ISSN : 2089-6549
PERPUSTAKAAN SEBAGAI WAHANA TERAPI YANG RAMAH DISABILITAS: Implementasi Biblioterapi di Perpustakaan Lingkungan Pendidikan Oleh: Susanti Agustina Universitas Pendidikan Indonesia
[email protected]
ABSTRAK
Biblioterapi salah satu metode terapi menggunakan media buku untuk rehabilitasi bagi klien panti sosial. Biblioterapi merupakan salah satu pengembangan pelayanan perpustakaan sebagai wahana terapi bagi masyarakat dengan berbagai latar belakang sosial budaya tanpa memandang keterbatasan fisik dan mental. Perpustakaan di lingkungan pendidikan menerapkan layanan biblioterapi yang ramah disabilitas bertujuan mendukung misi pendidikan untuk semua. Layanan biblioterapi di Indonesia masih menjadi hal baru, untuk itu kajian ini bermaksud membangun pemahaman yang menyeluruh tentang apa dan bagaimana biblioterapi, serta siapa yang melakukan biblioterapi di perpustakaan lingkungan pendidikan. Para tenaga perpustakaan maupun pustakawan di lingkungan pendidikan diharapkan mampu mengembangkan dan mengimplementasikan layanan biblioterapi bagi masyarakat. Terdapat enam tahapan implementasi biblioterapi yang ramah disabilitas di perpustakaan, pertama terkait pengembangan tata gedung perpustakaan yang ramah disabilitas; kedua pengembangan layanan perpustakaan; ketiga pengembangan pengadaan koleksi yang relevan untuk biblioterapi; keempat pengembangan pengolahan koleksi biblioterapi; kelima pengembangan SDM meliputi kualifikasi dan kompetensi tenaga teknis perpustakaan dan pustakawan yang berperan sebagai biblioterapist, Keenam manajemen dan praktik layanan biblioterapi di perpustakaan ramah disabilitas untuk membantu klien secara inklusif. Kata kunci: perpustakaan khusus, biblioterapi, biblioterapist, disabilitas, perpustakaan sekolah, pendidikan
EduLib – Susanti Agustina
| 122
EduLib, Vol 1, No.2 November 2014
perpustakaan
A. PENDAHULUAN
kemensos
berupaya
mengumpulkan dan mengelola sumber
P
informasi
bidang
sebagai Unit Pelaksana Teknis
layanan
informasi
Kementrian Sosial RI, berjumlah
meningkatkan
45 UPT Perpustakaan dan tersebar
pengembangan
di 21 propinsi di Indonesia. UPT
mengembangkan
Perpustakaan Kemensos berada di
pustaka terapi.
erpustakaan
Kementrian
Sosial
sosial,
memberikan
bidang
jejaring
sosial,
kerja
dalam
perpustakaan, layanan
dan
bahan
Sebagai upaya untuk memerkuat
bawah Balai Besar Diklat unit Badiklit Kemensos dan panti serta Balai di bawah
peran
Ditjen
UPT
mendukung kinerja lembaga Kementrian
masuk
dalam
Sosial, maka perlu adanya pembinaan dan
khusus
yang
pengembangan perpustakaan di lingkungan
Rehabilitasi
Perpustakaan kategori
Sosial.
Kemensos
perpustakaan
perpustakaan
Kemensos
didirikan guna menunjang kegiatan di
pendidikan
masing-masing
juga
kesejahteraan sosial dan wahana terapi
perpustakaan
yang ramah disabilitas. Upaya tersebut
Kemensos memiliki Tugas pokok dan
dapat menjadi pilot project sekaligus
fungsi antara lain, menunjang tugas-tugas
pelopor penerapan perpustakaan ramah
pegawai, melayani para klien di panti sosial
disabilitas
dalam proses rehabilitasi sosial, juga
biblioterapi bagi klien panti rehabilitasi dan
masyarakat yang memerlukan informasi
pemustaka umum. Mengingat di Indonesia
terkait
belum ada perpustakaan percontohan yang
masyarakat
UPT
umum.
layanan
dan UPT
UPT
Balai
dan
program
Pada praktiknya UPT perpustakaan
sebagai sosial
telah
pusat
menjalankan
informasi
dan
wahana
menjalankan
misi
manajemen,
pengadaan,
pustakawan.
informasi
menerapkan
layanan
lingkungan pendidikan inklusi yang ramah disabilitas,
terlebih
biblioterapi
yang
untuk masih
pelayanan asing
bagi
masyarakat di Indonesia. Bila perpustakaan di lingkungan
yaitu
pendidikan berhasil mengimplementasikan
pengolahan,
perpustakaan ramah disabilitas beserta
umumnya,
peningkatan
Sebagai
dengan
sebagaimana
pada
dan
visinya
kesejahteraan
terapi,
perpustakaan
pelayanan
yang
pusat
secara serius memerhatikan perpustakaan di
Kementrian Sosial.
Kemensos
sebagai
dalam
wahana
profesi
pengembangan
terapi,
tentu akan sangat membantu perpustakaan-
perpustakaan Kemensos RI bersama UPT
perpustakaan
layanan
biblioterapinya,
kementrian
PERPUSTAKAAN SEBAGAI WAHANA TERAPAPI YANG RAMAH DISABILITAS
sosial
di
| 123
ISSN : 2089-6549
Pustakawan
Indonesia. Mulai dari perpustakaan umum, perpustakaan
sekolah,
perpustakaan
sebagai
mengambil
biblioterapist
(orang
peran yang
perguruan tinggi maupun perpustakaan
melakukan biblioterapi) untuk membantu
khusus sejenis lainnya untuk bersama-sama
pasien, klien dan masyarakat secara luas
mewujudkan
dalam menyembuhkan atau meringankan
pendidikan
untuk
semua
(education for all), sebuah perpustakaan
beban
penderitaan
pasien
melalui
inklusif yang ramah disabilitas.
penyediaan bahan bacaan dan sekaligus membimbing penggunaannya. Perawatan pasien lewat konsultasi
Latar Belakang Biblioterapi hingga 2014 ini masih
dan mengarahkan dan mencarikan bacaan
belum populer di tengah masyarakat.
yang dianggap tepat bagi klien. Hal
Padahal di Barat sejak 1970 - 1980an
menarik, bahwa jika pada klien atau pasien
perpustakaan rumah sakit sudah mulai
yang masih mampu menyerap informasi
memikirkan layanan biblioterapi bagi para
bahan
pasien yang rawat inap, tidak hanya untuk
membacanya
para staf rumah sakit semata. Pustakawan
membimbingnya diskusi bersama. Berbeda
di Rumah sakit tersebut berpikir bahwa
dengan mereka klien pada umumnya, bagi
pasien merupakan bagian dari layanannya
para
sekaligus
bentuk
membutuhkan bantuan khusus (disable
kepedulian terhadap masyarakat sebagai
people) adalah dengan cara dibantu melalui
pertanggunganjawab
program layanan yang disebut "Guide to
sebagai
salah
satu
sosial
(social
bacaan
dipersilakan sendiri,
disabilitas
(bantuan
atau
untuk kemudian
seseorang
membaca)
yang
responsibillity ) atau dikenal sebagai
Read"
yang
layanan sosial (social service).
kegiatannya dilaksanakan secara mingguan,
Layanan dimaksud, lebih mengarah
seperti baca puisi, prosa, bacaan pilihan
kepada bantuan dan bimbingan bagi para
juga dibantu dengan keberadaan permainan
pasien
mendidik yang menarik dan berguna
untuk
meringankan
beban
penderitaannya. Karena sifatnya memberi bimbingan untuk membaca bacaan guna
(educative games ). Bagi
kelompok
khusus
(sub-
meringankan beban penderitaannya, maka
group), yaitu disable people (kelompok
disebut "Bibliotherapy" atau terapi lewat
pasien yang berkebutuhan khusus ) ada
buku yang selanjutnya disebut " Reading
lima kelompok pasien yang dikategorikan
Therapy" terapi menggunakan literatur
sebagai " disable people" , yaitu: mereka
(Clarke, 1990, p.49 ).
yang memunyai keterbatasan penglihatan, pendengaran, fisik, sakit mental ( gangguan
EduLib – Susanti Agustina
| 124
EduLib, Vol 1, No.2 November 2014
jiwa ) dan keterbelakangan mental. Reading
Advisory Service" ( Bimbinan pembaca ),
therapy dapat mencakup bagi seluruh klien
sedangkan
baik bagi klien biasa, anak-anak, dan
maupun khusus, lewat program pelayanan
mereka yang berkebutuhan khusus.
sosial (Social Service ) yang merupakan
Sebagai contoh kasus bagi mereka yang mendapat gangguan jiwa ( stres ) dari berbagai
penyebab,
bagi
perpustakaan
umum
program dinas sosial menangani berbagai penyakit sosial. Contoh kasus mengapa Bimbingan
pendekatan
penanganannya dilakukan secara individual
Konseling
atau perorangan, namun apabila kadarnya
lembaga
sama dapat dilakukan melalui kelompok
perubahan perilaku pada klien, salah satu
kecil (3) orang pasien. Bagi mereka yang
penyebabnya adalah terapist tidak menggali
mendapat gangguan psikologi gangguan
akar permasalahannya, konseling lebih
ringan
dengan
kepada tindakan sesaat tanpa bermaksud
berkolaborasi antara pustakawan, psikolog,
menyelesaikan akar permasalahan sebagai
dan dokter psikiater.
inti dari munculnya berbagai keluhan
dapat
dilakukan
Pustakawan menyediakan bacaan,
di
berbagai
pendidikan
institusi
gagal
atau
membawa
perilaku stres dan depresi tersebut.
psikolog, mencari akar penyebab timbulnya
Terapis
gangguan
cara
menekankan pada hukuman atau pemberian
pengobatannya. Akan tetapi untuk kasus
nasihat-nasihat, yang sesungguhnya tidak
tertentu pustakawan dapat melakukannya
efektif. Mengapa tidak efektif? Sebab tidak
sendiri
catatan
diketahui akar permasalahannya di samping
medisnya kepada bagian rekam medis
jiwa manusia yang anti nasihat. Jiwa
(medical
kasusnya,
manusia cenderung tidak suka diperintah
kemudian melakukan dialog dengan pasien
dan dinasihati. Maka, salah satu alasan
tersebut
mengapa kitab suci diturunkan hampir 60
dan
dengan
psikiater
mengambil
record)
untuk
tentang
selanjutnya
melakukan
%
reading therapy. Perkembangan
berikutnya
maupun
isinya
berisi
dimaksudkan
agar
konselor
kisah, manusia
lebih
mungkin dapat
"Reading therapy" tidak hanya dilakukan
mengambil hikmah dan pelajaran bukan
oleh perpustakaan rumah sakit, tapi dapat
lagi perintah atau larangan.
dilakukan oleh jenis perpustakaan apapun,
Hal tersebut sejalan dengan konsep
seperti perpustakaan sekolah lewat program
biblioterapi, dimana proses terapi dilakukan
bimbimgan konseling ( BK ), perpustakaan
menggunakan buku atau kisah dari buku
perguruan tinggi lewat program "Reading
yang dibacakan dan didiskusikan sehingga
PERPUSTAKAAN SEBAGAI WAHANA TERAPAPI YANG RAMAH DISABILITAS
| 125
ISSN : 2089-6549
membangun simpulan atas permasalahan tersebut
dari
alam
bawah
sadar.
B. PERUMUSAN MASALAH
Penyelesaian masalah berasal dari dalam
Dari latar belakang masalah di atas dapat
diri klien, bukan rekomendasi mutlak dari
dirumuskan sebagai berikut:
terapist yang pada dasarnya belum tentu
1. Bagaimana Implementasi biblioterapi yang ramah disabilitas di perpustakaan lingkungan pendidikan? 2. Bagaimana pengembangan tata gedung perpustakaan di lingkungan pendidikan yang ramah disabilitas? 3. Bagaimana pengembangan layanan perpustakaan di lingkungan pendidikan? 4. Bagaimana pengembangan pengadaan koleksi yang relevan untuk biblioterapi? 5. Bagaimana pengembangan pengolahan koleksi biblioterapi? 6. Bagaimana pengembangan SDM meliputi kualifikasi dan kompetensi tenaga teknis perpustakaan dan pustakawan yang berperan sebagai biblioterapist? 7. Bagaimana manajemen dan praktik layanan biblioterapi di perpustakaan lingkungan pendidikan yang ramah disabilitas untuk membantu klien secara inklusif?
diterima oleh klien. Boleh
jadi
klien
mengiyakan
nasihat terapis, tetapi jika persetujuan itu hanya di permukaan saja, bisa dipastikan klien akan tetap bermasalah. Permasalahan belum
tuntas.
Kalau diketahui akar
permasalahannya misalnya akibat beban belajar yang berat, stres karena tidak dapat mengatur
prioritas
dan
waktu
atau
gangguan di rumah (keluarga) semisal perceraian orangtua yang notabenenya akan mengganggu proses belajar, maka psikolog dapat berkolaborasi dengan pustakawan untuk menanganinya, misalkan konselor dengan
pendekatan
pustakawan
konselingnya
dengan
terapi
dan buku,
biblioterapinya (reading therapy).
Pengertian Istilah Bibliotherapy
Dengan adanya program layanan tunggal,
dapat diatasi bersama secara kolaboratif
komunikasi anda bersama klien. Bangun
antara pihak pustakawan di perpustakaan
hubungan
lingkungan
pihak
Ibaratnya, buku adalah tiket anda untuk
terkait, seperti dinas sosial, konselor,
berwisata dari satu peristiwa ke peristiwa
psikolog,
panti.
lainnya di dimensi kehidupan yang kaya
Sayangnya program Bibliotherapi atau
ragamnya. "... geting the right book to the
Reading therapy belum populer apa lagi
right child at the right time about the right
dilaksanakan di perpustakaan lingkungan
problem.(
pendidikan, terlebih lingkungan pendidikan
Abdullah, Madziah Hayati, 2002 ).
atau
dengan
pengasuh
di
harus
emosional
Lundsteen,
melatih
terapi
biblioterapi, semua permasalahan sosial
pendidikan
anda
bukanlah
dengan
1972
gaya
klien.
dalam
inklusi.
EduLib – Susanti Agustina
| 126
EduLib, Vol 1, No.2 November 2014
Bagaimana mungkin anda bisa
through literature - reading that its used to
nyaman bertamasya dengan seseorang yang
help solve prevent problems." ( Stedel,
tidak anda suka, tidak anda kenal, bahkan
1964. dalam Abdullah , Madziah , 2002 ).
bisa dikatakan tidak “ngeklik” dengan
Kiranya begitulah semestinya analogi dari
anda? Tentu sangat tidak nyaman. Seperti
terapi buku ini. Analogi wisata.
Shrodes
Biblioterapi bertujuan membantu
tentang biblioterapi, bahwa biblioterapi
seseorang memecahkan permasalahannya
sebagai proses dinamis untuk mengenali
melalui
karakteristik individu. " ... a process of
informasi lainnya (Biblio). Penggunaan
dynamics
interaction
the
berbagai sumber bacaan atau literatur untuk
personality
of
literature,
memecahkan permasalahan yang berkaitan
interaction which may be utilized for
dengan emosional, dan penyakit mental
personality assessment, adjudment, and
atau
growth." (Russell dan Shrodes, 1950 dalam
seseorang untuk mencapai kehidupannya.
yang
dikatakan
Russell
reader
dan
between and
literatur,
buku,
membantu
dan
mengubah
sumber
perilaku
Intinya biblioterapi memberikan
Alex Kortmer, 2006). Saat di perjalanan, peran anda
layanan kepada seseorang dalam mencapai
sebagai guide yang mengasyikan. "...
tujuan hidupnya yang sedikit mengalami
helping a pupil find book that might help
hambatan baik emosional maupun mental.
the pupil solve a personal problem ,
Di lingkungan pendidikan inklusi (karena
develope skill needed for living, and /or
fungsi
bolster self- image."( Shepherd dan Iles,
pendidikan),
1976 dalam Alex Kortmer, 2006)
digunakan
Bukan guide yang sok mengatur
perpustakaan
sebagai
sarana
merupakan teknik yang kaitannya
dengan
program
pengajaran ( kurikulum berbasis bakat )
atau sok tahu. Anda adalah guide yang
mempertemukan
mampu mengasah rasa ingin tahu klien
pembelajaran dengan para murid disabilitas
sehingga
dari
sama-sama
menemukan
antara
panti-panti
sosial
media
yang
sedang
keindahan saat di perjalanan, memaknai
mengikuti, mempelajari, mengerjakan dan
setiap tempat yang dikunjungi, mengambil
membahas tugas atau kasus tertentu sebagai
hikmah dari karakter setiap orang yang
ujian sekolah, dalam prosesnya mereka
ditemui, hingga saat pulang anda bersama-
rentan mengalami kendala, jika lingkungan
sama
tidak mendukung maka bisa mengarah pada
kembali
tercerahkan,
kembali
membersihkan kepenatan, dan mengantongi
stres.
Dapat
pengalaman mengesankan. "... Psychology
pembimbingan
juga
PERPUSTAKAAN SEBAGAI WAHANA TERAPAPI YANG RAMAH DISABILITAS
dikaitkan
mereka
dengan
memecahkan
| 127
ISSN : 2089-6549
berbagai kasus, baik kaitannya dengan
sebelum atau sesudah para klien mengalami
belajar maupun faktor lain tentang dirinya
permasalahan
melalui penyediaan
kasusnya. Penanganan sebelum terjadi
literatur atau media
dalam
penyelesaian
permasalahan disebut Preventif dan setelah
Instruksional (Cornett at all, 1980 ). Dalam kasus tertentu bibilioterapi
terjadi disebut Kuratif. (McNamee, 1996).
tidak hanya digunakan untuk menangani permasalahan Instruksional saja akan tetapi
Implementasi
dapat
Perpustakaan Lingkungan Pendidikan
digunakan
untuk
menangani
Biblioterapi
Menerapkan
permasalahan psikologis sebagai dampak
konsep
di
layanan
faktor
biblioterapi khususnya untuk penyandang
lingkungan, seperti depresi, kejenuhan,
disabilitas terlebih dahulu harus mengenali
stres, dan frustrasi bekerja sama antara
apa dan siapa orang berkebutuhan khusus.
pustakawan, pendidik, psikolog, dan pihak
Mengapa perlu dikenali? Sebelum saya
terkait, tentunya penanganannya melalui
membahas lebih lanjut terkait pengguna
penyediaan bahan bacaan yang sesuai.
perpustakaan di lingkungan pendidikan,
Siapa yang paling berwenang dan dianggap
saya sampaikan bahwa penggunaan kata
ahli
disabilitas, bagi penulis memang terasa
dari
proses
pembelajaran
memilih
dan
dan
memilah
buku?
kurang
Pustakawan. Dengan
kata
lain
bibilioterapi
sesuai.
Disability,
Disabilties,
Disable, memiliki arti harfiah terjemahan
merupakan salah satu bentuk layanan
Bahasa
Indonesia
perpustakaan untuk menangani kasus di
mampu, tidak bisa, tidak berdaya. Sementara
kalangan pemustaka baik bersifat preventif
yang
kita
berarti
perlu
tidak
bertanya
maupun kuratif. Preventif dalam rangka
mereka tidak mampu, pada saat apa mereka
mencegah agar mereka tidak mengalami
tidak mampu? Pada saat apa mereka tidak
permasalahan
dalam
penyelesaian
dan
bisa,
pencapaian
tujuan
hidup
dan
menyebut mereka tidak berdaya, sementara
pendidikannya, kuratif mencoba membantu
kita yakin bahwa apapun yang Tuhan
memecahkan
yang
ciptakan di dunia ini tidak ada satu pun
keseluruhannya dilakukan lewat bahan
yang sia-sia. Bahkan seekor lalat sekalipun,
bacaan atau literatur. Sehingga bibilioterapi
keberadaannya tetap memberi manfaat.
dapat
layanan
Kebermanfaatan itu erat kaitannya dengan
perpustakaan di lingkungan pendidikan,
bakat, dan kemampuan setiap individu
sekaligus menjawab tentang pertanyaan
dalam
kapan
permasalahannya
dijadikan
Biblioterapi
alternatif
digunakan,
EduLib – Susanti Agustina
dalam
hal
apa?
berkontribusi
Bisakah
anda
terhadap
ialah
| 128
EduLib, Vol 1, No.2 November 2014
lingkungannya. Benarkah mereka tidak
penulis
mampu, tidak berdaya, tidak bisa?
“disabilitas” untuk menunjukkan klien
Penulis
ingat
tentang
ilmu
Neurology Linguistic Programming, yang intinya
bahwa
dalam
masih
menggunakan
istilah
dalam kegiatan layanan biblioterapi di perpustakaan lingkungan pendidikan. Sebelum
berkomunikasi,
kita
mengembangkan
ambillah istilah atau kata-kata sesuai
perpustakaan yang ramah “disabilitas”
dengan budaya otak manusia. Maksudnya,
mengapa kita perlu mengenali? Antara lain
otak akan menyimpan setiap informasi
agar kita dapat mengoptimalkan intervensi
apapun yang didengar, diketahui, dan
dan proses biblioterapi/ reading therapy di
dikatakan secara berulang-ulang. Misalkan
perpustakaan,
kita menyebut mereka, anda, dan semua
penyesuaian untuk dapat memenuhi hak
orang di lingkungannya menyebut mereka
klien,
disabilitas,
karakteristik, kebutuhan, cara belajar, dan
apa
yang
mereka
yakini?
melakukan
dapat
melakukan
minat
tidak bisa, tidak berdaya.
berjalan efektif, efisien, dan bernilai guna
dengan
kita
telah
mengimplant
data
agar
identifikasi
Mereka yakini bahwa mereka tidak mampu, Sama halnya
klien
penyesuaian-
pelaksanaan
terapi
bagi mereka. Sementara ini, untuk membangun
terhadap otak klien yang “disabilitas” sebagai seorang “disabilitas. Bukankah
perpustakaan
sebaiknya kita menamakan mereka orang-
berkebutuhan khusus bisa saja diupayakan.
orang
Namun, justru mereka para klien sangat
yang
berkebutuhan
khusus?
khusus
bagi
Kebutuhan mereka khusus, bukan berarti
mengharapkan
mereka tidak berdaya. Jadi mulailah dengan
secara hangat, ramah dan terbuka. Adanya
mengafirmasi
dengan
upaya dari lingkungan untuk menjadikan
istilah atau kata-kata yang “ramah” di
mereka orang-orang yang “penting”, yang
benak mereka.
layak untuk tumbuh dan berkembang sesuai
kondisi
mereka
Apa anda sepakat dengan pendapat tersebut?,
beritahu
penulis
tentang
keberadaannya
klien
diterima,
dengan kelebihan mereka masing-masing. Ketika
kita
menunjukkan
kepercayaan
pengalaman dan pemahaman anda yang
penuh bahwa mereka bisa mandiri dan
intensitas
sehari-harinya
dekat kita tanpa syarat, mereka bahagia.
dengan mereka. Apa mereka nyaman
Mereka merasa hak mereka dihargai.
dengan
Belajar
berinteraksi
sebutan
disabilitas?
Untuk
bersama,
bermain
sementara sampai tiba adanya kesepakatan
berinteraksi
mengenai
lingkungannya. Sebab perlu dikenali bahwa
penamaan
tersebut,
izinkan
bersama
bersama,
PERPUSTAKAAN SEBAGAI WAHANA TERAPAPI YANG RAMAH DISABILITAS
orang-orang
di
| 129
ISSN : 2089-6549
klien terdiri dari beberapa karakteristik,
setelah terjadi disebut Kuratif. (McNamee,
antara lain adanya hambatan kognitif,
1996).
berkaitan dengan kemampuan akademik, adanya
hambatan
kemampuan
sosial-
Preventif
emosional yang berkaitan dengan sikap
Preventif adalah suatu cara pendekatan
perilaku,
dan
penananganan terapi sebelum terjadi kasus,
sensoris yang berkaitan dengan berkurang
dalam hal ini sebelum klien mengalami
atau
stres, depresi dan gangguan mental yang
adanya
hambatan
hilangnya
fisik
fungsi
penglihatan,
disebabkan
oleh
beragam
adanya hambatan perkembangan mental
Kegiatannya
dapat
berupa
bimbingan
dan spektrum autisma (Adnan dkk, 2012).
pembaca
Pendidikan
pemakai.
pendengaran,
dan
kemampuan
bicara;
dan
faktor.
orang
Misalnya dilakukan di awal masuk asrama
berkebutuhan khusus sudah terjadi cukup
ketika mereka sedang orientasi sebelum
lama dan pada abad 16 mulai terjadi
masuk pembelajaran di panti, atau diadakan
perubahan sikap yang lebih positif terhadap
program tahunan salah satu bentuk kegiatan
masalah orang berkebutuhan khusus ini,
perpustakaan yang namanya Pendidikan
seperti
mulai
pemakai (user education), yaitu mendidik
penderita
mereka tentang bagaimana memanfaatkan
gangguan emosional, mulai adanya manual
perpustakaan (How to use the library)
abjad yang pertama bagi penyandang tuli.
seperti bagaimana cara mengakses buku
Dr. Maria Montessori membuat metode
atau
pembelajaran yang khusus bagi anak
dalamnya juga diberikan informasi tentang
dengan keterbelakangan mental, Helen
teknik pemanfaatan sumber tersebut dan
Keller yang seorang tunanetra memberikan
bagaimana
perhatian khusus pada penyandang cacat
mengembalikan
penglihatan, dan banyak lagi yang lainnya,
diarahkan
yang mampu memberikan inspirasi banyak
perpustakaan
orang
melibatkan
Perhatian
rumah
menyediakan
terhadap
sakit
di
layanan
tentang
Paris
bagi
bagaimana
memberikan
informasi
tata
pada
di
perpustakaan.
Di
cara
meminjam
dan
buku,
terutama
lebih
kegiatan-kegiatan
yang mereka.
interaktif
Mereka
dibimbing
mereka dapat hidup sebagaimana layaknya
kesulitan dalam menyelesaikan tugas- tugas
orang lain.
hariannya,
dalam biblioterapi bisa dilakukan sebelum terjadi permasalahan, disebut Preventif dan
baik
di
tidak
terus
perhatian pada para penyandang cacat agar
Penanganan klien disabilitas
sehingga
secara
di
rumah
mengalami
maupun
sekolah/yayasan. Mereka
dapat mandiri dan tidak
bergantung lagi pada staf perpustakaan dan
EduLib – Susanti Agustina
| 130
EduLib, Vol 1, No.2 November 2014
sekaligus optimalisasi penggunaan sumber
yang sama atau mirip dikelompokkan
informasi di perpustakaan. Pada fase ini
dalam satu kelompok, sedangkan yang
diinformasikan
berbeda akan terkelompok pada kelompok
juga
memanfaatkan perpustakaan
tetang
tata
tempat/ yang
cara
ruangan
berisikan
media
lainnya.
Hal
penanganan
ini
dimaksudkan
permasalahannya
agar dapat
rekreatif seperti; koleksi musik, film,
dilakukan serempak. Selain itu berkaitan
bacaan hiburan, ruang santai dan rileks,
dengan penyediaan bahan bacaan bagi
juga ruang khusus layanan biblioterapi.
penanganan permasalahannya agar
Tempat ini dirancang untuk memfasilitasi
terjadi duplikasi.
tidak
mereka mengembangkan interaksi sosial emosional dan relaksasi.
Mendesain Bahan Diskusi Dalam
pengembangan
pembelajaran
Kuratif
kaitannya
sistem dengan
Kegiatan ini dilakukan apabila
Biblioterapi, pustakawan terlebih dahulu
telah terjadi kasus seperti stres, depresi, dan
mendiskusikan dengan pihak terkait. Inti
gangguan
dari Biblioterapi adalah problem solving,
psikologi
lainnya.
Berbagai
langkah bisa dilakukan bergantung kepada
membantu
mereka
kondisi dan situasi klien. Adapun tahap-
permasalahannya, menciptakan kreativitas
tahapnya sebagai berikut:
dan
atmosfir
mengatasi
untuk
mencapai
kesuksesannya. Tahap persiapan Pada fase ini kegiatan Biblioterapi dipadukan pada membangun kedekatan
Implementasi Pelayanan Biblioterapi Biblioterapi
dalam
emosi dengan klien. Di dalamnya sekaligus
implementasinya
memberikan
dan
dengan pembelajaran dan pembiasaan di
memberikan rasa aman serta membantu
panti, rumah, sekolah atau sebagai program
pengembangan
tersendiri.
motivasi,
dirinya,
dorongan
juga
dapat
memecahkan permasalahannya sendiri.
program
perlu
Biblioterapi
diintegrasikan
merupakan
yang secara intensif diberikan
kepada klien panti sosial/ rehabilitasi. Pembentukan kelompok Diskusi
Upaya pengadaan koleksi dan fasilitas
Pada fase ini pustakawan dan pihak
untuk mendukung layanan biblioterapi
terkait melakukan identifikasi kebutuhan
harus menjadi prioritas di samping tenaga
klien. Mereka yang membutuhkan bantuan
SDM yang mumpuni untuk dapat dilatih
PERPUSTAKAAN SEBAGAI WAHANA TERAPAPI YANG RAMAH DISABILITAS
| 131
ISSN : 2089-6549
menjadi biblioterapist handal. Biblioterapist itu kemampuan yang bisa dilatih, asalkan
Pemecahan masalah dan Bermain Peran Metode ini dapat melibatkan klien
yang bersangkutan memiliki panggilan
lain bisa dalam kasus yang sama atau
jiwa.
berbeda. Mereka menceritakan problemnya Tindak Lanjut Aktivitas Biblioterapi
masing-masing, kemudian mencari literatur
adalah
yang tepat untuk pemecahannya, dapat juga
menyediakan sumber biblioterapi untuk
dilakukan setiap klien menghadapi kasus
para
memecahkan
klien lainnya, klien mencari misalnya 10
permasalahannya. Dapat dilakukan dengan
literatur untuk memecahkanya , kemudian
berbagai cara diantaranya melalui, seperti
diberi waktu 1 atau 2 jam sampai
diungkapkan (McNamee, 1996, p. 1-24 )
terselesaikan
sebagai berikut :
dipresentasikan, didiskusikan, dikomentari
Inti
klien
kegiatan
tersebut
“disabilitas”
kasus
tersebut.
Hasilnya
dan dievaluasi. ( McNamee et al, 1996 ). Tindakan-tindakan tersebut di atas,
Penulisan kreatif Setiap klien mencoba memecahkan
tentu saja disesuaikan dengan situasi dan
berbagai permasalahannya lewat tulisan
kondisi
klien
juga
atau karangan bebas dan karya tulis populer
memungkinkan, beberapa pilihan kegiatan
itu didiskusikan. Bentuk tulisan bisa prosa,
bisa dijadwalkan selama satu minggu.
puisi, autobiografi, dan tidak menutup
Peserta
kemungkinan dalam bentuk novel.
rekomendasi pembimbing/pengasuh yang
biblioterapi
terapist.
diutamakan
Bila
hasil
tahu pasti kondisi klien. Bentuk Karya Seni Bentuknya bisa berupa gambar atau lukisan tentang dirinya dan bisa pula dalam bentuk peta tentang perjalanan hidupnya.
Pengembangan
Tata
Gedung
perpustakaan yang ramah disabilitas Perpustakaan
di
lingkungan
Ini pun sama dikonstruksikan dalam bentuk
pendidikan yang ramah disabilitas, tentu
diskusi, diskusi bisa berlangsung secara
membutuhkan
privat, maupun kelompok kecil. Melalui
gedung yang didesain berdasarkan kriteria
karya seni,
klien dapat memecahkan
kebutuhan para penyandang disabilitas
permasalahannya, di samping karyanya
sebagai pengguna. Paling tidak, untuk
akan bermanfaat untuk orang lain. Pada
mengimplementasikan
teknik
perpustakaan inklusi (ramah disabilitas),
ini
pustakawan
menyediakan literaturnya.
EduLib – Susanti Agustina
membantu
manajemen
perencanaan
sebuah
gedung
perlu memerhatikan kepentingan utama
| 132
EduLib, Vol 1, No.2 November 2014
yang memudahkan akses para disable. Halhal
yang
gedung
penting
diperhatikan
perpustakaan
yang
11. Ruang Konsultasi
untuk Ruangan
ramah
disabilitas (Agustina, 201, p.9), antara lain: 1. Akses masuk perpustakaan, dengan tangga roller untuk akses roda. 2. Pintu masuk otomatis, sehingga memudahkan keluar masuk. 3. Terdapat lift untuk memudahkan naik turun antar lantai. 4. Toilet khusus untuk orang berkebutuhan khusus berada di lantai dasar 5. Ruang biblioterapi yang lebih luas dan leluasa, idealnya dilengkapi bola besar untuk duduk saat diskusi berlangsung 6. Dinding-dinding yang dilapisi busa, agar lebih aman. 7. Fasilitas lainnya yang mendukung.
bisa
berupa
pojok/ corner walaupun idealnya memenuhi setiap kebutuhan ruangan. Kalaupun bagian ruangan di perpustakaan masih sangat terbatas, pada prinsipnya biblioterapi bisa dilakukan di satu ruangan saja. Dengan menyediakan kursi lipat, atau bola duduk khusus untuk orang berkebutuhan khusus. Bahkan lesehan dengan alas karpet pun menjadi
sangat
menyenangkan.
Lebih
leluasa justru akan lebih baik. Ruangan dilengkapi
sound
sistem
yang
akan
memerdengarkan musik relaksasi untuk hypnosis,
Perpustakaan inklusif tidak lantas
tersebut
akan
sangat
membantu.
(Agustina, 2014, p.9) Beberapa
yang
membedakan akses orang pada umumnya
direkomendasikan
dengan para berkebutuhan khusus. Justru,
Internasional Bangunan Bagi Anak- Anak
segala
Berkebutuhan
sesuatunya
didesain
seperti
perpustakaan biasa, ruangan-ruangan yang
Children's
sesuai dengan fungsi layanan perpustakaan.
berikut :
oleh
Khusus Aid
Badan
(Comittee
Association)
The
sebagai
Biasanya layanan biblioterapi berada di layanan koleksi referensi. Namun, jika
Fasilitas Fisik Fasilitas
terpisah, ini lebih baik dan akan lebih
fisik
perpustakaan
maksimal. Ruangan biblioterapi sendiri,
mencakup segala yang berkaitan dengan
bisa dibagi menjadi :
gedung dan segala perabotannya seperti:
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Ruang Diskusi Kelompok Kecil Ruang Diskusi Kelompok Besar Ruang Terapi Individu Ruang Biblioterapist Ruang Koleksi Biblioterapi Ruang Alat Permainan Edukatif Ruang Simpan Karya Ruang Dokumentasi dan arsip klien Ruang Relaksasi dan Hypnotherapy Ruang Multimedia Inklusi
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Tempat Parkir khusus Tangga khusus Ramp atau pelindung Elevator Pintu khusus; terbuka dan sendiri Pencahayaan interior gedung yang disesuaikan dengan kondisi mereka 7. Toilet khusus (adapted toilet)
PERPUSTAKAAN SEBAGAI WAHANA TERAPAPI YANG RAMAH DISABILITAS
| 133
ISSN : 2089-6549
g. Reading service; layanan membaca yaitu biblioterapist / staf perpustakaan membacakan buku yang dipinjam oleh mereka. h. Reading guide; Hampir mirip dengan reading service, yaitu membantu menemukan buku yang akan mereka baca. i. Headsets (alat mendengar). j. Buku atau bahan bacaan yang menggunakan huruf Braille, bagi tunanetra.
8. Ruang baca khusus yang disesuaikan dengan kondisi mereka. Fasilitas Layanan Bibliotherapi Fasilitas layanan untuk membantu mereka yang sakit psikis meliputi: 1. Buku
Hiburan
dan
Relaksasi
(penyediaan buku untuk mengisi waktu istirahat) maksud dari
layanan ini
adalah penyediaan ruangan buku (book holder ) dan atau bacaan yang bersifat rekreatif, seperti puisi, novel, cerita, majalah hiburan, Surat kabar, tabloid dan jenis lainnya termasuk film dan musik.
Pengembangan Layanan Perpustakaan di Lingkungan Pendidikan Hal yang dibicarakan pada konteks
Inti penyediaan ruangan ini,
klien/pemustaka
merasakan
suasana
layaknya di rumah sendiri (home stay). Fasilitas yang disediakan meliputi: a. Meja baca dalam berbagai bentuk dan ukuran biasanya ukuran kecil termasuk juga study carrel ( Meja baca tertutup) b. Tempat tidur terapi dan juga sofa nyaman agar mereka dapat membaca sambil santai dan selonjoran atau rileks c. Karpet dan bantal-bantal ukuran besar dan kecil, agar mereka dapat membaca santai d. Ruangan musik dan film, tempat ini ditata sebagai tempat mendengarkan dan nonton film. Tentunya diatur dengan menggunakan alat kedap suara. (Sharman dalam Clarke, 1990, p.86-92) e. Mesin buku disebut juga buku bicara. (Book pen) f. Alat merekam, candid camera.
EduLib – Susanti Agustina
ini
adalah
permasalahan
psikologis
kaitannya dengan pembaca dan bagaimana penanganannya, seperti: kecemasan, rasa takut (anxiety states), depresi, phobia, obsesi, dan tekanan. Selain daripada itu faktor- faktor yang berhubungan dengan hubungan manusiawi seperti; konflik, putus cinta, problem keluarga, dan kekesalan. Selanjutnya yang disebabkan oleh situasi kenilangan kendali atau trauma seperti; kehilangan
sesuatu,
gelisah,
dampak
pelecehan seksual, bullying dan sakit fisik. Penyembuhan dapat dilakukan, diantaranya dengan : 1. Rileksasi bagi pembaca yang mengalami anxiety ( rasa takut) , sistem pemusatan pikiran bagi yang phobia. 2. Diskusi bisa kelompok bisa juga individual bersama pembimbing biblioterapi berbagi masalah dan
| 134
EduLib, Vol 1, No.2 November 2014
mencari solusinya. Hal ini dapat menghilangkan perasaan takut, khawatir, prediksi yang berlebihan dan msalah terkait lainnya. 3. Mengalihkan permasalahan lewat bacaan, musik dan menonton film. 4. Tour atau jalan-jalan melihat pemandangan, ke luar ruangan (outing). (George, Heather dalam Klarke, 1982, p. 116-122). Inti dari Biblioterapi sederhana, yaitu penggunaan buku untuk membantu seseorang memecahkan dan menjelaskan permasalahannya. Dengan penekanan pada
banyak sehingga perlu untuk dikaji secara lebih mendalam tentang kebutuhan akan media bacaan dan layanan informasi, khususnya
yang
disesuaikan
dengan
karakter
permasalahan yang dihadapinya itu. Lalu dihubungkan dengan kondisi emosi klien agar dapat diarahkan ke sumber bacaan yang dapat dibaca dan dapat megarahkan ke dalam pencapaian hidupnya, serta memberikan tentang tata cara penyelesaian baru dan dapat lebih berinteraksi dengan pihak lain, lebih terbuka dengan tidak menutup diri. ( Abdullah, 2002 dalam Schreur, 2006 , p.108, dalam Agustina,
diberikan
oleh
perpustakaan lingkungan pendidikan. Mereka yang memerlukan bantuan khusus
sepeti
tuna
grahita
apabila
dipandang secara fisik normal, namun tingkatan kecerdasan dan intelektualnya yang membutuhkan pendekatan intensif yang lebih besar, jika dibandingkan dengan yang klien berkebutuhan khusus lainnya. Kondisi
identifikasi permasalahan yang dihadapi untuk selanjutnya dirujuk kepada literatur
yang
koleksi
pustaka
yang
dimiliki oleh perpustakaan umum maupun sekolah jarang sekali yang diperuntukan bagi pemustaka yang berkebutuhan khusus. Sebagai gambaran sebanyak 354 ribu judul koleksi pustaka di perpustakaan Bapusipda Propinsi Jawa Barat kurang dari 0.50 % koleksi bagi pemustaka yang berkebutuhan khusus.
Demikian juga kondisi koleksi
perpustakaan pada sekolah luar biasa yang multi kebutuhan,
koleksinya minim, di
bawah 1.500 judul dengan kondisi yang sangat memprihatinkan dan tidak terurus di samping belum ada pustakawan khusus
2014, p.11)
yang menanganinya. Pengembangan Pengadaan Koleksi yang
klien
pemerintah
propinsi
Jawa Barat tentang penyediaan bahan
Relevan untuk Biblioterapi Mencermati
Kebijakan
pengguna
perpustakaan yang berkebutuhan khusus karena faktor kognitif dan emosional seperti tuna grahita yang jumlahnya cukup
bacaan bagi mereka yang berkebutuhan khusus belum optimal, masih sebatas penyediaan sarana fisik non perpustakaan. Apalagi penyediaan
PERPUSTAKAAN SEBAGAI WAHANA TERAPAPI YANG RAMAH DISABILITAS
tenaga professional
| 135
ISSN : 2089-6549
bidang perpustakaan yang masih belum
masa-masa keemasannya dengan rasa ingin
terperhatikan.
tahu yang besar. Masa mengeksplorasi keajaiban-keajaiban,
melambungkan
pendidikan perlu melakukan identifikasi
imajinasi,
untuk
koleksi
mengetahui siapa dan apa yang akan dilalui
Perpustakaan
di
lingkungan
yang layak bagi
pelaksanaan
biblioterapi. Pada dasarnya semua buku,
semuanya
bekal
dalam hidup, kemandirian. Kehidupan dalam kisah membuat
baik fiksi maupun non fiksi layak untuk buku-buku
mengetahui dirinya, dunia dan mulai
motivasi, sastra, cerpen atau novel perlu
melihat dunia sebagai sesuatu yang lebih
diperbanyak.
dari yang ia bayangkan, klien berkebutuhan
terapi,
hanya
saja
genre
media
khusus belajar beragam karakter dalam
penanaman karakter pada anak. Di dalam
kehidupan, mungkin mengenali bagaimana
buku, dapat kita temukan karakter sastra.
mengantisipasi atau mengatasi sesuatu
Sastra tidak dapat lepas dari kehidupan
bahaya yang mungkin mengancamnya.
Bahan
manusia.
bacaan
Buku
menjadi
sastra
Peristiwa dalam kisah adalah suatu
(literature) klien
cara eksplorasi dunia, membantu klien
pertama
berkebutuhan khusus untuk konfirmasi ,
kalinya mengenai arti menjadi manusia.
untuk menerangi , dan untuk memerluas
Walaupun sastra hanya menjadi cerminan
pengalaman hidup sendiri, memberikan
bukan
pun
mereka ruang untuk menentukan sikap dan
seseorang sebaiknya memahami kehidupan
cara terbaik. Kisah memberi bentuk umum
secara nyata, mengindera semuanya secara
untuk makna pribadi. Semua itu membantu
alami. Namun, buku mampu menembus
mereka
batas-batas usia dan kondisi mental dan
menjangkau
manusia
budaya mereka (Agustina, 2014, p.12).
mengetahui
bahwa
memberikan berkebutuhan
realita,
pemahaman khusus
sebab
bagi
untuk
bagaimana
Dengan dibacakannya kisah sastra, mereka menyelami alam kehidupan lain
yang
menerima
pesan
yang
di
dunia,
lain mereka
berbagi
beberapa kekhawatiran dan perasaan yang sama. Adapun yang tidak kalah penting
yang sesungguhnya belum mereka jejaki. yang
adalah narasi informasi. Narasi juga bentuk
mengatakan, membaca membuka jendela
penting dari sastra anak-anak dan remaja.
dunia. Klien berkebutuhan khusus akan
Sastra anak adalah cara untuk memahami
menarik sebanyak-banyaknya pengalaman
dan menghargai dunia anak-anak dan siapa
yang bahkan belum mereka alami. Klien
pun yang berbagi dengan anak-anak.
berkebutuhan khusus lahir ke dunia melalui
Semua
Itulah
mengapa
ada
EduLib – Susanti Agustina
slogan
orang
perlu
belajar
tentang
| 136
EduLib, Vol 1, No.2 November 2014
kehidupan, baik secara harfiah, harafiah, dan estetika. Apabila pustakawan biblioterapist hendak menemukan buku bacaan yang akan digunakan sebagai media biblioterapi, sebaiknya
memerhatikan
aspek-aspek
berikut :
Format Buku: Buku Karton, Kertas tebal, Buku Berjaket, Buku Pop up (Buku Meletup, buku yang disertai bulu, dan 3-4 dimensi). Aspek Genre Buku Fiksi: Legenda, dongeng, qisah petualangan, kisah humor/ lucu, Cerita Pendek. Tema Khusus dari Buku Non Fiksi: Ensiklopedia Bocah Muslim banyak tema Usia Pembaca: Tahapan perkembangan kognitif kanakkanak awal, akhir, remaja awal, akhir, tempat/ lokasi pembaca, ketertarikan berdasarkan usia, tahapan sekolah anak. Kemampuan dan Ketidakmampuan dari Pembaca: Pengulangan, Berkebutuhan Khusus, bacaan yang ringan. Kode dan Simbol: Skema Klasifikasi Dewey, Pelabelan warna pada masing-masing pembaca berdasarkan usia, Kode warna berdasarkan subjek isi buku. colour, kode gambar. Seri Penerbitan, Fiksi dan Buku Informasi. Kelompok Kategori: Berdasarkan bahasa, kepopuleran, isi multi kultural. (Marshall, 1988, p.60 dalam Agustina, 2014, p.12)
Fantasi dan Hantu Fabel Sejarah Humor, komik dan potongan gambar Qisah sehari-hari Qisah petualangan Qisah keluarga Qisah nyata Chiklit, teenlit Kumpulan puisi/ prosa Buku permainan Buku informasi (Margaret R Marshal, 1988, p.60 dalam Agustina, 2014, p.12) Pengembangan
Pengolahan
Koleksi
Biblioterapi Untuk perpustakaan di lingkungan pendidikan yang inklusi, sebenarnya hanya tinggal menambah simbol pada buku-buku tertentu
khusus
biblioterapi.
Hanya
memang akan menambah pekerjaan baru bagi bagian pengolahan. Koleksi tidak perlu disimpan di ruang referensi atau bagian
layanan
diidentifikasi
lain,
memenuhi
apabila
telah
syarat
untuk
biblioterapi, sebaiknya dilokasikan di rak khusus untuk koleksi biblioterapi agar lebih memudahkan
layanan
biblioterapi.
Kemungkinan jika koleksi berdasarkan subjek
buku
duplikasi
tertentu,
buku.
bisa
dijadikan
Maksudnya,
koleksi
tersebut bisa kita temui di layanan sirkulasi, referensi, dan biblioterapi. Idealnya begitu.
Jenis-jenis Buku Fiksi dan Non Fiksi
Karenanya,
Anak
migrasi
Mite, legenda, Cerita Rakyat dan dongeng
ketika
menuju
perpustakaan perpustakaan
akan inklusi,
pengadaan koleksi dan pengolahan koleksi
PERPUSTAKAAN SEBAGAI WAHANA TERAPAPI YANG RAMAH DISABILITAS
| 137
ISSN : 2089-6549
mulai
dari
nol,
yang
khusus
didukung latar pendidikan bidang tertentu
biblioterapi. Pengolahan penomoran
Saya percaya bahwa bakat yang
untuk
dilakukan
akan lebih melesatkan seseorang menjadi
menambahan
seorang ahli atau pakar. Bakat ini terkait
koleksi
klasifikasi,
simbol BT (Biblioterapi), dengan tambahan
karakteristik individu
label warna, misalnya warna ungu untuk
dengan dirinya dan orang lain. Terdapat
koleksi biblioterapi fiksi, warna kuning
keunikan
untuk biblioterapi non fiksi. Atau secara
berdasarkan pola-pola sidik jari, grafologi,
detail berdasarkan genre buku bacaannya.
dan
Setelah
menentukan dia berperan sebagai apa di
diklasifikasi,
pelabelan,
penyampulan, dan dilakukan input data koleksi
terotomasi,
bagi
dari
saat
sifat
numerologi,
berinteraksi
dasar
manusia.
seseorang
bisa
dunia ini. Hal
mereka
ini
penting,
untuk
penyandang tunanetra lebih baik jika ada
menempatkan orang yang tepat, pada posisi
fasilitas software khusus yang mengonversi
yang tepat. Maka pelayanan yang diberikan
sandi kata tulisan ke dalam bentuk braile.
jauh
Contohnya Jaws, program pembaca layar
mengindikasikan
untuk tunanetra, iBlind ponsel khusus
sepenuh gaji bukan lagi sepenuh hati,
tunanetra, atau perangkat computer khusus
sementara menjadi seorang expert/ ahli/
tunanetra, Pertuni. Produk luar negeri,
pakar justru kebalikannya.
seperti
screen readers pun
melebihi
profesional. bahwa
Kepakaran
sebaiknya
Profesional
kita
seseorang
bekerja
ditunjang
tersedia untuk memudahkan mentransfer
oleh bakat, passion, dan insight sehingga
informasi ke dalam bentuk suara.
dalam memberikan pelayanan akan all out, sungguh-sungguh, ikhlas, dalam kondisi menyenangkan dan bahagia, karena sudah
Pengembangan SDM Biblioterapist Daya
berada di habitatnya yang sesuai. Selama 3
dan
tahun mendalami ilmu tes sidik jari, salah
kompetensi tenaga teknis perpustakaan dan
satu yang dapat memberdayakan SDM di
pustakawan
berbagai bidang pekerjaan adalah konsep
Pengembangan Manusia,
meliputi
biblioterapist
yang
Sumber kualifikasi
berperan
memang
sebagai
belum
ada
STIFIn sidik jari. Orang yang paling pas berdasarkan
acuannya. Tapi berdasarkan pengalaman penulis sebagai biblioterapist, bahwa bakat
hasil
seorang
sebagai biblioterapist adalah orang sensing
terapist
memegang
penting.
peranan
dengan
analisis
STIFIn
untuk
kegemarannya
berperan
membaca,
menghafal dan mengingat (ensiklopedia
EduLib – Susanti Agustina
| 138
EduLib, Vol 1, No.2 November 2014
Karakter tersebut secara sederhana
berjalan) ditambah ketelatenannya dan sifat dengan
bisa dikenali dari tipe golongan darah
kesediaannya memberikan konsultasi yang
sebagai respon sesaat, antara lain A sama
mendalam
mengalami
dengan Thinking, B sama dengan intuiting,
perubahan dan merasa nyaman, Thinking
AB sama dengan sensing dan O sama
cocok sebagai konsultan terapist yang
dengan feeling. Insting sendiri sebenarnya
sangat
berada pada 4 jenis golongan darah
rajinnya.
Orang
Thinking
hingga
analisis
klien
dan
sistematis
dalam
memberikan report assessment, sementara
tersebut. Sementara
yang paling baik memahami klien dengan melibatkan
perasaannya
adalah
orang
intuiting,
dapat
dilibatkan dalam pembimbingan layanan biblioterapi membuat karya, novel, puisi,
Feeling. Feeling
memang
ditakdirkan
dan
sebagainya.
mengetahui
mesin
kecerdasan,
menjadi seorang motivator/ inspirator bagi
personality
orang lain. Jika saja mau menggunakan
barulah kita jalankan misi menjadi seorang
terapist feeling, maka libatkan mereka yang
biblioterapist expert. Fokuslah pada satu
berkebutuhan khusus dengan tipe feeling
bidang
yang
peran
menambah jam terbang. Sebab, biblioterapi
menjadi
tidak bisa berdiri sendiri sebagai metode
motivator dan inspirator sejati bagi mereka
terapi, maka penting digali kemampuan
yang mengalami kondisi serupa. Memang
praktik, meliputi:
sudah
sukses
kehidupannya,
menjalani
sehingga
akan
ini
bakat
Setelah
dan
jadilah
ahli
dengan
idealnya, biblioterapist memiliki relawan perwakilan
dari
masing-masing
tipe
kebutuhan khusus. Terakhir orang insting, yang berperan dalam hal membantu tanpa pamrih. Orang-orang insting mewakili tipe serba bisa namun serba nanggung, tetapi aksi cepat tanggap dalam membantu orang lain, jika insting ditempatkan di layanan biblioterapi ini, jangan dijadikan sebagai konselor atau biblioterapist, cukup menjadi orang
kedua
pertolongan.
yang
memberikan
Kualifikasi: 1. Bersertifikasi tes genetik otak, mesin kecerdasan STIFIn dan berbakat di salah satunya. Khusus untuk biblioterapist diutamakan dari Thinking dan Feeling. 2. Sarjana (S1) Ilmu perpustakaan yang pernah mendapat pelatihan biblioterapi. 3. Master (S2) Ilmu perpustakaan yang mendalami biblioterapi 4. Tenaga perpustakaan, pengasuh panti yang memenuhi syarat bakat. 5. Mengikuti lokakarya biblioterapist selama 3 bulan, in house training 1 bulan, dan on job training 3 bulan. Setelah itu boleh memiliki license
PERPUSTAKAAN SEBAGAI WAHANA TERAPAPI YANG RAMAH DISABILITAS
| 139
ISSN : 2089-6549
biblioterapist jika sudah menangani klien selama 3 tahun. 6. Lulus tes uji kelayakan biblioterapist berkebutuhan khusus, secara tertulis maupun wawancara oleh pakar biblioterapist/ psikolog.
Samuel A. Kirk (1911) dalam Marshall (1979) merekomendasikan untuk menstimulasi motivasi dan sesuatu yang berkenaan dengan keinginan mereka yang berkebutuhan khusus untuk maju sesuai
Sekali lagi, profesi biblioterapist adalah panggilan jiwa, yang dimotori oleh bakat seseorang, sehingga penulis sarankan para pengambil kebijakan tidak asal tunjuk orang untuk ditempatkan sebagai terapist/ konselor. Percayalah bahwa keberhasilan sebuah terapi terletak pada kemistri klien dan terapist yang “ngeklik”. Jika individu mau belajar, apapun bisa anda kuasai. Tapi jika individu belajar beradasrkan bakat lahirnya, ia akan menjadi ahli/ pakar yang mengalahkan seorang bergelar akademik tinggi tapi tanpa bakat di bidang tersebut. (Agustina, 2014, p. 17)
Kompetensi: 1. Mau belajar hal baru. 2. Memiliki keahlian komunikasi (membaca, menulis, memahami, bercerita, mempresentasikan), hypnosis*, hypnotherapi*, biblioterapi, analisis mendalam terhadap klien, memahami tipe berkebutuhan khusus. 3. Memiliki kedisiplinan dalam pendokumentasian 4. Bisa bekerjasama dalam tim 5. Memiliki kualitas pelayanan prima dan senang melayani. 6. Mampu memahami orang lain, sabar, ramah, enerjik dan spiritual. 7. Kreatif dan pantang menyerah.
dengan perkembangan saat ini, sebagai berikut: 1. Menyediakan bahan bacaan yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka 2. Membuat para klien berkebutuhan khusus tersebut menyadari untuk hidup sukses 3. Mendorong mereka berprilaku mandiri tidak bergantung pada orang lain 4. Memberikan kemudahan untuk akses informasi dengan mudah/ terutama bacaan yang menarik bagi mereka. 5. Menyediakan buku- buku yang variatif dari segi subjek dan jumlahnya banyak. 6. Dorong mereka untuk membaca dalam rangka memeroleh informasi dalam memilih kebutuhan akan bacaannya. 7. Sediakan alat bantu visual pada waktu mereka melakukan seleksi. 8. Arahkan agar mereka membaca Surat kabar. 9. Sediakan berbagai pilihan sebagai pembanding apakah mereka tertarik pada bidang berita, cerita, petualangan, dan lain- lain 10. Miliki buletin atau majalah ( Marshall, 1982, p. 27) Manajemen
dan
Praktik
Layanan
Biblioterapi di Perpustakaan Ramah Disabilitas
untuk
Membantu
Klien
Secara Inklusif Melalui progam advokasi bantuan penyediaan koleksi untuk siswa yang
EduLib – Susanti Agustina
| 140
EduLib, Vol 1, No.2 November 2014
5. Membaca cerita 6. Melakukan diskusi informal 7. Mengasosiasikan kata- kata ke gambar 8. Mendramatisasikan buku cerita 9. Membuat booklet ( buku kecil ) dan buku skrip ( buku catatan) 10. Berbagai cara untuk memelihara buku 11. Membuat permainan dengan nomor, bahasa, warna, rumah, taman, dan pekerjaan 12. Membuat media informasi seperti buletin dan majalah 13. Pembicaraan melalui telepon. 14. Menggambar.
memerlukan bantuan khusus Kirk dam Johnson,
menyarankan
untuk
mengembangkan metode pendekatan kata dan independensi penentuan bahan bacaan yang
komprehensif
rekomendasi
dimaksud
dan
kompleks,
adalah
sebagai
berikut: 1. Melakukan pesiar ( jalan- jalan) 2. Pelabelan pada koleksi 3. Penyiapan perlengkapan alat akses untuk buku 4. Melakukan storytelling (berkisah) oleh pustakawan, guru, pengasuh, dan klien pada umumnya.
ANAK
STIMULUS FIGUR OTORITAS
RESPON FIGUR OTORITAS
KONSEP DIRI HARGA DIRI
BERI KEPERCAYAAN
PERJALANAN IMAJINER: BERQISAH
TIDAK PD
BERI KESEMPATAN
CEMAS
AJAK ANAK MENGUKUR DIRI
PENDAMPINGAN TAKUT PETA KEHIDUPAN
AFIRMASI: MENGHARGAI KELEBIHAN DAN KEKURANGAN DIRI
TERAPI MASALAH
Level Skala 0-10 Gambar 1 : Model Seni Berkisah Berbasis Terapi Buku untuk Konsep Diri (Agustina, 2013, p.154)
Berbicara
biblioterapi
bagi
klien
pada
umumnya.
Biblioterapi
adalah
berkebutuhan khusus tak terlepas dari
berkisah, biblioterapi adalah membaca
aktivitas berkisah. Pun berlaku bagi klien
kisah, membaca buku non fiksi. semuanya
PERPUSTAKAAN SEBAGAI WAHANA TERAPAPI YANG RAMAH DISABILITAS
| 141
ISSN : 2089-6549
Dalam otak kita dikenal adanya
selalu menjadi daya tarik tersendiri untuk kehidupan.
area kritis. Letaknya diantara Conscious
mendongkrak
Mind dan Sub-Conscious Mind . Area kritis
mengatakan,
(critical area) itu suatu “perangkat” yang
“Pencerita pada masa lalu memberikan
fungsinya sebagai penyaring (filter). Tugas
layanan yang tak ternilai dengan membantu
area kritis adalah “menyaring” data yang
orang untuk merasakan isu-isu yang rumit,
berasal dari luar (yang masuk lewat panca
dengan mengekspresikan apa yang tidak
indera) agar pesan tidak masuk begitu saja
dapat
memberikan
ke dalam Sub-Conscious Mind. Di beberapa
kenyamanan dan dukungan pada saat-saat
buku, “Critical Area” ini sering juga
sulit.” (Parkin, 2006, p.1 dalam Agustina,
disebut sebagai RAS (Reticular Activating
2014, p.19).
System), yang lebih menyoroti pengaruh.
menyampaikan Tentang
nilai-nilai
kearifan
pembelajaran.
yang Parkin
terungkapkan,
dan
Pustakawan biblioterapist penting
Critical Area merupakan penampungan
memiliki kompetensi berqisah. “Berqisah
data
merupakan keterampilan komunikasi yang
ditindaklanjuti untuk diteruskan ke Sub-
membakar imajinasi dan daya khayal
Conscious Mind. Apakah data yang masuk
penyimaknya”
lewat
(Parkin,
2006).
Dalam
sementara,
panca
indera
sebelum
data
tersebut
mau
kegiatan berqisah komunikasi instruksional
dipertahankan atau dilenyapkan. Logika,
persuasif
melalui penggunaan bahasa,
etika, fokus, emosi, juga minat sangat
perumpamaan visual, membangun rasa
berpengaruh terhadap fungsi filter dari
empati
Critical Area.
dan
kedekatan
emosional
denganklien berkebutuhan khusus. Mereka
Terkait
area
kritis
ini,
jika
saat
seseorang yang berada dalam kondisi
membaca buku juga saat merefleksikan isi
“Hypnos” dalam atau “Deep Trance”,
buku dengan pengalaman-pengalamannya
filter-nya akan terbuka “lebar”, qisah yang
yang lebih luas, mengarah pada diskusi dan
mengandung informasi (saran) yang berasal
menghasilkan karya baru seperti puisi,
dari luar cenderung akan mudah memasuki
prosa, laporan penelitian sederhana, bahkan
Sub-Conscious Mind. Kondisi deep trance
cerpen dan novel. Menyampaikan qisah
bisa kita jumpai saat 15 menit anak tertidur,
adalah menyampaikan nasihat dengan cara
tanda-tanda
yang nyaman dan menyenangkan hingga
tangannya, lalu dijatuhkan terasa sangat
masuk dalam pikiran alam bawah sadar
ringan tanpa ditahan, gerakan bola mata
(subconcious mind).
agak cepat, saat mata terpejam. Namun,
masih
memerlukan
bimbingan
fisiknya,
apabila
diangkat
dalam kondisi tersebut anak masih dapat
EduLib – Susanti Agustina
| 142
EduLib, Vol 1, No.2 November 2014
diajak berbicara. Dualitas pikiran dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2: Dualitas Pikiran
Terdapat banyak cara membuka
Apa manfaatnya membuka area
area kritis, antara lain melalui emosi,
kritis?. Terbukanya tutup toples area kritis
konsentrasi,
santai
berarti mengijinkannya informasi baru
/relaks), repetisi (pernyataan yang diulang-
masuk ke area bawah sadar (Subconscious
ulang), kepercayaan penuh (belief) dari
Mind). Di area inilah letaknya kekuatan diri
Otoritas dan kelompok, spiritual, juga
manusia.
rileksasi
(kondisi
melalui Hypnosis. Berqisah menjadi teknik tersendiri
untuk
konsentrasi,
mengolah
relaksasi,
juga
emosi, spiritual.
Apabila berqisah berbasis terapi buku hendak dilakukan untuk mengubah perilaku
buruk
pada
klien
Karena, apabila berqisah menjadi seni,
berkebutuhan
secara
sekolah
biblioterapist dan para pendidik harus
memainkan semua peranan panca indera
berusaha masuk ke area bawah sadar ini.
anak didik, yaitu VAKOG. Mulai dari
Sebab, alam bawah sadar (subconscious
visual (mata), auditory (telinga), kinesthetic
mind) ini lokus memori jangka panjang,
(otot gerak/ tangan dan kaki), olfactory
emosi/persepsi,
(penciuman) , gustatory (perabaan/kulit).
bahkan konsep diri.
otomatis
pustakawan
PERPUSTAKAAN SEBAGAI WAHANA TERAPAPI YANG RAMAH DISABILITAS
khusus,
anak,
belief,
pustakawan
kebiasaan,
dan
| 143
ISSN : 2089-6549
Alam pengaruh
bawah
sembilan
dibandingkan
sadar kali
pikiran
memiliki
lebih
sadar
kuat
(agustina,
tidur, di dalam qisah terdapat sugesti yang menjadi
Mengubah
kebiasaan,
satu
prinsip
hipnosis.
(Agustina, 2013). Di
2013). Pikiran bawah sadar selalu jadi pemenangnya.
salah
pendidikan
perpustakaan dapat
lingkungan
disediakan
layanan
perasaan, kepribadian, keyakinan yang
bibliotherapy, khusus untuk penanganan
negatif, mengendalikan emosi, perilaku
terapi buku secara personal. Dengan kursi
seseorang yang harus dilakukan adalah
khusus
memrogram ulang pikiran bawah sadarnya.
perpustakaan di lingkungan pendidikan
Sementara conscious mind (alam sadar),
ingin memadukan metode terapi buku
memorinya jangka pendek, tugasnya untuk
dengan hipnosis. Hipnosis yang dilakukan
identifikasi,
membandingkan,
analisa,
secara berkala untuk mengatasi suatu
rasionalitas,
dan
kekuatan
masalah disebut hipnotherapi. Hipnoterapi
memiliki
melakukan
biblioterapist
beberapa
cara
dapat untuk
pemberdayaan pikiran bawah sadar hanya dengan
mengasah
keterampilan
komunikasi. Terapi buku (Bibliotherapi) memang bukan merupakan terapi tunggal. Pustakawan biblioterapist perlu melatih diri untuk kemampuan komunikasi persuasif atau komunikasi figur otoritas, melalui Hipnosis. Hipnosis merupakan suatu keadaan pikiran
yang
mengakibatkan
perilaku
“bawah sadar”, mudah di ‘sentuh’, daripada perilaku
“sadar”,
perhatian
terfokus,
kepekaan indrawi yang luar biasa dengan perhatian
terbatas,
hilangnya
otonomi
akibat berkurangnya kontrol kesadaran, kerentanan
terhadap
respons
yang
nyaman,
apabila
dapat mengatasi beberapa masalah, seperti:
kehendak untuk memutuskan sesuatu. Pustakawan
terapi
paska
hipnosis. Kondisi rileksasi pada anak dapat
1. Mengubah Mental • Self Confidence & Self Esteem • Traumatic & Phobia • Drug Addiction • Anodyne Awareness Smoking Cessation • Weight Reduction Program 2. Menyembuhkan Psikosomatis • Alergi • Blood Presure • Asthma 3. Membantu Proses Penyembuhan • Cancer • AIDS Saat
pustakawan
biblioterapist
sudah mengondisikan anak masuk dalam kondisi rileks, ada ciri-ciri yang bisa dijadikan indikator, seperti jika pupil membesar,
denyut
nadi
melambat,
pernapasan berubah, bentuk wajah halus dan santai, tanggapan penuh perhatian, nyaman dan rileks, refleks, perubahan pada
dilatih sejak dini lewat berqisah sebelum
EduLib – Susanti Agustina
| 144
EduLib, Vol 1, No.2 November 2014
mata / menutup mata, tubuh tidak mampu
dapat dikoordinasikan dengan guru wali
bergerak, perubahan mutu suara, perubahan
kelas atau guru Bimbingan Konseling.
indra, otot, tubuh.
Laporan tersebut membantu guru BK
Untuk terapi
menggabungkan
buku
memang
dengan
memerlukan
metode
teknik
hipnosis
latihan
khusus.
membuat
report
assessement
untuk
mengetahui perkembangan perilaku klien dan klien berkebutuhan khusus.
Namun, penting untuk diketahui bahwa seorang pustakawan biblioterapist yang
DAFTAR PUSTAKA
berbakat dalam membangun hubungan komunikasi dengan klien berkebutuhan khusus
pasti
mudah
melakukannya.
Sementara, bagi pustakawan yang merasa tidak berbakat untuk memahami jiwa anakanak, lebih baik berkoordinasi dengan guru Bimbingan Konseling atau psikolog untuk saling membantu menentukan solusi terbaik bagi setiap permasalahan perilaku pada klien disabilitas atau berkebutuhan khusus. SIMPULAN Keterampilan utama pustakawan biblioterapist adalah menentukan apakah sebuah
buku
atau
literatur
layak
dipergunakan dalam terapi buku atau tidak, kemampuan
berqisah,
mengembangkan
diskusi untuk membangun pesan/ hikmah dari klien dan membuat laporan tertulis. Hal
tersebut
terutama
membutuhkan
keahlian
membaca
latihan, dari
pustakawan. Sehingga, pustakawan akan melakukan
pengadaan,
pengolahan,
pengorganisasian literatur khusus untuk dipergunakan
dalam
terapi
buku.
Selanjutnya, laporan hasil diskusi buku
Agustina, Susanti. (2011). Konstruksi Sistem Pembelajaran Kenal Pustaka. Bandung: Fikom Unpad: Tesis. Agustina, Susanti. (2014). Perpustakaan Prasekolahku Seru: Seni Berqisah Berbasis Terapi Buku Untuk Anak Dini Usia. (pp102-111). Bandung: CV. Restu Bumi Kencana. ALA. (2008). The Standards for Proficiencies for Instruction Librarians and Coordinators. Retrieved July 23, 2011, from www. Ala.org/ala/mgrps/ divs/ acrl/ profstandards. Cfm. Bunanta, Murti.(2009). Buku, Dongeng, dan Minat Baca. Jakarta: Murti Bunanta Foundation. Clarke, Jean M. (1988). Reading Therapy (pp.1-12, 106-123). London: Library Association Publishing. Ellis, gail et all. (1991). The storytelling handbook for primary teachers (pp.1-31). Middlesex: penguin English. Fjallbrant, Nancy. (1978). User education libraries. London: Clive Bingley. Juhana,
Hendri. (2012). 96,4 Menit Menjadi Pendongeng: Bacaan Wajib Pecinta Dongeng. Bandung: Motekar. Parkin, Margaret.(2006). Tales fo Change: Using Storytelling to Develop
PERPUSTAKAAN SEBAGAI WAHANA TERAPAPI YANG RAMAH DISABILITAS
| 145
ISSN : 2089-6549
People and Organizations. Bandung: Kaifa. Prater, Mary Anne., et all.(2006). Using Childrens Books as Bibliotherapy for At-Risk Students: A Guide for Teachers (Vol.50 No 4). Retrieved February 11,2014, from ProQuest Research Library. Qisty, Syifa Naufal. (2011). Pengaruh Mendongeng Dalam Memotivasi Kegiatan Membaca Anak di Kebukit. Fikom Unpad: Skripsi. Safaria, Triantoro. (2004). Terapi KognitifPerilaku Untuk Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sarumpaet, Riris K. (1976). Bacaan Anakanak :Suatu Penyelidikan Pendahuluan Ke Dalam Hakekat Sifat dan Corak Bacaan AnakAnak Serta Minat Anak Pada Bacaannya. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya.
EduLib – Susanti Agustina
| 146