Efek Antioksidan A. indica dan C. asiatica
Vol. 3, No. 2, Agustus 2015
Efek Antioksidan Kombinasi Ekstrak Etanol Acalypha indica dan Centella asiatica pada Fungsi Hati Tikus Pascahipoksia Sistemik Agnes Frethernety,1 Melva Louisa,2 Novi S. Hardiany,3 Adisti Dwijayanti,4 Erni H. Purwaningsih4 1
Program Studi Ilmu Biomedik, 2Departemen Farmakologi dan Terapi, 3 Departemen Biokimia dan Biologi Molekular, 4Departemen Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Abstrak Hipoksia adalah defisiensi suplai oksigen ke dalam sel atau jaringan karena gagalnya sistem respirasi yang membawa oksigen sehingga mengakibatkan kerusakan jaringan. Hati merupakan organ yang sensitif terhadap hipoksia. Tanaman Acalypha indica dan Centella asiatica memiliki efek antioksidan dan dapat melindungi banyak organ dari hipoksia. Tujuan penelitian ini menganalisis pengaruh pemberian kombinasi ekstrak etanol A.indica dan C.asiatica pascahipoksia sistemik terhadap fungsi hati, stres oksidatif dan aktivitas antioksidan hati. Sebanyak 28 tikus spraquedawley dibagi secara acak menjadi 7 kelompok. Kelompok kontrol adalah perlakuan tanpa hipoksia, perlakuan enam kelompok lainnya pascahipoksia 7 hari diberikan zat uji sebagai berikut: air, kombinasi dosis 1 dan 2, dosis tunggal A.indica, dosis tunggal C. asiatica dan dosis tunggal vitamin C selama 7 hari. Parameter yang diukur adalah aktivitas ALT dan AST, kadar MDA, rasio GSH/GSSG. Tidak ada perbedaan aktivitas ALT dan AST yang bermakna pada semua kelompok. Kadar MDA meningkat pada kelompok pascahipoksia 7 hari dibanding kontrol (p=0,007). Kelompok kombinasi 1 memiliki MDA yang rendah, rasio GSH/GSSG dan aktivitas SOD yang meningkat dibandingkan kelompok pascahipoksia 7 hari. Pemberian zat uji kombinasi 1 memiliki efek perlindungan pada hati tikus terhadap pascahipoksia 7 hari melalui mekanisme stres oksidatif dan antioksidan. Kata kunci: Acalypha indica, Centella asiatica,hipoksia sistemik, antioksidan
The Effect of A. Indica and C.Asiatica Ethanol Extract Combination on Rats Liver Function Post-Hypoxic Condition Abstract Hypoxia occurs due to the deficiency of oxygen supply to cells or tissue caused by the failure of the respiratory system that carries oxygen which results in cell or tissue damage. Liver is an organ sensitive to hypoxia. Acalypha indica and Centella asiatica are proven to have antioxidant effects and can protect many organs from hypoxic conditions. This study was aimed to analyse the effect of A. indica and C.asiatica ethanol extract combination on post-hypoxic condition towards liver function, oxidative stress and antioxidant activity of the liver. Twenty-eight spraque-dawley rats divided randomly into 7 groups. Control group was treated without hypoxia and the other six groups were given substances as follows on the 7th day of hypoxia: water, combination of dose 1 and 2, single dose of A. indica, single dose of C.asiatica, and single dose of vitamin C for 7 days. Parameters measured were activities of ALT and AST, MDA, GSH / GSSG ratio and SOD activity. There was no significant difference in the activity of ALT and AST in all groups. MDA levels was increased in the 7-days post-hypoxic group compared to control (p=0,007). The combination 1 group had low MDA and increased GSH/GSSG ratio and SOD activity compared to the post-7days-hypoxic group. The substance of combination 1 has protective effect on the rats’ liver on post-7-days-hypoxic through oxidative stress and antioxidant mechanisms. Keywords: Acalypha indica, Centella asiatica, systemic hypoxia, antioxidant
101
Agnes Frethernety, Melva Louisa, Novi S. Hardiany, Adisti Dwijayanti, Erni H. Purwaningsih
Pendahuluan
eJKI
Metode Desain penelitian ini berupa studi pra-klinis eksperimental pada 28 ekor tikus jantan spraque dawley, usia 10-12 minggu, dengan berat badan 150-200g yang diperoleh dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI. Penelitian dilakukan di Departemen Farmasi Kedokteran dan Departemen Biokimia pada bulan September 2013-Febuari 2014 dilanjutkan pemeriksaan biokimia darah dan jaringan di Departemen Farmakologi & Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada bulan JuliNovember 2014. Tikus dibagi secara acak menjadi 7 kelompok. Kelompok kontrol adalah tikus tanpa hipoksia sedangkan kelompok tikus perlakuan disimpan di dalam ruang hipoksia (makan dan minum bebas) yang dialiri gas CO2 10% dan 90% gas N2 selama 7 hari sebelum pemberian zat uji. Zat uji diberikan selama 7 hari. Pembagian kelompok sebagai berikut: kelompok A (kontrol negatif): air; kelompok B (kombinasi dosis 1): A. indica 200mg/kgBB dan C. asiatica 150mg/kgBB; Kelompok C (kombinasi dosis 2): A. indica 250mg/kgBB + C. asiatica 100mg/kgBB; Kelompok D: A. indica 250mg/kgBB; Kelompok E: C. asiatica 150mg/kgBB; Kelompok F: Vitamin C 100mg/kgBB. Hari ke-8 setelah perlakuan tikus ditimbang kemudian diterminasi. Darah diambil dari pungsi langsung di jantung dengan cara menusukan jarum langsung ke jantung lalu disedot perlahan dan dikumpulkan dalam tabung sebanyak 5ml untuk pemeriksaan aktivitas enzim ALT dan AST. Setelah dekapitasi, organ hati diangkat dan sebagian dipisahkan 100mg untuk pengukuran lipid peroksidase (MDA), 100mg untuk pemeriksaan rasio GSH/GSSG dan 100mg untuk pemeriksaan SOD .
Oksigen merupakan senyawa yang penting bagi manusia dan organisme eukariotik karena oksigen diperlukan untuk mendapatkan energi.1 Hipoksia dapat disebabkan defisiensi suplai oksigen ke dalam sel, jaringan atau organ yang mengakibatkan kegagalan sistem respirasi sehingga terjadi kerusakan sel atau jaringan karena penurunan respirasi oksidatif aerob sel.1,2 Hipoksia dapat terjadi melalui mekanisme: menurunnya kapasitas transpor O2 oleh Hb (hipoksia anemik), intoksikasi karbon monoksida (CO) pada perokok berat, hipoksia respiratorik akibat penyakit paru obstruktif kronik, hipoksia sekunder akibat ketinggian, hipoksia sirkulatoris, penggunaan O2 yang tidak adekuat pada pneumonia, dan tekanan parsial oksigen (pO2) yang rendah dalam arteri.1,3 Pada tingkat seluler hipoksia dapat menginduksi mekanisme adaptasi, kerusakan hingga kematian sel di jaringan yang kaya pembuluh darah. Hal tersebut terutama terjadi di jaringan yang penting bagi keberlangsungan fungsi tubuh seperti otak, ginjal, dan hati. Hati merupakan organ aerobik yang berfungsi metabolisme zat atau senyawa yang masuk ke dalam tubuh dan kelangsungan hidupnya bergantung oksigen. Konsumsi oksigen di hati 100-150μmol O2 per jam per gram dari berat basahnya.4 Bila terjadi gangguan fungsi organ akibat kompensasi tubuh karena keadaan hipoksia sitemik dapat mengakibatkan kematian. Saat ini terapi untuk mengatasi kerusakan jaringan di hati masih belum optimal sehingga dicari terapi alternatif dari tanaman yang bersifat antioksidan terhadap perbaikan sel hepatosit. Berbagai penelitian mengenai tanaman obat yang berkhasiat mengatasi kerusakan jaringan hati terus dikembangkan. Tanaman obat seperti sambiloto,5 jahe merah,6 gambir,7 memiliki efek hepatoprotektor karena mengandung antioksidan. Tanaman lain yang memiliki efek antioksidan adalah akar kucing (A. indica) dan pegagan (C. asiatica). Pada penelitian pendahuluan oleh Farida et al8 diperoleh hasil bahwa kombinasi ekstrak air A. indica dengan dosisi 200mg/kgBB dan C. asiatica 150mg/kgBB menunjukkan efek terapi pada hipoksia otak berupa perbaikan sel normal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pemberian kombinasi ekstrak etanol A. indica dan C. asiatica pada tikus spraque dawley pascahipoksia sistemik terhadap fungsi hati, stres oksidatif dan aktivitas antioksidan organ hati.
Hasil Aktivitas ALT dan AST pascahipoksia sistemik ditampilkan di Gambar 1. Tidak terdapat perbedaan aktivitas ALT dan AST secara bermakna (ANOVA, p>0,05) pada semua kelompok. Pemeriksaan kadar ALT dan AST plasma tikus dilakukan setelah pemberian air selama 7 hari. Hasil metabolit peroksidasi lipid pada penelitian ini ditunjukkan dengan pengukuran kadar MDA. Kadar MDA dalam jaringan hati tikus pada semua kelompok perlakuan ditampilkan pada Gambar 2. Pada uji ANOVA kadar MDA meningkat signifikan pascahiposia 7 hari (A) dibandingkan kelompok normal (p=0,007). Pada perlakuan hanya kelompok pascahipoksia 7 hari dengan kombinasi 200mg/ 102
ditampilkan pada Gambar 2. Pada uji ANOVA kadar MDA meningkat signifikan pascahiposia 7 hari (A) dibandingkan kelompok normal (p=0,007). Pada perlakuan hanya kelompok pascahipoksia 7 hari dengan kombinasi 200mg/kgBB A.indica dan 150mg/kgBB Efek Antioksidan A. indica dan C. asiatica Vol. 3, No. 2, Agustus 2015 C.asiatica (B) yang menurunkan kadar MDA secara signifikan (p=0,011) mendekati kelompok kontrol. Setelah uji ANOVA dilanjutkan dengan multiple comparisons post hoc uji (p=0,011) mendekati kelompok kontrol. Setelah uji kgBB pada A.indica dan 150mg/kgBB C.asiatica (B) LSD α=0,05. ANOVA dilanjutkan dengan multiple comparisons post hoc uji LSD pada α=0,05.
yang menurunkan kadar MDA secara signifikan
100.000
Aktivitas ALT (U/L)
Aktivitas AST (U/L)
120.000
80.000 60.000 40.000 20.000 0.000
H +200A I +150C A (B)
H +250A I +100C A (C)
H+250 AI (D)
H+150 CA (E)
H+100 vit C (F)
71.601 64.646
78.813 84.299
72.841
70.631
15.501 14.010
20.659
19.423
12.431
Norma l
H+air (A)
Rerata
63.244
SD
11.500
15.220
50.000 45.000 40.000 35.000 30.000 25.000 20.000 15.000 10.000 5.000 0.000
H +200A I +150C A (B)
H +250A I +100C A (C)
H+250 AI (D)
H+150 CA (E)
H+100 vit C (F)
Normal
H+air (A)
Rerata
15.515
26.729
30.544
14.436
32.620
13.776
29.155
SD
7.318
10.943
15.126
11.700
8.026
7.584
10.074
Gambar 1. Aktivitas Enzim AST(GOT) dan Enzim ALT(GPT) Pascahipoksia Sistemik. H: Hipoksia, AI: A. indica, CA: C. asiatica; n=4. Gambar 1. Aktivitas Enzim AST(GOT) dan Enzim ALT(GPT) Pascahipoksia
Kadar MDA (nmol/mg protein)
Sistemik. H: Hipoksia, AI: A. indica, CA: C. asiatica; n=4.
3.000 2.500 2.000 1.500 1.000 0.500 0.000
H H +200AI +250AI +150CA +100CA (B) (C)
Normal
H+air (A)
rerata
0.774
1.438
0.823
SD
0.123
0.308
0.236
H+250 AI (D)
H+150 CA (E)
H+100 vit C (F)
1.897
1.026
1.048
1.391
0.802
0.279
0.393
0.341
Gambar 2. Kadar MDA2. dalam Homogenat Tikus Pascahipoksia Sistemik. Hipoksia, AI: A. indica, Gambar Kadar MDA Hati dalam Homogenat Hati TikusH: Pascahipoksia CA: C.asiatica. Sistemik. n=4 H: Hipoksia, AI: A. indica, CA: C.asiatica. n=4
io GSH/GSSG (nmol/mg protein)
Rasio GSH/GSSG padaditampilkan Gambar enzim jaringan hatiterdapat tikus Rasioditampilkan GSH/GSSG padaAktivitas Gambar 3. SOD Padadalam uji ANOVA 3. Pada perubahan uji ANOVA rasio terdapat rasiosecarapada semua kelompok ditampilkan pada gambar 4. GSHperubahan dan GSSG signifikan pada kelompok perlakuan p=0,003. GSH danRasio GSSG GSH secara dan signifikan pada kelompok Pada uji ANOVA aktivitas enzim SOD tidak berbeda GSSG meningkat pada kelompok pascahipoksia yang diberi dosis perlakuan200mg/kgBB p=0,003. Rasio GSHdandan GSSG padaC.asiatica kelompok (B) pascahipoksia hari A.indica dosis tunggal bermakna 150mg/kgBB dan dosis7 tunggal meningkat pada kelompok pascahipoksia yang dibandingkan kelompok normal p<0,001. Kombinasi 250mg/kgBB A.indica (D) 1 dibandingkan kelompok normal (p=0,001) dan kontrol negatif diberi dosis 200mg/kgBB A.indica dan dosis 200mg/kgBB dancomparisons 150mg/kgBB C. asiatica (A) (p<0,001). Setelah uji ANOVA dilanjutkan denganA.indica multiple post hoc uji tunggal 150mg/kgBB C.asiatica (B) dan dosis (B) secara bermakna meningkatkan aktivitas enzim LSD pada α=0,05. tunggal 250mg/kgBB A.indica (D) 1 dibandingkan SOD dibandingkan kelompok kombinasi yang kelompok normal (p=0,001) dan kontrol negatif (A) lain terhadap kontrol negatif p<0,001. Setelah uji 0.0600 (p<0,001). Setelah uji ANOVA dilanjutkan dengan ANOVA dilanjutkan dengan multiple comparisons 0.0500 multiple comparisons post hoc uji LSD pada α=0,05. post hoc uji LSD pada α=0,05.
0.0400 0.0300 0.0200 0.0100 0.0000
103
Normal
H+air
H H +200AI +250AI H+250
H+150
H+100 vit C
Rasio GSH/GSSG (nmol/mg protein)
Rasio GSH/GSSG ditampilkan pada Gambar 3. Pada uji ANOVA terdapat perubahan rasio GSH dan GSSG secara signifikan pada kelompok perlakuan p=0,003. Rasio GSH dan GSSG meningkat pada kelompok pascahipoksia yang diberi dosis 200mg/kgBB A.indica dan dosis tunggal 150mg/kgBB C.asiatica (B) dan dosis tunggal 250mg/kgBB A.indica (D) 1 dibandingkan kelompok normal (p=0,001) dan kontrol negatif Agnes Frethernety, Melva Louisa, Novi S. Hardiany, Adisti Dwijayanti, Erni H. Purwaningsih eJKI (A) (p<0,001). Setelah uji ANOVA dilanjutkan dengan multiple comparisons post hoc uji LSD pada α=0,05. 0.0600 0.0500 0.0400 0.0300 0.0200 0.0100 0.0000 Normal
H+air (A)
H H +200AI +250AI H+250 +150C +100C AI (D) A (B) A (C)
H+150 CA (E)
H+100 vit C (F)
Rerata 0.0104
0.0061
0.0326
0.0126
0.0335
0.0175
0.0152
SD
0.0022
0.0156
0.0056
0.0127
0.0072
0.0032
0.0065
Aktivitas Enzim SOD (U/mg protein)
Gambar 3. Kadar Rasio GSH 3. danKadar GSSGRasio dalam Homogenat Hati Tikus Pascahipoksia H: Hipoksia, Gambar GSH dan GSSG dalam Homogenat Sistemik. Hati Tikus AI: A. indica, CA: C. asiatica; n=4. Sistemik. H: Hipoksia, AI: A. indica, CA: C. Pascahipoksia asiatica; n=4.
25.000 20.000 15.000 10.000 5.000 0.000 Normal
H+air (A)
H H +200A +250A H+100 H+250 H+150 I I vit C AI (D) CA (E) +150C +100C (F) A (B) A (C)
Rerata 18.346 17.611 19.803
5.067
10.151 11.808 15.246
SD
1.242
1.449
1.122
1.159
1.320
1.679
1.530
Gambar 4. Aktivitas enzim SOD4.dalam homogenat hati tikus sistemik. H: Hipoksia, Gambar Aktivitas enzim SOD pascahipoksia dalam homogenat hati tikus AI: A. indica, CA: C. asiatica; pascahipoksia n=4. sistemik. H: Hipoksia, AI: A. indica, CA: C.
asiatica; n=4.
Aktivitas enzim SOD dalam jaringan hati tikus pada Model yang dilakukan adalahpada Aktivitas enzim SOD dalam jaringan hati tikus eksperimental pada semua kelompok ditampilkan semua kelompok ditampilkan pada gambar 4. dengan mengiduksi hipoksia yang bersifat sistemik gambar 4. Pada uji ANOVA aktivitas enzim SOD tidak berbeda bermakna pada kelompok Pada uji ANOVA aktivitas enzim7SOD berbeda terhadap normal tikus selama 7 hari.Kombinasi Model tersebut telah pascahipoksia haritidak dibandingkan kelompok p<0,001. 200mg/kgBB bermakna pada kelompok 7 hari dilakukan Zainuri9 meningkatkan yang menyimpulkan bahwa A.indica dan pascahipoksia 150mg/kgBB C. asiatica (B) secaraoleh bermakna aktivitas enzim SOD dibandingkan kelompok kombinasi yang lain sistemik terhadap kontrol negatif p<0,001. dibandingkan kelompok normal p<0,001. Kombinasi induksi hipoksia hingga 7 hari menyebabkan Setelahdan uji ANOVA dilanjutkan dengan multiple comparisons post hoc LSD pada α=0,05. 200mg/kgBB A.indica 150mg/kgBB C. asiatica kerusakan oksidatif sel-sel hati ujiditandai dengan (B) secara bermakna meningkatkan aktivitas enzim peningkatan MDA diikuti dengan respons penurunan Diskusikelompok kombinasi yang SOD dibandingkan aktivitas antioksidan MnSOD dan katalase. Jusman10 Penelitian bertujuan untukujimenganalis pengaruh pemberian kombinasi ekstrak etanol lain terhadap kontrol negatif ini p<0,001. Setelah melaporkan bahwa induksi hipoksia sistemik dapat ANOVA dilanjutkan dengan multiple comparisons meningkatkan pembentukan ROS selama hipoksia A. indica dan C. asiatica pada tikus spraque dawley pascahipoksia sistemik terhadap post hoc uji LSD padahati, α=0,05. dan berkurangnya GSH dalam hati. Hati fungsi stres oksidatif dan aktivitas antioksidan organkonsentrasi hati. adalah organ yang sangat aerobik yang metabolisme Model eksperimental yang dilakukan adalah dengan mengiduksi hipoksia yang bersifat 9 Pembahasan sistemik terhadap tikus selama 7 hari. dan kelangsungan hidupnya bergantung oksigen Model tersebut telah dilakukan oleh Zainuri yang Penelitian menyimpulkan ini bertujuan bahwa untuk menganalis sehingga sensitif terhadap hipoksia. induksi hipoksia sistemik hingga 7 hari menyebabkan kerusakan pengaruh pemberian kombinasi ekstrak etanol A. Pascahipoksia 7 hari (kontrol negatif)penurunan tidak oksidatif sel-sel hati ditandai dengan peningkatan MDA diikuti dengan respons indica dan C. asiatica pada tikus spraque dawley memperlihatkan perubahan fungsi hati yang 10 aktivitas antioksidan MnSOD dan katalase. Jusman melaporkan bahwa induksi hipoksia pascahipoksia sistemik terhadap fungsi hati, stres bermakna. Gratiela11 melaporkan aktivitas AST sistemik dapat meningkatkan pembentukan ROS selama hipoksia dan berkurangnya oksidatif dan aktivitas antioksidan organ hati. dan ALT meningkat 3 jam dan 6 jam setelah
konsentrasi GSH dalam hati. Hati adalah organ yang sangat aerobik yang metabolisme dan kelangsungan hidupnya bergantung oksigen sehingga sensitif terhadap hipoksia. 104 Pascahipoksia 7 hari (kontrol negatif) tidak memperlihatkan perubahan fungsi hati yang 11 bermakna. Gratiela melaporkan aktivitas AST dan ALT meningkat 3 jam dan 6 jam setelah hipoksia. Mekanisme adaptasi yang baik pada hati tikus juga dapat menyebabkan
Efek Antioksidan A. indica dan C. asiatica
Vol. 3, No. 2, Agustus 2015
hipoksia. Mekanisme adaptasi yang baik pada hati tikus juga dapat menyebabkan perubahan fungsi hati yang tidak berbeda bermakna pada semua kelompok. Pemberian A. indica dan C. asiatica belum mempelihatkan perbaikan pada uji fungsi hati. Berdasarkan penelitian Armansyah et al12 aktifitas hepatoprotektor ekstrak etanol daun A. indica dengan dosis 50, 100, dan 200mg/kgBB selama 7 hari pada tikus putih yang diinduksi parasetamol memperlihatkan penurunan kadar SGPT dan SGOT dalam darah tikus seiring dengan peningkatan dosis yang diberikan. Hasil penelitan Vidyaniati et al13 ekstrak metanol C. asiatica dosis 200mg/kgBB yang diberikan selama 7 hari pada tikus wistar yang diinduksi karbon tetralorida (CCL4) terdapat perubahan SGPT antara awal dan akhir pada kelompok yang diberi pagagan dibandingkan kelompok kontrol positif. Kadar MDA dalam jaringan hati tikus pada kelompok tikus yang mendapat perlakuan pascahipoksia 7 hari secara signifikan meningkat dibandingkan kelompok normal. Peningkatan kadar MDA dalam jaringan hati karena peningkatan pembentukan ROS akibat induksi hipoksia sistemik. Peningkatan kadar MDA juga terjadi pada penelitian Zainuri9 dan Jusman.10 Peningkatan ROS biasanya dapat diatasi dengan sistem antioksidan endogen dalam tubuh seperti glutathion peroksidase dan SOD. Dari hasil pemeriksaan rasio GSH/GSSG secara statistik tidak terdapat perbedaan bermakna antara kelompok normal dan kelompok pascahipoksia 7 hari walaupun rerata rasio GSH/GSSG pascahipoksia 7 hari memperlihatkan penurunan dibanding kontrol yang tampak pada gambar 3. Pada penelitian Jusman10 hipoksia sistemik dapat meningkatkan ROS dan berkurangnya konsentrasi GSH dalam hati. Kadar GSH yang tidak berbeda bermakna juga berarti proses tereduksinya GSSG menjadi GSH masih dapat berlangsung. Jika kadar ROS yang terbentuk meningkat, namun kadar GSH tetap sama maka tetap terjadi ketidakseimbangan kadar hidrogen peroksida di dalam sel. Pada kelompok perlakuan pemberian senyawa uji pascahipoksia sistemik pada dosis kombinasi 200 mg/kgBB A. indica dan 150 mg/ kgBB C. asiatica rasio GSH/GSSG meningkat dibandingkan kelompok normal. Pada penelitian Mathew et al14 pemberian ekstrak etanol A. indica (100mg/kgBB) secara bermakna meningkatkan aktivitas GSH pada kelompok preventif, protektif dan dibandingkan dengan kontrol negatif (induksi paracetamol 1g/kg). Pada penelitian Sarumathi
et al15 mengenai status antioksidan pada hati dan ginjal selama immobilisasi stres yang diberikan C. asiatica 200mg/kgBB selama 21 hari menunjukan aktivitas enzim katalase, SOD dan GPx memiliki tingkat yang sama dengan kelompok kontrol dan kelompok yang diberi C. asiatica. Aktivitas enzim SOD menurun pada kelompok pascahipoksia 7 hari yang disebabkan penurunan kapasitas antioksidan di dalam jaringan hati. Penelitian Zainuri et al9 menunjukan kenaikan kadar MDA terjadi sampai hipoksia hari ke-7 disertai penurunan aktivitas antioksidan MnSOD. Kombinasi dosis 200 mg/kgBB A.indica dan 150mg/ kgBB C. asiatica meningkatkan aktivitas enzim SOD secara bermakna dalam menangkap radikal bebas yang terbentuk oleh induksi hipoksia selama 7 hari. Penelitian Armansyah et al11 menunjukan aktifitas hepatoprotektor ekstrak etanol daun A.indica karena kandungan senyawa flavonoid. Kesimpulan Pemberian kombinasi 200mg/kgBB A. indica dan 150mg/kgBB C. asiatica dapat membantu memproteksi hati pascahipoksia dengan menurunkan kadar MDA dan meningkatkan aktivitas antioksidan endogen berupa rasio GSH/ GSSG dan aktivitas SOD pada tikus spraque dawley pascahipoksia sistemik. Daftar Pustaka 1.
2.
3. 4. 5.
6.
7.
8.
105
Sadikin AH. Stres oksidatif pada hati tikus yang diinduksi hipoksia [tesis]. Jakarta: Universitas Indonesia; 2008 Saleh RA, Dkhil MA, Al-Quraishy A. Effect of hypoxia on the hepatic tissue of rat: histological and histochemical studies. Life Science Journal. 2013;10(3). Silvia FS. Aktivitas spesifik hipoksia [skripsi]. Jakarta: Universitas Indonesia; 2009. Taylor CT, Pouyssegur JP. Oxygen, hypoxia, and stress. Ann NY Acad Sci. 2007;1113:87-94. Wayuni S. Pengaruh daun sambiloto (andrographis paniculata, nees) terhadap kadar SGPT dan SGOT tikus putih. Gamma. 2005;1(1):45-53. Bachri MS. Efek hepatoprotektif ekstrak metanol jahe merah (zingiber officinale roscoe) pada mencit jantan yang diinduksi CCl4. Jurnal Ilmiah Kefarmasian. 2011;1(2):35-41. Hasti S, Muchtar H, Bakhtia A. Uji aktivitas hepatoproteksi dan toksisitas akut dari ekstrak gambir terstandarisasi. Jurnal Penelitian Farmasi Indonesia. 2012;1(1):34-8. Farida S, Krisnamurti DGB, Sianipar I, Mudjihartini N. Efek neuroterapi kombinasi ekstrak akar kucing (A. indica L) dan pegagan (C. Asiatica L) pada sel neuron tikus sprague dawley pascahipoksia. In press.
Agnes Frethernety, Melva Louisa, Novi S. Hardiany, Adisti Dwijayanti, Erni H. Purwaningsih
9.
Zainuri M, Wanandi SI. Aktivitas spesifik manganese superoxide dismutase (Mnsod) dan katalase pada hati tikus yang diinduksi hipoksia sistemik: hubungannya dengan kerusakan oksidatif. Media Litbang Kesehatan. 2012;22(2):87-92. 10. Jusman SWA. Respons jaringan hati terhadap hipoksia sistemik kronik: regulasi ekspresi gen sitoglobin oleh Hypoxia-Inducible Factor-1α [disertasi]. Jakarta: Universitas Indonesia, 2010. 11. Gratiela Ml, Niculina M, Raluca P, Catalina C, Anca1 B. Redox status in wistar rat blood after hypoxia. Farmacia. 2012;60(3):358-65. 12. Armansyah TR, Sutriana A, Aliza D, Vanda H, Rahmi E. Aktivitas hepatoprotektif ekstrak etanol daun kucing-kucingan (A. indica L.) pada tikus putih (Rattus Novergicus) yang diinduksi parasetamol. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan. 2010; 13(6):292-8.
eJKI
13. Vidyaniati P, Ariyoga A, Satramihardja HS. Perlindungan hepatotoksisitas ekstrak metanol pegagan dibanding vitamin E pada tikus model hepatitis. MKB. 2010;42(3):101-7. 14. Mathew M, Nair C, Shenoy T, Varghese J. Preventive and curative effects of A. indica on acetaminopheninduced hepatotoxicity. IJGP. 2011;5:49-54. 15. Sarumathi A, Saravanan N. Antioxidant status in kidney and liver of rats during immobilization stress and treated with C. asiatica. URP Journals. 2012;2(4):165-9.
106