BioSMART Volume 7, Nomor 1 Halaman: 27-31
ISSN: 1411-321X April 2005
Pertumbuhan, Kadar Klorofil dan Nitrogen Total Gulma Krokot (Portulaca oleracea Linn.) pada Pemberian Ekstrak Anting-anting (Acalypha indica Linn.) The growth, chlorophyll content and total nitrogen of krokot weed (Portulaca oleracea Linn.) on giving of anting-anting (Acalypha indica Linn.) INDRI DWI CAHYANTI, ENDANG ANGGARWULAN♥, WIDYA MUDYANTINI Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta 57126 Diterima: 25 Januari 2005. Disetujui: 11 Maret 2005.
ABSTRACT The aims of this research were to study the effect of Acalypha indica extracts on growth, chlorophyll content and total nitrogen of Portulaca oleracea. The experiment used a completely randomized design with 2 factors. The first factor was extract source with 2 levels, shoot and root, and second factor was extract concentration with 5 levels, i.e. 0, 1250, 2500, 5000 and 10,000 ppm. Parameters which were measured including dry weight, chlorophyll content and nitrogen. The results of the research indicated that shoot and root extracts of A. indica inhibit dry weight and total chlorophyll of P. oleracea. The extracts could not inhibit a chlorophyll, b chlorophyll and total nitrogen of P. oleracea. Keywords: extracts of Acalypha indica, Portulaca oleracea, growth, chlorophyll content, total nitrogen.
PENDAHULUAN Anting-anting (Acalypha indica L.) merupakan tanaman semak (Hutapea, 1993) yang sering ditemui tumbuh bergerombol. Tumbuhan ini dijumpai tumbuh liar di tepi jalan, lapangan rumput, pekarangan, tanggul dan tembok (Yovita dan Yohana, 2000). A. indica menghasilkan beberapa senyawa kimia yang berguna dalam pengobatan tradisional dan sebagai tanaman obat modern. Menurut Hutapea (1993) daun, batang, dan akar A. indica mengandung saponin dan tanin, disamping itu juga mengandung flavonoid dan minyak atsiri. Senyawasenyawa kimia tersebut selain digunakan sebagai pengobatan tradisional juga mempunyai potensi sebagai senyawa alelokemi. Hasil penelitian Anaya et al., (1995) menunjukkan bahwa kandungan senyawa asam sinamik dan asam benzoit seperti juga kumarin dan flavonoid, akan mempengaruhi proses fisiologi tumbuhan tingkat tinggi. Berlimpahnya gulma serta penyebaran dan produktivitasnya secara langsung dipengaruhi oleh unsurunsur iklim, edafik dan lingkungan biotik. Para ahli telah menemukan cara pemberantasan gulma dengan menggunakan musuh alami (serangga pemakan gulma), atau dengan cara lain, yaitu dengan memanipulasi faktor lingkungan hidup gulma (Wu et al., 1998). Interaksi biokimia antara gulma dan tanaman antara lain dapat
menyebabkan gangguan pada perkecambahan biji. Hal ini mengakibatkan kecambah abnormal, pemanjangan akar terhambat, dan perubahan susunan sel-sel akar. Selanjutnya akan terjadi penurunan aktivitas pertumbuhan, tanaman menjadi kerdil dan klorosis (Sukman dan Yakup, 1991). Portulaca oleracea (krokot) merupakan gulma urutan ke-9 sebagai gulma pengganggu pada 45 jenis tanaman pertanian di 81 negara (Aliotta dan Cafiero, 1999). Kehadiran krokot sebagai gulma yang banyak tumbuh di sekitar tanaman budidaya akan merugikan bagi petani. Petani harus mengeluarkan dana lebih banyak untuk memberantas gulma ini. Menurut Macias (1995) pemakaian herbisida buatan untuk penanggulangan gulma memang dapat menekan jumlah gulma, namun di sisi lain akan menurunkan kualitas tanah, menimbulkan polusi, dan terjadi aktivitas mutagen. Perlu dicari alternatif lain dalam pengelolaan gulma untuk menghindari hal tersebut, yaitu dengan mempelajari interaksi biokimia antar tanaman. Potensi alelopati dapat memberikan suatu petunjuk yang bermanfaat dalam usaha mendapatkan herbisida alami, yang lebih spesifik dan lebih ramah lingkungan daripada herbisida sintetik. Berdasarkan uraian tersebut di atas maka dilakukan penelitian mengenai pengaruh alelokemi A. indica. Dalam penelitian ini dikaji mengenai pertumbuhan, kadar klorofil dan nitrogen total P. oleracea. Selain itu juga dipelajari pengaruhnya terhadap pH tanah.
♥ Alamat Alamat korespondensi: korespondensi: Jl. Ir. Sutami 36A, Surakarta 57126 Candikuning, Baturiti, Tabanan, Bali 82191. Tel. & Fax.: +62-271-663375. +62-368-21273. e-mail:
[email protected],
[email protected] [email protected]
2005 Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta
28
B i o S M A R T Vol. 7, No. 1, April 2005, hal. 27-31
BAHAN DAN METODE Alat dan bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah akar dan pucuk A. indica yang dibuat ekstrak, batang krokot (P. oleracea), media tanah, air, akuades, pupuk. Analisis klorofil digunakan aseton 80 %, sedang untuk penentuan N-total digunakan H2SO4 pekat, lempeng Zn, NaOH 40%, Na2SO4, CuSO4, selenium, asam borat 4%, HCl 0,02 N dan reagen metil red-BCG. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah polibag ukuran 15x20 cm, gelas ukur, timbangan analitik, pH meter, oven, pisau, blender, labu ukur, kertas saring Whattman no.42, pipet, kuvet, erlenmeyer, cawan porselin, spektrofotometer, penggaris, kertas koran untuk alas, alat penyaring, gelas plastik, label, ember, labu Kjeldahl. Rancangan percobaan Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan pola faktorial yang terdiri atas dua faktor yaitu, faktor sumber ekstrak dan faktor konsentrasi ekstrak. Faktor sumber ekstrak terdiri dari dua taraf, yaitu ekstrak akar (E1) dan ekstrak pucuk (E2). Faktor konsentrasi ekstrak terdiri atas lima taraf yaitu 0 ppm (K1, kontrol), 1250 ppm (K2), 2500 ppm (K3), 5000 ppm (K4) dan 10.000 ppm (K5), masing-masing perlakuan dengan 3 ulangan. Cara kerja Tahap persiapan Persiapan tempat. Penelitian dilakukan di rumah kaca Sub Lab. Biologi, Laboratorium Pusat MIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penanaman A. indica. Biji A. indica ditanam pada polibag yang berisi campuran tanah dengan humus. Setelah tumbuhan mengalami fase generatif yaitu pada umur 1,5 bulan diambil akar dan pucuknya untuk dibuat ekstrak. Penanaman P. oleracea. Polibag dengan ukuran 15x20 cm dipersiapkan sebanyak 30 buah dengan 3 ulangan untuk 5 konsentrasi, dengan perincian 15 polibag untuk perlakuan dengan ekstrak akar dan 15 polibag untuk perlakuan dengan ekstrak pucuk. Tanah dan humus dipersiapkan, dicampur menjadi satu, kemudian dimasukkan ke dalam polibag masing-masing sebanyak 1 kg. Stek batang P. oleracea ditanam ke dalam campuran tanah dan humus tersebut. Tanaman disiram dengan air secara teratur tiap 1 hari sekali dengan air mendekati kapasitas lapang. Pemberian ekstrak A. indica dimulai pada hari ke-15 setelah tanam. Persiapan sediaan ekstrak akar dan pucuk A. indica. Tanaman A. indica yang telah berumur 1,5 bulan diambil akar dan pucuknya. Setelah dicuci bersih dengan air dan ditiriskan lalu dikeringanginkan selama 24 jam di tempat yang terbuka dan tidak terkena sinar matahari secara langsung. Akar dan pucuk tersebut dimasukkan ke dalam oven, setelah kering akar dan pucuk dibuat bubuk dengan menggunakan mesin pembubuk (dry mill). Serbuk A. indica digunakan untuk pembuatan ekstrak dengan dicampur akuades sesuai tingkat konsentrasi ekstrak, yaitu 0 ppm, 1250 ppm, 2500 ppm, 5000 ppm dan 10.000 ppm, kemudian dimasukkan ke dalam blender selama 2-3 menit
untuk mempercepat pencampuran, lalu disaring. Pembuatan ekstrak ini dilakukan 12-24 jam sebelum perlakuan (Nilawati, 1998). Tahap perlakuan Ekstrak cair diberikan pada tanaman krokot yang telah berumur 2 minggu dengan cara menyiramkannya ke sekeliling tanaman. Selang pemberian ekstrak adalah tiap 7 hari sekali selama 2 bulan. Pemberian ekstrak akar dan pucuk untuk masing-masing tanaman adalah 100 ml. Tahap pengamatan Pertumbuhan tanaman P. oleracea diamati selama 60 hari. Berat kering tanaman (gram/tanaman) yang dihitung setelah tanaman dikeringkan dalam oven dengan suhu 80o C sampai tercapai berat kering yang konstan. Pengukuran kadar klorofil Pengukuran kadar klorofil tersebut menurut Hendry dan Grime (1993) adalah sebagai berikut: Daun yang telah membentang sempurna diambil 1 gram, kemudian potongan daun tersebut dihancurkan dalam mortar dan kemudian ditambahkan 10 ml aseton 80%. Larutan didiamkan beberapa saat sehingga klorofil larut, lalu disaring dengan kertas saring Whatman no. 42 supaya sisa daunnya tertinggal. Setelah itu 3 ml filtrat dimasukkan ke dalam kuvet kemudian dimasukkan ke dalam spektrofotometer. Absorbansi (A) diukur pada panjang gelombang 645 nm dan 663 nm. Konsentrasi klorofil dihitung dengan rumus sebagai berikut: Klorofil a = 12,7 (A.663)-2,69 (A.645) mg/l Klorofil b = 22,9 (A.645)-4,68 (A.663) mg/l Klorofil total = 8,02 (A.663) + 20,2 (A.645) mg/l Penentuan nitrogen-total jaringan tumbuhan Penentuan Nitrogen-total jaringan tumbuhan P. oleracea dengan metode Kjeldahl: Daun P. oleracea kering yang telah dihaluskan ditimbang sebanyak 200 mg dan dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl. Di dalam labu Kjeldahl ditambahkan katalis N sebanyak 1 gram. Katalis N tersebut merupakan campuran dari 250 gr Na2SO4 dengan 50 gr CuSO4 dan selenium dengan perbandingan 50:10:1, kemudian ditambahkan 3 ml H2SO4 pekat. Campuran tersebut didestruksi (dipanaskan) dalam almari asam sampai warnanya jernih, kemudian didinginkan, setelah dingin ditambahkan 10 ml akuades. Hasil destruksi dimasukkan ke dalam botol distilasi, kemudian ditambahkan 5 ml NaOH 40% dan 2 butir Zn. Distilat ini ditampung dalam erlenmeyer yang telah diisi dengan 10 ml asam borat 4% dan diberi reagen metil red-BCG sebanyak 2-3 tetes sampai berwarna merah. Sampel ditambah dengan 15 ml NaOH (0,1 N) sampai berwarna kuning. Distilasi dihentikan setelah volume distilat menjadi 60 ml (berwarna biru). Distilat dititrasi dengan HCl 0,02 N sehingga warnanya menjadi merah. Dibuat larutan blanko dengan mengganti bahan dengan akuades, kemudian dilakukan destruksi, distilasi dan titrasi seperti pada bahan contoh. Perhitungan % N (Sudarmadji dkk., 1989): % N = (titrasi - blanko)xNormalitas HClx14 x100 berat sampel (mg)
CAHYANTI dkk – Pengaruh ekstrak Acalypha indica terhadap Portulaca oleracea
Pengukuran pH tanah Derajat keasaman (pH) tanah diukur dengan menggunakan pH meter. Analisis data Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis varian/sidik ragam (ANAVA), untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap parameter yang diukur. Kemudian dilanjutkan dengan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf uji 5% untuk mengetahui beda nyata diantara perlakuan. HASIL DAN PEMBAHASAN Berat kering tanaman Hasil analisis sidik ragam terhadap berat kering P. oleracea pada Tabel 1 menunjukkan adanya beda nyata setelah perlakuan. Tabel 1. Pengaruh pemberian ekstrak A. indica terhadap rata-rata berat kering (g) P. oleracea. Konsentrasi ekstrak (ppm) Sumber Rerata ekstrak 0 1250 2500 5000 10.000 a a ab bc bc Akar 5,69 5,64 4,31 3,97 3,95 4,47 b a bc bc bc c Pucuk 5,69 3,8 3,8 3,03 2,58 3,3 c a ab bc c c Rerata 5,69 4,72 4,06 3,5 3,27 Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama (dalam baris atau kolom yang sama) menunjukkan tidak beda nyata dengan uji DMRT pada taraf uji 5%.
Pada perlakuan dengan ekstrak akar konsentrasi 5000 ppm dan 10.000 ppm menunjukkan beda nyata jika dibandingkan dengan kontrol (0 ppm). Berat kering terkecil ditunjukkan pada konsentrasi yang tertinggi yaitu 10.000 ppm. Secara keseluruhan pemberian ekstrak pucuk lebih menunjukkan pengaruhnya terhadap penurunan berat kering P. oleracea dan konsentrasi ekstrak yang menunjukkan penghambatan yang nyata adalah pada konsentrasi 5000 ppm. Pemberian ekstrak melalui tanah akan mempengaruhi akar dalam menyerap hara dari tanah, karena senyawa alelokemi dapat menurunkan kecepatan penyerapan hara dalam tanah. Selain itu senyawa alelokemi tersebut dapat mempengaruhi pH tanah P. oleracea. Menurut Gardner et al. (1991) pH tanah merupakan faktor utama yang mempengaruhi daya larut dan mempengaruhi ketersediaan nutrien tanah. Ca, Mg, K dan Mo banyak tersedia dalam tanah yang basa, sedang Zn, Mn dan B kurang tersedia. Kebanyakan nutrien tanah lebih banyak tersedia dalam nilai pH antara 6,0 dan 7,0. Pada penelitian ini nilai pH tanah pada akhir perlakuan menunjukkan nilai yang semakin kecil seiring dengan semakin meningkatnya konsentrasi ekstrak. pH tanah untuk tanaman kontrol menunjukkan nilai yang tertinggi yaitu 7,26, sedang pH tanah terkecil adalah 6,67 pada perlakuan dengan ekstrak akar 10.000 ppm. A. indica memiliki beberapa senyawa aktif, antara lain saponin, flavonoid dan tanin (Hutapea, 1993). Senyawasenyawa tersebut kemungkinan mempengaruhi secara
29
langsung penyerapan hara oleh akar P. oleracea. Unsur hara, khususnya hara esensial yang tidak terpenuhi akan menyebabkan terhambatnya proses lain, seperti fotosintesis. Kandungan nutrien yang berkurang mempengaruhi fotosintesis terutama dengan cara mempengaruhi peralatan fotosintesis, misalnya klorofil mengandung N dan Mg, bila persediannya terbatas maka klorofil mungkin tidak terbentuk. Molekul pelopor untuk sintesis klorofil juga meliputi Fe, bila Fe tidak ada maka klorofil tidak dapat disintesis. Kandungan klorofil yang terbatas mengakibatkan klorosis pada daun, fotosintesis akan terhambat, akibatnya produksi karbohidrat yang dibutuhkan untuk pertumbuhan terbatas. Penurunan laju fotosintesis ini menyebabkan menurunnya berat kering karena berat kering merupakan hasil akhir dari fotosintesis (Gardner et al., 1991) Kadar klorofil Hasil analisis sidik ragam terhadap kandungan klorofil a dan klorofil b dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3. Tabel 2. Pengaruh pemberian ekstrak A. indica terhadap kadar klorofil a (mg/l) P. oleracea. Sumber ekstrak Akar Pucuk Rerata
0 16,80 16,80 16,80
Konsentrasi ekstrak (ppm) 1250 2500 5000 13,35 12,28 10,30 14,71 13,42 12,22 14,03 12,85 11,26
10.000 11,90 11,95 11,93
Rerata 11,96 13,01
Tabel 3. Pengaruh pemberian ekstrak A. indica terhadap kadar klorofil b (mg/l) P. oleracea. Sumber ekstrak Akar Pucuk Rerata
0 6,03 6,03 6,03
Konsentrasi ekstrak (ppm) 1250 2500 5000 6,10 5,50 5,67 5,84 6,07 6,08 5,97 5,78 5,88
10.000 4,49 5,64 5,06
Rerata 5,44 5,91
Analisis sidik ragam terhadap kandungan klorofil a dan klorofil b menunjukkan bahwa tidak terdapat beda nyata untuk semua perlakuan. Demikian pula halnya dengan kandungan klorofil b. Hal ini berarti kedua sumber ekstrak dengan variasi konsentrasi yang diberikan tidak dapat menghambat sintesis klorofil a P. oleracea. Kandungan klorofil b P. oleracea relatif sama untuk semua perlakuan, semakin tinggi konsentrasi ekstrak A. indica yang diberikan tidak dapat menghambat sintesis klorofil b P. oleracea. Hasil analisis sidik ragam terhadap kandungan klorofil total P. oleracea dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Pengaruh pemberian ekstrak A. indica terhadap klorofil total (mg/l) P. oleracea. Sumber Konsentrasi ekstrak (ppm) Rerata ekstrak 0 1250 2500 5000 10.000 a ab b ab b Akar 22,83 17,77 19,45 18,46 16,39 18,02 b Pucuk 22,83 a 20,56 ab 19,50 ab 18,31 ab 17,60 ab 18,99 b Rerata 22,83 a 20,00 ab 18,63 b 18,39 b 17,00 b Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama (dalam baris atau kolom yang sama) menunjukkan tidak beda nyata dengan uji DMRT pada taraf uji 5%.
B i o S M A R T Vol. 7, No. 1, April 2005, hal. 27-31
30
Tabel 4 menunjukkan bahwa pada perlakuan dengan ekstrak akar terdapat beda nyata antara kontrol (0 ppm) dengan konsentrasi 1250 ppm sampai 10.000 ppm, namun untuk antar konsentrasi perlakuan tidak menunjukkan penghambatan. Hal ini berarti pemberian ekstrak akar A. indica dapat menurunkan kandungan klorofil total P. oleracea. Ekstrak akar dengan konsentrasi 10.000 ppm menunjukkan jumlah terkecil jika dibandingkan dengan konsentrasi yang lain. Ini berarti perlakuan dengan ekstrak akar konsentrasi 10.000 ppm dapat menurunkan kandungan klorofil total P. oleracea. Perlakuan dengan ekstrak pucuk menunjukkan beda nyata jika dibandingkan dengan kontrol, namun untuk antar konsentrasi juga tidak menunjukkan beda nyata. Kandungan klorofil total yang terkecil ditunjukkan pada konsentrasi 10.000 ppm, baik pada perlakuan dengan ekstrak akar ataupun dengan ekstrak pucuk. Kandungan klorofil P. oleracea yang terpengaruh dengan pemberian ekstrak A. indica hanya klorofil total, sedang untuk klorofil a dan klorofil b tidak terpengaruh. Antara ekstrak akar dan ekstrak pucuk menunjukkan pengaruh yang sama dalam penghambatan. Konsentrasi kedua sumber ekstrak yang paling berpengaruh dalam penghambatan adalah konsentrasi 10.000 ppm. Menurut Dwidjoseputro (1994) kandungan klorofil suatu tanaman dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain faktor genetik, cahaya, oksigen, karbohidrat, suhu dan unsur hara ( N, Mg, Fe, Mn, Cu, Zn). Hambatan dalam penyerapan hara oleh adanya alelopati akan menurunkan kandungan klorofil. Hasil yang serupa ditunjukkan beberapa hasil penelitian berikut. Penelitian yang dilakukan oleh Viles dan Reese (1995) menunjukkan bahwa kandungan klorofil Lactuca sativa dipengaruhi oleh senyawa yang terdapat pada Echinacea angustifolia. Ekstrak akar dan ekstrak pucuk E. angustifolia yang berupa gas dapat menurunkan kadar klorofil pada Lactuca sativa secara nyata. Ekstrak akar dan pucuk E. angustifolia yang berbentuk gas memiliki potensi alelopati yang lebih besar jika dibandingkan dengan ekstrak akar dan pucuk yang berbentuk cair. Demikian pula pada tanaman Glycine max, kadar klorofil dan laju fotosintesisnya akan menurun karena adanya asam fenolat (Einhellig, 1995). Narwal (1999) mengemukakan bahwa potensi alelopati Helianthus annuus dapat menurunkan secara drastis terhadap perkecambahan (83%-95%), pertumbuhan (74%-94%) dan kandungan klorofil gulma, termasuk juga P. oleracea dan Flaveria australasica. Nitrogen total Analisis sidik ragam terhadap kandungan N total dapat dilihat dari Tabel 5. Tabel 5. Pengaruh pemberian ekstrak A. indica terhadap nitrogen total (%) P. oleracea. Sumber ekstrak Akar Pucuk Rerata
0 2,43 2,43 2,43
Konsentrasi ekstrak (ppm) 1250 2500 5000 2,57 2,31 2,10 2,21 2,10 1,93 2,39 2,21 2,02
10.000 2,25 2,10 2,17
Rerata 2,31 2,09
Hasil analisis sidik ragam terhadap N total pada tumbuhan P. oleracea menunjukkan bahwa tidak ada beda nyata untuk semua perlakuan (Tabel 5). Pada Tabel tersebut terlihat adanya penurunan yang seiring dengan naiknya konsentrasi, namun penurunan tersebut tidak nyata, dan bahkan pada konsentrasi 10.000 ppm perlakuan dengan kedua ekstrak justru terjadi kenaikan N total. Menurut Einhellig (1995) alelopati juga mempengaruhi dalam siklus nitrogen. Nitrogen yang diperlukan oleh tumbuhan diperoleh dari berbagai sumber. Bockman et al., (1999) mengemukakan bahwa nitrogen di tanah pertanian berasal dari mineralisasi N organik tanah, deposisi atmosfer, pupuk kandang, sisa pertanian dan pemakaian pupuk N, sedang nitrogen dapat hilang melalui pelindian, volatilisasi amonia, denitrifikasi dan erosi tanah. Pengaruh alelopati yang dapat menurunkan kecepatan penyerapan hara dari tanah dapat menyebabkan jumlah nitrogen dalam tumbuhan menjadi berkurang. Seperti yang dikemukakan oleh Buchholtz dalam Sastroutomo (1990) bahwa adanya tumbuhan Agropyron menyebabkan gejala kekurangan N dan K pada jagung. Namun pemberian ekstrak A. indica pada tumbuhan gulma P. oleracea ternyata tidak menghambat dalam penyerapan hara khususnya nitrogen, sehingga nitrogen total dalam tumbuhan P. oleracea relatif sama untuk semua perlakuan. N yang tersedia dalam tanah berada dalam bentuk yang teroksidasi (NO3-) atau bentuk yang tereduksi (NH4+). Ammonia dioksidasi menjadi nitrat oleh bakteri nitrifikasi: NH4+ → NO2- → NO3-. Transformasi N seperti ini terjadi secara biologis dan karenanya peka terhadap pH tanah, temperatur dan kelembaban (Gardner et al., 1991). pH tanah setelah perlakuan lebih asam (6,67, pada perlakuan dengan ekstrak akar 10.000 ppm) jika dibandingkan dengan kontrol (7,26), perubahan pH ini tidak terlalu berpengaruh terhadap ketersediaan N. KESIMPULAN DAN SARAN Pemberian ekstrak akar dan ekstrak pucuk A. indica dapat menghambat pertumbuhan (berat kering) dan menurunkan kandungan klorofil total P. oleracea. Kandungan klorofil a, klorofil b dan N total tidak menunjukkan pengaruh penghambatan secara nyata. Diharapkan adanya penelitian lebih lanjut untuk menguji potensi alelopati A. indica, misalnya menggunakan senyawa yang mudah menguap (volatile compounds) dari bagian tumbuhan (seperti: akar, batang atau daun), meningkatkan intensitas pemberian ekstrak atau menguji pengaruhnya pada kecambah terlebih dahulu. DAFTAR PUSTAKA Aliotta, G. and G. Cafiero, 1999. Research on allelopathy in Italy. In Narwal, S.S. (ed.). Allelopathy Update Volume 1 International Status. Enfield: Science Publishers, Inc. Anaya, A.L., B.E., Bautista, H.R., Benavides, M., Calera, and E.F. Luiselli, 1995. Allelopathy in Mexican plants. In Inderjit, K.M.M. Dakshini, and S.S. Narwal (eds.). Allelopathy: Organisms, Processes and Applications. ACS Symposium Series 582: 225-240.
CAHYANTI dkk – Pengaruh ekstrak Acalypha indica terhadap Portulaca oleracea Bockman, O.C., M. Laegreid, and O. Kaarstad, 1999. Agriculture, Fertilizer and The Environment. Norway: CABI Publishing. Dwidjoseputro. 1994. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Einhellig, F.A. 1995. Allelopathy: Current status and future goals. In Inderjit, K.M.M. Dakshini, and S.S. Narwal (eds.). Allelopathy: Organisms, Processes and Applications. ACS Symposium Series 582: 1-19. Foth, H.D. 1994. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Penerbit Erlangga. Gardner, F.P., R.B. Pearce, dan R.I. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Penerjemah: Susilo, H. Jakarta: UI Press. Hendry, G.A.F. and J.P. Grime. 1993. Methods in Comparative Plant Ecology (A Laboratory Manual). London: Chapman and Hall. Hutapea, I.R. 1993. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (II). Jakarta: Departemen Kesehatan Indonesia. Macias, F.A. 1995. Allelopathy in the search for natural herbicide models. In Inderjit, K.M.M. Dakshini, and S.S. Narwal (eds.). Allelopathy: Organisms, Processes and Applications. ACS Symposium Series 582: 310-328. Narwal, S.S. 1999. Research on allelopathy in India. In S.S. Narwal (Ed.) Allelopathy Update Volume 1 International Status. Enfield: Science Publishers, Inc.
31
Nilawati, D.S. 1998. Pertumbuhan Bayam Cabut Kultivar Hijau dan Merah yang Diberi Ekstrak Rimpang Ilalang (Imperata cylindrica). [Skripsi]. Yogyakarta: Fakultas Biologi, Universitas Gajah Mada. Sastroutomo, S.S. 1990. Ekologi Gulma. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Sitompul, S.M. dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Yogyakarta: UGM Press. Sudarmaji, S., B. Haryono, dan Suhardi. 1989. Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Penerbit Liberty. Sukman, Y. dan Yakup. 1991. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Jakarta: Rajawali Press. Viles, A.L. and R.N. Reese. 1996. Allelopathic potential of Echinacea angustifolia D.C. Enviromental and Experimental Botany 36: 39-43. Wu, L., Guo, X., and A.M. Harivandi. 1998. Allelopathic effects of phenolic acids detected in buffalograss (Buchloe dactyloides) clippings on growth of annual bluegrass (Poa annua) and buffalograss seedlings. Crop Science 39: 159-167. Yovita dan A. Yohana. 2000. Tanaman Obat Plus Pengobatan Alternatif. Jakarta: Setia Kawan.