Survei Integritas Anak Muda 2013:
Persepsi dan Sikap Anak Muda terhadap Integritas dan Antikorupsi
Kata Pengantar
ANAK MUDA DI NEGERI YANG KORUP Skor Corruption Perception Index (CPI) Indonesia dari tahun ke tahun tidak mengalami peningkatan yang signifikan. Bahkan, di tahun 2013, skor Indonesia mengalami kemandegan di angka 32. Lembaga-lembaga publik, misalnya kepolisian, DPR dan lembaga-lembaga perizinan di Indonesia, karena tingkat kerawanan korupsinya cenderung semakin tidak dipercaya oleh masyarakat. Selain berkembangnya permisivitas terhadap praktik korupsi, masyarakat juga mengalami keraguan jika harus melaporkan adanya praktik korupsi di sekitarnya. Alasannya beragam, yaitu dari tidak tahu harus melapor ke siapa, bagaimana cara melapornya, takut terhadap konsekuensi atas laporan yang diberikan hingga soal ketidakpercayaan masyarakat terhadap kemampuan dan kemauan lembaga-lembaga yang menerima pengaduan untuk menindaklanjuti laporan mereka. (Global Corruption Barometer 2013, Transparency International). Korupsi di Indonesia telah menjadi fenomena sistemik dan menjadi problem sosial-politik yang mengakar. Korupsi sistemik telah melintasi kategori-kategori sosiologis politik pedesaan dan perkotaan. Di dalam sistem seperti ini, korupsi bukan saja mampu mempertahankan dirinya dari usaha-usaha pemberantasan korupsi yang sporadik dan tidak sistematik. Sistem yang korup telah menjadi habitat yang sangat mendukung bagi proses regenerasi koruptor. Anak muda adalah bagian dari masyarakat yang hidup di negara kita. Sikap dan perilaku integritas mereka sangat dipengaruhi oleh interaksi mereka dengan keluarga, kawan-kawan sebayanya, sekolah, media dan pengalaman hidupnya sehari-hari. Oleh karena itu, memang tidak mudah menjadi anak muda di Indonesia. Komitmen integritas mereka sering terbentur oleh realitas sosial-politik yang memaksa mereka harus bersikap permisif dan kompromistik terhadap praktik korupsi. Di sisi lain, kita menyadari bahwa anak muda memiliki posisi strategis dalam mewujudkan masyarakat dan pemerintahan yang bersih. Kegagalan mengurus integritas anak muda saat ini berarti juga kegagalan kita dalam memutus siklus regenerasi koruptor di negeri ini.
Dalam konteks itulah Survei Integritas Anak Muda ini dilakukan oleh Tranparency International Indonesia. Selain dimaksudkan untuk memberikan gambaran faktual tentang kondisi integritas anak muda di berbagai daerah yang diteliti, melalui penelitian ini pula kami ingin menyampaikan rekomendasi kepada semua pihak untuk mengatasi problem integritas anak muda. Semoga hasil survei ini bermanfaat sebagai bahan refleksi bagi keluarga, institusi pendidikan dan para pembuat kebijakan di Indonesia.
Dadang Trisasongko Sekjen Transparency International Indonesia
Integritas dan Korupsi di Wilayah Rural Indonesia: Hasil Survei Integritas Anak Muda 2013
1
2
Integritas dan Korupsi di Wilayah Rural Indonesia: Hasil Survei Integritas Anak Muda 2013
Integritas dan Korupsi di Wilayah Rural Indonesia: Hasil Survei Integritas Anak Muda 2013
Pendahuluan
1. Pendahuluan
3
1. Pendahuluan Masa depan bangsa Indonesia ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia, khususnya di kalangan anak muda. Dalam konteks menghadapi problem korupsi yang sudah bersifat sistemik, kita tentunya berharap agar anak muda relatif lebih steril dari nilai-nilai yang permisif terhadap korupsi. Dengan demikian, pada saat mereka masuk ke dunia orang dewasa, mulai bekerja di perusahaan, atau menjadi pengusaha, birokrat, politisi, dan lain-lain, mereka memiliki nilai integritas yang kuat dan menjadi ujung tombak bagi pemberantasan korupsi di sektornya masing-masing. Integritas individu berkaitan erat dengan integritas publik, bukan hanya karena integritas publik ditentukan oleh integritas individu-individu yang ada di dalamnya, namun harus dilihat juga bahwa integritas seseorang tidak cukup dibentuk dengan pengetahuan semata, namun juga harus ditempa dalam kehidupan sehari-hari dalam sebuah lingkungan sosial yang juga berintegritas. Artinya, integritas dan kesadaran antikorupsi harus dilandasi oleh hasrat untuk mencapai kemaslahatan bersama (public goods). Integritas anak muda sebagai individu dapat dilihat dari sejauh mana pemahaman dan sikap dia terhadap isu/tindakan tertentu yang berkaitan dengan integritas. Termasuk di dalamnya adalah sejauh mana permisivitas anak muda yang bersangkutan terhadap tindakan yang bertentangan dengan integritas, baik permisivitas atas tindakan yang dilakukan oleh orang lain di sekitarnya, maupun “kesediaan” dirinya untuk melakukan tindakan tersebut. Apabila kita berhenti sampai di sini, tentunya kita akan luput melihat aspek integritas publik yang secara resiprokal bekerja membentuk integritas individu.
Program untuk melibatkan anak muda dalam pemberantasan korupsi melalui penguatan nilai integritas sudah dimulai oleh Transparency International (TI) melalui “Global Youth Integrity Programme”. Di beberapa negara, seperti Namibia, Korea Selatan, Vietnam, Hungaria dan Indonesia, sudah pula dilakukan Survei Integritas Anak Muda (Youth Integrity Survey). Riset dilakukan sebagai upaya untuk memperoleh base line survey yang dapat dijadikan dasar bagi penyusunan program dan perumusan kebijakan antikorupsi bagi anak muda.
Survei Integritas Anak Muda yang diselenggarakan oleh Transparency International Indonesia (TI-Indonesia) pada tahun 2012 telah mencoba untuk melihat pandangan anak muda di Jakarta tentang integritas dan antikorupsi. Pada tahun ini, survei yang sama dilakukan dengan cakupan lebih luas dengan menjangkau anak muda di luar Jakarta, serta di luar pulau Jawa, khususnya mereka yang tinggal di wilayah pedesaan. Tiga wilayah tersebut adalah Aceh, Kupang dan Surabaya.
4
Integritas dan Korupsi di Wilayah Rural Indonesia: Hasil Survei Integritas Anak Muda 2013
2. Ringkasan Eksekutif Ringkasan Eksekutif
Integritas dan Korupsi di Wilayah Rural Indonesia: Hasil Survei Integritas Anak Muda 2013
5
2. Ringkasan Eksekutif Transparansi International Indonesia telah memperoleh hasil riset Survei Integritas Anak Muda di Jakarta sebagai representasi hasil riset anak muda di wilayah urban. Persepsi integritas dan antikorupsi generasi muda penting juga dipetakan di wilayah pedesaan (rural). Tahun 2013, TI-Indonesia melakukan riset Survei Integritas Anak Muda di tiga wilayah yaitu: Aceh, Kupang dan Surabaya. Berangkat dari hasil riset di Jakarta sebelumnya, laporan riset di wilayah rural ini menekankan pada beberapa dimensi penting yaitu: • Pemahaman dan pengetahuan generasi muda tentang integritas • Nilai, prinsip dan sikap generasi muda saat berhadapan dengan perilaku koruptif • Permisivitas generasi muda berhadapan dengan perilaku koruptif • Persepsi dan penilaian generasi muda terhadap integritas institusi publik dan privat • Aktor dan sumber informasi yang mempengaruhi generasi muda berintegritas dan antikorupsi • Peran generasi muda mencegah korupsi dan komitmen melawan korupsi.
2.1 Temuan
Temuan penting dari hasil riset Survei Integritas Anak Muda di wilayah rural ini adalah sebagai berikut: 1. Pemahaman mengenai integritas. Anak muda di tiga wilayah memahami integritas dengan cukup baik. Tiga dari lima anak muda mengatakan ciri-ciri integritas dekat dengan kejujuran dan kesuksesan diri. 2. Pengalaman akan situasi korupsi. Anak muda pernah mengalami atau setidaknya mengetahui adadanya praktik korupsi di sekitar mereka. Hal yang paling banyak dialami adalah suap ketika ditilang polisi. 3. Persepsi akan integritas aparatus publik. Anak muda mempersepsikan bahwa semua institusi yang melayani kepentingan publik, baik yang diselenggarakan negara ataupun swasta, masih mempraktikkan korupsi dan suap. Institusi pemerintah dipersepsikan lebih korup dari swasta. Institusi negara di bidang keamanan dan ketertiban, Polri dan TNI, dipandang sebagai yang paling tidak bersih diantara institusi negara yang ada. 4. Pengetahuan akan integritas dan antikorupsi. Enam dari sepuluh anak muda mengaku belum pernah mendapatkan pendidikan tentang antikorupsi yang komprehensif. Anak muda merasa perlu mendapatkan pelajaran antikorupsi. 5. Permisivitas versus Integritas. Anak muda memahami nilai-nilai integritas dan kejujuran namun tidak ragu mengkompromikannya. Sikap tersebut dipilih jika mereka dihadapkan pada kebutuhan akan pekerjaan dan menolong keluarga dari kesulitan. Sikap permisif untuk melanggar aturan paling banyak muncul ketika berkaitan dengan pelanggaran lalulintas. 6. Aktor dan Sumber Informasi. Anak muda mendapatkan contoh perilaku integritas dari keluarga, tokoh agama, lingkungan pendidikan dan teman-teman. Sedangkan sumber informasi/ media rujukan integritas dan antikorupsi adalah: televisi, radio, koran dan teman-teman/ kelompok sebaya. 7. Komitmen akan antikorupsi. Mayoritas responden anak muda optimis bahwa mereka bisa berperan dalam gerakan antikorupsi. Meskipun demikian hanya sebagian dari mereka yang bersedia untuk langsung melaporkan jika praktek kecurangan di sekitar mereka. Alasan yang paling banyak dipilih adalah karena merasa tidak ada efeknya dan tidak tahu bagaimana harus melakukan pengaduan.
2.2 Rekomendasi Keluarga 1. 2. 3. 4. 5.
Orang tua memberikan contoh perilaku jujur di dalam keluarga karena orang tua adalah panutan. Orang tua dan anggota keluarga perlu membuka ruang diskusi yang setara dan transparan di dalam keluarga. Orang tua dan anggota keluarga terbuka mengenai pemasukan dan pengeluaran keuangan di dalam keluarga. Hidup bersahaja dan bijak dalam pola konsumsi/ pengeluaran. Pendidikan etika dan perilaku jujur dimulai dari hal-hal kecil sejak dini.
Sektor Pendidikan
1. Penerapan subjek/ mata pelajaran antikorupsi sejak pendidikan dasar. 2. Sikap dan perilaku kejujuran dan berintegritas dicontohkan oleh guru, tenaga pendidik, dan pemangku kepentingan di seluruh sektor pendidikan. 3. Regulasi di sektor pendidikan yang memutus praktik koruptif, seperti: mengandalkan relasi untuk mendapatkan sekolah (nepotisme), sertifikasi guru, dsb. 4. Transparansi anggaran pendidikan di semua tingkat pendidikan. 5. Alokasi dan penggunaan anggaran pendidikan yang akuntabel dan terbuka dapat dimonitor oleh masyarakat.
6
Integritas dan Korupsi di Wilayah Rural Indonesia: Hasil Survei Integritas Anak Muda 2013
Pemerintah
1. Komitmen penegakan hukum dalam pemberantasan korupsi di semua instansi. 2. Sistem perlindungan hukum bagi whistle-blower 3. Pengarusutamaan dan implementasi Strategi Nasional Percepatan dan Pemberantasan Korupsi di level instansi publik sampai masyarakat. 4. Melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan membuat instrumen/ panduan pencegahan antikorupsi di sekolah dan semua level pendidikan. 5. Evaluasi dan pengawasan yang ketat terhadap semua implementasi pencegahan dan pemberantasan korupsi.
Lembaga Swadaya Masyarakat
Media
1. Mengembangkan jurnalisme warga untuk mendorong masyarakat melaporkan kasus korupsi di sekitar mereka. 2. Mengedukasi masyarakat dengan produk-produk media kreatif untuk mempromosikan integritas dan antikorupsi. 3. Ideologis dan independen dalam memberitakan kasus korupsi yang diakses oleh publik.
2.3 Metodologi
Definisi dan Konsep
Konstruksi instrumen sedapat mungkin disesuaikan dengan instrumen yang sudah dipergunakan dalam hasil riset sebelumnya. Transparansi International mendefinisikan integritas dengan: “[b]ehaviours and actions, consistent with a set of moral and ethical principles and standards, embraced by individuals as well as institutions, that create a barrier to corruption”. Konsep integritas tersebut meiliki empat dimensi: a. Moral dan etika: pemahaman konseptual akan perilaku yang pantas; b. Prinsip: kemampuan untuk membedakan mana yang benar dan salah; c. Patuh pada hukum: tingkat kepatuhan pada kerangka legal yang ditetap di masyarakat; d. Resistensi pada korupsi: kemampuan untuk mengubah praktik korupsi.
Konstruksi Kuesioner
Empat dimensi integritas diterapkan ke dalam variabel-variabel survei. Variabel survei adalah gejala yang hendak diketahui perbedaanya (variasinya) pada suatu populasi. Variabel survei akan digali melalui sejumlah pilihan yang memerlukan tanggapan dari responden. Pilihan tersebut dapat berupa menjawab pertanyaan atau mengevaluasi suatu pernyataan, dan memilih pilihan jawaban yang ada. Sejumlah variabel yang hendak diketahui gambarannya pada populasi anak muda dalam survei ini adalah: 1. Pengalaman akan situasi korupsi 2. Persepsi akan integritas aparatus publik 3. Pengetahuan akan integritas 4. Pemahaman akan integritas 5. Nilai integritas responden 6. Komitmen antikorupsi 7. Tingkat Integritas individu dan integritas komunitas.
Populasi dan Sampel
Survei Integritas Anak Muda 2013 ini melakukan wawancara tatap muka dengan kurang lebih 2000 orang sebagai sampel. Responden anak muda berjumlah 1556 orang dan responden orang dewasa berjumlah 464 orang (sebagai data pembanding). Survei ini menitikberatkan pada responden yang berada di daerah pedesaan (rural) dengan tujuan dapat melengkapi perspektif dari YIS 2012 yang meliputi anak muda kota (DKI Jakarta). Wawancara responden dilakukan secara random di 3 provinsi yang mewakili Indonesia Barat (Banda Aceh, Aceh) dan Timur (Kupang, NTT), serta populasi mayoritas suku Jawa di sekitar Surabaya, Jawa Timur. Survei ini sendiri tidak dimaksudkan untuk mewakili populasi anak muda di Indonesia.
Integritas dan Korupsi di Wilayah Rural Indonesia: Hasil Survei Integritas Anak Muda 2013
7
Ringkasan Eksekutif
1. Memobilisasi masyarakat di dalam gerakan pencegahan dan pemberantasan korupsi. 2. Menginternalisasi nilai-nilai integritas dan kejujuran di dalam komunitas-komunitas masyarakat. 3. Melibatkan masyarakat dalam proses pengawasan transparansi dan akuntabilitas pelayanan publik (sekolah, rumah sakit, administrasi kependudukan, kepolisian, dsb). 4. Mempromosikan peran generasi muda sebagai salah satu aktor upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi.
Teknik sampling
Survei ini menggunakan teknik purposive random sampling. Sebuah penelitian hendaklah bersifat realistis, artinya pelaksanaan penelitian dilakukan dengan memperhatikan kemampuan peneliti, waktu dan dana yang tersedia.1 Sebab dibutuhkan waktu yang lama dan sumber daya yang besar untuk dapat menjangkau populasi dan demografis Indonesia yang amat besar dan luas. Survei mengenai persepsi dan pandangan anak muda akan integritas ini ditujukan pada populasi anak muda di wilayah pedesaan di tiga propinsi, sebagai kontras dengan penelitian terdahulu terhadap anak muda di wilayah ibu kota Jakarta. Secara acak responden akan diambil dari desa yang radius 50 km berjarak dari ibu kota provinsi.
Kriteria Responden:
1. Responden kelompok anak muda: warga negara Indonesia, berusia 15-30 tahun, dan berdomisili di daerah pedesaan di Aceh, Jawa Timur dan Nusa Tenggara Timur. 2. Responden kelompok dewasa (kelompok kontrol): warga negara Indonesia, berusia lebih dari 30 tahun, dan berdomisili di ibu kota propinsi Aceh, Jawa Timur dan Nusa Tenggara Timur (NTT). WAKTU KEGIATAN: Survei dilakukan pada bulan Mei 2013
Wilayah Penelitian
Penelitian dilakukan di tiga propinsi: Nanggroe Aceh Darussalam, Jawa Timur dan Nusa Tenggara Timur.
1
8
C.R. Kothari. (2004). Research Methodology: Methods and Techniques. New Delhi: New Age International Publisher, hlm. 56-57
Integritas dan Korupsi di Wilayah Rural Indonesia: Hasil Survei Integritas Anak Muda 2013
3. Temuan Utama
Ringkasan Eksekutif
Integritas dan Korupsi di Wilayah Rural Indonesia: Hasil Survei Integritas Anak Muda 2013
9
3. Temuan Utama Hasil survey:
Pada bagian berikut akan diuraikan hasil Survei Integritas Anak Muda 2013 di daerah pedesaan. Uraian meliputi variabel-variabel yang menjadi pertanyaan-pertanyaan utama dari survei ini. Meskipun tujuan survei adalah mendapat gambaran opini integritas dari anak muda pedesaan, hasil survei ini juga menampilkan tanggapan dari anak muda di daerah perkotaan (urban) dan orang dewasa di daerah pedesaan (rural).
Responden anak muda perkotaan adalah mereka yang tinggal di ibukota provinsi. Reponden dewasa adalah mereka yang tinggal di desa yang sama dengan responden anak muda pedesaan. Proporsi responden dewasa dan anak muda perkotaan tidak sama banyaknya dengan anak muda di daerah pedesaan karena sifatnya hanya sebagai pembanding. Riset ingin melihat pilihan-pilihan jawaban (preferensi) anak muda pedesaan memiliki kecenderungan yang sama dengan anak muda di perkotaan atau tidak. Juga apakah anak muda pedesaan memiliki persepsi yang sama akan kejujuran dan korupsi dengan orang dewasa di daerah mereka. Kesamaan ataupun perbedaan pilihan jawaban diharapkan dapat membuka diskusi lebih lanjut. Penjelasan hasil survei merupakan analisis ringkas atas hasil pengolahan data yang diperoleh. Untuk mendukung penjelasan itu, disertakan sejumlah grafik pendukung. Data yang sudah diolah, diubah tampilannya ke dalam bentuk grafik. Kami menampilkan satu sisi jawaban saja untuk menyederhanakan tampilan.
Pemahaman tentang Ciri Integritas
Responden pada umumnya tidak dapat menjelaskan definisi integritas dalam pertanyaan terbuka yang ditanyakan kepada mereka akan definisi integritas. Meskipun demikian mereka dapat mengenali perilaku yang mencirikan kejujuran dan berintegritas.
Tingkat pemahaman integritas. Kepada responden diajukan tujuh perilaku yang mencirikan integritas (lihat di Grafik 2a). Jika rentang pilihan jawaban “Tidak setuju --- sangat setuju” (dengan skor 1--4) dijumlahkan, maka hasilnya dapat dibagi menjadi tiga kelompok nilai: rendah - sedang - tinggi. Semakin banyak seseorang mengenali perilaku di atas sebagai contoh integritas maka semakin tinggi nilai yang diperolehnya. Dengan cara demikian diperoleh gambaran tingkat pemahaman integritas seperti pada Grafik 1a dan 1b. Mayoritas responden berada dalam kelompok rentang nilai sedang dan tinggi. Grafik 1a Anak Muda-Pedesaan Tingkat Pemahaman Ciri Integritas - Rural
NTT
1%
59%
Jawa Timur
53%
Aceh
62%
Total
55% 0%
10%
20%
30%
41%
46%
38% 45% 40%
50%
Rendah Sedang
10
60%
70%
80%
90%
100%
Tinggi
Integritas dan Korupsi di Wilayah Rural Indonesia: Hasil Survei Integritas Anak Muda 2013
Grafik 1b Anak Muda-Perkotaan Tingkat Pemahaman Ciri Integritas - Urban
NTT
45%
Jawa Timur
46%
Aceh
69%
Total
48% 0%
10%
20%
30%
55%
54%
31% 52% 40%
50%
60%
Rendah Sedang
70%
80%
90%
100%
Tinggi
Grafik berikut di bawah ini (Grafik 2a-2c) merupakan tampilan jawaban responden yang memilih sikap “setuju”. Pada kelompok anak muda yang tinggal di daerah pedesaan (Grafik 2a), mayoritas mengenali perilaku jujur dan menjaga prinsip integritas. Begitu pula dengan responden anak muda yang berasal dari daerah ibukota provinsi (Grafik 2b), delapan dari sepuluh setuju bahwa tujuh perilaku yang diberikan kepada mereka mencirikan integritas.
Jika membandingkan jawaban anak muda di daerah pedesaan dengan responden dewasa di daerah yang sama, maka hasilnya menunjukkan adanya preferensi sikap yang sama. Jawaban terbanyak yang dipilih oleh anak muda rural sama dengan jawaban terbanyak yang dipilih oleh kelompok dewasa rural (Grafik 2c).
Integritas dan Korupsi di Wilayah Rural Indonesia: Hasil Survei Integritas Anak Muda 2013
11
Temuan Utama
Sikap mengkompromikan integritas yang paling banyak dipilih adalah sikap tidak jujur demi membantu diri dan keluarganya. Di kelompok anak muda pedesaan, ada 39% (Aceh) dan 36% (NTT) yang menyetujui sikap ini. Proporsi itu lebih tinggi pada anak muda-urban, di Aceh mencapai 50% dan 48% di NTT. Pilihan yang sama juga ditunjukkan oleh sikap orang dewasa di pedesaan (Grafik 2c: Aceh 39%, NTT 36%). Meskipun proporsi yang memilih jawaban tersebut di Jawa Timur kurang dari 30%, akan tetapi diantara contoh sikap yang mengkompromikan kejujuran ia tetap merupakan pilihan tertinggi yang disetujui.
Grafik 2a Anak Muda-Pedesaan Sikap Setuju Terhadap Indikator Ciri Integritas Youth-Rural
100%
90% 80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
90%
97%
95%
39%
27%
36%
Tidak pernah Tidak berbohong berbohong, tidak atau berbuat pernah curang, dan curang KECUALI dapat dipercaya jika menghadapi situasi sulit bagi dirinya atau keluarganya
91%
94%
89%
Tidak pernah melanggar hukum (selalu mengikuti aturan negara)
16%
25%
20%
Menunjukan solidaritas dan dukungan bagi keluarga dan temanteman dalam kondisi apapun meskipun hal tersebut melanggar hukum
92%
96%
93%
Tidak melakukan korupsi (tidak menerima atau memberi suap) dalam kondisi apapun
15%
15%
15%
Menolak perilaku korupsi kecuali jika jumlahnya tidak seberapa (jumlah uang yang kecil atau hadiah sederhana)
26%
22%
23%
Menolak perilaku korupsi kecuali jika tindakan itu sudah umum dilakukan untuk memecahkan masalah atau situasi yang sulit
0%
Aceh Jawa Timur NTT
Grafik 2b Anak Muda-Perkotaan Sikap Setuju Terhadap Indikator Ciri Integritas Youth-Urban 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10%
97%
98%
90%
50%
30%
48%
Tidak pernah Tidak berbohong berbohong, tidak atau berbuat pernah curang, dan curang KECUALI dapat dipercaya jika menghadapi situasi sulit bagi dirinya atau keluarganya
92%
94%
83%
Tidak pernah melanggar hukum (selalu mengikuti aturan negara)
14%
14%
14%
Menunjukan solidaritas dan dukungan bagi keluarga dan temanteman dalam kondisi apapun meskipun hal tersebut melanggar hukum
92%
96%
97%
Tidak melakukan korupsi (tidak menerima atau memberi suap) dalam kondisi apapun
11%
13%
7%
Menolak perilaku korupsi kecuali jika jumlahnya tidak seberapa (jumlah uang yang kecil atau hadiah sederhana)
17%
18%
21%
Menolak perilaku korupsi kecuali jika tindakan itu sudah umum dilakukan untuk memecahkan masalah atau situasi yang sulit
0%
Aceh Jawa Timur NTT
12
Integritas dan Korupsi di Wilayah Rural Indonesia: Hasil Survei Integritas Anak Muda 2013
Grafik 2c Dewasa-Pedesaan Sikap Setuju Terhadap Indikator Ciri Integritas Adult-Rural 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10%
90%
97%
95%
39%
27%
36%
Tidak pernah Tidak berbohong berbohong, tidak atau berbuat pernah curang, dan curang KECUALI dapat dipercaya jika menghadapi situasi sulit bagi dirinya atau keluarganya
91%
94%
89%
Tidak pernah melanggar hukum (selalu mengikuti aturan negara)
16%
25%
20%
Menunjukan solidaritas dan dukungan bagi keluarga dan temanteman dalam kondisi apapun meskipun hal tersebut melanggar hukum
92%
96%
93%
Tidak melakukan korupsi (tidak menerima atau memberi suap) dalam kondisi apapun
15%
15%
15%
Menolak perilaku korupsi kecuali jika jumlahnya tidak seberapa (jumlah uang yang kecil atau hadiah sederhana)
26%
22%
23%
Menolak perilaku korupsi kecuali jika tindakan itu sudah umum dilakukan untuk memecahkan masalah atau situasi yang sulit
0%
Aceh Jawa Timur NTT
Nilai dan prinsip yang diyakini
Grafik di bawah ini merupakan tampilan dari persentase mereka yang memilih jawaban “setuju” terhadap sejumlah proposisi mengenai kejujuran dan integritas. Sembilan dari sepuluh anak muda di wilayah rural dan urban menyetujui bahwa kejujuran dan ketaatan pada aturan/ hukum tidak dapat ditinggalkan hanya demi kesuksesan dan kekayaan (Grafik 3a dan 3b).
Jika diperhatikan di setiap daerah, maka ada perbedaaan kecil pada isu peningkatan pendapatan kepada keluarga antara muda urban dan rural di NTT dan Aceh. Kontras terlihat jika membandingkan jumlah jawaban anak muda rural dengan dewasa rural di sekitar Banda Aceh. Di mana lebih banyak kelompok dewasa yang setuju mendahulukan keluarga daripada integritas (Grafik 3c).
Integritas dan Korupsi di Wilayah Rural Indonesia: Hasil Survei Integritas Anak Muda 2013
13
Temuan Utama
Obsesi menjadi kaya berpotensi membuat individu menghalalkan segala cara agar hal itu terwujud. Termasuk juga motivasi untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga.
Grafik 3a Anak Muda-Pedesaan Setuju Terhadap Indikator nilai Integritas Youth-Rural 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10%
2%
3%
4%
Kekayaan lebih penting daripada kejujuran
99%
98%
98%
Kejujuran lebih penting daripada kekayaan
4%
7%
4%
Kesuksesan lebih mudah dicapai tanpa integritas
100%
98%
98%
Kejujuran dan integritas akan menghasilkan kesuksesan
2%
4%
6%
Peningkatan pendapatan keluarga lebih penting daripada kejujuran/integritas
94%
86%
93%
Integritas lebih penting daripada peningkatan pendapatan keluarga
0%
Aceh Jawa Timur NTT
Grafik 3b Anak Muda-Perkotaan Setuju Terhadap Indikator nilai Integritas Youth-Urban 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10%
0%
4%
0%
Kekayaan lebih penting daripada kejujuran
100% 92%
97%
Kejujuran lebih penting daripada kekayaan
6%
8%
0%
Kesuksesan lebih mudah dicapai tanpa integritas
94%
97% 100%
Kejujuran dan integritas akan menghasilkan kesuksesan
8%
7%
0%
Peningkatan pendapatan keluarga lebih penting daripada kejujuran/integritas
94%
84%
86%
Integritas lebih penting daripada peningkatan pendapatan keluarga
0%
Aceh Jawa Timur NTT
14
Integritas dan Korupsi di Wilayah Rural Indonesia: Hasil Survei Integritas Anak Muda 2013
Grafik 3c Dewasa-Pedesaan Setuju Terhadap Indikator nilai Integritas Adult-Rural
100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10%
3%
2%
6%
97%
Kekayaan lebih penting daripada kejujuran
97% 100%
3%
Kejujuran lebih penting daripada kekayaan
6%
3%
Kesuksesan lebih mudah dicapai tanpa integritas
97%
96% 100%
Kejujuran dan integritas akan menghasilkan kesuksesan
13%
4%
3%
93%
Peningkatan pendapatan keluarga lebih penting daripada kejujuran/integritas
79%
97% 0%
Integritas lebih penting daripada peningkatan pendapatan keluarga
Aceh Jawa Timur NTT
Tingkat kesadaran tentang nilai integritas dilihat dengan menjumlahkan nilai jawaban yang terentang dari 1--4 (“Sangat Tidak Setuju -- Sangat Setuju”) dan mengelompokkannya ke dalam rentang nilai rendah, sedang dan tinggi, maka diperoleh gambaran bahwa enam dari sepuluh responden berada dalam kelompok nilai tinggi (Grafik 4a dan 4b). Grafik 4a Anak Muda-Pedesaan Tingkat Kesadaran tentang Nilai Integritas - Rural
Jawa Timur
41%
1%
34%
66%
41%
Aceh
Total
58%
0%
59%
35%
1% 10%
Temuan Utama
2%
NTT
20%
64% 30%
40%
50%
60%
Rendah Sedang
Integritas dan Korupsi di Wilayah Rural Indonesia: Hasil Survei Integritas Anak Muda 2013
70%
80%
90%
100%
Tinggi
15
Grafik 4b Anak Muda-Perkotaan Tingkat Kesadaran tentang Nilai Integritas - Urban
10%
NTT
Jawa Timur
90%
1%
35%
56%
Aceh
Total
64%
35%
1% 0%
44%
10%
20%
30%
64% 40%
50%
Rendah Sedang
60%
70%
80%
90%
100%
Tinggi
PERMISIVITAS
Pada bagian sebelumnya, mayoritas responden mendukung nilai kejujuran dan ketaatan pada hukum yang tidak dapat dikorbankan demi kekayaan dan kesuksesan. Dalam praktik keseharian nilai tersebut dapat bertabrakan dengan kepentingan atau kebutuhan lainnya yang menyebabkan seseorang menjadi permisif pada aturan. Untuk itu kepada responden anak muda ditanyakan seberapa jauh mereka dapat menerima suatu pelanggaran nilai etis tertentu, misalnya jika ada seseorang yang melanggar hukum demi menolong keluarganya atau memberi uang tambahan kepada petugas supaya dapat pelayanan kesehatan yang baik. Secara umum, delapan dari sepuluh responden anak muda yang tinggal disekitar ibukota provinsi (urban) dan di desa (rural) menyatakan tidak bisa menerima beberapa tindakan tidak etis atau melanggar norma hukum (Grafik 5a dan 5b). Kelompok anak muda urban paling rendah permisivitasnya dibandingkan tiga kelompok responden lainnya (anak muda rural dan dewasa rural) terhadap tindakan yang tidak berintegritas.
Permisivitas tertinggi oleh anak muda urban dan rural di semua daerah ada pada penerimaan mereka akan tindakan melanggar hukum demi menolong keluarga. Bagi anak muda di NTT, proporsi mereka yang bisa menerima pemberian suap untuk urusan SIM/STNK lebih tinggi dibanding anak muda di daerah lain (NTT rural: 35%, urban: 52%). Adapun anak muda di daerah Jawa Timur dapat menerima nepotisme di bidang pekerjaan, dan mereka yang tinggal di rural lebih tinggi penerimaannya (Jatim rural: 30%, urban: 23%). Pola perbedaan jawaban ada pada anak muda rural dan dewasa rural di daerah Aceh, di mana dewasa rural secara berurutan dapat permisif pada nepotisme pekerjaan (27%), perijinan (27%), dan pelanggaran hukum demi keluarga (20%), sementara pada anak muda rural pelanggaran hukum demi keluarga yang terbanyak.
16
Integritas dan Korupsi di Wilayah Rural Indonesia: Hasil Survei Integritas Anak Muda 2013
Grafik 5a Anak Muda-Pedesaan Penerimaan terhadap tindakan yang tidak berintegritas Youth-Rural 50%
40%
30%
20%
10%
33%
35%
44%
13%
15%
18%
Jika ada orang yang Jika ada melanggar hukum pemimpin yang demi menolong mau melakukan keluarganya? pelanggaran hukum supaya keluarga kamu hidup lebih baik
11%
7%
11%
Jika ada pegawai pemerintah meminta uang tambahan tidak resmi saat memberi pelayanan kepada masyarakat
20%
30%
17%
Jika ada orang memilih untuk memberikan pekerjaan kepada saudaranya, meskipun ada orang lain yang lebih layak menerima pekerjaan tersebut
19%
17%
35%
Jika ada orang membayar uang pelicin kepada petugas untuk mempercepat proses pengurusan perijinan (mis. STNK, SIM, dan lain-lain)
19%
19%
29%
Jika ada orang membayar uang pelicin kepada tenaga kesehatan di rumah sakit umum atau puskesmas agar diberi pelayanan yang lebih baik
8%
10%
12%
Jika ada orang tua memberikan uang/ hadiah kepada guru supaya anaknya bisa mendapat nilai yang bagus
0%
Aceh Jawa Timur NTT
Grafik 5b Anak Muda-Perkotaan Penerimaan terhadap tindakan yang tidak berintegritas Adult-Rural
30%
10%
20%
28%
28%
3%
12%
13%
Jika ada orang yang Jika ada melanggar hukum pemimpin yang demi menolong mau melakukan keluarganya? pelanggaran hukum supaya keluarga kamu hidup lebih baik
17%
5%
0%
Jika ada pegawai pemerintah meminta uang tambahan tidak resmi saat memberi pelayanan kepada masyarakat
27%
18%
16%
Jika ada orang memilih untuk memberikan pekerjaan kepada saudaranya, meskipun ada orang lain yang lebih layak menerima pekerjaan tersebut
27%
12%
16%
Jika ada orang membayar uang pelicin kepada petugas untuk mempercepat proses pengurusan perijinan (mis. STNK, SIM, dan lain-lain)
17%
10%
9%
Jika ada orang membayar uang pelicin kepada tenaga kesehatan di rumah sakit umum atau puskesmas agar diberi pelayanan yang lebih baik
3%
4%
0%
Jika ada orang tua memberikan uang/ hadiah kepada guru supaya anaknya bisa mendapat nilai yang bagus
0%
Aceh Jawa Timur NTT
Integritas dan Korupsi di Wilayah Rural Indonesia: Hasil Survei Integritas Anak Muda 2013
17
Temuan Utama
20%
Grafik 5c Dewasa-Rural Penerimaan terhadap tindakan yang tidak berintegritas Youth-Urban 50%
40%
30%
20%
10%
25%
35%
45%
3%
15%
17%
Jika ada orang yang Jika ada melanggar hukum pemimpin yang demi menolong mau melakukan keluarganya? pelanggaran hukum supaya keluarga kamu hidup lebih baik
0%
6%
0%
Jika ada pegawai pemerintah meminta uang tambahan tidak resmi saat memberi pelayanan kepada masyarakat
8%
23%
17%
Jika ada orang memilih untuk memberikan pekerjaan kepada saudaranya, meskipun ada orang lain yang lebih layak menerima pekerjaan tersebut
6%
15%
52%
Jika ada orang membayar uang pelicin kepada petugas untuk mempercepat proses pengurusan perijinan (mis. STNK, SIM, dan lain-lain)
6%
13%
21%
Jika ada orang membayar uang pelicin kepada tenaga kesehatan di rumah sakit umum atau puskesmas agar diberi pelayanan yang lebih baik
3%
8%
3%
Jika ada orang tua memberikan uang/ hadiah kepada guru supaya anaknya bisa mendapat nilai yang bagus
0%
Aceh Jawa Timur NTT
PENGALAMAN DENGAN KEJADIAN KORUPSI
Praktik curang dan korup dapat terjadi di mana saja dan kapan saja. Anak muda yang hidup di lingkungan yang sering mempraktikkan perilaku curang dan korup, tentunya menjadi rentan untuk ikut melakukan hal yang sama. Untuk mengetahui seberapa banyak anak muda yang lingkungannya terpapar dengan perilaku korup, maka kepada responden ditanyakan “apakah dalam setahun belakangan mengetahui secara langsung atau tidak akan sejumlah kejadian koruptif di sekitar mereka?”
Jika dilihat di tiap wilayah, maka suap karena ditilang polisi merupakan pengalaman yang paling banyak terjadi (Grafik 6a-6c). Suap demi pekerjaan banyak diakui oleh responden di NTT dan Aceh, baik rural maupun urban. Perihal suap untuk berobat ke RS/Puskesmas di rural NTT lebih tinggi dibanding kelompok responden lain. Isu ini mungkin muncul pada kaum muda pedesaan yang berada di usia produktif lebih cepat, dan jangkauan layanan kesehatan yang belum merata di pedesaan. Temuan menunjukan anak muda dan kaum dewasa pedesaan NTT yang paling minim akses kesehatan memiliki pengalaman korupsi tertinggi di bidang suap untuk berobat ke RS/Puskesmas. Grafik 6a Anak Muda-Pedesaan Pernah mengalami/melihat kasus korupsi Youth-Rural
90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10%
52%
39%
69%
Ada yang menyuap ketika mengurus dokumen/ijin
43%
23% 37%
Ada yang menyuap agar lulus ujian di sekolah
28%
16%
43%
Ada yang menyuap ketika berobat ke RS/ Puskesmas
84%
71% 94%
Ada yang menyuap ketika ditilang polisi
70% 47%
73%
44%
28%
56%
Ada yang menyuap Ada yang menyuap agar mendapat supaya bisnis/ pekerjaan dagangan lancar
0%
Aceh Jawa Timur NTT
18
Integritas dan Korupsi di Wilayah Rural Indonesia: Hasil Survei Integritas Anak Muda 2013
Grafik 6b Anak Muda-Perkotaan Pernah mengalami/melihat kasus korupsi Youth-Urban
80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10%
39%
54%
48%
Ada yang menyuap ketika mengurus dokumen/ijin
31%
23% 14%
Ada yang menyuap agar lulus ujian di sekolah
14%
19%
10%
Ada yang menyuap ketika berobat ke RS/ Puskesmas
86%
87% 83%
Ada yang menyuap ketika ditilang polisi
69% 50%
52%
39%
40%
38%
Ada yang menyuap Ada yang menyuap agar mendapat supaya bisnis/ pekerjaan dagangan lancar
0%
Aceh Jawa Timur NTT
Grafik 6c Dewasa-Pedesaan Pernah mengalami/melihat kasus korupsi Adult-Rural 90% 80% 70% 60% 50% 40%
Temuan Utama
30% 20% 10%
40%
46%
59%
Ada yang menyuap ketika mengurus dokumen/ijin
30%
25% 22%
Ada yang menyuap agar lulus ujian di sekolah
13%
15%
28%
Ada yang menyuap ketika berobat ke RS/ Puskesmas
73%
60% 90%
Ada yang menyuap ketika ditilang polisi
57% 50%
71%
23%
29%
55%
Ada yang menyuap Ada yang menyuap agar mendapat supaya bisnis/ pekerjaan dagangan lancar
0%
Aceh Jawa Timur NTT
Secara umum dapat dikatakan bahwa tingkat keterpaparan perilaku koruptif anak muda di rural Aceh dan NTT cukup tinggi. Kurang lebih 80% responden mengakui memiliki pengalaman terhadap semua kegiatan suap yang diberikan (ada 8 contoh suap).
Integritas dan Korupsi di Wilayah Rural Indonesia: Hasil Survei Integritas Anak Muda 2013
19
Grafik 7a Anak Muda-Pedesaan Tingkat Social exposure on corruption practice - Rural
16%
NTT
84%
39%
Jawa Timur
61%
16%
Aceh
Total
84% 32%
0%
10%
20%
67% 30%
40%
50%
60%
Rendah Sedang
70%
80%
90%
100%
Tinggi
Grafik 7b Anak Muda-Perkotaan Tingkat Social exposure on corruption practice - Urban
34%
NTT
66%
26%
Jawa Timur
74%
28%
Aceh
Total
72% 26%
0%
10%
20%
74% 30%
40%
50%
Rendah Sedang
20
60%
70%
80%
90%
100%
Tinggi
Integritas dan Korupsi di Wilayah Rural Indonesia: Hasil Survei Integritas Anak Muda 2013
PERMISIVITAS LINGKUNGAN SOSIAL
Norma sosial terbentuk dari kebiasaan-kebiasaan yang dapat diterima oleh lingkungan sosial tertentu. Semakin banyak orang yang melakukannya, maka suatu perilaku buruk semakin dapat ditolerir. Individu di lingkungan masyarakat itu akan lebih permisif ketika perilaku itu hadir. Anak muda rentan menjadi permisif terhadap perilaku yang melanggar etika dan hukum jika ia tumbuh di lingkungan yang juga permisif. Untuk mengetahui hal itu kepada responden anak muda di tiga daerah ditanyakan “apakah beberapa tindakan yang tidak sejalan dengan integritas biasa terjadi di lingkungannya?”. Ada tujuh contoh tindakan yang diajukan kepada responden.
Di antara sejumlah kejadian yang dianggap biasa terjadi, lingkungan sosial responden cenderung permisif terhadap: pelanggaran hukum demi menolong keluarga, nepotisme dalam memperoleh pekerjaan, dan melakukan suap saat mengurus SIM dan STNK (Grafik 8a-8b). Permisivitas di tiga area ini sama dengan yang dipersepsikan oleh responden dewasa rural (Grafik 8c). Kebiasaan yang bertentangan dengan integritas terkait kesehatan ternyata kembali terlihat di lingkungan pedesaan. Anak muda pedesaan mencatatkan kebiasaan ini lebih tinggi dibanding kelompok responden lain, bahkan terhadap kaum dewasa pedesaan (Grafik 8a). Grafik 8a Anak Muda-Pedesaan Kebiasaan yang bertentangan dengan integritas di lingkungan sosial Youth-Rural
80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10%
56%
55%
62%
Orang melanggar hukum demi membantu keluarganya
27%
33%
22%
48%
46%
Pegawai negeri/aparat pemerintah meminta uang tidak resmi ketika bertugas melayani masyarakat
62%
61%
72%
Orang memilih untuk memberikan pekerjaan kepada saudaranya, meskipun ada orang lain yang lebih layak menerima pekerjaan tersebut
70%
67%
82%
Orang memberi suap kepada petugas untuk mempercepat proses pengurusan STNK/SIM
41%
38%
38%
Orang membayar tips kepada dokter/ perawat/bidan di puskesmas atau rumah sakit umum supaya diberi pelayanan yang lebih baik
48%
39%
32%
Orang tua memberikan uang/ hadiah kepada guru/kepala sekolah supaya anaknya bisa diterima di sekolah atau mendapat nilai yang bagus
0%
Temuan Utama
Pemimpin di linkungan kamu melakukan pelanggaran hukum demi keluarga kamu hidup lebih baik
50%
Aceh Jawa Timur NTT
Integritas dan Korupsi di Wilayah Rural Indonesia: Hasil Survei Integritas Anak Muda 2013
21
Grafik 8b Anak Muda-Perkotaan Kebiasaan yang bertentangan dengan integritas di lingkungan sosial Youth-Urban 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10%
33%
63%
52%
Orang melanggar hukum demi membantu keluarganya
19%
18%
17%
Pemimpin di linkungan kamu melakukan pelanggaran hukum demi keluarga kamu hidup lebih baik
39%
62%
34%
Pegawai negeri/aparat pemerintah meminta uang tidak resmi ketika bertugas melayani masyarakat
47%
62%
52%
Orang memilih untuk memberikan pekerjaan kepada saudaranya, meskipun ada orang lain yang lebih layak menerima pekerjaan tersebut
47%
76%
79%
Orang memberi suap kepada petugas untuk mempercepat proses pengurusan STNK/SIM
19%
36%
21%
Orang membayar tips kepada dokter/ perawat/bidan di puskesmas atau rumah sakit umum supaya diberi pelayanan yang lebih baik
39%
45%
17%
Orang tua memberikan uang/ hadiah kepada guru/kepala sekolah supaya anaknya bisa diterima di sekolah atau mendapat nilai yang bagus
0%
Aceh Jawa Timur NTT
Grafik 8c Dewasa-Pedesaan Kebiasaan yang bertentangan dengan integritas di lingkungan sosial Adult-Rural 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10%
51%
63%
Orang melanggar hukum demi membantu keluarganya
37%
27%
34%
Pemimpin di linkungan kamu melakukan pelanggaran hukum demi keluarga kamu hidup lebih baik
47%
48%
41%
Pegawai negeri/aparat pemerintah meminta uang tidak resmi ketika bertugas melayani masyarakat
63%
57%
59%
Orang memilih untuk memberikan pekerjaan kepada saudaranya, meskipun ada orang lain yang lebih layak menerima pekerjaan tersebut
73%
59%
78%
Orang memberi suap kepada petugas untuk mempercepat proses pengurusan STNK/SIM
37%
33%
28%
Orang membayar tips kepada dokter/ perawat/bidan di puskesmas atau rumah sakit umum supaya diberi pelayanan yang lebih baik
33%
38%
31%
Orang tua memberikan uang/ hadiah kepada guru/kepala sekolah supaya anaknya bisa diterima di sekolah atau mendapat nilai yang bagus
0%
Aceh Jawa Timur NTT
22
Integritas dan Korupsi di Wilayah Rural Indonesia: Hasil Survei Integritas Anak Muda 2013
PERSEPSI KORUPSI TERHADAP INSTITUSI
Sejumlah institusi (lembaga) memberi pelayanan kepada kepada publik secara luas, seperti birokrasi pemerintah di tingkat nasional dan lokal, sektor keamanan (Polri/TNI), bidang pendidikan dan kesehatan, juga dunia usaha, baik yang melibatkan perusahaan pemerintah (BUMN, BUMD) dan juga yang diselenggarakan oleh swasta. Kepada responden ditanyakan apakah mereka setuju jika institusi tersebut di atas dikatakan bebas dari korupsi.
Grafik berikut di bawah ini merupakan tampilan dari mereka yang memilih jawaban setuju bahwa lembaga yang disebut sudah bersih dari korupsi. Sisa persentase yang tidak ditampilkan berarti jumlah responden yang menjawab tidak setuju. Secara umum, tidak ada institusi yang secara utuh dipersepsi bebas korupsi oleh responden anak muda. Untuk institusi di bidang kesehatan, pendidikan (swasta) dan usaha (swasta) lebih banyak yang menyatakan setuju bahwa sudah bebas dari korupsi, akan tetapi selisih dengan yang mempersepsikan masih korupsi perbedaannya <10%, sehingga bisa dikatakan hampir semua lembaga di Indonesia dipersepsikan masih mempraktikkan korupsi. Persepsi ini sejalan dengan bagian sebelumnya soal pengalaman responden akan kasus korupsi, bahwa suap pada polisi yang paling banyak dialami, sementara suap di lingkungan kesehatan yang paling minim dipilih. Jika memperhatikan tanggapan di daerah pedesaan: di Aceh, kepercayaan tertinggi ada pada lembaga pendidikan dan kesehatan swasta. Sementara di Jawa Timur, responden menempatkan lembaga bisnis swasta sebagai institusi yang paling dipercaya integritasnya. Di NTT, kepercayaan terhadap institusi-institusi ini relatif rendah dibanding wilayah lain. Dimana secara relatif kepercayaan tertinggi ada pada lembaga kesehatan swasta. Adapun institusi keamanan menjadi lembaga yang paling tidak dipercaya integritasnya, baik di Aceh, Jawa Timur maupun di NTT. Grafik 9a Anak Muda-Pedesaan Kepercayaan Terhadap Integritas Institusi Youth-Rural 80% 70% 60% 50% 40% 30%
10%
30% 45% 26%
40% 52% 27%
Administrasi Administrasi Nasional (contoh: lokal (contoh: paspor, SIM, KTP, Kartu BPKB, STNK, Keluarga, Surat pembayaran Keterangan pajak Catatan Kriminal, Surat Kehilangan)
23% 44% 20%
30% 55% 29%
35% 60% 42%
47% 59% 41%
Keamanan (polisi, tentara)
Pendidikan negeri (sekolah dan perguruan tinggi)
Pendidikan swasta (sekolah dan universitas)
Pelayanan kesehatan publik (misalnya oleh puskesmas & rumah sakit pemerintah)
46% 60% 46% Pelayanan kesehatan (milik) swasta
33% 53% 32% 58% 57% 37% Bisnis publik (BUMN, contoh: Telkom, Bank Pemerintah, PLN, Pertamina, PDAM, airport)
Bisnis (milik) swasta (contoh: provider seluler, parkir, mall, toll dalam kota, minimart, coffee shop, bioskop)
0%
Aceh Jawa Timur NTT
Integritas dan Korupsi di Wilayah Rural Indonesia: Hasil Survei Integritas Anak Muda 2013
23
Temuan Utama
20%
Grafik 9b Anak Muda-Perkotaan Kepercayaan Terhadap Integritas Institusi Youth-Urban 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10%
33% 36% 3%
47% 43% 17%
Administrasi Administrasi Nasional (contoh: lokal (contoh: paspor, SIM, KTP, Kartu BPKB, STNK, Keluarga, Surat pembayaran Keterangan pajak Catatan Kriminal, Surat Kehilangan)
33% 39% 14%
36% 50% 31%
44% 56% 45%
47% 49% 34%
Keamanan (polisi, tentara)
Pendidikan negeri (sekolah dan perguruan tinggi)
Pendidikan swasta (sekolah dan universitas)
Pelayanan kesehatan publik (misalnya oleh puskesmas & rumah sakit pemerintah)
61% 56% 59% Pelayanan kesehatan (milik) swasta
39% 38% 28% 55% 48% 41% Bisnis publik (BUMN, contoh: Telkom, Bank Pemerintah, PLN, Pertamina, PDAM, airport)
Bisnis (milik) swasta (contoh: provider seluler, parkir, mall, toll dalam kota, minimart, coffee shop, bioskop)
0%
Aceh Jawa Timur NTT
Grafik 9c Dewasa-Pedesaan Kepercayaan Terhadap Integritas Institusi Adult-Rural 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10%
43% 46% 33%
63% 50% 34%
Administrasi Administrasi Nasional (contoh: lokal (contoh: paspor, SIM, KTP, Kartu BPKB, STNK, Keluarga, Surat pembayaran Keterangan pajak Catatan Kriminal, Surat Kehilangan)
43% 46% 44%
57% 51% 41%
60% 58% 50%
47% 54% 31%
Keamanan (polisi, tentara)
Pendidikan negeri (sekolah dan perguruan tinggi)
Pendidikan swasta (sekolah dan universitas)
Pelayanan kesehatan publik (misalnya oleh puskesmas & rumah sakit pemerintah)
70% 57% 25% Pelayanan kesehatan (milik) swasta
50% 49% 34% 80% 54% 41% Bisnis publik (BUMN, contoh: Telkom, Bank Pemerintah, PLN, Pertamina, PDAM, airport)
Bisnis (milik) swasta (contoh: provider seluler, parkir, mall, toll dalam kota, minimart, coffee shop, bioskop)
0%
Aceh Jawa Timur NTT
24
Integritas dan Korupsi di Wilayah Rural Indonesia: Hasil Survei Integritas Anak Muda 2013
PENGETAHUAN AKAN INTEGRITAS dan antikorupsi
Institusi pendidikan seperti sekolah merupakan tempat yang efektif untuk menyebarkan informasi mengenai upaya antikorupsi. Dari jawaban para responden, banyak di antara mereka yang mengaku belum pernah mendapatkan informasi mengenai antikorupsi di sekolah mereka. Khususnya di daerah rural (Grafik 10). Bahkan di sekitar kota Surabaya, lebih dari 70% mengaku belum pernah mendapatkannya di sekolah. Grafik 10 Anak Muda Perkotaan-Pedesaan Pernah Mendapat Pelajaran Antikorupsi di Sekolah:
80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10%
64%
49%
22%
Aceh
39%
72%
Jawa Timur
48% 0%
NTT
Youth-Urban Youth-Rural
Pengetahuan tentang antikorupsi. Dalam upaya mengatasi korupsi, negara sudah melakukan sejumlah upaya, seperti membentuk peradilan khusus Tindak Pidana Korupsi, dan mendirikan lembaga ad-hoc Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Selain upaya dari pemerintah, beberapa lembaga non-pemerintah juga melakukan inisiatif bergerak di wialyah antikorupsi ini, seperti Indonesia Corruption Watch, Transparency International Indonesia, dan lain-lain. Responden diminta untuk memperkirakan apakah mereka merasa punya banyak pengetahuan akan upaya antikorupsi yang sudah disebut di atas.
Grafik11a Anak Muda-Pedesaan Memiliki Banyak Informasi tentang Aturan dan Institusi Antikorupsi Youth-Rural 50% 40% 30% 20% 10%
31%
21%
25%
UU anti korupsi
26%
19%
17%
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor)
47% 35%
32%
Komisi Pemberantas Korupsi (KPK)
18%
15%
11%
LSM Antikorupsi (ICW, TII, dll)
0%
Aceh Jawa Timur NTT
Integritas dan Korupsi di Wilayah Rural Indonesia: Hasil Survei Integritas Anak Muda 2013
25
Temuan Utama
Grafik berikut ini menampilkan persentase dari mereka yang menjawab tahu mengenai UU Antikorupsi dan lain-lain. Sisa persentase yang tidak ditampilkan adalah mereka merasa mengetahui sedikit saja akan hal-hal tersebut. Sebagian besar responden anak muda di tiga daerah banyak yang tidak mengetahui hal-hal tersebut di atas. Setengah dari seluruh responden di pedesaan dan perkotaan menjawab tahu banyak akan upaya-upaya tersebut. Diantara sejumlah contoh yang disebutkan adalah lembaga KPK yang paling banyak diketahui, walaupun yang merasa tahu sedikit atau tidak tahu akan KPK lebih besar proporsinya (Grafik 11a dan 11b). Upaya paling banyak tidak diketahui adalah gerakan dari lembaga swadaya masyarakat, seperti ICW, TI Indonesia, dsb. Adapun responden yang menjawab tahu banyak akan hal-hal antikorupsi lebih besar proporsi persentasenya pada kelompok anak muda perkotaan. Akses informasi yang mungkin bisa menjelaskan perbedaan ini.
Grafik 11b Anak Muda-Perkotaan Memiliki Banyak Informasi tentang Aturan dan Institusi Antikorupsi Youth-Urban 50% 40% 30% 20% 10%
31%
34%
31%
UU anti korupsi
36%
30%
31%
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor)
43% 30%
48%
Komisi Pemberantas Korupsi (KPK)
19%
19%
24% 0%
LSM Antikorupsi (ICW, TII, dll)
Aceh Jawa Timur NTT
Sumber informasi akan integritas. Dalam interaksi sosial sehari-hari, anak muda mendapatkan pembicaraan atau informasi mengenai integritas dari berbagai orang di lingkungan aktivitas yang berbeda-beda. Jika melihat banyaknya tanggapan dari anak muda yang berasal dari daerah rural maupun urban, maka yang memberikan informasi tentang integritas (kejujuran dan prinsip) adalah lingkungan keluarga, pendidikan, agama dan teman-teman sepermainan (Grafik 12a dan 12b). Grafik 12a Anak Muda-Pedesaan Lingkungan Sosial Yang Memberikan Informasi Antikorupsi Youth-Rural
100%
90% 80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
99%
98% 100%
Lingkungan keluarga
98%
97%
99%
Sistem pendidikan/ sekolah/kampus
94%
93%
91%
Teman-teman dan kawan sepermainan
67%
63%
51%
Selebriti dunia hiburan
88%
73%
71%
Bisnis/ lingkungan ekonomi
85%
76%
80%
Tokoh/pemimpin politik
97%
93%
99%
Tokoh/pemuka agama
0%
Aceh Jawa Timur NTT
26
Integritas dan Korupsi di Wilayah Rural Indonesia: Hasil Survei Integritas Anak Muda 2013
Grafik 12b Anak Muda-Perkotaan Lingkungan Sosial Yang Memberikan Informasi Antikorupsi Youth-Urban 100%
90% 80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
100% 98% 93%
Lingkungan keluarga
100%
97% 100%
Sistem pendidikan/ sekolah/kampus
94%
85%
86%
Teman-teman dan kawan sepermainan
64%
68%
52%
89%
Selebriti dunia hiburan
76%
97%
Bisnis/ lingkungan ekonomi
69%
72%
97%
Tokoh/pemimpin politik
100%
95%
97%
Tokoh/pemuka agama
0%
Aceh Jawa Timur NTT
Faktor lingkungan yang mempengaruhi pandangan tentang integritas. Anak muda memiliki model atau figur yang menurut mereka dapat menjadi contoh perilaku. Ada pemuka agama, tokoh politik, para pelaku bisnis, figur di dunia hiburan, dunia pendidikan dan teman sepermainan.
Grafik 13a Anak Muda-Pedesaan Yang memberi contoh tentang integritas dan Antikorupsi Youth-Urban
100%
90% 80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
100% 99% 100%
Lingkungan keluarga
100%
93%
97%
Sistem pendidikan/ sekolah/kampus
97%
90%
66%
Teman-teman dan kawan sepermainan
64%
59%
41%
Selebriti dunia hiburan
78%
59%
66%
Bisnis/ lingkungan ekonomi
69%
54%
59%
Tokoh/pemimpin politik
100%
94%
97%
Tokoh/pemuka agama
0%
Aceh Jawa Timur NTT
Integritas dan Korupsi di Wilayah Rural Indonesia: Hasil Survei Integritas Anak Muda 2013
27
Temuan Utama
Menurut anak muda di daerah rural dan urban, figur yang dianggap memberikan contoh mengenai integritas dan antikorupsi dapat ditemui pada tokoh/pemuka agama, lingkungan pendidikan dan pada teman-teman sepermainan. Sembilan dari sepuluh responden memilih mereka. (Grafik 13a dan 13b).
Grafik 13b Anak Muda-Perkotaan Yang memberi contoh tentang integritas dan Antikorupsi Youth-Rural 100%
90% 80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
99%
99% 98%
Lingkungan keluarga
95%
96%
96%
Sistem pendidikan/ sekolah/kampus
90%
90%
77%
57%
Teman-teman dan kawan sepermainan
61%
47%
Selebriti dunia hiburan
77%
67%
58%
Bisnis/ lingkungan ekonomi
65%
69%
63%
Tokoh/pemimpin politik
96%
93%
95%
Tokoh/pemuka agama
0%
Aceh Jawa Timur NTT
Sumber pencarian informasi mengenai antikorupsi. Anak muda bisa mendapatkan informasi antikorupsi dari figur otoritas seperti orang tua, tokoh agama, tokoh masyarakat dan guru. Selain itu dimungkinkan juga mendapatkannya dari teman sepermainan. Jika informasi antikorupsi harus didapatkan lewat inisiatif (aktif) dari anak muda itu sendiri, maka kemanakah mereka akan melakukan pencarian?
Dengan melihat grafik di bawah ini, anak muda di pedesaan paling banyak mengandalkan tv/radio, berdiskusi dengan teman dan bertanya kepada anggota keluarga (Grafik 14a) untuk tahu lebih banyak tentang informasi antikorupsi. Sementara anak muda di daerah perkotaan, selain tv/radio, koran dan internet menjadi sumber informasi yang banyak dipilih, dilanjutkan dengan teman dan anggota keluarga (Grafik 14b). Tampak di sini bahwa anak muda di perkotaan memiliki akses kanal informasi yang lebih banyak dibanding dengan anak muda di pedesaan. Grafik 14a Anak Muda-Pedesaan Tindakan yang dilakukan untuk tahu lebih banyak tentang antikorupsi Youth-Rural
90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10%
83% 74% 75%
87% 81% 77%
Bertanya atau berdiskusi dengan orang tua atau saudara
Bertanya atau berdiskusi dengan teman
79% 61% 62% Bertanya atau berdiskusi dengan guru di sekolah
93% 90% 80% mendengarkan radio atau menonton TV
93% 66% 62% Membaca koran
69% 61% 57% Membaca berita di Internet
50% 35% 45% Bertanya melalui facebook, twitter, dll
74% 45% 49% 79% 55% 59% Bertanya dan berdiskusi dengan pemimpin agama/ulama/ pendeta
Membaca buku
0%
Aceh Jawa Timur NTT 28
Integritas dan Korupsi di Wilayah Rural Indonesia: Hasil Survei Integritas Anak Muda 2013
Grafik14b Anak Muda-Perkotaan Tindakan yang dilakukan untuk tahu lebih banyak tentang antikorupsi Youth-Urban
100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10%
81% 79% 79%
89% 85% 86%
Bertanya atau berdiskusi dengan orang tua atau saudara
Bertanya atau berdiskusi dengan teman
78% 66% 72% Bertanya atau berdiskusi dengan guru di sekolah
97% 88% 97% mendengarkan radio atau menonton TV
89% 85% 86% Membaca koran
86% 66% 86% Membaca berita di Internet
61% 41% 48% Bertanya melalui facebook, twitter, dll
72% 45% 45% 78% 65% 69% Bertanya dan berdiskusi dengan pemimpin agama/ulama/ pendeta
Membaca buku
0%
Aceh Jawa Timur NTT
PERAN ANAK MUDA DALAM UPAYA ANTIKORUPSI
Anak muda diharapkan dapat mempraktikkan integritas dan sikap antikorupsi. Kedua hal tersebut akan lebih mudah diharapkan jika anak muda memiliki keyakinan dan optimisme yang sama akan peran mereka.
Grafik 15a Anak Muda-Pedesaan Pandangan tentang Peran anak muda dalam pemberantasan korupsi Youth-Rural
3%
NTT
62%
53%
Jawa Timur 1%
Aceh
3%
60%
Total
2%
55%
0%
35%
10%
20%
30%
46%
37% 43% 40%
50%
60%
Rendah Sedang
Integritas dan Korupsi di Wilayah Rural Indonesia: Hasil Survei Integritas Anak Muda 2013
70%
80%
90%
100%
Tinggi
29
Temuan Utama
Ketika kepada mereka ditanyakan “apakah mereka setuju bahwa anak muda dapat berperan dalam pemberantasan korupsi dan membangun nilai integritas?”, mayoritas anak muda di tiga daerah setuju bahwa mereka memang dapat berperan.
Grafik 15b Anak Muda-Perkotaan Peran anak muda dalam pemberantasan korupsi Youth-Urban
28%
NTT
50%
Jawa Timur 1%
3%
Aceh
72%
49%
69%
Total 1%
28%
50%
0%
10%
20%
30%
49% 40%
50%
60%
70%
Rendah Sedang
80%
90%
100%
Tinggi
SIKAP INTEGRITAS
Upaya untuk mempertahankan nilai dan prinsip sering kali mengalami dilema ketika ia dihadapkan pada nilai guna bagi si pelaku.
Ketika dihadapkan pada kesempatan kerja, di semua daerah, baik rural maupun urban, responden anak muda cenderung bersedia mengkompromikan nilai integritasnya. Pada grafik 16a (anak muda-rural) dan 16b (anak muda-urban), kira-kira 30% responden di setiap daerah bersedia melakukan nepotisme. Grafik 16a Anak Muda-Pedesaan Paman kamu memberitahu bahwa ada temannya yang bisa membantu kamu untuk bisa masuk sekolah/kampus/ perusahaan dengan mudah, tanpa melewati proses seleksi, apa yang akan kamu lakukan? - Rural
NTT
Jawa Timur
14%
24%
13%
23%
39%
23%
23%
41%
Aceh
14%
24%
43%
20%
Total
14%
24%
39%
23%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Itu sesuatu yang hebat, dan kamu langsung setuju Kamu ragu-ragu, namun akhirnya menerima karena menghargai bantuan paman kamu Kamu ragu-ragu, namun akhirnya menolak dengan halus agar tidak menyakiti hati paman kamu Kamu langsung menyatakan tidak setuju dan menolak tawaran tersebut
30
Integritas dan Korupsi di Wilayah Rural Indonesia: Hasil Survei Integritas Anak Muda 2013
Grafik 16b Anak Muda-Perkotaan Paman kamu memberitahu bahwa ada temannya yang bisa membantu kamu untuk bisa masuk sekolah/kampus/ perusahaan dengan mudah, tanpa melewati proses seleksi, apa yang akan kamu lakukan? - Urban
10%
NTT
Jawa Timur
5%
Aceh
8%
Total
43%
14%
41%
43%
26% 10%
26%
34%
27%
5% 0%
26%
20%
25%
43% 30%
40%
50%
26% 60%
70%
80%
90%
100%
Itu sesuatu yang hebat, dan kamu langsung setuju Kamu ragu-ragu, namun akhirnya menerima karena menghargai bantuan paman kamu Kamu ragu-ragu, namun akhirnya menolak dengan halus agar tidak menyakiti hati paman kamu Kamu langsung menyatakan tidak setuju dan menolak tawaran tersebut
Begitu juga halnya ketika kesempatan mendapatkan pekerjaan disertai dengan upaya memberi uang di luar prosedur yang seharusnya. Mereka yang bersedia meladeni praktik di luar prosedur itu mencapai 30% di sejumlah daerah.
83%
NTT
9%
67%
Jawa Timur
21%
66%
Aceh
Total
0%
10%
20%
30%
40%
11%
20% 50%
60%
70%
80%
8%
11%
23% 69%
Temuan Utama
Grafik 17a Anak Muda-Pedesaan Kamu sedang menjalani proses wawancara untuk sebuah pekerjaan yang kamu cita-citakan. Agar diterima, kamu diminta untuk memberikan 10-20% gaji kamu - Rural
11% 90%
100%
Kamu langsung menolak Kamur ragu-ragu, namun akhirnya menerima, dengan niat akan memperbaikinya dari dalam Kamu setuju, karena memang begitu caranya
Integritas dan Korupsi di Wilayah Rural Indonesia: Hasil Survei Integritas Anak Muda 2013
31
Grafik 17b Anak Muda-Perkotaan Kamu sedang menjalani proses wawancara untuk sebuah pekerjaan yang kamu cita-citakan. Agar diterima, kamu diminta untuk memberikan 10-20% gaji kamu - Urban
72%
NTT
17%
71%
Jawa Timur
24%
Aceh
78%
Total
71% 0%
10%
20%
30%
8%
40%
5%
19% 23% 50%
60%
70%
80%
90%
3% 6% 100%
Kamu langsung menolak Kamur ragu-ragu, namun akhirnya menerima, dengan niat akan memperbaikinya dari dalam Kamu setuju, karena memang begitu caranya
Masih berkaitan dengan isu pekerjaan. Lebih dari 40% responden di daerah rural setuju dengan praktik nepotisme demi mendapatkan pekerjaan (Grafik 18a dan 18b). Sedangkan mereka yang berada di daerah urban ada 30% yang menyatakan setuju. Grafik 18a Anak Muda-Pedesaan Bagaimana sikap kamu terhadap perilaku ini: Bapak/ibu kamu adalah pejabat di kantor pemerintahan, ia menawari kamu untuk kerja dikantornya, mumpung ia masih punya kewenangan. Kamu menerima tawaran tersebut - Rural
NTT
45%
55%
Jawa Timur
45%
55%
Aceh
51%
Total
45% 0%
10%
20%
30%
49% 55% 40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Setuju Tidak Setuju
32
Integritas dan Korupsi di Wilayah Rural Indonesia: Hasil Survei Integritas Anak Muda 2013
Grafik 18b Anak Muda-Perkotaan Bagaimana sikap kamu terhadap perilaku ini: Bapak/ibu kamu adalah pejabat di kantor pemerintahan, ia menawari kamu untuk kerja dikantornya, mumpung ia masih punya kewenangan. Kamu menerima tawaran tersebut - Urban
66%
NTT
34%
31%
Jawa Timur
69%
Aceh
42%
Total
33% 0%
10%
20%
30%
58% 67% 40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Setuju Tidak Setuju
KOMITMEN AKAN ANTIKOrUPSI
Ketidakjujuran dan berbagai sikap tidak etis sering terjadi karena adanya pembiaran. Perilaku tidak pantas yang tidak mendapatkan sanksi cenderung berulang. Efek jera diharapkan dapat mencegah perilaku yang sama berulang kembali. Oleh karenanya, selain kemauan pribadi untuk bersikap jujur, perlu juga melakukan suatu tindakan agar pelanggaran tidak terulang kembali.
Meskipun demikian, ada 40% responden anak muda rural dan urban yang akan memilah dulu kasusnya, jadi tidak akan selalu melakukan pengaduan. Bahkan 15-20% diantaranya memilih untuk tidak akan melakukan pengaduan.
Integritas dan Korupsi di Wilayah Rural Indonesia: Hasil Survei Integritas Anak Muda 2013
33
Temuan Utama
Ketika ditanyakan apakah responden siap melaporkan atau membuat pengaduan jika dihadapkan dengan perilaku korupsi, seperti guru yang meminta imbalan uang jika hendak lulus ujian, maka lebih dari 40% responden rural dan urban memilih akan melakukan pengaduan jika hal itu terjadi, sementara mereka yang mengaku sudah pernah melakukannya kurang dari 10%.
Grafik 19a Anak Muda-Pedesaan Jika kamu dihadapkan dengan perilaku korupsi - Rural
5%
NTT
44%
10%
Aceh
Total
13%
41%
10%
20%
30%
21%
36%
44%
6% 0%
19%
61%
6%
Jawa Timur
32%
18%
32% 40%
50%
60%
19% 70%
80%
90%
100%
Ya, saya pernah melakukan pengaduan tersebut di masa lalu Saya akan melakukannya jika hal itu terjadi Tidak selalu, saya akan buat pengaduan tergantung dari kasusnya Tidak, saya tidak akan melakukannya
Grafik 19b Anak Muda - Perkotaan Jika kamu dihadapkan dengan perilaku korupsi - Urban
55%
NTT
Jawa Timur
Aceh
Total
0%
4%
61%
8%
55%
4%
55% 10%
20%
30%
24%
16%
13%
21%
25% 24% 40%
50%
60%
16% 16%
70%
80%
90%
100%
Ya, saya pernah melakukan pengaduan tersebut di masa lalu Saya akan melakukannya jika hal itu terjadi Tidak selalu, saya akan buat pengaduan tergantung dari kasusnya Tidak, saya tidak akan melakukannya
34
Integritas dan Korupsi di Wilayah Rural Indonesia: Hasil Survei Integritas Anak Muda 2013
Alasan tidak melakukan pengaduan. Ada sejumlah pertimbangan yang mungkin menjadi alasan mengapa responden memilih untuk tidak melakukan pengaduan. Beberapa di antaranya adalah: bahaya yang mengancam dirinya karena tidak ada perlindungan, merasa akan sia-sia karena tidak akan ada efeknya, tidak tahu prosedur melakukan pengaduan, merasa bukan urusannya, atau khawatir dikucilkan oleh kelompok (Grafik 20a dan 20b).
Di antara pilihan jawaban di atas, yang paling banyak dipilih responden adalah kemungkinan bahwa pengaduan mereka tidak akan menghasilkan apa pun (dipilih oleh anak muda rural di Jawa Timur (74%) dan NTT (78%), anak muda urban di Aceh (77%) dan NTT (100%). Ada pesimisme bahwa tidak ada konsekuensi berarti dari pelaporan mereka. Alasan lain yang banyak dipilih adalah banyak yang tidak tahu bagaimana melakukan prosedur pengaduan. Berikutnya yang menjadi alasan tidak melakukan pengaduan adalah soal keamanan atau tidak adanya perlindungan bagi diri pelapor juga banyak yang menjadi pertimbangan responden sehingga tidak mau melakukan pengaduan. Grafik 20a Anak muda - Pedesaan Alasan Tidak Melakukan Pengaduan Anak muda -Rural
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
Tidak ada perlindungan Tidak akan efektif (tidak menghasilkan apapun) Tidak tahu prosedur untuk membuat pengaduan Bukan urusan responden Dikucilkan oleh lingkungan
10%
76%
78% 85%
56%
53%
72%
Aceh
74%
69%
54%
55%
53%
78%
62%
60%
49%
NTT
Jawa Timur
0%
100%
90% 80%
70%
60%
50%
Tidak ada perlindungan Tidak akan efektif (tidak menghasilkan apapun) Tidak tahu prosedur untuk membuat pengaduan Bukan urusan responden
40%
30%
Dikucilkan oleh lingkungan
20%
10%
69%
77% 54%
Aceh
69%
69%
63%
69%
79%
51%
Jawa Timur
51%
75% 100%
75%
75%
75%
NTT
Integritas dan Korupsi di Wilayah Rural Indonesia: Hasil Survei Integritas Anak Muda 2013
0%
35
Temuan Utama
Grafik 20b Anak muda - Urban Alasan Tidak Melakukan Pengaduan Anak muda -Urban
36
Integritas dan Korupsi di Wilayah Rural Indonesia: Hasil Survei Integritas Anak Muda 2013
4. Kesimpulan Dan Rekomendasi
Kesimpulan Dan Rekomendasi
Integritas dan Korupsi di Wilayah Rural Indonesia: Hasil Survei Integritas Anak Muda 2013
37
Kesimpulan dan Rekomendasi KESIMPULAN
1. Kesamaan opini masyarakat rural dan urban terkait integritas dan antikorupsi. Jika dilihat per daerah, maka tidak ada perbedaan opini yang signifikan antara mereka yang tinggal di daerah rural dengan yang tinggal di daerah urban. Begitu pula halnya dengan opini dari mereka yang berusia dewasa. Meskipun terdapat perbedaan persentase, tapi preferensi terhadap salah satu pilihan cenderung sama antara anak muda dan dewasa, rural dan urban. 2. Pengalaman akan situasi korupsi. Semua responden pernah mengalami atau setidaknya mengetahui adanya praktek korupsi di sekitarnya. Praktek korupsi yang paling banyak dialami adalah suap baik ketika ditilang polisi atau saat mengurus ijin (SIM/STNK). 3. Persepsi akan integritas aparatus publik. Responden mempersepsikan bahwa semua institusi yang melayani kepentingan publik, baik yang diselenggarakan negara ataupun swasta, masih mempraktekkan korupsi dan suap. Hanya saja kadar diantara lembaga tersebut berbeda-beda. Institusi pemerintah dipersepsikan lebih korup dari swasta. Institusi negara di bidang keamanan dan ketertiban, Polri dan TNI, dipandang sebagai yang paling tidak bersih diantara institusi negara yang ada. 4. Pengetahuan akan integritas dan antikorupsi. Kebanyakan responden belum pernah mendapatkan pendidikan tentang antikorupsi di sekolah dan mereka merasa perlu diadakan. Contoh perilaku berprinsip dan mengutamakan etika banyak didapat dari keluarga, tokoh agama, lingkungan pendidikan dan teman-teman. Untuk mendapatkan informasi mengenai integritas dan isu antikorupsi, responden mengandalkan tv/radio, koran dan teman-teman. 5. Pemahaman akan integritas. Mayoritas responden tidak mengerti apa arti kata integritas. Meskipun demikian, pada umumnya mereka dapat mengenali perilaku-perilaku yang mencerminkan sikap integritas itu sendiri. Aktivitas survei ini diharapkan sekaligus memperkenalkan konsep integritas kepada anak muda dan responden dewasa. 6. Nilai integritas. Pada umumnya anak muda mengenali dan mendukung sikap yang mencerminkan integritas dan kejujuran. Ketika dihadapkan pada dilema untuk mengkompromikan nilai integritas, maka wilayah yang berpotensi untuk menegosiasikan prinsip nilai adalah hal yang berkaitan dengan pekerjaan dan menolong keluarga dari kesulitan. Sikap permisif untuk melanggar aturan paling banyak muncul ketika berkaitan dengan pelanggaran lalu lintas 7. Komitmen akan antikorupsi. Mayoritas responden anak muda punya optimisme bahwa mereka bisa berperan dalam gerakan antikorupsi. Meskipun demikian hanya sebagian dari mereka yang bersedia untuk langsung melaporkan jika praktek kecurangan di sekitar mereka. Alasan yang paling banyak dipilih adalah karena merasa tidak ada efeknya dan tidak tahu bagaimana harus melakukan pengaduan. 8. Tingkat integritas individu dan komunitas. Preferensi yang sama dalam memilih sejumlah pilihan jawaban antara anak muda dan dewasa menggambarkan bahwa opini yang diberikan oleh anak muda cenderung mewakili norma sosial dilingkungan mereka. Di sisi yang lain, kesamaan tersebut menunjukkan anak muda berkembang konformis terhadap lingkungan sosialnya. Adapun responden anak muda di Jawa Timur cenderung memberikan jawaban moderat dibanding daerah lain.
REKOMENDASI
Keluarga 1. Orang tua memberikan contoh perilaku jujur di dalam keluarga karena orang tua adalah panutan. 2. Orang tua dan anggota keluarga perlu membuka ruang diskusi yang setara dan transparan di dalam keluarga. 3. Orang tua dan anggota keluarga terbuka mengenai pemasukan dan pengeluaran keuangan di dalam keluarga. 4. Hidup bersahaja dan bijak dalam pola konsumsi/ pengeluaran. 5. Pendidikan etika dan perilaku jujur dimulai dari hal-hal kecil sejak dini.
Sektor Pendidikan 1. Penerapan subjek/ mata pelajaran antikorupsi sejak pendidikan dasar. 2. Sikap dan perilaku kejujuran dan berintegritas dicontohkan oleh guru, tenaga pendidik, dan pemangku kepentingan di seluruh sektor pendidikan. 3. Regulasi di sektor pendidikan yang memutus praktik koruptif, seperti: mengandalkan relasi untuk mendapatkan sekolah (nepotisme), sertifikasi guru, dsb. 4. Transparansi anggaran pendidikan di semua tingkat pendidikan. 5. Alokasi dan penggunaan anggaran pendidikan yang akuntabel dan terbuka dapat dimonitor oleh masyarakat.
38
Integritas dan Korupsi di Wilayah Rural Indonesia: Hasil Survei Integritas Anak Muda 2013
Pemerintah 1. Komitmen penegakan hukum dalam pemberantasan korupsi di semua instansi. 2. Sistem perlindungan hukum bagi whistle-blower 3. Pengarusutamaan dan implementasi Strategi Nasional Percepatan dan Pemberantasan Korupsi di level instansi publik sampai masyarakat. 4. Melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan membuat instrumen/ panduan pencegahan antikorupsi di sekolah dan semua level pendidikan. 5. Evaluasi dan pengawasan yang ketat terhadap semua implementasi pencegahan dan pemberantasan korupsi.
Lembaga Swadaya Masyarakat 1. Memobilisasi masyarakat di dalam gerakan pencegahan dan pemberantasan korupsi. 2. Menginternalisasi nilai-nilai integritas dan kejujuran di dalam komunitas-komunitas masyarakat. 3. Melibatkan masyarakat dalam proses pengawasan transparansi dan akuntabilitas pelayanan publik (sekolah, rumah sakit, administrasi kependudukan, kepolisian, dsb). 4. Mempromosikan peran generasi muda sebagai salah satu aktor upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi. Media 1. Mengembangkan jurnalisme warga untuk mendorong masyarakat melaporkan kasus korupsi di sekitar mereka. 2. Mengedukasi masyarakat dengan produk-produk media kreatif untuk mempromosikan integritas dan antikorupsi. 3. Ideologis dan independen dalam memberitakan kasus korupsi yang diakses oleh publik.
Kesimpulan Dan Rekomendasi
Integritas dan Korupsi di Wilayah Rural Indonesia: Hasil Survei Integritas Anak Muda 2013
39
KARAKTERISTIK RESPONDEN Berdasarkan Jenis Kelamin Komposisi Responden Anak Muda Berdasarkan Jenis Kelamin
51%
Laki-laki
49%
53% 51%
Perempuan
Komposisi Responden Berdasarkan Pendidikan
2% 16%
6% 4%
Komposisi Responden Dewasa Berdasarkan Jenis Kelamin
49% 47%
Laki-laki
Perempuan
Komposisi Responden Berdasarkan Aktivitas Utama
13%
100%
22%
4%
80%
80%
46%
58%
46% 60%
77%
27%
41%
20%
14% 4%
Adult
4% 1%
60%
40%
40%
15%
100%
1% 0%
Youth
Adult
20%
0%
Youth
Tidak Tamat SD
Diploma (D1/D2/D3)
Sekolah/Kuliah
SD
Sarjana (S1/S2/S3)
Bekerja
SMP
Pascasarjana (S2/S3)
Tidak Sekolah maupun tidak bekerja
SMA
40
Integritas dan Korupsi di Wilayah Rural Indonesia: Hasil Survei Integritas Anak Muda 2013
Transparency International Indonesia Jl. Senayan Bawah No. 17, Blok S, Rawa Barat Jakarta Selatan 12180 Telepon: +62-21-7267827 Fax: +62-21-7208515 http://ti.or.id Email:
[email protected]