PERTEMUAN 15 & 16 KONSOLIDASI – PEMILIKAN TIDAK LANGSUNG DAN SALING MEMILIKI SAHAM
PENDAHULUAN Sebelumnya telah membahas situasi kepemilikan saham
di
mana
investor
atau
perusahaan induk seceara langsung memiliki beberapa atau semua saham berhak suara (voting stock) investee. Metode akuntansi ekuitas sangat cocok untuk situasi tersebut dan dalam kasus dimana investor memiliki secara tidak langsung 20% atau lebih saham berhak suara investee. Konsolidasi harus dilakukan jikan suatu perusahaan, baik secara langsung maupun tidak langsung, memiliki mayoritas saham berhak suara yang beredar perusahaan lain. saya
akan membahas akuntansi
perusahaan
induk
dan
prosedur
konsolidasi
untuk situasi "Kepemilikan Tidak Langsung”. Disini akan membahas kompleksitas tambahan yang timbul jika perusahaan afiliasi memiliki saham berhak suara satu sama lain. Struktur afiliasi jenis ini dibahas dengan judul “Mutual Holding”. Pembahasan mengenai hubungan mutual holding akan ditempatkan setelah pembahasan tentangkepemilikan tidak langsung jenis di mana perusahaan afiliasi secara tidak langsung memiliki perusahaannya sendiri. Walaupun prosedur konsolidasi untuk kepemilikan tidak langsung dan mutual holding lebih kompleks dibandingkan kepemilikan langsung, tujuan utama konsolidasi tetap sama. Sebagian besar masalah yang dihadapi berkaitan dengan pengukuran laba yang direalisasi
oleh
entitas
yang
terpisah
perusahaan
dan
pengalokasiannya
di
antara kepemilikanminoritas dan mayoritas.
TUJUAN PERKULIAHAN :
Membuat laporan konsolidasi apabila perusahaaan induk mengendalikan melalui kepemilikan tidak langsung
Menerapkan prosedur konsolidasi atas kepemilikan tidak langsung pada kasus mutual holding
Mempelajari cara memodifikasi akuntansi untuk kepemilikan tidak langsung dan mutual holding apabila perusahaan induk menggunakan metode biaya untuk memperhitungkan investasinya
A. Pemilikan Tidak Langsung Yang
dimaksud
dengan Pemilikan
tidak
langsung adalah
investasi
yang
memungkinkan investor untuk mengendalikan atau mempengaruhi secara signifikan perusahaan lain tidak melalui kepemilikan saham langsung, melainkan melalui anak perusahaannya. Struktur indirect holding terdiri dari dua macam yaitu struktur induk-anakcucu (Induk-Anak-Cucu) dan struktur afiliasi terkoneksi (Afilitas Terikat).
STRUKTUR AFILIASI PepsiCo’s mendirikan Pepsi Bottling Group (PBG). Catatan 8 atas laporan tahunan PepsiCo’s tahun 2003, memberikan informasi tambahan mengenai status kepemilikan PBG, serta PepsiAmericas, yaitu perusahaan afiliasi pembotolan utama lainnya : Selain sekitar 41% saham biasa yang beredar PBG yang telahdimiliki pada akhir tahun 2003, kami juga memiliki 100% saham biasa kelas B PBG dan hamper sekitar 7% ekuitas Bottling Group, LLC, yaitu perusahaan anak utama PBG yang sedang beroperasi. Hal ini memberikan kepemilikan ekonomi sekitar 45% operasi gabungan PBG. … Pada akhir 2003, kami memiliki hampir sekitar 40% Pepsi Americas.
Juga mengindikasikan bahwa laporan keuangan konsolidasi PepsiCo mencerminkan pendapatan bersih dari transaksi pihak terkait dengan perusahaan afiliasi pembotolan tersebut sejumlah $3,699 miliar selama tahun 2003. Laporan tahunan SBC Communications tahun 2003 mengikhtisarkan beberapa investasinya dalam perusahaan afiliasi sebagai berikut : Kerumitan potensial atas struktur afiliasi perusahaan tidak hanya terbatas pada satu imajinasi saja. Karena itu, jenis umum struktur afiliasi tidak sulit untuk diidentifikasi. Peraga mengilustrasikan jenis struktur afiliasi yang paling mendasar. Meskipun peraga 9-1 mengilustrasikan struktur afiliasi bagi perusaahan induk dan perusahaan anak, diagram tersebut juga dapat diterapkan pada perusahaan investor dan investee yang terkait melaluikepemilikan langsung atau tidak langsung sebesar 20% atau lebih saaham berhak suara perusahaan investee. Direct holding (kepemilikan langsung)
berasal dari investasi langsung dalam saham berhak suara dari satu atau lebih investee. Sedangkan indirect
holding (kepemilikan tidak
langsung)
adalah
investasi
yang
memungkinkan investor mengendalikan atau mempengaruhi secara signifikan keputusan investee yang tidak dimiliki secara langsung melalui investee yang dimiliki secara langsung. Ada dua jenis struktur kepemilikan tidak langsung yang diilustrasikan pada peraga hubungan ayah-anak-cucu (father-son-grandson relationship) dan hubungan afiliasi terkait (connecting affiliates relationship). Dalam diagram ayah-anak-cucu, perusahaan induk secara langsung memiliki 80% kepemilikan dalam Perusahaan anak A dan secara tidak langsung memiliki 56% kepemilikan (80% × 70%) dalam perusahaan anak B. Pemegang saham minioritas memiliki 44% lainnya dalam Perusahaan Anak B
30% yang dimiliki langsung oleh
pemegang minioritas saham Perusahaan Anak B ditambah 14% yang dimiliki oleh 20% pemegang minioritas saham Perusahaan Anak A (20% × 70%). Perusahaan induk memiliki secara tidak langsung 56% saham Perusahaan Anak B, Sehingga konsolidasi dengan Perusahaan ank B dapat dilakukan. Akan tetapi bukankepemilikan langsung atau tidak langsung perusahaan induk yang menentukan apakah sebuah afiliasi harus dikonsilidasikan atau tidak. Keputusan untuk mengkonsolidasi didasarkan pada apakah mayoritas saham perusahaan afiliasi berada dalam struktur afiliasi, sehingga memberikan perusahaan induk kemampuan untuk mengendalikan operasi perusahaan afiliasi. Jika Perusahaan Anak A dalam diagram ayah-anak-cucu pada Peraga 9-1 memiliki 60% saham Perusahaan Anak B, kepemilikan tidak langsung perusahaan induk atas saham perusahaan Anak B hanya 48% (80% × 60%), dan kepemilikan pemegang saham minoritas akan menjadi 52% [40% + (20% × 60%)]. Konsolidasi dengan Perusahaan Anak B masih tetap diperbolehkan, karena 60% saham Perusahaan Anak B berada dalam struktur afiliasi. Dalam ilustrasi mengenai afiliasi terkait, perusahaan induk memiliki 20% saham Perusahaan Anak B secara langsung dan 32% (80% × 40%) secara tidak langsung, sehingga total kepemilikan langsung dan tidak langsung mencapai 52%. Sementara, 48% saham Perusahaan Anak B lainnya dimiliki oleh pemegang saham minoritas Perusahaan Anak B sebesar 40% dan 8% (20% × 40%) secara tidak langsung oleh pemegang saham minoritas Perusahaan Anak A.
1. INDIRECT HOLDING BERSTRUKTUR INDUK-ANAK-CUCU. Contoh soal: A membeli 80% saham B pada 1 Januari 2009 senilai 192,000. B membeli 70% saham C pada 1 Januari 2010 senilai Rp105,000. Tidak ada kelebihan harga atas nilai buku saham yang diperoleh.
Laporan keuangan, jurnal eliminasi, dan kertas kerja konsolidasi ketiga perusahaan tahun 2010 tampak sbb : a.
Investasi di B Saldo Laba A
Rp8,000 Rp8,000
(untuk mencatat kenaikan ekuitas B) Ekuitas B awal 2009 100/80 X 192,000 = 240,000 Ekuitas B awal 2010 200,000 + 50,000 = 250,000 Kenaikan
b.
10,000 x 80% = Rp8,000
Pendapatan dividen Dividen
Rp38,000 Rp38,000
(untuk mengeliminasi Pendapatan dividen 24,000 + 14,000) a.
Beban Minoritas C
Rp12,000
Dividen
Rp 6,000
MINORITAS C akhir
Rp 6,000
(untuk mencatat Beban Minoritas C 30% x Rp40,000)
b.
Modal Saham – C Saldo Laba – C, awal Investasi di C MINORITAS C awal
Rp100,000 Rp 50,000 Rp105,000 Rp 45,000
(untuk mengeliminasi akun resiprokal Investasi di C dengan ekuitas C)
c.
Beban Minoritas B Dividen MINORITAS B akhir
Rp15,600 Rp 6,000 Rp 9,600
{untuk mencatat Beban Minoritas B 20% x (Rp64,000 - Rp14,000) + (20% x 70% x Rp40,000)}
MINORITAS B berhak atas Laba Bersih B (20% x Rp50,000) tetapi tidak berhak atas Pendapatan dividennya yang diperoleh dari C, karena MINORITAS B akan mendapat income tidak langsung atas Laba Bersih C yaitu 20% x 70% x Rp40,000. Bila Pendapatan dividen dimasukkan, maka terjadi tumpang tindih perhitungan hak MINORITAS. d.
Modal Saham –B
Rp 200,000
Saldo Laba ditahan – B, awal
Rp 50,000
Investasi di B MINORITAS B awal
Rp 250,000 Rp 50,000
(untuk mengeliminasi akun resiprokal Investasi di C dengan ekuitas CKertas kerja konsolidasi (dalam ribuan)
2. Indirect holding berstruktur Afiliasi Terikat Contoh soal : P membeli 70% saham S pada 2 Januari 2009 senilai Rp175,000. Saat itu stockholders’ equity S terdiri dari Modal Saham Rp200,000 dan Saldo Laba Rp40,000. Nilai Wajar dan Nilai Buku Aset Bersih S sama. Selisih biaya dengan Nilai Wajar dialokasikan ke goodwill. P membeli 60% saham T pada 2 Januari 2008 senilai Rp96,000. Saat itu stockholders’ equity T terdiri dari Modal Saham Rp100,000 dan Saldo Laba Rp50,000. Nilai Wajar dan Nilai Buku Aset Bersih T sama. Selisih biaya dengan Nilai Wajar dialokasikan ke goodwill.S membeli 20% saham T pada 2 Januari 2005 Rp20,000. Saat itu stockholders’ equity S terdiri dari Modal Saham Rp100,000 dan belum mempunyai Saldo Laba. Nilai Wajar dan Nilai Buku Aset Bersih S sama. Untuk tahun 2010, income tersendiri dan dividen masing-masing perusahaan adalah sbb:
Di dalam income P termasuk unrealized gain Rp10,000 yang berasal dari penjualan tanah ke S pada tahun 2010. Di dalam income S termasuk unrealized gain Rp5,000 yang berasal dari penjualan inventory sebesar Rp15,000 ke P pada tahun 2010. Penjelasan jurnal eliminasi, laporan keuangan, dan kertas kerja konsolidasi ketiga perusahaan tahun 2010 tampak sbb:
Penjelasan jurnal eliminasi: a.
Investasi di T – 20%
Rp16,000
Saldo Laba S,awal
Rp16,000
(untuk mencatat kenaikan ekuitas T dari tanggal pembelian investasi sampai
dengan awal
2010) Ekuitas T awal 2005 100/20 X 20,000 = 100,000; Ekuitas T awal 2010 100,000 + 80,000 = 180,000; Kenaikan (180,000 – 100,000) x 20% = Rp16,000
b.
Investasi di T – 60% Saldo Laba P, awal
Rp18,000 Rp18,000
(untuk mencatat kenaikan ekuitas T dari tanggal pembelian investasi sampai dengan awal 2010) Ekuitas T awal 2008 100,000 + 50,000 = 150,000 Ekuitas T awal 2010 100,000 + 80,000 = 180,000 Kenaikan
c.
30,000 x 60% = Rp18,000
Saldo Laba P, awal
Rp4,200
Investasi di S – 70%
Rp4,200
(untuk mencatat penurunan ekuitas S dari tanggal pembelian investasi sampai dengan awal 2010) Ekuitas S awal 2009 200,000 + 40,000 = 240,000; Ekuitas S awal 2010 200,000 + 34,000 = 234,000; Penurunan (240,000 – 234,000) x 70% = Rp4,200
d.
Penjualan
Rp15,000
Harga Pokok Penjualan
Rp15,000
(untuk mengeliminasi transaksi penjualan antar induk - anak)
e. Harga Pokok Penjualan
Rp5,000
Persediaan
Rp5,000
(untuk mengeliminasi keuntungan yang belum direalisasi di dalam persediaan akhir) f. Sewa Tanah
Rp10,000
Aktiva Tetap
Rp10,000
(untuk mengeliminasi keuntungan yang belum direalisasi dari penjualan aktiva tetap antar perusahaan) g. Pendapatan dividen
Rp8,000
Dividen - T
Rp8,000
(untuk mengeliminasi Pendapatan dividen 6,000 + 2,000) h. Beban Minoritas T
Rp4,000
Dividen
Rp 2,000
MINORITAS T akhir
Rp 2,000
(untuk mencatat Beban Minoritas C 20% x Rp20,000)
i. Modal Saham – T
Rp100,000
Saldo Laba – T, awal
Rp 80,000
Goodwill
Rp 10,000
Investasi di T-60%
Rp114,000
Investasi di T-20%
Rp 36,000*
MINORITAS T awal
Rp 40,000**
(untuk mengeliminasi akun resiprokal Investasi di T dengan ekuitas T dan untuk memunculkan goodwill) *Investasi di T yang 20% (S membeli 20% saham T) tidak ada goodwillnya sehingga hanya dihitung 20% x 180,000 = 36,000. **MINORITAS T awal adalah (20% x 180,000) + alokasi goodwill 40% x Rp10,000 = Rp40,000.
j. Pendapatan dividen
Rp14,000
Dividen - S
Rp14,000
(untuk mengeliminasi Pendapatan dividen)
k. Beban Minoritas S
Rp10,200
Dividen
Rp6,000
MINORITAS S akhir
Rp 4,200
[untuk mencatat Beban MinoritasS {30% x (Rp35,000 – 5,000) + (30% x 20% x Rp20,000)}] Di samping hak atas Laba Bersih B sebesar 30% x (Rp35,000 - 5,000 keuntungan yang belum direalisasi inventory upstream Penjualan), MINORITAS S juga punya hak atas Laba Bersih T secara tidak langsung yaitu 30% x 20% x Rp20,000 l. Modal Saham – S
Rp 200,000
Saldo Laba – S, awal
Rp 34,000
Goodwill
Rp 10,000
Investasi di S
Rp 170,800
MINORITAS S awal
Rp 73,200
(untuk mengeliminasi akun resiprokal Investasi di C dengan ekuitas C)
B. Mutual holding Mutual holding adalah kepemilikan saham oleh perusahaan yang berafiliasi terdiri dari dua bentuk yaitu : Saham induk dimiliki oleh anak perusahaanSaham induk yang dimiliki oleh anak perusahaan tidak termasuk ke dalam saham yang beredar. Oleh karena itu di dalam laporan keuangan konsolidasi, saham tersebut akan dilaporkan sebagai saham treasuri dan akan dikurangkan dari stockholders’ equity konsolidasi pada nilai costnya. Saham anak dimiliki oleh anak perusahaan yang lainnyaUntuk saham anak yang dimiliki oleh anak perusahaan yang lainnya, tidak akan diperlakukansebagai treasury stock.
Investasi
tersebut
akan
dieliminasi
bersamaan
dengan
eliminasi
ekuitasperusahaan yang sahamnya dimiliki Adadua metode akuntansi yang diterima umum untuk perusahaan induk yang sahamnya dimiliki oleh perusahaan anak – pendekatan saham treasuri(traesuri stock approach) dan pendekatan konvensional. Pendekatan saham treasuri mempertimbangkan saham perusahaan induk yang dimiliki oleh perusahaan anak tetap menggunakan dasar biaya dan dikurangkan dari ekuitas pemegang saham dalam neraca konsolidasi. Sedangkan pendekatan konvensional mempertimbangkan investasi perusahaan anak dalam saham perusahaan induk atas dasar ekuitas dan mengeliminasi akun investasi perusahaan dapat diterima,tetapi tidak menghasilkan laporan keuangan konsilidasi yang sama. Secara khusus jumlah laba ditahan konsolidasi dan hak minoritas biasanya berbeda menurut kedua metode tersebut.
a) PENDEKATAN SAHAM TREASURI 1. Saham induk dimiliki oleh anak perusahaan Dari sudut pandang konsolidasi, saham induk yang dimiliki oleh anak perusahaan tidak termasuk ke dalam saham yang beredar. Oleh karena itu di dalam laporan keuangan konsolidasi, saham tersebut akan dilaporkan sebagai saham treasuri dan akan dikurangkan dari stockholders’ equity konsolidasi pada nilai biayanya. 1) Konsolidasi tahun perolehan - tanpa pembagian dividen Asumsi bahwa pace corporation memperoleh 90% kepemilikan dalam Salt Corporation seharga $270.000 pada tanggal 1 januari 2006, ketika modal saham salt adalah $200.000 dan laba ditahan sebesar $100.000. selain itu, salt corporation juga membeli 10% kepemilikan dalam pace corporation pada tanggal januari 2006 seharga $200.000. neraca saldo kedua