PERAN LEMBAGA PENGEMBANGAN TILAWATIL QUR’AN JAWA TENGAH DALAM MENINGKATKAN PRESTASI TILAWATIL QUR’AN BAGI QORI’ DAN QORI’AH TAHUN 2005-2010
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (SI) Ilmu Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam
Disusun Oleh : NUR HANIIF LAILI 053111347
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2010
KEMENTERIAN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
FAKULTAS TARBIYAH Alamat: Prof. Dr. Hamka Kampus II Telp. 7601295 Fak. 7615387 Semarang
PERSETUJUAN PEMBIMBING Semarang, 10 Desember 2010 Lamp : 4 (Empat) Eksemplar Hal : Naskah Skripsi An. Sdr. Nur Haniif Laili
Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo di Semarang
Assalamu’alaikum Wr. Wb Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, bersama ini saya kirim naskah skripsi saudara: Nama NIM Judul
: Nur Haniif Laili : 053111347 : PERAN LEMBAGA PENGEMBANGAN TILAWATIL QUR’AN JAWA TENGAH DALAM MENINGKATKAN PRESTASI TILAWATIL QUR’AN BAGI QORI’ DAN QORI’AH TAHUN 2005-2010
Dengan ini saya mohon kiranya skripsi saudara tersebut dapat dimunaqosahkan. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Pembimbing I
Pembimbing II
Ridwan, M.Ag. NIP. 19630106 199703 1001
Drs. Abdul Rohman, M.Ag. NIP. 19691105 199403 1003
KEMENTERIAN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG FAKULTAS TARBIYAH Jl. Prof. Dr. Hamka KM 1 Ngaliyan Telp. (024)7601291 Semarang 50185 PENGESAHAN Nama
: Nur Haniif Laili
NIM
: 053111347
Fakultas/Jurusan
: Tarbiyah / PAI
Judul Skripsi
: PERAN LEMBAGA PENGEMBANGAN TILAWATIL QUR’AN JAWA TENGAH DALAM MENINGKATKAN PRESTASI TILAWATIL QUR’AN BAGI QORI’ DAN QORI’AH TAHUN 2005-2010
Telah Dimunaqosahkan oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang dan dinyatakan LULUS, pada tanggal: 17 Desember 2010 Dan dapat diterima sebagai kelengkapan ujian akhir dalam rangka menyelesaikan studi Program Sarjana Strata I (S.1) tahun akademik 2010/2011 guna memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Tarbiyah. Semarang, 27 Desember 2010 Dewan Penguji Ketua Sidang,
Sekretaris Sidang,
Drs. Wahyudi, M.Pd. NIP. 196803141995031001
Dwi Mawanti, M.A. NIP. 197612072005012002
Penguji I,
Penguji II,
Fakrur Rozi, M.Ag. NIP. 196912201995031001
Saminanto, M.Sc. NIP. 197206042003121002
ABSTRAK Nur Haniif Laili (NIM: 053111347). Peran Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an Jawa Tengah dalam Meningkatkan Prestasi Tilawatil Qur’an bagi Qori’ dan Qori’ah Tahun 2005-2010. Skripsi. Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2010. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Prestasi Tilawatil Qur’an Qori’ dan Qori’ah Jawa Tengah tahun 2005-2010; (2) Peran Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an Jawa Tengah dalam meningkatkan prestasi tilawatil Qur’an bagi Qori’ dan Qori’ah tahun 2005-2010. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif tentang peran LPTQ Jawa Tengah dalam meningkatkan prestasi Tilawatil Qur’an dan penelitian lapangan dengan observasi, interview dan dokumentasi tentang LPTQ Jawa Tengah dengan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an adalah suatu lembaga yang berada di bawah naungan Kementerian Agama yang bergerak dibidang keagamaan, untuk menciptakan masyarakat Indonesia yang Qur’ani agar dapat seirama dengan derap pembangunan nasional dan perkembangan masyarakat yang semakin pesat. (2) Tilawatil Qur’an secara etimologi adalah membaca Qur’an dengan suara indah. Sedangkan secara terminologi tilawah adalah memperbagus suara saat membaca al-Qur’an, tentunya dengan indah bahkan amat indah. Jadi suara yang indah akan menambah keindahannya sehingga menggerakkan hati dan menggoncangkan qalbu ketika mendengarnya. Jadi Tilawatil Qur’an adalah membaca Al-Qur’an dengan menggunakan lagu, suara yang indah dan merdu. Lagu-lagu yang digunakan untuk Tilawatil Qur’an itu ada tujuh macam, diantaranya adalah Lagu Bayyati, hijaz, nahawand, rast, sika, shoba, dan jiharka. (3) Peran LPTQ Jawa Tengah diantaranya: (a) Mengadakan MTQ dari tingkat bawah (Kecamatan dan Kabupaten), (b) Mengadakan MTQ di tingkat Propinsi Jawa Tengah, (c) Mengadakan pelatihan Dewan Hakim tingkat Propinsi Jawa Tengah, (d) Mengadakan pelatihan dan pembinaan bagi Qori dan Qoriah terbaik di tingkat Propinsi jawa Tengah, (e) Mendatangkan Pelatih dan Pembina yang sudah mempunyai prestasi Tilawah di Tingkat Internasional, (f) Mengirim para peserta terbaik dari Jawa Tengah untuk melakukan Pelatihan dan Studi Banding di Baitul Qurro’ Ciputat Jakarta, (g) Memperhatikan kesejahteraan peserta ketika akan mengikuti MTQ tingkat Nasional Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi dan masukan bagi mahasiswa, para tenaga pengajar, para peneliti, dan semua pihak yang membutuhkan khususnya di lingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang dan LPTQ Jawa Tengah terutama dalam meningkatkan prestasinya.
MOTTO
“Apabila Perkara Tidak Dipegang Pada Ahlinya Maka Tunggulah Kehancurannya”
“Pemuda Sekarang adalah Pemimpin Masa Depan” Jadilah Pemuda yang Berkualitas untuk Menjadi Pemimpin yang Berkualitas1
1
Dikutip dari Shahih Al Bukhari Hadits Ke 57 juz I, hlm. 103.
PERSEMBAHAN Dalam perjuangan mengarungi samudera Ilahi tanpa batas, dengan keringat dan air mata, kupersembahkan karya tulis skripsi ini teruntuk orangorang yang selalu hadir dan berharap keindahan-Nya. Kupersembahkan bagi mereka yang tetap setia berada di ruang dan waktu kehidupanku, khususnya buat: 1. Almarhum. Bapak Nur Roziqin dan Ibu Siti Kumyati, S.Pd.I (Kedua Orang Tuaku Tercinta) yang selalu memberi semangat, membimbing dan mengarahkan hidupku. Beliau berdua selalu memberi wacana tentang perjuangan hidup. Terlebih Bapak ketika masih hidup telah memberikan banyak ilmu, sehingga saya bisa jadi orang yang bermanfaat di masyarakat. Ibu juga selalu mencurahkan kasih sayang dan selalu menjadi tempat curhat dikala aku ada masalah. 2. Drs. H. Asfuri Mughni, S.Sos, SH, M.Si (Abahku) terima kasih saya ucapkan atas nasehat, semangat dan motivasi dari Abah yang diberikan dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. dr. Hj. Nur Nahdloh Fauziyah (Adek sekaligus Teman Sejatiku) yang menjadi spirit hidupku, yang menjadi inspirasiku, yang selalu menasehati ketika aku ada masalah, dan selalu memberi semangat dalam menuntaskan studi dan skripsi ini. Terima kasih ya adekku sayang… 4. Gilar Wahibul Furqon (Adik Kandungku) yang selalu memberi support dan doa buat keberhasilanku. 5. Kyai Erfan Shoddiq Al-Hafidz & Kyai Qomarudin Al-Hafidz (Guru Ngajiku) yang selalu memberikan barokah doa dan memberikan ijazah spiritual kepadaku. Sehingga bisa menyelesaikan skripsi ini. 6. Mas M. Yusuf (masku) yang telah membantu mencarikan data dan mensupport sehingga skripsi ini bisa selesai. 7. Teman-Temanku dan Murid-Muridku (yang tidak bisa kusebutkan namanya) Terima kasih atas doa dan dukungannya. Kalian semua sudah mewarnai hidupku.
Penulis
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiranpikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Semarang, Deklarator
Desember 2010
Nur Haniif Laili NIM. 053111347
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, berkat taufiq dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Skripsi yang berjudul: Peran Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur an Jawa Tengah Dalam Meningkatkan Prestasi Tilawatil Qur an Bagi Qori Dan Qori ah Tahun 2005-2010 ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S-1) Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo Semarang. Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan saran-saran dari berbagai pihak sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan. Untuk itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Suja’i, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. 2. Bapak Ridwan, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing I dan Drs. Abdul Rohman, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. 3. Para Dosen di lingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo beserta staf yang telah membekali penulis berbagai pengetahuan. 4. Pengurus LPTQ Jawa Tengah yang bersedia memberikan kesempatan penulis untuk melakukan penelitian dalam penyusunan skripsi ini. 5. Bapak Pimpinan Perpustakaan Institut
dan Fakultas yang telah
memberikan layanan kepustakaan yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini. 6. Orang tuaku, teman sejatiku, adikku, masku, teman-temanku, dan muridmuridku tercinta yang senantiasa berdoa dan memberikan semangat, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Akhirnya hanya kepada Allah penulis berserah diri dan semoga apa yang tertulis dalam skripsi ini bisa bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan para pembaca pada umumnya. Amin.
Semarang,
Desember 2010
Penulis,
Nur Haniif Laili NIM. 053111347
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ......................................................................................
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................
ii
PENGESAHAN.............................................................................................. iii ABSTRAK .................................................................................................. iv MOTTO
..................................................................................................
v
PERSEMBAHAN........................................................................................... vi DEKLARASI ................................................................................................. vii KATA PENGANTAR .................................................................................... viii DAFTAR ISI .................................................................................................. BAB I
BAB II
x
: PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ............................................................
1
B.Penegasan Istilah ......................................................................
3
C.Rumusan Masalah .....................................................................
4
D.Tujuan dan Manfaat Penelitian...................................................
4
E. Telaah Pustaka...........................................................................
5
F. Metode Penelitian .....................................................................
6
: PERAN LEMBAGA PENGEMBANGAN TILAWATIL QUR’AN DALAM MENINGKATKAN PRESTASI TILAWATIL QUR’AN A.Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) ................... 11 1. Pengertian Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an ....... 11 2. Landasan Hukum Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an ............................................................................... 11 3. Tujuan dan Tugas Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an ............................................................................... 12 4. Organisasi dan Kepengurusan Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an................................................................. 12 B.Prestasi Tilawatil Qur’an ........................................................... 13 1. Tilawatil Qur’an................................................................. 13 2. Prestasi Tilawatil Qur’an.................................................... 40
C.LPTQ dalam Peningkatan Prestasi Tilawatil Qur’an................... 46 BAB III : PERAN LEMBAGA PENGEMBANGAN TILAWATIL QUR’AN JAWA TENGAH DALAM MENINGKATKAN PRESTASI TILAWATIL QUR’AN A.Kondisi Umum Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an Jawa Tengah ............................................................................ 48 1. Letak Geografis.................................................................. 48 2. Landasan Hukum LPTQ Jawa Tengah ............................... 48 3. Susunan Pengurus LPTQ Jawa Tengah: ............................. 49 4. Logo LPTQ........................................................................ 50 5. Visi dan Misi LPTQ Jawa Tengah...................................... 50 B.Prestasi Tilawatil Qur’an Jawa Tengah tahun 2005-2010 ........... 51 C.Peran LPTQ Jawa Tengah Dalam Meningkatkan Prestasi Tilawah.................................................................................... 55 BAB IV : ANALISIS PERAN LEMBAGA PENGEMBANGAN TILAWATIL QUR’AN JAWA TENGAH DALAM MENINGKATKAN PRESTASI TILAWATIL QUR’AN BAGI QORI’ DAN QORI’AH TAHUN 2005-2010 A.Prestasi Tilawatil Qur’an LPTQ Jawa Tengah............................ 64 B.Peran LPTQ Jawa Tengah dalam meningkatkan Prestasi Tilawatil Qur’an. ..................................................................... 68 BAB V : PENUTUP A.Kesimpulan ............................................................................... 73 B.Saran ......................................................................................... 75 C.Penutup ..................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran (LPTQ) merupakan lembaga semi resmi di lingkungan Ditjen Bimas Islam. Sejak dibentuk hingga saat ini dinilai belum berkembang secara optimal, baik dalam lingkup organisasi maupun output program kerja yang dilakukan. Hal ini dikarenakan beberapa hal, Diantaranya : Problem keorganisasian, problem Sumber Daya Manusia (SDM), problem kegiatan yang diselenggarakan, dan problem sumber pembiayaan.2 Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) tingkat Propinsi Jawa Tengah sampai saat ini juga belum bisa berkembang secara baik. Hal itu bisa dilihat dari daftar prestasi para Qori’ dan Qori’ah yang setiap tahun kian merosot. Dibuktikan dengan hasil Prestasi dari Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ) dan Seleksi Tilawatil Qur’an (STQ) tingkat Nasional yang diadakan tiap tahun. Rangking dari Propinsi Jawa Tengah selalu berada di bawah Jawa Barat, DKI Jakarta dan Jawa Timur. Data menunjukkan bahwa daftar prestasi
para Qori’-Qori’ah dari
Propinsi Jawa Tengah dalam mengikuti MTQ tingkat Nasional dari tahun 2005-2010 adalah sebagai berikut: a). STQ Tingkat Nasional tahun 2005 di Gorontalo, tidak ada Qori’-Qori’ah yang menjadi juara. b). MTQ Tingkat Nasional tahun 2006 di Kendari, Juara I MTQ golongan Remaja putra yang diraih oleh Ustadz. Rohani. c). STQ Tingkat Nasional tahun 2007 di Jakarta, Juara I MTQ Golongan Dewasa Putra yang diraih oleh Ustadz. Herfan. d). MTQ Tingkat Nasional tahun 2008 di Banten, tidak ada Qori’-Qori’ah yang menjadi juara. e). STQ Tingkat Nasional tahun 2009 di Jakarta, tidak ada yang menjadi juara. f). MTQ Tingkat Nasional tahun 2010 di Bengkulu, tidak ada yang menjadi juara. 3
2 3
http://www.ditjenbimasislam.co.id/lptq-info/ (6 April 2010, 11.15 WIB) Dokumen data LPTQ Jawa Tengah dalam MTQ dan STQ Nasional
Problem Prestasi dalam MTQ yang dialami oleh LPTQ Jawa Tengah sangat memprihatinkan. Dari data yang ada, LPTQ Jawa Tengah harus segera berbenah diri untuk melakukan upaya-upaya yang bisa menyodok prestasi para Qori’-Qoriah agar prestasinya menjadi lebih baik di kancah MTQ Tingkat Nasional yang diadakan setiap tahun. Upaya peningkatan prestasi yang harus dilakukan oleh LPTQ Jawa Tengah diantaranya adalah: Mencari bibit-bibit Qori’-Qori’ah dari usia dini untuk dilatih dan dibina menjadi Qori’-Qori’ah yang handal dan Berkualitas, Memberi pelatihan terhadap para pelatih tilawah dari kabupaten dan kota yang ada di Jawa tengah, Mengadakan Pelatihan Tilawah disetiap kabupaten dan kota se-Jawa Tengah, Mengadakan MTQ tingkat Propinsi Jawa Tengah, Mengadakan Pelatihan rutin terhadap Qori’-Qori’ah yang Potensial, mengirimkan Qori’-Qori’ah untuk belajar di Jakarta agar memperoleh ilmu pengetahuan yang lebih baik dari para Qori’-Qori’ah tingkat Internasional. 4 Maka dari itu, peran LPTQ Jawa Tengah sangat urgen untuk menciptakan Qori’-Qori’ah yang bisa berprestasi di tingkat Nasional maupun Internasional agar bisa membawa nama baik Propinsi Jawa Tengah dan bisa mengharumkan Negara Indonesia. Selain itu juga untuk mencari generasi dari usia dini agar bisa menjadi penerus Qori’-Qori’ah yang sudah Senior. Akan tetapi sejauh mana peran LPTQ Jawa Tengah dalam hal peningkatan prestasi dalam MTQ, apakah sudah baik dan maximal atau masih statis atau bahkan mengalami penurunan, maka dalam skripsi ini penulis mengadakan penelitian dengan menggunakan judul ”PERAN LEMBAGA PENGEMBANGAN TILAWATIL QUR’AN JAWA TENGAH DALAM MENINGKATKAN PRESTASI TILAWATIL QUR’AN BAGI QORI’ DAN QORI’AH TAHUN 2005-2010”
4
Wawancara dengan Pak Ahyani, selaku Sekretaris LPTQ Jawa Tengah, pada tanggal 3 Agustus 2010, pukul 09.00 WIB
B. PENEGASAN ISTILAH Kesalahpahaman dalam memahami dan mendapatkan pemahaman yang komprehensif sangat dibutuhkan agar pembaca dapat menghindarinya, Oleh karena itu, penulis memandang perlu untuk membatasi istilah yang digunakan dalam skripsi ini, yaitu sebagai berikut : 1. Peran Dalam Kamus Bahasa Indonesia bahwa peran berarti sesuatu yang menjadi bagian atau yang memegang pimpinan yang utama.5 Jadi, peran yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an sebagai lembaga yang menjadi penggerak dan pelaksana utama untuk meningkatkan tilawah al-Qur’an. 2. Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an Lembaga
Pengembangan
Tilawatil
Qur’an
(LPTQ)
adalah
merupakan Lembaga yang menangani masalah pengembangan Tilawatil Qur’an yang bertujuan untuk mewujudkan penghayatan dan pengamalan Al-Qur’an dalam masyarakat Indonesia yang ber-Pancasila.6 3. Meningkatkan Meningkatkan berasal dari kata tingkat yang berarti susunan yang berlapis-lapis. Meningkatkan juga diartikan menaikkan (derajat, taraf, dan sebagainya), mempertinggi, memperhebat (produksi dan sebagainya), da mengangkat diri7 4. Prestasi Menurut bahasa, prestasi adalah suatu hasil yang telah dicapai atau dilakukan.8 Ada juga yang mengartikan bahwa prestasi adalah tingkat hasil yang diperoleh pada saat sekarang terhadap suatu bidang yang dipelajari.9
5
WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999),
hlm. 735 6
Depag RI, Pedoman Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an, (Jakarta: Depag, 1997), hlm. 3. 7 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Cet. II, hlm. 1250 8 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2006), cet. 3, hlm. 910.
Sedangkan dalam buku Evaluasi Instruksional disebutkan bahwa prestasi yang dimaksud adalah kemampuan, ketrampilan, dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal.10 Dari beberapa pengertian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai pada saat sekarang dalam menyelesaikan suatu hal. 5. Tilawatil Qur’an Seni dalam membaca Al-qur’an dengan menggunakan 7 macam lagu yang sering di lombakan dalam Event Musabaqoh Tilawatil Qur’an. Tilawatil Qur’an dinilai dari 3 aspek, yaitu Tajwid, lagu, dan adab/fashohah 6. Qori’ dan Qori’ah Orang yang membaca Al-Qur’an dengan lagu. Qori’ (pembaca putra), Qori’ah (pembaca putri). Maksud dari seluruh istilah diatas adalah Peran dari LPTQ Jawa Tengah dalam Meningkatkan Prestasi Tilawatil Qur’an C. RUMUSAN MASALAH Rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu: 1. Bagaimana prestasi Tilawatil Qur’an Qori’ dan Qori’ah Jawa Tengah tahun 2005-2010? 2. Bagaimana Peran Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an Jawa Tengah dalam meningkatkan prestasi tilawatil Qur’an bagi Qori’ dan Qori’ah tahun 2005-2010? D. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 1. Tujuan Penelitian Penelitian ini bukan sekedar bertujuan untuk mengesahkan asumsi penulis, namun lebih pada tujuan awal dari penelitian itu sendiri, yaitu : 9
Save M Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara, 2006), cet. 5, hlm. 886. 10 Zainal Arifin, Evaluasi Instruksional: Prinsip, Teknik, Prosedur, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1991), cet 3, hlm. 3.
a. Mengetahui prestasi Tilawatil Qur’an Qori’ dan Qori’ah Jawa Tengah tahun 2005-2010. b. Mengetahui Peran Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an Jawa Tengah dalam meningkatkan prestasi tilawatil Qur’an bagi Qori’ dan Qori’ah tahun 2005-2010. 2. Manfaat Penelitian a. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam dunia Seni membaca Al-Qur’an khususnya di bidang Tiwatil Qur’an.. Penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan sebagai tolok ukur tentang peran LPTQ Jawa Tengah dalam meningkatkan Prestasi Para Qori’ dan Qori’ah. b. Secara praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada para pembaca berupa informasi mengenai peran LPTQ, serta hal- hal yang berkaitan dengannya. Dan dapat memberikan informasi yang berhubungan dengan Tilawatil Qur’an. E. TELAAH PUSTAKA Ada beberapa model penelitian yang dari tema ataupun pembahasan yang memiliki kesamaan arah bidik antara lain: Penelitian Iva Ainiyah (NIM: 3104196) yang berjudul Peran Kepemimpinan Kiai Dalam Meningkatkan Kualitas Santri Pesantren Nurul Hidayah Pahesan Godong Grobogan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) model kepemimpinan kiai dalam memimpin pesantren; (2) peran kepemimpinan kiai dalam meningkatkan kualitas santri di pesantren Nurul Hidayah Pahesan Godong Grobogan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Kepemimpinan kiai adalah kemampuan dan kesiapan seorang kiai dalam mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntut, menggerakkan, membimbing, mengarahkan, mengawasi segala tindak tanduk santri sebagai siswa yang belajar di pesantren untuk mencapai suatu tujuan. Dalam upaya meningkatkan kualitas santri, peran seorang kiai sangat penting dalam memberdayakan dan meningkatkan kualitas pesantren dan bertanggung jawab
terhadap perbuatan orang-orang yang berada di bawah tanggungan serta pengawasannya (santri dan elemen-elemen lain dalam lingkup pesantren), agar dapat memenuhi fungsinya sebagai lembaga pendidikan, keagamaan dan pengembangan masyarakat. Penelitian Nur Azizah
(NIM: 3104345) yang berjudul Peran
Manajemen Kesiswaan Untuk Meningkatkan Mutu MTs N Model Brebes. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1) Bagaimana pelaksanaan manajemen kesiswaan di MTs N Model Brebes. 2) Bagaimana peranan manajemen kesiswaan terhadap peningkatan mutu madrasah di MTs N Model Brebes, 3) faktor pendukung dan penghambat serta solusinya terhadap pelaksanaan manajemen kesiswaan di MTs N Model Brebes. Hasil dari penelitian bahwa MTs N Model Brebes telah melaksanakan manajemen kesiswaan, yang meliputi penerimaan siswa baru, pendataan kemajuan belajar siswa, bimbingan dan pembinaan disiplin siswa, dan evaluasi dengan cukup baik madrasah, karena manajemen kesiswaan ternyata masih ada faktor pendukung dan penghambat sehingga perlu ditindak lanjuti oleh semua pengelola pendidikan. Dari beberapa Telaah Pustaka yang ada di atas, fokus penelitian yang saya tulis berbeda dengan penelitian terdahulu. F. METODE PENELITIAN 1. Fokus Penelitian Dalam penelitian ini, penulis lebih menekankan pada peran LPTQ Jawa Tengah dalam meningkatkan Prestasi Tilawatil Qur’an dan Hasil prestasi para Qori’-Qori’ah Jawa Tengah selama mengikuti Musabaqoh Tilawatil Qur’an. 2. Jenis Penelitian Penelitian yang akan saya lakukan merupakan jenis penelitian kualitatif (Qualitative Research). Penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan
berhubungan dengan orang-orang tersebut dan dalam peristiwanya. Sementara itu Bogdan dan Taylor
11
mendefinisikan bahwa penelitian
kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.12 3. Instrumen Penelitian Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri, dalam penelitian ini tidak ada kata lain kecuali menjadikan peneliti sebagai instrumen utama. Peneliti sebagai instrumen mengantarkan kepada pembentukan sikap yang menuntut agar diri sendiri memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan berbagai macam realitas yang tidak dapat dikerjakan oleh instrumen selain manusia, yakni mampu menangkap makna, berinteraksi yang memuat nilai, lebih-lebih untuk menghadapi nilai-nilai lokal yang berbeda.13 4. Sumber data a. Sumber Data Primer Sumber data primer yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti (atau petugas-petugasnya) dari sumber pertamanya.14 Secara sederhana data ini disebut juga data asli, data primer dapat diperoleh peneliti dengan melakukan wawancara secara langsung (direct interview) serta observasi secara langsung dan mendalam di lokasi penelitian.
11
Lexy J. moleong, Metode Penelitian Kualitatif (edisi revisi), ( Bandung; Remaja Rosda Karya, 1995 ). Hlm 3 12 Margono. Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta; Rieneka Cipta, Cet I, 1997). hlm 36. 13 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta : Rake Serasin, 1996), hlm. 109. 14 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian. (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1995) cet. XI. hlm. 84-85
b. Sumber Data sekunder Sumber data sekunder adalah merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.15 Data sekunder untuk penelitian ini diperoleh dari buku-buku atau majalah sebagai penunjang dari data primer. Sumber ini biasanya berbentuk dokumen-dokumen, seperti; data tentang demografis suatu daerah, data tentang persediaan pangan suatu daerah, data jumlah penduduk dan lain sebagainya. 5. Metode Pengumpulan Data a. Metode Observasi Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada obyek.16 Dalam definisi yang lain observasi adalah pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomenafenomena yang diselidiki. 17 Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data tentang situasi secara umum Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an Jawa Tengah, meliputi letak geografis, sarana prasarana dan fasilitas lainnya. Adapun jenis observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi partisipan (Participant Observation)18 dan observasi non partisipan (Non-Participant Observation).19
15
Sugiyono, Op. Cit. hlm. 62 Margono. Ibid. hlm 158 17 Soetrisno Hadi., Metodologi Research, (Yogyakarta; Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi, Jilid I, 1980). hlm 136. 18 Observasi ini sering digunakan dalam penelitian eksploratif. Yang dimaksud dalam observasi partisipan adalah apabila observasi (orang yang melakukan observasi) turut ambil bagian atau berada dalam keadaan obyek yang di observasi (disebut observes), apabila observasi partisipan tetapi unsur partisipan sama sekali ada pada observer dalam kegiatannya maka disebut observasi non partisipan. Lihat Metodologi penelitian, Abu Ahmadi, Bumi Aksara, Jakarta, 1997 hlm 72 19 Djoko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, (Jakarta; Rineka Cipta , 1997). hlm. 63. 16
b. Metode Dokumentasi Metode Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya.20 Metode ini dilakukan untuk mengetahui alat/benda yang dianggap penting untuk menunjang penelitian misalnya surat keputusan, surat instruksi, Silabus, dll. c. Metode Wawancara Metode wawancara (interview)
adalah bentuk komunikasi
langsung antara peneliti dengan responden.21 Dalam metode ini dapat dikatakan bahwa terjadi pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu, sehingga dapat melengkapi data-data yang dibutuhkan, melalui wawancara lisan maupun tertulis. Wawancara juga dapat dilakukan dengan bentuk formal maupun informal. Wawancara
dilakukan
tanpa
menggunakan
pedoman
wawancara, tetapi peneliti senantiasa berusaha mengembangkan wawancara di sekitar peranan, sikap dan harapan-harapan para informan dalam berbagai peristiwa, persoalan dan perubahan. Wawancara akan peneliti arahkan di sekitar persoalan atau pernyataan yang
pernah
dikemukakan
informan
yang
terekam
melalui
pengamatan. Para informan di pilih secara purposif dengan sasaran memperoleh data yang maksimal dari orang–orang yang memiliki peranan penting atau memiliki banyak informasi mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan LPTQ Jawa Tengah. Wawancara seperti itu selalu direkam dan atau di catat, untuk di dengar kembali pada waktu lain.
20
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, edisi Revisi VI (Jakarta : Rineka Cipta, 2006 ), hlm. 231 21 W. Gulo, Metodologi Penelitian, (Jakarta : PT. Gramedia, 2004), hlm. 119.
6. Metode Analisis Data Analisis Data adalah proses mencari, menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahanbahan lain, sehingga dapat mudah difahami.22 a. Analisis deskriptif, yang dimaksud dengan metode deskriptif adalah penelitian yang di maksudkan untuk memotret fenomena individual, situasi atau kelompok tertentu yang terjadi secara kekinian.23 Langkah–langkah dalam metode ini dapat dilakukan dengan cara mengidentifikasi
masalah,
mendefinisikan,
merumuskan,
mengumpulkan dan menganalisis data kemudian menyusun. Jadi, maksud dari metode ini yaitu berusaha
untuk mendeskripsikan,
membahas dan menggali gagasan-gagasan pokok yang selanjutnya di tarik pada satu kasus baru. Dalam hal ini ide pokok yang menjadi dasar penelitian adalah peran LPTQ Jawa Tengah dalam meningkatkan prestasi Tilawatil Qur’an. b. Analisis Komparasi, Yaitu suatu penyelidikan deskriptif yang berusaha mencari pemecahan melalui analisa tentang hubungan-hubungan sebab akibat yaitu meneliti faktor-faktor tertentu yang berhubungan dengan situasi dan fenomena yang diselidiki yang membandingkan faktor yang satu dengan faktor yang lain. 24 Jadi, maksud dari metode ini adalah mencoba untuk mendeskripsikan dan mengaitkan landasan teori yang ada dengan data yang ada di lapangan yang kemudian di tarik dalam sebuah kesimpulan.
22
Sugiyono, Ibid, hlm. 88 Prof. DR. Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, (Bandung : Pustaka Setia, 2002), hlm. 41 24 Suharsimi Arikunto, op.cit., hlm. 247. 23
BAB II PERAN LEMBAGA PENGEMBANGAN TILAWATIL QUR’AN DALAM MENINGKATKAN PRESTASI TILAWATIL QUR’AN A. LEMBAGA PENGEMBANGAN TILAWATIL QUR’AN (LPTQ) 1. Pengertian Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an adalah suatu lembaga yang berada di bawah naungan Kementerian Agama yang bergerak dibidang keagamaan, untuk menciptakan masyarakat Indonesia yang Qur’ani agar dapat seirama dengan derap pembangunan nasional dan perkembangan masyarakat yang semakin pesat.25 Oleh karena itu LPTQ setiap tahunnya selalu mengadakan kegiatan Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) yang di dalamnya diperlombakan berbagai bidang yang berhubungan dengan Al-Qur’an. Ada cabang Tilawatil Qur’an, tahfidzul Qur’an, tafsir Al-Qur’an, Kaligrafi, Fahmil Qur’an, Syarkhil Qur’an, dan Tartil Qur’an. Dengan diadakannya Musabaqoh tersebut, diharapkan masyarakat Indonesia
mampu
meningkatkan
kemampuan
dalam
membaca,
menghayati, dan mengamalkan isi kandungan Al-Qur’an, sehingga kehidupan masyarakat bisa tenang, damai, dan penuh kekeluargaan. 2. Landasan Hukum Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an Kegiatan Musabaqoh Tilawatil Qur’an dewasa ini telah melembaga dan membudaya dalam masyarakat serta telah memberikan manfaat yang besar dalam rangka ”pembangunan manusia seutuhnya”, maka untuk lebih meningkatkan kegiatan LPTQ serta pemanfaatannya, dipandang perlu menyempurnakan organisasi penyelenggaraan Musabaqoh Tilawatil Qur’an dalam bentuk suatu badan yang tetap. Maka dibentuklah
Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an
dengan Keputusan Bersama Menteri agama dan Menteri Dalam Negeri
25
Pedoman Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an, Pengembangan Tilawatil Qur’an Tingkat Nasional, 1992), hlm. 25.
(Jakarta:
Lembaga
No. 19 Tahun 1977 dan No. 151 Tahun 1977 tentang pembentukan Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an.26 3. Tujuan dan Tugas Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an Secara umum LPTQ bertujuan untuk mewujudkan penghayatan dan pengamalan Al-Qur’an dalam masyarakat Indonesia yang berPancasila. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan tersebut, LPTQ melakukan beberapa tugas, diantaranya adalah : a. Menyelenggarakan Musabaqoh Tiawatil Qur’an (MTQ) di tingkat Nasional dan di Daerah. b. Menyelenggarakan pembinaan tilawah (baca dan lagu), tahfidz (hafalan), khat (tulis indah), puitisasi dan pameran Al-Qur’an. c. Meningkatkan
pemahaman
Al-Qur’an
melalui
penterjemah,
pentafsiran, pengkajian dan klasifikasi ayat-ayat. d. Meningkatkan penghayatan dan
pengamalan
al-Qur’an
dalam
kehidupan sehari-hari. 4. Organisasi dan Kepengurusan Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an Organisasi dan kepengurusan LPTQ tingkat Nasional terdiri atas: a. Pembina:
Menteri
Penerangan,
Agama,
Menteri
Menteri
Perhubungan,
Dalam
Negeri,
Menteri
Menteri
Pendidikan
dan
Kebudayaan, Menteri Sosial serta Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia. b. Ketua-Ketua:
Direktur
Jenderal
Bimbingan
Masyarakat
Islam
Departemen Agama sebagai Ketua Umum, dan seorang pejabat Departemen Dalam Negeri, seorang pejabat Departemen Penerangan serta Ketua Majelis Ulama Indonesia sebagai Ketua. c. Sekretaris dan Bendahara: direktur Penerangan Agama Islam Departemen Agama sebagai Sekretaris Umum, dan Sekretaris Majelis
26
Ibid., hlm. 5.
Ulama
Indonesia,
beberapa
pejabat
Departemen
Agama
dan
27
Departemen Dalam Negeri sebagai Sekretaris/Bendahara . B. PRESTASI TILAWATIL QUR’AN 3. Tilawatil Qur’an a. Pengertian Tilawatil Qur’an Secara etimologi, Tilawatil Qur’an adalah membaca Qur’an dengan suara indah. Sedangkan secara terminologi tilawah adalah memperbagus suara saat membaca al-Qur’an, tentunya dengan indah bahkan amat indah. Jadi suara yang indah akan menambah keindahannya sehingga menggerakkan hati dan menggoncangkan qalbu ketika mendengarnya.28 Jadi Tilawatil Qur’an adalah membaca Al-Qur’an dengan menggunakan lagu, suara yang indah dan merdu. Lagu-lagu yang digunakan untuk Tilawatil Qur’an itu ada tujuh macam, diantaranya adalah Lagu Bayyati, hijaz, nahawand, rast, sika, shoba, dan jiharka Akan tetapi ada perbedaan tentang batasan melagukan suara itu. Ada ulama yang ketat, ada yang membebaskan dan ada yang bersikap pertengahannya. Dan sebaik perkara adalah pertengahannya, tidak baik dalam berlaku berlebihan atau berkurang. Menurut As-Syuyuthi yang dikutip oleh Dr. Yusuf Qardhawi dijelaskan bahwa membaca Al-Qur’an dengan dilagukan (suara yang merdu) hukumnya adalah sunah.29 Berdasarkan
pendapat
Yusuf
Qardhawi
tersebut,
kita
dianjurkan untuk membaca Al-Qu’ran dengan suara yang indah, sebatas tidak sampai kepada memanjang-manjangkannya. Dalam hal ini, Ar-Rifa’i sebagaimana yang dikutip oleh Dr. Yusuf Qardhawi mengatakan bahwa “jumhur berpendapat bahwa dimakruhkan yang
27 28
Ibid., hlm. 9 Yusuf Qardhawi, Berinteraksi dengan Al-Qur’an, (Jakarta: Gema Insani Press, 1999),
hlm. 234. 29
Ibid., hlm. 237
berlebihan dalam memanjangkan, berlebihan dalam baris huruf, sehingga fathah menjadi alif, dhammah menjadi wawu, dan kasrah menjadi ya, atau mengidghamkan pada tempat yang bukan idghom”.30 b. Musabaqah Cabang Tilawatil Qur’an Tilawatil Qur’an sering diperlombakan di tingkat daerah, nasional, maupun internasional, yang dikenal dengan nama Musabaqoh Tilawatil qur’an 1) Ketentuan a) Pengertian Musabaqah Tilawatil Qur’an adalah suatu jenis lomba membaca Al-Qur’an dengan bacaan mujawwad, yaitu bacaan Al-Qur’an yang mengandung nilai ilmu membaca, seni membaca, dan adab membaca menurut pedoman yang telah di tentukan. Qira’at yang digunakan adalah Qira’at imam ‘Ashim riwayat hafs dengan martabat mujawwad. b) Golongan Musabaqoh Cabang Tilawatil Qur’an terdiri dari tiga golongan yang bisa diikuti oleh kelompok pria (Qori’) dan kelompok wanita (Qori’ah), yaitu: (1) Golongan anak-anak Umur maksimal 9 tahun 11 bulan 29 hari (2) Golongan remaja Umur maksimal 21 tahun 11 bulan 29 hari (3) Golongan dewasa Umur maksimal 40 tahun 11 bulan 29 hari atau sudah pernah menikah. c) Penentuan Maqra’ Maqra’ adalah ayat-ayat Al-Qur’an yang harus dibaca oleh peserta dalam melaksanakan musabaqoh yang di tetapkan.
30
Yusuf Qardhawi, op. cit., hlm. 234
Maqra’ untuk setiap golongan ditentukan sebagai berikut: Golongan anak-anak juz 1-10, golongan remaja juz 120, golongan dewasa juz1-30.31 2) Pelaksanaan Musabaqoh a) Tahap persiapan. Persiapan Musabaqoh yang dimulai sejak pendaftaran, pengesahan, penentuan nomor serta penjadwalan tampil peserta adalah sebagaimana tercantum dalam ketentuan umum. b) Tahap pelaksanaan (1) Penentuan maqra’ Penentuan maqra’ peserta yang akan tampil dilakukan sebagai berikut: Peserta golongan dewasa 10 menit sebelum naik ke mimbar tilawah Peserta golongan anak-anak dan remaja 16
jam
sebelum tampil. (2) Penampilan Lama penampilan bagi setiap peserta adalah lama membaca sebagai berikut: (a) Golongan anak-anak 6-7 menit (b) Golongan remaja 7-8 menit (c) Golongan dewasa 10 menit 32 c. Bidang yang dinilai dalam Tilawatil Qur’an 1) Norma Penilaian Norma penilaian cabang Tilawah Al-Qur'an adalah ketentuan-ketentuan penilaian yang ditetapkan dalam perhakiman cabang tersebut, baik yang berhubungan dengan bidang dan materi penilaian maupun yang berkaitan dengan teknis penilaian. Norma penilaian tersebut meliputi: 31
Buku Panduan MTQ Nasional V Antar Pondok Pesantren se-Indonesia 2006, (Jakarta: Pimpinan Pusat Jam’iyyatul Qurra’ Wal Hufazh, 2006), hlm. 1-2 32 Ibid., hlm. 5-6
a) Bidang dan Materi yang dinilai (1) Bidang Tajwid dan materi ( nilai maksimal 30) (a) Makharij al Huruf Makharij al Huruf terdiri atas kata makhorij dan kata al-huruf. Makhorij adalah jamak dari kata tunggal (mufrod) “makhroj” yang berarti tempat keluar. Adapun yang dimaksud dengan istilah makhorijul huruf dalam terminology ilmu tajwid adalah sesuatu ilmu yang mempelajari tentang tempat-tempat keluarnya hurufhuruf hijaiyyah yang berjumlah 28 atau 30 huruf 33. Tempat keluarnya huruf itu ada tujuh belas, yang terbagi menjadi lima tempat: 1. Rongga mulut yaitu : tempat yang kosong di dalam mulut, ketika saling berjauhan dua tulang rahang saat mengucapkan huruf mad, dan di dalam rongga mulut ada satu makhroj yang keluar, dari padanya keluar huruf mad yang ke tiga : a. Alif yang bersukun, yang dibaca fathah huruf sebelumnya. b. Wawu yang bersukun, yang dibaca dhummah huruf sebelumnya. c. Ya’ yang bersukun, yang dibaca kasroh huruf sebelumnya. Ketiga huruf tadi dinamakan huruf Mad atau huruf bangsa rongga mulut. 2. Tenggorokan Di dalam tenggorokan ada tiga makhroj (tempat) yaitu :
33
Materi Pendidikan Guru Pengajar Al-Qur’an (PGPQ) Marhalatul Ula, diterbitkan oleh FUSPAQ Kab Kendal 2010, hlm. 1
a. Pangkal tenggorokan, dari padanya keluar huruf hamzah dan Ha’ b. Tengah tenggorokan, dari padanya keluar huruf ‘Ain dan Ha. c. Yang dan lebih dekat dengan mulut atau atas tenggorokan, dari padanya keluar huruf Ghoin dan Kho. Dari mulai hamzah sampai kho semuanya dinamakan huruf bangsa tenggorokan. bagian dalam dari mulut/rongga mulut. Al-halaq: huruf yang dikeluarkan dari tenggorokan. 3. Lidah Pada lidah terdapat sepuluh makhroj : a. Pangkal lidah serta naiknya pangkal dan tempat yang lurus dengan pangkal dari bagian langitlangit atas, dari padanya keluar huruf Qof. b. Pangkal lidah beserta turunnya lidah dan tempat yang lurus dengannya dari bagian langit-langit atas, darinya keluar huruf Kaf, dan keduanya dinamakan huruf anak lidah atau tekak, karena kedekatannya pada tekak. c. Tengah lidah dan tempat yang lurus dengannya dari langit-langit atas, keluar jadinya huruf Jim, Syin, dan Ya’ d. Pinggir lidah dan tempat yang lurus dengannya dari gigi geraham atas, baik kanan ataupun kiri, atau kanan dan kiri bersamaan, keluar darinya huruf Dlod. Adapun keluarnya Dlod dari pinggir sebelah kiri itu lebih mudah dibandingkan melalui sebelah kanan dan lebih banyak yang melakukannya.
e. Tempat diantara kedua pinggir lidah dan tempat yang melurusi keduanya dari gusi atas setelah makhrojnya Dlod, keluar darinya huruf Lam. f. Pucuk atau ujung lidah dan tempat yang melurusinya dari bagian gua atau tengah atas langit-langit atau pangkal beberapa gigi depan atas, darinya keluar huruf Nun. g. Ujung lidah dan tempat yang melurusinya dari bagian atas tengah langit-langit bersamaan dengan
condong
dari
makhrojnya
Nun,
makhrojnya itu lebih masuk atau dekat dengan lidah bagian atas, darinya keluar huruf Ro’. Huruf Nun, Lam, dan Ro’ ketiganya dinamakan huruf bangsa ujung. h. Ujung lidah dengan pangkal beberapa gigi depan atas, keluar darinya huruf Dal, Ta’, Tho’. Ketiga huruf tersebut dinamakan huru bangsa kulit. Karena ketiganya keluar dari kulit
yang
menutupi pangkal beberapa gigi depan atas. i.
Tempat antara ujung lidah dan antara beberapa gig depan atas dan bawah beserta terbukanya tempat antara dua tulang rahang, darinya keluar huruf Sin, Za’, Shod. Ketiga huruf tadi dinamakan
huruf
bangsa
ujung,
karena
ketiganya keluar dari akhir ujungnya lidah. j.
Bagian luar atau atas ujungnya lidah dan beberapa ujung gigi depan atas, darinya keluar huruf Tsa, Dzal, Dho’. Ketiganya dinamakan huruf bangsa gusi, karena dekatnya huruf atau makhrojnya yang keras dari gusi gigi depan atas.
4. Dua bibir Di dalamnya terdapat dua tempat makhroj yaitu : a. Bagian dalam bibir sebelah atas bersama beberapa ujung gigi depan atas, darinya keluar huruf Fa’. b. dari dua bibir bersamaan, keluar darinya huruf Ba’, Mim, dan Wawu. Ketiga huruf di atas dinamakan huruf bangsa bibir. 5. Pangkal hidung bagian dalam Pada pangkal hidung terdapat satu tempat atau makhroj, yang keluar dari padanya adalah suara dengung, yaitu sifat yang tetap tersusun di dalam huruf
nun
dan
mim,
bagaimanapun tingkah
keduanya dalam keadaan dijelaskan, dimasukkan, disamarkan, diberatkan, diringankan, diharokati.34 (b) Sifat al Huruf Sifat-sifatnya huruf itu terbagi menjadi dua sifat, yaitu: 1. Sifat yang tetap atau asli Yaitu:
sifat-sifat
dari
dzatnya
atau
sendirinya, huruf yang tak kan hilang dari padanya, dan itu memang nyata dimiliki huruf tersebut seperti sifat tinggi, pelan, dan semua sifat yang akan dijelaskan mendatang. Sifat-sifat asli (tetap) itu ada tujuh belas, dan itu terbagi menjadi dua: a. Sifat-sifat yang berlawanan Yaitu: ada sepuluh sifat, dikelompokkan menjadi lima. Berarti setiap kelompok ada dua sifat yang berlawanan. Ketika ditemukan satu sifat dari keduanya dari setiap huruf, maka 34
Ibid., hlm. 2-3
tercegah darinya sifat yang menjadi lawannya dan wajib bagi setiap huruf untuk bersifat dengan salah satu dari keduanya. 1) Pelannya huruf, yaitu: keluarnya nafas ketika mengucapkan
huruf
karena
lemahnya
berpijak pada makhroj. 2) Serunya huruf, yaitu: tercegahnya nafas ketika mengucapkan huruf karena kuatnya berpijak pada makhroj. 3) Keras, yaitu: mencegah suara
ketika
mengucapkan huruf, karena kuatnya berpijak pada makhroj. pertengahan, yaitu sifat yang menengahi antara keras dan lunak. 4) Lunak, yaitu: mengalirnya suara ketika mengucapkan huruf. 5) Naik, yaitu: ke atas pangkal lidah ketika mengucapkan huruf. 6) Turun, yaitu: merendahnya pangkal lidah ketika mengucapkan huruf. Huruf-huruf selain huruf isti’la’ dari huruf hijaiyyah. 7) Tertutup, yaitu: bertemunya sebagian besar lidah pada tempat yang menelusuri langitlangit atas. 8) Terbuka,
yaitu:
terbukanya
lidah
atau
sebagian besarnya langit-langit atas ketika mengucapkan huruf. 9) Lancar, yaitu: suara yang keluar dari ujung dan keluarnya mudah-mudah 10) Tercegah, yaitu: tercegahnya mukalim dari mendatangkan kalimat yang sebangsa empat
huruf, atau lima hurufnya yang asal, yang bebas dari huruf lancar. b. Sifat-sifat yang tidak berlawanan Yaitu ada tujuh sifat: 1) Menyuit (seperti suara peluit), yaitu suara yang menyerupai suara burung 2) Menggerakkan atau menggoyangkan, yaitu gerakan dalam makhroj ketika mengucapkan huruf dikarenakan keras dan serunya huruf tersebut. 3) Lembut atau lunak, yaitu wawu dan ya’ dalam keadaan bersukun, keduanya yang huruf sebelum keduanya dibaca fathah, karena keluar keduanya ketika diucapkan dengan mudah dan tidak sukar. 4) Miring, yaitu sifat yang dimiliki oleh huruf Lam dan Ro’ dengan sekira menyimpangnya lidah
dari
makhrojnya
Nun
ketika
mengucapkan keduanya. 5) Berulang kali, yaitu kembali berulang dan hanya dimiliki oleh satu huruf Ro’ dan wajib meninggalkan sifat ini, sekira kalau kita mengharapkan untuk mengucapkan Ro’, maka wajib melekatkan ujung lidah pada tempat yang melurusinya, dari langit-langit atas
dan
memberikan
toleransi
pada
ujungnya lidah untuk bergetar satu kali. 6) Menyebar, yaitu menyebarkan udara atau angin di dalam mulut, yang di punyai oleh satu huruf Syin.
7) memanjang, yaitu panjangnya makhroj, dan dimiliki oleh satu huruf yaitu Dlod. 2. Sifat-sifat baru atau tambahan Yaitu: sifat yang menyempurnakan pada huruf, sekiranya kalau dihilangkan maka tidak bisa mempengaruhi pada dzatnya tersebut, dan sifat-sifat yang berhak sebagai tambahan seperti tafhim dan seterusnya. (c) Ahkam al Huruf Ahkam al Huruf adalah hokum Dari masingmasing huruf. Diantaranya: 1. Nun Sukun dan Tanwin Nun sukun yaitu nun yang berbaris sukun yang bacaannya tergantung dengan huruf yang datang berikutnya. Nun tanwin (baris dua), yaitu nun sukun tambahan yang terdapat di akhir kata jika kata tersebut dilafalkan atau disambung dan hilang jika kata tersebut ditulis atau dijadikan tempat berhenti. Hukum bacaannya adalah sebagai berikut: a. Iqlab
menurut
etimologi
berarti
merubah
sesuatu dari bentuknya. Menurut istilah tajwid berarti meletakkan huruf tertentu pada posisi huruf lain dengan memperhatikan ghunnah dan penuturan huruf yang disembunyikan (huruf mim). Dinamakan iqlab karena terjadinya perubahan tuturan nun sukun atau tanwin menjadi mim yang tersembunyi dengan disertai dengung. Huruf iqlab hanya satu, yaitu baa. b. Idgham menurut etimologi berarti memasukkan sesuatu ke dalam sesuatu. Menurut istilah tajwid berarti memasukkan huruf yang sukun ke dalam
huruf yang berharakat sehingga menjadi satu huruf yang bertasydid. Idgham terbagi dua: Idgham Bighunnah (disertai dengung) - Idgham Bila Ghunnah (tanpa dengung). 1) Idgham bighunnah mempunyai empat huruf, yaitu ya, nun, mim dan wau. Apabila salah satu hurufnya bertemu dengan nun sukun atau tanwin (dengan syarat di dalam dua kata), maka harus dibaca idgham bighunnah. 2) Idgham bila ghunnah mempunyai dua huruf, yaitu: lam dan ra. Apabila salah satu hurufnya bertemu dengan nun sukun atau tanwin dengan syarat di dalam dua kata, maka bacaannya harus idgham bila ghunnah. 2. Nun dan mim bertasydid, yaitu setiap nun atau mim yang bertasydid. Huruf yang bertasydid pada dasarnya berasal dari dua huruf, yang pertama sukun dan yang kedua berharakat. Mim bertasydid berasal dari dua mim, yang pertama sukun dan yang kedua berharakat. Mim yang pertama dimasukkan/berasimilasi ke dalam mim yang kedua, maka terjadilah satu huruf yang bertasydid. Hukum mim tasydid harus dibaca ghunnah dua harakat. Mim yang bertasydid juga disebut tasydidul ghunnah. Nun bertasydid berasal dari dua huruf nun, yang pertama sukun dan yang kedua berharakat. Nun yang pertama dimasukkan/berasimilasi ke dalam nun yang kedua, maka terjadilah satu huruf yang bertasydid. Hukum nun tasydid harus dibaca
ghunnah dua harakat. Nun yang bertasydid disebut juga tasydidul ghunnah. 3. Mim Sukun, yaitu mim yang tidak berharakat. Mim semacam ini bisa terdapat sebelum semua huruf hijaiah kecuali tiga huruf mad (alif, wau, dan ya) untuk menghindari bertemunya dua huruf yang sukun. a. Izhar
Syafawi
menurut
etimologi
berarti
memperjelas dan menerangkan. Menurut istilah tajwid ialah melafalkan huruf-huruf izhar dari makhrajnya tanpa dengung. Dinamakan syafawi karena mim sukun makhrajnya dari pertemuan dua bibir, sedangkan penisbahannya kepada izhar karena ketepatan pengucapannya sama dengan pengucapan huruf izhar. Izhar Syafawi mempunyai 26 huruf, yaitu semua huruf hijaiah selain huruf mim dan ba. Jika terdapat huruf wau dan fa setelah mim sukun, huruf mim wajib dibaca izhar syafawi sehingga terhindar dari keraguan
membacanya
dengan
ikhfa.
Sebaliknya, huruf mim wajib dibaca ikhfa ketika bertemu dengan huruf ba. Alasannya, karena makhraj huruf mim dengan huruf wau adalah sama dan antara makhraj huruf mim dengan huruf fa sangat berdekatan. b. Ikhfa
Syafawi
menurut
etimologi
berarti
menyembunyikan. Menurut istilah tajwid ialah melafalkan huruf yang sifatnya antara izhar dan idgham (tanpa tasydid) disertai dengan dengung. Dinamakan syafawi karena huruf mim dan ba
makhrajnya dari pertemuan dua bibir. Ikhfa Syafawi hanya mempunyai satu huruf, yaitu ba. c. Idgham mitslain shaghir menurut etimologi berarti memasukkan sesuatu ke dalam sesuatu. Menurut istilah tajwid ialah memasukkan huruf yang sukun ke dalam huruf yang berharakat sehingga menjadi satu huruf yang bertasydid. Disebut mitslain karena berasal dari dua huruf yang makhraj dan sifatnya identik, sedangkan disebut shaghir adalah karena huruf yang pertama sukun dan yang kedua berharakat. Idgham mitslain shaghir mempunyai satu huruf, yaitu mim. 4. Pertemuan antara dua huruf, baik secara lafal atau pun tulisan dapat terbagi ke dalam empat kasus, yaitu mitslain (identik), mutaqaribain (miripberdekatan),
mutajanisain
(sejenis)
dan
mutaba`idain (berbeda-berjauhan). Dalam konteks ini tidak dibahas hukum mutaba`idain, karena target yang ingin dicapai di sini adalah dapat mengetahui huruf-huruf yang wajib diidghamkan dan yang tidak. Hal ini tidak didapati dalam mutaba`idain. Hukum
izhar
dan
idgham
pada
mitslain,
mutaqaribain dan mutajanisain hanya terjadi pada huruf pertama saja, bukan pada huruf yang kedua. a. Mitslain adalah dua huruf yang sama makhraj dan sifatnya, seperti dua huruf ba atau dua huruf ta. 1) Mitslain Shaghir, disebut mitslain shaghir jika huruf yang pertama sukun dan yang kedua berharakat. Dinamakan saghir (kecil)
karena huruf pertama sukun dan yang kedua berharakat, sehingga mudah diidghamkan. Aturan bacaannya: Wajib idgham kecuali jika huruf yang pertama mad atau huruf pertama ha saktah, maka wajib dibaca izhar, karena adanya saktah tersebut menghalangi terjadinya asimilasi (idgham). 2) Mitslain Kabir, disebut mitslain kabir jika huruf
pertama
dan
kedua
berharakat.
Dinamakan kabir (besar) karena terdapat dalam Al-Qur’an dalam jumlah besar dan karena harakat jumlahnya lebih banyak dari sukun. 3) Mitslain Mutlak, disebut mitslain mutlak jika huruf yang pertama berharakat dan huruf yang kedua sukun. Dinamakan mutlak karena
tidak
terikat
dengan
ketentuan
shaghir (kecil) dan kabir (besar). Aturan bacaannya: Wajib izhar menurut pendapat ahli-ahli qiraat. b. Mutaqaribain,
disebut
mutaqaribain
bila
bertemu dua huruf yang makhraj dan sifatnya mirip, atau salah satu dari makhraj dan sifatnya saja. 1) Mutaqaribain
Shaghir,
yang
dimaksud
dengan istilah ini adalah pertemuan dua huruf, yang pertama sukun dan yang kedua berharakat.
Dinamakan
shaghir
(kecil)
karena huruf yang pertama sukun dan yang kedua berharakat. Aturan bacaannya adalah izhar (menurut Imam Hafsh dan Imam qiraat
lainnya). Khusus mengenai lam dan ra bila bertemu, maka wajib dibaca idgham menurut kesepakatan ahli qiraat. 2) Mutaqaribain Kabir, yang dimaksud dengan istilah ini adalah pertemuan dua huruf yang pertama dan kedua berharakat. Dinamakan kabir (besar) karena terdapat dalam AlQur’an dalam jumlah besar dan jumlah harakat lebih banyak dari sukun. Aturan bacaannya ialah wajib izhar. 3) Mutaqaribain
Mutlak,
yang
dimaksud
dengan istilah ini adalah pertemuan dua huruf, yang pertama berharakat dan yang kedua sukun. Dinamakan mutlak karena tidak terikat dengan ketentuan shaghir (kecil) dan kabir (besar). Aturan bacaannya ialah wajib izhar. c. Mutajanisain, disebut mutajanisain bila dua huruf bertemu di mana makhrajnya sama, sedangkan sifatnya berlainan, seperti huruf dal dan ta. 1) Mutajanisain Shaghir, disebut mutajanisain shaghir jika huruf yang pertama sukun dan yang kedua berharakat. Dinamakan shaghir (kecil) karena huruf yang pertama sukun dan yang kedua berharakat. Aturan bacaannya ialah wajib izhar, kecuali pada enam tempat yang harus dibaca idgham, yaitu: 1) Huruf ba dan sesudahnya huruf mim. 2) Huruf ta dan sesudahnya huruf dal. 3) Huruf ta dan sesudahnya huruf tha. 4) Huruf tha dan
sesudahnya huruf dzal. 5). Huruf dal dan setelahnya huruf ta. 6) Huruf dzal dan sesudahnya huruf zha. Adapun huruf tha yang sesudahnya huruf ta, aturan bacaannya adalah idgham naqish menurut kesepakatan ahli qiraat. 2) Mutajanisain Kabir, disebut mutajanisain kabir
bila
kedua
hurufnya
berharakat.
Dinamakan kabir (besar) karena terdapat dalam Al-Qur’an dalam jumlah besar dan karena persentase huruf yang berharakat lebih besar dari huruf yang sukun. Aturan bacaannya ialah wajib izhar. 3) Mutajanisain Mutlak, disebut mutajanisain mutlak, jika huruf yang pertama berharakat dan yang kedua sukun. Dinamakan mutlak karena
tidak
terikat
dengan
ketentuan
shaghir (kecil) dan kabir (besar). Aturan bacaannya ialah wajib izhar. 5. Qalqalah
menurut
etimologi
berarti
getaran.
Menurut istilah tajwid berarti getaran suara yang terjadi ketika mengucapkan huruf yang sukun sehingga menimbulkan semacam aspirasi suara yang kuat, baik sukun asli atau pun tidak. Huruf qalqalah ada lima, yaitu qaf, tha, ba, jim, dan dal. Syarat qalqalah: Hurufnya harus sukun, baik sukun asli atau yang terjadi karena berhenti pada huruf qalqalah. a. Level qalqalah yang paling rendah terjadi apabila huruf qalqalah terletak di tengah-tengah kata.
b. Level qalqalah yang sedang (pertengahan) terjadi apabila berhenti pada huruf qalqalah sedang huruf tersebut tidak bertasydid. c. Level qalqalah yang paling keras terjadi apabila berhenti pada huruf qalqalah sedang huruf tersebut bertasydid.35 (d) Ahkam al Mad wa al Qashar Mad menurut etimologi berarti tambahan. Menurut istilah tajwid berarti memanjangkan suara sewaktu membaca huruf mad atau huruf layin jika bertemu dengan hamzah atau sukun. Huruf mad ada tiga, yaitu alif, wau dan ya. Syarat mad: Huruf sebelum wau berbaris damah, sebelum ya berbaris kasrah dan sebelum alif berbaris fathah. Jika huruf yang sebelum ya atau wau sukun itu berbaris fathah, tidak disebut huruf mad, akan tetapi disebut dengan huruf layin. (2) Bidang Fashohah dengan materi (nilai maksimal 30) (a) Ahkam al Waqf wa al Ibtida’ Waqaf berhenti/menahan.
menurut Menurut
etimologi istilah
tajwid
berarti berarti
memutuskan suara di akhir kata untuk bernafas sejenak dengan niat meneruskan bacaan selanjutnya. 1. Waqaf Lazim (harus), yaitu berhenti di akhir kalimat sempurna. Waqaf Lazim disebut juga Waqaf Taam (sempurna) karena waqaf terjadi setelah kalimat sempurna dan tidak ada kaitan lagi dengan kalimat sesudahnya. 2. Waqaf Ja'iz (boleh), yaitu bacaan yang boleh washal (disambung) atau waqaf (berhenti). Waqaf jenis ini 35
http://quran.al-islam.com/Ahkam/Tree.asp?ID=48&t=TreeSub&RecNo=48&l=ind& Parnt=1. (10 Juli 2009, 16.18 WIB)
terbagi dua, yaitu yang terkadang disambung lebih baik dan yang terkadang berhenti lebih baik. 3. Waqaf Hasan (baik), yaitu bacaan yang boleh washal atau waqaf, akan tetapi washal lebih baik dari waqaf. Dinamakan hasan (baik) karena berhenti di tempat itu sudah baik. (b) Mura’at al Huruf wa al Harakat Yaitu menjaga huruf dan harakat. Contoh: Wawu dibaca fa, fathah dibaca dhomah atau sebaliknya. (c) Muro’at al Kalimat wa al Ayat Yaitu menjaga Kalimat dan Ayat. Contoh: loncat ke baris berikutnya (3) Bidang Suara (nilai maksimal 15) (a) Kejernihan/kebeningan suara Suara yang jernih dan bening adalah suara yang ketika membaca Al-Qur’an tidak ada suara serak dan pita suara bebas dari gangguan. Oleh karena itu untuk memperoleh suara yang jernih dan bening, seorang peserta harus mampu menjaga kondisi, pola makan, istirahat yang cukup agar kondisi badan tetap fit saat tampil dalam suatu Musabaqoh Tilawatil Qur’an. (b) Kehalusan Kehalusan
yang
dimaksud
adalah
saat
mengeluarkan suara dan saat membaca ayat-ayat Alqur’an itu penekanan nada harus halus atau tidak kasar. Sehingga huruf yang dibaca juga jelas dan bila di dengarkan juga lebih indah dan lebih bias menyentuh hati. (c) Kenyaringan Suara yang nyaring sangat diperlukan oleh peserta dalam Musabaqoh Tilawatil Qur’an, karena
kenyaringan
suara
itu
harus
maximal
ketika
membawakan lagu-lagu tilawah pada tingkatan nada tinggi. Terutama pada nada Bayyati Jawab, hijaz Kard kurd, Nahawan Jawab dan nada-nada yang lain yang membutuhkan suara tinggi dan powerful. (d) Keutuhan Keutuhan disini berarti nada awal sampai nada akhir harus utuh dan seimbang. Tidak terjadi penurunan nada ataupun peningkatan nada. Ketika seorang peserta sudah memulai nada awal ta’awudz makan nada awal tersebut harus utuh sampai nada akhir tasydiiq. (e) Pengaturan nafas Nafas yang panjang sangat dibutuhkan dalam membaca tilawatil Qur’an, pada hakekatnya membaca Al-Qur’an harus satu nafas. Maka nafas yang panjang bisa membuat peserta lebih nyaman ketika membacakan ayat
yang
panjang
dan
bisa
maksimal
ketika
membawakan dengan nada tinggi. 36 (4) Bidang Lagu (nilai maksimal 25) (a) Lagu permulaan Lagu dalam Tilawatil Qur’an dalam MTQ harus di awali dengan lagu Bayyati. Boleh dari bayyati tingkatan Qoror ataupun tingkatan nawa. (b) Jumlah lagu Jumlah lagu dalam Tilawatil Qur’anm ada tujuh macam, diantaranya Lagu Bayyati, Hijaz, Nahawan, Rast, sika, Shoba, dan Jiharka. Jumlah lagu yang dibawakan
36
ketika
mengikuti
MTQ
tidak
sama,
Buku Materi Penataran, Pelatihan dan Peningkatan Mutu Dewan Hakim Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ) Tingkat Propinsi Jawa Tengah tanggal 29-31 Maret 2004 di Wisma Haji Armina Donohudan Boyolali.
tergantung golongan masing-masing. Biasanya jumlah lagu yang dibawakan minimal 3 macam Lagu. (c) Peralihan keutuhan tempo lagu Peralihan dari lagu yang satu ke lagu yang lain harus utuh nadanya dan tempo saat membawakan lagu tidak terlalu cepat dan tidak pula terlalu lambat, bisa dikatakan tempo standar. (d) Irama dan gaya Irama
dan
gaya
sangat
mempengaruhi
keindahan membaca. Irama nada yang indah, penuh dengan improvisasi dan gaya membaca yang penuh ta’dzim tetapi tetap percaya diri sangat menunjang untuk memperoleh nilai yang maksimal. Irama dan gaya dari masing peserta Tilawah berbeda-beda, ada yang mempunyai
gaya
suara
tinggi,
ada
pula
yang
mengandalkan permainan irama dan gaya timur Tengah. (e) Variasi Variasi setiap tahun berubah-ubah, karena perkembangan variasi di kalangan Qori dan Qori’ah sangat pesat. Ada yang memakai variasi Timur Tengah, ada pula yang mengkombinasikan antara variasi daerah sendiri dengan gaya variasi Syeikh-Syeikh Arab Saudi. Jadi pada intinya variasi setiap tahun ada perubahan.37 2) Ketentuan Penilaian Ketentuan penilaian adalah merupakan kriteria-kriteria kesalahan dan istilah kesalahan yang digunakan dalam penilaian dan terdapat pada masing-masing bidang yaitu bidang Tajwid, Fashahah, bidang suara dan lagu:
37
Orientasi LPTQ Jawa Tengah oleh Drs. Ahmad Yani, tanggal 25 Oktober 2010.
a) Bidang Tajwid dan Fashahah Istilah kesalahan yang digunakan dalam setiap bentuk kesalahan yang terdapat pada materi-materi Tajwid dan Fashahah adalah: (1) Kesalahan Jali yaitu kesalahan dalam pengucapan lafadz Al qur’an yang merusak ketentuan-ketentuan Qiraat/bacaan menurut
Riwayat
Hafsh,
baik
yang
mengakibatkan
rusaknya makna maupun tidak. Disebut kesalahan Jali karena kesalahan itu diketahui oleh ulama’-ulama’ Qiraat dan bukan ulama Qiraat. Seperti: (a) Pengucapan huruf tho ( ) dibaca ( ) (b) Perubahan harakat kasrah dibaca fathah seperti dibaca (2) Kesalahan Khafi yaitu kesalahan dalam pengucapan lafaz sehingga menyimpang dan ketentuan Qiraat Ashim Riwayat Hafsh, tetapi tidak merusak makna. (3) Disebut kesalahan Khafi karena kesalahan tersebut hanya diketahui oleh ulama Qiraat dan Ahiul Ada’ saja. Kesalahan Khafi terbagi menjadi dua bagian: (a) Kesalahan Khafi yang hanya diketahui oleh ulama Qiraat (teoritis) seperti: 1. Meninggalkan Idgham, Idzhar, Ikhfa’, Iqiab dll. 2. Menipiskan yang seharusnya tebal dan sebaliknya, wakaf dengan dan harakat yang sempurna, dll. (b) Kesalahan Khafi yang hanya diketahui oleh orangorang yang mahir (practice) dalam Qiraat seperti: 1. Menggetar-getarkan huruf RA 2. Menebalkan
huruf
LAM
dan
mencampurkan
dengan ghunnah. 3. Mendemonstrasikan
napas
panjang
menghiraukan norma al-wakaf wa al-ibtida’
tanpa
4. Dan lain-lain (c) Contoh-contoh kesalahan Jali dan Khafi pada setiap materi yang dinilai dapat dilihat pada bagian cara penilaian. b) Bidang Suara dan lagu (1) Lagu yang dipergunakan dalam cabang Tilawah al Quran adalah lagu-lagu Arabi yang sudah masyhur dikalangan para Qari’-Qari’ah, baik yang dianggap sebagai lagu Misty maupun lagu Makkawy seperti Bayyati/Husaini, Hijaz, Sika, dan lain-lain dengan segala variasinya. (2) Jumlah lagu yang dibacakan oleh golongan remaja dan dewasa minimal 5 (lima) jenis lagu. (3) Lagu permulaan bebas termasuk tangga nada yang dibawakan (4) Macam-macam kesalahan dalam bidang suara: (a) Suara kasar, pecah atau parau. (b) Suara lemah dan tidak mampu tinggi. (c) Suara sumbang (d) Suara sengau/khaisum (e) Dan lain-lain. (5) Macam-macam kesalahan dalam bidang lagu: (a) Jumlah lagu kurang dan batas minimum. (b) Peralihan lagu tidak serasi, keutuhan yang tidak jelas dan tempo lagu yang cepat atau lambat. (c) Irama, gaya, dan variasi lagu yang tidak indah (tidak ada Dzauq Tahsinnya) (d) Pengaturan nafas yang tidak terkendali (e) Tidak membawakan jenis lagu secara lengkap atau kurang sempurna (sebagaimana ketentuan 2 dan 3)
3) Cara Penilaian a) Bidang Tajwid dan Fashahah. (1) Jumlah angka nilai bidang Tajwid dan Fashahah masingmasing maksimal 30 (tiga puluh) point. (2) Kesalahan Jali satu kali, nilai dikurangi 2 (dua) point dan seterusnya. (3) Kesalahan Khafi satu kali, nilai dikurangi 1 (satu) point dan seterusnya. (4) Setiap bacaan yang terdapat kesalahan jali atau Khafi, otomatis langsung dianggap sebagai suatu kesalahan, walaupun bacaan tersebut diulang dengan benar. Nilai harus dikurangi sesuai dengan bentuk kesalahan (Jali atau Khafi). (5) Kesalahan Jali atau Khafi yang Sama seperti sebelumnya tetap dianggap sebagai suatu kesalahan baru dan nilainya dikurangi 2 (dua) point bila tergolong salah Jali dan I (satu) point bila tergolong salah Khafi. (6) Nilai akhir adalah nilai maksimal dikurangi jumlah kesalahan. b) Bidang Suara dan Lagu. (1) Bidang suara jumlah angka maksimal adalah 15 point sedangkan angka minimal 5 point, dengan perincian: Materi yang dinilai Maksimal Minimal Ket bidang suara 1 3 1 Kejernihan / kebeningan 1 3 2 Kehalusan 1 3 3 Penyaringan 1 3 4 Keutuhan 1 3 5 Pengaturan nafas 15 4 (2) Bidang lagu jumlah angka maksimal adalah 25 point, No
sedangkan angka minimal 5 point dengan perincian sebagai berikut:
No 1 2 3 4 5
Materi yang dinilai Maksimal Minimal Ket bidang suara 1 5 Lagu pertama 1 5 Jumlah lagu 1 5 Peralihan, keutuhan dan tempo irama 1 5 Irama dan gaya 1 5 Variasi Jumlah 25 5
(3) Nilai maksimal ini sudah mencakup adanya nilai tambah maksimum 4 diberikan kepada peserta apabila: (a) Membawakan lagu lebih dari 5 (lima) macam lagu golongan dewasa dan 4 (empat) macam lagu bagi remaja dan anak-anak atau membawakan variasi lagu yang lebih indah. (b) Membawakan suara yang lebih indah, lebih harus dan lebih sempurna serta nafas panjang. (4) Penilaian dilakukan dengan mengurangi 1 (satu) point pada setiap kesalahan. 4) Perangkat Perhakiman a) Personalia (1) Komposisi Majelis Hakim. Majelis hakim tiap golongan pada cabang tilawah Al-Qur’an terdiri dan ketua, sekretaris, dan anggota dibantu oleh seorang panitera. (2) Ketua Majelis merangkap sebagai Anggota. Anggota adalah Hakim penilai yang terdiri dan: (a) Hakim penilai bidang Tajwid (b) Hakim penilai bidang Fashahah (c) Hakim penilai bidang Suara (d) Hakim penilai bidang Lagu
(3) Ketentuan Majlis Hakim (a) Hakim penilai pada masing-masing golongan maksimal 8 (delapan) orang (b) Hakim penilai pada masing-masing bidang penilaian maksimal 2 (dua) orang (c) Ketentuan jumlah maksimal pada point 1 dan 2 tersebut diatas dilaksanakan pada MTQ tingkat nasional Jam’iyyatul Qura’ Wal Huffadh (JQH). b) Tempat Tugas (1) Majelis Hakim menempati tempat tugas yang telah disediakan terdiri dari ruangan tugas untuk masing-masing hakim dan panitera. (2) Tempat majelis hakim harus aman dari gangguan c) Sarana dan Perlengkapan Dalam menjalankan tugasnya majelis hakim dilengkapi sbb: (1) Sarana Administrasi Sarana
administrasi
meliputi:
Formulir
Nilai,
Ballpoint, Karbon, Block note atau kertas kosong, Kalkulator, ATK lainnya. (2) Sarana Penunjang Sarana penunjang meliputi: Mushaf, Weker/stop watch, Head phone, Tas atau map, Buku petunjuk, Buku pedoman, Jadwal penampilan peserta, Jadwal tugas. d. Metode belajar membaca al-Qur’an 1) Tahqiq Metode tahqiq adalah cara membaca Al-Qur'an dengan menggunakan tempo bacaan yang sangat lambat. 2) Tartil Metode tartil adalah cara membaca Al-Qur'an dengan menggunakan tempo bacaan sedang.
3) Tadzwir Metode tartil adalah cara membaca Al-Qur'an dengan menggunakan tempo bacaan cepat.38 Menurut Dr. Yusuf Qardhawi dalam buku Berinteraksi dengan Al-Qur’an dijelaskan bahwa: Etika membaca Al-Qur’an ada beberapa etika yang harus diperhatikan, antara lain (a) Membaca Al-Qur’an secara Tartil, (b) Membaca Al-Qur’an dengan irama dan suara yang indah, dan (c) Membaca Al-Qur’an dengan suara kecil atau keras.39 Untuk lebih jelasnya akan kami uraikan sebagai berikut: 1) Membaca Al-Qur’an secara Tartil Membaca Al-Qur’an tidak sama dengan membaca bahan bacaan lainnya karena ia adalah kalam Allah SWT sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur’an yang berbunyi: ÇÊÈ AŽ•Î7yz AOŠÅ3ym ÷bà$©! `ÏB ôMn=Å_Áèù §NèO ¼çmçG»tƒ#uä ôMyJÅ3ômé& ë=»tGÏ. 4 •!9# Ayat-ayat-Nya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci yang diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu. (QS. Hud: 1). Oleh karena itu membaca Al-Qur’an mempunyai etika zahir dan batin. Diantara etika-etika zahir adalah membacanya dengan tartil. Makna membaca Al-Qur’an dengan tartil adalah dengan perlahan-lahan, sambil memperhatikan huruf-huruf dan barisnya. Dalam kitab al-Burhan karya Az-Zarkasyi yang dikutip oleh Dr. Yusuf Qardhawi dikatakan bahwa: Kesempurnaan tartil adalah membaca dengan seksama lafal-lafalnya serta jelas huruf-hurufnya, dan satu huruf tidak ada yang tercampur dengan huruf lain. Sedangkan etika batin berarti jika membaca ayat yang berisi ancaman maka membacanya dengan ekspresi ancaman dan jika membaca ayat yang berisi pemuliaan maka membacanya 38 39
Muh. Sodiq Qomhawi, Al-Burhan, (Mesir: Al-Azhar, t.th.), hlm. 6. Yusuf Qardhawi, op.cit., hlm. 234
dengan ekspresi pemuliaan.40 2) Membaca dengan Irama dan Suara yang Indah Diantara etika membaca al-Qur’an yang disepakati oleh ulama adalah memperbagus suara saat membaca al-Qur’an tentunya adalah indah bahkan ia amat indah. Namun suara yang indah akan menambah keindahannya sehingga menggerakkan hati dan menggoncangkan kalbu. Akan tetapi ada perbedaan tentang batasan melagukan suara itu. Ada ulama yang ketat, ada yang membebaskan dan ada yang bersikap
pertengahannya.
Dan
sebaik
perkara
adalah
pertengahannya, tidak baik dalam berlaku berlebihan atau berkurang. Menurut As-Syuyuthi yang dikutip oleh Dr. Yusuf Qardhawi dijelaskan bahwa membaca Al-Qur’an dengan dilagukan (suara yang merdu) hukumnya adalah sunah. 41 3) Membaca Al-Qur’an dengan suara kecil atau keras Ada beberapa hadits yang menunjukkan sunnah membaca Al-Qur’an dengan suara keras, dan hadits yang menunjukkan membaca dengan suara lembut dan suara kecil. Diantaranya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim dari Abu Hurairah42 yang artinya “Allah tidak pernah mengizinkan sesuatu seperti yang diizinkan kepada Nabi yang bersuara indah, yaitu melagukan Al-Qur’an dan membacanya dengan suara keras.” Sedangkan hadits kelompok kedua adalah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, Tirmidzi serta Nasa’i Serta Ahmad bin Hambal43 yang artinya: “Orang yang membaca Al-Qur’an 40
Ibid., hlm. 328 Ibid, hlm. 237 42 Imam Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Muhirah bin bardzbah AlBukhari Al-Ja’fiy, Shahih Bukhari, Juz.5, (Bairut: Darul Kutb, tt), hlm. 426 43 Muhammad Abussalam Abdussyaafiy, Musnad Imam Ahmad bin Hambal, Juz 4, (Bairut: Darul Kutb, tt), hlm. 187. 41
dengan suara keras adalah seperti orang yang memberikan sedekah dengan terang-terangan sedangkan orang yang membaca AlQur’an
dengan
suara
perlahan-lahan
seperti
orang
yang
memberikan sedekah dengan merahasiakannya.” An-Nawawi mengatakan sebagaimana dikutip oleh Dr. Yusuf Qardhawi bahwa: Penyatuan antara kedua hadits itu adalah dengan suara lembut adalah lebih afdhol karena takut riya’, atau mengganggu orang yang sedang shalat dan sedang tidur dengan suaranya itu. Sedangkan membaca suara keras lebih utama dalam keadaan selain itu karena dengan seperti itu lebih banyak energi yang dikeluarkan, dan faedahnya sampai kepada para pendengarnya, serta ia membangunkan hati pembacanya, memfokuskan hatinya untuk berfikir, memusatkan pendengarannya kepadanya, serta 44 menghilangkan kantuk, dan menambah semangat. Berdasarkan uraian diatas dapatlah disimpulkan bahwa etika membaca al-Qur’an adalah sebagai berikut : 1) Membaca Al-Qur’an dilakukan dengan sikap yang baik, yaitu hendaknya duduk dengan tenang, suci dari hadats kecil dan besar, berpakaian bersih, berada di tempat yang terbebas dari segala kotoran, menghadap kiblat, tidak bersandar atau berbaring. 2) Membaca al-Qur’an dengan tartil, tafkhim, perlahan-lahan huruf demi huruf, dan tidak membiasakan diri membaca secara terburuburu. 3) Membaca al-Qur’an dengan irama dan suara yang indah 4) Membaca al-Qur’an dengan pelan (lembut) atau keras. 4. Prestasi Tilawatil Qur’an a. Pengertian Prestasi Menurut bahasa, prestasi adalah suatu hasil yang telah dicapai atau dilakukan.45 Ada juga yang mengartikan bahwa prestasi adalah 44
Ibid., hlm. 234. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2006), cet. 3, hlm. 910. 45
tingkat hasil yang diperoleh pada saat sekarang terhadap suatu bidang yang dipelajari.46 Sedangkan dalam buku Evaluasi Instruksional disebutkan bahwa prestasi yang dimaksud adalah kemampuan, keterampilan, dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal. 47 Dari beberapa pengertian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai pada saat sekarang dalam menyelesaikan suatu hal. b. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi Menurut Muhibbin Syah secara global dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu: 1) Faktor Internal dibagi menjadi 2 macam, yaitu: a) Aspek fisiologis, dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu: (1) Tonus jasmani pada umumnya (2) Keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu b) Aspek psikologis yang terdiri atas: (1) Inteligensi;
pada umumnya dapat
diartikan
sebagai
kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. (2) Sikap; adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya baik secara positif maupun negatif. (3) Bakat;
dalam
perkembangannya
diartikan
sebagai
kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan.
46
Save M Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara, 2006), cet. 5, hlm. 886. 47 Zainal Arifin, Evaluasi Instruksional: Prinsip, Teknik, Prosedur, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1991), cet. 3, hlm. 3.
(4) Minat; berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. (5) Motivasi;
adalah
keadaan
internal
organisme
yang
mendorongnya untuk berbuat sesuatu. 2) Faktor eksternal dibagi menjadi 2 macam yaitu : a) Lingkungan sosial meliputi : (1) Sekolah; seperti para guru, para staf administrasi, dan teman sekelas. (2) Masyarakat; seperti tetangga dan teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan siswa tersebut. (3) Keluarga; seperti sifat-sifat orang tua, praktek pengelolaan keluarga, dan ketegangan keluarga. b) Lingkungan nonsosial; seperti gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan belajar siswa. 3) Faktor pendekatan belajar Faktor ini berpengaruh pada taraf keberhasilan proses pembelajaran siswa. Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran materi tertentu.48 Jadi, pada dasarnya faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat dibedakan menjadi dua yaitu faktor yang ada pada diri siswa (internal) dan faktor yang ada di luar siswa (eksternal). c. Hal-hal yang mempengaruhi prestasi dalam MTQ Keberhasilan pada MTQ merupakan dambaan bagi setiap daerah dan para peserta. Agar tercapai keberhasilan tersebut diperlukan
48
hlm. 139.
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2006), cet. 12,
langkah dan usaha yang maksimal dan kegagalan pada masa lalu diharapkan menjadi motivasi serta evaluasi bagi semua pihak. 1) Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pada MTQ. a) Faktor peserta (1) Bakat alam Bila ada bakat alam lebih mudah untuk dibina. Untuk mengetahui bakat bias dilakukan pengamatan bakat ke daerah dan lembaga yang melakukan pelatihan Tilawatil Qur’an, seleksi pencarian bibit melalui MTQ tingkat kelurahan, melalui pengamatan pelatih secara (2) Kesehatan fisik Untuk latihan kesehatan fisik bisa dilakukan dengan beberapa hal diantaranya, latihan kebugaran jasmani, latihan pernafasan dan olah vocal, menghindari sakit, menghindari makanan dan minuman tertentu, menyediakan menu bergizi, hindari aktivitas yang tidak perlu, siklus menstruasi harus diperhitungkan. (3) Penguasaan materi Penguasaan materi musabaqoh tergantung cabang yang diikuti. Kalau dalam cabang Tilawatil Qur’an harus menguasai tiga aspek yaitu, penguasaan tajwid, suara dan penguasaan lagu-lagu tilawah. (4) Kondisi mental Mental sangat dibutuhkan oleh peserta dalam mengikuti MTQ. Mental sangat berpengaruh terhadap penampilan di atas mimbar Tilawah. Beberapa hal yang mempengaruhi mental yaitu, dukungan keluarga, sering try out, Taqarrub kepada Allah, Keikhlasan, Akhlaqul karimah.
b) Faktor pembinaan dan latihan (1) Rutinitas Pembinaan rutin di tempat asal, pembinaan tingkat kecamatan untuk persiapan MTQ kabupaten, pembinaan tingkat kabupaten untuk persiapan MTQ tingkat Propinsi dan Nasional. (2) Sistem latihan Latihan hendaknya dilakukan setiap hari terutama pada waktu yang menurutnya nyaman. apa di pagi hari, siang, sore, atau malam. (3) Pelatih Para pelatih harus mempunyai persamaan persepsi tentang
materi
yang
disampaikan,
harus
mengikuti
pedoman MTQ Nasional, ahli dan pakar di bidangnya. (4) Tempat Tempat latihan hendaknya jauh dari kebisingan dan suasana bersih, karena kalau seandainya tempatnya dekat dengan polusi maka akan mengganggu pernafasan dan konsentrasi dalam latihan tidak akan maksimal. (5) Menu makanan Makanan sangat berpengaruh ketika seorang peserta mau menghadapi MTQ. Ada beberapa makanan yang harus di hindari pada umumnya, yaitu es, gorengan, pedas, dan makanan yang bias mengganggu di tenggorokan. (6) Materi latihan Berpedoman pada buku pedoman MTQ termasuk Maqra’ dari LPTQ pusat, praktikum di Laboratorium, menyediakan
mimbar
tilawah
tiruan
(ber-AC),
menyediakan video shooting saat mengadakan Try out untuk analisis dan evaluasi, saat try out sesuai kondisi
MTQ, materi TC disesuaikan dengan kemampuan peserta, peserta diberi kesempatan untuk berlatih mandiri. c) Faktor dewan hakim (1) Obyektivitas Memilih dewan hakim yang obyektif dan memiliki kapasitas yang dibutuhkan. (2) Pengetahuan Dewan hakim harus mempunyai pengetahuan dan jam terbang yang mumpuni dan yang terpenting adalah mempunyai sertifikat dewan hakim di masing-masing daerah. (3) Kedekatan emosional Membina hubungan baik dengan para Dewan Hakim tingkat Propinsi. (4) Faktor Lainnya Hadiah
bagi
predikat
peserta
terbaik
harus
ditingkatkan, bonus haji bagi para pemenang selalu ada, kesejahteraan bagi para pelatih dan Dewan hakim harus diperhatikan, member beasiswa bagi para peserta yang berprestasi, menyediakan maktabah Shoutiyyah (kaset, CD, VCD, DVD) para Qurra’ yang Masyhur terutama dari Timur Tengah, menyediakan maktabah (Library). Jadi keberhasilan dalam MTQ melibatkan berbagai komponen dari peserta, materi, system pelatihan, Dewan Hakim, pengurus LPTQ, dan lain-lain. Masing-masing pihak harus berperan secara maksimal sesuai dengan fungsinya. Dan selanjutnya perlu adanya koordinasi yang mantap dan hubungan yang harmonis dari berbagai pihak tersebut.49
49
Buku Materi Penataran, Pelatihan dan Peningkatan Mutu Dewan Hakim Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ) Tingkat Propinsi Jawa Tengah tanggal 29-31 Maret 2004 di Wisma Haji Armina Donohudan Boyolali.
C. LPTQ DALAM PENINGKATAN PRESTASI TILAWATIL QUR’AN Perencanaan kegiatan LPTQ harus memasukkan suatu program strategis dalam upaya meningkatkan kesejahteraan lahir batin. Yang terpenting dalam LPTQ ini adalah pengelolaan administrasi organisasi secara baik, pemantapan manajemen, struktur dan organisasi, pemberdayaan peranan LPTQ serta keterlibatan lembaga keagamaan, ulama, tokoh masyarakat dalam mendukung kegiatan operasional LPTQ50. Penguatan peran dan fungsi LPTQ tidak terbatas hanya pada penyelenggaraan Musabaqah Tilawatil Qur’an dan sejenisnya diberbagai tingkatan. LPTQ mempunyai tugas dan fungsi pembinaan dan pengembangan pendidikan non formal dan informal di bidang Al-Qur’an dan pelatihan Qori dan Qoriah, Hafidz dan Hafidzah, dan sejenisnya diberbagai tingkatan. Selain itu Mengoptimalkan peran instansi terkait dan Pemerintah Daerah dalam mendukung program LPTQ51 Maka dari itu, untuk meningkat prestasi Tilawatil Qur’an, LPTQ Jawa Tengah perlu meningkatkan peran secara lebih maksimal dan optimal. Peran LPTQ Jawa Tengah diantaranya: 1. Mengadakan MTQ dari tingkat bawah (Kecamatan dan Kabupaten), hal ini dimaksudkan untuk menyaring dan menemukan bibit-bibit Qori’ dan Qori’ah yang benar-benar mempunyai potensi dan bakat alam, sehingga bisa tercipta seorang Qori’ dan Qor’iah yang handal. 2. Mengadakan MTQ di tingkat Propinsi Jawa Tengah. Kegiatan ini dilakukan untuk memperlombakan peserta Tilawah yang terbaik dari masing-masing daerah kabupaten atau kota madya, agar lebih kompetitif dan menemukan bibit Qori’ dan Qori’ah yang memang unggulan dan berbakat. 3. Mengadakan pelatihan Dewan Hakim tingkat Propinsi Jawa Tengah, agar tercipta dewan Hakim yang berkompeten sesuai bidangnya masing-
50 51
WIB)
http://www.ditjenbimasislam.co.id/lptq-info/, “LPTQ”, (6 April 2010, 11.21 WIB) http://www.ditjenbimasislam.co.id/lptq-info/, “Peran LPTQ”, (6 April 2010, 11.28
masing. Agar dalam menilai bisa lebih Profesional dan jauh dari unsur subyektifitas, sehingga diperoleh peserta yang benar-benar terbaik. 4. Mengadakan pelatihan dan pembinaan bagi Qori dan Qori’ah terbaik di tingkat Propinsi jawa Tengah. Pelatihan dan pembinaan tersebut harus bersifat continue, berkelanjutan, dan terprogram. Pelatihan tidak hanya dilakukan untuk menghadapi MTQ Nasional atau Internasional saja, akan tetapi harus dilakukan secara berkala dan efektif. 5. Mendatangkan Pelatih dan Pembina yang sudah mempunyai prestasi Tilawah di Tingkat Internasional, seperti Dra. Hj Maria Ulfa dari Jakarta (juara MTQ Nasional di Arab Saudi), H. Mukmin Ainul Mubaraq dari Jawa Barat (juara MTQ Asia Tenggara di Malaysia), H. Syaiful Munir dari Jawa Timur (Juara MTQ Internasional di Turki). 6. Mengirim para peserta terbaik dari Jawa Tengah untuk melakukan Pelatihan dan Studi Banding di Baitul Qurro’ Ciputat Jakarta. Hal ini dimaksudkan untuk menambah ilmu pengetahuan Tilawah dan menambah wacana tentang Tilawatil Qur’an. 7. Memperhatikan kesejahteraan peserta ketika akan mengikuti MTQ tingkat Nasional. Peserta harus diperhatikan secara khusus, selain dari pelatihan , peserta harus diperhatikan dari segi materi. Uang transport dan uang saku peserta harus lebih di perhatikan, dan memberikan bonus atau reward manakala peserta dari Jawa Tengah bisa menjadi juara MTQ di tingkat Nasional. Hal ini bisa memacu semangat dan perjuangan para peserta agar lebih maksimal saat tampil di mimbar Tilawah di Level Nasional.52
52
Wawancara dengan H. Masyhudi selaku ketua kafilah Jawa Tengah dalam MTQ Nasional di Bengkulu 2010, pada Tanggal 18 Oktober 2010, pukul 09.00 WIB.
BAB III PERAN LEMBAGA PENGEMBANGAN TILAWATIL QUR’AN JAWA TENGAH DALAM MENINGKATKAN PRESTASI TILAWATIL QUR’AN
A. Kondisi Umum Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an Jawa Tengah 1. Letak Geografis LPTQ Jawa Tengah terletak di Jalan Sisingamangaraja No 5 Semarang. Kantor LPTQ ini terletak di dalam Gedung Kementerian Agama Propinsi Jawa Tengah. Ditinjau dari Letaknya, Kantor LPTQ Jawa Tengah kurang strategis karena tidak dekat dengan Kota dan jauh dari keramaian. Namun disisi lain LPTQ Jawa Tengah mudah dijangkau dari segi Transportasi. Selain itu juga berada tepat di depan gedung AKPOL Jawa Tengah, sehingga mudah diketahui oleh setiap orang yang ingin berkunjung ke LPTQ Jawa Tengah53. 2. Landasan Hukum LPTQ Jawa Tengah Dasar dan Landasan Hukum Berdirinya LPTQ Jawa Tengah a. Keputusan bersama Menteri Agama No. 151 Tahun 1977 dan Keputusan Menteri Dalam Negeri No 19 Thn 1977 tentang Pembentukan Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an b. Keputusan Menteri Agama No 28 tahun 1977 tentang Susunan Pengurus Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) Nasional. c. Surat Keputusan Bersama Menteri Agama Nomor 48 Thn 1988 dan Menteri Dalam Negeri Nomor 182 A Thn 1988 tentang Pengembangan Organisasi Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an. d. Keputusan Menteri Agama No 240 tahun 1990 tentang susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an.
53
Dokumen data LPTQ Jawa Tengah
e. Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah no 451/ 21/ 2002 tentang Pengurus Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) Propinsi Jawa Tengah Periode 2002 – 200554. 3. Susunan Pengurus LPTQ Jawa Tengah: Berdasarkan data yang ada, susunan Kepengurusan LPTQ Jawa Tengah adalah Sebagai Berikut: Ketua Umum
: Drs. H. Masyhudi, MM
Ketua I
: Drs. H. Ahmad Darodji, M.Si
Ketua II
: DR. H. Noor Ahmad, MA
Sekretaris
: Drs. H. Ahyani, M.SI
Bendahara
: Hj. Siti Zaenatun, S.Pd.I
Pembina Tilawah : 1. H. Nur Faqih, S. Ag 2. KH. Abdullah Hanif, AH Pembina Tahfidz : 1. KH. Ulil Abshor, AH 2. KH. Ibnu Athoillah, AH 3. KH. Zaenuri Ahmad, AH 4. KH. Ahmad Thoha, AH 5. Makmun Ahmad, AH Pembina Tafsir : 1. DR. Hj. Yuyun Effendy, Lc 2. H. Amin Handoyo, Lc Pembina MSQ/MFQ : 1. H. Taufiqurrahman, M.SI 2. Drs. H. Adib Zamroni Pembina Khath : 1. H. Nur Aufa Shiddiq 2. Drs. H. Wahid Adib
54
Surat keputusan Kementerian Agama
4. Logo LPTQ
Keterangan dari Logo LPTQ : 1. Lambang Padi dan kapas menunjukkan kemakmuran dan kebersamaan 2. Lambang Padi dan kapas bertalian itu melambangkan kebersamaan 3. Lambang Al-Qur’an itu merupakan simbol bahwa Pedoman hidup terletak pada Al-Qur’an dan kita diharuskan untuk selalu membaca, mengetahui, dan mengamalkan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari 4. Terdapat tiang yang kokoh yang di atasnya ada bintang dan kobaran api yang artinya Semangat bersama untuk berjuang mensyiarkan islam lewat al-Qur’an. 5. Tulisan LPTQ berarti LPTQ yang mengelola, mengatur, serta menjadi penanggung jawab atas semua kegiatan yang berhubungan dengan Kegiatan Mengamalkan Al-Qur’an 6. Warna Hijau dan kuning melambangkan kemakmuran dan kesatuan 7. Tulisan arab Tilawatil Qur’an menerangkan bahwa LPTQ merupakan Lembaga yang bergerak dibidang keagamaan khususnya Mengkaji AlQur’an 5. Visi dan Misi LPTQ Jawa Tengah Visi LPTQ adalah terwujudnya penghayatan dan pengamalan Al Qur’an dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang maju, mandiri, bahagia, sejahtera di dunia dan selamat di akhirat.
Misi LPTQ adalah melaksanakan pendalaman, penghayatan dan pengamalan Al Qur’an yang betul-betul mantap di kalangan masyarakat Indonesia, sehingga nilai-nilai Al Qur’an benar-benar menjadi etos pembangunan.
B. Prestasi Tilawatil Qur’an Jawa Tengah tahun 2005-2010 Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) tingkat Propinsi Jawa Tengah sampai saat ini belum bisa berkembang secara baik. Hal itu bisa dilihat dari daftar prestasi para Qori’ dan Qori’ah yang setiap tahun kian merosot. Dibuktikan dengan hasil Prestasi dari Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ) dan Seleksi Tilawatil Qur’an (STQ) tingkat Nasional yang diadakan tiap tahun. Rangking dari Propinsi Jawa Tengah selalu berada di bawah Jawa Barat, DKI Jakarta dan Jawa Timur. Hal ini sungguh sangat memprihatinkan bagi LPTQ Jawa Tengah. Padahal Jawa Tengah merupakan salah satu Propinsi yang berpotensi untuk menjadi juara dan mempunyai peluang untuk berprestasi berdasarkan beberapa faktor, diantaranya: a. Jumlah penduduk yang cukup besar. Propinsi Jawa Tengah berpenduduk ± 33 juta orang dan beragama islam ± 88 % b. Besarnya Pondok Pesantren Al Qur’an yang tersebar di Jawa Tengah. c. Banyaknya para santri yang belajar diluar Jawa Tengah/ Luar Negeri yang diharapkan dapat memperkuat Jawa Tengah dalam peningkatan prestasi d. Tidak sedikitnya tokoh-tokoh di bidang Tilawatil Qur’an yang menjadi pembina/ pelatih dan anggota Dewan Hakim Tingkat Nasional e. Dukungan Pemerintah Daerah (Pemda Propinsi) yang cukup besar55 Namun beberapa faktor tersebut belum bisa dimaksimalkan dan belum bisa diwujudkan untuk menjadikan sebuah prestasi yang gemilang bagi LPTQ Jawa Tengah, karena ada beberapa hambatan dan masalah yang menghambat
55
Dokumen data selayang pandang LPTQ Jawa Tengah
sulitnya LPTQ jawa tengah untuk berprestasi dalam event MTQ Nasional. Hambatan tersebut diantaranya adalah: a. Tidak adanya dukungan dana pembinaan di tingkat Kabupaten/ Kota secara memadai, sehingga pembinaan secara intensif tidak dapat berjalan dengan baik. Pembinaan di daerah (Kabupaten/ Kota) yang selama ini berjalan berasal dari dana bantuan LPTQ yang bersumber dari sumbangan. b. Kurang adanya jaminan kepastian memperolah masa depan yang baik bagi para juara. c. Rendahnya partisipasi masyarakat dalam mendukung kegiatan MTQ d. Banyaknya pengurus daerah (Propinsi lain) yang sengaja mencari bibit dari Jawa Tengah e. Kurangnya pendekatan secara intensif pemerintah Kabupaten/ Kota terhadap potensi daerahnya f. Masih terdapat keyakinan sebagian para ulama tentang bolehnya Al Qur’an dimusabaqahkan dan sedikitnya jumlah Dewan Hakim dari Jawa tengah ditingkat Nasional. 56 Hambatan-hambatan yang ada tersebut harus bisa dicari jalan keluar atau solusinya, sehingga tidak terjadi penurunan prestasi Tilawah LPTQ Jawa Tengah yang tercantum dalam data prestasi Tilawah berikut ini. Data menunjukkan bahwa daftar prestasi
para Qori’-Qori’ah dari
Propinsi Jawa Tengah dalam mengikuti MTQ tingkat Nasional dari tahun 2005-2010 adalah sebagai berikut: a. STQ Tingkat Nasional tahun 2005 di Gorontalo, tidak ada Qori’-Qori’ah yang menjadi juara. b. MTQ Tingkat Nasional tahun 2006 di Kendari, Juara I MTQ golongan Remaja putra yang diraih oleh Ustadz. Rohani. c. STQ Tingkat Nasional tahun 2007 di Jakarta, Juara I MTQ Golongan Dewasa Putra yang diraih oleh Ustadz. Herfan.
56
Ibid
d. MTQ Tingkat Nasional tahun 2008 di Banten, tidak ada Qori’-Qori’ah yang menjadi juara. e. STQ Tingkat Nasional tahun 2009 di Jakarta, tidak ada yang menjadi juara. f. MTQ Tingkat Nasional tahun 2010 di Bengkulu, tidak ada yang menjadi juara.57 Dari data diatas prestasi tilawatil Qur’an LPTQ Jawa Tengah mengalami Penurunan. Padahal kegiatan Pelatihan dan pembinaan telah dilakukan dengan maksimal untuk menciptakan peserta tilawah yang handal. Namun kenyataan membuktikan bahwa hasil peringkat LPTQ Jawa Tengah pada MTQ Nasional sangat memprihatinkan dari tahun 2005-2010. Setelah melalui pengamatan secara seksama, ternyata kegagalan yang dialami oleh Qori’ dan Qori’ah di MTQ dan STQ Nasional adalah pada faktor penguasaan materi tilawah. Tajwid yang mereka kuasai masih banyak kekurangan. Ada beberapa peserta Jawa Tengah yang masih sering terjadi kesalahan jali dan itu akan berakibat fatal. Selain itu ada juga yang belum memahami masalah Fashohah dan adab dalam membaca Qur’an. Fashohah yang masih sering terjadi kesalahan adalah dalam hal Waqaf dan ibtida’. Ada beberapa peserta Jawa Tengah yang Fashohahnya kurang tepat dan masih sering terjadi kesalahan. Selain penguasaan tajwid dan fasohah, penguasaan lagu dan irama yang semakin tahun semakin mengalami perkembangan yang sangat pesat. Lagu-lagu Tilawah setiap tahun mengalami perubahan dan setiap peserta di tuntut untuk mengikuti perkembangannya. Dari sudut pandang lagu dan irama, peserta dari Jawa Tengah tidak kalah dengan peserta lain namun yang menjadi kekurangan adalah masalah improvisasi irama dari peserta. Peserta dari Jawa Tengah belum bisa melakukan improvisasi irama secara baik dan maksimal. Sehingga irama yang dikeluarkan terkesan masih kaku dan kurang indah58
57 58
Dokumen data LPTQ Jawa Tengah dalam MTQ dan STQ Nasional Wawancara dengan Pak Ahyani pada tanggal 9 Desember 2010 pukul 10.15 WIB
Namun disisi lain ada faktor yang cukup berpengaruh dalam keberhasilan seorang peserta tilawah untuk menjadi yang terbaik adalah faktor mental. Setelah tim dari LPTQ mengadakan evaluasi terhadap hasil dari MTQ Nasional, ternyata benar, bahwa faktor yang paling mendalam yang mempengaruhi penurunan prestasi adalah faktor mental yang belum terbentuk dari masing-masing peserta. Mental yang lemah dikarenakan peserta tidak siap dan kurang maksimal dalam usaha batin. Padahal usaha batin itu justru sangat berpengaruh dalam penampilan peserta di mimbar tilawah. Kebanyakan peserta dari Jawa Tengah lebih mengutamakan usaha lahir seperti Latihan rutin, menjaga pola makan dan kesehatan serta mengadakan studi banding ke Jakarta untuk memperoleh pengalaman yang lebih. Usaha lahir yang maksimal akan tetapi tidak di imbangi usaha batin yang istiqomah akan mempengaruhi penampilan
peserta tilawah
di ajang
Nasional
dan
Internasional. Jadi usaha batin seperti puasa, sholat sunnah, mengamalkan ijazah dan doa-doa itu tidak kalah penting dibandingkan dengan usaha Lahir. 59 Selain itu, kegagalan Qori’ dan Qori’ah dari Jawa Tengah juga dikarenakan Beban Mental yang dibebankan di setiap peserta untuk menjadi juara. Beban itu di sampaikan oleh Gubernur Jawa Tengah kepada para peserta yang disampaikan ketika peserta mau berangkat di MTQ Nasional. Hal tersebut sangat mempengaruhi penampilan peserta, karena harus menang. Ini yang seharusnya dihindari. Karena bagaimanapun juga keharusan untuk menjadi juara itu sangat membuat peserta tilawah menjadi tertekan disaat tampil. Seharusnya seorang pimpinan tidak menyampaikan target harus menang. Karena yang dinamakan Musabaqoh itu tidak bisa diharuskan menang, kita hanya bisa berusaha dan berdoa, yang menentukan adalah Allah SWT.60 Jadi keberhasilan itu tidak bisa dipaksakan atau bahkan dibebankan kepada peserta untuk menjadi juara. Yang jelas keberhasilan adalah sesuatu 59
Wawancara dengan Ustadz Muhammadun Zein tanggal 11 November pukul 10.30 WIB Wawancara dengan ustadz Rohani selaku Qori’ Jawa Tengah pada tanggal 13 November 2010 pukul 16.00 WIB 60
yang dilakukan atas dasar usaha, doa, dan tawakkal untuk bisa tampil maksimal.
Baru
kemudian
keberhasilan
tersebut
akan
mengikuti
dibelakangnya.
C. Peran LPTQ Jawa Tengah Dalam Meningkatkan Prestasi Tilawah Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an memiliki peran penting dan strategis dalam mendorong, meningkatkan semangat umat Islam untuk membaca, mendalami, menghayati dan mengamalkan isi dan kandungan Al Qur’an. Organisasi LPTQ telah tumbuh dari daerah sampai tingkat pusat dan telah memiliki jalinan koordinasi dengan lembaga-lembaga pemerintah dan swasta termasuk dengan lembaga perguruan / pendidikan mulai tingkat dasar sampai tingkat perguruan tinggi. LPTQ harus dioptimalkan menjadi pusat pengkajian dan berfungsi sebagai fasilitator bagi lembaga-lembaga keagamaan dalam upaya meningkatkan kemampuan baca tulis, memahami makna, isi, kandungan dan pengamalan Al Qur’an. Menyadari akan posisi dan fungsi LPTQ yang sangat strategis, maka diperlukan pengelolaan organisasi secara tertib, efektif dan profesional agar lebih terarah untuk mempercepat pencapaian tujuan. Untuk itu, LPTQ perlu memantapkan prinsip manajemen modern yang berorientasi pada arah tercapainya visi dan misi organisasi. Guna mendinamiskan LPTQ, diperlukan kantor yang representatif yang didukung tenaga full-timer, sarana dan prasarana yang memadai. Perkembangan dan dinamika masyarakat saat ini berkembang pesat sejalan dengan tuntutan semangat reformasi. Sehubungan dengan itu, maka LPTQ harus merespon perkembangan tersebut dengan mengembangkan paradigma baru, yaitu LPTQ sebagai organisasi pembina kegiatan pemahaman dan penghayatan Al Qur’an yang mandiri, mantap dan profesional. Oleh karena itu LPTQ perlu melakukan reorganisasi dan reposisi terhadap perannya di masyarakat sesuai dengan harapan dan tuntutan masa depan yang antara lain :
1. Pemberdayaan
peran
LPTQ
dalam
pembinaan
umat,
khususnya
pembinaan baca tulis, pemahaman dan kajian serta pengamalan isi dan kandungan Al Qur’an; 2. Perlu penyusunan program yang mantap, pelaksanaan yang tepat dan pengawasan yang ketat dengan melakukan evaluasi dan monitoring setiap tahapan pelaksanaan kegiatan LPTQ; 3. Semakin berkembangnya pelaksanaan MTQ yang dilakukan oleh berbagai kalangan perlu mendapatkan pembinaan dan arahan dari LPTQ untuk memperjelas dan mengembangkan struktur kelembagaan yang ada guna mengakomodasikan aspirasi masyarakat. Selain itu LPTQ harus mempunyai Tujuan dan Program Kerja yang jelas dan Realistis agar Kegiatan LPTQ bisa lebih fokus dan tidak mengalami kegagalan ataupun salah sasaran. Adapun tujuan LPTQ Jawa Tengah diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Semakin meningkatnya jumlah lembaga dan kegiatan yang mempelajari al Qur’an dikalangan masyarakat dan dunia pendidikan. 2. Dimiliki dan dibacanya al Qur’an oleh setiap keluarga muslim. 3. Semakin meningkatnya pemahaman dan pengamalan umat terhadap isi, makna dan kandungan al Qur’an. 4. Terwujudnya perilaku akhlak Qur’ani pada masyarakat Islam Indonesia. 5. Makin meningkatnya kualitas dan performance para qari’ / qari’ah Jawa Tengah sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan zaman. Dari tujuan diatas diharapkan bisa menciptakan Masyarakat Indonesia yang Qur’ani, Sejahtera, aman, damai, sentosa. Selain tujuan, LPTQ Jawa Tengah juga mempunyai Program kerja, diantaranya sebagai berikut: 1. Menyelenggarakan MTQ di Jawa Tengah. a. Menyempurnakan organisasi dan kualitas pengorganisasian dan penyelenggaraan MTQ Nasional dan Daerah, meliputi perencanaan, pelaksanaan dalam pengendalian dan khususnya kualitas perhakiman.
b. Menginventarisir dan mendayagunakan aset MTQ untuk menunjang program-program LPTQ. c. Menyusun dan menyempurnakan buku pedoman Musabaqah al Qur’an dan pembinaan purna musabaqah. d. Melakukan pembinaan dan pendayagunaan sumber daya insani pasca MTQ. 2. Pembinaan Tilawah, Tahfidz, Khat, MSQ dan MFQ Al Qur’an. a. Menyusun pedoman tentang pendekatan, sistem, metode, teknik sebagai model pembinaan tilawah, tafhim, tahfidz, khat, MSQ dan MFQ Al Qur’an. b. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan pelatihan pembinaan tilawah, tafhim, tahfidz, khat dan puitisasi al Qur’an tingkat pusat, propinsi, kabupaten, kecamatan dan desa. c. Melaksanakan pembinaan tilawah, tafhim, tahfidz, khat dan puitisasi Al-Qur’an melalui lembaga pendidikan sekolah dan luar sekolah. 3. Upaya peningkatan pemahaman al Qur’an : a. Mengembangkan penemuan-penemuan baru tentang metode cepat memahami al Qur’an. b. Menyelenggarakan pengajian khusus
pemahaman al Qur’an
percontohan tingkat desa (desa pembinaan/pemahaman al Qur’an) yang hasilnya dapat diukur secara kualitatif dan kuantitatif. c. Menyelenggarakan pelatihan instruktur pemahaman al Qur’an tingkat propinsi, kabupaten dan kecamatan. d. Mendirikan pusat-pusat pengkajian al Qur’an di daerah. 4. Meningkatkan penghayatan dan pengamalan al Qur’an dalam kehidupan sehari-hari a. Sosialisasi gerakan pemahaman makna, isi dan kandungan al Qur’an sebagai suatu gerakan masyarakat melalui penyebarluasan methode yang mudah dipahami masyarakat. b. Memfungsikan pranata keluarga sebagai sarana sosialisasi penanaman nilai-nilai al Qur’an sejak dini.
c. Mewujudkan kebijaksanaan yang mendukung gerakan memahami makna, isi dan kandungan al Qur’an. 5. Meningkatkan SDM LPTQ Propinsi Jawa Tengah. a. Mengadakan inventarisasi qari’ / qari’ah yang berkualitas unggul di seluruh Propinsi Jawa Tengah. b. Mengadakan kerja sama dengan lembaga-lembaga pendidikan Al Qur’an dan pimpinan pondok pesantren-pondok pesantren Al Qur’an untuk pengembangan dan peningkatan potensi santri. c. Mengembangkan langkah-langkah untuk mewujudkan qari’ / qari’ah yang berkualitas. d. Merekrut para tenaga ahli di bidangnya dalam mengembangkan cabang Musabaqah. e. Mengadakan supervisi pengurus LPTQ Kabupaten/Kota. Selain membuat program kerja, LPTQ Jawa Tengah juga membuat program kegiatan tahunan. Berdasarkan keputusan Musyawarah Daerah LPTQ Propinsi Jawa Tengah Tahun 2005 tanggal 08 April 2005 di Semarang, LPTQ Propinsi Jawa Tengah pada tahun 2006 menetapkan 13 (tiga belas) program kegiatan sebagai berikut : 1. Penyelenggaraan MTQ di Jawa Tengah tahun 2006. a.
MTQ Mahasiswa XVIII Tk. Jawa Tengah
b.
MTQ Pelajar XXII Tk. Jawa Tengah
c.
STQ XIX Tingkat Jawa Tengah
d.
MHQ Pesantren III Tk. Jawa Tengah
2. Pengiriman Kafilah MTQ Tk. Nasional XXI tahun 2006 di Kendari. 3. Peningkatan mutu dan kualitas materi MTQ. a.
Pelatihan Tahfidz dan Tafsir.
b.
Pelatihan Pembina Tilawah Al Qur’an
4. Pelatihan dalam rangka menghadapi MTQ Nasional XXI di Kendari. a.
Pemantapan dan Pengembangan Potensi (2 tahap)
b.
Pemusatan latihan (20 hari).
c.
Try Out.
5. Peningkatan Sarana dan Prasarana LPTQ a.
Pengadaan Laboratorium
b.
Kelengkapan sarana LPTQ
c.
Peningkatan SDM61 Dengan diadakannya program kerja dan program kegiatan tahunan,
peran LPTQ Jawa Tengah akan lebih efektif dan efisien. Perencanaan kegiatan LPTQ harus memasukkan suatu program strategis dalam upaya meningkatkan kesejahteraan lahir batin. Yang terpenting dalam LPTQ ini adalah pengelolaan administrasi organisasi secara baik, pemantapan manajemen, struktur dan organisasi, pemberdayaan peranan LPTQ serta keterlibatan lembaga keagamaan, ulama, tokoh masyarakat dalam mendukung kegiatan operasional LPTQ62. Penguatan peran dan fungsi LPTQ tidak terbatas hanya pada penyelenggaraan Musabaqah Tilawatil Qur’an dan sejenisnya diberbagai tingkatan. LPTQ mempunyai tugas dan fungsi pembinaan dan pengembangan pendidikan non formal dan informal di bidang Al-Qur’an dan pelatihan Qori dan Qoriah, Hafidz dan Hafidzah, dan sejenisnya diberbagai tingkatan. Selain itu Mengoptimalkan peran instansi terkait dan Pemerintah Daerah dalam mendukung program LPTQ63. Maka dari itu, untuk meningkat prestasi Tilawatil Qur’an, LPTQ Jawa Tengah perlu meningkatkan peran secara lebih maksimal dan optimal. Peran LPTQ Jawa Tengah diantaranya: 1. Mengadakan MTQ dari tingkat bawah (Kecamatan dan Kabupaten), hal ini dimaksudkan untuk menyaring dan menemukan bibit-bibit Qori’ dan Qori’ah yang benar-benar mempunyai potensi dan bakat alam, sehingga bisa tercipta seorang Qori’ dan Qor’iah yang handal.
61
Dokumen data LPTQ http://www.ditjenbimasislam.co.id/lptq-info/, “LPTQ”, (6 April 2010, 11.21 WIB) 63 http://www.ditjenbimasislam.co.id/lptq-info/, “Peran LPTQ”, (6 April 2010, 11.28 62
WIB)
2. Mengadakan MTQ di tingkat Propinsi Jawa Tengah. Kegiatan ini dilakukan untuk memperlombakan peserta Tilawah yang terbaik dari masing-masing daerah kabupaten atau kota madya, agar lebih kompetitif dan menemukan bibit Qori’ dan qori’ah yang memang unggulan dan berbakat. 3. Mengadakan pelatihan Dewan Hakim tingkat Propinsi Jawa Tengah, agar tercipta dewan Hakim yang berkompeten sesuai bidangnya masingmasing. Agar dalam menilai bisa lebih Profesional dan jauh dari unsur subyektifitas, sehingga diperoleh peserta yang benar-benar terbaik. 4. Mengadakan pelatihan dan pembinaan bagi Qori dan Qoriah terbaik di tingkat Propinsi jawa Tengah. Pelatihan dan pembinaan tersebut harus bersifat continue, berkelanjutan, dan terprogram. Pelatihan tidak hanya dilakukan untuk menghadapi MTQ Nasional atau Internasional saja, akan tetapi harus dilakukan secara berkala dan efektif. 5. Mendatangkan Pelatih dan Pembina yang sudah mempunyai prestasi Tilawah di Tingkat Internasional, seperti Dra. Hj Maria Ulfa dari Jakarta (juara MTQ Nasional di Arab Saudi), H. Mukmin Ainul Mubaraq dari Jawa Barat (juara MTQ Asia Tenggara di Malaysia), H.Syaiful Munir dari Jawa Timur (Juara MTQ Internasional di Turki). 6. Mengirim para peserta terbaik dari Jawa Tengah untuk melakukan Pelatihan dan Studi Banding di Baitul Qurro’ Ciputat Jakarta. Hal ini dimaksudkan untuk menambah ilmu pengetahuan Tilawah dan menambah wacana tentang Tilawatil Qur’an64. Selain
peran
yang
ada
diatas,
LPTQ
Jawa
Tengah
harus
memperhatikan kesejahteraan peserta ketika akan mengikuti MTQ tingkat Nasional. Peserta harus diperhatikan secara khusus, selain dari pelatihan , peserta harus diperhatikan dari segi materi. Uang transport dan uang saku peserta harus lebih di perhatikan, dan memberikan bonus atau reward manakala peserta dari Jawa Tengah bisa menjadi juara MTQ di tingkat
64
Dokumen data Peran LPTQ Jawa Tengah
Nasional. Hal ini bisa memacu semangat dan perjuangan para peserta agar lebih maksimal saat tampil di mimbar Tilawah di Level Nasional65. Namun tidak semudah yang di bayangkan untuk merealisasikan semua program kerja, program kegiatan tahunan, dan efektifitas peran LPTQ Jawa Tengah. Banyak sekali kendala yang dihadapi, diantaranya meliputi: 1. Dana Minimnya dana adalah kendala yang paling menonjol. Dana LPTQ Jawa Tengah yang terbatas baik dari dana masyarakat lewat nikah maupun APBD Jawa Tengah, dan pihak-pihak terkait sementara kebutuhan dan jenis kegiatan makin bertambah. 2. Sumber Daya Manusia. SDM di bidang al Qur’an terasa makin berkurang dan langka. Hal ini bukan berarti tidak ada para pembina al Qur’an atau berkurangnya orang-orang yang berkemampuan, namun lebih bersifat kasus eksternal. Mereka tidak mau menekuni keahliannya itu karena tuntutan ekonomi yang tidak seimbang dengan kebutuhan. Selain itu masih adanya persaingan yang tidak sehat dengan praktek pencarian bibit-bibit Jawa Tengah untuk membela propinsi lain dengan dijanjikan imbalan yang besar. Dari beberapa kendala diatas, maka LPTQ Jawa Tengah perlu mengadakan evaluasi program kerja dan program kegiatan tahunan agar kegiatan yang akan dilakukan di tahun berikutnya bisa lebih meningkat dan kinerja serta peran LPTQ Jawa Tengah bisa lebih maksimal sehingga prestasi bisa terus menanjak dan bisa bersaing di MTQ tingkat Nasional. Oleh karena itu, LPTQ Jawa Tengah harus segera mencari solusi dan pemecahan masalahnya untuk mengatasi masalah penurunan prestasi Tilawah di Level Nasional. Ada beberapa strategi dan pemecahan masalah yang telah dicanangkan oleh LPTQ propinsi Jawa Tengah, diantaranya:
65
Wawancara dengan H. Masyhudi selaku ketua kafilah Jawa Tengah dalam MTQ Nasional di Bengkulu 2010, pada Tanggal 18 Oktober 2010, pukul 09.00 WIB.
1. Meningkatkan volume dan kualitas pelatihan, baik ditingkat Propinsi maupun Kab/ Ko. 2. Mendirikan sentral diklat ditingkat Propinsi dan Kabupaten 3. Menyelenggarakan pelatihan Dewan Hakim secara kontinu dan periodik 4. Meningkatkan apresiasi kepada para terbaik melalui usulan APBD I 5. Menambah semangat kepada para peserta untuk mencintai daerah melalui peningkatan penghargaan dan pemikiran masa depan mereka.66 Selain itu berdasarkan pelaksanaan program kerja tahun 2005-2010, beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian pada masa yang akan datang adalah : 1. Penyelenggaraan MTQ baik MTQ Pelajar, Mahasiswa, MTQ Umum maupun STQ sudah berjalan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan; 2. Koordinasi dengan instansi dan kerja sama dengan pihak terkait perlu dipertahankan dan ditingkatkan; 3. Perhatian oleh pihak-pihak terkait dan masyarakat terhadap kegiatan LPTQ sudah makin intens; 4. Kegiatan program kerja belum dapat dilaksanakan secara optimal karena keterbatasan waktu dan dana yang tersedia; 5. Kepengurusan LPTQ belum dapat berfungsi secara maksimal karena faktor mutasi atau kesibukan tugas dinas. 6. Penghargaan peserta terbaik MTQ/STQ belum memadai seperti biaya umroh, ibadah haji maupun prioritas menjadi PNS; 7. Kualitas peserta masih ada yang belum memenuhi standar nasional; 8. Pembina/pelatih yang sesuai dengan standar nasional jumlahnya terbatas; 9. Adanya kabupaten / kota yang tidak mengikuti kegiatan MTQ; 10. Bantuan dana melalui APBD I maupun APBD II perlu ditingkatkan untuk menunjang kegiatan LPTQ; 11. Himbauan terhadap instansi/jawatan tingkat I, II serta perusahaan untuk ikut serta menyukseskan program pemasyarakatan baca tulis al Qur’an
66
Dokumen data selayang pandang LPTQ Jawa Tengah
bagi karyawan-karyawati yang beragama Islam di lingkungan masingmasing; 12. Pembentukan TPQ/pendidikan baca tulis al Qur’an sebagai muatan lokal bagi pendidikan umum tingkat dasar, menengah sebagai ekstra kurikuler wajib bagi siswa yang beragama Islam67. Setelah mengadakan beberapa evaluasi, LPTQ Jawa Tengah diharapkan mampu merespon perkembangan tersebut, dengan 1. Mengembankan paradigma baru yaitu LPTQ sebagai organisasi pembina kegiatan pemahaman, pendalaman dan penghayatan Al Qur’an yang mandiri, mantap dan profesional; 2. Meningkatkan peran LPTQ dalam pembinaan umat, khususnya pembinaan baca tulis, pemahaman dan kajian serta pengamalan isi dan kandungan Al Qur’an sejak usia dini; 3. Meningkatkan kerja sama, perhatian dan peran aktif instansi/lembaga terkait terhadap program kerja LPTQ.
67
Dokumen data Program kerja LPTQ Jawa Tengah
BAB IV ANALISIS PERAN LEMBAGA PENGEMBANGAN TILAWATIL QUR’AN JAWA TENGAH DALAM MENINGKATKAN PRESTASI TILAWATIL QUR’AN BAGI QORI’ DAN QORI’AH TAHUN 2005-2010
A. Prestasi Tilawatil Qur’an LPTQ Jawa Tengah Musabaqah Tilawatil Qur’an tingkat Nasional merupakan kegiatan yang diadakan setiap tahun oleh Kementerian Agama Republik Indonesia. Kegiatan tersebut diharapkan mampu mewujudkan masyarakat Indonesia yang Qur’ani, berakhlaqul karimah, berdasarkan Al-Qur’an yang merupakan pedoman hidup bagi ummat islam. Selain itu kegiatan tersebut bertujuan untuk menghasilkan Qori’ dan Qori’ah yang handal dan bertalenta. Sehingga dapat mewakili Negara Indonesia di tingkat Asia Tenggara atau bahkan tingkat Internasional. Oleh karena itu setiap Kafilah dari masing-masing propinsi yang ada di Indonesia belomba-lomba untuk menjadi yang terbaik dan berusaha untuk menjadi juara umum. Propinsi Jawa Tengah merupakan salah satu Propinsi yang dipandang mempunyai kekuatan yang bagus oleh propinsi lain. Banyak Qori’ dan Qori’ah yang mempunyai kemampuan dan talenta yang luar biasa sehingga mampu bersaing dengan peserta lain dalam event MTQ Nasional. Maka dari itu LPTQ Jawa Tengah yang merupakan Lembaga yang menangani MTQ tidak henti-hentinya untuk berusaha mengembangkan potensi para Qori’ dan Qori’ah agar selalu menjadi yang terbaik sehingga prestasi Tilawatil Qur’an LPTQ Jawa Tengah di tingkat Nasional semakin meningkat. Namun semua itu tidak semudah membalikkan telapak tangan, karena persaingan semakin tahun semakin berat. Banyak juga Qori’ dan Qori’ah yang bermunculan dengan kekuatan yang luar biasa. Hal ini harus diwaspadai oleh LPTQ Jawa Tengah agar prestasi Tilawatil Qur’an bisa tetap meningkat, karena Jawa Tengah itu punya Kans untuk menjadi yang terbaik dan bisa memberikan persaingan yang ketat dengan Propinsi-propinsi yang lain.
Akan tetapi akhir-akhir ini prestasi Tilawatil Qur’an LPTQ Jawa Tengah tengah mengalami kemerosotan. Dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2010, peringkat Propinsi Jawa Tengah dalam MTQ Nasional semakin menurun. Hal ini berdasarkan peringkat LPTQ Jawa Tengah dari tahun 20052010 sebagai berikut: 1. STQ Nasional tahun 2005 di Gorontalo, LPTQ Jawa Tengah menjadi peringkat ke 6 2. MTQ Nasional tahun 2006 di Kendari, LPTQ Jawa Tengah menjadi peringkat ke 5 3. STQ Nasional tahun 2007 di Jakarta, LPTQ Jawa Tengah menjadi peringkat ke 5 4. MTQ Nasional tahun 2008 di Banten, LPTQ Jawa Tengah menjadi peringkat ke 5 5. STQ Nasional tahun 2009 di Jakarta, LPTQ Jawa Tengah menjadi peringkat ke 6. 6. MTQ Nasional tahun 2010 di Bengkulu, LPTQ Jawa Tengah menjadi peringkat ke 13. 68 Dari data diatas memang nyata kalau prestasi Tilawatil Qur’an LPTQ Jawa Tengah mengalami grafik yang menurun. Padahal segala sesuatu sudah di persiapkan jauh sebelum pelaksanaan MTQ dan STQ Nasional di laksanakan. Baik dari seleksi, pembinaan dan pelatihan, serta studi banding ke Jakarta. Namun usaha yang dilakukan LPTQ Jawa tengah belum bisa membawa hasil yang maksimal serta menghasilkan prestasi yang gemilang dan menggembirakan, hal ini ternyata di pengaruhi oleh faktor penguasaan materi tilawah dari peserta Jawa Tengah yang belum mumpuni. Materi tilawah tersebut adalah bidang Tajwid, Fashohah dan Lagu. 1. Bidang tajwid Tajwid merupakan materi utama dalam Tilawatil Qur’an yang harus diperhatikan. Akan tetapi Para Qori’ dan Qori’ah Jawa Tengah masih sering terjadi kesalahan dalam bidang tajwid. Mereka sering 68
Data prestasi LPTQ Jawa Tengah dalam MTQ dan STQ tingkat Nasional
melakukan kesalahan jali (berat) dan khofi (ringan). Untuk itu seharusnya para peserta lebih cermat dalam membaca dan konsentrasi saat tampil, agar kesalahan tidak terjadi. 2. Bidang fashohah Bidang fashohah atau adab dalam membaca tilawah sangat banyak macamnya. Yang sering terjadi kesalahan adalah dalam hal waqaf dan ibtida’. Sering sekali peserta Jawa Tengah mengalami kesalahan tersebut. 3. Bidang lagu dan suara Setiap peserta yang tampil di tingkat Nasional sudah dipastikan mempunyai suara yang tinggi dan power yang kuat. Selain itu penguasaan lagu dan irama sudah bagus. Akan tetapi yang membedakan adalah pada gaya atau improvisasi saat melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an. Peserta dari jawa tengah terkesan masih kaku dan tidak maksimal saat tampil, sehingga suara dan irama yang dikeluarkan menjadi kurang merdu dan terkesan monoton. Materi tilawah yang harus dikuasai lebih mendalam oleh para Qori’ dan Qori’ah adalah bidang Tajwid, di antaranya sebagai berikut: a) Makharij al Huruf, b) Sifat al Huruf, c) Ahkam al Huruf, dan d) Ahkam al Mad wa al Qashar. Selanjutnya adalah bidang fashohah, yang meliputi: a) Ahkam al Waqf wa al Ibtida’, b) Mura’at al Huruf wa al Harakat, dan c) Muro’at al Kalimat wa al Ayat.69 Antara tajwid dan fashohah saling keterkaitan, ketika tajwid terjadi kesalahan maka fashohah juga akan terkena pengurangan. Selain itu materi tilawah yang harus dikuasai adalah Bidang suara dan lagu. Bidang suara meliputi: a) Kejernihan/kebeningan suara, b) Kehalusan, c) Kenyaringan, d) Keutuhan, dan e) Pengaturan nafas. Sedangkan bidang lagu meliputi: a) Lagu permulaan, b) Jumlah lagu, c) Peralihan keutuhan tempo lagu, d) Irama dan gaya, dan e) Variasi. 70 Lagu yang ditampilkan harus sesuai
69
Materi Pendidikan Guru Pengajar Al-Qur’an (PGPQ) Marhalatul Ula, diterbitkan oleh FUSPAQ Kab Kendal 2010, hlm. 1 70 Buku Materi Penataran, Pelatihan dan Peningkatan Mutu Dewan Hakim Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ) Tingkat Propinsi Jawa Tengah tanggal 29-31 Maret 2004 di Wisma Haji Armina Donohudan Boyolali.
kaidah yang berlaku dalam dunia MTQ. Bahkan perkembangan lagu semakin lama semakin berkembang pesat. Semua perkembangan itu hendaknya dikuasai oleh peserta agar bisa tampil secara maksimal dan bisa meraih hasil yang baik pula. Selain itu juga dipengaruhi oleh faktor mental. Mentalitas seorang Qori’ dan Qori’ah dalam mengikuti MTQ dan STQ tingkat Nasional dibutuhkan Mental yang kuat. Mental yang kuat bisa terwujud dari usahausaha, diantaranya: 1. Latihan dan pengembangan kemampuan secara rutin dan berkelanjutan. Pelatihan dan pembinaan sebelum berlomba harus rutin, karena dengan rutinitas latihan penampilan saat berlomba bisa lebih baik dan bisa tampil sesuai yang diharapkan. 2. Menjaga kesehatan badan agar tetap fit. Kesehatan sangat penting untuk menampilkan performance yang terbaik saat lomba. Ketika peserta mengalami sakit seperti batuk, pilek, dan yang lainnya maka tidak ada toleransi dari pihak dewan hakim dan panitia, jadi menjaga kesehatan sebelum berlomba itu harus dan wajib dilaksanakan. 3. Meningkatkan usaha batin agar lebih istiqomah Usaha batin merupakan usaha yang dijadikan jembatan untuk meraih sukses. Usaha batin banyak macamnya, yang pada intinya sama-sama mendekatkan diri pada Allah untuk memohon pertolongan agar bisa tampil maksimal dan bisa meraih sukses dalam mengikuti MTQ dan STQ. 4. Selalu mengadakan studi banding di luar daerah Meningkatkan kemampuan secara individu tidak cukup untuk meraih prestasi, oleh karena itu diadakannya studi banding ke daerah lain dipandang perlu untuk membandingkan kelebihan dan kekurangan, sehingga bisa diambil manfaatnya dan bisa mendapatkan ilmu yang belum didapat di daerah asal. 5. Jam terbang dalam mengikuti MTQ dan STQ Jam
terbang
dan
pengalaman
dari
masing-masing
peserta
bisa
mempengaruhi mental juara. Peserta yang sudah memiliki banyak jam
terbang akan lebih bisa menguasai suasana dan akan lebih tenang saat tampil dibandingkan peserta yang baru pertama kali mengikuti MTQ ataupun STQ. Oleh karena itu, untuk menghasilkan sesuatu yang memuaskan terutama pencapaian prestasi MTQ yang di inginkan oleh LPTQ jawa tengah sangat memerlukan usaha yang lebih baik lagi dan harus banyak melakukan evaluasi. Selain itu peningkatan peran LPTQ juga harus lebih baik agar kegagalan tidak terus menyertai Kafilah Propinsi Jawa Tengah dalam mengikuti MTQ tingkat Nasional yang diadakan setiap tahun.
B. Peran LPTQ Jawa Tengah dalam meningkatkan Prestasi Tilawatil Qur’an. Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an Jawa Tengah adalah suatu lembaga yang berada di bawah naungan Kementerian Agama Propinsi Jawa Tengah. Salah satu tugasnya adalah bergerak di bidang keagamaan yang menangani masalah MTQ dan STQ. LPTQ jawa tengah sangat sentral peranannya dalam meningkatkan prestasi Tilawatil Qur’an. Banyak hal yang harus dilakukan bahkan di tingkatkan untuk eksistensi prestasi kafilah Jawa Tengah dalam MTQ Nasional. Peran LPTQ Jawa Tengah memang sudah baik, namun tidak dibarengi oleh prestasi yang baik pula. Hal ini menjadikan PR yang sangat penting bagi kemajuan LPTQ jawa Tengah untuk selalu berprestasi. Peran LPTQ Jawa Tengah sangat penting dalam meningkatkan prestasi Tilawatil Qur’an. Sudah banyak peran yang dilaksanakan, akan tetapi prestasi gemilang tidak kunjung datang. Berdasarkan data prestasi diatas tentang peringkat propinsi Jawa Tengah dalam kurun waktu 2005-2010 mengalami penurunan. Padahal LPTQ Jawa Tengah sudah berusaha keras untuk bersaing di dalam kancah MTQ dan STQ tingkat Nasional. Berbagai upaya juga sudah dilakukan seperti Mengadakan MTQ dari tingkat bawah (Kecamatan dan Kabupaten), Mengadakan MTQ di tingkat Propinsi Jawa Tengah, Mengadakan pelatihan Dewan Hakim tingkat Propinsi
Jawa Tengah, Mengadakan pelatihan dan pembinaan bagi Qori dan Qoriah terbaik di tingkat Propinsi jawa Tengah, Mendatangkan Pelatih dan Pembina yang sudah mempunyai prestasi Tilawah di Tingkat Internasional, Mengirim para peserta terbaik dari Jawa Tengah untuk melakukan Pelatihan dan Studi Banding di Baitul Qurro’ Ciputat Jakarta, Memperhatikan kesejahteraan peserta ketika akan mengikuti MTQ tingkat Nasional. Namun ternyata semua itu belum cukup untuk mendongkrak prestasi Jawa tengah dalam MTQ dan STQ Nasional. Setelah diadakan evaluasi secara mendasar dan seksama, faktor yang paling mempengaruhi turunnya prestasi adalah faktor penguasaan materi, mental dari setiap peserta dan penghargaan kepada sang juara. 1. Penguasaan materi Tilawatil Qur’an Penguasaan materi meliputi Tajwid, fashohah, dan suara lagu. Ketiga hal tersebut mutlak harus dikuasai oleh seorang Qori’ dan Qori’ah. Penguasaan Materi Tilawah dari peserta Jawa Tengah sudah maksimal ketika diadakan pelatihan, pembinaan, dan pemantapan sebelum berlaga di MTQ Nasional. Namun semua itu belum bisa dimaksimalkan ketika tampil di mimbar tilawah, hal itu karena masih banyak Qori’ dan Qori’ah yang tidak
didampingi
oleh
pelatih.
Mereka
mengarang
lagu
dan
mengaransemen irama dengan kemampuan sendiri, masih sering terjadi kesalahan jali, dan kurang sempurna dalam hal fashohah adab. Oleh karena itu LPTQ Jawa Tengah harus memperbanyak pelatih yang diikutkan ke MTQ Nasional, jangan memperbanyak Official. Karena terkadang setiap peserta tampil dalam waktu yang bersamaan, baik golongan anak-anak, remaja, dan dewasa. Setiap golongan hendaknya didampingi oleh seorang pelatih yang ahli dan profesional, agar peserta bisa tampil lebih maksimal dan terhindar dari kesalahan. 2. Mental Mental sangat dibutuhkan oleh peserta dalam mengikuti MTQ. Mental sangat berpengaruh terhadap penampilan di atas mimbar Tilawah.
Beberapa hal yang mempengaruhi mental yaitu, dukungan keluarga, sering try out, Taqarrub kepada Allah, Keikhlasan, Akhlaqul karimah71. Oleh karena itu, LPTQ Jawa Tengah harus segera mengambil langkah dalam membina mental bagi para Qori’ dan Qori’ah. Secara kemampuan dan bakat yang dimiliki oleh setiap Qori dan Qori’ah dari Jawa Tengah setara dengan para peserta dari Propinsi lain. Mereka samasama mempunyai suara tinggi, nafas panjang, penguasaan irama dan lagu yang baik dan inovatif, penguasaan tajwid yang baik dan benar, serta yang lainnya yang berhubungan dengan dunia MTQ. Namun disini adalah mental yang menjadi penentu untuk menjadi yang terbaik Mental yang baik adalah dimana ketika berlomba tidak ada rasa grogi, minder, atau bahkan takut dengan lawan-lawan dari propinsi lain. LPTQ Jawa Tengah harus memacu semangat para peserta agar tidak grogi atau demam panggung dengan seringnya mengadakan studi banding ke daerah lain. Selain itu harus memberikan pengertian dan penjelasan kepada para Qori’ dan Qori’ah untuk selalu berusaha meningkatkan usaha batiniah secara individu. Usaha batin tersebut bisa dilakukan dengan berdoa, mengamalkan ijazah doa, puasa, sholat sunnah, memohon karomah para wali dengan berziarah, dan lain-lain. Karena semuanya itu sangat berpengaruh terhadap penampilan peserta, ketenangan peserta, dan rasa tawadzu’ peserta terhadap Al-Qur’an saat tampil di mimbar Tilawah. Selain mental yang berhubungan dengan usaha batin, ternyata mental para peserta dari Jawa Tengah down karena beban yang dipikul oleh peserta untuk tampil baik dan harus menjadi juara. Hal ini yang seharusnya tidak dilakukan oleh LPTQ Jawa Tengah untuk membebani para peserta agar menjadi juara, LPTQ Jawa Tengah seharusnya memberi semangat kepada Qori’ dan Qori’ah untuk tampil maksimal dan menampilkan yang terbaik tanpa membebani harus menang dan menjadi juara. Semua peserta yang mengikuti MTQ dan STQ ingin menjadi juara,
71
Ibid
akan tetapi peserta yang terbebani harus menjadi juara justru mental mereka menjadi turun dan tidak ada rasa percaya diri. Oleh karena itu, untuk meningkatkan prestasi Tilawah hendaknya LPTQ Jawa Tengah tidak serta merta dan secara langsung memberikan beban harus menang kepada setiap peserta. Berilah pengertian, semangat, dan dukungan untuk tampil maksimal, karena kalau peserta sudah tampil baik dan maksimal Insya Allah juara akan dapat di genggam dan pasti menjadi yang terbaik. 3. Penghargaan terhadap para pemenang Hadiah bagi predikat peserta terbaik harus ditingkatkan, bonus haji bagi para pemenang selalu ada, kesejahteraan bagi para pelatih dan Dewan hakim harus diperhatikan, member beasiswa bagi para peserta yang berprestasi, menyediakan maktabah Shoutiyyah (kaset, CD, VCD, DVD) para Qurra’ yang Masyhur terutama dari Timur Tengah, menyediakan maktabah (Library)72. Oleh karena itu, penghargaan sangat penting bagi setiap pemenang dalam kejuaraan apapun, karena penghargaan yang layak akan menambah semangat peserta untuk meningkatkan kemampuan dan mempertahankan prestasinya. Dalam hal ini peran LPTQ Jawa Tengah untuk memberikan penghargaan kepada para Qori’ dan Qori’ah masih belum maksimal. Informasi terakhir yang didapat dari salah satu sumber yang mengatakan bahwa yang berhasil menjadi juara satu tingkat Nasional akan diberikan Penghargaan sebesar tiga puluh juta rupiah, juara dua mendapatkan dua puluh juta rupiah, sedangkan juara tiga mendapatkan sepuluh juta rupiah. Penghargaan berupa materi yang dikeluarkan oleh LPTQ Jawa Tengah kepada para pemenang MTQ Nasional jauh lebih sedikit dibandingkan penghargaan yang diberikan dari Propinsi lain. Propinsi Papua Barat memberikan penghargaan kepada peserta terbaik pertama berupa mobil innova, hadiah haji, dan uang sebesar lima puluh juta rupiah. Propinsi Nangroe Aceh Darussalam memberikan penghargaan kepada 72
Ibid
pemenang berupa uang tunai sebesar seratus lima puluh juta rupiah. Hal ini sungguh fantastik dan luar biasa ketika propinsi lain terutama Papua Barat mampu memberikan penghargaan sebesar itu. Itu merupakan daya tarik dan penambah semangat para Qori’ dan Qori’ah ketika tampil. Meskipun tujuan utama tidak masalah materi melainkan mensiarkan Islam lewat Al-Qur’an. Oleh karena itu bagaimana peran LPTQ Jawa Tengah dalam hal memberikan penghargaan. LPTQ Jawa Tengah harus berani dalam memberikan penghargaan yang besar bagi para pemenang. Agar para Qori’ dan Qori’ah Jawa Tengah mempunyai semangat untuk menampilkan yang terbaik dan yang jelas mereka tidak meninggalkan Jawa Tengah untuk mewakili Propinsi lain yang kesejahteraan materinya lebih baik dan lebih diperhatikan. Banyak Qori’ dan Qori’ah Jawa Tengah yang justru mewakili Propinsi lain seperti Ustadz Herfan yang mewakili Yogyakarta dalam MTQ Nasional tahun 2010 di Bengkulu dan ironisnya beliau menjadi juara pertama cabang Qiro’ah Sab’ah. Hal ini sungguh sangat disayangkan. Dari itu semua, sudah waktunya LPTQ Jawa Tengah bangkit untuk meraih prestasi dan menjadi yang terbaik dalam MTQ dan STQ Nasional. Hal itu bisa dilakukan dengan mengadakan evaluasi tentang kekurangan dan kendala yang setiap tahun terjadi. Dan yang paling penting peran yang sudah ada dan terlaksana hendaknya lebih di tingkatkan dengan berkaca pada Propinsi lain yang sudah mampu berperan lebih baik. LPTQ Jawa Tengah selalu punya peluang dan kans untuk berprestasi dalam MTQ dan STQ tingkat Nasional.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan uraian pada keseluruhan bab-bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Propinsi Jawa Tengah merupakan salah satu Propinsi yang dipandang mempunyai kekuatan yang bagus oleh propinsi lain. Banyak Qori’ dan Qori’ah yang mempunyai kemampuan dan talenta yang luar biasa sehingga mampu bersaing dengan peserta lain dalam event MTQ Nasional. Maka dari itu LPTQ Jawa Tengah yang merupakan Lembaga yang menangani MTQ tidak henti-hentinya untuk berusaha mengembangkan potensi para Qori’ dan Qori’ah agar selalu menjadi yang terbaik sehingga prestasi Tilawatil Qur’an LPTQ Jawa Tengah di tingkat Nasional semakin meningkat. Akan tetapi akhir-akhir ini prestasi Tilawatil Qur’an LPTQ Jawa Tengah tengah mengalami kemerosotan. Dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2010, peringkat Propinsi Jawa Tengah dalam MTQ Nasional semakin menurun. Namun usaha yang dilakukan LPTQ Jawa tengah belum bisa membawa hasil yang maksimal serta menghasilkan prestasi yang gemilang dan menggembirakan, hal ini ternyata di pengaruhi oleh faktor penguasaan materi tilawah dari peserta Jawa Tengah yang belum mumpuni. Materi tilawah tersebut adalah bidang Tajwid, Fashohah dan Lagu. Selain itu juga dipengaruhi oleh faktor mental. Mentalitas seorang Qori’ dan Qori’ah dalam mengikuti MTQ dan STQ tingkat Nasional dibutuhkan Mental yang kuat. Oleh karena itu, untuk menghasilkan sesuatu yang memuaskan terutama pencapaian prestasi MTQ yang di inginkan oleh LPTQ jawa tengah sangat memerlukan usaha yang lebih baik lagi dan harus banyak melakukan evaluasi. Selain itu peningkatan peran LPTQ juga harus lebih baik agar kegagalan tidak terus menyertai Kafilah Propinsi Jawa Tengah dalam mengikuti MTQ tingkat Nasional yang diadakan setiap tahun.
2. Peran LPTQ Jawa Tengah diantaranya: a. Mengadakan MTQ dari tingkat bawah (Kecamatan dan Kabupaten), hal ini dimaksudkan untuk menyaring dan menemukan bibit-bibit Qori’ dan Qori’ah yang benar-benar mempunyai potensi dan bakat alam, sehingga bisa tercipta seorang Qori’ dan Qor’iah yang handal. b. Mengadakan MTQ di tingkat Propinsi Jawa Tengah. Kegiatan ini dilakukan untuk memperlombakan peserta Tilawah yang terbaik dari masing-masing daerah kabupaten atau kota madya, agar lebih kompetitif dan menemukan bibit Qori’ dan Qori’ah yang memang unggulan dan berbakat. c. Mengadakan pelatihan Dewan Hakim tingkat Propinsi Jawa Tengah, agar tercipta dewan Hakim yang berkompeten sesuai bidangnya masing-masing. Agar dalam menilai bisa lebih Profesional dan jauh dari unsur subyektifitas, sehingga diperoleh peserta yang benar-benar terbaik. d. Mengadakan pelatihan dan pembinaan bagi Qori dan Qoriah terbaik di tingkat Propinsi Jawa Tengah. Pelatihan dan pembinaan tersebut harus bersifat continue, berkelanjutan, dan terprogram. Pelatihan tidak hanya dilakukan untuk menghadapi MTQ Nasional atau Internasional saja, akan tetapi harus dilakukan secara berkala dan efektif. e. Mendatangkan Pelatih dan Pembina yang sudah mempunyai prestasi Tilawah di Tingkat Internasional, seperti Dra. Hj Maria Ulfa dari Jakarta (juara MTQ Nasional di Arab Saudi), H. Mukmin Ainul Mubaraq dari Jawa Barat (juara MTQ Asia Tenggara di Malaysia), H.Syaiful Munir dari Jawa Timur (Juara MTQ Internasional di Turki). f. Mengirim para peserta terbaik dari Jawa Tengah untuk melakukan Pelatihan dan Studi Banding di Baitul Qurro’ Ciputat Jakarta. Hal ini dimaksudkan untuk menambah ilmu pengetahuan Tilawah dan menambah wacana tentang Tilawatil Qur’an. g. Memperhatikan kesejahteraan peserta ketika akan mengikuti MTQ tingkat Nasional. Peserta harus diperhatikan secara khusus, selain dari
pelatihan, peserta harus diperhatikan dari segi materi. Uang transport dan uang saku peserta harus lebih di perhatikan, dan memberikan bonus atau reward manakala peserta dari Jawa Tengah bisa menjadi juara MTQ di tingkat Nasional. Hal ini bisa memacu semangat dan perjuangan para peserta agar lebih maksimal saat tampil di mimbar Tilawah di Level Nasional.
B. Saran-saran Sesuai dengan permasalahan yang menjadi obyek kajian, penyusun skripsi ingin mengemukakan beberapa saran yang dirasa perlu, yaitu sebagai berikut: 1. Kepada peneliti lain untuk bisa meneliti ulang masalah ini, sebab hasil penelitian ini mungkin masih jauh dari sempurna. Hal ini dikarenakan semata-mata keterbatasan pengetahuan dan metodologi penulis, namun demikian semoga hasil penelitian ini bisa dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya. 2. Demi kemajuan LPTQ Jawa Tengah, maka untuk semua Qori’ dan Qori’ah supaya dapat memberikan kontribusi pemikiran maupun material untuk mendukung segala sesuatu yang dilakukan dalam rangka pengelolaan sumber daya yang dimiliki agar dapat meningkatkan prestasi. 3. Diperlukan penanganan yang serius untuk perkembangan dan kemajuan LPTQ Jawa Tengah. Oleh sebab itu, semua pihak diharapkan ikut andil dalam meningkatkan Prestasi Tilawatil Qur’an Jawa Tengah 4. LPTQ Jawa Tengah jangan memberikan Beban untuk menang kepada peserta MTQ ketika akan berlaga di MTQ Nasional. 5. Peran LPTQ Jawa Tengah
sangat penting dalam memberikan
pemahaman, pengarahan, dan pembinaan terhadap para Qori’ dan Qori’ah. Oleh karena itu, LPTQ Jawa tengah harus berusaha seoptimal mungkin untuk meningkatkan peranannya.
C. PENUTUP Dengan mengucapkan rasa syukur alhamdulillah kepada Allah SWT atas anugerah, rahmat, hidayah serta inayah-Nya sehingga skripsi ini telah terselesaikan dengan baik. Penulis menyadari sepenuhnya atas segala kekurangan dan kekhilafan baik kata-kata, kalimat maupun susunannya. Penulis menyadari pula bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Dan dengan kerendahan hati, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak guna perbaikan dan penyempurnaan terhadap kekurangan dan kelemahannya. Mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat
bagi penulis
khususnya dan pembaca pada umumnya serta mudah-mudahan dapat memberikan kontribusi kepada LPTQ Jawa Tengah dalam meningkatkan prestasinya. Akhirnya, kesempurnaan dan kebenaran hanya milik Allah SWT, semoga skripsi ini dapat bermanfaat dalam menambah khazanah pemikiran keislaman. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Abdussyaafiy, Muhammad Abussalam, Musnad Imam Ahmad bin Hambal, Juz 4, Bairut: Darul Kutb, tt. Ahmadi, Abu, Metodologi penelitian, Bumi Aksara, Jakarta, 1997. Arifin, Zainal, Evaluasi Instruksional: Prinsip, Teknik, Prosedur, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1991, cet 3. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, edisi Revisi VI, Jakarta : Rineka Cipta, 2006. Buku Panduan MTQ Nasional V Antar Pondok Pesantren se-Indonesia 2006, Jakarta: Pimpinan Pusat Jam’iyyatul Qurra’ Wal Hufazh, 2006. Dagun, Save M, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, Jakarta: Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara, 2006, cet. 5. Danim, Sudarwan, Menjadi Peneliti Kualitatif, Bandung : Pustaka Setia, 2002. Depag RI, Pedoman Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an, Jakarta: Depag, 1997. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2006, cet. 3. Gulo, W., Metodologi Penelitian, Jakarta : PT. Gramedia, 2004. Hadi, Soetrisno, Metodologi Research, Yogyakarta; Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi, Jilid I, 1980. http://quran.al-islam.com/Ahkam/Tree.asp?ID=48&t=TreeSub&RecNo=48&l= ind& Parnt=1. (10 Juli 2009, 16.18 WIB) http://www.ditjenbimasislam.co.id/lptq-info/ (6 April 2010, 11.15 WIB) Imam Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Muhirah bin Bardzbah Al-Bukhari Al-Ja’fiy, Shahih Bukhari, Juz.5, Bairut: Darul Kutb, tt. Margono, Metode Penelitian Pendidikan, Jakarta; Rieneka Cipta, Cet I, 1997. Moleong, Lexy J., Metode Penelitian Kualitatif (edisi revisi), Bandung; Remaja Rosda Karya, 1995.
Muhadjir, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta : Rake Serasin, 1996. Pedoman Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an, Jakarta: Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an Tingkat Nasional, 1992. Poerwadarminta, WJS., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1999. Qardhawi, Yusuf, Berinteraksi dengan Al-Qur’an, Jakarta: Gema Insani Press, 1999. Qomhawi, Muh. Sodiq, Al-Burhan, Mesir: Al-Azhar, t.th. Subagyo, Djoko, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, Jakarta; Rineka Cipta , 1997. Suryabrata, Sumadi, Metodologi Penelitian, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1995, cet. XI. Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Rosdakarya, 2006, cet. 12. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002, Cet. II.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
: Nur Haniif Laili
Tempat, Tgl. Lahir
: Kendal, 19 Juni 1987
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Suku / Bangsa
: Jawa / Indonesia
Alamat
: Desa Kalirejo RT 06 RW 05 Kec. Kangkung Kab. Kendal 51353
Riwayat Pendidikan :
1. SDN 03 Cepiring
Lulus Tahun 1999
2. SMPN 1 Cepiring
Lulus Tahun 2002
3. SMAN 1 Kendal
Lulus Tahun 2005
4. IAIN Walisongo
Angkatan 2005
Demikian Daftar Riwayat Pendidikan ini dibuat dengan sebenar–benarnya.
Semarang,
Desember 2010
Penulis
Nur Haniif Laili NIM. 053111347