.56 6,749.57
433,881.35 446,383.48 429,250.63 737,732.94 305,079.14 359,955.16 243,882.34 313,044.52 237,639.62 364,853.19 492,008.23 611,181.66 544,055.53 151,320.49 548,446.11
3,901,881 2,190,548 2,110,466 4,109,934 2,229,069 1,644,612 1,522,048 1,058,596 2,068,227 1,179,605 1,029,187 1,710,387 1,393,569 769,575 1,957,849
305 558 557
295,976.26
358,797.54 197,328.93 91,335.90 75,782.26 206,608.54 153,919.79 86,284.79 151,184.48 127,850.84 178,653.54 150,638.75 145,148.11 130,936.55 265,090.00 315,613.74
11,245.17 11,322.52 26,470.38 77,370.32 15,304.99 12,074.49 92,070.77 47,502.30 95,861.52 34,961.90 19,995.13 259,574.47 22,378.11 27,411.63 371,980.40
7,005.80 7,893.20 5,894.88 11,369.01 6,881.13 6,972.90 5,975.13 3,988.48 6,927.82 1,502.68 4,556.15 59,006.91 5,392.39 4,354.76 1,715.07
377,048.51 216,544.65 123,701.16 164,521.60 228,794.65 172,967.18 184,330.69 202,675.27 230,640.19 215,118.11 175,190.03 463,729.49 158,707.06 296,856.38 689,309.21
428
Jawa Barat 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121
Bogor Sukabumi Cianjur Bandung Garut Tasikmalaya Ciamis Kuningan Cirebon Majalengka Sumedang Indramayu Subang Purwakarta Karawang Bekasi
34,151.33 4,235.42 1,130.86
Jawa Tengah 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136
Cilacap Banyumas Purbalingga Banjarnegara Kebumen Purworejo Wonosobo Magelang Boyolali Klaten Sukoharjo Wonogiri Karanganyar Sragen Grobogan
138
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Lampiran 2.1 (lanjutan): Indikator Ketersediaan Pangan Annex 2.1 (contd): Food Availability Indicator
Kabupaten / District
No
Produksi Total Produksi Rata-rata Produksi Rata-rata Produksi Rata-rata Serealia Pokok/ Ubi Kayu & Ubi Jalar/ Padi/ Average Paddy Jagung / Average Total Major Cereal Average Cassava & Maize Production Production Production Sweet Potato Production 2005-2007 2005-2007 (Ton) 2005-2007 (Ton) (Ton)
Total Populasi/ Total Population (2006)
Produksi Bersih Serealia per Kapita per Hari/ Net Cereal Production per Kapita per Day (g)
Rasio Konsumsi Normatif terhadap Produksi Bersih per Kapita/ Normative Consumption to Net Per Capita Production Ratio
(Ton)
Peringkat/ Rank
Jawa Tengah 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150
Blora Rembang Pati Kudus Jepara Demak Semarang Temanggung Kendal Batang Pekalongan Pemalang Tegal Brebes
180,337.10 85,512.32 244,241.29 79,411.01 109,288.26 281,242.89 96,662.51 92,399.12 118,231.50 114,658.26 123,205.29 198,323.66 157,154.30 251,065.90
184,842.54 72,109.31 42,305.90 4,010.37 10,969.44 48,662.25 42,126.33 123,497.01 65,141.74 22,702.07 15,498.82 42,573.14 58,215.43 42,682.94
1,314.52 1,797.98 10,782.08 1,172.50 7,199.84 999.10 1,854.32 3,625.08 2,031.15 2,338.76 931.40 1,882.00 951.04 1,967.05
366,494.15 159,419.61 297,329.28 84,593.88 127,457.55 330,904.24 140,643.16 219,521.21 185,404.39 139,699.09 139,635.50 242,778.79 216,320.77 295,715.89
829,745 570,870 1,165,159 764,563 1,058,064 1,017,884 890,898 694,949 925,620 676,152 837,906 1,344,597 1,406,796 1,765,564
1,210 765 699 303 330 891 433 865 549 566 457 495 421 459
0.25 0.39 0.43 0.99 0.91 0.34 0.69 0.35 0.55 0.53 0.66 0.61 0.71 0.65
45 123 139 276 263 90 228 97 195 186 223 209 231 222
55,703.42 83,712.17 110,032.55
21,501.69 19,907.37 151,428.04 21,723.11
14,685.92 13,402.84 241,934.86 6,948.25
91,891.03 117,022.37 503,395.44 164,998.76
373,840 880,435 683,444 1,008,264
673 364 2,018 448
0.45 0.82 0.15 0.67
147 252 11 224
77,653.53 114,528.00 49,632.05 89,975.76 158,398.01 249,887.14
156,074.44 125,988.03 89,299.56 37,783.02 16,324.53 26,588.40
304,034.88 437,353.72 203,050.38 255,809.59 310,732.83 463,220.04
551,101 885,804 671,326 977,446 1,069,056 1,445,675
1,511 1,353 829 717 796 878
0.20 0.22 0.36 0.42 0.38 0.34
202,098.69 105,285.61 237,489.52 61,323.04 121,433.96 143,960.39 180,038.08 99,826.67 102.49 67,513.17 107,023.84 123,390.92
107,313.79 18,716.55 23,908.54 16,480.04 44,230.34 2,963.30 50,953.09 38,618.57 132.03 8,065.10 7,256.48 21,300.98
509,277.51 314,965.59 678,009.15 434,458.47 310,736.01 251,576.30 370,892.38 394,624.04 94,587.72 220,944.28 310,996.90 366,982.07
2,380,227 1,013,365 2,294,832 1,521,780 703,671 618,040 1,037,866 1,432,809 1,730,897 983,952 1,248,434 993,902
586 852 809 782 1,210 1,115 979 755 150 615 682 1,012
0.51 0.35 0.37 0.38 0.25 0.27 0.31 0.40 2.00 0.49 0.44 0.30
23 33 108 132 112 93 178 101 111 115 46 53 74 125 310 167 144 64
D.I. Yogyakarta 151 152 153 154
Kulon Progo Bantul Gunung Kidul Sleman
136,327.40
Jawa Timur 156 157 158 159 160
Pacitan Ponorogo Trenggalek Tulungagung Blitar Kediri
161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172
Malang Lumajang Jember Banyuwangi Bondowoso Situbondo Probolinggo Pasuruan Sidoarjo Mojokerto Jombang Nganjuk
155
70,306.91 196,837.70 64,118.77 128,050.81 136,010.28 186,744.50 199,865.04 190,963.43 416,611.08 356,655.39 145,071.71 104,652.61 139,901.21 256,178.79 94,353.19 145,366.01 196,716.58 222,290.17
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
139
Lampiran 2.1 (lanjutan): Indikator Ketersediaan Pangan Annex 2.1 (contd): Food Availability Indicator
Kabupaten / District
No
Produksi Rata-rata Produksi Total Produksi Rata-rata Produksi Rata-rata Ubi Kayu & Ubi Jalar/ Serealia Pokok/ Padi/ Average Paddy Jagung / Average Average Cassava & Total Major Cereal Maize Production Production Sweet Potato Production Production 2005-2007 2005-2007 (Ton) 2005-2007 (Ton) (Ton)
Total Populasi/ Total Population (2006)
Produksi Bersih Serealia per Kapita per Hari/ Net Cereal Production per Kapita per Day (g)
(Ton)
Rasio Konsumsi Normatif terhadap Produksi Bersih per Kapita/ Normative Consumption to Net Per Capita Production Ratio
Peringkat/ Rank
Jawa Timur 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183
555,691.76 615,926.73 256,252.62 237,664.58 258,259.68 117,587.92 340,258.07
1,010 909 1,331 962 1,419 1,420 612 708 818 403 921
0.30 0.33 0.23 0.31 0.21 0.21 0.49 0.42 0.37 0.74 0.33
30 29 168 136 109 238 85
58.08 969.20 3,168.56 3,152.11 10,364.27 18,602.25 32,279.71 4,167.69
31,115.15 138,780.74 73,360.61 104,885.92 41,504.09 48,228.61 84,786.03 84,765.09
250,412 404,704 398,638 426,704 164,988 211,674 380,156 610,512
340 940 504 673 689 624 611 380
0.88 0.32 0.60 0.45 0.44 0.48 0.49 0.79
257 81 206 146 141 163 169 248
13,295.46 6,226.32 26,335.73 27,819.63 5,136.23 10,175.55 3,798.87
9,273.02 5,667.51 3,661.32 3,593.20 1,194.74 4,418.18 335.49
126,293.29 197,313.47 183,922.36 188,328.76 74,749.93 139,929.44 38,183.19
783,024 825,891 1,053,100 403,272 206,641 410,241 95,316
442 655 478 1,279 991 934 1,098
0.68 0.46 0.63 0.23 0.30 0.32 0.27
225 156 217 41 69 83 56
62,555.75 20,455.65 43,329.30 127,045.07 46,094.15
10,753.87 2,335.04 3,896.85 14,699.48 5,823.79
114,682.82 38,382.66 63,518.94 149,084.53 64,260.09
409,916 217,491 363,300 412,296
766 484 479 991 842
0.39 0.62 0.63 0.30 0.36
122 213 216 70
236,657.49 206,886.02 403,420.15 436,462.76
281,236.97 198,048.74 81,080.83 117,808.43 112,085.00 60,633.21 227,447.37
29,992.37 134,099.44 68,800.05 100,449.43 19,589.01 16,442.58 36,458.71 61,081.62
1,064.70 3,712.10 1,392.00 1,284.38 11,550.81 13,183.78 16,047.60 19,515.77
103,724.81 185,419.65 153,925.31 156,915.93 68,418.96 125,335.71 34,048.83
41,373.20 15,591.97 16,292.80 7,339.98 12,342.15
196,102.70 123,454.85 319,341.71 336,033.62 228,378.22 404,958.90 166,384.80 98,871.14 81,468.40 48,399.97 69,592.52
Jembrana Tabanan Badung Gianyar Klungkung Bangli Karang asem Buleleng
65 87 34 78
642,024 623,292 830,258 1,242,844 1,072,710 1,187,968 1,147,433 919,448 864,894 799,267 1,012,250
21,739.78 21,385.35 40,834.92 12,652.06 46,076.57 12,919.09 8,786.99 20,985.02 64,706.28 8,554.75 43,218.18
Madiun Magetan Ngawi Bojonegoro Tuban Lamongan Gresik Bangkalan Sampang Pamekasan Sumenep
18,815.01 62,045.82 43,243.52 87,777.07
Bali 184 185 186 187 188 189 190 191
Nusa Tenggara Barat 192 193 194 195 196 197 198
Lombok Barat Lombok Tengah Lombok Timur Sumbawa Dompu Bima Sumbawa Barat
Nusa Tenggara Timur 199 200 201 202 203
140
Sumba Barat Sumba Timur Kupang Timor Tengah Selatan Timor Tengah Utara
208,985
104
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Lampiran 2.1 (lanjutan): Indikator Ketersediaan Pangan Annex 2.1 (contd): Food Availability Indicator
No
Kabupaten / District
Produksi Rata-rata Produksi Total Produksi Rata-rata Produksi Rata-rata Ubi Kayu & Ubi Jalar/ Serealia Pokok/ Padi/ Average Paddy Jagung / Average Average Cassava & Total Major Cereal Maize Production Production Sweet Potato Production Production 2005-2007 2005-2007 (Ton) 2005-2007 (Ton) (Ton)
Total Populasi/ Total Population (2006)
Produksi Bersih Serealia per Kapita per Hari/ Net Cereal Production per Kapita per Day (g)
(Ton)
Rasio Konsumsi Normatif terhadap Produksi Bersih per Kapita/ Normative Consumption to Net Per Capita Production Ratio
Peringkat/ Rank
Nusa Tenggara Timur 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213
Belu Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat
8,833.40 4,616.50 4,302.51 8,554.00 12,033.18 9,306.03 23,641.66 66,530.12 14,849.42 39,860.84
69,951.04 11,432.28 14,789.65 22,646.17 22,382.03 8,372.27 26,440.95 20,645.85 9,120.51 10,286.42
10,537.27 2,398.60 2,338.63 3,893.23 5,365.19 2,024.90 2,991.96 5,740.53 166.00 4,665.07
89,321.71 18,447.38 21,430.79 35,093.40 39,780.40 19,703.20 53,074.57 92,916.50 24,135.93 54,812.33
394,668 177,085 102,339 225,356 275,874 238,119 250,320 495,146 110,629 195,605
620 285 574 427 395 227 581 514 598 768
0.48 1.05 0.52 0.70 0.76 1.32 0.52 0.58 0.50 0.39
164 280 183 230 242 294 179 202 175 120
149,892.07 45,578.27 106,358.49 123,489.92 43,090.53 81,503.74 33,744.75 21,110.42 18,352.14 14,608.77
410.06 95,006.56 4,834.90 13,094.60 1,621.84 804.54 2,169.12 732.86 782.76 332.95
1,084.03 3,686.18 28,456.37 7,874.02 6,445.64 5,329.27 7,223.78 2,747.09 2,746.87 1,640.55
151,386.16 144,271.01 139,649.76 144,458.54 51,158.01 87,637.55 43,137.65 24,590.36 21,881.77 16,582.27
480,995 198,300 313,126 690,690 377,211 481,788 350,486 208,971 173,380 163,272
862 1,993 1,222 573 372 498 337 322 346 278
0.35 0.15 0.25 0.52 0.81 0.60 0.89 0.93 0.87 1.08
98 13 44 184 251 207 259 265 255 281
8,789.75 17,892.17 137,169.00 10,554.41 15,286.50 2,365.09 11,047.29 8,913.02 20,748.60 33,978.47 5,649.02 15,048.01 8,721.12
629.00 33.14 2,227.38 183.12 174.69 42.44 107.55 31.39 57.26 306.65 18.02 87.49 35.75
3,398.57 1,572.08 4,015.02 807.28 1,051.74 761.28 678.93 380.23 1,265.07 5,428.99 626.84 470.55 408.30
12,817.33 19,497.39 143,411.39 11,544.81 16,512.93 3,168.80 11,833.77 9,324.64 22,070.94 39,714.12 6,293.88 15,606.06 9,165.18
204,589 306,448 354,700 118,300 115,350 34,000 48,918 94,890 131,342 116,066 81,624 77,965 81,034
172 174 1,108 267 392 255 663 269 460 937 211 548 310
1.75 1.72 0.27 1.12 0.76 1.17 0.45 1.11 0.65 0.32 1.42 0.55 0.97
305 304 55 283 244 286 154 282 221 82 296 196 270
Kalimantan Barat 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223
Sambas Bengkayang Landak Pontianak Sanggau Ketapang Sintang Kapuas Hulu Sekadau Melawi
Kalimantan Tengah 224 225 226 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236
Kotawaringin Barat Kotawaringin Timur Kapuas Barito Selatan Barito Utara Sukamara Lamandau Seruyan Katingan Pulang Pisau Gunung Mas Barito Timur Murung Raya
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
141
Lampiran 2.1 (lanjutan): Indikator Ketersediaan Pangan Annex 2.1 (contd): Food Availability Indicator
Kabupaten / District
No
Produksi Rata-rata Produksi Total Produksi Rata-rata Produksi Rata-rata Ubi Kayu & Ubi Jalar/ Serealia Pokok/ Padi/ Average Paddy Jagung / Average Average Cassava & Total Major Cereal Maize Production Production Sweet Potato Production Production 2005-2007 2005-2007 (Ton) 2005-2007 (Ton) (Ton)
Total Populasi/ Total Population (2006)
Produksi Bersih Serealia per Kapita per Hari/ Net Cereal Production per Kapita per Day (g)
(Ton)
Rasio Konsumsi Normatif terhadap Produksi Bersih per Kapita/ Normative Consumption to Net Per Capita Production Ratio
Peringkat/ Rank
Kalimantan Selatan 237 238 239 240 241 242 243 244 245 246 247
Tanah Laut Kota Baru Banjar Barito Kuala Tapin Hulu Sungai Selatan Hulu Sungai Tengah Hulu Sungai Utara Tabalong Tanah Bumbu Balangan
82,998.57 39,891.84 121,393.12 165,273.37 127,550.80 100,746.18 81,409.53 68,803.59 69,668.86 38,910.42 54,532.59
40,637.59 11,951.65 624.34 65.19 1,264.53 1,923.52 626.39 598.49 940.03 1,653.05 532.12
13,284.48 19,828.88 2,305.32 2,110.60 1,069.72 2,094.84 2,331.85 450.76 3,055.95 4,012.45 2,318.78
136,920.64 71,672.36 124,322.77 167,449.16 129,885.04 104,764.53 84,367.77 69,852.84 73,664.83 44,575.91 57,383.49
260,742 269,024 470,160 266,298 150,676 206,000 239,692 211,734 189,363 216,348 101,025
1,439 730 724 1,723 2,362 1,393 964 904 1,066 564 1,556
0.21 0.41 0.41 0.17 0.13 0.22 0.31 0.33 0.28 0.53 0.19
25 129 130 16 7 32 77 88 59 188 22
24,393.24 23,982.54 110,435.20 24,503.86 16,779.39 11,142.99 18,864.69 23,689.41 39,718.92
1,252.08 530.26 1,855.35 1,000.60 717.71 248.85 2,088.57 1,333.47 1,677.41
1,598.16 3,124.26 7,187.29 1,284.98 1,877.02 1,374.57 3,099.14 4,187.76 2,692.41
27,243.47 27,637.06 119,477.84 26,789.43 19,374.11 12,766.41 24,052.41 29,210.64 44,088.73
178,166 154,334 504,587 179,668 156,650 52,606 105,448 116,693 122,234
419 491 649 409 339 665 625 686 988
0.72 0.61 0.46 0.73 0.89 0.45 0.48 0.44 0.30
232 211 158 236 258 153 162 142 71
161,839.92 31,836.46 308.38 1,382.90 45,450.99 21,462.88
61,303.20 49,525.80 422.40 519.00 42,058.60 10,075.00
4,569.33 2,065.90 2,564.16 6,336.05 1,501.19 3,173.55
227,712.45 83,428.16 3,294.95 8,237.95 89,010.78 34,711.43
485,376 293,160 191,746 75,207 277,097 170,577
1,285 780 47 300 880 558
0.23 0.38 6.37 1.00 0.34 0.54
40 118 332 278 92 192
14,742.33 64,066.67 6,217.33 9,680.67
97,300.29 99,790.07 199,107.47 11,110.29
559.49 1,689.67 549.84 878.25
112,602.11 165,546.41 205,874.65 21,669.21
118,082 428,186 109,822 126,956
2,613 1,059 5,136 468
0.11 0.28 0.06
4 60 1 220
Kalimantan Timur 248 249 250 251 252 253 254 255 256
Pasir Kutai Barat Kutai Kutai Timur Berau Malinau Bulungan Nunukan Penajam Paser Utara
Sulawesi Utara 257 258 259 260 261 262
Bolaang Mongondow Minahasa Sangihe Talaud Talaud Minahasa Selatan Minahasa Utara
Gorontalo 263 264 265 266
142
Boalemo Gorontalo Pohuwato Bone Bolango
0.64
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Lampiran 2.1 (lanjutan): Indikator Ketersediaan Pangan Annex 2.1 (contd): Food Availability Indicator
No
Kabupaten / District
Produksi Rata-rata Produksi Total Produksi Rata-rata Produksi Rata-rata Ubi Kayu & Ubi Jalar/ Serealia Pokok/ Padi/ Average Paddy Jagung / Average Average Cassava & Total Major Cereal Production Maize Production Sweet Potato Production Production 2005-2007 2005-2007 (Ton) 2005-2007 (Ton) (Ton)
Total Populasi/ Total Population (2006)
Produksi Bersih Serealia per Kapita per Hari/ Net Cereal Production per Kapita per Day (g)
Rasio Konsumsi Normatif terhadap Produksi Bersih per Kapita/ Normative Consumption to Net Per Capita Production Ratio
(Ton)
Peringkat/ Rank
Sulawesi Tengah 267 268 269 270 271 272 273 274 275
Banggai Kepulauan Banggai Morowali Poso Donggala Toli Toli Buol Parigi Moutong Tojo Una-Una
928.91 81,719.89 21,524.11 35,750.76 137,213.17 40,501.73 13,177.80 130,464.38 2,512.67
728.72 7,477.88 1,658.34 4,275.37 35,882.33 1,078.98 2,437.91 4,964.06 21,460.71
1,164.85 1,293.40 1,049.83 868.27 6,223.45 1,108.04 502.92 899.93 492.56
2,822.48 90,491.17 24,232.28 40,894.41 179,318.95 42,688.75 16,118.62 136,328.37 24,465.94
152,822 291,808 173,237 143,428 459,144 193,503 113,044 360,853 161,809
51 850 383 781 1,070 604 391 1,035 414
5.93 0.35 0.78 0.38 0.28 0.50 0.77 0.29 0.72
331 102 247 117 57 171 245 62 235
3,279.16 110,409.31 35,054.83 43,796.96 62,303.33 108,890.34 51,754.22 106,214.21 57,351.63 41,916.23 281,434.42 109,382.89
5,399.96 7,925.98 1,221.86 25,473.99 5,564.95 76,461.46 3,413.23 15,811.57 799.90 1,211.27 4,143.81 466.27 2,159.81 999.67 1,795.68 2,076.09 1,282.97 5,908.47 3,150.44 1,395.40
12,688.23 201,088.19 150,446.58 197,216.46 90,720.34 305,849.35 81,699.45 127,128.45 59,652.18 44,552.46 372,710.92 133,584.48 225,422.61 208,773.23 250,034.17 37,348.37 132,945.30 66,223.16 78,986.90 73,417.44
116,415 383,730 170,548 329,028 250,480 586,398 221,915 297,639 289,302 158,958
203,543.26 192,750.49 244,555.48 16,385.95 129,419.13 56,536.51 64,836.80 66,749.01
4,009.11 82,752.90 114,169.88 127,945.51 22,852.07 120,497.54 26,532.00 5,102.67 1,500.65 1,424.95 87,132.69 23,735.32 19,719.54 15,023.07 3,683.02 18,886.33 2,243.19 3,778.18 10,999.66 5,273.03
696,698 227,190 373,989 246,880 340,188 183,861 317,814 446,782 298,863 219,492
299 1,436 2,417 1,642 992 1,429 1,009 1,170 565 768 1,466 1,611 1,651 2,317 2,014 557 1,146 406 724 916
1.00 0.21 0.12 0.18 0.30 0.21 0.30 0.26 0.53 0.39 0.20 0.19 0.18 0.13 0.15 0.54 0.26 0.74 0.41 0.33
279 26 5 20 68 28 66 49 187 119 24 21 19 8 12 194 52 237 131 86
7,059.90 5,002.73 75,886.56 54,132.26 46,978.50 21,469.10 5,381.99
12,426.43 42,081.80 2,429.02 3,403.12 3,802.90 2,186.48 644.87 289.85
30,655.30 20,408.97 6,304.46 2,511.97 4,829.92 4,105.54 12,314.19 531.22
50,141.64 67,493.50 84,620.03 60,047.35 55,611.32 27,761.13 12,959.06 6,203.05
271,093 290,193 265,678 273,144 235,542 107,166 98,221 95,288
507 637 873 602 647 710 361 178
0.59 0.47 0.34 0.50 0.46 0.42 0.83 1.68
204 160 95 172 159 134 253 303
Sulawesi Selatan 276 277 278 279 280 281 282 283 284 285 286 287 288 289 290 291 292 293 294 295
Selayar Bulukumba Bantaeng Jeneponto Takalar Gowa Sinjai Maros Pangkajene Kepulauan Barru Bone Soppeng Wajo Sidenreng Rappang Pinrang Enrekang Luwu Tana Toraja Luwu Utara Luwu Timur
Sulawesi Tenggara 296 297 298 299 300 301 302 303
Buton Muna Konawe Kolaka Konawe Selatan Bombana Wakatobi Kolaka Utara
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
143
Lampiran 2.1 (lanjutan): Indikator Ketersediaan Pangan Annex 2.1 (contd): Food Availability Indicator
Kabupaten / District
No
Produksi Total Produksi Rata-rata Produksi Rata-rata Produksi Rata-rata Serealia Pokok/ Ubi Kayu & Ubi Jalar/ Padi/ Average Paddy Jagung / Average Total Major Cereal Average Cassava & Production Maize Production Production Sweet Potato Production 2005-2007 2005-2007 (Ton) 2005-2007 (Ton) (Ton)
Total Populasi/ Total Population (2006)
Produksi Bersih Serealia per Kapita per Hari/ Net Cereal Production per Kapita per Day (g)
(Ton)
Rasio Konsumsi Normatif terhadap Produksi Bersih per Kapita/ Normative Consumption to Net Per Capita Production Ratio
Peringkat/ Rank
Sulawesi Barat 304 305 306 307 308
Majene Polewali Mamasa Mamasa Mamuju Mamuju Utara
3,688.31 84,772.61 27,013.20 43,723.78 8,264.84
480.31 3,871.68 1,787.89 11,229.91 452.57
2,824.27 2,418.25 4,816.16 4,976.11 365.93
6,992.89 91,062.55 33,617.25 59,929.80 9,083.34
131,632 355,392 121,344 284,099 98,724
146 702 759 578 252
2.06 0.43 0.40 0.52 1.19
312 137 124 181 289
Maluku Tenggara Barat Maluku Tenggara Maluku Tengah Buru Kepulauan Aru Seram Bagian Barat Seram Bagian Timur
1,742.43 36.58 6,994.85 14,967.85 142.58 2,910.99 -
11,094.07 292.88 1,177.24 811.22 238.82 301.78 253.45
4,415.05 1,293.58 12,045.42 10,781.76 447.33 3,488.42 1,771.79
17,251.55 1,623.04 20,217.51 26,560.83 828.72 6,701.19 2,025.24
152,933 128,352 327,397 127,136 70,172 140,907 79,363
309 35 169 572 32 130 70
0.97 8.66 1.77 0.52 9.27 2.30 4.29
271 340 309 185 341 315 326
Halmahera Barat Halmahera Tengah Kepulauan Sula Halmahera Selatan Halmahera Utara Halmahera Timur
2,651.03 3,721.14 482.88 4,776.34 12,086.53 20,383.20
1,355.20 543.00 488.40 517.00 1,341.80 1,370.00
7,432.05 5,269.02 6,968.22 9,669.98 8,436.32 7,976.49
95,910 32,823 127,509 180,289 178,891 62,790
327 796 171 227 335 1,297
0.92 0.38 1.76 1.32 0.90 0.23
264 114 308 293 262 38
Merauke Jayawijaya Jayapura Nabire Yapen Waropen Biak Numfor Paniai Puncak Jaya Mimika Boven Digoel Mappi Asmat Yahukimo
32,894.18 419.42 681.38 2,427.65 80.82 188.45 -
341.35 741.25 680.24 654.64 271.84 282.50 417.59 255.63
2,275.86 39,936.47 3,247.35 8,795.22 1,980.62 2,805.00 7,882.78 1,451.84 2,303.04 1,344.94 444.08 74.81 17,094.07
164,158 221,721 96,796 169,933 74,155 104,820 118,860 117,512 132,690 33,140 69,290 65,190 144,192
593 508 130 191 86 81 191 40 55 111 19 3 342
0.51 0.59 2.30 1.57 3.48 3.72 1.57 7.54 5.47 2.70 15.99 95.42 0.88
176 203 314 299 324 325 300 337 329 317 345 348 256
Maluku 309 310 311 312 313 314 315
Maluku Utara 316 317 318 319 320 321
11,438.28 9,533.16 7,939.50 14,963.32 21,864.65 29,729.69
Papua 322 323 324 325 326 327 328 329 330 331 332 333 334
144
164.23 30.46 901.20
35,511.38 41,097.14 4,608.98 11,877.51 2,333.27 3,087.50 8,300.37 1,707.48 2,655.72 1,344.94 474.53 74.81 17,995.26
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Lampiran 2.1 (lanjutan): Indikator Ketersediaan Pangan Annex 2.1 (contd): Food Availability Indicator
Kabupaten / District
No
Produksi Rata-rata Produksi Total Produksi Rata-rata Produksi Rata-rata Ubi Kayu & Ubi Jalar/ Serealia Pokok/ Padi/ Average Paddy Jagung / Average Average Cassava & Total Major Cereal Maize Production Production Sweet Potato Production Production 2005-2007 2005-2007 (Ton) 2005-2007 (Ton) (Ton)
Total Populasi/ Total Population (2006)
Produksi Bersih Serealia per Kapita per Hari/ Net Cereal Production per Kapita per Day (g)
(Ton)
Rasio Konsumsi Normatif terhadap Produksi Bersih per Kapita/ Normative Consumption to Net Per Capita Production Ratio
Peringkat/ Rank
Papua 335 336 337 338 339 340
Pegunungan Bintang Tolikara Sarmi Keerom Waropen Supiori
39,690 22,769 13,230
182 667 146 135 355 41
1.65 0.45 2.05 2.23 0.84 7.26
302 151 311 313 254 336
63,384 39,811 21,700 51,084 163,186 58,017 93,259 39,094
43 93 64 336 171 59 94 90
7.03 3.21 4.66 0.89 1.75 5.07 3.20 3.33
334 321 327 260 307 328 320 322
29.70 34.68 34.68 564.78 -
41.29 390.78 245.31 498.32 243.14 14.21
6,130.41 11,001.69 1,494.48 1,417.88 2,143.85 185.41
6,201.39 11,392.48 1,774.48 1,950.89 2,951.77 199.62
93,555 46,789 33,274
86.27 248.69 55.30 459.15 8,169.86 56.56 2,594.36 371.93
61.71 56.62 105.41 290.90 1,690.33 55.98 405.87 149.13
838.84 1,051.44 348.91 5,518.44 333.66 1,140.78 191.68 766.05
986.82 1,356.76 509.62 6,268.49 10,193.86 1,253.32 3,191.91 1,287.12
Papua Barat 341 342 343 344 345 346 347 348
Fak-fak Kaimana Teluk Wondama Teluk Bintuni Manokwari Sorong Selatan Sorong Raja Ampat
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
145
Lampiran 3.1: Indikator-Indikator Akses terhadap Pangan Annex 3.1: Food Access Indicators
Kabupaten / District
No
Penduduk Dibawah Garis Kemiskinan / People Below Poverty Line (%)
Desa tanpa Akses ke Jalan /Villages Without Access to Road (%)
Peringkat/ Rank
Rumah Tangga tanpa Akses ke Listrik / Households Without Access to Electricity (%)
Peringkat/ Rank
32.26 28.54 24.72 21.60 28.15 24.41 32.63 26.69 33.74 27.18 33.16 28.63 32.31 22.19 33.61 29.28 26.55
302 272 235 202 267 231 307 253 315 256 311 275 304 207 314 281 252
27.32 9.30 18.92 10.92 14.75 14.35 28.14 9.13 17.62 10.50 18.56 20.12 30.20 5.14 21.86 40.17 9.98
246 127 197 141 162 160 250 125 185 136 194 203 259 89 215 298 130
13.04 13.68 4.03 2.34 12.11 8.12 18.13 5.13 6.30 5.76 7.51 1.52 11.81 7.04 6.28 10.53 13.36
245 254 148 113 237 195 278 164 177 170 188 96 232 184 176 218 251
31.75 18.74 20.33 27.47 20.06 15.28 12.33 15.26 14.84 15.82 14.47 5.67 18.23 33.84 18.84 22.42 27.76 11.84
300 164 186 260 181 113 73 112 108 124 101 4 158 316 166 210 261 69
50.71 28.24 29.51 8.69 11.47
315 251 257 122 144
324
8.45 13.24 7.93 5.42 16.01 2.52 2.66 3.77 43.33 6.25 30.29 7.27 3.92
121 153 113 90 170 56 60 76 303 102 261 106 79
41.76 13.16 13.08 11.56 14.40 5.73 11.16 1.81 4.27 15.98 1.53 2.03 4.69 44.39 3.47 19.23 15.38 2.47
Peringkat/ Rank
Nanggroe Aceh Darussalam 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Simeulue Aceh Singkil Aceh Selatan Aceh Tenggara Aceh Timur Aceh Tengah Aceh Barat Aceh Besar Pidie Bireuen Aceh Utara Aceh Barat Daya Gayo Lues Aceh Tamiang Nagan Raya Aceh Jaya Bener Meriah
Sumatera Utara 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
146
Nias Mandailing Natal Tapanuli Selatan Tapanuli Tengah Tapanuli Utara Toba Samosir Labuhan Batu Asahan Simalungun Dairi Karo Deli Serdang Langkat Nias Selatan Humbang Hasundutan Pakpak Bharat Samosir Serdang Bedagai
249 247 230 257 169 227 105 155 269 97 109 157 329 140 281 263 116
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Lampiran 3.1 (lanjutan): Indikator-Indikator Akses terhadap Pangan Annex 3.1 (contd): Food Access Indicators
Kabupaten / District
No
Penduduk Dibawah Garis Kemiskinan / People Below Poverty Line (%)
Peringkat/ Rank
Rumah Tangga tanpa Akses ke Listrik / Households Without Access to Electricity (%)
Peringkat/ Rank
Desa tanpa Akses ke Jalan /Villages Without Access to Road (%)
Peringkat/ Rank
Sumatera Barat 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47
Kepulauan Mentawai Pesisir selatan Solok Sawahlunto/ Sijunjung Tanah Datar Padang Pariaman Agam Lima Puluh Kota Pasaman Solok Selatan Dharmasraya Pasaman Barat
15.99 13.21 17.59 15.35 7.72 17.12 12.59 14.79 17.92 17.43 14.42 13.76
126 85 148 115 16 139
Kuantan Sengingi Indragiri Hulu Indragiri Hilir Pelalawan Siak Kampar Rokan Hulu Bengkalis Rokan Hilir
78 106 152 144 99 88
67.58 20.21 16.53 15.96 6.41 10.88 9.00 17.17 32.79 17.04 7.76 25.57
331 204 176 168 103 140 124 182 276 180 112 233
39.53 0.00 2.70 4.26 0.00 4.26 3.66 0.00 6.25 9.38 0.00 0.00
320 1 122 153 1 153 145 1 175 212 1 1
19.03 14.63 14.57 18.07 6.01 10.73 21.86 10.69 9.41
169 103 102 154 6 59 203 57 42
17.40 13.75 33.28 18.70 7.36 6.94 24.53 15.23 19.37
184 156 280 195 108 105 231 164 200
3.35 15.98 54.92 12.71 5.31 4.12 9.27 32.57 11.86
139 270 338 242 166 151 210 313 233
Karimun Bintan Natuna Lingga
8.69 11.73 8.74 30.06
30 68 32 284
11.84 7.97 21.17 24.38
146 116 210 229
20.37 9.80 23.66 10.87
287 213 297 223
Kerinci Merangin Sarolangun Batang Hari Muaro Jambi Tanjung Jabung Timur Tanjung Jabung Barat Tebo Bungo
11.30 12.10 16.11 15.42 7.13 13.44 12.79 8.69 7.63
63 71 129 116 9 86 79 31 15
15.99 17.75 20.57 17.76 10.65 37.21 34.59 23.52 14.05
169 187 207 188 137 292 283 226 158
3.60 7.91 9.92 6.19 3.01 44.09 17.91 10.48 1.39
142 194 214 174 130 328 276 217 93
Riau 48 49 50 51 52 53 54 55 56
Kepulauan Riau 57 58 59 60 Jambi 61 62 63 64 65 66 67 68 69
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
147
Lampiran 3.1 (lanjutan): Indikator-Indikator Akses terhadap Pangan Annex 3.1 (contd): Food Access Indicators
Kabupaten / District
No
Penduduk Dibawah Garis Kemiskinan / People Below Poverty Line (%)
Desa tanpa Akses ke Jalan /Villages Without Access to Road (%)
Peringkat/ Rank
Rumah Tangga tanpa Akses ke Listrik / Households Without Access to Electricity (%)
15.69 22.50 19.87 26.32 32.93 33.60 17.72 18.96 16.03 21.57
122 212 177 250 309 313 150 167 128 201
16.35 26.64 17.22 18.85 28.78 22.35 22.25 48.58 26.51 25.79
175 243 183 196 254 218 217 312 242 237
2.67 17.53 0.96 3.20 10.73 13.76 38.83 20.75 4.71 15.00
120 274 85 135 221 255 318 288 158 259
35.24 16.38 22.74 38.18 36.45 20.06 18.08 17.55
321 131 214 328 324 182 155 146
34.57 17.99 27.70 39.97 31.03 32.10 20.50 13.51
282 192 248 297 267 273 205 155
0.63 1.28 2.47 2.53 4.12 0.78 6.10 1.87
69 92 116 119 152 78 173
10.53 11.59 7.41 10.36 6.71 15.58
56 67 11 51 8 117
7.39 13.11 6.06 2.23 15.49 10.28
110 152 100 52 166 134
0.00 0.00 1.75 0.00 0.00 0.00
1 1 102 1 1 1
24.77 22.17 26.94 27.21 22.06 32.16 25.96 13.03
236 205 254 258 204 301 248 81
43.09 30.70 14.45 13.09 12.39 19.34 49.18 22.42
302 266 161 151 148 199 314 219
19.90 9.23 1.20 1.56 2.99 3.64 3.81 15.42
284 209 90 98 129 144 147 264
Peringkat/ Rank
Peringkat/ Rank
Sumatera Selatan 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79
Ogan Komering Ulu Ogan Komering Ilir Muara Enim Lahat Musi Rawas Musi Banyu Asin Banyuasin Ogan Komering Ulu Selatan Ogan Komering Ulu Timur Ogan Ilir
Bengkulu 80 81 82 83 84 85 86 87
Bengkulu Selatan Rejang Lebong Bengkulu Utara Kaur Seluma Muko-Muko Lebong Kepahiang
106
Bangka Belitung 88 89 90 91 92 93
Bangka Belitung Bangka Barat Bangka Tengah Bangka Selatan Belitung Timur
Lampung 94 95 96 97 98 99 100 101
Lampung Barat Tanggamus Lampung Selatan Lampung Timur Lampung Tengah Lampung Utara Way Kanan Tulang Bawang
148
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Lampiran 3.1 (lanjutan): Indikator-Indikator Akses terhadap Pangan Annex 3.1 (contd): Food Access Indicators
Kabupaten / District
No
Penduduk Dibawah Garis Kemiskinan / People Below Poverty Line (%)
Peringkat/ Rank
Desa tanpa Akses ke Jalan /Villages Without Access to Road (%)
Peringkat/ Rank
16.05 20.05 3.62 5.55
171 202 74 93
11.94 14.06 0.91 0.97
235 256 83 87
83 125 161 110 172 157 91 147 170 175 119 193 136 104 107 7
2.95 5.74 8.08 1.06 2.15 3.12 1.74 0.94 1.27 1.15 0.74 2.64 1.18 1.90 2.67 1.44
65 96 117 23 50 67 44 21 30 27 17 59 28 46 61 38
2.10 7.63 11.21 1.59 4.72 0.28 0.58 0.00 0.71 0.60 0.72 6.71 0.00 0.52 1.94 2.67
110 191 228 100 159 51 67 1 74 68 76 182 1 65 107 121
213 211 289 257 290 189 303 142 153 208 93 232 143 197 240
5.49 0.72 5.84 5.67 3.24 1.93 3.40 1.22 1.35 1.36 0.71 0.95 0.41 2.17 1.12
92 16 97 95 68 47 71 29 33 35 14 22 4 51 26
2.46 0.00 0.00 0.36 1.09 0.81 0.38 0.00 0.37 0.00 0.00
115 1 1 56 89 80 59 1 58 1 1 54 1 63 75
Peringkat/ Rank
Rumah Tangga tanpa Akses ke Listrik / Households Without Access to Electricity (%)
15.64 14.43 7.18 9.47
120 100 10 43
13.10 15.98 18.49 15.00 19.31 18.15 13.94 17.58 19.07 19.77 15.63 20.96 16.84 14.70 14.83 6.66
22.59 22.46 30.24 27.18 30.25 20.49 32.29 17.37 18.06 22.27 14.02
Banten 102 103 104 105
Pandeglang Lebak Tangerang Serang
Jawa Barat 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121
Bogor Sukabumi Cianjur Bandung Garut Tasikmalaya Ciamis Kuningan Cirebon Majalengka Sumedang Indramayu Subang Purwakarta Karawang Bekasi
Jawa Tengah 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136
Cilacap Banyumas Purbalingga Banjarnegara Kebumen Purworejo Wonosobo Magelang Boyolali Klaten Sukoharjo Wonogiri Karanganyar Sragen Grobogan
24.44 17.39 21.24 25.14
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
0.34 0.00 0.48 0.71
149
Lampiran 3.1 (lanjutan): Indikator-Indikator Akses terhadap Pangan Annex 3.1 (contd): Food Access Indicators
Kabupaten / District
No
Penduduk Dibawah Garis Kemiskinan / People Below Poverty Line (%)
Peringkat/ Rank
Rumah Tangga tanpa Akses ke Listrik / Households Without Access to Electricity (%)
Peringkat/ Rank
Desa tanpa Akses ke Jalan /Villages Without Access to Road (%)
Peringkat/ Rank
Jawa Tengah 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150
Blora Rembang Pati Kudus Jepara Demak Semarang Temanggung Kendal Batang Pekalongan Pemalang Tegal Brebes
53 83 113 86 84
1.69 0.00 0.49 0.00 0.00 4.82 0.00 0.69 0.35 0.00 1.41 3.60 1.05 0.67
101 1 64 1 1 161 1 72 55 1 94 143 88 71
2.14 1.28 3.11 0.79
49 31 66 19
0.00 0.00 0.69 0.00
1 1 73 1
3.81 1.43 1.77 1.71 1.61 0.71 3.24 3.49 4.68 2.69 3.61 2.62 6.67 1.39 0.23 0.91 1.11 0.49
77 37 45 43 39 14 68 72 85 62 73 58 104 36 2 20 25 7
4.09 0.66 1.27 0.37 0.00 0.29 0.00 0.00 0.40 0.46 0.91 2.21 2.12 0.00 0.28 0.33 0.00 1.76
150 70 91 57 1 52 1 1 60 61 82 112 111 1 50 53 1 104
21.46 30.71 19.79 10.73 10.44 23.50 12.34 16.55 20.70 20.79 20.31 22.79 18.50 27.93
199 292 176 58 55 221 75 134 191 192 185 216 162 263
0.69 0.30 0.50 0.46 0.69 0.13 1.08 1.64 1.35 2.25 4.58 7.93 4.72 4.66
28.61 19.43 28.90 12.56
274 173 278 76
23.31 18.23 22.79 17.83 16.47 18.98 15.66 20.09 18.57 15.33 24.23 15.60 27.42 19.88 13.05 14.86 21.21 23.79
219 159 217 151 132 168 121 184 163 114 230 118 259 178 82 109 196 227
12 3 8 6 12 1 24 41 33
D.I. Yogyakarta 151 152 153 154
Kulon Progo Bantul Gunung Kidul Sleman
Jawa Timur 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172
150
Pacitan Ponorogo Trenggalek Tulungagung Blitar Kediri Malang Lumajang Jember Banyuwangi Bondowoso Situbondo Probolinggo Pasuruan Sidoarjo Mojokerto Jombang Nganjuk
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Lampiran 3.1 (lanjutan): Indikator-Indikator Akses terhadap Pangan Annex 3.1 (contd): Food Access Indicators
Kabupaten / District
No
Penduduk Dibawah Garis Kemiskinan / People Below Poverty Line (%)
Peringkat/ Rank
Rumah Tangga tanpa Akses ke Listrik / Households Without Access to Electricity (%)
Peringkat/ Rank
Desa tanpa Akses ke Jalan /Villages Without Access to Road (%)
Peringkat/ Rank
1 1 61 84 1 133 66 118 206 134 138
Jawa Timur 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183
Madiun Magetan Ngawi Bojonegoro Tuban Lamongan Gresik Bangkalan Sampang Pamekasan Sumenep
20.98 16.87 23.33 26.37 28.51 25.79 23.98 31.56 39.42 32.43 32.98
194 137 220 251 271 247 229 298 330 306 310
4.23 0.42 1.70 2.52 1.96 0.63 1.28 10.25 9.61 2.70 19.46
10 31 132 128 63 201
0.00 0.00 0.46 0.93 0.00 3.16 0.56 2.49 9.14 3.17 3.31
Jembrana Tabanan Badung Gianyar Klungkung Bangli
9.92 7.46 4.28 5.98 9.14 7.48 8.95 8.68
46 12 2 5 36 13 34 28
1.63 0.77 0.54 0.65 6.01 3.82 6.06 2.45
40 18 9 11 99 78 100 54
0.00 0.78 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
1 77 1 1 1 1 1 1
28.97 25.74 25.60 28.78 28.57 25.12 28.63
279 246 245 277 273 239 276
11.18 20.90 21.70 5.62 21.58 16.11 5.92
142 209 214 94 213 172 98
0.00 0.81 0.00 8.48 0.00 5.08 8.16
1 79 1 198 1 163 196
42.96 39.08
333 329 295 326 286
82.41 65.98 59.87 79.63 67.59
10.42 12.18 9.17 8.75 4.05
216 239 208 201 149
82 5 42 56 48
Bali 184 185 186 187 188 189 190 191
Karang asem Buleleng
Nusa Tenggara Barat 192 193 194 195 196 197 198
Lombok Barat Lombok Tengah Lombok Timur Sumbawa Dompu Bima Sumbawa Barat
Nusa Tenggara Timur 199 200 201 202 203
Sumba Barat Sumba Timur Kupang Timor Tengah Selatan Timor Tengah Utara
31.32 37.43 30.12
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
339 328 325 338 332
151
Lampiran 3.1 (lanjutan): Indikator-Indikator Akses terhadap Pangan Annex 3.1 (contd): Food Access Indicators
Kabupaten / District
No
Penduduk Dibawah Garis Kemiskinan / People Below Poverty Line (%)
Peringkat/ Rank
Rumah Tangga tanpa Akses ke Listrik / Households Without Access to Electricity (%)
Peringkat/ Rank
Desa tanpa Akses ke Jalan /Villages Without Access to Road (%)
21.02 28.49 34.45 14.38 19.15 20.33 16.69 31.41 28.26 27.96
195 270 319 98 171 187 135 297 268 264
66.93 55.00 60.20 41.92 51.61 35.51 58.41 77.96 66.37 75.41
330 319 326 301 317 286 323 336 329 335
12.98 26.29 9.30 11.95 15.00 21.13 9.09 12.14 0.00 32.23
244 302 211 236 259 290 205 238 1 312
14.00 11.88 24.95 8.26 7.97 18.12 17.10 15.05 10.25 19.50
92 70 237 23 18 156 138 111 49 174
8.33 25.79 47.49 10.25 31.08 32.99 40.85 35.01 33.63 39.21
119 237 310 132 268 278 299 285 281 295
23.37 38.71 32.05 13.43 18.67 28.03 28.57 24.77 43.42 53.85
296 317 311 252 280 305 306 299 326 337
8.66 11.33 9.30 10.43 8.61 9.00 7.76 11.25 8.68 9.18 9.29 12.34 8.91
27 64 41 52 26 35 17 61 29 37 40 74 33
2.91 22.55 30.53 31.44 34.91 30.37 55.62 36.89 24.75 23.02 36.07 26.12 69.48
64 221 265 271 284 263 321 291 232 222 287 240 333
2.35 13.66 45.16 25.26 22.33 15.63 13.25 35.64 10.56 38.30 22.40 2.94 20.97
114 253 331 300 292 268 250 315 219 316 293 128 289
Peringkat/ Rank
Nusa Tenggara Timur 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213
Belu Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat
Kalimantan Barat 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223
Sambas Bengkayang Landak Pontianak Sanggau Ketapang Sintang Kapuas Hulu Sekadau Melawi
Kalimantan Tengah 224 225 226 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236
152
Kotawaringin Barat Kotawaringin Timur Kapuas Barito Selatan Barito Utara Sukamara Lamandau Seruyan Katingan Pulang Pisau Gunung Mas Barito Timur Murung Raya
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Lampiran 3.1 (lanjutan): Indikator-Indikator Akses terhadap Pangan Annex 3.1 (contd): Food Access Indicators
Kabupaten / District
No
Penduduk Dibawah Garis Kemiskinan / People Below Poverty Line (%)
Peringkat/ Rank
Rumah Tangga tanpa Akses ke Listrik / Households Without Access to Electricity (%)
Peringkat/ Rank
Desa tanpa Akses ke Jalan /Villages Without Access to Road (%)
Peringkat/ Rank
Kalimantan Selatan 237 238 239 240 241 242 243 244 245 246 247
Tanah Laut Kota Baru Banjar Barito Kuala Tapin Hulu Sungai Selatan Hulu Sungai Tengah Hulu Sungai Utara Tabalong Tanah Bumbu Balangan
45 20 60 62 22 65
4.20 22.46 3.30 10.72 16.92 10.49 13.40 11.41 7.28 13.86 16.29
81 220 70 138 179 135 154 143 107 157 174
4.48 8.63 14.58 39.00 9.16 7.43 5.33 19.63 3.05 15.56 6.58
156 199 258 319 207 187 167 283 131 266 180
16.00 14.04 12.59 17.51 9.27 23.60 22.31 20.02 17.59
127 95 77 145 39 224 209 180 149
11.51 27.37 7.36 29.64 14.10 17.79 16.69 36.67 3.99
145 247 108 258 159 189 177 289 80
6.40 22.42 8.81 17.78 11.01 29.63 8.64 52.23 0.00
178 294 202 275 225 310 200 335 1
13.17 10.31 17.20 15.77 16.54 10.14
84 50 140 123 133 47
9.13 3.72 19.26 8.72 2.48 4.99
125 75 198 123 55 88
3.25 1.96 10.82 12.42 1.76 11.86
137 108 222 240 103 233
29.21 32.32 29.74 30.60
280 305 283 291
32.94
277 245 256 211
10.71 5.80 0.00 7.84
220 172 1 192
7.62 8.61 4.24 8.17 8.42 9.68 8.14 11.16 11.25 8.22 11.35
14 25 1 21 24
Kalimantan Timur 248 249 250 251 252 253 254 255 256
Pasir Kutai Barat Kutai Kutai Timur Berau Malinau Bulungan Nunukan Penajam Paser Utara
Sulawesi Utara 257 258 259 260 261 262
Bolaang Mongondow Minahasa Sangihe Talaud Talaud Minahasa Selatan Minahasa Utara
Gorontalo 263 264 265 266
Boalemo Gorontalo Pohuwato Bone Bolango
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
27.29 29.49 21.53
153
Lampiran 3.1 (lanjutan): Indikator-Indikator Akses terhadap Pangan Annex 3.1 (contd): Food Access Indicators
Kabupaten / District
No
Penduduk Dibawah Garis Kemiskinan / People Below Poverty Line (%)
Peringkat/ Rank
Rumah Tangga tanpa Akses ke Listrik / Households Without Access to Electricity (%)
Peringkat/ Rank
Desa tanpa Akses ke Jalan /Villages Without Access to Road (%)
Peringkat/ Rank
Sulawesi Tengah 267 268 269 270 271 272 273 274 275
Banggai Kepulauan Banggai Morowali Poso Donggala Toli Toli Buol Parigi Moutong Tojo Una-Una
27.92 17.28 28.27 28.02 23.59 22.18 25.50 23.69 30.22
262 141 269 265 223 206 243 225 288
51.47 16.23 33.06 23.37 28.58 23.02 47.16 32.69 23.37
316 173 279 224 253 222 309 275 224
12.95 3.11 16.25 3.21 15.36 4.82 2.78 2.79 17.36
243 132 271 136 262 161 123 124 273
20.45 13.56 12.12 24.55 13.80 14.13 13.87 20.08 23.93 14.73 18.84 5.45 11.36 8.05 10.44 22.79 21.24 19.91 14.03 10.21
188 87 72 234 89 97 90 183 228 105 165 3 66 19 54 215 198 179 94 48
17.81 15.66 22.03 12.09 4.95 7.45 24.43 8.36 8.32 15.21 17.88 7.95 17.67 10.05 5.42 9.91 25.90 30.29 25.69 15.47
190 167 216 147 87 111 230 120 118 163 191 115 186 131 90 129 239 261 234 165
6.76 1.59 1.49 0.88 0.00 4.79 20.00 0.97 0.00 7.41 7.53 2.86 2.84 2.86 5.77 5.43 18.50 18.06 15.34 8.91
183 99 95 81 1 160 285 86 1 186 190 126 125 126 171 168 279 277 261 204
23.27 25.35 23.70 25.35 18.31 20.51 24.51 26.29
218 242 226 241 160 190 233 249
44.41 41.62 26.14 27.17 36.70 31.24 25.72 30.42
307 300 241 244 290 269 236 264
7.52 6.69 13.10 5.14 7.08 29.50 11.00 11.11
189 181 248 165 185 309 224 226
Sulawesi Selatan 276 277 278 279 280 281 282 283 284 285 286 287 288 289 290 291 292 293 294 295
Selayar Bulukumba Bantaeng Jeneponto Takalar Gowa Sinjai Maros Pangkajene Kepulauan Barru Bone Soppeng Wajo Sidenreng Rappang Pinrang Enrekang Luwu Tana Toraja Luwu Utara Luwu Timur
Sulawesi Tenggara 296 297 298 299 300 301 302 303
154
Buton Muna Konawe Kolaka Konawe Selatan Bombana Wakatobi Kolaka Utara
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Lampiran 3.1 (lanjutan): Indikator-Indikator Akses terhadap Pangan Annex 3.1 (contd): Food Access Indicators
Kabupaten / District
No
Penduduk Dibawah Garis Kemiskinan / People Below Poverty Line (%)
Peringkat/ Rank
Rumah Tangga tanpa Akses ke Listrik / Households Without Access to Electricity (%)
Peringkat/ Rank
Desa tanpa Akses ke Jalan /Villages Without Access to Road (%)
Peringkat/ Rank
Sulawesi Barat 304 305 306 307 308
Majene Polewali Mamasa Mamasa Mamuju Mamuju Utara
23.55 24.96 25.51 10.43 9.22
222 238 244 53 38
12.76 20.77 48.19 43.95 31.72
150 208 311 306 272
10.00 11.28 58.76 15.45 12.70
215 229 341 265 241
Maluku Tenggara Barat Maluku Tenggara Maluku Tengah Buru Kepulauan Aru Seram Bagian Barat Seram Bagian Timur
44.15 35.98 36.03 31.34 36.88 37.85 39.83
335 322 323 296 325 327 332
28.83 36.17 12.66 47.01 63.31 25.71 55.48
255 288 149 308 327 235 320
53.19 26.44 15.61 44.04 28.57 25.84 85.48
336 303 267 327 306 301 343
Halmahera Selatan Halmahera Utara Halmahera Timur
16.19 30.18 14.07 12.95 9.63 21.54
130 287 96 80 44 200
32.28 27.99 43.83 38.95 28.47 24.06
274 249 305 294 252 228
16.43 8.82 40.94 19.61 24.14 8.22
272 203 323 282 298 197
Merauke Jayawijaya Jayapura Nabire Yapen Waropen Biak Numfor Paniai Puncak Jaya Mimika Boven Digoel Mappi Asmat Yahukimo
31.56 50.31 30.91 45.56 43.54 46.98 52.18 52.11 32.73 29.52 34.04 33.49 48.34
299 342 293 337 334 339 346 344 308 282 318 312 341
31.37 90.45 10.85 55.91 39.84 21.54 90.81 23.93 48.83 93.75 87.66 99.43
270 341 139 322 296 212 342 227 313
27.38 75.40 13.04 55.63 28.57 3.74 87.59 86.39 42.35 56.82 23.36 20.14 95.75
304 342 245 339 306 146 345 344 325 340 295 286 347
Maluku 309 310 311 312 313 314 315
Maluku Utara 316 317 318 319 320 321
Halmahera Barat Halmahera Tengah Kepulauan Sula
Papua 322 323 324 325 326 327 328 329 330 331 332 333 334
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
343 340 345
155
Lampiran 3.1 (lanjutan): Indikator-Indikator Akses terhadap Pangan Annex 3.1 (contd): Food Access Indicators
Kabupaten / District
No
Penduduk Dibawah Garis Kemiskinan / People Below Poverty Line (%)
Peringkat/ Rank
Rumah Tangga tanpa Akses ke Listrik / Households Without Access to Electricity (%)
Peringkat/ Rank
Desa tanpa Akses ke Jalan /Villages Without Access to Road (%)
Peringkat/ Rank
Papua 335 336 337 338 339 340
Pegunungan Bintang Tolikara Sarmi Keerom Waropen Supiori
52.11 45.30 31.20 27.07 46.93 53.25
344 336 294 255 338 347
100.00 43.47 17.08 78.42 71.88
346 304 181 337 334
99.11 93.20 40.16 21.31 48.00 7.89
348 346 321 291 334 193
39.57 35.22 53.34 51.37 47.34 28.05 33.84 30.07
331 320 348 343 340 266 317 285
18.37 52.38 94.79 38.92 59.38 30.26 16.71 20.55
193 318 344 293 324 260 178 206
6.42 11.63 34.43 47.42 47.03 40.85 44.55 3.49
179 231 314 333 332 322 330 141
Papua Barat 341 342 343 344 345 346 347 348
156
Fak-fak Kaimana Teluk Wondama Teluk Bintuni Manokwari Sorong Selatan Sorong Raja Ampat
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Lampiran 4.1: Indikator-Indikator Akses terhadap Kesehatan dan Gizi Annex 4.1: Health and Nutrition Indicators
No
Kabupaten/ District
Angka Harapan Perempuan Peringkat/ Hidup / Life Buta Huruf/ Rank Expectancy Female (tahun / year) Illiteracy (%)
Peringkat/ Rank
Berat Badan Balita dibawah Standar/ Underweight Children < 5 years (%)
Peringkat/ Rank
Tinggi Badan Balita di bawah Standar/ Stunting Children < 5 years (%)
RumahTangga dengan Jarak 5 km dari Fasilitas Kesehatan/ Households > 5 km from Health Facilities (%)
Peringkat/ Rank
Rumah Tangga Tanpa Akses ke Air Bersih/ Households Without Access to Clean Drinking Water (%)
Peringkat/ Rank
Nanggroe Aceh Darussalam 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Simeulue Aceh Singkil Aceh Selatan Aceh Tenggara Aceh Timur Aceh Tengah Aceh Barat Aceh Besar Pidie Bireuen Aceh Utara Aceh Barat Daya Gayo Lues Aceh Tamiang Nagan Raya Aceh Jaya Bener Meriah
4.59 22.15 17.95 8.61 10.05 5.73 15.04 8.05 20.54 6.65 12.89 14.03 29.15 6.31 18.63 12.98 6.48
32 293 252 107 135 54 216 95 284 74 185 201 326 67 262 188 70
62.75 64.27 66.61 69.11 69.41 69.31 69.69 70.42 68.94 72.22 69.41 66.30 66.73 68.09 69.31 67.84 67.31
23 46 112 253 267 262 275 295 238 338 267 101 118 205 261 193 158
39.6 21.0 24.9 48.8 21.8 15.1 29.9 20.1 23.7 32.8 35.5 39.1 19.5 21.4 36.0 29.0 13.7
342 185 245 346 201 80 301 171 226 321 329 340 159 194 331 291 49
63.9 48.9 46.5 66.9 40.8 47.7 37.1 39.4 38.3 51.9 35.7 60.9 59.5 41.0 43.6 47.2 55.6
6.9 14.1 12.3 0.9 13.9 11.2 3.7 19.1 3.1 7.2 22.5 0.7 16.9 7.9 22.6 20.2 14.5
196 294 278 43 291 255 135 323 123 203 332 36 315 215 333 326 297
76.11 52.80 38.12 23.13 52.04 46.50 35.02 19.51 18.11 14.94 39.66 31.23 52.35 34.60 41.07 28.40 31.22
327 274 202 120 271 245 185 94 82 66 210 167 272 183 218 153 166
20.13 3.02 2.71 7.64 6.54 3.58 5.31 6.62 5.66 4.84 3.38 4.42 7.55 34.94 4.72 5.58 8.06 6.27
283 13 9 89 72 16 43 73 52 38 15 29 88 333 34 48 96 65
68.98 63.43 66.93
242 31 130 173 227 298 210 225 229 187 328 281 235 234 180 126 269
37.3 26.1 27.3 27.8 38.3 12.8 22.7 26.2 26.3 19.4 15.0 22.9 11.4 32.0 30.1 24.5 11.5 26.1
334 258 276 282 339 33 211 260 262 156 75 213 18 319 303 240 20
50.5 54.1 28.9 41.8 61.1 39.4 47.0 39.9 42.9 55.9 45.0 39.9 46.7 67.1 47.3 54.6 34.8 39.6
15.8 11.7 7.4 8.7 12.4 24.2 6.6 4.0 3.2 1.4 7.2 0.4 11.7 21.8 7.1 2.2 5.8 0.4
305 264 210 231 280 336 190 143 126 61 203 22 264 330 200 94 172 22
76.14 44.73 42.55 48.49 38.39 42.59 40.79 19.24 20.22 55.51 19.75 11.13 30.94 71.67 49.79 48.56 76.18 18.45
328 238 225
Sumatera Utara 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Nias Mandailing Natal Tapanuli Selatan Tapanuli Tengah Tapanuli Utara Toba Samosir Labuhan Batu Asahan Simalungun Dairi Karo Deli Serdang Langkat Nias Selatan Humbang Hasundutan Pakpak Bharat Samosir Serdang Bedagai
67.56 68.64 70.52 68.16 68.59 68.67 67.70 71.85 69.83 68.92 68.85 67.64 66.81 69.46 68.76
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
231
258
254 203 226 215 92 101 285 96 48 163 316 263 255 329 83
157
Lampiran 4.1 (lanjutan): Indikator-Indikator Akses terhadap Kesehatan dan Gizi Annex 4.1 (contd): Health and Nutrition Indicators
Kabupaten/ District
No
Angka Harapan Perempuan Peringkat/ Hidup / Life Buta Huruf/ Rank Expectancy Female (tahun / year) Illiteracy (%)
Peringkat/ Rank
Berat Badan Balita dibawah Standar/ Underweight Children < 5 years (%)
Peringkat/ Rank
Tinggi Badan Balita di bawah Standar/ Stunting Children < 5 years (%)
RumahTangga dengan Jarak 5 km dari Fasilitas Kesehatan/ Households > 5 km from Health Facilities (%)
Peringkat/ Rank
Rumah Tangga Tanpa Akses ke Air Bersih/ Households Without Access to Clean Drinking Water (%)
Peringkat/ Rank
Sumatera Barat 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47
Kepulauan Mentawai Pesisir selatan Solok Sawahlunto/ Sijunjung Tanah Datar Padang Pariaman Agam Lima Puluh Kota Pasaman Solok Selatan Dharmasraya Pasaman Barat
13.42 10.97 6.02 10.23 6.12 8.78 4.47 7.94 5.17 5.48 8.53 5.65
193 156 59 140 61 112 31 94 41 47 105 50
68.24 66.54 65.65 65.99 69.94 67.63 68.56 67.42 66.50 64.32 65.31 64.42
213 110 81 89 286 178 224 167 109 47 71 51
19.7 25.5 22.1 23.9 14.1 22.2 19.8 14.9 25.9 27.3 27.2 27.6
162 252 204 228 55 206 165 72 256 276 274 280
32.8 37.5 36.2 46.1 40.0 35.0 35.4 29.5 48.7 34.7 30.4 45.3
49.3 10.9 1.5 4.3 11.0 2.5 7.6 3.6 14.7 5.9 11.4 11.5
348 250 65 147 252 105 213 134 299 175 259 262
74.21 40.21 36.40 43.54 35.24 39.45 27.76 49.78 37.76 39.85 31.20 53.75
322 212 192 230 188 209 146 262 199 211 164 279
8.92 3.96 8.15 4.28 5.73 3.95
68.05 68.55 70.70 68.48 71.23 68.10 67.08 70.06 67.01
201 223 301 220 319 206 140 288 137
18.2 18.2 24.0 19.0
136 136 230 150 264 216 120 235
7.87
120 22 98 27 54 21 60 99 92
233
32.4 33.0 41.1 31.1 28.8 20.4 24.5 30.7 37.9
3.7 4.6 21.1 2.1 1.2 0.3 3.1 5.0 7.1
140 154 328 89 52 21 125 158 199
48.67 44.53 96.87 31.20 29.42 23.96 51.10 64.98 68.65
256 237 343 164 155 122 268 302 310
Karimun Bintan Natuna Lingga
15.07 9.37 13.16 16.12
217 126 191 229
69.76 69.57 67.96 69.70
280 272 198 276
16.6 14.0 20.0 15.6
108 52 168 89
31.0 50.0 35.1 45.2
0.6 5.5 0.0 0.5
34 167 1 28
34.50 23.11 58.39 24.79
182 119 290 127
Kerinci Merangin Sarolangun Batang Hari Muaro Jambi Tanjung Jabung Timur Tanjung Jabung Barat Tebo Bungo
10.67 8.63 10.95 8.70 10.60 17.07 12.23 9.38 8.67
149 108 155 110 148 241 176 128 109
70.40 67.61 68.93 68.49 69.11 69.33 69.07 68.70 66.37
294 175 236 221 252 263 249 230 105
14.4 17.2 18.0 17.7 26.7 15.5 18.5 11.4 24.4
62 124 134 128 269 87 142 18 235
46.4 38.7 40.3 33.6 25.3 35.2 42.1 40.9 43.9
2.7 1.4 1.8 3.0 8.6 1.3 3.2 1.5 2.1
111 60 79 122 230 53 126 64 93
31.32 42.12 53.69 50.67 40.94 98.35 74.88 40.22 45.96
169 222 278 266 216 345 324 213 243
Riau 48 49 50 51 52 53 54 55 56
Kuantan Sengingi Indragiri Hulu Indragiri Hilir Pelalawan Siak Kampar Rokan Hulu Bengkalis Rokan Hilir
6.06 8.21
26.4 23.0 17.1 24.4 24.3
Kepulauan Riau 57 58 59 60 Jambi 61 62 63 64 65 66 67 68 69
158
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Lampiran 4.1 (lanjutan): Indikator-Indikator Akses terhadap Kesehatan dan Gizi Annex 4.1 (contd): Health and Nutrition Indicators
Kabupaten/ District
No
Angka Harapan Perempuan Peringkat/ Hidup / Life Buta Huruf/ Rank Expectancy Female (tahun / year) Illiteracy (%)
Peringkat/ Rank
Berat Badan Balita dibawah Standar/ Underweight Children < 5 years (%)
Peringkat/ Rank
Tinggi Badan Balita di bawah Standar/ Stunting Children < 5 years (%)
RumahTangga dengan Jarak 5 km dari Fasilitas Kesehatan/ Households > 5 km from Health Facilities (%)
Peringkat/ Rank
Rumah Tangga Tanpa Akses ke Air Bersih/ Households Without Access to Clean Drinking Water (%)
Peringkat/ Rank
Sumatera Selatan 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79
Ogan Komering Ulu Ogan Komering Ilir Muara Enim Lahat Musi Rawas Musi Banyu Asin Banyuasin Ogan Komering Ulu Selatan Ogan Komering Ulu Timur Ogan Ilir
5.42 9.27 3.86 5.11 6.52 5.61 8.93 5.31 11.41 5.32
46 124 19 40 71 49 121 43 163 45
69.10 67.33 67.09 67.24 64.14 69.07 66.88 69.16 68.16 65.40
250 162 141 154 39 248 129 255 209 75
17.1 23.6 28.1 9.8 20.6 20.0 14.4 16.2 13.6 19.7
120 222 285 11 180 168 62 101 46 162
43.6 57.6 44.1 43.5 48.7 37.0 45.5 45.5 38.5 44.9
5.9 8.4 15.0 11.0 2.4 8.6 1.6 12.0 6.0 9.5
175 219 302 252 100 227 70 272 179 238
29.45 43.68 28.07 47.32 44.86 52.50 64.78 59.65 20.00 50.03
156 231 150 250 239 273 301 294 99 264
9.05 8.89 15.63 12.33 11.35 11.40 8.59 8.84
123 119 224 179 160 162 106 115
67.00 66.22 69.03 66.36 65.00 67.40 65.55 63.37
136 98 245 103 64 164 76 29
16.8 21.6 15.8 15.3 18.5 19.7 20.6 13.7
111 198 93 84 142 162 180 49
52.1 39.4 34.3 33.1 34.1 33.9 46.9 40.9
0.0 0.1 0.0 0.0 0.0 0.0 0.4 0.0
1 15 1 1 1 1 22 1
59.91 54.41 74.06 42.27 77.67 51.57 50.69 38.10
296 282 321 223 331 270 267 201
8.97 7.27 12.77 6.96 13.65 7.03
122 83 183 78 197 80
66.99 68.97 67.53 67.64 67.22 67.99
135 241 169 181 153 199
21.0 16.9 20.5 14.9 23.1 15.0
185 113 178 72 218 75
36.1 36.0 27.9 33.4 42.4 44.4
16.8 7.4 6.7 5.9 1.7 4.4
314 210 191 175 74 149
18.50 30.85 49.20 18.48 30.61 49.41
86 162 260 85 160 261
8.46 10.89 14.20 12.24 12.43 11.53 12.23 10.56
103 153 205 178 181 167 176 146
66.26 68.16 67.78 69.65 68.81 67.36 68.93 68.11
99 211 191 274 233 163 237 207
14.4 19.2 14.0 17.7 18.4 23.2 17.9 15.2
62 151 52 128 141 219 133 82
42.0 44.1 35.1 54.4 32.1 44.5 45.1 49.5
7.9 8.5 2.8 3.3 3.0 3.7 11.2 6.0
215 225 116 128 119 135 255 179
47.76 40.94 24.59 36.09 65.15 68.10 45.89 55.61
252 216 126 190 304 308 242 287
Bengkulu 80 81 82 83 84 85 86 87
Bengkulu Selatan Rejang Lebong Bengkulu Utara Kaur Seluma Muko-Muko Lebong Kepahiang
Bangka Belitung 88 89 90 91 92 93
Bangka Belitung Bangka Barat Bangka Tengah Bangka Selatan Belitung Timur
Lampung 94 95 96 97 98 99 100 101
Lampung Barat Tanggamus Lampung Selatan Lampung Timur Lampung Tengah Lampung Utara Way Kanan Tulang Bawang
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
159
Lampiran 4.1 (lanjutan): Indikator-Indikator Akses terhadap Kesehatan dan Gizi Annex 4.1 (contd): Health and Nutrition Indicators
Kabupaten/ District
No
Angka Harapan Perempuan Peringkat/ Hidup / Life Buta Huruf/ Rank Expectancy Female (tahun / year) Illiteracy (%)
Peringkat/ Rank
Berat Badan Balita dibawah Standar/ Underweight Children < 5 years (%)
Peringkat/ Rank
Tinggi Badan Balita di bawah Standar/ Stunting Children < 5 years (%)
RumahTangga dengan Jarak 5 km dari Fasilitas Kesehatan/ Households > 5 km from Health Facilities (%)
Peringkat/ Rank
Rumah Tangga Tanpa Akses ke Air Bersih/ Households Without Access to Clean Drinking Water (%)
Peringkat/ Rank
Banten 102 103 104 105
Pandeglang Lebak Tangerang Serang
6.40 17.01 7.93 14.32
68 240 93 207
63.09 63.11 65.32 62.29
25 26 72 16
20.4 14.1 12.9 23.7
176 55 34 226
44.5 31.1 39.2 45.5
12.0 30.4 3.5 5.0
272 342 131 159
42.76 29.92 6.06 26.73
227 157 15 141
12.77 10.10 8.80 4.16 5.99 7.25 7.02 10.51 14.42 11.50 4.24 23.68 14.81 8.29 12.10 10.17
183 136 114 25 58 82 79 144 208 166 26 300 214 101 175 137
67.63 66.12 64.96 68.78 64.42 67.32 66.77 67.12 64.92 65.57 67.10 65.62 68.95 66.20 65.70 68.43
179 91 63 232 50 160 122 146 62 77 142 79 239 96 84 219
15.9 13.6 14.8 15.7 16.2 16.2 15.6 12.7 22.2 19.8 12.7 18.8 16.1 12.1 9.4 14.2
94 46 69 92 101 101 89 31 206 165 31 148 100 24 8 60
31.7 39.8 45.1 45.0 41.8 43.4 33.4 35.0 34.1 42.4 33.0 35.5 40.8 30.7 34.4 27.8
6.3 11.7 8.4 1.0 5.6 6.0 2.5 2.7 1.3 4.0 6.2 3.1 1.0 3.7 1.7 0.6
188 264 219 46 169 179 105 111 54 143 187 123 46 135 74 34
26.19 37.81 23.78 9.43 27.72 43.31 25.52 10.45 11.44 19.54 19.04 6.24 8.68 48.42 8.86 8.67
139 200 121 36 145 229 131 45 50 95 88 17 32 253 33 31
16.22 10.87 14.70 18.15 14.78 18.31 16.41 19.29 20.96 17.13 16.10 26.57 22.36 25.81 17.20
231 152 210 257 211 258 233 274 287 242 228 319 294 315 244
69.86 69.52 69.40 68.51 69.11 69.71 69.20 69.90 70.11 70.93 70.04 72.04 71.92 71.94 69.21
283 270 265 222 251 278 257 285 289 310 287 332 329 330 258
12.6 10.1 12.9 14.8 14.1 11.6 15.1 13.4 16.6 21.3 14.1 11.7 16.9 17.2 10.3
29 12 34 69 55 21 80 43 108 191 55 22 113 124 14
26.2 26.8 36.1 37.4 34.6 40.8 39.6 35.4 25.8 41.1 31.4 29.6 47.3 39.4 21.8
2.8 0.9 2.4 4.4 2.4 3.5 2 1.5 8.3 0.5 1.3 1.3 3.0 2.1 2.1
116 43 100 149 100 131 84 65 218 28 54 54 119 90 90
21.42 20.43 26.11 22.83 19.23 17.17 10.07 13.99 17.81 7.70 3.27 16.16 10.36 4.08 32.32
111 106 136 118 91 75 40 58 79 24 5 69 42 8 174
Jawa Barat 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121
Bogor Sukabumi Cianjur Bandung Garut Tasikmalaya Ciamis Kuningan Cirebon Majalengka Sumedang Indramayu Subang Purwakarta Karawang Bekasi
Jawa Tengah 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136
Cilacap Banyumas Purbalingga Banjarnegara Kebumen Purworejo Wonosobo Magelang Boyolali Klaten Sukoharjo Wonogiri Karanganyar Sragen Grobogan
160
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Lampiran 4.1 (lanjutan): Indikator-Indikator Akses terhadap Kesehatan dan Gizi Annex 4.1 (contd): Health and Nutrition Indicators
Kabupaten/ District
No
Angka Harapan Perempuan Peringkat/ Hidup / Life Buta Huruf/ Rank Expectancy Female (tahun / year) Illiteracy (%)
Peringkat/ Rank
Berat Badan Balita dibawah Standar/ Underweight Children < 5 years (%)
Peringkat/ Rank
Tinggi Badan Balita di bawah Standar/ Stunting Children < 5 years (%)
RumahTangga dengan Jarak 5 km dari Fasilitas Kesehatan/ Households > 5 km from Health Facilities (%)
Peringkat/ Rank
Rumah Tangga Tanpa Akses ke Air Bersih/ Households Without Access to Clean Drinking Water (%)
Peringkat/ Rank
Jawa Tengah 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150
Blora Rembang Pati Kudus Jepara Demak Semarang Temanggung Kendal Batang Pekalongan Pemalang Tegal Brebes
170 251 141 147 255 265 286 278 245 304
71.01 69.75 72.62 69.41 70.39 70.31 72.21 72.16 67.40 69.38 68.13 66.97 67.86 66.75
313 279 343 266 293 292 337 336 166 264 208 134 195 120
20.9 18.5 15.2 17.8 21.3 21.5 15.3 13.1 14.1 17.0 21.0 21.5 17.7 21.0
183 142 82 132 191 196 84 40 55 116 185 196 128 185
45.5 49.6 42.2 39.8 36.6 42.9 29.0 32.3 42.0 40.1 42.2 40.3 38.7 48.7
7.2 2.2 1.6 1.2 5.4 0.3 1.1 2.3 0.5 0.2 0.4 0.0 1.5 0.0
203 94 70 51 165 20 48 97 28 16 22 1 65 1
17.48 6.16 5.99 6.25 16.52 8.38 19.14 19.20 9.80 10.63 10.96 10.36 9.58 11.40
78 16 14 18 74 27 89 90 39 46 47 42 37 49
17.51 19.10 35.78 14.78
247 271 336 211
73.47 70.95 70.75 74.10
344 311 302 346
14.6 7.4 13.4 10.1
66 3 43 12
27.2 30.1 32.6 25.1
1.5 6.1 2.3 0.5
65 186 97 28
27.23 4.75 27.82 5.75
142 11 147 13
14.10 22.59 13.57 9.62 15.11 12.56 18.05 27.59 28.21 22.02 36.66 28.79 31.19 20.01 6.20 11.99 11.08 15.13
202 296 196 131 219 182 256 321 323 292 337 325 328 282 64 172 157 220
70.67 69.06 70.91 70.80 70.25 68.99 68.22 66.35 62.33 66.45 62.36 62.72 60.33 63.15 69.89 69.58 69.85 68.27
300 247 308 305 290 244 212 102 17 107 18 22 4 28 284 273 282 215
13.0 15.0 13.5 10.5 10.9 12.3 12.5 18.1 30.4 17.0 8.8 19.3 24.3 19.3 15.9 13.8 19.4 20.9
39 75 45 15 16 26 27 135 307 116 6 153 233 153 94 51 156 183
26.9 33.4 33.0 27.5 36.6 28.7 34.4 37.8 42.7 39.0 33.2 39.0 32.3 28.9 40.4 25.7 39.6 34.5
1.6 1.9 2.7 0.8 3.5 4.2 4.5 3.4 1.8 3.7 13.2 2.6 3.7 1.4 3.0 3.4 0.4 0.9
70 83 111 41 131 145 151 129 80 135 285 107 135 61 119 129 22 43
44.02 20.23 33.65 7.86 11.83 7.32 12.36 7.33 13.34 14.45 22.63 12.21 28.02 4.40 2.71 6.71 7.80 8.53
234 102 177 26 51 21 53 22 55 62 117 52 148 9 2 19 25 28
24.42 18.65 19.30 15.24 11.96 17.88 10.29 10.59 18.02 18.81 20.86 19.55 17.31 23.85
306 263 275 221
D.I. Yogyakarta 151 152 153 154
Kulon Progo Bantul Gunung Kidul Sleman
Jawa Timur 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172
Pacitan Ponorogo Trenggalek Tulungagung Blitar Kediri Malang Lumajang Jember Banyuwangi Bondowoso Situbondo Probolinggo Pasuruan Sidoarjo Mojokerto Jombang Nganjuk
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
161
Lampiran 4.1 (lanjutan): Indikator-Indikator Akses terhadap Kesehatan dan Gizi Annex 4.1 (contd): Health and Nutrition Indicators
Kabupaten/ District
No
Angka Harapan Perempuan Peringkat/ Hidup / Life Buta Huruf/ Rank Expectancy Female (tahun / year) Illiteracy (%)
Peringkat/ Rank
Berat Badan Balita dibawah Standar/ Underweight Children < 5 years (%)
Peringkat/ Rank
Tinggi Badan Balita di bawah Standar/ Stunting Children < 5 years (%)
RumahTangga dengan Jarak 5 km dari Fasilitas Kesehatan/ Households > 5 km from Health Facilities (%)
Peringkat/ Rank
Rumah Tangga Tanpa Akses ke Air Bersih/ Households Without Access to Clean Drinking Water (%)
Peringkat/ Rank
Jawa Timur 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183
Madiun Magetan Ngawi Bojonegoro Tuban Lamongan Gresik Bangkalan Sampang Pamekasan Sumenep
18.97 17.40 21.43 23.87 24.47 18.96 11.65 35.39 54.88 34.16 39.01
267 246 291 305 307 266 168 335 342 331 340
68.43 70.50 68.99 66.79
Jembrana Tabanan Badung Gianyar Klungkung Bangli Karang asem Buleleng
17.63 19.41 14.30 26.28 28.61 25.70 38.33 23.43
67.17 67.73 70.30 62.90 61.11 62.70 64.23
218 297 243 125 150 188 291 24 10 21 44
15.6 9.6 12.9 13.2 18.7 16.0 16.0 24.4 31.2 27.0 29.4
89 10 34 41 146 97 97 235 314 271 294
31.8 45.0 38.8 33.5 37.7 39.7 28.4 41.9 48.0 51.8 47.9
1.8 0.8 5.2 7.3 2.6 6.0 1.3 5.8 13.2 9.1 4.9
80 41 162 209 107 179 54 172 285 236 156
2.73 3.27 10.39 9.59 6.75 18.47 13.41 8.94 28.17 16.23 13.46
3 5 44 38 20 84 56 34 151 70 57
248 276 206 317 324 313 339 298
71.63 74.32 71.64 71.99 68.95 71.40 67.77 68.65
325 348 326 331 240 322 190 228
12.2 7.1 7.4 6.8 12.9 11.7 19.8 14.9
25 2 3 1 34 22 165 72
33.2 25.5 24.8 25.8 28.3 37.5 39.0 35.4
11.4 2.7 0 0.2 2 2.4 14.7 1.7
259 111 1 16 84 100 299 74
17.42 8.57 3.31 2.90 26.18 24.40 37.50 15.70
77 29 7 4 138 125 198 67
34.46 37.38 26.47 14.16 26.25 19.87 16.74
332 338 318 203 316 281 237
59.54 59.82 59.16 60.40 60.70 62.01 60.76
2 3 1 5 7 14 8
27.6 18.2 25.5 27.8 30.0 33.2 21.4
280 136 252 282 302 322 194
41.7 45.1 43.1 48.2 42.3 46.6 46.6
11.8 1.6 1.3 0.2 4.9 4.5 5.6
269 70 54 16 156 151 169
16.49 23.96 14.14 5.64 4.45 13.14 8.61
72 122 59 12 10 54 30
29.78 21.40 13.40 21.33 15.64
327 290 192 288 225
64.11 61.42 64.77 66.40 67.27
38 12 59 106 156
30.3 24.7 37.9 40.2 37.5
305 243 338 343 336
49.1 42.3 51.4 57.0 59.6
11.4 25.0 11.1 34.7 16.4
259 338 254 347 308
76.10 60.71
326 297 283 298 171
Bali 184 185 186 187 188 189 190 191
Nusa Tenggara Barat 192 193 194 195 196 197 198
Lombok Barat Lombok Tengah Lombok Timur Sumbawa Dompu Bima Sumbawa Barat
Nusa Tenggara Timur 199 200 201 202 203
162
Sumba Barat Sumba Timur Kupang Timor Tengah Selatan Timor Tengah Utara
54.62 61.26 31.84
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Lampiran 4.1 (lanjutan): Indikator-Indikator Akses terhadap Kesehatan dan Gizi Annex 4.1 (contd): Health and Nutrition Indicators
No
Kabupaten/ District
Angka Harapan Perempuan Peringkat/ Hidup / Life Buta Huruf/ Rank Expectancy Female (tahun / year) Illiteracy (%)
Peringkat/ Rank
Berat Badan Balita dibawah Standar/ Underweight Children < 5 years (%)
Peringkat/ Rank
Tinggi Badan Balita di bawah Standar/ Stunting Children < 5 years (%)
RumahTangga dengan Jarak 5 km dari Fasilitas Kesehatan/ Households > 5 km from Health Facilities (%)
Peringkat/ Rank
Rumah Tangga Tanpa Akses ke Air Bersih/ Households Without Access to Clean Drinking Water (%)
Peringkat/ Rank
Nusa Tenggara Timur 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213
Belu Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat
7.1 16.5 10.0 0.4 13.3 1.7 21.3
264 281 248 200 311 241 22 287 74 329
39.04 21.73 24.86 1.65 36.63 20.67 10.32 41.85 27.46 48.95
204 113 128 1 193 107 41 220 143 258
49.5 47.6 38.9 27.6 42.3 39.7 35.0 58.9 47.5 54.2
5.2 24.8 32.2 11.9 18.9 22.7 23.6 30.0 18.7 17.5
162 337 344 270 322 334 335 341 320 316
90.49 74.82 79.12 93.40 73.48 58.48 69.16 65.03 69.64 63.08
339 323 333 340 320 291 312 303 313 300
39.7 40.9 48.0 54.0 48.1 57.1 45.0 27.8 44.7 44.8 49.4 30.3 38.6
0.7 8.5 7.1 4.8 0.5 1.4 14.0 3.9 0.2 8.4 8.9 5.0 5.2
36 225 200 155 28 61 292 141 16 219 233 159 162
17.91 53.94 81.72 58.89 55.55 47.18 48.98 66.17 54.92 81.71 63.02
80 281 336 292 286 249 259 305 284 335 299 228 337
19.64 10.67 10.00 15.33 11.98 13.75 7.72 16.19 13.76 8.88
279 149 134 222 171 199 90 230 200 117
64.72 65.89 66.17 67.17 68.06 64.16 66.77 66.65 66.78 65.75
57 87 94 149 202 41 121 114 123 86
33.9 31.6 31.0 29.8 36.7 33.6 26.6 37.3 40.8 30.1
325 316 312 299 332 324 267 334 345 303
43.4 48.3 40.9 40.8 49.6 42.2 46.8 38.3 54.2 52.2
11.7 12.5 10.5
17.15 16.46 16.60 20.79 16.78 21.38 13.55 11.37 18.55 10.92
243 234 236 285 238 289 194 161 261 154
60.48 68.40 64.72 67.03 67.61 66.69 67.68 66.26 67.22 67.53
6 217 56 138 176 116 184 100 152 170
26.0 29.3 20.3 16.5 22.9 24.5 21.0 32.4 28.7 29.4
257 292 174 106 213
10.40 3.81 8.84 2.88 3.05 7.31 2.77 8.46 6.13 12.06 1.03 3.83 3.88
143 17 115 12 14 84 10 103 62 173 2
71.05 69.16 70.43 68.08 71.57 67.67 66.93 67.85 67.18 67.30 67.55 67.67 67.83
316 254 296 203 324 183 131 194 151 157 171 182 192
18.7 20.8 25.2 23.2 29.7 25.5 30.8 29.8 26.3 22.3 30.4 16.7 27.3
146 182 250 219 298 252 310 299 262 208 307
Kalimantan Barat 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223
Sambas Bengkayang Landak Pontianak Sanggau Ketapang Sintang Kapuas Hulu Sekadau Melawi
240 185 320 290 294
Kalimantan Tengah 224 225 226 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236
Kotawaringin Barat Kotawaringin Timur Kapuas Barito Selatan Barito Utara Sukamara Lamandau Seruyan Katingan Pulang Pisau Gunung Mas Barito Timur Murung Raya
18 20
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
110 276
42.79 88.20
163
Lampiran 4.1 (lanjutan): Indikator-Indikator Akses terhadap Kesehatan dan Gizi Annex 4.1 (contd): Health and Nutrition Indicators
Kabupaten/ District
No
Angka Harapan Perempuan Peringkat/ Hidup / Life Buta Huruf/ Rank Expectancy Female (tahun / year) Illiteracy (%)
Peringkat/ Rank
Berat Badan Balita dibawah Standar/ Underweight Children < 5 years (%)
Peringkat/ Rank
Tinggi Badan Balita di bawah Standar/ Stunting Children < 5 years (%)
RumahTangga dengan Jarak 5 km dari Fasilitas Kesehatan/ Households > 5 km from Health Facilities (%)
Peringkat/ Rank
Rumah Tangga Tanpa Akses ke Air Bersih/ Households Without Access to Clean Drinking Water (%)
Peringkat/ Rank
Kalimantan Selatan 237 238 239 240 241 242 243 244 245 246 247
Tanah Laut Kota Baru Banjar Barito Kuala Tapin Hulu Sungai Selatan Hulu Sungai Tengah Hulu Sungai Utara Tabalong Tanah Bumbu Balangan
11.21 15.00 10.38 14.78 12.06 8.39 9.33 12.39 9.80 13.56 14.18
158 215 142 211 173 102 125 180 133 195 204
67.62 64.72 64.04 60.82 66.67 63.14 64.15 61.87 62.54 63.99 61.12
177 55 37 9 115 27 40 13 19 36 11
17.0 22.9 35.6 25.1 28.2 24.8 31.0 34.2 25.1 20.4 34.4
116 213 330 247 286 244 312 326 247 176 327
41.0 35.2 49.9 43.7 38.1 47.8 45.2 50.4 42.0 31.8 47.4
12.6 5.7 2.3 9.5 6.9 1.1 2.7 2.0 6.0 12.0 11.9
283 171 97 238 196 48 111 84 179 272 270
57.56 46.71 50.53 70.54 37.46 34.43 25.79 37.08 40.74 44.52 35.22
289 246 265 314 197 181 133 194 214 236 187
11.42 6.81 7.53 5.91 8.27 15.69 11.22 15.76 10.86
164 76 86 57 100 226 159 227 151
72.06 69.70 67.68 68.08 69.16 68.01 72.52 70.84 71.04
333 277 185 204 256 200 341 306 315
28.2 17.1 22.0 14.6 13.6 19.6 31.7 26.5 14.3
286 120 202 66 46 160 317 265 61
43.5 31.7 36.5 31.1 38.9 27.3 52.1 52.0 42.3
3.9 10.1 9.6 16.4 8.4 15.8 6.7 4.5 5.5
141 242 240 308 219 305 191 151 167
46.93 53.79 32.15 56.86 47.39 59.86 72.18 71.69 31.88
247 280 173 288 251 295 318 317 172
2.29 1.18 4.33 1.52 1.34 1.27
8 3 28 6 5 4
70.97 72.07 72.28 70.86 71.72 72.10
312 334 339 307 327 335
17.3 8.1 14.4 23.5 14.0 16.0
126 5 62 221 52 97
30.7 42.5 31.3 31.8 29.6 30.2
14.2 2.6 8.4 14.6 10.1 8.6
295 107 219 298 242 227
35.78 14.89 43.74 14.14 14.55 21.72
189 65 232 59 64 112
6.27 5.90 4.43 4.60
65 56 30 33
67.32 67.10 67.07 67.60
159 143 139 174
24.4
235 279 222 274
41.3 44.2 31.2 38.7
22.0 7.2 10.4 1.8
331 203 246 80
24.13 17.98 28.75 14.54
124 81 154 63
Kalimantan Timur 248 249 250 251 252 253 254 255 256
Pasir Kutai Barat Kutai Kutai Timur Berau Malinau Bulungan Nunukan Penajam Paser Utara
Sulawesi Utara 257 258 259 260 261 262
Bolaang Mongondow Minahasa Sangihe Talaud Talaud Minahasa Selatan Minahasa Utara
Gorontalo 263 264 265 266
164
Boalemo Gorontalo Pohuwato Bone Bolango
27.4 23.6 27.2
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Lampiran 4.1 (lanjutan): Indikator-Indikator Akses terhadap Kesehatan dan Gizi Annex 4.1 (contd): Health and Nutrition Indicators
Kabupaten/ District
No
Angka Harapan Perempuan Peringkat/ Hidup / Life Buta Huruf/ Rank Expectancy Female (tahun / year) Illiteracy (%)
Peringkat/ Rank
Berat Badan Balita dibawah Standar/ Underweight Children < 5 years (%)
Peringkat/ Rank
Tinggi Badan Balita di bawah Standar/ Stunting Children < 5 years (%)
RumahTangga dengan Jarak 5 km dari Fasilitas Kesehatan/ Households > 5 km from Health Facilities (%)
Peringkat/ Rank
Rumah Tangga Tanpa Akses ke Air Bersih/ Households Without Access to Clean Drinking Water (%)
Peringkat/ Rank
Sulawesi Tengah 267 268 269 270 271 272 273 274 275
Banggai Kepulauan Banggai Morowali Poso Donggala Toli Toli Buol Parigi Moutong Tojo Una-Una
19.42 22.56 34.21 20.37 41.90 39.26 33.20 35.05 21.93
93 116 180 105 221 207 176 186 114
304 54 290 339 161 217 191 295 107 212 235 172 28
20.36 30.38 15.93 16.49 25.41 26.10 34.03 34.76 32.70 17.36 25.48 14.20 22.49 7.34 21.30 31.27 31.54 53.64 28.03 37.33
104 159 68 72 129 135 179 184 175 76 130 61 115 23 110 168 170 277 149 196
6.0 8.9 16.4 17.7 12.5 18.7
179 233 308
28.32 27.52 39.26
317 281 320
0.7 13.0
36 284
19.98 41.60 52.94 20.31 20.83
152 144 207 98 219 275 103 108
20 197 65 49 43 32 58 45 30
23.6 24.9 21.6 21.7 33.4 31.7 29.6 26.5 27.8
222 245 198 200 323 317 297 265 282
39.9 41.7 46.7 29.5 45.3 33.4 43.0 44.8 30.6
11.2 1.5 16.1 6.8 7.2 0.0 8.7 11.3 7.7
255 65 307 195
138 132 62 128 50
62.66 67.95 65.11 64.36 64.22 63.66 64.77 64.27 63.39
15.10 23.71 27.90 35.22 24.56 25.38 18.78 24.65 19.66 19.51 22.56 19.22 24.53 15.38 19.08 14.45 16.96 19.03 12.91 10.21
218 301 322 334 309 312 264 310 280 277 295 273 308 223 270 209 239 269 186 139
67.33 71.02 72.38 64.55 68.38 71.07 71.07 70.78 68.27 67.92 68.59 71.30 69.54 71.42 71.23 74.25 72.55 74.06 70.91 70.61
161 314 340 53 216 318 317 303 214 196 226 321 271 323 320 347 342 345 309 299
11.3 16.5 19.3 20.3 27.1 16.9 14.7 16.8 18.9 15.4 22.3 13.2 20.0 18.5 15.0 16.2 15.5 16.3 14.8 12.6
17 106 153 174 272 113 68 111 149 86 208 41 168 142 75 101 87 105 69 29
27.3 29.9 37.6 26.6 30.8 32.8 29.0 27.8 27.8 38.5 34.3 28.7 18.6 25.8 26.1 34.9 26.4 34.5 24.8 21.7
10.4 12.1 2.9 4.3 4.2 6.0 14.0 15.5 1.3 13.6 26.5 5.1 8.2 6.7 14.2 2.6 7.5 9.0 5.8 0.5
246 276 118 147 145 179 292
25.75 17.67 11.88
314 250 169 145 187 254 232 126
67.55 65.69 66.47 66.36 67.16 67.10 67.69 65.14
172 83 108 104 148 144 186 66
28.2 15.0 21.3 23.0 26.2 26.7 30.3 19.2
286 75 191 216 260 269 305 151
50.1 40.2 31.7 39.8 45.5 31.0 52.7 34.9
7.54 11.47 4.77 4.14 10.20 9.75 6.13 9.38 5.65
87 165 35 24
203 1 231 258 214
Sulawesi Selatan 276 277 278 279 280 281 282 283 284 285 286 287 288 289 290 291 292 293 294 295
Selayar Bulukumba Bantaeng Jeneponto Takalar Gowa Sinjai Maros Pangkajene Kepulauan Barru Bone Soppeng Wajo Sidenreng Rappang Pinrang Enrekang Luwu Tana Toraja Luwu Utara Luwu Timur
Sulawesi Tenggara 296 297 298 299 300 301 302 303
Buton Muna Konawe Kolaka Konawe Selatan Bombana Wakatobi Kolaka Utara
10.52 12.93 17.97 16.33 9.37
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
165
Lampiran 4.1 (lanjutan): Indikator-Indikator Akses terhadap Kesehatan dan Gizi Annex 4.1 (contd): Health and Nutrition Indicators
Kabupaten/ District
No
Angka Harapan Perempuan Peringkat/ Hidup / Life Buta Huruf/ Rank Expectancy Female (tahun / year) Illiteracy (%)
Peringkat/ Rank
Berat Badan Balita dibawah Standar/ Underweight Children < 5 years (%)
Peringkat/ Rank
Tinggi Badan Balita di bawah Standar/ Stunting Children < 5 years (%)
RumahTangga dengan Jarak 5 km dari Fasilitas Kesehatan/ Households > 5 km from Health Facilities (%)
Peringkat/ Rank
Rumah Tangga Tanpa Akses ke Air Bersih/ Households Without Access to Clean Drinking Water (%)
Peringkat/ Rank
Sulawesi Barat 304 305 306 307 308
Majene Polewali Mamasa Mamasa Mamuju Mamuju Utara
13.10 22.87 19.13 16.50 7.19
189 297 272 235 81
64.43 64.18 70.78 67.76 67.44
52 42 304 189 168
19.6 21.2 37.0 22.5 39.1
160 190 333 210 340
40.7 41.8 47.4 49.5 42.9
8.4 0.0 18.5 10.3 0.0
219 1 319 245 1
16.37 19.90 68.75 46.32 43.75
71 97 311 244 233
Maluku Tenggara Barat Maluku Tenggara Maluku Tengah Buru Kepulauan Aru Seram Bagian Barat Seram Bagian Timur
0.48 2.07 4.07 18.50 4.80 4.79 7.85
1 7 23 260 37 36 91
63.73 67.40 65.33 66.75 67.11 66.21 65.21
34 165 73 119 145 97 69
29.3 31.3 28.4 37.5 40.2 23.9 30.9
292 315 289 336 343 228 311
34.4 46.9 51.2 38.8 53.0 30.9 67.4
8.6 9.3 7.0 31.8 12.3 15.4 16.6
227 237 198 343 278 303 312
20.95 9.17 18.75 53.02 45.67 20.04 26.14
109 35 87 276 241 100 137
Halmahera Barat Halmahera Tengah Kepulauan Sula Halmahera Selatan Halmahera Utara Halmahera Timur
9.57 8.88 8.14 13.14 8.78 6.44
130 117 97 190 112 69
63.72 65.36 63.96 64.82 64.92 64.33
33 74 35 60 61
27 9 34 128 6 120
48.2 48.0 23.6 52.3 37.0 31.9
10.9 0.0 1.7 19.8 2.0 10.6
250 1 74 324 84 249
36.19 25.91 26.64 33.92 39.20 70.63
191 134 140 178 206
48
12.5 9.5 12.9 17.7 8.8 17.1
Merauke Jayawijaya Jayapura Nabire Yapen Waropen Biak Numfor Paniai Puncak Jaya Mimika Boven Digoel Mappi Asmat Yahukimo
6.82 70.17 6.67 31.30 18.97 2.80 61.69 8.72 23.59 17.96 52.46 85.64
77 344 75 330 267 11 343 111 299 253 341 346
62.03 65.93 66.83 66.96 66.57 65.72 66.85 66.96 69.26 66.17 65.64 65.62 66.03
15 88 127 133 111 85 128 132 259 93 80 78 90
22.0 22.8 17.5 20.5 18.2 19.4 27.1 24.4 25.1 20.1 23.6 25.7
202 212 127 178 136 156 272 235 247 171 222 255
26.4 49.8 33.3 34.9 36.1 34.9 50.0 33.5 37.6 35.6 30.9 49.5
5.4 14.7 5.9 12.2 0.7 32.9 33.8 29.8 6.3 18.2 20.8 13.3 20.1
165 299 175 277 36 345 346 340 188 318 327 287 325
47.09 77.07 51.56 59.32 67.58 42.50 95.22 44.04 68.36 67.71 98.85 95.17
248 330 269 293 306 224 342 235 309 307 346 341
Maluku 309 310 311 312 313 314 315
Maluku Utara 316 317 318 319 320 321
315
Papua 322 323 324 325 326 327 328 329 330 331 332 333 334
166
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Lampiran 4.1 (lanjutan): Indikator-Indikator Akses terhadap Kesehatan dan Gizi Annex 4.1 (contd): Health and Nutrition Indicators
Kabupaten/ District
No
Angka Harapan Perempuan Peringkat/ Hidup / Life Buta Huruf/ Rank Expectancy Female (tahun / year) Illiteracy (%)
Peringkat/ Rank
Berat Badan Balita dibawah Standar/ Underweight Children < 5 years (%)
Peringkat/ Rank
Tinggi Badan Balita di bawah Standar/ Stunting Children < 5 years (%)
RumahTangga dengan Jarak 5 km dari Fasilitas Kesehatan/ Households > 5 km from Health Facilities (%)
Peringkat/ Rank
Rumah Tangga Tanpa Akses ke Air Bersih/ Households Without Access to Clean Drinking Water (%)
Peringkat/ Rank
Papua 335 336 337 338 339 340
Pegunungan Bintang Tolikara Sarmi Keerom Waropen Supiori
79.67 24.67 23.78 18.42 5.72
345 311 302 259 53
65.17 65.66 66.13 66.62 64.59 65.29
68 82 92 113 54 70
15.9 24.1 17.0 29.4 30.5
94 232 116 294 309
50.8 16.7 30.7 57.4 46.3
2.1 13.3 10.2 2.2 2.0 12.0
90 287 244 94 84 272
97.40 44.94 75.83 79.42 73.44
344 240
5.20 31.20 13.68 17.65 23.81 27.01 5.08 7.43
42 329 198 249 303 320 39 85
69.27 69.06 66.78 67.26 67.12 66.19 66.71 65.15
260 246 124 155 147 95 117 67
22.1 24.5 26.6 25.4 18.2 35.2 20.1 24.0
204 240 267 251 136 328 171 230
42.2 37.2 45.3 40.9 44.6 60.6 29.9 47.3
11.7 6.8 11.7 0.7 2.5 1.1 7.3 16.7
263 194 268 40 104 48 208 313
30.31 77.84 39.06 89.19 48.83 30.70 25.57 37.27
158 332 205 338 257 161 132 195
325 334 319
Papua Barat 341 342 343 344 345 346 347 348
Fak-fak Kaimana Teluk Wondama Teluk Bintuni Manokwari Sorong Selatan Sorong Raja Ampat
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
167
Lampiran 5.1: Kumulatif Curah Hujan Selama Musim Hujan (Oktober - Maret) dan Musim Kemarau (April - September) untuk Periode 1997 - 2007 Annex 5.1: Rainfall Cumullative during Wet Season periods (October - March) and Dry Season (April - September) for 1997 to 2007 Periods Akumulasi Curah Hujan Okt-Mar/Rainfall Accumulation Oct-Mar No
Akumulasi Curah Hujan Apr-Sep/Rainfall Accumulation Apr-Sep
Kabupaten / District 30 tahun/ years normal
10 tahun/ years (1997/98-2007/08)
Deviasi / Deviation (%)
30 tahun/ years normal
10 tahun/ years (1997/98-2007/08)
Deviasi / Deviation (%)
Nanggroe Aceh Darussalam 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Simeulue Aceh Singkil Aceh Selatan Aceh Tenggara Aceh Timur Aceh Tengah Aceh Barat Aceh Besar Pidie Bireuen Aceh Utara Aceh Barat Daya Gayo Lues Aceh Tamiang Nagan Raya Aceh Jaya Bener Meriah
1,774.00 1,941.66 2,075.00 1,464.78 1,112.00 1,062.60 2,044.26 1,057.66 1,086.23 1,079.48 894.79 2,075.00 1,464.78 1,112.00 2,044.26 2,044.26 1,062.60
1,710.67 1,495.67 1,824.50 917.94 2,065.42 843.03 1,013.00 945.00 771.83 1,824.50 917.94 2,065.42 2,065.42 -
96.43 77.03 87.93 82.55 101.04 79.71 93.26 87.54 86.26 87.93 82.55 101.04 101.04 -
862.00 1,120.80 1,101.00 959.36 925.00 667.09 1,315.41 470.83 344.24 469.26 493.93 1,101.00 959.36 925.00 1,315.41 1,315.41 667.09
831.00 961.67 1,073.83 874.97 1,392.39 351.87 407.67 487.50 399.00 1,073.83 874.97 1,392.39 1,392.39 -
96.40 85.80 97.53 94.59 105.85 74.74 118.43 103.89 80.78 97.53 94.59 105.85 105.85 -
1,653.88 2,055.50 2,421.83 1,945.00 1,526.96 956.50
102.60 94.76 94.79 81.87 113.95 92.86
1,404.65 979.83 1,819.53 1,703.73 1,039.50 1,159.82 1,028.01 1,653.88 1,526.96 1,703.73 956.50 1,159.82
107.55 73.82 101.31 107.36 71.00 92.34 102.49 102.60 113.95 107.36 92.86 92.34
1,123.96 1,491.02 1,394.00 1,344.03 619.00 399.00 840.39 892.13 1,313.00 1,004.00 568.00 916.92 879.00 1,123.96 619.00 1,004.00 399.00 916.92
1,136.62 1,177.00 1,368.94 1,078.00 702.00 427.50 1,051.35 947.70 1,110.78 890.46 548.00 901.29 797.67 1,136.62 702.00 890.46 427.50
101.13 78.94 98.20 80.21 113.41 107.14 125.10 106.23 84.60 88.69 96.48 98.30 90.75 101.13 113.41 88.69 107.14 98.30
Sumatera Utara 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
168
Nias Mandailing Natal Tapanuli Selatan Tapanuli Tengah Tapanuli Utara Toba Samosir Labuhan Batu Asahan Simalungun Dairi Karo Deli Serdang Langkat Nias Selatan Humbang Hasundutan Pakpak Bharat Samosir Serdang Bedagai
1,612.00 2,169.18 2,555.00 2,375.77 1,340.00 1,030.00 1,306.02 1,327.40 1,796.00 1,587.00 1,464.00 1,256.04 1,003.00 1,612.00 1,340.00 1,587.00 1,030.00 1,256.04
901.29
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Lampiran 5.1 (lanjutan): Kumulatif Curah Hujan Selama Musim Hujan (Oktober - Maret) dan Musim Kemarau (April - September) untuk Periode 1997 - 2007 Annex 5.1 (contd): Rainfall Cumullative during Wet Season periods (October - March) and Dry Season (April - September) for 1997 to 2007 Periods Akumulasi Curah Hujan Okt-Mar / Rainfall Accumulation Oct-Mar No
Akumulasi Curah Hujan Apr-Sep / Rainfall Accumulation Apr-Sep
Kabupaten / District 30 tahun / years normal
10 tahun / years (1997/98-2007/08)
Deviasi / Deviation (%)
30 tahun / years normal
10 tahun / years (1997/98-2007/08)
Deviasi / Deviation (%)
Kepulauan Mentawai Pesisir selatan Solok Sawahlunto/ Sijunjung Tanah Datar Padang Pariaman Agam Lima Puluh Kota Pasaman Solok Selatan Dharmasraya Pasaman Barat
2,805.00 1,882.72 1,448.45 1,501.45 1,260.69 2,287.40 1,383.15 1,444.36 2,270.38 1,448.45 1,501.45 2,270.38
2,642.00 1,575.56 1,371.68 1,195.97 1,219.82 2,141.22 1,380.14 1,635.00 2,068.29 1,371.68 1,195.97 2,068.29
94.19 83.69 94.70 79.65 96.76 93.61 99.78 113.20 91.10 94.70 79.65 91.10
1,560.00 842.82 652.34 714.41 481.52 1,156.67 675.21 709.70 1,355.14 652.34 714.41 1,355.14
1,250.00 809.31 658.91 677.80 497.94 942.88 757.92 750.27 1,286.53 658.91 677.80 1,286.53
80.13 96.02 101.01 94.88 103.41 81.52 112.25 105.72 94.94 101.01 94.88 94.94
Kuantan Sengingi Indragiri Hulu Indragiri Hilir Pelalawan Siak Kampar Rokan Hulu Bengkalis Rokan Hilir
1,614.16 1,445.77 1,224.71 1,866.00 1,547.86 1,689.94 1,922.43 1,443.69 1,972.27
1,218.16 1,317.95 1,080.48 1,645.25 1,603.96 1,427.80 1,808.95 1,306.53 1,923.40
75.47 91.16 88.22 88.17 103.62 84.49 94.10 90.50 97.52
721.97 650.49 607.03 1,178.00 906.93 781.55 818.18 728.18 777.41
737.00 660.06 641.64 1,123.00 888.39 747.23 848.71 538.17 822.10
102.08 101.47 105.70 95.33 97.96 95.61 103.73 73.91 105.75
Karimun Bintan Natuna Lingga
1,106.72 1,703.44 1,262.55 1,262.55
1,084.27 1,257.20 1,125.33 1,125.33
97.97 73.80 89.13 89.13
1,025.85 1,082.85 676.03 676.03
778.00 848.30 624.57 624.57
75.84 78.34 92.39 92.39
Kerinci Merangin Sarolangun Batang Hari Muaro Jambi Tanjung Jabung Timur Tanjung Jabung Barat Tebo Bungo
1,289.58 2,079.00 1,735.00 1,631.00 1,514.41 1,703.98 1,728.00 1,577.00 2,081.00
1,377.41 1,465.87 1,467.15 1,321.68 1,276.20 1,592.63 1,730.76 1,047.00 1,401.50
106.81 70.51 84.56 81.04 84.27 93.47 100.16 66.39 67.35
645.00 894.00 757.00 571.00 646.23 854.87 780.00 572.00 871.00
702.44 838.50 660.06 567.22 683.53 704.50 712.11 595.50 769.50
108.91 93.79 87.19 99.34 105.77 82.41 91.30 104.11 88.35
Sumatera Barat 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 Riau 48 49 50 51 52 53 54 55 56
Kepulauan Riau 57 58 59 60 Jambi 61 62 63 64 65 66 67 68 69
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
169
Lampiran 5.1 (lanjutan): Kumulatif Curah Hujan Selama Musim Hujan (Oktober - Maret) dan Musim Kemarau (April - September) untuk Periode 1997 - 2007 Annex 5.1 (contd): Rainfall Cumullative during Wet Season periods (October - March) and Dry Season (April - September) for 1997 to 2007 Periods Akumulasi Curah Hujan Okt-Mar/Rainfall Accumulation Oct-Mar No
Akumulasi Curah Hujan Apr-Sep/Rainfall Accumulation Apr-Sep
Kabupaten / District 30 tahun/ years normal
10 tahun/ years (1997/98-2007/08)
Deviasi / Deviation (%)
30 tahun/ years normal
10 tahun/ years (1997/98-2007/08)
Deviasi / Deviation (%)
Sumatera Selatan 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79
Ogan Komering Ulu Ogan Komering Ilir Muara Enim Lahat Musi Rawas Musi Banyu Asin Banyuasin Ogan Komering Ulu Selatan Ogan Komering Ulu Timur Ogan Ilir
1,868.66 1,892.70 2,340.60 2,574.29 1,816.17 1,788.75 1,788.75 1,868.66 1,868.66 1,892.70
1,827.36 1,617.07 2,005.91 2,275.31 1,542.33 1,786.08 1,786.08 1,827.36 1,827.36 1,617.07
97.79 85.44 85.70 88.39 84.92 99.85 99.85 97.79 97.79 85.44
716.21 600.88 776.63 842.14 750.38 672.66 672.66 716.21 716.21 600.88
610.56 516.33 694.35 829.51 543.55 620.12 620.12 610.56 610.56 516.33
85.25 85.93 89.41 98.50 72.44 92.19 92.19 85.25 85.25 85.93
2,556.47 1,781.95 2,275.67 2,556.47 2,556.47 2,275.67 1,781.95 1,781.95
2,305.10 1,792.43 2,076.34 2,305.10 2,305.10 2,076.34 1,792.43 1,792.43
90.17 100.59 91.24 90.17 90.17 91.24 100.59 100.59
1,372.47 671.74 1,020.00 1,372.47 1,372.47 1,020.00 671.74 671.74
1,286.44 896.11 821.00 1,286.44 1,286.44 821.00 896.11 896.11
93.73 133.40 80.49 93.73 93.73 80.49 133.40 133.40
1,764.46 1,624.82 1,764.46 1,764.46 1,764.46 1,624.82
1,438.81 1,563.54 1,438.81 1,438.81 1,438.81 1,563.54
81.54 96.23
798.79 622.00
81.54 81.54 81.54 96.23
798.79 798.79 798.79 622.00
552.48 549.36 552.48 552.48 552.48 549.36
69.17 88.32 69.17 69.17 69.17 88.32
1,597.64 1,370.00 1,521.67 1,901.00 2,096.55 2,034.12 1,787.57 1,680.00
1,158.81 1,310.99 1,529.78 1,678.46 1,717.57 1,768.91 1,644.00 1,334.33
72.53 95.69 100.53 88.29 81.92 86.96 91.97 79.42
718.81 454.00 418.25 514.00 519.55 507.92 593.41 580.00
447.18 367.78 439.82 476.58 417.82 427.36 -
62.21 81.01 105.16 92.72 80.42 84.14 -
Bengkulu 80 81 82 83 84 85 86 87
Bengkulu Selatan Rejang Lebong Bengkulu Utara Kaur Seluma Muko-Muko Lebong Kepahiang
Bangka Belitung 88 89 90 91 92 93
Bangka Belitung Bangka Barat Bangka Tengah Bangka Selatan Belitung Timur
Lampung 94 95 96 97 98 99 100 101
170
Lampung Barat Tanggamus Lampung Selatan Lampung Timur Lampung Tengah Lampung Utara Way Kanan Tulang Bawang
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Lampiran 5.1 (lanjutan): Kumulatif Curah Hujan Selama Musim Hujan (Oktober - Maret) dan Musim Kemarau (April - September) untuk Periode 1997 - 2007 Annex 5.1 (contd): Rainfall Cumullative during Wet Season periods (October - March) and Dry Season (April - September) for 1997 to 2007 Periods Akumulasi Curah Hujan Okt-Mar/Rainfall Accumulation Oct-Mar No
Akumulasi Curah Hujan Apr-Sep/Rainfall Accumulation Apr-Sep
Kabupaten / District 30 tahun/ years normal
10 tahun/ years (1997/98-2007/08)
30 tahun/ years normal
10 tahun/ years (1997/98-2007/08)
2,678.00 1,755.00 1,533.00 1,341.00
1,869.97 1,989.25 1,551.33 1,197.96
69.83 113.35 101.20 89.33
809.90 770.00 498.00 365.00
610.26 885.00 595.36 307.00
75.35 114.94 119.55 84.11
2,698.00 2,337.00 2,190.00 1,666.00 2,774.00 2,055.00 1,887.00 1,875.00 2,564.00 1,333.00 2,036.00 1,519.00 3,374.00 2,291.00 1,293.00 1,461.00
2,536.48 1,931.46 1,900.31 1,695.56 2,300.43 2,157.53 1,808.18 1,916.86 2,124.71 1,549.71 1,755.56 1,374.15 2,060.17 2,198.44 1,073.59 1,301.82
94.01 82.65 86.77 101.77 82.93 104.99 95.82 102.23 82.87 116.26 86.23 90.46 61.06 95.96 83.03 89.10
1,318.00 745.00 666.00 453.00 903.00 460.00 410.00 307.00 358.00 317.00 458.00 325.00 992.00 534.00 253.00 222.00
1,199.45 740.73 629.31 407.64 567.03 393.20 413.80 252.83 206.87 239.07 274.54 273.18 456.14 429.63 179.82 207.73
91.01 99.43 94.49 89.99 62.79 85.48 100.93 82.35 57.79 75.42 59.94 84.06 45.98 80.45 71.07 93.57
2,111.00 2,093.00 2,607.00 3,148.00 3,337.00 2,264.00 3,149.00 2,055.00 1,892.00 1,415.00 1,661.00 1,792.00 2,178.00 1,939.00
2,058.66 2,354.92 2,422.63 3,052.59 2,603.76 2,165.63 3,487.51 2,565.88 1,669.69 1,521.32 1,731.02 1,588.08 2,318.30 1,717.55
97.52 112.51 92.93 96.97 78.03 95.65 110.75 124.86 88.25 107.51 104.22 88.62 106.44 88.58
876.00 548.00 622.00 561.00 849.00 404.00 837.00 349.00 365.00 237.00 270.00 315.00 407.00 306.00
526.06 479.97 411.80 719.50 454.96 226.00 745.40 338.88 209.38 186.45 184.60 140.09 302.92 202.49
60.05 87.59 66.21 128.25 53.59 55.94 89.06 97.10 57.36 78.67 68.37 44.47 74.43 66.17
Deviasi / Deviation (%)
Deviasi / Deviation (%)
Banten 102 103 104 105
Pandeglang Lebak Tangerang Serang
Jawa Barat 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121
Bogor Sukabumi Cianjur Bandung Garut Tasikmalaya Ciamis Kuningan Cirebon Majalengka Sumedang Indramayu Subang Purwakarta Karawang Bekasi
Jawa Tengah 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136
Cilacap Banyumas Purbalingga Banjarnegara Kebumen Purworejo Wonosobo Magelang Boyolali Klaten Sukoharjo Wonogiri Karanganyar Sragen Grobogan
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
171
Lampiran 5.1 (lanjutan): Kumulatif Curah Hujan Selama Musim Hujan (Oktober - Maret) dan Musim Kemarau (April - September) untuk Periode 1997 - 2007 Annex 5.1 (contd): Rainfall Cumullative during Wet Season periods (October - March) and Dry Season (April - September) for 1997 to 2007 Periods Akumulasi Curah Hujan Okt-Mar/Rainfall Accumulation Oct-Mar No
Akumulasi Curah Hujan Apr-Sep/Rainfall Accumulation Apr-Sep
Kabupaten / District 10 tahun/ years (1997/98-2007/08)
30 tahun/ years normal
10 tahun/ years (1997/98-2007/08)
Deviasi / Deviation (%)
30 tahun/ years normal
1,355.00 1,474.00 1,914.00 2,302.00 2,574.00 2,060.00 1,817.00 1,940.00 1,754.00 2,032.00 1,786.00 1,984.00 1,482.00 1,450.00
1,755.96 1,276.11 2,761.97 2,599.27 2,252.23 1,687.42 1,698.29 1,811.73 1,756.44 1,887.71 1,929.70 2,628.03 1,501.22 1,524.68
129.59 86.57 144.30 112.91 87.50 81.91 93.47 93.39 100.14 92.90 108.05 132.46 101.30 105.15
290.00 283.00 408.00 335.00 196.00 277.00 393.00 375.00 364.00 400.00 332.00 325.00 279.00 285.00
312.00 164.00 487.85 426.40 245.18 222.82 244.27 290.18 373.82 407.15 313.77 372.45 224.45 252.18
107.59 57.95 119.57 127.28 125.09 80.44 62.16 77.38 102.70 101.79 94.51 114.60 80.45 88.48
1,847.00 1,678.00 1,700.00 1,746.00
1,834.25 1,682.45 1,969.46 1,582.57
99.31 100.27 115.85 90.64
322.00 139.00
107.00 102.77 181.51 146.42
33.23 73.94 69.81 58.80
1,947.00 1,384.00 1,344.00 1,805.00 1,692.00 1,748.00 2,233.00 1,313.00 949.00 1,548.00 1,199.00 1,492.00 1,670.00 1,757.00 2,472.00 1,662.00 2,017.00
2,035.05 1,564.84 1,451.80 1,562.24 1,457.00 2,340.14 2,014.18 1,491.33 1,132.85 1,348.33 1,053.07 1,200.67 1,307.88 1,914.49 2,689.42 1,149.93 1,542.89
104.52 113.07 108.02 86.55 86.11 133.88 90.20 113.58 119.37 87.10 87.83 80.47 78.32 108.96 108.80 69.19 76.49
305.00 215.00 268.00 303.00 294.00 224.00 645.00 164.00 314.00 197.00 112.00 175.00 234.00 260.00 342.00 200.00 416.00
238.95 118.18 -
78.35 54.97 57.63 64.03 57.48 102.80 49.63 70.73 80.66 76.60 58.60 53.51 55.38 96.45 66.85 46.77 26.31
Deviasi / Deviation (%)
Jawa Tengah 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150
Blora Rembang Pati Kudus Jepara Demak Semarang Temanggung Kendal Batang Pekalongan Pemalang Tegal Brebes
D.I. Yogyakarta 151 152 153 154
Kulon Progo Bantul Gunung Kidul Sleman
260.00 249.00
Jawa Timur 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172
172
Pacitan Ponorogo Trenggalek Tulungagung Blitar Kediri Malang Lumajang Jember Banyuwangi Bondowoso Situbondo Probolinggo Pasuruan Sidoarjo Mojokerto Jombang Nganjuk
154.45 194.00 169.00 230.27 320.09 116.00 253.27 150.91 65.64 93.64 129.58 250.77 228.64 93.55 109.45
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Lampiran 5.1 (lanjutan): Kumulatif Curah Hujan Selama Musim Hujan (Oktober - Maret) dan Musim Kemarau (April - September) untuk Periode 1997 - 2007 Annex 5.1 (contd): Rainfall Cumullative during Wet Season periods (October - March) and Dry Season (April - September) for 1997 to 2007 Periods Akumulasi Curah Hujan Okt-Mar/Rainfall Accumulation Oct-Mar No
Akumulasi Curah Hujan Apr-Sep/Rainfall Accumulation Apr-Sep
Kabupaten / District 30 tahun/ years normal
Deviasi / Deviation (%)
30 tahun/ years normal
10 tahun/ years (1997/98-2007/08)
Deviasi / Deviation (%)
1,792.03 1,477.27 2,118.86 1,318.52 1,329.71 1,377.57 1,156.27 1,198.45 1,005.46
111.58 94.03 113.07 97.74 87.14 93.84 89.49 117.96 85.64
248.00 246.00 375.00 267.00 231.00 326.00 270.00 145.00 220.00
126.91 210.94 305.09 194.36 200.09 218.82 175.09 126.45 174.94
51.17 85.75 81.36 72.80 86.62 67.12 64.85 87.21 79.52
368.96 557.09 284.45 471.07 632.80 630.42 323.98 269.50
413.00 397.29 155.15 361.45 378.45 501.64 212.36 100.68
111.94 71.32 54.54 76.73 59.81 79.57 65.55 37.36
10 tahun/ years (1997/98-2007/08)
Jawa Timur 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183
Madiun Magetan Ngawi Bojonegoro Tuban Lamongan Gresik Bangkalan Sampang Pamekasan Sumenep
1,606.00 1,571.00 1,874.00 1,349.00 1,526.00 -
Jembrana Tabanan Badung Gianyar Klungkung Bangli Karang asem Buleleng
1,726.58 1,673.07 1,587.81 1,354.97 1,380.81 1,996.08 1,069.12 1,284.96
1,690.82 2,742.41 1,604.33 1,333.15 1,283.92 2,146.19 1,621.05 1,221.79
97.93 163.92 101.04 98.39 92.98 107.52 151.62 95.08
1,227.00 1,019.00 1,235.00 1,287.00 1,095.00 999.00 1,286.10
1,490.63 1,422.00 1,711.15 1,263.00 1,141.22 1,117.89 1,395.28
121.49 139.55 138.55 98.14 104.22 111.90 108.49
208.00 107.00 172.00 81.00 84.00 70.00 98.15
196.07 90.95 185.64 77.00 58.36 62.73 74.09
94.27 85.00 107.93 95.06 69.48 89.61 75.49
1,933.00 842.00 1,547.00 1,464.00 1,058.00
2,211.35 861.03 1,597.32 2,139.14 -
114.40 102.26 103.25 146.12 -
207.00 42.00 32.00 192.00 55.00
235.66 40.44 32.18 214.29 -
113.85 96.30
1,468.00 1,292.00 1,016.00 1,174.00
Bali 184 185 186 187 188 189 190 191
Nusa Tenggara Barat 192 193 194 195 196 197 198
Lombok Barat Lombok Tengah Lombok Timur Sumbawa Dompu Bima Sumbawa Barat
Nusa Tenggara Timur 199 200 201 202 203
Sumba Barat Sumba Timur Kupang Timor Tengah Selatan Timor Tengah Utara
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
100.57 111.61 -
173
Lampiran 5.1 (lanjutan): Kumulatif Curah Hujan Selama Musim Hujan (Oktober - Maret) dan Musim Kemarau (April - September) untuk Periode 1997 - 2007 Annex 5.1 (contd): Rainfall Cumullative during Wet Season periods (October - March) and Dry Season (April - September) for 1997 to 2007 Periods Akumulasi Curah Hujan Okt-Mar/Rainfall Accumulation Oct-Mar No
Akumulasi Curah Hujan Apr-Sep/Rainfall Accumulation Apr-Sep
Kabupaten / District 30 tahun/ years normal
10 tahun/ years (1997/98-2007/08)
104.61 114.52 93.13 111.15 86.69 141.48 116.24 86.78 80.34
380.00 83.00 25.00 74.00 82.00 135.00 166.00 602.00 89.00 145.00
298.50 83.40 61.80 44.30 68.67 184.88 461.79 56.91 116.20
78.55 100.48 83.51 54.02 50.86 111.38 76.71 63.94 80.14
1,708.42 1,492.36 2,218.45 1,743.79 2,651.18 1,679.93 1,873.13 2,721.43 2,651.18 1,873.13
85.32 90.34 95.21 97.57 112.82 84.87 98.47 100.75 112.82 98.47
992.94 852.00 1,134.00 1,025.23 1,037.27 811.92 987.24 1,538.29 1,037.27 987.24
937.01 835.64 1,016.36 974.94 1,095.07 677.69 963.28 1,482.57 1,095.07 963.28
94.37 98.08 89.63 95.09 105.57 83.47 97.57 96.38 105.57 97.57
1,421.27 1,483.79 1,808.26 1,638.92 1,959.98 1,421.27 1,421.27 1,483.79 1,483.79 1,808.26 1,808.26 1,638.92 1,959.98
83.83 82.18 85.21 84.12 93.74 83.83 83.83 82.18 82.18 85.21 85.21 84.12 93.74
773.35 754.64 726.00 817.44 894.52 773.35 773.35 754.64 754.64 726.00 726.00 817.44 894.52
612.72 489.29 535.51 568.99 623.90 612.72 612.72 489.29 489.29 535.51 535.51 568.99
79.23 64.84 73.76 69.61 69.75 79.23 79.23 64.84 64.84 73.76 73.76 69.61 69.75
30 tahun/ years normal
10 tahun/ years (1997/98-2007/08)
1,109.00 933.00 692.00 1,147.00 911.00 973.00 1,783.00 2,761.00 1,559.00 1,382.00
1,160.11 1,068.44 1,068.22 1,012.55 843.50 2,522.56 3,209.37 1,352.91 1,110.29
2,002.46 1,652.00 2,330.00 1,787.18 2,350.00 1,979.41 1,902.27 2,701.09 2,350.00 1,902.27
1,695.52 1,805.57 2,122.00 1,948.27 2,090.93 1,695.52 1,695.52 1,805.57 1,805.57 2,122.00 2,122.00 1,948.27
Deviasi / Deviation (%)
Deviasi / Deviation (%)
Nusa Tenggara Timur 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213
Belu Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat
Kalimantan Barat 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223
Sambas Bengkayang Landak Pontianak Sanggau Ketapang Sintang Kapuas Hulu Sekadau Melawi
Kalimantan Tengah 224 225 226 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236
174
Kotawaringin Barat Kotawaringin Timur Kapuas Barito Selatan Barito Utara Sukamara Lamandau Seruyan Katingan Pulang Pisau Gunung Mas Barito Timur Murung Raya
2,090.93
623.90
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Lampiran 5.1 (lanjutan): Kumulatif Curah Hujan Selama Musim Hujan (Oktober - Maret) dan Musim Kemarau (April - September) untuk Periode 1997 - 2007 Annex 5.1 (contd): Rainfall Cumullative during Wet Season periods (October - March) and Dry Season (April - September) for 1997 to 2007 Periods Akumulasi Curah Hujan Okt-Mar/Rainfall Accumulation Oct-Mar No
Akumulasi Curah Hujan Apr-Sep/Rainfall Accumulation Apr-Sep
Kabupaten / District 30 tahun/ years normal
10 tahun/ years (1997/98-2007/08)
Deviasi / Deviation (%)
30 tahun/ years normal
10 tahun/ years (1997/98-2007/08)
Deviasi / Deviation (%)
2,115.77 1,487.81 1,965.52 1,901.61 1,542.77 1,701.50 1,696.59 1,610.98 1,749.73 1,487.81 1,610.98
1,938.93 1,412.23 1,879.28 1,946.84 1,544.44 1,863.09 1,473.53 1,589.19 1,416.01 1,412.23 1,589.19
91.64 94.92 95.61 102.38 100.11 109.50
644.66 993.95 569.67 441.30 422.46 530.97 521.63 480.04 595.17 993.95 480.04
461.64 880.24 462.59 457.54 443.84 587.22 418.75 455.38 417.92 880.24 455.38
71.61 88.56 81.20 103.68 105.06 110.59 80.28 94.86 70.22 88.56 94.86
1,439.45 1,180.00 1,245.48 1,161.00 1,088.23 2,231.65 1,533.13 1,914.83 1,439.45
1,607.60 1,122.00 1,469.26 974.83 1,251.89 2,143.99 1,443.52 1,843.52 1,607.60
111.68 95.08 117.97 83.96 115.04 96.07 94.16 96.28 111.68
1,041.23 712.00 769.35 663.00 608.88 1,663.80 897.13 1,280.38 1,041.23
967.33 602.67 726.95 565.17 533.80 1,502.51 963.80 1,263.80 967.33
92.90 84.64 94.49 85.24 87.67 90.31 107.43 98.70 92.90
1,450.00 2,308.00 2,400.00 2,400.00 2,308.00 2,308.00
1,450.01 2,484.85 2,404.46 2,404.46 2,484.85 2,484.85
100.00 107.66 100.19 100.19 107.66 107.66
739.00 761.00 965.00 965.00 761.00 761.00
700.53 735.65 1,003.07 1,003.07 735.65 735.65
94.79 96.67 103.95 103.95 96.67 96.67
594.00 1,261.00 594.00 1,261.00
1,144.52 1,144.52
90.76 90.76
765.00 534.00 765.00 534.00
578.30 578.30
108.30 108.30
Kalimantan Selatan 237 238 239 240 241 242 243 244 245 246 247
Tanah Laut Kota Baru Banjar Barito Kuala Tapin Hulu Sungai Selatan Hulu Sungai Tengah Hulu Sungai Utara Tabalong Tanah Bumbu Balangan
86.85 98.65 80.93 94.92 98.65
Kalimantan Timur 248 249 250 251 252 253 254 255 256
Pasir Kutai Barat Kutai Kutai Timur Berau Malinau Bulungan Nunukan Penajam Paser Utara
Sulawesi Utara 257 258 259 260 261 262
Bolaang Mongondow Minahasa Sangihe Talaud Talaud Minahasa Selatan Minahasa Utara
Gorontalo 263 264 265 266
Boalemo Gorontalo Pohuwato Bone Bolango
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
175
Lampiran 5.1 (lanjutan): Kumulatif Curah Hujan Selama Musim Hujan (Oktober - Maret) dan Musim Kemarau (April - September) untuk Periode 1997 - 2007 Annex 5.1 (contd): Rainfall Cumullative during Wet Season periods (October - March) and Dry Season (April - September) for 1997 to 2007 Periods Akumulasi Curah Hujan Okt-Mar/Rainfall Accumulation Oct-Mar No
Akumulasi Curah Hujan Apr-Sep/Rainfall Accumulation Apr-Sep
Kabupaten / District 30 tahun/ years normal
10 tahun/ years (1997/98-2007/08)
836.53 571.00 2,064.00 1,300.20 427.98 1,072.46 594.00 427.98 1,300.20
786.74 738.08 1,117.43 428.05 1,379.81 428.05 1,117.43
1,201.51 1,121.45 2,047.00 2,075.00 2,553.94 1,927.97 1,189.00 2,953.05 2,575.12 2,391.64 1,119.89 1,010.00 809.42 1,104.00
1,108.39 1,054.31 2,020.82 2,245.20 2,887.39 2,148.76 1,274.51 3,067.67 2,409.88
30 tahun/ years normal
10 tahun/ years (1997/98-2007/08)
Deviasi / Deviation (%)
94.05 129.26 85.94 100.02 128.66 100.02 85.94
643.00 540.16 616.00 818.00 338.55 819.00 765.00 338.55 818.00
636.54 642.93 752.92 368.81 852.85 368.81 752.92
99.00 119.02 92.04 108.94 104.13 108.94 92.04
92.25 94.01 98.72 108.20 113.06 111.45 107.19 103.88 93.58 99.35 95.15 121.35 99.01 122.71
512.64 984.16 473.00 194.04 264.06 427.60 1,463.95 278.68 339.19 514.80 1,164.25 652.73 728.08 748.00
100.59 114.33 83.65 110.88 98.66 98.66
646.00 701.00 915.00 579.16 1,358.94 1,358.94
364.03 814.02 474.39 131.06 293.67 282.57 1,592.73 294.46 240.00 255.94 1,545.54 750.17 812.36 675.56 570.09 579.71 705.38 448.25 1,344.67 1,344.67
71.01 82.71 100.29 67.55 111.21 66.08 108.80 105.66 70.76 49.72 132.75 114.93 111.58 90.31 88.25 82.70 77.09 77.40 98.95 98.95
103.24 99.35 81.23 160.76 81.23 103.24 103.24 160.76
362.00 881.00 753.00
586.91 814.10 591.92 915.67 591.92 586.91 586.91 915.67
162.13 92.41 78.61 124.58 78.61 162.13 162.13 124.58
Deviasi / Deviation (%)
Sulawesi Tengah 267 268 269 270 271 272 273 274 275
Banggai Kepulauan Banggai Morowali Poso Donggala Toli Toli Buol Parigi Moutong Tojo Una-Una
Sulawesi Selatan 276
Selayar
277 278 279 280 281 282 283 284 285 286 287 288 289 290 291 292 293 294 295
Bulukumba Bantaeng Jeneponto Takalar Gowa Sinjai Maros Pangkajene Kepulauan Barru Bone Soppeng Wajo Sidenreng Rappang Pinrang Enrekang Luwu Tana Toraja Luwu Utara Luwu Timur
1,567.75 1,403.00 1,491.00 1,508.65 1,706.92 1,706.92
2,376.00 1,065.61 1,225.63 801.39 1,354.74 1,577.04 1,604.04 1,247.19 1,672.86 1,683.98 1,683.98
1,248.00 1,169.00 1,124.00 1,038.00 1,124.00 1,248.00 1,248.00 1,038.00
1,288.41 1,161.43 913.07 1,668.65 913.07 1,288.41 1,288.41 1,668.65
Sulawesi Tenggara 296 297 298 299 300 301 302 303
176
Buton Muna Konawe Kolaka Konawe Selatan Bombana Wakatobi Kolaka Utara
735.00 753.00 362.00 362.00 735.00
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Lampiran 5.1 (lanjutan): Kumulatif Curah Hujan Selama Musim Hujan (Oktober - Maret) dan Musim Kemarau (April - September) untuk Periode 1997 - 2007 Annex 5.1 (contd): Rainfall Cumullative during Wet Season periods (October - March) and Dry Season (April - September) for 1997 to 2007 Periods Akumulasi Curah Hujan Okt-Mar/Rainfall Accumulation Oct-Mar No
Akumulasi Curah Hujan Apr-Sep/Rainfall Accumulation Apr-Sep
Kabupaten / District 30 tahun/ years normal
10 tahun/ years (1997/98-2007/08)
Deviasi / Deviation (%)
30 tahun/ years normal
10 tahun/ years (1997/98-2007/08)
Deviasi / Deviation (%)
Sulawesi Barat 304 305 306 307 308
Majene Polewali Mamasa Mamasa Mamuju Mamuju Utara
1,173.83 1,203.42 1,203.42 1,818.00 1,203.42
1,091.69 996.74 996.74 1,752.95 996.74
93.00 82.83 82.83 96.42 82.83
390.35 609.80 609.80 416.00 609.80
344.49 689.70 689.70 448.25 689.70
88.25 113.10 113.10 107.75 113.10
Maluku Tenggara Barat Maluku Tenggara Maluku Tengah Buru Kepulauan Aru Seram Bagian Barat Seram Bagian Timur
1,263.66 1,810.00 1,782.00 950.00 1,810.00 1,782.00 1,782.00
1,251.42 1,603.48 1,656.50 920.49 1,603.48 1,656.50 1,656.50
99.03 88.59 92.96 96.89 88.59 92.96 92.96
531.04 559.00 922.00 380.00 559.00 922.00 922.00
542.25 514.63 726.00 347.10 514.63 726.00 726.00
102.11 92.06 78.74 91.34 92.06 78.74 78.74
Halmahera Barat Halmahera Tengah Kepulauan Sula Halmahera Selatan Halmahera Utara Halmahera Timur
1,293.94 1,245.30 1,293.94 1,293.94 1,293.94 1,245.30
1,247.46 1,330.25 1,247.46 1,247.46 1,247.46 1,330.25
96.41 106.82 96.41 96.41 96.41 106.82
785.48 1,093.17 785.48 785.48 785.48 1,093.17
699.80 1,040.00 699.80 699.80 699.80 1,040.00
89.09 95.14 89.09 89.09 89.09 95.14
Merauke Jayawijaya Jayapura Nabire Yapen Waropen Biak Numfor Paniai Puncak Jaya Mimika Boven Digoel Mappi Asmat Yahukimo
1,171.27 1,124.71 1,220.51 2,343.98 1,972.00 1,573.74 1,543.02 1,093.00 2,712.00 1,171.27 1,171.27 1,171.27 1,124.71
1,409.92 1,223.52 974.84 2,259.08 1,911.60 1,381.37 1,556.37 1,223.52 2,796.90 1,409.92 1,409.92 1,409.92 1,223.52
120.37 108.79 79.87 96.38 96.94 87.78 100.87 111.94 103.13 120.37 120.37 120.37 108.79
211.46 577.88 471.99 1,362.89 1,279.00 1,099.21 946.08 508.00 2,523.00 211.46 211.46 211.46 577.88
360.14 690.76 441.35 1,609.50 1,159.90 810.81 861.56 690.76 2,575.30 360.14 360.14 360.14 690.76
170.31 119.53 93.51 118.09 90.69 73.76 91.07 135.98 102.07 170.31 170.31 170.31 119.53
Maluku 309 310 311 312 313 314 315
Maluku Utara 316 317 318 319 320 321 Papua 322 323 324 325 326 327 328 329 330 331 332 333 334
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
177
Lampiran 5.1 (lanjutan): Kumulatif Curah Hujan Selama Musim Hujan (Oktober - Maret) dan Musim Kemarau (April - September) untuk Periode 1997 - 2007 Annex 5.1 (contd): Rainfall Cumullative during Wet Season periods (October - March) and Dry Season (April - September) for 1997 to 2007 Periods Akumulasi Curah Hujan Okt-Mar/Rainfall Accumulation Oct-Mar No
Akumulasi Curah Hujan Apr-Sep/Rainfall Accumulation Apr-Sep
Kabupaten / District 30 tahun/ years normal
10 tahun/ years (1997/98-2007/08)
Deviasi / Deviation (%)
30 tahun/ years normal
10 tahun/ years (1997/98-2007/08)
Deviasi / Deviation (%)
Papua 335 336 337 338 339 340
Pegunungan Bintang Tolikara Sarmi Keerom Waropen Supiori
1,124.71 1,124.71 1,220.51 1,220.51 1,972.00 1,573.74
1,223.52 1,223.52 974.84 974.84 1,911.60 1,381.37
108.79 108.79 79.87 79.87 96.94 87.78
577.88 577.88 471.99 471.99 1,279.00 1,099.21
690.76 690.76 441.35 441.35 1,159.90 810.81
119.53 119.53 93.51 93.51 90.69 73.76
1,541.40 1,541.40 1,709.94 1,709.94 1,709.94 1,263.91 1,263.91 1,263.91
1,454.00 1,454.00 1,212.06 1,212.06 1,212.06 1,056.97 1,056.97 1,056.97
94.33 94.33 70.88 70.88 70.88 83.63 83.63 83.63
1,437.21 1,437.21 716.07 716.07 716.07 958.00 958.00 958.00
1,303.60 1,303.60 539.83 539.83 539.83 858.75 858.75 858.75
90.70 90.70 75.39 75.39 75.39 89.64 89.64 89.64
Papua Barat 341 342 343 344 345 346 347 348
178
Fak-fak Kaimana Teluk Wondama Teluk Bintuni Manokwari Sorong Selatan Sorong Raja Ampat
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Lampiran 6.1
Principal Component Analysis (PCA-Analisis Komponen Utama): Untuk Analisa Hubungan Antar Indikator Ketahanan Pangan
Annex 6.1
Principal Component Analysis: Analyzing Relationships Among Food Security Indicators
Salah satu bidang ilmu statistik yang disebut analisa multivariat atau analisa faktor menyediakan beberapa teknik untuk
A domain of statistics called factor or multivariate analysis offers several techniques for multi-dimensional data analysis in
analisa data multi dimensi yang dapat melihat hubungan antara macam-macam indikator ketahanan pangan. Principal Component Analysis (PCA-Analisis Komponen Utama) adalah sebuah teknik analisa multivariat yang dapat diterapkan pada variabel kontinu. Tujuan PCA adalah untuk melihat dan menggambarkan hubungan mendasar antar variabel dengan cara membuat indikator baru (disebut ‘faktor’ atau ‘komponen utama’) yang menggambarkan hubungan asosiasi antar variabel. PCA dapat diterapkan pada indikator-indikator ketahanan pangan (mencakup ketersediaan pangan, akses dan pemanfaatan pangan).
order to capture the essence of the relationship among various indicators of food security. Principal Component Analysis (PCA) is one technique of multivariate analysis that applies to continuous variables. The objective of PCA is to identify and describe the underlying relationships amongst the variables by creating new indicators (called ‘factors’ or ‘principal components’) that capture the essence of the associations between variables. A single PCA can be applied to food security indicators in general (covering food availability, access, utilization).
PCA adalah proses mengurangi data untuk serangkaian variabel yang mengukur sebuah kategori tertentu (misalnya Akses pangan) yang dapat dioptimalkan menjadi komponen utama untuk mengetahui hubungan antar variabel asal dari beberapa variabel yang relevan dengan ketahanan pangan. Masing-masing komponen utama tersebut menjadi indikator baru yang merupakan ringkasan terbaik dari hubungan linier antar variabel awal. Komponen utama pada PCA sesuai dengan banyaknya komponen pada variabel awal. Namun, kontribusi masing-masing komponen utama
Suppose one has several variables relevant to food security. PCA is essentially a process of data reduction. A series of variables measuring a particular category (e,g, food access) are optimized into principal components capturing the essence of the relationships among initial variables. Each principal component is thus a new indicator that represents the “best” summary of the linear relationship among the initial variables. PCA yields as many principal components as there are initial variables. However, the contribution of each principal component in explaining the total variance found amongst districts SEHHLNKCNAOOERAHU@A?NA=OABNKIPDAłNOPLNEJ?EL=H?KILKJAJPPKPDAH=OPO=NAOQHP =HEIEPA@OAPKBLNEJ?EL=H?KILKJAJPO
dalam menjelaskan varian total yang ada di Kabupaten akan lambat laun berkurang dari komponen utama yang pertama sampai yang terakhir. Dengan demikian, hanya akan ada beberapa komponen utama yang akan menjelaskan keberagaman utama dari matriks dan komponen utama yang hanya mempunyai kekuatan penjelasan yang minim dapat dihilangkan dari analisa. Jadi, diperoleh pengurangan data dengan tingkat kehilangan informasi yang relatif kecil.
explain the majority of the matrix variability and principal components with little explanatory power can be removed from the analysis. The result is data reduction with relatively little loss of information.
Untuk analisis FSVA, PCA telah digunakan sebagai dasar pembobotan masing-masing indikator yang dapat
For the current exercise, PCA has been used to derive the weights of individual indicators that could then be combined to
digabungkan untuk menghitung indeks komposit. PCA dapat digunakan untuk menghitung pembobotan yang dapat menjelaskan hubungan antar indikator setelah indikator-indikator kerawanan pangan kronis disepakati oleh tim pengarah dan tim pelaksana (SC-TWG) FSVA.
calculate a composite index. As the Steering Committee and Technical Working Group (SC-TWG) for FSVA agreed upon a list of indicators of chronic food insecurity, the PCA helped in deriving the weights that best explain the relationship among these indicators.
Semua indikator pada awalnya dibuat ‘unidirectional’ – semakin besar nilainya, semakin tinggi tingkat kerentanannya. Data tersebut kemudian distandarisasi dengan menggunakan Z-skor. Z-skor dihitung dengan cara mengurangi rata-rata nilai indikator yang terkait di sebuah kabupaten dan kemudian dibagi dengan standar deviasi dari indikator tersebut.
HHPDAEJ@E?=PKNOSANAłNOPI=@AQJE@ENA?PEKJ=HDECDANPDAR=HQADECDANPDARQHJAN=>EHEPU1DA@=P=S=OPDAJOP=J@=N@EVA@ using Z-scores. Z-scores are computed by subtracting the mean of an indicator from the individual value pertaining to a district and then dividing it by the standard deviation of the indicator. Z-score values could be both positive as well as
Angka Z-skor bisa positif atau negatif; angka rata-rata selalu ‘nol’ dan standar deviasi Z-skor selalu ‘satu’. PCA dihitung dengan angka Z-skor. ‘Pembobotan’ atau ‘factor loadings’ diambil dari ‘Rotated Component Matrix (Matriks Komponen yang Dirotasi)’, dan diambil dari 3 komponen dengan Eigenvalues lebih dari ‘satu’ dan komponenkomponen ini menjelaskan hampir dua pertiga variasi yang ada. Angka pada tabel di bawah merupakan pembobotan yang digunakan untuk menghitung Composite Food Security Index - Indeks Komposit Ketahanan Pangan (CFSI), terlihat dalam bentuk persamaan. Semakin tinggi angka CFSI, maka semakin tinggi tingkat kerentanannya.
negative; the mean should be always ‘zero’ and the standard deviation of the Z-scores should be always ‘one’. The PCA was run with these Z-scores. The ‘weights’ or ‘factor loadings’ are taken from the ‘Rotated Component Matrix’, extracted from 3 components with Eigenvalues more than ‘one’ and these components explained almost two-third of the variations. The highlighted values in the table below are the loadings that were taken to compute the Composite Food Security Index (CFSI), shown below in the form of an equation. Higher the value of the CFSI, higher is the degree of vulnerability, relatively speaking.
CFSI = CP_ratio*0,534+BPL*0,598+Electricity*0,746+Road*0,771+Illiteracy*0,911+Life_Exp*0,802+ Underweight*0,783+Water*0,759+Health*0,604
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
179
Bobot dari Indikator-indikator Ketahanan Pangan dari Rotated Component Matrix, PCA Weight for Food Security Indicators from the Rotated Component Matrix under PCA Indicators (Z-Score)
Component 1
2
3
0.534
-0.122
-0.176
BPL
0.287
0.317
0.598
Electricity
0.746
0.350
0.305
Road
0.771
0.077
0.346
Illiteracy
0.011
-0.048
0.911
Life_Exp
CP_ratio
-0.064
0.802
0.199
Underweight
0.305
0.783
-0.080
Water
0.759
0.101
0.074
Health
0.604
0.196
0.096
Metode Ekstraksi: Principal Component Analysis; Metode yang dirotasi: Varimax dengan Kaiser Normalization. Extraction Method: Principal Component Analysis; Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization. a, Rotation converged in 4 iterations.
Berdasarkan skor komposit, di buat skor per kabupaten di rangking dan dari tingkat kerawanan pangan terdapat
Finally, based on the composite scores, the districts were ranked and top 100 districts in terms of food insecurity were
100 kabupaten yang tergolong ‘Kabupaten Prioritas’ dalam hal intervensi ketahanan pangan. Perlu dicatat bahwa pembagian kabupaten ke dalam beberapa kelompok prioritas tidak berdasarkan metode ilmiah.
considered as ‘Priority Districts’ in terms of food security interventions. It should be noted that divisions of districts into various LNEKNEPUCNKQLOEO DKSARAN JKP>=OA@KJ=JUO?EAJPEł?IAPDK@
180
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Lampiran 6.2: Peringkat Kabupaten Berdasarkan Indikator Individu dan Indeks Ketahanan Pangan Komposit Annex 6.2: Ranking of Districts Based on Individual Indicators and Composite Food Security Index
Catatan: Rank Avai: Peringkat rasio konsumsi normatif per kapita terhadap ketersediaan serealia Rank of Per capita normative consumption to cereal availability ratio Rank Pov: Peringkat penduduk hidup di bawah garis kemiskinan Rank of people below poverty line Rank Road: Peringkat desa yang tidak memiliki akses penghubung yang memadai Rank of villages with inadequate connectivityy Rank Elec: Peringkat rumah tangga tanpa akses listrik Rank of households without access to electricity Rank Life: Peringkat angka harapan hidup pada saat lahir Rank of Life Expectancy at birth Rank U5: Peringkat berat badan balita di bawah standar Rank of underweight rate of under 5 children Rank Flit: Peringkat perempuan buta huruf Rank of female Illiteracyy Rank Water: Peringkat rumah tangga tanpa akses ke air bersih Rank of households without access to improved drinking water Rank Health: Peringkat rumah tangga yang tinggal lebih dari 5 km dari fasilitas kesehatan Rank of households living more than 5 km away from Health facilities Pertama, seluruh indikator individu disusun peringkatnya berdasarkan nilai masing-masing, peringkat yang lebih tinggi menunjukkan tingkat kerawanan yang semakin tinggi. Peringkat ini kemudian disusun menurut peringkat komposit untuk menunjukkan faktor utama yang menyebabkan peringkat kabupaten berada pada 100 kabupaten prioritas. $OOLQGLYLGXDOLQGLFDWRUVDUH¿UVWUDQNHGDFFRUGLQJWR their values, showing higher ranks to higher degree of vulnerability. These ranks are then sorted by composite ranking to demonstrate the major factors responsible for the composite rank of each district to be within the priority 100 districts.
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
181
Lampiran 6.2 (lanjutan): Peringkat Kabupaten Berdasarkan Indikator Individu dan Indeks Ketahanan Pangan Komposit Annex 6.2 (contd): Ranking of Districts Based on Individual Indicators and Composite Food Security Index
182
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Lampiran 6.2 (lanjutan): Peringkat Kabupaten Berdasarkan Indikator Individu dan Indeks Ketahanan Pangan Komposit Annex 6.2 (contd): Ranking of Districts Based on Individual Indicators and Composite Food Security Index
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
183
Lampiran 6.2 (lanjutan): Peringkat Kabupaten Berdasarkan Indikator Individu dan Indeks Ketahanan Pangan Komposit Annex 6.2 (contd): Ranking of Districts Based on Individual Indicators and Composite Food Security Index
184
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Lampiran 6.2 (lanjutan): Peringkat Kabupaten Berdasarkan Indikator Individu dan Indeks Ketahanan Pangan Komposit Annex 6.2 (contd): Ranking of Districts Based on Individual Indicators and Composite Food Security Index
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
185
Lampiran 6.2 (lanjutan): Peringkat Kabupaten Berdasarkan Indikator Individu dan Indeks Ketahanan Pangan Komposit Annex 6.2 (contd): Ranking of Districts Based on Individual Indicators and Composite Food Security Index
186
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Lampiran 6.2 (lanjutan): Peringkat Kabupaten Berdasarkan Indikator Individu dan Indeks Ketahanan Pangan Komposit Annex 6.2 (contd): Ranking of Districts Based on Individual Indicators and Composite Food Security Index
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
187
Sekretariat Dewan Ketahanan Pangan - BKP
World Food Programme
N
K
A
N
GA N
A DEW
Departemen Pertanian Jl. Harsono RM No. 3, Ragunan Jakarta 12550 Indonesia Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Tel. : (62) 21 - 7816652, 7806938 Fax. : (62) 21 - 7816652, 7806938
ET N AHANA
P
Wisma Kyoei Prince, 9th Floor Jl. Jendral Sudirman Kav. 3 Jakarta 10220 Indonesia Tel. : (62) 21 - 5709004 Fax. : (62) 21 - 5709001 www.wfp.org