PERTEMUAN 2 Bahan Ajar 2. Ruang Lingkup dan Pengertian Museologi, Museum Dan Permuseum
A. PENDAHULUAN Dalam sejarah museum dapat dilihat terjadinya perubahan-perubahan yang bersifat perluasan fungsi museum. Pada mulanya, museum hanya berfungsi sebagai gudang barang, tempat di mana disimpan benda warisan budaya, yang bernilai luhur dan yang dirasakan patut disimpan. Kemudian fungsinya meluas ke fungsi pemeliharaan, pengawetan, penyajian atau pameran, dan akhirnya fungsi ini diperluas lagi sampai ke fungsi pendidikan secara umum dan untuk kepentingan umum atau masyarakat luas. Dalam pelaksanaannya, proses pembelajaran dilakukan dalam bentuk presentasi dan ditindaklanjuti dengan diskusi, sehingga yang terjadi merupakan proses komunikasi dua arah antara mahasiswa dan dosen sebagai fasilitator. Format bahan pembelajaran berupa uraian materi dalam format powerpoint yang dapat diakses terbuka oleh seluruh peserta mata kuliah. Adapun Kompetensi atau kemampuan akhir yang diharapkan adalah peserta mata kuliah dapat menjelaskan ruang lingkup museologi, museum dan permuseuman. Sedangkan yang menjadi kriteria penilaian atau indikator pembelajaran yaitu, kemampuan peserta mata kuliah dalam menyampaikan pendapat, bicara di depan forum, serta kemampuan dalam menjelaskan materi tersebut.
B. Uraian Bahan Pembelajaran 1.
Ruang lingkup Museologi
Bahan pembelajaran ini disajikan dalam format powerpoint yang kemudian dipergunakan sebagai media pembelajaran pada saat tatap muka di kelas. Adapun poin-poin yang terkait dengan materi tersebut adalah sebagai berikut:
1
konsep tentang permuseuman, khususnya di bidang arkeologi, terutama dalam hal mendirikan, mengelola dan menangani museum. Hal ini penting, karena dimata masyarakat museum merupakan tempat yang memiliki objek-objek yang menarik di dalamnya. Sebagai sarana edukatif kultural, museum tidak hanya mengandung arti bagi sektor social-ekonomi bangsa. Museum justru mempunyai kedudukan yang kuat, karena memainkan peranan penting dalam kaitannya dengan industri pariwisata. Oleh karena itu, diharapkan dengan menerapkan konsep-konsep yang dikaji dalam mata kuliah ini dan tentu saja berhubungan dengan permuseuman, permasalahan tentang museum yang mulai ditinggalkan oleh pengunjungnya dapat diketahui. Sementara itu, partisipasi masyarakat untuk mendirikan museum terus meningkat dari hari ke hari. Tetapi, besarnya jumlah museum tampaknya belum diimbangi dengan pemberdayaan di sektor pengelolaannya. Akibatnya banyak museum yang menghadapi problem: sepi kunjungan, yang berakibat berat pengelolaan. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka untuk dapat mengetahui dan bagaimana menangani pengelolaan benda-benda warisan budaya, harus dapat memberikan informasi yang memadai, mengenai nilai-nilai luhur warisan budaya melalui kegiatan-kegiatannya. Oleh karena itu, maka mata kuliah ini menjadi sangat penting.
2.
Pengertian Museum
Minat terhadap museum dimulai zaman Renaisance, tujuannya adalah untuk meningkatkan apresiasi kebudayaan di luar Eropa. Hal ini, juga dilakukan oleh VOC, yang mengumpulkan artefak di negara jajahan. Konon terjadinya museum, diawali dari adanya gedung penyimpanan khazanah perbendaharaan kerajaan milik para kaisar Romawi atau para Sultan di Timur Tengah. Pendapat lain : Museum berawal dari kumpulan barang yang dibawa oleh para musyafir, peneliti, penyebar agama, pedagang, pejabat komponi dari Eropa. 2
Kata “Museum” berasal dari bahasa Yunani kuno. “Muoseion” yang artinya: “kuil atau rumah ibadah tempat menyembah 9 Dewi Muze, Dewa Utama dalam Pantheon Yunani Klasik”. Kesembilan Dewi yang mengusai ilmu dan seni itu adalah: 1. Dewi Cleo, yang menguasai sejarah 2. Dewi Euterpe, menguasai seni musik 3. Dewi Melphorone, menguasai seni tragedi 4. Dewi Thalic, mengusai seni komedi 5. Dewi Terpsichore, menguasai seni rupa 6. Dewi Erato, menguasai syair puisi lirik 7. Dewi Polyhimne, menguasai syair rindu dendam 8. Dewi Uranic, menguasai ilmu falak 9. Dewi Calliops, menguasai seni syair pahlawan. Kuil atau tempat ibadah pemujaan Dewi-Dewi Muze inilah yang disebut “Muzeum”. Dengan demikian kata Museum pada awalnya dari kata : Muze”, kemudian dalam bahasa Yunani menjadi “Mouseion” lalu ditransfer ke dalam bahasa latin dan Inggris menjadi kata “Museum” seperti yang kita kenal sekarang ini (Sutaarga, 1997/1998)
3.
Pengertian Museum sesuai perkembangannya Arti museum seperti halnya arti kata, hanya dapat dipahami oleh karena fungsinya,
dan kegiatan-kegiatannya. Dari zaman ke zaman, ternyata fungsi museum itu telah mengalami perubahan. Museum adalah wadah melestarikan benda-benda pembuktian sejarah manusia dan alam. Benda-benda tersebut adalah hasil dari karya, cipta dan karsa manusia yang berwujud budaya, keberadaannya di Museum disebut “koleksi”. Koleksi adalah inti dari sebuah museum, pada tiap koleksi mengandung gagasan, ide, nilai dan norma dari yang membuatnya, atau yang mengadakannya (Sutaarga, 1997/1998).
3
Museum memberikan informasi yang kongkrit tentang masa lalu, oleh karena itu memahami masa lalu berarrti suatu modal untuk membangun diri secara lebih arif dan siap menghadapi kehidupan masa kini dan esok. Tetapi hakekat arti kata museum itu, tetap mengingatkan kita kepada kuil di zaman Yunani klasik, tempat persembahyangan dan pemujaan ke-9 dewi muze, sebagai anak zeus, dewa utama dalam pantheon terthadap agama dan ritual, yang ditujukan kepada zeus (secara etimologis, kata zeus berkaitan dengan kata deos, dewa dan theo=tuhan) Terdapat sejumlah definisi tentang museum, ada yang tidak lengkap (pendek), tetapi ada juga yang diuraikan secara panjang lebar. Di antara definisi yang ada, terdapat: a.
Rijk Commissie (1921) : Museum adalah lembaga yang menetapkan dan bersama-sama bekerja untuk menggelar karya-karya manusia, ditujukan bagi para pengunjung, dan orang yang tidak memiliki keahlian khusus
b.
Helmut Preser (1970-an): Museum adalah suatu bangunan yang dibangun secara terencana, berisi karya manusia yang bernilai seni dan ilmiah
c.
Pott (1970) : Museum adalah yayasan/penyelenggara bangunan museum, berada di bawah pimpinan penyelenggara yang dapat dipertanggunjawabkan, dibawah sejumlah staf yang memiliki keahlian di berbagai bidang, seni, ilmu pengetahuan, teknik, pengetahuan alam, yang faham akan masalah sosial dengan menggunakan dokumendokumen yang dapat dipertanggungjawabkan, dengan menggunakan berbagai sarana teknis, registrasi, pemeliharaan, penyimpanan, mengerjakan, mempelajari karya manusia yang tujuannya dipresentasikan kepada publik dengan dasar penelitian / penggunaan
d. Psl. 1. ( 1). PP. No. 19 Tahun 1995 Museum adalah Lembaga, tempat
penyimpanan, perawatan, pengamanan, dan
pemanfaatan benda-benda bukti materil hasil budaya manusia serta alam dan
4
lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa. e. ICOM: (International Council of Museums) definisi museum diperbaharui terus, mulai 1917, 1924, hingga yang terakhir adalah tahun 2006. Kepentingannya adalah untuk mewadahi kepentingan publik yang berkembang sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan zaman. Museum adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum, yang memperoleh, merawat, menghubungkan dan memamerkan, untuk tujuan-tujuan studi pendidikan dan kesenangan barang-barang pembuktian manusia dan lingkungannya. Jadi menurut defenisi tersebut, pengertian museum itu ternyata luas. Museum, baik yang bergerak di bidang ilmu pengetahuan sosial, maupun yang bergerak di bidang ilmu pengetahuan alam dan teknologi. Sedangkan pengertian dari permuseuman adalah, ibarat suatu dunia atau segala hal yang berkaitan dengan museum.
A. Penutup Untuk memahami gambaran umum tentang ruang lingkup dan pengertian museum, ternyata sangat luas, baik yang bergerak di bidang ilmu pengetahuan sosial, maupun yang bergerak di bidang ilmu pengetahuan alam dan teknologi. Untuk menguji sejauhmana pemahaman peserta mata kuliah museologi dengan materi pembelajaran tersebut maka dibuat dalam bentuk pemberian tugas mandiri yaitu, inventarisasi objek arkeologi terhadap benda koleksi museum berdasarkan bidang ilmu yang terdapat di daerah anda masing-masing.
BAHAN BACAAN Akbar, Ali. 2010. Museum di Indonesia : Kendala Dan harapan. Jakarta: Papas Sinar Sinanti
5
Agus. 1995. Pedoman Klasifikasi Koleksi Museum Umum Negeri Provinsi. Jakarta : Direktorat Permuseuman. Baxi, J. Smith dan Vinold P. 1973. Modern Museum. India : t.tb. Ibrahim, Yuni Astuti. 2001. Tata Ruang Gudang Koleksi Museum. Jakarta : Proyek Pembinaan Permuseuman Jakarta. Ishaq, Daud. 2000. Pedoman Pendirian Museum. Jakarta : Proyek Pembinaan Permuseuman Jakarta. Sutaarga, Mohammad Amir. 1991. Studi Museologia. Jakarta : Proyek Pembinaan Permuseuman Jakarta dan Direktorat Jenderal Kebudayaan Pendidikan dan Kebudayaan. ----------------. 1998. Pedoman Penyelenggaraan dan Pengelolaan Museum. Jakarta : Proyek Pembinaan Permuseuman Jakarta. Wergen, Ger Van. 1986, Pedoman Penalaran tentang Metode dan Teknik Penyajian dan Bimbingan Edukatif di Museum. Jakarta : Museum Nasional.
6