Pertama Kali Wahyu Turun [ Indonesia – Indonesian –�] إندوني
Abu Ishaq al-Huwaini al-Atsari
Terjemah : Abu Umamah Arif Hidayatullah Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad
2013 - 1434
أول ﻟﻘﺎء ﺟﺮﺒ�ﻞ ﻋﻠﻴﻪ الﺴﻼم واﻨﻟﻲﺒ ﺻ� اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ » ﺑﺎلﻠﻐﺔ اﻹﻧﺪوﻧيﺴﻴﺔ «
أبو اسحاق ا�و�� ا�ثري
تر�ة� :رف هداية ا�
مراجعة :أبو ز�اد إي�و هار�انتو
2013 - 1434
Pertama Kali Wahyu Turun Diriwayatkan dari Aisyah, Ibunda Kaum Mukminin, radhiyallahu 'anha, beliau berkata: "Wahyu yang pertama kali kepada Rasulallah Shalallahu 'alaih wa sallam adalah mimpi yang sholeh tatkala tidur, tidaklah beliau melihat sebuah mimpi melainkan pasti terjadi seperti apa yang dilihatnya dalam mimpi. Setelah itu beliau senang menyendiri, lalu beliau menyendiri di gua Hira, maka disana beliau bertahanuts –yaitu beribadah di dalamnya- pada malam-malam tertentu, dan sebelum meninggalkan rumah beliau membawa bekal untuk persiapan selama tinggal disana. Kemudian setelah itu, beliau pulang ke rumah, bertemu istrinya Khadijah yang telah menyiapkan bekal untuknya. Demikian selama beberapa lama, sampai datang padanya kebenaran, ketika beliau berada digua Hira. Datanglah seorang malaikat yang berkata padanya: "Bacalah". Saya tidak bisa membaca, jawab beliau. Beliau menceritakan: "Maka ia merangkulku, lalu mendekap tubuhku sampai nafasku terasa sesak, setelah itu iapun melepaskanku". Dia lalu mengatakan: "Bacalah"! Saya katakan: "Saya tidak bisa 3
membaca". Dia lalu merangkul dan mendekapku sampai nafasku terasa sesak, setelah itu dia melepaskanku, dan berkata: "Bacalah". Saya jawab: "Saya tidak bisa membaca". Kemudian dia mendekapku yang ketiga kalinya, lalu melepaskannya, dan mengatakan:
ۡ ۡ ۡ ّ َ َّ ۡ َۡۡ َ ٰ َ �ِ َخلَ َق ٱ١ ك ٱَِي َخلَ َق ٱق َرأ٢ �� َن م ِۡن َعل ٍق ِ � ﴿ ٱقرأ ب ِٱس ِم ر:ﺎل اﷲ ﺗﻌﺎﻰﻟ ۡ َۡ َ ّ [٣ ،١ : ﴾ ]اﻟﻌﻠﻖ٣ َرَ�ُك ٱ�� َر ُم "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah". (QS al-'Alaq: 1-3). Maka Rasulallah pulang dengan perasaan yang takut, lalu beliau masuk rumah, Khadijah bin Khuwailid radhiyallahu 'anha. Beliau berkata pada istirnya itu: "Selimuti aku, selimuti aku". Maka Khadijah menyelimutinya sampai rasa cemas Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam hilang, setelah itu beliau berkata pada Khadijah, menceritakan apa yang telah dialaminya. Saya khawatir terhadap diriku, kata Rasulallah mengadu padanya, Khadijah menjawab: "Sungguh demi Allah tidak, Allah Shubhanahu wa ta’alla tidak akan mencelakaimu, sesungguhnya engkau adalah orang yang suka menyambung tali silaturahim, meringankan beban orang lain, memuliakan tamu, dan senang menolong". 4
Lalu pergilah Khadijah bersama suaminya membawa ketempatnya Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abdul Uzza –Beliau adalah anak paman Khadijah-. Waraqah adalah seorang yang beragama Nashrani pada zaman Jahiliyah, beliau biasa menulis kitab dengan bahasa Ibrani, beliau menulis Injil dengan bahasa Ibrani sesuai dengan apa yang Allah Shubhanahu wa ta’alla kehendaki. Beliau seorang yang sudah renta lagi buta, maka Khadijah menceritakan padanya, lalu mengatakan: "Wahai anak pamanku, dengarlah apa yang akan dikatakan oleh anak saudaramu". Waraqah mengatakan pada Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam: "Wahai anak saudaraku! Apa yang engkau lihat? Maka Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam menceritakan kejadian yang beliau alami. Setelah selesai Waraqah mengatakan padanya: "Ini adalah Namus yang telah Allah Shubhanahu wa ta’alla utus kepada Nabi Musa 'Alaihi sallam, sekiranya saya masih kuat, sekiranya saya masih hidup tatkala kaummu mengusirmu (maka aku akan membelamu)". Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam heran lalu menanyakan: "Apakah mereka akan mengusirku? Ya, tidaklah seorang pun yang datang dengan membawa seperti apa yang engkau bawa, melainkan pasti akan mendapat cobaan, kalau 5
seandainya saya menjumpai harimu itu, pasti saya akan menolong dan membelamu". Tidak lama kemudian Waraqah meninggal dunia, dan wahyu terputus. Hadits ini Shahih, diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim.
6