Persepsi Masyarakat Using Tentang Konservasi Budaya Dan Konservasi Ekologis… PERSEPSI MASYARAKAT USING TENTANG KONSERVASI BUDAYA DAN KONSERVASI EKOLOGIS DI DESA KEMIREN KABUPATEN BANYUWANGI Iis Ni’matul Jannah1
[email protected] ABSTRACT Local people who live in balance with nature have the knowledge passed down from generation to generation about how to make ends meet without damaging nature. Traditional knowledge that is local in accordance with their respective regions is one of the cultural heritage in society and hereditary implemented by community groups concerned. Traditional knowledge (local knowledge) showcased in the form of both the culture and ecological conservation. This study aims to determine the views Using tribal communities on conservation of cultural, ecological conservation, application of local wisdom Using tribe communities in the conservation of cultural and ecological, and cultural conservation impact of local knowledge and ecological conservation for society Using tribe. Forms of this study is qualitative-descriptive. The strategy used is a single case study because there is only one object that tribe in the village Using Kemiren Glagah District of Banyuwangi. Problems and research focus is predetermined the further strategy of this research in the form of case studies fixed (embedded case study). The results showed that 1) a tribal society Using view conservation of local culture as a must for every citizen in order to maintain and preserve the cultural heritage of their ancestors because in the art of this culture (art Infatuated, Barong) there are many lessons that can be taken for example of the spirit of life and nationalis. 2) Using Tribal societies regard as an effort to preserve the ecological conservation of nature. 3) Implementation Using tribe indigenous communities in the conservation of cultural and ecological done in a way to preserve and instill cultural values in the younger generation as well as applying specific techniques in managing the fields (using manure). Using tribe also know Neptu to calculate the start time cultivating rice and a time not to grow rice and switch to plant crops. 4) The impact of local knowledge and ecological conservation of cultural conservation to society Using tribe is a positive impact. Keywords: Perception, Using community, Conservation, Cultural, Ecological ABSTRAK
1
Staf Pengajar Pada Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi
Jurnal Ilmiah PROGRESSIF, Vol.12 No.36 Desember 2015
Page 28
Persepsi Masyarakat Using Tentang Konservasi Budaya Dan Konservasi Ekologis… Masyarakat lokal yang hidup seimbang berdampingan dengan alam memiliki pengetahuan yang diwariskan turun-temurun tentang bagaimana memenuhi kebutuhan hidup tanpa merusak alam. Kearifan tradisional yang bersifat lokal sesuai dengan daerahnya masing- masing merupakan salah satu warisan budaya yang ada di masyarakat dan secara turun-temurun dilaksanakan oleh kelompok masyarakat bersangkutan. Kearifan tradisional (kearifan lokal) di tuangkan dalam bentuk konservasi baik budaya maupun ekologis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pandangan masyarakat suku Using tentang konservasi budaya, konservasi ekologis, penerapan kearifan lokal masyarakat Suku Using dalam konservasi budaya dan ekologis, dan dampak kearifan lokal konservasi budaya dan konservasi ekologis bagi masyarakat Suku Using. Bentuk penelitian ini adalah kualitatif-deskriptif. Strategi yang digunakan adalah studi kasus tunggal karena hanya ada satu objek yaitu suku Using yang ada di Desa Kemiren Kecamatan Glagah Kabupaten Banyuwangi. Permasalahan dan fokus penelitian sudah ditentukan sebelumnya maka lebih lanjut strategi penelitian ini dalam bentuk studi kasus terpancang (embedded case study). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) masyarakat suku Using memandang konservasi budaya lokal sebagai suatu keharusan bagi setiap warganya demi menjaga dan melestarikan budaya peninggalan leluhur mereka karena didalam seni kebudayaan tersebut (kesenian Gandrung, Barong) terdapat banyak pelajaran yang dapat diambil misalnya tentang semangat hidup dan nasionalisme. 2) Masyarakat suku Using memandang konservasi ekologis sebagai upaya melestarikan alam. 3) Penerapan kearifan lokal masyarakat Suku Using dalam konservasi budaya dan ekologis dilakukan dengan cara melestarikan dan menanamkan nilai-nilai budaya pada generasi muda serta menerapkan tehniktehnik tertentu dalam mengelola sawah (menggunakan pupuk kandang). Suku Using juga mengenal neptu untuk menghitung waktu mulai bertanam padi dan waktu untuk tidak menanam padi dan berganti menanam palawija. 4) Dampak kearifan lokal konservasi budaya dan konservasi ekologis bagi masyarakat Suku Using adalah berdampak positif. Kata kunci: Persepsi, masyarakat Using, Konservasi, Budaya, ekologis PENDAHULUAN Setiap wilayah pada dasarnya memiliki nilai-nilai yang luhur yang menjadi identitas dalam masyarakatnya. Nilai-nilai tersebut memberikan makna tersendiri bagi masyarakat yang memiliki suatu kebudayaan. Nilai-nilai yang memiliki makna tersebut biasa disebut dengan kearifan lokal. Kearifan lokal merupakan warisan nenek moyang dalam tata nilai kehidupan yang
menyatu dalam bentuk religi, budaya dan adat istiadat. Dalam perkembangannya masyarakat melakukan adaptasi terhadap lingkungannya dengan mengembangkan suatu kearifan yang berwujud pengetahuan atau ide, peralatan, dipadu dengan norma adat, nilai budaya, aktivitas mengelola lingkungan guna mencukupi kebutuhan hidupnya.
Jurnal Ilmiah PROGRESSIF, Vol.12 No.36 Desember 2015
Page 29
Persepsi Masyarakat Using Tentang Konservasi Budaya Dan Konservasi Ekologis… Lampe (2009) menjelaskan bahwa keberadaan kearifan lokal tradisional sangat menguntungkan karena secara langsung ataupun tidak langsung dapat memelihara lingkungan serta mencegah terjadinya kerusakan lingkungan. Hal ini ditegaskan juga oleh Suhartini (2009) bahwa kearifan lokal berperan dalam pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungannya. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 1 ayat 30 menjelaskan tentang kearifan lokal yaitu nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat antara lain melindungi dan mengelola lingkungan hidup secara lestari dan ayat 31 menjelaskan tentang masyarakat hukum adat yaitu kelompok masyarakat yang secara turun temurun bermukim di
wilayah geografis tertentu karena adanya ikatan pada asal usul leluhur, adanya hubungan yang kuat dengan lingkungan hidup, serta adanya sistem nilai yang menentukan pranata ekonomi, politik, sosial dan hukum. Keberadaan kearifan lokal berhubungan dengan konservasi alam. Secara umum, konservasi, mempunyai arti pelestarian yaitu m e l e s t a r i k a n / mengawetkan daya dukung, mutu, fungsi, dan kemampuan lingkungan secara seimbang (MIPL, 2010; Wahyudi dan DYP Sugiharto (ed), 2010). Adapun tujuan konservasi (1) mewujudkan kelestarian sumberdaya alam hayati serta keseimbangan ekosistemnya, sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan dan mutu kehidupan manusia, (2)
melestarikan kemampuan dan pemanfaatan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya secara serasi dan seimbang. Konservasi lahir akibat adanya semacam kebutuhan untuk melestarikan sumber daya alam yang diketahui mengalami degradasi mutu secara tajam. Dampak degradasi tersebut menimbulkan kekhawatiran dan dapat membahayakan umat manusia. Sementara itu, Piagam Burra menyatakan bahwa pengertian konservasi dapat meliputi seluruh kegiatan pemeliharaan dan sesuai dengan situasi dan kondisi setempat. Oleh karena itu, kegiatan konservasi dapat pula mencakupi ruang lingkup preservasi, restorasi, rekonstruksi, adaptasi dan revitalisasi (Marquis-Kyle & Walker, 1996; Al vares, 2006). Masyarakat Suku Using di Banyuwangi sangat unik, kreatif, adaptif dan memiliki prinsip hidup yang terintegrasi dengan nilai-nilai tradisi mereka yang cenderung fleksibel dalam menyikapi fenomena yang berkembang dalam lingkungannya, namun tidak meninggalkan adat istiadatnya sebagai warisan leluhurnya. Sehingga eksistensi masyarakat suku using sangat dinamis dari masa kemasa, baik gaya hidup, pola pikir, sistem religi maupun sosial kebudayaan dan dalam menjaga kearifan lingkungan. Masyarakat Suku Using selalu berkaitan erat dengan alam dalam melakukan berbagai aktivitas untuk menunjung kelangsungan hidupnya. Alam dianggap sakral oleh masyarakat Using, karena itu harus dijaga kelestariaanya. Dalam perkembangannya masyarakat melakukan adaptasi terhadap lingkungannya dengan mengembangkan suatu kearifan yang berwujud pengetahuan atau ide,
Jurnal Ilmiah PROGRESSIF, Vol.12 No.36 Desember 2015
Page 30
Persepsi Masyarakat Using Tentang Konservasi Budaya Dan Konservasi Ekologis… peralatan, dipadu dengan norma adat, nilai budaya, aktivitas mengelola lingkungan guna mencukupi kebutuhan hidupnya. Masyarakat Suku Using mempunyai prinsip bahwa mahluk hidup akan selalu berhubungan timbalbalik dengan lingkungan. Prinsip pengetahuan ini diwariskan turuntemurun dalam memenuhi kebutuhan hidup.
pelajaran yang dapat diambil dalam kesenian tersebut misalnya tentang semangat hidup, cara melestarikan budaya dan sebagainya, jadi kearifan lokal inilah yang nantinya dapat dijadikan sebagai pedoman masa yang akan datang” (hasil wawancara, 22 Juli 2015).
Pandangan masyarakat suku Using tentang konservasi budaya lokal Masyarakat Using di Kemiren adalah masyarakat tradisional yang masih percaya dan berpegang teguh terhadap nilai-nilai tradisi nenek moyangnya, serta mempunyai suatu ikatan batin yang sangat kuat terhadap akar rumput sosio-kulturalnya. Praktikpraktik sosio kultural yang terdapat pada suku Using masih terus dilestarikan. Oleh karena itu, eksistensi bentuk kebudayaan tersebut wajib diapresiasi sebagai kekayaan kearifan lokal atau lokal jenius. Produk budaya dalam masyarakat suku Using berupa kesenian yang merupakan bentuk ekspresi yang masih bertahan hingga saat ini diantaranya adalah kesenian Gandrung, kesenian Barong, dan Kesenian Angklung. Menurut Bapak Usik sebagai salah satu tokoh masyarakat Desa Kemiren menjelaskan bahwa : “Masyarakat Using salah satu masyarakat yang sampai sekarang masih berpegang teguh kepada peninggalan leluhurnya. Oleh karena itu, apapun produk budaya yang ada di Kabupaten banyuwangi dan desa Kemiren khususnya harus dilestarikan keberadaannya, banyak
Pendapat tersebut juga dijelaskan oleh salah satu pelestari budaya masyarakat Kemiren yaitu Bapak Suhalik, yang menjelaskan bahwa: “ Pelestarian budaya penting untuk masa depan, justru budaya luhur khususnya budaya yang ada di desa Kemiren ini tidak hanya mengajarkan tentang seni pertunjukan justru didalam seni pertunjukan mengajarkan tentang hakikat manusia. Orang dulu menciptakan seni itu mempunyai tujuan bukan hanya untuk kepentingan hiburan tanpa tujuan yang jelas, coba lihat nilai-nilai yang ada dalam kesenian Gandrung misalnya mengajarkan kita tentang nasionalisme. Kita tahu sekarang kebanggaan pada budayanya sendiri luntur. Minimal dengan melestarikan budaya yang tersisa ini mampu memperbaiki kita semua,. Perlu diketahui melestarikan budaya lokal tidak bisa diserahkan pada pecinta budaya namun perlu melibatkan masyarakat dalam hal ini” (hasil wawancara, 27 Juli 2015). Berdasarkan pendapat diatas,
Jurnal Ilmiah PROGRESSIF, Vol.12 No.36 Desember 2015
Page 31
Persepsi Masyarakat Using Tentang Konservasi Budaya Dan Konservasi Ekologis… bahwa produk-broduk budaya dalam bentuk kesenian harus dilestarikan. Melestarikan tidak berarti membuat sesuatu menjadi awet dan tidak mungkin punah. Hal ini sesuai dengan Hadiwinoto (2002: 30) menjelaskan bahwa melestarikan berarti memelihara untuk waktu yang sangat lama. Upaya pelestarian warisan budaya lokal berarti upaya memelihara warisan budaya lokal untuk waktu yang sangat lama. Karena upaya pelestarian merupakan upaya memelihara untuk waktu yang sangat lama maka perlu dikembangkan pelestarian sebagai upaya yang berkelanjutan (sustainable). Kata pelestarian akan dapat sustainable jika berbasis pada kekuatan dalam, kekuatan lokal, kekuatan swadaya. Karenanya sangat diperlukan penggerak, pemerhati, pecinta dan pendukung dari berbagai lapisan masyarakat. Pandangan masyarakat Using tentang konservasi ekologis Sebagaian besar masyarakat Using Kemiren bermata pencaharian di bidang pertanian. Sawah-sawah dialiri oleh sungai yang airnya berasal dari gunung Ijen. Oleh karena mata pencaharian ini telah diturunkan secara turun temurun, maka penulusuran kearifan lokal masyarakat dapat dilihat dari aktivitas di sawah. Sawah menurut masyarakat Using sesuatu yang sangat hakiki, karena masyarakat Using lebih menghargai sawah sebagai bentuk dari kekayaan mereka dari pada bentuk kekayaan yang lainnya. Tanah, Sawah dan dunia pertanian merupakan representasi dunia keagrarisan di wilayah Banyuwangi yang dikelola masyarakat Using dengan sebaikbaiknya. Masyarakat Using mememiliki pemahaman yang kuat berkaitan
dengan pengetahuan tentang alam dan lingkungannya. Pemahaman masyarakat suku Using tentang konservasi ekologis yang disampaikan oleh Bapak Amri pelestari lingkungan dan budaya di desa Kemiren, sebagai Berikut: “ Konservasi ekologis kalau dalam masyarakat kemiren khususnya masyarakat Using berarti melestarikan alam, melestarikan alam berarti tergantung dari masyarakatnya yang harus mempunyai kesadaran. Alam dan masyarakat tidak bisa dipisahkan karena saling ketergantungan. Misalnya menebang pohon bambu tanpa adanya aturan maka bambu tersebut tidak bisa menyimpan air, banyak yang lainnya misalnya menebang pohon sembarangan penyebabnya longsor, kan banyak daerahdaerah yang diakibatkan penebangan pohon yang berlebihan, kan masyarakat yang rugi, coba pikirkan”. (hasil wawancara, 10 Agustus 2015). Hal tersebut juga dijelaskan oleh bapak Usik sebagai tokoh masyarakat, menjelaskan bahwa: “ Kalau ingin hasil pertanian bagus ya harus dikelola dengan baik, masyarakat desa Kemiren ini jarang menggunakan pupuk kimia karena dampaknya sangat berpengaruh terhadap kesehatan dan kesuburan tanah. Memang saya akui orang-orang awalnya disini banyak yang menggunakan obat kimia ya banyak macamnya saya lupa namanya
Jurnal Ilmiah PROGRESSIF, Vol.12 No.36 Desember 2015
Page 32
Persepsi Masyarakat Using Tentang Konservasi Budaya Dan Konservasi Ekologis… apa, memang hasil pertama bagus hasilnya tetapi 2 tahun kemudian bukan semakin bagus malah semakin rawan penyakit, sehingga masyarakat mulai menggunakan pupuk organik. Dalam budidaya padi terdapat 9 prosesi yang dilestarikan sampai sekarang antara lain mulai dari dhawuhan, labuh nyingkal, nyawani ngurit, labuh tandur, ngujaki, nyelameti desa, metik, labuh ngampung dan ngunjal”. (hasil wawancara 10 agustus 2015) Berdasarkan gambaran diatas, pemahaman masyarakat tentang konservasi ekologis sebagai wujud hubungan timbal balik antara alam dan lingkungan. Lingkungan yang dimaksud mereka adalah masyarakat itu sendiri. Tradisi dan selamatan dijadikan sebagai alat legitimasi guna memberikan keyakinan kepada masyarakat untuk melestarikannya. Penerapan kearifan lokal masyarakat Suku Using dalam konservasi budaya dan ekologis Penerapan kearifan lokal dapat dilakukan melalui proses pembelajaran atau pendidikan non formal. Dalam hal ini khususnya generasi muda diberikan pemahaman awal berupa perubahan pola pikir, karena pola pikir akan mempungaruhi pola sikap dalam melestarikan akar budayanya. Pembelajaran harus juga ditanamkan melalui nilai-nilai keteladanan dari para pendahulunya sehingga dapat dijadikan acuan oleh generasi selanjutnya untuk dapat bersikap demi kebaikan bersama. Salah satu upaya yang dilakukan dalam pelestarian budaya
dilakukan dengan cara membelajarakan nilai-nilai budaya dalam berbagai kesenian yang ada. Dalam hal ini salah satu produk budaya yang berupa kesenian yang dilestariakan yaitu kesenian Gandrung dan Barong. Kesenian ini sampai saat ini digunakan sebagai pembelajaran nilai. Kesenian tradisional Gandrung Banyuwangi banyak mengandung nilainilai kehidupan yang terkandung pada gending gandrung. Kesenian merupakan sarana efektif untuk mengungkapkan sesuatu yang terpendam dalam diri jiwa manusia, melalui kesenian hasrat yang terpendam dalam batin manusia dapat diekspresikan, sehingga keadaan batin baik yang gundah maupun yang gembira tergambar dalam kreasi berkesenian. Kesenian gandrung merupakan salah satu diantara hasil karya seni yang menjadi sarana untuk mengeskpresikan masyarakat Banyuwangi masa penjajahan. Syairsyair yang dibawakan dalam gending gandrung syarat nilai-nilai atau pesanpesan yang mengisyaratkan berbagai hal yang berkaitan dengan perjuangan masyarakat dalam mengusir penjajah dan banyak mengandung petuahpetuah untuk menjalani kehidupan ini dengan penuh semangat, sabar, kejujuran dan menjaga kerukunan. Masyarakat Using yang bermata pencaharian sebagai petani memiliki kearifan dalam mengelola sawah. Dalam mengolah sawah, masyarakat Using masih banyak yang menggunakan sistem tradisional yaitu dengan menggunakan sapi sebagai alat untuk membajak sawah. Sedikit sekali penduduk di sini dalam mengolah sawah menggunakan teknologi modern seperti traktor, dan
Jurnal Ilmiah PROGRESSIF, Vol.12 No.36 Desember 2015
Page 33
Persepsi Masyarakat Using Tentang Konservasi Budaya Dan Konservasi Ekologis… pompa air. Pemupukan tanaman biasanya menggunakan pupuk kandang. Pupuk kandang diperoleh dari kotoran sapi yang terdapat di dekat sawah, karena biasanya sapi-sapi itu dibuatkan kandang di pojok-pojok sawah mereka. Masyarakat Using dengan seperangkat pengetahuan tradisionalnya mampu mengidentifikasi bagaimana tanah itu subur atau tidak. Menurut masyarakat Using tanah yang subur memiliki ciri-ciri: a. Berwarna kecoklatan dan dapat ditanami apa saja sehingga bisa tumbuh dengan baik, b. Warna abu-abu kehitaman, c. Tanahnya gembur karena tidak banyak mengandung lempung dan berwarna kebiru-biruan. Warna dalam hal ini menunjukkan kandungan organik dari pupuk kandang maupun daun-daunan yang telah busuk dan kemudian menyatu dengan air, d. Berwarna hitam legam yang oleh masyarakat Using disebut lemah cepang, e. Jika dicangkul relatif muda dan kalau diraba lengket, warnanya juga keabu-abuan juga ada unsur coklatnya, f. Sifat tanah yang lembut dan mawur, Selain mampu mengidentifikasi tanah yang subuh masyarakat Using juga mampu mengenali ciri-ciri tanah yang tidak subur. Kemampuannya ini di peroleh secara turun temurun dari nenek moyang mereka. Ciri-ciri tanah yang tidak subur menurut mereka adalah: tanah berwarna kemerah merahan, tanah gersang menyerupai padas, jika dicangkul keras berwarna putih, tanahnya berkapur, tanah menyerupai pasir.
Masyarakat Using juga mempunyai pengetahuan lokal untuk menyuburkan tanah yang dianggap kurang subur. Berikut cara menyuburkan tanah menurut masyarakat Using. 1. Pemberian pupuk kandang tepatnya kotoran sapi atau unggas 2. Pemberian dolomit secukupnya. 3. Kompos atau pupuk hijau yang berasal dari daun-daunan seperti orok-orok dan lamtoro yang telah dibusukkan. 4. Rajin membersihkan tanah, dicangkul secara rutin agar tanah menjadi gembur. 5. Menjaga ketersediaan air yang cukup adalah hal yang tidak boleh dilupakan karena tanah yang diperuntukkan untuk sawah dengan pengairan yang cukup akan menjaga kesuburan tanah. Di sisi lain masyarakat memperhatikan regulasi tanah persawahan. Jika sawah sudah ditanami padi maka tanah persawahan selalu diselingi dengan tanaman palawija untuk dapat mengembalikan kesuburan tanah dan menggunakan sistem pengairan sederhana yang pengairannya dapat diatur. Untuk mengetahui masa tanam, masyarakat Using juga mempunyai kearifan lokal. Jika masyarakat suku Jawa mengenal pratanawangsa maka masyarakat Using mengenal neptu untuk menghitung waktu mulai bertanam padi dan waktu untuk tidak menanam padi dan berganti menanam palawija. Neptu dalam hal ini digunakan sebagai patokan. Neptu lima yaitu kerto, soyo, candi, rogo dan sempoyo. Kelima neptu tidak semua baik untuk melakukan aktivitas bertani. Neptu yang baik untuk bercocok tanam
Jurnal Ilmiah PROGRESSIF, Vol.12 No.36 Desember 2015
Page 34
Persepsi Masyarakat Using Tentang Konservasi Budaya Dan Konservasi Ekologis… yaitu kerto dan Candi yang berjumlah 13 dan diluar waktu tersebut tidak memiliki angsar waktu yang baik. Sego berjumlah 11, rogo berjumlah 14 dan sempoyo berjumlah 5 adalah neptu yang dianggap tidak baik untuk mengawali sebuah aktivitas. Dalam masyarakat Agraris Using, selamatan sawah merupakan ekspresi lokalitas yang telah mendapatkan legitimasi secara budaya dan menjadi pengetahuan lokal yang tidak ada siapapun masyarakat yang melanggarnya dan hal ini dilakukan secara turun temurun. Selamatan tidak dapat dilepaskan dari sesajen atau dalam istilah masyarakat Using disebut dengan peras. Selamatan ini yang menjadi sarana mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan dan rasa syukur kepada para leluhurnya. Dampak kearifan lokal konservasi budaya dan konservasi ekologis bagi masyarakat Suku Using Kearifan lokal sebenarnya dibangun dari nilai-nilai sosial yang dijunjung dalam struktur sosial masyarakat dan pada akhirnya sebagai pedoman, pengontrol, dan ramburambu untuk berprilaku baik berhubungan dengan sesama dan hubungan dengan alam. Berikut hasil wawancara dengan bapak Suhalik, sebagai berikut: “ Masyarakat secara terus menerus memang harus mempertahankan budaya yang telah di turunkan secara turun temurun melalui pembelajaran pelestarian baik budaya dan lingkungan. Masyakat sebenarnya bisa merasakan langsung dan sekarang mengalami sendiri jika
dibandingkan dengan kondisi daerah lainnya. Misalnya dengan langkahnya harga pupuk masyarakat tidak bingung, masyarakat tidak lagi berketergantungan dengan obat bahan kimia, hasil panen lebih berkualitas dan masyarakat tidak khawatir dengan masalah banjir dan sebagainya” (hasil wawancara , 25 Agustus 2015) Berdasarkan nilai-nilai kearifan lokal tersebut masyarakat suku using meyakini bahwa penggunaan obat kimia sangat berpengaruh terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat. Hal ini banyak ditemukan bahwa masyarakat Using tidak pernah memiliki penyakit seperti Kanker, keracunan dan penyakit sejenisnya yang diakibatkan dari tanaman yang mengandung obat kimia. Disisi lain hasil panen lebih awet dengan menggunakan pupuk organik dibandingkan dengan menggunakan pupuk kimia. Hal ini ditekankan oleh Bapak Purwadi menjelaskan bahwa “ Rata-rata masyarakat Using meninggal dikarenakan umur yang sudah tua, bukan karena penyakit. Jarang sekali masyarakat disini dibawah ke rumah sakit cukup dibawa ke orang pintar” (hasil wawancara, 25 Agustus 2015). Berdasarkan gambaran diatas jelas sekali manfaat dari kesadaran masyarakat tentang pelestarian alam benar-benar berdampak positif bagi lingkungan masyarakat tersebut. Dari sisi kearifan budaya lokal, masyarakat mendapatkan dampak positif. Hal ini dijelaskan oleh Bapak Usik bahwa:
Jurnal Ilmiah PROGRESSIF, Vol.12 No.36 Desember 2015
Page 35
Persepsi Masyarakat Using Tentang Konservasi Budaya Dan Konservasi Ekologis… “ Banyak dampak positif. Saya kira tidak salah jika desa kemiren dikatakan sebagai miniatur kota Wisata budaya. Pewarisan budaya harus tetap dilaksanakan agar budaya masih tetap pada nilai-nilai bukan justru tergerus oleh budaya lokal atau kepentingan pariwisata saja. Banyak masyarakat luar (internasional) datang kesini dan secara positif masyarakat banyak yang berjualan baik berupa souvenir”. (hasil wawancara, 25 Agustus 2015) Berdasarkan gambaran diatas, bahwa pelestraian budaya memberikan dampak yang positif bagi masyarakat mulai dari desa Kemiren sebagai tempat objek wisata budaya, disisi lain dapat memberikan dampak sosila ekonomi bagi masyarakat sekitarnya.
Marquis-Kyle, P. & Walker, M. 1996. The Illus- trated BURRA CHARTER. Making good decisions about the care of important places. Aus- tralia: ICOMOS.
Daftar Pustaka
Sutopo, H.B. 2006. Metode Penelitian Kualitatif Dasar Teori Dan Terapannya Dalam Penelitian. Surakarta: Uneversitas Sebelas Maret.
Al va res. 2 0 06. Keg i at a n Bu day a . http: / /en.Wikipedia Hadiwinoto, S. “Beberapa Aspek Pelestarian Warisan Budaya”. Makalah disampaikan pada Seminar Pelestarian dan Pengembangan Masjid Agung Demak, di Demak, 17 Januari 2002. Lewis, M. 1983. “Conservation: A Regional Point of View” dalam M. Bourke, M. Miles dan B. Saini (eds). Protecting the Past for the Future. Canberra: Austraalian Government Publishing Service.
MIPL. 2010. Konservasi. Purwokerto: STMIK AMIKOM. Suhartini. 2009. Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan. (Serial on line). Dalam Suhartini,%20MS./Shtn%20Se mnas%20MIPA%2009%20Kea rifan%20Lo kal.pdf. (Diakses 12 April 2014 23.00 WIB). Soenarto, D. 2013. Kesetiaan Abdi Dalem. Yogyakarta:Kepel Press.
Wahyudin, Agus dan DYP Sugiharto (ed). 2010. Unnes Sutera: Pergualatan Pikir Sudijono Sastroatmodjo Membangun Sehat, Unggul, Sejahtera. Semarang: Unnes Press. Wagiran. 2012. Pengembangan Karakter Berbasis Kearifan Lokal. (Serial on line). Dalam http://journal.uny.ac.id. (Diakses 12 April 2014 pukul 18.00 WIB). Wijayanti, P.A dan rokhman, A. 2011.
Jurnal Ilmiah PROGRESSIF, Vol.12 No.36 Desember 2015
Page 36
Persepsi Masyarakat Using Tentang Konservasi Budaya Dan Konservasi Ekologis… Kearifan Lokal Sebagian Dari Demokrasi Dan Pembangunan Indonesia. (Serial on line). Dalam http://www.pustaka.ut.ac.id. (Diakses 12 April 2014 pukul 18.30 WIB).
Jurnal Ilmiah PROGRESSIF, Vol.12 No.36 Desember 2015
Page 37