PETA GERAKAN RADIKAL DI INDONESIA: SEBUAH DISKURSUS POLITIK
Ahmad Syafii Mufid Workshop Membangun Kesadaran dan Strategi Dalam Menghadapi Gerakan Radikalisasi Agama Depok, 19 Desember 2011
PENDAHULUAN • Apa kata mereka? 1. ABB (tahanan di Bareskrism): saya tidak dipenjara karena pelanggaran hukum tetapi karena target 2. AZ (tahahan di Philipina): anda semua sudah tahu apa yang menjadi keyakinan kami, ideologi dan perjuang kami. Tidak usah disinggung anda semua sudah tahu. 3. PF (tahanan Polda); saya belajar dan saya praktikkan apa yang saya pelajari tentang jihad. 4. ARAY (mantan JI) ; tidak benar itu salafi jihadis, mereka sama dengan kaum Khawarij.
MENGAPA MEREKA DIPENJARA
• ABB ditangkap dan dipenjarakan karena melakukan teror (terorisme) seperti : memberikan dukungan dan pembiayaan latihan militer di Jantho, Aceh. • AZ melakukan tindak pidana terorisme di Malaysia (pemalsuan dokumen imigrasi). • PF melakukan teror dengan bom buku, dan rencana peledakan bom katedral di Serpong
JIHAD VS TERORISME • Jihad adalah ajaran Islam dan bagian utama dalam sumulul Islam • Terorisme ada dua macam; terorisme pemikiran dan terorisme fisik • Syaikh Najih Ibrahim dan Syaikh Ali Muhammad Syarif, dalam buku Hurmatu al- Ghuluf fi al Din wa Takfir alMuslimin hlm 28, menyatakan bahwa terorisme pemikiran bertolak dari pandangan fanatis terhadap pendapatnya sendiri, dan menolak pendapat orang lain. • Pola pikir yang demikian, tidak jarang pada pemaksaan pemahaman dengan cara kekerasan pula.
lanjutan • Kedua, memahami teks-teks agama secara harfiyah dan tidak bisa menyelami makna dan hikmahnya. Dengan cara demikian, mereka memahami makna Al Qur’an tentang perang tanpa mengaitkan tujuan dan sebab adanya perang tersebut. • Ketiga, berlebih-lebihan dalam pengharaman. Dalam sudut pandang mereka, segala sesuatu yang tidak memiliki dasar dalam syari’at dituding haram. • Keempat, mudah mengkafirkan kepada siapa saja yang berbeda pandangan. Ideologi ini sangat berbahaya karena menjadi awal dari kekerasan fisik. Jika seseorang telah dinyatakan kafir, murtad atau sesat maka sama artinya boleh dilakukan kekerasan (pembunuhan) terhadap orang tersebut.
DEFINISI TERORISME • Pasal 6 UU No.15 Tahun 2003 Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat massal, dengan cara merampas kemerdekaan atau hilangnya nyawa dan harta benda orang lain, atau mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap obyek-obyek vital yang strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas publik atau fasilitas internasional, dipidana dengan pidana mati atau penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun.
MOTIVE DAN SEBAB Motive/niat : Iqomat al dien, iqomatut daulah/khilafah Amal : a. Dakwah b. Jamaah c. Hijrah d. Tajnid > jihad e. Daulah/ khilafah f. Syari’ah Sebab a. Muslimin didhalimi (Palestina, Iraq, Afghanistan, dll) b. Dominasi thaghut terhadap kaum muslimin c. Kemusyrikan dan kebatilan di negara – negara muslim
GENEALOGI IDEOLOGI RADIKAL
DI/NII SMK DI/TII
Neo NII
Faksi2 1978-79
• 7 AGUSTUS 1949 proklamasi NII • 1962 SKM ditangkap dan dieksekusi
• 1969 -1973 lahir Negara Islam Tejamaya (Sobari) dan Pergerakan Rumah Tangga Islam ( Tahmid SMK) • 1973 Pertemuan Mahoni dan 1975 lahir KOMJI.
• Fillah > Jaja Sujadi, Bakar Misbah, Sensen Kumara • Fisabilillah : Hispran, Ajengan Masduki, Abdullah Sungkar, ABB • Adah Jaelani > Abu Totok (AS Panji Gumilang)
DARI DI/NII MENJADI JI • Abdullah Sungkar berbaiat menjadi anggota NII s tahun 1978. • Karena dituduh terlibat KOMJI yang hendak melakukan kudeta terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Ba’asir ditangkap dan dipenjarakan kemudian diadili tahun 1982 dengan vonis 9 tahun. • Tahun 1985 mereka melarikan diri (hijrah) ke Malaysia. Keduanya memimpin gerakan NII dari Malaysia dan membangun program pengiriman mujahidin untuk berlatih dan berjihad di Afganistan hingga 1992 atas nama NII
lanjutan • Kedua tokoh ini kemudian memisahkan diri dari jamaah NII dan membentuk Al-Jamaah AlIslamiyah sekitar bulan Januari 1993. • Menurut Dziya Rasywan, ada tiga tahapan dalam perkembangan Al Jamaa’ah al Islamiyah yaitu pertama tathwir al bina’ al tandzim lil jamaah, yakni pasca keluarnya Abu Ba’asyir dan Abdullah Sungkar dari penjara pada tahun 1982 mulai membangun “usrarah” yang anggota antara 8-15 orang dengan usaha untuk menerapkan syariat Islam dalam kehidupan nyata mereka.
lanjutan • Konsep usrah ini sebagai usaha untuk persiapan mewujudkan daulah Islamiyah, sebagaimana telah dikembangkan oleh Hasan al Bana pendiri Ikhwan al Muslimin. • Para mahasiswa dan pemuda banyak yang tertarik dengan pemikiran ini, antara lain di Yogyakarta sekitar masjid Sudirman ditokohi oleh Fikiruddin Muqti (Muhammad Iqbal Abdurrahman atau Abu Jibril), Muchliansyah, Irfan Suharyadi (Irfan S Awass). Mereka menyebarkan gagasan tentang “Usrah” dan jamaah dengan mendirikan Badan Koordinasi Remaja Masjid Indonesia (BKMRI) pada tahun 1982 dan menerbitkan majalah Ar Risalah pada tahun 1981.
lanjutan • Tahap kedua, pimpinan Jama’ah melarikan diri ke Malaysia pada tahun 1985 menjelang eksekusi keputusan pengadilan Indonesia terhadap Ba’asyir dan Abdullah Sungkar yang diganjar hukuman 3 tahun 4 bulan atas tuduhan perbuatan makar terhadap pemerintahan yang sah. • Mereka lari ke Malaysia bukan untuk menghindari hukuman tetapi “hijrah” dari hukuman musuh-musuh Islam, sebagaimana Rasulullah melakukan hijrah dari Makkah ke Madinah
lanjutan • Di Malaysia mereka membangun kepengurusan/kepemimpinan Al Jamaah al Islamiyah termasuk ketentaraannya (tajnid) hingga akhirnya kembali ke Indonesia pada tahun 1999. • JI memiliki Pedoman Umum Perjuangan Al Jamaah al Islamiyah yang secara eksplisit menyatakan bahwa perjuangannya berdasarkan madzhab salafus shalih (Salafi).
RADIKALISME AL JAMAAH AL ISLAMIYAH • Fase ketiga adalah masuknya sayap radikal dalam JI, tatkala mereka kembali dari Malaysia ke Indonesia yang dimulai pada tahun 1998 seiring dengan kejatuhan rezim Suharto tatkala Abdullah Sungkar meninggal dunia tahun 1999 dan kepemimpinan berada di tangan Abu Bakar Ba’asyir. • Pada tahun 2000 merupakan awal kelompok radikal dalam JI melancarkan serangan terhadap Barat, Amerika dan orang Kristen. Pada akhir tahun ini terjadi pengeboman di sejumlah gereja di berbagai kota di Indonesia, pengeboman di Bali, pengeboman JW Marriott, Kedutaan Besar Australia, Bali 2, Marriott II, Bom masjid Polres Cirebon, Bom Buku dan Gereja GBIS, Keponton, Solo.
JI SEBAGAI ORGANISASI TERORIS • Al Jama’ah al Islamiyah ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh Dewan Keamanan PBB pada tanggal 25 Oktober 2002. • Sebelumnya, pemerintah Indonesia telah memberikan dukungan untuk memasukkan JI ke dalam daftar kelompok teroris dunia tersebut melalui surat Menteri Luar Negeri pada tanggal 23 Oktober 2002.
RADIKALISME JI TIDAK PERNAH MATI • Dalam perkembangan selanjutnya JI mengalami perubahan yang bersifat involutif. Beberapa tokoh atau pimpinan JI terlibat dalam pembentukan Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) yang dideklarasikan 8 Agustus 2000 di Yogyakarta. • Organisasi inipun kemudian pecah, ketuanya Abu Bakar Ba’asyir mendirikan Jamaah Anshorut Tauhid pada tanggal 17 September 2008 di asrama haji Bekasi. Pimpinan MMI beralih dari Abu Bakar Ba’asyir kepada Muhammad Thalib dan Abu Jibril Abdurrahman sebagai Wakil Amir.
LANJUTAN • Beberapa kasus penangkapan dan penggerebekan pelaku terorisme (JI) melibatkan anggota ormas lainnya seperti Agung Abdul Hamid dari laskar Jundullah, Komite Penanggulangan Krisis (KOMPAK), Forum Gerakan Anti Pemurtadan (FAKTA) di Palembang dan Jamaah Ansharut Tauhid. Laskar Jundullah adalah sayap militer organisasi Komite Persiapan Penegakan Syariat Islam (KPPSI) yang dipimpin oleh Agus Dwikarna. • KOMPAK adalah sebuah organisasi bentukan Dewan Dakwah Islam Indonesia yang didirikan pada tahun 1998, sebagai respon terhadap konflik Ambon dan Poso. Abdullah Sonata salah seorang anggota senior KOMPAK terlibat tindak pidana teroris, menyembunyikan tersangka terorisme Dul Matin dan Umar Patek dan terlibat pengeboman Kedutaan Besar Australia di Jakarta. • Usman, anggota KOMPAK pernah menjadi penghubung komunukasi dan penyediaan senjata api bagi kelompok Noordin M.Top.
PARA PEWARIS IDEOLOGIS • Fakta (Forum Anti Gerakan Pemurtadan) adalah organisasi yang berbasis di Sumatera Selatan. Organisasi ini terlibat dalam sejumlah aksi terror di Bandung, penembakan terhadap seorang guru di Palembang dan upaya pengeboman sebuah kafe di Bukittinggi dan menyembunyikan tersangka pelaku teror di Ambon. • Jamaah Tauhid wal Jihad, sebuah gerakan yang dipelopori oleh Aman Abdurrahman, seorang ustadz asal Sumedang Jawa Barat, tahun 2003. Kegiatan Aman membuka pengajian di Cimanggis Depok dan melakukan latihan militer sejak 2004 dan ketika bom yang dirakit mereka meledak, Aman dan peserta pengajiannya ditangkap dan dipenjarakan di Cipinang.
lanjutan • Tahun 2007 bersama Lutfi Haedaroh (Ubed), Aman menerjemahkan buku karya tokoh radikal Mesir, Abdul Qadir bin Aziz dengan judul “Melacak Jejak Thaghut” dan diterbitkan oleh Kafayeh Cipta Media milik kelompok JI. • Setelah bebas secara bersyarat pada tahun 2008, Aman kembali terlibat aksi terorisme yaitu merekrut peserta pelatihan kemiliteran Tandzim Al Qaidah di Aceh.
KESIMPULAN • Radikalisme JI yang merupakan turunan dari NII tidak saja memiliki akar teologis tetapi juga kesejarahan. Ideologi kekerasan yang terus menerus dipelihara oleh para anggota NII dan kemudian JI, terus hidup tersosialisasikan melalui berbagai pranata mulai dari keluarga, kelompok, organisasi bahkan lembaga pendidikan. • Budaya kekerasan yang ditunjukan oleh generasi pertama kepada generasi berikutnya baik dalam organisasi kemiliteran (Tentara Islam Indonesia), Komando Jihad maupun Tandzim Asykari atau Fi’ah Muqatilah, yang memang tidak segan-segan menggunakan kekerasan dalam setiap aksinya.
• Paham dan gerakan RADIKAL seperti ini memperoleh momentum tatkala Negara belum berhasil memberi kan bukti bahwa keadilan dan kesejahteraan dapat diraih dengan ideology lain seperti Pancasila. • Kegagalan Negara dalam memberikan rasa aman dan kemakmuran senantiasa menjadi sasaran kritik dan propaganda bagi tumbuh kembangnya paham radikal seperti NII atau al Jamaah al Islamiyah (JI). • Upaya untuk mendirikan Negara Islam atau menegakkan kembali khilafah yang sesungguhnya adalah otopia tetapi merupakan materi indoktrinasi dan pencucian otak yang paling menarik, terutama kalangan muda.
REKOMENDASI • Perlu disosialisasikan kembali bahwa konsep dan praktik NII/TII merupakan penyimpangan terhadap “ mu’ahadah al ijtimaiyah al islamiyah” . • Pemikiran dan praktik kenegaraan sebagaimana dilakukan oleh khulafa’ al rasyidun dan khilafah berikutnya serta nation state saat ini adalah masalah ijtihadiyah (bukan bagian dari rukun iman dan Islam). • silaturrahmi kepada mereka sangat perlu untuk meluruskan kembali sesat pikir.