es. md
' of 1ga ity. lity
PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP SISTEM UJIAN 'BUKA BUKU': STUDI PADA PROGRAM PASCASARJANA STUDENTS PERCEPTION AND PREFERENCE OF OPEN-BOOK EXAM IN A GRADUATE PROGRAM Suciati Universitas Terbuka Indonesia Jl. Pondok Cabe, Pamulang Tangerang Selatan 15419 e-mail:
[email protected] Naskah diterima tanggal: 20/11/2015, Direvisi akhir tanggal: 28/04/2016, disetujui tanggal: 28/04/2016
Abstract: This study was designed to explore student perceptions on 'open-book' examination system and the benefit of allowing access for online material to students during exam. The data was collected from 92 graduate students, age between 22 to 60 years old, 67% fall within the 28 to 50 age bracket. The instrument was a questionnaire consisting of 14 items to measure perceptions on 'open-book' exam. Open items about allowing students to access internet during 'open-book' exam was included in the instrument. The findings indicate that for various reasons, students (86.8 %) prefer open-book exam than closed-book exam. Students perceive open-book exam as more suitable for graduate study, inhibit remember-level knowledge, reduce exam anxiety, and encourage students to be well prepared for the exam. Some students consider that allowing students for free internet access during open book exam will benefit students, since they will be able to complement their answer with further analysis using online material. However, setting up a scheme for open-book exam and allowing students internet access during the exam will require a comprehensive, well-thought and well-developed exam items and procedure. This is truly a challenging task for lecturers and teachers. This study concludes that students have a positive perception in regards to open-book exam and use of internet in open-book exam. It is advisable to use open book exam as an alternatif assessment system in various levels of education, while at the same time investigating dimensions which affects the effectiveness of this system.
Keywords: open-book examination system, test item formats, information and communication technology Abstrak: Penelitian ini merupakan studi eksploratori, bertujuan untuk mengkaji persepsi mahasiswa terhadap sistem ujian akhir 'buka buku~ dan kemungkinan memberikan kebebasan kepada mahasiswa mengakses informasi online selama ujian. Responden penelitian sebanyak 92 mahasiswa magister, berusia 22 - 60 tahun, 67% berusia antara 28 sampai dengan 50 tahun. Instrumen berupa kuesioner yang terdiri atas 14 pertanyaan tertutup tentang sistem ujian 'buka buku' menggunakan skala Likert 1-5, dan pertanyaan terbuka ten tang kebebasan menggunakan internet dalam ujian'buka buku. 'Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya (86.8%) mahasiswa mempunyai persepsi yang positif terhadap sistem ini dan sebagian besar (77%) lebih menyukai sistem ujian 'buka buku' daripada 'tutup buku'. Sistem ini dinilai lebih sesuai untukjenjang pendidikan pascasarjana yang sejalan dengan prinsip pendidikan yang baik karena tidak mengandalkan hafalan, mengurangi kecemasan mahasiswa dalam ujian, dan membuat mahasiswa lebih serius mempersiapkan diri. Penggunaan internet secara bebas dalam ujian sistem'buka buku'
Jumal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 1, April 2016
1
Suciati, Persepsi Mahasiswa Terhadap Sistem Ujian 'Buka Buku': Studi Pacta Program Pascasarjana
Su
yang diakses. Penelitian ini menyimpu/kan bahwa mahasiswa mempunyai persepsi yang
kc m
positif terhadap sistem ujian 'buka buku' dan penggunaan internet dalam sistem ini, baik
ke
dinilai baik karen a mahasiswa dapat melengkapi jawabannya dengan ana/isis materi internet
karena pertimbangan akademik maupun psikologis. 0/eh sebab itu, sistem ujian ini dapat lebih luas digunakan pada berbagai jenjang pendidikan sebagai alternatif sistem ujian. Pada
ad
saat yang sama, perlu dilakukan kajian /ebih /anjut mengenai pengaruh sistem ini pada
mJ
mahasiswa, serta berbagai strategi untuk menjadikan sistem ujian ini efektif. Kata kunci: sistem ujian 'buka
buku~
soal ujian, teknologi informasi dan komunikasi
PENDAHULUAN
sistem 'buka buku' atau 'tutup buku'. Dalam
Pengukuran dan validasi hasil belajar mahasiswa
sistem ujian 'tutup buku', mahasiswa sama sekali
pat
mempunyai peranan yang penting dan mutlak
tidak boleh menggunakan referensi lain, kecuali
dit
dilakukan untuk mengetahui efektivitas
apa yang dia pahami dan tersimpan dalam
un
pembelajaran. Hasil pengukuran yang divalidasi
ingatannya, sedangkan dalam ujian sistem 'buka
ce
ini juga akan memberi masukan kepada proses
buku' mahasiswa diijinkan untuk menggunakan
pembelajaran serta sistem pengukuran dan
buku teks, catatan kuliah atau sumber-sumber
Pe
penilaian itu sendiri. Penilaian merupakan proses
lain (Agarwal dan Roediger, 2011).
201
otentik yang bermakna bagi mahasiswa, oleh
Dalam penilaian hasil belajar sebenarnya
sebab itu instrumen penilaian harus memenuhi
ada dua komponen yang membuat perbedaan,
kriteria kredibilitas sebagai alat untuk mengukur
yaitu bentuk soal ujian yang digunakan dan
rna
hasil belajar. Perlu diperhatikan bahwa cara yang
sistem pelaksanaan ujian. Penilaian hasil belajar
so a
digunakan untuk melakukan penilaian hasil
dapat dilaksanakan dengan $istem ujian 'buka
tenE
belajar mahasiswa akan mempengaruhi cara
buku' yang menggunakan bentuk soal pilihan
ujia
mereka belajar (van der Vleuten dan Schuwirth,
ganda atau soal uraian berbasis kasus, atau
2005). Ada hubungan timbal balik antara cara
dapat dilaksanakan sistem ujian 'tutup buku'
(bu (Gh
penilaian dengan cara belajar. Mahasiswa dapat memperkirakan substansi apa yang penting
dengan menggunakan bentuk soal pilihan ganda atau soal uraian berbasis kasus. Pilihan bentuk
de fak
dalam perkuliahan dari cara yang digunakan
soal yang digunakan dan sistem pelaksanaan
unt
dosen untuk menilai hasil belajar mahasiswa.
penilaian memungkinkan memberikan hasil yang
dipe
Hal ini mempengaruhi cara mahasiswa belajar.
Mes
Salah satu masalah yang sering dibicarakan
berbeda. Ujian untuk matakuliah dengan jumlah
dalam sistem pendidikan adalah kredibilitas
mahasiswa besar biasanya mengandalkan pada
sistem penilaian, dalam pengertian apakah
sistem ujian 'tutup buku' dan menggunakan
penilaian yang dilakukan dapat memberikan
bentuk tes pilihan ganda. Sistem ini dinilai akan
gambaran kemampuan dan pengetahuan
mendorong mahasiswa untuk lebih berusaha
mahasiswa secara akurat. Hasil belajar
menguasai substansi perkuliahan dengan baik
wakt
mahasiswa biasanya diukur menggunakan
dan di sisi lain memberi kemudahan kepada dosen
teks
beberapa komponen penilaian, seperti tugas,
dalam mengoreksi. Tetapi sistem ujian 'tutup
atau
paper, partisipasi dalam diskusi, dan ujian akhir
buku' pilihan ganda ini mendapat kritikan karena
buka
semester. Ujian akhir semester dimaksudkan
tidak dapat memberikan indikasi yang akurat
untuk mengukur pencapaian sasaran belajar
tentang kemampuan mahasiswa. Tidak dapat
terte seke
secara komprehensif, berlangsung dalam waktu 2 (dua) sampai 3 (tiga) jam, menggunakan
dipungkiri bahwa sebagian mahasiswa dapat
mem
bentuk soal uraian atau pilihan ganda dan
sistem kebut semalam, menghafal catatan dan
saja sekedar belajar intensif sebelum ujian atau
D pend
konsep yang dianggap perlu, dan etika ujian
sistem ujian yang digunakan dengan hasil belajar
menuangkan apa yang diingat dan dihafal, untuk
mahasiswa. Kalish (dalam Gharib, Phillips dan
kemudian melupakannya.
Mathew, 2012) menemukan bahwa tidak ada
Apabila sasaran belajar yang diinginkan
perbedaan yang signifikan antara nilai ujian
adalah kemampuan belajar tingkat tinggi yang
sistem 'buka buku' dan sistem 'tutup buku', tetapi
mencakup pemahaman mendalam, penerapan,
temuan penelitian lain menunjukkan bahwa hasil
analisis, sintesis atau kemampuan untuk
ujian akhir menggunakan sistem 'buka buku' lebih
mengkonstruksi alternatif pemecahan masalah,
tinggi daripada sistem 'tutup buku' (Krasne,
maka tipe soal yang digunakan sebaiknya uraian
Wimmers, Relan dan Drake, 2006). Penggunaan
berbasis kasus, dan dilakukan dengan sistem
ujian akhir sistem 'buka buku' dan 'tutup buku'
>a lam sekali
'buka buku'. Dalam penelitian yang dilakukan
telah banyak didiskusikan oleh praktisi dan
pada mahasiswa tingkat dua perguruan tinggi
peneliti pendidikan. Sistem 'buka buku'
ecuali
ditemukan bahwa ketika mempersiapkan diri
mempunyai beberapa keuntungan, antara lain
jalam
untuk ujian sistem 'tutup buku' mahasiswa
mencegah mahasiswa untuk sekedar menghafal
'buka
dan lebih mendekati
nakan
cenderung menggunakan pendekatan penalaran mendalam (deep learning) dalam belajar (Heijne-
Jmber
Penninga, Kuks, Hofman, dan Cohen-Schotanus,
2005; Steinberg, 2008). Sistem ini dinilai
2010). Dalam ujian dengan sistem 'buka buku' mahasiswa diijinkan untuk menggunakan berbagai sumber referensi, baik buku teks maupun catatan lain ketika mengerjakan soalsoal ujian. Karena itu, mahasiswa merasa lebih tenang dan tidak terlalu cemas dalam menempuh ujian akhir karena dapat membuka referensi (buku teks, modul) ketika diperlukan dalam ujian (Gharib, William dan Noelle, 2012). Dengan demikian, mahasiswa tidak harus menghafal fakta atau rumus, tetapi lebih berkonsentrasi untuk menggunakan konsep-konsep yang diperlukan dalam menyusun uraian atau analisis. Meskipun sistem 'buka buku' ini dianggap lebih sesuai untuk jenjang pendidikan yang menargetkan kemampuan tingkat tinggi, penggunaan sistem ini juga tidak luput dari kritikan. Pada kenyataannya dalam ujian sistem 'buka buku' ada mahasiswa yang menghabiskan waktu ujian untuk membalik-balik halaman buku teks saja, mencoba mencari-cari bagian buku atau modul yang dapat digunakan. Sistem ujian buka buku ini juga harus memenuhi kondisi tertentu, misalnya soal yang digunakan tidak sekedar mengukur informasi yang dihafal, tetapi memerlukan analisis dan penerapan konsep. Di antara peneliti masih terdapat silang pendapat tentang hubungan atau pengaruh
membebaskan mahasiswa dari kecemasan (test
arnya
~daan,
n dan
Jelajar 'buka
Jilihan , atau buku' ganda
Jentuk ;anaan ;il yang umlah n pada makan 3i akan rusaha m baik 3 dosen
'tutup karen a akurat ' dapat dapat 3n atau :an dan
April 2016
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 1, April 2016
kenyataan dalam dunia
kerja (van Der Fleuten, Lambert dan Schuwirth,
anxiety) dalam ujian (Broyles dan Korsen, 2005).
Pada sisi lain, peneliti juga menemukan bahwa sistem 'buka buku' mempunyai dampak negatif pada persiapan belajar mahasiswa dan harapan yang berlebihan terhadap nilai yang akan diperoleh (Jensen dan More, 2009). Pada umumnya perguruan tinggi saat ini, termasuk di Indonesia, masih menggunakan ujian akhir sistem 'tutup buku'. Kalaupun ada dosen yang menggunakan sistem 'buka buku', hal ini disebabkan oleh perspektif pribadi tentang penilaian atau pengukuran, bukan karena kebijakan perguruan tinggi. Sistem 'tutup buku' dapat dikatakan sebagai praktik yang lazim dilakukan, sedangkan sistem 'buka buku' masih belum banyak digunakan. Maka wajarlah kalau dalam praktik banyak pertanyaan tentang ujian tipe 'buka buku'. Misalnya, apakah mahasiswa memahami tujuan dilakukannya ujian dalam bentuk 'buka buku', dan apakah mereka kemudian melakukan persiapan yang memadai? Di antara ujian 'tutup buku' dan 'buka buku', mana yang lebih disukai mahasiswa dan mengapa? Apakah menurut mahasiswa lebih mudah mendapat nilai ujian yang lebih baik pada ujian 'buka buku' dibandingkan dengan 'tutup buku'?
3
Suciati, Persepsi Mahasiswa Terhadap Sistem Ujian 'Buka Buku': Studi Pada Program Pascasa~ana
Untuk mencari jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut, khususnya pada
S
pasif, tetapi terbentuk melalui belajar, memori, harapan dan perhatian.
konteks pendidikan jarak jauh di Indonesia, maka
suaian dengan kemampuan jenjang pendidikan,
Pengukuran Hasil Belajar Dalam pendidikan tinggi, penilaian hasil belajar mahasiswa merupakan fungsi fundamental yang mengekpresikan ukuran-ukuran mutu akademik suatu perguruan tinggi. Mutu akademik yang
manfaat, harapan untuk berhasil, kesiapan dan
dikandung dalam sistem penilaian akan
pengunaan sumber dalam ujian, dsb. 2) persepsi
menunjukkan kaliber serta nilai-nilai (values)
d 2
mahasiswa terhadap penggunaan internet
yang dianut perguruan tinggi tersebut.
d
secara bebas dalam ujian sistem 'buka buku'
Penyelenggaraan fungsi penilaian hasil belajar
k
Peneliti berharap bahwa pemahaman tentang
mempunyai implikasi yang luas bukan saja pada
b
persepsi mahasiswa tentang ujian 'buka buku'
sumber daya, proses belajar mengajar, tetapi
akan membantu pendidik (dosen) merancang
juga persepsi mahasiswa terhadap ujian yang
b a
pendekatan penilaian hasil belajar yang lebih
akan memepengaruhi cara mahasiswa belajar
di
efektif.
dan mempersiapkan diri untuk ujian. Ketika
di
seorang
untuk
b
utuh tentang penilaian hasil belajar mahasiswa,
melanjutkan studi di suatu perguruan tinggi,
k
pada uraian kajian literatur akan dibahas
secara sadar dia 'mempercayakan diri' kepada
p
berbagai konsep penilaian hasil belajar, serta
perguruan tinggi tersebut untuk menempuh
kecenderungan terkini mengenai pendekatan
pendidikan yang akan menyiapkan dirinya
penelitian ini dilakukan untuk menjelaskan tentang dua masalah; yaitu: 1) persepsi mahasiswa tentang sistem ujian 'buka buku' berdasarkan beberapa dimensi, seperti kese-
Untuk memberikan dasar pemikiran yang
mahasiswa
memutuskan
penilaian hasil belajar yang banyak dikaji untuk
memperoleh suatu pekerjaaan atau profesi
meningkatkan efektivitas belajar mahasiswa,
tertentu dalam masyarakat. Paling tidak, dari
dilanjutkan dengan pembahasan tentang ujian
substansi dan proses ujian mahasiswa aki:m
'buka buku' yang merupakan fokus penelitian
mendapat gambaran yang mendekati kenyataan
ini.
tentang tuntutan kemampuan dan ketrampilan bidang studinya oleh dunia nyata. Dari proses
KAJIAN LITERATUR
ujian yang dilalui, mahasiswa diharapkan dapat
m be
Sensasi dan Persepsi
'mencicipi' kenyataan 'ujian' bidang profesi yang
be
Bernstein (2010) dalam bukunya The Essentials of Psychology menjelaskan hubungan antara
digeluti kelak. Yang terjadi, penilaian hasil
panca indera manusia, sensasi dan persepsi.
dilakukan menggunakan cara-cara yang sama,
Panca indera merupakan sistem yang mener-
dan menjadi bagian perguruan tinggi yang paling
jemahkan informasi atau data dari luar ke dalam
sulit untuk berubah menyesuaikan diri dengan
m
sistem saraf. Melalui proses ini seseorang akan
tuntutan jaman. Hal ini disebabkan adanya
sik
menangkap sensasi-sensasi tertentu dari panca
implikasi atau kompleksitas dari perubahan yang
me
indera. Sedangkan persepsi adalah proses
akan dilakukan, padahal sumber daya yang
Ga
seseorang dengan aktif menggunakan penge-
tersedia terbatas. Perubahan sistem dan
me
belajar mahasiswa selama bertahun-tahun
tahuan dan pemahamannya untuk mener-
mekanisme ujian dapat dipastikan akan
pe
jemahkan sensasi menjadi pengalaman yang
mempengaruhi waktu dan cara kerja dosen serta
ke
bermakna. Atau dengan kata lain, persepsi
sarana-prasarana yang dibutuhkan.
da
Penilaian hasil belajar merupakan bagian
do
berbagai informasi yang diterima melalui panca
integral pendidikan yang dapat memberi masukan
me
indera. Persepsi seseorang bukan sesuatu yang
kepada berbagai fungsi pendidikan, khususnya
aka
adalah organisasi, identifikasi dan interpretasi
diaj
!mori,
proses pembelajaran. Pendidik senantiasa
yang banyak memberi tugas-tugas berbasis
mencari cara untuk memperbaiki rancangan dan
kasus dan menugaskan mahasiswa membuat
proses pembelajaran supaya efektif memfasilitasi
rancangan atau 'bisnis plan' sebagai penilaian
mahasiswa mencapai hasil belajar yang optimal.
hasil belajar, akan menimbulkan anggapan pada
elajar
Berdasarkan hasil belajar sebagai umpan balik,
mahasiswa
I yang
dosen dapat mengubah atau mengadaptasi
diharapkan bersifat analisis, evaluatif, integratif,
demik
penyajian substansi dan strategi pembelajaran.
dan memerlukan usaha berpikir yang lebih tinggi.
yang
Pengukuran hasil belajar paling tidak mempunyai
Mengingat pentingnya penilaian hasil belajar,
akan
dua kegunaan (Reynolds, Livingston, dan Wilson,
maka dosen perlu memiliki 'asessment literacy'
alues)
2006), yaitu untuk menyediakan data yang
berupa pemahaman dan ketrampilan untuk
ebut.
diperlukan dosen guna menilai kesesuaian dan
pengembangan dan penggunaan berbagai
oelajar
kredibilitas tujuan pembelajaran, dan sebagai
pentuk tes dan penugasan untuk menilai
pad a
bagian integral proses belajar mengajar. Hasil
perkembangan pengetahuan mahasiswa (Wilen,
tetapi
belajar mahasiswa dapat memberi petunjuk
Hutchinson dan Ishler, 2008). Literasi ini tidak
yang f>elajar
apakah kompetensi dan pengetahuan yang
terlepas dari pedagogi yang berpusat pada
ditetapkan sebagai tujuan pembelajaran telah
mahasiswa (student-centered), yang menjadi
Ketika
dicapai melalui metode dan berbagai kegiatan
kecenderungan praktek masa kini, yang
untuk
belaj.ar yang dilakukan, atau telah terjadi
menggantikan pedagogi yang berpusat pada
ltinggi,
ketidakselarasan antara tujuan dengan proses
dosen (teacher-centered). Pemahaman tentang
epada
pembelajaran, sehingga hasil belajar tidak
bentuk-bentuk pembelajaran yang berpusat
r mpuh tlirinya
optimal. Dalam penilaian hasil belajar sering kali yang
pada mahasiswa akan memberi gagasan kepada dosen dalam mengembangkan rencana penilaian
rofesi
menjadi fokus perhatian adalah bagaimana
hasil belajar. Dosen juga perlu memandang
~
\
bahwa kemampuan penting yang
k, dari
membuat mahasiswa menunjukkan pengetahuan
penilaian hasil belajar sebagai proses yang
ak~m
yang dimiliki saat itu, menuliskan jawaban soal
multidimensi, yang perlu mempertimbangkan
lyataan ampilan
untuk bahan bagi dosen menentukan nilai
perlunya proses 'diskusi' baik antara mahasiswa
mahasiswa, dan memberi masukan kepada
dengan substansi, mahasiswa dengan maha-
proses
mahasiswa. Pada umumnya, penilaian hasil
siswa lain, kegiatan dan penguatan kognisi,
n dapat
belajar mahasiswa kurang memperhatikan proses
serta dimensi otonomi mahasiswa dalam suatu
Ies1. yang
belajar yang dialami mahasiswa dan tidak
masyarakat pembelajar (Vonderwell, Liang dan
n hasil
mempertimbangkan bagaimana mahasiswa akan
Alderman, 2007). Wawasan multidimensi ini
r
I
-tahun
g sama,
memperbaiki cara belajarnya setelah penilaian
menghasilkan teknik pengukuran hasil belajar
(Boud dan Falchikov, 2007).
yang efektif, didasarkan pada pemahaman
~ paling
Strategi yang digunakan dosen untuk
dengan
menilai hasil belajar mahasiswa mempengaruhi
adanya
sikap dan cara mahasiswa belajar, serta cara
pembelajaran yang berpusat pada siswa (Beebe,
an yang
mereka mempersiapkan diri untuk ujian. Menurut
Vonderwell, dan Boboc, 2010).
a yang
Garrison (2011) cara yang dipilih dosen untuk
em dan
mengukur hasil belajar mahasiswa akan "memberi
Penilaian Hasil Belajar Sumatif dan
akan en serta
penanda bagi mahasiswa tentang kemampuan-
Formatif
r
dosen terhadap kebutuhan mahasiswa dan kemampuannya
untuk
mengembangkan
kemampuan yang dianggap penting oleh dosen
Ada wacana bahwa tujuan penilaian hasil belajar
dan bagaimana mereka harus belajar." Apabila
seharusnya tidak terbatas pada mengukur
bag ian
dosen sering memberikan tes yang hanya
pengetahuan dan kemampuan mahasiswa pada
inasukan
menanyakan tentang pengertian, mahasiswa
saat ujian, tetapi perlu mempunyai dampak pada
ususnya
akan beranggapan menghafal subtansi yang
perbaikan proses belajar mahasiswa selanjutnya.
diajarkan adalah penting. Sebaliknya, dosen
Dalam kajian tentang penilaian hasil belajar
l
1, April 2016
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 1, April 2016
5
Suciati, Persepsi Mahasiswa Terhadap Sistem Ujian 'Buka Buku': Studi Pada Program Pascasarjana
dikenal
istilah assessment of learning,
bentuk ujian yang lebih bervariasi, seperti soal
assessment for learning dan assessment as
berbasis kasus yang dikerjakan dalam bentuk
learning (Bloxham dan Boyd, 2007). Assessment
kelompok, penilaian oleh sejawat (peer
of learning (penilaian dari hasil belajar)
assessment), pembuatan soal oleh mahasiswa,
mempunyai arti penilaian untuk mengukur hasil
penilaian sendir i (self assessment), dan
belajar berupa pengetahuan dan kemampuan
sebagainya.
yang dimiliki mahasiswa; assessment for learning (penilaian untuk belajar) dimaknai
Self Assessment and Peer Assessment
sebagai penilaian yang menitik beratkan kepada
Salah satu tujuan pembelajaran adalah
manfaat untuk proses belajar mahasiswa
menjadikan mahasiswa sebagai pribadi yang
selanjutnya, dilakukan misalnya mengerjakan
mampu melakukan self-regulated learning yakni
soal dalam kelompok dengan pemberian umpan
mampu mengatur strategi dan proses belajarnya
balik dari ternan maupun dosen; dan assessment
sendiri (Smith, Worssfold, Davies, Fisher dan
as learning (penilaian sebagai proses belajar)
Mc.Phail, 2013). Agar mampu mencapai tujuan
e d
di mana mahasiswa ketika mengerjakan soal
ini, mahasiswa perlu mempunyai pemahaman
d
sebenarnya sedang mempelajari suatu metode
tentang beberapa aspek penilaian hasil belajar,
atau prinsip.
mencakup tujuan dan proses penilaian serta
Dalam sistem penilaian dikenal istilah formatif
standar atau ukuran yang digunakan untuk
dan sumatif. Penilaian hasil belajar formatif
menilai kualitas hasil pekerjaan. Kemampuan
digunakan untuk menilai pengetahuan dan
untuk dengan akurat menilai hasil pekerjaan
penggunaan pengetahuan mahasiswa pada
sendiri perlu diasah dan dilatih karena sangat
tahapan tertentu, supaya dosen dapat meren-
berguna bukan saja ketika pada masa studi
y·
canakan kegiatan pembelajaran selanjutnya
tetapi juga dalam profesi di kemudian hari.
di
untuk membantu mahasiswa memperdalam
Mahasiswa perlu mempunyai kemampuan untuk
ilmunya dan meningkatkan kemampuan
menilai hasil pekerjaannya sendiri sehingga
menggunakannya. Hasil belajar formatif juga
mereka dapat membedakan hasil kerja yang
menjadi masukan bagi mahasiswa untuk mengetahui kualitas capaian belajarnya dan
sudah memenuhi capaian yang diharapkan dan yang masih perlu perbaikan.
memikirkan perbaikan strategi belajar selan-
Kemampuan untuk menilai hasil pekerjaan
m
jutnya. Penilaian hasil belajar sumatif digunakan
ternan melalui peer-assessment ·merupakan
te
untuk mengukur kemampuan akhir dan menen-
bentuk penilaian yang memberi kontribusi positif
tukan nilai akhir mahasiswa, apakah dianggap
pada proses belajar.
di y
memenuhi syarat kelulusan atau harus mengulang.
assessment yang terencana dengan baik,
Penilaian hasil belajar di perguruan tinggi
proses pembelajaran, tetapi juga diterima baik
lebih banyak menitikberatkan pada penilaian
oleh mahasiswa karena dinilai membuat lebih
Ujian menggunakan peer
dilaporkan bukan saja memberi manfaat bagi
m m m tid
sumatif daripada formatif. Hasil sumatif dalam
kritis, memonitor belajar mereka sendiri dengan
ba
bentuk IPK yang baik memang dapat menjadi
lebih baik, dan meningkatkan kepercayaan diri
di
indikator kredibilitas dan akuntabilitas suatu
(Sambell, McDowal, dan Sambell 2006).
di
biasanya mendapat perhatian lebih daripada
Peranan Umpan Balik
da de
ujian formatif. Padahal, ujian formatif sebe-
Supaya benar-benar memberi kontribusi pada
narnya mempunyai potensi lebih untuk
belajar mahasiswa, penilaian harus disertai
meningkatkan belajar mahasiswa karena
dengan pemberian umpan balik (feed-back)
perguruan tinggi, sehingga ujian akhir sumatif
memberi umpan balik seawal mungkin kepada
kepada mahasiswa. Umpan balik dijelaskan oleh
mahasiswa, dengan menggunakan bentuk-
Ramaprasad (1983) dalam Tan (2013) sebagai
6
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 1, April 201 6
i soal
'information about the gap between the actual
arahan kepada mahasiswa bagaimana meng-
~ntuk
level and the reference level of a system
gunakan umpan balik tersebut pada tugas-
peer
parameter, which is used to alter the gap in
tugas selanjutnya (Hounsel, McCune, Hounsel
iswa,
some way. 'Umpan balik memberikan penjelasan
dan Litjens, 2008). Dengan demikian, masukan
dan
kepada mahasiswa tentang jarak yang ada
tidak sekedar menjadi 'umpan balik' tetapi
antara hasil kerja dalam ujian dengan ukuran
menjadi 'umpan maju' (feed-forward) bagi
kinerja yang diharapkan. Tetapi menarik disimak
mahasiswa. Dengan perspektif ini akan terjadi
t
bahwa pemberian umpan balik hasil ujian kepada
pembelajaran mahasiswa yang lebih efektif
lalah
mahasiswa tidak selalu menghasilkan perbaikan
karena masukan dosen digunakan oleh maha-
yang
pemahaman dan kinerja yang lebih baik. Menurut
siswa untuk perbaikan belajarnya dalam
ryakni
Sadler (dalam Tan, 2013) ada tiga kondisi yang
mengembangkan pengetahuan dan pemahaman
arnya
harus dipenuhi supaya pemberian umpan balik
untuk tidak mengulang kesalahan yang sama.
dan
efektif, yaitu: 1) Mahasiswa harus memahami
Sebagai contoh, ketika mengerjakan soal kasus
ujuan
dengan baik standar atau ukuran kinerja yang
mahasiswa sering hanya mendeskripsikan
aman
diharapkan; 2) mahasiswa harus mampu
masalah dalam kasus dan kurang menggunakan
~I ajar,
membandingkan kinerjanya saat ini dengan
teori atau prinsip ilmu yang relevan untuk
serta
standar yang akan dicapai, dan 3) Mahasiswa
membedah kasus tersebut, sehingga hasil
untuk
harus tahu apa yang harus dilakukan untuk
analisis tidak tajam dan dalam. Masukan yang
~ puan
menutup jarak kinerjanya dengan ukuran yang
cukup rinci dari dosen serta arahan tentang
[rjaan
ditetapkan. Dan yang tidak kalah penting adalah
strategi analisis yang tepat digunakan, juga
angat
dosen harus mampu memberikan umpan balik
ketika mengerjakan tugas-tugas pemecahan
studi
yang jelas dan informatif sehingga dapat
kasus selanjutnya, akan menjadi 'umpan maju'
hari.
dipahami dan dapat dilakukan oleh mahasiswa.
bagi mahasiswa.
ntuk
Observasi dan hasil riset juga menunjukkan
mgga
bahwa sering terjadi ketidaksesuaian persepsi
Ujian Online
antara dosen dan mahasiswa tentang umpan
Dengan adanya ketersediaan dan kemudahan
balik (Price, 2010; Mc.Dowell, 2008). Dosen
akses teknologi komunikasi dan informasi,
telah menggunakan waktu dan pikiran untuk
penyelenggara pendidikan jarak jauh dan
'
dan
menyusun masukan tertulis bagi mahasiswa,
program online menggunakan medium teknologi
ternyata apa yang diharapkan oleh dosen untuk
komunikasi dan informasi bukan saja untuk
ositif
dilakukan mahasiswa berdasarkan umpan balik
pembelajaran atau tutorial, tetapi juga untuk
peer
yang diberikan tidak dilakukan, sehingga
melakukan penilaian hasil belajar. Universitas
baik,
masukan menjadi sia-sia. Pada sisi lain,
Terbuka telah melakukan sistem ujian online
t bagi
mahasiswa mengeluhkan dosen yang cenderung
(SUO) sejak 2010, dan saat ini ujian online
baik
memberi umpan balik yang singkat, umum, dan
dilakukan untuk 669 matakuliah. Dengan sistem
lebih
tidak jelas (ambiguous) sehingga tidak mem-
ini mahasiswa mempunyai fleksibilitas waktu
eng an
bantu mahasiswa memahami yang seharusnya
untuk menempuh ujian di luar ketentuan waktu
In diri
dimengerti. Masukan dari dosen juga lambat
ujian reguler. Ujian online ini dilaksanakan di
diberikan padahal, mahasiswa meng-harapkan
kantor UT di berbagai wilayah, menggunakan
dapat segera mengetahui apa yang dilakukan
sistem intranet (virtual private network) dan
dengan benar, dan apa yang perlu diperbaiki.
diawasi oleh pengawas ujian. Sistem ini
~
pad a
Umpan balik seyogyanya tidak sekedar
menguntungkan mahasiswa karena tidak harus
f ertai pack) noleh
dimaknai sebagai pemberian koreksi terhadap
menunggu semester berikutnya untuk mengikuti
kesalahan pada hasil pekerjaan mahasiswa dalam
ujian.
ujian, tetapi lebih berfokus pada nilai lebih
Ujian online pada umumnya dilakukan
!bagai
umpan balik sebagai pemberian guidance,
sepenuhnya dalam bentuk digital berbasis
pril 2016
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 1, April 2016
7
Suciati, Persepsi Mahasiswa Terhadap Sistem Ujian 'Buka Buku': Studi Pada Program Pascasarjana
pengetahuan yang dihafal, tetapi capaian
komputer dan online, sehingga terbebas sepenuhnya dari penggunaan kertas. Prinsip-
belajar yang disasar mengarah kepada
prinsip pembuatan soal pada pendidikan tatap
kemampuan intelektual tinggi (higher order
muka masih relevan digunakan untuk pengem-
learning skills), yang mencakup kemampuan
bangan ujian online. Yang menjadi masalah
menganalisis, mengevaluasi, atau mengkreasi
adalah bagaimana membuat soal dalam bentuk
suatu rancangan.
digital secara efisien. Saat ini sudah ada
Baik sistem ujian 'tutup buku' maupun 'buka
program-program komputer yang cukup user-
buku'
friendly, untuk membantu dosen mengatur lay-
kemampuan berfikir tingkat tinggi, dengan
dapat
digunakan
untuk
menilai
out soal-soal ujian dalam bentuk digital, seperti
menggunakan bentuk soal uraian atau soal
WhiteSmoke dan GiveTestv2. Hasil soal dapat
berbasis kasus. Tetapi ada beberapa kekuatan
diintegrasikan dengan sistem LMS Moodie atau
tertentu pada sistem ujian 'buka buku', yaitu
sistem lain yang digunakan dalam pembelajaran
bahwa mahasiswa diberi peluang untuk tidak
online. Pendidik perlu belajar untuk menggunakan
mengandalkan pada pengetahuan yang diingat
teknologi digital (digital technology) di samping
sesaat sebagai hasil belajar kebut semalam atau
teknologi kertas (paper technology).
cramming (Williams, 2006). Dalam sistem ini
Dalam ujian online banyak dibahas tentang
mahasiswa lebih dikondisikan untuk memproses
kemungkinan mahasiswa berbuat tidak jujur,
informasi dan substansi pembelajaran dengan
menyontek (cheating) dalam berbagai cara.
lebih mendalam, berusaha memahami keter-
Meskipun sebenarnya perilaku menyontek juga
kaitan antarkonsep dan penerapannya dalam
rawan terjadi dalam ujian tatap muka, tetapi mungkin lebih intens dalam ujian online yang
berbagai kasus, menggunakan buku sumber
dilakukan tanpa pengawas. Telah ada upaya
demikian, mahasiswa dapat lebih berfikir reflektif
untuk membuat strategi ujian online yang
dan kritis mengaitkan berbagai informasi dan
diharapkan mengurangi sebanyak mungkin
konsep yang telah dipelajari, dan menjadikan
kesempatan mahasiswa untuk berbuat curang
ujian secara intelektual lebih melibatkan proses
melalui beberapa cara, misalnya: menetapkan
berpikir. Di samping itu, dalam ujian 'buka buku' kecemasan peserta ujian akan berkurang dan
waktu ujian dan lokasi ujian yang sama untuk
J
pada saat diperlukan dalam waktu ujian. Dengan
seluruh mahasiswa, membatasi lama waktu
harapan mahasiswa untuk mendapat nilai yang
t
ujian, mengemas soal yang berbeda untuk setiap
baik lebih besar (Williams & Wong, 2009).
t
individu, mengatur agar soal ujian hanya dapat
Mahasiswa juga merasa puas karena tahu
diakses mahasiswa satu demi satu, dan
bagaimana menggunakan informasi dan
sebagainya (Ciuskey, Ehlen, & Raibon, 2010).
pengetahuan dari sumber untuk analisis, bukan sekedar menuliskan kembali fakta-fakta hafalan.
Ujian 'buka buku' Sistem ujian 'buka buku' adalah praktik ujian
Meskipun beberapa penelitian melaporkan manfaat positif penggunaan ujian sistem 'buka
yang mengijinkan mahasiswa menggunakan
buku', sebagian pendidik tidak antusias untuk
berbagai sumber yang diperlukan dalam
menggunakan sistem ujian ini karena berbagai
mengerjakan soal ujian. Sumber tersebut dapat
alasan. Sistem ujian 'buka' buku dinilai memberi peluang kepada mahasiswa untuk menyontek,
berupa buku teks, modul, catatan, dan berbagai sumber yang diakses dari internet. Dalam sistem
bahkan di antaranya ada yang sekedar copy-
ujian 'tutup buku', mahasiswa lebih banyak
paste jawaban dari teks pada sumber yang
s
mengandalkan pengetahuan yang dihafal atau diingat ketika mengerjakan soal ujian. Pada
tersedia. Di samping itu karena mahasiswa diperbolehkan membawa buku teks dan catatan
d
sistem ujian 'buka buku' tidak berarti bahwa
selama ujian, mahasiswa diperkirakan akan lebih
mahasiswa sama sekali tidak menggunakan
banyak menggunakan waktu untuk mencari
8
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 1, April 2016
k
~paian
jawaban dari buku teks atau catatan daripada
boleh dibuka terbatas pada buku teks tercetak
epada · order
berusaha menganalisis dan mengintegrasikan
dan catatan-catatan berupa tulisan tangan. Bila
berbagai konsep sebagai perwujudan kemam-
mahasiswa diijinkan membuat catatan digital
mpuan
puan berpikir tinggi. Phillips (2006) dalam
yang tersimpan dalam laptop, apakah mahasiswa
~kreasi
penelitiannya justru menyimpulkan bahwa
juga akan diijinkan membuka catatan kuliah yang
sistem ujian 'buka buku' dapat meningkatkan
tersimpan dalam laptop ketika mengerjakan
kemampuan mahasiswa untuk menggunakan
ujian, dan terlebih lagi, apakah selama ujian
n 'buka 1enilai
teks dan bahan referensi lainnya dengan efisien
mahasiswa diijinkan mengakses informasi secara
jengan
dan efektif.
online dari berbagai sumber untuk menjawab
\u soal
Pada kenyataannya dalam ujian akhir
soal ujian. Masalah ini perlu mulai dikaji sebab
!kuatan
semester, sistem ujian "tutup buku" masih
sudah menjadi dilema bagi dosen yang
', yaitu
merupakan standar sistem ujian di berbagai
menggunakan sistem ujian 'buka buku' jenjang
k tidak
perguruan tinggi di Indonesia, khususnya untuk
pascasarjana. Dimana mahasiswa terbiasa
diingat
jenjang sarjana dan jenjang magister. Upaya
menggunakan catatan dan akses informasi
:matau
untuk mencari laporan penelitian tentang sistem
digital yang disimpan dalam laptop, tablet atau
em ini
ujian 'buka buku' di Indonesia belum menemukan
smartphone.
proses
hasil. Rupanya, topik ini masih belum banyak
Berdasarkan hasil penelitian tentang
dengan { keter-
mendapat perhatian untuk diteliti di Indonesia
penggunaan sistem ujian 'buka buku' dan akses
meskipun dalam web ditemukan ada dalam blog
informasi digital yang melibatkan 54 mahasiswa
1
' dalam
- blog pribadi yang mengomentari tentang ujian
U21Giobal, William dan Wong (2009) menemukan
bumber
'tutup buku' dan 'buka buku' ini.
sikap dan persepsi mahasiswa yang positif
I
Dengan
terhadap model ujian ini sebagai "sistem ujian
reflektif
Penggunaan Sumber Online dalam Ujian
yang otentik, yang mengintengrasikan kehi-
1asi dan
'buka buku'
dupan nyata dengan proses belajar melalui
rjadikan n proses
Masalah lain yang perlu mendapat perhatian
pemberian kasus yang memerlukan aplikasi
adalah tentang penggunaan sumber-sumber
pengetahuan dan keterampilan yang relevan.
a buku'
online dalam ujian "buka buku." Penggunaan
Hal ini membentuk proses belajar yang kaya
internet sebagai salah satu wujud penggunaan
dan mendalam."
lai yang
teknologi sering dianggap sebagai disruptive
2009).
technology, atau "gangguan" terhadap sistem
Sistem Ujian pada Program Magister
na tahu
karena teknologi dapat mengubah secara total
Universitas Terbuka
si dan
cara dan proses melakukan suatu hal. Dalam
Penelitian ini dilaksanakan pada Program
bukan
ruang kuliah semakin banyak mahasiswa yang
Magister Manajemen Universitas Terbuka.
hafalan.
membawa dan menggunakan komputer, tablet,
Pembelajaran dalam program studi yang dipilih
aporkan I m 'buka
dan smartphone untuk membuat catatan
menggunakan sistem hybrid learning yang
tentang hasil diskusi atau paparan dosen. Yang
merupakan integrasi antara pembelajaran
s, I
I
Is untuk erbagai
perlu direnungkan adalah apabila dosen
mandiri, tutorial tatap muka, dan tutorial online.
mengijinkan mahasiswa untuk membuat catatan
Hasil belajar mahasiswa dinilai dari tiga
kuliah secara digital menggunakan laptop,
komponen, yaitu nilai tutorial tatap muka, nilai
r yontek, ar copy-
tablet, dan sebagainya, apakah dosen juga akan
tutorial online dan nilai ujian akhir semester
mengijinkan mereka menyerahkan hasil tugas
(UAS). Ujian Akhir semester dilaksanakan di
er yang
secara digital, dalam CD, flash-disk ataupun
kantor UT di wilayah propinsi (UPBJJ), meng-
hasiswa
dikirimkan melalui surat elektronik (email).
gunakan soal uraian berbasis kasus. Nilai tutorial
~
catatan kan lebih 1mencari
1, April 2016
Praktek sistem ujian 'buka buku' mengijinkan
merupakan nilai tugas-tugas matakuliah dan
mahasiswa untuk membuka buku dan catatan
partisipasi dalam tutorial tatap muka dan tutorial
ketika mengerjakan soal ujian. Selama ini yang
online. Nilai UAS mempunyai bobot 40%
Jumal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 1, April 2016
9
Suciati, Persepsi Mahasiswa Terhadap Sistem Ujian 'Buka Buku': Studi Pada Program Pascasarjana
sedangkan nilai tutorial 60% dari nilai akhir
melakukan ujian akhir. Instrumen penelitian
matakuliah. Sebagian Ujian Akhir Semester
adalah kuesioner yang berisi butir-butir
matakuliah dilakukan dalam sistem UAS 'tutup
pertanyaan tentang latar belakang mahasiswa
buku' dan yang lain menggunakan sistem UAS
dan 15 butir pertanyaan tertutup menggunakan
"buka buku." Ujian menggunakan soal uraian
skala Iikert 1-5 untuk pilihan jawaban 'sangat
berbasis kasus, ujian dilaksanakan dengan
tidak setuju', 'tidak setuju', 'ragu-ragu', 'setuju'
sistem 'tutup buku' atau 'buka buku' sesuai
dan 'sangat setuju'. Untuk mengumpulkan
dengan sifat matakuliah dan tingkat kesulitan
pendapat atau persepsi mahasiswa tentang
kemampuan yang diharapkan. Penentuan sistem
ujian 'buka buku', dilengkapi beberapa per-
ujian yang digunakan dilakukan oleh dosen
tanyaan terbuka untuk menjaring pendapat
pengampu matakuliah.
mahasiswa secara bebas.
Dalam ujian sistem 'buka buku' mahasiswa
Pertanyaan-pertanyaan yang digunakan
bebas membawa buku materi pokok (modul)
untuk menggali pendapat responden tentang
yang menjadi materi utama pembelajaran, tetapi
ujian dengan sistem 'buka buku', di antaranya:
tidak diijinkan membawa catatan lainnya dan
relevansi sistem ujian dengan kenyataan
tidak boleh menggunakan laptop atau gadget
lapangan, apakah soal ujian 'buka buku'
komunikasi lain dalam ruang ujian. Larangan
mengukur berpikir tingkat tinggi, apakah sistem
penggunaan gadget dimaksudkan untuk
ujian ini sesuai dengan pedagogi untuk
menghindari kemungkinan saling berkomunikasi
pembelajar dewasa, apakah sistem ini membuat
ketika mengerjakan soal-soal ujian. Setelah
mereka tidak sekedar menghafal, dan se-
selesai ujian, kertas ujian dan soal ujian
bagainya. Untuk mengecek konsistensi jawaban
dikumpulkan oleh pengawas, dan dikirimkan ke
mahasiswa ada beberapa pertanyaan dalam
kantor UT pusat untuk diproses. Hasil ujian
kuesioner yang dirumuskan dalam bentuk
dinilai oleh dua orang dosen sesuai matakuliah
negatif, misalnya 'Saya tidak serius mem-
ampuan untuk menjaga obyektivitas penilaian.
persiapkan diri dalam ujian karena materi masih
S
dapat dicari di buku atau catatan ketika ujian' METODE
buka buku'.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
Kuesioner disebarkan kepada peserta ujian
eksploratif, dengan menggunakan survei untuk
di tiga wilayah sebanyak 200 kuesioner, ada 92
menjelaskan persepsi mahasiswa tentang ujian
kuesioner terisi yang diterima dan digunakan
akhir semester dengan sistem 'buka buku'.
sebagai data untuk analisis. Pengamatan
Sampel Penelitian
Jakarta. Setelah ujian berakhir dilakukan diskusi
Pengumpulan data dilakukan pada semester 2
bersama mahasiswa peserta ujian untuk
tahun 2015, dengan responden penelitian
mendalami pendapat mereka tentang penye-
dilakukan di satu lokasi ujian akhir semester di
sebanyak 92 mahasiswa Program Magister
lenggaraan ujian akhir menggunakan sistem 'buka
Manajemen Universitas Terbuka, terdiri dari 30
buku' dan hal-hal yang menurut pendapat
orang wanita (33%) dan 62 orang laki laki
mereka penting yang sebelumnya tidak menjadi
(67%), usia antara 22 sampai 60 tahun. Persentase terbesar pada kelompok umur 29-
perhatian peneliti.
50 tahun sebesar 67%. Responden berasal dari
HASIL DAN PEMBAHASAN
3 lokasi ujian, yaitu Jakarta, Medan dan Jambi.
Persepsi Mahasiswa terhadap Ujian 'buka
69 orang (75%) adalah pegawai negeri, dan 23
buku' Secara keseluruhan jawaban mahasiswa
p
terhadap
(25%) orang karyawan swasta. Pengumpulan data menggunakan kuesioner serta pengamatan di lapangan ketika mahasiswa
10
dalam
p
kuesioner dapat dilihat pada Tabel 1. Selan-
pernyataan-pernyataan
d
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 1, April 2016
Ju
Tabel 1 Persepsi Mahasiswa terhadap Ujian Akhir Sistem 'buka buku'
litian butir
Pernyataan
;;iswa
Nilai rata-rata (X) (skala 1-5)
1akan 3ngat
1.
Ujian sistem 'buka buku' lebih sesuai dengan pnns1p pendidikan yang baik karena tidak mengandalkan pada menghafal.
3.76
1.09
2.
Ujian dengan sistem 'buka buku' lebih sesuai untuk pendidikan pascasarjana dibandingkan ujian sistem "tutup buku" Dalam ujian sistem 'buka buku' saya merasa tidak terlalu cemas karena boleh mem'buka buku' Materi Pokok (Modul). Ujian sistem 'buka buku' sebaiknya mengijinkan mahasiswa membuka catatan lain di samping Buku Materi Pokok /modul. Saya (tidak) serius mempersiapkan diri dalam ujian sistem 'buka buku' , karena jawaban masih dapat dicari nanti dari buku. Soal ujian 'buka buku' menguji berbagai tingkat berpikir, mulai dari memahami konsep, aplikasi dan analisis.
4.26
1.13
3.93
1.08
3.88
1.07
4.04*)
1.15
4.26
0.94
=tuju' Jlkan 1tang perjapat
3.
1akan
4.
ntang anya: 3taan
5.
Juku' ;istem
6.
mtuk nbuat
n seNaban
7.
Soal soal yang diberikan dalam ujian sistem 'buka buku' relevan dengan kenyataan di lapangan.
3.82
0.96
8.
Dalam ujian sistem 'buka buku' waktu saya habis (tidak) hanya untuk menemukan jawaban dari buku Waktu ujian yang disediakan cukup untuk sistem 'buka buku' Dalam sistem 'buka buku' mahasiswa (tidak) banyak menyalin dari buku atau catatan daripada membuat analisis sendiri Dengan sistem ujian 'buka buku' (tidak) banyak konsep atau prinsip yang saya ingat setelah ujian Saya berpendapat ujian akhir matakuliah sebaiknya (tidak) menggunakan sistem 'buka buku' supaya mahasiswa lebih serius mempersiapkan diri. Dalam ujian sistem .'buka buku' saya akan mendapat nilai yang lebih baik dibandingkan sistem 'tutup buku'
3.53*)
1.14
3.49
1.04
3.39*)
1.16
3.66*)
.96
3.99*)
1.24
3.59
1.16
3.95
0.94
dalam
~ntuk memmasih
9.
10
ujian'
11
1 ujian
1da 92
12
a tan
ter di ~uiS - kUSI.
13
untuk
14
I
oenye-
r
'buka 1dapat I . d. ~enJa 1
'buka
Std. Deviasi
Saya lebih senang ujian sistem 'buka buku' dibandingkan dengan ujian sistem 'tutup buku'
Keterangan: tanda *) menunjukkan re-kalkulasi skor dengan menghilangkan
nuansa negatif dari kata
'tidak' dalam pernyataan. N = 92. jutnya dilakukan analisis untuk setiap butir
bahwa sebagian besar mahasiswa setuju dan
pernyataan dengan mengintegrasikan data
mempunyai anggapan baik pada sistem ujian
kuantitatif berupa nilai rata-rata dan standar
'buka buku.' Pendapat mahasiswa tentang
deviasi dengan jawaban mahasiswa terhadap
kesesuaian sistem ujian 'buka buku' untuk
pertanyaan terbuka dan hasil wawancara.
jenjang pendidikan pascasarjana dan bentuk soal
1siswa
Dari angka rata-rata ( x) setiap butir
berbasis kasus yang digunakan dalam ujian 'buka
dalam
pertanyaan yang berkisar antara 3.39 sampai
buku' mempunyai angka rata-rata tertinggi yaitu
Selan-
dengan 4.26 pada skala 1 sampai 5, terlihat
(x = 4.26).
April 2016
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 1, April 2016
Hal ini menunjukkan sistem ujian
11
Suciati, Persepsi Mahasiswa Terhadap Sistem Ujian 'Buka Buku': Studi Pada Program Pascasarjana
'buka buku' lebih disukai mahasiswa daripada
mahasiswa, berkisar hanya antara 1.1 sampai
sistem ujian 'tutup buku'. Demikian pula jenis
19.4% dari seluruh pertanyaan.
soal uraian berbasis kasus lebih sesuai untuk ujian akhir semester. Mengingat sistem ujian
Ujian Sistem 'buka buku' Sesuai dengan
'buka buku' belum dilakukan untuk seluruh
Prinsip Pendidikan Jenjang Pascasarjana
matakuliah pascasarjana, karena ada sebagian
Hasil analisis data pada Tabel 1 menunjukkan
dosen berpendapat ujian matakuliah yang
bahwa pada umumnya mahasiswa mempunyai
diasuhnya lebih tepat menggunakan sistem
persepsi positif tentang ujian akhir sistem 'buka
'tutup buku', perlu dilakukan pengkajian apakah
buku'. Sistem 'buka buku' dinilai sesuai dengan
masih perlu ada matakuliah yang harus
kemampuan dan capaian belajar untuk jenjang
menggunakan ujian 'tutup buku.' Saat ini
pendidikan pascasarjana (
x =4.26). Angka rata-
program studi memang belum melakukan
rata 4.26 pada skala 1 sampai 5 ini, menunjukkan
penelitian apakah penggunaan sistem ujian yang
nilai yang tinggi, mengindikasikan bahwa
berbeda untuk matakuliah yang sama akan
sebagian besar responden menilai sistem ujian
menghasilkan nilai yang setara, atau akan
'buka buku' sesuai dengan tuntutan kemampuan
berbeda secara signifikan.
mahasiswa pascasarjana. Sebagian besar
Sedangkan angka rata-rata terendah ada pada pendapat mahasiswa tentang kecen-
sistem ujian 'buka buku' tidak mendorong
derungan mahasiswa untuk tidak sekedar
mahasiswa untuk mengandalkan pada hafalan
menyalin dari buku atau catatan ketika ujian
substansi dan mampu menguji berbagai tingkat
tetapi juga bersikap kritis analitis menggunakan
mahasiswa (
x =3. 76) juga berpendapat bahwa
kemampuan berpikir (
x=
u d
4.26). Data ini juga
x=
konsisten dengan pernyataan mahasiswa dalam
3.39), dan waktu ujian tidak dihabiskan untuk
wawancara yaitu "Dengan sistem 'buka buku'
x=
lebih sesuai dengan prinsip pendidikan yang baik
3.53). Angka rata-rata yang rendah ini meng-
apalagi bagi program magister karena tidak
indikasikan bahwa sebagian responden masih
mengandalkan pada menghafal, di sini dituntut
belum mempunyai strategi yang baik dalam mengerjakan ujian sistem 'buka buku' karena
tinggi intelegensi." Temuan ini relevan dengan teori di lapangan.
masih menggunakan banyak waktu untuk
Dalam artikelnya, van der Vleuten dan
mencari jawaban dalam buku dan bertumpu pada
Schuwirth (2005) menyebutkan bahwa ketika
informasi dalam buku untuk mengerjakan soal.
mengukur hasil belajar mahasiswa dosen perlu
Penting bagi mahasiswa untuk diperkenalkan dan
meng-gunakan berbagai sumber informasi dan
diberi orientasi awal bagaimana strategi yang
berbagai metode, dengan melakukan triangulasi
Uf
baik untuk mengerjakan ujian system buka buku.
untuk dapat membuat penilaian secara utuh.
Ke
Di samping membuat catatan rangkuman yang
Pada sisi lain, Sternberg (2008) juga ber-
Me
integratif juga 'berlatih' mengerjakan soal-soal
agumentasi bahwa ujian harus
'assessing what
sejenis dalam proses pembelajaran sebagai
matters', mampu mengidentifikasi kemampuan
Jan! jen
evaluasi formatif.
mahasiswa yang merupakan kemampuan kunci
berbagai bahan untuk menjawab soal ( membaca buku guna mencari jawaban (
Karena nilai 4 merupakan pilihan 'setuju'
dan relevan dengan bidang studinya. Dengan
sen kes
dalam kuesioner, maka angka rata-rata di bawah
demikian, ketika seorang mahasiswa menger-
Kec
nilai 4 menunjukkan sebagian responden yang
jakan soal ujian, dia tidak dapat hanya
terj
ragu-ragu atau menyangsikan terjadinya perilaku
mengandalkan pengetahuan yang diingat saat
yang 'seharusnya' dilakukan mahasiswa dalam
itu, tetapi harus juga dapat dan perlu
ujian 'buka buku'. Alternatif jawaban 'ragu-ragu' dalam kuesioner ternyata tidak banyak dipilih
menggunakan berbagai sumber dan referensi lain
bah mer dap
untuk mengerjakan tugas berupa pemecahan
ujia
12
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 1, April 2016 _ _,.Ju........ al
;ampai
gan ·jan a
masalah atau kasus. Hal ini disebabkan yang
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
penting adalah bukan sekedar mengingat data
mahasiswa menyatakan tidak terlalu cemas
atau informasi, tetapi kemampuan menganalisis
dalam ujian sistem 'buka buku', karena diizinkan
dan menggunakan berbagai informasi tersebut
membawa dan menggunakan modul dalam ujian
untuk memecahkan suatu masalah.
(x=3.93).
Temuan bahwa kecemasan maha-
Sehubungan dengan kualitas soal ujian,
siswa berkurang dalam sistem ujian 'buka buku'
1punyai
ujian untuk Program Magister Universitas
juga sesuai dengan kesimpulan penelitian yang
n 'buka
Terbuka menggunakan soal berbasis kasus,
dilakukan oleh Gharib, Phillips dan Mathew (2012)
:tengan
terdiri dari satu atau dua kasus diikuti dengan
bahwa mahasiswa yang mempersiapkan diri
jenjang
beberapa pertanyaan analisis dan evaluatif.
dengan baik, dalam sistem ujian 'buka buku'
ca rata-
Mahasiswa berpendapat bahwa soal-soal ujian
akan berkurang rasa kecemasan yang dirasakan,
~jukkan
sudah menguji berbagai tingkat kemampuan
dan merasa lebih dapat berkonsentrasi dalam
bahwa
berpikir, (
4.26), bersifat aplikatif, relevan
mengerjakan soal. Kecemasan pada derajat
n ujian
dengan kenyataan di lapangan, dan sesuai
tertentu diperlukan untuk membuat mahasiswa
1mpuan besar
dengan tuntutan capaian belajar untuk jenjang
berusaha mempersiapkan diri dan memacu
magister.
"adrenalin". Namun, tingkat kecemasan yang
bahwa
Pendapat mahasiswa tentang kualitas soal
~orong
ujian perlu mendapat perhatian dosen karena
hafalan
dalam berbagai penelitian ditemukan pendapat
tingkat
mahasiswa yang menganggap soal-soal ujian
membuka-buka modul selama proses menger-
ini juga
mereka tidak memenuhi harapan dan kebutuhan,
jakan soal ujian, mahasiswa menyatakan bahwa
a dalam
khususnya dalam hal relevansi dengan kenya-
hal ini dilakukan untuk mengecek kembali
taan dunia kerja. Dengan semakin besarnya
informasi yang mereka pelajari sebelumnya,
minat memperoleh pendidikan tinggi disertai
bukan untuk mencari informasi baru dari bahan
harapan setelah lulus memperoleh pekerjaan
belajar (
atau beralih profesi yang lebih baik, mereka
waktu ujian yang terbatas dan jumlah soal yang
berharap supaya pengalaman ujian akan
diberikan tidak akan memberi cukup waktu
f angan. en dan
memberikan indikasi tuntutan kemampuan dan
kepada mahasiswa. Di samping itu, soal-soal
kegiatan pada dunia kerja nyata, tidak terbatas
ujian yang digunakan bersifat integratif berbasis
1 ketika
pada dunia pendidikan saja (Sambell, McDowell,
kasus yang memerlukan analisis dan evaluasi,
en perlu
dan Montgomery, 2013).
dan tidak dapat dijawab langsung menggunakan
jukkan
~ buku' ~ng baik a tidak
~ ituntut
fasi dan angulasi
x=
tinggi akan membuat kemampuan berpikir mahasiswa menjadi terganggu. Dari observasi lapangan, ketika mahasiswa
x = 3.53).
Hal ini ada benarnya karena
bagian modul tertentu. Dengan demikian,
Ujian sistem 'buka buku' Mengurangi
mahasiswa perlu melakukan persiapan yang baik menjelang ujian dengan membuat catatan atau
ga ber-
Kecemasan dalam Ujian Meskipun ketika proses pembelajaran ber-
g what
langsung mahasiswa diperkenalkan dengan jenis-
menulis ulang bagian-bagian tertentu dari
ampuan k . unc1 Dengan
jenis soal yang biasa digunakan dalam ujian akhir
modul. Ketika mengerjakan ujian mahasiswa
semester supaya mereka memahami tingkat
harus mempunyai manajemen waktu yang baik
kesulitan soal dan kemampuan yang diharapkan.
supaya dapat mengerjakan seluruh soal dengan
il1enger-
Kecemasan menghadapi ujian akhir dapat saja
baik.
hanya
terjadi. Pada umumnya mahasiswa cemas
Salah satu kekhawatiran mengunakan
gat saat
bahwa substansi bahan ajar yang dikuasai tidak
sistem ujian 'buka buku' adalah bahwa
'
~ perlu
memadai dan tidak komprehensif, sehingga tidak
mahasiswa tidak akan mengingat sama sekali
·ensi lain
dapat menjawab pertanyaan dan gagal dalam
substansi dan kemampuan yang diujikan
ecahan
ujian akhir.
(learning retainment). Disebutkan bahwa sistem
, April 2016
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 1, April 2016
I
·a utuh.
I~ n I
I
ringkasan, sehingga ketika ujian tidak sekedar
13
Suciati, Persepsi Mahasiswa Terhadap Sistem Ujian 'Buka Buku': Studi Pada Program Pascasarjana
ujian 'buka buku' mempunyai pengaruh
Preferensi Sistem Ujian
detrimental terhadap penguasaan pengetahuan,
Ketika mahasiswa dihadapkan dengan pilihan
pasca ujian. Namun demikian mahasiswa dalam
ujian dengan sistem "buka buku" atau "tutup
penelitian ini menyatakan bahwa setelah masa
buku" sebagian besar memilih sistem "buka
ujian, konsep dan prinsip yang dipelajari dan
buku" (
x=
3.95). Pendapat ini sesuai dengan
x = 3.66).
persepsi mereka bahwa sistem ujian 'buka buku'
Sifat soal yang analitik-integratif rupanya
lebih sesuai untuk pendidikan tingkat pasca-
membuat mahasiswa harus melakukan pem-
sarjana, mengurangi kecemasan, memberi
belajaran mendalam (deep - learning) karena
harapan lebih besar untuk mendapat nilai yang
proses berpikir tidak hanya pada tataran
baik.
diujikan tidak demikian saja dilupakan (
menghafal tetapi juga menggunakan konsep dan prinsip dalam pemecahan kasus.
Penggunaan Laptop dan Akses Internet dalam Ujian Akhir 'buka buku'
Ujian sistem 'buka buku' Memberi
Mahasiswa mempunyai pendapat yang beragam
Kesempatan Memperoleh Nilai Baik
tentang penggunaan laptop dan akses internet
Pada umumnya responden berpendapat waktu
selama ujian. Sebagian mahasiswa setuju
ujian dua jam cukup untuk mengerjakan soal-
dengan penggunaan laptop dan akses internet
soal ujian (
x = 3.49),
tetapi nilai rata-rata ini
dalam ujian akhir dengan berbagai alasan.
menunjukkan bahwa ada sebagian mahasiswa
Melalui jawaban pertanyaan terbuka pada
yang berpendapat lama waktu ujian tidak cukup.
angket mahasiswa berpendapat bahwa informasi
Dalam soal berbasis kasus, memang ditemukan
yang diakses melalui internet saat ini tidak
kasus yang terlalu panjang dan kompleks
terbatas, sehingga tidak ada alasan untuk tidak
sehingga mahasiswa memerlukan waktu lama
menggunakannya. Referensi yang digunakan
untuk membaca dan memahami kasus, belum
dalam ujian sebaiknya tidak terbatas pada buku
lagi mengerjakan soal-soalnya.
teks atau catatan kuliah saja, tetapi juga
Sebagian Mahasiswa (51. 7%) mempunyai
referensi dari internet. Mengingat soal-soal ujian
persepsi bahwa mereka akan memperoleh nilai
bersifat analisis, dengan mengakses referensi
yang lebih baik pada ujian sistem 'buka buku'
dari internet mahasiswa dapat mengembangkan
daripada 'tutup buku' (
x =3.59),
sedangkan
jawaban soal dengan lebih baik. Tambahan
yang ragu-ragu dan tidak setuju mencapai
informasi yang diperoleh dapat digunakan
48.4%. Penelitian yang dilakukan Jensen dan
mahasiswa untuk memperkuat teori, dan
Moore (2009) menjelaskan bahwa sistem ujian
membuat analisis menjadi lebih tajam dan dalam.
'buka buku' dapat membuat mahasiswa
Mahasiswa juga menegaskan bahwa karena
mempunyai rasa percaya diri berlebihan atau
sumber referensi tidak hanya dari modul maka
sebaliknya kurang percaya diri, sehingga
mereka merasa lebih yakin dengan jawaban
overestimate atau underestimate nilai yang
yang diberikan. Pendapat mahasiswa ini ternyata
akan diperoleh. Dalam penelitian ini memang
bukan merupakan pendapat yang 'radikal',
tidak dapat dilakukan analisis korelasi antara
karena penelitian William dan Wong (2009)
persepsi mahasiswa tentang nilai yang akan
justru menegaskan bahwa sistem ujian 'buka
diperoleh dengan kenyataan karena identitas
buku' dan 'buka internet' (Open-book-open-Web
mahasiswa dalam kuesioner tidak diminta
exam) mempunyai potensi menjadi trend pada
supaya mahasiswa tidak segan menyampaikan
masa yang akan datang meskipun mereka juga
pendapatnya.
membahas tentang kesulitan untuk memonitor mahasiswa agar tidak saling menyontek melalui internet.
14
w
Sedangkan mahasiswa yang menyatakan
kompleks, sistem penilaian hasil belajar peserta
tidak setuju dengan penggunaan internet ketika
didik perlu mencari pendekatan dan bentuk-
utup
ujian beralasan bahwa, di samping meng-
bentuk alternatif. Berbagai konsep penilaian
>Uka
habiskan
surfing
melalui pen ilaian sendiri (self-assessment),
1gan
dikhawatirkan mahasiswa cenderung copy-
penilaian sejawat (peer-assessment), penu-
IUkU'
paste jawaban dari bagian-bagian teks dari
gasan kelompok, project-based assignment,
sca-
sumber internet, daripada berpikir sendiri secara
iberi
analitis. Mahasiswa juga dikhawatirkan bersikap
dan sejenisnya, merupakan inti pembelajaran karena lebih intens melibatkan mahasiswa dalam
vang
santai, tidak serius mempersiapkan diri karena
penilaian proses kemajuan dan hasil belajarnya
mengandalkan kebebasan menggunakan sumber
sendiri (Manning dan Bucher, 2005). Penilaian
dari internet ketika ujian. Mereka juga
hasil belajar sistem 'buka buku' baik yang
ihan
banyak
waktu
untuk
berpendapat bahwa referensi dari modul sudah
tercetak maupun digital melalui akses internet
cukup untuk mengerjakan soal ujian, dan akses
dapat dikatakan merupakan alternatif yang
1gam
internet oleh mahasiswa sebaiknya dilakukan
layak dipertimbangkan meskipun pendidik juga
~rnet
ketika tutorial saja, bukan dalam ujian.
perlu memahami kekuatan dan kelemahan
!t
!tuju
Perkembangan dan penggunaan teknologi
2rnet
yang semakin intensif dalam masyarakat di
1san.
kemudian hari akan menjadikan sulit untuk
SIMPULAN DAN SARAN
pad a
Simpulan
·masi
mencegah mahasiswa menggunakan teknologi dalam ujian karena akan terjadi inkonsistensi
tidak
praktek penggunaan teknologi dalam proses
umum mahasiswa mempunyai persepsi yang
tidak
berbagai kegiatan pembelajaran dengan proses
positif terhadap ujian sistem 'buka buku'. Sistem
akan
penilaian hasil belajar. Pada masa itu kemung-
ini dinilai sesuai untuk menilai capaian belajar
buku
kinan besar mahasiswa akan dibebaskan untuk
program jenjang pascasarjana (86.8%),
juga
menggunakan sumber online ketika ujian seperti
mendorong mahasiswa untuk tidak mengan-
ujian
mengakses informasi menggunakan search
dalkan diri pada hafalan tetapi menganalisis
trensi
engine seperti google, bing, atau sistem pencari
berbagai informasi yang tersedia untuk
,gkan
lainnya. Dengan perencanaan yang baik dosen
menjawab soal ujian. Sistem ini juga dianggap
ahan
bahkan dapat mengintegrasikan informasi dari
akan
Iaman-Iaman web tertentu dalam soal ujian,
mengurangi tingkat kecemasan dalam ujian (80.3%), karena mahasiswa masih dapat
dan
sehingga relevansi dan aplikasi soal dengan
dengan bebas menggunakan sumber yang
IaIam. arena
realitas menjadi lebih nyata. Bentuk soal dan
tersedia untuk menjawab soal. Kekhawatiran
tuntutan kemampuan dalam soal ujian, serta
bahwa mahasiswa hanya akan buang-buang
maka
bagaimana soal tersebut dirumuskan akan
waktu mencari-cari dan menyalin (copy-paste)
aban
menjadi sangat penting. Kemampuan mengem-
jnyata
bangkan soal seperti ini perlu dikuasai dengan
jawaban dari buku tidak sepenuhnya didukung temuan penelitian ini (65.4%). Mahasiswa lebih
~~~~';
baik oleh dosen. Pendekatan sistem ujian Open-book-open-
menyukai sistem ujian 'buka buku' daripada
'buka
Web exam ini memunculkan tantangan bagi
mahasiswa (74%) menyatakan setuju untuk
r-Web
prinsip dan praktek pengukuran hasil belajar
menggunakan laptop dan akses internet dalam
~ada
alternatif ini.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) secara
'tutup buku' (77%); dan 2) sebagian besar
yang sudah ada, sehingga perlu dilakukan
ujian, yang saat ini dikenal sebagai sistem ujian
a Juga
penelitian lanjut untuk verifikasi dan validasi
Open-book-open-Web. Seiring dengan kemajuan
lo nitor 1elalui
sistem ujian ini. Mengingat bahwa pendidikan
teknologi dan perubahan pengetahuan yang
saat ini mempersiapkan peserta pendidikan untuk
cepat, sistem ujian ini mempunyai potensi untuk
I
\pril 2016
mampu berfungsi dalam masyarakat Abad 21
menjadikan ujian efektif mencapai kemampuan
dengan tuntutan kemampuan literasi yang
tingkat tinggi dan relevan. Bagi mahasiswa yang
Jumal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 1, April 2016
15
Suciati, Persepsi Mahasiswa Terhadap Sistem Ujian 'Buka Buku': Studi Pada Program Pascasarjana
hidup dalam era digital, kemampuan mengingat
buka buku'. Capaian bel ajar berpikir tingkat tinggi
berbagai pengetahuan tidak lebih penting
seperti analisis penerapan konsep atau prinsip
daripada kemampuan untuk memperoleh,
atau kreasi pemecahan masalah yang dikemas
menganalisis dan mengkreasikan pengetahuan
dalam bentuk soal berbasis kasus lebih sesuai
baru.
digunakan untuk ujian sistem 'buka buku'.
Dengan demikian jelaslah bahwa, istilah
Kedua, sebagai alternatif sistem ujian dosen
'buka buku' itu sendiri mengindikasikan suatu
dapat menggunakan sekaligus mengkaji
sistem pendidikan yang 'terbuka', suatu era
penggunaan laptop dan akses internet oleh
pendidikan yang memberikan peran lebih besar
mahasiswa dalam ujian sistem 'buka buku'.
kepada mahasiswa untuk mengakses dan
Sistem ini mempunyai potensi untuk mem-
mengekplorasi informasi dan pengetahuan yang
bebaskan atau memberikan peluang besar
'terbuka' bagi siapa saja, dalam upaya membuat
kepada mahasiswa untuk memberikan jawaban
makna dan mengembangkan wawasannya
terbaik dengan menggunakan secara analitik
sendiri.
berbagai sumber yang dapat diakses. Selain itu,
H
H
J
Kr
selain untuk para dosen, sistem ujian 'buka buku'
Saran
perlu diujicobakan pada berbagai jenjang
Berdasarkan kajian penelitian ini ada beberapa
pendidikan di Indonesia, paling tidak untuk
saran yang dapat dimanfaatkan oleh pendidik
jenjang sekolah menengah. Pada masa yang
atau dosen. Pertama, memperhatikan persepsi
akan datang akses informasi dalam jaringan
positif mahasiswa terhadap sistem ujian 'buka
maupun luar jaringan akan semakin baik, dan
buku' dapat lebih intensif digunakan pada
hal ini akan memberi peluang besar kepada
jenjang pendidikan tinggi dengan memperhatikan
pendidik untuk mencari bentuk-bentuk baru
bentuk soal dan tuntutan tingkat kemampuan
penilaian hasil belajar yang lebih efektif.
Ph Pri
Ma
berpikir yang sesuai dengan tujuan sistem ujian'
PUSTAKA ACUAN
Agarwal, P. & Roediger, H. 2011. Expectancy of an Open-Book Test Decreases Performance on a DelayedBiosed-book Test. Memory, 19(8), him. 836-852. Beebe, R., Vonderwell, S., & Boboc, M. 2010. Emerging patterns in transferring assessment
Reyr
practices from face-to- face to online environments. Electronic Journal of £-Learning, (8)1.
Sam
Bernstein, D. A. 2010. Essentials of Psychology. Edisi 5. California: Wadsworth Cengage Learning.
Smit
Bloxham, S. & Boyd, P. 2007. Developing Effective Assessment in Higher Education: a Practical
Guide. Berkshire: Open University Press. Baud, D. & Falchikov, N. 2007. Assessment for the Longer Term. In D. Baud & N.Falchikov (eds.) Rethinking Assessment in Higher Education. London & New York: Routledge. Broyles, I.L., Cyr, P.R. & Korsen, N.
Sterr Tan,
2005. Open Book Tests: Assessment of Academic Learning
in Clerkships. Medical Teacher 5, him. 456-462. Cluskey, G.R., Ehlen, C., & Raibon, M.H. 2010. Thwarting Online Exam Cheating Without Proctor
Van c
Supervision. Journal of Academic and Business Ethics, 4, him. 1-7 Garrison, D. R. 2011. £-learning in the 21st Century: A Framework for Research and Practice (2nd ed.). New York, NY: Routledge.
Vond~
t tinggi
Gharib, A., William Phillips, Noelle Mathew. 2012. Cheat Sheet or Open-Book? A Comparison of Exam Types on Performance, Retention, and Anxiety. Psychology
prinsip
the Effects of
ikemas
Research, 2, (8), him. 469-478.
sesuai
Learning, Need for Cognition and Preparation Time on Open- and Blosed-book Test
u'.
do sen
~ngkaji
et oleh buku'. mem-
1 besar
awaban
analitik ·lain itu,
ta buku'
enjang
,t untuk
1a yang aringan
~ik,
Heijne-Penninga, M., Kuks, JBM, Hofman, W.H. & Cohen-Schotanus, J. 2010. Inuuences of Deep
dan
kepada
uk baru
Performance. Medical Education, 44(9), him .. 884-89. doi:10.1111/j.13652923.2010.03732.x. Hounsell, D., McCune, V., Hounsell, J. & Litjens, J. 2008. The Quality of Guidance and Feedback to Students, Higher Education Research & Development, 27 (1), him. 55-567. Jensen, P. A. & Moore, R. 2009. Students' Perceptions of Their Grades Throughout an Introductory Biology Course: Effect of Open-Book Testing. Journal of College Science
Teaching. Krasne, S., Wimmers, P.F., Relan, A. & Drake, T.A. 2006. Differential Effects of Two Types of Formative Assessment in Predicting Performance of First-year Medical Students.
Advances in Health Science Education, 11(3), him. 155-171. Phillips, G. 2006. Using Open-Book Tests to Strengthen the Study Skills of Community-College Biology Students. Journal of Adolescent and Adult Literacy, 49( 7), Him. 574-582. Price, M., Handley, K., Millar, J. & O'Donovan, B. 2010. Feedback: All That Effort, But What Is The Effect? Assessment & Evaluation in Higher Education. 35 (3), him. 277-289. Manning, M. L., & Bucher, K. T. 2005. Teaching in the Middle School. (2nd ed.). Upper Saddle River, NJ: Pearson. McDowell, L., Smailes, J., Sambell, A. & Wakelin, D. 2008. Evaluating Assessment Strategies through Collaborative Evidence-Based Practice: Can One ool Fit All? Innovations in
Education and Teaching International, 45, (2) him. 143-53. Sambell, K., McDowell, L., & Sambe\1, A.
re on a
2006. Supporting Diverse Students:
Developing
Learner Autonomy Via Assessment. In C. Bryan & K. Clegg (Eds.), Innovative Assessment in Higher Education. London: Routledge, him. 158-168.
ent I
ing,
Reynolds, C. R., Livingston, R.B., & Wilson, V. 2006. Measurement and Assessment in Education. Boston, MA: Pearson. Sambell, K., McDowell, L., Montgomery, C. 2013. Assessment for Learning in Higher Education. London: Routledge. Smith, C.D, Worsfold, K., Davies, L., Fisher, R. & McPhail, R. 2013. Assessment Literacy and
~ctical
Student Learning: TheCcase for Deliberately Developing Students' 'Assessment Literacy'.
Assessment and Evaluation in Higher Education, 38 (1), him. 44-60. Sternberg, R.J. 2008. Assessing What Matters. Educational Leadership. 65(4) him. 20-26. Tan, K. 2013. A Framework for Assessment for Learning: Implications for Feedback Practices rning
within and beyond the Gap. International Scholarly Research Notices,
http://
www.hindawi.comjjournals/isrn/2013/640609/, diakses 4 Januari 2015. roctor
Van der Vleuten, C.P.M. & Schuwirth, L. W. T. 2005. Assessing Professional Competence: from Methods to Programmes. Medical Education, 39(3) him. 309-317.
ctice
Vonderwell, S., Liang, X., & Alderman, K. 2007. Asynchronous Discussions and Assessment in Online Learning. Journal of Research on Technology in Education, 39(3), him. 309-328.
I, April 2016
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 1, April 2016
17
Suciati, Persepsi Mahasiswa Terhadap Sistem Ujian 'Buka Buku': Studi Pada Program Pascasarjana
Wilen, W., Hutchinson, J., & Ishler, M. 2008. Dynamics of Effective Secondary Teaching . (6th ed.). Boston, MA: Pearson. Williams, J.B. 2006. The Place of the Closed Book, Invigilated Final Examination in a Knowledge Economy. Educational Media International,
43, (2) him. 107-119
c
Williams, J. B., & Wong, A. 2009. The Efficacy of Final Examinations: A Comparative Study of Closed-Book, Invigilated Exams and Open-Book Open-Web exams. British Journal of Educational Technology, 40(2) 227-236. doi: 10.1111/j.1467-8535.2008.00929.x
18
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 1, April 2016
Jumal Pe