PERTUMBUHAN KARANG Acropora formosa DENGAN TEKNIK TRANSPLANTASI PADA UKURAN FRAGMEN YANG BERBEDA Jipriandi1, Arief Pratomo2, Henky Irawan2 1 2
Student of Marine Science Programme Study Lecture of Marine Science Programme Study
Program Studi Ilmu Kelautan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau E-mail :
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran fragmen yang berbeda terhadap pertumbuhan karang Acropora formosa dengan teknik transplantasi untuk mendapatkan ukuran fragmen optimal. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai Mei tahun 2013 di Desa Nyamuk Kecamatan Siantan Timur Kabupaten Kepulauan Anambas. Metode yang digunakan adalah Rancangan Bujursangkar Latin dalam bentuk bagan self conjugate square. Ukuran fragmen karang Acropora formosa diberi 7 perlakuan yaitu 20 mm, 40 mm, 60 mm, 80 mm, 100 mm, 120 mm, dan 140 mm dengan 7 kali pengulangan. Analisis data dengan uji One-Way ANOVA menunjukkan pertumbuhan mutlak tinggi dan laju pertumbuhan tinggi karang Acropora formosa terdapat pengaruh yang nyata terhadap perlakuan ukuran fragmen yang berbeda (p<0,05). Sedangkan analisis data yang sebaran datanya tidak normal dianalisis secara nonparametrik dengan uji Kruskal Wallis pada tingkat kelangsungan hidup karang Acropora formosa menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata terhadap ukuran fragmen yang berbeda (p>0,05) dan dilihat dari peringkat ratarata uji Kruskal Wallis didapat tingkat kelangsungan hidup tertinggi pada ukuran 80 mm, 100 mm, dan 140 mm. Fragmen optimal karang Acropora formosa dicapai oleh ukuran tinggi 80 mm dengan pola pertumbuhan vertikal dan sebagai pertumbuhan karang yang efisien dan efektif dalam pemanfaatan secara berkelanjutan. Kata Kunci : Transplantasi Karang, Fragmen Karang, Fragmen Optimal, Teknologi Karang, Acropora formosa
GROWTH OF THE Acropora formosa CORAL WITH TRANSPLANTATION TECHNIQUE ON DIFFERENT FRAGMENT SIZES ABSTRACT This research purposed to determine effect of different fragment sizes to growth of the Acropora formosa coral with transplantation technique to get optimal fragment size. This research had done on February until May 2013 in the Nyamuk Village, Siantan Timur Subdistrict, Anambas Islands District. The method used was Latin Square Design in form of self conjugate square chart. Sizes of the Acropora formosa coral fragment were given 7 treatments, namely 20 mm, 40 mm, 60 mm, 80 mm, 100 mm, 120 mm, and 140 mm with 7 repetitions. Analyze of data with One-Way ANOVA test showed high absolute growth and high growth rate of the Acropora formosa coral contained significant effect on treatments of different fragment sizes (p <0,05). While the analyze of data distribution unnormal, data were analyzed with nonparametric Kruskal-Wallis test on the survival rate of the Acropora formosa coral showed no significant effect on treatments of different fragment sizes (p> 0.05) and saw from mean rank of Kruskal Wallis test obtained level highest survival on size of 80 mm, 100 mm, and 140 mm. The optimal fragment of the Acropora formosa coral was reached by height size of 80 mm with a vertical growth pattern and as coral growth efficient and effective in sustainable use. Keywords : Coral Transplantation, Coral Fragment, Optimal Fragment, Coral Technology, Acropora formosa
PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang terletak pada pusat segitiga terumbu karang (the coral triangle) yang memiliki tingkat keanekaragaman yang tinggi (mega biodiversity) kelautan dunia dan merupakan salah satu ekosistem unik di dunia yang memiliki fungsi fisik, ekologis, ekonomis, kimia, dan estetika. Kurang lebih 14 persen terumbu karang dunia berada di Indonesia yang mencapai luas 75.000 kilometer persegi. Oleh karena luasnya, terumbu karang yang memiliki beragam manfaat merupakan sumberdaya alam yang besar bagi Indonesia. Seiring berjalannya waktu, kondisi terumbu karang di Indonesia mengalami degradasi yang cukup mengkhawatirkan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain tingginya pemanfaatan oleh manusia dan kerusakan akibat alam (Ikawati et al., 2001). Indonesia diperkirakan hanya 5,23 persen kondisi terumbu karang dalam kondisi sangat baik, 24,26 persen baik, 37,34 persen cukup, sedangkan 33,17 persen dalam kondisi rusak. Oleh karena itu, apabila tidak diantisipasi maka kekayaan dan potensi terumbu karang akan hilang (Coremap II, 2009). Melihat kenyataan di atas, maka sangat diperlukan upaya rehabilitasi terumbu karang. Transplantasi karang merupakan salah satu upaya rehabilitasi terumbu karang yang sudah ada dilakukan, namun belum ada ukuran fragmen karang yang optimal. Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh ukuran fragmen yang berbeda terhadap pertumbuhan mutlak, laju pertumbuhan, dan tingkat kelangsungan hidup karang Acropora formosa dengan teknik transplantasi dalam rangka untuk mendapatkan ukuran fragmen optimal sehingga penerapan dalam transplantasi karang menciptakan efisiensi dan efektifitas pemanfaatan secara berkelanjutan. Selain itu, sebagai informasi ilmiah yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan tentang teknologi transplantasi karang. METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Mei 2013 di Desa Nyamuk, Kecamatan Siantan Timur, Kabupaten Kepulauan Anambas.
Alat dan bahan yang digunakan adalah paralon ukuran 1 inch, gunting karang, keranjang berlubang, styrofoam box, kaliper 0,02 mm, jaring mesh size 2,2 m2, tali tangsi, kabel ties, gergaji halus, skop plester, peralatan skin dive dan scuba, sabak, pensil, aquaread, secchi disk, float tracking, pompong/speedboat, stopwatch, dan kamera bawah air. Sedangkan bahan yang digunakan adalah sampel karang Acropora formosa, semen beton, semen putih, pengeras semen, lem paralon, pasir, dan air laut. Metode yang digunakan adalah Rancangan Bujursangkar Latin dalam bentuk bagan self conjugate square. Ukuran fragmen karang Acropora formosa yang digunakan diberi 7 perlakuan yaitu 20 mm, 40 mm, 60 mm, 80 mm, 100 mm, 120 mm, dan 140 mm dengan 7 kali pengulangan. Penelitian dilakukan dengan tahap persiapan, tahap pelaksanaan, serta tahap pengamatan dan perawatan. Tahap persiapan terdiri dari menentukan jenis karang, asal usul karang, ukuran, penentuan lokasi, pembuatan substrat, pembuatan media tempel, dan pembuatan rak transplantasi. Tahap pelaksanaan terdiri dari pemilihan dan pemotongan karang, pelekatan fragmen pada susbstrat, penyusunan fragmen dalam keranjang, penempatan fragmen dalam rak transplantasi, dan penanaman. Tahap pengamatan terhadap pertumbuhan fragmen karang yang sudah ditanam dilakukan setiap satu kali dalam seminggu selama tiga bulan dengan pengontrolan secara intensif. Pemantauan pertumbuhan karang dilakukan dengan cara mengukur tinggi dan diameter fragmen karang. Pengukuran kualitas air dilakukan setiap awal dan akhir bulan selama tiga bulan secara in situ yaitu diukur langsung pada lokasi penelitian di kedalaman tanam karang transplantasi dengan parameter yang diukur adalah kecerahan, suhu, pH, oksigen terlarut, kecepatan arus, dan salinitas. Perawatan fragmen karang dilakukan secara teratur yaitu setiap satu kali dalam seminggu agar fragmen karang yang ditransplantasi tidak mengalami kematian dan perawatan dilakukan sejalan dengan pengamatan. Proses perawatan terdiri dari kegiatan pengecekan kondisi letak karang di rak transplantasi, kondisi kesehatan karang, pembersihan rak transplantasi, dan pengecekan kondisi rak transplantasi. Karang yang terjatuh dikondisikan ke posisi semula, karang yang
mati dibuang ataupun dipisahkan dari karang yang masih hidup agar meminimalisir proses penularan bleeching dan rak transplantasi yang rusak segera diperbaiki. Pertumbuhan karang yang diperoleh dikuantifikasi dengan rumus sebagai berikut. 1. Pertumbuhan Mutlak Tinggi atau Diameter Karang (Sadarun, 1999) βL = Lt - Lo Keterangan: βL = Pertumbuhan mutlak tinggi atau diameter (mm) Lt = Rata-rata tinggi atau diameter setelah bulan ke-t (mm) L0 = Rata-rata tinggi atau diameter pada waktu pengukuran awal (mm) 2. Laju Pertumbuhan Tinggi atau Diameter Karang (Effendie, 1979 dalam Syarifuddin, 2010) P= Keterangan: P = Capaian pertumbuhan karang (mm per minggu) Lt = Rata-rata tinggi atau diameter pada akhir penelitian (mm) L0 = Rata-rata tinggi atau diameter pada awal penelitian (mm) t = Waktu pengamatan (minggu) 3. Tingkat Kelangsungan Hidup Karang (Sadarun, 1999) SR = x 100 Keterangan: SR = Tingkat kelangsungan hidup karang yang ditransplantasi (%) Nt = Jumlah karang yang hidup pada akhir penelitian (koloni) N0 = Jumlah karang yang hidup pada awal penelitian (koloni) Analisis data dilakukan dengan uji OneWay ANOVA dan Post Hoc Duncan pada tingkat ketelitian 95%. Sebaran data yang tidak normal dianalisis secara nonparametrik dengan uji Kruskal Wallis. Penentuan ukuran fragmen karang optimal dilihat dari perlakuan ukuran fragmen karang sekecil mungkin tetapi memiliki parameter pertumbuhan yang tercepat atau tertinggi ataupun yang tidak berbeda nyata dari perlakuan dengan parameter pertumbuhan tercepat atau tertinggi.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan Karang Acropora formosa
Pertumbuhan mutlak tinggi dan diameter karang adalah selisih perubahan tinggi dan diameter karang pada akhir penelitian dengan awal penelitian. Hasil pengukuran pertumbuhan tinggi dan diameter karang Acropora formosa selama penelitian dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Pertumbuhan Karang Acropora formosa
Pertumbuhan mutlak tinggi tertinggi terdapat pada perlakuan E (8,57 mm) dan terendah terdapat pada perlakuan B (4,57 mm). Sedangkan pertumbuhan mutlak diameter tertinggi terdapat pada perlakuan B (2,57 mm) dan terendah terdapat pada perlakuan C dan G (1,71 mm). Analisis data pertumbuhan mutlak tinggi karang Acrofora formosa menggunakan uji One-Way ANOVA dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 1. Uji One-Way ANOVA pada Pertumbuhan Tinggi Mutlak Karang Acropora formosa
Between Groups Within Groups Total
Sum of Squares 90.816 264.571 355.388
df 6 42 48
Mean Square 15.136 6.299
F 2.403
Sig. .044
Berdasarkan uji One-Way ANOVA pada pertumbuhan tinggi mutlak karang Acropora formosa didapatkan bahwa nilai signifikan menunjukkan kurang dari α (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata dari pertumbuhan mutlak tinggi karang dan dapat dikatakan bahwa ukuran fragmen karang memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan mutlak tinggi fragmen karang. Oleh karena itu, dilakukan pengujian statistik lanjutan menggunakan uji Post Hoc Duncan dengan tingkat ketelitian 95% untuk melihat nilai perbedaan antara pertumbuhan mutlak tinggi karang pada setiap perlakuan.
Tabel 2. Uji Post Hoc Duncan pada Pertumbuhan Mutlak Tinggi Karang Acropora formosa Subset for alpha = 0.05 Perlakuan N 1 2 3 40 mm 7 4.57 60 mm 7 5.14 5.14 20 mm 7 5.29 5.29 80 mm 7 6.29 6.29 6.29 140 mm 7 7.00 7.00 7.00 120 mm 7 7.71 7.71 100 mm 7 8.57 Sig. .113 .093 .127
Berdasarkan uji Post Hoc Duncan dengan tingkat ketelitian 95% pada pertumbuhan mutlak tinggi karang Acropora formosa didapatkan bahwa nilai perbedaan pertumbuhan mutlak tinggi karang antarperlakuan diperoleh signifikan sebesar 0,113 mm untuk perlakuan B (40 mm), C (60 mm), A (20 mm) D (80 mm), dan G (140 mm), signifikan sebebsar 0.093 mm untuk perlakuan C (60 mm), A (20 mm), D (80 mm), G (140 mm), dan F (140 mm), dan signifikan sebesar 0,127 mm untuk perlakuan D (80 mm), G (140 mm), F (120 mm), dan E (100 mm). Hasil uji Post Hoc Duncan dengan tingkat ketelitian 95% ini, juga menunjukkan bahwa nilai perbedaan terbesar terdapat pada kelompok ketiga dan sebagai kelompok pertumbuhan tercepat selama penelitian. Pertumbuhan karang yang cepat ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti umur, bentuk, dan ukuran. Pertumbuhan karang yang umurnya lebih muda akan tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan karang yang umurnya lebih tua. Begitu juga dengan karang yang besar dan bercabang akan tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan karang yang kecil dan tidak bercabang. Hal ini didukung oleh Nybakken (1992) dalam Margono (2009) yang menyatakan bahwa koloni karang yang muda cenderung untuk tumbuh lebih cepat daripada koloni yang lebih tua, koloni karang yang besar dan bercabang cenderung untuk tumbuh lebih cepat daripada karang masif. Koloni karang dibentuk oleh ribuan hewan kecil yang disebut polip. Secara sederhana, karang terdiri dari satu polip yang mempunyai bentuk tubuh seperti tabung dengan mulut yang terletak di bagian atas dan dikelilingi oleh tentakel. Namun pada kebanyakan spesies, satu individu polip karang akan berkembang menjadi banyak individu yang disebut koloni. Oleh karena itu, semakin
banyak jumlah polip maka semakin besar kesempatan untuk memperoleh makanan bagi hewan karang dan cahaya bagi zooxanthellae sehingga apabila jumlah polip banyak maka diduga jumlah zooxanthellae juga lebih banyak sehingga laju proses kalsifikasi pun akan lebih cepat terjadi pada karang yang mempunyai banyak polip dibanding yang mempunyai sedikit polip. Laju Pertumbuhan Tinggi Karang Acropora formosa Laju pertumbuhan tinggi karang merupakan selisih perubahan tinggi karang pada setiap minggu pengamatan dari awal hingga akhir penelitian. Hasil pengukuran laju pertumbuhan tinggi karang Acropora formosa selama penelitian dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2. Laju Pertumbuhan Tinggi Karang Acropora formosa
Berdasarkan gambar laju pertumbuhan tinggi karang Acropora formosa pada masingmasing perlakuan di atas diperoleh rata-rata perminggu adalah pada perlakuan A (0,44 mm), B (0,38 mm), C (0,43 mm), D (0,52 mm), E (0,71 mm), F (0,64 mm), dan G (0,58 mm). Laju pertumbuhan tinggi karang tercepat terdapat pada perlakuan E (0,71 mm) dan laju pertumbuhan tinggi karang terendah terdapat pada perlakuan B (0,38 mm). Hasil analisis data laju pertumbuhan tinggi karang Acropora formosa perminggu menggunakan uji One-Way ANOVA dapat dilihat pada tabel 3 Tabel 3. Uji One-Way ANOVA pada Laju Pertumbuhan Tinggi Karang Acropora formosa
Between Groups Within Groups Total
Sum of Squares .630 1.830 2.460
df 6 42 48
Mean Square .105 .044
F 2.408
Sig. .043
Berdasarkan uji One-Way ANOVA pada laju pertumbuhan tinggi karang Acropora formosa bahwa nilai signifikan menunjukkan kurang dari α (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata dari laju pertumbuhan tinggi karang dan dapat dikatakan bahwa ukuran fragmen karang memberikan pengaruh yang nyata terhadap laju pertumbuhan tinggi fragmen karang perminggu selama penelitian. Oleh karena itu, dilakukan pengujian statistik lanjutan menggunakan uji Post Hoc Duncan dengan tingkat ketelitian 95% untuk melihat nilai perbedaan antara laju pertumbuhan tinggi karang Acropora formosa pada setiap perlakuan. Hasil analisis data laju pertumbuhan tinggi karang Acropora formosa perminggu menggunakan uji Post Hoc Duncan dengan tingkat ketelitian 95% dapat dilihat pada tabel 4.
menguntungkan antara polip dan zooxanthellae dimana zooxanthellae menghasilkan oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan oleh polip dan polip menyediakan tempat hidup serta karbonsioksida untuk fotosintesis bagi zooxanthellae. Semakin banyak polip maka semakin banyak juga zooxanthellae yang terdapat pada karang sehingga proses kalsifikasi juga semakin cepat yang mengakibatkan laju pertumbuhan karang semakin meningkat, begitu juga dengan tingkat kelangsungan hidup karang menjadi lebih tinggi. Pendapat ini didukung oleh penelitian Zulfikar dan Soedharma (2008), yang menyatakan bahwa tinggi laju pertumbuhan karang karena dipengaruhi oleh polip. Polip dengan jumlah dua dan tiga buah lebih bisa memanfaatkan makanan secara optimal dibanding dengan satu polip.
Tabel 4. Uji Post Hoc Duncan pada Laju Pertumbuhan Tinggi Karang Acropora formosa Subset for alpha = 0.05 Perlakuan N 1 2 3 40 mm 7 .381429 7 60 mm 7 .430000 .430000 20 mm 7 .438571 .438571 80 mm 7 .525714 .525714 .525714 140 mm 7 .582857 .582857 .582857 120 mm 7 .642857 .642857 100 mm 7 .714286 Sig. .114 .095 .130
Tingkat Kelangsungan Hidup Karang Acropora formosa Tingkat kelangsungan hidup karang adalah seberapa tinggi atau rendahnya kemampuan karang bertahan hidup tanpa mengalami kematian selama penelitian yang dinyatakan dalam satuan persen (%). Hasil pengamatan tingkat kelangsungan hidup karang setiap selang waktu satu minggu terhadap jumlah unit karang yang bertahan hidup selama penelitian dapat dilihat pada gambar 10.
Berdasarkan uji Post Hoc Duncan dengan tingkat ketelitian 95% pada laju pertumbuhan tinggi karang Acropora formosa didapatkan bahwa nilai perbedaan laju pertumbuhan tinggi karang antarperlakuan diperoleh signifikan sebesar 0,114 mm untuk perlakuan B (40 mm), C (60 mm), A (20 mm) D (80 mm), dan G (140 mm), signifikan sebebsar 0.095 mm untuk perlakuan C (60 mm), A (20 mm), D (80 mm), G (140 mm), dan F (140 mm), dan signifikan sebesar 0.130 mm untuk perlakuan D (80 mm), G (140 mm), F (120 mm), dan E (100 mm). Hasil analisis Post Hoc Duncan dengan tingkat ketelitian 95% ini, juga menunjukkan bahwa nilai perbedaan terbesar terdapat pada kelompok ketiga dan sebagai kelompok pertumbuhan tercepat selama penelitian. Pertumbuhan yang cepat pada karang juga dipengaruhi oleh suatu hubungan timbal balik dari simbion karang. Pertumbuhan karang dalam prosesnya terjadi hubungan yang saling
Gambar 3. Tingkat Kelangsungan Hidup Karang Acropora formosa
Berdasarkan gambar tingkat kelangsungan hidup karang Acropora formosa, menunjukkan bahwa tingkat kelangsungan hidup terendah terdapat pada perlakuan A, B, dan C dengan tingkat hidup 71%, sedangkan tingkat kelangsungan hidup tertinggi terdapat pada perlakuan D, E, dan G dengan tingkat hidup 100%. Data tingkat kelangsungan hidup karang Acropora formosa yang diperoleh merupakan sebaran data yang tidak normal
dilihat dari uji normalitas pada statistik. Oleh karena itu, analisis data tingkat kelangsungan hidup karang Acropora formosa secara nonparametrik menggunakan uji Kruskal Wallis. Hasil analisis data tingkat kelangsungan hidup karang Acropora formosa menggunakan uji Kruskal Wallis dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Uji Kruskal Wallis Tingkat Kelangsungan Hidup Karang Acropora formosa Survive Rate Chi-Square 6.857 df 6 Asymp. Sig. .334
Berdasarkan uji Kruskal Wallis pada tingkat kelangsungan hidup karang Acropora formosa didapat nilai signifikan lebih besar dari α (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata dari tingkat kelangsungan hidup karang dan dapat dikatakan bahwa ukuran fragmen karang tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tingkat kelangsungan hidup karang. Tingkat kelangsungan hidup karang yang berukuran lebih kecil memiliki ketahanan hidup lebih rendah dibandingkan dengan fragmen karang yang berukuran lebih besar. Tingkat kelangsungan hidup karang bergantung pada ketepatan dalam perlakuan fragmen, faktor biologis seperti faktor fisiologi karang dan respon terhadap kondisi lingkungan sehingga kemampuan beradaptasi dengan lingkungan sangat berpengaruh terhadap tingkat kelangsungan hidup karang dimana polip yang terdapat pada fragmen karang yang berukuran kecil jumlahnya lebih sedikit sehingga mempengaruhi keberadaan zooxanthellae. Ketahanan hidup karang yang rendah juga diduga karena respon dari karang tersebut yang telah dipotong sehingga mengalami stres dan tidak sanggup mempertahankan hidupnya. Pendapat ini didukung penelitian yang dilakukan oleh Herdiana (2001), yang menyatakan bahwa ukuran karang yang lebih kecil cenderung akan memiliki tingkat ketahanan hidup yang rendah dibandingkan dengan ukuran fragmen yang lebih besar. Begitu juga Bak dan Criens, 1981 dalam Johan (2001), menyatakan bahwa ukuran fragmen karang sangat menentukan keberhasilan hidup, karena berhubungan dengan laju regenerasi dan kemampuan melepaskan diri dari tutupan sedimen.
Fragmen Optimal Karang Acropora formosa Penentuan ukuran fragmen optimal karang Acropora formosa dilakukan dengan melihat dari hasil analisis selisih masingmasing parameter pertumbuhan. Hasil analisis dilihat perlakuan ukuran fragmen karang sekecil mungkin tetapi memiliki parameter pertumbuhan yang tercepat atau tertinggi ataupun yang tidak berbeda nyata dari perlakuan dengan parameter pertumbuhan yang tercepat atau tertinggi. Pertimbangan sebelum menentukan ukuran fragmen optimal pada karang Acropora formosa, maka dilihat perbandingan pertumbuhan tinggi dan diameter karang yang didapat mana yang lebih tampak mencerminkan pertumbuhan.
Gambar 4. Perbandingan Pertumbuhan Tinggi dan Diameter Karang Acropora formosa
Berdasarkan perbandingan hasil data pertumbuhan yang didapat bahwa pertumbuhan tinggi karang Acropora formosa lebih tampak mencerminkan pertumbuhan dibandingkan pertumbuhan diameter. Hal ini disebabkan oleh sifat tumbuh karang yang cenderung ke atas menuju ke arah dimana terdapat cahaya yang berfungsi dalam proses fotosintesis bagi zooxanthellae. Zooxanthellae merupakan simbion karang yang tidak bisa terpisahkan dan sangat mempengaruhi pertumbuhan karang. Menurut Suharsono, 1984 dalam Johan (2001), menyatakan bahwa karang mempunyai sifat yang sangat unik yaitu perpaduan antara sifat hewan dan tumbuhan, arah pertumbuhannya selalu bersifat fototrofik positif yaitu selalu mengarah ke atas menuju matahari. Pendapat ini juga diperkuat oleh Veron, 1986 dan Nybakken, 1992 dalam Zulfikar dan Soedharma (2008), bahwa cahaya adalah salah satu faktor penting untuk pertumbuhan karang karena karang 90% makanannya disalurkan oleh zooxanthellae yang membutuhkan cahaya untuk kelangsungan
hidupnya dalam menjalani proses fotosintesis. Oleh karena itu, penentuan ukuran fragmen optimal dilihat dari pertumbuhan mutlak tinggi, laju pertumbuhan tinggi, dan tingkat kelangsungan hidup karang Acropora formosa menggunakan uji lanjut Post Hoc Duncan pada Pertumbuhan Tinggi Mutlak, Laju Pertumbuhan Tinggi, dan Mean Rank Kruskal-Wallis pada Tingkat Kelangsungan Hidup. Tabel 6. Penentuan Fragmen Optimal Pertumbuhan Mutlak Tinggi Karang Acropora formosa Subset for alpha = 0.05 Perlakuan N 1 2 3 40 mm 7 4.57 60 mm 7 5.14 5.14 20 mm 7 5.29 5.29 80 mm 7 6.29 6.29 6.29 140 mm 7 7.00 7.00 7.00 120 mm 7 7.71 7.71 100 mm 7 8.57 Sig. .113 .093 .127 Tabel 7. Penentuan Fragmen Optimal Laju Pertumbuhan Tinggi Karang Acropora formosa Subset for alpha = 0.05 Perlakuan N 1 2 3 40 mm 7 .381429 7 60 mm 7 .430000 .430000 20 mm 7 .438571 .438571 80 mm 7 .525714 .525714 .525714 140 mm 7 .582857 .582857 .582857 120 mm 7 .642857 .642857 100 mm 7 .714286 Sig. .114 .095 .130 Tabel 8. Penentuan Fragmen Optimal Tingkat Kelangsungan Hidup Karang Acropora formosa Perlakuan N Mean Rank 20 mm 7 21.50 40 mm 7 21.50 60 mm 7 21.50 80 mm 7 28.50 100 mm 7 28.50 120 mm 7 25.00 140 mm 7 28.50 Total 49
Berdasarkan kriteria penentuan ukuran fragmen optimal dan parameter pertumbuhan karang yang ditentukan, maka hasil analisis pertumbuhan mutlak tinggi, laju pertumbuhan tinggi, dan tingkat kelangsungan hidup karang Acropora formosa menunjukkan bahwa ukuran fragmen optimal karang yang ditransplantasi dicapai oleh fragmen karang Acropora formosa pada perlakuan ukuran tinggi 80 mm dengan pola pertumbuhan vertikal.
Pola pertumbuhan karang Acropora cenderung vertikal dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari yang cukup besar untuk pertumbuhannya. Pola pertumbuhan tersebut berarti pertumbuhan tinggi lebih cepat dibandingkan pertumbuhan diameter. Faktor lingkungan yang subur serta kemampuan adaptasi karang yang cepat dengan jumlah polip yang banyak, sehat yang ditandai dengan warna yang cerah dan indah, tidak stres dibandingkan dengan yang lain. Selain itu, karang yang ditransplantasi juga berasal dari lokasi yang sama. Faktor-faktor tersebut yang mendukung dan menyebabkan pertumbuhan karang optimal. Menurut Dahuri (2003), polip karang menyerap CaCO3 dari air laut, terjadi reaksi di dalam tubuh polip dan menghasilkan cangkang luar berupa zat kapur. Selain memberi nutrisi, zooxanthellae dengan pigmen-pigmen yang dimilikinya, memberikan warna pada polippolip karang sehingga menyebabkan terumbu karang tampak indah. Karang tidak semuanya sama dalam kepekaannya menerima pengaruh lingkungan. Kondisi perairan merupakan faktor penting yang mempengaruhi stabilitas dari simbiosis karang. Pengaruh kondisi perairan terhadap produksi karang bergantung pada respon fotosintesis dan respirasi dari zooxanthellae. Zooxanthellae dalam jumlah banyak yang diikuti dengan banyaknya pula jumlah polip mempunyai kemampuan untuk mempertahankan diri dari gangguan lingkungan seperti gangguan biologis dan kegiatan manusia. Pertumbuhan fragmen karang optimal ini dianggap sebagai pertumbuhan karang yang efisien dan efektif dalam transplantasi karang. Hal ini dilihat dari ukuran fragmen terkecil, termasuk golongan tumbuh tercepat, dan ketahanan hidup yang tinggi. Selain itu, pentingnya karang sebagai produksi primer yang tinggi dan sebagai sumberdaya ekonomi bagi manusia. Maka dari itu, kelestarian karang di alam dengan mempertimbangkan ekologi dan ekonomi sangat perlu dijaga dan diterapkan secara tepat dan bijak. Kondisi Umum Parameter Kualitas Perairan Secara umum, kondisi kualitas perairan merupakan faktor utama yang mempengaruhi kehidupan karang dan ekosistemnya. Hasil pengukuran kondisi umum kualitas perairan selama penelitian dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9. Kualitas Perairan di Lokasi Penelitian No. 1 2 3 4 5 6
Parameter FISIKA Kecerahan Suhu Kecepatan Arus KIMIA DO pH Salinitas
Satuan
Nilai Rata-rata
Nilai Standar Baku Mutu
m C m/s
10.92 28.47 0.10
>5 28-30
mg/l
7.24 7.59 28.97
>5 7-8,5 33-34
0
‰
Kecerahan yang tinggi didukung oleh kondisi gelombang yang kecil dan kecepatan angin yang bertiup sangat lambat. Kecerahan berkaitan dengan kondisi cahaya yang berpengaruh terhadap proses fotosintesis yang dilakukan oleh zooxanthellae yang membutuhkan sinar matahari. Menurut Guntur (2011), tanpa cahaya yang cukup, laju fotosintesis akan berkurang dan bersamaan dengan itu kemampuan karang untuk menghasilkan kalsium karbonat dan membentuk terumbu juga akan berkurang. Suhu mempengaruhi pertumbuhan karang dimana naiknya suhu walaupun hanya satu atau dua derajat saja dapat mempengaruhi konsentrasi zooxanthellae di dalam jaringan karang. Bila kenaikan suhu terlalu tinggi, jaringan karang akan mengerut dan zooxanthella akan keluar ke air laut. Dengan demikian, proses fotosintesis tidak akan terjadi dan dalam waktu lama karang akan mati. Akibat keluarnya zooxanthella, pigmen pada karang akan hilang dan koloni karang menjadi berwarna putih yang disebut dengan bleaching. Menurut Haris (2001) dalam Akbar (2013), efek dari perubahan suhu pada karang dapat menyebabkan turunnya respon makan, mengurangi rata-rata reproduksi, banyak mengeluarkan lendir, dan proses fotosintesis atau respirasi berkurang. Sirkulasi air sangat penting dalam suatu perairan bagi organisme yang berada di dalamnya. Peranan utama pergerakan air bagi karang adalah berhubungan dengan penyediaan oksigen dan makanan. Penyuplai nutrien terbesar karang berasal dari simbionnya zooxanthellae, namun arus diperlukan karang dalam memperoleh makanan dalam bentuk zooplankton dan oksigen serta dalam membersihkan permukaan karang dari sedimen. Karang sendiri memiliki kemampuan dalam membersihkan permukaan tubuhnya dari sedimen, tetapi dalam jumlah yang sangat terbatas.
Arus perairan berkaitan dengan daya tahan penempelan karang pada substrat. Namun, adanya kecepatan arus tidak menyebabkan karang terlepas dari substrat dan tidak juga selalu menghambat pengendapan sedimen. Hal ini dengan ditemukan ada beberapa fragmen yang mati dan dipenuhi sedimen yang menumpuk pada fragmen tersebut. Sedimen yang menumpuk pada fragmen akan menghambat penetrasi cahaya yang dibutuhkan dalam proses fotosintesis yang akhirnya mempengaruhi laju pertumbuhan fragmen karang. Oksigen dapat merupakan faktor pembatas dalam penentuan kehadiran makhluk hidup di dalam air. Oksigen terlarut merupakan parameter penting bagi sistem kimia air laut maupun proses biologi perairan laut. Hal ini karena oksigen diperlukan dalam proses dekomposisi bakteri dalam menguraikan bahan organik. Penurunan oksigen terlarut juga akan mempengaruhi kehidupan karang melalui proses respirasi, dan reaksi oksidasi reduksi terhadap senyawa-senyawa kimia dalam air. Menurut Romimohtarto (1991), oksigen terlarut merupakan salah satu faktor pembatas bagi kehidupan karang. Perubahan konsentrasi oksigen terlarut dapat menimbulkan efek langsung yang berakibat pada kematian karang. Sedangkan pengaruh yang tidak langsung adalah meningkatkan toksisitas bahan pencemar yang pada akhirnya dapat membahayakan karang itu sendiri. Hal ini disebabkan karena oksigen terlarut digunakan untuk proses metabolisme dalam tubuh dan berkembang biak. pH sangat penting sebagai parameter kualitas air karena ia mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan di dalam air. pH perairan berperan sebagai penyangga keseimbangan senyawa-senyawa kimia. Selain itu, makhluk akuatik hidup pada selang pH tertentu, sehingga dengan diketahuinya nilai pH maka kita akan tahu apakah air tersebut sesuai atau tidak untuk menunjang kehidupan mereka. Salinitas yang tidak memenuhi standar baku mutu tersebut diduga karena adanya limpasan air tawar dari pemukiman penduduk, buangan limbah rumah tangga, dan adanya curah hujan beberapa hari. Namun, menurut Guntur (2011), karang masih dapat hidup dalam batas toleransi di bawah atau di atas standar baku mutu yaitu pada salinitas 25-40‰.
Pertumbuhan karang dengan salinitas yang ekstrim dapat menurunkan laju pertumbuhan secara tajam. Tingkat penurunan laju pertumbuhan ini bergantung juga kepada daya toleransi karang terhadap fluktuasi salinitas. Agar dapat tumbuh dengan baik, tekanan osmosis dalam sel-sel zooxhantellae harus sesuai dengan tekanan osmosis lingkungan perairan tempat hidupnya. Salinitas berbanding lurus dengan tekanan osmosis, maka tekanan osmosis zooxhantellae yang hidup di laut yang bersalinitas lebih tinggi menjadi lebih tinggi pula. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ukuran fragmen yang berbeda ada yang berpengaruh dan ada pula yang tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan mutlak, laju pertumbuhan, dan tingkat kelangsungan hidup karang Acropora formosa. Karang Acropora formosa memiliki pertumbuhan tinggi lebih cepat dibandingkan pertumbuhan diameter. Pertumbuhan mutlak tinggi tertinggi sebesar 8,57 mm dan terendah sebesar 4,57 mm, pertumbuhan mutlak diameter tertinggi sebesar 2,57 mm dan terendah sebesar 1,71 mm, tingkat kelangsungan hidup tertinggi 100% dan terendah 71%. Fragmen optimal yang diperoleh adalah fragmen karang Acropora formosa dengan tinggi 80 mm dengan pola pertumbuhan vertikal dan sebagai fragmen yang efisien dan efektif dalam pemanfaatan karang secara berkelanjutan. Secara umum, pertumbuhan karang ini didukung oleh kondisi kualitas perairan yang memenuhi standar baku mutu air laut untuk biota laut khususnya karang. SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, penulis menyarankan: 1. Sebaiknya pemanfaatan karang dan penerapan untuk transplantasi menggunakan ukuran tinggi 80 mm pada spesies Acropora formosa agar tercipta efisiensi dan efektifitas pemanfaatan karang secara berkelanjutan. 2. Sebaiknya dilakukan penelitian pengaruh salinitas dan kedalaman yang berbeda terhadap pertumbuhan karang untuk pengembangan ilmu pengetahun tentang teknologi transplantasi karang.
UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah mendanai dan membantu penelitian ini yaitu Kedua orangtuaku tercinta (M. Sani dan Mursidah), Dosen pembimbing (Arief Pratomo dan Henky Irawan), Priemer Oil melalui program COMDEV, Dikti melalui program PKMP, DKP Kabupaten Kepulauan Anambas, dan temanteman yang memberikan motivasi serta ikut andil dalam penelitian. DAFTAR PUSTAKA Akbar, M. 2013. Kaitan Kondisi Oseanografi dengan Kepadatan dan Keanekaragaman Karang Lunak di Pulau Laelae, Pulau Bonebatang, dan Pulau Badi. Skripsi. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin: Makassar Coremap II. 2009. Mengenal Potensi Kawasan Konservasi Perairan (Laut) Daerah. Ditjen Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. Departemen Kelautan dan Perikanan: Jakarta Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut: Aset Pembangunan Berkelanjutan Indonesia. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta Guntur. 2011. Ekologi Karang pada Terumbu Buatan. Ghalia Indonesia: Bogor Herdiana, Y. 2001. Respon Pertumbuhan serta Keberhasilan Transplantasi Koral Terhadap Ukuran Fragmen dan Posisi Penanaman pada Dua Spesies Karang Acropora micropthalma (Verril, 1869) dan Acropora intermedia (Brook, 1891) di Perairan Pulau Pari, Kepulauan Seribu. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor: Bogor Ikawati, Y., Hanggarawi, P.S., Parlan, H., Handini, H., Siswodihardjo, B. 2001. Terumbu Karang di Indonesia. Masyarakat Penulis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi: Jakarta Johan, O. 2001. Tingkat Keberhasilan Transplantasi Karang Batu pada Lokasi Berbeda di Gugusan Pulau Pari Kepulauan Seribu Jakarta. Tesis. Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor: Bogor
Margono, W. 2009. Perkembangan dan Pertumbuhan Karang Jenis Lobophyllia hemprichii yang Ditransplantasikan di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Jakarta. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor: Bogor Menteri Negara Lingkungan Hidup. 2004. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004 Tentang Baku Mutu Air Laut: Lampiran III Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut. Salinan Deputi Menteri Negara Lingkungan Hidup Bidang Kebijakan dan Kelembagaan Lingkungan Hidup: Jakarta Romimohtarto, K. dan S. Juwana. 1991. Biologi Laut: Ilmu Pengetahuan Tentang Biologi Laut. Djambatan: Jakarta Sadarun. 1999. Transplantasi Karang Batu (Stony Coral) di Kepulauan Seribu Teluk Jakarta. Tesis. Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor: Bogor Syarifuddin, A. A. 2010. Studi Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Karang Acropora formosa. Skripsi. Universitas Hasanuddin: Makassar Zulfikar dan Soedharma, D. 2008. Teknologi Fragmentasi Buatan Karang (Caulastrea furcata dan Cynaria lacrimalis) dalam Upaya Percepatan Pertumbuhan pada Kondisi Terkontrol. Jurnal Natur Indonesia. Volume 10, Nomor 2, Halaman 76-82