PERSEPSI REDENOMINASI RUPIAH……..…………………………..……………………………..……(Aribawa )
PERSEPSI REDENOMINASI RUPIAH TERHADAP KINERJA USAHA MIKRO DAN KECIL Dwitya Aribawa Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta
[email protected]
ABSTRACT Indonesia Central Bank (BI) initiate the redenomination program for Rupiah in order to simplify the digit of rupiah without decreasing the value of currency. This research willing to enclose the discussion and new outlook regarding the perception of micro and small firm that hypotheses as the key element for succession of redenomination program in Indonesia. Researcher conduct cross sectional analysis on perception of redenomination program and the impact to business performance to the owner or manager of micro and small firms. Partial Least Square method has been used to processing 120 respondent data that received during data collection process. The result shows, the owner or manager of micro and small firms perception about redenomination is significantly affect the business performance. There is also found optimism for succession of redenomination program will escalate the business performance of the owner or manager of micro and small firms. In general, focus group discussion resulting socialization and technical aspects during program implementation will be the critical phase that need to conduct by all of stakeholders (government, academia, private sectors and civil society) regarding the succession of Redenomination program in Indonesia. Keywords: rupiah redenomination, perception, business performance, micro and small firms
ABSTRAK Bank Indonesia (BI) berencana melaksanakan program redenominasi rupiah sebagai penyederhanaan nilai nominal mata uang dengan mengurangi digit (angka nol) tanpa mengurangi nilai riil (value) dari rupiah. Penelitian ini diharapkan mampu menjadi salah satu diskusi dan pandangan baru mengenai pentingnya menjaga persepsi pelaku usaha dalam suksesi program redenominasi mata uang. Dilakukan analisis persepsi pelaku usaha dengan studi cross sectional terhadap penerapan kebijakan redenominasi pengaruhnya pada kinerja usaha. Metode analisis Partial Least Square digunakan pada penelitian ini. Hasil penelitian dengan 120 responden memperlihatkan persepsi pelaku usaha terhadap redenominasi rupiah memperlihatkan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja usaha. Dalam penelitian ini aspirasi yang muncul dari program redenominasi adalah positif dengan keluaran yang berpengaruh baik pada kinerja usaha mikro kecil. Secara umum aspek sosialisasi dan teknis dalam implementasi kebijakan ini adalah hal yang paling krusial yang harus dikerjakan bersama oleh seluruh pemangku kepentingan terkait suksesi kebijakan redenominasi rupiah di Indonesia. Kata Kunci: redenominasi rupiah, kinerja, usaha mikro dan kecil dan ekonomi mikro
PENDAHULUAN Redenominasi adalah proses penyesuaian nominal mata uang yang dilakukan sebuah negara akibat dari dampak ekonomi masa lalu, beberapa diantaranya adalah hyper-inflation,
devaluasi mata uang, memudahkan dalam inisiasi pembentukan mata uang baru dari sebuah union (contoh Euro) dan saat terjadi pergantian mata uang (De Santis, 2015). Bank Indonesia (BI) berencana melaksanakan program redenominasi rupiah sebagai
45
JRAK, Volume 13, No 1 Februari 2017
penyederhanaan nilai nominal mata uang dengan mengurangi digit (angka nol) tanpa mengurangi nilai riil (value) dari rupiah. BI telah merencanakan redenominasi rupiah dengan menghilangkan tiga angka nol pada nominal uang yang digunakan untuk transaksi yang melibatkan mata uang rupiah. Nilai nominal mata uang yang terlalu besar mencerminkan bahwa di masa lalu negara pernah mengalami inflasi yang tinggi atau pernah mengalami kondisi fundamental perekonomian yang kurang baik (Kesumajaya, 2011). Risiko dari redenominasi sebagian besar muncul karena terjadi redenomination shock di masyarakat, sehingga munculnya dampak konsumsi yang berlebihan karena ketakutan masyarakat terhadap dampak redenominasi (Rose, 2007). Dari hal ini, dapat dilihat bahwa penyedia barang dan jasa (sektor usaha) dan masyarakat memiliki peranan penting untuk memperoleh edukasi yang memadai mengenai program redenominasi untuk menghindari kemungkinan redenomination schock tersebut. Penelitian yang terkait dengan redenominasi dan pelaku usaha di Indonesia pernah dilakukan oleh Hardiyanto dan Daulay (2013), dimana pada penelitian tersebut dinyatakan bahwa 32% pelaku usaha menyatakan tidak setuju dengan redenominasi rupiah. Redenominasi dikhawatirkan berdampak pada kenaikan harga. Para pengusaha akan menaikkan harga (harga jual) hasil produksi kepada masyarakat karena terkena dampak money illision dari redenominasi, disamping para pelaku usaha beranggapan perusahaan harus berinvestasi kembali untuk mengubah alat sistem pembayaran yang sudah ada. Kenaikan harga dipercaya akan berakibat pada menurunnya daya beli masyarakat karena ketidakmampuan atau bahkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap suatu barang/jasa sehingga berdampak pada kenaikan inflasi yang dikhawatrikan tidak bisa dikendalikan pemerintah sehingga mengganggu perekonomian di Indonesia secara umum. Tujuan dari penelitian ini untuk melakukan analisis komprehensif mengenai persepsi pelaku usaha terhadap program redenominasi yang berdampak pada kinerja usaha, dalam hal ini sektor UMK yang menjadi penggerak utama ekonomi di
46
Indonesia. Penelitian ini diharapkan mampu menjawab hipotesis penelitian yang menyatakan “apakah terdapat pengaruh dari redenominasi rupiah terhadap kinerja usaha pada sektor UMK di Indonesia?”. Dampak penelitian ini diharapkan mampu menjadi salah satu diskusi dan pandangan baru mengenai pentingnya menjaga persepsi pelaku usaha dalam suksesi program redenominasi mata uang. Empat pemangku kepentingan utama dalam mewujudkan berhasilnya sebuah kebijakan pemerintah yang dikenal dengan Quad Helix Stakeholders, yaitu pemerintah, sektor swasta, akademisi dan masyarakat madani (komunitas) diharapkan dapat memperoleh manfaat dari penelitian ini untuk mengambil peran krusial dalam kebijakan redenominasi rupiah. Persepsi pelaku usaha Usaha Kecil Menengah (dalam hal ini pemilik atau manajer) memiliki peran yang penting untuk mensukseskan program redenominasi rupiah. Dampak redenominasi rupiah pada kinerja sektor usaha menjadi perhatian tersendiri bagi pelaku usaha, maka pada kesempatan ini peneliti ingin mengangkat penelitian dengan judul “Persepsi Manajer dan Pelaku UMK: Dampak Redenominasi pada Kinerja Usaha”.
KAJIAN LITERATUR Penelitian Persepsi Pada UMK Persepsi adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman (Thoha, 2005). Persepsi timbul karena adanya dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal diantaranya tergantung pada proses pemahaman sesuatu, termasuk didalamnya sistem nilai, tujuan, kepercayaan, dan tanggapannya terhadap hasil yang dicapai, sedangkan faktor eksternal berupa lingkungan. Bem (1972) menyatakan bahwa persepsi muncul dari individu yang selalui bereaksi akan pengetahuan yang dimiliki. Dimana dari munculnya rasa ingin tahu tersebut akan muncul pengetahuan, sehingga mengakibatkan adanya sikap pribadi, emosi, dan internalisasi. Individu kerap menyimpulkan sesuatu dari hasil pengamatan dan pengalaman baik pada
PERSEPSI REDENOMINASI RUPIAH……..…………………………..……………………………..……(Aribawa )
diri sendiri ataupun orang lain. Dengan demikian, persepsi sangat terkait dengan interpretasi individu secara fungsional, daya analisis saat pengamatan dan faktor eksternal. Reinterpretasi individu muncul karena adanya fenomena kognitif dan fenomena persepsi banyak orang di lingkungan. Pada penelitian ini akan diuji persepsi pelaku usaha pada kebijakan pemerintah, yaitu redenominasi mata uang rupiah. Dalam pengujian ini dilakukan justifikasi awal berupa sumber informasi awal mengenai redenominasi, pengetahuan dasar mengenai redenominasi dan pemahaman terhadap perbedaan antara redenominasi dan sanering. Redenominasi Berbagai penelitian mengenai dampak redenominasi menyatakan bahwa telah ada 55 negara yang melakukan redenominasi, diantaranya ada yang dianggap sukses dan gagal. Dampak Salah satu indikator penerapan program redenominasi di sebuah negara adalah tingkat inflasi setelah kebijakan tersebut diterapkan. Redenominasi akan dianggap berhasil jika tingkat inflasi sebuah negara lebih rendah (atau kondisi ekonomi stabil) dibandingkan sebelum redenominasi, sedangkan bila terjadi hiperinflasi setelah kebijakan diterapkan maka kebijakan tersebut dianggap gagal (Amir, 2011). Menurut Pambudi, Juanda dan Priyarsono (2015), negara-negara yang melakukan redenominasi ketika tingkat inflasi rendah (<10%), maka tingkat inflasi pada satu tahun setelahnya akan lebih rendah dibandingkan negara-negara yang melakukan redenominasi pada waktu tingkat inflasi sedang tinggi (>10%). Sementara itu, pertumbuhan ekonomi setelah redenominasi dapat meningkat lebih tinggi jika pada saat redenominasi dilakukan kondisi perekonomian sedang mengalami pertumbuhan yang baik. Penelitian oleh Mosley (2005) yang melihat pengaruh redenominasi pada kredibilitas dan kepercayaan masyarakat pada mata uang di negara berkembang menyatakan bahwa risiko yang muncul dari dampak redenominasi mata uang sangat terkait pada opini publik. Hal ini mengindikasikan persepsi masyarakat menjadi amat penting untuk dianalisis terkait program redenominasi
rupiah. Selain hal tersebut perlu dipertimbangkan faktor kepercayaan publik pada pemerintah. Pelaku usaha yang merupakan penggerak utama sektor ekonomi di Indonesia menjadi sangat penting perannya dalam suksesi program redenominasi rupiah. Kinerja Usaha Berdasarkan Purnomo dan Lestari (2010), kinerja organisasi merupakan ukuran keberhasilan sebuah perusahaan dalam mencapai tujuannya. Kinerja yang positif berarti perusahaan dapat mencapai tujuannya, sedangkan kinerja yang negatif berarti perusahaan tidak dapat mencapai tujuannya. Ukuran kinerja organisasi dapat berbentuk kuantitatif maupun kualitatif. Ukuran kinerja kuantitatif berupa capaian-capaian keuangan, produksi (jumlah barang terjual, rasio biaya operasional), pemasaran (jumlah pelanggan), dan efisiensi. Ukuran kinerja kualitatif berupa kedisiplinan, kualitas pencapaian tujuan, persepsi pimpinan terhadap capaian organisasi, perilaku individual dalam organisasi, dan efektivitas. Sousa, et al (2006) mengklasifikasikan beberapa ukuran kinerja untuk perusahaan kecil dan menengah: pertama, ukuran kinerja berdasarkan balanced scorecard yang terdiri dari proses bisnis internal, inovasi keuangan dan pembelajaran serta konsumen. Kedua, ukuran kinerja berdasarkan Kaiser-MeyerOlkin (KMO). yang terdiri dari strategi, produktivitas, keuangan, inovasi, pembelajaran karyawan, dan kepuasan. Ketiga, ukuran kinerja berdasarkan performance measurement system yang terdiri dari keuangan, kualitas, pelatihan karyawan, inovasi dan konsumen. Dalam penelitian sebelumnya yang melakukan analisis mengenai kinerja usaha pada UMKM di oleh Machmud dan Sidharta (2013) disampaikan bahwa Kinerja pada UMKM dapat dilihat dari kemampuan ekspor, daya saing, sumbangan nilai tambah dan lapangan kerja, produktivitas tenaga kerja, dan produktivitas modal. Model Penelitian Pada penelitian ini akan dianalisis persepsi pelaku usaha terhadap penerapan kebijakan redenominasi pengaruhnya pada
47
JRAK, Volume 13, No 1 Februari 2017
kinerja usaha. Beberapa indikator menurut Pambudi et al., (2015) yang memperlihatkan persepsi pelaku usaha beberapa diantaranya adalah perubahan perubahan pola konsumsi, kredibilitas nilai rupiah, stabilitas ekonomi dan politik. Dimana hal-hal tersebut dipercaya akan berdampak sebagai peluang pada sektor kinerja usaha. Hardiyanto dan Daulay (2013) menyatakan bahwa faktor sosialisasi dan persepsi pelaku usaha kecil sangat penting untuk dikelola dalam suksesi kebijakan redenominasi. Dalam hal ini pemerintah diharapkan sudah menyiapkan program preventif untuk menghindari terjadi shock yang dialami pelaku usaha. Insentif dan sosialisasi dengan pendekatan personal diharapkan mampu menjadi jalan keluar untuk suksesi kebijakan redenominasi rupiah. Berdasarkan studi literatur dan penelitian terdahulu yang dilakukan maka model penelitian (Gambar 1) ini adalah untuk menjawab hipotesis penelitian “apakah terdapat pengaruh dari redenominasi rupiah terhadap kinerja usaha pada sektor UMK di Indonesia?”
Kinerja Usaha UMK
Redenominasi Rupiah
METODA PENELITIAN
Desain Penelitian Studi cross sectional digunakan untuk menganalisis input dari penelitian ini dalam rentang waktu pengambilan sampel (Januari – Agustus 2016). Objek penelitian ini adalah pemilik, manajemen atau pengelola (manajer) dari UMK yang bergerak di berbagai sektor industri dengan skala bisnis kecil atau menengah yang berlokasi di seluruh Indonesia. Sampel dan Proses Pengumpulan Data Pengambilan sampel dilakukan dengan penunjukan langsung (judgement) oleh peneliti pada komunitas pengusaha Indonesia yang dinamakan CEO Club Indonesia (CCI) dan grup Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Perguruan Tinggi. Pengambilan data dilakukan dengan online kuesioner yang tersedia secara daring pada www.bit.ly/ redenominasi2016. Definisi Variabel dan Alat Analisis Terdapat dua variabel utama dalam penelitian ini, pertama adalah persepsi redenominasi rupiah sebagai variabel independen. Sedangkan variabel dependen adalah persepsi kinerja usaha.
Gambar 1 Model Penelitian
Konstruk Persepsi Redenominasi
Persepsi Kinerja Usaha
Tabel 1 Konstruk dan Indikator Penelitian Indikator 1. Pola Konsumsi 2. Penguatan Nilai Tukar 3. Stabilitas dan Pertumbuhan Ekonomi 4. Kredibilitas Nilai Rupiah 5. Meningkatkan Nilai tukar 6. Meningkatkan Impor 7. Stabilitas politik 8. Secara umum Bermanfaat 1. Aspek keuangan perusahaan 2. Aspek Pertumbuhan modal perusahaan 3. Penjualan 4. Kondisi Karyawan
Persepsi pelaku usaha pada redenominasi rupiah terdiri dari sembilan pernyataan
48
berdasarkan gabungan dari beberapa penelitian sebelumnya (De Santis, 2015 ; Pambudi et al.,
PERSEPSI REDENOMINASI RUPIAH……..…………………………..……………………………..……(Aribawa )
2015 ; Hardiyanto dan Daulay, 2013). Variabel kinerja usaha terdiri dari empat pertanyaan yang diintisarikan dari penelitian terdahulu (Purnomo dan Lestari, 2010; Machmud dan Sidharta, 2013; Sousa, et al., 2006). Seluruh variabel penelitian dikuantifikasi dengan skala likert yang terdiri dari (1) Sangat Tidak Setuju; (2) Tidak Setuju; (3) Netral; (4) Setuju; (5) Sangat Setuju. Data terkumpul dianalisis menggunkana model persamaan struktural berbasis partial least square. Perangkat lunak Smart PLS 3.0 digunakan untuk membantu menganalisis hubungan antar variabel. Analisis deskriptif digunakan untuk interpretasi data responden, sementara model persamaan struktural untuk menguji hipotesis.
HASIL DAN DISKUSI Statistik Deskriptif Dari kuesioner yang diperuntukkan bagi 182 peserta di dalam grup diskusi pelaku
usaha di media sosial yang digunakan sebagai penentuan sampel penelitian dapat direkam data yang valid untuk dianalisis sejumlah 120 kuesioner, sedangkan terdapat 8 kuesioner masuk yang ditemukan terdapat input data yang kurang lengkap. Terdapat 54 peserta dalam grup diskusi yang tidak berpartisipasi. Dilihat dari jenis kelamin responden memperlihatkan tidak adanya gap antara responden laki-laki dan perempuan, dimana hanya terdapat perbedaan 10 reseponden (8%) antara laki-laki dan perempuan. Pelaku usaha yang mengikuti penelitian ini seluruhnya termasuk kategori usia produktif, dengan terbanyak pada usaia 18-25 tahun (50 responden). 63% pelaku usaha merupakan lulusan Sarjana dengan pengeluaran per bulan mayoritas termasuk dalam kelas menengah. Terdapat 48% pelaku usaha yang memiliki usaha seorang diri, disamping ada 29% suami istri yang memiliki usaha terpisah dan 23% suami istri memiliki usaha bersama.
Tabel 2 Statistik Dekriptif Penelitian Jumlah sampel pilihan Responden Final Penelitian Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Usia 18 - 25 tahun 26 - 30 tahun 31 - 40 tahun 41 - 50 tahun Pendidikan terakhir SMA/SMK S1 Pasca sarjana (S2/S3) Pengeluaran per bulan Kurang atau sama dengan Rp 1.000.000 Rp 1.100.000 - Rp.3.000.000 Rp 3.100.000 - Rp.5.000.000 Rp 5.100.000 - Rp.10.000.000 Rp 10.100.000 - Rp.20.000.000 Lebih dari Rp.20.000.000 Sumber penghasilan Usaha sendiri Suami dan istri usaha terpisah Suami dan istri usaha bersama
182 120 Jumlah responden 65 55 Jumlah responden 50 23 29 18 Jumlah responden 26 76 18 Jumlah responden 7 53 19 20 6 15 Jumlah responden 57 35 28
Persentase 54% 46% Persentase 42% 19% 24% 15% Persentase 22% 63% 15% Persentase 6% 44% 16% 17% 5% 13% Persentase 48% 29% 23%
49
JRAK, Volume 13, No 1 Februari 2017
Seluruh pelaku usaha memahami bahwa pengertian dari redenominasi merupakan “Penyederhanakan denominasi (pecahan) mata uang menjadi lebih sedikit dengan cara mengurangi digit (angka nol) tanpa mengurangi nilai mata uang tersebut“. Sedangkan 29% pelaku usaha tidak bisa membedakan antara redenominasi dan sanering. Para pelaku usaha memperoleh pengetahuan mengenai redenominasi rupiah pertama kali melalui media online dan media
masa, hal ini yang harus dicermati sebagai salah satu maksimalisasi upaya penyebaran informasi yang baik mengenai redenominasi. Menurut pendapat pelaku usaha, tanggung jawab sosialisasi redenominasi ada di pemerintah, perbankan dan sekolah/universitas, sedangkan 54% pengusaha menyatakan seluruh pihak terkait bertanggung jawab akan suksesi sosialisasi tersebut.
Tabel 3 Statistik Informasi Redenominasi Informasi Mengenai Redenominasi Pengetahuan mengenai redenominasi Pengertian Redenominasi Membedakan Redenominasi dengan Sanering Sumber Informasi Pertama Redenominasi Media masa Sosial media Guru / Dosen Kerabat / Keluarga Media online Tanggung jawab sosialisasi redenominasi Pemerintah Perbankan LK Non Bank Sekolah/Universitas Seluruh pihak terkait
Kurang Tepat 0 (0%) 23 (29%) Jumlah Responden 35 12 23 6 43 Jumlah Responden 110 95 50 87 65
Berdasarkan hasil analisis bootstrapping pertama dari analisis partial least square, seluruh indikator memperlihatkan validitas yang memadai diperlihatkan dari nilai loading faktor ≥ 0.5, sedangkan terdapat satu indikator pengukuran kinerja usaha (gambar pada lampiran) yang memiliki loading faktor kurang dari 0.5. Model diketahui tidak valid, maka dilakukan analisis ulang dengan eksklusi indikator kondisi karyawan (ku4) yang dianggap tidak berpengaruh terhadap ada atau tidak adanya redenominasi. Setelah dilakukan analisis bootstrapping kedua, didapatkan model yang memiliki seluruh nilai loading
faktor ≥ 0.5 dengan dan nilai adjusted R2 sebesar 0.406 (tabel pada lampiran) dengan kategori sedang (Hair et al., 2010). Berdasarkan validitas konvergen (tabel pada lampiran), semua indikator memiliki nilai CR > 0,7 dan AVE value ≥ 0.5, demikian juga untuk validitas diskriminan, semua nilai square root (AVE) > inter-constract correlation. Hasil model bootstrapping kedua yang sudah melewati proses validitas dan reliabilitas menyatakan bahwa variabel independen (persepsi redenominasi) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen (kinerja usaha) pada penelitian ini.
50
Tepat 120 (100%) 97 (81%) Persentase 29% 10% 19% 5% 36% Persentase 92% 79% 42% 73% 54%
PERSEPSI REDENOMINASI RUPIAH……..…………………………..……………………………..……(Aribawa )
Gambar 2 Hasil Bootstraping kedua Model Final Penelitian
PEMBAHASAN Seluruh pelaku usaha memahami bahwa pengertian dari redenominasi merupakan “Penyederhanakan denominasi (pecahan) mata uang menjadi lebih sedikit dengan cara mengurangi digit (angka nol) tanpa mengurangi nilai mata uang tersebut“. Sedangkan 29% pelaku usaha tidak bisa membedakan antara redenominasi dan sanering. Para pelaku usaha memperoleh pengetahuan mengenai redenominasi rupiah pertama kali melalui media online dan media masa, hal ini yang harus dicermati sebagai salah satu maksimalisasi upaya penyebaran informasi yang baik mengenai redenominasi. Menurut pendapat pelaku usaha, tanggung jawab sosialisasi redenominasi ada di pemerintah, perbankan dan sekolah/ universitas, sedangkan 54% pengusaha menyatakan seluruh pihak terkait bertanggung jawab akan suksesi sosialisasi tersebut. Machmud dan Sidharta (2013) menyampaikan bahwa Kinerja pada Usaha Mikro dan Kecil (UMK) sangat terpengaruh pada faktor perubahan eksternal. Dalam penelitian ini, persepsi pelaku usaha terhadap redenominasi merupakan faktor yang signifikan yang memperngaruhi kinerja usaha. Persepsi pelaku usaha terhadap redenominasi relatif tidak merubah pola konsumsi,
redenominasi dianggap dipercaya meningkatkan kredibilitas nilai rupiah, dapat menjaga stabilitas ekonomi dan politik bila dilakukan pendekatan yang memadai ke seluruh lapisan masyarakat (Pambudi et al., 2015). Temuan dari Hardiyanto dan Daulay (2013) yang menyatakan persepsi pelaku usaha yang mengalami ketakutan atau shock terhadap dampak redenominasi tidak muncul pada penelitian ini, hal ini dikarenakan pendidikan paling rendah dari responden penelitian adalah SMA/SMK dengan mayoritas memiliki gelar sarjana. Indikator kondisi karyawan ditemukan tidak mampu merefleksikan kinerja usaha pada penelitian ini dikarenakan dampak yang ditimbulkan redenominasi dianggap tidak berpengaruh pada kondisi karyawan. Dalam hal ini pemerintah diharapkan sudah menyiapkan program preventif untuk menghindari terjadi shock yang dialami pelaku usaha, terutama pelaku usaha kecil dan mikro. Insentif dan sosialisasi dengan pendekatan personal diharapkan mampu menjadi jalan keluar untuk suksesi kebijakan redenominasi rupiah.
KESIMPULAN Dari hasil penelitian dapat disimpulkan persepsi pelaku usaha terhadap redenominasi rupiah memperlihatkan pengaruh yang
51
JRAK, Volume 13, No 1 Februari 2017
signifikan terhadap kinerja usaha. Dalam penelitian ini aspirasi yang muncul dari program redenominasi adalah positif dengan keluaran yang berpengaruh baik pada kinerja usaha UMK. Secara umum aspek sosialisasi dan teknis dalam implementasi kebijakan ini adalah hal yang paling krusial yang harus dikerjakan bersama oleh seluruh pemangku kepentingan terkait suksesi kebijakan redenominasi rupiah di Indonesia. Pemerintah dalam hal ini Bank Indonesia, Kementerian Keuangan dan Otoritas Jasa Keuangan diharapkan melihat faktor persepsi pelaku usaha sebagai hal yang penting untuk menjadi pertimbangan. Dengan menginisiasi focus group discussion yang memuat empat pilar pemangku kebijakan
(pemerintah, akademisi, sektor swasta dan masyarakat/komunitas) diharapkan mampu memberikan output yang relevan untuk kesuksesan implementasi kebijakan redenominasi. Fokus utama dari program ini adalah dengan membuat langkah preventif menghindari shock yang muncul dari berbagai lapisan masyarakat. Pada penelitian ini pelaku usaha kecil dan menengah di kelas menengah secara umum sudah memahami dan memiliki sinergi positif untuk kesuksesan program ini, pada penelitian selanjutnya sebaiknya digunakan layer UMK sebagai responden dan penelitian mengenai persepsi masyarakat dengan penghasilan rendah menjadi relevan untuk dilakukan.
DAFTAR REFERENSI Amir, Amri. 2011. Redenominasi Rupiah Dan Sistem Keuangan. Jurnal Paradigma Ekonomika. 1(4): 73-86.
Mosley, L. 2005. Dropping zeros, gaining credibility? Currency redenomination in developing nations. In 2005 Annual Meeting of The American Political Science Association, Washington DC.
Bem, D.J. 1972. Self-perception theory. Advances in experimental social psychology. 6: 1-62. De Santis, R. A. 2015. A measure of redenomination risk. European Central Bank Working Paper Series.
Pambudi, A., Juanda, B., dan Priyarsono, D.P. 2015. Penentu keberhasilan redenominasi mata uang: pendekatan historis dan eksperimental. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, 17(2), 167-196.
Hair, JF., WC. Black, WJ. Babin and RE. Anderson. 2010. Multivatiate Data Analysis, 7th Edition. New Jersey: Pearson Prentice Hall. Hardiyanto, A., dan Daulay, M. 2013. Analisis persepsi pelaku usaha di kota medan terhadap rencana redenominasi. Ekonomi dan Keuangan, 1(4): 38-48. Kesumajaya, I.W.W. 2011. Redenominasi Mata Uang Rupiah Merupakan Tugas Dari Bank Indonesia Untuk Mengatur Dan Menjaga Kelancaran Sistem Pembayaran Di Indonesia. Gane C Swara. 5(1): 129-134. Machmud, S., dan Sidharta, I. 2013. Model Kajian Pendekatan Manajemen Strategik Dalam Peningkatan Sektor UMKM Di Kota Bandung. Jurnal Computech & Bisnis, 7(1): 56-66.
52
Purnomo, R., dan Lestari, S. 2010. Pengaruh Kepribadian, Self-Efficacy, dan Locus of Control Terhadap Persepsi Kinerja Usaha Skala Kecil dan Menengah. Jurnal Bisnis dan Ekonomi, 17(2): 144160 Rose, A. 2007. ìChecking out: Exits from currency unionsî. CEPR Discussion Paper, No.6254. Sousa, S.D., Aspinwall, E. M., dan Guimarães R.A. 2006. Performance measures in English small and medium enterprises: survey results. Benchmarking: an international journal, 13(1/2): 120-134.