EMBRYO VOL. 6 NO. 1
JUNI 2009
ISSN 0216-0188
PERSEPSI PETANI MADURA DALAM MENOLAK KOMODITAS JAGUNG VARIETAS BARU Teti Sugiarti dan Mardiyah Hayati Dosen Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Unijoyo Abstract The objectives of this research were to describe the characteristics of social and economy of farmers corn in Madura and to find the reason why the farmer keeping local corn’s variety. The result showed that the farmer tended to plant corn because this work was easy to do and they accostumed to follow their parents. Corn was not main comodity and it was planted monoculturally or in mixed farming with peanut or cassava. All respondents never earned enough money. The problems in corn’s farming were low price, irrigation, market, limited cost, difficult to find lending, and expensive in fertilizer. The decision to plant madura local corn was because of the farmer own reason while the decission to plant exotic corn from java because of the suggestion from goverment official. About 88% of farmers planted local corn variety to fullfil their family’s need. They choosed this local variety because it was easy to be planted, its sweet taste, the seed easy to get, better yield quality, longer saved yield, low cost in managing yield after harvest, and more expensive of its market price.
berkisar 1.5 – 2.2 ton/ha (BPS, 2002).
PENDAHULUAN
Tanaman jagung ada yang ditanami di
Jagung sudah sejak dulu dikenal
areal pesawahan, kebun juga pekarangan.
sebagai makanan pokok bagi masyarakat
Hampir di setiap rumah masyarakat
Madura. Bahkan sampai saat ini dimana
pedesaan Madura, pekarangannya selalu
padi/beras dikenal secara luas di wilayah
ada tanaman jagung.
Indonesia, di Madura sendiri masih sangat dikenal
penganan
nasi
jagung
Dari informasi dan pengamatan,
yang
komoditas
merupakan campuran nasi dengan jagung tumbuk.
Bahkan
masyarakat
Madura,
bagi
diusahakan adalah dari varietas lokal
sebagian
tubuhnya
akan
merasa kurang bertenaga apabila
tidak
madura. Salah satu karakteristik dari jenis jagung ini adalah besar tongkol dan butiran yang ukurannya lebih kecil dari
mengkonsumsi nasi jagung.
jagung biasa. Jagung ini kemudian diolah
Pada tahun 2001 areal tanaman jagung
yang
dipanen
di
jagung yang paling banyak
sebagai campuran nasi jagung, direbus,
Kabupaten
digoreng atau dibakar, dan sebagian lagi
Bangkalan seluas 100.055 ha dengan
sebagai makanan burung. Di pasaran
produksi 157 991,97 ton dan produktivitas
terutama di perkotaan, ditemukan juga
15.79 kw/ha (BPS, 2002). Data statistik
jenis jagung lain yaitu jagung hibrida
menunjukkan bahwa tingkat produktivitas
tetapi sebagian besar bukan hasil produksi
jagung di Kabupaten Bangkalan masih
35
Persepsi Petani Madura ...
masyarakat lokal.
35 – 46
(Teti S. dan Mardiyah H.)
lokal namun lebih tinggi produktivitasnya,
Jenis jagung ini
sekitar 1,2.- 1,5 ton/ha.
biasanya didatangkan dari pasar Surabaya.
Selain
Berdasarkan informasi dari Balai
produktivitasnya
yang
permasalahan
rendah, jagung varietas lokal madura juga
dalam usahatani jagung di Madura adalah
mempunyai nilai jual yang rendah. Harga
pemilihan varieritas lokal dan pemupukan
jagung lokal (direbus) berkisar Rp 100-
yang belum berimbang. Sampai saat ini
250/tongkol, sedangkan harga jagung
dalam berusaha taninya sebagian besar
hibrida
petani masih enggan untuk mengganti
500/tongkol.
jenis jagung lokal ke jenis jagung yang
madura, karena butiranya relatif lebih
lebih unggul, seperti jagung hibrida.
kecil, maka sangat cocok untuk makanan
Berbagai cara sudah dilakukan oleh BPP,
burung. Harga jagung lokal kering pipilan
baik melalui demplot ataupun bantuan
relatif mahal. Begitu juga apabila jagung
benih dan pupuk.
Namun petani tetap
kering ini ditumbuk untuk kemudian dapat
menanam varietas lokal madura dalam
diolah sebagai campuran nasi jagung
usahataninya.
maka harganya relatif tinggi.
Penyuluhan
Pertanian,
dari
jagung
rata-rata Namun
Rp
400-
jagung
lokal
Lidah
masyarakat madura sudah terbiasa dengan
Bila dibandingkan dengan hasil produksi
mentah
jagung
unggulan
lokal
yang
menurut
mereka
/bersertifikat, maka perbedaan produksi
rasanya lebih enak dan gurih. Dengan
dan produktivitas dari varietas lokal
demikian keengganan masyarakat Madura
tersebut sangat jauh.
untuk mengganti jenis usahatani dari
Dalam Rukmana jagung
jagung lokal ke jagung unggulan nasional
varietas unggul mempunyai potensi hasil
diduga terkait erat dengan pola konsumsi,
antara 4.5 – 5.7 ton/hektar, bahkan
adat dan budaya masyarakat madura.
(1997)
menyebutkan
bahwa
Berdasarkan
varietas jagung hibrida dapat mencapai 6.0 ton/hektar.
uraian
di
atas,
terlihat bahwa diduga cara berusahatani
Dan bila dibandingkan
dengan rata-rata hasil jagung nasional
masyarakat
yang
maka
subsisten dimana berusaha tani hanya
produktivitas jagung varietas lokal madura
untuk mencukupi kebutuhan sendiri dan
ini, sangat rendah. Dengan teknik dan
keluarganya. Melihat luas areal tanaman
teknologi bertani sekarang ini, rata-rata
jagung yang sangat besar dan terus
produktivitas jagung varietas lokal madura
meningkat, maka dapat dikatakan bahwa
berkisar 0,9-1.0 ton/ha. Namun sebagian
kesesuaian lahan di Madura khususnya di
ada juga yang sudah menanam varietas
Bangkalan untuk komoditas jagung cukup
tambin yang relatif mirip dengan varietas
tinggi.
berkisar
2.17
ton/ha,
36
Madura
adalah
masih
Namun karena komoditas yang
EMBRYO VOL. 6 NO. 1
JUNI 2009
ISSN 0216-0188
ditanam adalah jagung varietas lokal yang
melakukan berbagai penelitian jagung.
produktivitasnya sangat rendah, maka
Penelitian ini dikerjakan dengan metode
komoditas ini kurang bisa diandalkan
survey
dalam
terstruktur.
peningkatan
pendapatan
dengan
teknik
Disamping
itu
wawancara dilakukan
masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah :
wawancara mendalam (Indept interview)
1) Mendeskripsikan karakteristik sosial
dengan beberapa informan dan responden
ekonomi petani dan usahatani jagung di
terpilih. Penarikan sampel populasi petani
Madura dan 2) Mengetahui persepsi dan
dilakukan metode acak sederhana (Simple
alasan
Random Sampling) dengan pertimbangan
petani
madura
dalam
mempertahankan jagung varietas lokal
tingkat
keragaman
dan menolak jagung varietas unggulan
homogen.
popoulasi
cukup
baru. Hasil penelitian diharapkan dapat dipakai
sebagai
:Informasi
dan
HASIL DAN PEMBAHASAN
pertimbangan bagi Dinas Pertanian dan berbagai
pihak
terkait
di
Karakteristik
dalam
Usahatani Responden
memecahkan persoalan lambatnya adopsi teknologi
usahatani
produksi
hasil
dan
Hasil survey kepada responden
peningkatan
pertanian,
Sosial Ekonomi dan
petani jagung
(khususnya
di daerah penelitian
menunjukkan bahwa semua responden
produksi jagung).
adalah asli suku Madura. Mereka banyak yang lahir dan besar di daerah tersebut. METODE PENELITIAN Lokasi
penelitian
Usia responden berkisar antara 29-80
ditetapkan
tahun dengan rata-rata usia 49 tahun. Usia
secara purposive, yaitu di Kecamatan
responden yang relatif muda dibawah 40
Kamal,
tahun hanya sekitar 30%.
Kabupaten
Bangkalan-Madura
Hal ini
sebagai daerah sentra produksi jagung
menunjukkan bahwa berusahatani sudah
lokal. dan desa terdekat dengan Perguruan
lama dilakukan oleh para petani di
Tinggi Unijoyo dan terdapatnya Balai
pedesaan Madura secara turun temurun
Penyuluhan
Pertanian
yang
sering
37
Persepsi Petani Madura ...
35 – 46
(Teti S. dan Mardiyah H.)
Jumlah Responden Berdasarkan Usia (% ) 50 40 30 Jumlah Responden (%)
20 10 0 20-30
>30-40
>40-50
>50
Usia
Gambar 1. Usia Responden
Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan (%) 60 50 40 30
Jumlah Responden (%)
20 10 0 Tidak Tamat SD
Tamat SD
Tamat SLTP
Tingkat Pendidikan
Gambar 2. Tingkat Pendidikan Responden ditanami 3 kali dengan menanam jagung
Sebagian besar (95%) responden petani
bermata
pencaharian
sebanyak 1 - 3 kali.
utama
sebagai petani, baik petani padi maupun
Secara umum budidaya jagung
palawija. Di Kecamatan Kamal ada
merupakan komoditas sampingan sambil
sebagian daerah yang merupakan sawah
menunggu waktu menanam padi, jadi
irigasi dengan pengairan dari pompa.
budidayanya tidak begitu diperhatikan.
maka
usahataninya
Hanya sebagian kecil responden yang
adalah padi. Untuk sawah irigasi ini
memang menjadikan budidaya jagung
minimal penanaman padinya 2 kali dalam
sebagai
setahun. Namun untuk lahan kering yang
jagung ini ditanam secara monokultur atau
merupakan lahan tadah hujan. Biasanya
tumpang sari dengan tanaman lain seperti
lahan ini dapat ditanami 2 kali dalam
kacang tanah atau singkong.
komoditas
setahun,
dengan
utama
ditanami
komoditas
Rata-rata
jagung
utama.
responden
Budidaya
telah
menjalani pekerjaan sebagai petani jagung
sebanyak 1 kali, atau ada juga lahan yang
38
EMBRYO VOL. 6 NO. 1
sudah
JUNI 2009
memiliki.
cukup lama yaitu lebih dari 10
petani,
pekerjaan
juga
utama
responden
memiliki kepemilikan aset berupa lahan
sebagai
(sawah atau kebun, kolam ikan ) dan ternak ( sapi, bebek dan lain-lain).
mempunyai
Tanaman jagung ditanam oleh petani
pekerjaan sampingan (91 %), ada yang sebagai
pedagang,
di pedesaan Kecamatan Kamal hampir
peternak, dan lain-lain.
menyeluruh. Tanaman jagung kebanyakan
tukang
tukang becak,
Beberapa responden juga
Selain
tahun ( rata-rata 35 tahun). mempunyai
ISSN 0216-0188
bangunan,
berkeluarga
ditanam di tegalan dan di sawah setelah
memperoleh sumber penghasilan utama
musim padi., dimana kebutuhan airnya
keluarga dari pekerjaannya sebagai petani.
tergantung dari curah hujan. Sumber
Penghasilan keluarga sebulan rata-rata Rp
modal kegiatan usahatani jagung lokal
460.000 dan berada di kisaran Rp 200.000
diperoleh dari modal sendiri, dan belum
–
pernah ada kucuran dana dari lembaga
Responden
Rp
yang
sudah
700.000,
dengan
rata-rata
tanggungan keluarga berjumlah 3 orang.
formal.
Pendapatan
tambahan modal dengan meminjamnya
keluarga
responden
bila
Beberapa
petani
memperoleh
dibandingkan dengan pengeluaran untuk
dari saudara dan para tetangga.
pemenuhan makan sehari-hari, tidak ada
kerja dipergunakan untuk pembelian bibit,
satupun responden yang menjawab lebih
pembelian pupuk, dan sebagainya. Luas
dari cukup. Sebagian besar responden
lahan garapan berkisar antara 200 -12000
mengatakan kurang sekali ( 41%), kurang
m2.
(21%) dan 31% mengatakan cukup. Hal
penggarapan/pengerjaan
ini
kegiatan
digarap sendiri dan hanya sebagian kecil
usahatani masih sangat perlu ditingkatkan
yang diburuhkan dengan bagi hasil 50%
teknik
sehingga
untuk penggarap. Jarak rumah ke tempat
mampu mencukup kebutuhan keluarga
usaha tani (di sawah) berkisar 2 km, dan
pelakunya.
relatif dekat bagi petani
menunjukkan
dan
bahwa
pengelolaannya
Dengan
sebagian
besar lahan
Modal
status adalah
yang lahan
jagungnya berada di pekarangan.
Namun disisi yang lain, semua responden sudah memiliki tempat tinggal
Kendala usahatani jagung yang
sendiri, baik hasil membeli atau warisan,
sering dikeluhkan oleh responden dalam
dengan material tempat tinggal rata-rata
usahatani jagung
sudah permanen (80%). Di samping itu
yang murah (90%), air irigasi (5%),
banyak
sudah
sarana pasar yang jauh (80%), modal yang
mempunyai alat-alat rumah tangga seperti
terbatas dan sulit mencari pinjaman
tape, sepeda roda dua dan lain-lain. Begitu
(78%), dan sarana produksi yang mahal,
juga alat-alat pertanian banyak yang sudah
terutama pupuk (53%). Hanya 21 %
rumah
tangga
yang
39
adalah harga jagung
Persepsi Petani Madura ...
responden
yang
35 – 46
mengatakan
(Teti S. dan Mardiyah H.)
terhadap hama dan penyakit, beradaptasi
bahwa
baik
usahatani jagung ini tidak ada kendala.
terhadap
lingkungan,
tanaman
pendek, tegap dan tahan rebah, kulit Persepsi Petani Madura
terhadap
jagung menutup tongkol dengan rapat, biji
Komoditas Jagung Di
keras dan warna merata serta kandungan
Madura,
tanaman
jagung
protein biji cukup tinggi.
merupakan tanaman pertanian yang sudah lama
dibudidayakan.
Selama
Namun
ini
pemerintah
menempuh
berbagai
pembudidayaannya masih dilaksanakan
peningkatan
produktivitas
secara sederhana (tradisional) yang biasa
diantaranya
dengan
dilakukan secara turun temurun. Petani
jagung unggulan (hibrida) yang dikenal
masih sulit diajak untuk melakukan
oleh petani setempat sebagai jagung jawa.
perubahan dan menerapkan menerapkan
Bahkan pada tahun 2006, pemerintah
teknologi
cara-cara
melalui BPP setempat telah memberikan
bercocok tanam yang dapat meningkatkan
bantuan benih jagung hibrida ke para
produksinya, baik mengenai penggunaan
petani,
varietas
berikutnya sebagian besar petani kembali
modern
unggul,
pemeliharaan
dalam
pemakaian
tanam
pupuk,
maupun
jarak
namun
menanam
tanamnya.
cara
telah
jagung
ini
memperkenalkan
pada
jagung
untuk
musim
madura
tanam
lokal.
Berdasarkan informasi PPL setempat,
Hingga saat ini jenis jagung yang dibudidayakan
menggunakan
cukup bagus, namun ada beberapa faktor
varietas lokal yang tingkat produksinya
yang menyebabkan petani masih belum
masih rendah. Usaha menyebarkan bibit
mau menerapkan jagung jawa ini untuk
unggul
usahatani seterusnya.
nampaknya
masih
mendapat
dengan
berbagai
berbagai
tantangan alasan
masih
sebenarnya hasil yang diperoleh petani
yang
ada.
Upaya
Hasil survey menunjukkan bahwa
dalam
keputusan
berusahatani
jagung
lokal
peningkatan produktivitas jagung melalui
madura lebih disebabkan oleh keputusan
penggunaan
sendiri
varietas
unggul
yang
petani
tersebut,
diarahkan untuk varietas unggul yang
berusahatani
dapat
dipaksa/dianjurkan
memberi
hasil
tinggi
keuntungan besar bagi petani.
dengan
jagung
sedangkan
jawa oleh
karena pemerintah.
Varietas
Jagung jawa dipilih hanya untuk coba-
jagung ideal ini dicirikan sifat-sifat antara
coba, dan karena benihnya diberi oleh
lain : hasil biji per satuan luas tinggi,
pemerintah.
tanggap terhadap pemupukan, umurnya
pemilihan jagung varietas lokal dalam
pendek, hasil tinggi, toleran atau tahan
usaha
40
tani
Di
jagung
daerah
penelitian,
disebabkan
oleh
EMBRYO VOL. 6 NO. 1
JUNI 2009
ISSN 0216-0188
sejumlah alasan yang terkait beberapa
dijual
aspek
sebagian kecil
diantaranya
aspek
adat
dan
berkisar
antara
20-60%,
dan
dipakai untuk lain-lain
kebiasaaan, aspek teknis dan ekonomi.
seperti diberikan ke tetangga.
Begitu juga persepsi (pandangan) yang
menunjukkan bahwa keputusan petani
menolak jagung jawa dalam usahatani dan
untuk menanam jagung tersebut
mempertahankan varietas lokal
sangat
didasarkan atas kebutuhan makan untuk
terkait
sosial
seluruh keluarga petani.
ekonomi
dengan yang
karakteristik melekat
pada
Jagung
petani
terpisahkan
tersebut.
merupakan dalam
Hal ini
bagian
kehidupan
lebih
tak petani
Madura, dan sudah sekian lama lidahnya
Keengganan petani di Kecamatan jagung
terbiasa dengan rasa jagung yang selama
unggulan varietas baru yang dikenal
ini mereka konsumsi yaitu jagung lokal.
dengan jagung jawa sangat terkait dengan
Hasil survey menunjukkan bahwa petani
pola konsumsinya selama ini. Meskipun
telah memilih jagung lokal lebih banyak
beras sudah merupakan pola konsumsi
disebabkan oleh faktor tersebut. Dimana
makanan pokok masyarakat namun jagung
responden yang memilih jagung lokal
masih merupakan bagian tak terpisahkan
karena rasanya yang
dari kehidupan orang Madura.
Hasil
79%. Responden yang melihat kelebihan
penelitian menunjukkan bahwa hasil dari
dari jagung lokal selain karena rasanya
pertanian yang mereka peroleh pada
yang lebih manis, juga
umumnya tidak untuk dijual akan tetapi
sebagai campuran beras) mencapai 80%.
untuk dikonsumsi sendiri, baik sebagai
Dan sebaliknya mereka tidak menyukai
tanaman pokok atau digunakan sebagai
varietas unggul, salah satunya karena
campuran dengan beras. Persentase petani
rasanya kurang cocok dengan selera
yang berusahatani jagung lokal dimana
mereka.
kamal
hasil
unutuk
mengadopsi
produksi
sendiri/keluarga
untuk
sisanya
adalah
jagung jawa, adalah
yang
belum tersedianya
sarana dan prasarana di dalam membantu
88%, sedangkan
petani
enak (apalagi
Salah satu kendala dalam usahatani
dikonsumsi
lebih banyak daripada
yang dijual sekitar
manis mencapai
petani mengembangkan hasil pertanian
hasil
usahataninya lebih banyak untuk dijual.
khususnya tanaman jagung.
Begitu juga untuk usahatani jagung jawa,
memperoleh
sebagian besar petani menggunakan hasil
mempengaruhi
produksinya untuk konsumsi keluarganya.
jagung ini. Salah satu kendala dalam
Persentase produksi yang dikonsumsi
usahatani jagung jawa adalah bibit yang
sendiri berkisar 40 - 80%, sedangkan yang
sulit diperoleh baik di toko-toko sarana
41
sarana
Kemudahan
produksi
pemilihan
juga
komoditas
Persepsi Petani Madura ...
35 – 46
(Teti S. dan Mardiyah H.)
Kalau pun ada
Di samping itu masyarakat Madura
harganya relatif mahal. Sedangkan benih
enggan menggunakan jagung jawa karena
jagung lokal sangat mudah didapat.
harga dan minat pasar lebih rendah dari
Selain
dan
varietas lokal. Harga jagung nasional pun
tanamannya
masih dianggap relatif lebih murah,
sendiri, juga di pasar pun sangat gampang
terutama untuk jagung kering pipilan.
diperoleh.
memilih
Responden yang melihat kelebihan jagung
jagung lokal karena benihnya yang mudah
lokal karena hasilnya bagus (enak, manis,
diperoleh sebanyak 58%.
itu
kecil) sehingga lebih banyak peminatnya
hampir semua responden mengeluhkan
dan harga jualnya lebih mahal mencapai
sarana pasar yang ada. Pasar terdekat
53 %. Bentuknya yang kecil juga jagung
adalah pasar kecamatan (kamal) atau
ini sangat disukai oleh para peternak
Socah
burung merpati dan unggas sebagai pakan
produksi dan di pasar.
mereka
memperoleh
benih
sudah dari
Responden
tahu
yang
Selain
yang jaraknya relatif jauh,
ternaknya.
terutama dari pedesaan sehingga perlu
Kebiasaan menanam jagung sudah
ongkos transportasi yang mahal.
dilakukan sejak lama Namun banyak yang
Varietas lokal lebih disukai karena menurut responden (25%) kualitas hasil
menjadikan jagung sebagai
yang diperoleh lebih baik. Jagung lokal
sampingan sambil menunggu musim padi
disukai karena lebih tahan terhadap hama
datang sehingga budidaya jagung banyak
gudang sehingga dapat disimpan lama dan
yang dilakukan seadanya, dan tidak
pada masa paceklik dapat digunakan
maksimal.
sebagai makanan pokok. Responden yang
pendapat responden dimana usahatani
melihat kelebihan jagung lokal karena
jagung lokal ini
tahan terhadap hama gudang sehingga
dengan
lebih tahan lama disimpan sebanyak 74%.
tadah hujan. Responden yang mengatakan
Begitu juga kualitas yang baik dari jagung
bahwa usahatani jagung lokal inipun lebih
lokal adalah daya tahan jagung lokal juga
mudah dalam perawatannya sebanyak
lebih tahan terhadap temperatur dan
20%. Bahkan menurut sebagian petani,
mempunyai kadar air yang rendah. Dan
jagung varietas ini tidak memerlukan
hal ini dinyatakan oleh 15 % responden.
perawatan, setelah ditanam jagung ini
Jagung lokal bisa disimpan selama 1-2
akan tumbuh sendiri. Petani membiarkan
tahun tanpa perlakuan pasca panen yang
hingga
mahal.
pengamatan di lapangan usahatani yang
Sedangkan jagung hibrida tidak
komoditas
Hal ini juga tercermin dari
dipilih karena cocok
kondisi tanah di daerah sawah
mendatangkan
hasil.
Dari
dilakukan baik untuk jagung lokal maupun
demikian.
jagung jawa masih jauh dari konsep
42
EMBRYO VOL. 6 NO. 1
JUNI 2009
ISSN 0216-0188
berbudidaya yang baik. Pemakaian pupuk
tidak pernah ada. bahkan sudah lama PPL
yang masih seadanya, beberapa responden
tidak pernah ada ke desa responden.
bahkan hanya memakai pupuk urea saja
Kondisi sosial ekonomi dan tingkat
dan pupuk kandang yang dosisnya pun
pendidikan petani di daerah penelitian
disesuaikan dengan kemampuan mereka.
yang rendah belum memungkinkan untuk
Hanya beberapa responden yang sudah
menerapkan budidaya tanaman jagung
menggunakan KCl dalam usahataninya.
secara baik dan benar. menunjukkan
Selanjutnya keengganan petani di
Hasil survey
bahwa
rata-rata
Kecamatan Kamal untuk mengadopsi
penghasilan keluarga petani per bulan
jagung unggulan varietas baru yang
hanya mencapai Rp 460.000/bulan dengan
dikenal dengan jagung jawa sangat terkait
kisaran Rp 200 -800 ribu per bulan, itu
dengan karakteristik sosial ekonomi serta
pun bukan hanya dari penghasilan sebagai
kualitas SDM yang melekat pada petani
petani, namun juga ditambah dengan
tersebut. Dari kualitas SDM petani yang
penghasilan lainnya seperti tukang becak,
masih kolot serta pengetahuan mereka
pertukangan,
(tingkat pendidikan formal ) yang rendah
pedagang,
maka juga mempersulit
sulit untuk
mempersulit dalam aspek permodalan. Hal
melakukan perubahan. Selain itu ditopang
ini dikemukakan oleh sejumlah responden
oleh pengetahuan informal lainnya yang
bahwa kendala di dalam berusahatani
belum sepenuhnya mereka terima dari
jagung adalah aspek permodalan, dimana
aparat
survey
modal yang diperoleh hanya berasal dari
hal
modal sendiri. Aspek permodalan juga
berorganisasi, banyak responden yang
menjadi kendala dalam pemilihan varietas
tidak mengikuti kegiatan atau organisasi
jagung jawa karena bibitnya harus dibeli
sosial
juga
dan relatif mahal. Sedangkan bibit jagung
mereka tidak aktif mengikuti kegiatan
varietas lokal dapat disihkan dari hasil
pada organisasi kelompok tani, sehingga
panen yang diperoleh
pemerintah/PPL.
menunjukkan
bahwa
Hasil dalam
kemasyarakatan.
Begitu
dan
Walaupun
tidak merasakan manfaat akan adanya
jualan
kerikil
lain-lain.
(batu), Hal
demikian,
ini
sebagian
informasi, tambahan keterampilan dan
responden mengetahui
pengetahuan dari organisasi atau aparat
bahwa jagung jawa juga mempunyai
yang
kelebihan. Hasil panen yang diperoleh
membinanya.
Dikatakan
oleh
mengakui
sebagian responden bahwa pembinaan
lebih banyak
aparat pemerintahan (Dinas pertanian, dan
mempunyai tongkol dan biji lebih besar.
lain-lain) terhadap kelompok tani
Dan ada yang mengatakan bahwa kalau
juga
karena
dan
jagung jawa
jagung hibrida ini digiling menjadi beras
43
Persepsi Petani Madura ...
35 – 46
(Teti S. dan Mardiyah H.)
lebih
merpati, dan lainp-lain). Karena bijinya
Namun kebiasaan dan
yang kecil-kecil dan tidak cepat rusak bila
faktor lainnya tetap tidak menyebabkan
disimpan. Hampir seluruh wilayah di
perubahan
usahataninya.
Kabupaten Bangkalan menggunakan bibit
Nampaknya petani masih sangat sulit
jagung lokal ini. Namun karena teknik
untuk mengadopsi introduksi jagung jawa
budidaya
ini.
penen
jagung
maka
menguntungkan.
hasilnya
dalam
Sebagaimana hasil survey dimana
yang seadanya, perilaku asca
dan
pemasaran
ketika diminta pendapatnya mengenai
pproduktivitas
keadaan usaha tani jagung unggulan
bihrendah.
nasional ini dibanding dengan
enggan
1.
untuk
keluarga
dalam pengembangan jenis jagung perlu
daripada yang dijual. 2.
ditemui baik sebagai benih maupun
Varietas lokal masih lebih disukai selain karena dilihat sesuai dengan
sebagai bahan pangan. Namun yang tidak
selera, sarana bibit yang mudah
kalah pentingnya adalah rasa dari varietas
didapat, kualitas hasil dan harga
jagung lokal ini sesuai dengan selera
yang lebih baik, dan lebih mudah
masuyarakat madura.
dalam
Menurut PPL, sebetulnya jagung
budidayanya.
menganggap
varietas lokal Tambin berasal dari desa Bangkalan
survey
untuk dikonsumsi sendiri/keluarga
cocok terhadap lahan kering serta mudah
Tragah
Hasil
hasil produksinya lebih banyak
yang
memiliki keunggulan misalnya sangat
Tambin
petani.
responden (petani jagung lokal),
dengan tidak memaksakan introduksi varietas
didasarkan atas
menunjukkan bahwa sekitar 88%
dicarikan jagung varietas lokal unggulan
Dengan
le
kebutuhan makan untuk seluruh
Dari uraian di atas terlihat bahwa
jawa.
ini
Keputusan petani untuk menanam jagung tersebut
melakukan budidaya jagung jawa lagi.
jagung
lokal
KESIMPULAN
baik berusahatani jagung lokal. Mereka masih
jagung
jagung
lokal, semua responden mengatakan lebih
nampaknya
menyebabkan
bahwa
Petani keadaan
usahatani jagung lokal relatif lebih
sudah
baik dibanding jagung jawa.
merupakan jagung unggulan lokal madura
3.
karena memenuhi aspek-aspek di atas.
Kendala berusahatani jagung masih besar, terutama aspek permodalan,
Jagung ini pun memiliki peluang pasar
sarana dan prasarana, pemasaran,
yang besar yaitu sebagai bahan baku
juga teknik dan pengetahuan yang
industri roti di Surabaya dan sebagai
masih rendah. Peningkatan produksi
pakan ternak (seperti : sapi, burung
jagung lebih diprioritaskan pada
44
EMBRYO VOL. 6 NO. 1
perbaikan
JUNI 2009
teknologi
karena
teknologi
pasca
panen
dengan
produksi,
budidaya
masih
DAFTAR PUSTAKA Agustina, Sjechnadarfuddin. 1993. Pengaruh Penyuluhan Pertanian terhadap Daya Serap Inovasi Teknologi Petani pada Jenjang Pendidikan Berbeda. Jurnal Agricom Vol 1, No. 2, Juli 1993. Badan Pendidikan dan Latihan Pertanian. Akademi Penyuluhan Pertanian. Malang
Sosialisasi
kegiatan
penyuluhan
maupun hasil kegiatan penelitian , terutama
dalam
produktivitas
peningkatan
usahatani
sangat
penting agar petani sedikit demi menperbaiki
A.W. Van Den Ban & H.S Hawkins. Penyuluhan Pertanian. 1999. Penerbit Kanisius. Jakarta
dan
meningkatkan usahataninya. 2.
Masih perlunya bimbingan yang Biro Pusat Statistik. 2002. Bangkalan dalam angka 2002. Bangkalan
intensif untuk dapat menyadarkan masyarakat
petani
untuk Heritanyo, Ruly Krisdiana dan Sutarno. 1991. Teknologi Usahatani Jagung Hibrida pada Tingkat Petani di Pulau Jawa : 1. Hubungan Masukan dan Produksi. Penelitian Palawija Vol 6 No. 1 dan 2 Juni & Desember 1991. p.1-68. Badan Penelitian tanaman Pangan. Malang.
memperbaiki budidaya pertaniannya secara lebih baik, sehingga nantinya dapat
meningkatkan
masyarakat
dan
kehidupan petani
pada
khususnya. 3.
Usaha yang harus dilakukan adalah Jabal Tarik Ibrahim, dkk. Komunikasi dan Penyuluhan Pertanian. 2003. Banyumedia Publishing. Malang
memperkenalkan mereka varietas lokal unggul yang mempunyai rasa yang sama dimana hasilnya lebih
Joko Purnomo. 1990. Telaah Budidaya Jagung di Lahan Mediteran. Penelitian Palawija Vol 5 No. 1 Juni 1990, . p.1-74. Badan Penelitian tanaman Pangan. Malang.
baik serta memberikan pengetahuan dan
bimbingan
yang
benar
bagaimana cara berbudidaya dan menyimpan hasil yang benar dan
Kantor Statistik Bangkalan. 1994. Statistik Kabupaten Bangkalan dalam Angka. Bangkalan
bertahan lebih lama. 4.
sosial
dilakukan
Implikasi Kebijakan
sedikit
karakteristik
masyarakat yang ada.
dan
seadanya
1.
ISSN 0216-0188
Perlu pengkajian yang mendalam mengenai
karakteristik
Marisa Y., dan I.W. Rusastra. 1988. Analisa Usahatani dan Faktor yang Mempengaruhi Pola Produksi Jagung di Sulawesi Selatan : Kasus di Desa Ujung Kabupaten Sopeng. Dalam Kasryno dkk (ED).
sosiologi
masyarakat, guna mempermudah upaya di atas sehingga sesuai
45
Persepsi Petani Madura ...
35 – 46
(Teti S. dan Mardiyah H.)
Mubyarto, 1995. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta.
S. Nartawijaya. 2002. Analisis Usahatani jagung di Jawa Timur (Studi Kasus Dosis Pupuk Optimum). Dalam Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial Volume 14 Nomor 1 Februari 2002. Fakultas Ekonomi. Universitas Brawijaya
T. Adisarwanto, Yustina Erna Widyastuti. 2002. Meningkatkan Produktivitas jagung di Lahan kering, Sawah dan Pasang Surut. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sudaryono, et al. 1994. Teknologi Sistem Usaha Tani Tanaman pangan di lahan kering Eilayah Solokuro Kabupaten Lamongan. Baliitan pangan. Malang.
Rahmat Rukmana. 1997. Usaha Tani jagung. Penerbit Kanisius. Jogyakarta.
Suyamto, dkk. 1992. Penelitian Pengembangan Sistem Usahatani Palawija Lahan Kering dan lahan Sawah Tadah Hujan dengan Irigasi Terbatas. Badan Penelitian Tanaman Pangan. Malang.
Perubahan Ekonomi Pedesaan. Prosiding Patanas. Pusat Penelitian Agro Ekonomi. Bogor.
Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta
Zainal Arifin, Ismail Wahab, Suyanto H, F. Kasijadi, H. Sembiring. 1999. Acuan Rekomendasi Pemupukan Spesifik Lokasi untuk Jagung di Lahan Kering Jawa Timur. Balai pengkajian Teknologi Pertanian Karang Ploso.
Saragih L. and S.M.H. Tampubolon 1991. Integrated field level participatory policy to promote soil and water conservation programe and project soil and water conservation of Indonesia. Solo.
46