ISSN: 1410-0029 Jurnal Penelitian dan Informasi Pertanian “Agrin”, Vol.11 No. 1, April 2007
PERTUMBUHAN DAN HASIL BABY CORN PADA BERBAGAI DOSIS N DAN PERIODE BEBAS GULMA Growth and Yield of Baby Corn at Different N Dose and Weed Free Period Oleh: T. Agustono dan A. Sarjito Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Unsoed e-mail:
[email protected]
ABSTRAKS Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pupuk N dan periode bebas gulma terhadap pertumbuhan dan hasil baby corn, dengan sasaran untuk mendapatkan dosis N yang tepat dan waktu periode bebas gulma yang paling efektif. Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan, mulai bulan Mei 2006 dan selesai bulan Agustus 2006. Kombinasi empat taraf pemupukkan N dan lima macam periode bebas gulma diletakkan pada areal percobaan berdasarkan Rancangan Acak Kelompok Lengkap dan diulang tiga kali. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji F, dan dilanjutkan dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT) dan uji regresi untuk mengetahui pola pengaruh perlakuannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk N meningkatkan tinggi tanaman, bobot segar tanaman, serapan N dan komponen hasil serta hasil baby corn. Hasil baby corn tertinggi (2011.86 kg/ha) dicapai pada pemupukkan N sebesar 123.435 kg N/ha. Periode bebas gulma 0 sampai 2 mst sudah mampu mengurangi persaingan tanaman dengan gulma. Besarnya serapan N dan bobot kering tanaman jagung akibat pemberian pupuk N tergantung pada periode bebas gulma. Serapan N tertinggi (3,50 g per tanaman) diperoleh pada kombinasi dosis pupuk 138 kg N/ha dengan periode bebas gulma selama 6 mst. Kata kunci: pupuk N, periode bebas gulma, hasil baby corn ABSTRACT An experiment evaluating the effects of N fertilization and weeds free period on the growth and yield of baby corn was carried out for four months, from May until August 2006. This experiment aimed at finding out the appropriate dose of N fertilizer; determining the most effective time of weeding period; and evaluating the interaction effects between the two treatments as well as finding the best combination. Four levels of N application and five magnitudes of weed free periods were laid out in a Randomized Complete Block Design with three replications. Data obtained was analyzed by F test, and continued by Duncan Multiple Range Test (DMRT) and Regression test. N fertilization increased crop height, crop fresh weight, and yield component of baby corn. N application of 46 kg N/ha resulted the highest weight of cob without husk (1738.74 kg/ha) and there was no significant effect among the level of N fertilization. Weeds free period significantly decreased the competition rate of crop and weeds. There was no significant effect among the level of weed free period. Weed free period up to 2 week after planting decreased crop-weed interaction. The effects of N fertilization on the rate of N uptake and dry weight of plant depended on the degree of weed free period. The combination of 138 kg N/ha and weed free period during 6 weeks after planting resulted in the highest N absorption (3.50 g per crop). Key words: N fertilizer, weed free period, baby corn yield
25
ISSN: 1410-0029 Jurnal Penelitian dan Informasi Pertanian “Agrin”, Vol.11 No. 1, April 2007
PENDAHULUAN Baby corn merupakan salah satu bentuk hasil panen jagung, yang dikonsumsi sebagai sayuran dan mempunyai berbagai manfaat. Baby corn sangat digemari masyarakat Indonesia karena mempunyai aroma segar dan khas (Handayani, 1992) serta higienis (Yodpetch dan Bautista, 1983). Hijauan batang dan daun limbah usaha tani baby corn juga dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak yang bergizi dan berpotensi untuk dipasarkan (Harjoso dan Purwantono, 2002). Baby corn juga merupakan komoditas eksport yang propektif. Menurut Duryatmo (2001) permintaan importir Jerman terhadap baby corn mencapai 50 kontainer yang setara dengan 100 ton per bulan. Tingkat permintaan baby corn produk Indonesia cukup tinggi, tetapi belum dapat dipenuhi oleh perusahaan eksportir baby corn. Kuantitas, kualitas dan kontinuitas produksi baby corn Indonesia belum memenuhi standar permintaan pasar internasional (Wijaya, 1991). Oleh karena itu, budidaya jagung untuk menghasilkan baby corn perlu ditingkatkan dan dilestarikan secara terus menerus. Peningkatkan dan pelestarian budidaya baby corn tidak mudah karena berbagai kendala yang harus dihadapi oleh petani. Diantara berbagai kendala yang sering yang sering diabaikan petani adalah kekahatan hara N dan keberadaan gulma pada areal pertanaman. Pemupukan nitrogen (N) berperan penting dalam meningkatkan produksi tanaman jagung (Sirrapa et al., 2001). Jagung membutuhkan unsur N dalam jumlah banyak, yakni berkisar antara 60 sampai 180 kg N per hektar
26
(Effendi,1984), namun ketersediaan N dalam tanah sedikit, yaitu berkisar antara 0,02 sampai 0,04 persen (Sirappa, 2003). Padahal, sekitar 90% pertanaman jagung pada lahan kering dan sawah tadah hujan daerah tropis hasilnya dapat meningkat dengan pemberian pupuk N (Sirappa et al., 2001). Oleh karena itu, pemupukkan N perlu dilakukan untuk mendapatkan hasil panen tinggi. Gulma merupakan pesaing tanaman budidaya yang merugikan petani jagung. Keberadaan gulma pada pertanaman jagung mengganggu pertumbuhan tanaman dan menurunkan hasil panen (Bangun, 1985) hingga 1662% (Bangun, 1988). Menurut Busyra et al. (1991) keberadaan gulma selama periode kritis (30 hari pertama dari pertumbuhan jagung), menurunkan hasil cukup besar (20% - 50%). Kondisi ini akan diperparah jika gulma yang tumbuh sudah berperan sebagai inang bagi hama dan patogen. Oleh karena itu, pengendalian gulma merupakan salah satu upaya penting dalam menekan efek negatif gulma terhadap tanaman pokok, terutama penurunan hasil (Rahayu et al., 2003). Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk: 1. Mengkaji pengaruh pemupukkan N terhadap pertumbuhan dan hasil baby corn serta mendapatkan dosis N yang tepat. 2. Mengkaji pengaruh periode bebas gulma terhadap pertumbuhan dan hasil baby corn serta menentukan periode bebas gulma yang paling efektif. 3. Mengkaji interaksi antara dosis pupuk N dan periode bebas gulma terhadap pertumbuhan dan hasil baby corn serta mendapatkan kombinasi terbaik.
ISSN: 1410-0029 Jurnal Penelitian dan Informasi Pertanian “Agrin”, Vol.11 No. 1, April 2007
METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto. Lokasi penelitian terletak pada ketinggian + 110 m di atas permukaan laut dengan jenis tanah inceptisol. Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan, dari bulan Mei sampai dengan Agustus 2006. Penelitian ini merupakan percobaan lapang berpola faktorial yang dirancang berdasarkan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL). Pemupukan N (urea) terdiri atas empat taraf yaitu 0 kg N/ha (N0), 46 kg N/ha (N1), 92 kg N/ha (N2), dan 138 kg N/ha (N3). Periode bebas gulma terdiri atas: tanpa periode bebas gulma (P0), 0 sampai 2 minggu setelah tanam (mst) bebas gulma (P1), 0 sampai 4 mst bebas gulma (P2), 0 sampai 6 mst bebas gulma (P3), dan 0 sampai 8 mst bebas gulma atau bebas gulma selama pertumbuhan tanaman (P4). Kombinasi perlakuan sebanyak 20 perlakuan dan diulang tiga kali sehingga diperoleh 60 unit percobaan. Petak percobaan berukuran 6 m x 3 m dan dibuat setelah tanah diolah. Jarak tanam yang digunakan yaitu 75 cm x 25 cm. Pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil tanaman di dalam petak efektif sebanyak 5 tanaman untuk pengamatan non destruktif dan 4 tanaman untuk dua kali pengamatan destruktif. Variabel pertumbuhan yang diamati meliputi: tinggi tanaman, Indeks Luas Daun (ILD), laju asimilasi bersih (LAB), laju tumbuh tanaman (LTT), serapan nitrogen, serta bobot segar dan kering tanaman. Komponen hasil dan hasil tanaman terdiri atas: bobot tongkol berklobot per tanaman, bobot tongkol nir
klobot per tanaman, diameter tongkol nir klobot, dan bobot tongkol nir klobot per hektar. Data hasil pengamatan dianalisis dengan analisis varian atau uji F dan jika ada keragaman dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan/Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf P = 0.05 dan analisis regresi (Steel dan Torrie, 1987).
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan dan Serapan N Respon pertumbuhan dan serapan N tanaman jagung terhadap pemupukkan N dan periode bebas gulma bervariasi. Laju asimilasi bersih, laju tumbuh tanaman dan indeks luas daun tidak dipengaruhi oleh kedua perlakuan. Tinggi tanaman hanya dipengaruhi oleh pemupukkan N. Bobot segar tanaman dan serapan N dipengaruhi oleh kedua perlakuan secara mandiri. Bobot kering tanaman dipengaruhi oleh pemupukkan N dan periode bebas gulma secara simultan. Indeks luas daun (ILD) tidak berbeda nyata (Tabel 1), tetapi telah mencapai ILD optimal karena menurut Fischer dan Palmer (1992) ILD optimal untuk tanaman jagung berkisar antara 2.5-5. Walaupun ada kecenderungan meningkat, hasil ini berbeda dengan hasil penelitian Agustono (2004). Penambahan pupuk nitrogen sampai taraf tertentu mampu meningkatkan ILD tanaman jagung. Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa kadar nitrogen dalam tanah pada areal penelitian mampu memberikan kontribusi terhadap pembentukan daun. Hal ini sesuai hasil penelitian Valentinuz and Tollenaar (2006).
27
ISSN: 1410-0029 Jurnal Penelitian dan Informasi Pertanian “Agrin”, Vol.11 No. 1, April 2007
Tabel 1. Angka rata-rata komponen pertumbuhan baby corn pada perlakuan pemupukan N dan pengaturan periode bebas gulma Perlakuan
Tinggi tanaman (cm)
LTT
ILD
-2
LAB -1
(g m hari )
-2
-1
(mg cm hari )
Bobot segar tanaman (g)
Dosis N N0 (0 KgN/Ha)
228.23 b
5.55 a
30.31 a
0.46 a
620.80 c
N1 (46 KgN/Ha)
228.15 b
5.96 a
38.12 a
0.55 a
686.67 b
N2 (92 KgN/Ha)
238.34 a
5.82 a
38.69 a
0.54 a
769.60 a
N3 (138 KgN/Ha)
236.74 a
5.78 a
30.95 a
0.61 a
758.13 a
P0 (tanpa periode bebas gulma)
226.91 a
5.48 a
35.25 a
0.53 a
623.50 b
P1 (0-2 mst bebas gulma)
235.02 a
5.81 a
31.63 a
0.67 a
715.83 a
P2 (0-4 mst bebas gulma)
233.47 a
5.92 a
36.23 a
0.52 a
728.33 a
P3 (0-6 mst bebas gulma)
236.18 a
5.72 a
36.50 a
0.52 a
740.00 a
P4 (0-8 mst bebas gulma)
232.76 a
5.94 a
32.98 a
0.45 a
736.33 a
Periode bebas gulma
Keterangan: Angka pada variabel yang sama dengan perlakuan yang sama dan diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perbedaan yang tidak nyata pada uji DMRT 5 persen.
Peningkatan laju asimilasi bersih dan laju tumbuh tanaman karena pemupukkan N tidak berbeda nyata (Tabel 1). Hasil ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Agustono (2004), terutama jika aplikasi N dikombinasikan dengan sistem olah tanah intensif. Pada kondisi tanah diolah secara intensif, pemupukkan N meningkatkan laju asimilasi bersih dan laju tumbuh tanaman. Perbedaan hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa kadar N pada areal penelitian cukup optimal untuk mendukung laju asimilasi bersih dan laju tumbuh tanaman. Hal ini terjadi karena lokasi penelitian juga merupakan lahan percobaan yang sering dipergunakan untuk berbagai penelitian. Pengaruh positif pemupukan N mulai nampak pada variabel pertumbuhan tinggi tanaman serta bobot segar dan bobot kering tanaman (Tabel 1). Penambahan dosis pupuk N dari 0 kg
28
N/Ha menjadi 46 kg N/Ha tidak menambah tinggi tanaman. Penambahan 46 kg N/ha berikutnya meningkatkan tinggi tanaman hingga 4.43%, namun penambahan berikutnya justru mengalami penurunan sebesar 0.67%. Hal ini menunjukkan bahwa guna meningkatkan tinggi tanaman jagung dibutuhkan penambahan pupuk N sebesar lebih kurang 92 kg N/ha. Kenyataan ini memperkuat pendapat Sirrapa (2003), bahwa unsur N memang dibutuhkan oleh tanaman jagung dalam jumlah banyak, yakni 60-180 kg N/ha. Penambahan pupuk N diperlukan karena unsur N berperan dalam pembentukkan protoplasma sel tanaman serta mampu meningkatkan tinggi tanaman (Hamim, 1987). Bobot segar tanaman jagung dipengaruhi oleh pemupukkan N dan periode bebas gulma secara mandiri. Pemupukan N meningkatkan bobot segar
ISSN: 1410-0029 Jurnal Penelitian dan Informasi Pertanian “Agrin”, Vol.11 No. 1, April 2007
tanaman jagung (Gambar 1) secara kuadrater Y = 615.227 + 107.493X 19.3333X2 dan R2 = 0.267 (Gambar 1). Penambahan pupuk N sampai 127.882 kg N/ha meningkatkan bobot segar tanaman hingga mencapai maksimal (764.64 g). Penambahan pupuk N selanjutnya justru menurunkan bobot segar tanaman. Thompson dan Throeh (1975) mengemukakan bahwa jika nitrogen cukup tersedia maka terjadi pembentukan protein dan bahan-bahan penting lainnya yang berguna untuk pembentukan sel baru, pembentukan daun dan penambahan tinggi tanaman serta biomassa tanaman. Nitrogen sangat berperan dalam pembentukan klorofil (Paulus, 1992) yang meningkatkan kapasitas fotosintesis dan akumulasi bahan kering (Tisdale et al., 1999). Bobot segar tanaman (g)
1000
Y = 615.227 + 107.493X - 19.33X2 R-Sq = 0.267
900 800 700 600 500 400 0 KgN/Ha
46 KgN/Ha
92 KgN/Ha
138 KgN/Ha
Dosis pemupukkan N
Gambar 1. Bobot segar tanaman jagung pada berbagai dosis pupuk urea.
Sumbangan pemupukan N relatif kecil (26.7%). Hal ini mungkin saja terjadi karena fungsi penambahan nitrogen dipengaruhi oleh berbagai faktor kompleks, seperti ketersediaan N dalam tanah, iklim, pertanaman sebelumnya dan jenis tanaman. Fakta terakhir didukung oleh hasil penelitian Miao (2006).
Bobot segar tanaman juga dipengaruhi oleh periode bebas gulma (Tabel 1). Bobot segar tanaman jagung meningkat sejalan dengan periode bebas gulma. Periode bebas gulma 0-2 mst, 0-4 mst, 0-6 mst dan 0-8 mst, masing-masing meningkatkan bobot segar tanaman hingga mencapai 14.81%, 16.81%, 18.68% dan 18.10% dari bobot segar tanaman tanpa penyiangan. Kenyataan ini membuktikan bahwa periode bebas gulma pada awal pertumbuhan tanaman berpengaruh baik terhadap pertumbuhan tanaman jagung. Hasil ini memperkuat pernyataan bahwa persaingan tanaman dan gulma pada awal pertumbuhan merupakan salah satu periode kritis bagi pertumbuhan dan hasil tanaman jagung. Menurut Zimdahl (1980), persaingan tanaman jagung dengan gulma yang terjadi hanya selama 2 minggu setelah tanam belum menurunkan hasil, tetapi jika persaingan berlangsung antara 3 sampai 5 minggu setelah tanam hasil akan menurun sebanyak 15-22%. Tanggap tanaman (bobot kering tanaman) terhadap pemupukkan N bergantung pada periode bebas gulma (Gambar 2). Secara umum pemupukkan N hingga taraf tertentu (108.801 kg N/ha) meningkatkan bobot kering tanaman hingga mencapai maksimal (776.639 g) dan penambahan selanjutnya justru menurunkannya (Gambar 2). Menurut Miao (2006) pengaruh pemupukkan N sangat bergantung pada berbagai faktor yang sangat kompleks, diantaranya adalah kadar N dalam tanah dan kondisi lingkungan. Agustono (2004) melaporkan bahwa keberadaan gulma berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil jagung. Hasil penelitian ini juga memberikan gambaran yang identik, khususnya tentang respon bobot kering tanaman
29
ISSN: 1410-0029 Jurnal Penelitian dan Informasi Pertanian “Agrin”, Vol.11 No. 1, April 2007
Raun dan Johnson (1999), sekitar 2050% pupuk N yang diberikan mengalami denitrifikasi, hilang karena menguap dan mengalami pencucian. 790 2
780 770 Bobot kering tanaman (g)
terhadap pupuk N dan periode bebas gulma (Gambar 3). Pada tanpa periode bebas gulma, pola peningkatan bobot kering tanaman sesuai dengan pola umum pengaruh dosis pupuk N. Pada periode bebas gulma 0-2 mst dan 0-4 mst, penambahan pupuk N meningkatkan bobot kering tanaman secara linier. Gambar 3 juga menunjukkan bahwa adanya periode bebas gulma 0-4 mst menyebabkan pengaruh pemupukan N secara kuadrater. Apabila periode bebas gulma diperpanjang hingga 8 mst, bobot kering tanaman mengalami penurunan secara linier, walaupun sumbangannya relatif kecil (6.57%). Hasil ini menggambarkan bahwa ada faktor lain yang berperan dalam pemanfaatan pupuk N yang diberikan. Kecuali ketersediaan unsur N dan keberadaan gulma, efisiensi pemupukan N pada tanaman jagung sangat bergantung pada laju denitrifikasi, voaltilisasi, dan pencucian. Menurut
3
760 750 1
740
y = -14.863x 2 + 70.309x + 693.49 R2 = 0.9766
730 720 710 700
0
690 680 0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
Pemupukan N (Ni X 46 kg N/ha)
Gambar 2. Hubungan pemupukkan N dengan bobot kering tanaman jagung
180
170
P2 P1
Bobot kering tanaman (g)
160 P3 150 P4 140 P0 YP0 = 110.95 + 42.52 X - 11.467 X
130
2
2
R = 0.8699 YP2 = 142.4 + 8.832 X
YP1 = 146.7 + 5.366 X
120
2
2
R = 0.5984
R = 0.3175 YP3= 136.81 + 26.034 X - 6.9125 X
110
2
YP4 = 153.11-1.891 X 2
R = 0.0657
2
R = 0.7937 100 0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
Dosis pupuk N (Ni X 46 kg N/ha)
Gambar 3. Bobot kering tanaman jagung pada berbagai dosis pupuk urea dan periode bebas gulma.
30
ISSN: 1410-0029 Jurnal Penelitian dan Informasi Pertanian “Agrin”, Vol.11 No. 1, April 2007
Serapan nitrogen dipengaruhi oleh pemupukkan N dan periode bebas gulma secara mandiri. Serapan N meningkat sejalan dengan peningkatan dosis pupuk (Gambar 4) dan bobot kering tanaman (Gambar 2). Serapan N tertinggi (2.812 kg/ha) dicapai pada pemupukkan N sebanyak 120.9 kg N/ha (Gambar 4). Walaupun demikian, ada kecenderungan bahwa peningkatan serapan N sebagai akibat penambahan pupuk N bergantung pada periode bebas gulma (P = 0.051). Kenyataan ini sejalan dengan fakta bobot kering tanaman di atas. Serapan N meningkat sesuai dengan peningkatan dosis pupuk N dan periode bebas gulma. Berkurangnya populasi gulma pada areal pertanaman jagung menurunkan tingkat persaingan gulma-tanaman, sehingga serapan N meningkat .
Serapan N (kg/ha)
3.5
Y = 2.0044 + 0.615 X - 0.117 X^2 R-Sq = 33.6% *
2.5
1.5 0
1 2 Pemupukkan Nitrogen (Ni X 46 kg N/ha)
3
Gambar 4. Serapan N pada berbagai dosis pupuk nitrogen
B. Komponen Hasil dan Hasil Baby Corn Peningkatan dosis pupuk N dan periode bebas gulma tidak hanya berpengaruh terhadap komponen pertumbuhan, tetapi juga berpengaruh terhadap komponen hasil dan hasil baby
corn. Komponen hasil dan hasil baby corn disajikan pada Gambar 5. Bobot tongkol berkelobot per tanaman meningkat secara kuadrater sesuai persamaan garis: Y = 57.6235 + 7.749 X - 1.490 X2. Bobot tongkol tertinggi (67.7 g) dicapai pada dosis pupuk N sebanyak 119.62 kg N. Bobot tongkol nir kelobot meningkat sesuai persamaan garis: Y = 16.20 + 1.187 X - 0.264 X2. Bobot tongkol tertinggi (17.53 g) dicapai pada dosis pupuk N sebesar 103.41 kg N/ha. Peningkatan hasil baby corn sesuai dengan penambahan pupuk N. Persamaaan garisnya adalah Y = 1516.95 + 368.872 X -68.733 X2, dimana hasil tertinggi (2011.86 kg/ha) dicapai pada pemupukkan N sebesar 123.435 kh N/ha. Kenyataan ini sesuai dengan hasil penelitian Clawson et al. (2006) pada tanaman kapas dan Halvorson et al. (2006) pada tanaman jagung. Bobot tongkol meningkat sesuai dengan peningkatan dosis pupuk N, yaitu 930, 1190, 1410 dan 1550 kg Ha-1 masingmasing untuk taraf pemupukkan 0, 34, 67, 101, 134, 202 kg N ha-1 (Halvorson et al., 2006). Menurut Miao et al. (2006), pemupukkan N meningkatkan hasil jagung dan kadar protein, tetapi menurunkan kadar lemak dan karbohidrat. Kebutuhan N optimal bervariasi (93 - 195 kg Ha-1) dan secara umum adalah 125 kg Ha-1. Penurunan bobot tongkol (berkelobot maupun nir kelobot) per tanaman dan hasil baby corn ketika pemberian N di atas dosis optimal, menggambarkan bahwa penambahannya sudah tidak efisien lagi. Hasil penelitian Irdiana et al. (2002) menunjukkan bahwa peningkatan takaran nitrogen melebihi dosis optimum menurunkan tingi tanaman dan hasil jagung. Hal ini disebabkan sebagian pupuk hilang karena
31
ISSN: 1410-0029 Jurnal Penelitian dan Informasi Pertanian “Agrin”, Vol.11 No. 1, April 2007
Bobot tongkol berkelobot per tanaman(g)
pencucian, penguapan dan denitrifikasi (Raun and Johnson, 1999). Komponen hasil dan hasil baby corn dipengaruhi oleh perlakuan periode bebas gulma (Tabel 2). Respon bobot tongkol berkelobot terhadap perlakuan 80
Y = 57.6235 + 7.749 X - 1.490 X^2 R-Sq = 32.6% *
70
60
A 50 0
1
2
3
Bobot tongkol nir kelobot per tanaman (g)
Dosis pupuk N (Ni X 46 kg N/ha) 20
Y = 16.20 + 1.187 X - 0.264 X^2 R-Sq = 15.5% *
19 18 17 16
B
15 0
Hasil baby corn (kg/ha)
2500
1
2
3
Dosis pupuk N (Ni X 46 kg N/ha) Y = 1516.95 + 368.872 X -68.733 X^2 R-Sq = 41.3% *
2000
1500
C
1000 0
1
2
3
Dosis pupuk N (Ni X 46 kg N/ha)
Gambar 5. Bobot tongkol berkelobot per tanaman (A), bobot tongkol nir kelobot (B), dan hasil baby cor per hektar pada berbagai dosis pupuk N.
32
periode bebas gulma memiliki pola yang berbeda dengan respon bobot tongkol nir kelobot dan hasil baby corn. Bobot tongkol berkelobot per tanaman tertinggi (67.60 g) diperoleh pada perlakuan periode bebas gulma 4 mst. Hasil ini berbeda dengan kontrol dan periode bebas gulma 0-8 mst, tetapi tidak berbeda nyata dengan periode bebas gulma 0-2 mst dan 0-6 mst. Hal ini menunjukkan bahwa periode bebas gulma 0-4 mst merupakan periode bebas gulma terbaik untuk meningkatkan hasil baby corn, terutama pada variabel bobot tongkol berkelobot. Periode bebas gulma meningkatkan bobot tongkol nir kelobot dan hasil baby corn, tetapi antar perlakuan periode bebas gulma tidak berbeda nyata. Bobot tongkol nir kelobot per tanaman dan hasil baby corn per hektar tertinggi, masing-masing dicapai pada periode bebas gulma 0-2 mst dan 0-4 mst. Bobot tongkol nir kelobot Kenyataan tersebut memperkuat hasil penelitian terdahulu, yakni bahwa interaksi gulma-tanaman terjadi pada 2-4 mst (Rahayu et al., 2003; Busyra et al., 1991). Pengendalian gulma merupakan tindakan budidaya yang penting, karena gulma dapat menjadi pesaing bagi tanaman pokok yang berakibat pada penurunan hasil (Rahayu et al., 2003). Persaingan tanaman jagung dengan gulma selama periode pertumbuhan tanaman dapat mengganggu pertumbuhan tanaman dan menurunkan hasil panen hingga 16-62% (Bangun, 1988). Pendapat tersebut diperkuat oleh Busyra et al. (1991) yang menyatakan bahwa apabila gulma tidak dikendalikan selama periode kritis, yaitu 30 hari pertama dari pertumbuhan tanaman jagung, penurunan hasil cukup besar, berkisar 20-50%.
ISSN: 1410-0029 Jurnal Penelitian dan Informasi Pertanian “Agrin”, Vol.11 No. 1, April 2007
Tabel 2. Komponen dan hasil baby corn pada berbagai periode bebas gulma. Perlakuan P0 (tanpa periode bebas gulma) P1 (0-2 mst bebas gulma) P2 (0-4 mst bebas gulma) P3 (0-6 mst bebas gulma) P4 (0-8 mst bebas gulma)
Bobot tongkol berkelobot per tanaman (g) 57,60 c 67.10 a 67,60 a 64.70 ab 63.20 b
KESIMPULAN Pertumbuhan dan hasil tanaman jagung dipenaruhi oleh pemberian pupuk N dan periode bebas gulma, baik secara mandiri maupun interkasinya. Pupuk N meningkatkan tinggi tanaman, bobot segar tanaman, serapan N dan komponen hasil serta hasil baby corn. Serapan N tertinggi (3,50 g per tanaman) diperoleh pada kombinasi dosis pupuk 138 kg N/ha dengan periode bebas gulma selama 6 mst. Hasil baby corn tertinggi (2011.86 kg/ha) dicapai pada pemupukkan N sebesar 123.435 kg N/ha. Periode bebas gulma 0 sampai 2 mst sudah mampu mengurangi persaingan tanaman dengan gulma. Secara umum pemupukkan N hingga taraf tertentu (108.801 kg N/ha) meningkatkan bobot kering tanaman hingga mencapai maksimal (776.639 g) dan penambahan selanjutnya justru menurunkannya. Namun, peningkatan bobot kering tanaman jagung tersebut tergantung pada periode bebas gulma.
UCAPAN TERIMAKSIH Peneliti menyampaikan terima kasih kepada DP3M Dikti Depdiknas
Bobot tongkol nir kelobot per tanaman (g) 15.93 b 17.64 a 17.55 a 17.20 a 16.96 a
Bobot tongkol nir kelobot per hektar (kg) 1606.6 b 1867.5 a 1871.1 a 1843.1 a 1960.1 a
yang telah memberikan dana untuk penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA Agustono, T. 2004. Kompetisi unsur hara nitrogen antara jagung dengan gulma pada system olah tanah yang berbeda. Agrin 8(2): 122 – 132. Bangun, P. 1985. Pengendalian Gulma Pada Tanaman Jagung. Hal. 83-97. Dalam: Subandi, M. Syam, S.O. Manurung dan Yuswandi (eds.), Hasil Penelitian Jagung, sorgum, Terigu. Risalah Rapat Teknis Puslitbangtan, 28-29 Maret 1985. Puslitbangtan, Bogor. Bangun, P. 1988. Pengendalian Gulma Pada Tanaman Jagung. Hal. 243252. Dalam: Subandi, M. Syam, S.O. dan A. Widjono (eds.) Jagung. Puslitbangtan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor. Busyra, B.S., L. Bahri, dan Z. Zaini. 1991. Pengelolaan Tanah dan Pengendalian Gulma untuk Tanaman Jagung Setelah Padi di Lahan Kering dan Sawah Tandah
33
ISSN: 1410-0029 Jurnal Penelitian dan Informasi Pertanian “Agrin”, Vol.11 No. 1, April 2007
Hujan. Pros. Lokakarya Penelitian Komoditas dan Studi Khusus, Departemen Pertanian. Hal. 235247. Clawson, Ernest L., J. Tom Cothren, and D.C. Blouin. 2006. Nitrogen fertilization and yield of cotton in ultra-narrow and conventional row spacings. Agron. J. (98): 72–79. Duryatmo, S. 2001. Bisnis Si Anak Jagung Permintaan Tinggi, Pasokan Mini. Trubus XXXII No.382. Effendi, S. 1984. Bercocok Tanam Jagung. CV. Yasaguna, Jakarta. Halvorson, A.D., A.R. Mosier, C.A. Reule and W.C. Bausch. 2006. Nitrogen and tillage effects on irrigated continuous corn yields. Agron. J., (98): 63-71. Hamim, H. 1987. Pengaruh Pengolahan Tanah dan Pupuk N terhadap Kandungan Hara Tanaman, Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Hibrida C1 (Zea mays L.). Tesis. Fakultas Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. 77 hal. (Tidak dipublikasikan). Handayani, S.A. 1992. Bertanam Baby Corn. Bonus Trubus No 268 Tahun XXIII. Pusat Informasi Pertanian Trubus, Jakarta. Harjoso, T., dan A.S D. Purwantono. 2002. Pemanfaatan tanah podzolik merah kuning melalui pemberian pupuk kandang dan EM4 bagi program pengembangan baby corn. Jurnal Pembangunan Pedesaan, 2(2): 27-33. Irdiana, L., Y. Sugito, dan A. Soegianto. 2002. Pengaruh takaran pupuk
34
organik cair dan takaran urea terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis (Zea mays saccharata) varietas Bisi Sweet. Agrisvita 24(1): 9-15. Miao, Y. D.J. Mulla, P.C. Robert, and J. A. Hernadez. Wtihin-field variation in corn yield and grain quality responses to nitrogen fertilizer and hybrid selection. Agron. J., (98): 63-71. Paulus, J.M. 1992. Pengaruh Pemupukan Nitrogen dan Waktu Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung (Zea Mays L.) di antara Kelapa. Tesis. Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. 70 hal. Rahayu, N., Nasrullah ,dan A.T. Soejono. 2003. Periode Kritis Tanaman Jagung (Zea mays saccharata Sturt) Terhadap Persaingan dengan Gulma. Agrosains, 16(1):31-41. Raun, William R. and Gordon V. Johnson, 1999. Improving nitrogen use efficiency for cereal production. Agron J., (91): 357363. Sirappa, M.P., Suwarno, S. Sabiham, dan D. Sopandie. 2001. Kalibrasi uji nitrogen tanah dan penyusunan rekomendasi pemupukan nitrogen untuk tanaman jagung. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 4(1): 13-24. Sirappa, M.P. 2003. Penentuan batas kritis dan dosis pemupukan N untuk tanaman jagung di lahan kering pada tanah typic usthorthents. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan, 3(2): 25-37.
ISSN: 1410-0029 Jurnal Penelitian dan Informasi Pertanian “Agrin”, Vol.11 No. 1, April 2007
Steel, R.G.D., and J.H. Torrie. 1987. Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan Biometrik. Terjemah oleh Bambang Sumantri. 1991. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 772 hal.
Yodpetch, C. and O.K. Bautista. 1984. Sweet Corn (Zea mays L.) as Potentil Young cob Corn II Fertilization and population density. Phil. Agr., (67): 121-134.
Thompson, L.H. dan F.R. Throeh. !975. Soil and Soil Fertility. Tata Mc Graw-Hill Publ. Co. Ltd, New Delhi. 495 hal.
Valentinuz, Oscar R. and M. Tollenaar, 2006. Effect of genotype, nitrogen, plant density, and row spacing on the area-per-leaf profile in maize. Agron. J., (98): 94-99.
Tisdale, S.L. Nelson, J.D. Beaton, dan J.L. Havlin.1999. Soil Fertility and Fertilizer 6th ed. Prentice Hall Inc.,
Wijaya, I. 1991. Peluang pasar produk olahan baby corn PT. NAI di pasar Internasional. Makalah Seminar. PT NAI, Sukabumi.
Yodpetch, C. and O.K. Bautista. 1983. Young cob corn: suitable varieties, nutritive value and optimum stage of maturity. Phil. Agr., (66): 232244.
Zimdahl, R.L. 1980. Weed Crop Competition: A Review. The International Plant Protection Center Oregon State University, Corvalis Oregon USA. 196 hal.
35