PERUBAHAN IMUNOGLOBULIN G (IgG) DAN IMUNOGLOBULIN A (IgA) PADA QORI PENGHAFAL AL-QUR’AN DI YAYASAN BAITUL QUR’AN INDONESIA – DEPOK Skripsi Diajukan kepada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi
Oleh: Laukha Mahfudloh NIM: 106102003412
PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1431 H / 2010 M
LEMBAR PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENARBENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA LAIN
Jakarta, Juli 2010
Laukha Mahfudloh
2
LEMBAR PERSETUJUAN
Nama NIM Judul
: LAUKHA MAHFUDLOH : 106102003412 : Perubahan Imunoglobulin G (IgG) dan Imunoglobulin A (IgA) pada Qori Penghafal Al-Qur’an di Yayasan Baitul Qur’an Indonesia – Depok
Dinyatakan bahwa skripsi dari mahasiswa ini telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Islam Negeri Jakarta.
Disetujui Oleh : Pembimbing I
Pembimbing II
Zilhadia, M.Si, Apt
Drs.H.Achmad Gholib, M.A
NIP.197308222008012007
NIP.195410151979021001
Mengetahui, Ketua Program Studi Farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Drs. M. Yanis Musdja, M.Sc, Apt NIP. 1956010619851010001
3
Skripsi dengan judul PERUBAHAN IMUNOGLOBULIN G (IgG) DAN IMUNOGLOBULIN A (IgA) PADA QORI PENGHAFAL AL-QUR’AN DI YAYASAN BAITUL QUR’AN INDONESIA -DEPOK Telah disusun dan dipertahankan dihadapan penguji oleh LAUKHA MAHFUDLOH NIM. 106102003412 Pembimbing
Zilhadia, M.Si, Apt Pembimbing I
Drs.H.Achmad Gholib, M.A Pembimbing II Penguji
Ofa Suzanti Betha, M,Si, Apt Penguji I
Farida Sulistiawati, M.Si, Apt Alfiah, M.A Penguji II Penguji III
Mengetahui, Ketua Program Studi Farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Drs. M. Yanis Musdja, M.Sc, Apt Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Prof. DR (hc). dr. M.K Tadjudin, Sp. And Tanggal Lulus: 28 Juli 2010
4
ABSTRACT Title: The Changing of Immunoglobulin G (IgG) and Immunoglobulin A (IgA) to The Qori Fluent in Memorizing The Holy Qur’an in Yayasan Baitul Qur’an Indonesia- Depok There was a research about the changing of imun system of the body of Qori fluent in memorizing the Holy Quir’an in Yayasan Baitul Qur’an IndonesiaDepok. The research aimed to prove that activities fluent in memorizing the Holy Quran in 60 minutes improved the imunologic body response, especially Immunoglobulin G (IgG) and Immunoglobulin A (IgA) which having role in doing activities as specific antibody. The test was done by measuring Imunoglobulin G (IgG) and Immunoglobulin A (IgA) to the serum of Qori fluent in memorizing the Holy Qur’an before and after memorizing the Holy Qur'an. The measurement was done by using RID (Radial Immuno Diffusion) method. It was about forming a complex antigen-antibody which was shown by the form of a ring. The result of the research shown us significant differences between before and after memorizing the Holy Qur'an (P <0.05), namely IgA (P = 0.006) and IgG (P < 0.05). It concluded that by memorizing the Qur’an can change the concentration of Immunoglobulin A (IgA) and Immunoglobulin G (IgG). Keywords: Memorizing The Holy Qur’an, IgG, IgA, RID
5
Judul
ABSTRAK : Perubahan Imunoglobulin G (IgG) dan Imunoglobulin A (IgA) pada Qori Penghafal Al-Qur’an di Yayasan Baitul Qur’an Indonesia Depok Telah dilakukan penelitian tentang perubahan sistem imun dalam tubuh pada Qori penghafal Al-Qur’an di Yayasan Baitul Qur’an Indonesia – Depok. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa aktivitas menghafal Al-Qur’an selama 60 menit dapat meningkatkan respon tubuh imunologik terutama Imunoglobulin G (IgG) dan Imunoglobulin A (IgA) yang dapat berperan dalam melakukan aktivitas sebagai antibodi yang spesifik. Pengujiannya dilakukan dengan mengukur kadar Imunoglobulin G (IgG) dan Imunoglobulin A (IgA) pada serum Qori Penghafal Al-Qur’an sebelum dan sesudah menghafal Al-Qur’an. Pengukuran Imunoglobulin G IgG) dan Imunoglobulin A (IgA) dilakukan dengan metode RID ( Radial Immuno Diffusion). Prinsip metode ini adalah dengan terbentuknya kompleks antigen-antibodi yang ditandai dengan terbentuknya cincin. Dari hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan bermakna antara Imunoglobulin G (IgG) dan Imunoglobulin A (IgA) sebelum dan sesudah menghafal Al-Qur’an (P<0,05) yaitu IgA ( P = 0,006) dan IgG (P<0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan menghafal Al-Qur’an dapat merubah konsentrasi Imunoglobulin G (IgG) dan Imunoglobulin A (IgA). Kata Kunci : Penghafal Al-Qur’an, IgG, IgA, RID
6
KATA PENGANTAR Alhamdulillah wa syukurilah, puji syukur kami sampaikan kehadirat Allah SWT Yang Maha Kuasa atas berkat, rahmat dan hidayah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skipsi ini dengan judul “Perubahan Imunoglobulin G (IgG), Imunoglobulin A (IgA) pada Qori Penghafal Al-Qur’an di Yayasan Baitul Qur’an Indonesia - Depok”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program pendidikan strata satu pada jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Jakarta. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Prof.DR.(hc)dr.MK. Tadjudin,Sp.And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Drs. M. Yanis Musdja, M.Sc, Apt, selaku Ketua Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ibu Zilhadia, M.Si, Apt selaku pembimbing I yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan, arahan, nasehat, serta petunjuk selama melaksanakan penelitian dan penulisan skipsi. 4. Bapak Drs. H. Achmad Gholib, MA Selaku pembimbing II yang telah membantu dan memberikan saran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
7
5. Bapak Yasin Hasan, Lc dan Mu’allimin Masyhud atas bantuan dan bimbingan dalam pencarian sampel Qori di Yayasan Baitul Qur’an Indonesia. 6. Dra. Neneng Gusniarti dan Ibu Abdiyah Wahyuni yang telah membantu dalam pengambilan sampel darah dan dalam menganalisis sampel darah dan fasilitas lain dari Laboratorium Makmal Terpadu FKUI. 7. Drs. Kusmardi, Ms dan Dra. Ria Kodariah, Ms yang telah membertikan izin, fasilitas dan arahan dalam analisis IgG dan IgA di Laboratorium Imunopatologi FKUI.. 8. Bapak Suhendra, SE atas bimbingannya membantu penyelesaian analisis SPSS 16. 9. Seluruh staff Dosen Jurusan Farmasi Universitas Islam Negeri Jakarta yang telah menyumbangkan ilmunya dan membantu kelancaran penulis dalam menyelesaikan pendidikan S1. 10. Ibunda tercinta Hj.Ulya Afifah (Alm) yang telah memberikan kasih sayang yang tak terhingga dan semangat untuk meraih harapan. 11. Bapak H. Ulin Nuha yang telah memberikan dukungan baik secara moral, materil dan spirituil untuk meraih kesuksesan di masa yang akan datang. 12. Mbah H. Aminah terima kasih atas kasih sayang, dukungan dan doanya, Mbak Titik, Mbak Anik, Mas Adam, Mas Aris dan Adikku Hilal yang selalu memberikan semangat dan dukungannya. Om Jazim Hamidi S.sos dan Tante Dindin yang telah dengan ikhlas memberikan fasilitas untuk penyelesaian skripsi ini. Dan spesial teruntuk Mas Bagus yang selalu
8
setia memberikan dukungan dan motivasi untuk tidak lelah dalam menyelesaikan skripsi ini dan memberikan semangat dan kasih sayang yang tak henti-hentinya dalam hangat pelukan hati.. 13. Kepada Ulil, Lisna, Rika dan Ina yang selalu setia menemani dalam langkah dengan semua canda, tawa, tangis serta bahagia yang menghiasi hari-hari selama 4 tahun di farmasi. Via teman seperjuangan jatuh bangun dalam penyelesaian skripsi ini, Lita, Sanny yang menemani mondar-mandir yang tak henti-hentinya sampai semua bisa teratasi dan teman-teman farmasi terutama angkatan 2006, serta semua pihak yang membantu penulis selama penelitian dan penulisan skripsi ini. Semoga skipsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dunia ilmu pengetahuan maupun syiar agama Islam. Amin.
Jakarta, Juli 2010
Penulis
9
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................ LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................... LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ ABSTRACT ........................................................................................................ ABSTRAK ........................................................................................................... KATA PENGANTAR ......................................................................................... DAFTAR ISI ........................................................................................................ DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... DAFTAR TABEL ............................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... BAB I
PENDAHULUAN ................................................................................. 1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1.2. Perumusan Masalah ........................................................................ 1.3. Hipotesa .......................................................................................... 1.4. Tujuan Penelitian ............................................................................ 1.5. Manfaat Penelitian ...........................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 2.1. Al-Qur’an ........................................................................................ 2.1.1. Seni Membaca Al-Qur’an .................................................... 2.1.2. Dzikir Al-Qur’an.................................................................. 2.2. Pernapasan ...................................................................................... 2.2.1. Pengertian............................................................................. 2.2.2. Volume Paru-paru dan Proses Bernapas .............................. 2.2.3. Uji Fungsí Paru-Paru ........................................................... 2.3. Penyakit Pernapasan ........................................................................ 2.2.1 Obstruktif ............................................................................ 2.2.2 Restriktif .............................................................................. 2.4. Darah ..................................................................................... .......... 2.4.1. Pengertian............................................................................. 2.4.2. Macam-Macam Sel Darah .................................................. 2.5. Sitem Imun ..................................................................................... . 2.5.1 Pengertian............................................................................... 2.5.2 Antigen-Antibodi.................................................................... 2.5.3 Rantai Ringan (L) dan rantai Berat (H).................................. 2.5.4 Sintesis dan Sekresi Imunoglobulin....................................... 2.5.5 Macam-Macam Imunoglobulin.............................................. 2.6 Radial Imunodiffusion (RID) ............................................................ 2.6.1 Pengenlan Dan Prinsip ......................................................... 2.6.2 Cara Penentuan Diameter ..................................................... 2.7 Teknik Pengambilan Sampel ........................................................... 2.7.1 Faktor yang Perlu Dipertimbangkan .................................... 2.7.2 Teknik Sampling ..................................................................
10
1 2 3 4 5 6 7 10 12 13 14
15 17 17 18 18
20 21 25 26 27 30 30 31 33 39 41 44 45 46 51 52 54 55
2.7.3 Penentuan Besar Sampel ......................................................
58
BAB III KERANGKA KONSEP ......................................................................
60
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 4.2 Alat dan Bahan ................................................................................ 4.3 Metode Penelitian . .......................................................................... . 4.3.1 Pengisian Kuesioner................................................................ 4.3.2 Seleksi Relawan....................................................................... 4.3.2 Pengukuran Volume Paru ....................................................... 4.3.3 Pengambilan Darah ................................................................. 4.3.4 Pemeriksaan IgG ..................................................................... 4.3.5 Pemeriksaan IgA ..................................................................... 4.3.6 Teknik Analisis Data ..............................................................
61 61 62 62 62 62 62 63 64 64
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 5.1 Data Hasil Pengisian Kuesioner dan Seleksi Relawan ..................... 5.2 Data Hasil Pengukuran Volume Paru .............................................. 5.3 Data Hasil Pengukuran Tekanan Darah ........................................... 5.4 Data Hasil Pemeriksaan Darah Rutin ............................................... 5.5 Data Hasil Pemeriksaan IgG dan IgA............................................... 5.6 Pembahasan ......................................................................................
66 66 67 67 67 68
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 6.1 Kesimpulan ...................................................................................... 6.2 Saran ................................................................................................
74 74
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... LAMPIRAN ........................................................................................................
75 82
11
DAFTAR GAMBAR
Gambar I Pembagian Sistem Imun ............................................................... Gambar II Skematis Sebuah Antibodi............................................................ Gambar III Struktur Dasar Antibodi ................................................................ Gambar IV Perangkat Analisa Sampel Darah .................................................. Gambar V Spirometer .....................................................................................
12
27 29 29 64 65
DAFTAR TABEL
Tabel I Tabel II Tabel III Tabel IV Tabel V Tabel VI Tabel VII Tabel VIII
Kapasitas dan Volume Paru ......................................................... Cara Pemeriksaan Darah .............................................................. Nilai Sel Darah Normal................................................................ Sifat Fisiko Kimia dari Subklas IgG ........................................... Sifat Kelas Imunoglobulin Yang Berbeda-Beda .......................... Ringkasan Golongan Antibodi..................................................... Konsentrasi IgG dan IgA pada Manusia (mg/L) ......................... Nilai Kritik Sebaran t ..................................................................
13
14 24 24 34 37 37 66 67
DAFTAR LAMPIRAN
1. Penentuan Besar Sampel ............................................................................ 2. Surat Pernyataan Kesediaan Menjadi Subyek Penelitian........................... 3. Kuesioner Relawan Penelitian ................................................................... 4. Surat Permohonan Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ................ 5. Surat Izin Penelitian di Laboratorium Imunopatologi FKUI ..................... 6. Surat Bantuan Kerjasama ........................................................................... 7. Surat Keterangan Melakukan Penelitian .................................................... 8. Hasil Pengisian Kuesioner.......................................................................... 9. Hasil Pengukuran Spirometer ..................................................................... 10. Hasil Pengukuran Tekanan Darah .............................................................. 11. Hasil Pengukuran Darah Rutin................................................................... 12. Hasil Pengukuran IgG dan IgA .................................................................. 13. Data Hasil Pemeriksaan Darah Rutin dengan SPSS .................................. 14. Data Hasil Pemeriksaan IgG dan IgA dengan SPSS...................................
14
68 69 70 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 87
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Qori secara bahasa berasal dari kata qoroa yang berarti membaca. Qori menurut istilah adalah orang yang membaca Al-Qur’an dengan suara yang merdu dalam rangka beribadah kepada Allah SWT. Salah satu jenis qori yaitu qori penghafal Al-Qur’an. Qori penghafal Al-Qur’an adalah seseorang yang menghafal Al-Qur’an dengan cara membacanya berulang-ulang sambil memahami maknanya. Dengan cara seperti itu, proses menghafal Al-Quran akan menjadi lebih cepat. (Depag RI, 1995). Menghafal Al-Qur’an sangat dianjurkan dalam islam karena sangat bermanfaat baik secara lahir maupun batin. Manfaat itu antara lain adalah hati akan senantiasa tentram dan bahagia, potensi diri yang fitrah akan terbangun, sehingga pribadi sabar dan tabah akan terbentuk.(Sudirman Tebba 2005, Alfandi & Amin 2008) Sebuah penelitian membuktikan bahwa ketenangan dapat meningkatkan ketahanan tubuh imunologik, mengurangi resiko penyakit jantung, dan meningkatkan harapan usia. Sedangkan stress menyebabkan rentan terhadap infeksi, dapat mempercepat perkembangan sel kanker, dan meningkatkan metastasis. (Moh Sholeh, 2006). Ini merupakan masalah penelitian mengingat dengan membaca Al-Qur’an dapat meningkatkan respon ketahanan tubuh imunologik belum terungkap secara jelas. Membaca Al-Qur’an pada qori penghafal Al-Qur’an mengandung aspek meditasi dan relaksasi yang dapat digunakan untuk pereda stress. Dimana 15
secara konseptual, pengaruh membaca Al-Qur’an dan menghafalnya berkaitan dengan ketahanan tubuh imunologik yang diperantarai oleh neurotransmiter, neurohormonal dan hormon, antara lain adalah Imunoglobulin G (IgG) dan Imunoglobulin A (IgA). (Moh.Sholeh, 2006) Mekanisme pertahanan tubuh spesifik mempunyai 2 efektor yaitu efektor selular dan efektor humoral. Efektor respon imun humoral disebut antibodi, suatu protein yang dijumpai dalam jumlah relatif banyak dalam serum. Dalam sistem efektor humoral ini, imunitas diberikan oleh antibodi yang terdapat dalam cairan tubuh atau darah dan bertanggung jawab dalam pengenalan dan penghancuran antigen. Antigen sendiri adalah bahan yang biasanya asing bagi tubuh dan mencetuskan respon imun spesifik bila masuk tubuh. Pada efektor humoral ini yang berperan adalah limfosit B / sel B. Sedangkan efektor seluler yang berperan adalah limfosit T / sel T. Dimana sel B memberi respon terhadap antigen asing yaitu dengan cara berkembang menjadi antibodyproducing cell yaitu sel plasma yang dapat membentuk antibodi. Sedangkan sel T sebagai perantara pada imunitas seluler. Dewasa ini telah diketahui bahwa antibodi terbagi menjadi 5 kelas yaitu IgA, IgG, IgE, IgM, IgD. (Darmono, 2006) Qori penghafal Al-Qur’an yang rutin membaca dan menghafal AlQur’an dengan disuarakan (Tilawatil Qur’an) adalah termasuk ke dalam latihan pernapasan, sehingga diharapkan pada qori yang rutin membaca AlQur’an dapat terhindar dari penyakit pernapasan seperti obstruktif yang mempengaruhi kemampuan ekspirasi, dan restriktif yang mempengaruhi kemampuan inspirasi. (Sylvia dan Lorraine, 2006)
16
Pada penelitian ini, relawan yang digunakan sebagai sampel penelitian diambil dari Yayasan Baitul Qur’an Indonesia yang terletak di daerah Kelapa Dua, Depok. Yayasan ini merupakan yayasan swasta yang didirikan pada tanggal 20 April 2006 dengan akta pendiriannya C-65.HT.03.01-TH 2006 dan diketui oleh Bapak Edy Kurniawan. Di Yayasan ini penerimaan santri baru dimulai pada bulan Juli. Jumlah siswa baru yang mendaftar pada tahun ajaran 2009/2010 adalah sebanyak 30 orang. Program yayasan ini adalah beasiswa yaitu santri yang masuk tidak dikenakan biaya, akan tetapi para santri wajib menghafalkan Al-Qur’an. Setiap hari pada waktu pagi hari dan malam hari dilakukan kegiatan rutin menghafal Al-Qur’an secara bersama-sama dan kemudian dari tiap-tiap hafalannya dibaca di depan ustadznya. Dari 30 orang, yang diambil sebagai relawan hanya 15 dari 20 relawan yang memenuhi kriteria inklusi dengan cara pengisian kuesioner. Pengambilan sampelnya dilakukan secara acak. Selain itu ada 4 orang sebagai pembanding yang digunakan yaitu relawan yang memenuhi kriteria eksklusi.
1.2 Perumusan Masalah Apakah ada perubahan konsentrasi IgG, IgA sebelum dan sesudah melakukan hafalan Al-Qur’an pada qori penghafal Al-Qur’an di Yayasan Baitul Qur’an Indonesia?
1.3 Hipotesa Terdapat perubahan konsentrasi IgG, IgA sebelum dan sesudah melakukan hafalan Al-Qur’an pada qori penghafal Al-Qur’an di Yayasan Baitul Qur’an Indonesia
17
1.4 Tujuan Penelitian. Untuk mengetahui perubahan konsentrasi IgG, IgA sebelum dan sesudah melakukan hafalan Al-Qur’an pada qori penghafal Al-Qur’an di Yayasan Baitul Qur’an Indonesia.
1.5 Manfaat Penelitian Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi penting kepada masyarakat bahwa menghafal Al-Qur’an dapat merubah IgG, IgA sehingga dapat mempengaruhi sistem imun dalam tubuh menjadi seimbang sehingga masyarakat menjadi lebih tertarik untuk menghafal Al-Qur’an.
18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Al-Qur’an Al-Qur’an berasal dari kata Qoro’a yang berarti bacaan. Kata Al-Qur’an itu berbentuk masdar dengan arti isim maf’ul yaitu maqru’ yang berarti yang dibaca. Al-qur’an adalah kalam Allah yang merupakan mukjizat yang diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad SAW dan yang ditulis di mushaf dan diriwayatkan secara mutawatir dan yang membacanya bernilai ibadah. (Depag RI, 1995) Al-Qur’an merupakan bacaan yang paling baik dan sempurna, sebab membaca Al-Qur;an bukan hanya akan memberikan pencerahan dalam hati dan pikiran tetapi membaca Al-Qur’an juga memiliki kebajikan yang besar dan dilipat gandakan. Membaca Al-Qur’an dan mentadaburkannya hingga meresap dalam hati, selain merupakan perintah Allah juga salah satu dzikrullah yang paling baik dan sangat utama. Hal tersebut merupakan wujud nyata bahwa kita benar-benar beriman dan bertaqwa kepada Allah. Sebab membaca Al-Qur’an adalah perintah Allah. (Samsul Munir Amin dan Haryanto Al-Fandi, 2008) Allah telah berfirman ( QS.Al-ankabut : 45) :
Artinya :”Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan Dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
19
2.1.1 Seni Membaca Al-Qur’an Dalam membaca Al-qur’an banyak sekali seni yang dapat memperindah bacaan Al-Qur’an sehingga ketika dilafadzkan akan terdengar merdu. Seni- seni bacaan dalam Al-Qu’an antara lain adalah : (Misbachul munir, 1999). 1. Qoror / low, adalah piano (suara lembut), maksudnya ialah suara yang paling rendah ( lowest ). 2. Nawa / medium ; adalah mempunyai dua cabang ; a. Mezzo Soprano ; yaitu antara suara tinggi dan rendah b. Mezzo forte ; yaitu suara sedang 3. Jawab / high adalah crescendo yaitu suara yang menanjak kuat. 4. Jawabul jawab / highest fortissimme ; yaitu suara yang sangat kuat Macam-macam variasi dalam membaca AslQur’an : (Misbachul munir, 1999). 1. Adiyah ( Tidak banyak turun naik suara dan lagunya ) 2. Su’ud ( Menaikkan suara dan lagu secara bertangga ) 3. nurul ( Menurunkan suara dan lagu secara bertangga ) 4. Taqrir ( Mengulang-ulang lagu dan getaran suara ) 5. Raml ( Membarengkan suara dan lagu ) 6. Tahlid ( Mencampur variasi-variasi dalam satu cabang lagu ) Kegunaan lagu-lagu tilawatil Qur’an selain bisa diterapkan dengan bacaan tahqiq (bacaan lambat/pelan, seperti dalam aturan Musabaqoh Tilawatil Qur’an), juga bisa diterapkan pada bacaan tartil (yaitu bacaan sedang, tidak terlalu lambat juga tidak terlalu cepat, seperti yang biasa dibaca dalam tadarus Al-Qur’an maupun bacaan ayat-ayat Al-Qur’an dalam sholat), bahkan pada bacaan-bacaan
20
yang lebih cepat lagi dari keduanya, seperti bacaan tadzwir atau hadr. Caranya cukup dengan suara yang sedang saja, tidak perlu memakai nada tinggi, juga mengurangi variasi-variasinya, lagu-lagu cabangnya maupun ukuran panjang pendek bacaannya, tentunya harus sesuai dengan aturan ilmu tajwid. Jelasnya, apabila lagu-lagu tersebut dipakai untuk keperluan bacaan-bacaan yang lebih cepat maka gaya bahasanya harus disederhanakan. (Misbachul munir, 1999). Hal yang diperintahkan seorang qori adalah hendaknya ikhlas dalam bacaannya, mengharapkan pahala dari Allah SWT, tidak dimaksudkan sebagai sarana untuk sesuatu yang lain, bersopan santun dengan Al-qur’an dan mengkhusukkan hati bahwa sedang bermunajat kepada Allah. Untuk itu, ia membaca sebagaimana melihat Allah karena sesungguhnya jika ia tidak melihatNya, maka Allah SWT melihatnya. (Imam Nawawi, 1995)
2.1.2 Dzikir Al-Qur’an Dzikir secara etimologi berasal dari kata bahasa arab Dzakara yang artinya mengingat, memperhatikan, mengenang, mengambil pelajaran, mengenal atau mengerti. Biasanya perilaku dzikir diperlihatkan orang dalam bentuk renungan sambil duduk dengan membaca bacaan-bacaan tertentu. Sedangkan dalam pengertian terminologi dzikir sering dimaknai sebagai suatu amal ucapan atau amal qouliyah melalui bacaan-bacaan tertentu untuk mengingat Allah. Berdzikir kepada Allah adalah suatu rangkain dari iman dan islam yang mendapat perhatian khusus dan istimewa dalam Al-Qur’an dan hadis. (Samsul Munir Amin dan Haryanto al-Fandi, 2008)
21
Dzikir kepada Allah umumnya dapat diklasifikasikan menjadi empat bentuk atau jenis, hal ini didasarkan pada aktivitas apa yang digunakan untuk mengingat Allah, yaitu : 1. Dzikir fikir (tafakur) Berfikir dan bertafakur tentang penciptaan langit dan bumi, bahtera yang luas dan membawa berbagai hal yang bermanfaat bagi kehidupan, memikirkan tentang diri sendiri sebagai sosok makhluk dan hamba Allah yang diciptakan dengan teramat indah dan sempurna, merenungkan dan memikirkan makna serta kandungan Al-Qur’an adalah bentuk dari dzikir kepada Allah yaitu dzikir fikir. (Samsul Munir Amin dan Haryanto Alfandi, 2008) 2. Dzikir dengan lisan atau ucapan Sebagaimana firman Allah (QS.Al Muzammil : 8) :
Artinya : ”Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadatlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan”. Dzikir lisan dapat dimaknai dengan dzikir yang diucapkan dengan lisan dan dapat didengar oleh telinga baik bagi yang membacanya ataupun yang mendengarnya. Dzikir lisan ini terbagi menjadi 2 bentuk yaitu dzikir yang dilakukan dengan cara pelan (sirr) atau berbisik (hams) dan dzikir yang dilaksanakan dengan suara yang keras (jahar). (Samsul Munir Amin dan Haryanto Al-Fandi, 2008)
22
3. Dzikir dengan hati atau qolbu Dzikir qolbu adalah aktivitas mengingat Allah yang dilakukan dengan hati atau qolbu saja artinya sebutan itu dilakukan dengan ingatan hati saja. Dzikir qolbu juga dapat dimaknai dengan melakukan dzikir dengan lisan dan hati, maksudnya adalah lisan berucap dengan pelan dan hati mengingat dan meresapi maknanya. (Muhammad Makhdlori, 2008) 4. Dzikir dengan amal perbuatan Yang dimaksud dengan dzikir amal adalah setiap perbuatan atau aktivitas seseorang yang baik dan dapat mengantarkannya untuk teringat kepada Allah. Dzikir amal juga dapat diartikan sebagai tindakan yang didasarkan pada aturan dan ketentuan Allah. Sehingga dapat dimaknai dzikir amal terwujud dengan menempatkan Allah yang Maha Tunggal sebagai awal dan akhir dari setiap perbuatan dan tindakan. (Abdul Rosul, 2007) Sesungguhnya membaca Al-Qur’an memiliki keutamaan dan manfaat yang besar bagi hidup dan kehidupan kita di dunia dan di akhirat. Tentunya tidak hanya sekedar membaca, namun kita juga mesti mentadaburkannya dan meresapi makna yang terkandung di dalamnya, karena hanya dengan begitu Al-Qur’an yang kita baca akan memberikan kesan yang mendalam di jiwa serta memberikan pengaruh positif bagi kita dalam menjalani kehidupan. (Samsul Munir Amin dan Haryanto Al-Fandi, 2008) Al-Qur’an adalah petunjuk bagi umat manusia, pembeda antara yang hak dan yang batil, Al-Qur’an sumber dari segala sumber hukum dalam Islam, membacanya bernilai ibadah bahkan merupakan ibadah yang sangat mulia dan seutama-utamanya dzikir kepada Allah. Al Qur’an adalah penawar dan obat yang
23
paling baik bagi segala penyakit, baik penyakit fisik maupun psikis. (Samsul Munir Amin dan Haryanto Al-Fandi, 2008) Allah berfirman (QS.Yunus :57) :
Artinya : ”Hai manusia, Sesungguhnya Telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”.
Sungguh sangat besar dan banyak manfaat dan fadhilah membaca Alqur’an. Oleh karena itu agar seseorang dapat memetik manfaat dan keutamaan AlQur’an tentunya dalam membaca Al-Qur’an harus dengan baik, selain dengan meresapi makna yang terkandung di dalamnya, juga harus mengindahkan etika atau adab membaca Al-Qur’an termasuk tatacara membaca dengan benar, memperhatikan tajwid, qira’at yang benar dan ketentuan-ketentuan lain yang disyari’atkan. (Ma’mur Daud, 1997) Hal lain yang penting adalah berhubungan dengan niat. Niat adalah kemauan yang kuat. Niat adalah tujuan yang berasal dari dalam hati. Niat adalah dorongan hati yang dilihatnya sesuai dengan tujuan, berupa mendatangkan manfaat atau menghindarkan diri dari madarat, dari sisi keadaan maupun harta. Hakikat niat adalah pengkaitan tujuan dengan hal yang dituju. Niat adalah tujuan sesuatu yang disertai dengan pelaksanaanya. (Yusuf Qordhawi, 1998) Dalam Al;-Qur’an niat itu diungkapakan dengan kata ikhlas dan mukhlis yang berkaitan erat dengan niat yang ikhlas. Ikhlas artinya membersihkan sesuatu
24
hingga menjadi bersih. Ikhlas tujuan utamanya adalah ketaatan kepada Allah. Ikhlas adalah membersihkan perbuatan dari segala ketidakmurnian umum, termasuk apa yang timbul dari keinginan untuk menyenangkan diri sendiri dan orang lain. Atau membebaskan tujuan dari selain Allah SWT yang berperan dalam perbuatan itu. Yang penting dalam ibadah adalah niat dan kesucian niat itu. Sebab hubungan niat dengan ibadah seperti hubungan jiwa dengan raga. Bentuk fisik ibadah adalah berasal dari aspek diri dan raganya. Sedangkan niat adalah ruh ibadah yang berasal dari aspek batin dan hati. (Yusuf Qotdhowi, 1998)
2.2 Pernapasan 2.2.1 Pengertian Pernapasan secara harafiah berarti pergerakan oksigen (O2) dari atmosfer menuju ke sel dan keluarnya karbon dioksida (CO2) dari sel ke udara bebas. Pemakaian O2 dan pengeluaran CO2 diperlukan untuk menjalankan fungsi normal sel dalam tubuh, tetapi sebagian besar tubuh kita tidak dapat melakukan pertukaran gas-gas langsung dengan udara karena sel-sel tersebut letaknya sangat jauh dari tempat pertukaran gas tersebut. Karena itu, sel-sel tersebut memerlukan struktur tertentu untuk menukar maupun untuk mengangkut gas-gas tersebut. (Sylvia dan Lorraine, 2006) Pernapasan berarti pergerakan oksigen dari atmoser menuju ke sel-sel dan keluarnya karbon dioksida dari sel-sel ke udara bebas. Proses pernapasan terdiri dari beberapa langkah yaitu sistem pernapasan, sistem saraf pusat dan sistem kardiovaskuler. Anatomi saluran pernapasan sehingga mencapai paru-paru adalah hidung, laring, trakea, bronkus dan bronkiolus. Saluran pernapasan dari hidung sampai bronkiolus dilapisi oleh membran mukosa yang bersilia. Ketika
25
udara masuk ke rongga hidung, udara tersebut disaring, dihangatkan dan dilembabkan (Davidson Sue, Tony Smith.2006). Secara garis besar pernapasan dibagi menjadi dua yaitu : (Irman Somantri, 2008) 1. Penapasan dalam (internal) : yaitu pertukaran gas antar organel sel (mitokondria) dan medium cairnya. Hal tersebut menggambarkan proses metabolisme intraseluler yang meliputi konsumsi O2 dan pengeluaran CO2 sampai menghasilkan energi. 2. Pernapasan luar (eksternal) : Yaitu absorbsi O2 dan pembuangan CO2 dari tubuh secara keseluruhan ke lingkungan luar.
2.2.2 Volume Paru-Paru dan Proses Bernapas Secara konvensional, volume terdiri dari dua atau lebih volume yang dikenal sebagai “kapasitas”, sedangkan yang tidak dapat dibagi dikenal sebagai “volume”. Volume yang dihirup dan dikeluarkan dikenal sebagai volume tidal dan memperlihatkan beberapa volume istirahat yang biasanya sekitar 500 ml. (Jeremy PT.Ward, dkk, 2007 ) Dalam keadaan normal, volume udara paru-paru manusia mencapai 4500 cc. Udara ini dikenal sebagai kapasitas total udara pernapasan manusia. Walaupun demikian, kapasitas vital udara yang digunakan dalam proses bernapas mencapai 3500 cc, yang 1000 cc merupakan sisa udara yang tidak dapat digunakan tetapi senantiasa mengisi bagian paru-paru sebagai residu atau udara sisa. Kapasitas vital adalah jumlah udara maksimum yang dapat dikeluarkan seseorang setelah mengisi paru-parunya secara maksimum. Dalam keadaaan normal, kegiatan inspirasi dan ekpirasi atau menghirup dan menghembuskan 26
udara dalam bernapas hanya menggunakan sekitar 500 cc volume udara pernapasan (kapasitas tidal = ± 500 cc). Kapasitas tidal adalah jumlah udara yang keluar masuk paru-paru pada pernapasan normal. Dalam keadaan luar biasa, inspirasi maupun ekspirasi dalam menggunakan sekitar 1500 cc udara pernapasan (expiratory reserve volume = inspiratory reserve volume = 1500 cc) ( Sylvia dan Lorraine, 1995). Dengan demikian, udara yang digunakan dalam proses pernapasan memiliki volume antara 500 cc hingga sekitar 3500 cc.
Dari 500 cc udara
inspirasi/ekspirasi biasa, hanya sekitar 350 cc udara yang mencapai alveolus, sedangkan sisanya mengisi saluran pernapasan. Volume udara pernapasan dapat diukur dengan suatu alat yang disebut Spirometer. Besarnya volume udara pernapasan tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain ukuran alat pernapasan, kemampuan dan kebiasaan bernapas, serta kondisi kesehatan (Davidson Sue, Tony Smith, 2006).
2.2.3 Uji Fungsi Paru-Paru Uji fungsi paru (PFT) ini dibagi dalam dua kategori yaitu uji yang berhubungan dengan ventilasi paru dan dinding dada dan uji yang berhubungan dengan pertukaran gas. Pada beberapa penyakit, mempunyai gambaran gangguan fungsi yang khas dan dapat dibedakan antara kelainan ventilasi obstruktif dan restriktif. Gangguan ventilasi obstruktif mempengaruhi kemampuan ekspirasi, sedangkan restriktif mempengaruhi kemampuan inspirasi. (Sylvia dan Lorraine, 2006) Volume dan kapasitas paru merupakan pengukuran anatomis yang dipengaruhi oleh latihan fisik dan penyakit. Terdapat empat volume paru dan 27
empat kapasitas paru. Kapasitas paru selalu terdiri dari dua volume paru atau lebih. Kapasitas dan volume paru dapat diukur dengan spirometer. Spirometer adalah suatu alat sederhana yang dilengkapi pompa atau bel yang akan bergeser pada waktu pasien bernapas ke dalamnya melalui sebuah katup dan tabung penghubung. Pada waktu menggunakan spirometer, grafik akan terekam pada sebuah drum yang dapat berputar dengan sebuah pena pencatat. Spirometer langsung dengan memakai komputer pada waktu pasien berada di tempat tidur sering dilakukan. (Sylvia dan Lorraine, 2006) Tabel I. Kapasitas dan Volume Paru(Sylvia dan Lorraine, 2006) Pengukuran
Simbol
Nilai rata-rata laki-laki
Definisi
dewasa (ml) Volume tidal
VT
500
Jumlah udara yang diinspirasi atau diekspirasi pada setiap kali bernapas (nilai ini adalah untuk keadaan istirahat)
Volume cadangan
IRV
3100
Jumlah udara yang dapat diinspirasi secara paksa sesudah inhalasi
inspirasi
volume tidal normal
Volume cadangan
ERV
1200
Jumlah udara yang dapat diekspirasi secara paksa sesudah
ekspirasi
ekspirasi volume tidal yang normal
Volume residu
RV
1200
Jumlah udara yang tertinggal di dalam paru sesudah ekspirasi paksa
Kapasitas paru total
TLC
6000
Jumlah udara maksimal yang dapat dimasukkan ke dalam paru sesudah inspirasi maksimal : TLC = VT +IRV +ERV+ RV ; TLC = VC + RV
Kapasitas vital
VC
4800
Jumlah udara maksimal yang dapat diekspirasi sesudah inspirasi maksimal: VC = VT +IRV + ERV (seharusnya 80% dari TLC)
Kapasitas inspirasi
IC
3600
Jumlah udara maksimal yang dapat diinspirasi sesudah ekspirasi normal : IC = VT + IRV
Kapasitas residu
FRC
2400
Volume udara yang tertinggal di dalam paru sesudah ekspirasi
fungsional
volume tidal normal : FRC = ERV + RV
Volume-volume udara berikut yang dapat diukur dengan pertolongan spirometer : a. Kapasitas vital paksa (FVC) adalah pengukuran kapasitas vital yang didapat pada ekspirasi yang dilakukan secepat dan sekuat mungkin sangat
28
penting. Volume udara ini dalam kondisi normal nilainya kurang lebih sama dengan VC, tetapi mungkin sangat berkurang pada pasien obstruksi saluran napas karena penutupan dini saluran napas yang kecil dan akibat udara yang terperangkap. b. Volume ekspirasi paksa (FEV) adalah volume udara yang dapat diekspirasi dalam waktu standar selama tindakan FVC. Biasanya FEV diukur selama detik pertama ekspirasi yang dipaksakan . Ini disebut dengan FEV1, FEV merupakan petunjuk yang sangat berharga untuk mengetahui adanya gangguan kapasitas ventilasi dan nilai yang kurang dari 1L selama detik pertama menunjukkan adanya gangguan fungsi berat. FEV sebaiknya selalu dihubungkan dengan FVC atau VC. Individu normal dapat menghembuskan napas sekitar 80% dari kapasitas vitalnya dalam sedetik, dinyatakan sebagai rasio FEV1/ FVC. Tidak banyak perbedaan apakah FVC atau VC yang dipergunakan sebagai rasio. Rasio ini besar sekali manfaatnya untuk membedakan antara penyakit-penyakit yang menyebabkan obstruksi saluran napas dan penyakit-penyakit yang menyebabkan paru-paru tidak dapat mengembang sepenuhnya. Pada penyakit obstruktif seperti bronkhitis kronik atau emfisema terjadi pengurangan FEV1 yang lebih besar dibandingkan dengan kapasitas vital (kapasitas vital mungkin normal) sehingga rasio FEV1/FVC kurang dari 80%. Pada penyakit restriktif parenkim paru-paru misalnya sarkoidosis maka baik FEV1 dan FVC atau VC mengalami penurunan dengan perbandingan yang kurang lebih sama dan perbandingan FEV1/FVC tetap sekitar 80% atau lebih. (Sylvia dan Lorraine, 2006)
29
2.3 Penyakit Pernapasan Penyakit pernapasan diklasifikasikan berdasrkan etiologi, letak anatomis, sifat kronik penyakit, dan perubahan struktur dan fungsi.
2.3.1 Obstruktif a. Bronkitis kronik merupakan suatu gangguan klinis yang ditandai oleh pembentukan mukus yang berlebihan dalam bronkus dan bermanifestasi sebagai batuk kronik dan pembentukan sputum selama sedikitnya 3 bulan dalam setahun, sekurang-kurangnya dalam dua tahun berturutturut. b. Emfisema paru merupakan suatu perubahan anatomis parenkim paru yang ditandai oleh pembesaran alveolus dan duktus alveolaris yang tidak normal, serta destruksi dinding alveolar. c. Asma merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh hipersekretivitas cabang trakeobronkial terhadap berbagai jenis rangsangan dan keadaan ini bermanifestasi sebagai penyempitan jalan napas secara periodik dan reversibel akibat bronkospasma.
2.3.2 Restriktif Gangguan ventilasi restriktif ditandai dengan peningkatan kekakuan paru, toraks atau keduanya akibat penurunan ketegangan dan penurunan semua volume paru termasuk kapasitas vital. Kerja pernapasan meningkat untuk mengatasi daya elastisitas alat pernapasan, sehingga napas menjadi cepat dan dangkal. Akibat fisiologis ventilasi
yang terbatas ini adalah hipoventilasi alveolar dan
ketidakmampuan mempertahankan tekanan gas darah normal. Penyakit-penyakit
30
restriktif paru dibagi menjadi dua golongan : gangguan ekstrapulmonal termasuk gangguan neurologik, neuromuskular dan gangguan pada rangka torak; dan penyakit-penyakit yang menyerang pleura dan parenkim paru.
2.4 Darah 2.4.1 Pengertian Darah adalah jaringan tubuh yang berbeda dengan jaringan tubuh lain, berada dalam konsistensi cair, beredar dalam suatu sistem tertutup yang dinamakan sebagai pembuluh darah dan menjalankan fungsi transpor berbagai bahan serta fungsi homeostasis.(Mohamad Sadikin,2002) Dua sifat utama darah yaitu warna merah dan kental itulah yang membedakan darah dari cairan tubuh lainnya. Kekentalan ini disebabkan oleh banyaknya senyawa dengan berbagai macam berat molekul, dari yang kecil sampai yang besar seperti protein, yang terlarut di dalam darah. Warna merah yang memberi warna yang khas pada darah disebabkan oleh adanya senyawa yang berwarna merah dalam sel-sel darah merah (SDM) yang tersuspensi dalam darah. Dengan adanya senyawa dengan berbagai ukuran molekul yang terlarut tersebut, ditambah dengan suspensi sel, baik sel darah merah atau sel darah lain, darah pun menjadi cairan dengan massa jenis dan kekentalan (viskositas) yang lebih besar daripada air. (Mohamad Sadikin,2002) Manusia memiliki sistem peredaran darah tertutup yang berarti darah mengalir dalam pembuluh darah, dan disirkulasikan oleh jantung. Darah dipompa oleh jantung menuju paru-paru untuk melepaskan sisa metabolisme berupa karbon dioksida dan menyerap oksigen melalui pembuluh arteri pulmonalis, lalu dibawa kembali ke jantung melalui vena pulmonalis. Setelah itu darah dikirimkan ke 31
seluruh tubuh oleh saluran pembuluh darah aorta. Darah mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh melalui saluran halus darah yang disebut pembuluh kapiler. Darah kemudian kembali ke jantung melalui pembuluh darah vena cava superior dan vena cava inferior. Darah juga mengangkut bahan-bahan sisa metabolisme, obat obatan dan bahan kimia asing dibawa ke hati untuk diuraikan dan ke ginjal untuk dibuang sebagai air seni. Darah terdiri dari beberapa jenis korpuskula yang membentuk 45% bagian dari darah. Bagian 55% yang lain berupa cairan kekuningan yang membentuk medium cairan darah yang disebut plasma darah (Ganong, 2002). Darah ( kurang lebih berjumlah 5,5 L pada pria) terdiri atas sel dan cairan yang mengalir satu arah secara teratur di dalam sistem sirkulasi tertutup. Darah terutama didorong ke depan oleh kontraksi ritmik jantung dan terdiri atas dua bagian : unsur berbentuk, atau sel-sel darah dan plasma (cairan tempat unsur terbentuk berada. Unsur berbentuk meliputi eritrosit (sel darah merah), platelet (trombosit), leukosit (sel darah putih). (Luiz Carlos Jonqueira dan Jose Carneiro, 2007) Secara umum darah mempunyai fungsi sebagai berikut : a. Alat transpor makanan yang diserap dari saluran cerna dan diedarkan ke seluruh tubuh b. Alat transpor O2 yang diambil dari paru-paru untuk dibawa ke seluruh tubuh. c. Alat transpor bahan buangan dari ke jaringan ke alat-alat ekskresi seperti paru-paru (gas), ginjal dan kulit ( bahan terlarut dalam air), dan hati untuk diteruskan ke empedu dan saluran cerna sebagai
32
tinja (suntuk bahan yang sukar larut dalam air). d. Alat transpor antar jaringan dari bahan-bahan yang diperlukan oleh suatu jaringan dibuat oleh jaringan lain. Hal ini tampak jelas misalnya dalam transpor lipoprotein seperti lipoprotein densitas tinggi atau high density lipoprotein (HDL), lipoprotein densitas rendah atau low lipoprotein (LDL) dan hormon. e. Mempertahankan keseimbangan dinamis (homeostasis) dalam tubuh, termasuk didalamnya ialah mempertahankan suhu tubuh, mengatur keseimbangan distribusi air dan mempertahankan keseimbangan asam-basa sehingga pH darah dan cairan tubuh tetap dalam keadaan yang seharusnya. f. Mempertahankan tubuh dari agresi benda atau senyawa asing umumnya selalu dianggap punya potensi menimbulkan ancaman. Dengan demikian, secara garis besar dapat dikatakan bahwa fungsi darah ialah sebagai sarana transpor, alat homeostasis dan alat pertahanan. (Mohamad Sadikin,2002)
2.4.2 Macam - Macam Sel Darah Apabila setetes darah diletakkan di atas kaca objek yang bersih dan kering kemudian dibuat sediaan hapus dan diwarnai dengan pewarnaan May Greenwald Giemsa (MGG), secara garis besar akan tampak sel-sel yang dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok besar : 1. Sel darah merah atau eritrosit Sel darah merah atau eritrosit adalah sel terbanyak di dalam darah. Sel ini mempunyai bentuk sel yang bulat, tidak berinti dan berwarna merah kebiruan
33
homogen. Karena sel ini mengandung senyawa yang berwarna merah, yaitu hemoglobin, maka dengan sendirinya darah berwarna merah. Konsentrasi sel darah merah perlu diketahui untuk mengetahui nilai fisiologi tubuh. Cara yang digunakan untuk mengetahui konsentrasi sel darah merah ada tiga. Pertama menyatakan dalam kosentrasi hemoglobin, kedua sebagai jumlah sel darah merah dalam suatu volume tertentu. Dan yang ketiga dalam hematokrit (Mohamad Sadikin, 2002) Jumlah sel darah merah kira-kira 5 juta /mm2 darah pada rata-rata orang dewasa dan berumur 120 hari. Keseimbangan yang tetap dipertahankan antara kehilangan dan pergantian sel darah setiap hari. Pembentukan sel darah merah dirangsang oleh hormon glikoprotein, eritropoetin yang dianggap berasal dari ginjal. Pembentukan eritropoetin dipengaruhi oleh hipoksia jaringan yang dipengaruhi oleh faktor seperti perubahan O2 atmosfir, berkurangnya kadar O2 darah arteri dan berkurangnya konsentrasi hemoglobin. Perubahan massa sel darah merah menimbulkan dua keadaan yang berbeda. Jika jumlah sel darah merah berkurang maka timbul anemia. Sebaliknya, keadaan dimana sel darah merah terlalu banyak disebut polisitemia yang menyebabkan peningkatan viskositas dan volume darah. ( Sylvia dan Loraine, 1995). 2. Sel darah putih atau leukosit Sel darah putih adalah sel lain yang terdapat dalam darah, Sel darah putih umumnya berperan dalam mempertahankan tubuh terhadap penyusupan benda asing yang selalu dipandanag mempunyai kemungkinan untuk mendatangkan bahaya bagi kelangsungan hidup individu. Jumlah leukosit di dalam darah
34
tidaklah sebanyak sel darah merah yaitu berkisar antar 0,1-0,2% dari jumlah sel darah merah. (Mohamad Sadikin, 2001) Jumlah normal leukosit mempunyai rentang cukup luas yaitu antara 5.103 104 /ml. Keragaman jumlah yang sampai 100% dapat dimaklumi karena itu jumlah leukosit tersebut berubah-ubah dari saat ke saat sesuai dengan jumlah benda asing yang dihadapi dari saat ke saat. Bila keseluruhan leukosit lebih dari 104
ini berarti individu berada dalam keadaan radang. (Mohamad
Sadikin, 2001) Ada 5 jenis leukosit yang kemudian menurut bentuk inti masing-masing kemudian dikelompokkan menjadi 2 yaitu : a. Leukosit dengan inti terpecah (sel PMN) atau granulosit Leukosit ini terdiri dari 3 macam yaitu
: (Mohamad Sadikin, 2001)
a) Netrofil : mempunyai kemampuan untuk melakukan fagositosis yaitu menelan dan memakan benda atau sel asing dengan menjulurkan sitoplasmanya yang mampu melakukan gerak amuboid mengelilingi benda tersebut. Gangguan apapun terhadap netrofil baik yang bersifat bawaan atau genetik maupun karena pengaruh
lingkungan
akan
menyebabkan
individu
yang
bersangkutan amat mudah mengalami infeksi. b) Eosinofil :
Juga mempunyai kemampuan untuk melakukan
fagositosis. Berbeda dengan sel-sel netrofil , sel eosinofil mampu membunuh parasit termasuk parasit besar seperti cacing. Dapat dikatakan bahwa sel eosinofil merupakan alat pertahanan terhadap infeksi cacing.
35
c) Basofil : Membawa heparin, faktor-faktor pengaktifan histamin dan
platelet
pada
granula-granulanya
untuk
menimbulkan
peradangan pada jaringan. Fungsi yang sebenarnya tidak diketahui dengan pasti. Kadar basofil meningkat (basofilia) ditemukan pada gangguan mieloproliferatif yaitu gangguan proliferatif dari sel-sel pembentuk darah. b. Leukosit dengan inti bulat (Leukosit Mononukleus) Leukosit ini mempunyai inti yang utuh, tidak terpecah-pecah menjadi beberapa segmen. Sebenarnya inti sel leukosit ini tidak selalu bulat sempurna akan tetapi selalu utuh dan tidak terbagi-bagi. Leukosit ini terdiri dari 2 macam yaitu : (Mohamad Sadikin, 2001) a) Limfosit : Leukosit mononukleus dengan sitoplasma dan inti kecil. Sel limfosit mempunyai ukuran lebih kecil, hampir sama dengan sel darah merah. Limfosit adalah leukosit terbanyak di dalam darah setelah leukosit neutrofil. Berbeda dengan sel-sel granulosit, limfosit tidak dapat melakukan fagositosis. Akan tetapi sel-sel limfosit ini mempunyai peranan sangat penting dalam mekanisme pertahanan atau imunitas spesifik terhadap benda asing. Bila limfosit bertemu dengan benda asing, ia akan berkembang dan mitosis menjadi sel plasma (plasmosit) yang berfungsi sebagai sel penghasil antibodi. b) Monosit : sel-sel mononukleus yang mempunyai sitoplasma yang banyak dan inti besar.
36
Kelainan-kelainan yang terjadi pada sel darah putih dapat mengenai setiap lapisan sel atau semua lapisan sel dan umumnya berkaitan dengan pembentukan atau penghancuran diri, antara lain : ( Sylvia dan Loraine, 1995). a. Leukositosis menyatakan peningkatan leukosit yang umumnya melebihi 10.000/mm2. b. Netrofilia menyatakan peningkatan netrofil c. Leukopenia menyatakan jumlah leukosit yang menurun d. Agranulositosis menyatakan keadaan yang sangat serius ditandai dengan jumlah leukosit yang sangat rendah dan tidak adanya netrofil. 3. Keping darah atau trombosit atau platelet Trombosit merupakan pecahan-pecahan sel yang berasal dari sel-sel awal yang besar di dalam sumsum tulang. Umur trombosit setelah terpecah dari sel asalnya dan masuk darah ialah antara 8 sampai 14 hari. Konsentrasi trombosit di dalam darah ialah antara 105 sampai 5 x 106 / ml darah. Perubahan dalam jumlah trombosit umumnya ialah penurunan oleh karena sering terjadi pada berbagai penyakit dan keadaan patologi tertentu. Penurunan jumlah trombosit ini dihubungkan dengan fungsinya. (Ivan.M roitt, 2002) Peranan trombosit yang banyak diketahui adalah homeostasis melalui pembentukan agregasi pada dinding vaskuler yang rusak. Jumlah trombosit yang turun akan ditandai dengan perdarahan. Selain homeostasis, trombosit mempunyai peranan modulasi respon inflamasi, sitotoksik sel efektor dan penyembuhan jaringan. (Ivan.M roitt, 2002)
37
Tabel II. Cara Pemeriksaan Darah (Sylvia dan Loraine, 1995) Pengukuran
Penjelasan
Hitung sel darah merah
Jumlah sel darah merah dalam 1mm3 darah
Konsentrasi hemoglobin
Jumlah hemoglobin dalam volume darah tertentu
Hematokrit
Persentase darah yang dibentuk oleh sel darah merah
Volume eritrosit rata-rata (MCV)
Volume masing-masing sel darah merah MCV = Hematokrit, vol % x 10 Jumlah eritrosit, juta/mm3
Konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata (MCHC)
Perbandingan setiap eritrosit yang ditempati oleh hemoglobin MCHC = Hemoglobin, g/100ml x 100 Hematokrit, vol %
Hemoglobin eritrosit rata-rata MCH)
Jumlah persen hemoglobin dalam setiap eritrosit MCH = Hemoglobin, g/100ml x 10 Jumlah eritrosit, juta/mm3
Hitung leukosit
Jumlah leukosit dalam 1mm3 darah
Hitung jenis
Persentase dari berbagai jenis leukosit yang tampak pada pemeriksaan sediaan darah perifer
Hitung trombosit
Jumlah trombosit dalam 1mm3 darah
Hitung retikulosit
Presentase eritrosit tak berinti yang mengandung sisa DNA
Tabel III. Nilai Sel Darah Normal (Sylvia dan Loraine, 1995) Pengukuran 3
Hitung eritrosit juta sel/mm * Hemoglobin, g/100ml Hematokrit, %
Pria
Wanita
4,7-6,1
4,2-5,2
13,4-17,6
12,0-15,4
42-53
38-46
MCV, µm3 /eritrosit
81-96
MCHC, g/100ml eritrosit
30-36
MCH, pg/eritrosit
27-31
38
Jumlah leukosit total, sel/mm3 *
4000-10.000
-PMN, %
38-70
-Eosinofil, %
1-5
-Basofil, %
0-2
-Neutrofil, %
40-60
Monosit, %
1-8
Limfosit, %
15-45
Trombosit, sel/mm3
150.000-400.000
Hitung retikulosit
1-2
2.5 Sistem Imun Lingkungan di sekitar manusia mengandung berbagai jenis unsur patogen, misalnya bakteri, virus, fungus, protozoa dan parasit yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia. Infeksi yang terjadi pada orang normal umumnya singkat dan jarang meninggalkan kerusakan permanen. Hal ini disebabkan tubuh manusia memiliki suatu sistem yang disebut sistem yang memberikan respon dan melindungi tubuh dari unsur-unsur patogen. (Siti Boedina Kresno, 2001)
2.5.1 Pengertian Imunitas adalah resistensi terhadap penyakit terutama penyakit infeksi. Gabungan sel, molekul dan jaringan yang berperan dalam resistensi terhadap infeksi disebut sistem imun dan reaksi yang dikoordinasi sel-sel dan molekulmolekul terhadap mikroba dan bahan lainnya disebut respon imun. Sistem imun diperlukan tubuh untuk mempertahankan keutuhannya terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup. (Karnen Garna, 2004) Pertahanan imun terdiri dari sistem imun alamiah atau nonspesifik (natural/innate/native) dan didapat atau spesifik (adaptive/acquired)
39
A. Sistem imun nonspesifik Komponen-komponen utama sistem imun nospesifik adalah pertahanan fisik dan kimiawi seperti epitel dan substansi antimikroba yang diproduksi pada permukaan epitel. (Siti Boedina, 2001) Sel-sel sistem imun tersebar di seluruh dan ditemukan di dalam sumsum tulang, timus, darah, kelenjar getah bening, limfa, saluran napas, saluran cerna, saluran kemih dan jaringan. Sel-sel tersebut berasal dari sel-sel prekursor yang multi poten dalam sumsum tulang yang kemudian berdiferensiasi menjadi potongan dua sel prognitor. Jumlahnya meningkat oleh infeksi dan merupakan pertahanan terdepan dan respon langsung. (Karnen Garna, 2004) B. Sistem imun spesifik Mengenali benda yang dianggap asing, bila benda asing muncul kembali dan akan lebih cepat dikenal dan mudah dihancurkan. Efektifitasnya meningkat setiap bertemu dengan antigen karena antigen dikenal oleh sel memori. Individu yang belum mengenal antigen dan dipaparkan dengan antigen maka akan melakukan respon primer. Sedangkan bila dipaparkan kembali dengan antigen yang sama menghasilkan respon sekunder. (Ivan M.Roitt, 2002)
40
Gambar I. Pembagian Sistem Imun (Karnen Garna, 2004) Sstem Imun
Spesifik
Non spesifik
Fisik
Larut
Selular
Humoral
Selular
-Kulit
Bio kimia
Fagosit
Sel B
Sel T
-Selaput Lendir
-lisozim
-Mono nuklier
-IgD
-Th 1
-Silia
-Sekresi Sebaseus
-Polimortonuklier
-IgM
-Th 2
-Batuk
-Asam Lambung
Sel NK
-IgE
-Th3
-Bersin
-Laktoterin
Sel Mast
-IgG
Tdth
-Asam neuraminik
basofil
-IgA
CTL/Tc
Humoral -Komplemen -Interteron, CRP
2.5.2 Antigen dan Antibodi 1. Antigen Antigen juga disebut imunogen adalah bahan yang dapat merangsang respon imun atau bahan yang dapat bereaksi dengan antibodi yang sudah ada tanpa memperhatikan kemampuannya untuk merangsang produksi antibodi. Secara fungsional antigen dibagi menjadi imunogen dan hapten. Bahan kimia ukuran kecil seperti dinitrofenol dapat diikat antibodi, tetapi bahan itu sendiri tidak dapat mengaktifkan sel B (tidak imunogenik). Untuk memacu respon antibodi, bahan kecil tersebut perlu diikat oleh molekul besar. Kompleks yang terdiri dari molekul kecil disebut hapten dan molekul besar disebut karier atau pembawa dapat berperan sebagai imunogen. Contoh hapten adalah berbagai 41
golongan antibiotik dan obat lainnya dengan berat molekul kecil. Hapten biasanya dikenal oleh sel B, sedangkan molekul pembawa oleh sel T. Molekul pembawa sering digabung dengan hapten dalam usaha memperbaiki imunisasi. Hapten membentuk epitop pada molekul pembawa yang dikenal sistem imun dan merangsang pembentukan antibodi. (Karnen Garna, 2004) Epitop atau determinan antigen adalah bagian dari antigen yang dapat membuat kontak fisik dengan reseptor antibodi, menginduksi pembentukan antibodi, dapat diikat spesifik oleh bagian dari antibodi spesifik yang berbeda. (Karnen Garna, 2004) 2. Antibodi Bila darah dibiarkan membeku akan meninggalkan serum yang mengandung berbagai bahan larut tanpa sel. Bahan larut tersebut mengandung molekul antibodi yang digolongkan dalam protein yang disebut globulin dan sekarang dikenal sebagai imunoglobulin. Dua cirinya yang penting ialah spesifitas dan aktifitas biologi. (Karnen Garna, 2004) Imunoglobulin (Ig) dibentuk oleh sel plasma yang berasal dari proliferasi sel B yang terjadi setelah kontak dengan antigen. Antibodi yang terbentuk secara spesifik akan mengikat antigen baru lainnya yang sejenis. Bila serum protein tersebut dipisahkan dengan cara elektroforesis, maka imunoglobulin terbanyak ditemukan dalam fraksi globulin gamma, meskipun ada beberapa imunoglobulin yang juga ditemukan dalam fraksi globulin alfa dan beta. (Karnen Garna, 2004) Semua molekul imunoglobulin mempunyai 4 rantai polipeptida dasar yang terdiri atas 2 rantai berat (heavy chain) dan 2 rantai ringan ( light chain) yang identik serta dihubungkan satu sama lain oleh ikatan disulfida. Molekul
42
imunoglobulin mempunyai rumus bangun yang heterogen meskipun hanya terdiri dari 4 polipeptida dasar (Karnen Garna, 2004) Gambar II. skematis sebuah antibodi
Bagian bervariasi dekat ujung NH2 yang dibentuk oleh molekul kecil dan bagian molekul besar,mengikat antigen. Ujung karboksil dapat bereaksi dengan reseptor permukaan sel. (Karnen Garna, 2004) Gambar III struktur dasar antibodi L S S H S S H S S L Variabel
Konstan
43
2.5.3 Rantai Ringan (L) dan Berat (H) Hasil analisa menunjukkan bahwa terminal-N dari rantai L maupun rantaiH selalu variabel sehingga urutan asam amino tidak konstan, dikenal sebagai bagian variabel. Rantai sisa ternyata menunjukkan struktur yang relatif konstan, dikenal sebagai bagian konstan. Bagian variabel rantai-L dan rantai-H yang membentuk ujung dari Fab (fragmen yang masih bisa mengikat antigen) menentukan sifat khas dari antibodi itu. Oleh karena itu, setiap molekul imunoglobulin memiliki 2 Fab, maka struktur dasar imunoglobulin dapat mengikat dua determinan antigen (Pantjita Hardjasasmita, 1991) Rantai L Pada setiap orang sehat dijumpai 2 macam rantai L, masing-masing dinamakan sebagai rantai-k (rantai kappa) dan rantai-λ (rantai lambda) dengan perbandingan rantai-k 65% dan rantai-λ (rantai lambda) 35% atau dengan rasio k: λ adalah 2:1. Kedua rantai ini memilki BM sama yaitu 23000. (Pantjita Hardjasasmita, 1991) Rantai H Rantai H ini menyebabkan perbedaan diantara kelima khas imunoglobulin, walaupun sama-sama memilki rantai-k dan rantai-λ Rantai H dari IgA dinamakan rantai-α (alpha) Rantai H dari IgM dinamakan rantai-µ (MU) Rantai H dari IgD dinamakan rantai-δ (delta) Rantai H dari IgE dinamakan rantai-ε (etta) Rantai H dari IgG dinamakan rantai-γ (gamma)
44
Seperti telah diketahui bahwa bagian variabel dari molekul imunoglobulin menentukan sifat spesifik terhadap antigen, tetapi bagian Fc (Fragmen Crystalizable) dalam bagian konstan dari imunoglobulin menentukan aktifitas biologis dari antibodi. Selain itu Fc dari bagian konstan ini juga meningkatkan aktifitas
tertentu
setelah
antibodi
bergabung dengan
antigen.
(Pantjita
Hardjasasmita, 1991)
2.5.4 Sintesis dan Sekresi Imunoglobulin Syarat sintesis imunoglobulin atau antibodi adalah sedemikian rupa sehingga tidak ada satu organpun mempunyai kekuatan monopoli dalam pembrntukan antibodi. Umumnya jika antigen dapat dipertemukan dengan makrofag, limfosit B dan limfosit T, maka terjadilah pembentukan imunoglobulin. Keadaan ini terjadi dalam kelenjar limfe, limpa dan jaringan nodulus limfoid tertentu sepanjang permukaan mukosa. Dengan denikian maka jika antigen memasuki jaringan subkutan, seperti yang terjadi sewaktu individu disuntik, antigen tersebut akan mengalir melalui pembuluh limfe ke kelenjar limfe regional, dimana selanjutnya terjadi pembentukan antibodi. Jika antigen secara langsung memasuki aliran darah, maka limpa adalah tempat utama pembentukan antibodi. (Sylvia dan Lorraine, 1995) Bila antigen pertama kali masuk ke dalam tubuh, terjadilah respon imun primer yang ditandai dengan munculnya IgM beberapa hari setelah pemaparan. Saat antara pemaparan antigen dan munculnya IgM disebut lag phase. Kadar IgM mencapai puncaknya setelah kira-kira 7 hari. Enam sampai tujuh hari setelah pemaparan, dalam serum mulai dapat terdeteksi IgG, sedangkan IgM mulai
45
berkurang sebelum kadar IgG mencapai puncaknya yaitu 10-14 hari setelah pemaparan antigen. Kadar antibodi kemudian berkurang dan umumnya hanya sedikit yang dapat dideteksi 4-5 minggu setelah pemaparan. Bila pemaparan antigen terjadi kedua kali, terjadi respon imun sekunder ysng sering juga disebut respon anamnestiik atau booster. Sifat pengikatan antigen-antibodi juga berubah dengan waktu yaitu afinitas antibodi terhadap antigen makin lama makin besar dan kompleks antigen-antibodi yang terjadi juga makin stabil. Akan tetapi antibodi yang terbentuk juga maki lama makin poliklonal sehingga makin kurang spesifik, yang berarti makin besar kemungkinan terjadi reaksi silang. (Siti Boediana K, 2001)
2.5.5 Macam-Macam Imunoglobulin Imunoglobulin mempunyai beberapa kelas yang masing-maing ditandai oleh tetapan struktur tertentu (pada rantai H) yaitu : A. Imunoglobulin G (IgG) IgG merupakan komponen utama imunoglobulin serum yaitu 75% dari seluruh imunoglobulin serum. Berat molekulnya 160.000 dalton dan kadarnya dalam serum sekitar 13 mg/ml. IgG merupakan imunoglobulin yang paling banyak ditemukan di dalam plasma dan cairan ekstraseluler. a. IgG dapat menembus plasenta masuk ke janin dan berperan pada imunitas bayi sampai umur 6-9 bulan. b. IgG dan komplemen bekerja saling membantu sebagai opsonin (memudahkan fagositosis) pada pemusnahan antigen.
46
c. IgG juga berperan pada imunitas selular karena dapat merusak antigen sel melalui interaksi dengan sistem komplemen atau melalui efek sitolitik sel NK, eosinofil, netrofil. Kadar IgG meninggi pada infeksi kronis dan penyakit autoimun.(Karnen Garna, 2004) Dikenal 4 macam subklas yaitu IgG1, IgG2, IgG3 dan IgG4 dan perbedaan dari keempatnya adalah terletak pada rantai H yang masing-masing dikenal 1, 2 ,3 ,4 dan perbedaan ini berkaitan dengan beberapa fungsi biologis. (Pandjita H, 1991) Struktur dan fungsi IgG dapat dipecah oleh enzim pepsin dan papain menjadi beberapa fragmen yang mempunyai sifat biologi yang khas. Perlakuan dengan pepsin dapat memisahkan Fab2 dari daerah persambungan hinge (engsel). Karena Fab2 merupakan molekul bivalen, ia dapat mempresipitasi antigen. Enzim papain dapat memutus daerah hinge diantara CH1 dan CH2 untuk membentuk dua fragmen yang identik dan dapat bertahan dengan reaksi antigen-antibodi dan juga non natigen-antibodi fragmen yaitu daerah fragmen crystalizable (Fc). Bagian Fc ini adalah glikosilat yang mempunyai banyak fungsiefektor (yaitu : binding komplemen, binding dengan sel reseptor pada makrofag dan monositdan sebagainya) dan dapat digunakanuntuk membedakan satu kel;as antibodi dengan antibodi lainnya. (Darmono, 2006)
47
Tabel IV. Sifat fisiko-kimia dari subklas IgG (Darmono, 2004) Parameter
IgG1
IgG2
IgG3
IgG4
Tipe rantai H
Gamma 1
Gamma
Gamma
Gamma
2
3
4
Berat molekul(KD) X 1000 (D)
146
146
170
146
Asam amino pada hinge
15
12
62
12
4
11
2
+/-
+++
+
1
13
0
Ikatan disulfida rantai inter H 2 pada hinge Kepekaan
terhadap
enzim ++
proteolitik Jumlah alotipe
4
B. Imunoglobulin A IgA dengan berat molekul 165.000 dalton ditemukan dalam serum dengan jumlah sedikit, tetapi kadarnya dalam cairan sekresi saluran napas, saluran cerna, saluran kemih, air mata, keringat, ludah dan ASI lebih tinggi dalam bentuk IgA sekretori. (Karnen Garna, 2004) Waktu paruh IgA adalah 6 hari dan yang aktif adalah bentuk dimer (yy), sedangkan yang monomer (y) tidak aktif. Jaringan-jaringan yang mensekresi bentuk-bentuk dimer adalah sel epitel yang bertindak sebagai reseptor IgA, yang kemudian sel tersebut bersama IgA masuk ke dalam lumen. (Darmono, 2006) Struktur dan fungsi IgA sekretori (Karnen Garna, 2004 dan Darmono, 2006)
48
a. Struktur IgA dimerik yang ditemukan dalam sekresi menunjukkan komponen sekretori yang berfungsi sebagai proteksi molekul polimerik hasil proteolisis. b. IgA dimerik diikat oleh reseptor Ig pada rantai J. Kompleks reseptor Ig-IgA diangkut menuju permukaan sel epitel untuk selanjutnya dilepas sebagai IgA sekretori. Defisiensi IgA disertai dengan adanya antibodi-antigen makanan dan inhalan pada alergi. Kadar IgA yang tinggi di dalam serum ditemukan pada infeksi kronik saluran napas dan cerna, seperti TBC, alkoholik, dsb. Fungsi IgA dalam bentuk monomerik belum banyak diketahui. IgA terdiri dari 2 sub-kelas yaitu IgA1 (93%) dan IgA2 (7%) produksi IgA pada permukaan mukosa diperhitungkan, maka merupakan Ig terbanyak. c. Tidak efektif dalam mengikat komplemen, bersifat balterisida dengan kondisinya sebagai lisozimyang ada dalam cairan sekrotori yang mengandung IgA dan juga bersifat antiviran dan aglutinin yang efektif. C. Imunoglobulin M IgM ditemukan pada permukaan sel B yang matang dan mempunyai waktu paruh biologi 10 hari. Imunoglobulin ini hanya dibentuk oleh fetus. Peningkatan jumlah IgM mencerminkan adanya infeksi baru atau adanya antigen (imunisasi/vaksinasi). IgM merupakan aglutinin yang efisien dan merupakan isohemaglutinin alamiah. IgM sangat efisien dalam mengaktifkan komplemen.(Darmono, 2006) IgM mempunyai struktur pentamer dan merupakan imunoglobulin terbesar. IgM merupakan paling aktif dalam aktivasi komplemen jalur klasik.
49
Molekul IgM diikat oleh rantai J. Kebanyakan sel B mengandung IgM pada permukaan sebagai reseptor antigen. IgM dibentuk terlebih dahulu pada respon imun primer terhadap kebanyakan antigen. Kebanyakan antibodi alamiah seperti isoaglutinin, golongan darah AB, antibodi heterofil adalah IgM. IgM dapat mencegah gerakan mikroorganisme patogen, memudahkan fagositosis dan merupakan aglutinator poten antigen. (Karnen Garna, 2004) D. Imunoglobulin D Dalam serum IgD ditemukan dalam kadar yang sangat rendah. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena IgD tidak dilepas plasma dan rentan terhadap degradasi oleh proses proteolitik. IgD merupakan komponen permukaan utama sel B dan petanda dari diferensiasi sel B yang matang. IgD merupakan 1% dari total imunoglobulin dan ditemukan banyak pada membran sel B berasa IgD yang dapat berfungsi sebagai reseptor antigen pada aktifasi sel. IgD tidak mengikat komplemen, mempunyai aktifitas antibodi terhadap antigen berbagai makanan dan autoantigen seperti komponen nukleus. IgD juga diduga dapat mencegah terjadinya toleransi imun bila sel dihadapkan pada antigen, tetapi belum jelas mekanismenya. (Karnen Garna, 2004) E. Imunoglobulin E Dalam serum IgE ditemukan dalam kadar rendah yang meningkat pada penyakit
alergi
seperti
asma,
rinitis
alergi,
dan
dermatitis
atopi.
IgEmempunyaI berat molekul 200.000 dalton. Sampai sekarang belum ditemukan subkelas IgE. IgE disebut pula reagin dan merupakan Ig dengan jumlah paling sedikit dalam serum tetapi efeknya sangat efisien. Kadar IgE
50
tinggi pada reaksi alergi, infeksi cacing, skistosomiasis, dan diduga berperan pada imunitas parasit. (Karnen Garna, 2004) Tabel V. Sifat kelas Imunoglobulin yang berbeda-beda Kelas Ig
Nilai Normal (mg/dl)
Berat Molekul
Tempat
Aktivasi
pengikat
komplemen
antigen IgG
Dewasa = 6.58 – 18.37
150.000
2
Ya
IgA
Dewasa = 0,71 – 3.60
320.000 seperti
4
Melalui jalur
keping logam IgM
Dewasa = 0.40 – 2.63
900.000 sebagai
alternatif 10
Ya
pentamer IgE
-
200.000
2
Tidak
IgD
-
185.000
2
tidak
Tabel VI.Ringkasan Golongan Antibodi
51
2.6 Radial Imunodiffusion (RID) 2.6.1 Pengenlan Dan Prinsip Cara ini digunakan untuk penetapan kuantitatif IgG, IgA dan IgM. Sumur dipotong pada lempeng agar yang jenuh dengan antiserum yang spesifik yang ditujukan terhadap satu golongan immunoglobulin manusia. Cincin presipitin sirkuler akan terbentuk setelah protein serum manusia yang diletakkan dalam sumur berdifusi melalui agar. Diameter cincin presipitin adalah sebanding dengan konsentrasi imunoglobulin serum. Kadar imunoglobulin yang tepat digunakan ditentukan dengan cara membandingkan diameter serum yang tidak diketahui dengan diameter standar yang mengandung kadar imunoglobulion yang telah diketahui. (Hendra Utama, 1991)
2.6.2 Cara Penentuan Diameter Untuk metode RID terdiri dari 3 cara untuk menentukan besarnya diameter dari ring yang didapat : a. Cara 1 : Referensi tabel RID Pada cara 1, difusi sampel terjadi selama minimal 48 jam. Diameter ring yang diperoleh selama proses difusi digunakan untuk menentukan konsentrasi.
Konsentrasi dari immunoglobulin diperoleh dari tabel
referensi. (The binding site, 2007) b. Cara 2 : Kurva Linear Pada cara ini adalah untuk mendapatkan kurva kalibrasi yang linear dari kalibrator tinggi, medium dan rendah. Difusi ini terjadi selama 48 jam. Kemudian hasilnya diplotkan antara konsentrasi (x) dan diameter ring (y). Dari kurva ini kemudian diameter yang diperoleh dari masing-masing
52
sampel dimasukkan ke dalam kurva sehingga akan diperoleh konsentrasi sampel. (Mehrdad Ameri and Melinda J.Wikerson, 2008). c. Cara 3 : Kurva non-linear Pada cara ini adalah untuk mendapatkan kurva kalibrasi yang non-linear dari kalibrator tinggi, medium dan rendah. Difusi ini terjadi selama 18 jam. Kemudian hasilnya diplotkan antara konsentrasi (x) dan diameter ring (y). Dari kurva ini kemudian diameter yang diperoleh dari masing-masing sampel dimasukkan ke dalam kurva sehingga akan diperoleh konsentrasi sampel. (Mads H.T Troedsson, et.al, 1993).
2.7 Teknik Pengambilan Sampel (Sampling) Jika suatu penelitian dilakukan terhadap seluruh objek (populasi) yang akan dikaji sifat-sifat dan karakteristiknya, maka akan memerlukan biaya banyak. Oleh sebab itu, dengan sampling berarti objek yang akan diteliti hanya sebagian dari populasi, sehingga lebih efisien. Pelaksanaan penelitian terhadap populasi akan memerlukan tenaga yang lebih banyak jika dibandingkan dengan penelitian yang hanya dilakukan terhadap sampel, oleh karena itu penelitian yang dilakukan terhadap sampel akan lebih menghemat tenaga. Jika penelitian dilakukan terhadap sampel, maka dengan usaha yang sama akan diperoleh hasil analisa yang lebih akurat. (Awal Isgiyanto, 2009) Agar dapat dihasilkan data yang baik dan sesuai dengan tujuan maka kegiatan mengumpulkan data dibagi menjadi tahap persiapan yang terdiri dari : menentukan dan merumuskan tujuan dengan baik, menentukan metode yang akan digunakan, mengumpulkan teknik pengumpulan data, menyusun pedoman daftar pertanyaan yang dapat menjawab tujuan, menentukan sasaran, menentukan tempat
53
dan jumlah responden, menentukan siapa pelaksana pengumpulan data. Tahap selanjutnya adalah tahap pelaksanaan yang meliputi pengumpulan data dan supervisi lapangan sebelum data dibawa untuk diolah. (Eko Budiarto, 2001)
2.7.1 Faktor-faktor Yang Perlu Dipertimbangkan a. Mendefinisikan populasi Populasi adalah kumpulan semua individu dalam suatu batas tertentu. Kumpulan individu yang akan diteliti atau diamati ciri-cirinya disebut dengan populasi studi. Bila penelitian tidak dilakukan terhadap seluruh individu dalam populasi, tetapi hanya diambil sebagian maka bagian tersebut dinamakan sampel. Populasi studi ditentukan berdasarkan kriteria yang sesuai dengan tujuan penelitian. (Eko Budiarto, 2001) Jika populasi tidak didefinisikan dengan jelas, maka kesimpulan yang ditarik dari hasil penelitian tidak mencerminkan populasi. Tanpa pembatasan yang jelas tentang elemen populasi, maka tidak akan memperoleh sampel yang representatif, oleh karena itu dalam suatu penelitian apapun populasinya harus dibatasi dengan jelas dan tegas. (Awal Isgiyanto, 2009) b. Mendaftar elemen populasi Seluruh unit yang menjadi elemen populasi dicatat dengan jelas sehinggga unit-unit yang menjadi elemen atau tidak akan dapat diketahui dengan jelas. Untuk melakukan ini, maka peneliti harus membuat batasan tentang objek dan batasan populasinya. (Awal Isgiyanto, 2009)
54
c. Menentukan sampel Dari daftar elemen populasi, kemudian dipilih elemen-elemen populasi yang akan menjadi sampel. Besar kecilnya suatu sampel bukan menjadi ukuran untuk menentukan apakah sampel tersebut representatif atau tidak, akan tetapi tergantung dari karakteristik populasinya. (Awal Isgiyanto, 2009) d. Menentukan teknik sampling Teknik pengambilan sampel menjadi sangat penting karena jika salah dalam melaksanakan teknik sampling akan berdampak pada keterwakilan dalam sampel yang akan diambil tidak mencerminkan karakteristik pada populasi. (Awal Isgiyanto, 2009)
2.7.2 Teknik Sampling Pada umumnya penelitian dalam bidang kedokteran melibatkan jumlah responden yang banyak dan karena keterbatasan tenaga, waktu, dan biaya maka tidak seluruh unit diteliti. Penelitian hanya dilakukan terhadap sebagian dari populasi studi yang disebut sampel (Eko Budiarto, 2001) .
Pengambilan sampel dapat dibagi menjadi dua yaitu : 1. Sampling Acak ( Probability sampling / Random Sampling) a. Sampling Acak Sederhana (Simple Random Sampling) Pengambilan sampel acak sederhana ialah pengambilan sampel sedemikian rupa sehingga setiap unit dasar (individu) mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel. (Eko Budiarto, 2001)
55
Pengambilan sampel acak sederhana dapat dilakukan jika populasinya homogen. Sampling dapat dilakukan dengan cara undian atau dengan tabel bilangan random. (Awal Isgiyanto, 2009) b. Sampling Acak Sistematik (Systematic Random Sampling) Sampling acak sistematik adalah sampling yang prosesnya mengikuti sistematik tertentu. Jika suatu sampel diperoleh dengan mengambil satu angka dengan cara acak dari k elemen yang pertama pada kerangka sampling, kemudian setiap interval k untuk elemen berikutnya, maka sampel yang diperoleh disebut sampel sitematik 1 dalam k dengan diawali secara acak. (Awal Isgiyanto, 2009) c. Saling Acak Berlapis (Stratified Random Sampling) Bila sampling dilakukan dengan membagi populasi menjadi beberapa strata, dimana setiap strata adalah homogen, sedangkan antara strata terdapat sifat yang berbeda kemudian dilakukan pengambilan sampel pada setiap strata. (Eko Budiarto, 2001) d. Sampling Acak Rumpun (Cluster Random Sampling) Pada teknik ini sampel yang diambil bukan unit individu, akan tetapi terdiri dari rumpun (cluster). Pengambilan secara rumpun atau kelompok pada populasi ini dilakukan dengan cara mendaftar banyaknya rumpun (kelompok), kemudian
56
mengambil sampel berdasarkan rumpun (kelompok ) tersebut. (Awal Isgiyanto, 2009) e. Sampling Acak Bertingkat (Multi Stage Sampling) Cara ini merupakan salah satu model sampling secara acak yang pelaksanaannya dilakukan dengan membagi populasi menjadi beberapa fraksi kemudian diambil sampelnya. Sampel fraksi yang dihasilkan dibagi lagi menjadi fraksi-fraksi yang lebih kecil kemudian diambil sampelnya. Pengambilan menjadi fraksi ini dilakukan terus sampai pada unit sampel yang diinginkan. (Eko Budiarto, 2001) 2. Non-probability Sampling (Non Random Sampling) a. Sampling Seadanya (Accidental Sampling) Sampling dilakukan secara subjektif oleh peneliti ditinjau dari sudut kemudahan, tempat pengambilan sampel, dan jumlah sampel yang akan diteliti. (Eko Budiarto, 2001) b. Sampling Berjatah (Quota Sampling) Hampir sama dengan pengambilan sampel seadanya, tetapi dengan kontrol yang lebih baik untuk mengurangi terjadinya bias. (Eko Budiarto, 2001) c. Sampling dengan Pertimbangan (Purposive Sampling) Bila pengambilan sampel dilakukan sedemikian rupa sehingga keterwakilannya ditentukan oleh peneliti berdasarkan pertimbangan orang-orang yang telah berpengalaman (Eko Budiarto, 2001)
57
d. Sampling Jenuh (Saturation Sampling) Sampling
jenuh
adalah
sampling
yang
prosesnya
berdasarkan sudah jenuh atau belum suatu sampel. Sampel dikatakan jenuh jika sampel yang terpilih sudah lebih setengah populasi. (Awal Isgiyanto, 2009) e. Sampling Bola Salju (Snowball Sampling) Sampling bola salju adalah sampling yang dimulai dengan menentukan kelompok kecil yang diminta untuk menunjukkan kawan-kawannya,
kemudian
kawan-kawannya
tersebut
menunjukkan kawan-kawannya yang lain. (Awal Isgiyanto, 2009)
2.7.3 Penentuan Besar Sampel Sampel yang besar akan memberikan hasil penelitian yang mendekati keadaan sesungguhnya. Jika sampel yang diambil semakin besar, maka akan mendapatkan hasil penelitian yang semakin ideal, akan tetapi juga memerlukan semakin banyak tenaga, waktu, biaya dan fasilitas.(Aswal Isgiyanto,2009) Besar sampel minimal yang diperlukan perlu ditetapkan dengan pertimbangan hasil penelitian masih dalam taraf kepercayaan yang memadai dan penelitian yang dilakukan relatif efisien. (Aswal Isgiyanto,2009) Penentuan Besar Sampel (Awal Isgiyanto, 2009) 1. Jika populasi (N) diketahui n=
NZ21-α/2 P(1-P) Nd2 + Z21-α/2 P(1-P)
58
Keterangan : n
= besar sampel
N
= besar populasi
Z21-α/2 = nilai sebaran normal baku yang besarnya tergantung α P
= Proporsi kejadian
D
= besar penyimpangan (absolut) yang bisa diterima
2. Jika populasi (N) tidak diketahui n = Z1-α/2 √2PQ + Z1-ß √P1Q1 + P2Q2 (P1 - P2)2
dengan P1 # P2
Keterangan : Z1-α/2 = nilai sebaran normal baku yang besarnya tergantung α Z1-ß
= nilai seran normal baku yang beasrnya tergantung ß
P
= proporsi suatu kejadian, Q = 1-P
P1
= proporsi kejadian kelompok 1, Q1 = 1- P1
P2
= proporsi kejadian kelompok 2, Q2 = 1-P2
59
BAB III KERANGKA KONSEP Membaca Al-Qur’an pada qori penghafal Al-Qur’an mengandung aspek meditasi dan relaksasi yang berkaitan dengan ketahanan tubuh imunologi antara lain IgG dan IgA. Sehingga bermanfaat untuk meningkatkan sistem imun dalam tubuh. Sehingga penelitian ini perlu dilakukan
Pemilihan dan Seleksi Relawan Pengisian kuesioner
Eksklusi
Inklusi
Pemeriksaan Relawan Pemeriksaan Relawan
Pengukuran Tekanan Darah
Pengukuran Berat Badan
Pengambilan Darah Sebelum dan Sesudah Menghafal Al-Qur’an
Darah Segar
Tes Darah
Pengukuran Volume Paru
Serum
Tes IgG
Tes IgA
Radial Imunodifusion (RID)
Analisa Data Dengan menggunakan SPSS
60
Pengukuran Tinggi Badan
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Tempat dan Waktu Penelitian 4.1.1 Tempat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Makmal Imunoendokrinologi FKUI Jakarta dan Laboratorium Imunopatologi FKUI Jakarta.
4.1.2 Waktu Penelitian dilakukan selama ± tiga bulan (April – Juni 2010)
4.2 Alat dan Bahan 4.1.1. Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah spirometer mikrolab, alat ukur tinggi badan, alat ukur berat badan, tensimeter, jarum suntik, tourniquet, tabung reaksi darah vena, tabung polipropilena, rak tabung reaksi, sentrifuge, vortex, repeating micropipet, combainting micropipet, RID plate, box berisi tissue basah, penggaris RID.
4.1.2. Bahan Bahan – bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah darah, serum, , RID plate (monospesifik antibodi IgG dan IgA; 0,099% sodium azide; 0,1%
E-amino-n-caproicacid
(EACA);
0,01%
(sodiummethylmercurithiosalicylate); 0,01% benzamidine).
61
thiomersal
4.3 Metode Penelitian 4.3.1 Pengisian Kuesioner Pengisian kuesioner dilakukan kepada seluruh relawan, baik relawan Qori penghafal Al-Qur’an di Yayasan Baitul Qur’an Indonesia maupun relawan sebagai pembanding.
4.3.2 Seleksi Relawan Dari hasil pengisian kuesioner dicari dan diseleksi relawan dengan kriteria sebagai berikut : a. Inklusi: laki-laki, usia antara 18-25 tahun, santri baru, dalam proses menghafal Al-Qur’an, sehat jasmani dan rohani, bersedia menjadi sampel, melakukan ibadah sholat malam. b. Ekslusi: laki-laki, usia antara 18-25, tidak menghafal Al-Qur’an,sehat jasmani dan rohani, bersedia menjadi sampel, tidak melakukan ibadah sholat malam.
4.3.3 Pengukuran Volume Paru Sebelum dilakukan pengukuran volume paru pada relawan, terlebih dahulu diukur berat badan dan tinggi badan relawan kemudian setelah itu diukur volume FVC (kapasitas volume paksa) dan FEV1 (volume ekspirasi paksa) dengan menggunakan spirometer microlab.
4.3.4 Pengambilan Darah Sebelum pengambilan darah, relawan diukur terlebih dahulu tekanan darahnya dan dilakukan tes fisik yang dilakukan oleh dokter kemudian relawan diambil darahnya. Pengambilan darah ini melalui pembuluh vena perifer yang terdiri dari 2 tahap yaitu
62
Tahap 1 : pengambilan darah sebelum menghafal Al-Qur’an Tahap 2 : pengambilan darah 1 jam setelah menghafal Al-Qur’an Pada pengambilan darah pertama, darah relawan diambil sebanyak 15 ml yang dibagi menjadi 2 yaitu 5 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi darah vena untuk di tes darah sedangkan yang 10 ml darah dimasukkan ke dalam tabung polipropilene kemudian disentifuge 3000 rpm selama 15 menit dan kemudian diambil larutan yang berwarna kuning jernih (serum). Bila serum yang diambil tidak langsung digunakan maka harus disimpan dalam freezer dengan suhu sekitar -20° C agar dapat bertahan lebih lama.
4.3.5
Pemeriksaan IgG Sebelum perlakuan, Kit IgG yang disimpan dalam suhu 2-8º C (tidak di dalam freezer) dan sampel (serum) yang disimpan pada suhu -20° C dibiarkan sesaat agar berubah suhunya menjadi suhu ruang. Sampel yg berupa serum divorteks terlebih dahulu sebelum digunakan supaya homogen. RID plate kemudian dibuka dan dibiarkan selama 10 – 15 menit pada suhu ruang agar terjadi kondensasi pada well. Masing-masing sampel dipipet sebanyak 5 µl kemudian dimasukkan ke dalam well yang telah diberi tanda kemudian plate ditutup kembali dan disimpan dalam box berisi tissue basah. Setelah itu diinkubasi dalam suhu ruang (20 - 24º C) selama kurang lebih 48 jam Kemudian diameter ring yang diperoleh dibaca dengan menggunakan penggaris RID plate di bawah fewer dan dilihat hasilnya pada referensi tabel yang sudah ada untuk mendapatkan konsentrasinya.
63
4.3.6 Pemeriksaan IgA Untuk pemeriksaan IgA langkah-langkah pengerjaannya sama dengan pemeriksaan IgG hanya saja dalam pemeriksaan IgA yang berbeda hanya pada antibodi yang terdapat pada RID plate yaitu mengandung antibodi IgA.
4.3.7 Teknik Analisis Data Data hasil penelitian dianalisis untuk melihat adanya perbedaan antara Qori penghafal Al-Qur’an dengan pembanding dan juga perubahan sebelum dan sesudah menghafal Al-Qur’an dengan menggunakan program pengolahan data statistik SPSS 16.0 dengan menggunakan metode one sample dan paired sampel T-test. Hipotesis : H0
= kedua rata-rata populasi adalah identik (rata-rata sebelum dan sesudah menghafal Al-Qur’an adalah tidak berbeda secara nyata).
H1
= kedua rata-rata populasi adalah tidak
identik (rata-rata sebelum dan
sesudah menghafal Al-Qur’an adalah memang berbeda secara nyata). Kriteria pengujian : 1. Korelasi antara IgG dan IgA sebelum dan sesudah menghafal Al-Qur’an. a. 0,00 – 0,20 = sangat lemah b. 0,20 – 0,40 = lemah atau rendah c. 0,40 – 0,70 = sedang / cukup d. 0,70 – 0,90 = kuat / tinggi e. 0,90 – 1,00 = sangat kuat/ sangat tinggi
64
2.Nilai signifikansi a. Bila nilai sig > 0,05 maka H0 diterima, tidak berbeda secara nyata. b. Bila nilai sig < 0,05 maka H0 ditolak, berarti terdapat perbedaan secara nyata. 3.Nilai t a. Bila statistik hitung (angka t output) > Statistik tabel, maka H0 ditolak. b. Bila statistik hitung (angka output) < Statistik tabel, maka H0 diterima.
65
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil 5.1.1 Hasil Pengisian Kuesioner dan Seleksi Relawan Hasil pengisian kuesioner yang dilakukan pada 30 relawan di Yayasan Baitul Qur’an Indonesia, hanya 20 orang yang memenuhi kriteria inklusi. Dari 20 orang relawan yang mememenuhi kriteria inklusi, diambil 15 relawan yang sesuai dengan perhitungan penentuan besar sampel ( Lampiran 1). Hasil seleksi dengan cara pengisian kuesioner ini didapat data-data bahwa baik relawan Qori Penghafal Al-Qur’an maupun pembanding rata-rata mengkonsumsi makanan yang sama dan tidak merokok. Dalam sehari untuk Qori Penghafal Al-Qur’an melakukan aktivitas dzikir rata-rata 1-6 jam hanya ada satu Qori yang melakukan aktivitas dzikir lebih dari 6 jam. Waktu tidur yang didapat adalah rata-rata antara 4-6 jam dan rata-rata semua Qori melakukan aktivitas sholat malam dan frekuensi puasa dalam satu minggu antara 1-2 hari/minggu dan hanya ada satu Qori yang melakukan puasa setiap hari. Untuk pembanding ratarata tidak melakukan dzikir, aktivitas sholat malam maupun puasa. Hasil pengisian kuesioner dan seleksi relawan dapat dilihat pada lampiran 8.
5.1.2 Hasil Pengukuran Volume Paru Dari hasil pengukuran volume paru rata-rata % FVC relawan > 80% dan hanya ada beberapa relawan yang % FVC-nya dibawah 80%. Akan tetapi
66
untuk %FEV1 semua relawan hasilnya >70%. Hasil pengukuran volume paru ini dapat dilihat pada lampiran 9.
5.1.3 Hasil Pengukuran Tekanan Darah Dari hasil pemeriksaan fisik relawan didapat data bahwa rata-rata keadaan umum relawan adalah baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil pemeriksaan tekanan darah dan nadi. Rata-rata relawan mempunyai tekanan darah dan denyut nadi pada rentang normal dan untuk pemeriksaan fisik rata-rata relawan tidak mengalami kelainan hanya ada satu orang yang menderita subanemia dan dua orang takikardia. Hasil pengukuran tekanan darah dapat dilihat pada lampiran 10.
5.1.4 Hasil Pemeriksaan Darah Rutin Pemeriksaan darah rutin meliputi sel darah putih, sel darah merah, hemoglobin, hematokrit, trombosit, limfosit, monosit dan neutrofil. Dari variabel-variabel pemeriksaan darah rutin pada relawan diperoleh hasil bahwa rata-rata nilai yang didapat adalah masuk dalam rentang normal. Hasil pemeriksaan darah rutin dapat dilihat pada lampiran 11.
.5.1.5 Hasil Pemeriksaan IgG dan IgA Pada pemeriksaan relawan yaitu pada saat sebelum menghafal Al-Qur’an kadar Imunoglobulin G (IgG) dan Imunoglobulin A (IgA) berada pada rentang normal. Kemudian kadar Imunoglobulin G (IgG) sesudah menghafal Al-Qur’an rata-rata mengalami peningkatan sedangkan untuk Imunoglobulin A (IgA) mengalami penurunan. Akan tetapi ada beberapa yang tidak mengalami peningkatan atau pun penurunan tetapi konstan.
67
Untuk Imunoglobulin G (IgG) hanya ada satu relawan yang tidak mengalami perubahan, sedangkan untuk Imnoglobulin A (IgA) ada 6 orang yang tidak mengalami perubahan. Hasil pemeriksaan IgG dan IgA dapat dilihat pada lampiran 12.
5.2 Pembahasan Penelitian ini dirancang untuk mengetahui adanya perubahan konsentrasi Imunoglobulin G (IgG) dan Immunoglobulin A (IgA) yang merupakan respon ketahanan tubuh imunologi pada qori penghafal Al-Qur’an di Yayasan Baitul Qur’an Indonesia. Selain itu dilakukan juga pengukuran volume pernapasan untuk mengetahui
ada
tidaknya
penyakit
pernapasan
seperti
obstruktif
yang
mempengaruhi kemampuan ekspirasi dan restriktif yang mempengaruhi kemampuan inspirasi. Dimana penelitian ini berdasarkan dengan adanya pemahaman dikotomi di sekelompok orang yang mempertentangkan agama dan ilmu pengetahuan. Kebenaran agama dipandang sebagai suatu hal yang mustahil dapat dibuktikan secara ilmiah. Meskipun diakui bahwa tidak semua ajaran agama dapat dibuktikan secara ilmiah. Pada penelitian ini menggunakan relawan laki-laki yang berumur 18-25 tahun untuk menghindari faktor hormonal yang lebih kompleks. Selain itu relawan harus sehat jasmani dan rohani karena faktor ini dapat mempengaruhi pada hasil pengukuran yang yang akan dilakukan. Pencapaian tingkat homogenitas penelitian ini ditempuh dengan cara mengendalikan beberapa faktor yang mempengaruhi sistem ketahanan tubuh imunologi. Faktor lingkungan dikendalikan dengan cara memilih relawan dari santri yang bermukim di Yayasan Baitul Qur’an Indonesia. Sehingga relawan
68
berada pada lingkungan / tempat tinggal, pola makan, pola tidur yang relatif sama. Faktor psikis, agar relawan nyaman dalam melakukan hafalan Al-Qur’an-nya, maka diberi kebebasan untuk memilih tempat yang nyaman untuk melakukan hafalan. Selain itu setiap pagi dan malam hari dilakukan kegiatan menghafal AlQur’an secara bersama-sama. Faktor kondisi sehat diupayakan dengan pemeriksaan fisik secara laboratorik. Pada pengukuran volume paru yang diukur adalah FVC (Kapasitas Vital Paksa) dan FEV 1 (Volume Ekspirasi Paksa) dan sebelum pengukuran perlu dilakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan relawan agar hasil yang didapatkan lebih akurat. Pengukuran volume dan kapasitas paru merupakan pengukuran anatomis yang dipengaruhi oleh latihan fisik dan penyakit. Jadi dengan pengukuran ini dapat diketahui ada atau tidak kelainan pada sistem pernapasannya baik restriktif maupun obstruktif. Pada hasil pengukuran spirometer, akan diperoleh beberapa hasil : 1.Normal 2.Restriksi (kelainan pengembangan paru) = % FVC < 80% 3.Obstruksi (kelainan karena sumbatan) = % FEV <70% 4.Campuran (Restriksi dan Obstruksi) = %FVC < 80% dan %FEV <70% Ada atau tidaknya Restriksi dan Obstruksi dilihat dari perhitungan persentasenya. FVC Meass X 100%= > 80% Atau FEV1 Meass X 100% = > 70% FVC Pred FEV1 Pred Dari hasil pengukuran %FVC dan % FEV 1 relawan baik pada Qori penghafal Al-Qur’an maupun pembanding rata-rata tidak mengalami gangguan baik restriktif maupun obstruktif. Akan tetapi ada beberapa relawan %FVC < 80 % 69
walaupun tidak terlalu jauh dari rentang normal. Hal ini mungkin disebabkan bukan karena adanya gangguan paru pada relawan tapi terjadi pada saat menarik napas ke katup spirometer tidak maksimal sehingga pengembangan parunya tidak maksimal dan berpengaruh terhadap %FVC. Untuk data laboratorik relawan, yang diperiksa adalah meliputi leukosit, eritrosit, hemoglobin, hematokrit, limfosit, monosit dan neutrofil. Berdasarkan hasil laboratorik dari beberapa variabel diketahui bahwa relawan baik Qori penghafal Al-Qur’an maupun pembanding dinyatakan normal. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengolahan data dengan menggunakan metode one sample T-test yang prinsipnya menguji suatu nilai tertentu (variabel tes darah rutin) yang telah diketahui dibandingkan dengan sampel. Beberapa variabel yang diperoleh dinyatakan normal karena hasil dari rata-rata masing-masing sampel berada pada kisaran antara standar normal (lihat tabel hasil pemeriksaan darah rutin). Ada beberapa variabel yang nilai signifikansinya (P) dibawah 0,05 yang berarti terdapat perbedaan bermakna antara nilai normal dengan sampel. Variabelvariabel itu antara lain adalah eritrosit, hematokrit, limfosit, monosit dan neutrofil. Dimana variabel yang berpengaruh terhadap sistem imun dalam tubuh adalah limfosit dan neutrofil yang keduanya merupakan bagian dari sel darah putih. Limfosit berperan penting dalam mekanisme pertahanan dan imunitas terhadap benda asing yang akan berkembag dan berfungsi sebagai sel penghasil antibodi. Sedangkan neutrofil mempunyai kemampuan untuk melakukan fagositosis ( memakan atau menelan benda atau sel asing). (Mohammad Sadikin, 2001). Oleh karena itu jika limfosit dan neutofil ini produksinya meningkat (masih dalam rentang normal) maka sistem imun dalam tubuh akan menjadi meningkat. Hal ini
70
dapat dilihat dari hasil pengolahan one sample T-Test bahwa terdapat perbedaan bermakna antara nilai normal dengan sampel (P<0,05). Untuk pemeriksaan imunoglobulin yang digunakan adalah serum. Serum berbeda
dengan
plasma.
Serum
diperoleh
dengan
membiarkan
proses
penggumpalan terjadi, sedangkan plasma diperoleh dengan mencegah proses penggumpalan dengan menambahkan antikoagulan. Serum tidak mengandung fibrinogen karena protein sudah berubah menjadi jaring fibrin bersamaan dengan proses penggumpalan. Sebaliknya, di dalam plasma masih tetap terdapat fibrinogen yang tidak dapat berubah menjadi fibrin karena adanya antikoagulan yang ditambahkan. Adapun Imunoglobulin yang diukur adalah Imunoglobulin G (IgG) dan Imunoglobulin A (IgA), sedangkan Imunoglobulin yang lain tidak dilakukan karena Imunoglobulin yang dapat melakukan aktivitas sebagai antibodi yang spesifik adalah IgG dan IgA. (Karnen Garna, 2004) Untuk mengetahui perubahan konsentrasi Imunoglobulin G (IgG) dan Imunoglobulin A (IgA) pada Qori Penghafal Al-Qur’an secara kuantitatif pada penelitian ini digunakan metode Radial Immunodiffusion (RID). Dimana prinsip RID ini adalah terjadi kompleks antara antigen-antibodi dengan terjadinya presipitasi yang membentuk sebuah cincin / ring. (Karnen Garna, 2004) Pada kondisi yang tepat, antigen-antibodi kompleks akan terbentuk dan membentuk sebuah cincin presipitin. Ukuran cincin akan meningkat sampai tercapai kesetimbangan antara pembentukan dan pemecahan kompleks. Kemudian diameter ring yang diperoleh dibaca satu per satu dengan menggunakan penggaris RID plate di bawah fewer dan dilihat hasilnya pada referensi tabel yang sudah ada untuk mendapatkan konsentrasinya. Jika tidak terbentuk ring / cincin maka
71
pada well disuntikkan kembali dengan sampel serum dan kemudian diinkubasi kembali. Sebaliknya jika cincin yang terbentuk lebih dari dua maka diameter cincin yang diluar yang diukur. Hasil yang diperoleh bervariasi. Ada beberapa qori yang mengalami perubahan dan ada beberapa yang tidak berubah pada sistem ketahanan tubuh imunologi. Dalam hal ini yang dimaksud adalah perubahan konsentrasi Imunoglobulin G (IgG) dan Imunoglobulin A (IgA). Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adalah berhubungan dengan niat atau keikhlasan. Dimana hakikat niat adalah pengkaitan tujuan dengan hal yang dituju. Niat adalah tujuan sesuatu yang disertai dengan pelaksanaanya. Karena hal yang penting dalam ibadah adalah niat dan kesucian niat itu. Sebab hubungan niat dengan ibadah seperti hubungan jiwa dengan raga. Bentuk fisik ibadah adalah berasal dari aspek diri dan raganya. Sedangkan niat adalah ruh ibadah yang berasal dari aspek batin dan hati (Yusuf Qotdhowi, 1998). Selain itu dapat juga disebabkan oleh pengaruh stress pada relawan sehingga dapat mempengaruhi hasil pengukuran. Hasil pengukuran IgG dan IgA pada qori penghafal Al-Qur’an sebelum dan sesudah menghafal Al-Qur’an diolah datanya dengan menggunakan metode Paired Sampel T-Test. Metode ini dilakukan terhadap dua sampel berpasangan (paired). Sampel yang berpasangan diartikan sebagai sebuah sampel dengan subjek yang sama, namun mengalami dua perlakuan atau pengukuran yang berbeda . (Singgih Santoso, 2006) Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS 16 dapat dilihat rata-rata (mean) IgG & IgA sebelum dan sesudah menghafal Al-Qur’an diperoleh hasil konsentrasi IgA rata-rata sebelum 2132 mg/L dan IgA rata-rata sesudah
72
1845,3333 mg/L. Hal ini berarti ada perbedaan antara IgA sebelum dan sesudah sebesar 286,667 mg/L. Sedangkan untuk konsentrasi IgG rata-rata sebelum 10543 mg/L dan rata-rata sesudah 13120 mg/L yang berarti terdapat selisih sebesar 2577 mg/L. Dilihat pula korelasi antara kedua variabel baik sebelum maupun sesudah menghafal Al-Qur’an. Untuk variabel sebelum dan sesudah konsentrasi IgA menghasilkan angka korelasi 0,881 (korelasi tinggi) dengan nilai signifikansi (P) jauh dibawah 0,05 (0,000), sedangkan konsentrasi IgG sebelum dan sesudah menghasilkan angka korelasi 0,645 (korelasi sedang) dengan nilai signifikansinya 0,009. Hal ini menyatakan bahwa korelasi baik IgA maupun IgG antara sebelum dan sesudah menghafal Al-Qur’an adalah sangat erat dan benar-benar berhubungan secara nyata. Berdasarkan perbandingan antara df
(lampiran XIV) dengan taraf
signifikansi yang dipakai (99%) diperoleh hasil t tabel sebesar 2,624 (Daftar tabel VII). Sehingga dapat dilihat bahwa t hitung IgA (3,233) > t tabel (2.624) dan t hitung IgG (5.025) > dari t tabel (2,624). Hal ini berarti HO ditolak yang berarti baik antara IgA maupun IgG sebelum dan sesudah menghafal Al-Qur’an adalah berbeda. Dimana untuk penarikan kesimpulan perlu dilihat pula nilai signifikansinya (P) yaitu untuk IgA signifikansinya 0,006 dan untuk IgG signifikansinya jauh dibawah 0,05 (0,000) yang berarti HO pun juga ditolak. Jadi antara hasil t hitung dan nilai signifikansinya adalah sama-sama HO ditolak yang berarti terdapat perbedaan bermakna antar sebelum dan sesudah menghafal AlQur’an.
73
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pengujian statistik dengan analisa pengujian T-Test, maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas menghafal Al-Qur’an selama 60 menit dapat merubah konsentrasi IgG dan IgA yang dapat dilihat dari perbedaan konsentrasi IgG dan IgA sebelum dan sesudah menghafal AlQur’an.
6.2 Saran Diperlukan adanya penelitian lanjutan untuk mengkaji perubahan respon ketahanan tubuh imunologi pada qori penghafal Al-Qur’an dengan memperbanyak jumlah variabel dengan berbagai rentang waktu yang dimulai dari relawan sebelum menghafal Al-Qur’an sampai dengan menghafal AlQur’an.
74
DAFTAR PUSTAKA
Ameri, Mehrdad & Melinda J.Wilkerson. 2008. Comparison of Two Commercial Radial Imunodifussion Assay for Detection of Bovine Imunoglobulin G in Newborn Calves. Journal of The Department of Diagnostic Medicine/Pathobiology College of Veterinary Medicine. Kansas State University, Manhattan, KS. Hal 20 : 333-336. Amin, Samsul Munir & Haryanto Al-Fandi. 2008. Energi Dzikir. Amzah : Jakarta. Baratawidjaja, Karnen Garna. 2004. Imunologi Dasar. Edisi Keenam. UI Press : Jakarta Budiarto, Eko. 2001. Biostatistika untuk Kedokteran Masyarakat. EGC : Jakarta.
dan
Kesehatan
Darmono. 2006. Farmakologi dan Toksikologi Sistem Kekebalan. UI Press : Jakarta. Daud, Ma’mur. 1997. Dzikir dan Doa yang Diajarkan Rosulullah Saw. Media dakwah : Jakarta. Davidson Sue, Tony Smith. 2006. Dokter di Rumah Anda Cara Menangani Gejala dan Mengatasinya. Dian Rakyat : Jakarta. Departemen Agama Republik Indonesia. 1995. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Toha Putra : Semarang. Hall, Jan A., Karen Campbell., Scott Mordecai., David J.Scaeffer., Federico A.Zuckermann. 1994. Comparison of Three Commercial Radial Immunodiffusion Kits for The Measurement of Canine Serum Immunoglobulin. Journal from The Departement of Veterinary medicine and Veterinary Pathobiology and Veterinary Bioscience.University of Illinois Urbana. Hardjasasmita, Pandjita. 1991. Ikhtisar Biokimia Dasar. FKUI : Jakarta. Hutchison, Jennifer.M., Mowafak D.Salman., Franklyn B.Garry., Larrue W.Johnson. 1995. Comparison of Two Comercially Available Single Radial Immunodiffusion Kits for Quantitation of Ilama Immunoglobulin G. Journal of The Departement of Clinical Science, The Diagnostic Laboratory and The Departement of Enviromental Health. Hal : 515-519. Isgiyanto, Awal. 2009. Teknik Pengambilan Sampel Pada Penelitian NonEksperimental. Mitra Cendikia : Jogjakarta. Junqueira, Luiz Carlos & Jose Carneiro. 2007. Histologi Dasar Teks dan Atlas. Edisi 10. EGC : Jakarta. 75
Ka’bah, Rifyal. 1999. Dzikir dan Doa Dalam Al-Qur’an. Paramadina : Jakarta. Koolman, Jan & Klaus-Heinrich Rohm. 2000. Atlas Berwarna dan Teks Biokimia. Hipokrates : Jakarta. Kresno, Siti Boedina. 2001. Imunologi Diagnosis dan Prosedur Laboratorium. Edisi 4. EGC. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta. Muhammad, Rosul Abdul. 2007. Jangan Asal Dzikir. Pusaka Hidayah: Bandung. Mukhdlori, Muhammad, 2008. Mukjizat-mukjizat membaca Al-Quran .Diva press: Jogyakarta. Munir, M. Misbachul, 1999. Pedoman Lagu-Lagu Tilawtil Qur’an dilengkapi dengan Ilmu Tajwid & Qasidah. Apollo: Surabaya. Murray, Robert K., Daryl K.Garner., Peter A.Meyes., Victor W.Rodwell. 2003. Biokomia Harper. Edisi 25. EGC: Jakarta. Murray, Robert K., Daryl K.Garner., Victor W.Rodwell. 2009. Biokomia Harper. Edisi 27. EGC: Jakarta Nawawi, Imam. 2005. Khasiat Dzikir dan Do’a al-azkarun Nawawiyyah. Sinar Baru Algesindo: Bandung. Price, Silvia Anderson & Lorraine M. Wilson. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi Keempat. EGC : Jakarta Price, Silvia Anderson & Lorraine M. Wilson. 2. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi Keenam. EGC : Jakarta Qordhowi, Yusuf. 1998. Niat dan Ikhlas. Pustaka Al-Kautsar : Jakarta. Roitt, Ivan M. 2002. Imunologi. Edisi delapan. Widya Medika : Jakarta. Sadikin, Mohamad. 2001. Biokimia Darah. Widya Medika : Jakarta. Santoso, Singgih. 2006. Menguasai Statistik di Era Informasi dengan SPSS 15. PT.Elex Media Komputindo : Jakarta. Shababthi, Ishamuddin. 2007. Al-Adzkar. As-Sunnah : Jakarta. Sholeh, Moh. 2006. Terapi Shalat Tahajud. Mizan : Bandung. Site, the binding. 2007. Human IgG, IgA & IgM ’bindarid’ Radial Imunodifussion. Birmingham. Somantri, Irman. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Salemba Medika : Jakarta.
76
Stryer, Lubert. 2000. Biokimia. 4thEdition. EGC : Jakarta. Tebba, Sudirman. 2005. Sehat Lahir Batin. Serambi Ilmu Semesta : Jakarta. Tizard, Ian R. 1988. Imunology an Introduction. 2ndEdition. Sauders Company : New York. Troedson, Mats H.T., Irwin K.M Liu and Mark Thurmond. 1993. Imunoglobulin (IgG and IgA) and Complement C3 Concentration in Uterine Secretion Following in Intra Uterine Challenge of Streptococcos zooepidemicus in Mares Susceptible to Versus Resistant to Chronic Uterine Infection. Journal of The Departement of Reproduction and Departement of Epidemiology and Preventive Medicine. School of Veterinary Medicine, University of California. Hal : 502-506. Underwood, J.C.E. 1999. Patologi Umum dan Sistemik. EGC : Jakarta. Wahab, A.Samik & Madarina Julia. 2002. Sistem, Imunisasi, & Penyakit Imun. Widya Medika : Jakarta. Walpole, Ronald E.1992. Pengantar Statistik. Edisi ke-3. PT. Gramedia pustaka Utama : Jakarta. Ward, Jeremy P.T., Jane Ward., Richard M.Leach., Charles M.Wiener. 2007. At A Glance Sistem Pernapasan. Edisi kedua. Erlangga : Jakarta. Wijaya, Hendra. 1991. Ikhtisar Biokimia Dasar. FKUI : Jakarta. Zen, Muhaimin. 1996. Bimbingan Praktis Menghafal Al Qur’annul Karim”. Mutiara Sumber Widya : Jakarta
77
I. DAFTAR GAMBAR
Gambar IV Perangkat Analisa sampel darah
Sampel Darah
Endapan dan Serum
Serum
Sampel Serum Relawan
Sentrifuge
Vortex
78
Repeating mikropipet
RID IgA
RID IgG
Penggaris RID
Fewer
Pengukuran Diameter Ring
Gambar V Spirometer
79
II. DAFTAR TABEL Tabel VI Konsentrasi IgG dan IgA pada Manusia (mg/L) Diameter of ring (mm)
IgG
IgA
4
2500
605
4.1
2840
687
4.2
3190
773
4.3
3540
859
4.4
3900
945
4.5
4200
1030
4.6
4640
1120
4.7
5030
1220
4.8
5440
1320
4.9
5820
1410
5.0
6240
1510
5.1
6650
1610
5.2
7100
1720
5.3
7540
1830
5.4
7980
1930
5.5
8430
2040
5.6
8900
2160
5.7
9370
2270
5.8
9850
2380
5.9
10300
2490
6.0
10800
2620
6.1
11300
2740
6.2
11900
2870
6.3
12400
2990
6.4
12900
3120
6.5
13400
3250
6.6
14000
3390
6.7
14500
3520
6.8
15100
3650
6.9
15700
3800
7.0
16200
3930
7.1
16800
4070
7.2
17400
4220
7.3
18000
4270
7.4
18600
4510
7.5
19200
4660
7.6
19900
4820
7.7
20500
4970
7.8
21200
5130
7.9
21800
5290
8.0
22500
5450
8.1
23200
5610
8.2
23800
5770
8.3
24500
5940
8.4
25200
6110
8.5
25900
6280
8.6
26600
6450
8.7
27300
6620
8.8
28100
6800
8.9
28800
6980
9.0
29600
7160
9.1
30300
7350
9.2
31100
7530
9.3
31900
7720
9.4
32600
7910
9.5
33400
8090
9.6
34200
8290
9.7
35000
8480
9.8
35800
8680
9.9
36700
8880
10.0
37500
9080
Tabel diambil dari The Binding site, Human IgG, IgA & Igm ’NL’ Bindarid Kits
80
Tabel VII Nilai Kritik sebaran t
V2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 inf
0.10 3.078 1.886 1.638 1.533 1.476 1.440 1.415 1.397 1.383 1.372 1.363 1.356 1.350 1.345 1.341 1.337 1.333 1.330 1.328 1.325 1.323 1.321 1.319 1.318 1.316 1.315 1.314 3.313 1.311 1.282
0.05 6.314 2.920 2.353 2.132 2.015 1.943 1.895 1.860 1.833 1.812 1.796 1.782 1.771 1.761 1.753 1.746 1.740 1.734 1.729 1.725 1.721 1.717 1.714 1.711 1.708 1.706 1.703 1.701 1.699 1.645
V1 0.025 12.706 4.303 3.182 2.776 2.571 2.447 2.365 2.306 2.262 2.228 2.201 2.179 2.160 2.145 2.131 2.120 2.110 2.101 2.093 2.086 2.080 2.074 2.069 2.064 2.060 2.056 2.052 2.048 2.045 1.960
0.01 31.821 6.965 4.541 3.747 3.365 3.143 2.998 2.896 2.821 2.764 2.718 2.681 2.650 2.624 2.602 2.583 2.567 2.552 2.539 2.528 2.518 2.508 2.500 2.492 2.485 2.479 2.473 2.467 2.462 2.326
0.005 63.657 9.925 5.841 4.604 4.032 3.707 3.499 3.355 3.250 3.169 3.106 3.055 3.012 2.977 2.947 2.921 2.898 2.878 2.861 2.845 2.831 2.819 2.807 2.797 2.787 2.779 2.771 2.763 2.756 2.576
Tabel diambil dari tabel A.5, Ronald E.Walpole, Pengantar Statistika edisi ke-3, Jakarta
81
III. DAFTAR LAMPIRAN 1. Penentuan Besar Sampel Diketahui besar populasi di Yayasan Baitul Qur’an Indonesia adalah sebanyak 20 orang, proporsi kejadian 82%, interval kepercayaan 95% dan penyimpangan yang bisa diterima 0,1 N = 20 Interval kepercayaan (1-α) = 95%, maka α = 5%, sehingga Z1-α/2 = 1,96 d = 0,1 P = 0,82 n=
NZ21-α/2 P(1-P) Nd2 + Z21-α/2 P(1-P)
n=
(20)(1,96)2(0,82)(1-0,82) (20)(0,1)2 + (1,96)2(0,82)(1-0,82)
n=
11,3404 0.,767
n=
14,78
Jadi besar sampel minimal yang diperlukan adalah 15 orang.
82
2. SURAT PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI SUBYEK PENELITIAN
Yang bertanda tanngan dibawah ini saya, Nama
: ............................................................................................
Umur
:..............................................................................................
BB (kg) / TB (cm)
:..............................................................................................
Jenis kelamin
:.............................................................................................
Alamat
:.............................................................................................
Prestasi
:.............................................................................................
No.Hp/Tlp
:.............................................................................................
Setelah mendapatkan penjelasan dan memahami rencana penelitian yang berjudul Pengaruh Imunoglobulin G (IgG) dan Imunoglobulin A (IgA) pada qori penghafal Al-Qur’an di Yayasan Baitul Qur’an Indonesia, maka saya dengan sukarela menyatakan bersedia menjadi subjek penelitian, yang tujuannya untuk membuktikan bahwa menghafal Al-Quran dapat meningkatkan sistem imun dalam tubuh.
Ttd
( )
83
3. KUESIONER RELAWAN PENELITIAN
PETUNJUK PENGISIAN 1. Bacalah baik-baik setiap pertanyaan dan seluruh alternatif jawaban 2. Pilihlah dengan cara melingkari alternative jawaban yang paling sesuai menurut anda 3. Saya mohon semua pertanyaan dapat diisi dengan jujur dan benar, tidak ada yang terlewatkan. Karena untuk membuktikan Dzikir ditinjau dari sisi medisnya.
1. Komposisi makanan apa yang anda konsumsi tiap hari? a. Nasi, protein (hewani dan nabati) dan sayur b. Nasi, protein (hewani ) dan sayur c. Nasi, protein ( nabati) dan sayur d. Nasi ,sebutkan……………….. 2. Lamanya berdzikir atau membaca al-Quran tiap hari? a. Kurang dari 30 menit b. Sekitar 30 menit-1 jam c. Sekitar 2-3 jam d. bukan salah satu diatas…. 3. Lamanya waktu tidur malam setiap hari ? a. 5 jam b. 6 jam c. 7 jam d. Bukan salah satu diatas,sebutkan……. 4. Apakah anda sering melakukan sholat malam ? berapa kali dalam seminggu! a. Jika ya, sebutkan berapa kali……… b. Tidak 5. Apakah anda melakukan puasa sunat? Berapa kali dalam seminggu! a. Jika ya, sebutkan berapa kali… b. Tidak 6. Apakah anda merokok/ berapa batang perhari!
84
a. Jika ya, berapa batang perhari! b. Tidak 7. Minuman apa yang sering anda minum tiap hari ? a. Teh b. Kopi c. Susu d. Bukan salah satu diatas sebutkan……. 8. Apakah anda mengkonsumsi suplemen atau makanan tambahan ? a. Jika ya, sebutkan…. b. Tidak 9. Olahraga yang sering anda lakukan? Berapa lama ! a. Bola voli,sebutkan……………. b. Bola basket, sebutkan ………… c. Sepak bola ,sebutkan ………….. d. Badminton/bulu tangkis ,sebutkan……… 10. Apakah saat ini anda mengidap suatu penyakit? a. Ya, sudah sembuh b. Ya, sedang berobat c. Tidak 11. Jenis panyakit apa yang anda derita saat ini? Sebutkan…………….. 12. Apakah saat ini anda mempunyai masalah (pribadi, keuangan, keluarga) yang membuat rasa tidak tenang? a. Ya,tapi tidak stress b. Ya, dan menjadi stress c. Tidak 13. Dari siapa motivasi menghafal Al-Qur’an ? a. Dari diri sendiri b. Dorongan orang lain.Sebutkan
85
4. Surat Permohonan Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
86
5. Surat Izin Penelitian di Laboratorium Imunopatologi FKUI
87
6. Surat Bantuan Kerjasama
88
7. Surat Keterangan Melakukan Penelitian
89
8. Hasil Kuesioner No
Nama Qori
1
Miftahus Su’ud
2
Ahmad Aswadi
3
Hendra Wijaya
4
Acep Ariyadi
5
Abdulloh
6
Ahmad Nurman
7
Hasbiyallah
8
Hudzaifah A
9
Abdul Aziz
10
Ilham Maulana
11
M. Fahmi
12
Abdul Kholiq
13
M. Nafi’i
14
M. Hasan Basri
15
Nurjaya
Prestasi Sedang mengahafal Al-Qur’an Sedang mengahafal Al-Qur’an Sedang mengahafal Al-Qur’an Sedang mengahafal Al-Qur’an Sedang mengahafal Al-Qur’an Sedang mengahafal Al-Qur’an Sedang mengahafal Al-Qur’an Sedang mengahafal Al-Qur’an Sedang mengahafal Al-Qur’an Sedang mengahafal Al-Qur’an Sedang mengahafal Al-Qur’an Sedang mengahafal Al-Qur’an Sedang mengahafal Al-Qur’an Sedang mengahafal Al-Qur’an Sedang mengahafal Al-Qur’an
Dzikir
Tidur
Frekuensi Ibadah (Dalam 1 Minggu) Sholat Malam
Nasi, protein hewani & sayur
> 5 jam
4,5 jam
Setiap hari
2 kali
Tidak merokok
Nasi, protein hewani & sayur
5-6 jam
6 jam
Setiap hari
1 kali
Tidak merokok
Nasi, protein hewani & sayur
± 14 jam
6 jam
Setiap hari
1 kali
Tidak merokok
Nasi, protein (hewani, nabati) & sayur
1 jam
6 jam
Setiap hari
2 kali
Tidak merokok
Nasi, protein (hewani, nabati) & sayur
± 5 jam
5 jam
Setiap Hari
2 kali
Tidak merokok
Nasi, protein (hewani, nabati) & sayur
6 jam
4 jam
Setiap hari
2-3 kali
Tidak merokok
Nasi, protein (hewani, nabati) & sayur
> 3 jam
6 jam
Setiap hari
2 kali
Tidak merokok
Nasi, protein (hewani, nabati) & sayur
> 3 jam
6 jam
Setiap hari
2 kali
Tidak merokok
Nasi, protein nabati & sayur
> 3 jam
6 jam
Setiap hari
2 kali
Tidak merokok
Nasi, protein nabati & sayur
> 3jam
6 jam
Setiap hari
2 kali
Tidak merokok
Nasi, protein (hewani, nabati) & sayur
.3 jam
6 jam
Setiap hari
Setiap hari
Tidak merokok
Nasi, protein nabati & sayur
1 jam
5 jam
Setiap hari
1 kali
Tidak merokok
Nasi, protein (hewani, nabati) & sayur
3 jam
6 jam
Setiap hari
1-2 kali
Tidak merokok
Nasi, protein (hewani, nabati) & sayur
3 jam
5 jam
Setiap hari
2 kali
Tidak merokok
Nasi, protein (hewani, nabati) & sayur
3 jam
5 jam
Setiap hari
2 kali
Tidak merokok
Tidak
7 jam
Tidak
Tidak
Tidak
8 jam
Tidak
Tidak
Tidak
6 jam
Tidak
Tidak
Tidak
6 jam
Tidak
Tidak
Konsumsi makanan
Waktu (Sehari)
Puasa
Frekuensi Merokok
Pembanding 1
Ruly Sonata
-
2
Rony Pradinata
-
3
Ramliansyah
-
4
Tomy Yusuf
-
Nasi, protein ( nabati) & sayur Nasi, protein (hewani, nabati) & sayur Nasi, protein (hewani) & sayur Nasi, protein (hewani, nabati) & sayur
90
Tidak merokok Tidak merokok Tidak merokok Tidak merokok
9. Hasil Pengukuran Spirometer
91
10. Tabel Hasil Pengukuran Tekanan Darah
92
11. Hasil Pengukuran Darah Rutin
93
12. Hasil Pengukuran IgG dan IgA
94
13. Data Hasil Pemeriksaan Darah Rutin dengan SPSS
One-Sample Statistics N WBC
Mean 15
Std. Deviation
8.1733
Std. Error Mean
1.91627
.49478
One-Sample Test Test Value = 7.25 95% Confidence Interval of the Difference t WBC
df 1.866
Sig. (2-tailed) 14
Mean Difference
.083
Lower
.92333
Upper -.1379
1.9845
One-Sample Statistics N RBC
Mean 15
Std. Deviation
5.3613
Std. Error Mean
.61678
.15925
One-Sample Test Test Value = 4.985 95% Confidence Interval of the Difference t RBC
df 2.363
Sig. (2-tailed) 14
.033
Mean Difference .37633
One-Sample Statistics N HGB
Mean 15
15.0467
Std. Deviation 1.07096
95
Std. Error Mean .27652
Lower
Upper .0348
.7179
One-Sample Test Test Value = 14.6 95% Confidence Interval of the Difference t HGB
df 1.615
Sig. (2-tailed) 14
Mean Difference
.129
Lower
.44667
Upper -.1464
1.0397
One-Sample Statistics N HCT
Mean 15
Std. Deviation
46.4067
Std. Error Mean
2.69748
.69649
One-Sample Test Test Value = 44.025 95% Confidence Interval of the Difference t HCT
df 3.420
Sig. (2-tailed) 14
Mean Difference
.004
Lower
2.38167
Upper .8879
3.8755
One-Sample Statistics N MCV
Mean 15
Std. Deviation
87.2600
Std. Error Mean
7.43503
1.91972
One-Sample Test Test Value = 88.375 95% Confidence Interval of the Difference t MCV
df -.581
Sig. (2-tailed) 14
.571
96
Mean Difference -1.11500
Lower -5.2324
Upper 3.0024
One-Sample Statistics N
Mean
MCH
15
Std. Deviation
28.4000
Std. Error Mean
2.97849
.76904
One-Sample Test Test Value = 29.325 95% Confidence Interval of the Difference t MCH
df -1.203
Sig. (2-tailed) 14
Mean Difference
.249
-.92500
Lower
Upper
-2.5744
.7244
One-Sample Statistics N MCHC
Mean 15
Std. Deviation
32.4800
Std. Error Mean
.99800
.25768
One-Sample Test Test Value = 33.15 95% Confidence Interval of the Difference t MCHC
df -2.600
Sig. (2-tailed) 14
.021
Mean Difference -.67000
One-Sample Statistics N PLT
Mean 15
273.2000
Std. Deviation 54.82856
97
Std. Error Mean 14.15667
Lower -1.2227
Upper -.1173
One-Sample Test Test Value = 245.25 95% Confidence Interval of the Difference t PLT
df
Sig. (2-tailed)
1.974
14
Mean Difference
.068
Lower
27.95000
Upper
-2.4130
58.3130
One-Sample Statistics N LYM%
Mean 15
Std. Deviation
30.9533
Std. Error Mean
10.16421
2.62439
One-Sample Test Test Value = 39 95% Confidence Interval of the Difference t
df
LYM%
Sig. (2-tailed)
-3.066
14
Mean Difference
.008
-8.04667
Lower
Upper
-13.6754
-2.4179
One-Sample Statistics N
Mean
MXD%
15
Std. Deviation
10.5667
Std. Error Mean
3.68058
.95032
One-Sample Test Test Value = 8.15 95% Confidence Interval of the Difference t MXD%
df 2.543
Sig. (2-tailed) 14
.023
Mean Difference 2.41667
One-Sample Statistics N NEUT%
Mean 15
Std. Deviation
58.4800
10.69694
98
Std. Error Mean 2.76194
Lower
Upper .3784
4.4549
One-Sample Test Test Value = 52.85 95% Confidence Interval of the Difference T
df
Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Lower
Upper
NEUT%
11.553 2.038
14
.061
5.63000
-.2938 8
One-Sample Statistics N
Mean
LYM#
15
Std. Deviation
2.4200
Std. Error Mean
.82997
.21430
One-Sample Test Test Value = 2.8 95% Confidence Interval of the Difference t LYM#
df
Sig. (2-tailed)
-1.773
14
Mean Difference
.098
Lower
Upper
-.38000
-.8396
.0796
One-Sample Statistics N
Mean
MXD#
15
Std. Deviation
.8867
Std. Error Mean
.42235
.10905
One-Sample Test Test Value = 0.625 95% Confidence Interval of the Difference t MXD#
df 2.399
Sig. (2-tailed) 14
.031
Mean Difference .26167
One-Sample Statistics N
Mean
Std. Deviation
99
Std. Error Mean
Lower
Upper .0278
.4956
One-Sample Statistics N NEUT#
Mean 15
Std. Deviation
4.8667
Std. Error Mean
1.77026
.45708
One-Sample Test Test Value = 3.825 95% Confidence Interval of the Difference t NEUT#
df 2.279
Sig. (2-tailed) 14
.039
100
Mean Difference 1.04167
Lower
Upper .0613
2.0220
14. Data Hasil Pemeriksaan IgG dan IgA dengan SPSS
Paired Samples Statistics Mean Pair 1
Pair 2
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
IgA sebelum
2132.0000
15
726.15622
187.49273
IgA sesudah
1845.3333
15
624.70412
161.29791
IgG sebelum
10543.3333
15
2121.59531
547.79355
IgG sesudah
13120.0000
15
2517.14124
649.92307
Paired Samples Correlations N
Correlation
Sig.
Pair 1
IgA sebelum & IgA sesudah
15
.881
.000
Pair 2
IgG sebelum & IgG sesudah
15
.645
.009
Paired Samples Test Paired Differences 99% Confidence Interval of Std. Error Mean
Std. Deviation
Mean
the Difference Lower
Upper
Sig. (2t
df
tailed)
Pair 1 IgA sebelum – IgA 286.66667
343.40036 88.66559
22.72314
550.61019 3.233
14
.006
-2576.66667
1985.88471 512.75323
-4103.05239
-1050.28094 -5.025
14
.000
sesudah Pair 2 IgG sebelum – IgG sesudah
101