1 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
PERSEPSI IKLAN POLITIK PADA PEMILIH PEMULA (Studi Deskriptif Kualitatif Persepsi Pemilih Pemula Terhadap Iklan Politik Kampanye Pasangan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden Pada Pemilu 2009 di Media Televisi)
Oleh: Diajeng Triastari D0203056
SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Komunikasi
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 commit to user
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
PERSETUJUAN
Skripsi ini disetujui/dipertahankan di depan Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Surakarta, 24 Januari 2011 Pembimbing
Drs. Alexius Ibnu M., M.SI. NIP. 19511707198303101
commit to user
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
PENGESAHAN
Skripsi ini telah diuji dan disahkan oleh Panitia Ujian Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Hari
:
Tanggal
:
Panitia Ujian Skripsi 1. Ketua
: Drs. Surisno Satrio Utomo, M.Si
(………………) NIP. 19500926 198503 1 001
2. Sekretaris
: Tanti Hermawati, S.Sos, M.Si
(………………) NIP. 19690207 199512 2 001
3. Penguji
: Drs. Alexius Ibnu Muridjal, M. Si
(………………) NIP. 19510717 198303 1 001
Mengetahui Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Drs. H. Supriyadi, SN, S. U. commit to user 1 001 NIP. 19530128 198103
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
MOTTO
If There Is A Will, There Is A Way..
commit to user
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala ketundukan dan pengabdian tertinggi hanya kepada Alloh SWT. Saya bersyukur kepada-Nya karena masih diberikan berbagai nikmat. Salah satu wujud nikmat yang diberikan pada saya adalah selesainya penyusunan skripsi ini. Saya sangat berharap mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang menghendaki kebenaran. Dalam proses penyusunan ini saya telah dibantu oleh beberapa orang dan lembaga. Untuk itu saya ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah berjasa membantu peneliti dalam menyusun skripsi ini. Pihak-pihak tersebut antara lain : 1. Drs. Supriyadi SN, SU, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret. 2. Dra. Prahastiwi Utari, M. Si, Ph D, selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret 3. Drs. Alexius Ibnu M., M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah membantu mengarahkan peneliti pada logika keilmuan, kaedah penelitian dan kaedah penulisan ilmiah. 4. Semua dosen Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNS, terima kasih atas ilmau dan pengetahuan yang diberikan. 5. Semua rekan-rekan yang bersedia berpartisipasi menjadi responden. 6. Keluarga dan sahabat yang selalu memberikan dukungan. commit to user
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
7. Seluruh rekan-rekan Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNS, terutama angkatan 2003. 8. Seluruh karyawan dan karyawati Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNS yang telah membantu dalam melengkapi administrasi. 9. Semua pihak yang ikut membantu penulis namun tidak harus tertulis di sini melainkan dalam ingatan. Terima kasih.
Surakarta, 24 Januari 2011 Penulis,
Diajeng Triastari
commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i LEMBAR PERSETUJUAN ...................................................................................ii LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................iii MOTTO..................................................................................................................iv KATA PENGANTAR.............................................................................................v PERSEMBAHAN ..................................................................................................vi DAFTAR ISI .........................................................................................................vii DAFTAR TABEL...................................................................................................ix ABSTRAK ..............................................................................................................x BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG............................................................................... 1 B. RUMUSAN MASALAH............................................................................8 C. TUJUAN PENELITIAN.............................................................................8 D. MANFAAT PENELITIAN.........................................................................8 E. KERANGKA PEMIKIRAN DAN KAJIAN PUSTAKA 1.
Komunikasi ......................................................................................11
2.
Komunikasi Politik ..........................................................................15
3.
Televisi Sebagai Media Massa dan Pengaruhnya.............................18
4.
Iklan Politik Televisi.........................................................................20
5.
Persepsi.............................................................................................24
6.
commit to user Pemilih..............................................................................................29
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
F. METODOLOGI PENELITIAN 1.
Jenis Penelitian.................................................................................30
2.
Lokasi Penelitian..............................................................................31
3.
Sumber dan Jenis Data.....................................................................32
4.
Teknik Pengumpulan Data ..............................................................32
5.
Analisa Data ....................................................................................34
BAB II PROFIL CALON PRESIDEN - WAKIL PRESIDEN, DAN DESKRIPSI KOTA SURAKARTA. A. Profil Megawati Soekarnoputri – Prabowo Subianto (Mega-Pro)...........37 B. Profil Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono (SBY-Boediono) .....48 C. Profil Pasangan Jusuf Kalla Dan Wiranto (JK-WIN)..............................59 D. Deskripsi Kota Surakarta.........................................................................71 BAB III PENYAJIAN DATA A. Kategorisasi Penyampaian Pesan Iklan Politik di Televisi Tiap Kandidat Pemilu 2009.............................................................................................74 B. Deskripsi Responden...............................................................................79 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Persepsi Pemilih Pemula Terhadap Tiap Iklan Politik Capres dan Cawapres Pemilu 2009..............................................................................88 1. Iklan Politik Mega-Prabowo ( Iklan Negatif Bersifat Menyerang)..91 2. Iklan Politik Televisi Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono (Iklan Positif Pembentukan Citra)....................................................98 commit to user
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Iklan Jusuf Kalla dan Wiranto (Iklan Positif Testimonial Kepositifan Kandidat)........................................................................................ 105 B. Persepsi Pemilih Pemula Mengenai Pengaruh Iklan Politik....................108 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .............................................................................................115 B. Saran........................................................................................................116 DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................106 LAMPIRAN-LAMPIRAN
commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Persepsi Terhadap Iklan Politik Capres dan Cawapres Pemilu 2009......90 Tabel 2. Pengaruh Iklan Politik............................................................................110
commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ABSTRAK
Diajeng Triastari, D0203056, Persepsi Iklan Politik Pada Pemilih Pemula (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Persepsi Pemilih Pemula Terhadap Iklan Politik Kampanye Pasangan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden Pada Pemilu 2009 di Media Televisi)
Kampanye politik di Indonesia telah berkembang seiring dengan bertambah majunya teknologi dan perubahan sistem pemilihan secara langsung. Sistem pemilihan langsung (Pemilu) membuat persaingan antar kandidat politik semakin ketat. Pengerahan massa yang biasa menjadi agenda dalam berkampanye, sekarang berkembang dengan perang iklan politik pun marak terlihat di media televisi selama masa kampanye berlangsung. Partai, calon legislatif, calon presiden-wakil presiden atau pun kepala daerah kini mengandalkan pemuatan iklan di televisi. Iklan politik di media televisi dianggap sebagai sarana yang efektif untuk meraup suara masyarakat. Fenomena iklan politik di media televisi Indonesia berawal pada pemilu tahun 1999. Berbeda dengan iklan politik di Amerika, dimana iklan yang menyerang lawan politik (negatif) sudah menjadi hal biasa, iklan-iklan politik di Indonesia berisi konten-konten yang santun (positif). Hal ini erat kaitannya dengan kultur masyarakat Indonesia yang bersifat santun, membicarakan tentang keburukan orang lain merupakan hal yang tabu. Namun seiring ketatnya persaingan, pada pemilu calon presiden-wakil presiden tahun 2009, mulai muncul adanya iklan politik yang bersifat menyerang lawan politik lain. Dengan latar belakang permasalahan tersebut, peneliti bermaksud mencari tahu bagaimana persepsi masyarakat di kota Surakarta khususnya pemilih pemula terhadap iklan politik. Iklan politik yang dibahas disini adalah iklan politik yang bersifat positif dan negatif. Dari tiga kandidat pasangan calon presiden-wakil presiden Pemilu 2009, peneliti mengambil iklan Megawati-Prabowo (iklan negatif) versi “Pro Keluarga Pro Rakyat”, iklan SBY-Boediono (iklan positif) Versi “Dari Rakyat Untuk Rakyat”, iklan JK-Wiranto (Iklan Positif) versi “Kepositifan JK”. Teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakan teknik wawancara (interview). Berdasarkan analisis data wawancara, diperoleh simpulan bahwa persepsi mengenai iklan politik yang dimiliki pemilih pemula bervariasi. Kecenderungan persepsi pemilih pemula melihat dari visi misi dan latar belakang figur kandidat. Dalam perkembangan jenis iklan politik yang ada pada pemilu 2009 yaitu munculnya iklan negatif (bersifat menyerang lawan politik), ditemukan pula kecenderungan bahwa iklan negatif membuat persepsi pemilih pemula menjadi lebih rasional dibandingkan dengan iklan positif. Aspek-aspek latar belakang track record kinerja kandidat lebih dikedepankan dan tidak hanya menerima secara pasif kelebihan-kelebihan kandidat seperti yang biasa disodorkan oleh iklan positif. commit to user
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ABSTRACT
Diajeng Triastari, D0203056, Young Voter Perception of Political Ads (Young Voters Perceptions Toward Political Ad Campaign of President and VicePresidential Candidates In the 2009 elections in the Media Television: A Descriptive Qualitative Study)
Political campaingn in Indonesia has grown along with the increasing of technology and changes in the electoral system. With the direct system of election, competition among political candidates is getting tighter. Deployment of the masses that usually seen on the campaign, now grown with wars of political ads on the television during the campaign period lasted. Parties, legislative candidates, presidential-vicepresidential candidate, or even head area now rely on television advertising. Political advertising on television is considered as an effective means to collect the public vote. The phenomenon of political advertising in Indonesian television began in the 1999 election. Unlike political ads in America, where political ads that attack the opponent (negative) have become commonplace, the political ads in Indonesia has a polite content (postive). This is closely related to the culture of Indonesian people, it is a taboo to talk about others negative things. But within the tense competition, the late elections in presidential-vice presidential candidate in 2009, began to show the existence of political ads that are attacking other political opponents (negative ads). In this case, the researcher would like to find out the young voter’s perception about political ads at Surakarta. The type of political ads that discussed in here are negative and positive ads. From the three candidates of president-vice president of 2009 election, researcher took Megawati-Prabowo’s negative ads “Pro Keluarga Pro Rakyat”, SBY-Boediono’s positive ads “Dari Rakyat Untuk Rakyat”, and JK-Wiranto positive ads “Kepositifan JK” as the object of the research. The data collection technique of this research was interview. Based on the analysis of interviewed data, this research concluded that the perception of political advertising that voters have varied. The tendency of the voter’s perception shows that the vision of the candidate in the future and the candidate figure’s are an important point of view. It also found that negative ads have the tendency of making young voters perception became more rational. From negative ads, they considering the candidate’s background and track record while they making their opinion. Unlike when they saw the positive ads, they tend to just accepting the mindset of the ads.
commit to user
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pasca jatuhnya pemerintahan orde baru pada pertengahan 1998 bermunculan banyak partai politik baru, masa itu sering disebut sebagai era multipartai. Ini merupakan hasil dari terbukanya keran kebebasan untuk menyampaikan pendapat maupun berorganisasi politik bagi rakyat Indonesia. Masyarakat yang pada masa orde baru terbatasi ruang ekspresi politiknya mengekspresikan euforianya dengan berbondong-bondong mendirikan partai politik dengan berbagai asas dan ideologi yang diusung. Tercatat, terdapat puluhan partai politik yang dinyatakan lolos verifikasi KPU dan berhak mengikuti Pemilu: 48 parpol pada Pemilu 1999, 24 parpol pada Pemilu 2004, dan 43 parpol pada Pemilu 2009 ditambah dengan 5 parpol lokal Aceh. Berbagai macam bentuk komunikasi politik (kampanye) dilakukan oleh parpol-parpol demi mendapatkan suara dari para pemilih. Dari rapat umum, dialog interaktif, penyebaran kepada umum dan/atau penempelan di tempat umum berupa bahan kampanye berupa selebaran, stiker, topi, barang-barang cinderamata buku, korek api, makanan atau minuman kemasan dengan logo, gambar dan atau slogan peserta pemilihan umum, hingga peliputan berita media massa cetak dan elektronik. Semenjak Pemilu 1999, 2004 dan 2009 ada perubahan menarik berhubungan dengan aspek komunikasi politik (kampanye) oleh partai politik, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
14 digilib.uns.ac.id
yaitu kampanye yang lebih banyak menonjolkan individu calon dari partai politik tersebut melalui media massa. Perkembangan baru dalam proses Pemilihan Umum dan berdirinya banyak partai politik di Indonesia telah mendorong kompetisi yang semakin tajam. Pemilih yang sebelumnya hanya perlu memilih partai politik saja, sekarang harus memilih sendiri individu calon legislatif pusat dan daerah, anggota DPD serta pemilihan presiden-wakil presiden pilihan mereka. Ada satu saran yang diucapkan oleh politisi kawakan dari Amerika dalam hal terjun ke bidang politik, yaitu get known first, before you go politics. Karena dengan dikenal oleh masyarakat, kemungkinan untuk memperoleh suara tentu akan lebih terjamin. Pemasangan iklan politik pada media massa khususnya televisi adalah salah satu cara yang mudah untuk memperkenalkan diri pada masyarakat. Iklan televisi memiliki cakupan, jangkauan dan repetisi yang tinggi yang dapat menampilkan pesan multimedia (suara, gambar, dan animasi) yang dapat mempertajam ingatan (Suyanto, 2005: 5). Kampanye dengan media massa tidak lah murah. Pemilihan Presiden Amerika 2008 tercatat menghabiskan biaya iklan paling besar dalam sejarah Amerika: 43 persen lebih besar dibandingkan iklan politik 2004. Diperkirakan seluruh kontestan, secara kumulatif, telah menghabiskan dana sebesar US$ 4,5 miliar untuk kampanye politik. Media televisi adalah media yang paling laris digunakan. Sekitar 51,3 persen dari total biaya iklan disedot oleh televisi. Demikian data yang dirilis oleh PQ Media dari Stamford, Connecticut. Sedangkan di Indonesia, Dewan Pers memperkirakan, pendapatan iklan kampanye pemilihan presiden yang diterima media massa nasional, hingga minggu ketiga Juni, sudah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
15 digilib.uns.ac.id
mencapai Rp 3 triliun. "Hitungan kasar omzet iklan sudah mencapai Rp 3 triliun merupakan penerimaan media elektronik seperti televisi dan media cetak nasional," kata Wakil Ketua Dewan Pers Leo Batubara di Jakarta Di masa demokrasi modern sekarang ini, meski menyebabkan biaya berkampanye menjadi sangat mahal, pelaku politik rela memasang iklan politik di media massa karena dianggap sebagai strategi yang paling efektif. Denny J.A (2009: 3), selaku direktur Lingkar Survey Indonesia (LSI), sebuah lembaga yang menjadi konsultan marketing politik kandidat dari berbagai pemilihan langsung para pejabat publik, mulai dari presiden, gubernur hingga bupati di Indonesia, memiliki pendapat mengenai gejala tren kampanye masa kini, yaitu : Pertama, demokrasi meletakkan kekuasaan di tangan rakyat, bukan pada segelintir elite. Oleh karena itu, untuk mendapatkan kekuasaan, setiap politisi harus menemui rakyat. Semakin banyak rakyat yang harus dijangkau dan diyakinkan, akan semakin mahal biaya yang harus dikeluarkan. Kedua, media televisi sudah berkembang sedemikian rupa dan menjangkau hampir setiap rumah tangga warga negara. Dengan demikian, iklan politik di televisi menjadi sangat efektif sebagai cara untuk menjangkau rakyat pemilih. Bagi para pengelola televisi, iklan-iklan politik para kandidat itu kemudian diperlakukan sama dengan iklan-iklan komersial yang hitungan bayarannya dihitung berdasarkan durasi yang dipakai dan waktu tayang. Ketiga, di dalam demokrasi, hanya model persuasif yang diizinkan digunakan untuk menjaring pemilih dan bukan model intimidasi serta pemaksaan kehendak. Untuk bisa terpilih, seorang kandidat sangat tergantung pada strategi persuasif yang sangat canggih. Pada akhirnya, commit to user
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dilibatkanlah para konsultan untuk merumuskan strategi persuasif yang akan dijalankan, mulai dari ahli marketing, ideolog, penulis pidato, ahli statistik sampai perancang busana. Dan honor para konsultan ini juga sangat mahal. Salah satu strategi taktik kampanye yang banyak dijalankan beberapa tahun terakhir ini adalah taktik deliberate priming (Farrel, Kolodny, Medvic, 2001). Dalam taktik ini, para konsultan atau electioneer pada intinya melakukan tiga hal utama. Pertama, menentukan isu-isu yang dinilai penting oleh segmen pemilih (biasanya berdasar jajak pendapat). Kedua, membuat analisis penentuan isu yang paling menguntungkan individu kontestan dan mengabaikan isu-isu persoalan lain (meskipun dalam platform partai itu merupakan isu sentral). Ketiga, merekayasa citra kontestan sesuai isu persoalan yang dipilih, merancang pesan dan simbol yang diperlukan, serta merencanakan pemanfaatan media, semuanya diusahakan agar calon pemilih terfokus pada isu yang telah dilekatkan pada kontestan. Penjelasan lebih mudahnya, dalam menjalankan taktik kampanye pada iklan politik televisi, kandidat atau partai politik melalui konsultannya lah yang memutuskan bagaimana pesan multimedia atau bagaimana mereka ingin ditampilkan di hadapan pemilih. Lihat saja contoh iklan politik partai Demokrat yang mencalonkan kembali SBY sebagai presiden 2009-2014 versi kampus 31, mereka menyampaikan pesan politik berupa kinerja kepemerintahan SBY secara indeksial. Data-data mengenai keberhasilan program pemerintahan SBY disampaikan secara gamblang, melalui icon, tanpa kisah, tanpa dramatisasi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
17 digilib.uns.ac.id
Di pihak lain, iklan politik partai Gerindra menggunakan strategi menyampaikan isu dengan narasi simbolik yang dibacakan oleh Prabowo Subianto sendiri selaku ketua partai yang juga dicalonkan sebagai presiden 20092014. Dengan gambaran sebuah kapal nelayan menabrak ombak dengan layar berlogo burung garuda kuning; seorang anak membaca buku di tengah ladang lalu menatap langit dengan harap; para pedagang pasar bekerja dengan semangat; sebuah suara pelan wanita lalu meninggi mengatakan ”Gerindra… Gerindra… Gerindra” mengiringi para petani yang sedang bekerja merupakan bagian adegan yang dapat ditemukan dalam seri iklan politik Gerindra. Iklan politik mempunyai tanda berbentuk bahasa verbal dan visual, merujuk pada teks iklan politik dan penyajian visualnya (simbol) yang berfungsi mendukung peran teks iklan politik. Narasi simbolik Gerindra bermain dengan ranah emosi. Sedangkan iklan Demokrat fakta-fakta dengan data. Peter Bynum (1992), konsultan politik dari Partai Demokrat di AS, mengatakan, iklan politik yang bernarasi dengan emosionalitas lebih menarik ketimbang fakta yang disajikan secara gamblang. Survei LSI sejalan dengan pernyataan Bynum. Data survei periode November 2008 menunjukkan, tingkat awareness publik terhadap iklan Gerindra (62 persen) lebih tinggi dibandingkan PD (61 persen). Dari sisi ingatan publik terhadap iklan politik, Gerindra (51 persen) juga lebih unggul dari PD (42 persen)—menurut survei LSI Oktober 2008. (Faisal, Kompas 4 Februari 2009). Anthony Downs (1957), penggagas rational choice theory, menyatakan, pilihan politik masyarakat tak selalu ditentukan banyaknya informasi yang mereka commit to user
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
miliki tentang kandidat, tetapi juga dipengaruhi kapasitas masyarakat untuk mengolah informasi itu (contextual knowledge). Mayoritas masyarakat Indonesia sendiri belum memiliki contextual knowledge yang baik tentang politik. Alhasil, informasi politik yang gamblang belum tentu bisa dicerna oleh publik. Pada Pemilihan Umum tahun 2009 di Indonesia, tiga pasangan kandidat bertarung untuk memperoleh posisi presiden dan wakil presiden periode 20092014.
Tiap
pasangan
turut
berlomba-lomba
mengkampanyekan
diri
menyampaikan pesan-pesan politik melalui iklan di televisi. Komunikasi politik yang mereka lakukan kepada pemilih, bagaimana pemilih menerima pesan politik yang disampaikan pada iklan-iklan tersebut, penting untuk dikaji. Tujuan iklan adalah mempersuasi penonton, persuasi dalam iklan politik televisi bertujuan agar penonton memilih peserta politik sebegai pemenang suatu pemilihan tertentu. Kesuksesan iklan politik tentunya harus didukung oleh tampilan visual dan konten yang menarik. Berbagai iklan politik dengan tampilan visual yang berbeda-beda dari peserta politik menimbulkan berbagai persepsi yang berbeda pula pada tiap individu yang menonton. Bahkan iklan dengan tampilan visual yang sama, belum tentu dipersepsi sama antara satu individu dengan individu lain. Di dalam proses persepsi, individu dituntut untuk memberikan penilaian terhadap suatu obyek yang dapat bersifat positif/negatif, senang atau tidak senang dan sebagainya. Dengan adanya persepsi maka akan terbentuk sikap, yaitu suatu kecenderungan yang stabil untuk berlaku atau bertindak secara tertentu di dalam situasi yang tertentu pula (Polak, 1976). Istilah persepsi adalah suatu proses aktivitas seseorang dalam memberikan kesan, penilaian, pendapat, merasakan dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
19 digilib.uns.ac.id
menginterpretasikan sesuatu berdasarkan informasi yang ditampilkan dari sumber lain (yang dipersepsi). Persepsi yang terjadi pada individu bisa berbeda antara satu sama lain karena berbagi faktor seperti latar belakang, tingkat pendidikan dan lain sebagainya. Dengan maraknya iklan politik di televisi sebagai strategi kampanye politik, peneliti kemudian tertarik untuk meneliti tentang persepsi pemilih terhadap tampilan visual iklan kampanye politik di televisi calon presiden dan wakil presiden pada pemilu 2009. Dikatakan sebelumnya mayoritas masyarakat Indonesia belum sepenuhnya memiliki kemampuan untuk mencerna informasi politik. Dan penelitian ini akan mengkhususkan pada pemilih pemula yang umumnya memiliki usia 17-22 tahun. Berdasarkan proyeksi dari data populasi penduduk Badan Pusat Statistik tahun 2005, jumlah penduduk muda (usia di bawah 40 tahun) sekitar 95,7 juta jiwa pada tahun 2009. Dan suara kelompok pemilih pemula (usia 17-22 tahun) mencakup 36 juta suara atau sekitar 19 persen dari jumlah penduduk kategori pemilih. Potensi suara pemilih pemula patut dipertimbangkan untuk dibidik oleh para kandidat pada Pemilu 2009. Alasan mengapa peneliti memilih pemilih pemula karena kelompok pemilih pemula umumnya belum memiliki pengalaman politik yang cukup dan keterikatan terhadap partai politik tertentu yang kemudian membuka peluang yang sangat besar untuk dirangkul kandidat mana pun. Selain itu, penelitian menemukan bahwa pemilih yang memiliki ketertarikan dan keterlibatan yang kurang terhadap kampanye politik, telah menjadikan iklan politik sebagai sumber informasi mereka tentang kandidat (Kaid dan Holtz, 2008). Hasil penelitian ini commit to user
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
diharapkan dapat menjadi pengetahuan ilmiah yang bersifat awal yang dapat dikonfirmasi atau diintegrasikan ke dalam penelitian lain demi kesimpulan yang lebih valid.
B. Perumusan Masalah Bagaimana Persepsi Pemilih Pemula Terhadap Iklan Politik Kampanye Pasangan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden Pada Pemilu 2009 di Media Televisi?
C. Tujuan Penelitian Untuk Mengetahui Bagaimana Persepsi Pemilih Pemula Terhadap Iklan Politik Kampanye Pasangan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden Pada Pemilu 2009 di Media Televisi.
D. Manfaat Penelitian 1. Tercapainya tujuan penelitian diatas akan memberikan penjelasan tambahan mengenai fenomena iklan politik dan pengaruhnya terhadap persepsi masyarakat. 2. Penelitian ini akan memperkaya kajian ilmu komunikasi dalam tataran studi khalayak.
commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
E. Kerangka pemikiran dan Kajian Pustaka Keuntungan utama memasang iklan politik melalui televisi adalah kemampuannya dalam membangun citra kepada masyarakat luas. Sebagaimana iklan umumnya, iklan politik bertujuan menciptakan citra serba positif tentang apa yang akan dipasarkan kepada konsumen, dalam hal ini yang ditawarkan adalah kandidat politik kepada rakyat pemilih. Dengan asumsi bahwa melalui pencitraan yang baik, pemilih akan terpikat dan tertarik untuk memilih mereka. Di era perpolitikan modern dimana memasang iklan politik di media massa telah dianggap sebagai suatu strategi yang efektif, sang calon “menjual” dirinya kepada publik agar publik mengenal siapa sosok dirinya. Iklan politik juga bertujuan agar rakyat mengetahui dan mempercayai visi dan misi kandidat dalam memajukan negara. Tiga pasangan calon presiden dan wakil presiden yang bertanding pada pemilu 2009 adalah pasangan Megawati-prabowo, SBY-Boediono dan JKWiranto. Selama masa kampanye, mereka berlomba-lomba mempromosikan diri mereka kepada masyarakat khususnya calon pemilih melalui iklan politik di televisi. Kampanye politik megawati-prabowo mengangkat tema tentang ekonomi kerakyatan, tampilan visual iklan politik mereka cenderung tertuju pada golongan masyarakat menengah ke bawah dan menyerang lawan politik yang sedang memimpin
pemerintahan.
SBY-Boediono
mengambil
tema
tentang
kepemerintahan yang bersih, mereka condong memvisualisasikan citra diri yang positif pada iklan politik mereka. Sedangkan JK-Wiranto lebih banyak commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
22 digilib.uns.ac.id
memberikan informasi tentang visi dan misi ke depan dengan tema kemandirian ekonomi. Upaya yang mereka lakukan merupakan bentuk komunikasi sebagaimana diungkapkan oleh Laswell, bahwa komunikasi manusia ialah komunikasi yang mengisyaratkan penyampaian pesan searah dari seseorang (atau suatu lembaga) kepada seseorang (sekelompok orang) baik secara langsung maupun melalui media seperti surat kabar , majalah, radio. Laswell juga menyebutkan, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek. Bentuk komunikasi melalui iklan politik di media televisi salah satu cara tercepat dalam memperkenalkan kandidat kepada masyarakat. Televisi merupakan media yang paling luas dan cepat penyebarannya. Dalam penyajiannya, iklan televisi memiliki unsur gambar, gerak dan suara yang dipadukan menjadi satu. Kesatuan tersebut begitu tersampaikan kapada masyarakat tentu akan menimbulkan sebuah persepsi. Persepsi merupakan proses psikologis dalam penerimaan dan pemaknaan pesan. Dalam konteks komunikasi massa, persepsi menentukan pemahaman khalayak terhadap pesan-pesan media massa, termasuk iklan kampanye politik yang disiarkan melalui televisi. Pemahaman ini dapat dipengaruhi oleh banyak faktor yang pada gilirannya dapat mempengaruhi keyakinan-keyakinan, pendapat dan sikap-sikap si pemilih terhadap kandidat. Pemilih khususnya pemilih pemula merupakan target yang dapat dirangkul oleh kandidat mana pun karena pengalaman politiknya yang masih minim. commit to user
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pemilih pemula adalah pemilih yang baru pertama kali memiliki hak untuk berpartisipasi dalam suatu Pemilihan Umum. Kurangnya pengalaman mereka dalam partisipasi politik diyakini menjadikan iklan politik sebagai sumber informasi yang paling mudah untuk mereka terima. Dari hasil pemikiran diatas, penelitian ini akan mengkaji tentang bagaimana persepsi pemilih pemula di kota surakarta terhadap iklan politik kampanye pasangan calon presiden dan calon wakil presiden pada pemilu 2009 di media televisi. Menggali persepsi pemilih pemula terhadap satu iklan politik yang sama dari masing-masing pasangan kandidat. Namun sebelumnya berikut kajian pustaka yang akan digunakan dalam penelitian :
1. Komunikasi Istilah komunikasi berasal dari perkataan latin communis yang berarti membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Komunikasi juga berasal dari akar kata dalam bahasa latin Communicare yang mempunyai arti berpartisipasi atau memberitahukan. Komunikasi menurut Lexicographer (ahli kamus bahasa), menunjuk pada suatu upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan. Manusia
sebagai
pribadi
maupun
makhluk
sosial
akan
saling
berkomunikasi dan mempengaruhi satu sama lain dalam hubungan yang beraneka ragam dengan cara dan gaya yang berbeda pula. Carl I Hoveland (Sumarno, 1989: 7), seorang ahli ilmu jiwa pada yale university, membuat sebuah pengertian mengenai komunikasi sebagai berikut commit to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
“ Communication is the process by which an individual transmit stimuli (usually verbal symbols) to modify the behavior of another individuals”. Dalam definisi ini tampak bahwa komunikasi itu sebagai suatu proses menstimulasi dari seorang individu terhadap individu lain dengan menggunakan lambang-lambang yang berarti (biasanya dengan lambang bahasa) untuk mengubah tingkah laku. Menurut Onong Uchyana Effendy (Effendy, 1992: 5), definisi komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau mengubah sikap, pendapat atau perilaku, baik langsung secara lisan maupun tidak langsung melalui media. Melalui
definisi
tersebut
tersimpul
tujuan
komunikasi
yaitu
memberitahukan atau mengubah sikap (attitude), pendapat (opinion) atau perilaku (behaviour). Dengan kata lain, dari komunikasi yang dilakukan tersebut diharapkan terjadi tanggapan berupa efek yang akan terjadi. Sebuah definisi singkat dibuat oleh Harold D. Lasswell (Cangara, 2007: 19) bahwa cara yang tepat untuk menerangkan suatu tindakan komunikasi ialah menjawab pertanyaan
“Siapa yang menyampaikan, apa yang disampaikan,
melalui saluran apa, kepada siapa dan apa pengaruhnya”. Dari skema di bawah, dapat dilihat bahwa komunikasi merupakan suatu proses yang berawal dari adanya pesan yang disampaikan oleh sumber melalui saluran (media/channel) yang diarahkan kepada penerima dengan harapan mendapatkan suatu efek yang sesuai dengan keinginan sang sumber. commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berikut model komunikasi yang dikemukakan oleh Laswell tersebut :
WHO
SAYS WHAT
IN WHICH
TO WHOM
(I)
( II )
CHANNEL
( IV )
WITH WHAT EFFECT (V)
( I ) : Sumber sering disebut juga sebagai pengirim, penyandi, komunikator, atau pembicara. ( II ) : apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima pesan merupakan seperangkat simbol verbal dan non verbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan. ( III ) : saluran atau media yaitu alat atau wahana yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesannya kepada penerima saluran boleh jadi pesan yang disampaikan dalam bentuk saluran verbal atau saluran non verbal. ( IV ) : penerima sering juga disebut sebagai sasaran atau tujuan. ( V ) : efek yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah dia menerima pesan tersebut. Adapun karakteristik dari komunikasi itu sendiri adalah (Fajar, 2009: 3334) : a. Komunikasi suatu proses Komunikasi sebagai proses artinya bahwa komunikasi merupakan commit to useryang terjadi secara berurutan serta serangkaian tindakan atau peristiwa
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berkaitan satu sama lainnya dalam kurun waktu tertentu. Proses komunikasi melibatkan banyak faktor atau unsur. Faktor atau unsur yang dimaksud antara lain dapat mencakup pelaku atau peserta, pesan (meliputi bentuk isi, dan cara penyampaiannya), saluran atau alat yang dipergunakan untuk menyampaikan pesan, waktu, tempat, hasil atau akibat yang terjadi. b. Komunikasi adalah upaya yang disengaja atau mempunyai tujuan Komunikasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar, disengaja serta sesuai dengan tujuan atau keinginan dari pelakunya. Pengertian sadar disini menunjukkan bahwa kegiatan komunikasi yang dilakukan seseorang sepenuhnya berada dalam kondisi mental psikologis yang terkendalikan bukan dalam keadaan mimpi. Disengaja maksudnya bahwa komunikasi yang dilakukan memang sesuai dengan kemauan dari pelakunya sementara tujuan menunjuk pada hasil atau akibat yang ingin dicapai. c. Komunikasi menurut adanya partisipasi dan kerjasama dari para pelaku yang terlibat Kegiatan komunikasi akan berlangsung dengan baik bila pihakpihak yang berkomunikasi (dua orang atau lebih) sama-sama ikut terlibat dan sama-sama memiliki perhatian yang sama terhadap topik pesan yang dikomunikasikan. d. Komunikasi bersifat simbolis commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
27 digilib.uns.ac.id
Komunikasi pada dasarnya merupakan tindakan yang dilakukan dengan menggunakan lambang-lambang, misal: bahasa. e. Komunikasi bersifat transaksional Komunikasi pada dasarnya menuntut dua tindakan: memberi dan menerima. Dua tindakan tersebut tentunya perlu dilakukan secara seimbang atau proporsional oleh masing-masing pelaku yang terlibat dalam komunikasi. f. Komunikasi menembus faktor ruang dan waktu Komunikasi menembus faktor ruang dan waktu maksudnya bahwa para peserta atau pelaku yang terlibat dalam komunikasi tidak harus hadir pada waktu serta tempat yang sama. Dengan adanya berbagai produk teknologi komunikasi seperti telepon, faksimili, teleks dan lainlain, kedua faktor tersebut (waktu dan ruang) bukan lagi menjadi persoalan dan hambatan dalam berkomunikasi.
2. Komunikasi Politik Untuk memahami “komunikasi politik”, harus diperhatikan terlebih dahulu pengertian-pengertian yang terkandung di dalam kedua perkataan tersebut, yaitu “komunikasi” dan “politik”. Banyak aspek kehidupan politik dapat dilukiskan sebagai komunikasi. Politik, seperti komunikasi adalah proses; dan seperti komunikasi, politik melibatkan pembicaraan. Seperti yang dikatakan oleh ilmuwan politik Mark Roelofs bahwa politik adalah pembicaraan; atau lebih tepat, kegiatan politik (berpolitik) adalah berbicara. Ia menekankan bahwa politik tidak commit to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
hanya pembicaraan, juga tidak semua pembicaraan adalah politik. Akan tetapi, hakikat pengalaman politik, dan bukan hanya kondisi dasarnya, ialah bahwa ia adalah kegiatan berkomunikasi antara orang-orang (Nimmo, 1993: 8). Politik berasal dari kata “polis” yang berarti “negara kota”, yaitu secara totalitas merupakan kesatuan antara Negara (kota) dan masyarakatnya. Kemudian kata ‘polis’ ini berkembang menjadi ‘politikos’ yang artinya kewarganegaraan. Dari kata ‘politikos’ menjadi ‘politera’ yang berarti hak-hak kewarganegaraan. Dengan ini pengertian politik menjadi lebih luas, yaitu pelaksanaan hak-hak warga negara dalam turut serta dan berperan dalam turut serta dan berperan dalam mengambil bagian pada pemerintahan (Sumarno, 1989: 8). Apabila definisi komunikasi dan definisi politik tersebut kita kaitkan dengan komunikasi politik, maka akan terdapat suatu rumusan sebagai berikut: “Komunikasi
politik
adalah
komunikasi
yang
diarahkan
kepada
pencapaian suatu pengaruh sedemikian rupa, sehingga masalah yang dibahas oleh jenis kegiatan komunikasi ini, dapat mengikat semua warganya melalui suatu sanksi yang ditentukan bersama oleh lembaga-lembaga politik” (Sumarno, 1989: 9). Sedangkan bila dilihat dari tujuan politik an sich, maka hakikat komunikasi politik adalah upaya kelompok manusia yang mempunyai orientasi, pemikiran politik atau ideologi tertentu dalam rangka menguasai dan atau memperoleh kekuasaan, demi mewujudkan tujuan pemikiran politik atau ideologi sebagaimana yang mereka harapkan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
29 digilib.uns.ac.id
Pengertian komunikasi politik selain dikaji dengan memilah-milah setiap komponen yang terlibat, juga harus ditelaah dengan melihat kaitan antara komponen yang satu dengan komponen yang lain secara fungsional, dimana terdapat tujuan yang jelas yang akan dicapai. Sanders dan Kaid dalam karyannya, berjudul “Political Communication, Theory and Research: An Overview 19761977”, mengatakan bahwa komunikasi politik harus intentionally persuasive, dalam artian sengaja dibuat sedemikian rupa agar dapat meyakinkan khalayak. Faktor tujuan dalam komunikasi politik itu, jelas tampak pula pada definisi yang disampaikan oleh Lord Windlesham dalam karyanya, What Is Political Communication. Bunyinya sebagai berikut: “Political communication is the deliberate passing of political message by a sender to a receiver with the intention of making the receiver behave in a way that might not otherwise have done.” (Komunikasi politik adalah suatu penyampaian pesan politik yang secara sengaja dilakukan oleh komunikator kepada komunikan dengan tujuan membuat komunikan berperilaku tertentu.) Dijelaskan lebih lanjut oleh Windlesham bahwa, sebelum suatu pesan politik dapat dikonstruksikan untuk disampaikan kepada komunikan dengan tujuan mempengaruhinya, di situ harus terdapat keputusan politik yang harus dirumuskan berdasarkan berbagai pertimbangan. Jika sanders dank aid serta windlesham menekankan pengertian komunikasi politik pada tujuan, ahli komunikasi lain seperti Dan Nimmo dalam bukunya, political communication and public opinion in America – menekannya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
30 digilib.uns.ac.id
pada efek yang muncul pada komunikan sebagai akibat dari penyampaian suatu pesan. Makna tujuan pada definisi sanders dan Kaid serta windlesham, dan efek pada pendapat Dan Nimmo, pada hakikatnya sama; jika ditelaah perbedaannya hanyalah pada keterlekatan pada komponennya; tujuan melekat pada komponen komunikator dan efek pada komponen komunikan. Menurut kadarnya efek komunikasi terdiri dari tiga jenis, yakni efek kognitif, efek afektif dan efek behavioral. Efek kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau dipersepsi oleh khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, ketrampilan, kepercayaan, atau informasi. Efek afektif timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci oleh khalayak. Efek ini ada hubungannya dengan emosi, sikap, atau nilai. Efek behavioral merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati; yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berperilaku (Rakhmat, 2002: 219). Nimmo menggunakan formula Lasswell dalam menjelaskan luas lingkup komunikasi politik, yaitu komunikator politik, pesan-pesan politik, media komunikasi politik, khalayak politik dan efek politik. Berdasarkan ruang lingkup itu, terlihat bahwa suratkabar, televisi dan saluran massa lainnya tercakup dalam kajian media komunikasi politik.
3. Televisi Sebagai Media Massa Dan Pengaruhnya Media massa, terutama suratkabar, majalah, radio, dan televisi pada umumnya diyakini merupakan bagian yang vital dalam sistem politik demokrasi. commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dimana dalam era keterbukaan ini, media massa memainkan peran-peran yang penting, seperti memberikan informasi kepada khalayak mengenai berbagai isu penting, menyediakan diri sebagai forum untuk terselenggaranya debat publik, dan bertindak sebagai saluran untuk mengartikulasikan aspirasi-aspirasi. Media massa selalu hadir dan mewarnai kehidupan manusia sehari hari sehingga kehadirannya menjadi sangat penting dan tidak bisa diabaikan begitu saja. Dalam kehidupan masyarakat modern, kehadiran media massa pada dasarnya mempunyai tujuan: 1. Informasi ·
Menyediakan informasi tentang peristiwa dan kondisi dalam masyarakat dan dunia.
·
Menunjukkan hubungan kekuasaan.
·
Memudahkan inovasi, adaptasi dan kekuasaan.
2. Korelasi ·
Menjelaskan menafsirkan, mengomentari makna peristiwa dan informasi.
·
Menunjang otoritas dan norma-norma mapan.
·
Melakukan sosialisasi.
·
Mengkoordinasikan beberapa kegiatan
·
Membentuk kesepakatan.
·
Menentukan urutan prioritas dan memberikan status relatip.
3. Kesinambungan commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
·
Mengekspresikan budaya dominant dari mengatur kebudayaan khusus (sub culture) serta perkembangan budaya baru.
·
Meningkatkan dan melestarikan nilai-nilai.
4. Hiburan ·
Menyediakan hiburan, pengalihan perhatian dan saran relaksasi.
·
Meredakan ketegangan sosial.
5. Mobilisasi ·
Mengkampanyekan tujuan masyarakat dalam bidang politik, perang, pembangunan dan ekonomi, pekerjaan dan kadang kala juga dalam bidang-bidang agama.
Peran penting media massa ketika proses pemilihan umum berlangsung, terjadi terutama selama periode kampanye. Strategi politik dalam konteks kampanye pemilihan umum tidak dapat dipisahkan dengan media massa. Strategi politik
membutuhkan
media
massa
supaya
publik
mengetahui
dan
mendukungnya. Dan televisi merupakan media yang paling luas dan cepat penyebarannya.
4. Iklan Politik Televisi Periklanan pada dasarnya adalah suatu proses komunikasi massa yang melibatkan sponsor tertentu, yakni si pemasang iklan (pengiklan), yang membayar jasa sebuah media massa atas penyiaran iklannya, misalnya, melalui program siaran televisi. Adapun iklan itu sendiri biasanya dibuat atas pesanan si pemasang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
33 digilib.uns.ac.id
iklan itu, oleh sebuah agen atau biro iklan; atau bisa juga oleh bagian humas lembaga pemasang iklan itu sendiri (Suhandang, 2005: 13). Atau arti lainnya periklanan (Ogilvy, 1983: 99) merupakan segala bentuk pesan tentang sesuatu yang disampaikan lewat media, yang ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat sebagai calon konsumen. Iklan adalah bagian dari promosi dan merupakan medium informasi yang mengandung bobot seni. Pesan yang terdapat dalam iklan terbentuk dari perpaduan antara pesan verbal dan non verbal. Pesan verbal, merupakan kata-kata yang tersusun dari huruf vokal dan konsonan yang membentuk makna tertentu. Sedangkan semua pesan yang bukan pesan verbal adalah pesan non verbal. Sepanjang bentuk non verbal tersebut mengandung arti, maka dapat disebut pesan komunikasi (widyatama, 2007: 17). Sementara itu iklan politik berfungsi menyampaikan pesan verbal dan visual yang bermuatan politik disusun secara persuasif dan komunikatif kepada khalayak. Dalam iklan, pesan verbal dan visual agak riskan untuk dipisahkan. Bila memposisikan sebagai audience, iklan harus punya pesan verbal dan non verbal yang kredibel. Janjinya masuk akal, visinya jelas, gambarnya menyentuh dan membuat nyaman calon pemilih (Tinarbuko, 2009: 81) Iklan politik adalah proses dimana kandidat, partai politik, individu, dan grup-grup mempromosikan diri dan pandangan mereka melalui suatu saluran komunikasi massa. Iklan politik biasanya merupakan suatu bentuk media berbayar dimana promotor (atau sponsor) dari kandidat dll tersebut membeli jam tayang untuk mendistribusikan pesan iklan (Kaid, 2008). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
34 digilib.uns.ac.id
“Political advertising refers to the process by which candidates, parties, individuals, and groups promote themselves and their viewpoints through mass communication channels. Political advertising is generally considered a form of paid media in which the promoter (or sponsor) buys the space or time for distributing the advertising message.” Lebih jelas Kaid dan Holtz-Bacha mendefinisikan iklan politik televisi sebagai moving image programming that is designed to promote the interest of a given party or individual (program gambar bergerak yang dirancang untuk mempromosikan tujuan sebuah partai atau individu). Dalam iklan politik, kandidat atau partai bisa mengontrol isi pesan politik yang akan disampaikan dalam iklan politik. Dan untuk menekankan soal kontrol pesan tadi, mereka memperluas definisi itu dengan menyodorkan definisi: any programming format under control of the party or candidate and for which time is given or purchased. (semua format program yang dikendalikan oleh partai atau kandidat dengan jam tayang yang telah diberikan atau dibeli) (Danial, 2009: 93) Iklan politik, khususnya iklan audiovisual, memainkan peranan strategis dalam political marketing. Nursal (2004: 256) mengutip Riset Falkowski & Cwalian (1999) dan Kaid (1999) menunjukkan, iklan politik berguna untuk beberapa hal berikut: 1. Membentuk citra kontestan dan sikap emosional terhadap kandidat 2. Membantu para pemilih untuk terlepas dari ketidak-pastian pilihan karena mempunyai kecenderungan untuk memilih kontestan tertentu. 3. Alat untuk melakukan rekonfigurasi citra kontestan. 4. Mengarahkan minat untuk memilih kontestan tertentu 5. Mempengaruhi opini publik tentang isu-isu nasional commit to user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6. Memberi pengaruh terhadap evaluasi dan interpretasi para pemilih terhadap kandidat dan even-even politik Dari sisi sifat pesan, Linda Kaid (dalam Putra, 2007) menjelaskan, iklan dapat digolongkan menjadi iklan positif dan iklan negatif. Iklan positif adalah iklan yang memuat keunggulan dari sebuah kontestan yang dipasarkan Sedangkan iklan
negatif
adalah
iklan
tentang
kelemahan
pesaing.
Iklan
negatif
(Ansolabehere: 1994) didefinisikan sebagai iklan yang berfokus pada kegagalan kebijakan atau kontribusi yang tidak diinginkan dari pihak lawan. Iklan negatif lebih cepat menarik perhatian pemilih ketimbang iklan positif. Sedangkan menurut Devlin (Brian Mcnair, 1999), penyampaian pesan dalam iklan politik di TV dapat menggunakan berbagai macam tehnik. Ia menyebutkan ada tujuh kategori, meskipun tidak saling meniadakan. Pertama, iklan primitive, biasanya artificial, kaku, dan tampak dibuat-buat. Kedua, talking heads, dirancang untuk menyoroti isu dan menyampaikan citra bahwa kandidat mampu menangani isu tersebut dan melakukan pekerjaannya nanti. Berikutnya adalah iklan negative, yang menyerang kebijakan kandidat atau partai lawan. (Ansolabehere: 1994) didefinisikan sebagai iklan yang berfokus pada kegagalan kebijakan atau kontribusi yang tidak diinginkan dari pihak lawan Iklan negatif lebih cepat menarik perhatian pemilih ketimbang iklan positif. Namun demikian, iklan negatif tidak selalu memberi citra positif kepada pihak yang menggunakan. Iklan politik di tv jenis keempat adalah iklan konsep, yang dirancang untuk menggambarkan ide-ide dasar dan penting mengenai kandidat. Kelima commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
adalah cinema-verite, tehnik yang menggunakan
situasi informal dan alami,
misalnya dengan menayangkan kandidat yang sedang berbicara akrab dan spontan dengan rakyat kecil atau satu sisi kehidupan pribadi atau keluarganya atau dunia pekerjaannya.
Meskipun
bertujuan
memberikan
kesan
spontanitas
dan
informalitas, iklan semacam itu juga sering berdasarkan naskah (scenario) dan latihan. Dua jenis iklan politik lainnya adalah kesaksian (testimonial), baik dari orang biasa, maupun dari tokoh terkemuka yang dikagumi, baik dari tokoh politik, ilmuwan, olahragawan mau pun artis. Terakhir adalah format reporter netral, rangkaian laporan mengenai kandidat atau lawannya dan memberikan kesempatan kepada pemirsa untuk memberikan penilaian. Tayangan itu tentu saja tidak netral, namun mengandung kesan demikian karena disampaikan secara naratif (Mulyana,1997: 97-98). Frank W. Baker, seorang konsultan literatur media dari Columbia, menyebutkan bahwa suatu iklan politik, kewajiban untuk menyampaikan hal yang sebenarnya itu tidak ada dan stasiun televisi tidak memiliki tanggung jawab untuk memeriksa akurasi iklan tersebut. Hal ini mengakibatkan iklan politik terbuka terhadap manipulasi data dan dapat menyebabkan kebohongan untuk mencoreng lawan politik. Isi dari sebuah iklan seharusnya menunjukkan hal yang sebenarnya, tetapi di dalam iklan politik penonton sendiri yang harus memilah-milah kebenaran tentang isi iklan. (St. Louis Journalism Review 38.309. 2008 : 26)
commit to user
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5. Persepsi Manusia mempunyai kecenderungan untuk mengadakan penilaian (judgement) atau membangun kesan (impression) tentang orang-orang, situasisituasi ataupun peristiwa-peristiwa yang terdapat di sekitar mereka. Dari penilaian yang terbentuk, kemudian berpikir tentang suatu hal atau melakukan hal yang berhubungan dengan segala sesuatu yang dilihat, didengar atau dirasakan. Dalam menangkap pesan dari suatu proses komunikasi, setiap individu akan menanggapinya secara berbeda-beda, sesuai dengan keadaan individu tersebut sehingga menimbulkan persepsi yang berbeda-beda. Manusia mempersepsi segala hal yang terjadi di dunia dan hasil persepsi itu dapat memberikan pengaruhpengaruh tertentu ke dalam diri individu itu sendiri maupun individu lain. Persepsi adalah penginderaan terhadap suatu kesan yang timbul dalam lingkungannya; penginderaan tersebut dipengaruhi oleh pengalaman, kebiasaan dan kebutuhan (Effendy, 2004: 197). Menurut Deddy Mulyana, persepsi adalah inti dari komunikasi, sedangkan penafsiran (intrepretasi) adalah inti dari persepsi, yang identik dengan penyandian balik (decoding) dalam proses komunikasi. Persepsi terdiri dari tiga aktivitas yaitu: seleksi, organisasi dan interpretasi (Mulyana, 2007: 180-181). Lebih lanjut Deddy Mulyana (2007: 179) mendefinisikan persepsi sebagai proses internal yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita, dan proses tersebut mempengaruhi perilaku kita. commit to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dalam buku Pengantar Ilmu Komunikasi oleh Hafied Cangara (2007: 162), dijelaskan bahwa persepsi ialah dimana seseorang menyadari adanya obyek yang menyentuh salah satu pancainderanya, apakah itu mata atau telinga. Persepsi terbentuk karena adanya rangsangan yang diorganisasi kemudian diberi interpretasi menurut pengalaman, budaya dan tingkat pengetahuannya. Definisi lain tentang persepsi yang dapat dijumpai misalnya, dari Berelson dan Steiner (1964) sebagaimana dikutip oleh Severin dan Tankard Jr. (1988: 121) yang menyatakan bahwa persepsi merupakan sebuah complex process by which people select, organize and interpret sensory stimulation into a meaningful and coherent picture of the world. Kemudian definisi ini dikomentari oleh Severin and Tankard Jr. bahwa individu-individu pada dasarnya tidak bersifat pasif, tetapi bersifat aktif dalam proses persepsi. Mereka juga berpendapat bahwa beberapa faktor psikologis, seperti asumsi, motivasi, penghargaan terhadap nilai-nilai budaya, minat dan sikap ikut serta mempengaruhi persepsi. Pengertian persepsi kerap disamakan / dianggap sama dengan pengertian respon, reaksi tingkah laku yang merupakan akibat dari stimulus sosial (gejala sosial) yang berupa perubahan nilai yang timbul di tengah-tengah masyarakat. Dalam hal ini, nilai yang muncul tersebut menentukan respon yang diambil sebagai landasan pokok perbuatan atau bertindak seperti pendapat yang dikemukakan
oleh
Soerjono
Soekamto,
bahwa
interaksinya
dengan
perorangan/kelompok masyarakat terlihat adanya, serta mengandung rangsangan dan respon (Soekamto, 1975: 56-60). commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari definisi di atas, dapat dikatakan bahwa persepsi merupakan hasil pengamatan terhadap suatu obyek melalui panca indera sehingga diperoleh suatu pemahaman atau penilaian. Dalam persepsi, terkandung 3 pengertian yaitu: 1. merupakan hasil pengamatan 2. merupakan hasil penilaian 3. merupakan pengolahan akal dari data indrawi yang diperoleh melalui pengamatan. Persepsi dapat dilaksanakan oleh seorang individu melalui beberapa syarat: a. adanya obyek yang dipersepsi (fisik atau kealaman) b. reseptor atau alat indra untuk menerima stimulus dan saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus dan mengadakan respon diperlukan saraf motoris (fisiologis) c. perhatian sebagai langkah pertama suatu persiapan dalam mengadakan persepsi (psikologis) Persepsi merupakan aktifitas menilai sehingga bersifat evaluatif dan subyektif. Evaluatif berkaitan dengan nilai baik buruk atau positif-negatif. Subyektif berarti adanya perbedaan kapasitas indrawi dan perbedaan filter konseptual dari masing-masing individu dalam melakukan persepsi. Sehingga pengolahan stimuli dalam diri komunikan akan membuahkan makna yang ekslusif, yang berbeda antara satu dengan yang lain. Berkenaan dengan persepsi pemilih terhadap iklan politik, Nursal (2004: 234) mengadaptasi Kotler (1995) dan Peter dan Olson (1993), menyebutkan ada commit to user
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
beberapa tahap respon yang dilakukan oleh pemilih dalam hal pemilihan umum terhadap stimulasi iklan politik, yaitu: 1. Awareness, yakni bila seseorang dapat mengingat atau menyadari bahwa sebuah pihak tertentu merupakan sebuah kontestan Pemilu. Dengan jumlah kontestan Pemilu yang banyak, membangun awareness cukup sulit dilakukan, khususnya bagi partai-partai bam. Seperti sudah menjadi hukum besi political marketing, secara umum para pemilih tidak akan menghabiskan waktu dan energinya untuk menghafal nama-nama kontestan tersebut. Yang terang, seorang pemilih tidak akan memilih kontestan yang tidak memiliki brand awareness. 2. Knowledge, yakni ketika seorang pemilih mengetahui beberapa unsur penting mengenai produk kontestan tersebut, baik substansi maupun presentasi. Unsur-unsur itu akan diinterpretasikan sehingga membentuk makna politis tertentu dalam pikiran pemilih. Dalam pemasaran produk komersial, tahap ini disebut juga sebagai tahap pembentuk brand association dan perceived quality. 3. Liking, yakni tahap di mana seorang pemilin menyukai kontestan tertentu karena satu atau lebih makna politis yang terbentuk di pikirannya sesuai dengan aspirasinya. 4. Preference, tahap di mana pemilih menganggap bahwa satu atau beberapa makna politis yang terbentuk sebagai interpretasi terhadap produk politik sebuah kontestan tidak dapat dihasilkan secara lebih memuaskan olch commit to user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kontestan
lainnya.
Dengan
demikian,
peniilih
tersebut
memiliki
kecenderungan unluk memilih kontestan tersebut. 5. Conviction, pemilih tersebut sampai pada keyakinan untuk memilih kontestan tertentu.
6. Pemilih Azwar (2008) membagi pemilih di Indonesia dengan tiga kategori. Kategori pertama, adalah pemilih yang rasional, yakni pemilih yang benar-benar memilih partai berdasarkan penilaian dan analisis mendalam. Kedua, pemilih kritis emosional, yakni pemilih yang masih idealis dan tidak kenal kompromi. Ketiga, pemilih pemula, yakni pemilih yang baru pertama kali memilih karena usia mereka baru memasuki usia pemilih. Kelompok pemilih yang berentang usia 17-21 tahun ini adalah mereka yang berstatus pelajar, mahasiswa, serta pekerja muda. Sedangkan Brooks dan Farmer mengatakan bahwa kampanye cenderung membagi pemilih menjadi tiga kategori yaitu basis pemilih yang yang mendukung kandidat, swing voters atau pemilih mengambang yang bisa dipersuasi oleh kandidat mana pun dan basis pemilih yang mendukung kandidat lawan yang tidak bisa dipersuasi oleh cara apa pun. Dalam psikologi politik, pemilih yang telah memiliki dukungan terhadap kandidat tertentu cenderung mengabaikan atau kurang memperhatikan pesan dari pihak lawan. Dan itu mempengaruhi pemilih dalam mengevaluasi karakter kandidat dan isi dari pesan kampanye. “Campaigns tend to divide voters into three categories: the base voters to user the swing voters who may be who are predisposed to supportcommit the candidate,
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
persuaded and the opponent’s base voters who are unlikely to be persuaded by any appeal. Political psychology suggests the base voters on both sides have predispositions that cause them to ignore or discount messages from the opposing view point. That same filter seems to be at work here. When a voter has a clear predisposition it affects their evaluation of a candidate’s character and the content of the campaign message.“ (Brooks, Farmer : 2009)
F. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian Peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif yaitu metode penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian (Nazir: 2003). Jenis penelitian ini memberikan peluang yang besar akan munculnya interpretasiinterpretasi alternatif. Metode ini juga mampu mendekatkan antara peneliti dengan objek yang dikaji. Cara kerja proses penelitian ini berlangsung serempak dan dilakukan dalam bentuk pengumpulan, pengolahan dan menginterpretasikan sejumlah data yang bersifat kualitatif. Menurut nawawi (Nawawi: 1995), penelitian deskriptif terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah atau keadaan atau peristiwa sebagaimana adanya sehingga bersifat sekedar untuk mengungkapkan fakta (fact finding). Hasil penelitian ditekankan pada memberikan gambaran secara obyektif tentang keadaan sebenarnya dari obyek yang diselidiki. Akan tetapi guna mendapatkan manfaat yang lebih luas dalam penelitian ini, kerap kali di samping pengungkapan fakta sebagaimana adanya dilakukan juga pemberian interpretasiinterpretasi yang kuat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
43 digilib.uns.ac.id
Rakhmat (1993: 24) menyatakan bahwa penelitian deskriptif hanyalah memaparkan situasi atau peristiwa. Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Penelitian ini memberikan gambaran bagaimana persepsi pemilih pemula setelah melihat iklan politik tanpa menggunakan uji hipotesis atau prediksi. Di mana informasi diperoleh dengan membandingkan hasil wawancara dari masingmasing responden, observasi dan kajian kepustakaan, baru kemudian menarik kesimpulan dari persepsi responden. Penelitian ini ditujukan untuk (1) mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada, (2) mengidentifikasikan masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang berlaku, (3) membuat perbandingan atau evaluasi, (4) menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang. Sementara itu, pendekatan kualitatif dilakukan untuk menghasilkan data yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. 2. Populasi dan Sampel a. Populasi Populasi merupakan seluruh obyek atau subyek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti(Alimul, 2007). Populasi dari penelitian ini adalah pemilih pemula yaitu pemilih yang baru pertama kali menggunakan hak pilihnya pada Pemilu 2011 yang berusia sekitar 17-21 tahun yang bertempat tinggal di perumahan Fajar Indah, Surakarta. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
44 digilib.uns.ac.id
b. Sampel Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Alimul,2007). Peneliti menggunakan rancangan pengambilan sampel dengan purposive sampling, yaitu memilih orang-orang tertentu karena peneliti menganggap bahwa seseorang tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitiannya. Jumlah sampel dalam penelitian adalah 12 responden pemilih pemula yang bertempat tinggal di Perumahan Fajar Indah, Surakarta. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah: 1. Pemilih pemula berusia 17-21 tahun. 2. Pernah melihat iklan politik di televisi 3. Penduduk Perumahan Fajar Indah Surakarta. 2. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di perumahan Fajar Indah, yang tergabung dalam kecamatan Laweyan, Kota Surakarta. Pengambilan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa dari khalayak di lokasi tersebut dapat mewakili populasi yang sedang diteliti oleh peneliti. Kondisi ini tepat sekali untuk dijadikan sebagai obyek penelitian penulis. Kedekatan. Secara geografis, peneliti memiliki kedekatan dengan lokasi penelitian karena peneliti tinggal di wilayah Kota Surakarta. Sehingga memungkinkan bagi peneliti lebih memahami kondisi Kota Surakarta. Dengan demikian diharapkan hasil penelitian ini akan mampu menjelaskan lebih dalam realita yang terjadi di kota tersebut. Secara teknis, faktor kedekatan geografis ini juga memudahkan peneliti dalam mengumpulkan data. commit to user
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Sumber dan Jenis Data Penelitian ini menggunakan dua sumber data, yaitu: a. Sumber Data Primer Merupakan data utama yang langsung diperoleh dari sumber data oleh peneliti untuk tujuan penelitian. Data primer ini diperoleh dari dokumentasi, hasil observasi dan wawancara dengan narasumber. b. Sumber Data Sekunder Merupakan data yang diperoleh dengan cara tidak langsung atau didapatkan dari pihak lain. Adapun data-data yang dikumpulkan diperoleh dari buku-buku atau literatur, internet dan sumber lain yang dapat mendukung penelitian ini. 4. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara Wawancara merupakan alat pengumpulan data yang sangat penting dalam penelitian komunikasi kualitatif yang melibatkan manusia sebagai subyek (pelaku, aktor) sehubungan dengan realitas atau gejala atau masalah yang diteliti. Dari wawancara, disamping melihat opini mereka tentang peristiwa yang terjadi, juga dapat digunakan sebagai dasar penelitian selanjutnya. Wawancara dilakukan terhadap responden yang dapat memberikan informasi dan keterangan-keterangan penting yang berkaitan dengan penelitian. Wawancara ini bersifat lentur, terbuka, tidak berstruktur ketat namun tetap fokus dan terarah. b. Observasi
commit to user
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Karl Weick (dikutip dari Seltiz, Wrightsman, dan Cook 1976:253) mendefinisikan observasi sebagai pemilihan pengubahan, pencatatan dan pengodean serangkaian perilaku dan suasana yang berkenaan dengan organisme in situ, sesuai dengan tujuan-tujuan empiris (Rakhmat, 2004: 83). Pemilihan menunjukkan bahwa pengamat ilmiah mengedit dan memfokuskan pengamatannya secara sengaja atau tidak sengaja. Pemilihan mempengaruhi apa yang diamati, apa yang dicatat, dan kesimpulan apa yang diambil. Pengubahan berarti observasi tidak hanya dilakukan secara pasif. Peneliti boleh mengubah perilaku atau suasana tanpa mengganggu kewajarannya.
Mengubah
perilaku
artinya
dengan
sengaja
mengundang respon tertentu. Pencatatan adalah upaya merekam kejadian-kejadian dengan menggunakan catatan lapangan, sistem kategori, dan metode-metode lainnya. Pengodean berarti proses menyederhanakan catatan-catatan ini melalui metode reduksi data. Rangkaian perilaku dan suasana menunjukkan bahwa observasi melakukan serangkaian pengukuran yang berlainan pada berbagai perilaku dan suasana. In situ berarti pngamatan kejadian dalam situasi alamiah walaupun tidak berarti tanpa menggunakan manipulasi eksperimental. commit to user
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Untuk tujuan empiris menunjukkan bahwa observasi mempunyai bermacam-macam fungsi dalam penelitian: deskripsi, melahirkan teori dan hipotesis, menguji teori dan hipotesis. Observasi dalam penelitian ini berguna untuk menjelaskan, memerikan dan merinci gejala yang terjadi. c. Dokumentasi Dokumentasi merupakan data yang berupa dokumen, teks atau karya seni yang kemudian dinarasikan (dikonversikan ke dalam bentuk data). 5. Analisa Data Analisis yang digunakan adalah analisis data interaktif yang diungkapkan oleh Miles dan Huberman. Tehnik analisis ini pada dasarnya terdiri dari tiga komponen: reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan serta pengujian kesimpulan (drawing and verying conclusions) (Punch, 1998: 202-204). Langkah reduksi data melibatkan beberapa tahap (Pawito, 2007: 104). Tahap pertama melibatkan langkah-langkah editing, pengelompokan, dan meringkas data. Pada tahap kedua, peneliti menyusun kode-kode dan catatancatatan (memo) mengenai berbagai hal, termasuk yang berkenaan dengan aktivitas serta proses-proses sehingga peneliti dapat menemukan tema-tema, kelompokkelompok, dan pola-pola data. Catatan yang dimaksud di sini tidak lain adalah gagasan-gagasan atau ungkapan yang mengarah pada teorisasi berkenaan dengan data yang ditemui.
commit to user
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Komponen kedua analisis dari miles dan Huberman yaitu penyajian data (data display) melibatkan langkah-langkah mengorganisasikan data, yakni menjalin (kelompok) data yang satu dengan (kelompok) data yang lain sehingga seluruh data yang dianalisis benar-benar dilibatkan dalam satu kesatuan karena dalam penelitian kualitatif data biasanya beraneka ragam perspektif dan terasa bertumpuk maka penyajian data (data display) pada umunya diyakini membantu proses analisis.dalam hubungan ini, data yang tersaji berupa kelompok-kelompok atau gugusan-gugusan yang kemudian saling dikait-kaitkan sesuai dengan kerangka teori yang digunakan. Pada komponen terakhir, yakni penarikan dan pengujian kesimpulan (drawing and verying conclusions), peneliti mengimplementasikan prinsip induktif dengan mempertimbangkan pola-pola data yang ada dan atau kecenderungan dari display data yang telah dibuat. Berikut skema siklus analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman:
Penyajian data
Pengumpulan data
Penarikan/pengujian kesimpulan
Reduksi data
Analisis data Model Interaktif dari Miles dan Huberman commit to user
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II PROFIL CALON PRESIDEN - WAKIL PRESIDEN DAN DESKRIPSI KOTA SURAKARTA
A. Profil Megawati Soekarnoputri – Prabowo Subianto (Mega-Pro)
Pasangan calon presiden dan wakil presiden yang mendapat nomor urutan pertama dalam pemilu 2009 adalah pasangan Megawati Soekarnoputri dan Prabowo. Pasangan yang diusung PDI Perjuangan - Gerindra itu mendeklarasikan diri sebagai pasangan capres dan wapres pada tanggal 24 Mei 2009. Lokasi pendeklarasian bertempat di area TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Bantar Gebang, Bekasi, Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini bukan tanpa sebab, 'Gunung sampah' Bantar Gebang, identik dengan masyarakat marginal alias kaum yang terpinggirkan. Selain di Bantar Gebang, mereka juga mengadakan deklarasi di pasar tradisional Pasar Gede, Solo pada tanggal 29 Mei 2009. Deklarasi di Bantar commit to user
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gebang dan Pasar Gede merupakan bentuk konsistensi pada platform ekonomi kerakyatan yang diusung pasangan tersebut. Visi yang diutarakan Mega-Prabowo apabila mereka menjadi presiden dan wakil presiden masa pemerintahan 2009-2014 adalah: “GOTONG ROYONG MEMBANGUN
KEMBALI
INDONESIA
YANG
BERDAULAT,
BERMARTABAT, ADIL DAN MAKMUR”. Adapun Misi yang dijunjung adalah: “Menegakkan kedaulatan dan kepribadian bangsa yang bermartabar; Mewujudkan kesejahteraan sosial dengan memperkuat ekonomi kerakyatan; Menyelenggarakan pemerintahan demokratis-konstitusional yang bersih dan efektif”. Visi dan misi di atas merupakan gambaran potret mengenai persoalan hakiki dalam kehidupan bangsa saat ini, dan gambaran tentang arah kemana pikiran dan pekerjaan akan dilakukan dalam 5 tahun yang akan datang. Tema sentral yang diturunkan ke dalam isu-isu pokok juga memberikan landasan operasional/platform bagi program-program kerja 5 tahun mendatang. Kata “GOTONG ROYONG” merupakan intisari dari ideologi Pancasila 1 Juni, dimana MEGA PRABOWO melihat bahwa tanggung jawab untuk membangun bangsa ke depan harus dilakukan secara bahu-membahu bersama seluruh
komponen-komponen
bangsa.
Sedangkan
kata-kata
“BERDAULAT”,“ADIL DAN MAKMUR”, dan “BERMARTABAT” adalah amanat Trisakti.
commit to user
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
“BERDAULAT” artinya pemerintah harus mampu menyediakan saranasarana vital agar rakyat dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar dan meningkatkan kesejahteraannya. Untuk itu bangsa ini harus: 1. Mandiri di bidang pangan, energi, keuangan dan pertahanan keamanan 2. Mengutamakan kemampuan nasional dalam penguasaan dan pengelolaan sumber daya alam 3. Mengutamakan perkembangan ilmu dan teknologi yang terkait dengan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan dan terbarukan 4. Mendorong
produksi
dan
konsumsi
dalam
negeri
untuk
memperkuat ekonomi “ADIL DAN MAKMUR” mengandung arti: 1. Rakyat memiliki kesempatan untuk meningkatkan kesejahteraan dengan terpenuhinya sarana-sarana dasar di bidang pendidikan, kesehatan dan dalam melakukan proses produksi. Oleh karena itu, pemerintah wajib menyediakan fasilitas dan akses untuk rakyat kecil terutama tani, nelayan, buruh, pedagang kecil dan pelaku ekonomi
lainnya
Terciptanya keadilan antar wilayah, dimana tidak ada daerah yangh tertinggal jauh dibanding daerah lainnya 2. Terfasilitasinya
keragaman
di
dalam
masyarakat
sehingga
Indonesia bisa menjadi rumah untuk semua anak bangsa. Untuk commit to user
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
itu, hukum dan keadilan serta musyawarah mufakat harus menjadi dasar dalam mengelola perbedaan 3. Negara harus menjamin hidup yang layak bagi rakyat terpinggirkan dan menghargai HAM dalam segala aspeknya “BERMARTABAT” mengandung pengertian: 1. Negara mampu menjamin pertahanan dan keamanan serta integritas wilayah NKRI secara mandiri 2. Memiliki kemampuan dalam menentukan arah pembangunan dan perekonomian tanpa didikte oleh pihak lain 3. Memiliki kepercayaan diri yang tinggi untuk berperan secara regional dan global dalam rangka menciptakan tatanan dunia yang lebih adil 4. Mendorong berkembangnya karakter dan kebudayaan yang mendukung kemajuan dan daya tahan sebagai bangsa Agenda pokok membangun kembali Indonesia Raya: 1. kekayaan Negara untuk kemakmuran rakyat 2. Melaksanakan ekonomi kerakyatan 3. Membangun kedaulatan pangan dan energi 4. Menyelenggarakan pemerintahan yang tegas, bersih, dan efektif dalam melayani rakyat. 5. Menciptakan manusia
Indonesia
yang unggul, sehat, dan
berkepribadian melalui pendidikan, kesehatan dan kebudayaan. commit to user
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Ø Megawati Soekarnoputri
Megawati adalah anak kedua dari Presiden Soekarno yang merupakan proklamator kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Beliau lahir di Yogyakarta pada 23 Januari 1947 dengan nama Dyah Permata Megawati Setiyawati Soekarnoputri. Dia menghabiskan masa sekolah dasar hingga menengah atas di Yayasan Perguruan Cikini, Jakarta. Selepas itu ia pernah kuliah di dua Universitas, yaitu Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, Bandung (1965-1967) dan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (1970-1972), tetapi tekanan politik saat itu mengakibatkan dia tidak dapat menyelesaikan studinya. Ibu dari tiga orang anak ini merintis karier politiknya dengan menjadi Ketua PDI Cabang Jakarta Pusat tahun 1987. Semasa Orde Baru kerinduan akan sosok Soekarno seolah tergantikan oleh Megawati. Maka, tak heran jika Megawati kemudian menjadi sosok yang kuat di PDI, meruntuhkan kekuatan Soerjadi sebagai Ketua Umum PDI saat itu. Naiknya pamor Megawati bahkan dinilai berpotensi mengganggu stabilitas pemerintahan Orde Baru yang sedang berkuasa sehingga ketika Kongres Luar Biasa PDI di Surabaya memilih Megawati sebagai Ketua Umum Partai, intrik politik pun mulai bermunculan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
54 digilib.uns.ac.id
Setelah menjadi Ketua Umum Partai, Megawati mendiami kantor DPP PDI di Jalan Diponegoro. Kantor tersebut merupakan simbol keberadaan DPP yang sah. Soerjadi yang didukung pemerintah pun memberi ancaman akan merebut secara paksa kantor DPP PDI itu. Ancaman kemudian menjadi kenyataan. Pagi, tanggal 27 Juli 1996 kelompok Soerjadi benar-benar merebut kantor DPP PDI dari pendukung Mega. Aksi penyerangan yang menyebabkan puluhan pendukung Mega meninggal itu, berbuntut pada kerusuhan massal di Jakarta yang dikenal dengan nama Peristiwa 27 Juli. Penyerangan kantor DPP PDI tersebut bukannya menyurutkan semangat para banteng muda, tetapi justru makin mengukuhkan eksistensi Megawati sebagai simbol perlawanan Orde Baru. Mega terus berjuang. PDI pun menjadi dua. Yakni, PDI pimpinan Megawati dan PDI pimpinan Soerjadi. Massa PDI lebih berpihak dan mengakui Mega. Tetapi, pemerintah mengakui Soerjadi sebagai Ketua Umum PDI yang sah. Akibatnya, PDI pimpinan Mega tidak bisa ikut Pemilu 1997. Setelah rezim Orde Baru tumbang, PDI Mega berubah nama menjadi PDI Perjuangan. Pemilu 1999 menjadi pemilu paling fenomenal sejak masa Orde Baru dimulai karena saat itu rezim lama telah tumbang dan PDI Perjuangan telah memberikan sosok baru menjadi harapan rakyat Indonesia. Kejenuhan akan represi politik Orde Baru menjadikan PDI Perjuangan menjadi pilihan pertama rakyat Indonesia hingga meraih suara 33,36 persen dari total suara pada tahun 1999. Meski Megawati dipilih oleh rakyat, tetapi di parlemen dia kalah oleh KH Abdurrahman Wahid yang akhirnya menjadi Presiden dan Megawati menjadi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
55 digilib.uns.ac.id
wakilnya saat itu. Situasi politik yang terus berubah akhirnya menjatuhkan Gus Dur dari jabatannya dan mengangkat Megawati sebagai Presiden sejak pertengahan 2001 hingga 2004. Menjadi Presiden RI dalam situasi krisis ekonomi sosial dan politik bukanlah jalan yang mudah bagi Megawati. Warisan utang dan kemampuan keuangan negara yang sangat berat saat itu membuat presiden ke-5 RI ini mengambil jalan yang sangat tidak populer, yaitu melego saham BUMN, menguras simpanan pemerintah, dan menjual aset Badan Penyehatan Perbankan Nasional. Dengan berbagai langkah itu, Mega yang dipuja pada Pemilu 1999 akhirnya harus menerima kenyataan bahwa dia tidak mampu memenuhi harapan bangsa Indonesia hingga akhirnya PDI Perjuangan tidak lagi populer pada Pemilu 2004. Dan kini, Megawati harus berusaha keras untuk dapat meyakinkan dan meraih simpati rakyat dalam pemilihan presiden 2009. Daftar Riwayat Hidup: Nama
: Dr (HC) Hj. Megawati Soekarnoputri
Nama Lengkap: Dyah Permata Megawati Setyawati Soekarnoputri Lahir
: Yogyakarta, 23 Januari 1947
Agama
: Islam
Suami
: Surendro (alm) Taufik Kiemas
Anak
: Mohammad Prananda Mohammad Rizki Pratama commit to user
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Puan Maharani Pendidikan
:
·
SD Perguruan Cikini Jakarta, (1954-1959)
·
SLTP Perguruan Cikini Jakarta, (1960-1962)
·
SLTA Perguruan Cikini Jakarta, (1963-1965)
·
Fakultas Pertanian UNPAD Bandung (1965-1967), (tidak selesai)
·
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (1970-1972), (tidak selesai)
Karir
:
·
Anggota Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (Bandung), (1965)
·
Anggota DPR-RI, (1993)
·
Anggota Fraksi DPI Komisi IV
·
Ketua DPC PDI Jakarta Pusat, Anggota FPDI DPR-RI, (1987-1997)
·
Ketua Umum PDI versi Munas Kemang (1993-sekarang) PDI yang dipimpinnya berganti nama menjadi PDI Perjuangan pada 1999-sekarang
·
Wakil Presiden Republik Indonesia, (Oktober 1999-23 Juli 2001)
·
Presiden Republik Indonesia ke-5, (23 Juli 2001-2004)
Ø Prabowo Subianto
commit to user
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Prabowo yang dilahirkan 17 Oktober 1951 di Jakarta adalah anak ketiga dari begawan ekonomi Sumitro Djojohadikusumo dengan Dora Marie Sigar. Masa kecil Prabowo bersama kedua orangtuanya banyak dilewatkan di negara-negara di Benua Asia dan Eropa. Dalam lingkungan itu, ia menguasai setidaknya empat bahasa asing, yakni Inggris, Jerman, Perancis, dan Belanda. Minat Prabowo pada dunia kemiliteran merujuk pada karier kedua pamannya, Letnan Sujono Djojohadikusumo dan Sersan Mayor Subianto Djojohadikusumo. Kedua pamannya ini gugur dalam Peristiwa Lengkong di Tangerang tahun 1946. Akhirnya ia menetapkan hati untuk memilih pendidikan di Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri) di Magelang. Saat bersamaan padahal ia juga diterima di Fakultas Ekonomi Colorado University dan George Washington University. Bak meteor, karier militernya memang melesat berkat kemampuannya sebagai prajurit tempur. Puncak kepemimpinan komandan jenderal pun direngkuhnya. Namun, kariernya berbalik arah pada tahun 1998. Saat dia menjadi Panglima Kostrad (1998), muncul ”Peristiwa Mei 1998” yang berakibat pada mundurnya Presiden Soeharto. Prabowo pun terkena imbasnya, ia dituding berada di belakang kasus penculikan sejumlah aktivis. Peristiwa inilah yang membuat Prabowo harus melepas dinas kemiliterannya. Prabowo pun ”menyepi” ke Jordania dan sejumlah negara di Eropa dan Asia selama sekitar dua tahun. Prabowo pun ”menyepi” ke Jordania dan sejumlah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
58 digilib.uns.ac.id
negara di Eropa dan Asia selama sekitar dua tahun. Sekembalinya ke Tanah Air, ia menjadi pengusaha dengan mengelola PT Kiani Kertas. Nama mantan Pangkostrad dan Danjen Kopassus ini kembali mencuat, menyusul keikutsertaannya dalam konvensi calon presiden Partai Golkar untuk Pilpres 2004. Namun, ia kalah bersaing, tetapi tetap berkiprah di jajaran pengurus Golkar.. Kemudian dalam Musyawarah Nasional (Munas) VI Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) dan Kongres V Petani 5 Desember 2004 di Jakarta, dia terpilih menjadi Ketua Umum HKTI periode 2004-2009 menggantikan Siswono Yudo Husodo dengan memperoleh 309 suara, mengalahkan Sekjen HKTI Agusdin Pulungan, yang hanya meraih 15 suara dan satu abstein dari total 325 suara. Setahun menjelang pemilu legislatif digelar, ia kemudian ikut membidani berdirinya Partai Gerakan Indonesia Raya. Dan pada bulan Mei 2008 Prabowo gencar tampil di televisi dalam bentuk iklan layanan masyarakat yang disponsori oleh HKTI, sebagai ketua umum organisasi tersebut dengan pesan untuk menggunakan produk dalam negeri. Pada 9 Mei 2008 Partai Gerindra menyatakan keinginannya untuk mencalonkan Prabowo menjadi calon presiden pada Pemilu 2009 saat mereka menyerahkan berkas pendaftaran untuk ikut Pemilu 2009 pada KPU. Namun belakangan, setelah proses tawar menawar yang alot, akhirnya Prabowo bersedia menjadi calon wakil presiden Megawati Soekarnoputri. Keduanya mengambil motto 'Mega-Pro'. Daftar Riwayat Hidup: Nama
: Prabowo Subianto commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
59 digilib.uns.ac.id
Nama Lengkap: Prabowo Subianto Djojohadikusumo Lahir
: Jakarta, 17 Oktober 1951
Agama
: Islam
Orang tua
: Prof. Sumitro Djojohadikusumo
Anak
: Didit Prabowo
Pendidikan
:
·
SMA: American School In London, U.K. (1969)
·
Akabri Darat Magelang (1970-1974)
·
Sekolah Staf Dan Komando TNI-AD
Kursus/Pelatihan: ·
Kursus Dasar Kecabangan Infanteri (1974)
·
Kursus Para Komando (1975)
·
Jump Master (1977)
·
Kursus Perwira Penyelidik (1977)
·
Free Fall (1981)
·
Counter Terorist Course Gsg-9 Germany (1981)
·
Special Forces Officer Course, Ft. Benning U.S.A. (1981)
Jabatan
:
·
Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (1996-1998)
·
Panglima Komando Cadangan Strategi TNI Angkatan Darat (1998)
·
Komandan Sekolah Staf Dan Komando ABRI (1998)
Jabatan Sekarang: ·
commit to user Ketua Umum HKTI periode 2004-2009
perpustakaan.uns.ac.id
60 digilib.uns.ac.id
·
Komisaris Perusahaan Migas Karazanbasmunai di Kazakhstan
·
Presiden Dan Ceo PT Tidar Kerinci Agung (Perusahaan Produksi Minyak Kelapa Sawit), Jakarta, Indonesia
·
Presiden Dan Ceo PT Nusantara Energy (Migas, Pertambangan, Pertanian, Kehutanan Dan Pulp) Jakarta, Indonesia
·
Presiden Dan Ceo PT Jaladri Nusantara (Perusahaan Perikanan) Jakarta, Indonesia
B. Profil Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono (SBY-Boediono)
Pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urutan kedua adalah pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono. Pendeklarasian SBY Berbudi, begitu slogan yang digunakan pasangan ini, dilakukan secara gegap gempita di Gedung Sabuga, Bandung pada 15 Mei 2009. Prosesi atau tata cara deklarasi pada pasangan SBY-Boediono meniru pendeklarasian calon presiden Amerika Barack Husein Obama dan calon wakil presiden Joe Biden, yang dilaksanakan di Illionis, 23 Agustus 2008. Deklarasi mewah ini dinilai terlalu commit to user berlebihan karena diperkirakan menghabiskan dana hingga miliaran rupiah.
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Visi SBY-Boediono dalam rencana pemerintahan 2009-2014 adalah Secara ringkas, kerangka visi Indonesia 2014 dapat dirumuskan dengan kalimat singkat, padat, jelas, dan visioner, yakni: TERWUJUDNYA INDONESIA YANG SEJAHTERA, DEMOKRATIS, DAN BERKEADILAN. Penjelasannya sebagai berikut: 1. Kesejahteraan Rakyat. Terwujudnya peningkatan kesejahteraan rakyat, melalui pembangunan ekonomi yang berlandaskan pada keunggulan daya saing, kekayaan sumber daya alam, sumber daya manusia dan budaya bangsa. Tujuan penting ini dikelola melalui kemajuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. 2. Demokrasi. Terwujudnya masyarakat, bangsa dan negara yang demokratis, berbudaya, bermartabat dan menjunjung tinggi kebebasan yang bertanggung jawab serta hak asasi manusia 3. .Keadilan. Terwujudnya pembangunan yang adil dan merata, yang dilakukan oleh seluruh masyarakat secara aktif, yang hasilnya dapat dinikmati oleh seluruh bangsa Indonesia. Sedangkan
Misi
yang
diusung
SBY-Boediono
2009-2014:
MEWUJUDKAN INDONESIA YANG LEBIH SEJAHTERA, AMAN DAN DAMAI DAN MELETAKKAN FONDASI YANG LEBIH KUAT BAGI INDONESIA YANG ADIL DAN DEMOKRATIS. Usaha-usaha Perwujudan visi Indonesia 2014 akan dijabarkan dalam misi pemerintah tahun 2009-2010 sebagai berikut. 1. Melanjutkan Pembangunan Menuju Indonesia yang Sejahtera commit to user 2. Memperkuat Pilar-Pilar Demokrasi
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Memperkuat Dimensi Keadilan di Semua Bidang Pasangan Capres-Cawapres SBY-Boediono telah merancang 5 Strategi Pokok sebagai berikut: 1. Melanjutkan Pembangunan Ekonomi Indonesia untuk mencapai Kesejahteraan bagi seluruh Rakyat Indonesia. 2. Melanjutkan upaya menciptakan Good Government dan Good Corporate Governance. 3. Demokratisasi Pembangunan dengan memberikan ruang yang cukup untuk partisipasi dan kreativitas segenap komponen Bangsa. 4. Melanjutkan
penegakan
hukum
tanpa
pandang
bulu
dan
memberantas korupsi. 5. Belajar dari pengalaman yang lalu dan dari negara-negara lain, maka Pembangunan Masyarakat Indonesia adalah pembangunan yang inklusif bagi segenap komponen bangsa. Ø Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
Di antara tiga calon presiden yang maju bertarung dalam Pemilu Presiden 2009, Susilo Bambang Yudhoyono adalah contoh kegigihan anak desa tanpa modal nama besar keluarga commit meraih tomimpinya. Muhammad Jusuf Kalla user
perpustakaan.uns.ac.id
63 digilib.uns.ac.id
menyandang nama besar ayahnya, Hadji Kalla, saudagar sukses. Megawati Soekarnoputri menyandang nama besar ayahnya, Soekarno, Presiden RI pertama. SBY lahir di lingkungan Pondok Pesantren Tremas, Pacitan, Jawa Timur pada 9 September 1949. SBY adalah anak tunggal dari pasangan R Soekotjo dan Siti Habibah. Ayahnya R Soekotjo adalah seorang Bintara Angkatan Darat, sementara ibunya, Siti Habibah, putri salah seorang pendiri pondok pesantren Tremas. R Soektotjo memberi nama Susilo Bambang Yudhoyono karena penuh makna. Susilo berarti orang yang santun dan penuh kesusilaan. Bambang artinya ksatria. Yudho bermakna perang dan Yono berarti kemenangan. Jadi Susilo Bambang Yudhoyono berarti seorang yang santun, penuh kesusilaan, ksatria dan berhasil memenangkan setiap peperangan. Seperti ayahnya, Soekotjo, seorang tentara, Yudhoyono bercita-cita menjadi tentara. Karena terlambat mendaftar, Yudhoyono ”terasing” nyaris dua tahun sebelum masuk Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri). Lulus dari Sekolah Menengah Atas 1 Pacitan tahun 1968, Yudhoyono pergi ke Surabaya, Jawa Timur. Di Surabaya, Yudhoyono diterima sebagai mahasiswa Teknik Mesin Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya (ITS). Tak sampai setahun di ITS, Yudhoyono ke Malang, Jawa Timur, masuk pendidikan guru sekolah lanjutan pertama. Sambil menempuh pendidikan guru, Yudhoyono menyiapkan diri masuk Akabri. Cita-cita masa kecilnya menjadi tentara terus memanggil. Dari Malang, cita-cita menjadi tentara itu dirintis dan dibukakan pintunya di Bandung, Jawa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
64 digilib.uns.ac.id
Barat. Setelah dinyatakan lulus ujian akhir penerimaan di Bandung, Yudhoyono menuju Megelang, Jawa Tengah. SBY meraih lulusan terbaik AKABRI Darat tahun 1973, dan terus mengabdi sebagai perwira TNI sepanjang 27 tahun. Beliau meraih pangkat Jendral TNI pada tahun 2000. Sepanjang masa itu, beliau mengikuti serangkaian pendidikan dan pelatihan di Indonesia dan luar negeri, antara lain Seskoad di mana pernah pula menjadi dosen, serta Command and General Staff College di Amerika Serikat. Dalam tugas militernya, beliau menjadi komandan pasukan dan teritorial, perwira staf, pelatih dan dosen, baik di daerah operasi maupun markas besar. Penugasan itu diantaranya, Komandan Brigade Infanteri Lintas Udara 17 Kostrad, Panglima Kodam II Sriwijaya dan Kepala Staf Teritorial TNI. Karier militer Yudhoyono berakhir sesaat setelah ABRI direformasi dan diubah menjadi TNI. Saat itu Yudhoyono menjadi Kepala Staf Teritorial TNI (1999). Presiden Abdurrahman Wahid meminta Yudhoyono menjadi Menteri Pertambangan dan Energi Kabinet Persatuan Nasional. Lepas dari karier militer, Yudhoyono mulai menatapi karier politiknya. Di bawah pemerintahan Abdurrahman Wahid dan Megawati Soekarnoputri, Yudhoyono melihat peluang menjadi wakil presiden dan presiden. Untuk karier politik itu, anak desa yang sudah tinggal di Puri Cikeas Indah, Bogor, Jawa Barat, itu mengubah nama panggilannya menjadi SBY. Pengalaman kalah dalam pemilihan wakil presiden mendampingi Presiden Megawati dalam Sidang Istimewa MPR (2001) menjadi titik awal karier politik SBY. Setelah mengakui kekalahan dan mendukung Hamzah Haz sebagai wapres, commit to user
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
SBY menyusun langkah menuju Istana. Langkah awal yang dibuatnya adalah mendirikan Partai Demokrat. Menjelang kampanye Pemilu 2004, SBY mundur dari kabinet dengan drama yang membuat penonton televisi memihak kepadanya. Demokrat meraih 7,4 persen suara. Modal suara ini dipakai untuk Pilpres 2004 bersama Partai Bulan Bintang (PBB) dan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI). Berpasangan dengan Jusuf Kalla yang keluar dari konvensi capres Partai Golkar, SBY berhasil lolos ke putaran kedua Pilpres 2004. Saat berhadap-hadapan dengan
Megawati
Soekarnoputri-Hasyim
Muzadi,
SBY-JK
berhasil
memenanginya. Peraih gelar doktor di bidang manajemen ekonomi pertanian dari Institut Pertanian Bogor itu akhirnya terpilih menjadi Presiden RI pada pemilu yang dipilih langsung oleh rakyat. Daftar Riwayat Hidup: Nama
: Susilo Bambang Yudhoyono
Lahir
: Pacitan, Jawa Timur, 9 September 1949
Agama
: Islam
Istri
: Kristiani Herrawati
Anak
: Agus Harimurti Yudhoyono Edhie Baskoro Yudhoyono
Pendidikan
:
·
Akademi Angkatan Bersenjata RI (Akabri) tahun 1973
·
American Language Course, Lackland, Texas AS, 1976
·
Airbone and Ranger Course, Fort Benning commit to user , AS, 1976
perpustakaan.uns.ac.id
66 digilib.uns.ac.id
·
Infantry Officer Advanced Course, Fort Benning, AS, 1982-1983
·
On the job training di 82-nd Airbone Division, Fort Bragg, AS, 1983
·
Jungle Warfare School, Panama, 1983
·
Kursus Senjata Antitank di Belgia dan Jerman, 1984
·
Kursus Komando Batalyon, 1985
·
Sekolah Komando Angkatan Darat, 1988-1989
·
Command and General Staff College, Fort Leavenworth, Kansas, AS
·
Master of Art (MA) dari Management Webster University, Missouri, AS
·
Doktor dalam bidang Ekonomi Pertanian dari Institut Pertanian Bogor (IPB), tahun 2004.
Karir
:
·
Dan Tonpan Yonif Linud 330 Kostrad (1974-1976)
·
Dan Tonpan Yonif 305 Kostrad (1976-1977)
·
Dan Tn Mo 81 Yonif Linud 330 Kostrad (1977)
·
Pasi-2/Ops Mabrigif Linud 17 Kujang I Kostrad (1977-1978)
·
Dan Kipan Yonif Linud 330 Kostrad (1979-1981)
·
Paban Muda Sops SUAD (1981-1982)
·
Komandan Sekolah Pelatih Infanteri (1983-1985)
·
Dan Yonif 744 Dam IX/Udayana (1986-1988)
·
Paban Madyalat Sops Dam IX/Udayana (1988)
·
Dosen Seskoad (1989-1992)
·
Korspri Pangab (1993)
·
Dan Brigif Linud 17 Kujang 1 Kostrad (1993-1994) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
67 digilib.uns.ac.id
·
Asops Kodam Jaya (1994-1995)
·
Danrem 072/Pamungkas Kodam IV/Diponegoro (1995)
·
Chief Military Observer United Nation Peace Forces (UNPF) di BosniaHerzegovina (sejak awal November 1995)
·
Kasdam Jaya (1996-hanya lima bulan)
·
Pangdam II/Sriwijaya (1996-) sekaligus Ketua Bakorstanasda
·
Ketua Fraksi ABRI MPR (Sidang Istimewa MPR 1998)
·
Kepala Staf Teritorial (Kaster ABRI (1998-1999)
·
Mentamben (sejak 26 Oktober 1999)
·
Menko Polsoskam (Pemerintahan Presiden KH Abdurrahman Wahid)
·
Menko Polkam (Pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri) mengundurkan diri 11 Maret 2004
·
Presiden Republik Indonesia (2004-2009)
Ø Boediono
Prof. Dr. Boediono, MEc lahir 25 Februari 1943 di Kampung Kepanjen Lor, Blitar, Jawa Timur, dari pasangan Ahmad Siswo Harjono (pedagang batik) dengan Samilah. Sulung dari tigacommit bersaudara ini berasal dari keluarga sederhana. to user
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pendapatan dari berdagang batik tidak mencukupi kebutuhan sehari- hari sehingga Samilah, ibunya, membantu dengan berjualan perhiasan. Selepas SMA dengan berbekal beasiswa dari Colombo Plan, ia merantau ke Negara Kanguru untuk meneruskan pendidikannya. Bekal beasiswa sepertinya tidak cukup. Di sela-sela kuliah, ia bekerja paruh waktu di Central Bureau of Census and Statistics, Commonwealth of Australia, Canberra, tahun 1964. Pada 1967, ia berhasil mengantongi gelar Bachelor of Economics (Hons.) dari Universitas Western Australia. Tidak puas dengan gelar S-1 yang disandangnya, ia melanjutkan master di Universitas Monash, Melbourne. Lima tahun kemudian, gelar master of economics berhasil disandang. Lalu, pada tahun 1979, ia mendapatkan gelar PhD di bidang ekonomi dari Wharton School, Universitas Pennsylvania, salah satu perguruan tinggi terbaik di dunia. Boediono memulai karier akademisnya sebagai guru di Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada tahun 1974. Pak Boed demikian panggilan di kampusnya termasuk dosen yang rajin mengajar. Suami Herawati ini pada 24 Februari 2007 dikukuhkan sebagai guru besar Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM. Pidato pengukuhannya yang bertema ”Dimensi Ekonomi-Politik Pembangunan Indonesia” memberikan sinyal kuat bahwa belakangan tumbuh minat terhadap disiplin ilmu lain selain ekonomi, yaitu politik. Pidatonya tersebut mempertautkan kinerja ekonomi Indonesia dengan kinerja demokrasi. commit to user
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pada tahun 1990 salah satu artikelnya mengenai pembangunan Indonesia sempat dibaca JB Sumarlin yang saat itu menjabat Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional masa pemerintahan Presiden Soeharto. Tidak berapa lama, Boediono ditawari Kepala Biro Ekonomi. Inilah awal masuknya Boediono di jajaran birokrasi. Ia kemudian masuk ke Bank Indonesia pada tahun 1993 sebagai salah satu direktur BI sampai tahun 1998. Pada masa pemerintahan BJ Habibie di Kabinet Reformasi Pembangunan, ia dipercaya sebagai Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional. Setahun kemudian, ketika terjadi peralihan kabinet dan kepemimpinan dari Presiden BJ Habibie ke Abdurrahman Wahid, posisinya digantikan oleh Kwik Kian Gie. Ketika Abdurrahman Wahid tergusur diganti oleh Presiden Megawati Soekarnoputri, ia dipercaya sebagai Menteri Keuangan pada 2001 dalam Kabinet Gotong Royong menggantikan Rizal Ramli sampai 2004. Menjelang jabatan berakhir, ia membawa Indonesia lepas dari bantuan Dana Moneter Internasional dan mengakhiri kerja sama dengan lembaga tersebut. Tak heran bila Business Week memberi predikat sebagai salah seorang menteri yang paling berprestasi dalam kabinet tersebut. Di
kabinet
ini,
ia
bersama
Dorodjatun
Kuntjoro-Jakti
(Menko
Perekonomian), Kwik Kian Gie (Menteri Bappenas), dan Bank Indonesia dijuluki ”The Dream Team”. Mereka dinilai berhasil menguatkan stabilitas makroekonomi Indonesia yang belum sepenuhnya pulih dari krisis moneter 1998. Salah satunya adalah berhasil menstabilkan kurs rupiah di angka kisaran Rp 9.000 per dollar AS commit to user
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
setelah sempat menembus lebih dari Rp 17.000 menjelang kejatuhan Presiden Soeharto. Ketika Yudhoyono terpilih sebagai presiden pada Pemilu 2004, ia tidak masuk jajaran kabinet. Boediono lebih memilih kembali mengajar di UGM. Kala kondisi ekonomi tidak menentu akibat tingginya inflasi menyusul kenaikan harga BBM, 1 Oktober 2005, Presiden Yudhoyono melakukan perombakan (reshuffle) kabinet pada 5 Desember 2005. Boediono akhirnya bersedia kembali masuk kabinet menggantikan Aburizal Bakrie sebagai Menko Perekonomian. Ketika jabatan Gubernur BI kosong, presiden pun mencalonkan dirinya. DPR pun menyetujui dan mengesahkannya sebagai Gubernur Bank Indonesia pada 9 April 2008, menggantikan Burhanuddin Abdullah. Ia merupakan calon tunggal yang diusulkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Genap setahun menjabat sebagai Gubernur BI, Boediono akhirnya dipinang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengajukan diri lagi dalam pemilihan umum presiden 8 Juli 2009 untuk menjadi wakilnya. Dan ia menerima pinangan itu setelah mempertimbangkan dengan saksama. Daftar Riwayat Hidup: Nama
: Prof. Dr. Boediono
Lahir
: Blitar, Jawa Timur, 25 Februari 1943
Agama
: Islam
Istri
: Herawati
Anak
: Ratriana Ekarini dan Dios Kurniawan
Pendidikan
:
commit to user
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
·
S1 : Bachelor of Economics (Hons.), University of Western Australia (1967)
·
S2 : Master of Economics, Monash University, Melbourne, Australia (1972)
·
S3 : Doktor Ekonomi Bisnis Wharton School University of Pennsylvania, Amerika Serikat (1979)
Karir ·
: Menteri Koordinator Perekonomian Kabinet Indonesia Bersatu (20052009)
·
Menteri Keuangan Kabinet Gotong Royong (2001-2004)
·
Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua Bappenas Kabinet Reformasi Pembangunan (1998-1999)
·
Direktur I Bank Indonesia Urusan Operasi dan Pengendalian Moneter (1997-1998)
·
Direktur III Bank Indonesia Urusan Pengawasan BPR (1996-1997)
·
Dosen Fakultas Ekonomi UGM
C. Profil Pasangan Jusuf Kalla Dan Wiranto (JK-WIN)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
72 digilib.uns.ac.id
Setelah resmi mendeklarasikan diri pada hari Jum’at, 1 Mei 2009 sebagai pasangan calon presiden-calon wakil presiden, Jusuf Kalla dan Wiranto melakukan “Proklamasi” pada hari Minggu, 10 Mei 2009 ini. Proklamasi ini bertempat di Tugu Proklamasi, jalan Proklamasi Jakarta. Di tempat inilah, yang dahulunya bernama jalan Pegangsaan Timur No. 56, Soekarno dan Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Cara pasangan JK-Wiranto yang didukung dari partai Golkar dan Hanura ini terinspirasi oleh kesederhanaan Soekarno-Hatta saat memproklamirkan kemerdekaan negeri Indonesia. Di samping itu juga mencerminkan tekad kuat untuk kembali ke cita-cita Proklamator untuk menegakkan harkat-martabat bangsa. Visi pasangan calon presiden dan wakil presiden
JK-Wiranto adalah
INDONESIA YANG ADIL, MANDIRI, DAN BERMARTABAT. Visi ini didasari dari cita-cita utama pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang secara singkat dapat dicuplik dari Pembukaan UUD 1945, yaitu terwujudnya: (i) Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur; (ii) Perikehidupan kebangsaan yang bebas; dan (iii) Pemerintahan Negara Indonesia untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Secara jelas spirit Pembukaan UUD 1945 itu memuat tiga pilar penting bagi Indonesia, yakni menciptakan keadilan, membangun kemandirian, dan menjaga martabat bangsa. commit to user
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Keadilan akan menciptakan kesejahteraan dan keharmonisan antarwarga negara, kemandirian memberi ruang penyelenggara negara untuk memutuskan arah dan tujuan bangsa secara berdaulat, dan martabat akan mengantarkan bangsa ini berdiri tegak sejajar dengan bangsa lainnya. Tiga bangunan inilah yang mesti diperjuangkan dalam membangun Indonesia ke depan. Sedangkan misi yang yang akan diperjuangkan adalah: 1. MEWUJUDKAN EKONOMI BANGSA YANG MANDIRI, BERDAYA SAING, DAN BERKEADILAN. 2. MEWUJUDKAN DEMOKRASI DAN OTONOMI DAERAH YANG SEHAT, EFESIEN DAN EFEKTIF. 3. MEWUJUDKAN KETAHANAN SOSIAL BUDAYA UNTUK INTEGRASI
NASIONAL
YANG
MENJAMIN
KEBHINNEKAAN. 4. MEWUJUDKAN PENEGAKAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Agenda kebijakan yang akan ditetapkan oleh pasangan ini adalah: 1. Ekonomi:
membangun
ekonomi
kerakyatan,
membangun
kadaulatan pangan dan energi, meningkatkan daya saing produk dalam negeri, menciptakan struktur ekonomi nasional yang adil. 2. Politik dan Hukum: memperkuat system presidensiil yang didukung sistem funsi-fungsi
kepartaian yang sederhana, menata kembali
lembaga
negara,
commit to user
reformasi
birokrasi
untuk
perpustakaan.uns.ac.id
74 digilib.uns.ac.id
mewujudkan penyelenggara Negara yang tangkas, tanggap dan cepat. 3. Pertahanan dan Keamanan: menjaga kedaulatan dan keutuhan NKRI, modernisasi alat utama system persenjataan TNI-Polri, peningkatan anggaran pertahanan dan keamanan. 4. Pendidikan: meningkatkan kualitas dan pemerataan pendidikan, meningkatkan penyediaan pendidikan yang terjangkau. 5. Sosial Budaya: meningkatkan solidaritas sosial kesetiakawanan dan memupuk semangat nasionalisme. 6. Kesehatan: meningkatkan penyediaan sarana dan prasarana kesehatan dokter dan tenaga media yang memadai bagi daerah tertinggal. 7. Pemuda dan Olahraga: pengembangan kepeloporan pemuda, peningkatan prestasi olahraga. Ø Jusuf Kalla
Jusuf Kalla lahir di Watampone, Bone, Sulawesi Selatan, 15 Mei 1942. Dunia politik sudah dirintisnya sejak menjadi mahasiswa Universitas Hasanuddin commit to user (Unhas), Makassar. Berbagai jabatan organisasi kemahasiswaan pernah
perpustakaan.uns.ac.id
75 digilib.uns.ac.id
disandangnya, dari Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Ekonomi, Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Makassar, Ketua Dewan Mahasiswa Unhas, hingga Ketua Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia Ujung Pandang. Pengalaman organisasi semasa mahasiswa inilah yang memberi bekal putra pasangan Haji Kalla dan Athirah ini mengenal dunia politik. Tahun 1965 sesaat setelah pembentukan Sekretariat Bersama Golongan Karya (Sekber Golkar), M. Jusuf Kalla terpilih menjadi Ketua Pemuda Sekber Golkar Sulawesi Selatan dan Tenggara (1965-1968). Kemudian, terpilih menjadi Anggota DPRD Provinsi Sulawesi Selatan Periode 1965-1968 mewakili Sekber Golkar. Pada Musyawarah Nasional (Munas) Golkar di Bali, bulan Desember 2004 ia terpilih menjadi Ketua Umum Partai Golkar Periode 2004-2009. Sebelumnya, ia menjabat sebagai Anggota Dewan Penasihat DPP Golkar, dan menjadi Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI Utusan Golkar (1982-1987), serta Anggota MPR-RI Utusan Daerah (1997-1999). Putra pasangan Hadji Kalla dan Hajjah Athirah ini sebelum terjun ke pemerintahan dikenal luas oleh dunia usaha sebagai pengusaha sukses. Usahausaha yang dirintis ayahnya, NV. Hadji Kalla, diserahkan kepemimpinannya sesaat setelah ia diwisuda menjadi Sarjana Ekonomi di Universitas Hasanuddin Makassar Akhir Tahun 1967.Di samping menjadi Managing Director NV. Hadji Kalla, juga menjadi Direktur Utama PT Bumi Karsa dan PT Bukaka Teknik Utama. Usaha yang digelutinya, di samping usaha lama, ekspor hasil bumi, dikembangkan usaha yang penuh idealisme, yakni pembangunan infrastruktur commit to user
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
seperti pembangunan jalan, jembatan, dan irigasi guna mendorong produktivitas masyarakat pertanian. Anak perusahaan NV. Hadji Kalla antara lain; PT Bumi Karsa (bidang konstruksi) dikenal sebagai kontraktor pembangunan jalan raya trans Sulawesi, irigasi di Sulsel, dan Sultra, jembatan-jembatan, dan lain-lain. PT Bukaka Teknik Utama didirikan untuk rekayasa industri dan dikenal sebagai pelopor pabrik Aspal Mixing Plant (AMP) dan gangway (garbarata) di Bandara, dan sejumlah anak perusahaan di bidang perumahan (real estate); transportasi, agrobisnis dan agroindustri. Atas prestasinya di dunia usaha, Jusuf Kalla dipilih oleh dunia usaha menjadi Ketua Kamar Dagang dan Industri Daerah (Kadinda) Sulawesi Selatan (1985-1997), Ketua Dewan Pertimbangan KADIN Indonesia (1997-2002), Ketua Umum Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI), Sulawesi Selatan (1985-1995), Wakil Ketua ISEI Pusat (1987-2000), dan Penasihat ISEI Pusat (2000-sekarang). Di bidang pendidikan, Jusuf Kalla menjadi Ketua Yayasan Pendidikan Hadji Kalla yang mewadahi TK, SD, SLTP, SLTA Athirah, Ketua Yayasan Pendidikan Al-Ghazali, Universitas Islam Makassar. Selain itu, ia menjabat Ketua Dewan Penyantun (Trustee) pada beberapa universitas, seperti Universitas Hasanuddin (UNHAS) Makassar; Institut Pertanian Bogor (IPB); Universitas Islam Negeri (UIN) Makassar; Universitas Negeri Makassar (UNM), Ketua Dewan Pembina Yayasan Wakaf Paramadina; Ketua Ikatan Keluarga Alumni (IKA) UNHAS. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
77 digilib.uns.ac.id
Di kalangan ulama dan pemuka masyarakat, nama Jusuf Kalla dikenal sebagai Mustasyar Nahdhatul Ulama Wilayah Sulawesi Selatan, melanjutkan tugas-tugas dan tanggung jawab ayahnya, Hadji Kalla, yang sepanjang hidupnya menjadi bendahara NU Sulsel juga menjadi bendahara Masjid Raya, Masjid Besar yang bersejarah di Makassar. Ketika akan membangun masjid bersama Alm. Jenderal M. Jusuf, Jusuf Kalla dipilih menjadi Ketua Yayasan Badan Wakaf Masjid Al-Markaz al-Islami (Masjid Jend. M. Jusuf). Sekarang, Masjid tersebut menjadi Masjid termegah di Indonesia Timur. Di kalangan agama-agama lain selain Islam, Jusuf Kalla dipilih menjadi Ketua Forum Antar-Agama Sulsel. Pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid (Presiden RI ke4), M. Jusuf Kalla dipercayakan selama kurang dari setahun (1999-2000) sebagai Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI merangkap Kepala Bulog. Pada masa Presiden Megawati Soekarnoputri (2001-2004) ia dipilih menduduki jabatan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat. Jusuf Kalla kemudian mengundurkan diri sebagai Menko Kesra RI sebelum maju sebagai calon wakil presiden, mendampingi calon presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla (SBY-JK) berhasil sebagai pemenang Pemilu 2004. SBY dilantik sebagai Presiden RI ke-6 dan M. Jusuf Kalla sebagai Wakil Presiden RI ke-10. Pasangan ini menjadi Presiden dan Wakil Presiden RI yang pertama kali dipilih rakyat secara langsung. Daftar Riwayat Hidup : Nama
: Drs. H. Muhammad Jusuf Kall
Lahir
: Watampone, 15 Mei 1942 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Agama
78 digilib.uns.ac.id
: Islam
Alamat Rumah: Jl. Denpasar Raya CIII/9 Kuningan Jakarta Pusat Isteri
: Ny. Mufidah Jusuf
Anak-anak
:
1. Muchlisa Jusuf 2. Muswirah Jusuf 3. Imelda Jusuf 4. Solichin Jusuf 5. Chaerani Jusuf Cucu : (1). Ahmad Fikri; (2) Mashitah; (3) Jumilah Saffanah; (4) Emir Thaqib; (5) Rania Hamidah; (6) Aisha Kamilah; (7) Siti Safa; (8) Rasheed; dan (9) Maliq Jibran. Pendidikan
:
·
Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin (1967)
·
The European Institute of Business Administration, Perancis (1977)
Karir
:
·
Agustus 2001 - 2004 : Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat
·
1999 - 2000 : Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI
·
1968 - 2001 : Direktur Utama NV. Hadji Kalla
·
1969 - 2001 : Direktur Utama PT. Bumi Karsa
·
1988 - 2001 : Komisaris Utama PT. Bukaka Teknik Utama
·
1988 - 2001 : Direktur Utama PT. Bumi Sarana Utama
·
1993 - 2001 : Direktur Utama PT. to Kalla commit userInti Karsa
79 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
·
1995 - 2001 : Komisaris Utama PT. Bukaka Singtel International
Organisasi
:
·
2000 - sekarang : Anggota Dewan Penasehat ISEI Pusat
·
1985 - 1998 : Ketua Umum KADIN Sulawesi Selatan
·
1994 - sekarang : Ketua Harian Yayasan Islamic Center AI-Markaz
·
1992 - sekarang : Ketua IKA-UNHAS
·
1988 - 2001 : Anggota MPR-RI
·
2004-2009: Ketua Umum DPP Partai Golkar
Ø Wiranto
Wiranto dilahirkan pada 4 April 1947 di Yogyakarta, Ayahnya, RS Wirowijoto adalah seorang guru sekolah dasar, dan ibunya bernama Suwarsijah. Pada usia sebulan, Wiranto dibawa pindah oleh orang tuanya ke Surakarta akibat agresi Belanda yang menyerang kota Yogyakarta. Di Surakarta inilah ia kemudian bersekolah hingga menamatkan Sekolah Menengah Atas (SMA N 4 Solo). Sejak kecil,
Wiranto
sudah
bercita-cita ingin
menjadi
tentara.
Cita-cita itu
diwujudkannya saat usia 18 tahun ketika ia masuk Akademi Militer Nasional di commit to user
80 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Magelang pada tahun 1965. Tiga tahun kemudian, ia berhasil lulus dari AMN untuk menapaki jalur militer. Karier pertama ia tapaki di Gorontalo. Wiranto menemukan jodohnya ketika ia ditugaskan di sana pada tahun 1969 sebagai Komandan Peleton Batalyon Infanteri 713, Gorontalo. Di sana ia berkenalan dengan Rugaiya Usman, sosok gadis Gorontalo kelahiran Pauwo Kabila, putri seorang petani kelapa. Pada 22 Februari 1975, Wiranto dan Rugaiya menikah. Namanya melejit setelah menjadi ajudan Presiden Suharto tahun 19871991. Setelah sebagai ajudan presiden, karir militer Wiranto semakin menanjak ketika tampil sebagai Kasdam Jaya, Pangdam Jaya, Pangkostrad, dan KSAD. Selepas KSAD, ia ditunjuk Presiden Soeharto menjadi Pangab (sekarang Panglima TNI) pada Maret 1998. Pada masa itu terjadi pergantian pucuk kepemimpinan nasional. Posisinya yang sangat strategis menempatkannya sebagai salah satu pemain kunci bersama Wakil Presiden B.J. Habibie. Ia tetap dipertahankan sebagai Pangab di era Presiden Habibie. Ketika menjabat sebagai Menteri Pertahanan Keamanan/Panglima ABRI (Menhankam/Pangab) inilah Wiranto menyatakan akan menarik seluruh pasukan militer nonorganik sekaligus mencabut status DOM (daerah operasi militer) di Aceh. Selain itu, ia juga mereformasi peran militer pascaberakhirnya era Orde Baru. Dalam tubuh militer, ia menelurkan kebijakan reformasi di internal. Salah satunya adalah mengganti peran ABRI dan mengembalikan namanya menjadi TNI. Ketika ia menjabat, berbagai peristiwa kerusuhan dan konflik tengah terjadi di negeri ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
81 digilib.uns.ac.id
Pengabdiannya di bidang militer berakhir pada 4 April 1999 pada usia 52 tahun. Saat itu ia menyatakan pensiun dari dinas aktif kemiliteran. Dasar utama keputusan tersebut adalah adanya peraturan bahwa setiap prajurit TNI yang bertugas di luar struktur TNI harus memilih pensiun atau alih status, atau kehilangan jabatan dan kembali ke TNI. Peraturan itu sendiri merupakan respons dari salah satu tuntutan reformasi, khususnya reformasi ABRI dan Polri. Setelah pensiun dari militer, kariernya tetap berlanjut di jalur pemerintahan. Sejumlah posisi di kementerian yang pernah dipegangnya adalah Menteri Pertahanan dan Keamanan (Menhankam) dan Menteri Koordinator Politik dan Keamanan (Menko Polkam). Jabatan Menko Polkam diembannya saat pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid. Dalam perjalanannya, rupanya terjadi ketidakharmonisan hubungan antara Wiranto dan Presiden Wahid. Setelah dinonaktifkan sebagai Menko Polkam pada 14 Februari 2000, selang beberapa bulan kemudian Wiranto resmi meminta berhenti. Meski demikian, ia tetap aktif di dunia politik bersama Partai Golkar. Saat penjaringan calon presiden di Partai Golkar, Wiranto mengajukan diri bersama empat calon lainnya, yaitu Akbar Tandjung, Prabowo Subianto, Aburizal Bakrie, dan Surya Paloh. Namun, hanya Wiranto dan Akbar Tandjung yang berhasil masuk ke putaran kedua pada 20 April 2004. Akhirnya Wiranto pun berhasil mengalahkan Akbar Tandjung yang waktu itu masih menjabat sebagai Ketua Umum Golkar. Sebagai calon presiden, Ia lalu berpasangan dengan Salahuddin Wahid sebagai calon wakil presiden. Dalam pemilu presiden tahun 2004, pasangan ini ternyata tidak berhasil menembus putaran kedua dan gagal commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
82 digilib.uns.ac.id
menjadi pemimpin negeri periode 2004-2009. Lepas dari kegagalan itu, Wiranto kembali ke panggung politik dengan mendirikan partai baru, yaitu Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura). Deklarasi partai dilakukan pada 21 Desember 2006. Partai Hanura ternyata sukses meraih simpati masyarakat. Terbukti dari 38 partai yang yang bersaing, Partai Hanura berhasil meloloskan wakilnya di DPR. Kini lewat partai itulah ia maju lagi dalam pemilu presiden dan wakil presiden 2009 berpasangan dengan Jusuf Kalla. Daftar Riwayat Hidup : Nama
: H. Wiranto. SH.
Lahir
: Yogyakarta, 4 April 1947
Agama
: Islam
Isteri
: Hj. Rugaiya Usman, SH
Anak
: Amalia Sianti, Ika Mayasari, Zainal Rizky
Pendidikan
:
·
Akademi Militer Nasional (AMN), 1968
·
Universitas Terbuka, Jurusan Administrasi Negara, 1995
·
Perguruan Tinggi Ilmu Hukum Militer, 1996
Karir Militer
:
·
Korps Kecabangan Infantri 1968
·
Komandan Peleton Yonif 713 Gorontalo, Sulawesi Selatan
·
Komandan Yonif 712 1982
·
Karo Tiknik Dirbang 1983
·
Kadep Milnik Pusif 1984 commit to user
83 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
·
Kepala Staf Brigade Infanteri IX, Jawa Timur 1985
·
Wakil Asisten Operasi Kepala Staf Kostrad, Jakarta 1987
·
Asisten Operasi Divisi II Kostrad, Jawa Timur
·
Ajudan Presiden 1989-1993
·
Kasdam Jaya 1993-1994
·
Pangdam Jaya 1994-1996
·
Panglima Kostrad 1996-1997
·
Kepala Staf Angkatan Darat 1997-1998
·
Panglima ABRI 1998-1999
Karir Menteri : ·
Menhankam/Pangab 1998 (Kabinet Pembangunan VII)
·
Menhamkan/Pangab/Panglima
TNI
1998-1999
(Kabinet
Reformasi
Pembangunan-Habibie) ·
Menko Polkam, 1999-2000 (Kabinet Persatuan Nasional-Gus Dur)
D. Deskripsi Kota Surakarta Secara geografis Kota Surakarta berada antara 110045'15'' - 110045'35'' Bujur Timur dan antara 7036'00''- 7056'00' 'Lintang Selatan, dengan luas wilayah kurang lebih 4.404,06 Ha. Kota Surakarta juga berada pada cekungan di antara dua gunung, yaitu Gunung Lawu dan Gunung Merapi dan di bagian timur dan selatan dibatasi oleh Sungai Bengawan Solo. Jika dilihat dari batas kewilayahan, Kota Surakarta dikelilingi oleh 3 commit todengan user kabupaten Karanganyar dan kabupaten. Sebelah utara berbatasan
84 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Boyolali, sebelah timur dibatasi dengan kabupaten Sukoharjo dan Karanganyar, sebelah selatan berbatasan dengan kabupaten Sukoharjo, dan sebelah barat berbatasan dengan kabupaten Sukoharjo dan Karanganyar. Sementara itu secara administratif, Kota Surakarta terdiri dari 5 (lima) wilayah kecamatan, yaitu kecamatan Laweyan, Serengan, Pasar Kliwon, Jebres dan Banjarsari. Dari kelima kecamatan ini, terbagi menjadi 51 kelurahan, 595 Rukun Warga (RW) dan 2669 Rukun Tetangga (RT). Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk di Kota Surakarta tercatat sebanyak 500.642 jiwa, dimana jumlah penduduk perempuan lebih banyak dari pada jumlah penduduk laki-laki, yaitu 257.279 jiwa perempuan dan 243.363 jiwa laki-laki. Kecamatan Banjarsari merupakan kecamatan dengan penduduk terbanyak, yaitu 157.438 jiwa (31,45%). Kecamatan dengan penduduk terbanyak selanjutnya adalah Kecamatan Jebres sebesar 27,69 persen dari penduduk Kota Surakarta atau sebanyak 138.624 jiwa. Kemudian Kecamatan Laweyan sebesar 86.315 jiwa, dan kecamatan Pasar Kliwon 74.145 jiwa. Sedangkan Kecamatan Serengan tercatat sebagai kecamatan dengan jumlah penduduk paling sedikit, yaitu sebanyak 44.120 jiwa atau 8,81 persen. Informasi tentang rasio jenis kelamin penting diketahui oleh para politisi, terutama untuk meningkatkan keterwakilan perempuan dalam parlemen. Sex ratio penduduk Kota Surakarta adalah sebesar 94,59, yang artinya jumlah penduduk laki-laki 5,41 persen lebih sedikit dibandingkan jumlah penduduk perempuan, atau setiap 100 perempuan terdapat 95 laki-laki. commit to user
85 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III PENYAJIAN DATA
Dalam iklan politik televisi, kandidat atau partai politiklah yang memutuskan bagaimana pesan multimedia atau bagaimana mereka ingin ditampilkan di hadapan pemilih. Mereka membentuk dan membayar sebuah tim kampanye atau biro jasa iklan untuk membuat iklan sesuai yang mereka inginkan guna membangun pencitraan diri. Penyampaian pesan dalam iklan politik di TV dapat menggunakan berbagai macam tehnik. Devlin (Brian Mcnair, 1999) menyebutkan ada delapan kategori, meskipun tidak saling meniadakan. Pertama, iklan primitive, biasanya artificial, kaku, dan tampak dibuat-buat. Kedua, talking heads, dirancang untuk menyoroti isu dan menyampaikan citra bahwa kandidat mampu menangani isu tersebut dan melakukan pekerjaannya nanti. Berikutnya adalah iklan negative, yang menyerang kebijakan kandidat atau partai lawan. Iklan politik di tv jenis keempat adalah iklan konsep, yang dirancang untuk menggambarkan ide-ide dasar dan penting mengenai kandidat. Kelima adalah cinema-verite, tehnik yang menggunakan
situasi informal dan alami,
misalnya dengan menayangkan kandidat yang sedang berbicara akrab dan spontan dengan rakyat kecil atau satu sisi kehidupan pribadi atau keluarganya atau dunia pekerjaannya.
Meskipun
bertujuan
memberikan
kesan
spontanitas
dan
informalitas, iklan semacam itu juga sering berdasarkan naskah (scenario) dan latihan.
commit to user
86 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dua jenis iklan politik lainnya adalah kesaksian (testimonial), baik dari orang biasa, maupun dari tokoh terkemuka yang dikagumi, baik dari tokoh politik, ilmuwan, olahragawan mau pun artis. Terakhir adalah format reporter netral, rangkaian laporan mengenai kandidat atau lawannya dan memberikan kesempatan kepada pemirsa untuk memberikan penilaian. Tayangan itu tentu saja tidak netral, namun mengandung kesan demikian karena disampaikan secara naratif (Mulyana,1997: 97-98). Sedangkan dari sisi sifat pesan, Linda Kaid (dalam Putra, 2007) menjelaskan, iklan dapat digolongkan menjadi iklan positif dan iklan negatif. Iklan positif adalah iklan yang memuat keunggulan dari sebuah kontestan yang dipasarkan. dan iklan negatif adalah iklan tentang kelemahan pesaing. Dalam penelitian ini, penulis mengkategorisasikan iklan politik televisi yang telah dipilih sesuai dengan kategori tehnik penyampaian pesan menurut Devlin dan Linda Kaid. A. Kategorisasi Penyampaian Pesan Iklan Politik di Televisi Tiap Kandidat Pemilu 2009. 1. Iklan Megawati-Prabowo (Iklan Negatif) Versi “Pro Keluarga Pro Rakyat”
commit to user
87 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kenaikan harga yang terus menerus pada masa pemerintahan yang sedang memimpin menjadi fokus pada iklan politik yang disodorkan oleh tim kampanye pasangan Megawati dan Prabowo. Permasalahan tingginya harga bahan bakar dan bahan pokok yang berdampak kesengsaraan rakyat dikemas dalam iklan berdurasi satu
menit
dengan
narasi
yang
tegas
dan
cuplikan-cuplikan
gambar
memperlihatkan indeks kenaikan harga sembako (sembilan bahan pokok) dan ilustrasi kesulitan rakyat. Pada
awal
iklan,
dinarasikan
bahwa
“tingginya
harga
sangat
menyengsarakan kita semua. Para pekerja mengalami kesulitan untuk membeli bahan bakar minyak dan transportasi, serta berdampak pada kekurangan pangan”. Hal ini ditegaskan dengan menunjukan gambar sebuah keluarga sedang berada di meja makan dan setiap malamnya jatah makan malam mereka semakin berkurang.
Harga yang menyulitkan rakyat tersebut lalu dikaitkan dengan kinerja pemerintah yang sedang memimpin (pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono). Disebutkan dalam narasi iklan tersebut, “Sementara pemerintah berkata bahwa ekonomi kita kuat, bahan bakar dan pangan jauh lebih murah. Kenyataannya setelah lima tahun hanya janji kosong belaka. Sembako hampir 50% lebih tinggi commit to user
88 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dari tahun 2004 dan ini berarti uang anda hanya mampu membeli sedikit saja”. Disini ditunjukkan dengan gambar indeks kenaikan harga.
Dari persoalan ini Megawati dan Prabowo kemudian berupaya akan membawa perubahan dengan harga kebutuhan rakyat. Dalam narasi dikatakan bahwa Megawati yang merupakan ibu negara pada masa kepemimpinannya mampu membuat harga sembako dan harga minyak tanah murah dibanding saat ini, dan Prabowo seorang mantan jendral dan ketua HKTI (Himpunan Kerukunan Tani Indonesia), akan menjalankan delapan program unggulan agar harga tersebut mampu dijangkau rakyat apabila mereka dapat terpilih menjadi presiden dan wakil presiden masa pemerintahan 2009-2014.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
89 digilib.uns.ac.id
2. Iklan SBY-Boediono (Iklan Positif) Versi “Dari Rakyat Untuk Rakyat”
Iklan kampanye politik pasangan SBY dan Boediono menggambarkan tentang bagaimana latar belakang calon presiden dan wakil presiden yang mendapat nomor urutan dua ini. Dengan tema dari rakyat untuk rakyat, dalam durasi iklan satu menit diceritakan bagaimana SBY dan Boediono pada awalnya juga berasal dari keluarga yang sederhana sama seperti rakyat biasa. Gambar yang tersusun didalam iklan merupakan kumpulan foto pribadi dari kedua calon pasangan. Di awal iklan ditampilkan foto-foto keluarga SBY dan Boediono sewaktu kecil, rumah tempat tinggal mereka menghabiskan masa kecil dan masa muda keduanya yang menunjukkan kesederhanaan layaknya rakyat biasa.
Kemudian alur berlanjut dengan menyampaikan bahwa mereka memulai karir juga dari bawah, SBY dari seorang prajurit dan Boediono seorang guru. Disini ditunjukkan poto SBY ketika masih menjadi prajurit dengan corengan khas commitmurid-murid. to user diwajahnya dan foto Boediono bersama
90 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari semua permulaan yang menggambarkan latar belakang SBYBoediono dan bagaimana awal karir mereka, kemudian dijelaskan melalui narasi bahwa SBY-Boediono bekerja untuk mengabdi dan tidak memperkaya diri, menjalankan amanat, bekerja dengan penuh dedikasi dan kesungguhan karena mereka dekat dengan rakyat, asal usul mereka. Hal ini dipertegas dengan teks “mereka berasal dari rakyat, mereka mengabdi untuk rakyat” pada gambar iklan tersebut. 3. Iklan JK-Wiranto (Iklan Positif) Versi “Kepositifan JK” Tim kampanye JK dan Wiranto merepresentasikan JK dalam bentuk singkatan-singkatan kata JK yang kepanjangannya menyiratkan kepositifankepositifan dari seorang Jusuf Kalla. Singkatan-singkatan tersebut diutarakan oleh berbagai kalangan, dengan bentuk layaknya suatu wawancara. Kepositifankepositifan yang ditunjukkan dalam bentuk singkatan itu antara lain “Jaga Keharmonisan” , diutarakan oleh beberapa orang yang berpakaian khas dari tiaptiap agama yang ada di Indonesia; “Jerat Koruptor” diucapkan oleh sekelompok mahasiswa; “Jutaan Kesempatan” oleh seorang pekerja dan lain sebagainya. Semuanya dikemas dalam iklan berdurasi 30 detik dan jingle yang menarik. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
91 digilib.uns.ac.id
B. Deskripsi Responden Latar belakang, pengalaman, kebiasaan, kebutuhan dan lingkungan dapat mempengaruhi seseorang dalam mempersepsi segala sesuatu. Berlaku juga ketika seorang pemilih melihat sebuah iklan kampanye.
Informan pertama hingga
keempat pada penelitian, adalah pelajar yang masih menempuh studi di Sekolah Menengah Atas (SMA), informan kelima hingga kedelapan, adalah mahasiswa perguruan tinggi, dan informan kesembilan hingga keduabelas adalah informan yang telah bekerja.
1. Informan Pertama Nama : Alfiana Amrin Rosyadi Jenis Kelamin : perempuan to user Uang Saku per bulan : Rp commit 150.000,-
92 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pelajar kelas 3 SMA Negeri 3 Surakarta ini mengaku cukup sering melihat iklan politik pasangan calon presiden dan wakil presiden yang disiarkan di televisi. Dari ketiga pasangan calon yang mengikuti pemilu 2009, ia menyukai duet SBY dan Boediono. Hasil kinerja SBY yang telah menjabat lima tahun sebagai presiden periode 2004-2009 dinilainya bagus. Namun meski telah menyukai SBY-Boediono, tidak lantas membuat gadis yang gemar membaca dan menonton dorama ini tidak menggubris iklan politik selain milik SBY-Boediono. Semua iklan politik dari setiap kandidat juga ia perhatikan. Orang tuanya yang berprofesi guru tidak memiliki kecondongan terhadap partai politik tertentu. 2. Informan Kedua Nama : Annisa Mustika Sari Jenis Kelamin : Perempuan Uang Saku per bulan : Rp 200.000,Annisa, pelajar kelas 3 SMA Negeri 1 Surakarta, mengaku sering melihat iklan politik capres-cawapres di televisi. Hampir semua iklan setiap pasangan dia perhatikan, tetapi iklan JK- Wiranto mendapat ekstra perhatian dibanding yang lain. Gadis yang gemar menulis ini memiliki simpati yang lebih terhadap pasangan JK dan Wiranto. Ayahnya yang seorang PNS dan ibunya pekerja wiraswasta merupakan simpatisan partai Golkar (Golongan Karya). 3. Informan Ketiga Nama : Okvan Dwi P
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
93 digilib.uns.ac.id
Jenis Kelamin : Laki-laki Uang Saku per bulan : Rp 200.000,Responden ketiga okvan, hobi bermain drum, ia mengatakan cukup sering melihat iklan politik capres-cawapres di televisi. Semua iklan itu ia tonton sambil lalu. Dari ketiga pasangan calon, pelajar kelas 3 SMA Negeri Surakarta ini belum menentukan mana yang ia sukai. Karena pada dasarnya okvan mengaku belum memiliki minat terhadap politik. Orang tua okvan bekerja sebagai seorang wiraswasta dan tidak memiliki kecondongan terhadap partai politik tertentu. 4. Informan Keempat Nama : Diptanta Wahyu Jati Nugraha Umur : 18 tahun Jenis Kelamin : laki-laki Uang Saku per bulan : Rp 150.000,Mengaku sering melihat iklan politik kampanye ditelevisi. Semua iklan dari pasangan JK, Mega dan SBY ia tonton tapi paling hanya sekedar melihat gambarnya dan tidak terlalu memerhatikan isinya. Menurut Diptanta, jabatan presiden itu seharusnya diisi oleh kaum pria, seperti yang diajarkan dalam agama keyakinannya yaitu agama islam. Oleh karena itu ia tidak memiliki simpati terhadap pasangan Mega-Prabowo. Penggemar olah raga futsal ini lebih menyukai pasangan SBY-Boediono. Alasan pelajar kelas tiga SMAN 4 Surakarta ini mendukung SBY adalah latar belakang SBY yang berasal dari militer. Pemimpin yang berasal dari commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
94 digilib.uns.ac.id
militer, menurut dia biasanya sukses dalam memimpin Indonesia. Orang tua Diptanta bekerja sebagai PNS, dan partai politik yang diminati oleh orang tuanya ialah Partai Amanat Nasional. 5. Informan Kelima Nama : Farah Aria Rendra Umur : 18 tahun Jenis kelamin : Perempuan Uang Saku per bulan : Rp 400.000,Mengaku sering melihat iklan kampanye politik di televisi. Mahasiswi FKIP jurusan pendidikan kimia ini, mengatakan bahwa dari ketiga calon pasangan dia belum menentukan ketertarikan terhadap padangan tertentu. Semua iklan kampanye politik dari setiap pasangan capres-cawapres diakuinya ditonton hanya sambil lalu. Pekerjaan orang tua Farah adalah guru (PNS), mereka memiliki kecondongan terhadap partai politik Golkar. 6. Informan Keenam Nama : Tuning Wijayanti Umur : 19 tahun Jenis kelamin : Perempuan Uang Saku per bulan : Rp 300.000,Tuning, mahasiswi FKIP jurusan pendidikan ekonomi, mengaku sering melihat iklan kampanye di televisi. Dari ketiga kandidat caprescawapres, dia belum memiliki pasangan yang dijagokan. Oleh karena itu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
95 digilib.uns.ac.id
tuning yang merupakan pecinta alam ini memperhatikan semua iklan setiap pasangan kandidat. Orang tua tuning bekerja sebagai buruh, dan mendukung partai demokrat. 7. Informan Ketujuh Nama : Luluk Fajri Umur :20 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Uang Saku per bulan : Rp 500.000,Luluk, mahasiswi FKIP jurusan pendidikan kimia, mengaku sering melihat iklan kampanye di televisi. Dari ketiga kandidat, dia memiliki simpati lebih terhadap pasangan JK-Wiranto. Setiap ada iklan kampanye politik yang baru dari tiap kandidat pasti dia tonton tapi iklan milik JK diperhatikan secara lebih. Orang tua Luluk bekerja sebagai PNS dan memiliki kecondongan terhadap partai amanat nasional. 8. Informan Kedelapan Nama : Listiyo Budi Santoso Umur : 19 tahun Jenis Kelamin : laki-laki Uang Saku per bulan : Rp 300.000,Tiyo, mahasiswa FISIP jurusan Sosiologi, mengaku sering melihat iklan kampanye di televisi. Dari ketiga kandidat, dia belum memiliki jagoan tentang siapa yang diharapkan menang dalam pertarungan pemilu capres-cawapres 2009. Semua iklan dari setiap pasangan dia lihat sampai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
96 digilib.uns.ac.id
habis dan diperhatikan dengan sungguh-sungguh. Orang tua Tiyo bekerja sebagai guru SD dan tidak memiliki kecenderungan menyukai partai tertentu. 9. Informan Kesembilan Nama : Miftah Abdurrozak Umur : 19 tahun Jenis kelamin : laki-laki Penghasilan per bulan : Rp 300.000,Banyaknya iklan politik yang bermunculan ditelevisi, mau tidak mau membuat miftah sering melihatnya. Semua iklan politik tersebut dia tonton dan perhatikan. Mahasiswa yang juga bekerja sebagai penjaga masjid ini menganggap kinerja pada masa kepemimpinan SBY itu bagus. Sehingga menjadi nilai lebih bagi SBY dibandingkan pasangan yang lain. Orang tua yang bekerja sebagai petani tidak memiliki kecondongan terhadap partai tertentu. 10. Informan Kesepuluh Nama : Iin Andriani Umur : 18 tahun Jenis kelamin : Perempuan Penghasilan per bulan : Rp 400.000,Iin, penjaga sebuah toko pakaian, mengaku sering melihat iklan kampanye di televisi. Semua iklan dari setiap kandidat capres-cawapres ia tonton meski ia sendiri condong menyukai SBY-Boediono. Ayah Iin commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
97 digilib.uns.ac.id
bekerja sebagai sopir bus pariwisata dan ibunya membuka warung di rumah. Orang tua Iin memiliki kecenderungan mendukung partai Demokrat. 11. Informan Kesebelas Nama : Widi Irawan Umur : 18 tahun Jenis kelamin : Laki-laki Penghasilan per bulan : Rp 500.000,Widi, satpam perumahan Fajar indah, mengaku setiap iklan kampanye yang ia tonton, ia perhatikan sampai habis. Semua iklan kampanye setiap pasangan calon capres-cawapres ia tonton walaupun ia hanya menyukai pasangan SBY-Boediono. Orang tua widi bekerja swasta dan pendukung partai Hanura. 12. Informan keduabelas Nama : Frenky Deswanto Umur : 20 tahun Jenis kelamin : Laki-laki Penghasilan per bulan : Frenky, lulusan SMK, mengaku sering melihat iklan kampanye ditelevisi. Setiap iklan ia tonton sambil lalu, pekerja serabutan ini juga tidak memiliki kecondongan terhadap pasangan tertentu. Orang tua Frenky tidak bekerja, dan mereka mendukung partai yang mengusung pasangan SBY-Boediono yaitu demokrat. commit to user
98 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Selama masa kampanye pemilihan umum calon presiden dan calon wakil presiden 2009, sering kita melihat iklan
tentang capres-cawapres wira-wiri
muncul di media televisi. Pemerhati masalah internasional dari Universitas Airlangga, T. Yulianti menulis pada harian Suara Pembaharuan bahwa gejala politik di Indonesia telah memasuki era yang baru. Yulianti menulis: “Perkembangan demokrasi di tanah air memasuki era baru yang ditandai dengan kebangkitan para media strategis, image makers dan konsultan politik di belakang tim sukses kampanye para calon presiden. Indonesia telah memasuki era “President for Sale” di mana kemenangan kandidat dalam pemilu akan sangat ditentukan oleh kepiawaian konsultan politik dan biro iklan dalam menjual isu, image dan janji-janji politisi yang menjadi kliennya. Iklan-iklan politik di televisi menjual kandidat presiden, seperti produsen menjajakan produk sabun dan sikat gigi.”
Iklan-iklan politik tersebut telah dirancang sedemikian rupa guna menarik suara dari pemilih. Kandidat wakil presiden, Wiranto, dalam diskusi bertajuk “Dengan Iklan Politik Menuju Kontrak Politik”, yang dilaksanakan oleh Asosiasi Pascasarjana Komunikasi Universitas Indonesia, November 2008, mengatakan media telah digunakan untuk menjangkau target konstituen politik, mencapai tujuan politik, dan mengatasi hambatan-hambatan komunikasi secara geografis ataupun psikografis mengingat besarnya jumlah dan luasnya sebaran kontituen. Peran media yang telah sedemikian maju dibanding pada pemilu-pemilu sebelumnya memacu lahirnya iklan-iklan politik TV dan perkembangan politik Indonesia dewasa ini menempatkan citra sebagai prioritas penting. (Wiranto, 2008) commit to user
99 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Iklan politik televisi pertama kali muncul di Indonesia pada Pemilu 1999, dan hingga Pemilu 2009 penggunaannya semakin pesat. Dari sisi konten, iklan politik pada pemilu 1999 dan 2004, memiliki sejumlah karakteristik. Setiyono (Danial, 2009: 63-64) menyebutkan, di awal kelahirannya iklan-iklan politik tv pemilu 1999 tidak berbeda dengan dengan iklan kecap, dalam artian tidak ada perbedaan antara iklan politik dengan iklan produk. Iklan-iklan politik saat itu, jelas Setiyono, sebagian besar berisi ajakan untuk mencoblos nomor urut partai dan memperkenalkan logo partai. Setiyono kemudian mengutip pendapat Deddy Mulyana, guru besar Fakultas Ilmu Komunikasi dan Pascasarjana Universitas Padjajaran Bandung, yang mengatakan bahwa unsur terpenting yang ditonjolkan dalam iklan-iklan olitik TV dalam Pemilu 1999 memberi kesan miskin gagasan dan tidak banyak berbeda dengan iklan kecap. Dalam Pemilu Legislatif 2004, kondisi iklan politik
TV tidak jauh
berbeda dengan Pemilu 1999. Baru pada Pemilu 2009, iklan politik TV di Indonesia mengalami perkembangan dengan adanya iklan negatif. Adalah Wiranto, Ketua Umum Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), yang dinilai pertama kali mencoba mengenalkan bentuk iklan yang bersifat menyerang. Sejak akhir tahun 2007, Wiranto membuat sejumlah iklan di media massa yang bertendensi menyerang pemerintah, terutama masalah kemiskinan. Gaya kampanye iklan semacam ini rupanya kemudian diikuti oleh pasangan capres dan cawapres pemilu 2009, Megawati dan Prabowo dalam iklan bertajuk “Pro keluarga Pro Rakyat”. Sedang dua pasangan kandidat lainnya tetap mengandalkan iklan politik bersifat positif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
100 digilib.uns.ac.id
Dari fenomena ini peneliti kemudian mengkaji mengenai persepsi pemilih khususnya pemilih pemula terhadap iklan-iklan politik di televisi para calon presiden dan wakil presiden pada pemilu 2009. Penulis menargetkan penelitian pada pemilih pemula karena diyakini pemilih yang memiliki ketertarikan dan keterlibatan yang kurang terhadap kampanye politik, telah menjadikan iklan politik sebagai sumber informasi mereka tentang kandidat (Kaid dan Holtz, 2008)
A. Persepsi Pemilih Pemula Terhadap Tiap Iklan Politik Capres dan Cawapres Pemilu 2009 Dengan dikenal secara luas oleh masyarakat, kesempatan untuk dapat terpilih dalam pemilihan Presiden dan wakil presiden akan terbuka lebih lebar. Iklan merupakan salah satu bentuk komunikasi yang efektif. Terutama jika kita meninjau fungsi utama media untuk komunikasi massa persuasif, komunikasi iklan berada di posisi yang strategis. Karena periklanan selain merupakan kegiatan pemasaran juga merupakan kegiatan komunikasi. Kegiatan pemasaran meliputi strategi pemasaran, yakni logika pemasaran yang dipakai unit bisnis untuk mencapai tujuan pemasaran (Kotler, 1991:416). Sementara itu, periklanan menurut Kamus Istilah Periklanan Indonesia adalah pesan yang dibayar dan disampaikan melalui sarana media, antara lain: pers, radio, televisi, bioskop, yang bertujuan membujuk konsumen untuk melakukan tindak membeli atau mengubah perilakunya (Nuradi, 1996:4). Seperti halnya fungsi iklan, iklan politik merupakan kegiatan komunikasi memasarkan kandidat, mempersuasi pemilih agar pemilih mengambil sikap untuk commit to user
101 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memilih kandidat yang dipasarkan. Komunikasi melalui iklan baru akan efektif apabila komunikator mampu menyampaikan pesan yang membuat sang komunikan mempersepsi pesan didalam kemasan iklan tersebut sesuai apa yang ingin komunikator sampaikan dan melakukan tindakan seperti komunikator inginkan. Iklan negatif oleh Linda kaid (dalam putra 2007) dijelaskan lebih cepat dapat menarik perhatian pemilih ketimbang iklan positif. Namun demikian, iklan negatif tidak selalu memberi citra positif kepada pihak yang menggunakan. Karena itu, penggunaan iklan negatif harus memperhitungkan risikonya. Penelitian penulis terhadap persepsi pemilih pemula terhadap iklan negatif MegaPrabowo ”Pro Keluarga Pro Rakyat”, iklan positif pencitraan SBY-Boediono ”Pemerintahan Bersih Untuk Rakyat” dan iklan positif JK-Wiranto ”Kepositifan JK” menunjukkan bahwa dalam mempersepsi iklan negatif (yang bersifat menyerang) partisipan cenderung menjadi lebih kritis dalam mencerna informasi ketimbang dengan iklan bersifat positif berisi kebaikan-kebaikan kandidat. Iklan negatif membuat partisipan lebih bisa menilai kualitas kandidat, karena dari informasi iklan yang menyerang membuat partisipan membandingkan track record kinerja antara kandidat penyerang dan kandidat yang diserang. Sedangkan iklan positif yang bermain dalam pembentukan pencitraan hanya memperlihatkan sisi baik kandidat, cenderung memanipulasi persepsi pemilih pemula. Partisipan yang mau tidak mau hanya menyerap informasi hal-hal positif kandidat, cenderung menjadi pasif menerima begitu saja citraan yang dibuat oleh commit to user
102 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sang pembuat iklan sebagai realitas. Namun dari pengamatan penulis, iklan positif umumnya lebih dianggap menarik daripada iklan negatif. Tabel 1. Persepsi Terhadap Iklan Politik Capres dan Cawapres Pemilu 2009
No.
Iklan Politik
Pandangan Pemilih Pemula Terhadap Iklan Politik
1.
Iklan politik Megawati - Memberikan informasi keadaan perekonomian dan Prabowo
Indonesia dan memberikan janji/visi misi - mengkritisi salah satu lawan politik. - ditujukan untuk kalangan menengah ke bawah - track record Megawati kurang baik
2.
Iklan SBY dan
- Memberikan informasi tentang latar belakang
Boediono
kandidat - kandidat memiliki kesan citra yang baik - isi pesan kurang berbobot karena tidak adanya visi dan misi kedepan
3.
Iklan JK dan Wiranto
- Visualisasinya menarik, kreatif dan lucu - umumnya berpendapat isi pesan kurang jelas (visi misi).
Dari persepsi-persepsi para partisipan yang terlihat pada tabel 1, ada beberapa poin yang menjadi catatan peneliti. Ada kecenderungan yang menunjukkan bahwa persoalan yang sering dibicarakan adalah visi misi dan latar belakang kandidat. Ketika mempersepsi iklan, kalangan pelajar baik SMA maupun mahasiswa cenderung lebih detail dalam memberikan penilaian mereka, commit to user dalam arti bagaimana menilai visual iklan tersebut dan kaitannya dengan kinerja
perpustakaan.uns.ac.id
103 digilib.uns.ac.id
peserta Pemilu bagi kemajuan Indonesia pada umumnya. Sedangkan kalangan pekerja lebih menilai dari pengalaman pribadi tentang apa yang sudah kandidat berikan secara nyata pada kehidupan mereka. Apakah perekonomian partisipan dari kalangan pekerja ini membaik atau tidak.Untuk lebih jelasnya, akan diuraikan sebagai berikut:
1. Iklan Politik Mega-Prabowo ( Iklan Negatif Bersifat Menyerang) Pada penelitian sebelumnya, disebutkan salah satu karakter iklan politik Indonesia, dari sisi konten, lebih didominasi oleh iklan politik yang bersifat “santun” dan tidak berbentuk attack campaign (Danial: 2009). Setidaknya, hal itu mungkin dipengaruhi oleh faktor kultur masyarakat Indonesia yang masuk ke dalam kategori masyarakat high context culture. Dalam kategori masyarakat semacam itu, ada hal-hal yang sudah menjadi rahasia umum, namun dinilai tidak pantas untuk diungkapkan secara terbuka di hadapan publik. Oleh karena itu, iklan negatif kurang popular dikalangan kandidat politik di Indonesia. Namun ditengah maraknya iklan politik yang sekedar memperlihatkan sisi baik kandidat, Megawati dan Prabowo mengeluarkan iklan politik yang cukup eksplisit mengkritisi kinerja pemerintah. Ansolabehere mendefinisikan iklan negatif sebagai iklan yang fokus menyerang kebijakan yang gagal pada lawan politik mereka.
“Negative
advertising is defined as advertising that focuses on the policy failures or undesirable attributes of the opponent” (Ansolabehere et al. 1994). Iklan MegaPrabowo menyerang kebijakan pemerintah mengenai kenaikan harga bahan bakar commit to user
104 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dan kebutuhan pokok. Pesan iklan disampaikan dengan menyajikan angka-angka kenaikan harga dan data-data faktual. Persepsi partisipan terhadap iklan ini cenderung beragam, dari kalangan pelajar SMA menilai bahwa iklan memberikan janji yang menarik dan mengkritisi pemerintah. Dari kalangan mahasiswa, ada anggapan bahwa menawarkan janji-janji; hanya menjelek-jelekkan masa pemerintahan SBY dan mengusung kemiskinan sebagai hal yang basi. Sedangkan kalangan pekerja, mengakui iklan ini menarik karena mengusung kemiskinan dan janji menurunkan harga, namun satu partisipan mengangap biasa saja karena isinya memojokkan lawan politik lain. Dari sisi konten, Setiyono (2008: 51-52) berpendapat seharusnya iklan politik baik di televisi maupun media lain lebih berorientasi pada isu atau program yang dijanjikan para politikus. Iklan politik juga seharusnya memuat visi dan misi yang bisa dijadikan dasar pijakan bagi pemilih untuk menentukan pilihan. Iklan politik Mega-Prabowo versi “Pro Keluarga Pro Rakyat” nampaknya memenuhi kriteria yang diajukan oleh Setiyono. Kemiskinan menjadi isu yang diangkat oleh tim kampanye dan MegaPrabowo memberikan janji akan memperbaiki perekonomian Indonesia. Secara keprihatinannya
verbal, akan
iklan
politik
kehidupan
Mega-Prabowo
ekonomi
rakyat
mengungkapkan kecil
dan
juga
membandingkan masa pemerintahan yang sedang dipimpin oleh SBY dengan masa kepemerintahan Megawati. Melalui narasi dan data indeksial harga kebutuhan pokok yang terus menerus naik selama dibawah kepemimpinan SBY, iklan Megawati-Prabowo menyerang pemerintahan SBY dengan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
105 digilib.uns.ac.id
mengatakan hanya memberikan janji kosong belaka. Pemerintah dianggap telah gagal dalam mengurusi perekonomian Indonesia dan mengklaim perekonomian ketika dibawah kepemimpinan Megawati lebih baik. Ada kecenderungan persepsi yang menarik diantara partisipan yang penulis amati pada iklan politik Mega-Prabowo, partisipan perempuan umumnya menilai iklan ini tidak menarik karena menjelek-jelekkan salah satu pihak kandidat lain, sedangkan partisipan pria berpendapat menarik karena janji-janjinya yang disampaikan menarik tanpa menyinggung persoalan bahwa Mega-Prabowo menyerang kebijakan pemerintah. Dari kalangan pelajar SMA, Diptanta berpendapat bahwa iklan Mega dan Prabowo menarik dan berbobot karena dari isu permasalahan dan janjijanji yang disampaikan dalam iklan, pemilih jadi mengetahui apa yang akan dilakukan oleh kandidat jika terpilih sebagai presiden dan wakil presiden. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Listiyo dari kalangan mahasiswa dan Miftah dari kalangan pekerja. Listiyo mengatakan: “Saya memandang disini tujuan mereka untuk kampanye, untuk menyampaikan visi dan misi. Dan sebuah visi dan misi itu kalau dalam sebuah ranah politik, visi dan misi itu bisa menimbulkan sebuah janji, nah janji-janji itu yang sebenarnya mereka tawarkan kepada masyarakat. Dan saya pikir, sasaran dari kampanye mereka adalah masyarakat bawah. Masyarakatmasyarakat mikro, dalam artian masyarakat-masyarakat kalangan menengah ke bawah indonesia.”
Lebih lanjut Listiyo mengungkapkan bahwa informasi pesan yang disampaikan di iklan Politik Mega-Prabowo cukup lengkap dan menarik. Dimana disitu dijelaskan keadaan kehidupan rakyat kelas menengah ke bawah, sedikit profil tentang latar belakang commit to userMegawati dan Prabowo serta visi
perpustakaan.uns.ac.id
106 digilib.uns.ac.id
misi mereka ke depan dalam memperbaiki situasi di Indonesia. Namun data dan fakta yang diberikan relatif diragukan kebenarannya. “ee.. iklan itu, kalo yang iklan ini menurut saya menarik si. Kalo untuk ukuran ee,, masyarakat-masyarakat ee.. yang mungkin dalam iklan ini termuat. Maksudnya kalau di situ tadi ada petani... ada masyarakat kelas bawah dan ada juga pedagang dan sebagainya..itu, iklan untuk mereka cukup menggiurkan. Cukup.. apa ya, mungkin janji yang ditawarkan oleh pasangan ini. Untuk masyarakat tersebut cukup mengena. Tapi kalau menurut saya, iklan ini kurang bersifat luas, maksudnya universal. Misalnya ehmm, ya oke lah kalau memang mega dan prabowo itu mengusung ekonomi kerakyatan, ekonomi yang ditujukan untuk masyarakat indonesia, utamanya tentang kemiskinan. Tapi kalau saya lihat dari iklan ini, itu data dan fakta yang diutarakan oleh iklan ini kurang kuat, bukti yang menyertainya tidak ada. Dan ini menurut saya bersifat spekulatif. Kalau boleh saya bilang itu menurut versi mereka. Jadi seperti itu.”
Data dan fakta yang disini mengacu pada narasi yang mengatakan “setiap pagi para pekerja tak mampu membeli bahan bakar minyak dan transportasi, uang mereka terus menipis, setiap malam kekurangan pangan”. Fakta yang tentang narasi tersebut tidak bisa dipertanggungjawabkan karena tidak adanya data tentang tingkat kemiskinan Indonesia dari lembaga yang resmi. Di kalangan partisipan perempuan, persepsi tentang data dan fakta yang diragukan kebenarannya juga tak juga dikemukakan oleh mereka. Alfiana, dari kalangan pelajar SMA, ia melihat iklan ini hanya mengkritisi pemerintah dari satu sisi yaitu perekonomian. Dan data yang diperlihatkan tentang pemerintah hanya informasi mengenai kebijakannya yang buruk saja. Sedangkan di pihak Megawati informasi yang ditunjukkan hanya tentang keberhasilan Megawati. Namun keberhasilan Megawati yang ditunjukkan pada iklan sendiri dinilai Alfiana kurang bisa dibanggakan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
107 digilib.uns.ac.id
“Isinya biasa lah, ee.. cuma sekedar mengkritisi pemerintah. ee..dan ia hanya menampilkan dari sisi ekonomi aja gitu lho mengkritisinya, enggak dilihat dari sisi bagusnya, maksudnya ee.. perbandingannya. Lagipula dia mengatakan mega gitu, pas jamannya tu harga sembako murah, iya harga sembako murah..hutangnya banyak..trus aset-aset dijual.”
Pengamat politik dari Universitas Airlangga, Kacung Marijan, menilai efektifitas iklan politik yang menyerang kebijakan yang dibuat oleh lawan politiknya sangat tergantung pada bagaimana rakyat melihat track record pihak yang beriklan (Danial, 2009: 230). Hal ini terbukti pada penelitian yang dilakukan penulis. Proses penilaian persepsi partisipan menanggapi pesan verbal iklan politik Mega-Prabowo diikuti juga oleh pengetahuan partisipan mengenai track record Mega-Prabowo. Di pertengahan periode tahun 1999-2004, tepatnya tahun 2001-2004, Megawati pernah menduduki kursi kepresidenan menggantikan Gusdur. Ia menjadi presiden RI ketika situasi ekonomi Indonesia sedang mengalami krisis. Warisan utang dan kemampuan keuangan negara yang sangat berat saat itu membuat presiden ke-5 RI ini mengambil beberapa jalan yang sangat tidak populer, yaitu melego saham BUMN, menguras simpanan pemerintah, dan menjual aset Badan Penyehatan Perbankan Nasional. Di dalam iklan, Megawati mencoba membentuk citra yang baik dengan menyerang lawan politik SBY untuk memperlihatkan perbandingan bahwa perekonomian Indonesia ketika di bawah kepemimpinan Megawati lebih baik daripada SBY. Disebutkan pada masa pemerintahan SBY hargaharga kebutuhan pokok serba naik dan menyengsarakan rakyat, sedangkan pada masa pemerintahan Mega lebih terjangkau. Ilmuwan commitharga-harga to user
108 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
komunikasi politik Universitas Indonesia, Effendi Gazali, terkait dengan iklan yang bersifat menyerang menyatakan iklan semacam itu sah-sah saja sejauh berdasarkan data valid dan dinilai positif karena mendorong pemilih untuk menilai para calon presiden pada Pemilu 2009, berdasarkan rekam jejak, bukan berdasarkan sanjungan saja. Pada iklan Mega-Prabowo informasi yang seharusnya mendukung pembentukan citra Mega lebih baik daripada SBY nampaknya tidak sejalan dengan persepsi partisipan terutama mengenai track record Megawati. Umumnya mereka berpendapat bahwa track record atau kinerja Megawati dulu juga terbilang tidak bagus. Farah, misalnya, menyatakan: “...disini tu kesannya iklan ini tu menjelek-jelekkan masa.. apa, masa pemerintahannya SBY. Menganggap tu kesannya bahwa SBY tu cuma me..apa ya istilahnya, ga ada yang bermanfaat untuk masyarakat dengan naiknya harga seperti ini-seperti itu. Padahal kan itu memang ada alasannya tersendiri dan disini sepertinya pasangan megawati dan prabowo kesannya membesarkan nama mereka yang dulu kan mega tu presiden menganggap bahwa masanya tu lebih baik daripada sekarang tapi kok menurut saya kok enggak ya, buktinya waktu megawati mencoba untuk mencalonkan lagi tapi tidak jadi, itu kan sebagai bukti bahwa masyarakat tu ga percaya dengan negara itu diperintah oleh megawati lagi.”
Beberapa partisipan dari kalangan kelas menengah ke bawah yang ditargetkan sebagai subyek yang dituju oleh Megawati dan Prabowo pada iklan ini pun juga mengatakan bahwa masa pemerintahan Megawati tidak lebih baik seperti yang diutarakan. Tidak seperti kalangan pelajar yang melihat kinerja Megawati secara luas, kalangan pekerja melihat dari sudut bagaimana kehidupannya saat itu. Keadaan ekonomi yang tidak lebih baik menjadi titik tolak bahwa Megawati juga tidak membawa keberhasilan di masanya. Iin mengatakan :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
109 digilib.uns.ac.id
“Megawati menurut saya belum layak untuk menjadi presiden, itu terbukti pada masa kepemimpinannya saya tidak merasakan dampak perubahan yang lebih baik dari sebelumnya, keluarga saya tetap pas-pasan.”
Begitu juga dengan pendapat Widi yang merupakan satpam di perumahan Fajar Indah, ia mengatakan bahwa iklan yang disampaikan memang bagus tapi dulu harga-harga menurut dia sama saja mahalnya. Disini nampak jelas adanya persepsi yang berbeda akan track record keberhasilan kepemimpinan yang dicapai menurut tim kampanye Mega dengan kalangan pemilih pemula. Secara non verbal, iklan Mega-Prabowo memperlihatkan gambaran masyarakat kalangan menengah ke bawah. Gambaran sejatinya ditonjolkan oleh pembuat iklan untuk mendukung narasi yang mengangkat tentang isu kemiskinan. Namun sayangnya strategi ini dirasa kurang tepat untuk menggaet simpati masyarakat Indonesia. Direktur Indonesian Research and development Institute (IRDII), Notrida Mandica Nur menjelaskan bahwa memanfaatkan gambaran orang miskin dalam iklan politik justru memberikan citra buruk. Berdasarkan survei nasional IRDI tanggal 6-13 Oktober 2008 terhadap 2.000 responden di seluruh Indonesia, 44,35 persen responden menyatakan tidak setuju terhadap iklan kampanye parpol yang menampilkan gambar orang miskin. Sedangkan 69 persen tidak setuju jika iklan kampanye menonjolkan kelemahan partai lain. Tuning, partisipan dari kalangan pelajar, juga menunjukkan kesan kurang menyukai terhadap iklan yang memberikan gambaran orang-orang miskin. Seolah sudah cukup sering isu tentang kemiskinan diangkat namun commit to user
110 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tidak membuahkan hasil, bahkan ketika dulu Indonesia dipimpin oleh Megawati. “Cuma gambaran orang-orang miskin kayak gitu, itu kan uda basi. Uda gitu tadi kan dia bilang buat apa janji, padahal kan pada masa pemilihan dia juga ga jauh beda, malah dia ee.. sering apa, malah dia pernah berjualan pulau, jadi iklan itu menurut saya tidak tepat, yang ditahun ini dia akan membuat perubahan padahal di tahun dia juga sama aja.”
2. Iklan Politik Televisi Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono (Iklan Positif Pembentukan Citra) Pada pemilu presiden tahun 2004, kemenangan pasangan SBY-JK merupakan hasil dari kekuatan “citra” yang dikemas secara apik oleh tim komunikasi sehingga mampu mengalahkan pasangan Mega-Hasyim. Pada pemilu presiden tahun 2009. SBY bersama pasangan calon presidennya yang baru, Boediono, kembali mengedepankan pencitraan positif figur kandidat. Citra adalah gambaran manusia mengenai sesuatu, atau jika mengacu pada Lippman, citra adalah persepsi akan sesuatu yang ada di benak seseorang dan citra tersebut tidak selamanya sesuai dengan realitas sesungguhnya. Menurut Akmad Danial (2009:232), iklan-iklan yang lebih “menjual” karakteristik personal atau kualitas yang ada pada kandidat, seperti latar belakang, pengalaman, langkah atau prestasi yang dicapai sebelum pencalonan, karakter dan sebagainya terkadang dibuat secara artificial dan bahkan hanya menutupi track record kandidat yang sebenarnya. hal ini dikarenakan realitas yang ditampilkan dalam media adalah realitas yang sudah diseleksi—realitas tangan kedua (Rakhmat, 2002: 224). Dalam artian apa yang ditampilkan dalam media telah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
111 digilib.uns.ac.id
melewati tahap seleksi atau gate keeping. Begitu juga dengan iklan politik yang disiarkan di media televisi. Iklan politik SBY-Boediono memperlihatkan kualitas kandidat dengan penggambaran mengenai latar belakang kedua pasangan. Latar belakang yang berasal dari keluarga sederhana menjadi pesan utama yang disampaikan untuk menimbulkan rasa kesamaan dengan latar belakang rakyat Indonesia pada umumnya. Dengan begitu, menimbulkan citra bahwa SBY dan Boediono bisa merasakan apa yang dirasakan rakyat kecil dan akan berjuang demi rakyat. Seluruh partisipan dari ketiga kalangan umumnya memiliki pendapat iklan ini menarik dan hanya satu yang menjawab tidak menarik dari kalangan pelajar SMA. Persepsi dari kalangan SMA iklan ini secara menarik memberikan informasi tentang latar belakang SBY dan Boediono, namun ada satu partisipan menganggap konten yang diberikan kosong karena tidak adanya visi dan misi yang disampaikan. Sedangakan kalangan mahasiswa berpendapat tidak adanya visi dan misi tidak mengurangi daya tarik iklan, karena informasi latar belakang kandidat juga penting untuk mengetahui pribadi kandidat walaupun ada salah satu kandidat yang menganggap informasi yang diberikan subyektif, hanya tentang sisi positif saja. Dari kalangan pekerja, persepsi yang timbul beragam antara lain informasi yang diberikan kurang, memperlihatkan kepribadian kandidat yang baik dan informasi yang kurang meyakinkan membuat orang percaya karena terlihat hanya sebagai sampul saja. Iklan politik di media televisi memiliki kemampuan menggabungkan pesan verbal dan nonverbal dalam format audio-visual. Melalui televisi, apa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
112 digilib.uns.ac.id
yang ingin disampaikan oleh kandidat politik dapat tersimulasikan dalam rangkaian gambar dan audio. Setiap individu yang melihat iklan akan menginterpretasikan iklan tersebut sesuai dengan pandangan mereka sehingga menimbulkan emosi tertentu. Pandangan tersebut adalah persepsi. Menurut Lazarfeld et al (dalam Brader, 2006), semua jenis propaganda pada dasarnya adalah permainan emosi publik. Baden (dalam Brader, 2006) menambahkan bahwa iklan politik pada intinya lebih ditujukan untuk menggugah aspek emosional dibanding intelektual. Dan dalam masyarakat Asia, seperti dikemukakan oleh Kaid (2006: 451), iklan dengan nuansa emosional yang menggunakan bahasa dan gambar yang membangkitkan perasaan atau emosi tertentu, seperti rasa gembira, patriotisme, kemarahan atau kebanggaan lebih disukai dan efektif. Iklan semacam itulah yang dibuat oleh SBY dan Boediono dalam iklan politik versi “Pemerintahan Bersih Untuk Rakyat”. Secara verbal rangkaian informasi melalui narasi mengenai perjalanan karier SBY dan Boediono, dari awal mula semasa kecil, membentuk persepsi para partisipan seolah menjadi mengenal sosok pribadi kandidat dan perasaan emosional memiliki satu kesamaan sebagai rakyat biasa. Dan dari pengamatan penulis, partisipan perempuan menyukai jenis iklan semacam ini. Alfiana, mengatakan: “Iklan ini nunjukkannya yang lucu gitu, tentang sejarah mereka berdua. Sejarah mereka berdua tu juga dari rakyat biasa, jadi rakyat tu oh jadi mereka juga uda pernah merasakan penderitaan yang sama, jadi dari bawah benerbener bukan dari yang anak proklamator atau apa lah anak penggede, mereka bener-bener dari bawah, mereka berusaha hingga akhirnya seperti sekarang.”
Di antara tiga calon presiden yang maju bertarung dalam Pemilu commit to user Presiden 2009, Susilo Bambang Yudhoyono adalah satu-satunya calon yang
perpustakaan.uns.ac.id
113 digilib.uns.ac.id
tidak membawa embel-embel nama besar keluarga. Kedua calon lainnya, Muhammad Jusuf Kalla, menyandang nama besar ayahnya, Hadji Kalla, seorang saudagar sukses. Sedangkan Megawati Soekarnoputri merupakan putri dari Ir. Soekarno, sang proklamator dan Presiden RI yang pertama. Menindaklanjuti tentang informasi latar belakang SBY-Boediono, peneliti kemudian bertanya, apakah Alfi mempercayai dengan pesan yang disampaikan dari iklan tersebut? Ia menjawab: “Saya si percaya dengan apa yang disampaikan di iklan itu, percayanya tu mereka tu bener-bener mengabdi untuk rakyat karena SBY tu kan awalnya dari TNI, dia membela demi segenap tumpah tanah air gitu ya kemudian kalau pak Boediono kan jadi guru, seorang dosen mengajar, itu kan juga mengabdi kepada bangsa.”
Persepsi yang tak lebih serupa juga diutarakan oleh Iin, penggambaran SBY dan Boediono pada iklan membuatnya percaya dengan tagline yang mereka usung yaitu “Pemerintahan Yang Bersih Untuk Rakyat”. Bahwa SBY dan Boediono akan mengabdi kepada rakyat dan tidak memperkaya diri. Berbeda dengan partisipan perempuan, partisipan pria menanggapi iklan politik SBY-Boediono dengan lebih kritis dan beragam. Diptanta misalnya, ia menilai bahwa iklan yang hanya menonjolkan pencitraan pribadi kandidat merupakan iklan yang tidak berbobot karena ketidakadaan informasi visi dan misi dari kandidat. Diptanta mengatakan: “Kalau liat dari iklannya. Menurut saya ya temanya kosong kurang berisi. Ya kalau mega tadi kan berisi iklannya, banyak isinya. Kalau ini kosong, cuma satu intinya dari rakyat untuk rakyat gitu saja, enggak ada kedepannya bagaimana. Kalau mega kan ada prospeknya begini-begini-begini.”
Dengan kata lain, di iklan politik Megawati informasi yang diberikan commit to user cukup lengkap, antara lain mengenai permasalahan kemiskinan yang dihadapi
perpustakaan.uns.ac.id
114 digilib.uns.ac.id
oleh negara Indonesia, sekilas latar belakang Megawati dan prabowo, dan upaya dari Megawati-Prabowo untuk mengatasi permasalahan tersebut. Sedangkan iklan SBY-Boediono kurang menerangkan apa yang menjadi visi dan misi mereka dalam membangun negeri. Dari informasi sebelumnya, Diptanta mengaku bahwa ia mendukung SBY terpilih sebagai presiden, oleh kemudian penulis menanyakan apakah iklan SBY yang menurut Diptanta kosong ini berpengaruh mengubah minatnya kepada SBY? Diptanta kemudian memberikan pernyataan berikut ini. “Kalau dari iklannya sih ga minat tapi kan udah suka dulu sama orangnya dulu jadi tetap minat.”
Penilaian Diptanta tentang tanpa visi misi iklan menjadi tidak berbobot sangat berbeda dengan pandangan Farah, dari kalangan wanita, tidak adanya visi dan misi yang disampaikan, hanya informasi latar belakang kandidat, tidak mengurangi daya tarik iklan ini. Bagi Farah, informasi yang terfokus pada latar belakang sosok pribadi kandidat justru merupakan suatu awal yang baik untuk memperkenalkan diri kandidat terhadap masyarakat. Lebih jelas Farah mengatakan: “Menurut saya ini bagus ya jadi masyarakat tu melihat dulu bagaimana sih, siapa sih mereka, jadinya kan ohh.. seperti ini, seperti ini. Tentu kalau mereka sudah mengenal, kita sudah mengenal, barulah mereka menurut saya memberikan program visi misi mereka.”
Lain lagi dengan pandangan miftah, dari kalangan pekerja, bagi dia semua iklan politik itu sama saja. Dalam artian, apa yang ditampilkan dan disampaikan dalam iklan tidak bisa sepenuhnya dipercayai sebagai commit to user representasi bagaimana kandidat tersebut di realita. Miftah mengatakan:
perpustakaan.uns.ac.id
115 digilib.uns.ac.id
“Sama saja ya sebenarnya, kalau iklan kayaknya ga ada bedanya. Kurang..kurang meyakinkan. Bisa saja itu cuma iklan, iklan kan tidak langsung melihat orangnya atau melihat bagaimana dia bekerja. Ya..kelihatannya cuma sebagai sampul saja. Jadi tidak sepenuh bisa membuat orang yang melihat itu bisa percaya.”
Sejalan dengan pendapat Miftah, Listiyo berpendapat bahwa iklan yang hanya memperlihatkan sisi-sisi kebaikan kandidat saja bersifat kurang netral. Setiap orang pasti mempunyai kekurangan dan kelebihan. Jika hanya sisi positif yang yang diperlihatkan maka pertimbangan-pertimbangan pemilih menjadi tidak objektif. Namun Listiyo memaklumi dengan adanya iklan politik pencitraan, menurut dia politik selalu berhubungan dengan kekuasaan, dan kekuasaan bisa didapat melalui imej yang bagus. Oleh karena itu, tak heran bila SBY dan Boediono membuat iklan politik tentang pencitraan diri yang baik sebagai strategi kampanye. “... Kalau di iklan ini jelas yang dipertunjukan adalah kebaikan sisi-sisi positif dari kedua calon pasangan pak SBY dan Boediono. Kan setiap pasangan memiliki kekurangan dan kelebihan, menurut saya ya..kenapa sisi negatif juga tidak dipertunjukkan agar bisa menjadi bahan pertimbanganpertimbangan dalam masyarakat. Tapi dalam hal ini, pertanyaan itu bisa saya maklumi soalnya ini adalah politik. Lagi-lagi kita bicara tentang politik. Nah, politik itu kalau kekuasaan menurut saya berasal dari imej yang bagus. dalam hal ini mereka menumbuhkan sebuah imej, sebuah figur yang bagus. dan mengapa mereka mengiklankan ini, menurut saya itu salah satu strategi tim kampanye mereka.”
Lebih lanjut, penulis menanyakan apakah Listiyo setuju dengan iklan semacam ini? Ia menyatakan kurang setuju, karena menurut dia yang perlu untuk diketahui dari seorang calon pemimpin itu adalah moralnya. Dengan hanya menunjukkan kebaikan, masyarakat tidak bisa menyimpulkan moral seperti apa yang dimiliki oleh SBY dan Boediono. Kurangnya keterbukaan commit to user
116 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
atau transparansi mengenai kandidat dalam iklan kampanye semacam ini, Listiyo anggap kurang cocok dilakukan di negara demokrasi. “Kalau menurut saya sendiri kurang setuju, soalnya kalau menurut saya pemimpin itu yang penting adalah moral. Moral itu bisa dinilai dari keburukan dan kebaikan seorang pemimpin. Disini cuma ada kebaikan, lalu moral macam apa yang bisa disimpulkan oleh masyarakat kepada pak SBY dan Pak Boediono. Kalau dalam negara demokrasi si menurut saya iklan ini kurang mengena.”
Gambar merupakan salah satu wujud simbol atau bahasa visual yang didalamnya terkandung struktur rupa seperti garis, bentuk, warna, dan komposisi. Ia dikelompokan dalam komunikasi non verbal, dibedakan dengan bahasa verbal yang berwujud tulisan dan ucapan. Upaya memberdayakan simbol-simbol visual berangkat dari kenyataan bahwa bahasa visual memiliki karakteristik yang bersifat khas, bahkan istimewa, untuk menimbulkan efek tertentu pada pengamatnya. Pada pesan non verbal iklan politik SBY-Boediono, Miftah, dari kalangan pekerja menganggap visualisasi yang diberikan tidak menarik. Kandidat menurut Miftah seharusnya juga memberikan perhatian tentang gambaran masyarakat sekarang ini, tidak hanya menunjukkan
kehidupan
pribadi Kandidat saja. “Kalau secara gambar, saya rasa kurang menarik. Karena dia.. apa ya, didalam iklan itu hanya memeperlihatkan semasa hidupnya saja dari dia berangkat sampai dia menjadi presiden. Seharusnya kan selain itu dia juga menceritakan bagaimana kondisi si indonesia itu sekarang ini. Seperti yang di iklan megawati tadi, lebih baik saya rasa.”
Pesan non verbal lain yang ditangkap oleh partisipan adalah mengenai figur SBY dan Boediono. Luluk, dari kalangan mahasiswa, menangkap bahwa figur seorang
commit to user tentara memberikan kesan SBY sebagai orang yang tegas,
117 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berwibawa dan memiliki displin tinggi. Sedangkan figur guru yang merupakan pendidik anak bangsa mengesankan Boediono dapat mengayomi rakyat dengan baik. “Ya kalau SBY kan dari tentara, ya otomatis orangnya tegas, berwibawa trus displin. Trus kalau boediono lebih mengayomi, bersifat mendidik jadinya sebagai guru kan lebih mengayomi rakyatnya.”
3. Iklan Jusuf Kalla dan Wiranto (Iklan Positif Testimonial Kepositifan Kandidat) Iklan politik televisi, menggabungkan antara audio dan visual menjadi kesatuan yang saling mendukung. Audiovisual iklan JK-Wiranto dalam menyampaikan pesan cenderung dinilai partisipan mudah menarik perhatian dan dan tidak kaku seperti biasanya sebuah iklan politik. Hampir seluruh partisipan sependapat iklan ini menarik dan hanya satu partisipan yang menyatakan tidak menarik. Namun sayangnya tidak semua partisipan dapat menangkap pesan yang terselip dalam iklan. Mereka tertarik dikarenakan lebih karena visualisasinya yang lucu. Tercatat tujuh partisipan menganggap singkatan-singkatan JK dianggap masih kurang penjelasannya sehingga kurang tersampaikan apa maksud dan tujuan dari singkatan-singkatan tersebut. Durasi iklan JK-Wiranto versi kepositifan JK hanya 30 detik, pesan pencitraan kandidat disampaikan lebih banyak melalui simbol-simbol dan permainan
kata
singkatan-singkatan
JK.
Simbolisasi-simbolisasi
tadi
umumnya menggunakan berbagai metafora, dan diartikulasikan melalui berbagai tanda di dalam iklan politik mereka. commit to user
118 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kesatuan pesan verbal dan nonverbal pada iklan JK-Wiranto diungkapkan oleh Listiyo dikemas secara kreatif. Visualisasi kepanjangan dari singkatan-singkatan huruf J dan K yang diucapkan oleh beberapa orang dalam iklan menyiratkan visi dan misi JK-Wiranto. Dengan tidak menyampaikan data-data dan menggunakan perspektif testimonial orang awam mengenai JK, Listiyo memandang iklan JK-Wiranto lebih aman diterima masyarakat karena tidak secara gamblang mengumbar janji. “Di situ secara visual.. tidak dengan gamblang dia mengumbar janji, tidak secara blak-blakan dia menunjukkan kelebihan. itu secara visual menurut saya. Kalau dari sisi pesan dan informasi, kurang lebih sama dengan pasangan lain standar, menarik. Kebetulan sejak pertama saya sudah tertarik dengan cara Jusuf Kalla untuk menyampaikan visi dan misinya. Secara keterbukaan dia lebih unggul diantara pasangan lain, dalam hal ini informasiinformasi yang diberikan cukup jelas walaupun yah.. masih simpang siur mungkin kalau berdasarkan iklan ini. Tapi ya.. cukup kreatif ide dari Pak JK untuk menyampaikan visi dan misinya untuk berkampanye. Informasi itu cukup.”
Tapi berbeda dengan Listiyo, persepsi mengenai iklan JK-Wiranto oleh partisipan lain lebih banyak dianggap tidak jelas apa yang ingin disampaikan. Pesan-pesan yang tersirat di dalam singkata J dan K tidak dapat diserap oleh partisipan lain dengan mudah. Kecenderungan yang ada adalah partisipan melihat visualisasi iklan politik yang menarik disertai jingle atau musik yang lucu, namun hanya sebatas enak ditonton. Informasi tentang visi dan misi kandidat kembali dipertanyakan seperti halnya pada iklan politik SBYBoediono. Dengan lugas Diptanta berpendapat. “Visualisasinya menarik tapi isinya ga ada. Ya kan masa rakyat suruh percaya sama singkatan-singkatan. La enggak ada buktinya itu.”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
119 digilib.uns.ac.id
Senada dengan Diptanta, Farah dari kalangan mahasiswa, menilai iklan politik JK-Wiranto hanya sekedar menarik untuk dilihat, dengan adanya ilustrasi singkatan-singkatan JK. Tapi ia tidak bisa menangkap isi dan maksud dari iklan tersebut. Ia juga mempertanyakan mengapa tidak ada informasi mengenai Wiranto sebagai pasangan cawapres JK. Begitu juga dengan Alfiana, lebih jelas ia mengatakan: “Secara visualisasinya si menarik, beda.. dalam arti dia.. musiknya lucu. Trus ada kayak singkatan-singkatan gitu tapi secara visualisasi aja lucu. Kalau orang lihat “wah apaan tuh?” ga terlalu politik gitu, kalau orang lihat ga muluk-muluk politik gitu lho, bosen. Awal-awal kan ga sadar kalau itu politik. Tapi ga semua isinya bisa dimengerti karena pake singkatan-singkatan itu beberapa kabur gitu kayak istilah “jangan kelamaan”, jangan kelamaan apa? Kalau lihat gambarnya itu kan cuma bengong kelamaan.”
Persepsi serupa juga terjadi dikalangan pekerja, Iin dan Widi melihat iklan ini menarik tetapi durasinya yang hanya sebentar dan kepanjangankepanjangan JK tanpa ada penjelasan lebih lanjut dirasa kurang memberikan informasi yang jelas. Sedangkan Miftah kembali menekankan bahwa semua iklan politik sama saja. Iklan politik tidak bisa merepresentasikan bagaimana kandidat itu dengan sejujur-jujurnya. Miftah menyatakan: “Kalau iklan kan tadi saya sudah bilang iklan itu sebener bagaimana ya. Setiap mungkin kan yang bikin iklan ini bukan dari JK-nya sendiri, mungkin orang lain dibawahnya ya. Itu kan yang membuat iklan kan bedabeda, mungkin membuat iklan sini seperti ini, sini seperti ini, jadi sama saja. Sama saja dari iklan-iklan ini bagaimana ya, tidak bisa.. sepenuhnya merepresentasikan mereka. Mungkin itu cuma kiasan saja dari orang yang membuatnya. Seperti ini, seperti ini, JK seperti ini, begitu.”
Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya visualisasi iklan JKWiranto mampu menarik seluruh partisipan dari berbagai kalangan. Perpaduan commit to user antara audio dan visual dikemas secara kreatif sehingga tidak terlihat kaku
perpustakaan.uns.ac.id
120 digilib.uns.ac.id
seperti halnya iklan politik pada umumnya. Pesan nonverbal yang melambangkan keberagaman target yang dituju oleh iklan ini nampak pada pakaian atau atribut yang dikenakan oleh orang-orang yang diwawancarai pada iklan. Seperti pandangan Annisa, ia melihat orang-orang yang diwawancarai tersebut mewakili kelompok-kelompok tertentu. “Disitu diliatin ada perwakilan dari berbagai kalangan, seperti agama-agama gitu, mahasiswa, anak-anak muda, anak sma gitu, ngasi pendapat tentang kepositifan JK tu gini, kepanjangan JK gini,gini.. misalnya jangan kelamaan, jadi JK akan bertindak cepat dalam menangani suatu masalah.. bagus sih”
Efektifitas iklan JK-Wiranto yang jika dari persepsi partisipan hanya mengedepankan visual yang bagus, dari pengamatan penulis cukup mendapat respon yang baik. Meski informasinya dinilai kurang dibanding dengan iklan Mega-Prabowo, ketertarikan terhadap pasangan kandidat yang dihasilkan dari iklan ini masih lebih baik daripada milik Mega-Prabowo.
B. Persepsi Pemilih Pemula Mengenai Pengaruh Iklan Politik Usai memberikan persepsi mereka terhadap iklan politik televisi capres dan cawapres 2009, setiap partisipan diminta untuk mengemukakan ada tidaknya pengaruh (effect) iklan politik. Linda Kaid (dalam Putra, 2007) menjelaskan bahwa ada tiga pengaruh iklan televisi terhadap para pemilih, yakni pengetahuan pemilih, persepsi terhadap kontestan, dan preferensi pilihan. Pengaruh pertama ditunjukkan oleh identifikasi nama kontestan atau kandidat yang disebut sebagai brand name recognition. Untuk identifikasi nama, iklan lebih efektif dibandingkan komunikasi melalui pemberitaan, commit to user khususnya untuk kandidat atau
perpustakaan.uns.ac.id
121 digilib.uns.ac.id
kontestan baru. Para pemilih juga lebih mudah mengetahui isu-isu spesifik dan posisi kandidat terhadap isu tertentu melalui iklan dibandingkan dengan pemberitaan. Pemilih yang tingkat keterlibatannya sedikit dalam kampanye lebih terpengaruh oleh iklan politik. Pengaruh kedua adalah efek pada evaluasi kandidat atau kontestan. Iklan televisi memberi dampak signifikan terhadap tingkat kesukaan terhadap kontestan atau kandidat, khususnya terhadap policy (kebijakan) serta kualitas kandidat yang meliputi kualitas instrumental, dimensi simbolis dan feno-tipe optis (karakter verbal dan nonverbal). Dampak tersebut bisa negatif dan bisa pula positif. Tingkat pengaruh tersebut tergantung pada konsep kreatif, eksekusi produksi, dan penempatan iklan tersebut. Pengaruh ketiga adalah preferensi pilihan. Berbagai studi eksperimental menunjukkan, iklan politik mempunyai pengaruh terhadap preferensi pilihan, khususnya bagi pemilih yang menetapkan pilihan pada saat-saat terakhir. Variabel penting yang mempengaruhi preferensi tersebut adalah formasi citra dan tingkat awareness para pemilih terhadap kontestan. Pemilih yang keterlibatannya dalam dunia politik rendah lebih mudah dipengaruhi oleh iklan politik dibandingkan pemilih yang keterlibatannya lebih tinggi. Dari ketiga iklan politik yang diperlihatkan, kecenderungan tipe iklan yang disukai oleh partisipan adalah iklan milik SBY dan Boediono, dipilih oleh tiga partisipan kalangan mahasiswa, satu pelajar SMA dan dua kalangan pekerja. Iklan JK-Wiranto dipilih oleh dua pelajar SMA dan satu dari kalangan mahasiswa. Sedangkan iklan Mega-Prabowo hanya dipilih oleh satu dari kalangan pelajar commit to user
122 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
SMA dan satu kalangan pekerja. Satu partisipan dari kalangan pekerja yaitu Frenky memandang tidak ada satu pun dari ketiga iklan tersebut yang menarik. Sejak awal, dari hasil wawancara dengan frenky, ia memiliki sikap yang skeptis terhadap kinerja tiap kandidat calon presiden. Partisipan Pemilih pemula dalam penelitian ini merupakan pemilih yang masih belum memiliki pengalaman dan jangkauan yang luas dalam dunia perpolitikan dan disebutkan pada penelitian sebelumnya bahwa iklan politik telah menjadi sumber informasi utama bagi pemilih yang masih awam tentang politik. Namun dalam penelitian ini, dari jawaban yang masuk lebih lanjut tentang iklan politik tersebut diperoleh kesan iklan politik di televisi cenderung hanya sebagai pertimbangan kecil dan berpengaruh sedikit dalam keputusan memilih para partisipan. Kesan kurang berpengaruh terutama berasal dari kalangan pelajar SMA dan Mahasiswa. Kecenderungan yang ada justru informasi politik melalui tayangan berita, debat politik di televisi dan informasi dari internet dianggap lebih banyak mempengaruhi mereka dalam menentukan pilihan. Dan para kandidat capres dan cawapres Pemilu 2009 dinilai telah sering di ekspos di televisi entah itu dalam program berita atau debat politik . Sedangkan dikalangan pekerja terdapat jawaban yang beragam, seperti yang tampak pada tabel 2. Tabel 2: Pengaruh Iklan Politik No.
Kelompok
Pandangan Tentang Pengaruh Iklan Politik
partisipan 1
Pelajar SMA
Iklan hanya berupa pelengkap kampanye, keputusan commit to user
123 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memilih tidak bisa hanya dilihat dari iklan politiknya saja tapi juga figur si kandidat, jadi pengaruh iklan politik prosentasenya hanya sedikit. 2
Mahasiswa
Berita di televisi lebih meyakinkan dalam mempengaruhi keputusan memilih. Tergantung pada kemasan iklan itu sendiri, apabila iklan yang dikemas terlihat meyakinkan mungkin sedikit mempengaruhi sebagai pertimbangan.
3
Pekerja
Tetap mempengaruhi sebagai pertimbangan untuk menilai kandidat. Iklan politik hanyalah omong kosong belaka, jadi tidak mempengaruhi keputusan memilih.
Cara pandang partisipan terhadap iklan politik cenderung lebih rasional karena mereka tidak sepenuhnya terpengaruh terhadap iklan, partisipan cenderung telah memiliki penilaian tersendiri mengenai kandidat sebelum terpengaruh oleh stimulus iklan. Kecenderungan persepsi partisipan terhadap capres dan cawapres Pemilu 2009 adalah bahwa kualitas kandidat bisa dinilai dengan sendirinya karena mereka sering muncul di televisi. Sesuai dengan alasan mengapa iklan politik di televisi kurang memberikan pengaruh dalam keputusan memilih yang telah diungkapkan sebelumnya oleh Miftah, dari kalangan pekerja, ketika mempersepsi iklan politik SBY-Boediono. Dan kembali diungkapkan secara terpisah oleh Alfiana, dari kalangan pelajar SMA. Sama halnya seperti pendapat Miftah, commit to user
124 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Alfiana menilai para kandidat capres dan cawapres Pemilu 2009 pada dasarnya sudah cukup sering dilihat di televisi sehingga masyarakat sudah bisa menilai sendiri dari kegiatan mereka yang ditampilkan di tv. “ee.. sebenernya iklan tu cuma berdampak kecil lah dari prosentase kita dalam memilih suatu calon. Sebelumnya kan kita uda sering liat mereka (para kandidat) di tivi-tivi, jadi uda cukup tahu. Iklan cuma sebagai pelengkapnya doang, pelengkap kampanye lah.”
Dari kalangan pelajar SMA yang lain, Diptanta berpendapat iklan politik memang berpengaruh, tetapi dalam keputusan memilih juga harus dilihat atau dikaitkan dengan figur kandidatnya. Pendapat Diptanta ini menarik karena dari hasil ketiga iklan yang telah dipersepsi, ia menganggap iklan Megawati dan Prabowo sebagai iklan yang ia sukai karena isinya yang informatif. Tetapi iklan itu tidak memberi pengaruh pada Dipatanta untuk menaruh minat memilih pasangan Megawati dan Prabowo. Figur Megawati, yang seorang wanita menurut Diptanta tidak pantas untuk dijadikan seorang Presiden. Latar belakang ajaran agama Diptanta, menganggap seorang pemimpin itu haruslah dari laki-laki. Di kalangan mahasiswa,
masalah figur juga disinggung oleh Listiyo.
Meski menurut Listiyo data dan fakta dalam iklan politik itu tidak bisa dipercaya, melalui iklan politik, pola pikir kandidat akan terlihat kemudian membentuk imej figur di masyarakat. Apabila imej figur kandidat yang terbentuk bagus, tentu iklan politik akan menjadi pertimbangan dalam keputusan memilih. Dan berhubungan dengan pembentukan imej melalui iklan politik tentu didukung penuh oleh kemasan yang menarik. Begitu juga dengan pendapat Tuning, iklan yang meyakinkan akan membuat yakin pemilih dalam pengambilan keputusan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
125 digilib.uns.ac.id
“Ya mungkin sedikit mempengaruhi kan tadi kita lihat iklannya, menarik kan.. terus kita berusaha mencari bagaimana sih yang sebenarnya seorang JKWiranto, SBY-boediono, mungkin sedikit mempengaruhi sebuah iklan itu. Jadi kalau iklannya tidak meyakinkan mungkin ya memilihnya jadi sedikit tidak yakin.”
Minimnya durasi iklan yang berdampak pada keterbatasan informasi yang bisa disampaikan juga menjadi salah satu alasan kurang berpengaruhnya iklan politik di televisi. Luluk, dari kalangan mahasiswa, berpendapat bahwa iklan politik di televisi kurang bisa menjabarkan visi dan misi secara detail. Berbeda dengan model pemberitaan yang dibuat oleh media massa. Beberapa jawaban juga menunjukkan partisipan lebih mendapatkan keyakinan dalam mempengaruhi memilih apabila informasi yang mereka dapati melalui acara berita di televisi, debat publik atau berita di media massa lain entah itu cetak maupun elektronik. Dari hasil pengamatan, kecenderungan yang partisipan terutama kalangan pelajar SMA dan mahasiswa cari adalah informasi yang detail mengenai visi dan misi serta latar belakang atau figur kandidat yang berkompetisi. Partisipan dari kalangan pekerja memiliki memiliki pendapat yang berbeda-beda mengenai pengaruh iklan politik televisi. Iin dan Widi menyatakan iklan politik di media televisi memberikan pengaruh dalam keputusan memilih, namun bagi Widi pengaruh tersebut tidak sepenuhnya. Ia masih masih mencari informasi lain dari sumber yang berbeda. Miftah dan Frenky berpendapat bahwa pesan dalam iklan itu tidak sepenuhnya dapat dipercaya. Frengky yang sejak awal telah skeptis dengan para pasangan capres dan cawapres Pemilu 2009 mengatakan iklan sama sekali tidak berpengaruh dalam keputusan memilih. Sedangkan Miftah masih mempertimbangkannya untuk melihat kualitas kandidat. commit to user
126 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
“Tetep mempertimbangkan, kadang kalau tidak melihat iklan bingung juga bener atau tidak calonnya seperti ini, seperti ini. Tapi hanya sebatas pertimbangan saja.”
Kemudian penulis menanyakan, lantas, apa sumber pertimbangan lain yang lebih meyakinkan bagi Miftah untuk mempengaruhi keputusan memilih? Miftah menjawab: “Yaa.. selain dari melihat dari periode kemarin, juga dari referensi buku-buku.. atau mungkin di internet-internet atau artikel-artikel banyak bisa dicari. Mungkin itu bisa lebih meyakinkan."
commit to user
127 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN 1. Dalam penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa persepsi pemilih pemula terhadap iklan kampanye politik calon presiden dan wakil presiden yang ditayangkan di media televisi pada pemilu 2009 bervariasi. Namun kecenderungan persepsi pemilih pemula melihat dari visi misi dan latar belakang figur kandidat. Dalam perkembangan jenis iklan politik yang ada pada pemilu 2009 yaitu munculnya iklan negatif (bersifat menyerang lawan politik), ditemukan pula kecenderungan bahwa iklan negatif membuat persepsi pemilih pemula menjadi lebih rasional dibandingkan dengan iklan positif. Aspek-aspek latar belakang track record kinerja kandidat lebih dikedepankan dan tidak hanya menerima secara pasif kelebihan-kelebihan kandidat seperti yang biasa disodorkan oleh iklan positif. Meskipun demikian, iklan positif dipandang tetap lebih bisa diterima oleh pemilih pemula di Surakarta ketimbang iklan negatif. 2. Persepsi pemilih pemula mengenai pengaruh iklan politik di media televisi terhadap keputusan memilih di Perumahan Fajar Indah juga bervariasi, namun cenderung hanya memberikan dampak yang kecil. Dalam mempengaruhi keputusan memilih, pemilih pemula di kota Surakarta cenderung memandang akan lebih bisa teryakinkan apabila informasi yang didapat berasal dari debat politik atau berita di program acara televisi atau media massa lainnya. Pemilih commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
128 digilib.uns.ac.id
pemula juga cenderung memandang bahwa para kandidat Pemilu tahun 2009 telah sering muncul di media massa sehingga mereka sudah bisa menilai kualitas kandidat. B. SARAN 1. Perkembangan iklan politik di media televisi dengan adanya iklan negatif pada pemilu 2009, semakin menambah menarik dunia kampanye politik di Indonesia. Seperti yang dikatakan oleh Ilmuwan komunikasi politik Universitas Indonesia, Effendi Gazali, iklan yang bersifat menyerang sah-sah saja sejauh berdasarkan data valid dan dinilai positif karena mendorong pemilih untuk menilai para calon presiden berdasarkan rekam jejak, bukan berdasarkan sanjungan saja. Oleh karena itu, pada pemilu yang akan datang dalam membuat iklan politik di televisi maupun dimana saja, tim kampanye kandidat diharapkan bisa lebih cerdas menampilkan iklan dengan data-data yang valid yang akhirnya akan lebih bisa mendidik pemilih dalam menentukan kandidat pilihannya. 2. Pemilih pemula pada Pemilu 2009 telah mengalami kecenderungan masa transisi berkembang menjadi masyarakat modern, dimana kemajuan teknologi banyak membantu mereka dalam mencari informasi. Mereka telah lebih cerdas dalam menilai kandidat dan berhati-hati dalam mengambil keputusan memilih. Hendaknya tim kampanye kandidat mau lebih dalam menggali atau meneliti masyarakat sehingga tidak asal dalam mengklaim keberhasilan dan hanya memberikan realitas semu tanpa bukti. Yang masyarakat Indonesia butuhkan adalah bukti, bukan janji-janji semata. commit to user