Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 | 18
PERSEPSI WARGA NAHDLATUL ULAMA (NU) LAMONGAN TERHADAP POLITIK (Study Kasus Di Desa Sarirejo Kecamatan Sarirejo Kabupaten Lamongan ) Moh. Sa’diyin *) ABSTRAKSI Nahdatul Ulama disingkat NU, yang merupakan suatu jam’iyah Diniyah Islamiyah yang berarti Organisasi Keagamaan Islam. Didirikan di Surabaya pada tanggal 31 Januari 1926 M/16 Rajab 1344 H. organisasi berkembang pesat yang beranggotakan kurang Lebih 78 juta. Pasca Orde Baru, Organisasi ini membidani lahirnya Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Dengan alasan sebagai wadah politik bagi warga NU. Setelah itu perjalanan NU dan PKB tampak kabur bahwa NU mulai memasuki kembali political sphere, setelah berjalanya waktu, wilayah politik mulai menggeser peran utama NU, apalagi ditunjukan dengan atraksi politisi NU yang meninggalkan jauh dari karakteristik ajaran Ahlusunah Waljamaah yaitu menjaga, membentengi, mengembangkan dan melestarikan ajaran Islam menurut pemahaman أهل ال ّسنّة والجماعةdi muka bumi. Banyak persoalan yang dihadapi oleh warga NU tidak diselesaikan, mereka hanya mengajar kekuasaan dan materi semata. Kondisi seperti menjadikan para politisi NU yang menang tapi yang dikalahkan adalah warga NU, punya politisi dari kalangan NU atau tidak sama saja, justru Mereka merasa dibohongi hnya dijadikan amunisi untuk kemenangan sajasetelah itu ditinggalkan. Kondisi seperti inilah yang menyebabkan presepsi waga NU tentang politik adalah suatu yang kotor, hina dan menjijikan, arga NU kalau mempunyai presepsi seperti ini tidaklah salah karena mereka diberi ontoh tokoh-tokoh politiknya yang tidak baik. Kata kunci : Persepsi warga NU, politik, Ahlussunnah waljama’ah PENDAHULUAN Latar Belakang Nahdatul Ulama disingkat NU, yang merupakan suatu jam’iyah Diniyah Islamiyah yang berarti Organisasi Keagamaan Islam. Didirikan di Surabaya pada tanggal 31 Januari 1926 M/16 Rajab 1344 H. Organisasi ini merupakan salah satu organisasi terbesar di Indonesia. NU mempersatukan solidaritas ulama tradisional dan para pengikut mereka yang berfaham salah satu dari empat mazhab Fikih Islam Sunni terutama Mazhab Syafi’i. Basis sosial Nu dahulu dan kini terutama masih berada di pesantren. Kebangkitan sebagian pemuda Islam Indonesia untuk membentuk organisasi pendidikan dan dakwah, seperti Nahdatul Wathan (Kebangkitan tanah air), dan Taswirul Afkar (potret pemikiran). Kedua organisasi dirintis bersama oleh Abdul Wahab Hasbullah dan Mas Mansur organisasi inilah yang menjadi cikal bakal lahirnya NU, tujuan dilahirkanya NU adalah; meningkatkan hubungan antar ulama Sunni, menyesuaikan kitab-kitab pesantren dengan ajaran ahlusunnah wal-jama’ah, dakwah Islam ala Aswaja, Mendirikan Madrasah, tempat ibadah, dan pondok pesantren, mengurus yatim piatu dan fakir
miskin dan membentuk organisasi untuk memajukan pertanian, perdagangan, dan industri yang halal menurut hukum Islam. Anehnya pada Pasca Orde Baru, Organisasi ini membidani lahirnya Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Dengan alasan sebagai wadah politik bagi warga NU, Setelah itu perjalanan NU dan PKB tampak kabur ketika dihadapkan pada realitas perpolitikan yang ditunjukkan oleh organisasi NU dan waganya secara umum sehingga menunjukan bahwa NU mulai memasuki kembali political sphere. Munculnya kecenderungan pergeseran perilaku politik kultural ke arah politik praktis diikuti dari pusat sampai ke bawah, termasuk di Lamongan khususnya Desa Sarirejo kecamatan sarirejo lebih banyak bergesekan dengan wilayah politik praktis seperti kepentingan untuk menguasai pos-pos kekuasaan strategis dalam pemerintahan, Bahkan, di lingkungan NU Lamongan khususnya kecamatan sarirejo tampak adanya kevakuman aktivitas-aktivitas yang bercorak sosial-keagaamaan, sehingga muncul anggapan bahwa politik sebagai rana kehidupan yang kotor, oleh sebab itu pemahaman politik yang beretika harus segera disosialisasikan dan
Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 | 20
ditekankan kepada warga NU di desa Sarirejo kecamatan sarirejo agar kesalah pemahaman tentang hakikat politik bisa segera diluruskan. Tujuan Penelitian. Tujuan daripada penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi dan pemahaman warga NU di Desa Sarirejo tentang Politik. Manfaat Penelitian. Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk berbagai fihak yang berkepentingan, antara lain : Penulis sendiri, dengan melakukan penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan kepekaan penulis terhadap permasalahan sekitar. Pemerintah atau pihak-pihak terkait, agar bisa memberikan gambaran dan informasi tentang bagaimana persepsi warga (NU) Desa Sarirejo sekarang terhadap politik, Pembaca diharapkan dapat memberikan informasi mengenai makna politik yang sebenarnya. TINJAUAN PUSTAKA\
Pengertian NU Nahdatul Ulama disingkat NU, yang berasal dari kata bahasa arab ”Nahdlotul Ulama” yang artinya Kebangkitan para Ulama. merupakan suatu jam’iyah Diniyah Islamiyah yang berarti Organisasi Keagamaan Islam. Didirikan di Surabaya pada tanggal 31 Januari 1926 M/16 Rajab 1344 H. Organisasi ini merupakan salah satu organisasi terbesar di Indonesia dewasa ini. NU mempersatukan solidaritas ulama tradisional dan para pengikut mereka yang berfaham salah satu dari empat mazhab Fikih Islam Sunni terutama Mazhab Syafi’i. Basis sosial Nu dahulu dan kini terutama masih berada di pesantren. Politik Islam Ala Annahdliyah NU merupakan ( جمعيّة دينيّة إجتماعيّةorganisasi keagamaan yang bersifat sosial). Sebagai organisasi keagamaan Islam, tugas utama NU adalah menjaga, membentengi, mengembangkan dan melestarikan ajaran Islam menurut pemahaman أهل ال ّسنّة والجماعةdi muka bumi. Tantangan besar bagi NU, di era keterbukaan yang memberi peluang masuknya aliran-aliran dan kelompok-kelompok keagamaan yang cenderung memanfaatkan kebebasan untuk mencaci maki dan menyesat-nyesatkan ()تضليل, bahkan menkafir-kafirkan ( )تكفيرterhadap pihak lain yang berbeda pemahaman keagamaan dengan dirinya.
Padahal seharusnyalah era keterbukaan dan kebebasan membuat setiap kelompok semakin memantapkan sikap toleran ( )تسامحdalam menyikapi perbedaan. Menghadapi kenyataan yang tidak menggembirakan tersebut, menjadi tugas PBNU untuk menggerakkan secara optimal perangkat organisasi yang terkait dengan fungsi menjaga, mengembangkan dan melestarikan ajaran Islam ASWAJA, dengan mengoptimalkan peran dan kinerja Lembaga Dakwah NU (LDNU), Lembaga Takmir Masjid NU (LTMNU) dan Lajnatut-Ta’lif wan-Nasyr NU (LTNNU). Dengan pendekatan حكمةdan وعظة حسنةdapat dipelihara kelangsungan ajaran ASWAJA, tanpa harus terlibat dalam tindakan-tindakan anarkhis yang sangat merugikan citra paham ASWAJA Sebagai organisasi sosial, NU harus mencurahkan perhatiannya secara serius pada bidang sosial, seperti ekonomi, kesehatan, pendidikan, pertanian dan lain-lain yang menjadi problem kehidupan masyarakat. NU sebagai lembaga, harus steril dari politik semacam itu. Kepedulian NU terhadap politik diwujudkan dalam peran politik Kebangsaan/ ) سياسة عالية سامية, yakni politik kebangsaan, kerakyatan dan etika berpolitik. Politik kebangsaan berarti NU harus إستقامةdan proaktif mempertahankan NKRI sebagai wujud final negara Indonesia. Politik kerakyatan antara lain bermakna NU harus aktif memberikan penyadaran tentang hak-hak dan kewajiban rakyat, melindungi dan membela mereka dari perlakuan sewenang-wenang dari pihak manapun. Dengan menjaga NU untuk bergerak pada tataran politik kebangsaan, jalinan persaudaraan di lingkungan warga NU ( )أخىّة نهضيّةdapat terpelihara. Sebaliknya,manakala NU secara kelembagaan telah diseret ke pusaran politik praktis, أخىّة نهضيّةakan tercabik-cabik, karenanya !نعىذ باهلل من ذلكOleh karena itu, sinyalemen adanya Rais Syuriyah dan Ketua Tanfidziyah di beberapa daerah yang dicalegkan dan lain sebagainya, wajib mendapatkan respons yang sungguh-sungguh dari Rapat Pleno ini, sesuai dengan ketentuan AD/ART tentang larangan rangkap jabatan. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Metode penelitian ini adalah menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan jenis penelitian deskriptif analitis yaitu menguraikan. Adapun Langkah-langkah penelitiannya adalah
Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 | 21
sebagai berikut : Pertama Menelaah keseluruhan data yang ada.Kedua Seleksi data, yaitu merangkum, menyusun dan memilih hal-hal pokok. Ketiga menafsirkan data, dengan tujuan memperoleh gambaran keseluruhan atau bagianbagain tertentu dari data, sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan. Sumber Data Data di dapatkan dari dua sumber yaitu data Primer data yang diperoleh i secara langsung dari sumbernya, sekunder data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian, meliputi kajian pustaka / buku-buku, laporan-laporanliteratur yang berkaitan dengan penelitian Teknis Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :Observasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan melakukan pencatatan dan pengamatan secara langsung terhadap obyek penelitian. Wawancara, Peneliti menanyakan kepada responden, kemudian hasilnya dicatat sebagai informasi penting dalam penelitian, tanya jawab dilakukan secara interaktif maupun secara sepihak saja. Dokumentasi, merupakan teknik pengumpulan data lewat dokumen-dokumen yang relevan HASIL PENELITIAN Geografis Desa Secara adminitrasi, Desa Sarirejo terletak di wilayah Kecamatan Sarirejo Kabupaten Lamongan.Topografi desa ini berada diketinggian 118 mm. dengan luas 343,1 Ha. Sebagian besar daerah ini terdiridari wilayah persawahan selebihnya untuk Ladang, perkiman, kantor dan sekolahan. Penduduk dari desa sejumlah 2250 jiwa, mata pencaharian mereka sebagian besar di wilayah pertanian sebanyak 1763 selebihnya menjadi buruh, guru, guru, pedagang dan profesi lainya. Sarana sosial Desa Sarirejo juga sudah terdapat berapa sarana sosial seperti tempat ibadah, Masji ada 4 Buah, Musolla 22 buah. Lembaga Pendidikan formal mulai TK PUD Samapai SD/MI 8 lembaga, sedangkan untuk lembaga Non-formal ada 1 PonPest dan TPQ 4 Lembaga. Untuk bidang kesehatan terdapat Poskesdes 1 buah, Posyandu 3 buah dan balai kesehatan 1 buah Organisasi Pemerintahan Desa
Susunan pemerintahan desa peraturan desa nomor 03 tahun 2008 tentang Susunan organisasi dan tata kerja pemerintahan desa Sarirejo, terdiri dari: kepala Desa dijabat oleh Sholeh harun, sekdes oleh nur Syifa’, Kaur Umum oleh Hanim Mufatin, Kaur pemerintahan Oleh abd. Rokhim, Kasi Pemerintahan oleh Sulaiman, Kasi pembangunan tasrib oleh , kasi kesejahteraan masyarakat oleh munif, Kasi Trantib oleh Waji kasi pemb. Perempuan oleh siti aisiyah SE. Begitu Pula organisasi lembaga BPD terdiri dari, ketua, wakil ketua sekretaris dan ketua bidang yang jumlah seluruhnya sebanyak 9 anggota. Kelembagaan Masyarakat Desa Di desa Sarirejo ini terdapat beberapa kelembagaan diantaranya adalah Lembaga Pemberdayaan masyarakat atau LPM, dan Pembinaan Kesejahtraan Keluarga atau PKK, LPM mempunyai tugas untuk merencanakan pembangunan yang didasarkan atas asas musyawarah, mengerakkan dan meningkatkan prakasa dan partisipasi masyarakat, baik yang berasal dari kegiatan pemerintah maupun swadaya gotong royong masyarakat. Susunan organisasi antara lain ketua oleh Sukarso, wakil Ketua oleh suhadak, sekretaris oleh M Hamami dan dibantu oleh 6 anggota yaitu Abd. Rokim,H. Nasiran.H. Muhammad dan timan, Ruslan dan Sulkhan. Sedangkan untuk PKK tujuannya adalah melakukan Pembinaan dan pembimbingan untuk ibu-ibu atau calon ibu dalam meningkatkan ketrampilan, susunan organisasi lembaga ini terdiri dari ketua oleh hastuti, wakil ketua oleh Marfuah, bendahara olehJuariyah dibantu oleh 4 Pokja yang masing-masing Pokja mempunyai ketua, wakil ketua dan dibantu oleh seksi bidang dan 1 anggota HASIL PENELITIAN Sejarah Berdirinya Jam’iyah NU Desa Sarirejo Jauh sebelum organisasi (jamiyah) NU didesa sarirejo berdiri, telah berkembang komunitas (jama’ah) muslim yang mengikuti paham keagamaan Ahlussunah Wal Jama’ah (sunni) KH. Ach. Rois (Alm) disebut-sebut sebagai sosok utama perintis dan pengembang islam sunni pertama yang kelak menjadi embrio kelahiran NU desa sarirejo Sepeninggal KH. Ach. Rois pada tahun 1982 M. pengembangan NU desa sarirejo dipegang oleh K. Abdurrahman Alm (dusun gendot desa sarirejo) K. Ach Kholil Alm (dusun kradenan desa sarirejo) KH. Ishaq Alm (dusun gendot desa sarirejo). Praktis, pada masa ini sampai akhir tahun 1990 an menjadi era perjuangannya para santri KH. Ach.
Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 | 22
Rois dalam mengembangkan NU di desa sarirejo sampai sekarang. Struktur Jam’iyah NU Ranting Sarirejo Struktur organiasasi NU Ranting Desa Sarirejo sebagai berikut ; Rois’am Oleh Tkrib, Ketua Tanfidziyah oleh M. Samsuri, SH dibantu wakil ketua oleh: H. Suraji, S.Pd.I dan didampingi oleh sekretaris Abd. Wahid, S.Pd.I dan Wakil Sekretaris Syaichul Amin,S.Pd serta Bendahara H. Nur Cholis, SH. Selain itu terdapat bidang-bidang antara lain: Organisasi dipegang oleh Fahrul Husaini, bidang Pendidikan dan Kaderisasi oleh Asnan Spd, bidang Sosial, Kependudukan dan Lingkungan Hidup oleh Khoirul Huda, bidang kesehatan oleh Abd. Ghozali, bidang dakwah oleh H. Sholik, bidang Ekonomi, Koperasi dan Agrobisnis oleh Abd. Rokim dan bidang Tenaga Kerja oleh Farid Hasim Jenis Kegiatan Jam’iyyah NU Desa Sarirejo Kegiatan NU Ranting Desa Sarirejo diletakan dimasing-masing Dusun yang meliputi dusun Gendot, Gedondong dan Kradenan, kegiatan ini berupa jamaah tahlil istighosah, yasinan dan pengajian-pengajian rutin yang diadakan pada harihari tertentu, Kegiatan ini dilaksakan oleh semua lapisan masyarakat dusun gendot (jama’ah lakilaki) setiap hari kamis malam jum’at di masjid dan tiap mushollah serta rumah warga apabila ada yang meminta sedangkan untuk kegiatan yang dilakukan oleh Muslimat dan fatayat setiap hari kamis malam Jumat di tiap musholla, untuk Kegiatan Ishari dilakukan oleh kaum laki-laki setiap hari sabtu malam minggudi masjid Persepsi Warga NU Desa Sarirejo terhadap Politik Dalam jam’iyah NU ada dua kelompok yaitu warga NU dan pengurus NU,warga NU adalah anggota yang kegiatan keagamaannya di dasarkan Islam ala ahlussunah wal jama’ah pedoman dasarnya Alqu’an Hadits,Ijma’ dan Qiyas dan bermadzhab empat,yaitu imam Syafi’I ,Imam hambali,Ghozali dan Maliki. Sedangkan Struktural adalah warga NU yang tergabung dalam organisasi NU, Seperti yang di sampaikan Ibu Nur syafa’ah beliau mengatakan “Masyarakat desa sarirejo penduduknya 100% mengikuti faham ahlussunah wal jama’ah madzhab assafi’iyah dengan demikian saya pastikan ediologi saya NU, dan kebetulan saya termasuk dalam jajaran organisasi dikelembagaan NU atau Banom NU yaitu di fatayat NU”,
Berdasarkan keterangan di atas warga NU di Desa ini 100% mengikutu faham Ahlussunah waljama’ah dan mereka juga aktif di structural kepengurusan jam’iyah NU di Desa. Dari paparan di atas menunjukkan bahwasanya ajaran NU di yakini masyarakatnya mampu menuntun menuju arah kehidupan yang lebih bermoral dan berkebangsaan secara luas. Akan tetapi pada bidang politik tidak bisa disamakan, seperti yang dikemukakan Abd. Qodir “sebenarnya semua AD- ART NU dan kegiatannya sangat bagus untuk kontribusi warganya juga bangsa ini, akan tetapi karena organisasi NU yang seringkali menyalah gunakan amanat organisasi sehingga banyak juga warga NU yang tidak lagi eksis dan aktif baik distruktural jamiyah maupun dalam kegiatannya” Semua masyarakat punya anggapan yang sama tentang ajaran NU akan tetapi organisasi ini sering di salah gunakan oleh beberapa oknum yang tidak tidak amanah ,hal tersebut berpengaruh pada momen-momen pemilu, Seperti yang diungkapkan Wajib; “kalau kita amati akhir-akhir ini politisi kita cenderung berpolitik kekuasaan tanpa mengedepankan politik berkebangsaan, sehingga indikasinya cuma kepentingan sesaat demi sebuah tahta”. Dari keterangan di atas menunjukan rendahnya kemampuan dan SDM mereka justru membawa keterpurukan jam’iyah ini, karena mereka dalam berpolitik hanya mementingkan kekuasaan saja. Hal yang senada juga diungkapkan H. Zaenal Abidin bahwa; “sebenarnya seni politik amat diperlukan dalam membawa aspirasi masyarakat NU, akan tetapi kurangnya pemahaman dalam kajian ilmu politik tersebut justru membawa aroma politik menjadi berkesan tidak baik dalam pandangan masyarakat luas khususnya masyarakat desa sarirejo” Tidak ketinggalan juga salah seorang perwakilan jam’iyah fatayat NU Dusun kradenan Ibu Rohani dia mengatakan : “politik itu cuma permainan orang-orang pejabat untuk mencari kedudukan di pemerintah saja, kalau sudah jadi pejabat pemerintah gak peduli haram atau halal yang penting mereka keturutan keinginannya” Dari pandangan masyarakat NU Desa Sarirejo di era sekarang ini kepada politisi dituntut harus mampu mengarahkan bangsa yang lebih baik, karena masyarakat tetap membutuhkan mereka
Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 | 23
baik, masyarakat tidak bisa di pisahkan dengan politisi maka yang bisa diharapkan pada semua wakil rakyat untuk bisa membawa aspirasinya lima tahun kedepan agar supaya masyarakat NU khususnya desa sarirejo merasakan sebuah perubahan yang lebih baik. Seperti yang ungkapkan oleh ibu Astutik lestri “walaupun dalam setiap pemilu selalu terjadi politik uang tapi saya sangat berharap besar pada dewan yang sudah terpilih menjadi wakil rakyat betul-betul amanah” Harapan yang sama juga diungkapkan Sholeh Harun “saya sangat bertumpuh dengan anggota DPRD yang baru saja dilantik kemarin dengan optimis bisa memperjuangkan aspiransi masyarakat, lebih-lebih diwilayah desa saya ada anggota DPRD Bapak M. Samsuri, SH, sehingga masyarakat desa sarirejo menjadi lebih sejahtera”. Tidak ketinggalan juga pendapat yang disampaikan oleh salah satu tokoh pemuda desa sarirejo saudara Syaikhul Amin, dengan tegas menyampaikan “saya berharap para anggota legeslatif setelah terpilih sebagai wakil rakyat benar-benar memperhatikan pemberdayaan pemuda untuk mengembangkan kreatifitas potensi diri agar supaya organisasi kepemudaan bisa pro-aktif dan bekerjasama membantu progam-progam yang ada dipemerintahan khususnya desa sarirejo” ( 5 September 2014 ) Berdasarkan penuturan diatas ,mayoritas warga NU Desa Sarirejo sangat menaruh harapan besar kepada para legislator dan pejabat politik lainya untuk benar-benar mampu mewujudkan cita-cita masyarakat untuk hidup lebih sejahtera, tanpa memandang dari unsur dan lembaga apa mereka berasal. Akan tetapi tidak bisa di pungkiri terdapat juga sebagian warga NU di Desa Sarirejo yang berfikir bahwasanya seorang legislator atau pejabat politik yang berasal dari unsur NU mereka harus lebih mengutamakan kepentingan politik di daerahnya, ketimbang masyarakat yang lain atau dari unsur lembaga yang lain. Seperti yang telah di sampaikan oleh seorang kader parpol yang sekaligus pentolan NU desa sarirejo yang enggan disebutkan namanya,Dia mengatakan : “masyarakat disini mayoritas NU ya mestinya gudu orang-orang NU yang menjadi DPRD agar bisa mendengarkan suara-suara orang NU, walaupun NU sudah kembali pada khittoh tapi realitasnya atribut dan ormas NU lah yang terbukti mengusung mereka ke kursi
dewan, karna mereka ada ditengah-tenggah warga NU maka sudah pastilah mereka berkewajiban memperjuangkan nasib NU dulu katimbang yang lain, jangan hanya membawa nama lembaga bahkan agama di jadikan alat politik saja tapi realitasnya tidak memihak pada masyarakat NU apakah itu tidak khiyanat?politik semacam itu bagi saya haram mas hukumnya !”. (5 September 2014 ) Berdasarkan keterangan di atas memberikan penjelasan apabila pejabat politik harus lebih mengutamakan kepentingan masyarakat di sekitarnya dahulu karena masyarakat setempatlah yang berpartisipasi untuk membantu politisi tersebut bisa menjadi pejabat. Kita ini mulai belajar berdomokrasi, banyaknya pelaksanaan pemilu sedikit banyak memberikan pelajaran pada kita untuk berjiwa negarawan untuk menerima hasil dari sebuah pemilu, walaupun pilihan politik terkadang tidak sesuai dengan keinginan kita, akan tetapi kalau kemenangan itu didapat dengan cara-cara yang tidak terpuji hal tersebut yang menyebabkan banyak warga NU yang berfikir politik adalah kotor Seperti di sampaikan Timan mengatakan; : “pilihan politik menentukan pada keputusan politik,memang terkadang tidak sesuai harapan bahkan terkadang sangat menyakitkan, jadi apabila yang terpilih menjadi pejabat politik atau pejabat public bukan dari unsur NU sedangkan kita sejak kecil ditengah-tengah masyarakat NU sunguh sangat menjadi ganjalan di hati kita, apalagi banyaknya pejabat politik hanya bertujuan cuma berpolitik kekuasaan saja, ya kita harus bersikap kritis biar tidak di bohongi terus “ ( 5 September 2014 ) Dari penjelasan di atas menerangkan bahwa warga NU Desa Sarirejo mengharapkan yang terpilih menjadi pejabat politik berasal dari wilayahnya dan dari unsur kelembagaannya.Ungkapan tegas dan lugas juga di sampaikan oleh Suparti yang terkesan apatis dan pesimis terhadap kegiatan politik sekarang ini Dia mengatakan ; “setiap kali ada pemilu saya selalu memilih yang dari NU karena mayoritas masyarakat lamongan warga NU jadi kalau yang menjadi DPRD atau bupati tidak dari unsur NU hati saya kut-kuten (jw. Marah besar) dan tidak bisa menerima, karena saya dan ibu ibu muslimat yang lain rata-rata wes gak percaya dengan politik sekarang ini, semuanya Cuma kebohongan saja mas, tidak perduli cara apapun di tempuh, buktinya kalau sudah jadi
Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 | 24
pejabat lupa kami semua mas, lupa janjijanjinya” jujur mas iki suara hati ku. ( 5 September 2014 ) Dari gambaran ulasan diatas menjelaskan bahwa masyarakat Desa Sarirejo benar-benar amat tidak percaya dengan politisi sekarang ini, Berbeda dengan yang di sampaikan oleh anggota Banser Bashori, beliau mengatakan : “NU kan sudah kembali ke khittoh 26 artine sudah tidak terikat dengan salah satu parpol jadi bebas dimana tempat kita memilih, makanya kalau yang menjadi pemimpin atau pemenang pemilu bukan dari unsur NU yoo sportif wae dan saya dukung 100%”. ( 5 September 2014 ) Berdasarkan penjelasan diatas dapat di simpulkan bahwasanya sikap netral setiap warga NU dalam pemilu juga menjadi penunjang kedewasaan dalam menerima hasil pemilu dan sekaligus bentuk dukungan terhadap politisi tersebut untuk menjalankan tugas-tugasnya demi kesejahteraan masyarakat. Kesimpulan Dari penelitian yang di lakukan bahwa sebagaian besar masyarakat Desa Sarirejo yang di wawancarai mempunyai persepsi yang tidak baik terhadap politik sekarang ini, karena para elit politik sebagaian besar mengutamakan politik kekuasaan saja. Dari hasil penelitian yang di temukan bahwa sebagaian besar masyarakat atau warga NU Desa Sarirejo mempresepsikan yang tidak baik terhadap politik. hal tersebut disebabkan karena berbagai factor, diantaranya :a.Hilangnya kepercayaan warga NU terhadap pelaku politik yang tidak konsisten, b. Tidak taat pada AD-ART organisasi, c. Minimnya loyalitas dan solidaritas pelaku politik terhadap kelembagaan dan warga NU. Hal inilah yang menjadikan sebagaian besar warga NU merasa di khiyanati dalam organisasi dan janji-janjinya sewaktu masih berkampanye, dengan begitu persepsi warga NU Desa Sarirejo terhadap politik adalah tidak baik. Walapun sebagian kecil masih ada yang berpresepsi baik itu disebabkan karena masih ada hubungan keluarga dengan politisi Dari penelitian yang sudah di laksanakan menyatakan bahwa persepsi NU kultural dan struktural di Desa Sarirejo adalah sebagaian besar masyarakatnya berpersepsi tidak baik terhadap politik DAFTAR PUSTAKA Alaena, Badrun, NU, Kritisisme dan Pergeseran Makna Aswaja, Tiara Wacana, Yogyakarta, 2000..
Anam, Choirul, Pertumbuhan dan Perkembangan NU, Bisma Satu, Surabaya, 1999.. DR. KH. MA. Sahal Mahfudh, Solusi Hukum Islam. 2004 Imam Ghozali Said, Hasil Keputusan Muktamar, Munas dan Kombes NU. (1926 – 2004) KH. Hasim Muzadi, (ketua PBNU) Ahkamul Fuqoha’. 2002 DR. H. Thohah Hamim, MA, Islam dan NU dibawah tekanan problematika Kontemporer. Buku Profil Desa Sarirejo Kecamatan Sarirejo Lamogan. 2014
Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 | 25