Perubahan Kadar Fruktosa dan Fosfatase Asam dari Bercak Cairan Mani pada Kain Katun Berdasarkan Usia Bercak dengan Menggunakan Spektroskopi UV-Visible Putu Melati Suci Kusuma(1), Wibisana Widiatmaka(2), Ridla Bakri(3) 1. Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal, Program Pendidikan Dokter Spesialis I Ilmu Kedokteran Forensik Dan Medikolegal, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jl. Salemba Raya No 6 Jakarta Pusat, Jakarta, 10430, Indonesia 2. Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal, Program Pendidikan Dokter Spesialis I Ilmu Kedokteran Forensik Dan Medikolegal, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jl. Salemba Raya No 6 Jakarta Pusat, Jakarta, 10430, Indonesia 3. Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia, Ged. Utama FMIPA-UI Kampus UI-Depok, Depok,16424, Indonesia Email :
[email protected]
Abstrak Tesis ini membahas tentang usia bercak cairan mani dengan melihat perubahan kadar fruktosa dan fosfatase asam yang terkandung dalam cairan mani. Penelitian dalam tesis ini merupakan penelitian analisis korelatif dengan time series selama 6 hari pengamatan, yang tidak kontinu. Dalam penelitian ini, diperiksa sebanyak 36 sampel kain katun yang telah dibercakkan cairan mani diatasnya, lalu dikeringkan di lingkungan terbuka, kemudian pada hari ke-0, ke-1, ke-3 dan ke-6 setelah pembercakkan, sampel tersebut diperiksa kadar fruktosa dan fosfatase asam yang terkandung didalamnya dengan menggunakan spektroskopi uv-visibel. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya perubahan kadar fruktosa dan fosfatase asam yang terkandung dalam cairan mani, tetapi didapatkan pula fakta bahwa kandungan fruktosa yang ada didalam cairan mani akan mempengaruhi kadar fosfatase asam yang juga terkandung dalam cairan mani. Selain itu, dalam penelitian ini didapatkan pula adanya pengaruh dari jenis bahan kain yang digunakan sebagai media pembercakkan. Dimana, kain katun ternyata juga akan memberikan hasil yang positif pada pemeriksaan kadar fruktosa. Penentuan usia bercak cairan mani, berdasarkan perubahan kadar fruktosa dan fosfatase asam, masih dapat digunakan tetapi dengan disertai pemeriksaan terhadap variabel-variabel lainnya. Kata Kunci : Usia bercak cairan mani manusia, kadar fruktosa, kadar fosfatase asam, spektroskopi uv-visibel, kain katun.
Changes in Acid Phosphatase and Fructose Levels from Seminal Fluid Spots on Cotton Fabric Based On Spots Age Using UV-Visible Spectroscopy Abstract This study discusses the seminal age spots by looking at changes in levels of fructose and acid phosphatase contained in seminal fluid. The research in this thesis is a study of correlative analysis with time series for 6 days of observation, which is not continuous. In this study, a total of 36 cotton fabric samples were examined , each had been spotted with seminal fluid on it, and then been dried in an open environment. On day 0, 1st, 3rd and 6th after spotted, each sample was examined its level of fructose and acid phosphatase contained therein by using UV-visible spectroscopy. Results of this study showed changes in levels of fructose and acid phosphatase contained in the seminal fluid, but found also the fact that the fructose content in the seminal fluid will affect acid phosphatase levels contained in the seminal fluid. In addition to that, in this study had been found also the influence of the type of fabric used as a spotted medium, which was cotton fabric also giving a positive result on examination fructose levels. Determination of the age seminal fluid spot, based on changes in levels of fructose and acid phosphatase, could still be used but must be accompanied by examination of other variables. Keywords: Age human seminal fluid spots; levels of fructose; acid phosphatase levels; UV-visible spectroscopy; cotton fabric.
Perubahan kadar..., Putu Melati Suci Kusuma, FK UI, 2013.
Pendahuluan Ketika didalam sebuah TKP, ditemukan adanya dugaan cairan tubuh, maka sangat dibutuhkan sekali terutama kemampuan seorang ahli forensik untuk mengidentifikasi cairan tubuh tersebut. Apakah cairan tersebut berupa darah, cairan mani, air liur, atau cairan vagina, guna menentukan apakah cairan tersebut milik korban atau pelaku dan juga untuk mendapatkan kejelasan mengenai kejadian yang berlangsung dalam TKP tersebut.(1) Pada kasus-kasus yang berhubungan dengan kekerasan seksual, selain dari adanya darah yang terdapat di TKP, cairan mani merupakan cairan tubuh terbanyak yang juga sering didapatkan dalam sebuah TKP. Dalam prakteknya, barang bukti berupa cairan tubuh yang ditemukan tersebut bisa bersifat segar atau telah berusia beberapa hari. Hal ini mungkin dapat terjadi ketika suatu dugaan tindak pidana tersebut baru diketahui penyidik setelah beberapa hari, akibat informasi yang diterima penyidik dari saksi mata atau warga sekitar baru diberikan beberapa waktu setelah dugaan tindak pidana tersebut terjadi. Oleh karena itulah, selain mampu mengidentifikasi cairan tubuh yang ditemukan, diharapkan seorang ahli forensik juga mampu memberikan informasi mengenai perkiraan berapa lama usia cairan tubuh tersebut sebenarnya. Sehingga, penyidik atau klien dapat menemukan kecocokan antara informasi yang diperoleh dengan temuan barang bukti yang ada di TKP. Namun dalam bidang forensik, masih sangat sedikit sekali penelitian yang dilakukan mengenai Cairan Mani. Di beberapa literatur, penulis mendapatkan beberapa data penelitian mengenai identifikasi cairan mani, seperti yang dilakukan oleh Kelly Virkler & Igor K. Lednev (USA). (1) Para ahli forensik di Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal FKUIRSCM, seringkali menerima atau mendapatkan tugas/kasus berupa permintaan pemeriksaan pakaian/pakaian dalam, yang diduga merupakan salah satu barang bukti yang didapatkan pada suatu kasus dugaan tindak asusila. Dimana barang bukti ini seringkali hanya diantarkan begitu saja oleh penyidik/klien, tanpa adanya korban yang juga ikut diperiksa ataupun informasi yang cukup mengenai barang bukti tersebut. Hal yang seringkali dimintakan oleh penyidik/klien terhadap para ahli forensik adalah apakah bercak pada pakaian tersebut merupakan suatu cairan mani atau bukan. Sehingga timbul suatu pemikiran dari peneliti, jika benar bercak tersebut adalah cairan mani apakah usia bercak tersebut sesuai dengan kronologis kejadian perkara atau tidak. Karena menurut peneliti, bisa saja usia bercak tersebut tidak sesuai usianya dengan kronologis perkara yang sebenarnya, dimana adanya ketidaksesuaian ini ditakutkan dapat memberikan penilaian atau keputusan yang salah dalam
Perubahan kadar..., Putu Melati Suci Kusuma, FK UI, 2013.
proses hukum selanjutnya. Sehingga peneliti menganggap bahwa usia bercak pada dugaan kasus asusila, juga sangat penting pengaruhnya terhadap proses hukum yang berjalan. Tidak hanya
pembuktian
bahwa
bercak
tesebut
merupakan
bercak
mani,
tetapi
pemeriksaan/pembuktian terhadap usia bercakpun harus dilakukan. Hal-hal itulah yang menjadi latar belakang dalam penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti kali ini. Pada kasus-kasus yang berhubungan dengan kekerasan seksual, selain adanya darah yang terdapat di TKP, cairan mani merupakan cairan tubuh terbanyak yang juga sering didapatkan dalam sebuah TKP. Dalam prakteknya, barang bukti berupa cairan tubuh yang ditemukan tersebut bisa bersifat segar atau telah berusia beberapa hari. Secara alamiah suatu bahan biologis selalu mengalami perubahan seiring dengan perubahan waktu, termasuk pula komposisi yang terkandung dalam bahan biologis tersebut, dan hal ini juga terjadi pada cairan mani. Sehingga, hal ini dianggap akan berpengaruh terhadap hasil pemeriksaan yang dilakukan seorang ahli forensik terhadap kasus kejahatan seksual, yang kemudian dapat dirumuskan permasalahannya sebagai : Apakah kadar fruktosa dan fosfatase asam dari bercak cairan mani pada kain katun, akan mengalami perubahan seiring perubahan waktu. Tujuan Penelitian yang dilakukan penulis dapat dijabarkan menjadi tujuan umum dan tujuan khusus sebagai berikut : 1. Tujuan Umum : untuk mengetahui apakah terjadi perubahan kadar fruktosa dan fosfatase asam dari bercak cairan mani pada kain katun, seiring dengan perubahan waktu. serta mengetahui perkiraan usia dari bercak cairan mani pada kain katun, berdasarkan perubahan kadar fruktosa dan fosfatase asam dari bercak cairan mani tersebut. 2. Tujuan Khusus : untuk mengetahui perubahan yang paling berarti diantara kadar fruktosa dan fosfatase asam dari bercak cairan mani di kain katun, seiring dengan perubahan waktu.
Tinjauan Teoritis Didalam plasma mani, terkandung beberapa komponen penting yaitu fruktosa, asam askorbat, prostaglandine dan albumin, yang sumber utamanya diproduksi oleh vesikula seminalis, serta asam fosfatase, asam sitrat, inositol, kalsium, zinc, magnesium, spermin, PSA, yang diproduksi oleh kelenjar prostat. Sedangkan kelenjar cowper dan littre, menghasilkan sekret/cairan yang berfungsi untuk melumasi/melicinkan uretra saat ejakulasi. Komponen fruktosa yang ada dalam plasma mani, bermanfaat sebagai sumber energi oleh spermatozoa untuk memproduksi ATP. Dengan kata lain, kadar/konsentrasi fruktosa
Perubahan kadar..., Putu Melati Suci Kusuma, FK UI, 2013.
dalam cairan mani sangat tergantung atau dipengaruhi oleh jumlah spermatozoa dalam cairan mani. Fruktosa yang terkandung didalam cairan mani akan mengalami fruktolisis (pemecahan fruktosa), sehingga semakin banyak jumlah spermatozoa dalam cairan mani, maka fruktolisis pun akan ikut meningkat, karena spermatozoa membutuhkan energi yang berasal dari pemecahan fruktosa tersebut, untuk digunakan sebagai sumber ATP bagi spermatozoa. Pada tahun 1961, “C. Shirren”, melakukan penelitian mengenai fruktolisis dan fruktolisis index terhadap 2000 pasien pria, menemukan bahwa fruktolisis pada pria (penurunan kadar fruktosa dalam plasma mani) tergantung dari kehadiran spermatozoa dalam cairan mani. (2). Fosfatase asam adalah salah satu bentuk enzim yang ditemukan dalam cairan mani. Senyawa ini penting sebagai indikator dari adanya suatu hubungan seksual, karena konsentrasinya ditemukan sangat tinggi dalam cairan mani, berkisar 130-1800 IU/L, namun senyawa ini juga ditemukan dalam cairan vagina, tetapi konsentrasinya jauh lebih kecil dibandingkan dalam cairan mani, yaitu sekitar < 50 IU/L. (3) Batasan lainnya dari konsentrasi fosfatase asam bervariasi, dengan kisaran antara 500-3500 unit, dengan rata-rata 2500 KingArmstrong/mL. Tidak hanya dalam cairan vagina, senyawa ini pun dapat ditemukan dalam cairan tubuh/bercak makanan. Pada penelitian yang akan dilakukan ini, komponen cairan mani yang akan diperiksa hanyalah komponen organiknya saja. Hal ini dikarenakan komponen anorganik (ionion/logam, seperti Zn, Mg, Ca) relatif akan lebih tetap stabil konsentrasinya/tahan terhadap biodegradasi, bila dibandingkan dengan struktur enzim yang ada dalam cairan mani (mis. Fosfatase Asam) atau struktur organik lainnya.
(4)
Komponen organik yang akan diperiksa
pada penelitian ini hanya Fruktosa dan Fosfatase Asam. Hal ini diakibatkan selain karena keterbatasan kemampuan alat, banyaknya metode pemeriksaan yang harus dilakukan untuk masing-masing komponen, waktu, dan biaya, juga disebabkan karena berdasarkan dari literatur dan jurnal yang ada, komponen-komponen itulah (selain PSA) yang dianggap paling spesifik dan paling penting untuk identifikasi cairan mani. Sehingga peneliti hanya membatasi dua parameter itu saja yang akan diperiksa. Dalam memeriksa cairan mani beserta komponennya, banyak cara yang dilakukan. Cara atau tehnik yang utama dan paling sering digunakan di laboratorium adalah melalui analisis cairan mani dan juga spektroskopi untuk komposisi zat-zat yang terkandung didalam cairan mani. Alat yang digunakan untuk melakukan pemeriksaan spektrofotometri, disebut sebagai spektrofotometer. Spektrofotometer adalah instrumentasi yang digunakan untuk mempelajari absorbsi atau emisi gelombang elektromagnetik suatu zat (sampel) sebagai fungsi dari panjang gelombang. Secara prinsip instrumentasi ini terdiri dari peralatan optik,
Perubahan kadar..., Putu Melati Suci Kusuma, FK UI, 2013.
mekanik dan elektronik yang terpadu sehingga dapat mengamati spektrum dari daerah Ultra violet (UV) sampai dengan infra merah (IR). Spektroskopi/spektrofotometri memiliki berbagai jenis yang beragam, tergantung tujuan dalam penggunaannya. Jenis yang dipergunakan di penelitian ini adalah Spektroskopi Ultraviolet-visible, yang menggunakan sinar ultraviolet dan sinar tampak sebagai sumber cahayanya. Sinar ultraviolet menggunakan lampu deuterium sebagai sumber cahayanya, dengan panjang gelombang antara 190-390nm. Sedangkan sinar tampak menggunakan lampu wolfram sebagai sumber cahayanya, dengan panjang gelombang antara 390-2000nm.
Metode Penelitian Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian analitik korelatif dengan time series. Suatu metode penelitian yang menganalisa hubungan antara perubahan kadar Fruktosa dan Fosfatase Asam dari bercak cairan mani pada kain katun, terhadap usia bercak, dengan mempergunakan alat Spektrofotometer UV-Visible. Penelitian ini dilaksanakan di Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal FKUI-RSCM, Jakarta, dan pengambilan sampel dilakukan di Departemen Biologi FKUI-Jakarta, analisa sampel dengan menggunakan metode Spektroskopi UV-Visible dilaksanakan di Laboratorium Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, Depok, pada bulan Mei-Juni 2013. Estimasi besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini, diperoleh melalui rumus untuk analisis korelatif, yaitu :
(5)
…..……………………(1)
dimana : n = besar sampel α = tingkat kesalahan tipe I, ditetapkan sebesar 5% (2 arah); sehingga Zα = 1,96 β = tingkat kesalahan tipe II, ditetapkan sebesar 20%; sehingga Zβ = 0,842
Perubahan kadar..., Putu Melati Suci Kusuma, FK UI, 2013.
(5)
(5)
r = korelasi minimal yang dianggap bermakna berdasarkan judgement peneliti, ditetapkan sebesar 0,5 Melalui perhitungan ini didapatkan besar sampel minimal adalah (29,02) pembulatan 30 sampel penelitian.
Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2013 dan diteliti sebanyak 36 sampel bercak cairan mani pada kain katun dan 4 buah kain katun kontrol. Sampel cairan mani yang dibercakkan pada kain katun, pada awalnya peneliti berharap dapat diperoleh dari setiap lakilaki yang datang ke Departemen Biologi FKUI, Jakarta, yang memenuhi kriteria penerimaan dan penolakan. Namun, karena adanya faktor keterbatasan jumlah pasien yang datang ke Departemen Biologi FKUI, maka peneliti akhirnya memperoleh sampel cairan mani dari donor (sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi) yang didatangi oleh peneliti. Selain itu, pada awalnya peneliti ingin meneliti bercak mani yang berusia 0 hari, 1 hari, 5 hari dan 7 hari. Namun, karena pelayanan Laboratorium tidak buka pada hari libur (Sabtu-Minggu), sehingga usia bercak yang ingin diteliti berubah menjadi 0 hari, 1 hari, 3 hari dan 6 hari. Penelitian perkiraan usia bercak mani pada kain katun diamati selama 4 hari (tidak berurutan), yaitu pada tanggal 18/6/2012, tanggal 19/6/2013, tanggal 21/6/2013 dan tanggal 24/6/2013. Setiap hari diambil sebanyak 9 buah kain katun yang mewakili 9 responden yang diberi kode A, B, C, D, E, F, G, H, I, dan sebanyak 1 buah kain katun yang tidak terdapat bercak cairan mani sebagai kontrol, yang diberi kode K-1, K-2, K-3 dan K-4. Gambaran hasil pemeriksaan perubahan kadar fruktosa dari bercak cairan mani pada kain katun dengan menggunakan spektroskopi UV-Visibel terdapat pada tabel berikut : Tabel. 1. Kadar Fruktosa Dari Bercak Cairan Mani Pada Kain Katun (*) Hari ke
No. Sampel
0 (18/6/2013) A0 B0
C0
Hari,Tgl, Jam pengambilan sampel (wib) Senin, 17/6/2013, jam. 19.45 Senin, 17/6/2013, jam. 20.30 Senin, 17/6/2013, jam.
Jam analisa sampel pada Spektroskopi UV-Vis (wib)
Kadar Fruktosa (mg/L)
Jumlah Sperma
18.31
26.227, 86
N
18.32
11.343,57
A
18.33
21.345,41
O
Perubahan kadar..., Putu Melati Suci Kusuma, FK UI, 2013.
20.45 D0
Senin, 17/6/2013, jam. 20.55
18.34
17.750,37
N
E0
Senin, 17/6/2013, jam. 21.00
18.35
27.575,83
O
F0
Senin, 17/6/2013, jam. 21.20
18.36
15.313,81
N
G0
Senin, 17/6/2013, jam. 22.05
18.37
56.657,28
N
H0
Senin, 17/6/2013, jam. 22.02
18.38
13.690,62
N
I0
Selasa, 18/6/2013, jam. 10.00
18.39
3.366, 97
A
K1
-
18.30
9294, 20
-
17.46
128.447,04
N
17.47
100.826,82
A
1 (19/6/2013) A1 B1
Senin, 17/6/2013, jam. 19.45 Senin, 17/6/2013, jam. 20.30
C1
Senin, 17/6/2013, jam. 20.45
17.48
165.349,67
O
D1
Senin, 17/6/2013, jam. 20.55
17.49
142.364,10
N
E1
Senin, 17/6/2013, jam. 21.00
17.50
263.449,63
O
F1
Senin, 17/6/2013, jam. 21.20
17.51
126.158,82
N
G1
Senin, 17/6/2013, jam. 22.05
17.52
181.356,09
N
H1
Senin, 17/6/2013, jam. 22.02
17.53
152.859,77
N
Selasa,
Perubahan kadar..., Putu Melati Suci Kusuma, FK UI, 2013.
I1
18/6/2013, jam. 10.00
17.54
133.863,88
A
K2
-
17.45
36.434,80
-
17.01
105.548,32
N
17.02
100.024,97
A
3 (21/6/2013) A3 B3
6 (24/6/2013)
Senin, 17/6/2013, jam. 19.45 Senin, 17/6/2013, jam. 20.30
C3
Senin, 17/6/2013, jam. 20.45
17.03
94.414, 77
O
D3
Senin, 17/6/2013, jam. 20.55
17.04
90.731,44
N
E3
Senin, 17/6/2013, jam. 21.00
17.05
199.589,68
O
F3
Senin, 17/6/2013, jam. 21.20
17.06
85.969, 67
N
G3
Senin, 17/6/2013, jam. 22.05
17.07
145.761,48
N
H3
Senin, 17/6/2013, jam. 22.02
17.08
88.335,54
N
I3
Selasa, 18/6/2013, jam. 10.00
17.09
50.430,34
A
17.00
5.556, 65
-
18.01
82.483,36
N
18.02
84.370,99
A
K3 A6 B6
Senin, 17/6/2013, jam. 19.45 Senin, 17/6/2013, jam. 20.30
C6
Senin, 17/6/2013, jam. 20.45
18.03
79.368,69
O
D6
Senin, 17/6/2013, jam. 20.55
18.04
66.080,83
N
18.05
201.092,28
O
E6
Senin, 17/6/2013, jam.
Perubahan kadar..., Putu Melati Suci Kusuma, FK UI, 2013.
21.00 F6
Senin, 17/6/2013, jam. 21.20
18.06
67.565,65
N
G6
Senin, 17/6/2013, jam. 22.05
18.07
94.889,20
N
H6
Senin, 17/6/2013, jam. 22.02
18.08
70.451,54
N
I6
Selasa, 18/6/2013, jam. 10.00
18.09
156.116,5
A
K4
-
18.00
4363, 58
-
* Seluruh kain katun secara bersamaan direndam didalam cairan mani pada hari Senin, 18/6/2013 jam.15.00 wib.
Gambaran hasil pemeriksaan perubahan kadar fosfatase asam dari bercak cairan mani pada kain katun dengan menggunakan spektroskopi UV-Visibel terdapat pada tabel berikut : Tabel 2. Kadar Fosfatase Asam Bercak Cairan Mani Pada Kain Katun (*) Hari ke
No. Sampel
0 (18/6/2013) A0 B0
Hari,Tgl, Jam pengambilan sampel (wib) Senin, 17/6/2013, jam. 19.45 Senin, 17/6/2013, jam. 20.30
Jam analisa sampel pada Spektroskopi UV-Vis (wib)
Kadar Fosfatase Asam (mg/L)
Jumlah Sperma
18.01
347, 33
N
18.02
304, 58
A
C0
Senin, 17/6/2013, jam. 20.45
18.03
365, 73
O
D0
Senin, 17/6/2013, jam. 20.55
18.04
270, 53
N
E0
Senin, 17/6/2013, jam. 21.00
18.05
60, 82
O
F0
Senin, 17/6/2013, jam. 21.20
18.06
238, 65
N
18.07
201, 63
N
G0
Senin, 17/6/2013, jam.
Perubahan kadar..., Putu Melati Suci Kusuma, FK UI, 2013.
22.05
1 (19/6/2013)
H0
Senin, 17/6/2013, jam. 22.02
18.08
285, 96
N
I0
Selasa, 18/6/2013, jam. 10.00
18.09
24, 49
A
18.00
- 23,62
-
17.46
1.620,52
N
17.47
1.658,72
A
K1 A1 B1
3 (21/6/2013)
Senin, 17/6/2013, jam. 19.45 Senin, 17/6/2013, jam. 20.30
C1
Senin, 17/6/2013, jam. 20.45
17.48
1.667,92
O
D1
Senin, 17/6/2013, jam. 20.55
17.49
1.855,48
N
E1
Senin, 17/6/2013, jam. 21.00
17.50
686, 16
O
F1
Senin, 17/6/2013, jam. 21.20
17.51
1.627,64
N
G1
Senin, 17/6/2013, jam. 22.05
17.52
1.279,70
N
H1
Senin, 17/6/2013, jam. 22.02
17.53
1.866,83
N
I1
Selasa, 18/6/2013, jam. 10.00
17.54
526,97
A
17.45
- 11,72
-
16.46
1529, 85
N
16.47
1842, 89
A
16.48
1354,78
O
16.49
1903,94
N
K2 A3 B3
C3 D3
Senin, 17/6/2013, jam. 19.45 Senin, 17/6/2013, jam. 20.30 Senin, 17/6/2013, jam. 20.45 Senin, 17/6/2013, jam. 20.55
Perubahan kadar..., Putu Melati Suci Kusuma, FK UI, 2013.
6 (24/6/2013)
E3
Senin, 17/6/2013, jam. 21.00
16.50
780,20
O
F3
Senin, 17/6/2013, jam. 21.20
16.51
1841,70
N
G3
Senin, 17/6/2013, jam. 22.05
16.52
1151,94
N
H3
Senin, 17/6/2013, jam. 22.02
16.53
1822,5
N
I3
Selasa, 18/6/2013, jam. 10.00
16.54
672,72
A
K3
-
16.45
-44,53
-
17.01
2040,69
N
17.02
2726,57
A
A6 B6
Senin, 17/6/2013, jam. 19.45 Senin, 17/6/2013, jam. 20.30
C6
Senin, 17/6/2013, jam. 20.45
17.03
1992,81
O
D6
Senin, 17/6/2013, jam. 20.55
17.04
2212,05
N
E6
Senin, 17/6/2013, jam. 21.00
17.05
611,41
O
F6
Senin, 17/6/2013, jam. 21.20
17.06
2117,08
N
G6
Senin, 17/6/2013, jam. 22.05
17.07
1134,12
N
H6
Senin, 17/6/2013, jam. 22.02
17.08
1977,66
N
17.09
3222,5
A
I6
Selasa, 18/6/2013, jam.
Perubahan kadar..., Putu Melati Suci Kusuma, FK UI, 2013.
10.00 K4 17.00 -1080,36 * Seluruh kain katun secara bersamaan direndam didalam cairan mani pada hari Senin, 18/6/2013 jam.15.00 wib.
Gambar 1 berikut dapat menggambarkan linearitas kadar fruktosa dan fosfatase asam selama 4 hari pengamatan. Pada gambar tersebut, terlihat bahwa kadar fruktosa dan fosfatase asam tersebar mengikuti hari pengamatan saja, dan tidak berada dalam satu garis linear (linearitas).
Gambar 1. Linearitas Kandungan Fruktosa dan Fosfatase Asam
Sebelum dilakukan uji linearitas, ketiga variabel tersebut dilakukan uji normalitas distribusi data terlebih dahulu oleh peneliti. Dari uji tersebut diperoleh hasil hanya kadar fruktosa saja yang distribusi datanya normal. Sedangkan 2 variabel lainnya distribusi datanya tidak normal. Karena sampel yang diperiksa total seluruhnya berjumlah 36 (< 50), maka uji normalitas yang digunakan adalah Shapiro-Wilk. Kesimpulan tersebut dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini : Tabel 3. Uji Normalitas Distribusi Data Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
USIA BERCAK
.241
36
.000
.817
36
.000
KADAR FRUKTOSA
.107
36
.200*
.959
36
.197
KADAR FA
.136
36
.089
.936
36
.039
*. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction
Pembahasan
Perubahan kadar..., Putu Melati Suci Kusuma, FK UI, 2013.
Untuk menentukan apakah ada hubungan antara variabel dependen dan independen dengan skala numerik, maka uji analisa korelatif yang dipergunakan bila distribusi data normal adalah uji korelasi Pearson. Sedangkan, bila distribusi data tidak normal maka dipergunakan uji korelasi Spearman.(5.6) Pada penelitian ini, ketika dilakukan uji normalitas distribusi data, didapatkan hanya kadar fruktosa (independen) saja yang distribusi datanya normal, sedangkan variabel independen lainnya yaitu kadar fosfatase asam dan variabel dependen yaitu usia bercak mani, distribusi datanya tidak normal. Karena variabel dependennya terdistribusi tidak normal, maka untuk mencari korelasi antara variabel dependen dengan independen, digunakan uji korelatif Spearman. Dari uji korelasi yang dilakukan oleh peneliti pada data penelitian ini, dan juga seperti yang terlihat pada tabel 1 dan tabel 2, didapatkan hasil bahwa ada korelasi yang bermakna antara variabel dependen yaitu usia bercak mani dengan variabel independen yaitu kadar fruktosa dan kadar fosfatase asam. Kondisi ini dapat dilihat pada kedua tabel diatas. Dimana pada masing-masing tabel tersebut, terlihat bahwa kadar fruktosa dan fosfatase asam kadarnya berubah seiring berjalannya waktu. Jika terdapat korelasi antara variabel dependen dengan independen, maka analisa dilanjutkan dengan uji analisis multivariat sehingga dapat diperoleh suatu persamaan regresi linear. Tetapi agar dapat dilakukan analisa regresi linear, ada beberapa syarat tertentu yang harus dipenuhi , antara lain: •
Korelasi antara variabel dependen dan independen harus linear (linearitas)
•
Residu harus memiliki distribusi yang normal dan Mean = 0
•
Residu harus independen
•
Varian dari residu harus konstan
•
Autokorelasi (tidak ada korelasi yang kuat antara variabel independen)
Dari hasil yang diperoleh pada penelitian ini, yang dapat dilihat pada gambar1, menunjukkan bahwa tidak ada linearitas yang terjadi antara variabel dependen dengan independennya. Sehingga, syarat untuk dilakukan uji analisa regresi linear tidak terpenuhi. Peneliti memperkirakan bahwa tidak terjadinya linearitas ini mungkin dikarenakan usia bercak yang dijadikan variabel dependen tidak berurutan dari hari ke hari (ada waktu yang dilewati untuk tidak diperiksa). Sehingga data hanya tersebar diwaktu yang sudah ditentukan saja. Dan faktor lain yang dianggap juga mempengaruhi tidak terjadinya linearitas adalah jumlah sampel yang diperiksa masih sedikit, sehingga tidak banyak jumlah data yang dapat menyebar.
Perubahan kadar..., Putu Melati Suci Kusuma, FK UI, 2013.
Pada hasil analisa kain katun kontrol di tabel 1 (tidak ada bercak maninya), diperoleh gambaran bahwa ternyata kain katun ini memberikan hasil yang positif terhadap pemeriksaan fruktosa. Peneliti berasumsi bahwa kemungkinan besar yang memicu timbulnya hasil positif pada pemeriksaan fruktosa ini adalah bahan dasar/bahan baku pembentuk kain katun tersebut. Ternyata, kain katun itu salah satu bahan dasar utamanya dan paling banyak adalah Selulosa (Cellulose). Dimana selulosa ini memiliki struktur kimia yang terdiri dari homopolimer residu glukosa yang memiliki konfigurasi D dan dihubungkan oleh ikatan β-(1-4) glikosida. Ternyata gugus Aldehid (CH2OH) dan –OH yang ada membentuk fruktosa, juga ditemukan pada sellulosa namun dalam jumlah yang berbeda. Sehingga adanya kesamaan gugus ikatan kimia antara fruktosa yang ada dalam bercak mani dengan selulosa yang ada dalam kain katun inilah yang menimbulkan hasil positif pula pada kain katun yang digunakan sebagai kontrol. Namun kondisi ini sudah diantisipasi oleh peneliti dengan cara melakukan pengurangan antara berat kain yang ada sampel bercak maninya dengan kain kontrol (diasumsikan bahwa ketebalan dan berat kain sebelum dibercakkan adalah sama dengan kontrol). Sehingga berat yang keluar dari hasil pengurangan ini dianggap sebagai berat murni sampel. Diharapkan dengan adanya keterangan bahwa kain katun kontrol juga memberikan hasil yang positif terhadap analisa fruktosa, kedepannya dapat dilakukan penelitian lanjutan mengenai jenis bahan kain yang digunakan dengan
kadar fruktosa dalam bercak mani. Berbeda halnya dengan analisa
fruktosa, pada analisa kadar fosfatase asam, kain katun yang digunakan sebagai kontrol tidak memberikan hasil yang positif terhadap analisa ini. Pada penelitian ini, berdasarkan hasil analisa antara usia bercak mani dengan kadar fruktosa dan fosfatase asam, ditemukan adanya korelasi yang bermakna antara variabel dependen yaitu usia bercak mani dengan variabel independen yaitu fruktosa dan fosfatase asam. Artinya adalah kadar fruktosa dan fosfatase asam akan mengalami perubahan seiring dengan adanya perubahan waktu. Hal ini juga sudah diketahui bahwa suatu materi biologis yang ada akan berubah akibat adanya proses degradasi. Kondisi ini dibuktikan dengan hasil analisa fruktosa yang memperlihatkan bahwa kadar fruktosa yang ada pada bercak mani di kain katun seiring dengan adanya perubahan waktu kadarnya akan semakin menurun. Tetapi kondisi ini justru berlawanan dengan hasil analisa fosfatase asam, dimana terlihat bahwa kadar fosfatase asam yang ada dalam bercak mani di kain katun memang berubah kadarnya dari hari ke hari, tetapi perubahannya tersebut cenderung berupa peningkatan kadar fosfatase asam. Keadaan ini sebenarnya bukan berarti fosfatase asam yang ada dalam bercak mani tidak mengalami degradasi, karena proses degradasi dari fosfatase asam itu sendiri sebenarnya tetap berjalan. Dimana hasil degradasi/katalisis dari fosfatase asam itu adalah alkohol dan fosfat. (7)
Perubahan kadar..., Putu Melati Suci Kusuma, FK UI, 2013.
Gugus Fosfat inilah yang kemudian dideteksi oleh reagen molibdenum dan diikat menjadi suatu senyawa molibdenum fosfat yang berwarna biru. Jika mengacu pada kain katun yang digunakan sebagai media pembercakan, dimana didalam kain katun itu tidak memiliki kandungan gugus fosfat (tidak mungkin mampu mempengaruhi kadar fosfatase asam), seharusnya kadar fosfatase asam akan menurun dari hari ke hari. Satu-satunya faktor yang dapat mempengaruhi kadar fosfatase asam ini adalah adanya gugus fosfat yang berasal dari komposisi cairan mani selain fosfatase asam. Ternyata, gugus fosfat yang ada dalam cairan mani tidak hanya berasal dari fosfatase asam saja, melainkan juga dapat berasal dari fruktosa. Dimana proses degradasi/fruktolisis yang terjadi pada fruktosa, hasil sampingannya adalah fosfat juga. Sehingga, walaupun fosfatase asam mengalami degradasi dengan hasil akhirnya adalah gugus fosfat, ternyata dengan adanya proses degradasi yang terjadi pada fruktosa juga memberikan hasil sampingannya berupa gugus fosfat. Akibatnya justru akan menimbulkan penambahan dari jumlah gugus fosfat yang dihasilkan. Sehingga, peneliti menarik asumsi bahwa sebelum kandungan fruktosa dalam cairan mani sudah habis, maka selama itu pulalah kadar fosfatase asam masih akan terus bertambah. Jika kandungan fruktosa dalam cairan mani terbukti sudah tidak ada lagi, barulah kadar fosfatase asam tersebut akan menurun hingga habis. Akhirnya, kesimpulan dari penelitian ini adalah kadar fruktosa dan fosfatase asam akan mengalami perubahan dengan berjalannya waktu, dimana analisa yang dilakukan untuk mengetahui kandungan tersebut dapat menggunakan alat spektroskopi uv-visible. Metode pemeriksaan ini, lebih mudah dan lebih cepat penggunaannya, sehingga tidak membutuhkan waktu analisa yang lama. Diantara kandungan fruktosa dan fosfatase asam, kandungan fruktosalah yang paling berarti. Dimana kandungan fruktosa ini akan mengikuti hukum alam yaitu terjadi degradasi, dan dibuktikan pula melalui analisa statistik serta grafik.
Kesimpulan
Perubahan kadar..., Putu Melati Suci Kusuma, FK UI, 2013.
1. Pada penelitian perubahan kadar fruktosa dan fosfatase asam dari bercak cairan mani pada kain katun berdasarkan usia bercak dengan menggunakan spektroskopi uv-visibel ini, didapatkan korelasi/hubungan yang bermakna antara usia bercak mani dengan kadar fruktosa dan fosfatase asam. 2. Pada penelitian ini, tidak diperoleh adanya linearitas sebagai syarat untuk membuat persamaan regresi linear. 3. Suatu bercak dapat dinyatakan sebagai cairan mani jika kedua tes fruktosa dan fosfatase asam memberikan nilai positif. Dari hasil analisa kandungan fruktosa dan fosfatase asam pada kain katun kontrol, menunjukkan hasil positif terhadap fruktosa, tetapi negatif terhadap fosfatase asam (dimana fosfatase asam baru memberikan hasil positif pada kain katun yang ada bercak mani saja, yang tidak ada bercak maninya akan negatif). Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa analisa kandungan fosfatase asam (gugus fosfat) dapat digunakan sebagai uji pemastian (confirmed test) karena sifatnya yang sensitif dan spesifik untuk bercak mani yang ada pada kain katun saja. Tetapi tidak dapat digunakan untuk memperkirakan usia bercak mani, karena kadarnya masih akan tetap naik sebelum kandungan fruktosanya habis. 4. Analisa kadar fruktosa dan fosfatase asam masih dapat digunakan untuk memperkirakan kisaran usia bercak mani, namun harus disertai dengan variabel pemeriksaan lainnya. 5. Jenis
bahan/kain
yang
digunakan
sebagai
media
pembercakkan
dapat
mempengaruhi hasil analisa kandungan fruktosa. 6. Kondisi fisik/kesehatan donor sampel dicurigai dapat mempengaruhi hasil analisa kandungan fruktosa dan fosfatase asam.
Saran
Perubahan kadar..., Putu Melati Suci Kusuma, FK UI, 2013.
1. Diharapkan agar dapat dilakukan penelitian lanjutan atas variabel-variabel yang sama, dengan menambah jumlah waktu/usia bercak mani yang diteliti serta menambah jumlah sampel, agar datanya dapat terdistribusi dengan normal dan dapat terbentuk suatu linearitas. 2. Agar dapat diteliti pula variabel jenis bahan dari media yang digunakan pada penelitian lanjutan atau penelitian dasar baru lainnya. 3. Dapat dilakukan penelitian yang sama dengan menggunakan variabel riwayat penyakit yang diderita oleh subyek penelitian
Kepustakaan 1.
K.Virkler, I.K.Lednev; Raman Spectroscopic signature of Semen and its
potential application to forensic body fluid identification; Journal of Forensic Science International 193; 2009; page 56-62 2.
Schirren C; Relation Between Fructose Content Of Semen and Fertility In
Man; Journal of Reproduction and Fertility; 1963; Vol. 5; page 347–358 3.
O’Donohue, Geer James H; Medical Detection and Effects of The Sexual
Abuse of Children; The Sexual Abuse of Children : Clinical issues; Vol.2; page 85 4.
Henky, Widiatmaka W, et.al; Perbedaan Proporsi Hasil Pemeriksaan Prostate-
Specific Antigen (PSA) Yang Positif Dalam Cairan Mani Dengan Menggunakan Rapid Test Device; Tesis; Jakarta; FKUI; 2011 5.
Dahlan MS; Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel Dalam Penelitian
Kedokteran dan Kesehatan; Edisi 3; Jakarta; Penerbit Salemba Medika; 2013 6.
Dahlan MS; Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan; Edisi 5; Jakarta;
Penerbit Salemba Medika; 2013 7.
P15309 (PPAP_HUMAN); diunduh dari :
http://www.uniprot.org/uniprot/P15309#ref11; tersedia [26 Juni 2013] version 130; diunduh [4 Juli 2013]
Perubahan kadar..., Putu Melati Suci Kusuma, FK UI, 2013.