Pertemuan Pelatihan Kepemimpinan Sedunia Mendukung Keluarga
11 FEBRUARI 2006
GEREJA YESUS KRISTUS SUCI ZAMAN AKHIR
DARI
ORANG-ORANG
DITERBITKAN OLEH GEREJA YESUS KRISTUS DARI ORANG-ORANG SUCI ZAMAN AKHIR SALT LAKE CITY, UTAH © 2006 oleh Intellectual Reserve, Inc. Hak cipta dilindungi undang-undang Dicetak di Indonesia Persetujuan bahasa Inggris: 8/04 Persetujuan terjemahan: 8/04
Daftar Isi Pernikahan Adalah Penting bagi Rencana Kekal-Nya. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1 Penatua David A. Bednar Tanggung Jawab Kudus untuk Mengasihi dan Memelihara Satu Sama Lain . . . 8 Panatua L. Tom Perry Orang Tua Memiliki Sebuah Tugas Kudus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13 Bonnie D. Parkin Rumah Tangga Surgawi, Keluarga Kekal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18 Presiden Thomas S. Monson “Keluarga: Pernyataan kepada Dunia” . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 24
P E N AT U A DAV I D A . B E D N A R Dari Kuorum Dua Belas Rasul
Gagasan Ideal mengenai Pernikahan yang Bersifat Ajaran
K
ita telah dinasihati dengan keras oleh Presidensi Utama untuk mengabdikan upaya terbaik kita dalam memperkuat pernikahan dan rumah tangga. Petunjuk semacam itu tidak pernah lebih dibutuhkan di dunia daripada dewasa ini, karena kekudusan pernikahan diserang dan pentingnya rumah tangga diremehkan. Meskipun Gereja dan programprogramnya mendukung pernikahan dan keluarga, serta secara umum berhasil dalam melakukannya, kita hendaknya senantiasa mengingat kebenaran dasar berikut: tidak ada sara-
2
na atau organisasi lainnya yang dapat menggantikan rumah tangga atau memenuhi fungsi pentingnya.1 Sebagai hasilnya, hari ini saya akan berbicara kepada Anda terutama sebagai para pria dan wanita, sebagai suami dan istri, serta sebagai ibu dan ayah––dan selanjutnya sebagai para pemimpin imamat dan organisasi pelengkap di Gereja. Tugas saya adalah untuk membahas pentingnya peranan pernikahan kekal dalam rencana kebahagiaan Bapa Surgawi kita. Kita akan berfokus pada gagasan ideal mengenai pernikahan yang bersifat ajaran. Harapan saya adalah bahwa sebuah tinjauan tentang kemungkinan-kemungkinan kekal kita dan sebuah pengingat tentang siapa diri kita dan mengapa kita ada di sini dalam kefanaan akan menyediakan arahan, penghiburan, serta harapan yang berkesinambungan bagi kita semua, terlepas dari status pernikahan atau keadaan pribadi kita saat ini. Perbedaan antara gagasan ideal mengenai pernikahan yang bersifat ajaran dan kenyataan hidup sehari-hari kadang-kadang tampak begitu besar, namun Anda secara bertahap melakukannya dan menjadi jauh lebih baik daripada yang mungkin Anda sadari. Saya mengajak Anda untuk mengingat pertanyaan-pertanyaan berikut
Mengapa Pernikahan Penting?
Dalam “Keluarga: Pernyataan kepada Dunia,” Presidensi Utama dan Dewan Dua Belas Rasul menyatakan, “bahwa pernikahan antara seorang pria dan seorang wanita ditetapkan oleh Allah dan bahwa keluarga merupakan inti dalam rencana Sang Pencipta bagi tujuan kekal anak-anakNya.”2 Kalimat kunci dari pernyataan ini banyak mengajari kita mengenai kepentingan yang bersifat ajaran dari pernikahan dan menekankan keutamaan pernikahan serta keluarga dalam rencana Bapa. Pernikahan yang saleh merupakan sebuah perintah dan langkah penting dalam proses menciptakan hubungan keluarga yang penuh kasih yang dapat dilanjutkan setelah kematian. Dua alasan kuat yang bersifat ajaran membantu kita memahami menga-
FOTO SAMPUL DEPAN OLEH CRAIG DIMOND; FOTO OLEH WELDEN C. ANDERSEN DAN JOHN LUKE, KECUALI SEBAGAIMANA DISEBUTKAN; FOTO PASANGAN DI AYUNAN DAN CINCIN KAWIN OLEH ROBERT CASEY, DILARANG MENYALIN
Pernikahan Adalah Penting bagi Rencana Kekal-Nya
sewaktu kita membahas asas-asas yang berkaitan dengan pernikahan kekal. Pertanyaan 1: Dalam kehidupan saya sendiri, apakah saya berusaha untuk menjadi suami atau istri yang lebih baik, atau mempersiapkan diri untuk menjadi suami atau istri, dengan memahami serta menerapkan asas-asas dasar ini? Pertanyaan 2: Sebagai pemimpin imamat atau organisasi pelengkap, apakah saya membantu orang-orang yang saya layani untuk memahami serta menerapkan asas-asas dasar ini, sehingga memperkuat pernikahan dan rumah tangga? Sewaktu kita dengan doa yang sungguh-sungguh merenungkan pertanyaan-pertanyaan ini dan memikirkan hubungan pernikahan kita sendiri serta tanggung jawab kita di Gereja, saya bersaksi Roh Allah akan menerangi pikiran kita dan mengajarkan kepada kita hal-hal yang perlu kita lakukan dan untuk berkembang (lihat Yohanes 14:26).
pa pernikahan kekal penting bagi rencana Bapa. Alasan 1: Kodrat roh pria dan wanita saling melengkapi serta menyempurnakan dan, oleh karenanya, pria dan wanita dimaksudkan untuk maju bersamasama menuju permuliaan. Sifat kekal dan pentingnya pernikahan dapat dipahami sepenuhnya hanya dalam konteks tertinggi mengenai rencana Bapa bagi anak-anakNya. “Seluruh umat manusia––pria dan wanita––diciptakan menurut rupa Allah. Masing-masing adalah putra atau putri roh terkasih dari orang tua surgawi, dan …. masing-masing memiliki kodrat dan tujuan yang ilahi.”3 Rencana kebahagiaan yang besar memungkinkan para putra dan putri roh Bapa Surgawi untuk memperoleh tubuh jasmani, memperoleh pengalaman duniawi, dan maju ke arah kesempurnaan.
“Jenis kelamin merupakan ciri mutlak dari identitas dan tujuan prafana, kehidupan fana, dan kehidupan kekal setiap orang”4 serta secara luas menjelaskan siapa diri kita, mengapa kita ada di bumi ini, dan apa yang akan kita lakukan serta akan menjadi apa kita. Untuk tujuan-tujuan ilahi ini, roh pria dan wanita adalah berbeda, unik, dan saling melengkapi. Setelah bumi diciptakan, Adam ditempatkan di Taman Eden. Namun, yang terpenting, Allah berfirman “tidaklah baik bahwa manusia itu sendirian” (Kejadian 2:18; Musa 3:18), dan Hawa menjadi rekan serta penolong bagi Adam. Perpaduan unik akan kemampuan rohani, jasmani, mental, dan emosi dari pria dan wanita ini
dibutuhkan untuk menerapkan rencana kebahagiaan. Sendirian, baik pria maupun wanita tidak dapat memenuhi tujuan penciptaannya. Melalui rancangan ilahi, pria dan wanita dimaksudkan untuk maju bersama-sama ke arah kesempurnaan dan suatu kegenapan kemuliaan. Karena keunikan sifat dan kemampuan mereka, pria dan wanita masing-masing membawa ke dalam hubungan pernikahan sudut pandang dan pengalaman-pengalaman yang unik. Pria dan wanita memberi kontribusi secara berbeda namun setara bagi keutuhan dan kesatuan yang tidak dapat dicapai dengan cara lain. Pria melengkapi dan menyempurnakan wanita, dan wanita melengkapi serta menyempurnakan pria sewaktu mereka belajar dan memperkuat serta memberkati satu sama lain. “Dalam Tuhan tidak ada peremFEBRUARI 2006
3
puan tanpa laki-laki dan tidak ada lakilaki tanpa perempuan” (1 Korintus 11:11; cetak miring ditambahan). Alasan 2: Melalui rancangan ilahi, baik pria maupun wanita perlu mendatangkan anak-anak ke dalam kefanaan dan menyediakan suasana terbaik untuk mendidik serta mengasuh anak-anak. Perintah pertama yang diberikan kepada Adam dan Hawa untuk beranak cucu dan memenuhi bumi tetap berlaku pada zaman sekarang. “Allah telah memerintahkan agar kuasa penciptaan yang kudus ini digunakan hanya antara pria dan wanita, yang telah dinikahkan secara resmi sebagai suami dan istri …. Alat melalui mana kehidupan fana diciptakan secara ilahi telah ditetapkan.”5 Oleh karena itu, pernikahan antara seorang pria dan seorang wanita merupakan jalur yang diwenangkan melalui mana roh-roh prafana memasuki kefanaan. Penahanan nafsu seks sepenuhnya sebelum pernikahan dan kesetiaan mutlak di dalam pernikahan melindungi kesucian saluran yang kudus ini. Sebuah rumah tangga dengan suami dan istri yang penuh kasih dan setia merupakan lingkup tertinggi tempat anak-anak dapat dididik dalam kasih serta kebenaran––dan kebutuhan rohani serta jasmani anak-anak dapat dipenuhi. Sama seperti sifat-sifat unik pria dan wanita yang menambah keutuhan hubungan pernikahan, demikian pula sifat-sifat yang sama itu penting untuk mendidik, mengasuh, serta mengajar anak-anak. “Anak-anak berhak dilahirkan dalam ikatan perkawinan, dan untuk dibesarkan oleh seorang ayah dan seorang ibu yang menghormati perjanjian pernikahan dengan kesetiaan mutlak.”6 Asas-Asas Pembimbing
Dua alasan yang bersifat ajaran yang telah kita tinjau mengenai pentingnya pernikahan kekal dalam rencana keba4
hagiaan Bapa menyarankan asas-asas pembimbing bagi mereka yang mempersiapkan diri untuk menikah, bagi mereka yang telah menikah, dan bagi pelayanan kita di Gereja. Asas 1: Pentingnya pernikahan kekal dapat dipahami hanya dalam konteks rencana kebahagiaan Bapa. Kita sering kali berbicara dan me-
Penatua Parley P. Pratt menyatakan berkat-berkat yang datang ketika kita mempelajari mengenai, memahami, dan berusaha menerapkan gagasan ideal mengenai pernikahan yang bersifat ajaran.
negaskan mengenai pernikahan sebagai unit dasar masyarakat, sebagai dasar dari sebuah bangsa yang kuat, dan sebagai lembaga masyarakat serta budaya yang penting. Namun Injil yang dipulihkan membantu kita memahami bahwa ada jauh lebih banyak lagi dari itu! Apakah kita mungkin membahas mengenai pernikahan tanpa secara memadai mengajarkan pentingnya pernikahan dalam rencana Bapa? Dengan menekankan pernikahan tanpa mengaitkannya dengan ajaran sederhana dan dasar dalam rencana kebahagiaan tidak dapat menyediakan arahan, perlindungan, atau harapan
yang cukup di dunia yang berkembang semakin kacau dan jahat. Kita semua pastilah akan mengingat dengan baik ajaran Alma––bahwa “Allah memberi [anak-anak manusia] perintah setelah memberitahukan kepada mereka rencana penebusan” (Alma 12:32; cetak miring ditambahkan). Penatua Parley P. Pratt mengungkapkan dengan indahnya berkat-berkat yang datang kepada kita sewaktu kita belajar tentang, memahami, serta berusaha menerapkan dalam kehidupan kita gagasan ideal mengenai pernikahan yang bersifat ajaran: “Joseph Smithlah yang mengajari saya bagaimana menghargai hubungan yang manis antara ayah dan ibu, suami dan istri; saudara lelaki dan perempuan, anak lelaki dan perempuan. Dari dialah saya memahami bahwa istri tercinta saya dapat dipersatukan dengan saya untuk waktu fana dan kekekalan; dan bahwa perasaan serta emosi yang murni yang membuat kami saling menyayangi memancar dari sumber kasih kekal ilahi …. Saya telah mengasihi sebelumnya, namun saya tidak mengetahui alasannya. Namun sekarang saya mengasihi––dengan suatu kemurnian––kekuatan perasaan yang luhur dan mulia, yang akan mengangkat jiwa saya dari hal-hal fana di dunia yang fana ini dan meningkatkannya seluas samudra …. Singkatnya, saya sekarang dapat mengasihi dengan roh dan juga dengan pemahaman. Namun, pada saat itu, saudara saya yang terkasih, Joseph Smith, hanya … menyingkapkan sudut tabir itu dan memberi saya pandangan sekilas ke dalam kekekalan.“7 Sebagai pria dan wanita, sebagai suami dan istri, dan sebagai pemimpin Gereja, dapatkah kita melihat betapa pentingnya pernikahan kekal yang dapat dipahami hanya dalam konteks rencana kebahagiaan Bapa? Ajaran rencana itu menuntun para
FOTO BUNGA DAN KELUARGA OLEH STEVE BUNDERSON, DILARANG MENYALIN; FOTO PARLEY P. PRATT DILARANG MENYALIN
pria dan wanita pada harapan dan persiapan bagi pernikahan kekal, dan itu mengalahkan ketakutan serta mengatasi ketidakpastian yang mungkin menyebabkan sejumlah individu menunda atau menghindari pernikahan. Pemahaman yang benar akan rencana itu juga memperkuat keputusan kita untuk dengan konsisten menghormati perjanjian pernikahan kekal. Pembelajaran pribadi, pengajaran kita, serta kesaksian kita di rumah dan di Gereja akan ditingkatkan sewaktu kita merenungkan dan lebih sepenuhnya memahami kebenaran ini. Asas 2: Setan menginginkan agar semua pria dan wanita dapat sengsara seperti dirinya. Lusifer tak henti-hentinya menyerang dan mengubah ajaran-ajaran yang paling berarti bagi kita secara individu, bagi keluarga kita, dan bagi dunia. Di mana musuh memfokuskan serangannya yang paling langsung dan kejam? Setan bekerja terus-menerus untuk mengacaukan pemahaman mengenai jenis kelamin, untuk meningkatkan penggunaan secara dini dan tidak benar akan kuasa penciptaan, dan untuk menghalangi pernikahan yang saleh tepatnya karena
pernikahan ditetapkan oleh Allah dan keluarga merupakan inti dalam rencana kebahagiaan. Serangan musuh terhadap pernikahan kekal akan terus meningkat dalam intensitas, frekuensi, dan kerumitannya. Karena dewasa ini kita terlibat dalam suatu peperangan demi kesejahteraan pernikahan dan rumah tangga, dalam pembacaan Kitab Mormon saya baru-baru ini saya menaruh perhatian khusus pada cara-cara bangsa Nefi mempersiapkan diri bagi pertempuran mereka melawan bangsa Laman. Saya melihat bahwa bangsa Nefi “menyadari niat [musuh mereka] dan, oleh karena itu, mereka mempersiapkan diri untuk menghadapi mereka” (lihat Alma 2:12; cetak miring ditambahkan). Sewaktu saya membaca dan mempelajarinya, saya mengetahui bahwa memahami niat musuh merupakan prasyarat kunci menuju persiapan yang efektif. Demikian juga kita hendaknya memikirkan niat musuh kita dalam peperangan zaman akhir ini. Rencana Bapa dirancang untuk menyediakan arahan bagi anak-anak-Nya, untuk membantu mereka menjadi bahagia, dan membawa mereka pulang dengan selamat kepada-Nya. Serangan
Lusifer terhadap rencana itu dimaksudkan untuk membuat para putra dan putri Allah bingung dan tidak bahagia dan untuk menghambat kemajuan kekal. Tujuan utama dari bapa segala kedustaan itu adalah agar kita semua akan “menjadi sengsara seperti dirinya” (2 Nefi 2:27), dan dia bekerja untuk menyimpangkan unsur-unsur dalam rencana Bapa yang amat dia benci. Setan tidak memiliki tubuh, dia tidak dapat menikah, dan dia tidak akan memiliki keluarga. Dan dia terus berusaha untuk mengacaukan tujuantujuan yang telah ditetapkan secara ilahi mengenai jenis kelamin, pernikahan, serta keluarga. Di seluruh dunia, kita melihat bukti mengenai semakin meningkatnya keefektifan upaya-upaya Setan. Belum lama berselang, iblis telah berusaha menggabungkan dan secara resmi dan sah mengacaukan perihal jenis kelamin dan pernikahan. Sewaktu kita melihat ke kefanaan dan ke kekekalan, adalah mudah untuk membedakan bahwa alternatif-alternatif palsu yang musuh sodorkan tidak pernah dapat menuntun pada keutuhan yang dimungkinkan melalui pemeteraian bersama antara seorang pria dan seorang wanita, pada kebahagiaan pernikahan yang saleh, pada sukacita anak cucu, atau pada berkat kemajuan kekal. Setelah mengetahui apa yang kita ketahui tentang niat musuh kita, kita masing-masing khususnya harus waspada dalam mencari ilham pribadi seperti bagaimana kita dapat melindungi dan menjaga pernikahan kita sendiri––serta bagaimana kita dapat belajar dan mengajarkan asas-asas yang benar dalam rumah tangga dan tugas-tugas Gereja kita mengenai keabadian pentingnya jenis kelamin dan peranan pernikahan dalam rencana Bapa. Asas 3: Berkat tertinggi akan kasih dan kebahagiaan diperoleh melaFEBRUARI 2006
5
6
kerekanan kekal kita sebagai prioritas tertinggi, maka mereka tidak akan mementingkan diri dan lebih mampu untuk memberi, melayani, serta menciptakan hubungan yang setara dan langgeng. Sewaktu para remaja putra dan putri mengenali rasa hormat, kasih sayang, kepercayaan, dan kasih bersama di antara suami dan istri, maka mereka akan berusaha untuk mengembangkan sifat-sifat yang sama dalam kehidupan mereka. Anak-anak dan para remaja kita di Gereja akan belajar terutama sekali dari apa yang kita lakukan dan siapa kita––bahkan
Suami dan istri menjadi lebih dekat satu sama lain ketika mereka secara individual dan secara terus-menerus datang kepada Kristus.
jika mereka relatif sedikit mengingat apa yang kita katakan. Sayangnya, banyak anggota remaja Gereja dewasa ini takut dan gagal dalam kemajuan mereka ke arah pernikahan kekal karena mereka melihat terlalu banyak perceraian di dunia dan perjanjian-perjanjian yang dilanggar dalam rumah tangga mereka dan di Gereja Pernikahan kekal bukan sekadar perjanjian resmi yang dapat dihentikan kapan saja untuk hampir alasan apa pun. Tetapi, itu merupakan perjanjian kudus dengan Allah yang dapat mengikat dalam waktu fana dan sepanjang segala kekekalan. Kesetiaan dan keteguhan dalam pernikahan seharusnya bukan merupakan kata-kata
menarik yang semata-mata diucapkan dalam khotbah-khotbah; tetapi, hal itu seharusnya merupakan asas-asas yang telah dibuktikan dalam perjanjian hubungan pernikahan kita. Sewaktu kita memikirkan pentingnya teladan pribadi kita, apakah Anda dan saya mengenali bidang-bidang yang perlu kita perbaiki? Apakah Roh Kudus mengilhami pikiran kita dan melembutkan hati kita––serta mendorong kita untuk melakukan dan menjadi lebih baik? Sebagai para pemimpin imamat dan organisasi pelengkap, apakah kita memfokuskan upaya-upaya kita dalam memperkuat pernikahan dan rumah tangga? Para suami dan istri membutuhkan waktu bersama-sama untuk membentengi diri mereka sendiri dan rumah tangga mereka terhadap serang-serangan musuh. Sewaktu kita berusaha untuk meningkatkan pemanggilan kita di Gereja, apakah kita tanpa sengaja menghalangi para suami dan istri serta ibu dan ayah dalam memenuhi tanggung jawab kudus mereka di dalam rumah tangga? Misalnya, apakah kita kadang-kadang menjadwalkan pertemuan-pertemuan dan kegiatankegiatan yang tidak penting sedemikian rupa sehingga mengganggu hubungan penting antara suami dan istri dan hubungan mereka dengan anak-anak? Sewaktu kita dengan sungguhsungguh merenungkan pertanyaanpertanyaan ini, saya yakin Roh bahkan saat ini pun membantu dan akan terus membantu kita masing-masing mempelajari hal-hal yang seharusnya kita lakukan di rumah dan di Gereja. Sumber-Sumber Rohani yang Kita Perlukan
Tanggung jawab kita untuk belajar dan memahami ajaran rencana itu, menjunjung dan menjadi teladan dari pernikahan yang saleh, serta mengajarkan asas-asas yang benar dalam
RINCIAN DARI DIA BANGKIT, OLEH DEL PARSON, DILARANG MENYALIN; FOTO OLEH DEREK ISRAELSEN, DILARANG MENYALIN
lui hubungan perjanjian pernikahan kekal. Tuhan Yesus Kristus merupakan titik pusat dalam perjanjian hubungan pernikahan. Mohon perhatikan bagaimana Juruselamat diposisikan pada titik tertinggi dalam segitiga ini, dengan wanita berada di satu sudut dan pria di sudut lainnya. Sekarang pikirkan apa yang terjadi dalam hubungan antara pria dan wanita sewaktu mereka secara individu dan bertahap “datang kepada Kristus” serta berusaha untuk “disempurnakan di dalam Dia” (Moroni 10:32). Oleh karena dan melalui Penebus, pria dan wanita menjadi lebih dekat bersama-sama. Sewaktu suami dan istri saling mendekatkan diri kepada Tuhan (lihat 3 Nefi 27:14) sewaktu mereka belajar untuk saling melayani serta menghormati, sewaktu mereka membagikan pengalaman-pengalaman hidup dan tumbuh bersama-sama serta menjadi satu, dan sewaktu mereka diberkati dengan mempersatukan sifat-sifat mereka yang berbeda, mereka mulai menyadari pemenuhan yang dikehendaki Bapa Surgawi bagi anak-anak-Nya. Kebahagiaan akhir, yang merupakan tujuan utama rencana Bapa, diterima dengan membuat serta menghormati perjanjian-perjanjian pernikahan kekal. Sebagai pria dan wanita, sebagai suami dan istri, dan sebagai pemimpin Gereja, salah satu tanggung jawab utama kita adalah membantu para remaja putra dan putri belajar mengenai serta mempersiapkan diri bagi pernikahan kekal melalui teladan pribadi kita. Sewaktu para remaja putra dan putri menjalankan kelayakan, kesetiaan, pengurbanan, serta menghormati perjanjian-perjanjian dalam pernikahan kita, maka para remaja itu akan berusaha mengikuti asas-asas yang sama dalam hubungan pacaran dan pernikahan mereka. Sewaktu para remaja melihat bahwa kita telah menjadikan ketenangan dan kenyamanan dalam
rumah tangga dan di Gereja dapat membuat kita bertanya-tanya apakah kita mampu dalam tugas tersebut. Kita adalah manusia biasa yang harus menyelesaikan sebuah pekerjaan yang amat penting. Beberapa tahun yang silam, Sister Bednar dan saya sibuk dengan upaya untuk memenuhi banyaknya tuntutan yang menantang dari sebuah keluarga muda dan penuh semangat––dan dari tanggung jawab Gereja, karier, serta masyarakat. Suatu malam setelah anak-anak tidur, kami bicara panjang lebar mengenai seberapa efektif kami memenuhi semua prioritas penting kami. Kami menyadari bahwa kami tidak akan menerima berkat-berkat yang dijanjikan dalam kekekalan jika kami tidak menghormati lebih sepenuhnya perjanjian yang kami buat dalam kefanaan. Kami bertekad bersama-sama untuk melakukannya dan untuk menjadi suami dan istri yang lebih baik. Pelajaran yang kami pelajari bertahun-tahun yang silam itu telah membuat perbedaan yang luar biasa dalam pernikahan kami. Ajaran yang manis dan sederhana mengenai rencana kebahagiaan menyediakan sudut pandang kekal yang berharga––dan membantu kita memahami pentingnya pernikahan kekal. Kita telah diberkati dengan semua sumber rohani yang kita butuhkan. Kita memiliki kegenapan ajaran Yesus Kristus. Kita memiliki Roh
Salah satu tugas tertinggi kita adalah untuk membantu para remaja putra dan putri kita belajar mengenai dan mempersiapkan diri bagi pernikahan yang saleh melalui teladan pribadi kita.
Kudus serta wahyu. Kita memiliki tata cara-tata cara yang menyelamatkan, perjanjian-perjanjian, serta bait suci. Kita memiliki imamat dan para nabi. Kita memiliki tulisan suci serta kuasa firman Allah. Dan kita memiliki Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir. Saya bersaksi bahwa kita telah diberkati dengan semua sumber rohani yang kita butuhkan untuk belajar mengenai, mengajar, memperkuat, serta melindungi pernikahan yang saleh––dan bahwa sesungguhnya kita
dapat hidup bersama-sama dalam kebahagiaan sebagai suami dan istri serta keluarga dalam kekekalan. Dalam nama kudus Yesus Kristus, amin. CATATAN
1. Lihat Surat Presidensi Utama tertanggal 11 Februari 1999; lihat Liahona, Desember 1999, 1. 2. “Keluarga: Pernyataan kepada Dunia,” Liahona, Oktober 2004, 49. 3. Liahona, Oktober 2004, 49. 4. Liahona, Oktober 2004, 49. 5. Liahona, Oktober 2004, 49. 6. Liahona, Oktober 2004, 49. 7. Autobiography of Parley P. Pratt, diedit oleh Parley P. Pratt Jr. (1938), 297–298.
FEBRUARI 200606
7
Tanggung Jawab Kudus untuk Mengasihi dan Memelihara Satu Sama Lain P E N AT U A L . TO M P E R R Y Dari Kuorum Dua Belas Rasul
Menyeimbangkan Tanggung Jawab Kita
P
okok bahasan yang ditugaskan kepada saya adalah kalimat berikut dari pernyataan mengenai keluarga: “Suami dan istri memiliki tanggung jawab kudus untuk mengasihi dan memelihara satu sama lain dan anak-anak mereka.”1 Saya ingin mendekati masalah ini dengan cara yang sangat berbeda daripada yang mungkin telah Anda terima, yang digunakan dalam perte8
muan-pertemuan pelatihan lainnya. Saya tidak akan mengutip banyak dari buku pegangan; melainkan, saya ingin berbicara kepada Anda dari hati ke hati mengenai pelayanan Anda di dalam kerajaan Bapa Surgawi kita. Tujuannya adalah untuk melihat apakah kita bersama-sama dapat memahami dengan lebih baik bagaimana menyeimbangkan tanggung jawab-tanggung jawab kita untuk mengasihi dan memelihara keluarga kita dengan pemanggilan khusus lainnya yang Bapa Surgawi telah berikan kepada kita. Saat Gereja diorganisasi pada tanggal 6 April 1830, Nabi Joseph Smith menerima sebuah wahyu yang sekarang tercatat dalam Bagian 21 Ajaran dan Perjanjian. Sebagian dari wahyu tersebut berbunyi: “Lihatlah, hendaknya ada sebuah catatan yang di simpan di antara kamu; dan di dalamnya kamu akan disebut seorang pelihat, penerjemah, nabi, rasul Yesus Kristus, penatua Gereja melalui kehendak Allah Bapa dan kasih karunia Tuhanmu, Yesus Kristus. Yang diilhami Roh Kudus untuk meletakkan dasar daripadanya dan
untuk membangunnya bagi kepercayaan yang paling kudus …. Oleh karena itu, para jemaat Gereja, kamu harus mengindahkan segala perkataannya dan perintah yang akan diberikannya kepadamu sewaktu ia menerimanya dalam segala kekudusan ini di hadapan-Ku; Karena perkataannya akan kamu terima, seolah-olah dari mulut-Ku Sendiri, dalam segala kesabaran dan iman” (A&P 21:1–2, 4–5). Di antara petunjuk pertama yang diberikan pada Gereja yang baru diorganisasi ini adalah untuk mengikuti ilham dan wahyu yang datang dari Tuhan, melalui nabi-Nya, dalam memenuhi tanggung jawab kita untuk membangun kerajaan-Nya. Dia telah berjanji untuk membimbing kita di jalan yang hendaknya menjadi jalan kita untuk melaksanakan pekerjaan yang besar ini. Nasihat Nabi
Saya pikir Presiden Gordon B. Hinckley, Nabi kita saat ini, memberi kita kunci untuk menyeimbangkan tanggung jawab kita dalam suatu pertemuan pelatihan kepemimpinan sedunia sebelumnya, yang diadakan pada tanggal 21 Juni 2003. Dalam siaran itu dia menyatakan: “Tanggung jawab Anda … merupakan kesempatan istimewa dalam mewakili Penebus dunia sewaktu kita melaksanakan pekerjaan ini. Adalah kesempatan bagi Anda untuk mengungkapkan indahnya darah penebusan Tuhan Yesus Kristus mewakili para putra dan putri-Nya. Adakah kesempatan istimewa yang lebih besar daripada ini? Bersukacitalah dalam kesempatan istimewa yang diberikan kepada Anda. Kesempatan Anda tidak akan bertahan selamanya. Tidak lama lagi pengalaman besar yang sekarang Anda alami hanya akan menjadi kenangan. Tidak ada di antara kita yang sanggup memenuhi apa yang kita harap-
FOTO OLEH ROBERT CASEY, DILARANG MENYALIN
Di sepanjang sejarah, Allah telah memberikan hukum ilahi-Nya untuk melindungi dan menjaga persatuan kudus antara suami dan istri.
kan. Tetapi marilah kita melakukan yang terbaik semampu kita. Saya puas bahwa Penebus kemudian akan mengatakan, ‘Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba-Ku yang baik dan setia’ (Matius 25:21).“2 Seperti yang Anda ingat, dalam siaran itu dia menjelaskan empat bagian tanggung jawab kita. Yang pertama berlaku bagi pokok persoalan yang kita bicarakan dalam siaran ini. Dia menyatakan: “Pertama, adalah penting sekali agar Anda tidak mengabaikan keluarga Anda. Tidak ada, dari apa yang Anda miliki, yang lebih berharga. Istri serta anak-anak Anda layak mendapatkan perhatian dari suami dan ayah mereka. Ketika semuanya telah dikatakan dan dilakukan, hubungan keluarga inilah yang akan kita bawa dalam kehidupan yang akan datang. Tulisan suci menyatakan, ‘Apa gunanya seorang melayani Gereja dengan setia tetapi kehilangan keluarganya?’ (lihat Markus 8:36).” 3 Ini telah menjadi pesan yang terusmenerus dari para nabi kita sejak masa awal pengorganisasian Gereja. Tempat
paling penting bagi pengajaran Injil dan kepemimpinan adalah di dalam keluarga dan di rumah. Jika kita mengikuti petunjuk ini, kita akan memberikan penugasan dan merencanakan program-program, kegiatan-kegiatan, dan kelas-kelas yang akan menyeimbangkan dan mendukung keluarga kita. Menetapkan Prioritas yang Tepat
Bagaimana kita menggunakan waktu kita dan menjaga hidup kita seimbang adalah penting bagi bagaimana kita akan melaksanakan tanggung jawab keluarga dan pelayanan Gereja kita. Disiplinkanlah diri Anda sendiri untuk mengikuti nasihat nabi mengenai bagaimana Anda memprioritaskan penggunaan waktu Anda. Rekan Kekal Anda Mulailah dengan membahas, bersama rekan kekal Anda, berapa banyak waktu yang Anda butuhkan bersamasama untuk memperkuat pernikahan Anda, untuk saling menunjukkan kasih sayang yang Anda miliki satu sama lain. Itu adalah prioritas utama Anda.
Gereja ada untuk membantu setiap individu dan keluarga datang kepada Kristus serta memperoleh kehidupan kekal. Kehidupan kekal adalah karunia terbesar Allah bagi anak-anak-Nya, dan hal itu diperoleh hanya melalui sebuah hubungan keluarga. Hubungan ini harus dimulai dengan persatuan antara suami dan istri, yang kudus kepada Tuhan dan bukan merupakan sesuatu yang boleh dianggap remeh. Perjanjian pernikahan adalah penting bagi rencana Tuhan dan merupakan tujuan untuk mana Dia menciptakan langit dan bumi. Dalam seluruh periode sejarah, Dia telah memberikan hukum ilahi-Nya untuk membentengi dan melindungi persatuan kudus antara suami dan istri. Anak-Anak Anda Kedua, pikirkanlah kebutuhan rohani anak-anak Anda. Berapa banyak waktu yang diperlukan untuk memastikan bahwa Anda menjadi dekat dengan mereka? Adalah tanggung jawab Anda sebagai para ayah dan ibu untuk menyediakan waktu yang cukup dalam mengajar mereka, karena pengaFEBRUARI 2006
9
jaran yang paling penting yang akan anak-anak terima hendaknya datang dari orang tua mereka. Kita perlu mengenali apa yang Gereja ajarkan kepada anak-anak kita sehingga kita dapat menjadi selaras dengan ajaran tersebut di dalam pengajaran-pengajaran kita kepada setiap anak. Misalnya, pamflet Untuk Kekuatan Remaja, yang mengutip pernyataan mengenai keluarga, memberi para remaja nasihat berikut mengenai keluarga: “Kebahagiaan dalam kehidupan keluarga paling mungkin dicapai bila didasarkan pada ajaran-ajaran Tuhan Yesus Kristus. Pernikahan dan keluarga yang berhasil ditegakkan dan dipertahankan dengan asas-asas iman, doa, pertobatan, pengampunan, rasa hormat, kasih, kasih sayang, kerja, dan kegiatan rekreasi yang sehat.”4 Pamflet itu melanjutkan: “Menjadi bagian dari sebuah keluarga merupakan suatu berkat yang besar. Keluarga Anda dapat menyediakan bagi Anda penemanan serta kebahagiaan, menolong Anda mempelajari asas-asas yang benar dalam suasana yang penuh kasih, dan menolong Anda mempersiapkan diri untuk kehidupan kekal. 10
Tidak semua keluarga adalah sama, tetapi masing-masing keluarga adalah penting dalam rencana Bapa Surgawi. Lakukanlah bagian Anda untuk membangun rumah tangga yang bahagia. Bersikaplah riang, suka menolong, serta penuh timbang rasa terhadap sesama. Banyak masalah di dalam rumah tangga tercipta karena para anggota keluarga berbicara dan bertindak secara egois atau tidak ramah. Libatkan diri Anda dalam kebutuhan para anggota keluarga yang lainnya. Berusahalah untuk menjadi pembawa damai daripada menggoda, berkelahi, dan bertengkar. Ingatlah bahwa keluarga adalah unit Gereja yang paling kudus.” 5 Menyediakan Kebutuhan bagi Keluarga Anda Prioritas ketiga kita adalah menyediakan kebutuhan bagi unit keluarga kita. Kembali dari pernyataan mengenai keluarga: “Berdasarkan rancangan ilahi, para ayah hendaknya memimpin keluarga mereka dengan kasih dan kebenaran, serta bertanggung jawab untuk menyediakan kebutuhan hidup dan perlindungan bagi keluarganya.” 6
Kita perlu mempertahankan keterampilan-keterampilan yang baik agar dapat memperoleh pekerjaan dengan penghasilan yang baik. Di dunia yang sedang berubah, kita harus meningkatkan keterampilan kita jika kita tidak menghendaki keterampilan itu ketinggalan zaman. Meskipun kita sibuk dalam tugas-tugas Gereja, kita hendaknya tidak melewatkan kesempatan-kesempatan untuk meningkatkan perkembangan kita dan memperbaiki kesejahteraan keluarga kita. Ini mengharuskan agar kita meluangkan waktu serta pikiran yang diperlukan untuk mempersiapkan diri bagi masa depan. Nasihat ini berlaku bagi para sister juga brother. Meskipun tanggung jawab untuk menyediakan kebutuhan keluarga terutama menjadi tanggung jawab para ayah, pernyataan tersebut mengisyaratkan bahwa “cacat, kematian, atau keadaan lainnya”7 juga dapat mengharuskan Anda, para sister, untuk menggunakan dan mengembangkan keterampilan-keterampilan Anda dalam membantu menyediakan kebutuhan keluarga Anda.
FOTO OLEH STEVE BUNDERSON, KECUALI SEBAGAIMANA DISEBUTKAN, DILARANG MENYALIN; NABI AMERIKA, OLEH DEL PARSON; FOTO KERETA © PHOTOSPIN; FOTO PARA WANITA OLEH DANNY SOLETA
Petunjuk terpenting yang akan anak-anak terima hendaknya datang dari orang tua mereka.
Pelayanan Gereja Yang keempat dalam prioritas kita adalah komitmen kita pada waktu yang kita luangkan dalam kegiatan-kegiatan Gereja. Keluarga Orang Suci Zaman Akhir yang aktif menghargai waktu Gereja mereka dan membuat pilihan-pilihan dalam kehidupan keluarga mereka untuk meluangkan waktu untuknya. Para pemimpin perlu menjadi sangat peka terhadap keadaan keluarga yang berbeda-beda saat mereka menyampaikan pemanggilan dan mengutarakan harapan-harapan. Keluarga yang mempunyai anak-anak yang masih kecil dan kedua orang tuanya memiliki pemanggilan yang menuntut yang menjauhkan mereka dari rumah tangga paling cenderung merasa bahwa kegiatan-kegiatan Gereja mengganggu kehidupan keluarga mereka. Para pemimpin Gereja dapat membantu dengan mengenali dan mendukung upaya-upaya para anggota untuk menyeimbangkan pelayanan Gereja dengan tanggung jawab keluarga mereka.
Kita dapat meningkatkan hubungan kita dengan keluarga kita ketika kita melayani dalam pemanggilan Gereja.
Melibatkan Para Anggota Keluarga
Ada cara-cara untuk meningkatkan kebersamaan kita dengan keluarga kita ketika kita melayani dalam pemanggilan Gereja kita dengan menyertakan keluarga kita, jika pantas, dalam pelayanan Gereja kita. Izinkan saya memberikan kepada Anda satu contoh pribadi. Ayah saya melayani sebagai uskup saya selama tahun-tahun awal kehidupan saya. Dia adalah orang yang sibuk dengan tuntutan pekerjaan sebagai pengacara. Dia juga aktif dalam urusan kemasyrakatan dan dalam tuntutan sebagai pembicara publik. Dan, tentu saja, dia adalah ayah dari enam orang anak. Saya selalu bersyukur bahwa ayah saya menempatkan prioritasnya dengan benar. Ibu selalu merupakan prioritas pertamanya. Hal itu terbukti dari cara dia memperlakukannya. Ini diikuti dengan sebuah pengabdian nyata bagi setiap anaknya. Ketika saya berusia sekitar enam tahun, saya menerima kereta berwarna merah sebagai hadiah Natal––kereta itu persis seperti bentuk miniatur ini. Kereta merah kecil itu menyediakan ikatan sejati antara ayah saya dan saya. Dalam kehidupannya yang sibuk, dia harus mencari cara untuk keterlibatan keluarganya dalam kegiatan tanpa mengurangi produktifitasnya sendiri.
Kebanyakan pelayanannya berlangsung selama masa Depresi Besar pada tahun 1930-an. Banyak dari para anggota lingkungan kami berada dalam kebutuhan yang mendesak. Sebagai uskup, dia bertanggung jawab menyediakan bahan-bahan untuk menopang kehidupan mereka. Ini tampaknya menjadi kegiatan yang baik bagi seorang uskup, putranya, dan kereta kecil merah itu. Saya akan pulang ke rumah dari sekolah dan menemukan tumpukan di samping garasi––tepung, gula, gandum dan bahan lainnya. Saya tahu bahwa malam itu ayah saya dan saya akan berkesempatan untuk berada bersama. Saat dia tiba di rumah, kereta merah kecil itu dimuati dengan barangbarang yang harus dibawa ke sebuah keluarga. Kami berdua, sambil berjalan dan saling bercakap-cakap, akan menyelesaikan tugas kesejahteraan kami dengan mengirim bahan-bahan tersebut kepada mereka yang membutuhkan. Saya dapat menyaksikan secara langsung kasih serta kepedulian yang seorang pemimpin imamat yang baik miliki bagi para anggota lingkungannya. Yang lebih penting, saya memiliki kesempatan meluangkan waktu yang berharga bersama ayah saya. Berfokus pada Prioritas Dasar
Izinkanlah saya mengimbau Anda untuk melakukan apa yang kami ajarkan dalam pertemuan pelatihan kepemimpinan sedunia yang pertama. Kami mengingatkan Anda bahwa seluruh unit Gereja berada pada tahap perkembangan yang berbeda, dan semua unit memiliki kebutuhan berbeda. Ketika kita merencanakan program-program Gereja kita, keluarga harus dipertimbangkan. FEBRUARI 2006
11
membantu keluarga untuk memperoleh keselamatan dan permuliaan dalam kerajaan surga yang kekal. Buku Petunjuk Keluarga
Beberapa tahun yang lalu kami menerbitkan sebuah buku khusus: Buku Petunjuk Keluarga. Buku itu untuk digunakan oleh para anggota, terutama mereka yang baru dipertobatkan atau memiliki pengalaman Gereja yang terbatas. Kami mengimbau Anda untuk menggunakannya. Buku itu dimulai dengan sebuah pernyataan: “Keluarga merupakan unit dasar Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir serta unit yang paling penting dalam kehidupan ini dan kekekalan. Allah telah membentuk keluarga untuk mendatangkan kebahagiaan kepada anak-anak-Nya, memperkenankan mereka untuk mempelajari asas-asas yang benar dalam suasana yang penuh kasih, serta mempersiapkan mereka bagi kehidupan kekal.
Rumah merupakan tempat terbaik untuk mengajar, belajar, dan menerapkan asas-asas Injil.” 8 Sekali lagi, kami mengimbau Anda untuk merujuk pada ajaran-ajaran yang bermanfaat dari buku kecil ini. Teladan Juruselamat
Tuhan dan Juruselamat kita secara pribadi melayani orang-orang, mengangkat mereka yang teraniaya, memberikan pengharapan kepada mereka yang patah hati, serta mencari mereka yang hilang. Melalui firman dan tindakan-Nya, Dia menunjukkan kepada orang-orang bahwa Dia mengasihi dan memahami serta menghargai mereka. Dia menyadari sifat ilahi dan nilai kekal setiap orang. Bahkan ketika memanggil orang-orang pada pertobatan, Dia mengutuk dosa tanpa mengutuk pendosanya. Seperti Juruselamat kita, sebagai para pemimpin Gereja kita hendaknya mengasihi orang-orang yang kita layani, menunjukkan kepedulian serta perhatian bagi setiap orang secara pribadi. Semoga Tuhan memberkati kita dalam tanggung jawab kudus yang telah Dia berikan kepada kita adalah doa saya, dalam nama Yesus Kristus, amin. CATATAN
1. “Keluarga: Pernyataan kepada Dunia,” Liahona, Oktober 2004, 49. 2. “Bersukacita dalam Kesempatan Istimewa untuk Melayani,” Pertemuan Pelatihan Kepemimpinan Sedunia, 21 Juni 2003, 24. 3. Pertemuan Pelatihan Kepemimpinan Sedunia, 21 Juni 2003, 22. 4. Liahona, Oktober 2004, 49. 5. Untuk Kekuatan Remaja (pamflet, 2001), 10. 6. Liahona, Oktober 2004, 49. 7. Liahona, Oktober 2004, 49. 8. Buku Penuntun Keluarga (2001), 1. Buku Penuntun Keluarga (nomor bahan 31180 299) dapat diperoleh melalui pusat distribusi Gereja dan kantor pusat layanan.
12
KRISTUS DAN ANAK-ANAK, OLEH HARRY ANDERSON; FOTO OLEH BUSATH PHOTOGRAPHY
Sekali lagi, kami memperingatkan Anda untuk tidak membebani keanggotaan Anda dengan lebih dari satu pemanggilan, ditambah tugas pengajaran ke rumah dan pengajaran berkunjung. Disiplinkanlah diri Anda untuk tetap pada prioritas yang mendasar, dan Anda akan tekejut pada bagaimana ilham dari Tuhan akan membimbing Anda sewaktu Anda melaksanakan tanggung jawab Anda untuk menjadi seorang pelayan di dalam kerajaan-Nya. Fokus utama Injil yang dipulihkan adalah untuk memfasilitasi dan memberi kesempatan bagi kita untuk membantu Tuhan dalam pekerjaan-Nya untuk mendatangkan kebakaan serta hidup yang kekal bagi manusia. Kita melakukan ini terutama dengan memperkuat keluarga. Di zaman kemerosotan moral, ketidakpastian politik, kecemasan internasional, dan ketidakstabilan ekonomi, fokus kita dalam memperkuat serta menstabilkan keluarga harus ditingkatkan dan diperbesar. Tujuan utama Gereja adalah
Orang Tua Memiliki Sebuah Tugas Kudus B O N N I E D. PA R K I N Presiden Umum Lembaga Pertolongan
Tanggung Jawab Keluarga
S
eandainya saya menginginkan satu hal terjadi kepada para orang tua dan pemimpin Gereja ini, hal itu adalah agar mereka merasakan kasih Tuhan dalam kehidupan mereka setiap hari sewaktu mereka merawat anak-anak Bapa Surgawi. Mungkin bukanlah sesuatu yang saya katakan yang menyentuh hati Anda, namun apa yang Roh bisikkan kepada Anda. Ikutilah dorongan-dorongan manis itu. Saya ingat betul ketika pernyataan mengenai keluarga diberikan, tanggal 23 September 1995. Saya duduk di dalam Tabernakel dalam pertemuan umum Lembaga Pertolongan. Presiden Hinckley adalah pembicara terakhir. Dia mengetengahkan “Keluarga, Pernyataan kepada Dunia.” Keheningan menyelimuti jemaat namun juga sebu-
ah suasana kegembiraan; reaksi akan, “Ya––kami membutuhkan bantuan untuk keluarga kami!” Saya ingat merasakan hal itu sangatlah benar. Air mata membasahi pipi saya. Sewaktu saya melihat para sister yang duduk di dekat saya, mereka tampak merasakan perasaan yang sama. Ada banyak hal dalam Pernyataan [kepada Dunia] tersebut sehingga saya tidak sabar lagi ingin memperoleh salinannya serta mempelajarinya. Pernyataan [kepada Dunia] itu menegaskan martabat para wanita. Dan mengingat bahwa pernyataan itu pertama kali diberikan kepada para wanita Gereja pada pertemuan umum Lembaga Pertolongan—saya tahu Presiden Hinckley menghormati kaum wanita. Kita semua berada di sini sebagai para pemimpin Gereja. Kita sibuk. Namun saya harus ingat––seperti yang Anda lakukan––bahwa tanggung jawab utama kita adalah kepada keluarga kita sendiri. Ingatlah, mereka adalah salah satu dari sekian berkat yang kita peroleh yang akan kita bawa ke kekekalan!1 Newel K. Whitney adalah uskup pada masa awal Gereja di Kirtland. Seperti Anda, para uskup, dewasa ini dia pastilah sibuk melakukan banyak hal yang baik. Namun dia ditegur oleh Tuhan dan diperintahkan untuk “menertibkan keluarganya ….” (A&P 93:50; cetak miring ditambahkan). Sister dan brother sekalian, nasihat ini berlaku bagi kita semua.
Banyak di antara Anda adalah orang tua dan kakek nenek, atau kelak Anda pun akan demikian. Namun menikah atau tidak, kita semua adalah anggota keluarga. Luangkan sejenak dan pikirkan tentang keluarga Anda sendiri. Apa yang Anda sukai dari keluarga Anda? Satu hal yang saya sukai dari keluarga saya adalah saya gembira bahwa keempat anak lelaki saya senang berkumpul bersama. Ajaran apa, mengenai keluarga, yang pernyataan [kepada Dunia] itu ajarkan? Saya ingin berfokus pada satu alinea: “Berdasarkan rancangan ilahi, para ayah hendaknya memimpin keluarga mereka dengan kasih dan kebenaran, serta bertanggung jawab untuk menyediakan kebutuhan hidup dan perlindungan bagi keluarganya. Para ibu terutama bertanggung jawab untuk mengasuh anak-anak mereka. Dalam tanggung jawab kudus ini, para ayah dan ibu berkewajiban untuk saling membantu sebagai pasangan yang setara.” 2 Saya menyukai kalimat, “Berdasarkan rancangan ilahi.” Peran orang tua merupakan bagian dari rancangan ilahi Bapa Surgawi bagi anakanak-Nya. Sebagai orang tua, kita memiliki tanggung jawab ilahi untuk menyediakan kebutuhan, melindungi, serta mengasuh keluarga kita. Bagaimana petunjuk—untuk menyediakan kebutuhan, melindungi, dan mengasuh ini—membantu kita dalam membesarkan anak-anak yang saleh? Menyediakan Kebutuhan Hidup
Pernyataan [kepada Dunia] tersebut mengatakan bahwa para orang tua menyediakan “kebutuhan hidup.” Namun apa saja kebutuhan hidup itu? Ya, hal itu adalah tempat berlindung dan makanan di atas meja. Namun karena rencana Injil, kita tahu ada lebih banyak dari itu. Hal itu mencakup keterampilan-keterampilan––hal-hal yang membangun karakter. Mari kita lihat beberapa di antaranya. FEBRUARI 2006
13
Kita menyediakan kebutuhan bagi anak-anak kita sewaktu kita mengajari mereka cara bekerja. Izinkan saya menceritakan kepada Anda tentang cucu lelaki saya, Jacob. Dia tidak mau pergi ke sekolah. Ibunya harus mencoba banyak hal. Akhirnya ibunya mendudukkannya dan berkata, “Pekerjaan ayah adalah pergi bekerja dan mencari uang. Pekerjaan ibu adalah tinggal di rumah dan merawat kamu serta saudara-saudaramu. Dan pekerjaanmu, Jacob, adalah pergi ke sekolah.” Ketika Jacob memahami asas itu, dia menerimanya serta pergi ke sekolah. Kita juga mengajari anak-anak kita untuk bekerja dengan mengharapkan mereka melakukan pekerjaan di rumah dan, pada saatnya, bekerja di luar rumah. Kita membantu anak-anak kita menyediakan kebutuhan sepanjang hidup mereka dengan mengajari mereka nilai bekerja. Mulailah sejak dini! Suami saya mengatakan bahwa karunia terbesar yang ayahnya berikan kepadanya adalah kemandirian––karena dia mengajarinya untuk bekerja. Mengelola keuangan kita juga membantu kita menjadi penyedia kebutuhan yang baik. Sebagai orang tua, rencanakan bersama-sama untuk hidup sesuai dengan anggaran belanja. Ajari anak-anak Anda perbedaan 14
antara keinginan dan kebutuhan. Jangan membebankan tuntutan keuangan yang tidak masuk akal pada pasangan Anda. Ketika Presiden Hinckley menasihati kita untuk keluar dari utang, seorang ayah yang saya kenal duduk bersama anakanaknya yang telah menikah dan menanyakan kepada mereka mengenai keuangan mereka. Dia terperangah mendapati bahwa dua di antara anaknya terjerat utang serius. Kemudian dia menanyakan kepada mereka apakah dia dapat membantu mereka membuat sebuah rencana. Pendidikan dan pelatihan memungkinkan para orang tua untuk menyediakan kebutuhan. Imbaulah anak-anak Anda untuk mendapatkan semua pendidikan semampu mereka. Di sejumlah negara, kaum remaja tidak dapat memenuhi syarat bagi pinjaman Dana-tetap Pendidikan karena mereka belum menyelesaikan pendidikan menengah. Di dunia zaman sekarang, adalah sangat penting agar para orang tua terus belajar. Menyediakan Perlindungan
Petunjuk kedua yang ingin saya bicarakan adalah menyediakan perlindungan. Perlindungan dari apa? Dari bahaya––baik jasmani maupun rohani. Kita melindungi ketika kita mengajari anak-anak kita bahwa mereka memiliki nilai ilahi, ketika kita pergi ke Gereja sebagai sebuah keluarga, ketika kita mengadakan malam keluarga, ketika kita mengadakan doa keluarga, ketika kita mempelajari tulisan suci bersama. Itu semua merupakan hal yang cukup
sederhana, namun saya bersaksi kepada Anda bahwa itu menyediakan perlindungan yang ampuh. Pernyataan [kepada Dunia] tersebut mengajarkan bahwa orang tua memiliki tugas kudus untuk melindungi anak-anak mereka. Perundungan dapat berupa hal emosi, seperti meremehkan pasangan atau seorang anak, memperlakukan mereka sebagai sesuatu yang tidak berarti atau tidak memberikan kasih dan perhatian. Para ayah tidak melindungi keluarga mereka apabila mereka memukul atau menampar istri atau anakanak mereka. Seorang sister dari Afrika Barat menuturkan bahwa sebelum bergabung dengan Gereja, ayahnya memukul ibunya dan anak-anak. “Sekarang,” ujarnya, “Dia memperlakukan kami dengan hormat dan kelembutan karena dia memahami kami adalah anak-anak Allah.” Para orang tua melindungi anakanak mereka dengan mengetahui pilihan mereka akan teman-teman mereka. Seorang remaja putri marah ketika ayahnya menanyakan kepadanya tentang kegiatan malamnya. Si ayah menjelaskan bahwa Pernyataan [kepada Dunia] menyatakan dia hendaknya menjadi pelindung bagi keluarganya dan bahwa dia mengasihi putrinya dan itulah sebabnya dia ingin memastikan putrinya selamat. Kita juga harus melindungi anakanak kita dari pengaruh-pengaruh media. Ketahuilah apa yang anak-anak Anda tonton di televisi, di bioskop, dan di rumah teman-teman mereka. Jika Anda memiliki komputer di rumah Anda, pastikan komputer itu menjadi alat bagi hal-hal yang “bajik, yang indah atau terhormat atau patut dipuji.” (Pasal-Pasal Kepercayaan ke-13). Kita dilindungi sewaktu kita mengikuti nabi yang hidup. Bagaimana Anda telah dilindungi sebagai keluarga dengan mengikuti nasihat Presiden
FOTO OLEH STEVE BUNDERSON, ROBERT CASEY, CRAIG DIMOND, DAN MATTHEW REIER
Hinckley untuk membaca Kitab Mormon? Saya baru saja menerima surat dari seorang sister di Inggris. Dia menulis: “Keluarga saya telah berjuang tahun lalu karena seorang ayah yang memilih untuk tidak hadir ke Gereja lagi. Dia telah aktif sepanjang hidupnya dan menjadi anggota keuskupan. Hati saya menjerit kepada Tuhan mengenai apa yang dapat saya lakukan agar tidak merasa marah dan sedih. Saya mengadakan malam keluarga dan doa keluarga bersama anak-anak saya sendiri. Ketika di bait suci saya merasa terbisiki, karena tantangan untuk membaca Kitab Mormon, untuk tidak saja meluangkan waktu membaca tulisan suci bersama anak-anak namun membawa anak-anak dan tulisan suci tersebut kepada suami saya, di mana pun dia berada di dalam rumah. Jadi kami pergi bersama, setiap malam pukul 9.00 untuk menemukannya. Dia membaca bersama kami––pada awalnya tidak, namun sekarang dia melakukannya. Dia datang ke Gereja, bergabung bersama kami dalam malam keluarga, dan memimpin pembahasan
Injil. Anak-anak kami adalah hamba Tuhan dan membawa firman kasih penebusan kepada suami saya. Hal ini telah menjadi berkat besar bagi keluarga saya.” Mengasuh
Petunjuk ketiga dan yang terakhir adalah mengasuh. Seperti apa mengasuh itu kelihatannya? Seperti apa rasanya? Seperti apa kedengarannya? Mengasuh terlihat seperti, terasakan seperti, dan terdengar seperti tulisan suci berikut: “Oleh bujukan kesabaran, kebaikan dan kelemahlembutan serta oleh kasih sayang yang sejati” (A&P 121:41–42). Izinkan saya membagikan beberapa contoh saja. Saya pikir mengasuh terlihat seperti mendisiplinkan dengan kasih. Seorang ibu muda menghentikan anaknya ketika dia tidak patuh. Dia memegang muka anaknya dengan kedua tangannya, menatap matanya, dan mengatakan,
“Dengarkan ibu.” Kita harus mengajari anak-anak kita untuk membuat pilihan-pilihan yang bijak, namun kita tidak dapat menghilangkan akibat-akibat dari tindakan mereka. Ingatlah, dasar dari rencana Bapa Surgawi adalah hak pilihan. Seperti apa rasanya mengasuh? Kebanyakan ajaran dan membangun hubungan dalam keluarga terjadi di saat-saat yang sangat singkat dan tak terencana selama rutinitas sehari-hari kita. Meja makan adalah tempat untuk saling mendekatkan diri, membagikan kegiatan sehari-hari kita, mendengarkan serta mendorong satu sama lain, dan bahkan tertawa bersama. Saya tahu canda tawa meringankan beban. Para ibu dan ayah yang terkasih, buatlah waktu makan yang teratur bagi orang-orang yang Anda kasihi. Apakah Anda telah selesai melakukan peran sebagai orang tua ketika anak-anak Anda telah tumbuh dewasa dan menjalani kehidupan mereka sendiri? Tidak, perjanjiannya adalah bahwa Anda tidak akan pernah selesai melakukannya. Namun kita berada FEBRUARI 2006
15
dalam urusan menciptakan keluarga yang kekal ini. Ketika suami saya dan saya melayani misi di Inggris, salah seorang anak lelaki kami dan keluarganya datang berkunjung. Saya ingat dia mengatakan, “Kami datang karena kami perlu diasuh.” Sekali orang tua, tetaplah orang tua. Tidakkah itu yang terbaik?! Sewaktu saya membawa Kitab Mormon pada bulan Desember, saya terkejut dengan kesadaran bahwa bahkan Mormon menasihati putranya yang telah dewasa, Moroni: “Putraku, setialah dalam Kristus … semoga Kristus mengangkat engkau … dan belas kasihan-Nya serta panjang sabar-Nya dan harapan akan kemuliaan-Nya dan akan kehidupan yang kekal, tetap berada dalam ingatanmu untuk selama-lamanya” (Moroni 9:25). Seperti apakah kedengarannya mengasuh itu? Kadang-kadang sulit untuk memperoleh jawaban lebih dari satu kata dari seorang remaja. Berikut adalah pertanyaan yang telah saya temukan yang amat bermanfaat dalam mengubah hal itu: “Tantangan atau pergumulan terbesar apa yang kamu miliki saat ini?” Pertanyaan ini membuka pintu bagi para remaja untuk berbagi. Dan ketika mereka melakukannya, dengarkanlah! Jangan menghakimi atau menasihati atau yang lainnya. Dengarkan saja. Anda akan tercengang pada hubungan dan ikatan yang akan terbentuk. Para uskup dan penasihat, pertanyaan yang sama ini dapat berpengaruh sewaktu Anda mewawancarai para remaja di lingkungan Anda. Mengasuh terdengar seperti doa keluarga. Salah satu kenangan paling abadi tentang ayah saya adalah berlutut bersama saudara-saudara lelaki dan perempuan saya di sisi tempat tidur orang tua saya di kamar mereka yang kecil dan mendengarkan ayah saya memohon kepada Bapa Surgawi untuk memberkati ibu kami, yang tengah dirawat di rumah sakit. Mendengar ayah saya mencurahkan hatinya membantu saya mengetahui bahwa ada Seorang Allah di surga yang mendengarkan. 16
Berdoalah bagi anak-anak Anda tentang tugas sekolah mereka dan untuk perlindungan mereka selama hari itu. Anak-anak kita mengetahui kasih dan apa yang kita harapkan ketika mereka mendengar kita berdoa bagi mereka. Memperkuat Keluarga
Sebagai pemimpin, bagaimana Anda memperkuat dan menyokong keluarga orang-orang yang Anda layani? Anda dapat menggunakan petunjuk yang sama itu––menyediakan kebutuhan, melindungi, dan mengasuh––untuk memperkuat keluargakeluarga di lingkungan Anda. Para pemimpin menyokong para orang tua dengan menghormati mereka, bukan dengan mengambil alih tempat orang tua bagi seorang anak. Anda dapat menjadi seorang mentor, Anda dapat membagikan hal-hal seperti apa yang diminati, namun tunduk pada bagaimana orang tua menginginkan hal-hal dilakukan. Seorang ibu membagikan: “Sering kali tampak bagi saya bahwa orang terakhir yang ingin didengar anak-anak lelaki remaja saya adalah suami saya dan saya. Kadang-kadang, anak-anak lelaki saya, menyerah pada tekanan teman sebaya, tidak mendengarkan kata-kata orang tua. Saya bersyukur untuk para pemimpin Gereja yang bijaksana yang telah menasihati anakanak lelaki saya. Mereka tidak pernah menggantikan peran kami sebagai orang tua. Mereka mendengarkan, namun memberikan dukungan pada bimbingan kami, dan mengarahkan kembali mereka kepada kami.” Sebagai keluarga, kita semua memiliki kebutuhan. Hanya beberapa kata yang menyentuh hati mengenai para ibu yang menjadi orang tua tunggal: Izinkan saya membagikan kepada Anda kisah tentang seorang ibu dari lima anak yang suaminya ditugaskan ke luar negeri. Dia menuturkan: “Ketika suami saya pergi pada awal bulan Februari, kami memiliki kendaraan yang dapat diandalkan. Tetapi,
pada bulan November, kendaraan itu rusak, dan kami tidak mampu memperbaikinya. Selama waktu yang sama ini, anak lelaki saya yang berusia 17 tahun memberitahu saya bahwa dia tidak berencana untuk melayani sebagai misionaris karena dia tidak yakin apakah Injil benar. Jika ada saat di dalam kehidupan saya dimana saya membutuhkan berkat keimamatan, itulah saatnya. Saya tidak ingat semua perinciannya atau tentang kapan dan di mana, namun saya ingat betul menerima lebih dari satu berkat dari para pemegang imamat yang peduli selama masa itu. Saya senantiasa tahu bahwa saya dapat meminta bantuan kepada para pengajar ke rumah saya dan mereka akan membantu. Tidak seorang pun dapat memperbaiki mobil saya, namun mereka dapat memberi saya berkat keimamatan yang lebih banyak dibutuhkan, dan mereka menemukan seseorang yang dapat memperbaiki mobil saya.” Pengajar ke rumah yang berpengabdian membuat perbedaan bagi keluarga ini, dan mereka dapat membuat perbedaan bagi semua keluarga yang memiliki orang tua tunggal sewaktu mereka mengenali mereka, memperoleh kepercayaan mereka serta menyediakan berkat-berkat keimamatan. Para uskup, pemimpin kelompok imam besar, dan presiden kuorum penatua, para ibu ini membutuhkan berkat-berkat keimamatan di rumah mereka, demikian juga para sister lajang kita yang luar biasa. Presiden Hinckley memperingatkan tentang “noda-noda dunia” 10 tahun yang silam ketika pernyataan [kepada Dunia] tersebut dikeluarkan. Pernyataan kenabian ini meneguhkan kembali “standar, ajaran, serta kebiasaan sehubungan dengan keluarga.” 3 Sebaliknya dunia berusaha mengatur peran sebagai wanita dan ibu. Kaum wanita dewasa ini diberitahu bahwa mereka membutuhkan sebuah karier yang maju, organisasi yang harus diikuti, dan, jika mereka memiliki
FOTO OLEH DEREK SMITH
Para pemimpin mendukung orang tua dengan cara menghormati mereka, bukan dengan cara menyerobot untuk mengambil alih seorang anak.
sumber-sumber, anak-anak. Peran terhormat ibu semakin ketinggalan zaman. Izinkan saya memperjelas hal itu: kita seharusnya tidak membiarkan dunia membahayakan apa yang kita ketahui diberikan kepada kita melalui rancangan ilahi. Sister sekalian, izinkanlah saya berbicara secara langsung kepada Anda beberapa menit saja. Sebagai para anggota Lembaga Pertolongan Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir, adalah berkat kita dan tanggung jawab kita untuk mengasuh dan menyokong unit keluarga kita. Setiap orang menjadi bagian dari sebuah keluarga, dan setiap keluarga perlu dikuatkan serta dilindungi. Bantuan terbesar saya dalam menjadi seorang ibu rumah tangga datang pertama kali, dari ibu dan nenek saya sendiri dan berikutnya, dari para sister Lembaga Pertolongan di lingkunganlingkungan yang berbeda di mana kami pernah tinggal. Saya mempelajari keterampilan-keterampilan; saya melihat teladan sukacita yang datang dari menciptakan sebuah rumah tangga yang orang lain inginkan. Efektif bulan Januari 2006, ada petunjuk baru bagi pertemuan serta kegiatan pemerkayaan rumah tangga, keluarga, dan pribadi. Hal itu menyediakan fleksibilitas yang lebih meningkat agar semua
sister dapat berperan serta di dalam Lembaga Pertolongan. Sekarang, para pemimpin Lembaga Pertolongan, pastikanlah bahwa pertemuan-pertemuan dan kegiatan-kegiatan yang Anda rencanakan akan memperkuat rumah tangga dari semua sister Anda. Pengajaran berkunjung adalah sarana lainnya untuk menyokong keluarga. Saya berharap Anda semua memiliki kesempatan untuk menjadi pengajar berkunjung. Para pengajar berkunjung bukan hanya memperkuat seorang sister secara rohani namun juga dalam posisi yang unik untuk memelihara serta memperkirakan kebutuhan. Para pemimpin Lembaga Pertolongan, jadilah proaktif dalam pertemuan komite kesejahteraan Anda, dan laporkan mengenai kebutuhan rohani serta jasmani yang dikenali oleh para pengajar berkunjung Anda. Kasih Murni Kristus
Bagi Anda yang telah menikah, pikirkan kembali. Apa yang membuat Anda jatuh cinta terhadap pasangan Anda? Ingatlah hal ini dapat memberi Anda hati yang mengampuni. Nyatakan kasih Anda kepada satu sama lain. Seorang istri dapat membuat suatu perbedaan dalam kehidupan suaminya sewaktu dia membangun keyakinan diri suaminya. Seorang suami dapat
mencerahkan bahkan hari yang paling suram dengan tiga kata sederhana: “Saya mengasihi kamu.” Salah satu karunia terbesar yang dapat orang tua berikan kepada anak-anaknya adalah dengan menunjukkan kepada mereka bahwa mereka saling mengasihi. Peran kita sebagai orang tua dalam mendidik anak-anak yang saleh adalah untuk menyediakan nafkah, melindungi, serta memelihara dan kita melakukan hal itu sebagai pasangan yang setara. Kita melakukan hal yang sama sebagai para pemimpin. Menjadi pemimpin adalah pekerjaan yang sulit. Menjadi orang tua adalah pekerjaan yang sulit. Kita mengalami keputusasaan, namun kita tetap maju terus. Saya pikir kita belajar sangat banyak mengenai kasih suci Kristus di dalam keluarga kita dan melalui pelayanan Gereja. Sebagai orang tua dan pemimpin kita perlu memberi anak-anak kita kasih Bapa Surgawi kita yang diulurkan kepada kita. Dalam Moroni 8:17, kita membaca “Aku dipenuhi dengan kasih yang murni, yaitu kasih abadi.” Tambahkan bagi firman Tuhan ini: “Kenakanlah pada dirimu, seperti sebuah jubah, ikatan kasih yang murni, yaitu ikatan kesempurnaan dan kedamaian” (A&P 88:125). Saya mengajak Anda, dalam semua urusan Anda, untuk mengenakan jubah kasih yang murni, untuk melindungi keluarga Anda dalam kasih murni Kristus. Sebagai keluarga dan sebagai pemimpin, semoga Tuhan memberkati Anda untuk melingkari orang-orang yang Anda kasihi dengan jubah kasih yang murni, agar kita semua dapat kembali ke hadirat Bapa kita di Surga dan hidup bersama Dia selamanya. Dalam nama Yesus Kristus, amin. CATATAN
1. Lihat Gordon B. Hinckley, “Bersukacita dalam Kesempatan Istimewa untuk Melayani,” Pertemuan Pelatihan Kepemimpinan Sedunia, 21 Juni 2003, 24. 2. “Keluarga: Pernyataan kepada Dunia,” Liahona, Oktober 2004, 49. 3. “Stand Strong agains the Wiles of the World,” Ensign, November 1995, 100.
FEBRUARI 2006
17
Rumah Tangga Surgawi, Keluarga Kekal P R E S I D E N T H O M A S S. M O N S O N Penasihat Pertama dalam Presidensi Utama
Membangun Sebuah Rumah Tangga Kekal
A
dalah dalam semangat kerendahan hati bahwa saya mewakili Presidensi Utama sebagai pembicara kunci untuk pertemuan ini. Kita telah diilhami dan diteguhkan melalui ceramah-ceramah dari Penatua Bednar, Penatua Perry, dan Sister Parkin. Pikiran kita telah terpusat pada rumah tangga dan keluarga sebagaimana kita telah diingatkan bahwa “rumah tangga adalah landasan dari kehidupan yang saleh, dan tidak ada sarana lain yang dapat menggantikannya atau memenuhi fungsi pentingnya.”1 Sebuah rumah tangga adalah jauh lebih dari sekadar rumah yang dibangun dari kayu, batu bata atau batu.
18
Sebuah rumah tangga dibangun dari kasih, pengurbanan, serta rasa hormat. Kita bertanggung jawab bagi rumah tangga yang kita bangun. Kita harus membangun dengan bijaksana, karena kekekalan bukanlah perjalanan yang singkat. Akan ada kesejukan dan angin, sinar matahari dan keteduhan, sukacita serta kesedihan. Namun jika kita sungguh-sungguh berusaha, rumah tangga kita dapat menjadi sebagian dari surga di bumi ini. Pikiran yang kita pikirkan, tindakan yang kita lakukan, hidup yang kita jalani tidak hanya memengaruhi keberhasilan perjalanan duniawi kita, hal-hal ini juga menandai jalan menuju gol-gol kekal kita. Beberapa keluarga Orang Suci Zaman Akhir yang terdiri dari ibu, ayah, dan anak-anak, seluruhnya berada di rumah, sementara keluarga lainnya telah menyaksikan kepergian yang memilukan dari satu orang, kemudian yang lainnya, dan yang lainnya lagi di antara anggota keluarga mereka. Kadang-kadang satu individu membentuk sebuah keluarga. Apa pun komposisinya, keluarga terus berlanjut––karena keluarga dapat kekal. Kita dapat belajar dari sang perancang agung––yaitu Tuhan. Dia telah mengajar kita bagaimana kita seharusnya membangun. Dia menyatakan, “Setiap … rumah tangga yang terpecah-pecah tidak dapat bertahan” (Matius 12:25). Kemudian Dia memperingatkan, “Lihatlah, rumahku
adalah rumah yang tertib … dan bukan rumah yang kacau” (A&P 132:8). Dalam sebuah wahyu yang diberikan melalui Nabi Joseph Smith di Kirtland, Ohio, tanggal 27 Desember 1832, Sang Guru menasihati, “Aturlah dirimu; persiapkanlah segala hal yang perlu dan bangunlah sebuah rumah, yaitu rumah untuk berdoa, rumah untuk berpuasa, rumah dengan iman, rumah pengetahuan, rumah kemuliaan, rumah ketertiban, rumah Allah”(A&P 88:119; lihat juga 109:8). Di manakah salah seorang dari kita dapat menempatkan sebuah cetak biru yang lebih pantas agar dia dapat membangun dengan bijaksana dan tepat? Rumah semacam itu akan memenuhi syarat pembangunan yang diuraikan dalam Matius, yaitu rumah yang dibangun “di atas batu,” (Matius 7:24, 25; lihat juga Lukas 6:48; 3 Nefi 14:24, 25), sebuah rumah yang mampu menahan hujan kemalangan, banjir pertentangan, serta angin keraguan yang terdapat di mana-mana di dunia kita yang sedang berubah dan menantang. Beberapa orang mungkin bertanya, “Tetapi wahyu itu adalah untuk memberikan bimbingan bagi pembangunan bait suci. Apakah masih relevan saat ini?” Saya akan menjawab, “Apakah Rasul Paulus tidak menyatakan, ‘Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?’ ” (1 Korintus 3:16). Biarlah Tuhan menjadi kontraktor umum untuk proyek pembangunan kita. Maka kita masing-masing dapat menjadi subkontraktor yang bertanggung jawab untuk sebuah bagian yang penting dari keseluruhan proyek itu. Karena itu kita semua adalah para pembangun. Selain untuk membangun rumah kita sendiri, kita juga memiliki tanggung jawab untuk membantu membangun kerajaan Allah di bumi ini dengan melayani
FOTO OLEH BUSATH PHOTOGRAPHY DAN MATTHEW REIER; RUPA KRISTUS, OLEH HEINRICH HOFMANN, ATAS IZIN DARI C. HARRISON CONROY CO.
dengan setia dan efektif dalam pemanggilan Gereja kita. Izinkanlah saya memberikan petunjuk dari Allah, pelajaran dari kehidupan, serta pokok-pokok untuk direnungkan sewaktu kita mulai membangun. Berlututlah untuk Berdoa.
“Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu” (Amsal 3:5–6). Demikianlah perkataan Salomo yang bijaksana, putra Daud, raja Israel. Di sini, di Benua Amerika, Yakub, saudara lelaki Nefi, menyatakan, “Pandanglah Allah dengan keteguhan hati, dan berdoalah kepada-Nya
dengan iman yang sangat besar” (Yakub 3:1). Nasihat yang diilhami secara ilahi ini datang kepada kita saat ini bagaikan air jernih ke tanah yang kering. Kita hidup di zaman yang sulit. Hanya beberapa generasi singkat sebelumnya, seseorang tidak dapat membayangkan dunia dimana kita hidup saat ini dengan persoalannya yang ada. Kita dikelilingi oleh hal-hal yang tidak bermoral, pornografi, kekerasan, narkoba, serta sejumlah besar penyakit lainnya yang merusak masyarakat zaman modern. Bagian kita adalah tantangan, bahkan tanggung jawab, bukan hanya untuk menjaga diri kita “tidak bercacat dari dunia,” (Yakobus 1:27) tetapi juga untuk membimbing anak-anak kita dan
Sang Guru menasihati, “Aturlah dirimu; persiapkanlah segala hal yang perlu dan bangunlah sebuah rumah, yaitu rumah untuk berdoa, rumah untuk berpuasa, rumah dengan iman.
FEBRUARI 2006
19
20
pelanggaran, serta mendatangkan kedamaian dan kepuasan yang lebih besar dalam jiwa manusia daripada cara lain apa pun. Selain membutuhkan bimbingan semacam itu untuk keluarga kita sendiri, kita telah dipanggil pada posisi dimana kita memiliki tanggung jawab bagi orang lain. Sebagai uskup atau penasihat, atau sebagai pemimpin kuorum imamat atau pemimpin organisasi pelengkap, Anda memiliki kesempatan untuk membuat perbedaan dalam kehidupan orang lain. Mungkin ada mereka yang berasal dari keluarga yang sebagian anggota atau tidak aktif; beberapa mungkin telah berpaling dari orang tua mereka, dengan tidak menghargai bujukan serta nasihat mereka. Kita dapat menjadi alat dalam tangan Tuhan untuk membuat perbedaan dalam kehidupan orang yang berada dalam situasi seperti itu. Bagaimanapun juga, tanpa bimbingan dari Bapa Surgawi kita, kita tidak dapat melakukan semua hal yang dengannya kita telah dipanggil untuk melakukannya. Bantuan semacam itu datang melalui doa. Seorang hakim terkemuka Amerika ditanyai apa yang kita lakukan sebagai warga negara di dunia, untuk menurunkan kejahatan dan ketidakpatuhan pada hukum serta membawa kedamaian dan kepuasan dalam kehidupan kita dan kepada bangsa kita. Dia dengan penuh pemikiran menjawab, “Saya akan menyarankan untuk kembali pada kebiasaan kuno doa keluarga.” Sebagai sebuah umat, apakah kita tidak bersyukur bahwa doa keluarga bukan merupakan kebiasaan yang ketinggalan zaman bagi kita? Ada sebuah makna sejati di balik ungkapan yang sering dikutip, “Keluarga yang berdoa bersama akan tetap utuh.” Tuhan Sendiri, memerintahkan agar kita mengadakan doa keluarga
ketika Dia berfirman, “Berdoalah dalam keluargamu kepada Bapa, selalu dalam nama-Ku, supaya istri dan anakanakmu diberkati” (3 Nefi 18:21). Sebagai para orang tua, guru, dan pemimpin dalam kapasitas apa pun, kita tidak mampu berusaha melakukan perjalanan yang memiliki potensi bahaya ini melalui kefanaan tanpa bantuan surgawi untuk membantu kita dalam membimbing mereka yang menjadi tanggung jawab kita. Sewaktu kita menyampaikan kepada Allah doa-doa keluarga kita serta doa-doa pribadi kita, marilah kita melakukannya dengan iman dan keyakinan kepada-Nya. Berlututlah untuk berdoa Majulah untuk Melayani
Untuk teladan kita, kita berpaling pada kehidupan Tuhan. Bagaikan cahaya teranglah kebaikan kehidupan Yesus sewaktu Dia melayani di antara manusia. Dia membawa kekuatan pada lengan yang lumpuh, penglihatan pada mata yang buta, pendengaran pada telinga yang tuli, serta hidup pada tubuh yang telah mati. Perumpamaan-perumpamaan-Nya memperlihatkan kekuasaan-Nya. Dengan orang Samaria yang murah hati, Dia mengajarkan, “Kasihilah sesamamu manusia” (lihat Lukas 10:30–35). Melalui kebaikan-Nya kepada wanita yang kedapatan berbuat zina, Dia mengajarkan pemahaman yang penuh perasaan (lihat Yohanes 8:3–11). Dalam perumpamaan-Nya tentang talenta, Dia mengajar kita untuk memperbaiki diri kita serta berusaha mencapai kesempurnaan (lihat Matius 25:14–30). Dia telah mempersiapkan kita untuk peran kita dalam membangun keluarga kekal. Kita masing-masing––apakah seorang pemimpin imamat atau pejabat dalam sebuah organisasi pelengkap––bertanggung jawab pada panggilan kudus kita. Kita telah ditetapkan pada pekerjaan dimana kita telah di-
FOTO OLEH ROBERT CASEY
orang lain yang kepadanya kita mempunyai tanggung jawab untuk melewati dengan selamat lautan dosa berbadai yang mengelilingi kita semua, agar kita kelak dapat kembali untuk hidup bersama Bapa Surgawi kita. Pelatihan keluarga kita sendiri membutuhkan kehadiran, waktu, serta upaya terbaik kita. Untuk menjadi efektif dalam pelatihan kita, kita harus teguh dalam teladan-teladan kita kepada anggota keluarga kita serta menyediakan waktu khusus bersama setiap anggota, juga waktu untuk memberikan nasihat dan bimbingan. Kita sering merasa kewalahan dengan tugas-tugas di hadapan kita. Meskipun demikian, bantuan selalu tersedia. Dia yang mengenal setiap anak-Nya akan menjawab doa kita yang sungguh-sungguh dan tulus sewaktu kita mencari bantuan dalam membimbing mereka. Doa seperti itu akan menyelesaikan lebih banyak masalah, meringankan lebih banyak penderitaan, mencegah lebih banyak
panggil. Dalam Ajaran dan Perjanjian 107:99, Tuhan berfirman, “Oleh karena itu, maka biarlah setiap orang belajar akan kewajibannya dan memangku jabatan yang telah ditetapkan baginya dengan penuh ketekunan.” Sewaktu kita membantu untuk memberkati dan menguatkan mereka kepada siapa kita memiliki tanggung jawab dalam pemanggilan Gereja kita, sebenarnya kita akan menjadi berkat dan memperkuat keluarga mereka. Dengan demikian, pelayanan yang kita lakukan dalam keluarga dan dalam pemanggilan Gereja kita dapat memiliki pengaruh kekal. Bertahun-tahun yang lalu, sebagai seorang uskup di sebuah lingkungan yang besar dan beragam dari lebih seribu orang anggota yang terletak di kota Salt Lake City, saya menghadapi banyak tantangan. Pada suatu sore di hari Minggu, saya menerima telepon dari pemilik toko obat yang terletak dalam batas lingkungan kami. Dia menyatakan bahwa pada pagi itu, seorang anak lelaki datang ke tokonya dan membeli semangkuk es krim dari tempat minuman bersoda. Dia telah membayar pembelian itu dengan uang yang diambilnya dari sebuah amplop, dan kemudian, sewaktu dia pergi, dia lupa amplop itu. Sewaktu pemilik toko berkesempatan memeriksa amplop itu, dia menemukan bahwa amplop itu adalah amplop persembahan puasa dengan nama dan nomor telepon lingkungan kami tertera di atasnya. Sewaktu dia menjelaskan kepada saya tentang anak lelaki yang telah datang ke tokonya, saya dengan segera mengenali anak itu––seorang diaken muda di lingkungan kami yang berasal dari keluarga tidak aktif. Reaksi pertama saya adalah terkejut dan kecewa memikirkan bahwa salah seorang dari diaken kami mengambil uang persembahan puasa yang dimaksudkan untuk mereka yang
membutuhkan dan pergi ke toko pada hari Minggu serta membeli makanan dengan menggunakan uang itu. Saya memutuskan untuk mengunjungi anak lelaki tersebut sore itu untuk mengajari dia tentang dana kudus Gereja serta tugasnya sebagai diaken untuk mengumpulkan dan melindungi dana tersebut. Sewaktu saya berkendara ke rumah itu, saya berdoa dalam hati memohon petunjuk mengenai apa yang akan saya katakan untuk menenangkan situasi. Saya tiba dan mengetuk pintu. Pintu dibuka oleh ibu anak lelaki tersebut, dan saya dipersilakan masuk ke ruang keluarga. Meskipun ruangan itu bercahaya redup, saya dapat melihat betapa kecil dan sederhananya ruangan itu. Beberapa perabotan sudah usang. Si ibu sendiri pun tampak lelah. Rasa kesal saya pada tindakan anak lelakinya pagi itu lenyap dari pikiran saya sewaktu saya menyadari bahwa di sinilah sebuah keluarga dalam keadaan yang sungguh-sungguh membutuhkan. Saya merasa terkesan untuk menanyakan kepada si ibu apakah ada makanan di rumah itu. Dengan berlinang air mata dia mengakui bahwa tidak ada makanan. Dia memberitahu saya bahwa suaminya tidak bekerja lagi selama beberapa waktu dan bahwa mereka dalam kebutuhan yang mendesak tidak hanya dalam hal makanan namun juga uang untuk membayar sewa agar mereka tidak diusir dari rumah yang kecil itu. Saya tidak pernah mengungkit masalah sumbangan persembahan puasa itu, karena saya menyadari bahwa anak lelaki itu tampaknya benar-benar lapar saat dia berhenti di toko obat itu. Melainkan, saya dengan segera mengatur bantuan untuk keluarga itu, agar mereka dapat memiliki makanan untuk dimakan serta tempat untuk ber-
teduh. Selain itu, dengan bantuan dari para pemimpin imamat di lingkungan itu, kami mampu mengatur pekerjaan bagi suaminya agar dia dapat menyediakan kebutuhan bagi keluarganya di masa yang akan datang. Sebagai para pemimpin imamat dan organisasi pelengkap, kita berhak atas bantuan Tuhan dalam meningkat-
Pelayanan yang kita lakukan dalam keluarga dan dalam pemanggilan Gereja kita dapat memiliki pengaruh kekal.
kan pemanggilan kita serta memenuhi tanggung jawab kita. Carilah bantuanNya, dan ketika ilham datang kepada Anda, bertindaklah sesuai dengan ilham itu yang berkenaan dengan ke mana harus pergi, siapa yang akan dikunjungi, apa yang akan dikatakan, serta bagaimana mengatakannya. Kita dapat saja secara terus-menerus memikirkan suatu gagasan, namun hanya ketika bertindak sesuai dengan gagasan itulah kita memberkati kehidupan manusia. Semoga kita dapat menjadi gembala sejati bagi mereka yang menjadi tanggung jawab kita. John Milton menulis dalam puisinya, “Lycidas,” “Domba yang lapar memandang, dan tidak diberi makan” (baris 125). Tuhan Sendiri berfirman kepada Nabi Yehezkiel, “Celakalah gembala-gembala Israel, yang … domba-domba itu sendiri FEBRUARI 2006
21
tuk kembali dan mengambil bagian dari kebahagiaan yang pernah Anda ketahui. Anda akan menemukan banyak tangan yang terulur untuk menyambut Anda, membantu Anda, serta menghibur Anda. Gereja membutuhkan kekuatan, kasih, kesetiaan, dan pengabdian Anda. Jalan telah ditetapkan dan pasti melalui mana seseorang dapat kembali pada kegenapan berkat-berkat keanggotaan Gereja, dan kami berdiri siap untuk menerima semua orang yang ingin melakukannya.” Barangkali pemandangan yang sering terulang akan mendekatkan ke
Mengulurkan Tangan untuk Menolong.
Dalam perjalanan hidup ini, terdapat banyak kurban. Beberapa orang menyimpang dari markah jalan yang menuju pada kehidupan kekal, hanya untuk menemukan bahwa jalan pintas yang dipilih akhirnya menuntun pada jalan buntu. Sikap acuh tak acuh, semborono, mementingkan diri, dan dosa telah mengambil sesuatu yang berharga dari kehidupan manusia. Ada orang yang, untuk alasan yang tidak jelas, berjalan mengikuti irama yang berbeda, yang kemudian menyadari bahwa mereka sedang mengikuti rayuan yang membawa duka dan nestapa. Pada tahun 1985 Presidensi Utama membuat catatan tentang mereka yang telah tersesat dari kandang domba Kristus serta mengeluarkan pernyataan khusus yang berjudul “Sebuah Undangan untuk Kembali.” Pesan tersebut berisi permohonan berikut: “Kepada Anda yang karena alasan apa pun menemukan diri Anda di luar penggembalaan Gereja, kami berkata kembalilah. Kami meminta Anda un22
rumah kesempatan pribadi Anda untuk mengulurkan tangan untuk menolong. Marilah kita memandang pada sebuah keluarga dengan seorang putra yang bernama Jack. Selama masa muda Jack, dia dan ayahnya sering berbantahan secara serius. Suatu hari sewaktu dia berumur 17, mereka berbantah dengan sengitnya. Jack berkata kepada ayahnya, “Ini sesuatu yang tidak dapat lagi saya terima. Saya akan meninggalkan rumah, dan saya tidak akan pernah kembali!” Dia masuk ke kamarnya dan mengemasi tasnya. Ibunya memintanya untuk tetap tinggal, namun dia terlalu marah untuk mendengar-
kan. Dia meninggalkan ibunya yang menangis di depan pintu. Saat meninggalkan halaman, dia hampir saja melewati gerbang saat dia mendengar ayahnya memanggilnya, “Jack, ayah tahu bahwa sebagian besar alasan kepergianmu terletak pada ayah. Untuk ini ayah benarbenar minta maaf. Ayah ingin kamu tahu bahwa jika kamu ingin kembali ke rumah, kamu akan selalu disambut. Dan ayah akan berusaha untuk menjadi ayah yang lebih baik bagimu. Ayah ingin kamu tahu, bahwa ayah mengasihimu, dan ayah akan selalu mengasihimu.” Jack tidak berkata apa-apa tetapi pergi ke stasiun bus dan membeli tiket ke tempat yang jauh. Sewaktu dia duduk di bus mengamati jarak-jarak yang terlewati, pikirannya beralih pada kata-kata ayahnya. Dia mulai menyadari betapa sangat berani, betapa sangat besar kasih yang dibutuhkan oleh ayahnya untuk mengatakan apa yang telah dikatakannya. Ayah telah meminta maaf. Dia memintanya untuk kembali dan telah meninggalkan kata-kata yang terngiang-ngiang di udara musim panas, “Ayah mengasihimu.” Jack mengetahui bahwa tindakan selanjutnya bergantung padanya. Dia menyadari satu-satunya cara dia dapat menemukan kedamaian di dalam dirinya adalah menunjukkan kepada ayahnya kedewasaan, kebaikan, serta kasih yang sama yang telah ayah tunjukkan kepadanya. Jack turun dari bus. Dia membeli tiket pulang dan memulai perjalanan pulang ke rumah. Dia tiba sedikit lewat tengah malam, memasuki rumah, dan menyalakan lampu. Di sana di kursi goyang ayahnya duduk, kepalanya tertunduk. Ketika dia memandang dan melihat Jack, dia bangkit dari kursi; mereka saling berpelukan. Jack kemudian
FOTO OLEH ROBERT CASEY; TUHAN GEMBALAKU, OLEH SIMON DEWEY, DILARANG MENYALIN
tidak kamu gembalakan” (Yehezkiel 34:2–3). Bagian kita adalah tanggung jawab untuk memelihara domba-domba, karena domba yang berharga, anak-anak domba yang manis ini, terdapat di mana-mana––di rumah dalam keluarga kita sendiri, di rumah-rumah keluarga besar kita, dan sedang menantikan kita dalam pemanggilan Gereja kita. Yesus adalah Teladan kita. Firman-Nya, “Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku” (Yohanes 10:14). Kita memiliki sebuah tanggung jawab penggembalaan. Semoga kita maju untuk melayani.
Semoga kita dapat menjadi gembala sejati bagi mereka yang menjadi tanggung jawab kita.
berkata, “Tahun-tahun terakhir ketika saya berada di rumah merupakan tahun-tahun yang paling membahagiakan dalam kehidupan saya.” Di sinilah seorang ayah yang menekan perasaan dan menahan kesombongan, mengulurkan tangan untuk menolong anaknya sebelum dia menjadi salah seorang dari “sejumlah besar orang hilang” yang diakibatkan oleh keluarga yang berantakan dan rumah tangga yang pecah. Kasih adalah ikatan yang menyatukan, balsam penyembuh; kasih begitu sering dirasakan, begitu jarang dinyatakan. Dari Gunung Sinai menggema di telinga kita, “Hormatilah ayahmu dan ibumu” (Keluaran 20:12), dan kemudian, dari Allah yang sama, perintah, “Kamu harus hidup bersama dalam kasih” (A&P 42:45).
Mengikuti Cetak Biru Tuhan
Berlututlah untuk berdoa. Majulah untuk melayani. Ulurkanlah tangan untuk menolong. Masing-masing merupakan halaman yang penting dari cetak biru Allah untuk membangun sebuah rumah, rumah tangga, dan rumah di surga. Keseimbangan adalah kunci bagi kita dalam tanggung jawab kita yang kudus dan serius dalam rumah tangga kita sendiri dan dalam pemanggilan Gereja kita. Kita harus menggunakan kebijaksanaan, ilham serta penilaian yang cerdas sewaktu kita memelihara keluarga kita dan memenuhi pemanggilan Gereja kita, karena masing-masing sangat penting. Kita tidak dapat mengabaikan keluarga kita; kita tidak boleh mengabaikan pemanggilan Gereja kita. Marilah kita membangun dengan keterampilan, tidak mengambil jalan
pintas, serta mengikuti cetak biruNya. Maka Tuhan, yaitu pengawas bangunan kita, dapat berkata kepada kita, seperti yang Dia firmankan ketika Dia menampakkan diri kepada Salomo, pembangun pada zaman dahulu, “Aku telah menguduskan rumah yang kau dirikan ini untuk membuat nama-Ku tinggal di situ sampai selama-lamanya” (1 Raja-Raja 9:3). Kemudian kita akan memiliki rumah surgawi dan keluarga kekal serta akan mampu membantu, menguatkan dan memberkati keluarga lainnya juga. Saya berdoa dengan rendah hati dan ketulusan terdalam agar berkatberkat ini dapat datang kepada kita masing-masing. Dalam nama Yesus Kristus, amin. CATATAN
1. Surat Presidensi Utama, 11 Februari 1999; lihat Liahona, Desember 1999, 1.
FEBRUARI 2006
23
KE LUARGA
PRESIDENSI UTAMA DAN DEWAN DUA BELAS RASUL GEREJA YESUS KRISTUS DARI ORANG-ORANG SUCI ZAMAN AKHIR
K
AMI, PRESIDENSI UTAMA dan Dewan Dua Belas Rasul Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir, dengan sungguh-sungguh menyatakan bahwa pernikahan antara seorang pria dan seorang wanita ditetapkan oleh Allah dan bahwa keluarga merupakan inti dalam rencana Sang Pencipta bagi tujuan kekal anak-anak-Nya.
SELURUH
UMAT MANUSIA—pria dan wanita—diciptakan menurut rupa Allah. Masing-masing adalah putra atau putri roh terkasih dari orang tua surgawi, dan, karenanya, masing-masing memiliki sifat dan tujuan yang ilahi. Jenis kelamin merupakan ciri mutlak dari identitas dan tujuan pradunia, kehidupan fana, dan kekal setiap orang.
DALAM ALAM PRADUNIA, para putra dan putri roh mengenal dan memuja Allah sebagai Bapa Surgawi mereka dan menerima rencana-Nya melalui mana anak-anakNya dapat memperoleh tubuh jasmani dan mendapatkan pengalaman duniawi untuk maju ke arah kesempurnaan dan pada akhirnya mencapai tujuan ilahinya sebagai seorang ahli waris kehidupan kekal. Rencana kebahagiaan yang ilahi memungkinkan hubungan keluarga untuk dilanjutkan setelah kematian. Tata cara dan perjanjian kudus yang tersedia di bait-bait suci yang kudus memungkinkan setiap orang kembali ke hadirat Allah dan keluarga disatukan secara kekal. PERINTAH PERTAMA YANG diberikan Allah kepada Adam dan Hawa berkaitan dengan potensi mereka untuk menjadi orang tua sebagai suami dan istri. Kami menyatakan bahwa perintah Allah bagi anak-anak-Nya untuk beranak cucu dan memenuhi bumi tetap berlaku. Kami selanjutnya menyatakan bahwa Allah telah memerintahkan agar kuasa penciptaan yang kudus ini digunakan hanya antara pria dan wanita, yang telah dinikahkan secara resmi sebagai suami dan istri. KAMI MENYATAKAN cara dengan mana kehidupan fana diciptakan telah ditetapkan secara ilahi. Kami menegaskan kekudusan dan pentingnya dalam rencana kekal Allah. SUAMI DAN ISTRI memiliki tanggung jawab kudus untuk mengasihi dan memelihara satu sama lain dan anak-anak mereka. ‘Anak-anak ... adalah milik pusaka daripada Tuhan’ (Mazmur 127:3). Orang tua memiliki kewajiban kudus untuk membesarkan anak-anak mereka dalam
kasih dan kebenaran, menyediakan kebutuhan fisik dan rohani mereka, mengajar mereka untuk saling mengasihi dan melayani, untuk mematuhi perintah-perintah Allah dan menjadi penduduk yang mematuhi hukum di mana pun mereka tinggal. Para suami dan istri—para ibu dan ayah—akan bertanggung jawab di hadapan Allah atas pelaksanaan kewajiban-kewajiban tersebut.
KELUARGA DITETAPKAN oleh Allah. Pernikahan antara pria dan wanita adalah mutlak bagi rencana kekal-Nya. Anak-anak berhak dilahirkan dalam ikatan perkawinan, dan untuk dibesarkan oleh seorang ayah dan seorang ibu yang menghormati perjanjian pernikahan dengan kesetiaan mutlak. Kebahagiaan dalam kehidupan keluarga paling mungkin dicapai bila didasarkan pada ajaran-ajaran Tuhan Yesus Kristus. Pernikahan dan keluarga yang berhasil, ditegakkan dan dipertahankan dengan asas-asas iman, doa, pertobatan, pengampunan, rasa hormat, kasih, kasih sayang, kerja, dan kegiatan rekreasi yang sehat. Berdasarkan rancangan ilahi, para ayah hendaknya memimpin keluarga mereka dengan kasih dan kebenaran, serta bertanggung jawab untuk menyediakan kebutuhan hidup dan perlindungan bagi keluarganya. Para ibu terutama bertanggung jawab untuk mengasuh anak-anak mereka. Dalam tanggung jawab kudus ini, para ayah dan ibu berkewajiban untuk saling membantu sebagai pasangan yang setara. Cacat, kematian, atau keadaan lainnya mungkin mengharuskan penyesuaian peran. Kerabat lain hendaknya memberikan dukungan bila dibutuhkan. KAMI
MEMPERINGATKAN bahwa orang yang melanggar perjanjian kemurnian akhlak, yang menganiaya pasangan atau keturunan, atau yang gagal memenuhi tanggung jawab keluarga, pada suatu hari akan bertanggung jawab di hadapan Allah. Lebih lanjut, kami memperingatkan bahwa pecahnya keluarga akan mendatangkan bencana kepada perorangan, masyarakat, dan bangsa, bencana yang dinubuatkan oleh para nabi zaman dahulu dan zaman modern.
KAMI MENGIMBAU PARA penduduk dan pejabat pemerintahan yang bertanggung jawab di mana pun untuk menganjurkan hal-hal tersebut yang dirancang untuk mempertahankan dan menguatkan keluarga sebagai unit dasar dari masyarakat.
Pernyataan ini dibacakan oleh Presiden Gordon B. Hinckley sebagai bagian dari pesannya pada Pertemuan Lembaga Pertolongan Umum yang diadakan pada tanggal 23 September 1995, di Salt Lake City, Utah.
INDONESIAN
4
02262 40299 26240 299
6