Analisis Terpaan Iklan Partai Politik Di Televisi Pada Pemilih Pemula Di Kota Denpasar Dalam Pemilu Legislatif 2014 I Putu Agus Nanda Kertayasa, Ni Made Ras Amanda Gelgel, Ade Devia Pradipta Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana Email:
[email protected],
[email protected],
[email protected]
ABSTRACT Election on 2014 was a battle between politicians. Almost every politicians campaigning for themselves or their party to gain people’s vote. On the campaign period, we see a lot of political party’s campaign on television. Analysis shows that 62.3% beginner voters frequently exposed by political party commercial on television, but not all of them watch the whole commercial. 40.8% of the respondent did not watch the whole commercial from start to end. Even though the PDI Perjuangan commercial was the most viewed and interesting, it doesn’t make it the most remembered and liked commercial. Gerindra’s commercial was the most remembered and liked by the viewers. It was because of the commercial presents a politician with high popularity, it was PrabowoSubianto. Even though beginner voters’ perception to political commercial is on positive state and the exposure intensity is high, it doesn’t make voters choose those political party. Beginner voters tend to see more of the politician figure to choose. Keyword: commercial Exposure, beginner voters, political party commercial
PENDAHULUAN Di zaman modern ini, televisi sudah
kabar (12%), tabloid (6%) dan majalah (5%).
bukan menjadi barang yang asing lagi bagi
Baik anak kecil, orang tua dan remaja seakan
masyarakat. Semua masyarakat saat ini sudah
tidak bisa dipisahkan dengan televisi dalam
memiliki televisi di rumahnya masing-masing.
kesehariannya. Itu dikarenakan televisi memang
Bisa dikatakan televisi adalah media massa
mempunyai
daya
yang sangat sering dipergunakan atau dinikmati
disbanding
media
oleh manusia. Ini diperkuat dengan data dari AC
Berbicara mengenai televisi, maka tidak akan
Nielsen
bahwa
jauh dari yang namanya periklanan. Periklanan
televisi masih menjadi medium utama yang
adalah proses penciptaan pesan dan kemudian
dikonsumsi
(95%),
dikirimkan kepada khalayak dengan harapan
disusul oleh internet (33%), radio (20%), surat
khalayak itu akan bereaksi dengan cara tertentu
(2014)
yang
masyarakat
menunjukkan
Indonesia
tarik
yang
massa
lebih
yang
kuat
lainnya.
(Morierty,2011:6). Dibandingkan dengan media
analisis terpaan iklan partai politik di televisi
massa yang lainnya, media massa televisi
pada pemilih pemula menarik untuk dilakukan
adalah
favorit
karena ingin mengetahui bagaimana terpaan
digunakan untuk beriklan. Hal ini dikarenakan
iklan partai politik di televisi pada pemilih pemula
televisi dapat memberikan tampilan gambar dan
dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kota Denpasar.
juga mengeluarkan suara atau audio. Tentu
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah,
dengan dukungan gambar dan suara maka iklan
peneliti hanya melakukan penelitian di Kota
akan lebih terlihat menarik.
Denpasar
dengan
penelitian
ini
sarana
media
yang
paling
Bertepatan pada tahun 2014 Indonesia
batasan
adalah
untuk
masyarakat
subyek di
Kota
menggelar Pesta Demokrasi, di mana dalam
Denpasar dari rentan umur 17-21 tahun yang
Pemilu Legislatif 2014 masyarakat memilih
terdaftar sebagai pemilih pemula dalam Pemilu
anggota DPR, DPRD, dan DPD. Selama proses
Legislatif 2014. Dalam penelitian ini juga peneliti
pelaksanaan Pemilu tersebut semua aktor politik
hanya mencari tahu sampai bagaimana terpaan
berlomba untuk mendapatkan dukungan dari
iklan politik pada pemilih pemula bukan sampai
masyarakat,
pada sikap pemilih pemula.
dan
salah
satu
cara
yang
digunakan adalah dengan iklan politik. Iklan
TINJAUAN PUSTAKA
politik merupakan suatu bentuk media berbayar
Rozak (2009) dalam penelitian Iklan
di mana pelaku politik tersebut membeli jam
Politik
tayang untuk mendistribusikan pesan iklan
Pemula¸menyajikan
(Triastari,2011:33).
Sebagaimana
iklan
umumnya, iklan politik bertujuan menciptakan citra serba positif tentang apa yang yang akan dipasarkan kepada konsumen, dalam hal ini yang ditawarkan adalah kandidat politik kepada rakyat pemilih. Tentu untuk menyukseskan proses Pemilu, ada peranan penting yang dipegang oleh para pemilih. Terlebih lagi bagi para pemilih pemula. Pemilih pemula adalah kalangan muda yang baru pertama kali memilih dalam pemilu, sehingga hal ini cenderung mengakibatkan mendapatkan
para
pemilih
pemahaman
muda
belum
tentang
politik.
Jumlah pemilih pemula di Kota Denpasar berdasarkan data dari KPUD Bali pada tahun 2014 mencapai 44.232 orang dengan rincian 23.252
orang
laki-laki
dan
20.980
orang
perempuan. Berdasarkan hal tersebut maka
Caleg
Dalam
Persepsi
kenyataan
Pemilih tentang
bagaimana iklan politik caleg dalam persepsi pemilih pemula selama masa kampanye pemilu legislatif tahun 2009. Tahap awal dari penelitian ini adalah mengetahui bagaimana bentuk iklan politik caleg di media luar ruang. Selanjutnya penelitian ini menemukan bahwa pemilih pemula di SMA Negeri III Surakarta memiliki persepsi yang berbeda-beda mengenai iklan caleg di media luar ruang. Rozak
(2009)
menyatakan
bahwa
pemilih
pemula melalui tiga tahapan proses, yaitu seleksi, interpretasi, dan reaksi. Tahapan seleksi merupakan tahap pertama, dan yang dimaksud dengan seleksi adalah pemilih pemula cukup sering melihat iklan politik di media luar ruang. Mereka banyak melihat iklan tersebut di pinggir jalan, perempatan maupun pertigaan jalan serta di dinding-dinding kosong maupun dinding toko
dan warung. Adapun jenis iklan yang sering
pasangan calon berkolerasi positif dan signifikan
dilihat adalah baliho, spanduk, pamphlet,poster.
dengan alasan menentukan pilihan berdasarkan
Setelah itu ada tahapan kedua yaitu interpretasi.
program pasangan calon. Di sisi lain pemilih
Interpretasi adalah penilaian pemilih pemula
pemula yang hanya memiliki atensi terhadap
terhadap caleg dengan melihatnya dari pakaian
parpol pengusul dan atensi terhadap hanya satu
atau
kemudian
iklan pasangan calon saja berkolerasi positif dan
ekspresi foto pada poster dan juga baliho.
signifikan dengan alasan menentukan pilihan
Penempatan alat peraga kampanye luar ruang
berdasarkan parpol pengusul.
kostum
yang
digunakan,
yang bagus dan seusai aturan menjadi penilaian
Ruhendi
(2009)
yang
membahas
pemilih pemula. Tahapan terakhir adalah reaksi.
Efektivitas Iklan Politik dalam Kampanye Pemilu
Dalam hal ini disebutkan ada beberapa poin
2009 Penelitian ini menyatakan bahwa secara
yang digunakan untuk menilai bagus dan
tekstual teks iklan mendeskripsikan ideologi
tidaknya suatu iklan politik. Seperti besar
partai yang bersangkutan, yang berkontribusi
kecilnya iklan politik, kuantitas iklan, letak
dalam membentuk dan membentuk kembali
penempatan iklan, foto diri caleg dalam iklan,
pencitraan atas dirinya dengan membangun
ilustrasi gambar, pemakian background warna
identitas dirinya apakah sebagai agen pengubah
desain, dan profil partai asal caleg. Iklan yang
atau pembangun. Di samping itu, pemirsa
berukuran besar dan tersebar merata lebih
diletakkan
disukai pemilih pemula. Secara umum, pemilih
membutuhkan perubahan tersebut. Penggunaan
pemula menilai iklan caleg berguna untuk
relasi
mengetahui sekilas informasi dan visi misi caleg.
komunikasi dua arah antara partai pengiklan
Hastuti mengenai
(2014)
hubungan
dalam
untuk
rakyat
yang
mengantarkan
dengan pemirsanya, yaitu ditandai dengan pronomina yang dipilih dalam teks, seperti saya,
partisispasi politik pemilih pemula pada Pemilu
kita, dan anda. Secara intertekstual, iklan
Legislatif 2014 disebutkan bahwa ada hubungan
kampanye menggunakan unsur-unsur teks atau
positif antara pemahaman tayangan iklan politik
peristiwa lain untuk membentuk perspektif baru
dengan
pemula.
bagi pemirsa. Aspek praktik kewacanaan, dalam
Hubungan positif tersebut memiliki arti bahwa,
hal ini konsumsi atau respon pemirsa televisi
seiring pemahaman tayangan iklan politik di
terhadap iklan kampanye partai politik ini, yaitu
televisi dapat diikuti partisipiasi politik pemilih
memberikan gambaran mengenai interpretasi
pemula. Dengan demikian berarti, jika semakin
atau penilaian mereka. Iklan kampanye televisi
tinggi pemahaman pemilih pemula tentang
menjadi media untuk membangun citra partai.
tayangan iklan politik, maka semakin tinggi pula
Komunikasi Politik
politik
politik
dikonstruksi
posisi
dengan
partisipasi
iklan
penelitiannya
pada
pemilih
partisipasi politik pemilih pemula.
Fagen (1996) dalam (Nasution,1990:23-24)
Suyatna (2011) dalam penelitiannya
mendefinisikan komunikasi politik merupakan
menyebutkan bahwa, pemilih pemula yang
segala bentuk komunikasi yang terjadi dalam
mempunyai
suatu sistem politik dan antara sistem tersebut
atensi
terhadap
semua
iklan
dengan lingkungannya. Cakupannya meliputi
cepat dan sekaligus massif. Melalui media
studi mengenai jaringan komunikasi (organisasi,
massa,
kelompok, media massa, dan saluran-saluran
pesan-pesan politik yang ditransmisikan oleh
khusus) dan determinan sosial ekonomi dari
media massa pada khalayak luas. Secara
pola-pola komunikasi yang ada pada sistem
absolut, para aktor politik harus menggunakan
yang
media
dimaksud.
komunikasi
yang
Seperti
komunikasi
untuk
politik
dapat
mendapatkan
menyampaikan
dukungan
dari
politik
khalayak, karena tanpa menggunakan media,
berlangsung sebagai suatu proses penyampaian
khalayak tidak akan mengetahui aktor politik
pesan-pesan tertentu yang berasal dari sumber
yang bermain di panggung politik. Kegiatan
(selaku pihak yang memprakarsai komunikasi)
politik, program politik, pernyataan politik dan
kepada khalayak, dengan menggunakan media
sejenisnya tidak akan mencapai khlayak jika
tertentu untuk mencapai suatu tujuan yang telah
tidak menggunakan media massa.
tertentu pula. Unsur-unsur tersebutlah yang
3. Warga Negara
memungkinkan
lain,
bentuk-bentuk
aktor
terjadinya
suatu
kegiatan
Warga
negara
dalam
konteks
komunikasi politik dalam suatu masyarakat.
komunikasi tentu adalah khalayak (audience)
Secara garis besar ada tiga elemen besar dalam
yang menjadi target sasaran dan tujuan dari
komunikasi politik yang disebutkan oleh Junaedi
berbagai kegiatan politik, karena bagaimanapun
(2013:26-42), yaitu:
cara
1. Organisasi Politik
komunikasi
Organisasi sebagai
aktor
politik
politik.
seringkali
Aktor
didefinisikan
sebagai
menyalurkan
aspirasinya
individu-individu
yang
resmi, seperti melalui pemerintahan maupun lembaga legislative dimana melalui lembaga seperti inilah kebijakan diterapkan. Organisasi politik ini meliputi partai politik, organisasi public, kelompok penekan, dan kelompok teroris. 2. Media Massa Media massa adalah elemen penting dalam proses komunikasi politik, karena tanpa tidak
diorientasikan
untuk
Periklanan dan Iklan Partai Politik
perangkat
mendapatkan kekuasaan dalam lembaga politik
politik
politik
semua proses komunikasi pasti akan mubazir.
jadi terlibat dalam proses ini dengan berusaha
pesan
aktivitas
sendiri
proses pengambilan keputusan. Individu ini bisa
massa
bentuknya,
mempengaruhi khalayak. Tanpa ada khalayak,
organisasi dan lembaga, untuk mempengaruhi
media
apapun
disebut
politik
melalui
dan
mampu
menjangkau khalayak luas dalam waktu yang
Periklanan di televisi saat ini juga dihiasi oleh iklan politik dari para aktor politik dan selama
proses
peserta
pemilu
pemilu
kampanye
pasti
kepada
berlangsung, akan
para
melakukan
masyarakat
untuk
mempromosikan dirinya. Salah satu caranya adalah dengan beriklan di media massa seperti televisi atau media cetak dan media online. Iklan politik menurut Marlein (2013) adalah iklan yang berisi tentang hal yang berhubungan dengan dunia politik, misalnya tentang partai politik, kader
partai
pemerintahan,
politik,
pemilihan
pejabat
pemilihan
anggota
legislatif,
kekuasaan negara dan sebagainya. Bagi partai politik dan kader partai politik, melalui periklanan
mereka berharap untuk dapat mempengaruhi
beriklan politik bisa mendapatakan suara atau
dan
pemilih
dukungan dari masyarakat. Dalam penelitian ini
berharap bisa mendapatkan informasi yang
yang dimaksud dengan terpaan oleh penulis
akan digunakan sebagai bahan pertimbangan
adalah sejauh manakah terpaan iklan partai
dalam memilih partai politik atau kandidat politik
politik pada pemilih pemula dalam Pemilu
(Harahap, 2013:47).
Legislatif 2014.
Terpaan Media
Teori Information Seeking
menjaring
Terpaan
pemilih.
media
Sementara
berusaha
melihat
Teori
Information
Seeking
yang
bagaimana isi pesan dalam media mampu
dikemukakan oleh Donohew dan Tipton (1973)
membuat audiens memberikan respon yang
menjelaskan
positif ataupun respon yang negative sekalipun.
penolakan, dan pengolahan informasi, disebut
Apabila audiens memang benar-benar serius
memiliki akar dari pemikiran psikologi sosial
dalam menanggapi isi pesan media maka tentu
tentang sikap (Amaliya,2012:5).
saja audiens akan senantiasa memberikan
informasi dapat diteliti dari beberapa segi,
perhatian dan juga mencurahkan pemikirannya
dalam hal di mana ada keinginan untuk
terhadap isi pesan tersebut. Sehingga dengan
mengetahui suatu masalah dan bagaimana
demikian
orang mencari informasi (Amaliya,2012:5).
akan
memungkinkan
pengaruh
tentang
proses
pencarian,
Pencarian
Akan
Proses pencarian informasi menurut
berbeda halnya dengan audiens yang hanya
Donohew dan Tipton dalam Amaliya (2012:6)
sekedar saja dalam menanggapi pesan media
dijelaskan dalam beberapa tahap yaitu:
terpaan
media
semakin
mendalam.
sehingga hasil yang ditunjukkan pun berbeda pula.
Karena pada dasarnya media exposure
1. Terpaan sejumlah stimuli (informasi) kepada individu
ada atau terjadi apabila audiens membuka diri
Individu dapat memperhatikan atau
terhadap pesan dari media.
tidak
Terpaan Iklan Partai Politik
tersebut, dan pilihan pada salah
Blake dan Haroldsen (Suyatna,2011) mengemukakan bahwa, terpaan iklan (exposure to advertisement) adalah kegiatan menerima (membaca,
mendengar,
menonton)
pesan
memperhatikan
stimuli
satunya sebagian ditentukan oleh karakteristik dari stimuli tersebut, 2. Perbandingan
antara
stimuli
(informasi) dengan image of rality
secara pasif atau aktif. Biasanya bagaimana pun
yang dimiliki individu tersebut
penerimaan aktif sebuah pesan disebut dengan
Dalam
atensi. Terpaan terjadi ketika sebuah iklan
relevansi dan konsistensi antara
ditempatkan sehingga khalayak dapat melihat,
image dan stimuli, informasi yang
mendengar, atau membaca iklan tersebut..
terlalu bahaya atau tidak penting
Menjelang proses Pemilu hampir setiap Partai
akan tersaring keluar, demikian pula
Politik berlomba-lomba menampilkan iklan politik
yang dianggap monoton karena
di televisi. Partai Politik berharap dengan
tingkat konsistensinya yang tinggi.
tahap
ini,
diuji
tingkat
•
Jika stimuli diabaikan maka proses
Iklan Partai Politik yang paling
ini otomatis berhenti.
menarik perhatian •
3. Persoalan apakah stimuli tersebut
Informasi dalam
menuntut suatu tindakan atau tidak Jika tidak, maka efek dari stimuli
iklan partai
politik di televisi menyakinkan
METODE PENELITIAN
mungkin akan membentuk suatu
Penelitian ini menggunakan metode
bagian tambahan dari image. Jika
penelitian kuantitatif, dan dalam menganalisis
ya, maka perangkat image of reality,
data menggunakan statistik deskriptif. Statistik
seperti pengalaman, konsep diri dan
deskriptif
gaya pemrosesan informasi akan
menguraikan ataupun memberikan keterangan-
mempengaruhi tindakan apa yang
keterangan mengenai suatu data atau keadaan
harus dilakukan.
dan fenomena. Sumber data primer dalam
4. Perubahan/Revisi image of reality
berhubungan
dengan
hal
penelitian ini adalah sumber yang diperoleh
Pengalaman baru dapat mengubah
langsung di lapangan dari responden yaitu
persepsinya
lingkungan
pemilih pemula di Kota Denpasar. Sumber
dan konsep diri yang telah dia miliki.
sekunder dalam penelitian ini adalah buku-buku
terhadap
Operasionalisasi Konsep
atau literature yang berkaitan dengan tema
Terpaan akan diukur berdasarkan intesitas
penelitian ini dan bisa membantu penulisan
atau durasi menonton televisi, dan juga jenis
penelitian ini. Unit analisis dalam penelitian ini
media yang digunakan. Pada penelitian ini
adalah masyarakat di Kota Denpasar dari rentan
terpaan akan diukur berdasarkan indikator di
umur 17-21 tahun yang terdaftar sebagai pemilih
bawah ini yaitu:
pemula dalam Pemilu Legislatif 2014. Populasi
1. Frekuensi menonton tayangan iklan
dalam penelitian ini adalah sebanyak 44.232
Partai Politik di televisi dalam Pemilu
orang pemilih pemula di Kota Denpasar, dan
Legislatif 2014 akan diturunkan dalam
sampel ditentukan berdasarkan tabel Isac dan
beberapa item:
Michael dengan tingkat kesalahan 5% maka
•
Frekuensi menonton tayangan
jumlah sampel penelitian ini adalah sebanyak
iklan
348 orang pemilih pemula. Teknik pengambilan
•
Lama menonton televisi
sampel penelitian ini menggunakan Teknik
•
Lama menyaksikan iklan
Purposive Sampling, teknik merupakan teknik
•
Iklan Partai Politik di televisi
penentuan
mudah diingat
tertentu.
Iklan Partai Politik di televisi
memilih orang yang benar-benar mengetahui
yang sering dilihat
atau
Iklan Partai Politik di televisi
penelitian kita, selain itu sampel juga ditentukan
yang disukai
berdasarkan
• •
sampel
Kita
dengan
menentukan
memiliki
kompetensi
kriteria
yang
pertimbangan
sampel
dengan
telah
dengan
topik
ditentukan
sebelumnya. Untuk teknik pengumpulan data
atau
17 tahun sampai dengan 21 tahun. Pada tabel di
kuesioner. Pertanyaan pada kuesioner yang
atas dapat dilihat bahwa umur pemilih pemula
akan
yang
dalam penelitian ini yang menjadi responden
menyangkut fakta dan pendapat responden.
adalah rata-rata berumur 20 tahun dan juga 21
Jenis
tahun. Di mana umur 20 tahun sebanyak 26,8%
penelitian
ini
menggunakan
diajukan
adalah
pertanyaan
angket
pertanyaan
dalam
kuesioner
yang
dan umur 21 tahun sebanyak 25,3%. Selain itu
digunakan adalah pertanyaan tertutup. Validitas dan reliabilitas pada penelitian
umur 19 tahun sebanyak 20,3% , umur 18 tahun
ini diukur berdasarkan teknik Pearson Product
sebanyak 18,8% dan yang terendah adalah
Moment dimana suatu alat ukur dinyatakan valid
umur 17 tahun sebanyak 9%. Durasi menonton
apabila memiliki nilai >0.3. Sedangkan untuk
televisi
pemilih
reliabilitas diukur menggunakan teknik Alpha
pemilih
pemula
Cronbachs dimana akan dinyatakan reliabel
televisi kurang dari 30 menit sebanyak 17,8%
apabila memiliki nilai >0.6.
pemilih pemula, menonton selama 1 jam – 2 jam
PEMBAHASAN
sebanyak 52,8%, menonton selama 3 jam – 4
Gambaran
umum
pemilih
pemula
jam
mencapai
pemula memiliki
angka
menunjukkan durasi
21,3%
hasil
menonton
,dan
yang
meliputi 1) jenis kelamin, 2) umur, 3) durasi
menonton lebih dari 4 jam adalah 8,3%. Hal
menonton
tersebut bisa dilihat pada pie chart dibawah ini.
televisi,
4)
Acara
yang
sering
8.3
ditonton, 5) Sumber informasi selain dari iklan partai politik. Semuanya terdistribusi dan dapat
17.8
21.3
<3O Menit 1 Jam ‐ 2 jam
dilihat pada tabel berikut.
3 Jam ‐ 4 jam
No
Indikator
Persentase
1.
Laki-Laki
45%
2.
Perempuan
55%
3.
17 Tahun
9%
4.
18 Tahun
18,8%
acara yang paling sering ditonton oleh pemilih
5.
19 Tahun
20,3%
pemula. Adapun hasil yang didapat adalah
6.
20 Tahun
26,8%
sebanyak 35,3% didominasi oleh acara reality
7.
21 Tahun
25.3%
show, dan yang paling terendah adalah diskusi
52.8
> 4 Jam
Peneliti juga mendapatkan mengenai
politik, di mana hanya 2,8% yang menyaksikan Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jenis kelamin laki-laki yang sebagai responden sebanyak
45%
sedangkan
jenis
kelamin
perempuan adalah sebanyak 55%. Sehingga dari hasil tersebut jenis kelamin perempuan lebih dominan dari pada jenis kelamin laki-laki pemilih pemula. Berikutnya adalah gambaran umum umur dari pemilih pemula, di mana dalam penelitian ini umur pemilih pemula adalah dari
acara diskusi politik. Hasil lebih jelas bisa dilihat pada pie chart ini.
pemilih pemula. Pemilih pemula menyatakan 14.3
Berita
21.5
iklan partai politik tersebut menjadi penting
Reality Show
karena melalui iklan politik yang tayang di
Kuis 22.3 2.8
televisi, pemilih pemula bisa mendapatkan
Sinetron
informasi mengenai partai politik. Dibalik iklan
Lainnya
35.3
4
Diskusi Politik
partai politik penting bagi para pemilih pemula,
Selain dari iklan partai politik di televisi, pemilih pemula juga mendpatkan informasi
informasi
dalam
membuat
pemilih
mempengaruhi
ini.
terhadap
pemilih
pemula
untuk
Surat Kabar
politik mereka. Hal ini ditunjukkan dengan
Majalah
sebanyak 44,3% menyatakan setuju informasi
1.5
Radio
iklan partai politik membuat yakin terhadap
4.8
Media Online
pilihannya,
Keluarga
menyatakan ragu-ragu informasi iklan partai
24
13.8
46.3 Teman Dari pie chart diatas dapat dilihat bahwa
menyatakan sangat setuju informasi iklan partai politik membuat yakin terhadap pilihannya, dan
Persepsi Terhadap Iklan Partai Politik pemula
memiliki
3,3% menyatakan sangat tidak setuju.
persepsi
Terpaan Iklan Partai Politik
bervariatif terhadap iklan partai politik. Hal
Berikutnya akan melihat bagaimana
tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Indikator STS
TS
RR
S
SS
3,3%
15
31,3
48,3
2,3%
%
%
%
17
29%
44,3
3,3%
Akan Parpol
Menambah
terpaan iklan partai politik pada pemilih pemula.
Persentase
Iklan Parpol
Iklan Politik
pemula
terhadap pilihannya, hanya 6,5% pemilih pemula
terdekat mereka.
Keyakinan
pemilih
informasi iklan partai politik membuat yakin
media online, surat kabar dan juga lingkungan
Pentingnya
29%
sekitar 17% pemilih pemula tidak setuju jika
iklan partai politik di televisi adalah melalui
Pemilih
sebanyak
politik membuat yakin terhadap pilihannya, dan
sumber informasi pemilih pemula selain dari
3.
yakin
juga
menyakinkan atau mempertegas pilihan partai
6.5 3
2.
pemula
politik
yang ada di dalam iklan partai politik berhasil
hal tersebut bisa dilihat pada pie chart dibawah
1.
partai
pilihannya. Ini menunjukkan bahwa informasi
partai politik dari beberapa sumber yang lainnya,
No
iklan
% 4,8%
Pie
chart
di
26,5
46,3
%
%
%
ini
akan
membahas
mengenai intensitas pemilih pemula melihat tayangan iklan partai politik.
6,5%
%
18
bawah
4,5%
9.8
1.3 10.5 16.3
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu‐Ragu Setuju
Wawasan 62.3
Sangat Setuju
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwaiklan partai politik di televisi penting bagi
Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat
sering
sampai akhir iklan. Namun masih ada 24% yang
melihat iklan partai politik selama proses Pemilu
menyatakan setuju menoton tayangan iklan dari
Legislatif 2014 di televisi. Hal ini ditunjukkan
awal sampai akhir karena bagi mereka iklan
dengan
sebanyak 62,3% menyatakan setuju
partai politik mampu menambah informasi dan
sering melihat iklan partai politik. Namun ada
wawasan mereka sehingga iklan politik menjadi
juga pemilih pemula yang ragu-ragu sebanyak
penting.
bahwa
pemilih
pemula
menyatakan
16,3% melihat iklan partai politik di televisi,
Selama proses pemilu 2014 sangat
kemudian pemilih pemula juga menyatakan
banyak bermunculan iklan-iklan partai politik.
tidak sering melihat iklan partai politik di televisi
Dari beberapa iklan partai politik tersebut
yaitu
9,8%
dibuatlah pertanyaan untuk mencari tahu iklan
menyatakan sangat setuju sering melihat iklan
partai politik mana yang sering dilihat, disukai,
partai politik di televisi, dan sebanyak 1,3%
menarik perhatian pemilih pemula dan yang
sangat tidak setuju sering melihat iklan partai
paling diingat. Untuk lebih jelas bisa dilihat pada
politik di televisi selama proses Pemilu Legislatif
tabel di bawah ini.
2014.
No
sebanyak
10,5%.
Sehingga
Sebanyak
berdasarkan
pernyataan
Sering
Paling
Menarik
Paling
Dilihat
Disukai
Perhatian
Diingat
Partai PDI
Partai
Partai PDI
Partai
Perjuangan
Gerindra
Perjuangan
Gerindra
(34,3%)
(40,5%)
(43,3%)
(40,8%)
Partai
Partai PDI
Partai
Partai PDI
akhir menunjukkan bahwa cenderung pemilih
Gerindra
Perjuangan
Gerindra
Perjuanga
pemula ragu-ragu menonton tayangan iklan
(29,8%)
(27,5%)
(24,3%)
n (37,3%)
Partai
Partai
Partai
Partai
tersebut dapat dikatakan bahwa sebagian besar pemilih pemula sering melihat iklan partai politik
1.
di televisi. Temuan
apakah
pemilih
pemula
menonton iklan partai politik dari awal sampai
parpol dari awal sampai akhir. Dapat dilihat
2.
3.
pada pie chart di bawah ini. 0.5 24
8.3
Sangat Tidak Setuju
4.
Tidak Setuju 26.5
Ragu‐ragu
5.
Setuju 40.8
Berdasarkan
Sangat Setuju
pie
chart
di
Golkar
Demokrat
Nasdem
Golkar
(12,8%)
(10,3%)
(9,8%)
(30,5%)
Partai
Partai
Partai
Partai
Demokrat
Golkar
Demokrat
Demokrat
(9,5%)
(8,3%)
(9,3%)
(30,0%)
Partai
Partai
Partai
Partai
Nasdem
Nasdem
Golkar
Hanura
(8,5%)
(5,8%)
(6,5%)
(21,3%)
atas
menunjukkan bahwa memang pemilih pemula ragu-ragu dalam menonton tayangan iklan parpol dari awal sampai akhir iklan, walaupun iklan politik penting bagi mereka namun hal tersebut tidak membuat pemilih pemula lantas tertarik menyaksikan iklan partai politik dari awal
Dari partai-partai politik yang beriklan, iklan partai politik yang paling sering dilihat oleh pemilih pemula adalah Partai PDI Perjuangan, Partai Gerindra, dan Partai Golkar. Ketiga partai tersebut menempati posisi tiga teratas sebagai iklan partai politik yang paling sering dilihat.
Walaupun iklan partai politik PDI Perjuangan
Total
83,8%
adalah iklan partai politik yang paling sering Pada tabel di atas menunjukkan bahwa
dilihat, ini tidak membuat iklan PDI Perjuangan pemilih
pemilih pemula cenderung memutuskan memilih
pemula. Justru iklan politik Partai Gerindra yang
pada masa kampanye. Ini menunjukkan bahwa
menampilkan sosok ketua umum Prabowo
iklan-iklan partai politik yang tayang di televisi
Subianto dengan tagline Macan Asia menjadi
dan kampanye yang dilakukan partai politik
iklan politik yang paling disukai, kemudian posisi
cukup efektif untuk menarik hati pemilih pemula.
kedua ada Partai PDI Perjuangan dan yang
Bagi pemilih pemula yang tidak memilih dalam
ketiga adalah Partai Demokrat. Berikutnya iklan
Pemilu Legislatif 2014 telah memutuskan tidak
partai politik yang menarik perhatian pemilih
memilih jauh sebelum pemilu. Hal ini dibuktikan
pemula tampaknya kembali dimiliki oleh Partai
pada tabel di bawah ini.
PDI Perjuangan. Iklan yang menampilkan sosok
No
menjadi yang paling disukai oleh
Kapan Memutuskan Tidak Memilih
Puan Maharani dengan tageline Indonesia 1.
Hebat tersebut berhasil mengungguli iklan Partai
Jauh Sebelum
peringkat
ketiga.
Partai
2.
Nasdem
Pada Masa
3.
Saat Di Bilik Suara
seperti Partai Demokrat dan juga Partai Golkar selalu
masuk
posisi
tiga
pelaku politik tentu saja mengajak masyarakat untuk memilih dalam pemilu. Hal ini tampaknya berdampak cukup baik, di mana dari 400 responden pemilih pemula sebanyak 83,8% pemilih pemula memilih dan hanya 16,3% tidak memilih dalam Pemilu Legislatif 2014. Pemilih pemula yang memilih dalam Pemilu Legislatif 2014 ada yang telah memustuskan memilih sebelum pelaksanaan pemilu dan pada masa
Total
16,3%
Dari
16,3%
pemilih
pemilih
pemula
sudah
memutuskan
tersebut memutuskan tidak memilih. Hal ini bisa dilihat pada tabel berikut. No
Apa Yang Membuat
Persentase
Tidak Memilih
Politik
Yang
bawah ini.
Dipercaya
1.
2.
Memilih Pada Masa
Partai
7,5%
Bisa
Kader Partai Terlibat
5,0%
Kasus Hukum 41,3%
Kampanye
3.
Tidak
Ada
Partai
Yang Sejalan Dengan
2.
Pada Masa Tenang
25,8%
3.
Saat Di Bilik Suara
16,0%
tidak
sesuatu hal yang menyebabkan pemilih pemula
Ada
1.
yang
memilih jauh-jauh sebelum pemilu, berarti ada
Tidak
Persentase
pemula
memutuskan tidak memilih, sebagian besar
kampanye. Hal ini bisa dilihat pada tabel di
Kapan Memutuskan
1,8%
besar
sebelumnya. Iklan partai politik ditayangkan oleh
No
6,8%
Kampanye
berhasil menyaingi iklan partai-partai besar
yang
7,8%
Pemilu
Gerindra di peringkat kedua dan juga Partai Nasdem
Persentase
Idielogi
1,8%
4.
Iklan
Partai
Politik
ditayangkan secara terus menerus, dan juga
1,0%
Kurang Menarik
disertai dengan variasi, maka akan menarik
Total
16,3%
perhatian
sehingga
mampu
mempengaruhi
pikiran kita. Meskipun menurut pemilih pemula Pada tabel 4.9 di atas dapat dilihat tidak
iklan
partai
politik
tersebut
penting
dan
adanya partai politik yang bisa dipercaya
menambah wawasan, namun tidak menjamin
membuat pemilih pemula memutuskan tidak
mereka menonton iklan tersebut secara utuh.
memilih, selain itu banyaknya kader-kader partai
Pemilih pemula tidak yakin apakah dirinya
politik yang tersandung kasus hukum juga
menyaksikan iklan partai politik dari awal sampai
membuat pemilih pemula tidak memilih, dan
akhir iklan . Seperti yang dinyatakan oleh
bedanya
pandangan
(Mahmudoh,2011:11)
pemilih
dengan
atau
ideologi
antara
partai
juga
sering dan selama apapun seseorang terpapar
menyebabkan tidak memilih. Sedangkan tidak
suatu iklan, belum bisa dipastikan bahwa orang
memilih karena iklan partai politik yang kurang
tersebut menyaksikan iklan secara seksama dan
menarik berada pada posisi paling bawah. Ini
utuh dari awal iklan sampai dengan akhir iklan.
membuktikan bahwa iklan partai politik cukup
Hal ini diperkuat dengan sebanyak 40,8%
memberikan dampak yang positif pada pemilih
pemilih pemula tidak yakin apakah menyaksikan
pemula.
iklan politik dari awal sampai akhir, namun
ideologi
Analisis
walaupun
seseorang
masih ada 24,0% pemilih pemula menyatakan
Dalam proses Pemilu Legislatif 2014,
menyaksikan iklan politik dari awal sampai akhir
para pelaku politik tentu akan melakukan
iklan. Selama proses pemilu tentu sangat
berbagai cara untuk mendapatkan dukungan
banyak iklan-iklan partai politik yang tayang di
dari masyarakat. Salah satu cara yang dilakukan
televisi. Iklan partai politik tersebut sebagian
oleh partai politik adalah dengan cara beriklan
besar menampilkan sosok figur kader partai,
politik. Tentu saja bagi para pelaku politik dan
dan juga ada iklan partai menggunakan lagu
juga partai politik berharap bisa terpilih dan
dan juga tagline. Tampaknya keputusan partai
keluar
pemilu,
politik untuk menampilkan sosok figur kader
sehingga iklan politik dianggap menjadi salah
partai dalam iklan politiknya sangatlah tepat,
satu cara yang dapat membantu langkahnya
karena pemilih pemula menyatakan mereka
untuk memenangkan pertarungan politik. Melalui
lebih
iklan politik partai politik bisa mempromosikan
menentukan pilihannya. Fakta tersebut bisa
diri dan mengenalkan visi misi partai ataupun
dilihat pada tabel berikut.
sebagai
program
kerja
pemenang
yang
dalam
dijanjikan
melihat
No
untuk mendapatkan suara atau dukungan dari Seperti
yang
partai
dikatakan
(Mahmudoh,2011:12) bahwa suatu hal yang jika
Pertimbangan
dalam
Persentase
Untuk Memilih
dari partai politik dalam beriklan politik adalah
pemilih.
kader
kepada
masyarakat. Selain itu tentu saja harapan utama
para
figur
1.
Figur Kader Partai
32.5%
2.
Visi Misi Partai
30.5%
3.
Pengaruh Orang
9.0%
isi pesan maka hasil yang ditunjukkan pun berbeda. Tentu untuk mendapatkan hasil yang baik,
Lain
audiens
haruslah
membuka
dirinya
terhadap isi pesan media. Pada penelitian ini, 4.
Iklan Partai Politik
7.0%
5.
Ideologi Partai
4.5%
pemilih pemula memang sering terkena terpaan iklan partai politik di televisi dan menunjukkan sikap yang cukup positif terhadap iklan partai
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa memang sosok figur kader partai menjadi pertimbangan
utama
untuk
menentukan
pilihannya. Bagi pemilih pemula sosok figur kader partai dengan nama besar dan tingkat popularitas yang tinggi dan tentu saja yang paling utama adalah memiliki citra baik menjadi pertimbangan
utama
bagi
pemilih
pemula.
Selain itu dapat dilihat bahwa Visi Misi Partai juga menjadi pertimbangan pemilih pemula dalam menentukan pilihannya. Hal yang cukup menarik dapat dilihat bahwa pengaruh orang lain cukup memiliki pengaruh sebanyak 9,0% untuk memilih partai politik. Walaupun pemilih pemula menyatakan sering melihat iklan partai politik dan iklan tersebut mampu membuat pemilih pemula yakin, tampaknya hal ini belum bisa membuat pemilih pemula memilih karena iklan partai politik. Jika dikaitkan dengan konsep terpaan media, di mana terpaan media berusaha melihat bagaimana isi pesan dalam media mampu membuat audiens memberikan respon yang positif ataupun respon yang negativ sekalipun. Apabila audiens memang benar-benar serius dalam menanggapi isi pesan media maka tentu saja audiens akan senantiasa memberikan perhatian dan juga mencurahkan pemikirannya terhadap isi pesan tersebut. Dalam kata lain jika audiens hanya sekedar saja dalam menanggapi
politik, sikap positif yang dimaksud adalah ditunjukkan dengan pemilih pemula menyukai beberapa iklan partai politik, namun tindakan atau
sikap
dari
para
pemilih
pemula
menunjukkan sikap yang bervariasi. Isi pesan dalam iklan partai politik memang mampu membuat pemilih pemula merasa yakin namun tidak sampai menentukan pilihannya. Ini berarti pemilih pemula belum sepenuhnya membuka diri terhadap pesan iklan partai politik yang ditayangkan di televisi. Jika pemilih pemula memang serius menerima atau menanggapi isi pesan dari iklan partai politik maka tentu saja pemilih pemula memberikan atau menunjukkan sikap yang positif pula. Namun pada akhirnya pemilih pemula menunjukkan sikap dengan tidak memilih partai politik karena iklan partai politik di televisi. Dengan demikian berarti memang dapat dikatakan walaupun iklan partai politik mampu menerpa pemilih pemula dan menghasilkan persepsi yang cukup positif mengenai iklan partai politik, namun hanya sebatas membuat pemilih
pemula
yakin
saja
tidak
mampu
membuat pemilih pemula memilih partai politik karena iklan partai politik. Ini menunjukkan bahwa terpaan iklan partai politik di televisi terhadap
pemilih
pemula
menghasilkan
beberapa tindakan. Walaupun bagi pemilih pemula iklan partai politik penting dan mampu membuat pemilih pemula yakin namun pemilih
pemula tidak memilih partai politik karena iklan partai politik melainkan ada sosok figur kader partai yang menjadi alasan utama pemilih pemula memilih partai politik.
Kesimpulan dan Saran Berdasarkan analisis di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu: 1. Walaupun pemilih pemula menyatakan
Merujuk pada teori information seeking,
bahwa iklan partai politik itu penting,
pemilih pemula menyatakan sering menyaksikan
mampu
iklan partai politik
pilihannya,
atau terkena terpaan iklan
membuat dan
yakin dapat
terhadap menambah
partai politik di televisi. Pemilih pemula pun
wawasan mereka, hal tersebut tidak
menyatakan jika iklan partai politik di televisi itu
membuat pemilih pemula menentukan
penting bagi mereka dan bisa menambah
pilihannya karena hal tersebut, namun
wawasan mereka mengenai partai politik yang
pemilih pemula lebih melihat iklan partai
berlaga pada Pemilu Legislatif 2014. Pesan
politik dengan menampilkan sosok figur
yang berada dalam iklan partai politik tersebut
kader
kemudian dicermati oleh pemilih pemula apakah
popularitas tinggi dan tampilan iklan
iklan tersebut bisa diterima atau tidak. Jika iklan
yang kreatif akan lebih mendapatkan
tersebut bisa diterima maka dengan secara
perhatian dari pemilih pemula.
langsung pemilih pemula akan memperhatikan
partai
2. Walaupun
yang
persepsi
memiliki
pemilih
tingkat
pemula
iklan tersebut dari awal iklan sampai dengan
terhadap iklan partai politik cukup positif
akhir iklan, namun jika pesan dari iklan tersebut
dan juga intensitas pemilih pemula
tidak bisa diterima maka pemilih pemula akan
terterpa iklan partai politik cukup intens,
mengganti tayangan televisi jika muncul iklan
hal tersebut tidak membuat pemilih
partai politik. Melalui iklan partai politik tersebut
pemula memilih partai politik karena
maka akan menghasilkan sebuah persepsi atau
iklannya,
pemahaman pemilih pemula mengenai partai
lebih melihat sosok figur kader partai
politik. Disaat pemahaman akan partai politik
untuk
telah didapatkan dari iklan tersebut, maka akan
pilihannya.
menghasilkan
Saran
suatu
tindakan
dari
pemilih
pemula. Tindakan dalam hal ini bisa saja pemilih pemula akan memilih partai politik atau tidak memilih.
Namun
memilih
melainkan
menentukan
pemilih
partai
pemula
politik
Berdasarkan kesimpulan di atas maka saran yang dapat diberikan adalah:
dikarenakan
1. Bagi Partai Politik agar lebih membuat
menyaksikan iklan partai politik tidak bisa
iklan partai politik yang lebih menarik
dijamin begitu saja karena ada beberapa faktor
dan mengedapankan kreatifitas agar
yang menjadi pertimbangan untuk menjatuhkan
mendapatkan perhatian pemilih. Selain
pilihannya tersebut. Faktor utama yang menjadi
itu bagi partai politik juga agar lebih
pertimbangan
untuk
menampilkan sosok figur kader partai
menentukan pilihannya adalah sosok figur kader
yang mempunyai popularitas tinggi dan
partai.
tingkat elektabilitas yang baik.
pemilih
pemula
2. Bagi Komisi Pemilihan Umum agar mengadakan pemilih
pendekatan
pemula
mengadakan
kepada
dengan
sosialisasi
cara
mengenai
Pemilu
Daftar Pustaka Sumber Buku : Bungin, Burhan. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Prenada Media Group Harahap, Agung. 2013. Kapitalisme Media Ekonomi Politik Berita dan Diskursus Televisi. Yogyakarta: Aura Pustaka Junaedi, Fajar.2013. Komunikasi Politik Teori, Aplikasi dan Strategi di Indonesia. Yogyakarta: Buku Litera Yogyakarta Nanang, Martono. 2010. Statistik Sosial Teori dan Aplikasi Program SPSS. Yogyakarta: Gava Media Sandra, Morierty. 2009. Advertising. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Zulkarimein, Nasution. 1990. Komunikasi Politik. Jakarta: Ghalia Indonesia. Sumber Internet : Abdul, Rozak. 2009. “Iklan Politik Caleg Dalam Persepsi Pemilih Pemula (Studi Deskriptif Kuanlitatif Tentang Iklan Politik Caleg DPRD II Surakarta Melalui Media Luar Ruang Dalam Persepsi Pemilih Pemula di SMA Negeri III Surakarta)”. Prodi Ilmu Komunikasi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sebelas Maret. Aceng, Ruhendi. 2009. Efektivitas Iklan Politik dalam Kampanye Pemilu 2009 Amaliya, Charina. 2012. “Hubungan Antara Penggunaan Website Muara Jambi Pilgrimage Dengan Pemenuhan Kebutuhan Informasi Pengunjung Situs Tentang Candi Muara Jambi”. Ejurnal Mahasiswa Universitas Padjajaran. Vol 1 Marissa, Marlein. 2013. “Pengaruh Iklan Politik Dalam Pemilukada Minahasa Terhadap Partisipasi Pemilih Pemula
Suryatna. 2011. “Pengaruh Terpaan Media Iklan Politik Terhadap Perilaku Pemilih Pemula”. Jurnal Sosial Humaniora. Vol II Triastari, Diajeng. 2011. Persepsi Iklan Politik Pada Pemilih Pemula (Studi Deskriptif Kualitatif Persepsi Pemilih Pemula Terhadap Iklan Politik Kampanye Pasangan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden Pada Pemilu 2009 Di Televisi) Yohan, 2013. Pengaruh Terpaan Media Online Detik.com Terhadap Tingkat Pengetahuan Umum Karyawan Mara Advertising Yogyakarta Sumber Website: http://www.nielsen.com/id/en/pressroom/2014/nielsen-konsumsi-medialebih-tinggi-di-luar-jawa.html diakes pada tanggal 5 Desember 2014 http://www.nielsen.com/id/en/pressroom/2014/nielsen-pertumbuhanbelanja-iklan-berjalan-perlahan.html diakses pada tanggal 5 Desember 2014 Sumber Undang-Undang: Undang-Undang Republik Indonesia No 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD