PERSEPSI AKUNTAN PENDIDIK DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP PERAN KOMITE AUDIT DALAM MEWUJUDKAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat dalam Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh: Syarif Mufdholi R. NIM : 105082002641
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/ 2010 M
PERSEPSI AKUNTAN PENDIDIK DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP PERAN KOMITE AUDIT DALM MEWUJUDKAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh: Syarif Mufdholi R NIM: 1050 8200 2641
Di bawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof.Dr. Abdul Hamid, MS NIP:195706171985031002
Rini, SE.,Ak.,MSi NIP:197603152005012002
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/ 2010 M
Zari Rabu Tanggal Delapan Belas Bulan November Tahun Dua Ribu Sembilan telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Syarif Mufdholi R NIM: 105082002641 dengan judul skripsi “PERSEPSI AKUNTAN PENDIDIK DAN MAHASISWA MEWUJUDKAN
AKUNTANSI
TERHADAP
GOOD
CORPORATE
PERAN
KOMITE
GOVERNANCE”.
AUDIT
DALAM
Memerhatikan
penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 19 Januari 2010
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Rini, SE.,Ak.,Msi
Rahmawati, SE.,MM
Ketua
Sekretaris
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Penguji Ahli
Hari ini Rabu Tanggal 17 Bulan Maret Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama Syarif Mufdholi R NIM: 105082002641 dengan judul Skripsi “Persepsi Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi Terhadap Peran Komite Audit Dalam Mewujudkan Good Corporate Governance”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 17 Maret 2010
Tim Penguji Skripsi
Prof. Dr.Abdul Hamid, MS Ketua
Prof. Dr. Azzam Jassin, MBA Penguji Ahli I
Rini, SE., Ak., M.Si. Sekretaris
Yessi Fitri, SE., Ak., M.Si Penguji Ahli II
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama Tempat/Tanggal Lahir Jenis Kelamin Agama Kewarganegaraan Alamat Telepon Email
: Syarif Mufdholi R : Jakarta / 26 Juni 1985 : Laki-laki : Islam : Indonesia : Jl. Manunggal Jaya No.15 Rt.008 Rw.04 Lebak Bulus, Cilandak, Jakarta Selatan 12440. : (021) 83233823 / 085714848674 :
[email protected]
PENDIDIKAN FORMAL 1. MI Al-Hidayah Jakarta Selatan Tahun 1991-1997. 2. SLTP Negeri 37 Jakarta Selatan Tahun 1997-2000. 3. SMU Negeri 66 Jakarta Selatan Tahun 2000-2003. 4. Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2005- 2010
PERCEPTION OF EDUCATIONAL ACCOUNTANTS AND ACCOUNTING STUDENTS TO THE ROLES OF AUDIT COMMITTEE IN RENDERS GOOD CORPORATE GOVERNANCE By: Syarif Mufdholi R.
Abstact This research intents to analyze the differences of perception between educational accountants and accounting students to the roles of audit committee in renders good corporate governance. Sampling method was used judgement sampling. the sample used in this research consists of 23 of educational accountants and 75 accounting students. The hypothesis of this research are: (1) there is no difference of perception between educational accountants and accounting students to the roles of audit committee in renders good corporate governance, (2) there is difference of perception between educational accountants and accounting students to the roles of audit committee in renders good corporate governance. The method of data analysis used in this research is independent sample Ttest. The result of this research showed that there is no difference of perception between educational accountants and accounting students to the roles of audit committee in renders good corporate governance. Keywords: Perception, Audit Committee, Good Corporate Governance
PERSEPSI AKUNTAN PENDIDIK DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP PERAN KOMITE AUDIT DALAM MEWUJUDKAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE Oleh: Syarif Mufdholi R
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti ada atau tidaknya perbedaan persepsi antara akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi mengenai peran Komite Audit dalam mewujudkan Good Corporate Governance. Metode penentuan sampel yang digunakan adalah judgement sampling. responden dalam penelitian ini terdiri dari 23 responden akuntan pendidik dan 75 responden mahasiswa akuntansi. Hipotesis dari penelitian ini adalah: (1) tidak terdapat perbedaan persepsi yang signifikan antara akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi terhadap peran Komite Audit dalam mewujudkan Good Corporate Governance, (2) terdapat perbedaan persepsi yang signifikan antara akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi terhadap peran Komite Audit dalam mewujudkan Good Corporate Governance. Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakam uji Independent Sample T-test. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tidak ada perbedaan persepsi antara akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi terhadap peran Komite Audit dalam mewujudkan Good Corporate Governance. Kata kunci: Persepsi, Komite Audit, Good Corporate Governance.
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmaanirrahiim, Alhamdulillahirobbil’alamin. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan segala kenikmatan, rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam senantiasa dilimpahkan kepada Baginda Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah memberikan tauladan kepada seluruh umat manusia menuju jalan kebenaran. Melalui kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada: 1. Kedua Orang Tuaku tercinta, kakak-kakakku serta adikku yang selalu memberikan semangat serta do’a yang tak ternilai agar penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Serta keponakanku yang selalu mengganggu dan sekaligus penghibur disaat pengerjaan skripsi menemui titik jenuh.. “I Love U All”. 2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sekalugus selaku dosen pembimbing I yang bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan kepada mahasiswa bimbingannya. 3. Ibu Rini, SE., Ak., M.Si, selaku dosen pembimbing II yang bersedia meluangkan waktu untuk memberikan masukan demi terselesaikannya skripsi ini. 4. Bapak Afif Sulfa, SE., Ak., M.Si, selaku Ketua Jurusan Akuntansi. 5. Ibu Yessi Fitri, SE., Ak., M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi 6. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis beserta karyawan-karyawan. Terimakasih atas semua ilmu yang diberikan. Semoga ilmu yang diberikan akan selalu bermanfaat dimasa depan.
7. Ade Istianah, yang selalu banyak memberikan inspirasi, masukan dan motifasi, serta waktu yang tak terbatas demi terselesaikannya skripsi ini. “Terimakasih atas pembelajaran dan pengalaman hidup yang terukir abadi”. 8. Sahabat yang terus mendukung dan menyemangati (Eka Andra Pratiwi), sahabat-sahabat tim Hura-Hura, teman seperjuangan sekaligus sebagai tim pembimbing skripsi yang kesekian (Dina, Rika, Sofie, Gina, Erawan, Riza, Ican), “next Journey mau kemana kita???” 9. Teman-teman belajar kompre, Dinda, Dea, Nissa, , Ryan (guru yang siap dihubungi setiap ada pertanyaan yang ga dimengerti), Erna, Samsul, Herri, dan teman-teman belajar lainnya. 10. Sahabat-sahabat akuntansi B (Fifi, Iam, Badru, Ade, Ita, Urfy, Upi, Dinda, dan teman-teman akun B lainnya) “kapan kita bersama kembali”. 11. Teman-teman DAKOSTA, Afik, Amung, Buchenk, Fandy, Irfan, dan dakosters lainnya. “Senang menjadi bagian dari kalian….” 12. Teman-teman angkatan 2005 kelas A, B, C, D dan E terima kasih. Dan semua pihak-pihak baik yang secara langsung maupun tidak langsung membantu dalam menyelesaikan penyelesaian skripsi ini saya ucapkan banyak terima kasih. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan dan keterbatasan. Harapan penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi semua pihak yang membacanya.
Jakarta, Januari 2010 Wassalam Penulis,
Syarif Mufdholi R
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ................................... ii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .................................................... iii DAFTAR RIWAYAT HIDUP............................................................................. iv ABSTRACT........................................................................................................... v ABSTRAK .......................................................................................................... vi KATA PENGANTAR.......................................................................................... vii DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix DAFTAR TABEL ................................................................................................ xii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................xiv DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................ xv BAB I : PENDAHULUAN .................................................................................. 1 A. Latar Belakang Penelitian .......................................................................... 1 B. Perumusan Masalah ................................................................................... 8 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................... 8 BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 10 A. Persepsi ..................................................................................................... 10 B. Komite Audit ............................................................................................. 14 1. Pengertian Komite Audit ....................................................................... 14 2. Tugas dan Wewenang Komite Audit ..................................................... 16 3. Peranan dan Tanggungjawab Komite Audit ........................................... 17 4. Lingkup Kerja Komite Audit ................................................................. 21 5. Hubungan Kerja .................................................................................... 23 C. Good Corporate Governance ..................................................................... 26 1. Pengertian Good Corporate Governance ............................................... 26
2. Asas Good Corporate Governance ........................................................ 28 D. Peran Komite Audit dalam Mewujudkan GCG .......................................... 32 F. Penelitian Terdahulu ................................................................................... 35 G. Kerangka Teoritis ...................................................................................... 37 H. Hipitesis .................................................................................................... 38 BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 39 A. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 39 B. Metode Penentuan Sampel ......................................................................... 39 C. Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 40 D. Metode Analisis ......................................................................................... 41 E. Operasional Variabel Penelitian ................................................................. 45 BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 48 A. Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................................ 48 1. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................. 48 2. Karakteristik Responden ......................................................................... 48 B. Hasil Uji Instrumen Penelitian .................................................................... 52 1. Uji Validitas ............................................................................................ 52 2. Uji Reliabilitas ........................................................................................ 56 3. Uji Normalitas ........................................................................................ 57 C. Hasil Uji Hipotesis ..................................................................................... 60 D. Analisis Deskriptif ...................................................................................... 62 1. Risiko Usaha dan Keuangan .................................................................... 63 2. Sistem dan Pengendalian Internal ............................................................ 66 3. Hubungan dengan Auditor Eksternal ....................................................... 69 4. Hubungan dengan Auditor Internal ......................................................... 73
5. Laporan Keuangan dan Kebijakan Akuntansi .......................................... 77 6.Penegakan Asas GCG .............................................................................. 80 BAB V : PENUTUP .................................................................................................. 86 A. Kesimpulan ................................................................................................ 86 B. Implikasi .................................................................................................... 87 C. Saran .......................................................................................................... 88 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 89 LAMPIRAN ....................................................................................................... 92
DAFTAR TABEL No
Keterangan Halaman
3.1
Kategori Penilaian Tinggi Rendahnya Reliabilitas Instrumen.
43 3.2
Operasional Variabel.
46
4.1
Data Sampel Penelitian
49
4.2
Karakteristik Responden Akuntan Pendidik
50
4.3
Karakteristik Responden Mahasiswa Akuntansi
51
4.4
Hasil Try out Kuesioner
53
4.5
Hasil Kuesioner Instrumen Penelitian
55
4.6
Uji Reliabilitas
56
4.7
Uji Normalitas
57
4.8
Hasil SPSS (1)
60
4.9
Hasil SPSS (2)
61
4.10
Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (1)
63
4.11
Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (2)
64
4.12
Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (3)
65
4.13
Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (4)
66
4.14
Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (5)
67
4.15
Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (6)
68
4.16
Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (7)
69
4.17
Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (8)
69
4.18
Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (9)
70
4.19
Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (10)
71
4.20
Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (11)
72
4.21
Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (12)
73
4.22
Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (13)
74
4.23
Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (14) No
75
Keterangan Halaman
4.24
Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (15)
76
4.25
Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (16)
77
4.26
Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (17)
78
4.27
Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (18)
79
4.28
Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (19)
80
4.29
Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (20)
81
4.30
Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (21)
82
4.31
Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (22)
83
4.32
Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (23)
84
4.33
Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (24)
85
DAFTAR GAMBAR No
Keterangan Halaman
2.1
Kerangka Pemikiran
38 4.1
Chart Data Sampel Penelitian
49 4.2
Chart Karakteristik Responden Akuntan Pendidik
50 4.3
Chart Karakteristik Responden Mahasiswa Akuntansi
51 4.4
Normal Probability Plot Group Akuntan Pendidik
58 4.5 59
Normal Probability Plot Group Mahasiswa Akuntansi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi sekarang ini banyak sekali kasus-kasus hukum dalam bidang ekonomi yang melibatkan manipulasi akuntansi. Terlihat hampir setiap hari media surat kabar maupun media elektronik memberitakan kejadian tersebut. Skandal manipulasi akuntansi ini tidak hanya terjadi di Amerika saja yang melibatkan sejumlah perusahaan besar seperti Enron, Tyco, Global Crossing, dan Worldcom, tetapi manipulasi akuntansi juga terjadi di Indonesia yang juga melibatkan beberapa perusahaan besar seperti Kimia Farma, Bank Lippo, dan kasus yang sedang hangat-hangatnya yaitu kasus Bank Century. Kasus enron mulai terungkap pada awal tahun 2002. Enron adalah sebuah perusahaan yang established dengan pertumbuhan finansial yang pesat sehingga Enron menjadi salah satu dari 10 perusahaan terbesar di AS. Skandal mulai terungkap ketika awal tahun 2002, perhitungan atas total revenue Enron di tahun 2000 yang dinyatakan berjumlah 100,8 miliar US dolar (USD), dihitung kembali oleh Petroleum Finance Company (PFC) menjadi hanya 9 miliar USD. Ketika kebangkrutan mulai terjadi, harga saham Enron dengan cepat turun dari sekitar 80 USD menjadi kurang dari satu dolar. Skandal finansial "megadolar" yang disebabkan adanya misleading financial statement membawa dampak yang luar biasa antara lain: Enron pailit, kurangnya kepercayaan atas informasi keuangan,
rusaknya citra profesi akuntan di Amerika, dan hilangnya ratusan juta dolar uang yang diinvestasikan di Enron serta hilangnya pekerjaan atas ribuan karyawan Enron (Arifin, 2005). Contoh lainnya adalah terungkapnya kasus mark-up laporan keuangan PT. Kimia Farma yang overstated, yaitu adanya penggelembungan laba bersih tahunan senilai Rp 32,668 miliar (karena laporan keuangan yang seharusnya Rp 99,594 miliar ditulis Rp 132 miliar). Kasus ini melibatkan sebuah Kantor Akuntan Publik (KAP) yang menjadi auditor perusahaan tersebut ke pengadilan, meskipun KAP tersebut yang berinisiatif memberikan laporan adanya overstated. Dalam kasus ini terjadi pelanggaran terhadap prinsip pengungkapan yang akurat (accurate disclosure) dan transparansi (transparency) yang akibatnya sangat merugikan para investor, karena laba yang overstated ini telah dijadikan dasar transaksi oleh para investor untuk berbisnis (Arifin, 2005). Timbulnya kasus-kasus serupa menimbulkan banyak pertanyaan bagi banyak pihak. Terutama terhadap tata kelola perusahaan dan pola kepemilikan yang terdistribusi luas atau yang lebih dikenal dengan Corporate Governance yang sekali lagi mengakibatkan terungkapnya kenyataan bahwa mekanisme Good Corporate Governance yang baik belum diterapkan (Herawati dan Susiana, 2007). Krisis yang melanda Indonesia juga tidak terlepas dari pengaruh lemahnya penerapan Good Corporate Governance. Hal ini ditandai dengan kurang transparannya pengelolaan perusahaan sehingga kontrol publik menjadi sangat
lemah. Minimnya perlindungan kepada pemegang saham minoritas menyebabkan hilangnya kepercayaan investor, terutama investor asing untuk memegang sahamsaham perusahaan publik di Indonesia. Menurut Asian Development Bank (ADB) dalam UNDP (2007), ada beberapa penyebab krisis moneter di Asia, yakni (a) Dewan komisaris dan dewan direktur yang tidak efektif; (b) adanya kebocoran dalam pengendalian internal perusahaan; (c) tidak menyajikan pengungkapan memadai dalam laporan keuangan perusahaan; (d) laporan keuangan perusahaan disajikan secara tidak wajar (creative accounting); dan (e) kurang patuh terhadap kebijakan organisasi dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. UNDP (2007) menegaskan kembali bahwa kondisi yang dialami oleh perekonomian Indonesia lebih kompleks lagi, yakni disamping lima hal yang telah disebutkan di atas, penyebab krisis di Indonesia juga ditambah lagi dengan munculnya dualisme dalam praktik usaha. Dualisme tersebut mencakup adanya kebijakan pemerintah yang positif, antara lain semangat deregulasi dalam arus pasar bebas, disisi lainnya adalah orientasi yang negatif berupa indikasi tingkat korupsi yang tinggi. Orientasi positif dan negatif ini mencerminkan kondisi pengelolaan perusahaan yang tidak baik Hadirnya Good Corporate Governance dalam pemulihan krisis di Indonesia menjadi
mutlak
diperlukan,
mengingat
Good
Corporate
Governance
mensyaratkan suatu pengelolaan yang baik dalam sebuah organisasi. GCG merupakan sistem yang mampu memberikan perlindungan dan jaminan hak
kepada stakeholders, termasuk di dalamnya adalah shareholders, lenders, employees, executives, government, customers dan stakeholders yang lain. Pada negara maju, Good Corporate Governance sudah lama menjadi masalah yang populer dibicarakan orang. GCG meskipun bukanlah konsep baru tetapi pemahaman atas GCG masih banyak yang keliru. Hal ini dikarenakan mereka menafsirkan sesuai kepentingannya.
Kalangan bisnis umumnya
menafsirkan GCG sebatas bagaimana perusahaan menaikan laba, menempatkan manajer dan karyawannya, serta mencapai target yang telah ditetapkan bahkan yang lebih sempit lagi sebagai masalah pembagian kekuasaan. Sementara para pejabat dan wakil rakyat, umumnya menafsirkan GCG sebagai keharusan perusahaan agar bermanfaat bagi pemerintah dan lingkungan sosialnya. Salah satu prasyarat implementasi Good Corporate Governance (GCG) di BUMN dan Perusahaan Publik Indonesia adalah keberadaan Komite Audit di dalam organisasi perusahaan. Bagi BUMN, telah dikeluarkan Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara nomor: Kep-117/M-MBU/2002 (selanjutnya disingkat Kep.Men 117/2002) tentang Penerapan Praktik Good Corporate Governance pada BUMN/BUMD. Bagi perusahaan publik, Bapepam telah mengeluarkan Surat Edaran Nomor: SE-03/PM/2000 (Selanjutnya disingkat Bapepam SE-03) dan Direksi BEJ (sekarang menjadi BEI) telah mengeluarkan Surat Direksi no: Kep. 339/BEJ/07-2001 (selanjutnya disingkat BEJ Kep 339, yang kemudian dituangkan lebih rinci dalam Peraturan Pencatatan Efek Nomor I-A: tentang Ketentuan Umum Pencatatan Efek Bersifat Ekuitas di Bursa). Ketiga rujukan
tersebut, mengharuskan hal yang sama bagi BUMN dan Perusahaan Publik bahwa dalam rangka penyelenggaraan GCG, mereka wajib memiliki Komite Audit sebagai sub-komite dari fungsi Dewan Komisaris yang diharapkan berfungsi efektif dalam hal-hal yang terkait dengan proses dan peran audit bagi perusahaan terutama dalam pelaporan hasil audit keuangan perusahaan yang dipaparkan untuk publik. Komite Audit diharapkan mampu meningkatkan kualitas pengawasan internal perusahaan, serta mampu mengoptimalkan mekanisme checks and balances, yang pada akhirnya ditujukan untuk memberikan perlindungan yang lebih maksimal kepada nilai pemegang saham. Tugas dari Komite Audit pada prinsipnya adalah membantu Dewan Komisaris dalam melakukan fungsi pengawasan atas kinerja perusahaan terutama berkaitan dengan review sistem pengendalian internal perusahan, memastikan kualitas laporan keuangan, dan meningkatkan kualitas fungsi audit. Beberapa penelitian telah melaporkan hasil penelitian tentang hubungan komite audit dan kualitas pelaporan keuangan. Klien (2001) dalam Suryana (2005) menyebutkan bahwa beberapa penelitian cenderung untuk mendukung keberadaan Komite Audit, karena meningkatkan kualitas pelaporan keuangan. Penelitian yang dilakukan oleh Suryana (2005) tentang pengaruh Komite Audit terhadap kualitas laba. Hasil pengujian menunjukan adanya perbedaan koefisien respon laba perusahaan yang membentuk Komite Audit dan perusahaan yang tidak membentuk Komite Audit. Hasil penelitian menunjukan bahwa pasar
menilai laba yang dilaporkan oleh perusahaan yang membentuk Komite Audit memiliki kualitas yang lebih baik daripada laba yang dilaporkan oleh perusahaan yang tidak membentuk komite audit. Koefisien respon laba yang lebih tinggi untuk perusahaan yang membentuk komite audit menunjukan bahwa pasar menilai komite telah melaksanakan perannya dengan baik, terutama dalam memonitor proses pelaporan keuangan. Disisi lain, mahasiswa akuntansi sebagai calon akuntan dimasa depan yang sedang disiapkan melalui proses belajar dalam perkuliahan dinilai harus dapat menghadapi tantangan dan peluang dalam dunia kerja. mahasiswa dituntut dapat mempersiapkan diri sedini mungkin untuk menghadapi isu dan masalah yang berkembang dalam profesinya. Karena itu mahasiswa akuntansi seharusnya memiliki persepsi yang positif terhadap profesi dan lingkungan kerja mereka di masa yang akan datang. Persepsi
mahasiswa
akuntansi
sebagian
besar
dipengaruhi
oleh
lingkungannya, yaitu dunia perkuliahan. Untuk itu peranan akuntan pendidik dalam mendidik mahasiswa akuntansi memegang andil yang sangat penting dalam memberikan pemahamannya, agar persepsi mahasiswa tidak menyimpang dari koridor pengertian yang sesungguhnya. Karena itu para akuntan pendidik seharusnya memberikan persepsi yang positif tentang lingkungan kerja selama proses kuliah.
Seperti yang dikutip dari Syukri Abdullah dan Syukur Selamat (2002) dalam penelitian tentang persepsi mahasiswa akuntansi tehadap profesi akuntan publik yang menuliskan: “Pendidikan akuntansi selayaknya diarahkan untuk memberi pemahaman konseptual yang didasarkan pada konsep penalaran sehingga akhirnya ketika masuk ke dalam dunia praktik dapat beradaptasi dengan keadaan sebenarnya dan memiliki resistance to change yang rendah terhadap gagasan perubahan atau pembaruan yang menyangkut profesinya (Suwardjono, 1992:167)”. Martadi dan Sri (2006) meneliti tentang persepsi akuntan, mahasiswa akutansi, dan karyawan bagian akutansi dipandang dari segi gender terhadap etika bisnis dan etika profesi (studi di wilayah Surakarta). Berdasarkan hasil uji Independent-Samples t-test dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan persepsi yang signifikan antara akuntan pria, mahasiswa akuntansi, dan karyawan bagian akuntansi dengan akuntan wanita, mahasiswi akuntansi, dan karyawan bagian akuntansi terhadap etika bisnis. Dengan melihat gambaran tersebut, peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian bagaimana pandangan akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi tentang peran Komite Audit dalam mewujudkan Good Corporate Governance. Untuk itu peneliti mencoba melakukan penelitian yang dituangkan dalam skripsi yang berjudul ”Persepsi Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi Terhadap Peran Komite Audit Dalam Mewujudkan Good Corporate Governance”.
B. Perumusan Masalah
Dalam penelitian ini masalah yang ingin diteliti adalah: 1. Apakah tidak terdapat perbedaan persepsi yang signifikan antara akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi terhadap peran Komite Audit dalam mewujudkan Good Corporate Governance. 2. Apakah terdapat perbedaan persepsi yang signifikan antara akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi terhadap peran Komite Audit dalam mewujudkan Good Corporate Governance.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan persepsi antara akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi terhadap Peran Komite Audit dalam mewujudkan Good Corporate Governance. 2. Manfaat Penelitian 1) Akademisi Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan referensi bagi penelitian
selanjutnya,
serta
dapat
memberikan
wacana
bagi
masukan
serta
perkembangan studi akuntansi. 2) Mahasiswa Hasil
penelitian
ini
diharapkan
menjadi
bahan
memunculkan kesadaran akan pentingnya tatakelola perusahaan yang baik.
3) Peneliti Hasil penelitian ini diharapakan dapat bermanfaat sebagai wahana mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh diperguruan tinggi serta menanamkan wawasan dan pengalaman.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persepsi Pengertian persepsi merupakan proses untuk memahami lingkungannya meliputi objek, orang, dan simbol atau tanda yang melibatkan proses kognitif (pengenalan). Proses kognitif adalah proses dimana individu memberikan arti melalui penafsirannya terhadap rangsangan (stimulus) yang muncul dari objek, orang, dan simbol tertentu. Dengan kata lain, persepsi mencakup penerimaan, pengorganisasian, dan penafsiran stimulus yang telah diorganisasi dengan cara yang dapat mempengaruhi perilaku dan membentuk sikap. Hal ini terjadi karena persepsi melibatkan penafsiran individu pada objek tertentu, maka masing-masing objek akan memiliki persepsi yang berbeda walaupun melihat objek yang sama (Gibson, 1996: 134, dalam Martadi dan Sri, 2006). Menurut Ikhsan (2008:57) pengertian persepsi bagaimana orang-orang melihat atau menginterpretasikan peristiwa, objek serta manusia. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), persepsi didefinisikan sebagai tanggapan (penerimaaan) langsung dari sesuatu; serapan atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya”. Sedangkan dalam Wikipedia (2009) persepsi diartikan sebagai proses pemahaman ataupun pemberian makna atas suatu informasi terhadap stimulus. Stimulus didapat dari proses penginderaan terhadap objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan antar gejala yang selanjutnya diproses oleh otak. Dan
menurut Zamroni (2006), persepsi adalah proses kognitif yang alami bagi setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungan baik melalui penglihatan, pendengaran, penerimaan dan penghayatan perasaan. Menurut Walgito (1997: 53) dalam Martadi dan Sri (2006) agar individu dapat menyadari dan dapat membuat persepsi, maka ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, yaitu: 1) Adanya objek yang dipersepsikan (fisik). 2) Adanya alat indera atau reseptor untuk menerima stimulus (fisiologis). 3) Adanya perhatian yang merupakan langkah pertama dalam mengadakan persepsi (Psikologis). Persepsi (perception) merupakan konsep yang sangat penting dalam psikologi. Melalui persepsilah manusia memandang dunianya. Apakah dunia terlihat “berwarna” cerah, pucat, atau hitam, semuanya adalah persepsi manusia yang bersangkutan. Persepsi merupakan sebuah proses yang aktif dari manusia dalam memilah, mengelompokkan, serta memberikan makna pada informasi yang diterimanya. Misalnya, benda berwarna merah akan memberikan sensasi warna merah, tapi orang tertentu akan merasa bersemangat ketika melihat warna merah itu. Dalam Wikipedia (2009) proses pemahaman terhadap rangsang atau stimulus yang diperoleh oleh indera menyebabkan persepsi terbagi menjadi beberapa jenis, antara lain:
1) Persepsi visual Persepsi visual didapatkan dari indera penglihatan. Persepsi ini adalah persepsi yang paling awal berkembang pada bayi, dan mempengaruhi bayi dan balita untuk memahami dunianya. Persepsi visual merupakan topik utama dari bahasan persepsi secara umum. 2) Persepsi auditori Persepsi auditori didapatkan dari indera pendengaran yaitu telinga. 3) Persepsi perabaan Persepsi perabaan didapatkan dari indera taktil yaitu kulit. 4) Persepsi penciuman Persepsi penciuman atau olfaktori didapatkan dari indera penciuman yaitu hidung. 5) Persepsi pengecapan Persepsi pengecapan atau rasa didapatkan dari indera pengecapan yaitu lidah. Persepsi bukanlah sesuatu yang datang dengan sendirinya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang. Menurut Rakhmat (57:2008), faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah: 1) Faktor fungsional, berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, motivasi, harapan dan keinginan, perhatian, emosi dan suasana hati dan hal-hal lain yang termasuk dalam faktor personal.
2) Faktor struktural, berasal dari sifat stimuli fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkannya pada sistem syaraf individu. 3) Faktor kebudayaan, kultur atau kebudayaan dimana individu tumbuh dan berkembang, akan turut pula menentukan proses persepsi seseorang. Persepsi dapat dipengaruhi pula oleh faktor pengalaman, proses belajar, cakrawala dan pengetahuan seseorang. Faktor pengalaman dan proses belajar atau sosialisasi
memberikan struktur terhadap
apa
yang
dilihat,
sedangkan
pengetahuan dan cakrawala memberikan arti terhadap objek yang diamati. Persepsi dapat dikatakan rumit karena walaupun persepsi merupakan pertemuan antara proses kognitif dan kenyataan, persepsi lebih banyak melibatkan kegiatan kognitif. Persepsi lebih banyak dipengaruhi oleh kesadaran, ingatan, pikiran, dan bahasa, maka dengan demikian persepsi bukanlah cerminan yang tepat dari realitas. Dari definisi di atas maka pengertian persepsi dalam penelitian ini adalah merupakan pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Dalam perkataan lain, persepsi adalah memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli). Karena persepsi merupakan pandangan seseorang dan dapat berbeda antara satu dengan yang lainnya, maka persepsi bersifat subjektif.
B. Komite Audit
1.
Pengertian Komite Audit Pengertian Komite Audit menurut Arens (2008), komite audit adalah: “An audit committee is a selected number of members of company’s board of directors whose responsibilities include helping auditors remain independent of management. Most of audit committees are made up of three to five or sometimes are many as seven directors who are not a part of company management”. Menurut Amin Widjaya Tunggal (2009), mendefinisikan komite audit
sebagai berikut: “Komite Audit adalah sub panitia dari board of directors yang terdiri dari direksi independen dari luar perusahaan; panitia audit mempunyai tanggung jawab pengawasan untuk pelaporan luar perusahaan, pemonitoran risiko dan proses pengendalian serta internal audit dan eksternal audit”. Dalam peraturan Nomor IX.1.5 Keputusan ketua Bapepam Nomor : Kep29/PM/2004, komite audit didefinisikan sebagai berikut: “Komite Audit adalah komite yang dibentuk oleh Dewan Komisaris dalam rangka membantu melaksanakan tugas dan fungsinya”. Sedangkan menurut keputusan direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor: Kep/315/BEJ/06/2000 tanggal 30 juni 2000 yang dikutip dari Amin Widjaya Tunggal (2003), pengertian Komite Audit adalah sebagai berikut: “Komite Audit adalah Komite yang dibentuk oleh Dewan Komisaris perusahaan yang tercatat, yang anggotanya diangkat dan diberhentikan oleh Dewan Komisaris perusahaan tercatat untuk membantu Dewan Komisaris tercatat melakukan pemeriksaan suatu penelitian yang dianggap perlu terhadap pelaksanaan dalam pengelolahan perusahaan tercatat”. Forum
for
Corporate
Governance
mengemukakan Komite Audit sebagai berikut:
in
Indonesia
(FCGI,
2002)
“Komite Audit sebagai Komite yang beranggotakan Komisaris Independen, dan terlepas dari kegiatan manajemen sehari-hari dan mempunyai tanggung jawab utama untuk membantu Dewan Komisaris dalam menjalankan tanggung jawabnya terutama dengan masalah yang berhubungan dengan kebijakan akuntansi perusahaan, pengawasan internal dan sistem pelaporan keuangan”. Dari definisi-definisi tentang Komite Audit diatas dapat disimpulkan peneliti sebagai berikut: 1) Komite Audit dibentuk oleh Dewan Komisaris. 2) Komite Audit diangkat dan diberhantikan oleh Dewan Komisaris. 3) Komite Audit menerima pendelegasian wewenang dari Dewan Komisaris
untuk
mengawasi
pelaksanaan
tugas
direksi
dalam
mengoperasionalkan perusahaan. 4) Komite Audit bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris. Dalam rangka penyelenggaraan pengelolaan perusahaan yang baik (Good Corporate Governance), BEI mewajibkan perusahaaan tercatat wajib memiliki komisaris independen dan Komite Audit. Keanggotaan Komite Audit sekurangkurangnya 3 anggota, seorang diantaranya komisaris independen perusahaan tercatat sekaligus menjadi ketua komite, sedangkan pihak lain adalah pihak ekstern yang independen dan sekurang-kurangnya salah seorang memiliki kemampuan dibidang akuntansi dan keuangan (Sanjaya, 2005). 2.
Tugas dan Wewenang Komite Audit
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-05/MBU/2006, Komite Audit harus bersifat mandiri baik dalam pelaksanaan tugasnya maupun dalam pelaporan, dan bertanggung jawab langsung kepada Dewan Komisaris. Komite Audit bertugas untuk memberikan pendapat kepada Dewan Komisaris terhadap laporan atau hal-hal yang disampaikan oleh Direksi kepada Dewan Komisaris, mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian Komisaris, dan melaksanakan tugas-tugas lain yang berkaitan dengan tugas Dewan Komisaris. Sesuai dengan Keputusan Ketua BAPEPAM Nomor: KEP-29/PM/2004, tugas dari Komite Audit antara lain meliputi: 1)
Melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan perusahaan seperti laporan keuangan, proyeksi, dan informasi keuangan lainnya;
2)
Melakukan penelaahan atas ketaatan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal dan peraturan perundangundangan lainnya yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan;
3)
Melakukan penelaahan atas pelaksanaan pemeriksaan oleh auditor internal;
4)
Melaporkan
kepada
komisaris
berbagai
risiko
yang
dihadapi
perusahaan dan pelaksanaan manajemen risiko oleh direksi; 5)
Melakukan penelaahan dan melaporkan kepada Komisaris atas pengaduan yang berkaitan dengan Emiten atau Perusahaan Publik; dan
6)
Menjaga kerahasiaan dokumen, data dan informasi perusahaan.
Sedangkan wewenang yang dimiliki oleh Komite Audit adalah sebagai berikut: 1)
Menyelidiki semua aktivitas dalam batas ruang lingkup tugasnya;
2)
Mencari informasi yang relevan dari setiap karyawan;
3)
Mengusahaakan saran hukum dan saran professional lainnya yang independen apabila dipandang perlu;
4)
Mengundang kehadiran pihak luar dengan pengalaman yang sesuai, apabila dianggap perlu.
3.
Peran dan Tanggung Jawab Komite Audit Peran dan tanggung jawab Komite Audit harus dengan jelas tercantum
dalam ketentuan-ketentuan Audit Committee Charter. Peran dan tanggung jawab Komite Audit akan berlainan tergantung kondisi suatu perusahaan tertentu, namun, pada dasarnya akan mengarah pada pemberian bantuan kepada Dewan Komisaris dalam melaksanakan tugasnya tentang pengendalian intern dan pelaporan keuangan dan manajemen. Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI, 2002), Komite Audit mempunyai peran dan tanggung jawab atas tiga bidang berikut:
1)
Laporan Keuangan (financial reporting)
Tanggung jawab Komite Audit dibidang laporan keuangan adalah untuk memastikan bahwa laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen telah memberikan gambaran yang sebenarnya tentang: a. Kondisi keuangan; b. Hasil usahanya; c. Rencana dan komitmen jangka panjang. Ruang lingkup pelaksanaan dalam bidang ini adalah: a. Merekomendasikan auditor eksternal; b. Memeriksa hal-hal yang berkaitan dengan auditor eksternal, yaitu: 1. Surat penunjukan auditor. 2. Perkiraan biaya audit. 3. Jadwal kunjungan auditor. 4. Koordinasi dengan internal audit. 5. Pengawasan terhadap hasil audit. 6. Menilai pelaksanaan pekerjaan auditor. c. Menilai kebijakan akuntansi dan keputusan-keputusan yang menyangkut kebijaksanaan. d. Meneliti laporan keuangan (financial statement) yang meliputi: 1. Laporan paruh tahun (interim financial statement). 2. Laporan tahunan (financial statement). 3. Opini auditor dan management letters.
Khusus tentang penilaian atas kebijakan akuntansi dan keputussan suatu
kebijaksanaan,
dapat
dilakukan
secara
efektif
dengan
memperoleh suatu rangkuman yang singkat tentang semua kebijakan akuntansi yang mendasari laporan keuangan yang diperoleh dari pejabat dalam bidang akuntansi. 2)
Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance) Tanggung jawab Komite Audit dalam Corporate Governance adalah untuk memastikan bahwa perusahaan telah dijalankan sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku, melaksanakan usahanya dengan beretika, melaksanakan pengawasan secara efektif terhadap benturan kepentingan dan kecurangan yang dilakuan oleh karyawan perusahaan. Ruang lingkup dalam pelaksanaan bidang ini adalah: a. Menilai kebijakan perusahaan yang berhubungan dengan kepatuhan terhadap undang-undang dan peraturan, etika, benturan kepentingan dan penyelidikan terhadap perbuatan yang merugikan perusahaan dan kecurangan. b. Memonitor proses pengadilan yang sedang terjadi ataupun yang ditunda serta yang menyangkut masalah Corporate Governance dalam hal mana perusahaan menjadi salah satu pihak yang terkait didalamnya.
c. Memeriksa kasus-kasus penting yang berhubungan dengan benturan kepentingan,
perbuatan
yang
merugikan
perusahaan
dan
kecurangan. d. Keharusan auditor internal untuk melaporkan hasil pemeriksaan Corporate Governance dan temuan-temuan penting lainnya. 3)
Pengawasan Perusahaan (Corporate Control) Tanggung jawab Komite Audit untuk pengawasan perusahaan termasuk di dalamnya pemahaman tentang masalah serta hal-hal yang berpotensi mengandung risiko dan sistem pengendalian intern serta memonitor proses pengawasan yang dilakukan oleh auditor internal. Ruang lingkup auditor internal harus meliputi pemeriksaan dan penilaian tentang kecukupan dan efektifitas sistem pengawasan intern. Pengawasan perusahaan dalam hal ini menyangkut manajemen risiko dan kontrol. Dalam hal ini peran dan tanggung jawab Komite Audit adalah: a. Mengawasi proses manajemen risiko dan kontrol, termasuk identifikasi risiko dan evaluasi dan kontrol untuk mengecilkan risiko tersebut. b. Mengawasi laporan auditor internal dan auditor eksternal untuk memastikan bahwa setiap bidang kunci risiko dan kontrol diperhatikan.
c. Menjamin
bahwa
pihak
manajemen
melaksanakan
semua
rekomendasi yang terkait dengan risiko dan kontrol, yang dibuat oleh auditor internal dan auditor eksternal. 4.
Lingkup Kerja Komite Audit Komite Nasional Good Corporate Governance (2002) menjelaskan bahwa
kerangka fungsional Komite Audit harus terdiri dari: 1)
Piagam Komite Audit (Audit Committee Charter) Komite Audit harus mempunyai suatu Audit Committee Charter (atau ketentuan tertulis) yang menetapkan secara jelas peran dan tanggung jawab Komite Audit dan lingkup kerjanya. Audit Committee Charter tersebut termasuk di dalamnya: a. Sasaran dan kekuatan menyeluruh; b. Peran dan tanggung jawab; c. Struktur; d. Syarat-syarat keanggotaan; e. Rapat dan pertemuan; f. Pelaporan; dan g. Kinerja. Audit Committee Charter disiapkan oleh Komite Audit dan disetujui oleh Dewan Komisaris. Serta Audit Committee Charter harus dikaji ulang setiap tahun oleh Komite Audit dan Dewan Komisaris.
2) Struktur Komite Audit harus terdiri dari individu-individu yang mandiri dan tidak terlibat dengan tugas sehari-hari dalam manajemen yang mengelola perusahaan, dan yang
memiliki pengalaman untuk
melaksanakan fungsi pengawasan secara efektif. Komite Audit dibentuk oleh Dewan Komisaris. Anggota Komite Audit diangkat oleh Dewan Komisaris atau setidaknya oleh Komite Nominasi. Anggota Komite Audit terdiri dari orang-orang yang independen, seperti Komisaris yang tidak terlibat dalam pengurusan perusahaan dan pihak-pihak yang terafiliasi. Komite audit paling sedikit terdiri atas 3 orang anggota. Perlu dicatat, berdasarkan praktek dan pengalaman dalam lingkup internasional, kebanyakan dari komite audit yang efektif terdiri dari 3 sampai 5 anggota. 3) Rapat dan Pertemuan Penting
artinya,
bahwa
rapat
dan
pertemuan
Komite
Audit
direncanakan dan dipersiapkan dengan cukup baik. Ketua Komite harus bertanggung jawab atas agenda dengan bahan-bahan pendukung yang diperlukan. a. Komite Audit harus mengadakan rapat paling sedikit setiap tiga bulan.
b. Anggota Komite Audit harus menghadiri rapat-rapat ini, termasuk rapat dengan pihak luar yang diundang sesuai keperluan. Pihakpihak luar tersebut antara lain komisaris, manajemen senior, kepala auditor internal dan audit eksternal. c. Rapat harus diadakan sesuai agenda yang telah disepakati. d. Hasil rapat-rapat harus direkam dalam notulen, dan dibagi-bagikan kepada para peserta rapat semuanya. 5.
Hubungan Kerja Hubungan kerja Komite Audit termasuk antara lain dengan: 1) Auditor eksternal Auditor eksternal biasanya akan melapor kepada direktur yang bertanggung jawab atas aktivitas keuangan perusahaan. Namun sehubungan dengan perannya untuk mengadakan pengawasan eksternal audit, maka Komite Audit harus: a. Memberikan
rekomendasi
tentang
pengangkatan
penggantian auditor eksternal, b. Meninjau surat pengangkatan auditor eksternal, c. Meninjau biaya untuk eksternal audit, d. Meninjau lingkup dan perencanaan audit eksternal, e. Meninjau laporan audit eksternal, f. Meninjau management letters audit eksternal,
dan/atau
g. Memonitor kinerja auditor eksternal, h. Memastikan, bahwa auditor eksternal bekerja sesuai dengan standar profesional yang bersangkutan, khususnya dalam hubungan dengan independensi. 2) Auditor internal Institute Internal Auditors (IIA) menganggap bahwa Komite Audit dan auditor internal mempunyai tujuan yang sama. Suatu hubungan kerja yang baik dengan auditor internal dapat membantu Komite Audit dalam pelaksanaan tanggung jawabnya kepada Dewan Komisaris, para pemegang saham dan pihak luar lainnya. Walau kepala auditor internal adalah bagian dari manajemen dan harus melapor kepada Direktur Utama, namun kepala auditor internal harus juga dapat melapor (“garis putus-putus”) kepada Komite Audit. Oleh karena itu, sehubungan dengan perannya untuk mengawasi fungsi auditor internal, Komite Audit dapat: a. Memberikan
rekomendasi
terhadap
pengangkatan
dan/atau
penggantian kepala auditor internal yang ditunjuk oleh Direktur Utama; b. Meninjau Internal Audit Charter; c. Meninjau struktur fungsi audit internal, d. Meninjau rencana tahunan audit internal,
e. Memastikan bahwa fungsi audit internal mempunyai metodologi, alat dan sumber yang memadai untuk memenuhi internal audit charter dan mengerjakan rencana tahunan audit intern, f. Meninjau semua laporan audit internal, g. Memonitor kinerja fungsi audit internal, dan h. Memastikan bahwa fungsi audit internal memenuhi standar profesional yang bersangkutan. 3) Manajemen. Disamping bidang khusus keuangan, risiko dan kontrol, dan Corporate Governance, Komite Audit dapat mempertimbangkan suatu rangkaian pokok persoalan yang lebih luas, dan ini dapat diserahkan secara khusus oleh Dewan Komisaris, yaitu: a. Manajemen harus mempergunakan Komite Audit untuk membantu mereka dalam pelaksanaan peran dan tanggung jawab sebagaimana ketentuan yang berlaku. b. Karenanya, sehubungan dengan perannya untuk mengawasi Corporate
Governance,
Komite
Audit
harus
mengadakan
pertemuan dengan manajemen secara berkala untuk membicarakan ‘secara terbuka’ semua pokok-pokok persoalan, yang dapat mempengaruhi kinerja finansial atau non-finansial organisasi.
C. Good Corporate Governance 1.
Pengertian Good Corporate Governance Sebagai sebuah konsep, Good Corporate Governance (GCG) tidak memiliki
definisi tunggal. Menurut Organization For Economic Corporation And Development (OCED dalam Pratolo, 2007), mendefinisikan sebagai berikut: ” Corporate governance is the system by which business corporations are directed and controlled. The corporate governance structure specifies the distribution of rights and responsibilities among different participants in the corporate, such as the board, the managers, shareholders and other stekeholders, and spells out the rules and procedure for making decisions on corporate affairs. By doing this, it also provides the structure through which the company objectives are set, and the means of ataining those objectives and monioring performance”.
Sedangkan menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) adalah: “Corporate Governance adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berhubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan”. Adapun definisi Good Corporate Governance dari Cadbury Committee (Arifin, 2008) adalah: “A set of rules that define the relationship between shareholders, managers, creditors, the government, employees and internal and external stakeholders in respect to their rights and responsibilities”. Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/14/PBI/2006, mendefinisikan Good Corporate Governance sebagai berikut:
“Good Corporate Governance adalah suatu tata kelola Bank yang menerapkan prinsip-prinsip keterbukaan (transparency), akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban (responsibility), independensi (independency), dan kewajaran (fairness)”. Pengertian lain GCG menurut Surat Keputusan Menteri Negara/Kepala Badan Penanaman Modal dan Pembinaan BUMN No. 23/M PM/BUMN/2000 tentang Pengembangan Praktik GCG dalam Perusahaan Perseroan (PERSERO), “Good Corporate Governance adalah prinsip korporasi yang sehat yang perlu diterapkan dalam pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan sematamata demi menjaga kepentingan perusahaan dalam rangka mencapai maksud dan tujuan perusahaan”. Definisi GCG di Indonesia secara harfiah, governance kerap diterjemahkan dengan “pengaturan”. Adapun dalam konteks GCG, governance sering juga disebut tata pamong. Namun tampaknya secara umum dikalangan pebisnis, istilah GCG diartikan tata kelola perusahaan. Kemudian, GCG didefinisikan sebagai suatu pola hubungan, sistem, dan proses yang digunakan oleh organ perusahaan guna
memberikan
nilai
tambah
kepada
pemegang
saham
secara
berkesinambungan dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya, berlandaskan peraturan perundang-undangan dan norma yang belaku. Berdasarkan definisi-definisi tersebut, nampak dengan jelas bahwa GCG merupakan upaya yang dilakukan oleh semua pihak yang berkepentingan dengan perusahaan untuk menjalankan usahanya secara baik sesuai dengan hak dan kewajibannya masing-masing.
2.
Asas Good Corporate Governance Dalam pedoman umum Good Corporate Governance
Indonesia yang
dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG, 2006), ada 5 asas yang harus diterapkan pada setiap aspek bisnis dan disemua jajaran perusahaan, yaitu: 1) Transparansi (Transparency) Informasi keuangan harus disajikan secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat dan dapat diperbandingkan serta mudah diakses oleh pemangku kepentingan sesuai dengan haknya. Untuk menjaga objektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditor dan pemangku kepentingan lainnya. 2) Akuntabilitas (Accountability) Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu suatu entitas harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku
kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan. 3) Responsibilitas (Responsibility) Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen. 4) Independensi (Independency) Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. 5) Kesteraraan dan Kewajaran (Fairness) Menjamin perlindungan hak-hak para pemegang saham, termasuk hakhak pemegang saham minoritas dan para pemegang saham asing, serta menjamin terlaksananya komitmen dengan para investor. Menurut Amin Wijaya Tunggal (2003), pada dasarnya GCG tidak dapat berdiri begitu saja tanpa ada pihak-pihak yang terlibat didalamnya. Adapun pihakpihak yang terlibat dalam penerapan GCG yaitu:
1) Pemegang Saham
Pemegang Saham adalah orang atau individu-individu atau suatu institusi yang mempunyai hak dan kewajiban akan suatu perusahaan sesuai dengan saham yang disetornya. 2) Dewan Komisaris Dewan Komisaris adalah suatu mekanisme mengawasi dan mekanisme untuk memberikan petunjuk dan arahan pada pengelola perusahaan. Oleh karena itu maka peran Dewan Komisaris adalah menilai sistem penetapan penggajian pejabat pada posisi kunci, memonitor dan mengatasi masalah benturan kepentingan pada tingkat manajemen, anggota dewan komisaris dan direksi,
memonitor pelaksanaan
governance, dan mengadakan perubahan jika perlu, dan memantau proses keterbukaan dan efektifitas komunikasi perusahaan. 3) Direksi Direksi bertugas untuk mengelola perseroan agar dapat mencapai tujuan perusahaan, dan direksi wajib mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada pemegang saham melalui RUPS. 4) Komite Audit Komite Audit bertugas untuk memberikan pendapat profesional yang independen kepada Dewan Komisaris serta mengidentifikasikan hal-hal yang memerlukan perhatian Dewan Komisaris mengenai pelaksanaan audit internal di perseroan. 5) Sekretaris Perusahaan
Fungsi sekretaris perusahaan harus dilaksanakan oleh salah seorang direktur perusahaan tercatatat atau pejabat perusahaan tercatat yang khusus ditunjuk untuk menjalankan fungsi tersebut. Sekretaris perusahaan harus memiliki akses terhadap informasi material dan relevan berkaitan dengan perusahaan tersebut dan menguasai peraturan perundang-undangan pasar modal khususnya yang berkaitan dengan masalah keterbukaan. 6) Manajer dan Karyawan Manajer menempati posisi yang strategik karena pengetahuan mereka dan pengambilan keputusan dari hari ke hari. Manajer profesional biasanya mengambil peran penting dalam organisasi besar, sumber kekuasaan manajer dari kombinasi manajerial dan tanggung jawab organisasional yang diberikan untuk melaksanakan pekerjaan yang diperlukan. Karyawan khususnya yang diwakili serikat pekerja atau mereka memiliki saham dalam perusahaan dapat mempengaruhi kebijakan tata kelola perusahaan tertentu. 7) Auditor Internal Auditor Internal bertanggung jawab kepada direktur utama dan memiliki akses langsung ke Komite Audit. Hal ini memberikan ruang gerak yang lebih fleksibel kepada auditor internal dalam melaksanakan tugasnya. Auditor internal membantu manajemen senior
dalam menilai risiko-
risiko utama yang dihadapi perusahaan dan mengevaluasi struktur pengendalian. 8) Auditor Eksternal Auditor Eksternal bertanggung jawab memberikan opini atau pendapat terhadap laporan keuangan perusahaan. Laporan auditor independen adalah ekspresi dari opini profesional mereka mengenai laporan keuangan.
Meskipun
laporan keuangan adalah tanggung
jawab
manajemen, auditor eksternal bertanggung jawab untuk menilai kewajaran pernyataan manajemen dalam laporan keuangan perusahaan. 9) Stakeholders lainnya Pemerintah terlibat dalam corporate governance melalui hukum dan peraturan
perundang-undangan
yang
berlaku
terutama
mengenai
kewajiban perusahaan dalam hal perpajakan. Kreditor yang memberikan pinjaman memungkinkan juga mempengaruhi kebijakan perusahaan.
D. Peran Komite Audit dalam Mewujudkan Good Corporate Governance Upaya mewujudkan Good Corporate Governance salah satunya antara lain dilakukan melalui pembentukan Komite Audit yang tugasnya adalah membantu Dewan Komisaris dalam mengawasi manajemen perusahaan (Utama, 2004). Dewan Komisaris harus menganggap dirinya sebagai Wakil Pemegang Saham di perusahaan sehingga kepentingan utama mereka adalah kepentingan Pemegang Saham secara keseluruhan bukan kepentingan individu. Tugas Dewan Komisaris
adalah mengawasi jalannya perusahaan secara keseluruhan, selanjutnya kendala daya serap Dewan Komisaris terhadap informasi teknis pengendalian manajemen, laporan keuangan, serta auditing, dapat diatasi dengan kehadiran Komite Audit. Kompetensi yang dimiliki anggota Komite Audit dapat menjembatani kebutuhan Dewan Komisaris akan peran auditing dan pengendalian internal yang efektif dengan kendala daya serap terhadap masalah-masalah yang unik dan teknis dalam akuntansi, auditing dan pengendalian intern. Komite Audit secara khusus juga mengawasi mutu dan hasil audit, baik yang dilakukan oleh auditor eksternal maupun auditor internal. Disamping itu Komite Audit juga mencermati dan membahas isu-isu atau temuan yang signifikan oleh auditor. Karena Komite Audit adalah satuan yang membantu Dewan Komisaris yang independen dari perusahaaan, maka selain kompetensi, prasyarat lain yang dimiliki adalah independensi. Independensi diperlukan agar Komite Audit tidak dapat diganggu gugat oleh manajemen dan tidak mengurangi kemandiriannya dalam menyatakan sikap dan pendapat. Menurut Sanjaya (2005), untuk menjaga agar Komite Audit diakui sebagai pihak independen, maka anggota Komite Audit harus bebas dari setiap kewajiban kepada perusahaan tercatat dan tidak memiliki suatu kepentingan tertentu terhadap perusahaan tercatat atau direksi atau komisaris perusahaan tercatat dan bebas dari keadaan independensinya.
yang
dapat
menyebabkan pihak
lain
meragukan
Maka dari itu, untuk mewujudkan sebuah perusahaan yang memiliki budaya Good Corporate Governance, unsur Komite Audit sangat diperlukan untuk menjalankan fungsinya agar pengawasan terhadap manajemen dapat lebih efektif. Komite Audit sebagai salah satu organ yang diharapkan menjadi pilar penegakan GCG di perusahaan yang mempunyai kecakupan tugas yang sangat strategis yaitu melakukan pemeriksaan atau penelitian yang dianggap perlu terhadap pelaksanaan fungsi Direksi dalam melaksanakan pengelolaan perusahaan dan melaksanakan tugas penting pada sistem pelaporan keuangan melalui pengawasan terhadap proses pelaporan keuangan yang dilakukan oleh manajemen dan auditor independen. Dalam praktiknya, Komite Audit dapat melakukan hal-hal yang sesuai dengan wewenangnya, seperti: 1) Menyusun kerangka kerja untuk manajemen risiko (Risk Management Framework). 2) Mengembangkan Internal Audit Charter. 3) Memantapkan pengendalian intern. 4) Meningkatkan kesadaran akan tata kelola perusahaan yang baik dan penerapannya. 5) Meminta Dewan Komisaris untuk mengadopsi Audit Committee Charter. 6) Meminta Dewan Komisaris untuk mengadakan pertemuan rutin dengan Komite Audit untuk memastikan pendekatan yang sama dalam menangani permasalahan yang ada dalam proses penelaahan.
E. Penelitian Terdahulu Banyak penelitian sebelumnya yang meneliti tentang persepsi. Martadi dan Sri (2006) meneliti tentang persepsi akuntan, mahasiswa akutansi, dan karyawan
bagian akutansi dipandang dari segi gender terhadap etika bisnis dan etika profesi (studi di wilayah surakarta). Berdasarkan hasil uji Independent-Samples t-test dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan persepsi yang signifikan antara akuntan pria, mahasiswa akuntansi, dan karyawan bagian akuntansi dengan akuntan wanita, mahasiswi akuntansi, dan karyawan bagian akuntansi terhadap etika bisnis. Nurlita dan Radianto (2008) menguji tentang persepsi mahasiswa akuntansi terhadap etika penyusunan laporan keuangan. Dimana penelitianya merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan Yulianti dan Fitriani (2005), namun obyek penelitiannya diambil dari mahasiswa sebuah perguruan tinggi di Yogyakarta. Hasil penelitian hipotesis pertama menunjukkan bahwa ada perbedaan persepsi yang signifikan antara mahasiswa yang sudah mengambil pendidikan etika dengan mahasiswa yang belum mengambil pendidikan etika. Sedangkan hasil hipotesis kedua menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan persepsi yang signifikan mengenai tanggung jawab terhadap pengguna dalam laporan keuangan antara mahasiswa yang sudah mengambil mata kuliah pendidikan etika dengan mahasiswa yang belum mengambil mata kuliah pendidikan etika.
Selain penelitian tentang persepsi tidak sedikit pula penelitian yang dilakukan tentang Komite Audit dan GCG. Herawati dan Susana (2007) meneliti tentang analisis pengaruh independensi, mekanisme corporate governance, dan kualitas audit terhadap integritas laporan keuangan. Hasilnya menujukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari independensi, mekanisme corporate governance, dan kualitas audit terhadap integritas laporan keuangan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Hastuti (2005), yang meneliti hubungan antara Good Corporate Governance dan struktur kepemilikan dengan kinerja keuangan. Penelitiannya dilakukan pada perusahaan yang listing di Bursa Efek Jakarta pada tahun 2001 dan 2002. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa terdapat hubungan antara kelengkapan disclosure dengan kinerja perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Suryana (2005) tentang pengaruh Komite Audit terhadap kualitas laba. Hasil pengujian menunjukan adanya perbedaan koefisien respon laba perusahaan yang membentuk komite audit dan perusahaan yang tidak membentuk komite audit. Pengujian dengan menggunakan metode FSCM dan CRSM menunjukan hasil yang sama bahwa koefisien respon laba perusahaan yang membentuk komite audit secara statistis lebih besar daripada perusahaan yang tidak membentuk komite audit. Hasil penelitian menunjukan bahwa pasar menilai laba yang dilaporkan oleh perusahaan yang membentuk komite audit memiliki kualitas yang lebih baik daripada laba yang dilaporkan oleh perusahaan yang tidak membentuk komite audit. Koefisien respon laba yang lebih tinggi untuk perusahaan yang membentuk komite audit menunjukan bahwa
pasar menilai komite telah melaksanakan perannya dengan baik, terutama dalam memonitor proses pelaporan keuangan.
F. Kerangka Teoritis Meskipun bukan hal yang baru, Komite Audit merupakan hal yang perlu diketahui mahasiswa akuntansi sebagai calon akuntan dimasa depan, dan dosen yang merupakan salah satu sumber informasi utama bagi mahasiswa tentang dunia kerjanya, maka peneliti ingin mengetahui ada tidaknya perbedaan persepsi antara mahasiswa akuntansi dan akuntan pendidik terhadap peran Komite Audit dalam mewujudkan Good Corporate Governance. Maka berdasarkan landasan teori di atas dapat dibuat suatu kerangka model penelitian sebagai berikut:
Akuntan Pendidik Peran Komite Audit dalam mewujudkan Good Corporate Governance
Persepsi
Mahasiswa Akuntansi
Gambar 2.1 Kerangka pemikiran
G. Hipotesis Dari kerangka pemikiran diatas, maka dapat dibuat hipotesis, yaitu: -
Ho (Hipotesis Nol):
Tidak terdapat perbedaan persepsi antara akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi terhadap peran Komite Audit dalam mewujudkan Good Corporate Governance. -
Ha (Hipotesis Alternatif)
Terdapat perbedaan persepsi antara akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi terhadap peran Komite Audit dalam mewujudkan Good Corporate Governance.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan di Universitas Islam Negeri ( UIN ) Syarif Hidayatullah Jakarta, Universitas Indonesia, Universitas Trisakti dan Sekolah
Tinggi Ekonomi Keuangan dan Perbankan Indonesia (STEKPI). Yang menjadi objek dari penelitian ini adalah akuntan pendidik dan mahasiswa jurusan akuntansi tingkat menengah maupun akhir. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dimana peneliti bertujuan menguji perbedaan persepsi antara akuntan pendidik dan mahasiswa jurusan akuntansi terhadap peran Komite Audit dalam mewujudkan GCG. Oleh karena itu, ruang lingkup penelitian yang digunakan bertujuan untuk mendapatkan gambaran secara jelas dari penelitian ini.
B. Metode Penentuan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah dosen dan mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Universitas Indonesia, Universitas Trisakti dan Sekolah Tinggi Ekonomi Keuangan dan Perbankan Indonesia (STEKPI). Populasi ini dipilih karena diharapkan dapat memberikan informasi yang relevan disamping itu untuk memudahkan peneliti dalam melakukan penelitinya berdasarkan kondisi masa kini. Sampel pada penelitian ini adalah dosen akuntansi dan mahasiswa jurusan akuntansi. Mahasiswa jurusan akuntansi dalam sampel hanyalah mahasiswa yang telah mengambil mata kuliah auditing karena diasumsikan mahasiswa telah memiliki pemahaman, dasar konseptual auditing , dan isu yang berkembang tentang auditing lebih baik dibandingkan dengan mahasiswa yang belum mengambil mata kuliah auditing. Pengambilan sampel pada penelitian ini
menggunakan judgement sampling, artinya pengumpulan data atas dasar strategi kecakapan atau pertimbangan pribadi semata (Hamid, 2007:29).
C. Metode Pengumpulan data Penelitian ini menggunakan metode survei lapangan dengan mendatangi langsung responden mahasiswa akuntansi dan dosen-dosen untuk diberikan kuesioner. Untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan guna mendukung penelitian ini, maka teknik pengumpulan data adalah: 1)
Riset Lapangan
Adalah metode pengumpulan data dengan metodologi langsung pada objek penelitian dengan menggunakan kuesioner. 2)
Riset Kepustakaan
Riset ini dilakukan dengan mengutip dari literatur-literatur yang berkaitan dengan permasalahan dengan penelitian ini. Untuk jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1)
Data Primer
Menurut Indriantoro dan Supomo (2005 : 147) data primer adalah sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Adapun data tersebut diperoleh dengan cara mengumpulkan data melalui sejumlah pernyataan, yang diajukan kepada responden yaitu akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi dengan cara memberikan kuesioner.
2) Data Sekunder Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (Indriantoro dan Supomo, 2005 : 147). Data sekunder yang digunakan merupakan telaah literatur yang menunjukan landasan teoritis yang diperoleh penulis dengan cara studi pustaka yaitu membaca buku referensi, majalah, skripsi yang tidak dipublikasikan, dan jurnal-jurnal penelitian.
D. Metode Analisis Dalam penelitian ini terdapat dua pengujian, yaitu: 1) Uji instrumen penelitian Sebelum data diolah untuk menguji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan pengujian instrumen dengan uji validitas dan reliabilitas untuk melihat apakah data yang diperoleh dari responden dapat menggambarkan secara tepat konsep yang diuji. a. Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner. Dengan kata lain validitas ingin mengukur apakah pertanyaan dalam kuesioner yang sudah kita buat betul-betul dapat mengukur apa yang hendak kita ukur (Ghozali, 2006).
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan uji Pearson Correlation. Pengujian validitas dapat diperoleh dengan cara mengkorelasikan skor yang diperoleh pada setiap item pernyataan dengan skor total dari masing-masing pernyataan. Apabila Pearson Correlation yang diperoleh memiliki nilai signifikan dibawah level 0.05 berarti data yang diperoleh adalah valid. b. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas dilakukan terhadap pernyataan-pernyataan yang sudah valid untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten apabila dilakukan pengukuran ulang pada kelompok yang sama dengan alat ukur yang sama (Martadi dan Sri, 2006). Uji reabilitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah alat pengumpul data pada dasarnya menunjukan tingkat ketetapan, keakuratan, kestabilan
atau
konsistensi
instrumen
tersebut
dalam
mengungkapkan gejala tertentu dari sekelompok individu. Untuk menguji reliabilitas konstruk dalam penelitian ini akan digunakan teknik uji Cronbach’s alpha. Suatu instrumen dapat dikatakan andal (reliable), jika memberikan nilai cronbach alpha diatas 0,6 (Ghozali, 2006). Sebagai pedoman didasarkan pada ketentuan sebagai berikut:
Tabel 3.1: Kategori Penilaian Tinggi Rendahnya Reliabilitas Instrumen. Interval Koefisien
Tingkat Reabilitas Sangat rendah
0.200 0.200 – 0.399
Rendah
0.400 – 0.599
Cukup
0.600 – 0.799
Tinggi
0.800 – 1.00
Sangat tinggi
Sumber: Wahyono (2009) 2) Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali:110,
2006).
Seperti diketahui
bahwa
uji
t
dan
F
mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya (Ghozali:110, 2006). Dasar pengambilan keputusan: a. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau arah grafik histogramnya menunjukan pola distribusi normalitas.
normal,
maka
model
regresi
memenuhi
asumsi
b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau arah grafik histogram tidak menunjukan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. 3) Uji Hipotesis Untuk menguji hipotesis pada penelitian ini penulis menggunakan uji statistik parametriks dengan menggunakan Independent Sample T-test untuk mengetahui perbedaan persepsi antara akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi. Apabila t ditolak, dan jika angka t
hitung
hitung
lebih besar dari t
lebih kecil dari
t
tabel
tabel
maka Ho
maka Ho tidak
dapat ditolak dan menolak Ha. (Abdullah & Selamat, 2002:76) Menurut Santoso (1999) dalam Abdullah dan Selamat (2002), untuk menentukan nilai t tabel ada beberapa langkah yang harus ditempuh:
a. Tentukan tingkat signifikansi (α). b. Tentukan degree of freedom (df), atau derajat kebebasan yaitu: n-2. c. Uji dilakukan dua sisi (two tailed test).
E. Operasional Variabel Penelitian Variabel adalah construct yang diukur dengan berbagai macam nilai untuk memberikan gambaran yang lebih nyata mengenai fenomena-fenomena (Indriantoro dan Supomo, 2005). Varibel penelitian pada dasarnya adalah sesuatu
yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan. Berdasarkan rumusan masalah yang akan dikaji dan model yang disusun dalam tinjauan pustaka maka operasional variabel penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut: 1)
Variabel Dependen Variabel dependen sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa indonesia disebut sebagai variabel terikat (endogen). Variabel endogen merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel independen (eksogen) (Indriantoro dan Supomo, 65:2005). Penelitian ini menggunakan satu variabel dependen, yaitu peran Komite Audit dalam mewujudkan Good Corporate Governance.
2)
Variabel independen Menurut Indriantoro dan Supomo (2005), variabel independen adalah tipe variabel yang menjelaskan atau memengaruhi variabel yang lain. Dalam penelitian ini variabel independennya adalah persepsi akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi. Tabel 3.2: Operasional Variabel Penelitian.
Variabel
Sub Variabel
Indikator - Komite Audit Memahami aktivitas
Skala pengukuran
Risiko Usaha dan Keuangan (Muhammad, 2007)
Sistem dan Pengendalian Internal (Muhammad, 2007) Peran Komite Hubungan dengan Audit Dalam Auditor Eksternal Mewujudkan
bisnis perusahaan. - Memahami konsep hukum dan Skala Ordinal ketentuan-ketentuan yang ada. - Melakukan penelaahan tehadap investasi perusahaan. - Memahami konsep akuntansi dan audit perusahaan. Skala - Memahami sistem informasi Ordinal perusahaan. - Memahami keuangan dan pembelanjaan perusahaan. - Memahami sistem pengendalian perusahaan. - Mengusulkan auditor eksternal. - Mereview audit plan. Skala - Berkonsultasi dan membahas hasil Ordinal audit. - Melakukan penelaahan auditor eksternal.
Good Corporate
- Melakukan penelaahan program kerja dan fungsi internal audit. Governance Hubungan dengan - Melakukan penelaahan pelaksanaan Auditor audit. Internal - Berkonsultasi dan meriviewrekomendasi dari auditor internal. - Melakukan investigasi yang diperlukan. - Memahami analisis laporan Laporan Keuangan keuangan. dan Kebijakan - Melakukan penelaahan informasi Akuntansi keuangan yang akan dikeluarkan (Muhammad, perusahaan. 2007) - Melakukan penelaahan terhadap kebijakan akuntansi perusahaan dan keputusan yang menyangkut kebijaksanaan. - Transparansi (transparency) Penegakan asas - Akuntabilitas (Accountability) GCG - Responsibilitas (Responsibility) - Independensi (Independency) - Kesteraraan dan Kewajaran
Skala Ordinal
Skala Ordinal
Skala Ordinal
(Fairness)
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Tempat dan waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Universitas Indonesia, Universitas Trisakti dan Sekolah Tinggi Ekonomi Keuangan dan Perbankan Indonesia (STEKPI). Dan pada dasarnya penelitian ini menganalisis persepsi atau pendapat dari dua kelompok, yaitu akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi. Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner penelitian secara langsung kepada responden, dan untuk akuntan pendidik beberapa kuesioner dikirim melalui e-mail atau mail survey. Waktu penyebaran kuesioner dilakukan pada awal bulan Januari sampai dengan pertengahan bulan Februari 2010. Penyebaran kuesioner penelitian ini dilakukan secara rutin.
2. Karakteristik Responden Kuesioner yang disebarkan berjumlah 120 buah dengan tingkat proporsi pembagian sebagai berikut: a. Akuntan Pendidik (Dosen Akuntansi): jumlah kuesioner yang disebarkan adalah sebanyak 35 buah kuesioner. Jumlah yang kembali adalah sebanyak
23 buah kuesioner atau 65.71%, dan jumlah kuesioner yang tidak kembali adalah sebanyak 12 kuesioner atau 34.29%, (lihat tabel 4.1). b. Mahasiswa akuntansi: jumlah kuesioner yang disebarkan adalah sebanyak 85 buah kuesioner. Jumlah yang kembali adalah sebanyak 82 buah kuesioner atau 96.47%, dan jumlah kuesioner yang tidak kembali adalah sebanyak 3 buah kuesioner atau 3.53%. Dari data yang kembali, sebanyak 7 buah kuesioner tidak dapat diolah karena mengisi kurang lengkap, (lihat tabel 4.1). Tabel 4.1: Data Sampel Penelitian Akuntan No
Keterangan
Pendidik %
Mahasiswa
%
1 Kuesioner yang disebar
35
100
85
100
2 Kuesioner yang tidak kembali
12
34.29
3
3.53
3 Kuesioner yang tidak dapat diolah
0
0
7
8.24
4 Kuesioner yang dapat diolah
23
65.71
75
88.23
Sumber: data primer yang telah diolah. Gambar 4.1: Chart Data Sampel Penelitian
Tabel 4.2 merangkum karakteristik responden yang merupakan akuntan pendidik, terlihat dari jumlah kuesioner yang kembali sebanyak 23 buah, terdiri dari 9 responden laki-laki atau sebanyak 39.13% dan responden perempuan sebanyak 14 orang atau 60.87%. Terdapat perbedaan yang tidak terlalu signifikan terhadap jumlah responden laki-laki dan responden perempuan. Tabel 4.2: Karakteristik Responden Akuntan Pendidik No
Keterangan
1 Jenis Kelamin a. Laki-laki b. Perempuan
Jumlah
%
9 14
39.13 60.87
Sumber: data primer yang telah diolah.
Gambar 4.2: Chart Karakteristik Responden Akuntan Pendidik
Selanjutnya pada tabel 4.3 menggambarkan karakteristik responden yang berasal dari mahasiswa akuntansi. Dari kuesioner yang dapat diolah didalamnya terdiri dari 27 responden Laki-laki atau sebanyak 36% dan 48 responden perempuan atau sebanyak 64%. Jika dilihat dari tingkat studi yang ditempuh maka terdiri dari 24 responden berasal dari mahasiswa akuntansi tingkat menengah atau sebanyak 32% dan 51 responden berasal dari mahasiswa akuntansi tingkat akhir atau sebanyak 68%.
Tabel 4.3: Karakteristik Responden Mahasiswa Akuntansi No
Keterangan
Jumlah
%
27
36
48
64
24
32
Jenis Kelamin a. Laki-laki b. Perempuan Semester/ tingkat a. Menengah
b. Akhir
51
68
Sumber: data primer yang telah diolah. Gambar 4.3: Chart Karakteristik Responden Mahasiswa Akuntansi
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian 1. Uji Validitas Sebelum kuesioner diberikan kepada responden, penulis melakukan uji coba (try out) atau pra-survey kepada 30 responden yang diberikan 23 butir pernyataan untuk menguji validitas dan reabilitas dari seluruh pernyataan tersebut. Setelah melihat hasil try out, penulis melakukan modifikasi terhadap beberapa pernyataan sehingga pernyataan tersebut menjadi berjumlah 24 butir pernyataan. Kuesioner tentang peran Komite Audit terdiri dari enam sub variabel, yaitu risiko usaha dan keuangan, sistem dan pengendalian internal, hubungan dengan auditor eksternal, hubungan dengan auditor internal, laporan keuangan dan
kebijakan akuntansi, dan penegakan asas Good Corporate Governance. Kemudian dari enam sub variable terdiri dari 24 pernyataan.
Tabel 4.4: Hasil Try out Kuesioner Instrumen Penelitian Persepsi Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi Terhadap Peran Komite Audit Dalam Mewujudkan Good Corporate Governance
Pernyataan
Sig-2 Tailed
Pearson Corelation
Keterangan
Soal 1
0.000
0.708
Valid
Soal 2
0.000
0.618
Valid
Soal 3
0.093
0.313
Tidak Valid
Soal 4
0.000
0.607
Valid
Soal 5
0.000
0.683
Valid
Soal 6
0.000
0.619
Valid
Soal 7
0.015
0.440
Valid
Soal 8
0.268
0.152
Tidak Valid
Soal 9
0.002
0.551
Valid
Soal 10
0.506
0.126
Tidak Valid
Soal 11
0.000
0.685
Valid
Soal 12
0.002
0.541
Valid
Soal 13
0.004
0.513
Valid
Soal 14
0.058
0.350
Tidak Valid
Soal 15
0.532
- 0.119
Tidak Valid
Soal 16
0.000
0.615
Valid
Soal 17
0.000
0.658
Valid
Soal 18
0.000
0.738
Valid
Soal 19
0.023
0.415
Valid
Soal 20
0.003
0.524
Valid
Soal 21
0.000
0.664
Valid
Soal 22
0.030
0.396
Valid
Soal 23
0.001
0.589
Valid
Sumber: data primer yang telah diolah.
Dari hasil try out pada 30 sampel pada tabel 4.4 diperoleh hasil bahwa dari 23 pernyataan terdapat 5 pernyataan yang tidak valid, yaitu butir pernyataan 3, 8, 10, 14 dan 15. Pearson Correlation kelima pernyataan tersebut memiliki nilai signifikan (Sig) diatas level 0.05 berarti data yang diperoleh adalah tidak valid (Ghozali, 2006). Setelah memodifikasi kuesioner dan menyebarkan kembali kepada responden maka dihasilkan validitas seperti digambarkan pada tabel 4.5. Berdasarkan hasil uji validitas yang ditunjukan oleh tabel 4.5 diperoleh kesimpulan bahwa dari 24 item pernyataan seluruhnya dinyatakan valid. Dari tabel 4.5 Pearson Correlation yang ditunjukan memiliki nilai signifikan (Sig) dibawah level 0.05 yang berarti data yang diperoleh adalah valid (Ghozali, 2006). Berdasarkan tabel r, dengan taraf signifikansi 95% dan N=98 maka diperoleh derajat kebebasan/dk (degree of freedom / df) sebesar 96 (98-2). Dengan kondisi tersebut maka r tabel diperoleh sebesar 0.197. karena semua pernyataan dalam penelitian ini memiliki r hitung diatas 0.197 maka dapat disimpulkan seluruh pernyataan dalam penelitian ini adalah valid (Wahyono : 248, 2009).
Tabel 4.5:
Hasil Kuesioner Instrumen Penelitian Persepsi Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi Terhadap Peran Komite Audit Dalam Mewujudkan Good Corporate Governance
Pernyataan
Sig-2 Tailed
Pearson Corelation
Keterangan
Soal 1
0.000
0.622
Valid
Soal 2
0.000
0.503
Valid
Soal 3
0.000
0.412
Valid
Soal 4
0.000
0.519
Valid
Soal 5
0.000
0.613
Valid
Soal 6
0.000
0.702
Valid
Soal 7
0.000
0.533
Valid
Soal 8
0.001
0.331
Valid
Soal 9
0.000
0.451
Valid
Soal 10
0.000
0.501
Valid
Soal 11
0.000
0.647
Valid
Soal 12
0.000
0.470
Valid
Soal 13
0.000
0.449
Valid
Soal 14
0.000
0.488
Valid
Soal 15
0.000
0.405
Valid
Soal 16
0.000
0.656
Valid
Soal 17
0.000
0.686
Valid
Soal 18
0.000
0.666
Valid
Soal 19
0.000
0.445
Valid
Soal 20
0.000
0.350
Valid
Soal 21
0.000
0.524
Valid
Soal 22
0.000
0.602
Valid
Soal 23
0.000
0.484
Valid
Soal 24
0.000
0.497
Valid
Sumber: data primer yang telah diolah.
2. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas dilakukan untuk mendapatkan tingkat ketepatan (kendalan) alat pengumpul data (instrumen) yang digunakan, dengan kata lain untuk mengetahui konsistensi alat ukur (kuesioner). Pengujian reliabilitas dilakukan dengan menghitung besarnya Cronbach Alpha.
Suatu variabel dikatakan
reliable jika nilai Cronbach Alpha > 0.60, sebaliknya jika nilai Cronbach Alpha < 0.60 maka data dikatakan tidak reliable (Nunnally, 1967 dalam Ghozali 2006).
Tabel 4.6: Uji Reliabilitas
Cronbach's Alpha Based on Cronbach's
Standardized
Alpha
Items .882
N of Items .885
24
Berdasarkan hasil analisis uji reabilitas tabel 4.6 diperoleh nilai Cronbach Alpha sebesar 0.882, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengukuran konsistensi jawaban dari setiap responden untuk setiap pernyataan yang digunakan terbukti reliable.
3. Uji Normalitas Uji normalitas ini brtujuan untuk menguji apakah dalam model penelitian terdistribusi secara normal serta sebagai salah satu syarat agar uji Independent Sample T-test dapat dilakukan. Dari tabel 4.7 terlihat bahwa group akuntan pendidik memiliki P-value=0.200 untuk uji normalitas Lilliefors (KolmogorofSmirnov) dan P-value 0.633 untuk uji normalitas Shapiro-Wilk. Kedua P-value lebih besar dari α=0.05 sehingga data yang berasal dari populasi yang terdistribusi normal tidak dapat ditolak (Uyanto, 2009). Demikian pula untuk group mahasiswa akuntansi memiliki P-value = 0.200 untuk uji normalitas Lilliefors (Kolmogorof-Smirnov) dan P-value 0.082 untuk
uji normalitas Shapiro-Wilk. Kedua P-value lebih besar dari α=0.05 sehingga data yang berasal dari populasi yang terdistribusi normal tidak dapat ditolak (Uyanto, 2009). Tabel 4.7: Uji Normalitas
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova GROUP PERANAN KOMITE
AKUNTAN
AUDIT DALAM
PENDIDIK
MEWUJUDKAN GCG
Statistic
MAHASISWA
df
Sig.
Shapiro-Wilk Statistic
df
Sig.
.094
23
.200*
.968
23
.633
.080
75
.200*
.971
75
.082
AKUNTANSI
Sumber: data primer yang telah diolah.
Gambar 4.4: Normal Probability Plot Group Akuntan Pendidik
Dari gambar 4.1 Normal Probability Plot atau Normal Q-Q Plot untuk group akuntan pendidik menunjukan bahwa titik-titik nilai data kurang lebih dalam suatu garis lurus, sehingga dapat disimpulkan bahwa group akuntan pendidik berasal dari populasi yang terdistribusi normal.
Gambar 4.5:
Normal Probability Plot Group Mahasiswa Akuntansi
Begitu pula pada gambar 4.2 Normal Probability Plot atau Normal Q-Q Plot untuk group mahasiswa akuntansi menunjukan bahwa titik-titik nilai data kurang lebih dalam suatu garis lurus, sehingga dapat disimpulkan bahwa group akuntan pendidik berasal dari populasi yang terdistribusi normal.
C. Hasil Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan uji parametriks, yaitu Independent Sample T-Test dengan menggunakan program SPSS 17.00 dengan asumsi data terdistribusi secara normal. Dari hasil SPSS untuk pengujian Independent Sample T-test maka didapatkan out put sebagai berikut:
Tabel 4.8: Hasil SPSS (1) Group Statistics
PERAN KOMITE AUDIT DALAM MEWUJUDKAN GCG
GROUP
N
Std. Std. Error Mean Deviation Mean
AKUNTAN PENDIDIK
23
96.61
7.953
1.658
75
96.89
8.764
1.012
MAHASISWA AKUNTANSI Sumber: data yang diolah
Dari hasi output SPSS yang pertama ini kita dapat melihat bahwa rata-rata (mean) untuk akuntan pendidik adalah 96.91 dengan jumlah 23 orang dan untuk mahasiswa akuntansi adalah 96.89 dengan jumlah 75 orang. Maka dikatakan tidak ada perbedaan yang signifikan antara persepsi akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi terhadap peranan komite audit dalam mewujudkan Good Corporate Governance. Untuk melihat apakah benar tidak ada perbedaan secara nyata dalam statistik maka kita harus melihat out put bagian kedua.
Tabel 4.9: Hasil SPSS (2) Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Difference Sig. (2-
F PERAN
Equal
KOMITE
varianc
AUDIT
es
DALAM
assume
.575
Sig.
t
.450 -.139
df
tailed)
Mean
Std. Error
Differenc Differenc e
e
Lower
Upper
96
.890
-.285
2.046
-4.346 3.777
-.147 39.794
.884
-.285
1.943
-4.212 3.642
MEWUJUDKA d N GCG
Equal varianc es not assume d
Sumber: data Primer yang telah diolah
Ada dua tahapan analisis yang harus dilakukan, pertama kita akan menguji dahulu asumsi apakah variance kedua sampel tersebut sama (equal variances assumed) atau memiliki variance yang tidak sama (equal variance not assumed) dengan melihat Levene’s Test. Jika probabilitas > 0.05 maka Ho
tidak dapat ditolak jadi varians sama, namun jika probabilitas < 0.05 maka Ho ditolak jadi varians berbeda atau Ha diterima (Ghozali : 58, 2006). Terlihat dari hasil out put SPSS pada tabel 4.9 diatas bahwa F hitung Levene’s Test sebesar 0.575 dengan probabilitas 0.450. karena probabilitas lebih besar dari 0.05 maka dapat disimpulkan Ho diterima atau dapat disimpulkan bahwa varians sampel populasi adalah sama. Langkah kedua, melihat t-test untuk menentukan apakah terdapat perbedaan secara signifikan. Dari hasil out put SPSS pada tabel 4.9 diatas kita melihat nilai pada equal variances assumed karena dari hasil Levene’s test populasi memiliki varians yang sama, maka didapatkan nilai degree of freedom (df) sebesar 96 dengan probabilitas signifikan sebesar 0.890 (two tailed), karena probabilitas 0.890 > 0.05 maka Ho diterima dan menolak Ha. Sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata persepsi akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi adalah sama secara signifikan atau dengan kata lain tidak terdapat perbedaan persepsi antara akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi terhadap peranan Komite Audit dalam mewujudkan GCG.
D. Analisis Deskriptif Analisis ini dilakukan untuk memperkuat hipotesa yang telah didapatkan dengan cara menguraikan jawaban setiap item pernyataan dari masing-masing kelompok responden yaitu akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi mengenai peranan Komite Audit dalam mewujudkan Good Corporate Governance yang
terbagi dalam empat aspek: risiko usaha dan keuangan, sistem dan pengendalian internal, hubungan dengan auditor eksternal, hubungan dengan auditor internal, laporan keuangan dan kebijakan akuntansi, dan penegakan asas Good Corporate Governance. 1. Risiko Usaha dan Keuangan a) Komite Audit harus memiliki pemahaman tentang aktivitas bisnis perusahaan. Tabel 4.10: Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (1) Akuntan Pendidik
Skala Penilaian Bobot
Jumlah
Mahasiswa Akuntansi Jumlah
Responden
%
Total %
Responden %
STS
1
0
0.00%
2
2.67%
TS
2
0
0.00% 0.00%
0
0.00%
N
3
4
17.39%
4
5.33%
S
4
13
56.52%
42
56%
SS
5
6
26.09%
27
36%
23
100%
75
100%
Total
82.61%
Total %
2.67%
92%
Sumber: data primer yang telah diolah. Sebanyak 82.61% dari akuntan pendidik setuju bahwa Komite Audit harus memiliki pemahaman tentang aktivitas bisnis perusahaan, sedangkan sebanyak 92% mahasiswa akuntansi setuju bahwa Komite Audit harus memiliki pemahaman tentang aktivitas bisnis perusahaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara persepsi akuntan pendidik
dan mahasiswa akuntansi dalam mempersepsikan pernyataan Komite Audit harus memiliki pemahaman tentang aktivitas bisnis perusahaan.
b) Komite Audit menelaah ketaatan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan
dibidang
pasar
modal
dan
peraturan
perundang-undangan lainnya yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan. Tabel 4.11: Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (2) Akuntan Pendidik
Mahasiswa Akuntansi Jumlah
Skala
Jumlah
PenilaianBobot
Responden
Responde %
Total %
n
%
STS
1
0
0.00%
0
0.00%
TS
2
0
0.00% 0.00%
2
2.67%
N
3
4
17.39%
9
12.00%
S
4
14
60.87%
39
52.00%
SS
5
5
21.74%
25
33.33%
23
100%
75
100%
Total
82.61%
Total %
2.67%
85.33%
Sumber: data primer yang telah diolah. Tabel 4.11 menunjukan, Sebanyak 82.61% dari akuntan pendidik memiliki persepsi positif, sedangkan mahasiswa akuntansi terdapat 85.33% yang memiliki persepsi positif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara persepsi akuntan pendidik dan mahasiswa
akuntansi dalam mempersepsikan pernyataan Komite Audit menelaah ketaatan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan dibidang pasar modal dan peraturan perundang-undangan lainnya yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan. c) Komite audit melakukan penilaian kembali terhadap investasi perusahaan. Tabel 4.12: Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (3) Akuntan Pendidik Skala
Jumlah
PenilaianBobot
Responden %
Jumlah
STS
1
0
0.00%
TS
2
1
4.35%
N
3
3
S
4
SS
5
Total
Mahasiswa Akuntansi
Total %
Responden
%
0
0.00%
2
2.67%
13.04%
13
17.33%
18
78.26%
46
61.33%
1
4.35%
14
18.67%
23
100%
75
100%
4.35%
82.61%
Total %
2.67%
80%
Sumber: data primer yang telah diolah. Sebanyak 82.61% akuntan pendidik dan 80% mahasiswa akuntansi memiliki persepsi positif terhadap peran dan tanggung jawab Komite Audit untuk melakukan penilaian kembali terhadap investasi perusahaan. Sedangkan sebanyak 4.35% akuntan pendidik dan 2.67% mahasiswa akuntansi memiliki persepsi yang negative. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki persepsi yang positif.
2. Sistem dan pengendalian internal a) Komite Audit harus melakukan penilaian atas kebijakan akuntansi dan keputusan-keputusan yang menyangkut kebijaksanaan. Tabel 4.13: Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (4) Akuntan Pendidik Skala
Jumlah
PenilaianBobot
Responden %
Mahasiswa Akuntansi Jumlah
Total %
Responden %
Total %
STS
1
0
0.00%
0
0.00%
TS
2
0
0.00% 0.00%
0
0.00% 0.00%
N
3
1
4.35%
8
10.67%
S
4
16
69.56%
48
64.00%
SS
5
6
26.09%
19
25.33%
23
100%
75
100%
Total
95.65%
89.33%
Sumber: data primer yang telah diolah. Tabel 4.13 menunjukan, Sebanyak 95.65% dari akuntan pendidik memiliki persepsi positif, sedangkan mahasiswa akuntansi terdapat 89.33% yang memiliki persepsi positif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara persepsi akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi dalam mempersepsikan pernyataan tersebut.
b) Komite Audit dapat menciptakan iklim disiplin dan kontrol yang akan mengurangi kemungkinan penyelewengan-penyelewengan.
Peran dan tanggung jawab Komite Audit dalam kaitannya dengan sistem dan pengendalian internal, Komite Audit dapat menciptakan iklim disiplin dan kontrol yang akan mengurangi kemungkinan penyelewengan-penyelewengan. Sebanyak 78.26% akuntan pendidik
dan 74.67% mahasiswa akuntansi
memiliki persepsi yang positif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara persepsi akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi dalam mempersepsikan pernyataan tersebut.
Tabel 4.14: Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (5) Akuntan Pendidik Skala
Jumlah
PenilaianBobot
Responden %
Mahasiswa Akuntansi Jumlah
Total %
Responden %
Total %
STS
1
0
0.00%
0
0.00%
TS
2
0
0.00% 0.00%
0
0.00% 0.00%
N
3
5
21.74%
19
25.33%
S
4
11
47.83%
43
57.33%
SS
5
7
30.43%
13
17.34%
23
100%
75
100%
Total
78.26%
74.67%
Sumber: data primer yang telah diolah. c) Pemahaman tentang keuangan dan pembelanjaan perusahaan harus dimiliki Komite Audit. Tabel 4.15 menunjukan, Sebanyak 82.61% dari akuntan pendidik memiliki persepsi positif, sedangkan mahasiswa akuntansi terdapat 76% yang memiliki
persepsi positif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara persepsi akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi dalam mempersepsikan pernyataan bahwa Pemahaman tentang keuangan dan pembelanjaan perusahaan harus dimiliki Komite Audit. Tabel 4.15: Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (6) Akuntan Pendidik Skala
Jumlah
PenilaianBobot
Responden %
Mahasiswa Akuntansi Jumlah
Total %
Responden %
STS
1
0
0.00%
2
2.67%
TS
2
0
0.00% 0.00%
0
0.00%
N
3
4
17.39%
16
21.33%
S
4
11
47.83%
38
50.67%
SS
5
8
34.78% 82.61%
19
25.33%
75
100%
Total
23
100%
Total %
2.67%
76.00%
Sumber: data primer yang telah diolah. d) Komite Audit memiliki pemahaman tentang sistem pengendalian perusahaan dengan baik dan cermat. Sebanyak 100% akuntan pendidik dan 97.33% mahasiswa akuntansi memiliki persepsi positif terhadap peran dan tanggung jawab Komite Audit bahwa Komite Audit harus memiliki pemahaman tentang sistem pengendalian perusahaan dengan baik dan cermat. Sedangkan tidak ada akuntan pendidik memiliki persepsi negatif dan 2.67% mahasiswa akuntansi memiliki persepsi
yang negatif. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki persepsi yang positif.
Tabel 4.16: Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (7) Akuntan Pendidik Skala
Jumlah
PenilaianBobot
Responden %
Jumlah
STS
1
0
0.00%
TS
2
0
0.00%
N
3
0
S
4
SS
5
Total
Mahasiswa Akuntansi
Total %
Responden % 2
2.67%
0
0.00%
0.00%
0
0.00%
15
65.22%
55
73.33%
8
34.78%
18
24.00%
23
100%
75
100%
0.00%
100%
Total %
2.67%
97.33%
Sumber: data primer yang telah diolah. 3. Hubungan Dengan Auditor Eksternal a) Komite Audit memberikan rekomendasi tentang pengangkatan dan/atau penggantian auditor eksternal. Tabel 4.17: Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (8) Akuntan Pendidik Skala
Jumlah
PenilaianBobot
Responden %
Mahasiswa Akuntansi Jumlah
STS
1
1
4.35%
TS
2
2
8,70%
Total %
13.05%
Responden % 0
0.00%
1
1.33%
Total %
1.33%
N
3
3
13.04%
17
22.67%
S
4
14
60.87%
37
49.33%
SS
5
3
13.04% 73.91%
20
26.67%
75
100%
Total
23
100%
76.00%
Sumber: data primer yang telah diolah. Tabel 4.17 menunjukan sebanyak 73.91% akuntan pendidik dan 76% mahasiswa akuntansi memiliki persepsi positif terhadap wewenang Komite Audit dalam memberikan rekomendasi tentang pengangkatan dan/atau penggantian auditor eksternal. Sedangkan 13.05% akuntan pendidik memiliki persepsi negatif dan 2.67% mahasiswa akuntansi memiliki persepsi yang negatif. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki persepsi yang positif. b) Komite Audit meninjau lingkup dan perencanaan audit eksternal. Tabel 4.18: Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (9) Akuntan Pendidik Skala
Jumlah
PenilaianBobot
Responden %
Jumlah
STS
1
0
0.00%
TS
2
2
8,70%
N
3
6
S
4
SS
5
Total
Mahasiswa Akuntansi
Total %
Responden % 0
0.00%
0
0.00%
26.08%
28
37.33%
14
60.87%
32
42.67%
1
4.35%
15
20.00%
23
100%
75
100%
Sumber: data primer yang telah diolah.
8,70%
65.22%
Total %
0.00%
62.67%
Tabel 4.18 dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara
persepsi
akuntan
pendidik
dan
mahasiswa
akuntansi
dalam
mempersepsikan pernyataan wewenang komite audit dalam meninjau lingkup dan pelaksanaan audit eksternal. c) Komite Audit berkonsultasi serta membahas hasil audit laporan keuangan dengan auditor eksternal. Tabel 4.19: Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (10) Akuntan Pendidik Skala
Jumlah
PenilaianBobot
Responden %
Jumlah
STS
1
0
0.00%
TS
2
1
4.35%
N
3
4
S
4
SS
5
Total
Mahasiswa Akuntansi
Total %
Responden % 1
1.33%
3
4.00%
17.39%
15
20.00%
15
65.22%
40
53.33%
3
13.04% 78.26%
16
21.33%
75
100%
23
100%
4.35%
Total %
5.33%
74.66%
Sumber: data primer yang telah diolah. Pernyataan yang menyatakan bahwa Komite Audit berkonsultasi serta membahas hasil audit laporan keuangan dengan auditor eksternal ditanggapi positif oleh akuntan pendidik sebanyak 78.26% dan mahasiswa akuntansi sebanyak 74.66%. dengan kata lain bahwa tidak ada perbedaan persepsi yang signifikan antara akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi.
d) Komite Audit memastikan bahwa auditor eksternal bekerja sesuai standar profesional yang bersangkutan, khususnya dalam hubungan independensi. Tabel 4.20: Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (11) Akuntan Pendidik Skala
Jumlah
PenilaianBobot
Responden %
Jumlah
STS
1
0
0.00%
TS
2
0
0.00%
N
3
6
S
4
SS
5
Total
Mahasiswa Akuntansi
Total %
Responden % 0
0.00%
3
4.00% 4.00%
26,09%
8
10.67%
12
52.17%
42
56.00%
5
21.74% 73.91%
22
29.33% 85.33%
23
100%
0.00%
Total %
75
100%
Sumber: data primer yang telah diolah. Tabel 4.20 dapat terlihat bahwa sebanyak 73.91% akuntan pendidik dan 85.33% mahasiswa akuntansi memiliki persepsi positif terhadap pernyataan Komite Audit dalam memastikan auditor eksternal bekerja sesuai standar profesional yang bersangkutan, khususnya dalam hubungan independensi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara
persepsi akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi dalam mempersepsikan pernyataan tersebut.
4. Hubungan dengan Auditor Internal a) Komite Audit melakukan penelaahan program kerja dan fungsi dari internal audit perusahaan. Tabel 4.21: Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (12) Akuntan Pendidik Skala
Jumlah
PenilaianBobot
Responden %
Jumlah
STS
1
0
0.00%
TS
2
1
4.35%
N
3
5
S
4
SS
5
Total
Mahasiswa Akuntansi
Total %
Responden % 0
0.00%
1
1.33%
21.74%
13
17.33%
12
52.17%
44
58.67%
5
21.74% 73.91%
17
22.67%
75
100%
23
100%
4.35%
Total %
1.33%
81.34%
Sumber: data primer yang telah diolah. Sebanyak 73.91% akuntan pendidik dan 81.34% mahasiswa akuntansi memiliki persepsi positif terhadap peran dan tanggung jawab Komite Audit dalam melakukan penelaahan program kerja dan fungsi dari internal audit perusahaan. Sedangkan sebanyak 4.35% akuntan pendidik dan 1.33% mahasiswa akuntansi memiliki persepsi yang negatif. Hal ini menunjukan
bahwa sebagian besar responden memiliki persepsi yang positif, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara persepsi akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi dalam mempersepsikan pernyataan tersebut. b) Komite Audit melakukan penelaahan terhadap pelaksanaan kerja audit internal. Tabel 4.22: Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (13) Akuntan Pendidik Skala PenilaianBobot
Jumlah Responden %
STS
1
0
0.00%
TS
2
0
0.00%
N
3
7
S
4
SS
5
Total
Total %
Mahasiswa Akuntansi Jumlah Responden % 0
0.00%
0
0.00%
30.44%
25
33.33%
13
56.52%
42
56.00%
3
13.04% 69.56%
8
10.67%
75
100%
23
100%
0.00%
Total %
0.00%
66.67%
Sumber: data primer yang telah diolah. Peran dan tanggung jawab Komite Audit dalam kaitannya dengan hubungan dengan auditor internal, Komite Audit harus melakukan penelaahan terhadap pelaksanaan kerja audit internal. Sebanyak 69.56% akuntan pendidik
dan 66.67% mahasiswa akuntansi memiliki persepsi yang positif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara persepsi akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi dalam mempersepsikan pernyataan tersebut.
c) Komite Audit berkonsultasi serta melakukan review atas segala rekomendasi yang diberikan oleh auditor internal. Tabel 4.23: Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (14) Akuntan Pendidik Skala PenilaianBobot
Jumlah Responden %
STS
1
0
0.00%
TS
2
1
4.35%
N
3
3
S
4
SS
5
Total
Total %
Mahasiswa Akuntansi Jumlah Responden %
Total %
0
0.00%
1
1.33%
13.04%
12
16.00%
15
65.22%
47
62.67%
4
17.39% 82.61%
15
20.00% 82.67%
23
100%
4.35%
75
1.33%
100%
Sumber: data primer yang telah diolah. Tabel 4.23 terlihat bahwa sebanyak 82.61% akuntan pendidik dan 82.67% mahasiswa akuntansi memiliki persepsi positif terhadap pernyataan Komite
Audit berkonsultasi serta melakukan review atas segala rekomendasi yang diberikan oleh auditor internal. Sedangkan sebanyak 4.35% akuntan pendidik dan 1.33% mahasiswa akuntansi memiliki persepsi yang negatif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara persepsi akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi dalam mempersepsikan pernyataan tersebut.
d) Komite Audit melakukan investigasi yang diperlukan terhadap kinerja auditor internal. Tabel 4.24: Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (15) Akuntan Pendidik Skala PenilaianBobot
Jumlah Responden %
STS
1
0
0.00%
TS
2
0
0.00%
N
3
4
S
4
SS
5
Total
Total %
Mahasiswa Akuntansi Jumlah Responden %
Total %
1
1.33%
1
1.33%
17.39%
18
24.00%
10
43.48%
38
50.67%
9
39.13%
17
22.67% 73.34%
23
100%
Sumber: data primer yang telah diolah.
0.00%
82.61%
75
100%
2.66%
Sebanyak 82.61% akuntan pendidik dan 73.34% mahasiswa akuntansi memiliki persepsi positif terhadap wewenang Komite Audit dalam melakukan investigasi yang diperlukan terhadap kinerja auditor internal. Sedangkan tidak ada akuntan pendidik memiliki persepsi negatif dan 2.66% mahasiswa akuntansi memiliki persepsi yang negatif. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki persepsi yang positif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara persepsi akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi dalam mempersepsikan pernyataan tersebut.
5. Laporan Keuangan dan Kebijakan Akuntansi a) Komite Audit memiliki pemahaman tentang analisis laporan keuangan. Tabel 4.25: Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (16) Akuntan Pendidik
Skala Penilaian Bobot
Jumlah
Jumlah
Responden %
STS
1
0
0.00%
TS
2
0
0.00%
N
3
2
S
4
SS
5
Total
Mahasiswa Akuntansi
Total %
Responden % 0
0.00%
0
0.00%
8.70%
7
9.34%
14
60.87%
46
61.33%
7
30.43% 91.30%
22
29.33%
75
100%
23
100%
Sumber: data primer yang telah diolah.
0.00%
Total %
0.00%
90.66%
Tabel 4.25 terlihat bahwa sebanyak 91.30% akuntan pendidik dan 90.66% mahasiswa akuntansi memiliki persepsi positif terhadap pernyataan tentang Komite Audit memiliki pemahaman tentang analisis laporan keuangan. Sedangkan tidah ada akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi yang memiliki persepsi negatif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara persepsi akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi dalam mempersepsikan pernyataan tersebut.
b) Komite Audit melakukan penelaahan terhadap informasi keuangan yang akan dikeluarkan oleh perusahaan. Tabel 4.26: Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (17) Akuntan Pendidik Skala
Jumlah
PenilaianBobot
Responden %
Jumlah
STS
1
0
0.00%
TS
2
0
0.00%
N
3
3
S
4
SS
5
Total
Mahasiswa Akuntansi
Total %
Responden % 0
0.00%
2
2.67%
13.04%
8
10.67%
13
56.52%
43
57.33%
7
30.43% 86.95%
22
29.33%
75
100%
23
100%
0.00%
Total %
2.67%
86.66%
Sumber: data primer yang telah diolah. Sebanyak 86.95% akuntan pendidik dan 86.66% mahasiswa akuntansi memiliki persepsi positif terhadap peran dan tanggung jawab Komite Audit
dalam melakukan penelaahan terhadap informasi keuangan yang akan dikeluarkan oleh perusahaan. Tidak ada akuntan pendidik yang memiliki persepsi negatif sedangkan sebanyak 2.67% mahasiswa akuntansi memiliki persepsi yang negatif. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki persepsi yang positif, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara persepsi akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi dalam mempersepsikan pernyataan tersebut.
c) Komite Audit melakukan penelaahan terhadap kebijakan akuntansi perusahaan dan keputusan yang menyangkut kebijaksanaan. Tabel 4.27: Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (18) Akuntan Pendidik Skala
Jumlah
PenilaianBobot
Responden %
Jumlah
STS
1
0
0.00%
TS
2
0
0.00%
N
3
6
S
4
SS
5
Total
Mahasiswa Akuntansi
Total %
Responden % 0
0.00%
0
0.00%
26.09%
13
17.34%
12
52.17%
46
61.33%
5
21.74% 73.91%
16
21.33%
75
100%
23
100%
0.00%
Total %
0.00%
82.66%
Sumber: data primer yang telah diolah. Peran dan tanggung jawab Komite Audit dalam kaitannya dengan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi, Komite Audit harus melakukan penelaahan
terhadap kebijakan akuntansi perusahaan dan keputusan yang menyangkut kebijaksanaan. Sebanyak 73.91% akuntan pendidik dan 82.66% mahasiswa akuntansi memiliki persepsi yang positif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara persepsi akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi dalam mempersepsikan pernyataan tersebut.
6. Penegakan Asas GCG a) Komite Audit menjaga keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan perusahaan. Tabel 4.28: Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (19) Akuntan Pendidik Skala
Jumlah
PenilaianBobot
Responden %
Jumlah
STS
1
0
0.00%
TS
2
0
0.00%
N
3
3
S
4
SS
5
Total
Mahasiswa Akuntansi
Total %
Responden % 0
0.00%
2
2.67%
13.04%
0
0.00%
15
65.22%
63
84.00%
5
21.74% 86.96%
10
13.33%
75
100%
23
100%
Sumber: data primer yang telah diolah.
0.00%
Total %
2.67%
97.33%
Tabel 4.28 tmenunjukan bahwa sebanyak 86.96% akuntan pendidik dan 97.33% mahasiswa akuntansi memiliki persepsi positif terhadap pernyataan Komite Audit menjaga keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan perusahaan. Tidak ada akuntan pendidik yang memiliki persepsi negatif sedangkan sebanyak 2.67% mahasiswa akuntansi memiliki persepsi yang negatif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara persepsi akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi dalam mempersepsikan pernyataan tersebut.
b) Komite
Audit
menjaga
keterbukaan
dalam
mengemukakan
informasi material dan relevan mengenai perusahaan. Tabel 4.29: Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (20) Akuntan Pendidik Skala
Jumlah
PenilaianBobot
Responden %
Mahasiswa Akuntansi Jumlah
Total %
Responden %
STS
1
0
0.00%
TS
2
0
0.00%
N
3
2
8.70%
11
14.67%
S
4
16
69.56%
37
49.33%
SS
5
5
21.74% 91.30%
27
36.00% 85.33%
Total
23
100%
Sumber: data primer yang telah diolah.
0.00%
0
0.00%
0
0.00%
Total %
75
100%
0.00%
Tabel 4.29 diatas dapat disimulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara persepsi akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi dalam mempersepsikan pernyataan tersebut. Sebanyak 91.30% akuntan pendidik dan 85.33% mahasiswa akuntansi memiliki persepsi positif terhadap peran dan tanggung
jawab
Komite
Audit
dalam
menjaga
keterbukaan
dalam
mengemukakan informasi material dan relevan mengenai perusahaan. Tidak ada akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi yang memiliki persepsi negatif.
c) Komite Audit memastikan suatu entitas telah dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan, pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Tabel 4.30: Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (21) Akuntan Pendidik Skala
Jumlah
PenilaianBobot
Responden %
Jumlah
STS
1
0
0.00%
TS
2
1
4.35%
N
3
3
S
4
SS
5
Total
Mahasiswa Akuntansi
Total %
Responden % 0
0.00%
3
4.00% 4.00%
13.04%
6
8.00%
13
56.52%
48
64.00%
6
26.09% 82.61%
18
24.00% 88.00%
23
100%
Sumber: data primer yang telah diolah.
4.35%
Total %
75
100%
Tidak jauh berbeda dengan tabel-tabel yang lain, bahwa tabel 4.30 menggambarkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara persepsi akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi dalam mempersepsikan pernyataan bahwa Komite Audit memastikan suatu entitas telah dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan, pemegang saham dan pemangku kepentingan lain.
d) Komite Audit memastikan perusahaan telah mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggungjawab terhadap masyarakat dan lingkungan bisnis. Tabel 4.31: Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (22) Akuntan Pendidik
Skala Penilaian Bobot
Jumlah
Mahasiswa Akuntansi Jumlah
Responden %
Total %
Responden %
STS
1
0
0.00%
TS
2
0
0.00%
N
3
4
17.39%
7
9.34%
S
4
12
52.17%
56
74.66%
SS
5
7
30.43% 82.60%
12
16.00% 90.66%
Total
23
100%
0.00%
0
0.00%
0
0.00%
Total %
75
0.00%
100%
Sumber: data primer yang telah diolah. Tabel 4.31 diatas dapat disimulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara persepsi akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi dalam
mempersepsikan pernyataan tersebut. Sebanyak 82.60% akuntan pendidik dan 90.66% mahasiswa akuntansi memiliki persepsi positif terhadap peran dan tanggung jawab Komite Audit dalam memastikan perusahaan telah mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggungjawab terhadap masyarakat dan lingkungan bisnis. Tidak ada akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi yang memiliki persepsi negatif.
e) Komite Audit memastikan emiten dikelola secara independen agar masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. Tabel 4.32: Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (23) Akuntan Pendidik Skala
Jumlah
PenilaianBobot
Responden %
Mahasiswa Akuntansi Jumlah
Total %
Responden %
STS
1
0
0.00%
TS
2
0
0.00%
N
3
2
8.70%
13
17.33%
S
4
15
65.22%
46
61.33%
SS
5
6
26.08% 91.30%
16
21.34% 82.67%
Total
23
100%
0.00%
0
0.00%
0
0.00%
Total %
75
0.00%
100%
Sumber: data primer yang telah diolah. Sebanyak 91.30% akuntan pendidik dan 82.67% mahasiswa akuntansi memiliki persepsi positif terhadap pernyataan bahwa Komite Audit
memastikan emiten dikelola secara independen agar masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. Sedangkan Tidak ada akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi yang memiliki persepsi negatif. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki persepsi yang positif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara persepsi akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi dalam mempersepsikan pernyataan tersebut. f) Komite Audit menjamin perlindungan hak-hak para pemegang saham, serta menjamin terlaksananya komitmen dengan para investor. Tabel 4.33: Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (24) Akuntan Pendidik Skala
Jumlah
PenilaianBobot
Responden %
Jumlah
STS
1
0
0.00%
TS
2
2
8.70%
N
3
3
S
4
SS
5
Total
Mahasiswa Akuntansi
Total %
Responden % 0
0.00%
0
0.00%
13.04%
18
24.00%
14
60.87%
44
58.67%
4
17.39% 78.26%
13
17.33%
75
100%
23
100%
8.70%
Total %
0.00%
76.00%
Sumber: data primer yang telah diolah. Tabel 4.33 terlihat bahwa sebanyak 78.26% akuntan pendidik dan 76% mahasiswa akuntansi memiliki persepsi positif terhadap pernyataan Komite
Audit menjamin perlindungan hak-hak para pemegang saham, serta menjamin terlaksananya komitmen dengan para investor. Tidak ada mahasiswa akuntansi yang memiliki persepsi negatif sedangkan sebanyak 8.70% akuntan pendidik memiliki persepsi yang negatif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara persepsi akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi dalam mempersepsikan pernyataan tersebut.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan bagi peneliti untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan persepsi antara akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi terhadap peranan Komite Audit dalam mewujudkan Good Corporate Governance. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan maka kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil uji Independent Sample T- test dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan persepsi yang signifikan antara akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi terhadap peranan Komite Audit dalam mewujudkan Good Corporate Governance. Sehingga Hipotesis nol yang
menyatakan
bahwa tidak ada perbedaan persepsi antara akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi terhadap peranan Komite Audit dalam mewujudkan Good Corporate Governance tidak dapat ditolak, 2. Pemahaman tentang sistem pengendalian perusahaan merupakan pernyataan yang paling disetujui oleh akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi. Seluruh akuntan pendidik menyatakan kesetujuannya, sedangkan mahasiswa hanya 2.67 % yang menyatakan tidak setuju. 3. Dalam analisis deskriptif, peneliti mencoba menguraikan persepsi dari setiap kelompok sesuai dengan setiap indikator yang ada dalam instrumen
penelitian, analisis ini dilakukan untuk memperkuat hipotesa yang telah didapatkan. Berdasarkan analisis deskriptif, tidak terdapat perbedaan persepsi yang signifikan antara akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi terhadap peranan Komite Audit dalam mewujudkan Good Corporate Governance.
B. Implikasi Berikut ini dikemukakan beberapa implikasi yang relevan dengan penelitian, implikasi tersebut antara lain: 1. Hasil pengujian hipotesis menyatakan bahwa hipotesis nol (Ho) tidak dapat ditolak yang berarti tidak terdapat perbedaan persepsi antara akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi terhadap peranan Komite Audit dalam mewujudkan Good Corporate Governance. Hal ini menunjukan bahwa proses kuliah berjalan dengan baik, dan ilmu yang diberikan oleh dosen dalam hal ini akuntan pendidik dapat diterima oleh mahasiswa. Dari gambaran ini ternyata mahasiswa memiliki gambaran yang sama dengan dosen mereka terhadap profesi mereka dimasa yang akan datang. 2. Persamaan persepsi yang ditunjukan dalam hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran secara umum bahwa ada kesesuaian antara materi yang diberikan oleh akuntan pendidik dengan apa yang ditangkap atau yang diterima oleh mahasiswa akuntansi. Akantetapi seiring dengan informasi yang terus berkembang perbaikan disetiap lini yang masih dinilai kurang dalam
hal pengetahuan tentang Komite Audit dan Good Corporate Governance masih harus dilakukan.
C. Saran 1. Bagi Akuntan Pendidik Bagi akuntan pendidik dapat mengevaluasi tentang penyampaian materi akuntansi dan auditing kepada para mahasiswa dan lebih banyak lagi membahas tentang Komite Audit dan Good Corporate Governance dalam perkuliahan. 2. Bagi Mahasiswa Untuk mahasiswa perlu mengetahui lebih banyak lagi tentang perkembangan Komite Audit dan isu tentang Good Corporate Governance, serta isu yang berkembang dalam profesi mereka di masa depan. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Untuk peneliti selanjutnya, sebaiknya tidak hanya mengidetifikasi ada tidaknya perbedaan persepsi antara akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi saja, melainkan juga membandingkan dengan akuntan publik, dan auditor internal, serta memperluas populasi penelitian, sehingga dapat lebih digeneralisasikan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Syukriy., dan Syukur Selamat., “Persepsi Mahasiswa Akuntansi Terhadap Profesi Akuntan Publik”, Media Riset Akuntansi, Auditing, dan Informasi, 2(1), 66-90, 2002. Alijoyo, F. Antonius., “Keberadaan dan Peran Komite Audit Dalam Rangka Implementasi GCG”, Seminar Nasional GCG- FKSPI BUMN/BUMD Wilayah Jawa Timur, Surabaya, 2003, Artikel diperoleh dari http://www.google .com Anonim., “Pengertian Persepsi”, Artikel diperoleh dari http://www.wikipedia.com. Aprilian, Rahil., “Analisis Persepsi Akuntan Pendidik Dan Mahasiswa Akuntansi Pada Peranan Akuntan Publik Dalam Audit Lingkungan”, Skripsi S1 UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008. Arens, Alvin A., Mark S Beasley, an Randal J. Elder. “Auditing and Assurance Services, An Integrated Approach, 12th Edition”, Pearson Education International, New Jersey, 2008.
Arifin., “Peranan Akuntan Dalam Menegakan Prinsip Good Corporate Governance Pada Perusahaan di Indonesia (Tinjauan Perspektif Keagenan)”, Pidato Pengukuhan Guru Besar. Universitas Diponegoro, Semarang, 2005. Departemen Pendidikan Nasional., “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, Balai Pustaka, Jakarta,2008. FCGI (Forum For Corporate Governance In Indonesia)., “Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance) The Essence Of Good Corporate Governance: Konsep dan Implementasi Perusahaan Publik dan Korporasi Indonesia”. Yayasan Pendidikan Pasar Modal Indonesia & Sinergy Communication, 2002. Ghozali, Imam., “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2006. Hamid, Abdul., “Buku Panduan Penulisan Skripsi”, FEIS Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2007. Hastuti, Theresia Dwi., “Hubungan Antara Good Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan Dengan Kinerja Keuangan (Studi Kasus pada Perusahaan yang Listing di Bursa Efek Jakarta)”, Simposium Nasional Akuntansi (SNA) VIII, 15-16 September, Solo, 2005. Herawaty, Arleen, dan Susiana., “Analisis Pengaruh Independensi, Mekanisme Corporate Governance, dan Kualitas Audit terhadap Integritas Laporan
Keuangan”, Simposium Nasional Akuntansi (SNA) X, 26-28 Juli, Unhas Makasar, 2007. Ikhsan, Arfan, dan Muhammad ishak., “Akuntansi Keperilakuan”, Salemba Empat, Jakarta, 2008. Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo., “Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen”, BPFE, Yogyakarta, 2005. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor: KEP-29/PM/2004 Tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit, Diperoleh dari http://www.bapepam.go.id. Komite Nasional Kebijakan Governance, “Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia”, Pedoman diperoleh dari http://www.google.com Martadi, Indiana Farid., dan Suranta, Sri., “Persepsi Akuntan, Mahasiswa Akutansi, Dan Karyawan Bagian Akutansi Dipandang Dari Segi Gender Terhadap Etika Bisnis Dan Etika Profesi (Studi Di Wilayah Surakarta)”, Simposium Nasional Akuntansi (SNA) IX, 23-26 Agustus, Padang, 2006. Muhammad, Den Muqita., “Peranan Komite Audit Dalam Mewujudkan Good Corporate Governance (Studi Kasus pada PT. Kereta Api Persero)”. Skripsi S1 Universitas Widyatama, Bandung, 2007. Nurita, dan Radianto WED., “Persepsi Mahasiswa Akuntansi Terhadap Etika Penyusunan Laporan Keuangan”, The 2nd National Converences UKWMS, 6 September, Surabaya, 2008. Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/14/PBI/2006 Tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 Tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum, Diperoleh dari http://www.bi.go.id.
Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-05/MBU/2006 Tentang Komite Audit Bagi Badan Usaha Milik Negara, Diperoleh dari http://www.bapepam.go.id. Pratolo, Suryo., “Good Corporate Governance dan Kinerja BUMN di Indonesia: Aspek Audit Manajemen dan Pengendalian Intern Sebagai Variabel Eksogen Serta Tinjauannya Pada Jenis Perusahaan”, Simposium Nasional Akuntansi (SNA) X, 26-28 Juli, Unhas Makasar, 2007. Rakhmat, Jalaludin., “Psikologi Komunikasi”, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2008.
Sanjaya, I Putu Sugiartha., “Peranan Komite Audit Dalam Good Corporate Governance”, Jurnal Ekonomi Vol. XV No.40 Nop-Des, Yogyakarta, 2005. Suryana, Agung., “Pengaruh Komite Audit Terhadap Kualitas Laba”, Simposium Nasional Akuntansi (SNA) VIII, 15-16 September, Solo, 2005. Tunggal, Amin Wijaya., “Komite Audit (Audit Committee)”, Harvarindo, Jakarta, 2009. UNDP., “Peran Auditor dalam perwujudan Good Governance”, diperoleh dari http://www.google.com. Utama, Marta., “Komite Audit, Good Corporate Governance dan Pengungkapan Informasi”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia Vol. 1 Departemen Akuntansi FEUI, Jakarta, 2004. Uyanto, Stanislaus S., “Pedoman Analisis Data Dengan SPSS”, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2009. Wahyono, Teguh., “25 Model Analisis Statistik Dengan SPSS 17”, PT. Elex Media Komputerindo, Jakarta, 2009. Zamroni, Oni,. “Persepsi Mahasiswa Terhadap Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Independensi Penampilan Akuntan Publik”, Skripsi S1 UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2006.
Lampiran:2
KUESIONER
PERSEPSI AKUNTAN PENDIDIK DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP PERAN KOMITE AUDIT DALAM MEWUJUDKAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE
Oleh: SYARIF MUFDHOLI R. (105082002641)
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/ 2010 M
DAFTAR KUISIONER
Kepada: Yth. Bapak/Ibu Dosen Jurusan Akuntansi Di Tempat
Assalamualaikum Wr. Wb Dengan hormat, Saya adalah mahasiswa Program Strata Satu (S1) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang sedang menyusun skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (SE), dengan ini, saya:
Nama
: Syarif Mufdholi Ridho
NIM
: 105082002641
Jurusan
: Akuntansi
Mengharapkan kesedian Bapak/Ibu untuk mengisi kuesioner ini dengan lengkap. Kuesioner ini akan dijadikan data dalam penelitian saya. Oleh karena itu, Bapak/Ibu diminta dan diharapkan membacanya dengan teliti dan menjawabnya dengan lengkap. Segala informasi yang diperoleh dari kuesioner ini semata-mata hanya untuk tujuan penelitian yang bersifat ilmiah. Atas perhatian dan partisipasi Bapak/Ibu, saya ucapkan banyak terima kasih. Mohon maaf atas waktu Anda yang telah saya gunakan.
Hormat Saya, Peneliti
Syarif Mufdholi Ridho
DAFTAR KUISIONER
Kepada: Yth. Mahasiswa Jurusan Akuntansi Di Tempat
Assalamualaikum Wr. Wb Dengan hormat, Saya adalah mahasiswa Program Strata Satu (S1) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang sedang menyusun skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (SE), dengan ini, saya:
Nama
: Syarif Mufdholi Ridho
NIM
: 105082002641
Jurusan
: Akuntansi
Mengharapkan kesedian kawan-kawan mahasiswa untuk mengisi kuesioner ini dengan lengkap. Kuesioner ini akan dijadikan data dalam penelitian saya. Oleh karena itu, kawan-kawan mahasiswa diminta dan diharapkan membacanya dengan teliti dan menjawabnya dengan lengkap. Segala informasi yang diperoleh dari kuesioner ini semata-mata hanya untuk tujuan penelitian yang bersifat ilmiah. Atas perhatian dan partisipasinya, saya ucapkan banyak terima kasih. Mohon maaf atas waktu Anda yang telah saya gunakan.
Hormat Saya, Peneliti
Syarif Mufdholi Ridho
BAGIAN I LATAR BELAKANG RESPONDEN 1. Jenis Kelamin
:
Laki-laki Perempuan
2. Pekerjaan
:
Mahasiswa semester (…………………..) Akuntan Pendidik.
3. Perguruan tinggi
: …………………..
BAGIAN II Pada bagian berkut
ini, anda diminta untuk menujukan tingkat kesetujuan anda
dengan tiap pernyataan tentang “Peran Komite Audit dalam Mewujudkan Good Corporate Governance”, isilah jawaban anda pada kotak pilihan jawaban dengan memberi tanda ( √ ) pada kolom jawaban yang anda rasa paling sesuai/tepat. Berikut ini arti dari masing-masing kotak jawaban. STS = Sangat Tidak Setuju TS
= Tidak Setuju
N
= Netral
S
= Setuju
SS = Sangat Setuju
No
Pertanyaan
A. Risiko Usaha dan Keuangan Komite Audit harus memiliki pemahaman tentang 1
aktivitas bisnis perusahaan. Komite Audit menelaah ketaatan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan dibidang
2
pasar modal dan peraturan perundang-undangan lainnya yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan.
STS
TS
N
S
SS
Komite audit 3
melakukan penilaian kembali
terhadap investasi perusahaan.
B. Sistem dan Pengendalian Internal
STS
TS
N
S
SS
STS
TS
N
S
SS
STS
TS
N
S
SS
Komite Audit harus melakukan penilaian atas 4
kebijakan akuntansi dan keputusan-keputusan yang menyangkut kebijaksanaan. Komite Audit dapat menciptakan iklim disiplin
5
dan kontrol yang akan mengurangi kemungkinan penyelewengan-penyelewengan. Pemahaman tentang keuangan dan pembelanjaan
6
perusahaan harus dimiliki Komite Audit. Komite Audit memiliki pemahaman tentang
7
sistem pengendalian perusahaan dengan baik dan cermat.
C. Hubungan dengan Auditor Eksternal Komite Audit memberikan rekomendasi tentang 8
pengangkatan
dan/atau
penggantian
auditor
eksternal. Komite Audit meninjau lingkup dan perencanaan 9
audit eksternal. Komite Audit berkonsultasi serta membahas hasil
10
audit laporan keuangan dengan auditor eksternal.
Komite 11
Audit
memastikan
bahwa
auditor
eksternal bekerja sesuai standar profesional yang
bersangkutan,
khususnya
dalam
hubungan
independensi. D. Hubungan dengan Auditor Internal
STS
TS
N
S
SS
STS
TS
N
S
SS
STS
TS
N
S
SS
Komite Audit melakukan penelaahan program 12
kerja dan fungsi dari internal audit perusahaan. Komite Audit melakukan penelaahan terhadap
13
pelaksanaan kerja audit internal. Komite Audit berkonsultasi serta melakukan
14
review atas segala rekomendasi yang diberikan oleh auditor internal. Komite
15
Audit
melakukan
investigasi
yang
diperlukan terhadap kinerja auditor internal.
E. Laporan Keuangan dan Kebijakan Akuntansi Komite Audit memiliki pemahaman tentang 16
analisis laporan keuangan. Komite Audit melakukan penelaahan terhadap
17
informasi keuangan yang akan dikeluarkan oleh perusahaan. Komite Audit melakukan penelaahan terhadap
18
kebijakan akuntansi perusahaan dan keputusan yang menyangkut kebijaksanaan.
F. Penegakan Asas GCG Komite 19
Audit
menjaga
melaksanakan proses
keterbukaan
dalam
pengambilan keputusan
perusahaan 20
Komite
Audit
menjaga
keterbukaan
dalam
mengemukakan
informasi material dan relevan
mengenai perusahaan. Komite Audit memastikan suatu entitas telah dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan 21
kepentingan perusahaan, pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. STS Komite Audit memastikan perusahaan telah mematuhi peraturan perundang-undangan serta
22
melaksanakan
tanggungjawab
terhadap
masyarakat dan lingkungan bisnis. Komite Audit memastikan emiten dikelola secara independen agar masing-masing organ perusahaan 23
tidak
saling
mendominasi dan tidak dapat
diintervensi oleh pihak lain. Komite Audit menjamin perlindungan hak-hak 24
para
pemegang
saham,
serta
menjamin
terlaksananya komitmen dengan para investor.
TS
N
S
SS
Lampiran 3: Hasil Jawaban Akuntan Pendidik RESPONDEN
Q1
Q2
Q3
Q4
Q5
Q6
Q7
Q8
Q9
Q10
Q11
Q12
Q13
Q14
Q15
Q16
Q17
Q18
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
4
4
4
5
5
4
5
3
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
5
4
4
5
5
4
4
4
5
4
5
4
5
5
5
4
4
4
3
5
5
4
3
4
4
4
4
3
4
5
4
4
5
4
4
3
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
5
5
4
4
5
5
4
2
2
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
3
4
4
4
4
4
4
3
4
5
5
5
5
5
5
5
5
5
4
5
5
5
5
5
5
3
4
4
4
4
5
4
3
3
5
5
4
4
4
4
5
2
4
4
3
4
4
4
5
5
4
4
4
4
2
4
4
4
4
2
2
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
5
5
5
5
3
5
5
5
4
4
3
4
5
4
5
4
4
5
5
5
4
4
4
5
5
5
5
5
4
5
5
5
4
4
3
4
4
4
4
4
3
3
4
4
4
3
3
4
4
4
3
3
4
4
3
3
4
4
3
4
3
3
3
4
5
4
4
3
3
3
4
4
3
3
4
4
3
4
3
3
3
4
5
4
4
3
3
3
4
4
3
3
4
4
3
4
3
3
3
4
5
3
3
3
3
3
4
4
3
3
4
4
3
4
3
3
3
4
5
3
3
3
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
3
3
5
5
4
4
4
4
4
4
5
5
4
4
4
5
4
3
4
4
4
4
4
20 21 22 23 total
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
5
3
5
5
1
4
5
3
2
4
2
4
5
4
3
4
4
4
5
5
5
4
4
4
3
4
4
4
3
4
4
5
4
89
91
90
88
91
97
97
96
91
94 93 88 97 94 96 100 85 83
Lampiran 4: Hasil Jawaban Mahasiswa Akuntansi RESPONDEN Q1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Q2
Q3
Q4
Q5
Q6
Q7
Q8
Q9
Q10
Q11
Q12
Q13
Q14
Q15
Q16
Q1
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
3
4
4
4
4
4
5
5
4
4
4
4
5
4
3
4
5
5
4
4
5
4
5
4
5
3
4
3
3
4
2
4
4
4
5
3
4
3
4
4
5
5
4
4
4
4
4
3
3
4
4
3
3
3
4
4
4
5
5
5
3
4
3
4
5
4
3
4
4
3
4
3
4
4
4
4
4
4
5
5
4
5
5
3
5
4
3
4
3
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
3
4
2
4
4
4
4
4
4
5
4
4
5
5
5
4
4
4
4
5
5
4
5
4
5
5
4
5
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
5
4
4
4
5
1
2
3
3
3
1
1
5
5
5
5
5
5
3
4
4
4
5
5
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
3
4
4
4
3
5
4
4
5
5
4
4
5
5
5
5
5
4
5
3
4
5
5
5
5
5
4
5
5
4
5
5
5
4
5
4
4
5
4
4
4
4
5
4
4
5
4
5
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
3
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
3
4
4
4
3
4
4
4
4
5
5
5
5
5
5
5
4
4
4
4
4
4
4
5
5
4
4
3
3
4
4
3
5
4
4
4
4
4
3
3
2
4
3
5
4
3
5
4
4
5
5
5
4
5
5
4
4
4
5
5
4 4 4 4 4 4 5 5
4 4 4 4 4 4 5 5
4 5 2 4 5 4 4 5
4 4 4 4 4 4 5 5
3 4 4 4 4 3 4 4
3 5 4 3 5 3 4 5
4 5 4 4 5 4 4 5
5 5 4 4 5 5 3 3
3 5 3 4 5 3 3 3
4 5 3 3 5 4 4 4
3 5 4 5 5 3 4 4
4 4 4 3 4 4 4 5
4 4 4 4 4 4 3 4
4 5 3 5 5 4 3 5
3 5 4 4 5 3 3 3
3 5 4 4 5 3 3 5
3 5 2 4 5 3 4 5
29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66
4 5 5
3 4 4
5 3 3
4 5 4
3 5 5
4 5 4
4 4 4
3 3 3
4 3 4
4 3 3
4 4 4
4 5 4
4 5 4
5 5 4
4 5 4
5 5 4
5 5 4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
3
4
4
4
4
4
5
5
4
4
4
4
5
5
3
4
5
5
4
4
4
4
5
4
5
3
4
3
3
4
4
4
2
4
5
3
4
3
4
4
5
5
4
4
4
4
4
3
3
4
4
3
3
3
4
4
4
5
5
5
3
4
3
4
4
4
3
4
4
3
4
3
4
4
4
4
4
4
5
5
4
4
5
5
5
4
3
4
5
4
4
4
4
4
3
4
4
4
3
3
4
2
4
4
4
4
4
4
5
4
4
5
5
5
4
4
4
5
5
5
4
5
5
5
5
4
5
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
5
4
4
4
5
4
4
2
4
4
4
4
3
3
4
4
4
4
3
4
4
2
4
4
4
4
4
3
4
4
4
3
5
3
4
5
3
4
4
4
4
5
4
4
5
5
4
5
5
5
4
4
5
5
5
5
4
4
4
4
3
3
4
4
3
3
3
4
4
4
3
3
3
5
5
4
5
4
4
4
3
3
4
4
4
3
3
4
3
4
5
5
5
5
4
5
5
5
3
5
4
5
4
5
5
5
5
4
3
5
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
5
5
3
3
4
4
3
3
4
3
3
3
3
3
3
4
3
4
4
3
3
4
4
3
3
4
3
3
3
3
3
3
4
3
4
4
3
3
4
4
3
3
4
4
3
2
3
3
3
4
5
3
3
3
3
4
4
3
3
4
5
3
3
3
3
3
4
3
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
5
5
4
4
4
4
4
5
5
4
4
5
5
4
3
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
4
4
4
4
4
4
4
5
3
5
5
5
4
5
3
2
4
2
5
5
4
4
4
4
5
5
5
4
4
4
5
4
4
4
3
5
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
3
4
4
4
4
4
5
5
4
4
4
4
5
5
3
4
5
5
4
4
4
4
5
4
5
3
4
3
3
4
4
4
3
4
5
3
4
3
4
4
5
5
4
4
4
4
4
3
3
4
4
3
3
3
4
4
4
5
5
5
3
4
3
4
4
4
3
4
4
3
4
3
4
4
4
4
4
4
5
5
4
4
5
5
5
4
3
4
5
4
4
4
4
4
3
4
4
4
3
3
4
2
4
4
4
4
4
4
5
4
4
5
5
5
4
4
4
5
5
5
4
5
4
5
5
4
5
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
5
4
4
4
5
67 68 69 70 71 72 73 74 75 total
1
2
3
3
3
1
1
4
5
1
5
5
5
3
1
4
4
5
5
4
4
3
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
3
4
4
4
4
4
3
4
2
4
4
3
4
5
4
3
5
4
4
5
5
4
4
4
5
4
5
5
4
5
4
4
5
5
5
5
5
4
5
5
5
5
5
5
4
5
4
5
5
4
4
4
4
5
4
4
5
4
5
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
3
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
3
3
4
4
4
3
4
4
4
4
5
5
5
5
5
5
5
5
4
5
4
4
4
4
5
5
4
317 312 297 311 294 297 312 301 287 292
308 302 283 301 294 315 31
Lampiran 5: Hasil Jawaban Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi RESPONDEN
Q1
Q2
Q3
Q4
Q5
Q6
Q7
Q8
Q9
Q10
Q11
Q12
Q13
Q14
Q15
Q16
Q1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
4
4
4
5
5
4
5
3
4
4
5
4
4
4
4
4
4
5
4
4
5
4
4
5
5
4
4
4
5
4
5
4
5
5
4
4
4
3
5
5
4
3
4
4
4
4
3
4
5
4
4
4
4
3
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
5
5
4
4
5
5
4
2
2
5
5
5
5
5
5
5
5
5
3
4
4
4
4
4
4
3
4
5
5
5
5
5
5
5
5
4
5
5
5
5
5
5
3
4
4
4
4
5
4
3
5
5
4
4
4
4
5
2
4
4
3
4
4
4
5
5
4
4
4
2
4
4
4
4
2
2
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
5
5
5
5
3
5
5
5
4
4
3
4
5
5
4
4
5
5
5
4
4
4
5
5
5
5
5
4
5
5
4
4
3
4
4
4
4
4
3
3
4
4
4
3
3
4
4
3
3
4
4
3
3
4
4
3
4
3
3
3
4
5
4
4
3
3
4
4
3
3
4
4
3
4
3
3
3
4
5
4
4
3
3
4
4
3
3
4
4
3
4
3
3
3
4
5
3
3
3
3
4
4
3
3
4
4
3
4
3
3
3
4
5
3
3
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
3
3
5
5
4
4
4
4
4
5
5
4
4
4
5
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
4
4
4
4
22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59
4
4
4
5
3
5
5
1
4
5
3
2
4
2
4
5
4
4
4
4
5
5
5
4
4
4
3
4
4
4
3
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
3
4
4
4
4
4
5
5
4
4
4
4
5
4
3
4
5
5
4
4
5
4
5
4
5
3
4
3
3
4
2
4
4
4
5
3
4
3
4
4
5
5
4
4
4
4
4
3
3
4
4
3
3
3
4
4
4
5
5
5
3
4
3
4
5
4
3
4
4
3
4
3
4
4
4
4
4
4
5
5
4
5
5
3
5
4
3
4
3
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
3
4
2
4
4
4
4
4
4
5
4
4
5
5
5
4
4
4
4
5
5
4
5
4
5
5
4
5
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
5
4
4
4
5
1
2
3
3
3
1
1
5
5
5
5
5
5
3
4
4
4
5
5
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
3
4
4
4
3
5
4
4
5
5
4
4
5
5
5
5
5
4
5
3
4
5
5
5
5
5
4
5
5
4
5
5
5
4
5
4
4
5
4
4
4
4
5
4
4
5
4
5
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
3
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
3
4
4
4
3
4
4
4
4
5
5
5
5
5
5
5
4
4
4
4
4
4
4
5
5
4
4
3
3
4
4
3
5
4
4
4
4
4
3
3
2
4
3
5
4
3
5
4
4
5
5
5
4
5
5
4
4
4
5
5
4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 5
4 4 4 4 4 4 5 5 3 4 4
4 5 2 4 5 4 4 5 5 3 3
4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 4
3 4 4 4 4 3 4 4 3 5 5
3 5 4 3 5 3 4 5 4 5 4
4 5 4 4 5 4 4 5 4 4 4
5 5 4 4 5 5 3 3 3 3 3
3 5 3 4 5 3 3 3 4 3 4
4 5 3 3 5 4 4 4 4 3 3
3 5 4 5 5 3 4 4 4 4 4
4 4 4 3 4 4 4 5 4 5 4
4 4 4 4 4 4 3 4 4 5 4
4 5 3 5 5 4 3 5 5 5 4
3 5 4 4 5 3 3 3 4 5 4
3 5 4 4 5 3 3 5 5 5 4
3 5 2 4 5 3 4 5 5 5 4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
3
4
4
4
4
4
5
5
4
4
4
4
5
5
3
4
5
5
4
4
4
4
5
4
5
3
4
3
3
4
4
4
2
4
5
3
4
3
4
4
5
5
4
4
4
4
4
3
3
4
4
3
3
3
4
4
4
5
5
5
3
4
3
4
4
4
3
4
4
3
4
3
4
4
60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97
4
4
4
4
5
5
4
4
5
5
5
4
3
4
5
4
4
4
4
4
3
4
4
4
3
3
4
2
4
4
4
4
4
4
5
4
4
5
5
5
4
4
4
5
5
5
4
5
5
5
5
4
5
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
5
4
4
4
5
4
4
2
4
4
4
4
3
3
4
4
4
4
3
4
4
2
4
4
4
4
4
3
4
4
4
3
5
3
4
5
3
4
4
4
4
5
4
4
5
5
4
5
5
5
4
4
5
5
5
5
4
4
4
4
3
3
4
4
3
3
3
4
4
4
3
3
3
5
5
4
5
4
4
4
3
3
4
4
4
3
3
4
3
4
5
5
5
5
4
5
5
5
3
5
4
5
4
5
5
5
5
4
3
5
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
5
5
3
3
4
4
3
3
4
3
3
3
3
3
3
4
3
4
4
3
3
4
4
3
3
4
3
3
3
3
3
3
4
3
4
4
3
3
4
4
3
3
4
4
3
2
3
3
3
4
5
3
3
3
3
4
4
3
3
4
5
3
3
3
3
3
4
3
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
5
5
4
4
4
4
4
5
5
4
4
5
5
4
3
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
4
4
4
4
4
4
4
5
3
5
5
5
4
5
3
2
4
2
5
5
4
4
4
4
5
5
5
4
4
4
5
4
4
4
3
5
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
3
4
4
4
4
4
5
5
4
4
4
4
5
5
3
4
5
5
4
4
4
4
5
4
5
3
4
3
3
4
4
4
3
4
5
3
4
3
4
4
5
5
4
4
4
4
4
3
3
4
4
3
3
3
4
4
4
5
5
5
3
4
3
4
4
4
3
4
4
3
4
3
4
4
4
4
4
4
5
5
4
4
5
5
5
4
3
4
5
4
4
4
4
4
3
4
4
4
3
3
4
2
4
4
4
4
4
4
5
4
4
5
5
5
4
4
4
5
5
5
4
5
4
5
5
4
5
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
5
4
4
4
5
1
2
3
3
3
1
1
4
5
1
5
5
5
3
1
4
4
5
5
4
4
3
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
3
4
4
4
4
4
3
4
2
4
4
3
4
5
4
3
5
4
4
5
5
4
4
4
5
4
5
5
4
5
4
4
5
5
5
5
5
4
5
5
5
5
5
5
4
5
4
5
5
4
4
4
4
5
4
4
5
4
5
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
3
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
3
3
4
4
4
3
4
4
4
4
98
5
5
5
5
5
5
5
5
4
5
4
4
411 405 385 408 388 393 412 386 370 381 399
4
4
5
5
4
392 371 392 391 412 40
Lampiran 9: Hasil Uji Normalitas Case Processing Summary Cases Valid group Peran Komite Audit dalam Mewujudkan GCG
N
Missing
Percent
N
Total
Percent
N
Per
Akuntan Pendidik
23
100.0%
0
.0%
23
1
Mahasiswa Akuntansi
75
100.0%
0
.0%
75
1
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova group Peran Komite Audit dalam Mewujudkan GCG
Statistic
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
S
Akuntan Pendidik
.094
23
.200*
.968
23
Mahasiswa Akuntansi
.080
75
.200*
.971
75
a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
Lampiran 6: Uji Reliabilitas Case Processing Summary N Cases
Valid
% 98
100.0
0
.0
98
100.0
Excludeda Total
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Cronbach's
Standardized
Alpha
Items .882
N of Items .885
24
Scale Statistics Mean 96.83
Variance 72.949
Std. Deviation 8.541
N of Items 24
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
Q1
4.19
.755
98
Q2
4.13
.713
98
Q3
3.93
.662
98
Q4
4.16
.569
98
Q5
3.96
.672
98
Q6
4.01
.819
98
Q7
4.20
.642
98
Q8
3.94
.810
98
Q9
3.78
.740
98
Q10
3.89
.798
98
Q11
4.07
.736
98
Q12
4.00
.703
98
Q13
3.79
.630
98
Q14
4.00
.658
98
Q15
3.99
.793
98
Q16
4.20
.591
98
Q17
4.14
.689
98
Q18
4.02
.642
98
Q19
4.08
.511
98
Q20
4.19
.653
98
Q21
4.07
.707
98
Q22
4.08
.550
98
Q23
4.07
.613
98
Q24
3.92
.684
98